evaluasi implementasi program pelatihan...
TRANSCRIPT
EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN
KETERAMPILAN MENJAHIT BAGI PENYANDANG TUNAGRAHITA
DI YAYASAN ASIH BUDI JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Sos)
Disusun Oleh:
YOGA FEBRI RAMDANI
1112054100017
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2017
i
ABSTRAK
Yoga Febri Ramdani
1112054100017
Evaluasi Implementasi Program Pelatihan keterampilan Menjahit Bagi
Penyandang Tunagrahita di Yayasan Asih Budi Jakarta Timur
Yayasan Asih Budi Jakarta timur merupakan salah satu lembaga yang yang
menangani penyandang tunagrahita, di Yayasan Asih Budi terdapat 4 program
pelatihan keterampilan salah satunya program pelatihan di Yayasan Asih Budi
adalah menjahit. Peserta dari keterampilan menjahit di Yayasan Asih Budi terdiri
dari penyandang tunagrahita kategori ringan dan kategori sedang, dimana hasil
kaya jahit yang dibuat oleh peserta pelatihan memiliki kualitas yang bagus dan
sudah dipasarkan hingga keluar negeri.
Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pelatihan keterampilan menjahit di Yayasan Asih Budi dilaksanakan dan
mengevaluasi berdasarkan indikator-indikator evaluasi yang terdiri dari empat
indikator yaitu indikator ketersediaan, indikator relevansi, indikator
keterjangkauan, dan indikator efisiensi untuk mengukur apakah kegiatan pelatihan
keterampilan menjahit telah berjalan baik atau belum. Pendekatan dalam penelitian
ini menggunakan kualitatif jenis deskriptif. Teknik pengumpulan data penelitian ini
merupakan data dari wawancara, observasi dan studi dokumentasi yang diperoleh
dari informan yang terdiri dari satu kepala pelatihan, dua instrukur pelatihan
keterampilan menjahit dan dua peserta pelatihan tunagrahita kategori ringan dan
dua tunagrahita kategori sedang.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelatihan keterampilan menjahit di
Yayasan Asih Budi Jakarta Timur ini berlangsung selama 3 tahun, dalam seminggu
lima hari aktif. Adapun perbedaan kemampuan penyandang tunagrahita kategori
ringan dan kategori sedang, untuk kategori ringan 8 bulan sudah dapat mengikuti
pelatihan dengan baik, sedangkan untuk kategori sedang membutuhkan waktu yang
lebih lama unutk dapat mengikuti pelatihan dengan baik. Berdasarkan hasil dari
indikator evaluasi, dalam indikator keterjangkauan lokasi yayasan Asih Budi sudah
terpenuhi karena akses lokasi yang mudah dijangkau, sedangkan dari indikator
relevansi sudah memenuhi karena alat jahit yang digunakan sudah sesuai dengan
kebutuhan peserta, dari indikator efisiensi sudah terpenuhi karena tenaga instruktur
sudah sesuai dengan keahliannya, dan untuk indikator ketersediaan dalam aspek
sarana dan prasarana yayasan Asih Budi belum terpenuhi karena untuk alat seperti
mesin jahit jumlahnya lebih sedikit dibanding jumlah peserta pelatihan, sedang
dalam aspek kemitraan lembaga belum terpenuhi dan dalam aspek kehadiran
insturkur dan peserta menurut data absensi dan penuturan ibu Ulfa selaku kepala
pelatihan di Yayasan Asih Budi sudah cukup terpenuhi.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah serta inayah-
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat dan
para pengikutnya yang senantiasa istiqomah sampai akhir zaman dan yang
membawa ajaran Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Peneliti sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan sekalipun peneliti telah berusaha melakukan yang terbaik,
kekurangan baik dari segi isi atau teknik penyusunannya. Untuk itu, kritikan
dan saran yang bertujuan membangun sungguh merupakan masukan bagi
peneliti agar dapat mendapatkan pembelajaran untuk kedepannya agar
menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik lagi.
Berkat keridhoan dari Allah SWT, akhirnya skripsi ini pun terselesaikan.
Serta tak lupa peneliti menyampaikan ungkapan terimakasih kepada pihak yang
telah memberikan bantuan, motivasi, dan arahan-arahan terhadap penyusunan
skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Suparto, M. Ed, Ph. D selaku Wakil Dekan Akademik.
Dr Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi
iii
Umum. Dr Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. Selaku Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Hj.
Nunung Khairiyah, MA. Selaku Sekretaris Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Siti Napsyiah, MSW. Selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Bapak Ismet Firdaus, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dan
memberikan motivasi kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan seluruh
Civitas Akademika yang telah memberikan sumbangan wawasan
keilmuan dan membimbing saya selama mengikuti perkuliahan di UIN
Syarif Hidayatullah.
6. Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta
Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih
telah membantu saya dalam memberikan referensi buku, jurnal
maupun skripsi.
7. Kedua orang tuaku yang tercinta, yang tak pernah henti memberikan
kasih sayang yang tidak penah putus. Tidak pernah bosan untuk
memperingatkan dan memberikan semangat kepada penulis. Sungguh
kata-kata tidak akan pernah bisa menggambarkan rasa terimakasih
iv
penulis, tidak sanggup pula penulis untuk membalas kebaikan dari
kedua orang tuaku yang tercinta.
8. Kepada Zidan satu-satunya adik laki-laki saya, kepada nenek saya Hj.
Mini yang selalu memberikan dukungan, bibi Irni Febriani, kepada teh
Liza Faramita, Tamara Fauziyah, dan segenap keluarga besar yang
tidak penulis sebutkan namun tidak mengurangi rasa hormat dan rasa
terimakasih saya.
9. Kepada sahabat yang tak lelah memotivasi penulis dalam menulis
skripsi ini Mahmud Yunus, Nikmal Perdana H, Eric Paturahman, M.
Ikbal maulana, Ramdani M.T, Septi Deri (Dyaz), Yayi, Wawan H.
10. Kepada teman-teman seperjuangan Kesejahteraan Sosial angkatan 2012
yang selalu menemani dan memberikan dukungan kepada penulis.
11. Kepada ibu Yani, ibu Ulfa, Ibu Selly, ibu Indah, seluruh peserta
pelatihan, Bapak Supardi dan staff di Yayasan Asih Budi Jakarta Timur,
yang tidak saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan dan
sudah banyak meluangkan waktu untuk memberikan pengetahuan yang
terkait dengan skripsi ini.
12. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan baik moril
maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
v
Demikianlah skripsi ini peneliti persembahkan. Penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan semua pembaca pada umumnya.
Sekali lagi penulis mengucapkan terimakasih.
Ciputat, 29 Agustus 2017
Yoga Febri Ramdani
1112054100017
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR BAGAN...............................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah..................................................7
C. Tujuan dan manfaat penelitian..........................................................7
D. Metodologi penelitian........................................................................9
E. Sistematika penelitian......................................................................14
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................16
A. EVALUASI.....................................................................................16
1. Pengertian Evaluasi...................................................................16
2. Jenis-Jenis Evaluasi...................................................................17
3. Indikator Evaluasi......................................................................20
4. Manfaat Evaluasi.......................................................................21
B. IMPLEMENTASI PROGRAM.......................................................22
1. Pengertian Implementasi............................................................22
2. Pengertian Program....................................................................23
C. TUNAGRAHITA.............................................................................23
1. Pengertian Tunagrahita...............................................................23
2. Kategori Tunagrahita..................................................................24
3. Klasifikasi ditinjau dari typology................................................25
4. Ciri-ciri Umum Tunagrahita.......................................................26
D. PELATIHAN....................................................................................27
1. Pengertian Pelatihan...................................................................27
2. Metode Pelatihan........................................................................28
3. Unsur-Unsur Pelatihan................................................................28
4. Prinsip Pelatihan.........................................................................30
5. Model Pelatihan..........................................................................31
6. Peran Instruktur...........................................................................34
7. Tujuan Pelatihan.........................................................................36
E. KETERAMPILAN MENJAHIT......................................................37
1. Pengertian Keterampilan............................................................37
2. Jenis Keterampilan.....................................................................38
3. Tujuan Keterampilan..................................................................39
vii
BAB III PROFIL LEMBAGA...........................................................................40
A. PROFIL LEMBAGA.......................................................................40
1. Sejarah Lembaga........................................................................40
2. Visi Misi Yayasan Asih Budi.....................................................41
3. Pelatihan Keterampilan Asih Budi.............................................41
4. Struktur Organisasi Yayasan Asih Budi.....................................47
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS..................................................55
A. Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan Menjahit.................................56
B. Analisis Indikator Evaluasi Pelatihan Keterampilan Menjahit.........70
BAB V PENUTUP............................................................................................83
A. Kesimpulan.......................................................................................83
B. Saran.................................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................86
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Siswa SMALB Yayasan Asih Budi..............................................50
Tabel 2. Daftar Peserta Pelatihan Yayasan Asih Budi...........................................51
Tabel 3. Rekapitulasi Absen Instruktur..................................................................71
Tabel 4. Rekapitulasi absen sampel Peserta pelatihan...........................................73
ix
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Mekanisme kegiatan pelatihan keterampilan Yayasan Asih Budi........46
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi penduduk yang sangat
besar menurut Badan Pusat Statistik (BPS), lembaga statistik pemerintah, hanya
melakukan penelitian menyeluruh pada struktur populasi Indonesia sekali setiap
dekade. Menurut studi terakhir (dirilis pada tahun 2010), Indonesia memiliki
jumlah penduduk 237.6 juta orang. Namun, menurut perkiraan-perkiraan
belakangan ini (dari berbagai lembaga) Indonesia diperkirakan memiliki lebih dari
255 juta penduduk pada tahun 2016,1 tentunya dengan jumlah penduduk yang
sangat banyak maka potensi sumber daya manusia yang ada di Indonesia perlu
dimaksimalkan demi pembangunan Indonesia menjadi yang lebih baik.
Oleh karena itu, pentingnya pendidikan dan pelatihan dalam usaha untuk
mendapatkan manusia yang berkualitas, merupakan salah satu cara yang bisa
ditempuh adalah untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dengan pendidikan keterampilan, masyarakat akan lebih dibekali pengetahuan
yang diperlukan sehingga masyarakat dapat melakukan sesuatu untuk
meningkatkan kualitas hidup dalam mewujudkan pembangunan.2
1 Artikel diakses pada 1 September 2016 dari http://www.indonesia-
investments.com/id/budaya/penduduk/item67 2 Mangastas Tampubolon, perguruan tinggi Bermutu, Paragdigma Baru Manajemen
Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan abad Ke-21. (Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka
Utama, 2001), h. 28.
2
Menurut UU no 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas, penyandang
disabilitas adalah setiap orang yang memiliki keterbatasan fisik, intelektual, mental,
dan/atau sensorik dalam jangka waktu yang lama yang dalam berinteraksi dengan
lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartispasi secara
penuh dan efektif dengan warga negara lainya berdasarkan kesamaan hak.3
Menjadi disabel sering diidentikkan dengan ketidakberuntungan dalam
hidup karena kesulitan dalam mendapatkan keadilan dan persamaan hak baik dalam
bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan akses terhadap sarana prasarana bangunan
atau gedung. Keadaan seperti ini menyebabkan kelompok disabel menjadi
kelompok minoritas yang kadang terlepas dari jangkauan pemerintah. Padahal,
kelompok disabel adalah juga warga negara yang memiliki hak dan kewajiban yang
sama dengan warga negara lainnya. Kecacatan seharusnya tidak menjadi halangan
bagi penyandang disabilitas untuk memperoleh hak hidup dan hak
mempertahankan kehidupannya.4
Menurut hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang
dilaksanakan Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, jumlah penyandang disabilitas
di Indonesia sebanyak 6.008.661 orang. Dari jumlah tersebut sekitar 1.780.200
orang adalah penyandang disabilitas netra, 472.855 orang penyandang disabilitas
rungu wicara, 402.817 orang penyandang disabilitas grahita/intelektual, 616.387
3Artikel diakses pada 31 Agustus 2016 dari
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt573571e451dfb/node/534/undang-undang-nomor-
8-tahun-2016 4 Utami Dewi, “Implementasi Kebijakan Kuota Bagi Penyandang Disabilitas Untuk
Mendapatkan Pekerjaan Di Kota Yogyakarta,” Jurnal Kajian Ilmu Administrasi Negara (2015). h.
68.
3
orang penyandang disabilitas tubuh, 170.120 orang penyandang disabilitas yang
sulit mengurus diri sendiri, dan sekitar 2.401.592 orang mengalami disabilitas
ganda.5
Tunagrahita adalah istilah untuk menyebut seseorang yang mempunyai
kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Tunagrahita dikenal juga dengan istilah
terbelakangan mental karena keterbatasan kecerdasan yang mengakibatkan dirinya
sukar mengikuti program pendidikan disekolah biasa secara klasikal, oleh karena
itu membutuhkan layanan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan dan
pengelompokan anak tersebut.6
Program pelatihan sangat penting termasuk para penyandang disabilitas,
yang dimana jika mereka mendapat akses yang tepat mereka dapat berkembang
susuai dengan kemampuannya, untuk itu diperlukan dukungan-dukungan hal ini
seseuai dengan dalil al-Quran surat An-Nissa ayat 9,
ية خلفهم من تركوا لو الذين وليخش فليتقوا عليهم خافوا ضعاف ا ذر وليقولوا الل سديد ا قول
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang seandainya
mereka meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataaan yang
benar.” (QS: An-Nissa ayat 9)7
5 Jerry J. Tula, “Pelayanan Penyandang Disabilitas Dalam Menggunakan Berbagai
Sarana Aksebilitas” artikel diakses pada 31 Agustus 2016 dari
http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=18765 6 T.Sutjihati, Msi, Psi, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung : PT. Refika Aditama,2006)
h.103. 7 Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta : Departemen Agama RI,2003)
4
Sesuai dengan ayat diatas menegaskan yang melarang meninggalkan atau
menelantarkan, seorang anak/keturunan dalam keadaan lemah. Oleh karna itu, salah
satu cara agar mereka dapat diterima masyarkat luas adalah dengan pelatihan
keterampilan sehingga diharapkan setelah mengikuti kegiatan peserta pelatihan
dapat memiliki bekal yang dapat mereka gunakan untuk diri mereka dalam usaha
mereka untuk diterima dimasyarkat luas.
...students with disabilities in general education settings, while also
mandating their participation in state assessments and attainment of proficiency
in the areas of literacy, mathematics, and science. As a result, students with
disabilities spend most of the school day preparing for tests, rather than learning
skills they need after leaving school. These fundamental life skills take a back
seat to a total academic program, which discounts the need for skills in
preparation for the transition from school to the community.8
...Pelajar disabilitas pada sistem pendidikan pada umumnya, lebih di titik
beratkan kepada pencapaian keahlian dalam area seperti pemberantasan buta huruf,
matematika, dan ilmu pengetahuan. Sebagai hasilnya, pelajar dengan disabilitas
lebih banyak menghabiskan sekolahnya dengan mempersiapkan untuk ujian, dari
pada mempelajari keterampilan yang mereka butuhkan setelah lulus dari sekolah.
Yang menjadi pokok dasar mereka seperti kecakapan hidup tidak diprioritaskan
dalam seluruh program akademik, padahal kebutuhan terhadap skills penting bagi
mereka dalam persiapan menghadapi masa transisi dari sekolah menuju masyarakat
luas.
8 Shelly Meyers, Life Skills Training Through Situated Learning Experiences: An
Alternative Intructional Model, (New Jersey: Richard Stockton College of New Jersey, 2011), h.
142.
5
Para penyandang disabilitas perlu diberikan kesempatan yang sama dengan
masyarakat pada umumnya dalam hal mendapatkan pekerjaan. Dan menghapus
atau meminimalisir anggapan bahwa penyandang disabilitas intelektual tidak bisa
apa-apa, dan karna yang memiliki pemahaman seperti itu banyak. Penyandang
disabilitas memang memiliki kekurangan-kekurangan yang membuatnya tidak
sama dengan orang-orang pada umumnya. Namun bukan berarti kekurangan itu
tidak dapat ditangani, jika mereka sudah medapatkan akses terkait dengan
disabilitasnya. 9 Seperti melalui pelatihan-pelatihan, yang tentunya disesuaikan
dengan jenis disabilitasnya. Pelatihan memang merupakan salah satu upaya untuk
menyejahterakan penyandang disabilitas. Pelatihan keterampilan dibutuhkan untuk
membekali dirinya dengan keterampilan-keterampilan yang akan bisa
membantunya dalam mencari nafkah.
Di Yayasan Asih Budi, terdapat program lanjutan non formal yang berupa
pelatihan keterampilan bagi penyandang tunagrahita yang ingin mengembangkan
keterampilan mereka setelah mereka lulus SMALB. pelatihan keterampilan hidup
(life skill) seperti; program keterampilan tata busana, program keterampilan tata
boga, program keterampilan sablon & percetakan, program keterampilan pelayanan
kebutuhan rumah tangga (house keeping).
Dan setelah mereka selesai mengikuti pelatihan, mereka akan diberikan
sertifikat sesuai bidangnya. Seperti yang disampaikan oleh ibu Ulfa selaku ketua
pelaksana di Yayasan Asih Budi Jakarta Timur. Salah satu dari empat pelatihan
9 Hasil wawancara dengan pak Supardi 7 Desember 2016
6
keterampilan mereka seperti menjahit sudah dipasarkan hingga keluar negeri
seperti Thailand, Brunei, Malaysia dan Vietnam. 10 Dan tentu hal ini telah
membuktikan bahwa penyandang tunagrahita dapat membuat suatu produk yang
berkualitas.
Dalam penelitian ini peneliti akan berfokus pada pelatihan keterampilan
menjahit yang menjadi program pelatihan unggulan di Yayasan Asih Budi Jakarta
Timur. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan merupakan hal yang sangat penting
dalam setiap kegiatan pelatihan yang dapat melakukan penilaian apakah kegiatan
yang sedang dijalankan berjalan baik atau tidak, yang dimana jika selama
pelaksanaan kegiatan berlangsung dengan baik maka dapat menunjang tingkat
keberhasilan dari pelatihan keterampilan menjahit itu sendiri.
Berdasarkan dengan yang telah di jabarkan dari permasalahan diatas
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan pembahasan dengan judul
“EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN KETERAMPILAN
MENJAHIT BAGI PENYANDANG TUNAGRAHITA DI YAYASAN ASIH BUDI
JAKARTA TIMUR”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam kegiatan penelitian ini akan terfokus pada evaluasi implementasi
program pelatihan keterampilan menjahit bagi penyandang tunagrahita.
10 Hasil wawancara dengan ibu Ulfa 23 januari 2017.
7
2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pelatihan keterampilan menjahit di Yayasan Asih
Budi?
2. Bagaimana hasil evaluasi implementasi pelatihan keterampilan menjahit
bagi penyandang tunagrahita di Yayasan Asih Budi Jakarta Timur?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui proses pelaksanaan pelatihan keterampilan menjahit di
Yayasan Asih Budi
2. Mengetahui hasil evaluasi impelementasi program pelatihan keterampilan
menjahit bagi penyandang tunagrahita di Yayasan Asih Budi Jakarta Timur.
a. Manfaat Penilitian
a. Segi Akademis
1) Penelitian ini dapat menambah wawasan penulis, berkaitan dengan konsep
dan metodologi dalam penulisan.
2) Penelitian ini dapat menambahkan sumbangan pengetahuan mengenai
pelaksanaan program pendidikan pelatihan keterampilan bagi penyandang
tunagrahita.
b. Segi Praktis
1) Bahan masukan bagi instansi atau lembaga yang fokus terhadap
penyandang tunagrahita.
2) Memberikan masukan bagi atau lembaga penyelenggara kesejahteraan
anak lainnya dalam rangka peningkatan mutu pelayanan bagi penerima
manfaat.
8
b. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian dan penulisan judul ini, penulis terlebih dahulu
mengadakan tinjauan pustaka terhadap skripsi sebelumnya yang menjadi ide awal
dan referensi penulis dalam penelitian dan karya ilmiah penulis yaitu, :
1) Skripsi yang berjudul “Implementasi Program Pelayanan Bagi Anak
Autis Melalui Sekolah Khusus Di Rumah Autis Bekasi”. Skripsi ini
ditulis oleh Facry Arfan, pada tahun 2014. Skripsi ini berisi tentang
penerapan dan evaluasi hasil dari program pelayanan melalui sekolah
khusus, bagi anak autis di rumah autis bekasi. Sedangkan skripsi yang
penulis tulis adalah mengenai mengevaluasi pelaksanaan pelatihan
keterampilan menjahit tunagrahita di yayasan Asih Budi Duren Sawit
Jakarta Timur.
2) Skripsi yang berjudul “Evaluasi Program Pelatihan Bimbingan
Keterampilan Menjahit Untuk Annak Putus Sekolah di Panti Sosial Bina
Remaja Bambu Apus Jakarta Timur” skripsi ini ditulis oleh Pinasti
Septhian pada tahun 2014. Skripsi ini membahas evaluasi program,
meliputi evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi hasil, sedangkan
penulis lebih befokus kepada hasil dari indikator evaluasi pelaksanaan
pelatihan keterampilan menjahit. Skripsi ini membantu penulis dalam
menganalisis data pada temuan lapangan.
3) Skripsi yang berjudul “Pola Pengasuhan Lembaga Untuk
Mengembangkan Potensi dan Fungsi Sosial Anak Tunagrahita Di SLB-
C Krisna Murti Jakarta” pada tahun 2014. Skripsi ini ditulis oleh Imam
9
Panji Saputro. Skripsi ini lebih membahas lebih mengenai pola
pengasuhan yang dilakukan oleh lembaga kepada anak kepada anak
tunagrahita untuk mengembangkan potensi mereka. Skripsi ini
membantu penulis dalam menyusun teori-teori yang berkaitan dengan
tunagrahita.
c. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dll. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khususnya alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.11
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Biasanya bersifat penilaian, analisis nono angka untuk menjalskan makna lebih
jauh dari yang nampak oleh panca indra. Deskriptif juga dapat diartikan
sebagai cara untuk memecahkan suatu masalah yang di teliti dengan
menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta
yang terjadi.12
11 Lexy J Moleong, Metologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),
h.6. 12 Lexy J Moleong, Metologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),
h.11.
10
Dalam penelitian ini penulis berusaha mendeskripsikan atau melihat
fenomena mengenai program pelatihan keterampilan menjahit di Yayasan
Asih Budi Jakarta Timur, dalam penelitian ini penulis berusaha
menggambarkan dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan
pengamatan dilapangan yang berkaitan dengan tema yang penulis teliti.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari sasaran
penelitian. Data yang penulis dapatkan adalah dengan terjun
langsung kelapangan dan melakukan wawancara kepada instruktur
dan peserta pelatihan. Adapun kriteria yang digunakan penulis
dalam memilih sasaran penilitian adalah;
1. Kepala pelatihan keterampilan Yayasan Asih Budi
2. Pelatih atau instruktur menjahit
3. Peserta pelatihan, dalam peserta pelatihan penyandang
tunagrahita atau disabilitas intelektual dibagi menjadi 2
yaitu 1 laki-laki ringan maupun sedang dan 1
perempuan ringan dan sedang. Jadi penulis memiliki
sasaran 4 perserta pelatihan. Yang memiliki kriteria
yaitu, memiliki penilaian yang terbaik dari masing-
masing kategori, baik dari segi emosi maupun
keterampilan menjahit, dan rajin dari segi kehadirannya
pada setiap kegiatan pelatihan
11
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber-sumber pendukung yang berupa
dokumen dari berbagai literatur, buku-buku maupun internet yang
berkaitan dengan penelitian
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan bertempat di Yayasan Asih Budi yang
beralamat di Komplek IKIP, Jl. Pendidikan RT 012/02, Duren Sawit, Jakarta
Timur, 13440. Penelitian ini akan berlangsung pada bulan September 2016
sampai dengan bulan 2017.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan interview (wawancara) , observasi (pengamatan), dan dokumentasi.
c. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit atau lebih kecil.
d. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data berbeda dengan
wawancara dan kuesioner yang harus berkomunikasi dengan orang,
12
maka observasi bersifat tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-
obyek alam yang lain.13
Observasi atau pengamatan dalah metode pengumpulan yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan. Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai
kegiatan pengumpulan data penelitian apabila memiliki kriteria yaitu;
pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncakan secara
serius, pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan, serta pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan
dengan proporsisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang
hanya menarik perhatian.14
Untuk memperoleh data dalam menggunakan teknik obervasi
peneliti akan terjun langsung kelapangan yaitu Yayasan Asih Budi
Jakarta Timur, mengamati secara langsung pelaksanaan pelatihan
keterampilan kepada penyandang tunagrahita. Peneiliti juga
menggunakan beberapa alat bantu, antara lain smartphone yang sudah
dilengkapi kamera, buku tulis yang digunakan sebagai catatan kecil
sehingga membantu peneliti dalam mengingat apa yang dilihat oleh
peneliti saat melakukan observasi.
13 Prof. Dr. Sugiyono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 137-145. 14 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 115.
13
e. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk
tulisan misalnya catatan hatian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk karya misalnya foto, gambar
hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya
karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.
6. Teknik Penulisan
Teknik penulisan dalam penelitian ini berpedoman pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh
Center For Quality Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Teknik Analisis Data
Bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami,
dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisa data
dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-
unit melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
14
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat
diceritakan kepada orang lain.15
8. Teknik Keabsahan Data
Dalam menentukan keabsahan data adalah dengan teknik triangulasi.
Dimana triangulasi teknik adalah untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Misalnya data yang diperoleh dari wawancara, lalu dicek dengan
observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian
kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka
peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan atau yang lain, memastikan data yang mana yang dianggap
benar, atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-
beda.16
9. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, secara sistematis
pembagiannya dibagi kedalam lima bab, yang terdiri dari sub-sub bab,
adapun sistematikanya sebagia berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Didalamnya terdapat latar belakang masalah, pembatasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian,
dan sistematika pelelitian skripsi.
15 Prof. Dr. Sugiyono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2013), h.244. 16 Prof. Dr. Sugiyono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2013), h.274.
15
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang digunakan
peneliti sebagai panduan dan melakukan analisa dalam
penelitian ini berkaitan dengan masalah dan objek yang akan
diteliti.
BAB III PROFIL LEMBAGA
Bab ketiga merupakan gambaran umum mengenai lembaga
yayasan asih budi yang penulis teliti.
BAB IV HASIL TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
Dalam bagian penulisan ini menjelaskan secara rinci
mengenai temuan lapangan yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Temuan lapangan terdiri dari hasil
pengamatan/observasi dan wawancara mendalam terhadap
informan. Data yang dihasilkan kemudian akan dianalisis
dengan tinjauan pustaka yang sebelumnya menjadi
pertimbangan dalam perumusan pedoman pertanyaan dalam
mengkaji informasi.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan atas hasil penelitian dan saran.
Kesimpulan memberikan ringkasan hasil temuan di
lapangan serta pembahasan yang disesuaikan tinjauan
pustaka.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Pengertian evaluasi adalah menilai sesuatu produk sehingga dapat
digambarkan sebagai pengembangan suatu proses dan dalam hal ini putusan nilai
mengambil peranan penting sehingga evaluasi dalam arti luas menyangkut segala
proses yang diteliti.17
Menurut Suharshimi Arikunto bahwa “evaluasi adalah penelitian yang
bertujuan untuk mengukur keefektivitas program yang ditinjau dari hasil program
tersebut. Dengan demikian, penelitian evaluasi dilakukan untuk mengetahui
efektivitas suatu program dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan
keterlaksanaan program tersebut.18
Menurut Sudjana evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah ditentukan telah tercapai, apakah pelaksanaan program
sesuai dengan rencana dan atau dampak apa yang terjadi setelah program
ditentukan.19 Ralph Taylor berpendapat, evaluasi adalah proses yang menentukan
sejauh mana tujuan dalam setiap program dapat tercapai.20
17 Suryatna Rafi’I, Teknik Evaluasi, (Bandung; Angkasa, 1988), Cet,. Ke-10, h.10 18 Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998),
h. 8. 19 H.D. Sudjana, Manajemen Program Pendidiakan Luar Sekolah dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia, (Bandung: Falah Production, 2000), h. 283. 20 Farida Yusuf Tayib Nafis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program
Pendidikan dan Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.2.
17
Melakukan evaluasi tidak harus dilakukan dilaksanakan menunggu tahap
akhir program, tetapi juga bisa dilakukan pertengahan program kegiatan apabila
ditemukan indikasi-indikasi kejanggalan atau penyimpangan-penyimpangan yang
tidak sesuai degnan sasaran yang telah ditentukan. Hal ini didasarakan pada
pertimbangan jika hanya dilakukan pada akhir kegiatan, maka kesalahan dann
kekurangan pada proses pelaksanaan kegiatan semakin lama menjadi besar dan
semakin berat perbaikannya. Oleh karna itu, melalui evaluasi terhadap kekurangan
dari yang kecil ini akan lebih mudah pemecahannya dan tidak akan menganggu
kelancaran proses dan tahapan kegiatan berikutnya. Penilaian hasil fungsinya
adalah untuk membantu penanggung jawab program dalam mengambil keputusan,
meneruskan, memodifikasi atau menghentikan program, penilaian hasil
memerlukan perbandingan hasil program dengan tujuan yang telah ditetapkan.21
Bedasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan evaluasi
adalah suatu kegiatan untuk mengukur atau menilai keberhasilan pelaksanaan suatu
program agar dapat diketahui apakah tujuan yang sebelumnya sudah ditentukan
sudah tercapai atau belum.
2. Jenis-Jenis Evaluasi
a. Evaluasi Input
Evaluasi ini memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam
pelaksanaan suatu program. Tiga unsur utama yang terkait dengan evaluasi
21 Elly Irawan. Dkk, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), h.
43.
18
input adalah, peserta program, staff dan program. Dalam kaitan evaluasi
input program tedapat empat kriteria yang perlu dikaji: 1) Tujuan program,
2) Penilaian terhadap kebutuhan program, 3) Standar dari suatu praktek
yang terbaik 4) Biaya untuk pelaksanaan program.
b. Evaluasi Proses
Dalam evaluasi ini dilakukan untuk menilai bagaimana proses yang
telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan. 22
Evaluasi proses menurut Pietrzak dkk, memfokuskan diri pada aktivitas
program antara klien dengan staff terdepan (line staf) yang merupakan pusat
dari pencapaian tujuan (objektif) program. Tipe evaluasi ini diawali dengan
analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program.
Dalam upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil
analisis harus dikaji berdasarkan kriteria yang relevan seperti standar
praktik terbaik, kebijakan lembaga, tujuan proses dan kepuasan peserta.
c. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil ini dilakukan untuk menilai seberapa jauh tujuan-
tujuan yang sudah dirancanakan tercapai, yakni diarahkan pada keseluruhan
dampak dari suatu progran terhadap penerima layanan. Sehingga untuk
evaluasi ini yang menjadi pertanyaan utama adalah:
22 Elly Irawan. Dkk, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), h.
18.
19
a. Kapan program dapat dikatakan berhasil,
b. Bagaimana anggota akan menjadi berbeda setelah mengikuti
program tersebut.23
Evaluasi ini juga digunakan untuk mengukur keberhasilan
pencapaian suatu program yang telah ditetapkan, dan menentukan apakah
program diteruskan, dimodifikasi atau dihentikan.
3. Indikator evaluasi
Secara umum, indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur
untuk menunjukan atau menggambarkan sesuatu keadaan dari suatu hal
yang menjadi pokok perhatian. Indikator dapat menyangkut sesuatu
fenomena sosial, ekonomi, penelitian, proses usaha peningkatan kualitas.
Indikator dapat berupa, angka, atribut atau pendapat yang dapat
menunjukan suatu keadaan.24
Terkait dengan kriteria keberhasilan yang digunakan untuk suatu
proses evaluasi, Feurstein dalam Isbandi Rukminto mengajukan beberapa
indikator yang perlu dipertimbangkan. Indikator dibawah ini adalah
sembilan indikator yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi suatu
kegiatan.25
23 Pinasti Septhian, “Evaluasi Program Bimbingan Keterampilan Mrnjahit Untuk Anak
Putus Sekolah di Panti Sosisal Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur”, (Skripsi S1 Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014), h.26-28. 24 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarkat. Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama, cet 1,
2005), h.126. 25 Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat Sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat Edisi Revisi 2012, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet 2,
2013) h. 186-188.
20
a. Indikator ketersediaan, dalam indikator ini menunjukan apakah
unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada.
b. Indikator keterjangkauan. Indikator ini melihat layanan yang
ditawarkan masih berada dalam keterjangkauan pihak yang
membutuhkan.
c. Indikator efisiensi. Indikator ini menunjukkan apakah sumber daya
dan aktivitas yang dilaksanankan guna mencapai tujuan
dimanfaatkan secara tepat guna (efisien) atau tidak memboroskan
sumber daya ada dalam mencapai tujuan.
d. Indikator relevansi. Indikator ini menunjukkan seberapa relevan
ataupun tepatnya sesuatu yang teknologi atau layanan yang
ditawarkan.
e. Indikator pemanfaatan. Indikator ini melihat seberapa banyak suatu
layanan yang sudah disediakan oleh pihak pemberi layanan,
diperguanakan (dimafaatkan) oleh kelompok sasaran.
f. Indikator cakupan. Indikator ini menunjukan proporsi orang-orang
yang membutuhkan sesuatu dan menerima layanan tersebut
g. Indikator kualitas. Indikator ini menunjukan standar kualitas dari
layanan yang disampaikan ke kelompok sasaran.
h. Indikator upaya. Indikator ini menggambarkan berapa banyak upaya
yang sudah ditanamkan dalam rangka mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan.
21
i. Indikator dampak. Indikator ini melihat apakah yang kita lakukan
benar-benar memberikan suatu perubahan di masyarakat.
4. Manfaat Evaluasi
Manfaat evaluasi menurut Feurstein dalam Isbandi Rukminto
terdapat 10 alasan mengapa evaluasi perlu dilakukan, yaitu:
a. Pencapaian, guna apa yang sudah dicapai.
b. Mengukur kemajuan yakni melihat kemajuan dikaitkan dengan objek
(tujuan) program.
c. Meningkatkan pemantauan agar tercapai manajemen yang lebih baik.
d. Mengindektifikasi kekurangan dan kelebihan agar dapat memperkuat
program itu sendiri.
e. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif guna melihat
perbedaan apa yang telah terjadi setelah diterapkan suatu program.
f. Biaya dan manfaat melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk
akal.
g. Mengumpulkan informasi, guna merencanakan dan mengelola kegiatan
program secara lebih baik.
h. Berbagi pengalaman, guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan
yang sama atau untuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode
yang serupa bila metode yang dijalankan telah berhasil dengan baik.
i. Meningkatkan keefektifan, agar dapat memberikan dampak yang lebih luas.
22
j. Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik. Karena
memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat,
komunitas fungsional dan komunitas lokal.26
B. Implementasi Program
1. Pengertian Implementasi
Implementasi merupakan aktivitas, aksi, tindakan dari sebuah rencana yang
sudah disusun secara matang dan terperinci. Secara sederhana pelaksanaan bisa
diartikan penerapan. Implementasi biasanya dilakukan jika perencanaan sudah
dianggap siap. 27 Faktor pelaksanaan merupakan hal yang penting dalam
menentukan keberhasilan suatu program untuk diwujudkan.28
Menurut The Liang Gie pelaksanaan adalah usaha-usaha yang dijalankan
untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan
dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan,
dimana pelaksanaannya, kapan waktunya dimulai dan berakhir, dan bagaimana
cara dilaksanakan.29
2. Pengertian program
Program merupakan sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
untuk mencapai kegiatan tertentu.30 Dengan kata lain, bahwa program merupakan
26 Ibid, h. 127. 27 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002) h. 70. 28 Bintoro Tjokromidjojo, Teori Strategi Pembangunan Nasional, (Jakarta: PT Gunung
Agung, 2000) h.199. 29 The Liang Gie, dan Sutarto, Pengertian, Kedudukan dan Perincian Ilmu Administrasi,
(Yogyakarta: Karya Kencana, 1997) h. 191. 30 Surharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendididkan, (Yogyakarta: Bina Aksara,
1998), h.26.
23
deretan rencana-rencana yang dilakukan oleh sebuah badan atau lembaga dalam
mencapai tujuannya.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka implementasi program adalah
sebuah penerapan atau pelaksanaan dari perencanaan-perencanaan yang sudah
dianggap siap sebelumnya, yang dilakukan oleh sebuah organisasi atau lembaga
agar mencapai suatu keberhasilan dalam mencapai tujuannya.
Dengan demikian, implementasi program dalam penelitian ini kita dapat
melihat bagaimana lembaga yang terkait melaksanakan program yang
sebelumnya telah direncanakan agar tercapainya suatu tujuan.
C. Tunagrahita
1. Pengertian Tunagrahita
Arti harfiah dari kata tuna adalah merugi, sedangkan grahita adalah pikiran.
Dengan kata lain, tunagrahita ditandai oleh ciri-ciri utamanya adalah kelemahan
dalam berfikir atau bernalar. Akibat dari kelemahan tersebut penyandang tungrahita
memiliki kemampuan belajar dan adaptasi sosial di bawah rata-rata. Menurut
Munzayanah, tunagrahita adalah mengalami gangguan dalam perkembangan,
dalam daya berfikir serta seluruh kepribadianya, sehingga mereka tidak mampu
hidup dengan kekuatan mereka sendiri di dalam masyarakat meskipun dengan cara
hidup sederhana.31
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan dibawah rata-rata. Istiah tersebut sesungguhnya memiliki
arti yang sama yang menjelaskan kondisi anak yang kecerdasanya jauh dibawah
31 Munzayanah, Tunagrahita. (Surakarta: Depdikbud. 2000), h.13.
24
rat-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam
interaksi sosial.32
2. Kategori tunagrahita
Pengelompokan tunagrahita umumnya adalah didasarkan pada taraf
inteligensinya, yang terdiri dari keterbelakangan ringan, sedang, dan berat.33
a. Tunagrahita ringan.
Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, Sedangkan menurut
Skala Weschler (WISCC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat
membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan
pendidikan yang baik, mereka akan mampu memperoleh penghasilan untuk
dirinya sendiri.
b. Tunagrahita sedang
Kelompok ini memiliki IQ 51-36 pada skala Binet dan 54-40 menurut skala
Weschler (WISCC). Pada kelopok ini mereka dapat didik mengurus diri
sendiri, melindungi diri dari bahaya seperti menghindari kebakaran,
berjalan di jalan raya berlindung dari hujan dan sebagainya.
c. Tunagrahita Berat
Kelompok ini dapat dibedakan lagi antara tunagrahita berat dan sangat
berat. tunagrahita berat (severe) memiliki IQ antara 32-20 menurut skala
Binet dan antara 39-25 menurut skala Weschler (WISCC). Tunagrahita
32 T.Sutjihati, Msi, Psi: Psikologi Anak Luar Biasa. (Bandung : PT. Refika Aditama,
2006) h. 103. 33 T.Sutjihati, Msi, Psi: Psikologi Anak Luar Biasa. (Bandung : PT. Rafika Aditama,
2006), h. 106.
25
berat sangat sulit sekali bahkkan tidak bisa lepas dari bantuan orang lain
untuk memenuhi kebutuhanya sehari-hari. Jangankan untuk bersaing untuk
menjaga dirinya sendiri mereka masih mengalami kesulitan. Misalkan dari
segi merawat dan membersihkan dirinya sendiri.
3. Klasifikasi ditinjau dari typology (sudut pandang medis berdasarkan
kelainan fisik)
a. Down Syndrome ialah penyandang disabilitas intelektual yang
mempunyai ciri-ciri fisik antara lain kepala kecil/besar,
gepeng/panjang, mata sipit, dahi sempit, hidung pesek, bibir tebal
cenderung terbuka, rambut lurus, sendi-sendi tulang pendek, penis
dan scrotum.
b. Cretinisme adalah penyandang disabillitas intelektual yang
memiliki tubuh kecil dan pendek dari ukuran orang-orang normal.
c. Microcephali ialah penyandang diabilitas intelektual dengan
bentuk kepala kecil.
d. Macrocephali ialah penyandang disabilitas intelektual dengan
bentuk kepala besar.
e. Schapochephali ialah penyandang disabilitas intelektual dengan
bentuk kepala gepeng
f. Penyandang disabilitas intelektual yang tidak memiliki ciri fisik
tertentu secara mencolok, khususnya ditemukan pada disabilitas
intelektual ringan.
26
g. Penyandang disabilitas intelektual yang disertai gangguan
perkembangan lainya (autis, hambatan/pemusatan perhatian/
hiperaktif, gangguan pemusatan perhatian.
4. Ciri-ciri umum tunagrahita
a. Tingkat intelegensi rendah.
b. Kemampuan adaptasi sosial rendah sehingga mengalami
keterbatasan kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain /
lingkungan.
c. Tingkat kematangan sosial dibawah umur yang sebenarnya,
sehingga nampak kekanak-kanakan.
d. Keterbatasan kemampuan dalam melaksanakan kegiatan
kehidupan sehari-hari.
e. Tidak fokus dalam perhatian.
f. Daya ingat lemah.34
g. Emosi sangat miskin dan terbatas, misalnya tidak ada perasaan
senang, takut, marah, benci dan terkejut.
h. Apatis, acuh tak acuh terhadap sekitarnya.
34 Pedoman sentra pemberdayaa sosial dan vokasional untuk penyandang disabilitas
intelektual, h 7-8.
27
D. Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
Pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya)
yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga
kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang
betujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan
tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi.
Secara spesifik, proses latihan merupakan tindakan dan upaya yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, bertahap dan terpadu.35
Pelatihan adalah usaha untuk memperbaiki performa pekerja pada suatu
pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, supaya efektif
biasanya pelatihan harus mencakup pengalaman belajar, aktivitas-aktivitas yang
terencana dan didasari sebagai jawaban atas kebutuhan yang berhasil diidentifikasi
secara ideal.36
2. Metode Pelatihan
Dalam melakukan pelatihan sebaiknya memenuhi beberapa kondisi
minimal yang dibutuhkan agar pembelajaran yang efektif terjadi: yaitu metode
pelatihan seharusnya:37
35 Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan
Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.10-11. 36 Gomes Faustino Cordoso, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Andi
Offest, 1995), h. 197. 37 Kaswan, Pelatihan dan Pengembangan Untuk Meningkatkan Kinerja SDM, (Bandung,
2011 : Alfabeta), h. 180.
28
a. memotivasi peserta pelatihan meningkatkan kinerjanya
b. secara jelas menggambarkan keterampilan yang diharapkan
c. memberi kesempatan kepada peserta pelatihan berperan serta secara aktif
d. menyediakan kesempatan/ waktu untuk praktik
e. memberi umpan balik tepat waktu mengenai kinerja peserta pelatihan
f. memberi sarana untuk penguatan pada saat peserta pelatihan belajar
g. terstruktur dari tugas sederhana sampai yang kompleks
h. bisa diadaptasi terhadap masalah-masalah yang spesifik
i. mendorong transfer yang positif dari pelatihan ke pekerjaan
3. Unsur-unsur Pelatihan
Dalam melakukan pelatihan terdapat unsur-unsur yang diperlukan antara
lain:38
A. Peserta pelatihan
Penetapan calon peserta pelatihan erat kaitannya dengan keberhasilan
pelatihan yang pada giliranya menentukan efektivitas pelatihan. Karena itu
dilakukan seleksi yang teliti untuk memperoleh peserta yang baik
berdasarkan kriteria antara lain:
a. Akademik, yaitu jenjang dan keahlian
b. Jabatan, yang bersangkutan telah menempati pekerjaan tertentu atau
akan ditempatkan pada pekerjaan tertentu
c. Pengalaman kerja, pengalaman yang diperoleh dalam pekerjaan
38 Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan Ketengakerjaan, Pendekatan Terpadu:
Pengembangan SDM (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 35.
29
d. Motivasi dan minat yang bersangkutan terhadap pekerjaannya.
e. Pribadi yaitu aspek moral, moril dan difat-sifat untuk pekerjaan tertentu.
f. Intelektual, tingkat berfikir dan pengetahuan yang dapat diketahui
melalui tes seleksi
B. Pelatih atau instruktur
Pelatih memegang peranan penting dalam setiap pelatihan
keterampilan. Karena itu ada beberapa persyaratan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan pelatih atau instruktur, yaitu:
a. Telah disiapkan secara khusus sebagai pelatih yang ahli dalam bidang
spesialisasi tertentu.
b. Memiliki kepribadian yang baik yang menjunjang pekerjaannya sebagai
pelatih.
c. Pelatih berasal dalam organisasi atau lembaga sendiri lebih baik
dibandingkan dengan yang dari luar
C. Lamanya pelatihan
Lama tidaknya pelatihan harus didasari pada:
a. Jumlah banyaknya suatu kemampuan yang hendak dipelajari dalam
pelatihan tersebut lebih baik dan bermutu, kemampuan yang ingin
diperoleh mengakibatkan lebih lama waktu yang diperlukan.
b. Kemampuan belajar peserta dalam mengikuti kegiatan pelatihan.
Kelompok peserta yang ternyata kurang mampu belajar memerlukan
waktu lebih lama.
30
c. Media pengajaran yang menjadi alat bantu bagi peserta dan pelatih.
Media pengajaran yang serasi dan canggih akan membantu kegiatan
pelatihan dan ikut mengurangi lamanya pelatihan tersebut.
4. Prinsip Pelatihan
Dalam melakukan pelatihan terdapat prinsip-prinsip yang harus
diketahui sebagai berikut:39
a. Latihan hanya dilakukan dengan, maksud untuk menguasai bahan pelajaran
tertentu, melatih keterampilan dan penguasaan simbol-simbol rumus.
Latihan tidak dilakukan terhadap pengertian atau pemahaman sikap dan
penghargaan.
b. Peserta menyadari bahwa pelatihan itu bermakna bagi kehidupannya.
c. Latihan harus dilakukan terhadap hal-hal yang telah diperoleh peserta,
misalnya fakta-fakta hafalan dan keterampilan yang baru dipelajari.
d. Latihan berfungsi sebagai diagnosis melalui reproduksi usaha membaca
berkali-kali, mengadakan koreksi atas kesalahan-kesalahan yang timbul,
latihan juga merupakan selg-guidance dan mengembangkan pemahaman
dan kontrol.
e. Latihan dilakukan dengan tahapan sebagai: latihan dilakukan untuk
mendapatkan ketetetapan, selanjutnya dicari keseimbangan antara pelatihan
dan ketetapan.
39 Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan Ketengakerjaan, Pendekatan Terpadu:
Pengembangan SDM (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 31.
31
f. Latihan dibagi-bagi menjadi sebuah penguasaan dan latihan untuk
mengulang hasil belajar.
g. Kegiatan latihan harus hidup, menarik dan menyenagkan.
h. Latihan juga dianggap sebgai upaya sambilan untuk dilakukan seenaknya
secara insidental. Maksudnya latihan dapat dilakukan semaunya dan kapan
saja dalam kapasitas lebih kecil untuk mengulang suatu materi.
i. Latihan dapat mencapai kemajuan berkat ketekunan dan kedisipllinan yang
tinggi.
j. Latihan yang dilaksanakan lebih berhasil, bila unsur emosi sedapat mungkin
dikurangi.
5. Model Pelatihan
Model pelatihan adalah suatu bentuk pelaksanaan pelatihan yang di
dalamnya terdapat pelatihan dan tata cara pelaksanaannya. Bedasarkan kategori dan
jenis pelatihan lalu ditentukan suatu model pelatihan. Masing-masing model
memiliki tujuan dan prosedur penyelnggaraan yang berbeda-beda, yang
dilakasanakan sesuai kebutuhan. Model-model pelatihan tersebut adalah sebagai
berikut:40
a. Vestibule Training (off the job training): model pelatihan ini
diselenggarakan dalam suatu ruangan khusus yang berada diluar tempat
kerja biasa, namun meniru kondisi-kondisi kerja sesungguhnya. Yang
bertujuan untuk melatih tenaga kerja secara tepat.
40 Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan
Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.20-22.
32
b. Apprentice Training: latihan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
arus pegawai baru yang tetap dan serba bisa. Prosedur latihan dalam
kelas. Praktik kerja lapangan berlangsung dalam jangka waktu yang
lama dengan pengawasan terus menerus.
c. Public vocational Training: tujuannya adalah memberikan latihan
kepada calon tenaga kerja. Pelatihan dikaitkan dengan kebutuhan
organisasi atau perusahaan.
d. On the job training (latihan sambil bekerja): bertujuan untuk
memberikan kecakapan yang diperlukan dalam pekerjaan tertentu
sesuai dengan tuntutan kemampuan bagi pekerjaan tersebut, dan sebagai
alat untuk kenaikan jabatan.
e. Pre employment training (pelatihan sebelum penempatan): bertujuan
mempersiapkan tenaga kerja sebelum ditempatkan pada organisasi
untuk memberikan latar belakang intelektual, mengembangkan seni
berfikir dan menggunakan akal. Materi lebih luas dan bersifat teoretik.
Pelatihan diselenggrakan oleh lembaga pendidikan diluar organisasi
perusahaan.
f. Introduction training (latihan penempatan): bertujuan agar memiliki
pengetahuan, tentang praktek dan prosedur yang berlaku dilingkungan
organisasi atau lembaga.
g. Understudy training : untuk menyediakan tenaga kerja yang cakap
dalam pekerjaan jenis tertentu dengan cara bekerja langsung dalam
33
pekerjaan yang bersangkutan, memberikan pelayanan sebagai
asisten/pembantu.
h. Intership training (sistem kemagangan): untuk menyediakan tenaga
kerja yang terdidik dan terlatih dengan cara menempatkan tenaga kerja
yang sedang disiapkan itu sebagai tenaga kerja pada suatu lembaga/
perusahaan selama jangka waktu tertentu dengan bimbingan tenaga ahli.
Dari model – model yang disebutkan diatas tidak semua digunakan dalam
waktu yang bersamaan oleh lembaga. Model yang digunakan sesuai dengan
kebutuhan penyelenggara pelatihan tersebut. Model pelatihan yang digunakan
sesuai ditentukan oleh fungsi dan tujuan latihan tersebut.
Model pelatihan yang dipilih dan diselenggarakan ditentukan oleh fungsi
pelatihan, kebijkan ketenagaan, permasalahan dalam organisasi dan, kagtegori
ketenagaan, dana waktu yang tersedia.
6. Peran Pelatih atau Instruktur
Dalam melakukan pelatihan, pelatih memiliki peran yang sangat penting. Pelatih
atau instruktur bukan hanya sebagai pemberi materi bagi peserta pelatihan tetapi
juga harus dapat melakukan bimbingan dengan baik. Adapun peran pelatih adalah
sebagai berikut:
a. Peranan sebagai pengajar, menyampaikan pengetahuan dengan cara
menyajikan informasinya. Diperlukan berupa konsep-konsep, fakta-fakta
dan informasi lainya yang memperkaya wawasan pengetahuan para peserta.
34
b. Peranan sebagai pemimpin kelas, maka setiap pelatih perlu menyusun
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian selama
berlangsungnya proses pembelajaran.
c. Peranan sebagai pembimbing, pelatih perlu memberikan bantuan kepada
peserta yang mengalami kesulitan atau masalah khususnya dalam kegiatan
belajar, yang pada giliranya diharapkan peserta lebih aktif membimbing
dirinya sendiri.
d. Peranan sebagai fasilitator, berperan menciptakan kondisi lingkungan yang
memungkinkan peserta belajar aktif.
e. Peranan sebagai peserta aktif, pelatih sering melaksankan diskusi kelompok
dan kerja kelompok dalam rangka memecahkan masalah, misalnya:
merumuskan masalah, mencari data dan membuat kesimpulan.
f. Peranan sebagai ekspeditor, melakukan pencarian, penjelajahan dan
penyediaan mengenai sumber-sumber yang diperlukan oleh kelas atau
kelompok peserta.
g. Peranan sebagai pembelajaran, berperan menyusun perencanaan
pembelajaran, mulai dari rencana materi pelatihan disusun berdasarkan
garis besar pedoman pendidikan pelatihan, perencanan harian dan
perencanaan satuan acara pertemuan.
h. Peranan sebagai pengawas, pelatih harus mengawasi kelas secara terus
menerus supaya pembelajaran senantiasa terarah.
35
i. Peranan sebagai motivator, pelatih perlu terus menggerakan motivasi
belajar para peserta, baik selama berlangsungnya proses pembelajaran
maupun di luar kelas pada setiap kesempatan yang ada.
j. Peranan sebagai evaluator pelatih berkewajiban melakukan penilaian pada
awal pelatihan dan selama berlangsungnya proses pelatihan.
k. Peranan sebagai konselor, jika diperlukan dan memungkinkan maka pelatih
dapat juga memberikan penyuluhan tentang kesulitan pribadi dan sosial.
l. Peranan sebagai penyidik sikap dan nilai, sistem nilai yang dijadikan
panutan hidup dan sikap para peserta pelatihan perlu diselidiki.41
Umpan Balik
Dalam melakukan proses pelatihan seorang pelatih atau instruktur
perlu melakukan umpan balik sebagai bentuk respon terhadap aksi dari
peserta pelatihan. Ada enam peluang dimana umpan balik perlu diberikan
selama pelatihan : 42
a. ketika anggota tim tidak mengerti arah yang mereka tuju dan ketika
mereka tidak paham mengenai kinerja kompeten dalam karakteristik
tertentu.
b. Ketika mereka kurang kesadaran diri dan tidak melihat dirinya dengan
cukup jelas untuk memperbaiki kinerja.
c. Ketika mereka terlalu mengkritik diri sendiri atau ketika mereka
terfokus hanya pada interpretasi atau pandangan saja.
41 Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan
Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.145. 42 Kaswan, Pelatihan dan Pengembangan Untuk Meningkatkan Kinerja SDM, (Bandung:
Alfabeta,2011), h. 129.
36
d. Ketika keyakinan mereka menghambat dan menahan mereka untuk
maju.
e. Ketika mereka tak termotivasi untuk berubah, tergoda untuk kembali
ke cara-cara lama, atau membutuhkan penghargaan atas usaha-usaha
mereka.
f. Ketika mereka tidak belajar dari pengalaman mereka.
7. Tujuan pelatihan
Kegiatan pelatihan mempunyai tujuan tertentu, yaitu untuk meningkatkan
kerja peserta yang menimbulkan perubaha perilaku aspek-aspek kognitif,
keterampilan dan sikap. Dalam hal ini tujuan pelatihan bersumber dari kualitas
seperti yang diharapkan antara lain terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut:43
a. Peningkatan semangat kerja
b. Pembinaan budi pekerti
c. Peningkatan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
d. Menigkatkan taraf hidup
e. Menigkatkan kecerdasan
f. Meningkatkan keterampilan
g. Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan
h. Menciptakan lapangan pekerjaan
i. Memeratakan pembangunan dan pendapatan
43 Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan
Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 12-14
37
Selain itu pelatihan juga berguna untuk perubahan kearah yang lebih baik.
Dengan diadakanya pelatihan masyarakat dapat memiliki bekal keahlian sehingga
masyarakat dapat memperoleh penghasilan untuk menghidupi diri sendiri dan
keluarganya, dan menjadikan masyarakat berdaya. Sesuai dengan tujuan dari
pemberdayaan masyarakat yaitu membuat masyarakat mandiri dan berdaya.
E. Keterampilan Menjahit
Pendidikan keterampilan merupakan prinsip pokok dalam pendidikan luar
biasa. Penyandang disabillitas perlu diberikan latihan-latihan keterampilan, yang
dapat dipakai untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
1. Pengertian keterampilan
Keterampilan adalah kegiatan menguasai sesuatu keterampilan dengan
tambahan bahwa mempelajari keterampilan harus dibarengi dengan kegiatan
praktik, berlatih, dan mengulang-ulang suatu kerja. Seseorang memahami semua
asas, metode pengetahuan dan teori mampu melaksanakan praktis adalah orang
yang memiliki keterampilan44
Menurut W. Gulo, keterampilan tidak mungkin berkembang kalau tidak
didukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan pribadi yang
unik, dimana aspek rohaniah, mental intelktual dan fisik merupakan kesatuan yang
utuh.45
44 Drs Syarif Makmur, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Dan Efektivitas
Organisasi: Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa, ( Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008), h. 70. 45 W.Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grafindo, 2002), h. 51.
38
Keterampilan adalah pelajaran yang berisi kemampuan konseptual apresiasi
dan kreatif produktif dalam menghasilkan benda produktif dalam menghasilkan
benda produk kerajinan dan atau produk teknologi yang memberikan penekanan
pada penciptaan benda-benda fungsional dari karya kerajinan, karya teknologi
sederhana, yang bertumpu pada keterampilan tangan.
Keterampilan atau life skills adalah berbagai keterampilan yang atau
kemampuan untuk beradaptasi dan berperilaku positif yang memungkinkan
seseorang mampu menghadapi berbagai tuntunan dan tantangan dalam kehidupan
sehari-hari secara efektif.46
2. Jenis-jenis keterampilan
Keterampilan atau life skills dikelompokan menjadi empat jenis yaitu:47
a. Keterampilan personal (personal skills) yang mencakup ketermpilan
mengenal diri sendiri, keterampilan berfikir rasional dan percaya diri.
b. Keterampilan sosial (social skills) seperti keterampilan melakukan kerja
sama, bertenggang rasa dan tanggung jawab sosial.
c. Keterampilan akademik (academic skills) adalah keterampilan yang
berkaitan dengan melakukan penelitian, percobaan-percobaan dengan
pendekatan ilmiah.
46 Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan, (life skills) Pendidikan Luar Sekolah,
Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemerintah Departemen Pendidikan Nasional,
2003, h.5. 47 Departemen Pendidikan Nasional, Konsep pengembangan model integrasi kurikulum
pendidikan kecakapan hidup, badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulim, 2007, h. 5.
39
d. Keterampilan vokasional (vocational skills) adalah keterampilan yang
berkaitan dengan suatu bidang kejuruan/keterampilan tertentu seperti
dibidang jahit-menjahit, peternakan, pertanian, dan produksi barang-
barang tertentu.
3. Tujuan Belajar Keterampilan48
a. Untuk mensejahterkan kehidupan peserta keterampilan menjahit dan
dapat meningkatkan ekonomi mereka.
b. Untuk membantu peserta dengan keterampilan atau keahlian hidup
sehingga dapat menjadi modal dasar untuk membuka usaha.
Diharapkan dengan keterampilan yang didapat para peserta dari
pelatihan ini, maka secara otomatis peserta dpat memanfaatkan
keterampilannya untuk berusaha dalam rangka meningkatkan ekonomi
mereka menuju pada pemenuhan kesejahteraannya.
48 Minarti, “Pemberdayaan Perempuan Melalui Program Keterampilan Menjahit oleh
Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera Di Bulak Timur Depok”, Skripsi S1 Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta), 2014. h.39.
40
BAB III
PROFIL LEMBAGA
1. Sejarah lembaga
Yayasan Asih Budi secara resmi berdiri pada tanggal 28 Desember 1957
dengan Notaris R. Kadiman. Pengelolanya berbasis kekeluargaan. Kegiatan yang
dimulai digarasi rumah Keluarga Soerjomiharjo pada tahun 1957 beralih kesebuah
rumah di Jl. Mendut 13, Jakarta Pusat sebagai perolehan hibah dari Ford
Foundation.
Pada tahun 1983 Masa peralihan Asih Budi Under One Roof Activity/
Pengelolaan Bersama Berbagai Jenjang Pendidikan. Diawali dengan suatu kegiatan
terkoordinir antar sekelompok orang tua dengan Tim Ahli dan guru SLB Asih Budi
ditahun 1982 dibentuk panitia program pembangunan SLB Asih Budi dibawah
pimpinan ibu R.A.Aryanto, S.SE, yang kemudian menjadi cikal bakal dari program
kerja yayasan Asih Budi dikemudian hari. Tahun 1983 merupakan awal masa
peralihan dalam pengelolaan dan kepengurusan Yayasan Asih Budi, yang
diwujudkan dalam susunan kepengurusan periode 1983-1992, dengan akte notaris
nomor : 121 tanggal 16 April 1983, notaris Ny Kartini Mulyadi.
Konsep kepenguruasan pada periode ini mulai mengarah kepada konsep
kepengurusan yang profesional di bidangnya masing-masing. Dibawah
kepemimpinan R.A.Aryanto, S.SE. program pendidikan diarahkan kepada upaya
41
“Pemberdayaan Optimal bagi Anak penyandang keterbelakangan mental,
berdasarkan kemampuan dan kebutuhan hidup mereka dimasyarakat.49
Dalam menjalankan program-program pelatihan keterampilan Yayasan Asih
Budi membuat iklim kondusif yang dilakukan melaui upaya:
1. Pembentukan Persatuan Orang Tua yang pertama (PERMATA) tahun 1983
2. Tahun 1984, Asih Budi ditetapkan oleh Depnaker selaku Koordinator
Wilayah KUB Penyandang Cacat
3. Pemetaan siswa sesuai dengan klasifikasi kemampuan siswa
4. Lebih membuka diri dengan masuk menjadi anggota organisasi sosial
seperti BKPLB-BKKKS Prop. DKI Jakarta
2. Visi misi Yayasan Asih Budi
Maksud dan tujuan yayasan Asih Budi pada masa itu adalah: “ membantu
anak-anak yang mengalami kesulitan mengikuti pelajaran pada Sekolah
Umum/regular, yang disebabkan karena kecerdasan mereka yang berada dibawah
rata-rata”
3. Pelatihan Keterampilan di Yayasan Asih Budi
Yayasan Asih Budi memiliki pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan
formal mereka adalah berupa SLB-C SMPLB dan SMALB, sedangkan yang non-
formal adalah Sentra Pemberdayaan Sosial dan Vokasional. Sentra Pemberdayaan
Sosial dan Vokasional ini dideklarasikan dari hasil seminar seminar Fokus Group
49 Arsip Dokumen yayasan Asih Budi
42
Discussion antar 3 Perguruan Tinggi, lembaga-lembaga terkait, dalam lokakarya
nasional tunagrahita 11 desember 2011.
Sentra pemberdayaan sosial dan vokasional Asih Budi merupakan wadah
yang disiapkan oleh yayasan Asih Budi untuk mempertajam keterampilan lulusan
SMALB, karna jika dilepas dan langsung dikembalikan ke orang tua di takutkan
keterampilan yang sudah dimiliki akan cenderung hilang. Program SPSV (sentra
pemberdayaan sosial dan vokasional) ini berlangsung selama 3 tahun di akomodir,
di fasilitasi dan operasionalnya dibantu oleh kemsos.50
Yayasan Asih Budi dipercaya untuk mengemban 3 tugas yaitu secara
swadaya, swakarsa dan sekolah pengimbas. Pertama, asih budi secara konvesional
menangani anak-anak disabilitas intelektual yang awalnya ringan namun seiring
perkembangan jaman sehingga ada yang sedang, yang kedua sebagai sebagai
sumber pendidikan inklusi, dan oleh kemendikbud dipercaya atau di amanatkan
sebagai sekolah pengimbas, sekolah pengimbas adalah sekolah baik dari Jakarta
maupun dari luar Jakarta sering berkunjung melakukan studi banding, untuk
membanding-bandingkan apa yang dilakukan oleh sentra bagaimana
perencanaannya apa saja yang akan diberikan, bagaimana pelaksanaan, fungsi
controlling dan evaluasi. Sekolah-sekolah luar biasa ada yang dari bali, kalimatan
selatan dan kalimantan timur sudah pernah melakukan kunjungan ke Yayasan Asih
Budi untuk melakukan studi banding.51
50 Hasil wawancara dengan Bapak Supardi 7 Desember 2016 51 Hasil wawancara dengan Bapak Supardi 7 Desember 2016
43
a. Penetapan Model Pelayanan Diklat Bagi Penyandang Disabilitas
Intelektual
Guna mengoptimalkan pola pelayanan diklat bagi penyandang dissabilitas
intelektual, secara berurutan dilakukan kegiatan antara lain:
1. DNIKS melalui pola pengembangan pemberdayaan sosial Tunagrahita
(P3STG) melakukan pembahasan intensif populasi penyandang disabilitas
intelektual cukup signifikan dibanding dengan anak berkebutuhan khusus
lainya)
2. Program dan pelayanan pendidikan dan pelatihan sementara ini tidak
mengacu kepada kemampuan dan kebutuhan hidup penyandang disabilitas
intelektual dimasyarakat.
3. Hasil bahasan fokus group discussion yang didukung oleh fakultas
psikologi UI, jurusan PLB UNJ, Fak. Kedokteran Anak UGM serta
organisasi-organisasi bidang ketunagrahitaan tentang penyelenggaraan
sentra Pemberdayaan sosial dan Vokasional bagi penyandang disabilitas
intelektual tamatan SMALB/SMKLB menetapkan model Sentra
Pemberdayaan Sosial dan Vokasional penyandang disabilitas intelektual
sebagai Unit latihan Kerja untuk:
Memberikan kesempatan kepada APDI untuk mendapatkan
peningkatan keterampilan (Life Skill)
Memberikan Peluang dan kesempatan untuk memperoleh
“Sertifikasi Kompetensi” pada akhir Diklat, atas
keterampilan yang diminatinya dan dikuasainya
44
Sebagai pembekalan keterampilan nyata untuk diterapkan di
masyarakat luas.
Dengan terbitnya UU kesejahteraan Sosial Nomor : 11 tahun 2009, dimana
DNIKS selaku lembaga pemayung organisasi sosial tingkat nasional, menjadikan
Asih Budi sebagai salah satu anggotanya kemudian memotori kegiatan guna
mencari dan menetapkan model pelayanan diklat bagi kelompok penyandang
disabilitas intelektual yang semakin termajinalkan.
Mengapa dirancang program ini?52
Siswa-siswi lulusan SLA – SLB dan SMK – Plus YAB “belum siap” dan
memerlukan pendidikan lanjutan untuk pengembangan pribadi, sosial dan
keterampilan kejuruan.
Masukan dari para orang tua murid yang mengharapkan adanya program
lanjutan
Program SPSV –YAB sudah mulai dirancang konsepnya sejak tahun 2011
dengan melibatkan team ahli pendidikan perguruan tinggi dan kementrian
sosial.
Targetnya adalah agar melalui program 3 tahun ini, para peserta dapat
mandiri dan aktif berkontribusi di bidang vokasionalnya
Titik berat program pendidikan SPSV – PDI adalah pelayanan meneluruh
baik pengembangan sosial maunpun teknis vokasional.
52 Arsip dokumen yayasan Asih Budi
45
b. Macam-macam program pelatihan keterampilan Yayasan Asih Budi
Guna menunjang perkembangan sistem dan metodologi dalam
penyelenggaraan pendidikan khusus bagi disabilitas intelektual, yayasan asih budi
sekaligus merancang program layanan pelatihan keterampilan hidup (life skills)
terdiri dari:53
Program keterampilan tata busana
Program keterampilan tata boga
Program keterampilan sablon dan percetakan
Program keterampilan pelayanan kebutuhan rumah tangga (house keeping)
c. Tantangan pelaksanaan program dan usulanya
Daya penyerapan dan kecepatan pembelajaran berbeda antara peserta
Dilakukan mentoring dan assessment setiap semester dan melibatkan orang
tua secara aktif
Para pendidik dibekali TOT dan bekerja sama dengan Bidang Pelatihan dan
Produktivitas Disnaker
Akan dibagi kelompok peserta atas hasil assessment dengan metode belajar
pendampingan yang berbeda
Target atau goal program 3 tahun akan berbeda dari para kelompok peserta
ini
53 Brosur Yayasan asih Budi
46
Bagan 1
Mekanisme kegiatan pelatihan keterampilan Yayasan Asih Budi54
54 Arsip dokumen yayasan Asih Budi
sosialisasi Seleksi dan
motivasi
registrasi
assesmen
Pengelempokan
peserta
Komunikasi hasil
assesment
Merancang
rencana individual
Tahap persiapan
Tahap
pelaksanaan
Tahap pengakhiran
DIKLAT sosial dan
keterampilan
Praktik kerja
lapangan
evaluasi
pengakhiran
Membantu PDI
pada dunia usaha
/ kerja
Pemantauan
perkembangan
kemandirian dan
produktivitas PDI
Pemantapan
silabus
47
Susunan Pengurus Yayasan Asih Budi
Dewan Kehormatan : Dra. Sri Soemarsih S.Soedirja
Dewan Pembina
Ketua : Ny, R.A. Aryanto S, SE.
Wk. Ketua : Dra Pia Alisjahbana
Anggota : Drs. S. Martakoesoemah
Drs. Imam Sajono
Drs Bambang Suhermadi
Dewan Pengawas
Ketua : Drs. Suranto
Wk. Ketua : Ir. Hendratmoko M.Si
Dewan Pengurus
Ketua : Ny. Widya Nefianti S., SH.
Wk. Ketua : Ny. Wardani Walujono
Sekertaris I : Drs. Robinson W. Sarangih
Seketaris II : Dra. Dewi Gumanti
Bendahara I : Drs. Humala Pasaribu
48
Bendahara II : Ny. Yanita Wijayatri, SE.
Bendahara III : Ny. Iid Poliningtyas, SE.
Bidang organisasi dan tata kerja : Drs. Indra Harjono
Bidang Pendidikan : Drs. Supardi, MM.
Ny. Shinta Widowati, Sm.Ph. S.pd.
Bidang Usaha dan Hukum : Drs. Bagoes Sarwono
Ny. Angkie Manoppo
Ketua Harian : Drs. Supardi, MM
Pelaksana Kegiatan : Ulfah Nuroni, S.pd.
Ka. Kantor : Drs. Z.A. Sutarti
Struktur Organisasi Sentra Pemberdayaan Sosial dan Vokasional
Ketua : Ibu Widya Nefianti, SH.
Sekertaris : Ulfah Nuroni, S.pd.
Pendamping : Ny. RA. Aryanto S.SE
: Ny. DR. Asmitar machmud
: Drs. Indra Hardjono
: Drs. Z.A Sutarti
49
Ka.Sentra : Ulfah Nuroni, S.pd.
Pengajar
Pengajar Vokasional : Ny. Selly M, S.pd. (Tata Busana)
: Ny. Indah, S.pd. (Tata Busana)
: Ny. Neni Yuningsih (Tata Boga)
: Maryadi S.pd (Ket. Sablon / Percetakan)
: Ny. Erni S.pd (Housekeeping)
Pengajar pendukung : Drs Indra H (Psikologi motivasi)
: Anastasia Retno, SE (kewirausahaan)
: Ny Siwi (Bhs.Inggris)
: Bp. Ahmad dan Bu Ati, S.pd (Agama Islam)
: Jhon Carlos (Agama Kristen)
:Bp. Citro, S.pd (Olahraga)
: Dwi Dika S.pd (Komputer)
:Bp. Muchis dan Bp. Koko (kesenian)
Tenaga Konselor : Ibu Endah Puspo K. S.psi
50
Tabel 1
Daftar siswa SMALB yayasan Asih Budi jakarta timur55
No Nama L/P Tempat Lahir Tgl Lahir Agama
1 Jodi Ariawan L Jakarta 25 Agustus 1996 Islam
2 Zihad Rizki Aulia L Jakarta 14 Februari 1997 Islam
3 Ridho Azka L Jakarta 20 Maret 1997 Islam
4 Deanita Zahra P Jakarta 10 Juli 1998 Islam
5 Chandra Tri Saputra L Jakarta 17 November 1996 Islam
6 Irfan Taufik Marsa L Jakarta 20 November 1996 Islam
7 Angga Dwi Putra L Jakarta 20 Agustus 1995 Islam
8 Kresna Ibrahim L Jakarta 6 Januari 1998 Islam
9 Rifal Azki L Jakarta 20 Maret1997 Islam
10 Ratna Lorenita
Pradipta
P Jakarta 1 Mei 1995 Islam
55 Arsip dokumen daftar siswa yayasan Asih budi
51
Tabel 2
Daftar Peserta Pelatihan di Yayasan Asih Budi Jakarta Timur56
No Nama L/P Pelatihan
Keterampilan
Kategori
ketunagrahitaan
1 Teguh Wiriawan L Sablon & percetakan
dan Housekeeping
Ringan
2 Artyo Damarwiseno L Menjahit Sedang
3 Dina Indah Triani P Tata Boga Sedang
4 Selvi Sarinah P Menjahit dan
Housekeeping
Sedang
5 M. Befri Akbar L Menjahit Ringan
6 Marianne Gradiana H. P Menjahit Ringan
7 Christina Madusari P Menjahit dan Tata
Boga
Ringan
8 Agus Marsudi L Menjahit dan Tata
Boga
Sedang
9 Maya Puspita Dewi P Menjahit dan Tata
Boga
Ringan
56 Arsip dokumen peserta pelatihan yayasan asih budi
52
10 Ivan Kurniawan L Menjahit dan Tata
Boga
Sedang
11 Chitra P Housekeeping Sedang
12 Aria Sukma Prihandani L Menjahit dan
Housekeeping
Sedang
13 Via J. Qobliani P Tata Boga dan
Housekeeping
Ringan
14 Maharani Ika Putri P Menjahit dan Tata
Boga
Ringan
15 Ichbal Raflis L Menjahit dan
Housekeeping
Ringan
16 Sri Ratna Wulandari P Tata Boga dan
Housekeeping
Ringan
17 Lingga Shinta Fitriana P Menjahit dan Tata
Boga
Sedang
18 Tobi Haris Sulaiman L Tata Boga Ringan
19 Sofyan Andre Wibowo L Menjahit dan Tata
Boga
Sedang
20 Rizky Dio Pangestu L Sablon & percetakan
dan Housekeeping
Ringan
21 Angga Kusuma L Sablon & percetakan
dan Housekeeping
Ringan
53
22 M Faris L Sablon & percetakan
dan Housekeeping
Sedang
23 Ibnu Rizki Rahardian L Menjahit dan Tata
Boga
Sedang
24 Ega Agung Margono L Sablon & percetakan
dan Housekeeping
Ringan
25 Rahmat Dwi Prakosa L Sablon & percetakan
dan Housekeeping
Ringan
26 Rr. Diyah Utari
Anindya P.
P Menjahit dan Tata
Boga
Ringan
27 Sabiqun Khoirot L Menjahit dan
Housekeeping
Sedang
28 Zulfina Nadia Astari P Menjahit dan Tata
Boga
Sedang
29 Tubagus Abyan Busran L Menjahit dan
Housekeeping
Sedang
30 Azzyati Nur Safitri P Tata Boga Sedang
31 Ambara Putra L Menjahit dan
Housekeeping
Ringan
32 Fajar Pringgo Nugraha L Menjahit dan sablon
& percetakan
Ringan
33 Romi L Sablon & percetakan Sedang
54
34 Nasdiantini P Tata Boga &
Housekeeping
Sedang
35 Tora Bareto L Sablon & percetakan
dan Housekeeping
Sedang
36 Arief Suryanto L Sablon & percetakan Ringan
37 Farahdika P Menjahit Ringan
38 Marta Yunita Lestari P Menjahit dan Tata
Boga
Sedang
55
BAB IV
HASIL TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
Berdasarkan temuan dilapangan yang dilakukan oleh peneliti, melalui
wawancara, observasi dan dokumen yang penulis dapatkan, bahwa program
keterampilan keterampilan di Yayasan Asih Budi Jakarta Timur merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk membekali peserta dengan keterampilan vokasional
sehingga peserta pelatihan dapat mandiri dan mudah terjun ke masyarakat luas
diharapkan setelah mengikuti program pelatihan keterampilan ini peserta dapat
menjadi tenaga kerja ataupun melakukan usaha mandiri maupun berkelompok yang
dimana hasil produksinya dapat dipasarkan.
Pada bab ini penulis akan memaparkan hasil temuan yang peneliti temukan
mengenai pelaksanaan pelatihan keterampilan menjahit di Yayasan Asih Budi.
Selain itu juga peneliti akan memasukan indikator evaluasi dalam pelaksanaan
program pelatihan keterampilan menjahit ini, terdiri dari indikator-indikator
tersebut terdiri dari indikator ketersediaan, indikator keterjangkauan, indikator
efisiensi, indikator relevansi yang bertujuan sebagai alat ukur untuk menilai dalam
pelaksanaan program pelatihan keterampilan menjahit. Pada bab ini juga peneliti
akan menganalisis model pelatihan yang digunakan yang digunakan di Yayasan
Asih Budi sesuai yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik.
56
1. Pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan Menjahit
a. Waktu pelaksanaan
Pada saat peneliti terjun kelapangan pada Rabu, 12 Januari 2017 pelaksanaan
program pelatihan keterampilan menjahit ini dilaksanakan pada hari Senin sampai
hari Jumat dimulai pada pukul 08.00 hingga 15.00 WIB. Sebelum memulai kegiatan
seluruh peserta pelatihan yang beragama Islam melaksanakan sholat dhuha terlebih
dahulu, selanjutnya istirahat dari waktu zhuhur sampai jam 13.30 WIB.57 Durasi
lamanya program pelatihan keterampilan di yayasan Asih Budi dilakukan selama 3
tahun, dan seluruh angkatan peserta pelatihan ditempatkan dalam satu ruangan yang
sama. dilakukan selama 3 tahun, dikarenakan seperti yang dikatakan oleh ibu Ulfa
sebagai berikut:
“... kursus itu kan Cuma 3-6 bulan (untuk orang-orang pada umumnya).
Sedangkan kita kan sampe 3 tahun...”58
Pelatihan yang dilakukan pada penyandang tunagrahita dilakukan selama 3
tahun, hal ini dilakukan mengingat kemampuan peserta pelatihan yang berbeda
dengan orang-orang reguler.
Dan setelah peserta mengikuti pelatihan keterampilan selama 3 tahun maka
akan diberikan sertifikat oleh lembaga, hal ini dikemukakan oleh ibu Ulfa sebagai
berikut:
57 Hasil observasi yayasan Asih Budi 12 Januari 2017 58 Hasil wawancara dengan Ibu Ulfa Kepala pelatihan Yayasan Asih Budi pada 23 Januari
2017
57
“Dalam sertifikat setelah lulus, kalo sertifikat legal nya itu legalnya lembaga
jadi tingkat lembaga, kita mau ngajuin ke DIKBUD bingung, kita kalo bilang
kursus itu kan Cuma 3-6 bulan. Sedangkan kita kan sampe 3 tahun. Kita ke Dikti,
itu kan formal sedangkan kita kan non formal jadi ini masih pergolakan ini. Kita
juga minta ke depnaker juga kursus kan Cuma 6 bulan dengan kita 3 tahun.”59
b. Tenaga instruktur atau pelatih keterampilan menjahit
Instruktur yang ada di pelatihan keterampilan menjahit Yayasan Asih Budi ini
berjumlah 2 orang yang sudah memiliki keahlian di bidangnya, seperti contohnya
adalah ibu Selly beliau merupakan lulusan dari tata busana, beliau sudah menjadi
instruktur di pelatihan keterampilan tata busana di Yayasan Asih Budi sejak tahun
2012, selain itu juga ada ibu Indah beliau juga merupakan lulusan jurusan Tata
Busana dan juga sudah mengajar di Yayasan Asih Budi sejak 4 tahun yang lalu.
Selain itu, dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan menjahit, mereka berdua
sering dibantu oleh Pak Mulyono, beliau merupakan penyandang tunagrahita dan
juga tunarunggu beliau adalah juga alumni dari Yayasan Asih Budi. Seperti, misal
ada yang bermasalah dengan mesin jahit atau obras pak Mulyono suka membantu
dengan memperbaiki alatnya.
Dalam melakukan perekrutan tenaga pengajar seperti instruktur perlu
memenuhi persyaratan seperti yang di utarakan oleh bapak Supardi adalah:
“kompetensi pendidik, harus memenuhi kriteria salah satunya adalah
kualifikasi pendidikan, latar belakang pendidikan itu memang yang di
utamakan. Saya bicara konseptual ya bukan realita kalau untuk yang mengajar
SLB seyogyanya yang lulusan S1 PLB, lalu bagaimana di luar PLB tapi
memiliki kemauan dan motivasinya tinggi untuk membantu anak seperti itu?
Boleh, kalau kompetensi atau hardskill nya nanti bisa saya cas saya latih
melalui workshop dan segala macam. Terkait dengan perekrutan tenaga guru
59 Hasil wawancara dengan Ibu Ulfa Kepala pelatihan Yayasan Asih Budi pada 23 januari
2017
58
kami ingin yang mau, tapi kalau secara profesional yaitu kualifikasinya yang
relevan dulu. Misal seperti tata busana dari lulusan busana dan yang sablon
percetakan dari lulusan seni lukis.”60
Dengan demikian sesuai dengan pernyataan diatas syarat-syarat tersebut telah
dipenuhi oleh 2 instruktur menjahit yang telah disiapkan oleh lembaga dan menjadi
tenaga pengajar tetap dimana tenaga pelatih atau instruktur sudah sesuai dengan
keahlian yang dibutuhkan untuk menjadi pelatih menjahit.
c. Peserta pelatihan
Pada ajaran 2016-2017 jumlah peserta yang terdaftar mengikuti pelatihan
keterampilan menjahit di Yayasan Asih Budi terdapat 22 peserta yang terdiri dari
13 peserta kategori ringan dan 9 peserta kategori sedang. Pembagian antara kategori
sedang dengan kategori ringan berdasarkan hasil tes yang dilakukan oleh psikolog,
maka dari hasil tes tesebut dapat diketahui kategori ketunagrahitaan seseorang. Hal
ini sesuai seperti yang dikemukakan oleh ibu Ulfa, sebagai berikut:
“nah sebelum masuk kesini juga harus ada surat dari psikolog, dari
situ kita bisa tau anak ini tunagrahita ringan atau sedang”61
Dalam persiapan sebelum pelatihan keterampilan dilaksanakan terdapat
assesment yang meliputi; minat, bakat, potensi, kesehatan, keterampilan. Setelah
itu, akan mengkomunikasikan hasil assesment kepada orangtua/keluarga, terkait
rencana pelaksanaan kegiatan yang akan diikuti oleh peserta. Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Ibu Ulfa, sebagai berikut:
60 Hasil wawancara dengan bapak Supardi selaku bidang pendidikan Yayasan Asih Budi
pada 7 desember 2016 61 Hasil wawancara dengan ibu Ulfa selaku kepala pelatihan pada 23 Januari 2017
59
“iya kita memang liat dulu, anak ini maunya dimana, bagusnya atau
potensinya dimana misal di jahit kah? Tata boga? Atau yang lain-lain. Kalo
disinikan rata-rata yang ikut pelatihan, dari anak sini (lulusan SMALB yayasan
Asih Budi) juga, dari sana mereka kan kelihatan (minat dari semenjak SMALB)
tuh...”62
Maka hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan beberapa
peserta pelatihan, sebagai berikut:
Ichbal: maunya jahit. 63
Maya: suka banget belajar jahit.64
Zulfina: suka jahit65.
Ivan: enaknya disini (jahit).66
Berdasarkan hal diatas dapat dikatakan bahwa peserta pelatihan yang
mengikuti pelatihan keterampilan menjahit di yayasan Asih Budi, mengikuti
kegiatan pelatihan yang sesuai dengan minat mereka masing-masing.
Untuk menjadi peserta pelatihan di Yayasan Asih Budi terdapat beberapa
kriteria yang harus dipenuhi oleh calon peserta agar bisa menjadi peserta pelatihan
melakukan perkrutan peserta pelatihan keterampilan di Yayasan Asih Budi
terdapat, yaitu antara lain:67
1) Calon peserta yang merupakan penyandang disabilitas intelektual dalam
klasifikasi ringan atau sedang.
62 Hasil wawancara dengan Ibu Ulfa Kepala sentra Yayasan Asih Budi pada 23 januari
2017 63 Hasil wawancara dengan Ichbal selaku peserta pelatihan menjahit di Yayasan Asih
Budi pada 8 februari 2017 64 Hasil wawancara dengan Maya selaku peserta pelatihan menjahit di Yayasan Asih Budi
pada 8 februari 2017 65 Hasil wawancara dengan Zulfina selaku peserta pelatihan menjahit di Yayasan Asih
Budi pada 8 februari 2017 66 Hasil wawancara dengan Ivan selaku peserta pelatihan menjahit di Yayasan Asih Budi
pada 8 februari 2017 67 Arsip dokumen yayasan Asih Budi
60
2) Calon peserta dapat berkomunikasi dan berinteraksi.
3) Calon peserta sehat (surat keterangan dokter yang menyatakan sehat dan
mampu mengikuti pelatihan).
4) Calon peserta bersedia mengikuti assessmen.
5) Orangtua/keluarga wajib memberikan pendampingan kepada peserta
selama dan setelah proses pelatihan keterampilan.
Selain itu biasanya dalam perekrutan peserta pelatihan calon peserta pelatihan
sudah ada mengikuti program pelatihan yang ada di SMALB-C Yayasan Asih Budi,
misal semenjak SMALB calon peserta sudah mengikuti kegiatan menjahit. Setelah
lulus SMALB calon peserta dapat melanjutkan atau mengasah lebih lanjut
keterampilannya. Namun perekrutan peserta pelatihan tidak sebatas hanya dari
SMALB Yayasan Asih Budi, seluruh calon peserta se-Indonesia dapat mendaftar
untuk mengikuti kegiatan pelatihan keterampilan menjahit tentu sesuai dengan
syarat-syarat yang telah disebutkan diatas. hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
oleh bapak Supardi selaku dewan bidang pendidikan di Yayasan Asih budi.
“tidak wajib bagi orang tua yang menghendaki (tidak ikut program
pelatihan keterampilan setelah lulus) kami tidak memaksa. Dalam penerimaan
peserta Yayasan Asih Budi tidak hanya yang dari SMALB Asih Budi ada yang
dari luar Asih Budi. kami menerima (peserta calon pelatihan) seluruh
Indonesia...”68
68 Hasil wawancara dengan bapak Supardi selaku bidang pendidikan di yayasan Asih
Budi pada 7 Desember 2016
61
d. Tingkat kemampuan peserta
Dalam tingkat kemampuan peserta pada pelatihan keterampilan menjahit
dibagi menjadi tiga tingkat yaitu baik, cukup baik dan amat baik. Penilaian
dilakukan oleh instruktur pelatihan keterampilan menjahit hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh ibu Ulfa.
“kan kalo ditempat lain itu kan ada terampil dan mahir lain-lain, kalo kita
ada penilaian seperti baik, emm.. cukup baik, dan amat baik. Kalo baik itu masih
dasar gunting pola, jelujur pokoknya masih yang dasar-dasar. Kalo yang cukup
baik itu bisa mengikuti seluruh kegiatan tapi lama, kalo yang amat baik itu bisa
mengikuti seluruh kegiatan dan lebih cepet. Tapi cepetnya disini jangan
disamain loh ya sama kemampuan (orang-orang) pada umumnya”69
e. Model pelatihan
Dalam model pelatihan peneliti menggunakan model pelatihan yang
dikemukakan oleh Oemar Hamalik. Setelah peneliti melakukan observasi70 dan
wawancara di lapangan maka peneliti menyimpulkan vestibule training yang
dimana dalam model pelatihan ini berada diluar tempat kerja biasa namun meniru
kondisi-kondisi kerja sesungguhnya.71
f. Kegiatan pelatihan
Di Yayasan Asih Budi peserta pelatihan sudah di didik untuk memelihara
kebersihan lingkungan kerja. Sebelum dan sesudah melakukan kegiatan pelatihan
peserta sudah diajarkan untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat mereka
69 Hasil wawancara dengan Ibu Ulfa selaku kepala pelatihan di Yayasan Asih Budi pada
23 Januari 2017 70 Hasil observasi di Yayasan Asih Budi, Jakarta Timur 18 januari 2017 71 Hasil observasi di yayasan Asih Budi, Jakarta Timur pada 18 Januari 2017
62
melakukan kegiatan, Oleh karena itu, terdapat jadwal piket untuk membersihkan
ruangan pelatihan. Dan setiap hari terdapat dua orang yang bertugas dalam
melakukan pembersihan.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ibu Selly selaku instruktur
pelatihan keterampilan Menjahit.
“hmm... iya, kita juga memang sudah ajarkan anak-anak ini supaya
dibiasain gitu untuk bersih-bersih, jadi biar mereka juga peduli sama
kebersihan lingkungan karna kan lebih nyaman rasanya kalo bersih”72
a) Pemberian Teori
Dalam pemberian teori-teori pada pelatihan keterampilan menjahit di
lakukan awal-awal pelatihan namun pemberian teori-teori tidak serta merta hanya
pemberian penjelasan saja namun juga langsung praktek karna jika instrukur hanya
memberikan penjelasan-penjelasan saja tanpa praktek maka tidak akan efektif.
Dalam metode penyampaian teori juga dibarengi dengan prakteknya. Adapun
pemberian teori ini meliputi seperti, pengenalan bahan-bahan, pengenalan dan
pengoperasian mesin jahit, alat-alat yang digunakan dalam proses kegiatan
menjahit . Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ibu Ulfa selaku pelaksana dan ibu
Selly selaku instruktur;
Ibu Ulfa: “Kita teori sambil praktek, teori-teori seperti pengenalan bahan dan
langsung dipraktekan karna kalo tidak begitu mereka bosen. jadi langsung di
praktekan. Lagi pula kan kalo tidak begitu nanti lupa, percuma membuang
waktu.”73
72 Hasil wawancara dengan ibu Selly selaku instruktur menjahit Yayasan Asih Budi pada
12 januari 2017 73 Hasil wawancara dengan ibu Ulfa selaku kepala sentra Yayasan Asih Budi pada 23
januari 2017
63
Ibu Selly : “untuk awal-awal kita memang fokus kasih pengenalan seperti
bahan-bahan pengoperasian mesin jahit gimana cara pakai alat-alatnya...
kalau untuk waktunya (durasi pemberian teori) disini kan kemampuannya
beda-beda jadi kita asah terus aja, yang udah bisa dilanjut jadi semuanya tetep
kita perhatikan.”74
Berdasarkan hal diatas, pemberian materi-materi yang dilakukan oleh
instruktur diberikan pada saat awal-awal latihan namun tidak dapat dipastikan
berapa lama waktunya dikarenakan kemampuan setiap peserta pelatihan yang
berbeda-beda. dimana penyandang tunagrahita berkategori ringan dan sedang
memiliki kemampuan yang berbeda. Maka berdasarkan wawancara peneliti dengan
instruktur keterampilan menjahit ibu Selly waktu pemberian teori ini untuk ringan
dan sedang adalah sebagai berikut:
“untuk yang dasar-dasar seperti pengenalan bahan, cara pake mesin jahit itu
cepet gak lama, sekitar 1 atau 2 minggu karna kalo kita kasih teori-teori aja mereka
gampang bosen, sambil praktek juga kan bisa juga sambil belajar. Mereka juga
anak-anak kita ini gak dari nol banget (pengetahuan menjahit) karna waktu di
SMALB juga mereka anak-anak belajar jahit juga, jadi kami ini tinggal nerusin aja
dari yang SMALB”75
b) Kegiatan praktek pelatihan keterampilan menjahit
Dalam kegiatan praktek pelatihan keterampilan ini, sebenernya sudah
dilakukan sejak pemberian teori namun hanya sebatas dasar-dasarnya saja seperti
bagaimana cara pengoperasian mesin jahit, pengenalan bahan dan jelujur. Maka
dalam kegiatan praktek ini peserta sudah dibimbing oleh pelatih untuk membuat
74 Hasil wawancara dengan ibu Selly selaku instruktur menjahit Yayasan Asih Budi pada
18 januari 2017 75 Hasil wawancara dengan Ibu Selly 18 januari 2017, pukul 10.00 WIB
64
suatu hasil karya jahit. Umumnya karya jahit yang dibuat adalah sarung bantal,
karna pengerjaannya relatif lebih mudah. Saat peneliti melakukan observasi
sebelum memulai kegiatan instrukur bertanya kepada peserta menjahit, apa saja
bahan yang dibutuhkan untuk membuat karya jahit sarung bantal, bertujuan agar
para peserta mengingat kembali menegenai bahan-bahan apa yang dibutuhkan.
Praktek pelatihan ini merupakan hal terpenting dari pelaksanaan pelatihan
keterampilan menjahit. Adapun durasi lamanya peserta pelatihan tunagrahita
dengan kategori ringan dan kategori sedang terdapat perbedaan, seperti penuturan
ibu Selly selaku instruktur pelatihan keterampilan menjahit sebagai berikut:
“untuk yang (tunagrahita kategori) ringan kayak ikbal ini cepet dia
setahun aja udah bisa mengikuti, sebernernya gak sampe setahun malah 8
bulananlah. Bisa mengikuti disini maksudnya udah bisa buat karya jahit
hasilnya juga lumayan rapih, sama (dengan Ikbal) Maya juga dia kan
(tunagrahita kategori) ringan juga. Kalo yang (tungrahita kategori) sedang
ada yang udah dari dulu sampai sekarang menggunting pun sulit, karna
mereka ini (tungrahita kategori sedang) kalo lagi males-malesan jahitnya
gak bisa dipaksa, jadi ya kita diemin aja, soalnya kalo kita tegur mereka
bakal lebih berontak, nanti kalo mereka ngerasa pengan jahit lagi baru
dilanjut, kalo yang ringan kan masih bisa diajak kompromi ditegur masih
denger, Zulfina dia (tunagrahita kategori) sedang tapi punya kemauan dia
itu 2 tahunan lebih lah dia sudah bisa mengikuti. Jadi tergantung kemauan
anak-anak yang kemauannya tinggi bisa lebih cepet”76
Dalam penyampain yang digunakan oleh intruktur dengan peserta selama
proses menjahit dilakukan diruang yang telah disiapkan oleh Yayasan Asih Budi
sebagai berikut:77
76 Hasil wawancara dengan Ibu Selly 18 Januari 2017 77 Studi dokumentasi 18 januari 2017
65
Suasana ruang pelatihan keterampilan menjahit di yayasan Asih Budi Jakarta Timur
Adapun metode penyampaian yang digunakan oleh ibu Selly selaku
instruktur dalam melakukan pelatihan adalah sebagai berikut:
“anak-anak kita bimbing sebenernya gak berbeda jauh seperti guru,
Cuma harus sabar dalam menghadapi anak-anak sambil saya jelasin saya
juga tunjukin gimana prakteknya langsung ke anak-anak. Waktu saya
pertama ngajar disini saya sempet ‘ini saya yang salah ngajar atau gimana’
saya ditenangin sama ibu Ulfa sama senior yang lain juga untuk sabar
anak-anak emang seperti itu. Kalo sekarang sih udah bisa menghadapi
anak-anak, makanya kita juga dalam mengembangkan kemampuan kita,
kita juga tanya senior”78
Selama proses kegiatan pelatihan keterampilan respon peserta pelatihan
sangat serius dalam mengikuti kegiatan pelatihan tidak ada yang bercanda masing-
masing peserta sibuk dengan kegiatan yang sedang mereka lakukan. Instrukutr
terlihat hanya mengawasi dan jika ada peserta yang bertanya atau terlihat kesulitan
maka instruktur segera menghampiri peserta yang kesulitan dan memberikan
arahan-arahan.79 Namun setelah istirahat kegiatan pelatihan berjalan lebih santai,
peserta pelatihan menyalakan musik menggunakan komputer yang terdapat
78 Hasil wawancara dengan ibu Selly 18 Januari 2017 79 Hasil observasi di Yayasan Asih Budi, 23 Januari 2017
66
samping ruang pelatihan jahit agar suasana tidak membosankan, instruktur pun
terlihat tidak merlarang hal ini.
Ibu Selly mengatakan terkadang peserta pelatihan pun terlihat malas atau
bosan mengikuti kegiatan pelatihan menjahit. Berikut adalah pertanyaan dan
tidakan ibu Selly selaku instrukur pelatihan keterampilan menjahit di Yayasan Asih
Budi:
“Kalo males mereka suruh pulang aja, suruh pulang suruh ngepel, kita
semangatin ajalah ka biar gak males. Biasa gitu sih anak-anak ‘kenapa
ngantuk? cuci muka.’ Terus kekamar mandi. Kadang-kadang dia yang
bilang sendiri ‘ngantuk bu cuci muka dulu ya.’ Iya cuci muka’ Terus
mereka cuci muka. Kadang kita yang (mengingatkan) ‘kenapa males banget
pulang aja kalo males’ terus mereka kerja lagi. Karena mereka gak betah
dirumah lebih betah disini, karna kalo disini kan mereka ada kegiatan”80
c) Setelah Mengikuti Kegiatan Pelatihan Keterampilan Menjahit di
Yayasan Asih Budi
Setelah peserta pelatihan keterampilan mengikuti kegiatan pelatihan di
yayasan Asih Budi Jakarta Timur, maka berdasarkan hal 47 Yayasan Asih Budi
akan membantu peserta pelatihan pada dunia Usaha / kerja dan pemantauan
perkembangan kemamdirian dan produktivitas peserta pelatihan. Maka hal ini
sesuai dengan yang di kemukakan oleh ibu Ulfa selaku kepala pelatihan
keterampilan di Yayasan Asih Budi Jakarta Timur, sebagai berikut:
“Disini 3 tahun masa pelatihanya. Setelah itu anak dikasih
serifikat.”81
80 Hasil wawancara dengan ibu Selly 18 Januari 2017 81 Hasil wawancara dengan ibu Ulfa selaku kepala sentra Yayasan Asih Budi pada 23
januari 2017
67
Terdapat 3 pilihan yang disediakan oleh yayasan Asih Budi kepada peserta
pelatihan yang telah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan selama 3 tahun
yaitu menjadi tenaga kerja bebas/berwirausaha, tenaga kerja terlindung atau
Kelompok Usaha Bersama (KUB), dan tenaga kerja mandiri, sepeerti yang
dikemukakan oleh ibu Ulfa selaku kepala pelatihan, sebagai berikut;
“...Setelah kegiatan selesai anak juga punya ada pilihan mau jadi
Tenaga kerja bebas, tenaga kerja terlindung di KUB (Kelompok Usaha
Bersama), kalo KUB kan disini, tenaga kerja mandiri bisa kerja di tempat
lain. kalo menjadi Kelompok usaha bersama tempat tetep disini. Membuat
kelompok 9-10 orang ditemani 1 orang non disabilitas, yang non bisa orang
luar, bisa keluarga siapa, jadi bisa melindungi anak ini jadi leadernya lah.
Mungkin buat anak-anak kita kita ini lebih ke KUB ini. Anak yang masuk
dunia kerja luar kan lingkungan beda.”82
Lamanya pembuatan karya oleh peserta pelatihan
Untuk pembuatan karya hasil jahit menurut penuturan ibu Indah sebagai
instruktur pelatihan berikut:
“Kadang-kadang menjahitnya terlalu lama kira-kira 1 minggu atau
2 minggu.”83
Dalam observasi yang dilakukan oleh penulis selama terjun kelapangan,
tunagrahita kategori ringan lebih cepat menyelesaikan karya jahit dibandingakan
dengan tunagrahita yang berkategori sedang. Tunagrahita kategori ringan bisa
menyelesaikan pembuatan sarung bantal 3 hari sampai 5 hari, sedangkan
tunagrahita kategori sedang bisa 1 sampai dua minggu.
82 Hasil wawancara dengan ibu Ulfa selaku kepala sentra Yayasan Asih Budi pada 23
januari 2017 83 Hasil wawancara dengan ibu Indah 8 Februari 2017
68
Penjualan dan Bagi Hasil Penjualan
Dalam melakukan penjualan hasil karya jahit peserta pelatihan seperti yang
dikatakan oleh ibu Selly Selaku instruktur pelatihan keterampilan Menjahit sebagai
berikut:
“Kita biasanya ikut pameran, diundang dalam acara pameran, dari
orang tua, orang yayasan.”84
Pada saat penulis terjun kelapangan menurut ibu Ulfa peserta memang
sedang agak santai85 dikarenakan sedang tidak ada order jika ada pesanan pasti
mereka semangat. Berikut adalah penjelasannya disampaikan oleh ibu Ulfa;
“Anak memiliki upah kerja dan keuntungan, misal dalam sarung bantal
kursi ada 5 tahapan upahnya 500 kalo anak dapat mengerjakan 2 maka
upahnya 200, jadi satu tahapan 100. Keuntungan 50 % buat si anak, 30 %
pelatihnya, 15 persen untuk yayasan 15 % untuk tambahan modal. Jadi
anak dapet upah dan keuntungan juga. Jadi anak pasti senang kalo ada
order mereka semangat dan senang karna ada duit nya. Tapi kalo
misalnya, ayo kerjakan ini supaya stok banyak mereka santai, tapi kalo
order mereka semangat karna mereka tau ada uangnya, tadi mas nya liat
mereka juga santai kan, yaitu karna lagi gak ada, coba deh liat kalo ada
wuuu.... mereka pasti semangat”86
Dalam proses kegiatan pelatihan keterampilan tentu penyandang tungrahita
tidak bisa disamakan dengan orang reguler pada umumnya. Terdapat perbedaan
seperti yang dikemukakan oleh ibu Ulfa.
84 Hasil wawancara dengan ibu Selly 18 Januari 2017 85 Hasil obervasi di yayasan Asih Budi, jakarta Timur 23 Januari 2017 86 Hasil wawancara dengan Ibu Ulfa 23 januari 2017
69
“untuk hasil jahit penyandang tunagrahita secara kualitas tidak
berbeda jauh dengan orang reguler, tetapi kalo secara kuantitas sangat
jauh, Pernah kita dapet tantangan tiap minggu sekian ratusan item, kita
gak bisa, anak kita gak bisa ngejar, tiap sekolah kan ada KUB (Kelompok
Usaha Bersama) nya tuh, kita lempar kesekolah lain nih tolong kerjakan ini
kerjakan ini, saya liat keterampilannya beda tekniknya beda jadi hasilnya
kan gak akan sama, kalo hasilnya sama semua sama kita bisa protek sama
pemerintah ini khusus untuk penyandang tunagrahita misalnya dimana pun
grahita kerjanya ini. Kalah sama Vietnam dia itu udah, obras buat kaos itu
bagian penyandang.”87
Hal ini sesuai oleh yang dikatakan oleh ibu Ulfa dan ibu Selly.
Ibu Ulfa:“Yang (kategori) sedang juga bisa menjahit, Cuma yang
(berkategori) ringan lebih bisa aja. Kita pake mesin jahit manual tapi pake
dinamo pake listrik juga, tapi yang dinamo itu tidak secepat yang high
speed...”88
Ibu Selly: “kalo yang (kategori) ringan dia lebih cepet jahitnya,
kalo yang (kategori) sedang dia bisa juga cuma gak cepet kayak yang
ringan”89
Sesuai yang telah hasil wawancara dan observasi, bahwa baik penyandang
tunagrahita ringan maupun sedang dapat menjahit jika mereka dilatih. dalam
melakukan proses pengerjaannya jika dibanding orang-orang pada umumnya
penyandang disabilitas intelektual ini tentu tidak bisa disamakan.
g. Tanggapan Peserta
Untuk aspek tanggapan peserta peneliti akan mengemukakan tenggapan
peserta dengan adanya pelatihan keterampilan menjahit di Yayasan Asih Budi.
87 Ibid 88 Ibid 89 Hasil wawancara dengan Ibu Selly 18 januari 2017, pukul 10.00 WIB
70
Berikut adalah tanggapan peserta pelatihan terhadap program pelatihan
keterampilan menjahit:
Ikbal: “asik, bisa bikin bantal, (tempat) tissu”
Zulfina: “bagus, jahitan seneng bikin barang bagus”
Maya: “Seru belajar jahit, bikin bantal, tas, sarung bantal, alas makan, sepatu”
Untuk keberhasilan tercapai atau tidaknya program pelatihan keterampilan
ini tidak dapat ditentukan, karena kemampuan peserta yang berbeda-beda. Oleh
karna itu, kemandirian dan produktivitas dari peserta pelatihan bersifat relatif. Hal
tersebut disampaikan oleh ibu Ulfa, sebagai berikut:
“jika diliat dari program, program kan menuntut harus
menghasilkan anak menjadi mandiri dan produktif. Cuma mandiri itu kan
relatif produktif itukan relatif ya, mandiri tadinya dibantu terus gak dibantu
yakan?, relatif pokoknya lah ya dan produktif juga relatif misal tadinya
sehari belum jadi, sehari udah jadi. Jadi hal itu tergantung dengan anaknya
juga. Jadi menurut kita itu, mandiri dan produktif sesuai dengan
kemampuannya. Tidak bisa disamakan dengan orang reguler, tetap ada
perbedaan.”90
2. Indikator Evaluasi Pelatihan Keterampilan Menjahit di Yayasan Asih
Budi Jakarta Timur
Dalam mengevaluasi kegiatan pelatihan keterampilan menjahit di Yayasan
Asih Budi Jakarta Timur penulis menggunakan 4 indikator evaluasi yaitu indikator
ketersediaan, indikator keterjangkauan, indikator relevansi dan indikator efisiensi.
Dalam aspek ini peneliti akan memaparkan hasil temuan penelitian dan
90 Hasil wawancara dengan bu Ulfa selaku kepala sentra pada 23 Januari 2017, pukul
13.00 WIB
71
menganalisis sesuai dengan teori indikator-indikator evaluasi yang telah peneliti
sebutkan diatas.
a. Indikator ketersediaan
Dalam indikator ini seperti yang telah diungkapkan pada bab 2 hal 21 ,
indikator ini menunjukan apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu
benar-benar ada. Maka, pada aspek indikator ketersediaan ini peneliti akan
membahas seperti yang disebutkan pelatihan terdiri dari peserta, instruktur dan
lamanya pelatihan. Pada aspek peserta dan instruktur peneliti akan memfokuskan
kepada tingkat kehadiran peserta dan instruktur dalam proses kegiatan pelatihan
keterampilan menjahit. Selain itu, pada aspek indikator ketersediaan ini juga
peneliti akan membahas mengenai sarana dan prasana yang ada di pelatihan
keterampilan menjahit, dan kemitraan atau kerjasama yayasan Asih Budi dalam
kegiatan pelatihan keterampilan menjahit.
a. Sarana dan Prasarana
Adapun sarana dan prasarana pada pelatihan keterampilan menjahit di Yayasan
Asih Budi menyediakan berbagai sarana untuk mendukung terlaksananya pelatihan
keterampilan menjahit bagi penyandang disabilitas intelektual, adapun sarana dan
prasarana yang telah disiapkan di Yayasan Asih Budi antara lain:91
1) Ruang praktek menjahit
2) 14 buah alat mesin jahit
3) 1 buah alat obras
91 Hasil observasi peneliti pada 18 januari 2017
72
4) Bahan-bahan seperti busa, kain katun.
5) 14 meja peserta
6) 14 bangku peserta
7) 1 meja instrukur/
8) 2 bangku instruktur
9) Lemari yang digunakan untuk menyimpan hasil karya menjahit
10) Peralatan untuk menjahit seperti:
a) Meteran
b) Kapur
c) Penggaris
d) Jarum
e) Pendedel
f) Benang jahit
g) Gunting
Sarana yang telah disediakan oleh lembaga untuk pelatihan keterampilan
menjahit terdapat 14 mesin jahit yang dapat bekerja dengan baik92, namun jika
dibandingan dengan peserta khususnya pelatihan keterampilan menjahit yang
berjumlah 22 orang maka dari segi sarana yang ada dapat dikatakan kurang
memadai. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh ibu Selly Selaku
instruktur, sebagai berikut:
92 Hasil observasi peneliti 18 januari 2017
73
“...belum (untuk sarana), kurang karena blm satu orang satu. Kalo pas
ujian pas jahit semua kurang mesinnnya. Jadi harus ganti-gantian”93
Maka jika dilihat dari segi indikator ketersediaan maka sarana dan prasarana
yang disediakan oleh lembaga belum memenuhi. Karena sarana dan prasana belum
cukup untuk menampung seluruh peserta pelatihan menjahit dalam satu ruangan
yang telah ditentukan, dan mesin jahit yang berjumlah 14 buah tentu tidak cukup
karena jumlah peserta pelatihan keterampilan menjahit berjumlah 20 orang.
Sedangkan dari segi prasarana ruang pelatihan menjahit cukup luas
sehingga cukup nyaman 94 peserta dalam melakukan kegiatannya namun tidak
cukup untuk menampung seluruh peserta dalam satu waktu. Jika ada peserta
pelatihan yang belum sampai tahap menjahit atau masih menggunting pola, maka
peserta biasanya akan berada di aula tengah yang berada dekat dari ruang pelatihan
keterampilan menjahit, mereka akan menggunakan papan tenis meja yang sedang
tidak dipakai untuk melakukan proses pengguntingan pola, namun tidak semua
peserta menggunting pola di aula ini, jika ruangan praktek masih memadai peserta
dapat melakukannya di ruang pelatihan.95
b. Kehadiran Instruktur dan Peserta Pelatihan
Selama proses pelatihan unsur seperti pelatih dan dan peserta merupakan
hal yang sangat penting yang dapat mempengaruhi berjalannya proses kegiatan
pelatihan agar pelaksanaan pelatihan keterampilan dapat berjalan dengan baik.
93 Hasil wawancara dengan ibu Selly selaku instruktur menjahit Yayasan Asih Budi pada
18 Januari 2017 pukul 10.00 94 Hasil observasi peneliti pada 18 januari 2017
95 Hasil observasi di yayasan Asih Budi, Jakarta Timur, 18 januari 2017
74
Berikut adalah rekapitulasi hasil temuan peneliti mengenai daftar kehadiran dari
instrukur dan peserta pelatihan yang dipilih berdasarkan tingginya tingkat
kehadirannya, pada tahun ajaran 2016-2017, yang berlangsung pada bulan Okrober
sampai bulan Maret 2017.
Tabel 3
Data kehadiran instruktur
Rekapitulasi Absen Instuktur Bulan Oktober 2016 - Maret 2017
Nama Oktober
2016
November
2016
Desember
2016
Januari
2017
Februari
2017
Maret
2017
Ibu
Selly
Alfa: 1
Ijin : 2
Ijin: 1
Sakit: 2
- - Ijin: 2 Ijin: 1
Ibu
Indah
Alfa: 3 Ijin: 2 - Sakit : 2 Sakit: 3 Ijin : 1
Hasil Studi dokumentasi data absensi Yayasan Asih Budi Oktober 2016
sampai Maret 2017
Setelah melihat data kehadiran instrukur dan selama penulis terjun
kelapangan langsung kedua instruktur pelatihan selalu hadir 96 maka dapat
dikatakan instrukur telah memenuhi indikator ketersediaan. Karna kehadiran
instuktur yang telah cukup baik hadir dalam setiap kegiatan pelatihan yang ada. hal
ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Ibu Ulfa:
“kalo untuk (instrukur) jahit kan udah stay disini. kami sudah cukup
puas dengan kinerjanya... alhamdulillah cukup baik kehadirannya, kemauan
96 Hasil observasi peneliti pada 18 dan 25 januari, dan 8 februari 2017
75
untuk mengajarnya juga baik. Makanya anak-anak juga sekarang udah deket
sama instruktur”97
Dan jika kedua instruktur tidak hadir keduanya pada hari yang sama maka
ibu Ulfa akan mengontrol peserta pelatihan seperti dengan cara memberikan tugas
pada mereka. Seperti yang diungkapkan sebagai berikut:
“iya pernah (tidak hadir dua-duanya), kalau sudah begitu saya yang
mengontrol anak-anak. Saya kasih tugas, misal yang kemarin belum selesai
jahitnya suruh dilanjutin, kalo yang sudah jangan ganggu yang belum.
paling saya suruh kerjain apa yang lain gitu”98
Berikutnya, dalam data kehadiran peserta pelatihan keterampilan, peneliti
menggunakan data sampel penelitian yang terdiri dari masing-masing 1 laki-laki
dan 1 perempuan yang mewakili kategorinya masing-masing dari peserta pelatihan
keterampilan yang bekategori tunagrahita sedang dan berkategori tunagrahita
ringan dengan kata lain terdapat 4 sampeal yang peneliti gunakan. Dalam pemilihan
sampel seperti yang diungkapkan di Bab 1 hal 10 pemilihan sampel berdasarkan
dari tingkat kerajinan kehadiran peserta dan kemampuan peserta dalam mengikuti
proses kegiatan pelatihan keterampilan menjahit dari masing-masing kategori
peserta baik dari jenis kelamin maupun kategori tungrahita ringan atau sedang.
Berikut adalah data kehadiran peserta pelatihan yang telah dipilih berdasarkan hal-
hal yang telah disebutkan diatas.
97 Hasil wawancara dengan ibu Ulfa selaku Kepala sentra Yayasan Asih Budi pada 13
ajanuari 2017, pukul 13.00 WIB 98 Hasil wawancara dengan ibu Ulfa selaku Kepala sentra Yayasan Asih Budi pada 13
Januari, pukul 13.00 WIB
76
Tabel 4
Rekapitulasi Absen Peserta Bulan Oktober 2016 - Maret 2017
Nama Oktober
2016
November
2016
Desember
2016
Januari
2017
Februari
2017
Maret
2017
Ichbal Alfa: 2 - Alfa: 2 - - Alfa: 1
Maya - Alfa: 1 - - Alfa: 1 -
Ivan Alfa: 2 Alfa: 1 - Alfa:2 Alfa: 1 Alfa: 3
Zulfina Izin:5 Ijin: 4 Ijin: 2 Ijin: 2 Ijin: 4 Ijin: 5
Hasil studi dokumentasi data absensi peserta pelatihan keterampilan
menjahit
Berdasarkan hasil diatas, dapat dikatakan mereka telah memenuhi indikator
ketersediaan, hal ini seperti dengan yang dikatakan instruktur ibu Selly sebagai
berikut:
“iya mereka berempat itu emang mereka lumayanlah (kemampuanya), rajin
juga. Apalagi Maya, dia serius, dia. Kalo untuk Zulfina kita memaklumi
(kehadirannya) karna dia memang ada masalah kesehatan, tapi kalo dibanding
yang lain dia termasuk rajin,..."99
99 Hasil wawancara denga ibu Selly 18 Januari 2017
77
c. Kemitraan Pelatihan Keterampilan Menjahit
Dalam usaha untuk menunjang pelatihan keterampilan menjahit bermitra
dengan pihak ketiga merupakan hal yang dapat dilakukan untuk mendapatkan
pengalaman kerja nyata bagi peserta pelatihan. Dalam pelatihan keterampilan
menjahit di Yayasan Asih Budi seperti yang di ungkapkan oleh ibu Ulfa, sebagai
berikut:
“Dalam keterampilan menjahit belum, belum ada perusahaan yang
bekerja sama. Pernah bekerja sama di PIK (Perkampungan Industri Kecil)
namun tidak terealisasi tidak berlanjut, yang Pengilingan pernah anak
latihan disitu ditempat membuat tas, yang menjadi kendala guru perlu
mendampingi, kita gak mungkin satu anak satu guru disitu (PIK) disini
(Yayasan Asih Budi) kan gak mungkin kita kurang tenaga guru, dan yang
jadi kendala juga selain itu kurang nya peran serta orang tua juga turut
menjadi kendala, jadi saat anak latihan di dunia industri orang tua perlu
mendampingi kita kan gak mungkin karna kita kurang tenaga gitu.”100
Berdasarkan hal yang telah dikemukakan oleh ibu Ulfa diatas maka dapat
dikatakan bahwa dari segi indikator ketersediaan, mitra kerjasama pada pelatihan
keterampilan menjahit Yayasan Asih Budi Jakarta Timur belum memenuhi
indikator ketersediaan, karena tidak adanya mitra kerja sama dan kurangnya peran
aktif orang tua yang padahal sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan praktek
kerja lapangan peserta pelatihan tidak ada. hal ini juga seperti yang dikemukakan
oleh ibu Ulfa:
“...orang tua itu, mereka taunya ngasih duit dan beres, padahal kita
bukan seperti itu maunya, kita mengharapkan peran akitf orang tua. Karna
kan anak-anak juga udah kenal kan, gak mungkin dong kita bawa orang asing
100 Hasil wawancara dengan ibu Ulfa selaku Kepala sentra Yayasan Asih Budi pada 13
Januari 2017, pukul 13.00 WIB
78
ujug-ujug datang (mengawasi mereka saat magang) nanti mereka (peserta
pelatihan) gak nyaman, karna belum terlalu kenal”101
b. Indikator Keterjangkauan
Dalam aspek indikator keterjangkauan, peneliti akan menjelaskan mengenai
aspek keterjangkauan lokasi. Pada aspek keterjangkauan lokasi, akan menjelaskan
seberapa mudah akses lokasi dalam masyarkat menuju lembaga penyelenggara.
Lokasi Yayasan Asih Budi Jakarta Timur yang berada di Jl. Pendidikan RT 012/02
Duren Sawit, Jakarta Timur dapat dikatakan sangat mudah, karena lokasinya yang
berada di pinggir jalan sehingga dapat mudah ditemukan. Terdapat banyak pilihan
transportasi yang dapat digunakan untuk mencapai lokasi pelatihan. Seperti ada
peserta yang mengunakan ojek online, angkutan umum kota, berjalan kaki, maupun
dijemput kendaraan pribadi.102
Berdasarkan hal tersebut jika dinilai dari indikator keterjangkauan lokasi
tempat pelatihan keterampilan menjahit di Yayasan Asih Budi telah memenuhi
indikator keterjangkauan karna akses lokasi yang mudah dicapai. Adapun media
transportasi yang digunakan oleh peserta menuju tempat pelatihan, seperti yang
diungkapkan oleh ibu Selly selaku instruktur pelatihan sebagai berikut:
“kalo anak-anak (jika pulang), biasanya naik ojek online, naik angkot,
ada juga yang jalan kaki, kalo yang jalan kaki biasanya yang rumahnya
deket, ada juga yang di jemput” 103
101 Hasil wawancara dengan ibu Ulfa selaku Kepala sentra Yayasan Asih Budi pada 13
Januari 2017, pukul 13.00 WIB 102 Hasil observasi 8 februari 2017 103 Hasil wawancara dengan ibu Ulfa selaku Kepala sentra Yayasan Asih Budi pada 23
januari 2017 pukul 13.00 WIB
79
c. Indikator relevansi
Indikator relevansi, adapun yang akan dibahas dalam indikator ini adalah
teknologi yang digunakan dan layanan yang diberikan oleh lembaga kepada peserta
pelatihan apakah tepatguna atau tidak, dalam menunjang proses pelaksanaan
kegiatan pelatihan keterampilan menjahit.
Adapun teknologi yang digunakan oleh yayasan Asih Budi dalam
peklaksanaan kegiatan pelatihan keterampilan menjahit, seperti alat mesin jahit
yang digunakan peserta adalah mesin jahit biasa bukan mesin jahit industri.104
Adapun perbedaannya adalah mesin jahit industri lebih cepat dari mesin jahit biasa.
Hal ini agar menjaga keselamatan peserta dan untuk menyesuaikan dengan
kebutuhan peserta pelatihan. Seperti yang dikemukakan oleh ibu Ulfa, sebagai
berikut:
”Kita memakai mesin tetapi tidak yang high speed, tidak mesin jahit
yang industri kita pake yang biasa, karna kan kalo yang industri kan dreet,
dreet, (memeregakan menjahit, lebih cepat). Tidak pakai mesin jahit yang
cepet itu, apa kita yang terlalu protek, karna kalo itu (ada apa-apa) kan kita
yang itu (tanggung jawab)....”105
Jika dilihat dari indikator relevansi maka sudah memenuhi karena tepatnya
teknologi yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan, yang dimana
mesin jahit yang digunakan merupakan mesin jahit biasa bukan mesin jahit industri
yang cepat.106 Penggunaan mesin jahit biasa ini bertujuan agar lebih memudahkan
dan memberi keamanan yang lebih bagi peserta pelatihan.
104 Hasil observasi di yayasan Asih Budi 105 Hasil wawancara dengan ibu Ulfa 23 januari 2017 106 Hasil obeservasi 18 januari 2017
80
d. Indikator efisiensi
Dalam indikator efisiensi akan dibahas mengenai sumber daya dan aktivitas
pelaksanaan pelatihan dalam mencapai tujuan apakah sudah tepat guna atau belum,
dan akan dilihat apakah tujuan dan sumber daya yang sudah tepat dengan apa yang
dibutuhkan peserta.
A. Tujuan
sebelum membahas mengenai sumber daya peneliti akan membahas
mengenai yang menjadi tujuan, adapun yang menjadi tujuan ini akan dibagi
menjadi 2, tujuan program, dan tujuan dari pelaksanaan program pelatihan
keterampilan menjahit, sebagai berikut:
a. Tujuan Program
Tujuan diadakannya pelatihan keterampilan menjahit bagi penyandang
disabilitas intelektual di Yayasan Asih Budi Jakarta Timur adalah diharapkan
seterlah mengikuti pelatihan peserta dapat menjadi tenaga kerja, atau tenaga kerja
terlindung di kelompok usaha bersama (KUB), maupun wirausaha. Hal ini seperti
yang disampaikan oleh Bapak Supardi selaku kepala bidang Pendidikan di Yayasan
Asih Budi sebagai berikut:
“...membekali diri mereka dengan keterampilan vokasional yang
diharapkan untuk dapat hidup madiri dengan masyarakat yang inklusif jadi
kita hanya mendampingi memfasilitasi untuk agar anak dapat tumbuh
berkembang dengan yang terkait apakah dia akan berkerja baik di dunia
usaha maupun industri swasta, atau mereka akan bekerja melalui kelompok
unit usaha bersama...”107
107 Hasil wawancara dengan Bapak Supardi Yayasan Asih Budi pada 7 Desember 2016,
pukul 11.00 WIB
81
b. Tujuan Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan Menjahit
Dalam tujuan pelatihan keterampilan menjahit ini mengasah kemampuan
peserta pelatihan di bidang pelatiahan keterampilan menjahit, seperti yang akan
diungkapkan oleh instruktur dan ibu Ulfa selaku kepala sentra yayasan Asih Budi,
sebagai berikut:
Menurut Ibu Ulfa, tujuan dari pelaksanaan pelatihan keterampilan menjahit
ini adalah, sebagai berikut:
“misalnya yang sudah bisa menjahit jadi lebih bisa lagi, yang belum
bisa misal seperti menggunting jadi bisa. Yang sebelumnya perlu dibantu
jadi gak perlu dibantu, misalnya sehari belum jadi (karya jahitnya)
sekarang udah jadi.”108
Selain itu menurut ibu Selly Dan ibu Indah selaku instruktur pelatihan
keterampilan menjahit antara lain:
Ibu Selly : “untuk menjahit ini, kita menjadikan anak supaya bisa
menjahit walaupun beberapa anak masih ada yang cuma dasar-dasar aja.
Kalo yang sudah bisa mengkiuti misal mereka kalo buat sarung bantal
seminggu atau dua minggu, kita asah terus mereka biar bisa lebih cepet
gitu misal berapa hari gitu sehari misal, gituu.. Selain itu juga, kita gak
ngajarin jahit-jahit aja. enggak, kita juga ajarin mereka gimana merawat
lingkungan kerja mereka, disiplin, kita juga kasih motivasi-motivasi ke
anak-anak”109
Ibu Indah : “menjadikan anak menjahit dengan kreatif, agar anak
yang sebelumnya kurang bisa mengikuti (kegiatan pelatihan) agar lebih
bisa mengikuti (kegiatan pelatihan), dan ada anak yang sebelumnya
menjahit tidak rapi, supaya jahitnya rapi supaya mereka menjadi lebih baik,
demi masa depan mereka kedepannya”110
108 Hasil wawancara dengan ibu Ulfa selaku kepala sentra Yayasan Asih Budi pada 13
januari 2017 pukul 13.00 WIB 109 Hasil wawancara dengan ibu Selly selaku instruktur menjahit Yayasan Asih Budi pada
18 januari 2017 pukul 10.00 110 Hasil wawancara dengan ibu Indah instruktur menjahit Yayasan Asih Budi pada 8
Februari 2017pukul 13.00
82
Berdasarkan dengan yang dikemukakan diatas maka penulis menyimpulkan
bahwa pelaksanaan kegiatan pelatihan keterampilan mejahit ini adalah sebagai
wadah untuk mengembangkan potensi peserta pelatihan menjadi lebih baik dari
sebelumnya sebelum ikut pelatihan keterampilan menjahit ini. Seperti memangkas
durasi pembuatan karya jahit, mengasah kemampuan peserta pelatihan menjadi
lebih baik, dan membuat peserta pelatihan dapat mengikuti kegiatan pelatihan.
B. Sumber daya
Jika berbicara mengenai sumber daya, dalam hal ini yang sedang peneliti
teliti mengenai pelatihan keterampilan menjahit maka tidak lepas dari sumber daya
pengajar yang terdapat di Yayasan Asih Budi. Seperti yang telah dikatakan
sebelumnya bahwa instruktur pelatihan keterampilan menjahit di Yayasan Asih
Budi terdapat 2 orang, yang dimana keduanya merupakan lulusan S1 Tata Busana,
seperti yang dikemukakan ibu Selly dan Ibu Indah:
Ibu Selly: “...saya kan dari (lulusan) tata busana”111
Ibu Indah: “dari (lulusan) tatabusana”112
Dengan kata lain, tenaga pengajar yang disiapkan oleh lembaga telah sesuai
dan tepat guna, maka dalam sumber daya tenaga pengajar yayasan Asih Budi telah
memenuhi indikator efisiensi karena instruktur yang ada sudah ahli pada bidangnya
yang dalam hal ini menjahit.
111 Hasil wawancara dengan ibu Selly selaku instruktur menjahit Yayasan Asih Budi pada
18 Januari 10.00 WIB 112Hasil wawancara dengan ibu Indah selaku instruktur menjahit Yayasan Asih Budi pada
8 Februari 2017 pukul 13.00
83
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan mengenai evaluasi
impelementasi pelatihan keterampilan menjahit bagi penyandang tunagrahita di
yayasan Asih Budi Jakarta Timur, melalui wawancara observasi dan studi
dokumentasi maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan keterampilan menjahit bagi
penyandang tungrahita di yayasan Asih Budi Jakarta Timur, berbeda
dengan pelatihan-pelatihan dengan orang reguler pada umumnya yang
biasanya dilakukan selama 6 bulan, pelatihan kepada tunagrahita di
yayasan Asih Budi dilakukan selama 3 tahun dalam seminggu 5 hari
pertemuan kecuali hari libur. Adapun perbedaan penyerapan informasi
tungrahita kategori ringan dan sedang biasanya tunagrahita kategori
ringan dalam setahun sudah bisa menjahit cukup baik sedangkan
tunagrahita kategori sedang butuh lebih dari dua tahun dan itu pun
belum tentu lancar. Perbedaan yang mecolok dari tungrahita adalah dari
segi lamanya waktu pembuatan karya jahit yang jauh lebih lama dari
orang pada umumnya, namun hasil karya yang dihasilkan tidak berbeda
jauh dan cukup baik kualitasnya.
2. Hasil evaluasi berdasarkan indikator evaluasi dapat dilihat pada hal 70
terdapat indikator ketersedian, relevansi, efisiensi, dan keterjangkauan.
84
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam
indikator ketersediaan yang mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana, kehadiran peserta dan instruktur pelatihan dan kemitraan
lembaga. Maka dapat disimpulkan bahwa dari segi sarana dan prasarana
belum terpenuhi karena mesin jahit yang tersedia lebih sedikit
dibandingkan jumlah peserta yang ada, dari segi kehadiran instruktur
dan peserta sudah cukup terpenuhi sedangkan dari segi kemitraan belum
terpenuhi karena tidak ada kerjasama lembaga dengan pihak ketiga.
Indikator evaluasi keterjangkaun lokasi yayasan Asih Budi sangat baik
karna mudah dijangkau, dalam indikator relevansi mesin jahit tipe biasa
yang digunakan sudah sesuai dengan kemampuan peserta, dan dalam
segi indikator efisiensi sumberdaya tenaga pengajar pelatihan
keterampilan menjahit yang ada di yayasan Asih Budi terdapat dua
instrukutur yang sudah sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan maka
dari segi indikator efisiensi sudah terpenuhi.
B. SARAN
Saran untuk lembaga
1. Diperlukan pertambahan sarana seperti mesin jahit, sehingga setiap peserta
dapat menggunakan mesin jahit dalam waktu yang sama.
2. Diperlukan kerjasama antara pelatihan keterampilan menjahit yayasan
Asih Budi dengan pihak ketiga seperti perusahaan-perusahaan agar praktek
dilapangan dapat dilakukan dengan baik.
85
3. Diperlukan kerjasama peran aktif dengan orang tua peserta pelatihan,
diharapkan orang tua dari peserta dapat membantu peserta pelatihan dalam
proses pelatihan, dan juga praktek kerja.
86
DAFTAR PUSTAKA
A. SUMBER BUKU
Adi, Rukminto, Isbandi. Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat
Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat Edisi Revisi 2012.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. cet 2. 2013.
Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta: Departemen Agama RI. 2003.
Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan. Yogyakarta: Bina
Aksara. 1998.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. 2008.
Cordoso, Gomes, Faustino, Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Andi Offest. 1995.
Departemen Pendidikan Nasional. Konsep pengembangan model integrasi
kurikulum pendidikan kecakapan hidup. badan penelitian dan
pengembangan pusat kurikulim. 2007.
Gie, The Liang, dan Sutarto. Pengertian Kedudukan dan Perincian Ilmu
Administrasi. Yogyakarta: Karya Kencana, 1997.
Gulo, W, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo, 2002.
Hamalik, Oemar. Manajemen Pelatihan Ketengakerjaan, Pendekatan
Terpadu: Pengembangan SDM .Jakarta: Bumi Aksara. 2005.
Hamalik, Oemar. Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen
Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta: Bumi
Aksara. 2005.
Irawan, Elly. Dkk. Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Universitas Terbuka.
1995.
Kaswan. Pelatihan dan Pengembangan Untuk Meningkatkan Kinerja SDM.
Bandung: Alfabeta. 2011.
Makmur, Syarif. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Dan Efektivitas
Organisasi: Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Jakarta: PT
Raja Grafindo. 2008.
Moleong, Lexy J. Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2007.
87
Munzayanah, Tunagrahita. Surakarta: Depdikbud. 2000.
Nafis, Farida, Yusuf, Tayib. Evaluasi Program dan Intrumen Evaluasi untuk
Program pendidikan dan Penelitian.. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.
Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan, (life skills) Pendidikan Luar
Sekolah. Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemerintah
Departemen Pendidikan Nasional. 2003.
Rafi’I, Suryatna. Teknik Evaluasi. Bandung; Angkasa, 1988. Cet. Ke-10
Sudjana,H,D. Manajemen Program Pendidikan Luar Sekolah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production,
2000.
Sugiyono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. 2013.
Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarkat. Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosisal dan Pekerja Sosial.
Bandung: PT. Refika Aditama, cet 1. 2005.
Sutjihati,T. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.2006.
Tampubolon, Mangastas, perguruan tinggi Bermutu, Paragdigma Baru
Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan abad Ke-21.
Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. 2001.
Tjokromidjojo, Bintoro, Teori Strategi Pembangunan Nasional. Jakarta: PT
Gunung Agung. 2000.
Usman, Nurdin. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2002.
B. SUMBER SKRIPSI
Minarti.Pemberdayaan Perempuan Melalui Program Keterampilan Menjahit
oleh Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera Di Bulak Timur
Depok. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas
Islam Negeri Jakarta. 2014.
Septhian, Pinasti. Evaluasi Program Bimbingan Keterampilan Menjahit Untuk
Anak Putus Sekolah di Panti Sosisal Bina Remaja Bambu Apus
Jakarta Timur. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Jakarta. 2014.
88
C. SUMBER JURNAL
Dewi, Utami, “Implementasi Kebijakan Kuota Bagi Penyandang Disabilitas
Untuk Mendapatkan Pekerjaan Di Kota Yogyakarta,” Jurnal Kajian
Ilmu Administrasi Negara. 2015.
Meyers, Shelly, Life Skills Training Through Situated Learning Experiences:
An Alternative Intructional Model, New Jersey: Richard Stockton
College of New Jersey.
D. WEBSITE
Tula, J, Jerry , “Pelayanan Penyandang Disabilitas Dalam Menggunakan
Berbagai Sarana Aksebilitas” artikel diakses pada 31 Agustus 2016
darihttp://www.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&s
id=18765
Artikel diakses pada 1 September 2016 dari http://www.indonesia-
investments.com/id/budaya/penduduk/item67
Artikel diakses pada 31 Agustus 2016 dari
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt573571e451dfb/node/
534/undang-undang-nomor-8-tahun-2016
E. HASIL WAWANCARA
Wawancara pribadi dengan bapak Supardi selaku bidang pendididkan di
Yayasan Asih Budi Jakarta Timur, Jakarta 7 Desember 2016
Wawancara pribadi Ibu Ulfa selaku kepala pelatihan di Yayasan Asih Budi
Jakarta Timur, Jakarta 23 Januari 2017
Wawancara pribadi dengan Ibu Selly selaku instruktur pelatihan keterampilan
menjahit di Yayasan Asih Budi Jakarta Timur, Jakarta 18 Januari
2017
Wawancara pribadi dengan Ibu Indah selaku instruktur pelatihan keterampilan
menjahit di Yayasan Asih Budi Jakarta Timur, Jakarta 8 Februari
2017
Wawancara pribadi dengan Ichbal peserta pelatihan keterampilan menjahit di
Yayasan Asih Budi Jakarta Timur, Jakarta 8 Februari 2017
89
Wawancara pribadi dengan Maya peserta pelatihan keterampilan menjahit di
Yayasan Asih Budi Jakarta Timur, Jakarta 8 Februari 2017
Wawancara pribadi dengan Ivan peserta pelatihan keterampilan menjahit di
Yayasan Asih Budi Jakarta Timur, Jakarta 8 Februari 2017
Wawancara pribadi dengan Zulfina peserta pelatihan keterampilan menjahit di
Yayasan Asih Budi Jakarta Timur, Jakarta 8 Februari 2017
F. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan kegiatan pelatihan keterampilan menjahit di yayasan Asih
Budi Jakarta Timur 18 Januari 2017
Hasil pengamatan kegiatan pelatihan keterampilan menjahit di yayasan Asih
Budi Jakarta Timur 23 Januari 2017
Hasil pengamatan kegiatan pelatihan keterampilan menjahit di yayasan Asih
Budi Jakarta Timur 8 Februari 2017
Hasil pengamatan kegiatan pelatihan keterampilan menjahit di yayasan Asih
Budi Jakarta Timur 26 April 2017
G. SUMBER LAIN
Brosur Yayasan Asih Budi Jakarta Timur
Arsip dokumen Yayasan Asih Budi Jakarta Timur
Pedoman Sentra pemberdayaan sosial dan vokasional
Pedoman Observasi
Observasi adalah pengamatan yang akan dilakukan oleh peneliti dalam
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
Adapun aspek yang diamati oleh peneliti antara lain:
1. Ruang pelatihan keterampilan menjahit.
2. Proses kegiatan pelatihan keterampilan menjahit.
3. Suasana pelatihan keterampilan menjahit.
4. Siapa saja yang berperan dalam proses pelatihan keterampilan
menjahit.
5. Sarana dan prasarana.
6. Proses pembuatan hasil karya di keterampilan menjahit.
Pedoman Wawancara
EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN
KETERAMPILAN MENJAHIT BAGI PENYANDANG TUNAGRAHITA
DI YAYASAN ASIH BUDI JAKARTA TIMUR
Informan: Kepala Pelatihan Yayasan Asih Budi
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara :
2. Hari, Tanggal Wawancara :
3. Waktu Wawancara :
B. Identitas
1. Nama :
2. Pekerjaan :
3. Jenjang Pendidikan :
C. Isi Wawancara :
1. Apa latar belakang program pelatihan keterampilan menjahit?
2. Apa saja kriteria yang diperlukan dalam perekrutan tenaga
pengajar/pelatih?
3. Apa saja kriteria pada calon peserta agar bisa ikut pelatihan
keterampilan di Yayasan Asih Budi?
4. Program keterampilan apa saja yang ada di Yayasan Asih Budi ini?
5. Apakah dalam pelaksanaanya bekerja sama dengan pihak lain?
6. Bagaimana pelaksanaan pelatihan keterampilan menjahit di Yayasan
Asih Budi ini?
7. Bagaimana proses penjualan dari hasil karya keterampilan menjahit?
8. Apa terdapat pembagian hasil dari hasil penjualan tersebut?
9. Bagaimana pendapat anda mengenai kinerja instruktur pelatihan
keterampilan menjahit saat ini?
10. Berapa lama kegiatan pelatihan berlangsung?
11. Apakah tujuan dari pelaksanaan pelatihan keterampilan menjahit ini?
Pedoman Wawancara
EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN
KETERAMPILAN MENJAHIT BAGI PENYANDANG TUNAGRAHITA
DI YAYASAN ASIH BUDI JAKARTA TIMUR
Informan: Pelatih atau instruktur menjahit
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara :
2. Hari, Tanggal Wawancara :
3. Waktu Wawancara :
B. Identitas
1. Nama :
2. Pekerjaan :
3. Jenjang Pendidikan :
C. Isi Wawancara
1. Sudah berapa lama anda menjadi instruktur di Yayasan Asih Budi?
2. Apa saja materi pelatihan yang anda berikan?
3. Berapa lama kegiatan pelatihan keterampilan ini berlangsung?
4. Apa saja karya yang dihasilkan dari pelatihan keterampilan menjahit
ini?
5. Berapa lama waktu yang diperlukan peserta dalam membuat karya
jahit?
6. Apa metode yang dilakukan dalam pelaksanaan pelatihan ini?
7. apa kendala anda dalam pelaksanaan program pelatihan ini?
8. Apakah sarana dan prasarana sudah memadai?
9. Menurut bagaimana kemauan peserta dalam kegiatan pelatihan?
10. Bagaimana penjualan dari karya jahit yang dihasilkan?
11. Apakah ada pembagian terhadap peserta pelatihan dari hasil penjualan
karya jahit tersebut?
12. Apa tujuan dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan menjahit ini?
13. Apakah terdapat kerja sama dengan pihak lain pada keterampilan
menjahit ini?
14. Apa saran anda kepada program keterampilan ini?
Pedoman Wawancara
EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN
KETERAMPILAN MENJAHIT BAGI PENYANDANG TUNAGRAHITA
DI YAYASAN ASIH BUDI JAKARTA TIMUR
Informan: Peserta pelatihan
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara :
2. Hari, Tanggal Wawancara :
3. Waktu Wawancara :
B. Identitas
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenjang Pendidikan :
C. Isi Wawancara
1. Kenapa memilih keterampilan menjahit?
2. Apa saja materi yang diberikan?
3. Apakah anda nyaman selama mengikuti pelatihan?
4. Hasil karya apa saja yang sudah dibuat?
5. Apakah ada kendala selama pelatihan menjahit?
6. Apa yang anda lakukan setelah lulus?
Transkip Wawancara
EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN
KETERAMPILAN MENJAHIT BAGI PENYANDANG TUNAGRAHITA
DI YAYASAN ASIH BUDI JAKARTA TIMUR
Informan: Bidang Pendidikan Yayasan Asih Budi
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : Ruang bidang pendidikan Asih
Budi
2. Hari, Tanggal Wawancara : Rabu, 7 Desember 2016
3. Waktu Wawancara : 11.00 WIB
B. Identitas
1. Nama : Bapak Supardi
2. Jenis kelamin : laki-laki
3. Jenjang Pendidikan : S2
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
1. Bagaimana latar belakang
pelatihanyayasan Asih Budi?
jika kita bicara sentra di asih budi
adalah spsv, dan program nya selama
3 tahun di akomodir dan di fasilitasi
dan operasional dibantu oleh kemsos.
Sebelum asih budi memiliki sentra
asih budi sudah memiliki program
kerja ULAKA namanya itu sebelum
sentra lahir, jadi kita sudah beberapa
tahun yang lalu. Karna ULAKA itu
kan setelah SMA LB pada saat itu
pemerintah dan juga DIKTI belum
mengakomodir. Nah, ULAKA di Asih budi itu jauh tahun 2009 kalau tidak
salah karna saya juga baru 3 tahun di
Asih Budi. Tapi dalam pembinaan
saya sudah 15 tahun. Namun setelah
saya pensiun, saya direkrut dibidang
pendidikan dan pelatihan diantaranya
ya meningkatkan kompetensi SDM
yang ada. saya sudah mandiri karna
semenjak saya menjadi pengawas
sekolah sejakarta timur dan sekolah
inklusi, barangkali adek pernah
denger. Kemarin kami ada seminar di
Senayan si kementrian sana walau pun
saya sudah diluar sisitem
pemerintahan, namun dalam NGO
saya masih dianggap Internasional
jadi saya di undang kesana gitu ya
haha dan masih datang2 juga kalo
diundang. Artinya apa saya sudah
terbiasa dengan tugas mandiri tanpa
ada yang menyuruh pun saya sudah
tahu apa yang dibutuh kan oleh SDM-
SDM saya. nah, terkait unit latihan
kerja sebelum tahun 2009 sebelum
ada sentra ini kami memang sudah
memulainya tapi mengakomodir.
Karna jika setelah SMA LB ini
dilepas, dikembalikan ke orang tua,
nanti keterampilan yang sudah
dimiliki akan cenderung hilang. Yang
ingat jadi lupa karna kan anak yang
seperti itu (tunagrahita) cirinya kan
mudah lupa. Kita yang mengklaim
diri kita normal saja kan kadang suka
lupa betul ga ya kan.
asih budi oleh kemendikbud
(kementrian pendidikan dan
kebudayaan) dirujuk atau dalam
bahasanya (biasa disebut) amanah,
dipercaya sebagai sekolah pengimbas
terkait degan adanya ulaka atau
sentra. Beberapa sekolah baik dari
jakarta maupun luar jakarta sering
berkunjung melakukan studi banding.
Membanding-badingkan seperti
apasih yang dilakukan oleh sentra
atau oleh ulaka. Mereka melihat
perencanaan apa saja yang akan
diberikan, bagaimana pelaksanaan
bagaimana fungsi controling dan
evaluasi misalnya seperti itu, untuk
lebih jelasnya bisa ke Ibu Ulfa.
Terakhir itu dari bali sudah, dari
kalimantan selatan kalimantan timur.
Kepala sekolah dan gurunya kami
share diruangan ini.
Yayasan Asih Budi juga mendapat
kepercayaan sebagai pusat sumber
pendidikan inklusi karna asih budi
mengmban 3 tugas yang pertama
secara swadaya dan swakarsa asih
budi secara konvensional adalah yang
menangani APDI (Anak Penyandang
Disabilitas Intelektual) yang awalnya
ringan namun seiring perkembangan
jaman sehingga ada yang sedang.
Kedua asih budi adalah sebagi sumber
pendidikan inklusi tadi. Kemudian
yang ketiga asih budi sebagai sekolah
pengimbas. Peran sebagai pengimbas
konsentrasinya di sentra atau di unit
latihan kerja, bukan yang di formal
SD SMP SMA itu.
2. Bagaimana dalam perekrutan
tenaga pengajar disini?
kompetensi pendidik, harus
memenuhi kriteria salah satunya
adalah kualifikasi pendidikan latar
belakang pendidikan itu memang
yang di utamakan. Saya bicara
konseptual ya bukan realita kalau
untuk yang mengajar SLB
seyogyanya yang lulusan S1 PLB, lalu
bagaimana di luar PLB tapi memiliki
kemauan dan motivasinya tinggi
untuk membantu anak seperti itu?
Boleh kalau kompetensi atau hardskill
nya nanti bisa saya cas saya latih
melalui workshop dan segala macam.
Terkait dengan perekrutan tenaga
guru kami ingin yang mau, tapi kalau
secara profesional yaitu kualifikasinya
yang relevan dulu. Misal seperti tata
busana dari lulusan busana dan yang
sablon percetakan dari lulusan seni
lukis
3. Program keterampilan apa saja
yang ada di Yayasan Asih
Budi ini?
di asih budi terdapat 4 peminatan
yaitu kerennya atau bahasanya tata
boga tentang memasak gitu ya, yang
kedua ada tata busana tentang jahit
menjahit, kemudian adalagi sablon
dan percetakan, yang keempat yang
baru yang sedang dikembangkan tata
graha ya istilahnya bahasa jawanya
adalah house keeping atau apalah.
Yang dimana nanti berdasarkan hasil
asessement guru itu sendiri.
4. Dalam perkrutan peserta
apakah tebatas dari lulusan
SMALB Asih budi saja?
Dalam penerimaan peserta ulaka asih
budi tidak hanya yang dari SMALB
Asih Budi ada yang dari luar asih
budi. kami menerima (peserta calon
pelatihan) seluruh indonesia. Jika
mereka sudah mendapatkan akses
terkait dengan disabilitasnya dia kan
gak ada masalah. Itu memang
pemahaman temen-temen diluar, saya
memahami itu namun itu perlu
diminimalisir. Kami sedang
meminimalisir hal-hal seperti itu yang
pertama dari orang tuanya, misalnya
mereka beranggapan mereka (ank
tunagrahita) tidak bisa apa-apa harus
dirubah menjadi apa yang bisa saya
kembangkan. Harus dirubah seperti
itu, paradigma yang seperti itu.
Tujuan dengan adanya pelatihan
keterampilan di yayasan asih budi?
memberikan kesempatan yang sama
dengan yang lain, jika merujuk pada
uu ini disabilitas terdapat 22 hak salah
satunya pendidikan. bagi mereka yang
menangani disabilitas intelektual,
karena mereka tidak bisa berkompetisi
secara intelektual seperti anak pada
umunya. Mereka perlu disiapkan dan
membekali diri mereka dengan
keterampilan vokasional yang
diharapkan untuk dapat “hidup madiri
dengan masyarakat yang inklusif” jadi
kita hanya mendampingi
memfasilitasi untuk agar anak dapat
tumbuh berkembang dengan yang
terkait apakah dia akan berkerja baik
di dunia usaha maupun industri
swasta, atau mereka akan bekerja
melalui kelompok unit usaha bersama.
Artinya seperti tadi berikanlah mereka
kesempatan, yang jika sentra ini
berhasil seperti harapan kemsos saya
yakin kemsos akan membuka sentra-
sentra lain didaerah.
Transkip Wawancara
EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN
KETERAMPILAN MENJAHIT BAGI PENYANDANG TUNAGRAHITA
DI YAYASAN ASIH BUDI JAKARTA TIMUR
Informan: kepala sentra yayasan asih budi
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : Ruang Tata Usaha
2. Hari, Tanggal Wawancara : Senin, 23 Januari 2017
3. Waktu Wawancara : 13.00 WIB
B. Identitas
1. Nama : Ibu Ulfa
2. Jenis kelamin : Kepala sentra
3. Jenjang Pendidikan : S1
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
1. Apa latar belakang adanya
pelatihan keterampilan menjahit
di yayasan asih budi?
Kalo untuk pelatihan di Asih Budi ini
udah cukup lama. Hasil diskusi dari
orang tua murid, ada yang dari yang
universitas juga, orang dari yayasan
juga.
2. Apa saja kriteria yang diperlukan
dalam perekrutan tenaga
pengajar/pelatih?
Kita cari yang mau, kebetulan kan
tenaga pengajar (pelatihan jahit) yang
sekarang ini kan sudah sesuai dengan
bidangnya.
3. Apa saja kriteria pada calon
peserta agar bisa ikut pelatihan
keterampilan di Yayasan Asih
Budi?
Iya ada di buku pedoman nanti saya
kasih, salah satunya yang paling
penting itu seperti bisa komunikasi,
kan kalo gak bisa komunikasi gimana
ngajarinnya sulit ya kan, nah sebelum
masuk kesini juga harus ada surat dari
psikolog, dari situ kita bisa tau anak
ini tunagrahita ringan atau sedang.
yang (kategori) sedang juga bisa
menjahit, Cuma yang (berkategori)
ringan lebih bisa aja. Kita pake mesin
jahit manual tapi pake dinamo pake
listrik juga, tapi yang dinamo itu tidak
secepat yang high speed.
4. Apa saja keterampilan yang ada
di yayasan asih budi ini?
Disini kita ada tata boga, house
keeping, jahit, dan sablon dan
percetakan.
5. Apakah dalam pelaksanaannya
bekerja sama dengan pihak lain?
Ada Rumah kampus bekerja sama
dengan IPB jurusan perikanaan dan
olah pangan. Cuma rumah kampus
bukan dari anak tunagrahita, soliner
(diatas tunagrahita, IQ diatas 75) asih
budi diatas 70 kebawah. Disana lebih
pandai berhitung, peternakan lele,
membuat cocktail, dan bikin sosis,
dirumah kampus tetapi kampus nya di
IPB, (diploma IPB), terdapat program
KKN pada orang soliner.
Dalam house keeping kita bekerja
sama dengan hotel sahid. Dalam
keterampilan menjahit belum ada
perusahaan yang bekerja sama. Pernah
bekerja sama di PIK (Perkampungan
Industri Kecil) namun tidak terealisasi
tidak berlanjut di pusat industri kecil
yang pengilingan pernah anak latihan
disitu ditempat membuat tas, yang
menjadi kendala guru perlu
mendampingi, kita gak mungkin satu
anak satu guru disitu disini kan gak
mungkin kita kurang tenaga guru, dan
yang jadi kendala juga selain itu
kurang nya peran serta orang tua juga
turut menjadi kendala, jadi saat anak
latihan di dunia industri orang tua
perlu mendampingi kita kan gak
mungkin karna kita kurang tenaga
gitu. Kita kan hanya ada dua jahit,
keterampilan boga merangkap, sablon
merangkap juga jadi itu kendala kita
itu tenaga keterampilan. orang tua itu,
mereka taunya ngasih duit dan beres,
padahal kita bukan seperti itu maunya,
kita mengharapkan peran akitf orang
tua. Karna kan anak-anak juga udah
kenal kan, gak mungkin dong kita
bawa orang asing ujug-ujug datang
(mengawasi mereka saat magang)
nanti mereka (peserta pelatihan) gak
nyaman, karna belum terlalu kenal
Kita sedang coba mencari guru
keterampilan, kita kan mau guru yang
stay disini tapi karna kondisi
keuangan kita tidak bisa menggaji
sesuai harapan mereka, jadi seminggu
kita hanya 2 hari, kalo yang jahit itu
ada, kalo sablon selasa kamis, yang
boga kita lagi minta ke asosiasi boga,
kalo housekeeping itu kan gurunya
dari hotel sahid.
6. Bagaimana pelaksanaan pelatihan
keterampilan menjahit di
Yayasan Asih Budi ini?
iya kita memang liat dulu, anak ini
maunya dimana, bagusnya atau
potensinya dimana misal di jahit kah?
Tata boga? Atau yang lain-lain. Kalo
disini /kan rata-rata yang ikut
pelatihan, dari anak sini (lulusan
SMALB yayasan Asih Budi) juga,
dari sana mereka kan kelihatan (minat
dari semenjak SMALB) tuh. Sesudah
masuk kita bagi lagi, kan kalo
ditempat lain itu kan ada terampil dan
mahir lain-lain, kalo kita ada penilaian
seperti baik, emm.. cukup baik, dan
amat baik. Kalo baik itu masih dasar
gunting pola, jelujur pokoknya masih
yang dasar-dasar. Kalo yang cukup
baik itu bisa mengikuti seluruh
kegiatan tapi lama, kalo yang amat
baik itu bisa mengikuti seluruh
kegiatan dan lebih cepet. Tapi
cepetnya disini jangan disamain loh
ya sama kemampuan (orang-orang)
pada umumnya. Untuk
pelaksanaannya, kita teori sambil
praktek, teori-teori seperti pengenalan
bahan dan langsung dipraktekan karna
kalo tidak begitu mereka bosen. jadi
langsung di praktekan. Lagi pula kan
kalo tidak begitu nanti lupa, percuma
membuang waktu. Kita memakai
mesin tetapi tidak yang high speed,
tidak mesin jahit yang industri kita
pake yang biasa, karna kan kalo yang
industri kan dreet, dreet,
(memeregakan menjahit, lebih cepat).
Tidak pakai mesin jahit yang cepet
itu, apa kita yang terlalu protek, karna
kalo itu (ada apa-apa) kan kita yang
itu (tanggung jawab), iya begitu.
7. Bagaimana proses penjualan
barang-barang dari hasil
keterampilan ini?
Itu tergantung pesanan, bekerja sama
dengan soina, disoina ada olah raga
boci, bikin bola boci dari kayu bulet-
bulet gitu, tas nya bikin baju terus kita
sablon. Kita tulis spesial olimpic
misal Malaysia, Thailand, Vietnam.
terdapat bola bochi, kita memesan di
tukang bubut, lalu dibungkus dengan
hasil sablon, ditulis negara pemesan.
Kita kirim Melalui soina, misal ada
event diluar negeri soina memesan
souvenir dari kita. Itu dari pelatihan
keterampilan menjahit. Kita juga
sering diundang ikut-ikut pameran.
Sebenarnya untuk hasil jahit
penyandang tunagrahita secara
kualitas tidak berbeda jauh dengan
orang reguler, tetapi kalo secara
kuantitas sangat jauh, Pernah kita
dapet tantangan tiap minggu sekian
ratusan item, kita gak bisa, anak kita
gak bisa ngejar, tiap sekolah kan ada
KUB (Kelompok Usaha Bersama) nya
tuh, kita lempar kesekolah lain nih
tolong kerjakan ini kerjakan ini, saya
liat keterampilannya beda tekniknya
beda jadi hasilnya kan gak akan sama,
kalo hasilnya sama semua sama kita
bisa protek sama pemerintah ini
khusus untuk penyandang tunagrahita
misalnya dimana pun grahita kerjanya
ini. Kalah sama Vietnam dia itu udah,
obras buat kaos itu bagian
penyandang
8. Apa terdapat pembagian hasil
dari hasil penjualan tersebut?
Anak memiliki upah kerja dan
keuntungan, misal dalam sarung
bantal kursi ada 5 tahapan upahnya
500 kalo anak dapat mengerjakan 2
maka upahnya 200, jadi satu tahapan
100. Keuntungan 50 % buat si anak,
30 % pelatihnya 15 persen untuk
yayasan 15 % untuk tambahan modal.
Jadi anak dapaet upah dan keuntungan
juga. Jadi anak pasti senang kalo ada
order mereka semangat dan senang
karna ada duit nya. Tapi kalo
misalnya, ayo kerjakan ini supaya
stok banyak mereka santai, tapi kalo
order mereka semangat karna ada
uangnya
9. Bagaimana menurut anda dengan
kinerja instrukur menjahit saat
ini?
kalo untuk (instrukur) jahit kan udah
stay disini. kami sudah cukup puas
dengan kinerjanya... alhamdulillah
cukup baik kehadirannya, kemauan
untuk mengajarnya juga baik.
Makanya anak-anak juga sekarang
udah deket sama instruktur. iya
pernah (tidak hadir dua-duanya),
kalau sudah begitu saya yang
mengontrol anak-anak. Saya kasih
tugas, misal yang kemarin belum
selesai jahitnya suruh dilanjutin, kalo
yang sudah jangan ganggu yang
belum. paling saya suruh kerjain apa
yang lain gitu.
10. Berapa lama kegiatan
berlangsung?
Disini 3 tahun masa pelatihanya.
Setelah itu anak-dikasih serifikat.
Dalam sertifikat setelah lulus, kalo
sertifikat legal nya itu legalnya
lembaga jadi tingkat lembaga, kita
mau ngajuin ke DIKBUD bingung,
kita kalo bilang kursus itu kan Cuma
3-6 bulan. Sedangkan kita kan sampe
3 tahun. Kita ke Dikti, itu kan formal
sedangkan kita kan non formal jadi ini
masih pergolakan ini. Kita juga minta
ke depnaker juga kursus kan Cuma 6
bulan dengan kita 3 tahun. Setelah
kegiatan selesai anak juga ada mauj
pilihan Tenaga kerja bebas, tenaga
kerja terlindung di KUB (Kelompok
Usaha Bersama), kalo KUB kan
disini, tenaga kerja mandiri bisa kerja
di tempat lain. kalo menjadi
Kelompok usaha bersama tempat
tetep disini. Membuat kelompok 9-10
orang ditemani 1 orang non
disabilitas, yang non bisa orang luar,
bisa keluarga siapa, jadi bisa
melindungi anak ini jadi leadernya
lah. Mungkin buat anak-anak kita kita
ini lebih ke KUB ini. Anak yang
masuk dunia kerja luar kan
lingkungan beda.
11. Apakah tujuan dari pelaksanaan
pelatihan keterampilan menjahit
ini?
jika diliat dari program, program kan
menuntut harus menghasilkan anak
menjadi mandiri dan produktif. Cuma
mandiri itu kan relatif produktif itukan
relatif ya, mandiri tadinya dibantu
terus gak dibantu yakan?, relatif
pokoknya lah ya dan produktif juga
relatif misal tadinya sehari belum jadi,
sehari udah jadi. Jadi hal itu
tergantung dengan anaknya juga. Jadi
menurut kita itu, mandiri dan
produktif sesuai dengan
kemampuannya. Tidak bisa
disamakan dengan orang reguler, tetap
ada perbedaan.
Transkip Wawancara
EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN
KETERAMPILAN MENJAHIT BAGI PENYANDANG TUNAGRAHITA
DI YAYASAN ASIH BUDI JAKARTA TIMUR
Informan: Instruktur pelatihan
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : Ruang Pelatihan
2. Hari, Tanggal Wawancara : Rabu, 18 Januari 2017
3. Waktu Wawancara : 10.00 WIB
B. Identitas
1. Nama : ibu Selly
2. Pekerjaan : instrukur pelatihan menjahit
3. Jenjang Pendidikan :S1
4. Jenis kelamin : Perempuan
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
1. Sudah berapa lama anda
menjadi instruktur di Yayasan
Asih Budi
Sejak 2012
2. Apa saja materi pelatihan yang
anda berikan?
untuk awal-awal kita memang fokus
kasih pengenalan seperti bahan-bahan
pengoperasian mesin jahit gimana
cara pakai alat-alatnya jadi kita
langsung praktekin ini bahannya misal
untuk buat sarung bantal apa aja
bahan-bahannya terus kita buat, karna
kalo Cuma dijelasin aja nanti mereka
ngantuk, anak-anak soalnya gampang
bosen juga.
kalau untuk waktunya (durasi
pemberian teori) disini kan
kemampuannya beda-beda jadi kita
asah terus aja, yang udah bisa dilanjut
jadi semuanya tetep kita perhatikan.
Pada jam berapa pelatihan dimulai? Dari jam 8 sampai jam 3 sore,
sebelum mulai (latihan menjahit)
sholat dhuha dulu anak-anak, terus
istirahatnya habis zhuhur abis itu
makan-makan jam setengah duaan
baru dilanjut lagi jam sampai jam 3
sore.
Berapa lama kegiatan pelatihan
keterampilan ini berlangsung?
untuk kegiatan kita ini 3 tahun
Apa saja karya yang dihasilkan dari
pelatihan keterampilan menjahit ini?
Bantal kursi, terus tempat tisu, taplak
meja, aneka tas jinjing, alas makan,
aneka dompet.
Bagaimana metode dalam pelatihan
yang anda lakukan?
anak-anak kita bimbing sebenernya
gak berbeda jauh seperti guru, Cuma
harus sabar dalam menghadapi anak-
anak sambil saya jelasin saya juga
tunjukin gimana prakteknya langsung
ke anak-anak. Waktu saya pertama
ngajar disini saya sempet „ini saya
yang salah ngajar atau gimana‟ saya
ditenangin sama ibu Ulfa sama senior
yang lain juga untuk sabar anak-anak
emang seperti itu. Kalo sekarang sih
udah bisa menghadapi anak-anak,
makanya kita juga dalam
mengembangkan kemampuan kita,
kita juga tanya senior. Untuk yang
(tunagrahita kategori) ringan kayak
ikbal ini cepet dia setahun aja udah
bisa mengikuti, sebernernya gak
sampe setahun malah 8 bulananlah.
Bisa mengikuti disini maksudnya
udah bisa buat karya jahit hasilnya
juga lumayan rapih, sama (dengan
Ikbal) Maya juga dia kan (tunagrahita
kategori) ringan juga. Kalo yang
(tungrahita kategori) sedang ada yang
udah dari dulu sampai sekarang
menggunting pun sulit, karna mereka
ini (tungrahita kategori sedang) kalo
lagi males-malesan jahitnya gak bisa
dipaksa, jadi ya kita diemin aja,
soalnya kalo kita tegur mereka bakal
lebih berontak, nanti kalo mereka
ngerasa pengan jahit lagi baru
dilanjut, kalo yang ringan kan masih
bisa diajak kompromi ditegur masih
denger, Zulfina dia (tunagrahita
kategori) sedang tapi punya kemauan
dia itu 2 tahunan lebih lah dia sudah
bisa mengikuti. Jadi tergantung
kemauan anak-anak yang kemauannya
tinggi bisa lebih cepet
apa kendala anda dalam pelaksanaan
program pelatihan ini?
kebetulan saya kan bukan dari PLB,
saya dari teknik UNJ teknik
pendidikan tata busana tapi, tapi kan
gak belajar cara mengajar
berkebutuhan khusus ini tapi kalo
sekarang kalo sekarang sih udah bisa
udah belajar cara menghadapi anak-
anak, ada anak yang kemampuannya
bertahun-tahun tapi begitu-begitu saja.
Oleh karna itu, kita juga dalam
mengembangkan kemampuan, kita
juga nanya senior.
Kalo males mereka suruh pulang aja,
suruh pulang suruh ngepel, kita
semangatin ajalah ka biar gak males.
Biasa gitu sih anak-anak „kenapa
ngantuk? cuci muka.‟ Terus kekamar
mandi. Kadang-kadang dia yang
bilang sendiri „ngantuk bu cuci muka
dulu ya.‟ Iya cuci muka‟ Terus
mereka cuci muka. Kadang kita yang
(mengingatkan) „kenapa males banget
pulang aja kalo males‟ terus mereka
kerja lagi. Karena mereka gak betah
dirumah lebih betah disini, karna kalo
disini kan mereka ada kegiatan
Bagaimana penjualan dari karya jahit
yang dihasilkan?
Kita biasanya ikut pameran, diundang
dalam acara pameran, dari orang tua,
orang yayasan.
Berapa lama waktu yang diperlukan
peserta dalam membuat karya jahit?
Kalo jahit motif aja, motif itu kan ada
yang mudah, sedang ada yang sulit
kalo yang sedang aja. Kalo orang
yang biasa aja, misal 1 hari satu, kalo
kita bisa lebih, seminggu misalnya.
kalo yang (kategori) ringan dia lebih
cepet jahitnya, kalo yang (kategori)
sedang dia bisa juga cuma gak cepet
kayak yang ringan
Apakah ada pembagian terhadap
peserta pelatihan dari hasil penjualan
karya jahit tersebut?
Ya dari mereka untuk mereka, dilihat
dari biaya produksinya berapa hasil
produksi yang didapatnya berapa
nanti kita bagi-bagi lagi untuk mereka
lagi.
Dalam 2 tahun pertama bayar makan
sama kegiatan, tapi kalo lewat 2 tahun
bayar uang makanan aja. Uang
produksinya dari yayasan.
Tujuan pelaksanaan pelatihan? untuk menjahit ini, kita menjadikan
anak supaya bisa menjahit walaupun
beberapa anak masih ada yang cuma
dasar-dasar aja. Kalo yang sudah bisa
mengkiuti misal mereka kalo buat
sarung bantal seminggu atau dua
minggu, kita asah terus mereka biar
bisa lebih cepet gitu misal berapa hari
gitu sehari misal, gituu.. Selain itu
juga, kita gak ngajarin jahit-jahit aja.
enggak, kita juga ajarin mereka
gimana merawat lingkungan kerja
mereka, disiplin, kita juga kasih
motivasi-motivasi ke anak-anak
Apakah sarana dan prasarana sudah
memadai?
Belum, karna belum satu orang satu.
Jadi harus ganti-gantian kalau pas
ujian.
Apakah terdapat kerja sama dengan
pihak lain pada keterampilan menjahit
ini?
Untuk kerja sama dengan perusahaan-
perusahaan saat ini engga, paling kalo
SOINA ada acara gitu kita yang buat
souvenir-souvenirnya.
Apa saran anda kepada program
keterampilan ini?
Sarana ya, supaya satu orang satu,
untuk sekarang kan belum (untuk
sarana), kurang karena blm satu orang
satu. Kalo pas ujian pas jahit semua
kurang mesinnnya. Jadi harus ganti-
gantian
Transkip Wawancara
EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN
KETERAMPILAN MENJAHIT BAGI PENYANDANG TUNAGRAHITA
DI YAYASAN ASIH BUDI JAKARTA TIMUR
Informan: Instruktur pelatihan
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : pintu utama yayasan Asih Budi
2. Hari, Tanggal Wawancara : Rabu, 8 Februari 2017
3. Waktu Wawancara : 13.00 WIB
B. Identitas
1. Nama : Ibu Indah
2. Pekerjaan : instrukur menjahit
3. Jenjang Pendidikan : S1
4. Jenis kelamin : perempuan
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Sudah berapa lama anda menjadi
instruktur di Yayasan Asih Budi
4 tahun
Apa saja materi pelatihan yang anda
berikan?
Materi menjahit dipakai kertas pada
mesin menjahit, menjahit garis pada
kain blacu pada mesin, menjahit tas,
menjahit galon aqua, menjahit sarung
bantal, menjahit sarung hp. Sayakan
dari Tata Busana seperti Ibu Selly.
Berapa lama kegiatan pelatihan
keterampilan ini berlangsung?
3 tahun.
Dari jam berapakah kegiatan pelatihan
berlangsung?
Jam 08.00 pagi sampai 15.00 sore.
Apa saja karya yang dihasilkan dari
pelatihan keterampilan menjahit ini?
Sarung bantal, dompet, tas, tempat
tissu, taplak meja
Bagaimana metode anda dalam
pelaksanaan pelatihan ?
anak-anak kita bimbing sebenernya
gak berbeda jauh seperti guru, Cuma
harus sabar dalam menghadapi anak-
anak sambil saya jelasin saya juga
tunjukin gimana prakteknya langsung
ke anak-anak. Waktu saya pertama
ngajar disini saya sempet „ini saya
yang salah ngajar atau gimana‟ saya
ditenangin sama ibu Ulfa sama senior
yang lain juga untuk sabar anak-anak
emang seperti itu. Kalo sekarang sih
udah bisa menghadapi anak-anak,
makanya kita juga dalam
mengembangkan kemampuan kita,
kita juga tanya senior
apa kendala anda dalam pelaksanaan
program pelatihan ini?
Kadang-kadang anak tungrahita
kurang bisa mengikuti menjahit jadi
tidak rapi namun kadang-kadang juga
rapi (hasil jahitnya).
Kadang-kadang menjahitnya terlalu
lama kira-kira 1 minggu atau 2
minggu.
Mereka (peserta pelatihan) kadang
liar, karena mereka itu kan, tidak bisa
dimarahi karna kalau dimarahi mereka
akan lebih marah dan liar.
Bagaimana penjualan dari karya jahit
yang dihasilkan?
kita biasanya kalo ngejual hasil karya
kita, biasanya guru (SLB) disini juga
kadang beli, orang tua murid, kita
juga ikut-ikut pameran, ada juga
orderan misal dari soina
Apakah ada pembagian terhadap
peserta pelatihan dari hasil penjualan
karya jahit tersebut?
Ada pembagiannya, nah biasanya kalo
ada orderannya mereka itu semngat
jahitnya, karena mereka tau nih ada
duitnya.
Apakah terdapat kerja sama dengan
pihak lain pada keterampilan menjahit
untuk kerja sama biasanya kalo soina
ada event-event kita yang menyiapkan
ini?
souvenirnya
Tujuan pelatiahn? menjadikan anak menjahit dengan
kreatif, agar anak yang sebelumnya
kurang bisa mengikuti (kegiatan
pelatihan) agar lebih bisa mengikuti
(kegiatan pelatihan), dan ada anak
yang sebelumnya menjahit tidak rapi,
supaya jahitnya rapi supaya mereka
menjadi lebih baik, demi masa depan
mereka kedepannya
Apa saran anda kepada program
keterampilan ini?
Saya selalu mendukung anak
tunagrahita harus bisa menjahit
dengan kreatif
Saya selalu menyemangati anak
tunagrahita cepat selesai menjahit
Transkip Wawancara
EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN
KETERAMPILAN MENJAHIT BAGI PENYANDANG TUNAGRAHITA
DI YAYASAN ASIH BUDI JAKARTA TIMUR
Informan: Peserta pelatihan keterampilan menjahit
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : ruang pelatihan
2. Hari, Tanggal Wawancara : Rabu, 8 Februari 2017
3. Waktu Wawancara : 10.00 WIB
B. Identitas
1. Nama : Maya
2. Pekerjaan : peserta pelatihan
3. Jenis kelamin : perempuan
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Kenapa memilih pelatihan
keterampilan menjahit?
Suka banget belajar jahit
apa ajasih yang dikasih tau selama
belajar jahit?
Tadi dikasih tau cara jahit, bikin
modal usaha
enak gak belajar menjahit?
Seru belajar jahit, bikin bantal, tas,
sarung bantal, alas makan, sepatu
Hasil karya apa saja yang sudah
dibuat?
Bisa bikin bantal, tas, sarung bantal,
alas makan, sepatu
Apakah ada kendala selama pelatihan
menjahit?
Susah sih engga
Apa yang anda lakukan setelah lulus? Pengen usaha kecil dari jahit
Transkip Wawancara
EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN
KETERAMPILAN MENJAHIT BAGI PENYANDANG TUNAGRAHITA
DI YAYASAN ASIH BUDI JAKARTA TIMUR
Informan: Peserta pelaihan keterampilan menjahit
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : ruang pelatihan
2. Hari, Tanggal Wawancara : Rabu, 8 Februari 2017
3. Waktu Wawancara : 10.15 WIB
B. Identitas
1. Nama : Ikbal
2. Pekerjaan : peserta pelatihan
3. Jenis kelamin : laki-laki
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Kenapa memilih pelatihan
keterampilan menjahit?
maunya jahit
apa ajasih yang dikasih tau selama
belajar jahit?
dikasih tau dulu mana tempat tissu
bantal
enak gak belajar menjahit?
asik, bisa bikin bantal, tempat tissu
Hasil karya apa saja yang sudah
dibuat?
Bantal, tempat tisu
Apakah ada kendala selama pelatihan
menjahit?
kurang rapih jahitan, Pernah tali
putus, jadi masang harus pasang lagi,
tapi gak bisa paling pak Mul yang
bantuin. Tapi kalo dynamo masih bisa
benerin sendiri
Apa yang anda lakukan setelah lulus? Jadi bintang film, nyanyi gitu
Transkip Wawancara
EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN
KETERAMPILAN MENJAHIT BAGI PENYANDANG TUNAGRAHITA
DI YAYASAN ASIH BUDI JAKARTA TIMUR
Informan: peserta pelatihan keterampilan menjahit
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : ruang pelatihan
2. Hari, Tanggal Wawancara : Rabu, 8 Februari 2017
3. Waktu Wawancara : 10.25 WIB
B. Identitas
1. Nama : Zulfina
2. Pekerjaan : peserta pelatihan
3. Jenis kelamin : perempuan
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Kenapa memilih pelatihan
keterampilan menjahit?
Suka jahit
apa ajasih yang dikasih tau selama
belajar jahit?
Batal, tas
enak gak belajar menjahit?
Bagus jahitan, seneng bikin barang
bagus
Hasil karya apa saja yang sudah
dibuat?
bantal, tas
Apakah ada kendala selama pelatihan
menjahit?
Gampang batiknya bagus rapih
Apa yang anda lakukan setelah lulus? kerja toko sendiri
Transkip Wawancara
EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN
KETERAMPILAN MENJAHIT BAGI PENYANDANG TUNAGRAHITA
DI YAYASAN ASIH BUDI JAKARTA TIMUR
Informan: peserta pelatihan keterampilan menjahit
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : ruang pelatihan
2. Hari, Tanggal Wawancara : Rabu, 8 Februari 2017
3. Waktu Wawancara : 10.40 WIB
B. Identitas
1. Nama : Ivan
2. Pekerjaan : peserta pelatihan
3. Jenis kelamin : laki-laki
ivan
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Kenapa memilih pelatihan
keterampilan menjahit?
Enaknya disini (di pelatihan jahit)
apa ajasih yang dikasih tau selama
belajar jahit?
Bisa bikin sarung bantal
enak gak belajar menjahit?
Udah biasa jahit
Hasil karya apa saja yang sudah
dibuat?
sarung bantal, lagi bikin sarung bantal
kecil
Apakah ada kendala selama pelatihan
menjahit?
(jika ada kendala) Ada yang bantuin
(instruktur)
Apa yang anda lakukan setelah lulus? Kerja ditempat lain tapi masih jahit
Hasil Observasi
Rabu, 7 Desember 2016 pukul 10.00 WIB di Yayasan Asih Budi
Jakarta Timur
Pada tanggal 7 desember 2016 penulis melakukan kunjungan
lembaga dengan tujuan mendapatkan data mengenai profil lembaga
sekaligus meminta izin untuk akan memulai melakukan penelitian, lama
perjalanan peneliti untuk mencapai lembaga selama kurang lebih 1 jam
menggunakan sepeda motor. Kemudahan terkait akses menuju lembaga
cukup mudah karena pilihan yang digunakan seperti angkutan umum dan
ojek online maupun konvensional.
Pada saat peneliti sampai di lembaga sekitar jam 10.00 WIB,
peneliti bertemu dengan ibu Yani selaku kepala sekolah SLB-C yayasan
Asih Budi, ibu Yani sangat menyambut baik penulis dalam melakukan
penelitian. Setelah sebelumnya peneliti sudah meminta ijin dan diberikan
ijin oleh beliau dengan syarat menggunakan surat resmi dari kampus. Ibu
Yani memberitahu penulis jika ingin mengetahui lebih jelas mengenai
profil lembaga, maka orang yang paling tepat untuk diwawancarai adalah
pak Supardi, beliau merupakan kepala bidang pendidikan di Yayasan Asih
Budi, setelah itu peneliti di antar ibu Yani menuju ruang bapak Supardi
(Ruang Bidang Pendidikan), setelah itu peneliti melakukan wawancara
empat mata dengan bapak Supardi. Dalam wawancara peneliti dengan
bapak Supardi berlangsung sekitar 1 jam, selama penulis melakukan
wawancara dengan Bapak Supardi, beliau menjawab dengan baik
pembawaan beliau yang santai dalam proses wawancara, membuat
wawancara penulis dengan bapak Supardi berjalan dengan baik beliau
sendiri mengatakan bahwa, memang beliau hobi berbicara. Selanjutnya
atas saran dari Ibu Yani dan Bapak Supardi untuk pelatihan di yayasan
Asih Budi dengan ibu Ulfa
Setelah sholat zhuhur penulis pergi keruang TU untuk bertemu
dengan ibu Ulfa atas dasar rekomendasi bu Yani dan Bapak Supardi,
bahwa ibu Ulfa merupakan orang yang paling mengetahui mengenai
pelatihan di Yayasan Asih Budi. Namun, ibu Ulfa mengatakan bahwa
pada saat ini anak-anak akan memasuki masa libur, oleh karna itu jika
ingin melakukan penelitian maka harus menunggu anak-anak kembali
aktif untuk melakukan kegiatan mereka.
Rabu, 18 Januari 2017 pukul 09.00 WIB di Yayasan Asih Budi
Jakarta Timur
Pada hari ini penulis pergi menuju lembaga, pada jam 09.00 WIB
peneliti telah sampai di tujuan. Penelitian pada hari ini penulis bermaksud
melihat proses pembuatan hasil karya jahit dan melakukan wawancara
dengan instruktur jahit. Sebelum penulis pergi menuju tempat pelatihan
menjahit, peneliti ijin dahulu kepada ibu Ulfa, dan ibu Ulfa mengijinkan,
ibu Ulfa mengatakan bahwa akan ada rapat yang dilakukan oleh para guru,
penulis pun dipersilahkan menuju ruang jahit.Setelah mendapat ijin dari
ibu Ulfa maka penulis pergi menuju ruang pelatihan keterampilan
menjahit.
Ruang tempat pelatihan menjahit bersampingan dengan pelatihan
keterampilan sablon dan percetakan dipisahkan oleh lemari yang biasa
digunakan oleh peserta pelatihan dalam menyimpan hasil karya jahit
mereka. Pada saat penulis datang ke ruang pelatihan jahit penulis melihat
peserta pelatihan sangat serius dengan apa yang sedang mereka lakukan
sehingga tidak ada suara selain dari suara mesin jahit, maka penulis pun
berjalan menuju ibu Selly dan ibu Indah yang merupakan instruktur jahit
dan mengutarakan maksud dan tujuan penulis.
Pada saat penulis menghampiri instruktur menjahit, ibu Indah
sedang mengarahkan beberapa peserta sedangkan ibu Selly sedang
mengawasi para peserta pelatihan yang lainya. Penulis pun meminta ijin
untuk mewawancarai ibu Selly dan beliau memberikan ijin, penulis pun
dibwa ke aula yang berada didekat ruang pelatihan dan mewawancarai ibu
Selly disana. Selama proses wawancara ibu Selly dapat menjawab dengan
baik segala yang penulis ajukan.
Saat para peserta pelatihan menyadari mengira penulis adalah anak dari
ibu Ulfa “kakak anaknya bu Ulfa ya?”, yang setelah itu penulis mengetahui hal
ini terjadi karena ibu Ulfa, ibu Ulfa mengatakan bahwa agar anak-anak lebih
mudah dekat dengan penulis.
Dalam pembuatan sarung bantal untuk pembuatan pola masih dilakukan
oleh instruktur. Instrukur akan membuat sebuah pola menggunakan kapur diatas
kain yang selanjutnya akan digunting oleh peserta. Karna memang untuk
membuat pola peserta pelatihan belum mampu.
Pada saat itu salah satu peserta pelatihan Ikbal sedang mengunting pola
yang sebelumnya sudah dibuat oleh ibu Selly selaku instruktur. Seperti hasil
pengamatan penulis saat berada dilapangan, pada saat itu proses pengguntingan
tidak dilakukan di ruang praktek, karna masih tahap awal dan belum memerlukan
mesin jahit. Jadi proses penguntingan dilakukan di aula yang berada dekat dengan
ruang praktek, pada saat itu dia menggunakan tenis meja yang sedang tidak
dipakai sebagai pengganti meja.
Saat peneliti melihat proses penguntingan yang dilakukan oleh salah satu
peserta yaitu Ikbal. Ikbal merupakan penyandang tunagrahita berkategori
tunagrahita ringan, sudah 2 tahun mengikuti pelatihan keterampilan menjahit di
Yayasan Asih Budi, dia merupakan siswa yang rajin mengikuti kegiatan pelatihan
keterampilan menurut instrukur, peserta kelihatan cukup hati-hati dalam
melakukan pengguntingan pola diatas kain, dalam melakukan pengguntingan pola
sarung bantal yang berbentuk persegi empat. Peserta membutuhkan waktu yang
sekitar 7-8 menit untuk menggunting pola. Dan terlihat hasil guntingan terlihat
ada beberapa kesalahan seperti hasil guntingan yang kasar dan tidak lurus
berbentuk zig-zag masih cukup banyak terlihat, namun tidak merusak pola dasar
yang telah ditentukan sebelumnya.
Setelah mengunting kain sesuai pola Ikbal diarahkan oleh instruktur untuk
mengunting busa sesuai pola, dengan menempelkan kain yang sebelumnya
digunting ke busa menggunakan jarum. Berbeda dengan saat menggunting kain,
dalam menggunting busa peserta terlihat mudah. Sehingga proses pengguntingan
tidak memakan waktu yang lama.
Pada saat peneliti memasuki ruang praktek menjahit yang dimana menurut
peneliti ruangan ini cukup besar, terdapat meja-meja terjejer rapi, disamping
ruang praktek keterampilan menjahit terdapat pelatihan sablon dan percetakan
yang dibatasi dengan lemari dengan tinggi skitar 140cm. yang digunakan untuk
menyimpan hasil karya jahit peserta pelatihan. Diruang keterampilan menjahit
terlihat masing-masing peserta sedang sibuk dengan kegiatan menjahit mereka,
ada yang sedang menjahit motif ada yang sedang menjahit resleting sarung bantal,
dan juga terlihat ibu Indah selaku instrukur terlihat sedang memberikan
pengarahan kepada salah satu peserta di meja instrukur. Dan juga ibu Selly sedang
mengawasi kegiatan peserta yang lainnya.
Terkadang terlihat selama diruang pelatihan jahit salah satu peserta yaitu
Zulfina, Zulfina merupakan penyandang tungrahita berkategori sedang Zulfina
diantra teman-temannya dia dikenal suka mengeluh, jadi dia ini sambil menjahit
mulut juga berbicara “ia dia mah emang begitu, suka ngeracau gitu, saya juga
gak tau ngomong apa, jadi tangan sama mulut sama-sama kerja, tapi gapapa
udah pada biasa tapi jahitnya lumayan dia” ucap ibu Selly selaku instrukur. Pada
saat peneliti sedang melakukan observasi Zulfina ini terlihat meminta bantuan
instruktur karna merasa kesulitan dengan pemasangan resleting pada sarung
bantal, “ibuuuu.... ini gimana bu?” dan instruktur segera menghampiri peserta
tersebut untuk memberikan pengarahan. Terlihat peserta pun tidak segan untuk
meminta bantuan kepada instrukur, dan instrukur menanggapinya dengan baik.
Sayang sekali pada hari ini ternyata ada rapat para guru, oleh karna itu
setelah istirahat instruktur mengikuti rapat dan peserta pelatihan diminta untuk
melanjutkan tugas mereka
Senin, 23 januari 2017 Yayasan Asih Budi
Pada hari ini penulis ingin mewawancarai ibu Ulfa namun ibu Ulfa bisa
diwawancarai setelah istirahat pada jam 13.00, penulis telah sampai ditempat
pelatihan pada jam 10.00 WIB. Penulis pun mengamati proses kegiatan pelatihan
yang sedang berlangsung. Instruktur terlihat sedang sibuk mengawasi peserta
yang sedang melakukan pelatihan keterampilan menjahit. Ibu Selly mengatakan
mereka sedang menambah stock/persediaan mereka, yang akan mereka jual. Pada
saat penulis datang peserta pelatihan sedang membuat sarung bantal, ada yang
sudah selesai dan ada yang melanjutkan pekerjaan mereka yang kemarin yang
belum selesai saat peneliti datang pada 18 januari 2017, dikarenakan sabtu dan
minggu libur jadi peserta tidak melanjutkan tugas pekerjaan mereka.
Setelah istirahat jam 13.00 penulis mewawancarai ibu Ulfa selaku kepala
sentra yang menaungi pelatihan-pelatihan di Yayasan Asih Budi, selama
wawancara ibu Ulfa dengan baik menjawab pertanyaan yang penulis ajukan,
setelah penulis melakukan wawancara penulis berbicara mengenai sampel yang
yang akan penulis gunakan untuk penulis wawancara. Maka ibu Ulfa memberikan
beberapa saran kepada penulis. Untuk di wawancarai. Adapun kriteria sampel
yang penulis gunakan adalah pemilihan sampel berdasarkan dari tingkat kerajinan
kehadiran peserta dan kemampuan peserta dalam mengikuti proses kegiatan
pelatihan keterampilan menjahit dari masing-masing kategori peserta baik dari
jenis kelamin maupun kategori tungrahita ringan atau sedang.
Rabu, 8 Februari 2017 Yayasan Asih Budi
Pada tanggal 8 Februari penulis sampai di Yayasan jam 09.00 WIB
dengan tujuan ingin mewawancarai peserta pelatihan setelah sebelumnya penulis
bekonsultasi dengan ibu Ulfa, penulis juga berkonsultasi dengan bu Selly dan Ibu
Indah selaku instruktur pelatihan, setelah selesai berkonsultasi maka diambil
penulis mewawancarai peserta pelatihan. Penulis mewawancarai peserta pelatihan
yang terdiri dari 2 tunargrahita berkategori sedang dan ringan yang masing-
masing dari mereka perempuan dan laki-laki.
Terdapat perbedaan saat penulis mewawancarai tungrahita kategori ringan
dan sedang, sepintas tidak ada perbedaan antara tungrahita ringan dengan orang-
orang pada umumnya, perbedaan yang penulis rasakan adalah respon dari
tunggrahita kategori ringan adalah dapat menjawab pertanyaan yang penulis
ajukan dengan baik, pada setiap pertanayaan membutuhkan jeda waktu,
sedangkan tunagrahita kategori sedang memiliki respon yang sangat lambat,
peneliti harus pelan-pelan dalam memberikan pertanyaan kepada peserta pelatihan.
Namun jawaban yang diberikan dari masing-masing katergori cukup baik. Durasi
wawancara penulis dengan peserta pelatihan sekitar 10-15 menit per orang,
jawaban yang diberikan peserta pelatihan kepada penulis cukup pendek-pendek
oleh karna itu cukup sebentar.
Pada jam 15:00, penulis mewawancarai ibu Indah setelah kegiatan
pelatihan selesai, ibu Indah merupakan seorang tunarunggu, penulis dibantu
menggunakan catatan dalam proses wawancara. Selama proses wawancara ibu
Indah baik menghadapi penulis walaupun penulis meminta diulang-ulang dalam
wawancara, sehingga sebagian jawaban dari pertanyaan yang penulis ajukan
ditulis sendiri oleh ibu Indah. Pada tanggal 18 januari 2017 peniliti tidak
mewawancarai ibu indah karena memeang pada saat itu sendan ada rapat.
Rabu, 26 April 2017 Yayasan Asih Budi
Pada hari ini penulis menuju lembaga pada jam 10.00 WIB. Pada hari ini
penulis diberikan beberapa arsip dokumen, sebelumnya penulis berbincang-
bincang dengan insturukur sambil mengamati kegiatan instruktur dan peserta
pelatihan, seperti biasa peserta pelatihan sangat serius dalam kegiatan mereka
sesekali instrukur memberikan arahan-arahan dan mengawasi peserta pelatihan
yang sedang membuat karya jahit.
Pada jam 13:00 penulis berbincang-bincang dengan ibu Ulfa sekitar 1 jam
dan akhirnya penulis pamit.
DOKUMENTASI
Instrukur pelatihan keterampilan menjahit ibu Selly sedang membuat pola untuk
membuat sarung bantal
Salah satu peserta pelatihan Ichbal sedang menguting pola yang sebelumnya
dibuat oleh instrukur
Suasana ruang
pelatihan
keterampilan
menjahit di
Yayasan Asih Budi
Jakarta Timur
Salah satu hasil
produk dari pelatihan
keterampilan menjahit
di Yayasan Asih Budi
Jakarta Timur
Salah satu peserta
pelatihan Ivan
keterampilan menjahit
sedang menjahit motif
sarung bantal.