dss dengan metode ahp

117
DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) PENILAIAN AFEKTIF SISWA MAN 3 MALANG BERDASARKAN STANDARD KTSP (KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN) MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI Oleh DODIK SETIAWAN NIM. 04550036 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG 2009

Upload: purwacaraka-tasikmalaya

Post on 31-Oct-2015

309 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

DSS penilaian afektif siswa dengan metode AHP

TRANSCRIPT

Page 1: DSS dengan metode AHP

DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) PENILAIAN AFEKTIF

SISWA MAN 3 MALANG BERDASARKAN STANDARD KTSP (KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN)

MENGGUNAKAN METODE AHP

SKRIPSI

Oleh

DODIK SETIAWAN NIM. 04550036

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG 2009

Page 2: DSS dengan metode AHP

DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) PENILAIAN AFEKTIF SISWA MAN 3 MALANG BERDASARKAN STANDARD KTSP

(KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN) MENGGUNAKAN METODE AHP

SKRIPSI

Diajukan Kepada: Universitas Islam Negeri (UIN) Malang

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom)

Oleh

DODIK SETIAWAN NIM. 04550036

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG 2009

Page 3: DSS dengan metode AHP

LEMBAR PERSETUJUAN

DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) PENILAIAN AFEKTIF SISWA MAN 3 MALANG BERDASARKAN STANDARD KTSP

(KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN) MENGGUNAKAN METODE AHP

SKRIPSI

Oleh

DODIK SETIAWAN NIM. 04550036

Telah Disetujui, 10 Januari 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Suhartono, S.Si, M.Kom M. Ainul Yaqin, S.Si, M.Kom NIP. 150 327 241 NIP. 150 377 940

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Informatika

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Malang

Suhartono, S.Si, M.Kom

NIP. 150 327 241

Page 4: DSS dengan metode AHP

HALAMAN PENGESAHAN DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) PENILAIAN AFEKTIF

SISWA MAN 3 MALANG BERDASARKAN STANDARD KTSP (KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN)

MENGGUNAKAN METODE AHP

SKRIPSI

Oleh

DODIK SETIAWAN NIM. 04550036

Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Skripsi

Dan Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom)

Tanggal, Januari 2009

Susunan Dewan Penguji : Tanda Tangan

1. Penguji Utama : M. Amin Hariyadi, M.T ( )

NIP. 150 368 791

2. Ketua Penguji : Ririen Kusumawati, M.Kom( )

NIP. 150 368 775

3. Sekertaris Penguji : Suhartono, S.Si, M.Kom ( )

NIP. 150 327 241

4. Anggota Penguji : M. Ainul Yaqin, S.Si, M.Kom( )

NIP. 150 377 940

Mengetahui dan Mengesahkan

Ketua Jurusan Teknik Informatika

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Malang

Suhartono, S.Si, M.Kom

NIP. 150 327 241

Page 5: DSS dengan metode AHP

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dodik Setiawan

NIM : 04550036

Jurusan : Teknik Informatika

Fakultas/Program : Sainstek/Sarjana Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, Januari 2009 Yang membuat pernyataan

Dodik Setiawan

Page 6: DSS dengan metode AHP

MOTTO

øø øøŒŒŒŒ ÎÎ ÎÎ)))) uu uuρρρρ šš ššχχχχ ©© ©©ŒŒŒŒ rr rr'''' ss ss???? öö ööΝΝΝΝ ää ää3333 šš šš//// uu uu‘‘‘‘ ÈÈ ÈÈ⌡⌡⌡⌡ ss ss9999 óó óóΟΟΟΟ èè èè???? öö öö���� xx xx6666 xx xx©©©© öö ööΝΝΝΝ ää ää3333 ‾‾ ‾‾ΡΡΡΡ yy yy‰‰‰‰ƒƒƒƒ ÎÎ ÎΗ——— VV VV{{{{ (( (( ÈÈ ÈÈ⌡⌡⌡⌡ ss ss9999 uu uuρρρρ ÷÷ ÷÷ΛΛΛΛ ää äännnn öö öö���� xx xx���� ŸŸ ŸŸ2222 ¨¨ ¨¨ββββ ÎÎ ÎÎ)))) ’’’’ ÎÎ ÎÎ1111#### xx xx‹‹‹‹ tt ttãããã ÓÓ ÓÓ‰‰‰‰ƒƒƒƒ ÏÏ Ïω‰‰‰ tt tt±±±± ss ss9999 ∩∩∩∩∠∠∠∠∪∪∪∪

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan

menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingka ri (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih ".

(QS. Ibrahim : 7)

TRUE LOVE IS FRIENDSHIP ”Hidup tanpa mimpi akan menjadi hambar, namun mimpi pun

harus diwujudkan”

Page 7: DSS dengan metode AHP

PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur hanyalah bagi Allah SWT,

Zat yang telah melimpahkan berbagai nikmat dan karunia.

Dengan penuh kerendahan hati kupersembahkan karya ini untuk:

Ayahanda dan Ibunda tercinta:

Darsup (H. Yusuf Kala) & Lusmiati (Almarhumah)

Yang telah mendidik dan membesarkanku dan

memberikan spirit untuk menuntut ilmu yang setinggi-tingginya,

serta memberikan dorongan secara materiil dan spiritual

Semoga amal ibadah mereka diterima disisi-Nya, Amiin.

Ucapan terima kasih juga kuucapkan untuk:

Bude&Bulekku: Bude Tun, Mak Lin, Lek Rin,

Lek Mur, Lek hat, especially Mbahku Susamsi (Almarhumah),

dan Mbah Ru (Almarhumah).

Yang dengan tulus dan sabar memberikan dorongan

secara materil dan spirituil.

Sepupu-sepupuku: Mas Yon, Gadis, Erma,

Lia, Vivi, dan Tedy.

Yang selalu menghibur dan ada

dalam kebosananku.

Para dosen dan semua civitas akademik UIN Malang.

Yang telah banyak membantu

sehingga aku dapat menyelesaikan studiku.

Kawan-kawanku seperjuangan yang dengan rela hati

memberikan kritik, saran dan motivasi serta membantu dalam

proses pembentukan pola pikirku, serta telah rela berbagi dalam

suka dan duka selama menuntut ilmu di UIN Malang.

Page 8: DSS dengan metode AHP

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan segala

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

menjadi salah satu syarat mutlak untuk menyelesaikan program studi Teknik

Informatika jenjang Strata-1 Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

Sholawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Rosulullah

Muhammad S.A.W yang telah menuntun dan membawa kita dari jaman jahiliah

ke jaman islamiah yaitu Ad-Din Al-Islam.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam

menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari peran berbagai pihak yang telah banyak

memberikan bantuan, bimbingan dan dorongan. Dalam kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. DR. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam

Negeri (UIN) Malang.

2. Bapak Prof. Drs. Sutiman Bambang Sumitro, SU., DSc, selaku Dekan

Fakults Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang

3. Bapak Suhartono, M.Kom selaku Ketua Jurusan Teknik Informatika dan

selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan serta

motifasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Ainul Yaqin, M.Kom selaku pembimbing agama yang telah banyak

membantu, memotivasi, dan memberikan penulis arahan yang baik dan

benar dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Page 9: DSS dengan metode AHP

5. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, khususnya Dosen

Teknik Informatika dan staf yang telah memberikan ilmu kepada penulis

selama empat tahun lamanya, dan dukungan untuk menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

6. Bapak Yoga, M.Pd selaku ketua litbang MAN 3 Malang yang telah banyak

membantu dan memberikan masukan kepada penulis selama penelitian.

7. Kedua orangtuaku especially bapak_ku, bude_ku, mbah_ku yang selalu

memberikan do’a dan semangat selama di Malang.

8. Konco-konco TI UIN Malang angkatan 2004 khususnya sohib-sohibku

Hakim, dhofir, Mbah Frenky, Alfi, Rudy (Jabrik), Haris, Wildan “ Tetep

semangat & Strunggle”

9. Bung dan zes seperjuangan GMNI Komisariat UIN Malang “Thanks so

much spiritnya”.

Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa sebagai manusia biasa

tentunya tidak akan luput dari kekurangan dan keterbatasan. Maka dengan

segenap kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat

melengkapi penulisan ini sehingga dapat bermanfaat dan berguna bagi

pembacanya.

Page 10: DSS dengan metode AHP

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................... v MOTTO ...................................................................................................... vi PERSEMBAHAN............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI.................................................................................................... ix DAFTAR TABEL............................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x ABSTRAK ...................................................................................................... xiv BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 5 1.3 Batasan Masalah....................................................................... 5 1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................... 6 1.5 Manfaat Penelitian ................................................................... 6 1.6 Metode Penelitian..................................................................... 6 1.7 Sistematika Penulisan .............................................................. 8

BAB II : KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 10 2.1 Pembahasan Penilaian Afektif Berdasarkan KTSP.................. 10 2.1.1 Definisi Penilaian............................................................ 11 2.1.2 Tujuan Penilaian.............................................................. 13 2.1.3 Fungsi Penilaian.............................................................. 14

2.1.4 Prinsip-prinsip Penilaian ................................................. 14 2.2 Pembahasan Ranah Afektif ...................................................... 15 2.2.1 Hakekat Pembelajaran Afektif ........................................ 15 2.2.2 Tingkatan Ranah Afektif................................................. 17 2.2.3 Karakteristik Ranah Afektif ............................................ 19 2.3 Pembahasan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) . 26 2.3.1 Pengetian KTSP .............................................................. 26 2.3.2 Tujuan KTSP................................................................... 29 2.3.3 Komponen KTSP ............................................................ 30 2.4 Skala Likert ............................................................................. 31 2.5 Decision Support System.......................................................... 32 2.5.1 Definisi Decision Support System .................................. 32 2.5.2 Komponen Decision Support System.............................. 32

2.5.3 Pengembangan Decision Support System....................... 37 2.6 Analytic Hierarchy Process (AHP) .......................................... 38 2.6.1 Definisi AHP................................................................... 38 2.6.2 Prinsip Kerja AHP .......................................................... 40 2.6.3 Prosedur AHP ................................................................ 41

BAB III : PERANCANGAN DAN DESAIN SISTEM ................................... 49

Page 11: DSS dengan metode AHP

3.1 Gambaran Umum Sistem.............................................................. 50 3.2 Diagram Alir (Flowchart) Sistem................................................... 50 3.2.1 Diagram Alir Utama ............................................................. 50 3.2.2 Diagram Alir DSS Penilaian Afektif .................................. 51

3.2.3 Diagram Alir AHP Kriteria ................................................ 52 3.2.4 Diagram Alir AHP Subkriteria .......................................... 58 3.2.5. Diagram Alir AHP Siswa ................................................... 74

3.3 Dependency Diagram........................................................................ 77 3.4 Contex Diagram.............................................................................. 78 3.5 Data Flow Diagram........................................................................... 80 3.6 Entity Relationship Diagram (ERD) ................................................ 82 3.7 Rancangan Database ..................................................................... 83 3.8 Subsistem Manajemen Model ...................................................... 87

3.8.1 Subsistem Manajemen Model DSS Penilaian Afektif Siswa ..................................................................................... 87

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 89 4.1 Lingkungan Implementasi........................................................ 89

4.1.1 Lingkungan Perangkat Keras ......................................... 89 4.1.2 Lingkungan Perangkat Lunak ......................................... 90

4.2 Penjelasan Program.................................................................. 90 4.3 Evaluasi Program .................................................................... 99

BAB V : PENUTUP .................................................................................... 101 5.1 Kesimpulan .............................................................................. 101 5.2 Saran......................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: DSS dengan metode AHP

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan ................................. 21 Tabel 2.2 : Contoh matriks perbandingan berpasangan.................................. 21 Tabel 2.3 : Nilai Indeks Random .................................................................... 22 Tabel 3.1 : User .............................................................................................. 86 Tabel 3.2 : Guru ............................................................................................. 86 Tabel 3.3 : Siswa ............................................................................................ 86 Tabel 3.4 : Matapelajaran .............................................................................. 86 Tabel 3.5 : Kelas ............................................................................................ 86 Tabel 3.6 : Matrik Kriteria ............................................................................. 87 Tabel 3.7 : Matrik Subkriteria Sikap .............................................................. 87 Tabel 3.8 : Matrik Subkriteria Minat ............................................................. 87 Tabel 3.9 : Matrik Subkriteria Bakat ............................................................. 88 Tabel 3.10: Matrik Subkriteria Penguasaan Sosial ........................................ 88 Tabel 3.11: Matrik Subkriteria Kesiapan Belajar ........................................... 88 Tabel 3.12: Matrik Hasil ................................................................................. 89

Page 13: DSS dengan metode AHP

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Fase Proses Pengambilan Keputusan........................................... 38 Gambar 2.2 : Konsep Decision Support System........................................... 41 Gambar 2.3 : Struktur Hierarki AHP ............................................................ 45 Gambar 3.1 : Diagram Alir DSS Utama....................................................... 53 Gambar 3.2 : Diagram alir DSS Penilaian Afektif Siswa............................. 54 Gambar 3.3 : Diagram alir AHP criteria penilaian...................................... 55 Gambar 3.4 : Diagram alir set skala matrik perbandingan berpasangan.... 56 Gambar 3.5 : Diagram alirkriteria penilaian............................................... 57 Gambar 3.6 : Diagram alir matrik nilai kriteria........................................... 58 Gambar 3.7 : Diagram alir matrik penjumlahan setiap baris...................... 59 Gambar 3.8 : Diagram alir konsistensi rasio................................................ 60 Gambar 3.9 : Diagram alir AHP kriteria sikap............................................ 61 Gambar 3.10 : Diagram alir set skala matrik perbandingan kriteria sikap... 62 Gambar 3.11 : Diagram alir subkriteria penilaian sikap............................... 63 Gambar 3.12 : Diagram alir matrik nilai kriteria sikap................................. 64 Gambar 3.13 : Diagram alir matreik penjumlahan setiap baris kriteria

sikap....................................................................................... 65 Gambar 3.14 : Diagram alir konsistensi rasio kriteria sikap......................... 66 Gambar 3.15 : Diagram alir AHP kriteria minat............................................ 67 Gambar 3.16 : Diagram alir set skala matrik perbandingan kriteria minat... 68 Gambar 3.17 : Diagram alir subkriteria penilaian minat............................... 69 Gambar 3.18 : Diagram alir matrik nilai kriteria minat................................. 70 Gambar 3.19 : Diagram alir matreik penjumlahan setiap baris kriteria

minat ....................................................................................... 71 Gambar 3.20 : Diagram alir konsistensi rasio kriteria minat.......................... 72 Gambar 3.21 : Diagram alir AHP kriteria bakat............................................. 73 Gambar 3.22 : Diagram alir set skala matrik perbandingan kriteria bakat.... 74 Gambar 3.23 : Diagram alir subkriteria penilaian bakat................................ 75 Gambar 3.24 : Diagram alir matrik nilai kriteria bakat.................................. 76 Gambar 3.25 : Diagram alir matreik penjumlahan setiap baris kriteria

bakat......................................................................................... 77 Gambar 3.26 : Diagram alir konsistensi rasio kriteria bakat.......................... 78 Gambar 3.27: Diagram alir AHP siswa........................................................... 79 Gambar 3.28: Diagram alir bobot terhitung siswa perkriteria........................ 80 Gambar 3.29: Diagram alir nilai afektif.......................................................... 81 Gambar 3.30:Contex Diagram ........................................................................ 82 Gambar 3.31:DFD Level 1 .............................................................................. 83 Gambar 3.32: DFD Level 2.............................................................................. 83 Gambar 3.33: DFD Level 2.1........................................................................... 84 Gambar 3.34: DFD Level 2.2........................................................................... 84 Gambar 3.35:Entity Relationship Diagram ..................................................... 85 Gambar 3.36:Struktur Hierarki AHP DSS....................................................... 90 Gambar 4.1 : Form Utama ............................................................................. 94 Gambar 4.2 : Form Kelas................................................................................ 94 Gambar 4.3 : Form Input Data Guru............................................................... 95

Page 14: DSS dengan metode AHP

Gambar 4.4 : Form Input Data Siswa ............................................................. 95 Gambar 4.5 : Form Input Data matapelajaran................................................. 96 Gambar 4.6 : Form set matrik perbandingan berpasangan ............................ 97 Gambar 4.7 : Form matrik nilai kriteria .......................................................... 98 Gambar 4.8 : Form matrik penjumlahan setiap baris...................................... 99 Gambar 4.9 : Form perhitungan rasio konsistensi ......................................... 100 Gambar 4.10: Form matrik hasil ..................................................................... 100 Gambar 411 : Form penilaian siswa ............................................................... 101 Gambar 4.12: Form nilai penilaian siswa ....................................................... 101

ø

Page 15: DSS dengan metode AHP

xiv

ABSTRAK

Setiawan, Dodik. 2008. Decision Support System (DSS) Penilaian Afektif Siswa

MAN 3 Malang Berdasarkan Standar KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Menggunakan Metode AHP. Skripsi. Jurusan Teknik Informatika. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Pembimbing: (1) Suhartono, S.Si, M.Kom(2) M. Ainul Yaqin, M.Kom

Kata kunci: Decision Support System, Penilaian Afektif Siswa, AHP

Penilaian afektif siswa merupakan proses evaluasi pembelajaran pada siswa yang mencakup lima kriteria penilaian yaitu : sikap, minat, bakat, penyesuaian sosial, dan penguasaan belajar. Kelima aspek tersebut dinilai pada periode tertentu untuk meningkatkan minat belajar siswa dan membentuk sikap perilaku siswa di sekolah maupun di masyarakat menjadi lebih baik.

Dalam penilaian afektif siswa di MAN 3 Malang terdapat beberapa kriteria yang menjadi penilaian. Penilaian ini berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu sikap, minat, bakat, penyesuaian sosial, dan kesiapan belajar. Demi efisiensi dan efektifitas guru dalam mengajar maka pengambilan keputusan yang tepat sangat diperlukan.

Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah Decision Support System yang mempunyai kemampuan analisa ranah afektif dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP), dimana masing-masing aspek dalam hal ini kriteria dan subkriteria penilaian siswa dibandingkan satu dengan yang lainnya sehingga memberikan output nilai intensitas prioritas yang menghasilkan suatu sistem yang memberikan penilaian terhadap setiap siswa.

Desicion Support System ini membantu melakukan penilaian dalam ranah afektif dan memudahkan pengambil keputusan dalam hal ini guru dapat mengetahui masalah yang terkait dengan kecenderungan sikap, minat, bakat, penyesuaian sosial, dan kesiapan belajar siswa di sekolah, sehingga akan didapatkan pemecahan masalah dalam memacu semangat belajar siswa

Page 16: DSS dengan metode AHP

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

$ tΒ uρ šχ%x. tβθ ãΖÏΒ ÷σßϑø9 $# (#ρã� Ï�ΨuŠÏ9 Zπ©ù!$ Ÿ2 4 Ÿω öθn=sù t� x�tΡ ÏΒ Èe≅ä. 7π s%ö�Ïù öΝåκ÷]ÏiΒ ×πx�Í←!$ sÛ

(#θ ßγ ¤)x�tGuŠÏj9 ’Îû ǃÏe$!$# (#ρâ‘ É‹ΨãŠÏ9 uρ óΟ ßγ tΒöθ s% #sŒ Î) (# þθ ãèy_ u‘ öΝÍκö� s9 Î) óΟßγ ‾=yès9 šχρâ‘x‹øts† ∩⊇⊄⊄∪

"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”(QS. At-Taubah : 122).

Ayat di atas menerangkan bahwa mencari ilmu itu hukumnya fardhu

kifayah bagi setiap orang islam. Madrasah atau sekolahan merupakan tempat

mencari ilmu serta pembelajaran dalam proses belajar mengajar, dengan kata

lain sekolahan merupakan tempat pendidikan formal dalam proses belajar

untuk mencari ilmu.

Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan

bangsa dan negara. Salah satu persoalan yang dihadapi dalam dunia pendidikan

ini adalah rendahnya kualitas pendidikan nasional. Rendahnya kualitas

pendidikan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, antara lain keterbatasan

dana, ketersediaan sarana dan prasarana dalam aktivitas pembelajaran,

pengelolaan proses pembelajaran, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

Kondisi tersebut diperburuk lagi dengan minimnya sosialisasi kurikulum

sebelum kurikulum baru dijalankan. Problematika pendidikan itulah yang

Page 17: DSS dengan metode AHP

menjadi tanggung jawab dan membutuhkan keseriusan lebih untuk mencari

solusinya.

Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu pendidikan para pelaksana

pendidikan khususnya para guru harus melakukan evaluasi dan penilaian

mengenai keberhasilan belajar siswanya. Salah satu evaluasi yang harus dinilai

yaitu ranah afektif, karena komponen afektif ini sangat menentukan

keberhasilan belajar dan kepribadian siswa di sekolah maupun di masyarakat.

Apabila siswa mempunyai sikap dan perilaku yang baik di sekolah, maka juga

akan mempunyai sikap dan perilaku yang baik di masyarakat. Sebagaimana

perintah Allah S W T :

¨βÎ) ©!$# ã� ãΒù' tƒ ÉΑô‰yè ø9 $$ Î/ Ç≈ |¡ ôm M}$#uρ Ç›!$ tGƒ Î)uρ “ÏŒ 4†n1ö� à)ø9 $# 4‘sS÷Ζtƒ uρ Ç tã Ï !$ t± ósx�ø9 $# Ì� x6Ψßϑø9 $#uρ Ä øöt7 ø9 $#uρ 4 öΝä3Ýà Ïètƒ öΝà6‾=yès9 šχρã� ©.x‹s? ∩⊃∪

”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS An-Nahl : 90).

Ayat di atas menerangkan dan menyuruh untuk selalu berbuat kebaikan.

Dalam hal ini siswa harus mempunyai sikap dan perilaku (akhlak) yang baik

di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Dan ini sebagai tanggung jawab

guru untuk selalu membimbing dan mengarahkan siswanya untuk selalu

bersikap dan berbuat baik di kelas, di lingkungan sekolah maupun di

masyarakat. Dan untuk mewujudkan itu maka guru harus melakukan penilian

dalam ranah afektif.

Dari uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa penilaian ranah afektif

memiliki dimensi yang kompleks. Implikasinyapun sangat berkaitan dengan

Page 18: DSS dengan metode AHP

sektor-sektor yang lain. Oleh sebab itu, yang menjadi tugas utama guru adalah

bukan hanya mengukur kualitas saja, tapi sesuai dengan amanat konstitusi

dalam UUD 1945, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena

itu perlu adanya usaha peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah atau

satuan pendidikan agar dapat memenuhi tugasnya untuk menghasilkan kualitas

pendidikan yang bermutu. Sejalan dengan itu perlu dikembangkan iklim

belajar-mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri, sikap dan

perilaku yang inovatif serta kreatif. Dengan demikian pendidikan nasional akan

mampu mewujudkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya

sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Dalam rangka mengembangkan iklim belajar mengajar seperti yang

menumbuhkan rasa percaya diri, sikap, dan perilaku yang inovatif kreatif

sangat diperlukan komponen-komponen pendidikan yang meliputi guru, siswa,

kurikulum, alat (media evaluasi pembelajaran) dan sumber belajar, materi,

metode maupun alat evaluasi saling bekerjasama untuk mewujudkan proses

belajar yang kondusif. Sehingga komponen-komponen dalam pendidikan

tersebut tidak bisa dipisahkan karena memiliki keterkaitan yang penting,

karena akan membentuk suatu sistem yang berkesinambungan dalam mencapai

tujuan pendidikan.

Seiring dengan perkembangan jaman proses penilaian pembelajaran

saat ini memerlukan sebuah alat (media penilaian pembelajaran) yang sudah

terkomputerisasi sesuai dengan kemajuan Teknologi Informasi(IT).

Perkembangan dalam arti perbaikan evaluasi dan penilaian pendidikan pada

peserta didik. Untuk meningkatkan mutu pendidikan para guru hendaknya

Page 19: DSS dengan metode AHP

melakukan penilaian mengenai keberhasilan belajar siswanya dari semua

aspek. Salah satu evaluasi yang harus dinilai yaitu ranah afektif, karena

komponen afektif sangat menentukan keberhasilan belajar siswa.

Menurut Popham (1995), ranah afektif menentukan keberhasilan belajar

seseorang. Siswa yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk

mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Siswa yang berminat dalam

suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang

optimal. Oleh karena itu pendidik (guru) harus mampu membangkitkan minat

semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain

itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat

kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan

sebagainya. Untuk itu pendidk dalam merancang evaluasi pembelajaran, satuan

pendidikan harus memperhatikan ranah afektif. Karena keberhasilan

pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi

afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap

positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran

tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun

para pendidik (guru) sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang

dilakukan pendidik secara sistematik untuk melakukan evaluasi dalam ranah

afektif ini. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam

merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran pada siswa,

pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif.

Salah satu teknik pengambilan keputusan yang digunakan dalam

analisis kebijaksanaan adalah AHP (Analytic Hierarchy Process). AHP adalah

Page 20: DSS dengan metode AHP

prosedur yang berbasis matematis yang sangat baik dan sesuai dengan kondisi

evaluasi kualitatif. Atribut-atribut tersebut secara matematik dikuantitatifkan

dalam satu set perbandingan berpasangan (14 : 133).

Pada hakekatnya AHP merupakan suatu model pengambil keputusan

yang komprehensif dengan memperhitungkan hal- hal yang bersifat kualitatif

dan kuantitatif. Dalam model pengambilan keputusan dengan AHP pada

dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumnya.

AHP juga memungkinkan ke struktur suatu sistem dan lingkungan kedalam

komponen saling berinteraksi dan kemudian menyatukan mereka dengan

mengukur dan mengatur dampak dari komponen kesalahan sistem (Saaty,2001)

Berdasarkan masalah dan gambaran umum yang telah dipaparkan di

atas, peneliti memandang perlu untuk membuat sistem penilaian tentang

“Decision Support System (DSS) Penilaian Afektif Siswa MAN 1 Malang

Berdasarkan Standard KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Mengunakan Metode AHP”.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana merancang dan membuat Sistem Pendukung Keputusan

(DSS) Penilaian Afektif Siswa MAN 3 Malang dengan Mengunakan Metode

AHP?

1.3. Batasan Masalah

a. Program ini berisi pengambilan keputusan penilaian afektif siswa MAN 3

Malang

Page 21: DSS dengan metode AHP

b. Decision Support System (DSS) ini dibuat berdasarkan metode AHP

(Analytic Hierarchy Process).

1.4. Tujuan Penelitian

Merancang dan membuat sistem pendukung keputusan untuk mengolah

penilaian afektif siswa MAN 3 Malang

1.5. Manfaat Penelitian

a. Dapat dipakai untuk mengetahui kecenderungan sikap dan minat siswa

MAN 3 Malang.

b. Dapat dijadikan bahan evaluasi dalam mengembangkan sikap dan minat

belajar siswa MAN 3 Malang.

c. Dapat dijadikan sebagai Raport kepribadian dalam Raport akademik.

1.6. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah

sebagai berikut :

a) Jenis Penelitin

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini,

yaitu penelitian tindakan (Action Reseach). Dalam perancangan aplikasi

yang dilakukan bersama-sama antara peneliti dengan pihak-pihak yang

bersangkutan didalam menangani proses pengelolahan data-data yang ada

di MAN 3 Malang.

b) Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian Tugas Ahir ini di lakukan di MAN 3 Malang Jl.

Bandung No.7 Malang

c) Sumber Data

Page 22: DSS dengan metode AHP

1. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

dari sumbernya diamati dan dicatat untuk pertama kalinya, dan

mempunyai hubungan erat dengan permasalahan ysng dihadapi

lembaga tersebut.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku-buku

bacaan yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi.

d) Metode Pengumpulan Data

Salah satu yang terpenting dalam penelitian adalah melalui metode

tertentu untuk memecahkan suatu masalah yang diperoleh dengan tujuan

agar mendapat hasil yang dapat dipertanggung jawabkan. Adapun

langkah-langkah dalam teknik pengumpulan data penelitian ini adalah

sebagai berikut :

� Observasi

Dengan mengadakan penelitian dan menganalisa secara langsung

terhadap kondisi MAN 3 Malang, dimana observasi ini meliputi

pengamatan terhadap perangkat lunak, perangkat keras dan

sebagainya. Observasi juga mencakup pencarian dan pengambilan

data.

� Diskusi dan Wawancara

Melakukan interview dengan guru MAN 3 Malang yang berkaitan

dengan penilaian afektif siswa untuk memperoleh data dan

Page 23: DSS dengan metode AHP

informasi dalam pembuatan program (Decision Support Sistem

Penilaian Afektif Siswa MAN 3 Malang).

� Studi Literatur

Dalam mempelajari data manual dan referensi yang berhubungan

dengan masalah yang dihadapi akan digunakan dalam perencaaan

perancangan aplikasi yang akan dibuat.

� Perancangan Sistem

Setelah menganalisa permasalahan selanjutnya perancangan sistem

dengan menggunakan model perancangan sistem yang telah

ditetapkan untuk menghasilkan data yang dibutuhkan.

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang mudah dimengerti dan

komperehensif mengenai isi dalam penulisan skripsi ini, secara global dapat

dilihat dari sistematika pembahasan skripsi dibawah ini :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahuluan yang di dalamnya berisi tentang

latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metode penelitian, metode pengumpulan data, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan Decision

Support System (DSS), KTSP, dan AHP untuk menilai siswa.

Page 24: DSS dengan metode AHP

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini menjelaskan tentang pembuatan desain dan perancangan

program Decision Support System (DSS) Penilaian Afektif Siswa MAN 3

Malang yang meliputi materi penelitian, tahap-tahap pembuatan sistem,

rancangan database, flowchart, Dependency Diagram, Context Diagram (CD),

Data Flow Diagram (DFD), dan Entity Relationship Diagram (ERD).

BAB IV IMPLEMENTASI DAN UJI COBA SISTEM

Bab ini menjelaskan tentang implementasi dari sistem yang telah

dibuat kedalam bentuk sebuah program aplikasi.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan penutup, yang di dalamnya berisi kesimpulan dari

seluruh rangkaian penelitian serta saran kemungkinan pengembangan

penelitian selanjutnya.

Page 25: DSS dengan metode AHP

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pembahasan Penilaian Afektif Berdasarkan KTSP

Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman :

$ pκš‰r' ‾≈ tƒ t Ï%©!$# (# þθ ãΖtΒ#u #sŒ Î) Ÿ≅ŠÏ% öΝä3s9 (#θ ßs ¡¡x�s? † Îû ħÎ=≈ yf yϑø9 $# (#θ ßs |¡øù$$ sù Ëx |¡ ø�tƒ ª!$#

öΝä3s9 ( #sŒ Î)uρ Ÿ≅ŠÏ% (#ρâ“ à±Σ$# (#ρâ“ à±Σ $$sù Æìsùö� tƒ ª!$# tÏ% ©!$# (#θ ãΖtΒ#u öΝä3ΖÏΒ tÏ%©!$#uρ (#θ è?ρé& zΟ ù=Ïè ø9 $# ;M≈y_ u‘yŠ 4 ª! $#uρ $ yϑÎ/ tβθ è=yϑ÷ès? ×�� Î7yz ∩⊇⊇∪

”Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Mujaadilah : 11)

Ayat diatas menjelaskan tentang etika dalam suatu pembelajaran

pendidikan formal maupun nonformal, yaitu bagaimana etika siswa kepada

guru dan etika guru kepada siswanya. Apabila guru mengajarkan atau

memerintahkan sesuatu yang baik maka sebagai siswa yang baik harus

mematuhi dan melaksanakannya begitu pula sebaliknya apabila guru

mengajarkan atau memerintahkan yang jelek sebagai siswa yang baik tidak

harus melaksanakannya. Karena tidak semestinya guru mengajarkan dan

memberikan contoh yang buruk pada siswanya.

Page 26: DSS dengan metode AHP

2.1.1. Definisi Penilaian

Penilaian adalah suatu kegiatan untuk membuat keputusan tentang

hasil pembelajaran dari masing-masing siswa, serta keberhasilan siswa

dalam kelas secara keseluruhan. Penilaian juga merupakan indikator

keberhasilan guru dalam proses pembelajaran (Supratiningsih dan Suharja,

2006). Menurut Davies (1981), pengertian penilaian mengacu pada proses

yang menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan,

unjuk-kerja, proses, orang dan objek. Adapun Sujana (1990)

membatasinya sebagai suatu proses memberi nilai objek tertentu

berdasarkan suatu kriteria yang tertentu pula.

Pengukuran dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu proses

membandingkan tingkat keberhasilan dengan ukuran keberhasilan dalam

pembelajaran yang telah ditentukan. Sedangkan penilaian dalam

pembelajaran adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan

dalam pembelajaran melalui kegiatan pengukuran atau pembandingan

dengan kriteria-kriteria yang berlaku. Berdasarkan penjelasan di atas,

dapat disimpulkan bahwa penilaian dapat diartikan sebagai proses

sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan,

unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan yang lain).

Alat penilaian yang baik adalah yang mampu mengukur keberhasilan

proses pendidikan secara tepat dan akurat. Berikut ini dipaparkan syarat-

syarat alat penilaian yang baik.

1. Kesahihan (validity)

Page 27: DSS dengan metode AHP

Kesahihan (validity) adalah ketepatan alat penilaian dalam

mengukur tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan

kata lain, suatu alat penilaian dikatakan sahih apabila ia dapat menilai apa

yang seharusnya dinilai. Sebaiknya Anda juga tahu bahwa kesahihan suatu

alat penilaian dapat ditinjau dari empat sisi, yaitu (a) kesahihan isi (content

validation), (b) kesahihan konstruksi (construction validity), (c) kesahihan

yang ada sekarang (concurrent validity), dan (d) kesahihan prediksi

(prediction validity) (Arikunto, 1990). Penentuan kesahihan suatu alat

penilaian juga dipengaruhi oleh faktor penskoran, faktor respon siswa, dan

faktor pengadministrasiannya.

2. Keterandalan (reliability)

Keterandalan (reliability) biasanya disebut juga dengan keajegan

atau konsistensi. Keterandalan suatu alat penilaian penting untuk

diperhatikan. Alat penilaian yang handal akan memberikan skor yang

relatif sama/tetap pada setiap pelaksanaan penilaian. Misalnya, kalau

dalam pelaksanaan penilaian yang pertama seorang siswa mendapat skor

70, kemudian dalam penilaian yang kedua siswa tersebut mendapat skor

75, maka dapat dikatakan bahwa alat penilaian tersebut handal. Namun,

apabila dalam penilaian yang pertama seorang siswa mendapat skor 70,

kemudian dalam penilaian yang kedua siswa tersebut mendapat skor 50

atau 90, maka dapat dikatakan bahwa alat penilaian tersebut tidak handal.

Perlu diketahui bahwa ada sejumlah faktor yang mempengaruhi

tingkat reliabilitas suatu alat penilaian. Pertama, jika alat penilaian yang

diberikan kepada siswa terlalu mudah, terlalu sukar, atau tidak jelas, maka

Page 28: DSS dengan metode AHP

akan berpeluang memberikan skor yang tidak handal. Kedua, jika siswa

peserta penilaian tersebut memiliki karakteristik yang terlalu beragam,

maka hal ini juga berpeluang memberikan skor yang tidak handal. Ketiga,

jika standar penilaian yang digunakan guru pada masing-masing

pelaksanaan kegiatan penilaian tidak seragam, maka skor yang dihasilkan

pun tidak handal. Keempat, jika jumlah soal yang digunakan untuk

mengukur kemampuan siswa terlalu sedikit, maka hal ini berpeluang

memberikan skor yang tidak handal. Alasannya, jumlah soal yang tersedia

tidak mampu menjaring secara lengkap pengetahuan siswa.

3. Kepraktisan

Kepraktisan dalam menyusun suatu alat penilaian penting untuk

diperhatikan. Alat penilaian yang praktis dapat membantu guru dalam

menyiapkan, menggunakan, dan menginterpretasikan hasil penilaian.

Kepraktisan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu penskoran,

kemudahan dalam mengadministrasikan, waktu, dan bentuk alat penilaian.

2.1.2. Tujuan Penilaian

Tujuan penilaian dalam proses pembelajaran adalah

� Mengetahui kedudukan siswa dalam kelompok di kelasnya

� Sebagai balikan bagi guru untuk mengetahui ketepatan pemilihan

metode dan program yang digunakan

� Mendiagnosa kendala yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran

� Mendapatkan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan

untuk menempatkan dan menentukan langkah berikutnya terhadap

siswa

Page 29: DSS dengan metode AHP

2.1.3. Fungsi Penilaian

Penilaian dalam proses pembelajaran memiliki empat fungsi, yaitu :

� Sebagai bahan diagnostik dan pengembangan

Artinya, Anda dapat menggunakan hasil penilaian tersebut sebagai

dasar mendiagnosis kelemahan dan keunggulan siswa, serta hambatan

yang menyertainya. Dengan demikian, jika ada siswa yang tidak

berhasil maka dengan mudah Anda dapat mengetahui penyebabnya

melalui tes ini. Hasil diagnostik ini juga dapat Anda gunakan sebagai

bahan pengembangan kualitas pembelajaran siswa.

� Sebagai bahan seleksi

Artinya, Anda dapat menggunakan hasil penilaian sebagai dasar

seleksi penempatan siswa menurut jenis jurusan atau jabatannya.

� Sebagai bahan pertimbangan kenaikan kelas

Artinya, Anda dapat mengguna-kan hasil penilaian sebagai dasar untuk

menentukan apakah siswa yang bersangkutan dapat naik kelas atau

tidak. Wujudnya adalah nilai atau skor dalam rapor siswa.

� Sebagai bahan pertimbangan untuk penempatan

Artinya, Anda dapat menggunakan hasil penilaian sebagai dasar

seleksi penempatan siswa berdasarkan kemampuan yang mereka

miliki.

2.1.4. Prinsip-Prinsip Penilaian

Penilaian merupakan langkah terakhir untuk menentukan sejauh mana

tujuan pembelajaran bisa tercapai. Melalui penilaian, keberhasilan anak dan

Page 30: DSS dengan metode AHP

guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dapat diukur. Maka penilaian

hendaknya :

� Objektif, artinya dalam melakukan suatu penilaian, hendaknya guru

bertindak adil dan tidak pandang buluPenilaian hendaknya memiliki

prinsip kejelasan, artinya dalam melakukan penilaian hendaknya guru

memahami semuanya dengan jelas.

� Seksama, artinya semua komponen untuk menilai siswa sudah

disiapkan oleh guru secara cermat dan seksama.

� Representatif, artinya dalam menilai hendaknya guru mampu

melakukannya secara menyeluruh. Semua materi yang telah

disampaikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas harus dapat dinilai

secara representatif.

2.2. Pembahasan Ranah Afektif

2.2.1. Hakikat Pembelajaran Afektif

Menurut Bloom (1976) hasil belajar mencakup prestasi

belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Andersen (1981)

sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara

yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir

berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan

ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah

afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan,

minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan

karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan.

Page 31: DSS dengan metode AHP

Menurut Popham (1995), ranah afektif menentukan

keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat

pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar

secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran

diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh

karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat

semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah

ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk

membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat

nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam

merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus

memperhatikan ranah afektif.

Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan

psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta

didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap

pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu,

sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal.

Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak

tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk

meningkatkan minat peserta didik. Oleh karena itu untuk mencapai

hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran

dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus

memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.

Page 32: DSS dengan metode AHP

2.2.2. Tingkatan Ranah Afektif

Menurut Krathwohl (1961) bila ditelusuri hampir semua

tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran

sains, misalnya, di dalamnya ada komponen sikap ilmiah. Sikap

ilmiah adalah komponen afektif. Tingkatan ranah afektif menurut

taksonomi Krathwohl ada lima, yaitu: receiving (attending),

responding, valuing, organization, dan characterization.

� Tingkat receiving

Pada tingkat receiving atau attending, peserta didik memiliki

keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus,

misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Tugas

pendidik mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena

yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya pendidik

mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang

bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi

kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang

positif.

� Tingkat responding

Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu

sebagai bagian dari perilakunya. Pada tingkat ini peserta didik

tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga

bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada

pemerolehan respons, berkeinginan memberi respons, atau

kepuasan dalam memberi respons. Tingkat yang tinggi pada

Page 33: DSS dengan metode AHP

kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada

pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Misalnya

senang membaca buku, senang bertanya, senang membantu

teman, senang dengan kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.

� Tingkat valuing

Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang

menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat

rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya

keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada

tingkat komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada

internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar

pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan

stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran,

penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.

� Tingkat organization

Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan,

konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem

nilai internal yang konsisten. Hasil pembelajaran pada tingkat ini

berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai.

Misalnya pengembangan filsafat hidup.

� Tingkat characterization

Tingkat ranah afektif tertinggi adalah characterization nilai. Pada

tingkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang

mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga

Page 34: DSS dengan metode AHP

terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada tingkat ini

berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.

2.2.3. Karakteristik Ranah Afektif

Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk

diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama,

perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku

harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah

afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan

derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat

dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka.

Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat

dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif

atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu

baik atau buruk. Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif,

sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah

perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada

dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek,

aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan

merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa

kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap

sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini

bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini

diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui.

Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas.

Page 35: DSS dengan metode AHP

Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya

adalah tes.

Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu

sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.

1. Sikap

Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak

secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat

dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang

positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi

verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran,

tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap

sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk

mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi

pembelajaran, dan pendidikan kepridadian. Apabila siswa

mempunyai sikap dan perilaku yang baik di sekolah, maka juga akan

mempunyai sikap dan perilaku yang baik di masyarakat.

Sebagaimana firman Allah S W T :

¨βÎ) ©!$# ã� ãΒù' tƒ ÉΑô‰yè ø9 $$ Î/ Ç≈ |¡ ôm M}$#uρ Ç›!$ tGƒ Î)uρ “ÏŒ 4†n1ö� à)ø9 $# 4‘sS÷Ζtƒ uρ Ç tã Ï !$ t± ósx�ø9 $# Ì� x6Ψßϑø9 $#uρ Ä øöt7 ø9 $#uρ 4 öΝä3Ýà Ïètƒ öΝà6‾=yès9 šχρã� ©.x‹s? ∩⊃∪

”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS An-Nahl : 90).

Ayat di atas menerangkan dan menyuruh untuk selalu

berbuat kebaikan. Dalam hal ini siswa harus mempunyai sikap dan

Page 36: DSS dengan metode AHP

perilaku (akhlak) yang baik di lingkungan sekolah maupun di

masyarakat. Dan ini merupakan tanggung jawab guru untuk selalu

membimbing dan mengarahkan siswanya untuk selalu bersikap dan

berbuat baik di dalam kelas, di lingkungan sekolah maupun di

masyarakat. Sebagaimana juga firman Allah SWT dalam surat An-

Nahl dan Ar-Rohman yang berbunyi :

¨βÎ) ©!$# yìtΒ tÏ% ©!$# (#θ s)̈?$# t Ï%©!$# ¨ρ Νèδ šχθ ãΖÅ¡øt’Χ ∩⊇⊄∇∪

”Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. An-Nahl : 128)

ö≅ yδ â !#t“y_ Ç≈|¡ ôm M}$# āω Î) ß≈|¡ ôm M}$# ∩∉⊃∪

”Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (QS. Ar-Rohman :60)

Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu

predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau

negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap

peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau

terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk

ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap mata

pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah

peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding

sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah

satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses

pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana

pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang

Page 37: DSS dengan metode AHP

membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih

positif.

2. Minat

Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang

terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang

untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan

keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan

menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau

keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap

sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara

umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki

intensitas tinggi. Penilaian minat dapat digunakan untuk:

� mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk

pengarahan dalam pembelajaran,

� mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,

� pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta

didik,

� menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,

� mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat sama,

� acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara

keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam

penyampaian materi,

� mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran

yang diberikan pendidik,

Page 38: DSS dengan metode AHP

� bahan pertimbangan menentukan program sekolah,

� meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

3. Konsep Diri

Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan

individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki.

Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti

ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi

bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif

atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu

daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep

diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik,

yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri,

dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain

itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan

motivasi belajar peserta didik dengan tepat.

Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian

diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut.

� Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta

didik.

� Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah

dicapai.

� Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.

� Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan

peserta didik.

Page 39: DSS dengan metode AHP

� Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses

pembelajaran.

� Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan

mengetahui standar input peserta didik.

� Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti

pembelajaran.

� Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.

� Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.

� Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.

� Peserta didik memahami kemampuan dirinya.

� Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap

peserta didik.

� Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial,

hasilnya dapat untuk instropeksi pembelajaran yang

dilakukan.

� Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.

� Peserta didik mampu menilai dirinya.

� Peserta didik dapat mencari materi sendiri.

� Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya.

4. Nilai

Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan

tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik

dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap

mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek

Page 40: DSS dengan metode AHP

spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.

Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa

sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan

dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi

atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.

Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler

(1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang

dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan

kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai

suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi

pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya

satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan

dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta

didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi

konstribusi positif terhadap masyarakat.

5. Moral

Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan

moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan

antara judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya

mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon

verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada

bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak. Moral berkaitan

dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang

lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri.

Page 41: DSS dengan metode AHP

Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau

melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering

dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan

akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan

dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang. Ranah afektif

lain yang penting adalah:

� Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran

dalam berinteraksi dengan orang lain.

� Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode

nilai, misalnya moral dan artistik.

� Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang

mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh

pendidikan.

� Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang

demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab

secara maksimal kepada semua orang.

2.3. Pembahasan KTSP (Kurikulum Tingakat Satuan Pendidikan)

2.3.1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Dalam Standar Nasional (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan

bahwa yang dimaksud dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional yang disusun dan

dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP disusun /

dirancang dan dilakukan oleh para satuan pendidikan dengan

memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi

Page 42: DSS dengan metode AHP

dasar yang dikembangkan oleh badan standart nasional pendidikan

(BSNP).

Sebenarnya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)

dirancang dan dikembangkan berdasarkan undang-undang No 20 Tahun

2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1,dan 2 yang

berbunyi:

1. Pengembangan kurikulum mengacu pada standar Nasional

Pendidikan untuk mewujudkan Tujuan Pengembangan Nasional.

2. kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan

dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan,

potensi daerah, dan peserta didik.

Namun ada beberapa hal yang harus perlu dipahami dalam

kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah

sebagai berikut:

a) KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan,

potensi dan karekteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat

setempat dan peserta didik.

b) Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat

satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar

kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi

dinas pendidikan kabupaten / kota dan departemen agama yang

bertanggung jawab dibidang pendidikan.

c) Kurikulum tingkat satuan penidikan (KTSP) untuk setiap program

studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh

Page 43: DSS dengan metode AHP

masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar

Nasinaol Pendidikan.

KTSP adalah suatu gagasan / ide tentang pengembangan kurikulum

yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni

sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satuan

pendidikan. Dengan memberikan otonomi yang besar, disamping

menunjukkan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntutan masyarakat juga

merupakan sarana peningkatan kualitas, efisiensi, dan dan pemerataan

pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang

memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk

mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan

kebutuhan masing-masing.

Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru,

kepala sekolah, serta komite sekolah dan dewan pendidikan. Badan ini

merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat

daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah

(DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga kependidikan,

perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga ini

yang menetapkan segala kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-

ketentuan tentang pendidikan yang berlaku. Selanjutnya komite sekolah

perlu merumuskan dan menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan

berbagai implikasinya terhadap program-progaram kegiatan opersional

untuk mencapai tujuan sekolah.

Page 44: DSS dengan metode AHP

2.3.2. Tujuan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Tujuan umum dengan diterapkannya KTSP adalah untuk

memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian

kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong

sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam

pengembangan kurikulum.

Dan secara khusus dengan diterapkannya KTSP adalah untuk:

a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif

sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelalo dan

memberdayakan sumber daya ang tersedia.

b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

c) Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang akan dicapai.

Memahami dari tujuan diatas, KTSP dapat dipandang sebagai

suatu pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam

konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan dewasa ini. Oleh karena

itu, KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikan, terutama

berkaitan dengan tujuan hal sebagai berikut:

a. Lembaga pendidikan harus lebih mengetahui kekuatan, kelemahan,

peluang, dan tantangan bagi dirinya agar lembaga sekolah dapat

mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk

memajukan lembaga.

Page 45: DSS dengan metode AHP

b. Sekolah juga lebih mengetahui kebutuhan sekolahnya, pada khususnya

input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam

proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan

kebutuhan peserta didik.

c. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk

memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekalahlah yang paling

tahu apa yang terrbaik bagi sekolahnya.

Keterlibatan semua warga sekolah dan mayarakat dalam pengembangan

kurikulum menciptakan tranparasi dan demokrasi yang sehat, serta lebih

efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat.

2.3.3. Komponen KTSP

Sebagimana panduan penyusunan KTSP yang disusun oleh BNSP,

bahwa ada dua komponen yang perlu di pahami, yaitu:

1. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

Rumusan tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan mengacu

pada tujuan umum pendidikan, dibagi atas beberapa bagian yaitu:

� Tujuan Pendidikan Dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

� Tujuan Pendidikan Menengah adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

� Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan adalah meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

Page 46: DSS dengan metode AHP

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih

lanjut sesuai dengan kejuruannya.

2. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan

Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam standar isi, yang

dikembangkan dari kelompok mata pelajaran sebagai berikut:

� kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.

� kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.

� kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

� kelompok mata pelajaran estetika.

Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan

dan atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP No: 19

tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 7.

2.4. Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, minat, bakat,

penguasaan sosial, dan kesiapan belajar. Dengan menggunakan skala

likert, maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi,

dimensi dijabarkan menjadi sub variable yang dapat diukur. Setiap

jawaban dihubungkan dengan bentuk pertanyaan atau dukungan sikap

yang diungkapkan dengan kata-kata berikut :

A = sangat bagus

B = baik

C = cukup

Page 47: DSS dengan metode AHP

D = kurang

E = sangat kurang

2.5. Decision Support System (DSS)

2.5.1. Definisi Decision Support System (DSS)

Decision Support System atau sistem pendukung keputusan

merupakan suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan

kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat

managerial dan merupakan kegiatan strategi dari suatu organisasi, serta

menyediakan laporan-laporan yang diperlukan oleh pihak luar.

2.5.2. Komponen-komponen sistem pendukung keputusan.

Secara garis besar sistem pendukung keputusan dibangun oleh tiga

komponen, yaitu :

1) Database

2) Model Base

3) Software System

Sistem database berisi kumpulan dari semua data bisnis yang

dimiliki perusahaan, baik yang berasal dari transaksi sehari-hari, maupun

data dasar (master file). Untuk keperluan sistem pendukung keputusan,

diperlukan data yang relevan dengan permasalahan yang hendak

dipecahkan melalui simulasi.

Komponen kedua adalah Model Base atau suatu model yang

merepresentasikan permasalahan ke dalam format kuantitatif (model

matematika sebagai contohnya) sebagai dasar simulasi atau pengambilan

keputusan, termasuk di dalamnya tujuan dari permasalahan (obyektif),

Page 48: DSS dengan metode AHP

komponen-komponen terkait, batasan-batasan yang ada (constraints), dan

hal-hal terkait lainnya.

Kedua komponen tersebut untuk selanjutnya disatukan dalam

komponen ketiga (software system), setelah sebelumnya direpresentasikan

dalam bentuk model yang “dimengerti” komputer . Contohnya adalah

penggunaan teknik RDBMS (Relational Database Management System),

OODBMS (Object Oriented Database Management System) untuk

memodelkan struktur data. Sedangkan MBMS (Model Base Management

System) dipergunakan untuk mere-presentasikan masalah yang ingin dicari

pemecahannya. Entiti lain yang terdapat pada produk DSS baru adalah

DGMS (Dialog Generation and Management System), yang merupakan

suatu sistem untuk memungkinkan terjadinya “dialog” interaktif antara

computer dan manusia (user) sebagai pengambil keputusan.

Simon (1960) mengajukan model yang mengambarkan proses

pengambilan keputusan. Proses ini terdiri dari tiga fase, yaitu :

a. Intelligence

Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari

lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan

diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan

masalah.

b. Design

Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan dan

menganalisis alternatif tindakan yang biasa dilakukan. Tahap ini

Page 49: DSS dengan metode AHP

meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi dan

menguji kelayakan solusi.

c. Choice

Tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif

tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian

diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.

Meskipun implementasi termasuk tahap ketiga, namun ada

beberapa pihak berpendapat bahwa tahap ini perlu dipandang sebagai

bagian yang terpisah guna mengambarkan hubungan antar fase secara

lebih komprehensif. Dalam hal ini, Model simon juga mengambarkan

kontribusi Sistem Informasi Manajemen (SIM) dan Ilmu Manajemen /

Operations Research (IM / OR) terhadap pengambilan keputusan, seperti

terlihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.1. Fase Proses Pengambilan Keputusan (Kadarsah Suryadi 2:16)

Aplikasi sistem pendukung keputusan terdiri dari beberapa

subsistem sebagai berikut :

INTELLIGENCE (PENELUSURAN LINGKUP

MASALAH)

DESIGN (PERANCANGAN PENYELESAIAN

MASALAH)

CHOICE (PEMILIHAN TINDAKLAN)

IMPLEMENTATION (PELAKSANAAN

TINDAKAN)

SISTEM INFORMASI MANEJEMEN/PENGOLAHAN DATA ELEKTRONIK

ILMUMANEJEMEN/ OPERATIONS RESEARCH

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

Page 50: DSS dengan metode AHP

a. Subsistem manajemen data

Subsistem manajemen data memasukkan satu database yang berisi data

yang relevan untuk situasi dan dikelola oleh perangkat lunak yang

disebut DBMS (Database Management System). Subsistem manajemen

data dapat diinterkoneksikan dengan data warehouse perusahaan, suatu

repositori untuk data perusahaan yang relevan untuk mengambil

keputusan.

Subsistem manajemen data terdiri dari elemen-elemen berikut ini :

1. Database

Database adalah kumpulan data yang saling terkait yang diorganisasi

untuk memenuhi kebutuhan dan struktur sebuah organisasi dan dapat

digunakan oleh lebih dari satu orang untuk lebih dari satu aplikasi.

2. Database Management System

Database dibuat, diakses, dan diperbarui oleh sebuah DBMS

(Database Management System). Sistem pendukung keputusan

dibuat dengan sebuah DBMS relasional standar yang memberikan

berbagai kemampuan, di antaranya adalah :

a. Mengcapture atau mengekstrak data untuk masuk ke dalam

sebuah database sistem pendukung keputusan.

b. Memperbarui record data dan file.

c. Membuat data dari berbagai sumber dapat saling

terhubung.

d. Mendapatkan kembali data dari database untuk query dan

laporan.

Page 51: DSS dengan metode AHP

e. Memberikan keamanan data yang komprehensif.

f. Menangani data personal dan tidak resmi sehingga para

pengguna dapat bereksperimen dengan berbagai solusi

alternatif, berdasarkan penilaian mereka sendiri.

g. Melakukan tugas-tugas manipulasi data yang rumit

berdasarkan query.

h. Melacak data yang digunakan dalam sistem pendukung

keputusan.

i. Mengelola data melalui sebuah kamus.

3. Direktori data

Direktori data merupakan sebuah katalog dari semua data di dalam

database. Direktori data berisi definisi data, dan fungsi utamanya

adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai ketersediaan item-

item data, sumbernya, dan makna eksak dari data.

4. Fasilitas query

Fasilitas query bertugas untuk menyediakan akses, manipulasi

dan query data. Selain itu juga harus dapat menentukan

bagaimana permintaan data dapat dipenuhi, memformulasi

permintaan data dengan detail, dan menampilkan hasilnya pada

peminta data.

Page 52: DSS dengan metode AHP

2.5.3. Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan

Konsep yang digunakan dalam pengembangan sistem pendukung

keputusan adalah meliputi input, proses dan output.

� Input:

Pada bagian input terdiri dari data base dan model base. Data

base, berisi on post data, yaitu kualitas penilaian dari kriteria-

kriteria evaluasi yang dipergunakan serta model base, yaitu model

yang akan dipergunakan dalam sistem pendukung keputusan.

Model base yang dihasilkan dari analisis statistik dengan metode

analisis diskriminan, yang terdiri dari Z score adalah fungsi

diskriminan dan cut-off, yaitu nilai skor diskriminan yang

dipergunakan untuk membagi kelompok menjadi dua bagian

berhasil dan gagal.

� Proses:

Dalam proses ada dua kegiatan, yaitu pengumpulan dan

pengorganisasian data yaitu data penilaian dari setiap kontraktor

dan perhitungan dan analisis yang terdiri dari perhitungan kinerja

berdasarkan fungsi diskriminan serta cut-off point, dan perhitungan

nilai indek untuk menunjukan peringkat kontraktor.

� Output:

Output yang dihasilkan dari proses yang akan dipergunakan dalam

sistem pendukung keputusan adalah kondisi kinerja waktu, biaya

dan kualitas, serta indeks nilai kontraktor (INTK) yang akan

dipergunakan untuk menetukan peringkat dari kontraktor. Feed

Page 53: DSS dengan metode AHP

back dimaksudkan dengan adanya umpan balik tesebut,

kesinambungan sistem pendukung keputusan yang dihasilkan akan

selalu dapat dipenuhi.

2.6.AHP (Analytic Hierarchy Process)

2.6.1. Definisi (Analytic Hierarchy Process)

Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih

suatu alternatif. Peralatan utama Analytical Hierarchy Process (AHP)

adalah sebuah hiraki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia

(10 : 130).

AHP (Analytic Hierarchy Process) adalah prosedur yang berbasis

matematis yang sangat baik dan sesuai untuk kondisi evaluasi atribut-

atribut kualitatif. Atribut-atribut tersebut secara matematik dikuantitatif

dalam satu set perbandingan berpasangan. Kelebihan AHP dibandingkan

dengan yang lainnya karena adanya struktur yang berhirarki, sebagai

konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai kepada sub-sub criteria yang

paling mendetail. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas

toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh

para pengambil keputusan (14 : 133).

Pada hakekatnya AHP merupakan suatu model pengambil

keputusan yang komprehensif dengan memperhitungkan hal- hal yang

bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dalam model pengambilan keputusan

dengan AHP pada dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari

model-model sebelumnya. AHP juga memungkinkan ke struktur suatu

sistem dan lingkungan kedalam komponen saling berinteraksi dan

Page 54: DSS dengan metode AHP

kemudian menyatukan mereka dengan mengukur dan mengatur dampak

dari komponen kesalahan sistem (Saaty,2001)

Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional

dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Jadi perbedaan yang

mencolok model AHP dengan model lainnya terletak pada jenis inputnya.

Terdapat 4 aksioma-aksioma yang terkandung dalam model AHP

1. Reciprocal Comparison artinya pengambilan keputusan harus

dapat memuat perbandingan dan menyatakan preferensinya.

Prefesensi tersebut harus memenuhi syarat resiprokal yaitu apabila

A lebih disukai daripada B dengan skala x, maka B lebih disukai

daripada A dengan skala 1/x

2. Homogenity artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan

dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen- elemennya

dapat dibandingkan satu sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak

dipenuhi maka elemen- elemen yang dibandingkan tersebut tidak

homogen dan harus dibentuk cluster (kelompok elemen) yang baru

3. Independence artinya preferensi dinyatakan dengan

mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-

alternatif yang ada melainkan oleh objektif keseluruhan. Ini

menunjukkan bahwa pola ketergantungan dalam AHP adalah

searah, maksudnya perbandingan antara elemen-elemen dalam satu

tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen pada

tingkat diatasnya

Page 55: DSS dengan metode AHP

4. Expectation artinya untuk tujuan pengambil keputusan. Struktur

hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi

maka pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau

objectif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang

diambil dianggap tidak lengkap

Selanjutnya Saaty (2001) menyatakan bahwa proses hirarki analitik

(AHP) menyediakan kerangka yang memungkinkan untuk membuat suatu

keputusan efektif atas isu kompleks dengan menyederhanakan dan

mempercepat proses pendukung keputusan. Pada dasarnya AHP adalah

suatu metode dalam merinci suatu situasi yang kompleks, yang terstruktur

kedalam suatu komponen-komponennya. Artinya dengan menggunakan

pendekatan AHP kita dapat memecahkan suatu masalah dalam

pengambilan keputusan.

2.6.2. Prinsip Kerja AHP

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan

kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-

bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat

kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang

arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel

lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa

untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan

untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin, 2004).

Page 56: DSS dengan metode AHP

2.6.3. Prosedur AHP

Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi :

1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-

unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur

hierarki seperti gambar di bawah ini :

Gambar 2.3. Struktur Hierarki AHP

2. Penilaian kriteria dan alternatif

Pada dasarnya formulasi matematis pada model AHP dilakukan

dengan mengunakan suatu matrik. Misalkan, dalam suatu subsistem

operasi terdapat n elemen operasi, yaitu elemen-elemen operasi A1, A2,

…, An, maka hasil perbandingan secara berpasangan elemen-elemen

operasi tersebut akan membentuk matrik perbandingan. Perbandingan

berpasangan dimulai dari tingkat hirarki paling tinggi, dimana suatu

kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan selanjutnya

perhatikan elemen yang akan dibandingkan.

Goal

Objectives

Sub-Objectives

Alternatives

Page 57: DSS dengan metode AHP

Gambar 2.2. Matrik Perbandingan Berpasangan

Matrik An x n mertupakan matrik reseprokal. Dan diasumsikan

terdapat n elemen, yaitu W1, W2, W3,..., Wn yang akan dinilai secara

perbandingan. Nilai (judgment) perbandingan secara berpasangan antara

(Wi,j) dapat direpresentasikan seperti matrik tersebut Wi/Wj = a(i,j; i.i =

1,2,..,n) dalam hal ini matrik perbandingan adalah matrik A dengan unsur-

unsurnya adalah aij, dengan i,j=1,2,..,n. unsur-unsur matrik tersebut

diperoleh dengan membandingkan satu elemen operasi terhadap elemen

operasi elemen lainya untuk tingkat hirarki yang sama, Misalnya unsur a11

adalah perbandingan elemen operasi A1 dengan elemen A1 itu sendiri,

dengan sendirinya nilai unsur a11 adalah sama dengan 1. dengah cara yang

sama maka diperoleh semua unsur diagonal matrik perbandingan sama

dengan 1. nilai unsur a12 adalah perbandingan kepentingan elemen operasi

A1 terhadap elemen operasi elemen A2. besarnya nilai a21 adalah 1/a12,

yang menyatakan tingkat intensitas kepentingan operasi A2 terhadap

elemen operasi A1.

Bila vector pembobotan elemen operasi A1,A2,.., An tersebut

dinyatakan sebagai vector W dengan W = (W1,W2,..,Wn) maka nilai

intensitas kepentingan nilai A1 dibandingan A2 dapat pula dinyatakan

sebagai perbandingan bobot elemen operasi A1 terhadap A2 yakni W1/W2

yang sama dengan a12, sehingga matrik perbandingan pada gambar 10.1

dapat pula dinyatakan sebagai berikut

A 1 A 2 … A n

A 1 a 11 a 12 a 1n A 2 a 21 a 22 a 2n . . . . . . . . . . . .

A n a n1 a n2 a nn

Page 58: DSS dengan metode AHP

Gambar 2.3 Mtrik Perbandingan Preferensi

Nilai-nilai Wi/Wj, dengan i,j = 1, 2,.., n, dijajaki dengan pertafsiran,

yaitu orang-orang yang berkompeten dalam permasalahan yang dianalisis..

Bila matrik ini dikalikan dengan vector kolom W = (W1,W2,..,Wn,)

adalah

AW=nW …………………………..(1)

Bila matrik A besar diketahui dan ingin diperoleh nilai W, maka

dapat diselesaikan melalui pesamaan berikut :

[ A -nI] W = 0 ……………………(2)

Dimana I adalah matrik identitas.

Persamaan (2) ini dapat menghasilkan solusi yang tidak nol bila

(jika dan hanya jika) n merupakan eigenvalue dari A dan W adalah eigen

vektornya.

Setelah eigenvalue matrik perbandingan A tersebut diperoleh,

misalnya λ1, λ2, .., λn, dan berdasarkan matrik A yang mempuyai keunikan,

yaitu a11 = 1 dengan i = 1, 2, …,n, maka

∑=

=n

i

n1

Disini semua egenvalue bernilai nol, kecuali satu yang tidak nol,

yaitu eigenvalue maxsimum. Kemudian jika penilaian yang dilakukan

konsisten, akan diperoleh eigenvalue maximum dari A yang bernilai n.

Untuk mendapatkan W, maka dapat dilakukan dengan

mensubstitusikan harga eigenvalue maximum pada persamaan

AW=λmaks W

A 1 A 2 … A n

A 1 w1/w1 w1/w2

w1/wn

A 2 w2/w1

w2/w2

w2/wn

. . . .

. . . .

. . . . A n wn/w1

wn/w2

wn/wn

Page 59: DSS dengan metode AHP

Selanjutnya persamaan (2) dapat diubah menjadi :

(A - λmaks I) W=0………………(3).

Untuk memperoleh harga nol,maka yang perlu diset adalah:

A - λmaks I = 0…………………..(4)

Berdasarkan persamaan (4) dapat diperoleh harga λmaks dengan

memasukan harga λmaks kepersamaan (3) dan ditambah dengan persamaan

∑=

n

i 1

12 =Wi

maka akan diperoleh bobot masing-masing elemen

operasi(Wi , dengan i=1, 2, …, n) yang merupakan eigen vector yang

bersesuaian dengan eigenvalue maximum.

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan.

Menurut Saaty (1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah

skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi

pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada tabel

di bawah ini :

Intensitas Kepentingan

Keterangan

1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada

elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang

lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada

elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen

lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-

pertimbangan yang berdekatan Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan

Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan

dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya

Proses perbandingan berpasangan, dimulai dari level hirarki paling atas

yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian diambil

Page 60: DSS dengan metode AHP

elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, dan A3. Maka susunan

elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada

gambar matriks di bawah ini :

A1 A2 A3

A1 1

A2 1

A3 1

Tabel 2.2. Contoh matriks perbandingan berpasangan

Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen

digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 seperti pada Tabel 1., Penilaian

ini dilakukan oleh seorang pembuat keputusan yang ahli dalam bidang

persoalan yang sedang dianalisa dan mempunyai kepentingan terhadapnya.

Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka

diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan

nilai tertentu, maka elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan

kebalikannya.

Dalam AHP ini, penilaian alternatif dapat dilakukan dengan

metode langsung (direct), yaitu metode yang digunakan untuk

memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah

analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian yang detail dari

masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki

pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan

yang dihadapi, maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan dari

setiap alternatif.

Page 61: DSS dengan metode AHP

3. Penentuan prioritas

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan

berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif

kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh

alternatif.

Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat

dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk

menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan

manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.

Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan

disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas melalui tahapan-

tahapan berikut:

a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.

b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang

bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks.

c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan

jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.

4. Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan

secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.

Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara

berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal.

Hubungan tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut (Suryadi &

Ramdhani, 1998):

Page 62: DSS dengan metode AHP

Hubungan kardinal : aij . ajk = aik

Hubungan ordinal : Ai > Aj, Aj > Ak maka Ai > Ak

Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut :

a. Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih

enak empat kali dari mangga dan mangga lebih enak dua kali dari

pisang maka anggur lebih enak delapan kali dari pisang.

b. Dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari

mangga dan mangga lebih enak dari pisang maka anggur lebih enak

dari pisang.

Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari

hubungan tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna.

Hal ini terjadi karena ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang.

Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif

elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif

elemen kedua, dan seterusnya.

b. Menjumlahkan setiap baris.

c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi dengan elemen prioritas relatif

yang bersangkutan.

d. Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada,

hasilnya disebut λmaks.

e. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus

CI = (λmaks-n) / n

Page 63: DSS dengan metode AHP

Di mana n = banyaknya elemen

f. Hitung Rasio Konsistensi / Consistency Ratio (CR) dengan rumus

CR = CI/ RI

di mana CR = Consistency Ratio

CI = Consistency Index

IR = Indeks Random Consistensy.

Indeks konsistensi (CI), matriks random dengan skala penilaian 9 (1

sampai dengan 9) beserta kebalikanya sebagai indeks random (RI).

Berdasarkan perhitungan saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika

“judgment” numerik diambil acak dari skala 1/9, 1/8, …,.1,2, ,9 akan

diperoleh rata-rata konsistensi untuk matrik dengan ukuran yang berbeda,

sebagai berikut :

Ukuran Matriks Nilai RI 1,2 0,00 3 0,58 4 0,90 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 1,49 11 1,51 12 1,48 13 1,56 14 1,57 15 1,59

Tabel 2.3. Nilai Indeks Random

Perbandingan antara CI dan RI untuk matrik didefinisikan sebagai rasio

konsistensi (CR).

CR = RI

CI

Untuk model AHP, matrik perbandingan dapat diterima jika matrik

konsistensi ≥ 0.1, maka hasil perhitungan data dapat dibenarkan.

Page 64: DSS dengan metode AHP

BAB III

METODE DAN PERANCANGAN SISTEM

Pada bab perancangan dan desain sistem ini akan dibahas metode, rancangan,

dan desain program yang digunakan serta langkah-langkah yang dilakukan dalam

penelitian “Decision Support System (DSS) Penilaian Afektif Siswa MAN 3

Malang Berdasarkan Standard KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Mengunakan Metode AHP”.

Penelitian dilakukan dengan tahapan – tahapan sebagai berikut :

1. Mempelajari AHP (Analytic Hierarchy Process) dan hal-hal yang

berhubungan dengan AHP (Analytic Hierarchy Process),. Metode–metode

tersebut telah dijelaskan pada bab 2.

2. Mengumpulkan data-data afektif dan faktor-faktor yang menentukan siswa

berprestasi dalam ranah afektif diambil dari MAN 3 Malang

3. Analisis dan perencangan sistem menggunakan AHP (Analytic Hierarchy

Process)

4. Implementasi perancangan program ke dalam bahasa pemrograman Delphi

7.0 dan Interbase 5.5

5. Pengujian program

6. Evaluasi program yang telah di buat, apakah sesuai dengan AHP (Analytic

Hierarchy Process).

49

Page 65: DSS dengan metode AHP

3.1. Gambaran Umum Sistem

Sistem yang dikembangkan adalah sebuah sistem berupa perangkat lunak

yang membantu untuk pengambilan keputusan yaitu guru untuk memilih siswa

berprestasi berdasarkan aspek afektif. Dari analisis dokumen penilaian yang diisi

oleh guru dari tiap-tiap siswa lalu diproses melalui pemodelan menggunakan AHP

dan guru menilai siswa dalam setiap kelas.

Setiap form isian dianalisis berdasarkan kriteria- kriteria penilaian.

Analisis dokumen-dokumen penilaian ini menghasilkan keluaran berupa nilai

prioritas siswa. Kemudian setelah semua penilaian dianalisis, setiap penilaian

diberi bobot, untuk selanjutnya dilakukan analisis pada setiap siswa.

Pengambil keputusan dalam hal ini adalah guru melakukan proses

komunikasi dengan sistem lewat dialog (GUI) yang telah disediakan. Setiap guru

dapat melakukan pengolahan data dan memberi perintah pada sistem untuk

mengolah data yang ada sesuai model yang digunakan dan meminta sistem

memberikan alternatif solusi setelah dimasukkan beberapa kriteria dan bobot yang

diperhitungkan. Keluaran informasi sistem bisa dijadikan pertimbangan untuk

menentukan siswa yang berprestasi / berbakat berdasarkan prioritas.

3.2. Diagram Alir (Flowchart) DSS

Untuk menggambarkan diagram alir algoritma semua proses yang

dijalankan sistem pendukung keputusan penilaian afektif siswa MAN 3 Malang

dapat dilihat pada diagram alir berikut ini :

3.2.1. Diagram Alir Utama

Dalam diagram alir utama ini digambarkan algoritma secara umum

semua proses yang ada dalam Sistem Pendukung Keputusan. Proses

Page 66: DSS dengan metode AHP

diawali dengan setup matrik kriteria, setup matrik subkriteria, dan

pengisian form penilaian, kemudian proses selanjutnya adalah proses

sistem pendukung keputusan penilaian afektif siswa. Algoritma utama ini

dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.1. Diagram Alir Sistem Pendukung Keputusan Utama

3.2.2. Diagram alir DSS Penilaian Afektif

Diagram alir yang digambarkan merupakan diagram alir sistem

pendukung keputusan penilaian afektif siswa. Proses AHP ini digunakan

untuk menghitung nilai prioritas kriteria dan subprioritas kriteria. Proses

yang terdapat dalam sistem pendukung keputusan penilaian afektif ini

adalah proses AHP kriteria penilaian, proses AHP subkriteria penilaian

dan proses hasil analisis.

T

Y

mulai

Form penilaian

Analisis dokumen lagi?

DSS penilaian afektif siswa

selesai

Page 67: DSS dengan metode AHP

Gambar 3.2. Diagram Alir DSS Penilaian Afektif Siswa

3.2.3. Diagram alir AHP kriteria

Diagram alir ini berfungsi untuk menggambarkan algoritma untuk

proses AHP kriteria Penilaian. Gambaran umum algoritma pada proses

AHP kriteria ini dapat dilihat pada gambar 4.3. Proses yang terdapat dalam

AHP kriteria ini adalah set skala perbandingan berpasangan, membuat

matrik perbandingan berpasangan, membuat matrik nilai kriteria, membuat

matrik penjumlahan setiap baris dan analisis kriteria Penilaian. Dalam

AHP kriteria Penilaian ini, pengguna harus memasukkan nilai skala

perbandingan berpasangan yang akan dipakai pada form penilaian siswa.

mulai

selesei

AHP Kriteria

AHP SubKriteria Penilaian

AHP Siswa

Hasil Analisis Penilaian

Page 68: DSS dengan metode AHP

Gambar 3.3. Diagram Alir AHP Kriteria Penilaian

Penghitungan nilai intensitas kriteria ini diawali dengan melakukan

perbandingan berpasangan dari tiap-tiap kriteria. Gambar 4.4 menjelaskan

algoritma umum dari proses set skala matrik perbandingan berpasangan.

mulai

selesei

Matriks Perbandingan Berpasangan

Matriks Nilai Kriteria

Mariks Penjumlahan Tiap Baris

Analisis Kriteria Penilaian

Page 69: DSS dengan metode AHP

Gambar 3.4. Diagram Alir Set Skala Matrik Perbandingan Berpasangan

Setelah perbandingan berpasangan dilakukan, kemudian proses

selanjutnya adalah proses perhitungan matrik nilai kriteria. Proses

perhitungan matrik nilai kriteria ini diperoleh dengan rumus :

Nilai_baris_kolombaru=Nilai_baris_kolomlama/Jumlah_kolomlama

Y

T

Y

T

Y

T

T

Y

selesai

j=j+1

i=1

Simpan skala_ perbandingan [i,j]

j=1

skala_ perbandingan

[j,i] = 0

i=i

i<=

i<=

mulai

Input skala_ perbandingan

[i,j]

Tampil skala_perbandingan

[i,j ]

i=i+1

skala_perbandingan [i,j]= 1/skala_perbandingan [j,i]

skala_perbandingan [i,j]=1

Page 70: DSS dengan metode AHP

Proses selanjutnya yaitu perhitungan matriks penjumlahan setiap baris,

proses perhitungan matriks penjumlahan setiap baris ini diperoleh dengan

mengalikan nilai prioritas pada matriks nilai kriteria dengan matriks

perbandingan berpasangan, kemudian dilanjutkan dengan penghitungan

rasio konsistensi. Gambaran umum mengenai proses analisis kriteria

penilaian ini dapat dilihat pada gambar 3.5

Gambar 3.5. Diagram Alir Kriteria Penilaian

Hasil dari normalisasi matriks nilai kriteria ini adalah nilai

intensitas kriteria penilaian. Sedangkan gambaran umum mengenai proses

perhitungan matrik nilai kriteria dan matrik penjumlahan setiap baris

berturut-turut dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini :

mulai

n = banyaknya kriteria Penilaian

Matrik nilai kriteria

Matrik penjumlahan tiap baris

Menghitung Konsistensi Rasio

selesai

Page 71: DSS dengan metode AHP

Y

Y

T

T

T

Y

mulai

jumlah = 0; i = 1

temp[i] = 0; j = 1

temp[i] = temp[i] + matriks[i,j]

j = j +1

k = 1

Prioritas[k] = temp[k] / jumlah

Simpan prioritas[k]

i <= n

k <= n

i <= n

Tampil prioritas[k]

jumlah = jumlah + temp[i]

i = i + 1

j=j+1

selesai

Gambar 4.6. Diagram Alir Matriks Nilai Kriteria (Normalisasi Matriks)

Page 72: DSS dengan metode AHP

Gambar 3.7. Diagram Alir Matriks Penjumlahan Setiap Baris

Pada proses analisis kriteria ini juga terdapat proses untuk

menghitung nilai konsistesi rasio dari perbandingan berpasangan yang

telah dilakukan. Nilai konsistensi rasio ini bergantung pada banyaknya

kriteria penilaian yang ada. Gambaran umum algoritma untuk menghitung

nilai konsistensi rasio ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

mulai

selesai

i = 1

i <=

j = 1

j <= n

matriks[i,j] = 0; k = 1

i = i + 1

T

T

Y

Y

matriks [i,j]=prioritas[i,k]* nilai_matrik_perbandingan_berpasangan[k,j]

k = k+1

k <= n j = j + 1 T

Y

Page 73: DSS dengan metode AHP

Gambar 3.8. Diagram Alir Konsistensi Rasio

3.2.4. Diagram alir AHP subkriteria

a. Sikap

Pada prinsipnya proses AHP kriteria sikap ini sama dengan proses

AHP kriteria penilaian, yaitu dimulai dengan set skala matriks

perbandingan berpasangan, membuat matrik nilai subkriteria, membuat

matrik penjumlahan setiap baris dan analisis matrik subkriteria Penilaian.

mulai

selesai

jumlah [i] = 0; j = 1

j <= n

jumlah[i]= jumlah[i]+( skala_perbandingan [i,j] * intensitas_kriteria_ penilaian [j]);

j = j+ 1 T

i = 1, jumlah_rata=0

i <= n

temp[i]= jumlah[i] / intensitas_kriteria_ penilaian [i]; jumlah_rata=jumlah_rata+temp[i];

Y

Y

i = i+ 1

T

rata=jumlah_rata/n; ci=(rata-n)/(n-1);

cr=ci/ri[n]

Page 74: DSS dengan metode AHP

Dalam AHP subsubkriteria ini, pengguna juga harus memasukkan nilai

skala perbandingan berpasangan pada form penilaian siswa.

Gambar 3.9 Diagram Alir AHP kriteria sikap

Penghitungan nilai intensitas subsubkriteria ini diawali dengan

melakukan perbandingan berpasangan dari tiap-tiap subsubkriteria.

Diagram alir dibawah ini menjelaskan algoritma umum dari proses set

skala perbandingan kriteria sikap.

mulai

selesei

Matriks Perbandingan Berpasangan criteria sikap

Matriks Nilai Kriteria sikap

Hitung Mariks Penjumlahan Tiap Baris criteria sikap

Analisis Kriteria Penilaian sikap

Page 75: DSS dengan metode AHP

Y

T

T

Y

T

T

Y

Y

selesai

j=j+1

i=1

Simpan skala_ perbandingan [i,j]

j=1

skala_ perbandingan

[j,i] = 0

i=i

i<=

i<=

mulai

Input skala_ perbandingan [i,j]

Tampil skala_perbandingan [i,j]

i=i+1

skala_perbandingan [i,j]= 1/skala_perbandingan [j,i]

skala_perbandingan [i,j]=1

Gambar 3.12. Diagram Alir Matriks Nilai Kriteria Sikap

Page 76: DSS dengan metode AHP

Gambar 3.13 Diagram Alir Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Sikap

Pada proses analisis subkriteria ini juga terdapat proses untuk

menghitung nilai konsistesi rasio dari perbandingan berpasangan yang

telah dilakukan. Nilai konsistensi rasio ini bergantung pada banyaknya

subkriteria penilaian yang ada. Gambaran umum algoritma untuk

menghitung nilai konsistensi rasio ini dapat dilihat pada gambar dibawah

ini :

mulai

selesai

i = 1

i <=

j = 1

j <= n

matriks[i,j] = 0; k = 1

i = i + 1

T

T

Y

Y

matriks[i,j]=prioritas_sikap[i,k]*nilai_matrik_perbandingan_berpasangan_kriteria_sikap[k,j]

k = k+1

k <= n j = j + 1 T

Y

Page 77: DSS dengan metode AHP

Gambar 3.14 Diagram Alir Konsistensi Rasio Kriteria Sikap

b. Minat

Pada prinsipnya proses AHP kriteria sikap ini sama dengan proses

AHP kriteria penilaian, yaitu dimulai dengan set skala matriks

perbandingan berpasangan, membuat matrik nilai subkriteria, membuat

matrik penjumlahan setiap baris dan analisis matrik subkriteria Penilaian.

Dalam AHP subsubkriteria ini, pengguna juga harus memasukkan nilai

skala perbandingan berpasangan pada form penilaian siswa.

mulai

selesai

jumlah [i] = 0; j = 1

j <= n

jumlah[i]= jumlah[i]+( skala_perbandingan_sikap [i,j] * prioritas_kriteria_ sikap[j]);

j = j+ 1 T

i = 1, jumlah_rata=0

i <= n

temp[i]= jumlah[i] / prioritas_kriteria_ sikap[i]; jumlah_rata=jumlah_rata+temp[i];

Y

Y

i = i+ 1

T

rata=jumlah_rata/n; ci=(rata-n)/(n-1);

cr=ci/ri[n]

Page 78: DSS dengan metode AHP

Gambar 3.15 Diagram Alir AHP kriteria Minat

Penghitungan nilai intensitas subsubkriteria ini diawali dengan

melakukan perbandingan berpasangan dari tiap-tiap subsubkriteria.

Diagram alir dibawah ini menjelaskan algoritma umum dari proses set

skala perbandingan kriteria minat

mulai

selesei

Matriks Perbandingan Berpasangan kriteria minat

Matriks Nilai Kriteria minat

Hitung Mariks Penjumlahan Tiap Baris kriteria minat

Analisis Kriteria Penilaian minat

Page 79: DSS dengan metode AHP

Y

T

T

Y

T

T

Y

Y

selesai

j=j+1

i=1

Simpan skala_ perbandingan [i,j]

j=1

skala_ perbandingan

[j,i] = 0

i=i

i<=

i<=

mulai

Input skala_ perbandingan [i,j]

Tampil skala_perbandingan [i,j]

i=i+1

skala_perbandingan [i,j]= 1/skala_perbandingan [j,i]

skala_perbandingan [i,j]=1

Gambar 3.16 Diagram Alir Set Skala Perbandingan Minat

Setelah perbandingan berpasangan dilakukan, kemudian proses

selanjutnya adalah proses perhitungan matrik nilai kriteria sikap. Proses

perhitungan matrik nilai kriteria sikap ini diperoleh dengan rumus :

Nilai_baris_kolombaru=Nilai_baris_kolomlama/Jumlah_kolomlama

Proses selanjutnya yaitu perhitungan matriks penjumlahan setiap baris,

proses perhitungan matriks penjumlahan setiap baris ini diperoleh dengan

mengalikan nilai prioritas pada matriks nilai kriteria sikap dengan matriks

Page 80: DSS dengan metode AHP

perbandingan berpasangan kriteria sikap, kemudian dilanjutkan dengan

penghitungan rasio konsistensi. Gambaran umum mengenai proses analisis

subkriteria penilaian sikap ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.17 Diagram Alir Subkriteria Penilaian Minat

Hasil dari normalisasi matriks nilai subkriteria ini adalah nilai

intensitas subkriteria penilaian. Sedangkan gambaran umum mengenai

proses perhitungan matrik nilai subkriteria dan matrik penjumlahan setiap

baris berturut-turut dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini :

mulai

n = banyaknya kriteria Penilaian

Matrik nilai kriteria minat

Matrik penjumlahan setiap baris minat

Menghitung Konsistensi Rasio

selesai

Page 81: DSS dengan metode AHP

Y

Y

T

Y

T

Y

T Jumlah=jumlah+temp[i]

i=i+1

mulai

jumlah = 0; i = 1

temp[i] = 0; j = 1

temp[i] = temp[i] + matriks[i,j]

j = j +1

i<=n

i<=n

k=1

selesai

k<=n

Prioritas_ minat [k]=temp[k]/Jumlah

Simpan prioritas_ minat [k]

Simpan Prioritas_subkriteria_ minat [k]

k=kmaks

pioritas_subkriteria_sikap[k]= prioritas_ minat[k]/kmaks

temp[k] / jumlah

k=k+1 Tampil Prioritas_subkriteria_minat[k]

T

Gambar 3.18 Diagram Alir Matriks Nilai Kriteria Minat

Page 82: DSS dengan metode AHP

Gambar 3.19 Diagram Alir Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Minat

Pada proses analisis subkriteria ini juga terdapat proses untuk

menghitung nilai konsistesi rasio dari perbandingan berpasangan yang

telah dilakukan. Nilai konsistensi rasio ini bergantung pada banyaknya

subkriteria penilaian yang ada. Gambaran umum algoritma untuk

menghitung nilai konsistensi rasio ini dapat dilihat pada gambar dibawah

ini :

mulai

selesai

i = 1

i <=

j = 1

j <= n

matriks[i,j] = 0; k = 1

i = i + 1

T

T

Y

Y

matriks[i,j]=prioritas_ minat [i,k]*nilai_matrik _perbandingan_berpasangan_kriteria_ minat [k,j]

k = k+1

k <= n j = j + 1 T

Y

Page 83: DSS dengan metode AHP

Gambar 3.20 Diagram Alir Konsistensi Rasio Kriteria Minat

c. Bakat

Pada prinsipnya proses AHP kriteria sikap ini sama dengan proses

AHP kriteria penilaian, yaitu dimulai dengan set skala matriks

perbandingan berpasangan, membuat matrik nilai subkriteria, membuat

matrik penjumlahan setiap baris dan analisis matrik subkriteria Penilaian.

Dalam AHP subsubkriteria ini, pengguna juga harus memasukkan nilai

skala perbandingan berpasangan pada form penilaian siswa.

mulai

selesai

jumlah [i] = 0; j = 1

j <= n

jumlah[i]= jumlah[i]+( skala_perbandingan_minat [i,j ]* prioritas_kriteria_ minat [j]);

j = j+ 1 T

i = 1, jumlah_rata=0

i <= n

temp[i]= jumlah[i] / prioritas_kriteria_ minat[i]; jumlah_rata=jumlah_rata+temp[i];

Y

Y

i = i+ 1

T

rata=jumlah_rata/n; ci=(rata-n)/(n-1);

cr=ci/ri[n]

Page 84: DSS dengan metode AHP

Gambar 3.21 Diagram Alir AHP kriteria Bakat

Penghitungan nilai intensitas subsubkriteria ini diawali dengan

melakukan perbandingan berpasangan dari tiap-tiap subsubkriteria.

Diagram alir dibawah ini menjelaskan algoritma umum dari proses set

skala perbandingan kriteria bakat.

mulai

selesei

Matriks Perbandingan Berpasangan kriteria bakat

Matriks Nilai Kriteria bakat

Hitung Mariks Penjumlahan Tiap Baris kriteria bakat

Analisis Kriteria Penilaian bakat

Page 85: DSS dengan metode AHP

Y

T

T

Y

T

T

Y

Y

selesai

j=j+1

i=1

Simpan skala_ perbandingan [i,j]

j=1

skala_ perbandingan

[j,i] = 0

i=i

i<=

i<=

mulai

Input skala_ perbandingan [i,j]

Tampil skala_perbandingan [i,j]

i=i+1

skala_perbandingan [i,j]= 1/skala_perbandingan [j,i]

skala_perbandingan [i,j]=1

Gambar 3.22 Diagram Alir Set Skala Perbandingan bakat

Setelah perbandingan berpasangan dilakukan, kemudian proses

selanjutnya adalah proses perhitungan matrik nilai kriteria sikap. Proses

perhitungan matrik nilai kriteria sikap ini diperoleh dengan rumus :

Nilai_baris_kolombaru=Nilai_baris_kolomlama/Jumlah_kolomla

ma

Page 86: DSS dengan metode AHP

Proses selanjutnya yaitu perhitungan matriks penjumlahan setiap baris,

proses perhitungan matriks penjumlahan setiap baris ini diperoleh dengan

mengalikan nilai prioritas pada matriks nilai kriteria sikap dengan matriks

perbandingan berpasangan kriteria sikap, kemudian dilanjutkan dengan

penghitungan rasio konsistensi. Gambaran umum mengenai proses analisis

subkriteria penilaian sikap ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.23 Diagram Alir Subkriteria Penilaian Bakat

Hasil dari normalisasi matriks nilai subkriteria ini adalah nilai

intensitas subkriteria penilaian. Sedangkan gambaran umum mengenai

proses perhitungan matrik nilai subkriteria dan matrik penjumlahan setiap

baris berturut-turut dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini :

mulai

n = banyaknya kriteria Penilaian

Matrik nilai kriteria bakat

Matrik penjumlahan setiap baris bakat

Menghitung Konsistensi Rasio

selesai

Page 87: DSS dengan metode AHP

Y

Y

T

Y

T

Y

T Jumlah=jumlah+temp[i]

i=i+1

mulai

jumlah = 0; i = 1

temp[i] = 0; j = 1

temp[i] = temp[i] + matriks[i,j]

j = j +1

i<=n

i<=n

k=1

selesai

k<=n

Prioritas_ bakat [k]=temp[k]/Jumlah

Simpan prioritas_ bakat [k]

Simpan Prioritas_subkriteria_ bakat [k]

k=kmaks

pioritas_subkriteria_ bakat [k]= prioritas_ bakat[k]/kmaks

k=k+1 Tampil Prioritas_subkriteria_bakat[k]

T

Gambar 3.24 Diagram Alir Matriks Nilai Kriteria Bakat

Page 88: DSS dengan metode AHP

Gambar 3.25 Diagram Alir Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Bakat

Pada proses analisis subkriteria ini juga terdapat proses untuk

menghitung nilai konsistesi rasio dari perbandingan berpasangan yang

telah dilakukan. Nilai konsistensi rasio ini bergantung pada banyaknya

subkriteria penilaian yang ada. Gambaran umum algoritma untuk

menghitung nilai konsistensi rasio ini dapat dilihat pada gambar dibawah

ini :

mulai

selesai

i = 1

i <=

j = 1

j <= n

matriks[i,j] = 0; k = 1

i = i + 1

T

T

Y

Y

matriks[i,j]=prioritas_bakat[i,k]*nilai_matrik_perbandingan_berpasangan_kriteria_bakat[k,j]

k = k+1

k <= n j = j + 1 T

Y

Page 89: DSS dengan metode AHP

Gambar 3.26 Diagram Alir Konsistensi Rasio Kriteria Bakat

3.2.5. Diagram Alir AHP Siswa

Setelah nilai prioritas kriteria dan subkriteria penilaian diketahui,

maka proses selanjutnya adalah proses AHP siswa. Proses-proses yang

terdapat dalam AHP siswa ini adalah input bobot nilai per-kriteria dan

hitung nilai afektif siswa. Gambaran umum algoritma AHP siswa ini dapat

dilihat pada gambar dibawah ini:

mulai

selesai

jumlah [i] = 0; j = 1

j <= n

jumlah[i]= jumlah[i]+( skala_perbandingan_bakat[i,j] * prioritas_kriteria_ bakat[j]);

j = j+ 1 T

i = 1, jumlah_rata=0

i <= n

temp[i]= jumlah[i] / prioritas_kriteria_ bakat[i]; jumlah_rata=jumlah_rata+temp[i];

Y

Y

i = i+ 1

T

rata=jumlah_rata/n; ci=(rata-n)/(n-1);

cr=ci/ri[n]

Page 90: DSS dengan metode AHP

T

Y

k= k + 1

mulai

selesai

siswa

Input kriteria Penilaian

n = banyaknya siswa

m = banyaknya kriteria

k = 1

k <= n

Hitung nilai kriteria siswa

Hitung nilai afektif siswa

Gambar 3.27 Diagram Alir AHP Siswa

Proses AHP siswa ini dimulai dengan proses memasukkan bobot nilai

siswa tiap kriteria. Gambaran algoritma untuk input bobot nilai siswa ini dapat

dilihat pada gambar dibawah ini :

Page 91: DSS dengan metode AHP

T

Y

mulai

i = 1

nilai_kriteria_siswa[i,k] =prioritas_kriteria_penilaian[k] * prioritas_subkriteria_penilaian[k]

Simpan nilai_kriteria _siswa[i,k]

i = i + 1

Input_nilai_siswa[i,k]

Tampil nilai_kriteria_siswa[i,k]

i <= n

selesai

Gambar 3.28 Diagram Alir Bobot Terhitung siswa Perkriteria

Setelah proses memasukkan bobot nilai siswa tiap kriteria disimpan,

kemudian dilakukan proses penghitungan nilai akhir. Rumus penghitungan nilai

akhir siswa ini adalah dengan menjumlahkan bobot nilai siswa per kriteria.

Gambaran algoritma hitung nilai afektif siswa ini dapat dilihat pada gambar

dibawah ini :

Page 92: DSS dengan metode AHP

T

Y

Selesai

i = i + 1

Mulai

jumlah[k] = 0; i = 1

Simpan nilai_ kriteria_siswa [i,k]

jumlah[k] = jumlah[k] + nilai_ kriteria_siswa [i,k]

i <=

nilai_kriteria_siswa [i,k]

Tampil nilai_afektif_ siswa [i,k]

Gambar 3.29 Diagram Alir Nilai Afektif

3.3. Dependency Diagram

Dependency diagram adalah diagram yang menjelaskan hubungan

antara faktor penentu, inputan, aturan, nilai dan rekomendasi yang dibuat

pada pemodelan knowledge base. Dengan melihat dependency diagram

dapat diketahui rekomendasi-rekomendasi yang diberikan jika satu syarat

keadaan memenuhi syarat keadaan yang lain atau pun jika salah satu syarat

tidak dipenuhi maka akan menghasilkan rekomendasi yang berbeda.

Jumlah masukan dari dependency diagram harus lebih dari satu,

dimana masukan tersebut berguna dalam proses pengambilan suatu

keputusan. Hasil dari dependency diagram dapat berupa suatu

rekomendasi, serta dapat pula berupa nilai yang sudah diproses.

Page 93: DSS dengan metode AHP

Dependency Diagram yang menjelaskan masukan untuk

pengambilan keputusan pada program Decision Support System Penilaian

Afektif Siswa MAN 3 Malang ini adalah sebagai berikut :

3.4. Contex Diagram

Contex Diagram merupakan pendekatan terstruktur yang mencoba

untuk menggambarkan sistem pertama kali secara garis besar (disebut

dengan top level) dan memecah-mecahnya menjadi bagian yang lebih

terinci. Contex diagram ini menggambarkan hubungan input/output antara

sistem dengan kesatuan luar (Jogiyanto, 1999: 54).

Proses penilaian kriteria

Proses penilaian

subkriteria

Proses penilaian

siswa

Proses

penilaian prioritas

kriteria&subkriteria

Proses penilaian afektif siswa

Bobot prioritas kriteria

Bobot prioritas subkriteria

Pilihan siswa

Hasil keputusan penilaian afektif siswa

MAN 3 Malang

?Kriteria

?Subkriteria

?Bobot

?Bobot

?Bobot

?Nama siswa

?Kriteria

Gambar 3.30 Dependency Diagram

Page 94: DSS dengan metode AHP

input username_password_wk

Laporan penilaian siswa

form data penilaian

Input username_password

0

DSS Penilaian Afektif Siswa

+

Guru

Wali Kelas

Gambar 3.31 Contex Diagram

Keterangan gambar 3.30 :

a. Guru: Guru memasukkan username dan password kepada sistem,

sistem memberikan form input data siswa, form input data

matapelajaran, form input data kelas,form penilaian matrik kriteria,

form penilaian subkriteria sikap, form penilaian subkriteria minat,

form penilaian subkriteria bakat, form penilaian subkriteria

penguasaan social, dan form penilaian subkriteria kesiapan belajar.

b. Wali Kelas : Wali kelas memasukkan username dan password

kepada sistem, sistem memberikan laporan penilaian afektif siswa

yang bersangkutan dan telah ditandatangani oleh guru yang

mengajar tersebut.

c. Sistem Pendukung Keputusan (DSS) Penilaian Afektif Siswa :

Sistem memberikan informasi hasil penilaian afektif meliputi siswa

berbakat, daftar nilai, dan saran guru.

Page 95: DSS dengan metode AHP

Laporan penilaian siswa

nilai matrik subkriteria

nilai matrik kriteriasimpan nilai matrik kriteria

simpan data matapelajaran

simpan data siswa

input skala matrik kriteria sikap

input skala matrik kriteria

input data matapelajaran

input data siswa

baca username_password

login sukses

input username_password_wk

form data penilaian

Guru

Wali Kelas

1

login

2

penilaian siswa

+

1 data siswa

2 data matapelajaran

3 matrik kriteria

4 matrik subkriteria

prioritas matrik kriteria

subprioritas matrik kriteria

simpan nilai matrik subkriteria

Laporan penilaian siswa

nilai matrik subkriteria

nilai matrik kriteria

simpan nilai matrik kriteria

simpan data matapelajaran

simpan data siswa

input data matapelajaran

form data penilaian

input data siswa

Guru

1 data siswa

2 data matapelajaran

3 matrik kriteria

4 matrik subkriteria

Wali Kelas

1

afektif siswa

+

2

setup matrik

+

3.5. Data Flow Diagram (DFD)

Data Flow Diagram yang menjelaskan proses yang ada pada program

Decision Support System Penilaian Afektif Siswa MAN 3 Malang adalah

sebagai berikut :

Gambar 3.32 DFD Level 1

Page 96: DSS dengan metode AHP

simpan data matapelajaran

simpan data siswa

subprioritas matrik kriteria

prioritas matrik kriteria

Laporan penilaian siswa

input data matapelajaran

input data siswaGuru

1 data siswa

2 data matapelajaran

Wali Kelas

4 matrik subkriteria

3 matrik kriteria

1

Hasil Penilaian

simpan nilai matrik kriteria kes_belajar

simpan nilai matrik kriteria peng_sosial

simpan nilai matrik kriteria bakat

simpan nilai matrik kriteria minat

simpan nilai matrik subkriteria

nilai matrik subkriteria

nilai matrik kriteria

simpan nilai matrik kriteria sikap

simpan nilai matrik kriteria

input skala matrik kriteria kes_belajar

input skala matrik kriteria peng_sosial

input skala matrik kriteria minat

input skala matrik kriteria bakat

form data penilaian

input skala matrik kriteria

Guru

3 matrik kriteria1

matrik hasil

5 matrik kriteria sikap

6 matrik kriteria minat

7 matrik kriteria bakat

8matrik kriteria peng_sosial

9matrik kriteria

kes_belajar

Gambar 3.33 DFD Level 2

Gambar 3.34 DFD Level 2.1

Gambar 3.35 DFD Level 2.2

Page 97: DSS dengan metode AHP

ID_MP = ID_MP

NIS = NIS

NIP = NIP

NIP = NIP

NIP = NIPNIP = NIP

NIP = NIP

KODE = KODE

KODE = KODE

GURU

NIP integerKODE integerNAMA char(30)

SISW A

NIS integerKODE integerNAMA char(30)

KELAS

KODE_MP integerID_MP integerNOMER integerNAMA_MP char(25)

MAT APELAJARAN

ID_MP integerNIS integerNAMA char(30)

MAT RIK_KRIT ERIA

KODE integerS IKAP char(15)MINAT char(15)BAKAT char(15)PENGUASAAN_SOSIAL char(15)KES IAPAN_BELAJAR char(15)

SUBMATRIK_BAKAT

ID_BAKAT integerNIP integerSANGAT_BAGUS char(10)BAIK char(10)CUKUP char(10)KURANG char(10)SANGAT_KURANG char(10)

SUBMATRIK_MINAT

ID_MINAT integerNIP integerSANGAT_ BAGUS char(10)BAIK char(10)CUKUP char(10)KURANG char(10)SANGAT_ KURANG char(10)

SUBMATRIK_PENG_SOSIAL

ID_SOSIAL integerNIP integerSANGAT_BAGUS char(10)BAIK char(10)CUKUP char(10)KURANG char(10)SANGAT_KURANG char(10)

SUBMATRIK_SIKAP

ID_SIKAP integerNIP integerSANGAT_BAGUS char(10)BAIK char(10)CUKUP char(10)KURANG char(10)SANGAT_KURANG char(10)

SUBMATRIK_KES_ BELAJAR

ID_BELAJ AR integerNIP integerSANGAT_BAGUS char(10)BAIK char(10)CUKUP char(10)KURANG char(10)SANGAT_KURANG char(10)

3.6. Entity Relationship Diagram (ERD)

Entity Relationship Diagram (ERD) adalah sebuah diagram yang

menggambarkan hubungan / relasi antar Entity, dan setiap Entity terdiri atas

satu atau lebih atribut yang mempresentasikan seluruh kondisi (fakta) dari

“Dunia Nyata” yang kita tinjau (Winarko,Edi, 2006: 13)

Entity Relationship Diagram (ERD) yang menggambarkan hubungan

/ relasi antar Entity pada program Decision Support System Penilaian Afektif

Siswa MAN 3 Malang adalah sebagai berikut :

Gambar 3.36 Entity Relationship Diagram

Page 98: DSS dengan metode AHP

3.7. Rancangan Database

Pembuatan desain sistem program melalui Data Flow Diagram dan

Entity Relationship Diagram dapat dibuat tabel-tabel database yang akan

dikelola dan digunakan untuk menjalankan aplikasi.

Aplikasi database yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah

Interbase 5.5, file databasenya “afektif”. Berikut ini nama-nama table yang

digunakan beserta field-field yang terdapat pada masing-masing table.

a. Tabel users, tabel ini berfungsi untuk menyimpan data user yang

digunakan dalam proses login

No Fields Type Size

1 username Varchar 20

2 password Varchar 9

Tabel 3.1 Users

b. Tabel guru, tabel ini berfungsi untuk menyimpan data guru

No Fields Type Size

1 NIP Varchar 9

2 Nama Varchar 30

Tabel 3.2 Guru

c. Tabel siswa, tabel ini berfungsi untuk menyimpan data siswa

No Fields Type Size

1 NIS Varchar 6

2 Nama Varchar 30

Tabel 3.3 Siswa

Page 99: DSS dengan metode AHP

d. Tabel matapelajaran, tabel ini berfungsi untuk menyimpan data

matapelajaran

No Fields Type Size

1 Kode_MP Varchar 6

2 Nama Varchar 30

Tabel 3.4 Matapelajaran

e. Tabel kelas, tabel ini berfungsi untuk menyimpan nama-nama siswa dan

guru yang mengajar serta matapelajaran dalam kelas

No Fields Type Size

1 Kode_MP Int 9

2 Nama_MP Varchar 30

3 NIP Int 9

4 Nama_Guru Varchar 30

5 Hari Varchar 10

6 Jam Varchar 15

Tabel 3.5 Kelas

f. Tabel matrik kriteria, tabel ini berfungsi untuk menyimpan data nilai

kriteria penilaian

No Fields Type Size

1 Kode Int 6

2 Sikap Varchar 10

3 Minat Varchar 10

4 Bakat Varchar 10

5 Penguasaan Sosial Varchar 10

6 Kesiapan Belajar Varchar 10

Tabel 3.6 Matrik Kriteria

Page 100: DSS dengan metode AHP

g. Tabel matrik subkriteria sikap, tabel ini berfungsi untuk menyimpan data

nilai subkriteria sikap

No Fields Type Size

1 Kode Int 6

2 Sangat Bagus Varchar 10

3 Baik Varchar 10

4 Cukup Varchar 10

5 Kurang Varchar 10

6 Sangat Kurang Varchar 10

Tabel 3.7 Matrik Subkriteria Sikap

h. Tabel matrik subkriteria minat, tabel ini berfungsi untuk menyimpan data

nilai subkriteria minat

No Fields Type Size

1 Kode Int 6

2 Sangat Bagus Varchar 10

3 Baik Varchar 10

4 Cukup Varchar 10

5 Kurang Varchar 10

6 Sangat Kurang Varchar 10

Tabel 3.8 Matrik Subkriteria Minat

i. Tabel matrik subkriteria bakat, tabel ini berfungsi untuk menyimpan data

nilai subkriteria bakat

No Fields Type Size

1 Kode Int 6

2 Sangat Bagus Varchar 10

3 Baik Varchar 10

4 Cukup Varchar 10

5 Kurang Varchar 10

6 Sangat Kurang Varchar 10

Page 101: DSS dengan metode AHP

Tabel 3.9 Matrik Subkriteria Bakat

j. Tabel matrik subkriteria penguasaan social, tabel ini berfungsi untuk

menyimpan data nilai subkriteria penguasaan social

No Fields Type Size

1 Kode Int 6

2 Sangat Bagus Varchar 10

3 Baik Varchar 10

4 Cukup Varchar 10

5 Kurang Varchar 10

6 Sangat Kurang Varchar 10

Tabel 3.10 Matrik Subkriteria Penguasaan Sosial

k. Tabel matrik subkriteria kesiapan belajar, tabel ini berfungsi untuk

menyimpan data nilai subkriteria kesiapan belajar

No Fields Type Size

1 Kode Int 6

2 Sangat Bagus Varchar 10

3 Baik Varchar 10

4 Cukup Varchar 10

5 Kurang Varchar 10

6 Sangat Kurang Varchar 10

Tabel 3.11 Matrik Subkriteria Kesiapan Belajar

l. Tabel matrik hasil, tabel ini berfungsi untuk menyimpan data nilai

prioritas dan nilai subprioritas dari matrik kriteria dan matrik subkriteria.

No Fields Type Size

1 Kode Int 6

2 Sikap Int 5

3 Minat Int 5

4 Bakat Int 5

5 Penguasaan Sosial Int 5

Page 102: DSS dengan metode AHP

6 Kesiapan Belajar Int 5

Tabel 3.12 Matrik Hasil

3.8. Subsistem Manajemen Model

Subsistem manajemen model merupakan metode yang digunakan dalam

proses analisis SPK ini.

3.8.1. Subsistem Manajemen Model DSS Penilaian Afektif Siswa

Analisis penilaian afektif siswa berprestasi dimodelkan dengan

metode AHP. Tiap-tiap kriteria diperbandingkan berdasarkan metode AHP,

selanjutnya masing-masing subkriteria juga dianalisis dengan metode AHP.

Penentuan kriteria pada sistem pendukung keputusan penilaian afektif siswa

ini dilakukan oleh guru.

Penilaian subkriteria pada sistem pendukung keputusan penilaian

afektif siswa ini dilakukan dengan metode langsung (direct), yaitu metode

yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini

berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan

pengertian yang detail dari masalah keputusan tersebut.

Gambar 3.37 Struktur Hirarki AHP Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Afektif Siswa

Afektif

Kriteria ke-1 Kriteria ke-2 Kriteria ke-n .....

siswa ke-1 siswa ke-2 siswa ke-3 siswa ke-n .....

Page 103: DSS dengan metode AHP

Keterangan Gambar 3.37 :

a. Hirarki terbawah adalah nama-nama siswa MAN 3 Malang.

b. Hirarki kedua adalah kriteria-kriteria yang dipakai untuk menilai

siswa.

c. Hirarki ketiga adalah hirarki yang berisi siswa dengan prioritas

tertinggi.

Page 104: DSS dengan metode AHP

BAB IV

IMPLEMENTASI SISTEM

Implementasi merupakan proses transformasi representasi rancangan ke

bahasa pemrograman yang dapat dimengerti oleh komputer. Pada bab ini akan

dibahas hal-hal yang berkaitan dengan implementasi sistem pendukung keputusan

penilaian Afektif.

4.1. Lingkungan Implementasi

Lingkungan implementasi yang akan dipaparkan disini meliputi

lingkungan perangkat keras dan lingkungan perangkat lunak.

4.1.1. Lingkungan Perangkat Keras

Perangkat keras yang digunakan dalam pembuatan program system

pendukung keputusan penilaian afektif siswa ini adalah sebagai berikut :

1. Prosesor Intel Pentium 4, 3.06 GHz

2. RAM 512 MB

3. HardDisk dengan kapasitas 80 GB

4. VGA 64 MB

5. Monitor 15”

6. Keyboard

7. Mouse

Page 105: DSS dengan metode AHP

4.1.2 Lingkungan Perangkat Lunak

Perangkat keras yang digunakan dalam pembuatan program system

pendukung keputusan penilaian afektif siswa ini adalah:

1. Sistem Operasi Windows Xp service pack 2

2. Delphi 7.0

3. Interbase 5.5

4. Install Shield 5.0 include on Delphi 7.

4.2. Penjelasan Program

Di dalam penjelasan program ini, hanya menerangkan mengenai

kegunaan form-form yang ada di dalam program Decison Support System

Penilaian Afektif Siswa MAN 3 Malang beserta desain formnya.

a) Form Utama

Form utama adalah tampilan awal program dimana pada form

utama ini merupakan salam pembuka dari isi program. Adapun

tampilan form utama dari program ini adalah :

Page 106: DSS dengan metode AHP

Gambar 4.1 Form Utama

b) Form kelas

Form kelas ini merupakan form untuk memasukan entitas

kelas yang meliputi kelas, matapelajaran, guru, jam mengajar, dan

nama-nama siswa dari setiap kelas. Adapun tampilan form kelas

dari program ini adalah :

Gambar 4.2 Form Kelas

Page 107: DSS dengan metode AHP

c) Form input data guru

Form input data guru ini merupakan form untuk memasukan

nama guru yang mengajar matapelajaran di kelas secara

keseluruhan. Adapun tampilan form input data guru dari program

ini adalah :

Gambar 4.3 Form Input Data Guru

d) Form input data siswa

Form input data siswa ini merupakan form untuk memasukan

nama-nama siswa dari setiap kelas secara keseluruhan. Adapun

tampilan form input data siswa dari program ini adalah :

Gambar 4.4 Form Input Data Siswa

Page 108: DSS dengan metode AHP

e) Form input data matapelajaran

Form input data matapelajaran ini merupakan form untuk

memasukan matapelajaran. Adapun tampilan form input data

matapelajaran ini adalah :

Gambar 4.5 Form Input Data Matapelajaran

f) Form set matrik perbandingan berpasangan

Pada form set matrik perbandingan berpasangan ini guru

melakukan penilaian perbandingan antara satu kriteria dengan

kriteria yang lain. Adapun tampilan form set matrik perbandingan

berpasangan ini adalah :

Page 109: DSS dengan metode AHP

Gambar 4.6 Form set matrik perbandingan berpasangan

Angka 1 pada kolom sikap baris sikap mengambarkan tingkat

kepentingan yang sama antara sikap dengan sikap, sedangkan angka 2

pada kolom minat baris minat menunjukan minat sedikit lebih penting

dibandingkan dengan sikap. Angka 0.5 pada kolom sikap baris minat

merupakan hasil perhitungan 1/nilai pada kolom minat baris sikap.

Angka-angka yang lain diperoleh dengan cara yang sama.

g) Form matrik nilai kriteria

Matrik ini diperoleh dari nilai baris kolom matrik

berbandingan berpasangan dibagi jumlah masing-masing kolom

pada matrik berbandingan berpasangan. Tampilan form matrik

nilai kriteria ini adalah :

Page 110: DSS dengan metode AHP

Gambar 4.7 Form matrik nilai kriteria

Nilai 0.47 pada kolom sikap baris sikap gambar di atas

diperoleh dari nilai kolom sikap baris sikap pada matrik

perbandingan berpasangan dibagi jumlah kolom sikap pada matrik

perbandingan berpasangan.

Nilai kolom jumlah pada gambar di atas diperoleh dari

penjumlahan pada setiap barisnya. Untuk baris pertama, nilai 2.00

merupakan hasil penjumlahan dari 0.47+0.55+0.43+0.31+0.24

Nilai kolom prioritas diperoleh dari nilai pada kolom

jumlah dibagi dengan jumlah kriteria dalam hal ini 5.

h) Form matrik penjumlahan setiap baris

Matrik ini diperoleh dari hasil kali nilai prioritas pada matrik nilai

kriteria dengan matrik perbandingan berpasangan. Hasil

perhitungan disajikan dalam form di bawah ini :

Page 111: DSS dengan metode AHP

Gambar 4.8 Form matrik penjumlahan setiap baris

Nilai 0.40 pada baris sikap kolom sikap gambar di atas diperoleh

dari prioritas baris sikap pada form matrik nilai kriteria dikalikan

dengan nilai baris sikap kolom sikap pada form matrik

perbandingan berpasangan. Angka-angka yang lain diperoleh

dengan cara yang sama.

i) Form perhitungan rasio konsistensi

Penghitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio

konsistensi (CR) <= 0.1. jika ternyata nilai CR lebih besar dari 0.1,

maka matrik perbandingan berpasangan harus diperbaiki. Untuk

menghitung rasio konsistensi, dibuat form seperti di bawah ini :

Page 112: DSS dengan metode AHP

Gambar 4.9 Form perhitungan rasio konsistensi

j) Form matrik hasil

Hasil perhitungan pada langkah-langkah diatas kemudian

dituangkan dalam matrik hasil yang terlihat seperti gambar di

bawah ini :

Gambar 4.10 Form matrik hasil

Page 113: DSS dengan metode AHP

k) Form penilaian siswa

Form penilaian siswa ini adalah form input penilaian afektif

siswa yang dilakukan oleh guru dengan memasukan nilai pada

setiap siswa dalam satu kelas. Tampilan form penilaian siswa ini

adalah :

Gambar 4.11 Form penilaian siswa

l) Form nilai penilaian siswa

Form nilai penilaian siswa ini merupakan hasil dari penilaian

siswa. Tampilan form nilai penilaian siswa ini adalah :

Gambar 4.12 Form nilai penilaian siswa

Page 114: DSS dengan metode AHP

4.3. Evaluasi Program

Setelah dilakukan proses implementasi sistem, dilakukan proses

evaluasi program dengan tujuan mengetahui apakah program aplikasi

yang dibuat telah sesuai dan dapat menyelesaikan permasalahan yang

dihadapi. Evaluasi program ini dilakukan oleh pengguna untuk

melakukan proses memasukkan beberapa data-data penilaian afektif

kedalam program ini sehingga di peroleh beberapa out putan berupa print

out seperti di bawah ini.

Page 115: DSS dengan metode AHP
Page 116: DSS dengan metode AHP

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan implementasi program, dapat disimpulkan bahwa:

� Hasil perhitungan AHP yang diterapkan ini akan menghasilkan

keluaran nilai intensitas prioritas siswa tertinggi sehingga siswa yang

memperoleh nilai tertinggi layak untuk mendapatkan penghargaan.

� Interval bobot yang dipakai dalam penilaian afektif siswa ini adalah 0-

4, dimana 0 adalah sangat kurang, 1 adalah kurang, 2 adalah cukup, 3

adalah baik, dan 4 adalah sangat baik. Semakin tinggi nilai bobot

penilaian afektif maka semakin tinggi pula nilai intensitas total

penilaian siswa.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, dikemukakan beberapa saran

sebagai berikut.

� Bagi guru dapat menggunakan program ini untuk mengevaluasi belajar

siswa dalam ranah afektif.

� Penelitian ini hendaknya dapat diteruskan oleh peneliti selanjutnya

dengan kelas, sekolah dan metode yang berbeda.

� Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya melakukan penilaian lebih dari

lima aspek. Sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimal guna

perbaikan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 117: DSS dengan metode AHP

Arronson, E. Jay. 1991. Decision Support System And Intelelligent Systems, New

Jersey: McGrawHill,Inc Arikunto Suharsimi, 1990, Menejemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta Arikunto Suharsimi, 2005, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi

Aksara Efraim Turban, Jay E. Aronson, Ting-Peng Liang. 2005, Decision Support

Systems and Intelligent Systems Edisi 7. Yogyakarta : Andi Kusrini. 2007. Konsep Dan Aplikai Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta:

Andi. Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan. Bandung: Remaja

Rosda Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosda. Suryadi Kadarsah, Ramdani. Ali. M, 2002, Sistem Pendukung Keputusan,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya Waljiayanto, 2000, Sistem Basis Data Analisis dan Pemodelan Data, Yogjakarta:

J & J Learning. Winarko, E. 2006. Perancangan Database Dengan Power Designer 6.32. Jakarta:

Prestasi Pustaka. www.puskur.net/download/naskahakademik/bidangketrampilan/lifeskills/matemat

ika smk/modelpembelajaran2.doc http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/penilaian-afektif.pdf

http://www.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom#Domain_Afektif