eksplorasi dan asam laktat isolat lokal sumatera …
TRANSCRIPT
----- -------
LAPORAN AKHIR PENELITIAN HmAH BERSAING
EKSPLORASI DAN ASAM LAKTAT ISOLAT LOKAL SUMATERA UTARA SEBAGAI
BIOKONTROL BAKTERIPATOGEN PADA lKAN AIR TAWAR
Tabuo ke-2 dari reocaoa 2 tabuo
Ketua : Dr. It Jamilah, M.Sc. NIDN: 0012106305
Aoggota: Prof. Dr. Dwi Suryaoto NIDN: 0009046404
Dibiayai oleh DIP A Direktorat Penelitian Pengabdian Pada Masyarakat Tahun Anggaran 2015, sesuai dengan Surat Petjanjian Penugasan Pelaksanaan Hibah
Penelitian Bagi Dosen Perguruan Tinggi Batch I USU Nomor: 120/SP2HIPLlDit.LitabmasIII12015, tanggal 05 Pebruari 2015
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Oktober, 2015
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
PenelitilPelaksana Nama Lengkap Perguruan Tinggi NIDN Jabatan Fungsional Program Studi NomorHP Alamat sure 1 (e-mail) Anggota (1) Nama Lengkap NIDN Perguruan Tinggi Institusi Mitra (jika ada) Nama Institusi Mitra Alamat Penanggung Jawab Tahun Pelaksanaan Biaya Tahun BeIjalan Biaya Keseluruhan
Mengetahu' Dekall FMIP -USU
: Eksplorasi dan Pengembangan Bakteri Asam Laktat Isolat Lokal Sumatera Utara sebagai Biokontrol Bakteri Patogen pada Budi Daya Ikan Air Tawar
: Dra. IT JAMILAH M.Sc. : Universitas Surnatera Utara : 0012106305 : Lektor : Biologi : 081387839793 : [email protected]
: DWI SURY ANTO : 0009046404 : Universitas Sumatera Utara
: Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun : Rp 61.000.000,00 : Rp 132.000.000,00
Me/ian, Sumatera Utara, 1 - 12 - 2015 Ketua,
4k (Dr. Suta ... ?fl, M.Sc.)
NIP/NIK·196310261991 031 00 1 (Dra. IT JAMILAH M.Sc.)
NIP~IK196310121991032003
Copyright(c): Ditlitabmas 2012. 1lpdaled 2015
DAFTARISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................... .
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... 11
RINGKASAN ........ ........... ................. ........................................................ .... ..... ....... 111
PRAKATA.................................................................................................................. IV
DAFTAR lSI ............................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. vi
DAFT AR LAMPIRAN ........................................................................... .................... vii
BAB 1. PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
BAB 2. TINJAUANPUSTAKA ................................................................................. 4
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ................................................... 9
BAB 4. METODE PENELITIAN .............................................................................. 10
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 16
BAB 6. RENCANA T AHAP BERIKUTNY A....... ............... ...................... ....... ....... 25
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 26
DAFT AR PUST AKA ................................................................................................. 27
LAMPIRAN ............................................................................................................... 31
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, penelitian ini dapat
dilaksanakan sampai selesai. Penelitian ini merupakan penelitian Tahap II (tahun ke-2)
dari 2 tahun yang direncanakan. Eksplorasi isolat-isolat bakteri lokal Indonesia sangat
dianjurkan untuk digali dan dilihat karakteristiknya. Hal ini dapat dijadikan landasan
dasar baik untuk konservasi keanekaragaman hayati, iklim dan pemanfatanya dalam
pertanian, industri dan kesehatan. Kelompok bakteri asam laktat (BAL) sudah sangat
banyak dilaporkan merupakan bakteri-bakteri yang sangat bermanfaat atau sering
disebut "bakteri haik" atau bakteri «probiotik". Awalnya pemanfaatanya lebih terfokus
terhadap kesehatan manusia kemudian ke hewan, tetapi tiga dekade terakhir sudah
dilaporkan probiotik juga berperan besar dalam mendukung kehidupan di lingkungan
budi daya perairan (akuakultur). Aplikasi probiotik pada akuakultur berbeda dengan
pada manusia dan hewan teresteria1. Penelitian ini merupakan salah satu upaya mencari
isolat-isolat BAL yang akan dimanfaatkan sebagai biokontrol pada lingkungan
akuakultur, untuk mendukung produksi ikan budi daya air tawar di Indonesia umumnya
dan Sumatera Utara khususnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kementrian Ristek-Dikti yang telah
menggagas dan mendukung proyek ini, selanjutnya kepada Universitas Sumatera Utara
khususnya Lembaga Penelitian yang sudah bekeIja keras melakukan pengarahan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan penelitian ini. Selanjutnya kepada semua pihak
yang telah membantu terlaksananya penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih
dan mohon maaf jika terdapat kekurangan dari kami.
Akhimya penuJis berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat
walaupun masih banyak kekurangan. Penulis sedang berusaha menulis artikel ilmiah
yang baik untuk dapat diterbitkan di jurnal bereputasi haik.
Medan,l Desember 20] 5
jAPe.nulis
/ ('--
Jy/1)~ -------
It Jamilah
v
L. plan/arum dilakukan terhadap bibit ikan Nila in vitro. Produk penelitian tahap-2 ini
ialah model kapsul probion untuk budi daya ikan air tawar.
Hasil penelitian menunjukan bahwa bola kapsul yang dihasilkan berukuran d=
2.0-5 mm, warna krem keputihan, tekstur kenyal. Jumlah sel terperangkap ± 9 log
CFU/ml/gram kapsul. Pengeringan kapsul selama 4 jam pada suhu 40 DC masih dapat
mempertahankan viabilitas sel dalam kapsul sekitar 8 log CFU/ml. Setelah itu viabilitas
mulai menurun. Penyimpanan kapsul pada suhu ruang dan suhu 4 DC ( dalam
refrigerator) selama 4 minggu dapat mempertahankan sel probiotik hingga 85-90%.
Kontaminasi kapang tidak ditemukan selama penyimpanan, namun ditemukan ragi pada
penyimpanan pada suhu ruang (28°C) mulai minggu ke-3 sampai minggu ke-4 dalam
jumlah yang sangat rendah (1,0 -1,5 log CFU/ml/g bola kapsul). Kecepatan
Pembebasan sel dari kapsul pada simulasi pH usus (PBS pH 7.4) mulai 30 menit
sebanyak 45-50% dan maksimal pada jam ke 2,5 dan ke-3, setelah itu stabil sampai 4
jam (±100%). Kapsul sinbiotik dapat melindungi sel dari pH asam lambung dan
membebaskan sel pada pH cairan usus. Kapsul sinbiotik yang diperoleh sangat
berpotensi dapat digunakan sebagai probiotik pada budi daya perikanan air tawar.
iv
RlNGKASAN
Perkembangan penyakit bakteri pada sistim budi daya ikan dapat menurunkan
produksi ataupun kualitas produk perikanan. Tingkat pencemaran air pada budi daya
perikanan oleh berbagai limbah masih sangat tinggi di Indonesia. Sistim budi daya
perikananan intensif, dapat pula berdampak negatif terhadap tingginya polutan organik
di air, karena pasokan pakan hampir 100% dari luar kolam. Pakan yang sebagian besar
terdiri atas protein dapat memacu perkembangan bakteri patogen di perairan.
Isolat BAL lokal Sumatera Utara yang diisolasi dari lingkungan kolam ikan Nila
yaitu Lactobacillus aCidophilus, Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus agi/is
dilaporkan potensial dalam menghambat perkembangan bakteri patogen ikan air tawar
berturut-turut Aeromonas hydrophila (Harahap et al. 2013), Streptococcus agalactiae
(Mayasari et al. 2013) dan Mycobacterium fortuitum (Sitepu et al. 2013). Tiga laporan
di atas merupakan sebahagian penelitian Tahap I dari penelitian ini. Selain itu telah
diperoleh pula dua isolat BAL lokal Sumatera Utara yang potensial dalam menghambat
patogen ikan yang diisolasi dari ikan Mas (kode UMl) dan ikan Gurame (Kode SP 7)
yang masing-masing menghambat patogen Aeromonas salmonicida dan Edwarsiella
tarda dengan zona hambat 8 mm dan 8.15 mm pada uji tantang in vitro. Kedua isolat
ini diidentifikasi berdasarkan sekuen gcn 16S rRNA (Hasil sekuen belum membcrikan
hasil yang memuaskan dan sedang dilakukan pengulangan, hasil akan diterbitkan dalam
artikel).
Teknologi enkapsulasi probiotik dapat meningkatkan ketahanan atau viabilitas
sel probiotik selama proses penyimpanan maupun aplikasi. Tujuan penelititian ini ialah
mengembangkan teknologi enkapsulasi terhadap sel BAL potensial probiotik yang
sudah diperoleh pada tahun I; Lactobacillus plantarum, L. agilis, isolat UMI dan Sp7
dengan bahan kalsiurn alginat, penyalut tambahan tepung gum Arab dan atau susu skim
dan penambahan prebiotik (tepung inulin). Produk ini dikenal sebagai "sinbiotik".
Selanjutnya dilakukan karakterisasi kapsul simbiotik dan uji viabilitasnya selama masa
pengeringan, penyimpanan pada suhu ruang dan 4°C, melihat waktu pembebasan sel,
dan ketahanan sel pada simulasi kond;si pH asam lambung (pH 2), dan pH cairan usus
(pH 6,8). Selain itu dilihat juga tingkat kontaminasi kapang/khamir selama
penyimpanan. Uji patogenitas dan potensi sebagai agen biokontrol dari isolat
iii
BABI. PENDAHULUAN
Penyakit ikan yang ditimbulkan akibat serangan bakteri patogen merupakan
salah satu permasalahan serius karena sangat berpotensi menimbulkaan kerugian yang
besar. Penurunan tingkat produksi, kualitas bahkan kegagalan panen akibat kematian
dapat teIjadi. Moti! Aeromonas Septicemia (MAS) merupakan penyakit ikan yang
disebabkan oleh bakteri Aeromonas merupakan rnikroorganisme yang banyak
ditemukan pada perairan tawar terutarna yang mengandung bahan organik tinggi
(Ayuningtyas, 2008). Bakteri ini dapat menginfeksi banyakjenis ikan air tawar seperti
Catfish, Cyprinidae, Cichlidae, Rainbow trout, Salmodae, katak, siput dan udang air.
Selain itu bakteri patogen penyebab penyakit ikan ialah Streptococcus agalactiae yang
menyebabkan penyakit streptococcosis (Taukhid, 2009).
Laporan penelitian tentang usaha untuk mengatasi perkembangan bakteri
patogen pada sistim akuakultur sudah banyak dilakukan, salah satunya adalah dengan
pemanfaatan bakieri probiotik (Veschuere et af. 2000). Pengkajian bakteri probiotik
telah dilakukan dalarn berbagai disiplin ilmu rnikrobiologi, mulai dari eksplorasi dan
penapisan (Widiyanto et al. 1998, Widiyanto 2005, Laloo et af. 2007, Jamilah et af
2009, Jamilah & Nunuk 2012), rekayasa (Widanarni et af. 2005), karakterisasi (Vmar et
af.2001, Jamilah 2011 dan aplikasi (Wang et al. 1998, Vaseharan & Ramasamy 2003,
ZiaiNejad et af. 2006, Zhou et af. 2009).
Pemanfaatan probiotik pada sistim akuakultur berbeda dengan pada manusia
dan hewan teresterial. Pada inang ini probiotik diaplikasikan pada saluran pencemaan
sedangkan pada budi daya perairan probiotik diaplikasikan pada air, permukaan tubuh
hewan, maupun melalui makanan (Verschuere et al. 2000). Aksi bakteri probiotik pada
akuakultur dapat melalui beberapa cara (i) menghasilkan senyawa antimikrob, (ii)
kompetisi senyawa kimia, atau energi tersedia (iii) kompetisi daerah pelekatan, (iv)
memacu respon imun, (v) meningkatkan kualitas air, (vi) interaksi dengan fitoplankton,
(vii) sllmber makro dan mikronutrient dan (viii) kontribusi enzimatik untuk pencernaan.
Kehadiran bakteri penghasil senyawa antimikrob di usus, media kultur, pennukaan
tubuh memberikan perlindungan terhadap perkembangan patogen maupun oportunis
(Veschuere et af. 2000).
Bakteri asam laktat (BAL) dikenal sebagai salah satu bakteri probiotik yang
umumnya digunakan untuk pemerosesan makanan dari bahan susu, sayuran, daging,
dan ikan. Saat ini BAL tidak hanya dikenal sebagai probiotik pada usus hewan dan
manusia tetapi juga dapat berperan sebagai probiotik pada sistim budi daya air
(akuakultur) (Veschuere et aZ. 2000). Bakteri Asam Laktat (BAL) dikenal sebagai
bakteri probiotik yang salah satu perananya sebagai agen biokontrol patogen. Efektifitas
BAL sebagai probiotik di perairan sudah banyak dilaporkan (Gracia de la Banda et al.
1992; Gatesoupe 1991; Harzevelli et al. 1998). BAL berpotensi memproduksi senyawa
antibakteri seperti bakteriosin yang potensial menjadi biopreservatif yang menghambat
mikroorganisme patogen yang berbahaya (Savadogo et aI., 2006). Hasil penelitian
Wardani (2013) menunjukkan bahwa bakteri Lactobacillus dan Micrococcus mampu
mengbambat Vibrio aZginolyticus sehingga mampu memproteksi ikan bandeng melalui
mekanisme produksi senyawa antibakteri. Hasil penelitian Ratentondok (2011 )
menunjukkan bahwa udang windu mempunyai beberapa macam bakteri di dalam
salman pencemaannya dimana berdasarkan uji in vitro diperoleh tiga isolat potensial
bakteri sebagai agen probiotik yang memiliki daya hambat terhadap perkembangan V.
harveyi, yakui bakteri dari genus Bacillus, Lactobacillw; dan Staphylococcus.
Teknologi mikroenkapsulasi sudah digunakan secara luas untuk melindungi
mikroorganisme, sel maupun jaringan dari degradasi lingkungan maupun fisiologi.
Mikroenkapsulasi dapat meningkatkan ketahanan atau viabilitas sel probiotik selama
proses penyimpanan maupun aplikasi. Teknik yang tersedia untuk imobilisasi sel hidup
ialah penjeratan dalam bola-bola kalsium alginat yang sering dilakukan terhadap bakteri
asam laktat (Chandramouli et al. 2004). Alginat tidak toksik terhadap sel yang
diimobilisasi, dan sudah diterima sebagai zat tambahan pada makanan (Prevost dan
Divies, 1992).
Enkapsulasi adalah proses dimana bahan aktif (contoh probiotik) dijerat atau
dibungkus dengan bahan matrik (mis. protein dan/polisakarida) (Risch 1995). Probiotik
yang digabung dengan bahan prebiotik pada enkapsulasi dapat meningkatkan ketahanan
sel dalam simulasi asam lambung (Wood 2010). Bahan yang membentuk bungkus
disebut dengan bahan penyalut, membran atau jaket. Hidrokoloid adalah bahan
penyalut yang sering digunakan untuk makanan (Roberfroid 2000; Anal & Singh 2007).
Bahan alami lebih disukai untuk membuat pembungkus bahan aktif (sel probiotik)
untuk makanan terdiri atas pati, maltodekstrin, tepung gum (Arabic gum), selulosa,
gelatin, karagenan, alginat ect. (Sheu & Marshall, 1993).
Tujuan penelititian ini ialah : mengembangkan teknologi enkapsulasi terhadap sel BAL
potensial menghambat patogen (penelitian Tahap I) yang ditambahkan dengan prebiotik
(sinbiotik) dan karakterisasi kapsul simbiotik untuk uji viabilitasnya selama masa
pengeringan, penyimpanan pada suhu ruang dan 4°C, mengetahui waktu pembebasan
sel, dan melihat ketahanan sel pada simulasi kondisi pH lambung (asam) dan usus
(netral). Produk tahap ke-2 penelitian ini ialah model kapsul probion untuk budi daya
ikan air tawar. Metode enkapsulasi sel BAL terpilih dilakukan dengan penambahan
konsentrasi sel dengan bahan prebiotik (tepung inulin), bahan penyalut tambahan
(tepung gum atau susu skim) kemudian ditambahkan kalsium alginat (Reyed, 2007
dengan modifikasi penambahan prebiotik). Kapsul sinbiotik kemudian dikarakterisasi
sesuai kondisi aplikasi penyimpanan (suhu, kadar air dan tingkat pencernaranjamur).
Bakteri Asam Laktat (BAL)
Bakteri asam laktat adalah sejumlah bakteri Gram positif, tidak membentuk
spora, memproduksi asam laktat sebagai hasil akhir fermentasi glukosa. Bakteri asam
laktat bersifat katalase negatif. Fermentasi glukosa dibedakan dalam dua jalur utama
yaitu glikolisis (Embden-Meyer Pathway) yang menghasilkan produk akhir asam laktat
secara keseluruhan (homofermentatif) dan jalur 6-phosphogluconatl phosphoketolase
yang juga menghasilkan sejumlah besar produk akhir lainnya, seperti etanol, asam
asetat dan CO2. Beberapa genus penting yang tergolong dalam bakteri asam laktat
antara lain Carnobacterium, Enterococcus, Lactobacillus, Lactococcus, Leuconostoc,
Paralactobacillus, Pediococcus, Streptococcus dan Weissella (Leistner, 2000). Genus
Leuconostoc dan beberapa spesies anggota genus Lactobacillus dikategorikan dalam
jenis heterofermentatif obligat (Caplice and Fitzgerald, 1999), bakteri genus ini
mendegradasi heksosa menjadi asam laktat dan produk sampingan lainnya seperti asam
asetat, etanol, CO2, H20 2 dan bakteriosin serta mendegradasi pentosa menjadi asam
laktat dan asam asetat (Lyhs et al. 2002).
BAL mampu memproduksi substansi antimikroba yang dapat menekan
pertumbuhan bakteri patogen. Selain itu BAL memiJiki kemampuan untuk menempel
pada sel epitel usus, serta akan teIjadi peningkatan sel lempengan peyer sebagai
indikasi tersekresinya immunoglobulin (lgA) yaitu suatu reaksi terbentuknya
kekebalan terhadap infeksi bakteri (Salminem et at. 2004). Bakteri asam laktat tersebar
sebagai mikrobiota normal pada usus beberapa jenis ikan (Ringo and Gatesoupe,
1998). Mikrobiota di usus dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan ikan.
Bakteri ini dikarakterisasi sebagai bakteri Gram positif, tidak bergerak (non motd),
tidak menghasilkan spora dan memproduksi asam laktat sebagai produk utama
fermentasi di dalam proses metabolisme (Azizpour, 2009). Senyawa metabolit yang
dihasilkan diantaranya memiliki kemampuan penghambatan pertumbuhan
mikroorganisme lainnya yang dikenal dengan senya.va antimikroba. Selain asam laktat
bakteri ini juga menghasilkan beberapa komponen antimikroba yaitu karbondioksida,
hidrogen peroksida, diasetil, reuterin dan bakteriosin serta asam organik lainnya
(Amezquita and Brashears, 2002).
Dari isolasi bakteri yang dilakukan terhadap usus ikan Kerapu Macan
(Ephinephelu,> foscogatus) didapatkruJ 9 spesies bakteri yang 5 spesies diantaranya
merupakan BAL yaitu Lactococcus ~p., Carnobacterium sp., Lactobacillus sp.,
Micrococcus sp., dan Bifidobacterium sp. serta kelompok lainnya juga sebagai flora
nonnal yaitu Staphylococcus sp., Bacillus sp., Eubacterium sp., Pseudomonas sp.,
Micrococcus sp., (Feliatra dkk, 2004). Studi isolasi juga dilakukan pada berbagai
spesies ikan air tawar oleh Cai et al. (1999) menggambarkan kehadiran genus
Lactobacillus sebagai mikrobiota usus paling dominan pada ikan mas (Cyprinus
carpio).
Enkapsulasi
Enkapsulasi adalah proses atau teknik untuk menyalut inti yang berupa suatu
senyawa aktif padat, cair, gas, ataupun sel dengan suatu bahan pelindung tertentu yang
dapat mengurangi kerusakan senyawa aktif tersebut. Enkapsulasi membantu
memisahkan material inti dengan lingkungannya hingga material tersebut terlepas
(release) ke lingkungan. Material inti yang dilindungi disebut core dan struktur yang
dibentuk oleh bahan pelindung yang menyelimuti inti disebut sebagai dinding,
membran, atau kapsul (Kailasapathy 2002, Krasaekoopt et aJ. 2003). Kapsul merupakan
bahan semipenneabel, tipis, berbentuk bulat dan kuat dengan diameter bervariasi daTi
beberapa mikrometer hingga millimeter (Anal dan Singh 2007).
Enkapsulasi dapat dilakukan pada bakteri probiotik untuk memberikan
perlindungan terhadap bakteri probiotik dari kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan seperti panas dan bahan kimia (Frazier dan Westhoff 1998).
Enkapsulasi probiotik telah banyak dilakukan untuk meningkatkan ketahanan atau
viabilitas sel probiotik selama proses pembuatan produk dan penyirnpanan (Homayouni
et al. 2008a, Capela el al. 2006; Krasaekoopt et al. 2006), serta meningkatkan
ketahanan se1ama dalam jalur pencemaan (pH rendah dan cairan empedu) (Sultana et
al. 2000, Picot dan Lacroix 2004, Mandai et al. 2006, Castilla et al. 2010). Enkapsulasi
beberapa kultur ba:,teri termasuk probiotik dilakukan untuk memperpanjang umur
simpan dan mengubah menjadi bentuk serbuk agar Iebih mudah dalam penggunaan
(Krasaekoopt el al. 2003). Enkapsulasi probiotik dapat diaplikasikan untuk produksi
kultur starter susu fermentasi dan produksi makanan-minuman probiotik yang
menekankan aspek peningkatan viabilitas sel dalam produk dan saluran pencemaan,
serta untuk meningkatkan sifat sensorik produk (Mortazavian et al. 2007).
Teknologi untuk enkapsulasi probiotik dapat dibagi rnenjadi dua bagian, yaitu:
1) Enkapsulasi probiotik di dalam larutan bahan pengkapsul, 2) Pengeringan larutan
bahan pengkapsul (Mortazavian et af. 2007). Tahapan enkapsulasi probiotik dapat
dilakukan dengan dua teknik, yaitu ekstrusi dan emulsi (Krasaekoopt et al. 2003).
Teknik ekstrusi dilakukan dengan cara menambahkan mikroorganisme probiotik ke
dalam larutan hidrokoloid natrium alginat, kemudian diteteskan ke dalam larutan
pengeras (CaC12) menggunakan syringe sehingga terbentuk beads. Ukuran dan bentuk
beads yang dihasilkan bergantung pada diameter jarum dan jarak tetes jarum dengan
larutan CaC12 (Krasaekoopt et al. 2003). Berbeda dengan teknik ekstrusi, teknik emulsi
dilakukan dengan menyuspensikan sebagian kecil polirner (alginat) ke dalam minyak
nabati seperti minyak kedelai, minyak bunga matahari, minyak conola, atau minyak
jagung, kemudian dihomogenisasi dalam bentuk water in oil (w/o). Emulsi tersebut
akan membentuk droplet. Ukuran beads pada metode emulsi ditentukan oleh ukuran
droplet emulsi yang terbentuk. Ukuran droplet emulsi dapat dikontrol dengan kecepatan
pengadukan saat emulsifikasi (Krasaekoopt et al. 2003).
Pada tahap pengeringan bahan pengkapsul berisi sel probiotik untuk
mendapatkan sel terenkapsulasi berbentuk serbuk atau granul dapat dilakukan dengan
beberapa teknik, yaitu freeze drying, pencampuran suspensi sel mikrob ke natrium
alginate. Suspensi sel diteteskan ke dalam Iarutan CaCh (Sultana et af. 2000, Capela et
al. 2006) dan Spray drying (Lian et al. 2003, Picot dan Lacroix 2004). Enkapsulasi
probiotik dengan teknik pengering semprot dan pengering beku menghasilkan probiotik
terenkapsulasi kering dalam bentuk serbuk atau granul, sedangkan teknik emulsi dan
ekstrusi menghasilkan probiotik terenkapsulasi dalam bentuk jel (hydrocolloid beadr;)
(Krasaekoopt et af. 2003). Namun, penggunaan teknikfreeze drying relatif mahal dan
sangat sulit diaplikasikan pada skala industri (Mortazavian et af. 2007), sedangkan
penggunaan teknik spray drying membutuhkan suhu operasi yang tinggi sehingga
kurang cocok diaplikasikan untuk enkapsulasi probiotik (Kailasapathy 2002). Beberapa
metode pengeringan yang telah digunakan untuk mengeringkan jel kalsium alginat
(beads) adalah hot air oven, vacuum drying, dan microwave (Shariff et af. 2007).
Keefektifan dari bahan dan teknik enkapsulasi yang digunakan untuk
menghasilkan probiotik terenkapsulasi dapat dievaluasi dari beberapa parameter
kualitatif, diantaranya viabilitas sel probiotik selama proses enkapsulasi dan
pengering~ pembuatan produk dan penyimpanan, kelarutan beads dan kemampuan sel
untuk release serta sifat mikrogeometri beads (bentuk dan ukuran) (Mortazavian et al.
2007). Tingkat ketahanan bakteri probiotik setelah diberi beberapa perlakuan dapat
diukur dengan metode plate count (Roka dan RantaAN"maki 2010).
PETA JALAN PENELITIAN
, ~
1'''I''ii
--Mei- Juni 2014 J ,-/7.-,.,-,,...·.-1'3 •. 3. ..•• ,) •. __ ' ....• _. __ r_._>:' .. _._ ..•. "." 5':'."'., . . ;'".
'_,.,,- .. , .. .I:;-" .. Q,_ .}.,_
L5 .. _-November 2015
Maret - Mei 20 15"~]
~-'Jt.-__ ... __ ' .... _"'.~~L>":'""':.~~'._
·:O··~":;--;-:_._,,,.·.·.%·.·<i;;>;;>;c;..'%7,";'.'''-!.: .. , .. .t .• -'''-:.·.,",
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Tujuan khusus yang ingin dicapai ialah:
1) identifikasi isolat-isolat BAL potensial dalam mengendalikan sel bakteri
patogen ikan air tawar asal Sumatera Utara.
2) mengetahui patogenisitas isolat-isolat BAL terpilih terhadap bibit ikan nila
3) enkasuplasi isolat BAL terpilih dengan penyalut tambahan (susu skim/gum Arabic) dan
prebiotik (inulin) dengan teknik
4) melihat ukuran, bentuk, tekstur bola kapsul sinbiotik, viabilitas sel selama pengeringan,
penyimpanan pada suhu dan waktu tertentu, tingkat pencemaran mikroba Gamur dan
ragi) selama masa simpan, kecepatan pembebasan sel pada simulasi pH lambung dan
usus
Manfaat Penelitian
1. memperoleh isolat BAL lokal Sumatera Utara sebagai probiotik yang
menghasilkan senyawa antimikrob yang potensial dalam mengendalikan
bakteri patogen ikan air tawar (Tahap I)
2. menghasilkan produk kapsuk sinbiotik BAL yang memiliki ciri-ciri terukur dan
berkualitas baik untuk memperpanjang masa simpan maupun dalam aplikasinya
sebagai agen biokontrol pada akuakultur air tawar (Tahap TI).
BAB 4. METODE PENELITIAN
Pemeriksaan Kemurnian dan Persiapan Kultur Bakteri Asam Laktat
Isolat-isolat murni BAL Lactobacillus plantarum. L. agilis. UM1 dan Sp7 dari kultur
stok, diremajakan dalam media MRSB (deMan Ragosa Sharp Broth), kemudian diinkubasi
selama 24-48 jam pada suhu 37°C. Kemumian kultur dilakukan untuk memastikan
kemumian kultur, yang dilakukan melalui pemeriksaan morfologi seeara mikroskopis dengan
metode pewamaan Gram, dan uji katalase. Bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri
Gram positif dan umumnya katalase negatif (Syahrurahman, 1994). Setlah itu dilanjutkan
dengan pemanenan biomassa seI. Pemanenan biomassa sel dilakukan setelah mengkultur
BAL dalam 10 ml MRSB selama 24 jam pada suhu 37°C. Satu ml dari kultur diinokulasikan
ke dalam 100 ml MRSB, yang digunakan sebagai kultur antara. Sebanyak 10 mI kultur antara
ditumbuhkan pada 1000 ml MRSB (1: 100) yang digunakan untuk produksi biomassa.
Biomassa dipanen pada akhir fase logaritmik (kultur berumur 14 jam). Sel dipanen dengan
cara disentrifugasi pada kecepatan 4500 xg selama 15 menit pada suhu 4 °c (Thermoscientific, USA), kemudian dicuci dengan PBS 0.1 M sebanyak 3 x (Li & Chen
2009).
Uji Patogenitas sel BAL terhadap Ikan Nila
Sel BAL yang diuji patogenisitasnya ialah AK5 (L. plan/arum. Ikan UJl yang
digunakan ialah bibit ikan Nila monoseks (all male) dengan yang berumur 3 bulan sebanyak
150 ekor. Ikan-ikan tersebut didatangkan dari tempat pembenihan ikan rakyat, di Deli Tua,
Medan. Ikan dipelihara pada suhu ruang yakni antara 28-30 °c dalam ruangan tertutup
dengan peneahayaan alami di siang hari.
Uji dilakukan pada skala laboratorium yang dipelihara pada akuarium 30 x 20 x 20
em, yang diisi masing-masingnya 10 L dengan air mineral isi ulang. Pada akuarium dipasang
aerasi pada salah satu sisinya. Kepadatan ikan diatur 10 ekor/akuarium. Introduksi bakteri
BAL ("~cara tunggal dilakukan ke air pemeliharaan dengan selang introduksi 1 kalilminggu
sebanyak 2 mIlL starter bakteri dalam media NB dengan kepadatan sellOs CFU/m]. Inokulasi
BAL pertama akan dimasukkan setelah 3 hari pengkulturan ikan, kemudian sekali 3 hari air
diganti dan dilakukan inok-ulasi ulang isolat BAL melalui pakan (Agaru™) yang berupa
pelet. Sel BAL dilengketkan ke pelet dengan eara melumuri pelet dengan koeokan telur
kemudian direndam dalam kultur BAL dengan kosentrasi 108 CPU/m1.
EnkapsuJasi dan Pengeringan Sinbiotik dengan Teknik Ekstrusi (Reyed, 2007 yang dimodifikasi)
Sel bakteri yang diperoleh dari hasil sentrifugasi dilarutkan pada 100 ml campuran
yang terdiri atas tepung kacang arab /skim milk 2% (b/v), gliseroI 5% (v/v), inulin 2% (b/v)
dan CaC03 0,1% (b/v), diperangkap selama 45 menit di dalam 100 mllarutan a1ginat steri1
dengan konsentrasi 3% (b/v). Campuran tersebut diteteskan pada CaCh (0,1 M) dengan
menggunakan jarum suntik dengan jarak tetes ± IDem dan dilakukan pengadukan 150-200
rpm menggunakan magnetic stirrer. Pengerasan ge] dilakukan se]ama 1 jam (Li et af. 2009).
Gel yang terbentuk dipindahkan dalam larutan NaCI fisiologis (0,85 %) untuk mendapatkan
struktur gel yang kompak. Beads yang terbentuk selanjutnya dimasukkan ke air destilasi dan
diputar secara perlahan selama satu jam untuk menghilangkan residu CaCho Penghitungan
jumlah sel yang terenkapsulasi dalam beads mengaeu pada metode Sheu dan Marshal (1993).
Sebanyak 1 gram beads basah disuspensikan ke dalam 9 m1 PBS (0,1 M, pH 7,1) lalu
diguncang dengan vorteks selama 30 menit hingga beads hancur dan diencerkan berseri
menggunakan garam fisiologis. Sebanyak 1 m] dari pengenceran diinokuIasikan pada MRS
agar dengan metode tuang, diinkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam dan dihitung jumlah
koloni bakteri yang tumbuh. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan ukuran dan bentuk
mikrokapsul.
3.2.3 Pengeringan MikrokapsnI
Pengeringan dilakukan dengan metode Iwt air oven pada suhu 40°C. Pengeringan
dilakukan hingga dieapai jumlah sel BAL yang eenderung stabil sebelum akhimya
mengalami penurunan. Mikrokapsul disebarkan ke dalam eawan petri steril kemudian
dimasukan ke dalam oven bersuhu 40°C. Setiap 30 menit diIakukan penghitungan jumlah
sel.
Sebelum dan setelah proses pengenngan dilakukan penghitungan jumlah sel
terenkapsulasi untuk menguji pengaruh enkapsulasi terhadap ketahanan atau viabilitas sel
selama proses pengeringan. Penghitungan jumlah sel yang bertahan setelah proses
pengeringan dilakukan dengan mensuspensikan 0,1 gram beads kering ke dalam 9,9 ml PBS
(0,] M, pH 7,1) lalu diguncang dengan vorteks selama 30 menit hingga heady hancur dan
diencerkan berseri menggunakan garam fisiologis. Sebanyak J ml dari pengenceran
diinokulasikan pada MRS agar dengan metode tuang dinkubasi pada suhu 37°C selama 48
jam dan dihitung jumlah populasi yang tumbOO (Sheu dan Marshal, 1993). Persentase
ketahanan atau viabilitas sel bakteri setelah proses pengeringan adalah sebagai berikut:
Ketahanan (%) = Log cfu/gran: kaps:.Il Ee'telah pengeringsn X 1 (10% Logrfu;'gram k&;Jwl sebelum penger.ngan .
3.2.4 Uji Viabilitas Sinbiotik BAL Setelah Enkapsulasi
Pengujian viabilitas terhadap sOOu dan masa simpan dilakukan dengan cara
menyimpan kapsul dalam wadah steril selama 4 minggu pada suhu 4 °C dan suhu ambient.
Penurunan viabilitas sel dihitung setiap 1 minggu. Satu gram mikrokapsul dimasukkan dalam
9 ml PBS lalu diguncang dengan vorteks selama 30 menit, dibuat seri pengenceran dan
diinokulasikan pada MRS agar diinkubasi selama 24-48 jam pada sOOu 37°C. Persentase
ketahanan atau viabilitas sel dinyatakan sebagai berikut:
Ketahanan (%) = l.o.!;cfu/r;ran:: kap..-.sl "eulah penyi=?AnAD pad ... w.:ktu t" X lOOI}-iJ Lu~ L:fu/~ ...... u k~Jl~ul",-w..I :>«u"lw..u P.,.U}"iI..J.JlllUtj ..
3.2.5 Analisis Total Kapangl Khamir Pengkontaminan Mikrokapsul
Mikrokapsul yang telah disimpan selama 1, 2, 3, dan 4 minggu pada suhu 4 °C dan
soou ambient, diambil sebanyak 1 g dimasukkan ke dalam 9 m} PBS, diinkubasi 24 jam.
Setelah itu diguncang menggunakan vortex, dibuat pengenceran berseri, lalu di sebar di
media PDA diinkubasi selama 48 jam di suhu mango Total kapang dan khamir dihitung
berdasarkan standar plate count (Fardiaz, 1992).
3.2.6 Uji Viabilitas Sel Bebas dan Sinbiotik Terenkap~ulasi pada Simulasi pH Asam Lambung dan Cairan Usus Ikan
Sel bebas dalam larutan NaCl fisiologis (108_109 cfu/ml) dan 1 gram kapsul masing
masing dimasukkan ke dalam 9 mL akuades pH 2 (simulasi asam lambung) yang diatur
dengan menggunakan HCl 1M, diinkubasi selama 30, 60, 90, dan 120 menit pada suhu 37°C.
Kemudian kapsul ditransfer ke dalam larutan PBS pH 6,8 (simulasi cairan usus), diinkubasi
selama 180 menit pada suhu 37°C (Rodrigues et aI., 2006; Li et al., 2009). Populasi sel yang
bertahan di dalam kapsul dihitung setiap 30 menit dengan cawan hitung pada media MRS
agar lalu diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
Analisis Kecepatan Release Sel Terenkapsulasi
Sebanyak 1 gram kapsul dimasukkan ke dalam tabung berisi 9 ml PBS pH 7,4
(disesuaikan dengan pH cairan intestinal), diinkubasi pada suhu 37°C dengan kecepatan 100
rpm. Jumlah sel bakteri yang terlepas (release) dihitung setiap 30 menit hingga dicapai
persentase sel terlepas sebesar 100% dengan metode hitungan cawan pada media MRS agar
setelah diinkubasi pada 37°C selama 48 jam. Penghitungan persentase sel terlepas pada
waktu-t adalah sebagai berikut:
Sel terle as (%) = Logcfu/ml Elfl release pads wa.lrtll-! X 100% P Lo~cfu/ml lIel temnkapsulasi
Identifikasi Isolat Terpilih
Isolat-isolat yang diidentifikasi ialah SP 7 dan UM 1, sedangkan isolat EK 5 dan EK 2
sudah diidentifikasi secara fisiologis (Mayasari 2013 et af. 2013; Sitepu et al. 2013) dan
teridentifikasi sebagai Lactobacillus plantarum dan L.agilis.
Identifikasi Isolat UMI dan SP7 Berdasarkan Sekuen Gen Penyandi 16S-rRNA
Ekstraksi DNA dilakukan menurut metode Murray Thompson (Cetyl Trimethyl
Ammonium bromide, CTAB) (Sambrook & Russel 2001). Kultur bakteri dari hasil
pengkulturan selama 18 jam (fase log) pada media Luria Bertani (LB) dengan penggoyangan
berkecepatan 120 rpm, dimasukkan ke tabung mikro, disentrifus dengan kecepatan 6000 rpm
selama 5 menit. Supematan dibuang, pelet dicuci dengan 760 Jl} 10 mM bufer tris-EDT A (YE
IX), diresuspensi, kemudian ditambahkan 16 JlL lisozim, di inkubasi selama 30 menit sambil
dibolak- balik setiap 15 menit. Setelah itu sampel ditambahkan dengan 40 JlI 10% SDS dan 8 -I 0
JlI proteinase-K (10 mg mL ), kemudian diinkubasi 1 jam pada suhu 37 C dAn dibolak balik ()
setiap 15 menit. Kemudian sampeI ditamhahkan dengan 100 JlL CTAB pada suhu 65 C, o
dibolak-halik dan diinkubasi pada suhu 65 C selama 20 menit. Selanjutnya ke dalam sampel
ditamhahkan 0.5 m] chloroform:isoamilalkohol (CI) 24:1, diholak-balik kemudian
disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Bagian fase cair dipindahkan ke
tabung mikro bam kemudian ditambahkan dengan 0.6 mL isopropanol dingin dan dibolak
balik hingga nampak benang-benang DNA, kemudian dibiarkan seIama 20 menit pada suhu
mango Setelah itu dilakukan sentrifus selama 10 menit pada kecepatan 5000 rpm. Supematan
dibuang dan pelet ditambahkan 0.5 JlL 70 % etanol dingin kemudian disentrifus 5 menit pada
5000 rpm. Etanol dibuang dan pelet DNA dikering anginkan pada subu mango Kemudian
pelet DNA diresuspensi dengan 25 JlL ddH20 steril selanjutnya disimpan di lemari pernbeku
o pada suhu -20 C.
Amplifikasi gen 16S-rRNA menggunakan mesin Polymerase Chain Reaction (PCR)
(Gene Amp PCR system 2400, Perkin Elmer, Biosystem, USA) dengan primer universal
spesifik untuk bakteri (Research Biolab, Singapore) yaitu 63f (5' -CAG GCC TAA CAC
ATG CAA GTC-3') dan 1387r (5'-GGG CGG WGT GTA CAA GGC-3') (Marchesi et al.
1998). Sejumlah 25 JlI master mix dimasukan ke dalam tabung mikro bam yang terdiri atas
15.5 J.tL ddH20 2.5 J.tL lOx bufer, 1 JlL 10 mM dNTP, masing-masing 1.25 J.tL primer 63f,
dan 1387r, 0.5 JlL Taq Pol dan 3 J.tL DNA template dimasukkan ke mesin PCR. Kondisi PCR 000
adalah: pre PCR (94 C, 2 menit), denaturasi (92 C, 30 detik), elongasi (75 C, 1 menit) dan o
post PCR (75 C,5 menit) denganjumlah siklus 30. Hasil amplifikasi gen diverifikasi dengan
elektroforesis menggunakan gel agarose 0.7% dengan penanda DNA 1 kb lader (Promega,
USA). Amplikon DNA gen 16S-rRNA akan muncul pada posisi 1.3 kb. SampeI kemudian
dimurnikan (Promega, USA), untuk selanjutnya disekuen dengan DNA sequencer (ABI Prism
3100-Avant Genetic Analyzer, Applied Biosystem, USA) di PT. Charoen Pokphand Thk,
Jakarta Data sekuen di bandingkan dengan data di GenBank dari database The National
Center for Biotechnology Information (NCBI) (bttp:llwww.ncbi.nlm.nih.gov), menggunakan
program Basic Local Alignment Search Tool (BLAST) untuk mengetahui kemiripan spesies
isolat uji dengan spesies Bacillus lainnya. Analisis kekerabatan (filogenetika) dilakukan
dengan terlebih dahulu melakukan multiple sequence ailigment dengan program ClustalW
dari European Biotechnology Information (EBI) (www.ebi.ac.uklclustalw) kemudian data
digunakan untuk pembuatan pohon filogenetik dengan program TreeCon (Van de Peer &
Watcher 1997).
Flowchart (Diagram Alir Penelitian)
Sampel usus ikan Nila, air kolam dan sedimen.
Isolat murni patogen :
A.hydrophila, Mfortuitum, s.aga/actiae
Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat
Isolat Bakteri Asam Laktat mumi
A. Sa/monicida, Edwarsiella tarda
/ r---~-=----r-----------------------, Seleksi BAL potensial dengan metode cakram (uji tan tang)
1 IsolatBAL Biokontrol Potensial
J Pengendalian biofilm patogen (dengan biomassa sel BAL dan
senyawa antimikrob
Pembentukan Biofilm patogen pada berbagai permukaan padat (plastik dan sisik ikan)
-+ Luaran tahun I
Uji patogenitas
Identifikasi
Enkapsulasi dan
Karak;terisasi
Kapsul Probiotik Luaran Tahun n
BAB5
BASIL DAN DISKUSI
Perneriksaan Kern urnian Kultur BAL Potensial
Untuk memastikan kemurnian isolat BAL yang diuji dilakukan peremajaan
isolat dan dilakukan karakterisasi dengan uji pewarnaan Gram dan uji katalase (Tabel 1).
Hasil yang diperoleh menunjukan isolat memiliki ciri-ciri umum bakteri asam laktat,
Gram positif, katalase negatif dan koloni bewarna krem-putih, sedangkan bentuk sel
batang. Isolat EK2 dan AK5 sudah diidentifikasi sebagai Lactobacillus agilis dan L.
plantarumn (Sitepu et af. 2013; Mayasari et al. 2013). Isolat Sp7 dan UM 1 be]um
teridentifikasi, namun sudah dikarakterisasi secara morfologi (Sitinjak 2015; Hutagaol
2015).
Tabel 1 Pemeriksaan Ulang Karakteristik Kultur Bakteri Asam Laktat
Jenis Isolat AK5 EK2 Sp.7 UMI
EKz Lactobacillus agilis
Pewarnaan Gram Bentuk Koloni Uji Kaialase Gram positif Batang Negatif Gram positif Batang Negatif Gram positif Batang Negatif Gram positif Batang Negatif
Sp 7 dan UMI belum teridentifikasi EK5 Lactobacillus plantarum
4.1 Patogenisitas Lactobacillus plantarum terhadap Bibit lkan Nila
Salah satu syarat kandidat probiotik ialah tidak patogen terhadap inang. Basil uji
patogenisitas isolat BAL terpilih L. plantarum dengan inokulasi kultur ke air
pemeliharaan bibit ikan Nila menunjukan tidak terdapat gejaJa penyakit terhadap ikan
seielah pengkulturan bersama selama 20 hari. Angka laju ketahanan ikan didapatkan
97%, sedangkan kontrol negatif (tanpa inokulasi BAL) didapatkan laju ketahanan yang
lebih rendah yaitu 66%. Hal ini menunjukkan isolat L. plantarum tidak patogen,
malahan meningkatkan laju ketahanan ikan. Namun berbeda dengan ketahanan, laju
pertumbuhan spesifik perlakuan dengan isolat BAL, lebih rendah daripada kontrol
negatif (Tabe12). L. agilis juga tidak patogen terhadap ikan (hasil tidak ditampilkan).
Tabel 2. Uji patogenisitas isolat kandidat probiotik (Lactobacillus plantarum) terhadap ikan setelah kontak 20 hari
Perlakuan
Kontrol negatif Kontrol patogen Pemberian isolat BAL
Laju Ketahanan Ikan (%)
90 64 93
Enkapsulasi Sinbiotik dengan Teknik Esktrusi
Laju Perturnbuhan Spesifik Ikan (%)
2,46 1,81 1,94
Enkapsulasi dilakukan terhadap 4 isolat BAL potensial asal kolam ikan Nila
(EK2, AK5), usus ikan Gurame (Sp7) dan usus ikan Mas (UM!) yang telah diuji daya
hambatnya berturut-turut terhadap patogen ikan seperti Streptococcus agalactiae,
Mycobacterium !urluitum, Aeromonas salmonicida, dan Edwarsiella tarda. Setelah
dilakukan enkapsulasi dengan metode ekstruksi diperoleh kapsul sinbiotik yang memiliki
jumlah sel masing-masing isolat sekitar log 9 log CFU/ml (Tabel 3). Jumlah ini sudah
memenuhi standar jumlah sel untuk suatu probiotik. Ukuran bola kapsul 2-5 mm, warna
krem keputihan dan tekstur kenyaL Kapsul terdiri atas 2 lapis bahan penyalut, tepung
gumfsusu skim serta tepung inulin sebagai prebiotik. Penyalut isolat AK5 dan UMl
terdiri atas tepung gum dan alginat sedangkan isolat EK2 dan dan SP} disalut dengan
susu skim dan alginat.
Gambar 1. Bola-bola kapsul isolat-isolat BAL yang disalut dengan tepung gum/skim, alginat dan tepung inulin sebagai prebiotik (Perbesaran lOx)
Tabel 3. lumlah sel terenkapsulasi dengan teknik ekstrusi menggunakan bahan pengkapsul Ca-alginat dan penambahan prebiotik*
Isolat Populasi Sel Log CFU/ml/g
EK2 2,7 x 109 CFU/g kapsul basah 9,43
AK5 3,2 x 109 CFU/g kapsul basah 9,51
Sp. 7 2,4 X 109 CFU/g kapsul basah 9,38
UMl 2,2 x 109 CFU/g kapsul basah 9,34
EK2 = L.agilis Sp 7 dan UMI = belum teridentifikasi AK5 = L. plantarum
4.2 Pengeringan Mikrokapsul
Pengeringan dilakukan terhadap kapsul sinbiotik untuk mencegah kontaminasi
kapang-kamir, akan tetapi periu diperhatikan beberapa hal dalam pengeringan yaitu
SUh11. sehing}!8 tidak melnbunuh sel atau menlsak bpsul. Sehingga pengeringan
....---------------------, ---------------------------------------------------,
Grafik Penurunan Populasi Sel SP 7 Setelah Pengeringan
. I
Grafik Penurunan Populasi Sel UM 1 Setelah Pengeringan
10g,38 9.37 9,36 9,33 9,3 9,28 9,15 9,12 9,17 9.14 906
• • • • • • • • • • ' US 9 • -~ 8~9 8,07 -
~ E e ~ 7 ~ v E. 6 c ~ 5· B ~ .. Ii on
1 :
o ;
9,59,34 9,339;32 9,3 9 n , 9,23 919 ~ ........ -- ' 9,14 9 11 909
' , 9,03
E 9 ~ ~ ::l ... v .. g 8,5
" .. s: ! ~ 8 ;; 1/1 .. .!
" ~ 7,5 -...
7 -
8,81 8,79
o 30 60 90 120 150 180 210 240 170 300 360 390 420 450 480 om6090m~wm~m~ •• m~~~
Waktu{jarn) Waktu (menit)
Gambar 2. Ketahanan populasi sel BAL selama pengeringan pada suhu 40°C
Viabilitas mulai turun pada pengeringan setelah 3 jam namun penurunan tidak signifikan.
Sampai jam ke-9 (540 mnt) pada isolat AK 5 dan UM 1 masih terdapat sekitar 8 log dari
sekitar 10 log CFU/ml pada kapsul segar (Tabel 5). Ke-empat isolat memperlihatkan
ketahanan yang hampir sarna di dalarn kapsul selama pengeringan. Zayed & Roos
(2004) menyatakan penambahan disakarida Trehalosa ke dalam bahan penyalut bertindak
sebagai pelindung terhadap sel ragi terhadap tekanan lingkungan seperti panas, dehidrasi
dan suhu beku. Pada penelitian ini ditambahkan tepung gum atau Trehalosa.
Pengaruh subu penyimanan terhadap viabilitas sel dalam kapsuJ
Hanya dua macam temperatur yang dipakai sebagai temperatur uji yaitu suhu
kulkas 4 °c dan suhu ruang (±28 DC). Penyimpanan di kulkas meupakan tempat yang
umum, sedangkan pengujian pada suhu kamar lebih kepada melihat kemungkinan
penyimpanan yang paling murah dan mudah. Semua isolat terenkapsulasi sinbiotik
memperlihatkan kecenderungan viabilitas yang sarna, penyimpanan pada suhu dingin
dalam kulkas lebih dapat mempertahankan viabilitas daripada di suhu ruang. Pada
pengujian selama 4 minggu dengan pengamatan setiap 1 minggu, terlihat jumlah sel
menurun secara gradual, namun jumlah penurunan tidak signifikan. Ketahanan sel isolat
AK 5 dalam kapsul sinbiotik setiap minggunya hanya berkurang sekitar ] -2% pada suhu
4°C, hingga menyisakan sekitar 95% viabilitas setelah penyimpanan 4 minggu.
I
~
Penyimpanan pada suhu ruang penurunan setiap minggunya berkurang sekitar 2-4%.
Berbeda dengan isolat EK 2 pada suhu kamar jumlah sel pada minggu 1-3 relatif stabil
tapi setelah minggu ke 3 sampai minggu ke-4 penurunan mencapai hampir 10%.
Grafik Ketahanan Sel AI( 5 Terenkapsulasi 5etelah Penyimpanan lOO)m ~rafik Ketahanan Sel EK 2 TerenkapsulasiSetelah Penyimpanan llUJ'{ . .~l!I lt16',
100.00\,
~ 'iO.iXJ';
i . ! ; SSN~-.
JS.w.,
Grafik Ketahanan Sel SP 7 Terenkapsulasi Setelah Penyimpanan lOO.fl)S Imfik Ketaha:~.SeI UM 1 Terenkapsulasi Setelah Penyimpalian 100M ~
lIlOJIr;,.....,:::"'-'-'-'--~ %)~.
• • < · ;
!I),w,;
! 85M • •
811.00\,
~~, '-, 'J4,l%
'-...,"
~" ''''-!9.l.'',
,26'; ~
..... 5o.I:o~tI
Ql~+s._ ~1lY,;
Gambar 3. Grafikjumlah populasi sel BAL terenkapsulasi selama waktu penyimpanan pada suhu ruang dan 4 °c
8\J~-+-luh,(4"(1
..... luhu""l>.~
Penurunan jumlah sel isolat SP 7 pada penimpanan pada suhu dingin hanya sekitar 2-
4%, sedangkan pada suhu ruang penurunanya sekitar 2-6%. Untuk isolat UMI
viabilitas sel selama penyimpanan pada suhu dingin dan suhu ruang tidak jauh
berbeda dengan isolat SP 7. Secara umum viabilitas pada suhu dingin setelah 4
minggu masih 90% sedangkan pada suhu ruang sekitar 85%.
Tingkat Kontaminasi Kapang
Pennasalahan dalam masa simpan produk kapsul berbahan dasar polisakarida
hidrokoloid ialah kontaminasi jamur. Kapsul yang diperoleh dalam penelitian ini
berupa gel yang kenyal dengan kadar air yang diduga cukup tinggi (ada penelitian
ini tidak dilakukan pengukuran kadar air). Pengamatan terhadap kontaminasi
jamur dan khamir dilakukan terhadap sinbiotik isolat-isolat BAL terpilih AK5,
EK2, UM1 dan Sp7 selama masa penyimpanan (4 minggu) pada 2 macam suhu uji
4 °c dan suhu ruang (±28 DC). Hasil pengamatan menunjukan kontaminasi
umumnya terjadi pada penyimpanan pada suhu ruang. Kelompok pengkontaminan
didapatkan hanya dari kelompok khamir, tidak ditemukan jamur. Tingkat
kontaminasi termasuk katagori rendah yaitu sekitar 1-1.6 log CFU/g dimulai pada
minggu ke-3 dan meningkat pada minggu ke-4.
Tabe14. Tingkat kontaminasi khamir pada kapsul sinbiotik isolat-isolat BAL selama masa penyimpanan.
Total khamir (CFU/gram)/ minggu Log CFU/gram/minggu
Kode Suhu Isolat (0C) 2 3 4 2 3 4
4 11 1,04
EK2 Ruang 10 34 1,00 1,53
4
AK. 5 Ruang 13 45 1,11 ],65
4 10 1,00
SP 7 Ruang 10 39 ],00 ],59
4
UMI Ruang 12 40 1,08 1,60
Kecepatan Sel Terbebas pada pH Netral
Kecepatan sel terbebas dari bola kapsul sinbiotik yar:.g diinkubasi pada pH
7.4 (PBS) bervariasi untuk setiap isolat, walaupun pada menit ke-30 umumnya sel
terdeteksi sudah bebas pada kisaran 35-50% dari jumlah awal antara log 8-9
CFU/ml/g. Setelah itu teIjadi peningkatan secara teratur seiring dengan peningkatan
waktu inkubasi. Isolat EK2 terbebas hampir 90% pada menit ke-90 dan hampir
sempuma pada menit ke-180 dan hal ini stabil sampai menit ke 300. Hal ini berbeda
dengan isolat AK5, SP7 dan UMI yang barn terbebas sekitar 70-75% pada menit ke
90 dan baru mendekati 100% pada menit ke 180. Mulai dari men it ke 180 sampai
menit ke-300 pembebasan sel dari kapsul pada semua isolat stabil
Tabel5. Persentase sel terbebaskan selama waktu inkubasi dalam PBS pH 7.4
Persentase sel terbebaskan (%/menit) Isolat
-~-.--"~""
30 60 90 120 150 180 210 240 270 300
EK2 45,13 74,23 89,45 92,]2 98,19 98,25 98,29 98,33 98,45 99,63
AK5 49,18 63,98 77,69 82,99 97,17 98,10 98,15 98,39 98,54 99,42
SP 7 35,59 56,88 76,89 88,45 91,75 98,10 98,19 98,67 98,86 99,87
UM I 41,43 67,34 72,99 85,77 96,83 97,12 98,40 98,99 99,15 99,75
Ketabanan Sel Bebas dan Terenkapsulasi pada Simulasi pH Iambung dan usus
Pada Tabe1 5 dapat dilihat bahwa pada simulasi pH asam lambung (pH 2)
viabilitas sel bebas menurun secara pasti setiap menit pengamatan. Pada 1 jam pertama
viabilitas turun sekitar 2 log CFU/ml dan 1 jam berikutnya turon 5 log CFU/ml dan
jumlah awal 10 log CFU/ml. Kalau dibandingkan dengan sel yang disalut dengan alginat
dan tepung b'1lll1 Arabic/susu skim, sel bertahan dalam kapsul dalam jumlah yang cukup
tinggi selama pengamatan yaitu 8 log CFUi.nl selama 1,5 jam dan hanya turun sekitar 1
log CFU/ml setelah 2 jam. Jadi imobilisasi sel dengan kapsul alginat dan tepung gum
Arabic/susu skim efektif meJindungi se] dari pH asam lambung.
Pada kondisi pH cairan usus (pH 6.8) seJ bebas hanya tersisa sekitar 50% dan
jumlah sel awal (10 log CFU/ml), sedangkan sel terenkapsulasi yang bertahan dalam
kapsul, pada pH lambung mulai turun. Pada 30 menit pertama terdapat sel hidup sekitar
7 log CFU/ml kernudian menurun cepat setiap 30 menit berikutnya. Pada menit ke-180
jmlah sel hidup dalam kapsul tersisa sekitar 2 log CFU/ml. Hal ini menandakan bahwa
pori kapsul alginat merenggang pada pH usus sehingga mernbebaskan sel-sel yang
terperangkap. Artinya kapsul sinbiotik dapat melindungi dan menjaga viabilitas sel dalam
kapsul dan melepas sel pada tempat yang sesuai yaitu di usus, dimana peran probiotik
diharapkan dapat bekeIja.
Uji Viabilitas Sel Bebas dan Sinbiotik Terenkapsulasi dalam Simulasi pH Asaro Larobung dan Cairan Usus Ikan
Tabel 6. Viabilitas Sel Bebas (log CFU/ml) Terhadap Cairan Asam Lambung Tiruan (pH 2) dan Cairan Usus Tiruan (pH 6,8)
Cairan Asam Lambung Tiruan (pH 2) selama 2 jam Cairan Usus Tiruan (pH 6,8) selama 3 jam Isolat
0 30 60 90 120 30 60 90 120 150 180
EK2 10,32 9,08 7,56 6,79 5,99 4,32 4,12 4,45 4,67 4,71 4,69
AK5 10,67 9,34 7,86 6,30 6,04 5,78 4,91 4,67 4,75 4,71 4,63
SP 7 10,13 8,95 7,12 5,87 5,12 4,45 4,06 4,12 4,10 4,04 3,99
UM1 10,28 9,43 8,16 6,92 5,60 4,98 4,38 4,17 4,28 4,29 4,19
Tabel 7. Viabilitas Sel Terenkapsulasi (log CFU/ml) Terhadap Cairan Asam Lambung Tiruan (pH 2) dan Cairan Usus Tiruan (pH 6,8)
Cairan Asam Lambung Tiruan (pH 2) selama 2 jam Cairan Usus Tiruan (pH 6,8) selama 3 jam Isolat
0 30 60 90 120 30 60 90 120 150 180
EK2 8,17 8,11 8,03 7,98 7,74 7,19 6,45 4,98 3,12 2,95 2,01
AK5 8,28 8,16 8,08 8,01 7,81 7,34 6,95 5,11 4,01 2,43 2,25
SP 7 8,07 8,01 7,92 7,89 7,71 7,32 6,24 5,59 4,04 3,11 2,29
UMl 8,09 8,04 7,95 7,80 7,68 7,21 6,48 5,12 4,67 3,09 2,38
BAB6 KESllWPULANDANSARAN
• Bahan pengkapsul Ca-alginat, kacang arab dan prebiotik inulin dengan teknik ekstrusi menghasilkan kapsul dengan ciri yang memenuhi standar: ukuran, jumlah sel terperangkap
• Pengeringan selama 4.5 jam pada suhu 40°C masih memberikanjumlah sel yang cukup untuk probiotik tapi optimal pada 3 jam
• Penyimpanan kapsul probiotik selama 1 bulan pada suhu ruang masih menyisakan sel 87 % CFU/mI, pada 4 OC menyisakan sellog 95%
• Tidak ada kontaminasi kapanglkhamir pada penyimpanan 1 bulan pada 4 OC, tapi pada suhu ruang terdapat kontaminasi yang sangat rendah 10-50 sel selama inkubasi
• Pelepasan sel pada pH 7.4 (usus) mulai setelah 30 mnt dan maksimal setelah 2.5 jam sampai 4.5 jam
•
DAFTARPUSTAKA
Anal, A K, and H. Singh. 2007. Recent advantages in microencapsulation of probiotics
for industrial applications and targeted delivery review. Trends in Food Science and Technology. 18: 240-251.
Ayuningtyas AK., 2008. Efektifitas campuran meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativa untuk pengendalian infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan Iele dumbo Clarias sp. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Azizpour, K, 2009. Biochemical characterization of lactic acid bacteria isolated from Rainbow trout (Oncorinchus mykiss) of West Azarbaijin, Iran. Res . .J. BioI. SCi., 4(3) : 324-326
Cai Y, Suyananda P., Saman P., and Benno Y, 1999. Classification and characterization of lactic acid bacteria isolated from the intestines of common carp and freshwater prawns . .J. Gent. Applied Microbiol45 : 177.
Caridi, A, 2002. Selection of Escherichia coli inhibiting strains of Lactobacillus paracasei subsp. paracasei. J Ind Microbiol. Biotechnol. 29 : 303-308.
Chaiwarith, R., Jullaket,W., Buncoo, M., Nuntachit, N., Sirisanthana, T., Supparatpinyo,
K 2011. Streptococcus agalactiae 1n Adults At Chiang Mai University Hospital:
A Retrospective Study. BMC Infectious Diseases. 11 : 149.
Chopra, A.K., Xu, Xi, Ribardo D., Gonzales M., Kuhl K, Peterson 1.W., and Huston C. W., 2000. The Cytotoxic Enterotoxin of Aeromonas hydrophila Induces Proinfiamantory Cytokine Production and Metabolism in Machrophages. 1. Injection and Immunity 68(5) : 2808-2818
Delannoy, C.M.l., Crumlish, M. , Fontaine, M.C., Pollock, J., Foster,G, Dagleish, M.P., Turnbull, J.F., and Zadoks, R.N. 2013. Human Streptococcus agalactiae strains in Aquatic Mammals and Fish. BMC Microbiology. 13:4]
Donlan, R.M., 2001. Biofilm and Device-Associated Infections. J. Emerging InfectiOUS Diseases. 7(2): 277-281.
Feliatra, Irwan E., dan Edwar S., 2004. IsoIasi dan identifkasi bakteri probiotik dari ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscogatus) dalam upaya efisiensi pakan ikan. 1. Natur Indonesia 8(2): 75-80.
Garcia de la Banda, L, 0. Chereguini, and 1. Rasines. 1992. Intluencia de 1a adici6n de bacteria hkticas en el cultivo larvario del rodaba110 (Scophthalmus maximus L.). 1301. Inst. E,p. Oceanogr.8:247-254
Gatesoupe, F. l. 1990. The continuous feeding of turbot larvae, Scophthalmusmaximus, and control of the bacterial environment of rotifers. Aquaculture 89: 139-148
Harahap D, lamilah I, Rusmarilin H. 2013. Isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat perairan tawar dalam menghambat bakteri Aeromonas hydrophila. Biosain Unimed 3(1): 43-49
Harzevili, A. R. S., H. Van Duffel, P. Dhert, J. Swings, and P. Sorgeloos. 1998. Use of a potential probiotic Lactococcus lactis AR21 strain for the enhancement of growth in the rotifer Brachionus plicatilis (Muller} Aquacult.Res. 29:411-417
Irianto A., 2005. Patologi Ilmn Teleostei. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
lafar, Q.A., Sameer, A., Salwa, A., Samee, A., Ahmed, A., Faisal, A. 2009. Molecular investigation of Streptococcus agalactiae isolates from environmental samples and fish specimens during a massive fish kill in Kuwait Bay. African J. of Microbiology Research. 3 (1) : 022-026.
lamilah 2011. Penapisan Bacillus dan Karakterisasi Protease dan Amilase Ekstraseluler
yang dihasilkan untuk: Degradasi Sisa Pakan pada Budi Daya Udang. Disertasi :
Institut Pertanian Bogor.
lamilah dan Priyani, 2012. Efektivitas Bacillus sp. penghasil senyawa antimikroba dalam membunuh sel biofilm patogen opurtunis pada budidaya udang. Laporan akhir penelitian desentralisasi skim hibah bersaing. Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara.
Li, X. and X. Chen 2009. Drying of Micro-Encapsulated Lactic Acid Bacteria Effects of
Trehalose and Immobilization on Cell Survival and Release Properties. Journal of
Ocean University of China. 8(1): 39-44.
Lyhs, U., Korkeala H., and Bjoorkroth J., 2002. Characterization of Lactic Acid Bacteria from spoiled, vacuum packed gravid rainbow trout using ribo typing. Int. J. Food Microbiol. 72: 147-153.
Mayasari, U, lamilah I, Rusmarilin H. Penapisan dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat Asal Perairan Tawar Lokal dalam Menghambat Patogen Streptococcus agalactiue
Messi P., Bondi M., Sabia c., Battini R., and Manicardi, G., 2001. Detection and preliminary characterization of a bacteriocin (plantaricin 35d) produced by a Lactobacillus plantarum strain. J. Int. FoodMicrobiol. 64: 193-198.
Moriarty DJW . 1999. Diseases Control in Shrimp Aquaculture with Probiotic Bacteria. Microbial Biosystem: New Frontiers. Proceding of 8 th, International Symposium on Microbial Ecology; HalifaCanada. Canada: Atlantic Canada Society for Microbial Ecology.
Noga, lE., 2000. Fish disease diagnosis and treatment. Lowa State Press, USA pp 366.
Pasnik, D.J., Evans, II and Klesius, P.R. 2009. Fecal Strings Associated with Streptococcus agalactiae Infection in Nile Til apia, Oreochromis niloticus. J. Veterinary Science. 3 : 6-8.
Prevost, H, and Divies, C, 1992. Cream fermentation by a mixed culture oflactococci entrapped in two-layer ca1ciumalginate gel beads. Biotechnol. Lett., 14: 583-588.
Robertfroid, M. B. 2000. Inulin-type fructans: Functional food ingredients. Florida: eRe Press.
Ringo E., and Gatesoupe F.J., 1998. Lactic acid bacteria in fish. J. Aquaculture. Rev. 160: 177.
Salminem S. A.Y, and Ouwehand A.C., 2004. Lactic Acid Bacteria, Microbiology and Fungtional Aspects. Third Eds. Marcel Dekker. New York-Basel.
Savadogo, A., Ouattara A.T.C, Basso]e HN.I., & Traore S.A. 2006. Bacteriocins and lactic acid bacteria - a min ire view. Afric. J. Biotechnol. 5 (9): 678-683
Sheehan, 8., Lauke, L., Sheng, Lim, W.K., Wong, F., Chan, J., Komar, C, Wendover, N., Grisez, L. 2009. Streptococcal diseases in farmed tilapia. Aquaculture Asia Pacific. 5(6).
Sheu, T. Y., and R. T. Marshal. 1993.Microentrapement of Lactobacili in calcium alginate gels. Journal of Food Science. 54: 557-561.
Sitepu DW, Jamilah I, Rusmarilin R 2013. Uji antagonistik Mycobacterium fortuitum dengan menggunakan senyawa antibakteri ekstrak kasar bakteri asam laktat perairan tawar.
Sultana, K., G. Godward, N. Reynold, R Arumugaswamy, P. Peiris and K. Kaisalapathy. 2000. Encapsulation of probiotic bacteria with alginate-starch and evaluation of survival in simulated gastrointestinal condition and in yoghurt. International .foumal of Food Microbiology. 62: 47-
Verschuere L, Rombaut G, Sorgeloos P, Verstraete W. 2000. Probiotic bacteria as biological control agents in aquaculture. Microbiol Mol Bioi Rev 64: 655- 671.
Wang, K., Chen, D., Huang, L., Lian, R, Wang, 1., Xiao, D., Geng, Y., Yang, Z., Lai, W. 2013. Isolation and Characterization of Streptococcus agalacliae from Nile Tilapia Oreochromis niloticus in China. African J of Microbiology Research. 7 ( 4) : 31 7-323.
Wang X-fool, Jun L, Wei-Shang l Huai-Shu X 1998. Appication of aquaculture. Qiangdao: Ocean University of http://wv{w.alken.muray.comlChina98.htm [2 Agustus 2005].
probiotic in Xingdao,
Wardani, dkk 2013. Inventarisasi Bakteri yang Berpotensi sebagai Probiotik dari Usus Ikan Bandeng (Chanos chan os ). Semarang. J.Aquaculture Management and Technology Vo12, Nol, Th 2013, Halaman 75-86
Widanami. 2004. Penapisan bakteri probiotik untuk biokontrol vibriosis padalarva udang windu: konstruksi penanda molekuler dan esei pelekatan [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, IPB.
Widiyanto T, Rusmana I, Hermawan T. 2008. Kemampuan bakteri denitrifikasi asal tambak udang dalam menurunkan senyawa nitrat dan nitrit. Limnotek 15: 22-30.
Wood, K. A. 2010. Synbiont Production and Encapsulation. [Thesis]. Saskatoon: Department of Food and Bioproduct Sciences, University of Saskatchewan.
Zayed, G., and Roos, Y. H., 2004. Influence of trehalose and moisture content on survival of Lactobacillus salivarius subjected to freeze-drying and storage. Froc. Biochem., 39 (99): 1081-1086.
Zhou X-X, Wang Y-B, Li W-F. 2009. Effect of probiotic on larvae shrimp (Fenaeus vanname i) based on water quality, survival rate and digestive enzyme activities. 1. Aquaculture 287: 349-353.
Ziaei-Nejad S, Rezaei .MH, Takami GA, Lovett DL, Mirvaghefi A-R, Shakouri M. 2006. TIle effect of Bacillus spp. bacteria used as proiotics on disgestive enzyme activity, survival and growth in the Indian white shrimp Fenneropenaeus indicus. Aquaculture 252: 516-524.
Zayed, G., and Roos, Y. H., 2004. Influence of trehalose and moisture content on survival of Lactobacillus salivarius subjected to freeze-drying and storage. Proc.
Biochem., 39 (99): 1081-1086.
DAFTAR LAMPlRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Peneliti
Ketua Peneliti
A Identitas Diri
1.1 Nama Lengkap Dr. It Jamilah, M.Sc. 1.2 labatan Fungsional Lektor 1.3 NIPINIK/No. Identitas Lain 19631012 1991 032003/0012106305 1.4 Tempat dan Tanggal Lahir Padang 12 Oktober 1963 1.5 Alamat rumah J1. Sembada V 125 Kompleks Kosema,
Medan Selayang 1.6 Nomor teleponIFax -1.7 NomorHP 081387839793 1.8 Alamat Kantor J1. BioteknologiNo. 1 Kampus USU
Medan 20155 1.9 Nomor TelepfonlFax 8223564 1061 8214290
1.10 Alamat e-mail It [email protected] 1.11 Lulusan yang telah SI = 23 orang S2= 8- orang
dihasilkan S3 = - orang 1.12 Mata Kuliah yang Diampu 1. Mikrobiologi (dasar, pangan
I dan Industri)
2. Enzimologi 3. Prinsip Bioteknologi
B. RlWAYAT PENDIDlKAN
2.I.Program SI S2 S3
2.2.NamaPT Universitas Andalas Mississippi State - IPB Univ.
.-2.3.Bidang IImu Biologi IImu dat, Teknologi -Biologi
(Mikrobjologi) Pangan (Mikrobiologi) (Mikrobi%gi Pangan)
2.4. Tahun Masuk 1984 I 1993 -2002 I I
i I
2.5. Tahun Lulus 1990 1996 -2011
2.6.Judul Skripsi/ Isolasi bakteri pada Aeromonas Penapisan Thesis/Oisertasi daging ayam yang hydrophyfa: Biofilm Bacillus sp dan
dijual di kota fonnation and karakterisasi
P d a ang C tr 1 on 0 enzlm t pro ease dan amilase yang dihasilkan
C. PENGALAMAN PENELITIAN
No. TopikRiset Tahun Pend ana an 1 Seleksi dan karakterisasi Bacillus untuk probiotik di tamba1< 2005-2006 Dikti Rp 10 j uta
udang 2 Karakterisasi protease dan ami lase Bacillus untuk degradasi 2006-2010 Dikti Rp 18 juta
pakan udang pada budi daya udang 3 Pengembangan dan pemanfaatan Bacillus proteolitik dan 2010-1011 Dikti Rp 34 j uta
amilolitik untuk meningkatkan kualitas air tambak udang
4 Efektivitas Bacillu<; sp. penghasil senyawa antimikrob dala 2012 Dikti Rp 45 juta menghambat patogen oportunistik dari tambak udang (tabun I)
5 Efektivitas Bacillus sp. penghasil senyawa antimikrob dalan 2013 Dikti Rp. 50 juta mengontrol biofilm patogen opurtunis pada budi daya udan! (tabun II)
6. Eksplorasi bakteri asam laktat Asal Sumatera Utara sebagai 2014 Dikti Rp. 57 juta I biokontrol bakteri patogen pada ikan airtawar
D. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASY ARAKA T I
No Topik Lokasi Waktu Pendanaan LPPM-USU
Sosialisasi Pendidikan Biologi di Tanjung Gusta, 2012 Rp 3 juta Lembaga Pemasyarakatan Anak di Medan Medan
I
E. PENGALAMAN MENULIS ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL
N Tahun J udul Artikel Volume Nama o. Nomor jumal
1. 2009 Activity of protease and amylase Volume 3 Microbiologi Indonesia
enzymes from Bacillus spp. Isolated No.2 from shrimp ponds
2. 2012 Seleksi bakteri penambat nitrogen dan Volume 1, Jumal Saintia Biologi
penghasil hormon IAA (Indole Acetic No.1 I Acid) dari rizosfer tanah perkebunan I kedelai (glycine max L )
3 2013 Produksi dan karakterrisasi enzim lipase dari Volume 1, ~urnal Saintia Kimia Pseudomonas aeruginosa dengan
No.2 menggunakan induser minyak jagung dan kofaktor Na + dan Co +
~
4
5
6
7
8
--
2012 Viabilitas dan keriap Bacillus sp. BK17 Volume 1, JurnaI Sain Biologi dan Enterobacter sp BK15 pada sumber No.1 karbon dan nitrogen yang berbeda
2012 Pengendalian sel biofilm bakteri patogen Volume 1, ~umal Sain Biologi oportunistik dengan panas dan klorin No.1
2013 Uji antgonistik Bakteri Asam Laktat Volume 1, urnaI Biosains Unimed yang diisolasi dari Pliek-U terhadap No.3 bakteri Escherichia coli ATCC25922
2013 Isolasi dan identifikasi Bakteri Asam Volume 1, urnal Biosains Unimed Laktat peralTan tawar dalam No.3 menghambat Bakteri Aeromonas hydrophi/a
2013 Uji antagonisuk Mycobacterium Volume 1, urnal Biosains Unimed furtuitum dengan menggunakan No.3 Senyawa antibakteri ekstrak kasar Bakteri Asam Laktat perairan tawar
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Dan apabila temyata di kemudian hari
dijumpai ketidak sesuaian dengan kenyataan? saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan
sebagai saalah satu kelengkapan hibah penelitian Hibah Bersaing 2015
Medan, 1 Desember 2015
Ketua Peneliti
METERAI~. .. .,. .... ~~I. •... ~~r' . /Y
D.~1~. / /. J r:1~<::. ,~r<_··· ,' ... r ", u ~.,~, .. -- .'
""'.~ ."... ~..,
{Dr. It Jamilah, MSc.)
Biodata Anggota
I. IDENTITAS DIRI 1 Nama Lengk~(dengan gelar) Prof Dr. Dwi Suryanto 2 Jenis Kelamin Laki-Iaki 3 Jabatan Fungsional Guru Besar 4 NIPINIKlIdentitas Iainnya 196404091994031003 5 NIDN 0009046404 6 Tempat dan tanggaI lahir Sungailiat, 9 April 1964 7 E-mail d.survanto@l~cos.com
8 Nomor TeleponIHP 08126328916 9 Alamat Kantor Jln. Bioteknologi No. 1 Kampus USU 10 Nomor Telepon/Faks 0618219603 11 Lulusan yang telah dihasilkan SI: 32; S2: 15 12 Mikrobiologi Mikrobiologi
Mikrobiologi LinlZkll LU!.an Biologi Mikroba Pengendali Hayati
II. RIW A Y A T PENDIDIKAN 2.1. Program Sl S2 S3 2.2. NamaPT UGM Yogyakarta Michigan State IPB Bogor
University, USA 2.3. Bidang IImu Biologi Entomologi Mikrobiologi 2.4. Tahun 1982 1991 1996 Masuk 2.5. Tahun Lulus 1987 1993 2001 2.6. Judul Pengaruh pemberian A survey of ants as Selection and SkripsiIT esis Furadan 3 G candidates jar characterization of
terhadap populasi potential bacterial isolates for Collembola dan biological control monocyclic aromatic Acarina of pear p~ylla degradation.
(Cacopsylla pyricola (Foerster)) in Michigan.
2.7. Nama Dr. J usup Subagja Dr. James W Prof Dr. A.'1tonius Pembimbing Johnson Suwanto
III. PENGALAMAN PENELITIAN No Tahun I Judul Penelitian
I Sumber
Pendanaan lumlah
1. 2003-2004
(Juta Rp.) ~
Eksplorasi dan upaya pemanfaatan Dikti' IPP isolat Bacillus thuringiensis lokal I 73,5 Sumatera Utara untuk tujuan TPM pengendalian hama (Ketua Hibah I 73,5 Pekerti l)(USU-IPB) +-.
f-2-.--+-2-0-0-4-+-P-o-te-n-sC:-i --L->ob=-a-t-c-e-nd--"-a-w-a-n-C-=-a-n-o-dC:-e-rm-a-+--D-:-ik=-t-=-i -- ~----'J5
indigenous Sumatera Utara melalui uji biodiversitas genetik (Ketua Penelitian Dasar)
3. 2005- Eksplorasi bakteri kitinolitik: Dikti 73,1755 2006 Keragaman genetik gen penyandi
kitinase pada berbagai jenis bakteri dan pemanfaatannya (Ketua Hibah Bersaing 13)
4. 2008 Isolation and characterization of The Clean 35 thermophiles from North Sumatra's Production geothermal and their hydrolytic enzyme and potential (Ketua Peneliti) Regional
Cooperation Foundation, Taiwan
5. 2009 Biodiversitas mikroorganisme penghasil Dikti-DIPA 90, 797235 antimikroba dari TWA Sibolangit, USU Sumatera Utara (Ketua Hibah Penelitian Strategis Nasional 1)
6. 2012- Pengembangan biofungisida ramah Dikti-DIPA 150,115 2013 lingkungan berbasis bakteri USU
IV. PENGALAMAN PENGABDIAN PADA MASY ARAKAT --No Tahun Judul Pengabdian Pendanaan
Sumber Jumlah (Juta Rp.)
1. 2009 Pengetahuan mikrobiologi sederhana DIPAUSU untuk pengembangan wirausaha di kalangan siswa
V. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMlAH DALAM JURNAL
Suryanto D, Suwanto A. 2000. Seleksi dan isolasi bakteri pengurai senyawa hidrokarbon aromatic (Selection and isolation of aromatic hydrocarbon degrading bacteria). J Mikrobiollndones 5: 39-42.
Suryanto D, Suwanto A, Meryandini A. 2001. CJlllracterization of three benzoate degrading anoxygenic photosynthetic bacteria isolated from the environment. Biotropia 17: 9-17.
Suryanto D, Suwanto A. 2002.Effect of pH and NaCI concentration on benzoate utilization ofanoxygenic photosynthetic bacteria. J Mikrobioll ndones 7: 15-18.
Suryanto D, Suwanto A. 2003. Isolation and characterization q( a novel benzoate-utilizing Serratiamarcescens. Biotropia 21: 1-10.
Suryanto D, Nasution SK, Yumaliza. 2005. Potensi isolat bakteri dari kepiting batu untuk menghasilkan minyak ke1apa secara fermentasi (Bacterial isolates <?f mud-crab and their potential to produce coconut oil} .J Mikrohiol lndones 10: 14-16_
Suryanto D, Kelana TB, Nani N, Yumahza. 2005. Uji bioaktivitas ekstrak metanol daun tumbuhan serit Randialongiflora (Familia: Rubiaceae). Media Farmas; 13: 29-34.
5
Suryanto D, Andriani S, Nurtjahja K. 2005. Keragaman genetik Ganoderma spp. dari beberapa tempat di Sumatera Utara. Kultura 40: 70-76.
Nurtjahja K, Suryanto D, Winda L. 2006. Identifikasi jenis dan jumlah bakteri pada pasien mikosis kulit. J Bioi Sum 1: 1-2.
Suryanto D. 2006. Uji bioaktivitas pengharnbatan ekstrak metanol Ganoderma spp. terhadap pertumbuhan bakteri danjamur. J Sains Kimia 10: 31-34.
Suryanto D, Kelana TB, Munir E, Nani N. 2006. Uji brine-shrimp dan pengaruh ekstrak metanol daun tumbuhan pradep (Psychothria stipulacea Wall (Familia: Rubiaceae)) terhadap mikroba. Media Farmasi 14: 85-92.
Widhiastuti R, Suryanto D, Mukhlis, Wahyuningsih H. 2006. Pengaruh pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit sebagai pupuk terhadap biodiversitas tanah. Kultura 41: 1-8.
Suryanto D, Chairani, Rusika D, Lubis NA, Yumaliza. 2007. Eksplorasi dan bioasai berbagai isolat Bacil!usthuringiensis lokal terhadap larva beberapa jenis serangga. (Exploration and bioassay of local isolates of Bacillus thuringiensis of North Sumatra to several insect larvae). Biota 12: 61-67.
Suryanto D. 2007. Is transposition really random? J Sains Kimia 11: 5-8. Suryanto D, Irmayanti, Lubis S. 2007. Karakterisasi dan uji kepekaan antibiotik beberapa
isolat Staphylococcusaureus dari Sumatera Utara. Media Kedokteran Nusantara 40: 104-107.
Suryanto D. 2007. Keragaman genetik beberapa isolat Bacillusthuringiensis asal Sumatera Utara (Genetic variability of several Bacillus thuringiensis isolates of North Sumatra). J BioI Sum 2: 1-3.
Suryanto D, Kelana TB. 2008. Uji antimikroba dan toksisitas ekstrak metanol daun blokar (Pipersarmentosum). (Antimicrobial and toxicity test of methanol extract ofblokar leaf(Piper sarmentosum)). J Bioi Sum 3: 57-60.
Suryanto D, Patonah S, Munir E. 2010. Control of Fusarium wilt of chili with chitinolytic bacteria. Hayali 17: 123-127.
Suryanto D, Rahmiati, Nurtjahja K. 20ll. Penapisan jamur penghasil senyawa antimikroba dari tanah Bangka dan Taman Wisata Alam Sibolangit serta potensinya menghambat pertumbuhan beberapa jamur patogen tanaman. (Screening of fungi producing antimicrobial compound from Bangka and Sibolangit Natural Recreational Park soil and their potential to inhibit some plant pathogenic fungi). Biota 16: 362-370.
Suryanto D, Irawati N, Munir E. 2011. Isolation and characterization of chitinolytic bacteria and their potential to inhibit plant pathogenic fungi. Microbial Indones 5: 118-122.
Suryanto D, Wibowo RH, Siregar EBM, Munir E. 2012. A possibility of chitinolytic bacteria utilization to control basal stem disease caused by Ganoderma boninense in oil palm seedling. Afr J Microbiol Res 6: 2053-2059.
Suryanto D, Asnita N, Sihombing S, Maimunah S, Nurtjahja K. 2012. Inhibition of fungal growth isolated from three economic plants of North Sumatra by chitinolytic bacterial isolates. Bull Environ Pharmacal Life Sci 1(6): 35-41.
Suryanto D, Nasution SK, Mun!r E. 2012. Antimicf0bial assay of bacterial isolates from Sibolangit Natural Recreational Park North Sumatra, Indonesia. Bull Environ Pharmaco/ Life Sci: 1(11): 1-7.
Suryanto D, Indarwan A, Munir E. 2012. Potential control and viability of chitinolytic bacteria of alginate-chitosan encapsulation on chili seed against damping otT caused by Fusarium oxysporum. Am.J Agric Bioi Sci: 7: 461-467.
Nurtjahja K, Kelana TB, Suryanto D, Priyani N, Rio G, Putra DP, Arbain D. 2013. Antimicrobial activity of endemic herbs from Tangkahan Conservation Forest North Sumatera to bacteria and yeast. Hayati J Biosci 20: 177-181.
Loung FS, Silalahi 1, Suryanto D. 2014. Antibacterial activity of enzymatic hydrolyzed of virgin coconut oil and palm kernel oil against Staphylococcus aureus, Salmonella thypi and Escherichia coli. Int J PharmTech Res 6(2): 628-633.
Suryanto D, Wahyuni S, Siregar EBM, Munir E. Utilization of chitinolytic bacterial isolates to control anthracnose of cocoa leaf caused by Colletotrichum gloeosporioides. Afr J Biotechnol: 13: 1631-1637.
Sihombing NTM, Silalahi 1, Suryanto D. 2014. Antibacterial activity of aqueous garlic (Allium sativum) extracts and virgin coconut oil and their combination against Bacillus cereus ATCC 14579 and Escherichia coli ATCC 8939. Int J PharmTech Res 6(5): 2774-2782.
Mambang DEP, Rosidah, Suryanto D. 2014. Aktivitas antibakteri ekstrak tempe terhadap bakteri Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus. J Teknol dan Industri Pangan 25: 115-118.
Suryanto D, Asril M, Munir E, EH Kardhinata. 2014. Assay of antagonistic bacteria of single isolate and combination to control seedling-off in chili seed caused by Fusarium oxysporum. J Pure Appl Microbiol: (accepted).
VI. PENGALAMAN PENULISAN BUKU No. Tahun ludulBuku lumlah Penerbit
Halaman - - I - - -
IX. PENGHARGAAN YANG PERNAH DIRAlH
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari temyata dijumpai ketidak- sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Unggulan Perguruan Tinggi.
Medan, 1 Desember 2015
Anggota Peneliti,
Prof. Dr. Dwi Suryanto
Lampiran 2. Artikel Ilmiah
ENKAPSULASI Lactobacilus plantarum DAN Lactobacillus agilis ISOLAT LOKAL SUMATERA UTARA
It Jamilah1)*, Dwi Suryanto2
), Hamisya Nasution, Ria Yelfi Ningsih dan Virza
Ratika Inneke Putri
1,2) Fakultas Matematika dan I1mu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara Email: itjamilahlal.yahoo.com
Abstract
Group of Lactic Acid Bacteria (LAB) reported as biocontrol agents in aquaculture environments. LAB isolates isolated from Tilapia fish and pond around the city of Medon identified as Lactobacillus plantarum and Lactobacillus agilis can inhibit the growth of c bacteria biofilm of fish pathogen. In this research encapsulation of those isolates by extrusion method by adding prebiolic as called symbiotic. The purpose of this study was to determine some aspect of encapsulation jor maintaining the number of cells encapsulated as drying time (at 40 OC),
viability of cells on storage temperature of 4 °c and room temperature (:L 28 OC), examinate contamination of mold-yeast during storage and to know timing and amount of the liberation of cells in simulated gastric juice (PH 2) and the digestive tract of fish (PH 6.8). Encapsulated cell counts obtained approximately 9 log CFU Iml/g by the method embraced, effictive drying time up to 9 hours with a percentage of90% cell survival. Storage of capsule for 4 weeks at refrigeration
temperature (4 0 C) was able to maintain the number of cells as much as 95%, while at room
temperature, leaving the cells inside the capsule as much as 87%. Contamination of yeast during storage in room temperature was detected in 3 weeks until 4 weeks in the number of consecutive 1:11 and 1.63 log 10 CFU Iml. Exemption test cell (cell release) at neutral pH (Simulated intestinal fish) was detected after 30 minutes (4 log CFU ImL) and optimal after minutes 150 and it was stable up to 300 min.
Key word: Lactobacillus plantarum, L. agilis, fish, microcapsule, sinbiotik
FORMULIR EVALUASI ATAS CAPAIAN LUARAN KEGIATAN PENELITIAN
: Dr. It Jamilah, M.Sc.
: Universitas Sumatera Utara
Nama
Perguruan tinggi
Judul penelitian : Eksplorasi Bakteri Asaro Laktat Isolat Lokal Sumtera Utara
Sebagai Biokontrol Bakteri Patogen Air Tawar
Waktu penelitian : tahun ke 2 dari rencana 2 tahun
Luaran yang direncanakan, tertulis dalam proposal awal:
1 Pembicara pada Seminar Nasional
2 Publikasi pada Jurnal Nasional Terakreditasi
3 Pembicara pada Seminar Internasional
4
Dst.
CAPAIAN
PUBLIKASI ILMIAH Judul terakreditasi Jurnal berepu!asi
internasional
ARTIKEL JURNAL KE-l
Nama jurnal yang dituju Jurnal Mikrobiologi Indonesia
Impact factor untuk jurnal Kalau ada
Judul artikel Enkapsulasi Lactobacillus plantamm dan Lactobacilus agilis Isolat Lokal Sumatera Utara
Status naskah (beri tanda)
- Draf artikel v .. _-
- Sudah dikirim ke
jurnal
- Sedang ditelaah
- Sedang direvisi I - Revisi sudah dikirim 1-------·---···--·-----····-
ulang I
. --- S udah diterima
Page 11
I - Sudah terbit I *1 jika masih ada artikel ke-2 dan seterusnya, mohon dituliskan pada lembar tambahan
1. BUKU AJAR
I Joom
Penerbit
Jika masih ada buku ke-2 dan seterusnya, mohon dituliskan pada lembar tambahan
2. PEMBICARA PADA PERTEMUAN ILMIAH (SEMINARISIMPOSIUM)
Nasional Intern asion al
Judul Makalah Enkapsulasi Lactobacillus Local Indonesia Probiotic plantarum Isolat Lokal Asam Isolates for Aquaculture; Kolam Ikan Nila Potention, Problems and
Hope Nama Pertemuan Umiah Seminar Nasional Seminar Internasional
Tempat Pelaksanaan Semarang Medan
Waktu Pelaksanaan Tgl8-9 Oktober 2015 Tgl17 Oktober 2015
- Draf makalah
- Sudah dikirim
- Sedang direview
- Sudah v v
dilaksanakan
Jika maslh ada pertemuan 11mIah ke-2 dstnya mohon dltuhs pada lembar tambahan
3. SEBAGAI PEMBICARA KUNCI (KEYNOTE SPEAKER)
Nasional Internasional
- Bukti undangan dari
panitia
- Judu] makalah
- Penulis
- Penyelenggara I I ---
- Waktu pelaksanaan , I
f-- Tempat pelaksanaan
- Draf makalah
- Sudah dikirim I
Page 12
•
I : Sedang direview I
I i
Jika masih ada undangan ke-2 dan seterusnya, mohon ditulisk an pada lembar tambahan
4. UNDANGAN SEBAGAI PENELITI TAMU (VISIT1 NG SCIENTIS1) PADA PERGURUANTINGGILAIN~ __________ ~
- Bukti undangan
- Perguruan tinggi pengundang
- Lama kegiatan
- Kegiatan penting yang dilakukan
Nasional Intern asion al
5. CAPAIANLUARANLAINNYA
HKI
TEKNOLOGI TEPA T GUNA
REKA VASA SOSIAL
JEJARING KERJA SAMA
PENGHARGAAN
LAINNY A (Tuliskan)
(uraikan status kem sam ai" anted")
aJuan mulai dari pengaJuan
(uraikan siapa masyarakat pengguna teknologi an dimaksud)
(uraikan kebijakan publik yang sedang atau sudah da at diubah (uraikan kapan jejaring dibentuk dan kegiatannya sampai saat ini, baik antar peneliti rnaupun antar lemba a (uraikan pengbargaan yang diterima sebagai
neliti, baik dari merintah atau asosiasi profesi)
Jika luaran yang direncanakan tidak tercapai, uraikan alasannya:
Medan, 1 Desember 2015
Ketua Peneliti,
(Dr. It Jamilah M.Sc.)
NIP.196310121991032003
Page 13