drama (azalia)

12
Chocolove Sepasang sahabat yang tak terpisahkan mejalani hari - hari mereka bersama dalam mekamudi kehidupan yang terkadang terlalu rendah dan mungkin juga terlalu tinggi untuk dapat mereka lalui begitu saja. Beberapa not kehidupan mereka di percantik oleh cinta dan sebatang coklat. Senja hari di dermaga, Titan : “Aku nyesel, nyesel banget sama semua yang telah berlalu..” Renata : “Udahlah, semua itu udah berlalu..” Titan : “Ya, mungkin emang waktu udah beralih dari genggamanku. Aku memang hidup di waktu sekarang, namun jiwaku masih terhenti di masa itu.. Semua masih terekam jelas di memori hatiku, berjuta kenangan yang semanis coklat, sekarang menyesakkan..” Titan : “Coklat ini dan tempat ini, akan selalu membawa kenangan antara aku dan cinta yang tlah lebih dulu pergi.” *** Di jalan masuk SMA Astalina, Jakarta, 1 tahun yang lalu, Renata : “Hai tan, apa kabar ? Rasanya sudah berabad - abad tidak melihat batang hidungmu.” Titan : “Baik. kamu tuh tetep aja nggak berubah ya..”

Upload: azalia

Post on 14-Apr-2017

99 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Drama (Azalia)

ChocoloveSepasang sahabat yang tak terpisahkan mejalani hari - hari mereka bersama dalam

mekamudi kehidupan yang terkadang terlalu rendah dan mungkin juga terlalu tinggi untuk

dapat mereka lalui begitu saja. Beberapa not kehidupan mereka di percantik oleh cinta dan

sebatang coklat.

Senja hari di dermaga,

Titan : “Aku nyesel, nyesel banget sama semua yang telah berlalu..”

Renata : “Udahlah, semua itu udah berlalu..”

Titan : “Ya, mungkin emang waktu udah beralih dari genggamanku. Aku memang hidup di

waktu sekarang, namun jiwaku masih terhenti di masa itu.. Semua masih terekam

jelas di memori hatiku, berjuta kenangan yang semanis coklat, sekarang

menyesakkan..”

Titan : “Coklat ini dan tempat ini, akan selalu membawa kenangan antara aku dan cinta

yang tlah lebih dulu pergi.”

***

Di jalan masuk SMA Astalina, Jakarta, 1 tahun yang lalu,

Renata : “Hai tan, apa kabar ? Rasanya sudah berabad - abad tidak melihat batang

hidungmu.”

Titan : “Baik. kamu tuh tetep aja nggak berubah ya..”

Renata : “Nggak berubah apanya ??”

Titan : “Hiperbola tau nggak. Rasanya udah mendarah daging deh.”

Renata : “Maksudnya ?”

Titan : “Ya udah deh, lupain aja, nggak penting - penting amat kok.”

Renata : “Kenapa nih, langit cerah gini kok air mukamu mendung ?”

Titan : “Ah, nggak.. Cuma lagi mikirin sesuatu, nggak usah dibahas deh..”

Page 2: Drama (Azalia)

Renata : “Oh come on, Aku kan sohibmu..”

Tanpa sadar mereka telah tiba di area sekolah. Bel masuk yang kemudian berdering

memisahkan mereka. Setelah bersalaman ala mereka, Titan masuk ke kelas IX-A sedangkan

Renata bergegas menuju kelas IX-D. Masih bertanya - tanya tentang apa yang menjangkiti

pikiran sahabatnya, Renata tanpa sadar memunculkan beberapa hipotesis terliarnya jauh

dalam lubuk hatinya.

***

Dalam waktu yang sama di sebuah dermaga,

Reiza : “Mendekam di rumah selama 2 minggu liburan semester ternyata bener - bener bikin

aku rindu sama tempat ini. Haaaah, ini yang aku mau..”

Penjual : “Kue..kue....!! Anget - anget..!! 2.000... 2.000....!!”

Reiza : “Semuanya masih sama. Anak - anak yang bermain di sana, juga penjual itu. Angin,

ombak, serta awan yang bergulung itu semuanya terasa sama bagi aku, but I don’t

know why, I always miss this place, it’s feel so nostalgic..”

(mungkinkah aku terus di sini selamanya, bersama semua ritme kehidupan yang harmonis,

yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota metropolis)

Angin yang membelai, serta merdu nyanyian burung tentramkan hati Reiza saat itu,

hingga akhirnya gemuruh sang ombak tenggelamkannya dalam negeri miliknya sendiri.

***

Saat makan siang, di kelas IX-A,

Titan : “Liaa, boleh aku duduk di sini ??”

Lia : “Boleh aja..”

Lia : “Tumben kamu duduk di sini ?”

Titan : “Iya nih, habis gimana lagi, aku kangen sama tawamu yang konyol itu sih..”

Lia : “Pujian atau hinaan tuh ?”

Titan : “Terserah kamu aja deh. Sebenernya aku mau tanya satu hal, kenapa sih kamu selalu

senyum setiap ketemu orang lain ? Rasanya hidupmu penuh kebahagiaan..”

Page 3: Drama (Azalia)

Lia : “Yaa, siapa yang tau isi hati manusia kan, mungkin aja orang yang kebetulan ketemu

sama aku itu lagi susah, mungkin dengan tersenyum bisa sedikit membantu, kenapa

enggak.. Lagipula senyum itu ibadah..”

Titan : “Oo.. Yaa, lumayan deh, hari ini aku dapet kata - kata bijak dari kamu. Kemajuan

nih, ternyata kamu nggak cuma bisa ngelawak, tapi bisa juga jadi penasehat..”

Lia : “Bisa aja kamu.. Kamu juga kan ?! dasar Prof. Dr. dr. Titan, lulusan S3 Universitas

pergombalan ini emang luar binasa. Eh, salah, Luar biasa...”

Lia & Titan : “Hahahahahaha......”

***

Rumah Reiza, jam 20.00,

Ibu Reina : “Darimana saja kamu Re ?”

Reiza : “...” (berjalan ke arah kamar)

Ibu Reina : “REIZAA, kamu tau ini jam berapa ??”

Reiza : “Maaf ma, dari rumah sakit, jenguk temen.. aku tidur dulu ma..”

Ibu Reina : “ Tunggu re, mama belum selesai bica ”

Belum selesai kalimat yang meluncur dari seorang ibu yang sedang marah, terdengar

suara dentuman pintu yang menghantam bingkainya..

Malam itu, Reiza tak ingin memikirkan apapun selain Titan. Wajahnya yang ramah,

matanya yang indah serta senyumnya.. entah mengapa, seakan telah terprogram, siluetnya

selalu muncul dalam memori Reiza. Bahkan dalam mimpi sekali pun.

***

Pagi hari, di halaman rumah,

Reiza : “taan, tunggu..”

Titan : “iya, kenapa Rei ??”

Reiza : “mau kakak antar ?”

Titan : “boleh, ga takut telat ?”

Page 4: Drama (Azalia)

Reiza : “apa sih yang enggak buat kamu ?”

Titan : “awas ya kalau telat, aku ga tanggung jawab..”

(sambil menyentuh ujung hidung Reiza dengan jari telunjuk)

Reiza : “Dasar adek kembaranku yang satu ini, bener-bener deh...”

***

Pagi hari di halaman sekolah,

Titan : “Makasih Rei..”

Reiza : “Iya.. belajar yang tekun ya..” (sambil mengacak rambut titan)

Titan : “Apaan sih..!!”

Reiza : “Ya udah, aku berangkat sekolah dulu.. Daaa”

Titan : (melambaikan tangan)

***

Di koridor sekolah,

Titan : “Liiaaa...!!” (sambil berlari menghampiri Lia)

Lia : “Pagiii.. wah, semangat banget hari ini ??”

Titan : “Iya nih, habis di anterin Reiza barusan..”

Lia : “Segitunya banget sih kamu, biasa aja kaleee.. kayak habis dianterin pacar aja.. aneh

kamu..”

Titan : (berhenti berjalan, merengut, lalu berkata dalam hati : apa iya ini ga wajar ? apa

perasaan aku selama ini buat Rei itu ga wajar ?? Apa aku jatuh cinta ? Aaargh,

enggak, nggak mungkin, ini cuma perasaanku aja, semuanya wajar)

Lia : “Tan, titan.., kenapa kamu ?”

(sambil melambaikan tangannya di depan wajah Titan)

Titan : “Enggak, aku ga kenapa-napa, ayo, nanti kita di santap guru super killer itu lhoo..”

***

Page 5: Drama (Azalia)

Di trotoar,

Reiza : (Kenapa ?? kenapa aku selalu membisu di depanmu tan ? seakan semua kata-kata

yang udah tertata rapi hilang entah kemana.. Aku ga bisa gini terus, besok aku

harus bilang ke ekamu tan..)

Keesokan harinya,

Reiza : “Ma, aku mau pergi sama Titan ke dermaga..”

Titan : “Emang kapan aku setuju ??”

Ibu Reina : “ya udah, tapi jangan lama-lama ya..”

Reiza : “Beres maa..”

Titan : “sejak kapan kamu akur sama mama ??”

Reiza : (tersenyum)

***

Sesampainya di dermaga,

Titan : “waaaaah, di sini nyaman banget..”

Reiza : “Apa kataku ?? gimana, seneng ?”

Titan : “Gila kamu.. akuu, ga seneng sama tempat seindah ini ?! Ya iyalah aku seneng,

banget malah”

Reiza : “Baguslah.. Ini.. Tempat favoritku..”

Titan : “Ah, Rei.. Aku mau arum manis itu.. Beliin dong Reii, please..”

(sambil menggoyang-goyangkan tangan Reiza)

Reiza : “Pak, arum manisnya 2..” (sambil menyerahkan uang pada penjual arum manis)

Reiza : “Nih..”

Titan : “waah, buat aku semua nih ??”

Reiza : “ ya enggak lah, terus aku makan apa ?!”

Page 6: Drama (Azalia)

Titan : “Hehehe, bercanda..”

( sambil mengaduk-aduk isi tas ransel)

Reiza : “Nih..”

Titan : “Apaan ?”

Reiza : “Coklat kesukaan kamu”

Angin bertiup lembut membelai rambutku. Selembut coklat yang perlahan meleleh di

antara bibirku. Perasaan apa ini, mungkin aku akan mencuba untuk mencari tahu kelak...

Reiza : “Tan, sebenernyaa.. Aku..”

Titan : “Iya, Kamu kenapa ?”

Reiza : “Aku.. Ngajak kamu ke sini.. karena mau ngomong sesuatu..”

Titan : “Ngomong aja, ga usah tegang gitu deh.. Kenapa sih ??”

Reiza : “Aku...Aku...”

Titan : “Iya, kamu kenapa Rei ?”

Reiza : “Aku sayang sama kamu..”

Titan : “Kalau itu sih, aku juga udah tau dari dulu..kirain apaan.”

Reiza : “Tapi ini beda taaan.. Aku cinta sama kamu..”

Titan : (menoleh, dan ternganga karena kaget)

Reiza : “Sebenernya udah dari---”

Titan : “Ga mungkin Rei, kita ini bersaudara..”

Reiza : “itu semua Cuma dalam ilusi kamu belaka..”

Titan : “Cuma ilusi kata kamu ?? jelas-jelas kamu sama aku itu saudara kembar, kamu

masih bilang itu ilusi ??

Reiza : “Tapi taaan----”

Page 7: Drama (Azalia)

Titan : “Udahlah, ga guna aku ngomong sama orang naif kaya kamu. Aku cabut, kamu tetep

di sini atau kemana pun, terserah kamu..”

(dengan nada suara meninggi memotong perkataan Reiza)

Reiza : “Taaan...!!!” (berlari mengejar Titan)

***

Malam hari, Di kamar Titan,

Titan : (kenapa, kenapa semua ini harus terjadi ? kamu itu kembaran aku Tan, kamu

kenapa ? apa kamu lupa ? tapi rasanya terlalu naif kalau aku bilang gitu)

Tertidur lelap dan tenggelam dalam mimpi.. Mimpi yang mungkin saja terjadi.

Sepekat gelap malam, mimpiku menghantui, sekarang, esok, dan mungkin akan

menampakkan diri di duniaku sebentar lagi.

***

Beberapa hari kemudian, di ruang makan..

Reiza : “Ma, aku berangkat..” (sambil mencium tangan ibunya)

Titan : “Rei, aku mau ngomong sebentar, mau ga nganterin aku berangkat sekolah ?”

Reiza : “Dengan senang hati tuan putri..” (tersenyum lembut lalu meraih tangan Titan)

***

Di jalan menuju SMA Astalina,

Reiza : “Emmm... Kamu mau ngomongin tentang apa ? Maaf soal yang di dermaga...”

Titan : “Nggak, kamu nggak salah, aku juga minta maaf soal kelakuan aku waktu itu..”

Reiza : “Udahlah lupain aja.. Aku nggak kenapa-napa kok..”

Titan : “Udah nyampek nih, udah buruan cabut sana.. ntar telat..”

Reiza : “ Iya, daah kembaran aku yang imut..” (sambil mengacak - acak rambut Titan)

Titan : “ Emmm, Rei.. nunduk deh..”

Reiza : “ Kenapa ?”

Page 8: Drama (Azalia)

Titan : “Udah deh, permintaan terakhir aku sebelum masuk sekolah..”

Reiza : ( Setengah membungkuk)

Titan : (Mencium kening Reiza lalu mengacak - acak rambutnya)

“ Udah Berangkat sana, Daaah kembaran aku yang paliiing cakep..”

(meninggalkan Reiza sambil tersenyum dan melambaikan tangan)

Reiza : (masih berdiri sambil ternganga)

***

Setengah jam Kemudian,

Reiza : “ Aku nggak pernah tau maksud kamu sebenernya Tan, yang aku tau, aku udah

terlanjur jatuh dalam tangga nada cinta kamu”

Hiruk - pikuk kota jakarta memenuhi telinganya, pikirannya hanya tertuju pada Titan,

dan bertanya-tanya ada apa sebenarnya, mengapa Titan berbuat demikian. Ilusi wajah titan

melintas sili berganti, semakin cepat, dan cepat. Sampai ia tak mampu melihat apapun, hanya

beberapa suara yang terdengar histeris memanggil namanya.

***

Makan siang di SMA Asatalina,

Titan : (Mengambil telepon genngam di dalam tas, lalu menerima Telepon)

Apaaaa ???”

Cristal cair mengalir dari mata indah Titan. Dalam sekejap ia memungut isi tas yang

tercecer di meja dan pergi.

Renata : “ Titaaaaan, mau ke mana kamu ??” (bergegas lari mengikuti Titan)

***

Beberapa hari kemudian, di gudang..

Titan : “ kenapa, kenapa Rei ? apa ini yang kamu mau ?? kenapa kamu tinggalin aku Rei ?

Kenapaaaa ?” (memukul tumpukan kardus di sampingnya, nampak selembar kertas

berserakan menyeruak keluar dari dalam kardus yang tumpah. Tertera nama yang tak asing

bagi Titan, Reiza)

Page 9: Drama (Azalia)

Betapa terkejutnya ia, ketika melihat beberapa lembar kertas yang ternyata adalah

akta kelahiran Reiza dan Titan. Pada akta kelahirannya tertulis nama ibu yaitu Reina Astika,

sedangkan pada akta milik Reiza tertulis nama ibu Fatia Nur. Namun, pada kedua akta

tersebut juga tertulis nama Ayah yang berbeda. Ia menanyakan keganjilan ini pada ibunya,

dan ternyata benar, bahwa dirinya dan Reiza bukanlah saudara kandung. Kekecewaan yang

merayap masuk melalui celah tulang rusuk nya, meracuni seluruh hati dan pikirannya saat itu,

ia pun beranjak dari kursi dan berlari sekuat- kuatnya menuju dermaga hingga ia lelah dan

menangis sejadi - jadinya.

Senja hari di dermaga,

Titan : “Kamu tahu Ren, Just like a chocolate, it’s bitter and sweet.. That’s what love is...

It’s bitter.. But I keep consuming it..”