efektivitas upaya pengendalian mutu pisang ambon …

131
EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON GUNA MEMINIMALISASI TINGKAT PENGEMBALIAN OLEH KONSUMEN PADA CV. BUMIDAYA UTAMA, BEKASI. SKRIPSI Farah Afifah Lubis 1112092000042 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M / 1438 H

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU

PISANG AMBON GUNA MEMINIMALISASI

TINGKAT PENGEMBALIAN OLEH KONSUMEN

PADA CV. BUMIDAYA UTAMA, BEKASI.

SKRIPSI

Farah Afifah Lubis

1112092000042

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M / 1438 H

Page 2: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

ii

EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU

PISANG AMBON GUNA MEMINIMALISASI

TINGKAT PENGEMBALIAN OLEH KONSUMEN

PADA CV. BUMIDAYA UTAMA, BEKASI.

Farah Afifah Lubis

1112092000042

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agribisnis Pada

Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M / 1438 H

Page 3: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

iii

Page 4: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

iv

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR

HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 01 Februari 2017

Farah Afifah Lubis

NIM. 1112092000042

Page 5: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

v

Data Diri

Riwayat Pendidikan

Pengalaman Organisasi

Pengalaman Magang

Prestasi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Farah Afifah Lubis

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal, Lahir : Jakarta, 4 Juli 1994

Agama : Islam

Alamat : Jl. Haji Jayun 2 No.17 RT.03

RW.03 Kel. Pengasinan

Kec. Rawalumbu

Kota Bekasi - 17115

No. Handphone : 0812 1914 4883

Email : [email protected]

1. 2012 – 2017 : Program Studi Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. 2009 – 2012 : SMA IT Thariq Bin Ziyad

3. 2006 – 2009 : SMP IT Thariq Bin Ziyad

4. 2000 – 2006 : SD IT Thariq Bin Ziyad

5. 1999 – 2000 : TK Al Huda

1. 2009 – 2011 : Anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)

2. 2009 – 2011 : Bendahara Kelompok Kerja Mading Siswa (KKMS)

3. 2011 : Ketua Panitia Thariq Festival 2

2015 : Warehouse Distributor Buah CV. Bumidaya Utama Bekasi

1. 2007 : Juara 3 Lomba Nasyid Tingkat SMP Kabupaten Bekasi

2. 2007 : Tim Paduan Suara Kabupaten Bekasi (Pengibaran Bendera

Merah Putih)

3. 2010 : Finalis Olimpiade Matematika Tingkat SMA Kabupaten

Bekasi

4. 2011 : Juara 3 Kompetisi Vocal Group Tingkat SMA Banten

Page 6: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

vi

RINGKASAN

FARAH AFIFAH LUBIS. Efektivitas Upaya Pengendalian Mutu Pisang

Ambon Guna Meminimalisasi Tingkat Pengembalian oleh Konsumen pada

CV. Bumidaya Utama, Bekasi. Dibawah bimbingan AKHMAD MAHBUBI

MUFTI dan JUNAIDI

Pisang merupakan buah yang cukup dikenal dimasyarakat Indonesia dengan

buah yang memiliki kandungan yang baik, dan berdampak pula pada meningkatnya

tingkat konsumsi dan produksi buah pisang di Indonesia . Untuk itu pisang memiliki

potensi yang besar untuk meningkatkan produksi dan penjualannya. Namun,

Indonesia baru bisa mengekspor buah pisang ke negara Jepang, sisanya masih

dikonsumsi oleh masyarakat dan dikelola oleh perusahaan-perusahaan yang

bergerak di bidang buah-buahan. Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang

supplier buah-buahan yaitu CV. Bumidaya Utama dengan komoditi unggulannya

yaitu pisang ambon. Pengiriman pisang ambon ini diutamakan kepada konsumen

industri dengan skala 5.000 pcs sampai dengan 20.000 pcs perharinya. Namun

ditemukan 22% pengembalian pisang ambon oleh konsumen dari total pengiriman

selama satu tahun, yang perharinya dapat terjadi pengembalian sampai dengan 50%

dari jumlah yang dikirimkan.

Walaupun kebijakan dari perusahaan akan segera mengganti langsung kepada

konsumen dengan seperti jumlah yang diminta diawal, namun jika pengembalian

ini terus terjadi maka akan berdampak buruk pada perusahaan. Oleh karena itu,

perusahaan supplier pisang ambon CV. Bumidaya Utama pelu upaya pengendalian

mutu guna meminimalisasi tingkat pengembalian oleh konsumen. Penelitian ini

bertujuan untuk (1) mengidentifikasi jenis penyebab pengembalian pisang ambon

pada CV. Bumidaya Utama, (2) membuat rancangan usulan perbaikan mutu pisang

ambon pada CV. Bumidaya Utama, (3) menerapkan hasil usulan perbaikan mutu

pisang ambon pada CV. Bumidaya Utama, (4) menganalisis pengaruh keberhasilan

penerapan pengendalian mutu pisang pada CV. Bumidaya Utama.

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ada dua, yaitu desain

penelitian deskriptif dengan menggunakan metode analisis data sekunder dan

desain penelitian kausal dengan menggunakna metode eksperimen. Sumber data

yang digunakan adalah data primer yang bersifat kualitatif. Data primer diperoleh

melalui observasi langsung dengan mencatat informasi sesuai dengan apa yang

terjadi selama penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan Total Quality

Control dan data yang diperoleh dianalisis dengan metode Quality Control Cycle

melalui check sheet, stratifikasi, diagram batang, peta kendali,diagram pareto,

diagram Fishbone dan tabulasi.

Page 7: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

vii

Kesimpulan penelitian ini adalah jenis penyebab pengembalian pisang ambon

yang terjadi ada pada 9 (Sembilan jenis) dan hasil identifikasi jenis berdasarkan

persentase tertinggi atau dominan yaitu pada jenis ukuran tidak sesuai, bonyok atau

lembek, dan matang tidak merata. Penerapan usulan perbaikan yang dilakukan

berdasarkan faktor penyebabnya. Untuk faktor manusia usulan yang dilakukan

adalah membuat SOP ketenagakerjaan beserta alurnya yang menghasilkan

menurunnya tingat kesalahan pekerjaan saat proses produksi. Untuk faktor material

usulan yang dilakukan adalah membuat SOP penerimaan khusus pisang ambon

yang menghasilkan tidak memudahkannya pisang ambon yang berkualitas buruk

diterima. Untuk faktor mesin atau peralatan diadakannya alat yang dibutuhkan

untuk pengukuran, menggunakan alas berupa daun pisang untuk mengelilingi

kemasan peti kayu, memisahkan wadah untuk pencucian dengan wadah untuk

pencampuran obat dan menggunakan ichipon 480 sl yang semua nya berdampak

mengurangi kerusakan pada pisang ambon. Dan untuk faktor metode diadakannya

SOP khusus pisang ambon, baik dari penerimaan sampai dengan pengiriman ke

konsumen. Dengan usulan yang sudah diterapkan, maka dapat dikatakan bahwa

upaya pengendalian mutu pisang ambon dapat meminimalisasi tingkat

pengembalian oleh konsumen.

Kata kunci : Pisang Ambon, Supplier Buah, Mutu, Pengendalian Mutu, dan

Quality Control Cycle.

Page 8: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas

Upaya Pengendalian Mutu Pisang Ambon Guna Meminimalisasi Tingkat

Pengembalian oleh Konsumen pada CV. Bumidaya Utama”. Penulisan skripsi

ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agribisnis pada

Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penyelesaian sampai selesainya skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak. Penulis dengan penuh rasa hormat mengucapkan

banyak terima kasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan dan

dukungan baik secara moril dan materil secara lansung maupun tidak langsung

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Ayah Yusri Effendi Lubis , MM dan Ummi tercinta Hamidah atas segala

doa, nas ihat , kasih sayang, pengorbanan, cinta serta dukungan baik secara

moril maupun materil yang diberikan kepada penulis. Penyelesaian skripsi ini

merupakan salah satu bakti dan wujud cinta saya pada kalian karena jasa

kalian sangat besar.

2. Kakak Sofi Hanana Lubis terima kasih atas support dan doa yang

membangkitkan saya untuk terus menyelesaikan skripsi ini dan menyemangati

saya ketika saya berada di titik jenuh.

Page 9: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

ix

3. Adik-adik tersayang Yusuf, Ismail, Ibrahim, Aisyah dan bang Umar yang

selalu membuat ceria di saat saya sedang berada di titik jenuh.

4. Bapak Akhmad Mahbubi Mufti, SP, MM, selaku dosen pembimbing

pertama dan Bapak Ir. Junaidi, M.Si, selaku dosen pembimbing kedua yang

telah mencurahkan tenaga, waktu, energi, pikirannya, serta memberikan

ilmunya secara tulus demi terselesainya skripsi ini.

5. Keluarga besar CV. Bumidaya Utama, terima kasih telah memberikan izin

penelitian, ilmu pengetahuan, nasihat serta dukungan kepada penulis untuk

menyelesaikan penelitian.

6. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengesahkan karya tulis ini

sebagai skripsi.

7. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, M.S selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Bapak

Dr. Iwan Aminuddin, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Agribisnis.

Terima kasih telah memberikan kesempatan dan dukungan untuk menimba

ilmu pengetahuan serta membantu dalam proses akademis.

8. Pembimbing akademik Mudatsir Nadjamuddin, MM, yang selalu memberikan

nasihat serta motivasi kepada penulis selama perkuliahan.

9. Para dosen Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu,

pengetahuan, wawasan dan pengalamannya kepada penulis sehingga dapat

terselesainya skripsi ini.

10. Rekan seperjuangan Alifah, Dwina, Bella, Avrilia, Dini, Indah, Jayanti, Radi,

Page 10: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

x

Indira, Adis dan Keluarga besar AGRIBISNIS 2012 yang selalu memberi

canda tawa selama perkuliahan sampai pada penulisan skripsi ini.

11. Sahabat AmangFriends Afifah, Syifa, Mia, Tyas, Kika, Rumay, Hasna,

Syahidul, Lukman, Ramdhan dan Sulaiman, terima kasih telah berbagi ilmu,

dukungan, dan menjadi hiburan dikala jenuh. Semoga persahabatan kita

selamanya sampai tua nanti.

12. Kepada keluarga besar KKN Bimasakti 2015 terima kasih atas ilmu, support,

dan kekompakannya.

13. Karyawan saya mba Amah yang telah mengambil alih usaha selagi saya sibuk

mengurusi skripsi ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu baik secara

langsung maupun tidak langsung yang telah membantu semangat penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhirnya hanya

kepada Allah semua itu diserahkan, semoga amal baik kita diterima oleh Allah

SWT, Aamiin Yaa Rabbal Alaamiin

Jakarta, Februari 2017

Farah Afifah Lubis

Page 11: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

xi

DAFTAR ISI

RINGKASAN ........................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 5

1.5 Ruang Lingkup ........................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7

2.1 Tinjauan Teoritis ..................................................................................... 7

2.1.1 Pisang .......................................................................................... 7

2.1.2 Mutu .......................................................................................... 17

2.1.3 Standar Mutu Pisang Ambon .................................................... 18

2.1.4 Total Quality Control ................................................................ 20

2.1.5 Sistem pengendalian dalam TQC .............................................. 21

2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 35

2.3 Kerangka Pemikiran Operasional .......................................................... 38

2.4 Hipotesis ................................................................................................ 40

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 41

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 41

3.2 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 41

3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 42

Page 12: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

xii

3.3.1 Wawancara ................................................................................ 43

3.3.2 Observasi ................................................................................... 43

3.3.3 Studi pustaka ............................................................................. 43

3.4 Metode Pengumpulan Sampel ............................................................... 44

3.5 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ......................................... 46

3.5.1 Metode Analisis Quality Control Cycle .................................... 47

3.5.2 Uji T .......................................................................................... 51

BAB IV GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN MUTU PERUSAHAAN ........... 53

4.1 Penerimaan Barang ................................................................................ 54

4.2 Pengeluaran Barang ............................................................................... 55

4.3 Pelaporan Persediaan ............................................................................. 56

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 58

5.1 Jenis Penyebab Pengembalian Pisang Ambon ...................................... 58

5.2 Rancangan Usulan Perbaikan Kualitas .................................................. 70

5.3 Menerapkan Hasil Usulan Perbaikan .................................................... 75

5.4 Analisis Pengaruh Upaya Pengendalian Mutu ...................................... 83

BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 87

6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 87

6.2 Saran. ..................................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 90

LAMPIRAN .......................................................................................................... 93

Page 13: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

xiii

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Kandungan Gizi dalam 100 gr beberapa varietas Pisang .................................... 1

2. Tingkat Konsumsi Buah Pisang di Indonesia 2010-2014 ................................... 2

3. Data Pengiriman dan Pengembalian Pisang Ambon pada CV. Bumidaya Utama

periode Mei-15 sd April-16 ................................................................................ 3

4. Klasifikasi atau Penggolongan Ukuran Pisang Ambon Segar .......................... 19

5. Syarat Mutu Pisang Ambon Segar .................................................................... 20

6. Pengertian PDCA .............................................................................................. 24

7. Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 42

8. Contoh Lembar check sheet .............................................................................. 47

9. Contoh Perhitungan Persentase dan Persentase Kumulatif ............................... 49

10. Jumlah Volume Pengembalian (berdasarkan urutan jumlahnya) periode

bulan Maret – April 2016. .............................................................................. 61

11. Rancangan Usulan Perbaikan Menurut Faktor-faktornya ............................... 73

12. Pelaksanaan Usulan Perbaikan pada Faktor Manusia ..................................... 75

13. Pelaksanaan Usulan Perbaikan pada Faktor Material/ Bahan Baku ............... 77

14. Pelaksanaan Usulan Perbaikan pada Faktor Mesin/ Peralatan ........................ 79

15. Pelaksanaan Usulan Perbaikan pada Faktor Metode ...................................... 80

16. Rangkuman Uji t Hasi Pretest dan Postest ...................................................... 85

Page 14: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

xiv

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Roda PDCA ....................................................................................................... 22

2. Delapan Langkah Gugus Kendali Mutu ............................................................ 25

3. Alur Kerangka Pemikiran ................................................................................. 39

4. Contoh Diagram Pareto ..................................................................................... 50

5. Diagram Pareto Pengembalian Pisang Ambon ................................................. 62

6. Diagram sebab-akibat pengembalian Jenis Ukuran tidak Sesuai ...................... 64

7. Diagram Sebab-Akibat Jenis Pengembalian Bonyok atau Lembek .................. 67

8. Diagram Sebab-Akibat Jenis Pengembalian Matang Tidak Merata ................. 69

9. Standar Operasional Prosedur Ketenagakerjaan ............................................... 76

10. Standar Operasional Prosedur Penerimaan Pisang Ambon ............................ 78

11. SOP Penanganan dan Penyimpanan Pisang Ambon ....................................... 81

12. Standar Operasional Prosedur Pengeluaran Pisang Ambon............................ 82

13. Diagram Batang Perbandingan Sebelum dan Sesudah Upaya Perbaikan ....... 83

14. Perbandingan Peta Kendali Sebelum dan Sesudah Perbaikan ........................ 84

15. Data Persentase Total Pengembalian Sebelum dan Sesudah Perbaikan ...... 85

Page 15: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Matrik Penelitian ............................................................................................... 94

2. Matriks Instrumen Penelitian ............................................................................ 95

3. Lembar Pengecekan Sebelum Perbaikan .......................................................... 98

4. Lembar Pengecekan Sesudah Perbaikan ......................................................... 101

5. Perhitungan Peta Kendali p sebelum perbaikan .............................................. 104

6. Perhitungan Peta Kendali p Sesudah Perbaikan.............................................. 106

7. Tabel untuk Uji t ............................................................................................. 108

8. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penerimaan Pisang Ambon ................. 110

9. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penempatan dan Penyimpanan

Pisang ambon di Warehouse .......................................................................... 111

10. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengeluaran Persediaan Pisang

ambon ........................................................................................................... 112

11. Standar Operasional Prosedur (SOP) Ketenagakerjaan ................................ 113

12. Dokumentasi Penelitian ................................................................................ 114

Page 16: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Buah pisang merupakan buah yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Buah ini banyak ditemukan di daerah tropis, terutama di daerah-daerah yang

memiliki tanah subur. Kandungan dari buah pisang juga sudah tidak diragukan lagi.

Energi yang terkandung dalam buah pisang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi jika

di bandingkan buah lain. Selain mengandung energi cukup tinggi, buah pisang juga

kaya akan mineral. Seperti yang diketahui bahwa mineral merupakan salah satu

nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan mineral pada buah pisang

diantaranya adalah kalsium, kalium, magnesium, phosphor dan besi. Gencarnya

informasi tentang baiknya mengkonsumsi buah-buahan segar, membuat kesadaran

akan hidup sehat di Indonesia terus meningkat.

Tabel 1. Kandungan Gizi dalam 100 gr beberapa varietas Pisang

Jenis

Kalori Protein Lemak Karbo

hidrat

Kalsi

um

Fos

for Besi

Vit

A

Vit

B1

Vit

C Air

b.d.d

Kal G G G Mg Mg Mg Si Mg Mg G %

Pisang

Ambon 99 1,2 0,2 25 8 28 0,5 146 0,08 3 72

75

Pisang

lampung 99 1,3 0,2 25,6 10 19 0,9 618 - 4 72,1

75

Pisang

mas 127 1,4 0,2 33,6 7 25 0,8 79 0,09 2 64,2

85

Pisang

raja 120 1,2 0,2 31,8 10 22 0,8 950 0,06 10 65,8

70

Pisang

susu 118 1,2 0,2 31,1 7 29 0,3 112 - 4 67,9

85

Pisang raja

uli 146 2,0 0,2 38,2 10 28 0,9 75 0,05 3 59,1

75

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2009

Page 17: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

2

Konsumsi pisang sempat mengalami penurunan di tahun 2012-2013, namun

pada tahun 2014 konsumsi buah pisang di Indonesia mengalami peningkatan yang

signifikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2015) pada tahun 2014

mencapai 6,205 kg per kapita per tahun. Sama dengan konsumsi yang terus

meningkat, di Indonesia buah pisang juga menduduki posisi pertama produksi buah.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian (2015) produksi

pisang yaitu 6,86 juta ton pada tahun 2014 dan terdapat 321 ribu ton pisang yang

tercecer atau dapat dikatakan 4,7% dari produksi yang ada tidak terpakai.

Tabel 2. Tingkat Konsumsi Buah Pisang di Indonesia 2010-2014

No Komoditas Kg/Kapita/Tahun Growth

(%) 2010 2011 2012 2013 2014

1. Pisang

Ambon 1.51 2.19 1.83 1.25 1.41 12,5

2. Pisang Raja 1.15 1.56 0.83 0.83 0.89 6,25

3. Pisang

Lainnya 4.17 5.06 3.13 3.55 3.91 10,29

4. Total 6.83 8.81 5.79 5.63 6.21 9,68

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015

Dilihat dari Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian (2015) tingkat

produksi dan konsumsi yang tinggi di Indonesia, mempunyai potensi besar untuk

meningkatkan kembali produksi dan penjualan pisang, mengingat banyaknya

keunggulan komperatif yang dimiliki antara lain adanya iklim yang mendukung,

tanah yang subur dan tersedianya tenaga kerja yang murah sehingga

memungkinkan produksi dilakukan sepanjang tahun. Dari Kementerian

Perdagangan (2015) Indonesia baru berhasil melakukan ekspor pisang ke Jepang.

Sedangkan hasil produksi pisang lainnya masih dikonsumsi di dalam negeri, dan

dikelola oleh para perusahaan yang bergerak dibidang buah-buahan.

Page 18: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

3

Pisang yang juga menjadi komoditas unggulan oleh CV. Bumidaya Utama

adalah pisang ambon. Perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 2002 ini adalah

perusahaan yang bergerak dibidang supplier buah-buahan. Pengiriman buah oleh

perusahaan ini diutamakan kepada konsumen industri dengan skala 5.000 sampai

dengan 20.000 pcs pisang ambon perharinya. Namun setahun belakangan ini

ditemukan 22% buah pisang dari total pengiriman mengalami pengembalian dari

pihak konsumen. Menurut data perusahaan juga pengembalian pisang ambon yang

dilakukan konsumen dapat terjadi sampai dengan 50% dari setiap jumlah pisang

yang dikirim setiap harinya. Dengan nilai kehilangan pendapatan sebesar Rp.

405.446.300,- akibat adanya pengembalian pisang ambon yang dilakukan oleh

konsumen. Walaupun kebijakan yang diberikan oleh perusahaan ini akan segera

menggantikan pisangnya dan memenuhi dengan jumlah yang diminta diawal.

Tabel 3. Data Pengiriman dan Pengembalian Pisang Ambon pada CV. Bumidaya

Utama periode Mei-15 sd April-16

Bulan

Jumlah

Pengiriman

(Pcs)

Jumlah

Pengembalian

(Pcs)

Persentase

(%)

Nilai

Pengembalian

(Rupiah)

Mei-15 242.790 57.682 23,8 33.167.150

Jun-15 225.210 55.090 24,5 31.676.750

Jul-15 212.990 38.410 18,0 22.085.750

Agt-15 250.860 50.322 20,1 28.935.150

Sep-15 248.460 51.178 20,6 29.427.350

Okt-15 251.930 53.290 21,2 30.641.750

Nov-15 268.730 57.598 21,4 33.118.850

Des-15 220.400 44.092 20,0 25.352.900

Jan-16 259.800 54.534 21,0 31.357.050

Feb-16 281.830 68.114 24,2 39.165.550

Mar-16 364.120 85.492 23,5 49.157.900

Apr-16 376.200 89.322 23,7 51.360.150

TOTAL 3.203.320 705.124 22,0 405.446.300

Sumber: data CV. Bumidaya Utama 2016, data diolah.

Page 19: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

4

Namun kebijakan yang berlaku saat ini, jika dibiarkan akan berdampak buruk

bagi perusahaan. Perlunya pengendalian mutu yang dilakukan oleh semua pihak,

bukan hanya pekerja saja saat pisang mentah datang dari para pemasok, pencucian,

pengeraman, penyisiran, grading, shorting dan pengemasan. Karena itu dibutuhkan

suatu program yang dapat melakukan controlling secara menyeluruh. Sebuah

sistem manajemen yang dinamis dengan mengikut sertakan seluruh anggota

organisasi dengan menerapkan konsep dan teknik pengendalian kualitas untuk

tercapainya permintaan pelanggan dan yang mengerjakannya yang biasa disebut

dengan Total Quality Control.

Dari uraian diatas mengindikasikan bahwa pengendalian mutu di CV.

Bumidaya Utama belum berjalan dengan baik. Perlu adanya kajian agar

pengendalian mutu di CV. Bumidaya Utama diterapkan dengan baik dan optimal

begitu juga dengan konsumen pisang ambon tersebut agar tidak adanya lagi

pengembalian pisang ambon yang terjadi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian

sebagai berikut :

1. Apa saja jenis penyebab pengembalian pisang ambon pada CV. Bumidaya

Utama?

2. Bagaimana merancang usulan perbaikan kualitas pisang ambon pada CV.

Bumidaya Utama?

3. Bagaimana hasil penerapan usualan perbaikan pada CV. Bumidaya Utama?

Page 20: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

5

4. Apakah upaya pengendalian mutu yang dilakukan oleh CV. Bumidaya Utama

dapat meminimalisasi tingkat pengembalian oleh konsumen?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi jenis penyebab pengembalian pisang ambon pada CV.

Bumidaya Utama

2. Membuat rancangan usulan perbaikan mutu pisang ambon pada CV. Bumidaya

Utama.

3. Menerapkan hasil usulan perbaikan mutu pisang ambon pada CV. Bumidaya

Utama.

4. Menganalisis pengaruh keberhasilan penerapan pengendalian mutu pisang

ambon pada CV. Bumidaya Utama.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

dan masukan dalam menetapkan kebijakan dan upaya pengendalian mutu

produk pisang ambon.

2 Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan penelitian

selanjutnya yang berhubungan pengendalian mutu produk pisang ambon.

3 Bagi penulis, penelitian ini sebagai media untuk memperkaya dan

memperdalam wawasan serta ilmu pengetahuan mengenai upaya pengendalian

mutu pisang ambon di perusahan agribisnis.

Page 21: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

6

1.5 Ruang Lingkup

Pisang yang diteliti adalah jenis pisang ambon di CV. BDU, karena pisang

ambon ini merupakan komoditas unggulan di CV. BDU dan hanya komoditas

pisang ambon saja yang mengalami pengembalian dari konsumen.

Page 22: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

Penelitian ini merujuk pada teori para ahli untuk memudahkan penulis selama

proses analisa. Teori yang menunjang penelitian ini yaitu buah pisang, kualitas,

standar kualitas pisang ambon, total quality control, sistem pengendalian dalam

TQC, siklus PDCA, dan seven tools. Berikut ini adalah beberapa pengertian

menurut para ahli yang dipilah dari beberapa sumber:

2.1.1 Pisang

Menurut Prahasta (2009:5) Pisang adalah nama umum yang diberikan pada

tumbuhan raksasa berdaun besar memanjang, termasuk suku Musaceae. Buahnya

tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok berderet tersusun menjari, yang

disebut sisir. Hampir semua pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang.

Akan tetapi, ada beberapa pisang yang berwarna jingga, merah, ungu atau agak

hitam

A. Jenis-jenis Pisang

Menurut Prahasta (2009: 6) bentuk, warna, rasa, dan tekstur buah pisang

sangat beragam. Warna buah masak bervariasi kuning, merah, dan oranye,

bergantung pada jenis pigmen yang dominan. Rasanya bervariasi, dari kurang

Page 23: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

8

manis hingga sangat manis. Varietas unggul mempunyai sifat berproduksi tinggi,

umur pendek, tahan penyakit dan sifat yang menguntungkan.

Sedangkan menurut Redaksi Agromedia (2009: 208) pisang dibagi menjadi

2 jenis yaitu pisang meja yang dikonsumsi segar dan pisang olahan. Pisang yang

umum dikenal sebagai pisang meja yang dikonsumsi segara diantaranya pisang

ambon, pisang sereh, mas, barangan dan raja bulu. Sementara itu jenis pisang

olahan antara lain pisang kapok, pisang tanduk, pisang uli, dan pisang tempeneng.

Salah satu buah pisang yang dikenal sebagai buah meja atau konsumsi adalah

pisang ambon.

Produksi buah pisang ini tergolong tinggi. Setiap pohon menghasilkan 6-9

sisir dengan jumlah 140-200 pcs. Panjang buah ini 20-23 cm dengan diameter 4-5

cm. Pisang ambon kuning ini memiliki ukuran buah lebih besar daripada pisang

ambon lainnya. Kulit buah yang tidak terlalu tebal dengan warna kuning muda.

Daging buah yang sudah matang brwarna putih kemerahan. Rasa daging yang

pulen, manis dan aromanya harum.

Namun menurut Suyanti dan Supriyadi (2008:29-31) tanaman pisang yang

dibudidayakan untuk diambil manfaatnya bagi kesejahteraan hidup manusia

sebenarnya berasal dari jenis-jenis herba berumpun yang hidup menahun. Jenis-

jenis pisang tersebut tersebut di pelosok Indonesia dan jumlahnya bisa mencapai

ratusan jenis. Namun dibagi menjadi 3 (tiga) jenis umum, yaitu:

Page 24: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

9

1. Pisang serat

Pisang serat adalah tanaman pisang yang tidak untuk diambil buahnya, tetapi

diambil seratnya. Pada awal abad ke-16, diperoleh data bahwa penduduk asli Cebu,

Filipina, memanfaatkan serat pisang sebagai bahan baku pembuatan pakaian. Oleh

Karena itu, pisang ini dinamakan Musa textilis. Pisang ini disebut juga sebagai

pisang manila Karena diduga beraal dari Manila selain Manila, pengembangan

pisang ini juga telah dilaksanakan didaerah lain seperti India, Guatemala, dan

Honduras. Di Indonesia sendiri juga telah dikembangkan, tetapi kurang berhasil.

Batang pisang serat merupakan batang semu yang terbentuk dari upih-upih

daun yang saling menutupi. Tingginya bisa mencapai 7 (tujuh) meter dengan daun

berwarna hijau berbentuk lanset. Bunganya menyerupai buah pisang pada

umumnya, yakni berbentuk buah jorong, berkulit tebal, tetapi tidak dapat dimakan.

Biji buah berwarna hitam bulat, kecil keras dan tampak seperti biji randu.

Berdasarkan iklimnya, tanaman pisang jenis ini tergolong tanaman tropika

yang menghendaki udara panas dan agak lembab. Tanaman ini biasanya tumuh di

dataran rendah sampai ketinggian 500 mdpl. Tanah yang cocok untuk tempat

tumbuhnya adalah tanah lempung yang agak gembur dan kaya akan kandungan

humus. Namun, kelemahannya adalah mudah sekali rebah oleh tiupan angina yang

keras dan juga sangat peka terhadap genangan air. Perbanyakan bisa dilakukan

dengan menggunakan biji, anakan, maupun akr tinggalnya. Akan tetapi, dalam

upaya budidaya, jarang sekali digunakan biji untuk perbanyakannya.

Page 25: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

10

Tanaman ini siap dipanen bila kuncup bunga telah keluar. Artinya, siap

dipotong untuk diambil seratnya. Serat yang diperoleh adalah serat yang kuat dan

tahan terhadap air (air tawar maupun air laut). Seratnya tergolong cukup kuat

sehingga cocok dijadikan sebagai tali kapal laut, tali tambang, dan tali untuk kail.

Selain itu, serat pisang ini juga bisa dipintal atau dianyam untuk dibuat ayunan atau

sandal. Belakangan ini, serat pisang abaca/ serat abaca juga banyak digunakan

untuk bahan baku pembuatan kertas (kertas dokumen, kertas uang, cek atau

pembungkus teh celup) yang bermutu tinggi karena memiliki kekuatan dan daya

simpan yang tinggi.

2. Pisang hias

Seperti halnya oisang serat, pisang hias juga tidak dimanfaatkan untuk diambil

buahnya. Jenis pisang ini memiliki morfologi daun yang indah sehingga cocok

dijadikan sebagai tanaman penghias halaman rumah atau pinggir jalan. Tanaman

pisang ini bisa diperbanyak dengan menggunakan anakannya. Berdasarkan

jenisnya, pisang hias dibagi dua, yaitu pisang kipas dan pisang-pisangan. Disebut

pisang kipas Karena bentuknya persis seperti kipas. Nama lain pisang kipas adalah

pisang madagaskar (diduga berasal dari daerah Madagaskar). Sedangkan pisang-

pisangan memiliki batang semu berukuran kecil-kecil dan tumbuh secara berumpun

sehingga indah bila dipandang.

3. Pisang buah

Bagi kebanyakan orang, pisang jenis ini sudah tidak asing lagi karena paling

banyak ditemui. Pisang buah dapat dibedakan menjadi 4 (empat) golongan.

Page 26: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

11

Golongan pertama adalah pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak,

misalnya pisang kapok, pisang susu, pisang hijau, pisang mas, pisang ambon atau

pisang raja. Golongan kedua adalah pisang yang dapat dimakan setelah diolah

terlebih dahulu, misalnya pisang tanduk, pisang uli, pisang kapas, atau pisang

bangkahulu. Golongan ketiga adalah pisang yang dapat dimakan langsung setelah

masak maupun diolah terlebih dahulu, misalnya pisang kapok dan pisang raja.

Sedangkan golongan keempat adalah pisang yang dapat dikonsumsi sewaktu masih

mentah, misalnya pisang klutuk atau pisang batu yang sering dijadikan bahan untuk

membuat rujak.

B. Pisang Ambon

Menurut Suhartanto, dkk (2012:6) pisang ambon dibagi menjadi 2 (dua)

yaitu, pisang ambon kuning dan pisang ambon lumut. Pisang ambon kuning

merupakan buah meja yang penting dan umum disajikan setelah makan. Pisang

ambon kuning pada saat matang berwarna kuning dengan warna daging buah krem

atau putih kekuningan. Rasa daging buahnya manis dan aromanya kuat. Selain

sebagai buah meja, pisang ambon digunakan sebagai makanan pemula untuk bayi.

Berat tandan antara 15-25 kg tersusun dari 10 -14 sisir. Setiap sisir terdiri dari 14-

24 buah. Ukuran buahnya termasuk besar, panjang tiap buah 15-20 cm dan diameter

3,45 cm.

Sedangkan pisang ambon lumut memiliki warna kulit hijau kekuningan

dengan bitnik-bintik coklat kehitaman. Daging buahnya berwarna putih kemerahan

dan lunak. Rasanya manis, enak, dan aromaknya kuat. Berat per tandan mencapai

Page 27: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

12

15-18 kg dengan jumlah sisir 8-18. Setiap sisir kurang kebih 20 buah. Ukuran buah

15-20 cm dengan diameter 3-3,5 cm. selain untuk buah meja, pisang ambon baik

pisang ambon kuning dan pisang ambon lumut dapat diolah menjadi sari buah,

dodol, sale, selai dan tepung pisang.

C. Penanganan Panen

Menurut Prahasta (2009: 125-133) Dengan manajemen yang baik, mulai

perencanaan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama dan

penyakit, sampai pada pemanenan dan pengelolaan hasil panen, risiko kegagalan

panen dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga hasil yang didapat sangat

menguntungkan. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak pisang yang tidak

dimanfaatkan seluruhnya dan terbuang percuma. Jumlah kekurangan pisang

mencapai 10%-15%. Hal ini disebabkan daerah yang menghasilkan pisang letak

terpencil, jauh dari sarana pengangkutan, jalan untuk distribusi yang kurang baik,

dan penanganan pascapanen yang dilakukan belum sesuai dengan perlakuan

terhadap buah segar. Pisang banyak diusahakan, hal ini karena harga pisang yang

masih menguntungkan serta meningkatnya permintaan pisang setiap tahunnya

didalam negri.

Buah pisang dipetik pada waktu buah memberikan tanda-tanda kematangan,

yaitu warna kulit buah mulai menguning. Hindari memetik pisang pada waktu buah

belum matang. Tingkat kematangan dapat dilihat dari adanya siku-siku pada buah.

Buah yang penampang melintangnya lebih bukat berarti lebih matang. Pemanenan

yang baik adakah dengan cara memetik pisang beserta tangkainya. Tujuannya

Page 28: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

13

adalah pisang dapat disimpan lebih lama. Pisang yang terkena penyakit juga harus

dipanen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi pohon pisang yang sehat.

D. Pengumpulan dan Pengangkutan

Menurut Prabawati,dkk (2008:16) Penanganan buah pisang oleh petani

maupun pedagang pengumpul masih sederhana. Untuk mempertahankan mutu buah

pisang setelah panen, maka penanganan yang baik harus dilakukan sejak panen.

Buah setelah panen dikumpulkan di tempat yang teduh, terlindung dari panas.

Umumnya para pedagang peng umpul memiliki ruangan di depan atau di samping

rumahnya untuk menampung buah pisang. Tandan buah pisang diletakkan berjajar,

tidak bertumpuk, dan harus dihindari penetesan getah dari tangkai yang menodai

buah pisang, karena penampilan buah menjadi kotor.

Buah pisang di Indonesia diperdagangkan dalam bentuk tandan, sisir atau

satu gandeng terdiri dua buah. Umumnya, buah pisang dari sentra produksi

diangkut masih dalam bentuk tandan dan keadaannya masih mentah. Pengangkutan

dilakukan menggunakan truk atau mobil dengan bak pengangkut (pick up) dengan

menumpuk tandan pisang hingga bak tersebut penuh, kemudian menutupnya

dengan terpal atau kain penutup lainnya atau tanpa penutup sama sekali. Kondisi

ini dapat mengakibatkan tingkat kerusakan yang tinggi. Pisang yang mempunyai

nilai ekonomi lebih tinggi mendapat perlakuan yang lebih baik, dengan

membungkus tandan pisang menggunakan daun pisang kering yang dililitkan dari

sisir terbawah ke sisir paling atas sehingga menutup sempurna seluruh bagian.

Page 29: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

14

E. Pemotongan sisir dan Pencucian

Menurut Prabawati, dkk (2008:17) Untuk menjaga kualitas buah pisang,

cara terbaik dalam pengiriman buah adalah dalam bentuk sisir yang dikemas dalam

peti karton atau peti plastik yang bisa digunakan ulang. Pekerjaan pemotongan sisir

dilakukan oleh pekerja di bangsal pengemasan menggunakan pisau khusus

(dehander). Biasanya pada saat dipotong, tiap sisir akan mengeluarkan getah.

Untuk membekukan getah dan sekaligus membersihkan debu dan kotoran yang

melekat pada permukaan buah, sisir-sisir pisang segera dimasukkan dalam bak

berisi air. Jika satu sisir pisang berukuran besar dan berisi banyak, maka perlu

dipotong lagi atau dalam bentuk klaster, agar lebih mudah penanganannya saat

pengemasan. Air dalam bak harus sering diganti.

F. Penyakit Pascapanen yang Menyerang Buah Pisang

Menurut Prabawati,dkk (2008:18) Kualitas buah pisang di Indonesia

kadang kurang baik, yang disebabkan oleh panen tidak tepat waktu (ketuaan tidak

memenuhi syarat), kurangnya perawatan tanaman dan buruknya penanganan di

kebun dan selama pengangkutan yang mengakibatkan kerusakan mekanis dan

memberi peluang infeksi mikroorganisme penyebab busuk pascapanen lebih besar.

Selain mikroorganisme yang masuk ke dalam buah melalui luka, serangan busuk

buah juga sudah dimulai penetrasinya sejak buah masih di pohon.

Page 30: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

15

G. Mengatasi Penyakit, Pengawetan dan Pematangan Pisang

Menurut Prabawati, dkk (2008:19) Untuk mengendalikan busuk yang

disebabkan serangan penyakit pascapanen dapat digunakan salah satu dari beberapa

fungisida atau tanpa bahan kimia yaitu menggunakan pencelupan dengan air panas.

Jika tidak ingin menggunakan fungisida, maka perlakuan dengan air panas sudah

dapat membantu mengurangi dan menunda serangan busuk pada buah pisang.

Pisang hasil dari petani umumnya terdiri dari pisang dengan berbagai

tingkat kematangan, mulai dari pisang yang cukup tua dan matang. Untuk

menyeragamkan kematangan dari buah pisang, biasanya dilakukan pemeraman

terlebih dahulu. Menurut Prahasta (2009: 153-161) Pemeraman merupakan

tindakan pengawetan dan pematangan buah pisang hingga buah pisang tidak busuk.

Ada beberapa pemeraman buah pisang, diantaranya adalah dengan pemeraman

asap, pemeraman karbit, pemeraman dengan daun gamal, dan pemeraman dengan

ethepon atau etilena.

1. Pemeraman dengan asap

Pemeraman dengan asap merupakan pemeraman cara tradisional. Oleh karena

itu, penampilan kualitas buah yang dihasilkan kurang baik karena buah disusun di

atas tanah. Petani pengumpul dan pedagang pengumpul, melakukan pemeraman ini

karena biaya yang dibutuhkan sangat rendah dan dapat untuk memeram buah pisang

dalam jumlah banyak sekaligus.

Page 31: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

16

2. Pemeraman dengan karbit

Pemeraman dengan karbiit dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu

pemeraman dengan karbit dalam ruangan dan pemeraman dengan karbit dalam

wadah. Namun kedua cara pemeraman ini dilakukan jika jumlah buah pisangnya

yang akan diperam sedikit, dan biasanya pemeraman dilakukan di tempat

pemasaran atau hanya sebatas bagian kecil ruang penjualan.

3. Pemeraman dengan daun gamal

Pemeraman pisang dengan menggunakan daun gamal, dilakukan jika sekitar

tempat pemeraman mudah didapat daun gamal atau dapat dilakukan penanaman

pohon gamal bersamaan dengan penanaman pohon pisang. Jumlah penanaman

pohon gamal sebaiknya tidak terlalu banyak. Hal ini dilakukan untuk efisiensi

modal yang digunakan.

4. Pemeraman dengan ethepon

Ethrel atau ethepon adalah suatu larutan yang mengandung bahan aktif 2

chloro ethyl phosponic acid yang dapat menghasilkan etilen secara langsung pada

jaringan tanaman. Dengan timbulnya etilen maka kematangan buah dapat

dipercepat. Pemeraman yang dilakukan dengan menggunakan ethepon dapat

dilakukan dalam jumlah banyak maupun sedikit. Ethepon dilakukan jika bahan ini

mudah didapat, atau tempat pemeraman dekat dengan took penjual ethepon atau

adanya persediaan ethepon untuk pemeraman.

Page 32: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

17

Menurut Prabawati, dkk (2008: 30) Semakin tinggi konsentrasi ethrel yang

digunakan perubahan warna dan pelunakan buah semakin cepat, dan pemacuan

tersebut mempercepat penurunan kadar pati diiringi dengan peningkatan kadar gula

dan kadar asamnya. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa penggunaan

ethrel dapat menyeragamkan kematangan pada pisang ambon yang seringkali tidak

merata. Dalam penerapannya, buah dicelup dalam larutan ethrel 1000 ppm selama

30 detik (1 ml dalam 1 liter air bersih), dan menjadi matang penuh dalam waktu 3-

4 hari.

2.1.2 Mutu

Pengertian atau makna atas konsep mutu atau yang biasa dikenal juga

dengan kualitas telah diberikan oleh banyak pakar dengan berbagai sudut pandang

yang berbeda, sehingga menghasilkan definisi-definisi yang berbeda pula. Goesth

dan Davis (dalam Tjiptono 2004: 51) mengemukakan bahwa mutu diartikan sebagai

suatu kondisi dinamis dimana yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,

proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kemudian Triguno

(1997: 76) juga mengungkapkan hal yang senada tentang kualitas, yang dimaksud

dengan kualitas adalah suatu standar yang harus dicapai oleh seseorang atau

kelompok atau lembaga atau organisasi mengenai kualitas sumber daya manusia,

kualitas cara kerja, proses dan hasil kerja atau produk yang berupa barang dan jasa.

Pengertian mutu tersebut menunjukan bahwa mutu itu berkaitan erat dengan

pencapaian standar yang diharapkan.

Lalu Lukman (2000:11) yang mengartikan kualitas adalah sebagai janji

pelayanan agar yang dilayani itu merasa diuntungkan. Sedangkan menurut Yamit

Page 33: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

18

(2010: 8) Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan

produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan. Sedangkan menurut Prihantoro (2012: 42) mutu merupakan bagian dari

semua fungsi usaha yang lain, seperti pemasaran, sumber daya manusia, keuangan,

dan lain-lain. Dalam kenyataannya, penyelidikan mutu adalah suatu penyebab

umum yang alamiah untuk mempersatukan fungsi-fungsi usaha.

Terakhir menurut Durianto (2004:38) Kualitas produk merupakan

penggerak kepuasan pelanggan yang pertama dan kualitas produk ini adalah

dimensi yang global. Kualitas produk merupakan suatu hal yang penting dalam

menentukan pemilihan suatu produk oleh konsumen. Produk yang ditawarkan

haruslah suatu produk yang benar-benar teruji dengan baik mengenai kualitasnya.

Karena bagi konsumen yang diutamakan adalah kualitas dari produk itu sendiri.

Konsumen akan lebih menyukai dan memilih produk yang mempunyai kualitas

lebih baik bila dibandingkan dengan produk lain sejenis yang dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginannya.

2.1.3 Standar Mutu Pisang Ambon

Menurut Prabawati, dkk (2008:13) Standar mutu pisang dapat di lihat

berdasarkan beberapa parmeter antara lain dapat dilihat dari keutuhan pisang,

kekenyalan pisang, pisang harus segar dan tidak berbau busuk atau rusak, pisang

harus bersih dan bebas dari benda asing, bebas dari benturan dan memar akibat

goresan, bebas dari hama dan penyakit yang mempengaruhi penampilan umum

buah, bila dalam bentuk sisiran tidak ada buah dempet dan harus bebas dari

cendawan dan kering, pistil (bekas putik bunga) sudah lepas, bentuk buah sempurna

Page 34: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

19

sesuai dengan karakter jenis buah, bebas dari kerusakan akibat temperature rendah,

bebas dari kerusakan akibat kelembaban, bebas dari aroma dan rasa asing.

Upaya peningkatan mutu produk untuk memastikan kualitas produk yang

dihasilkan hingga sampai pada konsumen. Standar mutu produk yang dihasilkan

harus ditetapkan untuk menyamaratakan kualitas produk yang dihasilkan sehingga,

dapat menjembatani kepentingan berbagai pihak dalam rantai agribisnis yang

terlibat baik pasar domestik maupun internasional.

Dalam mengatasi masalah pemasaran, pemerintah telah mengambil

berbagai langkah yang berkaitan langsung dengan pisang, serta hal yang tidak

langsung. Untuk standar mutu pisang di Indonesia tercantum dalam Standar

Nasional Indonesia SNI 01-4229-1996

Tabel 4. Klasifikasi atau Penggolongan Ukuran Pisang Ambon Segar

Uraian Satuan Persyaratan

Kelas A Kelas B Kelas C

Panjang jari Cm 18,1 – 20,0 16,1 – 18,0 14,1 – 16,0

Berat sisi Kg >3,0 2,5 – 3,0 < 2,5

Diameter Pisang Cm >2,5 >2,5 <2,5

Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2009

Ukuran Pisang Ambon segar berdasarkan SNI 01-4229-1996 digolongkan

menjadi 3 kelas. Untuk ukuran panjang di kelas A, B dan C masing-masing 18-20

cm, 16-18 cmdan 14-16 cm. Untuk berat dari pisang ambonnya di kelas A memiliki

berat lebih dari 3 kg, kelas B 2,5-3 kg dan kelas C kurang dari 2,5 kg. sedangkan

untuk diameter pisang ambon di kelas A dan B memiliki ukuran diameter yang

sama yaitu 2,5 cm dan yang kelas C kurang dari 2,5 cm.

Page 35: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

20

Tabel 5. Syarat Mutu Pisang Ambon Segar

Karakteristik Satuan Persyaratan

Mutu I Mutu II

a. Tingkat

ketuaan buah % 70 – 80 <70 dan >80

b. Keseragaman

kultivar - Seragam Seragam

c. Keseragaman

ukuran - Seragam Seragam

d. Kadar kotoran % 0 0

e. Tingkat

kerusakan % 0 0

f. Kemulusan

kulit (maksimum) Mulus Kurang mulus

g. Penyakit Bebas Bebas

Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2009

2.1.4 Total Quality Control

Total quality control adalah sistem manajemen yang mengikut sertakan

seluruh anggota organisasi dengan penerapan konsep dan teknik pengendalian

kualitas untuk tercapainya kepuasan konsumen. (STIE PGRI Dewantara, 2007: 6)

Sedangkan menurut Gaspers (2006: 3) pengendalian mutu terpadu adalah

teknik-teknik dan aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi

persyaratan kualitas. Pengendalian kualitas melibatkan beberapa aktivitas berikut

seperti mengevaluasi kinerja aktual, membandingkan aktual dengan target,

mengambil tindakan atas perbedaan antara aktual dan target.

Lalu menurut Assauri (2005 : 162), bahwa pengendalian mutu terpadu

(TQC) adalah untuk memastikan apakah kebijakan dalam hal standart mutu terpadu

tercermin dalam hasil akhir. Pengendalian Mutu Terpadu (TQC) menurut

Prawirosentono (2002 : 71) adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian

Page 36: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

21

standar mutu bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi, barang

jadi,sampai standar pengiriman produk akhir konsumen, agar barang (jasa) yang

dihasilkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang direncanakan.

Dalam beberapa ilmu, TQC juga biasa dikenal dengan gugus kendali mutu.

Pengertian gugus kendali mutu Pendapat dari beberapa ahli mengenai gugus

kendali mutu memberikan definisi yang berbeda-beda akan tetapi pada prisipnya

maksud dan tujuannya sama. Menurut pendapat Wignjosoebroto (2003: 297),

bahwa gugus kendali mutu adalah kelompok kecil karyawan pelaksanaan, kadang-

kadang dipimpin oleh mandor dan mengurangi biaya-biaya produksi di tempat-

tempat manapun kelompok ini berada dalam sistem produksi. Dari pendapat diatas

maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Gugus kendali mutu adalah pelaksanaan pengendalian mutu terpadu sebagai

salah satu teknik untuk meningkatkan mutu produk perusahaan.

2. Gugus kendali mutu adalah sekelompok kerja dalam inti yang sama dan

bertemu secara berkala dengan cara mengidentifikasikan, menganalisa dan

mencari pemecahan masalah.

Dengan melalui gugus kendali mutu ini diharapkan mutu produksi yang

dihasilkan dapat ditingkatkan dan tingkat kerusakan dapat ditekan sekecil mungkin

dan keadaan mutu produk dapat diketahui sejak dini

2.1.5 Sistem pengendalian dalam TQC

Pengendalian control dalam manajemen TQC adalah Quality Control Cycle

(QCC) atau dikenal dengan Gugus Kendali Mutu. Dalam pelaksanaan kegiatan

Page 37: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

22

pengendalian mutu, GKM memutar roda Deming (PDCA) dan melakukan 8

langkah dan 7 alat secara berkesinambungan yaitu :

A. Siklus PDCA

Gambar 1. Roda PDCA

PDCA atau yang sering disebut juga dengan Deming Circle, Deming Cycle

atau Wheel, Shewhart Cycle, control circle atau cycle, dan Plan Do Study Act

(PDSA) adalah sebuah metode manajemen empat langkah iteraktif yang digunakan

pada proses bisnis untuk kontrol dan peningkatan berkelanjutan dari proses dan

produk.

Penggunaan PDCA sebagai bentuk inisiasi dari peningkatan berkelanjutan,

maka dapat mengulangi siklus ini dengan kembali pada tahap awal (Plan) dan

mengulang semua tahap ini secara berurutan agar sistem mencapai kestabilan dan

mengalami peningkatan secara terus menerus. PDCA memberikan sebuah problem

solving yang terkontrol untuk suatu proses dengan nilai guna yang tinggi. Berikut

penjabaran kondisi yang paling efektif untuk melakukan PDCA :

Plan

Do

Check

Action

Page 38: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

23

1. Saat mengimplementasikan Kaizen atau pendekatan pengembangan

berkelanjutan. Ketika cycle PDCA dilakukan, akan terjadi berbagai

improvement pada area yang dilaluinya sekaligus menyelesaikan masalah yang

ada

2. Ketika mengidentifikasi solusi dan improvement baru untuk sebuah proses

yang dilakukan secara berulang-ulang. Pada situasi ini akan mendapat benefit

dari peningkatan ekstra yang ditanamkan pada proses dengan implementasi

yang dilakukan berkali-kali.

3. Dalam mengeksplorasi range dari solusi baru yang memungkinkan untuk

memecahkan masalah dan menguji sekaligus meningkatkan solusi tersebut

dengan implementasi kontrol yang lebih baik

4. Menghindari pemborosan sumber daya dalam jumlah besar yang dapat terjadi

jika implementasi dilakukan tanpa pengujian terlebih dahul

Dengan penerapan PDCA pada timing atau waktu yang tepat khususnya

untuk peningkatan yang berkesinambungan seperti yang telah kami jabarkan di atas

maka dengan menerapkan PDCA akan mendapat keuntungan yang lebih besar, baik

dari segi materi maupun lainnya.

Page 39: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

24

Tabel 6. Pengertian PDCA Pengetian

PLAN Mula-mula team mmilih proses yang memerlukan

perbaikan kemuadian team membuat dokumen atas

proses yang ada biasanya diikuti dengan melakukan

analisis data. Analisis yang dilakukan menggunakan

metode-metode yang sesuai dengan masalahnya.

DO Team mengimplementasikan atau melaksanakan rencana,

disamping itu juga memonitor perkembangannya. Secara

rutin data dikumpulkan untuk melihat perkembangan

prosesnya. Setiap ada perubahan dalam proses selalu

dicatat, bilamana perlu segera diadakan perbaikan.

CHECK Dalam tahap ini team menganalisis data yang

dikumpulkan dari pelaksanaan kegiatan (dalam do) untuk

melihat kesesuaiannya dengan tujuan yang telah

ditetapkan dalam tahap plan. Apabila terdapat

kelemahan, maka team segera melakukan evaluasi

rencana yang telah dibuat, kalau terpaksa dapat diakhiri

dengan menghentikan kegiatan proyek.

ACTION Bila pelaksanaan kegiatan (dalam do) berhasil maka oleh

team, apa yang telah dilakukan berhasil ini dijadikan

pedoman bagi kegiatan yang sama. Dengan kata lain atas

dasar proses yang telah diperbaiki itu dibuatlah suatu

pedoman atau prosedur standar. Setiap karyawan yang

hendak melaksanakan pekerjaan yang sama harus

menggunakan prosedur standar.

Sumber : Departemen Perindustrian, 2007

Page 40: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

25

B. Delapan Langkah Perbaikan

Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu (Departemen

Perindustrian, 2007:5), GKM memutar roda Deming (PDCA) dan melakukan 8

langkah dan 7 alat secara berkesinambungan. Delapan Langkah yang digunakan

meliputi :

Gambar 2. Delapan Langkah Gugus Kendali Mutu

Sumber : Departemen Perindustrian, 2007: 5

1. Menentukan Pokok Permasalahan

Ini adalah tahap pertama QCC / GKM. Di tahap ini umumnya setiap anggota

gugus diminta mengungkapkan apa saja masalah yang mereka alami di lingkungan

kerja mereka. Masalah yang diungkapkan bisa dari proses maupun hasil pekerjaan

mereka sendiri. Lihatlah catatan historis yang merekam berapa kali masalah

Langkah 8

Memilih persoalan- persoalan berikut

Langkah 7

Menetapkan Standarisasi

Langkah 6

Mengevaluasi hasil

Langkah 5

Pelaksanaan rencana penanggulangan

Langkah 1

Menentukan pokok persoalan

Langkah 2

Mencari Penyebab

Langkah 3

Menentukan Penyebab

Utama

Langkah 4

Membuat rencana penanggulangan

Page 41: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

26

tersebut terjadi. Lakukan hal yang sama untuk tiap masalah yang diungkapkan

anggota gugus, kemudian beri bobot masing – masing.

2. Mencari Penyebab

Pilih salah satu dari masalah yang muncul berdasarkan pembobotan yang sudah

disepakati bersama. Kemudian tentukan target perbaikan untuk masalah tersebut.

Target yang dibuat harus bersifat spesifik, terukur, dan ada jangka waktunya.

3. Menentukan Penyebab Utama

Kemudian masalah yang diambil tersebut di telusuri penyebabnya berdasarkan

kategori manusia, mesin, metode, dan material hingga ditemukan sebab utama dari

tiap kategori. Uraikan terus penyebab hingga yang paling dulu terjadi, akan

tetapi jangan sampai menyentuh area tanggung jawab proses sebelumnya, karena

itu sudah berada di luar lingkup pekerjaan anda.

4. Membuat Rencana Penanggulangan

Setelah mengetahui sebab utama dari tiap masalah, tentu anda bisa merancang

rencana perbaikan. Usahakan sebisa mungkin membuat rencana perbaikan yang

mengakomodasi semua sebab utama yang ditemukan saat melakukan analisis

sebab. Rencana perbaikan harus memuat aktivitas, penanggung jawab, dan waktu

pelaksanaan perbaikan.

Page 42: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

27

5. Pelaksanaan Rencana Penanggulangan

Setelah rancangan rencana perbaikan dibuat, maka segeralah lakukan

perbaikan sesuai rencana perbaikan yang sudah disepakati dan dibahas dengan

matang oleh semua anggota gugus. Catat setiap perubahan hasil dari perbedaan

proses yang diaplikasikan. Dalam melaksanakan perbaikan ini perlu dijelaskan juga

tentang pentingnya kesungguhan dan partisipasi penuh dari semua anggota gugus

sesuai tugas yang sudah dibagikan dan diharapkan juga semua pelaksanaan dari

rencana perbaikan bisa diselesaikan sesuai dengan waktu yang disepakati.

6. Mengevaluasi dan Meneliti Hasil

Selanjutnya anda bandingkan kondisi proses dan hasil antara sebelum dan

sesudah perbaikan. jika setelah perbaikan hasil memang lebih baik, ambil proses

yang berubah untuk distandarkan. Jika masih belum, lakukan ulang langkah

merancang rencana perbaikan dan implementasi perbaikan. Lanjutkan kembali

dengan evaluasi hasil.

7. Menetapkan Standarisasi

Setelah langkah perbaikan yang dilakukan sudah diperiksa dan bisa mengatasi

penyebab masalah yang dihadapi, langkah berikutnya perlu dibuatkan standarisasi

yang bisa dijadikan acuan kerja di lokasi kerja gugus dan ditujukan pula untuk

mencegah masalah yang muncul sebelumnya akan terulang lagi. Jika perlu

standarisasi ini juga bisa disebarluaskan kepada lokasi kerja yang lain yang sejenis

dengan lokasi kerja gugus. Standarisasi yang dibuat bisa meliputi standar untuk cara

Page 43: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

28

kerja (metode), manusia (operator atau mekanik), material, mesin dan lingkungan

kerja

8. Membuat Rencana Berikutnya

Bahwa dasar QCC atau GKM adalah siklus PDCA, untuk itu langkah terakhir

adalah menentukan langkah selanjutnya. Yang berarti bahwa perbaikan di tempat

tersebut tidak hanya berhenti sampai di situ, melainkan selalu berkesinambungan.

Pahami pengertian gugus kendali mutu tidak hanya sebatas sebagian – sebagian

saja, melainkan secara keseluruhan. Dengan memahami pengertian QCC atau GKM

secara menyeluruh, diharapkan kualitas hasil produk ataupun jasa semakin baik dari

waktu ke waktu.

C. Seven Tools

Menurut Yuri dan Nurcahyo (2013: 61-69) Teknik-teknik pengendalian

kualitas digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan suatu proses

agar berjalan sesuai spesifikasinya. Dalam melakukan pengendalian kualitas,

terdapat beberapa alat pengendalian yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi

dan menganalisis masalah-masalah kualitas yang dihadapi.

Kaoru Ishikawa adalah orang yang pertama kali mengembangkan tujuh alat

dasar kuaitas. Tujuh alat tersebut digunakan untuk melakukan perbaikan dan

pengendalian kualitas suatu produk dan jasa. Pada penemuannya ini, ishikawa

dikenal sebagai orang yang “mendemokratisasi statistik” karena ketujuh alat dasar

kualitas tersebut menerapkan prinsip statistik yang sebelumnya statistik dianggap

sebagai konsep yang sulit dipahami. Ketujuh alat dasar kualitas yaitu:

Page 44: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

29

1. Check Sheet

Check sheet merupakan alat yang mutlak diperlukan bagi mereka yang

melaksanakan penelitian dan pengendalian kualitas atau kuantitas barang ataupun

jasa. Karena dari data yang didapat/dikumpulkan dapat mengambil suatu gambaran,

kesimpulan ataupun keputusan yang akurat. Tanpa mempunyai data membuat

pengambilan kesimpulan/keputusan ataupun rencana tindakan hanya berdasarkan

kira-kira saja, sehingga bukan suatu yang mustahil akhirnya kesimpulan/keputasan

akan jauh dari harapan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat Check Sheet, antara lain :

Sasarannya harus jelas

Keterangan yang diperlukan memenuhi sasaran

Dapat diisi dengan mudah dan cepat

Dapat disimpulkan dengan cepat

Secara umum Check Sheet dibagi dalam 3 jenis dengan fungsinya masing-masing:

a. Check Sheet

Suatu lembaran yang berisi bahan-bahan keterangan yang telah ditentukan

sasaran atau keperluannya dengan kolom jumlah atau ukuran barang atau kegiatan

yang diperiksa dengan penentuan waktu yang teratur ataupun bebas.

Fungsi Check Sheet :

untuk menghitung jumlah produksi/jasa yang dihasilkan

Page 45: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

30

untuk menghitung kerusakan/kesalahan produk yang dibuat

untuk mengukur bentuk (panjang/volume hasil produksi)

untuk mengukur keadaan/kondisi alat/hasil produksi

untuk mengukur waktu proses pekerjaan

b. Check List

Suatu lembaran yang berisi bahan-bahan keterangan yang telah ditentukan

sasaran/keperluannya, kegiatan yang dicocokkan keberadaanya/jumlahnya dengan

penentuan waktu yang tertentu

Fungsi Check List :

Untuk mencocokkan ukuran hasil produksi dengan standar

Untuk mencocokkan jumlah pengiriman dengan pesanan

Untuk mencocokkan barang dengan jumlah yang dibawa/dikirim

Untuk mengontrol jenis barang yang dibeli

c. Check drawing

Suatu lembaran yang berisi gambar barang yang telah ditentukan untuk

diperiksa keadaannya dan setiap barang menggunakan lembar yang berbeda.

Fungsi Drawing :

untuk menunjukkan posisi/lokasi kerusakan

untuk mencocokkan posisi pemasangan bagian barang produksi

untuk pengontrolan lokasi masalah yang akan/telah diselesaikan

2. Stratifikasi

Page 46: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

31

Merupakan suatu teknik untuk mengklasifikasikan data sehingga dapat dengan

mudah dianalisis. Jenis Klasifikasi, meliputi : Jenis kerusakan, Penyebab

kerusakan, Lokasi kerusakan, Waktu, Area kerja, Operator, Jenis Kesalahan,

Pelanggan, dan Proses kerja.

3. Diagram Pareto

Diagram pareto adalah grafik yang digunakan untuk melihat penyebab terbesar

suatu masalah. Grafik ini menampilkan distribuasi variabel data-data, seperti

permasalahan, complain, penyebab, tipe-tipe non-conformities. Cara pembuatan

diagram pareto ini adalah dengan menyusun data frekuensi terbanyak hingga data

dengan frekuensi terkecil. Biasanya diagram pareto digunakan sebagai identifikasi

masalah yang paling penting. Dalam diagram pareto, berlaku aturan 80/20. Artinya,

20% jenis kecacatan dapat menyebabkan 80% kegagalan proses.

Kegunaan diagram pareto, yaitu:

menunjukkan masalah utama/pokok masalah

menyatakan perbandingan masing-masing masalah terhadap keseluruhan

menunjukkan perbadingan masalah sebelum dan sesudah perbaikan

4. Diagram Sebab Akibat

Disebut juga Grafik Tulang Ikan, yaitu diagram yang menunjukkan sebab

akibat yang berguna untuk mencari atau menganalisa sebab-sebab timbulnya

masalah sehingga memudahkan cara mengatasinya. Diagram sebab akibat terdiri

dari dua sisi. Pada sisi kanan, efek samping, daftar masalah, atau kekhawatiran akan

Page 47: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

32

kualitas dipertanyakan. Sementara pada sisi kiri adalah daftar penyebab utama

masalah itu. Sisi kanan juga dapat mencakup efek yang diinginkan pengguna untuk

dicapai. Yang terpenting dilakukan adalah penyebab terus menerus mendefinisikan

dan berhubungan satu sama lain. Beberapa pokok yang perlu diingat adalah sebagai

berikut :

Perlu adanya partisipasi dari semua anggota gugus, dan semua anggota harus

benar-benar ikut terlibat didalam menganalisis penyebabnya

Harus diperoleh sejumlah ide (penyebab)

Harus didorong untuk melakukan acara secara bebas

Tidak diperkenankan untuk mengeritik

Penyebab tersebut harus terkumpul lebih dahulu sebelum sesorang mengambil

tindakan pemecahan. Seringkali semua informasi ide ditulis pada sebuah papan

tulis yang besar dan disajikan untuk dipertimbangkan dalam waktu seminggu

guna memberikan kesempatan kepada mereka untuk menambah beberapa

penyebab yang mungkin masih ada pada diagram tersebut seperti yang

terlintas dalam pemikiran mereka.

Para anggota diminta untuk memberi tanda atau memilih penyebab yang

mereka rasakan paling penting.

5. Histogram

Histogram adalah alat bantu statistik yang memberikan gambaran tentang suatu

proses operasi pada satu waktu. Tujuan histogram adalah menentukan penyebaran

atau variasi suatu himpunan titik data dalam bentuk grafis. Histogram secara grafik

Page 48: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

33

juga memperkirakan kapasitas suatu proses, beserta hubungannya terhadap

spesifikasi dan target. Tools ini juga mengindikasi betuk populasi dan dapat melihat

gap antar data.

6. Peta Kendali

Peta kendali atau diagram kendali bertujuan memastikan bahwa suatu proses

dalam kendali dan memonitor variasi proses secara terus-menerus.diagram ini

dikembangkan pada pertengahan tahun 1920-an oleh Walter Shewhart dari Bell

Lab. Alat ini telah menjadi penyumbang utama pengingkatan kualitas proses.

Diagram ini memungkinkan pengguna memantau dan mengendalikan variasi

proses. Digram ini juga memungkinkan pengguna membuat tidakan perbaikan yang

tepat untuk menghilangkan sumber-sumber variasi.

7. Diagram Sebar atau Pencar

Diagram sebar atau pencar digunakan untuk mengkaji dan hubungan (relasi)

yang mungkin antara variabel bebas (x) dengan variabel terikat (y). Dalam hal

pengendalian kualitas, diagram ini digunakan untuk mengidentifikasi korelasi yang

mungkin ada antara karakteristik kualitas dan faktor yang mungkin

mempengaruhinya. Diagram pencar merupakan pendekatan non-mathematical atau

grafis untuk mengindentifikasi hubungan antara ukuran kinerja dan faktor-faktor

yang dapat mempengaruhinya.

Karakteristik kinerja (y) digambarkan pada sumbu vertikal, sedangkan faktor

yang diduga berkorelasi (x) di plot disumbu horizontal. Titik potong antara kedua

sumbu itu adalah rata-rata masing-masing set data. Data yang dikumpulkan bukan

Page 49: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

34

hanya untuk mengamati karakteristik kualitas yang diteliti tetapi juga

memperhatikan faktor-faktor atau penyebab lain yang mungkin berdampak pada

kearakteristik kualitas.

Page 50: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

35

2.2 Penelitian Terdahulu

Rahmawati (2012) melakukan penelitian dengan menganalisis Pengendalian

Kualitas Gula di PG Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Metode yang digunakan

adalah Statistical Quality Control (SQC) dengan alat bantu lembar pengecekan,

histogram, peta kendali, diagram pareto, dan diagram sebab-akibat. Hasil analisis

peta kendali menunjukkan bahwa tidak seluruh data berada dalam batas kendali

yang ditetapkan. Berdasarkan diagram pareto, prioritas perbaikan bukan jumlah

kerusakan terbesar, namun perbaikan dilakukan dengan memfokuskan pada

kerusakan jenis kerikil. Dari analisis diagram sebab akibat diketahui faktor

penyebab kerusakan dari faktor manusia, mesin, lingkungan kerja dan metode.

Ivanto (2012) melakukan penelitian dengan pengendalian kualitas produksi

Koran menggunakan seven tools pada PT. Akcaya Pariwara Kabupaten Kubu Raya.

Penelitian ini guna mengidentifiasi faktor-faktor penyebab kerusakan pada produk

dan mendapatkan solusi dalam perbaikan dan pengendalian kualitas Koran dengan

menggunakan alat bantu seven tools yang didalamnya terdapat, diagram alir, lembar

pengecekan, histogram, peta kendali, diagram pencar, diagram pareto, dan diagram

sebab-akibat. Hasil dari penelitiannya bahwa dari check sheet ditemukan Koran

yang kotor, terpotong, kertas rusak dan warna kabur. Menurut peta kendali

menunjukkan bahwa proses ini tidak terkendali. Berdasarkan diagram pareto,

perbaikan diprioritaskan kepada kerusakan yang dominan adalah warna kabur

(30,94%), kotor (26,45%) dan terpotong (23,28%). Berdasarkan diagram pencar

menunjukkan korelasi pistif diantara persentase kerusakan dengan jumlah produksi.

Page 51: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

36

Berdasarkan diagram sebab-akibat kerusakan disebabkan oleh manusia, mesin

produksi, proses pengerjaan, dan bahan. Jadi perusahaan dapat melakukan

pengendalian kualitas untuk meminimalisasi kerusakan dan meningkatkan kualitas

produk.

Fakhiri (2010) melakukan penelitian dengan judul analisis pengendalian

kualitas produksi di PT. Masscom Grahpy dalam upaya mengendalikan tingkat

kerusakan produk menggunakan alat bantu statistik. Alat yang digunakan adalah

Statistical Process Control dan Statistical Quality Control. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengendalian kualitas menggunakan alat

bantu statistik bermanfaat dalam upaya mengendalikan tingkat kerusakan produk

di perusahaan. Hasil analisis peta kendali p menunjukkan bahwa proses berada

dalam keadaan tidak terkendali atau masih mengalami penyimpangan. Hal ini dapat

dilihat pada grafik kendali dimana titik berfluktuasi sangat tinggi dan tidak

beraturan, serta banyak yang keluar dari batas kendali. Berdasarkan diagram pareto,

prioritas perbaikan yang perlu dilakukan adalah untuk jenis kerusakan yang

dominan yaitu warna kabur (28,31%), tidak register (19,79%) dan terpotong (19,50

%). Dari analisis diagram sebab akibat dapat diketahui faktor penyebab misdruk

berasal dari faktor manusia/ pekerja, mesin produksi, metode kerja, material/ bahan

baku dan lingkungan kerja, sehingga perusahaan dapat mengambil tindakan

pencegahan serta perbaikan untuk menekan tingkat misdruk dan meningkatkan

kualitas produk.

Tarihoran (2013) dengan judul penelitian analisis pengendalian kualitas pada

proses perebusan dengan menerapkan QCC. Penelitian ini dilakukan pada proses

Page 52: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

37

perebusan yang merupakan proses utama dalam mengolah TBS. Tingginya

kehilangan minyak yang terdapat pada proses perebusan ini merupakan salah satu

penyebab kurangnya mutu CPO yang dihasilkan. Penulis menggunakan Deming

Price (Siklus PDCA) dan Tujuh Alat bantu yang diaplikasikan pada Quality

Control Circle (QCC) untuk mengurangi kehilangan minyak. Dalam pelaksanaan

kegiatan, QCC memutar roda Deming (Siklus PDCA) dan melakukan delapan

langkah pemecah masalah. Delapan langkah pemecah masalah ini dimulai dengan

menemukan adanya masalah sampai dengan melihat masalah yang ada untuk

dilakukan kembali pemecahannya. Tujuh Alat Bantu juga melakukan cara yang

berkesinambungan mulai dari check sheet, diagram histogram, diagram pareto,

stratification, diagram pencar, diagram sebab akibat dan yang terakhir peta kontrol.

Berdasarkan analisis didapat persentase rata-rata kehilangan minyak yang dapat

diminimalisasi selama 25 hari sebesar 64,33% menjadi 63,70%. Untuk

mempertahankan hasil yang telah dicapai, maka penerapan Quality Control Circle

perlu dijaga dengan melakukan penyortiran TBS setiap akan masuk ke perebusan

dan mengadakan pengawasan pada saat perebusan berlangsung.

Page 53: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

38

2.3 Kerangka Pemikiran Operasional

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka

pemikiran pada penelitian ini adalah mengetahui upaya pengendalian mutu pisang

ambon di CV. Bumidaya Utama dapat meminimalisasi tingkat pengembalian

konsumen. Pada pelaksanaanya untuk melakukan upaya pengendalian mutu pisang

ambon CV. BDU didasari oleh pisang ambon sebagai buah meja yang di konsumsi

masyarakat Indonesia, dengan itu CV. BDU menjadi salah satu perusahaan supplier

pisang ambon. Namun, adanya tingkat pengembalian pisang ambon dari konsumen

dilihat dari data perusahaan atau check sheet (1), yang tinggi dapat menyebabkan

kerugian perusahaan. Pengembalian ini terjadi akibat penurunan kualitas dari

pisang ambon tersebut. Untuk itu, CV. BDU perlu melakukan pengendalian mutu

pisang ambon dengan menerapkan QCC. Dalam pelaksanaan kegiatan, QCC

memberikan usulan perbaikan dengan menggunakan diagram sebab-akibat

fishbone. Setelah dilakukan penerapan usulan perbaikan, maka selanjutnya dilihat

hasil dari penerapan usulan perbaikan. Kemudian dari upaya yang dilakukan akan

didapatkan hasil data pengembalian pisang ambon berupa check sheet (2). Data 1

dan 2 nantinya akan menghasilkan hipotesis, kemudian hipotesis di uji signifikan

(uji t) untuk mengetahui signifikan atau tidaknya upaya yang dilakukan oleh CV.

BDU. Dengan itu akan dapat mengetahui Efektivitas Upaya Pengendalian Mutu

Pisang Ambon Guna Meminimalisasi Tingkat Pengembalian Oleh Konsumen. Dan

nantinya akan dapat menghasilkan rekomendasi guna terus memperkecil

pengembalian bahkan menghilangkan pengembalian yang terjadi. Adapun alur

kerangka pemikiran pada penelitian ini di tunjukan oleh gambar

Page 54: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

39

Gambar 3. Alur Kerangka Pemikiran

Wawancara

dan

Observasi

CV. BDU

sebagai

perusahaan

supplier buah

Pisang Ambon ke

konsumen

industri

Pengembalian

Pisang Ambon

oleh

Konsumen

Pisang

Ambon

sebagai buah

konsumsi

masyarakat

Indonesia

Penurunan

Kualitas

Pengembalian

Pisang Ambon

oleh Konsumen

Efektivitas Upaya

Pengendalian Mutu Pisang

Ambon Guna Meminimalisasi

Tingkat Pengembalian

Konsumen

CV. BDU melakukan

Penerapan QCC

(Rancangan Usulan

Perbaikan)

Hipotesis

Uji t

Analisis

Check Sheet (1)

Check Sheet (2)

Page 55: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

40

2.4 Hipotesis

Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara yang memerlukan pengujian

lanjut terhadap rumusan masalah penelitian. Untuk menguji kebenaran hipotesis

dilakukanlah pengumpulan data. Dalam statistika yang diuji adalah hipotesis nol.

Hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya perbedaan antara parameter dengan

statistik (data sampel). Lawan dari hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis alternatif

(Ha), yang menyatakan ada perbedaan antara parameter dan statistik.

Hipotesis tidak selamanya mesti diterima kebenarannya. Terkadang hipotesis

ditolak karena tidak didukung oleh fakta empiris. Penolakan hipotesis dapat

menjadi penemuan positif, karena telah memecahkan masalah ketidaktahuan dan

memberi jalan kepada hipotesis yang lebih baik. Walaupun semua prosedur

dilakukan dengan teliti, kemungkinan terjadinya suatu kesalahan dalam

pengambilan keputusan tetap ada. Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

Ho : Upaya pengendalian mutu Pisang ambon tidak dapat meminimalisasi tingkat

pengembalian oleh konsumen.

Ha : Upaya pengendalian mutu Pisang ambon dapat meminimalisasi tingkat

pengembalian oleh konsumen.

Page 56: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

41

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan desain deskriptif dan

kausal. Desain penelitian deskriptif akan digunakan pada awal penelitian untuk

menggambarkan data-data CV. Bumidaya Utama tentang pengembalian pisang

ambon oleh konsumen dengan menggunakan metode analisis data sekunder.

Sedangkan desain penelitian kausal digunakan untuk mengetahui hubungan

keberhasilan upaya pengendalian mutu yang dilakukan oleh CV. Bumidaya Utama

dengan menggunakan metode eksperimen.

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di CV. Bumidaya Utama yang beralamat di Jl. Haji

Jayun 2 No. 17 Rawa Lumbu, Kecamatan Pengasinan, Bekasi Timur. Penentuan

lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa

instansi belum melakukan pengendalian mutu terhadap pisang ambon yang

mengalami pengembalian. Adapun waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada

bulan Mei – Desember 2016.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan di dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data

sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer merupakan

data yang didapat dari sumber pertama, dan data primer dalam penelitian ini didapat

melalui wawancara langsung dengan pihak CV. Bumidaya Utama.

Page 57: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

42

Data sekunder melengkapi data primer dan diperoleh dari dokumen-dokumen

perusahaan, berupa laporan tahunan perusahaan, company profile, laporan

penelitian sebelumnya serta data kinerja perusahaan. Selain itu, diperoleh dari

penelusuran kepustakaan melalui buku, data tahunan di Badan Pusat Statistik

(BPS), literatur, media massa, dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan topik yang

dibahas dalam penelitian.).

Tabel 7. Jenis dan Sumber Data

Jenis Data Sumber Data

Data Primer

a. Penurunan kualitas pisang ambon

b. Pengendalian kualitas

c. Penerimaan pisang ambon

d. Proses pematangan pisang ambon

e. Pengemasan pisang ambon

Direktur CV. Bumidaya Utama,

Penanggung Jawab Gudang

Data Sekunder

Dokumen Perusahaan, Gambaran

Umum Kebijakan Mutu CV. Bumidaya Utama

Konsep QCC Literatur

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian data yang terkumpul akan berguna untuk

memecahkan masalah yang ada sehingga data tersebut harus benar-benar dapat

dipercaya dan akurat. Dalam suatu penelitian ilmiah, metode pengumpulan data

yang dimaksud untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat dan

terpercaya. Metode pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini

adalah:

Page 58: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

43

3.3.1 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menetukan permasalahan yang harus

diteliti. Menurut Supranto (1997: 68) wawancara ialah tanya jawab antar petugas

dengan responden. Wawancara yang baik ialah suatu wawancara yang

menghasilkan banyak informasi dalam waktu yang relative pendek. Wawancara

akan dilakukan dengan direktur dan salah satu manajer CV. Bumidaya Utama untuk

mendapatkan informasi dan penjelasan visi, misi, dan strategi perusahaan dalam

kaitannya dengan peningkatan kualitas produk buah dan pelayanan pada CV.

Bumidaya Utama.

3.3.2 Observasi

Menurut Nasution (dalam Sugiyono 2012:403) observasi merupakan dasar

semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data,

yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu

dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang canggih, sehingga

benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh

(benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas. Menurut Gulo (2010:116)

observasi merupakan metode pengumpulan data dimana peneliti atau kolaborator

mencatat informasi sesuai dengan apa yang terjadi selama penelitian.

3.3.3 Studi pustaka

Pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca buku-buku literatur,

jurnal, berita, majalah, dan penelitian terdahulu, maupun dokumen dari instansi

yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan.

Page 59: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

44

3.4 Metode Pengumpulan Sampel

Dalam melakukan penelitian, sampel yang dikumpulkan akan digunakan untuk

memecahkan masalah yang ada sehingga sampel tersebut harus benar-benar dapat

dipercaya dan akurat. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah

Non Probability Sampling. Non Probability Sampling merupakan teknik

pengambilan sampel yang setiap individu atau unit dari populasi tidak memiliki

kemungkinan (non probability) yang sama untuk terpilih. Ada pertimbangan-

pertimbangan tertentu yang mendasari pemilihan sampel. Sedangkan teknik

penentuan sampel yang digunakan ialah purposeful sampling. purposeful sampling

adalah teknik penentuan sampel yang didasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh

subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang

dimaksud. (Herdiansyah, 2010: 106)

Menurut Arikunto (2010:173) populasi adakah keseluruhan subjek penelitian.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah data pengiriman pisang ambon selama

periode 1 (satu) tahun. Dengan sampel yang digunakan adalah data pengiriman

pisang ambon sebanyak 60 hari. Sampel yang didapat sebanyak 60 hari ini

diperoleh dengan teknik purposeful sampling yang kemudian diuji menggunakan

uji kecukupan data.

Uji kecukupan data dilakukan untuk menetapkan berapa jumlah observasi yang

seharusnya dibuat (N’). Maka harus diputuskan terlebih dahulu berapa tingkat

kepercayaan (convidence level) dan tingkat ketelitian (degree of accuracy) untuk

pengukuran ini (Wignjosoebroto, 2008: 184).

Page 60: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

45

Perhitungan uji data dilakukan dengan menggunakan tingkat kepercayaan

dipilih 99% dan tingkat ketelitian 1%. Yang akan membuktikan bahwa data telah

mencukupi atau tidaknya jika N’< N.

𝑁′ = [

𝑘𝑠 √𝑛 ∑ 𝑥𝑖

2 − (∑ 𝑥𝑖)2

∑ 𝑥]

2

Keterangan :

n’ : Jumlah pengamatan yang dibutuhkan

n : Jumlah pengamatan yang digunakan

k : Tingkat kepercayaan

s : Tingkat ketelitian

xi : Data Pengamatan ke-

Kriteria yang digunakan adalah apabila sampel yang sudah digunakan (N)

lebih besar atau sama dengan jumlah sampel yang seharusnya (N’), maka data atau

sampel yang digunakan sudah mencukupi. Namun apabila jumlah sampel yang

sudah digunakan (N) lebih kecil atau sama dengan jumlah sampel seharusnya (N’),

maka sampel atau data yang tlah diambil tidak mencukupi, sehingga perlu

dilakukan pengambilan sampel lagi. Adapun tingkat kepercayaan yang digunakan

adalah 99% dan tingkat ketelitian adalah 1%. Berdasarkan data yang ada maka

perhitungannya adalah:

𝑛′ = [

30,1 √60 𝑥 9.344.333.400 − 533.221.248.400

730.220]

2

Page 61: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

46

𝑛′ = [30√27.438.755.600

730.220]

2

𝑛′ = [6,8053385739]2

N’ = 46,3126 ≈ 46 hari pengamatan.

Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan bahwa nilai N’ lebih kecil dari

nilai N yaitu 46 < 60, artinya bahwa data atau sampel yang dikumpulkan telah

mencukupi.

3.5 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selajutnya dianalisis lebih lanjut untuk

memperoleh hasil yang dijadikan jawaban dari permasalahan penelitian. Dalam

menganalisis data penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif yang

menjabarkan gambaran umum perusahaan dan jenis-jenis pengembalian buah

pisang ambon yang terjadi di CV. Bumidaya Utama dengan menggunakan alat

bantu stratifikasi, sedangkan untuk merancang usulan perbaikan kualitas pisang

ambon pada CV. Bumidaya Utama digunakan metode Quality Control Cycle

dengan alat bantu Fishbone dan Pareto serta untuk mengetahui dapat

meminimalisasi tingkat pengembalian dari konsumen digunakan Uji t. Alat analisis

yang digunakan untuk mengolah data-data dalam penelitian ini adalah Microsoft

Office Excel 2016 dan SPSSversi 23.

Page 62: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

47

3.5.1 Metode Analisis Quality Control Cycle

Pengolahan data menggunakan alat bantu Seven Tools adalah salah satu cara

untuk melakukan perbaikan dan pengendalian kualitas suatu produk. Ketujuh alat

dasar kualitas ini menerapkan prinsip statistik. Namun tidak semua digunakan

dalam penelitian ini. Adapun penggunakan alat dalam melakukan penelitian ini

sebagai berikut:

A. Lembar check sheet

Data yang diperoleh dari perusahaan teutama yang berupa data produksi dan

pengiriman serta data kerusakan produk kemudian dalam bentuk tabel secara rapid

dan terstruktur dengan menggunakan check sheet. Hal ini dilakukan agar

memudahkan dalam memahami data tersebut sehingga dapat dilakukan analisis

selanjutnya.

Tabel 8. Contoh Lembar check sheet Pengamatan

ke-n

Jumlah

Produksi

Jenis Kerusakan Persentase

Cacat A B C D

1

2

3

4

.

N

Total

Rata-rata per unit

B. Stratifikasi

Data yang diperoleh dari perusahaan terutama yang berupa data produksi

dan data kerusakan produk (misdruk) kemudian disajikan dalam bentuk tabel secara

rapi dan terstruktur dengan menggunakan check sheet. Hal ini dilakukan agar

Page 63: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

48

memudahkan dalam memahami data tersebut sehingga bisa dilakukan analisis lebih

lanjut.

C. Diagram Batang

Agar mudah dalam membaca atau menjelaskan data dengan cepat maka data

dari Check Sheet perlu untuk disajikan dalam bentuk Diagram batang yang berupa

alat penyajian data secara visual berbentuk grafik balok yang memperlihatkan nilai

yang diperoleh dalam bentuk gambar dan angka.

D. Peta kendali

Data dianalisis menggunakan peta kendali p (peta kendali proporsi

kerusakan) sebagai alat untuk pengendalian proses secara statistic. Adapun

langkah-langkah dalam membuat peta kendali p, sebagai berikut:

1. Peta kendali p

Pergitungan persentase kerusakan

�̅� = ∑ 𝑛𝑝

∑ 𝑛

Keterangan :

np : jumlah gagal

n : jumlah yang diperiksa

2. Peta kendali c

𝑐̅ =∑ 𝑐

𝑛

Keterangan :

3. Menghitung batas kendali atas dan bawah (upper control limit dan lower

control limit)

UCL = �̅� + 3√�̅�(1 − �̅�

𝑛

Page 64: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

49

LCL = �̅� − 3√�̅�(1 − �̅�

𝑛

Apabila data yang diperoleh tidak seluruhnya berada dalam batas kendali

yang ditetapkan, hal tersebut menyatakan bahwa pengendalian kualitas yang

dilakukan oleh CV. Bumidaya Utama perlu adanya perbaikan.

E. Diagram pareto

Diagram pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi

data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga ke rendah. Hal ini

dapat membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera

diselesaikan (rangking tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera

diselesaikan (ranking terendah). Selain itu, diagram pareto juga dapat digunakan

membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan

setelah diambil tindakan perbaikan terhadap proses. Dengan memakai diagram

pareto, dapat terlihat masalah mana yang dominan sehingga dapat mengetahui

prioritas penyelesaian masalah. Fungsi diagram pareto adalah untuk

mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk peningkatan kualitas dari

yang paling besar ke paing kecil.

Tabel 9. Contoh Perhitungan Persentase dan Persentase Kumulatif

No Jenis Kerusakan Jumlah Pesentase

(%)

Persentasi

Kumulatif

(%)

1 A

2 B

3 C

4 D

Total 100

Page 65: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

50

Gambar 4. Contoh Diagram Pareto

F. Diagram sebab akibat

Setelah diketahui masalah utama yang paling dominan, maka dilakukan

analisa faktor penyebab kerusakan produk dengan menggunakan fishbone diagram,

sehingga dapat menganalisis faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab

kerusakan produk. Setelah diketahui penyebab terjadinya kerusakan produk, maka

dapat disusun sebuah rekomendasi atau usulan tindakan untuk melakukan

perbaikan kualitas. Langkah-langkah dalam penyusunan diagram sebab-akibat

adalah sebagai berikut:

1. Menentukan prioritas masalah

Bila terjadi banyak masalah perlu diteliti masalah mana yang paling peting

untuk diselesaikan.

2. Mencari faktor penyebab dari masalah

Siapkan diagram sebab dan akibat dengan menyertakan orang-orang yang

terlibat dalam masalah tersebut. Membuat daftar semua sebab yang mungkin

Page 66: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

51

berpengaruh terhadap akibat yang muncul dengan menggunakan diagram sebab-

akibat dan melalui teknik sumbang saran. Faktor-faktor yang harus diperhatikan

adalah manusia, material, mesin, metode atau prosedur.

3. Menemukan penyebab utama yang paling berpengaruh

Teliti dan pastikan sebab-akibat yang paling mungkin dan paling berpengaruh

dengan memastikan adanya pengaruh antara sebab terhadap akibat. Penentuan

penyebab utama ini dapat dilakukan enggan cara diskusi atau voting.

G. Tabulasi

Untuk menyajikan dan menghasilkan rancangan usulan digunakan tabulasi.

Tabulasi ini merupakan penyajian data menggunakan tabel. (Hasan, 2006: 20)

Tabulasi ini digunakan untuk mempermudah peneliti membaca dan

menbandingkan hasil data yang diperoleh selama penelitian berlangsung.

3.5.2 Uji T

Pengujian hipotesis (uji t) menurut Priyanto (2012:109) merupakan

pengujin signifikan dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan

signifikan atau tidak antar variabel tersebut. Pengujian menggunakan dua sisi.

Menurut Sudijono (2005:278) t test atau test t adalah salah satu tes statistik

yang dipergunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nihil yang

menyatakan bahwa di antara dua buah Mean sampel yang diambil secara random

dari populasi yang sama tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Sebelum

mengetahui thitung, terlebih dahulu mengetahu Standar perbedaan skor antara

variabel X dan Y (dalam kasus ini X adalah data sebelum perbaikan dan Y adalah

data sesudah perbaikan) dengan rumus:

Page 67: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

52

𝑆 = √1

𝑛 − 1{∑ 𝐷2 −

(∑ 𝐷)2

𝑛}

Keterangan :

S : Standar perbedaan skor

D : Selisih nilai X dan Y

n : Jumlah pengamatan

Setelah mengetahui Standar perbedaan skor antara variabel X dan Y maka

dapat dihitung thitung, dengan rumus:

𝑡ℎ𝑖𝑡 =

𝑋 − 𝑌𝑛

𝑆√𝑛

Setelah diketahui hasil dari Thitung, kemudian dilanjutkan kepada kriteria Uji

t yaitu jika Thitung > Ttabel maka Ho ditolak dan menyatakan bahwa Ha diterima.

Page 68: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

53

BAB IV

GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN MUTU PERUSAHAAN

CV. Bumidaya Utama adalah perusahaan yang bergerak dibidang pertanian

sebagai pemasok hasil petanian ke konsumen besar maupun kecil. CV. Bumidaya

Utama didirikan dengan sebuah misi membangun jaringan distribusi, membina

mitra-mitra penyertaan modal dan membangun sentra gudang pengumpulan barang,

guna mencapai visi perusahaan yaitu menjadi perusahaan pemasok hasil pertanian

berkapasitas nasional.

Kami menyadari bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap para

konsumen baik konsumen besar maupun konsumen kecil. Oleh sebab itu produk

yng kami kirimkan kepada para konsumen harus memiliki kualitas yang baik,

seperti komitmen kami Quality Is The First- yang bertujuan dapat berkompetisi di

pasar.

Kebijakan mutu yang mencakup:

1. Kami bertekad untuk menghasilkan produk berkualitas sebagai suatu

kewajiban dan rasa tanggung jawab perusahaan pada konsumen kami secara

konsisten dan berusaha meningkatkan pemenuhan.

2. Kami bertekad menyajikan kualitas produk sejak tahap awal selama proses dan

selama distribusi pada pelanggan kami.

3. Seluruh staff dan para karyawan akan kami motivasi untuk dapat bekerja

dengan disiplin tinggi sesuai tata tertib tertulis.

Page 69: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

54

4. Kami akan memberikan pelatihan intensif bagi staff dan karyawan agar dalam

melaksanakan tugasnya dapat mempertahankan kontrol kualitas tehadap

seluruh proses.

4.1 Penerimaan Barang

Kebijakan dalam penerimaan barang meliputi butir-butir kegiatan yang harus

dilakukan oleh penanggung jawab gudang untuk mengatur dan memberikan arahan

tentang teknis penerimaan pisang ambon kepada pekerja saat pisang ambon datang

dan masuk ke warehouse (gudang).

1. Tidak diperkenankan menerima barang tanpa disertai internal order yang

sebelumnya telah diinformasikan ke lokasi.

2. Surat Tanda Terima Barang adalah dokumen wajib dan dianggap sebagai bukti

barang yang diterima dan dibuat oleh Direktur Perusahaan (owner) secara

langsung setelah penurunan barang.

3. Penanggungjawab gudang harus memastikan bahwa jumlah yang tercatat

dalam Surat Tanda Terima Barang harus sesuai dengan jumlah barang yang

diterima. Jika jumlahnya berbeda dengan Surat Jalan dari Supplier, maka Surat

Jalan dari Supplier harus direvisi dan ditandatangani oleh kedua pihak.

4. Jika jumlah yang tertera dalam Surat Tanda Terima Barang lebih tinggi dari

jumlah yang tertera didalam internal order, Penanggungjawab gudang harus

mengambil keputusan untuk menolak. Informasi harus dikumpulkan dari

Supplier untuk menentukan apakah jumlah kelebihan akan diterima atau

menyimpan barang-barang tersebut di gudang. Jika barang-barang disimpan di

Page 70: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

55

gudang maka barang-barang tersebut harus diperlakukan sebagai barang-

barang FoC (Free of Charge).

5. Jika jumlah yang tertera dalam Surat Tanda Terima Barang lebih rendah

dibanding dengan jumlah barang saat order, PJ Gudang terkait harus

mengkomunikasikannya kepada Direktur/owner tindakan-tindakan yang harus

diambil untuk penggantian.

6. Surat Tanda Terima Barang tidak dapat dikeluarkan oleh Bagian Pergudangan

sebelum verifikasi kualitas dilakukan oleh pihak-pihak internal yang

berkompenten terhadap kualitas persediaan.

7. Jika ditemukan adanya barang yang busuk, rusak atau spesifikasinya salah atau

hal-hal lain yang berkaitan dengan kualitas barang, maka barang tersebut harus

ditolak dan Nota Pengembalian Pembelian harus dibuat dan dikirimkan kepada

Supplier. Supplier harus menyetujui Nota Pengembalian Pembelian dan

mengambil barang dari gudang. Jika Supplier tidak mengambil barang-barang

tersebut maka barang-barang tersebut dianggap sebagai FoC (Free of Charge)

dan dicatat ke dalam kode persediaan yang berbeda.

8. Surat Tanda Terima Barang dapat dibuat lebih dari satu yang pengirimannya

dilakukan bertahap.

4.2 Pengeluaran Barang

kebijakan dalam pengeluarang barang meliputi butir-butir kegiatan yang harus

dilakukan oleh penanggung jawab gudang untuk mengatur dan memberi arahan

Page 71: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

56

tentang teknis pengeluaran pisang ambon kepada pekerja saat barang dikeluarkan

dari warehouse (gudang).

1. Barang persediaan akan disimpan dan dikeluarkan sesuai FIFO (First In First

Out).

2. Proses pengeluaran persediaan harus sesuai dengan Purchase Order dan Daily

Order dari Konsumen Besar (pabrik).

3. Jika ada pengembalian barang dari pabrik, PJ Gudang harus ikut menghitung

jumlah barang yang dikembalikan dari pabrik dan mengganti jumlah barang

pada Faktur Pengiriman Barang sesuai dengan jumlah yang diterima oleh

pabrik setelah dilakukan pengecekan.

4.3 Pelaporan Persediaan

Kebijakan pelaporan persediaan yang meliputi pelaporan bulanan secara

continue, pengawasan rutin untuk persediaan di gudang, pendataan mengenai

jumlah barang yang tersedia digudang.

1. Laporan bulanan persediaan yang terdiri dari saldo, mutasi, analisa umur

persediaan harus diserahkan tepat waktu dan menyajikan pengelolaan

persediaan.

2. Pengawasan rutin atas batas-batas persediaan, verifikasi persediaan

(pemeriksaan persediaan) berdasarkan sampel dan secara teratur harus

dilakukan terutama pada barang-barang yang bernilai tinggi dan tindakan

Page 72: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

57

pencegahan harus diambil untuk meminimalisasi kerugian akibat keusangan,

pencurian, kerusakan dll.

3. Penyesuaian kelebihan jumlah persediaan setelah perhitungan fisik akan

diupdate dalam modul persediaan, dengan persetujuan dari owner.

4. Kekurangan jumlah persediaan setelah perhitungan fisik harus dilaporkan ke

owner dan penyesuaian kepada sistem harus berdasarkan persetujuan owner

Page 73: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

58

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Jenis Penyebab Pengembalian Pisang Ambon

Dalam melakukan aktivitas pengiriman, ternyata masih terjadi pengembalian

pada pisang ambon yang cukup tinggi. Pengembalian tersebut dapat bersifat

komplek atau bersifat sederhana. Pihak perusahaan harus berusaha untuk dapat

menyelesaikan masalah yang timbul dengan segera. Jenis-jenis penyebab

pengembalian yang terjadi pada pisang ambon antara lain:

1. Ukuran tidak sesuai

Ukuran pisang ambon di CV. Bumidaya Utama mempunyai 3 (tiga) kelas yaitu,

pisang ambon biasa, pisang ambon special dan pisang ambon exclusive.

Penggolongan kelas ini didasarkan dari ukuran panjang dari pisang mbon tersebut.

Untuk pisang ambon biasa memiliki ukuran <12 cm, pisang ambon special 12-14

cm dan pisang ambon exclusive 15-17 cm.

2. Bonyok atau Lembek

Tekstur pisang yang dikenal dengan kerasnya saat masih mentah dan saat

tingkat kematangannya tepat dikenal dengan kelunakannya yang dapat membuat

pisang mudah sekali bonyok. Hal ini disebabkan adanya pergesekan antara pisang

dengan kemasan saat akan mengirimnya ke konsumen. Akibatnya pisang dapat

dengan mudah rusak.

Page 74: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

59

3. Matang tidak merata

Tingkat kematangan dari pisang ambon dapat dilihat dari penampakannya. Jika

pisang sudah kuning merata maka dapat dikatakan matang sempurna, namun CV.

Bumidaya Utama mengirimkan pisang ambon dengan penampilan yang tidak

kuning merata, dikarenakan konsumen biasa menggunakan buah tersebut bukan

saat pisang ambon tersebut sampai di tangan konsumen langsung, melainkan malam

atau keesokan harinya.

4. Kulit hitam

Pada saat proses pematangan dapat terjadi beberapa hal, salah satunya

munculnya hitam di sisi-sisi buah tersebut. Hal ini menyebabkan tidak menariknya

buah pisang ambon untuk dikonsumsi bagi konsumen karena dianggap busuk. Pada

kenyataannya buah pisang telah matang sempurna.

5. Mentah

Lain halnya dengan terlalu matang, pengembalian juga bisa terjadi karena tidak

matang atau bahkan mentah. Jenis pengembalian ini biasa terjadi saat permintaan

dari konsumen meningkat. Kurangnya perhitungan pekerja mengenai jumlah pisang

ambon matang yang tersedia di gudang dengan permintaan konsumen.

6. Busuk

Kondisi dimana pisang dalam keadaan yang tidak dapat dikonsumsi oleh

konsumen. Proses pengiriman dari CV. Bumidaya Utama yang terkadang dilakukan

Page 75: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

60

satu hari sebelum pemakaian oleh konsumen, membuat buah tersebut menjadi

busuk.

7. Jenis tidak sesuai

Permintaan pisang ambon oleh konsumen yang terkadang meningkat membuat

CV. Bumidaya Utama harus memenuhinya. Jika pasokan pisang ambon yang

dimiliki oleh perusahaan tidak mencukupi, yang salah satunya dikarenakan cuaca

yang tidak mendukung membuat hasil produksi pisang ambon menurun maka akan

diganti dengan buah pisang yang hampir sama jenisnya dengan pisang ambon yaitu

pisang anglen atau pisang muli. Namun konsumen tidak menyukai rasa dari pisang

tersebut dan akhirnya dikembalikan.

8. Kulit bintik-bintik

Jenis pengembalian pisang ini biasa terjadi di pisang ambon lumut. Pisang

ambon lumut memang dikenal dengan bintik-bintik hitamnya dan rasa yang manis.

Namun konsumen tidak menyukai penampilan dari pisang tersebut.

9. Pisang kembar

Pisang kembar atau biasa disebut kembar siam terjadi saat proses penanaman.

Hal ini tidak bisa dihindari karena sudah proses alam. Namun karena buah tersebut

digunakan untuk konsumsi langsung, konsumen tidak mau menerima pisang

kembar.

Jenis-jenis penyebab pengembalian di dapatkan berdasarkan lembar

pengecekan bulan Maret-April 2016, kemudian dilakukan pengelompokan

menggunakan startifikasi. Dengan startifikasi, dapat memudahkan karyawan

membaca besar dari jenis pengembalian yang terjadi. Sebagai catatan juga bahwa

Page 76: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

61

pada satu peti pengiriman pisang ambon, bisa saja terdapat tidak hanya satu jenis

kerusakan, akan tetapi lebih dari satu macam. Untuk itu akan dikolomkan kembali

sesuai jenis kerusakan pada lembar startifikasi. Dari Tabel 10 dilihat jumlah

pengembalian pisang ambon dapat dibagi menjadi 9 jenis yaitu, ukuran tidak sesuai,

bonyok atau lembek, matang tidak merata, kulit hitam, mentah, busuk, jenis tidak

sesuai, kulit bintik-bintik, dan pisang kembar dengan total pengembalian sebesar

158.770 pcs pisang ambon selama periode bulan maret dan april 2016. Untuk jenis

ukuran tidak sesuai terdapat pengembalian sebesar 59.335 pcs, jenis bonyok atau

lembek 55.534 pcs, matang tidak mrata 39.232 pcs, kulit hitam 844 pcs, mentah

831 pcs, busuk 799 pcs, jenis tidak sesuai 769 pcs, kulit bintik-bintik 751 pcs, dan

pisang kembar 675 pcs.

Tabel 10. Jumlah Volume Pengembalian (berdasarkan urutan jumlahnya) periode

bulan Maret – April 2016.

No Jenis Pengembalian Jumlah % akumulasi %

1 Ukuran tidak sesuai 59.335 37,37 37,37

2 Bonyok atau Lembek 55.534 34,98 72,35

3 Matang tidak merat 39.232 24,71 97,06

4 Kulit hitam 844 0,53 97,59

5 Mentah 831 0,52 98,11

6 Busuk 799 0,50 98,62

7 Jenis tidak sesuai 769 0,48 99,10

8 Kulit bintik-bintik 751 0,47 99,57

9 Pisang kembar 675 0,43 100,00

Total 158.770 100,00

Sumber : CV. Bumidaya Utama 2016, data diolah

Berdasarkan tabel 10 yang merupakan data volume persentase akumulatif

untuk pengembalian pisang ambon jenis ukuran tidak sesuai dengan 37,37 %,

bonyok atau lembek dengan 72,35 %, matang tidak merata dengan 97,06 %, kulit

Page 77: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

62

hitam dengan 97,59 %, mentah dengan 98,11 %, busuk dengan 98,62 %, jenis tidak

sesuai dengan 99,10 %, kulit bintik-bintik dengan 99,57 %, dan pisang kembar

dengan 100 % di CV. Bumidaya Utama. Selanjutnya berdasarkan data diatas maka

dapat disusun sebuah diagram pareto dengan ukuran 80:20 seperti terlihat pada

Gambar 5.

Berdasarkan diagram pareto pada Gambar 5 terdapat tiga jenis pengembalian

yang mendominasi berdasarkan volume pengembaliannya yaitu, jenis ukuran tidak

sesuai dengan persentase 37,37%, jenis bonyok atau lembek dengan 34,98%, dan

jenis matang tidak merata dengan 24,71%. Hal ini dikarenakan ketiga jenis

penyebab pengembalian tersebut mendominasi 80% dari total keseluruhan yaitu

jumlah pengembalian diangka 97,06 %, sedangkan 6 (enam) jenis lainnya hanya

ada di angka 2,94 %. Mengacu dari hal tersebut maka penulis membatasi objek

yang akan beri usulan perbaikan adalah jenis ukuran tidak sesuai, jenis bonyok atau

lembek dan jenis matang tidak merata.

Gambar 5. Diagram Pareto Pengembalian Pisang Ambon

37,37%

72,35%

97,06%97,59%

98,11%

98,62%

99,10%

99,57%

100,00%

0,00

25,00

50,00

75,00

100,00

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

Jumlah (pcs) akumulasi %

Page 78: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

63

Selanjutnya menentukan problema penyebab masalah dalam pengembalian

pisang ambon dapat ditentukan dengan diagram sebab-akibat. Diagram sebab

akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang dihadapi dengan

kemungkinan penyebab serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi penyebab kerusakan produk secara

umum dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Man (manusia)

Para pekerja yang melakukan pekerjaan yang terlibat dalam proses produksi di

CV. Bumidaya Utama.

b. Methode (metode)

Instruksi kerja atau perintah kerja yang harus diikuti dalam proses produksi di

CV. Bumidaya Utama.

c. Material (bahan baku)

Segala sesuatu yang dipergunakan oleh perusahaan yang akan digunakan

sebagai komponen produk yang akan diproduksi tersebut di CV. Bumidaya Utama

yang terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku pembantu.

d. Machine (mesin/peralatan)

Mesin-mesin dan berbagai peralatan yang digunakan dalam proses produksi di

CV. Bumidaya Utama.

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada dan mendapatkan jenis

pengembalian yang menjadi dominan yaitu ukuran tidak sesuai, bonyok atau

lembek dan matang yang tidak merata, hasil wawancara dengan pihak-pihak yang

berkompeten di CV. Bumidaya Utama serta melihat kondisi kerja di lapangan. Lalu

Page 79: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

64

dengan melihat persentase pengembalian ditahap sebelumnya maka disusunlah

diagram sebab akibat menurut urutan jenis pengembalian yang menempati posisi

pertama, yakni ukuran tidak sesuai, kemudian dilanjutkan dengan diagram sebab

akibat jenis bonyok atau lembek dan yang terakhir diagram sebab akibat jenis

matang yang tidak merata.

1. Ukuran yang tidak sesuai

Gambar 6. Diagram sebab-akibat pengembalian Jenis Ukuran tidak Sesuai

Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat jenis pengembalian pisang ambon yaitu

ukuran tidak sesuai yang disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ada 4 (empat) yaitu faktor manusia, bahan,

peralatan dan metode. Disetiap faktor juga memiliki penyebab khusus yang

mengakibatkan terjadinya pengembalian jenis ukuran tidak sesuai. Penyebab-

penyebabnya sebagai berikut:

Manusia Metode

Material Mesin/ alat

Tidak menggunakan

alat yang baku

Tidak adanya SOP

Alat tidak

memadai

Terlalu

Besar

Terlalu kecil

Ukuran tidak

sesuai

-Exc 15-17 cm

-Spc 12-14 cm

-biasa <12 cm

Tidak

melakukan

Pengukuran

Page 80: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

65

a. Manusia atau Tenaga Kerja

- Pekerja atau karyawan yang tidak melakukan pengukuran adalah masalah

terpenting. Dengan jenis penyebab pengembalian pisang ambon yaitu

ukuran tidak sesuai, membuktikan tidak dilakukannya pengukuran yang

baik oleh karyawan. Dan mengakibatkan adanya pengembalian oleh

konsumen.

b. Material atau Bahan Baku yang digunakan

- Pisang ambon yang digunakan memiliki ukuran terlalu besar.

Penggolongan pisang ambon di CV. Bumidaya Utama ada tiga kelas, yaitu

pisang ambon ekslusif, pisang ambon spesial dan pisang ambon biasa.

Ukuran terbesar yang diingin konsumen adalah 15-17 cm, jika melebihi

dari ukuran maka pisang ambon tidak akan dikirimkan kepada konsumen.

Jika terlanjur dikirim kepada konsumen karena satu dan lain hal, maka

konsumen akan mengembalikannya kepada perusahaan.

- Pisang ambon ukuran terlalu kecil. Seperti yang kita ketahui bahwa satu

tandan pisang memiliki ukuran pisang yang beragam, ada yang terlalu

panjang di angka 20 cm sampai yang terkecil di angka 10 cm. seperti yang

diketahui standar permintaan konsumen CV. Bumidaya Utama yaitu

ukuran 15-17 cm untuk ekslusif, 12-14 cm untuk spesial dan <12 cm untuk

yang biasa. Maka jika ukuran kurang dari 12 cm akan dikembalikan

kepada konsumen.

Page 81: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

66

c. Mesin atau Peralatan

- Tidak memadai. Penggunaan alat ukur ini seharusnya digunakan saat

melakukan grading saat proses pematangan dan saat akan dilakukan

pengemasan. Namun dilapangan alat ukur yang tidak memadai

menyebabkan pekerja lebih sering menggunakan feeling.

d. Metode kerja yang digunakan

- Tidak memiliki SOP khusus. Setiap perusahaan pasti memilki Standart

Operating Procedure atau yang biasa dikenal dengan SOP. SOP ini

berlaku untuk setiap pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja. Namun di

CV. Bumidaya Utama hanya memiliki SOP secara umum, tidak khusus

untuk setiap item barangnya.

- Tidak menggunakan alat yang baku. Setiap produksi pasti memiliki alat-

alat yang baku, atau khusus diperuntukan untuk proses produksi. Namun

di lapangan tidak ditemukan alat-alat baku yang diperuntukkan khusus

untuk produksi item pisang ambon.

Page 82: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

67

2. Bonyok atau Lembek

Gambar 7. Diagram Sebab-Akibat Jenis Pengembalian Bonyok atau Lembek

a. Manusia atau Tenaga Kerja

- Pekerja atau karyawan yang kurang hati-hati. Seperti yang diketahui

teksur pisang yang sangat rentan terhadap benda yang lebih keras dan

peletakan yang salah, akan mengakibatkan pisang mudah bonyok atau

lembek.

b. Material atau bahan baku yang digunakan

- Pisang terlalu matang. Jenis pisang yang terlalu matang sangat berpotensi

untuk bisa bonyok. Maka dari itu sebaiknya dipisahkan pisang yang sudah

terlalu matang dengan pisang yang matang sempurna atau setengah

matang.

- Pisang stock lama. Pisang termasuk kedalam buah-buahan yang dapat

matang dengan sendirinya atau dibantu dengan pemeraman atau cara

lainnya. Dalam kasus ini, pisang mentah yang sudah terlalu lama setelah

Manusia Metode

Material Mesin/alat

Kurang

hati-hati

Tidak adanya SOP

Handling

Terlalu

matang

Stock lama

Kemasan masih

menggunakan peti kayu

panen

penanganan

bahan baku pengemasan

pengiriman

Bonyok atau

Lembek

Page 83: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

68

dipanen tidak langsung dilakukan proses pematangan dan baru dicoba

dilakukan proses pematangan, maka akan berdampak rusaknya pisang

tersebut.

c. Mesin atau peralatan

- Menggunakan kemasan peti kayu. Sifat dan tekstur pisang ambon yang

dikenal dengan kelunakannya, dengan sedikit benturan saja dapan merusak

tekstur dari buah tersebut. Maka perlu nya kemasan yang dirancang

sedemikian rupa untuk menghindari dengan benturan benda keras..

d. Metode kerja yang digunakan

- Tidak memiliki SOP khusus. Setiap perusahaan pasti memiliki Standart

Operating Procedure atau yang biasa dikenal dengan SOP. SOP ini

berlaku untuk setiap pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja. Namun di

CV. Bumidaya Utama hanya memiliki SOP secara umum, tidak khusus

untuk setiap item barangnya.

- Handling pisang mentah. Handling ini dibagi menjadi empat bagian,

handling saat pemanenan, handling saat penanganan pisang mentah,

handling pengemasan dan handling pengiriman. Karena perusahaan

melakukan kemitraan dengan petani konvensional, maka hadling saat

pemanenan masih terbilang konvesional. Tidak jauh berbeda dengan

handling saat proses pematangan, pengemasan dan pengiriman di

warehouse juga masih menggunakan cara konvensional.

Page 84: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

69

3. Matang tidak merata

Gambar 8. Diagram Sebab-Akibat Jenis Pengembalian Matang Tidak Merata

a. Manusia/ Tenaga Kerja

- Pekerja atau karyawan yang kurang teliti. Dalam hal ini karyawan atau

pekerja sangat dibutuhkan ketelitiannya untuk memilah pisang yang sudah

matang merata atau tidak saat akan dilakukan pengemasan.agar

meminimalisasi tingkat pengembalian yang terjadi.

b. Bahan Baku yang digunakan

- Masalah dari faktor bahan baku yang digunakan adalah pisang yang tidak

matang.

Manusia Metode

Material Mesin/alat

Tidak adanya SOP

Wadah

tidak dipisah

kan

Kurang

Teliti

Obat tidak

sesuai standar

Pencampuran obat

tidak merata

Tidak matang

Matang Tidak

Merata

Page 85: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

70

c. Peralatan

- Wadah tidak dipisahkan. Saat proses pencucian dan pematangan pisang

salah satu prosedurnya adalah dicelupankannya pisang ke dalam wadah

air, baik yang berisikan air saja dan yang sudah diberikan obat.

- Salah satu masalah yang juga terdapat pada peralatan adalah obat untuk

pematangan pisang ambon. Penyebab terjadinya matang tidak merata

terletak di pemakaian obat yang tidak sesuai standar.

d. Metode kerja yang digunakan

- Tidak memiliki SOP khusus. Sama dengan jenis pengembalian lainnya,

tidak adanya SOP menjadi salah satu penyebab terjadinya jenis

pengembalian pisang ambon yang matang tidak merata.

- Pencampuran obat tidak homogen. Tidak homogen atau bisa dikenal

dengan tidak merata. Obat yang bersifat liquid dicampurkan dengan air

yang juga bersifat liquid akan mudah bercampur rata. Namun matang

tidaknya pisang ambon, dapat dilihat dari pencampuran dan pencelupan

pisang tersebut ke dalam wadah yang sudah terisikan oleh obat pematang

buah. Jika pencampuran pisang ambon kedalam obat tidak merata maka

akan mengakibatkan matang yang tidak merata.

5.2 Rancangan Usulan Perbaikan Kualitas

Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, maka perusahaan dituntut

untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan oleh perusahaan dan permintaan konsumen. Oleh karena itu,

Page 86: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

71

perusahaan harus melaksanakan kegiatan pengendalian. Kegiatan pengendalian ini

juga bertugas untuk merancang perbaikan dengan memberikan usulan-usulan

tindakan yang dapat digunakan oleh perusahaan dan akan digunakan secara terus-

menerus terhadap pisang ambon yang dihasilkannya. Selain itu membuat rencana

tindakan perbaikan untuk meminimumkan terjadinya pengembalian pisang ambon

oleh konsumen.

Dari hasil diagram sebab akibat, ditemukan beberapa penyebab dari keempat

faktor. Penyebab yang terjadi dari jenis pengembalian ukuran tidak sesuai, bonyok

atau lembek dan matang tidak merata dapat digabungkan untuk selanjutnya akan

masuk kepada langkah perencanaan masalah dengan terlebih dahulu dilakukan

penggabungan permasalah. Penggabungan permasalahan ini dilakukan karena

masing-masing jenis pengembalian memiliki penyebab permasalahan yang sama.

Berdasarkan Tabel 11 usulan perbaikan pada jenis penyebab pengembalian

ukuran tidak sesuai ini berdasarkan empat faktor, yaitu faktor manusia tidak

melakukan pengukuran, maka usulan yang dilakukan adalah mengadakan SOP

ketenagakerjaan mencakup alur pekerjaan. Untuk faktor material terlalu besar dan

terlalu kecil, maka usulan yang dilakukan mengadakan SOP penerimaan barang

khusus pisang ambon. Untuk faktor mesin atau alat yaitu alat tidak memadai, untuk

itu perlu melakukan pengadaan alat-alat yang digunakan selama proses produksi.

Untu faktor metode tidak adanya SOP dan tidak menggunakan alat bantu, untuk itu

perlu diadakan SOP khusus pisang ambon, baik mulai penerimaan dari mitra,

penanganan bahan mentah, penanganan proses pematangan, pengemasan dan

pengiriman.

Page 87: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

72

Selanjutnya pada jenis penyebab pengembalian bonyok atau lembek ini

berdasarkan empat faktor juga, yaitu faktor manusia tidak hati-hati, maka usulan

yang dilakukan adalah mengadakan SOP ketenagakerjaan mencakup alur

pekerjaan. Untuk faktor material terlalu matang dan stock lama, maka usulan yang

dilakukan mengadakan SOP penerimaan barang khusus pisang ambon. Untuk

faktor mesin atau alat yaitu kemasan masih menggunakan peti kayu, untuk itu

usulan yang dilakukan adalah menggunakan kemasan yang tidak memudahkan

pisang ambon rusak. Untuk faktor metode tidak adanya SOP dan handling yang

salah untuk itu perlu diadakan SOP khusus pisang ambon, baik mulai penerimaan

dari mitra, penanganan bahan mentah, penanganan proses pematangan,

pengemasan dan pengiriman.

Terakhir pada jenis penyebab pengembalian matang tidak merata ini

berdasarkan empat faktor juga, yaitu faktor manusia tidak teliti, maka usulan yang

dilakukan adalah mengadakan SOP ketenagakerjaan mencakup alur pekerjaan.

Untuk faktor material tidak matang, maka usulan yang dilakukan mengadakan SOP

penerimaan barang khusus pisang ambon. Untuk faktor mesin atau alat yaitu wadah

tidak dipisahkan dan penggunaan obat yang tidak sesuai, untuk itu usulan yang

dilakukan adalah melakukan pengadaan wadah khusus untuk pencucian dan

pencampuran obat pada toko resmi. Untuk faktor metode tidak adanya SOP dan

pencampuran obat yang tidak merata untuk itu perlu diadakan SOP khusus pisang

ambon, baik mulai penerimaan dari mitra, penanganan bahan mentah, penanganan

proses pematangan, pengemasan dan pengiriman.

Page 88: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

73

Tabel 11. Rancangan Usulan Perbaikan Menurut Faktor-faktornya Jenis

Penyebab

Pengembalian

Faktor Masalah Usulan Perbaikan

Ukuran Tidak

Sesuai

Manusia

Tidak

melakukan

pengukuran

Mengadakan SOP ketenagakerjaan

mencakup dengan alur pekerjaan

Material

Terlalu kecil

dan terlalu

besar

Harus diadakannya SOP penerimaan

barang khusus buah pisang ambon

Mesin

atau alat

Alat tidak

memadai

Melakukan pengadaan alat-alat yang

digunakan slama proses produksi

Metode

Tidak adanya

SOP dan tidak

menggunakan

alat bantu

Mengadakan SOP khusus pisang

ambon, baik mulai penerimaan dari

mitra, penanganan bahan mentah,

penanganan proses pematangan,

pengemasan dan pengiriman

Bonyok atau

Lembek

Manusia Tidak hati-hati Mengadakan SOP ketenagakerjaan

mencakup dengan alur pekerjaan

Material Terlalu matang

dan stock lama

Harus diadakannya SOP penerimaan

barang khusus buah pisang ambon

Mesin

atau alat

kemasan masih

menggunakan

peti kayu

Menggunakan kemasan yang tidak

memudahkan pisang ambon rusak

Metode

Tidak adanya

SOP dam

Handling yang

salah

Mengadakan SOP khusus pisang

ambon, baik mulai penerimaan dari

mitra, penanganan bahan mentah,

penanganan proses pematangan,

pengemasan dan pengiriman

Matang Tidak

Merata

Manusia Tidak teliti Mengadakan SOP ketenagakerjaan

mencakup dengan alur pekerjaan

Material Tidak matang Harus diadakannya SOP penerimaan

barang khusus buah pisang ambon

Mesin

atau alat

Wadah tidak

dipisahkan dan

penggunaan

obat yang tidak

sesuai

Melakukan pengadaan wadah khusus

untuk pencucian dan pencampuran

obat. Serta membeli obat pada toko

resmi

Metode

Tidak adanya

SOP dan

pencampuran

obat yang tidak

merata

Mengadakan SOP khusus pisang

ambon, baik mulai penerimaan dari

mitra, penanganan bahan mentah,

penanganan proses pematangan,

pengemasan dan pengiriman

Sumber: CV. Bumidaya Utama 2016, data diolah

Page 89: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

74

Setelah pemberian usulan pada masing-masing jenis penyebab pengembalian

berdasarkan faktor-faktonya, maka ditemukan ada kesamaan usulan perbaikan pada

faktor manusia, material dan metode. Maka dapat dituliskan usulan perbaikan

berdasarkan fator-faktornya. Adapun usulan perbaikan sebagai berikut:

1. Manusia/ Tenaga Kerja

Mengadakan SOP ketenagakerjaan mencakup dengan alur pekerjaan. SOP ini

berisikan tentang prosedur apa saja yang harus di jalankan dan dikerjakan oleh

setiap pekerja atau karyawan di CV. Bumidaya Utama berdasarkan bidangnya

masing-masing.

2. Material/ Bahan baku

Mengadakan SOP penerimaan barang khusus pisang ambon. SOP ini berisikan

tentang kegiatan dan prosedur-prosedur penerimaan pisang ambon yang bersifat

umum dan semua mitra harus menjalankannya.

3. Mesin atau alat

Faktor peralatan terdapat empat penyebab masalah yaitu alat tidak memadai,

kemasan kemasan masih menggunakan peti kayu wadah tidak standar dan obat

tidak sesuai. Perbaikan akan dilakukan dengan diadakannya alat pengukuran pisang

ambon berbentuk kotak dengan 3 ukuran sesuai kelasnya, diadakannya alat-alat

yang dibutuhkan selama produksi berlangsung, menggunakan kemasan peti kayu

dengan di tambahkan alas daun pisang (mengelilingi), tidak dicampurnya wadah

pencucian dengan wadah untuk pencampuran obat dan membeli obat pada toko

resmi.

Page 90: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

75

4. Metode

Faktor metode terdapat empat masalah yaitu tidak ada SOP, tidak

menggunakan alat bantu, handling proses kemudian pencampuran obat tidak

merata. Perbaikan akan dilakukan dengan mengadakan SOP khusus pisang ambon,

baik penerimaan dari mitra, penanganan bahan mentah, penanganan proses

pematangan, pengemasan hingga pengiriman.

5.3 Menerapkan Hasil Usulan Perbaikan

Setelah merancang usulan perbaikan pisang ambon untuk di CV. Bumidaya

Utama. Selanjutnya harus memastikan apakah usulan perbaikan yang telah

diterapkan dengan baik atau tidak. Langkah ini adalah penjelasan hasil dan dampak

pelaksanaan perbaikan. Selanjutnya akan dapat juga membandingkan sebelum dan

sesudah perbaikan. Pada langkah ini akan membuktikan pelaksanaan dari usulan

perbaikan yang telah dilakukan pada langkah sebelumnya. Pelaksanaan perbaikan

ini juga masih tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya dan dibuat

sedemikian rupa dengan kerjasama dari pihak perusahaan, yaitu:

Tabel 12. Pelaksanaan Usulan Perbaikan pada Faktor Manusia

Permasalahan Perbaikan Sesudah Perbaikan Dampak/ Hasil

Pekerja tidak

melakukan

pengukuran,

tidak hati-hati

dan tidak teliti

Mengadakan

SOP

Ketenagakerjaan

mencakup alur

pekerjaan

Adanya SOP

ketenagakerjaan

Menurunnya

tingkat kesalahan

pekerja saat

proses produksi

Page 91: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

76

Pada Tabel 12 pelaksanaan usulan perbaikan pada faktor manusia mengadakan

SOP ketenagakerjaan. SOP ini berisikan tentang prosedur apa saja yang harus di

jalankan dan dikerjakan oleh setiap pekerja atau karyawan di CV. Bumidaya Utama

berdasarkan bidangnya masing-masing. Sebelum dilakukan perbaikan, pekerja

sering kali tidak melakukan pengukuran, pekerja tidak teliti, dan pekerja tidak hati-

hati. Hal ini dikarenakan belum adanya SOP yang berlaku khusus untuk pegawai.

Maka dari itu pembuatan dan pelaksanaan SOP pada Gambar 9 yang dicoba

terapkan selama 2 bulan menghasilkan menurunnya tingkat kesalahan pekerjaan

saat berlangsungnya proses produksi.

Gambar 9. Standar Operasional Prosedur Ketenagakerjaan

Page 92: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

77

Tabel 13. Pelaksanaan Usulan Perbaikan pada Faktor Material/ Bahan Baku Permasalahan Perbaikan Sesudah Perbaikan Dampak/ Hasil

Pisang ambon

terlalu kecil dan

besar, terlalu

matang, stock lama

dan pisang tidak

matang

Harus ditambahkan

SOP penerimaan

barang khusus

buah pisang ambon

Adanya SOP penerimaan

khusus pisang ambon

Tidak memudahkan

pisang ambon yang

berkualitas buruk

diterima

pada Tabel 13 pelaksanaan usulan perbaikan pada faktor material atau bahan

baku ini dengan mengadakan SOP penerimaan barang khusus pisang ambon. SOP

ini berisikan tentang kegiatan dan prosedur-prosedur penerimaan pisang ambon

yang bersifat umum dan semua mitra harus menjalankannya. Sebelum dilakukan

perbaikan sering terjadi masalah pada material yaitu pisang ambon yang dikirim

oleh mitra. Masalah yang sering dihadapi yaitu pisang ambon terlalu besar, terlalu

kecil, terlalu matang, stock lama dan pisang lama.

Masalah ini sering terjadi akibat tidak terkendalinya penerimaan buah dari

mitra, di tambah dengan tidak terkontrolnya para pekerja di perusahaan,

mengakibatkan banyaknya jenis penyebab pengembalian dari ukuran tidak sesuai,

bonyok atau lembek dan matang tidak merata. Dengan diadakannya SOP

penerimaan khusus pisang ambon pada Gambar 10 maka setelah diterapkan selama

2 bulan, hasil yang didapatkan dengan tidak memudahkan pisang ambon yang

berkualitas buruk di terima.

Page 93: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

78

Gambar 10. Standar Operasional Prosedur Penerimaan Pisang Ambon

Selanjutnya pada Tabel 14 pelaksanaan usulan perbaikan pada faktor mesin

atau peralatan terdapat empat penyebab masalah yaitu alat tidak memadai, kemasan

masih menggunakan peti kayu, wadah tidak standard dan obat tidak sesuai. Berbeda

dengan faktor manusia dan material, untuk faktor mesin dan alat ini memiliki empat

masalah yang harus di perbaiki masing-masing, tidak bisa dengan satu perbaikan

akan memperbaiki 4 masalah sekaligus.

Page 94: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

79

Tabel 14. Pelaksanaan Usulan Perbaikan pada Faktor Mesin/ Peralatan Permasalahan Perbaikan Sesudah Perbaikan Dampak/ Hasil

Alat tidak memadai

Melakukan

pengadaan alat-

alat yang

menunjang

selama proses

produksi

Adanya alat-alat yang

dibutuhkan selama proses

produksi berupa alat

pengukur

Mengurangi

kesalahan

pekerja saat

grading

Kemasan masih

menggunakan peti kayu

Menggunakan

kemasan yang

tidak

memudahkan

pisang ambon

rusak

Menggunakan alas daun

pisang yang mengelilingi

peti kayu

Menghindari

benturan dengan

benda keras

Wadah tidak dipisahkan

Melakukan

pengadaan

wadah khusus

untuk pencucian

dan

pencampuran

obat

Tidak dicampurnya wadah

untuk pencucian dengan

wadah untuk pencampuran

obat

Mengurangi

kerusakan

pisang ambon

Page 95: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

80

Obat tidak sesuai

Penggunaan

ichipon 480 sl

(ethrel 40 PGR)

Penggunaan ethrel 40 PGR

berupa ICHIPON 480 sl

Mengurangi

kerusakan buah

saat proses

pematangan

Perbaikan akan dilakukan dengan diadakannya alat pengukuran pisang ambon

berbentuk kotak dengan 3 ukuran sesuai kelasnya, diadakannya alat-alat yang

dibutuhkan selama produksi berlangsung, hasil yang didapatkan yaitu mengurangi

kesalahan pekerja saat melakukan grading dan sortasi. Lalu menggunakan kemasan

peti kayu dengan di tambahkan alas daun pisang (mengelilingi), hasil yang

didapatkan mengurangi kerusakan akibat benturan benda keras tidak dicampurnya

wadah pencucian dengan wadah untuk pencampuran obat, hasil yang didapatkan

mengurangi kerusakan pada pisang ambon saat proses pencucian dan pencelupan

kedalam etherl dan terakhir membeli obat pada toko resmi dengan hasilnya

mengurangi kerusakan pisang ambon.

Tabel 15. Pelaksanaan Usulan Perbaikan pada Faktor Metode Permasalahan Perbaikan Sesudah Perbaikan Dampak/ Hasil

Tidak adanya

SOP

Mengadakan SOP

khusus pisang

ambon, baik dari

penerimaan dari

mitra, penanganan

bahan mentah,

penanganan proses

pematangan,

pengemasan dan

pengiriman

Adanya SOP khusus pisang

ambon

Mengurangi

kesalahan yang

dapat terjadi saat

proses

penerimaan

barang,

penanganan

sampai

pengiriman ke

konsumen

Tidak

menggunakan

alat yang baku

Handling proses

Pencampuran

obat tidak merata

Page 96: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

81

Pada Tabel 15 pelaksanaan usulan perbaikan pada faktor metode terdapat

empat masalah yakni tidak ada SOP, tidak menggunakan alat yang baku dan

kurangnya koordinasi pekerja, handling proses kemudian pencampuran obat tidak

homogen dan hasil pencelupan tidak merata. Dari keempat masalah yang ada

didasari dari tidak adanya SOP yang mendukung untuk berlangsung kegiatan.

Gambar 11. SOP Penanganan dan Penyimpanan Pisang Ambon

Untuk itu perbaikan akan dilakukan dengan mengadakan SOP khusus pisang

ambon, baik penerimaan dari mitra pada Gambar 10, penanganan dan penyimpanan

Page 97: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

82

pisang ambon, penanganan proses pematangan Gambar 11, pengemasan dan

pengiriman pada Gambar 12, dengan hasil mengurangi kesalahan yang dapat terjadi

saat proses penerimaan barang, penanganan sampai pengiriman ke konsumen.

Dengan diterapkannya ketiga SOP yang ada selama 2 bulan di CV. Bumidaya

Utama ini, maka hasil yang didaptkan mengurangi kesalahan yang dapat terjadi saat

proses penerimaan barang, penanganan sampai pengiriman ke konsumen

Gambar 12. Standar Operasional Prosedur Pengeluaran Pisang Ambon

Page 98: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

83

5.4 Analisis Pengaruh Upaya Pengendalian Mutu

Setelah melaksanakan penanggulangan masalah dengan usulan perbaikan dan

dilaksanakan selama 2 bulan pada bulan Agustus-September 2016, maka

selanjutnya adalah mengevaluasi hasil perbaikan dengan melihat persentase jumlah

pengembalian setiap jenisnya. Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat ada perbedaan

yang signifikan antara diagram batang sebelum upaya perbaikan dan sesudahnya.

Untuk jenis ukuran tidak sesuai frekuensi sebelum upaya perbaikan adalah 8,13%

sedangkan sesudah perbaikan menjadi 2,44%. Lalu jenis pengembalian bonyok atau

lembek menurun juga dari 5,37% sebelum dilakukannya upaya perbaikan dan

1,56% sesudah perbaikan. Kemudian jenis pengembalian matang tidak merata

dengan 7,61% ssebelum upaya perbaikan menjadi 1,66% setelah perbaikan

dilakukan. Untuk kulit hitam dari 0,11% menjadi 0,05%, mentah dari 0,12%

menjadi 0,05%, busuk dari 0,10% menjadi 0,06%, jenis tidak sesuai dari 0,09%

menjadi 0,05%, kulit bitnik-bintik dari 0,11% menjadi 0,06% setelah perbaikan.

Gambar 13. Diagram Batang Perbandingan Sebelum dan Sesudah Upaya

Perbaikan

8,13

5,37

7,61

0,11 0,12 0,10 0,09 0,11 0,11

2,44

1,56 1,66

0,05 0,05 0,06 0,05 0,06 0,060,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

per

sen

tase

(%

)

Data Persentase Pengembalian

Sebelum

Sesudah

Page 99: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

84

Dari Gambar 15 dapat dilihat perbandingan antara data sebelum dengan data

sesudah upaya perbaikan dilakukan. Terjadi penurunan batas kendali. Jika di peta

kendali sebelum perbaikan terdapat 6 (enam) titik yang melewati batas dengan

central line (CL) berada di titik 0,211, upper control line (UCL) berada di titik

0,376 dan lower control line (LCL) berada di titik 0,046 terdapat pada lampiran 5.

Sedangkan peta kendali sesudah pemberian usulan perbaikan kualitas hanya

terdapat 2 (dua) titik yang melewati batas dengan central line (CL) berada di titik

0,057, upper control line (UCL) berada di titik 0,147 dan lower control line (LCL)

berada di titik -0,033 atau bisa ditulis dengan 0 karena LCL < 0 dikatakan dengan

0 (nol) terdapat pada lampiran 6.

Gambar 14. Perbandingan Peta Kendali Sebelum dan Sesudah Perbaikan

Dan berdasarkan Gambar 16 tentang data pesentase total pengembalian dapat

ditarik kesimpulan bahwa adanya perubahan yang terjadi pada persentase

pengembalian pisang ambon yang dilakukan oleh konsumen. Perubahan ini

menunjukkan ke arah yang positif dikarenakan terjadi penurunan persentase

pengembalian yang sebelumnya dengan total 21,7 % menjadi 5,99 %.

0,00

0,20

0,40

0,60

1 6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56

pretest

0,00

0,20

0,40

1 5 9 131721252933374145495357

Posttest

Page 100: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

85

Gambar 15. Data Persentase Total Pengembalian Sebelum dan Sesudah Perbaikan

Sedangkan untuk mengetahui apakah pengendalian mutu yang dilakukan dapat

berpengaruh dengan pengembalian pisang ambon oleh konsumen, dengan hipotesis

yang ada bahwa H0 yaitu Upaya pengendalian mutu pisang ambon tidak dapat

meminimalisasi tingkat pengembalian oleh konsumen dan Ha adalah Upaya

pengendalian mutu pisang ambon dapat meminimalisasi tingkat pengembalian oleh

konsumen. Maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t, berikut ini adalah

data persentase pengembalian sebelum dan sesudah perbaikan selama 60 hari.

Tabel 16. Rangkuman Uji t Hasi Pretest dan Postest Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

99% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Sebelum

Pengendalian –

Sesudah

Pengendalian

14.9233 10.1105 1.3053 12.3115 17.5352 11.433 59 .000

Sumber : Output SPSS, diolah

21,7

5,99

0

5

10

15

20

25

Sebelum sesudah

Fre

ku

ensi

(%

)

DATA PERSENTASE PENGEMBALIAN

Page 101: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

86

Tabel diatas menunjukan thitung > ttabel pada taraf signifikansi 1% dilihat dari

harga thit sebesar 11.433 dan ttab sebesar 2.66176 pada taraf signifikansi 1%, jika

thit > ttab maka Ho di tolak, artinya hasil pretest dari upaya pengendalian pisang

ambon menunjukkan dapat meminimalisasi tingkat pengembalian oleh konsumen.

Page 102: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

87

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada CV. Bumidaya Utama,

maka dapat dibuat kesimpulan brdasarkan tujuan yang telah ditetapkan dan saran-

saran baik bagi perusahaan maupun bagi peneliti. Kesimpulan dan saran yang dapat

diambil dari penelitian adalah sebagai berikut :

6.1 Kesimpulan

1. Jenis-jenis pengembalian yang terjadi pada pengiriman pisang ambon

berdasarkan volume pengembalian yaitu ukuran tidak sesuai terdapat

pengembalian sebesar 37,37%, jenis bonyok atau lembek 34,98%, matang

tidak mrata 24,71%, kulit hitam 0,53%, mentah 0,52%, busuk 0,50%, jenis

tidak sesuai 0,48%s, kulit bintik-bintik 0,47%, dan pisang kembar 0,43%.

2. Rancangan usulan perbaikan dikelompokkan menjadi 4 (empat) bagian. Usulan

perbaikan untuk faktor Manusia CV. Bumidaya Utama mengadakan SOP

Ketenagakerjaan. Faktor Material CV. Bumidaya Utama mengadakan SOP

penerimaan barang khusus buah pisang ambon. Faktor Mesin atau peralatan

CV. Bumidaya Utama melakukan pengadaan alat-alat yang menunjang selama

proses produksi, menggunakan kemasan peti kayu dengan ditambahkan alas

daun pisang yang mengelilingi, melakukan pengadaan wadah khusus untuk

pencucian dan pencampuran obat serta membeli obat pada toko resmi. Faktor

Metode CV. Bumidaya Utama mengadakan SOP khusus pisang ambon, baik

Page 103: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

88

penerimaan dari mitra, penanganan bahan mentah, penanganan proses,

pematangan, pengemasan dan pengiriman.

3. Penerapan usulan perbaikan yang dilakukan selama 2 (dua) bulan di CV.

Bumidaya Utama, memiliki dampak atau hasil setiap faktornya. Dampak atau

hasil dari adanya SOP ketenagakerjaan diterapkan pada faktor manusia maka

menurunnya tingkat kesalahan pekerja saat proses produksi berjalan. Dampak

atau hasil dari adanya SOP penerimaan khusus pisang ambon pada faktor

material maka tidak memudahkan pisang ambon yang berkualitas buruk

diterima. Dampak atau hasil dari adanya alat pengukur pada faktor mesin atau

peralatan maka mengurangi kesalahan pekerja saat grading dan sortasi, adanya

alas berupa daun pisang yang mengelilingi maka menghindari benturan dengan

benda keras (peti kayu), adanya wadah yang dipisahkan antara wadah

pencucian dan wadah untuk pencampuran obat maka mengurangi kerusakan

pisang saat pencucian dan pencelupan pada etherl dan adanya kewajiban

pembelian obat etherl 40 PGR pada toko resmi maka mengurangi kerusakan

matangnya pisang ambon. Dampak atau hasil dari adanya SOP khusus pisang

ambon baik dari kedatangan pisang oleh mitra, penanganan, sampai

pengiriman ke konsumen pada faktor metode maka mengurangi kesalahan

yang dapat terjadi saat proses penerimaan barang, penanganan, sampai

pengiriman ke konsumen.

4. Terjadinya penurunan pengembalian oleh konsumen dari 8,13% menjadi

2,44% pada pengembalian ukuran tidak sesuai, 5,37% menjadi 1,56% pada

pengembalian bonyok atau lembek, 7,61% mejadi 1,66% pada matang tidak

Page 104: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

89

merata, 0,11% menjadi 0,05% pada kulit hitam, 0,12% menjadi 0,05% pada

mentah, 0,10% menjadi 0,06% pada busuk, 0,09% menjadi 0,05% pada jenis

tidak sesuai, lalu 0,11% menjadi 0,06% pada kulit bintik-bintik, dan terakhir

0,11% menjadi 0,06% pada pengembalian pisang kembar. Dilihat secara

menyeluruh dari pengembalian menurun dari 21,7% menjadi 5,99%.

6.2 Saran.

1. Pada dasarnya pengendalian kualitas yang dilaksanakan sudah menghasilkan

penurunan pengembalian pisang ambon yang signifikan. Namun prinsip

continuous improvement harus terus diterapkan agar menghasilkan hilangnya

pengembalian yang terjadi (zero defect). Secara umum penyebab utama

terjadinya pengembalian berasal dari faktor manusia. Hal tersebut berdasarkan

pengamatan yang dilakukan dimana pengembalian pada pisang ambon terjadi

berjalannya proses produksi baik dari mitra petani atau pengumpul sampai

ditangan konsumen yang mana semua proses dilakukan oleh pekerja. Oleh

karena itu, usaha-usaha untuk mengatasi terjadinya pengembalian yang

disebabkan oleh faktor-faktor tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

- Melakukan pengawasan atas para pekerja dengan lebih ketat

- Membuat sistem penilaian kerja yang baru dengan tujuan untuk

memotivasi kinerja para pekerja agar lebih baik

- Memberikan pelatihan kepada para pekerja

Page 105: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

90

DAFTAR PUSTAKA

AgroMedia, Redaksi. 2009. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta: PT. Agromedia

Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta

Assaury, Sofyan. 2005. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: LP FE UI

Badan Pusat Statistik. 2015. Tingkat Konsumsi dan Produksi Buah Pisang Ambon

dalam Angka. http://bps.go.id diakses pada 25 Februari 2016

Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI 01-4229. Standar Mutu Pisang Ambon.

http://bsn.go.id diakses pada 1 Juni 2016

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Kandungan Gizi Pisang.

http://depkes.go.od diakses pada 1 Juni 2016

Departemen Perindustrian. 2007. Gugus Kendali Mutu. http://Kemenperim.go.id

diakses pada 10 Oktober 2016

Durianto, Darmadi. 2004. Brand Equity, Ten Strategy Memimpin Pasar. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama

Fakhir, Al Faiz. 2010. Analisis Pengendalian Produksi di PT. Masscom Grahpy

dalam Upaya Mengendalikan Tingkat Kerusakan Produk Menggunakan

Alat Bantu Statistik. [Skripsi-S1] Fakultas Ekonomi Universitas

Diponegoro

Gospers, Vincent. 2006. Total Quality Manajement (TQM). Jakarta: PT. Gramedia

Pusaka Utama

Gulo, W. 2010. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia

Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi

Aksara

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untul Ilmu-ilmu Sosial.

Jakarta: Salemba Humanika

Hermawan, Andri. 2012. Analisis Defect Pada Proses produksi dengan metode

QCC (Quality Control Cycle) dan Seven Tools di PT. Hilon Surabaya (Studi

Kasus Finishing Produk Matras). [Skripsi-S1] Fakultas Teknologi Industri

Prodi Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran

Page 106: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

91

Ivanto, Muhammad. 2012. Pengendalian Kualitas Produksi Koran Menggunakan

Seven Tools pada PT. Akcaya Pariwara Kabupaten Kubu Raya. [Skripsi-

S1] Fakultas Teknik Prodi Teknik Elektro Universitas Tanjungpura

Kementerian Perdagangan. 2015. Penjualan dan Perkembangan Buah Pisang.

http://kemendag.go.id diakses pada 10 Oktober 2015

Lubis, Rizky Perdana, Poerwanto, Anizar. 2013. Usulan Perbaikan Kualitas

Produk CPO dengan Menggunakan Konsep Keizen di PT. XYZ. Jurnal

Teknik Industri FT USU. 2(1): 24-31

Lukman, Sampara. 2000. Manajemen Kualitas Pelayanan, Jakarta : STIA-LAN

Press

Nasution, M. N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia

Prabawati, Sulusi., Suyanti, dan Setyabudi, Dodi A. 2008. Teknologi Pascapanen

dan Teknik Pengolahan Buah Pisang. Jakarta: Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian

Prahasta, Arief. 2009. Agribisnis Pisang. Bandung: CV. Pustaka Grafika

Prawirosentoso, Suryadi. 2002. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

Prihantoro, Rudy. 2012. Konsep Pengendalian Mutu. Bandung: PT. Remaja

Rossakarya

Priyatno, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20.

Yogyakarta: Andi.

Rahmawati, Suciana. 2012. Analisis Pengendalian Kualitas Gula di PG Tasikmadu

Kabupaten Karang Anyar. [Skripsi- S1] Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Suhartanto, Rahmad., Sobir., dan Harti, Heri. 2012. Teknologi Sehat Budidaya

Pisang. Bogor: Pusat Kajian Holtikultura Tropika, LPMM-IPB

Supranto, Johannes. 1997. Metode Riset. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Page 107: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

92

Suyanti dan Supriyadi, Ahmad. 2008. Pisang,Budidaya, Pengolahan dan Prospek

Pasar. Depok: Penebar Swadaya

STIE PGRI Dewantara. 2007. Eksis Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis. Jombang :

STIE PGRI Dewantara

Tarihoran, Nova, Khawarita, Aulia. 2013. Analisis Pengendalian Kualitas pada

Proses Perebusan dengan Menerapkan QCC. Jurnal Teknik Industri FT

USU. 3(1): 41-46

Tjiptono, Fandy. 2004. Prinsip-prinsip Total Quality Service (TQS). Yogyakarta :

Andi Offset

Triguno. 1997. Budaya Kerja, Meningkatkan Lingkungan yang Kondusif untuk

Meningkatkan Produktifitas Kerja. Jakarta: Golden Terayon Press.

Wignjosoebroto, Sritomo. 2003. Pengantar Teknik dan Manajemen Industri.

Surabaya: Guna Widya

_____________________. 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya:

Guna Widya

Yamit, Zulian. 2010. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta: Ekonisia

Yuri, T dan Nurcahyo, Rahmat. 2013. TQM Manajemen Kualitas Total dalam

Prespektif Teknik Industri. Jakarta: Indeks

Page 108: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

93

LAMPIRAN

Page 109: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

94

Lampiran 1. Matrik Penelitian

No Tujuan Rumusan Data Sumber Data Instrumen Analisis Data

1. Mengetahui jenis

kerusakan pisang ambon

di CV. Bumidaya Utama

Jenis

pengembalian

Komoditi Pisang

Ambon

Pengiriman dan

pengembalian

pisang ambon

Wawancara Stratifikasi

2 Membuat rancangan

usulan perbaikan kualitas

pisang ambon pada CV.

Bumidaya Utama.

Rancangan

perbaikan

kualitas

Komoditi Pisang

Ambon

Pengembalian

pisang ambon

Wawancara Diagram Sebab-

Akibat, Diagram

Pareto

3. Menarapkan usulan

perbaikan kualitas pisang

ambon pada CV.

Bumidaya Utama.

Evaluasi

perbaikan

Komoditi Pisang

Ambon

Pengembalian

pisang ambon

Wawancara Tabulasi

4. Pengaruh keberhasian

penerapan pengendalian

kualitas

Keberhasilan

penerapan

Komoditi Pisang

Ambon

Pengembalian

pisang ambon

Wawancara Diagram Batang,

Peta Kendali,

Uji t

Page 110: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

95

Lampiran 2. Matriks Instrumen Penelitian

Page 111: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

96

Lampiran 2. Lanjutan

Page 112: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

97

Lampiran 2. Lanjutan

Page 113: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

98

Lampiran 3. Lembar Pengecekan Sebelum Perbaikan

Page 114: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

99

Lampiran 3. Lanjutan

Page 115: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

100

Lampiran 3. Lanjutan

Page 116: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

101

Lampiran 4. Lembar Pengecekan Sesudah Perbaikan

Page 117: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

102

Lampiran 4. Lanjutan

Page 118: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

103

Lampiran 4. Lanjutan

Page 119: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

104

Lampiran 5. Perhitungan Peta Kendali p sebelum perbaikan

Page 120: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

105

Lampiran 5. Lanjutan

Page 121: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

106

Lampiran 6. Perhitungan Peta Kendali p Sesudah Perbaikan

Page 122: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

107

Lampiran 6. Lanjutan

Page 123: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

108

Lampiran 7. Tabel untuk Uji t

Page 124: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

109

Lampiran 7. Lanjutan

Page 125: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

110

Lampiran 8. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penerimaan Pisang Ambon

Definisi Kegiatan yang dilakukan oleh penanggung jawab gudang untuk

mengatur dan memberi arahan tentang teknis penerimaan pisang

ambon kepada pekerja saat pisang ambon masuk ke warehouse

(gudang).

Tujuan Mengarahkan pekerja untuk melaksanakan penerimaan pisang

ambon sesuai prosedur (teknis).

Sasaran Pekerja di Warehouse

Penanggung

Jawab

Penanggung Jawab Warehouse

Masukan

yang

Dibutuhkan

Jadwal kedatangan dan spesifikasi buah pisang ambon yang akan

diterima dari supplier

Keluaran

yang

Dihasilkan

Proses penerimaan buah pisang ambon yang teratur dan tertib sesuai

teknis

Teknis 1. Penanggungjawab gudang tidak diperkenankan menerima pisang

ambon dari supplier tanpa disertai dengan bukti (nota).

2. Penanggungjawab gudang melakukan pengecekan atas barang

yang diterima, kualitas barang dilakukan pengecekan oleh pihak

internal yang berkompenten.

3. Penanggungjawab gudang membuat Surat Tanda terima pisang

ambon berdasarkan fisik barang yang diterima di gudang. Jika tidak

sesuai dengan surat jalan, maka surat jalan dari supplier harus direvisi

dan disesuaikan dengan fisik barang yang diterima di gudang. Surat

jalan yang telah direvisi tersebut ditandatangani oleh kedua belah

pihak.

4. Jika saat penerimaan pisang ambon, ditemukan adanya buah yang

rusak, atau spesifikasinya tidak sesuai, maka penanggungjawab

gudang berhak menolak barang dari supplier tersebut.

5. Penanggungjawab gudang segera membuat Berita Acara

(keterangan) atas kondisi pisang ambon yang diterima tersebut dan

menginformasikan serta menyerahkan berita acara tersebut kepada

Direktur perusahaan.

6. Berdasarkan informasi dari PJ Gudang, Direktur perusahaan

membuat Nota Pengembalian pisang ambon kepada Supplier

mengenai jumlah barang yang tidak masuk spesifikasi.

7. Supplier harus menyetujui Nota Pengembalian barang dan segera

mengambil barang tersebut dari gudang atau dibawa kembali oleh

kurir.

8. Direktur membuat persetujuan pembayaran dengan supplier.

Page 126: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

111

Lampiran 9. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penempatan dan Penyimpanan

Pisang ambon di Warehouse

Definisi Kegiatan yang dilakukan oleh penanggung jawab gudang untuk

mengatur dan memberi arahan tentang teknis penempatan serta

penyimpanan Pisang ambon kepada pekerja saat barang baru masuk

ke warehouse (gudang).

Tujuan Mengarahkan pekerja untuk menempatkan dan menyimpan pisang

ambon sesuai prosedur (teknis).

Sasaran Pekerja di Warehouse

Penanggung

Jawab

Penanggung Jawab Warehouse

Masukan

yang

Dibutuhkan

Karakteristik pisang ambon yang akan disimpan ke Gudang

Keluaran

yang

Dihasilkan

Proses penempatan dan penyimpanan pisang ambon yang teratur dan

tertib sesuai teknis

Teknis 1. Kondisi lingkungan warehouse harus bersih dan tidak ada

kontaminan yang mempengaruhi kualitas buah.

2. Dilarang mencampur buah yang sudah busuk dengan buah yang

berkondisi baik karena bakteri busuk bisa menyebar ke buah yang

lainnya.

3. Jika ada buah yang terdeteksi busuk harus segera diangkat dan

dipisahkan dari warehouse.

4. Penempatan buah harus sesuai grade, meliputi ukuran dan

jenisnya.

- Pisang : Pisang Ambon Exlusive

Pisang ambon Special

Pisang ambon biasa

5. Spesifikasi penempatan dan penyimpanan :

Untuk penempatan pisang ambon berada di warehouse dalam yang

dilengkapi dengan AC (air conditioning) supaya suhu ruangnya

rendah dan matang. Sebelum dimasukkan ke dalam ruangan, pisang

mengalami proses pencelupan untuk proses pematangan lanjut,

kemudian dimasukan ke dalam peti dan masuk ke ruangan.

Page 127: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

112

Lampiran 10. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengeluaran Persediaan

Pisang ambon

Definisi Kegiatan yang dilakukan oleh penanggung jawab gudang untuk

mengatur dan memberi arahan tentang teknis pengeluaran pisang

ambon kepada pekerja saat barang keluar dari warehouse (gudang).

Tujuan Mengarahkan pekerja untuk melaksanakan pengeluaran pisang

ambon sesuai prosedur (teknis).

Sasaran Pekerja di Warehouse

Penanggung

Jawab

Penanggung Jawab Warehouse

Masukan

yang

Dibutuhkan

Jadwal pengiriman dan kuantitas buah yang akan di-supply ke

konsumen besar (pabrik) berupa purchase order (PO) atau daily order

(DO).

Keluaran

yang

Dihasilkan

Proses pengeluaran buah yang teratur dan tertib sesuai teknis

Teknis 1. Konsumen Besar (Pabrik) mengajukan permintaan jumlah

barang berdasarkan jumlah permintaan di Purchase Order (PO)

atau Daily Order (DO).

2. PJ Gudang mengeluarkan barang berdasarkan metode FIFO

(First In First Out, artinya pisang ambon yang pertama masuk

ke warehouse berarti harus keluar terlebih dahulu.

3. Direktur mencatat setiap pengeluaran barang dalam system

dan mencetak Form/Faktur Pengeluaran Barang dan

ditandatangani oleh customer dan direktur.

4. PJ Gudang diperkenankan melakukan pengiriman

persediaan barang ke Pabrik (konsumen besar) hanya jika telah

mendapat persetujuan dari Direktur.

5. Jika terdapat pengembalian/pemotongan jumlah barang dari

Pabrik (konsumen besar), PJ Gudang ikut menghitung jumlah

pisang ambon yang dikembalikan dari pabrik dan mengganti

jumlah buah pada Faktur Pengiriman Buah sesuai dengan

jumlah yang diterima oleh pabrik setelah dilakukan

pengecekan.

Page 128: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

113

Lampiran 11. Standar Operasional Prosedur (SOP) Ketenagakerjaan

Page 129: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

114

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian

Pembongkaran Muat Pisang Ambon dari Mitra

Kondisi Pisang ambon yang dikembalikan oleh Konsumen

Page 130: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

115

Pencampuran Pisang Ambon mentah ke dalam wadah obat

Kondisi ruang penyekapan

Page 131: EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU PISANG AMBON …

116

Kondisi ruang pemotongan Pisang ambon

Pengukuran dan pengemasan pisang ambon