evaluasi low back pain, hasil radiologi dan...
TRANSCRIPT
EVALUASI LOW BACK PAIN, HASIL RADIOLOGI DAN KOMPLIKASI DARI OPERASI PERKUTANEUS BALON KIPOPLASTI PADA PASIEN
DENGAN FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRAE KARENA OSTEOPOROSIS
EVALUATION OF LOW BACK PAIN, RADIOLOGY RESULT AND COMPLICATIONS OF PERCUTANEOUS BALLOON KYPHOPLASTY IN
PATIENT WITH OSTEOPOROTIC COMPRESSION VERTEBRAE FRACTURE
I Putu Sandhy Kumara, Henry Yurianto, M. Ruksal Saleh, Karya Triko Biakto,
Bagian Ortopedi dan Traumatologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi
dr. I Putu Sandhy Kumara Bagian Ortopedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin RSP Unhas Lt.3, Makassar, 90245 HP: 081337442727 Email : [email protected] / [email protected]
Abstrak
Perkutaneus Balon Kiphoplasti merupakan tindakan minimal invasif untuk menangani keluhan nyeri dan kyphotic deformity dari fraktur kompresi vertebrae akibat osteoporosis yang gagal dengan penanganan konservatif, namun masih sedikit informasi terkait dengan efek terapi ini Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan keluhan nyeri / low back pain, perbaikan radiologi serta evaluasi jenis komplikasi setelah dilakukan Perkutaneus Balon Kiphoplasti. Metode penelitian ini adalah retrospektif, sampel terdiri dari 38 pasien dengan fraktur kompresi vertebrae karena osteoporosis yang sudah dilakukan Perkutaneus Balon Kyphoplasti. Penilaian efek terapi dilakukan pra operatif dan post operatif terhadap perbaikan nyeri / low back pain dengan memakai Visual Analog Score (VAS), perbaikan radiologis dari tinggi korpus vertebrae bagian anterior dan middle, wedge shape ratio, Cobb Angle/ kyphotic angle, serta jenis komplikasi yang terjadi. Hasil penelitian menunjukan adanya perbaikan yang signifikan terhadap keluhan nyeri/low back pain pasien, tinggi korpus vertebrae dan wedge shape ratio, tetapi perbaikan terhadap kyphotic angle / Cobb Angle hasilnya tidak signifikan, dengan Z test, α 0,01. Hasil Spearman Rho test menunjukan hubungan bermakna antara perbaikan keluhan low back pain terhadap perbaikan kyphotic angle /Cobb Angle, tetapi pada perbaikan wedge shape ratio post operatif tidak menunjukan hubungan yang bermakna. Komplikasi fraktur pada vertebrae lain post operatif merupakan jenis komplikasi yang paling sering ditemukan. Kesimpulan: Tindakan Perkutaneus Balon Kyphoplasty bermanfaat meredakan nyeri kronis pasien dengan fraktur kompresi vertebrae karena osteoporosis yang gagal dengan pengobatan konservatif.
Kata Kunci : Perkutaneus Balon Kyphoplasti, low back pain, Cobb Angle, komplikasi
Abstract
Percutaneous Balloon Kyphoplasty is a minimal invasive surgical intervention offering promising results for address both the fracture – related pain and kyphotic deformity for osteoporotic vertebral compression fracture who failed with conservative mean but there are still lack information about it’s effect. The aim of this study is to evaluate of low back pain, radiology results and complications after Percutaneous Balloon Kyphoplasty procedure. This research used retrospektif design, there are 38 patients with osteoporotic compression vertebrae fracture and had been done Percutaneous Balloon Kyphoplasty. Evaluation was done by compare of low back pain using Visual Analog Score (VAS), radiology results (anterior dan middle part of vertebrae body height, wedge shape ratio, Cobb Angle/ kyphotic angle) between pra operatively and post operatively, and also evaluate some complications within this procedure. The result shown that there are significant difference between pra operatively and post operatively about patient’s Visual Analog Score and radiology results (vertebrae body height, wedge shape ratio, except Cobb angle/ kyphotic angle) by Z test with α 0,01. Based on Spearman Rho test shown significant correlation between changing of kyphotic angle with pain improvement but no correlation with wedge shape ratio improvement. Fracture of the adjacent vertebrae is the frequent complication which is found. Conclusion: Percutaneous Balloon Kyphoplasty procedure is usefull in treatment chronic pain patients with osteoporotic compression vertebrae fracture who failed with conservative mean.
Keywords: Percutaneous Balloon Kyphoplasty,osteoporosis, low back pain, Cobb Angle, complications
PENDAHULUAN
Penurunan masa tulang akibat proses osteoporosis pada usia lanjut merupakan
penyebab utama terjadinya fraktur patologis pada kelompok umur ini, yang sering ditemukan
pada daerah proksimal humerus, distal radius, proksimal femur dan vertebra. Lokasi fraktur
karena proses osteoporotik ini bisa isolated atau kombinasi pada beberapa tempat, resikonya
akan berbanding lurus dengan peningkatan usia pasien (Seel et all, 2007; Wang et all, 2010;
Gerard et all, 2004; Clement, 2012). Khusus pada fraktur vertebra, saat ini terjadi
peningkatan angka insiden akibat peningkatan jumlah populasi pasien pada kelompok umur
ini, sehingga menimbulkan masalah kesehatan baru pada beberapa negara. Seperti halnya di
Belanda, setiap tahunnya dilaporkan sekitar 40.000 pasien fraktur kompresi vertebrae karena
osteoporosis, sedangkan di Amerika Serikat sendiri setiap tahunnya dilaporkan sekitar
700.000 pasien, dengan perbandingan proporsi wanita lebih banyak dibandingkan pria,
dimana selama 10 tahun sejak tahun 1990 sudah menghabiskan dana lebih dari $746.000,
sedangkan di Inggris setiap tahunnya harus mengeluarkan dana sekitar £ 12.000.000 (Jay et
all, 2010; Iba et all, 2003; Cawthow, 2011).
Hal terpenting diperhatikan pada fraktur kompresi karena osteoporosis pada vertebra
khususnya adalah apabila sudah terjadi pada satu vertebra, akan meningkatkan resiko kolaps
korpus vertebrae lainnya secara progresif sehingga selain keluhan nyeri yang sangat
mengganggu, juga diikuti pemendekan tubuh disertai adanya kyphotic deformity. Namun dari
semua penderita fraktur ini hanya 1/3 dari mereka yang membutuhkan pengobatan dan akan
datang ke pelayanan kesehatan, untuk meredakan keluhan nyeri yang dirasakan. Keluhan
nyeri yang timbul menyebabkan para pasien harus berbaring dan menghentikan aktifitasnya
dalam waktu yang tidak bisa ditentukan, sehingga berdampak terhadap penurunan kualitas
hidup dan meningkatkan komplikasi sistemik yang terjadi, yang secara tidak langsung
berdampak pada peningkatan morbiditas serta mortalitas pada kelompok umur ini (Iba et all,
2003; Magnus et all, 2010; Manson et all, 2006).
Apabila keluhan nyeri ini tidak diatasi, konsekuensi berikutnya dapat menyebabkan
nyeri kronis, deformitas, dan disability. Berbaring dalam waktu lama untuk pasien usia lanjut
justru akan meningkatkan resiko gangguan sistemik lainnya seperti gangguan pada sistem
kardiovaskular, atropi pada sistem muskuloskeletal, gangguan sistem metabolik, dan
penurunan sistem imunitas, serta penurunan densitas tulang yang semakin progresif
( Yamamoto, 2001; Iba et all, 2003; Karlsson et all 2010). Untuk jenis symptomatic stable
compression vertebral fracture, tanpa defisit neurologis, penanganan awal bisa dilakukan
dengan tirah baring,pemberian analgetik, spinal bracing, modifikasi aktifitas, dan segera
memulai program fisioterapi saat keluhan nyeri sudah mulai membaik (Yamamoto, 2001;
Becker et all, 2007).
Dengan penanganan konservatif saja 85% dari mereka dapat pulih dari nyeri yang
dirasakan dan kembali beraktifitas, namun 15% masih belum memberikan respon optimal,
sehingga diperlukan alternative terapi lain seperti pembedahan dengan resiko seminimal
mungkin, seperti dilakukannya Perkutaneus Balon Kiphoplasti, karena operasi pada fraktur
vertebra yang disertai pemasangan instrumentasi merupakan kontraindikasi pada golongan
pasien ini akibat sudah terjadinya penurunan kualitas tulang (Clement et all, 2012; Longo et
all, 2012).
Perkutaneus Balon Kiphoplasti merupakan tindakan minimal invasif untuk
menangani keluhan nyeri dari fraktur kompresi vertebrae akibat osteoporosis yang gagal
dengan penanganan konservatif melalui stabilisasi fraktur dengan augmentasi / menambah
bone cemen / Polymethilmethacrylate (PMMA) ke dalam ruang intratabekula dari vertebra
yang fraktur (Intravertebral cleft) dengan diawali pengembangan balon artificial (Yamamoto,
2001; Karlsson, 2010; Ikeuchi et all, 2001; Guldner et all, 2008). Walaupun mulai
diperkenalkan sejak tahun 1990 yang lalu, Perkutaneus Balon Kiphoplasti secara teoritis
memang memiliki kelebihan dibandingkan vertebroplasti, namun masih sedikit informasi
terkait dengan efek terapi ini sebenarnya. Sehingga melalui penelitian ini dapat diketahui
perbandingan Visual Analog Score (VAS) untuk keluhan nyeri / low back pain pre dan post
tindakan Percutaneus Balon Kiphoplasti, perbedaan tinggi korpus vertebra bagian anterior
dan korpus vertebrae bagian middle pre dan post tindakan Percutaneus Balon Kiphoplasti,
perbedaan wedge shape ratio pre dan post tindakan Percutaneus Balon Kiphoplasti,
perbedaan kiphotik angle / Cobb angle pre dan post tindakan Percutaneus Balon Kiphoplasti
dan mengevaluasi komplikasi yang terjadi setelah tindakan Percutaneus Balon Kiphoplasti
BAHAN DAN METODE
Lokasi Penelitian
Dilakukan di Bagian Ortopedi dan Traumatologi FK Unhas, Rumah Sakit DR.
Wahidin Sudirohusodo, Makassar dari bulan September 2012 – Oktober 2012.
Sampel Penelitian
Sampel penelitian diambil sejak bulan April 2011 sampai Juni 2012 sejumlah 39
pasien. Sampel diseleksi dari semua pasien fraktur kompresi vertebra karena osteoporosis
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria Inklusi
Semua pasien dengan fraktur kompresi vertebrae karena osteoporosis yang gagal
dengan penanganan konservatif. dilakukan dari vertebrae thorakal 5 sampai vertebrae Lumbal
5, atau korpus vertebrae dengan ukuran pedikel vertebra tidak boleh lebih kecil dari 5 mm
pada pengukuran melalui potongan aksial dari CT Scan, maksimal jumlah korpus vertebrae
yang bisa dilakukan prosedur ini sebanyak 2 buah, dan tidak dilakukan sekaligus dalam satu
kali operasi, kondisi korteks bagian posterior dari vertebra masih utuh, pasien tanpa defisit
neurologis,
Kriteria Ekslusi
Pasien dengan metastasis bone disease pada vertebrae, fraktur pada pedikel vertebrae,
atau diameter pedikel vertebrae kurang dari 5 mm, fraktur burst pada korpus vertebrae atau
posterior korteks tidak intact, terdapat infeksi aktif pada vertebrae, gangguan koagulasi
darah, kontraindikasi untuk menjalani tindakan operasi, pasien dengan defisit neurologis,
akibat kompresi medula spinalis oleh fragmen fraktur, pasien Perkutaneus Balon
Kyphoplasty disertai Instrumentasi
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif.
Analisis Data
Analisa statistik menggunakan Microsoft Office excel 2010. Dengan memakai F test
untuk analisa varian data yang ada, kemudian dilanjutkan memakai Z test dengan α = 0,01
Selain itu dilakukan juga analisa statistic dengan Spearman Rho Test untuk
mengevaluasi hubungan antara perubahan wedge shape ratio dan Cobb Angle / Kyphotic
Angle terhadap perbaikan keluhan nyeri (low back pain) pasien.
Aspek Etik Penelitian
Prosedur penelitian ini sudah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian
Kesehatan FK Unhas.
HASIL
Data Demografi Pasien
Dari total 39 pasien yang menjalani prosedur Perkutaneus Balon Kyphoplasty, 1
pasien masuk dalam kriteria ekslusi karena tindakan Balon Kyphoplasti disertai dengan
Instrumentasi, sehingga total pasien yang dievaluasi dalam penelitian ini adalah 38 pasien.
Dari 38 pasien ini, terdiri atas 31 orang perempuan (81,6%) dan 7 orang laki-laki (18,4%),
dengan rata-rata umur pasien adalah 78,5 tahun (SD +6.21) dengan rentang umur antara 60
tahun sampai 92 tahun. Pasien pada kelompok umur 76-85 tahun merupakan kelompok umur
yang terbanyak dilakukan tindakan ini yaitu 27 orang (71,1%). Hasil rata-rata pemeriksaan
Bone Mineral Density semua pasien dalam penelitian ini adalah 0,79 gr/cm2 dengan rata-rata
T score -2,3. Dan berdasarkan lokasi fraktur, maka level vertebrae pada Thorakal XII dan
Lumbal I paling banyak dilakukan tindakan ini, masing masing 9 vertebrae (23,7 %) dan 14
vertebrae (36,8%).
Hasil Evaluasi Radiologi
Pada penelitian ini dilakukan evaluasi radiologi untuk melihat perbedaan tinggi
korpus vertebrae, wedge shape ratio dan Cobb Angle dari korpus vertebrae yang dilakukan
prosedur ini saat sebelum operasi dan setelah operasi dilakukan
Hasil rata-rata pengukuran tinggi korpus vertebrae bagian anterior dan middle, wedge
shape ratio menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran saat
sebelum operasi dan setelah operasi. Hasil dapat dilihat pada grafik 1. Namun pada pada
grafik 2 walaupun menunjukan adanya perubahan kyphotic deformity melalui pengukuran
Cobb Angle, namun perbedaan sudut yang terukur antara saat pre operasi dengan post operasi
hasilnya tidak signifikan
Hasil Evaluasi Keluhan Low Back Pain / nyeri dengan VAS
Pada grafik 3 memperlihatkan 38 pasien yang menjalani operasi Balon Kyphoplasty,
2 pasien (5,2%) tidak mengalami perubahan keluhan nyeri post operatif, 5 pasien (13,1%)
merasakan intensitas nyeri yang meningkat dibandingkan sebelum tindakan Balon
Kyphoplasty. Namun sebagian besar, 31 pasien (81,6%) mengalami perbaikan keluhan nyeri
/ low back pain pasca operasi.
Dari 31 pasien ini, perbedaan rata-rata Visual Analog Score pra operasi dengan post
operasi menunjukan adanya perbaikan keluhan nyeri pasien yang signifikan setelah
dilakukan tindakan Perkutaneus Balon Kyphoplasty yaitu dari 5,9 + 2,2 (Pre Operatif)
menjadi 1,6 +1,8 (Post Operatif).
Spearman Rho Test hubungan perbaikan Cobb Angle / Kyphotic Angle dan Wedge Shape
Ratio terhadap perbaikan nyeri (Low Back Pain)
Dalam penelitian ini, walaupun terdapat perbedaan yang bermakna pada vertebral
body height, wedge shape ratio, dan Cobb Angle / Kyphotic Angle, namun uji korelasi dengan
memakai Spearman Rho Test antara dua variable tersebut tidak menunjukan hubungan
terhadap perbaikan pola nyeri yang dirasakan pasien. Hal ini dapat dilihat pada grafik 4.
Tetapi dilain pihak perubahan kyphotic angle post operatif menunjukan hubungan
signifikan terhadap perbaikan nyeri yang dirasakan pasien. Hal ini terlihat pada schatter chart
grafik 5.
Evaluasi komplikasi Balon Kyphoplasty
Selama follow up ini dilakukan, sebagian besar komplikasi yang ditemukan adalah
kolaps pada segmen vertebrae lain diluar segmen vertebrae yang dilakukan prosedur ini yaitu
sebanyak 10 orang (26,3%), terdiri dari 6 orang kolaps pada segmen tepat di atas dari lokasi
dilakukannya Perkutaneus Balon Kyphoplasty, 4 orang pada segmen di bawahnya. Semua
pasien tersebut mendapatkan penanganan konservatif saja dengan spinal bracing, analgetik
dan fisioterapi, tidak memerlukan penanganan khusus lainnya
Komplikasi ekstravasasi bone cement intra disk dan intra neural canal serta
komplikasi mayor sistemik lain tidak ditemukan pada penelitian ini.
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, didapatkan hasil 81,6 % dari sampel penelitian ini, mengalami
perbaikan nyeri pasca tindakan yang terlihat dari analisa terhadap perbedaan skor nyeri
setiap pasien dengan mempergunakan Visual Analog Score. Dari penelitian multisenter lain
terhadap 2194 vertebral fraktur oleh Garfin dan Reilly, dilaporkan 90% dari pasien tersebut
mengalami perbaikan nyeri dalam 2 minggu post operasi Balon Kiphoplasty. Sedangkan
penelitian Wong dkk mendapatkan hasil 85% pasien mengalami perbaikan rasa nyeri pasca
Balon Kyphoplasty. Terkait dengan evaluasi terhadap perbaikan keluhan nyeri pasien dalam
penelitian ini, perbedaan rata-rata skor dalam VAS antara pre operasi dengan post operasi
menunjukan hasil yang signifikan, dari skor 5.9 pre operatif menjadi 1.6 post operatif
(dengan Z test, α 0,01) sampai satu bulan follow up dilakukan. Hasil ini tidak jauh berbeda
dengan penelitian Phillips dkk, mereka mendapatkan rata-rata penurunan skor nyeri dari 8,6
pra operasi menjadi 2,6 hanya saja evaluasi nyeri yang dilakukan lebih singkat, satu minggu
post operasi (Manson et all 2006). Walaupun sebagian besar mengalami perbaikan nyeri,
namun masih ada 2 pasien (5,2%) tetap merasakan keluhan nyeri yang sama seperti sebelum
operasi dilakukan dan 5 pasien lainnya (13,1%) merasakan intensitas nyeri yang meningkat
dibandingkan sebelum tindakan Perkutaneus Balon Kyphoplasty, yang disebabkan adanya
fraktur kompresi multiple dan komplikasi yang dialami seperti fraktur baru pada level
vertebrae lainnya pasca prosedur ini dilakukan. (Karlsson 2010, Manson et all 2006)
Walaupun dalam perbaikan terhadap tinggi korpus vertebrae, wedge shape ratio dan
Cobb Angle, menunjukan perbaikan yang signifikan antara pre operatif dengan post operatif
namun setelah dilakukan analisa regresi terkait kemungkinan adanya hubungan antara
perbaikan nyeri terhadap perbaikan beberapa variable antara lain perbaikan tinggi korpus
vertebrae, wedge shape ratio dan cobb angle, ternyata tidak menunjukan hubungan yang
signifikan..
Walaupun mekanisme pasti terjadinya perbaikan nyeri pasca operasi patofisiologinya
masih menjadi perdebatan sampai saat ini, namun diasumsikan terjadinya perbaikan keluhan
nyeri ini bukan disebabkan langsung oleh perbaikan anatomis terkait dari deformitas yang
terjadi, namun diduga karena proses imobilisasi fragmen fraktur oleh bone cemen
intertrabekula dalam korpus vertebrae, sehingga menghentikan friction motion dalam
pseudoartrosis intravertebrae (Yamamoto 2001, Marco et all 2009, Becker et all 2007).
Pada evaluasi terhadap perbaikan khypotic deformity yang terjadi, dari penelitian ini
perbaikan yang terjadi hanya 50 , namun dari penelitian Phillips dkk mendapatkan rata-rata
perbaikan kyphotik lebih besar mencapai 14(8). Kecilnya perbaikan deformitas dalam
penelitian ini disebabkan karena sebagian besar pasien dalam penelitian ini sudah
mengalami fraktur kompresi yang multiple karena proses osteoporosis, sedangkan
penanganan dengan Perkutaneus Balon Kyphoplasty hanya dilakukan pada segmen
vertebrae dengan keluhan nyeri yang dirasakan sesuai dengan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang yang ada, dan tidak dilakukan pada semua segmen fraktur.
Selain itu pengisian bone cemen pada penelitian ini, memang tidak dilakukan secara
berlebihan untuk mendapatkan perbaikan kyphotic deformity secara maksimal, apalagi
untuk mengembalikan tinggi korpus seperti pada ukuran normalnya, karena dalam prosedur
ini, pengembangan balon tidak bisa dilakukan secara berlebihan, maksimal sampai 300 psi
saja atau pengembangan balon sudah mencapai tepi end plate vertebrae, karena bila
dilakukan secara berlebihanan akan merusak barier alami vertebrae yang akan
meningkatkan komplikasi pasca operasi nantinya, seperti kebocoran bone cemen ekstra
vertebrae, seperti ke diskus maupun neural kanal serta komplikasi emboli intravaskular
yang akan membahayakan nyawa pasien.
Disamping itu tindakan Balon Kyphoplasty pada penelitian ini sebagian besar
dilakukan pada korpus vertebrae yang sudah mengalami kolaps lebih dari 50% dari tinggi
korpus vertebrae sebelumnya, sehingga upaya restorasi untuk mendapatkan tinggi korpus
yang normal sangat sulit. Pada penelitian ini didapatkan 26,3% terjadi komplikasi fraktur
pada korpus vertebrae lain, di luar korpus vertebrae yang sudah dilakukan prosedur ini.
Jenis komplikasi ini memang yang paling sering dilaporkan, seperti halnya penelitian
Fribourg dkk kejadiannya sampai 26% . Harrop dkk melaporkan juga dari 115 pasien yang
dilakukan Balon Kyphoplasty 23% nya mengalami komplikasi serupa. Namun variasi nilai
proporsi ini perlu dievaluasi lebih lanjut, melalui penelitian cohort, untuk melihat apakah
kemungkinan terjadi peningkatan proporsi jenis komplikasi ini berhubungan dengan
prosedur tindakan atau memang terkait dengan penurunan massa tulang akibat usia
(Rozental et all 2010, Yi-Anli et all 2012)
Lokasi fraktur pada vertebra lain dalam penelitian ini semuanya terjadi pada
segmen bagian atas dan bawah dari tindakan balon kyphoplasty, hal ini bisa dijelaskan
secara teoritis bahwa tekanan biomekanik memang sangat tinggi terjadi pada segmen di
atas atau bawah dari puncak deformitas, dalam hal ini adalah segmen vertebrae yang
dilakukan tindakan Balon Kyphoplasty. Karena dari penelitian Baroud dkk mendapatkan
hasil kalau pada segmen vertebrae yang mendapatkan tindakan augmentasi bone cemen
akan menjadi 35 kali lebih kuat dan 12 kali lebih kaku, sehingga memberikan peningkatan
tekanan ke segmen vertebrae terdekat sampai 13%-18%. (Clement et all 2012, Yang et all
2002, Rozental et all 2010).
Walaupun nilai Bone Mineral Density merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
pada resiko fraktur kompresi ini, tetapi berdasarkan data nilai Bone Mineral Density yang
ada, dari setiap pasien yang mengalami jenis komplikasi ini, ternyata secara individu tidak
ditemukan hubungan antara nilai Bone Mineral Density pasien dengan resiko terjadinya
fraktur korpus vertebrae baru di luar korpus vertebrae yang dilakukan Balon Kyphoplasty.
Namun dugaan ini masih perlu pembuktian melalui penelitian lebih lanjut, untuk
memastikan apakah memang nilai Bone Mineral Density memiliki keterkaitan dengan
resiko ini, atau menilai adanya kemungkinan faktor lain yang terlibat terkait dengan jenis
komplikasi ini, seperti mungkin karena sudah terjadinya proses degenerasi dari vertebrae
sebelumnya, pengaruh volume bone cemen yang dipakai dan besarnya kyphotic angle atau
pengaruh besarnya koreksi terhadap kyphotic angle. (Marco et all 2009, Yang et all 2010).
Rendahnya tingkat komplikasi kebocoran bone cemen ke ruang ekstra korpus
vertebrae, ataupun terjadinya fat emboli oleh bone cemen intravascular disebabkan karena
dalam proses augmentasi pada Perkutaneus Balon Kyphoplasty, tidak memakai tekanan
langsung ke dalam intertrabekular space intravertebrae, tetapi hanya mengisi bone cement
dengan kekentalan tertentu (seperti pasta gigi) ke dalam celah yang sudah dibuat
sebelumnya melalui pengembangan balon artifisial intravertebrae, yang berbeda halnya
pada pengisian bone cement saat prosedur vertebroplasty, yang dilakukan dengan tekanan
langsung intravertebrae, sehingga distribusi bone cement dalam vertebrae yang sudah
mengalami osteoporosis akan sulit diprediksi (Saito et all 2011, Dell et all 2009).
Tidak ditemukannya komplikasi mayor dalam penelitian ini disebabkan karena seleksi
pasien yang dilakukan sangat ketat pre operatif, baik melalui pemeriksaan fisik, yang
dipastikan konfirmasi dengan temuan radiologis baik itu foto polos maupun CT Scan dan
MRI, tindakan dilakukan oleh dokter ortopedi yang memang berpengalaman dibidang spine
dengan peralatan yang standard dan monitor ketat setiap tahapan prosedur dengan biplanar
fluoroskopi, termasuk konsistensi bone cement sebelum dilakukan augmentasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tindakan Balon Kyphoplasty
mampu memberikan perbaikan terhadap tinggi korpus vertebrae sehingga dapat membantu
mengurangi kyphotic deformity dari vertebrae pasien sekaligus menstabilkan bagian
pseudoartrosis dari fragmen fraktur vertebrae karena proses osteoporosis.Selain lebih aman,
juga membantu meredakan chronic low back pain pasien karena fraktur kompresi akibat
osteoporosis, yang gagal dengan terapi konservatif
Mengingat jumlah sampel penelitian ini masih relative kecil dan waktu penelitian
yang cukup singkat, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan skala yang lebih besar,
dengan menambah variable baru seperti membandingkan functional outcome pasien post
operatif, untuk melihat dampak tindakan Perkutaneus Balon Kyphoplasty lebih jauh serta
adanya kemungkinan komplikasi lain yang dapat terjadi serta menilai dalam jangka panjang
perubahan skor VAS pada setiap pasien post operative. Disamping itu perlunya penelitian
cohort untuk melihat adanya faktor lain yang juga berpengaruh terhadap timbulnya
komplikasi kolaps dari vertebrae lain post operasi Balon Kyphoplasty. Karena besarnya
resiko komplikasi terjadinya fraktur pada segmen vertebra lain pasca tindakan, perlu
dilakukan follow up, pemberian informed consent dalam pemakaian spinal bracing serta
modifikasi aktifitas sehari-hari pasca operasi untuk menjamin kualitas hidup pasien tetap
optimal
DAFTAR PUSTAKA
Hadjipavlov, A; Tosounidis,T; Gaitanis, I; Kakavelakis K; Katonis P. (2010). Baloon Kyphoplasty As A Single Or As An Adjacent Procedure For The Management Of Symptomatic Vertebral Haemangiomas. J Bone joint Surg Br :; 90-A ; 496-502
Harada, Atsui; Matsuyama, Yukihiro; Nakano, Tetsuo; Deguchi, Masao; Kuratsu, Shigeyuki; Sueyoshi, Yasunobu; Yunezawa, Yoshikou; Wahao, Norimitsu; Machida, Masatumi; Ito, Manabu. (2010). Nationwide Survey Of Current Medical Practices For Hospitalized Elderly With Spine Fracture In Japan. J Orthop Sci : 15 ; 79-85
Seel, E.H; Davies, E.M. (2007). A Biomechanical Comparisson Of Kyphoplasty Using A Baloon Bone Tamp Versus An Expandable Polymer Bone Tamp In Deer Spine Model. J Bone joint Surg Br : 91-B ; 253-56
Saito, Fuminori; Takahashi, Keisuke; Tanaka, Sinya; Torio, Tetuya; Lizuka, Hideki; Wei, Cui; Oda, Hiromi. (2011). Effect Of Vertebroplasty For Delayed Onset Paraplegia Caused by Vertebral Pseudoarthrosis. J Orthop Sci : 16 ; 673-81
Wang, G; Yang, H; Chen, K. (2010). Osteoporotic Vertebral Compression Fractures With An Intravertebral Cleft Treated By Percutaneus Balloon Kyphoplasty. J Bone joint Surg Br ; 92-B ; 1553-57
Shen, G.W; Wu N.Q; Zhang,N.P; Jin, Z.S; Xu,J; Yin,G.Y. (2010). A Prospective Comparative Study Of Kyphoplasty Using The Jack Vertebral Dilator And Baloon Kyphoplasty For Treatment Of Osteoporotic Vertebral Compression Fracture. J Bone joint Surg Br ; 92 B ; 1282-1288.
Jeong, Gerard K; Bendo, John A. (2004). Spinal Disorder In Elderly. Clinical Orthopedic And Related Research: 425; 110-125
Prather, Heidi; Dillen, Linda Van; Metzler, John P; Riew, Daniel; Gilula, Lois A. (2006). Prospective Measurement Of Function And Pain In Patient With Non Neoplastic Compression Fractures Treated With Vertebroplasty. J Bone joint Surg Am : : 88-A ; 334-340
Yamamoto, H. (2001). Osteoporotic Vertebral Fracture. Current Orthopaedics: 15 ; 101-109
Zampini, Jay.M.; White, Andrew.P; Mc.Guire, Kevin J. (2010). Comparisson Of 5766 Vertebral Compression Fracture Treated With Or Without Kyphoplasty. Clinical Orthopedic And Related Research : 468; 1773-80
Krebs, Jorg; Ferguson, Stephen J; Hoerstrup, Simon P; Gass, Ben.G. Haeberly, Andre; Aebli, Nicholaus. (2008). Influence Of Bone Marrow Fat Embolism On Coagulation Activation In An Ovine Model Of Vertebroplasty. J Bone joint Surg Am : 90 A; 349-56
Verlaan, J.J; Oner, F.C; Slootweg, P.J; Verboot, A.J, Aphert, W.J. (2004). Histologic Changes After Vertebroplasty. J Bone joint Surg Am : 86 A ; 1230-37
Lane, Joseph M; Hong, Richard; Koob, Jason; Kiechle, Tamara; Niesvizky, Ruben; Pearse, Roger; Siegel,David; Poython, Ashley R. (2005). Kyphoplasty Enchance Function And Structural Alignment In Multiple Myeloma. Clinical Orthopedic And Related Research : 426 ; 49-53
Iba,Kausuke; Wada, Takuro; Takada, Junichi; Hamashita, Toshihiko. (2003). Multiple Insufficiency Fractures With Severe Osteoporosis. J Orthop Sci : 8 ; 717-20
Konstantinidis, Lucas; Meyer, Elizabeth; Strohm, Peter C; Hirschmuller, Anja; Paul Sudkamp,Norbert; Helwig, Peter. (2010). Early Surgery Related Complication After Anteroposterior Stabilization Of Vertebral Body Fractures In Thoracolumbar Region. J Orthop Sci : 15 ; 178-184
Karlsson, Magnus K; Jossetson, Per Olof. (2010). Principles Of Osteoporosis And Fragility Fracture. Rockwood And Greens, Fracture In Adults, 7th Edition. Lippincort Williams And Wilkins. 492-513
Ikeuchi, Masahiko; Yamamoto, Hiroshi; Shibata, Toshikiro; Otani Masakiro. (2001). Mechanical Augmentasion Of Vertebral Body By Calcium Phosphate Cement Injection. J Orthop Sci : 6 ; 39-45
Manson, Neil A; Phillips; Frank M. (2006). Minimally Invasive Techniques For The Treatment Of osteoporotic Vertebral Fractures. J Bone joint Surg Am : 88-A ; 1862-70
Clement N.D; Aitken, S; Duckworth, A.D; Mc Queen, M.M; Brown, C.M. Court. (2012). Multiple Fractures In The Elderly. J Bone joint Surg Am : 94-B; 231-36
Cawthow, Peggy M. (2011). Gender Differences In Osteoporosis And Fracture. Clinical Orthopedic And Related Research : 469 ; 1900- 05
Dell, Richard. M; Greene, Denise; Anderson, David; William, Kathy. (2009). Osteoporosis Disease Management : What orthopaedic Surgeon Should Know. J Bone joint Surg Am: 91-Suppl-6 :79-86
Marco, Rex A.W; Kuswaha, Vivek P. (2009). Thoracolumbar Burst Fracture Treated With Posterior Decompresion And Pedicle Screw Instrumentation Supplemented With Baloon Assisted Vertebropasty And Calcium Phosphate Reconstruction. J Bone joint Surg Am : 91 ; 20-28
Muijs, S.P.J; Nieuwenhuijse, M.J; Van Erkel, A.R; Dijkstra, P.D.S. (2009). Percutaneus Vertebroplasty For The Treatment Of Osteoporotic Vertebral Compression Fractures. Evaluation after 36 Months. J Bone joint Surg Br : 91-B ; 379-83
Becker, Stephen; Garoscio, Maurizio; Meissner, Jochen; Tuschels, Alexander; Ogo, Michael. (2007). Is There An Indication For Prophylactic Balloon Kyphoplasty ? Clinical Orthopedic And Related Research : 458 ; 83-89
Yang, Shih Chieh; Chen, Hung Shu; Kao, Yu Hsien; Hou, Ching; Yuan, Kun Tu; Chung, Kao Chi. (2002). Percutaneus Vertebroplasty For Symptomatic Osteoporotic Vertebral Compression Fractures Adjacent To lumbar Instrumented Circumferential Fusion : ; 1079-85
Guldner, Sarah H; Grabos, Theresa N; Newman, Eric D; Cooper, David R. (2008). Osteoporosis Clinical Guidelines For Prevention Diagnosis And Management. Springer Publisher Company.
Rozental, Tamara D; Syah, Jalaal B.S; Chacko, Aron T. B.S; Zurakowski, David. (2010). Prevalence And Predictors Of Osteoporosis Risk In Orthopaedic Patients. Clinical Orthopedic And Related Research : 468 ; 1765 -72
Kanchiku, Tsukasa; Taguchi, Toshihiko; Kawai, Shinya. (2003). Magnetic Resonance Imaging Diagnosis And New Classification Of The Osteoporotic Vertebral Fracture. J Orthop Sci : 8 ; 463-66
Longo, U.G; Loppind, M.; Denaro, L; Maffulli, N; Denaro, V. (2012). Conservative Management Of patients With And Osteoporotic Vertebral Fracture , A Review Of The Literrature. J Bone joint Surg Br : 94 B ; 152-57
Anli, Yi; Li Lin,Che; Chau-Chan, Ming; Lin Liu, Chien; Chen, Tain Hsiung; Chang Lai, Shih. (2012). Subsequent Vertebral Fracture After Vertebroplasty. Spine Volume :3; 179-183
Lampiran
Grafik 1. Perbedaan mean hasil pengukuran tinggi korpus vertebrae, wedge shape ratio
antara pre dengan post operatif
Grafik 2. Perbedaan hasil Cobb Angle pre dengan post operasi
Grafik 3. Perbandingan VAS pasien sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
Perkutaneus Balon Kyphoplasty
Grafik 4. Hubungan VAS dengan perbaikan wedge shape ratio
Grafik 5. Hubungan antara VAS dengan perbaikan Kyphotic Angle