emesis gravidarum print dan copy 8 rangkap.docx
TRANSCRIPT
TUGAS SISTEM PENCERNAAN
EMESIS DAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Kelompok 3
1. Intang Sulistiani Zen
2. Baiq Nurlaela Sumawardani
3. Diah Fitriani
4. Kadek Desy Susanti
5. Ahmad Surya
6. Hayyan Ardiman
7. Herman Zubandi
8. Fathurrahman
9. I Gede Media Pratama
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
MATARAM
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah dengan judul
“Emesis dan Hiperemesis Gravidarum” dapat kami selesaikan sengan jadwal yang
telah direncanakan. Terdorong oleh rasa ingin tahu, kemauan, kerjasama dan
kerjakeras, kami serahkan seluruh upaya demi mewujudkan keinginan ini.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
untuk melengkapi dan menyempurnakan suatu mata kuliah.
Penulis menyadari dalam menyusun makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik cara penulisan ataupun penyusunanya. Oleh
karena itu kami, mohon maaf dan sangat mengharapkan masukan yang sifatnya
membangun demi untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis menyadari pula, bahwa selesainya makalah ini tidak lepas dari
dukungan serta bantuan baik berupa moral maupun material dari semua pihak
terkait. Oleh kerena itu, dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terima
kasih banyak kepada dosen pembimbing dan rekan mahasiswa yang memberikan
masukan dan petunjuk serta saran-saran yang baik.
Mataram, Oktober 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB IPENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................. 2
BAB IITINJAUAN TEORI.............................................................................. 3
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Percernaan...................................... 3
2.2 Emesis Gravidarum....................................................................... 8
2.3 Hiperemesis Gravidarum ............................................................... 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 30
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 30
3.2 Saran............................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling
umum dan paling menyebaabkan stress yang dikaitkan dengan kehamilan akan
tetapi , dokter obstetri dan dokter umum menganggap mual dan muntah
hanya semata-mata merupakan sebuah gejala fisiologi , dan sebuah masalah
yang sering kali membuat mereka merasa tidak berdaya untuk membantu
mengatasinya. Mual dan muntah seringkali dibaikan karna dianggap sebagai
sebuah konsekuensi normal di awal kehamilan tanpa mengkui danpak hebat
yang ditimbulkannya pada wanita dan keluarganya.
Wanita telah menekankan bahwa bagian dari kepuasan mereka
pada asuhan di awal kehamilan adalah berkaitan dengan persepsi mereka
bahwa profisional tenaga kesehatan memercayai rasa sakit yang mereka
derita ,bukan mengabaikan ataupun menganggap mereka bertingkah
berlebihan. Seperti halnya nyeri, mual merupakan gejala yang dikatakan
oleh pasien (subjektif) dan jika gejala tersebut menyebabkan stress pada
wanita, ia berhak diberi cara yang paling memungkinkan untuk mengatasai
gejala tersebut. Akibat meremehkan rasa mual dan muntah yang dirasakan
wanita pada saat kehamilan terbukti berkontribusi dalam meningkatkan
ketegangan emosional, stress psikologi dan keterlambatan yang tidak
semestinya dalam menemukan penanganan yang tepat , terutama jika kondisi
menjadi patologis (munch 2000) yang menyatakan bahwa persepsi wanita
mengenai mual dalam kehamilan sama dengan persepsi yang dialami pasien
onkologi yang sedang mengalami kemotrapi.
Istilah “morning sickness” adalah tidak benar, meremehkan dan
tidak tepat. Bagi beberapa wanita, gejala dapat berlangsung sepanjang hari,
atau mungkin tidak terjadi sama sekali pada saat bangun tidur di pagi hari.
Stdadi prospektif pada 160 wanita oleh lacroix et al (2000) menemukan bahwa
74% melaporkan mual walaupun hanya 1,8% mengalaminya sebagai gejala
1
yang hanya terjadi di pagi hari. Sebanyak 76% wanita terbukti mengalami
mual dalam sebuah stadi yang dilakukan oleh Vellacott et al (1988). Dalam
survey ini ditemukan juga bahwa, meskipun praktik tradisional berupa
menyampaikan informasi kepada wanita bahwa mual dan muntah pada
kehamilan biasanya mereda atau meningkat pada akhir trismeter pertama,
hanya 27% yang melaporkan hilangnya gejala pada minggu ke duabelas,
meskipun sebagian besar merasa lebih baik pada minggu ke-22 kehamilan.
Lacroix et al (2000) menemukan episode mual dan muntah berlangsung
sekitar 34 hari, dari awitan sampai resolusi.
Beberapa wanita mengalami mual dan muntah kembali di
beberapa minggu terkhir sebelum kelahiran, mungkin hal ini sebagaian
disebabpkan oleh respon fluktuasi kadar hormone dalam persiapan untuk
persalinan. Hal ini jarang dilaporkan dalam buku ajar profesional atau dalam
manual konsumen, dan dapat menjadi syok yang tidak menyenangkan bagi
wanita saat mereka telah mengalami gejala trimester ketiga lainnya, termasuk
keletihan, nyeri ulu hati,nyeri punggung, carpal runnel syndrome,edema, dan
mungkin kecemasan menjelang kelahiran.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem pencernaan
2. Bagaimana konsep dasar penyakit emesis gravidarum
3. Bagaimana konsep dasar penyakit hiperemesis gravidarum
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan ini adalah
agar mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan konsep dasar
penyakit pada pasien dengan emesis dan hiperemesis gravidarum.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem pencernaan.
b. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit emesis gravidarum.
c. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit hiperemesis gravidarum.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Percernaan
a. Submukosa
Lapisan ini terdiri atas kolagen jaringan ikat longgar dan sebagian
serat elastis. Di dalamnya terdapat pleksus pembuluh darah dan saraf,
pembuluh limfe, sertabanyak jaringan limfoid.Pembuluh darah meliputi
arterior, venul, dan kapiler.Pleksus saraf meliputi pleksus meissener, yang
berisi saraf simfatik dan para simpatik yang mempersarafi lapisan mukosa.
b. Mukosa
Mukosa terdiri atas tiga lapisan jaringan yaitu membrane mukosa,
lamina propia, dan mukosa muskularis.
c. Membrane mukosa
Membrane ini di susun oleh epitelium kolumnar dan merupakan
lapisan paling dalam yang berfungsi sebagai proteksi , sekresi, dan
absorbs. Dibagian saluran yang cenderung mengalami cidera mekanik,
membrane mukosa dilapisi oleh epitelium skuamosa berlapis dengan
kelenjar yang menyekresi mucus tepat dibawah permukaannya.
d. Mulut
Lapisan mulut terdiri atas lmembran mukosa yang terdiri atas
epitelium skuamosa berlapis yang berisi sedikit kelenjar penyekresi
mucus.Bagian mulut diantara gusi dan pipi adalah vestibula dan sisanya
adalah rongga mulut. Palatum membentuk langit-langit mulut dan terdiri
atas palatum durum (langit-langit) keras di bagia anterior dan palatum
molle (langit-langit linak) di bagian aposterior. Uvula adalah lipatan otot
melengkung yang ditutupi membrane mukosa dan berada tergantung di
tengah ujung palatum molle.
e. Lidah
Lidah adalah struktur muscular yang berada di dasar
mulut.Permukaan superior berisi epitelium skuamosa berlapis, dengan
3
banyak papilla (tonjoln kecil). Papilla berisi reseptor sensori yang
berfungsi sebagai indra pengecap yang berada di kuncup pengecap.saraf
yang mempersarafi lidah adalah saraf hipoglosal, cabang lingual dari saraf
mandibula (saraf sensori somatic misal nyeri, suhu, dan sentuhan), dan
saraf fasial serta glosofaringeal yang merupakan saraf pengecap.
f. Gigi
Bayi lahir dengan rangkaian geligi yang terdiri atas gigi susu dan
gigi tetap. Terdapat 20 buah gigi susu, masing-masing 10 buah di setiap
rahang. Gigi susu mulai tumbuh disaat bayi berusia 6 bulan, dan harus tu
mbuh lengkap saat bayi berusia 24 bulan. Gigi tetap mulai menggantikan
gigi susu saat individu berusia 6 tahun, dan geligi ini terdiri atas 32 buah,
yang biasanya lengkap saat berusia 24 tahun.
Gigi seri dan gigi taring merupakan gigi pemotong, sedangkan gigi
graham yang memiliki permukaan rata dan luas berfungi untuk menggiling
atau mengunyah makanan.
g. Kelenjar ludah
Saliva (ludah) merupakan sekresi dari kelenjar ludah dan sebagian
kecil kelenjar penyekresi mucus dari organ mukosa oral. Sekitar 1,5 liter
saliva dihasilkan setiap hari dan terdiri atas air, garam mineral, enzim
(amylase dan salivarious), mucus lisozim, imuna globulin dan faaktor
pembeku darah.
Fungsi salifa
Membantu pencernaan polisakarida secara kimia
Lubrikasi makanan
Pertahanan tubuh non spesifik
Pengecapan
h. Faring
Faring dibagi menjadi 3 area yaitu nasofaring, oro faring dan
laringo faring terdirring. Dinding faring terdiri atas 3 lapisan yaitu :
4
1) Lapisan dalam dilapisi oleh membrane mukosa yang berupa epitelium
skuamosa berlapis, t rus melapisi faring hingga kepangkal mulut dan
esophagus.
2) Lapisan tengah terdiri ata jaringan fibrosa yang smakin menipis di
bagian ujung bawahnya dan mengandung pembuluh limfe dan saraf.
3) Lapisan luar terdiri atas sejumlah otot involunter yang terlibat dalam
proses menelan. Saat makanan mencapai faring, ,proses menelan tidak
lagi dibawah kendali otot volunter.
i. Lambung.
Lambung merupakan bagian saluran cerna yang membentuk huruf J
melebar dan berada di region epigastrik, umbilical, dan hipokondriak kiri
rongga abdomen
Organ yang berbatasan dengan lambung
Anterior : lobus kiri hati dan dinding abdomen anterior
Posterior : aorta abdominal, pancreas, ginjal kiri, limpa, dan kelenjar
adrenal
Superior : diafragma, esophagus, dan lobus kiri hati
Inferior : kolon transfersum dan usus halus
Sinestra : diafragma dan limfa
Dextra : hati dan duodenum
a. Stuktur lambung
Lambung dibagi menjadi 3 regio yaitu fundus, badan dan antrum.Di ujung
distal antrum pilorus, terdapat sfringter pylorus, yang menjadi pintu antara
lambung dengan duodenum. Saat lambung kosong, sfringter firolus
berelaksi dan terbuka, kemudian saat lambung berisi makanan , sfingter
filorus menutup. Dindig lambung terdiri dari 4 lapisan jaringan yang sama
seperti saluran cerna pada umumnya.
Otot lambung terdiri atas 3 lapisan otot polos.Lapisan luar serat
longitudinal, lapisan tengah serat ssirkular, lapisan dalam serat obliq.
Susunan otot ini memungkinkan karakteristik gerak mengocok/ mengaduk
5
pada lambung dan gerakan pristalisis. Otot sirkular merupakan otot terkuat
di antrum pylorus dan spingter pylorus.
b. Fungsi lambung
1) Penyimpanan sementara yang memberikan waktu bagi enzim
pencernaan dan pesin bekerja.
2) Pencernaan kimia- pepsin mengubah protein menjadi poli peptide
3) Penghancuran secara mekanik – tiga otot polos yang melapisi lambung
memunkinkan lambung bekerja sebagai pengaduk, yaitu getah
lambung yang bercampur dengan isi lambung diubah menjadi kime.
4) Absorbs dari air, alcohol, dan sebagian obat larut lemak yang terbatas
5) Pertahanan non spesifik terhadap mikroba- oleh asam hidroklorida
didalam getah lambung. Muntah dapat terjadi sebgai respon terhadap
ingesti iritan lambung, missal mikroba atau zat kimia.
6) Sekresi hormone gaster.
j. Usus halus
Panjang usus halus lebih dari 5 meter dan berada di rongga abdomen yang
di kelilingi oleh usus besar. Di usus halus, pencernaan makanan secara
kimia telah lengkap dan sebagian besar absorbs nutrient terjadi di sini.
Panjang duodenum sekitar 25 cm dan melingkari kepala pankreas.Sekresi
dari kandung empedu dan pankreas di lepaskan ke duodenum melalui
struktur umum, ampula hepatopankreatik, dan pintu menuju duodenum
dijaga oleh sfringter hepatopankreatik (Oddi). Jejunum merupakan bagian
tengah usus halus dan panjangnya sekitar 2 cm. Ileum atau bagian
terminal, memiliki panjang 3 cm dan ujungnya berada di katup uleusekal,
yang mengendalikan aliran materi dari ileum ke sekum, bagian pertama
usus besar dan mencegah regurgitasi.
Fungsi usus halus adalah sebagai penghasil gerakan peristaltic, penyekresi
getah usus, pencernaan karbohidrat, protein dan lemak secara kimia di
dalam enterosit vili, perlindunganinfeksi terhadap mikroba yang telah
bertahan dari kerja anti mikroba asam hidroklorida melalui folikel limfe
6
tunggal dan folikel limfe agregat, sekresi hormone kolesistokinin (CCK)
dan sekretin, serta absorbs nutrient.
k. Usus Besar (Kolon), Rektum, dan Saluran Anus
1) Usus Besar
Panjang usus besar sekitar 13 meter, yang memenjang dari
sekum di fossa iliaka kanan hingga rektum dan saluran anus di pelvis.
Diameter lumennya sekitar 6,5 cm, lebih besar daripada lumen usus
halus. Usus besar membentuk lengkung di sekitar usus halus yang
tergelung.
Usus besar terbagi menjadi sekum, kolon asenden, kolon desenden,
kolon transversum, kolon sigmoid, rectum, dan saluran anus.
Sekum. Sekum merupakan bagian pangkat kolon dan merupakan
area buntu di bagian inferiornya dan bersambung dengan kolon
asenden di bagian superiornya. Tepat di bawah taut dua katup
ileosekum bersambung dengan ileum. Apendiks veriformis
merupakan saluran halus yang buntu di bagian ujungnya.
Panjangnya sekitar 8-9 cm dan memiliki struktur yang sama seperti
dinding kolon tetapi berisi lebih banyak jaringan limfoid.
Kolon asenden. Kolon ini berjalan menuju ke atas, yakni dari
sekum ke bagian kolon setinggi hati dimana kolon membentuk
garis lengkung yang tajam di bagian kiri fleksur untuk membentuk
kolon transversun.
Kolon transversun. Kolon ini merupakan lengkung kolon yang
melintang (horizontal) di rongga abdomen di depan duodenum dan
lambung menuju area limpa dimana kolon ini membentuk fleksur
splenik dan lengkungan tajam ke bawah menjadi kolon desenden.
Kolon desenden. Kolon ini berjalan menuju ke bawah rongga
abdomen kemudian melengkung menuju garis tengah. Setelah
kolon masuk ke bagian pelvis, kolon desenden membentuk kolon
sigmoid.
7
Kolon sigmoid. Kolon ini membentuk suatu suatu lengkung
berbentuk huruf S di pelvis yang berlanjut ke bawah membentuk
rektum.
2) Rektum. Rektum merupakan bagian kolon yang sedikit melebar dan
memiliki panjang sekitar 13 cm.bagian pangkal rektum berbatasan
dengan kolon sigmoid dan bagian ujungnya berbatasan dengan saluran
anus.
3) Saluran anus. Saluran ini merupakan saluran pendek yang panjangnya
sekitar 3,8 cm pada orang dewasa dan memanjang dari rektum hingga
bagian eksterior. Dua otot sfingter mengendalikan anus; sfingter
internal, terdiri atas otot polos yang bekerja di bawah sistem saraf
otonom dan sfingter eksternal yang dibentuk oleh otot rangka dan
bekerja dibawah kendali volunteer.
2.2 Emesis Gravidarum
Emesis Gravidarum Merupakan keluhan umum yang disampaaikan
pada kehamilan muda. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan
hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan hormon estrogen,
progesteron, dan dikeluarkannya human chorionic gonadothropine plasenta.
Hormon-hormon inilah yang diduga menyebabkan Emesis Gravidarum.
Gejala klinis Emesis Gravidarum adalah kepala pusing, terutama pagi
hari, disertai mual muntah sampai kehamilan berumur 4 bulan. Emesis
Gravidarum dapat diatasi dengan berobat jalan (poliklinik).
a. Penanganan yang dapat dilakukan :
1. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang hamil muda yang
selalu dapat disertai Emesis Gravidarum. Emesis Gravidarum akan
berangsur-angsur berkurang sampai umur kehamilan 4 bulan.
2. Dinasihatkan agar tidak terlalu cepat bangun dari tempat tidur,
sehingga tercapai adaptasi aliran darah menuju susunan saraf pusat.
3. Nasihat diet, dianjurkan makan dengan porsi kecil,tetapi lebih sering.
Makanan yang merangsang timbulnya mual muntah dihindari.
8
4. Obat-obatan, pengobatan ringan tanpa masuk rumah sakit pada emesis
gravidarum.
Vitamin yang diperlukan ( vitamin B kompleks, mediamer B6
sebagai vitamin dan anti muntah)
Pengobatan ( sedative ringan {luminal 3 x 30 mg (barbiturat ),
valium}, antimual – muntah {stimetil, primperan, emetrol,dan
lainnya}.
Nasihat pengobatan ( banyak minum air atau minuman lain, hindari
minuman atau makanan yang asam untuk mengurangi iritasi
lambung).
Nasihat control antenatal ( pemeriksaan hamil lebih sering, segera
datang bila terjadi keadaan abnormal)
b. Kram kaki
Keluhan kram kaki terutama betis sering disampaikan oleh ibu hamil
muda.
Kejadian kram betis berkaitan dengan mual, muntah, kurangnya
makan, sehingga terdapat perubahan keseimbangan elektrolit dengan
kalium, kalsium,dan natrium yang menyebabkan terjadi perubahan
berkelanjutan dalam darah dan cairan tubuh. Selain itu, makanan yang
masuk berkurang sehingga terjadi perubahan metabolism tubuh yang
menyebabkan pembakaran lemak dan protein yang menimbulkan badan
keton.
Perubahan metabolisme dapat mengubah keseimbangan asam-
basa, cairan tubuh, dan darah sehingga menambah terjadinya kram pada
kaki .keluhan ini berangsur-angsur akan menghilang, atau berkurang
dengan makin tuanya umur kehamilan dan masukan makanan yang
bertambah.
2.3 Hiperemesis Gravidarum
Sebagian besar emesis gravidarum (mual- muntah )saat hamil dapat
diatasi dengan berobat jalan, serta pemberian obat penenang dan anti mual
9
muntah. Akan tetapi, sebagian kecil wanita hamil tidak dapat mengatasi mual
muntah yang berkelanjutan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan kekurangan cairan dan tergaggunya keseimbangan elektrolit.
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat
habis dipakai untuk keperluan energy, sehingga pembakaran lemak kurang
sempurna terbentuklah badan keton didalam darah yang dapat menambah
beratnya gejala klinik.
Melalui mual dikeluarkan sebagian cairan lambung serta
elektrolit,natrium,kalium,dan kalsium. Penurunan kalium akan menambah
beratnya muntah, sehingga makin berkurang kalium dalam keseimbangan
tubuh serta makin menambah berat terjadinya muntah. Muntah yang
berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin berkurang, sehingga darah
menjadi kental ( hemokonsentrasi ) yang dapat memperlambat peredaran
darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang.
Kekurangan makanan dan O2 ke jaringan akan menimbulkan kerusakan
jaringan yang dapat menambah beratnya keadaan janin dan wanita hamil.
Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh
darah kapiler pada lambung dan esophagus, sehingga muntah bercampur
darah.Hal tersebut dapat menimbulkan kekhawatiran wanita hamil, dan
mengagetkan keluarganya. Sekalipun kejadian muntah dalam bentuk
hiperermesis gravidarum tidak banyak dijumpai, penanganannya memerlukan
perhatian yang serius.
1. Penyebab Hiperemesis gravidarum
kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Tetapi
beberapa factor predisposisis dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Factor adaptasi dan hormonal. Pada wanita hamil yang kekurangan
darah lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum. Dapat dimasukkan
dalam ruang lingkup factor adaptasi adalah wanita hamil dengan
anemia, wanita primigravida, dan overdistensi rahim pada wanita
hamil kembar dan hamil mola hidatidosa.
10
Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi
terhadap hormon estrogen dan korionik gonadotropin,sedangkan pada
hamil kembar dan mola hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan
terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum itu.
b. Factor psikologis. Hubungan factor psikologis dengan kejadian
hiperemesis gravidarum belum jelas. Besar kemungkinan bahwa
wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan
hubungan dengan suami dan sebagainya, diduga dapat terjadi factor
kejadian hiperemesis gravidarum. Dengan perubahan suasana dan
masuk rumah sakit penderitaan dapat berkurang sampai menghilang.
c. Factor alergi. Pada kehamilan, ketika diduga terjadi invasi jaringan
villi korialis yang masuk ke dalam pembuluh peredaran darah ibu,
maka factor alergi dianggap dapat menyebabkan kejadian hiperemesis
gravidarum.
2. Gejala klinis hiperemesis gravidarum
Sekalipun batas antara muntah yang fisiologis dan patologis tidak
jelas,tetapi muntah yang menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari
dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil telah
memerlukan perawatan yang intensif.
a. Gejala hiperemesis gravidarum
Gejala hiperemesis gravidarum tingkat pertama :
1) Muntah berlangsung terus menerus
2) Nafsu makan berkurang
3) Berat badan menurun
4) Kulit dehidrasi-tonusnya lemah
5) Nyeri di daerah epigastrium
6) Tekanan darah turun dan nadi meningkat
7) Lidah kering
8) Mata tampak cekung
Hiperemesis gravidarum tingkat kedua:
1) Penderita tampak lebih lemah
11
2) Gejala dehidrasi makin tampak mata cekung, tugor kulit makin
kurang, lidah kering dan kotor
3) Tekanan darah turun, nadi meningkat
4) Berat badan makin menurun
5) Mata ikterik
6) Gejala hemokonsentrasi makin tampak :urine berkurang, badan
aseton dalam urine meningkat
7) Terjadinya gangguan buang air besar
8) Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis
9) Napas berbau aseton
Hiperemesis gravidarum tingkat tiga:
1) Muntah berkurang
2) Keadaan umum wanita hamil makin menurun: Tekanan darah
turun,nadi meningkat, dan suhu naik; keadaan dehidrasi makin
jelas
3) Gangguan faal hati terjadi dengan manisfetasi ikterus
4) Gangguan kesadaran dalam bentuk: somnolen, sampai koma;
komplikasi susunan saraf pusat ( ensefalopati wernicke ):
nistagmus-perubahan arah bola mata, diplopia-gambar tampak
ganda, perubahan mental.
3. Diagnosis hiperemesis gravidarum
Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar, dengan
menentukan kehamilan, mutah berlebihan sampai menimbulkan gangguan
kehidupan sehari-hari dan dihidrasi.Muntah yang terus- menerus tanpa
pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam
rahim dengan manifestasi klinisnya. Oleh karena itu, hiperemesis
gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan
yang adekuat.
Kemungkinan penyakit lain yang menyertai hamil harus dipikirkan
dan berkonsultasi dengan dokter tentang penyakit hati, penyakit ginjal, dan
12
penyakit tukak lambung. Pemeriksaan laboratorium dapat membedakan
ketiga kemungkinan hamil yang disertai penyakit.
4. Pengobatan hiperemesis gravidarum
Tujuan penatalaksanaan hipermasif grafidarum, saat ibu
dihospitalisasi, adalah merehidrasi ibu , memperbaiki gangguan elektrolit
dan hematologis lain, mencegah komplikasi dan memindahkan dan
memindahkan ibu segera ke rumah, meskipun banyak wanita memiliki
angka yang tinggi untuk masuk kembali kerumah sakit. Penyebab muntah
yang terjadi secara berlebihan harus didefinisikan, bukan semata mata
untuk membuad diagnosis banding, tetapi juga untuk mempertimbangakan
factor lain seperti psikologis, yang dapat menambah keparahan kondisi
ibu. Tindakan pertama yang harus dilakukan jika ibu menjadi tidak sehat
secara patologis adalah bahwa ia “harus dipindahkan dari lingkungan
rmahnya yang stress” akan tetapi, penting untuk mengkaji dampak
penting untuk mengkaji danpak hospitalisasi pada implikasi penanganan
kondisinya sebagai orang yang dirawat jalan atau dirawat inap.
Pengobatan yang baik pada emesis gravidarum dapat mencegah
hiperemesis gravidarum.Dalam keadaan muntah berlebihan dan dehidrasi
ringan,ibu yang mengalami emesis gravidarum sebaiknya dirawat
sehingga dapat mencegah hiperemesis gravidarum. Konsep pengobatan
yang dapat diberikan sebagai berikut:
a. Isolasi dan pengobatan psikologis. Dengan melakukan isolasi
diruangan sudah dapat meringankan wanita hamil karena perubahan
suasana dari lingkungan rumah tangga. Petugas dapat memberikan
komunikasi, informasi, dan edukasi tentang berbagai masalah
berkaitan dengan kehamilan.
b. Pemberian cairan pengganti. Dalam keadaan darurat diberikan cairan
pengganti sehingga keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti
yang diberikan adalah glukosa 5 sampai 10 % dengan keuntungan
dapat mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai sumber
energi, sehingga terjadi perubahan metabolisme dari lemak dan protein
13
menjadi pemecahan glukosa. Dalam cairan dapat ditambahkan vitamin
C,B kompleks atau kalium yang diperlukan untuk kelancaran
metabolisme.
Selama pemberian cairan harus mendapat perhatian tentang
keseimbangan cairan yang masuk dan keluar melalui katetar, nadi,
Tekanan darah, suhu, dan pernapasan.Lancarnya pengeluaran urine
memberikan petunjuk bahwa keadaan wanita hamil berangsur-angsur
membaik.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah darah, urine, dan bila
mungkin fungsi hati dan ginjal.Bila keadaan muntah berkurang,
kesadaraan membaik, wanita hamil dapat diberikan makan minum dan
mobilisasi.
Obat yang dapat diberikan.
Memberikan obat untuk hiperemesis gravidarum sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter, sehingga dapat dipilih obat yang bersifat
teratogenik ( dapat menyebabkan kelainan congenital-cacat bawaan
bayi ). Komponen ( sususnan obat ) yang dapat diberikan adalah :
Sedatif ringan ( fenobarbital [Luminal ] 30 mg,valium)
Antialergi (Antihistamin, Dramamin, Avomin )
Obat antimual-muntah (Mediamer B6, Emetrole, Stimetil,
Avopreg)
Vitamin ( terutama vitamin B kompleks, vitamin C)
Menghentikan kehamilan .pada beberapa kasus, pengobatan
hiperemesis gravidarum tidak berhasil malah terjadi kemunduran dan
keadaan semakin menurun sehingga diperlukan pertimbangan untuk
melakukan gugur kandung. Keadaan yang memerlukan pertimbangan
gugur kandung diantaranya :
Gangguan kejiwaan ( delirium, apatis, somnolen sampai koma,
terjadi gangguan jiwa ensefalopati wernicke)
14
Gangguan penglihatan ( pendarahan retina, kemunduran
penglihatan)
Gangguan faal ( hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk
anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat,
Tekanan darah menurun)
5. Prognosis dan sikap bidan pada hiperemesis gravidarum
Sebagian besar emesis gravidarum dapat diatasi dengan berobat
jalan sehingga sangat sedikit memerlukan pengobatan rumah
sakit.Pengobatan penderita hiperemesis gravidarum yang dirawat dirumah
sakit, hampir seluruhnya dapat dipulangkan dengan memuaskan, sehingga
kehamilanya dapat diteruskan.
15
16
Fisiologi hamil
Pemeriksaan
Fisik umum-khusus Laboratorium khusus
(faal hati dan ginjal,tes kehamilan
Factor predisposisi
Psikologis Gizi-anemia Hamil tidak diinginkan Hormonal
Keluhan ringan Hiperemesis gravidarum
Muntah-dehidrasi (iklerus,pendarahan retina,oliguria,muntah berdarah)
Fisik (lidah kering,dehidrasi,BB turun,TD turun ,nadi naik)
Kesadaran menurun,ensefalopati wernicke
Gangguan faal alat vital
Kaki kram Emesis gravidarum
Pengobatan Antimuntah Antialergi Vitamin (B kompleks,vit.
E,elkana/kalsium)Pengobatan Masuk RS isolasi psikologis Rehidrasi (glukosa ,vit.B kompleks ,
vit.C Obat (sedatif,antimuntah) Mobilisasi Diet ringan Konsul rujukan
Pengobatan gagal
Terminasi kehamilan dengan indikasi medis.
Persalinan :partograf WHO
Persalinana dengan kesehatan ibu dan bayi optimal
Pengobatan berhasil
Pengawasan hamil Nasihat diet Vaksinasi ll USG 2-3 kali
6. Penyebab Dan Faktor Predisposisi
1. Fisiopatologi
Estrogen dan progesterone telah lama terlibat dalam
etiologi mual dan muntah, meskipun teori ini tidak sepenuhnya sesuai
dengan isidensi gejala di trimester pertama pada sebagian besar
wanita, karna kadar hormone ini terus meningkat setelah melewati
tiga bulan pertama.
Vellacot et al (1988) menemukan bahwa wanita yang
sebelumnya mengalami mual saat mengonsumsi pil kontrasepsi atau
selama fase permenstruasi lebih rentan mengalami mual atau muntah
gestasional, meskipun hal ini dapat disebabkan oleh factor lain, seperti
defisiensi vitamin B6 dan zink, metabolism dan eksresi dan mungkin
dipengaruhi leh stressor yang terjadi pada periode pramenstruasi atau
dipengaruhi oleh pil kontrasepsi . terdapat juga peningkatan insidensi
mual dan muntah pada wanita yang telah mengalami beberapa kali
kehamilan, karna kedua hormone tersebut memiliki kadar yang lebih
besar dibandingkan wanita yang baru pertama kali hamil yang
mendukung adanya pengaruh estrogen dan progesterone sebagai
penyebab rasa mual dan muntah.
Perubahan dalam metaboisme karbohidrat dan lipid
menyebabkan hipoglekimia, terutama saat bangun tidur. Istilah yang
telah terkenal tetapai tidak tepat jika disebun “ morning sinknes”
meskipun hipoglekimia tampaknya tidak menyebabkan hasil yang
membahayakan pada saat perinatal (calfee et al,1999). Rasa sangat
menyukai dan sangat tidak menyukai makanan tanpak lebih jelas pada
wanita yang yang mengalami muntah lebih hebat , mungkin sebagai
upaya untuk menggantikan nutrient yang kurang dikonsumsi saat
prakonsepsi atau yang hilan akibat muntah. Flaxman dan Sherman
(2000) mengulas kembalai serangan literature yang terkait dan
menemukan bahwa mual terjadi paling buruk saat organogenesis
embrio paling rentan terhadap gangguan zat kimia; angka aborsi
17
sepontan lebih sedikit pada wanita yang mengalami gejala ini dan
muntah tamnpaknya menrupakan perlindungan terkut melawan
keguguran dibandingkan rasa mual yang dialami tanpa muntah. Rasa
sangat menyukai makanan yang paling sering terjadi adalah terhadap
minuman bealkohol dan berkafein, serta terhadap sayuran yang
memiliki rasa kuat.
Muntah diawali dengan stimulus pusat muntah di meduala,
yang mengendalikan otot polos dalam dinding lambung dan otot
skeletal di abdomenserta system pernapasan, dan zona pemicu
kemoreseptor di dasar ventrikel keempat, di dekat nervus vagus.
Teori bahwa rasa miual dimasa kehamilan mungkin
merupakan cara alamiah untuk melindungi janin dengan mencegah
ibu untuk tidak memakan makan yang berbahaya untuk janin juga
telah diajukan (Sherman dan flaxman,2002 ;brown et al,1997), dengan
wanita menjadi merasa mual saat melihat, mencium atau merasakan
makanan yang mungkin berpotensi memengruhi janin, dan jika
makanan dimakan mengakibatkan wanita muntah agar makanan
dikeluarkan.
Factor fisiopatologi yang menyebabkan muntah
Perubahan karbohidrat dan metabolism lemak
Situasi korpus luteum
Factor genetic
Adaptasi saluran gastrointestinal
Infeksi helicobacter pylori
HCG (human chorionic gonadotropin)
Hipotensi dan penurunan sirkulasi serebri
Factor imunologis
Danpak pada kemampuan mencium atau melihat
Migren dan sakit kepala
Estrogen dan progesterone
Stimulus saraf vagal faring
18
Mekanisme protektif
Stimulus saraf sensorik di dalam lambung dan duodenum
Serotonin
Perubahan hormone tiroid
Distensi, trauma atau infeksi uterus, kandung kemih atau pelvis ginjal
Gangguan apparatus vestibular
Factor predisposisi peningkatan keparahan mual dari muntah
Keletihan
Janin wanita
Refluk gastroeosofagus
Mual dan muntah di kehamilan sebelumnya
Pengguanaan pil kontrasepsi saat prakonsepsi
Mual pramenstruasi
Merokok
Stress, cemas, dan takut
Masalah sosio ekonomi
Kesulitan dalam masalah membina hubungan
Wanita yang memiliki ibu yang mengalami mual dan muntah saat hamil
2. Faktor Psikososial
Masalah psikologis dapat mempredisposisi beberapa wanita
untuk mengalami mual dan muntah dalam kehamilan,atau
memperburuk gejala yang sudah ada atau mengurangi kemampuan
untuk mengatasi gejala “normal”. Kehamilan yang tidak
direncanakan,tidak nyaman atau tidak diinginkan, atau karna beban
pekerjaan atau finansial akan menyebabkan penderitaan batin ,
ambifalensi,dan konflik. Kecemasan berdasarkan pengalaman
melahirkan sebelumnya, trutam kecemasan datangnya hpermesis
gravidum atau preeklamsia, dapat memperburuk rasa sejahtra.wanita
yang mengalami kesulitan dalam mengalami hubungan, rentan
19
terhadap distress emosional menambah ketidaknyamanan fisik. Syok
dan dan adaptasi yang dibutuhkan jika ditemukan kehamilan
kembar ,atau kehamilan terjadidalam waktu berdekatan, juga dapat
menjadi factor emosional yang membuat mual dan muntah menjadi
lebih berat, terlepas dari dampak fisik seperti kemungkinan anemia.
Raphael-leff (1991) mengidentifikasi dua jenis wanita
selama kehamilan. “fasilitator” yang telah merencanakan dan berusaha
untuk hamil, menganggap kehamilan sebagian dari proses “ tumbuh”
di masa dewasa, dan menikmati kehamilan mereka . “regulator”
menganggap kehamilan sebagai sebuah rintangan yang harus diatasi ,
sesuatu yang tidak berharga namun berguan dalam mencapai suatu
tujuan, dan berupaya untuk menolak kehilangan kendali yang
disebabkan oleh kehamilan.
Leeners et al (2000) menyertakna bahwa factor psikososial
sangat terlibat dalam etiologi hipermisis gravidarum dan tidak hanya
mempengaruhi durasi dan keparahan gejala namun juga
mempengaruhi resistensi (dan oleh karna itu mempengaruhi
keberhasilan ) strategi penatalaksanaan. Muntah yang lebih berat
mungkin berhubungan dengan keputusan wanita untuk mulai
menggunakan obat antiemetik. Mereka juga menyatakan bahwa
keparahan mual danmuntah tanpaknya tidak cukup mereflesikan
derajat distress yang dialami oleh wanita.
Perasaaan bersalah ,marah , mengasihani diri sendiri atau
ketakutan dapat menambah gejala fisik. Wanita dapat merasa bersalah
tentang dampak kehamilan pada keadaan finansial keluarga, terutama
jika kehamilan terutama kehamilan tidak direncanakan. Banyak wanita
mengungkapkan rasa bersalah karna rasa mual mencegah mereka
memakan makanan yang mereka anggap “terbaik” dan paling bergizi
untuk bayi. Mereka juga mengalami kecemasan dan rasa bersalah jika
saat mereka tidak mampu merawat anak yang lain secara adekuat. Rasa
marah dapat diarahkan pada pasangan, baik pasangannya turut andil
20
dalam menyebabkan konsepsi sehingga dianggap bertanggung jawab
atas rasa tidak nyaman, maupun karna pasangan dianggap sebagai orang
yang tidak simpatik.
3. Masalah okupasional dan ekonomi
Walaupun, berdasarkan hokum, pengusaha seharusnya
tidak menggunakan kehamilan wanita sebagai factor diskriminasi dalam
lapangan kerja,dalam peraktiknya dapat banyak yang dapat membuat
kerja menjadi sangat sulit. Hal ini menyebabkan beberapa wanita
menyembunyian tersebut tidak lagi memungkinkan, namun hal ini pada
akhirnya dapat menambah beban mental. Kecemasan terhadap situasi
keuangan saat ini dan yang akan datang dapat menyebabkan
kekhawatiran tambahan yang membuat wanita terasa tidak
sehat,terutama jika ia berniat untuk berhenti bekerja secara total setelah
melahirkan. Perjalanan ke tempat kerja yang mungkin terburu buru di
pagi hari tanpa waktu yang cukup untuk sarapan guna mengatasi
hipoglikemi.
7. Diagnosa
Mual sering kali merupakan gejala pertama yang dialami ibu yang
sering kali terjadi bahkan sebelum periode menstruasi pertama tidak
datang.Oleh karna itu rasa mual dan diagnosis oleh diri sendiri. Muntah
juga merupakan manifestasi visual adanya masalah dan tidak
memerlukan bantuan medis atau bidan untuk mengakkan diagnosa,
meskipu penegakkan diagnose dapat dilakukan oleh professional
kesehatan. Akan tetapi, jika wanita menunda untuk membuat perjanjian
kunjungan pertama untuk mendapatkan asuhan maternitas, kondisi
dapat tertangani dengan sendirinya sebelum wanita menemui bidan atau
dokter kebidanan.Hal ini dapat membuat propesional tenaga kesehatan
memberikan proritas yang rendah untuk menangani masalah tersebut.
Sementara bidan dan dokter umum dapat mengetahi danpak mual
dan muntah yang hebat pada kehiduapan wanita sehari-hari, pada
pasangan dan keluarganya, dokter obstetri, biasanya tidak menyaksikan
21
hal ini di komunitas,hanya berfokus pada patologis yang terjadi pada
ibu dan janin saat kondisi menjadi lebih serius.kesulitan pengkajian
kemudian kemudian dapat terjadi,jika wanita merasa kurang cukup
sehat untuk melaporkan gejala yang dirasakan ke ahli obstetric, ahli
obstetric dapat merasa wajib mengambil tindakan tindakan untuk
mengatasinya, salah satu pilihan adalah memasukan ibu ke rumah sakit.
8. Anjuran Profesional Kesehatan Mengenal mual dan muntah fisiologis
sebagian besar wanita akan berupaya untuk mengatasi sendiri
gejala yang mereka rasakan, kadang meminta saran dari bidan, dokter
umum, atau ahli obstetric mereka, meskipun Dilorio et al (1994)
menemukan bahwa praktisi medis melihat wanita sebagai sumber
informasi primer berkenaan dalam masalah yang mereka rasakan.
Pendekatan professional tenaga kesehatan yang paling konfensional
biasanya memasukkan saran untuk mengonsumsi makanan dalam
jumlah sedikit, namun sering untuk mempertahankan keadaan gula
darah . saran ini mencakup banyaknya anjuran untuk memakan biskuit
kering atau sepotong roti bakar sebelum bangun dari tidur dipagi hari,
saran tradisional yang berhubungan dengan hipoglikemia nocturnal,
meskipun dalam banyak kasus, tidak dapat di peraktikkan dan tidak
efektif, Lindsay (1997 : 508) mengatakan berkali kali bahwa saran diet
konvensional seharusnya disampaikan oleh bidan, seperti menghindari
makanan yang berlemak, pedas atau berbau tajam atau makanan yang
berbumbu dan menyatakan bahwa buah segar serta makanan lezat “
biasanya dapat diterima “. Minuman yang mengandung susu sebelum
beristirsahat juga dianjurkan, tetapi seperti yang diketahui oleh setiap
orang yang mengalami mual , susu merupakan minuman yang terahir
diinginkan . jadnak et al (1999) menyatakan bahwa makanan yang
mengandung protein membantu mengurangi rasa mual dan disfungsi
dalam pengosongan lambung.
Pada peraktiknya, wanita harus dianjurkan untuk mencoba segala
sesuatu dan apapun yang menurut mereka rasa mampu untuk dimakan
22
atau diminum pada saat ini, nutrisi yang baik hampir tidak relefan.
Banyak calon ibu yang mungkin mengalami penambahan gejala yang
mereka rasakan karna mereka mencemaskan nutrisi janin dan banyak
yang dapat dilakukan oleh propesional kesehatan untuk mengurangi
kekhawatiran mereka.
9. Pendekatan Nutrisional
Nutrisi yang baik dalam kehamilan telah lama di akui sebagai suatu
yang penting bagi perkembangan janin dan pemeliharaan kesehatan
ibu.Banyak penulis menganjurkan agar di lakukan pengkajian nutrisi
secara komprenshif pada saat prakonsepsi dan saat mendaftar untuk
mengidentifikasi kemungkinan masalah yang terjadi akibat malnutrisi.
Kualitas makanan dapat dipengaruhi oleh tanah yang kurang
kurang mengandung nutrien, keragaman yang mungkin disebabkan
oleh kebijakanpertanian lokal mengenai rotasi panen serta penggunaan
pestisida dan herbisida.Pembuatan dan penyimpanan makanan,
tambahan zat pengawet dan pewarna serta pengolahan makanan di
rumah tangga juga dapat mengurangi atau meningkatkan kualitas
makanan.
Setiap individu memiliki kebutuhan nutrisi yang unik tetapi hal ini
dapat berubah pada saat pertumbuhan, seperti saat pubertas dan
kehamilan,dan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, genetik, dan
kesehatan serta penyakit, termasuk stres psikologis dan emosional.
Propesi medis mengetahui tentang baik tentang kondisi akut dan
kronik berat yang terjadi akibat defisiensi nutrisi serius, tetapi mereka
mungkin kurang menyadari serangkaian isu-isu kesehatan yang
disebabkan oleh masalah diet yang ringan sampai sedang. Contoh hal
ini adalah pengenalan penyakit seperti penyakit Crohn atau Kudis,
tetapi mereka bersipat skeptisterhadap kondisi yang kurang spesipik,
mis., kandidiasis sistemik kronik, bukan hanya seriawan mulut atau
vagina.
23
Nutrisi umum sebelum dan selama kehamilan, persalinan, dan
menyusui selalu menjadi subjek dalam banyak diskusi, karena
kesehatan, berat lahir, dan pertumbuhan bayi, serta risiko obesitas ibu
dimasa depan dan penyakit yang di timbulkannya, bergantung pada
kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan, waktu, serta jumlah
penambahan berat badan pada saat ini (stephenson dan symonds, 2002;
Reip Snider & Gil, 2000;Harding, 1999). Buruknya nutrisi janin dapat
mnyebabkan kondisi seperti penurunan densitas massa tulang disaat
kanak-kanak (Jones et al, 2000), penyakit kardio vaskuler dimasa
dewasa(Barker, 1999), dan bahkan munkin dapat memengaruhi
generasi selanjutnya (Harding, 1997). Beragam defisiensi vitamin dan
mineral yang dialami setip individu bertdampak pada komplikasi
spesipik akibat kehamilan, terutama dalam penyegaha pereeklamasi
dengan kalsium (Levine et al, 1997) atau magnesium (Husain &
Sibley, 1993; Spatling et al, 1989).
10. Pengaruh Nutrien Dalam Mual Dan Muntah Gestasional
a. Vitamin B6
Vitamin B6 pertama kali ditemukan pada tahun1930 an, dan
terdapat dalam tiga bentuk yang berhubungan erat, yaitu piridoksin,
piridoksal dan piridoksamin yang temuannya jika disertai vitamin b2
dan magnesiumdiubah menjadi senyawa aktif piridoksal lima fosfat.
Vitamin b6 dibutuhkan untuk metabolisme protein dan unsur pokok
asam aminonya, dengan lebih banyak konsumsiprotein memerlukan
peningkatan jumlah vitamin.Metabolisme zat kimia tubuh tertentu,
seperti histamin, hidroksitriptamin, danserotonin juga bergabung pada
b6.Karena serotonin kemngkinan dapat memberi pengaruh buruk
dalam alam perasaan dan perilaku.Selama kehamilan, piridoksin turut
nerkontribusi pada perkembangan sistem saraf pusat emrio yang dapat
mempengaruhi perkembangan otak serta fungsi kognitif.Vitamin B6
juga di perlukan untuk metabolisme gula dan asam lemak esensial
serta untuk membentuk vitamin b3(niasinamid) dari asam amino,
24
triptofan. Metabolisme mineral, terutama magnesiumbergantung pada
tulang dan penyerapan zink dapat tergantu jika kadar B6 tidak
memadai. Konversi B6 ke bentuk aktifnya di dalam tubuh dapat di
tingktka dengan olahraga, sementara kebutuhan vitamin akan
meningkat pada invidu yang merokok, menggunakan zat aditif
makanan atau mengonsumsi obat-obatan, baik obat terapeutik ataupun
obat penenang rekreasional. Pria dan wanita dewasa normalnya
memerlukan 2mg vitamin B6 setiap hari; selama kehamilan, kebutuhan
ini meningkat menjadi 2,5mg/hari, meskipun siplemen dapat
bermanfaat untuk meperbaiki beberapa abnormalitas biokimia yng
dapat terjadi pada saat ini (Davies & Stewart, 1987).
Gejala defisiensi meliputi iritabilitas, gelisah, kelemahan dan
insomnia.Tanda fisik terdiri dari manifestasi kulit seperti kemerahan,
berminyak, kulit bersisik atau mengelupas, jerawat, terutama di dahi
dan dermatitis seboroik di sekitar hidung. Pada beberapa kasus yang
lebih berat, lidah dapat mengalami tukak, tonjolan indra pengecap
makan, anemia, penurunan imunitas dn gangguan neurologis.
b. Zink
Zink memainkan peran vital dalam berbagai proses metabolisme.
Zink di butuhkan untuk metabolisme protein, karbohidrat, dn fosfor
serta mempasilitasi pelepasan simpanan vitamin A. Zink sangat
penting bagi pertumbuhan normal kulit, rambut dan sekeleton, sistem
imun yang sehat dan perbaikan jaringan tubuh. Dalam kehidupan
exstrauterus dan intrauterus, zink di butuhkan untuk perkembangan sel
di otak, hati, ginjal, paru dan kelenjar prostat serta kelenjar tiroid.
Kadar zink yang tidak adekuat serum dapat memicu buruknya
pertumbuhan fisik dan retardasi perkembangan mental, keletihan dan
gangguan kesadaran mental.Luka mungkin lambatu ntuk sembuh,
kerentanan terhadap infeksi meningkat, terjadi lesi kulit dan
kerontokan rambut tampak dengan jelas.tanda dan gejala defisiensi
zink dini mencakup bintk putih pada jari tangan dan rasa zat besi di
25
dalam mulut. Dapat terjdi rebun senja dan gangguan indra penciuman.
Mungkin terjadi kelambatan maturitas seksual, penurunan libido atau
infertilitas, terutama pada pria, karna semen normal mengandung
banyak zink.Serupa dengan elemen mineral lain, seperti kalsium zat
besi analisis rambut menunjukan defisiensi dan efek suplementasi
(Leung et al, 1999).
c. Magnesium
Jumlah magnesium intraselular berada pada posisi ke dua setelah
kalium Dan distribusinya melintasi membran sel berkaitan dengan
metabolisme kalsium dan fosfor. Orang dewasa kira-kira memiliki 20-
30mg magnesium, sebagian besar magnesium berada di gigi dan
tulang, sisanya 30% di temukan berada di dalam sel. Sebanyak 400-
800mg di anggap kebutuhan harian normal tetapi kebutuhan ini dapat
meningkatkan dala kondisi tertentu. Sepertti asupan protein, kalsium,
fosfor atau vitamin D. Magnesium sangat penting untuk sejumlah
proses metabolik, terutama mekanisme yang bertanggung jawab dalam
pendistribusian natrium, kalium dan kalsium melintasi membran sel.
Metabolisme vutamin B1 dan B6 jugabergantung pada magnesium.
Defisiensi dapat di perburuk oleh diet tinggi makanan lunak dan
makanan diproses, atau jika kulit padi di tambahkan ke dalam diet,
karena kulit padi akan mengikat jumlah magnesium yang terbatas dan
akan memengaruhi absorpsi. Tanda awal defisiensi, meliputi
kehilangan nafsu makan, apati, dan kelemahan, konstipasi, insomnia,
dan sindrom pramenstruasi.Tanda ini diikuti oleh mual dan muntah,
hipoglikemia, kebas dan kesemutan di ekstremitas, gangguan memori,
kesulitan meneln dan mata terlihat berkedip – kedip, serta lidah
bergerak dari atas ke bawah, kanan dan kiri tanpa terkendali. Akhirnya,
pada kasus yang ekstrem , terdapat konfusi dan disorientasi yang
diikuti oleh kramdan kedutan otot sehinggamenyebabkan konvulasi
epilepsi dan tetanus serta irama jantung dan EKG abnormal. Hipertensi
dankerusakan ginjal juga dapat terjadi, serta pengunaan magnesium
26
sulfat untuk preeklamasi yang telah menjadi peraktik standar di AS,
baru-baru ini telah lebih di adopsi dalam peraktik obstetrsi di inggris
(Magpie Trial Collaborative Group, 2002; shet & Chalmers, 2002).
d. Kuprum
Potensi manusia mengalami defisiensi kuprum telah di ketahui
hampir selama 60 tahun. Kadar kuprum yang tidak adekuat dapat
menyebabkan anemia , defek skeletal, degenerasi neurologis,
infertilitas dan keguguran, kondisi kardiovaskuler termasuk
peningkatan kadar kolesterol dan pigmentasi serta defek struktural
rambut. Aktivitas hormonal normal selama kehamilan
meningkatkan kadar kuprum atau kemampuan tubuh untuk
menyerapnya dalam makanan, dan dapat memperburuk adanya
defisiensi zink. Kuprum dapat berada dalam pil kontrasepsi yang
meningkatkan kadar kuprum serum. Akan tetapi, meskipun sangat
penting dalam metaboisme, kuprum relatif mudah di absopsi sampe
berlebihan yang dapat menyebabkan penrunan kadar zink, pada banyal
orang yang memang sudah mengalami defisiensi (lihat di atas). Rata-
rata orang dewasa menyerap sekitar 0,6-1,6mg dari asupan makanan
sehari hari dan kira-kira memiliki 60-110mg kuprum dalam tubuh
yang di distribusikan secara cukup seimbang ke dala tiga bagian tubuh,
yaitu antara otak, hati, dan bagian tubuh lainnya (Davies dan stewart,
1987:74). Kuprum di ekskresiakan melalu saluran empedu meskipu
asupan yang berlebihan akan menyebabkan peningkatan simpanan
kuprum.
e. Antioksidan
Antioksidan, termasuk beta karoten, vitamin A, C dan E, asam
amino yang mengandung selenium seperti kistin dan serangkain
enzim-glutation reduktase, peroksidase dan super oksida dismitase-
memberikan sel dalam tubuh untuk melawan efek oksidayang
menghasilkan radikl bebas dan yang di duka bertanggung jawab atas
berbagai penyakit autoimun, inflamasi, da degeneratif. Fait et al (2002)
27
mengungkapkan kaitan antara penurunan kadar glutation flasma dan
hiperemisis geravidarum yang di dapat dari perbandingan kelompok
kontrol wanita hamil tanpa muntah dan kelompok wanita yang tidak
hamil, menunjukan bahwa tekanan oksidatif berhubungan dengan
kondisi hiperemesis gravidarum. Kadar glutation plasma tanpak lebih
rendah secara segnepikan selama periode hiperemesis dan kembali ke
kadar normal saatberhenti muntah. Glutation memerlukan selenium
untuk dapat di gunakn secara efektif, sementara anti oksidan lai
memerlukan nutrien lain-super oksidan dismutase memrluka kuprum,
mangan, dan zink.Defisiensi selenium, kuprum, mangan, dan zink
dapat menyebakan kerentanan terhadap kerusakan radikal bebas pada
komponen lemak di membran sel, sementara kelebihan kuprum juga
dapat menyebabkan perosidaksi radikal bebas (Chaen et al, 1998).
Tekanan osidatif dapat memperburuk oleh toksin limgkungan
termasuk asap rokok, polutan dan proses kimia yang menghasilkan
oksidan seperti nitrrogen di oksida, nitrat dan radikal bebas yang di
dapat dari hidrokarbon (Davies & stewart, 1987:151-2). Tekanan
oksidatif juga terbukti berpengaruh pada manusia yang sehat yang
melakukan olahraga fisik tingkat tinggi, terytama di suhu dingin pada
ketinggian sedang (Schmidt et al, 2002).
11. Penatalaksanaan Nutrisi Pada Mual Dan Muntah Dalam Kehamilan
Konsep nutrisi sebagai intervensi terpeutik tidak secara umum di
pertimbangkan oleh wanita hamil, dan meskipun merek secara spntan
membuat adaftasi dalam diet sesuai dengan gejala yang mereka alami,
mereka mungkin tidak siap mengonsumsi vitamin dan mineral kecuali jika
di resepkan, dan ini mungkin di sertai anjuran untuk mencegah kerusakan
pada DNA janin (Park et al, (1999) atau di tunjukan secara spesifik untuk
mengurangi keparahan komflikaso seperto preeklamasi (Wanchu et al,
2001; Atallah et al, 2000.) akan tetapi, di antar wanita yang mngadofsi
terafi konflementer dan alternatif, suplemen nutrisi yang dapat di gunakan
28
untuk mual dan muntah, serimg kali di sertai pengobatan herbal, sam[ai
dengan 60% (Hollyer et al, 2002).
Banyak yang dapat di capai untuk mengurangi mual dan muntah
melalui adaftasi diet secara bijaksana, meskipun anjuran diet konvesional
cendrung berfokus pada mengembalikan dan mempertahankan kad gula
darah, terutama saat terjaga.
Secara umum, hamil tanpaknya melegitimasi peningkatan asupan
makanan tanpa menyebakan kehawatiran yang tidak perlu pertambahan
berat badan wanita, bahkan pada wanita yang menjaga berat badannya
sebelum konsepsi (Clart & Ogden, 1999).
a. Penatalaksanaan diet terhadap gejala lain yang berhubungan dengan
mual dan muntah
Wanita yang mengalami mual dan muntah dalam kehamilan sering
kali melaporkan mengalami masalah mulut seperti salivasi berlebihan,
tukak, luka di mulut, dan rasa tidak menyenangkan di mulut yang
terjadi akibat defisiensi nutrisi yang berkelanjutan dan penurunan
imunnitas.Nyeri ulu hati atau refluks esofagitis, meskipun umunya di
nyatakan sebagai gangaun di trimester tiga, sering kali menyertai mual,
konstipasi serta platulens dapat terjadi akibat asupan makanan yang
buruk dan di hidrasi.
Anjuran yang paling mendasar kepada setiap wanita yang mual
dan muntah, terutama jika ia juga mengalami konstipasi adalah
meningkatkan asupan cairannya dengan lebih baik, meminum minimal
2 liter air setiap hari.
b. Kaji diet, frekuensi muntah dalam kaitannya dengan makanan yang
dipertahankan, sifat muntah, eliminasi, tanda-tanda infeksi, pajanan
terhadap penyakit virus tau makanan terkontaminasi, riwayat gangguan
makan, nyeri abdomen, atau riwayat pembedahan abdomen.
Pemeriksaan fisik melipti berat, pengkajian hidrasi, palpasi abdomen
menyeluruh, dan memperhatikan apakah terdapat aroma pernapasan
yang manis (ketosis).
29
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Pemberian askep klien hiperemesis gravidarum dilakukan dengan
menetapkan rencana perawatan medis, pemberian terapi intravena, pemberian
agen farmakologi dan suplemen nutrisi, serta pemantauan respon klien terhadap
intervensi. Perawat melakukan observasi pada klien untuk mendeteksi adanya
tanda-tanda komplikasi seperti asidosis metabolik, ikterik.
Biasanya klien hiperemesis gravidarum berrepon terhadap terapi dan
prognsisnya baik. Klien bisa dipulangkan bila keseimbangan cairan dan elektrolit
tercapai, BB mulai meningkat.
Perawat bertugas membantu penanganan kondisi psikososial klien karena
kondisinya lemah baik secara fisik maupun emosional. Upaya meningkatkan
istirahat yang adekuat penting untuk klien dengan hiperemesis, maka perawata
mengoordinasikan tindakan terapi dan periode kunjungan sehingga klien
memilliki kesemapatan untuk beristirahat. Askep pada klien dengan hiperemesis
gravidarum dapat dijadikan melalui 5 tahapan proses keperawatan meliputi :
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan pendekatan yang istematis untuk
mengumpulkan data, pengelompokan, dan menganalisis, sehingga didapatkan
masalah dan kebutuhan untuk perawatan ibu. Tujuan utama pengkajian adalah
untuk memberikan gambarana secara terus menerus mengenai keadaan
kesehatan ibu yang memungkinkan perawatan melakukan asuhan
keperawatan.
Langkah pertama dalam pengkajian ibu hiperemesis gravidarum adalah
mengumpulkan data. Data-data yang akan dikumpulkan adalah sebagai
berikut:
a. Data Riwayat Kesehatan
30
1) Riwayatkesehatansekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang
dirasakan oleh ibu sesuai dengan gejala-gejala pada hiperemesis
gravidarum, yaitu : mual dan muntah yang terus menerus, merasa
lemah dan kelelahan, merasa haus dan terasa asam di mulut, serta
konstipasi dan demam. Selanjutnya dapat juga ditemukan berat badan
yang menurun. Turgor kulit yang buruk dan gangguan elektrolit.
Terjadinya oliguria, takikardia, mata cekung, dan ikterus.
2) Riwayat kesehatan dahulu
a) kemungkinan ibu pernah mengalami hiperemesis gravidarum
sebelumnya.
b) kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan
dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual muntah.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga.
b. Data Fisik biologis
Data yang dapat ditemukan pada ibu dengan hiperemesis
gravidarum adalah mamae yang membengkak, hiperpigmentasi pada
areola mamae, terdapat kloasma garvidarum, mukosa membran dan bibir
kering, turgor kulit buruk, mata cekung dan sedikit ikterik, ibu tampak
pucat dan lemah, takikardi, hipotensi, serta pusing dan kehilangan
kesadaran.
c. Riwayat Menstruasi
1) Kemungkinan menarkhe usia 12-14 tahun.
2) Siklus 28-30 hari.
3) Lamanya 5-7 hari.
4) Banyaknya 2-3 kali ganti duk/hari.
5) Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala, dan
muntah.
d. Riwayat perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkawian usia muda.
31
e. Riwayat kehamilan dan persalinan.
1) Hamil muda : ibu pusing, mual dan muntah, serta tidak ada nafsu
makan.
2) Hamil tua : pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai kenaikan berat
badan, tekanan darah, dan tingkat kesadaran.
f. Data psikologi
Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui
keadaan jiwa ibu sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan.
Keadaan jiwa ibu yang labil, mudah marah, cemas, takut akan kegagalan
persalinan, mudah menangis, sedih, serta kekecewaan dapat memperberat
mual muntah. Pola pertahanan diri (koping) yang digunakan ibu
bergantung pada pengalamannya terhadap kehamilan serta dukungan dari
keluarga dan perawat.
g. Data sosial ekonomi
Hiperemesis gravidarum bisa terjadi pada semua golongan
ekonomi, namun pada umumnya terjadi pada tingkat ekonomi menengah
kebawah. Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang
dimiliki.
h. Pengkajian Bio-PsikoSosial Dan Spiritual
1) Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per
menit).
2) Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi
tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
3) Eliminasi
Pcrubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih
Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
4) Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium,
pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi
32
dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit
berkurang, mata cekung dan lidah kering.
5) Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
6) Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
7) Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka
dilakukan abortus terapeutik.
8) Interaksi sosial
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran,
respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi
dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
9) Pembelajaran dan penyuluhan
a) Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi apalahi
kalau belangsung sudah lama.
b) Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berast badan normal
c) Turgor kulit, lidah kering
d) Adanya aseton dalam urine
i. Pengakjianfisikmeliputi :
1) Tanda vital seperti ada tidaknya demam, takikardia atau hipotensi
otostatik, frekuensi pernafasan meningkat, atau adanya nafas bau
aseton.
2) Tanda – tanda umum seperti distress emosionaldanada tidaknya toksik.
3) Berat badan meningkat atau menurun.
4) Status dehidrasi meliputi turgor kulit, keadaan membrane mukosa
(kering atau lembap) dan oligouria.
5) Status kardiovaskuler seperti kualitas nadi( kuat atau lemah ),
takikardia atau terjadinya hipotensi ortostatik.
6) Keadaan abdomen meliputi suara abdomen (biasanya hipoaktif
merupakan keadaan normal dalam kehamilan), adanya nyeri lepas atau
33
nyeri tekan ,adanya distensi, adanya hepato splenomegali, dan tanda
Murpy dan tanda Mc.Burney’s.
7) Genitourinaria seperti nyeri kostovestebral dan nyeri suprapubik.
8) Eliminasi seperti perubahan pada kosistensi feces, konstipasi, dan
penurunan frekuensi berkemih.
9) Keadaan janin meliputi pemeriksaan denyut jantung janin, tinggi
fundus uterus, dan perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia
kehamilan).
10) Data penunjang
Data penunjang didapat dari hasil laboratorium, yaitu
pemeriksaan darah dan urine. Pemeriksaan darah yaitu nilai
hemaglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukan
hemokonsentrasi yang berkaitan dengan dehidrasi. Pemeriksaan
urinalis yaitu urine yang sedikit dan konsentrasi yang tinggi akibat
dehidrasi, juga terdapatnya aseton di dalam urine.
2. DiagnosaKeperawatan
a. Defisit volume cairandanelektrolit b/d kehilangan cairan akibat muntah
dan intake cairan yang tidak adekuat
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang
menetap
c. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan akibat tidak adekuatnya nutrisi
3. IntervensiKeperawatan
a. Diagnosa keperawatan I
Kriteria hasil:
a. Keseimbangan cairan kembali ke kondisi normal
b. Klien tidak muntah agi
c. Klien mengkonsumsi makanan dan minuman dalam jumlah adekuat
Intervensi:
a. Kaji status intake dan output cairan
Rasional: pengkajian tersebu tmenjadi dasar rencanaa skep dan
evaluasi intervensi
34
b. Timbang bb setiaphari
Rasional: penurunan bb dapat terjadi karena muntah berlebihan
c. Beri cairan intravena yang terdiri dari glukosa, elektrolit dan vitamin
Rasional: mencegah kekurangan cairan dan memperbaiki
keseimbangan asam basa
d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi cairan peroral dengan perlahan
Rasional: pemberian cairan dan makanan sesuai dengan toleransi klien
b. Diagnosa keperawatan II
Kriteria hasil:
a. Klien mengkonsumsi diet oral yang mengandung gizi adekuat
b. Klien tidak mengalami mual muntah
c. Klien mengalami peningkatan bb yang sesuai selama kehamilan
Intervensi:
a. Batasi intake oral selama 24 – 48 jam
Rasional: pembatasan dianjurkan untuk klien agar lambung istirahat
b. Anjurkan klien menghindari makanan berlemak
Rasional: dapat menstimulasi mual dan muntah
c. Tingkatkan jumlah makanan secara perlahan sesuai kemampuan pasien
Rasional: nutrisi dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan
nutrisi dan pertumbuhan janin
d. Anjurkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan atau setelah
muntah
Rasional: meningkatkan kenyamanan, mengurangi asam yang
mengenai gigi.
e. Pantau TFU dan DJJ
Rasional: malnutrisi klien berdampak terhadap pertumbuhan janin dan
mengakibatkan kemunduran perkembangan janin
c. Diagnosa keperawatan III
Kriteria hasil:
Klien menunjukan peningkatan kemampuan dalam beraktivitas sesuai
kemampuan
35
Intervensi:
a. Anjurkan klien dalam membatasi dengan istirahat yang cukup
Rasional: menghemat energy dan meminimalkan kelelahan uterus
b. Bantu klien beraktivitas secara bertahap jika muntah berkurang
Rasional: aktivitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma dan
meringankan klien dalam memenuhi kebutuhannya
c. Bantu klien dalam memenuhi kebersihan diri
Rasional: kebersihan diri dapat meningkatkan kenyamanan dan
menumbuhkan kondisi sehat serta sejahtera
4. ImplementasiKeperawatan
Pelaksanaan merupakan langkah keempat dari proses keperawatan dan
merupakan wujud nyata dari rencana keperawatan yang bertujuan memenuhi
kebutuhan pasien dan keperawatan dengan melaksanakan kegiatan – kegiatan
sesuai dengan alternatif tindakan yang telah direncanakan. Pelaksanaan
keperawatan sebagai data untuk rencana keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam keperawatan untuk
menilai pencapaian tujuan. Berdasarkan analisis, jika tujuan belum tercapai
maka dilakukan perencanaan selanjutnya (P) sebagai berikut :
a. Rencana dilanjutkan yang artinya diagnosa tetap berlaku, tujuan atau
intervensi masih memadai.
b. Direvisi yang artinya diagnosa tetapberlaku, tujuan atau intervensi perlu
direvisi.
c. Diagnosa keperawatan atau kemungkinan menjadi aktual atau bahkan
disingkirkan (untuk diagnosa kemungkinan). Jika diagnosa menjadi aktual
maka dibutuhkan perencanaan baru sehingga dalam planning (P) diuraikan
perencanaan yang dimaksud.
d. Tujuan tercapai maka perencanaan selanjutnya tidak perlu dilanjutkan,
tidak perlu direvisi dan tidak perlu perencanaan baru.
e. Rencana semula dipakai lagi, jika dalam analisis ditentukan bahwa
masalah atau diagnosa yang telah teratasi terjadi kembali.
36
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat dilihat dalam pembahasan pendahuluan ini bahwa mual dan
muntah di masa kehamilan merupakan fenomena kompleks, dengan etiologi
multifaktorial, meskipun beberapa teori yang terbaru tetap bersifat
controversial.Kondisi berkisar dari ketidaknyamanan ringan, jangka pendek,
dan tepat ditangani oleh diri sendiri sampai komplikasi kehamilan yang berat
dengan prognosis beragam. Penatalaksanaan konvensional biasanya dimulai
dengan anjuran sederhana tentang diet dan gaya hidup yang diberikan oleh
bidan yang berkembang ke intervensi farmakologis dan medis yang intensif
bagi ibu hamil yang memiliki manifestasi paling serius.
Anjuran diet merupakan komponen dalan asuhan kebidanan dan
obstetri. Profesional umumnya merasa menginformasikan wanita tentang
kebutuhan nutrisional, dan wanita tampak gerharap mendiskusikan diet, nafsu
makan, ngidam, dan masalah lain yang mereka alami terkait dengan asupamn
makanan. Oleh karna itu, tampaknya merupakan langkah logis menuju terapi
yang kebih berhasil pada wanita yang mengalami mual dan muntah dalam
kehmilan jika staf mempertimbangkan secara lebih konfrensiftentang apakah
gejala dapat reda dengan perubahan diet atau suplemen nutrisi, meskipun
pemberian suplemen nutrisi tidak boleh di jadikan rutinitas.
3.2 Saran
Penulis menyadari dalam menyusun makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik cara penulisan ataupun penyusunanya. Oleh
karena itu kami, mohon maaf dan sangat mengharapkan masukan yang
sifatnya membangun demi untuk kesempurnaan makalah ini.
37
Semoga dengan disusunnya makalah ini, semua mahasiswa dan
mahasiswi khususnya Stikes Yarsi Mataram dapat memahami tentang konsep
dasar penyakit pada pasien emesis dan hiperemesis gravidarum.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Manuaba Ida Ayu Chandranita SP,OG et al. 2010. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan, Dan KB. Jakarta : EGC
Ross and Wilson. 2010. Dasar-Dasar Anatomi Dan Fisiologi. Salemba
Medika
Sinclair. Constance. 2009. Buku saku kebidanan. Jakarta : EGC
Tiran denise. 2008. Mual & Muntah Kehamilan. Jakarta : EGC
38