etno-agronomi pengelolaan perkebunan kopi di sumberjaya...

15
1 Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat (Review) RUSDI EVIZAL Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jln. Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng, Bandar Lampung Email: [email protected] ABSTRACTS Ethno-agronomy of Coffee Plantation Management in Sumberjaya West Lampung District. Study of ethno-agronomy is important for policy making to support sustainable coffee plantation and ecological services in cathment area. This paper reviewed tradition across ethnic in Sumberjaya, West Lampung on coffee plantation management. It showed that the ethno-agronomy of coffee plantations in Sumberjaya was a unique local wishdom. Coffee agronomic practices in Sumberjaya were evoluting and integrating with shifting cultivation system. Coffee treeswere rotated with vegetables crop or shrub. In Sumberjaya, land uses were dynamic between forests, coffee field, crop field, and shrubs. Pre- cropping and inter-cropping ofvegetables in coffee fieldwas source of income for farmers before coffee had attainedphase of yielding. So far coffee plantations in Sumberjaya were managed by traditional and less intensive practices including by planting shade trees, timber and multi-purposes treespecies. Coffee agroforestry was alocal wishdom that impotant for land conservation of the catchment area. Keywords: agroforestry, coffee, ethno-agronomy, land use dynamic, shifting cultivation PENDAHULUAN Komoditas kopi telah berkembang pesat dari aspek teknis (Haarer, 1962; Clarke and Macrae, 1988) menuju makro agronomi yang mengaitkan aspek budidaya dengan issu perkebunan berkelanjutan (Wintgens, 2004; dan Evizalet al., 2010) serta fungsinya pada layanan lingkungan (Evizal et al., 2008; Priyadarshini et al., 2011) dan konservasi biodiversitas (Philpott et al., 2008).Kopi yang merupakan komoditas tradisional di Provinsi Lampung, telah berkembang di wilayah Kecamatan Sumberjaya sejak tahun 1800 oleh etnis lokal Lampung maupun etnis Semendo, emigran dari wilayah Sumatera Selatan.Mereka membuka lahan untuk berladang dan bertanam kopi dengan sistem tebas bakar membentuk ragam tipe kebun kopi seperti kebun kopi hutan, kopi pionir, kopi monokultur, kopi bernaungan, dan kopi campuran (Verbist et al., 2004).Praktek budidaya pertanian dipengaruhi oleh budaya dan etnis.Etno-agronomi merupakan kajian budidaya pertanian dari sudut pandang tradisi, norma dan sosial budaya etnik tertentu. Kajian etno-agronomi penting sebagai dasar perencanaan dan pengambilan kebijakan agar program dapat berjalan dengan baik. Introduksi kopi Arabika dan teh di wilayah sentra produksi kopi robusta di Lampung Barat merupakan contoh program yang tidak berkembang, dapat dilihat dari statistik luas areal kedua komoditas tersebut yang semakin menurun (BPS Provinsi Lampung, 2010). AGROTROP, 3(2): 1-12 (2013) ISSN: 2088-155X Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali - Indonesia C

Upload: others

Post on 20-Mar-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya …repository.lppm.unila.ac.id/18904/1/b3b-15195-1-28413-1... · 2020. 3. 28. · 2 Komoditas tradisional adalah komoditas

1

Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di SumberjayaKabupaten Lampung Barat

(Review)

RUSDI EVIZAL

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas LampungJln. Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng, Bandar Lampung

Email: [email protected]

ABSTRACTS

Ethno-agronomy of Coffee Plantation Management in Sumberjaya West LampungDistrict.Study of ethno-agronomy is important for policy making to support sustainable coffee plantationand ecological services in cathment area. This paper reviewed tradition across ethnic in Sumberjaya,West Lampung on coffee plantation management. It showed that the ethno-agronomy of coffee plantationsin Sumberjaya was a unique local wishdom. Coffee agronomic practices in Sumberjaya were evolutingand integrating with shifting cultivation system. Coffee treeswere rotated with vegetables crop or shrub.In Sumberjaya, land uses were dynamic between forests, coffee field, crop field, and shrubs. Pre-cropping and inter-cropping ofvegetables in coffee fieldwas source of income for farmers before coffeehad attainedphase of yielding. So far coffee plantations in Sumberjaya were managed by traditional andless intensive practices including by planting shade trees, timber and multi-purposes treespecies. Coffeeagroforestry was alocal wishdom that impotant for land conservation of the catchment area.

Keywords: agroforestry, coffee, ethno-agronomy, land use dynamic, shifting cultivation

PENDAHULUANKomoditas kopi telah berkembang pesat dari

aspek teknis (Haarer, 1962; Clarke and Macrae,1988) menuju makro agronomi yang mengaitkanaspek budidaya dengan issu perkebunanberkelanjutan (Wintgens, 2004; dan Evizalet al.,2010) serta fungsinya pada layanan lingkungan(Evizal et al., 2008; Priyadarshini et al., 2011)dan konservasi biodiversitas (Philpott et al.,2008).Kopi yang merupakan komoditastradisional di Provinsi Lampung, telah berkembangdi wilayah Kecamatan Sumberjaya sejak tahun1800 oleh etnis lokal Lampung maupun etnisSemendo, emigran dari wilayah SumateraSelatan.Mereka membuka lahan untuk berladangdan bertanam kopi dengan sistem tebas bakar

membentuk ragam tipe kebun kopi seperti kebunkopi hutan, kopi pionir, kopi monokultur, kopibernaungan, dan kopi campuran (Verbist et al.,2004).Praktek budidaya pertanian dipengaruhioleh budaya dan etnis.Etno-agronomi merupakankajian budidaya pertanian dari sudut pandangtradisi, norma dan sosial budaya etnik tertentu.Kajian etno-agronomi penting sebagai dasarperencanaan dan pengambilan kebijakan agarprogram dapat berjalan dengan baik. Introduksikopi Arabika dan teh di wilayah sentra produksikopi robusta di Lampung Barat merupakan contohprogram yang tidak berkembang, dapat dilihatdari statistik luas areal kedua komoditas tersebutyang semakin menurun (BPS Provinsi Lampung,2010).

AGROTROP, 3(2): 1-12 (2013)ISSN: 2088-155X

Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali - Indonesia

C

Page 2: Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya …repository.lppm.unila.ac.id/18904/1/b3b-15195-1-28413-1... · 2020. 3. 28. · 2 Komoditas tradisional adalah komoditas

2

Komoditas tradisional adalah komoditas yangtelah dibudidayakan secara turun-temurun di suatuwilayah dalam beberapa generasi. Agroteknologikomoditas kopi di Lampung Barat telahberkembang sesuai dengan potensi alam, tradisi,dan budaya sebagai etno-agronomi yang unik yangakan berbeda dengan cara budidaya kopi diwilayah sentra produksi lainnya. Salah satukeunikan budidaya kopi di Lampung Barat adalahkebiasaan membuat kopi bubuk dari biji kopi yangtelah dimakan oleh musang, yang memiliki cita rasayang khas, berkualitas tinggi, yang disebut kopiluwak, yang dalam perdagangan internasionalterkenal sebagai civet coffee (Evizal,2014).Febrianti et al. (2011) melaporkan telahberkembangnya usaha industri kecil (pengrajin)kopi luwak di Lampung Barat, termasuk juga diKecamatan Sumberjaya.

Wilayah Sumberjaya merupakanlembah,bagian dari Sub DAS Way Besai denganBukit Rigis (hutan lindung Register 45B) berada

di tengah dan dikelilingi dataran tinggi (Gambar 1)antara lain Gunung Sekincau, Gunung Subhanallah,Gunung Pematang Beringin, Bukit Benatan,Gunung Haji, dan Gunung Abung.Secaraadministratif wilayah ini berkembang menjadiKecamatan Sumberjaya, Kecamatan WayTenong, Kecamatan Gedung Surian, KecamatanAir Hitam dan Kecamatan Kebun Tebu. Sub DASWay Besai sangat penting karena merupakansumber air untuk PLTA Way Besai (90 MW) danmerupakanhulu DAS Tulangbawang.Wilayah inimerupakan sentra perkebunan kopi, terutama kopiRobusta dengan luas areal 1.606 ha di KecamatanSumberjaya, 4.805 ha di Way Tenong, 2.933 hadi Gedung Surian, 3.160 ha di Kebun Tebu, dan4.938 ha di Air Hitam (BPS Kabupaten LampungBarat, 2013).

Saat ini pekebun kopi di Lampung Barat terdiridari berbagai etnis sebagai hasil transmigrasispontan dan program transmigrasi BiroRekonstruksi Nasional (BRN) pada tahun 1951

Gambar 1. Peta Sumberjaya dan Sub DAS Way Besai (Sumber: ICRAF dalam Pender et al., 2008)

Page 3: Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya …repository.lppm.unila.ac.id/18904/1/b3b-15195-1-28413-1... · 2020. 3. 28. · 2 Komoditas tradisional adalah komoditas

3

yang antara lain berkembang menjadi KecamatanSumberjaya. Etnis tersebut antara lain etnisLampung, Semendo, Ogan, Jawa, dan Sunda(Verbist dan Pasya, 2004). Antar etnis memilikisistem budidaya pertanian yang spesifik(Mulyoutami et al., 2004).Interaksi antaretnislokal dan etnis pendatang dalam berkebun,berladang, bertanam sayur dalam kurun waktuyang panjang menghasilkan sistem budidaya kopiyang khas.Tulisan ini menelaah praktek, tradisi, dankearifan lokal pekebun kopi di Lampung Barat,khususnya di wilayah Sumberjaya.

EVOLUSI SISTEM BUDIDAYA KOPISistem budidaya tanaman kopi di Lampung

Barat, juga di wilayah Sumberjaya, dalam kurunwaktu ratusan tahun telah berevolusi danberintegrasi dengan sistem perladangan,perkebunan, dan pertanaman sayur intensif.Padasistem pertanian tradisional, petani membuka hutanuntuk berladang yaitu bertanam padi gogo, sayur,pisang, dan bumbu untuk memenuhi kebutuhanhidup (subsisten.Selanjutnya pertanaman disisipidengan bibit tanaman kopi, buah dan tanamanlainnya (misalnya damar), sehingga terbentukkebun kopi tradisional yang oleh Verbist et al.(2004) disebut sebagai kebun kopi primer dankebun kopi hutan.Di wilayah pesisir Krui,pertanaman damar yang disisipkan pada tahun1927 berhasil tumbuh dominan membentuk kebundamar(Michon et al., 2000).Sistem ladang kopimasih dilakukan petani ketika membuka hutan,semak, atau kebun kopi tua untuk berladang danbertanam kopi dimana ladang untuk memenuhikebutuhan pangan selama beberapa tahun sampailadang tertutup tanaman kopi.Liang et al. (2009)menyatakan bahwa perkembangan sistemagroforestri merupakan hibiridisasi petani lokaldengan sistem ladang berpindah terhadap sistempertanian menetap.

Berkembangnya pemasaran, harga, dankultivar kopi mendorong petani untuk mengadopsisistem perkebunan kopi komersial, yang dicirikanantara lain berupa pertanaman kopi monokultur,

menggunakan kultivar dengan potensi hasil tinggi,menggunakan pohon pelindung teknis atau tanpamenggunakan pohon pelindung, melakukanaplikasi pupuk kimia dan pestisida. Sistem inimerupakan penerapan intensifikasi budidaya kopidengan orientasi peningkatan produktivitas, kualitashasil, pendapatan, dan penghidupan dari kebunkopi.Kisah sukses berkebun kopi mendorongimigrasi spontan dari Jawa datang merantau keLampung Barat untuk membuka hutan danberkebun kopi.

Seiring dengan perkembangnya aksesibilitastransportasi, penduduk pendatang dengan etoskerja dan modal yang lebih kuatdan permintaansayur terus meningkat, serta harga kopi yang seringjatuh sehingga mengakibatkan usahatani kopimenjadi kurang menarik, menyebabkanusahatanisayur secara intensif berkembang sebagaialternatif.Usahatani sayur intensif tidak perlumenggunakan lahan yang luasnamun memerlukanmodal untuk saprodi yang besar, menawarkankeuntungan yang besar sekaligus risiko kegagalanhasil dan fluktuasi harga yang tinggi.Usahatani sayurberintegrasi dengan sistem perkebunan kopi, yaitupekebun kopi membuka sebagian kebunnya untukbertanam sayur.

ROTASI TANAMAN KOPIRotasi pertanaman kopi untuk satu siklus

(pendek atau panjang) dilakukan petani denganperladangan sayur atau palawija atau denganpemberoan.Satu siklus pendek berkisar 7-10tahun, yaitu tanaman kopi fase belum menghasilkan(1-3 tahun), fase belajar berbuah, fase buahpuncak yang petani sebut dengan kopi ‘ngagung’(1-2 tahun), dan fase produksi yang terus menurun.Selanjutnya petani memutuskan untukmembongkar tanaman kopi untuk berladang sayur,memberokan, atau meneruskan pemeliharaandibarengi dengan rehabilitasi sehingga pertanamankopi dapat mencapai usia 20-25 tahun. Verbist etal. (2004) melaporkan ketika hasil tidak lagimenguntungkan yaitu setelah berproduksi 3-5tahun, peladang kopi tebas-bakar akan

Rusdi Evizal : Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat

Page 4: Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya …repository.lppm.unila.ac.id/18904/1/b3b-15195-1-28413-1... · 2020. 3. 28. · 2 Komoditas tradisional adalah komoditas

4

memberokan ladang kopi, menjadi belukar sampaimenjadi hutan sekunder. Evizal et al. (2010)melaporkan, dengan melakukan rehabilitasi kopipasca buah puncak terutama dengan sambungpucuk secara bertahap, kebun dapat kembalipanen puncak pada sekitar umur 18 tahun dansiklus kebun mencapai 25 tahun.

Rotasi panjang terjadi pada pola kebun kopimonokultur, monokultur bernaungan teknis(misalnya gamal), maupun kebun kopicampuran.Pola kebun kopi campuran, yangberhasil dibangun, menggunakan kopi varietas atauklon tahan naungan dengan berbagai pohonkekayuan dan MPTS(multipurposes treespecies)membentuk kebun campuran berstrukturpohon yang kompleks yang dapat disebut sebagaikebun kopi hutan.Kebun kopi semacam inidiharapkan berkembang dari kebun kopi padalahan kawasan hutan berizin HutanKemasyarakatan (HKm) karena petani dilarangmenebang pohon.

Walaupun secara umum tutupan lahan selaludidominasi oleh tanaman kopi, sesungguhnya tataguna lahan bersifat dinamis yaitu dalam skala luasandan kurun waktu tertentu senantiasa berubah, darisuatu bentuk menjadi bentuk lahan yang lain. Evizalet al. (2005) melaporkan secara skematisdinamika tata guna lahan di Sumberjaya, LampungBarat yang menunjukkan peranan lahan semakbelukar sebagai tata guna lahan intermidier, yangakan berubah menjadi kebun kopi atau ladangsayur atau sebaliknya lahan usahatani akandiberokan kembali menjadi lahan belukar untuksementara waktu (Gambar 2).

Rotasi lahan dengan pola ladang-ladang atauladang-semak dapat berlangsung singkat hanyabeberapa tahun dan kembali akan ditanami kopi,terutama jika harga kopi tinggi. Ladang sayur yangintensif dalam jangka waktu yang panjang jarangditemukan melainkan akan diselingi dengan masapemberoan atau penanaman kopi.Hal inimenunjukkan bahwa secara agronomi basisusahatani di Lampung Barat adalah perkebunankopi.Peladang sayur profesional umumnya juga

memiliki kebun kopi dan lahan untuk usahatanisayur baik dari menyewa atau milik sendiri.

Lahan semak belukar yang berstatus hak milikakan kembali dibuka sebelum sempat berkembangmenjadi hutan sekunder. Lahan semak belukar yangmerupakan kawasan hutan membutuhkan waktuyang lama untuk kembali menjadi hutansekunder.Syam et al. (1997) melaporkan rincianluasan perubahan lahan semak (alang-alang) yangberkembang menjadi hutan kembali pada periode1978-1990.Ekadinata et al. (2005) menganalisisdinamika penutupan lahan di Lampung Barat dari1997-2002.Gaveau et al. (2009) melaporkanpembukaan lahan pembangunan kebun kopididorong olah harga kopi yang tinggi.

TANAMAN SELA SAYURPekebun kopi di Sumberjaya menanam sayur

sebagai tanaman sela ketika kopi masihmuda.Kebun kopi tua yang kurang produktif atausemak belukar yang umumnya merupakan kebunkopi yang ditinggalkan sementarasuatu ketika akandibuka kembali oleh pemiliknya atau oleh penyewa

Gambar 2. Dinamika tataguna lahan diSumberjaya Lampung Barat (adaptasi dari

Evizal et al., 2005)

Page 5: Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya …repository.lppm.unila.ac.id/18904/1/b3b-15195-1-28413-1... · 2020. 3. 28. · 2 Komoditas tradisional adalah komoditas

5

untuk bertanam sayur. Pengusahaan sayur sebelumpenanaman kopi (precropping) dapat dilakukansampai beberapa tahun sampai pemilikmemutuskan untuk mulai menanam kopi.Lahansayur diolah secara intensif sehingga sudah bersihdari sisa akar dari pembukaan lahan, sangat baikditanami kopi.Kadangkala bibit kopi ditanamsementara pengusahaan sayur terus dilanjutkansecara bersamaan.Setahun sebelum penanamankopi, petani sudah menjambang (menyemai)benih kopi dari buah masak pohon induk kopiunggul lokal.

Tanaman kopi akan tumbuh subur karenamendapat imbas dari pemupukan dan pemeliharaantanaman sayur dan pada umur 2 tahuntanamankopi sudah tampak dominan. Pada umur kopi 3tahun lahan sudah hampir tertutup tanaman kopisehingga bertanam sela sayur akan memberikanhasil yang kurang memuaskan, namun tanamankopi sudah mulai belajar berbuah.Pertanamansayur di sela merupakan cara petani menghematbiaya pembangunan kebun kopi, karena biayadibebankan kepada pengusahaan tanaman sayur.Pada umur 4 tahun kopi berbuah penuh yangdisebut dengan buah ngagung pertama.Begitusetelah selesai berladang sayur, petani sudahmemiliki kebun kopi ngagung.Berladang sayurdan menyisipi dengan bibit kopi dilakukan denganluasan sesuai kemampuan tenaga dan biaya.Kebunkopi seluas 1 ha mungkin dibuka dalam beberapatahap menghasilkan kebun kopi yang tidak seragamumurnya (Evizal, 2014).

Jenis tanaman sayur yang dibudidayakanadalah jenis sayuran dataran tinggi antara lain tomatkecil (rampai), cabai, kacang buncis, kacangpanjang, kentang, wortel, kubis, terong, atautimun. Bertanam sela (intercrop) di kebun kopimuda tidak mengganggu pertumbuhan tanamankopi bahkan dapat mendorong pertumbuhan kopi,yaitu karena tanaman sayur dipupuk secara intensifbaik pupuk kandang maupun pupuk kimia. Hal iniantara lain telah dilaporkan oleh Evizal et al. (1995)dan Karyanto et al. (2010).Dengan demikianpembudidayaan tanaman sayur berintegrasi dengan

sistem rotasi dalam siklus budidaya kopi sebagaipertanaman awal dan pertanaman sela sehinggapetani tetap memperoleh hasil selama masaprapanen kopi.Pasar hasil panen sayur dijual baikdi pasar lokal, pasar dalam propinsi maupundibawa pedagang untuk pasar antarpropinsi.Setelah tidak lagi bertanam sayur, petani mulaimenyisipi bibit pohon pelindung maupun bibitpepohonan lainnya.

PENGELOLAAN POHON PELINDUNGPenanaman pohon pelindung merupakan

standar teknis budidaya bagi pekebunkopi diLampung Barat, dengan populasi sekitar 100-300pohon per hektar.Populasi pohon pelindungdanpengelolaannya merupakan salah satu indikatorintensitas pengelolaan kebun kopi.Pohon pelindungmulanya ditanam rapat dan sejenis, dan selanjutnyapopulasinya semakin berkurang. Pohon pelindungyang terlalu rapat akan menurunkan produksi kopikarena meningkatnya penaungan (Evizal et al.,2012a). Jenis pohon pelindung teknis yangdigunakan pekebun kopi tradisional (leluhur)adalah pohon dadap baik dadap duri maupundadap minyak.Pohon dadap dipercayamemberikan perlindungan terhadap pohon kopidan kesuburan tanah sehingga memberikan hasilkopi yang tinggi. Hingga saat ini dapatditemukankebun kopi tua yang baik (umur 20-30tahun) berpohon pelindung dadap yang cukupmenaungi, baik berupa pohon dadap yang sudahbesar atau pohon hasil tanam ulang.Populasi dadapumumnya semakin berkurang denganbertambahnya umur kopi dan dapat disisipiberbagai tanaman pohon MPTS membentukkebun kopi campuran kompleks.

Saat ini pohon pelindung yang mendominasiadalah pohon gamal.Dalam frekuensi yang kecil,ditemukan juga berbagai jenis pohon pelindungyang lain seperti kapuk(Ceiba petandra),lamtoro(Erythrina spp.), dan sengonlaut(Paraserianthes falcataria).Kapuk disukaikarena dapat memberikan hasil kapuk.Pohongamal disamping sebagai penaung juga dipanen

Rusdi Evizal : Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat

Page 6: Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya …repository.lppm.unila.ac.id/18904/1/b3b-15195-1-28413-1... · 2020. 3. 28. · 2 Komoditas tradisional adalah komoditas

6

daunnya untuk pakan ternak dan ukuran batangnyaideal untuk merambatkan tanaman lada.Tanamankopi dengan pohon pelindung yang dirambatitanaman lada merupakan model kebuncampurankopi yang khas di Lampung Barat,merupakan harmoni antara tanaman kopi yangmembutuhkan naungan dan tanaman lada yangmembutuhkan rambatan.Lampung Baratmerupakan salah satu sentra produksi ladaLampung (BPS Provinsi Lampung, 2010).Lebihdari itu, kebun kopi bernaungan gamal mampumemberikan hasil buah kopi yang tinggi (Evizal etal., 2012b).

Kepadatan pohon pelindung dapatmerupakan indikator penting kebun kopi rakyatyang sehat.Pohon yang rapat memberikanperlindungan kopi dari panas matahari yang terikjuga menjaga kesuburan tanah, hasil guguran daun-daun pohon panjat.Sebaliknya pada kebun kopiyang tidak sehat, pohon pelindungnya renggang,sebagian mati, tampak pertumbuhan kopi jugakurang baik, daun menguning, dan mudah matipucuk.Pada kondisi kebun yang demikianrehabilitasi dilakukan baik pada tanaman kopimaupun pohon pelindung.Pohon pelindungsebaiknya menggunakan bibit dari biji agarperakarannya dalam, baik jenis dadap maupunlamtoro jenis petai cina, klon PG 37 dan L3. Petai

cina memiliki kelemahan karena menghasilkanbanyak biji yang akan tumbuh rapat dan kuatsebagai gulma. Lamtoro klon PG 37 cukup baik,buah kecil, bijinya sedikit, percabangan yangmenyirip teratur, sedangkan klon L3 juga memilikiukuran polong kecil, tetapi berbiji cukup banyak,terutama buah akhir, percabangannya kurangteratur (Evizal et al., 2005).

KULTIVAR KOPI LOKALPohon induk terpilih kopi robusta berpotensi

untuk dikembangkan sebagai klon unggul lokal(Hulupi, 2012).Petani kopi di Sumberjayamemanfaatkan ragam kopi lokal sehingga mandiridalam melakukan klonisasi.Jenis dan kultivar lokalyang ditanam petani di Sumberjaya disajikan padaTabel 2.Jenis kopi yang ditanam di Sumberjayaadalah kopi Robusta yang dalam perdagangandikenal sebagai kopi Robusta Lampung.Kopi jenisArabika dan Liberika hanya sedikit yangmenanam.Pengembangan kopi Arabika terusdigalakkan pemerintah namun belum berhasilberkembang.Kopi Liberika cukup dikenal petanidan disukai karena dianggap lebih produktif,walaupun ditanam di lahan kurang subur, dancitarasa kopi yang kuat dan sedikit pahit.

Dalam satu kebun terdapat berbagai kultivaratau klon kopi karena pada pembangunan kebun

Tabel 1. Jenis dan Pengelolaan Pohon Pelindung

No Jenis pohon pelindung Jumlah Populasi pohon Intensitas Bahan tanamkebun (%) pelindung pemangkasan

1 Dadap (Erythrina spp.) 27,8 156 Partial – Bibit zailingtanpa pangkas

2 Gamal (Gliricidea 66,7 277 Pangkas penuh - Stek batangsepium) partial

3 Kapuk (Ceiba petandra) 1,9 100 Tanpa pangkas Bibit zailing4 Lamtoro (Leucaena spp.) 1,9 277 Partial Bibit zailing5 Sengon laut 1,9 156 Partial – Bibit zailing

(Paraserianthes tanpa pangkasfalcataria)

Keterangan: Diolah dari Evizal et al. (2005)

Page 7: Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya …repository.lppm.unila.ac.id/18904/1/b3b-15195-1-28413-1... · 2020. 3. 28. · 2 Komoditas tradisional adalah komoditas

7

menggunakan bibit dari biji dari pohon-pohoninduk terpilih, baik dari satu kebun atau daribeberapa kebun.Selanjutnya dilakukanpenyambungan dengan entres pohon induk terpilihjuga dari beberapa kebun.Pohon-pohon indukbaik sumber biji maupun sumber entresmenunjukkan keragaman morfologi maupunproduktivitas. Evizal et al. (2009) melaporkan

pohon induk yang terpilih dapat menghasilkan 1,1-2,9 kg kopi biji kering per pohon.

INTENSITAS PENGELOLAAN KEBUNPekebun kopi di Sumberjaya mengelola

kebunnyasecara tradisional dan tidakintensif.Variabel intensifikasi yang bernilai di atas50% hanya pada penggunaan tenaga kerja,

Tabel 2.Jenis dan Kultivar Kopi Lokal Sumberjaya

Spesies Nama lokal Morfologi Keterangan

Robusta Tugu Hijau Ukuran buah besar, buah tua warna Produksi tinggi, digunakankekuningan, cabang kipas mendatar sebagai bahan klonal

Robusta Tugu Kuning Ukuran buah besar, buah tua warna Produksi tinggi, digunakanhijau, cabang kipas mendatar sebagai bahan klonal, mudah

mati pucukRobusta Garudak Super Ukuran buah sedang, cabang Produksi tinggi, digunakan

kipas mendatar sebagai bahan klonalRobusta Tugu Sari Ukuran buah sedang, cabang kipas Produksi tinggi, digunakan

panjang dan mendatar, daun lemas sebagai bahan klonalRobusta Lembut Bakir Ukuran buah agak kecil, dompolan Kultivar tradional, mulai

mulai dari batang, cabang produksi ditinggalkan tahan naungan,lurus, batang mudah dilengkungkan buah masak disukai untuk

pakan luwak.Robusta Parabola Ukuran buah sedang, cabang kipas Produksi tinggi, digunakan

mendatar dan melebar seperti sebagai bahan klonalparabola

Robusta Wulung Daun dan buah berwarna ungu Tidak khusus dikembang-kan, dianggap sebagaipenyimpangan

Arabika Kate Ukuran buah sedang, ukuran biji kecil,Produksi kurang, kurangcabang produksi vertikal, warna buahdiminatimasak merah ungu, daun agak kecil

Arabika Padang Pohon agak rimbun, daun agak kecil,Produksi kurang, kuranghijau tua, buah masak berwarna diminatimerah ungu

Liberica Robinson Ukuran buah besar, biji sedang, buah Citarasa kopi agak pahit,masak tidak mudah rontok, daun disukai karena beradaptasibesar, cabang produksi vertikal, tanah yang kurang suburpohon besar

Keterangan: Diolah dari Evizal et al. (2005)

Rusdi Evizal : Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat

Page 8: Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya …repository.lppm.unila.ac.id/18904/1/b3b-15195-1-28413-1... · 2020. 3. 28. · 2 Komoditas tradisional adalah komoditas

8

penggunaan herbisida, dan penggunaan kultivarklonal. Sementara pemupukan, penyemprotanfungisida dan insektisida, penyiraman pada musimkemarau, dan pengolahan tanah untukmenggemburkan tanah masih dalam tingkat yangrendah

Tingkat intensifikasi diperoleh nilai 26,2%untuk kebun tanpa pohon pelindung dan 30,1%untuk kebun berpohon pelindung, karena lebihbanyak menggunakan tenaga kerja. Tingkatintensifikasi yang masih rendah tersebutmenghasilkan produktivitas yang relatif rendahyaitu berkisar 8 ku/ha/tahun (Tabel 3).Potensiproduksi kopi Robusta unggul nasional dapatmencapai 12 – 37 ku/ha/tahun (Prastowo et al.,2010).Berdasarkan 6 variabel masukan saranaproduksi, Hernandez-Martinez et al. (2009)mengkategorikan indeks relatif pengelolaan kebunkopi dalam tingkat rendah (0-0,33), moderat(0,35-0,66), dan tinggi (>0,66) dan mendapatkankebun kopi berstruktur berupa kopi tanpa pohonpelindung dan kebun kopi berpelindung teknistermasuk tingkat pengelolaan yang tinggi. DiSumberjaya, kebun kopi berstruktur tanpa pohonpelindung dan berpelindung teknis dikelola denganintensitas masukan yang rendah, jika dibandingkandengan rekomendasi. Jika harga kopi tinggi makapetani akan meningkatkan intenfikasi pengelolaan

kebun dengan meningkatkan pemupukan danpemangkasan.

KEBUN KOPI CAMPURANSebagian petani di Sumberjaya berkebun kopi

secara campuran.Kebun kopi berpohon pelindungdapat berupa kebun kopi berpohon pelindungteknis atau berupa kebun kopi campuran dengananeka tanaman MPTS dan pohon pelindung teknisseperti yang diwajibkan pada lahan HKm. Kebunkopi campuran biasanya dimulai denganmembangun kebun berpohon pelindung teknisterutama berupa pohon dadap. Semakin kompleksjenis tanaman campuran, semakin menurunpopulasi pohon pelindung teknis digantikan olehpohon campuran yang memberikan hasil selainbuah kopi yang sering disebut sebagai sistem kopiagroforestri.

Pisang merupakan tanaman yang umumditanam sebagai campuran di perladangan danperkebunan rakyat.Dengan semakin menutupnyatajuk pohon pelindung, pertumbuhan pisang kurangbaik.Tanaman lada, alpukat, kayumanis, dancengkeh juga merupakan tanaman campuran dikebun kopi dan Lampung Barat muncul sebagaisentra produksi penting komoditas tersebut diProvinsi Lampung (BPS Provinsi Lampung,2010).Pohon aren tumbuh secara alami di kebun

Tabel 3.Tingkat Pengelolaan Kebun Kopi Di Sumberjaya

Variabel Tanpa pelindung Berpohon pelindung

Pemupukan (%)1 16,5 ± 18,1 15,0 ± 19,3Aplikasi pestisida (%)2 24,2 ± 12,6 20,2 ± 12.1Penggunaan tenaga kerja (%)3 58,6 ± 17,9 76,8 ± 18,5Intensifikasi (%)4 26,2 ± 5,9 30,1 ± 7,2Produktivitas kopi (ku/ha) 8,2 ± 3,4 7,9 ± 3,8

1 Tingkat pemupukan: Urea 3 ku/ha, TSP 2 ku/ha, KCl 3 ku/ha, bahan organik 25 t/ha2 Aplikasi pestisida: fungisida2 x 2 l/ha, insektisida 2 x 2 l/ha, herbisida 4x 2 l/ha3 Penggunaan tenaga kerja: 200 HKO/ha/tahun4 Intensifikasi: rerata dari tingkat pemupukan, aplikasi pestisida, penggunaan tenaga kerja, kultivar (1=klonal unggul), irigasi (1=diberi pengairan), pengolahan tanah (1=tanah diolah)Sumber: Diolah dari Evizal et al. (2005)

Page 9: Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya …repository.lppm.unila.ac.id/18904/1/b3b-15195-1-28413-1... · 2020. 3. 28. · 2 Komoditas tradisional adalah komoditas

9

kopi atau ditanam secara teratur sebagai pohonpinggiran batas tanah, sungai, atau jurang sehinggaSumberjaya merupakan penghasil gula aren.

Pohon pelindung teknis seperti dadap dangamal, pohon kayu bangunan seperti kayucempaka, medang, dan afrika, pohon kopi, sertapohon campuran multiguna membentuk kebunkopi multistrata.Kepadatan populasi kopi mungkinsemakin berkurang seiring semakin tertutupnyatajuk pepohonan, namun sebagian pohon kopitetap bertahan hidup dan berproduksi yang dapatdikategorikan sebagai kopi hutan atau kopirimba.Kebun kopi komplek semacam inimerupakan kearifan lokal yang penting bagikonservasi lahan dan air di Sub DAS Way Besai.Tegakan kompleks ini menghasilkan produktivitaslahan kopi yang berkelanjutan yang besama-samadengan hutan pada lahan bagian atas yang dijagatidak diganggu akan menghasilkan mata air yangmengalir sepanjang tahunyang tidak saja pentingsebagai sumber air bagi rumah tangga dan kolam-kolam ikan masyarakat di sekitar hutan lindung,

melainkan juga bagi Pembangkit Listrik Tenaga Air(PLTA) Way Besai (Kepala Pekon Tribudi Sukur,komunikasi pribadi).

Serasah yang dihasilkan pada agroforestrikopi berperan penting dalam sikus nutrienagroekosistem, produksi, dan keberlanjutanagroekosistem (Mamani-Pati et al., 2012; Evizalet al., 2012c).Hasil panen pohon multigunanonkayu meningkatkan pendapatan petani (Penderet al., 2008).Prasmatiwi et al. (2010) melaporkanbahwa usahatani kopi naungankompleks(agroforestri) multiguna lebihberkelanjutan dibanding tipe kopi naungansederhana dan kopi tanpanaungan. Farida danNoordwijk (2004) melaporkan bahwa sistemagroforestri berbasis kopi tidakmembahayakankelestarian fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS) diSumberjaya dan Verbist et al. (2004) berpendapatbahwa sistem agroforestri kopi tidak lebih burukdari pada hutan alami terutama dalam halmenyediakan fungsi DAS bagi para petani dan bagipengelola dam dan pembangkit tenaga listrik.

Tabel 4.Jenis Tanaman di Kebun Kopi Campuran

No Jenis pohon pelindung Jumlah kebun (%)

1 Pisang (Musa paradisiaca) 34,82 Lada (Piper nigrum) 30,43 Petai (Parkia speciosa) 30,44 Durian (Durio zibenthinus) 21,75 Kemiri(Aleurites moluccana) 21,76 Alpokat (Persea gratissima) 17,47 Kayumanis (Cinnamomum burmanii) 17,48 Kakao(Theobroma cacao) 13,09 Aren (Arenga pinnata) 8,610 Cengkeh (Eugenia aromatica) 4,311 Nangka (Artocarpus heterophyllus) 4,312 Cempedak (Artocarpus champeden) 4,3

Sumber: Diolah dari Evizal et al. (2005)

Rusdi Evizal : Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat

Page 10: Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya …repository.lppm.unila.ac.id/18904/1/b3b-15195-1-28413-1... · 2020. 3. 28. · 2 Komoditas tradisional adalah komoditas

10

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanHasil kajian ini menunjukkan bahwa etno-

agronomi pengelolaan kebun kopi rakyat diSumberjaya, Lampung Barat merupakan kearifanlokal yang unik antara lain: (1) Sistem budidayakopi di Sumberjaya berevoluasi dan berintegrasidengan sistem perladangan. (2) Petani merotasikebun kopi dengan dengan perladangan sayur ataupalawija atau dengan pemberoan. Tata guna lahandi Sumberjaya bersifat dinamis yaitu dalam skalaluasan dan kurun waktu tertentu senantiasaberubah. (3) Budidaya tanaman sayur berintegrasidengan sistem rotasi dalam siklus budidaya kopisebagai pertanaman awal dan pertanaman selamerupakan sumber pendapatan selama masaprapanen kopi. (4) Perkebunan kopi rakyat diSumberjaya dikelola secara tradisional dan tidakintensif yaitu menanam pohon pelindung dantanaman serbaguna dengan sistem agroforesti.

SaranEthno-agronomi budidaya kopi di Sumberjaya

yang menghasilkan sistem budidaya kopi berupakebun kopi multistrata (agroforestri) merupakankearifan lokal yang perlu dilestarikan. Sistem inipenting bagi konservasi lahan di Daerah AliranSungai serta pasokan air untuk masyarakat danPembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

DAFTAR PUSTAKA

BPS Provinsi Lampung. 2010. Lampung DalamAngka Tahun 2010. Bandar Lampung.

BPS Kabupaten Lampung Barat. 2013. LampungBarat Dalam Angka 2013. Liwa.

Clarke, R.J. and R. Macrae. 1988. CoffeeAgronomy. Elsevier Applied Sci. London.

Ekadinata, A., K. Kusters, A.Widayati, D.Gaveau, and Aslan. 2005. Landcoverdynamics in West Lampung , Sumatra,Indonesia. Technical report submitted forICRAF Internal Workshop: Impact Study of

ICRAF Land andTree Tenure Programme.Bogor 1-2 August 2005. 23 p.

Evizal, R., Indarto, dan W. Hanolo. 1995.Tanaman sela di kebun kopi muda: Pengaruhdosis pupuk kandang dan umur tanaman kopiterhadap produksi kentang dan pertumbuhankopi. Pros. Sem. Nas. Pengb.Wil. LahanKering. p. 344-354.

Evizal, R., Indarto, Sugiatno, M.V. Rini, Duriat,F.E. Praswatiwi. 2005. Landuse history andpoint sample characterization: A baselinesurvey of socio-economic of Sumberjayawindow. Final Report Ref. 46.CSM-BGBDProject Indonesia.56 p.

Evizal, R., Tohari, I.D. Prijambada, J. Widada,D. Widianto. 2008. Layanan lingkunganpohon pelindung pada sumbangan N danproduktivitas agroekosistem kopi. PelitaPerkebunan 25: 23-37.

Evizal, R., N. Sa’diyah, dan F.E. Prasmatiwi.2009. Pemilihan klon harapan kopi robustauntuk sistem agroforestri dan hutankemasyarakatan. Prosiding Penelitian-Penelitian Agroforestri di Indonesia Tahun2006-2009. p.120-125.

Evizal, R., Tohari, I.D. Prijambada, J. Widada, F.E. Prasmatiwi, Afandi. 2010. Pengaruh tipeagroekosistem terhadap produktivitas dankeberlanjutan usahatani kopi. JurnalAgrotropika 15: 17-22.

Evizal, R., Tohari, I.D. Prijambada, dan J. Widada.2012a. Peranan pohon pelindung dalammenentukan produktivitas kopi.JurnalAgrotropika 17(1): 19-23.

Evizal, R., Tohari, I.D. Prijambada, J. Widada,D. Widianto. 2012b.Soil bacteria diversityand productivity of coffee-shade agro-ecosystems.Journal of Tropical Soil 17(2):181-187.

Evizal, R., Tohari, I.D. Prijambada, dan J. Widada.2012c. Peranan serasah terhadap sumbangan

Page 11: Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya …repository.lppm.unila.ac.id/18904/1/b3b-15195-1-28413-1... · 2020. 3. 28. · 2 Komoditas tradisional adalah komoditas

11

N dan P pada agroekosistem kopi.Agrotrop2(2): 177-183.

Evizal, R. 2014. Dasar-dasar ProduksiPerkebunan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Farida dan M. van Noordwijk. 2004. Analisis debitsungai akibat alih guna lahan dan aplikasi modelGenriver pada DAS Way Besai, Sumberjaya.Agrivita 26(1): 39-47.

Febrianti, T.P. Utomo, dan A. Nugraha. 2011.Kelayakan agroindustri kopi luwak diKabupaten Lampung Barat. JurnalTeknologi dan Industri Hasil Pertanian16(1): 63-72.

Gaveau, D.L.A., M. Linkie, Suyadi, P. Levang,N. Leader-Williams. 2009. Three decades ofdeforestation in southwest Sumatra: Effects ofcoffee prices, law enforcement and ruralpoverty. Biol. Conserv. 142: 597-605.

Haarer, A.E. 1962. A Modern Coffee Production.Leaonard Hill. London.

Hernandez-Martinez, G., R.H. Manson, and A.C.Hernandez. 2009. Quantitative classificationof coffee agroecosystems spanning a rangeof production intensities in central Veracruz,Mexico. Agriculture, Ecosystems andEnvironment 134: 89–98.

Hulupi, R. 2012. Prospek klon-klon lokal kopiRobusta asal Bengkulu.Warta PusatPenelitian Kopi dan kakao Indonesia 24(2):6-12.

Karyanto, A., Sugiatno, dan R. Evizal. 2010.Effects of goat manure on growth, yield, andeconomic impacts of vegetable intercrops inyoung coffee plantation. Proc. InternationalSeminar on Horticulture to Support FoodSecurity.p.A66-A74.

Liang, L., L. Shen, W. Yang, X. Yang, and Y.Zhang. 2009. Building on traditional shiftingcultivation for rotational agroforestry:Experiences from Yunnan, China. ForestEcology and Management257: 1989-1994.

Mamani-Pati, F., D.E. Clay, S.A. Clay, H.Smeltekop, and M.A. Yujra-Callata. 2012.The influence of strata on the nutrient recyclingwithin a tropical certified organic coffeeproduction system. ISRN Agronomy 2012:1-8. DOI:10.5402/2012/389290.

Michon, G., H. de Foresta, P. Levang, dan A.Kusworo. 2000. Repong di Pesisir Krui,Indonesia. Dalam De Foresta, H., A.Kusworo, G. Michon, dan W.A. Djatmiko(eds). Ketika Kebun Berupa Hutan:Agroforest Khas IndonesiaSebuahSumbangan Msyarakat. ICRAF. Bogor. p.19-64.

Mulyoutami, E., E. Stefanus, W. Schalenbourg,S. Rahayu, dan L. Joshi. 2004. Pengetahuanlokal petani dan inovasi ekologi dalamkonservasi dan pengolahan tanah padapertanian berbasis kopi di Sumberjaya,Lampung Barat. Agrivita 26(1): 98-107.

Pender, J., Suyanto, J. Kerr, and E. Kato. 2008.Impacts of the Hutan KamasyarakatanSocial ForestryProgram in the SumberjayaWatershed, West LampungDistrict ofSumatra, Indonesia. International Food PolicyResearch Institute. Discussion Paper 00769.

Philpott, S.M., P. Bichier, R.A. Rice, R.Greenberg. 2008. Biodiversity conservation,yield, and alternative products in coffeeagroecosystems in Sumatra, Indonesia.Biodivers. Conserv. 17: 1805-1820.

Prasmatiwi, F.E., Irham, A. Suryantini, danJamhari. 2010. Analysis keberlanjutanusahatani kopi di kawasan hutan KabupatenLampung Barat dengan pendekatan nilaiekonomi lingkungan.Pelita Perkebunan26(1): 57-69.

Prastowo, B., E. Karmawati, Rubijo, Siswanto,C. Indrawanto, dan S.J. Munarso. 2010.Budidaya dan Pasca Panen Kopi. PusatPenelitian dan Pengembangan Perkebunan.Bogor.

Rusdi Evizal : Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat

Page 12: Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya …repository.lppm.unila.ac.id/18904/1/b3b-15195-1-28413-1... · 2020. 3. 28. · 2 Komoditas tradisional adalah komoditas

12

Priyadarshini, R., K. Hairiah, dan J.B. Baon. 2011.Keragaman pohon penaung pada kopiberbasis agroforestri dan pengaruhnyaterhadap layanan ekosistem. Berk.Penel.Hayati Edisi Khusus 7F: 81-85.

Syam, T., H. Nisdale, A.K. Salam, M. Utomo,A.K. Mahi, J. Lumbanraja, S.G. Nugroho, M.Kimura. 1997. Land use and cover changesin a hilly area of South Sumatra, Indonesia(from 1970 to 1990). Soil Sci. Plant Nut.43: 587-599.

Verbist, B., A.E. Putra, S. Budidarsono.2004.Penyebab alih guna lahan dan akibatnyaterhadap fungsi daerah aliran sungai (DAS)pada lansekap agroforestri berbasis kopi diSumatera. Agrivita 26(1): 29-38.

Verbist, B. dan G. Pasya. 2004. Perspektif sejarahstatus kawasan hutan, konflik dan negosiasidi Sumberjaya, Lampung Barat – PropinsiLampung. Agrivita 26(1): 20-28.

Wintgens, J.N (Ed). 2004. Coffee: Growing,Processing, Sustainable Production. Wiley-VCH.Weinheim.

Page 13: Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya …repository.lppm.unila.ac.id/18904/1/b3b-15195-1-28413-1... · 2020. 3. 28. · 2 Komoditas tradisional adalah komoditas

Ib

Judul Jumal Ilmiah (Artikel)

Penulis Jumal Ilmiah

Identitas Makalah

f. Jumlah Halaman

Kategori Publikasi Jumal Ilmiah

(beri tanda V pada kategori yang tepat)

Hasil Penilaian Peer Review :

LEMBARIIASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW

KARYA ILMIAH : JURNAL ILMIAH NASIONAL

: Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di sumberjaya Kabupaten Lampung Barat

: Rusdi Evizal,

: a-NamaJumal : JumalAgrotop(JurnalonAgriculturalScience)b. Nornor/ Volume : No. 2 A/ol. 3

c. ISSN : 2088-155Xd. Edisi ( Bulan/Tahun) : Nopember 2013e. Penerbit : Fakultas Pertanian Universitas Udavana

12 Halaman

E Jurnal Ilmiah Nasional Terakreditasi Dikti

E Jurnal Ilmiah Nasional Terindeks DOAJ atau laman lain (Bahasa Inggris)

E Jurnal Ilmiah Nasional Terindeks DOAJ atau laman lain (Bahasa Indonesia)

Jurnal Ilmiah Nasional Tidak Akreditasi (Bisa ditelusuri Online)

Jurnal Ilmiah Nasional Terakreditasi

Jurnal Ilmiah Nasional Tidak Akreditasi

EEE

No Komponen yang dinilai

Nilai Maksimum Jurnal Ilmiah Nasional :

Nilai yangDiberikan

Penilai QrlP)

l-l t..uk."ditu,iDikti

TerindeksI I DoAl atautt

lman latn

(Bahasa

Inggris)

TerindeksDOAJ

L-l atau laman

lain(Bahasa

Indonesia)

lfl ,,*AkeditasiDik1i

a Orisinalitas (20olo)

(Memperlihatkan keaslian dan kebaruan gagasan)5 4 J 2 2

b. Kedalaman Kajian(40%)(Melakukm analisis, eksplorasi, dan elaborasi terhadap

masalah yang dibahas berdasarkan kaidah-kaidah ilmiahyang berlaku dalam penelitian dan pengkajian;

mengandung kebenaran ilmiah, ketuntasan kajian,kesistematisan pembahasan, dan didukung dengan pustaka

10 8 6 4 3

Kebermanfaatan (107o)

(Memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu dan solusi bagimasalah yang dihadapi masyarakat)

2.5 2 1.5 I 1

d. Relevansi karya dengan keahlian (20o/o)

(Memiliki keselarasan antaru karya ilmiah denganpenelitian magister/ doklor dan bidang penugasannya)

5 4 J 2 2

e. Kelengkapan unsur Jumal Ilmiah (10%)(Mencakup prakat4 daftar Isi, editor, ISSN, dan

kelengkapan lain)2.5 2 1.5 I 1

Total (100%) ,< 20 t5 10 9

Komentar Peer ReviewMerupakan telaah pustak4 mempunyai orisinalitas tinggi karena keaslian dan kebaruan gagasan tentang etno agronomi, eksplorasi luas didukungpustaka yag lengkap, tetapi kajian kurang tuntas dan pembahasan kurang sistimatis, hasil telaah putaka bermanfaat bagi pengembangan ilmu danteknologi pertanian, bidang ilmu tentang etnoagronomi sesuai dengan bidang ilmu agronomi penelitian doktor dan bidang penugasannya, jurnalmempunyai unsur yang lengkap.

Nilai Pengusul = BP x NP" 1. X 9 = 9Ket : Bobot Peran (BP) : Sendiri: 1; Ketua:0,6; Anggota:0,4 dibagi.jur.nlah anggota

Batas Kepatutan:Paling banyak 25% dari angka lcredit unsur penelitian yang diperlukanuntuk pengusulan ke Lektor Kepala dan Profesor yang

diterbitkan di Jurnal Nasional

Yogyakarta, l0 Juli 2019

Penilai Sejawat@f I fff (Lingkari salah satu)

Prof. Dr. Ir. Didik Indradewa, Dip.Agr.St.NIP. 195403 l9l979t l l00lUnit Kerja: Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada

Page 14: Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya …repository.lppm.unila.ac.id/18904/1/b3b-15195-1-28413-1... · 2020. 3. 28. · 2 Komoditas tradisional adalah komoditas

, r 1, --.irr.".i^1-r4-rit-.,1\,lluul Juriidl !rrritdii \r \rrir\'!r

Penulis Junui llnriah

Idenlitas r''takalah

Kategcri Publ ikasi .iunral llnrirh

.a!^!+!:r!!

(DCil tallUa ! Pdtiir d'rLibwrr

Ilasil Penilaial l)ecr llerietv

LI'}18.\Rll;tSIL. PEllL,rl'1\ SII'I'\\1'\T SEIIIDANG ATALr PEER llgvJEW

ir'.:r iii A i i-ii i.1 ii :'i U P-l\'\l ! 1'\{ I-r'H \r 1r ! Q*- {- t-'

: ll,.!.)r..,rsrn[nrni Pengelolaan Perkcbunan Kopi di slunherja-va Kabupaten Lanrpung Barat

r Rusdi Evizal.

: a. Na*ia Jumai .iumai :\grrrtop 1'lttn-ra1 on Agricullurai Suiencei

ir Noulot'./Vo'ltllite i'lo. ? ivol ic l"csl\ :i)88'l-i)X-

C. Eclisi t Etrl;in"'l'ahriti) Nripcnrirer 2013

?. ltrr:reriltt t:nkuiiai l.;il:i;;iilir LlI:iYtr::i1"ls l-ii1'l]'qtta

1. "lrrmlah iialaman l2 Hitlanran

I i -iuIr:at llnttalt \aslorlal l crAhrcorLi'lsl t''rtrt'

l--l .lumal limiah Nasicnal -Ierindeks DO,{J arari lanran lain (Bahasa krggris)

i]] .iunrirl lltliah Nasional 'Terindeks D{}A"l aiau Iaman lait {Bahasa Indo*esra)

I iurnal llnriah Nasional Tirjak r\kreditasi (fllsa dtteiusun ununei

f--l , ! ri,-, !. \'., ., .,.,1 T"r"l-rp,l;!arii _l .tLirlii1! rriri'du

*J[fZ .l,,r,r,tl llttrralt N'risinnal fiil:rk \l'rcJitari

iil:i lvl:ksirrunr .!rtrnlt llrri:rir Nasional:

\il*i yang

Ditrerikan I'enilai

{N!',}r^.1!h nen va,ro,tinilail\uiuyvsv,.-s-e-- f] rerakedirst

Dikti

TerindeksI I DOAJ atButt

{BalHlog.is)

T$indek!DO,{J

L-l abu Imanlain(Balr5sa1..,^.*:.\

T1 rrriakL-l {LrcdruiDritr

'; ,4 3a ia Orisinalitas (l09riJ

rrd-,-.-arliirqtl.rn lr*eqliln iiatt kobiiruail saeaselll

r0 s 6 4 4b. Keria1an,a,., ltai i ar: (40o, o)

{}.:1*!:!:rrL:rl ana I iti-s ekrnl orasi' dall eltboias i ttriredap

nrasalah ]',rng tlitrahas berdasarkan kaid Lrh-kai iiah iirli alt

vang berlakil rialam peneliLiari dan pengliaiiatt'

nengandutlg kebenarirn ilnl ialr, kctunia::ul ka-l lar'

kesii'tematisan petllbahiNaL tian didukung dengan irustaka

li 2 1.5 I Ic. Gbe;nranfaatin ( I 09i,)

(Memberikan nrartlaat begi keulairiau ilnru dln soltrsi hagi

)uilu

,-l ? 1_d. [elevansi I'lrto densan kcahlian {i'(}'{i')

(N{enriliki keselarasau ill)tarit l(irn'a iil}liilll iii:llPn1l

--i----.i,r^1.r.,r,1-,r hirtnnr; r-EltilaiillllVlilpeneltllill lllilElsLsr I

2.: 2 1.5 1 IKelengkapan LltlsLlr .lurual lltllliitl I I tr-:$J

lMencakup prakata' dalttr lsi' editor' ISSN' dan

- r----.^ !-;-\(f, r{lrE,(dl'd'r t6',, /

20 I5 t0

onlentar Peer Rcr ti:n

LA'd''l*a- /7-(,'t'ii/,/

Nilai Pcngusul = IIP s r-l'= ""'1"""" L "J""' - """"9""""""'Ket ; Bobt} peran (Llp) : Senrliri = l: Kctua = {i.6; .r\nggotil = 0"4 dibagi jumkrh mggota

Bdlas Keqaturan :

i'-ii.i tirrl,rl, 25% dari au3l;tt ltttdit un'sttr pene!iiittit 't'ttng diperlt*ttrt

untttli pengusuktn ke Lektor Kepalt dut PtoJesor vuttg

di ter b i rlsn d i J t{'ilitl .}f, {t s i o t Q INlP. I 9630611 I 98903 1003

l-init Keria: Fakuitas Pertanirn Universiias Srtrvijaya

P*lembang,

Penilai Sejawat I l.It I lil {Lilgkari salan satu)

!!-^r !'r. tr l\pdi!* ltudiatta. l\1,S"

Page 15: Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya …repository.lppm.unila.ac.id/18904/1/b3b-15195-1-28413-1... · 2020. 3. 28. · 2 Komoditas tradisional adalah komoditas

Judul Jumal Ilmiah (Artikel)

Penulis Jumal Ilmiah

Identitas Makalah a. NamaJurnalb. Nomor/ Volumec. ISSNd. Edisi ( Bulan/Tahun)e. Penerbitf. JumlahHalaman

Jurnal Agrotrop (Jurnal on Agricultural Science)No. 2 /Vol. 3

2088-155XNopember 2013FakultasPertanian Universitas Udayanal2 Halaman

Kategori Publikasi Jumal Ilmiah

(beri tanda V pada kategori yang tepat)

Hasil Penilaian Peer Review

Jurnal llmiah Nasional Terakreditasi Dikti

Jurnal Ilmiah Nasional Terindeks DOAJ atau laman lain (Bahasa Inggris)

Jurnal Ilmiah Nasional rerindeks DOAJ atau laman lain (Bahasa Indonesia)

Jurnal llmiah Nasional Tidak Akreditasi (Bisa ditelusuri Online)

Jurnal llmiah Nasional Terakeditasi

Jurnal Ilmiah Nasional Tidak Akreditasi

LEMBARHASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW

KARYA ILMIAH : JURNAL ILMIAH NASIONAL

: Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat.

: Rusdi Evizal

nTEfltlg

No Komponen yang dinilai

Nilai Maksimum Jumal Ilmiah NasionaL

Nilai yangDiberikan

Penilai (NP)

I rerakreditasiDikti

Terindeks

L_l DoA.r arau

lman lain(Bahasa

Inggris)

TerindeksT-l DoArLl atau tamm

lain(Bahasa

Indonesia)

ff ,,0*AkreditsiDikti

a Orisinalitas (20%)(Memperlihatkan keaslian dan kebaruan gagasan) 5 4 J 2

b. Kedalaman Kaji an (40%o)

(Melakukan analisis, eksplorasi, dan elaborasi terhadapmasalah yang dibahas berdasarkan kaidah-kaidah ilmiahyang berlaku dalam penelitian dan pengkajian;mengandung kebenaran ilmiah, ketuntasan kajian,kesistematisan pembahasan, dan didukung dengan pustaka

10 8 6 4 /))

Kebermanfaatan (10%)(Memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu dan solusi bagimasalah yang dihadapi masyarakat)

)\ 2 1,5 I Id. Relevansi karya dengan keahlian (20%)

(Memiliki keselarasan antara karya ilmiah denganpenelitian magister/ doktor dan bidang penugasannya)

5 4 3 2 9-e. Kelengkapan unsur Jumal Ilmiah (102o)

(Mencakup prakata, daftar Isi, editor, ISS\ dankelengkapan lain)

?s 2 1,5 I ITotal (100%) 25 20 15 10

Peer Review

f4vj<; &';

Nilai Pengusul = BP x NP = x :4^;;;:;:;;f

= ; ; ;i la gi 1 u. r ah anssora

Batas Kepatutan:Paling banyak 2596 dari angka kredit unsur penelitian yang diperlukanuntukpengusulan ke Lektor Kepala dan Profesor yangditerbitkan di Jurnal Nasional

Padang,

Penilai Sejawat I /U I lil (Lingkari salah

Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc.NIP. 1 95007 1 6 t97 603 1002Fakultas : Pertanian Universitas Lampung

I

Ket : Bobot Peran @P) :