efek antibakteri dari ekstrak tandan pisang kepok …
TRANSCRIPT
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 19, Edisi 1 (2020)
2
EFEK ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK TANDAN PISANG KEPOK
(Musa Paradisiaca L.) TERHADAP AKTIVITAS Staphylococcus
Aureus
Tutik Maryati1, Tristianto Nugoho2, Ambar Pertiwiningrum2, Zaenal
Bachruddin2, Raden Lukas Martindro Satrio Ari Wibowo1, Ragil Yuliatmo1
1Jurusan Teknologi Pengolahan Kulit, Politeknik ATK, Yogyakarta
2 Fakultas Ilmu Peternakan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
ABSTRACT
Banana plants are well-known to contain diverse phytochemical compound. This study aimed to identify the antibacterial effects of Kepok Banana bunches (Musa paradisiaca L.) against Staphylococcus aureus bacteria. A laboratory analysis was carried out to determine the zone of bacterial inhibition. The experiment used completely randomized design with 3 treatments (50 µL, 70 µL Kepok Banana bunches extract and 50 µL Chloramphenicol as a positive control), each treatment replicated three times. The study was performed used wells agar diffusion. Data were analyzed by analysis of variance (ANOVA) and followed by Duncan Multiple Range Test (DMRT). Results showed that Kepok Banana bunches had potency as antibacterial agent. Treatments showed different (P<0.05) results in bacterial inhibition zones. Chloramphenicol produces the highest inhibitory zone (34.78 mm), while the difference in the concentration of banana bunches produces the same inhibitory zone (50 µL: 11.52 mm; 70 µL: 15.52). It is concluded that Kepok Banana bunches has potency to use as an antibacterial against Staphylococcus aureus.
Keywords: Banana Bunch, Antibacterial Against, Staphylococcus aureus.
INTISARI
Tanaman pisang diketahui mengandung senyawa fitokimia yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antibakteri tandan pisang kepok (Musa paradisiaca L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Analisis laboratorium dilakukan untuk menentukan zona penghambatan bakteri. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan (50 µL, 70 µL ekstrak tandan pisang kepok dan 50 µL Kloramfenikol sebagai kontrol positif), masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Penelitian dilakukan menggunakan difusi agar sumur. Data dianalisis dengan analysis of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tandan pisang kepok berpotensi sebagai agen antibakteri. Perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda (P <0,05) di zona hambat bakteri. Chloramphenikol menghasilkan zona hambat tertinggi (34,78 mm), sedangkan perbedaan konsentrasi tandan pisang menghasilkan zona hambat yang sama (50 µL: 11,52 mm; 70 µL: 15,52). Disimpulkan bahwa tandan pisang kepok berpotensi digunakan sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Kata kunci : Tandan pisang kepok, Antibakteri, Staphylococcus aureus.
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 19, Edisi 1 (2020)
3
PENDAHULUAN
Pisang adalah tanaman buah unggulan di dunia. Produksinya
mencapai 114 juta ton pada tahun 2017 (FAO, 2020). Indonesia merupakan
salah satu negara dengan produksi pisang terbesar di dunia dengan
produksi mencapai 7,1 juta ton pada tahun 2019 (BPS, 2019). Produksi
pisang yang besar juga merupakan produksi limbah yang besar, karena
hanya sebagian kecil tanaman yang dapat dimanfaatkan. Bagian tanaman
pisang yang hampir tidak pernah dimanfaatkan adalah tandan pisang
(Abdullah N, 2013).
Setiap bagian dari tanaman pisang diketahui memiliki banyak
senyawa fitokimia (Elayabalan, 2017). Setiap bagian tumbuhan dan kondisi
umur yang berbeda, mengandung fitokimia yang berbeda. Fitokimia dapat
menjadi agen antibakteri (Obiageli et.,al 2016; Ehiowemwenguan et.,al
2014). Bakteri yang resisten terhadap banyak pengobatan tetapi sensitif
terhadap fitokimia adalah Staphylococcus aureus. Ini adalah bakteri gram
positif yang hidup di kulit hewan, manusia atau tumbuhan (Troeman et.,al
2019)
Penelitian tentang efek antimikroba tanaman pisang terhadap
aktivitas anti bakteri Staphylococcus aureus banyak dilakukan pada kulit
pisang. Berdasarkan berbagai hasil penelitian ini, terbukti bahwa ekstrak
kulit pisang berbagai jenis memiliki efek anti bakteri yang cukup baik
(Ehiowemwenguan, 2014; Behiry, 2019; Sutanti et.,al 2019). Berdasarkan
hal tersebut, kami menduga bahwa bagian lain dari tanaman pisang juga
memiliki aktivitas antibakteri. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui daya hambat tandan pisang terhadap bakteri Staphylococcus
aureus.
MATERI DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tandan pisang
kepok. Tandan pisang kepok diambil dari pisang yang sudah masak tetapi
tandan pisang tersebut masih segar berwarna hijau.
Alat
Timbangan analitik, inkubator (Memmert UM400 Memmert
GmbH.Co.KG., Schwabach, Jerman), cawan petri, erlenmeyer, gelas ukur,
tabung reaksi (PYREX, Corning, Pennsylvania, USA), jarum ose, cork borer
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 19, Edisi 1 (2020)
4
(untuk membuat sumuran), lampu bunzen, autoklaf (Hiramaya HVE-25,
Hirayama, Tokyo, Jepang), Laminair air flow (Gelaire, The Kelly Company
Pty Ltd., Brisbane, Australia), magnetics hotplate stirres (DLAB MS-H280-
Pro, DILAB Scientific Inc., Riverside, USA), vortex (peqTwist, Peqlab
Biotechnologie GmbH, USA), jangka sorong, mikro pipet 10-100 µl dan 100-
1000 µl (HWLAB-H100 dan HWLAB-H1000, Zhejiang Huawei Scientific
Instrument Co., Ltd., Zhejiang, China), mikro tip dan aluminium foil.
Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan meliputi dua tahap yaitu ekstraksi
tandan pisang dan pengujian daya hambat bakteri. Pengujian inhibisi
bakteri menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan.
Perlakuan yang diberikan adalah inokulasi ekstrak tandan pisang 50 µL dan
75 µL, serta Chloramphenicol 50 µL sebagai kontrol positif. Setiap
perlakuan diulangi tiga kali.
Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan ekstraksi etanol.
Langkah pertama mencuci tandan pisang kepok segar sampai bersih,
kemudian dipotong kecil-kecil, tipiskan dan keringkan secara alami selama
7 hari dan setelah kering tandan pisang tersebut dihaluskan. Tandan pisang
yang telah dikeringkan ditimbang sebanyak 10 gram kemudian dimasukkan
ke dalam labu leher tiga yang telah dirangkai dengan pendingin terbalik,
pengaduk magnet, termometer, kompor listrik dan kompor listrik.
Penambahan 200 mL pelarut etanol 70% ke dalam labu leher tiga dan
ekstraksi dilakukan hingga diperoleh ekstrak yang kental, kemudian
diekstraksi dengan metode refluks menggunakan pelarut etanol 70%, suhu
70°C dan waktu 60 menit.
Langkah kedua setelah diperoleh ekstrak tandan pisang, dilakukan
uji inhibisi atau antibakteri dengan menggunakan metode Garriga et.,al
(1993) yang juga dilakukan oleh Fitrial et.,al (2008). Pada penelitian ini
pembuatan lubang (well) dilakukan secara aseptik dengan diameter sumur
6,4 mm, kemudian diinokulasi dengan perlakuan ekstrak tandan pisang 50
µL dan 75 µL, serta Chloramphenicol 50 µL. Media agar yang digunakan
adalah media Mueller Hinton agar (MHA) untuk Staphylococcus aureus.
Zona hambatan yang diukur adalah radius (r) dalam mm, yang merupakan
area bersih disekitar sumur. Pengukuran jari-jari zona tahanan disekitar
sumur dilakukan dengan mengukur jarak dari tepi sumur ke batas zona
zona resistansi dengan menggunakan caliper (akurasi 0.01mm) pada
beberapa sisi sumur, lalu dirata-ratakan. Selanjutnya nilai diameter (mm)
zona hambat diperoleh dengan menghitung d = 2 x r.
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 19, Edisi 1 (2020)
5
Analisa data
Data uji dianalisis dengan analisis varian searah. Jika ada efek
pengobatan, lanjutkan Tes Jarak Berganda Baru (DMRT) Duncan. Analisis
data dilakukan dengan menggunakan software SPSS22.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian pada Gambar 1 menunjukkan media agar-agar
dengan S. aureus setelah mendapatkan ekstrak tandan pisang dan
perlakuan Chloramphenicol. Zona bening yang terbentuk menunjukkan
tidak ada pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus disekitar sumur.
Ekstrak tandan pisang kepok berdifusi secara merata disekitar sumur dan
mampu membentuk zona bening yang menandakan adanya reaksi
penghambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus atau sebagai
antibakteri.
Gambar1. Zona hambat bakteri
Kandungan fitokimia yang terkandung dalam ekstrak tandan pisang
akan menyebar ke sekeliling sumur dan memberikan efek antibakteri.
Kandungan ekstrak tandan pisang yang memungkinkan terjadinya aktivitas
antibakteri adalah flavonoid, tanin, saponin, alkaloid, dan terpenoid.
Flavonoid merusak sel bakteri yang menyebabkan lisis bakteri akibat
pelepasan senyawa intraseluler. Tanin menghambat enzim reverse
transcriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk. Saponin menurunkan tegangan permukaan dinding sel bakteri
karena memiliki komponen aglikon aktif yaitu membranolitik. Alkaloid
memiliki sifat antibakteri dengan cara menghambat sintesis asam nukleat.
Terpenoid dianggap memiliki sifat antibakteri dengan melibatkan
pemecahan membran oleh komponen lipofilik (Elayabalan et.,al 2017;
Ehiowemwenguan , 2014; Kapadia et.,al 2015).
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 19, Edisi 1 (2020)
6
Tabel 1. Zona hambat bakteri tandan pisang Staphylococcus aureus
Perlakuan Zona hambat bakteri S. Aureus (mm)
Ekstrak tandan pisang kepok 50 µL 11,52a
Ekstrak tandan pisang kepok 75 µL 15,52a
Chloramphenicol µL (kontrol) 34,78b
P. Value <0,05
a b Perbedaan superskrip menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0.05)
Tabel 1 menunjukkan luas zona hambat yang dihasilkan oleh
perlakuan dalam menangani S. aureus. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh perlakuan terhadap luas zona hambat S aureus
(P <0,05). Perlakuan ekstrak tandan pisang 50 µL dan 75 µL menghasilkan
luas zona hambat yang setara. Namun, keduanya menghasilkan
penghambatan yang lebih rendah secara signifikan daripada penggunaan
Chloramphenicol.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak
tandan pisang kepok memiliki aktivitas antibakteri terhadap penyakit
meskipun tidak sebanding dengan Chloramphenicol. Studi lebih lanjut
menggunakan konsentrasi yang lebih tinggi perlu dilakukan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis berterima kasih atas kebaikan, dukungan, dan kerjasama
dari Politeknik ATK Yogyakarta dan Fakultas Ilmu Peternakan Universitas
Gajah Mada Yogyakarta, Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah N., Sulaiman F. and Taib R. M. 2013 Characterization of banana
(Musa spp.) plantation wastes as a potential renewable energy
source AIP Conf. Proc. 1528 325–30.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2019. Jakarta, Indonesia.
Behiry S. I., Okla M. K., Alamri S. A., EL-Hefny M., Salem M.Z.M., Alaraidh
I.A., Ali H.M., Al-Ghtani S.M., Monroy J.C., and Salem A. Z M. 2019.
Antifungal and antibacterial activities of Musa paradisiaca L. peel
extract: HPLC analysis of phenolic and flavonoid contents Processes
:7 1–11.
Chabuck Zainab A.G., Al-Charrakh Alaa H., Nada K. Hindi and Shatha K.
Hindi. 2013. Antimicrobial Effect of Aqueous Banana Peel Extract,
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 19, Edisi 1 (2020)
7
Iraq Res. Gate Pharm. Sci. (1):73–5
Elayabalan S, Subramaniam S, Shobana V G and Ashok Kumar K 2017 An
Overview on Phytochemical Composition of Banana (Musa spp.)
Indian J. Nat. Sci. 7 12408–19
Ehiowemwenguan G, A. O E and J.E I. 2014 Antibacterial and
phytochemical analysis of Banana fruit peel IOSR J. Pharm. 4 18–25
FAO 2020 Banana market review February 2020 snapshot
Fitrial Y, Astawan M, Soekarto S S, Wiryawan K G, Wresdiyati T and
Khairina R 2008 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Teratai (Nymphaea
pubescens Willd) Terhadap Bakteri Patogen Penyebab Diare J.
Teknol. dan Ind. Pangan 19 158–64
Garriga M, Hugas M, Aymerich T and Monfort J M. 1993 Bacteriocinogenic
activity of lactobacilli from fermented sausages J. Appl. Bacteriol. 75
142–8
Kapadia S P, Pudakalkatti P S and Shivanaikar S. 2015 Detection of
antimicrobial activity of banana peel (Musa paradisiaca L.) on
Porphyromonas gingivalis and Aggregatibacter
actinomycetemcomitans: An in vitro study Contemp. Clin. Dent. 6
496–9
Ningsih A putri, Nurmiati and Aguestin anthoni. 2013 Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Kental Tanaman Pisang Kepok Kuning (Musa
paradisiaca Linn.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli Antibacterial Activity of Crude Extracts of Pisang Kepok Kuning
(Musa paradisiaca Linn.) Against Staphylococc J. Biol. Univ. Andalas
(J. Bio. UA.) 2 207–13.
Obiageli O A, Izundu A I, Helen O N and Pauline I A. 2016 Phytochemical
Compositions of Fruits of Three Musa Species at Three Stages of
Development ournal Pharm. Biol. Sci. 11 48–59.
Sutanti V and Destyawati A A 2019 The Use of Yellow Kepok Banana Peel
Extract (Musa paradisiaca L. var bluggoe) as an Antibacterial for
Chronic Periodontitis Caused by Porphyromonas gingivalis Viranda
J. Smart Bioprospecting Technol. 01 16–20
Troeman D P R, Van Hout D and Kluytmans J A J W 2019 Antimicrobial
approaches in the prevention of Staphylococcus aureus infections: A
review J. Antimicrob. Chemother. 74 281–94