evaluasi pengaruh sifat mikro -fisik dan bentuk butiran

14
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 584-597 © Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya JTRESDA Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/ *Penulis korespendensi: [email protected] Evaluasi Pengaruh Sifat Mikro-Fisik dan Bentuk Butiran terhadap Karakteristik Kuat Geser pada Pasir Vulkanik dan Pasir Pantai Chatherine Grace Maulina 1* , Dian Sisinggih 1 , Andre Primantyo Hendrawan 1 1 Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Jalan MT. Haryono No.167, Malang, 65145, Indonesia *Korespondensi Email: [email protected] Abstract: Sand is a granular material which is widely used for some purposes such as an embankment material, pile backfill behind retaining walls, and filter material. Since sand comes from various sources and geological processes, volcanic sand and beach sand will have different physical, mineralogical, and grain characteristics. This study conducted a series of laboratory tests on two different types of sand: (1) volcanic sand in the river of lava flow from the eruption of Mount Kelud in Kali Putih Blitar, (2) beach sand taken from several beaches in Malang Regency namely Wonogoro Beach, Jolangkung Beach, and Goa China Beach. Aspects of grain shape include roundness, sphericity, and texture. SEM and X-RD were used to determine the micro-physical characteristics and the detailed shape of sand grains, while, shear testing (direct shear test) was to find out the shear strength of sandy soil. Volcanic sand has a grainy surface coarser than beach sand, so that the angle of internal friction was greater than the beach sand. Since sandy soil has no cohesion, its strength is only at the angle of internal friction; thus, the influence of the micro-physical aspects and the shape of the sand grains on the shear strength characteristics must be considered in its application as a geotechnical material. Keywords: Beach Sand, Roundness, Shear Strength, Sphericity, Volcanic Sand Abstrak: Pasir merupakan salah satu bahan geoteknik yang memiliki peranan yang sangat penting, misalnya sebagai bahan timbunan urugan, timbunan backfill di belakang dinding penahan, maupun bahan filter. Pasir berasal dari berbagai sumber dan proses geologi yang berbeda, sehingga pasir vulkanik dan pasir pantai akan memiliki karakteristik fisik, mineralogi, dan bentuk butiran yang berbeda pula. Penelitian ini melakukan serangkaian uji di laboratorium dengan benda uji berupa material pasir: (1) pasir vulkanik sungai aliran lahar dari hasil erupsi Gunung Kelud di Kali Putih Blitar, (2) pasir pantai dari beberapa pantai di Kabupaten Malang yaitu Pantai Wonogoro, Pantai Jolangkung, dan Pantai Goa Cina. Aspek bentuk butiran meliputi roundness, sphericity, dan tekstur. Analisis pengujian dari SEM dan X-RD untuk menentukan karakteristik mikro-fisik dan bentuk butiran pasir secara mendetail. Pengujian geser langsung (direct shear test) untuk menentukan kuat geser dari tanah pasir. Pasir vulkanik memiliki permukaan butiran yang lebih kasar dari

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Evaluasi Pengaruh Sifat Mikro -Fisik dan Bentuk Butiran

Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 584-597

© Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

JTRESDA

Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/

*Penulis korespendensi: [email protected]

Evaluasi Pengaruh Sifat Mikro-Fisik dan Bentuk

Butiran terhadap Karakteristik Kuat Geser pada

Pasir Vulkanik dan Pasir Pantai Chatherine Grace Maulina1*, Dian Sisinggih1, Andre Primantyo

Hendrawan1

1Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya,

Jalan MT. Haryono No.167, Malang, 65145, Indonesia

*Korespondensi Email: [email protected]

Abstract: Sand is a granular material which is widely used for some purposes such

as an embankment material, pile backfill behind retaining walls, and filter material.

Since sand comes from various sources and geological processes, volcanic sand and

beach sand will have different physical, mineralogical, and grain characteristics. This

study conducted a series of laboratory tests on two different types of sand: (1)

volcanic sand in the river of lava flow from the eruption of Mount Kelud in Kali Putih

Blitar, (2) beach sand taken from several beaches in Malang Regency namely

Wonogoro Beach, Jolangkung Beach, and Goa China Beach. Aspects of grain shape

include roundness, sphericity, and texture. SEM and X-RD were used to determine

the micro-physical characteristics and the detailed shape of sand grains, while, shear

testing (direct shear test) was to find out the shear strength of sandy soil. Volcanic

sand has a grainy surface coarser than beach sand, so that the angle of internal friction

was greater than the beach sand. Since sandy soil has no cohesion, its strength is only

at the angle of internal friction; thus, the influence of the micro-physical aspects and

the shape of the sand grains on the shear strength characteristics must be considered

in its application as a geotechnical material.

Keywords: Beach Sand, Roundness, Shear Strength, Sphericity, Volcanic Sand

Abstrak: Pasir merupakan salah satu bahan geoteknik yang memiliki peranan yang

sangat penting, misalnya sebagai bahan timbunan urugan, timbunan backfill di

belakang dinding penahan, maupun bahan filter. Pasir berasal dari berbagai sumber

dan proses geologi yang berbeda, sehingga pasir vulkanik dan pasir pantai akan

memiliki karakteristik fisik, mineralogi, dan bentuk butiran yang berbeda pula.

Penelitian ini melakukan serangkaian uji di laboratorium dengan benda uji berupa

material pasir: (1) pasir vulkanik sungai aliran lahar dari hasil erupsi Gunung Kelud

di Kali Putih Blitar, (2) pasir pantai dari beberapa pantai di Kabupaten Malang yaitu

Pantai Wonogoro, Pantai Jolangkung, dan Pantai Goa Cina. Aspek bentuk butiran

meliputi roundness, sphericity, dan tekstur. Analisis pengujian dari SEM dan X-RD

untuk menentukan karakteristik mikro-fisik dan bentuk butiran pasir secara

mendetail. Pengujian geser langsung (direct shear test) untuk menentukan kuat geser

dari tanah pasir. Pasir vulkanik memiliki permukaan butiran yang lebih kasar dari

Page 2: Evaluasi Pengaruh Sifat Mikro -Fisik dan Bentuk Butiran

Maulina, C.G. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 584-597

585

pasir pantai sehingga sudut geser dalam yang didapatkan lebih besar dari sampel pasir

pantai. Karena tanah pasir tidak memiliki kohesi maka kekuatannya hanya pada sudut

geser dalam; dengan demikian, pengaruh aspek mikro-fisik dan bentuk butiran pasir

terhadap karakteristik kuat gesernya harus diperhitungkan untuk aplikasinya sebagai

material geoteknik.

Kata kunci: Kuat Geser, Pasir Pantai, Pasir Vulkanik, Roundness, Sphericity

1. Pendahuluan

Dalam berbagai struktur sipil dan keairan, pasir merupakan salah satu bahan geoteknik yang sangat

dibutuhkan dan memiliki peranan yang sangat penting. Pasir memiliki banyak kegunaan, antara lain

sebagai bahan timbunan, filter, dan bahan campuran untuk stabilisasi tanah. Selain itu, pasir juga bisa

digunakan sebagai agregat halus dalam campuran beton, bahan spesi, perekat pasangan bata maupun

keramik, pasir urug, screed lantai, dan lain-lain. Fakta yang harus kita ketahui bahwa pasir berasal dari

berbagai sumber. Salah satu sumber terbesar dari pasir yaitu berasal dari endapan hasil erupsi gunung

berapi dan pasir pantai. Umumnya, pasir yang berasal dari hasil erupsi gunung berapi karena terbawa

aliran lahar dingin dan akhirnya mengendap di sungai. Sedangkan, pasir pantai dapat terdeposisi sebagai

hasil pasokan dari sungai dan juga dapat terbentuk dari proses hancurnya fragmen eksoskeleton maupun

proses geologis lainnya. Dari proses geologi yang berbeda ini, pasir vulkanik dan pasir pantai akan

memiliki karakteristik fisik dan bentuk butiran yang berbeda pula.

Sebagai contoh, khususnya di Pulau Jawa terdapat Gunung Merapi yang terletak di Jawa Tengah

dan Gunung Kelud yang terletak di Jawa Timur. Kedua gunung tersebut terakhir meletus pada tahun

2014. Aktivitas Gunung Kelud tergolong cukup tinggi dengan periode ulang aktivitas erupsi kurang

lebih sekitar 20-tahunan [1]. Gunung Kelud merupakan gunung berapi yang sering mengeluarkan

material vulkanik berupa abu (ash) yang kemudian dapat terdeposisi sesuai dengan arah hembusan

angin. Untuk terbentuknya pasir pantai, butiran sedimen pasir yang diangkut oleh sungai-sungai

akhirnya diendapkan di mulut sungai, dimana kecepatan arus tiba-tiba menurun. Kemudian, gelombang

laut (longshore currents) membawa sedimen pasir ke sepanjang garis pantai. Butiran sedimen pasir

yang dibawa oleh sungai-sungai juga dapat diendapkan pada flood plain [2].

Telah banyak kita ketahui bahwa kuat geser tanah terdiri dari 2 komponen utama, yaitu

friksi/gesekan dan kohesi. Tanah pasir tidak memiliki kohesi (atau mendekati nol) sehingga

kekuatannya hanya pada sudut geser dalam, yang berkaitan erat dengan friksi antar permukaan butiran,

sehingga aspek parameter fisik butiran berupa sphericity, roundness dan packing density berpengaruh

terhadap kuat geser material berbutir [3]. Pengaruh proses geologi dan faktor fisik terhadap sudut geser

dalam pasir backfill di Wisconsin Amerika Serikat menyimpulkan bahwa pasir dengan kuat geser

terendah terdiri dari partikel kuarsa yang telah mengalami pengangkutan ekstensif dan pelapukan fisik.

Pasir dengan kuat geser tertinggi mengalami pengangkutan dan pelapukan fisik yang lebih sedikit,

memiliki kandungan kuarsa yang lebih rendah, lebih bersudut, berukuran lebih besar, dan memiliki

rentang gradasi yang lebih lebar dibandingkan dengan pasir lainnya [4].

2. Bahan dan Metode

2.1 Bahan

Material dasar yang digunakan dalam studi ini adalah sampel tanah asli (undisturbed) maupun

sampel tanah terganggu (disturbed), yaitu pasir vulkanik dan pasir pantai dengan lokasi yang berbeda.

Pasir vulkanik yang digunakan berasal dari lokasi longsoran tebing sepanjang sungai aliran lahar dingin

Page 3: Evaluasi Pengaruh Sifat Mikro -Fisik dan Bentuk Butiran

Maulina, C.G. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 584-597

586

Sungai Kali Putih Kabupaten Blitar. Untuk pasir pantai, material dasar diambil dari lokasi beberapa

pantai di Kabupaten Malang.

Gambar 1: Lokasi Pengambilan Sampel Material Tanah Pasir; (a) dan (b) Area lahar dingin dari

Gunung Kelud di sepanjang Sungai Kali Putih; (c) dan (d) Pantai Wonogoro; (e) Pantai Jolangkung; dan

(f) Pantai Goa Cina di Kabupaten Malang

Terdapat 4 (empat) lokasi pengambilan sampel, dengan 2 (dua) titik dari lokasi longsoran tebing

sepanjang sungai aliran lahar dingin Sungai Kali Putih, 2 (dua) titik dari Pantai Wonogoro, 2 (dua) titik

dari Pantai Jolangkung, dan 1 (satu) titik dari Pantai Goa Cina.

2.2 Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pengambilan data

primer (secara langsung) menggunakan serangkaian uji di laboratorium dengan benda uji berupa

material pasir yang didapat dari dua proses geologi yang berbeda. Berikut tahapan pengerjaan pada

penelitian yang disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2: Tahapan Pengerjaan

Page 4: Evaluasi Pengaruh Sifat Mikro -Fisik dan Bentuk Butiran

Maulina, C.G. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 584-597

587

Pengerjaan penelitian ini dilakukan dengan alur dan tahapan pengerjaan yang runtut, agar

mendapatkan hasil dan tujuan yang diharapkan. Pengujian karakteristik fisik meliputi pengujian gradasi

butiran tanah asli (sieve analysis), pengujian berat jenis (specific gravity), pengujian kerapatan dan

angka pori (density dan void ratio), pengujian kapasitas absorpsi dan sudut tenang (angle of repose).

Pengujian karakteristik mikroskopik dan mineralogi pasir meliputi uji SEM (Scanning Electron

Microscope), SEM-EDX (Energy Dispersive X-Ray Analysis), dan XRD (X-Ray Diffraction) serta

aspek karakteristik mekanik pasir untuk mengetahui sudut geser dan sudut tenang tanah pasir.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Karakteristik Fisik Tanah Pasir

3.1.1 Pengujian Gradasi Butiran Tanah (Sieve Test)

Uji gradasi butiran tanah dilakukan untuk mengetahui variasi ukuran butiran dengan diameter

butiran >0,075 mm dengan cara diayak menggunakan ayakan standar American Standart Testing

Materials (ASTM). Selain ditujukan untuk mengetahui variasi butiran, kurva distribusi dapat

memperoleh nilai uniformity coefficient atau koefisien keseragaman (Cu), dan nilai gradation

coefficient atau koefisien gradasi (Cc). Dari koefisien tersebut, dapat diketahui tipe tanah pasir yang

termasuk dalam gradasi baik (well graded) atau bergradasi buruk (poorly graded). Pengujian gradasi

butiran tanah yang dilakukan hanya menggunakan metode analisis saringan.

Gambar 3: Kurva Gradasi Butiran Sampel Pasir Vulkanik

Berdasarkan distribusi butiran sampel pasir vulkanik sebagaimana tertera pada Gambar 3, sampel

VOL-A didominasi fine sand = 45,6%; medium sand = 20,4%; fine gravel = 18,4%; coarse sand = 10%;

dan fine silt = 5,6% dan sampel VOL-B didominasi fine sand = 51%; medium sand = 19,7%; fine gravel

= 16,5%; coarse sand = 10%; dan fine silt = 2,8%. Kurva gradasi butiran untuk sampel pasir pantai

disajikan pada Gambar 4 sebagai berikut:

Page 5: Evaluasi Pengaruh Sifat Mikro -Fisik dan Bentuk Butiran

Maulina, C.G. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 584-597

588

Gambar 4: Kurva Gradasi Butiran Sampel Pasir Pantai

Berdasarkan distribusi butiran sampel pasir pantai, sampel WONO-A didominasi fine sand =

94,4%; medium sand = 5,2%; dan fine silt = 0,4%; sampel WONO-B didominasi fine sand = 96,7%;

dan medium sand = 3,2%; sampel JOL-A didominasi fine sand = 61%; dan medium sand = 39%; sampel

JOL-B didominasi fine sand = 72,7%; dan medium sand = 27,3%; dan sampel GOA CINA didominasi

medium sand = 75,5%; fine sand = 24,1%; dan coarse sand = 0,4%. Berikut hasil rekapitulasi jenis

gradasi butiran di lokasi studi.

Tabel 1: Hasil Pengujian Gradasi Butiran

Sampel D₁₀ D₃₀ D₆₀ Cu Cc Klasifikasi Gradasi

PASIR VULKANIK

VOL – A 0,100 0,290 0,800 7,273 0,956 Sedikit Baik / SW

(Sand Well-graded)

VOL – B 0,140 0,280 0,760 5,429 0,737 Buruk / SP

(Sand Poorly-graded)

PASIR PANTAI

WONO-A 0,160 0,270 0,390 2,438 1,168 Buruk / SP

(Sand Poorly-graded)

WONO-B 0,210 0,300 0,400 1,905 1,071 Buruk / SP

(Sand Poorly-graded)

JOL-A 0,190 0,300 0,590 3,105 0,803 Buruk / SP

(Sand Poorly-graded)

JOL-B 0,260 0,340 0,500 1,923 0,889 Buruk / SP

(Sand Poorly-graded)

GOA CINA 0,350 0,620 0,730 2,086 1,505 Buruk / SP

(Sand Poorly-graded)

Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa sampel VOL-A memiliki gradasi butiran

“mendekati baik” karena nilai Cu > 6 dan nilai Cc ≤ 1. Sedangkan untuk sampel VOL-B dan semua

sampel pasir pantai, yaitu pasir pantai Wonogoro, Jolangkung, dan Goa Cina, memiliki gradasi butiran

Page 6: Evaluasi Pengaruh Sifat Mikro -Fisik dan Bentuk Butiran

Maulina, C.G. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 584-597

589

“buruk” karena nilai Cu < 6 dan Cc ≤ 1. Sedangkan, grafik komposisi jenis gradasi butiran untuk setiap

sampel pasir yang disajikan dalam Gambar 5.

Gambar 5: Grafik Komposisi Jenis Gradasi Butiran Sampel Pasir Vulkanik dan Pasir Pantai

Berdasarkan hasil analisis saringan dan nilai Cu & Cc maka VOL-A termasuk pasir bergradasi

“mendekati baik” sedangkan VOL-B dan semua sampel pasir pantai dari Pantai Wonogoro, Jolangkung,

dan Goa Cina termasuk kategori pasir bergradasi “buruk”. Dari komposisi fraksi butiran, hampir semua

sampel pasir vulkanik dan pantai didominasi oleh butiran pasir halus (fine sand), kecuali pada pasir

pantai Goa Cina yang didominasi oleh fraksi pasir medium (medium sand). Pada pasir besi pantai

Wonogoro, dominasi fraksi pasir halus sangat tinggi yaitu lebih dari 90%.

3.1.2 Pengujian Berat Jenis (Specific Gravity)

Pengujian specific gravity (Gs) dilakukan dengan tujuan untuk menentukan berat jenis tanah

pada setiap sampel tanah pasir. Berikut tabel hasil pengujian Gs dari material tanah pasir di lokasi studi.

Tabel 2: Hasil Pengujian Spesific Gravity

Sampel Nilai Gs

(gram/cm3) Jenis Tanah Pasir

PASIR VULKANIK

VOL – A 2,783 Pasir (sand)

VOL – B 2,803 Pasir (sand)

PASIR PANTAI

WONO-A 3,424 Pasir Besi (soils with iron)

WONO-B 2,669 Pasir (sand)

JOL-A 2,828 Pasir Besi (soils with iron)

JOL-B 2,695 Pasir (sand)

GOA CINA 2,649 Pasir (sand)

Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan harga Gs untuk sampel pasir vulkanik sebesar 2,783

– 2,803 yang sedikit lebih tinggi dari nilai Gs untuk pasir pada umumnya [5]. Harga Gs pada sampel

pasir pantai berkisar antara 2,649 – 2,828. Namun pada pasir besi pantai Wonogoro (sampel WONO-

A) didapatkan harga Gs yang sangat tinggi yaitu sebesar 3,424 dimana hal ini umum dijumpai pada

pasir besi sesuai referensi [6].

Page 7: Evaluasi Pengaruh Sifat Mikro -Fisik dan Bentuk Butiran

Maulina, C.G. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 584-597

590

3.1.3 Pengujian Kerapatan dan Angka Pori (Density and Void Ratio)

Pengujian relative density (Dr) digunakan untuk menunjukkan kerapatan dari tanah berbutir

(granular) di lapangan. Kerapatan relatif didefinisikan sebagai perbandingan antara angka pori tanah

pada keadaan paling lepas dan paling padat. Sedangkan angka pori (void ratio) didefinisikan sebagai

perbandingan antara volume rongga dengan volume butiran partikel tanah. Pengujian ini bertujuan

untuk mengetahui berat isi, kerapatan relatif, angka pori, dan porositas dari setiap material yang diuji.

Untuk pemodelan tanah pasir yang digunakan yaitu Dr 70% dan Dr 50%. Dengan menggunakan Dr

70% dan Dr 50% diharapkan dapat memodelkan kondisi tanah yang mewakili keadaan tanah di

lapangan dengan kerapatan tanah padat (denses) dan keadaan dengan kerapatan tanah lepas (looses).

Tabel 3: Hasil Pengujian Kerapatan dan Angka Pori Tanah Pasir

Sampel

Ws

Loose

Ws

Dense

γd

min

γd

max Gs

e min e max

e

(Dr =

50%)

e

(Dr =

70%) gram gram/cm3

PASIR VULKANIK

VOL – A 538 628 1,456 1,699 2,783 0,638 0,912 0,775 0,720

VOL – B 546 678 1,477 1,834 2,803 0,528 0,897 0,713 0,639

PASIR PANTAI

WONO-A 734 864 1,986 2,338 3,424 0,465 0,724 0,594 0,542

WONO-B 530 624 1,434 1,688 2,669 0,581 0,861 0,721 0,665

JOL-A 554 634 1,499 1,715 2,828 0,649 0,887 0,768 0,720

JOL-B 562 630 1,521 1,705 2,695 0,581 0,772 0,677 0,638

GOA CINA 500 570 1,353 1,542 2,649 0,717 0,958 0,838 0,790

Hubungan angka pori tanah dengan kerapatan tanah berbutir menunjukan bahwa semakin

rendah kerapatan tanah berbutir maka semakin besar angka pori tanah, sebaliknya semakin tinggi

kerapatan tanah berbutir maka semakin kecil angka pori tanahnya.

3.1.4 Kapasitas Absorpsi

Pengujian kapasitas absorpsi atau penyerapan bertujuan untuk mengukur kemampuan butiran

atau agregat tanah untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan

kering/JPK (SSD = Saturated Surface Dry).

Tabel 4: Hasil Pengujian Kapasitas Absorpsi

Sampel WSSD

(gram)

Wo.dry

(gram) Kapasitas Absorpsi (%)

PASIR VULKANIK

VOL – A 500 464 7,7586

VOL – B 500 470 6,3830

PASIR PANTAI

WONO-A 500 490 2,0408

WONO-B 500 490 2,0408

JOL-A 500 488 2,4590

JOL-B 500 488 2,4590

GOA CINA 500 486 2,8807

Dari pengujian kapasitas absorpsi didapatkan bahwa sampel pasir vulkanik memiliki kapasitas

absorpsi yang lebih tinggi dari sampel pasir pantai; hal ini mungkin disebabkan karena besarnya jumlah

pori mikro pada butiran pasir vulkanik.

Page 8: Evaluasi Pengaruh Sifat Mikro -Fisik dan Bentuk Butiran

Maulina, C.G. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 584-597

591

3.1.5 Sphericity dan Roundness

Pengukuran sphericity dan roundness ditujukan untuk mengetahui morfologi partikel yang

dilakukan dengan membandingkan setiap butiran dengan bantuan grafik standar seperti yang diusulkan

oleh Krumbein [7]. Grafik usulan Krumbein digunakan untuk memperkirakan nilai sphericity dan

roundness dari suatu butiran tanah. Berikut contoh hasil pengukuran sphericity dan roundness.

Gambar 6: Bentuk Partikel Sampel VOL-A

Hasil pengukuran sphericity dan roundness pada sampel pasir vulkanik menunjukkan bahwa

bentuk partikel jauh dari bentuk bulat; hal ini mengindikasikan bahwa material tebing sungai adalah

material vulkanik dari erupsi Gunung Kelud yang langsung tertimbun di tebing sungai. Berdasarkan

klasifikasi Zingg [12], diperoleh hasil pengujian sebagai berikut.

Tabel 5: Hasil Pengujian Sphericity dan Roundness

Sampel Sphericity Roundness Keterangan

PASIR VULKANIK

VOL – A (1) 0,5 0,4 Low Sphericity-Sub Angular (Bladed-Oblate)

VOL – A (5) 0,5 0,5 Low Sphericity-Sub Angular (Bladed-Oblate)

VOL – A (7) 0,4 0,5 Low Sphericity-Sub Angular (Bladed-Oblate)

VOL – A (1) 0,4 0,4 Low Sphericity-Sub Angular (Bladed-Oblate)

VOL – A (2) 0,5 0,4 Low Sphericity-Sub Angular (Bladed-Oblate)

VOL – A (6) 0,5 0,4 Low Sphericity-Sub Angular (Bladed-Oblate)

PASIR PANTAI

WONO (2) 0,4 0,6 Low Sphericity-Sub Rounded (Oblate)

WONO (8) 0,4 0,6 Low Sphericity-Sub Rounded (Oblate)

WONO (10) 0,5 0,4 Low Sphericity-Sub Angular (Oblate)

JOL (1) 0,4 0,4 Low Sphericity-Sub Angular (Oblate)

JOL (3) 0,4 0,5 Low Sphericity-Sub Angular (Oblate)

JOL (6) 0,5 0,3 Low Sphericity-Sub Angular(Oblate)

GOA CINA (1) 0,4 0,6 Low Sphericity-Sub Rounded (Oblate)

GOA CINA (5) 0,5 0,5 Low Sphericity-Sub Rounded (Oblate)

GOA CINA (6) 0,5 0,6 Low Sphericity-Sub Rounded (Oblate)

Berdasarkan hasil pengukuran, semua sampel termasuk kategori low sphericity, berarti butiran

yang cukup stabil atau tidak mudah bergerak. Dengan nilai roundness yang tidak begitu besar

Page 9: Evaluasi Pengaruh Sifat Mikro -Fisik dan Bentuk Butiran

Maulina, C.G. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 584-597

592

menunjukkan tingkat kebolaan yang rendah, sehingga jarak transpor material tidak terlalu jauh.

Berdasarkan bentuk butiran, sampel pasir vulkanik diklasifikasikan dalam kategori butiran sub-angular

serta memiliki bentuk butiran bladed-oblate (bentuk pipih memanjang), sedangkan sampel pasir pantai

dengan rentang kategori butiran dari sub-angular sampai dengan sub-rounded serta memiliki butiran

yang didominasi bentuk oblate (bentuk bulat sedikit pipih).

3.2 Klasifikasi Tanah

3.2.1 Sistem USCS

Tanah pasir diklasifikasikan dalam 2 (dua) kategori utama yaitu: kategori pertama tanah

berbutir kasar (coarse-grained soils) yang terdiri dari kerikil dan pasir yang kurang dari 50% lolos

saringan no.200 dengan simbol yang diawali dengan G untuk kerikil (gravel) atau S untuk pasir (sand)

dan kategori kedua tanah berbutir halus (fine-grained soils) yang mana sampel tanah lebih dari 50%

lolos saringan no.200 dengan simbol kelompok yang diawali M untuk lanau inorganik, C untuk

lempung inorganik, O untuk lanau dan lempung. Selain simbol-simbol yang telah dijelaskan, terdapat

simbol lain seperti W untuk well graded (gradasi baik) dan P untuk poorly graded (gradasi buruk) [8].

Tabel 6: Hasil Klasifikasi Sistem USCS

Sampel Simbol Jenis Tanah Pasir

PASIR VULKANIK

VOL – A SW

(Sand Well-graded)

Pasir bergradasi-baik, pasir berkerikil, sedikit

mengandung butiran halus

VOL – B SP

(Sand Poorly-graded)

Pasir bergradasi-buruk, pasir berkerikil, sedikit atau

tidak mengandung butiran halus

PASIR PANTAI

WONO-A SP

(Sand Poorly-graded)

Pasir bergradasi-buruk, pasir berkerikil, sedikit atau

tidak mengandung butiran halus

WONO-B SP

(Sand Poorly-graded)

Pasir bergradasi-buruk, pasir berkerikil, sedikit atau

tidak mengandung butiran halus

JOL-A SP

(Sand Poorly-graded)

Pasir bergradasi-buruk, pasir berkerikil, sedikit atau

tidak mengandung butiran halus

JOL-B SP

(Sand Poorly-graded)

Pasir bergradasi-buruk, pasir berkerikil, sedikit atau

tidak mengandung butiran halus

GOA CINA SP

(Sand Poorly-graded)

Pasir bergradasi-buruk, pasir berkerikil, sedikit atau

tidak mengandung butiran halus

Berdasarkan sistem klasifikasi USCS didapatkan klasifikasi VOL-A sebagai jenis tanah pasir

dengan simbol SW (Sand Well-graded) sedangkan sampel VOL-B dan seluruh sampel pasir pantai

diklasifikasikan sebagai jenis tanah pasir dengan simbol SP (Sand Poorly-graded).

3.2.2 Sistem AASHTO

Menurut AASHTO dapat dibagi menjadi tujuh kelompok dinyatakan dengan simbol A-1, A-2, A-

3, A-4, A-5, A-6 dan A-7. Dari ketujuh kelompok klasifikasi AASHTO, secara umum dengan simbol

A-1 untuk tanah yang paling baik dan simbol A-7 untuk tanah paling buruk.

Page 10: Evaluasi Pengaruh Sifat Mikro -Fisik dan Bentuk Butiran

Maulina, C.G. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 584-597

593

Tabel 6: Hasil Klasifikasi Sistem AASHTO

Sampel Simbol Jenis Tanah Pasir

PASIR VULKANIK

VOL – A A-1b Tanah yang terdiri dari kerikil dan pasir kasar dengan sedikit atau tanpa

butir halus, dengan atau tanpa sifat plastis

VOL – B A-1b Tanah yang terdiri dari kerikil dan pasir kasar dengan sedikit atau tanpa

butir halus, dengan atau tanpa sifat plastis

PASIR PANTAI

WONO-A A-3 Kelompok batas tanah berbutir kasar dan halus, campuran kerikil/pasir

dengan tanah berbutir halus cukup banyak (<35%).

WONO-B A-3 Kelompok batas tanah berbutir kasar dan halus, campuran kerikil/pasir

dengan tanah berbutir halus cukup banyak (<35%).

JOL-A A-1b Tanah yang terdiri dari kerikil dan pasir kasar dengan sedikit atau tanpa

butir halus, dengan atau tanpa sifat plastis

JOL-B A-1b Tanah yang terdiri dari kerikil dan pasir kasar dengan sedikit atau tanpa

butir halus, dengan atau tanpa sifat plastis

GOA CINA A-1a Tanah yang terdiri dari kerikil dan pasir kasar dengan sedikit atau tanpa

butir halus, dengan atau tanpa sifat plastis.

Berdasarkan sistem klasifikasi AASTHO [9], sampel pasir vulkanik VOL-A dan VOL-B serta

sampel pasir pantai Jolangkung termasuk klasifikasi sebagai tanah berbutir kasar A-1b. Sampel pasir

pantai Wonogoro termasuk klasifikasi A-3 sedangkan untuk sampel pasir pantai Goa Cina termasuk

sebagai tanah berbutir kasar dengan simbol A-1a.

3.2.3 Sistem JGS

Sistem klasifikasi ini dikembangkan untuk jenis tanah vulkanik. Klasifikasi tanah JGS

diklasifikasikan tergantung pada besar Finer Content (Fc) % 75 m (lolos saringan no.200) yang

dibedakan menurut tanah vulkanik dengan Fc < 50% untuk jenis tanah kasar vulkanik dan Fc > 50%

untuk jenis tanah halus vulkanik [10].

Tabel 7: Hasil Klasifikasi Sistem JGS

Sampel Prosentase lolos ayakan no.200 Simbol Jenis Tanah

VOL – A 5,60% S-V Sand-Volcanic

VOL – B 2,81% V Volcanic

Sesuai dengan sistem klasifikasi JGS untuk tanah vulkanik, pasir tebing Sungai Kali Putih

termasuk dalam jenis tanah Coarse-grained soil dengan nilai Fc<50%. Untuk sampel VOL-B termasuk

dalam kategori Volcanic Soil, sedangkan sampel VOL-A termasuk dalam kategori Sand Volcanic.

Berdasarkan klasifikasi McPhie (1993), didapatkan tanah hasil letusan gunung Kelud didominasi oleh

tanah yang berupa ash untuk seluruh sampel [11].

3.3 Karakteristik Mikroskopik dan Mineralogi Tanah Pasir

3.3.1 Hasil Pengujian SEM (Scanning Electron Microscope)

Uji SEM ini menggunakan pacaran sinar elektron yang kemudian diolah oleh detektor sehingga

mampu menangkap permukaan suatu benda uji. Hasil uji SEM akan ditampilkan pada gambar berikut.

.

Page 11: Evaluasi Pengaruh Sifat Mikro -Fisik dan Bentuk Butiran

Maulina, C.G. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 584-597

594

Gambar 7: Hasil Pengujian SEM & SEM-EDX Sampel VOL-A

Berdasarkan hasil uji SEM-EDX pada sampel pasir vulkanik VOL-A dan VOL-B terlihat sama-

sama memiliki rongga-rongga udara pada butiran material sampel, namun sampel VOL-A memiliki

lebih sedikit rongga daripada sampel VOL-B. Tekstur batuan vulkanik yang ditandai dengan banyak

rongga (diketahui selaku vesikel) di permukaan serta di dalam. Rongga yang tercipta pada cara ekstrusi

dimana rongga diisi oleh gas yang terjebak di dalam ataupun mineral inferior. Banyak unsur rongga

yang besar membuktikan titik berat gas yang besar alhasil wujudnya runcing serta bergerigi [13].

Sedangkan, untuk sampel pasir pantai Wonogoro, Jolangkung, dan Goa Cina terlihat jelas bahwa

terdapat rongga-rongga udara pada butiran material sampel dimana Sampel Goa Cina yang paling

sedikit memiliki rongga pada butirannya. Hasil komposisi kimia pada material dari analisis EDX

memberikan informasi untuk semua sampel memiliki unsur yang paling banyak yaitu oksigen. Selain

itu terdapat unsur natrium (Na), magnesium (Mg), aluminium (Al), silikon (Si), kalium (K), kalsium

(Ca), titanium (Ti), klorin (Cl), dan ferrum (Fe) atau besi.

Dari analisis EDX pada pasir vulkanik VOL-A terindikasi dua unsur utama yaitu oksigen (O) dan

silikon (Si), sedangkan untuk sampel VOL-B terindikasi tiga unsur utama pembentuk sampel VOL-B

yaitu adalah oksigen (O), besi/ferrum (Fe) dan silikon (Si). Pada sampel pasir pantai Wonogoro

terindikasi 2 unsur utama yaitu oksigen (O) dan besi (Fe) sedangkan sampel pasir pantai Jolangkung

memiliki 3 unsur utama pembentuknya adalah oksigen (O), besi/ferrum (Fe) dan silikon (Si). untuk

sampel pasir pantai Goa Cina terindikasi 2 unsur utama yaitu oksigen (O) dan kalsium (Ca), dimana

unsur Ca ini yang menyebabkan warna pasir Goa Cina lebih putih dari pasir pantai lainnya.

3.3.2 Hasil Pengujian X-RD (X-Ray Diffraction)

Analisa dengan metode X-RD ini dilakukan untuk mendapatkan kandungan mineral primer

mudah lapuk yang hasilnya dapat dianalisa berdasarkan grafik yang mampu menunjukkan kandungan

mineral. Hasil uji X-RD akan ditampilkan pada gambar berikut.

Page 12: Evaluasi Pengaruh Sifat Mikro -Fisik dan Bentuk Butiran

Maulina, C.G. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 584-597

595

Gambar 8: Hasil Pengujian X-RD Sampel VOL-A

Sesuai dengan hasil X-RD yang telah dilakukan diperoleh hasil kandungan senyawa dalam kedua

sampel pasir vulkanik adalah anorthite (Ca(Al2Si2O8)) dan enstatite (Mg2(Si2O6)). Pada sampel VOL-

A terdapat senyawa anorthite sebesar 76% dan enstatite sebesar 24% sedangkan sampel VOL-B

terdapat senyawa anorthite sebesar 80,2%, enstatite sebesar 17,8% dan kuarsa yaitu cristobalite (SiO2)

sebesar 2%. Hasil analisa X- RD bila dihubungkan dengan reaksi Bowen bahwa anorthite dan piroksen

ialah senyawa yang umum terkandung dalam material masih muda serta belum alami pelapukan dengan

cara sempurna [14].

3.4 Karakteristik Mekanik Tanah Pasir

3.4.1 Pengujian Uji Kuat Geser Langsung

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan parameter kuat geser tanah kohesi (c) dan sudut

geser tanah (Ø).

Gambar 9: Grafik Rekapitulasi Hasil Pengujian Kuat Geser Sampel Pasir Vulkanik dan Pasir Pantai

untuk Pemodelan dengan Kepadatan Dr 50% dan Dr 70%

Untuk sampel pasir vulkanik pemodelan Dr 50% (39,74˚-46,97˚) dengan nilai sudut geser terkecil

yaitu VOL-A sebesar 39,74˚ dan nilai sudut geser pasir terbesar yaitu VOL-B sebesar 46,97˚, sedangkan

untuk pemodelan Dr 70% (42,84˚-47,81˚) dengan nilai sudut geser pasir (ø) terkecil pada sampel pasir

Page 13: Evaluasi Pengaruh Sifat Mikro -Fisik dan Bentuk Butiran

Maulina, C.G. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 584-597

596

VOL-B sebesar 42,84˚ dan nilai sudut geser pasir terbesar yaitu VOL-A sebesar 47,81˚. Untuk sampel

pasir pantai memiliki nilai sudut geser dalam (Ø) untuk pemodelan Dr 50% sebesar 25,03˚- 42,84˚,

sedangkan untuk pemodelan Dr 70% sebesar 35,13˚- 43,81˚.

Dari hubungan antara kerapatan tanah berbutir dan sudut geser dalam tanah (ø) didapatkan bahwa

semakin besar prosentase kepadatan tanah pasir maka jarak antar butiran semakin kecil. Sehingga,

butiran-butiran saling mengunci satu sama lain dan sudut geser antar butiran juga semakin besar.

3.4.2 Pengujian Angle of Repose

Wawasan mengenai sudut tenang sangat berarti apabila kita ingin mengetahui karakteristik dengan

material berbutir kasar. Sebagai contoh, keamanan timbunan material berbutir semacam batu bara,

kerikil ataupun materi tambang berbutir yang lain memerlukan pemahaman mengenai sudut tenang dari

material itu [15]. Dari hasil pengujian angle of repose dan zone of influence sangat mempunyai peranan

penting dalam mengetahui sudut kemiringan dari suatu material berbutir dalam mengalami keruntuhan.

Pada suatu material berbutir yang berada di dalam sudut tenang akan mengunci satu sama lain dan tidak

akan runtuh ke dalam galian. Tetapi material tanah yang berada di luar area sudut tenang akan berada

di dalam “zona pengaruh”, dimana material ini akan berpotensi untuk mengalami keruntuhan.

Gambar 10: Grafik Hubungan Sudut Tenang (α) dan Sudut Geser Pasir (Ø) di Lokasi Studi untuk

Pemodelan dengan Dr 70% dan Dr 50%

Sampel pasir vulkanik lebih tinggi dari pasir pantai; hal ini mungkin disebabkan pasir vulkanik

memiliki permukaan butiran yang lebih kasar dari pasir pantai sehingga lebih stabil terhadap keruntuhan

lereng. Hal itu berkaitan dengan karakteristik fisik material tanah yaitu semakin padat partikel butiran

tanah maka semakin besar sudut geser dan semakin kecil sudut tenang tanahnya.

4. Kesimpulan

Secara umum, pasir vulkanik memiliki permukaan butiran yang lebih kasar dari pasir pantai

sehingga sudut geser dalam yang didapatkan juga lebih besar dari sampel pasir pantai. Sudut geser

dalam juga berkaitan erat dengan struktur dari sampel pasir, dimana pasir vulkanik dengan struktur

permukaan lebih kasar, memiliki sudut lebih lancip, bentuk partikel sub-angular (tajam), bladed-oblate

(bentuk pipih memanjang) memiliki sudut geser dalam yang lebih besar dari pasir pantai dengan

struktur permukaan halus, memiliki sudut yang kecil dikarenakan bulat, bentuk partikel sub-rounded

(bulat), oblate (bentuk bulat sedikit pipih). Karena tanah pasir tidak memiliki kohesi maka kekuatannya

Page 14: Evaluasi Pengaruh Sifat Mikro -Fisik dan Bentuk Butiran

Maulina, C.G. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 584-597

597

hanya pada sudut geser dalam; dengan demikian, pengaruh aspek mikro-fisik dan bentuk butiran pasir

terhadap karakteristik kuat gesernya harus diperhitungkan untuk aplikasinya sebagai material

geoteknik. Dari hasil pengujian sudut tenang (angle of repose) untuk sampel pasir vulkanik lebih tinggi

dari pasir pantai; hal ini mungkin disebabkan pasir vulkanik memiliki permukaan butiran yang lebih

kasar dari pasir pantai sehingga lebih stabil terhadap keruntuhan lereng. Untuk menjamin keamanannya

pada galian dan timbunan, maka besar sudut tenang pada pasir vulkanik dan pasir pantai harus

diperhitungkan secara teliti.

Daftar Pustaka

[1] Wardhana, et al. Pemetaan Daerah Rawan Jatuhan Material Piroklastik, Kasus Erupsi

Gunungapi Kelud 2014. Bagian I. 2014.

[2] G.S. Visher. Grain Size Distributions and Depositional Processes, Jour. Sedimentary

Petrology, in Friedman, G.M. and Johnson, K.G., 1982, Exercises in Sedimentology, John

Wiley & Sons Inc, New York: 208 pp. 1969.

[3] Santamarina & Cho. Soil Behaviour: The Role of Particle Shape. Advances in Geotechnical

Engineering: The Skempton Conf., Thomas Telford, 2004, London, 604–617. 2004.

[4] Bareither, et al. Geological and Physical Factors Affecting the Friction Angle of Compacted

Sands. Journal of Geotechnical and Geoenvironmental Engineering, Vol. 134, No. 10, October

1, 2008.

[5] H.C. Hardiyatmo. Mekanika Tanah 1 Edisi kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

2010.

[6] Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Gerakan Tanah. Bandung: Kementrian Energi

dan Sumber Daya Mineral, Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

2015.

[7] W.C. Krumbein and L.L. Sloss. Stratigraphy and Sedimentation. 2nd. Ed. W. H. Freeman and

Company. London. 1951.

[8] J.E. Bowles. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah). Jakarta: Erlangga. 1991.

[9] B.M. Das. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

1995.

[10] S. Matsumura. Laboratory and In-Situ Studies on Mechanical Properties of Volcanic Soil

Embankment in Cold Region. Hokkaido University. 2014.

[11] J. McPhie, M. Doyle, R. Allen. Volcanic Textures A Guide to The Interpretation of textures in

volcanic rocks. Tasmania : Centre for Ore Deposit and Exploration Studies. 1993.

[12] D.O. Latif, et al. Chemical Characteristics of Volcanic Ash in Indonesia for Soil Stabilization,

Morphology and Mineral Content. Journal of GEOMATE. Vol. 11(26): 2606-2610. 2016.

[13] J.K. Mitchell, Soga. Fundamental of Soil Behavior. 3rd ed. John Wiley & Sons. New York.

2005.

[14] Zingg. Beiträge zur Schotteranalyse: Min. Petrog. Mitt. Schweiz., 15:39-140. 1935.

[15] N. Sultan. Angle of repose. Particle Technology Lab Report CH-244, University of Engineering

and Technology, Lahore KSK Campus. 2005.