eko tugas 2
TRANSCRIPT
II. TINJAUAN PUSTAKA
Cara memperbanyak tanaman sangat banyak ragamnya. Mulai dari yang
sederhana sampai yang rumit. Ada yang tingkat keberhasilannya tinggi, ada pula
yang rendah. Ini semua sangat bergantung pada beberapa faktor, misalnya cara
perbanyakan yang kita pilih, jenis tanaman, waktu memperbanyak, ketrampilan
pekerja, dan sebagainya (Wudianto, 1991).
Pembiakan kawin merupakan pembiakan yang umum terjadi di alam, baik
secara sederhana maupun secara kompleks. Pembiakan generatif bunga mempunyai
peranan yang sangat penting karena dari bunga akan terjadi pada mekanisme
penyatuan sifat melalui perubahan kromosom dan komponen-komponennya, baik
susunan maupun fungsinya Jumin (1994).
Pembiakan secara seksual didahului oleh peristiwa penyerbukan, yaitu
penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang. Setelah berlangsung penyerbukan
proses kedua adalah pembuahan (fertilization). Pembuahan adalah salah satu
peristiwa penyatuan salah satu inti sperma (sperma nucleus) yang berasal dari pollen
tube dengan inti sel telur yang berasal dari di dalam embriosae. Penyatuan inti
sperma dengan inti sel telur ini akan menghasilkan zygota. Pada pembiakan seksual,
bersatunya sel gamet (sel reproduksi) akan terbentuk ragam genetik yang luas
(Jumin, 1994).
Pembiakan tak kawin berlangsung dengan cara pelepasan organ vegetatif dari
tumbuhan induknya yang kemudian tumbuh menjadi individu baru. Aseksual
berlangsung tanpa perubahan-perubahan kromosom. Sehingga sifat yang diturunkan
sama dengan sifat induknya Jumin (1994).
Perkembangbiakan tanaman biasanya dilakukan secara vegetatif. Sebab,
kalau perbanyakan dilakukan secara generatif dengan biji, hasilnya banyak yang
menyimpang dari induknya (Wijaya, 1985).
Okulasi sering juga disebut dengan menempel, ocultatie (Belanda) atau
budding (Inggris). Banyak jenis pohon buah-buahan yang dapat diokulasi, ada yang
mudah dilakukan dan ada yang susah dilakukan. Jenis tanaman seperti jeruk, apokat,
rambutan, durian, jambu biji dan mangga sangat mudah untuk diokulasi dan berhasil
dengan baik. Sedang buah seperti sawo, nangka, duku, dan pala jika diokulasi
pertumbuhan tunasnya sangat sulit. Jenis tanaman buah-buahan yang sampai saat ini
belum bisa diokulasikan adalah manggis (Wudianto, 1991).
Memindahkan sebuah mata tunas ke pangkal bawah tanaman lain yang
sejenis (famili) untuk memperoleh tanaman yang mempunyai sifat gabungan antara
kedua tanaman itu disebut okulasi. Asal mata tunas yang ditempelkan mempunyai
sifat tajuk yang baik dan batang bawah mempunyai perakaran yang kuat maka kedua
sifat baik itu tergabung pada satu tanaman Jumin (1994).
Kelebihan dari hasil okulasi adalah tanamannya lebih baik dari induknya.
Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai
perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan
dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran
yang kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai
batang pokok yang digunakan sebagai batang pokok yang akan ditempeli dan juga
batang bawah. Sedang tanaman yang mempunyai buah lezat diambil matanya untuk
ditempelkan pada batang pokok dan juga dikenal sebagai batang atas (Wudianto,
1991).
Menurut Sugito (1991) untuk mendapatkan hasil okulasi yang baik, beberapa
hal perlu diperhatikan, yaitu :antara batang atas dan batang bawah mempunyai sifat
kompobilitas yang tinggi di antaranya mempunyai kesamaan dalam hal: umur
batang, diameter batang dan lingkungan tumbuh tanaman induk. Suhu udara tempat
persemaian diusahakan stabil dan berkisar antara 20-23ºC,kelembaban udara dijaga
cukup tinggi untuk mempercepat pembentukan kalus bahan stek dan lingkungan
persemaian bebas dari hama dan penyakit (bial perlu disterilkan)diperlukan naungan
kelembaban udara di bawah naungan.Perbanyakan vegetatif untuk memperoleh
keturunan yang sama dengan tanaman induknya, sering dilakuakan dengan
mencangkok (Sutiyoso, 1995).
Orang-orang asing sering menyebut cangkok dengan air layerage atau aerial
layering (Inggris) dan marcottage (Prancis). Pembiakan dengan cara ini memang
terkenal sejak dahulu, bahkan dapat dikatakan suatu cara perkembangbiakan tertua di
dunia. Namun hasilnya sering mengecewakan pencangkokkannya, mereka ada yang
gagal hanya beberapa persen saja tapi bisa juga gagal total. Kegagalan ini dapat
dilihat dari bagian tanaman di atas keratan/luka yang kering atau mati. Untuk
menghindari kejadian seperti ini tentu kita perlu memperbaharui cara mencangkok
dan mencurahkan perhatian yang agak serius dengan kesabaran dan ketelitian
(Wudianto, 1991).
Translokasi hasil fotosintesa berlangsung melalui phloem (jaringan kulit
kayu) untuk diedarkan ke seluruh bagian tanaman. Kalau phloem diputuskan, maka
tanaman atau hasil fotosintesa akan terhenti, sehingga membentuk kallus. Kallus ini
apabila menyentuk media yang basah akan merangsang terbentuknya akar. Cabang
atau dahan tempat akan terbentuk jika dipotong dan dipindahkan ke tanah akan
diperoleh tanaman baru. Pekerjaan tersebut disebut mencangkok. Keuntungan yang
diperoleh dari mencangkok adalah tanaman yang baru sama dengan induknya dan
cepat memperoleh bibit yang diinginkan. Sedangkan kelemahannya adalah tidak
mempunyai perakaran yang kuat, memakan waktu yang banyak dan merusak pohon
induk asal cabang atau dahan (Jumin, 1994).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencangkok adalah umur batang tidak
terlalu tua atau muda; pohon kuat; sehat dan subur, mencangkok sebaiknya dilakukan
di musim penghujan dan diusahakan media cangkok tetap lembab. Pada mencangkok
dilakukan pengeratan cabang akar cadangan makanan yang terbentuk dari hasil
fotosintesis di daun akan tertahan dan menumpuk di bagian atas keratan yang
selanjutnya digunakan untuk intisari dan pembentukan akar (Ganner and Chaudri,
1976).
Cara stek banyak dipilih orang, apalagi bagi pengebun buah-buahan dan
tanaman hias. Alasannya karena bahan-bahan untuk membuat stek ini hanya sedikit,
tetapi dapat diperoleh bibit tanaman dalam jumlah banyak Wudianto (1991).
Bagian batang, cabang atau pucuk yang ditanamkan disebut stek. Stek
dibedakan menjadi stek batang, stek cabang, stek ranting, stek pucuk, stek daun, dan
stek tunas (Jumin,1994).
Orang-orang pandai sering mendefinisikan stek sebagai suatu perlakuan
pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman (akar, batang, daun, tunas)
dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Dari dasar itulah muncul stek
akar, stek batang, stek daun, stek umbi Wudianto (1991).
a. Stek batang
Sebagian orang menyebutnya dengan stek kayu, karena umumnya tanaman
yang dikembangbiakan dengan stek batang adalah tanaman berkayu. Untuk
memudahkan pertumbuhan akar stek ini kadang-kadang kita juga perlu mengikutkan
sebagian kayu dari cabang induk, sehingga bentuk stek batang ini tidak hanya lurus
tetapi bertumut atau dapat juga dibentuk seperti martil.
b. Stek daun
Untuk memperbanyak tanaman ini biasanya digunakan sehelai daun lengkap
dengan tangkainya. Contoh tanaman seperti ini adalah lidah mertua (Sanciviera sp),
tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara ini biasanya pada ujung daunnya akan
keluar tunas. Dan tunas inilah yang kita tanam.
c. Stek akar
Mengakarkan stek ini sebaiknya dilakukan pada musim dingin, sekalipun
tidak menutup kemungkinan adanya suatu jenis yang menyukai situasi yang hangat.
Stek akar muda akan berakar lebih cepat dan lebih baik bila dibandingkan dengan
stek akar sebesar pensil
d. Stek mata
Stek mata yang juga sering disebut stek tunas ini, sebenarnya merupakan stek
batang, hanya saja batang yang digunakan untuk stek hanya mempunyai satu mata.
Penyemaian stek in sebaiknya dilakukan di pot atau kotak kayu yang telah diisi
dengan pasir dan kompos dengan perbadingan 1:1.
e. Stek pucuk
Sesuai dengan namanya, stek pucuk ini diambil dari pucuk-pucuk batang
yang masih muda dan masih dalam masa tumbuh. Media yang digunakan merupakan
campuran kompos dengan pasir yang sudah bersih dan bebas dari penyakit. Bisa juga
digunakan media campuran pasir yang sudah bersih, tanah gembur dan sejenis
mineral yang disebut vermikulit.
f. Stek umbi
Dari sekian banyak umbi-umbian hanya separuh yangnya yang merupakan
tanamanberumbian sebenarnya atau sering disebut bulb. Sedang yang lainnya dapat
digolongkan dalam umbi palsu (corm), umbi batang (tubers), umbi akar (tuberous
root), dan akar batang (rhizomes).
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan stek antara lain
adalah kondisi lingkungan. Fisik dan fisiologi dari bahan yang digunakan sebagai
stek. Suhu dan kelembaban suatu media merupakan faktor lingkungan yang sangat
menentukan keberhasilan stek. Karena ketiga faktor ini mempunyai peranan yang
sangat penting dalam mempertahankan kesegaran stek serta mempengaruhi
pembentukan dan diferensiasi kalus menjadi akar. Stek yang akan digunakan secara
fisik harus sehat, kekar dan pertumbuhan normal. Sedangkan secara fisiologis, stek
harus mengandung cadangan makanan dan hormon tubuh yang cukup untuk
pembentukan akar tunas (Hartmann and Kaster, 1983).
Hormon alami yang terdapat di dalam jaringan stek pada umumnya kurang
memadai. Selain itu aktivitasnya relatif lambat sehingga tidak dapat langsung
berfungsi dengan cepat untuk menginduksi pembentukan akar. Oleh karena itu
diperlukan penambahan hormon yang berasal dari luar jaringan stek (Nickell, 1982).
Menyambung adalah menempelkan atau menyambung bagian tanaman ke
bagian lainnya sehingga tercapainya persenyawaan yang membentuk tanaman baru.
Seperti halnya pembiakan vegetatif lainnya, menyambung tidak mengubah susunan
genetis tanaman baru dan sama dengan tanaman induk. Menyambung ditujukan
untuk memperoleh tanaman yang cepat berbuah, memperbaiki bagian tanaman yang
rusak dan untuk memperbaiki sifat batang atas (Jumin, 1994).
Sedang yang dimaksud dengan sambung pucuk ialah penyatuan pucuk
(bagian atas tanaman) sebagai calon batang atas dengan batang bawah tanaman lain
yang semarga. Sehingga terbentuk tanaman baru yang compatatie (mampu) saling
menyesuaikan diri secara kompleks. Syarat yang harus dipenuhi oleh batang bawah
antara lain ialah : akarnya dalam, sehingga tahan kekeringan, tahan penyakit akar,
tumbuhnya cepat dan bisa bersatu dengan batang atasnya. Sedangkan tanaman yang
akan dijadikan batang atas harus berasal dari tanaman yang sudah terbukti bersifat
unggul (Wijaya, 1985).
Grafting atau ent merupakan istilah asing yang sering kita dengar itu,
pengertiannya ialah menggabungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman
yang berbeda sedemikian rupa, sehingga tercapai persenyawaan dan kombinasi ini
akan terus tumbuh membentuk tanaman baru (Wudianto, 1991).
Grafting dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu (Jumin, 1994):
a. Approach graft (penyambungan dekat) adalah menyambung dua tanaman yang
masing-masing tanaman masih berhubungan dengan akarnya. Bagian yang
digabungkan antara kedua tanaman itu adalah bagian atas saja. Setelah cukup
berumur barulah salah satu batang bawah dipotong atau sama sekali dibiarkan
terus sampai waktu tertentu.
b. In arching adalah penyambungan (penyusukan) yang masing-masing batang atas
dan bawah tetap berhubungan dengan akarnya. Hal ini untuk memperoleh yang
daya isap haranya tinggi.
c. Detached seron graft adalah batang atas lepas dari akarnya, diperoleh dari
tanaman lain untuk disambung pada tanaman lainnya yang menjadi batang
bawah.
d. Bridge grafting adalah penyambungan yang terbentuk seperti jembatan guna
mengganti kulit yang rusak.
Kondisi siap sambung, baik secara teknis maupun fisiologis banyak
dibentikan oleh kevigoran dan umur batang bawah. Batang bawah yang vigor akan
lebih cepat mencapai kondisi siap sambung karena memiliki kemampuan
pertumbuhnan yang lebih besar (Copeland, 1976).
Umur batang bawah berkaitan erat dengan kandungan cadangan makanan.
Dengan bertambahnya umur maka semakin banyak cadangan makanan yang
tertimbun dalam jaringan batang yang kandungan cadangan makanan dan hormon
tumbuhnya berimbang (Jawal et al., 1995).
III. BAHAN DAN ALAT
A. Bahan
Tanaman puring (Codiatum variegatum)
Tanaman jeruk (Citrus sp)
Tanaman pedang-pedangan (Sanciviera sp)
B. Alat
Pisau
Plastik
Tali
Polybag
Cuter
Kertas label
IV. CARA KERJA
1. Penyambungan Pucuk
Pada penyambungan pucuk yang pertama dilakukan adalah memilih dua jenis
tanaman Tanaman puring (Codiatum variegatum) yang cabangnya sama besar,
berdaun kecil umtuk scion dan berdaum lebar untuk stock. Memotong bagian pucuk
scion ini sebesar 10-15 cm tergantung besarnya cabamg. Kemudian mengurangi daun
scion dan memotong bagian pangkal scion membentuk huruf V atau membentuk
baji. Membelah stock ke bawah ke bawah (di bagian tengah batang) sepanjang 1-2
cm tergantung besarnya cabang. Setelah itu menyisipkan scion ke dalam stock dan
mengikatnya dengan tali. Dalam mengikat ini tidak boleh terlalu kuat atau kendor.
Bila sudah selesai, barulah membungkusnya dengan plastik untuk mengirangi
transpirasi pada scion.
2. Stek Daun
Stek daun dilakukan dengan pentiapan daun tanaman pedang-pedangan
(Sanciviera sp) dan media pasir. Memotong daun menjadi 3 bagian (ujung, tengan
dan pangkal). Kemudian menanam bagian stek daun tersebut ke dalam media yang
telah disiapkan. Untuk mempercepat pertumbuhan kita harus menyiram pasir.
3. Stek Batang
Stek batang dibuat dengan memilih bagian tanaman yang akan dijadikan
bahan stek dengan panjang kira-kira 10-15 cm dengan menyisakan satu daun saja,
memotong bagian pangkalnya dengan sudut kemiringan kira-kira 45º. Untuk
mengurangi ukuran luas daun maka memotong daun hingga tinggal setengah bagian.
Selain tiu disiapkan media tanamnya. Kemudian memasukkan bahan tanam berupa
stek tadi ke dalam sungkup harus selalu dalam keadaan tertutup rapat. Selanjutnya
dilakukan pemeliharaan tanaman dengan menjaga media tanam selalu berada pada
kapasitas lapangan serta memeriksa keberhasilan penyetekkan setelah satu bulan.
Stek yang hidup ditandai dengan tumbuhnya tunas daun dan munculnya akar.
4. Mencangkok
Mencangkok, langkah pertama yang dilakukan yaitu memilih cabang yang
telah dewasa dan bagus untuk dicangkok. Kemudian membuat sayatan pada kulit
cabang sepanjang 4-5 cm. Membuang kulit sayatan hingga kelihatan kayunya dan
membersihkan kambium. Selanjutnya menyiapkan plastik dan tali lalu mengikatkan
plastik pada bagian bawah sayatan dan mengikat bagian atasnya. Yang terakhir
adalah menyiram cangkokan agar tidak kering.
V. HASIL PENGAMATAN
VI. PEMBAHASAN
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman yang menggunakan
bagian-bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun. Beberapa cara
perbanyakan vegetatif yang dipergunakan dalam acara I praktikum kali ini adalah
penyambungan dan penempelan (Grafting dan Budding), mencangkok dan
menyetek. Perbanyakan dengan cara ini cukup efektif dalam rangka memperoleh
hasil keturunan yang lebih baik dibandingkan kedua induknya.
Menyambung memiliki beberapa pertimbangan-pertimbangan tertentu,
misalnya kita menginginkan tanaman baru yang mempunyai sifat persis seperti
induknya. Sifat ini meliputi ketahanannya terhadap hama dan penyakit, rasa buah
(khususnya untuk tanaman buah-buahan), keindahan bunga (untuk tanaman hias).
Karena kita tahu bahwa hasil cangkokan bisa dikatakan hampir seratus persen
menyerupai sifat induknya. Seandainya terdapat penyimpangan sifat, biasanya
disebabkan mutasi gen.
Dalam mencangkok ada keuntungan dan kerugiannya. Salah satu keuntungan
seperti yang telah disebutkan di muka, yaitu sifat tanaman baru sama dengan
tanaman induk. Selain itu nanti apabila hasil cangkokan ditanam pada tanah yang
permukaan air tanahnya tinggi, cangkokan dapat tumbuh baik. Keuntungan lain
adalah tanaman cepat menghasilkan buah dalam waktu yang relatif singkat. Selain
keuntungan di atas ternyata adapula kerugiannya. Yang pertama adalah cangkok
tidak dapat dilakuakan secara besar-besaran, karena jumlah dahan yang dapat
dicangkok dari sebuah pohon terbatas. Kerugian lain adalah kematian pada
cangkokan tinggi. Yang terakhir adalah waktu yang diperlukan untuk mencangkok
lama (sekitar satu sampai satu setengah bulan jika tidak menggunakan zat
perangsang).
Cara pencangkokan adalah dengan menyayat batang pohon induknya dengan
membersihkan kambium. Tujuan membersihkan kambium tersebut supaya akar dapat
tumbuh dengan baik. Apabila masih terdapat sisa kambium yang tertinggal maka
mungkin masih ada bagian xylem yang tertinggal sehingga masih ada aliran bahan
makanan sampai ke daun sehingga akar tidak terbentuk. Sedangkan tujuan dari
penyayatan adalah untuk memutus jaringan floem yang mengangkut sari-sari
makanan hasil fotosintesis. Dengan terputusnya jaringan floem maka pada luka
sayatan terjadi penimbunan makanan yang menyebabkan bagian tepi luka menebal
sehingga terbentuk kallus. Kallus ini apabila menyentuh media basah akan
merangsang terbentuknya akar. Karena syarat terbentuknya akar adalah adanya
makanan yang terkumpul di bagian sayatan tersebut yang digunakan untuk
pembentukan akar. Jaringan xylem yang mengangkut air dan garam-garam mineral
dari tanah tetap tidak terputus sehingga batang yang dicangkok tetap mendapat suplai
dari tanaman induk.
Setelah luka sayatan kering, bagian luka ditutup dengan kapasitas lapang.
Kemudian dibungkus dengan plastik diikat dengan tali yang rapat supaya lembab.
Kelembaban yang mantap akan sangat membentu pertumbuhan akar. Di samping itu
supaya tanah tidak mudah lepas serta akar yang tumbuh cukup aerasi dan drainase.
Pada percobaan ini kita menggunakan tanaman Puring (Codiatum
variegatum). Sebelum melakukan pencangkokan, pasti sudah tersirat dalam pikiran
kita untuk menghasilkan bibit cangkokan dari pohon terpilih. Ada beberapa syarat
agar tanaman hasil cangkokan memuaskan. Syarat tersebut antara lain pohon induk
umurnya sudah cukup, tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua. Ciri dari pohon yang
ideal diantaranya adalah jumlah cabang yang memenuhi syarat untuk dicangkok
sudah cukup; pohon induk harus sudah berbunga bagi tanaman hias bunga dan telah
berbuah sedikitnya tiga kali bagi tanaman buah-buahan; mempunyai sifat unggul;
batang halus; batang lurus ke atas; warna kecoklatan, karena pada batang kecoklatan,
kallus penutup luka akan lebih cepat terbentuk dan akar yang keluar juga akan cepat
terbentuk; syarat terakhir pohon yang akan dicangkok nampak kuat dan subur serta
tidak terserang hama penyakit yang dapat menggagalkan hasil cangkokan.
Setelah pemilihan batang induk, kita mengamati cabang yang tepat untuk
bibit cangkokan. Cabang yang baik untuk dicangkok adalah cabang yang ukurannya
tidak terlalu besar, cabang berwarna coklat dan kulitnya mulus. Pemilihan cabang
berukuran kecil bertujuan agar dari tiap pohon induk diperoleh belasan sampai
puluhan cangkokan dan bentuk pohon tidak akan rusak, selain itu jika dipindah di
lapangan akan kecil penguapan airnya.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat dilihat bahwa tingkat
keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cangkok cukup besar, yaitu 66,67 %
untuk tiap-tiap kelompok. Hal ini disebabkan karena:
1. Kebutuhan air yang tercukupi dengan jumlah yang tidak terlalu berlebihan.
2. Kebutuhan cahaya matahari tercukupi. Cahaya matahari ini diperlukan
tumbuhan untuk proses fotosintesis yang hasilnya ditransmisikan ke seluruh jaringan
melalui floem. Pada batang yang dicangkok dihilangkan floemnya menyebabkan zat-
zat hasil fotosintesis tidak dapat sampai ke perakaran tetapi terkumpul pada bagian
atas cangkok. Cadangan makanan tersebut digunakan tanaman untuk pertumbuhan
akarnya.
3. Curah hujan dan kelembaban yang sesuai.
4. Tanah yang cocok, yaitu bentukan hara yang tersedia bagi tanaman yang
dipengaruhi oleh kelarutan zat hara, pH tanah, tekstur tanah, jumlah bahan organik
yang ada.
5. Pemilihn batang induk yang baik dan memenuhi syarat untuk dicangkok.
6. Perawatan yang baik.
STEK BATANG
Perbanyakan stek batang adalah perbanyakan vegetatif dengan cara
memotong batang lalu ditanam pada media tanam yang sesuai dengan jenis
tanamannya. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman jeruk
(Citrus sp).
Syarat pemilihan batang yaitu batang berumur kurang lebih satu tahun karena
pada cabang yang terlalu tua sangat sulit untuk membentuk akar, sedangkan pada
cabang yang terlalu muda prosos penguapannya terlalu cepat sehingga stek menjadi
lemah dan mati. Ada tidaknya penyakit dalam cabang yang akan kita jadikan stek
juga harus kita perhatikan. Karena hal ini akan berpengaruh pada hasil stek yang kita
buat. Sebaiknya kita memilih batang yang berwarna hijau, cabang seperti ini
biasanya memiliki kandungan nitrogen dan karbohidrat yang tinggi sehingga
mempercepat petumbuhan akar.
Untuk pemotongan pada batang yang telah memenuhi syarat sebaiknya
pemotongan ini dibuat miring dengan sudut kemiringan 45° pada bagian atas
maupun bagian bawah. Pemotongan batang secara miring pada bagian atas ditujukan
untuk menjaga agar air yang jatuh dari atas tidak membuat batang busuk dan
pemotongan miring bagian bawah bertujuan untuk memperluas persinggungan antara
batang dengan media tanam. Untuk mengurangi tingginya penguapan pada tanaman
dapat dilakukan mengurangi jumlah daun yang terdapat pada batang yang akan
digunakan untuk stek.
Pangkal dipotong miring tersebut kemudian diberi zat pengatur tumbuh agar
pada pangkal batang tersebut nantinya cepat tumbuh akar. Sebelum batang
dimasukkan ke dalam media tanam perlu dibuat lubang pada tanah yang ukurannya
sesuai dengan diameter batang agar zat pengatur tumbuh tetap memempel pada
batang yang distek. Sehingga pada pangkal batang tersebut akan terang sang tumbuh
akar.
Media tanam yang digunakan yaitu pasir halus. Persentase keberhasilan stek
batang ini adalah 58,43 ± 17 %. Angka ini agak rendah, hal ini karena penyiraman
yang dilakukan tidak teratur. Padahal media pasir memerlukan penyiraman yang
rutin karena dalam keadaan kapasitas lapang pasir mudah kering.
STEK DAUN
Perbanyakan stek daun adalah perbanyakan vegetatif dengan cara
memotong daun tanaman menjadi beberapa bagian, lalu ditanam pada media tanam.
Potongan tersebut kemudian akan menjadi tanaman baru.
Cara perkembangbiakan ini banyak diterapkan pada tanaman hias, terutama
tanaman hias sukulen, daunnya tebal berdaging dan kandungan airnya tinggi.
Daun yang dipilih untuk stek ini harus yang telah cukup umurnya, dengan
demikian mempunyai kandungan karbohidrat cukup tinggi. Warna dari daun juga
dipilih yang hijau segar hal ini karena daun yang berwarna kekuningan menandakan
daun itu kekurangan Nitrogen yang akan sulit dalam membentuk perakaran.
Dalam percobaan ini menggunakan daun tanaman lidah mertua (Sanciviera
sp). Penyetekan dilakukan dengan memilih daun tanaman yang memenuhi syarat dan
memotong menjadi tiga bagian, yaitu ujung, tengah dan pangkal. Dalam pemotongan
diusahakan dilakukan satu kali iris stiap potongnya untuk menghindari terjadinya
kontaminasi.
Setelah dipotong ditancapkan pada media tanam yang telah disiapkan. Media
tanam yang digunakan adalah pasir halus yang mampu memberikan aerasi yang
cukup, mempunyai drainase yang baik dan beresiko kecil terkena jamur dan bakteri.
Hasil percobaan menunjukkan persentase keberhasilan stek daun ujung 58,33
±32 %, stek daun tengah 75 ± 17 %, stek daun upangkal 91,67 ± 17%. Persentase
keberhsilan stek daun ini cukup tinggi debandingkan dengan perbanyakan vegetatif
lainnya. Stek daun ini disimpan pada tempat yang lembab dan teduh yang terhindar
dari sinar matahari. Pada polybag diberi sungkup plastik yang fungsinya untuk
mengurangi transpirasi dan agar terhindar dari sinar matahari..
Pada prinsipnya cara perbanyakan tanaman dengan stek daun sama dengan
cangkok yaitu tanpa usaha untuk memperbaiki sifat sehingga diperoleh tanaman
dengan sifat sma dengan induknya. Keuntungan metode ini adalah bahan yang
digunakan sedikit tetapi dapat diperoleh bibit tanaman dalam jumlah banyak dan
caranya tidak begitu rumit sehingga mudah dilakukan oleh siapa pun.
SAMBUNG PUCUK
Sambung pucuk yang dilakukan dalam acara ini termasuk dalam “top
grafting” yaitu penyatuan pucuk (bagian atas tanaman” sebagai calon batang atas
dengan batang bawah tanaman lain yang masih satu marga sehingga membentuk
tanaman baru yang dapat menyesuaikan diri secara kompleks.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman puring
(Codiatum variegatum). Pertama-tama dipilih dua tanaman puring yang berbeda jenis
tetapi besar batang hampir sama. Kemudian dilakukan pemotongan batang bawah
sebagai stock dn membelah tengah-tengah batang. Pangkal batang lain sebagai scion
membentuk heruf “V” dan menyisipkan scion pada stock. Pada persambungan diikat
dengan tali yang bertujuan agar air tidak masuk di antara sisipan. Pada bagian scion
dilakukan pengurangan jumlah daun untuk mengurangi penguapan. Kemudian pada
bagian scion diberi sungkup plastik hingga menutupi penyambungan untuk
memperkecil resiko kegagalan dan memberi lubang pada plastik agar aerasi udara
tetap berjalan.
Dari hasil percobaan diperoleh persentase keberhasilan sambung pucuk
adalah 8,33 ± 14 %. Ketidakberhasilan pada sambung pucuk ini disebabkan
ketidaksesuaian antara scion dan stock sehingga memungkinkan air masuk di sela-
sela penyambungan yang menyebabkan rusaknya jaringan akibat sayatan. Pada
batang bawah perakarannya juga kurang dalam sehingga terjadi kekeringan.
VII. KESIMPULAN
1. Perbanyakan vegetatif yang bertujuan untuk mendapatkan hasil, yaitu
kualitas dan sifat-sifat tanaman yang sama dengan induknya dapat dilakukan
dengan cara stek batang, stek daun dan cangkok.
2. Untuk mendapatkan hasil yang beragam dan meningkatkan sifat-sifat
unggul tanaman dapat dilakukan dengan sambung pucuk (grafting).
3. Persentase keberhasilan stek batang adalah 58,34 %± 17%
4. Persentase keberhasilan sambung pucuk (grafting) adalah 8,33 % ± 14 %
5. dalam perbanyakan vegetatif umur tanaman lebih singkat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1984. Beberapa Cara Perbanyakan Vegetatif. Departemen Pertanian Balai Informasi
Pertanian. Ungaran. 92p.
Hadiati, S. 1994. Interaksi Antara Beberapa Macam Batang Bawah dan Batang Atas Pada
Pembibitan Rambutan (Nepheliumlappaceum L.). Penelitian Holtikultura 6 (3):1-11.
Jawal et al., 1995. Pengaruh Umur dan Varietas Batang Bawah Terhadap Keberhasilan Sambung
Mini Mangga Arum Manis. Penelitian Holtikultura 7(1):34-44.
Jumin, Hasan. Basri, 1994, Dasar-Dasar Agronomi, PT. Raja Garfindo, Jakarta. 140p
Sugito, L., Jawal. M., Wijaya. 1991. Pengaruh IBA dan Pengeratan Terhadap Keberhasilan Stek
Rambutan Binjai. Penelitian Holtikultura 4 (2):1-8.
Sutiyoso, Y. 1995. Mencangkok Pohon Buah. Trubus. XVI(187):192p.
Wijaya. 1985. Sambung Pucuk Untuk Tanaman Buah. Trubus. XVI(185):192p.
Wudianto. Rini, 1991. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta. 150p.