eeeefujsfxjg

32
Abstrak: Perubahan tubuh yang bersifat kuantitatif disebut pertumbuhan ,sedangkan yang bersifat kualitatif disebut perkembangan . Tahap perkembangan dan pertumbuhan anak akan berubah sesuai dengan tahapan usianya. Namun, tidak setiap manusia mengalami perkembangan yang sempurna. Penyebabnya berasal dari berbagai faktor seperti pola asuh ,perkembangan psikoseksual, perkembangan kognitif, lingkungan ,serta perkembangan moral. Factor-faktor diatas selain menyebabkan anak tidak dapat berkembang dengan baik ,akibatnya jangka panjangnya juga dapat mengakibatkan depresi. Kata kunci: perkembangan psikoseksual,perkembangan kognitif,depresi Pendahuluan Dalam siklusnya, manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan, baik yang dapat dilihat secara kuantitatif, maupun secara kualitatif. Pertumbuhan perubahan tubuh yang bersifat kuantitatif dan perkembangan adalah perubahan yang bersifat kualitatif . yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. 1 1 Abstract: Changes in the body called quantitative growth, whereas qualitative called development. Stage of development and growth of children will change according to the stages of his age. However, not every human being has developed perfectly. The reason comes from a variety of factors such as upbringing, psychosexual development, cognitive development, environmental, and moral development. The above factors in addition to causing the child can not develop properly, resulting in long-term can also lead to depression.

Upload: vtina177220

Post on 03-Oct-2015

234 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

gfjhgkjfgjsf

TRANSCRIPT

Abstrak: Perubahan tubuh yang bersifat kuantitatif disebut pertumbuhan ,sedangkan yang bersifat kualitatif disebut perkembangan . Tahap perkembangan dan pertumbuhan anak akan berubah sesuai dengan tahapan usianya. Namun, tidak setiap manusia mengalami perkembangan yang sempurna. Penyebabnya berasal dari berbagai faktor seperti pola asuh ,perkembangan psikoseksual, perkembangan kognitif, lingkungan ,serta perkembangan moral. Factor-faktor diatas selain menyebabkan anak tidak dapat berkembang dengan baik ,akibatnya jangka panjangnya juga dapat mengakibatkan depresi.Kata kunci: perkembangan psikoseksual,perkembangan kognitif,depresiPendahuluan

Dalam siklusnya, manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan, baik yang dapat dilihat secara kuantitatif, maupun secara kualitatif. Pertumbuhan perubahan tubuh yang bersifat kuantitatif dan perkembangan adalah perubahan yang bersifat kualitatif . yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. 1 Faktor ini yang nantinya akan menentukan akan menjadi seperti apa seseorang. Tahap perkembangan dan pertumbuhan anak juga akan berubah sesuai dengan tahapan usianya. Namun, tidak setiap manusia mengalami perkembangan yang sempurna. Ada juga beberapa anak yang mengalami gangguan dalam perkembangannya, baik perkembangan fisik, maupun perkembangan mental dan emosinya. Tahapan remaja merupakan tahapan perkembangan anak yang banyak menemui berbagai masalah.Mulai dari sulit bergaul sampai dengan perilaku-perilaku yang meresahkan masyarakat seperti berkelahi,penggunaan narkotika dan sebagainya.Penyebabnya dapat dilihat dari berbagai macam seperti pola asuh,perkembangan psikoseksual,perkembangan kognitif,lingkungan,serta perkembangan moral. Apabila factor-faktor diatas menyebabkan anak tidak dapat berkembang dengan baik salah satu akibatnya dapat mengarah paad keadaan depresi. Depresi adalah gangguan mental umum yang ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, tidur terganggu, nafsu makan berubah dan energi rendah. Masalah ini dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan besar dalam kemampuan seseorang untuk menjalankan tanggung jawab sehari-hari.Isi Skenario 5

Seorang anak perempuan berusia 16 tahun di bawa ke poli psikiatri anak-remaja oleh ibunya karena malu bergaul dengan teman seusianya sejak awal masuk sma.Pembahasan

AnamnesisPemeriksaan lengkap pada seorang anak adalah meliputi wawancara klinis dengan orang tua,anak dan keluarga,informasi tentang fungsi sekolah anak sekarang dan pemeriksaan baku tentang tingkat kecerdasan anak dan pencapaian akademik.Pada beberapa kasus tes perkembangakn dan neuropsikologis juga berguna.2Pada wawancara klinis yang perlu diperhatikan adalah :

Setiap usia memiliki perkembangan normal yang mempengaruhi respon dan perilaku yang berbeda

Menjelaskan tujuan wawancara dengan alasan yang dapat dimengerti anak

Mempelajari hubungan anak dengan orang tua,teman,fungsi akademik,dan kesenangan anak

Untuk anak remaja biasanya dapat menceritakan kronologis penyebab pemeriksaan

Informasi yang diberikan anak remaja kepada klinis,akan dimintai ijin anak tersebut terlebih dahulu sebelum diceritakan kepada orang tua,kecuali situasi berbahaya yang melibatkan anak tersebut atau orang lain Untuk anak remaja klinis mengkomunikasikan nilai mendengarkan cerita dari titik pandang remaja dan tidak menyalahkan

Klinis harus memberikan batas yang jelas bila terasa terancam saat anak mulai merusak barang

Wawancara harus selalu disertai penggalian pikiran tentang bunuh diri,perilaku menyerang,penyalah gunaan zat dan hbungan seksual Akhir wawancara anak diberikan kebebasan untuk menceritakan hal yang ingin enali tempat,waktu,dan orang yang ditemui berarti ada kerusakan

Bicara ,dan bahasa,bila ada ketidak sesuaian antara pemakaian bahasa ekspresif dan reseptif (menerima).Mencatat kecepatan,irama,artikulasi anak berbicara,serta istilah2 yang digunakan.

Mood,ekspresi anak tersebut,senang,sedih,dan lainnya

Afek,merupakan respon spontan, postur, gerakan wajah dan gerakan yang bersifat reaktif, nada suara, vokalisasi, serta pemilihan kata yang dapat membuat klinis mengetahui ap yang dirasakan anak tersebut.

Proses dan isi pikiran ,klinis harus membandingkan apa yang seharusnya diharapkan dari perkembangan usia anak dan apa yang menyimpang untuk kelompok usia tersebut.seperti halusianasi,gagasan membunuh/bunuh diri,dll. Perilaku motoric,seperti kemampuan memperhatikan,gerakan involunteer,tremor,dll

Kognisis,seperti kemampuan memecahkan masalah,informasi umum,dll

Daya ingat,seberapa banyak yang diingat,ketidak mampuan menambah angka,dll

Pertimbangan dan tilikan.Pandangan anak terhadap masalah,reaksinya,dan pangajuan penyelsaian masalah yang diajukan anak. Pemeriksaan neuropsikiatrikDianjurkan untuk anak yang menderita gangguan neurologis,yang terjadi bersama tanda neurologis.Hasilnya dapat menyatakan tanda abnormal yang asimetris yang dapat menyatakan lesi pada otak. Uji perkembangan ,psikologis,dan pendidikan yang tidak selalu dibutuhkan tetapi dapat menentukan tingkat perkembangan anak ,fungsi intelektual,dan akademis,seperti tes intelegensia/I.Q.

Setelah itu akan dilakuakn formulasi dan ringkasan,lalu diagnosis yang tepat yang diberikan dan rencana terapi.Berdasarkan anamnesis ,dan pemeriksaan dapat diagnosis anak perempuan tersebut menderita depresi (working diagnosis).2oriter yang mengakibatkan anak melakukan segala sesuatu berdasarkan kehendak orang tua,sehingga pada saat dia memasuki lingkup pergaulan yang lebih luas,dia merasa bingung dan malu untuk menentukan sikapnya.

Pada dasarnya hubungan antara orang tua dan anak merupakan hubungan yang timbal balik. Sehingga dengan demikian dalam usaha untuk dapat menciptakan hubungan yang memuaskan kedua belah pihak, maka peranan orang tua dan anak sangatlah besar. Adapun yang dimaksud dengan hubungan yang dapat memuaskan orang tua maupun anak adalah hubungan yang ditandai dengan adanya saling percaya, saling mengerti, dan saling menerima. Dalam mengasuh dan mendidik anak, sikap orang tua ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah.a. Pengalaman masa lalu yang berhubungan erat dengan pola asuh ataupun sikap orang tua mereka. Biasanya dalam mendidik anaknya, orang tua cenderung untuk mengulangi sikap atau pola asuh orang tua mereka dahulu apabila hal tersebut dirasakan manfaatnya. Sebaliknya, mereka cenderung pula untuk tidak mengulangi sikap atau pola asuh orang tua mereka bila tidak dirasakan manfaatnya.b. Nilai-nilai yang dianut oleh orang tua. Misalnya orang tua yang mengutamakan segi intelektual dalam kehidupan mereka, atau segi rohani, dan lain-lain. Hal ini tentunya akan berpengaruh pula dalam usaha mendidik anak-anaknya.

c. Tipe kepribadian dari orang tua. Misalnya orang tua yang selalu cemas dapat mengakibatkan sikap yang terlalu melindungi anak.

d. Kehidupan perkawinan orang tua dan alasan memiliki anak.3 Perkembangan Psikoseksual

Perkembangan psikoseksual adalah perkembangan mental emosianal seseorang dalam usahanya menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pengalamannya.

Perkembangan psikoseksual menurut freud di bagi menjadi 5 tahap:

1. Tahap oral (0-1 tahun)

Selama masa bayi sumber utama mencari kesenangan berpusat pada aktivitas oral seperti mengisap, menggigit, mengunyah dan berbicara. Anak boleh memilih dari salah satu yang disebutkan ini, dan metode pemuasan kebutuhan oral yang dipilih dapat memeberikan beberapa indikasi kepribadian yang sedang mereka bentuk

2. Tahap anal (1-3 tahun)

Ketertarikan selama tahun kedua kehidupan berpusat pada bagian anal saat otot-otot sfingter berkembang dan anak-anak mampu menahan atau mengeluarkan feses sesuai keinginan. Pada tahap ini suasana di sekitar toilet training dapat menimbulkan efek seumur hidup pada kepribadian anak.

3. Tahap falik (3-6 tahun)

Selama tahap falik, genital menjadi alat tubuh yang menarik dan sensitif. Anak mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan tersebut. Pada periode ini terjadi masalah yang kontroversi tentang Cedipus dan Electra kompleks, pelvis envy, dan ansietas terhadap kastrasi

4. Periode laten (6-12 tahun)

Selama periode laten anak-anak melakukan sifat dan keterampilan yang telah diperoleh. Energi fisik dan psikis diarahkan pada mendapatkan pengetahuan dan bermain.Pada fase ini anak sudah mulai masuk sekolah .Pada sat ini sudah ditantang untuk menyelesaikan tugas ,dan mengenal orang lain selain lingkungan sekitarnya.Pada saat ini apabila fase sebelumnya gagal akan timbul perasaan malu bergaul.5. Tahap genital (12 tahun keatas)

Tahap signifikan yang terakhir dimulai pada saat pubertas dengan maturasi sistem reproduksi dan produksi hormon-hormon seks. Organ genital menjadi sumber utama ketegangan dan kesenangan seksual, tetapi energi juga digunakan untuk membentuk persahabatan dan persiapan pernikahan.Pada fase ini secara biologis anak sudah matang tetapi masih harus diimbangi dengan moral.Mulai membentuk peer grup,dan apabila fase sebelumbnya gagal akan terjadi bullying.4 Perkembangan psikososial menurut Erik Erikson

Teori perkembangan kepribadian yang paling banyak diterima adalah teori yang dikembangkan oleh Erikson (1963). Meskipun dibuat berdasarkan teori Freud, teori ini dikenal sebagai teori perkembangan psikososial dan menekankan pada kepribadian yan sehat, bertentangan dengan pendekatan patologik. Erikson juga menggunakan konsep-konsep biologis tentang periode kritis dan epigenesis, menjelaskan konflik atau masalah inti yang harus dikuasai individu selama periode kritis dalam perkembangan kepribadian. Pendekatan tentang kehidupan Erikson terhadap perkembangan kepribadian terdiri atas delapan tahap; namun, hanya lima yang berkaitan dengan masa anak sampai remaja, yaitu:

Percaya vs tidak percaya (lahir-1 tahun)

Hal pertama yan gpaling penting bagi perkembangan kepribadian yang sehat adalah rasa percaya dasar. Pembentukan rasa percaya dasar ini mendominasi tahun pertama kehidupan dan menggambarkan semua pengalaman kepuasan anak pada usia ini. Berkaitan dengan tahap oral Freud, saat ini merupakan saat untuk mendapatkan dan mengambil apapun melaui semua indera. Hal ini hanya terjadi dalam kaitannya dengan sesuatu atau seseorang; oleh karena itu asuhan yang konsisten dan penuh kasih oleh orang yang berperan sebagai ibu merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan rasa percaya. Rasa tidak percaya terjadi jika pengalaman yang meningkatkan tidak terpenuhnya rasa percaya atau jika kebutuhan dasar tidak dipenuhi secara konsisten atau adekuat.

Meskipun pecahan-pecahan rasa tidak percaya terjadi di seluruh kepribadian, namun rasa percaya dasar terhadap orang tua membentuk rasa pecaya terhadap dunia, orang lain, dan diri sendiri. Hasilnya adalah kepercayaan dan optimisme.

Autonomi vs malu-malu dan ragu-ragu(2-3 thun)Jika dikaitkan dengan tahap anal Freud, masalah autonomi dapat diartikan dengan menahan atau merelakan otot sfingter. Perkembangan autonomi selama periode todler berpusat pada peningkatan kemampuan anak untuk mengendalikan tubuh mereka, diri mereka dan lingkungan mereka.

Mereka ingin melakukan hal-hal untuk diri mereka sendiri, menggunakan keterampilan motorik yang baru mereka peroleh seperti berjalan, memanjat, dan memanipulasi, serta menggunakan kekuatan mental mereka dalam memilih dan membuat keputusan. Pembelajaran yang mereka peroleh sebagian besar didapat dari meniru aktivitas dan perilaku orang lain. Perasaan negatif seperti ragu dan malu muncul ketika anak-anak diremehkan, ketika pilihan-pilihan mereka membahayakan, atau ketika merek dipaksa untuk bergantung dalam beberapa hal yang sebenarnya mereka mampu melakukannya. Hasil yang diharapkan adalah kontrol diri dan ketekunan.

Pada kasus ini kegagalan periode ini juga dapat dijadikan penyebab mengapa anak menjaddi pemalu.

Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun)

Tahap inisiatif berkaitan dengan tahap falik Freud dan dicirikan dengan perilaku yang isntrisif dan penuh semangat, berani berupaya dan imajinasi yang kuat. Anak-anak mengeksplorasi dunia fisik dengan semua indera dan kekuatan mereka. Mereka membentuk suara hati. Tidak lagi hanya dibimbing oleh pihak luar, terdapat suara dari dalam yang memperingatkan dan mengancam. Anak-anak terkadang memiliki tujuan atau melakukan aktivitas yang bertentangan dengan yang dimiliki orang tua atau orang lain, dan dibuat merasa bahwa aktivitas atau imajinasi mereka merupakan hal yang buruk sehingga menimbulkan rasa bersalah. Anak-anak harus belajar mempertahankan rasa inisiatif tanpa mengenai hak dan hak istimewa orang lain. Hasil akhirnya adalah arahan dan tujuan.

Industri vs inferioritas (6-12 tahun)

Tahap industri adalah epriode laten dari Freud. Setelah mencapai tahap yang lebih penting dalam perkembangan kepribadian, anak-anak siap untuk bekerja dan berproduksi.

Mereka mau terlibat dalam tugas dan aktivitas yang dapat mereka lakukan sampai selesai; mereka memerlukan dan menginginkan pencapaian yang nyata. Anak-anak belajar berkompetisi dan bekerja sama dengan orang lain, dan mereka juga mempelajari aturan-aturan. Periode ini merupakan periode pemantapan dalam hubungan sosial mereka dengan orang lain.

Rasa ketidakadekuatan atau inferioritas atau menarik diri dapat terjadi jika terlalu banyak yang diharapkan dari mereka atau jika mereka percaya bahwa mereka tidak dapat memenuhi standar yang ditetapkan orang lain untuk mereka. Kualitas ego yang berkembang dari rasa industri adalah kompetensi.

Pada kasus ini pun rasa malu bergaul dapat terjadi karena pada usia 6-12 tahun banyak tuntutan/harapan dari orang sekitarnya yang tidak terpenuhi sehingga dia lebih baik tidak banyak bergaul/berpartisipasi. Identitas vs kebingungan (12-18 tahun)

Berhubungan denga periode genital Freud, perkembangan identitas dicirikan dengan perubahan fisik yang cepat dan jelas. Rasa percaya terhadap tubuh mereka yang sudah terbentuk sebelumnya mengalami kegoncangan, dan anak-anak menjadi sangat terpaku dengan penampilan mereka di mata orang lain dibandingkan dengan kosnep diri mereka. Remaja berusaha menyesuaikan diri dengan peran yang mereka mainkan dan mereka berharap dapat bermain dalam peran dan gaya terbaru yang dilakukan oleh teman-teman sebaya mereka, untuk mengintegrasikan konsep dan nilai-nilai mereka terhadap lingkungan, dan pembuatan keputusan tentang okupasi. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan konflik ini menyebabkan terjadinya kebingungan peran. Hasil dari penguasaan yang sukses adalah kesetiaan dan ketaatan terhadap orang lain serta terhadap nilai-nilai dan ideology.Apabila telah terjadi kegagalan dari periode sebelumnya ,rasa tidak percaya diri terhadap bentuk tubuh yang mulai berubah akibat pubertas dapat memperburuk perkembangan anak,yang juga dapat menjadi penyebab kasus ini.4 Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif berpusat pada perkembangan cara penerimaan dan mental anak. Menurut Piaget, anak-anak mencoba berusaha memahami hal-hal baru untuk mengembangkan pola pikir anak dan jika pemahaman anak tidak tercapai, maka anak akan berusaha untuk menyesuaikannya dengan cara membatasinya. Piaget mengidentifikasi 4 (empat) tahapan utama perkembangan kognitif yaitu sensorimotor, pra-operasional, operasional konkrit dan operasional formal.5 Tahap Sensorimotor (lahir 2 tahun)

Perkembangan kognitif bayi sampai kira-kira berusia 2 tahun pada umumnya mengandalkan observasi dari panca indera dan gerakan tubuh mereka. Satu tanda dari perkembangan ini adalah memahami objek tetap / permanen. Bayi berkembang dengan cara merespon kejadian dengan gerak refleks atau pola kesiapan. Mereka belajar melihat diri mereka sebagai bagian dari objek yang ada di lingkungan.

Tahap Pra-operasional (2 7 tahun)Pra-operasional ditandai oleh adanya pemakaian kata-kata lebih awal dan memanipulasi simbol-simbol yang menggambarkan objek atau benda dan keterikatan atau hubungan di antara mereka. Pemikiran atau sifat anak yang aneh /ganjil menunjukkan fakta bahwa mereka pada umumnya tidak mampu menunjukkan operations (eksploitasi) atau jika mereka bisa menunjukkan operation maka keadaannya akan terbatas. Mental operations pada tahap ini sifatnya fleksibel dan dapat berubah. Tahap pra-operasional ini juga ditandai oleh beberapa hal, antara lain : egosentrisme, ketidakmatangan pikiran / ide / gagasan tentang sebab-sebab dunia di fisik, kebingungan antara simbol dan objek yang mereka wakili, kemampuan untuk fokus pada satu dimensi pada satu waktu dan kebingungan tentang identitas orang dan objek.

Tahap Concrete Operational (6 atau 7 th 12 tahun)

Pada tahap konkrit operasional, penambahan dan pengurangan dalam hitung-hitungan bukan merupakan aktivitas yang mudah. Konkrit operasional anak mengenal bahwa ada hubungan antara angka-angka dan bahwa operasi dapat dilaksanakan menurut aturan tertentu. Pada tahap ini anak menunjukkan permulaan dari kapasitas logika orang-orang dewasa. Mereka mengerti aturan dasar dari logika. Bagaimanapun juga, proses berfikir, atau operasi, pada umumnya melibatkan objek yang kelihatan (konkrit) daripada ide yang abstrak. Egosentrisme pada tahap ini sudah mulai berkurang. Kemampuan mereka untuk menggunakan peran dari orang lain dan melihat dunia, dan mereka sendiri, dari perspektif orang-orang lain sudah berkembang dengan pesat. Mereka mengenal bahwa orang melihat sesuatu dengan cara yang berbeda, karena perbedaan situasi dan perbedaan nilai. Mereka dapat fokus pada lebih dari satu dimensi pada beberapa waktu. Pada tahap ini juga sudah menunjukkan pemahaman akan hukum kekekalan (konservasi).

Tahap Formal Operational ( 12 tahun ke atas)

Tingkat operasi formal merupakan tahapan terakhir dari skema Piaget, yang merupakan tingkatan dari kedewasaan kognitif. Formal operational biasanya dimulai pada masa pubertas, sekitar umur 11 atau 12 tahun. Akan tetapi tidak semua anak memasuki tingkatan ini pada saat pubertas, dan beberapa orang tidak pernah mencapainya. Tugas utama pada tahap ini meliputi kemampuan klasifikasi, berpikir logis, dan kemampuan hipotetis.5Ada beberapa feature yang memberi remaja kapasitas lebih besar untuk memanipulasi dan menghargai lingkungan luar dan dunia imajinasi yang mencakup pemikiran hipotetis, penyelesaian masalah yang sistematis, kemampuan untuk menggunakan simbol dan pemikiran deduksi. Remaja dapat memproyeksikan dirinya pada situasi yang melebihi pengalaman mereka saat itu, dan untuk alasan itu, mereka terbungkus dalam fantasi yang panjang.5 Perkembangan Moral

Secara sederhana, moralitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membedakan yang benar atau baik dan yang salah atau buruk. Namun dalam kenyataan, tidaklah sesederhana itu, karena konsep tersebut mencakup tiga aspek kemampuan seseorang, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek perilaku. Seseoang dikatakan memiliki norma moral yang tinggi, bila ia mempunyai kesadaran dan pengertian mengenai kebutuhan atau perasaan orang lain, memiliki kepedulian dan mampu merasakan (affection, empathy) perasaan orang lain, dan mampu mengungkapkan pengrtia dan empati itu dalam perilakunya terhadap orang lain. Menurut Kohlberg, perkembangan moral itu terjadi secara gradual melalui 6 fase, menurut orientasi moralitas yang dominan digunakan :1. Level penalaran pra-konvensional ( 0 - 9 tahun )

Pada tahap ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nila-nilai moral- penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal. Aturan dikontrol oleh orang lain (eksternal) dan tingkah laku yang baik akan mendapat hadiah dan tingkah laku yang buruk akan mendapatkan hukuman5 Fase 1 : Orientasi hukuman dan ketaatan (Punishment and Obedience orientation)

Fase ini penalaran moral didasarkan atas hukuman dan anak taat karena orang dewasa menuntut mereka untuk taat

Fase 2 : Orientasi Individualisme dan tujuan (Satisfaction of own needs orientation)

Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.6 2. Level penalaran Konvensional ( 9 13 tahun )Penalaran konvensional menaati standar-standar internal tertentu, tetapi tidak menaati standar-standar orang lain (eksternal) seperti orang tua atau aturan-aturan masyarakat

Fase 3: Norma-norma Interpersonal (Good boy, good girl orientation)

Seseorang menghargai kebenaran/kepedulian/kesetiaan kepada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Seorang anak mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagai yang terbaik

Fase 4: Orientasi Moralitas Sistem Sosial (Law and Order Orientation)

Mulai ada pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.3. Level Penalaran Pasca-konvensional ( 13 tahun meninggal )Moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seseorang mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode5 Fase 5: Orientasi Hak-hak Masyarakat versus hak-hak individual (Social Contract Orientation)

Nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relative dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain

Fase 6 : Orientasi Prinsip-prinsip etis universal (Universal Good Orientation)

Seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia universal. Bila seseorang menghadapi konflik antara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati.5

Pada kasus ini yang menjadi kemungkinan anak tersebut menjadi pemalu adalah pada fase pra konvensional pola asuh orang tuanya yang otoriter membuat anak hanya bergantung pada perkataan orang tua dan jarang mempedulikan sekitar seperti teman,sehingga nilai moral itu berkembang sampai usianya yang ke 16 tahun untuk memilih tidak bergaul dengan teman seusianya.

Faktor lingkungan

Perilaku remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan, disatu pihak remaja mempunyai keinginan kuat untuk mengadakan interaksi sosial dalam upaya mendapatkan kepercayaan dari lingkungan, di lain pihak ia mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, terlepas dari pengawasan orang tua dan sekolah. Salah satu bagian perkembangan masa remaja yang tersulitadalah penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan interpersonal yang awalnya belum pernah ada, juga harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.6Untuk mencapai tujuan pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Ia harus mempertimbangkan pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, membentuk kelompok sosial baru dan nilai-nilai baru memilih teman.

Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Umur 4 6 tahun dianggap sebagai titik awal proses identifikasi diri menurut jenis kelamin, peranan ibu dan ayah atau orang tua pengganti ( nenek, kakek dan orang dewasa lainnya ) sangat besar. Peran sebagai wanita dan Prias harus jelas. Dalam mendidik, ibu dan ayah harus bersikap konsisten , terbuka, bijaksana, bersahabat, ramah, tegas, dan dapat lancar, maka dapat timbul proses identifikasi yang salah. Masa remaja merupakan pengembangan identitas diri, dimana remaja berusaha mengenal diri sendiri, ingin mengetahui bagaimana orang lain menilainya, dan mencoba menyesuaikan diri dengan harapan orang lain.7 Lingkungan Sekolah

Pengaruh yang juga cukup kuat dalam perkembangan remaja adalah lingkungan sekolah. Umumnya orang-tua menaruh harapan yang besar pada pendidikan di sekolah, oleh karena itu dalam memilih sekolah orangtua perlu mempertimbangkan hal sebagai berikut : 1. Susunan Sekolah

Prasyarat terciptanya lingkungan kondusif bagi kegiatan belajar mengajar adalah suasana sekolah, Baik buruknya suasana sekolah sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah, komitmen guru, sarana pendidikan dan disiplin sekolah Suasana sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja yaitu dalam hal :

a. Kedisiplinan

Sekolah yang tertib dan teratur akan membangkitkan sikap dan perilaku disiplin pada siswa. Sebaliknya suasana sekolah yang kacau dan disiplin longgar akan berisiko, bahwa siswa dapat berbuat semaunya dan terbiasa dengan hidup tidak tertib, tidak memiliki sikap saling menghormati, cenderung brutal dan agresif.

b. Kebiasaan belajarSuasana sekolah yang tidak mendukung kegiatan belajar mengajar akan berpengaruh terhadap menurunnya minat dan kebiasaan belajar. Akibatnya, prestasi belajar menurun dan selanjutnya diikuti dengan perilaku yang sesuai dengan norma masyarakat, misalnya sebagai kompensasi kekurangannya di bidang akademik,siswa menjadi nakal dan brutal.

c. Pengendalian diriSuasana bebas di sekolah dapat mendorong siswa berbuat sesukanya tanpa rasa segan terhadap guru. Hal ini akan berakibat siswa sulit untuk dikendalikan , baik selama berada di sekolah maupun di rumah. Suasana sekolah yang kacau akan menimbulkan hal-hal yang kurang sehat bagi remaja, mosalnya penyalahgunaan Napza,perkelahian, kebebasan seksual, dan tindak kriminal lainnya.7

Pada kasus ini hal yang mungkin terjadi adalah dampak smp/atau keadaan sma tempat anak tersebut bersekolah yang membuat keinginan nya bergaul dengan teman sebayanya yang berkurang. Bimbingan Guru

Di sekolah remaja menghadapi beratnya tuntutan guru, Orang tua dan saratmya kurikulum sehingga dapat menimbulkan beban mental. Dalam hal ini peran wali kelas dan guru pembimbing sangat berarti Apabila guru pembimbing sebagai konselor sekolah tidak berperan, maka siswa tidak memperoleh bimbingan yang sewajarnya. Untuk menyalurkan minat, bakat dan hobi siswa, perlu dikembangkan kegiatan ekstrakurikuler dengan bimbingan guru. Dalam proses belajar mengajar, guru tidak sekedar mengalihkan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam kurilukum tertulis (Written Curriculum), melainkan juga memberikan nilai yang terkandung didalamnya (hidden curriculum), misalnya kersama, sikap empati, mau mendengarkan orang lain, menghargai dan sikap lain yang dapat membuahkan kecerdasan emosional. Apabila guru tidak peduli terhadap hal tersebut, sulit diharapkan perkembangan jiwa siswa secara optimal. Oleh sebab itu dalam upaya mengoptimalkan perkembangan jiwa remaja di sekolah guru diharapkan : Memperhatikan ,pendekatan yang berbeda.

Bersedia mendengarkan dan memperhatikan keluhan siswa individual ,karena setiap siswa memiliki sifat, bakat,minat dan kemampuan

Memiliki kepekaan membaca kondisi batin ( mood ) siswa

Perilaku guru dapat dijadikan teladan bagi siswa.

Memperhatikan dan menciptakan rasa aman bagi seluruh siswa di sekolah.

Menanamkan nilai-nilai budi pekerti melalui proses pembiasaan misalnya sopan santun , menghargai orang lain ,bekerja sama,mengendalikan emosi, kejujuran dan sebagainya.

Berpikir positif ( positive thinking ) terhadap siswa

Memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa

Bersikap sadar,dewasa dan terbuka dalam menilai perilaku siswa.

Memahami prinsip dasar perkembangan jiwa remaja agar dapat memahami dan menghargai siswa

Menghindari sikap mengancam terhadap siswa.

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasi kan diri

Mengendalikan emosi dan menyusuaikan diri dengan cara siswa berkomunikasi.7

Pada kasus ini yang mungkin terjadi adalah peran guru yang kurang atau bahkan juga tidak memperhatikan keadaan kelas/lingkungan sekolah yang baik untuk anak tersebut dapat mengembangkan kepribadiannya dengan baik. Lingkungan Teman Sebaya

Remaja lebih banyak berada diluar rumah dengan teman sebaya, Jadi dapat dimengerti bahwa sikap, Pembicaraan, minat, Penampilan dan perilaku teman sebaya lebih besar pengaruhnya daripada keluarga misalnya, jika remaja mengenakan model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk dapat diterima oleh kelompok menjadi lebih besar Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol. rokok atau zat adiktif lainnya, maka remaja cenderung mengikuti tanpa mempedulikan akibatnya. Didalam kelompok sebaya, remaja berusaha menemukan dirinya. Disini ia dinilai oleh teman sebayanya tanpa mempedulikan sanksisanksi dunia dewasa. Kelompok sebaya memberikan lingkungan yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dimana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman seusianya, Disinilah letak berbahayanya bagi perkembangan jiwa remaja, apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilai yang negatif, akan lebih berbahaya apabila kelompok sebaya ini cenderung tertutup (closed group), dimana setiap anggota tidak dapat terlepas dari kelompok nya dan harus mengikuti nilai yang dikembangkan oleh pimpinan kelompok, sikap, pikiran, perilaku, dan gaya hidupnya merupakan perilaku dan gaya hidup kelompoknya.7

Pada kasus ini lingkungan teman sebaya yang buruk juga dapat menjadi penyebab anak tersebut enggan untuk bergaul dengan teman-teman sebayanya.

Lingkungan Masyarakat

Dalam kehidupanya, manusia dibimbing oleh nilai-nilai yang merupakan pandangan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Nilai yang baik harus diikuti, dianut, sedangkan yang buruk harus dihindari, sesuai dengan aspek rohaniah dan jasmaniah yang ada pada manusia, maka manusia dibimbing oleh pasangan nilai materi dan nonmateri. Apabila manusia hendak hidup secara damai di masyarakat, maka sebaiknya kedua nilai yang merupakan pasangan tadi diserasikan akan tetapi kenyataan dewasa ini menunjukkan bahwa nilai materi mendapat tekanan lebih besar daripada nilai non-materi atau spiritual. hal ini terbukti dari kenyataan bahwa sebagai tolok ukur peranan seseorang dalam masyarakat adalah kebendaan dan kedudukan. Lingkungan masyarakat terdiri dari Sosial Budaya dalam era globalisasi, dunia menjadi sempit, budaya lokal dan budaya nasional akan tertembus oleh budaya universal, dengan demikian akan terjadi pergeseran nilai kehidupan, kemajuan ilmu Pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruhterhadap pesatnya informasi. Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi dengan sekejap diketahui oleh seluruh penghuni bumi. Di rumah dan di sekolah, Orang tua dan guru, lebih banyak mengharapkan nilai spiritual menjadi pegangan remaja. Namun, kenyataan membuktikan sebaiknya ini karena yang diajarkan berbeda dengan yang dilihat di luar rumah dan di luar sekolah. Remaja menjadi bingung, mana yang harus dilakukan. Situasi ini menimbulkan konflik nilai yang dapat berakibat terjadinya penyimpangan perilaku, seperti yang terlihat di masyarakat, misalnya waria, pergaulan bebas, mabuk, dan homoseksualitas. Dalam era globalisasi pengakuan akan hak asasi manusia mulai memesyarakat. Bagi Indonesia yang kini sedang dalam era reformasi, pelaksanaan hak asasi manusia merupakan masalah tersendiri. Nilai sosial yang selama ini diutamakan bergeser pada nilai individual. Bagi remaja yang sedang dalam masa mencari identitas diri dan penyesuaian sosial, situasi Ini merupakan titik kritis, Bukan tidak mungkin hal ini akan berakibat terjadinya konflik kejiwaan pada sebagian remaja, Remaja akan merasakan adanya nilai kekolotan pada orang dewasadan nilai inovatif atau Pembaharuan pada orang dewasa dan nilai inovatif atau pembaharuan pada generasinya.7Sementara itu ada tuntutan dari pihak orang dewasa agar remaja mengikuti aturan budaya, kecemasan akan menghadapi hukuman, ancaman dan tidak adanya kasih sayang merupakan dorongan yang menyebabkan remaja terpaksa mengikuti tuntutan lingkungan budaya (socialized anxity) . Kalau kecemasan ini terlalu berat, akibat yang ditimbulkan adalah hambatan tingkah laku. Remaja yang bersangkutan jadi serba ragu, serba takut, dan dapat menjurus kepada keadaan cemas yang patologis. Tetapi dalam kondisi yang tepat, Kecemasan ini mendorong remaja untuk lebih bertanggung jawab, hati-hati dan menjaga tingkah lakunya agar selalu sesuai dengan norma yang berlaku. Remaja dapat bertingkah laku normal sesuai dengan harapan masyarakat.Sebenarnya remaja sadar akan pentingnya kebudayaan sebagai tolok ukur terhadap tingkah laku sendiri. Kebudayaan memberikan pedoman arah, persetujuan, pengingkaran, dukungan, kasih sayang dan perasaan aman kepada remaja. Akan tetapi mereka juga punya keinginan untuk mandiri. Inilah yang menyebabkan remaja membuat tolak ukur mereka sendiri, yang berbeda dari tolak ukur orang dewasa, Mereka membuat kebudayaan sendiri yang berbeda dari kebudayaan masyarakat umumnya. Kebudayaan yang menyimpang inilah yang dikenal sebagai kebudayaan anak muda (youth culture). Nilai yang dominan dalam budaya anak muda adalah keunggulan dalam olah raga, disenangi teman, senang hura-hura senang pesta, tidak dianggap pengecut, dan sebagainya.7

Pada kasus ini pun perbedaan budaya lingkungan dengan yang diajarkan di keluarga dan sekolah,membuat anak menjadi bingung,ragu-ragu dan takut untuk melakukan kesalahan,sehingga ini dapat menjadi penyebab ia tidak mau bergaul dengan teman-temanya. Terapi

Psikoterapi dibagi atas beberapa macam seperti (1) terapi kognitif-perilaku, (2) psikoterapi remedial, edukasional, dan patterning psychoterapy, (3) release therapy, (4) psikoanalisis anak, dan (5) terapi kognitif. Terapi kognitif dan perilaku adalah suatu campuran terapi perilaku dan psikologi kognitif. Terapi ini menekankan kepada kemungkinan cara anak menggunakan proses berpikir dan modalitas kognitif untuk memningkai kembali, merestrukturisasi, dan menyelesaikan masalah. Strategi terapi ini berfungsi untuk terapi gangguan mood dan gangguan ansietas. Psikoterapi remedial, edukasional, dan patterning psychoterapy difokuskan untuk mengajari perilaku dan pola perilaku baru pada anak yang mempertahankan penggunaan pola yang imatur karena keterlambatan pematangan. Release therapy memfasilitasi luapan emosi yang terpendam. Terapi ini diindikasikan untuk anak usia prasekolah yang memiliki gangguan reaksi emosional terhadap trauma terpendam. Terapi kognitif digunakan pada anak, remaja, dan dewasa. Pendekatan berupaya untuk memperbaiki distorsi kognitif, khususnya pengonsepan negatif dalam darah, dan terutama digunakan pada gangguan despresif.

Untuk kasus depresi ini terapi kognitif menyatakan bahwa disfungsi kognitif adalah inti dari depresi dan perubahan afektif dan fisik sari penyerta lainnya dari dari depresi adalah akibat dari disfungsi kognitif.Trias kognitif terdiri dari depresi yang terdiri atas:

Persepsi diri negative yang melihat seseorang sebagai tidak mampu,kekurangan ,tidak berguna,dan tidak diharapkan

Mengganggap dunia sebagai tempat yang negative yang hanya menuntut dan mengalahkan diri sendiri ,mengharapkan kegagalan dan hukuman

Harapan untuk kesulitan,kekurangan,dan kegagalan yang terus menerus

Tujuan terapi adalah menghilangkan depresi,mencegah rekurensinya dengan membantu pasien : Untuk mengidentifikasi dan menguji kognisi negative

Untuk mengembangkan skema alternatef dan lebih fleksibel

Mengulang respon kognitif yang baru dan respon perilaku yang baru

Semua untuk mengubah cara seseorang berpikor untuk menghilangkan depresi.

Pendekatan kognitif terdiri dari 4 hal :

Mendapat pikiran otomatis

Menguji pikiran otomatis(menolak pikiran otomatis)

Mengidentifikasi anggapan dasar yang maladaptive

Menguji keabsahan anggapan maladaptive.2 Pencegahan

Cara yang paling efektif untuk mencegah anak agar tidak mengalami gangguan psikologik khususnya dalam berinteraksi dengan orang lain adalah dari dalam keluarga. Pola asuh keluarga sangat menentukan bagaimana sifat anak tersebut. Orang tua bisa memberikan nasehat secara halus kepada anak, tidak bersifat mengintrograsi, tidak langsung menuduh dan menyalahkan mendengarkan apa yang mereka rasakan.Karena pendidikan paling awal yang diterima seorang anak adalah lewat pola asuh orang tua,dan apabila terjadi kegagalan di fase awal,maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi kegagalan di fase-fase selanjutnya pula.2PenutupKesimpulan

Remaja perempuan berusia 16 tahun yang malu bergaul di sekolah setelah dilakukan pemeriksaan psikiatri dinyatakan mengalami depresi karena beberapa faktor .Remaja ini mengalami masalah dalam perkembangan psikososialnya yang didasarkan pada teori Erikson pada tahap autonomi vs malu dan ragu-ragu (1-3 tahun) anak ini kurang untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk mengendalikan diri, tubuh dan lingkungan mereka. Rasa ragu dan malu dari diri mereka muncul karen mereka merasa diremehkan atau mereka tidak diberikan kesempatan untuk mencobanya. Hambatan perkembangan dari tahap itu berlanjut,sampai di usia pubertas ditambah dengan perubahan bentuk tubuh,yang makin membuat dia menarik diri.Selain itu factor lingkungan,perkembangan kognitif ,dan perkembangan moral juga mempengaruhi perkembangan diri.Terapi yang digunakan adalah terapi kognitif untuk merubah persepsi negative dan merubahnya menjadi pemikiran positif untuk merubah sikap menjadi lebih baik.Yang berperan penting dalam perkembangan diri anak tersebut adalah pola asuh sejak kecil.Daftar Pustaka

1. Supartini Y. Ester M (editor). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2004.

2. Sadock BJ, Kaplan HI,Grebb JA. Kaplan & Sadock sinopsis psikiatri.Jilid 2. Jakarta:BINAPURA AKSARA Publisher;2010.h.450-3,676-87.

3. Widyarini N. Relasi orang tua dan anak. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2009.h.11.

4. Elvira D, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Cetakan ke-1. Jakarta : FKUI; 2010.h. 393-7.

5. Suparno P.Teori perkembangan kognitif.Yogyakarta:Kanisius;2001.h.26-88

6. Behrman RE, Kliegmen R. Arvin AM. Ilmu Kesehatan Anak Nelson .Vol. 2, Ed.15. Wahab AS (editor). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. h. 2319-21.

7. Santock JW. Adolescence perkembangan remaja. Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga;2003.h.82-4

Abstract: Changes in the body called quantitative growth, whereas qualitative called development. Stage of development and growth of children will change according to the stages of his age. However, not every human being has developed perfectly. The reason comes from a variety of factors such as upbringing, psychosexual development, cognitive development, environmental, and moral development. The above factors in addition to causing the child can not develop properly, resulting in long-term can also lead to depression.

Keywords: psychosexual development, cognitive development, depression

20