epidemiologi puskesmas tembelang

49
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta determinannya (faktor-faktor yang mempengaruhinya). Program pencegahan dan pemberantasan penyakit akan sangat efektif bila dapat dukungan oleh sistem yang handal karena fungsi utamanya adalah menyediakan informasi epidemiologi yang peka terhadap perubahan yang terdapat dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit yang menjadi prioritas pembangunan. Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, di mana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat yang paling rawan terutama orang dewasa karena orang dewasa yang rentan terhadap lingkungan seperti kebiasaan merokok sebagai perokok aktif maupun perokok pasif. Salah satu 1

Upload: yudha-pratama-p

Post on 17-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

epid

TRANSCRIPT

Page 1: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan

distribusi (penyebaran) serta determinat masalah kesehatan pada sekelompok

orang/masyarakat serta determinannya (faktor-faktor yang mempengaruhinya).

Program pencegahan dan pemberantasan penyakit akan sangat efektif bila dapat

dukungan oleh sistem yang handal karena fungsi utamanya adalah menyediakan

informasi epidemiologi yang peka terhadap perubahan yang terdapat dalam

pelaksanaan program pemberantasan penyakit yang menjadi prioritas

pembangunan.

Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah

mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah

kompleks, di mana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat yang paling

rawan terutama orang dewasa karena orang dewasa yang rentan terhadap

lingkungan seperti kebiasaan merokok sebagai perokok aktif maupun perokok

pasif. Salah satu penyakit yang di derita oleh masyarakat terutama adalah ISPA

(Infeksi Saluran Pernafasan Akut), yaitu meliputi infeksi akut saluran pernafasan

bagian atas dan akut saluran pernafasan bagian bawah. ISPA adalah suatu

penyakit yang terbanyak di derita oleh anak dan dewasa, baik di negara

berkembang maupun di negara maju dan sudah banyak diantara mereka perlu

masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat.

1

Page 2: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

Di Indonesia, ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian

pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga berada pada daftar 10 penyakit

terbanyak pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit tahun 2006, dengan persentase

9,32%.

Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk dengan menganalisis data Survei

Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 1998, didapatkan bahwa prevalensi penyakit

ISPA berdasarkan umur balita adalah untuk usia <6 bulan (4,5%), 6-11 bulan

(11,5%), 12-23 bulan (11,8%), 24-35 bulan (9,9%), 36-47 bulan (9,2%), 48-59 bulan

(8,0%). Didapatkan prevalensi ISPA di perkotaan (11,2%) lebih tinggi daripada di

pedesaan (8,4%). Prevalensi di Jawa-Bali (10,7%) lebih tinggi daripada di luar Jawa-

Bali (7,8%).

Berdasarkan data SKRT 1986-2001, diketahui proporsi kematian ISPA di

Indonesia yaitu pada bayi (umur 0-<1 tahun) di tahun 1986 sebesar 18,85%, tahun

1992 sebesar 36,40%, tahun 1995 sebesar 32,10% dan tahun 2001 sebesar 27,60%

dan pada balita (umur 1-4 tahun) di tahun 1986 sebesar 22,80%, tahun 1992 sebesar

18,20%, tahun 1995 sebesar 38,80% dan tahun 2001 sebesar 22,80%.

Hasil survei program P2ISPA di 12 propinsi di Indonesia (Sumatera Utara,

Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,

Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa

Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat) selama kurun waktu 2000-2002 kasus

ISPA terlihat berfluktuasi, tahun 2000 dengan proporsi 30,1% (479.283 kasus), tahun

2001 proporsi 22,6% (620.147 kasus) dan tahun 2002 proporsi menjadi 22,1%

(532.742 kasus).

2

Page 3: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

Penyakit infeksi akut saluran pernafasan atas di indonesia banyak diderita

oleh usia 5-15 tahun sebanyak 42,1%, dan dewasa sebanyak 23,8%. Lebih dari

50% penyebabnya adalah virus. Data yang diperoleh dari kunjungan ke

puskesmas tembelang mencapai 19-20% adalah oleh penyakit Infeksi Akut

Saluran Pernafasan Atas yang berat masih sangat tinggi dan kematian seringkali

disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat . Salah

satu faktor yang dapat menyebabkan Infeksi Akut Saluran Pernafasan Atas adalah

pencemaran lingkungan (udara) yang banyak berasal dari kendaraan bermotor,

bahan bakar, asap rokok, polusi pembangunan jalan tol, penggunaan obat anti

nyamuk, pelarut organik yang mudah menguap (formaldehid) yang banyak

dipakai pada peralatan perabot rumah tangga dan sebagainya.

Dari seluruh kematian yang disebabkan ISPA adalah karena pneumonia

dan pada bayi berumur kurang 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA

yang berat masih sangat tinggi, kematian seringkali disebabkan karena penderita

datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit

kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar

antara 10-20% dan populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian di

lapangan (kecamatan Kediri adalah 17,8%). Bila kita mengambil angka

morbiditas 10% pertahun, berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di

Indonesia berkisar 2,3 juta.

Program pemberantasan Infeksi Akut Pernafasan Atas secara khusus telah

dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan kesakitan

dan kematian yang disebabkan oleh Infeksi Akut Pernafasan Atas.

3

Page 4: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

1.2 Tujuan Kegiatan

1.2.1 Tujuan umum -

Menggambarkan frekuensi penyakit infeksi akut saluran pernafasan atas di

wilayah kerja Puskesmas Tembelang periode 1 Januari-31 Desember 2014

1.2.2 Tujuan khusus

1. Menggambarkan kejadian penyakit infeksi akut saluran pernafasan atas

berdasarkan jenis kelamin, usia, tempat, waktu, desa, agama, pekerjaan

dan pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Tembelang periode 1

Januari-31 Desember 2014

2. Menemukan beberapa solusi pada kegiatan pencegahan dan

penanggulangan penyakit infeksi akut saluran pernafasan atas di

wilayah kerja Puskesmas Tembelang periode 1 Januari-31 Desember

2014

4

Page 5: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ISPA

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang

menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung

(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya,

seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura (Menteri Kesehatan, 2002).

Secara anatomik, ISPA dikelompokkan menjadi ISPA atas misalnya

batuk pilek, faringitis, tonsillitis, dan ISPA bawah seperti bronkitis,

bronkiolitis, pneumonia. ISPA atas jarang menimbulkan kematian walaupun

insidennya jauh lebih tinggi daripada ISPA bawah. ISPA merupakan singkatan

dari infeksi saluran pernapasan akut yang diadopsi dari acute respiratory

infection (ARI). Istilah ini mulai diperkenalkan tahun 1984 dalam lokakarya

nasional ISPA di Cipanas (Depkes RI, 1998). Istilah ISPA mengandung tiga

unsur yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut. Infeksi adalah masuknya

kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak

sehingga menimbulkan gejala penyakit.

Adapun saluran pernapasan adalah organ dimulai dari hidung sampai

alveoli beserta organ adneksa seperti sinus-sinus, rongga telinga, dan pleura.

Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14

hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa

penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung

lebih dari 14 hari.

5

Page 6: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

Dengan demikian ISPA secara anatomis mencakup saluran

pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ

adneksanya saluran pernapasan (Depkes RI, 2002). Mikroorganisme yang

dapat menyebabkan ISPA ada lebih dari 300 jenis, terdiri atas golongan

bakteri, virus, riketsia dan jamur (Depkes RI, 2002). Di Negara negara

berkembang umumnya kuman penyebab ISPA adalah Streptokokus

pneumonia dan Hemofilus influenza (WHO, 2002).

2.2 Etiologi ISPA

Kebanyakan infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus

dan mikoplasma, kecuali epiglotitis akut. Organisme streptokokus dan difteria

merupakan agen bakteri utama yang mampu menyebabkan penyakit faring

primer bahkan pada kasus tonsilofaringitis akut sebagian besar penyakit

berasal nonbakteri. Walaupun ada banyak hal yang tumpang tindih beberapa

mikroorganisme lebih mungkin menimbulkan sindrom pernapasan tertentu

daripada yang lain, dan agen tertentu mempunyai kecenderungan lebih besar

daripada yang lain untuk menimbulkan penyakit yang berat. Beberapa virus

(misalnya campak) dapat dihubungkan dengan banyak sekali variasi gejala

saluran pernapasan atas dan bawah sebagai bagian dari gambaran klinis umum

yang melibatkan sistem organ lainnya (WHO, 2007).

1. Virus Sinsisial Pernapasan (VSP)

Merupakan penyebab utama bronkiolitis, kira-kira meliputi

sepertiga dari semua kasus. Virus ini merupakan penyebab yang lazim

untuk penyakit pneumonia, croup, dan bronkiolitis, juga penyakit demam

saluran pernapasan atas yang tidak terdiferensiasi.

6

Page 7: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

2. Virus Parainfluenza

Menyebabkan sebagian besar kasus sindrom croup tetapi dapat

juga menimbulkan bronkitis, bronkiolitis dan penyakit demam saluran

pernapasan atas.

3. Virus Influenza

Tidak memainkan peranan besar dalam berbagai sindrom

pernapasan kecuali selama epidemi. Pada bayi dan anak, virus influenza

lebih menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas daripada penyakit

saluran pernapasan bawah.

4. Adenovirus

Menyebabkan kurang dari 10% penyakit pernapasan, sebagian

besar darinya bersifat ringan atau tidak bergejala. Demam faringitis dan

demam faringokonjungtivitis adalah manifestasi klinis yang paling sering

pada anak. Namun adenovirus kadang menyebabkan infeksi saluran

pernapasan bawah yang berat.

5. Rhinovirus dan Koronavirus

Biasanya menimbulkan gejala yang terbatas pada saluran

pernapasan atas, paling sering hidung dan merupakan bagian yang berarti

dari sindrom common cold.

6. Koksakivirus A dan B

Terutama menimbulkan penyakit nasofaringitis.

.

7

Page 8: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

7. Mikoplasma pneumonia

Dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas dan bawah

termasuk bronkiolitis, pneumonia, bronkitis, faringotonsilitis, miringitis,

dan otitis media (Nelson E, Behrman E, Kliegman et al, 2000).

2.3 Anatomi Saluran Pernafasan

Sistem respiratorik pada manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu

respiratorik atas dan respiratorik bawah. Respiratorik atas dimulai dari lubang

hidung sampai faring sedangkan respiratorik bawah dimulai dari laring

sampai alveolus (Nastiti Rahajoe, Supriyatno Bambang, Setyanto Budi,

2008).

(Dawn A. Tamarkin, 2006)

Gambar 2.1Pembagian Saluran Nafas

8

Page 9: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

2.4 Epidemiologi ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan masalah

kesehatan yang utama di Indonesia karena masih tingginya angka kejadian

ISPA terutama pada anak dan dewasa. Di negara berkembang kesakitan dan

kematian akibat ISPA bagian bawah mencapai 25%-50%. Angka kesakitan

ini lebih tinggi lagi pada daerah berpenduduk padat.

ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien pada sarana

kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15%-

30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit di

sebabkan oleh ISPA.

Pada umumnya ISPA termasuk kedalam penyakit menular yang

ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita ISPA yang

menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk

droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab ISPA

kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, disamping itu

terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang

dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di

sekitar penderita, trasmisi langsung dapat juga melalui ciuman,

memegang/menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan

penderita (Azwar, 1985).

Menurut John Gordon bahwa timbulnya suatu penyakit dipengaruhi

oleh adanya pengaruh faktor pejamu (host), agent, dan lingkungan

(Environment) yang digambarkan dengan tri angle (teori segitiga

epidemiologi).

9

Page 10: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

Gambar 2.2. Neraca keseimbangan terjadinya gangguan kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian di berbagai negara, termasuk Indonesia dan

berbagai publikasi ilmiah dilaporkan berbagai faktor resiko yang meningkatkan

kejadia (morbiditas) ISPA yang akan dijelaskan berikut, yaitu:

a. Host (pejamu)

Faktor host adalah faktor-faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi

kerentanan pejamu terhadap faktor agent. Manusia yang keberadaannya

dipengaruhi oleh: umur, jenis kelamin, status gizi.

1. Umur

Anak-anak mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terkena Infeksi

Akut pernafasan Atas karena faktor perilaku pemberian ASI ekslusif dan

status gizi anak.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin laki-laki mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terkena

ISPA dibandingkan dengan anak perempuan, yaitu laki-laki 59% dan

perempuan 41%.

3. Status Gizi

Orang yang menderita malnutrisi berat dan kronis lebih sering terkena

ISPA dibandingkan orang dengan berat badan normal. Status gizi kurang

pada orang dewasa mempunyai resiko untuk terkena ISPA 2,5 kali lebih

besar dibandingkan dengan orang yang bergizi baik.

10

Envir

Envir

Agent

Agent

Host

Host

Page 11: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

b. Agent (Infectious agent)

Agent suatu penyakit meliputi agent biologis dan non-biologis,

misalnya agent fisik, kimia. Agent biologis meliputi bakteri, virus, dan parasit.

ISPA disebabkan oleh berbagai infectious agent yang terdiri dari 300 lebih

jenis virus, bakteri, ricketsia. Di negara berkembang yang tersering sebagai

penyebab ISPA ialah Streptococcus pneumonia dan Haemofilus influenza.

Sedangkan di negara maju, dewasa ini ISPA pada orang dewasa umumnya

disebabkan oleh virus.

c. Environment (lingkungan)

Faktor lingkungan adalah elemen-elemen ekstrinsik yang dapat

mempengaruhi keterpaparan pejamu terhadap faktor agent. Faktor di luar

penderita yang akan mempengaruhi keberadaan host yang terdiri dari

lingkungan biologis, fisik dan sosial. Lingkungan fisik (termasuk unsur

kimia) meliputi udara, kelembaban, air, dan pencemaran udara. Kualitas

udara dalam ruangan dipengaruhi oleh:

1. Asap Dalam Ruangan

Penggunaan bahan bakar biomasa seperti kayu bakar, arang dan

minyak tanah muncul sebagai faktor resiko terhadap terjadinya ISPA. Rumah

dengan bahan bakar minyak tanah baik memberikan resiko terkena ISPA 3,8

kali lebih besar dibandingkan dengan bahan bakar gas. Keadaan dapur yang

penuh dan lembab juga merupakan faktor resiko terjadinya infeksi

pernapasan.Paparan asap rokok memperberat timbulnya ISPA.

11

Page 12: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

2. Ventilasi

Rumah yang berventilasi buruk lebih banyak anggota keluarganya

yang menderita ISPA dibandingkan dengan rumah yang ventilasinya

memenuhi syarat kesehatan. (Notoatmojo, 2007)

Tata Ruang dan Kepadatan Hunian

Anak yang tinggal dirumah yang padat (<10 m2/orang) akan mendapat

resiko ISPA sebesar 1,75 kali dibandingkan anak yang tinggal dirumah yang

tidakpadat.

Status Ekonomi dan Kependidikan

Keluarga dengan status ekonomi dan pendidikan lebih tinggi akan

lebih banyak membawa anak berobat ke fasilitas kesehatan dari pada status

ekonomi dan pendidikan rendah.

Konsep di atas adalah suatu konsep yang dinamis, setiap perubahan dari

ketiga lingkungan tersebut akan menyebabkan bertambah atau berkurangnya

kejadian suatu penyakit. Konsep penanggulangan masalah kesehatan tidak

bisa dilepaskan dari faktor-faktor timbulnya masalah kesehatan (Depkes RI

2012).

Faktor tersebut dapat digambarkan dalam skema timbulnya masalah

kesehatan yang dikemukakan oleh La Londe dan Henri L Blum, sebagai

berikut:

12

Page 13: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

Gambar 2.3 Skema Faktor Yang Berperan Terhadap Timbulnya Masalah

Kesehatan Pada Individu, Keluarga dan Komunitas

2.5 Gejala Klinis ISPA

Penyakit ISPA meliputi hidung, telinga, tenggorokan (pharinx),

trachea, bronchioli dan paru. Tanda dan gejala penyakit ISPA pada anak dapat

menimbulkan bermacam-macam tanda dan gejala seperti batuk, kesulitan

bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit telinga (Depkes RI,

1993). Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan

seperti batuk dan pilek tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik.

Namun bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik akan menyebabkan

kematian (Depkes RI, 1993).

2.6 Klasifikasi ISPA

Berdasarkan lokasi anatomik (WHO, 2002):

a. Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian Atas (ISPAa), yaitu infeksi yang

menyerang hidung sampai epiglotis, misalnya rhinitis akut, faringitis akut,

sinusitus akut dan sebagainya.

13

Page 14: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

b. Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian Bawah (ISPAb). Dinamakan sesuai

dengan organ saluran pernafasan mulai dari bagian bawah epiglotis sampai

alveoli paru misalnya trakhetis, bronkhitis akut, pneumoni dan sebagainya.

Infeksi Saluran Pernapasan bawah Akut (ISPAb) dikelompokkan dalam dua

kelompok umur yaitu (1) pneumonia pada anak umur 2 bulan hingga 5 tahun

dan (2) pneumonia pada bayi muda yang berumur kurang dari dua bulan.

2.7 Tingkat Keparahan ISPA

Pembagian tingkat keparahan ISPA didasarkan atas gejala-gejala

klinis yang timbul (WHO, 2002). Adapun pembagiannya sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tingkat Keparahan ISPAISPA ringan ISPA sedang ISPA berat

1.Batuk2.Pilek dengan atau tanpa demam

1. Batuk2. Pilek dengan atau tanpa demam3. Pernapasan cepat- Umur <1 tahun : 50 kali

1. Batuk2. Pilek dengan atau tanpa demam3. Pernapasan cepat- Umur <1 tahun : 50 kali

per menit atau lebih- Umur 1-5 tahun : 40 kali per menit4. Wheezing (mengi) yaitu napas bersuara5. Sakit atau keluar cairan dari telinga6. Bercak kemerahan (campak)

per menit atau lebih- Umur 1-5 tahun : 40 kali per menit4. Wheezing (mengi) yaitu napas bersuara5. Sakit atau keluar cairan dari telinga6. Bercak kemerahan (campak)7. Penarikan dinding dada8. Kesadaran menurun9. Bibir/kulit pucat kebiruan10. Stridor yaitu suara napas seperti mengorok

14

Page 15: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

2.8 Pemeriksaan Penunjang ISPA

Teknik radiografi

1. Rontenogram dada

2. Tomografi terkomputasi dan foto reso-nansi magnetik (computed

tomography/ct , magnetic resonance imaging/mri)

3. Foto sal.pernafasan atas

4. Foto sinus, hidung

5. Fluoroskopi

6. Pemeriksaan kontras (penelanan barium, bronkogram, arteriogram pul-

monal, aortogram, pneumoperitonium/toraks, radionuklid).

Endoskopi

7. Laringoskopi

8. Bronkoskopi

9. Pencucian bronkoalveolus

10. Torakoskopi.

Torasentesis

11. Untuk diagnostik dan terapeutik

12. Cairan diambil dr ruang pleura dg pungsi jarum

13. Komplikasi : infeksi, pneumotoraks ,perdarahan

14. Spesimen yg diperoleh : dibiak, mikroskopis, evaluasi protein dan

hitung jenis total (transudat atau eksudat).

Sadapan paru perkutan

Biopsi paru

Untuk diagnosis penyakit noninfeksi yg berlangsung lama.

15

Page 16: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

Transiluminasi dinding dada

Untuk diagnosis pneumotoraks bayi sampai dengan usia 6 bulan.

Mikrobiologi

Merupakan diagnosis spesifik untuk infeksi saluran nafas.

Analisa gas darah

15. Sebagai uji fungsi paru yg paling berguna, yaitu untuk evaluasi

pertukaran gas darah dg pengukuran langsung tekanan O2, tekanan

CO2, Ph arteri

16. Misalnya pada penderita : sianosis, hipoksemia, acidosis/alkalosis,

syok,dll.

Uji fungsi paru (Depkes RI, 2012).

2.9 Penatalaksanaan ISPA

Penemuan dini penderita ISPA dengan penatalaksanaan kasus yang

benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program

(turunnya kematian karena ISPA dan turunnya penggunaan antibiotik dan

obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk

standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi

penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi

penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan

kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman

sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.

Terapi yang diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian

antibiotik, walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat

16

Page 17: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat-obatan terapeutik,

pemberian antibiotik dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini

dibandingkan hanya pemberian obat-obatan symptomatic, selain itu dengan

pemberian antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari

bacterial. Pemilihan antibiotik pada penyakit ini harus diperhatikan dengan

baik agar tidak terjadi resistensi kuman atau bakterial di kemudian hari.

Namun pada penyakit ISPA yang sudah berlanjut dengan gejala dahak dan

ingus yang sudah menjadi hijau, pemberian antibiotik merupakan keharusan

karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri yang terlibat

(Rasmaliah, 2004).

17

Page 18: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

1 Data angka kesakitan Infeksi Akut Saluran Pernafasan Atas di Puskesmas

Tembelang.

1.1.1. Sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Tembelang

Hasil laporan sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Tembelang

pada tahun 2014 didapatkan Infeksi Saluran Pernapasan Atas, Gangguan

jaringan ikat, otot, synovium, tendon dan jaringan lunak lainnya,

hipertensi primer, Common cold, Penyakit esophagus lambung dan usus,

psikosa non organic, gangguan neurotic akibat stress dan somatoform,

Diabetes Mellitus, Dermatitis, Asma. Hal ini digambarkan dengan diagram

3.1 berikut:

Diagram 3. 1 Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Tembelang Tahun 2014

18

Page 19: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

Berdasarkan diagram diatas didapatkan terbanyak pertama ialah Infeksi

Akut Pernapasan Atas sebanyak 1000 orang (13,59%) menurut jumlah kujungan,

dan persentase menurut jumlah penduduk total kecamatan Tembelang (50.907)

sebanyak 1,96%. ISPA atas menempati terbanyak ketiga pada tahun 2014 dan

terbanyak pertama pada tahun 2013, Hal ini digambarkan dengan diagram 3.2

dibawah ini :

TahunBulan

2013 2014

Januari 43 89Februari 48 124Maret 90 81April 79 87Mei 72 83Juni 86 77Juli 60 76

Agustus 59 71September 59 82Oktober 74 60

November 63 85Desember 40 85

Total 772 1000Tabel 3.1 Perbandingan kejadian Infeksi Akut Saluran Pernapasan Atas pada tahun 2013

dan 2014

19

Page 20: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

Diagram 3. 2 Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Tembelang Tahun 2013

3.2 Angka Kesakitan Infeksi Akut Saluran Pernapasan Atas berdasarkan

waktu, tempat,usia

3.2.1 Angka Kesakitan Infeksi Akut Saluran Pernapasan Atas berdasarkan

waktu

Berdasarkan angka kesakitan Infeksi Akut Pernapasan Atas Tahun

2014 mencapai puncak pada bulan Februari sebanyak 124 orang (13%).

Pada bulan Maret 2013 didapatkan sebanyak 90 orang (12%). Tahun 2014

kejadian Infeksi akut pernafasan atas terendah terjadi pada bulan Oktober

sebanyak 60 orang (6%), lain dengan tahun 2013 bulan Desember

merupakan terendah sebanyak 40 orang (5%). Hal ini digambarkan dalam

tabel 3.3 dan diagram 3.5.

Tahun 2013 2014

20

Page 21: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

BulanJanuari 43 89Februari 48 124Maret 90 81April 79 87Mei 72 83Juni 86 77Juli 60 76

Agustus 59 71September 59 82Oktober 74 60

November 63 85Desember 40 85

Total 772 1000Tabel 3.3 Angka Kesakitan Infeksi Akut Saluran Pernapasan Atas berdasarkan waktu

Diagram 3.5 Angka Kesakitan Infeksi Akut Saluran Pernapasan Atas berdasarkan

waktu

3.2.2 Angka Kesakitan Infeksi Akut Pernapasan Atas berdasarkan tempat

Puskesmas Tembelang memiliki tujuh wilayah, dimana angka

kesakitan Infeksi Akut Pernapasan Atas pada tahun 2014 tertinggi terjadi

di wilayah Pesantren sebanyak 235 orang (24%) , kemudian Tampingmojo

sebanyak 172 orang (17%), Kedunglosari sebanyak 114 orang (11%), dan

terendah di wilayah kalikejambon sebanyak 41 orang (4%) Hal ini sama

dengan tahun 2013 wilayah Pesantren merupakan tempat tertinggi

sebanyak 186 orang (24%), kemudian Mojokrapak sebanyak 148 oang

21

Page 22: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

(19%), Tampingmojo sebanyak 123 orang (15%), Sentul sebanyak 96

orang (12%), Tembelang merupakan yang terendah sebanyak 76 orang

(9%), Hal ini dikarenakan desa pesantren merupakan desa yang memiliki

sanitasi kurang dan penduduk desa pesantren merupakan terbanyak yang

pernah berobat ke puskesmas tembelang. Selain itu, di kawasan desa

pesantren sedang berlangsung pembangunan jalan tol mojokerto-

kertosono sehingga menimbulkan banyak polusi udara. Digambarkan pada

tabel 3.4 dan diagram 3.6 berikut:

Wilayah Tembelang Kedunglosari Tampingmojo Sentul Pesantren Mojokrapak Kalikejambon

2014 106 114 172 96 235 96 41

2013 76 81 123 96 186 148 80

Tabel 3.4 Angka Kesakitan infeksi akut saluran pernafasan atas berdasarkan tempat

Diagram 3.6 Angka Kesakitan infeksi akut saluran pernafasan atas berdasarkan tempat

3.2.3 Angka Kesakitan infeksi akut saluran pernafasan atas berdasarkan usia

Angka kesakitan infeksi akut pernafasan atas di Puskesmas Tembelang

berdasarkan usia tahun 2014 terbanyak usia 20 tahun sampai 44 tahun

sebanyak 358 orang , kemudian usia kurang dari 5-19 sebanyak 270 orang

sama dengan tahun 2013, usia 20 tahun sampai 44 tahun merupakan usia

22

0

50

100

150

200

250

2014

2013

Page 23: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

terbanyak terjadinya infeksi akut saluran pernafasan atas sebanyak 240 orang

kemudian usia 5-19 tahun sebanyak 230. Hasil yang didapatkan sesuai dengan

gambaran epidemiologi ISPA di Indonesia berdasarkan usia 5-15 tahun

sebanyak 42,1%, dan dewasa sebanyak 23,8%. Disamping itu ternyata

didapatkan balita yang menderita infeksi akut saluran pernafasan atas, pada

tahun 2014 sebanyak 5 orang dan ditahun 2013 sebanyak 8 orang. hal ini

sesuai dengan teori bahwa ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang

penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu

kira-kira 1 dan 4 kematian yang terjadi.

Angka kesakitan berdasarkan usia digambarkan pada tabel 3.5 dan

diagram 3.7 dibawah ini:

USIA JUMLAH2014

JUMLAH2013

<1 TAHUN 1 2

1-4 TAHUN 4 6

5-9 TAHUN 150 110

10-14 TAHUN 66 58

15-19 TAHUN 64 62

20-44 TAHUN 368 240

45-54 TAHUN 130 109

55-59 TAHUN 80 66

60-69 TAHUN 100 85

23

Page 24: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

>70 TAHUN 37 34

TOTAL 1000 772

Tabel 3.5 Angka Kesakitan infeksi akut saluran pernafasan atas berdasarkan usia

Diagram 3.7 Angka Kesakitan infeksi akut saluran pernafasan atas berdasarkan usia

24

Page 25: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

3.2.4 Angka Kesakitan infeksi akut saluran pernafasan atas berdasarkan

jenis kelamin

Angka Kesakitan infeksi akut pernafasan atas berdasarkan jenis

kelamin didapatkan terbanyak oleh jenis kelamin perempuan pada tahun

2014 sebanyak 561 orang (57%) dan begitu pula tahun 2013 sebanyak 428

orang (55%). Hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Infeksi

Akut Saluran Pernafasan Atas terjadi pada semua kalangan, termasuk

perempuan. Kejadian ini dipengaruhi oleh hal yang sama seperti

pencemaran lingkungan (udara) yang banyak berasal dari kendaraan

bermotor, bahan bakar, asap rokok (perokok aktif maupun pasif),

penggunaan obat anti nyamuk, pelarut organik yang mudah menguap

(formaldehid) yang banyak dipakai pada peralatan perabot rumah tangga

dan sebagainya.Hal ini digambarkan pada tabel 3.6, diagram 3.8, dan

diagram 3.9 dibawah ini:

TAHUN 2014 2013

Jenis Kelamin L P L P

Total421 561 344 428

Tabel 3.6 Angka Kesakitan infeksi akut saluran pernafasan atas berdasarkan jenis

kelamin

25

Page 26: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

Diagram 3.8 Angka Kesakitan infeksi akut saluran pernafasan atas berdasarkan jenis kelamin tahun 2014

Diagram 3.9 Angka Kesakitan infeksi akut saluran pernafasan atas berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2013

3.2.5 Sosial-Ekonomi

Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah Petani. Adapun

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut ini.

Tabel 2.4 Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2014

No Mata pencaharian Jumlah

1. Petani 9.687

2. Pegawai Negeri 926

3. Wiraswasta 3.715

4. Pegawai Swasta 5.895

26

Page 27: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

5. TNI & POLRI 286

6. Pensiunan PNS & TNI 652

Jumlah 21.161

(Sumber: Data Demografi Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, 2014)

3.2.6 Agama dan Sarana Ibadah

Agama yang dipeluk oleh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tembelang

Kecamatan tembelang , Kabupaten Jombang sebagian besar adalah agama Islam.

Tabel 2.5 Data Penduduk Menurut Agama

No Agama Jumlah

1. Islam 53.731

2. Kristen Protestan 97

3. Kristen Katholik 68

4. Hindu 0

5. Budha 0

6. Kepercayaan 0

   Jumlah 53.896

Tabel 2.6 Data Sarana Ibadah

No Agama Jumlah

1. Masjid 41

2. Mushola 169

3. Gereja Protestan 4

4. Gereja katolik 0

5. Pura 0

6. Vihara 0

27

Page 28: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

   Jumlah 214

(Sumber: Data Demografi Kecamatan Tembelang, Kabupaten Tembelang, 2014)

3.2.7 Pendidikan

Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Tembelang

Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang adalah seperti yang terlihat pada

tabel 2.7.

Tabel 2.7 Jumlah penduduk di Kecamatan Tembelang menurut Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah

TK 1.192

SD / sederajat 11.623

SLTP / sederajat 9.645

SLTA / sederajat 8.144

Perguruan Tinggi 1.132

(Sumber: Data Demografi Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, 2014)

3.3 Faktor-faktor penyebab infeksi akut saluran pernafasan atas di Puskesmas

Tembelang

Analisis Karakteristik Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap

Kejadian Infeksi Akut Pernafasan Atas berdasarkan La Londe dan Hendri

L.Blum

Dari hasil data diatas didapatkan kejadian infeksi akut pernafasan atas

di wilayah kerja Puskesmas Tembelang Kota Jombang menempati urutan

pertama pada tahun 2014 yaitu kejadian infeksi akut pernafasan atas tahun

2014 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013. Angka kesakitan

infeksi akut pernafasan atas tertinggi tahun 2014 terjadi pada bulan februari ,

28

Page 29: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

tahun 2013 terbanyak pada bulan maret dan usia 20 tahun sampai 44 tahun

merupakan usia terbanyak pada infeksi akut pernafasan atas di Puskesmas

Tembelang pada tahun 2014 dan tahun 2013.

Dari data diatas diketahui bahwa ada peningkatan kejadian infeksi

akut pernafasan atas 2014 dan 2013 selisihnya 34 kasus (1%). Untuk melihat

perkembangan epidemiologi suatu penyakit tertentu dapat dilihat sebuah

trend. Dalam makalah ini perkembangan penyakit dianalisis berdasarkan

trend dua tahunan.

Berdasarkan data terjadi peningkatan angka kesakitan infeksi akut

pernafasan atas pada tahun 2014 hal ini di sebabkan dari berbagai sebab,

diantaranya faktor perilaku, lingkungan, psiko-sosio-biologi/genetik, dan

pelayanan kesehatan atau menurut teori segita epidemiologi host, agent, dan

environment.

3.3.1 Faktor Perilaku

Umur 22 tahun-40 tahun merupakan usia orang dewasa yaitu sering

makan makanan yang mengandung bahan pengawet, pemanis buatan, pewarna

makanan yang terbuat dari textile, mengandung MSG, serta gemarnya

penggunaan rokok dalam kehidupan sehari-hari. sehingga merupakan salah

satu penyebab terjadinya Infeksi Akut Pernafasan Atas di Tembelang pada

tahun 2014, 2013 dan usia ini menempati angka kesakitan terbanyak.

3.3.2 Faktor Psikososiobiologi/Genetik

Banyaknya penyebab terjadinya Infeksi akut Pernafasan Atas di

Puskesmas Tembelang diakibatkan oleh bakteri dan virus.

29

Page 30: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

3.3.3 Faktor Lingkungan

Kejadian Infeksi Akut Pernafasan atas yang fluktuatif dipengaruhi oleh

musim. Selain itu, antara musim hujan dan musim kemarau di Kota Jombang

tidak menunjukkan batas waktu yang jelas, cenderung bergeser tiap tahunnya,

disebabkan perubahan iklim secara global dan kelembapan udara di kota

jombang cukup tinggi, sehingga ada pengaruh musim terhadap penyakit Infeksi

Akut Pernafasan atas yang terjadi sepanjang tahun.

Banyaknya warga pendatang, seperti sewa rumah dan rumah kost,

menyebabkan kapasitas satu rumah yang lebih, sehingga kualitas udaranyapun

mengalami penurunan.

Jumlah penduduk di Kelurahan Tembelang merupakan jumlah penduduk

terbanyak di wilayah kerja Puskesmas tembelang, sedangkan kepadatan kasus

belum terhitung. Selain itu karena kepadatan penduduknya tinggi penyakit

infeksi menjadi lebih cepat menular dari orang ke orang. Lingkungan rumah

yang memenuhi standar rumah sehat, dimana masih banyak rumah yang tidak

memenuhi kriteria rumah sehat juga mempengaruhi peningkatan terjadinya

infeksi akut pernafasan atas.

Masih banyaknya dalam lingkungan sekitar yang merokok, dimana

penyakit infeksi akut saluran pernafasan atas yang terbanyak diderita oleh

masyarakat yang paling rawan terutama orang dewasa karena orang dewasa

yang rentan terhadap lingkungan seperti kebiasaan merokok sebagai perokok

aktif maupun perokok pasif.

3.4 Faktor Pelayanan Kesehatan

30

Page 31: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

Dari segi pelayanan kesehatan, di puskesmas Tembelang tidak

didapatkan suatu permasalahan, dimana wilayah kerja puskesmas Tembelang

sarana prasana kesehatan dan tenaga kesehatan telah memadai. Terlihat dari 7

kelurahan , jumlah penduduk pada tahun yaitu 53.892 jiwa. Untuk tenaga

kesehatan terdapat 2 orang dokter umum, sarjana kesehatan masyarakat

sebanyak 1 orang, bidan 12 orang, perawat kesehatan sebanyak 16 orang,

sanitarian sebanyak 1 orang, petugas gizi sebanyak 1 orang dan terdapat dokter

swasta, bidan sawasta maupun klinik-klinik kesehatan lainnya. Namun,

Kesadaran masyarakat untuk berobat masih tinggi.

3.5 Upaya-Upaya Pencegahan dan Intervensi Penyakit Infeksi Akut Saluran

Pernafasan Atas

Pencegahan penyakit Infeksi Akut Saluran Pernafasan Atas

berdasarkan konsep natural history of disease, maka kita mengenal 3 fase

proses perkembangan penyakit, dimulai dari fase prepatogenesis, fase

Patogenesis dan fase Convalesence. Upaya Pencegahan ini dikenal

sebagai tiga tingkatan kesehatan pencegahan (three level of prevention),

sebagai berikut:

Primary Level of Prevention

Promosi Kesehatan (Promotion of Health)

Promotion of Health penyakit Infeksi Akut Saluran Pernafasan Atas dapat

dilakukan dengan berbagai cara diantaranya:

Penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Atas, Penyuluhan Rokok

Pemasangan poster - poster tentang tidak merokok

Standar nutrisi yang terdapat dalam makanan yang sehat

31

Page 32: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

Pelayanan rutin remaja dan lansia di posyandu

Perlindungan khusus (spesific protection)

Pemakaian masker

Secondary Level of Prevention

Diagnosis dini dan pengobatan segera (early case detection and prompt treatment)

Penyeragaman penegakkan diagnosis Infeksi Akut Saluran Pernafasan Atas

berdasarkan dengan perhitungan Respiratory Rate menggunakan Respiratory Rate

Timer,serta penegakan diagnosis berdasarkan Pedoman Direktorat Jenderal

Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan Departemen

Kesehatan Republik Indonesia 2004.

Mensosialisasikan tanda dini Infeksi Akut Saluran Pernafasan Atas kepada kader

posyandu remaja, lansia dan seluruh penduduk Tembelang.

Pembatasan cacat (disability limitation)

Penyeragaman pengobatan serta sistem rujukan Infeksi Akut Saluran Pernafasan

Atas dengan mengacu pada tatalaksana penderita batuk dan kesukaran bernafas

pada orang dewasa berdasarkan Pedoman Direktorat Jenderal Pemberantasan

Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia 2004.

3. Tertiary Level of Prevention

Rehabilitasi dengan kunjungan rumah untuk meningkatkan status kesehatan.

32

Page 33: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari data di dapatkan penderita Infeksi Akut Saluran Pernafasan Atas

sebanyak 1000 penderita (13,59%) menurut jumlah kujungan, dan persentase

menurut jumlah penduduk total kecamatan Tembelang (50.907) sebanyak

1,96%. Jumlah penderita ISPA atas berdasarkan jenis kelamin perempuan

pada tahun 2014 sebanyak 589 orang (57%) dan begitu pula tahun 2013

sebanyak 438 orang (55%).

Dari data di dapatkan penderita Infeksi Akut Saluran Pernafasan Atas

berdasarkan usia tahun 2014 terbanyak usia 20 tahun sampai 44 tahun

sebanyak 344 orang (36%), kemudian usia kurang dari 19 tahun sebanyak 305

orang (32%), dan usia lebih dari 45 tahun sebanyak 313 orang (33%). Sama

dengan tahun 2013, usia 20 tahun sampai 44 tahun merupakan usia terbanyak

terjadinya infeksi akut pernafasan atas sebanyak 300 orang (38 %), kemudian

usia < 19 tahun sebanyak 262 orang (34%) , usia lebih dari 45 tahun sebanyak

211 orang (27%) Kekurangan dari penelitian ini adalah kami tidak bisa

mendapatkan angka kematian yang disebabkan karena ISPA, sehingga kami

tidak bisa membandingkan kesesuaian dengan epidemiologi mortalitas di

Indonesia.

Puskesmas Tembelang memiliki tujuh wilayah, dimana angka

kesakitan Infeksi Akut Pernapasan Atas pada tahun 2014 tertinggi terjadi di

wilayah Pesantren sebanyak 235 orang (24%) , kemudian Tmpingmojo

33

Page 34: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

sebanyak 172 orang (17%), Kedunglosari sebanyak 114 orang (11%), dan

terendah di wilayah kalikejambon sebanyak 41 orang (4%) Hal ini sama

dengan tahun 2013 wilayah Pesantren merupakan tempat tertinggi sebanyak

186 orang (24%), kemudian Mojokrapak sebanyak 148 oang (19%),

Tampingmojo sebanyak 123 orang (15%), Sentul sebanyak 96 orang (12%),

Tembelang merupakan yang terendah sebanyak 76 orang (9%). Dari hasil data

sekunder diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa Infeksi Akut Saluran

Pernafasan Atas masih perlu dijadikan perhatian oleh para tenaga medis di

wilayah Puskesmas tembelang pada umumnya, dan desa Pesantren pada

khususnya.

4.2 Saran

1. Dinas Kesehatan Kota

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota untuk lebih memperhatikan

pencapaian tujuan program pemberantasan penyakit ISPA, dengan lebih

memperhatikan pelaksanaan promosi penanggulangan ISPA, khususnya

Infeksi Akut Saluran Pernafasan Atas, menemukan penderita, melaksanakan

tatalaksana standar penderita dengan deteksi dini, pengobatan yang tepat dan

segera, serta melaksanakan pengawasan dan penjagaan kesakitan dan

kematian.

2. Puskesmas Tembelang

Diharapkan kepada pihak Puskesmas Tembelang khususnya bagian

pelaksanaan promosi kesehatan untuk mengupayakan pelaksanaan promosi

ISPA atas, penanggulangan ISPA atas, mulai dari menemukan penderita,

melaksanakan tatalaksana standar penderita dengan deteksi dini, pengobatan

34

Page 35: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

yang tepat dan segera, serta melaksanakan pengawasan dan penjagaan

kesakitan di wilayah kerja Puskesmas Tembelang karena pada tahun 2014

masih cukup tinggi.

35

Page 36: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, 1985. Infeksi saluran pernafasan atas, www.http//Infeksi saluran nafas

atas. Jakarta : 1980.

Dawn A. Tamarkin , 2006, Anatomi saluran pernafasan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993, Infeksi Saluran Pernafasan

Akut.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002, Epidemiologi ISPA,Jakarta :

2001.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012, Pedoman Pengendalian Infeksi

Saluran Pernafasan Akut, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan,

2012.

Djaja. S, dkk, 2001, Determinan Perilaku Pencarian Pengobatan Infeksi Saluran

Pernafasan Akut Pada Balita, Buletin Kesehatan Indonesia, Vol. 29 No.

03.

Nelson E, Behrman E, Kliegman et al, 2000, Respiratory infection.

Notoatmodjo, Metodologi Penelitian, 2007. Jakarta EGC: 2006.

Rasmaliah, 2004, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dan

Penanggulangannya, Digital Library, Universitas Sumatra Utara.

World Health Organization, 2002, Infeksi saluran pernafasan atas, world health

organization 2002.

36

Page 37: Epidemiologi Puskesmas Tembelang

World Health Organization, 2007, Pedoman Interim WHO “Pencegahan dan

pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung

menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan, Trust

Indonesia Partner in Development.

37