drainase semarang
DESCRIPTION
laporan tugas drainase..mudah2an bisa menjadi acuan.apa yang kami kerjakan belum tentu sepenuhnya benar,TRANSCRIPT
MAKALAH
TUGAS DRAINASE DAN PENGENDALIAN BANJIR
“PENGENDALIAN BANJIR SEMARANG”
Oleh
Oleh
L.Hamonangan Aritonang 21010111120024
Anjar Satria Nugraha 21010111120036
Rudolfo Trinaldi L Tobing 21010111120038
Anton Pratomo 21010111120039
Rosyadi Athar 21010111120041
Badaruddin Yusuf 21010111130078
Putra Utama 21010111130114
Daniel Edoardo 21010111130120
Khoirul Mustofa 21010111130123
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas Drainase dan Pengendalian Banjir ini dengan baik.
Laporan ini disusun untuk menunjang pemahaman terhadap mata kuliah Drainase dan
Pengendalian Banjir, selain sebagai persyaratan untuk memenuhi tugas Drainase dan
Pengendalian Banjir. Dengan adanya tugas ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
mengenai perancangan pengendalian banjir bagi penulis maupun pembaca.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan dan pengerjaan tugas Drainase dan Pengendalian Banjir ini. Secara
khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Dalam Penyusunan tugas makalah ini penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan, maka diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, akhir kata
semoga tugas mata kuliah Drainase dan Pengendalian Banjir ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, amin.
Semarang, Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................1
1.3. Tujuan ......................................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN
1.1. Pengertian Banjir......................................................................................2
1.2. Penyebab banjir di Semarang...................................................................3
1.3. Pengendalian Banjir di Semarang............................................................5
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan dan saran.............................................................................12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kota Semarang dengan penduduk sekitar 1,3 juta jiwa merupakan ibukota Jawa Tengah,
kedudukan Kota Semarang sangat strategis sebagai simpul transportasi regional menjadikan kota
Semarang mempunyai kelengkapan sarana prasarana fisik sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut mendorong pertumbuhan dan perkembangan kota berjalan
dengan cepat.
Seiring dengan laju pembangunan Kota Semarang, Pertumbuhan dan perkembangan kota telah
menyebabkan perubahan pada kondisi fisik kota, yaitu perubahan guna lahan. Hal itu tentu saja
menimbulkan permasalahan tersendiri pada Kota Semarang. Semakin besar suatu kota maka
semakin besar atau komplek permasalahan yang ditimbulkan dan dihadapinya, misalnya Kota
Semarang. Kota Semarang dalam beberapa tahun terakhir ini menghadapi permasalahan yang
cukup sulit, yaitu banjir.
Bencana banjir merupakan permasalahan umum terutama didaerah padat penduduk pada
kawasan perkotaan, daerah tepi pantai atau pesisir dan daerah cekungan. Masalah banjir
bukanlah masalah baru bagi Kota Semarang, tetapi merupakan masalah besar karena sudah
terjadi sejak lama dan pada beberapa tahun terakhir ini mulai merambah ke tengah kota. Hal
tersebut di atas terjadi dikarenakan adanya faktor alamiah dan perilaku masyarakat terhadap alam
dan lingkungan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Menjelaskan tentang permasalahan dan pengendalian banjir yang terjadi didaerah Semarang
1.3 TUJUAN
Dalam pembuatan makalah ini ada tujuan yang hendak dicapai yaitu:
1. Mengetahui penyebab terjadi banjir didaerah Semarang
2. Mengetahui Proses Pengendalian banjir didaerah Semarang
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Banjir
Banjir adalah suatu kondisi dimana tidak tertampungnya air dalam saluran pembuang atau
terhambatnya aliran air dalam saluran pembuang. Banjir merupakan peristiwa alam yang dapat
menimbulkan kerugian harta benda penduduk serta dapat pula menimbulkan korban jiwa.
Dikatakan banjir apabila terjadi luapan atau jebolan dan air banjiryang disebabkan kurangnya
kapasitas penampang saluran pembuang. Banjir di bagian hulu biasanya arus banjirnya deras,
daya gerusnya besar, tetapu durasinya pendek. Sedangkan di hilir, arusnya tidak deras (karena
landai) tetapi durasinya lama.
Karakteristik Banjir adalah sebagai berikut :
Banjir dapat datang secara tiba-tiba dengan intensitas besar namun dapat langsung
mengalir.
Banjir datang secara perlahan namun dapat menjadi genangan yang lama (berhari-hari
bahkan berminggu-minggu) di daerah depresi.
Banjir datang secara perlahan namun intensitas hujannya sedikit
Pola banjirnya musiman
Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya genangan, erosi dan sedimentasi. Sedangkan
akibat lainnya adalah terisolasinya daerah permukiman dan diperlukan evakuasi.
Penyebab terjadinya banjir pada suatu daerah antara lain adalah :
Perubahan tata guna lahan (land use) di daerah aliran sungai (DAS)
Pembuangan sampah
Erosi dan sedimentasi
Kawasan kumuh di sepanjang sungai / drainase
Perencanaan system pengendalian banjir yang tidak tepat
Curah hujan
Pengaruh fisiografi / geofisik sungai
Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai
Pengaruh air pasang
Penurunan tanah dan rob (genangan akibat pasang air laut)
Drainase lahan
Bendung dan bangunan air
Kerusakan bangunan pengendali banjir
Hal lain yang patutu disoroti dalam hal banjir adalah kerugian yang diakibatkan. Dalam hal ini
kerugian dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu kerugian secara langsung dan kerugian tidak
langsung. Kerugian secara langsung meliputi hilangnya nyawa atau terluka, hilangnya harta
benda, kerusakan di pemukiman, kerusakan di wilayah perdagangan, kerusakan daerah industry,
kerusakan jembatan, kerusakan irigasi, kerusakan system drainase dan kerusakan fisik lainnya.
Sedangkan kerugian yang tidak langsung adalah terputusnya komunikasi, trauma psikis akibat
banjir, terganggunya kegiatan belajar atau pendidikan, kesehatan kegiatan bisnis dan lain
sebagainya.
Gambar ilustrasi terjadinya banjir
1.2 Penyebab Banjir
Sementara itu proses terjadinya banjir sendiri pada dasarnya dikarenakan oleh faktor
antroposentrik, faktor alam dan factor teknis. Faktor antroposentrik adalah aktivitas dan
perilaku manusia yang lebih cenderung mengakibatkan luasan banjir semakin meningkatnya.
Beberapa faktor antroposentrik yang juga merupakan faktor non teknis penyebab banjir pada
kota Semarang, yaitu Pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan, misalnya terjadinya
perubahan tata guna lahan pada daerah–daerah lindung seperti daerah perbukitan dan daerah
pegunungan sehingga menimbulkan problem peningkatan run–off dan banjir kiriman. Sedangkan
pembangunan ke arah pantai dengan reklamasi menyebabkan luasan rawa menjadi berkurang
sehingga mengakibatkan luasan tampungan air sementara juga berkurang. Perkembangan lahan
terbangun suatu kota diakibatkan oleh jumlah penduduk dan kegiatan-kegiatan kota seperti
perumahan, perkantoran, perdagangan, perindustrian dan lain-lain sehingga meningkatkkan
kebutuhan terhadap air tanah. Kedua fenomena tersebut menimbulkan kecenderungan perubahan
daya dukung sumber daya air tanah, sedangkan di pihak lain terjadi penurunan volume/debit
pengisian kembali air tanah. Selain itu penyadapan/pengambilan air tanah secara besar-besaran
tanpa diimbangi dengan pengisian kembali air tanah yang seimbang menyebabkan penurunan
muka air tanah. Penurunan muka air tanah ini dapat menyebabkan amblesnya permukaan tanah
dan intruisi air laut (Asdak, 1995: 243,249). Pemompaan air tanah yang berlebihan tanpa
memperhatikan kemampuan pengisian kembali dapat mengakibatkan penurunan muka air tanah
(Kodoatie, 1995: 103). Terjadinya penurunan muka tanah mengakibatkan permukaan air laut
lebih tinggi dari permukaan tanah, kejadian ini dikenal dengan banjir pasang air laut (rob).
Menurut Kodoatie RJ dan Sjarief R (2005), ada beberapa hal yang dapat menyebabkan banjir,
antara lain:
1. perubahan tata guna lahan (land-use) di daerah aliran sungai
2. pembuangan sampah
3. erosi dan sedimentasi
4. kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase
5. perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
6. curah hujan
7. pengaruh fisiografi/geofisik sungai
8. kapasitas sungai
9. kapasitas drainase yang tidak memadai
10. pengaruh air pasang
11. penurunan tanah dan rob
12. drainase lahan
13. bendung dan bangunan air
14. kerusakan bangunan pengendali banjir
Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir dibandingkan dengan penyebab
yanglainnya.
Penyebab Banjir di Kota Semarang
Banjir di dataran alluvial sungai dan alluvial pantai Semarang dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam banjir, yaitu banjir kiriman, banjir lokal, dan banjir rob.
Banjir kiriman yang terjadi secara periodik setiap tahun dan melanda daerah sekitar pertemuan
Kali Kreo, Kali Kripik, dan Kali Garang sampai di Kampung Bendungan disebabkan oleh:
a. Peningkatan debit air sungai yang mengalir dari DAS Garang (luasnya 204 km2), DAS
Kreo (luasnya 70 km2), dan DAS Kripik (luasnya 34 km2). Peningkatan debit ini
disebabkan oleh: intensitas hujan yang besar, atau intensitas hujan yang sama namun
jatuh pada wilayah yang telah berubah atau telah mengalami konversi penggunaan lahan.
b. Berkurangnya kapasitas pengaliran atau daya tampung saluran atau sungai tersebut,
sehingga air meluap menggenangi daerah di sekitarnya.
c. Banjir kiriman ini diperparah oleh kiriman air dari daerah atas yang semakin besar,
sebagai konsekuensi bertambah luasnya daerah terbangun yang merubah koefisien
alirannya.
Banjir lokal yang lebih bersifat setempat, sesuai dengan atau seluas kawasan yang tertumpah air
hujan, terjadi disebabkan oleh:
Tingginya intensitas hujan.
Belum tersedianya sarana drainase yang memadai.
Penggunaan saluran yang masih untuk berbagai tujuan (multipurpose) baik untuk
penyaluran air hujan, limbah, dan sampah rumah tangga, padahal belum bisa diimbangi
oleh air penggelontoran yang dialirkan.
Banjir lokal ini diperparah oleh fasilitas bangunan bawah tanah (pipa PAM, kabel
Telkom, dan PLN) yang kedudukannya sangat mengganggu drainase.
Sedangkan banjir rob yang melanda daerah-daerah di pinggiran laut atau pantai disebabkan
oleh:
Permukaan tanah yang lebih rendah daripada muka pasang air laut.
Bertambah tingginya pasang air laut.
Sedimentasi dari daerah atas (burit) di muara sungai (Kali Semarang, Banjir Kanal Barat,
Kali Silandak, Kali Banger, Silandak Flood Way, Baru Flood Way, dan kali Asin)
maupun sedimentasi air laut khususnya oleh pasang surut (rob), di samping oleh
pengaruh gelombang dan arus sejajar pantai, sehingga terjadi pendangkalan muara yang
berakibat mengurangi kapasitas penyaluran dan akibat selanjutnya menambah parah
banjir di sekitarnya.
1.3 Pengendalian Banjir di Semarang
Pengendalian banjir ROB di Semarang
Untuk menanggulangi atau mengendalikan terjadinya banjir ROB di Semarang,salah satu langkah inovasi yang dapat dilakukan yaitu :1. Membuat saluran drainase yang dilengkapi dengan sistem sumur resapan2. Pembuatan SABODAM Pada daerah pesisir laut Semarang3. Pembuatan sistem biopori pada saluran air ( Drainase )
A. Saluran Drainase dengan sistem sumur resapan
Untuk menanggulangi atau mengendalikan terjadinya banjir ROB yang ada di Semarang,langkah inovasi baru yang dapat kami implementasikan sebagai Mahasiswa yaitu melalui suatu sistem “ Saluran Drainase dengan sistem sumur resapan “.Saluran Drainase dengan sistem sumur resapan ini berfungsi untuk:1. Mempercepat meresapannya air yang mengalir melaui saluran drainase kedalam tanah dengan bantuan sistem sumur resapan.2. Mencegah atau mengurangi luapan air ke daratan akibat pasangnya air laut
B. Pembuatan Levee (Tembok Penahan Air Pasang) pada daerah pesisir laut semarang
Dalam mencegah atau mengurangi banyak air yang meluap ke daratan akibat pasangnya air laut,salah satu upaya inovasi yang dapat kita lakukan yaitu pembuatan Levee ( Tembok Penahan pasangnya air laut ).Melalui sistem ini kita dapat mengantisipasi banyaknya volume air yang dapat meluap akibat pasangnnya air laut.Dengan volume air luapan yang tertahan melalui Levee,
maka akan mengurangi atau memperkecil peluang terjadinya banjir ROB di Semarang.Sistem ini terinspirasi melalui pembangunan kota-kota di Belanda,yang membangun proyek-proyeknya melalui objek hidro sebagai lahan proyek.
C. Pembuatan Sistem biopori pada saluran air melalui pipa alir ( Drainase )
Pembuatan sistem bipori pada saluran air ini memiliki fungsi yang hampir sama dengan “sistem drainase dengan sistem sumur resapan “.Perbedaan yang ada diantara diantara dua sistem ini yaitu proses mengalirnya air kedalam tanah.Sistem biopori pada saluran ini maksudnya yaitu suatu saluran air ( Drainase ) yang dilengkapi dengan pori pipa yang berfungsi mengalirkan air kedalam tanah.
Pengendalian Banjir Perkotaan (Banjir Lokal) di Semarang
Untuk menangulangi atau mengendalikan terjadinya banjir Lokal di Semarang,salah satu langkah inovasi yang dapat dilakukan yaitu :
1. Menerapkan Bioretention2. Membuat sumur resapan3. Membuat biopori pada saluran air4. Penerapan parit resapan5. Pembuatan polder
A. Menerapkan Bioretention
Bioretensi adalah tehnologi aplikatif dengan mengambungkan unsur tanaman, (green water) dan air (blue water) di dalam suatu bentang lahan dengan semaksimal mungkin meresapkan air ke dalam tanah, agar selama mungkin berada di dalam DAS untuk mengisi aquifer bebas, sehingga air dapat dikendalikan dan dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kepentingan masyarakat.
Bioretensi umumnya di bangun pada wilayah pengembangan dan fungsinya adalah:1. Meminimalkan debit banjir dari suatu wilayah dengan meresapkan sebagian air hujan kedalam tanah melalui tanah yang porus.2. Tumbuhan yang ada didalamnya digunakan untuk menguapkan sebagian limpasan permukaan melalui proses evapotranspirasi.3. Proses biologi yang ada di tanah berfungsi untuk mengolah polutan yang terbawa air limpasan permukaan.
B. Membuat Biopori pada saluran air
Biopori adalah lubang yang dengan diameter 10 sampai 20 cm dengan panjang 30 sampai 100 cm yang ditutupi sampah organik yang berfungsi untuk menjebak air yang mengalir di sekitarnya sehingga dapat menjadi sumber cadangan air bagi air bawah tanah, tumbuhan di sekitarnya serta dapat juga membantu pelapukan sampah organik menjadi kompos yang bisa dipakai untuk pupuk tumbuh-tumbuhan.Spesifikasi biopori (Tempo, 10 Juni 2007)
• Posisi biopori : lahan yang tidak terendam air (saat tidak hujan), agar :- organisme tanah tidak kekurangan oksigen- lubang tidak jenuh air• Diameter : 10-20 cm• Kedalaman : 100 cm• Jumlah : - 20 biopori / 100 M2 luas lahan- 20 biopori / 50 M2 luas lahan (Natakusumah, 2007)
Proses pembuatan bioporiMembuat lubang : menggali tanah dengan bor tanganMasukkan pipa (paralon) agar lubang tidak tertutupIsi sampah organik ke dalam lubang untuk merangsang organisme tanahLubang ditutup dengan besi (keamanan, benda lain tidak masuk lubang)
(Biopori tampak samping)
(Detail Biopori)
C. Membuat Sumur Resapan
Sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah.Manfaat sumur resapan adalah:
1. Mengurangi aliran permukaan sehingga dapat mencegah / mengurangi terjadinya banjir dan genangan air.2. Mempertahankan dan meningkatkan tinggi permukaan air tanah.
3. Mengurangi erosi dan sedimentasi
D. Penerapan parit resapan
Parit resapan dapat dibuat pada areal pertanian (sawah maupun tegalan) dan areal pekarangan.Parit resapan ini dapat sekaligus difungsikan untuk budidaya ikan sebagai tambahan penghasilan bagi petani dan sebagai pengendali populasi nyamuk.
E. Pembuatan PolderSistem Polder adalah suatu system yang berasal dari Belanda akan mengendalikan tinggi muka air pada suatu dataran dengan cara memisahkan regime hidrologi nya dari daerah sekitarnya(Segeren, 1983)”
Contoh pada Polder Banger
Polder Banger yang dalam pelaksanaan pembangunan terletak di Kecamatan Semarang Timur, dan sebagian di Kecamatan Semarang Tengah dan Utara, mampu melindungi banjir dan rob seluas 530 ha, yang dihuni oleh 84.000 jiwa (hampir 80% penduduk miskin).Polder (kolam penampungan) merupakan suatu bangunan yang berfungsi untuk menampung air akibat adanya air laut.
Pada gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa air yang di tampung di kolam retensi tersebut di sedot oleh pipa yang di hubungkan ke sungai ataupun kanal lalu disedot lagi oleh stasiun pompa dan di limpahkan ke laut.
Pengendalian banjir kiriman
Untuk mengatasi banjir kiriman,langkah inovasi yang dapat dilakukan untuk mengendalikan banjir kiriman tersebut yaitu :1. Konstruksi bendungan/tanggul yang aman2. Penghijauan pada daerah perbukitan
A. Konsruksi bendungan yang aman
Bendungan merupakan suatu konstruksi yang mampu menyimpan cadangan air limpasan sekaligus melepasnya dengan tingkat yang masih bisa dikelola.Pembangunannya harus memperhatikan patokan tertinggi permukaan air sewaktu banjir sehingga elevasi puncak / mercu bendungan berada diatas keamanan.Bila terjadi banjir kiriman,cara “konstruksi bendung” ini
dapat kita jadikan salah satu solusi dalam mengatasi banjir kiriman tersebut.Air limpasan yang datang dari daerah yang lebih tinggi dapat di alihkan ke konstruksi bendungan tersebut,yang mana bendungan tersebut dapat menampung limpasan air dari banjir yang datang hingga kapasitas maksimum volume air yang di tampung pada bendungan tersebut.
B. Penghijauan pada daerah perbukitan
Penghijauan pada daerah perbukitan merupakan salah satu solusi dalam mengatasi banjir kiriman. Akar akar pada pepohonan dapat menahan laju air serta dapat menyerapnya,sehingga limpasan air tidak langsung mengalir ke daerah yang lebih rendah,hal ini dapat mencegah atau meminimalisir terjadinya banjir kiriman.
( Penghijuan pada daerah perbukitan )
BAB II
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Masalah banjir merupakan masalah yang sangat komprehensif dalam suatu daerah. Masalah ini
tidak akan bisa diselesaikan hanya dengan satu pihak, sehingga peran dari bebrapa pihak sangat
berpengaruh terhadap penyelesaian banjir. Dituntut kepada masyarakat sekitar untuk proaktif,
jangan membuang sampah di kali dan selokan. Jangan dibebankan semuanya kepada pemerintah.
Selain itu perlu dibangun kesadaran, komitmen dan kerjasama dengan komponen masyarakat.
Penanganan air yang parsial hanya akan membuahkan kegagalan. Program Kali Bersih seakan
tidak ada artinya karena setiap saat masih saja ada yang mencemari sungai. Terbukti, kondisi
sungai di perkotaan justru kian tercemar.
Masyarakat ditepi sungai masih menganggap sungai baikan bak sampah raksasa. Semuanya
mulai dari sampah rumah tangga sampai kasurpun dibuang di sungai. Padahal di negara maju,
sungai yang membelah di tengah kota seperti Sungai Thames di London, Rhijn di Belanda dan
lainnya digarap dengan serius serta dijaga kebersihannya. Sehingga sungai menjadi indah serta
dapat dinikmati untuk arena rekreasi.
Di samping itu diperlukan tindakan mitigasi banjir dengan bantuan masyarakat sekitar guna
mengurangi dampak terjadinya banjir. Menurut UNESCO (2008), banjir tidak dapat sepenuhnya
dihindari, namun masyarakat dapat mengurangi kemungkinan terjadinya banjir dan mengurangi
dampaknya dengan melakukan tindakan-tindakan seperti:
Membersihkan selokan, got dan sungai dari sampah dan pasir, sehingga dapat
mengalirkan air keluar dari daerah perumahan dengan maksimal.
Membuat sistem dan tempat pembuangan sampah yang efektif untuk mencegah
dibuangnya sampah ke sungai atau selokan.
Menambahkan katup pengaturan, drain, atau saluran by-pass untuk mengalirkan air
keluar dari perumahan. Memperkokoh bantaran sungai dengan menanam pohon dan
semak belukar, dan membuat bidang resapan di halaman rumah yang terhubung dengan
saluran drainase.
Memindahkan rumah, bangunan dan konstruksi lainnya dari dataran banjir sehingga
daerah tersebut dapat dimanfaatkan oleh sungai untuk mengalirkan air yang tidak dapat
ditampung dalam badan sungai saat hujan.
Penghutanan kembali daerah tangkapan hujan sehingga air hujan dapat diserap oleh
pepohonan dan semak belukar.
Membuat daerah hijau untuk menyerap air ke dalam tanah.
Melakukan koordinasi dengan wilayah-wilayah lain dalam merencanakan dan
melaksanakan tindakan-tindakan untuk menghindari banjir yang dapat juga berguna bagi
masyarakat di daerah lain.
SARAN
Tindakan-tindakan pencegahan ini sebaiknya dimulai dan dilaksanakan 2-3 bulan
sebelum musim hujan. Permohonan untuk dukungan dapat ditujukan kepada institusi
pemerintahan seperti Departemen Pekerjaan Umum atau Dinas Kebersihan untuk kegiatan-
kegiatan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
pustaka.pu.go.id. Perencanaan System Pengendalian Banjir
civilianz-arena.blogspot.com. Drainase dan Pengendalian Banjir