ekologi pertanian di biofarmaka

37
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Plasma nutfah tumbuhan mempunyai fungsi dan peranan yang penting bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Tanaman-tanaman lokal Indonesia sudah dikonsumsi masyarakat Indonesia secara turun temurun. Tanaman-tanaman tersebut dikonsumsi untuk pangan ataupun untuk kebutuhan obat. Masyarakat Indonesia sudah lama memanfaatkan berbagai tanaman untuk pengobatan. Tanaman biasanya digunakan menjadi ramuan-ramuan tertentu. Secara tradisional tanaman – tanaman tersebut diolah menjadi obat tradisional atau jamu. Saat ini tanaman-tanaman obat tersebut berkembang sangat pesat. Tanaman-tanaman obat dikembangkan dan dikemas menjadi obat-obatan modern dalam dunia kedokteran. Selain itu, tanaman- tanaman tersebut dikembangkan untuk terapi-terapi kesehatan. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa tanaman-tanaman tersebut memiliki kandungan-kandungan senyawa bioaktif untuk mencegah dan mengobati penyakit- penyakit tertentu . Tanaman yang bermanfaat sebagai tanaman obat ini sangat beragam. Keragaman tersebut baik secara keragaan tanaman maupun sifat-sifat tumbuhnya. Kebutuhan lingkungan tumbuh satu tanaman akan berbeda dari satu tanaman yang lainnya. Sehingga aspek-aspek ekologi dari komponen biotik maupun abiotik serta cara budidaya tanaman harus diperhatikan agar tanaman mampu tumbuh dengan baik dan optimal. Tujuan Mengenal dan mendeskripsikan berbagai jenis tanaman obat, komponen biotik dan abiotik pada ekosistem tanaman obat serta teknik budidaya yang diterapkan untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

Upload: rizkya-siti-rachmasari

Post on 01-Feb-2016

197 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Ekologi pertanian di biofarmaka

TRANSCRIPT

Page 1: Ekologi pertanian di biofarmaka

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Plasma nutfah tumbuhan mempunyai fungsi dan peranan yang penting bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Tanaman-tanaman lokal Indonesia sudah dikonsumsi masyarakat Indonesia secara turun temurun. Tanaman-tanaman tersebut dikonsumsi untuk pangan ataupun untuk kebutuhan obat.

Masyarakat Indonesia sudah lama memanfaatkan berbagai tanaman untuk pengobatan. Tanaman biasanya digunakan menjadi ramuan-ramuan tertentu. Secara tradisional tanaman – tanaman tersebut diolah menjadi obat tradisional atau jamu. Saat ini tanaman-tanaman obat tersebut berkembang sangat pesat. Tanaman-tanaman obat dikembangkan dan dikemas menjadi obat-obatan modern dalam dunia kedokteran. Selain itu, tanaman-tanaman tersebut dikembangkan untuk terapi-terapi kesehatan. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa tanaman-tanaman tersebut memiliki kandungan-kandungan senyawa bioaktif untuk mencegah dan mengobati penyakit-penyakit tertentu .

Tanaman yang bermanfaat sebagai tanaman obat ini sangat beragam. Keragaman tersebut baik secara keragaan tanaman maupun sifat-sifat tumbuhnya. Kebutuhan lingkungan tumbuh satu tanaman akan berbeda dari satu tanaman yang lainnya. Sehingga aspek-aspek ekologi dari komponen biotik maupun abiotik serta cara budidaya tanaman harus diperhatikan agar tanaman mampu tumbuh dengan baik dan optimal.

Tujuan

Mengenal dan mendeskripsikan berbagai jenis tanaman obat, komponen biotik dan abiotik pada ekosistem tanaman obat serta teknik budidaya yang diterapkan untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

Page 2: Ekologi pertanian di biofarmaka

TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum dapat diketahui bahwa tidak kurang dari 82% dari total spesies tumbuhan obat hidup di ekosistem hutan tropika dataran rendah pada ketinggian di bawah 1000 meter dari permukaan laut. Tumbuhan dapat digunakan sebagai obat-obatan karena tumbuhan tersebut menghasilkan suatu senyawa yang memperlihatkan aktifitas biologis tertentu. Senyawa aktif biologis itu merupakan senyawa metabolit sekunder yang meliputi alkaloid, flavonoid, terpenoid dan steroid (Tjahjohutomo 2001).

Tanaman obat tradisional merupakan tanaman yang dapat dipergunakan sebagai obat, baik yang sengaja ditanam maupun tanaman yang tumbuh secara liar. Tanaman tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diramu dan disajikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit. Secara umum di dalam tumbuhan obat (rimpang, akar, batang, daun, bunga, dan buah) terdapat senyawa aktif seperti alkaloid, fenolik, tripenoid, minyak atsiri, glikosida dan sebagainya yang bersifat antiviral, anti bakteri serta imunomodulator. Komponen senyawa aktif tersebut berguna untuk menjaga kesegaran tubuh serta memperlancar peredaran darah (Chasanah 2013). Efek samping dari penggunaan obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat. Ketepatan tersebut meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, dan ketepatan cara penggunaan, serta ketepatan dalam menerjemahkan informasi tentang penggunaan obat tradisional.

Page 3: Ekologi pertanian di biofarmaka

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu 9 September 2015 di Unit Kebun Konservasi Budidaya Biofarmaka Cikabayan Bawah.

Bahan dan Alat

Alat dan bahan yang digunakan adalah lahan biofarmaka di Cikabayan Bawah dan alat tulis.

Metode

Metode yang dilakukan dalam mengidentifikasi komponen ekosistem tanaman obat adalah sebagai berikut :1. Identifikasi berbagai jenis tanaman, catat keragaan tanaman dan catat kondisi

lingkungan.2. Ada 4 lokasi yang bisa dikunjungi, bagi mahasiswa menjadi 4 kelompok agar

kunjungan bisa bergantian ke-4 lokasi berikut :a. Kelompok tanaman yang umum di manfaatkan masyarakat (display)b. Kelompok tanaman tahunanc. Kelompok tanaman di pembibitand. Kelompok tanaman di lahan produksi

3. Mahasiswa mencatat berbagai tanaman obat yang ada, mengidentifikasi morfologi tanaman serta lingkungan tumbuh tanaman.

4. Mahasiswa melakukan pengamatan keragaan tanaman dan lingkungan tumbuh tanaman.

5. Mahasiswa mempelajari pustaka tentang manfaat tanaman, kondisi lingkunagn yang dibutuhkan, dan kandungan senyawa bioaktif.

6. Mahasiswa merangkum nhasil pengamatan, dan bandingkan antara komoditi.

Page 4: Ekologi pertanian di biofarmaka

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

KELOMPOK TANAMAN DI LOKASI DISPLAY1. Kumis Kucing (Orthosipon stamineus Benth)

Kumis kucing yang ada di areal display kondisinya menguning dan mulai mengering bahkan ada beberapa yang mati. Sehingga keragaan tanaman sedikit susah diamati.

Kumis kucing merupakan tanaman terna yang tumbuh tegak. Akar tanaman kumis kucing berakar pada buku-bukunya tetapi tidak tampak nyata. Batang tanaman berbentuk persegi empat agak beralur. Tinggi tanaman sekitar 1 m, menurut Rukmana (2000) tinggi tanaman dapat mencapai tinggi 2 m.

Daun-daun kumis kucing berwarna hijau, merupakan daun tunggal, bertangkai, berbentuk bulat telur, ada pula yang berbentuk belah ketupat memanjang seperti lidah tombak. Panjang daun 4 – 12 cm dan lebar 5 – 8 cm. Tepi-tepi daunnya bergerigi kasar tidak beraturan, ujung dan pangkalnya meruncing. Tepi daun dan tulang daun berbulu, warna tulang daun hijau, tetapi ada pula yang berwarna ungu (Kartasapoetra 1992). Daun-daun yang teramati di lapang areal display berwarna kuning serta sebagian sudah layu dan mati.

Kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berbulu pendek dan jara ng sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota berwarna ungu pucat atau putih, dengan ukuran panjang 13 – 27 mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek yang berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10 –18mm, panjang bibir 4.5 – 10 mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 – 2 mm (Rukmana 2000). Kumis kucing yang diamati di lapang tidak berbunga dan tidak berbuah.

Lingkungan tumbuh tanaman kumis kucing pada areal display dapat diamati dari komponen biotik dan abiotik. Komponen abiotik yang dapat diamati pada areal kumis kucing yaitu kumis kucing terserang hama dan penyakit yang menyebabkan daun-daun berlubang. Selain itu, areal tanam ditumbuhi banyak gulma seperti pakis-pakisan dan mimosa. Tanaman tapak dara yang berada di areal tanaman kumis kucing juga dianggapa sebagai gulma karena mengganggu pertumbuhan kumis kucng dan tidak seharusnya ada pada areal tersebut. Sedangkan komponen abiotik yang dapat diamati, yaitu tanah di areal tersebut mengalami kekeringan karena hujan yang kurang dan tidak kunjung tiba, suhu tinggi, dan kahat hara rendah. Gejala akibat komponen abiotik yang tidak baik tersebut adalah tanaman yang menguning serta sebagian sudah mulai mengering dan mati. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tanaman kumis kucing tidak tahan terhadap kekeringan dan cuaca yang ekstrim.

Sistem budidaya yang dapat diamati yaitu jarak tanam yang digunakan teratur. Jarak tanam yang digunakan berukuran 40 cm x 50 cm. Diharapkan dengan jarak tanam tersebut tajuk atau cabang-cabang tanaman tidak saling menutupi.

Page 5: Ekologi pertanian di biofarmaka

Kumis kucing dikenal sebagai tanaman yang dimanfaatkan untuk obat-obatan. Pemanfaatan daun kumis kucing sebagai obat dapat berupa daun kering atau basah. Di indonesia daun kering kumis kucing digunakan sebagai obat untuk melancarkan pengeluaran air kemih sedangkan di India digunakan sebagai obat rematik. Dalam dunia farmasi khasiat kumis kucing sangat beragam selain manfaat tersebut di atas. Kumis kucing bermanfaat untuk memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik), rematik, batuk, encok, demam, sembelit, sakit pinggang (Dalimarta 2003). Selain itu, kumis kucing dapat mengobati radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, infeksi saluran kencing (Cystitis), albuminuria, syphilis, hipertensi, amandel, keputihan, batu kantung empedu, menstabilkan gula darah, radang prostat, dan asam urat (Arief 2005). Tanaman kumis kucing ini bisa dimanfaatkan dengan cara-cara tradisional (jamu) atau modern (pil atau kapsul).

Tanaman kumis kucing membutuhkan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhannya. Tanaman kumis kucing tumbuh pada ketinggian 500 – 1.200 mdpl. Tanaman kumis kucing menghendaki iklim dengan curah hujan lebih dari 3000 mm/tahun, sinar matahari penuh tanpa ternaungi, kelembaban sedang dan suhu udara 28 0C – 34 0C. Tanaman kumis kucing membutuhkan kondisi tanah yang gembur, subur, banyak mengandung bahan organik. Tanah andosol dan latosol sangat baik untuk budidaya tanaman kumis kucing. Kemasaman tanah (pH) yang dikehendaki antara 5 – 7. Tata air dan udara dalam sistem budidaya harus baik (Rukmana 2000).

Kumis kucing banyak mengandung senyawa-senyawa bioaktif yang berguna dalam pengobatan. Daun kumis kucing mengandung minyak atsri 0,02 – 0,06 % yang terdiri atas 60 macam sesquiterpens dan senyawa fenolik. Sebesar 0,2% flavonoid lipofil dengan kandungan utama sinensetin, eupatorin, skutellarein, tetrametil eter, salvigenin, rhamnazin; glikosida flavonol, turunan asam kafeat (terutama asam rosmarinat dan asam 2,3-dikaffeoil tartarat ), metilripariokromen A, saponin serta garam kalsium (3%) dan myoinositol 4,9,13). Hasil ekstraksi daun dan bunga kumis kucing ditemukan metilripariokromen A atau 6-(7,8-dimetoksietanon).

Selain senyawa-senyawa tersebut, kumis kucing juga mengandung senyawa-senyawa golongan flavonoid, seperti sinensetin ( 5,6,7,3',4'- pentametoksi flavon), tetrametilskutellarein (5,6,7,4'-tetra metoksi flavon), 5-hidroks i 6,7,3',4' tetrametoksi flavone, Salvigenin (5-hidroksi-6,7,4'-trimetoksi flavon), Kirsimaritin (5,6-dihidroksi-7,4'-dimetoksi flavon), Pilloin (5,3’-dihidroksi-7,4’-dimetoksi flavon), dan Rhamnazin (3,5,4'-trihidroksi-7,3'-dimetoksi flavon).

2. Cincau hijau (Premna oblongifolia Merr.)Batang tanaman cincau hijau tumbuh tegak. Tanaman berupa tanaman

perdu. Cabang tanaman muncul sejak dari pangkal batang, cabang berjumlah banyak sehingga cukup rimbun dimana tajuk menyebar berbentuk V. Daun tanaman berbentuk oval lonjong berwarna hijau pucat dan panjang dengan tulang daun yang cukup besar. Daun cukup kaku dan tebal. Daun-daun tua berwarna hijau kekuning-kuningan sampai kuning kecokalatan. Daun tanaman ada yang bolong-bolong kemungkinan disebabkan oleh serangan hama.

Page 6: Ekologi pertanian di biofarmaka

Pembungaan berkelompok diujung ranting atau diketiak, dan dapat juga pada batang atau cabang yang besar. Bunganya berkelamin ganda, dengan makhkota berjumlah 4 – 5 helai. Kelopak bunga berjumlah 2 – 5 helai. Buah tidak berdaging dengan biji yang tidak memiliki endosperma (Anonim 2008). Bunga dan buah tidak ditemukan saat pengamatan di areal display.

Lingkungan tumbuh tanaman cincau hijau dapat diamati dari komponen biotik maupun abiotik. Komponen biotik yang dapat diamati pada areal tanam cincau hijau yaitu kondisi gulma yang jarang. Gulma yang jarang ada karena tajuk cincau hijau lebar sehingga gulma-gulma yang tidak tahan terhadap naungan tidak dapat tumbuh. Gulma pada areal tanam cincau hijau ini didominasi oleh gulma Axonopus compressus. Selain itu, tanaman cincau hijau yang ada terindikasi terserang oleh hama dengan gejala daun yang bolong meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak. Sedangkan komponen abiotik yang dapat diamati yaitu kondisi tanah yang mengalami kekeringan, suhu tinggi, dan kahat hara yang rendah. Namun, kondisi tanaman cincau hijau masih terlihat segar. Tanaman cincau hijau tampak dapat bertahan pada kondisi kekeringan. Selain itu, sepertinya tanaman cincau hijau memiliki perakaran yang cukup dalam sehingga mampu menyerap air tanah yang lebih dalam. Daun-daun cincau hijau mengalami rontok atau gugur yang merupakan salah satu adaptasi tanaman cincau hijau untuk mengurangi penguapan.

Di areal ini tanaman cincau hijau ditanam dengan jarak tanam yang teratur. Jarak tanam yang digunakan berukuran 50 cm x 60 cm. Hal ini karena tajuk tanaman lebar dan menyebar.

Cincau hijau dimanfaatkan sebagai salah satu bahan dalam pembuatan obat. Cincau hijau bermanfaat sebagai obat pasca persalinan, bengkak, pereda batuk, penurun panas, radang lambung, menghilangkan rasa mual, penurun darah tinggi, cacingan, peluruh haid, pusing, dan masuk angin. Cincau hijau juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan seperti agar-agar (Mardiah etal 2007).

Cincau perdu dapat tumbuh baik di daerah yang berketinggian 50 – 1000 meter di atas permukaan laut dengan kondisi tidak kekurangan air (Sunanto 1995).

Daun cincau mengandung serat pektin dan aktivitas antioksidan yang sangat tinggi. Daun cincau juga memiliki aktivitas anti radang lambung. Tanaman cincau kaya akan zat aktif flavonoid dan alkaloid (Sundari 2014). Bahkan ekstrak dari akar cincau mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Beberapa komponen yang berperan aktif dalam cincau adalah karotenoid, flavonoid, dan klorofil (Mardiah etal 2007).

3. Bawang Dayak (Eleuthorine americaca Merr.)Bawang dayak tumbuh berumpun, tinggi sekitar 40 cm. Menurut Winarto

(2007) tinggi bawang dayak dapat mencapai 50 cm. Batang tumbuh tegak atau merunduk, basah dan berumbi.

Umbi bawang dayak berbentuk lonjong. Umbi tersebut dapat juga berbentuk bulat telur. Umbi berwarna merah seperti umbi bawang merah. Menurut Winarto (2007) umbi bawang dayak dapat dikonsumsi setelah usia 6 bulan dengan tinggi 20 – 40 cm dan lebar 1,5 – 3 cm.

Page 7: Ekologi pertanian di biofarmaka

Daun bawnag dayak berbenntuk lonjong dan panjang. Ujung daun runcing dengan pangkal daun yang tumpul, pertulangan daun menyirip, warna daun hijau. Bunga bawang dayak berbentuk tunggal, berwarna putih. Bunga bawang dayak terlihat indah dengan 6 kelopak dan mekar pada sore hari dalam beberapa jam (Winarto 2007). Namun sayang pada pengamatan areal display tidak ditemukan tanaman bawang dayak yang sedang berbunga.

Lingkungan tumbuh bawang dayak di areal display dapat dilihat dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik yang paling jelas yaitu adanya petumbuhan gulma yang cukup banyak yaitu gulma-gulma golongan daun lebar. Komponen abiotik yang ada yaitu kondisi tanah yang kering, suhu yang tinggi, air yang kurang akibat tidak adanya hujan dalam waktu yang cukup lama. Bawang dayak mampu bertahan dalam keadaan kekeringan akibat hujan yang tidak kunjung turun. Bawang dayak ditanam dengan teratur. Jarak tanam yang digunakan berukuran 20 x 20 cm.

Bawang dayak berkhasiat sebagai bahan obat untuk pencegahan dan pengobatan penyakit. Bawang dayak dapat sebagai antikanker payudara, mencegah penyakit jantung, immunostimulan, antinflamasi, antitumor, dan anti bleeding agent. Bawang dayak juga digunakan sebagai tanaman hias. Hal tersebut karena bawang dayak memiliki bunga berwarna putih yang indah (Amanda 2014).

Bawang dayak memerlukan lingkungan yang optimum untuk mendukung pertumbuhannya. Bawang dayak dapat tumbuh daerah pegunungan dengan ketinggian anatara 600 – 2000 mdpl. Suhu yang cocok antara 18 – 35 0C. Tanah yang gembur dan subur serta kaya akan humus sangat baik untuk pertumbuhan bawang dayak. Kemasaman tanah berkisar 5,5 – 7,5. Aerasi dan drainase tanah harus selalu dijaga dalam kondisi yang baik (Dalimartha 2003). Bawang dayak tumbuh dan memberikan hasil lebih baik, jika ditanam pada lahan yang terkena cahaya penuh dibandingkan jika ditanam pada kondisi ternaungi. Tekstur tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman ini (jumlah anakan, jumlah umbi dan bobot segar umbi) adalah lempung berliat atau lempung liat berdebu (Yusuf 2009). Berdasarkan penelitian Raga et. al. (2012) menyatakan bahwa perlakuan jarak tanam 15 x 20 cm dengan umbi utuh memberikan hasil terbaik terhadap respon pertumbuhan.

Bawang dayak mengandung senyawa-senyawa bioaktif terutama pada umbinya. Berdasarkan penelitian Aulia (2003) menegaskan bahwa umbi bawang dayak mengandung senyawa terpenoid, flavonoid, antrakinon, dan kamarin. Selain itu, senyawa bioaktif lain yang terkandung dalam umbi dayak, yaitu alkanoid, steroid, glikosida, fenolik, saponin, triterpenoid, tannin, dan kuinon (Galingging 2009).

4. Maja (Aegle marmelos (L.) Correa)Maja memiliki habitus berupa pohon. Batang berkayu dan tegak dengan

tinggi sekitar 2 m. Tanaman maja dapat tumbuh mencapai tinggi 10 – 15 m. Bentuk batang bulat, bercabang, berduri, dan berwarna kekuningan. Daun tanaman maja cukup lebat dari bawah sampai ujung batang. Warna daun hijau tua, berbentuk lonjong dengan ujung dan pangkal yang runcing. Tepi daun bergerigi atau berlekuk tidak dalam. Tulang daun jelas. Panjang daun sekitar 4 – 7 cm dengan lebar 2 – 3,5 cm. Daun maja dapat mencapai panjang antara 4 –

Page 8: Ekologi pertanian di biofarmaka

13,5 cm. Bunga berupa bunga majemuk yang berbentuk malai. Buah berbentuk bola, diameter 5 - 12 cm, berdaging, dan berwarna coklat. Biji berbentuk pipih dan berwarna hitam. Akar tunggang berwarna putih kotor (BPOM RI 2008).

Lingkungan tumbuh tanaman maja dapat diamati dari komponen biotik maupun abiotik. Daun tanaman maja terlihat beberapa yang bolong kemungkinan disebabkan oleh hama. Jumlah gulma yang ada di areal tanaman maja sangat sedikit hanya terlihat gulma golongan rumput yakni Axonopus compressus. Serasah-serasah daun sangat banyak. Kompenen abiotik yang dapat diamati yaitu kondisi tanah yang terlihat kering namun cukup lembab dan teduh karena dinaungi oleh tajuk-tajuk tanaman maja, suhu tidak terlalu tinggi dan cukup teduh, cahaya matahari tidak terlalu banyak karena areal tanaman maja ternaungi oleh tanaman obat lain yang lebih tinggi. Tanaman maja dapat bertahan dari kondisi sekitar yang kering dengan kondisi tanaman yang maih segar. Karena bentuknya yang lebih mirip pohon memungkinkan perakaran yang cukup dalam sehingga mampu mencari air dari daerah sekitar yang lebih dalam.

Bagian-bagian tanaman maja dimanfaatkan sebagai bahan obat. Efek farmakologis akar maja diantaranya mengobati demam. Kulit batang dan akar mojo untuk obat jantung, stomakikum, dan sedatif. Daun maja untuk borok, kudis, eksim, bisul, abortif, demam, dan radang selaput lendir hidung. Buah maja untuk disentri dan diare, sedangkan kulit buahnya untuk pewangi (Nadiah 2014).

Tanaman maja terdapat di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Tanaman maja dapat tumbuh pada dataran rendah hingga ketinggian 500 mdpl. Tanaman maja dapat tumbuh di lingkungan lahan basah seperti rawa-rawa dan di lahan kering sampai ekstrim (Anonim 2014).

Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam maja di antaranya zat lemak dan minyak terbang yang mengandung linonen. Daging buah maja mengandung substansi semacam minyak balsem, 2-furocoumarins-psoralen, dan marmelosin (C13H12O). Buah, akar, dan daun maja bersifat antibiotik. Selain itu akar, daun, dan ranting digunakan untuk mengobati gigitan ular. Akar maja mengandung psoralen, anthotoxin, o-methylscopoletin, scopoletin, decursinol, haplonine, dan aegelinol. Daun maja mengandung a-limonene, 56%-a-8-phellandzene, sineol, 17% cyrnene, citonellol, citiol, 5% cumin aldehyde, alkaloids, o-(3,3-dimethylallyl)-halfordinol, n-2-ethoxy-2-(4-methoxyphenyl) ethylcinna-mide, n-2-methoxy-2-(4-3,3-dimethyalloxy) phennyl, ethylcinnamamide (Lambole etal 2010).

5. Mangkokan (Nothopanax scutellarium)Tanaman mangkokan berupa tanaman perdu yang tumbuh tegak dengan

tinggi 1 – 3 m. Batang berkayu, bercabang, bentuk bulat, panjang dan lurus. Batang-batang atau cabang yang diamati sebagian layu dan ada yang mengering. Pertumbuhannya terganggu. Mungkin karena kekurangan air.

Daun tanaman mangkokan berbentuk bulat berlekuk seperti mangkok. Tanaman ini berdaun tunggal, bertangkai, daun agak tebal. Daun berwarna hijau kekuning-kuningan sampai kuning dan jumlah daun sedikit/tidak rimbun. Hal tersebut kemungkinan karena kondisi kekeringan yang terlalu ekstrim. Pertulangan daun berbentuk menyirip, dan berbentuk hijau tua (Anonim 2005).

Page 9: Ekologi pertanian di biofarmaka

Areal tanaman mangkokan cukup terbuka karena tersinari cahaya penuh. Kondisi tanah kering, suhu yang tinggi, dan air yang kurang. Tanaman mangkokan seperti terserang hama. Gulma alang-alang (Imperata cylindrica) tumbuh cukup banyak dan mendominasi di areal tanaman mangkokan ini. Karena gulma tersebut suka dengan tempat-tempat terbuka dan tidak cukup ternaungi. Penanaman tanaman magkokan dilakukan secara teratur. Jarak tanam yang digunakan sekitar 60 cm x 60 cm.

Tanaman mangkokan bermanfaat untuk penyembuh radang payudara yang bernanah, luka, sukar kencing, dan penumbuh rambut serta mencegah kerontokan (Heyne 1987).

Tanaman mangkokan sering ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman pagar, walaupun dapat ditemukan tumbuh liar di ladang dan tepi sungai. Mangkokan menyukai tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit terlindung, dan dapat tumbuh pada ketinggian 1 – 200 mdpl (Anonim 2015).

Batang dan daun mangkokan mengandung kalsium-oksalat, peroksidase, amygdalin, fosfor, besi, lemak, protein, serta vitamin A, B1, dan C. Daun mangkokan mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol. Selain itu, daun mangkokan mengandung tanin, polifenol, dan saponin (Triguspita etal 2000).

KELOMPOK TANAMAN DI KONSERVASI1. Jati Mas (Tectona grandis Linn. F.)

Tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai 30 – 45 m. Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu berwarna kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Daun berbentung jantung dengan ujung meruncing dan permukaannya berbulu. Daun muda berwarna hijau kecoklatan, sedangkan daun tua berwarna hijau kebu-abuan. Bunga jati bersifat majemuk yang terbentuk dalam malai bunga yang tumbuh terminal di ujung cabang. Bunga bersifat actinomorfik, berwarna putih (Sumarna 2006).

Lingkungan tumbuh tanaman kepel pada areal koleksi dapat diamati dari komponen biotik dan abiotik. Komponen abiotik yang dapat diamati pada areal jati mas yaitu jati mas terserang hama dan penyakit yang menyebabkan daun-daun terdapat bercak kecoklatan. Selain itu, areal tanam ditumbuhi gulma seperti rumput-rumputan dan berdaun lebar.

Parutan kayu jati dapat dimanfaatkan sebagai teh untuk menyembuhkan penyakit kolera dengan dicampuri asam jawa. Daun jati memiliki beberapa khasiat antara lain sebagai obat radang tenggorokan, sakit sendi, dan memiliki beberapa kandungan kimia seperti flavonoid, saponin, tanin galatin, tanin katekat, kuinon dan steroid atau triterpenoid. Flavonoid yang banyak terkandung dalam tanaman jati adalah quersetin dengan kadar 0,023%. Ekstrak biji jati dapat digunakan sebagai penumbuh rambut serta dapat menumbuhkan lebih banyak folikel rambut daripada minoxil. Ekstrak kulit batang jati dapat digunakan sebagai obat alami penurun kadar glukosa darah. Ekstrak daun jati dapat digunakan sebagai penyembuh luka, obat anemia, dan menambah ketahanan osmotik pada sel darah merah (Jaybhaye 2010).

Secara umum tanaman jati idealnya ditanam di areal dengan tofografi yang relatif datar (hutan dataran rendah) atau memiliki kemiringan lereng kurang dari 20%, selain itu tanaman jati membutuhkan iklim dengan curah hujan

Page 10: Ekologi pertanian di biofarmaka

minimum 750 mm/tahun, optimum 1000 – 1500 mm/tahun dan maksimum 2500 mm/tahun. Walaupun demikian, tanaman jati masih dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 3750 mm/tahun. Suhu udara yang dibutuhkan tanaman jati minimum 13-170C dan maksimum 39-430C. Pada suhu optimal, 32-420C, tanaman jati akan menghasilkan kualitas kayu yang baik. Adapun kondisi kelembaban lingkungan tanaman jati yang optimal sekitar 80% untuk fase vegetatif dan antara 60-70% untuk fase generatif (Asmayannur 2012).

2. Seligi (Phyllanthus buxifolius Muell.)Tanaman seligi memiliki batang tegak, bulat, dan berkayu. Daun seligi

berbentuk bulat telur dan berwarna hijau, bagian ujung meruncing, sedangkan bagian pangkal tumpul, tepi daun rata. Bunga seligi muncul di ketiak daun, menggantung, bertangkai pendek, benang sari banyak, dan bakal buah beruang enam.

Tanaman seligi digunakan sebagai obat nyeri terkilir oleh masyarakat. Daun seligi memiliki efek farmakologi dan memiliki aktivitas immunodulator serta dapat digunakan sebagai analgesik pada sendi terkilir, kandungan kimia yang terdapat pada daun seligi antara lain: flafonoid, saponin, polifenol (Safitri dan Hastuti 2014).

3. Kepel (Stechocarpus burahol (bl.) Hook. f.&.th)Tanaman kepel memiliki batang tegak, dengan percabangan datar atau

agak datar. Daunnya berbentuk lonjong atau lanset, berwarna hijau, permukaan daun tidak berbulu. Bunganya berwarna putih dan tumbuh pada tonjolan-tonjolan di batang. Buah kepel berbentuk bulat dan berwarna coklat merata. Buah tumbuh pada batang pohon dengan bergerombol.

Lingkungan tumbuh tanaman kepel pada areal koleksi dapat diamati dari komponen biotik dan abiotik. Komponen abiotik yang dapat diamati pada areal kepel yaitu kepel terserang hama dan penyakit yang menyebabkan daun-daun terdapat bercak hitam dan putih serta daun menggulung. Selain itu, areal tanam ditumbuhi gulma seperti rumput-rumputan dan berdaun lebar.

Tanaman kepel bagian buahnya dapat digunakan sebagai antiseptik luka berupa perasan buat tersebut. Buah kepel mengandung saponin, polifenol, dan flavonoid, senyawa tersebut diketahui memiliki aktivitas sebagai antimikroba, antiinflamasi, antivirus dan antioksidan (Pribadi 2014). Daerah kertaon, kepel telah digunakan sebagai bahan parfum, yaitu dengan mengkonsumsi buahnya dapat membuat bau keringat menjadi wangi, bau nafas menjadi harum, bahkan dapat mengharumkan bau air seni. Kegunaan kepel yang lain adalah untuk pencegahan kehamilan (alat kontrasepsi), peluruh kencing dan mencegah radang ginjal (Tisnadjaja 2006). Kepel digunakan sebagai obat untuk menurunkan kadar asam urat dan diuretik. Selain itu, sebagian masyarakat memanfaatkan daunnya sebagai campuran teh (Wildan dan Mutiara 2013).

Kepel tumbuh liar pada tanah lembab dan dalam, di hutan-hutan sekunder di Jawa. Dibudidayakan sebagai pohon buah pada ketinggian mencapai 600 mdpl. Jenis ini dapat tumbuh baik di sela-sela rumpun bambu, yang di tempat itu pohon-pohon lain tidak mampu bersaing.

Page 11: Ekologi pertanian di biofarmaka

4. Binong (Hernandia peltata Meissn.)Tinggi binong mencapai 15 m. Batang tegak, berkayu, bulat, percabangan

simpodial, dan berwarna putih kotor. Daun berwarna hijau, tunggal, tersebar, lonjong, panjang 15 – 22 cm, lebar 9 – 11 cm, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, dan pertulangan menyirip. Bunga berwarna putih, majemuk, berbentuk malai, terdapat dua bunga jantan di pinggir dan bunga betina di tengah, terletak di ketiak daun, mahkota berjumlah delapan helai, benangsari empat buah, kepala sari bulat, dan putik berbentuk gada. Buah kotak, bulat, dan berwarna hijau. Biji bulat, pipih, dan berwarna coklat. Akar tunggang dan berwarna kuning kecoklatan.

Lingkungan tumbuh tanaman kepel pada areal koleksi dapat diamati dari komponen biotik dan abiotik. Komponen abiotik yang dapat diamati pada areal binong yaitu binong terserang hama dan penyakit yang menyebabkan daun terdapat bercak kehitaman dan daun terbakar berwarna merah, serta terdapat walang sangit.

Biji binong dapat digunakan untuk mengobati masuk angin. Di Maluku, batang binong digunakan untuk menghendikan pendarahan. Di India, daun binong yang dihaluskan dapat digunakan untuk menyembuhkan sakit maag, mengobati rasa nyeri dan luka. Lignan yang terdapat dalam binong diketahui sebagai agen antineoplastic, sedangkan alkaloid benzylisoquinoline memiliki aktivitas antiplasmodial yang berpotensi sebagai antimalaria. Penelitian lain mengungkapkan bahwa ekstrak metanol daun binong berkhasiat sebagai analgesik dan antiinflamasi.

5. Sawo Manila (Manilkara zapota)Sawo manila adalah pohon buah yang dapat berbuah sepanjang tahun dan

dapat tumbuh hingga setinggi 30 – 40 m. Bunga tunggal terletak di ketiak daun dekat ujung ranting, menggantung, sisi luarnya berbulu kecoklatan, berbilangan enam. Daun tunggal, terletak berseling, sering mengumpul pada ujung ranting. Helai daun bertepi rata, sedikit berbulu, hijau tua mengkilap, bentuk bulat telur jorong sampai agak lanset, pangkal dan ujungnya bentuk baji, tulang daun utama menonjol di sisi sebelah bawah. Bercabang rendah, batang sawo manila berkulit kasar abu-abu kehitaman sampai coklat tua. Seluruh bagiannya mengandung lateks, getah berwarna putih susu yang kental. Buah buni bertangkai pendek, bulat, bulat telur atau jorong, coklat kemerahan sampai kekuningan di luarnya bersisik-sisik kasar coklat yang mudah mengelupas. Berkulit tipis, daging buah lembut, coklat kemerahan sampai kekuningan, manis dan mengandung banyak sari buah (Juwita 2013).

Lingkungan tumbuh tanaman kepel pada areal koleksi dapat diamati dari komponen biotik dan abiotik. Komponen abiotik yang dapat diamati pada areal sawo manila yaitu sawo manila terserang hama dan penyakit yang menyebabkan daun menggulung dan batang ditumbuhi lumut.

Buah sawo mengandung asam folat yang diperlukan tubuh manusia untuk pembentukan sel darah merah. Asam folat juga membantu pencegahan terbentuknya homosistein yang sangat berbahaya bagi kesehatan, selain itu, buah ini juga baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Buah ini digunakan sebagai obat penyakit tipus yang menyebabkan demam tipoid

Page 12: Ekologi pertanian di biofarmaka

(Mustary 2011). Kandungan senyawa yang terdapat dalam sawo manila adalah tanin dan flavonoid.

Sawo manila banyak ditanam di daerah dataran rendah, meski dapat tumbuh dengan baik hingga ketinggian sekitar 2500 m di atas permukaan laut. Pohon sawo tahan terhadap kekeringan, salinitas yang agak tinggi, dan tiupan angin keras. Sawo dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, akan tetapi pada umumnya terdapat satu atau dua musim berbuah puncak (Juwita 2013).

KELOMPOK TANAMAN DI PEMBIBITAN1. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)

Tumbuhan semusim, dengan tinggi 50-90 cm, cabang berbentuk segi empat. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, bentuk lanset, pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas daun berwarna hijau tua, bagian bawah daun berwarna hijau muda, panjang 2-8 cm, lebar 1-3 cm. Bunga tumbuh dari ujung batang atau ketiak daun, berbentuk tabung, kecil-kecil, warnanya putih bernoda ungu. Memiliki buah kapsul berbentuk jorong, panjang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam, bila masak akan pecah membujur menjadi 4 keping. Biji gepeng, kecil-kecil, warnanya cokelat muda. Tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan dengan biji atau stek batang (Yuniarti 2008).

Sambiloto dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 900 m di atas permukaan laut, dengan naungan jati, pinus dan glirisidae. Sambiloto dapat hidup pada pH agak masam (dataran rendah dan menengah) sampai masam (dataran tinggi); C organik rendah (dataran rendah) sampai sedang (dataran menengah dan tinggi). Unsur hara di habitat sambiloto: N sedang, P rendah, K sedang, Mg rendah, sedangkan Ca rendah sampai sangat rendah (Pujiasmanto 2007).

Daun sambiloto bermanfaat untuk menurunkan demam tinggi dan malaria. Selain itu, daun tumbuhan sambiloto berkhasiat untuk mengatasi hepatitis, infeksi saluran empedu, disentri basiler, tifoid, diare, influenza, radang amandel (tonsilitis), abses paru, radang paru (pneumonia), radang saluran napas (Bronkitis), radang ginjal akut (pielonefritis akut), radang telinga, kencing nanah (gonore), kencing manis (diabetes melitus), tumor trofoblas (trofoblas ganas), serta tumor paru, kanker: penyakit trofoblas seperti kehamilan anggur (mola hidatidosa), batuk rejan (pertusis), sesak napas (asma), darah tinggi (hipertensi) (Yuniarti 2008). Tumbuhan sambiloto berkhasiat sebagai obat amandel, obat asam urat, obat batuk rejan, obat diabetes melitus, obat hipertensi, hepatitis, stroke, TBC, menguatkan daya tahan tubuh terhadap serangan flu babi dan flu burung.

2. Torbangun (Coleus amboinicus Lour.)Daun bangun-bangun memiliki ciri-ciri bertulang lunak, beruas-ruas,

melingkar, dengan diameter sekitar 15 mm, bagian tengah dan ujungnya sekitar 10 mm ± 5 mm, dapat berkembang- biak dengan mudah. Daun yang masih segar bentuknya tebal, berwarna hijau tua, kedua permukaan daun licin. Daun bangun-bangun termasuk dalam keluarga Lamiaceae, berkerabat dengan kemangi, selasih dan daun mint. Berperawakan pendek yang dapat mencapai ketinggian 50 cm, sukulen, berbatang lunak, berhelai daun tebal berbulu,

Page 13: Ekologi pertanian di biofarmaka

tepinya bergerigi dan keseluruhan bagian tanaman memancarkan wangi yang kuat (gembong 2007).

Pengembangbiakan tanaman ini dapat dilakukan dengan cara stek dan dapat ditanam dalam pot maupun ditanam langsung di tanah. Daun bangun-bangun tumbuh di tempat-tempat yang tidak terlalu banyak kena sinar matahari dan airnya cukup (tidak terlalu kering).

Di luar penggunaan kuliner, di Nusantara daun bangun-bangun sudah turun-temurun digunakan secara tradisional sebagai obat perangsang semangat dan untuk mengatasi rasa lelah, meredakan asma, batuk, demam, perut kembung, sakit kepala, sariawan dan rematik.

Kandungan zat aktif dalam daun bangun-bangun antara lain barbatusin, barbatusol, koleol, forskolin, dan phytosterol. Efek farmakologis tanaman ini adalah penghilang rasa sakit, penurun panas dan antiseptik, serta penyegar. Tanaman ini mengandung berbagai jenis flavonoid yaitu quercetin, apigenin, luteolin, salvigenin, genkwanin. Daun tanaman ini juga telah dibuktikan sebagai antiinflamasi karena bekerja menghambat respon inflamasi yang diinduksi oleh siklooksigenase, juga terbukti sebagai anti kanker dan anti tumor.

3. Jintan hitamTanaman jintan hitam merupakan tanaman semak dengan ketinggian lebih

kurang 30 cm. Ekologi dan penyebaran tanaman ini tumbuh mulai dari daerah Levant, kawasan Mediterania timur sampai ke arah timur Samudera Indonesia, dan dikenal sebagai gulma semusim dengan keanekaragaman yang kecil. Budidaya perbanyakan tanaman dilakukan dengan biji.

Berdaun runcing, bercabang, bergaris (namun garis daunnya tidak seperti ciri daun tumbuhan). Bentuk daun lanset garis (lonjong), panjang 1,5 sampai 2 cm. Merupakan daun tunggal yang ujung dan pangkalnya runcing, tepi berigi dan berwarna hijau. Pertulangan menyirip dengan tiga tulang daun yang berbulu seperti pada Gambar genus Nigella pada umumnya yang memiliki garis daun seperti benang).

Kandungan biji jintan hitam antara lain: timokuin, timohidrokuinon, ditimokuinon, thymol, carvacrol, nigellicine, nigellidine, nigellimine-N-oxide dan alpha-hedrin. Beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam jintan hitam merupakan senyawa yang berperan sebagai antioksidan dan mampu menangkal radikal bebas.

Biji jintan hitam kerap digunakan sebagai salah satu bahan bumbu dapur sebagai peluruh keringat, peluruh kentut, obat perangsang, peluruh haid, sertamemperlancar air susu ibu (Junaidi 2002).

4. Tempuyung (Sonchus arvensis L.)Tempuyung tumbuh liar di tempat terbuka yang terkena sinar matahari

atau sedikit terlindung, seperti di tebing-tebing, tepi saluran air, atau tanah terlantar, kadang ditanam sebagai tumbuhan obat. Tumbuhan yang berasal dari Eurasia ini bisa ditemukan pada daerah yang banyak turun hujan pada ketinggian 50 - 1.650 m, tinggi 0,6 - 2 m, mengandung getah putih, dengan akar tunggang yang kuat. Batang berongga dan berusuk. Daun tunggal, bagian bawah tumbuh berkumpul pada pangkal membentuk roset akar. Helai daun

Page 14: Ekologi pertanian di biofarmaka

berbentuk lanset atau lonjong, ujung runcing, pangkal bentuk jantung, tepi berbagi menyirip tidak teratur, panjang 6 - 48 cm, lebar 3 - 12 cm, warnanya hijau muda.

Tempuyung memiliki daun tunggal, tidak bertangkai, helaian daun berbentuk lonjong atau berbentuk lanset, berlekuk menjari atau berlekuk tidak teratur; pangkal daun menyempit atau berbentuk panah sampai berbentuk jantung; pinggir daun bergerigi tidak teratur; permukaan daun sebelah atas agak kasar dan berwarna lebih pucat; panjang daun 6 cm sampai 48 cm, lebar daun 2 cm sampai 10 cm.

Kandungan kimia yang terdapat di dalam daun tempuyung adalah ion-ion mineral antara lain, silika, kalium, magnesium, natrium, dan senyawa organik macam flavonoid (kaempferol, luteolin-7-O-glukosida dan apigenin-7-O-glukosida), kumarin (skepoletin), taraksasterol, inositol, serta asam fenolat (sinamat, kumarat dan vanilat).

Khasiat yang terkandung dalam tempuyung adalah sebagai batu saluran kencing, batu empedu, disentri, wasir, rematik goat, radang usus buntu (apendisitis), radang payudara (mastitis), bisul, beser mani (spermatorea), darah tinggi (hipertensi), luka bakar, Pendengaran kurang (tuli), memar (Depkes RI 1997).

5. Daun dewaDaun dewa tergolong tumbuhan semak yang subur pada ketinggian 0 –

1000 m diatas permukaan laut. Tinggi tumbuhan ini bisa mencapai 50 cm. Daunnya tunggal bertngkai pendek berbentuk bulat telur berujung lancip. Kedua permukaan daun berambut dengan warna putih. Warna permukaan atas daun berwarna hijau tua, sedangkan permukaan bawah daun berwarna hijau muda. Bunganya terletak di bagian ujung batang berwarna kuning berbentuk bonggol.

Efek farmakologis daun dewa adalah antikoagulan (koagulan adalah zat yang mempermudah dan mempercepat pembekuan darah), mencairkan bekuan darah, stimulasi sirkulasi, menghentikan pendarahan, menghilangkan panas, dan membersihkan racun. Daun dewa mengandung zat saponin, minyak atsiri, flavonoid, dan tanin. Efek farmakologis didapatkan dari seluruh tanaman. Daun dewa juga dapat mengatasi kejang pada anak dan beberapa jenis pendarahan. Untuk mengatasi luka terpukul, keterlambatan datang bulan bagi wanita, pendarahan pada wanita, pembengkakan payudara, batuk, dan muntah darah yaitu dengan cara seluruh tanaman daun dewa ditumbuk atau direbus, lalu airnya diminum. Bila anak-anak mengalami kejang, berikan minuman air dari satung batang daun dewa. Bagian daunnya dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kulit dan tumor. Untuk mengatasi kutil, haluskan daun dan ditempelkan pada bagian yang sakit dan biarkan hingga keesokan harinya. Untuk mengatasi tumor, makanlah daun dewa sebagai lalapan. Untuk mengatasi kanker, buatlah ramuan dari 30 gram daun dewa segar, 20 gram temu putih, 30 gram jombang yang direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, lalu disaring dan airnya diminum.

Page 15: Ekologi pertanian di biofarmaka

KELOMPOK TANAMAN DI LAHAN PRODUKSI1. Jati belanda

Tanaman jati belanda dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, dari tanah subur hingga berbatu, tetapi pertumbuhan terbaik ada di dataran rendah pada tipe tanah alluvial dan liat. Tanaman ini ditemukan di hutan kering maupun basah, biasanya merupakan vegetasi dari hutan sekunder. Lingkungan tumbuhnya pada daerah dengan ketinggian 0 – 1200 m dari permukan laut dengan curah hujan tahunan 700 – 1500 mm dan musim kering 4 – 7 bulan.

Jati belanda adalah komoditas yang sangat menjanjikan, tetapi kurangnya perhatian sehingga menajdikanya kurang dikenal oleh publik. Jati belanda adalah tanaman yang berakar tunggang dengan keras, bulat, memiliki banyak alur, berwarna hijau keputih putihan. Daunnya berbentuk lanset hingga bulat telur dengan panjang dan lebar mencapai 22,5 cm x 10 cm. Memiliki mahkota bunga berwarna kuning dengan bentuk bunga bulat agak ramping dan berbau wangi, panjang ganggang bunga kurang lebih 5 cm berwarna ungu tua terkadang kuning tua. Buahnya berbentuk kotak, bulat, keras, berduri dibagian pangkal buah, berambut, berwarna hijau saat belum masak dan berwarna hitam saat sudah masak.

Daun Guazuma ulmifolia berkhasiat sebagai obat pelangsing tubuh. Bijinya sebagai obat mencret. Obat pelangsing tubuh dipakai ± 20 gram serbuk daun Guazuma ulmifolia, diseduh dengan satu gelas air matang panas, setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum sehari dua kali sama banyak pagi dan sore. Buah atau daun berkhasiat membantu pengobatan diare, batuk, dan nyeri perut. Kulit batang bermanfaat membantu pengobatan diaforetik dan bengkak kaki. Penelitian terbaru menunjukkan Guazuma ulmifolia digunakan untuk menurunkan hiperlipidemia. Jati belanda juga memiliki bau aromatik yang lemah karena mengandung kafein sterol dan asam fenolat. Senyawa tanin dan musilago yang terkandung dalam tanaman jati belanda dapat mengendapkan mukosa protein yang ada didalam permukaan intestin (usus halus) sehingga mengurangi penyerapan makanan. Dengan demikian, proses obesitas (kelebihan berat badan) dapat dihambat. Musilago juga bersifat pelicin atau pelumas sehingga makanan tidak diberi kesempatan untuk diabsorbsi atau diserap (Sulaksana dan Jayusman 2005).

Tanaman jati belanda merupakan salah satu tanaman obat yang banyak digunakan masyarakat sebagai obat tradisional. Kandungan kimia dari tanaman jati belanda adalah seluruh bagian mengandung bahan aktif seperti tanin dan musilago. Kandungan bahan aktif yang juga diketahui terdapat pada hampir semua bagian tanaman adalah ß-sitosterol, kafein, friedelin-3a-asetat, friedelin- 3ß-ol, terpen, triterpen, karotenoid, resin, glukosa, asam lemak, asam fenolat, zat pahit, karbohidrat, serta minyak lemak. Daun dan kulit batang jati belanda mengandung alkaloida, flavonoida, saponin, dan tanin. Sementara kulit batang mengandung 10% zat lendir, 9.3 % damar-damaran, 2.7% tanin, beberapa zat pahit, glukosa dan asam lemak (Sulaksana dan Jayusman 2005).

2. Pegagan Centella asiatica merupakan tanaman herba tahunan, tanpa batang tetapi

dengan rimpang pendek dan stolon-stolon yang melata, panjang 10 – 80 cm. Daun tunggal, tersusun dalam roset yang terdiri dari 2 – 10 daun, kadang-

Page 16: Ekologi pertanian di biofarmaka

kadang agak berambut, tangkai daun panjang sampai 50 mm, helai daun berbentuk ginjal, lebar, dan bundar dengan garis tengah 1 – 7 cm, pinggir daun beringgit sampai beringgit-bergerigi, terutama ke arah pangkal daun. Perbungaan berupa payung tunggal atau 3 – 5 bersama-sama keluar dari ketiak daun kelopak, gagang perbungaan 5 – 50 mm, lebih pendek dari tangkai daun. Bunga umumnya 3, yang ditengah duduk, yang disamping bergagang pendek, daun pelindung 2, panjang 3 – 4 mm, bentuk bundar telur, tajuk berwarna merah lembayung, panjang 1-1,5 mm, lebar sampai 0,75 mm. Buah pipih, lebar lebih kurang 7 mm dan tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna kuning kecoklatan, berdinding agak tebal.

Pegagan merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh menjalar dan berbunga sepanjang tahun. Tanaman akan tumbuh subur bila tanah dan lingkungannya sesuai hingga dijadikan pennutup tanah. Jenis pegagan yang banyak dijumpai adalah pegagan merah dan pegagan hijau. Pegagan merah dikenal juga dengan antanan kebun atau antanan batu karena banyak ditemukan di daerah bebatuan, kering dan terbuka. Pegagan merah tumbuh merambat dengan stolon (geragih) dan tidak mempunyai batang, tetapi mempunyai rhizoma (rimpang pendek). Sedangkan pegagan hijau sering banyak dijumpau di daerah pesawahan dan disela-sela rumput. Tempat yang disukai oleh pegagan hijau yaitu tempat agak lembab dan terbuka atau agak ternaung.

Daun pegagan ini memiliki sifat manis dan sejuk. Sementara efek farmakologisnya adalah anti-infeksi, antitoxic, penurun panas, peluruh air seni. Karena efek farmakologis tersebut pegagan secara turun temurun sering dijadikan sebagai obat tradisional.

Kandungan kimiawinya terdiri dari asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahminoside, brahmic acid, madasiatic acid, meso-inositol, centellose, carotenoids, garam-garam mineral seperti garam kalium, natrium, magnesium, kalsium, besi, vellarine dan zat samak.

3. Meniran (Phyllanthus niruri)Meniran tumbuhan berasal dari daerah tropis yang tumbuh liar di hutan-

hutan, ladang-ladang, kebun-kebun maupun pekarangan halaman rumah. Pada umumnya tidak dipelihara karena dianggap tumbuhan rumput biasa. Meniran tumbuh subur ditempat yang lembab pada dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.

Meniran adalah tumbuhan semusim yang tumbuh tegak, bercabang cabang, dan tingginya mencapai 50 cm. Meniran memiliki batang yang bulat berwarna hijau dengan diameter mencapai 3 cm. Tanaman ini berdaun majemuk yang berseling, berbentuk bulat telur dan tepi daun rata, panjang dan lebar mencapai 1,5 cm dan 7 mm dan berwarna hijau. Bunga tunggal tumbuh pada ketiak daun dan menghadap kebawah, menggantung dan berwarna putih, memiliki daun kelopak berbentuk bintang, benang sari dan putik tidak terlihat jelas, mahkota bunga kecil. Buahnya memiliki bentuk kotak, bulat pipih dan berwarna hijau. Akar meniran merupakan akar tunggang yang berwarna putih.

Tanaman  ini memiliki beberapa khasiat atau manfaat sebagai obat yaitu sebagai berikut: antibakteri ekstrak metanol daun meniran mempunyai efek antibakteri paling tinggi terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus

Page 17: Ekologi pertanian di biofarmaka

subtilis, Escherichia colli, dan Pseudomonas aeruginosa. Efek ini disebabkan senyawa antibakteri pada meniran seperti phyllanthin, hypophyllanthin, niranthin, dan nietetralin. Ekstrak petroleum eter dari batang, daun, dan akar meniran juga menunjukkan efek antifungi. Pelarut asam urat dan batu ginjal. Tanaman meniran ini kaya akan kandungan senyawa flavonoid dan glikosida flavonoid yang dapat digunakan untuk mengobati asam urat dan batu ginjal. Meniran juga bersifat diuretik (membantu keluarnya air seni). Dengan cara tersebut, meniran digunakan untuk mengatasi asam urat dan batu ginjal ataupun penyakit lain yang disebabkan oleh asam urat seperti rematik gout. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak meniran dapat memodulasi sistem imun melalui proliferasi (penyebaran) dan aktivasi limfosit T dan B, apabila perlawanan sistem kekebalan alami kita tidak mencukupi. Limfosit T dan B bekerja menurut jenis serangan virus dan bakteri yang terjadi. Selain itu, meniran juga berfungsi mengaktivasi sel fagositik seperti monosit dan makrofag yang bertugas memberikan potongan patogen (agen biologis penyebab penyakit) kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dikenali dan dibunuh.  Karena bersifat immunomodulator, meniran dapat digunakan untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri, virus, dan mikroba penyebab penyakit sehingga dapat mencegah berbagai penyakit yang disebabkan bakteri dan virus.

Tanaman obat meniran sangat kaya akan berbagai kandungan kimia, antara lain: phyllanthin, hypophyllanthin, niranthin, nirtetrali, nirurin, nirurinetin, norsecurinine, phyllanthenol, phyllnirurin, phylltetrin, quercitrin, quercetin, ricinoleic acid, rutin, salicylic acid methyl ester, garlic acid, ascorbic acid, hinokinin, hydroxy niranthin, isolintetralin, dan isoquercetin. Senyawa lain yang terkandung dalam meniran adalah beta-d-xylopyranoside dan beta-sitosteroy. Senyawa lain yang baru ditemukan adalah seco-4-hidroksilintetralin, seco-isoarisiresinol trimetil eter, hidroksinirantin, dibenzilbutirolakton, nirfilin, dan neolignan. Akar dan daun meniran kaya akan senyawa flavonoid, antara lain phyllanthin, hypophyllanthin, qeurcetrin, isoquercetin, astragalin, dan rutin. Minyak bijinya mengandung beberapa asam lemak seperti asam ricinoleat, asam linoleat, dan asam linolenat.

4. TemulawakTemu lawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun. Tanaman

ini berbatang semu dan habitusnya dapat mencapai ketinggian 2 – 2,5 meter. Tiap rumpun tanaman terdiri atas beberapa tanaman (anakan), dan tiap tanaman memiliki 2 – 9 helai daun. Daun tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak lebar. Lamina daun dan seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang daun sekitar 50 – 55 cm, lebarnya 18 cm, dan tiap helai daun melekat pada tangkai daun yang posisinya saling menutupi secara teratur. Daun berbentuk lanset memanjang berwana hijau tua dengan garis-garis coklat. Habitus tanaman dapat mencapai lebar 30 – 90 cm, dengan jumlah anakan perumpun antara 3 – 9 anak. Bunga tanaman temu lawak dapat berbunga terus-menerus sepanjang tahun secara bergantian yang keluar dari rimpangnya (tipe erantha), atau dari samping batang semunya setelah tanaman cukup dewasa. Warna bunga umumnya kuning dengan kelopak bunga kuning tua, serta pangkal bunganya berwarna ungu. Panjang tangkai bunga 3 cm dan rangkaian

Page 18: Ekologi pertanian di biofarmaka

bunga (inflorescentia) mencapai 1,5 cm. Dalam satu ketiak terdapat 3 – 4 bunga. Rimpang induk temu lawak bentuknya bulat seperti telur, dan berukuran besar, sedangkan rimpang cabang terdapat pada bagian samping yang bentuknya memanjang. Tiap tanaman memiliki rimpang cabang antara 3 – 4 buah. Warna rimpang cabang umumnya lebih muda dari pada rimpang induk. Warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah kuning-kotor atau coklat kemerahan. Warna daging rimpang adalah kuning atau oranye tua, dengan cita rasanya amat pahit, atau coklat kemerahan berbau tajam, serta keharumannya sedang. Rimpang terbentuk dalam tanah pada kedalaman 16 cm. Tiap rumpun tanaman temu lawak umumnya memiliki enam buah rimpang tua dan lima buah rimpang muda akar. Sistem perakaran tanaman temu lawak termasuk akar serabut. Akar-akarnya melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan.

Temulawak juga berkembang biak di tanah tegalan sekitar pemukiman, terutama pada tanah gembur, sehingga buah rimpangnya mudah berkembang menjadi besar. Tumbuh di seluruh pulau Jawa, tumbuh liar di bawah naungan di hutan jati, di tanah yang kering dan di padang alang-alang , ditanam atau tumbuh liar di tegalan; tumbuh pada ketinggian tempat 5 – 1500 m diatas permukaan laut.

Daging atau rimpang Temu Lawak memiliki beberapa kandungan zat kimia, antara lain: zat tepung (48-59,64%), fellandrean dan turmerol (minyak menguap), minyak atsirin (1,48-1,63%), kamfer, glukosa, foluymetik karbinol kurkumin (1,6-2,2%), terdapat pada rimpang dan bermanfaat untuk acnevulgaris serta anti radang (inflamasi) dan juga anti keracunan empedu(hepototoksik).

Manfaat temu lawak sangatlah banyak antara lain sebagai berikut menjaga kesehatan hati, mengurangi radang sendi, menurunkan lemak darah, mengatasi penyakit maag, melancarkan pencernaan, menyehatkan jantung, mengatasi kanker, mengatasi gangguan ginjal.

Pembahasan

KP Biofarmaka Cikabayan memiliki ketinggian 100 – 400 mdpl dengan curah hujan 2500 – 5000 dan suhu berkisar antara 20 – 300C. Tanah di KP Biofarmaka Cikabayan merupakan tanah ultisol. Area display memiliki jarak tanam sekitar 40 cm x 50 cm, sedangkan area koleksi memiliki jarak antar tanaman sekitar 1 meter. Media tanam yang digunakan di area pembibitan menggunakan tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1 serta ditambah dengan bahan-bahan yang lain seperti arang sekam. Media dimasukkan ke polybag dan dibiarkan kurang lebih 1 sampai 2 minggu agar media membentuk struktur tanah yang baik. Bibit tanaman kemudian ditanam ke dalam polybag agak memudahkan dalam pemindahan tanaman ke area terbuka. Sebelum dipindahkan, bibit dinaungi menggunakan jaring atau paranet guna mengatur intensitas cahaya sekaligus aklimatisasi bagi tanaman. Selain itu, digunakan untuk mengatur kelembaban serta suhu karena bibit yang belum siap akan rentan terhadap suhu yang berlebih.

Kumis kucing merupakan tanaman yang tumbuh di ketinggian 500 – 1200 mdpl. Kumis kucing memerlukan tanah andosol atau tanah latosol untuk

Page 19: Ekologi pertanian di biofarmaka

mendukung pertumbuhannya. Kumis kucing membutuhkan tanah-tanah yang kaya akan humus. Tanah-tanah ultisol biasanya miskin akan hara tanaman. Sehingga lingkungan tumbuh di KP Biofarmaka Cikabayan kurang mendukung pertumbuhan kumis kucing. Tanaman cincau hijau mampu tumbuh di ketinggian lebih dari 50 mdpl dengan kondisi air yang cukup. Curah hujan yang tinggi di KP Biofarmaka Cikabayan mampu memenuhi kebutuhan air tesebut. Sehingga kondisi KP Biofarmaka Cikabayan tersebut mendukung pertumbuhan tanaman cincau hijau dengan baik.

Bawang dayak merupakan tanaman yang suka cahaya penuh. Hal tersebut sudah diterapkan di KP Biofarmaka Cikabayan. Suhu tempat juga sudah mendukung pertumbuhan tanaman karena bawang dayak memerlukan suhu 18 – 350C. Tetapi dari ketinggian tempat KP Biofarmaka Cikabayan kurang mendukung pertumbuhan bawang dayak. Bawang dayak akan tumbuh dengan baik pada ketinggian lebih dari 600 mdpl. Tanaman maja membutuhkan tempat dengan ketinggian kurang dari 500 mdpl, sehingga kondisi KP Biofarmaka sangat mendukung pertumbuhan tanaman maja. Curah hujan dan suhu juga mendukung untuk pertumbuhan tanaman maja. Tanaman mangkokan membutuhkan tempat yang terbuka yang terkena sinar matahari. Hal tersebut diterapkan dalam sistem budidaya tanaman mangkokan di KP Biofarmaka Cikabayan. Tanaman mangkokan membutuhkan ketinggian tempat antara 1 – 200 mdpl. Sehingga ketinggian tempat di KP Biofarmaka Cikabayan masih mendukung pertumbuhan tanaman mangkokan.

Jati mas merupakan tanaman yang tumbuh di areal dengan topografi yang relatif datar. Curah hujan yang tinggi di KP Biofarmaka Cikabayan mampu memenuhi kebutuhan air jati mas. Sehingga kondisi KP Biofarmaka Cikabayan tersebut mendukung pertumbuhan tanaman jati mas dengan baik. Kepel merupakan tanaman yang tumbuh dengan ketinggian mencapai 600 mdpl, sedangkan sawo manila dapa tumbuh baik di dataran rendah namun masih bisa tumbuh dengan baik pada ketinggian 2500 mdpl, sehingga ketinggian tempat di KP Biofarmaka Cikabayan masih mendukung pertumbuhan tanaman tersebut. Beberapa bulan ini KP Biofarmaka Cikabayan mengalami kemarau kering namun keadaan tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan sawo manila karena sawo manila tahan terhadap kekeringan.

Sambiloto merupakan tanaman yang tahan terhadap naungan, lingkungan yang ada di KP Biofarmaka mendukung pertumbuhan sambiloto dengan baik kerana sambiloto tumbuh pada naungan pohon-pohon. Hanya ketinggian tempat yang ada di KP Biofarmaka kurang mendukung karena syarat tumbuh sambiloto ada pada ketinggian lebih dari 500 mdpl. Torbangun merupakan tanaman yang tahan terhadap naungan, lingkungan yang ada di KP Biofarmaka mendukung pertumbuhan dengan baik kerana torbangun tumbuh pada naungan pohon-pohon. Jinten merupakan tanaman yang tahan terhadap naungan, lingkungan yang ada di KP Biofarmaka mendukung pertumbuhan jinten. Tempuyung merupakan tanaman yang tahan terhadap naungan, lingkungan yang ada di KP Biofarmaka mendukung pertumbuhan tempuyung.

Lingkungan yang ada di KP Biofarmaka mendukung pertumbuhan tanaman temulawak, meniran, pegagan, dan jati belanda yang berada disktor produksi. Keadaan yang terjadi pada saat praktikum yaitu kemarau kering dari tahun sebelumnya menggangu pertumbuhan dari tanaman pegagan dan meniran

Page 20: Ekologi pertanian di biofarmaka

karena perlu hidup dalam kondisi lembab dan perlu cukup air. Tetapi untuk tanaman temulawak dan jati belanda tahan dalam kondisi kering. Jati belanda pada kebun produksi berfungsi sebagai tanaman pelindung bagi tanaman pegagan, meniran, dan temulawak karena ketiga tanaman ini memerlukan naugan sehingga dapat tumbuh dengan baik. Kondisi kebun produksi cukup baik hanya kekurangan air dan terlalu banyak gulma seperti Eleusine indica, Axonopus compressus, sisik naga dan tali sait yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman sehingga perlu pengendalian yang tepat.

Page 21: Ekologi pertanian di biofarmaka

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kebun percobaan biofarmaka secara umum faktor abiotik dan biotik telah memenuhi syarat tumbuh untuk setiap tanaman yang ada didalamnya, dari faktor abiotiknya tanaman obat banyak sekali yang cocok dengan ketinggian dibawah 1000 mdpl sesuai dengan ketinggian pada kebun percobaan biofarmaka, perlakuan tanaman yang diberikan sudah sangat sesuai seperti pegagan pada areal produksi yang memanfaatkan jati belanda sebagai tanaman pelindung, yang menjadi kendala yang bisa menunjukkan ketidaksesuain lingkungan hidup tanaman didalam kebun percobaan biofarmaka adalah ketidakcocokan jenis tanah seperti yang diperlukan untuk tanaman tumbuh optimal seperti tanaman kumis kucing yang memerlukan tanah andosol tetapi tanah ultisol yang miskin hara mendominasi kebun percobaan biofarmaka. Kondisi kekeringan yang melanda dapat menyebabkan pertumbuhan terganggu karena ada beberapa tanaman seperti pegagan yang membutuhkan air cukup untuk tumbuh secara optimal. Faktor biotiknya ialah banyaknya gulma yang mendominasi kebun percobaan biofarmaka sehingga pertumbuhan tanaman bisa saja sangat terganggu dan banyaknya tanaman yang memberi efek negatif terhadap pertumbuhan tanaman obat yang ada,contohnya adalah tanaman tali sait pada tanaman jati belanda.

Saran

Kebun pecobaan biofarmaka memiliki kondisi yang cukup terjaga dan terpelihara tetapi alangkah lebih baik jika koleksi tanamanya diperbanyak dan fasilitas untuk mencukupi kebutuhan air disaat kondisi kekeringan melanda. Perlunya pengendalian gulma karena dikhawatirkan mengganggu hasil dari produk tanaman tersebut.

Page 22: Ekologi pertanian di biofarmaka

DAFTAR PUSTAKA

Amanda FR.2014.Efektivitas ekstrak bawang dayak (Eleutherine americana Merr.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.Jakarta.

Anonim.2005.Mangkokan.http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=120 [18 September]

Anonim. 2008. Apple Fiber (Apple Pektin). http://dnutri.com/template/394/index.cfm?id=5255&urlID=dnutri [21 September 2015]

Anonim. 2014. Mengenal Tanaman Mojo. http://www.petanihebat.com/2014/06/mengenal-tanaman-mojo.html [18 September 2015]

Anonim.2015.Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.). http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/lipi_pdii/mangkokan.htm [20 September 2015]

Arief H.2005.Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2 Cetakan I.Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Asmayannur I, Chairul, Syam Z.2012.Analisis vegetasi dasar di bawah tegakan jati emas (Tectona grandis L.) dan jati putih (Gmelina arborea Roxb.) di kampus universitas andalas.Jurnal Biologi Universitas Andalas 1 (2): 172 – 177.

Bermawie N, S. Purwiyanti dan Ma’mun.2006.Performances of three genotyps of asiatic pennywort (Centella asiatica L. Urban) under shading. Proccedings of the OECD-POKJANASTOI InternationalSeminar. 9-11 April 2006, Surabaya.

Budiyastomo.2010.Pengaruh pemberian fraksi etanolik ekstrak bawang dayak terhadap tingkat ekspresi Cycline-E galur sel kanker serviks uteri HeLa (Human Papiloma Virus High Risk type).Tesis.Universitas Sebelas Maret RSUD Dr. Moewardi Surakarta.Surakarta.

Chasanah T.2013.Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional. http://bio.unsoed.ac.id [23 September 2015]

Dalimartha S.2003.Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2.Jakarta (ID): Trubus Agriwidya.

Depkes RI.1997.Materia Medika Indonesia Jilid I.Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.Jakarta.100 – 104.

Page 23: Ekologi pertanian di biofarmaka

Galingging RY.2009.Bawang dayak (Eleutherine palmifolia) sebagai tanaman obat multifungsi.Warta Penelitian dan Pengembangan 15 (3): 2 – 4.

Geurin JC, Reveillere HP.1989.Orthosiphone stamineus as a potent source of methylripario chromene A.J. Nat. Prod. 52 (1): 171-173.

Heyne K.1987.Tumbuhan Berguna Indonesia.Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana.

J. Kloppenburgh – Versteegh.2006.Tanaman Berkhasiat Indonesia Volume I.Alih Bahasa dan Saduran: drh.J.Soegiri, Prof.Dr.drh.Nawangsari.Bogor (ID): IPB Press.

Jaybhaye D, Varma S, Gagne N, Bonde V, Gite A, Bhosle D.2010.Effect of Tectona grandis Linn. seeds on hair growth activity of albino mice.Internasional journal Ayurveda Res. 1 (3): 163 – 166.

Junaidi Edi.2002.Sembuhkan penyakit dengan Habbatussauda (jinten hitam).Publication Disorbub.

Juwita J.2013.Aktivitas antibakteri ekstrak buah muda, daun dan kulit batang sawo manila (Manilkara zapota (L.) Van Royen) terhadap Vibrio cholerae dan Clostridium perfringens.Tesis.Universita Atma Jaya Yogyakarta.Yogyakarta.

Lambole VB, Murti K, Kumar U, Sandipkumar BP.2010.Phytopharmacological properties of aegle marmelos as a potential medicinal tree: an overview.International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research 5 (2): 67 – 72.

Mardiah et.al.2007. Makanan Anti Kanker.Jakarta (ID): Kawan Pustaka.

Mustary M, Djide MN, Mahmud I, Hasyim N.2011.Uji daya hambat dan analisis klt-bioautografi perasan buah sawo manila (Achras zapota Linn) terhadap bakteri uji Salmonella thyposa.Jurnal MKMI 7 (1): 25 – 27.

Nadiah.2014.Buah Maja Mengandung Antifeedant sebagai Pengendali Serangga Herbivora.POPT Ahli Pertama Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya.Surabaya.

Pribadi P, Latifah E, Rohmayanti.2014.Pemanfaatan perasan buah kepel (Stelechocarpus burahol (Blume) Hook.&Thomson) sebagai antiseptik luka.Pharmaҫiana 4 (2): 177 – 183.

Pujiasmanto B.2007.Kajian Agroekologi dan Morfologi Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) pada Berbagai Habitat.Surakarta (ID): Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Page 24: Ekologi pertanian di biofarmaka

Raga YP, Haryati, Lisa M.2012.Respon pertumbuhan dan hasil bawang sabrang (Eleutherine americana Merr.) pada berbagai jarak tanam dan berbagai tingkat pemotongan umbi bibit.Jurnal Online Agroekoteknologi Vol 1 (1).

Resti D.2009.Pengaruh pemberian ekstrak etanol temulawak (Curcuma xanthorrhiza roxb.) pada gambaran histopatologi ginjal ayam petelur.Skripsi.Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rukmana R.2000.Kumis Kucing.Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.

Safritri IA dan Hastuti S.2014.Uji daya analgetik ekstrak etanol daun seligi (Phyllanthus Buxifolius Muell .Arg) terhadap mencit galur swiss.Indonesian Journal on Medical Science 1 (2): 35 – 40.

Sulaksana J dan Dadang IJ.2005.Kemuning dan Jati Belanda.Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Sumarna Y.2006.Budidaya Jati.Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Sunanto H.1995.Budidaya Cincau.Yogyakarta (ID): Kanisius.

Sundari F, Amalia L, dan Ekawidyani KR.2014.Minuman cincau hijau (Premna oblongifolia Merr.) dapat menurunkan tekanan darah pada wanita dewasa penderita hipertensi ringan dan sedang.Jurnal Gizi Pangan 9 (3): 203 – 210.

Suprapto H.2011.Deskripsi dan manfaat tanaman obat di pedesaan sebagai upaya pemberdayaan apotik hidup (studi kasus di Kecamatan Wonokerto).Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 21: 24 – 25.

Tjahjohutomo R.2001.Teknologi Pascapanen Tanaman Obat. http://pascapanen.litbang.pertanian.go.id [23 September 2015]

Tisnadjaja D, Saliman E, Silvia, Simanjuntak P.2006.Pengkajian burahol (Stelechocarpus burahol (Blume) Hook & Thomson) sebagai buah yang memiliki kandungan senyawa antioksidan.BIODIVERSITAS 7 (2): 199 – 202.

Tjitrosoepomo Gembong.2007.Morfologi Tumbuhan.Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Press.

Triguspita A, Subarnas A, dan Supriyatna.2000.Efek analgesik dan penapisan fitokimia ekstrak metanol daun kayu putih, kecubung, mangkok, pohpohan, dan turi dengan metode geliat pada mencit.Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XVII.Bandung 28 – 30 Maret 2000.

Page 25: Ekologi pertanian di biofarmaka

Wildan A, Mutiara EV.2013.Uji aktivitas antioksidan penangkap radikal senyawa flavonoid daun kepel (Stelechocarpus burahol (Blume) Hook f. & Th).Media Farmasi Indonesia 5 (2): 642 – 649.

Winarto WP. 2007. Tanaman obat Indonesia untuk pengobatan herbal. 1:55-57.

Wulandari I.2011.Teknologi ekstraksi dengan metode maserasi dalam etanol 70 % pada daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) di balai besar penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional (B2P2TO-OT) Tawamangu.Tugas Akhir.Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Yuniarti T.2008.Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional.Yogyakarta (ID): Media Pressindo.

Yusuf H.2009.Pengaruh naungan dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan dan produksi bawang sabrang (Eleutherine americana Merr.).Skripsi. Universitas Sumatera Utara.Medan.