efektivitas upaya pengendalian mutu pisang ambon …
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU
PISANG AMBON GUNA MEMINIMALISASI
TINGKAT PENGEMBALIAN OLEH KONSUMEN
PADA CV. BUMIDAYA UTAMA, BEKASI.
SKRIPSI
Farah Afifah Lubis
1112092000042
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M / 1438 H
ii
EFEKTIVITAS UPAYA PENGENDALIAN MUTU
PISANG AMBON GUNA MEMINIMALISASI
TINGKAT PENGEMBALIAN OLEH KONSUMEN
PADA CV. BUMIDAYA UTAMA, BEKASI.
Farah Afifah Lubis
1112092000042
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agribisnis Pada
Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M / 1438 H
iii
iv
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 01 Februari 2017
Farah Afifah Lubis
NIM. 1112092000042
v
Data Diri
Riwayat Pendidikan
Pengalaman Organisasi
Pengalaman Magang
Prestasi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Farah Afifah Lubis
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal, Lahir : Jakarta, 4 Juli 1994
Agama : Islam
Alamat : Jl. Haji Jayun 2 No.17 RT.03
RW.03 Kel. Pengasinan
Kec. Rawalumbu
Kota Bekasi - 17115
No. Handphone : 0812 1914 4883
Email : [email protected]
1. 2012 – 2017 : Program Studi Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. 2009 – 2012 : SMA IT Thariq Bin Ziyad
3. 2006 – 2009 : SMP IT Thariq Bin Ziyad
4. 2000 – 2006 : SD IT Thariq Bin Ziyad
5. 1999 – 2000 : TK Al Huda
1. 2009 – 2011 : Anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
2. 2009 – 2011 : Bendahara Kelompok Kerja Mading Siswa (KKMS)
3. 2011 : Ketua Panitia Thariq Festival 2
2015 : Warehouse Distributor Buah CV. Bumidaya Utama Bekasi
1. 2007 : Juara 3 Lomba Nasyid Tingkat SMP Kabupaten Bekasi
2. 2007 : Tim Paduan Suara Kabupaten Bekasi (Pengibaran Bendera
Merah Putih)
3. 2010 : Finalis Olimpiade Matematika Tingkat SMA Kabupaten
Bekasi
4. 2011 : Juara 3 Kompetisi Vocal Group Tingkat SMA Banten
vi
RINGKASAN
FARAH AFIFAH LUBIS. Efektivitas Upaya Pengendalian Mutu Pisang
Ambon Guna Meminimalisasi Tingkat Pengembalian oleh Konsumen pada
CV. Bumidaya Utama, Bekasi. Dibawah bimbingan AKHMAD MAHBUBI
MUFTI dan JUNAIDI
Pisang merupakan buah yang cukup dikenal dimasyarakat Indonesia dengan
buah yang memiliki kandungan yang baik, dan berdampak pula pada meningkatnya
tingkat konsumsi dan produksi buah pisang di Indonesia . Untuk itu pisang memiliki
potensi yang besar untuk meningkatkan produksi dan penjualannya. Namun,
Indonesia baru bisa mengekspor buah pisang ke negara Jepang, sisanya masih
dikonsumsi oleh masyarakat dan dikelola oleh perusahaan-perusahaan yang
bergerak di bidang buah-buahan. Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang
supplier buah-buahan yaitu CV. Bumidaya Utama dengan komoditi unggulannya
yaitu pisang ambon. Pengiriman pisang ambon ini diutamakan kepada konsumen
industri dengan skala 5.000 pcs sampai dengan 20.000 pcs perharinya. Namun
ditemukan 22% pengembalian pisang ambon oleh konsumen dari total pengiriman
selama satu tahun, yang perharinya dapat terjadi pengembalian sampai dengan 50%
dari jumlah yang dikirimkan.
Walaupun kebijakan dari perusahaan akan segera mengganti langsung kepada
konsumen dengan seperti jumlah yang diminta diawal, namun jika pengembalian
ini terus terjadi maka akan berdampak buruk pada perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan supplier pisang ambon CV. Bumidaya Utama pelu upaya pengendalian
mutu guna meminimalisasi tingkat pengembalian oleh konsumen. Penelitian ini
bertujuan untuk (1) mengidentifikasi jenis penyebab pengembalian pisang ambon
pada CV. Bumidaya Utama, (2) membuat rancangan usulan perbaikan mutu pisang
ambon pada CV. Bumidaya Utama, (3) menerapkan hasil usulan perbaikan mutu
pisang ambon pada CV. Bumidaya Utama, (4) menganalisis pengaruh keberhasilan
penerapan pengendalian mutu pisang pada CV. Bumidaya Utama.
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ada dua, yaitu desain
penelitian deskriptif dengan menggunakan metode analisis data sekunder dan
desain penelitian kausal dengan menggunakna metode eksperimen. Sumber data
yang digunakan adalah data primer yang bersifat kualitatif. Data primer diperoleh
melalui observasi langsung dengan mencatat informasi sesuai dengan apa yang
terjadi selama penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan Total Quality
Control dan data yang diperoleh dianalisis dengan metode Quality Control Cycle
melalui check sheet, stratifikasi, diagram batang, peta kendali,diagram pareto,
diagram Fishbone dan tabulasi.
vii
Kesimpulan penelitian ini adalah jenis penyebab pengembalian pisang ambon
yang terjadi ada pada 9 (Sembilan jenis) dan hasil identifikasi jenis berdasarkan
persentase tertinggi atau dominan yaitu pada jenis ukuran tidak sesuai, bonyok atau
lembek, dan matang tidak merata. Penerapan usulan perbaikan yang dilakukan
berdasarkan faktor penyebabnya. Untuk faktor manusia usulan yang dilakukan
adalah membuat SOP ketenagakerjaan beserta alurnya yang menghasilkan
menurunnya tingat kesalahan pekerjaan saat proses produksi. Untuk faktor material
usulan yang dilakukan adalah membuat SOP penerimaan khusus pisang ambon
yang menghasilkan tidak memudahkannya pisang ambon yang berkualitas buruk
diterima. Untuk faktor mesin atau peralatan diadakannya alat yang dibutuhkan
untuk pengukuran, menggunakan alas berupa daun pisang untuk mengelilingi
kemasan peti kayu, memisahkan wadah untuk pencucian dengan wadah untuk
pencampuran obat dan menggunakan ichipon 480 sl yang semua nya berdampak
mengurangi kerusakan pada pisang ambon. Dan untuk faktor metode diadakannya
SOP khusus pisang ambon, baik dari penerimaan sampai dengan pengiriman ke
konsumen. Dengan usulan yang sudah diterapkan, maka dapat dikatakan bahwa
upaya pengendalian mutu pisang ambon dapat meminimalisasi tingkat
pengembalian oleh konsumen.
Kata kunci : Pisang Ambon, Supplier Buah, Mutu, Pengendalian Mutu, dan
Quality Control Cycle.
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas
Upaya Pengendalian Mutu Pisang Ambon Guna Meminimalisasi Tingkat
Pengembalian oleh Konsumen pada CV. Bumidaya Utama”. Penulisan skripsi
ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agribisnis pada
Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penyelesaian sampai selesainya skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Penulis dengan penuh rasa hormat mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan dan
dukungan baik secara moril dan materil secara lansung maupun tidak langsung
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ayah Yusri Effendi Lubis , MM dan Ummi tercinta Hamidah atas segala
doa, nas ihat , kasih sayang, pengorbanan, cinta serta dukungan baik secara
moril maupun materil yang diberikan kepada penulis. Penyelesaian skripsi ini
merupakan salah satu bakti dan wujud cinta saya pada kalian karena jasa
kalian sangat besar.
2. Kakak Sofi Hanana Lubis terima kasih atas support dan doa yang
membangkitkan saya untuk terus menyelesaikan skripsi ini dan menyemangati
saya ketika saya berada di titik jenuh.
ix
3. Adik-adik tersayang Yusuf, Ismail, Ibrahim, Aisyah dan bang Umar yang
selalu membuat ceria di saat saya sedang berada di titik jenuh.
4. Bapak Akhmad Mahbubi Mufti, SP, MM, selaku dosen pembimbing
pertama dan Bapak Ir. Junaidi, M.Si, selaku dosen pembimbing kedua yang
telah mencurahkan tenaga, waktu, energi, pikirannya, serta memberikan
ilmunya secara tulus demi terselesainya skripsi ini.
5. Keluarga besar CV. Bumidaya Utama, terima kasih telah memberikan izin
penelitian, ilmu pengetahuan, nasihat serta dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan penelitian.
6. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengesahkan karya tulis ini
sebagai skripsi.
7. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, M.S selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Bapak
Dr. Iwan Aminuddin, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Agribisnis.
Terima kasih telah memberikan kesempatan dan dukungan untuk menimba
ilmu pengetahuan serta membantu dalam proses akademis.
8. Pembimbing akademik Mudatsir Nadjamuddin, MM, yang selalu memberikan
nasihat serta motivasi kepada penulis selama perkuliahan.
9. Para dosen Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu,
pengetahuan, wawasan dan pengalamannya kepada penulis sehingga dapat
terselesainya skripsi ini.
10. Rekan seperjuangan Alifah, Dwina, Bella, Avrilia, Dini, Indah, Jayanti, Radi,
x
Indira, Adis dan Keluarga besar AGRIBISNIS 2012 yang selalu memberi
canda tawa selama perkuliahan sampai pada penulisan skripsi ini.
11. Sahabat AmangFriends Afifah, Syifa, Mia, Tyas, Kika, Rumay, Hasna,
Syahidul, Lukman, Ramdhan dan Sulaiman, terima kasih telah berbagi ilmu,
dukungan, dan menjadi hiburan dikala jenuh. Semoga persahabatan kita
selamanya sampai tua nanti.
12. Kepada keluarga besar KKN Bimasakti 2015 terima kasih atas ilmu, support,
dan kekompakannya.
13. Karyawan saya mba Amah yang telah mengambil alih usaha selagi saya sibuk
mengurusi skripsi ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu baik secara
langsung maupun tidak langsung yang telah membantu semangat penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhirnya hanya
kepada Allah semua itu diserahkan, semoga amal baik kita diterima oleh Allah
SWT, Aamiin Yaa Rabbal Alaamiin
Jakarta, Februari 2017
Farah Afifah Lubis
xi
DAFTAR ISI
RINGKASAN ........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup ........................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
2.1 Tinjauan Teoritis ..................................................................................... 7
2.1.1 Pisang .......................................................................................... 7
2.1.2 Mutu .......................................................................................... 17
2.1.3 Standar Mutu Pisang Ambon .................................................... 18
2.1.4 Total Quality Control ................................................................ 20
2.1.5 Sistem pengendalian dalam TQC .............................................. 21
2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 35
2.3 Kerangka Pemikiran Operasional .......................................................... 38
2.4 Hipotesis ................................................................................................ 40
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 41
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 41
3.2 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 41
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 42
xii
3.3.1 Wawancara ................................................................................ 43
3.3.2 Observasi ................................................................................... 43
3.3.3 Studi pustaka ............................................................................. 43
3.4 Metode Pengumpulan Sampel ............................................................... 44
3.5 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ......................................... 46
3.5.1 Metode Analisis Quality Control Cycle .................................... 47
3.5.2 Uji T .......................................................................................... 51
BAB IV GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN MUTU PERUSAHAAN ........... 53
4.1 Penerimaan Barang ................................................................................ 54
4.2 Pengeluaran Barang ............................................................................... 55
4.3 Pelaporan Persediaan ............................................................................. 56
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 58
5.1 Jenis Penyebab Pengembalian Pisang Ambon ...................................... 58
5.2 Rancangan Usulan Perbaikan Kualitas .................................................. 70
5.3 Menerapkan Hasil Usulan Perbaikan .................................................... 75
5.4 Analisis Pengaruh Upaya Pengendalian Mutu ...................................... 83
BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 87
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 87
6.2 Saran. ..................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 90
LAMPIRAN .......................................................................................................... 93
xiii
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Kandungan Gizi dalam 100 gr beberapa varietas Pisang .................................... 1
2. Tingkat Konsumsi Buah Pisang di Indonesia 2010-2014 ................................... 2
3. Data Pengiriman dan Pengembalian Pisang Ambon pada CV. Bumidaya Utama
periode Mei-15 sd April-16 ................................................................................ 3
4. Klasifikasi atau Penggolongan Ukuran Pisang Ambon Segar .......................... 19
5. Syarat Mutu Pisang Ambon Segar .................................................................... 20
6. Pengertian PDCA .............................................................................................. 24
7. Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 42
8. Contoh Lembar check sheet .............................................................................. 47
9. Contoh Perhitungan Persentase dan Persentase Kumulatif ............................... 49
10. Jumlah Volume Pengembalian (berdasarkan urutan jumlahnya) periode
bulan Maret – April 2016. .............................................................................. 61
11. Rancangan Usulan Perbaikan Menurut Faktor-faktornya ............................... 73
12. Pelaksanaan Usulan Perbaikan pada Faktor Manusia ..................................... 75
13. Pelaksanaan Usulan Perbaikan pada Faktor Material/ Bahan Baku ............... 77
14. Pelaksanaan Usulan Perbaikan pada Faktor Mesin/ Peralatan ........................ 79
15. Pelaksanaan Usulan Perbaikan pada Faktor Metode ...................................... 80
16. Rangkuman Uji t Hasi Pretest dan Postest ...................................................... 85
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Roda PDCA ....................................................................................................... 22
2. Delapan Langkah Gugus Kendali Mutu ............................................................ 25
3. Alur Kerangka Pemikiran ................................................................................. 39
4. Contoh Diagram Pareto ..................................................................................... 50
5. Diagram Pareto Pengembalian Pisang Ambon ................................................. 62
6. Diagram sebab-akibat pengembalian Jenis Ukuran tidak Sesuai ...................... 64
7. Diagram Sebab-Akibat Jenis Pengembalian Bonyok atau Lembek .................. 67
8. Diagram Sebab-Akibat Jenis Pengembalian Matang Tidak Merata ................. 69
9. Standar Operasional Prosedur Ketenagakerjaan ............................................... 76
10. Standar Operasional Prosedur Penerimaan Pisang Ambon ............................ 78
11. SOP Penanganan dan Penyimpanan Pisang Ambon ....................................... 81
12. Standar Operasional Prosedur Pengeluaran Pisang Ambon............................ 82
13. Diagram Batang Perbandingan Sebelum dan Sesudah Upaya Perbaikan ....... 83
14. Perbandingan Peta Kendali Sebelum dan Sesudah Perbaikan ........................ 84
15. Data Persentase Total Pengembalian Sebelum dan Sesudah Perbaikan ...... 85
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Matrik Penelitian ............................................................................................... 94
2. Matriks Instrumen Penelitian ............................................................................ 95
3. Lembar Pengecekan Sebelum Perbaikan .......................................................... 98
4. Lembar Pengecekan Sesudah Perbaikan ......................................................... 101
5. Perhitungan Peta Kendali p sebelum perbaikan .............................................. 104
6. Perhitungan Peta Kendali p Sesudah Perbaikan.............................................. 106
7. Tabel untuk Uji t ............................................................................................. 108
8. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penerimaan Pisang Ambon ................. 110
9. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penempatan dan Penyimpanan
Pisang ambon di Warehouse .......................................................................... 111
10. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengeluaran Persediaan Pisang
ambon ........................................................................................................... 112
11. Standar Operasional Prosedur (SOP) Ketenagakerjaan ................................ 113
12. Dokumentasi Penelitian ................................................................................ 114
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buah pisang merupakan buah yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Buah ini banyak ditemukan di daerah tropis, terutama di daerah-daerah yang
memiliki tanah subur. Kandungan dari buah pisang juga sudah tidak diragukan lagi.
Energi yang terkandung dalam buah pisang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi jika
di bandingkan buah lain. Selain mengandung energi cukup tinggi, buah pisang juga
kaya akan mineral. Seperti yang diketahui bahwa mineral merupakan salah satu
nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan mineral pada buah pisang
diantaranya adalah kalsium, kalium, magnesium, phosphor dan besi. Gencarnya
informasi tentang baiknya mengkonsumsi buah-buahan segar, membuat kesadaran
akan hidup sehat di Indonesia terus meningkat.
Tabel 1. Kandungan Gizi dalam 100 gr beberapa varietas Pisang
Jenis
Kalori Protein Lemak Karbo
hidrat
Kalsi
um
Fos
for Besi
Vit
A
Vit
B1
Vit
C Air
b.d.d
Kal G G G Mg Mg Mg Si Mg Mg G %
Pisang
Ambon 99 1,2 0,2 25 8 28 0,5 146 0,08 3 72
75
Pisang
lampung 99 1,3 0,2 25,6 10 19 0,9 618 - 4 72,1
75
Pisang
mas 127 1,4 0,2 33,6 7 25 0,8 79 0,09 2 64,2
85
Pisang
raja 120 1,2 0,2 31,8 10 22 0,8 950 0,06 10 65,8
70
Pisang
susu 118 1,2 0,2 31,1 7 29 0,3 112 - 4 67,9
85
Pisang raja
uli 146 2,0 0,2 38,2 10 28 0,9 75 0,05 3 59,1
75
Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2009
2
Konsumsi pisang sempat mengalami penurunan di tahun 2012-2013, namun
pada tahun 2014 konsumsi buah pisang di Indonesia mengalami peningkatan yang
signifikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2015) pada tahun 2014
mencapai 6,205 kg per kapita per tahun. Sama dengan konsumsi yang terus
meningkat, di Indonesia buah pisang juga menduduki posisi pertama produksi buah.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian (2015) produksi
pisang yaitu 6,86 juta ton pada tahun 2014 dan terdapat 321 ribu ton pisang yang
tercecer atau dapat dikatakan 4,7% dari produksi yang ada tidak terpakai.
Tabel 2. Tingkat Konsumsi Buah Pisang di Indonesia 2010-2014
No Komoditas Kg/Kapita/Tahun Growth
(%) 2010 2011 2012 2013 2014
1. Pisang
Ambon 1.51 2.19 1.83 1.25 1.41 12,5
2. Pisang Raja 1.15 1.56 0.83 0.83 0.89 6,25
3. Pisang
Lainnya 4.17 5.06 3.13 3.55 3.91 10,29
4. Total 6.83 8.81 5.79 5.63 6.21 9,68
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015
Dilihat dari Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian (2015) tingkat
produksi dan konsumsi yang tinggi di Indonesia, mempunyai potensi besar untuk
meningkatkan kembali produksi dan penjualan pisang, mengingat banyaknya
keunggulan komperatif yang dimiliki antara lain adanya iklim yang mendukung,
tanah yang subur dan tersedianya tenaga kerja yang murah sehingga
memungkinkan produksi dilakukan sepanjang tahun. Dari Kementerian
Perdagangan (2015) Indonesia baru berhasil melakukan ekspor pisang ke Jepang.
Sedangkan hasil produksi pisang lainnya masih dikonsumsi di dalam negeri, dan
dikelola oleh para perusahaan yang bergerak dibidang buah-buahan.
3
Pisang yang juga menjadi komoditas unggulan oleh CV. Bumidaya Utama
adalah pisang ambon. Perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 2002 ini adalah
perusahaan yang bergerak dibidang supplier buah-buahan. Pengiriman buah oleh
perusahaan ini diutamakan kepada konsumen industri dengan skala 5.000 sampai
dengan 20.000 pcs pisang ambon perharinya. Namun setahun belakangan ini
ditemukan 22% buah pisang dari total pengiriman mengalami pengembalian dari
pihak konsumen. Menurut data perusahaan juga pengembalian pisang ambon yang
dilakukan konsumen dapat terjadi sampai dengan 50% dari setiap jumlah pisang
yang dikirim setiap harinya. Dengan nilai kehilangan pendapatan sebesar Rp.
405.446.300,- akibat adanya pengembalian pisang ambon yang dilakukan oleh
konsumen. Walaupun kebijakan yang diberikan oleh perusahaan ini akan segera
menggantikan pisangnya dan memenuhi dengan jumlah yang diminta diawal.
Tabel 3. Data Pengiriman dan Pengembalian Pisang Ambon pada CV. Bumidaya
Utama periode Mei-15 sd April-16
Bulan
Jumlah
Pengiriman
(Pcs)
Jumlah
Pengembalian
(Pcs)
Persentase
(%)
Nilai
Pengembalian
(Rupiah)
Mei-15 242.790 57.682 23,8 33.167.150
Jun-15 225.210 55.090 24,5 31.676.750
Jul-15 212.990 38.410 18,0 22.085.750
Agt-15 250.860 50.322 20,1 28.935.150
Sep-15 248.460 51.178 20,6 29.427.350
Okt-15 251.930 53.290 21,2 30.641.750
Nov-15 268.730 57.598 21,4 33.118.850
Des-15 220.400 44.092 20,0 25.352.900
Jan-16 259.800 54.534 21,0 31.357.050
Feb-16 281.830 68.114 24,2 39.165.550
Mar-16 364.120 85.492 23,5 49.157.900
Apr-16 376.200 89.322 23,7 51.360.150
TOTAL 3.203.320 705.124 22,0 405.446.300
Sumber: data CV. Bumidaya Utama 2016, data diolah.
4
Namun kebijakan yang berlaku saat ini, jika dibiarkan akan berdampak buruk
bagi perusahaan. Perlunya pengendalian mutu yang dilakukan oleh semua pihak,
bukan hanya pekerja saja saat pisang mentah datang dari para pemasok, pencucian,
pengeraman, penyisiran, grading, shorting dan pengemasan. Karena itu dibutuhkan
suatu program yang dapat melakukan controlling secara menyeluruh. Sebuah
sistem manajemen yang dinamis dengan mengikut sertakan seluruh anggota
organisasi dengan menerapkan konsep dan teknik pengendalian kualitas untuk
tercapainya permintaan pelanggan dan yang mengerjakannya yang biasa disebut
dengan Total Quality Control.
Dari uraian diatas mengindikasikan bahwa pengendalian mutu di CV.
Bumidaya Utama belum berjalan dengan baik. Perlu adanya kajian agar
pengendalian mutu di CV. Bumidaya Utama diterapkan dengan baik dan optimal
begitu juga dengan konsumen pisang ambon tersebut agar tidak adanya lagi
pengembalian pisang ambon yang terjadi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian
sebagai berikut :
1. Apa saja jenis penyebab pengembalian pisang ambon pada CV. Bumidaya
Utama?
2. Bagaimana merancang usulan perbaikan kualitas pisang ambon pada CV.
Bumidaya Utama?
3. Bagaimana hasil penerapan usualan perbaikan pada CV. Bumidaya Utama?
5
4. Apakah upaya pengendalian mutu yang dilakukan oleh CV. Bumidaya Utama
dapat meminimalisasi tingkat pengembalian oleh konsumen?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi jenis penyebab pengembalian pisang ambon pada CV.
Bumidaya Utama
2. Membuat rancangan usulan perbaikan mutu pisang ambon pada CV. Bumidaya
Utama.
3. Menerapkan hasil usulan perbaikan mutu pisang ambon pada CV. Bumidaya
Utama.
4. Menganalisis pengaruh keberhasilan penerapan pengendalian mutu pisang
ambon pada CV. Bumidaya Utama.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dan masukan dalam menetapkan kebijakan dan upaya pengendalian mutu
produk pisang ambon.
2 Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan penelitian
selanjutnya yang berhubungan pengendalian mutu produk pisang ambon.
3 Bagi penulis, penelitian ini sebagai media untuk memperkaya dan
memperdalam wawasan serta ilmu pengetahuan mengenai upaya pengendalian
mutu pisang ambon di perusahan agribisnis.
6
1.5 Ruang Lingkup
Pisang yang diteliti adalah jenis pisang ambon di CV. BDU, karena pisang
ambon ini merupakan komoditas unggulan di CV. BDU dan hanya komoditas
pisang ambon saja yang mengalami pengembalian dari konsumen.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
Penelitian ini merujuk pada teori para ahli untuk memudahkan penulis selama
proses analisa. Teori yang menunjang penelitian ini yaitu buah pisang, kualitas,
standar kualitas pisang ambon, total quality control, sistem pengendalian dalam
TQC, siklus PDCA, dan seven tools. Berikut ini adalah beberapa pengertian
menurut para ahli yang dipilah dari beberapa sumber:
2.1.1 Pisang
Menurut Prahasta (2009:5) Pisang adalah nama umum yang diberikan pada
tumbuhan raksasa berdaun besar memanjang, termasuk suku Musaceae. Buahnya
tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok berderet tersusun menjari, yang
disebut sisir. Hampir semua pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang.
Akan tetapi, ada beberapa pisang yang berwarna jingga, merah, ungu atau agak
hitam
A. Jenis-jenis Pisang
Menurut Prahasta (2009: 6) bentuk, warna, rasa, dan tekstur buah pisang
sangat beragam. Warna buah masak bervariasi kuning, merah, dan oranye,
bergantung pada jenis pigmen yang dominan. Rasanya bervariasi, dari kurang
8
manis hingga sangat manis. Varietas unggul mempunyai sifat berproduksi tinggi,
umur pendek, tahan penyakit dan sifat yang menguntungkan.
Sedangkan menurut Redaksi Agromedia (2009: 208) pisang dibagi menjadi
2 jenis yaitu pisang meja yang dikonsumsi segar dan pisang olahan. Pisang yang
umum dikenal sebagai pisang meja yang dikonsumsi segara diantaranya pisang
ambon, pisang sereh, mas, barangan dan raja bulu. Sementara itu jenis pisang
olahan antara lain pisang kapok, pisang tanduk, pisang uli, dan pisang tempeneng.
Salah satu buah pisang yang dikenal sebagai buah meja atau konsumsi adalah
pisang ambon.
Produksi buah pisang ini tergolong tinggi. Setiap pohon menghasilkan 6-9
sisir dengan jumlah 140-200 pcs. Panjang buah ini 20-23 cm dengan diameter 4-5
cm. Pisang ambon kuning ini memiliki ukuran buah lebih besar daripada pisang
ambon lainnya. Kulit buah yang tidak terlalu tebal dengan warna kuning muda.
Daging buah yang sudah matang brwarna putih kemerahan. Rasa daging yang
pulen, manis dan aromanya harum.
Namun menurut Suyanti dan Supriyadi (2008:29-31) tanaman pisang yang
dibudidayakan untuk diambil manfaatnya bagi kesejahteraan hidup manusia
sebenarnya berasal dari jenis-jenis herba berumpun yang hidup menahun. Jenis-
jenis pisang tersebut tersebut di pelosok Indonesia dan jumlahnya bisa mencapai
ratusan jenis. Namun dibagi menjadi 3 (tiga) jenis umum, yaitu:
9
1. Pisang serat
Pisang serat adalah tanaman pisang yang tidak untuk diambil buahnya, tetapi
diambil seratnya. Pada awal abad ke-16, diperoleh data bahwa penduduk asli Cebu,
Filipina, memanfaatkan serat pisang sebagai bahan baku pembuatan pakaian. Oleh
Karena itu, pisang ini dinamakan Musa textilis. Pisang ini disebut juga sebagai
pisang manila Karena diduga beraal dari Manila selain Manila, pengembangan
pisang ini juga telah dilaksanakan didaerah lain seperti India, Guatemala, dan
Honduras. Di Indonesia sendiri juga telah dikembangkan, tetapi kurang berhasil.
Batang pisang serat merupakan batang semu yang terbentuk dari upih-upih
daun yang saling menutupi. Tingginya bisa mencapai 7 (tujuh) meter dengan daun
berwarna hijau berbentuk lanset. Bunganya menyerupai buah pisang pada
umumnya, yakni berbentuk buah jorong, berkulit tebal, tetapi tidak dapat dimakan.
Biji buah berwarna hitam bulat, kecil keras dan tampak seperti biji randu.
Berdasarkan iklimnya, tanaman pisang jenis ini tergolong tanaman tropika
yang menghendaki udara panas dan agak lembab. Tanaman ini biasanya tumuh di
dataran rendah sampai ketinggian 500 mdpl. Tanah yang cocok untuk tempat
tumbuhnya adalah tanah lempung yang agak gembur dan kaya akan kandungan
humus. Namun, kelemahannya adalah mudah sekali rebah oleh tiupan angina yang
keras dan juga sangat peka terhadap genangan air. Perbanyakan bisa dilakukan
dengan menggunakan biji, anakan, maupun akr tinggalnya. Akan tetapi, dalam
upaya budidaya, jarang sekali digunakan biji untuk perbanyakannya.
10
Tanaman ini siap dipanen bila kuncup bunga telah keluar. Artinya, siap
dipotong untuk diambil seratnya. Serat yang diperoleh adalah serat yang kuat dan
tahan terhadap air (air tawar maupun air laut). Seratnya tergolong cukup kuat
sehingga cocok dijadikan sebagai tali kapal laut, tali tambang, dan tali untuk kail.
Selain itu, serat pisang ini juga bisa dipintal atau dianyam untuk dibuat ayunan atau
sandal. Belakangan ini, serat pisang abaca/ serat abaca juga banyak digunakan
untuk bahan baku pembuatan kertas (kertas dokumen, kertas uang, cek atau
pembungkus teh celup) yang bermutu tinggi karena memiliki kekuatan dan daya
simpan yang tinggi.
2. Pisang hias
Seperti halnya oisang serat, pisang hias juga tidak dimanfaatkan untuk diambil
buahnya. Jenis pisang ini memiliki morfologi daun yang indah sehingga cocok
dijadikan sebagai tanaman penghias halaman rumah atau pinggir jalan. Tanaman
pisang ini bisa diperbanyak dengan menggunakan anakannya. Berdasarkan
jenisnya, pisang hias dibagi dua, yaitu pisang kipas dan pisang-pisangan. Disebut
pisang kipas Karena bentuknya persis seperti kipas. Nama lain pisang kipas adalah
pisang madagaskar (diduga berasal dari daerah Madagaskar). Sedangkan pisang-
pisangan memiliki batang semu berukuran kecil-kecil dan tumbuh secara berumpun
sehingga indah bila dipandang.
3. Pisang buah
Bagi kebanyakan orang, pisang jenis ini sudah tidak asing lagi karena paling
banyak ditemui. Pisang buah dapat dibedakan menjadi 4 (empat) golongan.
11
Golongan pertama adalah pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak,
misalnya pisang kapok, pisang susu, pisang hijau, pisang mas, pisang ambon atau
pisang raja. Golongan kedua adalah pisang yang dapat dimakan setelah diolah
terlebih dahulu, misalnya pisang tanduk, pisang uli, pisang kapas, atau pisang
bangkahulu. Golongan ketiga adalah pisang yang dapat dimakan langsung setelah
masak maupun diolah terlebih dahulu, misalnya pisang kapok dan pisang raja.
Sedangkan golongan keempat adalah pisang yang dapat dikonsumsi sewaktu masih
mentah, misalnya pisang klutuk atau pisang batu yang sering dijadikan bahan untuk
membuat rujak.
B. Pisang Ambon
Menurut Suhartanto, dkk (2012:6) pisang ambon dibagi menjadi 2 (dua)
yaitu, pisang ambon kuning dan pisang ambon lumut. Pisang ambon kuning
merupakan buah meja yang penting dan umum disajikan setelah makan. Pisang
ambon kuning pada saat matang berwarna kuning dengan warna daging buah krem
atau putih kekuningan. Rasa daging buahnya manis dan aromanya kuat. Selain
sebagai buah meja, pisang ambon digunakan sebagai makanan pemula untuk bayi.
Berat tandan antara 15-25 kg tersusun dari 10 -14 sisir. Setiap sisir terdiri dari 14-
24 buah. Ukuran buahnya termasuk besar, panjang tiap buah 15-20 cm dan diameter
3,45 cm.
Sedangkan pisang ambon lumut memiliki warna kulit hijau kekuningan
dengan bitnik-bintik coklat kehitaman. Daging buahnya berwarna putih kemerahan
dan lunak. Rasanya manis, enak, dan aromaknya kuat. Berat per tandan mencapai
12
15-18 kg dengan jumlah sisir 8-18. Setiap sisir kurang kebih 20 buah. Ukuran buah
15-20 cm dengan diameter 3-3,5 cm. selain untuk buah meja, pisang ambon baik
pisang ambon kuning dan pisang ambon lumut dapat diolah menjadi sari buah,
dodol, sale, selai dan tepung pisang.
C. Penanganan Panen
Menurut Prahasta (2009: 125-133) Dengan manajemen yang baik, mulai
perencanaan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama dan
penyakit, sampai pada pemanenan dan pengelolaan hasil panen, risiko kegagalan
panen dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga hasil yang didapat sangat
menguntungkan. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak pisang yang tidak
dimanfaatkan seluruhnya dan terbuang percuma. Jumlah kekurangan pisang
mencapai 10%-15%. Hal ini disebabkan daerah yang menghasilkan pisang letak
terpencil, jauh dari sarana pengangkutan, jalan untuk distribusi yang kurang baik,
dan penanganan pascapanen yang dilakukan belum sesuai dengan perlakuan
terhadap buah segar. Pisang banyak diusahakan, hal ini karena harga pisang yang
masih menguntungkan serta meningkatnya permintaan pisang setiap tahunnya
didalam negri.
Buah pisang dipetik pada waktu buah memberikan tanda-tanda kematangan,
yaitu warna kulit buah mulai menguning. Hindari memetik pisang pada waktu buah
belum matang. Tingkat kematangan dapat dilihat dari adanya siku-siku pada buah.
Buah yang penampang melintangnya lebih bukat berarti lebih matang. Pemanenan
yang baik adakah dengan cara memetik pisang beserta tangkainya. Tujuannya
13
adalah pisang dapat disimpan lebih lama. Pisang yang terkena penyakit juga harus
dipanen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi pohon pisang yang sehat.
D. Pengumpulan dan Pengangkutan
Menurut Prabawati,dkk (2008:16) Penanganan buah pisang oleh petani
maupun pedagang pengumpul masih sederhana. Untuk mempertahankan mutu buah
pisang setelah panen, maka penanganan yang baik harus dilakukan sejak panen.
Buah setelah panen dikumpulkan di tempat yang teduh, terlindung dari panas.
Umumnya para pedagang peng umpul memiliki ruangan di depan atau di samping
rumahnya untuk menampung buah pisang. Tandan buah pisang diletakkan berjajar,
tidak bertumpuk, dan harus dihindari penetesan getah dari tangkai yang menodai
buah pisang, karena penampilan buah menjadi kotor.
Buah pisang di Indonesia diperdagangkan dalam bentuk tandan, sisir atau
satu gandeng terdiri dua buah. Umumnya, buah pisang dari sentra produksi
diangkut masih dalam bentuk tandan dan keadaannya masih mentah. Pengangkutan
dilakukan menggunakan truk atau mobil dengan bak pengangkut (pick up) dengan
menumpuk tandan pisang hingga bak tersebut penuh, kemudian menutupnya
dengan terpal atau kain penutup lainnya atau tanpa penutup sama sekali. Kondisi
ini dapat mengakibatkan tingkat kerusakan yang tinggi. Pisang yang mempunyai
nilai ekonomi lebih tinggi mendapat perlakuan yang lebih baik, dengan
membungkus tandan pisang menggunakan daun pisang kering yang dililitkan dari
sisir terbawah ke sisir paling atas sehingga menutup sempurna seluruh bagian.
14
E. Pemotongan sisir dan Pencucian
Menurut Prabawati, dkk (2008:17) Untuk menjaga kualitas buah pisang,
cara terbaik dalam pengiriman buah adalah dalam bentuk sisir yang dikemas dalam
peti karton atau peti plastik yang bisa digunakan ulang. Pekerjaan pemotongan sisir
dilakukan oleh pekerja di bangsal pengemasan menggunakan pisau khusus
(dehander). Biasanya pada saat dipotong, tiap sisir akan mengeluarkan getah.
Untuk membekukan getah dan sekaligus membersihkan debu dan kotoran yang
melekat pada permukaan buah, sisir-sisir pisang segera dimasukkan dalam bak
berisi air. Jika satu sisir pisang berukuran besar dan berisi banyak, maka perlu
dipotong lagi atau dalam bentuk klaster, agar lebih mudah penanganannya saat
pengemasan. Air dalam bak harus sering diganti.
F. Penyakit Pascapanen yang Menyerang Buah Pisang
Menurut Prabawati,dkk (2008:18) Kualitas buah pisang di Indonesia
kadang kurang baik, yang disebabkan oleh panen tidak tepat waktu (ketuaan tidak
memenuhi syarat), kurangnya perawatan tanaman dan buruknya penanganan di
kebun dan selama pengangkutan yang mengakibatkan kerusakan mekanis dan
memberi peluang infeksi mikroorganisme penyebab busuk pascapanen lebih besar.
Selain mikroorganisme yang masuk ke dalam buah melalui luka, serangan busuk
buah juga sudah dimulai penetrasinya sejak buah masih di pohon.
15
G. Mengatasi Penyakit, Pengawetan dan Pematangan Pisang
Menurut Prabawati, dkk (2008:19) Untuk mengendalikan busuk yang
disebabkan serangan penyakit pascapanen dapat digunakan salah satu dari beberapa
fungisida atau tanpa bahan kimia yaitu menggunakan pencelupan dengan air panas.
Jika tidak ingin menggunakan fungisida, maka perlakuan dengan air panas sudah
dapat membantu mengurangi dan menunda serangan busuk pada buah pisang.
Pisang hasil dari petani umumnya terdiri dari pisang dengan berbagai
tingkat kematangan, mulai dari pisang yang cukup tua dan matang. Untuk
menyeragamkan kematangan dari buah pisang, biasanya dilakukan pemeraman
terlebih dahulu. Menurut Prahasta (2009: 153-161) Pemeraman merupakan
tindakan pengawetan dan pematangan buah pisang hingga buah pisang tidak busuk.
Ada beberapa pemeraman buah pisang, diantaranya adalah dengan pemeraman
asap, pemeraman karbit, pemeraman dengan daun gamal, dan pemeraman dengan
ethepon atau etilena.
1. Pemeraman dengan asap
Pemeraman dengan asap merupakan pemeraman cara tradisional. Oleh karena
itu, penampilan kualitas buah yang dihasilkan kurang baik karena buah disusun di
atas tanah. Petani pengumpul dan pedagang pengumpul, melakukan pemeraman ini
karena biaya yang dibutuhkan sangat rendah dan dapat untuk memeram buah pisang
dalam jumlah banyak sekaligus.
16
2. Pemeraman dengan karbit
Pemeraman dengan karbiit dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu
pemeraman dengan karbit dalam ruangan dan pemeraman dengan karbit dalam
wadah. Namun kedua cara pemeraman ini dilakukan jika jumlah buah pisangnya
yang akan diperam sedikit, dan biasanya pemeraman dilakukan di tempat
pemasaran atau hanya sebatas bagian kecil ruang penjualan.
3. Pemeraman dengan daun gamal
Pemeraman pisang dengan menggunakan daun gamal, dilakukan jika sekitar
tempat pemeraman mudah didapat daun gamal atau dapat dilakukan penanaman
pohon gamal bersamaan dengan penanaman pohon pisang. Jumlah penanaman
pohon gamal sebaiknya tidak terlalu banyak. Hal ini dilakukan untuk efisiensi
modal yang digunakan.
4. Pemeraman dengan ethepon
Ethrel atau ethepon adalah suatu larutan yang mengandung bahan aktif 2
chloro ethyl phosponic acid yang dapat menghasilkan etilen secara langsung pada
jaringan tanaman. Dengan timbulnya etilen maka kematangan buah dapat
dipercepat. Pemeraman yang dilakukan dengan menggunakan ethepon dapat
dilakukan dalam jumlah banyak maupun sedikit. Ethepon dilakukan jika bahan ini
mudah didapat, atau tempat pemeraman dekat dengan took penjual ethepon atau
adanya persediaan ethepon untuk pemeraman.
17
Menurut Prabawati, dkk (2008: 30) Semakin tinggi konsentrasi ethrel yang
digunakan perubahan warna dan pelunakan buah semakin cepat, dan pemacuan
tersebut mempercepat penurunan kadar pati diiringi dengan peningkatan kadar gula
dan kadar asamnya. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa penggunaan
ethrel dapat menyeragamkan kematangan pada pisang ambon yang seringkali tidak
merata. Dalam penerapannya, buah dicelup dalam larutan ethrel 1000 ppm selama
30 detik (1 ml dalam 1 liter air bersih), dan menjadi matang penuh dalam waktu 3-
4 hari.
2.1.2 Mutu
Pengertian atau makna atas konsep mutu atau yang biasa dikenal juga
dengan kualitas telah diberikan oleh banyak pakar dengan berbagai sudut pandang
yang berbeda, sehingga menghasilkan definisi-definisi yang berbeda pula. Goesth
dan Davis (dalam Tjiptono 2004: 51) mengemukakan bahwa mutu diartikan sebagai
suatu kondisi dinamis dimana yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,
proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kemudian Triguno
(1997: 76) juga mengungkapkan hal yang senada tentang kualitas, yang dimaksud
dengan kualitas adalah suatu standar yang harus dicapai oleh seseorang atau
kelompok atau lembaga atau organisasi mengenai kualitas sumber daya manusia,
kualitas cara kerja, proses dan hasil kerja atau produk yang berupa barang dan jasa.
Pengertian mutu tersebut menunjukan bahwa mutu itu berkaitan erat dengan
pencapaian standar yang diharapkan.
Lalu Lukman (2000:11) yang mengartikan kualitas adalah sebagai janji
pelayanan agar yang dilayani itu merasa diuntungkan. Sedangkan menurut Yamit
18
(2010: 8) Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan. Sedangkan menurut Prihantoro (2012: 42) mutu merupakan bagian dari
semua fungsi usaha yang lain, seperti pemasaran, sumber daya manusia, keuangan,
dan lain-lain. Dalam kenyataannya, penyelidikan mutu adalah suatu penyebab
umum yang alamiah untuk mempersatukan fungsi-fungsi usaha.
Terakhir menurut Durianto (2004:38) Kualitas produk merupakan
penggerak kepuasan pelanggan yang pertama dan kualitas produk ini adalah
dimensi yang global. Kualitas produk merupakan suatu hal yang penting dalam
menentukan pemilihan suatu produk oleh konsumen. Produk yang ditawarkan
haruslah suatu produk yang benar-benar teruji dengan baik mengenai kualitasnya.
Karena bagi konsumen yang diutamakan adalah kualitas dari produk itu sendiri.
Konsumen akan lebih menyukai dan memilih produk yang mempunyai kualitas
lebih baik bila dibandingkan dengan produk lain sejenis yang dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginannya.
2.1.3 Standar Mutu Pisang Ambon
Menurut Prabawati, dkk (2008:13) Standar mutu pisang dapat di lihat
berdasarkan beberapa parmeter antara lain dapat dilihat dari keutuhan pisang,
kekenyalan pisang, pisang harus segar dan tidak berbau busuk atau rusak, pisang
harus bersih dan bebas dari benda asing, bebas dari benturan dan memar akibat
goresan, bebas dari hama dan penyakit yang mempengaruhi penampilan umum
buah, bila dalam bentuk sisiran tidak ada buah dempet dan harus bebas dari
cendawan dan kering, pistil (bekas putik bunga) sudah lepas, bentuk buah sempurna
19
sesuai dengan karakter jenis buah, bebas dari kerusakan akibat temperature rendah,
bebas dari kerusakan akibat kelembaban, bebas dari aroma dan rasa asing.
Upaya peningkatan mutu produk untuk memastikan kualitas produk yang
dihasilkan hingga sampai pada konsumen. Standar mutu produk yang dihasilkan
harus ditetapkan untuk menyamaratakan kualitas produk yang dihasilkan sehingga,
dapat menjembatani kepentingan berbagai pihak dalam rantai agribisnis yang
terlibat baik pasar domestik maupun internasional.
Dalam mengatasi masalah pemasaran, pemerintah telah mengambil
berbagai langkah yang berkaitan langsung dengan pisang, serta hal yang tidak
langsung. Untuk standar mutu pisang di Indonesia tercantum dalam Standar
Nasional Indonesia SNI 01-4229-1996
Tabel 4. Klasifikasi atau Penggolongan Ukuran Pisang Ambon Segar
Uraian Satuan Persyaratan
Kelas A Kelas B Kelas C
Panjang jari Cm 18,1 – 20,0 16,1 – 18,0 14,1 – 16,0
Berat sisi Kg >3,0 2,5 – 3,0 < 2,5
Diameter Pisang Cm >2,5 >2,5 <2,5
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2009
Ukuran Pisang Ambon segar berdasarkan SNI 01-4229-1996 digolongkan
menjadi 3 kelas. Untuk ukuran panjang di kelas A, B dan C masing-masing 18-20
cm, 16-18 cmdan 14-16 cm. Untuk berat dari pisang ambonnya di kelas A memiliki
berat lebih dari 3 kg, kelas B 2,5-3 kg dan kelas C kurang dari 2,5 kg. sedangkan
untuk diameter pisang ambon di kelas A dan B memiliki ukuran diameter yang
sama yaitu 2,5 cm dan yang kelas C kurang dari 2,5 cm.
20
Tabel 5. Syarat Mutu Pisang Ambon Segar
Karakteristik Satuan Persyaratan
Mutu I Mutu II
a. Tingkat
ketuaan buah % 70 – 80 <70 dan >80
b. Keseragaman
kultivar - Seragam Seragam
c. Keseragaman
ukuran - Seragam Seragam
d. Kadar kotoran % 0 0
e. Tingkat
kerusakan % 0 0
f. Kemulusan
kulit (maksimum) Mulus Kurang mulus
g. Penyakit Bebas Bebas
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2009
2.1.4 Total Quality Control
Total quality control adalah sistem manajemen yang mengikut sertakan
seluruh anggota organisasi dengan penerapan konsep dan teknik pengendalian
kualitas untuk tercapainya kepuasan konsumen. (STIE PGRI Dewantara, 2007: 6)
Sedangkan menurut Gaspers (2006: 3) pengendalian mutu terpadu adalah
teknik-teknik dan aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi
persyaratan kualitas. Pengendalian kualitas melibatkan beberapa aktivitas berikut
seperti mengevaluasi kinerja aktual, membandingkan aktual dengan target,
mengambil tindakan atas perbedaan antara aktual dan target.
Lalu menurut Assauri (2005 : 162), bahwa pengendalian mutu terpadu
(TQC) adalah untuk memastikan apakah kebijakan dalam hal standart mutu terpadu
tercermin dalam hasil akhir. Pengendalian Mutu Terpadu (TQC) menurut
Prawirosentono (2002 : 71) adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian
21
standar mutu bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi, barang
jadi,sampai standar pengiriman produk akhir konsumen, agar barang (jasa) yang
dihasilkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang direncanakan.
Dalam beberapa ilmu, TQC juga biasa dikenal dengan gugus kendali mutu.
Pengertian gugus kendali mutu Pendapat dari beberapa ahli mengenai gugus
kendali mutu memberikan definisi yang berbeda-beda akan tetapi pada prisipnya
maksud dan tujuannya sama. Menurut pendapat Wignjosoebroto (2003: 297),
bahwa gugus kendali mutu adalah kelompok kecil karyawan pelaksanaan, kadang-
kadang dipimpin oleh mandor dan mengurangi biaya-biaya produksi di tempat-
tempat manapun kelompok ini berada dalam sistem produksi. Dari pendapat diatas
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Gugus kendali mutu adalah pelaksanaan pengendalian mutu terpadu sebagai
salah satu teknik untuk meningkatkan mutu produk perusahaan.
2. Gugus kendali mutu adalah sekelompok kerja dalam inti yang sama dan
bertemu secara berkala dengan cara mengidentifikasikan, menganalisa dan
mencari pemecahan masalah.
Dengan melalui gugus kendali mutu ini diharapkan mutu produksi yang
dihasilkan dapat ditingkatkan dan tingkat kerusakan dapat ditekan sekecil mungkin
dan keadaan mutu produk dapat diketahui sejak dini
2.1.5 Sistem pengendalian dalam TQC
Pengendalian control dalam manajemen TQC adalah Quality Control Cycle
(QCC) atau dikenal dengan Gugus Kendali Mutu. Dalam pelaksanaan kegiatan
22
pengendalian mutu, GKM memutar roda Deming (PDCA) dan melakukan 8
langkah dan 7 alat secara berkesinambungan yaitu :
A. Siklus PDCA
Gambar 1. Roda PDCA
PDCA atau yang sering disebut juga dengan Deming Circle, Deming Cycle
atau Wheel, Shewhart Cycle, control circle atau cycle, dan Plan Do Study Act
(PDSA) adalah sebuah metode manajemen empat langkah iteraktif yang digunakan
pada proses bisnis untuk kontrol dan peningkatan berkelanjutan dari proses dan
produk.
Penggunaan PDCA sebagai bentuk inisiasi dari peningkatan berkelanjutan,
maka dapat mengulangi siklus ini dengan kembali pada tahap awal (Plan) dan
mengulang semua tahap ini secara berurutan agar sistem mencapai kestabilan dan
mengalami peningkatan secara terus menerus. PDCA memberikan sebuah problem
solving yang terkontrol untuk suatu proses dengan nilai guna yang tinggi. Berikut
penjabaran kondisi yang paling efektif untuk melakukan PDCA :
Plan
Do
Check
Action
23
1. Saat mengimplementasikan Kaizen atau pendekatan pengembangan
berkelanjutan. Ketika cycle PDCA dilakukan, akan terjadi berbagai
improvement pada area yang dilaluinya sekaligus menyelesaikan masalah yang
ada
2. Ketika mengidentifikasi solusi dan improvement baru untuk sebuah proses
yang dilakukan secara berulang-ulang. Pada situasi ini akan mendapat benefit
dari peningkatan ekstra yang ditanamkan pada proses dengan implementasi
yang dilakukan berkali-kali.
3. Dalam mengeksplorasi range dari solusi baru yang memungkinkan untuk
memecahkan masalah dan menguji sekaligus meningkatkan solusi tersebut
dengan implementasi kontrol yang lebih baik
4. Menghindari pemborosan sumber daya dalam jumlah besar yang dapat terjadi
jika implementasi dilakukan tanpa pengujian terlebih dahul
Dengan penerapan PDCA pada timing atau waktu yang tepat khususnya
untuk peningkatan yang berkesinambungan seperti yang telah kami jabarkan di atas
maka dengan menerapkan PDCA akan mendapat keuntungan yang lebih besar, baik
dari segi materi maupun lainnya.
24
Tabel 6. Pengertian PDCA Pengetian
PLAN Mula-mula team mmilih proses yang memerlukan
perbaikan kemuadian team membuat dokumen atas
proses yang ada biasanya diikuti dengan melakukan
analisis data. Analisis yang dilakukan menggunakan
metode-metode yang sesuai dengan masalahnya.
DO Team mengimplementasikan atau melaksanakan rencana,
disamping itu juga memonitor perkembangannya. Secara
rutin data dikumpulkan untuk melihat perkembangan
prosesnya. Setiap ada perubahan dalam proses selalu
dicatat, bilamana perlu segera diadakan perbaikan.
CHECK Dalam tahap ini team menganalisis data yang
dikumpulkan dari pelaksanaan kegiatan (dalam do) untuk
melihat kesesuaiannya dengan tujuan yang telah
ditetapkan dalam tahap plan. Apabila terdapat
kelemahan, maka team segera melakukan evaluasi
rencana yang telah dibuat, kalau terpaksa dapat diakhiri
dengan menghentikan kegiatan proyek.
ACTION Bila pelaksanaan kegiatan (dalam do) berhasil maka oleh
team, apa yang telah dilakukan berhasil ini dijadikan
pedoman bagi kegiatan yang sama. Dengan kata lain atas
dasar proses yang telah diperbaiki itu dibuatlah suatu
pedoman atau prosedur standar. Setiap karyawan yang
hendak melaksanakan pekerjaan yang sama harus
menggunakan prosedur standar.
Sumber : Departemen Perindustrian, 2007
25
B. Delapan Langkah Perbaikan
Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu (Departemen
Perindustrian, 2007:5), GKM memutar roda Deming (PDCA) dan melakukan 8
langkah dan 7 alat secara berkesinambungan. Delapan Langkah yang digunakan
meliputi :
Gambar 2. Delapan Langkah Gugus Kendali Mutu
Sumber : Departemen Perindustrian, 2007: 5
1. Menentukan Pokok Permasalahan
Ini adalah tahap pertama QCC / GKM. Di tahap ini umumnya setiap anggota
gugus diminta mengungkapkan apa saja masalah yang mereka alami di lingkungan
kerja mereka. Masalah yang diungkapkan bisa dari proses maupun hasil pekerjaan
mereka sendiri. Lihatlah catatan historis yang merekam berapa kali masalah
Langkah 8
Memilih persoalan- persoalan berikut
Langkah 7
Menetapkan Standarisasi
Langkah 6
Mengevaluasi hasil
Langkah 5
Pelaksanaan rencana penanggulangan
Langkah 1
Menentukan pokok persoalan
Langkah 2
Mencari Penyebab
Langkah 3
Menentukan Penyebab
Utama
Langkah 4
Membuat rencana penanggulangan
26
tersebut terjadi. Lakukan hal yang sama untuk tiap masalah yang diungkapkan
anggota gugus, kemudian beri bobot masing – masing.
2. Mencari Penyebab
Pilih salah satu dari masalah yang muncul berdasarkan pembobotan yang sudah
disepakati bersama. Kemudian tentukan target perbaikan untuk masalah tersebut.
Target yang dibuat harus bersifat spesifik, terukur, dan ada jangka waktunya.
3. Menentukan Penyebab Utama
Kemudian masalah yang diambil tersebut di telusuri penyebabnya berdasarkan
kategori manusia, mesin, metode, dan material hingga ditemukan sebab utama dari
tiap kategori. Uraikan terus penyebab hingga yang paling dulu terjadi, akan
tetapi jangan sampai menyentuh area tanggung jawab proses sebelumnya, karena
itu sudah berada di luar lingkup pekerjaan anda.
4. Membuat Rencana Penanggulangan
Setelah mengetahui sebab utama dari tiap masalah, tentu anda bisa merancang
rencana perbaikan. Usahakan sebisa mungkin membuat rencana perbaikan yang
mengakomodasi semua sebab utama yang ditemukan saat melakukan analisis
sebab. Rencana perbaikan harus memuat aktivitas, penanggung jawab, dan waktu
pelaksanaan perbaikan.
27
5. Pelaksanaan Rencana Penanggulangan
Setelah rancangan rencana perbaikan dibuat, maka segeralah lakukan
perbaikan sesuai rencana perbaikan yang sudah disepakati dan dibahas dengan
matang oleh semua anggota gugus. Catat setiap perubahan hasil dari perbedaan
proses yang diaplikasikan. Dalam melaksanakan perbaikan ini perlu dijelaskan juga
tentang pentingnya kesungguhan dan partisipasi penuh dari semua anggota gugus
sesuai tugas yang sudah dibagikan dan diharapkan juga semua pelaksanaan dari
rencana perbaikan bisa diselesaikan sesuai dengan waktu yang disepakati.
6. Mengevaluasi dan Meneliti Hasil
Selanjutnya anda bandingkan kondisi proses dan hasil antara sebelum dan
sesudah perbaikan. jika setelah perbaikan hasil memang lebih baik, ambil proses
yang berubah untuk distandarkan. Jika masih belum, lakukan ulang langkah
merancang rencana perbaikan dan implementasi perbaikan. Lanjutkan kembali
dengan evaluasi hasil.
7. Menetapkan Standarisasi
Setelah langkah perbaikan yang dilakukan sudah diperiksa dan bisa mengatasi
penyebab masalah yang dihadapi, langkah berikutnya perlu dibuatkan standarisasi
yang bisa dijadikan acuan kerja di lokasi kerja gugus dan ditujukan pula untuk
mencegah masalah yang muncul sebelumnya akan terulang lagi. Jika perlu
standarisasi ini juga bisa disebarluaskan kepada lokasi kerja yang lain yang sejenis
dengan lokasi kerja gugus. Standarisasi yang dibuat bisa meliputi standar untuk cara
28
kerja (metode), manusia (operator atau mekanik), material, mesin dan lingkungan
kerja
8. Membuat Rencana Berikutnya
Bahwa dasar QCC atau GKM adalah siklus PDCA, untuk itu langkah terakhir
adalah menentukan langkah selanjutnya. Yang berarti bahwa perbaikan di tempat
tersebut tidak hanya berhenti sampai di situ, melainkan selalu berkesinambungan.
Pahami pengertian gugus kendali mutu tidak hanya sebatas sebagian – sebagian
saja, melainkan secara keseluruhan. Dengan memahami pengertian QCC atau GKM
secara menyeluruh, diharapkan kualitas hasil produk ataupun jasa semakin baik dari
waktu ke waktu.
C. Seven Tools
Menurut Yuri dan Nurcahyo (2013: 61-69) Teknik-teknik pengendalian
kualitas digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan suatu proses
agar berjalan sesuai spesifikasinya. Dalam melakukan pengendalian kualitas,
terdapat beberapa alat pengendalian yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
dan menganalisis masalah-masalah kualitas yang dihadapi.
Kaoru Ishikawa adalah orang yang pertama kali mengembangkan tujuh alat
dasar kuaitas. Tujuh alat tersebut digunakan untuk melakukan perbaikan dan
pengendalian kualitas suatu produk dan jasa. Pada penemuannya ini, ishikawa
dikenal sebagai orang yang “mendemokratisasi statistik” karena ketujuh alat dasar
kualitas tersebut menerapkan prinsip statistik yang sebelumnya statistik dianggap
sebagai konsep yang sulit dipahami. Ketujuh alat dasar kualitas yaitu:
29
1. Check Sheet
Check sheet merupakan alat yang mutlak diperlukan bagi mereka yang
melaksanakan penelitian dan pengendalian kualitas atau kuantitas barang ataupun
jasa. Karena dari data yang didapat/dikumpulkan dapat mengambil suatu gambaran,
kesimpulan ataupun keputusan yang akurat. Tanpa mempunyai data membuat
pengambilan kesimpulan/keputusan ataupun rencana tindakan hanya berdasarkan
kira-kira saja, sehingga bukan suatu yang mustahil akhirnya kesimpulan/keputasan
akan jauh dari harapan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat Check Sheet, antara lain :
Sasarannya harus jelas
Keterangan yang diperlukan memenuhi sasaran
Dapat diisi dengan mudah dan cepat
Dapat disimpulkan dengan cepat
Secara umum Check Sheet dibagi dalam 3 jenis dengan fungsinya masing-masing:
a. Check Sheet
Suatu lembaran yang berisi bahan-bahan keterangan yang telah ditentukan
sasaran atau keperluannya dengan kolom jumlah atau ukuran barang atau kegiatan
yang diperiksa dengan penentuan waktu yang teratur ataupun bebas.
Fungsi Check Sheet :
untuk menghitung jumlah produksi/jasa yang dihasilkan
30
untuk menghitung kerusakan/kesalahan produk yang dibuat
untuk mengukur bentuk (panjang/volume hasil produksi)
untuk mengukur keadaan/kondisi alat/hasil produksi
untuk mengukur waktu proses pekerjaan
b. Check List
Suatu lembaran yang berisi bahan-bahan keterangan yang telah ditentukan
sasaran/keperluannya, kegiatan yang dicocokkan keberadaanya/jumlahnya dengan
penentuan waktu yang tertentu
Fungsi Check List :
Untuk mencocokkan ukuran hasil produksi dengan standar
Untuk mencocokkan jumlah pengiriman dengan pesanan
Untuk mencocokkan barang dengan jumlah yang dibawa/dikirim
Untuk mengontrol jenis barang yang dibeli
c. Check drawing
Suatu lembaran yang berisi gambar barang yang telah ditentukan untuk
diperiksa keadaannya dan setiap barang menggunakan lembar yang berbeda.
Fungsi Drawing :
untuk menunjukkan posisi/lokasi kerusakan
untuk mencocokkan posisi pemasangan bagian barang produksi
untuk pengontrolan lokasi masalah yang akan/telah diselesaikan
2. Stratifikasi
31
Merupakan suatu teknik untuk mengklasifikasikan data sehingga dapat dengan
mudah dianalisis. Jenis Klasifikasi, meliputi : Jenis kerusakan, Penyebab
kerusakan, Lokasi kerusakan, Waktu, Area kerja, Operator, Jenis Kesalahan,
Pelanggan, dan Proses kerja.
3. Diagram Pareto
Diagram pareto adalah grafik yang digunakan untuk melihat penyebab terbesar
suatu masalah. Grafik ini menampilkan distribuasi variabel data-data, seperti
permasalahan, complain, penyebab, tipe-tipe non-conformities. Cara pembuatan
diagram pareto ini adalah dengan menyusun data frekuensi terbanyak hingga data
dengan frekuensi terkecil. Biasanya diagram pareto digunakan sebagai identifikasi
masalah yang paling penting. Dalam diagram pareto, berlaku aturan 80/20. Artinya,
20% jenis kecacatan dapat menyebabkan 80% kegagalan proses.
Kegunaan diagram pareto, yaitu:
menunjukkan masalah utama/pokok masalah
menyatakan perbandingan masing-masing masalah terhadap keseluruhan
menunjukkan perbadingan masalah sebelum dan sesudah perbaikan
4. Diagram Sebab Akibat
Disebut juga Grafik Tulang Ikan, yaitu diagram yang menunjukkan sebab
akibat yang berguna untuk mencari atau menganalisa sebab-sebab timbulnya
masalah sehingga memudahkan cara mengatasinya. Diagram sebab akibat terdiri
dari dua sisi. Pada sisi kanan, efek samping, daftar masalah, atau kekhawatiran akan
32
kualitas dipertanyakan. Sementara pada sisi kiri adalah daftar penyebab utama
masalah itu. Sisi kanan juga dapat mencakup efek yang diinginkan pengguna untuk
dicapai. Yang terpenting dilakukan adalah penyebab terus menerus mendefinisikan
dan berhubungan satu sama lain. Beberapa pokok yang perlu diingat adalah sebagai
berikut :
Perlu adanya partisipasi dari semua anggota gugus, dan semua anggota harus
benar-benar ikut terlibat didalam menganalisis penyebabnya
Harus diperoleh sejumlah ide (penyebab)
Harus didorong untuk melakukan acara secara bebas
Tidak diperkenankan untuk mengeritik
Penyebab tersebut harus terkumpul lebih dahulu sebelum sesorang mengambil
tindakan pemecahan. Seringkali semua informasi ide ditulis pada sebuah papan
tulis yang besar dan disajikan untuk dipertimbangkan dalam waktu seminggu
guna memberikan kesempatan kepada mereka untuk menambah beberapa
penyebab yang mungkin masih ada pada diagram tersebut seperti yang
terlintas dalam pemikiran mereka.
Para anggota diminta untuk memberi tanda atau memilih penyebab yang
mereka rasakan paling penting.
5. Histogram
Histogram adalah alat bantu statistik yang memberikan gambaran tentang suatu
proses operasi pada satu waktu. Tujuan histogram adalah menentukan penyebaran
atau variasi suatu himpunan titik data dalam bentuk grafis. Histogram secara grafik
33
juga memperkirakan kapasitas suatu proses, beserta hubungannya terhadap
spesifikasi dan target. Tools ini juga mengindikasi betuk populasi dan dapat melihat
gap antar data.
6. Peta Kendali
Peta kendali atau diagram kendali bertujuan memastikan bahwa suatu proses
dalam kendali dan memonitor variasi proses secara terus-menerus.diagram ini
dikembangkan pada pertengahan tahun 1920-an oleh Walter Shewhart dari Bell
Lab. Alat ini telah menjadi penyumbang utama pengingkatan kualitas proses.
Diagram ini memungkinkan pengguna memantau dan mengendalikan variasi
proses. Digram ini juga memungkinkan pengguna membuat tidakan perbaikan yang
tepat untuk menghilangkan sumber-sumber variasi.
7. Diagram Sebar atau Pencar
Diagram sebar atau pencar digunakan untuk mengkaji dan hubungan (relasi)
yang mungkin antara variabel bebas (x) dengan variabel terikat (y). Dalam hal
pengendalian kualitas, diagram ini digunakan untuk mengidentifikasi korelasi yang
mungkin ada antara karakteristik kualitas dan faktor yang mungkin
mempengaruhinya. Diagram pencar merupakan pendekatan non-mathematical atau
grafis untuk mengindentifikasi hubungan antara ukuran kinerja dan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhinya.
Karakteristik kinerja (y) digambarkan pada sumbu vertikal, sedangkan faktor
yang diduga berkorelasi (x) di plot disumbu horizontal. Titik potong antara kedua
sumbu itu adalah rata-rata masing-masing set data. Data yang dikumpulkan bukan
34
hanya untuk mengamati karakteristik kualitas yang diteliti tetapi juga
memperhatikan faktor-faktor atau penyebab lain yang mungkin berdampak pada
kearakteristik kualitas.
35
2.2 Penelitian Terdahulu
Rahmawati (2012) melakukan penelitian dengan menganalisis Pengendalian
Kualitas Gula di PG Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Metode yang digunakan
adalah Statistical Quality Control (SQC) dengan alat bantu lembar pengecekan,
histogram, peta kendali, diagram pareto, dan diagram sebab-akibat. Hasil analisis
peta kendali menunjukkan bahwa tidak seluruh data berada dalam batas kendali
yang ditetapkan. Berdasarkan diagram pareto, prioritas perbaikan bukan jumlah
kerusakan terbesar, namun perbaikan dilakukan dengan memfokuskan pada
kerusakan jenis kerikil. Dari analisis diagram sebab akibat diketahui faktor
penyebab kerusakan dari faktor manusia, mesin, lingkungan kerja dan metode.
Ivanto (2012) melakukan penelitian dengan pengendalian kualitas produksi
Koran menggunakan seven tools pada PT. Akcaya Pariwara Kabupaten Kubu Raya.
Penelitian ini guna mengidentifiasi faktor-faktor penyebab kerusakan pada produk
dan mendapatkan solusi dalam perbaikan dan pengendalian kualitas Koran dengan
menggunakan alat bantu seven tools yang didalamnya terdapat, diagram alir, lembar
pengecekan, histogram, peta kendali, diagram pencar, diagram pareto, dan diagram
sebab-akibat. Hasil dari penelitiannya bahwa dari check sheet ditemukan Koran
yang kotor, terpotong, kertas rusak dan warna kabur. Menurut peta kendali
menunjukkan bahwa proses ini tidak terkendali. Berdasarkan diagram pareto,
perbaikan diprioritaskan kepada kerusakan yang dominan adalah warna kabur
(30,94%), kotor (26,45%) dan terpotong (23,28%). Berdasarkan diagram pencar
menunjukkan korelasi pistif diantara persentase kerusakan dengan jumlah produksi.
36
Berdasarkan diagram sebab-akibat kerusakan disebabkan oleh manusia, mesin
produksi, proses pengerjaan, dan bahan. Jadi perusahaan dapat melakukan
pengendalian kualitas untuk meminimalisasi kerusakan dan meningkatkan kualitas
produk.
Fakhiri (2010) melakukan penelitian dengan judul analisis pengendalian
kualitas produksi di PT. Masscom Grahpy dalam upaya mengendalikan tingkat
kerusakan produk menggunakan alat bantu statistik. Alat yang digunakan adalah
Statistical Process Control dan Statistical Quality Control. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengendalian kualitas menggunakan alat
bantu statistik bermanfaat dalam upaya mengendalikan tingkat kerusakan produk
di perusahaan. Hasil analisis peta kendali p menunjukkan bahwa proses berada
dalam keadaan tidak terkendali atau masih mengalami penyimpangan. Hal ini dapat
dilihat pada grafik kendali dimana titik berfluktuasi sangat tinggi dan tidak
beraturan, serta banyak yang keluar dari batas kendali. Berdasarkan diagram pareto,
prioritas perbaikan yang perlu dilakukan adalah untuk jenis kerusakan yang
dominan yaitu warna kabur (28,31%), tidak register (19,79%) dan terpotong (19,50
%). Dari analisis diagram sebab akibat dapat diketahui faktor penyebab misdruk
berasal dari faktor manusia/ pekerja, mesin produksi, metode kerja, material/ bahan
baku dan lingkungan kerja, sehingga perusahaan dapat mengambil tindakan
pencegahan serta perbaikan untuk menekan tingkat misdruk dan meningkatkan
kualitas produk.
Tarihoran (2013) dengan judul penelitian analisis pengendalian kualitas pada
proses perebusan dengan menerapkan QCC. Penelitian ini dilakukan pada proses
37
perebusan yang merupakan proses utama dalam mengolah TBS. Tingginya
kehilangan minyak yang terdapat pada proses perebusan ini merupakan salah satu
penyebab kurangnya mutu CPO yang dihasilkan. Penulis menggunakan Deming
Price (Siklus PDCA) dan Tujuh Alat bantu yang diaplikasikan pada Quality
Control Circle (QCC) untuk mengurangi kehilangan minyak. Dalam pelaksanaan
kegiatan, QCC memutar roda Deming (Siklus PDCA) dan melakukan delapan
langkah pemecah masalah. Delapan langkah pemecah masalah ini dimulai dengan
menemukan adanya masalah sampai dengan melihat masalah yang ada untuk
dilakukan kembali pemecahannya. Tujuh Alat Bantu juga melakukan cara yang
berkesinambungan mulai dari check sheet, diagram histogram, diagram pareto,
stratification, diagram pencar, diagram sebab akibat dan yang terakhir peta kontrol.
Berdasarkan analisis didapat persentase rata-rata kehilangan minyak yang dapat
diminimalisasi selama 25 hari sebesar 64,33% menjadi 63,70%. Untuk
mempertahankan hasil yang telah dicapai, maka penerapan Quality Control Circle
perlu dijaga dengan melakukan penyortiran TBS setiap akan masuk ke perebusan
dan mengadakan pengawasan pada saat perebusan berlangsung.
38
2.3 Kerangka Pemikiran Operasional
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka
pemikiran pada penelitian ini adalah mengetahui upaya pengendalian mutu pisang
ambon di CV. Bumidaya Utama dapat meminimalisasi tingkat pengembalian
konsumen. Pada pelaksanaanya untuk melakukan upaya pengendalian mutu pisang
ambon CV. BDU didasari oleh pisang ambon sebagai buah meja yang di konsumsi
masyarakat Indonesia, dengan itu CV. BDU menjadi salah satu perusahaan supplier
pisang ambon. Namun, adanya tingkat pengembalian pisang ambon dari konsumen
dilihat dari data perusahaan atau check sheet (1), yang tinggi dapat menyebabkan
kerugian perusahaan. Pengembalian ini terjadi akibat penurunan kualitas dari
pisang ambon tersebut. Untuk itu, CV. BDU perlu melakukan pengendalian mutu
pisang ambon dengan menerapkan QCC. Dalam pelaksanaan kegiatan, QCC
memberikan usulan perbaikan dengan menggunakan diagram sebab-akibat
fishbone. Setelah dilakukan penerapan usulan perbaikan, maka selanjutnya dilihat
hasil dari penerapan usulan perbaikan. Kemudian dari upaya yang dilakukan akan
didapatkan hasil data pengembalian pisang ambon berupa check sheet (2). Data 1
dan 2 nantinya akan menghasilkan hipotesis, kemudian hipotesis di uji signifikan
(uji t) untuk mengetahui signifikan atau tidaknya upaya yang dilakukan oleh CV.
BDU. Dengan itu akan dapat mengetahui Efektivitas Upaya Pengendalian Mutu
Pisang Ambon Guna Meminimalisasi Tingkat Pengembalian Oleh Konsumen. Dan
nantinya akan dapat menghasilkan rekomendasi guna terus memperkecil
pengembalian bahkan menghilangkan pengembalian yang terjadi. Adapun alur
kerangka pemikiran pada penelitian ini di tunjukan oleh gambar
39
Gambar 3. Alur Kerangka Pemikiran
Wawancara
dan
Observasi
CV. BDU
sebagai
perusahaan
supplier buah
Pisang Ambon ke
konsumen
industri
Pengembalian
Pisang Ambon
oleh
Konsumen
Pisang
Ambon
sebagai buah
konsumsi
masyarakat
Indonesia
Penurunan
Kualitas
Pengembalian
Pisang Ambon
oleh Konsumen
Efektivitas Upaya
Pengendalian Mutu Pisang
Ambon Guna Meminimalisasi
Tingkat Pengembalian
Konsumen
CV. BDU melakukan
Penerapan QCC
(Rancangan Usulan
Perbaikan)
Hipotesis
Uji t
Analisis
Check Sheet (1)
Check Sheet (2)
40
2.4 Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara yang memerlukan pengujian
lanjut terhadap rumusan masalah penelitian. Untuk menguji kebenaran hipotesis
dilakukanlah pengumpulan data. Dalam statistika yang diuji adalah hipotesis nol.
Hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya perbedaan antara parameter dengan
statistik (data sampel). Lawan dari hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis alternatif
(Ha), yang menyatakan ada perbedaan antara parameter dan statistik.
Hipotesis tidak selamanya mesti diterima kebenarannya. Terkadang hipotesis
ditolak karena tidak didukung oleh fakta empiris. Penolakan hipotesis dapat
menjadi penemuan positif, karena telah memecahkan masalah ketidaktahuan dan
memberi jalan kepada hipotesis yang lebih baik. Walaupun semua prosedur
dilakukan dengan teliti, kemungkinan terjadinya suatu kesalahan dalam
pengambilan keputusan tetap ada. Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
Ho : Upaya pengendalian mutu Pisang ambon tidak dapat meminimalisasi tingkat
pengembalian oleh konsumen.
Ha : Upaya pengendalian mutu Pisang ambon dapat meminimalisasi tingkat
pengembalian oleh konsumen.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan desain deskriptif dan
kausal. Desain penelitian deskriptif akan digunakan pada awal penelitian untuk
menggambarkan data-data CV. Bumidaya Utama tentang pengembalian pisang
ambon oleh konsumen dengan menggunakan metode analisis data sekunder.
Sedangkan desain penelitian kausal digunakan untuk mengetahui hubungan
keberhasilan upaya pengendalian mutu yang dilakukan oleh CV. Bumidaya Utama
dengan menggunakan metode eksperimen.
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di CV. Bumidaya Utama yang beralamat di Jl. Haji
Jayun 2 No. 17 Rawa Lumbu, Kecamatan Pengasinan, Bekasi Timur. Penentuan
lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa
instansi belum melakukan pengendalian mutu terhadap pisang ambon yang
mengalami pengembalian. Adapun waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada
bulan Mei – Desember 2016.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan di dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer merupakan
data yang didapat dari sumber pertama, dan data primer dalam penelitian ini didapat
melalui wawancara langsung dengan pihak CV. Bumidaya Utama.
42
Data sekunder melengkapi data primer dan diperoleh dari dokumen-dokumen
perusahaan, berupa laporan tahunan perusahaan, company profile, laporan
penelitian sebelumnya serta data kinerja perusahaan. Selain itu, diperoleh dari
penelusuran kepustakaan melalui buku, data tahunan di Badan Pusat Statistik
(BPS), literatur, media massa, dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan topik yang
dibahas dalam penelitian.).
Tabel 7. Jenis dan Sumber Data
Jenis Data Sumber Data
Data Primer
a. Penurunan kualitas pisang ambon
b. Pengendalian kualitas
c. Penerimaan pisang ambon
d. Proses pematangan pisang ambon
e. Pengemasan pisang ambon
Direktur CV. Bumidaya Utama,
Penanggung Jawab Gudang
Data Sekunder
Dokumen Perusahaan, Gambaran
Umum Kebijakan Mutu CV. Bumidaya Utama
Konsep QCC Literatur
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian data yang terkumpul akan berguna untuk
memecahkan masalah yang ada sehingga data tersebut harus benar-benar dapat
dipercaya dan akurat. Dalam suatu penelitian ilmiah, metode pengumpulan data
yang dimaksud untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat dan
terpercaya. Metode pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini
adalah:
43
3.3.1 Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menetukan permasalahan yang harus
diteliti. Menurut Supranto (1997: 68) wawancara ialah tanya jawab antar petugas
dengan responden. Wawancara yang baik ialah suatu wawancara yang
menghasilkan banyak informasi dalam waktu yang relative pendek. Wawancara
akan dilakukan dengan direktur dan salah satu manajer CV. Bumidaya Utama untuk
mendapatkan informasi dan penjelasan visi, misi, dan strategi perusahaan dalam
kaitannya dengan peningkatan kualitas produk buah dan pelayanan pada CV.
Bumidaya Utama.
3.3.2 Observasi
Menurut Nasution (dalam Sugiyono 2012:403) observasi merupakan dasar
semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data,
yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu
dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang canggih, sehingga
benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh
(benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas. Menurut Gulo (2010:116)
observasi merupakan metode pengumpulan data dimana peneliti atau kolaborator
mencatat informasi sesuai dengan apa yang terjadi selama penelitian.
3.3.3 Studi pustaka
Pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca buku-buku literatur,
jurnal, berita, majalah, dan penelitian terdahulu, maupun dokumen dari instansi
yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan.
44
3.4 Metode Pengumpulan Sampel
Dalam melakukan penelitian, sampel yang dikumpulkan akan digunakan untuk
memecahkan masalah yang ada sehingga sampel tersebut harus benar-benar dapat
dipercaya dan akurat. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah
Non Probability Sampling. Non Probability Sampling merupakan teknik
pengambilan sampel yang setiap individu atau unit dari populasi tidak memiliki
kemungkinan (non probability) yang sama untuk terpilih. Ada pertimbangan-
pertimbangan tertentu yang mendasari pemilihan sampel. Sedangkan teknik
penentuan sampel yang digunakan ialah purposeful sampling. purposeful sampling
adalah teknik penentuan sampel yang didasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh
subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang
dimaksud. (Herdiansyah, 2010: 106)
Menurut Arikunto (2010:173) populasi adakah keseluruhan subjek penelitian.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah data pengiriman pisang ambon selama
periode 1 (satu) tahun. Dengan sampel yang digunakan adalah data pengiriman
pisang ambon sebanyak 60 hari. Sampel yang didapat sebanyak 60 hari ini
diperoleh dengan teknik purposeful sampling yang kemudian diuji menggunakan
uji kecukupan data.
Uji kecukupan data dilakukan untuk menetapkan berapa jumlah observasi yang
seharusnya dibuat (N’). Maka harus diputuskan terlebih dahulu berapa tingkat
kepercayaan (convidence level) dan tingkat ketelitian (degree of accuracy) untuk
pengukuran ini (Wignjosoebroto, 2008: 184).
45
Perhitungan uji data dilakukan dengan menggunakan tingkat kepercayaan
dipilih 99% dan tingkat ketelitian 1%. Yang akan membuktikan bahwa data telah
mencukupi atau tidaknya jika N’< N.
𝑁′ = [
𝑘𝑠 √𝑛 ∑ 𝑥𝑖
2 − (∑ 𝑥𝑖)2
∑ 𝑥]
2
Keterangan :
n’ : Jumlah pengamatan yang dibutuhkan
n : Jumlah pengamatan yang digunakan
k : Tingkat kepercayaan
s : Tingkat ketelitian
xi : Data Pengamatan ke-
Kriteria yang digunakan adalah apabila sampel yang sudah digunakan (N)
lebih besar atau sama dengan jumlah sampel yang seharusnya (N’), maka data atau
sampel yang digunakan sudah mencukupi. Namun apabila jumlah sampel yang
sudah digunakan (N) lebih kecil atau sama dengan jumlah sampel seharusnya (N’),
maka sampel atau data yang tlah diambil tidak mencukupi, sehingga perlu
dilakukan pengambilan sampel lagi. Adapun tingkat kepercayaan yang digunakan
adalah 99% dan tingkat ketelitian adalah 1%. Berdasarkan data yang ada maka
perhitungannya adalah:
𝑛′ = [
30,1 √60 𝑥 9.344.333.400 − 533.221.248.400
730.220]
2
46
𝑛′ = [30√27.438.755.600
730.220]
2
𝑛′ = [6,8053385739]2
N’ = 46,3126 ≈ 46 hari pengamatan.
Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan bahwa nilai N’ lebih kecil dari
nilai N yaitu 46 < 60, artinya bahwa data atau sampel yang dikumpulkan telah
mencukupi.
3.5 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan selajutnya dianalisis lebih lanjut untuk
memperoleh hasil yang dijadikan jawaban dari permasalahan penelitian. Dalam
menganalisis data penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif yang
menjabarkan gambaran umum perusahaan dan jenis-jenis pengembalian buah
pisang ambon yang terjadi di CV. Bumidaya Utama dengan menggunakan alat
bantu stratifikasi, sedangkan untuk merancang usulan perbaikan kualitas pisang
ambon pada CV. Bumidaya Utama digunakan metode Quality Control Cycle
dengan alat bantu Fishbone dan Pareto serta untuk mengetahui dapat
meminimalisasi tingkat pengembalian dari konsumen digunakan Uji t. Alat analisis
yang digunakan untuk mengolah data-data dalam penelitian ini adalah Microsoft
Office Excel 2016 dan SPSSversi 23.
47
3.5.1 Metode Analisis Quality Control Cycle
Pengolahan data menggunakan alat bantu Seven Tools adalah salah satu cara
untuk melakukan perbaikan dan pengendalian kualitas suatu produk. Ketujuh alat
dasar kualitas ini menerapkan prinsip statistik. Namun tidak semua digunakan
dalam penelitian ini. Adapun penggunakan alat dalam melakukan penelitian ini
sebagai berikut:
A. Lembar check sheet
Data yang diperoleh dari perusahaan teutama yang berupa data produksi dan
pengiriman serta data kerusakan produk kemudian dalam bentuk tabel secara rapid
dan terstruktur dengan menggunakan check sheet. Hal ini dilakukan agar
memudahkan dalam memahami data tersebut sehingga dapat dilakukan analisis
selanjutnya.
Tabel 8. Contoh Lembar check sheet Pengamatan
ke-n
Jumlah
Produksi
Jenis Kerusakan Persentase
Cacat A B C D
1
2
3
4
.
N
Total
Rata-rata per unit
B. Stratifikasi
Data yang diperoleh dari perusahaan terutama yang berupa data produksi
dan data kerusakan produk (misdruk) kemudian disajikan dalam bentuk tabel secara
rapi dan terstruktur dengan menggunakan check sheet. Hal ini dilakukan agar
48
memudahkan dalam memahami data tersebut sehingga bisa dilakukan analisis lebih
lanjut.
C. Diagram Batang
Agar mudah dalam membaca atau menjelaskan data dengan cepat maka data
dari Check Sheet perlu untuk disajikan dalam bentuk Diagram batang yang berupa
alat penyajian data secara visual berbentuk grafik balok yang memperlihatkan nilai
yang diperoleh dalam bentuk gambar dan angka.
D. Peta kendali
Data dianalisis menggunakan peta kendali p (peta kendali proporsi
kerusakan) sebagai alat untuk pengendalian proses secara statistic. Adapun
langkah-langkah dalam membuat peta kendali p, sebagai berikut:
1. Peta kendali p
Pergitungan persentase kerusakan
�̅� = ∑ 𝑛𝑝
∑ 𝑛
Keterangan :
np : jumlah gagal
n : jumlah yang diperiksa
2. Peta kendali c
𝑐̅ =∑ 𝑐
𝑛
Keterangan :
3. Menghitung batas kendali atas dan bawah (upper control limit dan lower
control limit)
UCL = �̅� + 3√�̅�(1 − �̅�
𝑛
49
LCL = �̅� − 3√�̅�(1 − �̅�
𝑛
Apabila data yang diperoleh tidak seluruhnya berada dalam batas kendali
yang ditetapkan, hal tersebut menyatakan bahwa pengendalian kualitas yang
dilakukan oleh CV. Bumidaya Utama perlu adanya perbaikan.
E. Diagram pareto
Diagram pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi
data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga ke rendah. Hal ini
dapat membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera
diselesaikan (rangking tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera
diselesaikan (ranking terendah). Selain itu, diagram pareto juga dapat digunakan
membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan
setelah diambil tindakan perbaikan terhadap proses. Dengan memakai diagram
pareto, dapat terlihat masalah mana yang dominan sehingga dapat mengetahui
prioritas penyelesaian masalah. Fungsi diagram pareto adalah untuk
mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk peningkatan kualitas dari
yang paling besar ke paing kecil.
Tabel 9. Contoh Perhitungan Persentase dan Persentase Kumulatif
No Jenis Kerusakan Jumlah Pesentase
(%)
Persentasi
Kumulatif
(%)
1 A
2 B
3 C
4 D
Total 100
50
Gambar 4. Contoh Diagram Pareto
F. Diagram sebab akibat
Setelah diketahui masalah utama yang paling dominan, maka dilakukan
analisa faktor penyebab kerusakan produk dengan menggunakan fishbone diagram,
sehingga dapat menganalisis faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab
kerusakan produk. Setelah diketahui penyebab terjadinya kerusakan produk, maka
dapat disusun sebuah rekomendasi atau usulan tindakan untuk melakukan
perbaikan kualitas. Langkah-langkah dalam penyusunan diagram sebab-akibat
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan prioritas masalah
Bila terjadi banyak masalah perlu diteliti masalah mana yang paling peting
untuk diselesaikan.
2. Mencari faktor penyebab dari masalah
Siapkan diagram sebab dan akibat dengan menyertakan orang-orang yang
terlibat dalam masalah tersebut. Membuat daftar semua sebab yang mungkin
51
berpengaruh terhadap akibat yang muncul dengan menggunakan diagram sebab-
akibat dan melalui teknik sumbang saran. Faktor-faktor yang harus diperhatikan
adalah manusia, material, mesin, metode atau prosedur.
3. Menemukan penyebab utama yang paling berpengaruh
Teliti dan pastikan sebab-akibat yang paling mungkin dan paling berpengaruh
dengan memastikan adanya pengaruh antara sebab terhadap akibat. Penentuan
penyebab utama ini dapat dilakukan enggan cara diskusi atau voting.
G. Tabulasi
Untuk menyajikan dan menghasilkan rancangan usulan digunakan tabulasi.
Tabulasi ini merupakan penyajian data menggunakan tabel. (Hasan, 2006: 20)
Tabulasi ini digunakan untuk mempermudah peneliti membaca dan
menbandingkan hasil data yang diperoleh selama penelitian berlangsung.
3.5.2 Uji T
Pengujian hipotesis (uji t) menurut Priyanto (2012:109) merupakan
pengujin signifikan dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
signifikan atau tidak antar variabel tersebut. Pengujian menggunakan dua sisi.
Menurut Sudijono (2005:278) t test atau test t adalah salah satu tes statistik
yang dipergunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nihil yang
menyatakan bahwa di antara dua buah Mean sampel yang diambil secara random
dari populasi yang sama tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Sebelum
mengetahui thitung, terlebih dahulu mengetahu Standar perbedaan skor antara
variabel X dan Y (dalam kasus ini X adalah data sebelum perbaikan dan Y adalah
data sesudah perbaikan) dengan rumus:
52
𝑆 = √1
𝑛 − 1{∑ 𝐷2 −
(∑ 𝐷)2
𝑛}
Keterangan :
S : Standar perbedaan skor
D : Selisih nilai X dan Y
n : Jumlah pengamatan
Setelah mengetahui Standar perbedaan skor antara variabel X dan Y maka
dapat dihitung thitung, dengan rumus:
𝑡ℎ𝑖𝑡 =
𝑋 − 𝑌𝑛
𝑆√𝑛
⁄
Setelah diketahui hasil dari Thitung, kemudian dilanjutkan kepada kriteria Uji
t yaitu jika Thitung > Ttabel maka Ho ditolak dan menyatakan bahwa Ha diterima.
53
BAB IV
GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN MUTU PERUSAHAAN
CV. Bumidaya Utama adalah perusahaan yang bergerak dibidang pertanian
sebagai pemasok hasil petanian ke konsumen besar maupun kecil. CV. Bumidaya
Utama didirikan dengan sebuah misi membangun jaringan distribusi, membina
mitra-mitra penyertaan modal dan membangun sentra gudang pengumpulan barang,
guna mencapai visi perusahaan yaitu menjadi perusahaan pemasok hasil pertanian
berkapasitas nasional.
Kami menyadari bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap para
konsumen baik konsumen besar maupun konsumen kecil. Oleh sebab itu produk
yng kami kirimkan kepada para konsumen harus memiliki kualitas yang baik,
seperti komitmen kami Quality Is The First- yang bertujuan dapat berkompetisi di
pasar.
Kebijakan mutu yang mencakup:
1. Kami bertekad untuk menghasilkan produk berkualitas sebagai suatu
kewajiban dan rasa tanggung jawab perusahaan pada konsumen kami secara
konsisten dan berusaha meningkatkan pemenuhan.
2. Kami bertekad menyajikan kualitas produk sejak tahap awal selama proses dan
selama distribusi pada pelanggan kami.
3. Seluruh staff dan para karyawan akan kami motivasi untuk dapat bekerja
dengan disiplin tinggi sesuai tata tertib tertulis.
54
4. Kami akan memberikan pelatihan intensif bagi staff dan karyawan agar dalam
melaksanakan tugasnya dapat mempertahankan kontrol kualitas tehadap
seluruh proses.
4.1 Penerimaan Barang
Kebijakan dalam penerimaan barang meliputi butir-butir kegiatan yang harus
dilakukan oleh penanggung jawab gudang untuk mengatur dan memberikan arahan
tentang teknis penerimaan pisang ambon kepada pekerja saat pisang ambon datang
dan masuk ke warehouse (gudang).
1. Tidak diperkenankan menerima barang tanpa disertai internal order yang
sebelumnya telah diinformasikan ke lokasi.
2. Surat Tanda Terima Barang adalah dokumen wajib dan dianggap sebagai bukti
barang yang diterima dan dibuat oleh Direktur Perusahaan (owner) secara
langsung setelah penurunan barang.
3. Penanggungjawab gudang harus memastikan bahwa jumlah yang tercatat
dalam Surat Tanda Terima Barang harus sesuai dengan jumlah barang yang
diterima. Jika jumlahnya berbeda dengan Surat Jalan dari Supplier, maka Surat
Jalan dari Supplier harus direvisi dan ditandatangani oleh kedua pihak.
4. Jika jumlah yang tertera dalam Surat Tanda Terima Barang lebih tinggi dari
jumlah yang tertera didalam internal order, Penanggungjawab gudang harus
mengambil keputusan untuk menolak. Informasi harus dikumpulkan dari
Supplier untuk menentukan apakah jumlah kelebihan akan diterima atau
menyimpan barang-barang tersebut di gudang. Jika barang-barang disimpan di
55
gudang maka barang-barang tersebut harus diperlakukan sebagai barang-
barang FoC (Free of Charge).
5. Jika jumlah yang tertera dalam Surat Tanda Terima Barang lebih rendah
dibanding dengan jumlah barang saat order, PJ Gudang terkait harus
mengkomunikasikannya kepada Direktur/owner tindakan-tindakan yang harus
diambil untuk penggantian.
6. Surat Tanda Terima Barang tidak dapat dikeluarkan oleh Bagian Pergudangan
sebelum verifikasi kualitas dilakukan oleh pihak-pihak internal yang
berkompenten terhadap kualitas persediaan.
7. Jika ditemukan adanya barang yang busuk, rusak atau spesifikasinya salah atau
hal-hal lain yang berkaitan dengan kualitas barang, maka barang tersebut harus
ditolak dan Nota Pengembalian Pembelian harus dibuat dan dikirimkan kepada
Supplier. Supplier harus menyetujui Nota Pengembalian Pembelian dan
mengambil barang dari gudang. Jika Supplier tidak mengambil barang-barang
tersebut maka barang-barang tersebut dianggap sebagai FoC (Free of Charge)
dan dicatat ke dalam kode persediaan yang berbeda.
8. Surat Tanda Terima Barang dapat dibuat lebih dari satu yang pengirimannya
dilakukan bertahap.
4.2 Pengeluaran Barang
kebijakan dalam pengeluarang barang meliputi butir-butir kegiatan yang harus
dilakukan oleh penanggung jawab gudang untuk mengatur dan memberi arahan
56
tentang teknis pengeluaran pisang ambon kepada pekerja saat barang dikeluarkan
dari warehouse (gudang).
1. Barang persediaan akan disimpan dan dikeluarkan sesuai FIFO (First In First
Out).
2. Proses pengeluaran persediaan harus sesuai dengan Purchase Order dan Daily
Order dari Konsumen Besar (pabrik).
3. Jika ada pengembalian barang dari pabrik, PJ Gudang harus ikut menghitung
jumlah barang yang dikembalikan dari pabrik dan mengganti jumlah barang
pada Faktur Pengiriman Barang sesuai dengan jumlah yang diterima oleh
pabrik setelah dilakukan pengecekan.
4.3 Pelaporan Persediaan
Kebijakan pelaporan persediaan yang meliputi pelaporan bulanan secara
continue, pengawasan rutin untuk persediaan di gudang, pendataan mengenai
jumlah barang yang tersedia digudang.
1. Laporan bulanan persediaan yang terdiri dari saldo, mutasi, analisa umur
persediaan harus diserahkan tepat waktu dan menyajikan pengelolaan
persediaan.
2. Pengawasan rutin atas batas-batas persediaan, verifikasi persediaan
(pemeriksaan persediaan) berdasarkan sampel dan secara teratur harus
dilakukan terutama pada barang-barang yang bernilai tinggi dan tindakan
57
pencegahan harus diambil untuk meminimalisasi kerugian akibat keusangan,
pencurian, kerusakan dll.
3. Penyesuaian kelebihan jumlah persediaan setelah perhitungan fisik akan
diupdate dalam modul persediaan, dengan persetujuan dari owner.
4. Kekurangan jumlah persediaan setelah perhitungan fisik harus dilaporkan ke
owner dan penyesuaian kepada sistem harus berdasarkan persetujuan owner
58
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Jenis Penyebab Pengembalian Pisang Ambon
Dalam melakukan aktivitas pengiriman, ternyata masih terjadi pengembalian
pada pisang ambon yang cukup tinggi. Pengembalian tersebut dapat bersifat
komplek atau bersifat sederhana. Pihak perusahaan harus berusaha untuk dapat
menyelesaikan masalah yang timbul dengan segera. Jenis-jenis penyebab
pengembalian yang terjadi pada pisang ambon antara lain:
1. Ukuran tidak sesuai
Ukuran pisang ambon di CV. Bumidaya Utama mempunyai 3 (tiga) kelas yaitu,
pisang ambon biasa, pisang ambon special dan pisang ambon exclusive.
Penggolongan kelas ini didasarkan dari ukuran panjang dari pisang mbon tersebut.
Untuk pisang ambon biasa memiliki ukuran <12 cm, pisang ambon special 12-14
cm dan pisang ambon exclusive 15-17 cm.
2. Bonyok atau Lembek
Tekstur pisang yang dikenal dengan kerasnya saat masih mentah dan saat
tingkat kematangannya tepat dikenal dengan kelunakannya yang dapat membuat
pisang mudah sekali bonyok. Hal ini disebabkan adanya pergesekan antara pisang
dengan kemasan saat akan mengirimnya ke konsumen. Akibatnya pisang dapat
dengan mudah rusak.
59
3. Matang tidak merata
Tingkat kematangan dari pisang ambon dapat dilihat dari penampakannya. Jika
pisang sudah kuning merata maka dapat dikatakan matang sempurna, namun CV.
Bumidaya Utama mengirimkan pisang ambon dengan penampilan yang tidak
kuning merata, dikarenakan konsumen biasa menggunakan buah tersebut bukan
saat pisang ambon tersebut sampai di tangan konsumen langsung, melainkan malam
atau keesokan harinya.
4. Kulit hitam
Pada saat proses pematangan dapat terjadi beberapa hal, salah satunya
munculnya hitam di sisi-sisi buah tersebut. Hal ini menyebabkan tidak menariknya
buah pisang ambon untuk dikonsumsi bagi konsumen karena dianggap busuk. Pada
kenyataannya buah pisang telah matang sempurna.
5. Mentah
Lain halnya dengan terlalu matang, pengembalian juga bisa terjadi karena tidak
matang atau bahkan mentah. Jenis pengembalian ini biasa terjadi saat permintaan
dari konsumen meningkat. Kurangnya perhitungan pekerja mengenai jumlah pisang
ambon matang yang tersedia di gudang dengan permintaan konsumen.
6. Busuk
Kondisi dimana pisang dalam keadaan yang tidak dapat dikonsumsi oleh
konsumen. Proses pengiriman dari CV. Bumidaya Utama yang terkadang dilakukan
60
satu hari sebelum pemakaian oleh konsumen, membuat buah tersebut menjadi
busuk.
7. Jenis tidak sesuai
Permintaan pisang ambon oleh konsumen yang terkadang meningkat membuat
CV. Bumidaya Utama harus memenuhinya. Jika pasokan pisang ambon yang
dimiliki oleh perusahaan tidak mencukupi, yang salah satunya dikarenakan cuaca
yang tidak mendukung membuat hasil produksi pisang ambon menurun maka akan
diganti dengan buah pisang yang hampir sama jenisnya dengan pisang ambon yaitu
pisang anglen atau pisang muli. Namun konsumen tidak menyukai rasa dari pisang
tersebut dan akhirnya dikembalikan.
8. Kulit bintik-bintik
Jenis pengembalian pisang ini biasa terjadi di pisang ambon lumut. Pisang
ambon lumut memang dikenal dengan bintik-bintik hitamnya dan rasa yang manis.
Namun konsumen tidak menyukai penampilan dari pisang tersebut.
9. Pisang kembar
Pisang kembar atau biasa disebut kembar siam terjadi saat proses penanaman.
Hal ini tidak bisa dihindari karena sudah proses alam. Namun karena buah tersebut
digunakan untuk konsumsi langsung, konsumen tidak mau menerima pisang
kembar.
Jenis-jenis penyebab pengembalian di dapatkan berdasarkan lembar
pengecekan bulan Maret-April 2016, kemudian dilakukan pengelompokan
menggunakan startifikasi. Dengan startifikasi, dapat memudahkan karyawan
membaca besar dari jenis pengembalian yang terjadi. Sebagai catatan juga bahwa
61
pada satu peti pengiriman pisang ambon, bisa saja terdapat tidak hanya satu jenis
kerusakan, akan tetapi lebih dari satu macam. Untuk itu akan dikolomkan kembali
sesuai jenis kerusakan pada lembar startifikasi. Dari Tabel 10 dilihat jumlah
pengembalian pisang ambon dapat dibagi menjadi 9 jenis yaitu, ukuran tidak sesuai,
bonyok atau lembek, matang tidak merata, kulit hitam, mentah, busuk, jenis tidak
sesuai, kulit bintik-bintik, dan pisang kembar dengan total pengembalian sebesar
158.770 pcs pisang ambon selama periode bulan maret dan april 2016. Untuk jenis
ukuran tidak sesuai terdapat pengembalian sebesar 59.335 pcs, jenis bonyok atau
lembek 55.534 pcs, matang tidak mrata 39.232 pcs, kulit hitam 844 pcs, mentah
831 pcs, busuk 799 pcs, jenis tidak sesuai 769 pcs, kulit bintik-bintik 751 pcs, dan
pisang kembar 675 pcs.
Tabel 10. Jumlah Volume Pengembalian (berdasarkan urutan jumlahnya) periode
bulan Maret – April 2016.
No Jenis Pengembalian Jumlah % akumulasi %
1 Ukuran tidak sesuai 59.335 37,37 37,37
2 Bonyok atau Lembek 55.534 34,98 72,35
3 Matang tidak merat 39.232 24,71 97,06
4 Kulit hitam 844 0,53 97,59
5 Mentah 831 0,52 98,11
6 Busuk 799 0,50 98,62
7 Jenis tidak sesuai 769 0,48 99,10
8 Kulit bintik-bintik 751 0,47 99,57
9 Pisang kembar 675 0,43 100,00
Total 158.770 100,00
Sumber : CV. Bumidaya Utama 2016, data diolah
Berdasarkan tabel 10 yang merupakan data volume persentase akumulatif
untuk pengembalian pisang ambon jenis ukuran tidak sesuai dengan 37,37 %,
bonyok atau lembek dengan 72,35 %, matang tidak merata dengan 97,06 %, kulit
62
hitam dengan 97,59 %, mentah dengan 98,11 %, busuk dengan 98,62 %, jenis tidak
sesuai dengan 99,10 %, kulit bintik-bintik dengan 99,57 %, dan pisang kembar
dengan 100 % di CV. Bumidaya Utama. Selanjutnya berdasarkan data diatas maka
dapat disusun sebuah diagram pareto dengan ukuran 80:20 seperti terlihat pada
Gambar 5.
Berdasarkan diagram pareto pada Gambar 5 terdapat tiga jenis pengembalian
yang mendominasi berdasarkan volume pengembaliannya yaitu, jenis ukuran tidak
sesuai dengan persentase 37,37%, jenis bonyok atau lembek dengan 34,98%, dan
jenis matang tidak merata dengan 24,71%. Hal ini dikarenakan ketiga jenis
penyebab pengembalian tersebut mendominasi 80% dari total keseluruhan yaitu
jumlah pengembalian diangka 97,06 %, sedangkan 6 (enam) jenis lainnya hanya
ada di angka 2,94 %. Mengacu dari hal tersebut maka penulis membatasi objek
yang akan beri usulan perbaikan adalah jenis ukuran tidak sesuai, jenis bonyok atau
lembek dan jenis matang tidak merata.
Gambar 5. Diagram Pareto Pengembalian Pisang Ambon
37,37%
72,35%
97,06%97,59%
98,11%
98,62%
99,10%
99,57%
100,00%
0,00
25,00
50,00
75,00
100,00
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
Jumlah (pcs) akumulasi %
63
Selanjutnya menentukan problema penyebab masalah dalam pengembalian
pisang ambon dapat ditentukan dengan diagram sebab-akibat. Diagram sebab
akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang dihadapi dengan
kemungkinan penyebab serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi penyebab kerusakan produk secara
umum dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Man (manusia)
Para pekerja yang melakukan pekerjaan yang terlibat dalam proses produksi di
CV. Bumidaya Utama.
b. Methode (metode)
Instruksi kerja atau perintah kerja yang harus diikuti dalam proses produksi di
CV. Bumidaya Utama.
c. Material (bahan baku)
Segala sesuatu yang dipergunakan oleh perusahaan yang akan digunakan
sebagai komponen produk yang akan diproduksi tersebut di CV. Bumidaya Utama
yang terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku pembantu.
d. Machine (mesin/peralatan)
Mesin-mesin dan berbagai peralatan yang digunakan dalam proses produksi di
CV. Bumidaya Utama.
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada dan mendapatkan jenis
pengembalian yang menjadi dominan yaitu ukuran tidak sesuai, bonyok atau
lembek dan matang yang tidak merata, hasil wawancara dengan pihak-pihak yang
berkompeten di CV. Bumidaya Utama serta melihat kondisi kerja di lapangan. Lalu
64
dengan melihat persentase pengembalian ditahap sebelumnya maka disusunlah
diagram sebab akibat menurut urutan jenis pengembalian yang menempati posisi
pertama, yakni ukuran tidak sesuai, kemudian dilanjutkan dengan diagram sebab
akibat jenis bonyok atau lembek dan yang terakhir diagram sebab akibat jenis
matang yang tidak merata.
1. Ukuran yang tidak sesuai
Gambar 6. Diagram sebab-akibat pengembalian Jenis Ukuran tidak Sesuai
Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat jenis pengembalian pisang ambon yaitu
ukuran tidak sesuai yang disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ada 4 (empat) yaitu faktor manusia, bahan,
peralatan dan metode. Disetiap faktor juga memiliki penyebab khusus yang
mengakibatkan terjadinya pengembalian jenis ukuran tidak sesuai. Penyebab-
penyebabnya sebagai berikut:
Manusia Metode
Material Mesin/ alat
Tidak menggunakan
alat yang baku
Tidak adanya SOP
Alat tidak
memadai
Terlalu
Besar
Terlalu kecil
Ukuran tidak
sesuai
-Exc 15-17 cm
-Spc 12-14 cm
-biasa <12 cm
Tidak
melakukan
Pengukuran
65
a. Manusia atau Tenaga Kerja
- Pekerja atau karyawan yang tidak melakukan pengukuran adalah masalah
terpenting. Dengan jenis penyebab pengembalian pisang ambon yaitu
ukuran tidak sesuai, membuktikan tidak dilakukannya pengukuran yang
baik oleh karyawan. Dan mengakibatkan adanya pengembalian oleh
konsumen.
b. Material atau Bahan Baku yang digunakan
- Pisang ambon yang digunakan memiliki ukuran terlalu besar.
Penggolongan pisang ambon di CV. Bumidaya Utama ada tiga kelas, yaitu
pisang ambon ekslusif, pisang ambon spesial dan pisang ambon biasa.
Ukuran terbesar yang diingin konsumen adalah 15-17 cm, jika melebihi
dari ukuran maka pisang ambon tidak akan dikirimkan kepada konsumen.
Jika terlanjur dikirim kepada konsumen karena satu dan lain hal, maka
konsumen akan mengembalikannya kepada perusahaan.
- Pisang ambon ukuran terlalu kecil. Seperti yang kita ketahui bahwa satu
tandan pisang memiliki ukuran pisang yang beragam, ada yang terlalu
panjang di angka 20 cm sampai yang terkecil di angka 10 cm. seperti yang
diketahui standar permintaan konsumen CV. Bumidaya Utama yaitu
ukuran 15-17 cm untuk ekslusif, 12-14 cm untuk spesial dan <12 cm untuk
yang biasa. Maka jika ukuran kurang dari 12 cm akan dikembalikan
kepada konsumen.
66
c. Mesin atau Peralatan
- Tidak memadai. Penggunaan alat ukur ini seharusnya digunakan saat
melakukan grading saat proses pematangan dan saat akan dilakukan
pengemasan. Namun dilapangan alat ukur yang tidak memadai
menyebabkan pekerja lebih sering menggunakan feeling.
d. Metode kerja yang digunakan
- Tidak memiliki SOP khusus. Setiap perusahaan pasti memilki Standart
Operating Procedure atau yang biasa dikenal dengan SOP. SOP ini
berlaku untuk setiap pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja. Namun di
CV. Bumidaya Utama hanya memiliki SOP secara umum, tidak khusus
untuk setiap item barangnya.
- Tidak menggunakan alat yang baku. Setiap produksi pasti memiliki alat-
alat yang baku, atau khusus diperuntukan untuk proses produksi. Namun
di lapangan tidak ditemukan alat-alat baku yang diperuntukkan khusus
untuk produksi item pisang ambon.
67
2. Bonyok atau Lembek
Gambar 7. Diagram Sebab-Akibat Jenis Pengembalian Bonyok atau Lembek
a. Manusia atau Tenaga Kerja
- Pekerja atau karyawan yang kurang hati-hati. Seperti yang diketahui
teksur pisang yang sangat rentan terhadap benda yang lebih keras dan
peletakan yang salah, akan mengakibatkan pisang mudah bonyok atau
lembek.
b. Material atau bahan baku yang digunakan
- Pisang terlalu matang. Jenis pisang yang terlalu matang sangat berpotensi
untuk bisa bonyok. Maka dari itu sebaiknya dipisahkan pisang yang sudah
terlalu matang dengan pisang yang matang sempurna atau setengah
matang.
- Pisang stock lama. Pisang termasuk kedalam buah-buahan yang dapat
matang dengan sendirinya atau dibantu dengan pemeraman atau cara
lainnya. Dalam kasus ini, pisang mentah yang sudah terlalu lama setelah
Manusia Metode
Material Mesin/alat
Kurang
hati-hati
Tidak adanya SOP
Handling
Terlalu
matang
Stock lama
Kemasan masih
menggunakan peti kayu
panen
penanganan
bahan baku pengemasan
pengiriman
Bonyok atau
Lembek
68
dipanen tidak langsung dilakukan proses pematangan dan baru dicoba
dilakukan proses pematangan, maka akan berdampak rusaknya pisang
tersebut.
c. Mesin atau peralatan
- Menggunakan kemasan peti kayu. Sifat dan tekstur pisang ambon yang
dikenal dengan kelunakannya, dengan sedikit benturan saja dapan merusak
tekstur dari buah tersebut. Maka perlu nya kemasan yang dirancang
sedemikian rupa untuk menghindari dengan benturan benda keras..
d. Metode kerja yang digunakan
- Tidak memiliki SOP khusus. Setiap perusahaan pasti memiliki Standart
Operating Procedure atau yang biasa dikenal dengan SOP. SOP ini
berlaku untuk setiap pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja. Namun di
CV. Bumidaya Utama hanya memiliki SOP secara umum, tidak khusus
untuk setiap item barangnya.
- Handling pisang mentah. Handling ini dibagi menjadi empat bagian,
handling saat pemanenan, handling saat penanganan pisang mentah,
handling pengemasan dan handling pengiriman. Karena perusahaan
melakukan kemitraan dengan petani konvensional, maka hadling saat
pemanenan masih terbilang konvesional. Tidak jauh berbeda dengan
handling saat proses pematangan, pengemasan dan pengiriman di
warehouse juga masih menggunakan cara konvensional.
69
3. Matang tidak merata
Gambar 8. Diagram Sebab-Akibat Jenis Pengembalian Matang Tidak Merata
a. Manusia/ Tenaga Kerja
- Pekerja atau karyawan yang kurang teliti. Dalam hal ini karyawan atau
pekerja sangat dibutuhkan ketelitiannya untuk memilah pisang yang sudah
matang merata atau tidak saat akan dilakukan pengemasan.agar
meminimalisasi tingkat pengembalian yang terjadi.
b. Bahan Baku yang digunakan
- Masalah dari faktor bahan baku yang digunakan adalah pisang yang tidak
matang.
Manusia Metode
Material Mesin/alat
Tidak adanya SOP
Wadah
tidak dipisah
kan
Kurang
Teliti
Obat tidak
sesuai standar
Pencampuran obat
tidak merata
Tidak matang
Matang Tidak
Merata
70
c. Peralatan
- Wadah tidak dipisahkan. Saat proses pencucian dan pematangan pisang
salah satu prosedurnya adalah dicelupankannya pisang ke dalam wadah
air, baik yang berisikan air saja dan yang sudah diberikan obat.
- Salah satu masalah yang juga terdapat pada peralatan adalah obat untuk
pematangan pisang ambon. Penyebab terjadinya matang tidak merata
terletak di pemakaian obat yang tidak sesuai standar.
d. Metode kerja yang digunakan
- Tidak memiliki SOP khusus. Sama dengan jenis pengembalian lainnya,
tidak adanya SOP menjadi salah satu penyebab terjadinya jenis
pengembalian pisang ambon yang matang tidak merata.
- Pencampuran obat tidak homogen. Tidak homogen atau bisa dikenal
dengan tidak merata. Obat yang bersifat liquid dicampurkan dengan air
yang juga bersifat liquid akan mudah bercampur rata. Namun matang
tidaknya pisang ambon, dapat dilihat dari pencampuran dan pencelupan
pisang tersebut ke dalam wadah yang sudah terisikan oleh obat pematang
buah. Jika pencampuran pisang ambon kedalam obat tidak merata maka
akan mengakibatkan matang yang tidak merata.
5.2 Rancangan Usulan Perbaikan Kualitas
Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, maka perusahaan dituntut
untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan oleh perusahaan dan permintaan konsumen. Oleh karena itu,
71
perusahaan harus melaksanakan kegiatan pengendalian. Kegiatan pengendalian ini
juga bertugas untuk merancang perbaikan dengan memberikan usulan-usulan
tindakan yang dapat digunakan oleh perusahaan dan akan digunakan secara terus-
menerus terhadap pisang ambon yang dihasilkannya. Selain itu membuat rencana
tindakan perbaikan untuk meminimumkan terjadinya pengembalian pisang ambon
oleh konsumen.
Dari hasil diagram sebab akibat, ditemukan beberapa penyebab dari keempat
faktor. Penyebab yang terjadi dari jenis pengembalian ukuran tidak sesuai, bonyok
atau lembek dan matang tidak merata dapat digabungkan untuk selanjutnya akan
masuk kepada langkah perencanaan masalah dengan terlebih dahulu dilakukan
penggabungan permasalah. Penggabungan permasalahan ini dilakukan karena
masing-masing jenis pengembalian memiliki penyebab permasalahan yang sama.
Berdasarkan Tabel 11 usulan perbaikan pada jenis penyebab pengembalian
ukuran tidak sesuai ini berdasarkan empat faktor, yaitu faktor manusia tidak
melakukan pengukuran, maka usulan yang dilakukan adalah mengadakan SOP
ketenagakerjaan mencakup alur pekerjaan. Untuk faktor material terlalu besar dan
terlalu kecil, maka usulan yang dilakukan mengadakan SOP penerimaan barang
khusus pisang ambon. Untuk faktor mesin atau alat yaitu alat tidak memadai, untuk
itu perlu melakukan pengadaan alat-alat yang digunakan selama proses produksi.
Untu faktor metode tidak adanya SOP dan tidak menggunakan alat bantu, untuk itu
perlu diadakan SOP khusus pisang ambon, baik mulai penerimaan dari mitra,
penanganan bahan mentah, penanganan proses pematangan, pengemasan dan
pengiriman.
72
Selanjutnya pada jenis penyebab pengembalian bonyok atau lembek ini
berdasarkan empat faktor juga, yaitu faktor manusia tidak hati-hati, maka usulan
yang dilakukan adalah mengadakan SOP ketenagakerjaan mencakup alur
pekerjaan. Untuk faktor material terlalu matang dan stock lama, maka usulan yang
dilakukan mengadakan SOP penerimaan barang khusus pisang ambon. Untuk
faktor mesin atau alat yaitu kemasan masih menggunakan peti kayu, untuk itu
usulan yang dilakukan adalah menggunakan kemasan yang tidak memudahkan
pisang ambon rusak. Untuk faktor metode tidak adanya SOP dan handling yang
salah untuk itu perlu diadakan SOP khusus pisang ambon, baik mulai penerimaan
dari mitra, penanganan bahan mentah, penanganan proses pematangan,
pengemasan dan pengiriman.
Terakhir pada jenis penyebab pengembalian matang tidak merata ini
berdasarkan empat faktor juga, yaitu faktor manusia tidak teliti, maka usulan yang
dilakukan adalah mengadakan SOP ketenagakerjaan mencakup alur pekerjaan.
Untuk faktor material tidak matang, maka usulan yang dilakukan mengadakan SOP
penerimaan barang khusus pisang ambon. Untuk faktor mesin atau alat yaitu wadah
tidak dipisahkan dan penggunaan obat yang tidak sesuai, untuk itu usulan yang
dilakukan adalah melakukan pengadaan wadah khusus untuk pencucian dan
pencampuran obat pada toko resmi. Untuk faktor metode tidak adanya SOP dan
pencampuran obat yang tidak merata untuk itu perlu diadakan SOP khusus pisang
ambon, baik mulai penerimaan dari mitra, penanganan bahan mentah, penanganan
proses pematangan, pengemasan dan pengiriman.
73
Tabel 11. Rancangan Usulan Perbaikan Menurut Faktor-faktornya Jenis
Penyebab
Pengembalian
Faktor Masalah Usulan Perbaikan
Ukuran Tidak
Sesuai
Manusia
Tidak
melakukan
pengukuran
Mengadakan SOP ketenagakerjaan
mencakup dengan alur pekerjaan
Material
Terlalu kecil
dan terlalu
besar
Harus diadakannya SOP penerimaan
barang khusus buah pisang ambon
Mesin
atau alat
Alat tidak
memadai
Melakukan pengadaan alat-alat yang
digunakan slama proses produksi
Metode
Tidak adanya
SOP dan tidak
menggunakan
alat bantu
Mengadakan SOP khusus pisang
ambon, baik mulai penerimaan dari
mitra, penanganan bahan mentah,
penanganan proses pematangan,
pengemasan dan pengiriman
Bonyok atau
Lembek
Manusia Tidak hati-hati Mengadakan SOP ketenagakerjaan
mencakup dengan alur pekerjaan
Material Terlalu matang
dan stock lama
Harus diadakannya SOP penerimaan
barang khusus buah pisang ambon
Mesin
atau alat
kemasan masih
menggunakan
peti kayu
Menggunakan kemasan yang tidak
memudahkan pisang ambon rusak
Metode
Tidak adanya
SOP dam
Handling yang
salah
Mengadakan SOP khusus pisang
ambon, baik mulai penerimaan dari
mitra, penanganan bahan mentah,
penanganan proses pematangan,
pengemasan dan pengiriman
Matang Tidak
Merata
Manusia Tidak teliti Mengadakan SOP ketenagakerjaan
mencakup dengan alur pekerjaan
Material Tidak matang Harus diadakannya SOP penerimaan
barang khusus buah pisang ambon
Mesin
atau alat
Wadah tidak
dipisahkan dan
penggunaan
obat yang tidak
sesuai
Melakukan pengadaan wadah khusus
untuk pencucian dan pencampuran
obat. Serta membeli obat pada toko
resmi
Metode
Tidak adanya
SOP dan
pencampuran
obat yang tidak
merata
Mengadakan SOP khusus pisang
ambon, baik mulai penerimaan dari
mitra, penanganan bahan mentah,
penanganan proses pematangan,
pengemasan dan pengiriman
Sumber: CV. Bumidaya Utama 2016, data diolah
74
Setelah pemberian usulan pada masing-masing jenis penyebab pengembalian
berdasarkan faktor-faktonya, maka ditemukan ada kesamaan usulan perbaikan pada
faktor manusia, material dan metode. Maka dapat dituliskan usulan perbaikan
berdasarkan fator-faktornya. Adapun usulan perbaikan sebagai berikut:
1. Manusia/ Tenaga Kerja
Mengadakan SOP ketenagakerjaan mencakup dengan alur pekerjaan. SOP ini
berisikan tentang prosedur apa saja yang harus di jalankan dan dikerjakan oleh
setiap pekerja atau karyawan di CV. Bumidaya Utama berdasarkan bidangnya
masing-masing.
2. Material/ Bahan baku
Mengadakan SOP penerimaan barang khusus pisang ambon. SOP ini berisikan
tentang kegiatan dan prosedur-prosedur penerimaan pisang ambon yang bersifat
umum dan semua mitra harus menjalankannya.
3. Mesin atau alat
Faktor peralatan terdapat empat penyebab masalah yaitu alat tidak memadai,
kemasan kemasan masih menggunakan peti kayu wadah tidak standar dan obat
tidak sesuai. Perbaikan akan dilakukan dengan diadakannya alat pengukuran pisang
ambon berbentuk kotak dengan 3 ukuran sesuai kelasnya, diadakannya alat-alat
yang dibutuhkan selama produksi berlangsung, menggunakan kemasan peti kayu
dengan di tambahkan alas daun pisang (mengelilingi), tidak dicampurnya wadah
pencucian dengan wadah untuk pencampuran obat dan membeli obat pada toko
resmi.
75
4. Metode
Faktor metode terdapat empat masalah yaitu tidak ada SOP, tidak
menggunakan alat bantu, handling proses kemudian pencampuran obat tidak
merata. Perbaikan akan dilakukan dengan mengadakan SOP khusus pisang ambon,
baik penerimaan dari mitra, penanganan bahan mentah, penanganan proses
pematangan, pengemasan hingga pengiriman.
5.3 Menerapkan Hasil Usulan Perbaikan
Setelah merancang usulan perbaikan pisang ambon untuk di CV. Bumidaya
Utama. Selanjutnya harus memastikan apakah usulan perbaikan yang telah
diterapkan dengan baik atau tidak. Langkah ini adalah penjelasan hasil dan dampak
pelaksanaan perbaikan. Selanjutnya akan dapat juga membandingkan sebelum dan
sesudah perbaikan. Pada langkah ini akan membuktikan pelaksanaan dari usulan
perbaikan yang telah dilakukan pada langkah sebelumnya. Pelaksanaan perbaikan
ini juga masih tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya dan dibuat
sedemikian rupa dengan kerjasama dari pihak perusahaan, yaitu:
Tabel 12. Pelaksanaan Usulan Perbaikan pada Faktor Manusia
Permasalahan Perbaikan Sesudah Perbaikan Dampak/ Hasil
Pekerja tidak
melakukan
pengukuran,
tidak hati-hati
dan tidak teliti
Mengadakan
SOP
Ketenagakerjaan
mencakup alur
pekerjaan
Adanya SOP
ketenagakerjaan
Menurunnya
tingkat kesalahan
pekerja saat
proses produksi
76
Pada Tabel 12 pelaksanaan usulan perbaikan pada faktor manusia mengadakan
SOP ketenagakerjaan. SOP ini berisikan tentang prosedur apa saja yang harus di
jalankan dan dikerjakan oleh setiap pekerja atau karyawan di CV. Bumidaya Utama
berdasarkan bidangnya masing-masing. Sebelum dilakukan perbaikan, pekerja
sering kali tidak melakukan pengukuran, pekerja tidak teliti, dan pekerja tidak hati-
hati. Hal ini dikarenakan belum adanya SOP yang berlaku khusus untuk pegawai.
Maka dari itu pembuatan dan pelaksanaan SOP pada Gambar 9 yang dicoba
terapkan selama 2 bulan menghasilkan menurunnya tingkat kesalahan pekerjaan
saat berlangsungnya proses produksi.
Gambar 9. Standar Operasional Prosedur Ketenagakerjaan
77
Tabel 13. Pelaksanaan Usulan Perbaikan pada Faktor Material/ Bahan Baku Permasalahan Perbaikan Sesudah Perbaikan Dampak/ Hasil
Pisang ambon
terlalu kecil dan
besar, terlalu
matang, stock lama
dan pisang tidak
matang
Harus ditambahkan
SOP penerimaan
barang khusus
buah pisang ambon
Adanya SOP penerimaan
khusus pisang ambon
Tidak memudahkan
pisang ambon yang
berkualitas buruk
diterima
pada Tabel 13 pelaksanaan usulan perbaikan pada faktor material atau bahan
baku ini dengan mengadakan SOP penerimaan barang khusus pisang ambon. SOP
ini berisikan tentang kegiatan dan prosedur-prosedur penerimaan pisang ambon
yang bersifat umum dan semua mitra harus menjalankannya. Sebelum dilakukan
perbaikan sering terjadi masalah pada material yaitu pisang ambon yang dikirim
oleh mitra. Masalah yang sering dihadapi yaitu pisang ambon terlalu besar, terlalu
kecil, terlalu matang, stock lama dan pisang lama.
Masalah ini sering terjadi akibat tidak terkendalinya penerimaan buah dari
mitra, di tambah dengan tidak terkontrolnya para pekerja di perusahaan,
mengakibatkan banyaknya jenis penyebab pengembalian dari ukuran tidak sesuai,
bonyok atau lembek dan matang tidak merata. Dengan diadakannya SOP
penerimaan khusus pisang ambon pada Gambar 10 maka setelah diterapkan selama
2 bulan, hasil yang didapatkan dengan tidak memudahkan pisang ambon yang
berkualitas buruk di terima.
78
Gambar 10. Standar Operasional Prosedur Penerimaan Pisang Ambon
Selanjutnya pada Tabel 14 pelaksanaan usulan perbaikan pada faktor mesin
atau peralatan terdapat empat penyebab masalah yaitu alat tidak memadai, kemasan
masih menggunakan peti kayu, wadah tidak standard dan obat tidak sesuai. Berbeda
dengan faktor manusia dan material, untuk faktor mesin dan alat ini memiliki empat
masalah yang harus di perbaiki masing-masing, tidak bisa dengan satu perbaikan
akan memperbaiki 4 masalah sekaligus.
79
Tabel 14. Pelaksanaan Usulan Perbaikan pada Faktor Mesin/ Peralatan Permasalahan Perbaikan Sesudah Perbaikan Dampak/ Hasil
Alat tidak memadai
Melakukan
pengadaan alat-
alat yang
menunjang
selama proses
produksi
Adanya alat-alat yang
dibutuhkan selama proses
produksi berupa alat
pengukur
Mengurangi
kesalahan
pekerja saat
grading
Kemasan masih
menggunakan peti kayu
Menggunakan
kemasan yang
tidak
memudahkan
pisang ambon
rusak
Menggunakan alas daun
pisang yang mengelilingi
peti kayu
Menghindari
benturan dengan
benda keras
Wadah tidak dipisahkan
Melakukan
pengadaan
wadah khusus
untuk pencucian
dan
pencampuran
obat
Tidak dicampurnya wadah
untuk pencucian dengan
wadah untuk pencampuran
obat
Mengurangi
kerusakan
pisang ambon
80
Obat tidak sesuai
Penggunaan
ichipon 480 sl
(ethrel 40 PGR)
Penggunaan ethrel 40 PGR
berupa ICHIPON 480 sl
Mengurangi
kerusakan buah
saat proses
pematangan
Perbaikan akan dilakukan dengan diadakannya alat pengukuran pisang ambon
berbentuk kotak dengan 3 ukuran sesuai kelasnya, diadakannya alat-alat yang
dibutuhkan selama produksi berlangsung, hasil yang didapatkan yaitu mengurangi
kesalahan pekerja saat melakukan grading dan sortasi. Lalu menggunakan kemasan
peti kayu dengan di tambahkan alas daun pisang (mengelilingi), hasil yang
didapatkan mengurangi kerusakan akibat benturan benda keras tidak dicampurnya
wadah pencucian dengan wadah untuk pencampuran obat, hasil yang didapatkan
mengurangi kerusakan pada pisang ambon saat proses pencucian dan pencelupan
kedalam etherl dan terakhir membeli obat pada toko resmi dengan hasilnya
mengurangi kerusakan pisang ambon.
Tabel 15. Pelaksanaan Usulan Perbaikan pada Faktor Metode Permasalahan Perbaikan Sesudah Perbaikan Dampak/ Hasil
Tidak adanya
SOP
Mengadakan SOP
khusus pisang
ambon, baik dari
penerimaan dari
mitra, penanganan
bahan mentah,
penanganan proses
pematangan,
pengemasan dan
pengiriman
Adanya SOP khusus pisang
ambon
Mengurangi
kesalahan yang
dapat terjadi saat
proses
penerimaan
barang,
penanganan
sampai
pengiriman ke
konsumen
Tidak
menggunakan
alat yang baku
Handling proses
Pencampuran
obat tidak merata
81
Pada Tabel 15 pelaksanaan usulan perbaikan pada faktor metode terdapat
empat masalah yakni tidak ada SOP, tidak menggunakan alat yang baku dan
kurangnya koordinasi pekerja, handling proses kemudian pencampuran obat tidak
homogen dan hasil pencelupan tidak merata. Dari keempat masalah yang ada
didasari dari tidak adanya SOP yang mendukung untuk berlangsung kegiatan.
Gambar 11. SOP Penanganan dan Penyimpanan Pisang Ambon
Untuk itu perbaikan akan dilakukan dengan mengadakan SOP khusus pisang
ambon, baik penerimaan dari mitra pada Gambar 10, penanganan dan penyimpanan
82
pisang ambon, penanganan proses pematangan Gambar 11, pengemasan dan
pengiriman pada Gambar 12, dengan hasil mengurangi kesalahan yang dapat terjadi
saat proses penerimaan barang, penanganan sampai pengiriman ke konsumen.
Dengan diterapkannya ketiga SOP yang ada selama 2 bulan di CV. Bumidaya
Utama ini, maka hasil yang didaptkan mengurangi kesalahan yang dapat terjadi saat
proses penerimaan barang, penanganan sampai pengiriman ke konsumen
Gambar 12. Standar Operasional Prosedur Pengeluaran Pisang Ambon
83
5.4 Analisis Pengaruh Upaya Pengendalian Mutu
Setelah melaksanakan penanggulangan masalah dengan usulan perbaikan dan
dilaksanakan selama 2 bulan pada bulan Agustus-September 2016, maka
selanjutnya adalah mengevaluasi hasil perbaikan dengan melihat persentase jumlah
pengembalian setiap jenisnya. Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat ada perbedaan
yang signifikan antara diagram batang sebelum upaya perbaikan dan sesudahnya.
Untuk jenis ukuran tidak sesuai frekuensi sebelum upaya perbaikan adalah 8,13%
sedangkan sesudah perbaikan menjadi 2,44%. Lalu jenis pengembalian bonyok atau
lembek menurun juga dari 5,37% sebelum dilakukannya upaya perbaikan dan
1,56% sesudah perbaikan. Kemudian jenis pengembalian matang tidak merata
dengan 7,61% ssebelum upaya perbaikan menjadi 1,66% setelah perbaikan
dilakukan. Untuk kulit hitam dari 0,11% menjadi 0,05%, mentah dari 0,12%
menjadi 0,05%, busuk dari 0,10% menjadi 0,06%, jenis tidak sesuai dari 0,09%
menjadi 0,05%, kulit bitnik-bintik dari 0,11% menjadi 0,06% setelah perbaikan.
Gambar 13. Diagram Batang Perbandingan Sebelum dan Sesudah Upaya
Perbaikan
8,13
5,37
7,61
0,11 0,12 0,10 0,09 0,11 0,11
2,44
1,56 1,66
0,05 0,05 0,06 0,05 0,06 0,060,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
per
sen
tase
(%
)
Data Persentase Pengembalian
Sebelum
Sesudah
84
Dari Gambar 15 dapat dilihat perbandingan antara data sebelum dengan data
sesudah upaya perbaikan dilakukan. Terjadi penurunan batas kendali. Jika di peta
kendali sebelum perbaikan terdapat 6 (enam) titik yang melewati batas dengan
central line (CL) berada di titik 0,211, upper control line (UCL) berada di titik
0,376 dan lower control line (LCL) berada di titik 0,046 terdapat pada lampiran 5.
Sedangkan peta kendali sesudah pemberian usulan perbaikan kualitas hanya
terdapat 2 (dua) titik yang melewati batas dengan central line (CL) berada di titik
0,057, upper control line (UCL) berada di titik 0,147 dan lower control line (LCL)
berada di titik -0,033 atau bisa ditulis dengan 0 karena LCL < 0 dikatakan dengan
0 (nol) terdapat pada lampiran 6.
Gambar 14. Perbandingan Peta Kendali Sebelum dan Sesudah Perbaikan
Dan berdasarkan Gambar 16 tentang data pesentase total pengembalian dapat
ditarik kesimpulan bahwa adanya perubahan yang terjadi pada persentase
pengembalian pisang ambon yang dilakukan oleh konsumen. Perubahan ini
menunjukkan ke arah yang positif dikarenakan terjadi penurunan persentase
pengembalian yang sebelumnya dengan total 21,7 % menjadi 5,99 %.
0,00
0,20
0,40
0,60
1 6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56
pretest
0,00
0,20
0,40
1 5 9 131721252933374145495357
Posttest
85
Gambar 15. Data Persentase Total Pengembalian Sebelum dan Sesudah Perbaikan
Sedangkan untuk mengetahui apakah pengendalian mutu yang dilakukan dapat
berpengaruh dengan pengembalian pisang ambon oleh konsumen, dengan hipotesis
yang ada bahwa H0 yaitu Upaya pengendalian mutu pisang ambon tidak dapat
meminimalisasi tingkat pengembalian oleh konsumen dan Ha adalah Upaya
pengendalian mutu pisang ambon dapat meminimalisasi tingkat pengembalian oleh
konsumen. Maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t, berikut ini adalah
data persentase pengembalian sebelum dan sesudah perbaikan selama 60 hari.
Tabel 16. Rangkuman Uji t Hasi Pretest dan Postest Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
99% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Sebelum
Pengendalian –
Sesudah
Pengendalian
14.9233 10.1105 1.3053 12.3115 17.5352 11.433 59 .000
Sumber : Output SPSS, diolah
21,7
5,99
0
5
10
15
20
25
Sebelum sesudah
Fre
ku
ensi
(%
)
DATA PERSENTASE PENGEMBALIAN
86
Tabel diatas menunjukan thitung > ttabel pada taraf signifikansi 1% dilihat dari
harga thit sebesar 11.433 dan ttab sebesar 2.66176 pada taraf signifikansi 1%, jika
thit > ttab maka Ho di tolak, artinya hasil pretest dari upaya pengendalian pisang
ambon menunjukkan dapat meminimalisasi tingkat pengembalian oleh konsumen.
87
BAB VI
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada CV. Bumidaya Utama,
maka dapat dibuat kesimpulan brdasarkan tujuan yang telah ditetapkan dan saran-
saran baik bagi perusahaan maupun bagi peneliti. Kesimpulan dan saran yang dapat
diambil dari penelitian adalah sebagai berikut :
6.1 Kesimpulan
1. Jenis-jenis pengembalian yang terjadi pada pengiriman pisang ambon
berdasarkan volume pengembalian yaitu ukuran tidak sesuai terdapat
pengembalian sebesar 37,37%, jenis bonyok atau lembek 34,98%, matang
tidak mrata 24,71%, kulit hitam 0,53%, mentah 0,52%, busuk 0,50%, jenis
tidak sesuai 0,48%s, kulit bintik-bintik 0,47%, dan pisang kembar 0,43%.
2. Rancangan usulan perbaikan dikelompokkan menjadi 4 (empat) bagian. Usulan
perbaikan untuk faktor Manusia CV. Bumidaya Utama mengadakan SOP
Ketenagakerjaan. Faktor Material CV. Bumidaya Utama mengadakan SOP
penerimaan barang khusus buah pisang ambon. Faktor Mesin atau peralatan
CV. Bumidaya Utama melakukan pengadaan alat-alat yang menunjang selama
proses produksi, menggunakan kemasan peti kayu dengan ditambahkan alas
daun pisang yang mengelilingi, melakukan pengadaan wadah khusus untuk
pencucian dan pencampuran obat serta membeli obat pada toko resmi. Faktor
Metode CV. Bumidaya Utama mengadakan SOP khusus pisang ambon, baik
88
penerimaan dari mitra, penanganan bahan mentah, penanganan proses,
pematangan, pengemasan dan pengiriman.
3. Penerapan usulan perbaikan yang dilakukan selama 2 (dua) bulan di CV.
Bumidaya Utama, memiliki dampak atau hasil setiap faktornya. Dampak atau
hasil dari adanya SOP ketenagakerjaan diterapkan pada faktor manusia maka
menurunnya tingkat kesalahan pekerja saat proses produksi berjalan. Dampak
atau hasil dari adanya SOP penerimaan khusus pisang ambon pada faktor
material maka tidak memudahkan pisang ambon yang berkualitas buruk
diterima. Dampak atau hasil dari adanya alat pengukur pada faktor mesin atau
peralatan maka mengurangi kesalahan pekerja saat grading dan sortasi, adanya
alas berupa daun pisang yang mengelilingi maka menghindari benturan dengan
benda keras (peti kayu), adanya wadah yang dipisahkan antara wadah
pencucian dan wadah untuk pencampuran obat maka mengurangi kerusakan
pisang saat pencucian dan pencelupan pada etherl dan adanya kewajiban
pembelian obat etherl 40 PGR pada toko resmi maka mengurangi kerusakan
matangnya pisang ambon. Dampak atau hasil dari adanya SOP khusus pisang
ambon baik dari kedatangan pisang oleh mitra, penanganan, sampai
pengiriman ke konsumen pada faktor metode maka mengurangi kesalahan
yang dapat terjadi saat proses penerimaan barang, penanganan, sampai
pengiriman ke konsumen.
4. Terjadinya penurunan pengembalian oleh konsumen dari 8,13% menjadi
2,44% pada pengembalian ukuran tidak sesuai, 5,37% menjadi 1,56% pada
pengembalian bonyok atau lembek, 7,61% mejadi 1,66% pada matang tidak
89
merata, 0,11% menjadi 0,05% pada kulit hitam, 0,12% menjadi 0,05% pada
mentah, 0,10% menjadi 0,06% pada busuk, 0,09% menjadi 0,05% pada jenis
tidak sesuai, lalu 0,11% menjadi 0,06% pada kulit bintik-bintik, dan terakhir
0,11% menjadi 0,06% pada pengembalian pisang kembar. Dilihat secara
menyeluruh dari pengembalian menurun dari 21,7% menjadi 5,99%.
6.2 Saran.
1. Pada dasarnya pengendalian kualitas yang dilaksanakan sudah menghasilkan
penurunan pengembalian pisang ambon yang signifikan. Namun prinsip
continuous improvement harus terus diterapkan agar menghasilkan hilangnya
pengembalian yang terjadi (zero defect). Secara umum penyebab utama
terjadinya pengembalian berasal dari faktor manusia. Hal tersebut berdasarkan
pengamatan yang dilakukan dimana pengembalian pada pisang ambon terjadi
berjalannya proses produksi baik dari mitra petani atau pengumpul sampai
ditangan konsumen yang mana semua proses dilakukan oleh pekerja. Oleh
karena itu, usaha-usaha untuk mengatasi terjadinya pengembalian yang
disebabkan oleh faktor-faktor tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
- Melakukan pengawasan atas para pekerja dengan lebih ketat
- Membuat sistem penilaian kerja yang baru dengan tujuan untuk
memotivasi kinerja para pekerja agar lebih baik
- Memberikan pelatihan kepada para pekerja
90
DAFTAR PUSTAKA
AgroMedia, Redaksi. 2009. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta: PT. Agromedia
Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Assaury, Sofyan. 2005. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: LP FE UI
Badan Pusat Statistik. 2015. Tingkat Konsumsi dan Produksi Buah Pisang Ambon
dalam Angka. http://bps.go.id diakses pada 25 Februari 2016
Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI 01-4229. Standar Mutu Pisang Ambon.
http://bsn.go.id diakses pada 1 Juni 2016
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Kandungan Gizi Pisang.
http://depkes.go.od diakses pada 1 Juni 2016
Departemen Perindustrian. 2007. Gugus Kendali Mutu. http://Kemenperim.go.id
diakses pada 10 Oktober 2016
Durianto, Darmadi. 2004. Brand Equity, Ten Strategy Memimpin Pasar. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama
Fakhir, Al Faiz. 2010. Analisis Pengendalian Produksi di PT. Masscom Grahpy
dalam Upaya Mengendalikan Tingkat Kerusakan Produk Menggunakan
Alat Bantu Statistik. [Skripsi-S1] Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro
Gospers, Vincent. 2006. Total Quality Manajement (TQM). Jakarta: PT. Gramedia
Pusaka Utama
Gulo, W. 2010. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia
Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi
Aksara
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untul Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika
Hermawan, Andri. 2012. Analisis Defect Pada Proses produksi dengan metode
QCC (Quality Control Cycle) dan Seven Tools di PT. Hilon Surabaya (Studi
Kasus Finishing Produk Matras). [Skripsi-S1] Fakultas Teknologi Industri
Prodi Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran
91
Ivanto, Muhammad. 2012. Pengendalian Kualitas Produksi Koran Menggunakan
Seven Tools pada PT. Akcaya Pariwara Kabupaten Kubu Raya. [Skripsi-
S1] Fakultas Teknik Prodi Teknik Elektro Universitas Tanjungpura
Kementerian Perdagangan. 2015. Penjualan dan Perkembangan Buah Pisang.
http://kemendag.go.id diakses pada 10 Oktober 2015
Lubis, Rizky Perdana, Poerwanto, Anizar. 2013. Usulan Perbaikan Kualitas
Produk CPO dengan Menggunakan Konsep Keizen di PT. XYZ. Jurnal
Teknik Industri FT USU. 2(1): 24-31
Lukman, Sampara. 2000. Manajemen Kualitas Pelayanan, Jakarta : STIA-LAN
Press
Nasution, M. N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia
Prabawati, Sulusi., Suyanti, dan Setyabudi, Dodi A. 2008. Teknologi Pascapanen
dan Teknik Pengolahan Buah Pisang. Jakarta: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian
Prahasta, Arief. 2009. Agribisnis Pisang. Bandung: CV. Pustaka Grafika
Prawirosentoso, Suryadi. 2002. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Prihantoro, Rudy. 2012. Konsep Pengendalian Mutu. Bandung: PT. Remaja
Rossakarya
Priyatno, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20.
Yogyakarta: Andi.
Rahmawati, Suciana. 2012. Analisis Pengendalian Kualitas Gula di PG Tasikmadu
Kabupaten Karang Anyar. [Skripsi- S1] Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Suhartanto, Rahmad., Sobir., dan Harti, Heri. 2012. Teknologi Sehat Budidaya
Pisang. Bogor: Pusat Kajian Holtikultura Tropika, LPMM-IPB
Supranto, Johannes. 1997. Metode Riset. Jakarta: PT. Rineka Cipta
92
Suyanti dan Supriyadi, Ahmad. 2008. Pisang,Budidaya, Pengolahan dan Prospek
Pasar. Depok: Penebar Swadaya
STIE PGRI Dewantara. 2007. Eksis Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis. Jombang :
STIE PGRI Dewantara
Tarihoran, Nova, Khawarita, Aulia. 2013. Analisis Pengendalian Kualitas pada
Proses Perebusan dengan Menerapkan QCC. Jurnal Teknik Industri FT
USU. 3(1): 41-46
Tjiptono, Fandy. 2004. Prinsip-prinsip Total Quality Service (TQS). Yogyakarta :
Andi Offset
Triguno. 1997. Budaya Kerja, Meningkatkan Lingkungan yang Kondusif untuk
Meningkatkan Produktifitas Kerja. Jakarta: Golden Terayon Press.
Wignjosoebroto, Sritomo. 2003. Pengantar Teknik dan Manajemen Industri.
Surabaya: Guna Widya
_____________________. 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya:
Guna Widya
Yamit, Zulian. 2010. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta: Ekonisia
Yuri, T dan Nurcahyo, Rahmat. 2013. TQM Manajemen Kualitas Total dalam
Prespektif Teknik Industri. Jakarta: Indeks
93
LAMPIRAN
94
Lampiran 1. Matrik Penelitian
No Tujuan Rumusan Data Sumber Data Instrumen Analisis Data
1. Mengetahui jenis
kerusakan pisang ambon
di CV. Bumidaya Utama
Jenis
pengembalian
Komoditi Pisang
Ambon
Pengiriman dan
pengembalian
pisang ambon
Wawancara Stratifikasi
2 Membuat rancangan
usulan perbaikan kualitas
pisang ambon pada CV.
Bumidaya Utama.
Rancangan
perbaikan
kualitas
Komoditi Pisang
Ambon
Pengembalian
pisang ambon
Wawancara Diagram Sebab-
Akibat, Diagram
Pareto
3. Menarapkan usulan
perbaikan kualitas pisang
ambon pada CV.
Bumidaya Utama.
Evaluasi
perbaikan
Komoditi Pisang
Ambon
Pengembalian
pisang ambon
Wawancara Tabulasi
4. Pengaruh keberhasian
penerapan pengendalian
kualitas
Keberhasilan
penerapan
Komoditi Pisang
Ambon
Pengembalian
pisang ambon
Wawancara Diagram Batang,
Peta Kendali,
Uji t
95
Lampiran 2. Matriks Instrumen Penelitian
96
Lampiran 2. Lanjutan
97
Lampiran 2. Lanjutan
98
Lampiran 3. Lembar Pengecekan Sebelum Perbaikan
99
Lampiran 3. Lanjutan
100
Lampiran 3. Lanjutan
101
Lampiran 4. Lembar Pengecekan Sesudah Perbaikan
102
Lampiran 4. Lanjutan
103
Lampiran 4. Lanjutan
104
Lampiran 5. Perhitungan Peta Kendali p sebelum perbaikan
105
Lampiran 5. Lanjutan
106
Lampiran 6. Perhitungan Peta Kendali p Sesudah Perbaikan
107
Lampiran 6. Lanjutan
108
Lampiran 7. Tabel untuk Uji t
109
Lampiran 7. Lanjutan
110
Lampiran 8. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penerimaan Pisang Ambon
Definisi Kegiatan yang dilakukan oleh penanggung jawab gudang untuk
mengatur dan memberi arahan tentang teknis penerimaan pisang
ambon kepada pekerja saat pisang ambon masuk ke warehouse
(gudang).
Tujuan Mengarahkan pekerja untuk melaksanakan penerimaan pisang
ambon sesuai prosedur (teknis).
Sasaran Pekerja di Warehouse
Penanggung
Jawab
Penanggung Jawab Warehouse
Masukan
yang
Dibutuhkan
Jadwal kedatangan dan spesifikasi buah pisang ambon yang akan
diterima dari supplier
Keluaran
yang
Dihasilkan
Proses penerimaan buah pisang ambon yang teratur dan tertib sesuai
teknis
Teknis 1. Penanggungjawab gudang tidak diperkenankan menerima pisang
ambon dari supplier tanpa disertai dengan bukti (nota).
2. Penanggungjawab gudang melakukan pengecekan atas barang
yang diterima, kualitas barang dilakukan pengecekan oleh pihak
internal yang berkompenten.
3. Penanggungjawab gudang membuat Surat Tanda terima pisang
ambon berdasarkan fisik barang yang diterima di gudang. Jika tidak
sesuai dengan surat jalan, maka surat jalan dari supplier harus direvisi
dan disesuaikan dengan fisik barang yang diterima di gudang. Surat
jalan yang telah direvisi tersebut ditandatangani oleh kedua belah
pihak.
4. Jika saat penerimaan pisang ambon, ditemukan adanya buah yang
rusak, atau spesifikasinya tidak sesuai, maka penanggungjawab
gudang berhak menolak barang dari supplier tersebut.
5. Penanggungjawab gudang segera membuat Berita Acara
(keterangan) atas kondisi pisang ambon yang diterima tersebut dan
menginformasikan serta menyerahkan berita acara tersebut kepada
Direktur perusahaan.
6. Berdasarkan informasi dari PJ Gudang, Direktur perusahaan
membuat Nota Pengembalian pisang ambon kepada Supplier
mengenai jumlah barang yang tidak masuk spesifikasi.
7. Supplier harus menyetujui Nota Pengembalian barang dan segera
mengambil barang tersebut dari gudang atau dibawa kembali oleh
kurir.
8. Direktur membuat persetujuan pembayaran dengan supplier.
111
Lampiran 9. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penempatan dan Penyimpanan
Pisang ambon di Warehouse
Definisi Kegiatan yang dilakukan oleh penanggung jawab gudang untuk
mengatur dan memberi arahan tentang teknis penempatan serta
penyimpanan Pisang ambon kepada pekerja saat barang baru masuk
ke warehouse (gudang).
Tujuan Mengarahkan pekerja untuk menempatkan dan menyimpan pisang
ambon sesuai prosedur (teknis).
Sasaran Pekerja di Warehouse
Penanggung
Jawab
Penanggung Jawab Warehouse
Masukan
yang
Dibutuhkan
Karakteristik pisang ambon yang akan disimpan ke Gudang
Keluaran
yang
Dihasilkan
Proses penempatan dan penyimpanan pisang ambon yang teratur dan
tertib sesuai teknis
Teknis 1. Kondisi lingkungan warehouse harus bersih dan tidak ada
kontaminan yang mempengaruhi kualitas buah.
2. Dilarang mencampur buah yang sudah busuk dengan buah yang
berkondisi baik karena bakteri busuk bisa menyebar ke buah yang
lainnya.
3. Jika ada buah yang terdeteksi busuk harus segera diangkat dan
dipisahkan dari warehouse.
4. Penempatan buah harus sesuai grade, meliputi ukuran dan
jenisnya.
- Pisang : Pisang Ambon Exlusive
Pisang ambon Special
Pisang ambon biasa
5. Spesifikasi penempatan dan penyimpanan :
Untuk penempatan pisang ambon berada di warehouse dalam yang
dilengkapi dengan AC (air conditioning) supaya suhu ruangnya
rendah dan matang. Sebelum dimasukkan ke dalam ruangan, pisang
mengalami proses pencelupan untuk proses pematangan lanjut,
kemudian dimasukan ke dalam peti dan masuk ke ruangan.
112
Lampiran 10. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengeluaran Persediaan
Pisang ambon
Definisi Kegiatan yang dilakukan oleh penanggung jawab gudang untuk
mengatur dan memberi arahan tentang teknis pengeluaran pisang
ambon kepada pekerja saat barang keluar dari warehouse (gudang).
Tujuan Mengarahkan pekerja untuk melaksanakan pengeluaran pisang
ambon sesuai prosedur (teknis).
Sasaran Pekerja di Warehouse
Penanggung
Jawab
Penanggung Jawab Warehouse
Masukan
yang
Dibutuhkan
Jadwal pengiriman dan kuantitas buah yang akan di-supply ke
konsumen besar (pabrik) berupa purchase order (PO) atau daily order
(DO).
Keluaran
yang
Dihasilkan
Proses pengeluaran buah yang teratur dan tertib sesuai teknis
Teknis 1. Konsumen Besar (Pabrik) mengajukan permintaan jumlah
barang berdasarkan jumlah permintaan di Purchase Order (PO)
atau Daily Order (DO).
2. PJ Gudang mengeluarkan barang berdasarkan metode FIFO
(First In First Out, artinya pisang ambon yang pertama masuk
ke warehouse berarti harus keluar terlebih dahulu.
3. Direktur mencatat setiap pengeluaran barang dalam system
dan mencetak Form/Faktur Pengeluaran Barang dan
ditandatangani oleh customer dan direktur.
4. PJ Gudang diperkenankan melakukan pengiriman
persediaan barang ke Pabrik (konsumen besar) hanya jika telah
mendapat persetujuan dari Direktur.
5. Jika terdapat pengembalian/pemotongan jumlah barang dari
Pabrik (konsumen besar), PJ Gudang ikut menghitung jumlah
pisang ambon yang dikembalikan dari pabrik dan mengganti
jumlah buah pada Faktur Pengiriman Buah sesuai dengan
jumlah yang diterima oleh pabrik setelah dilakukan
pengecekan.
113
Lampiran 11. Standar Operasional Prosedur (SOP) Ketenagakerjaan
114
Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian
Pembongkaran Muat Pisang Ambon dari Mitra
Kondisi Pisang ambon yang dikembalikan oleh Konsumen
115
Pencampuran Pisang Ambon mentah ke dalam wadah obat
Kondisi ruang penyekapan
116
Kondisi ruang pemotongan Pisang ambon
Pengukuran dan pengemasan pisang ambon