etiologi poliomyelitis
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
Etiologi Poliomyelitis
Penyakit polio atau poliomielitis paralitik sudah dikenal sejak akhir abad 18, bahkan
mungkin sejak jaman Mesir kuno. Penyakit ini disebabkan oleh virus polio, anggota genus
Enterovirus, famili Picornaviridae. Sampai sekarang telah diisolasi 3 strain virus polio yaitu tipe
1 (Brunhilde), tipe 2 (Lansing), dan tipe 3 (Leon). Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih tipe
tersebut. Epidemi yang luas biasanya disebabkan oleh tipe 1. Virus ini relatif tahan terhadap
hampir semua desinfektan (etanol, isopropanol, lisol, amonium kuartener, dll). Virus ini tidak
memiliki amplop lemak sehingga tahan terhadap pelarut lemak termasuk eter dan kloroform.
Virus ini dapat diinaktifasi oleh formaldehid, glutaraldehid, asam kuat, sodium hipoklorit, dan
klorin. Virus polio menjadi inaktif dengan pemanasan di atas 42 derajat Celcius. Selain itu,
pengeringan dan ultraviolet juga dapat menghilangkan aktivitas virus polio.
Penularan virus polio terutama melalui jalur fekal-oral dan membutuhkan kontak yang
erat. Prevalensi infeksi tertinggi terjadi pada mereka yang tinggal serumah dengan penderita.
Biasanya bila salah satu anggota keluarga terinfeksi, maka yang lain juga terinfeksi. Kontaminasi
tinja pada jari tangan, alat tulis, mainan anak, makanan dan minuman, merupakan sumber utama
infeksi.
Virus Polio ditularkan terutama dari manusia ke manusia, terutama pada fase akut,
bersamaan dengan tingginya titer virus polio di faring dan feses. Virus polio diduga dapat
menyebar melalui saluran pernafasan karena sekresi pernafasan merupakan material yang
terbukti infeksius untuk virus entero lainnya. Meskipun begitu, jalur pernafasan belum terbukti
menjadi jalur penularan untuk virus polio. Transmisi oral biasanya mempunyai peranan yang
dominan pada penyebaran virus polio di negara berkembang, sedangkan penularan secara fekal-
oral paling banyak terjadi di daerah miskin. Makanan dan minuman dapat terkontaminasi melalui
lalat atau karena higienis yang rendah. Sumber penularan lain yang mungkin berperan adalah
tanah dan air yang terkontaminasi material feses, persawahan yang diberi pupuk feses manusia,
dan irigasi yang dengan air yang telah terkontaminasi virus polio.
Penularan virus polio terutama melalui jalur fekal-oral dan membutuhkan kontak yang
erat. Prevalensi infeksi tertinggi terjadi pada mereka yang tinggal serumah dengan penderita.
Biasanya bila salah satu anggota keluarga terinfeksi, maka yang lain juga terinfeksi. Kontaminasi
tinja pada jari tangan, alat tulis, mainan anak, makanan dan minuman, merupakan sumber utama
infeksi.
Faktor yang mempengaruhi penyebaran virus adalah kepadatan penduduk, tingkat
higienis, kualitas air, dan fasilitas pengolahan limbah. Di area dengan sanitasi yang bagus dan air
minum yang tidak terkontaminasi, rute transmisi lainnya mungkin penting. Bahan yang dianggap
infeksius untuk virus polio adalah feses dan sekresi pernafasan dari pasien yang terinfeksi virus
polio atau yang menerima OPV (Oral Poliovirus Vaccine) dan produk laboratorium yang
digunakan untuk percobaan dengan menggunakan virus polio. Bahan yang dianggap berpotensi
infeksius adalah feses dan sekresi faring yang dikumpulkan untuk tujuan apapun dari daerah
yang masih terdapat virus polio liar. Darah, serum dan cairan serebrospinal tidak diklasifikasikan
infeksius untuk virus polio.