efektifitas perlindungan hukum terhadap...

89
EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi Kasus AJB Bumiputera 1912 Cabang Syariah) Skripsi Oleh Mohamad Ihsan NIM : 102046225379 KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT(EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M

Upload: truongdiep

Post on 10-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG POLIS

ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UU NO 8

TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

(Studi Kasus AJB Bumiputera 1912 Cabang Syariah)

Skripsi

Oleh

Mohamad Ihsan

NIM : 102046225379

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT(EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

Page 2: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG POLIS

ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UU NO 8

TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

(STUDI KASUS AJB BUMIPUTERA 1912 CABANG SYARIAH)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SE.I)

Oleh :

Mohamad Ihsan

NIM : 102046225379

Dibawah Bimbingan

Pembimbing 1 Pembimbing 2

H. Sugiyarno, SE, MM, AAAI-J Drs. H. Hamid Farihi, M.A

NIP : 150.228.413

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT(EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429/2008

Page 3: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

ABSTRAK

Mohamad Ihsan (102046225379), Efektivitas Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang

Polis Asuransi Syariah ditinjau dari Hukum Islam dan UndangUndang No. 8 tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen, 81 hal.

Asuransi adalah suatu bentuk usaha jasa dalam bidang perlindungan terhadap

kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan atau terjadi kerugian.

Mekanismenya adalah pihak yang ingin mendapatkan perlindungan membayar sejumlah

uang kepada pihak yang menyediakan perlindungan, perusahaan asuransi. Asuransi

bertujuan memperkecil resiko. Konsumen merasakan manfaat yaitu pihak keluarga

konsumen yang ditunjuk namanya dalam polis akan menerima pertanggungan, jika

tertanggung mengalami kerugian akibat kecelakaan sakit atau bahkan kematian, yang

bertujuan meringangankan beban. Keterkaitan hubungan konsumen (tetanggung/pemegang

polis) dengan pihak perusahaan muncul ketika sejak adanya kata sepakat dari konsumen

kepada pihak perusahaan asuransi. Pada dasarnya, perjanjian dibuat berdasarkan kesepakan

bebas antara dua pihak yang cakap untuk melakukan perbuatan hukum yang tidak

bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku, kepatutan, kesusilaan, ketertiban umum

serta kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat luas. Dalam praktek, pencatuman klausula

baku yang dilakukan asuransi menunjukan bahwa ada kedudukan yang tidak simbang. Hal

ini dapat dilihat dalam pembuatan perjanjian, utamanya dalam polis asuransi, yang

mengandung klausula baku dimana salah satu pihak lebih dominan dari pihak lainnya.

Seharusnya ketentuan dalam polis dibuat secara berimbang sehingga tidak merugikan

konsumen terutama dalam menyelesaikan klaim asuransi. Dalam tulisan ini, penulis

mencoba mengetahui hubungan antara asas kebebasan berkontrak, perjanjian baku dan

ketentuan Pasal 18 UUPK dengan Hukum Islam serta mengkaji dan menganalisa

bagaimana penerapannya ketentuan Pasal 18 UUPK dalam polis asuransi syariah. Dari

penelitian ini dapat ditarik kesimpulan, klausula baku yang bertentangan dengan dengan

UUPK, yang terdapat dalam polis asuransi syariah adalah yang esensinya secara mendasar

telah mengalihkan tanggung jawab pelaku usaha kepada tertanggung/pemengan polis

sebagai konsumen asuransi. Selanjutnya, klausula baku yang menyatakan tunduknya

konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau

pengubahan lanjuatan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dikemudian hari. Dengan

masih adanya klausula baku yang melanggar Pasal 18 UUPK dalam polis asuransi seperti

yang diuraikan diatas, maka konsumen berhak untuk menuntut agar klausula-klausula

tersebut dinyatakan batal demi hukum. Dengan demikian, menurut hemat penulis, pelaku

usaha perlu melakukan evaluasi terhadap polis asuransi yang beredar pada masyarakat dan

menyesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang Perlindungan Konsuemen.

��� ا ا���� ا�����

Page 4: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbi al-âlamîn, sujud syukur penulis haturkan ke Dzat yang Maha

Rahmân bagi semesta alam dan Rahîm bagi semua hamba yang selalu menjalankan

perintah-Nya, yang telah menciptakan rasa cinta dan kasih pada hati manusia.

Washalâtu wasalâm ‘alâ rasûlillah senantiasa tercurah kepada Rasulullah

Muhammad Saw (yang tak pernah lelah untuk selalu membimbing umatnya dengan penuh

kasih sayang), kepada keluarganya, sahabatnya serta ummatnya sepanjang zaman. Semoga

kita mendapat syafa’atnya di yaumu al-Ba’ats, amîn.

Penulis bersyukur, setelah proses yang cukup panjang yang syarat akan ganngguan dan

hambatan, akhirnya dengan limpahan kasih sayang-Nya, penulis mampu menyelesaikan

skripsi yang berjudul " EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

UNDANG-UNDANG NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

(Studi Kasus AJB Bumiputera 1912 Cabang Syariah)".

Penulis menyadari betapa sederhana karya tulis ini dan jauh dari sempurna. Namun

penulis juga tidak menutup mata akan peran berbagai pihak yang telah banyak membantu

dalam proses penyelesaian skripsi ini. Perkenankanlah penulis untuk mengucapkan kata

terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bpk. Prof. DR. H. M. Amin Suma SH., MA., MM., sebagai Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu. Euis Amalia M. Ag. dan Bpk. Ah. Azharudin Lathief, M.Ag., MH. sebagai

Ketua dan Sekretaris Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syahid Jakarta.

3. Bapak H. Sugiayarno, SE, MM, AAAIJ dan Drs. H. Hamid Farihi, M. Ag. selaku

dosen pembimbing yang senantiasa membimbing penulis dan senantiasa

meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 5: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

4. Bapak Dr. Dr. H. A. Juaini Syukri, M.Ag dan Drs. H. Burhanudin Yusuf, MM

selaku dewan penguji skripsi.

5. Seluruh staf dan karyawan AJB. Bumiputera 1912 Cabang Syariah, yang telah sudi

menerima penulis untuk melakukan riset dan mau membantu memberikan data yang

diperlukan guna penyelesaian skripsi ini.

6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syahid Jakarta, tempat penulis memperoleh berbagai informasi dan sumber-

sumber skripsi.

7. Para dosen yang telah mencurahkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti

perkuliahan di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sekaligus membantu penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

8. Yang tercinta Ayahanda (M. Sutikno) dan Ibunda (Siti Musriah), yang dengan

ikhlas selalu mengajarkan dan memberikan dorongan kepada penulis dalam

menjalankan kehidupan ini. Sebagai seorang anak, penulis belum bisa membalas

jasa keduanya kecuali berdo’a semoga Allah SWT memberikan hati yang sabar

serta balasan yang terbaik atas semua amal mereka dan selalu melimpahkan rahmat

dan Inayah-Nya.

9. Kakak tercinta, Siti Sholeha, Siti Salamah, M. Fauzi, M. Rifai, SE. M. Warham,

SH, M. Ainur R, M. Hari Fachreza, SH., Siti Komaerini, yang selalu memberikan

nasehat-nasehatnya agar penulis menjadi lebih baik. Kaulah kakak dan sahabat

terbaik penulis. Adiku Siti Nurul Mariana tersayang yang selalu menjadi motivasi

bagi penulis dalam menjalani hidup ini. Serta semua keponakanku, Semoga kalian

semua lebih baik dari penulis.

10. Mas Huda SH. MH, Mas Bahrul Muhtasib, SE.I, M.Si, Mbak Siti Kalimah S.Sos,

Matur suwun wejangane lan singgahane.

11. Sahabat-sahabat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat Fakultas

Syariah dan Hukum : Nur Sholah “Gus Beks” Ardiansyah “Buyung”, A. Hudori,

Imam Musthofa, Mustholeh, Hasby, Suhud, Reva Arbano, M. Budi Setiawan, Oenk,

Page 6: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Fais, Asep, Hamdi, Ozi, De2, Simon, (sahabat dan teman diskusi yang baik)

Semoga persahabatan kita tak akan lapuk oleh masa.

12. Buat teman-teman Asuransi Syariah angkatan 2002 : Dondi, Bidin, Hamdi, Ues,

Fuad, Edo, Mexi, Amsari, Muis, Harly, Rihlah, Ella, Iyom, Ainun, Yayah, Inay dan

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, semoga tali silaturahmi kita tetap

tejalin.

13. Kepada pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

semoga semua amalan yang telah anda lakukan dicatat sebagai amalan kebaikan

kelak di akhirat. Amin.

Akhir kata, penulis berharap kritik dan saran terhadap karya tulis ini yang jauh dari

sempurna. Dan semoga karya sederhana ini bermanfaat khususnya bagi pihak-pihak yang

peduli terhadap Asuransi Syariah dan umumnya untuk semua pihak pemerhati Ekonomi

Islam. Wassalam.

Depok, 22 September 2007

Ramadhan 1428 H

Penulis

Page 7: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 12

D. Metode Penelitian 13

E. Sistematika Penulisan. 15

BAB II TINJAUAN UMUM AKAD ASURANSI SYARIAH 16

A. Tinjauan Akad Asuransi Syariah 16

B. Pengertian Akad dalam Asuransi Syariah 17

C. Syarat Sahnya Akad Asuransi Syariah 19

D. Jenis-jenis Akad Asuransi Syariah 24

E. Polis Asuransi Syariah 28

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG AJB BUMI PUTERA 1912 35

A. Sejarah Berdirinya AJB Bumiputera 35

B. Latar Belakang Berdirinya Divisi Syariah 36

C. Falsafah Visi dan Misi 37

D. Landasan Operasional 39

E. Produk-produk dan Manfaatnya 42

F. Stuktur dan Keanggotaan AJB Bumiputera 1912 Cabang Syariah 49

Page 8: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG POLIS DALAM

AKAD ASURANSI SYARIAH PADA AJB BUMIPUTERA 1912 CABANG

SYARIAH 52

A. Hubungan Akad Asuransi Syariah dengan Hukum Islam 52

B. Hubungan Antara Penerapan Akad Asuransi Syariah dengan

UUPK No 8 1999 55

C. Penerapan UUPK No 8 Tahun 1999 pada Akad Asuransi Syariah

62

D. Dampak Penerapan UUPK No 8 Tahun 1999 pada Akad Asuransi Syariah 68

BAB V PENUTUP 70

A. Kesimpulan 71

B. Saran 72

Page 9: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya hampir semua kegiatan dalam kehidupan manusia tidak

dapat dihindarkan dari suatu risiko, dimana risiko yang terjadi salalu membawa

dampak yang kurang menguntungkan. Risiko tersebut dapat berupa sakit,

kecelakaan, kematian dalam usia muda, hilangnya harta benda proses ketuaan lebih

awal mengakibatkan kelemahan fisik, hilangnya pekerjaan sehingga pendapatan

keluarga terhenti, dan sebagainya. Oleh karenanya, manusia selalu berusaha keras

untuk mendapatkan pengamanan sejak mereka ada. Pada mulanya, rasa aman itu

ada apabila ada jaminan atas tersedianya makanan dan tempat tinggal.

Apabila kita membaca sejarah kerajaan Mesir kuno, kita dapat mengetahui

bagaimana rakyat Mesir meyisihkan sebagaian dari hasil panennya sewaktu

memperoleh hasil panen yang baik, guna mengamankan persediaan makanan

sewaktu mereka berada pada musim kering.1

Dalam menghadapi risiko kemungkinan kehilangan atau kerugian manusia

mengambil sikap:

1. Melakukan Antisipasi.

1 Agus Prawoto, Hukum Asuransi dan Kesehatan Asuransi ( Yogyakarta : BPFE,1995),

hal. 1

Page 10: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Cara yang paling jelas dan mudah adalah menghindari risiko. Kita dapat

menghindari kemungkinan risiko luka atau kematian akibat kecelakaan pesawat

terbang atau kita dapat menghindari risiko rugi pada bursa saham dengan tidak

membeli saham.

2. Menghindari risiko.

Kita dapat mengontrol risiko dengan cara pencegahan. Untuk mencegah

kemungkinan kehilangan mobil kita dapat menerapkan langkah-langkah

pencegahan seperti pemasangan kunci ekstra, alarm mobil.

3. Menerima kemungkinan terjadinya risiko.

Menerima risiko berarti menerima semua tanggung jawab finansial pada risiko

tersebut.

4. Mengalihkan kemungkinan kerugian atau kehilangan tersebut supaya tidak

terjadi.

Ketika seseorang mentransfer atau mengalihkan risiko ke pihak lain, orang itu

mengalihkan tanggung jawab finansialnya untuk suatu risiko kepada pihak lain

yang membayar jasa tersebut. Cara paling umum untuk individual, keluarga, dan

bisnis untuk metode ini biasanya melalui asuransi.

Sikap-sikap diatas dapat mengatasi risiko yang dihadapi, sehingga sejak

lama orang mencari cara lain untuk mengatasi risiko tersebut yang sekarang dikenal

sebagai lembaga asuransi.2

2 Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta: Sinar

Grafika,1992). hal 15

Page 11: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Dalam pandangan ekonomi, asuransi merupakan metode untuk mengurangi

risiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan

adanya kerugian keuangan (financial).3 Dari sudut pandang hukum, asuransi

merupakan suatu kontrak (parjanjian) pertanggungan risiko antara tertanggung sama

penanggung. Penanggung berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan

terjadinya risiko yang dipertanggungkan. Sedangkan tertanggung membayar premi

secara periodik kepada penanggung. Di dalam industri asuransi, secara operasional,

risiko itu diartikan sebagai kerugian yang tidak pasti. Artinya, risiko mempunyai

dua unsur, yaitu mungkin terjadi mungkin tidak.4

Ada beberapa macam resiko yang perlu di pertimbangkan:

1. Risiko Murni (pure risk)

Yaitu suatu risiko yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga sebelumnya.

Kalau ketidakpastian itu terjadi, maka yang ada hanya kerugian.

2. Risiko spekulasi (spekulatif risk)

Pada risiko ini, terdapat dua kemungkinan, yaitu kemungkinan untuk

memperoleh keuntungan atau kerugian. Contohnya seorang menderita kerugian

bila harga saham itu turun atau akan mendapatkan keuntungan bila harga saham

itu naik.

3 AM. Hasan Ali, AsuransDalam Pespektif Hukum Islam Suatu Tinjauan analisis Historis

Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Kencana, 2004) hal. 60 4 Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-PrinsipManajemen Risiko dan Asuransi (Jakarta. Salemba

Empat) hal. 3

Page 12: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Tidak semua risiko dapat diasuransikan atau dipertanggungkan. Risiko yang

dapat diasuransikan sebenarnya risiko jenis murni yang tidak dapat dihindarkan.

Risiko jenis ini, seperti kebakaran, kematian, jatuh sakit, kecelakaan dan sebagainya

tidak dapat sepenuhnya dihindarkan kerena memang merupakan bagian dari

kehidupan manusia.

Dengan asuransi, risiko beralih dari pihak tertanggung kepada pihak

penanggung (perusahaan asuransi) sehingga bila risiko tersebut terjadi dapat

mengurangi beban kerugian yang harus ditanggungnya.

Pasal 1336 ayat 1 KUHP mengatakan bahwa perjanjian yang dibuat secara

sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dengan adanya

perkataan “semua” dalam pasal tersebut berarti juga berlaku bagi perjanjian

asuransi.5

Melalui perjanjian asuransi, orang dapat mengalihkan berbagai risiko yang

dihadapi. Dengan demikian, manfaat asuransi adalah mengurangi ketidakpastian

karena risiko yang dapat menimbulkan kerugian. Seseorang membayar premi untuk

mengganti ketidakpastian disebabkan oleh kemungkinan kerugian. Artinya, risiko

itu dapat dikelola ataupun dialihkan pada pihak lain (perusahaan asuransi) yang satu

dengan yang lainnya dapat memiliki keterikatan yang saling menguntungkan.

Di dalam dunia bisnis tertentu, misalnya perdagangan, perbankan dan

perasuransian, terdapat kecenderungan untuk menggunakan apa yang dinamakan

5 Man Suparman Sastrawidjaja, Hukum Asuransi, Perlindungan Tertanggung. Asuransi

Deposito, Usaha Persauransian (Bandung PT Alumni 2004) Cet. 3 Hal 12

Page 13: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

kontrak atau akad yang sebelumnya oleh pihak perusahaan telah menetapkan secara

sepihak yang isinya dapat digunakan secara berulang-ulang dengan berbagai

pihak/konsumen perusahaan tersebut. Dalam Akad tersebut sebagian besar isinya

sudah ditetapkan oleh pihak perusahaan yang tidak membuka kemungkinan untuk

dinegoisasikan lagi. Dapat difahami bagi pelaku usaha, pemberlakuan dokumen ini

adalah supaya pelaku usaha tidak berulang-ulang membuat perjanjian dengan

konsumen yang berbeda-beda, karena pelaku usaha mempunyai puluhan, ratusan

bahkan ribuan konsumen. Jika setiap konsumen diadakan pejanjian yang berbeda-

beda, tentunya ini akan membuang waktu tenaga dan bahkan biaya. Artinya bagi

pelaku usaha asuransi, pertimbangan utama digunakannya perjanjian baku adalah

pertimbangan efisiensi.

Perumusan kontrak baku atau perjanjian tertulis membutuhkan keterampilan

redaksional hukum yang hanya dimiliki oleh ahli hukum atau pengacara yang

tentunya membutuhkan biaya yang mahal. Atas dasar itu banyak orang

menggunakan perjanjian sejenis dibuat dan digunakan secara massal. 6

Perjanjian dibuat karena tidak memperlukan waktu yang lama untuk

melakukan negoisasi. Jadi Akad muncul dengan latar belakang sosial, ekonomi dan

praktis. Adanya Akad karena dunia bisnis memang membutuhkannya. Oleh karena

itu Akad diterima oleh masyarakat.

6 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia.

(Jakarta, Kencana, 2004) hal. 186

Page 14: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Setiap orang mempunyai kebebasan untuk melakukan akad/perjanjian

dengan siapapun. Perjajian diantara satu pihak dengan pihak lain tersebut bersifat

privat, artinya hanya mengikat kedua belah pihak. Karena itu pihak lain tidak

mempunyai hak untuk ikut campur dalam perjanjian tersebut, tidak juga negara

(dalam bentuk undang-undang).7 Negara hanya bisa melakukan intervensi dalam

hubungan privat/ perdata apabila salah satu pihak yang melakukan perdata berada

dalam posisi yang lemah. Negara mempunyai tugas untuk melindungi pihak yang

lemah tersebut agar mempnyai posisi yang kuat. Misalnya pihak perjanjian itu harus

memenuhi syarat-syarat sah perjanjian, bahwa materi perjanjian tidak boleh

bertentangan dengan poeraturan perundang-undangan, keterlibatan dan kesusilaan

bahwa perjanjian tidak boleh timbul akibat dari adanya paksaan, kekhilafan ataupun

penipuan.8

Sedangkan apabila seseorang membuat perjanjian sewa-beli ataupun

macam-macam bentuk perjanjian lain, asalkan tidak bertentangan dengan hal-hal

tersebut diatas maka perjanjian tersebut tetap sah dan tidak ada otoritas manapun

yang berhak membatalkannya kecuali atas kesepakatan kedua belah pihak. Hal yang

mengikat perilaku atau keadaan demikian adalah apa yang disebut “Asas Kebebasan

Bersepakat”

7 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia,

h 188 8 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia,

hal 189

Page 15: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Pada dasarnya, hukum perikatan Islam juga menganut asas kebebasan

berkontrak yaitu suatu perikatan atau perjanjian akan sah dan mengikat kedua belah

pihak apabila ada kesepakatan suka sama suka (antaradhin) yang terwujud dalam

dua pilar yaitu ijab (penawaran) dan qabul (penerimaan). Namun demikian

tentunya sangat berbeda dalam hal prinsip-prinsip dalam rangka pembatasan asas

kebebasan berkontrak tersebut. Karena pembatasan yang diberikan dalam asas

kebebasan berkontrak dalam KUHP adalah buatan manusia berupa undang-undang

kesusilaan dan ketertiban umum, sementara pembatasan dalam konsep syariah

adalah dari firman Allah dalam Al-Quran dan pernyataan Nabi Muhammad dalam

Hadist (as-sunnah).9

Dengan demikian tentu saja perbedaan sangat esensial dalam pembatasan-

pembatasan yang diberikan kedua konsep tersebut. Misalnya dalam konsep syariah

sebuah perjanjian atau akad tidak boleh memuat lima hal berikut;

a. Membuat dan menjual barang najis.

b. Mengandung barang-barang yang tidak bermanfaat dalam Islam.

c. Mengandung gharar (tidak jelas).

d. Mengandung riba.

e. Perjudian.

9 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia.

hal 190

Page 16: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Suatu akad dalam hukum Islam harus dilandasi adanya kebebasan kehendak

dan kesukarelaan dari masing-masing pihak yang mengadakan transaksi. Allah

berfirman dalam surat an-Nisa’ ayat 29 :

��������� �� ������ ��������� �� ������� !�"# $�%"&'��(��)

*�+,�./ 01�2+(&��3/ 4�35 6�) �7��%"# 8,9:��� ;� <=�9"#

>$�%?�@� A ���� ������C(5"# >$�%DE�FG�) A H635 ���� 6�⌧J

>$�%3/ �K☺M�N�O . )��٤/٢٩ :ء ا��(

Artinya: “Hai orang-orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan cara bathil, kecuali dengan jalan perniagaan

yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah

kamu membunuh drimu sesungguhnya Allah maha penyayang

kepadamu”. (an-Nisa’- 29)

Hukum Islam memberikan kebebasan bersepakat pada setiap orang untuk

melakukan akad sesuai yang diinginkan, sebaliknya apabila ada unsur pemaksaaan

atau pemasungan kebebasan akan menyebabkan legalitas Akad yang dihasilkan

batal dan tidak sah. Firman Allah dalam Al-Qur'an surat al-Maidah ayat 1 :

��������� �� ������ ���������� ����!��)

�M��5��(&��3/ A P*���NQ) $�%"& �:�☺MS�T UV��GCW�� X�35 ��

AOY�C�� >$�%(ZY�[ �\>9⌧] ^_`#��a �b(Mcd&�� >$CG�)�� ]e�9�N % H635

���� �$�%("f �� b�_9�� . )�٥/١:��ة ا�(

Artinya :

Hai orang-orangorang yang beriman penuhilah aqad-aqad itu. Di halalkan

bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang

demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika sedang

Page 17: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

mengerjkan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut

yang dikehendaki_Nya. (al-Maidah-1)

Asas ini menggambarkan adanya prinsip dasar muamalah yaitu kebolehan

(mubah) yang mengandung arti bahwa hukum Islam memberi kesempatan luas

perkembangan bentuk dan macam muamalah baru sesuai perkembangan kebutuhan

hidup manusia.10

Namun kebebasan berakad tersebut memiliki batasan terhadap hal-hal yang

sudah dilarang dalam syariat, Tujuan dari pembatasan tersebut adalah untuk

menjaga agar tidak terjadi penganiayaan terhadap sesama manusia.

Dalam industri asuransi khususnya asuransi jiwa (life insurance), hubungan

antara penanggung (perusahaan asuransi ) dengan tertanggung (konsumen yang

membeli asuransi) diikat oleh perjanjian baku yang dikenal dengan istilah polis.

Polis menurut pasal 255 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

merupakan bukti utama adanya perjanjian antara tertanggung/pemengang polis

dengan perusahaan asuransi sebagai penanggung, yang oleh Undang-Undang No. 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen disebut Pelaku Usaha.

Dalam praktek sehari-hari, seringkali calon tertangung/pemegang polis

sebagai calon konsumen jarang bahkan ada yang sama sekali tidak membaca dan

atau mempelajari polis yang dibelinya. Hal itu biasanya terjadi karena perusahaan

asuransi menerbitkan polis dengan huruf yang berukuran kecil, sehingga sulit untuk

10 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia,

hal. 192

Page 18: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

memahami isi polis. Dengan tidak membaca apalagi memahami isi standar polis,

pada akhirnya menyebabkan tertanggung/pemengang polis tidak memahami hak

dan kewajibannya selaku konsumen asuransi, yang pada akhirnya seringkali

menimbulkan perselisihan di kemudian hari.

Hak-hak konsumen dalam praktek kehidupan sehari-sehari sering juga tidak

diterapkan. Hal ini karena ketidaktahuan atau keengganan dalam menerapkannya.

Di pihak lain masih banyak produsen yang sering bertindak semena-mena karena

ketidak tahuan dan ketidak berdayaan konsumen. Tentu saja itu sangat merugikan

masyarakat, karena setiap hari masyarakat selalu berperan sebagai konsumen barang

maupun jasa, dimana masyarkat pasti pernah merasakan adanya kecurangan yang

dilakukan oleh produsen yang akhirnya membuat konsumen kecewa, tidak puas dan

bahkan merasa tertipu.

Pasal 18 Undang – Undang No. 8 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

mengatur tentang beberapa klausul/ketentuan yang dilarang untuk

dimuat/dicantumkan dalam perjanjian berkontrak. Dengan demikian, ada kewajiban

bagi pelaku usaha untuk menyesuaikan perjanjian yang diterbitkannya dengan

ketentuan tersebut. Pasal 18 UUPK memberikan ancaman batalnya klausula dalam

perjanjian yang melanggar ketentuan tersebut. Permasalah tersebut akan penulis

tuangkan dalam skripsi yang berjudul : “Efektifitas Perlindungan Terhadap

Pemegang Polis Ditinjau dari Hukum Islam dan UU No 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen” (Studi Kasus AJB Bumiputera 1912 Cabang Syariah)

Page 19: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Pembangunan dan perkembangan di bidang perindustrian dan

perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/ atau jasa

yang dapat dikonsumsi. Ditambah dengan globalisasi dan perdagangan bebas

yang didukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi kiranya memperluas

ruang gerak arus transaksi barang dan/ atau jasa. Akibat barang dan/ atau jasa

yang ditawarkan bervareasi baik produk luar negeri maupun produk dalam

negeri.

Kondisi diatas disatu pihak mempunyai manfaat bagi konsumen karena

segala kebutuhan barang dan/atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi serta

semakin terbuka lebar, karena adanya kebebasan untuk memilih aneka jenis dan

kualitas barang dan/ atau jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan

konsumen. Tetapi disisi lain dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha

tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah yang menjadi

obyek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh

pelaku usaha melalui berbagai promosi, cara penjualan, serta penerapan

perjanjian baku yang merugikan konsumen.

Mengingat masalah yang akan penulis bahas ini permasalahnya cukup

luas maka pembahasan dalam skripsi ini penulis batasi pada masalah klausula

Page 20: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

baku yang dikeluarkan oleh perusahan asuransi syariah serta akibat hukumnya

di tinjau dari Undang-Undang No 8 Tahun 1999. tentang Perlindungan

Konsumen.

2. Perumusan Masalah.

Agar pembatasan dalam penelitian skripsi ini lebih terarah, maka penulis

akan merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah hubungan antara akad asuransi syariah dan ketentuan pasal

18 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen

dalam perjanjian asuransi syariah?

b. Apakah pembuatan polis asuransi syariah telah sesuai dengan ketentuan

mengenai klausula baku dalam pasal 18 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen dan Hukum Islam?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.

Tujuan penulisan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan

informasi yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap pemegang polis

asuransi syariah selaku konsumen dalam perusahaan asuransi syariah.

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah:

Page 21: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

1. Mengetahui apakah para pemegang polis asuransi syariah selaku konsumen

sudah dilindungi hak-haknya dalam ketentuan polis asuransi syariah maupun

dalam praktek pelaksanaan perjanjian asuransi syariah.

2. Mengetahui usaha-usaha apa saja yang harus dilakukan pemerintah Indonesia

dan Dewan Syariah Nasional pada usaha perasuransian di Indonesia agar

konsumen tidak dirugikan.

Sedangkan kegunaan penelitiaan ini adalah secara teoritis, diharapkan dapat

menjadi sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan secara umum

dan perjanjian asuransi syariah secara khusus. Selain itu, hasil penelitian ini juga

diharapakan dapat menjadi masukan bagi perusahaan asuransi syariah dalam

membuat polis asuransi syariah.

D. Kerangka Teori dan Konsepsi

Dengan lahirnya Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen, masyarakat sudah semakin memahami akan hak-hak dan kewajibannya

sebab tujuannya jelas yaitu untuk dapat mengangkat harkat dan martabat konsumen

melalui berbagai upaya dengan berusaha meningkatkan pengetahuan, kepedulian

dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri sendiri, keluarga, orang lain,

maupun, mahluk hidup lainnya.

Konsumen menurut Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen adalah : “Setiap pemakai barang dan/ jasa yang tersedia

Page 22: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

dalam masyarakat baik bagi keputusan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun

makhluq hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”

Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli dan persaingan Usaha Tidak Sehat, Konsumen adalah : “Setiap pemakai

dan atau pengguna barang dan tau jasa, baik untuk kepentingan sendiri maupun

untuk kepentingan orang lain”.

Secara umum, hak-hak yang menjadi tujuan dibuatnya Undang-Undang

Perlindungan Konsumen dapat disimpulkan sebagi berikut:

1. Hak atas keselamatan.

2. Hak atas kejujuran.

3. Hak atas perjanjian yang adil.

4. Hak untuk mengetahui.

5. Hak untuk memilih.

6. Hak atas privasi.

7. Hak untuk membenarkan kesalahan.

8. Hak untuk bekerja secara aman.

9. Hak untuk didengan pendapatnya.

10. Hak untuk dapat berfikir untuk menentukan sesuatu.

Menurut ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen

memiliki hak sebagia berikut :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa.

2. Hak untuk memilih barang dan/jasa serta mendapatkan baran dan/atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

Page 23: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi jaminan

barang dan/atau jasa.

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan.

5. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/ atau jasa yang

digunakan.

6. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketapelindungan konsumen secara patut.

7. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen

8. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif.

9. Hak untuk mendapatkan dispensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian, jika

barang dan/atau jasa jika barang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau

tidak sebagaimana mestinya.

10. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang lain.

Islam sangat menuntut kepada setiap umatnya agar diantara mereka selalu

saling menghormati/menghargai satu sama lain karena manusia derajatnya sama

dimata Allah SWT. Begitu juga dalam bisnis dimana para pengusaha harus

mengimplementasikan rasa hormat kepada partnernya agar timbul rasa saling

percaya diantara mereka terjadi suatu kontrak kerjasama.

Berdasarkan hal-hal diatas perlu adanya perlindungan terhadap konsumen

jasa asuransi khususnya terhadap pemegang polis asuransi syariah.

Page 24: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif yang

berarti bahwa penelitian ini mengacu pada peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan masalah yang dibahas dengan pendekatan yang bersifat

komparatif dan kualiatatif

Penggunaan metode penelitian yuridis normatif bertujuan untuk menganalisa

norma-norma yang terdapat pada peraturan perundang-undangan di bidang asuransi,

khususnya norma-norma hukum di bidang pelindungan konsumen.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengunakan metode deskriptis

kualitatif yaitu pemecahan masalah dengan cara mengumpulkan informasi dan data

sebanyak-banyaknya dengan jalan mengklasifikasikannya serta menganalisisnya.

Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kepustakaan

(library research) penelitian lapangan ( fieal research)

Penelitian kepustakaan yaitu mencari data-data yang diperoleh dari literatur-

literatur dan referensi yang berhubungan dengan judul skripsi di atas. Referensi

diambil dari al-Quran, kitab-kitab fiqh klasik dan kontemporer, Undang-Undang

dan peraturan pemerintah yang berlaku serta berhubungan dengan skripsi ini.

Kemudian Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

serta bahan-bahan lainya yang dapat mendukung judul skripsi diatas. Dalam

mengelola dan menganalisa data, kemudian menggunakan metode kualitatif, penulis

Page 25: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

mendeskripsikan permasalahan yang akan dibahas dengan mengambil materi-matri

yang cukup relevan dengan permasalahan lalu dikomparasikan.

Penelitian lapangan yaitu melakukan pencarian data-data dan informasi

mengenai permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Melalui;

1. Interview atau wawancara kepada para pihak yang berkepentingan, sesuai

dengan obyek penelitian yang telah diambil.

2. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data lapangan di lokasi penelitian.

3. Analisa, yaitu melakukan analisa terhadap hasil-hasil yang telah diperoleh baik

dengan jalan wawancara ataupun dari sumber data yang telah di temukan.

Dalam jenis penelitian ini penulis mencoba langsung terjun kelapangan yaitu

penelitian langsung keperusahaan yang dijadikan objek penelitian di AJB

Bumiputera 1912 Cab. Syari’ah.

Adapun pedoman penulisan dalam skripsi ini, penulis menggunakan

pedoman penulisan skripsi, yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Jakarta Tahun 2007. dan untuk penulisan Ayat Al-Qur’an penulis merujuk pada al-

Qur’an terbitan Departemen Agama RI.

F. Sistematika Penulisan.

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis membuat skripsi

ini menjadi beberapa bab dan setiap babnya terdiri atas sub bab dengan sistematika

penulisan sebagai berikut :

Page 26: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

BAB I : Pendahuluan meliputi : Latar belakang masalah, Pembatasan dan

perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metode

penelitian, Sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Umum Akad Asuransi Syariah Bab ini terdiri dari :

Tinjauan akad asuransi syariah, Pengertian akad dalam asuransi

syariah, Syarat sahnya akad asuransi syariah, Jenis-jenis akad

asuransi syariah, Polis asuransi syariah

BAB III : Gambaran Umum Tentang AJB Bumiputera 1912 Bab ini terdiri

dari : Sejarah berdirinya AJB Bumiputera, latar belakang berdirinya

divisi syariah, Falsafah visi dan misi, Landasan operasional, Produk-

produk asuransi syariah dan manfaatnya, Stuktur dan keanggotaan

AJB Bumiputera 1912 Cabang Syariah, Jobdiskripsi.

BAB IV : Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Dalam Akad

Asuransi Syariah Pada Ajb Bumiputera 1912 Cabang Syariah.

Bab ini terdiri dari : Hubungan akad asuransi syariah dengan hukum

Islam, Hubungan antara penerapan akad asuransi syariah dengan

UUPK No 8 1999, Penerapan UUPK No 8 Tahun 1999 pada akad

asuransi syariah, Dampak penerapan UUPK No 8 Tahun 1999 pada

akad Asuransi Syariah

BAB V : Penutup. Bab ini terdiri dari Kesimpulan dan saran.

Page 27: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

BAB II

TINJAUAN UMUM AKAD ASURANSI SYARIAH

A. Tinjauan Akad Asuransi Syariah

Akad dalam transaksi merupakan sesuatu yang sangat esensial. Sah atau

tidaknya suatu transaksi tergantung bagaimana bentuk akad yang telah disepaki

kedua belah pihak. Apakah telah memenuhi syarat dan rukunnya atau belum. Dalam

pembuatan klausul akad harus dibuat secara jelas agar tidak ada yang dirugikan

diantara kedua belah pihak. Asuransi adalah bentuk akad modern yang tidak dapat

terhindar dari akad yang membentukya. Hal ini disebabkan karena dalam

prakteknya, asuransi melibatkan dua orang yang terikat dalam perjanjian untuk

saling melaksanakan hak dan kewajiban, yaitu antara peserta asuransi dengan

perusahaan.11

Pada umumnya, sebuah akad merupakan cara yang paling efektif untuk

melakukan transaksi kepemilikan dan pemindahan harta. Akad merupakan

perpaduan dari penawaran dan penerimaan dan dinyatakan sebagai sumber

kewajiban perjanjian dari dua belah pihak yang mengadakan akad atas suatu hal

tertentu.12

11 AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, Suatu Tinjauan Analisis,

Teoritis, dan Praktis (Jakarta, Prenada Kencana, 2004) hal. 136 12 Mohammad Muslihuddin, Menggugat Asuransi Moderen Jakarta,: PT. Lentera Baristama

1995. cet.2. hal. 110

Page 28: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Akad dalam asuransi syariah disebut polis. Salah satu dari kata polis

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “surat perjanjian antara orang yang

masuk asuransi dan perseroan asuransi”.13

Disamping pengertian tersebut ada pula

pengertian polis lainnya, yaitu perjanjian atau persetujuan tertulis antara perusahaan

asuransi dan pemilik polis. Polis termasuk semua kertas endorsement dan pengikat,

mengangkat perjanjian asuransi keseluruhan.14

Polis asuransi merupakan perjanjian yang sah, oleh karena itu polis asuransi

tunduk pada prinsip-prinsip hukum perjanjian, walaupun dalam hal perjanjiannya

telah disesuaikan dengan perjanjian asuransi.

B. Pengertian Akad dalam Asuransi Syariah

Pengertian akad dalam asuransi syariah jauh berbeda dengan praktek

asuransi konvensional. Dalam Undang-Undang Hukum Perdata Mesir pasal 747

mendefinisikan kontrak asuransi sebagai berikut:

Akad yang ketentuannya penanggung (pihak pertama) wajib memberikan

uang, atau imbalan lain yang bernilai uang kepada tertanggung (pihak kedua) atau

pihak ketiga yang mendapat kuasa untuk kebaikannya (mustafid), adanya kejadian

peristiwa yang dijelaskan dalam polis. Apa yang diberikan penanggung tersebut

sebagai pengganti dari premi atau pembayaran uang lainnya yang diberikan

tertanggung kepadanya.15

13Tim Penyususn Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa “Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka 1989 , cet ke.2 hal. 693 14 A. Hasymi Ali dkk, Kamus Asuransi (Jakarta, Bumi Aksara) 2002 cet.2 . hal. 69 15 Aisyul Muzakki, Asuransi Dalam Hukum Islam (Tinjauan Atas Riba, Maisyir dan

Gharar) Jakarta, CV. Firdaus, 1999, cet. 2 hal. 7

Page 29: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Dari pengertian tersebut, nampak bahwa yang membedakan pengertian

Akad asuransi syariah dengan konrak konvesional adalah tujuan dari dibuatnya akad

tersebut. Dalam akad asuransi syariah, tujuan utama dalam pembuatan akad adalah

“ta’awun” dan “tadhamun” saling bertanggung jawab, saling berkerja sama atau

bantu membantu dan saling melindungi penderitaan satu sama yang lain. Oleh

karena itu berasuransi diperbolehkan dalam syariat, karena prinsip-prinsip dasar

syariat mengajak kepada setiap orang dalam keeratan jalinan sesama manusia dan

sesuatu yang dapat meringankan bencana mereka.

Firman Allah SWT. Dalam Al-Quran surah Maidah ayat 2 :

...�G�����3 �#Y^ْا��#"h\U&(&�� %i��(5jk&���� � ���� ���G�����"#

^Y#� UV(V*l�� 06'��Pb��(&���� A ����5H#���� ���� � H635 ����

b��b⌧� Um�"5�� ) ٢/ ٥ :ة �� ا��( ��&)

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggran.

Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat

siksa-Nya”. (Maidah : 2)

Firman Allah dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 71 :

6��?��"☺(&���� �*,���"☺(&���� >$��n�/

o����M�&��) <p�/ A �7�oqr!�� s���9��☺(&��3/ 6>���?���

t;� _9"%?☺(&�� �7�☺MU5���� Y,A�Y�cd&�� �7��#"����

Y,A�⌧JHi&�� �7���M�2���� ���� Fu�)"��v�O�� A �wx�"&��Q) �$�4⌧�\y9�v z��� % H635 ����

]i��� nVMs%�N )� ) ١١/٧١ :� ا��

Page 30: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan. Sebagian mereka

(adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh

mengerjakan yang ma’ruf, mencegah yang mungkar, mendirikan

sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-

Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah

Maha perkasa lagi maha bijaksana. (At-Taubah : 71)

Asuransi syariah juga mengarah kepada sebuah masyarakat yang tegak di

atas saling membantu dan saling menopang, karena setiap umat Islam terhadap umat

Islam lainya merupakan sebuah bangunan yang saling menguatkan sebagian kepada

sebagian lainnya. Dalam model asuransi syariah tidak ada perbuatan memakan

harta manusia dengan batil, karena apa yang telah diberikan adalah semata-semata

sedekah dari hasil harta yang dikumpulkan. Selain itu keberadaan asuransi syariah

akan membawa kemajuan dan kesejahteraan perekonomian umat.

Dengan demikian, keberadaan asuransi syariah, akan memberikan kententraman pada setiap peserta karena sedikit

meringankan beban yang dipikulnya di kemudian hari. Dan Allah SWT pun akan memberikan imbalan kepada setiap

hambaNya yang membantu meringankan beban saudaranya di hari kiamat nanti.

C. Syarat Sahnya Akad Asuransi Syariah

Terdapat beberapa solusi untuk menyiasati agar dalam melakukan akad

asuransi syariah terhindar dari unsur-unsur yang dilarang oleh agama dalam setiap

transaksinya. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

1. Gharar (uncertainty) Ketidakpastian.16

16 Muhamad Syafi’i Antonio, Prinsip dasar Operasionl Asuransi Takaful’ (Jakarta, Badan

Arbitrasi Muamalat Indonesia, 1994) hal. 148

Page 31: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Gharar dalam pengertian bahasa adalah al-akhida’ (penipuan, yaitu

tindakan yang di dalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan.17

Para ulama

fiqih mememliki pendapat yang berbeda dalam memberikan pengertian gharar.

Namun pada dasarnya adalah satu pengertian, yaitu sesuatu yang belum dapat

dipastikan.

Rasullulah SAW. Bersabda tentang gharar dalam hadist yang

diriwayatkan oleh bukhori sebagai berikut:

ا��5ر ��2 "� وا��34ة ��2 "� وس.� ".�0 ا /.) ا رس+ل ن() '�ل ه�ی�ة ا�# "�

18)م�.� روا6(

Artinya: “Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah SAW. Melarang jual

beli hashab dan jual beli gharar”. (HR. Muslim)

?@ن0 ا��ء ?# ا��< ت>�� ; : وس.� ".�0 ا /.) '�ل "�0 ا ر:# م�9+د ا�� "�

)أ�� روا�A )6ر19

Artinya: ”Dari ibnu Mas’ud Ra Rasulullah Saw bersabda: Jangan membeli

ikan yang masih di dalam air karena gharar (tidak jelas). (HR.

Ahmad)

Jual beli gharar yang dimaksud adalah sebuah bentuk transaksi yang

menyadarkan pada suatu yang tidak pasti. Transaksi yang demikian itu diibaratkan

17 Hasan Ali. Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, Suatu Tinjauan Analisis, Teoritis,

dan Praktis. hal. 134 18

Muslim ibn al-Hajaj abu al-Husain al-Qusyairi al-Naisyaburi, Shahih Muslim, tahqiq:

Muhammad Fuad Abdul Baqi, (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-'Arabi, tt,) juz 3, hal. 1153. 19 Ahmad ibn Hanbal Abu Abdullah al-Sijistani, Musnad al-Imam Ahmad ibn Hanbal,

Kairo: Muasasah Qurthubah, 1987, jilid 1, hal. 388, no hadis 3676.

Page 32: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

seperti seseorang yang menjual kucing di dalam karung. Sehingga tidak diketahui

bagaiman bentuk kucing tersebut. Jual beli seperti di atas tidak saja mengandung

unsur gharar tetapi juga telah menipu pembeli. Allah SWT telah melarang jual beli

yang sedemikian itu dalam Al Quran surat al-Muthafifin ayat 1-3 :

1��� |}�F�~F"2☺!��`& . | ������ �"�35 ����&�k(J��

^Y#� H�H?&�� 6��!>�kE,� . �"�35�� >$����&�⌧J ��)

>$���G��H� 6�\s�(��f )ا��CDDE : ٣-٨٣/١( Artinya : “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang

yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka meminta

dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain,

mereka mengurangi. ( al-Muthafifin : 1-3)

Ayat tersebut diatas menggambarkan bagaimana seorang penjual yang telah

mengurangi takaran kepada pembeli sehingga jelas penjual tersebut telah

melakukan tindakan penipuan terhadap pembeli. Dan ini merupakan salah satu

bentuk penipuan yang sering terjadi dalam masyarakat.

Syafii Antonio menyatakan bahwa kontrak/perjanjian dalam asuransi

konvensional dapat dikatagorikan sebagai akad tabaduli atau akad pertukaran, yaitu

pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Secara syariah dalam

akad pertukaran harus jelas berapa yang harus dibayarkan dan berapa yang harus

diterima.20

Keadaan ini akan rmenjadi rancu karena kita tahu berapa yang akan

diterima (uang pembayaran klaim) tetapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan

jumlah premi karena kita tidak tahu berapa yang akan dibayarkan karena hanya

20 Muhammad Syafii Antonio, Asuransi Dalan Prespektif Hukum Islam, (Jakarta : STI, 1994), hal. 1

Page 33: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Allah yang tahu kapan seseorang akan meninggal. Disinilah praktek gharar terjadi

pada asuransi konvensional.

Untuk menghindari praktek asuransi syariah dari unsur gharar, maka Akad

tersebut harus diubah menjadi akad tabarru’at (sukarela), karena menurut ulama

fiqh bahwa gharar hanya berpengaruh terhadap mu’awadah (tukar menukar) saja,

tidak terhadap tabarru’at , dan tabarru’-at ini tidak mencari keuntungan”.

2. Maisir (gambling, untung-untungan)

Allah SWT. Telah memberi penegasan terhadapkeharaman melakukan

aktivitas ekonomi yangmempunyai unsur judi (maisir).21

Firman Allah dalam al-Quran surat al-Maidah 90 :

�:S�b���� | ������ ���������� ��☺�G35 �9P☺"�(���

\s�(M�☺(&���� 2m�DdGCW���� �$"&(�CW���� ��P�O P;�@� 01�☺� t;"2(Z��&�� Y�w��kP���"!

>$�%z���"& 6�"3�(F� ) ٥/٩٥ :ة �� ا��( . .#

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamer, berjudi

(berkorban untuk) berhala, mengudi nasib dengan panah adalah perbuatan

keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu

agar kamu mendapat keuntungan”. (al-Maidah : 90)

Ayat diatas mejelaskan bahwa Allah SWT memperintahkan kepada umat

manusia untuk tidak melakukan praktek judi dalam bentuk apapun. Larangan

21 AM. Hasan Ali Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, Suatu Tinjauan Analisis, Teoritis, dan

Praktis. hal. 133

Page 34: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

tersebut terdapat sifat ketergantungan yang menyebabkan malas untuk melakukan

usaha guna mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Akad asuransi syariah termasuk akad tabarru’ (sukarela) yang berbeda

dengan judi (gambling) karena asuransi syariah tidak hanya bertujuan untuk

mengurangi risiko (risk) tetapi bersifat tolong menolong (sosial) serta membawa

kemaslahatan bersama bagi kedua belah pihak. Dalam konsep asuransi syariah,

apabila peserta mengalami kecelakaan atau musibah selama menjadi peserta, maka

ia tetap berhak mendapatkan santunan kebajikan. Sementara judi, justru

menciptakan risiko, tidak bersifat sosial dan membawa masalah dan petaka bagi

mereka yang melalukannya.

3. Riba (ziyadah)

Islam menganggap riba sebagai salah satu unsur terburuk yang merusak

sendi-sendi kehidupan, baik secara ekonomi, sosial, maupun moral. Riba diartikan

sebagai kelebihan atau tambahan uang yang telah ditentukan terlebih dahalu dari

pinjaman pokok secara bersyarat dan dalam tempo tertentu. Allah SWT dengan

tegas melarang paktek riba dalam masyarakat, salah satu Firman-Nya dalam al-

Qur’an surat Ali Imran ayat 130 :

��������� �� ������ ��������� �� ������ !�"# ����/_h9&��

�?F��P��) ?:⌧F���n�� � ����5H#���� ���� >$�%z���"&

6�"3�(F� )٣/١٣٠ : ن ال "�ا ( . #

Page 35: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan

berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu

mendapat keberuntungan. (Ali-Imran : 130)

Praktek riba ini rentan sekali terjadi dalam praktek muamalah. Unsur riba

tercermin dalam asuransi konvensional dimana praktek ribawi terjadi pada saat

melakukan investasi dimana meminjamkan dana premi yang terkumpul atas dasar

bunga. Dalam konsep asuransi syariah dana premi yang terkumpul di investasikan

dengan prinsip bagi hasil (profit and loss sharing) terutama mudharabah dan

musyarakah.

Untuk menghindari dari praktek ribawi, maka asuransi syariah mengelola

dana melalui investasi dengan prinsip-prinsip syar’i. Dalam hal ini perusahaan

asuransi berperan sebagai pengelola (mudharib) dan peserta asuransi sebagai pemilk

modal (shahibul mal), sehingga dana tersebut, merupakan amanah dan bukan milik

perusahaan, Oleh karenanya apabila terjadi surplus dari investasi akan dibagikan

kepada peserta dan perusahaan sesuai dengan ketentuan nisbah yang telah

disepakati oleh kedua belah pihak.

Islam menekankan aspek keadilan, suka sama suka dan kebersamaan

menghadapi risiko dalam setiap usaha dan investasi yang dirintis. Aspek inilah yang

menjadi tawaran konsep untuk menggantikan gharar, riba, maysir. yang selama ini

terjadi di lembaga keuangan konvensional

D. Jenis-Jenis Akad Asuransi Syariah

Page 36: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

1. Akad Tabarru’

Akad tabarru’ digunakan untuk transaksi yang bersifat tolong menolong

tanpa mengharapkan adanya keuntungan meteriil dari pihak-pihak yang melakukan

perikatan, kecuali berharap mendapatkan balasan dari Allah SWT. Walaupun

demikian, dalam transaksi yang bersifat tabarru’ ini diperbolehkan untuk

memungut biaya yang akan digunakan dalam pengelolaan transaksi tabaru’ sehngga

tidak ada surplus atau keuntungan meteriil yang diperoleh.22

Rasulllah bersabda:

"َ� #C0 "� ا���" �م� آ��K أ�# ه�ی�ة ر:# اKم �K" MKDن �Kل م�K' �.0 وس�." /.) ا

وم�K یK�� K.") مK9�� یK�� ا ".�K? 0K# ا��Kن�� , ا��ن�� نMD ا "�0K آ��K م�K یK+م ا���NمK م�

23)روا6 م�.�(. وا�QRة

Artinya: Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad SAW bersabda:

Barang siapa yang menghilangkan kesulitan dunianya seorang mukmin

maka Allah SWT akan menghilangkan kesulitannya pada hari kiamat.

Barang siapa mempermudah kesulitan seseorang maka Allah SWT. akan

mempermudah urusannya di dunia dan di akhirat (HR. Muslim).

Melalui hadis tersebut tersirat adanya anjuran untuk saling membantu antara

sesama manusia dengan menghilangkan kesulitan seseorang atau dengan

mempermudah urusan dunianya. Dalam asuransi kandungan hadis ini terlihat dalam

bentuk pembayaran dana sosial (tabarru’) dari anggota (nasabah) perusahaan

asuransi yang sejak awal mengikhlaskan dananya untuk kepentingan sosial, yaitu

22 Sٍlamet Wiyono Cara Mudah Memamhami Akuntansi Perbankan Syariah ( Jakarta :

Grasindo 2005) hal. 29 23 Muslim ibn al-Hajaj abu al-Husain al-Qusyairi al-Naisyaburi, Shahih Muslim, tahqiq:

Muhammad Fuad Abdul Baqi, (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-'Arabi, tt,) juz 4, hal. 2699. no hadist 2074

Page 37: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

untuk membantu dan mempermudah urusan orang lain yang mendapat musibah atau

bencana.

Akad tabarru’ pada asuransi syariah adalah akad yang dilakukan dalam

bentuk hibah dengan tujuan sosial bukan tujuan komersial. Dalam akad tabarru’;

harus disebutkan sekurang- kurangnya :

1. Hak dan kewajiban masing-masing peserta secara individu

2. Hak dan kewajiban antara peserta secara indvidu dalam akun tabarru’ selama

peserta dalam arti badan/kelompok.

3. Cara dan waktu pembayaran premi dan klaim.

4. Syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang di akadkan.

Pengeloalan dana tabarru’ yaitu dengan cara :

1. Pembentukan dana tabarru’ harus dipisahkan dengan dana lainnya.

2. Hasil investasi dari dan tabarru’ menjadi hak kolektif peserta dan dibukukan

dalam akun tabarru’

Dari hasil investasi, perusahaan asuransi dapat memperoleh bagi hasil

berdasarkan akad mudharabah atau akad mudharabah musyarakah.

2. Akad Mudharabah

Mudharabah dalam pengertian terminologi adalah pemilik modal

menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk diperdagangkan,

Page 38: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

sedangkan keuntungan dagang itu menjadi milik bersama dan dibagi menurut

kesepakan bersama.24

Apabila terjadi kerugian dalam perdagangan itu, kerugian ini ditanggung

sepenuhnya oleh pemilik modal. Definisi ini menunjukkan bahwa yang diserahkan

kepada pekerja itu adalah modal, bukan manfaat seperti penyewaan rumah.25

Akad mudharabah boleh dilakukan oleh perusahaan asuransi karena

merupakan bagian dari mumalah dan juga dapat diterapkan pada produk asuransi

syariah yang mengandung unsur tabungan (saving) maupun non tabungan (non

saving) 26

Dalam akad ini, perusahaan asuransi bertindak sebagai mudharib

(pengelola) sedangkan peserta (pemegang polis) dalam produk saving, bertndak

sebagai shahibul mal (investor) sedangkan para peserta (pemegang polis) secara

kolektif dalam produk non saving, bertindak sebagai shahibul mal (investor).

Secara singkat dapat dikatakan ada dua akad yang membentuk Asuransi

Syariah, yaitu akad tabarru’ dan akad mudharabah. Akad tabarru’ terkumpul

dalam dana sosial yang tujuan utamanya digunakan untuk saling menanggung

peserta asuransi yang mengalami kerugian. Sedangkan akad mudharabah terwujud

tatkala dana yang terkumpul dalam perusahaan asuransi itu di investasikan dalam

wujud usaha yang diproyeksikan menghasilkan keuntungan karena landasan awal

24 Nasrun Harun, Fiqh Muamalah,(Jakarta: Gaya Pratama Medika) hal. 176 25 Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, hal 177 26 Selengkapnya lihat di www.halalguide. Info/view/195/54.

Page 39: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

dari akad mudharabah ini adalah bagi hasil. Maka dalam investasinya sesuai dengan

porsi nisbah yang disepakati. Sebalikya jika dalam investasinya mengalami

kerugian maka kerugian tersebut dipikul bersama peserta asuransi.

3. Polis Asuransi Syariah

Pasal 255 KUHD mengatakan bahwa suatu perjanjian pertanggungan harus

dilakukan secara tertulis dengan sebuah akta yang bernama polis. Memperhatikan

pasal 255 KUHD tersebut seolah-olah perjanjian pertanggungan itu baru sah bila

dibuat secara tertulis dengan suatu akta yang disebut polis. Sehingga dapat

dikatakan bahwa polis merupakan syarat untuk adanya perjanjian.27

Apabila diperhatikan pasal 257 KUHD, hal ini banyak tidak benar

disebabkan dalam pasal tersebut bahwa perjanjian asuransi diterbitkan seketika

setelah ditutup, hak dan kewajiban berbalik dari penanggung dan tertanggung mulai

berlaku sejak saat itu bahkan sebelum polisnya ditanda tangani. Artinya kendati

pasal 255 KUHD menegaskan bahwa selaku pertangungan harus dibuat secara

tertulis dalam suatu akta yang dikenal dengan polis, dan polis mutlak dibutuhkan

dalam perjanjian asuransi.

Sebab polis itu diterbitkan terlampir atau belum diterbitkan pada saat risiko

kerugian yang dipertanggungkan ditutup oleh tertanggung, tertanggung tetap dapat

mengklaim asuransi tersebut untuk menanggung kerugian yang di pertanggungkan

tersebut berdasarkan Akad asuransi yang sah.28

27 Emmy Pangaribuan, Hukum Pertanggugan, (Yogyakarta. Gramedia 1980) hal. 19 28 Majalah Bisnis Indonesia, Kajian Kasus Asuransi di Pengadilan Niaga” 27 Juni 2002

Page 40: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Polis asuransi diperlukan untuk kepastian hukum pasal 258 ayat 1 KUHD

menyatakan bahwa untuk membuktikan adanya perjanjian pertanggungan

diperlukan pembuktian dengan tulisan. Dengan demikian polis merupakan bukti

yang sempurna tentang apa yang mereka perjanjikan dalam polis itu.

Dalam polis asuransi konvensional memuat beberapa ketentuan antara lain :

a. Subyek asuransi

b. Obyek asuransi

c. Uang asuransi

d. Premi asuransi

e. Suatu peristiwa tertentu

f. Hari dimulai dan berakhirnya perjanjian

Untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan satu persatu analisa hukum Islam

tentang akad asuransi konvensional.

a) Subyek dalam akad asuransi

Berdasarkan konsep yang melandasi asuransi syariah yaitu ta’awun (tolong-

menolong) seperti yang terdalam dalam surah al- Maidah ayat 2. Dalam hal ini

akad asuransi syariah dapat dibuat baik untuk tanggungan dirinya sendiri ataupun

untuk orang lain. Karena dalam ajaran Islam, konsep tolong menolong tidak hanya

berlaku untuk sesama muslim tapi juga berlaku untuk seluruh umat manusia, karena

tolong menolong merupakan suatu kewajiban bagi setiap insan, tanpa kecuali. Kita

boleh saja mengadakan perjanjian dengan orang non muslim, selama mereka tidak

Page 41: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

melanggar isi perjanjian yang telah disepakati bersama, dan sesuai dengan aspek-

aspek keabsahan suatu perjanjian dalam Islam. Secara syariah akad atau pertukaran

harus jelas berapa yang dibayarkan dan berapa yang diterima.

b) Obyek yang diasuransikan

Mengenai obyek dalam asuransi syariah, obyeknya bukanlah dari berupa

barang (komoditi) melainkan berupa manfaat ataupun jasa, dimana perlindungan

terdahap dirinya dan harta yang dimilikinya dari kerugian yang berlebihan. Ini

berarti hidup dan mati manusia menjadi obyek bisnis.29

Dengan demikan perusahaan asuransi dapat memberi manfaat berupa:

a. Ketentraman

b. Kepercayaan

c. Tabungan

Dari uraian tersebut jelas bahwa sebenarnya di dalam asuransi syariah yang

menjadi obyek adalah jasa perlindungan yang memberikan rasa aman.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Qurais Ayat 3-4 :

���b+��Z!�"! Em�O �⌧Z�� �*(.w(&�� . }������� V��☺��P�)

;�@� ���� $�,������� P;�@� � �>��y )�Nا� M�:٤-١٠٩/٣(

Artinya: Maka hendaklah mereka menyembah tuhan pemilik rumah ini (ka’bah)

yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar

dan mengamankan mereka dalam ketakutan. (Al-Qurais : 3-4)

29 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), cet ke-3

hal. 61

Page 42: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

c) Uang Asuransi

Uang asuransi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak

perusahaan kepada peserta asuransi. Sebuah contoh misalnya si A mengikuti

asuransi dengan manfaat sebesar 20.000.000 dalam tempo 10 tahun. Kemudian pada

tahun ke-6, si A meninggal dan pihak perusahaan pun memberikan uang asuransi

sebesar 20.000.000.- lantas dari mana asal kelebihan sebesar Rp 8.000.000.-

tersebut? Hasil jual beli bukan shadaqoh juga bukan bantuan juga bukan yang jelas

pihak yang ditanggung menerima uang y ang bukan miliknya, menurut Islam.30

Dalam asuransi syariah, setiap premi yang masuk dibagi menjadi dua

bagian, yaitu bagian pertama dan bagian tabarru’ di mana pada bagian tabarru’ itu

peserta telah merelakan sebagian dari preminya untuk digunakan bantuan kepada

peserta lain yang tertimpa musibah. Jadi jelas perolehan atau tambahan uang

asuransi sebesar 8.000.000 tersebut berasal dari dana tabarru’ sehingga dalam hal

ini tidak terjadi riba dan gharar, karena sumber perolehan dana tersebut adalah

jelas.

d) Suatu Peristiwa Tertentu

Dalam pengertian yang luas “peristiwa” dalam bidang asuransi mencakup

semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini, baik yang dibenci maupun yang

disenangi, menimbulkan kerugian atau tidak.

30 Ibrahim K. Lubis, Ekonomi Islam Suatu Pengantar II ( Jakarta: Kalam mulia,1995) cet

ke-1. hal. 453.

Page 43: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Dalam akad asuransi syariah tidak boleh menganggap suatu peristiwa yang

serba kemungkinan dalam sebuah akad asuransi sebagai suatu yang esensial, didalam

asuarnsi dibandingkan dengan unsur lain(premi asuransi dan uang asuransi) 31

Bila melihat maksud peristiwa dalam kontrak asuransi tersebut, maka dapat

dipastikan bahwa kontrak asuransi adalah kontrak yang tidak sah, karena

meyandarkan kontrak pada sesuatu yang tidak pasti.

Oleh karena itu, asuransi syariah tidak mengangap peristiwa yang serba

kemungkinan dalam sebuah kontrak asuransi sebagai suatu yang esensial, karena itu

hal yang terjadi, maka tiada perbedaan antara asuaransi syariah dengan asuransi

konvensional. Maka dari itu, akad asuransi konvensional tidak terlepas dari gharar.

Dalam asuransi konvensional terdapat tiga macm gharar :

1. Gharar dalam perolehan pengganti, karena ketika berakad tertanggung tidak

mengetahui apakah akan memperoleh uang asuransi atau tidak

2. Gharar dalam jumlah pengganti, karena dalam asuransi kerugian tertanggung

pada waktu yang diperolehnya, jika ia ditakdirkan akan memperolehnya denagn

kejadian peristiwa yang diasuransikannya. Begitu juga perusahan asuransi pad

waktu berakad tidak mengetahui jumlah premi yang akan diperolehnya sebelum

kejadian peristiwa yang diasuransikan.

31 Husen Hamid Ihsan, Asuransi dalam Hukum Islam Tinjaun Atas Riba dan Grarar

(Jakarta: CV; Virdaus , 1996), cet ke-1, hal. 8-9

Page 44: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

3. Gharar dalam peristiwa perolehan (pada asuransi jiwa), pada waktu berakad

tetanggung tidak mengetahui kapan ahli warisnya akan memperoleh uang

asuransi, sebagi pengganti dari premi-premi yang dibayarnya.32

Untuk menghindari praktek asuransi dari unsure gharar, maka akad

(kontrak) tersebut harus sesuai harus diubah menjadi akad tabrru’at, karena

menurut ulama fiqh bahwa grarar hanya berpengaruh terhadap muawadhah,

tidak terhadap tabarru’at, dan akad tabarru’at ini tidak bertujuan mencari

keuntungan.33

e) Premi Asuransi

Premi asuransi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh peserta

asuransi untuk dikelola dan diivestasikan pada usaha usaha-usaha produktif yang

sesuai syariat. Dalam asuransi syariah, setiap peserta menyerahkan uang premi

sesuai dengan kemampuannya, tetapi tidak kurang dari batas minimal yang telah di

tetapkan perusahaan.

Premi tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu premi

tabungan dan tabarru’, kemudian pemi tabungan tersebut diinvestasikan ke

perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria syariah. Kemudian dari hasil

investasi tersebut akan diberikakn kepada peserta dan perusahaan asuransi sesuai

dengan bagian nisbah yang telah disepakati sejak awal akad.

32 Husen Hamid Ihsan, Asuransi dalam Hukum Islam Tinjaun Atas Riba dan Grarar hal.

42-43 33 Husen Hamid Ihsan, Asuransi dalam Hukum Islam Tinjaun Atas Riba dan Gharar, hal.

80.

Page 45: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

f) Waktu dimulai dan berakhirnya pertanggungan, keadaan-keadaan yang perlu

diketahui oleh penanggung dan syarat-syarat yang disepakati dalam akad asuransi.

Asuransi adalah termasuk transaksi yang dipenuhi yang dipengaruhi waktu,

maka harus ditentukan jangka waktunya. Jika jangka waktunya tidak ditentukan

(diketahui), maka transaksi asuransi itu batal, atau tidak sah.34

Akad asuransi merupakan akad yang didasarkan atas asas kepercayaan

sehingga antara peserta dan pihak perusahaan tidak boleh saling menutup-menutupi

tentang keadaan kedua belah pihak.

Pihak peserta hendaklah memberikan informasi atau keterangan-keterangan

yang jelas tentang keadaan-keadaan yang dibutuhkan oleh pihak perusahaan dengan

sebenar-benarnya, begitu pula pihak perusahaan harus bersikap transparan

mengenai hal-hal yang belum dipahami oleh pihak pertama. Selain itu, biasanya

dalam akad asuransi dicantumkan syarat-syarat khusus berkenaan dengan

kepentingan kedua belah pihak.

Pada umumnya, syarat-syarat tersebut telah ditetapkan oleh perusahaan

asuransi, sehingga pihak peserta menyatakan setuju atas syarat-syarat yang telah

diajukan atau tidak. Bila kedua belah pihak telah sepakat, maka polis tersebut harus

ditanda tangani.

34 Murtadha Mutahari, Pandangan Islam tentang Asuransi dan Riba ( Bandung : Pustaka Hidayah,

1995) cet ke- 1, hal. 281.

Page 46: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG AJB BUMIPUTERA 1912

CABANG SYARI’AH

A. Sejarah dan Perkembanganya.35

Untuk megangkat kesejahteraan para anggota Persatoean Goeroe-goeroe

Hindia Belanda (PGHB), diprakarsai 3 guru anggota PHGB, yaitu Ngabei

Dwijosewojo, Mas Karto Hadi Soebroto dan Mas Adimidjodo, yang mendirikan

perkumpulan Asuransi Jiwa dengan nama Onderlinge Levensverzekering Maatscappij

Persatoean Goeroe-goeroe Hindia Belanda yang disingkat OLMij PGHB. Pada 12

Februari 1912 di Magelang, dengan Akte Notaris De Hondt. Namanya kemudian

berubah menjadi OLMij Boemi Poetera yang dalam perkembangnya kemudian berganti

menjadi Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912.

Filosofi berdirinya AJB Bumiputera 1912 adalah mengangkat harkat dan

martabat bangsa pribumi untuk menanggulangi risiko kerugian finansial yang dihadapi

anggotanya.

Unit Bisnis Syari’ah Bumiputera secara resmi dibentuk sejak

dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. Kep.-268/KM.6/2002

35 Sumber Campany Profil AJB Bumiputera 1912

Page 47: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

tanggal 7 November 2002 dalam bentuk Cabang Usaha Asuransi Jiwa Syari’ah dan

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001, tanggal 17 Oktober 2001.

dalam rangka menjaga kemurnian pelaksanaan prinsip-prisip Syari’ah, maka

berdasarkan keputusan Direksi No. SK 14/DIR/2001, tanggal 11 November 2002

dibentuk Divisi Syari’ah AJB Bumiputera dan Kantor Cabang Syari’ah Jakarta.

Pada awal pembentukanya, Divisi/Cabang Asuransi Syari’ah memiliki

sarana dan prasarana, SDM, perkantoran dan sistem yang sangat terbatas, namun

demikian, Divisi Asuransi Syari’ah tetap beroperasi, ditandai dengan limpahkanya

pengelolaan Asuransi kumpulan perjalanan haji dari Departemen Agama RI Januari

2003, dan selanjutnya, diluncurkan asuransi perorangan Syari’ah Mitra Mabrur dan

Mitra Iqra’ pada pertengahan April 2003, dan mitra Sakinah pada awal tahun 2004.

Seiring dengan perkembangan bisnis asuransi syariah diwilayah Jakarta

maka pada awal tahun 2007 dibentuklah 7 (tujuh) wilayah dan 49 (empat puluh

sembilan) kota cabang syariah yang tersebar diseluruh di 7 (tujuh) kota besar di

Indonesia untuk meberikan pelayanan masyarkat yang menghendaki asuransi dengan

basis syariah.

B. Latar Belakang Bediri Divisi Syari’ah.

Realitas perkembangan ekonomi bangsa ini memperlihatkan kecenderungan

positif dalam menanggapi sistem ekonomi syariah, terlihat antusiasme yang tinggi

dalam masyarakat yang berkembang dewasa ini.

Page 48: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Kemunculan sistem dan model ekonomi berbasis syariah ini bukan saja

menjanjikan prospektivitas yang baik dan kompetitif melainkan telah teruji di saat-saat

krisis ekonomi yang melanda negeri ini, satu persatu sentra-sentra ekonomi berbasis

konvensional mengalami tekanan bahkan tidak sedikit mengalami likuidasi. Karena

sistem ini bukan saja bukan menjadi alternatif diantara sistem ekonomi konvensional

akan tetapi juga diprediksi akan menjadi pilihan yang terbaik bagi bangsa ini dimasa

yang akan datang.

Untuk menangkap peluang ini AJB Bumiputera 1912 membuka Divisi

syariah guna memenuhi kebutuhan masyarakat dibidang asuransi jiwa. Adapun Faktor-

faktor lain yang menjadi pendorong berdirinya AJB Bumiputera 1912 Divisi syariah :

1. Potensi pasar yang relatif cukup besar

2. Jaringan distribusi AJB Bumiputera 1912 yang luas di selurh wilayah Indonesia

3. Jumlah penduduk Indonesia yang sebagian besar adalah umat Islam

4. Penerapan prinsip ekonomi yang berbasis Syari’ah saat ini dijadikan alternatif

sistem bisnis, karena diharapakan lebih adil dan lebih tahan dalam menghadapi

krisis.

5. Asuransi Syari’ah bersifat Universal.

6. Pasar Asuransi Syari’ah yang berhasil digarap saat ini relatif masih sangat sedikit

dibandingkan potensi pasarnya, begitu juga dengan perusahaan pesaingnya.

C. Falsafah, Visi dan Misi.

Dalam menjalankan roda perusahaan, manajemen dan karyawan AJB

Bumiputera mengacu pada falsafah perusahaan sebagai berikut :

Page 49: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

1. Falsafah

a. Idealisme

Senatiasa memelihara nilai-nilai kejujuran dalam mengangkat kemartabatan

anak bangsa sesuai sejarah Bumiputra sebagai perusahaan perjuangan.

b. Mutualisme

Mengedepankan sistem kebersamaan dalam pengelola perusahaan dengan

memberdayakan potensi komunitas AJB Bumiputera dari, oleh dan untuk

komunitas Bumiputera sebagai Manisfestasi perusahaan rakyat.

c. Profesionalisme

Memiliki komitmen dalam pengelolaan perusahaan dengan mengedepankan

tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dan senantiasa

berusaha meyesuaikan diri terhadap tuntutan perubahan lingkungan.

2. Visi

Menjadikan Bumiputera sebagai Asuransi Bangsa Indonesia di segmen

Asuransi Jiwa Syari’ah.

3. Misi

Menjadikan Bumiputera senantiasa berada di benak dan di hati masyarakat

Indonesia di segmen Asuransi Jiwa Syari’ah, dengan :

a. Memlihara keberadaan Bumiputera sebagai perusahaan perjuangan bangsa

Indonesia

Page 50: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

b. Mengembangkan korporasi dan koperasi yang menerapkan prinsip dasar

gotong royong.

c. Menciptakan berbagai produk dan layanan yang memberikan manfaat optimal

bagi komunitas Bumiputera.

d. Mewujudkan perusahaan yang berhasil baik secara ekonomi dan social.

D. Prinsip atau Landasan Operasional.

1. Pemasaran Asuransi Jiwa Syari’ah harus berpedoman kepada :

Keputusan Menteri Keuangan RI No. 422/KMK.06/2003, tanggal 30

September 2003, yang isinya:

a. Setiap produk baru asuransi Syari’ah sebelum mendapat ijin dari Departemen

Keuangan RI terlebih dahulu harus mendapat pengesahan dari Dewan Syari’ah

Nasional (DSN)

b. Prinsip Syari’ah adalah prinsip perjanjian berdasarkan hukum Islam antara

perusahan asuransi dengan pihak lain dalam menerima amanah dengan

mengelola dana peserta melalui kegiatan investasi atau kegiatan lain yang di

selenggarakan sesuai dengan Syari’ah.

c. Perusahaan asuransi yang menjalankan usaha asuransi dengan prinsip Syari’ah,

laporan penghitungan tingkat solvabilitas harus di lengkapi dengan surat

pernyataan DPS bahwa pengelolaan kekayaan dan kewajiban telah dilakukan

sesuai dengan prinsip Syari’ah.

Page 51: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

d. Perusahaan asuransi yang menyelenggarakan usaha asuransi dengan prinsip

Syari’ah harus melakukan pemisahan kekayaan dan kewajiban usaha asuransi

dengan prinsip Syari’ah dari kekayan dan kewajiban usaha asuransi dengan

prinsip konvensional.

2. Pemasaran Asuransi Jiwa Syari’ah juag harus berpedoman kepada :

a. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001, tanggal 17 Oktober

2001, tentang Pedoman UmumAsuransi Syari’ah..

1) Usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara orang/pihak melalui

investasi dalam bentuk asset dan/ atau tabarru’ yang memberikan pola

pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan)

yang sesuai Syari’ah.

2) Tidak mengandung gharar (penipuan) maysir (perjudian) riba

(melipatgandakan) zuhlum (penganiayaan) riswah (suap), barang haram dan

maksiat.

3) Pengelola Asuransi Syari’ah hanya boleh dilakukan oleh lembaga yang

berfungsi sebagai pemegang amanah dan wajib melakukan investasi dari

dana yag terkumpul sesuai dengan prinsip Syari’ah.

4) Perusahaan Asuransi Syari’ah memperoleh bagi hasil dari pengelolaan dana

atas dasar akad tijarah.

b. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 39/SN-MUI/X/2002 tanggal 23 Oktober

2002 tentang Asuransi Haji.

Page 52: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

1) Asuransi Haji adalah akad tabarru’ (hibah) menurut Syari’ah tidak

dibenarkan mengunakan sistem konvensional.

2) Premi Asuransi Haji yang diterima oleh Asuransi Syari’ah harus dipisahkan

dari premi asuransi lainnya.

3) Asuransi Syari’ah berhak memperoleh Ujrah (fee) atas pengelolaan dana

tabarru’ yang besarnya ditentukan sesuai dengan prinsip adil dan wajar.

c. Izin Menteri Keuangan Kep-298/KM.6/2002

1) Bahwa Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 telah mengajukan

permohonan izin pembukaan kantor cabang dengan prinsip syariah dengan

surat 272/DIR/BS/X/02 tanggal 14 Oktober 2002 dan Nomor

280/DIR/BS/X/2002

2) Bahwa AJB Bumiputera 1912 telah memenuhi persyaratan untuk membuka

cabang dengan prinsip syariah.

3) Bahwa oleh karena itu dipandang perlu untuk menetapkan Pemberian Izin

pembukaan kantor cabang dengan prinsip syariah.

4) Ketetapan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Tentang

Pemberian Izin Pembukaan Kantor Cabang dengan Prinsip Syariah.

5) Memberikan izin kantor Cabang izin pembukaan cabang dengan prinsip

syariah kepada :

Nama Perusahaan : Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera 1912

NPWP : 01.308.537.8-018.000

Page 53: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Alamat Kantor : Jln. Worter Monginsidi No. 84-86

Kebayoran Baru Jakarta Selatan

E. Produk-Produk dan Manfaatnya

Produk-produk yang ditawarkan Bumiputera Divisi Syari’ah saat ini antara

lain:

1. Asuransi Jiwa Syari’ah Mitra Iqra:

Produk Mitra Iqra’ ini dirancang secara khusus dapat menjamin para

pemegang polis tersedianya sejumlah dana pendidikan putra-putrinya masuk taman

kanak-kanak sampai lulus perguruan tinggi, dari kemungkinan terjadinya resiko

yang tak terduga.

Mengapa namanya Iqra’?.Nama tersebut ada hubungannya dengan Nabi

Muahammad SAW. Ketika menerima wakyu dari malaikat Jibril Yaitu agar

Muhammad membaca/Iqra.

Diharapkan putra-putri pemegang polis Mitra Iqra’ kelak dapat mewarisi

sifat-sifat Rasulullah.

Firman Allah dalam al-Qur’an surat an-Nisa ayat 9.

D��Z(&�� �� ������ >�"& ����J9"# P;�� V3��F!��y ?:j�hO�� �8F��s� ����!�"W >$3�(MY�[ ����5jk�Z!�"! ����

����&��5�Z(&�� ?�>�"� �xb��b�v )��ا�� )٤/٩:ء

Artinya:

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebeb itu hendaklah

Page 54: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan

perkataan yang benar.( an-Nisa : 9)

Manfaat Produk Mitra Iqra’

a. Bila peserta dikaruniai panjang umur sampai dengan masa asuransinya berakhir

dan premi telah dibayar lunas, maka kepada anak yang di beasiswakan

diteserahkan dana pendidikan sebagai berikut:

1. Tingkat Taman Kanak-Kanak : 10% X MA.

2. Tingkat Sekolah Dasar : 10 % X MA.

3. Tingkat SLTP : 20 % X MA

4. Tingkat SLTA : 25 % X. MA

5. Tingkat I Perguruan Tinggi : 35 %X MA

6.Tingkat II Perguruan Tinggi : 25 %X MA

7.Tingkat I II Perguruan Tinggi : 35 %X MA

8.Tingkat VI Perguruan Tinggi : 50 %X MA

9.Tingkat V Perguruan Tinggi : 100 %X MA

b. Jika Peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa asuransi, kepada ahli

waris peserta dibayarkan santunan berupa :

1. Santunan Kebajikan

2. Rekening Tabungan

3. Mudharabah/ Bagi Hasil

c. Selanjutnya premi menjadi bebas/tidak bayar premi, tapi yang ditunjuk tetap

menerima dana tahapan kontrak (TK,SD,SLTP,SLTA) dan Perguruan Tinggi

menerima Tahapan yang lebih besar :

1. Diperguruan Tinggi Tingkat II : 15 % MA.

2. Diperguruan Tinggi Tingkat III : 20% MA.

3. Diperguruan Tinggi Tingkat IV : 50% MA.

Page 55: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

4. Diperguruan Tinggi Tingkat V : 100% MA.

Produk-produk yang didesign Divisi Syariah AJB Bumiputera 1912 adalah

produk yang halal. Menjadi Mitra Igra’ berarti ikut memerangi Musuh Islam yang

Kedua, Memerangi Kebodohan.

2. Asuransi Jiwa Syari’ah Mitra Mabrur.

Jutaan manusia memimpikan mngunjungi baitullah. Salah satu diantaranya,

mugkin anda. Menunaikan perjalannan spitual ibadah haji melaksankan Rukun

Islam yang kelima, nyaris menjadi ikhtiyar dan impian kita semua. Sayang sekali

bahwa dengan jumlah keterbatasan-terutama dalam hal biaya itu kerap hanya

berakhir dalam bentuk doa-doa panjang di ujung ibadah kita.

Produk Mitra Mabrur hadir untuk mewujudkan impian anda. Dengan Mitra

Mabrur. Bumiputera tidak hanya membantu anda menyisihkan dana tabungan haji

secara teratur, lebih dari itu, perusahaan juga menawarkan dana mudharabah (bagi

hasil) dan terutama perlindungan (asuransi). Dengan Mitra Mabrur, anda dapat

melaksankan ibadah haji dengan hati tentram, tanpa kuwatir meninggalkan keluarga

di tanah air.

Kini impian menjadi tamu Allah tidak lagi harus berhenti pada doa, anda

dapat mewujudkan melalui rencana matang, melalui produk Mitra Mabrur.

Firman Allah dalam al-Qur’an surat Ali Imran : 97

���� ^Y#� H�H?&�� qS�N �*(.w(&�� t;� �"2kv��

�N(Z"&35 �⌧Z3+�v A ;��� 9⌧F⌧J

Page 56: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

H63�"! ���� ���⌧] t;� |}�☺Y��� )٣/٩٧ :ال "�ا ن( ��&)

Artinya: “Dan Allah mewajibkan manusia mengerjakan ibadah haji, yaitu bagi

yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah”. (Ali Imran : 97)

Manfaat Mitra Mabrur sebagai berikut :

a. Jika peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa asuransi kepada ahli

warisnya Yang Ditunjuk dalam polis dibayarkan:

1) Santunan Kebajikan

2) Mudharabah Bagi Hasil Investasi

3) Premi Tabungan/Rekening Tabungan

Jumlah Santunan tersebut Insya Allah Dapat dipergunkan Ahli Warisnya

untuk menuaikan ibdah haji.

b. Jika dikarunai umur panjang sampai dengan masa asuransi berakhir dan premi

dibayar sampai S.D. HK, kepada peserta yang dibayar:

1) Produk ini dapat dipakai sebagi sarana investasi bebas pajak apabila

preminya dibayar secara tahunan/sekaligus untuk masa asuransi diatas 3

tahun.

2) Jika premi dibayar secara sekaligus dan masa asuransi 10 tahun, maka bagi

hasilnya lebih besar dibandingkan suku bunga di Bank

Umum/Konvensional.

Page 57: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

3) Bila premi dibayar secara tahunan, dan tahun-tahun berikutnya peserta tidak

dapat membayar premi lanjutan, maka peserta dapat menggunakan Cuti

Premi.

4) Selama peserta cuti premi/tidak bayar premi, polis tetap berjalan/diproteksi

selama nilai tunai polis masih cukup untuk membayar premi tabarru’.

5) Produk ini produk yang halal dan sesuai dengan syariat Islam yang bebas

dari unsur gharar, maisir, dan riba.

6) Dengan mengambil produk mitra mabrur berarti sudah ikut

bertabarru’/berhibah/berderma, untuk ikut menyelamtkan penderitaan

ekonomi umat yang tergabung dalam ekonomi syariah AJB Bumiputera

1912 yang mendapatkan musibah/ujian dari Allah SWT.

7) Dalam kondisi ekonomi yang mendesak, peserta dapat mengambil sebagian

nilai tunai yang besarnya maksimum 50 % dari Nilai Tunai.

8) Produk ini syariah, toyib, dan bersih, Insya Allah dapat memberi

keberkahan hidup bagi peserta dan keluarganya.

9) Menjadi peserta Mitra Mabrur berarti sudah berusaha ketika usia

tertentu/Tua sudah mempunyai sejumlah dana yang memadai, Sehingga Ikut

Memerangi Musuh Islam Yang Utama Yakni: Kemiskinan.

10) Menjadi umat Islam diharapkan menjadi umat yang kaya, sehingga mampu

menunaikan haji, umrah, berkorban, dan sodakoh demi kemasalahatan umat.

Islam pada hakekatnya mengajak umatnya terus maju, berprestasi

berkompetisi sehat dan mampu memberi rahmat untuk semsta alam.

Page 58: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Firman Allah dalam Al-Quran Surat Al Jumu’ah ayat 10

�"�3�"! �*�Msn�� �,A�Y�cd&�� ����9��CG��"! ^3| t=>OCW�� ����k>/���� ;�� 01Pn"! ���� ����9�J(����� ����

�?\9��⌧J >/�%�����& 6�"3�(F�# ) 9T٦٢/١٠ : ا�(

Artinya: “Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu

di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah

banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (Al Jumu’ah : 10)

3. Asuransi Jiwa Syari’ah Mitra Sakinah.

Keluarga sakinah merupakan dambaan semua keluarga. Meskipun upaya

kearah itu tidak selalu mudah. Selain berikhtiyar dan ibadah, anda tidak perlu

melakukan upaya riil, produk Mitra Sakinah bisa membantu mewujudkan cita-cita

tersebut salah satunya adalah dengan mepersiapkan aspek finansial yang bisa

menopang kehidupan keluarga Indonesia secara berencana.

Perusahaan menghadirkan Mitra Sakinah, untuk membatu sebagai

perencana finansial anda. Khususnya dalam mempersiapkan hari tua, melalui

program ini, perusahaan berharap keluarga Indonesia tidak tergangu oleh

persoalan-persoalan ekonomi, meskipun tulang punggung keluarga, tidak lagi

produktif, atau tidak lagi berada di tengah mereka. Dengan Mitra Sakinah, Anda

dapat membahagiakan keluarga dan melewatkan hari tua dengan tenang.

Mitra Sakinah merupakan gabungan antara unsur tabungan, perlindungan

asuransi dan investasi. Dengan manfaat yang dapat dinikmati antara lain :

Page 59: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

a. Bila Bapak/Ibu ditakdirkan panjag umur sampai perjanjian asuransi berakhir

akan menerima dana :

1) Pada akhir masa pembayaran premi, sebesar 50 % manfaat awal dibayarkan

akhir tahun.

2) Akhir tahun 1 setelah masa pembayaran premi berakhir, sebesar 30% sisa

Nilai Tunai.

3) Akhir tahun 2 setelah masa pembayaran premi berakhir, sebesar 50% sisa

Nilai Tunai.

4) Akhir tahun 3 setelah masa pembayaran premi berakhir, sebesar 100% sisa

Nilai Tunai.

b. Bila bapak/ibu/sdr ditakdirkan meninggal dunia dalam Masa Asuransi misal

dalam tahun ke 2, ahli waris yang ditunjuk akan menerima dana :

1) Sisa nilai tunai pada saat itu.

2) Manfaat Awal Asuransi.

c. Bila bapak/Ibu ditakdirkan meninggal dunia dalam Masa Pembayaran Tahapan

(MPT) di tahun ke 9, maka ahli waris yang ditunjuk akan menerima dana dan

tidak ada lagi pembayaran sisa tahapan:

1) Dana tabungan yang telah disetor.

2) Bagian keuntungan (mudharabh) atas hasil investai tabungan.

3) Santunan Kebajikan.

Page 60: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

F. Stuktur Orgnaisasi

1. AJB Bumiputera 1912 (Bagan terlampir)

KOMISARIS

Ir. H. Muchayat Komisaris Utama

Prof. Dr, Ir. Sri Hardjko Wirjomartono, SE., ME Komisaris

Drs. H. Amir Hasan. MS., MM., Ak Komisaris

H. Abdul Wahab Dalimunthe, SH Komisaris

Indomen Saragih, MA Komisaris

DIREKSI

Madjdi Ali Direktur Utama

Ridwan Sadjadi Direktur

Maryoso Sumaryono Direktur

Mawarto Direktur

Hadi Priyamoro Direktur

Suseno Hario Saputro Direktur

2. Stuktur Organisasi Asuransi Jiwa Syari’ah Bumiputera Bagan Terlampir)

Dewan Pengawas Syari’ah: 1. Hc. KH. Sahal Mahfudh

2. Prof. Dr. H Qodri Azizi, MA

3. Drs. H. Fattah Wibisono, MA

Kadiv : Widiyatno Maryono.

Ass. Kadiv. Bid. Pemasaran : H. Sugiyarno, SE. MM. AAIJ

Page 61: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Ass. Kadiv. Bid. SDM : H. Djamhuru Dallah, SH

Ass. Kadiv. Bid. Akuntansi : Drs. H. Rawijo, M.Si

Ass. Kadiv. Bid.Keu&Inves : Suranto, SE, MM

Kepala Bagian Pelayanan : Hj. Rachmaidah, SE, AAIJ

Kepala Bagian Akuntansi : Suwito, SE

3. Program kerja AJB Bumiputra36

:

Visi Asuransi Syariah dipimpin oleh kepala divisi yang mempunyai fungsi

mengelola kegiatan pemasaran asuransi syariah jiwa dan investasi sesuai dengan

prinsip syariah serta bertanggung jawab kepada direktur pemasaran atas

peningkatan pangsa pasar asuransi jiwa syariah dan penvcapaian surplus

operasional.

Divisi Syariah membawahi :

1. Wakil Kepala Divisi Bidang Operasional

Wakil Kepala Divisi Bidang Operasinal mempunyai fungsi utama

merancang dan menyusun pengelolaan kegiatan operasional pemasaran asuransi

Jiwa sesuai dengan prinsip syariah, pengembangan organisasi / sumber daya

manusiai serta teknik dan underwriting.

Wakil Kepala Divisi Bidang Operasinal membawahi :

a) Bagian Pemasaran

36 SK Divisi Syariah AJB Bumiputera 1912

Page 62: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Bagian pemasaran dipimpin oleh kepala bagian yang mempunyai fungsi

utama merancang dan menyusun program pemasaran asuransi jiwa sesuai

prinsip syariah serta melakukan evaluasi atas implementasinya.

b) Bagian Pemberdaya Organisasi

Bagian pemberdaya organisasi dipimpin oleh bagian yang mempunyai

fungsi utama merancang dan menyusun program pengembangan dan

pemberdayaan SDM pemasaran, baik dinas dalam maupun dinas luar serta

melakukan evaluasi dan implentasinya.

c) Bagian Teknik dan Underwriting

Bagian teknik dan Underwriting dipimpin oleh Kepala Bagian yang

mempunyai fungsi utama merancang dan menyusun program pengembangan

produk dan teknik underwriting asuransi jiwa sesuai prinsip syariah serta

melakukan evaluasi dan implentasinya.

2. Wakil Kepala Divisi Administrasi, Investasi, Keuangan dan Umum.

Wakil Kepala Divisi Bidang Administrasi, Investasi, Keuangan dan

Umum mempunyai fungsi utama merancang dan menyusun pengelolaan

kegiatan Adminsitrasi, Investasi, keuangan dan Umum sesuai dengan prinsip

syariah.

Wakil Kepala Divisi Administrasi, Investasi, Keuangan dan Umum

membawahi :

Page 63: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

a. Bagian Pelayanan Pemegang Polis

Bagian pelyanan Pemegang Polis dipimpin kepala bagian yang mempunyai

fungsi utama memberikan informasi kepada pemegang polis asuransi jiwa

sesuai prinsip syariah, khususnya yang terkait dengan hak dan kewajiban

pemegang polis kepada perusahaan dan sebaliknya.

b. Bagian Akuntansi dan Umum

Bagian Akuntansi dan Umum dipimpin oleh kepala bagian yang mempunyai

fungsi utama melakukan kegiatanAkuntansi dan melayani kebutuhan sarana

dan prasarana operasional asuransi jiwa syariah serta melakukan evaluasi

dan implementasi.

c. Bagian Keuangan dan Investasi

Bagian keuangan dan investasi dipimpin oleh Kepala Bagian yang

mempunyai fungsi utama merancang dan menyusun program keuangan dan

investasi sesuai prinsip syariah serta melakukan evaluasi dan

implementasinya.

3. Kantor Cabang Asuransi Jiwa Syariah

Dalam pelaksanan operasional pemasaran, divisi Asuransi Jiwa Syariah,

membawahi kantor wilayah Asuransi Jiwa Syariah sedangkan kantor wilayah

Asuransi Jiwa Syariah membawahi cabang. Kantor cabang membawahi yang

belum ada kantor wilayah Asuransi Jiwa Syariah, langsung dibawah

pengawasan Divisi Asuransi Jiwa Syariah.

Page 64: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG POLIS

ASURANSI SYARIAH PADA AJB BUMIPUTERA 1912 CABANG SYARIAH

Hubungan Akad Asuransi Syariah dengan Hukum Islam

Konsep hukum dalam Islam berbeda dengan hukum lainnya. Hukum Islam

tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan manusia lain dan benda dalam

masyarakat (Hukum Muamalah), seperti yang diatur dalam hukum barat. Namun

hukum Islam juga mengatur hubungan antara manusia dengan Allah SWT (Hukum

Ibadat) yang tidak diatur dalam hukum lainnya.37

Hukum dalam Islam berdasarkan atas maslahat dunia dan kemaslahatan

akhirat. Penetapan hukum muamalah dalam Islam tidak bersifat lahiriyah atau duniawi

saja. Meskipun hukum muamalat mengatur hubungan manusia dengan manusia lain,

benda dalam masyarakat dan alam semesta, hukum ini juga bersifat spiritual atau

akhirat.38

Sebagai contoh jual beli. Jual beli adalah hal yang tidak dilarang dalam Islam.

Secara lahiriyah, jual beli merupakan pertukaran hak milik atas suatu benda dengan

harga atas benda tersebut. Secara batiniyah, jual beli dapat menjadi wajib hukumnya

apabila dalam keadaan terpaksa, misalnya wali yang menjual harta anak yatim, atau

kadi yang menjual harta muflis ( orang yang lebih banyak hutangnya dari pada

37 Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia ( Jakarta. Kencana, 2006) hal.

26 38 Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia. hal. 36

Page 65: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

hartanya) jual beli dapat menjadi haram hukumnya apabila obyeknya adalah barang

najis, seperti minuman keras, bangkai, dan babi.

Dalam Hal ini akad asuransi syariah sebagai suatu perjanjian harus sesuai

kepada landasan hukum syariat yang berkaitan dengan urusan perniagaan Islam. Karena

itu akad asuransi berdasarkan konsep bagi hasil mudharabah dan tabarru. Prinsip

tersebut yang menjadi dasar perniagaan Islam pada asuransi syariah.

Hadits tentang perjanjian:

وا��.+ن ".) ش�وX(� إ; ش��X ��م �Wل أو أ�V ��ام: وس.� ".�0 ا /.) ا��C# '�ل

روا6 ا���م\ى(39

(

Artinya: “Orang-orang muslim itu terikad dengan syarat yang mereka sepakti,

kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang

haram”. (H.R Turmudzi)

Hadits diatas menjelaskan tentang prinsip umum dalam melakukan akad

atau transaksi. Orang muslim dalam melakukan transaksinya bergantung oleh syarat

yang mereka sepakati bersama antara kedua belah pihak, kecuali syarat yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. Dengan perusahaan asuransi

akad atau transaksi antara anggota (nasabah) dengan pengelola asuransi harus

berdasrkan syarat-syarat yang mereka tetapkan bersama. Jika syarat-syarat tersebut

telah disepakati, maka kedua belah pihak (nasabah dan perusahaan) terikat dalam suatu

39

Muhammad ibn Isa Abu Isa al-Tirmidzi al-Sulami, al-Jami' al-Shahih Sunan al-

Tirmidzi, Tahqiq: Ahmad Muhammad Syakir, Beirut: Dar al-Ihya al-Turats al-Arabi, tt, jilid 3, hal.

634, no hadis 1352.

Page 66: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

ikatan (al-aqdu) yang harus disepakati bersama, kecuali syarat-syarat yang tidak sesuai

dengan ketentuan syariah.

Hubungan Undang-Undang Perlindungan Konsumen No 8 Tahun 1999 dengan Akad

Asuransi Syariah.

`Salah satu tujuan dari pembentukan Undang-Undang Perlindungan

Konsumen adalah untuk mengangkat harkat martabat kehidupan konsumen dengan

menghindari akibat negatif, selain dari pemakaian barang juga manfaat jasa. Upaya

melindungi yang dilakukan melalui Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8

tahun 1999 diharapkan mampu menegakkan norma hukum perlindungan konsumen dan

sisi lain memberikan rasa tanggung jawab dunia usaha.

Dari beberapa materi muatan Undang-Undang Perlindungan Konsumen,

salah satunya ketentuan mengenai klausula baku didasari atas pemikiran bahwa dasar

praktek bisnis, klausula baku sangat dibutuhkan keberadaanya terutama bagi pelaku

usaha yang mengelola kegiatan jasa seperti; perbankan, asuransi, transportasi, dan lain-

lain yang memiliki transaksi cepat, murah, efektif, dan efisien.

Dapat difahami pemberlakuan klausula bakud dalam formulir maupun

dokumen perjanjian standar memberikan kemudahan kepada pelaku usaha agar tidak

berulang-ulang membuat perjanjian dengan konsumen yang berbeda-beda, jumlah

banyak, dan tentunya membuang tenaga, waktu dan biaya. Namun yang menjadi

masalah, seringkali klusula standard ini diadakan hanya untuk memberikan legitimasi

Page 67: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

kepada pelaku usaha untuk memberikan hak tawar (bargaining position) kepada

konsumen.

Pengaturan kontrak menurut Pasal 1 butir 10 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen No 8 tahun 1999 adalah sebagai berikut: “Setiap aturan atau ketentuan dan

syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh

pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjan yang mengikat

dan wajib dipenuhi oleh konsumen”.

Dengan perkataan lain akad merupakan suatu ketentuan yang menjadi tolok

ukur yang memuat hak dan kewajiban para pihak dalam suatu transaksi baik barang

dan/atau jasa yang dibuat secara tertulis dan materi telah ditentukan sebelumnya secara

sepihak.40

Klausula baku menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, diatur dalam Bab V dengan judul “ketentuan pencatuman

klausula baku”, yang dimuat di dalam pasal 18 ayat (1) sampai dengan ayat (4), yang

pada dasarnya melarang klausula baku di dalam perjanjian standar yang memenuhi

kriteria seperti yang disebut dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen .

Untuk menjunjung tinggi dan memberikan kepastian hukum, pengaturan

klausula baku dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen menggunakan cara

40

Pedoman Klausula Baku Di Bidang Asuransi. Direktorat Perlindungan Konsumen,

Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, departemen Perindutrian dan Perdagangan, 2001. hal. 8

Page 68: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

penyusunan daftar negatif, dengan delapan materi dilarang yaitu apabila klausula

baku:41

a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;

b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang

telah dibeli oleh konsumen;

c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang

dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;

d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha, baik secara

langsung maupun tidak langsung, untuk melakukan segala tindakan sepihak yang

berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;

e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa

yang dibeli oleh konsumen;

f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi

harta kekayaan konsumen memanfaatkan yang dibelinya.

g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau

pengubahan lanjutan yang dibuat secara sepihak oleh pelaku usaha dalam masa

konsumen memanfaatkan yang dibelinya;

h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk

pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang

dibeli oleh konsumen secara angsuran;

41 UUPK No 8 tahun 1999

Page 69: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Sebagai kelengkapan materi tersebut, Undang-Undang Perlindungan

Konsumen juga melarang pencatuman klausula baku yang letak atau pengungkapannya

mengakibatkan konsumen tidak dapat mengerti atau sulit melihat dan atau membaca

secara jelas (pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen).

Dalam penjelasan Undang-Undang Perlindungan Konsumen, tidak

disebutkan klausula baku seperti apakah yang dapat dinyatakan sebagai klausula baku

yang sulit terlihat, tidak dapat dibaca secara jelas serta pengungkapan sulit dimengerti,

padahal demi kepastian hukum perlu ada suatu kriteria atau acuan mengenai klausula

baku seperti apa yang dapat dinyatakan sebagai klausula baku yang bentuknya sulit

terlihat, tidak dapat dibaca secara jelas serta pengungkapannya sulit dimengerti.

Pada dasarnya transaksi dalam hukum Islam bersifat mengikat. Apabila

transaksi tersebut telah sempurna dengan adanya ijab dan qobul yang dilakukan oleh

kedua pihak, setelah “pembuatan akad” maka transaksi tersebut mengikat dan wajib

dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Hanya permasalahanya, ketika transaksi

muamalah itu harus sempurna dengan cara yang bisa menghilangkan perselisihan antar

individu, maka hukum Islam telah mengharamkan individu tersebut untuk melakukan

penipuan (tadlis) transaski tersebut.42

Bahkan, hukum Islam telah menjadikan penipuan

sebagai suatu dosa, baik penipuan tersebut berasal dari penjual maupun pembeli barang.

Setiap melakukan transaksi senantiasa harus dilandasi oleh aturan hukum-

hukum Islam (syariah), karena transaksi adalah manisfestasi amal manusia yang

42 Taqyudin Annabani, Membangun Ekonomi Alternatif Perspektif Islam (Surabaya,

Risalah Gusti 1996) hal. 205

Page 70: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

bernilai ibadah dihadapan Allah SWT, sehingga dalam Islam dapat dikategorikan

menjadi dua bagianYakni transaksi yang halal dan transaksi yang haram. Halal dan

haramnya suatu transaksi tergantung beberapa kreteria yaitu:

a). Obyek yang dijadikan transaksi apakah obyek halal atau obyek haram.

b). Cara bertransaksi apakah cara bertransaksi halal atau transaksi haram.

Disamping ketentuan diatas, Hukum Islam sebagai bagian dari muamalah

harus pula memperhatikan prinsip-prinsip bidang muamalah dalam bertransaksi.

Prinsip-prinsip tersebut sabagai berikut43

:

f. Prinsip antaradhain (saling rela dalam akad);

g. Prinsip al-I’timad ‘ al-nafs (kewirausahaan);

h. Prinsip al-ta’awun ( saling tolong menolong);

i. Prinsip al-mas-uliyah ( tanggung jawab );

j. Prinsip al-taysir (kemudahan), karena segala prinsip muamalah diperbolehkan

sepanjang tidak ada larangan

k. Prinsip al-idariyah (administrasi keuangan yang benar dan transparan);

l. Prinsip al-takaful al-ijmali (tanggung jawab sosial);

m. Prinsip al-ikhtiyat (kehati-hatian).

Hukum Islam memberikan kemudahan atau kebebasan pada setiap orang

untuk melakukan akad sesuai yang diinginkan, sebaliknya apabila ada unsur pemaksaan

43 Djazuli, Fikih Siyasah (Implementasi Kemaslahaan Umat Dalam Rambu-rambu Syariah (

Jakarta: Prenada Media, 2003) hal 412.

Page 71: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

atau pemasungan kebebasan akan menyebabkan legalitas kontrak yang dihasilkan batal

dan tidak sah. Ketentuan ini menggambarkan prinsip dasar muamalah yaitu kebolehan

(mubah) yang mengandung arti bahwa hukum Islam memberi kesempatan luas

perkembangan bentuk dan macam muamalah baru sesuai dengan perkembangan

kebutuhan hidup masyarakat.

Namun, kebebasan berakad tersebut memiliki batasan terhadap hal-hal yang

sudah dilarang dalam syariat. Tujuan dari pembatasan tersebut adalah untuk menjaga

agar tidak terjadi penganiayaan terhadap sesama manusia melalui kontrak yang

dibuatnya.

Dengan demikian Hukum Islam dan Undang-Undang Perlindungan

Konsumen sama-sama memberikan kepastian hukum kepada setiap pihak yang

melakukan akad, agar masing-masing pihak tidak ada yang dirugikan, khususnya para

nasabah. Bila masing-masing tidak melaksanakan hak dan kewajiban, maka dapat

membatalkan akad yang telah dibuat, dan mendapatkan sangsi sesuai ketentuan yang

berlaku..

Penerapan Undang-Undang Perlindungan Konsumen No 8 Tahun

1999 Pada Akad Asuransi Syariah.

Dalam tulisan ini, penulis mencoba mengkaji dan mengalisa bagaimana

penerapan ketentuan pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen dalam polis

asuransi syariah studi kasus pada AJB Bumiputera 1912 Divisi Syariah. Untuk

mendukung Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, digunakan juga

Page 72: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

ketentuan-ketentuan hukum lainnya yang berhubungan dengan bidang asuransi seperti

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP), Kitab Undang-Undang dagang

(KUHD) Undang-Undang No 2 Tahun 1992 tentang penyelenggaraan Usaha, Peraturan

Pemerintah No 63 tahun 1999 tentang perubahan atas PP No 73/1992 dan beberapa

peraturan pelaksana seperti keputusan menteri keuangan No.225 KMK. 017/2003

tentang penyelenggaaan Usaha Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

Adapun ketidaksesuaian tehadap ketentuan Pasal 18 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen yang dijumpai dalam polis AJB Bumiputera 1912 Cabang

Syariah sebagai berikut :

1. Pengalihan Tanggung Jawab Pelaku Usaha

Klausula yang berisikan pengalihan tanggung jawab ini dikenal dengan

istilah klausula eksonerasi. Dari ketentuan pasal 18 ayat (1) butir a Undang-Undang

Perlindungan Konsumen diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap pelaku usaha

(barang dan/atau jasa) dilarang mencantumkan klausula yang substansinya berisikan

pengalihan atau peniadaan tanggung jawab pelaku usaha. Jenis ketentuan ini

terdapat pada

Polis AJB Bumiputera Pasal 11 ayat (2) :

"Dalam hal peserta ditakdirkan meninggal dunia jangka waktu pengajuan santunan

beserta bukti-bukti pendukungnya selambat-lambatnya 1 (satu) sejak peserta

ditakdirkan meninggal dunia, diluar jangka waktu tersebut badan berhak menolak

permintaan santunan"

Pasal 16 ayat (2) Keputusan menteri Keuangan No.225/KMK.017/2003

menyatakan: “Dalam polis asuransi dilarang pencantumkan suatu ketentuan yang

Page 73: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

dapat ditafsirkan bahwa, Tertanggung tidak harus menerima penolakan pembayaran

klaim”.

Pasal 1976 KUHP berbunyi bahwa: “segala tuntutan hukum, baik yang

bersifat perbendaan maupun yang bersifat perorangan, hapus karena dasaluarsa

dengan leawatnya waktu tiga puluh tahun.

Pasal 1946 KUHP mengatakan bahwa: “Daluarsa adalah suatu alat untuk

memperoleh suatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya

suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-Undang”.

Pasal 1952 KUHP, mengatakan bahwa: “Orang-orang berpiutang dan lain-

lain orang yang berkepentingan dapat melawan pelepasan dasaluarsa yang

dilakukan oleh si berutang dengan maksud mengurangi hak-hak mereka secara

curang”.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan diatas, maka uang pertanggungan yang

belum dibayarkan oleh penanggung adalah piutang yang ditunjuk, yang wajib

dilunasi oleh Penanggung. Utang piutang adalah termasuk dalam tuntutan hukum

yang bersifat kebendaan. Oleh karena itu, maka piutang Yang Ditunjuk daluarsanya

adalah 30 tahun. Dengan demikian, penetapan dasaluarsa harus dilakukan dengan

mengikuti acuan yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. Apabila oleh undang-

undang telah ditetapkan 30 tahun sebagai waktu daluarsanya, sehingga

menyebabkan timbulnya kerugian bagi yang Ditunjuk, maka yang Ditunjuk untuk

menuntut haknya.

Page 74: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

2. Mengatur Prihal Pembuktian Atas Hilangnya Kegunaan Barang Atau

Pemanfaatan Jasa Yang Dibeli Konsumen

Ketentuan Pasal 18 ayat (1) butir e Undang-Undang Perlindungan

Konsumen diatas, ditunjukan bagi pelaku usaha yang menawarkan barang

dan/atau jasa untuk diperdagangkan. Ketentuan dalam butir ini melarang pelaku

usaha tersebut mencantumkan klausula baku dalam dokumen atau perjanjian

dimana substansi dari klausula tersebut menyatakan keharusan bagi konsumen

untuk membuktikan hilangnya atau kurangnya keguanaan suatu barang atau jasa

yang telah dibeli konsumen. Contoh kalusula diatas terdapat pada :

Polis AJB Bumiputera pasal 11 (1.2)

“Surat bukti mengenai kecelakaan diri dari yang berwajib termasuk surat

keterangan dari Dokter dalam hal peserta meninggal dunia karena kecelakaan”.

Merujuk Pasal 28 Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang berbunyi,

“Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam gugatan ganti rugi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 22, Pasal 23 Pasal 23 yang berbunyi

merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha”.

Adapun bunyi pasal 19 pasal 22 dan pasal 23 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen sebagai berikut :

a) Pasal 19 Berbunyi :

Page 75: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,

pencemaran dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang

dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan yang bersangkutan.

2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa

pengembalian uang atau pergantian barang dan/atau jasa sejenis atau setara

nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santuanan yang

sesuai dengan ketentuan peratuaran perundang-undangan yang berlaku.

3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu (7 tujuh) hari

setlah tanggal transaksi.

4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan

pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.

5) Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku

apabila pelaku konsumen dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut

merupakan kesalahan konsumen.

b) Pasal 22 yang berbunyi :

“Pembuktian terhadap ada dan tidaknya unsur kesalahan dalam kasus pidana

sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (4) pasal 20, pasal 21 dan

tanggung jawab pelaku usaha tanpa menutup kemungkinan bagi jaksa untuk

melakukan pembuktian”.

c) Sedangkan gkan Pasal 23 berbunyi :

“Pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak memberikan tanggapan dan/atau

tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud

dalam pasal 19 ayat (1), ayat (2) ayat (3) dan ayat (4), dapat digugat melalui

badan penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan kebadan pengadialn

di tempat kedudukan konsumen”.

Dengan demikian, prinsip pembuktian dalam Undang-Undang Perlindungan

Konsumen adalah terbalik, sehigga bila terjadi sengketa antara pelaku dan usaha

konsumen/pihak yang secara sah mewakili konsumen, yang harus membuktikan

terjadi/tidak terjadinya kesalahan adalah pelaku usaha dan bukan konsumen/pihak

yang secara sah mewakili konsumen.

3. Memberikan Hak Kepada Pelaku Usaha Untuk Mengurangi Manfaat Jasa Atau

Mengurangi Harta Kekayaan Konsumen Yang Menjadi Objek Jual Beli Jasa;

Page 76: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Ketentuan Pasal 18 ayat (1) butir e Undang-Undang Perlindungan

Konsumen diatas, ditunujukan bagi pelaku usaha yang menawarkan barang

dan/atau jasa diperdagangkan. Ketentuan tersebut melarang pelaku usaha

mencantumkan klausula tersebut menyatakan pemberian hak kepeda pelaku usaha

(secara sepihak) mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan

konsumen yang menjadi objek jual beli jasa.

Klausula baku yang dimaksud diatas, terdapat pada polis-polis asuransi jiwa

dibawah ini :

Polis AJB Bumiputera Pasal 11 ayat 3

“Badan berhak untuk meminta dokumen yang diaggap perlu dalam pengajuan

klaim”.

Pasal 14 (a) Keputusan Menteri Keuangan No. 225/KMK.017/1993

menyatakan : “Tindakan yang dapat dikategorikan sebagai memperlambat

penyelesaian klaim sebagaimana dimaksud pasal 23 ayat (1) PP 73 Tahun 1992

adalah tindakan Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi yang tidak

secepatnya melakukan penyelesaian klaim tidak wajar, antara lain:

Memperpanjang proses penyelesaiaan klaim dengan meminta penyerahan

dokumen tertentu yang kemudian diikuti dokumen lain yang pada dasarnya berisi

hal yang sama”.

Pasal 15 Keputusan Menteri Keuangan No. 225/KMK.017/1993 menyatakan

: “Perusahaan Asuransi harus telah menyelesaikan pembayaran klaim paling lama

Page 77: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

30 (tiga puluh) hari sejak adanya kesepakatan atau kepastian mengenai jumlah

klaim yang harus dibayar”.

Dengan demikain, bila sudah ditentukan dokumen-dokumen apa saja yang

harus diserahkan oleh pemegang polis /tertanggung untuk mengajukan klaim

untuk apa lagi menyerahkan keterangan-keterangan lain/dokumen-dokumen lain?

Perlu dingat, bahwa bila alasan belum diserahkannya keterangan-

keterangan/dokumen-dokumen lain kemudian klaim tidak diberikan kepada

Pemegang Polis/Tertanggung lebih dari 30 hari setelah adanya kesepakatan

mengenai jumlah klaim yang harus dibayar, maka Penanggung telah mengurangi

manfaat jasa yang tenjadi objek pertanggungan. Karena dengan depresiasi yang

terjadi dari waktu ke waktu, keterlambatan tersebut mengurangi nilai dari klaim

tersebut.

Dampak Penerapan Hukum Pelindungan Konsumen dan Hukum

Islam

Dalam perkembangan teori hukum perjanjian yang modern ini, dimana asas

itikad baik harus sudah ada sejak pada tahap pra perjanjian/kontrak atau tahap

perundingan, Indonesia sendiri pada dasarnya telah memberlakukan teori modern ini,

yakni dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, dimana secara implisit menurut Pasal 9 ayat (1) bahwa :

"Pelaku usaha dilarang menawarkan, memproduksikan, mengiklankan suatu barang

Page 78: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

dan/atau jasa secara tidak benar".

Setiap transaksi jual beli barang dan/atau jasa yang mencantumkan klausula

baku yang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku, konsumen dapat menggugat pelaku

usaha yang mencantumkan klausula baku yang dilarang dan pelaku usaha tersebut dan

dapat dijatuhi sanksi pidana denda atau pidana penjara.

Pencantuman klausula baku yang benar adalah yang tidak mengandung

unsur atau pernyataan yang dilarang dalam undang-undang, bentuk dan

pencantumannya mudah terlihat dan dipahami.

Dengan diberlakukanya Undang-Undang Perlindungan Konsumen, maka

setiap pencatuman klausula baku yang memenuhi ketentuan larangan sebagaimana

dimaksud pada Undang-Undang No. 8 Tahun 1999, dinyatakan batal demi hukum, dan

bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan tersebut dapat dikenakan sanksi sebagai

berikut44

:

a. Sanksi Perdata

1) Perjanjian standar yang dibuat oleh pelaku usaha jika digugat didepan

pengadilan oleh konsumen, akan menyebabkan hakim harus membuat putusan

bahwa perjanjian standar batal demi hukum

2) Pelaku usaha yang saat ini telah mencantumkan klausula baku dalam dokumen

atau perjanjian standar yang digunakan wajib merevisi perjanjan standar yang

digunakannya sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.45

44 Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen. 45 Pasal 18 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Page 79: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

b. Sanksi Pidana

Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal

18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen dipidana dengan pidana penjara 5

(lima) tahun atau pidana denda Rp. 2.000. 000.000.- (dua miliar rupiah).46

Selanjutnya beberapa hukuman tambahan dapat berupa (Pasal 63 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen ):

1) Perampasan barang tertentu;

2) Pengumuman keputusan hakim;

3) Pembayaran ganti rugi;

4) Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian

konsumen;

5) Kewajiban penarikan barang dari persedaran; atau

6) Pencabutan izin usaha;

Dari Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen ini, dapat

disimpulkan bahwa asas itikad baik harus sudah ada sejak pra perjanjian/kontrak

dan janji-janji pra kontrak/perjanjian akan berdampak hukum.

Dalam prakteknya, Asas itikad baik yang baru diterapkan setelah perjanjian

ditandatangani sebagaimana ketentuan yang tercantum didalam KUHPerdata Pasal

1338 ayat (3), untuk saat ini penerapannya sudah tidak sesuai lagi karena

seharusnya asas itikad baik sudah harus diterapkan sejak saat perundingan atau pra

46 Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Page 80: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

kontrak.

Dari apa yang telah diuraikan diatas, karena di Indonesia, selain Undang-

Undang Tentang Perlindungan Konsumen, belum ada pengaturan yang khusus

mengenai "dampak hukum dari janji-janji pra kontrak", sehingga kekosongan

hukum ini diharapkan dapat diisi dari pertimbangan-pertimbangan dan putusan-

putusan pengadilan, Pengadilan/Hakim didalam memeriksa perkara dapat

menggunakan metode penafsiran untuk dapat mengisi kekosongan hukum,

Dengan demikian setiap pelaku usaha tindak pidana tertentu yang

disebutkan dalam pasal 62 Undang-Undang Perlindungan Konsumen dapat pula

dijatuhi hukuman tambahan sebagaiman diatur dalam pasal 63 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen tersebut.

Pelaku usaha tidak boleh melakukan berbagai cara yang dilarang syari’at,

mengingat pelaku usaha kerap kali mencari kesempatan dari kekayaan atau

profesinya untuk memperdaya konsumen. Bahkan, pelaku usaha tidak segan-segan

melakukan pendekatan pengadilan melalui penyogokan terhadap hakim atau pejabat

pengadilan untuk memenangkan kasusnya, sehingga konsumen semakin menderita.

Salah satu firman Allah Swt., dalam surat al-Baqarah : 188 :

���� �������J!�"# $�%"&'��(��) $�%,�./ 01�2+(&��3/

����&Pb�#�� ����3/ ^Y<35 ����+(��� ������ !�k�&

�?5�_9"! P;�@� U�'��(��) H�H�&�� UV(V*l��3/ VCG�)�� 6�☺Y�� )٢/١٨٨ :ا��NCة ( .#"

Artinya:

Page 81: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di

antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa

(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian

daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal

kamu Mengetahui. (al-Baqarah : 188)

Ayat di atas, melarang untuk memperoleh harta orang lain secara tidak adil

kepada orang lain dengan mengemukakan bukti-bukti tidak benar. Perbuatan tidak

adil dan salah dapat merusak sistem ekonomi yang akhirnya akan menghancurkan

keseluruhan sistem sosial, termasuk orang yang melakukan tindak kekerasan.

Seseorang dilarang melanggar dan merampas hak orang lain serta diberikan

kebebasan dalam mengumpulkan harta dengan cara halal. Haram menggunakan

pihak berkuasa (kekuasaan) agar ia memihak kepada seseorang untuk

mengumpulkan harta (kekayaan), karena merupakan “pelanggaran ekonomi”.

Dalam menegakkan keadilan, kesenjangan masyarakat harus dihapuskan melalui

pemberian hak-hak konsumen secara adil dan merata. Transaksi jual beli tidak boleh

disimpangkan di dalam hukum dengan menghindari keadilan.

Page 82: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

BAB V

PENUTUP

Bab ini merupakan bab yang terakhir dari ragkaian penulisan skripsi ini.

Dengan demikian pada bab kali ini, penulis mencoba mmberikan atau menarik

beberapa kesimpulan dari apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.

Sehubungan dengan hal itu juga penulis kemukakan saran-saran yang berkaitan

dengan permasalahan yang akan dihadapi oleh AJB Bumiputera 1912 Cabang

Syari’ah berkenaan dengan penerbitan polis asuransi syariah, dengan harapan

sekiranya saran-saran tersebut dapat membantu perusahaan ini dalam mengabil

keputusan guna perkembangan dan dan kemajuan AJB Bumiputera 1912 dimasa

yang akan datang.

A. Kesimpulan

1. Isi dari suatu perjanjian/akad, tidak hanya mencerminkan aspirasi pelaku

usaha, tatapi juga harus mengakomodir pula kepentingan konsumen, harus

memperhatikan unsur kelayakan, kepatutan, dan kepantasan. Hukum Islam

dan Pasal 18 Undang-Undang No 8 Tentang Perlindungan Konsumen,

berusaha untuk mengurangi atau mengantisipasi sisi negatif dari suatu

perjanjian/akad. Sehingga pada saat konsumen menandatangani suatu

perjanjian harus diciptakan adanya keseimbangan atau kesederajatan posisi

dengan pelaku usaha dalam menentukan perjanjian, berdasarkan asaz

kebebasan berkontrak.

Page 83: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

2. Pelaku usaha tidak boleh melakukan berbagai cara yang dilarang syari’at,

mengingat pelaku usaha kerap kali mencari kesempatan dari kekayaan atau

profesinya untuk memperdaya konsumen.

3. Pada tahun 1999 telah diundangkan undang-undang perlindugan konsumen

No. 8 tahun1999 tetag perlindungan konsumen (UUPK). Undang-Undang

ini telah lama dinantikan kehadirannya terutama agar dapat memberikan

dasar hukum dan kepastian hukum bagi pelaksana perlindungan konsumen

di Indonesia. Sebagai undang-undang payung bagi pelaksana perlindungan

konsumen di Indonesia.

4. Setelah mempelajari isi polis AJB Bumiputera 1912 terdapat beberapa

klausula standar tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 18 UUPK antara lain

adalah klausula standar yang esensinya secara mendasar telah mengalihkan

tanggung jawab pelaku usaha kepada tertanggung/pemegang polis asuransi.

5. Klausula baku yang dicantumkan adalah aturan yang menetapkan bahwa

pemegang polis/konsumen tunduk pada ketentuan atau peraturan yang

berupa tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan, aturaran tambahan

yang dibuat secara sepihak oleh perusahaan asuransi/pelaku usaha

dikemudian hari. Tentu saja ini menciptkan ketidakpastian hukum bagi

pemegang polis selaku konsumen dan tidak ada kesejajaran hak dan

kewajiban antara pelaku usaha dan konsumen. Konsumen sangat dirugikan

karena setiap waktu dapat diterapkan ketentuan-ketentuan baru yang

konsumen tidak tahu sebelumnya dan sangat besar kemungkinannya dan

Page 84: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

sangat besar kemungkinan ketentuan-ketentuan baru tersebut tidak

menguntungkan konsumen. Maka konsumen berhak menuntut klausula-

klausula tersebut dinyatakan batal demi hukum.

B. Saran.

Dari uraian yang telah penulis terangkan diatas, maka penulis ingin

memberikan beberapa saran, yaitu:

1. Pelaku Usaha perlu segera meningkatkan pemahamannya terhadap Undang

Undang Perlindungan Konsumen agar tidak lagi Perusahaan Asuransi yang

menolak untuk memberi kesempatan kepada calon pemegang polis untuk

lebih dahulu mempelajari isi polis.

2. Pelaku Usaha perlu melakukan evaluasi terhadap polis asuransi yang selama

ini beredar pada masyarakat agar ketentuan polis asuransi tidak bertentangan

dengan delapan daftar negatif klausula standar pada Undang-Undang

Perlindungan Konsumen.

3. Agar ketentuan Pasal 18 Undang Undang Perlindungan Konsumen dapat

berjalan baik, perlu dilakukan pengawasan dari Pemerintah, Dewan Syariah

Nasional, tidak hanya oleh Direktorat Asuransi, Departemen Keuangan,

tetapi juga melibatkan dan memberi wewenang kepada Direktorat

Perlindunagn Konsumen, Departemen Perindustrian dan Perdagangan untuk

melindungi konsumen khususnya pemegang polis asuransi.

4. Perlu menambah badan/komisi kalusula standar dibawah Departemen

Kehakiman bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional yang bertugas

Page 85: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

memberi persetujuan kepada setiap klausula standar yang akan dipasarkan

kepada masyarakat luas, juga melakukan pengawasan terhadap semua

klausula standar yang beredar dipasaran agar sesuai dengan ketentuan

syariat Islam.

5. Konsumen dan juga calon Nasabah Asuransi Syariah diharapkan dapat

bersikap kritis dan berani menolak terhadap isi polis yang dianggap

merugikan dirinya.

Page 86: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, Semarang, CV

Toha Putra, 1989

Abdullah, Anwar, Kamus Umum Asuransi, Jakarta Kesain blanc, 1996, cet. Ke-3.

Ali, AM Hasan, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Suatu Tinjauan Analisis Historis,

Teoritis & Praktis, Jakarta, Kencana, 2004

Ash-Shidiqi, Hasbi, TM. Pengantar Fikih Muamalah, Semarang , PT Pustaka rikzi Putra,

1999.

Ali M. Hasan, Masail FiqhiyahI (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000)

A. Mas’adi, Gufran, Fiqh Muamalah Kontektual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2002)

Dewi, Gemala,, Aspek-aspek Hukum Perbankan & Perasuransian Syariah di Indonesia,

Jakarta, Kencana, 2000

Darmawi, Herman, manajemen Asuransi, Jakarta, PT Bumi Aksara 2001, cet. Ke-2.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Hukum Islam , Ensiklopedi Hukum Islam “ Akad dan

Asuransi” Jakarta PT. Ichtiar Baru van Hoeva, 1996, cet. Ke-1.

Djojosoedarso, Soeisno Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, Jakarta. Salemba

Empat.

Draf Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Draf Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Gerson, F Richard, Mengukur Kepuasan Pelanggan, Jakarta, PPM, 2004

Hamid, Husen, Ihsan, Asuransi dalam Hukum Islam Tinjaun Atas Riba dan Gharar

(Jakarta: CV. Virdaus, 1996)

Page 87: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Harahap, Syafri, Sofyan, Akuntansi Islam, Bumi Aksara, 1997, cet. Ke-1

Harun,Nasroen Fiqh Muamlah, Jakarta, Gaya Media Pratama, 2000

K, Lubis,Ibrahim. Ekonomi Islam Suatu Pengantar II, Jakarta: Kalamulia, 1995

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta, Kalam Mulia, 1995 cet. Ke1

....Modul Asuransi Syari’ah Jakarta : Kantor Pusat PT Asuransi Umum Bumiputera 1912

Cab. Syari’ah

Murtadha Mutahari, Pandangan Islam tengtang Asuransi dan Riba, Bandung : Pustaka

Hidayah, 1995

Nawawi, Imam. Terjemah Riyadhus Shalihin, Pustaka Amani, Jakarta, cet.IV, Rabiul Awal

1420/ Juli 1999 M edisi revisi

Nabani, Taqyudin, Membangun Sistem Ekonomi Perspektif Islam, Surabaya, Gusti, 1996

Prihartoro, M Wahyu, Manajemen Pemasaran Dan Tata Usaha Asuransi, Yogyakarta,

Kanisius, 2001

Pangaribuan, Emmy, Hukum Pertanggugan, Yogyakarta. Gramedia 1980

Qardawi, Yusuf Halal dan Haram, Jakarta Rabbani press, 2000, cet Ke-1

Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Isla, Kuala Lumpur, Dewan Bahasa dan Pustaka, 1994

Jilid IV, cet.Ke-2.

Rejeki, Sri Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta: Sinar

Grafika,1992

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT Intermasa, 1992

Suparman, Man, Sastrawidjaja, Hukum Asuransi, Perlindungan Tertanggung, Asuransi

Deposito, Usaha Persauransian, Bandung PT Alumni 2004)

Page 88: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

Sendra, Ketut, Panduan Sukses Menjual Asuransi, Jakarta, PPM, 2002

Sula, Muhamad Syakir, Asuransi Syari’ah (Life And General) Konsep Dan Sistem

Oprational, Jakarta, Gema Insani, 2004

www.Depku.com

www.Hukum online.com

Yasin, Sulchan, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya, Amanah, 1997

Page 89: EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18945/1/MOHAMAD... · PEMEGANG POLIS ASURANSI SYARIAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN