faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan mikro ... · memotivasi, dan teman-teman...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REALISASI
PEMBIAYAAN MIKRO SYARIAH DAN DAMPAKNYA
TERHADAP OMZET USAHA NASABAH
(STUDI KASUS KJKS BMT UGT SIDOGIRI CABANG
KOJA JAKARTA)
NADIAH HIDAYATI
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Realisasi Pembiayaan Mikro Syariah dan Dampaknya terhadap
Omzet Usaha Nasabah (Studi Kasus KJKS BMT UGT Sidogiri Cabang Koja
Jakarta) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Nadiah Hidayati
NIM H54100042
ABSTRAK
NADIAH HIDAYATI. Faktor-faktor yang Memengaruhi Realisasi Pembiayaan
Mikro Syariah dan Dampaknya terhadap Omzet Usaha Nasabah (Studi Kasus
KJKS BMT UGT Sidogiri Cabang Koja Jakarta). Dibimbing oleh
WIDYASTUTIK dan RANTI WILIASIH.
Usaha mikro memiliki peran dalam perkembangan ekonomi nasional.
Akan tetapi, pelaku usaha mikro menghadapi permasalahan yaitu keterbatasan
modal. Studi ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi
pembiayaan yang diberikan BMT dan pengaruhnya terhadap omzet usaha nasabah.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April di KJKS BMT UGT Sidogiri
cabang Koja Jakarta. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling
dengan total responden sebanyak 30 orang. Hasil analisis dengan menggunakan
metode OLS membuktikan bahwa variabel aset usaha, frekuensi pembiayaan,
jangka waktu angsuran, dan dummy usaha berpengaruh signifikan terhadap
realisasi pembiayaan. Sedangkan, faktor-faktor yang memengaruhi omzet usaha
nasabah adalah aset usaha, jumlah pembiayaan, laba usaha setelah pembiayaan,
lama pendidikan, lama usaha, dan dummy usaha.
Kata kunci: BMT, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, OLS, Usaha Mikro
ABSTRACT
NADIAH HIDAYATI. The Factors Affecting The Amount of Islamic
Microfinance and Its Impact on Customer’s Turnover (Case Study KJKS BMT
UGT Sidogiri Branch Koja Jakarta). Supervised by WIDYASTUTIK and RANTI
WILIASIH.
Micro-business has a role of the national economy development. However,
micro scale entrepreneurs face problems of limited capital. This study to analyze
the factors affecting the amount of the financing provided BMT and their impact
on bussiness turnover. This research was conducted in March-April at KJKS BMT
UGT Sidogiri branch Koja Jakarta. This research used a purposive sampling
technique with a total of 30 respondents. OLS analysis results proved that
business asset, frequency financing, installment period, and dummy business have
significantly effect on the realization of financing. Meanwhile, the factors
affecting the customer’s turnover are business asset, amount of financing,
business profit after financing, time duration of educational, time duration of
business, and dummy business.
Keywords: BMT, Islamic Microfinance Institutions, Micro Enterprises, OLS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Ilmu Ekonomi Syariah
Departemen Ilmu Ekonomi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REALISASI
PEMBIAYAAN MIKRO SYARIAH DAN DAMPAKNYA
TERHADAP OMZET USAHA NASABAH
(STUDI KASUS KJKS BMT UGT SIDOGIRI CABANG
KOJA JAKARTA)
NADIAH HIDAYATI
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan judul
Faktor-faktor yang Memengaruhi Realisasi Pembiayaan Mikro Syariah dan
Dampaknya terhadap Omzet Usaha Nasabah (Studi Kasus KJKS BMT UGT
Sidogiri Cabang Koja Jakarta). Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dan pemimpin terbaik bagi
umat manusia.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Widyastutik, M.Si dan Ranti
Wiliasih, M.Si selaku dosen pembimbing atas arahan dan bimbingannya dalam
penulisan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr
Lukytawati Anggraeni selaku dosen penguji utama dan Ibu Laily Dwi Asryianti,
MA selaku dosen komisi pendidikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Papa Zubeir Nasution, Mama Siti Chadijah, adik Muhammad Reza
Fahlevi, Tante Dede, serta seluruh keluarga atas doa dan dukungannya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen dan staf Departemen
Ilmu Ekonomi, para pengurus KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta dan
responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini, sahabat terbaik selama
perkuliahan Sari Khairunnisa dan Penny Septina, sahabat sejak TPB Nurul,
Rosalin, Esya, Ezik, dan Febrina, sahabat SMA April, teman sebimbingan Uke,
Tika, Qintha, Zulfi, Anggo, untuk Puspa dan Ninda yang selalu menghibur dan
memotivasi, dan teman-teman Ekonomi Syariah 47 serta kepada teman-teman
yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas segala momen, pelajaran, bantuan,
dan waktu kebersamaannya. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Nadiah Hidayati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 5
Ruang Lingkup Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
Definisi dan Kriteria Usaha Mikro 6
Financial Inclusion 6
Peran dan Fungsi BMT 7
The Backward-Bending Supply of Credit 8
Asimetri Informasi 9
Pembiayaan Syariah 9
Total Revenue 11
Penelitian Terdahulu 11
Kerangka Pemikiran Konseptual 12
Hipotesis 14
METODE 14
Jenis dan Sumber Data 14
Lokasi dan Waktu Penelitian 14
Metode Pengumpulan Data 15
Metode Pengolahan dan Analisis Data 15
Pengujian Hipotesis 17
Evaluasi Model 18
Definisi Operasional 19
GAMBARAN UMUM 19
HASIL DAN PEMBAHASAN 20
Karakteristik Responden 20
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Realisasi Pembiayaan 26
Pengaruh Pembiayaan Mikro Syariah terhadap Omset Usaha 29
SIMPULAN DAN SARAN 31
Simpulan 31
Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 35
RIWAYAT HIDUP 45
DAFTAR TABEL
1 Perkembangan usaha mikro berdasarkan unit usaha, tenaga kerja, dan
PDB Atas Harga Konstan 2000 tahun 2008-2012 1 2 Jumlah kredit usaha mikro kecil menengah bank umum periode Juli-
Desember tahun 2013 3 3 Jumlah pembiayaan yang diberikan KJKS BMT UGT Sidogiri cabang
Jakarta Koja hingga April 2014 4 4 Kriteria UMKM berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008 6 5 Aset KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Jakarta Koja hingga April 2014 20 6 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan usia 21 7 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan jenis kelamin 21 8 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan tingkat pendidikan akhir 22 9 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan jenis usaha 22
10 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan lama usaha 22 11 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan agunan 23 12 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan legalitas usaha 23 13 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan modal usaha 23 14 Akses pinjaman pada lembaga keuangan 24
15 Preferensi responden mengenai pembiayaan 26 16 Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan
mikro syariah di KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Jakarta Koja 28
17 Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan usaha 31
DAFTAR GAMBAR
1 Perbandingan pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Berlaku tahun
2011-2012 2 2 Teori Backward-Bending supply of credit 8
3 Total Revenue 11
4 Kerangka pemikiran 13 5 Pengajuan dan pencairan pembiayaan 25 6 Akad pembiayaan responden 25
DAFTAR LAMPIRAN
7 Kuesioner penelitian 30
8 Hasil estimasi model persamaan 1 40
9 Hasil uji normalitas persamaan 1 40 10 Hasil uji heteroskedastisitaspersamaan 1 40
11 Hasil uji autokorelasipersamaan 1 40 12 Hasil ujimultikolinieritas persamaan 1 41 13 Hasil estimasi model persamaan 2 41 14 Hasil uji normalitas persamaan 2 41 15 Hasil uji heteroskedastisitas persamaan 2 41
16 Hasil uji autokorelasi persamaan 2 42 17 Hasil uji multikolinieritas persamaan 2 42 18 Output data model persamaan 1 43 19 Output data model persamaan 2 44
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami pertumbuhan
ekonomi positif ketika krisis ekonomi global dunia pada semester kedua tahun
2008 sebesar 6.1% (BPS2009). Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari
peran sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Usaha mikro
mempunyai peran penting dalam perkembangan ekonomi nasional. Kinerja usaha
mikro dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja, dan kontribusinya terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) yang meningkat tahun 2008-2012.
Tabel 1 Perkembangan usaha mikro berdasarkan unit usaha, tenaga kerja, dan
PDB Atas Harga Konstan 2000 tahun 2008-2012
Tahun Unit Usaha (unit) Tenaga Kerja
(orang)
PDB Atas Harga Konstan
(milyar rupiah)
2008 50 847 771 87 810 366 655 703.8
2009 52 176 771 89 960 695 682 259.8
2010 53 504 416 91 729 384 719 070.2
2011 54 559 969 94 957 797 761 228.8
2012 55 856 176 99 859 517 790 825.6 Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 1, selama periode 2008-2012, perkembangan unit usaha
mikro menunjukkan tren positif. Pada tahun 2011, banyaknya pelaku usaha mikro
mencapai 98.82% dari total 55 206 444 pelaku UMKM di Indonesia (Kemenkop
UKM 2013). Unit usaha mikro mencapai 55 856 176 unit pada tahun 2012. Angka
ini dapat menunjukkan bahwa usaha mikro memiliki keunggulan saat krisis global
2008 sehingga dapat menjadi penopang utama perekonomian Indonesia.
Usaha mikro juga memiliki peran vital dalam penyerapan tenaga kerja.
Jumlah usaha mikro yang terus meningkat ini diharapkan bisa sebanding dengan
penyerapan tenaga kerja. Sama seperti unit usaha, jumlah tenaga kerja pada sektor
usaha mikro periode 2008-2012 juga menunjukkan tren positif. Peningkatan
jumlah unit usaha mikro berbanding lurus dengan penyerapan tenaga kerja pada
sektor usaha mikro. Pada tahun 2011, UMKM mampu menyerap tenaga kerja
sebesar 101 722 458 orang atau 97.24% dari total penyerapan tenaga kerja yang
ada. Kontribusi usaha mikro tercatat sebanyak 94 957 797 orang atau 90.77%
(BPS 2012). Banyaknya tenaga kerja pada usaha mikro tahun 2012 mencapai 99.8
juta orang. Hal ini membuktikan bahwa sektor usaha mikro berperan mengurangi
angka pengangguran. Penyerapan tenaga kerja pada sektor usaha mikro juga
memiliki peran membantu pemerintah dalam mengatasi kemiskinan dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Pada tahun 2011, kontribusi usaha mikro terhadap PDB nasional tercatat
sebesar Rp 761.2 triliun atau 33.02% terhadap sektor UMKM. Kontribusi usaha
mikro terhadap PDB atas harga konstan meningkat pada tahun 2012 dibandingkan
tahun 2011, yaitu 790 825.6 milyar rupiah. Kontribusi usaha mikro merupakan
yang terbesar dibandingkan usaha kecil dan menengah yang hanya memberikan
2
kontribusi sebesar 10.99% dan 14.59% (BPS 2012). Berdasarkan Gambar 1, usaha
mikro merupakan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi pada tahun 2011-
2012 sebesar 14.41% dibandingkan usaha kecil, menengah, dan besar yang
masing-masing hanya mengalami pertumbuhan sebesar 10.54, 11.79, dan 7.96%
berdasarkan PDB Atas Dasar Harga Berlaku.
Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, diolah (2013)
Gambar 1 Perbandingan pertumbuhan PDB Atas Dasar
Harga Berlaku tahun2011-2012
Perkembangan usaha mikro yang meningkat dari segi kuantitas, belum
diimbangi oleh meratanya peningkatan kualitas usaha mikro. Permasalahan utama
yang dihadapi sebagian besar usaha mikro adalah keterbatasan modal. Setyobudi
(2007) memaparkan bahwa permasalahan klasik dan mendasar yang dihadapi oleh
pelaku usaha mikro kecil menengah ialah permasalahan modal. Hal inilah yang
menjadi tantangan bagi usaha mikro untuk tetap mampu mempertahankan
keberadaannya dan mampu berkembang dengan keterbatasan dan berbagai
kendala yang ada.
Levy (1993) menemukan bahwa adanya akses terbatas terhadap sumber
daya keuangan untuk usaha-usaha kecil dibandingkan dengan usaha besar dan
konsekuensinya berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan usaha.
Menurut Wijono (2005) keterbatasan akses sumber-sumber pembiayaan yang
dihadapi oleh UMKM khusunya pelaku usaha mikro dan kecil terutama dari
lembaga-lembaga keuangan formal seperti perbankan, menyebabkan mereka
bergantung pada sumber-sumber informal. Bentuk dari sumber-sumber ini
beraneka ragam, mulai dari rentenir hingga berkembang dalam bentuk unit-unit
simpan pinjam, koperasi, dan bentuk-bentuk yang lain.
Adanya ketimpangan akses terhadap modal untuk usaha mikro dari
lembaga-lembaga keuangan formal seperti perbankan, menyebabkan pelaku usaha
mikro bergantung pada sumber-sumber informal. Bank dan lembaga keuangan
menganggap sektor usaha mikro memiliki potensi, tetapi bank terhalang dengan
kendala prinsip prudent penyaluran kredit. Pada umumnya, pelaku usaha mikro
unbankable karena tidak memiliki aset legal dan memadai untuk dijaminkan pada
pihak bank. Hal ini terlihat dari kecilnya proporsi kredit yang disalurkan untuk
usaha mikro dibandingkan usaha kecil dan menengah.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Mikro Kecil Menengah Besar
Per
tum
bu
ha
n (
%)
Jenis Usaha
3
Tabel 2 Jumlah kredit usaha mikro kecil menengah bank umum periode Juli-
Desember tahun 2013 (milyar)
Skala Usaha Juli Agustus September Oktober November Desember
Total 583 859 579 308 589 361 589 229 595 372 608 823
Mikro 112 503 112 249 114 359 115 785 117 186 118 889
Kecil 176 375 176 440 178 786 182 600 182 600 186 382
Menengah 294 981 290 619 296 217 292 615 295 587 303 552 Sumber: Bank Indonesia (2014)
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) merupakan lembaga keuangan yang
mampu memenuhi kebutuhan modal usaha mikro, kecil, dan menengah yang
cenderung dianggap unbankable oleh sektor perbankan nasional. LKM memiliki
peluang dengan menawarkan sistem administasi yang lebih sederhana dan sesuai
dengan skala serta sifat usaha mikro dan kecil (Wijono 2005).
Nawai dan Shariff (2012) menjelaskan LKM didirikan untuk mengisi
ketimpangan dalam pelayanan keuangan dengan memberikan pendanaan terhadap
pelaku usaha yang biasanya adalah para pelaku usaha mikro dan kecil. LKM
memberikan pendanaan untuk memulai usaha atau modal kerja yang berguna
untuk membeli bahan baku, mesin, atau perlengkapan usaha. Mayoritas LKM
merupakan institusi semi formal yang tidak mengambil keuntungan atas usahanya.
Muhammad (2009) menjelaskan lembaga keuangan mikro dapat menjadi
primadona bagi kelompok miskin dalam membantu pemenuhan kebutuhan modal
usaha. Lembaga keuangan mikro disamping sebagai lembaga keuangan profit
orientied, juga berorientasi pada penanggungan kemiskinan, merubah mental dan
gaya hidup yang berorientasi pada upaya-upaya produktif. Baitulmal wat Tamwil
(BMT) hadir sebagai lembaga keuangan mikro dengan prinsip syariah. Chapra
(2000) lembaga ini secara empiris telah menunjukkan fungsi dan peran penting
mengurangi kemiskinan, menghilangkan ketimpangan sosial-ekonomi, dan
memperkuat daya saing ekonomi kaum musthaz’afin/the lower level of community,
serta menciptakan ruang perekonomian yang adil.
Berdirinya Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti BMT yang
memberikan pembiayaan kepada usaha mikro dan kecil menjadi solusi bagi
pelaku usaha mikro. BMT menjadi lembaga keuangan alternatif yang dapat
memberikan solusi pada permasalahan pembiayaan. Posisi BMT sangat strategis
sebagai lembaga yang memberikan layanan bagi usaha mikro dan kecil yang
menginginkan jasa layanan syariah. Dengan demikian, keberadaan BMT memiliki
dua fungsi utama, yaitu (Al-Arif 2011): melakukan kegiatan pengembangan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi
pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan
menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya serta menerima titipan dana zakat,
infak dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan
dan amanahnya.
Pusat Inkubasi Usaha Kecil (PINBUK), salah satu organisasi yang
mendirikan banyak BMT mencatat sampai dengan akhir tahun 2010 terdapat
sekitar 3 900 BMT yang beroperasi di Indonesia. Total aset yang dikelola
mencapai nilai Rp 5 triliun, nasabah yang dilayani sekitar 3.5 juta orang, dan
jumlah pekerja yang mengelola sekitar 20 ribu orang. Pertumbuhan kelembagaan
4
dan jumlah nasabah membawa perkembangan yang pesat pula dalam kinerja
keuangannya (PINBUK dalam Septiana 2013).
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT UGT Sidogiri berdiri sejak 6
Juni 2000 di Surabaya. Saat ini KJKS BMT UGT Sidogiri telah berusia 13 tahun
dan sudah memiliki 230 unit layanan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan 1 unit
layanan transfer. Dalam setiap tahun, KJKS BMT UGT Sidogiri membuka
beberapa unit pelayanan anggota di kabupaten/kota yang dinilai potensial.
Terdapat 3 cabang KJKS BMT UGT Sidogiri di Jakarta, antara lain berada di
Kecamatan Koja, Cakung, dan Warakas. KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja
Jakarta telah berdiri sejak tahun 2006 dengan total aset awal sebesar Rp 150 000
000 dan jumlah pekerja sebanyak 4 orang.
Perumusan Masalah
Pembiayaan mikro syariah memiliki peranan penting bagi para pengusaha
mikro. Dengan prinsip syariah dimana BMT tidak memberlakukan sistem bunga,
BMT dinilai memberikan kemudahan akses terhadap para pengusaha. Hal ini juga
sejalan oleh Mahliza (2011) yang menjelaskan bahwa pembiayaan syariah
menjadi alternatif solusi bagi para pengusaha yang memiliki masalah dalam
permodalan.
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT UGT Sidogiri cabang Koja
Jakarta telah berdiri sejak bulan April 2006 dan terletak di Kecamatan Koja,
Jakarta Utara merupakan salah satu BMT yang berperan dalam penyaluran dana
kepada para pelaku usaha mikro. Setelah eksis selama delapan tahun, KJKS BMT
UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta telah menyalurkan dana dengan berbagai
produk pembiayaan yang dijelaskan dalam Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah pembiayaan yang diberikan KJKS BMT UGT Sidogiri cabang
Koja Jakarta hingga April 2014
Jenis Pembiayaan Jumlah (Rp) Mudharabah (bagi hasil) 297 503 500.00 Musyarakah (penyertaan) 93 843 344.65 Murabahah (jual beli) 42 699 667.99 Bai’bitsamanilajil (jual beli) 721 905 951.19 Rahn (gadai syariah) 22 700 000.00 Sumber: KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta (2014)
Berdasarkan data performance pembiayaan bulan April 2014, total nasabah
aktif pembiayaan sebanyak 121 orang, baik pembiayaan produktif maupun
konsumtif. Mayoritas nasabah bergerak di sektor perdagangan dan industri
pengolahan makanan serta kerajinan tangan. Sampai saat ini, jumlah realisasi dan
nasabah pembiayaan di KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta masih
belum mencapai target. Target realisasi pembiayaan yang ditetapkan untuk tahun
2013 sebesar Rp 3 triliun, sedangkan jumlah yang direalisasikan sebesar 1 831
572 269.53 sehingga persentase pencapaiannya hanya 61.05% dari target.
Realisasi pembiayaan juga dipengaruhi oleh unsur kehati-hatian yang dianut
oleh KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta. Unsur kehati-hatian tetap
menjadi prioritas dalam penyaluran dana karena penyaluran dana berkaitan
5
dengan pengembalian. Sebagai implikasinya, tidak semua pelaku usaha mikro
mendapatkan pembiayaan dari BMT.
Plafon maksimal pembiayaan pada pada KJKS BMT UGT Sidogiri cabang
Koja Jakarta sebesar Rp 35 000 000. Dengan plafon sebesar ini, pengusaha mikro
diharapkan dapat mengembangkan usahanya, sehingga dapat meningkatkan
permintaan realisasi pembiayaan. Untuk dapat mencapai target realisasi
pembiayaan tersebut, perlu dilakukan analisis faktor-faktor yang memengaruhi
realisasi pembiayaan mikro syariah yang diberikan BMT dan dampaknya terhadap
omzet usaha nasabah sehingga pengusaha mikro yang belum mendapatkan
pembiayaan bisa memenuhi kriteria BMT dan pengusaha mikro yang sudah
menjadi nasabah pembiayaan dapat meningkatkan realisasi pembiayaannya.
Berdasarkan penjelasan diatas, permasalahan yang akan dijawab dalam
penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi realisasi pembiayaan yang
diberikan oleh KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta?
2. Bagaimana pengaruh pembiayaan yang diberikan terhadap omset usaha
nasabah?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan yang
diberikan oleh KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta.
2. Menganalisis pengaruh pembiayaan yang diberikan terhadap omset usaha
nasabah.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi industri keuangan mikro syariah (KJKS BMT UGT Sidogiri cabang
Koja Jakarta)
Memberikan informasi dan sebagai bahan pertimbangan serta rekomendasi
demi perkembangannya di masa mendatang khususnya dalam
meningkatkan total realisasi pembiayaan mikro syariah agar sesuai target
dan tepat sasaran.
2. Bagi akademisi
Dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
dibidang lembaga keuangan mikro syariah serta dapat digunakan sebagai
acuan perbandingan penelitian lebih lanjut.
3. Bagi penulis
Sebagai wahana potensial untuk mengembangkan wacana dan pemikiran
dalam menetapkan teori-teori yang ada dengan keadaan yang sebenarnya.
6
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada faktor-faktor yang
memengaruhi realisasi pembiayaan yang diberikan oleh BMT dan dampaknya
terhadap omset usaha nasabah. Dari analisis ini diharapkan dapat menggambarkan
fakor-faktor apa saja yang memengaruhi realisasi pembiayaan dan seberapa besar
dampak pembiayaan mikro syariah terhadap omset usaha nasabah. Penelitian ini
difokuskan pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT UGT Sidogiri
cabang Koja Jakarta di wilayah Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi dan Kriteria Usaha Mikro
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan UMKM berdasarkan
jumlah/kuantitas tenaga kerja. Usaha mikro (atau di sektor industri manufaktur
umum atau disebut industri rumah tangga) adalah unit usaha dengan jumlah
pekerja tetap hingga 4 orang. Di lain pihak, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2008 menjelaskan bahwa usaha mikro adalah usaha produktif
milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 000 000.00 (lima puluh
juta rupiah); dan
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 000 000.00 (tiga
ratus juta rupiah).
Tabel 4 Kriteria UMKM berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008
No. Uraian Kriteria Aset Omset
1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 juta 2 Usaha Kecil > 50 Juta-500 Juta > 300 Juta-2.5 M 3 Usaha Menengah > 500 Juta-10M > 2.5 M-50 M Sumber: Kementriaan Koperasi dan UMKM (2014)
Financial Inclusion
Kelompok masyarakat ekonomi menengah ke bawah sulit mendapatkan
akses layanan keuangan seperti kredit dengan biaya terjangkau dan prosedur serta
persyaratan mudah. Salah satu permasalahan pengusaha mikro ialah terbatasnya
saluran distribusi jasa keuangan untuk mengatasi masalah permodalan. Sedangkan
untuk mencapai kesejahteraan ekonomi melalui pengurangan kemiskinan,
pemerataan pendapatan, dan stabilitas keuangan di Indonesia bisa didapatkan
dengan menciptakan sistem keuangan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan
masyarakat.
7
Akses keuangan merupakan masalah utama bagi kelompok masyarakat
miskin. Mereka disebut sebagai non-banked atau non-bankable yang selalu
kekurangan jaminan untuk mengakses kredit konvensional. Sementara, sektor
swasta tidak bersedia memberikan pembiayaan karena biaya yang tinggi terkait
dengan penilaian kredit, pemantauan kredit, dan kurangnya jaminan yang diterima
(Mohieldin et al. 2012).
Financial inclusion, sebuah konsep yang mendapat perhatian sejak awal
tahun 2000, telah menjadi tujuan umum bagi pemerintah dan bank sentral di
negara-negara berkembang. Konsep ini bermula dari layanan pengiriman
keuangan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan biaya terjangkau.
Selama beberapa dekade, konsep financial inclusion telah berkembang menjadi
empat dimensi, yaitu: kemudahan akses keuangan untuk semua rumah tangga dan
perusahaan, lembaga suara yang diarahkan oleh peraturan dan pengawasan,
keberlanjutan finansial dan kelembagaan lembaga keuangan, serta kompetisi
antara penyedia layanan untuk memberikan alternatif kepada nasabah (Beck dan
Demirguc-Kunt 2008).
Para ahli ekonomi yakin bahwa peningkatan akses dan ketersediaan layanan
keuangan untuk semua anggota masyarakat menjadi tujuan utama untuk
membangun sistem keuangan yang inklusif. Peningkatan akses dan kualitas
layanan keuangan dapat memfasilitasi pertumbuhan yang berkelanjutan dan
produktivitas untuk usaha skala kecil dan menengah, seperti ketersediaan kredit,
mobilisasi tabungan, asuransi, dan manajemen risiko (Mohieldin et al. 2012).
Peran dan Fungsi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Berkaitan dengan peningkatan akses terhadap lembaga keuangan, Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (LKMS) hadir sebagai lembaga intermediasi bagi para
pelaku usaha mikro. Salah satu bentuk dari LKMS ialah koperasi Islam. Di
Indonesia, beberapa koperasi Islam hadir dalam bentuk BMT (Baitul Maal wat
Tamwil) (Beik dan Purnamasari 2011).
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan mikro yang
dioperasikan di bawah prinsip-prinsip syariah, yang bertujuan untuk menyediakan
pembiayaan mikro untuk usaha mikro dan kecil. Keberadaan BMT setidaknya
harus memiliki beberapa peran, yaitu (Sudarsono 2013):
1. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi nonsyariah. Hal ini bisa
dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara transaksi yang
Islami, misalnya bukti transaksi, dilarang mencurangi timbangan, jujur
terhadap konsumen, dsb.
2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap
aktif menajalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya
melakukan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan
terhadap usaha nasabah.
3. Melepaskan ketergantungan pada rentenir. BMT harus mampu melayani
masyarakat lebih baik, misalnya tersedia dana setiap saat, birokrasi yang
sederhana, dsb.
8
Prioritas utama pemberdayaan BMT adalah para pengusaha mikro, selain
pengusaha kecil dan menengah. BMT berperan dalam pemberdayaan usaha mikro
dengan lebih menekankan setiap pembiayaan yang disalurkannya untuk para
pengusaha mikro yang produktif. Dengan adanya pembiayaan produktif, BMT
mampu memberikan kesempatan dan memotivasi para pengusaha mikro untuk
terus berusaha dan memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya, melindungi
nasabah dari kemiskinan, baik miskin harta ataupun miskin akan kepercayaan diri
untuk hidup yang lebih baik melalui usaha (Falihah 2007).
Dalam perekonomian, BMT harus mampu berfungsi sebagai, antara lain
(Ridwan 2004):
1. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara agniya
sebagai shohibul maal dengan dhuafa sebagai mudharib, terutama untuk
dana-dana sosial seperti zakat, infak, sedekah, wakaf, hibah, dll.
2. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara pemilik dana
(shohibul maal), baik sebagai pemodal maupun penyimpan dengan
pengguna dana (mudharib) untuk pengembanagan usaha produktif.
The Backward-Bending Supply of Credit
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan semi
formal dengan prinsip syariah. Sebagai lembaga keuangan, BMT menerapkan
unsur kehati-hatian dalam proses penyaluran dana. Hal ini bertujuan untuk
menjaga keberlangsungan keberadaannya.
Teori Backward-Bending Supply of Credit dijelaskan oleh Freixas and
Rochet (2008) bahwa pembatasan kredit akan terjadi karena adanya asimetri
informasi. Lembaga keuangan umumnya bank menerapkan sistem ini ketika
peminjam homogen. Sebuah lembaga keuangan berhak menjatah kredit bagi
peminjam yang tidak sesuai dengan kriteria lembaga keuangan tersebut.
Sumber: Freixas dan Rochet (2008)
Gambar 2 Teori Backward-Bending supply of credit
9
Berdasarkan Gambar 2, kredit yang diinginkan peminjam (borrower) tidak
sepenuhnya diberikan, ketika pemohon kredit tinggi, sebuah lembaga keuangan
cenderung memeriksa dan mengeksplorasi konsekuensi yang akan terjadi pada
peminjam tersebut. Kredit yang diterima sampai dengan suku bunga R*, setelah
itu akan terjadi zero profit dan lembaga keuangan tersebut akan melakukan
penjatahan kredit bagi peminjam. Pihak pemberi pinjaman (lender) akan
melakukan hal tersebut untuk mengurangi terjadinya gagal bayar.
Asimetri Informasi
Salah satu kendala yang akan muncul antara agen dan pelaku utama adalah
adanya asimetri informasi (information asymmetry). Informasi yang tidak simetris
merujuk pada situasi dimana dalam sebuah transaksi salah satu pihak memiliki
lebih banyak informasi mengenai transaksi tersebut daripada pihak lain. Arsyad
(2008) menyatakan bila bank dianggap sebagai pelaku utama dan peminjam
sebagai agen, tingkat bunga yang dikenakan kepada pinjaman memengaruhi
tingkah laku peminjam. Bank dapat memilih untuk menetapkan tingkat bunga
yang tidak melebihi pasar kredit jika pilihan tersebut dibuat sebagai salah satu
cara untuk mempengaruhi tingkah laku peminjam yang tidak dapat diawasi dan
penggunaan pinjaman.
Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:
1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam
lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek
perusahaan dibandingkan pihak luar.
2. Moral hazard, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak
seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman.
Sehingga, manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan
pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika
atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
Pembiayaan Syariah
Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan
(Al-Arif 2011).
Pembiayaan syariah menjadi solusi alternatif bagi para pengusaha
khususnya pengusaha mikro dalam hal pendanaan. Hal ini sejalan oleh Soetrisno
(2004) yang menyatakan bahwa pembiayaan syariah sangat cocok untuk usaha
yang mempunyai ketidakpastian tinggi dan keterbatasan informasi pasar seperti
usaha mikro. Pada umumnya, usaha mikro merasa terbebani dengan adanya
sistem bunga yang diterapkan pada pembiayaan konvensional karena bunga
tersebut identik dengan upaya memperoleh keuntungan atas kerjasama antara
pihak pemberi pembiayaan dengan pelaku usaha. Akan tetapi, adanya sistem bagi
10
hasil yang diterapkan pada pembiayaan syariah dapat menghindari prinsip
mendapatkan untung atas kerjasama orang lain tersebut.
Adapun secara garis besar pembiayaan dapat dibagi dua jenis, yaitu (Al-Arif
2011):
1. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
pembiayaan yang bersifat konsumtif, seperti pembiayaan untuk pembelian
rumah, kendaraan bermotor, pembiayaan pendidikan, dan apapun yang
sifatnya konsumtif.
2. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
pembiayaan sektor produktif, seperti pembiayaan modal kerja, pembiayaan
pembelian barang modal, dan lainnya yang mempunyai tujuan untuk
pemberdayaan sektor rill.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembiayaan
Sebagai lembaga keuangan non-bank, BMT mempunyai pertimbangan dalam
penyaluran pembiayaan kepada nasabah. Faktor-faktor yang memengaruhi
besarnya pembiayaan yang diberikan kepada nasabah adalah pendapatan bersih
usaha, frekuensi pinjaman, besar tunggakan, dan jangka waktu angsuran (Arsyad
2008). Jumlah pembiayaan diambil sangat tergantung dari tingkat aksesibilitas
nasabah yang dipengaruhi oleh dua faktor umum, yaitu faktor ekonomi dan non-
ekonomi dengan penjabaran sebagai berikut (Mahliza 2011):
1. Faktor ekonomi
a. Jumlah tanggungan keluarga, yaitu jumlah anggota keluarga yang
harus dihidupi atau merasakan manfaat dari kredit yang bersangkutan.
b. Pendapatan usaha, yaitu rasio pendapatan dari usaha yang dibiayai
oleh kredit terhadap pendapatan total.
c. Biaya transportasi.
2. Faktor non-ekonomi
a. Umur yang berhubungan dengan kematangan berpikir atau
kedewasaan seseorang dalam menentukan tindakan.
b. Tingkat pendidikan.
c. Pengalaman mengambil kredit yang bersangkutan yang berpengaruh
pada pemahaman prosedur pengambilan.
d. Pengalaman usaha.
e. Jarak lokasi.
f. Tingkat pengenalan pengurus.
Prinsip-prinsip Pembiayaan
Dalam kegiatan pembiayaan, prinsip-prinsip kredit diterapkan dalam
penyaluran dana yang dikenal dengan 5C, yaitu (Kasmir 2004):
1. Character, yaitu sifat atau watak calon debitur. Hal ini bertujuan
memberikan keyakinan kepada pihak perbankan bahwa sifat dari orang-
orang yang akan diberikan kredit dapat dipercaya.
2. Capacity, yaitu kemampuan calon debitur dalam membayar kredit yang
dihubungkan dengan kemampuan calon debitur tersebut dalam mengelola
bisnis serta kemampuannya mengelola keuntungan.
11
3. Capital, yaitu sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki calon debitur
dalam usaha yang dilakukannya.
4. Collateral, yaitu jaminan yang diberikan calon debitur yang bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan yang diberikan dianjurkan melebihi jumlah
kredit yang diberikan.
5. Condition, yaitu penilaian kredit yang mempertimbangkan kondisi
sekarang dan masa yang akan datang.
Total Revenue
Salah satu permasalahan pengusaha mikro ialah minimnya pengetahuan
penghitungan laporan keuangan bisnis. Pada umumnya, mereka melakukan
kesalahan dalam menghitung omset dan laba usaha. Jika menggunakan
perhitungan yang tidak tepat, mereka dapat mengalami kerugian.
Omset usaha nasabah dapat dihitung melalui rumus ekonomi, yaitu total
revenue. Total revenue adalah penerimaan total dari hasil penjualan
output/barang. Hal ini dapat dihitung sebagai berikut: TR (Q) = P (Q) x Q.
Dimana Q adalah jumlah output yang dijual, dan P (Q) adalah invers fungsi
permintaan (fungsi permintaan untuk harga kuantitas yang diminta).
Sumber: Jackson dan Mclever (2007)
Gambar 3 Total revenue
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Oktavi (2009) bertujuan menganalisis
faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan usaha kecil pada LKMS khususnya
KJKS BMT BUS Lasem. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda dengan jenis data primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan pembiayaan ialah biaya
peminjaman, jangka waktu angsuran, dan ada tidaknya agunan. Dari ketiga
variabel tersebut, yang paling besar pengaruhnya adalah biaya peminjaman.
Dalam penelitian ini juga dijelaskan bahwa pencapaian tujuan pembiayaan
usaha kecil masih belum sepenuhnya tercapai karena belum adanya dampak
P
12
positif pembiayaan terhadap peningkatan pendapatan usaha anggota. Hal ini
disebabkan besarnya pembiayaan yang diberikan tidak berpengaruh nyata
terhadap peningkatan pendapatan. Besarnya kebutuhan anggota keluarga yang
harus dipenuhi menyebabkan pembiayaan yang diberikan hanya untuk menutupi
modal yang dibutuhkan sehingga belum berpengaruh signifikan terhadap
perubahan pendapatan.
Safitri (2007) tentang analisis faktor-faktor yang memengaruhi besar kredit
umum pedesaan (KUPEDES) pada nasabah BRI unit Ciampea Bogor. Metode
yang digunakan analisis deskriptif dan multiple regression. Hasil kesimpulannya
adalah nilai agunan, tingkat pendidikan, dan frekuensi peminjaman memiliki
hubungan positif terhadap jumlah kredit.
Xiangping et all (2010) mengenai credit rationing bagi petani di pedesaan
Cina dan faktor-faktor yang menentukan credit rationing bagi petani. Metode
yang digunakan ialah probit. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang
memengaruhi adalah adanya hubungan kekerabatan, jangka waktu pinjaman,
fleksibilitas pinjaman, dan persyaratan agunan.
Penelitian Ahiawodzi dan Adade (2012) bertujuan menganalisis pengaruh
akses terhadap kredit dan pertumbuhan usaha kecil & menengah di Kota Ho,
Ghana. Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan
jenis data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
akses terhadap kredit, modal awal, total investasi, dan omzet tahunan memiliki
hubungan positif dengan pertumbuhan UKM serta memberikan kontribusi
pertumbuhan UKM di Kota Ho.
Studi Septiana (2013) mengenai analisis dampak pembiayaan mikro syariah
terhadap perkembangan keuntungan UMKM di Kabupaten Bogor menggunakan
metode regresi logistik dan Ordinary Least Square (OLS). Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis dampak pemberian pembiayaan oleh BMT terhadap
perkembangan usaha UMKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya
jumlah pembiayaan mikro syariah BMT berpengaruh positif terhadap
perkembangan keuntungan usaha UMKM. Keuntungan usaha mengalami
peningkatan sebesar 28%. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perkembangan
UMKM adalah lama pendidikan, jumlah pembiayaan mikro syariah BMT,
perubahan omset, dan total aset.
Beik dan Purnamasari (2011) melakukan penelitian dengan judul peran
empiris koperasi Islam (BMT) dalam pembiayaan usaha mikro dan kecil di
Indonesia: studi kasus Kospin Jasa Syariah Pekalongan. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan dan
dampak pembiayaan terhadap pendapatan dan profitabilitas anggota Kospin Jasa
Syariah dengan menggunakan skala likert dan analisis path. Hasil penelitian
menunjukkan variabel keuntungan, konsumsi sehari-hari, dan jumlah pembiayaan
yang diajukan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pendapatan
pengusaha mikro dan kecil setelah diberikannya pembiayaan.
Kerangka Pemikiran Konseptual
Usaha mikro mengalami permasalahan klasik, yaitu permodalan. Akses
permodalan dapat diperoleh melalui lembaga keuangan bank dan non-bank.
13
Pelaku usaha mikro sulit memperoleh akses permodalan ke bank karena
karakteristiknya yang unbankable. KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta
merupakan salah satu lembaga keuangan mikro syariah yang menyalurkan
pembiayaan untuk pengusaha mikro.
Akan tetapi, kenyataan yang terjadi adalah masih belum dapat tercapainya
target pembiayaan dari KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta. Realisasi
pembiayaan juga dipengaruhi oleh unsur kehati-hatian yang dianut oleh BMT.
Unsur kehati-hatian tetap menjadi prioritas dalam penyaluran dana karena
penyaluran dana berkaitan dengan pengembalian.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai analisis faktor-faktor yang
memengaruhi realisasi pembiayaan KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja
Jakarta dan dampaknya terhadap omzet usaha nasabah. Terdapat perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu lokasi penelitian dan fokus
penelitian ini hanya pada usaha mikro. Adapun kerangka pemikiran ini dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Kerangka Pemikiran
Rekomendasi
Kelayakan
Pengaruh Pembiayaan terhadap
Omzet Usaha Nasabah
Akses Permodalan
Usaha Mikro
Lembaga Keuangan
Bank
Lembaga Keuangan
Non-bank
Belum Tercapainya Target
Pembiayaan di KJKS BMT UGT
Sidogiri cabang Koja Jakarta
Faktor yang
Memengaruhi Realisasi
Pembiayaan
Pembiayaan Mikro
Syariah
14
Hipotesis Penelitian
Model 1 faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan mikro
syariah KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta ialah variabel aset usaha,
jangka waktu angsuran, frekuensi pembiayaan mikro syariah, dan laba usaha
sebelum pembiayaan berpengaruh nyata dan berkolerasi positif terhadap realisasi
pembiyaan yang diberikan kepada usaha mikro. Variabel dummy usaha juga
berpengaruh nyata terhadap realisasi pembiayaan.
Model 2 faktor-faktor yang memengaruhi omset usaha nasabah setelah
pembiayaan ialah variabel aset usaha, jumlah pembiayaan, lama pendidikan, laba
usaha setelah pembiayaan, dan lama usaha berpengaruh nyata dan berkolerasi
positif terhadap omset usaha setelah pembiayaan. Variabel dummy usaha juga
berpengaruh nyata terhadap omset usaha nasabah.
METODE
Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder baik
yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang berkaitan dengan penelitian ini.
Data primer diperoleh dari wawancara dengan responden yang merupakan
nasabah pembiayaan mikro syariah KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Jakarta di
Kecamatan Koja, Jakarta Utara dan hasil wawancara dengan pihak pengelola
BMT. Sedangkan, data sekunder digunakan untuk melengkapi dan mendukung
data primer dalam penelitian ini.
Pengumpulan data tersebut digunakan untuk menganalisis faktor-faktor apa
saja yang memengaruhi realisasi pembiayaan pada KJKS BMT UGT Sidogiri
cabang Koja Jakarta dan pengaruhnya terhadap omset usaha nasabah. Sumber data
lain sebagai pendukung kelengkapan data penelitian ini didapatkan melalui
Kementriaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Badan Pusat Statistik,
Bank Indonesia, buku, jurnal, dan skripsi.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Jakarta di
Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Pemilihan BMT tersebut dilakukan secara
purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa KJKS BMT UGT Sidogiri
merupakan KJKS terbesar di Indonesia (Kementriaan Koperasi dan UKM tahun
2012) dan cabangnya yang berada di Kecamatan Koja merupakan cabang pertama
di Jakarta dengan total aset terbesar diantara cabang lainnya dan berdiri sejak
tahun 2006. Dengan demikian, diharapkan realisasi pembiayaan yang diberikan
juga relatif besar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2014.
15
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara
dengan kuesioner sebagai alat bantu dan penelusuran literatur. Dalam hal ini,
informasi diperoleh langsung dari responden dan pihak KJKS BMT UGT Sidogiri
cabang Koja Jakarta dengan cara tatap muka. Berdasarkan data performence bulan
Januari hingga April 2014, nasabah aktif pembiayaan KJKS BMT UGT Sidogiri
cabang Koja Jakarta berjumlah 121 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik pengambilan sampel non probabilitas (non acak) yaitu menggunakan teknik
purposive sampling. Jumlah responden yang dipilih sebanyak 30 yang
mendapatkan pembiayaan dari bulan September 2013 hingga April 2014. Hal ini
sejalan oleh Gay et al. (2006) yang menyatakan bahwa untuk studi korelasi,
setidaknya dibutuhkan 30 responden yang diperlukan untuk menetapkan ada atau
tidaknya suatu hubungan.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini ialah metode
kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan dengan cara
mengumpulkan fakta-fakta yang terjadi dilapangan dari hasil wawancara dengan
pelaku usaha mikro dan menggambarkan gambaran umum KJKS BMT UGT
Sidogiri cabang Koja Jakarta serta karakteristik responden yang didukung
penyajian data dalam bentuk tabulasi. Analisis kuantitatif dilakukan dengan
menampilkan hasil pengolahan data dalam bentuk tabel. Penelitian ini
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk melihat faktor-faktor
yang memengaruhi realisasi pembiayaan mikro syariah dan pengaruhnya terhadap
omset usaha nasabah. Selang kepercayaan dalam penelitian ini ialah (α =10%).
Spesifikasi Model
Model pertama merupakan model statistik untuk melihat faktor-faktor apa
saja yang memengaruhi realisasi pembiayaan mikro syariah dari BMT. Berikut ini
merupakan model terbaik dengan variabel dependen yaitu jumlah pembiayaan
yang direalisasikan dan variabel-variabel independen antara lain: aset usaha,
frekuensi pembiayaan, jangka waktu angsuran, laba usaha sebelum pembiayaan
dan dummy usaha. Variabel-variabel independen penduga yang merujuk pada
penelitian sebelumnya antara lain: umur, dummy agunan, lama pendidikan, lama
usaha, lama menjadi nasabah, dan tabungan.
Y= ß0+ß1X1+ß2X2+ß3X3+ß4X4+β 5D1+ei .........................................................(1)
Keterangan :
Y = Jumlah pembiayaan yang direalisasikan (rupiah)
ß0 = Intersep
X1 = Aset usaha (rupiah)
X2 = Frekuensi pembiayaan mikro syariah BMT (kali)
X3 = Jangka waktu angsuran (hari)
X4 = Laba usaha sebelum pembiayaan (rupiah)
16
D1 = Dummy usaha; (1 = perdagangan dan 0 = industri)
ei = Galat
Persamaaan transformasi logaritma natural untuk model persamaan 1 ialah
LnY=ß0+ß1LnX1+ß2LnX2+ß3 LnX3+ß4 LnX4+ β 5D1+ei………………………...(2)
Keterangan :
Y = Jumlah pembiayaan yang direalisasikan (%)
ß0 = Intersep
X1 = Aset usaha (%)
X2 = Frekuensi pembiayaan mikro syariah BMT (%)
X3 = Jangka waktu angsuran (%)
X4 = Laba usaha sebelum pembiayaan (%)
D1 = Dummy usaha; (1 = perdagangan dan 0 = industri)
ei = Galat
Model kedua merupakan model statistik untuk melihat faktor-faktor apa
saja yang memengaruhi omset usaha nasabah setelah pembiayaan. Berikut ini
merupakan model terbaik dengan variabel dependen yaitu omset usaha setelah
pembiayaan dan variabel-variabel independen antara lain: asset usaha, jumlah
pembiayaan mikro syariah BMT, lama pendidikan, laba usaha setelah menerima
pembiayaan, lama usaha, dan dummy usaha. Variabel-variabel independen
penduga yang merujuk pada penelitian sebelumnya antara lain: umur, modal awal,
frekuensi pembiayaan, dan jangka waktu angsuran.
Y = ß0+ß1X1+ß2X2+ß3X3+ß4X4+ß5X5+ß6D1+ei ....................................................(3)
Keterangan :
Y = Omset usaha (rupiah)
ß0 = Intersep
X1` = Aset usaha (rupiah)
X2 = Jumlah pembiayaan mikro syariah BMT (rupiah)
X3 = Lama pendidikan (tahun)
X4 = Laba usaha setelah menerima pembiayaan dari BMT (rupiah)
X5 = Lama usaha (tahun)
D1 = Dummy usaha; (1 = perdagangan dan 0 = industri)
ei = Galat
Persamaan transformasi logaritma natural untuk model persamaan 3 ialah
LnY=ß0+ß1LnX1+ß2LnX2+ß3LnX3+ß4LnX4+ß5LnX5+ß6D1+ei…………………(4)
Keterangan :
Y = Omset usaha (%)
ß0 = Intersep
X1` = Aset usaha (%)
X2 = Jumlah pembiayaan mikro syariah BMT (%)
17
X3 = Lama pendidikan (%)
X4 = Laba usaha setelah menerima pembiayaan dari BMT (%)
X5 = Lama usaha (%)
D1 = Dummy usaha; (1 = perdagangan dan 0 = industri)
ei = Galat
Metode OLS digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Persamaan 1
merupakan model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi realisasi pembiayaan mikro syariah yang diberikan oleh KJKS
BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta. Sedangkan, persamaan 2 merupakan
model yang digunakan untuk menganalisis pengaruh pembiayaan terhadap omset
usaha nasabah. Metode OLS memiliki beberapa sifat teoritis yang kokoh, yang
diringkaskan dalam teorema Gauss-Markov, yaitu berdasarkan asumsi-asumsi dari
model regresi linier klasik, penaksir OLS memiliki varian yang terendah di antara
penaksir-penaksir linier lainnya, dalam hal ini, penaksir OLS disebut sebagai
penaksir tak bias linier terbaik (best linier unbiased estimators/BLUE) (Gujarati,
2006).
Pengujian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji secara statistik yang bertujuan
untuk melihat nyata atau tidaknya suatu variabel dalam memengaruhi variabel-
variabel yang akan diteliti. Hasil uji yang akan dilakukan yaitu uji statistik
terhadap model penduga melalui uji F dan untuk parameter-parameter regresi
melalui uji t, serta untuk melihat berapa persen variabel dependen dapat dijelaskan
oleh variabel-variabel independen melalui koefisien determinasi (R2).
Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui variabel-variabel bebas mana saja yang
secara bersama-sama memberikan pengaruh nyata terhadap variabel tidak
bebasnya. Hipotesis untuk uji F-statistikadalah:
H0: ß1 = ß2 = ... = ßk = 0
H1 : minimal ada satu nilai ß1 yang tidak sama dengan nol.
Jika nilai F statistik lebih kecil dari nilai F tabel maka terima H0 artinya
variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh tidak nyata terhadap variabel
tidak bebasnya. Sedangkan, jika keputusan yang dihasilkan adalah F hitung lebih
besar F tabel maka tolak H0 artinya variabel bebas secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya.
Uji t
Uji t digunakan untuk membuktikan bahwa koefisien regresi dalam model
secara statistik bersifat signifikan atau tidak. Melalui uji ini akan diuji apakah
koefisien regresi satu persatu secara statistik signifikan atau tidak. Hipotesis untuk
uji t adalah:
H0 : variabel independen tidak signifikan
H1 : variabel independen signifikan
18
Dalam mengambil keputusan harus didasarkan dengan melihat letak nilai t
dihitung dari masing-masing koefisien regresi pada kurva sebaran normal yang
digunakan untuk menentukan nilai kritis. Ketika letak t hitung lebih kecil dari t
tabel dimana koefisien regresi berada di dalam daerah penerimaan H0 maka terima
H0 artinya variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel independen.
Sedangkan, jika letak t hitung lebih besar dari t tabel maka tolak H0 artinya
variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien detrminasi adalah proporsi variabel dalam Y yang dapat
dijelaskan oleh variabel-variabel penjelasnya. R2 menunjukkan besarnya pengaruh
semua variabel independen terhadap variabel dependen. R2 mempunyai rentang
antara 0 ≤ R2 ≤ 1. Ketika R
2 memiliki nilai 0 maka garis regresi tidak
menjelaskan variasi dalam Y. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai
berikut:
R2
=
Dimana:
JKR = Jumlah kuadrat regresi
JKT = Jumlah kuadrat total
Evaluasi Model
Evaluasi hasil estimasi dilakukan untuk memenuhi syarat asumsi klasik
sehingga model dapat dikategorikan sebagai model yang BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator). Uji asumsi klasik untuk metode regresi yaitu hasil uji
normalitas, heteroskedastisitas, autokolerasi, dan multikolinieritas.
Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk memastikan bahwa kesimpulan yang diambil
dalam uji global dan uji parsial valid. Kenormalan diketahui melalui sebaran
regresi yang merata disetiap nilai. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat
normalitas data adalah dengan melihat plot garis dari standardized residual
cumulative probability (grafik probabilitas normal). Apabila sebaran data berada
pada garis normal atau cukup dekat dengan garis lurus yang ditarik dari kiri
bawah ke kanan atas dalam grafik, maka dapat dikatakan bahwa data yang diuji
memiliki sebaran normal atau jika pada grafik standardized residual cumulative
probability P-value > α , maka data menyebar normal. Sebaliknya jika garis tidak
terletak disekitar garis dan P-value < α , maka data tidak normal. Masalah
normalitas juga dapat dilihat melalui nilai probabilitas Jarque Bera. Jika nilai
probabilitas Jarque Bera > taraf nyata, model sudah terbebas dari masalah
normalitas.
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi ketika variasi di sekitar persamaan regresi
bernilai berbeda untuk semua nilai variabel-variabel bebas. Untuk mengetahui ada
tidaknya heteroskedastisitas dengan cara membuat scatter plot dari model
persamaan regresi. Jika membentuk pola tertentu, akan terjadi heteroskedastisitas.
19
Jika tidak membentuk pola yang jelas serta titik-titik tersebut tersebar di atas dan
di bawah angka nol pada sumbu Y, heteroskedastisitas tidak terjadi atau disebut
dengan homoskedastisitas. Hal ini juga dapat diperjelas dengan hasil Test
Breusch-Pagan-Godfrey. Jika probabilitas Obs*R-squared > taraf nyata, model
terbebas dari masalah heteroskedastisitas.
Uji Autokolerasi
Autokolerasi terjadi ketika residu-residu berhubungan yang berada dalam
regresi saling berkolerasi. Masalah autokolerasi diuji dengan menggunakan uji
Durbin-Watson. Selain dengan uji Durbin-Watson, masalah autokolerasi juga
dapat diuji dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey serial correlation LM test.
Jika probabilitas Chi-square > taraf nyata, model terbebas dari masalah
autokolerasi.
Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas terjadi ketika variabel-variabel bebasnya saling
berkolerasi. Variabel-variabel yang berkolerasi ini membuat pendugaan koefisien
menjadi tidak stabil. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinieritas. Salah satunya melalui correlation matrix, dimana batas
terjadinya korelasi antara sesama variabel bebas tidak lebih dari |0.80|.
Definisi Operasional
1. Aset usaha adalah modal usaha saat ini dan inventaris yang dimiliki
nasabah.
2. Lama pendidikan adalah lamanya pendidikan formal yang telah dilalui
nasabah mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD).
3. Lama usaha adalah lamanya usaha yang sudah dijalani nasabah. Dengan
ketentuan lama usaha nasabah diatas 1 tahun.
4. Jumlah pembiayaan adalah nilai nominal pembiayaan yang diterima oleh
nasabah.
5. Laba usaha sebelum pembiayaan adalah laba usaha yang diperoleh
nasabah sebelum mendapatkan pembiayaan dari BMT.
6. Laba usaha setelah pembiayaan adalah laba usaha yang diperoleh nasabah
setelah mendapatkan pembiayaan terakhir dari BMT. Dengan riwayat
pembiayaan Juni 2013-Maret 2014.
7. Omset usaha adalah omset usaha yang diperoleh nasabah setelah
mendapatkan pembiayaan.
8. Frekuensi pembiayaan adalah pengalaman pinjaman yang telah dilakukan
oleh nasabah kepada BMT.
9. Jangka waktu angsuran adalah periode waktu nasabah untuk melakukan
pembayaran kembali kepada pihak BMT.
20
GAMBARAN UMUM
Pendirian KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta merupakan
bentuk permintaan dari Ikatan Alumni Santri Sidogiri (IASS) yang berdomisili di
Jakarta dan mayoritas merupakan wirausaha yang membutuhkan pendanaan.
Berdiri sejak 10 April 2006 dengan nomor badan hukum 09/BH/KWK.
13/VII/2000. KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta berada di Jl. Mundu
Luar Blok N. No 29 Rt 11/11, Lagoa Koja, Jakarta Utara. Tujuan KJKS BMT
UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta antara lain, yaitu: membantu masyarakat
menengah ke bawah dan menyebarkan dakwah melalui ekonomi syariah. Produk
penyaluran dana ummat terdiri dari Mudharabah, Musyarakah, Murabahah,
Bai’Bitsamanilajil, dan Rahn.
Tabel 5 Aset KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta hingga April 2014
Keterangan Jumlah (Rp) Tabungan 12 361 162.00 Deposito 90 500 000.00 Pembiayaan 1 792 975 464.45 Aset 2 078 723 087.44 Sumber: KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta (2014)
Tabel 5 menunjukkan aset yang dimiliki KJKS BMT UGT Sidogiri cabang
Koja Jakarta hingga bulan April 2014. Pihak BMT memiliki keterbatasan akses
untuk mengetahui laporan keuangan tahun 2006-2009 dikarenakan berubahnya
sistem pemograman dari pihak pusat. Hal ini menyebabkan keterbatasan data dan
informasi mengenai gambaran umum BMT.
Prosedur dan persyaratan pengajuan pembiayaan dari KJKS BMT UGT
Sidogiri cabang Koja Jakarta tergolong mudah bagi pelaku usaha mikro. Lama
pencairan hanya membutuhkan waktu 3 hari, hal ini sangat membantu nasabah
yang mayoritas pedagang untuk memenuhi kebutuhannya yang bersifat mendesak.
Selain itu, mayoritas nasabah hanya membutuhkan satu kali datang ke kantor
BMT untuk pencairan dananya.
Pembayaran kembali pembiayaan ke BMT dilakukan dengan cara
dijemput petugas dan dipotong langsung dari tabungan nasabah. Pada
kenyataannya, pembayaran kembali melalui potongan langsung dari tabungan
nasabah tetap saja melalui petugas yang datang langsung ke nasabah. Sistem
“jemput bola” tetap digunakan oleh pihak BMT untuk memudahkan nasabah
membayar kembali dan mencegah kredit macet.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 30
responden yang merupakan nasabah pembiayaan BMT UGT Sidogiri cabang Koja
Jakarta. Karakteristik responden dilihat berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat
21
pendidikan terakhir, jenis usaha, lama usaha, legalitas usaha, agunan, modal usaha,
akses pinjaman pada lembaga keuangan, akad pembiayaan, pengajuan dan
pencairan pembiayaan, serta preferensi responden mengenai pembiayaan mikro
syariah BMT. Karakteristik responden disajikan dalam bentuk tabel dan grafik
untuk mengetahui proporsi tiap variabel.
Usia Responden
Usia menjadi sesuatu yang penting karena berkaitan dengan keberanian
nasabah dalam mengambil keputusan secara rasional dalam menjalankan
usahanya. Hal ini karena peningkatan usia pada ummnya akan mempengaruhi
kemampuan berpikir seseorang. Semakin meningkatnya usia, nasabah dianggap
telah memiliki pengalaman yang lebih banyak dari sebelumnya dalam
menjalankan usaha.
Usia responden dalam penelitian ini antara 21-70 tahun. Berdasarkan Tabel
6 diketahui bahwa proporsi responden sebesar 53.33% atau sebanyak 16 orang
berada pada usia 25-40 tahun. Proporsi responden sebesar 36.67% atau sebanyak
11 orang berada usia 41-55 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku usaha
mikro mayoritas berada dalam usia produktif. Selanjutnya, proporsi responden
sebesar 6.67% atau sebanyak 2 orang berada pada usia 56-65 tahun dan proporsi
3.33% atau sebanyak 1 orang berada pada usia 15-24 tahun.
Tabel 6 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan usia
Usia (tahun) Jumlah Responden (orang) Proporsi (%) 15-24 1 3.33 25-40 16 53.33 41-55 11 36.67 56-65 2 6.67 Total 30 100 Sumber: Data primer, diolah (2014)
Jenis Kelamin Jenis kelamin dapat mendeskripsikan posisi nasabah dalam keluarganya
dan dalam usaha yang dijalankannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa
proporsi responden pria sebesar 40% atau sebanyak 12 orang, sedangkan proporsi
responden wanita yaitu 60% atau sebanyak 18 orang. Hal ini menunjukkan bahwa
rasio antara pria dan wanita dalam penelitian ini hampir sebanding.
Tabel 7 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Responden (orang) Proporsi (%)
Pria 12 40.00
Wanita 18 60.00
Total 30 100 Sumber: Data primer, diolah (2014)
Tingkat Pendidikan Akhir
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan
terakhir SMP dan SMA mempunyai proporsi terbesar yaitu masing-masing
sebanyak 10 orang (33.33%). Proporsi terbesar berikutnya yaitu responden dengan
tingkat pendidikan terakhir SD sebanyak 9 orang (30%). Terdapat juga responden
22
dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD sebanyak 1 orang (3.33%). Dari hasil
observasi terlihat tidak ada responden dengan tingkat pendidikan lebih dari SMA
(Tabel 8).
Tabel 8 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan tingkat pendidikan akhir
Pendidikan Jumlah Responden (orang) Proporsi (%) Tidak tamat SD 1 3.33 SD 9 30.00 SMP 10 33.33 SMA 10 33.33 Total 30 100 Sumber: Data primer, diolah (2014)
Jenis Usaha
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden pembiayaan mayoritas
memiliki usaha di bidang perdagangan (Tabel 9). Proporsi responden yang
memiliki jenis usaha perdagangan sebanyak 25 orang (83.33%), seperti pedagang
sayuran, komestik, blender, bensin eceran dan sebagainya. Sisanya sebanyak 5
orang (16.67%) memiliki usaha di bidang industri, baik industri pengolahan
makanan maupun kerajinan.
Tabel 9 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan jenis usaha
Jenis Usaha Jumlah Responden (orang) Proporsi (%) Dagang 25 83.33 Industri 5 16.67 Total 30 100 Sumber: Data primer, diolah (2014)
Lama Usaha
Lama usaha usaha responden berkisar dari 2-37 tahun. Proporsi terbesar
dimiliki oleh nasabah responden yang lama usahanya 1-5 tahun yaitu sebanyak 13
orang (43.33%), selanjutnya nasabah dengan lama usaha 6-15 tahun sebanyak 10
orang (33.33%). Hal ini menunjukkan bahwa para pelaku usaha mikro mayoritas
masih merintis usaha dengan lama usaha masih dibawah lima tahun (Tabel 10).
Tabel 10 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan lama usaha
Lama Usaha (tahun) Jumlah Responden (orang) Proporsi (%) ≤ 5 13 43.33 6-15 10 33.33 >15 7 23.33 Total 30 100 Sumber: Data primer, diolah (2014)
Agunan
Agunan merupakan jaminan yang disertakan nasabah ketika melakukan
pinjaman pembiayaan. Ditinjau dari sebaran responden berdasarkan ada tidaknya
agunan (Tabel 11) diketahui bahwa responden yang menyertakan agunan atau
jaminan sebanyak 11 orang (36.67%), sedangkan sisanya yaitu sebanyak 19 orang
(63.33%) tidak menyertakan agunan dalam pembiayaannya. Ketentuan KJKS
BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta mewajibkan penyerahan jaminan untuk
23
pembiayaan diatas tiga juta rupiah. Sebagian besar agunan yang diserahkan oleh
nasabah ialah BPKB motor, emas, dan sertifikat usaha dari pengelola pasar.
Konsekuensi dari tidak menyerahkan agunan kepada pihak BMT ialah nasabah
wajib menabung. Hal ini merupakan antisipasi dari pihak BMT terhadap kredit
macet. Asas kepercayaan juga diterapkan oleh pihak BMT terhadap nasabah
pembiayaannya.
Tabel 11 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan agunan
Agunan Jumlah Responden (orang) Proporsi (%)
Ada 11 36.67 Tidak ada 19 63.33 Total 30 100 Sumber: Data primer, diolah (2014)
Legalitas Usaha
Legalitas usaha terdiri dari Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Tanda Daftar
Industri (TDI), sertifikat pasar, dan surat izin usaha dari RT setempat. Dalam
penelitian ini mayoritas responden tidak memiliki legalitas usaha yaitu sebanyak
23 orang (76.67%), sedangkan sebanyak 7 orang (23.33%) memiliki legalitas
usaha antara lain berupa NPWP, sertifikat yang dikeluarkan oleh pihak pengelola
pasar, dan surat izin usaha dari RT setempat (Tabel 12). Hal ini menunjukkan
bahwa para pelaku usaha mikro mayoritas tidak memiliki legalitas usaha.
Tabel 12 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan legalitas usaha
Legalitas Usaha Jumlah Responden (orang) Proporsi (%) Ada 7 23.33 Tidak ada 23 76.67 Total 30 100 Sumber: Data primer,diolah (2014)
Modal Usaha
Pada Tabel 13 menunjukkan modal para pelaku usaha mikro. Modal awal
responden mayoritas berada pada interval 0-1 juta rupiah, yaitu sebesar 66.67%
dengan rincian 20 responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar usaha
mikro memulai usahanya dengan modal yang cukup rendah. Sedangkan, modal
saat ini responden mayoritas berada pada interval >5 juta rupiah, yaitu sebesar
40% dengan rincian 12 responden.
Tabel 13 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan modal usaha
Modal (Rp) Awal Saat ini
Frekuensi Proporsi(%) Frekuensi Proporsi(%)
0-1.000.000 20 66.67 8 26.67 > 1.000.000-
5.000.000 6 20.00 10 33.33
> 5.000.0000 4 13.33 12 40.00 Total 30 100 30 100 Sumber: Data primer, diolah (2014)
24
Akses Pinjaman pada Lembaga Keuangan
Akses pinjaman rumah tangga responden terhadap lembaga keuangan
dapat dilihat pada Tabel 14. Nilai rata-rata pinjaman dari lembaga keuangan
formal lebih besar dibandingkan pinjaman dari semi formal. Akan tetapi,
responden yang mempunyai akses pinjaman pada lembaga keuangan formal hanya
sebesar 10%. Terdapat beberapa hal yang memengaruhi akses responden terhadap
lembaga keuangan formal. Mayoritas responden tidak ingin mengambil resiko
untuk mengambil kredit pada bank dengan proporsi sebesar 30.43%. Responden
tidak berani mengambil resiko karena factor umur yang sudah tua, antisipasi akan
kredit macet/gagal bayar, dan tidak ingin terbelit hutang. Alasan lainnya yaitu
karena persyaratan dan prosedur pinjaman di BMT lebih mudah (21.73%), tidak
memiliki agunan/jaminan (17.39%), tidak membutuhkan modal (13.04%), tidak
sesuai syariah (4.34%), dan alasan lainnya sebesar 4.34%.
Lembaga keuangan formal yang dituju oleh responden adalah BRI. Alasan
pemilihan pinjaman pada BRI ialah karena lokasi bank dekat dan berlokasi sama
dengan tempat usaha responden sehingga mudah melakukan transaksi saat
berdagang. Selain lembaga keuangan formal, responden juga mempunyai akses
pada lembaga keuangan semi formal selain BMT. Lembaga keuangan semi formal
konvensional yaitu koperasi pasar, sedangkan lembaga keuangan semi formal
syariah yaitu lembaga keuangan dana cepat syariah.
Tabel 14 Akses pinjaman pada lembaga keuangan
Akses Pinjaman Responden Nilai Rata-rata (Rp) Partisipasi
Formal Bank 15 333 333 n = 3 (10%)
Semi Formal BMT 4 133 333 n = 30 (100%)
Konvensional 3 750 000 n = 3 (10%) Syariah (NonBMT) 3 000 000 n = 1 (3.33%) Sumber: Data primer, diolah (2014)
Pengajuan dan Pencairan Pembiayaan Proses pengajuan dan pencairan pembiayaan di KJKS BMT UGT Sidogiri
cabang Koja Jakarta tergolong mudah. Gambar 3 menunjukkan jumlah responden
saat pengajuan dan pencairan pembiayaan dimana 13 responden datang ke BMT
saat proses pengajuan, sedangkan sisanya 17 responden tidak datang ke BMT. Hal
ini menunjukkan bahwa BMT memberikan kemudahan saat pengajuan
pembiayaan. Pihak BMT menerapkan sistem “jemput bola” terhadap nasabahnya.
Petugas BMT datang langsung ke tempat usaha nasabah untuk membantu proses
pengajuan pembiayaan.
Proses pencairan membutuhkan waktu maksimal tiga hari. BMT
mengharuskan nasabah untuk datang langsung ke kantor BMT untuk proses
pencairan pembiayaan. Saat proses pencairan, pihak BMT dan nasabah
menyepakati mengenai akad yang digunakan, sistem, dan tata cara pembayaran
kembali pembiayaan. Dari hasil penelitian, terdapat 2 responden yang tidak
datang ke BMT saat proses pencairan. Faktor kepercayaan responden terhadap
petugas BMT menjadi alasan sehingga pencairan pembiayaan diantar oleh petugas.
25
Gambar 5 Pengajuan dan pencairan pembiayaan
Akad Pembiayaan
Gambar 6 menunjukkan bahwa akad pinjaman yang digunakan nasabah
terhadap BMT didominasi oleh akad berbasis ijarah sebesar 73%, sedangkan
sisanya berbasis jual beli sebesar 27%. Kenyataannya, tidak ada satu akad pun
yang berbasis bagi hasil sebagai salah satu ciri khas pembiayaan syariah. Akad
dengan basis ijarah dominan karena mayoritas responden merupakan pedagang
pasar yang tidak memungkinkan untuk melakukan repayment pembiayaan ke
kantor BMT, sehingga petugas BMT melakukan sistem “jemput bola” dengan
konsekuensi peminjam memberikan ongkos jasa kepada petugas BMT.
Gambar 6 Akad pembiayaan responden
Gambar 6 Akad pembiayaan responden
Preferensi mengenai Pembiayaan Mikro Syariah BMT
Masalah utama yang dihadapi oleh usaha mikro ialah keterbatasan modal
untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Pembiayaan mikro syariah
dari BMT diberikan untuk membantu pelaku usaha mikro mengembangkan
usahanya. Berdasarkan persepsi responden terhadap pembiayaan, proporsi
responden sebesar 40% berpendapat bahwa pembiayaan yang diberikan
menambah modal usaha. Proporsi responden yang berpendapat bahwa
pembiayaan yang diberikan dapat meningkatkan omset usaha dan menambah kios
ialah sebesar 30% dan 6.67%. Sementara itu, proporsi responden yang
0
5
10
15
20
25
30
Pengajuan Pencairan
Datang ke BMT
Tidak Datang ke BMT
27%
73%
Berbasis Jual-Beli Berbasis Ijarah
26
berpendapat bahwa pembiayaan yang diberikan tidak memberikan efek usaha
karena adanya persaingan usaha ialah sebesar 6.67%. Proporsi responden yang
berpendapat bahwa pembiayaan yang diberikan hanya untuk menambah stok
barang dan hanya memutar modal ialah sebesar 3.33%. Proporsi responden yang
berpendapat bahwa pembiayaan yang diberikan tidak memberikan efek pada
usaha karena pembiayaan yang diberikan digunakan untuk konsumsi ialah sebesar
10%.
Tabel 15 Preferensi responden mengenai pembiayaan
Berkembang atau Tidak Alasan Proporsi (%)
Usaha Berkembang Menambah modal usaha 40.00 Meningkatkan omset dan keuntungan 30.00 Menambah kios 6.67
Total Usaha Berkembang 76.67
Usaha Tetap atau Tidak
Berkembang
Adanya persaingan usaha 6.67 Pembiayaan hanya menambah stok
barang 3.33
Pembiayaan hanya memutar modal 3.33 Pembiayaan digunakan untuk konsumsi 10.00
Total Usaha Tidak Berkembang atau Tetap 23.33 Sumber: Data primer, diolah (2014)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan yang diberikan
oleh BMT dapat menjadikan usaha lebih berkembang dengan proporsi 76.67%,
sisanya sebesar 23.33% berpendapat bahwa pembiayaan yang diberikan tidak
memberikan efek positif atau usaha cenderung tetap.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Realisasi Pembiayaan
Pembiayaan mikro syariah BMT merupakan salah satu bentuk penyaluran
dana yang diberikan oleh BMT kepada nasabahnya yang bertujuan untuk
menambah modal usaha. Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data
primer dari 30 responden yang merupakan anggota pembiayaan KJKS BMT UGT
Sidogiri cabang Koja Jakarta. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah
analisis regresi linier berganda.
Hasil akhir estimasi persamaan 1 dapat dilihat dalam Tabel 15. Variabel
jangka waktu angsuran, aset usaha, frekuensi pembiayaan, dan dummy usaha
signifikan pada taraf nyata. Uji asumsi klasik untuk metode regresi yaitu hasil uji
normalitas, heteroskedastisitas, autokolerasi, dan multikolinieritas menunjukkan
bahwa model sudah bersih dari masalah pelanggaran asumsi klasik.
Pada model estimasi yang layak (fit), residual model harus menyebar
normal. Jika tidak menyebar normal, terdapat indikasi bahwa model bias sehingga
asumsi klasik agar model tersebut menjadi BLUE tidak terpenuhi. Hasil Uji
normalitas dilakukan dengan melihat nilai probabilitas Jarque-Bera (1.786570)
lebih besar dari taraf nyata. Dengan demikian, model terbebas dari masalah
normalitas.
Uji asumsi klasik untuk memeriksa ada atau tidaknya heteroskedastisitas
pada model dilakukan dengan metode Breusch-Pagan-Godfrey Heteroskedasticity
27
dan didapatkan nilai probabilitas dari obs*R-squared (0.2351) lebih besar dari
taraf nyata. Artinya, model terbebas dari masalah heteroskedastisitas.
Uji asumsi klasik lainnya yang harus dipenuhi untuk mendapatkan model
yang layak (fit) adalah uji ada atau tidaknya autokorelasi pada model. Uji
autokorelasi dengan menggunakan metode Breusch-Godfrey Serial Correlation
LM Test dan didapatkan nilai probabilitas dari obs*R-squared (0.1094) lebih besar
dari taraf nyata. Hal ini menunjukkan bahwa model bebas dari masalah
autokolerasi.
Uji asumsi klasik terakhir yang dilakukan ialah uji multikolinieritas
dilakukan dengan correlation matrix, dimana batas terjadinya korelasi antara
sesama variabel bebas adalah tidak lebih dari |0.80|. Dalam penelitian ini korelasi
antar variabel dibawah |0.80|. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini tidak mengandung gejala multikolinieritas sehingga dapat dilakukan
analisis lebih lanjut karena model memenuhi asumsi BLUE (Blue Linier Unbiased
Estimator).
Hasil estimasi model faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan
KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta menunjukkan bahwa variabel
yang berpengaruh ialah aset usaha, frekuensi pembiayaan, jangka waktu angsuran,
dan dummy usaha. Hasil ini diperoleh dengan menggunakan metode OLS
(Ordinary Least Square) dan diuji signifikansinya dengan menggunakan aplikasi
software Eviews 6. Hasil pengolahan data dengan metode OLS menunjukkan
bahwa nilai R-Square dari persamaan adalah sebesar 67.18 artinya 67.18%
keragaman faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan mikro syariah
dapat dijelaskan oleh masing-masing variabel penjelas dalam model. Nilai
probilitas F-statistik sebesar 0.000033 yang lebih kecil dari taraf nyata
menunjukkan bahwa variabel-variabel independen berpengaruh nyata terhadap
variabel dependen.
Variabel aset usaha berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 1%.
Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Koefisien variabel aset usaha sebesar
0.17 menunjukkan bahwa peningkatan aset usaha sebesar 1% akan meningkatan
realisasi pembiayaan sebesar 0.17%, ceteris paribus. Semakin besar aset usaha
yang dimiliki pengusaha mikro, semakin besar realisasi pembiayaan yang
diberikan oleh BMT.
Frekuensi pembiayaan berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata
10%. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Koefisien variabel frekuensi
pembiayaan sebesar 0.26, artinya jika frekuensi pembiayaan meningkat 1%,
realisasi pembiyaan akan meningkat sebesar 0.26%, ceteris paribus. Semakin
tinggi intensitas pengambilan pembiayaan, semakin besar realisasi pembiayaan
yang diberikan oleh BMT. Pihak BMT akan lebih mudah memberikan
pembiayaan kepada nasabah yang sebelumnya sudah pernah melakukan pinjaman
dibandingkan dengan nasabah baru. Hal ini dikarenakan informasi tentang
nasabah dapat tersedia dengan mudah sehingga dapat menghilangkan masalah
informasi tidak simetris (asymmetric information) yang merupakan masalah
utama yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya kegagalan pelunasan
pembayaran kembali pembiayaan. Fenomena ini sejalan dengan Okurut et al.
(2011) bahwa bank mempertimbangkan pengalaman kredit sebelumnya dalam
pemberian kredit kepada UKM.
28
Jangka waktu angsuran berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata
1%. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Koefisien variabel jangka waktu
angsuran sebesar 0.35 menunjukkan bahwa peningkatan lama angsuran sebesar
1% akan meningkatkan realisasi pembiayaan sebesar 0.35%, ceteris paribus.
Jangka angsuran pembiayaan disepakati oleh kedua pihak, baik pihak BMT dan
pengusaha mikro. Semakin lama jangka angsuran yang disepakati, semakin besar
realisasi pembiayaan yang diberikan oleh BMT. Hal ini sebagai bentuk kehati-
hatian pihak BMT untuk menghindari kredit macet.
Dummy usaha berpengaruh signifikan terhadap realisasi pembiayaan. Hasil
ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Jenis usaha perdagangan lebih
mempengaruhi realisasi pembiayaan dibandingkan jenis usaha industri. Hal ini
dikarenakan jenis usaha perdagangan membutuhkan modal yang lebih sedikit
dibandingkan industri sehingga BMT dengan kapasitasnya sebagai lembaga
keuangan mikro bisa menjangkau usaha mikro.
Laba usaha per bulan sebelum pembiayaan tidak berpengaruh nyata
terhadap realisasi pembiayaan yang diberikan dengan nilai koefisien sebesar 0.05.
Artinya, laba usaha tidak mempengaruhi realisasi pembiayaan yang diberikan oleh
BMT. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian. Penjelasannya adalah
sebagai berikut tujuan KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta adalah
untuk membantu pengusaha mikro yang mayoritas merupakan masyarakat
kalangan menengah ke bawah yang mempunyai perolehan laba usaha relatif kecil.
Penyaluran pembiayaan di BMT pada umumnya tidak hanya dilihat dari condition
of economic seorang nasabah, tetapi juga dari faktor character dan lainnya yang
menjadi pertimbangan. Oleh karena itu, laba usaha per bulan sebelum pembiayaan
tidak berpengaruh nyata terhadap realisasi pembiayaan. Selain itu, penjelasan lain
mengapa laba usaha per bulan sebelum pembiayaan tidak berpengaruh terhadap
realisasi pembiayaan adalah adanya pemberlakuan pemberian agunan/jaminan
untuk kasus pembiayaan diatas Rp 3 juta. Hal ini menjadi jaminan bagi BMT agar
pembiayaan tetap dapat terealisasikan. Hal ini sejalan dengan penelitian Safitri
(2007) yang menunjukkan bahwa laba usaha tidak signifikan mempengaruhi
realisasi kredit yang diberikan. Hal ini disebabkan bank lebih melihat jumlah
jaminan dalam pemberian kredit.
Tabel 15 Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan
mikro syariah di KJKS BMT-UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta
Variabel Koefisien t-Statistic Probilitas
Ln Aset Usaha 0.172816 2.751621 0.0111*
Ln Frekuensi Pembiayaan 0.260616 1.965159 0.0611***
Ln Jangka Waktu Angsuran 0.350213 2.899318 0.0079*
Dummy Usaha 0.387079 1.932148 0.0652***
Ln Laba Usaha 0.054001 0.074135 0.4734
C 9.711161 7.910152 0.0000
R-squared 0.671864
F-statistik 9.828061
Probabilitas F-Statistik 0.000033
Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 1%
**signifikan pada taraf nyata 5%
***signifikan pada taraf nyata 10%
29
Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel asset usaha dan jangka waktu
angsuran merupakan dua variabel paling responsif terhadap realisasi pembiayaan
mikro syariah yang diberikan oleh KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta
dengan tingkat signifikansi 1% dan nilai probabilitas 0.0079 serta 0.0111. Pihak
BMT melihat aset usaha nasabah dalam memberikan realisasi pembiayaan dan
menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan jangka waktu angsuran
untuk menghindari kredit macet.
Pengaruh Pembiayaan Mikro Syariah BMT terhadap Omset Usaha
Pembiayaan mikro syariah yang diberikan BMT menjadi salah satu solusi
keterbatasan permodalan bagi pengusaha mikro. Pembiayaan tersebut
memberikan pengaruh positif terhadap usaha yang dilihat omset usaha setelah
pembiayaan. Omset usaha setelah mendapatkan pembiayaan mikro syariah dapat
dilihat dengan metode OLS (Ordinary Least Square) menggunakan aplikasi
software Eviews 6.
Pelanggaran yang harus dihindari pada model agar model tersebut
memenuhi syarat asumsi klasik dan dapat dikategorikan sebagai model yang
BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) adalah terhindar dari masalah
heteroskedastis. Hasil uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan
metode Breusch-Pagan Godfrey Heteroskedasticity dan didapatkan nilai
probabilitas Obs*R-Squared (0.6261) lebih besar dari taraf nyata. Dapat
disimpulkan tidak ada masalah heteroskedastisitas dalam model.
Uji asumsi klasik lainnya yang harus dipenuhi untuk mendapatkan model
yang layak (fit) adalah uji normalitas dimana residual model harus menyebar
normal. Jika residual tidak menyebar normal, dapat diindikasikan model menjadi
tidak bias sehingga asumsi klasik agar model tersebut BLUE tidak terpenuhi.
Hasil estimasi uji asumsi menunjukkan bahwa nilai probabilitas Jarque Bera
(0.516477) lebih besar dari taraf nyata. Artinya, model estimasi pengaruh
pembiayaan mikro syariah BMT terhadap omset usaha memiliki residual yang
menyebar normal, sehingga model estimasi tersebut termasuk model yang BLUE.
Uji autokolerasi dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan model yang
layak (fit). Masalah autokolerasi dapat dilihat dengan menggunakan metode
Breusch-Godfrey serial correlation LM test. Hasil estimasi menunjukkan bahwa
nilai probabilitas Obs*R-Squared (0.2773) lebih besar dari taraf nyata. Artinya,
model terbebas dari masalah autokolerasi.
Pengujian terakhir untuk memenuhi kriteria BLUE ialah uji
multikolinieritas. Uji multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan
correlation matrix dimana semua nilai korelasi antar variabel independen pada
model kurang dari |0.8|. Pada model estimasi semua nilai kolerasi antar variabel
independen kurang dari |0.8|. Artinya, tidak ada interaksi antar variabel
independen pada model sehingga dapat disimpulkan model terbebas dari masalah
multikolinieritas.
Hasil pengolahan data dengan metode OLS menunjukkan bahwa nilai R-
Square dari persamaan sebesar 54.86 artinya 54.86% keragaman nilai omset usaha
dapat dijelaskan oleh masing-masing variabel penjelas dalam model, sisanya
dijelaskan oleh variabel lain. Nilai probilitas F-statistik sebesar 0.003077 yang
30
lebih kecil dari taraf nyata menunjukkan bahwa variabel-variabel independen
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Aset usaha berpengaruh positif terhadap omset usaha dengan koefisien
0.29 dan signifikan pada taraf nyata (α =5%). Hasil ini sesuai dengan hipotesis
penelitian. Artinya, peningkatan aset usaha sebesar 1% akan meningkatkan omset
usaha sebesar 0.29% per bulan, ceteris paribus. Hal ini menunjukkan
pengurangan atau penambahan aset usaha akan berpengaruh terhadap omset usaha.
Besarnya jumlah pembiayaan mikro syariah BMT berpengaruh negatif
terhadap omset usaha dengan koefisien 0.93 dan signifikan pada taraf nyata
(α =5%). Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian. Artinya, apabila
besarnya jumlah pembiayaan meningkat 1%, omset usaha akan menurun sebesar
0.93% per bulan, ceteris paribus.
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pembiayaan yang diberikan belum
digunakan secara efektif oleh pelaku usaha mikro. Pengetahuan manajerial pelaku
usaha mikro yang buruk mengakibatkan tidak adanya pengelolaan kas secara baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian Attom (2013) yang menunjukkan bahwa
sebagian besar usaha mikro dan kecil di Ghana, umumnya tidak mengaplikasikan
prosedur pengendalian kas secara benar; bahkan ketika sudah ada kontrol dan
pengelolaan kas, mereka mengimplementasikan dengan buruk karena kelemahan
dan kepuasan diri terhadap usaha tersebut.
Indikasi lain ialah jumlah pembiayaan yang diberikan BMT digunakan
untuk kebutuhan konsumsi pengusaha mikro tidak untuk usaha produktif.
Berdasarkan persepsi responden terhadap pembiayaan mikro syariah, sebesar 10%
responden berpendapat bahwa pembiayaan mikro syariah yang diberikan tidak
berdampak pada usaha karena pembiayaan digunakan untuk konsumsi. Hal ini
menunjukan bahwa nasabah pembiayaan melakukan moral hazard. Moral hazard
terjadi karena kurangnya pengawasan pihak BMT terhadap pengusaha mikro.
Alokasi penggunaan pembiayaan lebih besar untuk kebutuhan konsumsi
dibandingkan untuk modal mengembangkan usaha. Fenomena ini juga sejalan
oleh penelitian Beik dan Purnamasari (2011) menjelaskan bahwa jumlah
pembiayaan yang diberikan oleh BMT berkolerasi negatif dan signifikan terhadap
omset usaha setelah pembiayaan.
Lama pendidikan berpengaruh positif terhadap omset usaha dengan
koefisien 1.42 dan signifikan pada taraf nyata (α =1%). Hasil ini sesuai dengan
hipotesis penelitian. Artinya, peningkatan lama pendidikan sebesar 1% akan
meningkatkan omset usaha sebesar 1.42%, ceteris paribus. Semakin lama
pendidikan pengusaha mikro, semakin besar omset usaha yang didapat.
Laba usaha mikro setelah pembiayaan berpengaruh positif terhadap omset
usaha dengan koefisien 0.44 dan signifikan pada taraf nyata (α =5%). Hasil ini
sesuai dengan hipotesis penelitian. Artinya, peningkatan (penurunan) laba usaha
sebesar 1% akan meningkatkan (menurunkan) omset usaha sebesar 0.44% per
bulan, ceteris paribus.
Lama usaha berpengaruh positif terhadap omset usaha dengan koefisien
0.48 dan signifikan pada taraf nyata (α =5%). Artinya, peningkatan lama usaha
sebesar 1% akan meningkatkan omset usaha sebesar 0.48% per bulan, ceteris
paribus. Lama usaha berhubungan dengan pengalaman pelaku usaha mikro.
Responden dengan pengalaman usaha lebih lama memiliki omset usaha yang
31
lebih besar. Semakin lama usaha yang dijalani oleh pengusaha mikro, semakin
besar omset usaha yang didapat.
Dummy usaha memiliki pengaruh nyata terhadap omset usaha. Hasil ini
sesuai dengan hipotesis penelitian. Jenis usaha perdagangan memiliki perputaran
lebih tinggi dibandingkan jenis usaha industri sehingga menghasilkan omset usaha
lebih besar.
Tabel 16 Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi omset usaha
Variabel Koefisien t-statistic Probabilitas
Ln Aset Usaha 0.290899 1.875695 0.0734***
Ln Jumlah Pembiayaan -0.934202 -2.449388 0.0223**
Ln Lama Pendidikan 1.423845 2.697228 0.0129*
Ln Laba Usaha 0.446824 2.004450 0.0569**
Ln Lama Usaha 0.487201 2.493065 0.0203**
Dummy usaha 0.856163 1.928003 0.0663***
C 14.78455 3.524659 0.0018
R-squared 0.548689
F-statistik 4.660431
Probabilitas F-statistik 0.003077
Keterangan: * signifikan pada taraf nyata 1%
** signifikan pada taraf nyata 5%
***signifikan pada taraf nyata 10%
Hasil estimasi menunjukkan bahwa lama pendidikan merupakan variabel
yang paling responsif terhadap omset usaha nasabah setelah mendapatkan
pembiayaan mikro syariah dengan nilai probabilitas sebesar 0.0129. Semakin
lama pendidikan formal yang dijalani pengusaha mikro, semakin besar omset
usaha yang didapatkan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk menjawab rumusan
masalah, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa faktor yang
memengaruhi realisasi pembiayaan yang diberikan oleh KJKS BMT UGT
Sidogiri cabang Koja Jakarta. Aset usaha, frekuensi pembiayaan, dan jangka
waktu angsuran berkolerasi positif terhadap realisasi pembiayaan, serta dummy
usaha berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi pembiayaan. Hal ini
menunjukkan bahwa BMT tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian untuk
mencegah kredit macet.
Faktor-faktor yang signifikan memengaruhi omset usaha ialah aset usaha,
jumlah pembiayaan, laba usaha setelah pembiayaan, lama pendidikan, lama usaha,
dan dummy usaha. Aset usaha, laba usaha setelah pembiayaan, lama pendidikan,
dan lama usaha berkolerasi positif terhadap omset usaha setelah pembiayaan.
32
Jumlah pembiayaan berkolerasi negatif terhadap omset usaha setelah pembiayaan.
Dummy usaha juga berpengaruh secara signifikan terhadap omset usaha.
Saran
Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa variabel yang
memengaruhi realisasi pembiayaan mikro syariah dan dampaknya terhadap omset
usaha. Terkait dengan hal tersebut saran dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pihak BMT diharapkan memperhatikan jangka waktu angsuran nasabah.
BMT dapat memberikan jangka waktu pendek untuk pembiayaan yang
relatif kecil. Hal ini untuk menjaga keberadaan BMT. Sebaliknya,
jangka waktu panjang diberikan untuk pembiayaan yang relatif besar
agar mencegah kredit macet.
2. Saran untuk penelitian selanjutnya ialah adanya variabel kontrol dan
jangka waktu nasabah pembiayaan minimal sudah 2 tahun sehingga efek
pembiayaan dapat diteliti lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Arief, MNR. 2011. Dasar–dasar Ekonomi Islam. Jakarta(ID): PT Era Adicitra
Intermedia.
Ahiawodzi AK, Adade TC. 2012. Access to Credith and Growth of Small and
Medium Scale Enterprises in the Ho Municipality of Ghana.British
Journal of Economicss, Finance and Management Sciences [internet].
[diunduh 2014 Feb 28].Vol.6 (2). Tersedia pada:
http://www.ajournal.co.uk/EFpdfs/EFvolume6(2)/EFVol.6%20(2)%20Arti
cle%203.pdf.
Arsyad L. 2008. Lembaga Keuangan Mikro: Institusi, Kinerja, dan Sustanabilitas.
Yogyakarta(ID): Andi
Attom, BE. 2013. Cash Management Practices by Micro and Small-Scale
Enterprises at Kasoa in The Central Region of Ghana.Asian Journal of
Business and Management Sciences [internet]. [diunduh 2014 Juni 06].
Vol 3 No. 2 [01-12]. Tersedia pada:
www.ajbms.org/articlepdf/1ajbms201303022754.pdf.
[BI] Bank Indonesia.2014. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia [internet].
[diunduh 06 Juni 2014]. Vol. XVI No 01. Tersedia pada:
http://www.bi.go.id.
BeckT, Demirguc-Kunt A. 2008. Access to Finance: An Unfinished Agenda. The
World Bank Economic Review pp. 383-396.
Beik IS, Purnamasari I. 2011. Empirical Role of Islamic Cooperatives in
Financing Micro and Small Scale Entrepreneurs in Indonesia.Case study
of KOSPIN Jasa Syariah Pekalongan.Di presentasikan pada Islamic
Finance Conference.Qatar [internet]. [diunduh 2013 Oktober 27].
Tersedia pada: http://conference.qfis.edu.qa/app/media/223.
33
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Berita Resmi Statistik No 11/02/Th. XII
[internet]. [diunduh 2014 Juni 23]. Tersedia pada:
http://webbeta.bps.go.id/brs_file/pdb-16feb09.pdf.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Narasi Statistik UMKM 2010-2011. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
Chapra MU. 2010. Is It Necessary to Have Islamic Economics?.Jurnal of Socio-
Economics 29 [internet]. [diunduh 2013 Desember 12]. Tersedia pada:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3
&cad=rja&uact=8&ved=0CEYQFjAC&url=http%3A%2F%2Fwww.irti.or
g%2Firj%2Fgo%2Fkm%2Fdocs%2Fdocuments%2FIDBDevelopments%2
FInternet%2FEnglish%2FIRTI%2FCM%2Fdownloads%2FDistance_Lear
ning_Files%2FB1.6%2520Is%2520it%2520necessary%2520to%2520have
%2520Islamic%2520Economics(Umer).doc&ei=pUinU4zHFNKzuATr0o
DgBw&usg=AFQjCNHDNTveC1r7db5iYxL97UzmDuDKSg&sig2=_ITT
bCJSt0JC3AugdOwL-A&bvm=bv.69411363,d.c2E
Falihah EI. 2007. Peran Baitul Maal Wat Tamwil dalam Upaya Pemberdayaan
Usaha Mikro di Koperasi BMT-MMU Kraton Sidogiri Pasuruan [skripsi].
Malang (ID): Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
Gay LR, Mills GE, Airasian P. 2006. Educational Research: Competencies for
Analysis and Applications 8th
Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Gujarati DN. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika Edisi Ketiga. Jakarta(ID):
Erlangga.
Jackson J, Mclver R. 2007. Microeconomics 8th
Edition. Australia: McGraw Hill.
Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta(ID): Gramedia
Pustaka Utama.
[KEMENKOP] Kementrian Koperasi dan UKM.2014.Kriteria UU UMKM
Nomor 20 Tahun 2008. [internet]. [diunduh 2014 April 25]. Tersedia pada:
http://www.depkop.go.id.
[KEMENKOP] Kementrian Koperasi dan UKM. 2014. Perkembangan Data
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dan Usaha Besar Tahun
2008-2012. [internet]. [diunduh 2014 Februari 13]. Tersedia pada:
http://www.depkop.go.id.
Levy B, Berry A, Nugent JB. 1993.Fulfilling the Export Potential of Small and
medium Firms. Boston: Kluwer Academic Publishers.
Mahliza F. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Realisasi
Pembiayaan Murabahah untuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor
Perdagangan (Studi Kasus: KBMT Bil Barkah, Bogor) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor
Muhammad. 2009. Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Yogyakarta(ID): Graha
Ilmu.
Mohieldin M, Iqbal Z, Rostom A, Fu X. 2012. The Role of Islamic Finance in
Enhancing Financial Inclusion in Organization of Islamic Cooperation
(OIC) Countries.Islamic Economic Studies [internet]. [diunduh 2014 Feb
28].Vol. 20, No. 2, Desember 2012 (55-1200. Tersedia pada:
http://www.irti.org/irj/go/km/docs/documents/IDBDevelopments/Internet/
English/IRTI/CM/downloads/IES_Articles/Vol_20_No_2/Zamir_Iqbal_M
_Moheildin_and_A_Rostom.pdf.
34
Nawai N, Shariff MNM. 2012. Factors affecting repayment performence in
microfinance programs in Malaysia.Procedia–Social and Behavioral
Sciences [internet]. [diunduh 2014 April 23]. Vol 62 (2012) 806-811.
Tersedia pada:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S187704281203577X.
Oktavi S. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan
Pembiayaan dan Efektivitas Pembiayaan Usaha Kecil pada Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus: KJKS BMT Bina Umat Sejahtera,
Lasem, Jawa Tengah) [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Okurut FN, Olalekan Y, Mangadi K. 2011. Credit Rationing and SME
Development in Botswana: Implications for Economic Diversification
[internet]. [diunduh 2014 Juli 08]. Tersedia pada:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2
&cad=rja&uact=8&ved=0CC4QFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.ajol.i
nfo%2Findex.php%2Fboje%2Farticle%2Fdownload%2F72978%2F61869
&ei=DMe9U_PRHISF8gW_ooG4CA&usg=AFQjCNFieIXhpGCmijfvxa8
M_ynPE0ULEw&sig2=KyvCD49xe9XtaxenAolL1A&bvm=bv.70138588
,d.dGc.
Ridwan M. 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Yogyakarta(ID):
UII Press.
Scott WR. 2000. Financial Accounting Theory. USA: Prentince-Hall
Septiana RM. 2013.Analisis Dampak Pembiayaan Mikro Syariah Terhadap
Perkembangan Keuntungan UMKM di Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Setyobudi A. 2007. Peran Serta Bank Indonesia dalam Pengembangan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.Buletin Hukum Perbankan dan
Kebanksentralan 29.Volume 5. No 2. Agustus 2007.
Soetrisno N. 2004. Pengembangan Lembaga Keuangan Syariah Menuju
Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Prosiding Silaturahmi Nasional ke-2;
Jakarta: 30-31 Agustus 2004. Jakarta: Graha Wisata Mahasiswa. Hlm 1-6.
Sudarsono H. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan
Ilustrasi Edisi ketiga. Yogyakarta(ID): Ekonisia
Wijono WW. 2005. Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro sebagai Salah Satu
Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya Konkrit Memutus Mata Rantai
Kemiskinan. Jurnal Ekonomi dan Keuangan 1(10): 55-67.
35
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN MIKRO
SYARIAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP OMZET USAHA NASABAH (STUDI
KASUS KJKS BMT UGT SIDOGIRI CABANG KOJA JAKARTA)
Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam pengisian kuesioner penelitianini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana akses Bapak/Ibu pedagang Pasar
Tugu kepada lembaga keuangan syariah (BMT) dan pengaruhnya terhadappendapatan.
Kuesioner ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, makajawaban yang
Bapak/Ibu sampaikan sepenuhnya akan dijaga kerahasiaannya. Ataskerjasama Bapak/Ibu,
saya ucapkan terima kasih.
Pewawancara :
Hari/Tanggal wawancara :
Jam/Tempat :
IDENTITAS RESPONDEN
Nomor responden :
Nama Responden :
Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
Pendidikan terakhir : a. SD b. SMP c. SMA d. Diploma e. S1 f. > S1
Umur : a. 15-24 b. 25-40 c. 41-55 d. 56-65 f. >65
Alamat Lengkap :
No hp :
A. Karakteristik Usaha Responden
1. Jenis Usaha :
a. Dagang b. Industri c. Jasa d. lainnya
2. ApakahSaudara pemilik usaha langsung?
a. Ya lanjut pertanyaan 5
b. Tidak
3. Jika tidak, statusnya?
a. Karyawan b. Saudara c. Lainnya
4. Lama bekerja : ........... (tahun)
5. Lama usaha : ...............(tahun)
6. Modal saat berdiri : Rp ........................
7. Modal saatini :Rp ………
8. Status badanhukumusaha :
a. PT b. CV c. UD d. Perorangan
9. ApakahSaudara memiliki legalitas usaha?
Jika ya; jenis legalitasnya :
36
a. SIUP d. SK LU g. Lainnya, sebutkan...
b. TDI e. Izin gangguan (HO)
c. TDP f. NPWP
10. Jumlah tenaga kerja : ... (orang)
B. RiwayatPembiayaan
1. Lama menjadi anggota pembiayaan BMT : .... (bulan)
2. Kapan pembiayaan terakhir?
3. Sudah berapa kali mendapatkan pembiayaan dari BMT?
No. Tahun
Perolehan
Pinjaman Lama
Pinjaman
Cicilan ke
berapa Pengajuan (Rp) Realisasi (Rp)
C. Akses terhadap Lembaga Keuangan
1. Apakah Saudara sedang/pernah menerima pinjaman dari lembaga keuangan lain?
a. Ya b. Tidak
2. Jika Ya, kenapa?
a. Lebihdekat
b. Lebihmurah margin/bagihasilnya
c.Lebih lama berlokasididekattempatusaha
d. Lain-lain, sebutkan…
3. Apakah lembaga keuangan syariah?
a. Ya b. Tidak
4. Jika Syariah, apa jenis LKS nya?
a. Bank Syariah b. BPRS c. BMT
5. JikaTidakSyariah,apa nama lembaganya: .....
6. JikaDiterima, berapa jumlahnya?
7. Jika Ditolak, apa alasan penolakan:
a. Tidak memiliki agunan.
b. Fluktuasi pendapatan
c. Umurusaha yang masihmuda
d. lain-lain, sebutkan……………………………….
8. Jika Tidak menerima pinjaman dari LK lain, mengapa?
a. Tidak membutuhkan modal tambahan
b. Tidakmempunyaiagunan
c. Tidak sesuai syariah/ tidak murni agama
d. Tidak ada akses ke lembaga keuangan
e. Suku bunga tinggi
f. lain-lain, sebutkan…………………………………
D. Mekanisme atau Prosedur Pengajuan Pembiayaan dan Pengambilan
Pembiayaan di BMT
1. Apakah harus memiliki tabungan terlebih dahulu agar bisa mengajukan
pembiayaan?
a. Ya b. Tidak 2. Apakah harus menggunakan agunan?
a. Ya b. Tidak
3. Jika Ya, sebutkan :
37
4. Jika Tidak ada agunan, apakah boleh mendapatkan pinjaman?
Apa konsekuensinya?
5. Apakah Saudara merasa sulit untuk memenuhi persyaratan yang diberikan oleh
BMT dalam mengakes pembiayaan syariah tersebut?
a. Ya
b. Tidak
6. Selain agunan, syarat lainnya yang harus dipenuhi? Sebutkan...
a.
b.
c.
7. Untuk pengajuan, Apakah harus datang ke BMT?
a. Ya b. Tidak
8. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dari pengajuan sampai dengan pencairan?
a. 3-5 hari
b. 1-2 minggu
c. 2-4 minggu
d. Lebih dari satu bulan
9. Berapa kali harus bolak-balik dalam proses pengajuan sampai pencairan?
a. 2 kali b. 3 kali c. 4 kali d. 5 kali atau lebih
10. Bagaimana proses pencairannya?
a. Datang ke BMT (lembaga
keuangan)
b. Diantar petugas
c. Titip kepada teman
d. Ditransfer ke rekening
tertentu
11. Dalam pembiayaan, apakah petugas menginformasikan tentang akad apa yang
digunakan?
a. Ya
b. Tidak
12. Apakah marjin atau bagi hasil yang digunakan dinegoisasikan (dirundingkan?)
a. Ya
b. Tidak
13. Apakah margin bagihasil yang ditetapkantermasuktinggi?
a. Ya
b. Tidak
14. Bagaimana cara membayar cicilan?
a. Datang langsung ke BMT (lembaga keuangan)
b. Dijemput petugas
c. Dipotong dari tabungan
d. Transfer ke rekening bank tertentu
e. Lainnya, sebutkan
15. Sistem pembayaran cicilan?
a. Harian
b. Mingguan
c. Bulanan
16. Apakah ada sanksi jika terjadi keterlambatan?
a. Ada, sebutkan...
b. Tidak ada
17. Tujuan pembiayaan yang diterima saat ini dari pihak BMT untuk:
a.Kebutuhan modal kerja
b.Investasi usaha
c. Kebutuhankeluarga, sebutkan…
18. MenurutSaudara, apakah ada perbedaanantara syariah dengan konvensional?
a. Ada, sebutkan....
b. Tidak
38
19. Mengapa Saudara tidak menjadi nasabah keuangan formal, sebutkan alasannya?
a. Lokasi jauh
b. Tidak butuh modal
c. Tidakmemilikiasetuntukdijaminkan
d. Persyarataan rumit
e. Lainnya, sebutkan...
Administrasi Biaya (Rp)
Biayafotokopi
Biayamaterai
Biayabukarekening/tabungan
Transport
E. Pengaruh Pembiayaan Terhadap Kondisi Usaha Nasabah 1. Menurut Saudara, apakah pembiayaan dari BMT memberikan pengaruh pada
usaha Saudara?
a. Ya b. Tidak
2. Bila Ya, bagaimana kondisi usaha Saudara setelah mendapat pembiayaan dari
BMT?
a. Berkembang
Alasan:
1. Pembiayaan yang diberikan menambah modal usaha
2. Peningkatan omset dan keuntungan
3. Adanya pemberian pembiayaan menambah jangkauan
pemasaran/penambahan kios
4. Lainnya (sebutkan)
b. Tetap/tidak berkembang
Alasan:
1. Jumlah pembiayaan yang diberikan kecil
2. Adanya persaingan usaha
3. Kurangnya pembeli
4. Pembiayaan yang diberikan hanya memutar modal
5. Pembiayaan yang diberikan menambah stok barang
6. Pembiayaan yang diberikan digunakan untuk investasi
7. Pembiayaan yang diberikan untuk konsumsi/kebutuhankeluarga
8. Lainnya (sebutkan)
3. Omset usaha per hari
Sebelumpembiayaan :
Setelahpembiayaan :
4. Besar laba bersih (setelah dikurangi biaya retribusi, dll) perhari
Sebelumpembiayaan :
Sesudah pembiayaan :
5. Bagaimana tingkat pendapatan Saudara setelah mendapat pembiayaan?
a. Meningkat
b. Tetap
c. Menurun
6. Apakah Saudara memiliki pekerjaan sampingan?
a. Ya, berapapendapatan per hariRp …………
b. Tidak
39
7. Berapa jumlah anggota keluarga yang masih dibiayai?
No Biaya Jumlah (Rp)
1. Retribusi (hari)
2. Sewa kios/lapak (tahun)
3. Upah tenaga kerja (bulan)
4. Transport (hari)
5. Lainnya
E. Kepemilikan Aset
No Kategori Jumlah Nilai
1. Kendaraan
a. Mobil
b. Motor
2. RumahTinggal
3. Kios/lapak
4. Perhiasan
40
Lampiran 2 Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan
mikro syariah di KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Jakarta Koja
Dependent Variable: LNJP (Jumlh pembiayaan)
Method: Least Squares
Date: 07/03/14 Time: 14:02
Sample: 1 30
Included observations: 30
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
Dummy Usaha 0.387079 0.200336 1.932148 0.0652 LN Aset Usaha 0.172816 0.062805 2.751621 0.0111 LN Frekuensi Pemby 0.260616 0.132618 1.965159 0.0611 LN Jangka Angs 0.350213 0.120791 2.899318 0.0079 LN Laba Sblm Pemby 0.054001 0.074135 0.728409 0.4734
C 9.093113 1.149550 7.910152 0.0000 R-squared 0.671864 Mean dependent var 15.08043
Adjusted R-squared 0.603502 S.D. dependent var 0.551393 S.E. of regression 0.347202 Akaike info criterion 0.899035 Sum squared resid 2.893178 Schwarz criterion 1.179275 Log likelihood -7.485528 Hannan-Quinn criter. 0.988686 F-statistic 9.828061 Durbin-Watson stat 2.184146 Prob(F-statistic) 0.000033
Lampiran 3 Hasil uji normalitas persamaan 1
Lampiran 4 Hasil uji heteroskedastisitas persamaan 1 Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic 1.409936 Prob. F(5,24) 0.2563
Obs*R-squared 6.811356 Prob. Chi-Square(5) 0.2351
Scaled explained SS 3.027646 Prob. Chi-Square(5) 0.6957
Lampiran 5 Hasil uji autokorelasi persamaan 1 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.903025 Prob. F(2,22) 0.1729
Obs*R-squared 4.424601 Prob. Chi-Square(2) 0.1094
0
1
2
3
4
5
6
-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 -0.0 0.2 0.4
Series: Residuals
Sample 1 30
Observations 30
Mean 1.41e-15
Median 0.064142
Maximum 0.433989
Minimum -0.703115
Std. Dev. 0.315856
Skewness -0.513812
Kurtosis 2.389062
Jarque-Bera 1.786570
Probability 0.409309
41
Lampiran 6 Hasil uji multikolinieritas persamaan 1 LNJP DU LNAU LNFP LNJA LNLBB
LNJP 1.000000 0.264251 0.544917 0.504833 0.581114 0.374974
DU 0.264251 1.000000 -0.257478 0.412557 -0.014016 -0.032975
LNAU 0.544917 -0.257478 1.000000 0.145816 0.364633 0.431124
LNFP 0.504833 0.412557 0.145816 1.000000 0.172780 0.087222
LNJA 0.581114 -0.014016 0.364633 0.172780 1.000000 0.252470
LNLBB 0.374974 -0.032975 0.431124 0.087222 0.252470 1.000000
Lampiran 7 Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi omset usaha nasabah Dependent Variable: LNOUB Method: Least Squares Date: 07/10/14 Time: 06:11 Sample: 1 30 Included observations: 30
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNLSB 0.446824 0.222916 2.004450 0.0569
LNLU 0.487201 0.195422 2.493065 0.0203 LNLP 1.423845 0.527892 2.697228 0.0129 LNJP -0.934202 0.381402 -2.449388 0.0223 LNAU 0.290899 0.155089 1.875695 0.0734
DU 0.856163 0.444067 1.928003 0.0663 C 14.78455 4.194605 3.524659 0.0018
R-squared 0.548689 Mean dependent var 16.89246 Adjusted R-squared 0.430955 S.D. dependent var 0.984569 S.E. of regression 0.742710 Akaike info criterion 2.443941 Sum squared resid 12.68722 Schwarz criterion 2.770887 Log likelihood -29.65912 Hannan-Quinn criter. 2.548534 F-statistic 4.660431 Durbin-Watson stat 1.900431 Prob(F-statistic) 0.003077
Lampiran 8 Hasil uji normalitas persamaan 2
Lampiran 9 Hasil uji heteroskedastisitas persamaan 2 Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic 0.654488 Prob. F(6,23) 0.6864
Obs*R-squared 4.375093 Prob. Chi-Square(6) 0.6261
Scaled explained SS 1.753196 Prob. Chi-Square(6) 0.9409
0
1
2
3
4
5
6
7
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
Series: Residuals
Sample 1 30
Observations 30
Mean -4.87e-16
Median -0.138484
Maximum 1.129290
Minimum -1.406527
Std. Dev. 0.661430
Skewness 0.044913
Kurtosis 2.363515
Jarque-Bera 0.516477
Probability 0.772411
42
Lampiran 10 Hasil uji autokorelasi persamaan 2 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.981873 Prob. F(2,21) 0.3912
Obs*R-squared 2.565451 Prob. Chi-Square(2) 0.2773
Lampiran 11 Hasil uji multikolinieritas persamaan 2 LNOUB DU LNAU LNJP LNLP LNLSB LNLU
LNOUB 1.000000 0.050728 0.344212 0.165445 0.410953 0.523613 0.268185
DU 0.050728 1.000000 -0.257478 0.264251 -0.226666 -0.015858 0.155442
LNAU 0.344212 -0.257478 1.00000 0.544917 0.228088 0.516945 0.104237
LNJP 0.165445 0.264251 0.544917 1.000000 0.110650 0.539579 0.355607
LNLP 0.410953 -0.226666 0.228088 0.110650 1.000000 0.339358 -0.284455
LNLSB 0.523613 -0.015858 0.516945 0.539579 0.339358 1.000000 0.221851
LNLU 0.268185 0.155442 0.104237 0.355607 -0.284455 0.221851 1.000000
1
Lampiran 13 Output data model persamaan 2
No OUB LU JP AU LP DU LSB LNOUB LNLU LNJP LNAU LNLP LNLSB
1 3E+07 4 5E+06 4E+07 12 0 9E+06 17.2527 1.386294 15.42495 17.37086 2.484907 15.96727
2 4E+07 4 3E+06 3E+06 12 1 5E+06 17.576 1.386294 14.91412 14.91412 2.484907 15.34157
4 5E+06 8 1E+07 2E+07 6 1 5E+06 15.4249 2.079442 16.1181 16.52356 1.791759 15.44475
5 5E+07 8 3E+06 1E+06 9 1 4E+06 17.6642 2.079442 14.91412 14.20077 2.197225 15.2018
6 1E+07 3 2E+06 3E+06 12 0 6E+06 16.2206 1.098612 14.22098 14.91412 2.484907 15.64274
No JP FP JA AU DU LBB LNJP LNFP LNJA LNAU LNLBB
1 5000000 2 365 35000000 0 3041666 15.42495 0.693147 5.899897 17.37086 14.92792
2 3000000 4 100 3000000 1 3680000 14.91412 1.386294 4.60517 14.91412 15.11842
4 1000000 10 300 15000000 1 1500000 16.1181 2.302585 5.703782 16.52356 14.22098
5 3000000 3 100 1470000 1 2600000 14.91412 1.098612 4.60517 14.20077 14.77102
6 1500000 2 300 3000000 0 3954166 14.22098 0.693147 5.703782 14.91412 15.19028
7 2000000 2 300 10000000 1 1500000 14.50866 0.693147 5.703782 16.1181 14.22098
9 4000000 3 180 5000000 1 2100000 15.2018 1.098612 5.192957 15.42495 14.55745
10 1500000 1 100 6500000 0 900000 14.22098 0 4.60517 15.68731 13.71015
13 1000000 2 300 50000000 1 90000000 16.1181 0.693147 5.703782 17.72753 18.31532
14 4000000 10 240 20000000 1 6083333 15.2018 2.302585 5.480639 16.81124 15.62106
15 2000000 2 100 30000000 0 5200000 14.50866 0.693147 4.60517 \17.21671 15.46417
16 5000000 2 300 40000000 0 5000000 15.42495 0.693147 5.703782 17.50439 15.42495
17 9000000 10 300 10000000 1 3000000 16.01274 2.302585 5.703782 16.1181 14.91412
18 2000000 3 100 3000000 1 3000000 14.50866 1.098612 4.60517 14.91412 14.91412
19 2000000 2 100 5000000 1 900000 14.50866 0.693147 4.60517 15.42495 13.71015
20 4000000 2 100 15000000 1 2125000 15.2018 0.693147 4.60517 16.52356 14.56928
22 2000000 2 100 1000000 1 600000 14.50866 0.693147 4.60517 13.81551 13.30468
23 2000000 3 100 1000000 1 3041666 14.50866 1.098612 4.60517 13.81551 14.92792
24 1000000 6 300 50000000 1 4562500 16.1181 1.791759 5.703782 17.72753 15.33338
26 3000000 3 365 18000000 1 2250000 14.91412 1.098612 5.899897 16.70588 14.62644
34 5000000 3 300 2500000 1 300000 15.42495 1.098612 5.703782 14.7318 12.61154
35 2000000 3 100 1000000 1 2250000 14.50866 1.098612 4.60517 13.81551 14.62644
37 5000000 3 365 25000000 1 8250000 15.42495 1.098612 5.899897 17.03439 15.92572
38 5000000 4 300 25000000 1 4500000 15.42495 1.386294 5.703782 17.03439 15.31959
39 3000000 3 100 4000000 1 3000000 14.91412 1.098612 4.60517 15.2018 14.91412
40 3000000 3 100 30000000 1 3000000 14.91412 1.098612 4.60517 17.21671 14.91412
41 5000000 2 365 15000000 1 1800000 15.42495 0.693147 5.899897 16.52356 14.4033
42 4000000 1 365 2000000 1 4562500 15.2018 0 5.899897 14.50866 15.33338
43 4000000 4 365 2000000 1 6843750 15.2018 1.386294 5.899897 14.50866 15.73885
44 3000000 3 365 2000000 1 2100000 14.91412 1.098612 5.899897 14.50866 14.55745
Lampiran 12 Output data model persamaan
1
43
2
7 2E+07 15 2E+06 1E+07 6 1 2E+06 17.0264 2.70805 14.50866 16.1181 1.791759 14.69098
9 8E+06 10 4E+06 5E+06 12 1 3E+06 15.8437 2.302585 15.2018 15.42495 2.484907 14.91412
10 5E+06 3 2E+06 7E+06 6 0 2E+06 15.3416 1.098612 14.22098 15.68731 1.791759 14.22098
13 2E+08 16 1E+07 5E+07 12 1 1E+08 18.8261 2.772589 16.1181 17.72753 2.484907 18.603
14 3E+07 5 4E+06 2E+07 9 1 2E+07 17.2305 1.609438 15.2018 16.81124 2.197225 16.53735
15 5E+07 15 2E+06 3E+07 9 0 7E+06 17.7275 2.70805 14.50866 17.21671 2.197225 15.78959
16 4E+07 8 5E+06 4E+07 12 0 6E+06 17.3709 2.079442 15.42495 17.50439 2.484907 15.60727
17 1E+07 13 9E+06 1E+07 6 1 5E+06 16.2491 2.564949 16.01274 16.1181 1.791759 15.31959
18 2E+07 37 2E+06 3E+06 4 1 4E+06 16.7467 3.610918 14.50866 14.91412 1.386294 15.13727
19 2E+07 2 2E+06 5E+06 12 1 2E+06 16.791 0.693147 14.50866 15.42495 2.484907 14.22098
20 4E+07 6 4E+06 2E+07 6 1 3E+06 17.4399 1.791759 15.2018 16.52356 1.791759 14.92792
22 4E+06 2 2E+06 1E+06 9 1 2E+06 15.0964 0.693147 14.50866 13.81551 2.197225 14.22098
23 2E+07 3 2E+06 1E+06 9 1 4E+06 16.9428 1.098612 14.50866 13.81551 2.197225 15.11024
24 2E+07 9 1E+07 5E+07 9 1 8E+06 16.5374 2.197225 16.1181 17.72753 2.197225 15.84421
26 9E+06 2 3E+06 2E+07 6 1 5E+06 16.0127 0.693147 14.91412 16.70588 1.791759 15.31959
34 6E+06 20 5E+06 3E+06 6 1 3E+06 15.6073 2.995732 15.42495 14.7318 1.791759 14.91412
35 6E+06 4 2E+06 1E+06 6 1 5E+06 15.6073 1.386294 14.50866 13.81551 1.791759 15.31959
37 2E+07 2 5E+06 3E+07 12 1 1E+07 16.9936 0.693147 15.42495 17.03439 2.484907 16.30042
38 2E+07 22 5E+06 3E+07 9 1 9E+06 16.86 3.091042 15.42495 17.03439 2.197225 16.01274
39 4E+07 5 3E+06 4E+06 6 1 5E+06 17.4399 1.609438 \14.91412 15.2018 1.791759 15.31959
40 2E+08 5 3E+06 3E+07 12 1 5E+06 19.0493 1.609438 14.91412 17.21671 2.484907 15.47374
41 5E+07 16 5E+06 2E+07 9 1 3E+06 17.636 2.772589 15.42495 16.52356 2.197225 14.91412
42 4E+07 13 4E+06 2E+06 9 1 5E+06 17.4929 2.564949 15.2018 14.50866 2.197225 15.42869
43 8E+07 20 4E+06 2E+06 9 1 8E+06 18.2421 2.995732 15.2018 14.50866 2.197225 15.84421
44 \2E+07 10 3E+06 2E+06 9 1 3E+06 16.5236 2.302585 14.91412 14.50866 2.197225 14.91412
44
45
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 September 1992, dari
pasangan Zubeir Nasution dan Siti Chadijah. Pendidikan formal yang pernah
dijalani adalah TK Islam Al-Hasanah, Tangerang pada tahun 1996-1998,
dilanjutkan dengan SD Islam Al-Hasanah, Tangerang pada tahun 1998-2004.
Setelah itu melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 3 Tangerang pada tahun
2004. Pada tahun 2005, penulis pindah ke SMP Negeri 231 Jakarta. Selanjutnya,
ia melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 13 Jakarta pada tahun 2007-2010. Pada
tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi
Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tingggi Negeri)
Selama perkuliahan, penulis aktif sebagai staf divisi Cooperation and
External Relationship HIPOTESA (Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan) masa kepengurusan 2011-2012, staf divisi Eksternal FFI
(Forum For Indonesia) chapter Bogor masa kepengurusan 2011-2012, dan Kepala
Divisi Agriculture and Environment PEMUDA (Perubahan Untukmu Indonesia)
FFI chapter Bogor masa kepengurusan 2013. Penulis aktif ikut berbagai
kepanitian yang diselenggarakan di kampus. Penulis menjadi kepala divisi
publikasi The 9th
Hipotex-R, kepala divisi humas Grand Launching FFI Bogor,
kepala divisi humas IPB Tennis Competition, dan lain-lain.
Pada tahun 2011, penulis memenangkan Lomba Karya Tulis Ilmiah
(LKTI) tingkat Departemen Ilmu Ekonomi sebagai juara tiga. Selanjutnya pada
tahun 2012, penulis menjadi finalis dalam Microeconomics Paper di Universitas
Padjajajaran, Bandung. Selain itu, penulis juga menjadi finalis dalam Lomba
Essay BEM FE UNS, Solo.