equal channel angular extrusion (indo)
DESCRIPTION
Equal Channel Angular Extrusion (ECAE) adalah sebuah proses inovatif untuk memperbaiki sifat logam melalui deformasi plastis pada pengerjaan dingin (cold working). Proses ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ilmuwan Rusia bernama Vladimir Segal pada tahun 1977. Ekstrusi sudut pada ECAE memungkinkan terjadinya deformasi plastis yang besar tanpa mengakibatkan perubahan bentuk penampang. Sudut cetakan (die) merupakan faktor penentu besarnya regangan plastis yang terjadi. Regangan plastis yang besar ini akan mengakibatkan bertambahnya kekuatan material melalui mekanisme penguatan regangan atau strain-hardening.TRANSCRIPT
1
EQUAL CHANNEL ANGULAR EXTRUSION (ECAE)
AN ALTERNATIVE METHOD TO IMPROVE
MECHANICAL PROPERTIES OF METALS
FX Catur Ari Setiyawan
Mechanical Metallurgy Laboratory, Dept. of Mechanical Engineering
FTI – ITB Ganesha 10 Bandung 40132
e-mail : [email protected]
ABSTRACT
Equal Channel Angular Extrusion (ECAE) is an innovative process to
improve metal properties through plastic deformation during cold working. This
process was invented by Russian scientist Vladimir Segal in 1977. ECAE process
makes possible the occurrence of large amounts of plastic deformation without
causing significant change in the geometric shape or cross-section. The die angle is
a determining factor that contributes to the magnitude of plastic strain. The
occurence of large plastic strain causes an increasing material strength through a
strain (or work) hardening mechanism.
One of the quick and economically methods that could be used to analyze the
ECAE is a numerical method with a finite element approach. Simulate metal forming
is not an easy task. It deals with many parameters involved and the non-linear
characteristic of plastic deformation and requires a specific and powerful software
such as MSC.Superform 2002. Using this software, the ECAE 2D Route-A process
had been modeled with a combination of eight repeated process and varied extrusion
angles (15°, 30°, 45°, 60°, 75°, and 90°). The model uses an aluminum billet (Al
1100 – O) that has a dimension of 10x10x30 mm as a worpiece, and a hydraulic
extrusion machine with a constant speed of 1 mm/s as a pressing mechanism.
The data obtained from the model include :
1. Flowlines.
2. Equivalent plastic strain.
3. Yield Strength.
4. Grain size prediction using Hall-Petch equation.
Keywords : Equal Channel Angular Extrusion/Pressing (ECAE/ECAP), Severe
Plastic Deformation (SPD).
2
EQUAL CHANNEL ANGULAR EXTRUSION (ECAE)
SEBAGAI METODE ALTERNATIF
UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT MEKANIK LOGAM
FX Catur Ari Setiyawan
Laboratorium Metalurgi Mekanik, Departemen Teknik Mesin
FTI – ITB Ganesha 10 Bandung 40132
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Equal Channel Angular Extrusion (ECAE) adalah sebuah proses inovatif
untuk memperbaiki sifat logam melalui deformasi plastis pada pengerjaan dingin
(cold working). Proses ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ilmuwan Rusia
bernama Vladimir Segal pada tahun 1977. Ekstrusi sudut pada ECAE
memungkinkan terjadinya deformasi plastis yang besar tanpa mengakibatkan
perubahan bentuk penampang. Sudut cetakan (die) merupakan faktor penentu
besarnya regangan plastis yang terjadi. Regangan plastis yang besar ini akan
mengakibatkan bertambahnya kekuatan material melalui mekanisme penguatan
regangan atau strain-hardening.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis proses ECAE
secara cepat dan ekonomis adalah metode numerik dengan pendekatan elemen
hingga (finite element). Banyaknya parameter yang terlibat dan faktor
ketidaklinieran pada deformasi plastis menuntut digunakannya perangkat lunak
yang khusus seperti MSC Superform 2002. Dengan menggunakan perangkat lunak
ini, proses ECAE 2D rute-A telah dapat dimodelkan dengan kombinasi antara
delapan kali tahapan proses dan sudut ekstrusi 15°, 30°, 45°, 60°, 75°, dan 90°.
Pemodelan menggunakan billet dari aluminium (Al 1100 – O) yang memiliki dimensi
10x10x30 mm dengan memakai mesin ekstrusi hidrolik berkecepatan konstan
sebesar 1 mm/s.
Data yang dapat diperoleh dari pemodelan meliputi :
1. Data aliran material (flowlines).
2. Regangan plastis total ekivalen.
3. Perubahan kekuatan luluh (yield strength).
4. Prediksi diameter butir menggunakan persamaan Hall-Petch.
Kata kuci : Equal Channel Angular Extrusion/Pressing (ECAE/ECAP), Severe
Plastic Deformation (SPD).
3
1. PENDAHULUAN
Equal-channel angular extrusion (ECAE) merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk meningkatkan kekuatan logam dengan cara deformasi plastis
berulang-ulang (severe plastic deformation). Illustrasi dari proses ECAE dapat
dilihat dalam Gbr.1.
Gambar 1 Illustrasi proses ECAE.
Cetakan ekstrusi dari proses ECAE terdiri dari dua jalur dengan bentuk dan luas
penampang yang sama. Kedua jalur ini saling bertemu dan membentuk sudut ekstrusi
Φ satu sama lain. Untuk setiap ekstrusi, benda kerja yang berupa billet ditempatkan
pada jalur 1 dan kemudian diekstrusi oleh plunyer hingga keluar melewati jalur 2.
Setelah proses ekstrusi dilakukan, benda kerja kemudian diputar terhadap sumbu
vertikalnya sesuai dengan jenis rute ECAE yang diinginkan. Sudut rotasi tersebut
untuk benda kerja yang berpenampang segi empat sama sisi adalah 0° untuk ECAE
rute A, 90° atau -90° untuk ECAE rute B, dan 180° untuk ECAE rute C.
Perulangan Proses
Φ
ROTASI
ECAE – A = 0°
ECAE – B = 90° / -90°
ECAE – C = 180°
benda kerja
plunyer jalur 1
jalur 2
P
4
Pada proses ECAE, cara yang digunakan untuk memperoleh regangan plastis
yang besar adalah dengan memperkecil sudut Φ (Φmin = 90°) dan menambah jumlah
perulangan ekstrusi. Semakin besar regangan plastis yang terjadi maka semakin
bertambah juga kekuatan logam (untuk logam yang memiliki kurva tegangan-
regangan dengan karakteristik parabolic strain hardening). Bentuk dari deformasi
elemen yang terjadi pada proses ECAE ditunjukkan dalam Gbr.2.
Gambar 2 Deformasi elemen pada proses ECAE.
Gambar 3 Regangan total pada proses ECAE.
A B
C D
a b
c d
A
’
B
’
C
’ D
’
a'
c'
b' d'
(a) Keadaan awal
elemen.
(b) Keadaan elemen yang terdeformasi.
= +
a"
b"
c"
d"
2"
1" a b
c d
b'
c'
d'
a'
b' d"
a"
b"
β
ωij
1’
2’
1"
2"
regangan geser rotasi c d
a b c'
εij
5
Deformasi yang ditunjukkan oleh Gbr.2 dibentuk dari dua jenis regangan
plastis yang dialami elemen secara bersamaan. Kedua jenis regangan tersebut adalah
regangan geser dan rotasi. Illustrasi dari regangan plastis yang terlibat dapat dilihat
dalam Gbr.3. Sudut ekstrusi ECAE merupakan faktor utama yang memegang
peranan penting dalam menentukan besar regangan total yang terjadi. Besar regangan
total yang terjadi dapat dinyatakan dengan persamaan (1).
ijijije (1)
dengan, ije = tensor regangan total
ij = tensor regangan geser
ij = tensor rotasi
2. METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan simulasi pemodelan
numerik proses ekstrusi ECAE, menggunakan perangkat lunak berbasis elemen
hingga MSC.SuperForm 2002. Simulasi dilakukan dengan paramater-parameter
berikut :
1. Rute ECAE : A dan C
2. Sudut Φ : 15°, 30°, 45°, 60°, 75°, dan 90°
3. Perulangan proses : 8 kali ekstrusi
4. Dimensi benda kerja : 10x10x30 mm
5. Jenis material : Aluminium 1100 – O
Hasil yang diinginkan dari pemodelan adalah :
1. Data aliran material (flowlines).
2. Regangan plastis total ekivalen.
6
Dari hasil pemodelan yang berupa regangan plastis total ekivalen dapat digunakan
untuk mencari :
1. Perubahan kekuatan luluh (yield strength) material.
2. Prediksi perubahan diameter butir material, menggunakan pendekatan
persamaan Hall-Petch.
3. DATA DAN ANALISIS
3.1. DATA
3.1.1. Data Awal Pemodelan
Aluminium 1100 – O yang digunakan dalam pemodelan memiliki sifat
mekanik sebagai berikut1 :
Rapat massa (ρ) : 2,71 gr/cm3
Modulus Elastis (E) : 69 GPa
Poisson Ratio (v) : 0,33
Yield Strength (σy) : 35 Mpa
Persamaan Kurva Tegangan Alir : 2,0.180 tt MPa
Sedangkan parameter pemodelan yang digunakan dalam MSC.SuperForm 2002
antara lain :
Menggunakan analisis 2D plane strain.
Analisis yang digunakan adalah analisis elastis-plastis dengan kriteria alir
plastis berdasarkan kriteria von Mises.
Jumlah elemen awal 374 elemen, maksimum elemen setelah remeshing
adalah 900 elemen.
Koefisien gesek yang digunakan adalah 0,15 untuk cetakan dan 0,4 untuk
plunyer.
Menggunakan mesin press hidrolik dengan kecepatan konstan 1 mm/s.
Toleransi untuk kekonvergenan solusi adalah 10% (0,1).
1 Berdasarkan Ref.[2] Tabel 2.1, Tabel 2.2, dan Tabel 6.2.
7
3.1.2. Data Pola Aliran Material
Gbr.4 – Gbr.9 menunjukkan perubahan pola yang terjadi untuk setiap
kombinasi perubahan sudut ekstrusi (Φ) dan perulangan proses ekstrusi.
Gambar 4 Pola elemen untuk ECAE – A, dengan sudut ekstrusi Φ = 165°.
Gambar 5 Pola elemen untuk ECAE – A, dengan sudut ekstrusi Φ = 150°.
(a) 2x ekstrusi (b) 4x ekstrusi (c) 6x ekstrusi (d) 8x ekstrusi
(a) 2x ekstrusi (b) 4x ekstrusi (c) 6x ekstrusi (d) 8x ekstrusi
8
Gambar 6 Pola elemen untuk ECAE – A, dengan sudut ekstrusi Φ = 135°
Gambar 7 Pola elemen untuk ECAE – A, dengan sudut ekstrusi Φ = 120°.
(a) 2x ekstrusi (b) 4x ekstrusi (c) 6x ekstrusi (d) 8x ekstrusi
(a) 2x ekstrusi (b) 4x ekstrusi (c) 6x ekstrusi (d) 8x ekstrusi
9
Gambar 8 Pola elemen untuk ECAE – A, dengan sudut cetakan Φ = 105°.
Gambar 9 Pola elemen untuk ECAE – C, dengan sudut cetakan Φ = 90°.
(a) 2x ekstrusi (b) 4x ekstrusi (c) 6x ekstrusi (d) 8x ekstrusi
(a) 2x ekstrusi (b) 4x ekstrusi (c) 6x ekstrusi (d) 8x ekstrusi
10
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Posisi Elemen (mm)
Re
ga
ng
an
Pla
sti
s T
ota
l
ECAE - A sudut 165
ECAE - A sudut 150
ECAE - A sudut 135
ECAE - A sudut 120
ECAE - A sudut 105
ECAE - A sudut 90
ECAE - C sudut 90
3.1.3. Data Regangan Plastis Total Ekivalen
Gbr.10 menunjukkan daerah elemen
yang dianalisis untuk diambil datanya
sedangkan Gbr.11 menunjukkan grafik
perbandingan regangan plastis total ekivalen
untuk kombinasi perubahan sudut cetakan
terhadap posisi elemen horisontal pada benda
kerja (Gbr.10) setelah 8 kali ekstrusi.
Gambar 11 Grafik perbandingan regangan plastis total ekivalen setelah 8x ekstrusi.
Elemen yang dianalisis
0 10 (mm)
Gambar 10 Daerah elemen yang dianalisis.
Benda kerja
11
150
170
190
210
230
250
270
290
310
330
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Posisi Elemen (mm)
Keku
ata
n L
ulu
h (
MP
a)
ECAE - A, sudut 165
ECAE - A, sudut 150
ECAE - A, sudut 135
ECAE - A, sudut 120
ECAE - A, sudut 105
ECAE - A, sudut 90
ECAE - C, sudut 90
3.1.4. Data Kekuatan Luluh (Yield Strength)
Gbr.12 menunjukkan grafik perbandingan kekuatan luluh Al – 1100 untuk
kombinasi perubahan sudut cetakan terhadap posisi elemen horisontal pada benda
kerja (Gbr.10) setelah 8 kali ekstrusi. Kekuatan luluh awal aluminium 1100 – O
adalah 35 MPa.
Gambar 12 Grafik perbandingan kekuatan luluh (yield strength) Al – 1100 setelah 8x ekstrusi.
12
0,05
0,075
0,1
0,125
0,15
0,175
0,2
0,225
0,25
0,275
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Posisi Elemen (mm)
Dia
mete
r B
uti
r (μ
m)
ECAE - A, sudut 165
ECAE - A, sudut 150
ECAE - A, sudut 135
ECAE - A, sudut 120
ECAE - A, sudut 105
ECAE - A, sudut 90
ECAE - C, sudut 90
3.1.5. Data Prediksi Perubahan Diameter Butir
Gbr.13 menunjukkan grafik prediksi perbandingan diameter butir Al – 1100
untuk kombinasi perubahan sudut cetakan terhadap posisi elemen horisontal pada
benda kerja (Gbr.10) setelah 8 kali ekstrusi. Diameter butir awal aluminium 1100 –
O adalah 13,14 μm.
Gambar 13 Grafik prediksi perbandingan diameter butir Al – 1100 setelah 8x ekstrusi.
13
3.2. ANALISIS
Sudut cetakan ECAE memegang peranan yang penting untuk membentuk
pola aliran material. Semakin kecil sudut Φ (Φmin = 90°) maka pola aliran yang
terbentuk semakin rumit (Gbr.4 – Gbr.9). Hal ini terlihat jelas untuk geometri
cetakan dengan Φ < 150°. Regangan plastis total yang terjadi juga akan bertambah
besar dengan semakin kecilnya sudut ekstrusi Φ (Gbr.11). Bertambah besarnya
regangan plastis untuk proses ECAE yang menggunakan sudut ekstrusi Φ lebih kecil
mengakibatkan Al – 1100 akan memiliki kekuatan luluh yang lebih besar (Gbr.12)
dan diameter butir yang lebih kecil (Gbr.13).
Jumlah perulangan proses ECAE terutama mempengaruhi kerumitan pola
aliran dan besar regangan plastis total. Semakin banyak jumlah perulangan proses
maka semakin rumit pola aliran dan semakin besar regangan plastis. Dengan semakin
besarnya regangan plastis maka kekuatan Al – 1100 akan semakin tinggi sedangkan
diameter butirnya akan semakin kecil (hingga batas tertentu).
Rute perulangan ekstrusi selain mempengaruhi kerumitan pola, juga
mempengaruhi kehomogenan regangan plastis yang terjadi. Ini ditunjukkan dengan
bentuk kurva ECAE rute C pada Gbr.11 yang mendekati garis lurus (bandingkan
dengan bentuk kurva ECAE rute A). Regangan plastis yang lebih homogen untuk
ECAE rute C mengakibatkan distribusi perubahan kekuatan dan diameter butir Al –
1100 juga akan lebih homogen (Gbr.12 dan Gbr.13).
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemodelan dari proses Equal Channel Angular Extrusion
(ECAE) maka dapat diambil kesimpulan bahwa proses ini dapat memperbaiki sifat
mekanik logam terutama dengan meningkatkan kekuatan logam, tanpa melibatkan
adanya perubahan bentuk penampang. Sudut cetakan, jumlah perulangan proses, dan
rute perulangan ekstrusi merupakan faktor utama yang mempengaruhi hasil yang
diperoleh. Data hasil pemodelan secara kuantitatif ditunjukkan dengan Tabel 1.
14
Tabel 1 Data Hasil Pemodelan ECAE
PARAMETER KONDISI AWAL
SETELAH 8 KALI EKSTRUSI
ECAE – A ECAE – C
Φ = 135° Φ = 120° Φ = 105° Φ = 90° Φ = 90°
Regangan Plastis
Total Ekivalen 0 2,5 – 3,9 2,7 – 4,6 4,5 – 8,8 6,6 – 16,7 9,2
Kekuatan Luluh (MPa)
35 216 – 236 220 – 245 243 – 278 262 – 316 280
Diameter Butir (μm) 13,14 0,10-0,12 0,09-0,11 0,07-0,09 0,05-0,08 0,07
5. REFERENSI
[1] Meyers, Marc A., Mechanical Metallurgy : Principles and Applications, Prentice-Hall, Inc.,
New Jersey, 1984.
[2] S. Kalpakjian, Manufacturing Process for Engineering Materials, Addison-Wesley Publishing
Co., 1984.
[3] Segal VM, Materials Processing by Simple Shear, Materials Science and Engineering A
(Switzerland), vol. 197, no.2, pp. 157-164, 1 July 1995.
[4] Cui HJ, Goforth, Hartwig KT, The Three – Dimensional Simulation of Flow Pattern in Equal –
Channel Angular Extrusion, JOM vol. 50, no. 8, August 1998.
[5] STWW-IWT project, Ultra Fine Structured MetallicMaterials, Department of Metallurgy and
Materials Engineering, Katholieke Universiteit Leuven 1999.