eksperimen
DESCRIPTION
fidika eksperimenTRANSCRIPT
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik transversal yang dapat
dipantulkan, dibiaskan, difokuskan dengan lensa, dipolarisasi dan sebagainya.
Polarisasi hanya dapat diamati pada gelombang transversal dan tidak terdapat
pada gelombang bunyi, karena gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal.
Polarisasi cahaya dapat terjadi ketika cahaya dipantulkan dan
ditransmisikan oleh perbatasan dua dielektrik. Teori gelombang elektromagnetik
telah memprediksi bahwa cahaya yang direfleksikan akan terpolarisasi relatif
terhadap permukaan bidang yang merefleksikan dan bergantung pada sudut
datangnya.
Pemantulan fresnel bisa diamati, misalnya dengan menyalakan lampu
senter dihadapan tabir pada jarak beberapa cm didalam kamar gelap.
Dalam eksperimen ini, untuk menghasilkan cahaya yang melalui bahan kristal
yaitu menggunakan kristal dichroic (tourmaline). Kristal dichroic adalah suatu
bahan dimana penyerapan efektif hanya terjadi pada salah satu komponen
polarisasi. Sehingga dengan menggunakan kristal dichroic ini, kita dapat
menjelaskan sifat polarisasi cahaya laer HeNe maupun cahaya biasa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana grafik hubungan antara I dengan untuk dua sumber cahaya yang
digunakan ?
2. Bagaimana pengaruh bidang penunda terhadap susunan polarizer dan
analizer?
3. Bagaimana mutu / tingkat ketelitian dari pengukuran intensitas cahaya dengan
menggunakan ralat relatif?
1.3 Tujuan
1. Mengukur reflektansi gelas dan akrilik sebagai fungsi sudut
2. Menentukan nilai sudut Brewster untuk gelas dan akrilik.
3. Menentukan indeks bias medium.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa cara getaran dalam arah tertentu dapat “disisihkan”
seluruhnya atau sebagian dari seberkas cahaya. Salah satunya proses pemantulan
yang telah kita kenal. Bila cahaya mengenai permukaan pantul, bagian-bagian dari
gelombang itu yang lebih suka memantul ialah vektor listrik yang bergetar tagak
lurus terhadap bidang dating. Bidang dating ialah bidang yang dilalui sinar datang
dan garis normal permukaan. Suatu pengecualian ialah bahwa pada sinar datang
yang tegak lurus semua arah polarisasi dipantulkan dengan arah sama. Pada sudut
datang tertentu yang dikenal sebagai sudut polarisasi , tidak ada cahaya yang
dipantulkan. Kecuali vektor listrik yang tegak lurus terhadap bidang datang.
(Zemansky, 1994: 1025).
Pemantulan berkas sinar dapat menjadi terpolarisasi, apabila sudut
datangnya sama dengan apa yang dinamakan sudut Brewster. Berkas sinar
dikatakan terpolarisasi bidang apabila bidang getar gelombang medan listrik dan
medan magnetnya tertentu. Pada umumnya berkas cahaya terdiri atas sinar-sinar
dari berbagai kemungkinan bidang getar bagi medan listrik dan medan
magnetnya, dan bidang getar itu dinamakan bidang polarisasi. (Peter Soedojo,
1992: 153)
Polarisasi cahaya dapat terjadi ketika cahaya dipantulkan dan
ditransmisikan oleh perbatasan dua elektrik. Teori gelombang elektromagnetik
telah mempredikdikan bahwa cahaya yang direfleksikan akan terpolarisasi relative
terhadap permukaan bidang yang merefleksikan dan bergantung pada sudut
datangnya.
Pemantulan Fresnel adalah yang paling mudah diamati, misalnya dengan
menyalakan lampu senter dihadapan tabir pada jarak beberapa cm didalam kamar
gelap. Dengan pemantulan Fraunhofer, pola pemantulan baru akan teramati
apabila ditempatkan lensa konvergen diantara celah dan tabir. Namun di lain
pihak analisis untuk pemantulan Fresnel, yang dikemukakan oleh Augustin Jean
Fresnel pada tahun 1819, jauh lebih sulit dibandingkan dengan analisis untuk
pemantulan Fraunhofer.
Untuk gelombang dengan polarisasi TE (Transverse Electric), vector-
vektor medan listrik , dan tegak lurus pada bidang datang. Uraian serupa
yang searah dengan pemilihan medan yang searah akan menghasilkan rumus-
rumus Fresnel :
(2.1)
(2.2)
Gambar 2.1 Komponen gelombang EM pada bidang batas
Mengingat persamaan Snellius tentang pembiasan, dimana:
= (2.3)
Dengan n adalah indeks bias, diman kecepatan gelombang dalam medium adalah
v untuk gelombang cahaya, kecepatan propagasi ini dapat diindikasi dengan
karekteristik medium dengan indeks bias (Guenther, 1990 : 66)
Dengan menampilkan parameter indeks bias secara eksplisit,
rumus-rumus Fresnel diatas dapat pula dituliskan dalam bentuk:
(2.4)
(2.5)
(2.6)
(2.7)
Perhatikan bahwa hanya gelombang pantul pada batas media
dielektrikyang dapat mengalami perubahan fase 180o, sedangkan gelombang bias
tidak mengalami perubahann fase. Apabila gelombang yang ditinjau tidak
memiliki polarisasi TM atau TE murni, maka medan gelombang tersebut harus
diuraikan terlebih dahulu dalam komponen TM dan TE, jadi misalnya :
+ (2.8)
dengan sejajar bidang datang dan tegak lurus bidang datang. Kemudian
terapkan rumus-rumus Fresnel untuk masing-masing komponen secara terpisah.
Akhirnya medan gelombang pantul dan medan gelombang bias ditentukan oleh
superposisi linear;
= + , = + (2.9)
dan :
(2.10)
Untuk mempelajari lebih lanjut perubahan yang dialami berkas gelombang
dengan sudut datang , maka rumus dan dari persamaan (2.4) dan (2.6)
dalam bentuk:
(2.11)
(2.12)
(M. Otjia, : 149-153)
dengan n1 2 = n2 / n1, dimana n1 indeks bias medium 1 ( udara ) dan n2 indeks bias
medium 2 ( gelas atau akrilik ). Persamaan ( 2.11 ) dan (2.12) dikenal dengan
Hukum Pemantulan Fresnel.
Ketika sangat kecil atau gelombang datang mendekati arah normal maka
diperoleh = 0 ( cahaya normal ), sehingga :
Hukum Fresnel menjadi :
(2.13)
Sehingga intensitas gelombang refleksinya adalah :
(2.14)
~ 0,04 pada batas antara udara dan gelas.
Sudut Brewster selalu dapat didefinisikan untuk pembatas antara dua media
yang berbeda. Untuk menentukan sudut Brewster yaitu :
(2.15)