epistemologi fazlur rahman dalam memahami …

19
EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DAL AM MEMAHAMI ALQURAN DAN HADIS M. Samsul Ma’arif Program Studi Filsafat Agama Pascasarjana IAIN Bengkulu Jl. Raden Fatah Pagar Dewa Bengkulu Email: [email protected] Abstract: Epistemology of Fazlur Rahman in Understanding the Qur’an and Hadith. This article examines the epistemology of Fazlur Rahman in understanding the Qur’an and the hadith, and was his thought of the qur’an and hadith relevance to the modern era. This research is a library research, using a hermeneutic approach or historical-critical approach. The collected datas are analyzed in descriptive-analytic. The results showed; Firstly, epistemology of Fazlur Rahman in understanding the Qur’an and the hadith is epistemology of Burhani, this epistemology is based on observation and experimentation which is systematized with the operationalization of the methods of historical criticism, sistematic interpretation and refined by the method of double movement. While the arguments reasoning used in understanding the Qur’an and the hadith is a demonstrative argument, verification and exploratory with a historical approach, normative and philosophical. Secondly, epistemology of Fazlur Rahman has significant relevance to the development of qur’anic and hadith thought in the modern era, mainly in the aspect of development and methodology system. However, with regard to the evolution of the sunna and the hadith, although it has defended his entity from the orientalist, Fazlur Rahman has a conception of liberal and dangerous, because he doubted the validity of most of the traditions of the technical contained in the books of hadith, he thought that the itsnad does not ensure the validity of the hadith, because itsnads itself is emerging at the end of the first century AH. Keywords: epistemology, Fazlur Rahman, the Qur’an, the Hadith Abstrak: Epistemologi Fazlur Rahman Dalam Memahami Alquran Dan Hadis Artikel ini mengkaji tentang epistemologi Fazlur Rahman dalam memahami Alquran dan hadis, serta relevansinya terhadap perkembangan pemikiran Alquran dan hadis pada era modern. Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat kepustakaan (library research), dengan menggunakan pendekatan hermeneutik atau pendekatan historis-kritis-filosofis. Kemudian dalam menganalisis data yang tersedia,metode yang digunakan adalah deskriptif-analitis. Hasil penelitian ini menunjukkan pertama; epistemologi Fazlur Rahman dalam memahami Alquran dan hadis merupakan epistemologi burhani, yaitu dalam epistemologinya didasarkan pada observasi dan eksperimen yang kemudian disistematisasikan dengan operasionalisasi metode kritik sejarah (critical history), penafsiran sistematis (sistematic interpretation) dan disempurnakan dengan metode gerakan ganda (double movement). Sedangkan argumentasi penalaran yang digunakannya dalam memahami Alquran dan hadis adalah argumen demonstratif, verifikatif dan eksploratif dengan pendekatan historis, normatif dan filosofis. Kedua, epistemologi Fazlur Rahman memiliki relevansi yang signifikan terhadap perkembangan pemikiran Alquran dan hadis pada era modern, yaitu dalam aspek pengembangan dan sistematisasi metodis. Akan tetapi berkaitan dengan evolusi sunah dan hadis, meskipun telah membela otientisitas sunah dari serangan orientalis, Fazlur Rahman memiliki konsepsi yang liberal dan berbahaya, sebab ia meragukan keabsahan sebagian besar hadis-hadis teknis yang ada dalam kitab-kitab hadis, dan tradisi isnad menurutnya tidaklah menjamin validitas hadis, karena isnad itu sendiri baru berkembang pada penghujung abad pertama Hijriyah. Kata kunci: epistemologi, Fazlur Rahman, Alquran, hadis 1

Upload: others

Post on 22-Nov-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …

EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAMMEMAHAMI ALQURAN DAN HADIS

M. Samsul Ma’arifProgram Studi Filsafat Agama Pascasarjana IAIN Bengkulu

Jl. Raden Fatah Pagar Dewa BengkuluEmail: [email protected]

Abstract: Epistemology of Fazlur Rahman in Understanding the Qur’an and Hadith. This article examinesthe epistemology of Fazlur Rahman in understanding the Qur’an and the hadith, and was his thought of thequr’an and hadith relevance to the modern era. This research is a library research, using a hermeneuticapproach or historical-critical approach. The collected datas are analyzed in descriptive-analytic. The resultsshowed; Firstly, epistemology of Fazlur Rahman in understanding the Qur’an and the hadith is epistemologyof Burhani, this epistemology is based on observation and experimentation which is systematized with theoperationalization of the methods of historical criticism, sistematic interpretation and refined by the methodof double movement. While the arguments reasoning used in understanding the Qur’an and the hadith is ademonstrative argument, verification and exploratory with a historical approach, normative and philosophical.Secondly, epistemology of Fazlur Rahman has significant relevance to the development of qur’anic and hadiththought in the modern era, mainly in the aspect of development and methodology system. However, withregard to the evolution of the sunna and the hadith, although it has defended his entity from the orientalist,Fazlur Rahman has a conception of liberal and dangerous, because he doubted the validity of most of thetraditions of the technical contained in the books of hadith, he thought that the itsnad does not ensure thevalidity of the hadith, because itsnads itself is emerging at the end of the first century AH.

Keywords: epistemology, Fazlur Rahman, the Qur’an, the Hadith

Abstrak: Epistemologi Fazlur Rahman Dalam Memahami Alquran Dan Hadis Artikel ini mengkaji tentangepistemologi Fazlur Rahman dalam memahami Alquran dan hadis, serta relevansinya terhadap perkembanganpemikiran Alquran dan hadis pada era modern. Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat kepustakaan(library research), dengan menggunakan pendekatan hermeneutik atau pendekatan historis-kritis-filosofis.Kemudian dalam menganalisis data yang tersedia,metode yang digunakan adalah deskriptif-analitis. Hasilpenelitian ini menunjukkan pertama; epistemologi Fazlur Rahman dalam memahami Alquran dan hadismerupakan epistemologi burhani, yaitu dalam epistemologinya didasarkan pada observasi dan eksperimenyang kemudian disistematisasikan dengan operasionalisasi metode kritik sejarah (critical history), penafsiransistematis (sistematic interpretation) dan disempurnakan dengan metode gerakan ganda (double movement).Sedangkan argumentasi penalaran yang digunakannya dalam memahami Alquran dan hadis adalah argumendemonstratif, verifikatif dan eksploratif dengan pendekatan historis, normatif dan filosofis. Kedua, epistemologiFazlur Rahman memiliki relevansi yang signifikan terhadap perkembangan pemikiran Alquran dan hadis padaera modern, yaitu dalam aspek pengembangan dan sistematisasi metodis. Akan tetapi berkaitan dengan evolusisunah dan hadis, meskipun telah membela otientisitas sunah dari serangan orientalis, Fazlur Rahman memilikikonsepsi yang liberal dan berbahaya, sebab ia meragukan keabsahan sebagian besar hadis-hadis teknis yangada dalam kitab-kitab hadis, dan tradisi isnad menurutnya tidaklah menjamin validitas hadis, karena isnad itusendiri baru berkembang pada penghujung abad pertama Hijriyah.

Kata kunci: epistemologi, Fazlur Rahman, Alquran, hadis

1

Page 2: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …

Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016

PendahuluanPara ulama terdahulu telah memiliki suatu

metodologi sebagai upaya mendialogkan Alqurandan hadis dengan konteks mereka. Akan tetapiketika suatu metode itu dibawa kepada konteksyang berbeda, metode itu bisa jadi tidak mampulagi mendialogkan keduanya sebagaimana ke-butuhan konteks yang baru. Bahkan langkahmundur jika problem-problem kontemporerdewasa ini dipecahkan dengan metode orang-orang dulu yang jelas berbeda dengan problemsaat ini. Hal tersebut sudah tentu, menuntutadanya epistemologi baru yang sesuai denganperkembangan situasi sosial, budaya, ilmupengetahuan dan peradaban manusia.1 Danini menurut Amin Abdullah adalah merupakansolusi untuk menjembatani kebuntuan dan krisisilmu Alquran dan tafsir klasik yang sudah tidakrelevan lagi dengan konteks dan semangat zamansekarang ini.2

Oleh sebab itu, kajian interpretasi teksyang mendialogkan teks, konteks dan upayakontekstualisasi, menjadi suatu hal yang me-narik perhatian kalangan pemikir Islam kon-temporer untuk dijadikan sebagai alternatifdalam memahami Alquran dan hadis. Hal itutidak lain supaya Alquran dan hadis dapatberdialog dengan zaman pembacanya, dan jugapemahaman yang dibangun bukan pemahamanyang bersifat parsial, berbias ideologis, tetapipemahaman holistik yang menawarkan solusibagi permasalahan kontemporer.3

Menurut penulis, menarik dan pentingsekali untuk mengetahui lebih dalam tentangepistemologi Fazlur Rahman terkait pemahamanterhadap Alquran dan hadis, dimana ia menjadi-

1 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Alquran dan Tafsir,(Yogyakarta: Idea Press, 2014), h.139

2 Amin Abdullah dalam kata pengantar buku Abdul Mustaqim,Madzahibut Tafsir: Peta Metodologi Penafsiran Alquran PeriodeKlasik Hingga Kontemporer, (Yogyakarta: Nun Pustaka,2003), h. xii

3 Ada beberapa macam semangat yang ingin diusung olehtokoh-tokoh pemikir Islam kontemporer dari kajian Alqurandan hadis. Pertama, kritik terhadap pemahaman terdahuluyang bersifat ideologis, tekstual, dan otoriter. Kedua, berusahamenangkap makna terdalam teks. Ketiga, kesadaran bahwa dalamsetiap upaya penafsiran terdapat aktifitas dialogis antara duniaauthor, teks, dan pembaca sehingga penafsiran yang dihasilkantidak mungkin bersifat objektif. Keempat, supaya penafsiran dapatdisesuaikan dengan konteks kekinian dan tetap memuat pesanutama Alquran dan hadis Nabi, maka proses penafsiran harusmeliputi kajian teks, konteks dan kontekstualisasi. Bandingkandengan Fahruddin Faiz, Hermeneutika Alquran:Tema-TemaKontroversial, (Yogyakarta:eLSAQ, 2005), h.24

kan Alquran sebagai landasan moral-teologisbagi umat manusia dalam mengemban amanahTuhan, dan juga ingin senantiasa mendialogkanteks Alquran dan hadis yang terbatas dengankonteks perkembangan zaman yang selaludinamis dan tidak terbatas. Lebih dari itu,Fazlur Rahman adalah intelektual yang tumbuhdari kawasan Indo-Pakistan yang konstruksiepistemologinya juga mempunyai implikasi-implikasi yang cukup signifikan dan dikatakanrelevan bagi pengembangan pemahaman Alqurandan hadis.

Dari latar belakang pembahasan di atas,penulis merumuskan beberapa masalah yaitubagaimana epistemologi Fazlur Rahman dalammemahami Alquran dan hadis? Dan bagaimanarelevansi epistemologi Fazlur Rahman terhadapperkembangan pemikiran Alquran dan hadispada era modern?

Metode PenelitianDalam penelitian ini, penulis menggunakan

pendekatan hermeneutik. dengan pendekatantersebut penulis akan berusaha mengkritisiketerkaitan antara metode memahami Alqurandan hadis sebagai teks dan Fazlur Rahmansebagai pengarang yang telah memunculkangagasan tersebut dan audience atau konteksdimana Fazlur Rahman tinggal dengan berbagaiaspeknya yang memungkinkan memberikanpengaruh terhadap perkembangan pemikirannya.Pendekatan hermeneutik sendiri sebenarnyamirip dengan pendekatan historis-kritis-filosofis,yaitu dengan menggali dan menemukan akar-akar historis secara kritis mengapa seorangtokoh menggulirkan sebuah gagasan-gagasannya,bagaimana latar belakangnya kemudian mencaristruktur fundamental dari pemikiran tersebut.Dan mencari fundamental struktur inilah yangmenjadi ciri pendekatan filosofis.4.

Dalam menganalisis data yang tersedia, penulismenggunakan metode deskriptif-analitis,5 yaitumendeskripsikan konstruksi dasar epistemologiFazlur Rahman dalam memahami Alquran danhadis, kemudian menganalisisnya secara kritis,serta mencari akar-akar pemikirannya dengan

4 Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historisitas(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet.ke-5, h.285

5 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Alquran dan Tafsir(Yogyakarta: Idea Press, 2014), h.52

2

Page 3: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …

M. Samsul Ma’arif: Epistemologi Fazlur Rahman

tokoh-tokoh sebelumnya, menjelaskan kelebihandan kekurangan termasuk implikasi-implikasidan relevansinya.

Konsepsi Alquran dan HadisGagasan perlunya penerapan pemahaman

Alquran dan hadis dengan mempertimbangkanteks, konteks dan kontekstualisasi begitu marakdikampanyekan oleh para sarjana muslimkontemporer. Sebagai contoh tokoh yang getolmenyuarakan gagasan pemahaman Alquran danhadis dengan model tersebut antara lain adalahFazlur Rahman. Fazlur Rahman berpandangan,memelihara Alquran sebagai dasar keimanan,pemahaman dan tingkah laku moral adalahhal yang esensial. Akan tetapi, Alquran jugaharus difungsikan sebagai petunjuk bagi seluruhumat manusia, dengan memahami ideal moralyang terkandung di dalamnya dan mengambildarinya ajaran-ajaran yang cocok untuk kemudianditerapkan dalam waktu dan tempat yang sesuai.6

Adapun yang kekal dan sakral dari Alquran adalahhukum ilahi yang berbentuk ideal moralnya,hal itu berkaitan dengan teks Alquran yangmenurutnya memiliki dua sifat, yaitu semuakata-kata Alquran itu bersumber dari Allah, danpada saat yang sama juga kata-kata Muhammadkarena Alquran turun ke dalam hati Muhammad.Alquran secara harfiah adalah respons Tuhanmelalui pikiran Muhammad terhadap situasihistoris.7

1. AlquranUntuk menjelaskan Alquran sebagai wahyu

yang bersumber dari Allah, Fazlur Rahman me-nyampaikan penjelasan sebagai berikut:

“... Alquran adalah Kalam Tuhan (Kalam Allah),Muhammad juga dengan tegas meyakini bahwaia merupakan penerima risalah dari Tuhanyang sepenuhnya lain;... Kelainan ini, lewatsebuah saluran tertentu mendiktekan Alqurandengan otoritas yang mutlak. “Suara” darikedalaman hidup berbicara dengan jelas, takdapat disangkal dan mendesak. Kata “Alquran”

yang berarti “bacaan” tidak hanya menunjukkanhal ini secara jelas menunjukkan hal ini, tetapiteks-teks Alquran sendiri, sebagaimana terdapatpada beberapa tempat menyatakan bahwaAlquran diwahyukan secara verbal, bukansekedar pewahyuan dalam “makna” dan ide-idenya saja. Istilah Alquran untuk pewahyuan“relevation” adalah “wahyu” yang berdekatanartinya dengan “inspiration”, asalkan arti terakhirini tidak dimaksudkan untuk mengeluarkanpentingnya cara pewahyuan dengan kata-kata(verbal), (“kata-kata”, tentu saja tidak sayamaksudkan sebagai “suara”)..”.8

Dalam kutipan di atas Fazlur Rahman ber-usaha menjelaskan bahwa Alquran adalahberasal dari Allah dalam bentuk “ide kata”tidak dalam bentuk “kata-kata yang bersuara”.Pandangan tersebut didasarkan Fazlur Rahmanpada QS 42:51-52, yang ditafsirkannya sebagaiberikut: “Allah tidak berbicara kepada seorangmanusia pun (yakni melalui kata-kata bersuara),kecuali melalui wahyu … demikianlah kamimemberi inspirasi kepadamu dengan suatu ruhdari perintah kami”.9

Menurut Fazlur Rahman, ide-ide dan kata-katalahir di dalam dan dapat dikembalikan kepadapikiran Nabi, sedangkan sumbernya dari Allah.10

Selanjutnya Fazlur Rahman menyimpulkan bahwadi dalam Alquran bersatu dua unsur: Alquranseluruhnya merupakan “kata-kata” Tuhan (theword of God), dan dalam pengertian yang biasaia merupakan “perkataan Nabi Muhammad”(the word of Muhammad).11 Fazlur Rahmanmendasarkan kesimpulan tersebut selain ber-dasarkan ayat di atas juga berdasarkan pada QS.Al-Syu`ara’[26]:194, dan juga berdasarkan QS. Al-Baqarah[2]:97. Ayat-ayat tersebut menurut FazlurRahman mendukung kesimpulannya bahwaAlquran diturunkan ke dalam hati melalui suara.Dengan demikian, teks-teks Alquran merupakanperkataan Muhammad. Dualisme Alquran sebagai“kata” (wahyu) Allah dan sebagai perkataanMuhammad sesuai dengan QS.Al-Najm[53]:3-4yang menegaskan; “Dan tidaklah apa yang di-ucapkan Muhammad (Alquran) adalah menurut

6 Fazlur Rahman, The Impact of Modernity…, dalam AbdulMustaqim, Metode Penelitian Alquran dan Tafsir, (Yogyakarta:Idea Press, 2014), h. 141

7 Ghufron A. Mas’adi, Pemikiran Fazlur Rahman tentangMetodologi Pembaharuan Hukum Islam (Jakarta: Rajawali Press,1997), h. 65, dalam Moh Dahlan, Abdullah Ahmed an-Naim;Epistemologi Hukum Islam (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2009), h.126

8 Fazlur Rahman, Islam (University of Chicago Press, 1979),h. 30-31

9 Fazlur Rahman, Islam…, h. 3110 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas…,

h.15111 Fazlur Rahman, Islam …, h. 31

3

Page 4: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …

Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016

keinginannya sendiri, melainkan ucapan tersebutadalah wahyu yang diwahyukan kepadanya”.

Penjelasan Fazlur Rahman yang demikianitu, menurut Taufik Adnan Amal telah mem-perlihatkan konsep Tuhan yang fungsional,yang selalu memberi petunjuk kepada manusia,sehingga kemajuan atau temuan apapun yangdiperoleh manusia tidak lain adalah bersumberdari inspirasi Ilahi.12

Kemudian untuk membangun karakterilahiah murni dari wahyu Alquran dan keunikan-nya, Fazlur Rahman memberikan argumentbetapa perlunya untuk membedakan karakterwahyu Alquran yang unik dari bentuk-bentukpengetahuan kreatif lainnya, dalam hal ini FazlurRahman menyampaikan:

“Menurut pendapat saya, hal ini (pembedaankarakter wahyu Alquran yang unik daribentuk-bentuk pengetahuan kreatif lainnya)merupakan satu-satunya cara untuk men-jelaskan proses pewahyuan dalam suatu carayang dapat diterima oleh orang-orang ointardewasa ini, dan pada yang sama tidak hanyamendukung tetapi juga untuk menunjukkanbahwa Alquran itu ecara murni berasal dariIlahi, tidak hanya dalam inspirasinya saja,tetapi juga dalam mode verbalnya yangsesungguhnya”.13

Konsekuensi lebih jauh dari pandanganFazlur Rahman tentang wahyu Alquran tercerminjelas dalam metodologi tafsirnya. Upaya untukmembedakan antara ide keabadian dan karakterilahiah Alquran dari ide keabadian kandunganlegal spesifiknya, melalui pendekatan historisyang ketat, adalah konsekuensi langsung darikonsepsinya tentang wahyu Alquran.14 Dengandemikian, keabadian kandungan legal spesifikAlquran terletak pada prinsip-prinsip moralatau nilai-nilai yang mendasarinya, bukan padaketentuan-ketentuan tekstualnya.

Menurut Fazlur Rahman, Alquran bertujuanmenegakkan tata sosial yang adil dan egaliterserta dapat bertahan di muka bumi.15 Alquranmerupakan respon Ilahi melalui pikiran Nabi

12 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas… ,h.152

13 Fazlur Rahman, Divine Revelation…, h. 27, dalam TaufikAdnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas…, h. 154

14 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas..., h. 15615 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas…, h. 157

terhadap situasi-situasi sosio-moral Arabia padamasa Nabi.16 Akan tetapi, baik secara eksplisitmaupun implisit Alquran selalu memberikanalasan-alasan dibalik solusi dan ketetapan-ketetapan tersebut, yang darinya dapat dideduksiprinsip-prinsip umum. Prinsip-prinsip ini harusdigeneralisasi untuk kemudian digunakan dalammenformulasikan pranata-pranata Islami yangberorientasi kekinian.17

Dengan demikian, Alquran adalah WahyuAllah yang merupakan landasan moral sertapedoman untuk mewujudkan keadilan. Danuntuk memahaminya dibutuhkan metodologiyang mampu menangkap kembali pesan moraluniversal Alquran yang objektif, untuk kemudianditerapkan pada realitas kekinian yang semakinkompleks.

2. Sunah dan HadisPandangan Fazlur Rahman tentang sunah

dan hadis pada kenyataannya bersumber padakajiannya terhadap evolusi historis kedua konseptersebut, dimana kajian ini merupakan responterhadap kontroversi yang berkepanjanganmengenai sunah dan hadis di anak benuaIndo-Pakistan dan terhadap situasi kesarjanaanBarat.18 Maka dari itu, untuk mengantarkan posisipemikiran Fazlur Rahman mengenai sunah Nabi,perlu kiranya disampaikan konsep sunah Nabiyang dikembangkan oleh orientalis Barat dankonsep yang berkembang dalam us{ul al-fiqhklasik tradisional, karena dalam kedua tradisipemikiran tersebut munculnya pemikiran FazlurRahman; tradisi orientalis menantangnya sewaktuia tinggal di Barat, sedang tradisi Islam klasikmenghujatnya sewaktu ia tinggal beberapa tahundi Pakistan.

Menurut Ignaz Goldziher,19 hampir-hampir

16 Fazlur Rahman, Islam and Modernity…, h. 5-617 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas..., h. 16018 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas…, h. 163.

Tokoh-tokoh orientalis seperti Ignaz Golziher, Snouck Hurgronje,Morgoliout, serta Josep Schacht, umumnya mempunyai pandanganyang berujung sama; yaitu “Skeptisisme total” terhadap Sunah danHadis Nabi. Daud Damsyik, Reinterpretasi Sumber Hukum Islam:Kajian Pemikiran Fazlur Rahman, Stit Al-Amin Tangerang SelatanBanten, AL-‘ADALAH Vol. XI, No. 2 Juli 2013

19 Ignaz Goldziher dapat dikategorikan sebagai sarjana baratpertama yang melakukan studi kritis terhadap evolusi hadis. Iamenilai sangat sulit untuk menentukan hadis-hadis yang orisinalberasal dari Nabi. Sebagian besar materi hadis lebih merupakan hasilperkembangan religious, historis dan social Islam selama dua abadpertama, atau refleksi dari tendensi-tendensi yang muncul dalam

4

Page 5: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …

M. Samsul Ma’arif: Epistemologi Fazlur Rahman

tidak mungkin ada keyakinan sedikit pununtuk menyaring sedemikian banyak materihadis sehingga diperoleh suatu hadis yangdapat dipastikan berasal dari Nabi atau paraSahabat awal. Sedangkan tentang sunah, iamengemukakan bahwa konsep ini telah ada padamasa Arab pra Islam dengan makna tradisi-tradisi,adat istiadat, dan kebiasaan nenek moyangbangsa Arab yang menjadi panutan. Akan tetapidengan datangnya Islam, konsep ini berubahmenjadi model perilaku Nabi, dan idealitassunah-sunah orang Arab pra Islam.20 Dengandemikian, Ignaz Goldziher mendefinisikan sunahsebagai praktik yang hidup. Perbedaan antarahadis dan sunah dinyatakan olehnya, bahwahadis semata-mata laporan teoritis, sedang sunahmerupakan laporan-laporan yang memperolehkualitas normatif dan telah menjadi prinsippraktis bagi suatu generasi Muslim.21

Selain itu, David. S. Morgoliouth menyimpulkanbahwa Nabi sama sekali tidak meninggalkansunah atau hadis, melainkan Alquran saja.Sunah yang berkembang pada masyarakatawal Muslim bukanlah sunah Nabi melainkankebiasaan Arab pra Islam yang dimodifikasiAlquran. Menurutnya, konsep hadis merupakanupaya generasi belakangan sekitar abad ke 2 H,untuk mendukung konsep mereka tentang sunahNabi.22 Tidak berbeda dengan para pendahulunya,Joseph Schacht menafikan sunah yang hidup danhadis berasal dari Nabi. Menurutnya sunah Nabimerupakan kreasi kaum muslim belakangan.23

komunitas muslim selama masa-masa tersebut. Konsekuensinyaia menyimpulkan bahwa produk-produk kompilasi hadis yang adadewasa ini tidak bias dipercaya secara keseluruhannya sebagaisumber ajaran dan perilaku Nabi sendiri. Taufik Adnan Amal, Islamdan Tantangan Modernitas…., h.163

20 Ignaz Goldziher, Muslim Studies…, h.25-26 dalam TaufikAdnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas…, h. 163

21 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas..., h. 16422 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas..., h. 16423 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas...,

h. 165. Fazlur Rahman memberikan kesimpulan bahwa hal-halyang menyebabkan para sarjana tersebut menolak konsep sunahNabi, adalah sebagai berikut: ...karena mereka menemukan,(i) bahwa sebagian dari kandungan dari sunnah merupakankontinuasi langsung dari kebiasaan dan adat istiadat Arab darimasa sebelum Islam; (ii) bahwa jelas sekali sebagian kandungansunnah adalah hasil pemikiran ahli hukum Islam, yang denganijtihad pribadi mereka telah menarik kesimpulan-kesimpulandari sunnah atau praktek yang ada yang terpenting darisemuanya telah memasukkan unsur luar, terutama dari sumber-sumber Yahudi dan praktek-praktek pemerintahan di Bizantiumdan Parsi, dan yang terakhir sekali, (iii) bahwa dikemudian hariketika hadits berkembang menjadi sebuah gerakan yang besardan berubah menjadi fenomena massal pada akhir abad kedua

Berkaitan dengan evolusi sunah dan hadisserta kandungan sunah yang berkembangdari waktu ke waktu, Fazlur Rahman tidakmenyangkal semua tesa-tesa yang dikemukakanoleh para orientalis. Akan tetapi hal yang sangatmendasar yang disangkal oleh Fazlur Rahmanadalah kesimpulan konseptual para orientalis“bahwa Nabi sama sekali tidak meninggalkansunah kecuali Alquran saja”.

Dalam kajiannya terhadap konsep sunahdan hadis ini, Fazlur Rahman memiliki analisisyang membuktikan eksistensi sunah Nabi, dania juga menyimpulkan bahwa sunah Nabi lebihmerupakan suatu konsep pengayom dan tidakmemiliki kandungan spesifik yang bersifatmutlak, sunah tersebut bisa diinterpretasikandan diadaptasikan.24

Sunah lebih cendrung sebagai konsep perilakuyang jika dipandang dari sisi Alquran ia merupakanupaya operasional, dan lebih mencerminkanmuatan situasional pada jamannya, kecuali yangmenyangkut aspek keagamaan dan moral Islam.25

Fazlur Rahman berkesimpulan, bahwa sunahyang hidup itu identik dengan ijma’ kaum muslimatau praktek yang disepakati, dan bahwa sunahyang hidup merupakan suatu proses yang sedangberlangsung karena disertai dengan ijitihad danijma’.26 Ia juga menjelaskan dari fenomena sunah-ijma’ ini, bahwa ternyata ijma’ yang merupakankristalisasi ijtihad itu tidak menghilangkanperbedaan-perbedaan pendapat.27

Sedangkan berkaitan dengan hadis yangmenurutnya telah eksis sejak awal perkembanganIslam, Fazlur Rahman mengemukan fenomenamunculnya pergerakan yang menghendakikeseragaman yang menyerukan subtansihadis untuk proses ijtihad-ijma’. Gerakan inimemberikan peranan sunah-ijtihad-ijma’ kepadasunah Nabi. Sunah Nabi dipahami secara harfiahdan sama sekali bersifat mutlak, serta wahana

Hijriyah; seluruh kandungan sunnah pada saat itu dikatakanbersumber dari Nabi Muhammad sendiri dibawah perlindungankonsep “Sunnah Nabi”. Fazlur Rahman, Membuka Pintu Ijtihad,h. 7 sebagaimana dikutip Daud Damsyik, Reinterpretasi HukumIslam.., AL-‘ADALAH Vol. XI, No. 2 Juli 2013

24 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas …., h. 16725 Daud Damsyik, Reinterpretasi Hukum Islam.., AL-‘ADALAH

Vol. XI, No. 2 Juli 201326 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas….,

h. 16827 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas …, h. 169.

5

Page 6: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …

Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016

satu-satunya bagi transmisinya adalah hadis.Gerakan ini dipelopori oleh al-Syafi’i dan akibatpenalaran al-Syafi’i ini, menurut Fazlur Rahman,hubungan organis antara sunah-ijtihad-ijma’menjadi rusak.28

Menurut Fazlur Rahman, kuatnya gerakanhadis ini dikarenakan keberhasilan al-Syafi’imengampanyekan penempatan hadis sebagaipengganti sunah yang hidup. Pada pertengahanabad ke tiga Hijriyah, hadis telah mempunyaibentuk yang pasti, dan sunah yang hidup telahtenggelam atau ditempa kedalam materi-materihadis.29 Dan pada masa ini pula hadis-hadisdihimpun dan disaring.

Hasil penelitian Fazlur Rahman tentang evolusisunah dan hadis, diringkasnya dengan jelasdalam kutipan sebagaai berikut:

“Kita temukan bahwa dalam sejarah Islamawal, ijtihad dan ijma’ tidak hanya berkaitansecara intim antar satu dengan yyang lainnya,tetapi berhubungan juga dengan sunah yangbermula dari sunah Nabi, yang merupakanproses interpretasi dan elaborasi kreatif yangberlangsung terus menerus dengan diberisanksi ijma’. Namun proses kreatif ini terhenti,,menciut secara perlahan hingga macet, ketikasunah yang hidup itu mulai ditempa ke dalambentuk hadis dan dinisbatkan kepada Nabi.Dalam proses ini, perbedaan pendapat internalmengenai masalah-masalah legal, moral danpolitik memainkan peran yang menentukan.Proses tersebut yang mungkin bermula disekitar penghujung abad pertama dan keduaHijriyah, memperoleh momentum yang sangatdahsyat selama abad kedua dan membuah-kan hasil pada abad ketiga Hijriyah. Demikianhebatnya kekuatan gerakan ini sehinggamazhab-mazhab hukum yang mendasarkanpandangannya pada pemikiran bebas harusmenerima pendapat al-Syafi’i bahwa sebuahhadis, meskipun terisolasi (hanya didukungoleh satu mata rantai perawi) harus dipandangmemiliki otoritas yang lebih tinggi dari opinipribadi dan bahkan praktek (kaum muslim)atau ijma’... Setelah semua pendapat tentangmasalah-masalah politik, moral dan hukum

28 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas…, h.169. Sunah-ijtihad-ijma’ ini menunjukkan proses penalaran, yaitusunah ditafsirkan melalui instrument ijtihad dan, setelah melaluiinteraksi ide yang ketat mengkristal kedalam bentuk ijma’.

29 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas…, h. 171

diproyeksikan kembali kepada Nabi, terjadilahpeperangan ide didalam Islam yang akhirnyadiredakan oleh usaha-usaha Ahli hadis yangsepanjang abad ketiga Hijriyah mengumpulkanhadis-hadis yang mencerminkan pendapatmayoritas dan dengan demikian dapat di-pandang sebagai mengekspresikan spiritajaran kenabian ..” 30

Berpijak pada penemuan-penemuan dalampenelitiannya tentang evolusi sunah dan hadis,Fazlur Rahman mengemukakan bahwa hadis-hadis teknis tidaklah bersifat historis, sebagaimanadibedakan dari hadis-hadis historis danbiografis. Dalam kenyataannya hadis merupakankeseluruhan ungkapan yang diformulasikan dandikemukakan oleh kaum muslim sendiri, seolah-olah tentang Nabi meskipun memiliki sentuhanhistoris yang penting dengan Nabi.

Fazlur Rahman memiliki pandangan yangsama dengan Schacht serta para orientalis,begitu juga modernisme klasik pada umumnyatentang ketidaksepakatan bahwa historisitashadis dijustifikasi oleh isnad. Fazlur Rahmanmemang mengakui bahwa isnad di sampingmengandung informasi biografis yang kaya,telah meminimalkan upaya-upaya pemalsuanhadis. Tetapi baginya isnad tidak bisa dijadikanargumentasi positif yang final. Bahkan keberatan(yang dapat memporak-porandakan validitasisnad sebagai argumen positif terhadap historisitashadis) Fazlur Rahman adalah bahwa isnad ituberkembang belakangan, bermula di sekitarpenghujung abad pertama Hijriah.31

Meskipun meragukan sebagian besar hadisteknis, Fazlur Rahman menerimanya sebagaiprinsip, yakni bahwa hadis-hadis tersebut harusdipandang sebagai indeks kepada sunah Nabi,karena ia jelas sekali tidak terpisah dari sunahtersebut bahkan bermula darinya. Sunah kaummuslim awal (sunah yang hidup atau ijma’)merupakan kristalisasi interpretasi kreatif (ijtihad)terhadap sunah Nabi. Sementara hadis-hadis,sebagaimana telah disinggung tidak lain darirefleksi verbal sunah yang hidup tersebut. Karenaitu sunah Nabi eksis dalam hadis sebagaimanahalnya dengan sunah yang hidup.32

Dengan menggunakan pemahaman terhadap

30 Fazlur Rahman, Islamic Methodology…, h. 139-14031 Fazlur Rahman, Islamic Methodology …, h. 7232 Fazlur Rahman, Islamic Methodology …, h. 74

6

Page 7: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …

M. Samsul Ma’arif: Epistemologi Fazlur Rahman

evolusi sunah dan hadis semacam ini sebagaibasisnya, Fazlur Rahman menegaskan bahwakebutuhan kaum muslim dewasa ini adalahmenuangkan kembali atau mencairkan hadis-hadis yang ada ke dalam bentuk sunah yanghidup melalui studi historis terhadapnya.

Selanjutnya, Fazlur Rahman membedakanantara sunah yang berarti perilaku Nabi, dansunah yang berarti tradisi Nabi yang berlanjutsecara diam-diam dan non verbal, dan di sinilahmuncul istilah sunah yang hidup dan sunah yangaktual.33 Menurut Fazlur Rahman, sunah adalahhukum tingkah laku, baik yang terjadi sekali,maupun yang terjadi berulang-ulang.34 Dalamperjalanan sejarah telah terjadi pergeseran dariotoritas sunah Nabi menjadi sunah yang hidup danakhirnya menjadi hadis. Sunah Nabi merupakansunah yang ideal, sunah yang hidup merupa-kan interpretasi dan implementasi kreatif parasahabat dan tabi’in terhadap sunah ideal tersebut.Sedang hadis merupakan upaya penuturansunah dalam suatu catatan.35Selanjutnya, FazlurRahman melakukan peninjauan kembali terhadaphadis, dengan mengembalikan hadis menjadisunah sebagai sumber awalnya serta denganpenafsiran situasional dimungkinkan untuk dapatmenghidupkan kembali norma-norma yang dapatditerapkan untuk situasi masa sekarang.36

Metodologi Fazlur Rahman dalam MemahamiAlquran dan Hadis

Metodologi yang dikembangkan oleh FazlurRahman dalam interpretasi Alquran dan hadismeliputi; metode kritik sejarah (The CriticalHistory Method), Metode Penafsiran Sistematis(The Systematic interpretation method), danMetode Gerakan Ganda (Double MovementMethod).37

33 Wahyuni Eka Putri, Hermeneutika Hadis Fazlur Rahmandalam Hermenutika Alquran dan Hadis (Yogyakarta:eLSAQ,2010), h. 332

34 Fazlur Rahman, Membuka Pintu Ijtihad, terj. Anas Mahyudin(Bandung: Pustaka, 1984), Cet. ke-2, h.118

1. Metode Kritik Sejarah (The Critical HistoryMethod)Metode kritik sejarah, banyak dipakai Fazlur

Rahman dalam melakukan penelitian. Metodekritik sejarah yang diterapkan oleh Fazlur Rahmantidak menekankan pada aspek kronologis tetapimenekankan pada nilai-nilai yang terkandungdalam data-data sejarah. Secara spesifik metodeini diterapkan dengan cara mendiskripsikan nilai-nilai sejarah, dan terkadang dikombinasikandengan komparasi.

Metode kritik sejarah, sebagaimana yangdimaksudkan Fazlur Rahman, telah banyakditerapkan dalam penelitian sejarah Islam olehpara orientalis seperti David S. Margoliouth, IgnazGoldziher, Henry Lammen, Joseph Schact, H.A.R.Gibb, N.J. Coulson, William Montgomery Watt, danIain-lain. Penelitian dari para orientalis tersebutmenghasilkan berbagai tesis yang menghebohkanterutama bagi kalangan muslim tradisional. Halinilah sebenarnya, menurut Fazlur Rahman,yang menyebabkan metode kritik sejarah tidakdapat berkembang dengan baik di kalanganpara pemikir muslim sampai pertengahanabad ke-20 M. Fazlur Rahman sebagai sarjanaMuslim yang akrab dengan tradisi keilmuanBarat, menyadari akan kurangnya perspektifkesejarahan di kalangan sarjana muslim yangpada gilirannya menyebabkan minimnya kajian-kajian sejarah Islam. Menurutnya, umat Islamsangat memerlukan kajian kesejarahan agarmereka dapat menimbang lebih lanjut nilai-nilaiperkembangan sejarah tersebut untuk melakukanrekonstruksi disiplin-disiplin ilmu Islam untukmasa depan.38

2. Metode Penafsiran Sistematis (The SystematicInterpretation Method)Metode penafsiran sistematis sebenarnya

merupakan kelanjutan dari metode kritik sejarahyang telah lama diaplikasikan oleh Fazlur Rhmandalam menuliskan pikiran-pikirannya.39 Fazlur

35 Hujair AH. Sanaky, Pemikiran Fazlur Rahman TentangMetodologi Sunnah Dan Hadits (Kajian Buku Islamic Methodologyin History) .pdf

36 Fazlur Rahman, Membuka Pintu Ijtihad.., h. 12437 Selain metode-metode tersebut, Fazlur Rahman juga

menggunakan metode yang lain dalam memahami Alquran,yaitu metode sintesis logis. Metode ini ia gunakan untukmemahami ayat-ayat tentang metafisika. Dalam bukunya MajorTheme of The Quran, Fazlur Rahman menjelaskan; “ kecualidi dalam pembahasan beberapa tema penting, misalnya

mengenai keanekaragaman masyarakat-masyarakat agama,kemungkinan serta aktualitas mu’jizat-mu’jizat, dan jihad -yangsemuanya menunjukkan evolusi melalui Alquran- prosedur yangkami gunakan disini untuk mensintesiskan berbagai tema lebihbersifat logis dari pada kronologis. Lihat Fazlur Rahman, TemaPokok Alquran, h.ix

38 Fazlur Rahman, Islam and Modernity, h. 15139 Fazlur Rahman dalam artikelnya yang berjudul “Islamic

Modernism: Its Scope, Method and Alternatives” dalam

7

Page 8: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …

Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016

Rahman menjelaskan detail operasional metodeyang ia tawarkan ini, dengan sistematisasi tigalangkah utama, yaitu: pertama, pendekatanhistoris untuk menemukan makna teks Alqurandalam bentangan karier dan perjuangan Nabi.Kedua, membedakan antara ketetapan legal dansasaran serta tujuan Alquran. Ketiga, memahamidan menetapkan sasaran Alquran denganmemperhatikan secara penuh latar belakangsosiologisnya.40 Dengan pendekatan sosiologis ini,Perbedaan penafsiran tentu juga akan muncul.Akan tetapi, pendekatan ini dikatakan dapatmengantarkan pada solusi yang memuaskan.Sebagai contoh, kasus hukuman potong tanganbagi pencuri sebagaimana disebutkan dalamAlquran. Secara sosiologis, kelihatan bahwapenerapan potobng tangan telah berlakudi kalangan beberapa suku sebelum Islamyang kemudian diadopsi oleh Alquran. Padakonsep pencurian, ada dua unsur utama, yaitukesalahan mengambil barang secara ekonomidan pelanggaran hak milik pribadi. Pada settingsuku Arab, hak milik betul-betul terkait denganrasa kemuliaan personal, sehingga pencuriantidak dianggap sebagai kejahatan ekonomi, tetapisebagai kejahatan melawan nilai-nilai kemuliaanpersonal dan kesukuan yang tidak dapat diganggugugat, oleh karena itu hukumannya sangat berat.Akan tetapi, pada kenyatannya pada masyarakatyang maju telah terjadi suatu pergeseran yangtampak pada nilai-nilai tersebut. Pergeseran padanilai-nilai ini sangat mungkin untuk diperhatikan

International journal of Middle East Studies Volume 11970, pp. 317-333 menyebutkan bahwa pendekatan dan metode modernismeintelektual itu dikelompokkan ke dalam enam macam, yaitusilence approach, double speaking and double writing, reformthrough tradition, the partialist and link approach, the systematicinterpretation method, dan secularism. Hal ini diperjelas denganpenelitian Taufik Adnan Amal yang menemukan inti metodeFazlur Rahman adalah metodologi tafsir yang sistematis dankomprehensif. Metode ini, menurut Amal,dikembangkan FazlurRahman melalui tiga langkah yaitu: (a) perumusan pandangandunia Alquran, (b) sistematisasi etika Alquran, dan (c) penubuhanetika Alquran ke dalam konteks masa kini. Lihat Taufik Adnanamal, Islam dan Tantangan Modernitas, Studi atas pemikiranhukum Fazlur Rahman, (Bandung; Mizan, tt) h. 189-220.Sedangkan Syarif Hidayatullah dalam membahas karakteristikneomodernisme Islam membedakan metode Fazlur Rahman kedalam empat sub pokok bahasan, yaitu (1) penafsiran Alquransecara sistematis dan komprehensif, (2) metode hermeneutikadan kritik historis, (3) otentisitas Islam: Islam normatif danIslam historis, dan (4) konvergensi antara tradisionalisme danmodemisme. Lihat Syarif Hidayatullah, Intelektualisme dalamPerspektif Neo-Modernisme…, h. 69-138.

40 Fazlur Rahman “Islamic Modernism: Its Scope, Method and

berkaitan dengan perubahan dalam hukum.

Pendekatan sosiologis ini, bisa saja me-nimbulkan persoalan serius dari hakikat teologisehubungan dengan keabadian Kalam Tuhan danHukum Ilahi. Dan dalam hal ini, Fazlur Rahmanmenegaskan bahwa persoalan teologi semacamitu dapat dan harus ditangani pada tingkat teologisecara wajar. Keabadian Kalam Tuhan dapatditerima secara substansial. Sementara keabadianharfiah, barangkali, dapat dinyatakan bahwadalam masalah-masalah yang berhubungandengan aturan-aturan sosial, peraturan Ilahimemiliki suatu bidang moral dan suatu bidanglegal spesifik. Bidang legal spesifik menjadi suatutransaksi antara keabadian Kalam dan situasisosial-aktual dari Arabia pada abad ke-7 M. Aspeksituasi sosial-aktual ini tentunya dapat berubah.41

3. Metode Gerakan Ganda (Double MovementMethod)Metode double movement adalah metode

yang menawarkan gerakan bolak- balik; darimasa kini ke masa lalu kemudian kembali kemasa kini lagi. Dalam tulisannya yang berjudul“Toward Reformulating the Methodology ofIslamic Law: Shaikh Yamani on Public Interestin Islamic Law” Fazlur Rahman menyebutgerakan ganda ini dengan the systematicinterpretation method (metode panafsiransistematis), kemudian dengan the correct methodof interpreting the Qur’an42 (metode yang tepatuntuk menafsirkan Alquran). Akhirnya, metodetersebut disempurnakannya dalam karyanya“Islam and Modernity: Transformation of anIntellectual Tradition”, dengan double movementmethod (metode gerakan ganda).43

Dalam buku tersebut, Fazlur Rahman me-nyebutkan “a double movement, from the presentsituation to the Qur’anic times, then back to thepresent”.44 Suatu gerakan ganda, gerakan darisituasi sekarang ke masa Alquran diturunkan,kemudian gerakan kembali ke masa sekarang.

Fazlur Rahman menyarankan, pertama

41 Fazlur Rahman, Islamic Modernism…, h. 329-33142 Fazlur Rahman, Islam and Modernity, h. 1. Taufik Adnan

Amal menyebutnya dengan metodologi tafsir yang sistematis.Lihat Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, h.189.

Alternatives” dalam International Journals of Middle East Studies,Vol. 1, 1970, h. 329-330.

43 Sutrisno, Fazlur Rahman; Kajian terhadap Metode…, h. 13344 Fazlur Rahman, Islam and Modernity…, h. 5

8

Page 9: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …

M. Samsul Ma’arif: Epistemologi Fazlur Rahman

gerakan dari penanganan-penanganan kasuskonkrit oleh Alquran dengan memperhitungkankondisi-kondisi sosial yang relevan pada waktuitu kepada prinsip-prinsip umum tempatkeseluruhan ajaran Alquran berpusat. Kedua,dari peringkat umum ini, harus dilakukan gerakankembali kepada legislasi yang spesifik denganmemperhitungkan kondisi-kondisi sosial yangada sekarang.45

Lebih lanjut Fazlur Rahman menawarkanmetode berpikir yang terdiri atas dua gerakan,yaitu: pertama, metode berpikir dari yang khususkepada yang umum (induktif), dan kedua,metode berpikir dari yang umum kepada yangkhusus (deduktif). Sehubungan dengan metodeberpikir pertama, Fazlur Rahman menjelaskansebagai berikut;

“Gerakan pertama melibatkan pemahamanterhadap prinsip Alquran dengan Sunahsebagai bagian organisnya. Sektor sosialperintah-perintah Alquran memiliki suatu latarbelakang situasional, sebagaimana pewahyuanAlquran sendiri yang memiliki latar belakangreligio-sosial masyarakat Makkah pada awalIslam; perintah-perintah Alquran muncul tidakdalam suatu kevakuman, tetapi selalu turunsebagai solusi terhadap masalah-masalahaktual. Latar belakang situasional ini, yangdisebut “sebab-sebab pewahyuan”.46

Sementara dalam gerakan pemikiran kedua,Fazlur Rahman mengemukakan sebagai berikut;

“... adalah metode berpikir dari yang umumkepada yang khusus. Kumpulan prinsip yangdiperoleh dari Alquran lewat cara di atas(yakni dalam gerakan pemikiran pertama),harus diterapkan terhadap masyarakat Muslimdalam konteks dewasa ini. Sebagaimanadengan latar belakang ajaran Alquran yangharus dikaji untuk memperoleh prinsip-prinsipumum Alquran, maka situasi kontemporerjuga harus dikaji untuk diambil darinyaprinsip-prinsip tentang penerapan hukumterhadap situasi tersebut... Jenis penelitiansosiologis terhadap situasi kontemporer iniakan memberi indikasi yang tepat tentangbagaimana prinsip-prinsip yang diperoleh dari

45 Fazlur Rahman, Islam and Modernity…., h. 2046 Fazlur Rahman, Towards Reformulating the Methodology

of Islamic Law: Sheikh Yamani on Public Interest in Islamic Law,International Law and Politics, vol. 12, 1979, h. 221

Alquran dan Sunah harus ditubuhkan dalamlegislasi kontemporer.”47

Kemudian, untuk mengoperasikan metode ini,Fazlur Rahman menerapkan tiga tahapan, yaitu:pertama, merumuskan world-view (pandangandunia) Alquran, kedua mensistematisasikan etikaAlquran, dan ketiga menubuhkan etika Alquranpada konteks masa kini. Menurut Fazlur Rahman,upaya untuk membangun world-view Alquranbelum pernah dicanangkan dalam sejarah Islam,48

dan tiadanya wawasan yang padu tentangnyatelah menyebabkan malapetaka yang hebatterhadap gagasan-gagasan rasional-filosofis.49

Bagi Fazlur Rahman, upaya untuk merumus-kan pandangan dunia Alquran merupakankeharusan. Batasan pandangan dunia atauteologi Alquran,menurut Fazlur Rahman, adalahAllah (theologi), alam semesta (cosmologi), danmanusia (antropologi). 50

Kemudian mengenai etika Alquran, FazlurRahman menemukan tiga kata kunci, yaitu iman,Islam, dan taqwa, di mana jika kita renungkan,ketiga kata tersebut akan nampak memiliki artiyang hampir identik.51 Menurut Fazlur Rahman,

47 Fazlur Rahman, Towards Reformulating the Methodologyof Islamic Law…, h. 222-223.

48 Pandangan dunia adalah perspektif yang dipergunakanorang untuk memberikan makna apa yang ada pada sesuatu. Danini biasanya bersifat teoretis sekaligus praktis. la memberikanacademic exercise dan resep untuk menuntun tindakan ataupengamalan yang tepat. Dengan demikian dapat diketahui bahwapandangan dunia Alquran adalah perspektif yang dipergunakanorang untuk memberikan makna pada Alquran yang dapatmenuntun pada orang tersebut untuk beramal dengan tepat.Fazlur Rahman, Islam, h. 256.

49 Fazlur Rahman, Islam and Modernity, h. 3.50 Berkaitan dengan pandangan dunia Alquran, Fazlur Rahman

memberikan uraian bahwa teologi Islam tentunya merupa-kan suatu upaya intelektual, yang menyajikan penuturan yangkoheren dan setia mengenai hal yang terdapat di dalam Alquransehingga seseorang yang beriman atau cenderung berimandapat menyatakan persetujuannya baik dari pikiran maupunhatinya dan menjadikan pandangan dunia ini sebagai tempatyang memberi kedamaian mental dan spiritualnya. Sejauh teologiitu bisa memberikan kedamaian intelektual bagi pikiran, ia bisadiajarkan; sejauh ia memberikan ketentraman spiritual bagi hati,ia bisa didakwahkan. Teologi yang tidak dapat menjalankan salahsatu dari dua fungsi ini adalah teologi yang tidak ada gunanyabagi agama. Teologi yang seharusnya adalah yang menekankankeyakinan tentang Tuhan, dan senantiasa mengharmoniskan sertamensejahterakan hubungan manusia dengan dunianya. LihatFazlur Rahman, Islam and Modernity, h. 155-156

51 Kata iman berasal dari akar kata a-m-n, memiliki artipokok “aman”, “bebas dari bahaya, damai”. Kemudiankata islam, yang mempunyai akar kata s-l-m, juga memilikipengertian yang sama, yaitu “aman dan integral, terlindungidari disintegrasi kehancuran.” Sedangkan kata ketiga; taqwa,yang sangat mendasar bagi Alquran di samping terma Iman danIslam, memiliki akar kata w-q-y yang juga berarti “melindungi

9

Page 10: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …

Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016

refleksi dan analisis terhadap tiga kata kunciini, secara langsung mengarahkan kita padaalam bawah sadar Alquran sebagaimana adanya,dan memberikan suatu intipan kepada kita, kedalam lapisan-lapisan makna terdalam dari elandasar Alquran. Elan dasar Alquran pada dasarnyaditujukan untuk melindungi dan menyeimbangkanintegritas individu dan kolektif atau masyarakat.52

Dan elan dasar Alquran inilah yang kemudiandisebut dengan moral, yang didasarkan pada isipokok Alquran, yaitu Tuhan, hubungan Tuhandengan manusia dan alam, serta peranan Tuhandalam sejarah manusia dan masyarakat. Dalamhal ini, Fazlur Rahman menyampaikan;

“...elan dasar Alquran adalah moral, yangdarinya mengalir penekanan yang tegasterhadap monoteisme dan keadilan sosial.Hukum moral adalah abadi, ia merupakanperintah Tuhan; manusia tidak dapat membuatatau memusnahkan hukum moral itu: iaharus menyerahkan dirinya kepada hukumtersebut; penyerahan diri ini disebut Islamdan pengejawantahannya dalam kehidupandisebut ibadah atau pengabdian kepadaTuhan.”53

Dari prinsip ini, pertama-tama mengalirmengalir kebutuhan atau keimanan kepadaTuhan sebagai pencipta, penopang, pemberipetunjuk, dan sebagai hakim. Sistem kepercayaanini penting untuk meletakkan sikap manusiakedalam bentuk semestinya, kemudian darisitsem kepercayaan ini juga mengalir kewajiban-kewajiban lainnya yang disebut Arkan al-Islam.Tetapi menurut Fazlur Rahman, pilar-pilar Islamtersebut belumlah memadai dan harus ditambahdengan prinsip-prinsip umum tentang keadilansosial dan ekonomi serta prinsip-prinsip yangsesuai dengan Islam. Dari prinsip-prinsip ini,akan mengalir perintah-perintah keadilan dalamsektor sosial.54

Kemudian berkaitan dengan langkah ketigayaitu penerapan etika Alquran maupun idealmoral ke dalam konteks kekinian, Fazlur Rahmanmenjanjikan dengan penerapan teori “doublemovement”nya ini, ijtihad dapat dihidupkan

dari bahaya, menjaga dari kemusnahan, tersia-siakan ataudisintegrasi. Fazlur Rahman, Interpreting the Qur ‘an., h. 49.

52 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas…, h. 21053 Fazlur Rahman, Islam, h. 32.54 Fazlur Rahman, Interpreting the Qur ‘an…, h. 49

kembali, dan pesan-pesan Alquran dapat ‘hidup’dan menjadi efektif sekali lagi.55

Analisis Metodologi Fazlur Rahman dalamMemahami Alquran dan Hadis

Sebagaimana yang telah diketahui, dalammelakukan kajian-kajian terhadap teks, FazlurRahman menggunakan metode kritik sejarah(critical history), metode penafsiran sistematis(systematic interpretation) dan pada akhirnyadisempurnakan dengan metode gerakan ganda(double movement method).

1. Sumber Pemikiran MetodologiLahirnya pemikiran Fazlur Rahman tidak

berasal dari ruang hampa tanpa ada dialektikadengan realitas sosial yang melingkupinya.Dengan demikian sangat dimungkinkan adanyapengaruh yang ikut mendorong lahirnya gagasan-gagasan Fazlur Rahman.

Berkaitan dengan pandangan-pandanganFazlur Rahman tentang Alquran dan hadis, jikaditelusuri lebih jauh, kenyataanya adalah FazlurRahman terpengaruh oleh gagasan-gagasankalangan modernis klasik, seperti Sir Sayyid, AmirAli, dan Iqbal. Banyak gagasan Fazlur Rahmanmengenai penubuhan ajaran-ajaran sosial Alqurandan sunah tidak menampakkan perbedaanbentuk yang mendasar dengan modernismeklasik.56 Akan tetapi elaborasi Fazlur Rahmanterhadap gagasan modernisme klasik dalamhal ini adalah orisinal, dimana orisinalitasnyanampak dalam rumusan dan operasi metodologisistematisnya, yaitu penyaringan prinsip-prinsipumum sebagai bagian dari etika Alquran. Subtansigagasan-gagasannya lebih berisi dan mendalamkarena ditarik dari ajaran keseluruhan Alquranyang tersistematisasi dalam etika Alquran.

Sedangkan konsepsi Fazlur Rahman, tentangAlquran sebagai respon terhadap situasi sosio-moral Arabia pada abad ketujuh, dan karenanyaharus dipahami secara sistematis dalam latarkesejarahan serta urutan kronologisnya, lebihmemperlihatkan pengaruh tradisi kajian-kajianAlquran di Barat ketimbang tradisi kajian-kajian Alquran yang dikembangkan dikalangan

55 Daud Damsyik, Reinterpretasi Sumber Hukum Islam…, h. 22756 Taufik Adnan Amal, Islam dan tantangan Modernitas…, h. 220

10

Page 11: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …

M. Samsul Ma’arif: Epistemologi Fazlur Rahman

muslim.57 Pendekatan historis-kronologis yangmenjadi inti metodologi sistematisnya meskipundapat dirujukkan sumbernya kedalam gagasantradisional atau modernisme klasik, tetapi lebihterlacak berada dalam tradisi metodologi Barat.

Pada poin ini, menurut penulis, konsepsiFazlur Rahman tentang Alquran yang merupakanrespon terhadap situasi sosio-moral Arabia padaabad ketujuh, dan karenanya, menurut FazlurRahman harus dipahami secara sistematis dalamlatar kesejarahan serta urutan kronologisnya,memilki sumber keterpengaruhan dari duatradisi, yaitu; tradisi modernis klasik dan tradisikeilmuan Barat. Akan tetapi sistematisasi etikaAlquran sebagai prinsip umum dan totalitasajaran Alquran yang menjadi bagian dari langkahpenafsiran sistematis-komprehensifnya, menurutpenulis menjadi pembeda Fazlur Rahman dengankalangan modernisme klasik dan pemikirankajian Alquran di Barat itu sendiri.

Selanjutnya, ketika dicermati, metode-metodeFazlur Rahman dalam memahami teks Alquranmupun hadis, baik metode kritik sejarah, metodepenafsiran sistematis dan metode gerakan ganda,menurut penulis ketiga metode ini tidaklah berdirisendiri-sendiri, melainkan saling terkait, salingmengisi dan saling melengkapi, hal itu dapatdilihat dari sistematisasi operasioanalnya yangselalu melibatkan unsur-unsur tersebut. Bahkanmetode gerakan ganda (double movement)merupakan penyempurnaan dari upaya-upayametodologis sebelumnya.

Berkaitan dengan penafsiran sistematis ataudisebut juga dengan metode gerakan gandadi mana Fazlur Rahman mengoperasionalkandengan sistematisasi dua gerakan, Penulismenemukan bahwa gerakan pertama dalammetode ini berkaitan dengan konsepsi FazlurRahman, bahwa mengkaji Alquran harus disertaikajian terhadap situasi masyarakat, adat istiadat,bahkan kehidupan menyeluruh bangsa Arabketika Alquran diturunkan.

Konsepsi ini senada dengan ungkapan ahlihukum mazhab Maliki yang terkenal, Al-Syatibi(w. 1388) dalam masalah konteks. MenurutAl-Syatibi, untuk mengetahui Alquran perlumemahami situasi dan kondisi di mana Alquranditurunkan.58 Menurutnya, untuk memahami

57 Taufik Adnan Amal, Islam dan tantangan Modernitas …, h. 22358 Abu Ishaq Al-Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushul al-Syariah,

teks arab yang Alquran diturunkan dengannya,diperlukan pengetahuan tentang sejumlahkeadaan (Muqtadhayat al-Ahwal), keadaan bahasa(Hal nafs al-khitab), keadaan Mukhatib (Author)dan keadaan Mukhatab (Audience) dan untukmemahami ini diperlukan pula pengetahuantentang konteks-konteks diluarnya yang lebihluas (al-Umur al-Kharijiyah).59

Dengan menyimak bangunan pemikiranFazlur Rahman dan pemikiran Al-Syatibi dalamkonteks ini, penulis berkesimpulan bahwakeduanya memiliki sisi kesamaan. Persamaan itunampaknya akan lebih jelas dengan menyimakungkapan Al-Syatibi tentang pemahamanterhadap Alquran, dimana menurutnya petunjuk-petunjuk umum dan universal bersifat pasti,sementara petunjuk khusus bersifat mungkin dankondisional, karena itu petunjuk umum harusdidahulukan.60 Sedangkan Fazlur Rahman dalamkonsepnya tentang ideal moral mengatakanbahwa ideal moral bersifat universal. Alqurandipandang elastis dan fleksibel.61

Adapun mengenai prosedur gerakan keduayang dikembangkan Fazlur Rahman dalammetode penafsiran sistematis-komprehensifatau metode gerakan ganda (double movement)ini, tidak lain merupakan elaborasi sistematisterhadap gagasan qiyas tradisional atau penalarananalogis. Operasional qiyas tradisional inidimulai 1) Menentukan suatu teks Alquranatau hadis yang relevan dengan kasus baru.2) Menimbang persamaan esensial atau ratiolegis (‘illat al-hukm) antara kedua kasustersebut. 3) Memperhitungkan perbedaan danmendeterminasi bahwa perbedaan-perbedaan itudapat diabaikan. 4)Memperluas atau menafsirkanratio legis(‘illat hukm) untuk mencakup kasusbaru tersebut.

Tetapi menurut Fazlur Rahman, para fukahatidak pernah menerapkan prinsip qiyas ataupenalaran analogis ini dengan cara yang seragam.Terkadang prinsip ini diterapkan terlalu ketat,sementara pada kesempatan yang lain diterapkanterlalu liberal.62 Oleh sebab itu, Falur Rahmanmemandang operasi qiyas tradisional itu perlu

(Kairo; Maktabah al Usrah, tt), juz III, h. 29559 Abu Ishaq Al-Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushul al-Syariah, h. 29460 Abu Ishaq Al-Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushul al-Syariah., h. 26161 Fazlur Rahman, Islam and Modernity …, h. 662 Fazlur Rahman, Interpreting Qur’an…,.h. 48

11

Page 12: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …

Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016

diberi konseptualisasi baru. Petama kali yangharus dilakukan adalah upaya penyarian prinsip-prinsip (‘illat al-hukm) secara menyeluruh danpenataannya secara sistematis sebagai etikaAlquran. Apabila etika Alquran ini tergarapmaka hukum-hukum baru dapat disimpulkandarinya dengan mempertimbangkan kondisiaktual dewasa ini. Bagi Rahman inilah hakikatsebenarnya dari prosedur qiyas, yang disebutnyasebagai qiyas sitematis.63 Dengan demikian,qiyas yang dimaksudkan Fazlur Rahman dalamoperasional gerakan kedua dalam metodenyaadalah qiyas yang dilakukan dari totalitas ajaranAlquran, bukan dari nash-nash yang terisolasi.Dan ini tentu menjadi perbedaan mendasarantara qiyas yang dikemukakan ahli hukum darikalangan tradisionalis dengan gagasan-gagasanqiyas Fazlur Rahman.

Sementara itu, dalam kajian historis tentangevolusi sunah dan hadis, Fazlur Rahmanberpandangan hadis harus dijadikan sebagaiprinsip, di mana hadis-hadis tersebut harusdipandang sebagai indeks kepada sunah Nabi.Ia tidak sepakat dengan pandangan tradisionalistentang isnad sebagai justifikasi historisitas hadis.Ia menilai isnad tidak bisa dijadikan argumentasipositif yang final, bahkan menurut Fazlur Rahmanisnad itu berkembang belakangan, bermula sekitarpenghujung abad pertama hijriyah. PemikiranRahman ini jika ditelusuri memiliki kesamaandengan Joseph Schaht dan para orientalis padaumumnya tentang isnad.

Bagi Fazlur Rahman, hadis-hadis tidak lainadalah refleksi verbal dari sunah yang hidupsedangkan yang ia maksud dengan sunah yanghidup adalah sunah kaum muslimin awal atauijma’ yang merupakan kristalisasi interpretasikreatif atau ijtihad terhadap sunah Nabi. FazlurRahman juga membedakan antara hadis teknisdengan hadis–hadis historis atau biografis. Hadis-hadis historis atau beografis inilah yang dimaksudRahman dengan sunah Nabi atau kegiatanhidup Rasul.64 Sedangkan menurutnya, hadisteknis yang terdapat dalam koleksi-koleksi hadis

oleh kaum muslim sendiri, seolah-olah tentangNabi, meskipun memiliki sentuhan historis yangpenting dengan Nabi.65

Konsepsi Fazlur Rahman tentang menjadikanhadis sebagai prinsip yang dipandang sebagaiindek kepada sunah Nabi, jika ditelusuri jugaditemukan akarnya pada konsepsi Iqbal, dimanaIqbal pernah mengemukakan suatu gagasan yangsignifikan bahwa nilai hadis harus di pandangsebagai indeks kepada spirit Islam denganrujukan kepada hukum dan masyarakat, bukansebagai wahana aturan-aturan hukum Islam.Mengenai hal ini, Taufik Adnan Amal mengutipdalam penjelasannya, bahwasanya menurutNasim Ahmad Jawed, Fazlur Rahman sepenuhnyamengembangkan pandangan Iqbal dalam upayamencairkan hadis-hadis teknis kedalam bentuksunah yang hidup.66

Menurut Fazlur Rahman, dalam memahamihadis, penafsiran situasional harus dilakukan,hadis-hadis harus ditafsirkan menurut perspektifhistorisnya yang tepat dan menurut fungsinya yangtepat di dalam konteks kesejarahannya. Demikianhadis-hadis hukum harus dipandang sebagaisuatu masalah yang harus ditinjau kembali, danbukan sebagai hukum yang sudah jadi yangharus diterapkan secara langsung. Penafsiransituasional atau historis dalam rangka mencairkanhadis-hadis ke dalam bentuk sunah yang hidupini akan membuat kita dapat menyimpulkannorma-norma darinya untuk diri kita sendirimelalui suatu teori etika yang memadai danpenubuhan kembali hukumnya.67

Secara metodologis Fazlur Rahman adalahsarjana muslim yang terdidik dan terlatihdidunia kademis Barat serta memahami denganmendalam pendekatan kesejarahan modernyang dipelajarinya. Ia sangat akrab dengankajian-kajian kesarjanaan tentang Alquran diBarat. dari sudut ini dapat dipastikan bahwapendekatan historis kronologis yang menjadiinti metodologi sistematisnya itu bersumberpada tradisi kesarjanaan Barat. Meskipun

yang ada dewasa ini tidaklah bersifat historis,65 Fazlur Rahman, Islamic Methodology in History..., h. 76.hadis teknis tidak lain merupakan keseluruhan

ungkapan yang diformulasikan dan dikemukakan

63 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas..., h.22164 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas..., h.

172-173

Lihat Taufik Adnan Amal, Islam dan tantangan Modernitas...,h.172

66 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas..., h.1765

67 Fazlur Rahman, Islamic Methodology in History…, h.80. Badingkan Taufik Adnan Amal, Islam dan TantanganModernitas..., h.173

12

Page 13: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …

M. Samsul Ma’arif: Epistemologi Fazlur Rahman

demikian temuan-temuan kesarjanaan Barat initidak selamat dari kritisisme Fazlur Rahman.Dengan demikian pengaruh kesarjanaan Baratterhadapnya nampaknya hanya terbatas padapendekatan-pendekatan historis-kronologisnya,akan tetapi pendekatan historis–kronologisFazlur Rahman memiliki karakteristik nyata yangmembedakan secara subtansial pendekatannyadengan Barat.

2. Implikasi Penerapan Metodologi Fazlur RahmanFazlur Rahman memandang perlunya

perumusan kembali metodologi untuk mem-peroleh prinsip-prinsip hukum Islam dari Alqurandan sunah. Metodologi yang ditawarkannya terdiridari dua gerakan ganda pemikiran yuristik ataudikenal dengan double movement. Pertama, dariyang khusus (partikular) kepada yang umum(general) dan kedua, dari yang umum kepadayang khusus.68 Fazlur Rahman yakin bahwadengan penerapan teori “double movement”dalam penafsiran teks, ijtihad dapat hidupkembali, dan pesan-pesan Alquran dapat ‘hidup’dan menjadi efektif lagi.

Dalam perumusan metodologi penafsiran,Fazlur Rahman menitikberatkan pada pemahamanaspek hukum atau sosial ajaran-ajaran Alquran,69

di samping penekanan yang tegas padapembedaan antara sasaran dan tujuan-tujuanAlquran atau “ideal moral” dari ketentuan legalspesifiknya. Gerakan ganda yang dikemukanoleh Fazlur Rahman nampak strategis dalamupaya mengaitkan kerelevanan teks Alquran pada

68 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, h.195. Berdasarkan metodologi yang telah ditawarkannya, FazlurRahman mencoba membuat sistematisasi sebagai berikut: (1)Upaya perumusan pandangan dunia yang setia kepada matriksAlquran dan dapat dimengerti kaum Muslim kontemporer. (2)Upaya sistematisasi etika Alquran yang merupakan penghubungantara teologi dan hukum. (3) Upaya reformasi hukum danpranata Islam modern yang ditarik dari etika Alquran denganmempertimbangkan secara cermat situasi kekinian. Rahmanberharap dengan usaha-usaha seperti ini kaum Muslimin dapatmenyelesaikan krisis yang dihadapinya dan menurutnya haltersebut memiliki implikasi yang serius terhadap masa depanIslam dan umatnya.

69 Gerakan ganda (double movement) yang ditawarkanFazlur Rahman lebih tertuju pada penafsiran hukum atau ajaransosial Alquran. Alquran adalah ajaran yang berkepentingan untukmenghasilkan sikap moral yang benar bagi tindakan manusia,baik politik, agama, sosial dan sebagainya, karena itu Alquranmengutamakan semua penekanan moral dan faktor-faktorpsikologis, yang melahirkan kerangka berpikir yang benar bagitindakan. Lihat Daud Damsyik, Reinterpretasi Sumber HukumIslam: Kajian Pemikiran Fazlur Rahman, Stit Al-Amin TangerangSelatan Banten, AL-‘ADALAH Vol. XI, No. 2 Juli 2013

konteks kekinian,70 terutama untuk merumuskankembali hukum dari Alquran.71

Menurut Fazlur Rahman, yang menjadi dasarhukum adalah prinsip-prinsip moral Alquran.Konsepsi ini mengimplikasikan bahwa konsephukum Islam adalah semua hukum yang tidakbertentangan dengan prinsip-prinsip moralAlquran. Sementara mayoritas ahli hukumberpendapat bahwa dasar hukum Islam adalahAlquran “kitab Allah”, sedangkan prinsip-prinsipmoral yang identik dengan konsep al-maslahatdipandangnya sebagai tujuan (maqasid) bukansebagai dasar. Posisi pemikiran Fazlur Rahmancenderung mempertegas dan mengembangkanterm “Alquran” dan “kitab Allah” menjadi‘prinsip-prinsip moral’ yang lebih jelas. Keduanyapunya implikasi hukum yang berbeda. Konsepushul al-fiqh72 berorientasi konservatif-tekstualsedangkan pemikiran Rahman berorientasiprogresif-kontekstual.

70 Metodologi Fazlur Rahman adalah gerakan kembali ke akarspiritual Islam dengan pijakan akar metode historis yang kuat,dikenal dengan istilah “Kembali kepada Alquran dan Sunnah”. Halini merupakan usaha untuk menyarikan prinsip-prinsip normatifIslam dari akar sepiritualnya secara sistimatis dan menyeluruh,guna diinteraksikan dengan situasi kekinian yang konkret, sepertitercermin dalam gerakan kedua metodologi sistematisnya. DaudDamsyik, Reinterpretasi Sumber Hukum Islam:, AL-‘ADALAH Vol.XI, No. 2 Juli 2013

71 Fazlur Rahman menghendaki, “reformasi hukum Islam”,yakni perubahan hukum Islam yang tidak hanya pada tatarantathbîq (penetapan hukum), tetapi juga perubahan hukum padatataran istinbath (pengambilan hukum). Untuk mendukungalternatif yang terakhir ini diperlukan rekonstruksi metodologihukum Islam yang mencakup konseptualisasi dasar-dasarhukum Islam dan operasionalisasi konsep-konsep tersebutdalam rumusan metodik. Karena menurutnya, visi alternative“transformasi hukum Islam” yakni perubahan hukum Islampada tataran tathbiq al-hukm dengan tetap mempertahankanrumusan hukum hasil istinbath, merupakan visi alternatif yangtidak konsekuen. Contoh yang dianggap relavan misalnyapada kasus riba pada zaman Nabi dengan bunga bank, unsur-unsur motif, fungsi dan latar belakang sosiologi yang mengitarikeduanya sebagai sebuah sistem menjadikan kasus ini berbeda.Dalam hal ini tathbiq al-hukm yang didasari peranan akal, nalardan ijtihad amat diperlukan ketimbang sekedar istinbath hukum.Lihat Ghufron Mas’adi, Metodologi Pembaharuan Hukum Islam,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa, 1997), h.113.

72 Konsep-konsep ushul fiqh klasikpun tidak luput darikritikan Rahman seperti fungsi ushul fiqh dalam literatur klasikadalah sebagai sarana untuk merumuskan dalil-dalil hukumsyar’i. Maka otomatis ketika menjadi metode istinbath al-hukm,ushul fiqh akan memahami dalil-dalil syar’i secara aprioritanpa mempertimbangkan latar belakang sosiologis dalil-daliltersebut tanpa mengaitkan dengan kasus-kasus hukum (al-waqî’at) aktual. Maka pada dasarnya konsep-konsep istinbâhal-hukm merupakan proses pemikiran induktif atas dalil-dalilsyar’i. Berbeda dengan konsep tathbîq al-hukm (penerapanhukum) yang bercorak deduktif, yakni penerapan dalil-dalil syar’iterhadap kasus-kasus tertentu. Lihat Ghufron Mas’adi, MetodologiPembaharuan Hukum Islam, h. 112.

13

Page 14: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …

Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016

Selanjutnya, untuk memahami lebih utuh danmenemukan gambaran implikasi dari penerapanmetodologi Fazlur Rahman dalam memahamiAlquran dan hadis, penulis menyertakan dalamanalisis ini beberapa produk pemikiran FazlurRahman terkait isu-isu yang dihadapi umat Islamdi zaman Modern. Beberapa ide pemikiran FazlurRahman, di antaranya adalah:

1. Zakat dan Pajak

Pada awal 1966, Fazlur Rahman menyarankanpemerintah Pakistan lewat Dewan PenasehatIdeologi Islam, bahwa struktur perpajakansebaiknya dirasionalkan dan diefisienkan denganmenerapkan kembali “zakat” dan membenahitarifnya mengingat makin melambungnyaanggaran belanja pemerintah, dan memperluascakupannya kepada sektor investasi kekayaansehingga dapat memperbaiki motivasi Islami parapembayar pajak dan meminimalkan pengelakanpembayaran pajak.73

Saran Fazlur Rahman didasarkan padapenafsirannya terhadap rincian distribusi zakatdalam surat al-Taubah: 60 yang merupakanmanifestasi dari salah satu prinsip keadilansosial dan ekonomi dalam QS. al-Hasyr: 7yang menyatakan bahwa kekayaan tidak bolehberedar hanya dikalangan orang-orang kayasaja. Fazlur Rahman berpandangan bahwakategori-kategori yang ditetapkan dalam QS.al-Taubah: 60 tersebut sedemikian luasnyasehingga dapat merangkum seluruh aktivitasnegara. Kesejahteraan sosial dalam arti luas,yang diisyaratkan oleh ayat tersebut meliputimembantu orang-orang yang terjerat hutang,gaji pegawai administratif (kolektor pajak),pengeluaran diplomasi (untuk menarik hati orang-orang ke dalam islam), pertahanan, pendidikan,komunikasi dan kesehatan.74 Menurut FazlurRahman perlu adanya langkah penyesuaian tarifzakat selaras dengan kebutuhan kontemporeryang dapat diaplikasikan sebagai penggantipajak-pajak sekuler di negara-negara Islam. Inimenurut Fazlur Rahman, akan memberi motivasireligius kepada para wajib pajak.75 Sebab dalam

pemahaman Fazlur Rahman memahami, zakatmerupakan satu-satunya pajak yang ditetapkandalam Alquran.

Menurut hemat penulis, upaya Fazlur Rahmanuntuk menetapkan zakat sebagai pajak, tentunyatidak lepas dari operasionalisasi metode doublemovement diantaranya yaitu penumbuhan etikaAlquran ke dalam konteks kontemporer. Halini merupakan gerakan kedua dari metodetafsir yang digagas Fazlur Rahman. Mekanismepenumbuhan ini meliputi modifikasi aturan-aturan lama selaras dengan situasi kontemporer,asalkan tidak memaksakan prinsip-prinsip yangtelah disistematisasikan ke dalam etika Alquran.Namun sebelumnya, perlu dilakukan kajian dananalisis terhadap situasi kontemporer besertaberbagai komponennya demi kesuksesanpenumbuhan etika Alquran.76

2. Riba dan Bunga Bank

Pada tahun 1962, Pemerintah Pakistanmengajukan rancangan anggaran belanja kepadaSidang Majlis Nasional, tetapi rancangan tersebutditolak karena didasarkan pada bunga bank yangdilarang oleh Islam.

Larangan riba oleh Alquran sangat berkaitandengan penegakan kesejahteraan masyarakat. ParaAhli hukum Islam masa pertengahan menetap-kan bahwa segala jenis bunga adalah riba danhukumnya haram. Hingga sekarang ini mayoritasMuslim masih berpendapat demikian, walaupun didunia modern, peran bank dalam konteks ekonomipembangunan sudah sangat berubah.77

Sedangkan Fazlur Rahman menyimpulkan,bahwa sistem ekonomi bisa saja disusun dimana bunga bank dihapus, akan tetapi kondisiPakistan pada saat itu belum memungkinkanbagi kontruksi idealistis tersebut.

“Selama masyarakat kita (Pakistan-pen)belum direkontruksi berdasarkan pola Islam,maka merupakan langkah bunuh diri bagikesejahteraan ekonomi masyarakat dan sistemfinansial negara, bukan bertentangan denganspirit dan tujuan Alquran dan sunnah (jika)bunga bank dihapuskan”.78

73 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, h. 97.74 Fazlur Rahman, Tema Pokok al-Qur’an,Terj. Anas

Mahyuddin, (Bandung:Penerbit Pustaka, 1995), h. 60-6175 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas..., h.

218.

76 Fazlur Rahman, Islam and Modernity, h. 777 Ghufron Mas’adi, Metodologi Pembaharuan Hukum Islam..,

h. 11378 Fazlur Rahman, Riba..., h. 40-41, dalam Taufik Adnan Amal,

Islam dan Tantangan Modernitas, h. 180.

14

Page 15: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …

M. Samsul Ma’arif: Epistemologi Fazlur Rahman

Pada waktu terjadi kontroversi tentang bungabank di Pakistan ini, yaitu ketika Fazlur Rahmanmengutarakan pandangannya tentang bungabank ke hadapan Dewan Penasihat IdeologiIslam, sebuah surat kabar lokal tertanggal 22september 1963, memberitakan bahwa FazlurRahman telah mengemukakan opini bunga bankyang ringan adalah halal, dan bunga bank yangberlipat ganda adalah haram.79

3. Poligami

Alquran QS. Al-Nisa’[4]:3, turun sebagairespons terhadap perilaku para wali dari anak-anak yatim, baik laki-laki maupun perempuanyang sering menyelewengkan harta kekayaanmereka.80 Kemudian Alquran menyerukan agarmereka para wali tidak menyelewengkan hartakekayaan itu, dan mereka boleh mengawininyasampai empat diantara mereka, asalkan dapatberlaku adil.81 Fazlur Rahman tidak sepakat, jikafrase berlaku adil berarti keadilan dan persamaandalam perlakuan lahiriah dan materi seperti yangdiajukan para ulama. Karena itu ketika Alquranmengatakan bahwa mustahil untuk berlaku adildi antara istri-istri, maka secara jelas kitab suciitu menyatakan mustahil mencintai lebih dariseseorang wanita dengan cara yang sama.

Pandangan Alquran di atas, menurut FazlurRahman terdapat perbedaan antara aspek legaldan ajaran moral Alquran, yaitu: izin untuk beristriempat orang, dan keharusan untuk berlaku adilkepada mereka. Berdasarkan perbedaan ini,Fazlur Rahman menyimpulkan;

“Yang benar nampaknya bahwa diizinkanpoligami adalah pada taraf legal, sementarasanksi-sanksi yang diberikan kepadanyapada hakikatnya adalah sebuah cita-citamoral yang mana masyarakat diharapkanbergerak kearahnya, karena tidak mungkinuntuk menghapuskan poligami secara legalsekaligus”.82

Menurut Fazlur Rahman, masalah poligamisudah menjadi semacam fenomena yang

79 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, h.9480 Abdul Fatah Abdul Ghani Al-Qadhi, Asbab al Nuzul ‘an al-

Shahabah wa al-Mufassirin, (Mesir: Dar al-Salam, 2005), h. 6481 Mawardi, Hermeneutika Alquran Fazlur Rahman, dalam

Hermeneutika Alquran dan Hadis, (Yogyakarta: eLSAQ Press,2010), h. 80

82 Lihat Fazlur Rahman, Tema Pokok Alquran, h.70

melekat erat dalam struktur masyarakat Arabpada saat itu yang tidak akan bisa denganseketika dihilangkan, maka dari itu, Alqurandengan bijaksana menerima status quotersebut dengan disertai langkah-langkah per-baikan melalui sejumlah rancangan hukum.Tetapi bersamaan dengan itu, Alquran jugamengemukakan rancangan moral, yang manamasyarakat secara gradual dianjurkan menujuke suatu arah, yakni monogami.83

Akhirnya, dari analisis beberapa sampelpemikiran Fazlur Rahman dalam beberapapermasalahan di atas, nampak pengembangangagasan-gagasan dalam sistem pemikiran FazlurRahman telah mencapai tingkat pencapaiannyadan telah bergeser dari konseptualisasi tradisiyang lama. Oleh sebab itu, menurut penulis, padatitik ini terlihat jelas perbedaan implikasi daripenerapan metodologi yang ditawarkan FazlurRahman dalam memahami Alquran dan hadis,lebih-lebih berkaitan dengan penafsiran hukumIslam, dimana produk pemahamnnya nampaklebih progresif dan dinamis.

Konstribusi Epistemologi Fazlur RahmanTerhadap Perkembangan Pemikiran Alqurandan Hadis pada Era Modern

Dalam konteks pembaruan Islam, FazlurRahman adalah penerus kaum modernis. Namun,berbeda dengan kaum modernis yang lebihbanyak bertumpu pada sumber-sumber modern, iamenyarankan pijakan yang lebih kokoh terhadapakar-akar khazanah Islam klasik yang kaya. Danjuga ia berbeda dengan kaum tradisionalis yangsering terjebak dalam romantisme berlebihan,Fazlur Rahman menawarkan metodologi yangmemungkinkan kekayaan yang terkandung dalamwarisan Islam klasik tersebut memiliki relevansiuntuk mengatasi masalah-masalah modern,dengan melakukan reformulasi pada wilayahkonseptual dan operasionalnya.

Bagi Fazlur Rahman, kaitan Alquran dansunah nabi itu dinamis dan dialektis. Dalampraktik ijtihad kaum Muslim awal, kitab suci dansunah nabi adalah data objektif, yang subjektifadalah pemahaman mereka. Di sini keragamanhasil ijtihad diakui, keragaman itu kemudianmengkristal dan memunculkan opini publikyang

83 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, h. 90.

15

Page 16: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …

Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016

secara sosial diakui ada relevansinya; kristalisasiinilah yang disebut Ijma’.

Kemunculan gerakan neo modernis sepertiyang digagas Fazlur Rahman, setelah modernisdan tradisionalis adalah merupakan koreksiatas gerakan-gerakan sebelumnya; sekaligusmenjembatani antara arus modernisme dantradisionalisme. Sikap modernis menentangpemikiran tradisionalis telah mengurangiinspirasi-inspirasi intelektual yang merupakanlandasan pembentukan Islam historis, akan tetapikaum tradisionalis juga terlalu apriori terhadapide-ide baru serta terlalu berorientasi kepadamasa lampau.

Neomodernisme Fazlur Rahman me -ngembangkan sikap kritisnya terhadap Baratmaupun warisan-warisan kesejarahan sendiri.Keduanya harus dikaji secara objektif, Karenaitu, tugas utama yang paling mendasar adalahmengembangkan suatu metodologi yang tepatdan logis untuk mempelajari Alquran dan hadisguna mendapatkan petunjuknya. Dan metodologiinilah yang menjadi ciri pembeda neomodernismedengan modernisme klasik.

Sebagai seorang neomodernis, metodologitafsir Rahman adalah meletakkan ayat-ayatAlquran dalam suatu setting sosiologisnya, yaitudalam lingkungan Nabi bergerak dan bekerja,serta pentingnya membuat distingsi (perbedaan)antara tujuan atau ‘ideal moral’ Alquran denganketentuan ‘legal spesifik’nya. Konsep-konsepmetodologi ini selanjutnya dijabarkan secaraoperasional dalam rumusan metodis yang terdiridari dua gerakan: Pertama, gerakan merumuskanprinsip-prinsip umum Alquran, dan kedua, adalahgerakan penerapan prinsip-prinsip umum tersebutdalam situasi konkret aktual sekarang ini.84

Berdasarkan metodologi yang ditawarkannya,Fazlur Rahman mengupayakan reformasi hukumdan pranata Islam modern yang ditarik dari etikaAlquran dengan mempertimbangkan secaracermat situasi kekinian. Di samping kajian yangbertalian dengan sejarah religio filosofis Islam,Fazlur Rahman juga memberikan perhatianterhadap modernisme Islam. Melakukan kajianmodernisme adalah sebuah keharusan bagiseorang pemikir pembaharu. Karena prinsipesensial dalam modernisme adalah bentuk

84 Daud Damsyik, Reinterpretasi Sumber Hukum Islam…,h.225

protes terhadap hak untuk mengkaji secarabebas sumber-sumber Islam dan menerapkanpemikiran modern dalam penafsiran mereka,tanpa menghiraukan konstruksi-konstruksi ajaranyang telah dirumuskan dan diwariskan oleh paraulama serta para fuqaha terdahulu.85

Bagi Fazlur Rahman meskipun modernismeklasik telah benar dalam semangatnya, namunmasih memilki dua kelemahan mendasar yangmenyebabkan timbulnya reaksi dalam bentukneo revivalisme, kelemahan itu adalah;86 pertama,modernisme klasik tidak menguraikan secaratuntas metodenya yang secara implisit terletakdalam menangani masalah-masalah khusus danimpliklsai dari prinsip-prinsip dasarnya. Kedua,masalah-masalah yang dipilih kalangan modernisklasik adalah masalah-masalah yang berkembangdi dunia Barat, sehingga terdapat kesan yang kuatbahwa para modernis klasik telah terbaratkandan merupakan agen-agen westernisasi.

Menurut Fazlur Rahman, krisis pemikiranIslam pada periode modern merupakan akibatalienasi progresif dari spirit dan ajaran Nabi,dan solusinya adalah kembali kepada akar-akarspiritualnya. Akan tetapi, yang dimaksud denganistilah “kembali” secara intelektual adalah tempatdan berpijak pada metodologi sistematis untukmemahami kedua sumber Islam secara totaldan tuntas.87 Langkah esensial pertama kali yangharus segera dilakukan adalah mengadakanpembedaan yang jelas antara “Islam normatif”dan “Islam historis”. Islam normatif menjadipenilai terhadap Islam historis, yakni Islamsebagaimana yang diterjemahkan oleh kaumMuslimin selama empat belas abad ini. Langkahkedua adalah rekonstruksi ilmu-ilmu Islam yangmeliputi teologi, hukum, dan etika, filsafat, sertailmu-ilmu sosial.88

Dengan pemahaman yang demikian, FazlurRahman telah merumuskan karakteristik neomedernismenya, dengan karakter utamanyaadalah pengembangan suatu metodologi

85 H.A.R Gibb, Aliran-aliran Modern dalam Islam, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 1995), h. 97.

86 Kaum fundamentalis maupun modernis, menurut FazlurRahman, kedua-duanya tidaklah mempunyai metode yangcukup Jelas. Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas…, h. 169.Bandingkan dengan Taufik Adnan Amal, Islam dan TantanganModernitas…, h. 109

87 Fazlur Rahman, Islam dan Modernity…, h. 13088 Fazlur Rahman, Islam dan Modernity…, h. 141-161

16

Page 17: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …

M. Samsul Ma’arif: Epistemologi Fazlur Rahman

sistematis khomprehensif yang mampu me-lakukan rekonstruksi secara total dan tuntasterhadap pemikiran Islam,tanpa harus tunduk danmengadopsi secara buta terhadap metodologiBarat atau menafikannya, tetapi lebih dari ituharus tetap setia kepada akar-akar spiritual Islamdan sanggup menjawab kebutuhan-kebutuhanIslam di zaman modern. Dan inilah yang menurutpenulis, yang menjadi konstribusi epistemologiFazlur Rahman terhadap perkembanganpemikiran Alquran dan hadis di zaman modern.

PenutupBerdasarkan penelitian yang telah dilakukan

tentang epistemologi Fazlur Rahman dalammemahami Alquran dan hadis, penulis akhirnyasampai pada kesimpulan;

1. Epistemologi Fazlur Rahman dalam memahamiAlquran dan hadis merupakan epistemologiburhani, metode dalam epistemologinyadidasarkan pada observasi dan eksperimenyang kemudian disistematisasikan denganoperasionalisasi metode kritik sejarah (criticalhistory), penafsiran sistematis (sistematicinterpretation) dan disempurnakan denganmetode gerakan ganda (double movement).Sedangkan argumentasi penalaran yangdigunakannya dalam memahami Alquran danhadis adalah argumen demonstratif, verifikatifdan eksploratif dengan pendekatan historis,normatif dan filosofis.

2. Epistemologi Fazlur Rahman memiliki relevansiyang signifikan terhadap perkembanganpemikiran Alquran dan hadis pada eramodern, yaitu dalam aspek pengembangandan sistematisasi metodis untuk mendapatkanpenafsiran dan pemahaman yang komprehensifdan mampu memberikan solusi terhadappermasalahan umat Islam dewasa ini,khususnya aspek hukum Islam. Akan tetapiberkaitan dengan evolusi sunah dan hadis,meskipun telah membela otientisitas sunahdari serangan orientalis, Fazlur Rahmanmemiliki konsepsi yang liberal dan berbahaya,dimana ia meragukan keabsahan sebagianbesar hadis-hadis teknis yang ada dalam kitab-kitab hadis, dan tradisi isnad menurutnyatidaklah menjamin validitas hadis, karenaisnad itu sendiri baru berkembang padapenghujung abad pertama Hijriyah.

Pustaka AcuanAmiruddin, Hasbi, Konsep Negara Islam Menurut

Fazlur Rahman, Yogyakarta: UII Press, 2000.Amal, Taufik Adnan, Islam dan Tantangan

Modernitas:Studi atas Pemikiran HukumFazlur Rahman, Bandung; Mizan, tt.

Abdullah, Amin, Islamic Studies di PerguruanTinggi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Abdullah, Amin,Studi Agama Normativitas atauHistorisitas?, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2011.

Baidan, Nasruddin, Metode Penafsiran Alquran,Yogyakarta: Pestaka Pelajar, 2002.

Bawaihi, Fazlur Rahman dan PembaharuanMetodologi Tafsir, Media Akademika, Vol.28,No.1, Januari 2013

Dahlan, Moh, Abdullah Ahmed an-Naim;Epistemologi Hukum Islam, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009.

Dahlan, Moh, Paradigma Ushul Fiqh MultikulturalGus Dur, Bengkulu; IAIN Bengkulu Press,2013.

Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam,Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996, Cet.ke-1.

Damsyik, Daud, Reinterpretasi Sumber HukumIslam: Kajian Pemikiran Fazlur Rahman,Stit Al-Amin Tangerang Selatan Banten, AL-‘ADALAH Vol. XI, No. 2 Juli 2013

Dua, A.Sonny Keraf dan Mikhael, IlmuPengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis,Yogyakarta: Kanisius, 2001.

Faiz, Fahruddin, Hermenutika Alquran: Tema-Tema Kontroversial Yogyakarta: eLSAQ, 2005.

Erlan muliadi, Hermeneutika Alquran Hadis,http://erlanmuliadi.blogspot.com /2010/12/hermenutika-al-quran-hadits.html

Fitria,Vita, Komparasi Metodologis Konsep SunnahMenurut Fazlur Rahman dan MuhammadSyahrur (Perspektif Hukum Islam), JurnalIlmu Syari’ah dan Hukum Asy-Syir’ah, Vol.45 No. II, Juli-Desember 2011

Gibb, H.A.R, Aliran-aliran Modern dalam Islam,Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1995.

Hidayat, Komaruddin, Memahami Bahasa Agama,Bandung: Mizan, 2011.

Hidayatullah, Syarif, Intelektualisme dalamPerspektif Neo-Modernisme, Yogyakarta:Tiara Wacana, 2000.

Hamersma, Harry, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat,Yogyakarta: Kanisius, 1993.

17

Page 18: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …

Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016

Ishaq, Abu Ishaq Al-Syatibi, al-Muwafaqot fiUshul al-Syariah, Kairo; Maktabah alUsrah, tt., juz III.

Mustaqim, Abdul, Pergeseran EpistemologiTafsir, Yogjakarta: Pustaka Pelajar,2008.

Mustaqim, Abdul, Metode PenelitianAlquran dan Tafsir, Yogyakarta: IdeaPress, 2014.

Mustaqim, Abdul, Madzahibut Tafsir: PetaMetodologi Penafsiran AlquranPeriode Klasik Hingga Kontemporer,Yogyakarta: Nun Pustaka, 2003.

Mustaqim, Abdul, Epistemologi TafsirKontemporer, Yogyakarta: Lkis Group,2011.

Munir, Rizal Mustansyir dan Misnal, FilsafatIlmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2013.

Maarif, Ahmad Syafii, Fazlur Rahman,al- Qur’an dan Pemikiran Islam, dalamIslam, diterjemahkan oleh AhsinMohammad, (Bandung: PenerbitPustaka, 1984)

Ma wa rdi, H ermen eu ti ka Alqu ra n Fazlur Rahman, dalam HermeneutikaAlquran dan Hadis,Yogyakarta: eLSAQPress, 2010.

Putri, Wahyuni Eka, Hermeneutika HadisFazlur Rahman dalam HermenutikaAlquran dan Hadis,Yogyakarta:eLSAQ,2010.

Rahman, Fazlur, Membuka Pintu Ijtihad,terj. Anas Mahyudin, Bandung: Pustaka,1984.

Rahman, Fazlur, Tema Pokok al-Qur’an,Terj.Anas Mahyuddin, Bandung:PenerbitPustaka, 1995.

Rahman, Fazlur, Islamic Methodology inHistory, Karachi:Central Institute ofIslamic Reseach, 1965.

Rahman, Fazlur, Islam, The University ofChicago Press, Ltd., London, Sec. Ed.1979

Rahman, Fazlur, Major Themes of theQur’an, Bibliotheca Islamica,Minneapolis, 1980.

Rahman, Fazlur “Iqbal and ModernMuslim Thought” Studies in Iqbal’sThought and Art, ed. M. SaeedSheikh, Lahore: Bazm-I- Iqbal, 1972.

Sutrisno, Fazlur Rahman; Kajianterhadap Metode, Epistemologi danSistem Pendidikan, Yogyakarta;Pustaka Pelajar, 2006.

Sanaky, Hujair AH, Pemikiran FazlurRahman Tentang Metodologi SunnahDan Hadits, Kajian Buku IslamicMethodology in History, pdf

Syukri, Ahmad, Metodologi TafsirAlquran Kontemporer DalamPemikiran Fazlur Rahman, jurnalpenelitian Sosial KeagamaanKontekstualita, Vol. 20, No.1, Juni2005

Page 19: EPISTEMOLOGI FAZLUR RAHMAN DALAM MEMAHAMI …