epistaksis baru.docx

31
Case Report Session EPISTAKSIS OLEH :  Ferihartind a Adila 1110313038  Novita Elv istia 1210311001 PESEPTO: dr! "an Ed#ard$ S%!THT&KL'K( dr! )oll* Ir+and*$ S%! THT&KL ,A-IAN TELIN-A HI).N- TEN--OOK ,E)AH KEPALA / LEHE FA K.LT AS KE)OKTEAN .NIESITAS AN)ALAS S.P ) )AIL PA)AN- 201

Upload: elvistia

Post on 05-Jul-2018

264 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 1/31

Case Report Session

EPISTAKSIS

OLEH :

  Ferihartinda Adila 1110313038

  Novita Elvistia 1210311001

 

PESEPTO:

dr! "an Ed#ard$ S%!THT&KL'K(

dr! )oll* Ir+and*$ S%! THT&KL

,A-IAN TELIN-A HI).N- TEN--OOK 

,E)AH KEPALA / LEHE 

FAK.LTAS KE)OKTEAN .NIESITAS AN)ALAS

S.P ) )AIL

PA)AN-

201

Page 2: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 2/31

,A, 1

PEN)AH.L.AN

1!1! Latar ,ela4an5

Epistaksis adalah perdarahan yang keluar dari lubang hidung, rongga

hidung dan nasofaring, yang bukan merupakan suatu penyakit melainkan gejala suatu

kelainan atau penyakit lain. Epistaksis dapat terjadi akibat penyebab lokal, sistemik, atau

idiopatik. Seringkali epistaksis timbul spontan tanpa dapat diketahui penyebabnya. Penyebab

lokal dapat berupa: trauma, kelainan anatomi, infeksi hidung dan sinus paranasal, tumor,

lingkungan, benda asing atau rinolit, atau terdapatnya pelebaran pembuluh darah

(telangiektasis) pada hidung. Penyebab sistemik yaitu: penyakit kardiovaskular, kelainan

darah, infeksi sistemik, gangguan endokrin, dan kelainan kongenital, seperti penyakit Osler 

(hereditary hemorrhagic telangiectasia).

Sehari!hari epistaksis sering ditemukan baik pada anak maupun pada usia lanjut dan

"#$ epistaksis dapat berhenti sendiri (spontan) atau dengan tindakan sederhana yang

dilakukan oleh pasien sendiri dengan %ara menekan hidungnya tanpa memerlukan bantuan

medis. ,&

'erdapat dua sumber perdarahan pada epistaksis terdapat yaitu dari bagian anterior 

dan bagian posterior. Epistaksis anterior dapat berasal dari Pleksus iesselba%h atau dari

arteri ethmoidalis anterior. Sedangkan epistaksis poterior dapat berasal dari arteri

sphenopalatina dan arteri ethmoid posterior.

Pasien yang mengalami perdarahan berulang atau sekret yang berdarah dari hidung

yang bersifat kronik memerlukan fokus diagnostik yang berbeda dengan pasien perdarahan

hidung aktif yang prioritas utamanya adalah menghentikan perdarahannya.

Page 3: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 3/31

Perdarahan hidung atau epistaksis dilaporkan timbul pada #$ populasi umum.

Epistaksis biasanya terjadi tiba!tiba. Perdarahan mungkin banyak dan bisa juga sedikit.

Penderita biasanya %emas sehingga merasa perlu untuk memanggil dokter. Epistaksis yang

 berat , *alaupun jarang dijumpai, dapat mengan%am keselamatan ji*a pasien. +ahkan dapat

 berakibat fatal bila tidak segera ditolong.,&,

1!2 ,atasan asalah

-alam Case Report Session ini akan dibahas mengenai Epistaksis.

1!3 T676an Pen6lisan

Penulisan Case Report Session  ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan

serta memahami pengetahuan tentang Epistaksis.

1! etode Pen6lisan

Penulisan Case Report Session ini menggunakan berbagai literature sebagai sumber 

kepustakaan.

Page 4: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 4/31

,A, 2

TINA.AN P.STAKA

2!1! Anato9i dan Perdarahan Hid6n5

a! Hid6n5 l6ar

idung luar berbentuk piramid dengan pun%ak di bagian atas dan dasar di ba*ah.

+agian!bagiannya yaitu:

• Pangkal hidung (nasal bridge)

• +atang hidung (dorsum nasi)

• Pun%ak hidung (tip)

• /la nasi

• olumela

• 0ubang hidung (nares anterior)

1ambar . /natomi hidung luar &

idung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan kartilago yang dilapisi kulit, jaringan

ikat, dan otot!otot ke%il yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung.

Page 5: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 5/31

+agian 2 atas hidung luar merupakan kerangka tulang yang terdiri dari dua tulang hidung

(os. nasal) yang bertemu di bagian tengah dan bertumpu pada prosesus nasalis dari tulang

frontalis yang juga bertumpu pada prosesus frontalis dari tulang maksila.,& 

+agian &2 ba*ah merupakan kerangka kartilago yang terdiri dari kartilago lateralis

atas dan ba*ah.(kartilago alar), kartilago lesser alar (sesamoid), dan kartilago septum.

artilago lateralis atas membentang dari batas ba*ah kerangka tulang hingga kartilago alar di

 bagian ba*ah. eduanya berfusi dengan batas atas kartilago septum di bagian tengah.

3asing!masing kartilago alar berbentuk 4, dengan krus lateral yang membentuk ala nasi, dan

krus medial yang berjalan sepanjang kolumela. 'erdapat &!5 kartilago lesser alar yang

masing!masing dihubungkan oleh peri%hondrium dan periosteum, dan terletak di lateral dari

kartilago alar. artilago septum terbentang dari batas ba*ah kerangka tulang hingga ke

 pun%ak hidung (tip). 6a berfungsi sebagai penyangga kerangka kartilago dari dorsum nasi.& 

1ambar &. erangka tulang dan kartilago hidung&

! Hid6n5 dala9

idung dalam dibagi menjadi & kavum oleh septum nasal. 3asing!masing kavum

 berhubungan dengan lingkungan melalui nares di bagian anterior dan berhubungan dengan

nasofaring melalui koana di bagian posterior.&  'epat di belakang nares, terdapat area

 berlapiskan kulit yang dinamai vestibulum yang mengandung banyak kelenjar sebaseus dan

 bulu hidung atau vibrise. +ersambung ke belakang, area berlapiskan mukosa yaitu kavum

nasi.,&

 

Page 6: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 6/31

'iap kavum nasi memiliki 5 buah dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior, dan

superior. Pada dinding lateral terdapat buah konkha atau turbinatum yaitu proyeksi tulang

 berbentuk gulungan ke arah medial dilapisi oleh membran mukosa. 7uang diba*ah setiap

konkha dinamakan meatus.

i. onkha 6nferior  

onka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os. 3aksila

dan labirin etmoid. -i bagian ba*ahnya terdapat meatus inferior yang merupakan

muara dari saluran nasolakrimalis yang dijaga pada ujungnya oleh katup mukosa,

katup asner.,&

ii. onkha 3edia

onka media merupakan bagian dari tulang etmoid, dan menempel ke dinding

lateral hidung oleh lamella tulang dinamakan lamella basal.& -i bagian ba*ah terdapat

meatus media, yang merupakan muara dari sinus frontal, sinus maksila, dan sinus

etmoid anterior.

iii. onkha Superior 

onka superior juga masi merupakan bagian dari tulang etmoid, dan terletak 

di posterosuperior dari konka media.& -i bagian ba*ah terdapat meatus superior yang

merupakan muara dari sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.

Page 7: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 7/31

1ambar . -inding lateral kavum nasi&

;! Perdarahan hid6n5

edua sistem arteri karotis eksterna dan interna mendarahi hidung, baik septum dan

dinding lateral.&  /rteri karotis interna ber%abang menjadi arteri oftalmika yang kemudian

 ber%abang lagi menjadi arteri etmoidalis anterior dan posterior. 8abang etmoidalis anterior dan

 posterior menyuplai sinus palatina mayor menyuplai sinus frontalis dan etmoidalis serta atap

hidung. Sedangkan arteri sfenopalatina dan arteri palatina mayor merupakan %abang terminal dari

arteri karotis eksterna yang menyuplai darah pada konka, meatus dan septum nasalis.

Pada bagian depan septum, terdapat anastomosis dari %abang!%abang a. sfenopalatina, a.

etmoid anterior, a. labialis superior, dan a. palatina mayor yang disebut pleksus iesselba%h

( Little’s area). Pleksus iesselba%h terletak superfisial sehingga mudah %edera oleh trauma,

sehingga sering menjadi sumber epistaksis pada anak.

'abel . Perdarahan pada septum dan dinding lateral kavum nasi&

Siste9 arteri 4arotis Se%t69 )indin5 lateral

Interna 8abang dari a.

ophtalmika:

! /. etmoid anterior

8abang dari a.

ophtalmika:

! /. etmoid anterior 

Page 8: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 8/31

! /. etmoid posterior ! /. etmoid posterior 

E4sterna ! /. sfenopalatina,

%abang dari a. maksilaris

! 8abang septal dari a.

 palatina mayor (%abang

a. maksilaris)

! 8abang septal dari a.

labial superior (%abang a.

fasial)

! %abang nasal

 posterolateral dari a.

sfenopalatina

! /. palatina mayor dari

a. maksilaris

! 8abang nasal dari

dental anterosuperior dari

%abang infraorbital dari a.

maksilaris

! 8abang dari a. fas%ialis

ke vestibulum nasal

Page 9: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 9/31

1ambar 5. Perdarahan pada septum&

Page 10: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 10/31

1ambar 9. Perdarahan pada dinding lateral kavum nasi&

2!2 E%ista4sis

2!2!1 )e+inisi

Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung yang merupakan gejala atau

manifestasi penyakit lain, penyebabnya bisa lokal atau sistemik. Perdarahan bisa ringan

sampai serius dan bila tidak segera ditolong dapat berakibat fatal. Sumber perdarahan

 biasanya berasal dari bagian depan atau bagian belakang hidung.&,

2!2!2 E%ide9iolo5i

Page 11: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 11/31

  Epistaksis diperkirakan terjadi pada ; 5$ populasi umum tiap tahun. Prevalensi

sebenarnya tidak diketahui disebabkan kebanyakan kasus dapat sembuh sendiri dan tidak 

dilaporkan. /ngka kejadian epistaksis meningkat pada anak!anak umur diba*ah # tahun,

dan de*asa di atas 9# tahun. 0aki!laki lebih sering mengalami epistaksis dibanding *anita.9

Epistaksis anterior lebih sering terjadi pada anak!anak dan de*asa muda, sedangkan

epistaksis posterior lebih sering terjadi pada usia yang lebih tua, terutama pada laki!laki

dekade 9# dengan penyakit hipertensi dan arteriosklerosis. Epistaksis lebih sering terjadi pada

musim dingin. al ini mungkin disebabkan peningkatan kejadian infeksi pernafasan atas dan

udara yang lebih kering akibat pemakaian pemanas. Epistaksis juga sering terjadi pada iklim

yang panas dengan kelembaban yang rendah. Pasien yang menderita alergi, inflamasi hidung,

dan penyakit sinus lebih rentan terjadi epistaksis karena mukosanya lebih mudah kering dan

hiperemis disebabkan reaksi inflamasi.

 

2!2!3 Klasi+i4asi

Epistaksis dibedakan menjadi & atas dasar sumber pendarahan, yaitu :

• Epistaksis /nterior 

ebanyakan berasal dari Pleksus iesselba%h di septum bagian anterior dan

merupakan sumber perdarahan paling sering dijumpai pada anak!anak. +isa juga

 berasal dari a. etmoidalis anterior. Perdarahan ini disebabkan karena keadaan mukosa

yang hiperemis atau kebiasaan mengorek hidung. Perdarahan ini biasanya ringan tapi

sering berulang dan dapat berhenti sendiri (spontan) atau dikendalikan dengan

tindakan sederhana seperti memen%et hidung.

• Epistaksis Posterior 

Page 12: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 12/31

-apat berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoidalis posterior.

Perdarahan %enderung lebih hebat dan jarang berhenti sendiri, sehingga dapat

menyebabkan anemia, hipovolemi dan syok. Sering ditemukan pada pasien dengan

kelainan kardiovaskuler seperti hipertensi, atau arteriosklerosis.

2!2! Etio%ato5enesis

Seringkali epistaksis timbul spontan tanpa dapat ditelusuri penyebabnya. <amun

kadang!kadang jelas disebabkan oleh trauma. Perdarahan hidung dia*ali dengan pe%ahnya

 pembuluh darah di selaput mukosa hidung. Sebanyak =#$ kasus perdarahan berasal dari

 pembuluh darah pleksus iesselba%h. 

Se%ara umum epistaksis dapat disebabkan oleh sebab!sebab lokal seperti trauma,

infeksi, neoplasma, kelainan kongenital dan bisa juga disebabkan oleh keadaan umum atau

kelainan sistemik seperti penyakit kardiovaskuler, kelainan darah, infeksi, perubahan tekanan

atmosfir dan gangguan endokrin .,&,5

1! Lo4al

a. 'rauma

+iasanya karena usaha mengeluarkan sekret dengan menghembus kuat, bersin

terlalu sering, mengorek hidung, atau trauma seperti terpukul, operasi intranasal,

fraktur pada 2 *ajah dan dasar tengkorak. Selain itu iritasi oleh gas yang

merangsang dan trauma pada pembedahan bisa juga menyebabkan epistaksis.&

 b. 6nfeksi

6nfeksi hidung dan sinus paranasal, seperti rhinitis, sinusitis, serta granuloma

spesifik seperti tuberkulosis, sifilis, lepra, dan lupus dapat menyebabkan epistaksis. ,&

%. <eoplasma

Page 13: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 13/31

Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya sedikit dan intermiten,

kadang!kadang disertai mukus yang bernoda darah. emangioma, karsinoma,dan

angiofibroma dapat menyebabkan epistaksis berat.

d. elainan kongenital

elainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis adalah teleangiektasis

hemoragik herediter (hereditary hemorrhagic teleangiectasis Osler’s Disease). Pasien

ini juga menderita teleangiektasis di tangan, *ajah, atau bahkan di traktus

gastrointestinal atau di pembuluh darah paru.

e. +enda asing dan perforasi septum

Perforasi septum dan benda asing hidung dapat menjadi predisposisi perdarahan

hidung. +agian anterior septum nasi, bila mengalami deviasi atau perforasi akan

terpapar aliran udara pernafasan yang %enderung mengeringkan aliran sekresi hidung.

Pembentukan krusta yang keras dan usaha pelepasan krusta dengan jari dapat

menimbulkan trauma. Pengeluaran krusta berulang menyebabkan erosi membran

mukosa septum yang menyebabkan perdarahan.,&

f. >aktor lingkungan

3isalnya tinggal di daerah tinggi, tekanan udara rendah atau lingkungan udaranya

sangat kering.&

2! Siste9i4 

a. elainan darah

elainan darah penyebab epistaksis, misalnya trombositopenia, hemofilia dan

leukemia. Obat!obatan seperti terapi antikoagulan, aspirin dan fenilbuta?on dapat pula

mempredisposisi epistaksis berulang.,&

 b. Penyakit kardiovaskular 

Page 14: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 14/31

ipertensi dan kelainan pembuluh darah, seperti pada arteriosklerosis, nefritis

kronis, sirosis hepatis, sifilis, diabetes melitus dapat menyebabkan epistaksis. Epistaksis

akibat hipertensi biasanya hebat, sering kambuh dan prognosinya kurang baik.,&

%. 6nfeksi sistemik 

Paling sering menyebabkan epistaksis adalah demam berdarah dengue, selain itu juga

morbili, demam tifoid dan influensa dapat juga disertai adanya epistaksis.  

d. 1angguan endokrin

@anita hamil, menar%he dan menopause sering juga dapat menimbulkan epistaksis.

e. Perubahan udara dan tekanan atmosfir 

Epistaksis ringan sering terjadi bila seseorang berada di tempat yang %ua%anya sangat

dingi atau kering. al serupa juga bisa disebabkan adanya ?at!?at kimia di tempat

industri yang menyebabkan keringnya mukosa, juga karena perubahan tekanan

atmosfir seperti pada Caisson Disease pada penyelam.,&

2!2!< -a9aran Klinis

Epistaksis biasanya unilateral akan tetapi dapat juga bilateral, biasanya bila

 perdarahan %ukup banyak maka darah akan keluar juga dari sisi sebelahnya dan akan terlihat

 bilateral. +ila perdarahan %ukup masif maka pasien akan terlihat gelisah bila begitu hebat

mungkin dapat menimbulkan risiko pada jalan napas, biasanya disebabkan oleh epistaksis

 posterior, pada umumnya kelainan ini mun%ul sebagai akibat terdapatnya perdarahan dari

%abang arteri sphenopalatina.

Epistaksis posterior biasanya sering ditemukan pada pasien yang berusia lanjut

denganri*ayat komorbid yang jelas. Epistaksis pada pasien tertentu membutuhkan

 pertimbangan khusus,termasuk didalamnya adalah mereka yang memiliki ri*ayat hemoragik 

telangiektasia,neoplasma sinonasal, dan pasien pas%aoperasi hidung atau pas%a trauma hidung

atau muka.9

Page 15: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 15/31

2!2! )ia5nosis

/namnesis yang lengkap sangat membantu dalam menentukan sebab!sebab

 perdarahan. eadaan umum, tensi dan nadi perlu diperiksa. -an untuk pemeriksaan alat!alat

yang diperlukan adalah lampu kepala, spekulum hidung dan alat penghisap. adang!kadang

diperlukan pemeriksaan penunjang laboratorium yaitu pemeriksaan darah lengkap dan fungsi

hemostatis.

a. Anamnesis

ebanyakan kasus epistaksis timbul sekunder trauma yang disebabkan oleh mengorek 

hidung menahun atau mengorek krusta yang telah terbentuk akibat pengeringan mukosa

hidung berlebihan. Penting mendapatkan ri*ayat trauma terperin%i.

7i*ayat pengobatan atau penyalahgunaan alkohol terperin%i harus di%ari. +anyak 

 pasien minum aspirin se%ara teratur untuk banyak alasan. /spirin merupakan penghambat

fungsi trombosit dan dapat menyebabkan pemanjangan atau perdarahan. Penting mengenal

 bah*a efek ini berlangsung beberapa *aktu dan bah*a aspirin ditemukan sebagai komponen

dalam sangat banyak produk. /lkohol merupakan senya*a lain yang banyak digunakan, yang

mengubah fungsi pembekuan se%ara bermakna.

/spek anamnesis yang mungkin penting dalam melokalisasi tempat perdarahan bisa

didapat dengan menanyakan :

. Se*aktu anda membungkuk apakah ada darah yang keluar dari hidungA (menggambarkan

sumber perdarahan anterior)

Page 16: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 16/31

&. /pakah darah menuruni tenggorokan andaA (menggambarkan perdarahan dari sisi posterior 

%avitas nasalis)

b. Pemeriksaan Fisik

Pertama hidung harus dibersihkan dari bekuan darah atau debris dengan alat

 penghisap. edua harus dioleskan senya*a vasokonstriktif seperti efedrin atau kokain 9$

yang akan mengerutkan mukosa hidung sehingga memberikan evaluasi yang lebih baik dan

 bahkan menghentikan perdarahan sementara *aktu.

Pemeriksaan harus dilakukan dalam %ara teratur dari anterior ke posterior.

Bestibulum, mukosa hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung dan konka inferior harus

diperiksa %ermat. Pemeriksaan hidung tidak lengkap jika tidak dilakukan nasofaringoskopi

tak langsung. Pemeriksaan rinoskopi posterior kadang!kadang akan memperlihatkan sumber 

epistaksis posterior.

Cika tempat perdarahan dikenali, ia harus didokumentasi dalam rekam medis dengan

gambar sederhana. +ila mungkin, kemudian dokter seharusnya men%oba mengendalikan

 perdarahan dengan tindakan lo%al: yaitu kauterisasi atau penempatan senya*a hemostatik 

atau tampon hidung anterior. 

'es laboratorium tertentu bermanfaat dalam mengevaluasi pasien epistaksis. 'es

diagnostik seharusnya men%akup sel darah lengkap untuk memantau derajat perdarahan dan

apakah pasien anemia. Cika ada kemungkinan koagulopati sistematik, maka harus dilakukan

 pemeriksaan pembekuan darah. Cika pemeriksaan ini abnormal, maka harus dilakukan

Page 17: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 17/31

kosultasi yang tepat. 'erakhir jika massa terlihat pada pemeriksaan, maka harus dilakukan

 politomografi dan2atau 8' s%an untuk menggambarkan luas lesi ini.

Pemeriksaan yang diperlukan berupa:

a) 7inoskopi anterior 

Pemeriksaan harus dilakukan dengan %ara teratur dari anterior ke posterior.

Bestibulum, mukosa hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung dan konka inferior harus

diperiksa dengan %ermat.,

 b) 7inoskopi posterior 

Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior penting pada pasien dengan

epistaksis berulang dan sekret hidung kronik untuk menyingkirkan neoplasma.,

2!2!= Penatala4sanaan

Page 18: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 18/31

Prinsip utama dalam menangani epistaksis yaitu menghentikan perdarahan,men%egah

komplikasi dan men%egah berulangnya epistaksis. Pasien diperiksa dalam posisi duduk,

sedangkan kalau sudah terlalu lemah dibaringkan dengan meletakkan bantal di belakang

 punggung, ke%uali bila sudah dalam keadaan syok. Sumber perdarahan di%ari dengan bantuan

alat penghisap untuk menyingkirkan bekuan darah. emudian diberikan tampon kapas yang

telah dibasahi dengan adrenalin : #.### dan lidokain atau pantokain & $. 4ntuk 

menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa sakit pada saat tindakan selanjutnya kapas

dimasukkan ke dalam rongga hidung. 'ampon ini dibiarkan selama ; 9 menit. -engan %ara

ini dapat ditentukan apakah sumber perdarahan letaknya di bagian anterior atau posterior.

a! Perdarahan anterior

Perdarahan anterior seringkali berasal dari septum bagian depan. /pabila tidak 

 berhenti dengan sendirinya, perdarahan anterior terutama pada anak dapat di%oba dihentikan

dengan menekan hidung dari luar selama #!9 menit dan seringkali berhasil. Semprotan

dekongestif dan aplikasi topikal gulungan kapas yang dibasahi kokain biasanya akan %ukup

menimbulkan efek anestesi dan vasokonstriksi. Sekarang bekuan darah dapat di aspirasi.

+ila sumbernya terlihat tempat asal perdarahan dikaustik dengan larutan <itras /rgenti &#!

#$ atau dengan /sam 'rikolasetat #$ atau dapat juga dengan elektrokauter.=

Cika

 pembuluh menonjol pada kedua sisi septum diusahakan agar tidak mengkauter daerah yang

sama pada kedua sisi. Sekalipun menggunakan ?at kauterisasi dengan penetrasi rendah,

namun daerah yang di%akup kauterisasi harus dibatasi. Sebaliknya, dengan rusaknya silia dan

 pembentukkan epitel gepeng diatas jaringan parut sebagai jaringan pengganti mukosa saluran

nafas normal, akan terbentuk titik!titik akumulasi dalam aliran lapisan mu%us. -engan

melambatnya atau terhentinya aliran mukus pada daerah!daerah yang sebelumnya mengalami

kauterisasi, akan terbentuk krusta pada septum. Pasien kemudian akan mengorek hidungnya

Page 19: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 19/31

dengan megelupaskan krusta, men%ederai lapisan permukaan dan menyebabkan perdarahan

 baru.

3enentukan lokasi perdarahan mungkin semakin sulit pada pasien dengan deviasi

septum yang nyata dan perforasi septum.=  Cika lokasi perdarahan telah ditemukan,

vasokonstriktor harus diberkan bersamaan dengan obat!obat topikal seperti larutan kokain 5$

atau oDymeta?olin atau phenylephrine. Perdarahan yang lebih aktif perlu diberikan anestesi

topikal yang adekuat. Obat!obat intravena bisa diberikan pada kasus yang sulit atau pada

 penderita yang %emas.

+ila dengan %ara ini perdarahan masih terus berlangsung, maka diperlukan

 pemasangan tampon anterior, dengan kapas atau kain kasa yang diberi vaselin atau salap

antibiotika. 'ampon mudah dibuat dari lembaran kasa steril bervaselin, berukuran & D #,9

in%hi disusun dari dasar hingga atap hidung meluas hingga keseluruh panjang rongga

hidung.&

Pemakaian vaselin atau salep pada tampon berguna agar tampon tidak melekat,

untuk menghindari berulangnya perdarahan ketika tampon di%abut.=  Suatu tampon hidung

anterior harus memenuhi seluruh rongga hidung.

1ambar . Pemasangan tampon anterior 

'ampon dimasukkan sebanyak &!5 buah, disusun dengan teratur dan harus dapat

menekan asal perdarahan. 'ampon dipertahankan selama &D&5 jam, harus dikeluarkan untuk 

men%egah infeksi hidung.& 

 b. Perdarahan Posterior

Page 20: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 20/31

Perdarahan posterior diatasi dengan pemasangan tampon posterior atau tampon

+ello%, dibuat dari kasa dengan usuran D&D& %m dengan mempunyai buah benang, & buah

 pada satu sisi dan sebuah lagi pada sisi yang lainnya. 'ampon harus menutup koana(nares

 posterior).9

1ambar =. Pemasangan tampon +ello%

4ntuk memasang tampon +ello% dimasukkan kateter karet melalui nares anterior sampai

tampak di orofaring dan kemudian ditarik ke luar melalui mulut. 4jung kateter kemudian

diikat pada dua buah benang yang terdapat pada satu sisi tampon +ello% dan kemudian

kateter ditarik keluar hidung. +enang yang telah keluar melalui hidung kemudian ditarik,

sedang jari telunjuk tangan yang lain membantu mendorong tampon ini kearah nasofaring.

Cika masih terjadi perdarahan dapat dibantu dengan pemasangan tampon anterior, kemudian

diikat pada sebuah kain kasa yang diletakkan didepan lubang hidung, supaya tampon yang

terletak di nasofaring tidak bergerak. +enang yang terdapat pada rongga mulut terikat pada

Page 21: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 21/31

sisi lain dari tampon +ello%, diletakkan pada pipi pasien.1unanya untuk menarik tampon

keluar melalui mulut estela &! hari.

Pada epistaksis yang berat dan berulang yang tidak dapat diatasi dengan pemasangan

tampon anterior maupun posterior, dilakukan ligasi arteri. 0igasi arteri etmoid anterior dan

 posterior dapat dilakukan dengan membuat sayatan didekat kantus medialis dan kemudian

men%ari kedua pembuluh darah tersebut didinding medial orbita. 0igasi arteri maksila interna

yang tetap difosa pterigomaksila dapat dilakukan melalui operasi 8ald*ell!0u% dan

kemudian mengangkat dinding posterior sinus maksila.,9

2!2!8 Ko9%li4asi

-apat terjadi langsung akibat epistaksis sendiri atau akibat usaha penanggulangannya.

Sebagai akibat perdarahan hebat dapat terjadi syok dan anemia. ,= 'ekanan darah yang turun

mendadak dapat menimbulkan iskemia otak, insufisiensi koroner dan infark miokard dan

akhirnya kematian. arus segera dilakukan pemberian infus atau transfusi darah. omplikasi

lain terjadi aspirasi yaitu darah tersedak masuk ke dalam paru!paru.

Pemasangan tampon dapat menimbulkan sinustis, otitis media, bahkan septikemia.

Oleh karena itu pada setiap pemasangan tampon harus selalu diberikan antibiotik dan setelah

&! hari harus di%abut meskipun akan dipasang tampon baru bila masih berdarah. ,= Selain itu

dapat juga terjadi hemotimpanum sebagai akibat mengalirnya darah retrograd melalui tuba

Eusta%hius dan air mata yang berdarah (bloody tears) sebagai akibat mengalirnya darah

se%ara retrograd melalui duktus nasolakrimalis.  Pada *aktu pemasangan tampon  elloc!

dapat terjadi laserasi palatum mole dan sudut bibir karena benang terlalu ken%ang

dilekatkan.,=

2!2!> Pro5nosis

4mumnya prognosisnya baik, namun bisa mengan%am nya*a terutama pada pasien

tua dan terdapat penyakit penyerta. "

Page 22: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 22/31

,A, 3IL.STASI KAS.S

I)ENTITAS PASIEN

 <ama : <n.8

4mur : & tahun

Cenis elamin : perempuan

Suku +angsa : 3inangkabau

/lamat : padang

ANANESIS

Seorang pasien perempuan usia & datang ke Poliklinik '' 7S. -7. 3 -jamil

Padang pada tanggal 3ei &# dengan :

Kel6han .ta9a :

eluar darah dari lubang hidung kanan 5 hari yang lalu.

i#a*at Pen*a4it Se4aran5 :

• eluar darah dari lubang hidung kanan 5 hari yang lalu, kurang lebih sebanyak &

sendok makan, ber*arna merah segar. -arah keluar ketika pasien sujud. -arah

 berhenti sendiri setelah kurang lebih # menit kemudian.

• +atuk pilek sejak 5 hari yang lalu, demam disangkal.

• idung tersumbat tidak.

• 7i*ayat trauma pada hidung tidak ada

• 7i*ayat sering mengorek!ngorek hidung tidak ada.

• 3ata merah dan gatal ada

• 7asa penuh di telinga tidak ada, telinga berdenging tidak ada.

Page 23: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 23/31

• Pandangan ganda tidak ada

• +enjolan di leher tidak ada

• 7i*ayat mengkonsumsi obat anti perdarahan tidak ada.

• 3emar!memar pada kulit tidak ada

• 7i*ayat darah sukar berhenti tidak ada

i#a*at Pen*a4it )ah6l6 :

Pernah keluar darah dari hidung 5 tahun yang lalu dan berhenti sendiri

'onsilektomi kanan dan kiri saat kelas 5F sd

i#a*at Pen*a4it Kel6ar5a :

'idak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini

i#a*at Pe4er7aan$ Sosial$ E4ono9i$ dan Keiasaan!

Pasien seorang mahasis*a

PEEIKSAAN FISIK

Stat6s -eneralis

eadaan 4mum: Sakit sedang

esadaran : Composmentis cooperati" 

'ekanan darah : ##2# mmg

>rekuensi nadi : =& D2menit

>rekuensi nafas : " D2menit

Suhu : />

Pe9eri4saan Siste9i4 

epala : tidak ada kelainan3ata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik 

Paru :

6nspeksi : simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis dan dinamis

Palpasi : fremitus kiri G kanan

Perkusi : sonor kiri G kanan

/uskultasi: suara nafas vesikuler normal, rhonki !2!, *hee?ing !2!

Cantung

6nspeksi : i%tus tidak terlihat

Palpasi : i%tus teraba jari medial 038S 768 B, tidak kuat angkat

Perkusi : batas jantung normal

/uskultasi: bunyi jantung murni, irama teratur, bising (;)

/bdomen

Page 24: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 24/31

6nspeksi : tidak tampak membun%it

Palpasi : hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

/uskultasi : bising usus (H) normal

EDtremitas: edem !2!

Stat6s Lo4alis THT

Telin5a

Pemeriksaan elainan -ekstra Sinistra

-aun telinga

el. kongenital 'idak ada 'idak ada

'rauma 'idak ada 'idak ada

7adang 'idak ada 'idak ada

el. 3etabolik 'idak ada 'idak ada

 <yeri tarik 'idak ada 'idak ada

 <yeri tekan tragus 'idak ada 'idak ada

0iang I dinding

'elinga

8ukup lapang (<)8ukup lapang (<) 8ukup lapang(<)

Sempit

iperemi 'idak 'idak

Edema 'idak ada 'idak ada

3assa 'idak ada 'idak ada

Sekret2serumen

+au Serumen(H),bau(!) Serumen(H),bau(!)

@arna e%oklatan e%oklatan

Cumlah Sedikit Sedikit

Cenis ering ering3embran timpani

4tuh

@arna Putih mengkilat Putih mengkilat

7eflek %ahaya (H), arah jam 9 (H), arah jam

+ulging 'idak ada 'idak ada

7etraksi 'idak ada 'idak ada

/trofi 'idakada 'idak ada

Perforasi

Cumlah perforasi 'idak ada 'idak ada

Cenis 'idak ada 'idak ada

*adran 'idak ada 'idak ada

Pinggir 'idak ada 'idak ada

1ambar 

3astoid

'anda radang 'idak ada 'idak ada

>istel 'idak ada 'idak ada

Sikatrik 'idak ada 'idak ada <yeri tekan 'idak ada 'idak ada

Page 25: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 25/31

 <yeri ketok 'idak ada 'idak ada

'es garpu tala

7inne (H) (H)

S%h*aba%h Sama dengan

 pemeriksa

Sama dengan

 pemeriksa

@eber 'idak ada lateralisasi

esimpulan 'elinga kanannormal

'elinga kiri normal

/udiometri'idak dilakukan

Hid6n5

Pemeriksaanelainan -ektra Sinistra

idung luar 

-eformitas 'idak ada 'idak adaelainan kongenital 'idak ada 'idak ada

'rauma 'idak ada 'idak ada

7adang 'idak ada 'idak ada

3assa 'idak ada 'idak ada

Sin6s %aranasal

Pemeriksaan-ekstra Sinistra

 <yeri tekan 'idak ada 'idak ada <yeri ketok 'idak ada 'idak ada

inos4o%i Anterior

Pemeriksaanelainan -ekstra Sinistra

Bestibulum Bibrise /da /da

7adang 'idak ada 'idak ada

8avum nasi

8ukup lapang (<)

Sempit 8ukup lapang (<)Sempit

0apang

Sekret

0okasi 3eatus media

inferior 

3eatus media

inferior 

Cenis 3ukoid 3ukoid

Cumlah Sedikit Sedikit

+au ! !onka inferior 4kuran ipertrofi ipertrofi

Page 26: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 26/31

@arna 3erah muda 3erah muda

Permukaan 0i%in 0i%in

Edema 'idak ada 'idak ada

onka media 4kuran

@arna Sukar dinilai Sukar dinilai

PermukaanEdema

Septum

8ukup

lurus2deviasi8ukup lurus 8ukup lurus

Permukaan 0i%in 0i%in

@arna 3erah muda 3erah muda

Spina 'idak ada 'idak ada

rista 'idak ada 'idak ada

/bses 'idak ada 'idak ada

Perforasi 'idak ada 'idak ada

3assa

('idak ada)

0okasi ! !+entuk ! !

4kuran ! !

Permukaan ! !

@arna ! !

onsistensi ! !

3udah digoyang ! !

Pengaruh

vasokonstriktor ! !

1ambar

inos4o%i Posterior

Pemeriksaan elainan -ekstra Sinistra

oana 8ukup lapang (<)Sempit

0apang

8ukup lapang (<) 8ukup lapang(<)

3ukosa

@arna 3erah muda 3erah muda

Edem ! !

Caringan granulasi ! !

onka inferior 

4kuran ipertrofi ipertrofi

@arna 0ivide livide

Permukaan 7ata 7ata

Edem 'idak ada 'idak ada

/denoid /da2tidak /da ada

3uara tubaeusta%hius

'ertutup sekret Sulit dinilaiEdem mukosa

Page 27: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 27/31

3assa

0okasi 'idak ada 'idak ada

4kuran 'idak ada 'idak ada

+entuk 'idak ada 'idak ada

Permukaan 'idak ada 'idak ada

Post <asal -rip /da2tidak 'idak ada 'idak ada

Cenis 'idak ada 'idak ada

1ambar 

Oro+arin5 dan 96l6t

Pemeriksaan elainan -ekstra Sinistra

Palatum mole H

/rkus >aring

Simetris2tidak Simetris Simetris

@arna 3erah muda 3erah muda

Edem 'idak 'idak  

+er%ak2eksudat 'idak ada 'idak ada

-inding faring @arna 3erah muda 3erah muda

Permukaan 7ata 7ata

'onsil

4kuran '# '#

@arna 3erah muda 3erah muda

Permukaan 0i%in 0i%in3uara kripti 'idak ada 'idak ada

-etritus 'idak melebar 'idak melebar  

Eksudat 'idak ada 'idak ada

Perlengketan

dengan pilar 'idak ada 'idak ada

Peritonsil

@arna 3erah muda 3erah muda

Edema 'idak ada 'idak ada

/bses 'idak ada 'idak ada

'umor 

('idak ada)

0okasi 'idak ada 'idak ada

+entuk 'idak ada 'idak ada4kuran 'idak ada 'idak ada

Permukaan 'idak ada 'idak ada

onsistensi 'idak ada 'idak ada

1igi aries27adiks'idak ada 'idak ada

esan igiene mulut %ukup baik  

0idah

@arna 3erah muda

+entuk <ormal

-eviasi 'idak ada

3assa 'idak ada

Page 28: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 28/31

1ambar 

Larin5is4o%i Indire4

Pemeriksaan elainan -ekstra Sinistra

Epiglotis

+entuk   <ormal <ormal

@arna 3erah muda 3erah muda

Edema 'idak ada 'idak ada

Pinggir rata2tidak  7ata 7ata

3assa 'idak ada 'idak ada

/riteniod

@arna 3erah muda 3erah muda

Edema 'idak ada 'idak ada

3assa 'idak ada 'idak ada

1erakan Simetris Simetris

Bentrikular band

@arna 3erah muda 3erah muda

Edema 'idak ada 'idak ada

3assa 'idak ada 'idak ada

Pli%a vokalis

@arna 3erah muda 3erah muda

1erakan Simetris Simetris

Pinggir medial 0i%in 0i%in

3assa 'idak ada 'idak ada

Subglotis2trakea 3assa 'idak ada 'idak ada

Sekret 'idak ada 'idak ada

Sinus piriformis 3assa 'idak ada 'idak ada

Sekret 'idak ada 'idak ada

Balekula 3assa 'idak ada 'idak ada

Sekret ( jenisnya ) 'idak ada 'idak ada

1ambar 

Pe9eri4saan Kelen7ar -etah ,enin5 Leher

Page 29: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 29/31

6nspeksi : tidak tampak adanya tanda!tanda pembesaran kelenjar getah bening

submental, submandibula, dan regio %olli.

Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening.

Pe9eri4saan laoratori69 :'idak dilakukan

)ia5nosis : Post Epistaksis et %ausa trauma mekanik 

)ia5nosis Ta9ahan: rinitis alergi intermiten ringan

Pe9eri4saanPen6n7an5 : &nasoendoskopi

  !skin pri%ktest

Tera%i :!%itri?in D # mg

Edukasi pasien: !jangan mengorek!ngorek hidung

  !indari buang ingus dan besrsin kuat

Pro5nosis :

Jou /d Bitam : +onam

Jou /d Sanam :+onam

)ISK.SI

Seorang pasien *anita berumur & tahun datang ke poli '' 7S4P -r. 3. -jamil

Padang pada tanggal 3ei &# dengan keluhan keluar darah dari lubang hidung kanan 5

hari yang lalu.

-ari alloanamnesis didapatkan keluar darah dari hidung kanan 5 hari yang lalu,

kurang lebih sebanyak & sendok makan, dan berhenti setelah kurang lebih # menit setelah

dimasukan tissue oleh pasien sendiri. Pasien sebelumnya mengorek!ngorek hidungnya.

 pasien punya ri*ayat keluar darah dari hidung sebelumnya saat S3/. Pasien mengaku sering

Page 30: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 30/31

 bersinK9D pada pagi hari , L5D2minggu, dengan hidung gatal, mata merah, dan terdapat

ri*ayat alergi makanan.

+erdasarkan anamnesis, keluhan pasien merupakan gejala epistaksis Pada pasien

terdapat darah yang mengalir keluar dari hidung. -idukung oleh ri*ayat pasien yang sering

mengorek!ngorek hidung karena gejala alergi yang bisa menjadi penyebab trauma dari

 pembuluh darah di hidung yang menjadi penyebab keluarnya darah. al ini juga didukung

hasil pemeriksaan fisik dimana terdapat pembesaran konka inferior dan ber*arna pu%at.

Sedangkan untuk tanda trauma karena epistaksis sudah tidak ditemukan lagi, karena darah

sudah berhenti sejak hari yang lalu.

Pasien didiagnosa dengan post epistaksis et %ausa trauma mekanik dengan diagnosis

tambahan rhinitis alergi intermiten ringan. Pemeriksaan penunjang yang di anjurkan berupa

nasoendoskopi untuk melihat sumber perdarahan dan skin pri%k test untuk mengetahui

 pen%etus alergi. 'erapi yang diberikan berupa %etiri?ine untuk mengurangi gejala alergi,

sedangkan untuk post epistaksis lebih berupa edukasi seperti tidak mengorek!ngorek hidung,

tidak bersin se%ara kuat, dan untuk menghindari gejala alergi kambuh maka pasien harus

menghindari faktor pen%etus

)AFTA P.STAKA

. 3angunkusumo E, &##. Perdarahan idung dan 1angguan Penghidu. 6n: Soepardi

E/, 6skandar < editors. +uku /jar 6lmu esehatan 'elinga idung 'enggorok 

epala 0eher. th ed. Cakarta : +alai Penerbit >!46

&. -hingra P.0., dan -hingra S. -iseases of Ear, <ose, and 'hroat, ead and <e%k 

Surgery. Edisi . <e* -elhi: Elsevier, &#5

Page 31: epistaksis baru.docx

8/16/2019 epistaksis baru.docx

http://slidepdf.com/reader/full/epistaksis-barudocx 31/31

. 6khsan 3, &##. 8ermin -unia edokteran. -iakses

dari:http:22***.kalbe.%o.id2files29 Penatalaksanaan Epistaksis.pdf29

Penatalaksanaan Epistaksis.html. 'anggal akses mei &#

5. /nto, &##. EpistaDis. 78 8P1. -iakses dari : http:22

***.r%h.org.au2%lini%alguide2%pg.%mfAdo%MidG" 5". 'anggal akses : 3ei &#.

9. Purnama , Penatalaksanaan Epistaksis. diakses melalui  idikabbekasi.org2*p!

%ontent2uploads2&#52&25.!materi!dr.!ari.pdf epistaksis pdf 

. Pope 0.E.7., obbs 8.1.0., &##9. EpistaDis un update on %urrent management.

-epartment of Otolaryngology and ead and <e%k Surgery. ###.epista$is

management.com%ent%topic &'(.html

. Bie*hug, 'ate 0, dan Chon + 7oberson. )pista$is * Diagnosis and +reatment . 4S/:

/meri%an /sso%iation of Oral and 3aDillofa%ial Surgeons. &##N9!=.

=. u%ik 8orry, &##9. http:22***.aafp.org2afp2&##9#92#9.html. 

". <guyen et all. &#. EpistaDis. http:22emedi%ine.meds%ape.%om2arti%le2=&&#!

overvie*sho*all