etiko-medikolegal
DESCRIPTION
qqqsssxxxzzzqqqwwweeeTRANSCRIPT
Akhir-akhir ini profesi kedokteran merupakan salah satu profesi yang sering mendapatkan sorotan dari masyarakat.
Sorotan tersebut menandakan bahwa saat ini sebagian masyarakat belum puas terhadap pelayanan medis dan pengabdian profesi dokter di masyarakat
Terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang didapatkan oleh pasien
LATAR BELAKANG
Awalnya profesi dokter dianggap sebagai suatu profesi yang sangat disanjung-sanjung, karena kemampuannya untuk mengetahui hal-hal yang tidak tampak dari luar.
Bahkan dokter dianggap sebagai demi-god / rohaniawan yang dapat menyembuhkan pasien dengan doa-doa
Disegani, dipuja, ditakuti, disembah, dll
SEJARAH
Hubungan antara dokter dengan pasien ini berawal dari pola hubungan vertikal paternalistik seperti antara bapak dengan anak yang bertolak dari prinsip “father knows best” yang melahirkan hubungan yang bersifat paternalistik
Hubungan Dokter-Pasien
Hubungan hukum kontraktual yang terjadi antara pasien dan dokter tidak dimulai dari saat pasien memasuki tempat praktek dokter sebagaimana yang diduga banyak orang, tetapi justru sejak dokter menyatakan kesediaannya yang dinyatakan secara lisan (oral statement) atau yang tersirat (implied statement) dengan menunjukkan sikap atau tindakan yang menyimpulkan kesediaan; seperti misalnya menerima pendaftaran, memberikan nomor urut, menyediakan serta mencatat rekam medisnya dan sebagainya. Dengan kata lain hubungan terapeutik juga memerlukan kesediaan dokter. Hal ini sesuai dengan asas konsensual dan berkontrak.
Saat Terjadinya Hubungan Hukum Antara Dokter Dengan Pasien
Perjalanan Sifat Hubungan : Paternalistik -- kebapakan, dengan
prinsip moral utama adalah: beneficence Kontraktual (1972-1975) Virtue -- Inform consent
Konsekuensi suatu hubungan-- Hak & Kewajiban
Dewasa ini dokter lebih dipandang sebagai ilmuwan yg pengetahuannya sangat diperlukan untuk menyembuhkan berbagai penyakit
Kedudukan dan peran dokter tetap dihormati, tetapi tidak lagi disertai unsur pemujaan.
Dokter dituntut suatu kecakapan ilmiah tanpa melupakan segi seni dan artistiknya.
PERKEMBANGAN
Kebanyakan masyarakat kurang memahami bahwa sebenarnya ada faktor lain di luar kekuasaan dokter yang dapat mempengaruhi hasil upaya medis :- stadium penyakit- kondisi fisik- daya tahan tubuh- kualitas obat, dan;- Juga kepatuhan pasien
PERMASALAHAN
PROFESI KEDOKTERANPada dasarnya suatu PROFESI memiliki 3 syarat utama: Diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif
(luas) Memiliki komponen intelektual yang
bermakna dalam melakukan tugasnya Memberikan pelayanan yang penting
kepada masyarakat
3 syarat umum: Sertifikasi (harus selalu tervalidasi)
melalui ”proficiensy check” Organisasi Profesi Otonomi dalam bekerja -- berdampak
”eksklusif-- perlu self regulation-- untuk menjaga tanggung jawab moral dan tanggung jawab profesi kepada masyarakat -- etika profesi dan standard profesi
REALITA ETIK 1. Dokter sudah banyak yang menjadi propagandis di media televisi (iklan jamu, iklan
sabun, iklan pasta gigi, dll.). Hal ini juga melanggar Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 386/ME.KES/SK/IV/1994 tentang ”Pedoman Periklanan : Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tanngga, dan Makanan dan Minuman
2. Dokter dan kliniknya sudah banyak beriklan di media cetak (surat kabar, leaflet di tempat umum, spanduk).
3. Papan nama yang tidak sesuai lagi dengan standar malah menyerupai iklan hotel, iklan rokok, melebihi iklan media reklamenya itu sendiri.
4. Resep yang tidak sesuai dengan standar, menyerupai memo. 5. Praktik dokter sudah masuk di mal-mal dan pasar-pasar, layaknya salon kecantikan,
apakah ini merupakan keseimbangan mengikuti arus globalisasi dan pasar bebas. 6. Penyebaran jenis tindakan yang dapat dilakukannya beserta tarif yang bersifat
iklan dipampang di depan umum, layaknya menu makanan di sebuah restoran. 7. Sudah banyak calo penderita yang akan mendapatkan upah jika merujuk penderita
ke dokter tersebut, baik oleh tenaga kesehatan atau pun calo masyarakat umum, layaknya calo di terminal bis ataupun stasiun kereta api.
8. Dokter sudah banyak yang mendahulukan bayaran, jika tidak mampu maka tidak jadi ditolongnya, apakah ini karena beastudi dokter yang sangat mahal, ataukan memang adanya krisis etik dan pelanggaran etik itu sendiri.
Akan selalu ada etika dalam seluruh hubungan manusia
Prinsip utama hubungan dokter-pasien Autonomy Beneficience Non maleficience Justice
ETIKA DALAM HUBUNGAN DOKTER-PASIEN
ETIKA DOKTER – PASIEN Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati
hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination) -- melahirkan inform consent
Prinsip Beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien.
Prinsip non Maleficience, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan memperburuk keadaan pasien, “primum non nocere” atau “above all do no harm”.
Prinsip Justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam besikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice)
Profesi kedokteran adalah profesi kemanusiaan
Etika kedokteran harus memegang peranan sentral bagi dokter dalam menjalankan tugas-tugas pengabdiannya untuk kepentingan masyarakat
ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KEDOKTERAN
Dalam suatu profesi, perlu adanya norma yang mengatur segala aspek dalam profesi tersebut (KODE ETIK PROFESI)
Untuk profesi medis KODEKI (Kode Etik Kedokteran Indonesia)
ETIKA PROFESI
Kewajiban Umum : pasal 1 – 13 Kewajiban Dokter terhadap Pasien : pasal
14 – 17 Terhadap teman sejawat : ps. 18 – 19 Terhadap diri sendiri : ps. 20 - 21
Kewajiban dokter di KODEKI
Etika kedokteran merupakan seperangkat perilaku anggota profesi kedokteran dalam hubungannya dengan klien/pasien, teman sejawat dan masyarakat umumnya serta merupakan bagian dari keseluruhan proses pengambilan keputusan dan tindakan medik ditinjau dari segi norma-norma / nilai-nilai moral
Yunani “ethos” K Bertens (2013) : 1) sistem nilai 2)
kumpulan asas atau nilai moral / kode etik 3) ilmu tentang yang baik atau buruk
Etika secara etimologi sama dengan “moral”
ETIKA
Amoral (Ing) : “tidak berhubungan dengan konteks moral”, “diluar suasana etis”, “non moral”
Immoral (Ing) : “bertentangan dengan moralitas yang baik”, “secara moral buruk”, “tidak etis”
Amoral dan Immoral
Akan selalu ada etika dalam seluruh hubungan manusia
Etika : penghormatan atas hak masing2 individu dalam hal ini dokter kepada pasien atau sebaliknya pasien kepada dokter
Dimana ada hak disitu timbul kewajiban dari pihak lainnya atas hak tersebut
ETIKA MEDIS
Hak Dan Kewajiban Pasien
The rights to health careThe rights to self determination
Hak Pasien Dalam Pengobatan
World Medical Association - Declaration of Lisbon on the Rights of the Patient (1991):
Hak memilih dokter secara bebas Hak dirawat oleh dokter yang bebas
dalam membuat keputusan klinis dan etis
Hak untuk menerima atau menolak pengobatan setelah menerima informasi yang adequate
Hak untuk dihormati kerahasiaan dirinya Hak untuk mati secara bermartabat Hak untuk menerima atau menolak
dukungan spiritual atau moral
Undang-Undang Kesehatan: Hak atas informasi Hak atas second opinion Hak untuk memberikan persetujuan atau
menolak suatu tindakan medis Hak untuk kerahasiaan Hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan Hak untuk memperoleh ganti rugi
Hak Pasien Dalam Pengobatan
Merupakan hak asasi, The Right of Self Determination (pilihan)
Karena kondisinya, pasien berada pada posisi yang lebih lemah
Hubungan yang terjadi biasanya lebih bersifat paternalistik (kebapakan)
Perlu payung undang-undang untuk melindungi pasien
Dulu tidak perlu
Menurut konsep WHO terdapat tambahan hak pasien yang berupa :
mendapatkan pelayanan medis tanpa mengalami diskriminasi
menerima atau menolak untuk dilibatkan dalam penelitian, dan jika bersedia ia berhak memperoleh informasi yang jelas tentang penelitian tersebut
mendapat penjelasan tentang tagihan biaya yang harus dia bayar
Kewajiban Pasien dalam pelayanan Medis
memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya
mematuhi nasehat dan petunjuk dokter mematuhi ketentuan yang berlaku di
sarana pelayanan kesehatan memberikan imbalan jasa atas
pelayanan yang diterima( Pasal 53 UU Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran)
Hubungan karena kontrak (transaksi terapeutik) Hubungan paternalistik vs hubungan
seimbang/partner Dokter dan pasien masing-masing mempunyai
kebebasan dan mempunyai kedudukan yang setara
Kedua pihak mengadakan perikatan/perjanjian kedua pihak harus melaksanakan peranan
atau fungsinya Peranan tersebut bisa berupa hak dan
kewajiban. Dalam kontrak terapeutik, hubungan dimulai
dengan tanya jawab (anamnesis)
Tindakan medik tidak bertentangan dengan hukum bila memenuhi syarat :
mempunyai indikasi medis, untuk mencapai suatu tujuan yang konkret
dilakukan menurut aturan-aturan yang berlaku di dalam ilmu kedokteran.
harus sudah mendapat persetujuan dulu dari pasien
Dalam ilmu hukum dikenal dua jenis perjanjian, yaitu:
Resulta at verbintenis, yang berdasarkan hasil kerja
Inspanning verbintenis, yang berdasarkan usaha yang maksimal.
variasi objek perjanjian medis :
Medical Check up Imunisasi Keluarga Berencana Usaha penyembuhan penyakit Memperpanjang hidup Rehabilitasi
Hubungan Karena Undang-Undang (Zaakwarneming)
Apabila pasien dalam keadaan tidak sadar dokter dapat bertindak atau melakukan
upaya medis tanpa seizin pasien menurut ketentuan pasal 1354 KUH Perdata
disebut Zaakwarneming
Kesetaraan dalam hubungan dokter-pasien
Dokter maupun pasien memiliki hak yang sama untuk mengutarakan maksud dan harapannya
Hubungan dokter-pasien bukanlah merupakan hubungan atasan-bawahan
Dokter tidak boleh memperlakukan pasien sebagai objek dari pekerjaannya
Dokter diharapkan memberikan peluang kepada pasien untuk mengutarakan dan menerima informasi dengan jelas dan bebas sehingga terbinalah komunikasi yang efektif dan efisien
Perlu dilakukan juga penyuluhan atau edukasi agar menjadi pasien yang cerdas
MEDIKOLEGAL PROFESI DOKTER
Hubungan Hukum Antara Dokter Dengan Pasien (Transaksi Terapeutik)
Pola hubungan yang vertikal paternalistik telah bergeser pada pola horizontal kontraktual.
Pola hubungan vertikal yang melahirkan sifat paternalistik dokter terhadap pasien ini mengandung baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif pola vertikal yang melahirkan konsep hubungan paternalistik ini sangat membantu pasien, dalam hal pasien awam terhadap penyakitnya. Sebaliknya dapat juga timbul dampak negatif, apabila tindakan dokter yang berupa langkah-langkah dalam mengupayakan penyembuhan pasien itu merupakan tindakan-tindakan dokter yang membatasi otonomi pasien, yang dalam sejarah perkembangan budaya dan hak-hak dasar manusia telah ada sejak lahirnya. Pola hubungan yang vertikal paternalistik ini kemudian bergeser pada pola horizontal kontraktual
Pola Hubungan
dokter menyatakan kesediaannya yang dinyatakan secara lisan (oral statement) atau yang tersirat (implied statement) dengan menunjukkan sikap atau tindakan yang menyimpulkan kesediaan menjalankan praktik medis
Saat Terjadinya Hubungan Hukum Antara Dokter Dengan Pasien
Ada 4 syarat menurut Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya (toestemming van degene die zich verbinden)
Secara yuridis, yang dimaksud adanya kesepakatan adalah tidak adanya kekhilafan, atau paksaan, atau penipuan (Pasal 1321 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).
Sahnya Transaksi Terapeutik
2. Kecakapan untuk membuat perikatan (bekwaamheid om eene verbintenis aan te gaan)
Secara yuridis, yang dimaksud dengan kecakapan untuk membuat perikatan adalah kemampuan seseorang untuk mengikatkan diri, karena tidak dilarang oleh undang-undang. Hal ini didasarkan Pasal 1329 dan 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
3. Suatu hal tertentu (een bepaald onderwerp)
Hal tertentu ini yang dapat dihubungkan dengan obyek perjanjian / transaksi terapeutik ialah upaya penyembuhan. Oleh karenanya obyeknya adalah upaya penyembuhan, maka hasil yang diperoleh dari pencapaian upaya tersebut tidak dapat atau tidak boleh dijamin oleh dokter.
4. Suatu sebab yang sah (geoorloofde oorzaak)
Di dalam Pasal 1337 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum. Dengan demikian, yang dimaksud dengan sebab yang sah adalah sebab yang tidak dilarang oleh undang-undang, kesusilaan atau ketertiban umum.
1.Tanggung jawab etis2. Tanggung jawab Profesi3. Tanggung jawab hukum
Tanggung jawab etis sesuai KODEKITanggung Jawab Profesi yaitu tanggung jawab yang
berkaitan dengan profesi dokter yang menyangkut kemampuan dan keahlian dokter dalam menjalankan tugas profesinya.
Tanggung Jwb Dokter terhadap Pasien
1. Tanggung jawab hukum dokter dalam bidang hukum perdata yang terkait dengan aturan-aturan / pasal-pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata a. Wanprestasib. Tanggung jawab hukum perdata dokter karena perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad) ini diatur dalam Pasal 1365, 1366, 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu bahwa dokter harus bertanggung jawab atas kesalahannya yang merugikan pasien dan untuk mengganti kerugianserta akibat lain karena kelalaian menjalankan profesi
Ex : Inspanningverbintenis resultaatverbintenis
Tanggung Jawab Hukum
2. Tanggung jawab hukum dokter dalam bidang hukum pidana timbul bila karena ada kesalahan profesional yaitu kesalahan baik dalam diagnosa dan terapi maupun tindakan medik tertentu yang memenuhi 4 (empat) syarat, yaitu Duty of Care (kewajiban perawatan), Dereliction of That Duty (penyimpangan kewajiban), Damage (kerugian), Direct Causal Relationship (ada kaitannya dengan penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang timbul) yang terdiri dari baik kesengajaan maupun kealpaan.
Tanggung Jawab Hukum
3. Tanggung jawab hukum dokter dalam bidang hukum administrasi
Yaitu tanggung jawab dokter yang berkaitan dengan persyaratan administrasi yang menyangkut kewenangan dokter dalam menjalankan tugas profesinya.
Tanggung Jawab Hukum
Tindak Pidana Medik Menipu Pasien (Pasal 378 KUHP) Tindak Pelanggaran Kesopanan (Pasal 290,
294, 285,286 KUHP) Sengaja membiarkan pasien tidak
tertolong (Pasal 322 KUHP) Pengguguran kandungan tanpa indikasi
medik (Pasal 299, 348,349 KUHP)