dunia medis veteriner saat ini telah banyak mengalami perkembangan

33
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU BEDAH UMUM “ Laparotomi” Disusun Oleh : Heni Tri Rahmawati 125130101111070 D/ 2012/ Kelompok 8

Upload: hannie-hunnie-hennie

Post on 17-Sep-2015

50 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

radiologi yessss

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMILMU BEDAH UMUM Laparotomi

Disusun Oleh :Heni Tri Rahmawati125130101111070D/ 2012/ Kelompok 8

Program Kedokteran HewanUniversitas BrawijayaMalang2015BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Dunia medis veteriner saat ini telah banyak mengalami perkembangan. Hal ini dapat diketahui dari semakin meningkatkan kasus kasus pada hewan kesayangan yang sampai di meja operasi. Tindakan bedah tersebut diantranya dilakukan di daerah abdomen. Jenis jenis tindakan bedah yang sering dilaukan antaranya adalah laparotomi, cystotomi, histerektomi, ovarihisterektomi, kastrasi, caudekmi, enterektomi, dan lain sebagainya.Laparotomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara membuka dinding abdomen dan dinding dada untuk mencapai isi rongga abdomen. Tujuan laparotomi adalah menemukan organ viseral yang ada di dalam ruang abdominal/peritoneal secara langsung dan untuk mempertegas diagnosa (prufflaparotomi). Laparotomi sering dilakukan pada semua keadaan kelainan intra abdomen yang memerlukan operasi baik darurat maupun elektif, seperti hernia diafragmatika, aneurisma aorta torakolis dan aorta abdominalis, kelainan oesophagus dan kelainan liver dan kelainan lainnya (Fossum, 2005).Laparotomi terdiri dari tiga jenis yaitu laparotomy flank, medianus, dan paramedianus. Masing-masing jenis laparotomi ini dapat digunakan sesuai dengan fungsi, organ target yang akan di capai, dan jenis hewan yang akan di operasi. Laparatomi flank umum dilakukan pada hewan besar. Daerah orientasinya pada legok lapar/fossa paralumbal. Lapisan yang disayat mulai dari kulit, musculus obliquus abdominis internus, musculus abdominis transversus, dan yang terakhir peritoneum. Saat operasi keputusan untuk melakukan laparatomi diambil adalah bila ada kecurigaan penyakit dalam rongga abdominal. Umumnya pada hewan kecil laparotomy yang dilakukan adalah laparotomy medianus dengan daerah orientasi pada bagian abdominal ventral tepatnya di linea alba. Keuntungan penggunaan teknik laparotomi medianus adalah tempatpenyayatan mudah ditemukan karena adanya garis putih (linea alba) sebagai penanda,sedikit terjadi perdarahan dan di daerah tersebut sedikit mengandung syaraf. Adapun kerugian yang dapat terjadi dalam penggunaan metode ini adalah mudah terjadi hernia jika proses penjahitan atau penangan post operasi kurang baik dan persembuhan yang relatif lama. Laparatomi paramedianus dilakukan dengan menyayat abdomen ventral sejajar dengan linea alba. 1.1 TujuanTujuan laparotomi adalah untuk menemukan dan mengetahui keadaan organ visceral yang ada di dalam ruang abdominal secara langsung serta untuk menegakkan suatu diagnosa, serta sebagai aplikasi untuk kemampuan mahasiswa dalam melakukan bedah laparotomi.

1.2 FungsiFungsi dari praktikum ini adalah praktikan mampu menjelaskan laparatomi, mulai dari pre operasi, operasi, post-operasi, serta penanganannya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 LaparotomiLaparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo sendiri berati perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga laparotomi dapat didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk laparotomi adalah celiotomi.( Fossum, 2005)Laparotomy dilakukan untuk memeriksa beberapa organ diabdomen sebelah bawah dan pelvis (rongga panggul) yang melingkupi insisi Vertikal (Midiline, paramedian, supraumbilikal), Insisi Transversal dan Oblik serta insisi Abdominothoracic ( Fossum, 2005). Organ dalam ruang abdomen yang bisa ditemukan melalui laparotomi antara lain saluran pencernaan (lambung, pankreas, usus, hati dan empedu), saluran limfatik (limpa), saluran urogenetal (ginjal, ureter, vesica urinaria dan uretra) dan saluan reproduksi (ovarium, tuba falopii dan uterus).Laparotomi terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain laparotomi flank (kanan dan kiri), laparotomi medianus dan laparotomi paramedianus. Laparotomi flank umumnya dilakukan pada hewan besar dengan daerah orientasi pada legok lapar/fossa para lumbal. Target organ dari laparotomi flank kiri adalah abomasum, rumen dan uterus kiri, sedangkan target organ dari laparotomi flank kanan adalah abomasum, omentum, intestin, caecum, kolon dan uterus kanan. Laparotomi medianus umumnya dilakukan pada hewan kecil dengan daerah orientasi pada abdominal bgn ventral/ tepat pada linea alba. Target organ dari laparotomi medianus anterior adalah diaphragma, hati, empedu, ginjal, ovarium dan gastrium usus, sedangkan target organ dari laparotomi medianus posterior adalah vesica urinaris, prostate dan colon. Laparotomi paramedianus umumnya dilakukan pada hewan kecil dengan daerah orientasi pada abdominal bagian ventral. Target organ dari laparotomi paramedianus anterior kanan adalah diaphragma, hati, empedu, ginjal kanan dan ovarium kanan, sedangkan target organ dari laparotomi paramedianus anterior kiri adalah gastrium, pankreas, limpa, ginjal dan ovarium kiri. Adapun target organ dari laparotomi paramedianus posterior kanan adalh uterus, vesica urinaria (anjing jantan) dan prostate, sedangkan target organ dari laparotomi paramedianus posterior kiri adalah uterus, vesica urinaria (anjng jantan) dan prostat (Scott-Conner, C.E.H. 2009).

2.2 Anatomi Organ AbdomenAbdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas dari atas dari drafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian, abdomen yang sebenarnya yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar dari pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil. Batas-batas rongga abdomen adalah di bagian atas diafragma, di bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum. Bagian dari rongga abdomen dan pelvis beserta daerah-daerah.Organ-organ pada saluran pencernaan, saluran limfatik, saluran urogenital dan saluran reproduksi merupakan organ tubuh yang berada di ruang abdomen. Semua organ tersebut dapat ditemukan dengan menggunakan teknik operasi laparotomi (Himawan, 2009).Organ dalam ruang abdomen yang bisa ditemukan melalui laparotomi antara lain saluran pencernaan (lambung, pankreas, usus, hati dan empedu), saluran limfatik (limpa), saluran urogenetal (ginjal, ureter, vesica urinaria dan uretra) dan saluan reproduksi (ovarium, tuba falopii dan uterus) (Himawan, 2009).Isi dari rongga abdomen antara lain : LambungLambung terletak di sebelah atas kiri abdomen, sebagian terlindung di belakang iga-iga sebelah bawah beserta tulang rawannya. Orifisium cardia terletak di belakang tulang rawan iga ke tujuh kiri. Fundus lambung, mencapai ketinggian ruang interkostal (antar iga) kelima kiri. Corpus, bagian terbesar letak di tengah. Pylorus, suatu kanalis yang menghubungkan corpus dengan duodenum. Bagian corpus dekat dengan pylorus disebut anthrum pyloricum. Usus HalusUsus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter panjang dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ibo kolika tempat bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi usus besar. Usus BesarUsus halus adalah sambungan dari usus halus dan dimulai dari katup ileokdik yaitu tempat sisa makanan. Panjang usus besar kira-kira satu setengah meter. HatiHati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hati Secara luar dilindungi oleh iga-iga. Kantung EmpeduKandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan merupakan membran berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan di sebelah permukaan bawah hati, sampai di pinggiran depannya. Panjangnya delapan sampai dua belas centimeter. Kandung empedu terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher. PankreasPankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas centimeter, mulai dari duodenum sampai limpa. Pankreas dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala pankreas yang terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan abdomen, badan pankreas yang terletak di belakang lambung dalam di depan vertebre lumbalis pertama, ekor pankreas bagian yang runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa. GinjalGinjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal di sebelah kanan dari kiri tulang belakang, di belakang peritoneum. Dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebre thoracalis sampai vertebre lumbalis ketiga ginjal kanan lebih rendah dari kiri, karena hati menduduki ruang banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal 6 sampai 7 centimeter. Pada orang dewasa berat kira-kira 140 gram. Ginjal terbagi menjadi beberapa lobus yaitu : lobus hepatis dexter, lobus quadratus, lobus caudatus, lobus sinistra. LimpaTerletak di regio hipokondrium kiri di dalam cavum abdomen diantara fundus ventrikuli dan diafragma. Vesika UrinariaVesika urinaria dari berbagai hewan mempunyai ukuran yang sangat bervariasi. Vesika urinaria dapat menempati bagian lateral kiri atau kanan dari median tubuh hewan, atau dapat juga di median

UretraUretra dari hewan jantan terdiri atas tiga bagian; prostatic (bagian yang paling sempit), membranous, dan penile. Prostatic uretra dibatasi oleh kelenjar prostat, membranous uretra memanjang dari prostat sampai ke tulang penis, dan penile uretra berada dorsal dari tulang penis. Uretra hewan betina lebih pendek dan lebih lebar dibandingkan pada hewan jantan UterusMerupakan bagian caudal tuba fallopii yang terdiri dari sepasang tanduk rahim / kornua uteri, badan rahim / korpus uteri, dan leher rahim / servik uteri. Rahim kucing tipenya bipartitus yang ditandai oleh satu leher rahim, korpus uteri satu dengan dua buah kornua. Letak uterus seluruhnya dalam cavum abdomen kecuali servik yang masih mencapai bagian peritoneal dari cavum pelvis. Pada bagian dorsal, uterus berhubungan dengan belitan colon (alat penggantung yang menyusup diantara colon). Alat penggantung adalah ligamentum lata uteri mesometrium yang merupakan otot-otot licin, berserat pipih yang berasal dari bagian dinding cavum pelvis dari daerah lumbal mencapai uterus. Panjang korpus uteri kucing 1,5 2 Cm dan kornua terbentang memanjang dari vertebre 6-7 hingga ke ginjal (sepanjang 9 10 Cm) dengan diameter 3 4 mm

Organ-organ pada saluran pencernaan, saluran limfatik, saluran urogenital dan saluran reproduksi merupakan organ tubuh yang berada di ruang abdomen. Semua organ tersebut dapat ditemukan dengan menggunakan teknik operasi laparotomi. Tindakan bedah biasa dilakukan untuk menangani kasus kasus yang terjadi pada hewan kesayangan diantaranya dilakukan di daerah abdomen. Jenis-jenis tindakan bedah yang sering dilakukan diantaranya adalah laparotomi, cystotomi, histerektomi, ovariohisterektomi, kastrasi, caudektomi, enterektomi dan lain sebagainya ( Fossum, 2005).

2.3 Stadium AnestesiAnestesi berarti suatu keadaan dengan tidak ada rasa nyeri. Anestesi umum ialah suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya persepsi terhadap semua sensasi akibat induksi obat. Dalam hal ini, selain hilangnya rasa nyeri, kesadaran juga hilang. Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu : (Hughes, 2008) Stadium I (stadium induksi atau eksitasi volunter), dimulai dari pemberian agen anestesi sampai menimbulkan hilangnya kesadaran. Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi dan defekasi. Stadium II (stadium eksitasi involunter), dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan stadium pembedahan. Pada stadium II terjadi eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, pernafasan tidak teratur, inkontinensia urin, muntah, midriasis, hipertensi, dan takikardia. Stadium III (pembedahan/operasi), terbagi dalam 3 plane yaitu : Plane I yang ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe pernafasan thoraco-abdominal, refleks pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan kornea terdepresi. Plane II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola mata ventro medial semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut. Plane III, ditandai dengan respirasi regular, abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi. Stadium IV (paralisis medulla oblongata atau overdosis),ditandai dengan paralisis otot dada, pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan gambaran seperti mata ikan karena terhentinya sekresi lakrimal (Munaf, 2008).

BAB IIIMETODOLOGI3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat Alat yang digunakan untuk praktikum Laparotomy pada kucing adalah :a. 4 tali sumbu komporb. Siletc. Scalpel dan Bladed. Pinset anatomise. Pinset cirugrisf. Gunting tajam-tajam (tata)g. Gunting tajam-tumpul (tatu)h. Allis tissue forcepsi. Arteri clampj. Towel clampk. Needle holderl. Retractorm. Needle (jarum)n. Termometero. Jam (stopwatch)p. Spuit 1ccq. Perlakr. Duk

3.1.2. Bahan Bahan yang digunakan untuk praktikum Laparotomy pada kucing adalah :a. Air sabunb. Atropin sulfatc. Xylazined. Ketaminee. NaCl fisiologisf. Povidone iodineg. Benang catgut chromich. Benang catgut plaini. Benang silkj. Tampon kotak sterilk. Tampon bulatl. Antibiotik amoxicilinm. Analgesik tolfenamic acidn. Vicilline

3.2 Cara Kerja3.2.1 Pre OperasiKucing

Kucing yang akan dilaparatomy terlebih dahulu dipuasakan (tidak diberi makan 6-12 jam dan tidak diberi minum 2-6 jam ) sebellaparatomy

Alat dan bahan yang akan digunakan dipersiapkan dan disterilisasi auotoclave pada suhu 121C selama 15 menit

Alat-alat operasi disterilkan dengan cara direndam dalam alkohol.

Perlak operasi dan kucing disiapkan dan diletakkan di atas meja. Kucing dihandling untuk meminimalkan gerakannya

Premedikasi atropin diberikan 10 menit sebelum operasi dilakukan dengan dosis mg/kg BB diberikan dengan rute subkutan. Jumlah pemberian Atropin sulfatJumlah pemberian=(berat badan dosis aplikasi )/(kandungan sediaan)Jumlah pemberian= 0,04 mg/kgBB x 2,6 kg= 0.416 ml 0,25mg/mlKucing difiksasi dengan tali pada keempat kakinya.

Setelah itu hewan diberikan anastetic xylazine dan ketamine dengan rute intra muscular. Xylazine HCl Jumlah pemberian=(berat badan dosis aplikasi )/(kandungan sediaan) dan ketamine Jumlah pemberian=(berat badan dosis aplikasi )/(kandungan sediaan) dan ketamineJumlah pemberian Xylazine = 2 mg/kg x 2,6 kg= 0,26 ml 20 mg/mlJumlah pemberian Ketamine= 10 mg/kgBB x 2,6kg= 0,26 ml 100 mg/ml

Hasil

3.2.2 OperasiKucing

Pada bagian abdomen di bersihkan dengan air sabun dan dicukur, kemudian didesinfeksi menggunakan alkohol dan betadine.

Operasi dilakukan setelah hewan teranasthesi. Incisi dilakukan pada daerah median abdomen tepat di linea alba dengan cara pembedahan midline incision..

Setelah itu dilakukan incisi pada kulit menggunakan scalpel handle, diikuti penyayatan linea alba, aponeurose m. obliquus abdominis internus et externus, dan peritoneum. Incisi diperluas menggunakan gunting.

Dilakukan pengamatan terhadap organ viseral kucing yaitu uterus dan ovarium

Selama operasi, dilakukan pemantauan kondisi hewan seperti suhu, pulsus, dan kesadaran.

Setelah dilakukan incisi, bagian yang di incisi sebelumnya kemudian dijahit dengan 3 lapis jahitan, linea alba menggunakan cut gut chromic ; subkutan menggunakan cut gut plain ; dan kulit menggunakan silk. Dan needle yang digunakan cutting triangle

Pada setiap lapisan jahitan selesai diberikan antibiotic yaitu vicillin untuk mencegah infeksi. Kemudian luka setelah incisi di dressing dan di bandage lalu di pakaikan gurita untuk kucing

Kucing ditunggu hingga efek anasthesi mulai berkurang

Hasil

3.2.3 Post OperasiKucing

Setelah kucing sadar, kucing diinjeksi tolfen secara subcutan kemudian kucing di bawa pulang. Kucing diletakkan di kandang perawatan dengan pemberian lampu.

Kucing di beri makan dan minum kemudian diistirahatkan

Kucing di beri amoxicillin 2 x 1 hari dengan rentan waktu 12 jam, tolfen 2 hari sekal, dan pergantian perban 2 hari sekali (dibersihkan luka dengan iodine, diberikan nebacetin, di tutup dengan kasa steril kemudian di tutup dengan hepavik dan di bandage, selanjutnya di pasang gurita)

Setiap hari dilakukan perhitungan suhu dan pulsus untuk mengetahui keadaan kucing.

Setiap satu minggu sekali dilakukan control kepada assistent

Hasil

BAB IVHASIL

4.1. SIGNALEMENTNama: TuminiJenis hewan: Kucing Kelamin: BetinaRas/breed: DomestikWarna bulu/kulit: Hitam coklatUmur: 1,5 thBerat badan: 2,6 kgTanda kusus: Ekor panjang

4.2. Pemeriksaan Pre Opeasi Temperatur: 38,8 0CPulse: 88 / menitRespirasi: 80 / menitMembrane color: Merah MudaCRT: < 2 detik (normal)Hydration: Normal (pink merah) Body Weight: 2,6 kgColor and consistency of feces: NormalBody condition : NormalSystem Reviewa. IntegumentaryNormalb. OticNormalc. OptalmicNormald.MuscoloskeletalNormal

e. Nervus Normalf. CardiovaskulerNormalg. RespirationNormalh. DigestyNormal

i. LympaticNormalj.ReproductionNormalk. UrinariaNormal

Deskripsi Abnormal: -Vaksinasi: Tidak

4.3. Kontrol AnastesiObatGolongan ObatDOSIS(mg/Kg BB)KOSENTRASI(mg/ml)Volume Obat (ml)Rute

AmoxilinAntibiotik20252,08Per oral

Atropin sulfatPremedikasi0,040,250,416Subcutan

KetamineAnasthesi101000,26Intra muscular

XylazineAnasthesi2200,26Intra muscular

TolfenAnalgesik4400,26Subcutan

ViccillinAntibiotik151000,39Topikal dan Intramuscular

4.4. Kontrol Pemeriksaan Post OperasiMenit0153045607590105120

Pulsus(/menit)1009693888076726670

Temp(0C)37,70C36,20C36,50C360C37,50C36,30C360C36,80C36,60C

Menit135150165180195210225240

Pulsus(/menit)788286767612072110

Temp(0C)36,90C370C370C350C36,20C37,30C37,70C38,20C

4.4. Form Monitoring Pasca OperasiTanggalPemeriksaanTerapi

16 Mei 2015Suhu: 38,8 0CPulsus : 80CRT: < 2 detik

Appetice: + + +Defekasi : - Urinasi: + + SL: - T/ Amoxicilin

17 Mei 2015Suhu: 38 0CPulsus : 92CRT: < 2 detik

Appetice: + + +Defekasi : +Urinasi: + +SL: - T/ AmoxicilinTolfen

18 Mei 2015Suhu: 38,8 0CPulsus : 96CRT: < 2 detik

Appetice: + + +Defekasi : + +Urinasi: + + +SL: -T/ Amoxicilin

19 Mei 2015Suhu: 38,5 0CPulsus : 80CRT: < 2 detik

Appetice: + + +Defekasi : + +Urinasi: + + +SL: - T/ AmoxicilinTolfen

20 Mei 2015Suhu: 38,4 0CPulsus : 92CRT: < 2 detik

Appetice: + +Defekasi : +Urinasi: + + +SL: - T/ Amoxicilin

21 Mei 2015Suhu: 38,7 0CPulsus : 104CRT: < 2 detik

Appetice: + +Defekasi : + +Urinasi: + +SL: - T/

22 Mei 2015Suhu: 37,5 0CPulsus : 112CRT: < 2 detik

Appetice: + +Defekasi : + +Urinasi: + + +SL: - T/

23 Mei 2015Suhu: 38,3 0CPulsus : 104CRT: < 2 detik

Appetice: + +Defekasi : +Urinasi: + + +SL: - T/

24 Mei 2015Suhu: 37,7 0CPulsus : 132CRT: < 2 detik

Appetice: + +Defekasi : - Urinasi: + +SL: - T/

25 Mei 2015Suhu: 37, 9 0CPulsus : 130CRT: < 2 detik

Appetice: + +Defekasi : +Urinasi: + +SL: - T/

26 Mei 2015Suhu: 38, 4 0CPulsus :119CRT: < 2 detik

Appetice: + +Defekasi : +Urinasi: +SL: - T/

27 Mei 2015Suhu: 38,3 0CPulsus : 121CRT: < 2 detik

Appetice: + +Defekasi : +Urinasi: + +SL: - T/

4.5. Perhitungan Dosisa) Atropin SulfatBB: 2,6 kgDosis: 0,04 mg/kg BBKonsentrasi: 0,25 mg/mlPerhitungan: 0,04 mg/kg BB x 2,6 kg0,25 mg/ml = 0,416 mg/mlb) KetamineBB: 2,6 kgDosis: 10 mg/kg BBKonsentrasi: 100 mg/mlPerhitungan: 10 mg/kg BB x 2,6 kg 100 mg/ml = 0,26 mg/mlc) XylazineBB: 2,6 kgDosis: 2 mg/kg BBKonsentrasi: 20 mg/mlPerhitungan: 2 mg/kg BB x 2,6 kg 20 mg/ml = 0,26 mg/mld) AmoxicilinBB: 2,6 kgDosis: 20 mg/kg BBKonsentrasi: 25 mg/mlPerhitungan: 20 mg/kg BB x 2,6 kg25 mg/ml = 2,08 mg/mle) ViccillineBB: 2,6 kgDosis: 15 mg/kg BBKonsentrasi: 100mg/mlPerhitungan: 15 mg/kg BB x 2,6 kg100 mg/ml= 0,39 mg/mlf) Tolfenamic AcidBB: 2,6 kgDosis: 4 mg/kg BBKonsentrasi: 40 mg/mlPerhitungan: 4 mg/kg BB x 2,6 kg 40 mg/ml = 0,26 mg/ml

BAB VPEMBAHASAN

5.1 Analisa Prosedur5.1.1. Pre-Operasi

Persiapan alatLangkah pertama yang di lakukan adalah menempatkan alat-alat yang akan digunakan dalam nierbekker yang kemudian dibungkus koran beserta tampon dan drapes. Selanjutnya alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam oven steril dan dipanaskan pada suhu 100C selama 60 menit. Hal ini bertujuan untuk mensterilisasi alat agar tidak terkontaminasi oleh bakteri. Gunting dan jarum tidak ikut dimasukkan ke oven tetapi disterilisasi dengan alkohol 70% karena apabila di oven dapat menyebabkan gunting atau jarum menjadi tumpul. Langkah terakhir yang dilakukan adalah menempatkan alat yang sudah disterilisasi pada meja operasi dan disusun sesuai susunan standart alat operasi.

Persiapan HewanLangkah pertama yang dilakukan yaitu mempuasakan makan pada hewan selama 12 jam dan minum 6 jam yang bertujuan agar ketika proses operasi tidak terjadi defekasi atau urinasi sehingga dapat menghambat jalannya operasi. Lalu diberi atropin sulfat sebagai premedikasi dan ditunggu 15 menit sampai terlihat efek dari pemberian atropin sulfat. Selanjutnya diberi campuran ketamine + xylazine sebagai anastesi dan ditunggu sampai stadium 3. Kemudian hewan direstrain pada bagian ekstremitas dan pada mulut disumpal dengan tampon bulat yang bertujuan agar saat hewan sadar tidak mengganggu saat proses operasi. Setelah itu dicukur rambut pada bagian abdomen menggunakan pisau cukur dan air sabun yang bertujuan agar mempermudah pada saat mengincisi bagian abdomen hewan. Langkah terakhir yang dilakukan adalah meletakkan drapes pada bagian yang akan dioperasi dan direkatkan dengan towel clam yang bertujuan agar tidak terjadi kontaminasi ketika proses operasi.

Persiapan Operator OperasiLangkah pertama yang dilakukan adalah membersihkan tangan menggunakan sabun mulai dari ujung kuku sampai lengan menggunakan sabun dan dibasuh dengan air mengalir, kemudian dicuci lagi dengan antiseptic. Selanjutnya operator di wajibkan memakai jas laboratorium, glove, masker, dan penutup kepala (bagi yang tidak berjilbab) dengan catatan semua harus steril serta tidak boleh memegang apapun selain alat operasi. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kontaminasi dengan bakteri di lingkungan sekitar.

5.1.2. OperasiLangkah pertama yang dilakukan adalah memberikan antiseptic yang di basahkan pada kapas secara sirkuler dari sentral kemudian mengarah ke perifer pada daerah yang akan dioperasi agar daerah tersebut bebas dari bakteri yang dapat mengontaminasi. Selanjutnya dilakukan incisi pada daerah bawah umbilicus tepat di linea alba mengarah ke caudal sepanjang 6-12 cm dengan menggunakan blade dan meneruskan di bantu dengan gunting sehingga kulit dan subcutan dapat terbuka sehingga terlihat linea alba. Ketika linea alba sudah terlihat, pada bagian kiri dan kanan linea alba dijepit menggunakan allis forceps untuk mempermudah pengirisan linea alba. Kemudian dibuat potongan kecil pada lnea alba dan dibuat sayantan lurus pada linea alba agar peritonium dapat terlihat. Setelah peritonium terlihat, dilakukan eksplorasi untuk mencari uterus pada kucing. Sesudah selesai eksplorasi, bagian sayatan dibasahi antibiotik atau NaCl fisiologis dan vicillin agar tidak terjadi kontaminasi bakteri. Selanjutnya dilakukan penjahitan pada setiap lapisan mulai dari linea alba menggunakan pola jahitan terputus sederhana dengan benang catgut chromic dan jarum berpenampang triangle (cutting), subkutan menggunakan pola jahitan menerus sederhana dengan benang dan jarum berpenampang triangle (cutting) catgut plain, dan kulit menggunakan pola jahitan terputus sederhana dengan benang silk. Pada setiap selesai satu lapisan dibasahi dengan antibiotik atau NaCl fisiologis agar tidak terjadi kontaminasi bakteri. Kemudian diolesi povidone iodine dan ditutup sofratule dan kasa steril kemudian perban sebagai bandages penutup luka. Langkah terakhir adalah ditutup dengan menggunakan gurita agar bandages tidak tercakar atau tergigit oleh kucing.

5.1.3. Post-OperasiPasca operasi dilakukan kontrol terhadap kondisi kucing untuk mengetahui kesehatan kucing. Kemudian diberikan Tolfen secara injeksi subcutan setiap 2 hari sekali untuk mengurangi rasa nyeri pada luka operasi dan juga diberikan antibiotik Amoxycillin secara peroral sehari 2 kali agar tidak terjadi infeksi penyakit akibat bakteri. Selain itu perban dan gurita juga diganti setiap hari dengan pemberian iodine pada daerah jahitan agar luka cepat sembuh. Apabila luka sudah menutup, jahitan pada kulit dapat dilepas. Ketika kucing sudah benar-benar pulih dapat langsung dikembalikan pada tempat asalnya.

5.2. Analisa Hasil

5.2.1. Obat yang Dugunakan Atropin SulfatFarmako kinetik : Hambatan oleh atropin bersifat reversible dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian antikolinesterase. Atropin memblok asetilkolin endogen maupun eksogen, tetapi hambatannya jauh lebih kuat terhadap yang eksogen.Farmako dinamik: mengurangi atau menghambat urinasi, menekan aksi fagus dan mendilastasi pupil selama anasthesi.Atropinediberikan secara subcutan (dibawah kulit) atau intra muskuler selama 30-40 menit sebelum anasthesi. Ketamin Farmakokinetik : Ketamin lebih larut dalam lemak sehingga dengan cepat akan didistribusikan keseluruh organ. Efek muncul dalam 30-60 detik. Menuju sistem metabolisme, ketamin mengalami biotransformasi oleh enzim mikrosomal hati menjadi beberapa metabolit yang makin aktif. Produk akhir disekresikan melalui ginjal.Farmako dinamik : Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien akan mengalami perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda khas pada mata berupa kelopak mata terbuka spontan dan nistagmus. Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari (cataleptic appearance), seperti gerakan mengunyah, menelan, tremor dan kejang. Itu merupakan efek anestesi dissosiatif yang merupakan tanda khas setelah pemberian Ketamin. Apabila diberikan secara intramuskular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit, sering mengakibatkan mimpi buruk dan halusinasi pada periode pemulihan sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan peningkatan tekanan darah intrakranial. Xylazine Farmako kinetik : Obat ini bekerja pada reseptor presynaptic dan postsynaptic dari sistem saraf pusat dan perifer sebagai agonis sebuah adrenergik.Obat ini banyak digunakan dalam subtansi kedokteran hewan dan seringdigunakan sebagai obatpenenang (sedatif), nyeri (analgesik) dan relaksasi otot rangka (relaksan otot).Farmako dinamik : Xylazine mengandung 23,32 mg / ml hidroklorida xylazine dalam larutan air injeksi berbasis. Xylazine dapat diperoleh juga sebagai bubuk kristal murni. Dosis intramuskular hingga 0,3 mg / kg untuk ternak telah. Untuk menginduksi muntah pada kucing, xylazine adalah dosis pada 0,2 sampai 0,5 mg per pon (0,44-1 mg / kg) intramuskular. Untuk anjing dosis bahkan bisa lebih tinggi. Xylazine tersedia dalam 20 mg / ml dalam konsentrasi 20 botol ml dan 100 mg / ml pada konsentrasi 50ml botol. Amoxycillin (Katzung, 2006)Farmako kinetik : Amoxicillin diserap secara baik sekali oleh saluran pencernaan.Kadar bermakna didalam serum darah dicapai 1 jam setelah pemberian per-oral. Kadar puncak didalam serum darah 5,3 mg/ml dicapai 1,5-2 jam setelah pemberian per-oral. Kurang lebih 60% pemberian per-oral akan diekskresikan melalui urin dalam 6 jam.Farmako dinamik : Amoxicillin (alpha-amino-p-hydoxy-benzyl-penicillin) adalah derivat dari 6 aminopenicillonic acid, merupakan antibiotika berspektrum luas yang mempunyai daya kerja bakterisida. Amoxicillin, aktif terhadap bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif.Bakteri gram positif: Streptococcus pyogenes, Streptococcus viridan, Streptococcus faecalis, Diplococcus pnemoniae, Corynebacterium sp, Staphylococcus aureus, Clostridium sp, Bacillus anthracis. Bakteri gram negatif: Neisseira gonorrhoeae, Neisseriameningitidis, Haemophillus influenzae, Bordetella pertussis, Escherichia coli, Salmonella sp, Proteus mirabillis, Brucella sp.5.2.2 Stadium Anastesi Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu; Stadium I (stadium induk si atau eksitasi volunter), dimulai dari pemberian agen anestesi sampai menimbulkan hilangnya kesadaran. Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi dan defekasi. Stadium II (stadium eksitasi involunter), dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan stadium pembedahan. Pada stadium II terjadi eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, pernafasan tidak teratur, inkontinensia urin, muntah, midriasis, hipertensi, dan takikardia. Stadium III (pembedahan/operasi), terbagi dalam 3 bagian yaitu; Plane I yang ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe pernafasan thoraco-abdominal, refleks pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan kornea terdepresi. Plane II, ditandai denga n respirasi thoraco-abdominal dan bola mata ventro medial semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut. Plane III, ditandai dengan respirasi regular, abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi. Stadium IV (paralisis medulla oblongata atau overdosis),ditandai dengan paralisis otot dada, pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan gambaran seperti mata ikan karena terhentinya sekresi lakrimal (Archibald, 2005).Anestesi dilakukan secara perinjeksi akan mendepres fungsi fisiologis tubuh sehingga terjadi penurunan fungsi fisiologis. Salah satu perubahan fisiologis yang dapat teramati adalah suhu tubuh, pada awal sebelum pemberian obat bius adalah 38,6 C, namun lima belas menit kemudian terjadi kenaikan suhu tubuh menjadi 37,6 C yang mungkin terjadi karena dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Seiring dengan berjalannya waktu, suhu tubuh kucing semakin menurun, dan yang terendah mencapai 34.5 C yaitu pada menit ke 105 ketika masih teranastesi. Setelah itu, pada monintoring selanjutnya adalah perubahan frekuensi jantung menunjukkan pengaruh kerja jantung dalam memompa darah. Pada tabel, terlihat frekuensi pulsus dominan menurun. Penurunan ini terjadi mulai pada menit ke 45 karena kucing relaksasi, memasuki stadium III plane III yang ditandai dengan respirasi regular, abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi. Pulsus ini meningkat kembali pada menit ke 165 dengan pulsus yang naik signifikan per 15 menit kemudian. Mukosa kucing terlihat perbedaan yang sangat nyata pada saat pre dan post anestesi. Pada saat pre anestesia mukosanya berwarna pink rose, namun setelah anestesi selama operasi berlangsung warna mukosa berubah menjadi pucat, hal tersebut dikarenakan tidak lancarnya aliran darah pada daerah perifer. Secara umum anestesi juga akan menghilangkan refleks pasien, dalam hal ini yang diamati adalah refleks pupil dan refleks digit yang menghilang selama anestesi.5.2.3. Phycisal ExaminationMedical RecordKucing pada PraktikumKucing Normal

Pulsus88 / menit110-140 / Menit

Temperatur38,8 0C38 C 39,5 C

Respirasi80 / Menit72/ Menit

CRT 2 detik 2 detik

Body Weight2,6 Kg2,5 -2,7 Kg

Physical ExaminationTanpa CacatTanpa Cacat

HydrationPink Pink

A. UmumSetelah dilakukansinyalemenatau registrasi dan anamnesa maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan umum yang meliputi; Inspeksi diantaranya melihat, membau, dan mendengarkan tanpa alat bantu. Diusahakan agar hewan tenang dan tidak curiga kepada pemeriksa. Inspeksi dari jauh dan dekat terhadap pasien secara menyeluruh dari segala arah dan keadaan sekitarnya. Diperhatikan pula ekspresi muka, kondisi tubuh, pernafasan, keadaanabdomen, posisi berdiri, keadaan lubang alami, aksi dan suara hewan. (Fowler. 2008). - Pulsus, temperatur dan nafasPulsus diperiksa pada bagianarteri femoralisyaitu sebelahmedial femur(normal: 92-150/menit). Nafas diperiksa dengan cara menghitung frekuensi dan memperhatikan kualitasnya dengan cara melihat kembang-kempisnya daerahthoraco-abdominaldan menempelkan telapak tangan di depan cuping bagian hidung (normal: 26-48/menit). Temperatur diperiksa padarectumdengan menggunakan termometer (normal: 37,6-39,4). (Fowler. 2008).- Selaput lendirConjunctivadiperiksa dengan cara menekan dan menggeser sedikit saja kelopak mata bawah. Penampakan conjunctivapada kucing tampak pucat.Membran mukosayang tampakanemia(warna pucat) dan lembek merupakan indikasianemia. Intensitas warnaconjunctivadapat menunjukkan kondisi peradangan akut seperti enteritis,encephalonitisdankongestipulmo akut.Cyanosis(warna abu- abu kebiruan) dikarenakan kekurangan oksigen dalam darah, kasusnya berhubungan dengan pulmo atau sistem respirasi.Jaundice(warna kuning) karena terdapatnyapigmen bilirubinyang menandakan terdapatnya gangguan padahepar. Hiperemi(warna pink terang) adanyahemoragi petechialmenyebabkanhemoragi purpura(Fowler. 2008).B.SistemSistem PencernaanPakan atau minum diberikan untuk melihat nafsu makan dan minum. Kemudian dilihat juga keadaanabdomenantara sebelah kanan dan kiri. Mulut, dubur, kulit sekitar dubur dan kaki belakang juga diamati, serta caradefekasidan fesesnya. (Fowler. 2008).1.) Mulut,Pharynx, danOesophagusMulut kucing dibuka dengan menekan bibir kebawah gigi atau ke dalam mulut, dan dilakukan inspeksi. Bila perlu, tekan lidah dengan spatel agar dapat dilakukan inspeksi dengan leluasa seperti bau, mulut, selaput lendir mulut,pharynx, lidah, gusi, dan gigi-geligih serta kemungkinan adanayalesi, benda asing, perubahan warna, dan anomali lainnya.Oesophagusdipalpasi dari luar sebelah kiri danpharynx. (Fowler. 2008).2.) AbdomenInspeksi dilakukan padaabdomenbagian kiri dan kanandengan memperhatikan isiabdomenyang teraba serta dilakukanauskultasidari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahuiperistaltikusus. Lakukan pula eksplorasi dengan jari kelingking, perhatikan kemungkinan adanya rasa nyeri pada anus atau rektum, adanya benda asing atau feses yang keras. (Fowler. 2008).Sistem PernafasanAdanya aksi-aksi atau pengeluaran seperti batuk, bersin hick-up, frekuensi dan tipe nafasnya perlu diperhatikan. (Fowler. 2008).

1) HidungPerhatikan keadaan hidung dan leleran yang keluar, rabalah suhu lokal dengan menempelkan jari tangan pada dinding luar hidung. Serta lakukanlah perkusi pada daerahsinusfrontalis. (Fowler. 2008).2)Pharynx,Larinx,TrakeaDilakukanpalpasidari luar dengan memperhatikan reaksi dan suhunya, perhatikan pulalimfoglandula regional, suhu, konsistensi, dan besarnya, lalu bandingkan antaralimfoglandulakanan dan kiri. (Fowler. 2008).2) Rongga dadaPerkusi digital dilakukan dengan membaringkan kucing pada alas yang kompak dan diperhatikan suara perkusi yang dihasilkan. Palpasipadaintercostaelalu perhatikan adanya rasa nyeri padapleuradanedeme subcutis (Fowler. 2008).

5.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kesembuhan LukaFaktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri dari faktor yang merugikan pada tempat luka (kurangnya suplai darah dan pengaruh hipoksia, berlebihan, benda asing, hematoma, dan trauma berulang), faktor-faktor patofisiologi umum (status nutrisi, gangguan kardiovaskuler, anemia, penurunan daya tahan terhadap infeksi, gangguan metabolik dan endokrin), dan faktor usia. Sementara itu faktor ekstrinsik terdiri dari penatalaksanaan luka (perawatan luka) yang tidak tepat (pengkajian luka yang tidak akurat, penggunaan agens topikal dan produk balutan luka primer yang tidak sesuai, teknik penggantian balutan yang ceroboh (cuci tangan, pemakaian sarung tangan, penggunaan masker, teknik ganti balutan, dan peralatan steril), sikap negatif staf terhadap pengobatan, dan penyembuhan), efek merugikan dari terapi lain (kemoterapi kanker, dosis steroid tinggi yang berkepanjangan, dan terapi radiasi) (Morison, 2005). Perawatan luka yang tepat dapat mencegah terjadinya infeksi silang dan dapat mempercepat proses penyembuhan luka, dengan demikian hari rawat akan lebih pendek. Dalam perawatan luka, frekuensi perawatan luka perlu diperhatikan untuk meminimalkan kejadian infeksi, kasa penutup luka harus diganti lebih awal jika basah, karena kasa basah meningkatkan kemungkinan kontaminasi bakteri pada luka operasi (Sjamsuhidajat, 2011).

BAB VIPENUTUP

6.1 KesimpulanLaparotomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara membuka dinding abdomen dan dinding dada untuk mencapai isi rongga abdomen. Tujuan laparotomi adalah menemukan organ viseral yang ada di dalam ruang abdominal/peritoneal secara langsung dan untuk mempertegas diagnose. Obat yang digunakan untuk laparatomi terdiri dari obat premedikasi, anastesi dan antibiotik. Eksplorasi organ dilakukan setelah ruang abdomen terbuka, organ-organ yang ditemukan di dalam rongga abdomen pada saat operasi antara lain adalah usus halus, usus besar, ginjal kiri, ginjal kanan, vesika urinaria, uterus dan lambung.Kesimpulan yang di dapatkan dari laporan ini adalah sebelum melakukan laparatomi harus benar- benar mengetahui apa yang harus dilakukan, seperti persiapan alat dan bahan, persiapan hewan sebagai pasien praktek, penghitungan dosis. Kemudian setelah pasca operasi kucing yang telah di laparatomi harus dirawat dengan baik seperti asupan makanan dan kebersihan supaya luka bekas operasi sembuh.

6.2 Saran Sebaiknya pada praktikum laparotomy ini praktikan dan assistant harus menjaga kebersihan yang baik untuk mendukung pelaksanaan maupun proses kesembuhan luka.

DAFTAR PUSTAKAArchibald, John., OGrady., William. 2005.Contamporary Linguistic. New YorkFossum, T. A. 2005. Keeping It Short and Simple : A Simple Rating Scale for Personality. Thesis (Ph. D) Pennsylvania State University : USAFowler, Murray E. 2008.Restraint andHandling of Wild and Domestic Animals 3rd Ed. UK: Wiley-Blackwell PublishingHimawan Sutisna. 2009. Kumpulan Kuliah Patologi. FKUI Brunner, Sudart. Textbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB. Lippincott Company.Hughes, J.M.L. 2008. Anaesthesia for the geriatric dog and cat. Irish Veterinary second edition. Page 61. USAKatzung, BG. 2006. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika : JakartaMorison.2005. A Colour Guide to The Nursing Management of Wounds. Jakarta:EGC.Munaf, I Gusti; et al. 2008. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Palawa Sari : DenpasarScott-Conner, C.E.H. 2009. Opperative Anatomy. Philadelphia : Lippincott William & WilkinsSjamsuhidajat, R., Wim, deJong.2011.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC.