dr. riva, respon imun tbc

Upload: tansriernawati

Post on 15-Oct-2015

114 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

aaa

TRANSCRIPT

  • 7/26/2011

    1

    Respon Imun terhadap Infeksi Mikobakterium tbc

    Dr.Riva Auda,SpA,Mkes

    Pendahuluan WHO :

    1990 1999 30 juta meninggal

    1/3 populasi dunia terinfeksi

    Tiap tahun 8 juta kasus baru

    3 juta meninggal

    5 10% terinfeksi menjadi tbc aktif

    Pembasmian sulit oleh karena :

    MDR

    Pandemi HIV

    BCG : Proteksi bervarias i

  • 7/26/2011

    2

    Morfologi dan Sifat Umum M Tb

    Basil tahan asam

    Batang ramping, berwarna cerah, dengan panjang 4 m dan lebar 0,5 m

    Tidak membentuk spora, bersifat aerofilik

    Gambar 1 Morfologi Umum Mycobacterium tuberculosis

  • 7/26/2011

    3

    Sel kuman tbc dan koloni Sel kuman tbc dan koloni

    Struktur dinding sel M Tb Dinding sel-delayed hipersensitivitas, isi sel :

    menimbulkan reaksi pada individu tersensitisasi

    Dinding Sel Terdiri dari 3 unsur utama Lipid

    Asam mikolat, l i lin, dan fosfatid

    Kompleks muramil dipeptida+asam mikolatgranuloma

    Fosfolipidnekrosis perkijuan, bertanggung jawab thd virulensi, fagositosis thdp magrofag

    Protein Berhubungan dengan reaksi tuberkul in

    Polisakarida Berhubungan dengan hipersensitivitas immidiate pada

    orang yang tersensitisasi

  • 7/26/2011

    4

    Dinding Sel

    Ketiga komponen ini membentuk 2 lapisan, yaitu lapisan luar dan dalam.

    Lapisan luar memiliki kandungan lipid yang sangat tinggi, bersifat hidrofobik dan waxy.

    Lapisan dalam terutama disusun oleh komponen peptidoglikan.

    Lapisan luar dan dalam dihubungkan oleh asam mikolat dan arabinogalaktan. Struktur demikian menyebabkan permeabilitas dinding sel sangat rendah, sehingga Mycobacterium tahan terhadap bermacam-macam antibiotik.

    Struktur dinding sel kuman tbc

  • 7/26/2011

    5

    Antigen MTB

    Struktur antigen MTB bersifat kompleks dan tersebar di dinding sel dan sitoplasma.

    Antigen yang ada di dinding sel bersifat tidak spesifik dan dapat ditemukan pada mycobacterium other than tuberculosis (MOTT) dan spesies lain seperti Nocardia, Rhodococcus, Legionella, Isospora, Listeria, dan Cryptosporidium.

    Antigen polipeptida yang ditemukan di sitoplasma lebih spesifik untuk MTB.11

    Antigen yang berasal dari filtrat atau sonicates Mycobacterium dan purified protein derivatives merupakan antigen kasar yang masih mengandung sejumlah epitop non-spesifik dan

    Antigen yang telah berhasil diisolasi antara lain:

    Antigen 5 dan 6

    Antigen A60

    Glikolipid, polar lipid, dan lipopolisakarida (LPS)

    Lipoarabinomanan (LAM).

    Early secretory antigenic target (ESAT-6)

    Diacyl trehalose (DAT1 dan DAT2)

    Fenoglikolipid (PDL-Tb1)

    Antigen membran plasma

    Sulfatida (SL-I dan SL-IV)

  • 7/26/2011

    6

    Patogenesis Tuberkulosis

    Perjalanan tuberkulosis paru dibedakan dalam 4 tahap.

    Tahap pertama basil MTB terhirup oleh inang. MTB memasuki tubuh inang melalui inhalasi droplet nuklei yang berukuran kecil (1-2 m atau kurang) yang dapat mencapai alveoli.

    Makrofag alveoli akan memfagositosis basil yang mencapai alveoli, dan seringkali membunuhnya. Basil yang bertahan hidup akan bermultiplikasi dan menyebabkan kerusakan makrofag.

    Bila hal ini terjadi, monosit dari darah dan sel-sel inflamasi lain akan tertarik ke paru-paru. Proses ini merupakan tahap kedua.

    Monosit darah akan berdiferensiasi menjadi makrofag yang akan memfagositosis, tetapi tidak membunuh basil. Pada fase simbiotik ini, basil bertumbuh secara

    2-3 minggu setelah infeksi, imunitas seluler yang dimediasi sel T mulai berkembang. Limfosit T spesifik-antigen berproliferasi dan mengaktivasi makrofag untuk membunuh basil intraselulerpertumbuhan logaritmik basil berhenti (tahap ke-3).

    Nekrosis sentral padat di lesi primer ini menghambat pertumbuhan ekstraseluler basilinfeksi menetap atau dormant.

    Perjalanan penyakit ini mungkin berlanjut, dan penyebaran hematogen dapat terjadi setelah infeksi primer, atau setelah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun kemudian (tuberkulosis post primer) karena kegagalan surveillance sistem imun.

    Fokus kaseosa yang mencair lingkungan baik pertumbuhan basil ekstraseluler. Pembentukan kavitas dapat menyebabkan ruptur bronkus di dekatnya, penyebaran basil MTB melalui saluran nafas ke

  • 7/26/2011

    7

    Perjalanan penyakit M Tb

    Setelah basil M Tb mencapai paru-paru, terdapat 4 kemungkinan potensial yang akan dialami:

    Respon imun awal inang yang akan efektif membunuh kuman

    Organisme mulai bermultiplikasi dan menyebabkan kelainan klinis yang disebut tuberkulosis primer

    Basil menjadi dormant, tidak menimbulkan keluhan, disebut infeksi laten

    Organisme laten dapat tumbuh dan menimbulkan gejala klinis disebut tuberkulosis reaktivas i

    Patogenesa penyakit tbc

  • 7/26/2011

    8

    Respon imun alamiah Imunitas alamiah respons non-spesifik awal

    infeksi sebelum respons spesifik berkembang, epitel permukaan saluran pernafasan, saluran pencernaan, sekresi epitel, flora normal, respons inflamasi lokal yang tidak spesifik.

    Alveolus merupakan tempat yang sangat optimal untuk pertumbuhan basil MTB. Basil mulai bermultiplikasi segera setelah mencapai permukaan alveolus.

    Strain MTB yang virulen bersifat sitotoksik terhadap sel epitel alveolus tipe II. MTB menginvasi sel epitel elveolar dengan minimal 2 cara, yaitu dengan invasi ke epitel secara langsung, bermultiplikasi dan menimbulkan kerusakan sel, atau melalui

    Respon imun alamiah Makrofag alveolar dan sel natural killer (NK)

    Fagositos is,dan berperan dalam respon imun selular dengan presentasi antigen dan recruitment sel limfosit

    Proses fagositosis terdiri dari beberapa tahapan : ikatan basil dengan makrofag, internalisasi, inhibisi pertumbuhan

    Setelah difagositos is, basil akan dibunuh melalui beberapa mekanisme antara lain fusi fagosom-lisosom, pembentukan reaktive oxygen intermediates(ROI), reactive nitrogen intermediates(RNI)

    Mekanisme lain antara lain: apoptosis

    Selama proses infeksi: makrofag dapat ditemukan dalam keadaan: makrofag inaktif, makrofag aktif, makrofag terinfeksi kronik

  • 7/26/2011

    9

    Mekanisme aktivasi sel limfosit T Lisis sel makrofag

    Granuloma (Tuberkel)

    Dimaksud agar :

    Kuman tidak bertambah

    Proses tidak meluas

    Mencerminkan keseimbangan antara basil dan inang

    Merupakan gambaran karakteristik tbc :

    Pusat pengejuan

    Kuman ekstraseluler

    Kumpulan sel -sel :

    Makrofag

    Epiteloid

    Sel T

    Langhans

    Central for protection

  • 7/26/2011

    10

    Proses pembentukan granuloma

    Beberapa skenario yang akan terjadi pada infeksi kuman tbc

  • 7/26/2011

    11

    Respon imun adaptif

    Presentasi antigen

    Kostimulasi

    Produksi sitokin

    Presentasi Antigen tbc

  • 7/26/2011

    12

    Molekul MHC kelas II mempresentasikan protein MTB kepada sel T CD4+. Antigen diproses fagolisosomal antigen presenting cell (APC).

    Kontak awal terbentuk dengan ikatan molekul seperti LFA-1 di sel T dengan molekul I (lCAM-1) di APC. Molekul ini memediasi daerah adhesi antara sel. Secara bersamaan, CD2 sel T berikatan dengan ligan yang sesuai di APC, dan membentuk membran yang kaya akan kompleks peptida MHC. Ikatan ini distabilkan dengan konversi LFA-1 dari keadaan low affinity ke keadaan high affinity, sehingga terbentuk daerah sinyal yang dikenal sebagai immunological synaps

    Molekul MHC kelas I yang ditemukan pada semua sel berinti mempresentasikan protein MTB pada sel T CD8+. Mekanisme ini mempresentasikan antigen sitosol yang mungkin tidak diproses di fagosom.

  • 7/26/2011

    13

    Proses pembentukan molekul MHC klas I dan II

    MHC Class I MHC Class II

  • 7/26/2011

    14

    Kostimulasi

    Sudah diketahui bahwa presentasi antigen hanya menyebabkan stimulasi sel T dengan adanya sinyal kostimulasi tertentu.

    Sinyal kostimulasi untuk sel T yang paling dikenal adalah B-7.1 (CD80) dan B7.2 (CD86). Molekul ini diekspresikan di makrofag dan sel dendritik dan berikatan dengan CD28+ dan CTLA-4 di permukaan sel T.

    Tanpa adanya kostimulasi yang tepat, presentasi antigen akan menyebabkan peningkatan apoptosis sel T

    SITOKIN Beberapa sitokin yang diproduksi makrofag yang

    telah teraktivasi dan sel dendritik penting untuk stimulasi limfosit T.

    Makrofag dan sel dendritik menghasilkan sitokin tipe 1: IL-12, IL-18 dan IL-23.

    Kemampuan sel ini untuk menghasilkan atau berespons terhadap sitokin tipe-Th 1 jelas perlu untuk stimulasi limfosit T yang baik. Sitokin proinflamasi seperti IL-1 dan TNF- juga memiliki kemampuan stimulasi sel T. Berkurangnya produksi sitokin tipe 1 atau sitokin proinflamasi dapat memperlambat atau menurunkan stimulasi sel T dan inisiasi imunitas spesifik-antigen sel T.

  • 7/26/2011

    15

    Respon humoral

    Peran sel limfosit B

    Kurang protektif Penting dalam serodiagnostik

    Macam :

    IgG sensitif

    IgA spesifik

    IgM reaktivas i

    Pengenalan antigen ditentukan oleh :

    Imunogenetik host

    Produks i antigen

    Jumlah kuman

    Ekspresi gen

    Pengobatan tuberkulostatika

    Respon imun seluler (CMI)

    1. Sitokin

    Proinflamasi : TNF-, IFN-, IL-12 Anti inflamasi : TGF-, IL-4, IL-10

  • 7/26/2011

    16

    SITOKIN PROINFLAMASI TNF-. Stimulasi monosit, makrofag dan sel dendritik dengan MTB atau produk MTB menginduksi produks i TNF-, prototipe sitokin proinflamasi. TNF- berperan dalam pembentukan granuloma, menginduksi aktivasi makrofag, dan berperan dalam pengaturan sis tem imun. Produksi TNF- yang berlebihan y ang masuk ke peredaran s istemik dapat menimbulkan reaks i inflamasi yang tidak diinginkan seperi demam dan wast ing. IL-1. Seperti TNF-, IL-1 diproduksi monosit, makrofag dan sel dendritik . Pada penderita tuberkulosis , IL-1 diproduksi di tempat infeksi. IL-6. IL-6 diproduksi pada awal inf eks i, dan bersif at pro-inflamasi dan anti-inf lamasi. Penelitian menunjukkan bahwa IL-6 dapat menghambat produksi IL-1 dan TNF- dan meningkatkan pertumbuhan MTB in v itro. Penelitian lain menunjukkan IL-6 bersif at protektif: defisiensi IL-6 meningkatkan kerentanan terhadap inf eks i MTB sehubungan dengan penurunan produksi IFN- pada awal inf eks i. IL-12. IL-12 diproduksi terutama oleh sel f agosit, dan produksinya diinduksi oleh proses f agositosis MTB. IL-12 berperan dalam induksi produks i IFN-. IL-12 dapat ditemukan di inf iltrat paru-paru, pleurisy , granuloma, dan limfadenitis.

    IL-18 dan IL-15. Kedua sitokin ini juga berperan penting dalam aksis IFN-. IL-18 menstimulasi produksi sitokin lain, kemokin, dan faktor transkripsi.

    IFN-. Peran IFN- dalam infeksi MTB terutama dalam imunitas spesifik-antigen sel T. Produksi IFN- spesifik-antigen MTB merupakan petanda infeksi MTB. Monosit yang terinfeksi MTB menstimulasi produksi IFN-.

  • 7/26/2011

    17

    SITOKIN ANTIINFLAMASI

    IL-10. diproduks i makrofag setelah fagositosis MTB dan berikatan dengan LAM dinding sel MTB. Limfosit T, termasuk sel T reaktif-MTB juga dapat memproduksi IL-10. Pada penderita tuberkulos is aktif, IL-10 dapat ditemukan di monosit darah, cairan pleura dan cairan lavase alveoli. IL-10 merupakan antagonis sitokin pro-inflamasi karena menghambat produksi IFN-, TNF- dan IL-12

    TGF. Produk MTB menginduksi produksi TGF oleh sel dendritik dan monosit. Sama seperti IL-10, TGF diproduksi secara berlebihan selama tuberkulosis dan ditemukan di tempat infeksi. TGF mensupresi imunitas seluler oleh: sel T dengan menghambat proliferasi sel T dan produksi IFN-. Terhadap makrofag, TGF menghalangi presentasi antigen, produksi sitokin pro-inflamasi, dan aktivas i seluler. Sebagai tambahan, TGF mungkin berperan dalam proses kerusakan jaringan dan

    Kemokin Kemokin kemotaktik terutama berefek mengumpulkan sel inflamasi ke tempat infeksi. Kemokin utama tuberkulosis di antaranya adalah IL-8, yang menarik netrofi l, l imfosit T dan kemungkinan monosit. Setelah fagositosis MTB atau ikatan dengan LAM, makrofag memproduksi IL-8. Produksi IL-8 ini terhambat dengan netralisasi TNF- dan IL-1. Kemokin utama lain adalah monocyte chemoattractant protein 1 (MCP-1) yang diproduksi oleh dan berefek pada makrofag dan monosit. MTB lebih banyak menginduksi produksi MCP-1 oleh monosit. Kadar MCP-1 pada cai ran lavase alveoli, serum dan cairan pleura penderita tuberkulosis meningkat. Kemokin ketiga adalah RANTES, kemokin yang diproduksi oleh bermacam-macam sel dan dapat berikatan dengan reseptor kemokin manapun..

  • 7/26/2011

    18

    Hubungan sitokin dengan reseptor-reseptornya

    2. Sel T CD4+ (CD4+ T Cell)

    Peran utama : the most important players

    Memproduksi sitokin

    Berperan terutama pada fase akut

    Memberi respon sitotoksik sel T CD8+

  • 7/26/2011

    19

    3. Sel T CD8+ (CD8+ T Cel l)

    Berperan terutama fase kronis (persisten)

    Bersama-sama sel T CD4+

    Memproduksi sitokin

    Lisis dan apoptosis sel target

    Aktivitas mikrobisidal direk

    Pengaruh Sel T CD4+ terhadap fungsi Sitotoksik sel T CD8+

  • 7/26/2011

    20

    4. Sel T inkonvensional

    Fosfoligand

    CD1 Glikolipid

    5. Sel Fagosit

  • 7/26/2011

    21

    Proses penangkapan dan pengenalan kuman dan antigen tbc

    TUBERKULOSIS

    Penyakit sistemik

    Prevalensi TB meningkat karena terabaikan

    migrasi penduduk pengobatan sendiri

    meningkatnya kasus HIV/AIDS Penyebaran penyakit (Manaf, 1998)

    industrialisasi

    kemudahan transportasi perubahan ekosistem

  • 7/26/2011

    22

    TB DI INDONESIA

    Program sejak tahun 1969

    Tahun 1995/1996 dilaksanakan strategi DOTS

    Mei 1999

    Gerakan Terpadu Nasional TB (GERDUNAS TB)

    VISI: TB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

    Sejak 1999

    TB anak masuk dalam program TB Nasional

    Buku Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana TB DEPKES

    PENULARAN TB

    Melalui droplets infections

    Dari Penderita TB paru dewasa terutama BTA (+)

    Anak TB tidak pernah menularkan

    Anak TB paru umumnya (Abernaty, 1997)

    tidak batuk

    tidak mengeluarkan sputum

    jumlah kuman pada lesinya sedikit

    Bila ditemukan penderita TB dewasa -- Anak TB ?

    Bila ada anak dengan TB --- Dewasa TB ?

  • 7/26/2011

    23

    Aktivitas TB dapat meningkat karena:

    Campak Cacar air Batuk rejan (Pertusis) Imunodefisiensi Vaksinasi cacar Infeksi paru-paru karena virus Pemberian kortikosteroid

  • 7/26/2011

    24

    HIPERSENSITIVITAS & IMUNITAS

    Setelah Infeksi 2 10 Mgg inkubasi

    Reaksi hipersensitivitas lambat Tuberkulin test (+)

    Terbentuk Imunitas relatif

    PATOGENESIS DAN PATOLOGI I 95% lesi primer di paru-paru Pada anak yang belum pernah

    terinfeksi Lesi primer yang khas yaitu Tuberkel:

    Sebukan PMN Proliferasi sel epiteloid Sel Giant Dikelilingi limfosit Dikenal sebagai FOKUS PRIMER

  • 7/26/2011

    25

    PATOGENESIS dan PATOLOGI II Basil TB dibawa makrofag dari fokus primer Kelenjar limf regional Hilar atau Paratrakeal Fokus primer + peradangan kelenjar limf regional KOMPLEKS PRIMER

    Fase hipersensitivitas Fokus primer membesar Setelah hipersensitifitas kel. limf regional besar Fokus primer perkijuan - memekat

    perkapuran/kalsifikasi Lesi dapat hilang

    PROGRESIFITAS FOKUS PRIMER

    Lesi membesar terus, terjadi pneumositis dan

    penebalan pleura bagian tengah jaringan

    kaseosa mencair isi masuk ke bronki

    rongga Primer TB dengan kaverne

    TB organ : Paru, ginjal, tulang, mata, otak

    limpa dll

    Penyebaran Hematogen : Milier, Meningitis

  • 7/26/2011

    26

    KELENJAR LIMF REGIONAL Dapat sembuh spontan tetapi lebih jarang Basil TB dapat hidup lama meski ada

    kalsifikasi Kelenjar menyumbat total atelektasis Penyebaran bronhogen pnemonia Kompresi struktur Obstruksi partial hiperaerasi Striktura fibrosis

    DIAGNOSIS

    Pada Penderita TB dewasa dengan pemeriksaan

    sputum BTA (+) dan kultur

    BTA dan Kultur (+) pada anak sangat jarang

    Kesulitan utama mendapatkan spesimen

    Pemeriksaan BTA dan Kultur dengan

    pemeriksaan bilas lambung

    Hasil di Amerika hanya mendapatkan 6% kultur

    positif

  • 7/26/2011

    27

    DIAGNOSIS II

    Foto torak dapat menyokong adanya TB

    Paling spesifik sampai saat ini test uji tuberkulin Diagnosis tidak dapat dari 1 pemeriksaan saja

    Tidak dapat diagnosis TB didasarkan pada

    Batuk-batuk saja

    Uji tuberkulin saja

    Foto torak saja

    Darah rutin termasuk LED

    Diperlukan beberapa hasil pemeriksaan

    UKK Pulmonologi Anak PP- IDAI mengembangkan Konsensus Nasional TB

    CURIGA ADANYA TB BILA: 1. KONTAK ERAT DENGAN PENDERITA BTA (+) 2. TES TUBERKULIN YANG POSITIF ( > 10 MM) 3. GAMBARAN FOTO RONGEN SUGESTIF TB

    4. REAKSI KEMERAHAN CEPAT (3 7 HARI) SETELAH VAKSINASI BCG

  • 7/26/2011

    28

    GEJALA KLINIS UMUM HARUS DICURIGAI TB

    5. Batuk batuk lebih dari 3 minggu

    6. Sakit dan demam lama atau berulang, tanpa sebab yang jelas

    7. Berat badan turun tanpa sebab jelas atau

    Berat badan kurang yang tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik.

    8. GEJALA SPESIFIK

    TB Kulit (Skofuloderma)

    TB Tulang dan Sendi

    TB Otak dan Saraf

    (meningitis gejala iritabel, kaku kuduk,

    muntah-muntah, dan kesadaran

    menurun)

    TB Mata Conjunctivitis phlyctenularis Atau

    tuberkel koroid

    TB pada organ lain

  • 7/26/2011

    29

    FOTO RONGEN PARU Foto rongen tidak khas Bila mungkin posisi PA dan Lateral kiri Kemungkinan adanya over-diagnosis dan under-diagnosis Mungkin TB bila ada infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal

    FOTO RONGEN SUGESTIF TB

    Milier

    Atelektasis/kolaps konsolidasi

    Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus

    atau paratrakeal

    Konsolidasi [lobus]

    Reaksi plera atau efusi plera

    Kalsifikasi;Bronkiektasi

    Kavitas

    Destroyed lung

  • 7/26/2011

    30

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    Diagnosed by X-

    ray alone

    Actual cases

    X-ray-based evaluation causes over-diagnosis of TB

    Over- diagnosis

    MIKROBIOLOGI DAN SEROLOGI

    Sulit mendapatkan spesimen yang baik

    Pemeriksaan BTA dari bilas lambung

    Biakan basil TB konvensional lama

    Cara baru untuk mendeteksi TB dengan

    PCR dan BACTEC masih belum dapat

    dipakai untuk praktis klinis dan mahal

    Pemeriksaan Serologik dengan ELISA,

    PAP, Mycodot, ICT-TB masih perlu diteliti

    untuk klinis praktis

  • 7/26/2011

    31

    PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI

    Bahan diambil sesuai organ yang terkena TB

    Biopsi lokal

    RESPON TERHADAP PENGOBATAN

    OBAT ANTI TUBERCULOSIS (OAT)

    Dalam 2 bulan terdapat perbaikan klinis

    menunjang Diagnosis TB

  • 7/26/2011

    32

    TATALAKSANA

    Didapatkan > 3 Diagnosis kerja TB diobati

    Pengobatan OAT setiap hari 2 bulan Evaluasi

    Bila anak membaik Suspek TB OAT 6 bulan

    Bila anak tetap atau memburuk berarti

    1. Anak tidak menderita TB

    2. TB telah kebal obat ( MDR = multiple drug resistance mycobacterium) .

    Obat dihentikan penderita harus dirujuk ke Rumah Sakit Pemeriksaan lebih lanjut

    TANDA BAHAYA

    Menunjukkan tanda bahaya:

    kejang

    kesadaran menurun

    kaku kuduk

    benjolan di punggung

    kegawatan lain

    Segera dirujuk ke rumah sakit

  • 7/26/2011

    33

    PENGOBATAN TB

    OAT harus kombinasi lebih dari 1 obat

    Pengobatan jangka pendek 6 bulan dengan sistim

    DOTS (DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT-

    COURSE)

    Perlu ada pengawas menelan obat (PMO)

    CATATAN YANG PERLU DIPERHATIKAN: 2 bulan pertama 3 OAT Isoniasid (INH) Rifampisin (RIF) Pyrazinamide (PZA)

    atau Ethambutol (EMB)

    4 bulan selanjutnya INH dan RIF Pada TB berat (meningitis dan milier) diberikan 4 5 kombinasi OAT INH dan RIF diberikan 12 bulan PZA dan EMB untuk anak aman bila 2 bulan OAT gagal dan diagnosis TB dapat

    dipertanggung jawabkan uji resistensi

  • 7/26/2011

    34

    DOSIS OAT

    INH 5 15 mg/KgBB (Maximum 300 mg/hari)

    RIF 10 15 mg/KgBB (Maximum 600 mg/hari)

    PZA 25 35 mg/KgBB (Maximum 2 gr/hari)

    EMB 15 20 mg/KgBB (Maximum 2.5 gr/hari)

    Strep 15 30 mg/KgBB (Max. 750 1000 mg/hari)

    TELAH DIBUAT PANDUAN DOSIS OBAT

    Nama Obat Berat Badan (Kg)

    < 10 10 20 20 - 30 >30

    INH (mg) 50 100 200 300

    RIF (mg) 75 150 300 450

    PZA (mg) < 5 >5

    100 150 300 450 750

  • 7/26/2011

    35

    EFEK SAMPING OBAT ISONIAZID

    OAT PALING EFEKTIF BAKRETISID DAN BAKTERIOSTATIK

    INTRA DAN EKSTRASELULAR NEROTOKSIS -> NERITIS PERIFIR

    HEPATOTOKSIS KEJANG

    ATAKSIA VERTIGO DLL.

    RIFAMPISIN

    Sifat Bakterisidal intra dan ekstra selular

    Hepatotoksik

    Gangguan GI

    Dermatosis

    Trombositopeni

    Lekopeni

    Anemia Dll.

  • 7/26/2011

    36

    PZA

    Bakterisid intraselular

    Hepatotoksik

    Disuria

    Artralgia

    Anoreksi

    Iritasi Lambung

    Dermatitis Dll.

    ETHAMBUTOL BAKTERIOSTATIK INTRA DAN EKSTRASELULAR

    NERITIS RETROBULBAR PADA MATA PENGLIHATAN TERGANGGU

    BUTA WARNA DIPLOPIA

    NERITIS OPTIK GANGGUAN GI DERMATITIS DLL.

  • 7/26/2011

    37

    STREPTOMYCIN OAT PERTAMA YANG EFEKTIF Gangguan Syaraf Otak VIII Demam Dermatitis Agranulositosis Anemia Nefrotoksis Dll.

    OBAT LINI KEDUA PAS ETHIONAMIDE

    CYCLOSERINE CAPREOMYCIN KANAMYCIN

    OBAT BARU

    QUINOLONES MACROLIDES AMIKASIN DLL.

  • 7/26/2011

    38

    PEMANTAUAN OAT harus teratur dan dipantau ketat OAT menyebabkan efek samping fungsi hati Pemeriksaan SGOT dan SGPT dilakukan sebelum

    pengobatan dan rutin setelah 2 bulan dan 6 bulan Bila ada kenaikan SGOT atau SGPT lebih dari 5

    kali normal perlu di lakukan evaluasi OAT apakah dosis dikurangi atau diganti obat kombinasinya.

    Harus dilakukan pemantauan ikterus. Bila ada ikterus obat harus dihentikan dan diganti yang sesuai.

    PROFILAKSIS

    Dengan 3 cara: Isolasi penderita

    Vaksinasi BCG

    INH ProfIlaksis

    Profilaksis INH bila: Kontak (+)

    Uji tuberkulin (+)

    Diberikan INH 5 10 mg/KgBB 6 12 bulan

  • 7/26/2011

    39

    TB Suspected : History of contact with PTB (AFB +) Tuberculin skin test positive (>10 mm) Suggestive appearances on chest radiograph BCG reaction acceleration (3 - 7 days) Cough more than 3 weeks Unexplain prolonged or recurrent fever Weight loss or failure to gain weight Lymphadenopahty superficial Phlyctenular conjunctivitis Scrophu loderma

    3 or more positive

    Probable TB

    Treatment 2 months: H,R,Z

    Favorable response Become sicker or no response

    TB

    Treatment 4 months: H and R

    Not TB MDR-TB

    Re - Evaluation Signs and symptoms Tuberculin test Chest radiograph Microbiology examination Pathology Anatomy examination

    Hal-hal yang mencurigakan 1.Mempunyai sejarah kontak erat dengan penderita TB yang BTA (+) 2.Tes Tuberkulin yang positif (>10 mm) 3.Gambaran foto rontgen sugesif TB 4.Terdapat reaksi kemerahan yang cepat (dalam 3 7 hari) setelah imunisasi dengan BCG 5.Batuk-batuk lebih dari 3 minggu 6.Sakit dan demam lama atau berulang, tanpa sebab yang jelas 7.Berat badan turun tanpa sebab jelas atau berat badan kurang yang tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi (failure to thrive) 8.Gejala-gejala spesifik (pada kelenjar limpe, otak, tulang dll)

    Bi la > 3 pos iti f

    Dianggap TB

    Membaik Memburuk / Tetap

    TB kebal obat (MDR) Bukan TB

    OAT diteruskan

    TB

    Rujuk ke RS

    Pemeriksaan lanjutan di RS : Ulang periksa gejala klinis Tes tuberculin Foto rontgen paru

    Pemeriksaan mikrobiologi Pemeriksaan patalogi anatomi

    Prosedur diagnostik dan tatalaksana sesuai dengan prosedur di RS yang bersangkutan

  • 7/26/2011

    40

    Uji Mantoux

    1

    Pengantar

    Uji Mantoux adalah prosedur diagnostik penyuntikan tuberkulin secara intrakutan yang sangat berguna untuk mengetahui adanya infeksi tuberkulosis.

    Preparat yang digunakan adalah purified protein derivative (PPD) yang berasal dari filtrat kultur Mycobacterium TB yang dimatikan.

    3

  • 7/26/2011

    41

    Indikasi Uji Mantoux

    Bayi/anak kontak dengan TB paru dewasa

    Dicurigai menderita TB

    Pra dan pasca BCG

    4

    Manfaat Uji Mantoux Mendeteksi infeksi M. TB

    5

  • 7/26/2011

    42

    Peralatan Uji Mantoux

    1. Kapas alkohol 2. Botol alkohol 3. PPD 4. Semprit 1 ml

    khusus PPD 5. Mistar/pengukur 6. Ballpoint 7. Sarung tangan

    7

    PPD RT 23 - 2 TU

    Perhatikan: 1. Etiket 2. No Batch 3. Tuberkulin Unit (TU)

    8

  • 7/26/2011

    43

    Masukkan PPD 23 RT ke dalam semprit 1 ml khusus PPD sebanyak 0,1 ml

    9

    Penyuntikan di lakukan di permukaan fleksor lengan bawah. Lakukan tindakan antisepsis dengan alkohol. Permukaan

    harus kering saat akan dilakukan injeksi Ujung jarum disuntikkan ke permukaan kul it paling superfisial

    dengan bevel jarum menghadap ke atas. 10

  • 7/26/2011

    44

    Pada penyuntikan yang benar akan timbul weal di ujung jarum dengan diameter sekitar 6 mm

    3

    11

    Pembacaan Hasil Uji Mantoux

    Hasil uji Mantoux dibaca 48 hingga 72 jam setelah penyuntikan

    Sensitiv itas terhadap tuberkulin ditandai oleh indurasi, biasanya disertai eritema

    12

  • 7/26/2011

    45

    Palpasi adanya indurasi

    13

    Tarik garis sek itar 1-2 cm di luar indurasi menuju ke tengah. Saat ballpoint mencapai batas indurasi dan terasa adany a tahanan, angkat ballpoint. Lakukan prosedur y ang sama di sisi indurasi sebelahnya. Ukur jarak antara kedua garis di batas indurasi.

    Metoda Sokal

    14

  • 7/26/2011

    46

    Induras i diukur tegak lurus terhadap aks is panjang dari lengan bawah

    15

    Interpretasi hasil

    0-5 mm : negatif

    >5 9 mm : meragukan

    > 10 mm : positif

    16

  • 7/26/2011

    47

    Ringkasan

    Apa manfaat uji Mantoux

    Apa indikasi uji Mantoux

    Bagaimana persiapan untuk uji Mantoux

    Bagaimana melaksanakan uji dengan menyuntikkan tuberkulin secara intrakutan

    Kapan membaca hasil uji Mantoux

    Bagaimana cara membaca hasil Uji Mantoux

    Bagaimana interpretasi hasil uji Mantoux

    17

    94

    VAKSINASI BCG

  • 7/26/2011

    48

    Tuberculosis control Case finding + pengobatan yang efekti f

    Vaksinasi masal BCG

    Di negara berkembang : vaksinasi BCG compulsary

    mudah & murah.

    WHO strategy Government commitment Case detect ion Chemotherapy (DOTS) Drug supply Monitoring and evaluat ion

    Riwayat perkembangan BCG Observas i + binatang coba : Individu terinfeksi TB sebelumnya lebih res is ten terhadap penyakit

    Postulat Calmette: infeksi artifis ial dengan organisme yang dilemahkan proteksi terhadap penyakit

    1921: vaksin BCG (Calmette & Guerin) serial cul ture M

    bovis patogenisitas hi lang vaksinasi pada manusia.

    1927 : Heimbeck : non-RCT efek protekti f 75 %.

    1935 : studi random efek protekti f 75 %.

    1935 sekarang : RCT, case-control , contact study :

    efek protekti f 0 80 %

  • 7/26/2011

    49

    Vaksinasi BCG Masalah

    Efektivitas : 0 - 80 %, (proteksi individu)

    Pelaksanaan : cara, jenis vaks in, indikas i - kontra indikas i, cold chain, dll

    Komplikasi (KIPI) : BCG-itis , dll

    Manfaat : proteksi, diagnostik (?), imunostimulan

    Uji tuberkulin pasca vaks inas i : diagnostik

    Efek proteksi BCG: (randomized control trials)

  • 7/26/2011

    50

    Perubahan efek proteksi BCG: (menurut waktu)

    Efek proteksi BCG: (case control, contact and cohort studies)

  • 7/26/2011

    51

    Faktor yang mempengaruhi efektivitas BCG Bias metodologi

    - Disain dan pelaksanaan studi

    - Trial Chingleput : WHO wel l and good design trial

    Strain dan dosis vaksin - Jenis vaksin : T ice, Danish, Pasteur, Tokyo, Merieux dll. - Cara : mul tipuncture v.s. intrakutan - Bentuk : vaksin cai r v.s vaksin kering-beku

    Mikobakteri lingkungan (M atipik) - Prevalensi tinggi v.s rendah.

    Strain M tb - Virulensi tinggi v.s rendah

    Faktor lain - Reinfeksi eksogen v.s infeksi endogen. - Faktor genetik - Faktor host, paparan, dl l.

    Metode pemberian BCG

    Vaksin : BCG Bio Farma (freeze dried vaccine)

    Standard WHO: 8 X 106 s.d. 32 X 106 CFU/mL

    Dosis : 0,1 ml (neonatus 0,05 ml)

    Cara : intradermal

    Lokasi : deltoid kanan

    (Interaks i dengan virus hidup lain polio, campak)

    (Buku Imunisasi di Indonesia IDAI 2001)

  • 7/26/2011

    52

    Rekomendasi

    BCG diberikan pada bayi < 2 bulan

    Bayi kontak erat dengan TB BTA(+) INH profilaksis lebih dahulu kontak di Th/ baru BCG

    BCG jangan diberikan pada imunodefisiensi (gizi buruk, HIV dll)

    (Buku Imunisasi di Indonesia IDAI 2001)

    Indikasi vaksinasi BCG Di negara berkembang : compulsary

    Di negara maju bervariasi

    Negeri Belanda : tidak perlu

    CDC Atlanta (1988): BCG diberikan pada bayi dan anak dengan uji tuberkulin (-) bila:

    terpapar TB akti f dan INH profi laksis (-)

    terpapar TB resisten INH dan rifampisin

    tinggal di daerah ARTI > 1 %

  • 7/26/2011

    53

    Kontra indikasi vaks BCG

    Reaksi uji tuberkulin > 5 mm

    HIV-AIDS, imunokompromais (steroid, imuno-supresif, radiasi, keganasan)

    Gizi buruk

    Demam tinggi

    Infeksi kulit luas

    Pernah sakit TB

    Kehamilan

    (Buku Imunisasi di Indonesia, IDAI 2001)

    Komplikasi vaksinasi BCG

    Insiden 1 10 %, terutama pada bayi

    Lesi lokal (ulserasi besar & lama, abses, keloid)

    Limfadenitis BCG BCG-it is (?)

    Lesi diseminata

    penyebaran hematogen ke berbagai organ.

    osteitis (Castro-Rodrigues dkk, 1997: insiden 3,2/100 000)

  • 7/26/2011

    54

    Faktor risiko komplikasi BCG Faktor strain BCG

    1. Virulens i yang masih ada 2. Viabilitas vaks in (proporsi basil hidup:mati) 3. Dosis vaks in

    Faktor host 1. Umur (neonatus lebih tinggi) 2. Imunologis (HIV, gizi buruk dll) 3. Karakteristik populasi

    Faktor teknik pemberian Keterampilan (Goraya, Vi rdi, 2002)

    Faktor strain BCG sebagai penyebab komplikasi BCG (Daoud W, 2003)

    Juli - Okt 2001: 6145 neonatus, di vaks inas i dg BCG Pasteur, bacth 5122 banyak komplikasi (36.61/1000).

    Komplikasi BCG td: limfadenitis (61,3%), abses (21,3%), ulkus lokal (11,5%), keloid (5,3%), 1 neonatus (imunodefisiensi) meninggal karena penyakit diseminata

    Nov - Des 2001: 6877 neonatus, di vaks inas i dgn BCG Denmark, bacth 101023 komplikasi menurun (6,25/1000) P < 0,001

  • 7/26/2011

    55

    Tatalaksana limfadenitis BCG

    Medikamentosa 1. Tidak perlu antibiotik 2. OAT tidak efekti f 3. Risiko efek simpang obat

    Needle aspiration 1. Limfadenitis supurati f 2. Mencegah fistel/komplikasi 3. Mempercepat penyembuhan 4. Cukup aman

    Surgical excision 1. Limfadenitis mul tilokuler, fistel 2. Gagal dengan aspi rasi jarum

    (Goraya, Verdi, 2002)

    Terapi ulkus BCG dengan klaritromisin (Torres-Rojas dkk, 2002)

    Bayi, pr, 11 bln, BCG umur 5 bln, deltoid kiritimbul ulkus 3x2 cm, eri tem, tidak nyeri, berbatas jelas, krusta(+)

    Kgb leher dan supraklav >

    Riw th/: sefalosforin, amoksisil in, azi tromisin tidak ada perbaikan

    BTA(-), biakan M bovis (+)

    Th/ klari tromisin 7, 5 mg/kg/hr, oral 15 hr perbaikan

    Terapi stop hari ke 21

    Kontrol 8 bulan relaps (-)

  • 7/26/2011

    56

    Reaksi uji tuberkulin pasca vaksinasi BCG Tergantung banyak faktor: strain BCG, host, dll

    Tidak dapat memprediksi efek proteksi hanya reaksi sensitivitas

    CDC Atlanta (1999): uji tuberkulin > 10 mm

    (HIV > 5 mm) curigai infeksi TB bila:

    Lahir/tinggal di daerah prev TB tinggi

    Ada kontak dengan TB aktif (BTA+)

    Terpapar terus menerus dgn individu di daerah prevalensi TB tinggi.

    Reaksi uji tuberkulin pasca vaks BCG

    Curigai ada infeksi TB bila :

    Indurasi besar

    Vaksinasi sudah lama

    Ada kontak dgn TB aktif

    Ada riwayat keluarga dgn TB

    Tinggal/datang dari daerah prev TB tinggi

    Foto toraks dicurigai TB

  • 7/26/2011

    57

    Revaksinasi

    Bila 5-10 tahun pasca vaksinasi

    uji tuberkulin (+) tidak perlu revaksinasi

    uji tuberkulin (-) revaksinasi

    Rekomendasi IDAI : (?)

    Pengembangan & riset Berdasarkan pengetahuan tentang patogenesis TB & mekanisme proteksi BCG

    M vaccae : imunoterapi memperbaiki respons imun

    Vaksin BCG baru: berasal dari Ag dinding sel atau dari teknologi rekombinan.

    Early-secreted antigenic target 6-kDa (ESAT-6) dan Culture filtrate protein 10 (CFP-10): antigen spesifik pada M tb dan M bovis tetapi tidak ada pada BCG dan M atipik, (Arend dkk, 2000)

  • 7/26/2011

    58