editan tugas kritik sastra
TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kritik Sastra
Kata “kritik” berasal dari bahasa Yunani krites yang artinya seorang hakim,
kritikos (dalam bahasa Indonesia kritikus) berarti “hakim kesusastraan” (Wellek
dalam Pradopo, 2002:31). Berdasarkan istilah di atas, Wellek mengatakan bahwa
kritik sastra itu berarti penghakiman karya sastra. Hal serupa juga dikemukakan H.B
Jassin (1959:44,45) bahwa kritik sastra itu pertimbangan baik atau buruk karya sastra,
penerangan, dan penghakiman karya sastra. Hudson juga mengemukakan bahwa
istilah kritik sastra dalam artinya yang tajam adalah penghakiman yang dilakukan
oleh seorang yang ahli atau memiliki sesuatu kepandaian khusus untuk membedah
karya sastra, memriksa karya sastra mengenai kebaikan-kebaikan dan cacat-cacatnya,
dan menyatakan pendapatnya mengenai hal itu (Pradopo, 2002: 32).
Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat di atas, kritik sastra itu merupakan
bidang studi sastra untuk “menghakimi” karya sastra, untuk memberi penilaian dan
keputusan mengenai bermutu atau tidaknya suatu karya sastra. Dalam kritik sastra,
suatu karya sastra diuraikan (dianalisis) unsur-unsurnya atau norma-normanya,
diselidiki, diperiksa satu per satu, kemudian ditentukan berdasarkan hukum-hukum
penilaian karya sastra, bernilai ataukah kurang bernilaikah karya sastra itu.
B. Guna keritik sastra
Pada intinya kritik sastra mempunyai tiga kegunaan atau kepentingan, yaitu
kegunaan bagi ilmu sastra itu sendiri, bagi penerangan masyarakat, dan bagi
perkembangan kesusastraan. Guna kritik sastra bagi ilmu sastra adalah guna untuk
penyusunan teori sastra dan sejarah sastra. Karya sastra berguna bagi penerangan
masyarakat yang ingin mengerti kesusastraan pada umumnya dan karya-karya sastra
pada khususnya. Kritikus merupakan perantara antara pencipta dan orang banyak
(Jassin dalam Pradopo, 2002: 36). Dengan demikian, hal itu membuat karya sastra
terang bagi orang banyak (pembaca) sehingga karya sastra itu dihargai. Kritikus
memberikan kepada pembaca suatu pandangan yang sama sekali segar dan
mempermudah pembacaan dengan cara menerjemahkan ke dalam bentuk-bentuk
sederhana.
Kritik sastra juga penting dalam pendidikan sastra, yaitu untuk meningkatkan
apresiasi para pelajar dan mahasiswa yang merupakan bagian dari masyarakatnya.
Kritik sastra berguna bagi perkembangan kesusasatraan suatu bangsa. Dalam hal ini
krhtik sastra dapat meningkatkan kecakapan, ketajaman pandangan, dan keluasan
garapan sastrawan. Dengan demikian, hal ini akan menyebabkan karya-karya yang
ditulis kemudian akan bertambah mutu seni atau sastranya.
C. Teori kritik sastra
Kritik sastra berfungsi untuk memberikan uraian dan penerangan tentang
karya sastra yang konkret, baik mengenai makna karya sastra, strukturnya, maupun
nilainya. Dengan demikian, kritikus sebagai penerap prinsip kritik sastra itu perlu
memberikan tafsiran-tafsirannya, analisis dan seni lainnya. Tanpa itu semua, karya
sastra tidak mungkin dipahami. Jadi, penafsiran, penguraian (analisis), dan penilaian
perlu diuraikan. Ketiganya merupakan aspek kritik sastra yang utama yang saling erat
berjalinan dalam aktivitas penerapan kritik pada karya sastra.
Penafsiran dalam arti luasnya membuat jelas arti keseluruhan karya sastra yang
bermedium bahasa itu yang diantaranya memperjelas jenis sastra, unsur sastra,
struktur, tema dan efek-efek. Dengan adanya penjelasan secara keseluruhan itu, karya
sastra dapat dipahami. Karena sastra memiliki struktur yang kompleks, maka karya
sastra perlu dianalisis. Jadi, analisis adalah sarana untuk menginterpretasi.
1. Penafsiran
Penafsiran karya sastra berarti penjelasan makna karya sastra.
Menginterpretasi karya sastra berarti menangkap makna karya sastra. Karya
sastra perlu ditafsirkan sebab karya sastra adalah sebuah struktur yang
kompleks yang bermedium bahasa yang pada umumnya maknanya ambigu
atau bermakna ganda. Menafsirkan karya sastra tidak terbatas hanya pada
bahasanya yang ambigu, tetapi juga pada komplekitas karya sastra, seperti
kompleksitas struktru penceritannya, penokohannya, bahkan juga pusat
pengisahannya. Tafsiran terhadap karya sastra harus disertai alasa-alasan yang
logis atau dapat diterima akal.
2. Analisis
Dengan analisis, makna karya sastra dapat ditafsirkan dengan jelas.
Dalam menganalisis kritikus juga memberikan interpretasi, dalam
menginterpretasi karya sastra kritikus menganalisis dan sekaligus memberi
penilaian atas hasil interpretasi dan analisisnya. Jadi, interpretasi, penilaian
dan analisis tidak dapat dipisahkan.
3. Penilaian
Karya sastra adalah karya imajinatif bermedium bahasa yang fungsi
estetikanya dominan (Wellek dan Waren dalam Pradopo, 2002: 81). Dengan
demikian, dalam mengeritik karya sastra harus ditunjukkan nilai seninya.
Kalau tidak demikian, kritik sastra belum sempurna memenuhi fungsinya.
D. Kritik Indonesia moderen dan permasalahannya
Kesusastraan Indonesia modern secara resmi lahir pada tahun 1920 dengan
terbitnya roman Azab dan Sebgsara (1921). Sejak lahirnya, kritik sastra Indonesia
modern selalu diiringi masalah. Masalahnya meliputi, kurangnya tempat, kurangnya
kritikus sastra (yang profesional). Tidak cocoknya pandangan kritikus dengan
sastrawan, tidak cocoknya teori kritik sebagai landasan kritik dengan corak dan wujud
kesusastraan Indonesia modern yang bersifat nasional (dan regional), pertentangan
antara kritik sastra sastrawan dan kritik sastra akademik. Sampai sekarang,
berdasarkan bukti yang didapatkan, kritik sastra Indonesia modern yang pertama
ditulis oleh Mohammad Yamin berjudul “Sejarah Melayu” dan “Syair Bidasari”.
Sedangakan teori kritik sastra Indonesia modern pertama kali didapatkan dalam
majalah Panji Pustaka (1932:838-839). Diduga ditulis oleh Sutan Takdir Alisjahbana,
sebab STAlah yang menjadi redaktur sastra dengan ruang “Memajukan
Kesusastraan”.
Sebelum tulisan tentang kritik sastra tersebut, yang dapat dianggap sebagai
kritik sastra adalah aturan Balai Pustaka yang terkenal sebagai “Nota Rinkes” yang
bersifat aturan untuk buku-buku yang hendak diterbitkan oleh Balai Pustaka, aturan
yang mengharuskan dipatuhinya ketertiban: tidak boleh berpolitik, menyinggung
agama (netral terhadap agama) dan tidak menyinggung kesusilaan masyarakat (Teeuw
dalam Pradopo,1995: 97). Dengan demikian corak kritik sastra Balai Pustaka ini
bertipe pragmatik. Jadi, sudut pandang atau perspektif pragmatik itu tidak sesuai
dengan sudut pandang pengarang yang ekspresif, yang lebih mengutamakan nilai seni
daripada mendidik masyarakat pembaca.
Yang perlu diingat bahwa dalam perkembangannya, kritik sastra Indonesia
modern dari waktu ke waktu mengalami perdebatan-perdebatan. Perdebatan ini terjadi
sejak awal perkembangan kritik sastra, tepatnya zaman Pujangga Baru sampai
sekarang (Pradopo, 2002: 99). Pada akhir tahun 1960-an terjadi perdebatan dan
polemik kritik sastra antara golongan pengikut kritik sastra Ganzheit dengan pengikut
kritik sastra akademik (yang kemudian menamakan dirinya kritikus Kritik Sastra
Aliran Rawamangun). Tokoh kritik sastra Ganzheit adalah Arief Budiman dan
Goenawan Mohamad, sedangkan kritikus aliran Rawamangun adalah M.S.
Hutagalung, J.U. Nasution, M. Saleh Saad, dan Boen Sri Oemarjati.
Pada tahun 1968 Pusat Bahasa Jakarta mempertemukan kelompok kritikus
Ganzheit dengan aliran Rawamangun dalam sebuah seminar. Kertas kerja mereka dan
ulasan-ulasannya dibukukan oleh Pusat Bahasa dengan editor Lukman Ali berjudul
Tentang Kritik Sastra: Sebuah Diskusi (1978).
Dengan mengalirnya teori sastra dan kritik sastra Barat sejak pertengahan
tahun 1970-an, lebih-lebih ke dalam lingkungan kritik sastra akademik, timbullah
reaksi baik berupa penolakan maupun keinginan membentuk teori sastra dan kritik
sastra yang khas Indonesia, lebih-lebih sesudah pertengahan tahun 1980-an. Oleh
karena itu Universtas Bung Hatta Padang, pada tahun 1988 mengadakan seminar
sastra “Menjelang Teori dan Kritik Susastra Indonesia yang Relevan”, makalah-
makalahnya diterbitkan dalam sebuah buku dengan editor Mursal Esten yang berjudul
Menjelang Teori dan Kritik Susastra Indonesia yang Relevan.
E. Kritik sastra akademik dan kritik sastra sastrawan
Para penulis kritik sastra Indonesia modern sampai pertengahan tahun 1950-an
sebagian besar adalah para sastrawan. Oleh karena itu, periode 1920-1955 itu
merupakan periode kritik sastrawan. Corak kritiknya adalah impresionistik, bertipe
ekspresif dan pragmatik, ditulis tidak menurut sistematika ilmiah, bersifat esaistis.
Kritik sastra Pujangga Baru dapat dikatakan menjadi pendasar kritik sastra Indonesia
modern. Meskipun sebelumnya sudah ada kritik sastra Balai Pustaka, tetapi secara
nyata kritik sastra Balai Pustaka tidak dikenal umum karena hanya terbatas pada
pertimbangan buku di kalangan Balai Pustaka saja. Berbeda dengan Pujangga Baru
yang disiarkan dalam majalah Pujangga Baru sejak Juli 1933. Kritik sastra Pujangga
Baru disebut pendasar kritik sastra Indonesia Modern karena pada kenyatannya
gagasan-gagasan, praktik-praktik kritik sastra, dan corak kritik sastra Pujangga Baru
diteruskan oleh sastrawan dan kritikus sesudahnya. Hal ini tampak pengertian kritik
sastra yang merupakan pertimbangan baik buruk karya sastra, sebagai penerangan,
untuk perkembangan kesusastraan dalam “Kritik Kesusastraan” (1932:838-839) yang
kemudian diteruskan oleh H.B.Jassin seperti tampak dalam esainya “Kritik Sastra”
(1959:44-47).
Pada zaman Pujangga Baru ada dua tipe kritik sastra yang diteruskan sampai
sekarang, yaitu tipe kritik sastra pragmatik Sutan Takdir Alisjahbana dan tipe kritik
sastra Sanusi Pane yang bersifat espresif. Tipe kritik sastra pragmatik Sutan Takdir
Alisjahbana dan tipe kritik sastra Sanusi Pane saling bertentangan. STA menghendaki
karya sastra itu berguna bagi pembangunan bangsa, sedangkan Sanusi Pane
menghendaki karya sastra itu mengutamakan nilai estetikanya, karya sastra “seni
untuk seni”.
Kurang lebih pada pertengahan tahun 1950-an timbul jenis kritik sastra yang
baru, yaitu kemudian terkenal dengan kritik akademik atau kritik ilmiah. Corak kritik
akademik berbeda dengan kritik sastrawan sebelumnya. Kritik sastra akademik berupa
penelitian ilmiah dengan metode ilmiah. Ciri-cirinya adalah pembicaraan sampai pada
hal-hal yang kecil, analisisnya mendetail, disusun dalam susunan yang sistematik, ada
pertanggungjawaban ilmiah dengan penyebutan data yang akurat, pernyataan disertai
argumentasi, menggunakan metode ilmiah.
Munculnya kritik ilmiah ini menimbulkan reaksi para sastrawan. Misalnya
saja Rustandi Kartakusuma dan Harijadi Hartowardjoyo yang menuduh kritik ilmiah
itu seagai kritik induktif interpretatif, tidak ada penilaian, sebagian besar hanya
penafsiran saja. Meskipun ada reaksi dara bei sastrawan, kritik akademik terus
berjalan, terutama dalam penulisan skripsi, penelitian sastra ilmiah, makalah dan
disertasi. Semakin banyaknya kritik sastra yang diterbitkan dalam bnetuk buku,
timbulnya reaksi baru dari sastrawan. Diantaranya yang tampil adalah Arif Budiman.
Mereka memberi ciri kritik akademik sebagai kritik analitik. Dikatakan demikian
disebabkan kritik akademik terlalu mencincang-cincang karya sastra, menganalisi
karya sastra terlalu analitik, karya sastra dianggap mayat di atas meja bedah.
Untuk menandangi kritik sastra akademik itu mereka (Arif Budiman, dkk)
mengemukakan kritik sastra dengan metode Ganzheit, yaitu melihat karya sastra
sebagai keseluruhan (tidak dicincang-cincang). Atas reaksi para sastrawan terhadap
kritik akademik yang diberi ciri sebagai kritik analitik itu, terjadilah perdebatan dan
polemik. M.S. Hutagalung (tokoh kritik sastra akademik) yang memproklamirkan
kritiknya sebagai “Kritik Sastra Aliran Rawamangun”. Dalam polemik itu, pihak
Ganzheit diwakili oleh Arif Budiman. Polemik itu baru berhenti pada pertengahan
tahun 1970-an.
M.S. Hutagalung mengemukakan pembelaannya terhadap kebaikan dan
manfaat kritik ilmiah berjudul “Peranan Penelitian Ilmiah untuk Pengembangan
Kesusastraan Indonesia” dalam bukunya Membina Kesusastraan Indonesia Modern
(1987). Dikemukakannya manfaat penelitian sastra (kritik sastra) ilmiah, yaitu:
Penelitian ilmiah membuat orang lebih tepat memandang dan mendekati kesusastraan
itu sendiri.
Kritik sastra yang bersifat ilmiah akan lebih dapat dipertanggungjawabkan,
subyektivitasnya dapat dihindari, pengertian akan nilai-nilai akan lebih jelas.
Penelitian ilmiah akan membuat orang lebih bijaksana untuk meramalkan,
mengharapkan serta membina kesusastraan masa akan datang.
F . Kritik Sastra Indonesia Modern
Kritik sastra merupakan salah satu studi sastra.Kritik sastra adalah cabang
ilmu sastra yang memfokuskan perhatiannya pada pengkajian sastra secara langsung
untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengklasifikasi serta memberikan penilaian
tentang berhasil tidaknya suatu cipta sastra. Kritik sastra merupakan studi sastra yang
langsung berhadapan dengan karya sastra. H.B Jassin (dalam Rachmat Djoko
Pradopo, 1995: 92) mengatakan kritik sastra adalah pertimbangan baik buruk karya
sastra, penerangan baik buruk karya sastra. Pertimbangan baik buruk ini tidak berarti
baik buruk yang berhubungan dengan moral, namun berhubungan dengan indah atau
jelek. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 761) menyebutkan bahwa kritik
adalah kecaman, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk
terhadap suatu hasil karya, pendapat, dsb.
Sedangkan kritikus adalah 1.orang yg ahli dl memberikan pertimbangan
(pembahasan) tentang baik buruknya sesuatu. 2. orang yg memberikan pertimbangan
(pembahasan) tentang baik buruknya sesuatu; pengkritik.
Kritik tidak hanya mencari kesalahan tetapi juga menyebutkan hal-hal yang
baik maupun yang buruk, mempertimbangkan baiknya juga buruknya, dan kemudian
memberi penilaian yang mantap. Ada juga pendapat lain mengenai kritik sastra seperti
yang dikemukakan oleh Guntur Tarigan, kritik sastra adalah pengamatan yang teliti,
perbandingan yang tepat serta pertimbangan yang adil terhadap baik buruknya
kualitas, nilai, kebenaran suatu karya sastra. Secara singkat kritik sastra adalah
pengamatan, serta pertimbangan baik buruknya nilai sastra (Tarigan dalam Darmanto
2007: 18).
Kritik sastra mempunyai kedudukan yang penting dalam kajian sastra. Kritik
sastra sering dikaitkan dengan apresiasi sastra karena kritik dan apresiasi langsung
berkaitan dengan karya sastra. Kritik sastra sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
telaah sastra, karena keduanya secara hakiki mempunyai kesamaan kerja. Kritik sastra
adalah semacam pertimbangan untuk menunjukkan kekuatan atau kebagusan dan juga
kekurangan yang terdapat salam karya sastra (Zainuddin, 2002: 20). Walaupun kritik
berkaitan dengan penilaian, bukan berarti bahwa setiap orang mampu menilai karya
sastra.
Penilaian terhadap sebuah karya sastra haruslah bersifat objektif sesuai dengan
kriteria penilaian yang ada. Mario Pei der Frank (dalam Zainuddin, 2002: 20)
mengatakan penilaian dan penghakiman sesuai dengan standar yang telah diakui
berdasarkan pengkajian studi dan analisis. Adanya kriteria yang dijadijan patokan
dalam penilaian sastra, dimaksudkan agar hasil dari kritik sastra itu benar-benar
menrupakan penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan, dan bukan hanya pendapat
pribadi. Bagaimanapun tujuan kritik sastra adalah menunjukkan dimana kebaikan dan
kekurangan suatu karya sastra berdasarkan kriteria yang berlaku. Hasil kritik itu
nantinya untuk menjadikan karya sastra itu lebih baik dan juga sebagai koreksi
terhadap penulis, sehingga penulis tidak merasa divonis namun merasa ditantang
untuk meningkatkan kualitas tulisan berikutnya (Zainuddin, 2002: 21).
Melakukan kritik sastra bukan suatu pekerjaan yang gampang. Untuk dapat
melakukan kritik sastra yang baik tentu saja kritikus memerlukan pengetahuan yang
banyak tentang teori sastra, memiliki pengalaman dalam menganalisis, kemampuan
apresiasi yang baik. Sebuah kegiatan kritik sastra akan berhasil apabila seseorang
kritikus sastra mengerti, memahami, dan menguasai ilmu sastra yang mencakup teori
sastra, sejarah sastra dan kritik sastra sebagai dasar melakukan kritik sastra.
Untuk mengenal permasalahan kritik sastra lebih lanjut perlu dikemukakan
guna kritik sastra. Adapun kegunaan kritik sastra adalah,
1. untuk perkembangan sastra itu sendiri,
2. untuk perkembangan kesustraan dan
3. untuk penerangan masyarakat pada umunya yang menginginkan
penerangan tentang karya sastra.
Rachmat Djoko Pradopo (1995: 93) mengemukakan kegunaan karya sastra
adalah untuk membantu perkembangaan kesusastraan suatu bangsa dengan
menjelaskan karya sastra mengenai baik buruknya karya sastra dan menunjukkan
daerah-daerah jangkauan persoalan karya sastra.
Adapun manfaat bagi sastrawan dari kritik sastra adalah mereka dapat
mengembangkan penulisan karya sastra mereka yang mengakibatkan perkembangan
kesusastraan. Aspek-aspek pokok kritik sastra adalah analisis, interpretasi (penafsiran)
dan evaluasi atau penilaian. Karya sastra merupakan n terhadap bagian-bagian atau
unsur-unsurnya (Hill dalam Pradop, 1995: 93). Oleh karena karya sastra adalah
struktur yang kompleks, maka karya sastra itu perlu ditafsirkan sebuah struktur yang
kompleks, maka untuk memahaminya perlu adanya analis, yaitu penguraia untuk
memperjelas artinya. Abrams (dalam Pradopo, 1995: 93) mengemukakan, penafsiran
adalah penafsiran karya sastra, dalam arti luasnya adalah penafsiran kepada semua
aspek karya sastra.
Kritik sastra Indonesia modern lahir sejak tahun 1920 bersamaan lahirnya
kesustraan Indonesia modern. Sampai sekarang, berdasarkan bukti yang didapatkan,
kritik sastra Indonesia modern yang pertama ditulis oleh Mohammad Yamin berjudul
“Sejarah Melayu” dan “Syair Bidasari”. Sejak lahirnya itu, kritik sastra Indonesia
mengalami banyak masalah. Masalahnya meliputi, kurangnya tempat, kurangnya
kritikus sastra (yang profesional). Tidak cocoknya pandangan kritikus dengan
sastrawan, tidak cocoknya teori kritik sebagai landasan kritik dengan corak dan wujud
kesusastraan Indonesia modern yang bersifat nasional (dan regional), pertentangan
antara kritik sastra sastrawan dan kritik sastra akademik.
DAFTAR PUSTAKA
Fananie, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Muhammadiyah University
Press: Surakarta.
Darmanto. 2007. Kritik Sastra (Diktat).
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik,
dan Penerapannya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern.
Gama Media: Yogyakarta.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah menolong
hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya,
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui materi “Kritik Sastra”. Makalah
ini di susun dengan banyak kekurangan. Baik itu datang dari penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini memuat tentang ``Pengertian kritik sastra, Guna kritik sastra, teorikritik
sastra, Kritik Indonesia moderen dan permasalahan, kritik sastra akademik dan kritik sastra
sastrawan, Kritik sastra moderen dan Kritik sastra Indonesia moderen``. Adapun tujuan
penyusun membuat makalah ini untuk mempermudah pembaca memahami materi yang
dibahas.
Penulis juga mngucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat sekaligus sebagai acuan dalam
penyelenggaraan proses belajar.
Pontianak, Oktober 2012
Penyusun
Daftar Isi
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................
B. Perumusan Masalah .......................................................................................
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................
D. Manfaat Penulisan .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................
A. Pengertian Kritik Sastra ................................................................................
B. Guna Kritik Sastra .........................................................................................
C. Teori Kritik Sastra..........................................................................................
D. Kritik Sastra Indonesia Moderen dan Permasalahan......................................
E. Kritik Sastra Akademik dan Kritik Sastra Sastrawan....................................
F. Kritik Sastra Indenesia Moderen
BAB III PENUTUP .........................................................................................................
A. Simpulan ........................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai dengan
perkembangan zaman dan cara berfikir manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu
negara berkembang tidak akan bisa maju selama belum memperbaiki kualitas sumber
daya manusia bangsa kita. Kualitas hidup bangsa dapat meningkat jika ditunjang
dengan sistem pendidikan yang mapan. Dengan sistem pendidikan yang mapan,
memungkinkan kita berfikir kritis, kreatif, dan produktif.
Kritik sastra merupakan sumbangan yang diberikan oleh para peneliti sastra
bagi perkembangan dan pembinaa sastra. Sastra dapat di artikan sebagai hasil usaha
pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman
dan penafsiran sistematis yang dinyatakan dalam bentuk tertulis.
Kritik sastra bukanlah hasil yang luar biasa dan dengan sendirinya melekat
dalam pengalaman sastra. Seorang pembaca dapat membuat kritik sastra yang baik,
apabila dia betul-betul menaruh minat pada sastra, terlatih akan kepekaan citanya, dan
mendalmi serta menilai tinggi pengalaman manusiawinya.
Krtik sastratidak mengenal suatu hukum dengan tuntutan yang mutlak. Akan
tetapi karena kritik sastra merupakan hasil penelitian atas karya sastra, ia tunduk
kepada ketetuan-ketentuan yang berlaku pada penelitian dan sekaligus juga tunduk
pada ketentuan yang berlaku pada penelitian dan sekaligus juga tunduk pada
ketentuan yang berlaku dalam sastra. Oleh karena itu, persoalan-persoalan tetang dan
dalam kritik sastra itu tidaklah harus dihindari tetapi juga perlu diketahui dan dikuasa
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah, latar belakang dan pembatasan masalah tersebut,
massalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengertian kritik sastra ?
2. Bagaimanakah guna kritik sastra ?
3. Bagaimanakah teori kritik sastra ?
4. Bagaimanakah kritik sastra Indonesia modern dan permasalahannya ?
5. Bagaimanakah kritik sastra akademik dan kritik sastra sastrawan ?
6. Bagaimanakah kritik sastra Indonesia modern ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengertian kritik sastra.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan guna kritik sastra.
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan teori kritik sastra.
4. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kritik sastra Indonesia moderen dan
permaslahan nya.
5. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kritik sastra akademik dan kritik sastra
sastrawan
6. Untuk mengetahui dan mendrskripsikan kritik sastra Indonesia moderen
D. Mamfaat Penulisan
Adapun mamfaat penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui ketentuan-
ketentuan yang berlaku dalam mengkritik sebuah karya sastra serta dapat memberikan
sumbangan dalam penelitian dan perkembangan sastra di Indonesia dan juga dapat
mengetahui materi-materi yang berkenaan dengan kritik sastra, guna kritik sastra,
teori kritik sastra kritik sastra Indonesia moderen dan permasalahanya, kritik sastra
akdemik dan kritik sastra sastrawan, dan karitik sastra Indonesia moderen.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kata “kritik” berasal dari bahasa Yunani krites yang artinya seorang hakim,
kritikos (dalam bahasa Indonesia kritikus) berarti “hakim kesusastraan” (Wellek
dalam Pradopo, 2002:31). Berdasarkan istilah di atas, Wellek mengatakan bahwa
kritik sastra itu berarti penghakiman karya sastra. Hal serupa juga dikemukakan H.B
Jassin (1959:44,45) bahwa kritik sastra itu pertimbangan baik atau buruk karya sastra,
penerangan, dan penghakiman karya sastra. Hudson juga mengemukakan bahwa
istilah kritik sastra dalam artinya yang tajam adalah penghakiman yang dilakukan
oleh seorang yang ahli atau memiliki sesuatu kepandaian khusus untuk membedah
karya sastra, memriksa karya sastra mengenai kebaikan-kebaikan dan cacat-cacatnya,
dan menyatakan pendapatnya mengenai hal itu (Pradopo, 2002: 32).
B. Saran
Dari isi makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dlam penyampaian
informasi dan pengetikannya kurang baik, kami dari penyusun mengharapkan saran
dan kritik dari pembaca agar pembuatan makalah kami selanjutnya menjadi lebih baik
dan semoga isi dari makalah ini dapat bermamfaat bagi pembaca. Khususnya dalam
bidang kesusastraan
KRITIK SASTRA INDONESIA MODEREN PADA PERIODE KRITIK SASTRAWAN
(KRITIK SASTRA)
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
ARNI, M.Pd
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
Nama Nim
1. Ibnu Muharam 511000303
2. Ika Yani 511000248
3. Karya Sabat Nika 511000252
4. Jamilah 511000320
5. Juniarni 511000214
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI )
PONTIANAK
2012