drowning ref

37
BAB I PENDAHULUAN Drowning atau tenggelam adalah masuknya cairan yang cukup banyak dalam saluran napas atau paru-paru. 1 Drowning tidak terbatas di dalam air seperti sungai, danau atau kolam renang tetapi mungkin juga terbenam dalam kubangan atau selokan dengan hanya muka yang berada di bawah permukaan air. 2 Tenggelam merupakan salah satu kecelakaan yang dapat berujung pada kematian jika terlambat mendapat pertolongan. Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat, tahun 2000 di seluruh dunia ada 400.000 kejadian tenggelam tidak sengaja. Artinya, angka ini menempati urutan kedua setelah kecelakaan lalu lintas. 3 Setiap tahun angka kejadian tenggelam di seluruh dunia mencapai 1,5 juta, angka ini bisa lebih dari kenyataan mengingat masih banyaknya kasus yang belum dilaporkan. Insiden paling banyak terjadi pada negara berkembang, terutama pada anak-anak kurang dari 5 tahun dan orag dewasa umur 15-24 tahun. Dry drowning termasuk ke dalam subklasifikasi atypical drowning sendiri merupakan 10- 15% dari kasus tenggelam. 3

Upload: sriputri-putzai-handayani

Post on 27-Oct-2015

72 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

referad

TRANSCRIPT

Page 1: Drowning Ref

BAB I

PENDAHULUAN

Drowning atau tenggelam adalah masuknya cairan yang cukup banyak dalam

saluran napas atau paru-paru.1 Drowning tidak terbatas di dalam air seperti sungai,

danau atau kolam renang tetapi mungkin juga terbenam dalam kubangan atau selokan

dengan hanya muka yang berada di bawah permukaan air.2

Tenggelam merupakan salah satu kecelakaan yang dapat berujung pada

kematian jika terlambat mendapat pertolongan. Badan Kesehatan Dunia (WHO),

mencatat, tahun 2000 di seluruh dunia ada 400.000 kejadian tenggelam tidak sengaja.

Artinya, angka ini menempati urutan kedua setelah kecelakaan lalu lintas.3

Setiap tahun angka kejadian tenggelam di seluruh dunia mencapai 1,5 juta,

angka ini bisa lebih dari kenyataan mengingat masih banyaknya kasus yang belum

dilaporkan. Insiden paling banyak terjadi pada negara berkembang, terutama pada

anak-anak kurang dari 5 tahun dan orag dewasa umur 15-24 tahun. Dry drowning

termasuk ke dalam subklasifikasi atypical drowning sendiri merupakan 10-15% dari

kasus tenggelam.3

Secara umum 90% kasus tenggelam terjadi di air tawar (danau, sungai,

kolam) dan 10% terjadi di air laut. Tenggelam di dalam cairan lain lebih jarang terjadi

dan biasanya merupakan kecelakaan kerja. Laki-laki disebutkan 4-5 kali lebih sering

mengalami kejadian tenggelam ini dibandingkan wanita.4

Adanya mekanisme kematian yang berbeda-beda pada tenggelam akan

memberikan warna yang berbeda-beda pada pemeriksaan korban.4 Oleh karena itu

referat ini dibuat agar kita dapat mengenali kematian akibat tenggelam dan dapat

mengetahui hasil pemeriksaan luar dan dalam yang dapat ditemukan pada korban

tenggelam.

Page 2: Drowning Ref

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Drowning (tenggelam) didefinisikan sebagai kematian akibat mati lemas

(asfiksia) yang disebabkan masuknya cairan di dalam saluran pernapasan. Sebenarnya

istilah tenggelam harus pula mencakup proses yang terjadi akibat terbenamnya

korban korban dalam air yang menyebabkan kehilangan kesadaran dan mengancam

jiwa.2

2.2 Epidemiologi

Tenggelam merupakan salah satu masalah besar. Sekitar 4000 orang

tenggelam tiap tahunnya dan 1400 diantaranya adalah anak-anak. Kasus tenggelam

diperkirakan jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang ada dalam data. Beberapa

data menyebutkan kasus tenggelam berada di peringkat kedua penyebab kematian

pada usia muda setelah kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan klasifikasi Federal

Centers for Disease Control and Prevention di Atlanta, 10-15% korban masuk dalam

kategori dry drowning.3

Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat tahun 2000 di seluruh dunia ada

400.000 kejadian tenggelam tidak sengaja. Artinya, angka ini menempati urutan

kedua setelah kecelakaan lalu lintas. Bahkan Global Burden of Disease (GBD)

menyatakan bahwa angka tersebut sebenarnya lebih kecil dibanding seluruh kematian

akibat tenggelam yang disebabkan oleh banjir, kecelakaan angkutan air dan bencana

lainnya.3

Diperkirakan, selama tahun 2000, 10 % kematian di seluruh dunia adalah

akibat kecelakaan, dan 8 % akibat tenggelam tidak disengaja (unintentional) yang

sebagian besar terjadi di negara-negara berkembang. Dry drowning dikatakan terjadi

pada 10-15% dari semua tenggelam.3

Page 3: Drowning Ref

2.3 Klasifikasi

Adapun klasifikasi tenggelam berdasarkan kondisi paru adalah:2,4,5,6

1. Typical drowning (wet drowning)

2. Atypical drowning

a. Dry drowning

b. Immersion syndrome (vagal inhibition)

c. Subemersion of the unconscious

d. Delayed death (near drowning and secondary drowning)

1. Typical drowning (wet drowning)

Pada typical drowning ditandai dengan adanya hambatan pada saluran

napas dan paru karena adanya cairan yang masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan

ini cairan masuk ke dalam saluran pernapasan setelah korban tenggelam.

Pada kasus wet drowning ada tiga penyebab kematian yang terjadi, yaitu

akibat asfiksia, fibrilasi ventrikel pada kasus tenggelam di air tawar, dan edema

paru pada kasus tenggelam di air asin.

Tanda yang ditemukan pada typical drowning berupa busa halus pada

saluran napas, emphysema aquosum (emphysema hydroaerique), adanya benda

asing di saluran napas, paru atau lambung, perdarahan di liang telinga, perdarahan

konjungtiva, dan kongesti pembuluh darah vena.

2. Atypical drowning

Pada atypical drowning ditandai dengan sedikitnya atau bahkan tidak

adanya cairan dalam saluran napas. Karena tidak khasnya tanda otopsi pada

korban atypical drowning maka untuk menegakkan diagnosis kematian selain

tetap melakukan pemeriksaan luar juga dilakukan penelusuran keadaan korban

sebelum meninggal dan riwayat penyakit dahulu.

Page 4: Drowning Ref

Atypical drowning dibedakan menjadi :

a. Dry drowning

Pada keadaan ini cairan tidak masuk ke dalam saluran pernapasan,

akibat spasme laring. Dry drowning dapat terjadi secara klinis, atau karena

penyakit atau kecelakaan atau karena cedera berulang seperti pada olahraga

selancar.

Mekanisme yang dapat menyebabkan dry drowning antara lain:

1) Paralisis otot

2) Luka tusuk pada torso yang mempengaruhi kemampuan diafragma

untuk melakukan gerakan respirasi

3) Perubahan pada jaringan yang mengabsorbsi oksigen

4) Spasme laring yang persisten pada saat terbenam di air

5) Menghirup udara selain oksigen yang tidak membunuh secara

langsung seperti helium

6) Kelebihan cairan dalam tubuh yang menyebabkan penurunan kadar

sodium dalam darah yang kemudian menyebabkan edema otak

Menurut teori adalah bahwa ketika sedikit air memasuki laring atau

trakea, tiba-tiba terjadi spasme laring yang dipicu oleh vagal refleks. lendir

tebal, busa, dan buih dapat terbentuk, menghasilkan plug fisik. Dengan

demikian, air tidak pernah memasuki paru-paru. Volume darah sirkulasi

meningkat pada daerah paru akibat penarikan semua darah dari abdomen,

kepala, dan ekstremitas yang ditimbulkan oleh tekanan negatif yang

meningkat pada paru. Terjadi pula perubahan vaskular pada daerah paru.

Pembuluh darah yang membawa daerah yang kaya oksigen menjadi

sangat sempit dan hanya cukup satu sel darah merah yang dapat melewati

pembuluh darah tersebut. Dinding pembuluh darah juga menjadi tipis yang

memungkinkan oksigen masuk ke dalam darah dan karbondioksida

dikeluarkan dari darah. Pada kasus dry drowning tidak terjadi pertukaran gas

karena tidak adanya oksigen dalam paru. Sedangkan tekanan negatif yang

Page 5: Drowning Ref

muncul menyebabkan tertariknya cairan dari pembuluh darah ke dalam paru

sehingga menyebabkan edema paru dan pasien tenggelam karena cairan

tubuhnya sendiri. Pada saat yang sama, sistem saraf simpatik merespon

kondisi spasme pada laring. Sistem ini menyebabkan vasokonstriksi yang

mengakibatkan peningkatan tekanan darah yang akhirnya memperburuk

proses edema paru yang sudah ada.

b. Immersion syndrome (vagal inhibition)

Terjadi dengan tiba-tiba pada korban tenggelam di air yang sangat

dingin (< 20oC atau 68oF) akibat reflek vagal yang menginduksi disaritmia

yang menyebabkan asistol dan fibrilasi ventrikel sehingga menyebabkan

kematian.

Umumnya korban berusia muda dan mengkonsumsi alkohol. Reflek

ini dapat juga timbul pada korban yang masuk ke air dengan kaki terlebih

dahulu (duck diving) yang menyebabkan air masuk ke hidung, atau teknik

menyelam yang salah dengan masuk air dalam posisi horizontal sehingga

menekan perut. Tidak akan ditemukan tanda-tanda khas dari tenggelam

diagnosis ditegakkan dengan menelusuri riwayat korban sebelum meninggal.

c. Subemersion of the unconscious

Bisa terjadi pada korban yang memang menderita epilepsi atau

menderita penyakit jantung khususnya coronary atheroma atau hipertensi atau

peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk ke air atau dapat pula

pecahnya aneurisma serebral dan muncul cerebral haemorrage yang terjadi

tiba-tiba.

d. Delayed death (near drowning and secondary drowning)

Pada jenis ini, korban yang sudah ditolong dari dalam air tampak sadar

dan bisa bernapas sendiri tetapi secara tiba-tiba kondisinya memburuk. Pada

Page 6: Drowning Ref

kasus ini terjadi perubahan kimia dan biologi paru yang menyebabkan

kematian terjadi lebih dari 24 jam setelah tenggelam di dalam air. Kematian

terjadi karena kombinasi pengaruh edema paru, aspiration pneumonitis,

gangguan elektrolit (asidosis metabolik).

2.4 Mekanisme Kematian

Mekanisme kematian pada korban tenggelam2 :

1. Asfiksia akibat spasme laring

2. Asfiksia akibat gagging dan choking

3. Reflex vagal

4. Fibrilasi ventrikel (dalam air tawar)

5. Edema pulmoner (dalam air asin)

Berapa lama orang akan menemui ajalnya, ditentukan oleh keadaan

lingkungannya, misalnya kondisi fisik dan kesehatan korban, sifat reaksi korban

sewaktu terbenam dan jumlah air yang terinhalasi.4

1. Waktu akan menjadi lebih singkat pada terbenam yang tidak terduga, kondisi

fisik yang buruk serta korban yang tidak bisa berenang.

2. Kematian akan terjadi segera, bila kematiannya disebabkan oleh inhibisi kardial

(cardiac inhibition).

3. Orang yang cepat panik akan lebih cepat tenggelam dibandingkan orang yang

tenang walaupun keduanya perenang yang baik.

4. Air yang dingin akan mempercepat kematian pada orang yang terbenam oleh

karena terjadinya hipotermia, kematian pada kasus ini karena gagal jantung

(cardiac failure) oleh karena terjadi peningkatan tekanan dalam arteri dan vena.

5. Biasanya orang akan menjadi tidak sadar setelah terbenam 2-3 sampai 10 menit,

sebelum terjadi kematian korban dapat berada dalam keadaan mati suri, sehingga

upaya untuk melakukan resusitasi dapat berhasil dengan baik.

Page 7: Drowning Ref

Pada orang yang tenggelam, tubuh korban dapat beberapa kali berubah posisi,

umumnya korban akan tiga kali tenggelam, ini dapat dijelaskan sebagai berikut4:

1. Pada waktu pertama kali orang terjun ke air, oleh karena gravitasi, ia akan

terbenam untuk pertama kalinya.

2. Oleh karena berat jenis tubuh lebih kecil daripada berat jenis air, korban akan

timbul dan berusaha untuk bernafas mengambil udara akan tetapi oleh karena

tidak bisa berenang, air akan masuk, tertelan, dan terinhalasi, sehingga berat jenis

korban sekarang menjadi lebih besar dari berat jenis air dengan demikian ia akan

tenggelam untuk kedua kalinya.

3. Sewaktu berada di dasar sungai, laut, atau danau akan terjadi proses

pembusukan, dan akan terbentuk gas pembusukan. Waktu yang diperlukan agar

pembentukan gas pembusukan dapat mengapungkan tubuh korban adalah sekitar

7-14 hari.

4. Pada waktu tubuh korban mengapung oleh karena terbentuknya gas pembusukan,

tubuh dapat pecah terkena benda-benda di sekitarnya, digigit binatang atau oleh

karena proses pembusukan itu sendiri, sehingga gas pembusukan akan keluar,

maka tubuh korban akan terbenam untuk ketiga kalinya.

Ketika seseorang tenggelam, reaksi segera yang terjadi adalah menahan napas.

Hal ini terjadi sampai terjadi breaking point, dimana merupakan waktu saat individu

tidak mampu lagi menahan napas dan harus menarik napas. Breaking point ini

ditentukan oleh tingginya kadar karbondioksida dan rendahnya konsentrasi oksigen.

Breaking point terjadi ketika PCO2 dibawah 55 mmHg yang berhubungan dengan

terjadinya hipoksia, dan PAO2 dibawah 100 mmHg pada keadaan dimana PC02

tinggi.

Ketika mencapai breaking point, orang yang tenggelam akan secara tidak

sadar menghirup, dan air dalam jumlah besar masuk ke dalam tubuh. Sebagian air

juga akan tertelan dan akan ditemukan pada lambung. Selama interval bernapas saat

tenggelam, korban dapat juga akan muntah dan mengaspirasi isi lambung. Usaha

involunter untuk meraih udara di dalam air akan berlanjut selama beberapa menit,

Page 8: Drowning Ref

sampai respirasi berhenti. Hipoksia serebral akan terus berkembang seiring waktu

sampai pada tingkat irreversible dan dimana kematian dapat terjadi.

Waktu dari anoksia serebral sampai menjadi irreversible tergantung pada

umur individu dan temperatur air. Pada korban tenggelam di air hangat waktu ini

antara 3 sampai 10 menit. Kesadaran pada umumnya hilang setelah 3 menit

tenggelam. Jadi, urutan peristiwa terjadinya tenggelam adalah menahan napas,

inspirasi involunter dan berusaha menghirup udara pada breaking point, kehilangan

kesadaran, dan akhirnya meninggal. Urutan ini dapat berubah pada individu yang

mengalami hiperventilasi sebelum tenggelam. Hiperventilasi menyebabkan

penurunan signifikan kadar CO2. Hipoksia serebral karena rendahnya PO2 darah dan

dengan terjadinya kehilangan kesadaran mungkin dapat terjadi sebelum tercapainya

breaking point. Pada kasus seperti ini urutannya dapat menjadi menahan napas

volunter, kehilangan kesadaran, dan aspirasi air.6

Gambar 2.1 Mekanisme kematian drowning4

Page 9: Drowning Ref

2.5 Perbedaan tenggelam di air tawar dan asin2

1. Tenggelam di Air Tawar

Sejumlah besar air masuk ke dalam saluran pernapasan hingga ke

paru-paru, mengakibatkan perpindahan air secara cepat melalui dinding

alveoli karena tekanan osmotik yang besar dari plasma darah yang hipertonis.

Kemudian diabsorbsi ke dalam sirkulasi dalam waktu yang sangat singkat dan

menyebabkan peningkatan volume darah hingga 30% dalam menit pertama.

Akibatnya sangat besar dan menyebabkan gagal jantung akut karena jantung

tidak dapat berkompensasi dengan cepat terhadap volume darah yang sangat

besar (untuk meningkatkan “cardiac output” dengan cukup). Akibat

hipotonisitas plasma darah yang mengalami dilusi, ruptur sel darah merah

(hemolisis), pengeluaran kalium ke dalam plasma (menyebabkan anoksia

miokardium yang hebat). Mekanisme dasar kematian kematian yang

berlangsung cepat diakibatkan oleh serangan jantung yang sering kali

berlansung dalam 2-3 menit.

2. Tenggelam di air laut

Pada kasus tenggelam di air laut, cairan yang memasuki paru-paru

memiliki kelarutan sekitar 3% dan bersifat hipertonis. Walaupun terjadi

perpindahan garamgaram, khususnya natrium dan magnesium melalui

membran pulmonum, tetapi tidak terjadi perpindahan cairan yang masif

Kematian timbul umumnya lebih lambat, terjadi sekitar 8-9 menit setelah

tenggelam. Faktor asfiksia memegang peranan lebih penting, dengan waktu

survival yang lebih panjang.

Page 10: Drowning Ref

Gambar 2.2 Perbedaan tenggelam di air laut dan air tawar

2.6 Pemeriksaan pada Korban Tenggelam

Pada pemeriksaan mayat akibat tenggelam, pemeriksaan harus seteliti

mungkin agar mekanisme kematian dapat ditentukan, karena seringkali mayat

ditemukan sudah dalam keadaan membusuk.

Hal penting yang perlu ditentukan pada pemeriksaan adalah;2

1. Menentukan identitas korban.

Identifikasi korban ditentukan dengan mmeriksa antara lain:

a. Pakaian dan benda-benda milik korban

b. Warna dan distribusi rambut dan identitas lain

c. Kelainan atau deformitas dan jaringan parut

d. Sidik jari

e. Pemeriksaan gigi

Page 11: Drowning Ref

f. Teknik identifikasi lain

2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam

Pada mayat yang masih segar, untuk menentukan apakah korban masih hidup

atau sudah meninggal pada saat tenggelam, dapat diketahui dari hasil

pemeriksaan.

a. Metode yag memuaskan untuk menentukan apakah orang masih hidup

waktu tenggelam ialah pemeriksaan diatom.

b. Untuk membantu menentukan diagnosis, dapat dibandingkan kadar

elektrolit magnesium darah dari bilik jantung kiri dan kanan.

c. Benda asing dalam paru dan saluran pernafasan mempunyai nilai yang

menentukan pada mayat yang terbenam selama beberapa waktu dan mulai

membusuk. Demikian pula dengan isi lambung dan usus.

d. Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli yang secara

fisik dan kimia sifatnya sama dengan air tempat korban tenggelam

mempunyai nilai yang bermakna.

e. Pada beberapa kasus, ditemukannya kadar alkohol tinggi dapat

menjelaskan bahwa korban sedang dalam keracunan alkohol pada saat

masuk keadalam air.

3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning.

Pada mayat yang segar, gambaran pasca mati dapat menunjukkan tipe

drowning dan juga penyebab kematian lain seperti penyakit, keracunan atau

kekerasan lain. Pada kecelakaan di kolam rennag benturan antemortem

(antemortem impact) pada tubuh bagian atas, misalnya memar pada muka,

perlukaan pada vertebra servikalis dan medula spinalis dapat ditemukan.

4. Faktor-faktor yang berperan dalam proses kematian

Faktor faktor yang berperan pada proses kematian, misalnya kekerasan,

alkohol atau obat-obatan dapat ditemukan apada pemeriksaan luar atau

melalui bedah jenazah.

5. Tempat korban pertama kali tenggelam

Page 12: Drowning Ref

Bila kematian korban berhubungan dengan masuknya cairan kedalam saluran

pernafasan, maka pemeriksaan diatom dari air tempat korban ditemukan dapat

membantu menentukan apakah korban tenggelam ditempat itu atau ditempat

lain.

6. Apakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat kematian

a. Bila sudah ditentukan bahwa korban masih hidup pada waktu masuk ke

dalam air, maka perlu ditentukan apakah kematian disebabkan karena air

masuk kedalam saluran pernafasan (tenggelam). Pada immersion,

kematian terjadi dengan cepat, hal ini mungkin disebabkan karena sudden

cardiac arrest yang terjadi pada waktu cairan masuk melalui saluran

pernafasan bagian atas. Beberapa korban yang terjun dengan kaki terlebih

dahulu menyebabkan cairan dengan mudah masuk kedalam hidung. Faktor

lain adalah keadaan hipersensifitas dan kadang-kadang keracunan alkohol.

b. Bila tidak ditemukan air dalam paru dan lambung berarti kematian terjadi

seketika akibat spasme glottis, yang menyebabkan cairan tidak dapat

masuk.

Waktu yang diperlukan untuk terbenam dapat bervariasi tergantung dari

keadaan sekeliling korban, keadaan masing-masing korban, reaksi perorangan yang

bersangkutan, keadaan kesehatan dan jumlah serta sifat cairan yang dihisap masuk

kedalam cairan pernafasan.

Korban tenggelam akan menelan air dalam jumlah yang makin lama makin

banyak, kemudian menjadi tidak sadar dalam waktu 2-12 menit (fatal period). Dalam

periode ini bila korban dikeluarkan dari air, ada kemungkinan masih dapat hidup bila

upaya resusitasi berhasil.

2.6.1 Pemeriksaan Luar2,4,6,7,8

Page 13: Drowning Ref

1. Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur dan benda-

benda asing lain yang terdapat dalam air, kalau seluruh tubuh terbenam

dalam air.

2. Busa halus putih yang berbentuk jamur (mushroom-like mass) tampak pada

mulut atau hidung atau keduanya. Terbentuknya busa halus tersebut

dikarenakan masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan merangsang

terbentuknya mukus, substansi ini ketika bercampur dengan air dan surfaktan

dari paru-paru dan terkocok oleh karena adanya upaya pernapasan yang

hebat. Pembusukan akan merusak busa tersebut dan terbentuknya

pseudofoam yang berwarna kemerahan yang berasal dari darah dan gas

pembusukan

Gambar 2.3 Keluarnya cairan busa putih yang berasal dari campuran udara,

mukus, dan cairan aspirasi6

3. Mata setengah terbuka atau tertutup, jarang terdapat perdarahan atau

perbendungan.

4. Gambaran kulit angsa atau kutis anserine pada kulit permukaan anterior

tubuh terutama pada ekstremitas akibat kontraksi otot erector pili dapat

Page 14: Drowning Ref

terjadi karena rangsang dinginnya air. Gambaran seperti cutis anserine

kadangkala dapat juga akibat rigor mortis pada otot tersebut.

5. Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap. Pada

pembusukan lanjut tampak gelembung-gelembung pembusukan, terutama

bagian atas tubuh, dan skrotum serta penis pada pria dan labia mayora pada

wanita, kulit telapak tangan dan kaki mengelupas.

6. Washer woman’s hand, telapak tangan dan kaki berwarna keputihan dan

berkeriput yang disebabkan karena imbibisi cairan ke dalam kutis dan

biasanya membutuhkan waktu lama.

Gambar 2.4 Jari tangan ”washerwoman”4,8

7. Cadaveric spasme, merupakan tanda intravital yan terjadi pada waktu korban

berusaha untuk menyelamatkan diri dengan memegang apa saja seperti

rumput atau benda-benda lain dalam air.

Page 15: Drowning Ref

Gambar 2.5 Cadaveric spasme pada korban tenggelam menunjukkan korban

masih hidup saat masuk dalam air7

8. Luka-luka lecet pada siku, jari tangan, lutut, dan kaki akibat gesekan pada

benda-benda dalam air. Puncak kepala mungkin terbentur pada dasar waktu

terbenam, tetapi dapat pula terjadi luka post mortal akibat benda-benda atau

binatang dalam air. Luka-luka tersebut seringkali mengeluarkan “darah”,

sehingga tidak jarang memberi kesan korban dianiaya sebelum

ditenggelamkan.

9. Pada pria genitalianya dapat membesar, ereksi atau semi-ereksi. Namun yang

paling sering dijumpai adalah semi-ereksi.

10. Pada lidah dapat ditemukan memar atau bekas gigitan, yang merupakan tanda

bahwa korban berusaha untuk hidup, atau tanda sedang terjadi epilepsi,

sebagai akibat dari masuknya korban ke dalam air.

2.6.2 Pemeriksaan dalam2,4,6,7,8

Sebelum kita melakukan pemeriksaan dalam pada korban tenggelam, kita

harus memperhatikan apakah mayat korban tersebut sudah dalam keadaan

Page 16: Drowning Ref

pembusukan lanjut atau belum. Apabila keadaan mayat telah mengalami pembusukan

lanjut, maka pemeriksaan dan pengambilan kesimpulan akan menjadi lebih sulit.

1. Busa halus dan benda asing (pasir, tumbuh-tumbuhan air) dalam saluran

pernapasan (trakea dan percabangannya)

2. Paru-paru membesar seperti balon, lebih berat, sampai menutupi kandung

jantung. Pada pengirisan banyak keluar cairan. Keadaan ini terutama terjadi

pada kasus tenggelam di laut. Edema dan kongesti paru-paru dapat sangat

hebat sehingga beratnya dapat mencapai 700-1000 gram, dimana berat paru-

paru normal adalah sekitar 250-300 gram.

3. Paru-paru pucat dengan diselingi bercak-bercak merah di antara daerah yang

berwarna kelabu. Pada pengirisan tampak banyak cairan merah kehitaman

bercampur buih keluar dari penampang tersebut, yang pada keadaan paru-

paru normal, keluarnya cairan bercampur busa tersebut baru tampak setelah

dipijat dengan dua jari. Gambaran paru-paru seperti tersebut diatas dikenal

dengan nama “emphysema aquosum” atau “emphysema hydroaerique”.

4. Petekie sedikit sekali karena kapiler terjepit diantara septum interalveolar.

Mungkin terdapat bercak-bercak perdarahan yang disebut bercak Paltauf

akibat robeknya penyekat alveoli (Polsin). Petekie subpleural dan bula

enfisema jarang terdapat dan ini mungkin merupakan tanda khas tenggelam,

tetapi mungkin disebabkan oleh usaha respirasi.

5. Dapat juga ditemukan paru-paru yang “biasa” karena cairan tidak masuk

kedalam alveoli atau cairan sudah masuk kedalam aliran darah (melalui

proses imbibisi), ini dapat terjadi pada kasus tenggelam di air tawar.

6. Otak, ginjal, hati dan limfa mengalami pembendungan.

7. Lambung dapat membesar, berisi air, lumpur dan sebagainya yang mungkin

pula terdapat dalam usus halus.2

Page 17: Drowning Ref

Gambar 2.6 Emfisema Aquosum.Tampak paru sangat mengembang menutupi jantung

dan di bawah mikroskop rongga alveolar tampak sangat luas dengan septum yang

ruptur4

Terdapat delapan tanda intravital yang dapat menunjukkan korban masih hidup

saat tenggelam. Tanda tersebut adalah :

1. Tanda cadaveric spasme yakni suatu keadaan dimana terjadi kekakuan pada

sekelompok otot dan kadang-kadang pada seluruh otot, segera setelah terjadi

kematian somatis dan tanpa melalui relaksasi primer.

2. Perdarahan pada liang telinga

3. Adanya benda asing (lumpur, pasir, tumbuhan dan binatang air) pada saluran

pernafasan dan pencernaan

4. Adanya bercak paltouf di permukaan paru yakni bercak perdarahan yang

besar (diameter 3-5 cm), terjadi karena robeknya partisi interalveolar dan

sering terlihat di bawah pleura. Bercak paltouf berwarna biru kemerahan dan

banyak terlihat pada bagian bawah paru-paru, yaitu pada permukaan anterior

dan permukaan antar bagian paru-paru.

5. Berat jenis darah pada jantung kanan dan kiri

Page 18: Drowning Ref

6. Ditemukan diatome yakni sejenis ganggang yang mempunyai dinding dari

silikat. Silikat ini tahan terhadap pemanasan dan asam keras. Diatome

dijumpai di air tawar, air laut, sungai, sumur, dan lain-lain. Pada korban mati

tenggelam diatome akan masuk ke dalam saluran pernafasan dan saluran

pencernaan, karena ukurannya yang sangat kecil, diatome di absorpsi dan

mengikuti aliran darah. Diatome ini dapat sampai ke hati, paru, otak, ginjal,

dan sumsum tulang. Bila diatome positif berarti korban masih hidup sewaktu

tenggelam.

7. Adanya tanda asfiksia

8. Ditemukannya mushroom like mass.

Sedangkan tanda pasti mati akibat tenggelam ada lima yakni :

1. Terdapat tanda asfiksia

2. Diatome pada pemeriksaan paru

3. Bercak paltouf di permukaan paru

4. Berat jenis darah yang berbeda antara jantung kanan dan kiri

5. Mushroom like mass.

2.6.3 Pemeriksaan Khusus2

Ada 5 macam pemeriksaan khusus pada kasus mati tenggelam (drowning),

yaitu :

1. Percobaan getah paru (lonset proef).

2. Pemeriksaan diatome (destruction test).

3. Penentuan berat jenis (BD) plasma.

4. Pemeriksaan kimia darah (gettler test).

5. Pemeriksaan Histopatologik

Adanya cadaveric spasme dan tes getah paru (lonset proef) positif

menunjukkan bahwa korban masih hidup saat berada dalam air.

Page 19: Drowning Ref

1. Percobaan Getah Paru (Lonsef Proef)

Kegunaan melakukan percobaan paru (lonsef proef) yaitu mencari

benda asing (pasir, lumpur, tumbuhan, telur cacing) dalam getah paru-paru

mayat. Syarat melakukannya adalah paru-paru mayat harus segar / belum

membusuk.

Cara melakukan percobaan getah paru (lonsef proef) yaitu permukaan

paru-paru dikerok (2-3 kali) dengan menggunakan pisau bersih lalu dicuci dan

iris permukaan paru-paru. Kemudian teteskan diatas objek gelas. Syarat

sediaan harus sedikit mengandung eritrosit.

Evaluasi sediaan yaitu pasir berbentuk kristal, persegi dan lebih besar dari

eritrosit. Lumpur amorph lebih besar daripada pasir, tanaman air dan telur

cacing.

Ada 3 kemungkinan dari hasil percobaan getah paru (lonsef proef), yaitu :

1. Hasilnya positif dan tidak ada sebab kematian lain.

2. Hasilnya positif dan ada sebab kematian lain.

3. Hasilnya negatif.

Jika hasilnya positif dan tidak ada sebab kematian lain maka dapat kita

interpretasikan bahwa korban mati karena tenggelam.

Jika hasilnya positif dan ada sebab kematian lain maka ada 2 kemungkinan

penyebab kematian korban, yaitu korban mati karena tenggelam atau korban

mati karena sebab lain.

Jika hasilnya negatif maka ada 3 kemungkinan penyebab kematian

korban, yaitu :

1. Korban mati dahulu sebelum tenggelam.

2. Korban tenggelam dalam air jernih.

3. Korban mati karena vagal reflex / spasme larynx.

Page 20: Drowning Ref

Jika hasilnya negatif dan tidak ada sebab kematian lain maka dapat

kita simpulkan bahwa tidak ada hal yang menyangkal bahwa korban mati

karena tenggelam.

Jika hasilnya negatif dan ada sebab kematian lain maka kemungkinan

korban telah mati sebelum korban dimasukkan ke dalam air.

2. Pemeriksaan Diatome (Destruction Test)

Kegunaan melakukan pemeriksaan diatome adalah mencari ada

tidaknya diatome dalam paru-paru mayat. Diatome merupakan ganggang

bersel satu dengan dinding dari silikat. Syaratnya paru-paru harus masih

dalam keadaan segar, yang diperiksa bagian kanan perifer paru-paru, dan jenis

diatome harus sama dengan diatome di perairan tersebut.

Cara melakukan pemeriksaan diatome yaitu ambil jaringan paru-paru

bagian perifer (100 gr) lalu masukkan ke dalam gelas ukur dan tambahkan

H2SO4. Biarkan selama 12 jam kemudian panaskan sampai hancur

membubur & berwarna hitam. Teteskan HNO3 sampai warna putih lalu

sentrifus hingga terdapat endapan hitam. Endapan kemudian diambil

menggunakan pipet lalu teteskan diatas objek gelas.

Interpretasi pemeriksaan diatome yaitu bentuk atau besarnya bervariasi

dengan dinding sel bersel 2 dan ada struktur bergaris di tengah sel. Positif

palsu pada pencari pasir dan pada orang dengan batuk kronik. Untuk hepar

atau lien, tidak akurat karena dapat positif palsu akibat hematogen dari

penyerapan abnnormal gastrointestinal.

Page 21: Drowning Ref

Gambar 2.7 prinsip dari tes diatom: pada tubuh yang sudah mati ketika

tenggelam, diatom masih mungkin didapatkan dalam paru, tapi tidak pada

organ-organ jauh oleh karena sudah tidak adanya lagi sirkulasi darah

Gambar 2.8 Diatome

3. Penentuan Berat Jenis (BD) Plasma

Penentuan berat jenis (BD) plasma bertujuan untuk mengetahui

adanya hemodilusi pada air tawar atau adanya hemokonsentrasi pada air laut

dengan menggunakan CuSO4. Normal 1,059 (1,0595-1,0600); air tawar

Page 22: Drowning Ref

1,055; air laut 1,065. Interpretasinya ditemukan darah pada larutan CuSO4

yang telah diketahui berat jenisnya.

4. Pemeriksaan Kimia Darah (Gettler Test)

Pemeriksaan kimia darah (gettler test) bertujuan untuk memeriksa

kadar NaCl dan kalium. Interpretasinya adalah korban yang mati tenggelam

dalam air tawar, mengandung Cl lebih rendah pada jantung kiri daripada

jantung kanan. Kadar Na menurun dan kadar K meningkat dalam plasma.

Korban yang mati tenggelam dalam air laut, mengandung Cl lebih tinggi pada

jantung kiri daripada jantung kanan. Kadar Na meningkat dan kadar K sedikit

meningkat dalam plasma.

5. Pemeriksaan Histopatologi

Pada pemeriksaan histopatologi dapat kita temukan adanya bintik perdarahan

di sekitar bronkioli yang disebut Partoff spot.

2.7 Aspek Medikolegal

Kepentingan dari segi mediko-legal adalah: “Apakah kematian adalah akibat

tenggelam?”

Untuk menjawab pertanyaan itu yang sering diajukan dalam persidangan,

dokter yang memeriksa korban harus memperhatikan hal-hal berikut:

Ditemukan cairan berbusa halus pada rongga mulut dan hidung.

Ditemukannya benda-benda seperti pasir, lumpur, atau rumput-rumput laut

yang berada dalam genggaman korban.

Ditemukannya cairan berbusa halus yang bercampur darah pada saluran

pernafasan.

Paru-paru penuh dengan cairan yang mengandung darah dan mengeluarkan

busa halus jika dibuat sayatan melintang.

Page 23: Drowning Ref

Dalam lambung, usus halus, dan rongga telinga tengah ditemukan air yang

bercampur dengan benda-benda asing berupa rumput-rumput atau pasir.

Pada pemeriksaan sel jaringan, otak, hati dan jaringan yang lain ditemukan

diatome.5

Page 24: Drowning Ref

BAB III

PENUTUP

Drowning (tenggelam) didefinisikan sebagai kematian akibat mati lemas

(asfiksia) disebabkan masuknya cairan di dalam saluran pernapasan.

Insiden kasus tenggelam sendiri cukup tinggi, sekitar 4000 orang tenggelam

tiap tahunnya dan 1400 diantaranya adalah anak-anak. Kasus tenggelam diperkirakan

jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang ada dalam data. Beberapa data

menyebutkan kasus tenggelam berada di peringkat kedua penyebab kematian pada

usia muda setelah kecelakaan lalu lintas.

Tenggelam diklasifikasikan menjadi typical drowning dan atypical drowning

sedangkan atypical drowning sendiri diklasifikan menjadi dry drowning, immersion

syndrome, subemersion of the unconscious dan delayed death. Perbedaannya adalah

pada typical drowning adanya hambatan pada saluran napas dan paru karena adanya

cairan yang masuk ke dalam tubuh sedangkan pada atypical drowning ditandai

dengan sedikitnya atau bahkan tidak adanya cairan dalam saluran napas.

Penentuan diagnosis pada mayat yang masih segar (mengalami pembusukan)

ditentukan dari pemeriksaan luar, dalam dan penelusuran korban sebelum meninggal

serta riwayat penyakit dahulu. Bila mayat sudah membusuk maka diagnosis kematian

akibat tenggelam dibuat berdasarkan adanya diatom yang cukup banyak pada paru-

paru yang bila disokong oleh penemuan diatom pada ginjal, otot skelet atau diatom

sumsum tulang, maka diagnosis akan menjadi makin pasti.

Page 25: Drowning Ref

DAFTAR PUSTAKA

1. Sampurna B, Samsu Z. Peranan Ilmu Forensik dalam Penegakan Hukum. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI. 2003.

2. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2000. Hal:

64-70

3. Recommended guidelines for uniform reporting of data from drowning: the

‘‘Utstein style’’. 2003. Downloaded from: URL:

http://www.elsevier.com/locate/resuscitation

4. Shepherd, Suzanne Moore. Drowning. In: Medscape Referance. 2011.

Downloaded from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/772753

5. Chang Louise. Drowning death. 2005. Downloaded from: URL:

http://www.medicineNet.com/drowningdeath.html

6. Pearn, J.H. Secondary Drowning in Children. In: British Medical Journal, Vol.

281. 2008. p 1103-1105. Downloaded from: URL:

http://www.pubmedcentral.nih.gov/pagerender.fcgi?

artid=1714551&pageindex=3#pag e

7. Lawler, W. Bodies recovered from water: a personal approach and consideraion

difficulties. 2006. Downloaded from: URL:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC495138/pdf/

jclinpath004220012.pdf

8. Singh R, Kumar M, et al. Drowning Associated Diatoms. Department of Forensic

Science. Punjabi University. 2008. Downloaded from: http://www.icmft.org