efektifitas konsep animation endorser storytelling
TRANSCRIPT
i
EFEKTIFITAS KONSEP ANIMATION ENDORSER,
STORYTELLING ADVERTISING, SERTA BRAND ATTITUDE
REMAJA DAN IBU-IBU PADA IKLAN MOLTO ULTRA DUNIA
KAIN
Oleh : CHATARINA FEBRIANI
NIM : 212010088
KERTAS KERJA
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
ii
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Jalan Diponegoro 52 – 60
: (0292) 321212, 311881
Telex 322364 ukswsa ia
Salatiga 50711 – Indonesia
Fax. (0298) – 3 21433
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Chatarina Febriani
Nim : 212010088
Program Studi : Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga.
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi :
Judul : Efektifitas Konsep Animation Endorser, Storytelling
Advertising, serta Brand Attitude Remaja dan Ibu-ibu pada
iklan Molto Ultra Dunia Kain
Pembimbing : Arief Widodo, SE, MM
Tanggal diuji : 17 Desember 2014
adalah benar-benar karya saya.
Didalam skripsi ini tidak dapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain
yang diambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol
yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada
penulis aslinya.
Apabila kemudian tebukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru
tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai
peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana,
termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, 19 November 2014
Chatarina Febriani
iv
MOTTO
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku
menurut perkataanmu itu.”
(Lukas 1:38)
“Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh
kepercayaan, kamu akan menerimanya.”
(Matius 21:22)
Jangan pernah sungkan atau gengsi untuk menebar senyum, sapa,
dan ucapan terimakasih.
Membantu sesama selagi kita bisa dan mampu, karena suatu saat
pasti kita yang akan membutuhkan bantuan dari mereka.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan, kekuatan,
dan hikmatNya sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan penulisan skripsi dari awal
sampai akhir penulisan, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
Walaupun selama proses penelitian dan penulisan banyak menghadapi kesulitan-kesulitan,
namun Tuhan selalu menyertai penulis.
Penelitian ini berjudul Efektifitas Konsep Animation Endorser, Storytelling
Advertising, serta Brand Attitude Remaja dan Ibu-ibu pada iklan Molto Ultra Dunia Kain.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca yang
tertarik untuk mengadakan penelitian sejenis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan masih banyak
membutuhkan penyempurnaan-penyempurnaan, oleh sebab itu saran dan masukan pembaca
sangat diharapkan demi kesempurnaan di lain waktu.
Dalam penulisan skripsi ini tidak akan berhasil dengan lancar dan baik tanpa adanya
bimbingan, dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap
kerendahan dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus, karena penyertaan, perlindungan, ketenangan, kekuatan, dan
segalanya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
2. Untuk kedua orang tua yang tak henti-hentinya mendoakan dan mengorbankan banyak
hal untuk saya sejak dalam kandungan hingga saat ini dan untuk selamanya.
vi
3. Bapak Arief Widodo, SE, MM, selaku pembimbing yang dengan sabar dan telah
memberikan waktu, arahan, motivasi, dan nasihat kepada penulis sehingga penulis dapat
menyeleasikan penelitian ini.
4. Bpk. Hari Sunarto, SE, MBA, PhD, selaku dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang
telah memberi dukungan sampai akhir masa studi.
5. Ibu Roos Kities Andadari, SE, MBA, PhD, selaku ketua program studi Manajemen yang
telah memeberikan dukungan sampai akhir masa studi penulis.
6. Ibu Yenny Purwati, SE, MBA selaku wali studi yang telah mengarahkan dan memberikan
dukungan sampai akhir masa studi penulis.
7. Seluruh dosen dan staff pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW, yang selama
ini telah membagi pengetahuan kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di FEB
UKSW.
8. Untuk Mbak Yuli dan Mas Endra atas segala dukungannya, terutama dalam bentuk
motivasi.
9. Untuk Adrian Dwyanugrah Patola yang sudah menemani selama penulis menjalankan
studi di UKSW, terutama pada saat penulisan penelitian ini. Terimakasih untuk doa,
motivasi, kesabaran, pengorbanan dan kesetiaannya dalam suka maupun duka.
10. Untuk Etha, Liberty, dan Nindy terimakasih untuk persahabatan selama ini.
11. Kakak-kakak Basecamp: Mbak Yanti, Mbak Anik, Mbak Wiwik, Kaka, Kak Emi, Kak
Eel, Kak Kharin. Terimakasih untuk kekeluargaan dan bimbingan dari kalian.
12. Untuk Bu Nita, Bu Sus, Kak Eri, Mas Yul dan seluruh keluarga besar Voice of SWCU,
terimakasih untuk kebersamaan dan kekeluargaan selama ini. Terimakasih untuk ilmu
vii
dan pengalaman yang tak tergantikan dalam dunia paduan suara. Terimakasih untuk
makna pelayanan dan satu hati yang telah penulis dapat dari keluarga ini.
13. Terimakasih untuk sahabat seperjuanganku: Bonny, Ruri, Adhika, Niko, Maya, Gega,
Sanny, Rio, Feri, Ganang, Ayunda, Tika, Dony, dll atas kebersamaan, bantuan, dan kerja
sama selama ini.
14. Keluarga Kos Hijau Jetis: Joshua, Mas Daya, Mas Jaya, Deni, dll terimakasih sudah
menjadi sarana hiburan selama penulis kuliah dan menyelesaikan penelitian ini.
15. Keluarga Om Haryadi, Bulik Ning, Dek Petra, Dek Tian yang selalu memberikan
motivasi dan dukungan doa selama ini.
16. Semua pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian penelitian ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karenanya, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna perbaikan dan
perbandingan untuk penyusunan penelitian di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Salatiga, 19 November 2014
Chatarina Febriani
viii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ....................................................................................................................... i
Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi .............................................................................. ii
Halaman Pengesahan ............................................................................................................. iii
Halaman Motto ...................................................................................................................... iv
Kata Pengantar ....................................................................................................................... v
Daftar Isi ................................................................................................................................ viii
Daftar Tabel ........................................................................................................................... x
Daftar Diagram ...................................................................................................................... x
Daftar Lampiran ..................................................................................................................... xi
Saripati ................................................................................................................................... xii
Abstract .................................................................................................................................. xiii
Pendahuluan ......................................................................................................................... 1
Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
Persoalan Penelitian ............................................................................................................... 4
Tujuan Penelitian ................................................................................................................... 5
Tinjauan Pustaka ................................................................................................................. 5
Iklan ....................................................................................................................................... 5
Endorser ................................................................................................................................. 6
Storytelling Advertising ......................................................................................................... 7
Brand Attitude ........................................................................................................................ 8
Endorser dengan Brand Attitude ............................................................................................ 10
Penelitian Sebelumnya mengenai Endorser dengan Brand Attitude...................................... 11
Storytelling Advertising dengan Brand Attitude .................................................................... 12
Metode Penelitian................................................................................................................. 12
Populasi dan Sampel .............................................................................................................. 13
Jenis dan Sumber Data ........................................................................................................... 14
ix
Instrumen Penelitian .............................................................................................................. 14
Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................................................... 15
Definisi Operasional .............................................................................................................. 16
Hasil dan Bahasan................................................................................................................ 20
Profil Responden ................................................................................................................... 21
Hasil Analisis Data ................................................................................................................ 23
Kesimpulan ........................................................................................................................... 27
Kesimpulan ............................................................................................................................ 27
Implikasi Teoritis ................................................................................................................... 28
Implikasi Terapan .................................................................................................................. 29
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 29
Lampiran .............................................................................................................................. 32
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Definisi Operasional Endorser .............................................................................. 16
Tabel 2. Definisi Operasional Storytelling Advertising ....................................................... 17
Tabel 3. Definisi Operasional Brand Attitude ..................................................................... 18
Tabel 4. Pertanyaan mengenai Animation Endorser ........................................................... 19
Tabel 5. Pertanyaan mengenai Storytelling Advertising...................................................... 19
Tabel 6. Pertanyaan mengenai Brand Attitude .................................................................... 20
Tabel 7. Ketertarikan Respoden dengan Iklan Molto Ultra yang
Menggunakan Konsep Kartun (Animation Endorser) dan
Iklan Bercerita (Storytelling Advertising) ............................................................. 23 29
Tabel 8. Konsep Animation Endorser dan Storytelling Advertising
pada Iklan Molto Ultra Merupakan Faktor Utama
Responden dalam Memilih Molto Ultra ................................................................ 25
Tabel 9. Kepercayaan Responden terhadap Produk Molto Ultra ........................................ 26
Tabel 10. Remaja dan Ibu-ibu yang Sering Membeli Produk Molto
Ultra ....................................................................................................................... 26
Tabel 11. Kepuasan Responden terhadap Produk Molto Ultra ............................................. 27
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 1. Prosentase Responden Berdasarkan Usia ........................................................... 21
Diagram 2. Prosentase Responden Berdasarkan Status ......................................................... 22
Diagram 3. Prosentase Responden Berdasarkan Pekerjaan ................................................... 22
Diagram 4. Prosentase Responden Berdasarkan Pengeluaran Remaja Per Bulan ................. 22
Diagram 5. Prosentase Responden Berdasarkan Pengeluaran Ibu-ibu Per Bulan ................. 23
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini, perusahaan-perusahaan produksi dituntut untuk selalu memiliki cara terbaik
guna merebut dan mempertahankan pangsa pasar. Berbagai macam usaha dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan untuk mempromosikan produknya dengan banyak cara, salah satunya
dengan membuat iklan. Sebuah iklan diciptakan untuk dapat menggiring pola pikir dan atau
tindakan-tindakan yang diharapkan oleh pembuat iklan (Hagijanto, 2000).
Iklan tidak dapat terlepas dari media. Televisi merupakan media komunikasi dan hiburan
bagi semua kalangan masyarakat. Oleh karena itu televisi dianggap sebagai media iklan yang
efektif untuk menyampaikan pesan iklan. Kelebihan iklan televisi memungkinkan
diterimanya tiga kekuatan generator makna sekaligus, yakni narasi, suara, dan visual.
Ketiganya bertindak membentuk sebuah sistem pertandaan yang bekerja untuk
mempengaruhi penontonnya (Burton, 2007).
Penyampaian iklan di televisi pada umumnya menggunakan bintang iklan (celebrity
endorser) yang berperan sebagai orang yang berbicara tentang produk, yang akan
mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen yang menunjukkan pada produk yang
didukungnya (Shimp, 2003). Peranan endorser dalam komunikasi merek sangatlah penting.
Lantaran menunjukkan hasil positif, kebutuhan endorser pun semakin berkembang dalam
bentuknya sekarang ini. Kebanyakan pemilik merek merangkul para endorser dari orang yang
sudah terkenal untuk mendapatkan perhatian publik yang lebih banyak. Namun seiring
dengan berkembangnya teknologi, banyak upaya yang dilakukan perusahaan agar penonton
tidak jenuh dengan iklan yang ditampilkan. Menggunakan celebrity endorser dianggap sudah
biasa. Apalagi jika celebrity tersebut sedang mengalami masa turun pamor karena tindak
kriminal ataupun permasalahan serius. Contoh kasus yang nyata adalah ketika Ariel dan Luna
2
Maya yang pada waktu itu menjadi endorser produk Lux, dan kemudian muncul berita
mengenai kasus video porno yang dialami oleh mereka. Hal tersebut berdampak pada
lemahnya kepercayaan masyarakat akan sabun Lux sebagai citra sabun pembersih wanita
yang cerdas dan cantik (Purba, 2012).
Respon paling kritis dari seorang konsumen adalah rasa tidak suka atau persepsi negatif
terhadap selebriti. Umumnya ini terjadi ketika konsumen berpendapat bahwa selebriti berkata
tidak jujur atau membohongi, sehingga konsumen kurang menerima apa yang selebriti
katakan (Yulistiyono & Suryandari, 2003). Oleh karena itu penonton membutuhkan
penampilan iklan yang lain dari biasanya, yang pastinya menarik, tidak membuat jenuh,
menimbulkan rasa ingin selalu menonton iklan tersebut, dan selalu menanti-nanti munculnya
iklan tersebut di televisi.
Saat ini promosi produk Molto Ultra menggunakan endorser animasi berupa kartun yang
mengandung cerita bersambung. McCloud (dalam Soeherman, 2007:1) kartun adalah
penyederhanaan dari suatu objek secara visual atau dalam bentuk ilustrasi. Karakter kartun
sendiri merupakan sebuah sketsa gambar yang dituangkan dalam sebuah komputer. Dengan
didukung endorser berupa animasi kartun dan disajikan dengan teknik cerita bersambung,
pastinya perusahaan bertujuan agar penonton merasa tertarik ketika melihat iklan Molto Ultra
Dunia Kain tersebut dan selalu menantikan kelanjutan ceritanya.
Tidak seperti iklan televisi pada umumnya, Molto menawarkan konsep kreatif iklan
yang berbeda. Untuk pertama kalinya, Molto menyajikan iklan bertemakan kartun dengan
konsep cerita bersambung yang disajikan seperti sebuah dongeng pada suatu Negeri Kain.
Dijelaskan Senior Brand Manager Molto Ultra, Veronica Utami bahwa Negeri Kain adalah
pendekatan imajiner dengan mempersonifikasikan pakaian sebagai makhluk hidup.
Sementara Molto Ultra adalah produk yang digunakan oleh berbagai jenis pakaian untuk
3
tetap menjaga bentuk, warna, dan kesegaran, sehingga selalu tampil menarik (Gaya Baru
Kampanye Merek-merek Unilever http://marketingoke.blogspot.com ) .
Tema kartun merupakan pilihan yang bisa dibilang berani, apalagi cerita iklan
dibungkus bagai sebuah dongeng, sedangkan animasi biasanya ditujukan bagi anak-anak dan
remaja. Remaja merupakan masa transisi anak-anak ke dewasa pada rentang usia 12-22 tahun
(Nisfiannoor dan Kartika, 2004) yang dianggap masih segar dalam menerima informasi. Pada
umumnya mereka lebih menyukai hal-hal baru yang bersifat mengikuti perkembangan zaman
dan teknologi. Hal tersebut masih dapat diasumsikan sebagai alasan Molto Ultra
mengeluarkan iklan yang menggunakan endorser berupa animasi kartun dengan didukung
konsep storytelling advertising. Sedangkan iklan tersebut mungkin dianggap kurang tepat
jika ditujukan untuk ibu-ibu, karena pada umumnya kartun identik dengan anak-anak atau
remaja. Namun pada kenyataanya, pada daftar Top Brand Award 2012, Molto merupakan
merek yang menempati posisi pertama pada kategori produk rumah tangga sebagai pewangi
dan pelembut pakaian (http://bisniskeuangan.kompas.com , Selasa 8 Februari 2012). Hal
tersebut yang mungkin mendukung pihak Molto Ultra untuk tetap melanjutkan iklannya yang
sedemikian rupa.
Pada umumnya penelitian mengenai endorser hanyalah sebatas pada celebrity endorser,
padahal sebenarnya endorser terbagi ke dalam dua tipe, yaitu celebrity endorser dan typical
person-endorser (Shimp 2003: 460). Seperti penelitian yang menunjukkan bahwa kredibilitas
celebrity endorser dan daya tarik iklan berpengaruh positif terhadap brand awareness dan
berimplikasi terhadap brand attitude sabun mandi padat Lifebuoy (Mugiono, 2012).
Seperti yang kita ketahui pula bahwa pada umumnya iklan hanya menayangkan satu inti
cerita pada setiap penayangan, kemudian inti cerita tersebut berubah ketika muncul iklan
baru. Kini mulai banyak iklan yang menggunakan sistem storytelling advertising dalam
4
memikat perhatian konsumen, seperti iklan Paddlepop, Cococrunch, dan Pond’s Flawless
White Beauty yang berupa iklan bersambung. Salah satu penelitian megenai storytelling
advertising adalah yang dilakukan oleh Wells (2000:358) yang menyatakan bahwa dalam
pembuatan iklan di televisi, perusahaan harus memperhatikan rangkaian adegan (video),
perpaduan suara, musik dan efek suara (audio), kesesuaian model (talent), penjelasan
keunggulan produk (props), kesesuaian lokasi (setting), pencahayaan (lighting) dan
kecepatan tayang (pacing).
Pada penelitian ini, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian lebih lanjut
tentang endorser, namun kali ini penulis tertarik untuk meneliti endorser yang berupa animasi
pada iklan Molto Ultra. Selain itu, hal yang dianggap menarik dan ingin untuk diteliti oleh
penulis adalah mengenai konsep storytelling advertising pada iklan Molto Ultra. Efektivitas
kedua konsep tersebut nantinya akan dibuktikan dengan meneliti brand attitude para remaja
dan ibu-ibu terhadap produk Molto Ultra.
Persoalan Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diuraikan persoalan penelitian sebagai
berikut :
1. Apakah konsep animation endorser dan storytelling advertising pada iklan Molto
Ultra efektif dalam menarik perhatian remaja dan ibu-ibu?
2. Apakah konsep animation endorser dan storytelling advertising merupakan faktor
utama yang membuat remaja dan ibu-ibu memilih Molto Ultra sebagai produk
pengharum dan pelembut pakaian?
3. Seperti apa brand attitude remaja dan ibu-ibu terhadap produk Molto Ultra?
4. Apakah terdapat perbedaan antara remaja dan ibu-ibu dalam menyikapi iklan Molto
Ultra yang berkonsep animation endorser dan storytelling advertising?
5
Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui efektifitas konsep animation endorser dan storytelling advertising pada
iklan Molto Ultra dalam menarik perhatian remaja dan ibu-ibu.
2. Mengetahui faktor utama yang membuat remaja dan ibu-ibu memilih Molto Ultra
sebagai produk pengharum dan pelembut pakaian.
3. Mengetahui brand attitude remaja dan ibu-ibu terhadap produk Molto Ultra.
4. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara remaja dan ibu-ibu dalam menyikapi
iklan Molto Ultra yang berkonsep animation endorser dan storytelling advertising.
TINJAUAN PUSTAKA
Iklan
Iklan yang menarik adalah iklan yang mempunyai daya tarik, yaitu memiliki
kemampuan untuk menarik perhatian pasar (audience) sasaran. Daya tarik iklan atau power
of impression dari suatu iklan adalah seberapa besar iklan mampu memukau atau menarik
perhatian pemirsanya (Indriarto, 2006). Inti dari periklanan adalah untuk memasukkan
sesuatu ke dalam pikiran konsumen, mengubah persepsi konsumen, dan mendorong
konsumen untuk bertindak (Kotler, 2003). Jadi, Periklanan dimaksudkan untuk menanamkan
kesadaran akan suatu merek (brand awareness), dan mendorong konsumen untuk melakukan
tindakan (brand attitude) berupa aktivitas pembelian.
Iklan bisa didefinisikan sebagai bentuk komunikasi nonpersonal yang menjual pesan-
pesan persuasif dari sponsor yang jelas untuk mempengaruhi orang membeli produk dengan
membayar sejumlah biaya untuk media (Kriyantono, 2008). Oleh sebab itu penyajian iklan
hendaknya benar-benar memperhatikan karakteristik konsumen dan dibuat semenarik
mungkin agar pesan iklan dapat tersampaikan dengan baik.
6
Pesan-pesan yang akan disampaikan dapat disajikan dalam gaya penyampaian iklan
berbeda-beda yaitu dengan menampilkan : cuplikan kehidupan individu atau kelompok, gaya
hidup individu, fantasi tentang produk, suasana hati (mood) atau seputar citra produk, musik
untuk lebih menghidupkan pesan, simbol kehidupan untuk menciptakan karakter yang
mempersonifikasikan produk, memamerkan keahlian dan pengalaman perusahaan dalam
menghasilkan produk, bukti-bukti ilmiah keunggulan produk, bukti kesaksian dari orang-
orang terkenal (Fandy Tjiptono, 2004)
Sebagai sistem pertandaan, maka iklan sekaligus menjadi sebuah bangunan
representasi. Iklan tidak semata-mata merefleksikan realitas tentang manfaat produk yang
ditawarkan, namun seringkali menjadi representasi gagasan yang terpendam di balik
penciptanya. Persoalan representasi ini yang kemudian lebih menarik, karena di dalam iklan
sebuah makna sosiokultural dikonstruksi (Burton, 2007).
Berdasarkan teori para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa iklan merupakan
suatu cara produsen untuk mempromosikan produk atau jasanya melalui berbagai macam
media dan cara penyampaian yang bervariatif, dengan tujuan untuk memikat perhatian
konsumen yang pada akhirnya berdampak pada sikap konsumen terhadap produk tersebut
dan biasanya diikuti oleh keputusan pembelian.
Endorser
Penggunaan narasumber (source) sebagai figur penarik perhatian dalam iklan
merupakan salah satu cara kreatif untuk menyampaikan pesan (Kotler dan Keller, 2008).
Pesan yang disampaikan oleh nara sumber yang menarik akan lebih mudah dalam menarik
perhatian konsumen.
7
Shimp (2003) membagi endorser ke dalam dua tipe, yaitu celebrity endorser dan
typical person-endorser. Typical-person endorser dapat lebih diakrabi oleh konsumen karena
mereka merasa memiliki kesamaan konsep diri yang aktual (actual-self concept), nilai-nilai
yang dianut, kepribadian, gaya hidup (life styles), karakter demografis dan sebagainya.
Tugas utama para endorser ini adalah untuk menciptakan asosiasi yang baik antara
endorser dengan produk yang diiklankan sehingga timbul sikap yang positif dalam diri
konsumen, sehingga iklan dapat menciptakan citra yang baik pula di mata konsumen. Namun
dalam membuat iklan tidak harus menggunan celebrity endorser, karena celebrity endorser
hanya membantu menyampaikan pesan secara marjinal. Dan tidak semua iklan yang
menggunakan famous endorser adalah efektif bagi kesuksesan suatu iklan (Dan Hill D. V. ,
2010:163) .
Silvera dan Austad (2003) menjelaskan tentang pendapat konsumen mengenai
kesukaan endorser produk yang didukung dan mengembangkan model tentang karakteristik
endorser dengan hubungannya dalam memprediksi sikap konsumen terhadap produk yang
didukung.
Berdasarkan teori para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa endorser adalah
narasumber yang menjadi model untuk menyampaikan pesan atas suatu produk, dan pastinya
harus memiliki karakteristik tersendiri dalam penyampaian pesan agar pesan dapat direkam
dengan baik oleh konsumen.
Storytelling Advertising
Iklan dengan pendekatan storytelling adalah iklan yang penyampaian produknya
dengan menggunakan tutur cerita. Kebanyakan iklan seperti ini sering bersambung setiap
episodenya. Iklan dengan pendekatan storytelling umumnya lebih disukai oleh penonton
8
karena tidak hanya menawarkan produk, iklan ini juga menarik seperti menceritakan sesuatu.
Dengan kata lain, iklan dengan pendekatan storytelling hampir sama seperti film pendek
hanya saja tujuan utamanya berbeda (Brandon Whalen, 2011).
Iklan bersambung adalah bentuk khusus dari gaya periklanan di mana karakternya
dijaga secara konstan dan diasosiasikan dengan merek. Pada jenis iklan ini, satu iklan dengan
iklan lain dibuat secara bersambung dan jalinan cerita yang saling terkait. Hal yang
membedakan iklan bersambung dengan iklan yang tidak bersambung adalah bahwa kunci
dari iklan ini adalah kontinuitas. Hal penting adalah iklan baru memiliki hubungan berarti
dengan iklan sebelumnya, ini dihubungkan ke ingatan yang telah ada (Sutherland, 2004:288).
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa storytelling advertising adalah
suatu teknik penyampaian pesan iklan menggunakan cara bercerita. Yang dimaksud bercerita
adalah bahwa iklan tersebut menggunakan sistem tutur cerita berupa audio maupun visual
untuk menceritakan merek tersebut sehingga membentuk hubungan emosional dengan
konsumen, dengan salah satu caranya adalah menggunakan sistem cerita bersambung yang
saling terkait antara iklan satu dengan iklan selanjutnya.
Sikap Terhadap Merek (Brand Atitude)
Sikap (attitude) adalah suatu mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk
menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan
atau dinamis terhadap perilaku (Gordon Allport dalam Nugroho J. Setiadi, 2003; 214).
Sikap positif terhadap merek tertentu akan memungkinkan konsumen melakukan
pembelian terhadap merek tersebut, sebaliknya jika negatif akan menghalangi konsumen
tersebut untuk melakukan pembelian (Sutisna, 2002; 98).
9
Sikap terhadap merek mempresentasikan pengaruh konsumen terhadap suatu merek,
yang dapat mengarah pada tindakan nyata, seperti pilihan terhadap suatu merek (Kurniawati,
2009). Sudah umum dibicarakan, bahwa semakin tertariknya seseorang terhadap suatu merek,
maka semakin kuat keinginan seseorang itu untuk memiliki dan memilih merek tersebut.
Sikap terhadap merek dinilai positif tergantung pada merek tersebut lebih disukai dan
diingat (Till dan Baack, 2005), dan merek tersebut lebih dipilih dibanding dengan merek
pesaing (Hyung Seung Jin, 2004). Chaudhuri (dalam Riyanto 2008) mengatakan bahwa sikap
merek (brand atiitude) adalah evaluasi keseluruhan konsumen terhadap merek, dalam model
ekuitas merek ditemukan bahwa peningkatan pangsa pasar terjadi ketika sikap terhadap
merek makin positif. Sikap terhadap merek sering mempengaruhi apakah konsumen akan
kembali atau tidak.
Sikap terhadap merek ditampilkan sebagai fungsi ganda dari kepercayaan yang
terpenting yang dimiliki konsumen tentang suatu merek (sebagai contoh, tingkatan sejauh
mana sesuatu yang dipikirkan konsumen bahwa suatu merek memiliki beberapa atribut atau
kegunaan di dalamnya) dan juga penilaian evaluative dari kepercayaan itu (maksudnya,
seberapa baik atau buruk atribut atau kegunaan yang dimiliki oleh suatu merek) (Kurniawati,
2009).
Berdasarkan teori di atas dapat diambil kesimpulan bahwa brand attitude adalah
reaksi konsumen dalam menyikapi merek yang mereka temui. Sikap positif atau negatifnya
dapat dinilai dari keinginan yang timbul dari benak konsumen untuk kemudian ingin membeli
produk tersebut atau tidak, dan akan kembali membeli produk tersebut atau tidak.
10
Endorser dengan Brand Attitude
Kredibilitas endorser menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh responden
untuk mempercayai kebenaran isi pesan yang disampaikan oleh pengiklan. Studi memberi
kesimpulan bahwa semakin besar tingkat penerimaan kredibilitas endorser, semakin besar
kemungkinan receiver menerima iklan (Assael, dalam Kussudyarsana, 2004). Penggunaan
narasumber (source) sebagai figur penarik perhatian dalam iklan merupakan salah satu cara
kreatif untuk menyampaikan pesan (Kotler dan Keller, 2006). Pesan yang disampaikan oleh
narasumber yang menarik akan lebih mudah dalam menarik perhatian konsumen, serta
menimbulkan sikap yang positif maupun negatif terhadap pesan iklan tersebut.
Durianto (2001) dalam Ken Sudarti & Oktoriyanto (2006) menyatakan pengenalan
merek sangat penting untuk mengetahui sampai pada tingkat mana para pembeli cukup
mengetahui ciri-ciri dari merek tertentu. Pengenalan ini menjadikan pengetahuan bagi
konsumen yang dapat membentuk sikap terhadap merek atau meningkatkan keyakinan pada
merek yang bersangkutan. Pembentukan sikap terhadap merek menurut Burke dan Eddel
(1989), Mackenzie,Lutz dan Belch (1986) dalam Yulistianto dan Suryandari (2003)
dipengaruhi secara langsung oleh persepsi mengenai endorser baik yang menggunakan
endorser selebritis maupun yang bukan selebritis. Selain itu persepsi mengenai endorser juga
mempengaruhi pembentukan sikap konsumen sasaran terhadap sikap terhadap iklan.
Sehingga secara tidak langsung persepsi mengenai endorser (sourch oriented thought)
mempengaruhi minat beli konsumen (purchase intention) melalui sikap terhadap merek
(brand attitude) dan sikap terhadap iklan (attitude toward the ad).
Produk Molto Ultra yang membuat kreasi iklan baru bertajuk kartun, dapat memberi
pengaruh positif terhadap sikap konsumen. Hal itu dikarenakan ketertarikan konsumen ketika
11
melihat iklan dengan endorser berupa kartun tersebut, yang merupakan jenis iklan lain
daripada yang lain.
Penelitian Sebelumnya mengenai Endorser dengan Brand Attitude
1. Bekk, & Matthias (2010) : Pengaruh Kepribadian Endorser terhadap Keterpercayaan
dan Kesukaan terhadap Endorser dan Pengaruhnya terhadap Sikap Positif Konsumen
Hasil penelitian :
Kepribadian endorser berpengaruh positif terhadap keterpercayaan dan kesukaan
terhadap endorser. Sementara itu keterpercayaan dan kesukaan terhadap endorser
berpengaruh terhadap sikap positif konsumen.
2. Hapsari (2008) : Analisis Perbandingan Penggunaan Celebrity Endorser dan Typical-
Person Endorser Iklan Televisi dan Hubungannya dengan Brand Image Produk
Hasil penelitian :
Penggunaan celebrity endorser dan typical-person endorser pada iklan Pond’s dapat
disimpulkan sudah baik. Menurut responden, typical-person endorser kurang popular,
jarang tampil di publik, kurang dapat mempengaruhi responden dalam melakukan
pembelian produk.
3. Wardani (2014) : Analisis Perbandingan Penggunaan Celebrity Endorser dan Typical
Person Endorser dan Hubungannya dengan Brand Image Produk Hand & Body
Lotion Citra
Hasil penelitian:
Tidak terdapat perbedaan di dalam penggunaan celebrity endorser dan typical person
endorser dalam iklan televisi Hand & Body Lotion Citra, karena responden tidak
12
peduli siapapun pemeran iklannya. Brand image dapat disimpulkan sudah baik karena
merek Hand & Body Lotion Citra sudah dikenal baik.
Storytelling Advertising dengan Brand Attitude
Kreativitas iklan memang merupakan salah satu faktor penentu sikap konsumen.
Konsep iklan yang berupa storytellling advertising yaitu dengan menghadirkan iklan berupa
cerita, dianggap memiliki pengaruh positif terhadap konsumen dalam menyikapinya. Terlebih
pada produk Molto Ultra ini, selain menggunakan konsep cerita yang menceritakan
kehidupan keluarga sehari-hari, iklan Molto Ultra tersebut juga menggunakan konsep iklan
bersambung. Penggunaan sistem iklan bersambung diharapkan akan menarik perhatian
pemirsa untuk selalu menunggu kelanjutan ceritanya.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang menggunakan penelitian deskriptif, menurut Sukmadinata
(2006), menjelaskan penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena
buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan,
hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya.
Berdasarkan latar belakang dan persoalan penelitian, penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif untuk mengetahui efektifitas iklan Molto Ultra yang menggunakan konsep
animation endorser dan storytelling advertising.
Penelitian ini akan menggunakan 2 objek yaitu ibu-ibu dan remaja perempuan yang
merupakan anak-anak kost. Alasan penulis memilih 2 objek tersebut adalah bahwa konsep
animasi pada umumnya lebih disenangi oleh remaja jika dibandingkan dengan ibu-ibu. Selain
itu, penulis bermaksud untuk melihat pengaruh iklan tersebut dari pandangan 2 kelompok
13
status yang berbeda, serta akan dilihat adakah perbedaan kedua kelompok tersebut dalam
menyikapi iklan Molto Ultra yang menggunakan konsep animation endorser dan storytelling
advertising.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan diteliti (Mustafa, 2009).
Populasi pada penelitian ini adalah remaja yang merupakan anak kost di Salatiga dan ibu-ibu
di Kecamatan Ungaran. Perbedaan kelompok responden ini didasari oleh alasan konsumsi,
dalam artian bahwa remaja membeli produk Molto Ultra untuk dikonsumsi dirinya sendiri,
sedangkan ibu-ibu membeli produk Molto Ultra untuk dikonsumsi oleh seluruh anggota
keluarga.
Sampel adalah bagian yang diamati. Sampel merupakan bagian tertentu yang dipilih
dari populasi. Keberadaan sampel diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri
dan keberadaan populasi yang sebenarnya. Menurut Malhotra (2010) besarnya sampel
minimum yang digunakan dalam sebuah penelitian iklan televisi adalah sebesar 150
responden. Polit dan Hungler (1993) menyatakan bahwa semakin besar sampel yang
digunakan, semakin baik dan representatif hasil yang diperoleh (dikutip dari Setiadi, 2007).
Berdasarkan kedua teori tersebut, pada penelitian ini akan dilakukan pengambilan sampel
sebanyak 200 ibu-ibu di Kecamatan Ungaran dan 200 remaja perempuan yang merupakan
anak kost di Salatiga.
Teknik pengambilan sampel pada remaja yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling yang menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pengambilan
sampel bukan dilakukan secara acak, namun ditentukan oleh peneliti berdasarkan kriteria-
kriteria. Kriteria remaja dalam penelitian ini adalah wanita berusia 12-25 tahun yang
14
berstatus belum menikah dan hidup mandiri jauh dari orang tua. Sedangkan kriteria untuk
ibu-ibu adalah wanita yang berstatus sudah menikah dan berkeluarga.
Jenis dan Sumber Data
Sekaran (2003) menyebutkan bahwa data primer adalah data yang dikumpulkan dari
situasi aktual ketika peristiwa terjadi. Data primer merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumber data asli/tanpa melalui media perantara. Untuk
mendapatkan data ini, peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Data
primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil kuesioner yang disebarkan
pada sampel yang telah ditentukan. Data mentah tersebut kemudian akan diolah oleh peneliti
menggunakan Microsoft Office Excel 2007.
Instrumen Penelitian
Peneliti meggunakan alat pengukur data berupa kuesioner dan responden diminta
memberi tanda (√) pada jawaban yang dipilih. Isi dari kuesioner ini terdiri dari dua bagian :
1. Data demografi responden yang meliputi nama, usia, status, pekerjaan, dan pengeluaran
per bulan.
2. Pertanyaan menyangkut variabel animation endorser, storytelling advertising, dan brand
attitude yang terdiri dari 20 pertanyaan.
Kuesioner berisi pertanyaan tertutup dan terbuka. Pertanyaan tertutup adalah
pertanyaan yang mengharuskan responden untuk menjawab dengan pilihan jawaban yang
telah disediakan. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang tidak diikuti oleh pilihan
jawaban, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dari
responden.
15
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Sebanyak 200 responden remaja dan 200 responden ibu-ibu akan menjawab kuesioner
yang diberikan. Masing-masing responden menjawab sebanyak 20 pertanyaan yang berkaitan
dengan variabel-variabel dalam persoalan penelitian.
Untuk metode perskalaan, penulis menggunakan skala Guttman dalam melakukan
penghitungan. Menurut Sugiyono (2012:96) skala Guttman digunakan apabila ingin
mendapatkan jawaban yang jelas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pertanyaan atau pernyataan. Pada penelitian ini, pertanyaan mengharuskan responden untuk
menjawab dengan jawaban pasti, yaitu jawaban “ya” atau “tidak”. Dari jawaban pasti
tersebut, penulis akan memberikan nilai 1 untuk jawaban “ya”, dan nilai 0 untuk jawaban
tidak.
Pengolahan data dilakukan menggunakan program Microsoft Office Excel 2007,
dengan cara menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” pada masing-masing pertanyaan,
yang kemudian akan disajikan dalam bentuk prosentase dari masing-masing pertanyaan.
Pada beberapa pertanyaan mengharuskan responden untuk memberikan pendapat dan
alasan mereka. Untuk jawaban yang mengandung pendapat dan alasan tersebut, penulis akan
merekap jawaban dengan menggunakan turus.
16
Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang menyatakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang
apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris.
Tabel 1. Definisi Operasional Endorser
Kotler dan Keller, (2006:506) Dan Hill D. V., (2010:163) Shimp, (2003: 460) Kesimpulan
Definisi
Penggunaan narasumber (source)
sebagai figur penarik perhatian
dalam iklan merupakan salah satu
cara kreatif untuk menyampaikan
pesan.
Tidak semua iklan yang
menggunakan famous
endorser adalah efektif bagi
kesuksesan suatu iklan.
Typical-person endorser
dapat lebih diakrabi oleh
konsumen karena mereka
merasa memiliki kesamaan
konsep diri yang aktual
(actual-self concept), nilai-
nilai yang dianut,
kepribadian, gaya hidup
(life styles), karakter
demografis dan sebagainya.
Narasumber yang bukan
merupakan artis terkenal
namun dapat menyampaikan
pesan iklan secara kreatif dan
efektif berupa kesamaan
konsep diri yang actual
dengan manusia, dan dapat
menarik perhatian penonton.
Indikator
Empirik
a. Narasumber yang menarik
perhatian responden
b. Kreatifitas pemilihan
narasumber dalam
mengkomunikasikan pesan
iklan
c. Keahlian mempromosikan
produk
d. Penampilan menarik
a. Narasumber bukan
merupakan bintang terkenal
a. Narasumber memiliki
kesamaan kosep diri
dengan manusisa yang
memerankan kegiatan
hidup sehari-hari
b. Sosok yang
menginspirasi responden
c. Responden mempercayai
pesan yang disampaikan
d. Sosok yang
a. Narasumber bukan
merupakan bintang terkenal
b. Penampilan narasumber
yang menarik perhatian
responden
c. Pesan iklan yang dapat
disampaikan dengan efektif
oleh narasumber
17
e. Penampilan memberikan nilai
tambah pada produk
mempengaruhi
responden
d. Narasumber memiliki
kesamaan kosep diri
dengan manusia yang
memerankan kegiatan
hidup sehari-hari
e. Sosok narasumber yang
dapat menginspirasi
Tabel 2. Definisi Operasional Storytelling Advertising
Sutherland, (2004:288) Brandon Whalen, (2011) Wells (2000:358) dan
Sutherland (2004:294) Kesimpulan
Definisi
Iklan bersambung adalah bentuk
khusus dari gaya periklanan di
mana karakternya dijaga secara
konstan dan diasosiasikan dengan
merek.
Penyampaian produknya
dengan menggunakan tutur
cerita. Kebanyakan iklan
seperti ini sering bersambung
setiap episodenya. Iklan
dengan pendekatan storytelling
hampir sama seperti film
pendek hanya saja tujuan
utamanya berbeda, yaitu
mempromosikan produk.
Elemen-elemen yang
terdapat dalam iklan
bersambung yaitu video,
audio, talent, props, setting,
dan lighting.
Penyampaian pesan iklan
dalam bentuk cerita
bersambung dengan
menggunakan elemen-elemen
berupa video, audio, talent,
props, setting, dan lighting.
Indikator
Empirik
a. Keterkaitan iklan dari yang
pertama kali muncul hingga saat
ini
a. Penawaran produk dalam
bentuk cerita yang
diperankan oleh narasumber
b. Narasumber meyampaikan
pesan berupa cerita secara
bersambung seperti film
pendek
c. Kesesuaian cerita dengan
aktivitas kehidupan nyata
a. Komposisi video, audio,
talent, props, setting,
dan lighting yang
menarik.
a. Penyampaian pesan iklan
berupa cerita secara
bersambung seperti film
pendek.
b. Kesesuaian cerita dengan
aktivitas kehidupan nyata
c. Keterkaitan iklan dari yang
pertama kali muncul hingga
18
d. Jalan cerita yang mudah
dimengerti.
iklan yang terbaru
d. Komposisi video, audio,
talent, props, setting, dan
lighting yang menarik
e. Jalan cerita yang mudah
dimengerti
Tabel 3. Definisi Operasional Brand Attitude
Kurniawati, (2009) Sutisna, (2002:98) Kurniawati, 2009 Kesimpulan
Definisi
Sikap terhadap merek ditampilkan
sebagai fungsi ganda dari
kepercayaan yang terpenting yang
dimiliki konsumen tentang suatu
merek dan juga penilaian
evaluative dari kepercayaan itu.
Sikap positif terhadap merek
tertentu akan memungkinkan
konsumen melakukan
pembelian terhadap merek
tersebut, sebaliknya jika
negatif akan menghalangi
konsumen tersebut untuk
melakukan pembelian.
Sikap terhadap merek
mempresentasikan
pengaruh konsumen
terhadap suatu merek, yang
dapat mengarah pada
tindakan nyata, seperti
pilihan terhadap suatu
merek
Sikap konsumen terhadap
suatu merek yang berkaitan
dengan tingkat kepercayaan,
sehingga berpengaruh dalam
melakukan pilihan yang akan
diikuti oleh daya beli.
Indikator
Empirik
a. Memilih merek tersebut
dibanding merek lain
a. Ketertarikan responden
untuk melakukan pembelian
terhadap merek tersebut
a. Kepercayaan terhadap
merek tersebut
b. Responden melakukan
repurchase terhadap
merek tersebut.
a. Kepercayaan terhadap
merek tersebut
b. Memilih merek tersebut
dibanding merek lain
c. Ketertarikan responden
untuk melakukan
pembelian terhadap merek
tersebut
d. Responden melakukan
repurchase.
19
Berdasarkan defiisi operasional di atas, telah didapatkan indikator empirik yang
kemudian menjadi landasan untuk membuat pertanyaan sebagai berikut :
Tabel 4. Pertanyaan mengenai Animation Endorser
Variabel Indikator Empirik Pertanyaan
Animation
Endorser
a. Narasumber bukan
merupakan bintang
terkenal
b. Penampilan narasumber
yang menarik perhatian
responden
c. Pesan iklan yang dapat
disampaikan dengan
efektif oleh narasumber
d. Narasumber memiliki
kesamaan kosep diri
dengan manusia yang
memerankan kegiatan
hidup sehari-hari
e. Sosok narasumber yang
dapat menginspirasi
a. Apakah karakter yang diperankan berupa
animasi kartun dapat menarik perhatian
responden?
b. Apakah karakter yang diperankan berupa
animasi kartun dapat menyampaikan
pesan iklan dengan baik?
c. Apakah karakter yang diperankan berupa
animasi kartun dapat mempromosikan
produk dengan baik?
d. Apakah karakter yang diperankan berupa
animasi kartun berpenampilan menarik?
e. Apakah model iklan yang berupa animasi
kartun dianggap baik oleh responden?
f. Apakah karakter kartun yang
memerankan kehidupan sehari-hari
dianggap menarik oleh responden?
g. Apakah karakter kartun dalam iklan
tersebut dapat menginspirasi responden?
h. Apakah responden mempercayai pesan
yang disampaikan oleh karakter kartun
pada iklan tersebut?
i. Apakah responden benar-benar
terpengaruh oleh sosok yang diperankan
oleh animasi kartun tersebut?
Tabel 5. Pertanyaan mengenai Storytelling Advertising
Variabel Indikator Empirik Pertanyaan
Storytelling
Advertising
a. Penyampaian pesan iklan
berupa cerita secara
bersambung seperti film
pendek.
b. Kesesuaian cerita dengan
aktivitas kehidupan nyata
c. Keterkaitan iklan dari
a. Apakah iklan Molto Ultra mengandung
cerita yang berkaitan tiap episodenya?
b. Apakah iklan yang mengandung cerita
tersebut dapat menarik perhatian
responden?
c. Apakah cerita bersambung yang
terkandung dalam iklan tersebut dapat
20
yang pertama kali muncul
hingga iklan yang terbaru
d. Komposisi video, audio,
talent, props, setting, dan
lighting yang menarik
e. Jalan cerita yang mudah
dimengerti
terlihat menarik seperti film pendek?
d. Apakah cerita yang terkandung dalam
iklan tersebut sesuai dengan aktivitas
kehidupan nyata sehari-hari?
e. Apakah responden benar-benar mengerti
jalan cerita iklan tersebut?
f. Apakah komposisi video, audio, talent,
props, setting, dan lighting dianggap
dapat memikat perhatian responden?
Tabel 6. Pertanyaan mengenai Sikap Terhadap Merek (Brand Attitude)
Variabel Indikator Empirik Pertanyaan
Brand
Attitude
a. Kepercayaan terhadap
merek tersebut
b. Memilih merek tersebut
dibanding merek lain
c. Ketertarikan responden
untuk melakukan
pembelian terhadap
merek tersebut
d. Responden melakukan
repurchase terhadap
merek tersebut.
a. Apakah responden akan memilih Molto
Ultra dibanding produk pewangi dan
pelembut pakaian merek lain?
b. Apakah responden tertarik untuk
melakukan pembelian terhadap merek
tersebut?
c. Apakah responden percaya terhadap
merek tersebut?
d. Apakah responden melakukan
pembelian ulang untuk produk merek
tersebut?
HASIL DAN BAHASAN
Dalam bab ini dikemukakan analisis dan bahasan dari hasil penelitian yang dilakukan
penulis. Penelitian dilakukan melalui dua tahap yaitu: tahap pretest dan penelitian aktual.
Adapun tujuan dari analisis dan bahasan dalam bab ini adalah untuk menjawab persoalan
penelitian.
Pada tahap pretest, penulis membagikan 30 kuesioner kepada dua kelompok yaitu 15
kuesioner untuk remaja dan 15 kuesioner untuk ibu-ibu. Pada penelitian aktual, peneliti
membagikan 370 kuesioner tambahan, yaitu 185 kuesioner untuk remaja dan 185 kuesioner
21
50%
18%
17%
11% 4%16-25
26-35
36-45
46-55
56-65
untuk ibu-ibu. Penelitian aktual dilakukan dari tanggal 3 Oktober 2014 s/d 15 Oktober 2014.
Peneliti membagikan kuesioner kepada 185 remaja perempuan yang terdiri dari pelajar dan
mahasiswa. Kuesioner tersebut dibagikan dengan cara mendatangi 7 kost putri di area
Salatiga selama kurang lebih 3 hari. Sedangkan untuk 185 kuesioner yang dibagikan kepada
ibu-ibu, peneliti mendatangi perkumpulan PKK di 3 RT di Perumnas Mapagan Ungaran,
karena bertepatan dengan jadwal perkumpulan PKK yang dilakukan rutin pada tanggal 6 tiap
bulannya. Selain mendatangi perkumpulan PKK, penulis juga mendatangi perkumpulan rutin
paguyuban Wanita Katolik di lingkungan Perumnas Mapagan Ungaran yang dilaksanakan
pada tanggal 12 Oktober 2014. Penulis juga membagikan kuesioner pada ibu-ibu tim paduan
suara wanita, dan ibu-ibu tim perangkai bunga altar Gereja Katolik Kristus Raja Ungaran.
Profil Responden
Deskripsi dari karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, status,
pekerjaan, dan pengeluaran per bulan yang terdiri dari total 400 responden.
Berdasarkan usia responden, sebesar 4% responden berusia 56-65 tahun, 11%
responden berusia 46-55 tahun, 17% responden berusia 36-45 tahun, 18% responden berusia
26-35 tahun, dan prosentase terbesar adalah pada usia 16-25 tahun yaitu sebesar 50%.
Diagram 1.
Prosentase Responden Berdasarkan Usia
Diagram berikut ini menunjukkan keseimbangan prosentase status responden yang
terdiri dari 50% responden belum berkeluarga dan 50% responden sudah berkeluarga.
22
50%50% Belum berkeluarga
Sudah berkeluarga
50%
10%
17%
12%
4% 7% mahasiswa
pengajar
ibu rumah tangga
karyawan swasta
wiraswasta
PNS
4%
42%54%
< 500.000
500.000 - 1.000.00
> 1.000.000
Diagram 2.
Prosentase Responden Berdasarkan Status
Adapun prosentase karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada
diagram di bawah ini. Mahasiswa merupakan prosentase terbesar yaitu 50%, ibu rumah
tangga 17%, karyawan swasta 12%, pengajar 10%, PNS 7%, dan wiraswasta sebesar 4%.
Diagram 3.
Prosentase Responden Berdasarkan Pekerjaan
Kedua diagram di bawah ini menunjukkan bahwa sebesar 54% remaja mengeluarkan
uang sebanyak lebih dari 1.000.000 per bulannya, 42% berpengeluaran antara 500.000 –
1.000.000 per bulan, dan hanya 4% yang pengeluaran per bulannya kurang dari 500.000.
Dapat dilihat pula bahwa sebesar 65% ibu-ibu berpengeluaran lebih dari 2.000.000 dan 35%
yang pengeluaran per bulannya antara 1.000.000 – 2.000.000.
Diagram 4.
Prosentase Responden Berdasarkan Pengeluaran Remaja Per Bulan
23
35%
65%
1.000.000 - 2.000.000
> 2.000.000
Diagram 5.
Prosentase Responden Berdasarkan Pengeluaran Ibu-ibu Per Bulan
Hasil Analisis Data
Sebanyak 20 pertanyaan telah dijawab oleh 200 remaja dan 200 ibu-ibu yang masing-
masing pertanyaan telah dihitung prosentasenya sedemikian rupa. Berikut ini hal-hal menarik
yang dapat dilihat dari jawaban para responden.
1. Ketertarikan Respoden dengan Iklan Molto Ultra yang Menggunakan Konsep Kartun
Sebagai Penyampai Pesan Iklan (Animation Endorser) dan Mengandung Cerita
(Storytelling Advertising) tentang Dunia Kain
Tabel 7.
Ketertarikan Respoden dengan Iklan Molto Ultra yang Menggunakan Konsep Kartun
(Animation Endorser) dan Iklan Bercerita (Storytelling Advertising)
Dilihat dari kriteria yang terdiri atas remaja dan ibu-ibu, sebesar 91% remaja dan
92,50% ibu-ibu menyatakan tertarik dengan iklan Molto Ultra yang menggunakan kartun
sebagai penyampai pesan iklan. Responden menilai bahwa Animasi kartun pada iklan
Molto Ultra dapat menyampaikan pesan dan mempromosikan produk dengan baik.
Kategori
Animation
Endorser
Storytelling
Advertising
Ya Tidak Ya Tidak
Remaja (belum berkeluarga) 91,00 9,00 74,00 26,00
Ibu-ibu (sudah berkeluarga) 92,50 7,50 81,00 19,00
24
Animasi kartun pada iklan Molto Ultra juga dinilai berpenampilan menarik oleh
responden.
Meurut Kotler dan Keller (2008) penggunaan narasumber (source) sebagai figur
penarik perhatian dalam iklan merupakan salah satu cara kreatif untuk menyampaikan
pesan. Pesan yang disampaikan oleh narasumber yang menarik akan lebih mudah dalam
menarik perhatian konsumen. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa cara Molto Ultra
yang menggunakan konsep animation enorser dalam menyampaikan pesan iklan dapat
dikatakan berhasil dalam menarik perhatian konsumen.
Konsep iklan Molto Ultra yang mengandung cerita tentang dunia kain ternyata
berhasil menarik perhatian responden, terbukti dengan prosentase jawaban sebesar 74
% oleh remaja dan 81% oleh ibu-ibu yang menyatakan tertarik dengan konsep
storytelling pada iklan Molto Ultra.
Responden yang tergolong pada kategori ibu-ibu menganggap bahwa konsep cerita
pada iklan Molto Ultra sesuai dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. Sedangkan para
remaja lebih menyoroti tentang konsep iklan Molto Ultra yang berkaitan tiap episodenya.
Konsep cerita dalam iklan yang disajikan seperti film pendek dengan video, audio,
talent, props, setting, dan lighting yang bagus membuat jalan cerita mudah dimengerti.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penonton tertarik dengan konsep
storytelling dalam penyampaian pesan iklan Molto Ultra, hal tersebut sesuai dengan
pendapat Brandon Whalen (2011) yang menyatakan bahwa iklan dengan pendekatan
storytelling umumnya lebih disukai oleh penonton karena tidak hanya menawarkan
produk, iklan ini juga menarik seperti menceritakan sesuatu.
2. Konsep Iklan yang Menggunakan Animasi Kartun (Animation Endorser) dan Iklan
Bercerita (Storytelling Advertising) pada Iklan Molto Ultra Merupakan Faktor Utama
25
Responden dalam Memilih Molto Ultra Sebagai Merek Pengharum dan Pelembut
Pakaian
Tabel 8.
Konsep Animation Endorser dan Storytelling Advertising pada Iklan Molto Ultra
Merupakan Faktor Utama Responden dalam Memilih Molto Ultra
Kategori
Animation
Endorser
Storytelling
Advertising
Ya Tidak Ya Tidak
Remaja (belum berkeluarga) 40,50 59,50 46,50 53,50
Ibu-ibu (sudah berkeluarga) 36,50 63,50 42,50 57,50
Tabel di atas, menunjukkan bahwa 59,50% remaja dan 63,50% ibu-ibu menyatakan
iklan Molto Ultra yang berupa animasi tidak mempengaruhi mereka dalam memilih
merek pengharum dan pelembut pakaian.
Alasan remaja menjawab tidak adalah karena mereka sudah terbiasa menggunakan
produk Molto Ultra, bahkan turun temurun dari ibu mereka, jadi bukan karena pengaruh
menonton iklan Molto Ultra di televisi. Hal tersebut juga merupakan alasan ibu-ibu, yaitu
bahwa Molto Ultra adalah produk yang sudah dipakai sejak dulu sebelum adanya iklan
Molto Ulra yang berkonsep animasi. Hal menarik lainnya dari alasan ibu-ibu yang
menjawab tidak adalah karena iklan Molto Ultra dianggap tidak masuk akal, seperti
ketika wangi tersebut dapat tercium dan ditebak wanginya dari jarak jauh oleh para tokoh
kartun dalam iklan.
Iklan Molto Ultra dengan konsep storytelling tidak mempengaruhi responden
dalam memilih Molto Ultra sebagai produk pengharum dan pelembut pakaian. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan melihat hasil prosentase jawaban yang menunjukkan
sebanyak 53,50% remaja dan 57,50% ibu-ibu menjawab tidak terpengaruh.
26
Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa iklan Molto Ultra dengan konsep
animation endorser dan storytellig advertising bukan merupakan faktor utama konsumen
dalam memilih produk Molto Ultra.
3. Brand Attitude Responden terhadap Produk Molto Ultra
Tabel 9.
Kepercayaan Responden terhadap Produk Molto Ultra
Kategori Ya Tidak
Remaja (belum berkeluarga) 67,50 32,50
Ibu-ibu (sudah berkeluarga) 78,50 21,50
Tabel di atas merupakan tabel kepercayaan responden terhadap produk Molto
Ultra. Sebanyak 67,50% remaja menyatakan percaya terhadap produk Molto Ultra, dan
prosentase kepercayaan ibu-ibu terlihat lebih besar yaitu 78,50%. Kepercayaan
responden terhadap produk Molto Ultra diikuti oleh ketertarikan mereka untuk membeli
produk Molto Ultra.
Hal yang menarik adalah bahwa remaja yang percaya dan tertarik untuk membeli
produk Molto Ultra ternyata tidak sering membeli produk Molto Ultra. Pembuktiannya
dapat dilihat pada tabel berikut yang menunjukkan bahwa sebesar 51% remaja
menyatakan tidak sering membeli produk Molto Ultra. Hampir seluruh remaja dalam
pnelitian ini adalah anak kost, jadi alasan mereka tidak terlalu sering membeli produk
Molto Ultra adalah karena mereka lebih sering mencuci pakaian di tempat laundry.
Tabel 10.
Remaja dan Ibu-ibu yang Sering Membeli Produk Molto Ultra
Kategori Ya Tidak
Remaja (belum berkeluarga) 49,00 51,00
Ibu-ibu (sudah berkeluarga) 60,50 39,50
27
Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa sebesar 60,50% ibu-ibu menyatakan
sering membeli produk Molto Ultra. Salah satu alasannya adalah bahwa ibu-ibu memang
sudah sejak dahulu terbiasa menggunakan produk Molto Ultra.
Dilihat dari kepuasan responden terhadap produk Molto Ultra, tabel berikut ini
menunjukkan sebesar 67% remaja dan 70,50% ibu-ibu mengaku puas. Responden yang
mengaku puas memiliki alasan bahwa produk Molto Ultra sejak dulu sampai sekarang
memang sudah dapat dipercaya untuk mengharumkan dan melembutkan pakaian.
Tabel 11.
Kepuasan Responden terhadap Produk Molto Ultra
Kategori Ya Tidak
Remaja (belum berkeluarga) 67,00 33,00
Ibu-ibu (sudah berkeluarga) 70,50 29,50
Berdasarkan hasil penelitian mengenai brand attitude tersebut dapat disimpulkan
bahwa konsumen percaya, melakuan pembelian, dan merasa puas dengan produk Molto
Ultra. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sutisna (2002) yang menyatakan bahwa sikap
positif terhadap merek tertentu akan memungkinkan konsumen melakukan pembelian
terhadap merek tersebut.
KESIMPULAN
Pembahasan ini akan memaparkan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan
dan merupakan jawaban dari persoalan penelitian. Selanjutnya kesimpulan yang ada akan
menjadi dasar penyusunan implikasi dari penelitian yang dibuat.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang ada, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Iklan Molto Ultra yang berkonsep animation endorser dan storytelling advertising
28
dapat dikatakan efektif dalam menarik perhatian konsumen yang dalam penelitian ini
lebih mengarah pada remaja dan ibu-ibu.
2. Konsep animation endorser dan storytelling advertising bukan merupakan faktor
utama remaja dan ibu-ibu dalam memilih Molto Ultra sebagai produk pengharum dan
pelembut pakaian.
3. Sikap remaja dan ibu-ibu terhadap produk Molto Ultra ditunjukkan dengan
kepercayaan mereka terhadap produk Molto Ultra, yang kemudian diikuti daya beli
karena mereka merasa puas dengan produk Molto Ultra, dan memilih Molto Ultra
sebagai produk pengharum dan pelembut pakaian dibandingkan dengan merek lain.
4. Tidak terdapat banyak perbedaan antara remaja dan ibu-ibu dalam menyikapi iklan
Molto Ultra yang berkonsep animation endorser dan storytelling advertising.
Perbadaan pertama adalah pernyataan remaja yang menyatakan bahwa cerita dalam
iklan Molto Ultra tidak mencerminkan kehidupan sehari-hari, sedangkan ibu-ibu
setuju bahwa iklan Molto Ultra bercerita sesuai dengan cerminan aktivitas kehidupan
sehari-hari. Perbedaan kedua adalah ketidaksetujuan ibu-ibu bahwa iklan Molto Ultra
merupakan cerita bersambung, sedangkan para remaja mengerti benar bahwa iklan
Molto Ultra merupakan cerita bersambung. Perbedaan ketiga adalah bahwa ibu-ibu
lebih sering membeli produk Molto Ultra, sedangkan remaja tidak.
Implikasi Teoritis
Inti dari periklanan adalah untuk memasukkan sesuatu ke dalam pikiran konsumen,
mengubah persepsi konsumen, dan mendorong konsumen untuk bertindak (Kotler, 2003).
Jadi, Periklanan dimaksudkan untuk menanamkan kesadaran akan suatu merek (brand
awareness), dan mendorong konsumen untuk melakukan tindakan (brand attitude) berupa
aktivitas pembelian. Hal menarik pada penelitian ini adalah bahwa iklan ternyata bukan
merupakan faktor utama konsumen dalam memilih dan menggunakan produk (dalam
29
penelitian ini adalah produk Molto Ultra). Justru yang merupakan faktor utama konsumen
dalam memilih Molto sebagai produk pengharum dan pelembut pakaian adalah faktor
loyalitas konsumen terhadap Molto Ultra. faktor loyalitas tersebut ditunjukkan dengan
pernyataan konsumen yang memilih produk Molto Ultra karena sudah sejak lama
mengkonsumsi produk tersebut, jadi sampai saat ini pun mereka tetap setia mengkonsumsi
Molto Ultra.
Implikasi Terapan
Hingga saat ini masih ada konsumen yang merasa tidak percaya terhadap pesan iklan
yang disampaikan oleh animasi kartun (animation endorser) pada iklan Molto Ultra, padahal
menurut Shimp (2003: 460) typical-person endorser dapat lebih diakrabi oleh konsumen
karena mereka merasa memiliki kesamaan konsep diri yang aktual (actual-self concept),
nilai-nilai yang dianut, kepribadian, gaya hidup (life styles), karakter demografis dan
sebagainya. Berdasar alasan konsumen yang mengatakan bahwa iklan Molto Ultra terlalu
berlebihan dan tidak sesuai dengan kenyataan, ada baiknya jika animation endorser pada
iklan Molto Ultra dibuat lebih natural dan masuk akal dalam menyampaikan pesan iklan. Hal
tersebut diharapkan agar konsumen yang menggunaakan produk Molto Ultra akan
bertambah, karena mereka menilai iklan tersebut lebih masuk akal. Pihak Molto Ultra juga
tidak perlu kawatir karena konsumen yang sudah loyal terhadap Molto Ultra juga akan tetap
setia mengkonsumsi produk Molto Ultra.
DAFTAR PUSTAKA
Burton, Graeme. (2007). Membincangkan Televisi : sebuah pengantar kepada kajian
televisi. Terjemahan Oleh Rehmawati, Laila (2007). Yogjakarta & Bandung.
Jalasutra.
Fandy Tjiptono. 2004. Strategi Pemasaran. edisi 2, Yogyakarta: Andi
Hagijanto, Andrian D. 2000. “Trilogi Iklan Pasta Gigi Pepsodent Sebuah Citraan Konflik
Sebagai Pembangkit Brand Aware Pada Iklan TV”, Nirmana, Vol. 2, No. 2, 73 – 83,
Juli 2000.
30
Hill D.V, Dan, 2010. The Secrets of Emotionally Effective Advertising. London and
Philadelphia: Kogan Page.
Indriarto, Fidelis. 2006. “Studi Mengenai Faktor Kekhawatiran dalam Proses Penyampaian
Pesan Iklan.” Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol. 5, No. 3, pp.243-268.
Jin, Hyun Seung., (2003). “Compounding Consumer Interest: Effect of Advertising Campaign
Publicity on the Ability to Recall Subsequent Advertisement”. Journal of
Advertising, Vol 32,No 4, Winter.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2008. Manajemen Pemasaran. edisi keduabelas,
cetakan ketiga. Jakarta: PT. Indeks.
Kotler, Philip. 2003. Manajemen Pemasaran. edisi kesebelas, Jakarta: Indeks kelompok
Gramedia.
Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media
Group.
Kurniawati, D. 2009, Studi Tentang Sikap terhadap Merek dan Implikasinya Pada
Minat Beli Ulang Produk Mie Instan Indomie di Semarang. Tesis, Universitas
Diponegoro.
Mugiono, Kharis dan Mudiantono, 2012. “Analisis Pengaruh Kredibilitas Celebrity Endorser
Dan Daya Tarik Iklan Terhadap Brand Awareness Dan Dampaknya Terhadap Brand
Attitude Sabun Mandi Padat Lifebuoy Di Semarang”, Diponegoro Journal Of
Management, Vol 1, No 2, 366-374, 2012.
Mustafa, Hasan. 2009. Metodologi Penelitian, cetakan kesepuluh. Jakarta: Bumi Aksara
Nisfiannoor, M. dan Kartika, Y. 2004. “Hubungan Antara Regulasi Emosi dan Penerimaan
Kelompok Teman Sebaya pada Remaja”. Jurnal Psikologi, Vol. 2, No. 2, 160-177.
Nugroho, Septiyo Aji, 2013. Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan dan Kekuatan
Celebrity Endorser terhadap Brand Awareness dan Dampaknya terhadap
Brand Attitude Handphone Nokia. Skripsi Program Studi S1 Manajemen Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Purba, Evry Jelita, 2012. Pengaruh Celebrity Endorcer Sabun Lux Terhadap Persepsi
Konsumen, Corporate Communication Paramadina Graduate School Program
Pascasarjana Universitas Paramadina.
Riyanto, Makmun 2008. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Iklan dan
Implikasinya terhadap Sikap Merek Studi Kasus pada Iklan Ponds di Kota
Semarang, Tesis Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro Semarang
Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran. cetakan kedua. Jakarta: Prenata Media.
Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran.
edisi ke‐5. Terjemahan: Reyvani Syahrial & Dyah Anikasari, Jakarta: Erlangga.
31
Silvera, dan Austad. 2003. “Factors Predicting the Effectiveness of Celebrity Endorsement
Advertisement”. European Journal of Marketing, Vol. 38, No. 11/12, pp. 1509-
1526.
Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sutherland M & Alice K. Sylvester. 2004. Advertising and the Mind of Customer, alih bahasa ,
Andreas Haryono & Slamet, cet. 1. Jakarta: PPM.
Sutisna., 2002. Perilaku konsumen. Bandung. Rosda Karya.
Till, D Brian, Daniel.W Baack. 2005. ”Recall and Persuasion, Does Creative Aadvertising
Matter?”. Journal of Advertising, Vol.34 No.3. Fall 2005.
Wells, William, Burnett, John & Moriarty, Sandra. 2003. Advertising Principles and
Practice. New York: Prentice Hall.
Yulistiano, Muhammad, dan Retno Tanding Suryandari. (2003), “Pengukuran Advertising
Response Modelling (ARM) Iklan Televisi dengan Endorser Selebritis dan Non-
Selebritis”. Empirika. Vol 16 no 2.
http://www.gianfagnamarketing.com/blog/2011/12/29/how-to-create-great-advertising-with-
storytelling/. 31 Maret 2013
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/02/08/00152164/Inilah.Pemenang.Top.Brand.A
ward.2012. 31 Maret 2013
http://marketingoke.blogspot.com/2008/09/gaya-baru-kampanye-merek-merek-
unilever_17.html. 26 Februari 2013
http://searchenginewatch.com/article/2238606/Visual-Storytelling-The-Key-Weapon-to-
Content-Marketing. 26 Februari 2013
http://ilmu-kesehatan-masyarakat.blogspot.com/2012/05/kategori-umur.html. 22 Oktober
2014
32
Lampiran 1
KUESIONER
Nama :
Usia :
Status :
Belum berkeluarga
Sudah berkeluarga
Pekerjaan :
Pengeluaran per bulan :
1. Pernahkah Anda melihat iklan Molto Ultra di televisi, yang menampilkan cerita dalam
Dunia Kain?
Ya
Tidak
ANIMASI KARTUN PADA IKLAN MOLTO ULTRA
2. Apakah Anda tertarik dengan iklan Molto Ultra yang menggunakan animasi kartun
sebagai penyampai pesan iklan?
Ya
Tidak
3. Apakah animasi kartun pada iklan Molto Ultra dapat menyampaikan pesan iklan dengan
baik?
Ya
Tidak
4. Apakah animasi kartun pada iklan Molto Ultra dapat mempromosikan produk dengan
baik?
Ya
Tidak
5. Apakah animasi kartun pada iklan Molto Ultra berpenampilan menarik?
Ya
Tidak
6. Apakah Anda mempercayai pesan yang disampaikan oleh animasi kartun pada iklan
tersebut?
Ya
Karena
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Tidak
Karena
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
7. Apakah animasi kartun pada iklan Molto Ultra benar-benar dapat mempengaruhi Anda
untuk memilih Molto Ultra sebagai merek pengharum dan pelembut pakaian?
Ya
Karena
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Tidak
33
Karena
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
CERITA PADA IKLAN MOLTO ULTRA
8. Apakah Anda tertarik dengan iklan Molto Ultra yang mengandung cerita tentang dunia
kain?
Ya
Tidak
9. Apakah cerita yang terkandung dalam iklan Molto Ultra sudah mencerminkan aktivitas
kehidupan nyata sehari-hari?
Ya
Tidak
10. Apakah menurut Anda, iklan Molto Ultra mengandung cerita yang berkaitan tiap
episodenya?
Ya
Tidak
11. Apakah cerita bersambung yang terkandung dalam iklan Molto Ultra terlihat menarik
seperti film pendek?
Ya
Tidak
12. Apakah Anda benar-benar dapat mengerti jalan cerita pada iklan Molto Ultra Dunia
Kain?
Ya
Tidak
13. Apakah Anda tertarik dengan komposisi video, audio, talent, props, setting, dan lighting
pada iklan Molto Ultra?
Ya
Tidak
14. Apakah konsep iklan yang mengandung cerita pada iklan Molto Ultra benar-benar dapat
mempengaruhi Anda untuk memilih Molto Ultra sebagai merek pengharum dan pelembut
pakaian?
Ya
Tidak
15. Berdasarkan iklan Molto Ultra Dunia Kain yang menggunakan animasi kartun sebagai
penyampai pesan iklan dan mengandung cerita bersambung, hal apakah yang menurut
Anda menarik?
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………
SIKAP KONSUMEN TERHADAP MEREK MOLTO ULTRA
16. Apakah Anda percaya terhadap merek Merek Molto Ultra?
Ya
Tidak
17. Apakah Anda tertarik untuk membeli produk Molto Ultra?
Ya
Tidak
34
18. Apakah Anda sering membeli produk Molto Ultra berulang-ulang?
Ya
Tidak
19. Apakah Anda puas dengan produk Molto Ultra?
Ya
Tidak
20. Apakah Anda akan memilih Molto Ultra dibanding produk pewangi dan pelembut
pakaian merek lain?
Ya
Karena
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Tidak
Karena
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………