eksistensi lembaga keuangan syariah

37
EKSISTENSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH Oleh : PRODI AKUNTANSI 1. Abd. Basith 070221100001 2. Ainul Faqih 070221100007 3. Fariqul Isbahah 090221100028 4. Rahmat Hidayat 090221100040 5. Moh. Djalil 090221100114

Upload: abank-doyok

Post on 24-Jul-2015

368 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

EKSISTENSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Oleh :

P R O D I A K U N T A N S I

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TRUNOJOYOMADURA

2012

1. Abd. Basith 0702211000012. Ainul Faqih 0702211000073. Fariqul Isbahah 0902211000284. Rahmat Hidayat 0902211000405. Moh. Djalil 090221100114

Page 2: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

BAB II

PEMBAHASAN

A.Bank Syariah

A.1 Definisi Bank Syariah

Secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank

yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Saat ini

banyak istilah yang diberikan untuk menyebut entitas Bank Islam selain

istilah Bank Islam itu sendiri, yakni Bank Tanpa Bunga (Interest-Free

Bank), Bank Tanpa Riba (Lariba Bank), dan Bank Syari’ah (Shari’a Bank).

Sebagaimana akan dibahas kemudian, di Indonesia secara teknis yuridis

penyebutan Bank Islam mempergunakan istilah resmi “Bank Syariah”,

atau yang secara lengkap disebut “Bank Berdasarkan Prinsip Syariah”.

Dalam RUU No 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa Bank Umum

merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

atau berdasarkan prinsip syari'ah yang dalam kegiatannya memberikan

jasa dalam lalu lintas pembayaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa prinsip

syari'ah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam

antara bank dan pihak lain untuk menyimpannya, pembiayaan

atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syari'ah.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, Bank Syari'ah berarti

bank yang tata cara operasionalnya didasari dengan tatacara

Islam yang mengacu kepada ketentuan alquran dan al hadist.

A.2 Prinsip-Prinsip Perbankan Syari'ah

Lembaga keuangan syariah atau perbankan syariah harus beroperasi

secara ketat berdasarkan prinsip-prinsip syari'ah. Prinsip ini sangat berbeda

dengan prinsip yang dianut oleh lembaga keuangan non-syari'ah. Adapun

prinsip-prinsip yang dirujuk adalah:

1. Larangan menerapkan bunga pada semua bentuk dan jenis transaksi;

2. Menjalankan aktivitas bisnis dan perdagangan berdasarkan pada

kewajaran dan keuntungan yang halal;

3. Mengeluarkan zakat dari hasil kegiatannya;

Page 3: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

4. Larangan menjalankan monopoli; dan

5. Bekerja sama dalam membangun masyarakat, melalui aktivitas bisnis

dan perdagangan yang tidak dilarang oleh Islam.

A.3 Produk Operasional Perbankan Syariah

Sesuai dengan fungsi dan jenis dana yang dapat dikelola oleh Bank

Islam yang mengembangkan konsep bebas-bunga, selanjutnya

melahirkan berbagai macam jenis produk pengumpulan dan penyaluran

dana oleh bank Islam. Sebagai gambaran ringkas tentang produk-produk

bank Islam tersebut dapat diurai sebagai beriku:

1. Produk Pengumpulan dana Bank Islam

Pelayanan jasa simpanan/tabungan berupa simpanan/tabungan yang

diselenggarakan adalah bentuk simpanan/tabungan yang terikat dan tidak

terikat atas jangka waktu dan syarat-syarat tertentu dalam penyertaan dan

penarikannya. Berkaitan dengan itu, jenis simpanan/tabungan yang dapat

dikumpulkan oleh Bank Islam adalah sangat beragam sesuai dengan

kebutuhan dan kemudahan yang dimiliki simpanan tersebut.

Adapun akad yang mendasari berlakunya simpanan di bank Islam

adalah: Akad Wadiah dan Mudharabah.

a).        Simpanan Wadiah, adalah titipan dana yang tiap waktu dapat

ditarik pemilik atau anggota dengan cara mengeluarkan semacam

surat berharga pemindah bukuan/transfer dan perintah membayar

lainya. Simpanan wadi'ah dikenakan biaya administrasi namun oleh

karena dana dititipkan diperkenankan untuk diputar maka oleh

Bank Islam kepada penyimpan dana dapat diberikan bonus sesuai

dengan jumlah dana yang ikut berperan didalam pembentukan laba bagi

Bank Islam.

Simpanan yang berakad wadi'ah ada dua:

•           Wadi'ah amanah

•          Wadi'ah Yadhomanah, titipan ini akan mendapatkan bonus

dari bank Islam, jikalau bank Islam mengalami keuntungan.

Page 4: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

b).       Tabungan Mudharabah, adalah simpanan/tabungan pemilik dana yang

penyetorannya dan penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah

disepekati sebelumnya. Pada simpanan mudharabah tidak diberikan bunga sebagai

pembentukan laba bagi bank Islam tetapi diberikan bagi hasil. Variasi jenis simpan yang

berakad mudharabah dapat dikembangkan kedalam berbagai variasi simpanan, seperti:

Simpanan Idul Fitri; Simpanan Idul Qurban; Simpanan Haji; Simpanan Pendidikan; Simpanan

Kesehatan; dan lain-lain.

Selain kedua jenis simpanan/tabungan tersebut, bank Islam juga mengelola dana ibadah seperti

rakat, Infaq dan Shodaqah (ZIS), yang dalam hal ini bank Islam dapat berfungsi sebagai amil.

2. Produk Penyaluran Dana

Bank Islam bukan sekedar lembaga keuangan yang bersifat

sosial. Namun, Bank Islam juga sebagai lembaga bisnis dalam rangka

memperbaiki perekonomian ummat. Sesuai dengan itu, maka dana yang

dikumpulkan dari masyarakat harus disalurkan dalam bentuk pinjaman kepada

masyarakat yang membutuhkan.

Pinjaman dana kepada masyarakat disebut juga pembiayaan.

Pembiayaan adalah suatvi fasilitas yang diberikan bank Islam kepada

masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah

dikumpulkan oleh bank Islam dari masyarakat yang surplus dana. Orientasi

pembiayaan yang diberikan Bank Islam adalah untuk mengembangkan dan

atau meningkatkan pendapatan nasabah dan Bank Islam. Sasaran

pembiayaan ini adalah semua sektor ekonomi untuk pembiayaan seperti

pertanian, industri rumah tangga, perdagangan dan jasa.

Ada berbagai jenis pembiayaan yang dikembangkan oleh Bank Islam, yang

kesemuanya itu mengacu minimal pada dua jenis akad, yaitu:

•           Akad syarikah

•           Akad jual beli

Dari kedua akad ini dikembangkan sesuai dengan rebutuhan yang

dikehendaki oleh Bank Islam dan nasabah. Di antara pembiayaan yang

sudah umum dikembangkan oleh Bank Islam maupun lembaga keuangan

Islami lainrvya adalah:

Page 5: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

a)         Pembiayaan Bai'u Bithaman Ajil (BBA). Pembiayaan berakad

jual beli, Adalah suatu perjanjian pembiayaan yang disepakati antara

Bank Islam dengan nasabah, di mana Bank Islam menyediakan

dananya untuk sebuah investasi dan atau pembelian barang modal

dan usaha anggotanya yang kemudian proses pembayarannya

dilakukan secara mencicil atau angsuran. jumlah kewajiban yang

harus dibayarkan oleh peminjam adalah jumlah atas harga barang

modal dan mark-up yang disepakati.

b)         Pembiayaan Murabahah (MBA). Pembiayaan berakad jual beli..

Pembiayaan murabahah pada dasarnya merupakan kesepakatan

antara Bank Islam sebagai pemberi modal dan nasabah (debitur)

sebagai peminjam. Prinsip yang digunakan adalah sama seperti

pembiayaan Bai'u Bithaman Ajil, hanya saja proses

pengembaliannya dibayarkan pada saat jatuh tempo

pengembaliannya.

c )                       Pembiayaan Mudharobah (MDA). Pembiayaan dengan akad

syirkah Adalah suatu perjanjian pembiayaan antara Bank

Islam dan nasabah di mana Bank Islam menyediakan dana

untuk penyediaan modal kerja sedangkan peminjam

berupaya mengelola dana tersebut untuk pengembangan

usahanya. Jenis usaha yang dimungkinkan untuk diberikan

pembiayaan adalah usaha-usaha kecil seperti pertanian,

industri rumah tangga, dan perdagangan.

d)                 Pembiayaan Musyarakah (MSA ). Pembiayaan dengan akad

syirkah. Adalah penyertaan Bank Islam sebagai pemilik

modal dalam suatu usaha yang mana antara risiko dan

keuntungan ditanggung bersama secara berimbang dengnan

porsi penyertaan.

e)         Pembiayaan Al-Qordhul Hasan (QH). Pembiayaan dengan akad

ibadah. Adalah perjanjian pembiayaan antara Bank Islam dengan

nasabah. Hanya nasabah yang dianggap layak yang dapat diberi

pinjaman ini. Kegiatan yang dimungkinkan untuk diberikan pembiayaan

ini adalah nasabah yang terdesak dalam melakukan kewajiban-

Page 6: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

kewajiban non-usaha atau pengusaha yang menginginkan usahanya

bangkit kembali yang oleh karena ketidakmampuannya untul melunasi

kewajiban usahanya.

 

Melalui produk-produk yang dihasilkan oleh Bank Islam dalam bentuk

produk pengumpulan dana dan penyaluran dana tersebut dapat dioperasikan

sesuai dengan syari'ah Islam dengan benar, sehingga mampu mengantarkan

kepada keridhloaan Allah.

A.4 Ciri Bank Syari'ah

Bank Syari'ah mempunyai ciri yang berbeda dengan bank

konvensional. cirri-ciri ini bersifat Universal dan kualitatif, artinya Bank

Syari'ah beroperasi dimana harus memenuhi ciri-ciri tersebut.

a) Beban biaya yang telah disepakati pada waktu akad perjanjian

diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal yang besarnyan tidak

kaku dan dapat ditawar dalam batas yang wajar.

b) Penggunaan prosentasi dalam hal kewajiban untuk

melakukan pembayaran selalu dihindarkan. Karena prosentase

bersifat melekat pada sisa hutang meskipun utang bada batas

waktu perjanjian telah berakhir.

c) Didalam kontrak pembiayaan proyek bank tidak menetapkan

perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti (Fixed

Return) yang ditetapkan dimuka. Bank Syari'ah menerapkan

system berdasarkan atas modal untuk jenis kontark al mudharabah

dan al musyarakah dengan system bagi hasil (Profit and losery)

yang tergantung pada besarnya keuntungan. Sedangkan penetapan

keuntungan dimuka ditetapkan pada kontrak jual beli melalui

pembiayaan pemilkikan barang (al murabahah dan al bai’u

bithaman ajil, sewa guna usaha (al ijarah), serta kemungkinan rugi

dari kontrak tersebut amat sedikit.

d) Pegarahan dana masyarakat dalam bentuk deposito atau tabungan

oleh penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadi’ah) sedangkan

bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai

pernyataan dana pada proyek yang dibiayai oleh bank sesuai

Page 7: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

dengan prinsip-prinsip syari'ah hingga kepada penyimpan tidak

dijanjikan imbalan yang pasti (fixed return). Bentuk yang lain

yaitu giro dianggap sebagai titipan murni (al-wadiah) karena

sewaktu-waktu dapat ditarik kembali dan dapat dikenai biaya

penitipan.

e) Bank Syari'ah tidak menerapkan jual beli atau sewa-

menyewa uang dari mata uang yang sama dan transaksinya itu

dapat menghasilkan keuntungan. Jadi mata uang itu dalam

memberikan pinjaman pada umumnya tidak dalam bentuk tunai

melainkan dalam bentuk pembiayaan pengadaan barang selama

pembiayaan, barang tersebut milik bank.

f) Adanya dewan syari'ah yang bertugas mengawasi bank dari sudut

syari'ah.

g) Bank Syari'ah selalu menggunakan istilah-istilah dari bahasa

arab dimana istilah tersebut tercantum dalam fiqih Islam

h) Adanya produk khusus yaitu pembiayaan tanpa beban murni yang

bersifat social, dimana nasabah tidak berkewajiban untuk

mengembalikan pembiayaan (al-qordul hasal)

i) Fungsi lembaga bank juga mempunyai fungsi amanah yang

artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas

keamanan dana yang telah dititipkan dan siap sewaktu-waktu

apabila dana ditarik kembali sesuai dengan perjanjian.

Selain karakteristik diatas, Bank Syari'ah mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut :

Dalam Bank Syari'ah hubungan bank dengan nasabah adalah

hubungan kontrak (akad) antara investor pemilik dana

(shohibul maal) dengn investor pengelola dana (mudharib)

bekerja sama untuk melakukan kerjasama untuk yang produktif dan

sebagai keuntungan dibagi secara adil (mutual invesment

relationship). Dengan demikian dapat terhindar hubungan

eskploitatif antara bank dengan nasabah atau sebaliknya antara

nasabah dengan bank.

Page 8: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

Adanya larangan-larangan kegiatan usaha tertentu oleh

Bank Syari'ah yang bertujuan untuk menciptakan kegiatan

perekonomian yang produktif (larangan menumpuk harta benda

(sumber daya alam) yang dikuasai sebagian kecil masyarakat dan

tidak produktif, menciptakan perekonomian yang adil (konsep usaha

bagi hasil dan bagi resiko) serta menjaga lingkungan dan

menjunjung tinggi moral (larangan untuk proyek yang merusak

lingkungan dan tidak sesuai dengan nilai moral seperti miniman

keras, sarana judi dan lain-lain.

Kegiatan uasaha Bank Syari'ah lebih variatif dibanding bank

konvensional, yaitu bagi hasil, sistem jual beli, sistem sewa

beli serta menyediakan jasa lain sepanjang tidak

bertentangan dengan nilai dan prinsip-prinsip syari’ah.

A.5 Fungsi Bank Syariah

Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan

bank konvensional, yakni sebagai lembaga intermediasi (intermediary

institution) yang mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan

kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya

dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaan pokoknya terletak dalam

jenis keuntungan yang diambil bank dari transaksi-transaksi yang

dilakukannya. Bila bank konvensional mendasarkan keuntungannya dari

pengambilan bunga, maka Bank Syariah dari apa yang disebut

sebagai imbalan, baik berupa jasa ( fee-base income ) maupun

mark-up atau profit margin, serta bagi hasil ( loss and profit

sharing ).

Disamping dilibatkannya Hukum Islam dan pembebasan transaksi

dari mekanisme bunga (interest free), posisi unik lainnya dari Bank

Syariah dibandingkan dengan bank konvensional adalah

diperbolehkannya Bank Syariah melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang

bersifat multi-finance dan perdagangan (trading). Hal ini berkenaan

dengan sifat dasar transaksi Bank Syariah yang merupakan investasi dan

jual beli serta sangat beragamnya pelaksanaan pembiayaan yang dapat

Page 9: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

dilakukan Bank Syariah, seperti pembiayaan dengan prinsip murabahah

(jual beli), ijarah (sewa) atau ijarah wa iqtina (sewa beli) dan lain-lain.

A.6 Perkembangan Perbankan Islam

Melihat gagasannya yang ingin membebaskan diri dari mekanisme

bunga, pembentukan Bank Islam mula-mula banyak menimbulkan

keraguan. Hal tersebut muncul mengingat anggapan bahwa sistem

perbankan bebas bunga adalah sesuatu yang mustahil dan tidak lazim,

sehingga timbul pula pertanyaan tentang bagaimana nantinya Bank Islam

tersebut akan membiayai operasinya.

Konsep teoritis mengenai Bank Islam muncul pertama kali pada

tahun 1940-an, dengan gagasan mengenai perbankan yang berdasarkan

bagi hasil. Berkenaan dengan ini dapat disebutkan pemikiran-pemikiran

dari penulis antara lain Anwar Qureshi (1946), Naiem Siddiqi (1948) dan

Mahmud Ahmad (1952). Uraian yang lebih terperinci mengenai gagasan

pendahuluan mengenai perbankan Islam ditulis oleh ulama besar

Pakistan, yakni Abul A’la Al-Mawdudi (1961) serta Muhammad Hamidullah

(1944-1962) .

Secara kelembagaan yang merupakan Bank Islam pertama adalah

Myt-Ghamr Bank. Didirikan di Mesir pada tahun 1963, dengan bantuan

permodalan dari Raja Faisal Arab Saudi dan merupakan binaan dari Prof.

Dr. Abdul Aziz Ahmad El Nagar. Myt-Ghamr Bank dianggap berhasil

memadukan manajemen perbankan Jerman dengan prinsip muamalah

Islam dengan menerjemahkannya dalam produk-produk bank yang sesuai

untuk daerah pedesaan yang sebagian besar orientasinya adalah industri

pertanian . Namun karena persoalan politik, pada tahun 1967 Bank Islam

Myt-Ghamr ditutup . Kemudian pada tahun 1971 di Mesir berhasil

didirikan kembali Bank Islam dengan nama Nasser Social Bank, hanya

tujuannya lebih bersifat sosial daripada komersil.

Bank Islam pertama yang bersifat swasta adalah Dubai Islamic

Bank, yang didirikan tahun 1975 oleh sekelompok usahawan muslim dari

berbagai negara. Pada tahun 1977 berdiri dua bank Islam dengan nama

Page 10: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

Faysal Islamic Bank di Mesir dan Sudan. Dan pada tahun itu pula

pemerintah Kuwait mendirikan Kuwait Finance House .

Secara internasional, perkembangan perbankan Islam pertama kali

diprakarsai oleh Mesir. Pada Sidang Menteri Luar Negeri Negara-negara

Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Karachi Pakistan bulan Desember

1970, Mesir mengajukan proposal berupa studi tentang pendirian Bank

Islam Internasional untuk Perdagangan dan Pembangunan (International

Islamic Bank for Trade and Development) dan proposal pendirian Federasi

Bank Islam (Federation of Islamic Banks) . Inti usulan yang diajukan dalam

proposal tersebut adalah bahwa sistem keuangan bedasarkan bunga

harus digantikan dengan suatu sistem kerjasama dengan skema bagi hasil

keuntungan maupun kerugian. Proposal tersebut diterima, dan Sidang

menyetujui rencana pendirian Bank Islam Internasional dan Federasi Bank

Islam. Bahkan sebagai tambahan diusulkan pula pembentukan badan-

badan khusus yang disebut Badan Investasi dan Pembangunan Negara-

negara Islam (Investment and Development Body of Islamic Countries),

serta pembentukan perwakilan-perwakilan khusus yaitu Asosiasi Bank-

bank Islam (Association of Islamic Banks) sebagai badan konsultatif

masalah-masalah ekonomi dan perbankan Islam .

Pada Sidang Menteri Luar Negeri OKI di Benghazi, Libya bulan Maret

1973, usulan sebagaimana disebutkan di atas kembali diagendakan.

Bulan Juli 1973, komite ahli yang mewakili negara-negara Islam penghasil

minyak bertemu di Jeddah untuk membicarakan pendirian Bank Islam.

Rancangan pendirian bank tersebut, berupa anggaran dasar dan

anggaran rumah tangga dibahas pada pertemuan kedua, bulan Mei 1972.

Pada Sidang Menteri Keuangan OKI di Jeddah tahun 1975 berhasil

disetujui rancangan pendirian Islamic Development Bank (IDB) dengan

modal awal 2 milyar dinar dan beranggotakan semua negara anggota

OKI .

Sejak saat itu mendekati awal dekade 1980-an, Bank-bank Islam

bermunculan di Mesir, Sudan, negara-negara Teluk, Pakistan, Iran,

Malaysia, Bangladesh dan Turki. Secara garis besar lembaga-lembaga

perbankan Islam yang bermunculan itu dapat dikategorikan ke dalam dua

Page 11: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

jenis, yakni sebagai Bank Islam Komersial (Islamic Commercial Bank),

seperti Faysal Islamic Bank (Mesir dan Sudan), Kuwait Finance House,

Dubai Islamic Bank, Jordan Islamic Bank for Finance and Investment,

Bahrain Islamic Bank dan Islamic International Bank for Finance and

Development; atau lembaga investasi dengan bentuk international

holding companies, seperti Daar Al-Maal Al-Islami (Geneva), Islamic

Investment Company of the Gulf, Islamic Investment Company (Bahama),

Islamic Investment Company (Sudan), Bahrain Islamic Investment Bank

(Manama) dan Islamic Investment House (Amman).

A.5 Perbankan Islam di Indonesia

Rintisan praktek perbankan Islam di Indonesia dimulai pada awal

periode 1980-an, melalui diskusi-diskusi bertemakan bank Islam sebagai

pilar ekonomi Islam. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam pengkajian tersebut,

untuk menyebut beberapa, di antaranya adalah Karnaen A

Perwataatmadja, M Dawam Rahardjo, AM Saefuddin, dan M Amien Azis.

Sebagai uji coba, gagasan perbankan Islam dipraktekkan dalam skala

yang relatif terbatas di antaranya di Bandung (Bait At-Tamwil Salman ITB)

dan di Jakarta (Koperasi Ridho Gusti). Sebagai gambaran, M Dawam

Rahardjo dalam tulisannya pernah mengajukan rekomendasi Bank

Syari’at Islam sebagai konsep alternatif untuk menghindari larangan riba,

sekaligus berusaha menjawab tantangan bagi kebutuhan pembiayaan

guna pengembangan usaha dan ekonomi masyarakat. Jalan keluarnya

secara sepintas disebutkan dengan transaksi pembiayaan berdasarkan

tiga modus, yakni mudlarabah, musyarakah dan murabahah.

Prakarsa lebih khusus mengenai pendirian Bank Islam di Indonesia baru

dilakukan tahun 1990. Pada tanggal 18 – 20 Agustus tahun tersebut,

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan lokakarya bunga bank

dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut

kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI di

Jakarta 22 – 25 Agustus 1990, yang menghasilkan amanat bagi

pembentukan kelompok kerja pendirian bank Islam di Indonesia.

Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan MUI dengan diberi tugas

Page 12: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

untuk melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak yang

terkait.

Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah berdirinya

PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang sesuai akte pendiriannya, berdiri

pada tanggal 1 Nopember 1991. Sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI resmi

beroperasi dengan modal awal sebesar Rp 106.126.382.000,-. Sampai

bulan September 1999, BMI telah memiliki lebih dari 45 outlet yang

tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Kelahiran Bank Islam di Indonesia relatif terlambat dibandingkan

dengan negara-negara lain sesama anggota OKI. Hal tersebut merupakan

ironi, mengingat pemerintah RI yang diwakili Menteri Keuangan Ali

Wardana, dalam beberapa kali sidang OKI cukup aktif memperjuangkan

realisasi konsep bank Islam, namun tidak diimplementasikan di dalam

negeri. KH Hasan Basri, yang pada waktu itu sebagai Ketua MUI

memberikan jawaban bahwa kondisi keterlambatan pendirian Bank Islam

di Indonesia karena political-will belum mendukung.

Selanjutnya sampai diundangkannya Undang-undang No. 10 Tahun

1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan, BMI merupakan satu-satunya bank umum yang mendasarkan

kegiatan usahanya atas syariat Islam di Indonesia. Baru setelah itu berdiri

beberapa Bank Islam lain, yakni Bank IFI membuka cabang Syariah pada

tanggal 28 Juni 1999, Bank Syariah Mandiri yang merupakan konversi dari

Bank Susila Bakti (BSB), anak perusahaan Bank Mandiri, serta pendirian

lima cabang baru berupa cabang syariah dari PT Bank Negara Indonesia

(Persero) Tbk. Per bulan Februari 2000, tercatat di Bank Indonesia bank-

bank yang sudah mengajukan permohonan membuka cabang syariah,

yakni: Bank Niaga, Bank BTN, Bank Mega, Bank BRI, Bank Bukopin, BPD

Jabar dan BPD Aceh.

Berikut daftar nama perbankan syariah yang ada di

Indonesia :

- Bank BNI Syariah

- Bank BRI Syariah

- Bank Maybank Syariah

- Bank Pan Indonesia Bank

Syariah

- Bank CIMB Niaga Syariah

Page 13: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

Indonesia

- Bank Mega Syariah Indonesia

- Bank Muamalat Indonesia

- Bank Syariah Bukopin

- Bank Syariah Mandiri

- Bank Victoria Syariah

- Bank OCBC NISP Syariah

- Bank Danamon Syariah

- Bank Riau Kepri Syariah

- Bank BCA Syariah

- Bank BJB Syariah

- Bank Permata Syariah

B. Asuransi Takaful

B.1 Pengertian Asuransi Syariah (Takaful)

Asuransi Takaful adalah asuransi yang dijalankan sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah Islam, yang tata cara beroperasinya mengacu

kepada ketentuan-ketentuan al-Qur’an dan Hadist.

Yang dimaksud dengan “Dijalankan dengan prinsip-prinsip

syariah Islam”, ialah bahwa dalam beroperasinya, mengikuti

ketentuan-ketentuan syariah, khususnya yang menyangkut tata

cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat itu

dijatuhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur

riba, gharar (ketidakpastian), maysir (judi), jual beli sharaf (akad tabaduli)

dan unsur-unsur terlarang lainnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan mengacu kepada Al-

Qur’an dan hadist ialah, bahwa tata cara operasi Asuransi Takaful

mengikuti petunjuk Al-Quran dan Hadist, baik suruhan seperti

keharusan tolong menolong, saling menanggung dan sebaginya

ataupun larangan yang yang tercantum di dalam keduanya,

seperti larangan riba, manipulasi, judi dan sebagainya. Mengacu

kepada Al-Quran dan Hadist juga berarti, bahwa prinsip-prinsip dan dasar-

dasar filosofi Asuransi Takaful dibangun di atas paradigma Al-Quran dan

Hadist dan sesuai dengan pandangan dunia (welstan-chaung) keduanya.

Seperti prinsip tauhid, ta’awun (tolong menolong), saling menyayangi dan

saling melindungi (menjamin).

B.2 Prinsip dan Dasar Filosofi

Page 14: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

Sebagaimana disebut di atas bahwa prinsip dan dasar filosofis

Asuransi Takaful berasal dari Al-Quran dan Sunnah. Setidaknya, ada tiga

prinsip dan dasar filosofis Takaful yang digali dari Al-Quran dan Sunnah,

yaitu :

1) Prinsip tauhid,

2) Tolong menolong,

3) Saling melindungi dan menyayangi.

1. Tauhid

Tauhid merupakan wacana teologis yang mendasari segala aktivitas

manusia, termasuk kegiatan asuransi. Jadi, seluruah kegiatan Asuransi

Takaful, didasari oleh sebuah doktrin Islam dan fundamental yang disebut

dengan tauhid. Muatan konsep tauhid dalam tataran ini adalah iman dan

taqwa. Seseorang yang masuk dan menceburkan diri dalam kancah

Takaful, baik pengelola maupun nasabahnya (pemegang polis), harus

mendasarkan aktivitasnya kepada iman dan taqwa, manusia akan bersifat

jujur, adil, amanah, dan bertanggungjawab. Jujur, adil, dan amanah

merupakan dasar bisnis yang fundamental. Sedangkan

pertanggungjawaban tersebut, tidak saja terhadap manusia, tetapi juga

kepada Allah swt.

Syed Nawab Haidar an-Naqwi, intelektual India kontemporer yang

terkemuka, dalam buku Etika dan Ilmi Ekonomi, memaparkan empat

aksioma ekonomi Islam, yaitu tauhid, keadilan, kebebasan dan

tanggungjawab. Tauhid menurutnya, adalah prinsip fundamental aktivitas

ekonomi manusia muslim. Tauhid menyadarkan manusia sebagai makhluk

Ilahiyah, sosok makhluk yang bertuhan, dengan demikian seluruh

kegiatan asuransi tidak terlepas dari pengawasan Allah dan dalam rangka

melaksanakan titah Tuhan (QS. 62: 10).

Manusia yang bertauhid dalam menjalankan setiap aktivitasnya

adalah sosok yang mempunyai kesadaran ketuhanan. Kesadaran

ketuhanan, tidak saja mewujudkan insan jujur, amanah dan

bertanggungjawab, tetapi juga memberikan vitalitas dengan daya kreatif

dan dinamis. Itulah sebabnya, Rasulullah menegaskan, supaya dalam

setiap aktivitas, kita menghadirkan Allah dalam kesadaran kita. Nabi

Page 15: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

bersabda, “Setiap aktivitas yang baik, tidak dmulai dengan nama Allah,

maka aktivitas itu tidak berakah.”

Menyebut nama Allah sudah barang tentu mengandung arti

komitmen dan konsisten kesadaran kita terhadap Allah dalam

keseluruhan aktivitas kita. Lebih lanjut, hal itu berarti bahwa kita

membawa Allah ke dalam keseluruhan kehidupan kita. Konsekwensinya,

adalah bahwa di satu pihak kita harus menjunjung norma-normanya

(norma ekonomi Islam) serte bekerja secara optimal dan sempurna dalam

setiap profesi dan kedudukan yang dipercayakan kepada kita, dan pihak

lain kita merasa dibimbing dan dilindungi Allah setiap saat. Oleh karena

itu kita senantiasa tegar dan dinamis, efisien dan efektif dalam hidup ini.

Sebab, Allah senantiasa hadir dalam diri kita.

Secara terminologis, tauhid sebenarnya bermakna mengesakan

Allah, baik pengesaan dalam tataran ‘ubudiyah’ (semata-mata

menyembah kepada Allah), uluhiyah (mengesakan Allah dalam tataran

Zat dan Sifat), maupun tataran tauhid rububiyah (keyakinan bahwa

pemelihara alam hanya Allah).

Tauhid yang bernuansa aqidah tersebut, harus direfleksikan kepada

tauhis sosial yang bersifat empiris. Dengan kata lain, tauhid aqidah harus

memantulkan sikap dinamis, aktif, kreatif dan progesif, serta

memantulkan aktifitas dan perilaku jujur, amanah, adil dan

bertanggungjawab dan dapat dipercaya. Seseorang yang jujur, adil,

bertanggungjawab dan dapat dipercaya, pasti disenangi umat. Dan bila

meraka yang bertauhid itu melakukan hubungan dalam konteks asuransi,

maka hubungan tersebut akan berjalan serasi, harmonis dan penuh

kedamaian.

2. Tolong menolong

Takaful didasarkan kepada prinsip tolong menolong sesama muslim

dan manusia. Islam mengajarkan bahwa umat manusia merupakan

keluarga besar kemanusian. (Kemanusiaan universal). Untuk dapat

diselenggarakan kehidupan bersama, umat harus tolong menolong. Ibnu

Khaldun dalam karya monumnetalnya Muqaddimah, menyebut manusia

Page 16: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

sebagai al-insan madaniyyun bi al-thabi’i (makhluk sosial dan beradapan

yang saling membutuhkan).

Ayat Al-Qur’an surah al-Maidah ayat 2 sangat lantang

mendeklerasikan keniscayaan tolong menolong dalam mengemban misi

kemanusian menuju kebajikan dan taqwa. “Tolong menolonglah kamu

dalam kebajikan dan taqwa dan jangan kamu tolong menolong dalan dosa

dan permusuhan.”

Dalam konteks ini, tolong menolong dalam kebajikan diwujudkan

dalam kegiatan takaful, yaitu saling menanggung, saling menjaga

amanah, saling melindungi dan saling bertanggungjawab.

Tolong menolong atau saling membantu merupakan upaya strategis

mewujudkan kekuatan umat Islam, sebagaimana sabda Nabi Muhammad

SAW, ”Seorang mukmin dengan seorang mukmin laksana sebagian

bangunan menguatkan sebagian yang lain.” (Muslim).

Dalam Takaful Syariah, dipakai akad takafuli, bukan akad tabaduli.

Akad takafuli adalah akad yang bermuatan melaksanakan tolong

menolong dan saling menanggung resiko. Wujud tolong menolong

terejawantah dalam dana tabarru’ (derma) yang ditentukan berdasarkan

program yang dipilih dan klasifikasi umur. Sedangkan akad tabaduli

adalah akad yang bernuansa jual beli semata-mata. Hubungan nasabah

dan perusahaan hanyalah dalam bentuk transaksi bisnis. Takaful Syariah

menerapkan akad takafuli sedangkan asuransi biasa (konvensional)

menerapkan akad tabaduli.

3. Saling Melindungi dan Menanggung (Takaful dan Ta’min)

Prinsip Takaful didasarkan kepada prinsip saling melindungi dan

bertanggungjawab antara yang satu dengan yang lain. Jadi, Takaful

(saling menanggung) antar umat manusia merupakan dasar pijakan

Asuransi Takaful. Dalam Takaful diujudkan hubungan manusia yang islami

di antara para pesertanya yang bersepakat untuk menanggung bersama

antara mereka, atas resiko yang diakibatkan musibah atau lainnya,

seperti kebakaran, kematian dan sebagainya.

Semangat takaful adalah menekankan kepada kepentingan

bersama atas dasar rasa persaudaraan di antara para peserta.

Page 17: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

Persaudaraan di sini meliputi dua bentuk, yakni berdasarkan kesamaan

keyakinan (Ukhuwah Islamiyah) dan persaudaraan atas dasar kesamaan

derajat manusia (Ukhuwah Insaniyah).

Persaudaraan dalam konsep Islam, membutuhkan sikap saling

menyayangi di antara sesama manusia. Sikap saling menyayangi ini

tentunya mewujudkan sikap sosial yang terpuji untuk melepaskan dan

membantu orang yang mendapat kesulitan hidup.

Sifat mengutamakan kepentingan pribadi atau dorongan

untuk mendapatkan keuntungan semata-mata, tidak tercermin

dalam asuransi Islam. Karena asuransi Islam berlandaskan

prinsip-prinsip kemanusiaan universal yang bersifat sosial, yaitu

saling menyayangi, saling bertanggungjawab antar peserta,

saling bekerjasama dan tolong menolong (ta’awun), saling bantu

dan meringankan penderitaan orang lain, terutama sesama

peserta.

Prinsip-prinsip universal yang digali dari doktrin Islam yang

bersumber dari Al-Quran dan Hadist itu, diterapkan secara konsisten

dalam operasi Takaful. Sehingga dengan demikian, diharapkan tercipta

sistem asuransi yang islami yang pada gilirannya mewujudkan pola dan

tatanan masyarakat madani yang ideal, membawa rahmat dan

kemaslahatan bagi umat manusia secara menyeluruh.

Berikut daftar nama asuransi syariah yang ada di Indonesia :

1. PT Asuransi Takaful Umum

2. PT Asuransi Takaful Keluarga

3. PT Asuransi Syariah Mubarakah

4. PT MAA Life Assurance

5. PT MAA General Assurance

6. PT Great Eastern Life Indonesia

7. PT Asuransi Tri Pakarta

8. PT AJB Bumiputera 1912

9. PT Asuransi Jiwa BRIngin Life Sejahtera

10. PT Asuransi BRIngin Sejahtera

Artamakmur

22. PT Tugu Pratama

Indonesia

23. PT Asuransi AIA

Indonesia

24. PT Asuransi Allianz Life

Indonesia

25. PT Panin Life, Tbk

26. PT Asuransi Allianz

Utama Indonesia

27. PT Asuransi Ramayana,

Tbk

Page 18: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

11. PT Asuransi Binagriya Upakara

12. PT Asuransi Jasindo Takaful

13. PT Asuransi Central Asia

14. PT Asuransi Umum

BumiPuteraMuda 1967

15. PT Asuransi Astra Buana

16. PT BNI Life Indonesia

17. PT Asuransi Adira Dinamika

18. PT Staco Jasapratama

19. PT Asuransi Sinar Mas

20. PT Asuransi Tokio Marine

Indonesia

21. PT Asuransi Jiwa SinarMas

28. PT Asuransi Jiwa Mega

Life

29. PT AJ Central Asia Raya

30. PT Asuransi Parolamas

31. PT Asuransi Umum

Mega

32. PT Asuransi Jiwa Askrida

33. PT Asuransi Jiwasraya

(Persero)

34. PT Equity Financial

Solution

35. PT Asuransi Kredit

Indonesia

36. PT Asuransi Bintang,

Tbk

37. PT Asuransi Bangun

Askrida

38. PT Prudential Life

Assurance

39. PT Jasaraharja Putera

40. PT AIG Life

41. PT Asuransi Karyamas

Sentralindo

42. PT Asuransi Jiwa Sequis

Lif

C. Pasar Modal Islami

C.1 Definisi

Pengertian Pasar Modal Menurut kepres no. 60 tahun 1998, pasar

modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan

penawar dan peminta dana jangka panjang dalam bentuk efek.

Pengertian Pasar Modal Syari’ah Pasar modal syariah adalah pasar

modal yang di dalamnya ditransaksikan instrumen keuangan atau modal

Page 19: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

yang sesuai dengan syariat Islam dan dengan cara-cara yang

berlandaskan syariah pula atau pasar modal yang menerapkan prinsip-

prinsip syariah antara lain melarang setiap transaksi yang mengandung

unsur ketidak jelasan dan instrumen yang diperjualbelikan harus

memenuhi kriteria halal

Dasar Hukum Pasar Modal Syari’ah Surat Al-Baqoroh: 275 .........

.......... واحQQQل اللQQQه بيQQQع وحQQQرم الربQQQا ” “……… padahal Allah Telah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba……..”

Pemikiran untuk mendirikan pasar modal syariah dimulai sejak

munculnya instrumen pasar modal yang menggunakan prinsip syariah

yaitu reksadana syariah yang diluncurkan pertama kali pada tahun 1997.

Pasar modal syariah di Indonesia secara resmi diluncurkan pada tanggal

14 Maret 2003 oleh pemerintah yang diwakili oleh Menteri Keuangan yaitu

Budiono, Bapepam dan MUI.

C.2 Prinsip-prinsip dalam Pasar Modal Syariah

a) Pembiayaan atau investasi hanya bisa dilakukan pada aset atau

kegiatan usaha yang halal, spesifik dan bermanfaat. Karena uang

merupakan alat bantu pertukaran nilai, dimana pemilik harta akan

memperoleh bagi hasil dari kegiatan usaha tersebut, maka

pembiayaan dan investasi harus pada mata uang yang sama

dengan pembukuan kegiatan usaha.

b) Akad yang terjadi antara pemilik harta dengan emiten harus jelas.

Tindakan maupun informasinya harus transparan dan tidak boleh

menimbulkan keraguan yang dapat menimbulkan kerugian di salah

satu pihak. Baik pemilik harta maupun emiten tidak boleh

mengambil resiko yang melebihi kemampuannya dan dapat

menimbulkan kerugian. Penekanan pada mekanisme yang wajar

dan prinsip kehati-hatian baik pada investor maupun emiten.

C.3 Karakteristik

a) Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa efek. Bursa perlu

mempersiapkan pasca perdagangan dimana saham dapat

diperjualbelikan melalui pialang. Semua peusahaan yang

mempunyai saham yang dapat diperjualbelikan pada bursa efek

Page 20: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

diminta menyampaikan informasi tentang perhitungan (account)

keuntungan dan kerugian, serta neraca keuntungan kepada komite

manajemen bursa efek, dengan jarak tidak lebih dari tiga bulan.

b) Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi(HST) tiap-

tiap perusahaan dengan interval tidak lebih dari tiga bulan sekali.

Saham tidak boleh diperdagangkan dengan harga lebih tinggi dari

HST. Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST.

c) HST ditetapkan dengan membagi jumlah kekayaan bersih

perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang diterbitkan. Komite

manajemn harus memastikan bahwa semua perusahaan yang

terlibat dalam bursa efek itu mengikuti prakter standar akuntansi

syariah. Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam

satu minggu, periode perdagangan, setelah menentukan HST.

Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode

perdagangan dan dengan harga HST.

Di Indonesia, cikal bakal instrumen-instrumen keuangan atau modal

yang menggunakan prinsip-prinsip syariah adalah saham-saham yang

terdaftar di Jakarta Islamic Index . Jakarta Islamic Index (JII) merupakan

indeks yang terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan syariah Islam dan

merupakan tolak ukur kinerja suatu investasi saham berbasis syariah. JII

merupakan subset dari Indeks Harga Gabungan (IHSG) yang diluncurkan

pada tanggal 3 Juli 2000 dan menggunakan tanggal 1 Januari 1995

sebagai base date (dengan nilai 100).

Kriteria Saham-saham yang Masuk dalam Indeks Syariah

1) Menurut Fatwa DSN No.20 Usaha penjudian dan permainan yang

tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. Dan ini sesuai

dengan firman Allah Surat Al-Maidah (5): 90-91 yang berbunyi: يايها

الذين امنوا انماالخمر والميسر واالنصQQاب والزالم رجس من عمQQل الشQQيطن فQQاجتنبوه

لعلكم تفلحون . انما يريد شيطان ان يوقع بينكم العداوة والبغضاء فى الخمر والميسQQر

ويصدكم عن ذكر الله و عن الصلوة فهل انتم منتهون

2) Menurut Fatwa DSN No.20 Usaha lembaga keuangan konvensional

(ribawi) termasuk perbankkan dan asuransi konvensional. Hal ini

Page 21: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

sesuai dengan firman Allah Surat Al-Imron (3): 130 yang berbunyi:

يايها الذين امنوا ال تأكلوا الربوا اضعافا مضاعفه واتقوا الله لعلكم تفلحون

3) Menurut Fatwa DSN No.20 Usaha yang memproduksi,

mendistribusikan serta memperdagangkan makanan dan minuman

yang tergolong haram Usaha yang memproduksi, mendistribusi

dan/atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak

moral dan besifat mudhorot.

Peluang dan Tantangan Pasar Modal Syariah Di Indonesia

Dalam mengembangkan pasar modal syariah di Indoensia, ada beberapa

kendala yang dihadapi antara lain :

1.      Belum ada ketentuan yang menjadi legitimisi pasar modal

syariah dari Bapepam atau pemerintah, misalnya Undang-Undang.

Perkembangan keberadaan pasar modal syariah saat ini merupakan

gambaran bagaimana legalitas yang diberikan Bapepam dan

pemerintah lebih tergantung dari permintaan pelaku pasar yang

menginginkan keberadaan pasar modal syariah.

2.      Selama ini pasar modal syariah lebih populer sebagai sebuah

wacana dimana banyak bicara tentang bagaimana pasar yang

disyariahkan. Dimana selama ini praktek pasar modal tidak bisa

dipisahkan dari riba, maysir dan gharar, dan bagaimana

memisahkan ketiganya dari pasar modal.

3.      Sosialisasi instrumen syariah di pasar modal perlu dukungan

dari berbagai pihak. Karena ternyata perkembangan pasar modal

perlu dukungan berbagai pihak. Karena ternyata perkembangan

Jakarta Islamic Index dan reksadana syariah kurang tersosialisasi

dengan baik sehingga perlu dukungan dari berbagai pihak,

khususnya praktisi dan akademisi. Praktisi dapat menjelaskan

keberadaan pasar modal secara pragmatis sedangkan akademisi

bisa menjelaskan secara ilmiah.

Beradasarkan pada kendala –kendala di atas maka strategi yang perlu

dikembangkan :

1.      Keluarnya Undang-Undang Pasar modal syariah diperlukan

untuk mendukung keberadaan pasar modal syariah atau minimal

Page 22: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

menyempurnakan UUPM No 8 Tahun 1995, sehingga dengan hal ini

diharapkan semakin mendorong perkembangan pasar modal

syariah.

2.      Perlu keaktifan dari pelaku bisnis (pengusaha) muslim untuk

membentuk kehidupan ekonomi yang islami. Hal ini guna

memotivasi meningkatkan image pelaku pasar terhadap

keberadaan instrumen pasar modal yang sesuai dengan syariah.

3.      Diperlukan rencana jangka pendek dan jangka panjang oleh

Bapepam untuk mengakomodir perkembangan instrumen-

instrumen syariah dalam pasar modal. Sekaligus merencanakan

keberadaan pasar modal syariah di tanah air.

4.      Perlu kajian-kajian ilmiah mengenai pasar modal syariah, oleh

karena itu dukungan akadmisi sangat diperlukan guna

memahamkan perlunya keberadaan pasar modal syariah.

C.4 Perbedaan Pasar Modal Islami Dengan Pasar Modal

Konvensional

Ada dua hal utama dalam pasar modal syariah yaitu indeks Islam

dan pasar modal syariah itu sendiri. Indeks Islam menunjukkan

pergerakan harga-harga saham dari emiten yang dikatagorikan sesuai

syariah, sedangkan pasar modal syariah merupakan institusi pasar modal

sebagaimana lazimnya yang diterapkan berdasarkan “prinsip-prinsip

syariah.”

a. Indeks saham konvensional dan Indeks saham Islam

Indeks Islam tidak hanya dapat dikeluarkan oleh pasar modal

syariah saja tetapi juga oleh pasar modal konvensional. Bahkan sebelum

berdirinya institusi pasar modal syariah di suatu negeri, bursa efek

setempat yang tentu saja berbasis konvensional terlebih dahulu

mengeluarkan indeks Islam. Di Bursa Efek Jakarta misalnya, PT Bursa Efek

Jakarta (BEJ) bekerja sama dengan PT Danareksa Invesment Management

(DIM) meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) sebelum pasar modal syariah

sendiri diresmikan.

Adapun tujuan diadakannya indeks Islam sebagaimana Jakarta

Islamic Index yang melibatkan 30 saham terpilih, yaitu sebagai tolak ukur

Page 23: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

(benchmark) untuk mengukur kinerja investasi pada saham yang berbasis

syariah dan meningkatkan kepercayaan para investor untuk

mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah, atau untuk

memberikan kesempatan kepada investor yang ingin melakukan investasi

sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

Perbedaan mendasar antara indeks konvensional dengan

indeks Islam adalah indeks konvensional memasukkan seluruh

saham yang tercatat di bursa dengan mengabaikan aspek halal

haram, yang penting saham emiten yang terdaftar (listing) sudah sesuai

aturan yang berlaku (legal). Akibatnya bukanlah suatu persoalan jika ada

emiten yang menjual sahamnya di bursa bergerak di sektor usaha yang

bertentangan dengan Islam atau yang memiliki sifat merusak kehidupan

masyarakat. Misalnya pada awal tahun 2003 yang lalu, di Australia ada

rumah bordir (pelacuran) yang masuk ke bursa efek setempat.

Secara lebih rinci Dow Jones dalam websitenya membuat kriteria

saham yang tidak boleh dimasukkan ke dalam perhitungan Indeks Pasar

Islam (DJ Islamic Market Indexes), yaitu perusahaan yang bergerak dalam

produksi :

· Alkohol (minuman keras)

· Babi dan yang terkait dengannya

· Jasa keuangan konvensional / Kapitalis, seperti bank dan asuransi

· Industri hiburan, seperti hotel, kasino dan perjudian, bioskop, media

porno dan industri musik.

Dari uraian di atas dapat ditarik garis pemisah antara indeks Islam

dan indeks konvensional.

Pertama, jika indeks Islam dikeluarkan oleh suatu institusi yang

bernaung dalam pasar modal konvensional, maka perhitungan indeks

tersebut berdasarkan kepada saham-saham yang digolongkan memenuhi

kriteria-kriteria syariah sedangkan indeks konvensional memasukkan

semua saham yang terdaftar dalam bursa efek tersebut.

Kedua, jika indeks Islam dikeluarkan oleh institusi pasar modal

syariah, maka indeks tersebut didasarkan pada seluruh saham yang

Page 24: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

terdaftar di dalam pasar modal syariah yang sebelumnya sudah diseleksi

oleh pengelola.

b. Instrumen

Dalam pasar modal konvensional instrumen yang diperdagangkan

adalah surat-surat berharga (securities) seperti saham, obligasi, dan

instrumen turunannya (derivatif) opsi, right, waran, dan Reksa Dana.

Saham merupakan surat tanda penyertaan atau pemilikan

seseorang atau badan terhadap perusahaan yang menerbitkan saham

tersebut, sedangkan obligasi merupakan bukti pengakuan utang dari

perusahaan kepada para pemegang obligasi yang bersangkutan. Adapun

right adalah efek yang memberikan hak kepada pemegang saham lama

untuk membeli saham baru yang akan dikeluarkan emiten pada proporsi

dan harga tertentu. Waran merupakan turunan dari saham biasa yang

bersifat jangka panjang dan memberikan hak kepada para pemegangnya

untuk membeli saham atas nama dengan harga tertentu.

Sedangkan Reksa Dana (mutual fund) adalah perusahaan investasi

yang mengelola investasi saham, obligasi, dan lain-lainnya, dengan

menerbitkan surat berharga tersendiri yang ditujukan kepada para

investor, sehingga para investor tersebut tidak perlu lagi melakukan

investasi langsung terhadap berbagai surat berharga yang

diperdagangkan di bursa efek tetapi cukup membeli surat berharga yang

diterbitkan Reksa Dana tersebut.

Dalam pasar modal syariah, instrumen yang diperdagangkan

adalah saham, obligasi syariah dan Reksa Dana Syariah,

sedangkan opsi, waran dan right tidak termasuk instrumen yang

dibolehkan.

Adapun yang dimaksud saham dalam pasar modal syariah sama

dengan saham dalam pasar modal konvensional. Hanya bedanya saham

yang diperdagangkan dalam pasar modal syariah harus datang dari

emiten yang memenuhi kriteria-kriteria syariah .

Sementara obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional.

Obligasi konvensional merupakan suatu jenis produk keuangan yang tidak

dibenarkan dalam Islam karena menggunakan bunga sebagai daya

Page 25: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

tariknya. Menurut Muhammad al-Amin, intrumen obligasi syariah dapat

diterbitkan dengan menggunakan prinsip mudharabah, musyarakah,

ijarah, istisna’, salam, dan murabahah sehingga dari prinsip ini nama

obligasi syariah tergantung pada prinsip yang mana yang digunakan

emiten.

Di Indonesia penerbitan obligasi syariah ini dipelapori oleh Indosat

dengan menerbitkan Obligasi Syariah Mudharabah Indosat senilai Rp 100

milyar pada Oktober 2002 yang lalu. Obligasi ini mengalami oversubribed

dua kali lipat sehingga Indosat menambah jumlah obligasi yang

ditawarkan menjadi Rp 175 milyar.Langkah Indosat ini diikuti Bank

Muamalat dan Bank Syariah Mandiri (BSM) pada tahun ini.

Dalam konsep Obligasi Syariah Mudharabah, emiten menerbitkan

surat berharga jangka panjang untuk ditawarkan kepada para investor

dan berkewajiban membayar pendapatan berupa bagi hasil atau margin

fee serta pokok utang obligasi pada waktu jatuh tempo kepada para

pemegang obligasi tersebut. Dalam hal ini pihak emiten berfungsi sebagai

mudharib sedangkan investor pemegang obligasi sebagai shahibul mal.

Sementara emiten yang menerbitkan obligasi syariah harus memenuhi

persyaratan seperti persyaratan emiten yang masuk dalam kriteria indeks

Islam.

Instrumen ketiga yang diperdagangkan dalam pasar modal syariah

adalah Reksa Dana Syariah. Reksa Dana Syariah merupakan sarana

investasi campuran yang menggabungkan saham dan obligasi syariah

dalam satu produk yang dikelola oleh manajer investasi. Manajer investasi

menawarkan Reksa Dana Syariah kepada para investor yang berminat,

sementara dana yang diperoleh dari investor tersebut dikelola oleh

manajer investasi untuk ditanamkan dalam saham atau obligasi syariah

yang dinilai menguntungkan.

c. Mekanisme transaksi

Dalam konteks pasar modal syariah, menurut Alhabshi, idealnya

pasar modal syariah itu tidak mengandung transaksi ribawi, transaksi

yang meragukan (gharar), dan saham perusahaan yang bergerak pada

bidang yang diharamkan. Pasar modal syariah harus bebas dari transaksi

Page 26: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

yang tidak beretika dan amoral, seperti manipulasi pasar, transaksi yang

memanfaatkan orang dalam (insider trading), menjual saham yang belum

dimiliki dan membelinya belakangan (short selling).

Sementara itu Obaidullah mengemukakan etika di pasar modal

syariah, yaitu setiap orang bebas melakukan akad (freedom contract)

selama masih sesuai syariah, bersih dari unsur riba (freedom from al-

riba), gharar (excessive uncertainty), al-qimar/judi (gambling), al-maysir

(unearned income), manipulasi dan kontrol harga (price control and

manipulation), darar (detriment) dan tidak merugikan kepentingan publik

(unrestricted public interest), juga harga terbentuk secara fair

(entitlement to transact at fair price) dan terdapat informasi yang akurat,

cukup dan apa adanya (entitlement to equal, adequate, and accurate

infromation).

Inti dari apa yang disebutkan oleh Alhabshi dan Obaidullah tersebut

adalah pasar modal syariah harus membuang jauh-jauh setiap transaksi

yang berlandaskan spekulasi. Inilah bedanya dengan pasar modal

konvensional yang meletakkan spekulasi saham sebagai cara untuk

mendapatkan keuntungan. Meskipun dalam kasus-kasus tertentu seperti

insider trading dan manipulasi pasar dengan membuat laporan keuangan

palsu dilarang dalam pasar modal konvensional.

D. Perlunya Akuntansi Syari'ah Di Lembaga Bisnis (Keuangan)

Syari'ah

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, perubahan masyarakat

telah membawa perubahan yang cukup mendasar terhadap organisasi

akuntansi. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri, hadirnya lembaga

keuangan syari'ah pada khususnya dan sistem bisnis Islami (berdasarkan

syari'ah) tentunya akan mempengaruhi dan mencntukan organisasi

akuntansi yang akan digunakan. Hal ini muncul, karena karakteristik

masyarakat Islam menuntut aspek-aspek yang berbeda dengan apa yang

terjadi dan berlaku dalam masyarakat kapitalis. Hal berarti pula bahwa

akuntansi yang berlaku dalam sistem lembaga keuangan syari'ah, jelas

berbeda dengan sistem akuntansi yang berlaku dalam sistem lembaga

keuangan konvensional.

Page 27: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

Tujuan informasi akuntansi dalam lembaga keuangan syari'ah

muncul karena dua alasan, yaitu:

1.         Lembaga keuangan syari'ah dijalankan dengan kerangka syari'ah,

sebagai akibat dari hakikat transaksi yang berbeda dengan lembaga

keuangan konvensional;

2.         Pengguna informasi akuntansi pada lembaga keuangan syari'ah

adalah berbeda dengan pengguna informasi akuntansi di lembaga

keuangan konvensional.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dapat diuraikan sebagai

berikut:

Pengguna informasi akuntansi. Pengguna informasi akuntansi

utama dalam sistem lembaga keuangan syari'ah meliputi:

a. Shareholder;

b. Deposan;

c. Unrestricted investment account holders

d. Restricted investment account holders

e. Pengusaha, perusahaan atau agensi yang berhubungan dengan

bank;

f. Dewan Pengawas Syari'ah

g. Lembaga pemerintah, Bank sentral, Menteri Keuangan, Badan

Administrasi/Pengelola

Zakat;

h. Masyarakat luas

i. Pengamat non-Muslim;

j. Peneliti;

k. Pegawai lembaga yang bersangkutan.

Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna, meliputi:

a.       Informasi yang dapat membantu dalam menilai pelaksanaan

operasional bank dengan aturan tertulis dan jiwa syari'ah;

b.      Informasi yang dapat membantu dalam menilai kemampuan

lembaga dalam menjaga aset, mempertahankan likuiditas, dan

meningkatkan laba;

Page 28: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

c.       Informasi tentang inisiatif lembaga atas tanggung-jawabnya

terhadap pekerja, pelanggan, rnasyarakat dan lingkungan; dan

d.      Informasi yang dapat membantu dalam pertanggung-jawaban

manajemen.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perubahan masyarakat

telah membawa perubahan yang cukup mendasar terhadap organisasi akuntansi. Oleh karena

itu, tidak dapat dipungkiri, hadirnya lembaga keuangan syari'ah pada khususnya dan sistem

bisnis Islami (berdasarkan syari'ah) tentunya akan mempengaruhi dan menentukan organisasi

Page 29: Eksistensi Lembaga Keuangan Syariah

akuntansi yang akan digunakan. Hal ini muncul, karena karakteristik masyarakat Islam

menuntut aspek-aspek yang berbeda dengan apa yang terjadi dan berlaku dalam masyarakat

kapitalis. Hal ini berarti pula bahwa akuntansi yang berlaku dalam sistem lembaga keuangan

syari'ah, jelas berbeda dengan sistem akuntansi yang berlaku dalam sistem lembaga keuangan

konvensional.

Inti dari ekonomi islam khususnya lembaga keuangan syariah dan instansi syariah

lainnya adalah manusia dituntut agar menyadari bahwa manusia diciptakan untuk beribadah

kepada Allah swt, dalam segala hal yang dilakukan oleh manusia disana harus “ada Allah swt”

khususnya dalam kegiatan ekonomi.