elektro kardiogram

Upload: dolly-jazmi

Post on 03-Apr-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    1/24

    EKG (Elektrokardiagram)

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian

    Elektrokardiagram (EKG) adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik

    jantung. Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai gelombang P, QRS

    dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran

    dan miokardium.(1)

    Elektrokardiogram (ECG atau EKG) adalah tes non-invasif yang digunakan

    untuk mencerminkan kondisi jantung yang mendasarinya dengan mengukur aktivitas listrik

    jantung. Dengan posisi lead (listrik sensing perangkat) pada tubuhdi lokasi standar, informasi

    tentang kondisi jantung yang dapat dipelajari dengan mencari pola karakteristik padaEKG.(2)

    Elektrokardiogram, EKG atau ECG: Sebuah EKG adalah bagian penting dari evaluasi

    awal pasien yang diduga memiliki masalah jantung yang terkait. Elektroda lengket kecil

    diterapkan ke dada pasien, lengan dan kaki. Namun, dengan beberapa sistem, elektroda dapat

    diterapkan untuk bahu dada, dan sisi dada bagian bawah, atau pinggul. Kabel digunakan

    untuk menghubungkan pasien dengan mesin EKG. Anda akan diminta untuk tetap diam

    sementara perawat atau teknisi catatan EKG. Aktivitas listrik yang diciptakan oleh pasien

    jantung diproses oleh mesin EKG dan kemudian dicetak pada kertas grafik khusus. Ini

    kemudian ditafsirkan oleh dokter Anda. Ini membutuhkan waktu beberapa menit untuk

    menerapkan elektroda EKG, dan satu menit untuk membuat rekaman yang sebenarnya.(3)

    B. Kegunaan EKG

    EKG dapat memberikan data yang mendukung diagnosis dan pada beberapa kasus

    penting untuk penetalaksanaan pasien. EKG penting untuk diagnosis dan penatalaksanaankelainan irama jantung. EKG membantu mendiagnosis penyebab nyeri dada, dan ketepatan

    penggunaan trombolisis pada infark miokard tergantung padanya. EKG dapat membantu

    mendiagnosis penyebab sesak nafas.(4)

    Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis, kelainan pola listrik biasanya disertai

    oleh kelainan aktivitas kontraktil jantung. Evaluais terhadap EKG dapat memberikan

    informasi yang berguna mengenai status jantung, termasuk kecepatan denyut, irama dan

    kesehatan otot-ototnya.

    1. Kelainan Kecepatan

    http://ardhye-violent.blogspot.com/2012/03/ekg-elektrokardiagram.htmlhttp://ardhye-violent.blogspot.com/2012/03/ekg-elektrokardiagram.html
  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    2/24

    Jarak antara dua kompleks QRS yang berurutan di sebuah rekaman EKG dikalibrasikan ke

    kecapatan jantung. Kecepatan denyut jantung yang melebihi 100 denyut per menit dikenal

    sebagai takikardia(cepat), sedangkan denyut yang lambat yang kurang dari 60 kali per menit

    disebut bradikardi(lambat).2. Kelainan Irama

    Irama mengacu pada keteraturan gelombang EKG. Setiap variasi irama normal dan urutan

    eksitasi jangtung disebut aritmia.

    - Flutter Atrium ditandai oleh urutan deplolarisasi atrium yang reguler tetapi cepat dengan

    kecepatan antara 200 sampai 300 denyut per menit.

    - Fibrilasi Atrium ditandai oleh depolarisasi atrium yang cepat, ireguler, dan tidak terkordinasi

    tanpa gelombang P yang jelas.

    - Fibrilasi Ventrikel adalah kelainan irama yang sangat serius dengan otot-otot ventrikel

    memperlihatkan kontraksi yang kacau dan tidak terkoordinasi.

    3. Miopati Jantung

    Gelombang EKG abnormal juga penting dalam mengenali dan menilai miopati jantung

    (kerusakan otot jantung).(5)

    Kegunaan EKG adalah :

    - Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung (aritmia)

    - Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark, hipertrophy atrial dan ventrikel)

    - Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung

    - Mengetahui adanya gangguan elektrolit

    - Mengetahui adanya gangguan perikarditis(6)

    Pada umumnya pemeriksaan EKG berguna untuk mengetahui : aritmia, fungsi alat pacu

    jantung, gangguan konduksi interventrikuler, pembesaran ruangan-ruangan jantung, IMA,

    iskemik miokard, penyakit perikard, gangguan elektrolit, pengaruh obat-obatan seperti

    digitalis, kinidin, kinine, dan berbagai kelainan lain seperti penyakit jantung bawaan,

    korpulmonale, emboli paru, mixedema.(7)

    C. Sistem Konduksi Jantung

    1. Sinoatrial Node (SA Node)

    Suatu tumpukan neuromuskular yang kecil, berada di dalam dinding atrium kanan di

    ujung kristo terminalis. Nodus ini merupakan pendahulu dari kontraksi jantung, dari sini

    impuls diteruskan ke antrioventrikuler node.

    2. Antrioventrikular Node (AV Node)

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    3/24

    Susunannya sama seperti sinoatrium node. Berada di dalam septum atrium dekat muara

    sinus koronarius. Selanjutnya impuls-impuls diteruskan ke antrioventrikuler bundel melalui

    berkas wenkebach.

    3. Antrioventrikuler Bundel (AV Bundel)Mulai dari AV bundel berjalan ke arah depan pada pinggir posterior dan pinggir bawah

    pars membranasea septum interventrikulare. Pada bagian cincin yang terdapat antara atrium

    dan ventrikel analus vibrosus, rangsangan terhenti1/10 detik selanjutnya menuju ke arah apeks

    kordis dan bercabang dua :

    a. Pars septalis dekstra melanjut ke arah AV bundel di dalam pars mucularis septum

    interventrikulare menuju ke dinding depan depan ventrikel kanan.

    b. Pars septalis sinistra berjalan di antara pars membranacea dan pars mucularis sampai di sisi

    kiri septum interventrikularis menuju basis M. Papilaris inferior ventrikel kiri. Serabut-

    serabut pars septalis kemudian bercabang-cabang menjadi serabut terminal (serabut purkinje).

    4. Seraburt penghubung Terminal

    Serabut penghubung terminal (serabut purkiunje) berupa anyaman yang berada pada

    endokardium menyebar pada kedua ventrikel.(8)

    D. Sifat-Sifat Sel Jantung

    Sel-sel otot jantung mempunyai susunan ion yang berbeda antara ruang dalam sel

    (intraselular) dan ruang luar sel (ekstraseluler). Dari ion-ion ini, yang terpenting ialah ion

    Natrium (Na+) dan ion Kalium (K

    +). Kadar K

    +intraselular sekitar 300 kali lebih tinggi dalam

    ruang ekstraselular daripada dalam ruang intraselular.

    Membran sel otot jantung ternyata lebih permiabel untuk ion negatif daripada ion Na+.

    Dalam keadaan istirahat, karena perbedaan kadar ion-ion, potensial membran bagian dalam

    dan bagian luar tidak sama. Membran sel otot jantung saat istirahat berada pada keadaan

    polarisasi, dengan bagian luar berpotensial lebih positif dibandingkan dengan bagian dalam.

    Selisih potensial ini disebut sebagai potensial membran, uang dalam keadaan istirahat

    berkisar -90 mV. Bila membran otot jantung dirangsang, sifat permeabel membran berubah

    sehingga ion Na+

    masuk ke dalam sel, yang menyebabkan potensial membran berubah dari -

    90 mV menjadi +20 mV (potensial diukur intraselular terhadap ekstraselular). Perubahan

    potensial membrab karena stimulus ini disebut depolarisasi. Setelah proses depolarisasi

    selesai, maka potensial membran kembali mencapai keadaan semula yang disebut sebagai

    repolarisasi.(9)

    E. Potensial Aksi

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    4/24

    Bila kita mengukur potensial listrik yang terjadi dalam sel otot jantung dibandingkan

    dengan potensial di luar sel. Pada saat sel mendapat stimulus, maka perubahan potensial yang

    terjadi sebagai fungsi dari waktu, disebut potensial aksi. Kurva potensi aksi menunjukkan

    karakteristik yang khas dan dibagi menjadi 4 fase yaitu :

    - Fase 0

    Awal potensi akhir yang berupa garis vertikal ke atas yang merupakan lonjakan potensial

    hingga mencapai +20 mV. Lonjakan potensial dalam daerah intraselular ini disebabkan oleh

    masuknyaion Na+

    dari luar ke dalam sel.

    - Fase 1

    Masa repolarisasi awal yang pendek, dimana potensial kembali dari +20 mV mendekati 0

    mV.

    - Fase 2

    Fase datar dimana potensial berkisar pada 0 mV. Dalam fase ini terjadi gerak masuk dari

    ion Ca++

    untuk mengimbangkan gerak keluar ion K+

    - Fase 3

    Masa repolarisasi cepat dimana potensial kembali secara tajam pada tingkat awal yaitu

    fase 4(9)

    F. Sadapan - Sadapan EKG

    1. Ketiga Sadapan Anggota Bipolar

    Istilah bipolar berarti bahwa elektrokardiogram yang direkam itu berasal dari dua

    elektroda yang terletak pada bagian jantung yang berbeda, dalam hal ini pada anggota badan.

    Jadi, sebuah sadapan bukan merupakan kabel tunggal yang dihubungkan dari tubuh, tetapi

    merupakan gabungan dari dua kabel dan elektrodanyan untuk membentuk sebuah sirkuit

    yang menyeluruh antara tubuh dan elektrodiograf.

    a. Sadapan ISewaktu merekam sadapan anggota badan I, ujung negatif elektrokardigraf dihubungkan

    ke lengan kanan dan ujung positifnya pada lengan kiri.

    b. Sadapan II

    Untuk merekam sadapan anggota badan II, ujung negatif elektrokardiograf dihubungkan

    ke lengan kanan dan ujung positifnya pada tungkai kiri.

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    5/24

    c. Sadapan III

    Untuk merekam sadapan anggota badan III, ujung negatif kardiograf dihubungkan ke

    lengan kiri dan ujung positifnya dihubungkan pada tungkai kiri.

    2. Sadapan Dada (Sadapan Prekordial)Biasanya dari dinding anterior dada dapat direkam enam macam sadapan dada yang

    standar satu per satu, keenam elektroda dada diletakkan berurutan pada enam titik seperti

    dalam diagram. Macam-macam rekaman tersebut dikenal sebagai sadapan

    V1,V2,V3,V4,V5,dan V6.(10)

    Elektroda dipasang berurutan di enam tempat berbeda pada dinding dada :

    V1 : Pada sela iga keempat sebelah kanan dari sternum

    V2 : Pada sela iga keempat sebelah kiri sternum

    V3 : Pada pertengahan antara V2 dan V4

    V4 : Pada sela iga kelima di garis mid-klavikularis

    V5 : Horisontal terhadap V4, pada garis aksilaris anterior

    V6 : Horisontal terhadap V4, pada garis midaksilaris(1)

    V7 : Sejajar V6 pada garis post aksilaris (jarang dipakai)

    V8 : Sejajar V7 garis ventrikel ujung scapula (jarang dipakai)

    V9 : Sejajar V8 pada kiri ventrikel (jarang dipakai)(6)

    Gambar Letak Elektroda

    3. Sadapan Anggota Badan Unipolar yang Diperbesar

    Pada tipe perekaman ini, kedua anggota badan dihubungkan melalui tahanan listrik

    dengan ujung negatif ujung alatn elektrokardiograf, sedangkan anggota badan yang ketiga

    dihubungkan dengan ujung yang positif. Bila ujung positif terletak pada tangan kanan, maka

    sadapan dikenal sebagai sadapan aVR dan bila pada lengan kiri, maka disebut sebagai

    sadapan aVL dan bila pada tungkai kiri maka disebut sebagai sadapan aVF.(10)

    Tiga ditambahkan antaran adalah sebagai berikut

    -

    aVR : membagi dua bagian sisi dari segi tiga yang dari lengan tangan ke kaki kiri. Itu

    diarahkan ke arah electroda dari lengan tangan yang benar

    - aVL : kutup tunggal yang ditambahkan ini membagi dua bagian sisi dari segi tiga yang

    meninggalkan lengan tangan kanan ke kaki kiri. Itu diarahkan ke arah elektrode yang positif

    pada lengan tangan

    - ini adalah dibentuk oleh satu baris tegaklurus ke sisi dari segi tiga yang meluas dari lengan

    tangan kanan ke kaki kanan dan diarahkan mengarah ke bawah ke kaki kiri.(11)

    Sadapan ini mengukur perbedaan potensial listrik antara dua titik sehingga sadapan ini

    bersifat bipolar, dengan satu kutub negatif dan satu kutub positif.(1)

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    6/24

    G. Siklus Jantung dalam EKG

    1. Gelombang P

    Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal untuk depolarisasi atrium berasaldari nodus sinus. Namun, besarnya arus listrik berhubungan dengan eksitasi nodus sinus

    terlalu kecil untuk dapat terlihat pada EKG. Gelombang P dalam keadaan yang normal

    berbentuk melengkung dan arahnya ke atas pada kebanyakan hantaran. Pembesaran antrium

    dapat meningkatkan amplitudo atau lebar gelombang P, serta mengubah bentuk gelombang P.

    Disritmia jantung juga dapat mengubah konfigurasi gelombang P. Misalnya, irama yang

    bersal dekat perbatasan AV dapat menimbulkan inversi gelombang P, karena arah

    depolarisasi atrium terbalik.

    2. Interval PR

    Diukur dari permukaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam interval ini

    tercakup juga penghantaran impuls melalui antrium dan hambatan impuls pada nodus AV.

    Interval normal adalah 0,12 sampai 0.20 detik. Perpanjangan interva l PR yang abnormal

    menandai adanya gangguan hantaran impuls, yang disebut blok jantung tingkat pertama.

    3. Kompleks QRS

    Menggambarkan depolarisasi ventrikel. Amplitudo gelombang ini besar karena banyak

    massa otot yang harus dilalui oleh impuls listrik. Namun, impuls menyebar begitu cepat,

    normal lama kompleks QRS adalah antara 0,06 dan 0,01 detik. Pemanjangan penyebaran

    impuls melalui berkas cabang disebut sebagai blok berkas cabang akan menlebarkan

    kompleks ventrikuler. Irama jantung abnormal dari ventrikel seperti takikardia ventrikel juga

    akan memperlebar dan mengubah bentuk kompleks QRS oleh sebab jalur khusus yang

    mempercepat penyebaran impuls melaui ventrikel di pintas. Hipertropi ventrikel akan

    meningkatkan amplitudo kompleks QRS karena penambahan massa otot jantung.

    Repolarisasi atrium terjadi selama ventrikel. Tetapi besarnya kompleks QRS tersebut akan

    menutupi gambaran pemulihan atrium yang tercatatdi elektrokardiografi.4. Segmen ST

    Interval ini terletak antara gelombang depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel.

    Tahap awal perubahan repolarisasi ventriklel terjadi selama periode ini, tetapi perubaha ini

    terlalu lemah dan tidak tertangkap EKG. Penurunan abnormal segmen ST dikaitkan dengan

    iskemia miokardium sedangkan penigkatan segmen ST dikaitkan dengan infark. Penggunaan

    digitalis akan menurungkan segmen ST.

    5. Gelombang Interval QT

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    7/24

    Interval ini diukur mulai dari awal kompleksQRS sampai akhir gelombang T, meliputu

    depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Interval QT rata-rata adalah 0,36 sampai 0,44 detik

    dan bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung. Interval QT memanjang pada pemberian

    obat-obat anti disritmia seperti kunidin, prokainamid, setalol (betapace), dan amidaron(cordarone).

    (1)

    Gambar Siklus dalam EKG

    H. PrinsipMembaca EKG

    Untuk membaca EKG secara mudah dan tepat, sebaiknya setiap EKG dibaca mengikuti

    urutan petunjuk di bawah ini

    1. Irama

    Pertama-tama tentukan irama sinus atau bukan. Apabila setiap kompleks QRS didahului

    oleh sebuah gelombang P berarti irama sinus, kalau tidak, maka berarti bukan irama sinus.

    Bukan irama sinus dapat berupa suatu aritmia yang mungkin fibrilasi, blok AV derajat

    dua atau tiga, irama jungsional, takikardia ventrikular, dan lain-lain.

    2. Laju QRS (QRS Rate)

    Pada irama sinus, laju QRS normal berkisar antara 60 - 100 kali/min, kurang dari 60 kali

    disebut bradikardia sinus, lebih dari 100 kali disebut takikardia sinus.

    Laju QRS lebih dari 150 kali/min biasanya disebabkan oleh takikardia supraventrikular

    (kompleks QRS sempit), atau takikardia ventrikular (kompleks QRS lebar). Pada blok AV

    derajat tiga, selain laju QRS selalu harus dicantumkan juga laju gelombang P (atrial rate).

    EKG normal selalu regular. Irama yang tidak regular ditemukan pada fibrilasi atrium,

    atau pada keadaan mana banyak ditemukan ekstrasistol (atrium maupun ventrikel), juga pada

    sick sinus syndrome.

    3. Aksis

    Aksis normal selalu terdapat antara -30 sampai +110. Lebih dari -30 disebut deviasi

    aksis kiri, lebih dari +110 disebut deviasi aksis kanan, dan bila lebih dari +180 disebut

    aksis superior.

    Kadang kadang aksis tidak dapat ditentukan, maka ditulis undeterminable, misalnya pada

    EKG dimana defleksi positif dan negatif pada kompleks QRS di semua sandapan sama

    besarnya.

    4. Interval -PR

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    8/24

    Interval PR normal adalah kurang dari 0,2 detik. Lebih dari 0.2 detik disebut blok AV

    derajat satu. Kurang dari 0,1 detik disertai adanya gelombang delta menunjukkan Wolff-

    Parkinson- White syndrome.

    5. Morfologia. Gelombang P

    Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Apakah ada P-pulmonal atau P-

    mitral.

    b. Kompleks QRS

    Adanya gelombang Q patologis menandakan old myocardial infarction (tentukan bagian

    jantung mana yang mengalami infark melalui petunjuk sandapan yang terlibat). Bagaimana

    amplitudo gelombang R dan S di sandapan prekordial. Gelombang R yang tinggi di sandapan

    V1 dan V2 menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan (atau infark dinding posterior).

    Gelombang R yang tinggi di sandapan V5 dan V6 dengan gelombang S yang dalam di

    sandapan V1 dan V2 menunjukkan hipertofi ventrikel kiri. Interval QRS yang lebih dari 0,1

    detik harus dicari apakah ada right bundle branch block, left bundle branch block atau

    ekstrasistol ventrikel.

    c. Segmen ST

    Elevasi segmen ST menandakan infark miokard akut (tentukan bagian mana dari jantung

    yang mengalami infark). Depresi segmen ST menandakan iskemia.

    d. Gelombang T

    Gelombang T yang datar (flat 7) menandakan iskemia. Gelombang T terbalik (T-inverted)

    menandakan iskemia atau mungkin suatu aneurisma. Gelombang T yang runcing

    menandakan hiperkalemia.

    e. Gelombang U

    Gelombang U yang sangat tinggi (> gel. T) menunjukkan hipokalemi. Gelombang U yang

    terbalik menunjukkan iskemia miokard yang berat.(7)

    I. KelainanKompleks pada Beberapa Penyakit.

    Pada dasarnya bagi yang berpengalaman, tidaklah sulit membedakan antara kompleks

    EKG normal dan yang ada kelainan. Tetapi kadang-kadang ditemukan adanya gambaran

    EKG yang tidak khas dan membingungkan kita. Oleh karena itu sebagai patokan, maka

    berikut ini disajikan kelainan kompleks P-QRS-T pada beberapa penyakit.

    1. Kelainan gelombang P.

    Kelainan penampilan (amplitudo, lamanya, bentuknya) gelombang P pada irama dan

    kecepatan yang normal. Misalnya P mitrale yang ditandai dengan gelombang P yang tinggi,

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    9/24

    lebar dan not ched pada sandapan I dan II : gelombang P lebar dan bifasik pada VI dan V2.

    adanya hipertrofi atrium kiri terutama pada stenosis mitralis. Sedangkan P pulmonale ditandai

    dengan adanya gelombang P yang tinggi, runcing pada sandapan II dan III, dan mungkin

    disertai gelombang P tinggi dan bifasik pada sandapan VI dan V2. Ditemukan padakorpulmonale dan penyakit jantung kogenital.

    Kelainan penampilan, irama dan kecepatan gelombang P yang dapat berupa kelainan

    tunggal gelombang P misalnya atrial premature beat yang bisa ditemukan pada penyakit

    jantung koroner (PJK), intoksikasi digitalis. Selain itu dapat ditemukan kelainan pada semua

    gelombang P disertai kelainan bentuk dan iramanya misalnya fibrilasi atrium yang dapat

    disebabkan oleh penyakit jantung rematik (PJR), pada infark miokard. Kelainan gelombang P

    lainnya berupa tidak adanya suatu gelombang P, kompleks QRS-T timbul lebih cepat dari

    pada biasanya. Misalnya AV nodal premature beat pada PJK, intoksikasi digitalis,

    dimanabentuk kompleks QRS normal, dan terdapat masa istirahat kompensatoir. Kelainan

    lain berupa ekstrasistole ventrikel pada PJK, intoksikasi digitalis.

    Seluruh gelombang P tidak nampak, tetapi bentuk dan lamanya kompleks QRS adalah

    normal. Misalnya irama nodal AV, takikardi nodal AV, atrial takikardi yang timbul akibat

    intoksikasi digitalis, infark miokard, penyakit jantung hipertensi (PJH). Gelombang P

    seluruhnya tidak tampak dengan kelainan bentuk dan lamanya kompleks QRS. Misalnya

    ventrikel takikardi, fibrilasi atrium yang dapat timbul pada PJR. Penyakit jantung hipertensi

    (PJH).

    2. Kelainan interval P-R

    - Interval P-R panjang menunjukkan adanya keterlambatan atau blok

    konduksi AV. Misalnya pada blok AV tingkat I dimana tiap gelombang 7 P diikuti P-R >

    0,22 detik yang bersifat tetap atau sementara, ditemukan pada miokarditis, intoksikasi

    digitalis, PJK, idiopatik. PadaAV blok tingkat II yaitu gelombang P dalam irama dan

    kecepatan normal, tetapi tidak diikuti kompleks QRS, dan seringkali disertai kelainan QRS, S

    - T dan T. Interval P-R pada kompleks P-QRS-T mungkin normal atau memanjang, tetapi

    tetap jaraknya. Blok jantung A-V2 : 1 atau 3 : 1., berarti terdapat 2 P dan hanya 1 QRS atau

    3P&1QRS. Tipe lain dari blok jantung ini ialah fenomena Wenkebach. Pada blok jantung

    tingkat III atau blok jantung komplit irama dan kecepatan gelombang P normal, irama

    kompleks QRS teratur tetapi lebih lambat (20-40 kali permenit) dari gelombang P. jadi

    terdapat disosiasi komplit antara atriumdan ventrikel.

    - Interval P-R memendek yaitu kurang dari 0,1 detik dengan atau tanpa kelainan bentuk QRS.

    Ditemukan pada PJK intoksikasi digitalis, sindroma WPW.

    3. Kelainan gelombang Q.

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    10/24

    Gelombang Q patologis yang lebar > 1 mm atau > 0,4 detik dan dalamnya >2 mm (lebih

    1/3 dari amplitudo QRS pada sandapan yang sama) menunjukkan adanya miokard yang

    nekrosis. Adanya gelombang Q di sandapan III dan aVR merupakan gambaran yang normal.

    4. Kelainan gelombang R dan gelombang S.Dengan membandingkan gelombang R dan S disandapan I dan III yaitu gelombang S di I

    dan R di III menunjukkan adanya right axis deviation. Kelainan ini ditemukan pada

    hipertrofi ventrikel kanan, stenosis mitral, penyakit jantung bawaan, korpulmonale.

    Sedangkan gelombang R di I dan S di III menunjukkan adanya left axis deviati on.

    Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi ventrikel kiri (LVH). Biasanya dengan menjumlahkan

    voltase (kriteria voltasi) dari gelombang S di V1 dan R di V5 atau S V1 + R V6 > 35 mm

    atau gelombang R>27 mm di V5 atau V6 menunjukkan adanya LVH.

    5. Kelainan kompleks QRS

    - Pada blok cabang berkas His dapat ditemukan adanya kompleks QRS lebar dan atau

    notched dengan gelombang P dan interval P-R normal. Ditemukan pada PJK, PJR

    (Penyakit Jantung Rematik).

    - Kompleks QRS berfrekwensi lambat dengan atau tanpa kelainan bentuk tetapi iramanya

    teratur yaitu pada sinus bradikardi, blok jantung 2:1, 3:1, blok komplit terutama pada PJK,

    PJR, penyakit jantung bawaan.

    - Kompleks QRS berfrekwensi cepat dengan atau tanpa kelainan bentuk, yaitu pada sinus

    takikardi, atrial takikardi, nodal takikardi, fibrilasi atrium, takikardi ventrikel. Ditemukan

    pada PJK (Penyakit Jantung Koroner), PJH (Penyakit Jantung Hipertensi), PJR (Penyakit

    Jantung Rematik), infark miokard, intoksikasi digitalis.

    - Irama QRS tidak tetap.

    Kadang-kadang kompleks QRS timbul lebih cepat dari biasa, misalnya AV nodal premature

    beat, ventricular premature beat. Ditemukan pada PJK dan intoksikasi digitalis. Irama

    kompleks QRS sama sekali tidak teratur yaitu pada fibrilasi atrium dimana sering ditemukan

    pada PJH, PJR, infark miokard dan intoksikasi digitalis.6. Kelainan segmen S-T.

    Suatu kelainan berupa elevasi atau depresi segmen S-T yang ragu-ragu, sebaiknya

    dianggap normal sampai terbukti benar-benar ada kelainan pada suatu seri perekaman.

    Bukanlah suatu kelainan, apabila elevasi segmen S-T tidak melebihi 1 mm atau depresi tidak

    melebihi 0,5 mm, paling kurang pada sandapan standar. Secara klinik elevasi atau depresi

    segmen S-T pada 3 sandapan standar, biasanya disertai deviasi yang sama pada sandapan

    yang sesuai, menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Adanya elevasi segmen S-T

    merupakan petunjuk adanya infark miokard akut atau perikarditis. Elevasi segmen S-T pada

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    11/24

    sandapan prekordial menunjukkan adanya infark dinding anterior, sedangkan infark dinding

    inferior dapat diketahui dengan adanya elevasi segmen S-T pada sandapan II, III, dan aVF.

    Untuk perikarditis biasanya tidak dapat dipastikan tempatnya dan akan tampak elevasi di

    hampir semua sandapan. Elevasi segmen S-T pada V4R ditemukan pada infark ventrikelkanan

    7. Kelainan gelombang T.

    Adanya kelainan gelombang T menunjukkan adanya kelainan pada ventrikel. Untuk itu

    dikemukakan beberapa patokan yaitu :

    - Arahnya berlawanan dengan defleksi utama QRS pada setiap sandapan.

    - Amplitudo gelombang T > 1 mm pada sandapan I atau II dengan gelombang R menyolok.

    - Gelombang T terbalik dimana gelombang R menyolok.

    -

    Lebih tinggi daripada perekaman sebelumnya atau lebih tinggi 8 mm pada sandapan I,II, III.

    Oleh karena begitu banyak penyebab kelainan gelombang T, maka dalam

    menginterpretasi kelainan ini sebaiknya berhati-hati dan mempertimbangkan seluruh

    gambaran klinik. Suatu diagnosis khusus tidak dapat dibuat atas dasar perubahan -perubahan

    yang tidak khas. Adanya gelombang T terbalik, simetris, runcing, disertai segmen S-T

    konveks keatas, menandakan adanya iskemi miokard. Kadang-kadang gelombang T sangat

    tinggi pada insufisiensi koroner. Pada keadaan dimana defleksi QRS positif pada sandapan I,

    sedangkan gelombang T pada sandapan I terbalik atau lebih rendah dari gelombang T di

    sandapan III menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Gelombang T yang tinggi dan tajam

    pada semua sandapan kecuali aVR dan aVL menunjukkan adanya hiperkalemi. Gelombang T

    yang tinggi dan simentris dengan depresi segmen S-T menunjukkan adanya infark dinding

    posterior.

    8. Kelainan gelombang U.

    Adanya gelombang U defleksi keatas lebih tinggi dari gelombang T pada sandapan yang

    sama terutama V1-V4 menunjukkan adanya hipokalemi.(7)

    BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Nama Percobaan

    Electrocardiograf pada manusia

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    12/24

    B. Alat dan Bahan

    1. Electrocardograf (EKG)

    2. Kabel sadapan yang terdiri dari :

    a. 4 buah sadapan ekstremitasTangan kiri (LA)

    Tangan kanan (RA)

    Kaki kiri (LL)

    Kaki kanan (RL)

    b. 6 buah sadapan dada

    V1, V2, V3, V4, V5, dan V6

    3. Elektroda yang terdiri dari :

    a. 4 buah elektroda ekstremitas

    b. 6 buah elektroda dada

    4. Kertas EKG

    C. Prosedur Kerja

    Orang coba (pria) berbaring terlentang dengan badan atas bebas dari pakaian. Bahan-

    bahan logam yang dipakai seperti ikat pinggang, cincin, arloji, dan sebagainya, sebaiknya

    dibuka agar tidak mengganggu rekaman. Oleskan EKG cream atau jelly pada tempat-tempat

    dimana akan dipasang elektroda untuk mengurangi resisten. Pasanglah keempat elektroda

    ekstremitas pada kedua pergelangan tangan dan kedua pergelangan kaki pada bagian volar

    atau medial. Pasanglah elektroda tersebut dengan ketat. Hubungkan kabel sadapan pada EKG

    dan ujung-ujungnya di hubungkan pada elektroda yang sesuai.

    VI : pada ruang intercostal 4 pinggir kanan sternum

    V2 : pada ruang intercostal 4 pinggir kiri sternum

    V3 : pada pertengahan antara V2 dan V4

    V4 : pada ruang intercostal 5 pada linea aksilaris anteriorV5 : pada level V4, pada linea aksilaris anterior

    V6 : pada level V4 pada linea aksilaris anterior

    Hubungan pada ujung-ujung kabel sandapan pada elektroda dada yang sesuai.

    Pasanglah kabel tanah (arde) dan hubungkan EKG pada sumber listrik. Sekarang mulailah

    dengan pencatatan.

    D. Hasil Percobaan

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    13/24

    Pemeriksaan orang pertama

    Nama : Imam Habibi

    Umur : 19 tahun

    Jenis Kelamin : Laki-Laki1. Hasil pemeriksaan : Lead I

    a. Gel. PQRS,T

    Horizontal : 2 x 0.04 = 0.08 detik

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 detik

    b. HR Normal : = = 65.23 mmHg

    c. Reguler

    Kompleks QRS

    Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg

    Vertikal : 3 x 0.01 = 0.03 mmHg

    P-R Interval

    Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg

    ST Segmen

    Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg

    2. Lead II

    a. Gel. PQRS,T

    Horizontal : 2 x 0,04 = 0,08 detik

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0,01 detik

    b. HR Normal : = = 65.23 mmHgc. Reguler

    Kompleks QRS

    Horizontal : 4 x 0.04 = 0.12 mmHg

    Vertikal : 6 x 0.01 = 0.06 mmHg

    P-R Interval

    Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg

    ST Segmen

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    14/24

    Horizontal : 2 x 0.04 = 0.08 mmHg

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg

    3. Lead III

    a. Gel. PQRS,T Horizontal : 2 x 0,04 = 0,08 detik

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0,01 detik

    b. HR Normal : = = 65.23 mmHg

    c. Reguler

    Kompleks QRS

    Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg

    Vertikal : 5 x 0.01 = 0.05 mmHg

    P-R Interval

    Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg

    ST Segmen

    Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg

    4. aVR

    a. Gel. PQRS,T

    Horizontal : 2 x 0,04 = 0.08 detik

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 detik

    b. HR Normal : = = 65.23 mmHg

    c. Reguler

    Kompleks QRS

    Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg

    Vertikal : 4 x 0.01 = 0.04 mmHg

    P-R IntervalHorizontal : 4 x 0,04 = 0.16 mmHg

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg

    ST Segmen

    Horizontal : 2 x 0.04 = 0.08 mmHg

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg

    5. aVL (Tidak Normal)

    a. Gel. PQRS,T

    Horizontal : 2 x 0,04 = 0,08 detik

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    15/24

    Vertikal : 1 x 0.02 = 0,02 detik

    b. HR Normal : = = -62.5 mmHg

    c. Reguler

    Kompleks QRS

    Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg

    P-R Interval

    Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg

    ST Segmen

    Horizontal : 2 x 0.04 = 0.08 mmHg

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg

    6. aVF

    a. Gel. PQRS,T

    Horizontal : 1 x 0,04 = 0.04 detik

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 detik

    b. HR Normal : = = 62.5 mmHg

    c. Reguler

    Kompleks QRS

    Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg

    Vertikal : 6 x 0.01 = 0.06 mmHg

    P-R Interval

    Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg

    ST Segmen

    Horizontal : 2 x 0.04 = 0.08 mmHg

    Vertikal : 2 x 0.01 =0.02 mmHg7. V1

    a. Gel. PQRS,T

    Horizontal : 2 x 0,04 = 0,08 detik

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0,01 detik

    b. HR Normal : = = 68.18 mmHg

    c. Reguler

    Kompleks QRS

    Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    16/24

    Vertikal : 3 x 0.01 = 0.03 mmHg

    P-R Interval

    Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg ST Segmen

    Horizontal : 2 x 0.04 = 0.08 mmHg

    Vertikal : 2 x 0.01 = 0.02 mmHg

    8. V2

    a. Gel. PQRS,T

    Horizontal : 2 x 0,04 = 0,08 detik

    Vertikal : 1 x 0.02 = 0,02 detik

    b. HR Normal : = = 68.18 mmHg

    c. Reguler

    Kompleks QRS

    Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg

    Vertikal : 3 x 0.01 = 0.01 mmHg

    P-R Interval

    Horizontal : 4 x 0.04 = 0.16 mmHg

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0.01 mmHg

    ST Segmen

    Horizontal : 3 x 0.04 = 0.12 mmHg

    Vertikal : 2 x 0.01 = 0.02 mmHg

    9. V3

    a. Gel. PQRS,T

    Horizontal : 1 x 0.04 = 0.04 detik

    Vertikal : 1 x 0.01 = 0,01 detik

    b. HR Normal : = = 68.18 mmHgPosted 6th March byviolent

    Location:Makassar, Indonesia

    http://www.blogger.com/profile/06363779727713502412http://www.blogger.com/profile/06363779727713502412http://www.blogger.com/profile/06363779727713502412http://maps.google.com/maps?q=Makassar%2C%[email protected],119.46602004101567&z=10http://maps.google.com/maps?q=Makassar%2C%[email protected],119.46602004101567&z=10http://maps.google.com/maps?q=Makassar%2C%[email protected],119.46602004101567&z=10http://maps.google.com/maps?q=Makassar%2C%[email protected],119.46602004101567&z=10http://www.blogger.com/profile/06363779727713502412
  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    17/24

    Membaca Hasil

    EKG (Elektrokardiografi)

    NOV 16

    Posted bysandurezu

    4 Votes

    EKGatau Elektrokardiogram adalah suatu representasi dari potensial listrik otot

    jantung yang didapat melalui serangkaian pemeriksaan menggunakan sebuah alat

    bernama elektrokardiograf. Melalui EKG (atau ada yang lazim menyebutnya ECG {in

    English: Electro Cardio Graphy}) kita dapat mendeteksi adanya suatu kelainan pada

    aktivitas elektrik jantung melalui gelombang irama jantung yang direpresentasikan

    alat EKG di kertas EKG.

    Berikut ini sedikit catatan saya tentang bagaimana cara membaca hasil pemeriksaan

    EKG yang tergambar di kertas EKG. Saya sarankan untuk terlebih dahulumemahamiaktivitas elektrik jantungdan cara memasang EKG. Mudah-mudahan bisa

    jadi bahan diskusi.

    1. IRAMA JANTUNG

    Irama jantung normal adalah irama sinus, yaitu irama yang berasal dari impuls yang

    dicetuskan oleh Nodus SA yang terletak di dekat muara Vena Cava Superior di atrium

    kanan jantung. Irama sinus adalah irama dimana terdapat gelombang P yang diikuti

    oleh kompleks QRS. Irama jantung juga harus teratur/ reguler, artinya jarak antar

    gelombang yang sama relatif sama dan teratur. Misalkan saya ambil gelombang R,

    jarak antara gelombang R yang satu dengan gelombang R berikutnya akan selalu sama

    dan teratur.

    Jadi, yang kita tentukan dari irama jantung adalah, apakah dia merupakan irama sinus

    atau bukan sinus, dan apakah dia reguler atau tidak reguler.

    Irama Sinus, seperti yang saya tulis di atas, yakni adanya gelombang P, dan setiapgelombang P harus diikuti oleh kompleks QRS. Ini normal pada orang yang

    jantungnya sehat.

    http://sandurezu.wordpress.com/2011/11/16/membaca-hasil-ekg-elektrokardiografi/http://sandurezu.wordpress.com/2011/11/16/membaca-hasil-ekg-elektrokardiografi/http://sandurezu.wordpress.com/author/syandrezpp/http://sandurezu.wordpress.com/author/syandrezpp/http://sandurezu.wordpress.com/author/syandrezpp/http://sandurezu.wordpress.com/2011/11/16/elektrokardiogram-ekg/http://sandurezu.wordpress.com/2011/11/16/elektrokardiogram-ekg/http://sandurezu.wordpress.com/2010/01/01/aktifitas-elektrik-jantung/http://sandurezu.wordpress.com/2010/01/01/aktifitas-elektrik-jantung/http://sandurezu.wordpress.com/2010/01/01/aktifitas-elektrik-jantung/http://sandurezu.wordpress.com/2010/01/01/aktifitas-elektrik-jantung/http://sandurezu.wordpress.com/2011/11/16/elektrokardiogram-ekg/http://sandurezu.wordpress.com/author/syandrezpp/http://sandurezu.wordpress.com/2011/11/16/membaca-hasil-ekg-elektrokardiografi/
  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    18/24

    Irama Bukan Sinus, yakni selain irama sinus, misalkan tidak ada kompleks QRSsesudah gelombang P, atau sama sekali tidak ada gelombang P. Ini menunjukkan

    adanya blokade impuls elektrik jantung di titik-titik tertentu dari tempat jalannya

    impuls seharusnya (bisa di Nodus SA-nya sendiri, jalur antara Nodus SA Nodus AV,

    atau setelah nodus AV), dan ini abnormal. Reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya selalu sama dan teratur.

    Kita juga bisa menentukan regulernya melalui palpasi denyut nadi di arteri karotis,

    radialis dan lain-lain.

    Tidak reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya tidak sama dan tidakteratur, kadang cepat, kadang lambat, misalnya pada pasien-pasien aritmia jantung.

    2. FREKUENSI JANTUNG

    Frekuensi jantung atau Heart Rate adalah jumlah denyut jantung selama 1 menit. Cara

    menentukannya dari hasil EKG ada bermacam-macam. Bisa kita pakai salah satu atau

    bisa semuanya untuk membuat hasil yang lebih cocok. Rumusnya berikut ini:

    1) Cara 1

    HR = 1500 / x

    Keterangan: x = jumlah kotak kecil antara gelombang R yang satu dengan gelombang R

    setelahnya.

    2) Cara 2

    HR = 300 / y

    Keterangan: y = jumlah kotak sedang (55 kotak kecil) antara gelombang R yang satu

    dengan gelombang R setelahnya. (jika tidak pas boleh dibulatkan ke angka yang

    mendekati, berkoma juga ga masalah)

    3) Cara 3

    Adalah cara yang paling mudah, bisa ditentukan pada Lead II panjang (durasi 6 detik,

    patokannya ada di titik-titik kecil di bawah kertas EKG, jarak antara titik 1 dengan

    titik setelahnya = 1 detik, jadi kalau mau 6 detik, bikin aja lead II manual dengan 7

    titik).

    Caranya adalah:

    HR = Jumlah QRS dalam 6 detik tadi itu x 10.

    Nanti yang kita tentukan dari Frekuensi jantung adalah:

    Normal: HR berkisar antara 60 100 x / menit.

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    19/24

    Bradikardi= HR < 60x /menit Takikardi= HR > 100x/ menit

    3. AKSIS

    Aksis jantung menurut definisi saya adalah, proyeksi jantung jika dihadapkan dalam

    vektor 2 dimensi. Vektor 2 dimensi disini maksudnya adalah garis-garis yang dibentuk

    oleh sadapan-sadapan pada pemeriksaan EKG. Sadapan (Lead) EKG biasanya ada 12

    buah yang dapat dikelompokkan menjadi 2:

    1. Lead bipolar, yang merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda/ lead standar,yaitu lead I, II dan III.

    2. Lead unipolar, yang merekam perbedaan potensial listrik pada satu elektroda yanglain sebagai elektroda indiferen (nol). Ada 2: (a) unipolar ekstrimitas (aVL, aVF, dan

    aVR); (b) unipolar prekordial (V1, V2, V3, V4, V5 dan V6)Setiap lead memproyeksikan suatu garis/ vektor tertentu. Urutannya bisa dilihat darigambaran berikut ini:

    Aksis jantung normal (positif) adalah antara -30 sampai dengan 120 (ada yangmendefinisikan sampai 100 saja). Sebenarnya ini adalah proyeksi dari arah jantung

    sebenarnya (jika normal dong ). Pada kertas EKG, kita bisa melihat gelombang potensial

    http://sandurezu.files.wordpress.com/2011/11/new-picture-1.pnghttp://sandurezu.files.wordpress.com/2011/11/new-picture-1.png
  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    20/24

    listrik pada masing-masing lead. Gelombang disebut positif jika arah resultan QRS itu keatas, dan negatif jika ia kebawah. Berikut ini arti dari masing-masing Lead:

    Lead I = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA),dimana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+).

    Lead II = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF),dimana tangan kanan bermuatan negatif (-), dan kaki kiri bermuatan positif (+)

    Lead III = merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF),dimana tangan kanan bermuatan negatif (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+)

    Lead aVL = merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA), dimana tangan kiribermuatan positif (+), tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indiferen

    (potensial nol)

    Lead aVF = merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), dimana kaki kiri bermuatanpositif (+), tangan kiri dan tangan kanan nol.

    Lead aVR = merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA), dimana tangan kananpositif (+), tangan kiri dan kaki kiri nol.

    Nah, secara elektrofisiologi, arus potensial listrik jantung berasal dari SA node lalu

    meluncur ke AV node, bundle His, cabang septal dan sampai ke serabut purkinje. Arus

    itu bermuatan negatif (-). Jika arus itu menuju lead yang bermuatan positif (+), maka

    di kertas EKG akan muncul gelombang ke atas, (kan tarik-menarik gitu..), kalau arus

    itu menjauhi lead yang bermuatan (+) tersebut, maka di kertas EKG dia akan muncul

    sebagai gelombang ke bawah. (Arus menuju dan menjauhi lead itu layaknya bisa di

    imajinasikan sendiri kali ya, bayangkan saja lokasi leadnya dan arah arus

    elektrofisiologi jantungnya. Sama halnya jika diibaratkan, lead itu kayak orang yang

    lagi berdiri memandangi sebuah mobil yang lagi jalan dalam suatu arena balap. Ada

    orang yang melihat mobil itu dari sudut segini, ada yang dari segitu, jadi ntar

    penafsiran mereka beda-beda. Jika digabungkan, maka dapatlah mereka

    menyimpulkan apa yang terjadi dari mobil balap itu.)

    Itulah mengapa arah gelombang di lead aVR bernilai negatif (gelombangnya terbalik),

    karena arah arus jantung berlawanan dengan arah lead/ menjauhi lead, sedangkan di

    lead-lead lainnya bernilai positif (gelombangnya ke atas).

    Cara menentukan aksis dari kertas EKG itu adalah:

    1. Lihat hasil di Lead I, perhatikan resultan gelombang di kompleks QRS. (ingat lagipelajaran vektor di fisika, hehe). Jika resultan gaya Q, R dan S nya positif,

    (maksudnya jika gelombang R-nya lebih tinggi daripada jumlah Q dan S {bisa

    dihitung jumlah kotaknya}), maka lead I = positif (+). Jika R-nya lebih rendah

    daripada jumlah Q dan S, maka lead I = negatif (-). Ini semacam resultan gaya.

    Bagusnya digambar di buku petak matematika itu agar lebih paham.. He.

    2. Lihat hasil di Lead aVF, perhatikan hal yang sama, apakah lead aVF nya positif ataunegatif.

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    21/24

    3. Jika masih ragu lihat lagi di Lead II (lead II hasilnya lebih bagus karena letak lead IIsearah dengan arah jantung normal). tentukan apakah lead II nya positif atau

    negatif.Nah, cara menginterpretasikannya bisa dibuatkan tabel berikut ini:

    Aksis /

    Lead Normal LAD RAD

    I + + -

    aVF + - +

    II + - +

    Aksis Normal = ketiga lead tersebut bernilai positif, artinya jantung berada di antaraaksis -30 sampai dengan 120 (ada yang menyebutkan sampai 100 saja).

    LAD (Left Axis Deviation), artinya aksis / arah proyeksi jantungnya bergeser ke kiri,atau di atas 3o. Kalau demikian tentu gak mungkin aVF atau lead II nya positif,

    pasti negatif kan.. Ini biasa terjadi jika adanya pembesaran ventrikel kiri/ LVH

    (Left Ventricular Hypertrophy), sehingga arah jantungnya jadi ga normal lagi, agaknaik gitu. Misalnya pada pasien-pasien hipertensi kronis dsb.

    RAD (Right Axis Deviation), artinya aksisnya bergeser ke kanan, atau di atas 120.Kalau ke kanan tentu lead I-nya akan negatif, sedangkan aVF dan II positif. Biasanya

    ini terjadi jika adanya pembesaran jantung kanan/ RVH (Right Ventricular

    Hypertrophy).

    4. Gelombang P

    Gelombang P adalah representasi dari depolarisasi atrium. Gelombang P yang normal:

    lebar < 0,12 detik (3 kotak kecil ke kanan) tinggi < 0,3 mV (3 kotak kecil ke atas) selalu positif di lead II selalu negatif di aVR

    Yang ditentukan adalah normal atau tidak:

    Normal Tidak normal: P-pulmonal : tinggi > 0,3 mV, bisa karena hipertrofi atrium kanan. P-mitral: lebar > 0,12 detik dan muncul seperti 2 gelombang berdempet, bisa karena

    hipertrofi atrium kiri.

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    22/24

    P-bifasik: muncul gelombang P ke atas dan diikuti gelombang ke bawah, bisa terlihatdi lead V1, biasanya berkaitan juga dengan hipertrofi atrium kiri.

    5. PR Interval

    PR interval adalah jarak dari awal gelombang P sampai awal komplek QRS. Normalnya0,12 0,20 detik (3 5 kotak kecil). Jika memanjang, berarti ada blokade impuls.

    Misalkan pada pasien aritmia blok AV, dll.

    Yang ditentukan: normal atau memanjang.

    6. Kompleks QRS

    Adalah representasi dari depolarisasi ventrikel. Terdiri dari gelombang Q, R dan S.

    Normalnya:

    Lebar = 0.06 0,12 detik (1,5 3 kotak kecil) tinggi tergantung lead.

    Yang dinilai:

    - Gelombang Q: adalah defleksi pertama setelah interval PR / gelombang P. Tentukan

    apakah dia normal atau patologis. Q Patologis antara lain:

    durasinya > 0,04 (1 kotak kecil) dalamnya > 1/3 tinggi gelombang R.

    - Variasi Kompleks QRS

    QS, QR, RS, R saja, rsR, dll. Variasi tertentu biasanya terkait dengan kelainantertentu.

  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    23/24

    Variasi Kompleks QRS

    - Interval QRS, adalah jarak antara awal gelombang Q dengan akhir gelombang S.

    Normalnya 0,06 0,12 detik (1,5 3 kotak kecil). Tentukan apakah dia normal atau

    memanjang.

    7. Tentukan RVH/LVH

    Rumusnya,

    RVH jika tinggi R / tinggi S di V1 > 1 LVH jika tinggi RV5 + tinggi SV1 > 35

    8. ST Segmen

    ST segmen adalah garis antara akhir kompleks QRS dengan awal gelombang T. Bagian

    ini merepresentasikan akhir dari depolarisasi hingga awal repolarisasi ventrikel. Yang

    dinilai:

    Normal: berada di garis isoelektrik Elevasi (berada di atas garis isoelektrik, menandakan adanya infark miokard) Depresi (berada di bawah garis isoelektrik, menandakan iskemik)

    9. Gelombang T

    Gelombang T adalah representasi dari repolarisasi ventrikel. Yang dinilai adalah:

    http://sandurezu.files.wordpress.com/2011/11/s.png
  • 7/29/2019 elektro kardiogram

    24/24

    Normal: positif di semua lead kecuali aVR Inverted: negatif di lead selain aVR (T inverted menandakan adanya iskemik)

    Semoga bermanfaat.Referensi: Skills lab blok 3.2 kardiovaskuler dan catatan kuliah.