faktor faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam ... · kabupaten jember. metode yang...
TRANSCRIPT
FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
PETANI DALAM MEMILIH BENIH UNGGUL KEDELAI DI
KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER
FAIRUS MAULIDA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Memilih Benih Unggul Kedelai di
Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember adalah benar karya saya dengan arahan
dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skrispsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Fairus Maulida
NIM H34100076
ABSTRAK
FAIRUS MAULIDA. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam
Memilih Benih Unggul Kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.
Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT ADHI.
Kedelai merupakan tanaman palawija yang kaya sumber protein dengan
berbagai produksi turunan yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Benih
merupakan biji tumbuhan yang berasal dari bakal biji yang dibuahi dan digunakan
sebagai tujuan pertanaman untuk mencapai produksiyang maksimum. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik petani, menganalisis
proses keputusan pembelian, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan petani dalam memilih benih unggul kedelai di Kecamatan Bangsalsari
Kabupaten Jember. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif dan analisis faktor. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan
karakteristik konsumen dan proses keputusan pembelian. Analisis faktor digunakan
untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen. Terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi keputusan petani
dalam memilih benih unggul kedelai, yaitu faktor pengaruh lingkungan, faktor
proses psikologis, faktor pembelajaran, dan faktor produk. Faktor pengaruh
lingkungan adalah faktor utama yang mempengaruhi keputusan pembelian.
Kata kunci: Analisis faktor, keputusan pembelian, benih unggul
ABSTRACT
FAIRUS MAULIDA. The Factors that Influence Farmers Decision in Choosing
Superior Soybean Seed in District Bangsalsari Jember. Supervised by
ANDRIYONO KILAT ADHI.
Soybean is a rich source of protein with various derivatives of the soybean
product which consumed by the Indonesian society. Seed is the part of the plant
which from fertilized ovule is used for the purpose of cultivation, reaching
maximum production. This study aim to identify the characteristics of consumers,
analyze the purchase decision process, and analyze the factors that influence
farmers' decisions in choosing seed in Bangsalsari distric, Jember. The method of
this research is descriptive analysis and factor analysis. Descriptive analysis was
used to describe the characteristics of consumer and the process of purchasing
decision. Factor analysis was used to analyze the factors that influence the
consumers purchasing decision. There were four major factors that influence the
consumers purchasing that influence farmers decision in choosing superior soybean
seed they were the influence of environment factor, the psychological process
factor, learning factor and the product factor. Influence of environment factor was
the main factor influencing the purchasing decision.
Keywords: factors analysis, purchasing decisions, seed quality
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
PETANI DALAM MEMILIH BENIH UNGGUL KEDELAI DI
KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER
FAIRUS MAULIDA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam
Memilih Benih Unggul Kedelai di Kecamatan Bangsalsari
Kabupaten Jember
Nama : Fairus Maulida
NIM : H34100076
Disetujui oleh
Dr Ir Andriyono Kilat Adhi
Pembimbing Skripsi
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah perilaku
konsumen, dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani
dalam Memilih Benih Unggul Kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten
Jember.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Andriyono Kilat selaku
dosen pembimbing skripsi dan Ibu Ratna Winandi selakudosen pembimbing
akademik, atas segala bimbingan, nasihat, dorongan, kritik, dan saran yang telah
diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Penulis ucapkan terimakasih
kepada Yayasan Karya Salemba Empat atas beasiswa dari Indofood Sukses
Makmur. Penulis sampaikan kepada Bapak Luhur selaku Ketua UPTD, Bapak Pur
selaku penyuluh lapang, Bapak Gatot Selaku Ketua Gapoktan Kecamatan
Bangsalsari, Mbak Dian, Ibu Ida, dan Ibu Yoyok atas bantuan, dorongan, masukan
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasihdisampaikan kepada Abah
Taufiqurrahman, Bunda Husnawiyah, Mas Jaka, Mbak Ibanah, Dek Shabrina, Mas
Yusuf Jafar serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan, dan kasih sayang
yang diberikan selama ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada sahabat-
sahabat, teman-teman sebimbingan, teman seorganisasi Omda Jember, Pengurus
KSE, BEM TPB, BEM FEM maupun Hipma, teman–teman Wisma Melati,
kelompok Kajian Islam, dan teman-teman Agribisnis 47 lainnya, atas segala
semangat, bantuan, dan masukan yang telah diberikan dalam penulisan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Fairus Maulida
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 6
Ruang Lingkup Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 7
Benih unggul yang bermutu 7
Varietas unggul 8
Mutu Kedelai 8
Perbandingan dengan penelitian terdahulu 9
KERANGKA PEMIKIRAN 13
Kerangka Pemikiran Teoritis 13
Perilaku Konsumen 13
Karakteristik Konsumen 13
Petani Sebagai Konsumen Industri 13
Proses Keputusan Pembelian Konsumen 14
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen 15
Kerangka Pemikiran Operasional 19
Definisi operasional 22
METODE PENELITIAN 23
Lokasi dan Waktu Penelitian 23
Jenis dan Sumber Data 23
Metode Penentuan Sampel 23
Metode Pengumpulan data dan informasi 24
Metode Pengolahan dan Analisis Data 24
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 28
Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari 28
Karakteristik Penduduk 29
Keadaan Tanah 31
Keadaan Pertanian 31
HASIL DAN PEMBAHASAN 32
Karakteristik Umum Konsumen 32
Umur 32
Pendidikan 33
Pendapatan 33
Status kepemilikan lahan 34
Proses Keputusan Pembelian dan Pemilihan Benih Unggul 35
Pengenalan Kebutuhan 35
Pencarian Informasi 36
Evaluasi Alternatif 37
Keputusan Pembelian 37
Hasil setelah Pembelian 39
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Petani dalam
Memilih Benih Unggul 40
Faktor Pengaruh Lingkungan 44
Faktor Proses Psikologi 45
Faktor Pembelajaran 46
Faktor Produk 46
SIMPULAN DAN SARAN 47
Simpulan 47
Saran 48
DAFTAR PUSTAKA 49
LAMPIRAN 51
RIWAYAT HIDUP 62
DAFTAR TABEL
1 Luas panen, produksi, dan produktivitas kedelai di Indonesia pada
2008-2013 1 2 Lima provinsi Indonesia penghasil rata-rata produksi kedelai pada
tahun 2008-2013 3 3 Lima Kecamatan di Kabupaten Jember, Jawa Timur penghasil
produksi kedelai terbesar pada tahun 2008 – 2012 4 4 Ringkasan penelitian terdahulu 12 5 Keadaan Penduduk Menurut Golongan Usia Desa Sukorejo
Kecamatan Bangasalsari 2012 29
6 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sukorejo 29
7 Nama dan Jumlah Anggota Kelompok Tani Desa Sukorejo
Kecamatan Bangsalsari Tahun 2012 30
8 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di
Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Tahun 2012 30
9 Luas Wilayah Desa Sukorejo menurut Penggunaan Tahun 2012 31
10 Jenis dan Produktivitas Tanaman Pangan di Desa Sukorejo
Kecamatan Bangsalsari Tahun 2012 31
11 Karakteristik umur petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten
Jember pada Bulan Maret – April 2014 33
12 Karakteristik pendidikan petani di Kecamatan Bangsalsari
Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014 33
13 Karakteristik pendapatan petani Kecamatan Bangsalsari Kabupaten
Jember pada Bulan Maret – April 2014 34
14 Karakteristik status kepemilikan lahan petani di Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014 34
15 Motivasi petani dalam melakukan usahatani kedelai di Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014 35
16 Motivasi petani berdasarkan alasan menggunakan benih unggul
bersertifikat di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember
pada bulan Maret – April 2014 36
17 Sebaran presentase petani berdasarkan sumber mendapatkan
informasi benih kedelai bersertifikat di Kecamatan Bangsalsari
Kabupaten Jember pada bulanMaret- April 2014 36
18 Kriteria petani dalam mempertimbangkan pemilihan benih
bersertifikat di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember
pada Bulan Maret – April 2014 37
19 Presentase penggunaan produsen benih oleh petani di Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014 38
20 Cara melakukan pembelian benih kedelai di Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014 38
21 Tindakan petani terhadap kondisi kenaikan harga atas benih di
Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Maret – April 2014 39
22 Tindakan petani terhadap kondisi ketersedian benih kedelai yang
digunakan di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada
Maret – April 2014 40
23 Sikap petani terhadap produk benih kedelai yang digunakan di Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember pada Maret-April 2014 40
24 Ringkasan Nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) 42
25 Ringkasan nilai Communalities 43
26 Hasil analisis faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih
benih unggul kedelai pada produsen atau penangkaran Dewi Ratih 44
DAFTAR GAMBAR
1 Tahap-tahap proses keputusan pembelian 14 2 Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya 16 3 Kerangka pemikiran operasional 21
DAFTAR LAMPIRAN
1 Nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) berdasarkan output SPSS 17 analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih 51
2 Tabel Anti Image Matrices berdasarkan output SPSS 17 analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih 51
3 Tabel Communalities berdasarkan output SPSS 17
analisis faktor Penangkar benih Dewi Ratih 53 4 Tabel Total Variance Explained berdasarkan output SPSS 17
analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih 53
5 Tabel Component Matrixa berdasarkan output SPSS 17
analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih 54
6 Tabel Rotated Component Matrixa berdasarkan output SPSS 17
analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih 54
7 Uji Reliabilitas 55 8 Uji Validitas 56 9 Dokumentasi penelitian 59
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komoditas kedelai mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah dalam
kebijakan pangan nasional, karena sifatnya yang strategis di dunia perindustrian.
Kedelai merupakan tanaman palawija yang kaya sumber protein dengan berbagai
produksi turunan yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Beberapa produk
turunan kedelai terdiri dari olahan makanan (tempe, kecap, tauco, tahu dan
makanan ringanlainnya), minuman (susu kedelai), pupuk hijau dan pakan ternak
serta diambil minyaknya yang sering dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistika (2013), tingkat konsumsi kedelai rata-rata 8.12
kg/kapita/tahun dan total kebutuhan kedelai nasional mencapai 2.5-3 juta ton pada
september 2013. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya
industri pangan dan pakan. Namun, pada kenyataannya produksi dan produktivitas
Indonesia belum mampu mencukupi. Dapat dilihat pada Tabel 1 mengenai
perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas kedelai di bawah ini:
Data Tabel 1 memberikan informasi mengenai luas panen, produksi, dan
produktivitas kedelai yang berfluktuatif. Produksi kedelai dari tahun 2010
mengalami kecenderungan menurun. Laju produksi kedelai domestik yang sangat
kecil sebesar 0.01 persen per tahun tidak sebanding dengan kebutuhan nasional
yang sebesar 2.5 juta ton. Kondisi tersebut membuktikan bahwa produksi kedelai
di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga pemerintah
Indonesia terus tergantung pada impor yang mencapai 2.12 juta ton pada 2011
untuk memenuhi kebutuhan kedelai dan menghindari kerawanan pangan Indonesia.
Produksi dapat dipenuhi tidak hanya melalui impor, yaitu melalui kebijakan
dari pemerintah. Salah satu kebijakan pemerintah dalam peningkatan produksi dan
produktivitas adalah merencanakan swasembada kedelai 2010-2014. Upaya
pemerintah dalam pencapaian rencana ini melalui pembenahan bagian sistem hulu
dalam pemenuhan input. Hal ini berdasarkan ilmu usahatani pada buku Soekartawi
et al. (1986) yang menyatakan faktor input seperti, benih, tanah, pupuk, tenaga kerja
dan sebagainya mempengaruhi besar kecilnya produksi dan produktivitas yang
akan diperoleh. Menurut Sumarno (1999), beberapa penyebab rendahnya
produktivitas kedelai meliputi, alokasi modal dan tenaga umumnya minimal,
Tabel 1 Luas panen, produksi, dan produktivitas kedelai di Indonesia pada
2008-2013
Tahun Luas Panen(Ha) Produksi(ton) Produktivitas(Kw/Ha)
2008 590 956 775 710 13.13
2009 722 791 974 512 13.48
2010 660 823 907 031 13.73
2011 622 254 851 286 13.68
2012 567 624 843 153 14.85
2013* 554 132 807 568 14.57
Laju (%/Thn) -0.65 0.01 2.18 Sumber: Badan Pusat Statistik [BPS], 2013 (diolah)
* Data 2013 merupakan angka smentara
2
pengelolaan tanaman sub-optimal atau kurang intensif, gangguan hama yang masih
belum dapat dikendalikan dengan baik dan penyediaan benih bermutu dari varietas
unggul jarang terpenuhi akibat dari langkanya penangkar benih kedelai di daerah.
Menurut Badan Penelitian Pengembangan Pertanian (Balitkabi) 2014, saat
ini kebutuhan benih unggul sulit dipenuhi dikarenakan ketersediaan benih varietas
unggul masih sangat terbatas yang mengakibatkan produktivitas hasil kedelai masih
rendah. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam perbenihan kedelai saat ini
adalah belum semua varietas unggul yang dilepas dapat diadopsi petani atau
pengguna benih, ketersediaan benih sumber dan benih sebar yang tepat dalam
varietasnya, mutu, jumlah, waktu, lokasi, dan harga, belum optimalnya kinerja
lembaga produksi dan pengawasan mutu benih, dan belum semua petani
menggunakan benih unggul bermutu/ bersertifikat.
Benih bermutu varietas unggul merupakan salah satu faktor yang menentukan
produktivitas pertanaman kedelai (Balitkabi, 2014). Dalam mendukung penyediaan
benih bermutu, industri benih untuk komoditas kedelai belum berkembang dengan
baik. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2011) menyatakan, benih
bermutu adalah benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>85
persen). Pada umumnya benih bermutu dapat diperoleh dari benih berlabel yang
sudah lulus proses sertifikasi. Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat
dengan akar yang banyak. Benih bermutu akan menghasilkan tanaman yang sehat,
pertumbuhan lebih cepat dan seragam, sehingga meningkatkan produksi.
Beberapa kebijakan pokok pemerintah dalam pembangunan pertanian yang
terkait langsung dengan benih meliputi, peningkatan produksi untuk mencapai
swasembada dan substitusi impor (termasuk kedelai), pengembangan agroindustri,
dan penerapan kewajiban sertifikasi untuk semua benih varietas unggul yang
diperdagangkan. Menurut Nugraha (1996), dengan melihat keberhasilan
peningkatan produksi tanaman lain (diantaranya padi dan jagung), penggunaan
varietas benih unggul merupakan komponen utama dalam meningkatkan suatu
produksi. Varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dengan tambahan beberapa
sifat unggul lainnya dikembangkan melalui program pemuliaan tanaman.
Salah satu misi kebijakan pemerintah yang telah diteliti Balai Penelitian
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) adalah meningkatkan kualitas dan
kuantitas sistem pembenihan kedelai melalui program Bantuan Langsung Benih
Unggul (BLBU) pada 2007. Namun, Wakil Menteri Pertanian dalam Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman yang bersumber dari Balitkabi (2014)
menyatakan sistem BLBU masih menemui banyak kelemahan, sehingga harus
dibenahi karena kualitas benih yang diberikan kepada petani mengalami
kemerosotan. Hal ini disebabkan benih yang disalurkan sering mangalami
keterlambatan waktunya. Kelambatan distribusi benih kacang-kacangan terutama
kedelai akan menyebabkan penurunan viabilitas (daya kecambah) benih hingga 80
persen, karena biji kedelai tidak tahan lama dalam penyimpanan (hanya 3 bulan)
terutama kondisi alat simpan yang kurang baik.
Benih kedelai yang disalurkan pemerintah memiliki keterjaminan mutu yang
telah tersertifikasi, sehingga banyak petani yang mulai mencoba dan merasakan
hasil panen kedelai dari varietas benih unggul. Program BLBU yang tidak
sistematis dalam penyalurannya, menjadikan kendala bagi petani untuk
menggunakan benih unggul. Kebutuhan benih varietas unggul yang semakin
meningkat, membuat para penangkar benih lokal berlomba–lomba menjadi
produsen benih dan meningkatkan produksi benih yang berdaya saing terutama
3
benih sebar yang dapat didistribusikan ke daerah sentra produksi secara langsung
tanpa adanya keterlambatan penyaluran.
Penangkar benih unggul lokal sangat membantu petani dalam menyebarkan
varietas benih unggul yang sesuai dengan karakteristik daerah produksi.
Perbanyakan benih kedelai diawali dari penyediaan benih penjenis (BS) oleh Balai
Penelitian Bidang Komoditas, sebagai sumber untuk perbanyakan benih sebar yang
sangat berpengaruh terhadap ketersediaan benih sumber yang sesuai dengan
kebutuhan produsen/ penangkar benih dalam menentukan proses produksi benih
sebar. Kelancaran perbanyakan benih juga menentukan kecepatan penyebaran
varieteas benih unggul kepada petani. Hal ini menyebabkan petani harus tepat
dalam memilih varietas benih unggul yang sesuai dengan karakteristik daerah yang
dijadikan tempat usahataninya.
Hasil penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan konsumen yang dikaitan oleh petani dalam memilih varietas benih
kedelai. Faktor yang mempengaruhi ditentukan oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang dimaksud adalah umur, luas usahatani, jumlah anggota
keluarga, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani dan tujuan berusahatani.
Sedangkan faktor eksternal meliputi pasar, kelembagaan, kebijakan dan
lingkungan.
Keselektifan petani dalam pemilihan benih unggul sangat mempengaruhi
hasil produksi kedelai. Keputusan petani dalam memilih benih unggul dari sentra-
sentra penangkaran lokal sangat berpengaruh terhadap keterjaminan produksi
kedelai yang baik. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu benih kedelai yang sesuai dengan
kebutuhan pengguna. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian untuk mengetahui
faktor–faktor keputusan apa saja yang mempengaruhi petani dalam memilih
varietas benih unggul yang nantinya sangat membantu dalam peningkatan
kemampuan penangkar untuk memproduksi dan mengembangkan benih yang
bermutu.
Perumusan Masalah
Secara nasional produksi kedelai terbesar ada di 5 provinsi, yaitu Jawa Timur,
Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Aceh, dan Jawa Barat. Tabel 2 merupakan data
perkembangan perkedelaian pada 5 provinsi sentra kedelai dalam kurun waktu
2008-2013 di Indonesia.
Tabel 2 Lima provinsi Indonesia penghasil rata-rata produksi kedelai terbesar pada
tahun 2008-2013
Kriteria Provinsi
Jawa
Timur Jawa
Tengah Nusa Tenggara
Barat Aceh
Jawa
Barat
Luas panen (ha) 235 581.83 97 274.00 79 002.83 36 908.20 33 519.50
Produksi (ton) 339 716.67 151 264.33 90 578.83 52 308.70 50 204.80
Produktivitas
(kg/ha) 1 442.03 1 555.03 1 146.57 1 417.27 1 497.78
Sumber: BPS, 2014 (diolah)
4
Tabel 2 memberikan informasi bahwa Provinsi Jawa Timur merupakan
provinsi yang memiliki rata-rata luas panen (ha) dan produksi (ton) kedelai terbesar
nasional pada kurun waktu 2008-2013. Rata-rata luas panen kedelai terluas adalah
di Provinsi Jawa Timur, yaitu 235 581.83 ha dengan rata-rata produksi terbesar
juga, yaitu 339 716 ton. Namun, rata-rata produktivitas kedelai terbesar berada di
Provinsi Jawa Tengah sebesar 1 555.03 (kg/ha) yang hanya memiliki rata-rata luas
panen 97 274 ha. Produktivitas tertinggi bukan pada luas areal tanaman kedelai di
Provinsi Jawa Timur. Hal ini membuktikan bahwa luas areal tanam tidak
memberikan keterjaminan terhadap hasil produktivitas. Beberapa penyebabnya
adalah faktor iklim dan topografi yang tidak sesuai, sosial budaya, serta pemilihan
input seperti, benih unggul yang digunakan tidak tepat dan tidak berkualitas.
Kebutuhan benih kedelai bermutu di Jawa Timur sekitar 34.000 ton/tahun
masih sulit dipenuhi (Ismail et al. 2002). Hal tersebut disebabkan antara lain
pertanaman perbenihan harus ditanam pada saat musim tanam yang tidak optimal,
resiko kegagalan besar, petani kedelai pada umumnya petani kecil yang enggan
membeli benih, benih yang tidak terjual dalam waktu 4 bulan akan rusak, tidak
dapat dijual lagi sebagai benih, harga benih kedelai umumnya kurang menarik
(Sumarno dan Widiati 1985).
Penyediaan benih unggul yang bermutu hendaknya memenuhi kriteria enam
tepat yaitu tepat varietas, tepat mutu, tepat waktu, tepat jumlah, tepat tempat, dan
tepat harga (Hadi dan Baran 1995).Pemenuhan kebutuhan benih kedelai bermutu
dalam upaya peningkatan produksi perlu dibina usaha penangkaran benih terutama
di sentra produksi kedelai. Kemampuan industri benih untuk memasok benih
bermutu sampai ke pedesaaan merupakan prasyarat dalam mempercepat
pengembangan varietas unggul.
Upaya pengembangan pemanfaatan benih bermutu ditempuh melalui,
peningkataan kemampuan petugas/penangkar untuk memproduksi benih sumber,
peningkatan pembinaan penangkar benih di daerah sentra produksi kedelai, dan
peningkatan produksi benih sumber dan penyebaran varietas-varietas unggul baru
kedelai di daerah sentra produksi.
Kabupaten Jember merupakan sentra produksi kedelai utama di Jawa Timur,
selain Banyuwangi dan Bojonegoro. Total produksinya 16 185 ton dan tingkat
produktivitasnya 12.75 kw/ha, tersebar di Kecamatan Bangsalsari, Umbulsari,
Balung, Ambulu, Rambipuji (Disperta Kabupaten Jember 2010). Dapat dilihat pada
Tabel 3 mengenai lima besar kecamatan sentra produksi kedelai di Kabupaten
Jember.
Tabel 3 Lima Kecamatan di Kabupaten Jember, Jawa Timur penghasil produksi
kedelai terbesar pada tahun 2008 – 2012
Kecamatan Produksi (ton) Rata- rata
2008 2009 2010 2011 2012 ( ton/thn)
Bangsalsari 3 696 4 486 5 176 5 600 6 245 5 040.6
Ambulu 1 769 1 424 1 109 1 117 603 1 204.4
Balung 1 548 1 604 2 263 2 417 2 665 2 099.4
Rambipuji 1 210 1 428 1 260 1 817 3 270 1 797.0
Umbulsari 1 022 1 382 1 449 2 405 3 628 1 977.2 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Jember ( diolah )
5
Data Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa dari lima kecamatan di Kabupaten
Jember, Kecamatan Bangsalsari menjadi penghasil produksi terbesar komoditas
kedelai dan mengalami peningkatan terus menerus dengan mencapai rata–rata
produksi 5040.6 ton/thn. Kecamatan Bangsalsari merupakan kecamatan yang
memiliki pertanaman kedelai cukup luas di antara kecamatan yang lain di
Kabupaten Jember.
Munculnya varietas-varietas unggul baru yang dikeluarkan pemerintah dalam
upaya meningkatkan produksi kedelai tentunya berdampak terhadap perilaku petani
dalam penggunaan varietas-varietas unggul baru mengingat perbedaan preferensi
petani kedelai terhadap varietas di masing-masing wilayah tidak sama. Sedangkan
pemerintah berupaya mendorong petani kedelai untuk menggunakan benih unggul
dalam upaya meningkatkan produksi kedelai. Peningkatan produktivitas kedelai di
wilayah-wilayah sentra produksi dapat dilakukan dengan (a) penyediaan benih
bermutu, varietas unggul, (b) pemupukan dilakukan sesuai dengan status hara
tanah, (c) ketersediaan pestisida sesuai target hama, (d) bimbingan dan pembinaan
langsung di lapang secara terus menerus, dan (e) penyediaan jatah air irigasi secara
terencana untuk tanaman kedelai musim kemarau (Ernawanto et al.2010).
Beberapa usaha yang dilakukan oleh petani kedelai di Kecamatan Bangsalsari
dalam penyediaan benih bermutu ialah dengan menggunakan benih dari produsen
Dewi Ratih sebagai penangkar lokal benih kedelai yang dibina oleh pemerintah
daerah. Peran penangkar benih Dewi Ratih sebagai satu–satunya penangkar yang
dibina langsung oleh pemerintah daerah, memiliki peranan dalam menjaga
konsistensi dan kontinyuitas untuk memproduksi kedelai unggul yang berkualitas
dan bersertifikat. Produsen Penangkar Kedelai Dewi Ratih memiliki peranan yang
berpengaruh atas benih kedelai yang bermutu, karena mendapat binaan dari
pemerintah dan pengawasan dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan Hortikultura. Namun berdasarkan hasil survey lapang, tidak sepenuhnya
petani memilih benih Dewi Ratih binaan pemerintah. Hal tersebut dikarenakan
benih yang dipilih petani pada produsen Dewi Ratih dengan Jalinan Benih Antar
Lapang (Jabal) tidak jauh berbeda. Hal ini menjadi tantangan bagi Dewi Ratih untuk
terus meningkatkan daya saing dan mempertahankan eksistensi ditengah ketatnya
persaingan penangkar benih kedelai yang bersertifikat maupun tak bersertifikat.
Produksi benih kedelai Dewi Ratih sejumlah 5 ton masih belum mampu mencukupi
kebutuhan benih di Kabupaten Jember dengan total kebutuhan benih 578.960 ton
(Dispertan, 2010). Langkah yang dapat dilakukan oleh Dewi Ratih ialah dengan
mengetahui proses pengambilan keputusan dan faktor–faktor yang mempengaruhi
keputusan petani dalam memilih benih unggul yang digunakan. Hal ini sangat erat
kaitannya dengan kegiatan peningkatan swasembada kedelai terutama di daerah
sentra produksi untuk merepresentatifkan penelitian ini. Hal tersebut dapat
membantu pemerintah maupun pihak terkait dalam menerapkan strategi yang tepat
guna untuk mewujudkan strategi dalam pengadaan benih berkualitas baik dan
berkuantitas tinggi.
Dengan melakukan pengkajian tentang perilaku konsumen (petani) kedelai
maka, dapat diketahui bagaimana respon petani terhadap atribut benih unggul.
Sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan keputusan yang ada pada
varietas benih unggul kedelai dari penangkaran lokal Dewi Ratih yang dipilih oleh
petani kedelai di Kecamatan Bangsalsari dan akhirnya dapat terpenuhi sesuai
dengan harapan petani. Dengan mempelajari informasi mengenai karakteristik
6
petani dapat bermanfaat bagi pihak produsen terutama manajemen produksi dalam
hal penetapan segmentasi, target pasar, dan positioning yang tepat. Segmentasi
memberikan peluang bagi suatu usaha untuk menyesuaikan produk atau jasanya
dengan permintaan konsumen secara efektif. Sedangkan informasi mengenai proses
keputusan pembelian konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat
bermanfaat sebagai rekomendasi bauran pemasaran agar kinerja dapat ditingkatkan,
maka perusahaan (Penangkar Dewi Ratih) akan mendapatkan masukan dan
informasi untuk pengembangan produknya dan berimplikasi dengan keuntungan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik petani kedelai yang memilih varietas benih unggul?
2. Bagaimana proses keputusan pembelian petani kedelai terhadap pemilihan
varietas benih unggul?
3. Faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan
petani kedelai terhadap pemilihan varietas benih unggul?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Menganalisis karakteristik petani kedelai yang memilih varietas benih kedelai di
Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember
2. Menganalisis proses pengambilan keputusan petani kedelai terhadap varietas
benih unggul di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember
3. Menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan
petani terhadap pemilihan varetas benih unggul kedelaidi Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember yang dapat digunakan sebagai strategi kebijakan
untuk produsen benih ataupun pemerintah.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai acuhan perbaikan bagi pemerintah, penangkar benih, dan pihak terkait
lainnya mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam
memilih benih varietas unggul guna menunjang program pemerintah.
2. Melatih kemampuan penulis dalam menganalisis dan mengidentifikasi masalah
berdasarkan fakta dan data yang tersedia yang disesuaikan dengan pengetahuan
yang diperoleh selama kuliah.
3. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai
referensi dan bahan penelitian khususnya terkait dengan masalah sikap dan
kepuasan konsumen.
7
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya terbatas pada varietas benih unggul kedelai kuning.
Petani yang menjadi objek penelitian adalah petani kedelai yang pernah, aktif
maupun tidak aktif dalam melakukan keputusan pembelian dan menggunakan
varietas benih kedelai bersertifikat (Dewi Ratih binaan pemerintah), dan Jalinan
Benih Antar Lapang. Data yang diperoleh merupakan usahatani kedelai pada
Musim Kemarau II (MK II) tahun 2013. Penelitian ini hanya difokuskan pada
analisis karakteristik konsumen, analisis proses keputusan konsumen (petani), dan
faktor pengambilan keputusan petani terhadap atribut Benih unggul dan dianalisis
berdasarkan teori perilaku konsumen.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka merupakan salah satu cara untuk mengkaji penelitian
terdahulu yang dapat dijadikan referensi, suatu acuan, atau dasar perbandingan
dalam melakukan penelitian ini. Dengan mengkaji penelitian terdahulu dapat
memberikan informasi dan gambaran untuk melakukan suatu penelitian dengan
konsep yang serupa.
Benih Unggul yang Bermutu
Benih adalah biji tumbuhan yang berasal dari bakal biji yang dibuahi,
digunakan manusia untuk tujuan pertanaman, sebagai sarana untuk mencapai
produksi maksimum dan lestari melalui pertanaman yang jelas identitas genetiknya
dan homogen kinerja staminanya (Sadjad, 1993). Benih memiliki multifungsi yaitu
sebagai pelestari spesies sekaligus sebagai pembawa sifat karakteristik spesiesnya
dan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu baik untuk produksi maupun
kualitas hasilnya. Benih unggul adalah benih yang murni, sehat dan kering, bebas
dari penularan penyakit, bebas dari biji-biji rerumputan dan lainnya (Siregar 1981)
dalam Saheda (2008). Benih unggul yang bermutu harus memenuhi kriteria 6 tepat
yaitu tepat varietas, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat tempat, tepat harga,
dan tepat pelayanan (Sadjad, 1993).
Untuk menjaga kelangsungan dan keamanan hayati melalui SK Menteri
Pertanian No. 460/KPTS/II/1971, pemerintah membagi benih dalam empat kelas
benih (Sadjad,1993), yaitu:
1. Benih Penjenis atau Breeder Seed (BS)
Merupakan benih yang dihasilkan oleh instansi yang ditunjuk atau dibawah
pengawasan pemuliaan tanaman dan Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi.
Benih ini jumlahnya sedikit dan merupakan sumber untuk perbanyakan benih
dasar. Khusus untuk benih penjenis tidak dilakukan sertifikasi. Benih ini masih
murni dan diberi label putih
2. Benih dasar atau Foundation Seed (FS)
Benih dari hasil perbanyakan benih penjenis (BS) yang diproduksi di bawah
bimbingan intensif dan pengawasan yang ketat, sehingga varietas yang tinggi
dan identitas genetisnya dapat dipelihara. Benih ini diproduksi oleh instansi atau
penangkar benih sesuai ketetapan Badan Benih Naional yang disertifikasi oleh
8
sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih Direktorat Tanaman Pangan dan diberi
label putih.
3. Benih Pokok atau Stock Seed (SS)
Benih pokok adalah benih yang diperbanyak dari benih dasar atau benih
penjenis. Perbanyakan ini dilakukan dengan memperhatikan tingkat kemurnian
varietas, memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dan disertifikasi oleh
instansi yang berwenang dan diberi label ungu.
4. Benih Sebar atau Ekstension Seed (ES)
Benih sebar adalah hasil perbanyakan dari benih penjenis, benih dasar atau benih
pokok yang akan disebarkan kepada petani dengan menjaga tingkat kemurnian
varietas yang memenuhi standar mutu benih yang telah ditetapkan dan telah
disertifikasi sebagai benih sebar. Benih ini diberi label biru.
Varietas Unggul
Dalam upaya meningkatkan produktivitas usaha kedelai di Indonesia sangat
diperlukan ketersediaan varietas unggul dan benihnya yang bermutu tinggi.
Menurut Arsyad (2000) ketersediaan varietas unggul yang berpotensi hasil tinggi
dan responsif terhadap perbaikan dan sesuai dengan kondisi lingkungan, serta
memiliki sifat-sifat unggul lainnya sangat diperlukan. Sifat unggul itu dapat dilihat
dari benih yang memiliki daya hasil yang lebih tinggi, umur yang lebih pendek,
ketahanan terhadap gangguan hama dan penyakit. Biji dikendalikan secara genetik,
sehingga tergantung pada varietasnya. Berdasarkan umurnya, varietas unggul yang
ada dibedakan menjadi varietas berumur pendek (genjah) berumur kurang dari 80
hari, varietas sedang berumur 81-89 hari, dan varietas dalam berumur lebih dari 90
hari. Semua varietas kedelai unggul yang ada umumnya sesuai untuk ditanah di
lahan kering atau tegal. Namun, untuk lahan sawah hanya tepat ditanami kedelai
berumur genjah dan beberapa varietas yang berumur sedang (Adisarwanto2002).
Mutu Kedelai
Kenampakan biji sangat mempengaruhi preferensi konsumen danjenis
produk akhir. Hal ini dibuktikan oleh hasil survei Balittan Bogor (Iman et al. 1995)
dalam (Nugraha et al. 2000) yang menunjukkan bahwa perajin tempe khususnya di
Jawa Barat, selalu memilih biji kedelai yang berukuran besar dan berwarna kuning.
Dasar pemilihan mereka adalah pertimbangan mutu tempe sebagai produk akhir.
Biji besar akan menghasilkan tempe yang menarik. Menurut Nugraha et al. (2000)
mutu suatu bahan pangan menunjukkan karakteristik dari bahan. Mutu kedelai
dapat digolongkan sebagai mutu fisik, mutu gizi, dan mutu pasar. Standar mutu
pasar kedelai terutama ditentukan oleh kenampakan biji kedelai dan preferensi
konsumen. Satu-satunya panduan yang tersedia untuk menetapkan harga dan
tingkat mutu palawija adalah standar mutu yang dikeluarkan oleh BULOG. Standar
mutu BULOG mengutamakan pada tingkat kekeringan, kadar kotoran dan
kenampakan biji. Sedangkan menurut Adisarwanto (2002) kuantitas dan kualitas
hasil panen kedelai sangat ditentukan oleh mutu benih. Mutu genetik, mutu fisik,
mutu fisiologis, dan mutu kesehatan harus dipenuhi sebagai persyaratan benih yang
bermutu.
9
Perbandingan dengan Penelitian terdahulu
Ramadhan (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor–faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Pembelian Petani dalam Memilih Benih Padi
Bersertifikat PT SHS (Sang Hyang Seri) di Kabupaten Bogor. Berdasarkan
penelitian, pada tahap pengenalan kebutuhan, dimana alasan utama petani
melakukan penggunaan benih padi bersertifikat adalah hasil panen yang tinggi.
Tahap selanjutnya adalah pencarian informasi, dimana sumber informasi utama
petani diperoleh dari kios saprotan. Pada tahap evaluasi alternatif petani memiliki
kriteria utama yang terletak pada mutu benih. Tahap berikutnya adalah keputusan
pembelian, dimana petani lebih banyak melakukan pembelian secara perorangan di
kios/ toko saprotan terdekat, petani lebih banyak membeli benih padi dari
perusahaan SHS. Sedangkan Pada tahap terakhir yaitu evaluasi pembelian, petani
sudah merasa puas dan mau untuk melakukan pembelian ulang atas produk benih
padi yang petani gunakan.
Alat Analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah Analisis faktor
teknik tabulasis top two boxes dan Analisis Korespondensi. Top two boxes
digunakan untuk mengetahui perbandingan jumlah top option. Analisis
Korespondensi merupakan alat analisis multivariate yang mempelajari hubungan
antara dua atau lebih variabel dengan memperagakan baris dan kolom secara
serempak dari tabel kontingengsi. Hasil dari analisis korespondensi biasanya
mengikutkan dua dimensi terbaik untukmempresentasikan data. Pada penelitian ini
terdapat faktor–faktor yang paling mempengaruhi pemilihan benih padi
bersertifikat merek PT SHS oleh petani. Pada faktor pertama, atribut yang paling
berpengaruh adalah mutu benih. Pada faktor kedua adalah promosi. Pada faktor
ketiga adalah penampakan benih dalam kemasan. Pada faktor keempat adalah
resisten terhadap hama dan penyakit. Pada faktor yang ke lima adalah desain
kemasan benih dan faktor yang terakhir atauyang keenam adalah tanggal kadaluarsa
benih.
Persamaan penelitian yang dilakukan Ramadhan adalah topik dan judul
yang hampir sama pada topik penelitian yaitu faktor–faktor yangmempengaruhi
keputusan petani, Variabel yang digunakan dalam atribut secara general sama
mengenai variabel atribut benih. Sedangkan perbedaanya terletak pada responden
yang diteliti oleh peneliti ialah petani kedelai yang menggunakan varetas benih
unggul, lokasi penelitian dan industri penangkaran benih yang diteliti serta alat
nalisis yang digunakan.
Mujahidah (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor dan
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Sayuran Organik di Yogya Bogor
Junction. Yogya Bogor Junction berusaha mengenal kebutuhan konsumen dengan
melakukan upaya pemasaran yang sesuai dan tepat sesuai dengan kebutuhan
dengan mengetahui karakteristik konsumen sayuran organik, proses pengambilan
keputusan pembelian sayuran organik dan faktor–faktor yang mempengaruhi
keputusan pembelian sayuran organik. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan alat analisis deskriptif untuk mengetahui karakteristik
konsumen serta proses pengambilan keputusan. Sedangkan untuk mengetahui
faktor–faktor yang mempengaruhi pembelian menggunakan analisis faktor untuk
mengetahui urutan faktor–faktor yang dipertimbangkan atau mempengaruhi
konsumen serta hubungan antar variabel–variabel dalam faktor. Penelitian tersebut
mengembangkan beberapa indikator untuk mengukur variabel. Pengelompokan
10
indikator dapat berguna menentukan dimensi dari variabel. Faktor dalam hal ini
merupakan hasil pengelompokkan indikator berdasarkan teori yang ada seperti
faktor pengaruh lingkungan, faktor perbedaan individu, faktor psikologis serta
beberapa faktor pendukung lainnya. Beberapa atribut yang digunakan pada
penelitian Mujahidah diperoleh berdasarkan teori yang ada, penelitian terdahulu,
dan informasi yang diperoleh dari lokasi penelitian yaitu di Bogor Junction. Alat
analisis yang dilakukan dalam menguji Validitas dan Reliabilitasnya menggunakan
alat analisis faktor konfirmatory untuk melakukan konfirmasi berdasarkan konsep
dan teori yang sudah ada terhadap keakuratan instrumen yang peneliti buat. Peneliti
melakukan proses ekstraksi variabel hingga menjadi beberapa faktor yang disebut
komponen utama dengan menggunakan metode principal Component Analysis
(PCA) dan skala likert.
Persamaan dengan penelitian ini dengan penelitian Mujahidah ialah sama–
sama menggunakan alat analisis deskriptif dalam mencari karakteristik responden
serta proses pembelian dan teknik analisis faktor dalam mencari faktor – faktor yang
mempengaruhi keputusan Perbedaan penelitian ini terlihat dari komoditi dan tempat
penelitian
Melaty (2008) yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keputusan Pembelian Oleh Konsumen Restoran Imah Hejo Kota Bogor
menggunakan analisis faktor dengan metode Principal Component Analysis (PCA).
Hasil yang diperoleh adalah terdapat enam faktor penyusun. Faktor pertama disebut
faktor daya tarik produk yang tersusun atas variabel kekhasan rasa menu,
kenyamanan, live music, jenis menu, dan kebersihan. Faktor kedua disebut daya
tarik pelayanan yang terdiri atas pramusaji, kecepatan penyajian pesanan, harga,
promosi, dan fasilitas. Faktor ketiga disebut kelas sosial yaitu pendapatan,
pekerjaan, dan gaya hidup. Faktor keempat disebut pengaruh lingkungan, yaitu
nama besar selebriti (Pasha), lokasi, dan budaya. Faktor kelima disebut pengaruh
kerabat, yaitu saudara/teman dan keluarga. Faktor keenam disebut kondisi individu,
yaitu waktu luang dan hobi.
Miranti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor dan Proses
Keputusan Pembelian Produk Perawatan Tubuh Kendedes Princess Ritual di Marta
Tilaar Salon Day Spa Bogor. Berdasarkan penelitian pada tahap proses
pengambilan keputusan pembelian, dimulai dengan tahapan yaitu pengenalan
kebutuhan karena responden salon ingin mencoba untuk perawatan tubuh dan
memiliki manfaat yang dirasakan yaitu untuk kebersihan dan kecantikan tubuh.
Pada tahap pencarian informasi di dapatkan dari terapis. Pada tahap evaluasi
alternatif yang menjadi pertimbangan pengunjung ialah pelayanan yang cepat dan
tepat. Pada tahap keputusan pembelian 69 persen pengunjung datang secara sengaja
dan sudah direncanakan. Pada tahap yang terakhir yaitu perilaku pasca pembelian
sekitar 56 persen pengunjung melakukan perawatan tubuh kembali sebanyak 2-4
kali dalam sebulan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Miranti (2011) sama-sama
meneliti proses keputusan pembelian dengan metode pengumpulan data yang
dilakukan oleh peneliti ialah analisis deskriptif dan analisis faktor. Analisis
deskriptif terdiri dari karakteristik responden serta analisis dalam proses keputusan
pembelian konsumen yang terdiri dari pengenalan kebutuhan konsumen, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, konsumsi, serta evaluasi pasca pembelian serta
metode analisis faktor. Perbedaan pada penelitian miranti menggunakan atribut jasa
11
dan produk kecantikan, sedangkan pada penelitian ini atribut disesuaikan pada
peroduk benih varietas unggul.
Sari (2013) Dalam skripsinya yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Membeli Produk Industri Garment
menggunakan teknik analisis faktor dalam menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian produk industri garment. Hasil yang diperoleh
terdapat 8 faktor yang tersusun atas variabel bebas pada setiap faktornya. Faktor-
faktor tersebut adalah produk, harga, promosi, saluran distribusi, budaya, sosial,
pribadi, dan psikologi. Alat analisis yang digunakan pada penelitian Sari dan
penelitian tersebut sama–sama menggunakan alat analisis deskriptif dan analisis
faktor. Perbedaan dari penelitian terdahulu ialah responden yang dipakai ialah
responden dengan produk antara bukan responden akhir seperti konsumen yang
mengkonsumsi makanan.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu tersebut, variabel-variabel yang
akan dianalisis menggunakan analisis faktor ditentukan berdasarkan faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan pembelian menurut Engel et al. (1994 dan 1995),
bauran pemasaran, dan kondisi di lapangan. Penelitian yang penulis lakukan secara
keseluruhan masih terkait dengan penelitian terdahulu. Penelitian ini dibuat untuk
mengetahui dan mempelajari gambaran mengenai tahap proses keputusan
pembelian petani terhadap varietas benih unggul kedelai dan faktor–faktor yang
mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian petani dalam memilih
merek varietas benih unggul. Untuk menganalisis faktor–faktor yang
mempengaruhi proses keputusan pembelian petani, variabel yang digunakan dalam
penelitian ini diambil berdasarkan teori pada literatur dan penelitian terdahulu.
Variabel tersebut terdiri dari variabel internal dan eksternal. Variabel internal terdiri
dari pendidikan terakhir, pendapatan, usia, keluarga, tokoh yang disegani, dan
pengeluaran. Serta faktor eksternal yang terdiri dari persediaan benih, volume benih
dalam kemasan, mutu benih (genetik, fisik, fisiologis), tahan hama dan penyakit,
harga benih, promosi, desain kemasan, warna kemasan, kadaluarsa, penampakan
benih.
12
Tabel 4 Ringkasan penelitian terdahulu
Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Alat Analisis
Miranti 2011 Analisis Faktor dan
Proses Keputusan
Pembelian Produk
Perawatan Tubuh
Kendedes Princess Ritual
di Marta Tilaar Salon Day
Spa Bogor
Analisis deskriptif,
matriks korelasi,
Principal Component
Analysis (PCA)
Ramadhan 2013 Faktor–faktor yang
Mempengaruhi
Keputusan Pembelian
Petani dalam Memilih
Benih Padi Bersertifikat
PT SHS (Sang Hyang
Seri) di Kabupaten Bogor
Analisis deskriptif,
Analisis faktor teknik
tabulasis top two
boxes dan Analisis
Korespondensi
Mujahidah 2013 Analisis Faktor dan
Proses Pengambilan
Keputusan Pembelian
Sayuran Organik di
Yogya Bogor Junction
Analisis deskriptif,
metode Principal
Component Analysis
(PCA) dan skala
likert
Melaty 2008 Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
Keputusan Pembelian
Oleh Konsumen Restoran
Imah Hejo Kota Bogor
Analisis deskriptif,
analisis faktor dengan
metode Principal
Component Analysis
(PCA).
Sari 2013 Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
Keputusan Konsumen
dalam Membeli Produk
Industri Garment
Analisis deskriptif,
matriks korelasi,
Principal Component
Analysis (PCA)
Sumber: Skripsi FEM IPB
13
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal
dari penelusuran teori yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu
berkaitan dengan model perilaku pengambilan keputusan pembelian konsumen,
karakteristik, serta faktor–faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen, dimana konsumen pada penelitian tersebut ialah petani sebagai
konsumen produk antara yaitu benih unggul kedelai.
Perilaku konsumen
Perilaku konsumen didefinisikan oleh Engel et al. (1994) sebagai tindakan
yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan
produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli
tindakannya. Motivasi dan perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui kegiatan
persuasif yang menanggapi konsumen secara serius sebagai pihak yang berkuasa
dan dengan maksud tertentu. Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (1994)
dalam Sumarwan (2004) perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan
menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan
mereka. Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu , kelompok,
dan organisasi, memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide,
atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Perilaku
pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial dan pribadi (Kotler
2008).
Karakteristik konsumen
Menurut Sumarwan (2004) Karakteristik konsumen meliputi pengetahuan
dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen, dan karakteristik demografi
konsumen. Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak
mengenai produk mungkin tidak termotivasi untuk mencari informasi, karena ia
merasa cukup dengan pengetahuannya untuk mengambil keputusan. Karakteristik
demografi konsumen dapat dapat dilihat dari faktor–faktor seperti usia, agama,
suku bangsa, pendapatan, jenis kelamin, status pernikahan, jenis keluarga,
pendidikan, pekerjaan, lokasi geografi, jenis rumah tangga, dan kelas sosial.
Pendidikan adalah salah satu karakteristik demografi yang penting. Sumarwan
(2004) juga menjelaskan karakteristik demografi sangat terkait dengan konsep yang
tumbuh dari adanya kelompok–kelompok di dalam suatu masyarakat.
Pengelompokkan masyarakat biasanya berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi
tinggal,pekerjaan, dan sebagainya. Perbedaan kelompok tersebut berdasarkan
kepada perbedaan karakteristik sosial, ekonomi, dan demografi konsumen.
Petani sebagai konsumen industri
Menurut Griffin dan Ebert (2003) Konsumen industri merupakan konsumen
yang melakukan pembelian output suatu perusahaan sebagai input dalam kegiatan
bisnisnya. Hal ini berbeda dengan konsumen pribadi yang membeli suatu produk
14
untuk penggunaan pribadi mereka sendiri. Petani membeli produk yang dibutuhkan
untuk mengoperasikan kegiatan bisnisnya. Sebagai konsumen industri, pemilihan
suatu input tertentu akan dilakukan oleh petani apabila akan memberikan nilai yang
tinggi untuk arus penerimaan, karna dalam setiap kegiatannya petani akan selalu
berusaha untuk memaksimalkan laba.
Perilaku pembelian bisnis hanya memiliki sedikit perbedaan dengan
praktek-praktek pembelian konsumen akhir lainnya. Adapun beberapa perbedaan
pembuat keputusan serta hubungan antara pembeli dan penjual (Griffin dan Ebert,
2003).
1. Perbedaan permintaan
Dua perbedaan besar permintaan antara produk konsumen dan produk bisnis
adalah permintaan turunan (derived demand) dan inelastisistas permintaan.
Istilah permintaan turunan merujuk ke fakta bahwa permintaan akan produk
bisnis seringkali berasal dari permintaan akan produk konsumen yang
terkait.
2. Perbedaan pembeli
Tidak seperti kebanyakan konsumen, pembeli bisnis merupakan para
profesional, spesialis, dan ahli (yang memiliki informasi lebih)
3. Perbedaan pembuatan keputusan
Proses keputusan organisasi berbeda dalam tiga hal penting, yaitu
pengembangan spesifikasi produk, pengevaluasian alternatif yang ada, dan
pembuatan evaluasi pasca pembelian.
Proses keputusan pembelian konsumen
Menurut Kotler (2008) proses keputusan pembeli terdiri dari lima tahap
yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
pembelian dan perilaku pasca pembelian. Model proses pembelian dapat di lihat
pada Gambar 1
Gambar 1 Tahap–tahapan proses keputusan pembeliana
aSumber : Kotler (2008 )
1. Pengenalan kebutuhan
Pengenalan kebutuhan merupakan proses pertama timbulnya pemintaan, karena
adanya kebutuhan dan keinginan konsumen yang belum terpenuhi atau
terpuaskan. Menurut Engel et al. (1994), pengenalan kebutuhan disebabkan
karena konsumen mempersepsikan perbedaaan antara keadaan yang diinginkan
dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan
proses keputusan. Hal senada dinyatakan oleh Kotler (2008) kebutuhan dapat
dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang
seperti, rasa lapar, haus timbul pada tingkat yang cukup tinggi, sehingga
menjadi dorongan. Kebutuhan juga dapat dipicu dari rangsangan eksternal.
Contohnya suatu iklan atau diskusi dengan teman. Pada tahap ini pemasar harus
meneliti dengan konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan atau masalah apa
Pencarian
informasi
Pengenalan
kebutuhan
Evaluasi
alternatif
Keputusan
pembelian
Perilaku pasca
pembelian
15
yang timbul, apa yang menyebabkan, dan bagaimana masalah itu bisa mengarah
konsumen pada produk tertentu.
2. Pencarian informasi
Pencarian informasi merupakan tahap proses keputusan pemilih dimana
konsumen ingin mencari informasi lebih banyak dan hanya memperbesar
perhatian atau melakukan pencarian informasi secara aktif. Menurut Engel et
al. (1994) konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan
(pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan
keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal). Sejalan dengan itu Kotler
(2008) menyatakan konsumen dapat mencari informasi dari berbagai sumber.
Sumber-sumber ini meliputi sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, rekan),
sumber komersial (iklan, wiraniaga, situs, web, penyalur, kemasan, tampilan),
sumber publik (media massa, organisasi, pemeringkat konsumen, pencarian
internet), dan sumber pengalaman (penanganan, pemeriksaan, pemakaian
produk).
3. Evaluasi Alternatif
Setelah melihat cara konsumen menggunakan informasi untuk sampai pada
sejumlah pilihan merek akhir maka konsumen butuh memilih diantara merek
alternatif. Menurut Engel et al. (1994) evaluasi alternatif didefinisikan sebagai
proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Kriteria evaluasi tidak lebih daripada dimensi atau atribut
tertentu yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Evaluasi
alternatif yaitu bagaimana konsumen memproses informasi untuk sampai pada
pilihan merek (Kotler 2008).
4. Keputusan Pembelian
Konsumen menentukan peringkat merek dan membentuk niat pembelian dalam
tahap evaluasi. Kotler (2008) menyatakan keputusan pembelian konsumen
adalah membeli merek yang paling baik. Terdapat dua faktor yang berada antara
niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama sikap orang lain
sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif seseorang. Faktor kedua
yaitu faktor situasi yang tidak dapat terantisipasi yang dapat muncul dan
mengubah niat pembeli. Konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau
pengganti yang dapat diterima bila perlu.
5. Perilaku Pasca pembelian
Setelah terjadi pembelian, konsumen akan mengevaluasi hasli pembelian yang
telah dilakukan. Perilaku pasca pembelian merupakan tahap proses keputusan
pembeli di mana konsumen mengambil tindakan selanjutnya setelah pembelian,
berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan mereka. Konsumen mengevaluasi
apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah
digunakan. Jika mereka puas maka keyakinan dan sikap yang terbentuk akan
berpengaruh positif terhadap pembelian selanjutnya.
Faktor – faktor yangmempengaruhi perilaku Konsumen
Engel et al. (1994) mengungkapkan bahwa ada tiga faktor utama yang
mempengaruhi konsumen yaitu, faktor lingkungan yang terdiri dari budaya, kelas
sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi. Faktor perbedaan individu yang
terdiri dari sumberdaya dan konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan,
sikap, kepribadian, gaya hidup, demografi. Faktor psikologis yang terdiri dari
16
pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan dan sikap atau perilaku.
Pengolahan informasi manusia, pembelajaran, dan perubahan sikap semua
merupakan minat utama dari penelitian konsumen.
Gambar 2 Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan faktor
faktor yang mempengaruhinyaa
aSumber: Engel et al. (1994)
1. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi proses keputusan konsumen. Menurut Engel et al.
(1994), konsumen hidup dalam lingkungan yang komplek. Terdapat lima faktor
yang mempengaruhi proses keputusan konsumen, yaitu:
a. Budaya
Faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh paling luas dan paling dalam
terhadap perilaku ialah budaya. Budaya adalah penyebab keinginan dan
perilaku seseorang yang paling dasar Kotler (2008). Budaya mengacu pada
kumpulan nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari oleh
anggota masyarakat dari keluarga dan institusi penting lainnya. Sedangkan
menurut Engel et al. (1994) budaya mengacu pada nilai gagasan, artefak, dan
simbol–simbol lain yang bermakna yang membantu individu untuk
berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi bagi masyarakat.
b. Kelas Sosial
Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh pendapatan, tetapi juga ditentukan
oleh pekerjaan, prestasi, interaksi, pemilikan, orientasi, nilai, dan sebagainya.
Menurut Engel et al. (1994) kelas sosial mengacu pada pengelompokkan
orang yang sama dalam perilaku mereka beredasarkan posisi ekonomi mereka
di dalam pasar. Status kelas sosial kerap mengahasilkan bentuk–bentuk
perilaku konsumen yang berbeda. Mereka dibedakan oleh perbedaan status
sosioekonomi yang berjajar dari yang rendah hingga yang tinggi.
c. Pengaruh Pribadi
Pengaruh pribadi kerap memainkan peranan penting dalam pengambilan
keputusan konsumen, khususnya bila ada tingkat keterlibatan yang tinggi dan
risiko yang dirasakan dan produk atau jasa memiliki visibilitas publik. Hal ini
dapat dilihat dari kelompok acuhan maupun komunikasi lisan. Engel et al.
FaktorProses
Psikologis 1. Pengolahan
Informasi
2. Pembelajaran
3. Perubahan sikap dan
perilaku
Proses Keputusan
1. Pengenalan
Kebutuhan
2. Pencarian Informasi
3. Evaluasi Alternatif
4. Pembelian
5. Hasil
Pengaruh Lingkungan
1. Budaya
2. Kelas sosial
3. Pengaruh Pribadi
4. Keluarga
5. Situasi
Perbedaan Individu
1.Sumberdaya Konsumen
2.Motivasi dan
Keterlibatan
3.Pengetahuan
4.Sikap
5.Kepribadian, Gaya
hidup, Demografi
17
(1994), kelompok acuhan adalah jenis apa saja yang dapat mempengaruhi
sikap dan perilaku.
d. Keluarga
Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Menurut
Kotler (2008) keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling
penting dalam masyarakat, dan telah diteliti secara ekstensif. Berbeda dengan
Engel et al. (1994) yang menyatakan bahawa keluarga adalah kelompok yang
terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan melalui darah,
perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama.
e. Pengaruh Situasi
Pengaruh situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor
yang khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari
karakteristik konsumen dan karakteristik objek. Engel et al. (1994)
mengusulkan bahwa situasi konsumen dapat didefinisikan sebagai lima
karakteristik umum yaitu; lingkungan fisik yang merupakan sifat nyata dari
situasi konsumen, lingkungan sosial menyangkut ada tidaknya orang lain
dalam situasi yang ada, waktu yaitu sifat sementara dari situasi seperti
moment tertentu ketika perilaku terjadi, tugas yaitu tujuan atau sasaran
tertentu yang dimiliki konsumen di dalam suatu situasi, dan keadaan yang
merupakan suasana hati atau kondisi sementara yang dibawa oleh konsumen
ke situasi tersebut.
2. Faktor Perbedaan Individu
Perbedaan individu merupakan faktor intenal yang menggerakan dan
mempengaruhi perilaku. Engel et al. (1994) memasukkan lima cara penting
dalam melihat perbedaan individu yaitu sumberdaya konsumen, motivasi dan
keterlibatan, pengetahuan, sikap, dan kepribadian seperti gaya hidup dan
demografi.
a. Sumberdaya konsumen
Setiap konsumen membawa tiga sumberdaya ke dalam setiap situasi
pengambilan keputusan yaitu Sumberdaya Ekonomi (pendapatan dan
kekayaan), sumberdaya temporal (waktu) dan sumberdaya kognitif (kapasitas
mental yang tersedia untuk menjalankan berbagai kegitan pengolahan
industri). Konsumen memiliki keterbatasan pada setiap sumberdaya yang
dimilikinya sehingga konsumen harus mampu mengalokasikannya secara
bijaksana.
b. Motivasi dan Keterlibatan
Perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan atau
pengenalan kebutuhan. Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada
ketidakcocokan yang menandai antara keadaan aktual dan keadaan yang
diinginkan atau disukai. Menurut Engel et al. (1994) kebutuhan didefinisikan
sebagai perbedaan yang disadari antara keadaan ideal dengan keadaan yang
sebenarnya sehingga dapat mengaktifkan perilaku. Motivasi merupakan suatu
dorongan dari dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dan
memperoleh kepuasan dari pemenuhan kebutuhan tersebut.
c. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil belajar yang didefinisikan secara sederhana
sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan. Pengetahuan konsumen
18
mencakupi susunan informasi, seperti ketersediaan dan karakteristik produk
dan jasa. Menurut Engel et al. (1994) pengetahuan dapat didefinisikan
sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan serta membagi
pengetahuan konsumen di dalam tiga bidang umum yaitu, (1) pengetahuan
produk mencakup atribut produki dan kepercayaan, (2) pengetahuan pembeli
yaitu dimana dan kapan membeli, (3) pengetahuan pemakaian dilihat dari
pengetahuan konsumen dan iklan.
d. Sikap
Sikap (attitude) sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan
orang berespons dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan
secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Sikap
di konseptualisasikan sebagi perasaan positif atau negatif terhadap merek dan
dipandang sebagai hasil dari penilaian merek bersama dengan kriteria atau
atribut evaluasi yang penting.
e. Kepribadian, Gaya Hidup dan Demografi
Kepribadian, nilai, dan gaya hidup merupakan sistem yang penting untuk
mengerti mengapa orang memperlihatkan perbedaan dalam konsumsi produk
dan preferensi merek. Menurut Engel et al. (1994) mendefinisikan
kepribadian sebagai respons yang konsisten terhadap stimulus lingkungan.
Gaya hidup adalah pola dimana seseorang hidup dan menghabiskan waktu
serta uang yang diekspresikan dalam aktifitas, minat, dan opini seseorang.
Faktor demografi akan menggambarkan karakteristik dari seseorang
konsumen.
3. Faktor Psikologis
Faktor keputusan yang terakhir ialah proses psikologis. Menurut Engel et al.
(1995) terdapat tiga proses prikologis sentral yang membentuk semua aspek
motivasi dan perilaku konsumen yaitu, pemrosesan informasi, pembelajaran,
dan perubahan sikap dan perilaku. Sedangkan menurut Kotler (2008)
menyebutkan bahwa pembelian yang dilakukan dipengaruhi oleh empat faktor
psikologis utama yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan
sikap.
a. Pemrosesan Informasi
Pemrosesan informasi mengacu pada proses suatu stimulus diterima,
ditafsirkan, di simpan di dalam ingatan, dan belakangan di ambil kembali.
Pemrosesan Informasi dapat dirinci menjadi lima tahap dasar yaitu (1)
pemaparan (exposure) pencapaian kedekatan terhadap suatu stimulus
sedemikian rupa sehingga muncul peluang diaktifkannya satu atau lebih dari
kelima indra manusia, (2) Perhatian sebagai alokasi kapasitas pemrosesan
untuk stimulus yang baru masuk, (3) pemahaman yang berarti tafsiran atau
stimulus, (4) penerimaan untuk mengukur tingkat sejauh mana stimulus
mempengaruhi pengetahuan dan atau sikap orang yang bersangkutan, (5)
retensi sebagai peminadahan tafsiran stimulus ke dalam ingatan jangka
panjang (Engel et al. 1995).
b. Pembelajaran
Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang yang
timbul dari pengalaman. Pembelajaran terjadi melalui interaksi dorongan,
rangsangan, pertanda, respons, dan penguatan (Kotler 2008). Menurut Engel
et al. (1995) terdapat empat jenis utama pembelajaran yaitu pembelajaran
kognitif yang berkenaan dengan proses mental yang menentukan retensi
19
informasi, pengkondisian klasik yang berfokus pada pembelajaran melalui
asosiasi,pengkondisian operant yang mempertimbangkan bagaimana
perilaku dimodifikasi oleh pengukuh dan penghukum, pembelajaran
vicarious menyangkut pembelajaran melalui observasi.
c. Perubahan Sikap dan Perilaku
Perubahan dalam sikap dan perilaku adalah sasaran pemasaran yang lazim.
Proses ini mencerminkan pengaruh psikologis dasar yang menjadi subjek dari
beberapa dasawarsa penelitian yang intensif.
Kerangka Pemikiran Operasional
Kebutuhan benih kedelai bermutu di Jawa Timur masih sulit dipenuhi. Hal
tersebut disebabkan antara lain, pertanaman perbenihan harus ditanam pada saat
musim tanam yang tidak optimal, resiko kegagalan besar, benih yang tidak terjual
dalam waktu 4 bulan akan rusak, tidak dapat dijual lagi sebagai benih, harga benih
kedelai umumnya kurang menarik (Sumarno dan Widiati1985).
Benih bersertifikat merupakan jaminan pemerintah untuk menyediakan benih
bermutu. Upaya pengembangan pemanfaatan benih bermutu ditempuh melalui,
peningkataan kemampuan petugas/penangkar untuk memproduksi benih sumber,
peningkatan pembinaan penangkar benih di daerah sentra produksi kedelai, dan
peningkatan produksi benih sumber dan penyebaran varietas-varietas unggul baru
kedelai di daerah sentra produksi. Kebutuhan benih varietas unggul yang semakin
meningkat membuat para penangkar benih lokal berlomba–lomba penjadi produsen
benih dan meningkatkan produksi benih terutama benih sebar yang dapat
didistribusikan ke daerah sentra produksi.
Beberapa usaha yang dilakukan oleh petani kedelai di Kecamatan Bangsalsari
dalam penyediaan benih bermutu ialah dengan menggunakan benih unggul kedelai
produsen pada penangkaran Dewi Ratih sebagai penangkar lokal benih kedelai dan
dibina oleh pemerintah daerah. Peran penangkar benih Dewi Ratih sebagai satu-
satunya penangkar yang dibina langsung oleh pemerintah daerah, memiliki peranan
dalam menjaga konsistensi dan kontinyuitas untuk memproduksi kedelai unggul.
Salah satu strategi pencapaian swasembada kedelai yaitu melalui pembenihan.
Dengan pemilihan benih yang tepat akan membantu dalam menunjang peningkatan
produksi kedelai, sehingga peningkatan produksi kedelai dalam negeri mencukupi
kebutuhan kedelai nasional. Proses dan faktor–faktor pengambilan keputusan
petani kedelai terhadap benih unggul, terutama di daerah sentra produksi kedelai
sangat diperlukan untuk keterjaminan produksi yang berkualitas baik dan
berkuantitas tinggi. Proses pengambilan keputusan dan faktor–faktor yang
mempengaruhi alasan pembelian petani terhadap benih yang digunakan, sangat erat
kaitannya dengan kegiatan peningkatan swasembada kedelai. Hal tersebut dapat
membantu pemerintah maupun pihak terkait dalam menerapkan strategi yang tepat
guna untuk mewujudkan strategi dalam pengadaan benih.
Penangkar benih kedelai varietas unggul Dewi Ratih binaan pemerintah
daerah sebaiknya memiliki pemahaman yang mendalam mengenai perilaku
konsumen petani karena masih banyak petani atau kelompok tani walaupun telah
mencoba menggunakan benih varietas unggul binaan pemerintah kembali
menggunakan benih unggul jalinan antar lapang. Dalam memilih benih varietas
unggul, petani cenderung dihadapkan pada dua atau lebih pilihan alternatif,
20
sehingga dalam proses pengambilan keputusan pembelian terhadap suatu produk,
petani akan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal maupun eksternal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memilih benih akan berbeda
dengan faktor-faktor yang umumnya mempengaruhi konsumen untuk pembelian
produk akhir/pembelian konsumen akhir. Hal ini dikarenakan benih merupakan
produk antara (pembeli bisnis) yang digunakan kembali oleh petani sebagai input
produksi dalam kegiatan usahataninya.
Pada penelitian ini diketahui bagaimana karakteristik petani dan proses
pengambilan keputusan petani kedelai dalam memilih varietas benih unggul milik
penangkar Dewi Ratih. Setelah itu diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan petani kedelai. Penelitian ini menggunakan dua alat analisis yaitu analisis
deskriptif dan analisis faktor. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis
karakteristik konsumen dan proses keputusan pembelian petani dalam memilih
benih unggul kedelai. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian akan
dianalisis menggunakan analisis faktor sehingga akan terbentuk faktor-faktor yang
dianggap mempengaruhi pembelian konsumen sesuai urutan kepentingannya. Hasil
dari penelitian ini akan digunakan oleh pihak penangkar / produsen benih untuk
meningkatkan kinerja dari faktor-faktor yang terbentuk serta sebagai pertimbangan
dalam perancangan atau perumusan strategi pemasarannya.
Masih berhubungan mengenai teori yang diberikanoleh Engel et al. (1994)
dan Kotler (2008), Faktor internal yang diduga mempengaruhi proses pengambilan
keputusan petani kedelai terdiri dari Faktor perbedaan individu yang diwakili oleh
Motivasi dalam memperoleh pendapatan, karena pengeluaran rumah. Sumberdaya
Konsumen yang diwakili oleh variabel pendidikan terakhir, pendapatan, dan
pengeluaran. Faktor Demografi yang diwakili oleh variabel usia. Faktor
pemrosesan Informasi yang diwakili oleh volume benih dalam kemasan, harga
benih, promosi, desain dan warna kemasan, serta tanggal kadaluarsa. Faktor
pembelajaran yang berhubungan dengan pengetahuan petani tehadap benih yang
tahan terhadap hama dan penyakit , mutu benih, penampakan benih dalam kemasan,
warna kulit, umur panen, bentuk biji, dan daya tumbuh.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi dalam proses pengambilan
keputusan mengacu pada strategi pemasaran produsen yaitu bauran pemasaran yang
terdiri dari variabel produk, harga, tempat atau distribusi, dan promosi. Variabel
ekternal lainnya akan didapatkan dari penelitian terdahulu serta berbagai pihak
narasumber yang berhubungan dengan penelitian. Variabel eksternal yang diduga
antara lain terdiri dari Pengaruh Lingkungan diwakili oleh teman, keluarga, dan
tokoh masyarakat yang disegani. Pengaruh situasi yang berhubungan dengan
Ketersediaan benih. Faktor Budaya yang diwakili oleh variabel kebiasaan atau adat
dalam keluarga. Faktor eksternal yang diambil mengacu kepada penelitian-
penelitian terdahulu dan telah disesuaikan dengan objek penelitian. Kerangka
operasional secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 3
21
Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional
Informasi perilaku konsumen untuk meningkatkan
kinerja pada faktor-faktor yang terbentuk
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan
Petani
Pengaruh Lingkungan (budaya, kelas sosial, situasi,
keluarga, dan pengaruh pribadi):
Keluarga, Tokoh yang disegani,
Teman sesama petani, Harga
Perbedaan Individu (gaya hidup, motivasi, sikap,
pengetahuan, kepribadian):
Pendapatan, Tanggal
Kadaluarsa, Mutu dan Kualitas,
Pengeluaran rumah tangga
Pengaruh Psikologis (pemrosesan informasi): Daya
tumbuh, Bentuk biji, Umur
panen, Penampakan benih,
Warna kulit biji Promosi,
Desain kemasan, Warna
kemasan
Karakteristik
Petani Kedelai 1.Pendidikan
2.Pendapatan
3.Umur
4.Status
Kepemilikan
Lahan
Produksi kedelai di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan dalam
negeri
Upaya peningkatan produksi kedelai Pemerintah mencanangkan
penanaman kedelai dengan benih unggul dan bersertifikat agar produksi
meningkat
Bantuan Langsung Benih Unggul masih banyak kekurangan mulai dari
kualitas dan ketersediaan
Dewi Ratih merupakan satu-satunya produsen / penangkar benih unggul
kedelai bersertifikat yang dibina oleh pemerintah daerah.
Banyak penangkar lokal mulai bermunculan dan bersaing dalam
penyediaan benih unggul yang belum tentu berkualitas.
Kebutuhan akan penilaian konsumen terhadap atribut-atribut pemilihan
benih unggul kedelai melalui perilaku konsumen
Proses Pengambilan
Keputusan Petani
Kedelai 1. Pengenalan
kebutuhan
2. Pencarian Informasi
3. Evaluasi Alternatif
4. Keputusan pembelian
5. Perilaku pasca
pembelian
Analisis Deskriptif Analisis Faktor
22
Definisi operasional
1. Benih adalah dasar dari proses bertani (foundation of farming), sebab pengaruh
dari penggunaan benih akan terlihat langsung dari produktivitas.
2. Benih penelitian benih yang digunakan pada penelitian tersebut ialah benih
kuning yang pernah digunakan petani di Kecamatan Bangsalsari terhadap
benih Penangkar Dewi Ratih dan Benih Jalinan Benih Antar Lapang.
3. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan
biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim
tanam. Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai
akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek, dll.
4. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.
5. Tokoh yang disegani dan berpengaruh adalah tokoh yang dapat mempengaruhi
keputusan secara bijaksana.
6. Pengeluaran rumah tangga pribadi pengeluaran yang dikeluarkan untuk
keperluan diri sendiri, bukan untuk keperluan pekerjaan atau instansi.
7. Teman sesama adalah teman yang memiliki karakteristik (usia, pendidikan,
pekerjaan) maupun tujuan yang sama.
7. Mutu dan kualitas benih adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat
dari suatu benih.
8. Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang
dinyatakan dalam satuan moneter, nilai tukar uang Indonesia ialah rupiah.
9. Promosi adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau
jasa pada dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau
mengkonsumsinya.
10. Kemasan Menarik terdiri dari warna kemasan dan desainkemasan dapat
diartikan sebagai suatu benda yang berfungsi untuk melindungi, mengamankan
produk tertentu yang berada di dalamnya serta dapat memberikan citra tertentu
pula untuk membujuk penggunanya atau konsumen agar membeli produk
walau hanya melihat dengan kemasannya.
11. Tanggal Kadaluarsa bagi produk makanan bisa melindungi kesehatan
konsumen, tetapi tanggal kadaluarsa itu lebih mengenai kualitas makanan
tersebut daripada soal keamanan untuk dikonsumsi, dan jika tidak dipahami
secara layak, tanggal itu bisa membuat para konsumen membuang makanan
yang sebenarnya masih aman untuk dimakan.
12. Penampakan benih dalam kemasan adalah kondisi benih yang terlihat walau
dalam kemasan yang tertutup.
13. Warna kulit biji adalah warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang
dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda. Setiap warna
mampu memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai kondisi sosial
pengamatnya.
14. Umur panen adalah masa tumbuhan ditanam sampai di panen.
15. Bentuk biji Rupa atau wujud yang ditampilkan macam rupa atau wujud sesuatu,
seperti bundar elips, bulat segi empat dan lain sebagainya.
16. Daya Tumbuh ialah seberapa besar tingkat tumbuh kembang, misalnya saja
petani lebih memilih benih dengan daya tumbuh 90 persen karena daya
tumbuhnya kedelai mendekati sempurna.
23
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Lokasi ini
dipilih secara purpossive dengan mempertimbangkan bahwa Kabupaten Jember
merupakan salah satu daerah yang memproduksi kedelai di Jawa Timur dan
memiliki konsumen produk benih varietas unggul. Penelitian dilakukan pada pada
lokasi sentra produksi kedelai Kabupaten Jember yaitu Kecamatan Bangsalsari.
Desa yang menjadi penelitian adalah Desa Sukorejo yang menjadi sentra produksi
di Kecamatan Bangsalsari dengan responden kelompok tani yang pernah, aktif
maupun tidak aktif dalam melakukan keputusan pembelian dan menggunakan
varietas benih kedelai bersertifikat (Dewi Ratih), dan Jalinan Benih Antar Lapang
yang dapat dijadikan responden untuk mengetahui bagaimana perilakunya terhadap
merek benih kedelai varietas unggul milik penangkar Dewi Ratih sesuai dengan
tujuan dari penelitian ini. Pengumpulan data di lokasi penelitian dilakukan pada
bulan Maret-April 2014.
Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan sekunder. Data primer adalah materi informasi yang diperoleh secara langsung
di tempat penelitian. Pengumpulan data primer pada penelitian faktor–faktor yang
mempengaruhi keputusan diperoleh melalui pemberian kuisoner, yang dilakukan
dengan mewawancarai secara langsung para petani kedelai di Desa Sukorejo
Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember yang menjadi responden. Data Sekunder
adalah data yang dikumpulkan secara tidak langsung. Data sekunder diperoleh dari
studi literatur yang berhubungan dengan topik penelitian, yang bersumber pada
buku-buku (buku mengenai benih kedelai dan perilaku konsumen), hasil-hasil
penelitian (jurnal dan skripsi), website, serta lembaga-lembaga atau instansi
pemerintah yang terkait.
Metode Penentuan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purpossive, Sampel diambil secara sengaja dari petani di Kecamatan Bangsalsari
Kabupaten Jember yang pernah, aktif maupun tidak aktif dalam melakukan
keputusan pembelian dan menggunakan varietas benih kedelai bersertifikat (Dewi
Ratih binaan pemerintah), dan Jalinan Benih Antar Lapang. Teknik sampling yang
digunakan dari metode non-probability sampling ini adalah metode convenience
sampling, yaitu elemen populasi dipilih berdasarkan kemudahan dan kesediaan
untuk menjadi sampel (Simamora 2005). Kelebihan dari convenience sampling
adalah biayanya lebih murah, kemudahan dalam mendapatkan responden, dan
waktu yang relatif lebih cepat. Kekurangan dari metode ini adalah dalam jumlah
yang besar bisa saja terjadi bias dan seringkali terjadi under-representation atau
over-representation. Untuk mengatasi hal tersebut,caranya adalah dengan
24
melakukan screening kepada calon responden dan melihat apakah responden sudah
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan peneliti.
Dalam penelitian ini, responden yang diambil berjumlah 50 orang petani
dari empat kelompok gabungan kelompok tani di Kecamatan Bangsalsari. Nazir
(2011) mengemukakan bahwa 30 sampel responden dari populasi sudah dapat
mewakili karakteristik responden. Jumlah tersebut diambil melebihi jumlah
minimal untuk mengantisipasi adanya data yang tidak valid dan lebih
menggambarkan populasi. Jumlah responden sejumlah 50 orang petani pada
penelitian tersebut dianggap telah mewakili atau telah memenuhi syarat minimal
yang telah di tentukan.
Metode Pengumpulan Data dan Informasi
Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data penunjang. Data primer
diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner kepada pihak petani. Sampel
yang dipilih adalah anggota kelompok tani yang menggunakan benih kedelai
kuning yang pernah, aktif maupun tidak aktif dalam melakukan keputusan
pembelian dan menggunakan varietas benih kedelai bersertifikat (Dewi Ratih
binaan pemerintah), dan Jalinan Benih Antar Lapang Kecamatan Bangsalsari, Desa
Sukorejo. Responden diberi pertanyaan tertutup berupa pertanyaan yang alternatif
jawabannya sudah tersedia, sehingga responden hanya memilih satu dari beberapa
alternatif jawaban yang sudah ada. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan selain
memberikan pilihan juga menyediakan tempat untuk menjawab secara bebas
apabila jawaban responden ada di luar alternatif pilihan yang ada. Data Sekunder
diperoleh dari data perusahaan serta laporan dari beberapa pihak terkait.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis data menjelaskan bagaimana cara menganalisis atau teknik
dalam mengolah data untuk menarik simpulan dari hasil penelitian. Pengolahan dan
analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif disajikan
dalam uraian atau deskriptif, sedangkan untuk data kuantitatif disajikan dalam
bentuk tabulasi. Metode pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis deskriptif dan analisis faktor yang diolah dengan menggunakan Software
SPSS 17.
Uji Validitas dan Reliabilitas Pengujian kuisoner dilakkukan dengan melakukan uji validitas dan
reliabilitas. Pengujian ini perlu dilakukan karena kuisoner merupakan instrument
penting dalam penelitian sehingga kuisoner penelitian harus dapat dipercaya.
Menurut Umar (2003), validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana data
yang ditampung pada suatu kuisoner akan mengukur apa yang ingin diukur. Oleh
karena itu, uji validitas digunakan untuk mengukur dan mengetahui tingkat
kebenaran alat ukur. Pengujian validitas dilakukan menggunakan korelasi
spearman. Nilai korelasi yang dipersyaratkan dalam uji validitas ini apabila lebih
besar atau sama dengan 0.30 (rxy ≥ 0.30) atau nilai signifikansinya ≤ α (α = 0.05),
maka indikator tersebut dianggap valid.
25
Sedangkan reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh
mana suatu hasil pengukuran relatif konsiten apabila alat ukur digunakan berulang
kali (Umar 2003). Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat ketepatan
alat ukur. Pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan nilai Cronbach Alpha(α).
Kriteria alpha (α) secara umum dinyatakan reliabel jika α ≥ 0.6. Penelitian ini
menggunakan teknik pengukuran reliabilitas Cronbach karena skala yang
digunakan adalah skala Likert (1-5). Skala Likert merupakan skala yang dapat
memperlihatkan tanggapan konsumen terhadap karakteristik suatu produk.
Informasi yang diperoleh dengan menggunakan skala Likert adalah skala
pengukuran ordinal sehingga hasilnya hanya dapat dibuat ranking tanpa mengetahui
berapa besar selisih antara satu tanggapan dengan tanggapan lainnya (Durianto et
al. 2001).
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Software SPSS 17.
Reliabilitas suatu variabel dapat dilihat melalui hasil output SPSS berupa tabel
berjudul Reliability Statistics. Menurut Nugroho (2005), indikator reliabilitas atau
tidaknya variabel tersebut dapat dilihat dari Alpha sebagai berikut:
Alpha 0.81-1.00 = sangat reliabel
Alpha 0.61-0.80 = reliabel
Alpha 0.51-0.60 = cukup reliabel
Alpha 0.21-0.50 = kurang reliabel
Alpha 0.00-0.20 = tidak reliabel
Analisis Deskriptif
Berdasarkan penelitian ini analisis deskriptif digunakan dalam
penggambaran data karakteristik konsumen yang terdiri dari umur, jenis kelamin,
status, pendidikan terakhir, penerimaan rata–rata perbulan serta pengeluaran rata-
rata perbulan untuk makanan. Selain untuk menentukan karakteristik alat analisis
deskriptif digunakan dalam menganalisis proses keputusan pembelian yang terdiri
dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan
evaluasi pembelian yang dikumpulkan melalui kuesioner dan di analisis
menggunakan alat analisis deskriptif. Hasil jawaban kuesioner yang dinilai sama
akan diklasifikasikan serta dihitung presentasenya. Karakteristik konsumen dan
perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian dapat dilihat dari jawaban–
jawaban yang paling dominan. Menurut (Umar, 2003) dapat dirumuskan sebagai
berikut:
P =𝑓𝑖
∑𝑓𝑖x 100%
Keterangan:
P = Persentase responden yang memilih kategori tertentu
Fi = Jumlah responden yang memilih kategori tertentu
∑𝑓𝑖 = Total jawaban
Analisis Faktor
Pada umumnya seringkali terjadi, pendekatan suatu masalah bisnis harus
melibatkan banyak variabel yang saling berkorelasi satu sama lain. Variabel dalam
jumlah banyak tersebut dapat disederhanakan menjadi beberapa variabel saja,
dalam jumlah yang sedikit, namun informasi yang terkandung didalamnya relatif
26
tidak berubah dan hasilnya juga bisa menggambarkan dimensi-dimensi laten dari
interkolasi antarvariabel tersebut. Metode analisis yang dapat meringkas variabel
tersebut adalah analisis faktor (Firdaus 2011).
Analisis faktor merupakan salah satu teknik dalam analisis multivariat yang
digunakan untuk menjelaskan hubungan di antara banyak variabel dalam bentuk
beberapa faktor. Analisis faktor mencoba untuk menemukan hubungan antar
sejumlah variabel-variabel yang saling bebas satu sama lain sehingga dibuat satu
atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal
(Rahayu 2005).Adapun tujuan dari analisis faktor ada dua, yaitu:
1. Data Summarization, yaitu mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel
dengan melakukan uji korelasi.
2. Data Reduction, yaitu setelah melakukan uji korelasi, dilakukan proses
membuat sebuah variable baru yang dinamakan faktor untuk menggantikan
sejumlah variabel tertentu.
Analisis faktor hampir menyerupai analisis regresi berganda apabila ditelaah
secara matematis. Hal tersebut dilihat dari adanya kombinasi linier yang
diperlihatkan setiap variabel pada faktor-faktor yang mendasarinya.Namun, tetap
memiliki perbedaan dimana dalam analisis regresi terdapat dependent variable
(variabel terikat) dan independent variable (variabel bebas). Oleh karena itu, dalam
analisis faktor merupakan teknik yang bersifat interpedensi, dimana keseluruhan
set dari hubungan yang bersifat interpedensi diperhatikan.
Pada penelitian ini, analisis faktor digunakan untuk dapat menjelaskan
hubungan antar variabel-variabel yang diduga mempengaruhi keputusan
konsumen. Variabel yang dievaluasi dalam penelitian ini adalah atribut-atribut yang
diduga menjadi pertimbangan konsumen dalam proses keputusan pembelian dan
dikelompokkan menjadi tiga faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor
lingkungan, faktor perbedaan individu, dan faktor psikologis.
Asumsi-asumsi dalam Analisis Faktor
Prinsip utama dalam analisis faktor adalah korelasi, artinya variabel yang
memiliki korelasi erat akan membentuk suatu faktor, sedangkan variabel yang ada
dalam suatu faktor akan memiliki korelasi yang lemah dengan variabel yang
terdapat pada faktor yang lain. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Korelasi atau keterkaitan antarvariabel harus kuat. Hal ini dapat diidentifikasi
dari nilai determinannya yang mendekati nol.
2. Indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi
parsialnya secara keseluruhan harus kecil. Hal ini dapat diidentifikasi dengan
melihat nilai Kaiser-Meyer-Olkin (K-M-O) yang dinyatakan cukup apabila
memiliki nilai KMO ≥ 0.5.
3. Indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi
parsialnya secara parsial setiap item/variabel harus kecil. Hal ini dapat
diidentifikasi dengan melihat nilai Measures of Sampling Adequacy (MSA)
yang dinyatakan cukup apabila memiliki nilai MSA ≥ 0.5. Apabila item/
variabel tersebut tidak memiliki nilai MSA demikian, maka variabel tersebut
harus dikeluarkan dari analisis faktor secara bertahap atau satu per satu.
Penentuan Jumlah Faktor
Penentuan jumlah faktor pada penelitian ini menggunakan penentuan
berdasarkan eigenvalue dan persentase varian.
27
1. Penentuan berdasarkan eigenvalue, yaitu apabila suatu variabel memiliki
eigenvalue≥ 1, dianggap sebagai suatu faktor, sebaliknya apabila eigenvalue<
1, maka tidak dimasukkan kedalam model.
2. Penentuan berdasarkan persentase varian, menunjukkan jumlah variasi yang
berhubungan pada suatu faktor yang dinyatakan dalam persentase. Besarnya
nilai kumulatif persentase varian ≥ 60%.
Untuk mengetahui peranan masing-masing variabel dalam suatu faktor dapat
ditentukan dari besarnya loading variabel yang bersangkutan. Loading dengan nilai
terbesar berarti mempunyai peranan utama pada faktor tersebut.Variabel yang
memiliki nilai loading <0.5 dianggap tidak memiliki peranan sehingga dapat
diabaikan dalam pembentukan faktor.
Prosedur analisis faktor yang banyak digunakan adalah Principal Component
Analysis (PCA) dan Common Factor Analysis. Principal Component Analysis
(PCA) digunakan ketika peneliti ingin mengekstraksi sejumlah besar variabel
penelitian menjadi beberapa variabel saja agar lebih mudah ditangani. Common
Factor Analysis digunakan untuk mengidentifikasi struktur hubungan antar variabel
dengan mengungkapkan konstruksi (dimensi-dimensi) yang mendasari hubungan
tersebut.
Penelitian ini menggunakan analisis faktor dengan metode ekstraksi
Principal Component Analysis, yaitu merupakan model dalam analisis faktor yang
bertujuan untuk melakukan prediksi terhadap sejumlah faktor yang akan dihasilkan
(Suliyanto 2005). Faktor yang dibentuk oleh analisis faktor dengan metode
ekstraksi Principal Component Analysis disebut komponen utama.
Rotasi Faktor
Hasil dari analisis faktor adalah faktor matriks yang berisi koefisien bobot
kontribusi suatu variabel terhadap faktor atau yang sering disebut dengan factor
loading. Namun, output yang dihasilkan seringkali sulit untuk diinterpretasikan
karena satu faktor dapat berkorelasi dengan beberapa variabel. Untuk
mempermudah interpretasi, dilakukan proses rotasi faktor sehingga faktor matriks
yang tadinya kompleks menjadi lebih simpel.
Pada dasarnya, metode rotasi dalam analisis faktor digolongkan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut.
a. Orthogonal Rotation
Orthogonal rotation adalah metode rotasi dengan cara memutar sumbu ke
kanan sampai 90˚. Metode ini menggunakan asumsi bahwa hubungan antarvariabel
tidak ada atau korelasi antarfaktor adalah nol. Metode ini terbagi menjadi metode
quartimax, varimax, dan equimax.
b. Oblique Rotation
Oblique rotation adalah metode rotasi dengan cara memutar sumbu ke kanan,
tetapi tidak harus sebesar 90˚. Metode ini menggunakan asumsi bahwa hubungan
antarvariabel atau korelasi antarfaktor tidak sama dengan nol. Metode ini terbagi
menjadi metode oblimin, promax, orthoblique, dan lainnya.
Penelitian ini menggunakan metode rotasi varimax karena dalam
perkembangannya, metode rotasi yang paling banyak digunakan dalam analisis
faktor adalah metode orthogonal rotation varimax.
28
Interpretasi Faktor yang Terbentuk
Dalam memberikan nama terhadap faktor yang terbentuk dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu cara pertama dengan memberikan nama faktor yang
dapat mewakili nama-nama variabel yang membentuk faktor tersebut, cara kedua
adalah dengan memberikan nama faktor berdasarkan variabel yang memiliki nilai
loading factor tertinggi. Hal ini dilakukan apabila tidak memungkinkan untuk
memberikan nama faktor yang dapat mewakili semua variabel yang membentuk
faktor tersebut.
Secara ringkas, tahapan atau prosedur analisis faktor adalah sebagai berikut:
1. Memilih atau menentukan variabel-variabel yang akan dianalisis
menggunakan analisis faktor.
2. Menyeleksi variabel yang telah ditentukan dengan menggunakan alat MSA
(Measure of Sampling Adequacy) dan Barlett test of sphericity untuk
memastikan apakah variabel-variabel yang telah ditentukan tersebut memiliki
korelasi yang kuat dan layak untuk melanjutkan analisis dengan analisis
faktor. Variabel yang layak untuk dianalisis dilihat dari nilai KMO yang lebih
dari 0.5 dengan signifikansi <0.05.
3. Melakukan proses factoring, yaitu menurunkan satu atau lebih faktor dari
variabel-variabel yang mempunyai korelasi kuat yang ditunjukkan oleh nilai
MSA ≥0.5 yang diperoleh dari proses sebelumnya, nilai MSA dapat dilihat
berdasarkan output pada Tabel Anti Image Matrices khususnya pada bagian
Anti Image Correlation secara diagonal dari kiri atas ke kanan bawah.
4. Melakukan proses ekstraksi dengan metode Principal Component Analysis
sehingga akan menghasilkan sejumlah komponen utama kemudian
melakukan proses rotation terhadap faktor yang telah terbentuk. Tujuan dari
proses rotasi adalah untuk memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor
tertentu (komponen utama).
5. Setelah komponen utama terbentuk, maka proses berikutnya adalah
menginterpretasikan faktor-faktor yang telah terbentuk dari analisis faktor
melalui loading factor (skor faktor).
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Desa Sukorejo Kecamatan Bangsasari
Desa Sukorejo merupakan desa di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten
Jember yang terletak 3 km dari pusat pemerintahan kecamatan, 22 km dari pusat
kabupaten. Batas-batas wilaya Desa Sukorejo berbatasan dengan Sebelah Utara
Desa Bangsalsari Kecamatan Bangsalsari, Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Karangsemanding Kecamatan Balung, Sebelah Barat berbatasan dengan Desa
Karangsono Kecamatan Bangsalsari, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa
Curahlele Kecamatan Balung.
Keadaan Iklim
Desa Sukorejo termasuk daerah yang memiliki iklim tropis dengan rata-rata
suhu 29 oC. Curah hujan di wilayah Kecamatan Bangsalsari berkisar ≤ 1500
mm/tahun. Musim penghujan dimulai Januari sampai dengan Mei dan Oktober
29
sampai dengan Desember sedangkan musim kemarau terjadi bulan Juni sampai
dengan September.
KarakteristikPenduduk
Jumlah penduduk Desa Sukorejo pada tahun 2008 sebanyak 10 890 orang
dengan jumlah laki-laki sebanyak 5 434 orang dan perempuan sebanyak 5 456
orang.
a. Keadaan Penduduk Menurut Umur
Keadaan penduduk menurut golongan usia di Desa Sukorejo Kecamatan
Bangsalsari dapat dilihat pada tabel .
Tabel 5 Keadaan Penduduk Menurut Golongan Usia Desa Sukorejo Kecamatan
Bangsalsari 2012
No Golongan Usia (th) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 0 – 10 1 841 16.9
2 11 – 20 1 801 16.5
3 21 – 30 1 739 15.9
4 31 – 40 1 585 14.5
5 41 – 50 1 906 17.5
6 >50 2 018 18.5
Jumlah 10 890 100
Sumber: Profil Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari, 2012
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk Desa
Sukorejo Kecamatan Bangsasari berada pada kelompok usia >50 tahun, yaitu
sebesar 18.5%. Berdasarkan data diatas dapat dikategorikan bahwa penduduk di
Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari yang berada di luar usia kerja dengan jumlah
penduduk sebesar 2 018 sedangkan penduduk yang berada di usia kerja berada pada
kisaran golongan usia 21–50 yang berjumlah 5 230.
b. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor perkembangan sebuah
pembangunan, terutama pembangunan pertanian. Kecenderungan masyarakat yang
berpendidikan rendah berada di wilayah pedesaan. Berikut pada tabel 6
menunjukkan tingkat pendidikan di Desa Sukorejo.
Tabel 6 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sukorejo
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Belum Sekolah 3 149 28.97
2 Buta huruf 86 0.79
3 Tidak tamat SD/sederajat 903 8.30
4 Tamat SD/sederajat 2 651 24.39
5 Tamat SLTP/sederajat 2 381 21.90
6 Tamat SLTA/sederajat 1 407 12.94
7 Penduduk tamat perguruan tinggi 293 2.69
Total 10 870 100
Sumber: Profil Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari, 2012
30
Sebagian besar penduduk Desa Sukorejo yang terlihat pada Tabel 6 adalah
berpendidikan tamat SD/sederajat. Rendahnya tingkat pendidikan akan
mempengaruhi respon masyarakat terhadap sebuah teknologi. Upaya meningkatkan
pengetahuan masyarakat dan meningkatkan respon terhadap teknologi dalam
berusaha tani masyarakat Desa Sukorejo membentuk kelompok-kelompok tani.
Kelompok-kelompok tani mendapat berbagai macam informasi melalui Petugas
Pembina Penyuluh Lapang (PPL) ataupun melalui hasil diskusi antar anggota
kelompok. Adanya kelompok tani membantu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan teknologi dengan diperolehnya bantuan melalui kursus atau pelatihan.
Tabel 7 menyajikan nama kelompok tani di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari.
Tabel 7 Nama dan Jumlah Anggota Kelompok Tani Desa Sukorejo Kecamatan
Bangsalsari Tahun 2012
No Nama Kelompok Tani Jumlah Anggota
1 Sukotani 207
2 Sumber Tani 240
3 Sumber Rejeki 211
4 Gemah Ripah 85
Total 658
Sumber: UPTD Pertanian Kecamatan Bangsalsari, 2012
Kerjasama antara penyuluh dan petani di Desa Sukorejo sangat baik. Hal ini
dikarenakan penyuluh mampu mengkomunikasikan dengan baik informasi-
informasi yang perlu diberikan pada petani. Sehingga petani dengan berbagai
macam latar belakang pendidikan formal beberapa tetap mampu menyerap
informasi yang diberikan dari penyuluh.
c. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Desa Sukorejo terdiri dari berbagai macam
mata pencaharian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 8 yang menjelaskan
status mata pencaharian penduduk tahun 2012.
Tabel 8. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa Sukorejo
Kecamatan Bangsalsari Tahun 2012
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Pegawai desa 19 0.32
2 PNS 109 1.85
3 ABRI 18 0.31
4 Guru 21 0.35
5 Pegawai Swasta 800 13.62
6 Wiraswasta/Pedagang 528 8.99
7 Buruh Tani/Petani 4 010 68.31
8 Pensiunan 116 1.97
9 Jasa 249 4.24
Total 5 870 100
Sumber: Profil Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari, 2012
31
Sektor pertanian memegang peranan penting di Desa Sukorejo, hal ini
terlihat pada tabel 8 bahwa 68.31% status mata pencaharian penduduk adalah
sebagai petani atau buruh tani.
Keadaan Tanah
Keadaan tanah di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari adalahsubur
dengan tingkat kesuburan sangat subur sebesar 6.2 ha dan tingkat kesuburan subur
sebesar 50 ha sedangkan keadaan umum penggunaan tanah di Desa Sukorejo
dijelaskan pada tabel 9
Tabel 9 Luas Wilayah Desa Sukorejo menurut Penggunaan Tahun 2012
No Penggunaan Luas (ha) Persentase
1 Pemukiman 177.0 17.82
2 Pertanian Sawah
a. Sawah irigasi
b. Sawah setengah teknis
612.0
50.0
61.64
5.03
3 Ladang/Tegalan 35.0 3.52
4 Bangunan 4.5 0.45
5 Rekreasi dan Olahraga 0.6 0.06
Total Luas Desa 992.8 100.00
Sumber: Profil Desa Sukorejo, 2012
Keadaan Pertanian
Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari mempunyai potensi besar dalam
usahatani tanaman pangan seperti padi, jagung dan terutama kedelai serta tanaman
buah-buahan seperti jeruk dan semangka. Pola tanam yang banyak dilakukan oleh
petani di Desa Sukorejo adalah Padi–padi–kedelai. Penanaman kedelai dilakukan
pada Musim Kering II (MK II), yaitu sekitar bulan Juni akhir/Juli awal sampai
dengan September akhir/Oktober awal.
Tabel 10 Jenis dan Produktivitas Tanaman Pangan di Desa Sukorejo Kecamatan
Bangsalsari Tahun 2012
No Pola Tanam Presentase (%)
1 Padi-padi-kedelai 93
2 Padi-padi-jagung 3.02
3 Tebu 3.02
4 Lainnya (Semangka, Jeruk) 0.96
Jumlah 662
Sumber: UPTD Bangsalsari, 2012
Pola tanam terbesar di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari adalah padi-
padi-kedelai atau 93% petani di Desa Sukorejo menanam kedelai. Sedangkan pola
tanam padi-padi-jagung adalah sebesar 3.02% dan tebu juga 3.02%. Lahan tebu
sebesar 20 ha adalah kepemilikan desa.
32
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, konsumen (petani) di Kecamatan Bangsalsari yang
diambil menjadi responden adalah sebanyak 50 orang petani. Petani yang menjadi
responden adalah Petani yang bersedia diwawancarai dengan pengisian kuesioner
dan memenuhi persyaratan pernah menggunakan benih kedelai penangkar Dewi
Ratih dan Jalinan benih antar lapang yang aktif menggunakan atau tidak aktif
menggunakan.Telah disinggung bahwa data penelitian di dalam proses
pengumpulannya seringkali membutuhkan biaya waktu, dan tenaga yang besar,
akan tetapi menurut Umar (2003) data itu menjadi tidak berguna bila alat pengukur
yang digunakan tidak memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Karena itu agar
hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka diperlukan
pengujian validitas dan reliabilitas yang sudah dilakukan pada sejumlah responden.
Responden diminta untuk menyatakan apakah mereka setuju atau tidak setuju pada
faktor yang mempengaruhi atau tidak mempengaruhi pada skala likert. Responden
yang digunakan sejumlah 30 orang di luar responden penelitian. Menurut Umar
(2003) dengan jumlah minimal 30 orang, distribusi skor nilai akan mendekati kurve
normal. Pengujian validitas pada penelitian ini dilakukan menggunakan korelasi
spearman. Nilai korelasi yang dipersyaratkan dalam uji validitas ini apabila lebih
besar atau sama dengan 0.30 (rxy ≥ 0.30) atau nilai signifikansinya ≤ α (α = 0.05),
maka indikator tersebut dianggap valid.
Sedangkan reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan
sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsiten apabila alat ukur digunakan
berulang kali (Umar 2003). Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat
ketepatan alat ukur. Pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan nilai Cronbach
Alpha (α). Kriteria alpha (α) secara umum dinyatakan reliabel jika α ≥ 0.6.
Penelitian ini menggunakan teknik pengukuran reliabilitas Cronbach karena skala
yang digunakan adalah skala Likert (1-5). Skala Likert merupakan skala yang dapat
memperlihatkan tanggapan konsumen terhadap karakteristik suatu produk. Hasil
dari pengujian pada penelitian ini sudah dapat dibilang reliabel karena memiliki
nilai Cronbach Alpha (α) ≥ 0.6 yaitu sebesar 0.730. Hasil output uji validitas dan
reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.
Karakteristik Umum Petani
Dengan mempelajari informasi mengenai karakteristik petani dapat
bermanfaat bagi pihak produsen terutama manajemen produksi dalam hal
penetapan segmentasi, target pasar, dan positioning yang tepat. Segmentasi
memberikan peluang bagi suatu usaha untuk menyesuaikan produk atau jasanya
dengan permintaan konsumen secara efektif.
Umur
Berdasarkan hasil penelitian usia petani di Kecamatan Bangsalsari
Kabupaten Jember didominasi oleh petani yang memiliki umur antara 46–65 dan di
atas 65 tahun sebanyak 30 orang atau sebesar 60 persen. Hal ini menunjukan
mayoritas petani di Kecamatan Bangsalsari merupakan yang sudah tua yang
cenderung memiliki karakteristik sulit dipengaruhi. Pada umumnya petani yang
33
lebih tua memiliki karakteristik dalam usahataninya dengan menggunakan persepsi
sendiri secara turun menurun sesuai dengan budayanya, sehingga sulit untuk
menerima teknologi atau budaya baru dari luar.
Tabel 11 Karakteristik umur petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jemer
pada Bulan Maret – April 2014
No Kategori Umur Jumlah Presentase (%)
1 20–45 Tahun 20 40
2 46–56 Tahun 17 34
2 57–65 Tahun 11 22
4 > 65 Tahun 2 4
Jumlah 50 100
Pendidikan Berdasarkan pada karakteristik pendidikan mayoritas petani di kecamatan
Bangsalsari telah mengikuti pendidikan secara formal. Akan tetapi, tingkat
pendidikan formal didominasi oleh lulusan Sekolah Dasar sekitar 21 orang atau 46
persen. Semakin banyak rendahnya pendidikan akan berpengaruh pada rendahnya
tingkat pengetahuan petani. Dibutuhkan tingkat pengetahuan dan tingkat
pengalaman yang tinggi agar petani dapat memilih benih unggul secara selektif.
Tingkat pendidikan petani berhubungan pada kecepatan dan tingkat pemahaman
informasi petani pada saat penyuluhan lapang dengan baik. Hal ini berdampak pada
kinerja dari pelaksanaan kegiatan usahatani.
Tabel 12 Karakteristik pendidikan petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten
Jember pada Bulan Maret – April 2014
No Kategori Pendidikan Jumlah Presentase (%)
1 Tidak Sekolah 3 6
2 SD / Sederajat 21 42
3 SMP / Sederajat 10 20
4 SMA / Sederajat 12 24
5 Perguruan Tinggi 4 8
Jumlah 50 100
Pendapatan
Karakteristik pendapatan merupakan suatu patokan bagi petani dalam
menjalankan kegiatan usahataninya. Tingkat pendapatan usahatani sangat
berhubungan dengan pengadaan input yang digunakan baik kualitas dan kuantitas.
Luas tanam dan produktivitas usahatani juga mempengaruhi tingkat pendapatan
petani. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian di Kecamatan Bangsalsari dapat
diketahui bahwa tingkat pendapatan usahatani pada tingkat pendapatan antara 5
Juta-10 Juta Rupiah yaitu sebanyak 19 orang atau 38 persen. Tingkat pendapatan di
bawah 5 Juta Rupiah sebanyak 11 orang atau 22 persen. Pada tingkat pendapatan
10 Juta–15 Juta rupiah dan pendapatan lebih dari 15 juta Rupiah sebanyak 20 orang
atau 40 persen. Petani dengan pendapatan di bawah 5 Juta Rupiah memiliki luas
lahan rata–rata 0.35 Ha dengan produktivitas 1.743 ton/ha. Petani dengan
pendapatan 5 Juta–10 Juta Rupiah memiliki rata–rata luas lahan 0.56 Ha dengan
34
produktivitas 1.772 ton/ha. Petani dengan pendapatan 10 Juta–15 Juta Rupiah
memiliki rata–rata luas lahan 0.93 Ha dan produktivitas 1.976 ton/ha. Sedangkan
pada tingkat pendapatan lebih dari 15 Juta Rupiah memiliki rata–rata luas lahan
1.78 Ha dengan produktivitas 1.595 ton/ha. Data informasi luas lahan dan
produktivitas yang dimiliki petani menunjukkan bahwa adanya manfaat
penggunaan benih kedelai berkualitas. Petani dengan luas lahan yang luas belum
tentu memiliki produktivitas yang tinggi juga. Sebaliknya, petani dengan luas lahan
yang kecil juga memiliki pendapatan dan produktivitas yang tinggi.
Tabel 13 Karakteristik pendapatan petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten
Jember pada Bulan Maret–April 2014
No Kategori Pendapatan Usahatani Jumlah Presentase (%)
1 < 5 Juta Rupiah 11 22
2 5 – 10 Juta Rupiah 19 38
3 10 – 15 Juta Rupiah 10 20
4 >15 Juta Rupiah 10 20
Jumlah 50 100
Status Kepemilikan Lahan
Karakteristik kepemilikan lahan merupakan suatu identitas lahan yang
dimiliki seseorang. Adanya status kepemilikan lahan ini akan berpengaruh pada
kegiatan pengelolaan lahan usahatani seperti persiapan pengadaan input pertanian
salah satunya yaitu dalam pemilihan benih unggul yang akan digunakan pada
masing–masing pemilik lahan. Dari hasil penelitian mayoritas petani di Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember yaitu sebanyak 38 orang atau 76 persen merupakan
pemilik lahan sendiri sekaligus penggarap. Petani yang memiliki lahan sendiri
sekaligus penggarap akan mempermudah dalam kegiatan usahataninya terutama
dalam pemilihan benih unggul. Petani akan lebih mengerti kondisi dan keadaan
lahan yang dimilikinya, sehingga saat memilih benih akan disesuaikan dengan
kondisi eksternal lahan seperti kadar tanah, suhu, cuaca, dan lain sebagainya.
Sedangkan sebanyak 5 orang atau 10 persen adalah menyewa dan sebanyak 4 orang
atau 8 persen ialah lahan milik sendiri sekaligus menggarap serta menyewa lahan
orang lain. Status kepemilikan lahan milik sendiri tanpa menggarap paling sedikit
yaitu 3 orang atau 6 persen.
Tabel 14 Karakteristik status kepemilikan lahan petani di Kecamatan Bangsalsari
Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014
No Kategori Status Kepemilikan Lahan Jumlah Presentase (%)
1 Milik Sendiri Sekaligus Penggarap 38 76
2 Milik Sendiri Tanpa Menggarap 3 6
3 Sewa 5 10
4 Milik Sendiri,Sekaligus menggarap dan
Sewa
4 8
Jumlah 50 100
35
Proses Keputusan Pembelian dan Pemilihan Benih Unggul Kedelai
Setelah mengetahui karakteristik konsumen (petani) yang memiliki
keberagaman juga diperlukan pengetahuan produsen terhadap petani saat menjalani
proses pengambilan keputusan dalam memilih benih unggul. Proses pengambilan
keputusan memiliki beberapa tahap yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan pasca pembelian. Produsen
benih harus mengetahui proses keputusan pembelian agar dapat mengetahui tujuan
dan motivasi konsumen (petani) untuk membeli benih kedelai. Produsen dapat
mengetahui kriteria utama apa yang dipilih, mengetahui sumber informasi utama
yang paling mempengaruhi, mengetahui sikap petani jika terdapat perubahan dari
produsen baik harga maupun ketersediaan, serta perilaku dan sikap petani setelah
melakukan pembelian dan penggunaan. Hal–hal seperti ini akan membantu
produsen benih baik penangkar maupun pemerintah dalam menyusun strategi
pemasaran dan kebijakan dalam memenuhi kebutuhan benih kedelai. Hasil dan
pembahasan pada proses pengambilan keputusan dapat dilihat dari uraian berikut.
Pengenalan Kebutuhan
Proses pengenalan kebutuhan perlu diketahui oleh pemerintah maupun
penangkar benih untuk mengetahui hal yang memicu dan yang paling
mempengaruhi petani dalam meningkatkan minat beli mereka. Proses pengambilan
keputusan tersebut juga dapat digunakan sebagai rencana strategi pemasaran untuk
pihak penangkar benih maupun pemertintah dalam memasarkan benih maupun
memenuhi kebutuhan benih petani yang sesuai dengan keinginannya.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa motivasi tertinggi
petani dalam melakukan usahatani kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten
Jember ialah untuk memperoleh keuntungan (Tabel 15) sejumlah 39 orang atau 78
persen. Walaupun alasan petani melakukan kegiatan usahataninya untuk
memperoleh keuntungan akan tetapi petani juga memperhitungkan sebagian
keuntungan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga pribadinya. Motivasi utama
petani dalam mencari keuntungan karena pada dasarnya petani melakukan usaha
dengan mencari keuntungan yang maksimal.
Tabel 15 Motivasi petani dalam melakukan usahatani kedelai di Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014
No Alasan atau Motivasi Jumlah Presentase (%)
1 Memperoleh Keuntungan 39 78
2 TurunMenurun 10 20
3 Memenuhi Kebutuhan Sendiri 1 2
Jumlah 50 100
Selain mendapatkan keuntungan, secara tidak langsung hasil dari kegiatan
usahatani digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup petani beserta keluarganya
dalam mencukupi kebutuhan pribadi. Kebutuhan pribadi sangat banyak, baik untuk
kebutuhan pendidikan, kebutuhan sandang, pangan, papan serta kebutuhan biaya
dalam berusahatani. Semakin besar keuntungan yang diperoleh petani, semakin
baik bagi kehidupan petani. Keputusan petani dalam memilih varietas unggul dan
36
bersertifikat pun menjadi hal yang penting bagi petani untuk memilih varietas benih
unggul yang bersertifikat dengan harapan memberikan hasil panen yang tinggi
(Tabel 16). Jika hasil panen tinggi kemungkinan besar pendapatanpun tinggi.
Tabel 16 Motivasi petani berdasarkan alasan menggunakan benih unggul kedelai
di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April
2014
No Alasan Menggunakan Benih Kedelai
Bersertifikat
Jumlah Presentase (%)
1 Hasil panen yang lebih tinggi 45 90
2 Waktu Panen lebih cepat 5 10
Jumlah 50 100
Pencarian Informasi
Setelah konsumen (petani) telah memahami kebutuhannya, konsumen akan
terpicu untuk mencari informasi lebih mendalam mengenai suatu produk. Informasi
yang didapatkan petani dapat melalui produsen, toko sarana produksi, keluarga,
ataupun teman sesama petani. Informasi yang didapatkan oleh petani akan
mempengaruhi psikologi petani dalam memilih benih kedelai. Hal tersebut juga
harus diketahui oleh produsen maupun pemerintah sebagai pengetahuan mereka
dalam pemilihan strategi pemasaran. Salah satu strategi pemasaran pada analisis
tersebut yaitu citra dari merek benih unggul yang dihasilkan produsen. Produsen
benih harus dapat mengkomunikasikan produk benih kepada sumber informasi agar
memiliki citra positif yang baik untuk digunakan melalui strategi promosi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 17 beberapa sumber
informasi yang didapatkan oleh petani dalam memilih benih unggul kedelai. Dari
data yang didapat terlihat bahwa 44 petani atau 88 persen petani mendapatkan
sumber informasi dari teman sesama petani maupun PPL (Pembina Penyuluh
Lapang). PPL dan teman sesama petani sangat mempengaruhi petani dalam
memilih varietas benih unggul. Petani akan memilih benih unggul baik dari mutu,
fitur dan kualitas, terlebih lagi benih memiliki sertifikasi sehingga meyakinkan
petani dalam memilih benih unggul. PPL dan teman sesama petani memiliki peran
utama dalam memberikan informasi terhadap petani untuk dijadikan pertimbangan
dalam memilih dan membeli merek benih unggul.
Tabel 17 Sebaran presentase petani berdasarkan sumber mendapatkan informasi
benih unggul kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada
BulanMaret- April 2014
No Sumber Informasi Jumlah Presentase (%)
1 Produsen benih 2 4
2 Toko/ Kios 2 4
3 PPL 22 44
4 Kelompok Tani 22 44
5 Teman 2 4
6 Keluarga 0 0
Jumlah 50 100
37
Evaluasi Alternatif
Setelah mendapatkan dan mengolah informasi mengenai produk benih
unggul yang didapat, tahap selanjutnya ialah melakukan proses penilaian dan
evaluasi. Proses penilaian dilakukan dengan melakukan pertimbangan dari sikap
petani yang telah mempengaruhinya. Petani akan menilai atribut produk dari
masing–masing beberapa atribut dari produk yang ada berdasarkan kriteria yang
dianggap relevan dengan kebutuhan yang diperlukan.
Petani yang memiliki pengalaman lebih banyak maka dia akan mudah untuk
menilai tahapan evaluasi alternatif. Salah satu penyebab mudahnya petani untuk
memilih karena pengaruh petani yang memiliki pengalam sebelumnya dan sampai
merekomendasikan benih yang dipakai untuk teman sesama petani yang baru
pemula. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat dilihat pada tabel 18 bahwa,
kriteria utama yang dilakukan oleh semua petani dalam memilih benih unggul ialah
mutu benih. Variabel pada mutu benih sangat mempengaruhi petani dalam
melakukan evaluasi alternatif. Mutu benih menjadi evaluasi pertimbangan utama
karena dalam penggunaan benih bermutu akan membuat hasil panen dan
pendapatan lebih tinggi. Sebanyak 44 petani atau 88 persen petani mengutamakan
kriteria benih bermutu dalam memilih. Sedangkan pada kriteria kedua yang
dijadikan pertimbangan oleh petani ialah untuk memilih benih unggul kedelai
Ketahanan hama penyakit sebesar 30 persen, Harga benih sebesar 9 orang atau 18
persen, serta kemudahan dalam mendapatkan benih sebesar 6 orang atau 12 persen,
sedangkan sisanya yaitu 5 petani atau 10 persen masih ada yang memilih benih
mutu benih kedelai sebagai kriteria kedua.
Tabel 18 Kriteria petani dalam mempertimbangkan pemilihan benih unggul kedelai
di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April
2014
No Kriteria
Pertama
Jumlah Presentase
(%)
Kriteria
Kedua
Jumlah Presentase
1 Mutu benih 44 88 Mutu Benih 5 10
2 Tahan hama 3 6 Tahan hama 30 60
3 Mudah
didapat
0 0 Mudah
didapat
6 12
4 Harga 2 4 Harga 9 18
5 Produsen 1 2 Produsen 0
Jumlah 50 100 Jumlah 50 100
Keputusan Pembelian
Setelah melakukan tahap evaluasi terhadap produk benih yang telah dicari,
konsumen (petani) akan membangun niatan untuk memilih merek atau produk dan
memutuskan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang disukai.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa petani yang
memilih produsen benih bersertifikat yaitu 28 petani atau 56 persen memilih
produsen benih unggul bersertifikat penangkar lokal merek Dewi Ratih dengan
binaan pemerintah daerah. Terdapat 2 petani atau 4 persen petani memilih produsen
benih unggul bersertifikat Sang Hyang Sri milik BUMN. Sedangkan sisanya,
sejumlah 20 petani atau 40 persen memilih benihunggul tetapi tidak berserifikat
atau yang disebut Jabal (Jalinan Benih Antar Lapang)
38
Tabel 19 Presentase penggunaan produsen benih oleh petani di Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014
No Produsen benih Jumlah Presentase (%)
1 Dewi Ratih 28 56
2 Sang Hyang Sri 2 4
3 Jabal 20 40
Jumlah 50 100
Pola tanam yang dilakukan oleh petani kedelai di Kecamatan Bangsalsari
hanya pada musim tanam ketiga dan pada saat kemarau dua. Sehingga pada saat
musim tanam banyak sekali para penangkar yang datang untuk menawarkan
benihnya. Baik benih unggul bersertifikat dari penangkar lokal maupun benih
unggul dari sesama petani, dan penangkar – penangkar benih lainnya. Dari hasil
penelitian (Tabel 20) yang telah dilakukan bahwa sejumlah 34 petani atau 69 persen
melakukan pembelianbenih unggul secara perorangan dan sekitar 15 petani atau 31
persen melakukan pembelian benih kedelai secara kolektif.
Tabel 20 Cara melakukan pembelian benih kedelai di Kecamatan Bangsalsari
Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014
No Cara Pembelian Jumlah Presentase (%)
1 Secara Kolektif 15 31
2 Perorangan 34 69
Jumlah 50 100
Petani yang melakukan pembelian secara kolektif ialah petani yang
memutuskan pembelian secara bersama-sama melalui kelompok tani. Petani yang
membeli secara kolektif melakukan pembelian yang dikoordinir oleh ketua
kelompok tani dan langsung membeli kepada penangkar. Biasanya petani telah
melakukan pemesanan terlebih dahulu sebelum musim tanam. Hal tersebut
dilakukan karena banyaknya pemesanan benih pada saat musim tanam, terkadang
beberapa petani tidak kebagian dan harus membeli pilihan lainnya. Petani yang
lebih memilih melakukan pembelian secara perorangan dikarenakan terkadang
pilihan tiap petani tidak sama dengan pilihan kelompok tani, karena beberapa petani
tidak kebagian benih unggul yang bermutu dan bersertifikat. Akan tetapi beberapa
petani melakukan pembelian secara perorangan karena petani lebih mempercayai
pada benih pilihan sendiri. Petani memilih membeli sendiri pada benih unggul yang
dapat di kualifikasi sendiri, selain itu petani juga lebih memilih membeli sendiri
karena ingin membeli benih di toko terdekat atau membeli kepada sesama petani.
Selain menghemat biaya transportasi, petani lebih percaya terhadap pilihan
benihnya sendiri.
39
Hasil Setelah Pembelian
Tahap proses keputusan petani dalam memilih benih unggul tidak hanya
berakhir pada proses keputusan pembelian. Setelah melakukan pembelian, petani
akan mengevaluasi hasil pembelian yang dilakukan. Petani akan mengalami level
kepuasan ataupun tidak puas kepada produk benih yang telah diputuskan untuk
dibeli. Pada saat inilah produsen benih seperti penangkar benih harus mengerti
bagaimana perilaku pembeli pasca pembelian. Apabila terjadi sesutu pada produk
kedelai apakah keadaan pasar akan konsisten. Kekonsistenan petani akan membeli
lagi juga dapat dipengaruhi oleh harga yang meningkat ataupun ketersediaan benih
yang tidak dapat dipenuhi. Harga dari suatu benih unggul kedelai yang bersertifikat
dan memiliki bukti fisik yang bermutu dan baik akan mempertahankan petani untuk
tetap membeli. Oleh karena itu jika ada kenaikan harga pada benih unggul kedelai
yang bersertifikat maupun tidak jika menghasilkan produksi yang tinggi dan baik,
akan membuat petani untuk melakukan pembelian ulang. Apabila benih kedelai
unggul yang digunakan tidak memberikan kepuasan baik dari segi produksi
maupun ketahanan, petani akan mencoba produk lain dan akan berpindah produsen.
Dari hasil peneliatan dapat dilihat pada Tabel 21 bahwa dengan kondisi kenaikan
harga atas benih yang di pilih oleh petani sebanyak 29 orang atau 58 persen tetap
membeli benih. Sedangkan pada 21 orang atau sebesar 42 persen petani lebih
memilih produsen lain. Petani yang memilih produsen lain biasanya memiliki rasa
kurang puas atas benih unggul yang telah digunakan sebagai bahan input
usahataninya.
Tabel 21 Tindakan petani terhadap kondisi kenaikan harga atas benih di Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014
No Tindakan Jumlah Presentase (%)
1 Tetap Membeli 29 58
2 Mencari Alternatif ProdusenLain 21 42
Jumlah 50 100
Tidak hanya pengaruh harga pada benih unggul, Pemerintah maupun
produsen benih juga harus mengetahui pengaruh jika persediaan dari benih unggul
susah didapatkan untuk memenuhi kebutuhan benih yang diinginkan oleh
konsumen. Petani bisa saja mencari benih unggul di tempat lain dengan produsen
benih unggul yang sama, atau lebih membeli benih dari produsen lain, karena benih
sangat dibutuhkan petani sebelum peralihan musim tanam kedelai. Dari hasil
penelitian pada tabel 22 dapat dilihat bahwa sejumlah 28 petani atau 56 persen
petani jika produsen benih unggul tidak dapat menyediakan benih unggul maka
petani akan membeli benih kepada produsen lain. Sedangkan sisanya yaitu 22
petani atau sebesar 44 persen petani akan tetap mencari produk benih yang biasanya
dibeli di tempat lain. Hal ini menjelaskan bahwa ketersediaan benih juga
mempengaruhi petani dalam memilih benih unggul. Petani yang membeli di
produsen lain kebanyakan petani yang ingin cepat mulai menanam kedelai pada
musim tanamnya, sehingga cepat panen tanpa melihat prediksi hasil produksi.
Sedangkan petani yang masih mencari produk benih yang biasa ditanam ialah
petani yang ingin hasil produknya sama dengan hasil panennya yang sebelumnya,
karena petani tahu bahwa kualitas benihnya akan menghasilkan produksi yang
40
tinggi dan mutu yang baik. Sehingga meskipun tidak cepat panen akan tetapi
produksi kedelai yang dihasilkan sesuai dengan keinginannya.
Tabel 22 Tindakan petani terhadap kondisi ketersedian benih kedelai yang
digunakan di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan
Maret–April 2014
No Tindakan Jumlah Presentase (%)
1 Mencari di Tempat Lain 22 44
2 Membeli Produsen Lain 28 56
Jumlah 50 100
Setelah melakukam proses pembelian, petani akan memberikan sikap
terhadap produk benih yang digunakan dengan harapan yang diinginkan petani,
dengan kinerja dari suatu produk. Kinerja suatu produk dan harapan dari petani
akan membentuk suatu sikap yang akan merangsang petani untuk membeli lagi atau
tidak.
Tabel 23 Sikap petani terhadap produk benih kedelai yang digunakan di Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014
No Sikap Jumlah Presentase (%)
1 Puas 45 90
2 Tidak Puas 5 10
Jumlah 50 100
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 23 menunjukkan bahwa sekitar 45
petani atau sebesar 90 persen telah puas menggunakan benih unggul terutama dari
penangkaran binaan Pemerintah Daerah yaitu Dewi Ratih. Kepuasan yang
dirasakan beberapa petani masih hanya sekedar kepuasan dari produk itu sendiri,
karena produk dari benih unggul dapat menghasilkan produksi yang baik. Tetapi
kepuasan belum tentu menentukan konsumen akan membeli kembali. Hal ini
dikarenakan ketersediaan benih dari penangkar yang masih kurang dan membuat
petani merasa kurang puas terhadap kinerja produsen benih. Ketersediaan benih
yang kurang membuat petani membeli dan mencoba produk lain, sehingga saat
konsumen mencoba dan dirasakan sesuai dengan harapan maka dia akan merasa
puas.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Petani dalam
Memilih Benih Unggul Kedelai
Setelah mengetahui proses keputusan petani dalam memilih dan membeli
benih unggul kedelai, produsen harus mengetahui, faktor–faktor apa saja yang
mempengaruhi dalam proses pembelian. Perilaku petani dalam memilih benih
unggul ketika melakukan pembelian dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut
Engel et al.(1994), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
yaitu faktor pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis.
Untuk itu dilaksanakan analisis faktor yang mempengaruhi petani dalam memilih
varietas benih unggul kedelai terutama yang membeli dan menggunakan benih
41
unggul kedelai milik penangkar atau produsen Dewi Ratih. Analisis ini digunakan
dengan tujuan untuk mengetahui urutan dari faktor yang paling mendasari
pemilihan petani terhadap benih unggul kedelai hingga faktor yang kurang
mempengaruhi. Dengan mengetahui informasi tersebut pihak penangkar dapat
memperbaiki atau memberikan strategi pada faktor yang kurang menjadi
pertimbangan, sehingga dapat secara efektif menyusun strategi pemasaran.
Variabel yang diduga sebagai pertimbangan bagi petani dalam proses
pemilihan dan pembelian benih unggul kedelai di analisis menggunakan analisis
faktor. Analisis tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan
korelasi dari variabel yang saling berpengaruh, dapat mereduksi variabel-variabel
tersebut menjadi lebih sederhana yang dibentuk menjadi hanya beberapa faktor
utama tapi tetap menggambarkan variabel aslinya. Metode analisis tersebut
menggunakan metode ekstraksi Principal Component Analysis (PCA), sehingga
variabel-variabel keputusan pembelian benih unggul kedelai di penangkar Dewi
Ratih dapat diringkas dengan beberapa faktor yang penting dan yang paling
mempengaruhi keputusan.
Menurut Santoso (2006) sebelum melakukan analisis faktor lebih lanjut
terdapat asumsi-asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu, yaitu :
1. Korelasi antar variabel independen. Korelasi antar variabel independen
harus cukup kuat yaitu > 0.5 yang dapa dilihat dari nilai KMO
2. Korelasi antar dua variabel dengan menganggap tetap variabel lain harus
kecil. Pada SPSS, deteksi terhadap korelasi tersebut dapat dilihat pada
Anti-image Matrices.
3. Pengujian seluruh matriks korelasi (korelasi antar variabel), diukur
dengan besaran Bartlett’s Test of Sphericity atau Measure Sampling
Adequecy (MSA). Pengujian ini mengharuskan adanya korelasi yang
signifikasi diantara paling sedikit beberapa variabel.
Variabel yang mempengaruhi keputusan dipengaruhi oleh beberapa
variabel yang dianggap berkaitan. Beberapa variabel yang dipertimbangkan diambil
menurut Engel et al. (1994) dan hasil survey turun lapang dari pihak terkait terdapat
16 variabel yang terdiri dari variabel pendapatan usahatani (X1), Keluarga (X2),
Tokoh yang disegani (X3), Pengeluaran Rumah Tangga Pribadi (X4), Teman
sesama petani (X5), Mutu dan Kualitas Benih (X6), Harga (X7), Promosi (X8),
Warna Kemasan (X9), Desain Kemasan (X10), Tanggal Kadaluarsa (X11),
Penampakan benih dalam kemasan (X12), Warna Kulit Biji (X13), Umur Panen
(X14), Bentuk Biji (X15), Daya Tumbuh (X16).
Langkah pertama yang dilakukan dalam mengolah data dengan
menggunakan analisis faktor ialah dengan menentukan terlebih dahulu variabel-
variabel yang akan dianalisis. Enam belas variabel yang telah ditentukan harus
diolah kelayakannya apakah telah memenuhi persyaratan. Hal ini dapat dilakukan
dengan melihat nilai Kaiser-Meyer-Olkim (K-M-O) Measure of Sampling
Adequacy (MSA) harus bernilai lebih dari 0.5 dengan signifikansi <0.05. Dilihat
dari hasil output pengolahan dari analisis faktor diperoleh nilai KMO sdebesar
0.675 dan signifikansi 0.000 yang dapat dilihat pada Lampiran 1, Data hasil output
tersebut telah memenuhi syarat sehingga dapat dilakukan analisis berikutnya.
Setelah melakukan analisis KMO dan signifikansi, enam belas variabel
yang telah ditentukan dianalisis untuk mengetahui variabel mana yang dapat
diproses lebih lanjut dan variabel mana yang harus dikeluarkan. Hail output
selanjutnya dapat dilihat pada Anti-image Correlation dan akan terlihat angka yang
42
memiliki tandan ‘a’ serta membentuk diagonal dari kiri atas ke kanan bawah yang
merupakan angka dari MSA dan harus diatas 0.5. Hasil pengolahan data
menunjukan bahwa 16 variabel telah memenuhi syarat nilai MSA yang harus di
atas 0.5 sehingga ke enam belas variabel tersebut telah layak dan dapat dilakukan
proses analisis faktor berikutnya. Hasil output Anti-image Matrices dapat dilihat
pada Lampiran 2 atau dapat dilihat pada ringkasan nilai MSA pada tabel 24.
Tabel 24 Ringkasan Nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA)
Variabel Nilai M-S-A
Pendapatan 0.733
Keluarga 0.812
Tokoh yang disegani 0.542
Pengeluaran Rumah Tangga Pribadi 0.762
Teman Sesama Petani 0.618
Mutu benih 0.631
Harga 0.675
Promosi 0.520
Warna Kemasan 0.763
Desain Kemasan 0.701
Tanggal Kadaluarsa 0.594
Penampakan benih dalam kemasan 0.718
Warna Kulit Biji 0.763
Umur Panen 0.560
Bentuk Biji 0.653
Daya Tumbuh 0.645
Langkah selanjutnya ialah dapat dilihat pada hasil output yaitu tabel
Communalities yaitu jumlah dari kuadrat masing-masing nilai Loading Factor.
Nilai Communalities menunjukkkan seberapa kuat hubungan atau korelasi dengan
faktor yang terbentuk. Semakin besar nilai Communalities maka akan semakin kuat
hubungannya, jika nilai semakin kecil maka akan semakin lemah hubungannya.
Pada hasil output yang didapatkan, nilai Communalities pada variabel desain
kemasan (X10) yaitu dengan nilai sebesar 0.790 yang dapat diartikan bahwa
variabel desain kemasan dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Sedangakan
nilai Communalities terkecil terdapat pada variabel teman sesama petani (X5)
dengan nilai hasil output sebesar 0.350 yang artinya dapat dijelaskan sebesar 35
persen. Hasil output dapat dilihat pada Lampiran 3 dan ringkasan nilai
Communalities pada tabel 25.
43
Tabel 25 Ringkasan nilai Communalities
Variabel Nilai Communalities
Desain Kemasan 0.790
Pengeluaran Rumah Tangga Pribadi 0.779
Warna Kemasan 0.775
Tanggal Kadaluarsa 0.773
Harga 0.750
Keluarga 0.748
Daya Tumbuh 0.717
Umur Panen 0.648
Penampakan Benih dalam Kemasan 0.587
Mutu 0.578
Bentuk Biji 0.566
Warna Kulit Biji 0.523
Pendapatan 0.522
Promosi 0.510
Tokoh yang disegani 0.437
Teman Sesama Petani 0.350
Langkah pengolahan berikutnya adalah pengelompokkan 16 variabel
tersebut menjadi beberapa faktor utama yang lebih ringkas dimana pada faktor yang
tiap faktor yang terbentuk memiliki sejumlah variabel yang berkorelasi positif. Hal
ini dapat dilihat pada tabel hasil output Total Variance Explained pada Lampiran 4.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa faktor yang terbentuk adalah sebanyak
empat faktor dengan nilai eigenvalues lebih dari satu. Eigenvalues menunjukkan
kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varian pada 16
variabel yang dianalisis. Hal tersebut menunjukkan terdapat empat faktor utama
yang mempengaruhi keputusan petani dalam pembelian benih unggul kedelai.
Faktor-faktor tersebut dapat menjelaskan keragaman data sebesar 62.833 persen
dari total keseluruhan faktor-faktor yang mempengauhinya.
Dari empat faktor utama yang telah dihasilkan tersebut, maka dapat dilihat
hasil ekstraksi 16 variabel menjadi empat faktor pada tabel Component Matrixa
yang melalui nilai Loading factor. Loading factor menunjukkkan besarnya korelasi
antara masing-masing variabel pada Faktor 1, Faktor 2, Faktor 3, Faktor 4. Dengan
melihat nilai Loading factor, suatu variabel terlihat akan masuk ke dalam faktor
berapa. Namun hasil output yang diperlihatkan pada Tabel Component Matrixa
terlihat pada Lampiran 5, masih sangat sulit merepresentatifkan atau menyatakan
variabel-variabel tersebut dikarenakan adanya perbedaan yang tidak terlalu
signifikan antara beberapa nilai loading factor sehingga diperlukan perbesaran nilai
melalui proses rotasi.
Metode rotasi yang digunakan pada penelitian ini adalah varimax. Hasil dari
proses rotasi dapat menggambarkan korelasi dari variabel secara jelas dan
memberikan kemudahan dalam merpresentasikan faktor yang terbentuk. Variabel
yang akan masuk pada tiap-tiap faktor ditentukan dengan cara membandingkan
besarnya korelasi pada setiap baris. Nilai Loading factor diatas 0.5
mengindikasikan adanya korelasi yang kuat sedangkan jika dibawah 0.5 akan
mengindikasikan adanya korelasi lemah. Tiap variabel dari faktor yang terbentuk
sebaiknya memenuhi syarat angka pembatas (cut point) di atas 0.5 agar variabel
44
dapat secara nyata masuk kedalam sebuah faktor. Hasil output proses rotasi dapat
dilihat pada Lampiran 6.
Hasil rotasi yang di dapatkan, dari 16 variabel telah memenuhi syarat
sehingga seluruhnya dapat dimasukkan kedalam tiap-tiap faktor yang terbentuk.
Faktor 1 terdiri dari variabel X2, X3, X4, X9, X10. Faktor 2 terdiri dari variabel
X1, X7, X8, X11. Faktor 3 terdiri dari X5, X6, X16 dan Faktor 4 terdiri dari variabel
X12, X13, X14, X15. Hasil pengelompokkan variabel terhadap faktor dapat dilihat
pada tabel 26.
Tabel 26 Hasil analisis faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih
benih unggul kedelai pada produsen atau penangkaran Dewi Ratih
Nama Faktor Eigenvalue Varian
(%)
Variabel Nilai
Communalities
Pengaruh
Lingkungan
4.761 29.755 Desain Kemasan
(X10)
0.865
Pengeluaran Rumah
Tangga Pribadi (X4)
0.855
Warna Kemasan (X9) 0.798
Keluarga (X2) 0.782
Tokoh disegani (X3) 0.478
Proses psikologis 2.354 14.712 Tanggal Kadaluarsa
(X11)
0.857
Harga (X7) 0.769
Promosi (X8) 0.673
Pendapatan (X1) 0.543
Pembelajaran 1.817 11.354 Mutu (X6) 0.706
Daya tumbuh (X16) 0.652
Teman sesama petani
(X5)
0.520
Produk 1.122 7.013 Penampakan benih
dalam Kemasan
(X12)
0.711
Bentuk biji (X15) 0.704
Warna kulit biji (X13) 0.642
Umur panen (X14) 0.212
Pengaruh Lingkungan
Dari hasil data pengolahan analisis faktor, dapat diketahui bahwa faktor
pertama yang paling mempengaruhi proses keputusan petani dalam memilih dan
membeli benih unggul kedelai pada penangkaran Dewi Ratih terdapat lima variabel
yang saling berkorelasi positif. Faktor pertama dengan dengan nama faktor
Pengaruh lingkungan dengan memiliki nilai eigenvalue terbesar yaitu 6.862 serta
mampu menerangkan keragaman data sebesar 2.755 persen. Kelima variabel yang
saling berkorelasi positif ialah variabel desain kemasan (X10) dengan memiliki
nilai loading factor terbesar yaitu sebesar 0.865, variabel pengeluaran rumah tangga
pribadi (X4) dengan nilai loading factor sebesar 0.855, variabel warna kemasan
(X9) dengan nilai loading factor sebesar 0.798, variabel keluarga (X2) nilai loading
factor sebesar 0.782 dan variabel tokoh yang disegani dengan loading factor
sebesar 0.478.
45
Pengaruh lingkungan sangat mempengaruhi keputusan petani dalam
memilih keputusan karena salah satu yang mempengaruhi petani dalam pemilihan
benih kedelai yaitu dilihat dari desain kemasan dan warna kemasan. Pada
kenyataannya saat di lapang, ada beberapa petani yang sudah tua dan lupa atas
nama produsen atau penangkar benih yang sering digunakan oleh petani. Biasanya
petani lebih berkecenderungan menerangkan pembungkus benih dengan
menerangkan ciri-ciri kemasan milik Dewi Ratih yang memiliki ciri-ciri warna
bening atau karung berwarna putih dengan gambar Ratu Dewi Ratih. Ratu Dewi
Ratih ialah gambar Ratu Cantik yang berasal dari Lagenda Kota Banyuwangi.
Keikutsertaan keluarga dan tokoh yang disegani sebagai salah satu faktor pengaruh
pribadi yang dapat memberikan saran atau pengaruh dalam pemilihan benih unggul.
Proses psikologis
Faktor kedua yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih dan
membeli benih unggul kedelai pada penangkaran Dewi Ratih disebut dengan faktor
proses psikologi. Pada faktor kedua memiliki empat variabel yang saling
berkorelasi positif dengan nilai eigenvalue sebesar 2.354 dan mampu menerangkan
keragaman data sebesar 14.712 persen. Keempat variabel tersebut adalah Tanggal
Kadaluarsa (X11) dengan nilai loading factor terbesar yaitu 0.857, Harga (X7)
dengan nilai loading factor sebesar 0.769, Promosi (X8) dengan nilai loading factor
sebesar 0.673, Pendapatan (X1) dengan nilai loading factor sebesar 0.543.
Menurut Engel et al.(1994 dan 1995), salah satu faktor yang mempengaruhi
keputusan konsumen (petani) ialah proses psikologi terutama dalam pemrosesan
informasi. Tanggal Kadaluarsa umumnya diketahui oleh petani pada bungkus
kemasan benih, atau label yang tertera pada kemasan. Keunggulan benih unggul
bersertifikat ialah memiliki kejelasan design kemasan, memudahkan petani untuk
melihat merek maupun tanggal kadaluarsa. Akan tetapi banyak petani yang masih
tidak mengerti letak penulisan tanggal kadaluarsa, bahkan masih ada petani yang
belum bisa membaca atau mengerti letak tanggal kadaluarsa. Hal tersebut terkadang
membuat petani mengeluhkan hasil produksi kedelai. Jika petani tidak mengerti
tanggal kadaluarsa dari benih yang dijual, akan membuat hasil produksi rendah dan
pencitraan pada produsen yang berkurang. Karena meskipun benih tersebut
memiliki mutu tinggi dan memiliki citra tahan terhadap hama penyakit, benih tetap
tidak dapat tumbuh dengan baik.
Pada variabel harga jika harga tinggi maka sebagian petani akan tetap
membeli benih yang memiliki kualitas baik untuk meningkatkan hasil panen dan
pendapatannya. Sebagian petani juga mempertimbangkan bahwa jika ada benih
kedelai yang memiliki kualitas baik dengan harga yang lebih rendah maka petani
akan memilihnya. Situasi harga seperti ini akan mempengaruhi petani dalam proses
pengambilan keputusan dan sangat berhubungan dengan pendapatan usahatani
yang dihasilkan oleh petani. Setelah petani mendapatkan pendapatan yang tinggi
dari hasil usahataninya, petani cenderung membeli kembali benih yang digunakan
untuk berusahatani tanpa melihat harga inputnya demi menghasilkan output yang
semaksimal mungkin.
Petani lebih memilih mencoba benih sendiri agar lebih mantap dan percaya
untuk memutuskan pembelian. Promosi dapat dilakukan oleh penangkar melalui
media percobaan yang dapat ditunjukkan hasilnya langsung kepada petani. Hal
tersebut akan lebih meyakinkan petani dalam memilih benih. Strategi promosi
46
seperti pemberian benih percobaan secara cuma–cuma akan lebih meyakinkan
petani untuk memilih produk.
Pembelajaran
Faktor ketiga dinamakan dengan faktor pembelajaran yang memiliki nilai
eigenvalue sebesar 1.817 dan mampu menerangkan keragaman data sebesar 11.354
persen. Terdapat tiga variabel yang saling berkorelasi positif, yaitu variabel Mutu
(X6) dengan memiliki nilai loading factor terbesar yaitu sebesar 0.706, variabel
Daya tumbuh (X16) dengan nilai loading factor sebesar 0.652, variabel Teman
sesama petani (X5) dengan nilai loading factor sebesar 0.520.
Variabel yang paling berpengaruh pada faktor ini ialah variabel Mutu. Hal
ini dikarenakan pada variabel mutu benih sangat mempengaruhi petani dalam
melakukan evaluasi alternatif. Mutu benih menjadi evaluasi pertimbangan utama
karena dalam penggunaan benih bermutu akan membuat hasil panen dan
pendapatan lebih tinggi. Benih yang bermutu akan memiliki daya tumbuh yang
baik.
Daya tumbuh benih bisa dilihat dari ciri–ciri fisik benih dan kadar air yang
rendah. Saat dilapang, cara petani untuk mengetahui daya tumbuh suatu benih
dengan cara memilih benih yang memiliki kadar air rendah dengan cara menggigit
benih apabila benih keras dan renyah maka benih itu dapat ditanam karena memiliki
kadar air yang rendah. Jika Kadar air tinggi benih yang digigit tidak patah dan hanya
mengempis, ini menandakan bahwa benih memiliki kadar air tinggi yang
menyebabkan benih mudah membusuk dan tidak dapat ditanam. Semakin kering
benih akan semakin baik untuk di tanam dan diprediksi memiliki daya tumbuh
sekitar 90 persen. Biasanya petani menguji daya tumbuh benih dengan melakukan
uji tanam sebelum digunakan dan disebar.
Sumber informasi sesama teman petani mamiliki pengaruh yang penting
dalam memutuskan pembelian benih oleh petani. Hal ini disebabkan karena petani
yang satu dengan yang lain memiliki pembelajaran dari sebuah pengalaman yang
berbeda. Jika salah satu petani telah mencoba produksi benih dengan hasil dan
kualitas yang baik, maka teman sesama petani akan merekomendasikan kepada
konsumen (petani) untuk membeli. Jika petani memiliki pengalaman gagal panen
karna hasil yang kurang baik, menyebabkan petani enggan untuk membeli benih
sebelumnya. Hal ini menyebabkan produk dari merek benih yang membuat gagal
panen bisa menurun karena sumber informasi dengan pencitraan yang kurang baik.
Faktor Produk
Faktor keempat yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih dan
membeli benih unggul kedelai pada penangkaran Dewi Ratih disebut dengan faktor
Produk. Faktor ini memiliki milai eigenvalue sebesar 1.122 serta mampu
menerangkan keragaman data sebesar 7.013 persen. Faktor ini tersusun atas empat
variabel yang saling berkorelasi secara positif, yaitu variabel Penampakan benih
dalam Kemasan (X12) dengan memiliki nilai loading factor sebesar 0.711, variabel
Bentuk biji (X15) dengan nilai 0.704, variabel Warna kulit biji (X13) dengan nilai
0.642, variabel Umur panen (X14) dengan nilai 0.212.
Variabel yang menjadikan pertimbangan petani dalam memilih benih ialah
dengan melihat kenampakan benih saat di dalam kemasan. Petani lebih memilih
benih yang memiliki kemasan transparan, karena sebelum memilih petani bisa
melihat benih dari luar. Beda dengan benih yang memiliki kemasan dari karung
47
putih atau coklat, petani masih harus membuka kemasan hal ini memperlambat
petani dalam pemilihan benih. Penangkar Dewi Ratih menggunakan kemasan
transparan dan kemasan berwarna putih sehingga memudahkan petani dalam
melakukan pemilihan, namun terkadang mengalami kesusahan karena masih harus
membuka kemasan yang tidak transparan untuk melihat secara langsung fisik dari
benih kedelai.
Terkadang jika petani tidak terburu-buru untuk melakukan pembelian,
petani tidak hanya melihat penampakan benih hanya dalam kemasan tetapi melihat
mutu benih melalui mutu genetik, mutu fisik maupun fisiologis. Umur benih masuk
dalam variabel yang mempengaruhi petani dalam memilih benih. Benih yang biasa
digunakan oleh petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember ialah benih
kedelai berumur sekitar 80-90 hari. Petani mencari benih yang berumur sekitar 80
– 90 hari karena pola tanam kedelai dimulai pada musim kemarau dua yang di mulai
dari bulan Juni sampai Agustus. Variabel selanjutnya yaitu bentuk biji, bentuk biji
yang dipilih adalah yang rata. Bentuk biji yang bulat harus bulat penuh, jika lonjong
harus lonjong penuh dan mulus. Pada variabel warna kulit biji yang biasa digunakan
oleh petani ialah yang berwarna kuning cerah, bersih, dan mengkilat karena
dianggap benih yang memiliki ciri seperti ini memiliki daya tumbuh yang baik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dapat disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik umum petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember
didominasi oleh kelompok petani yang memiliki umur antara 46 – 65 tahun yaitu
sebanyak 56 persen. Tingkat pendidikan petani masih rendah, dengan di
dominaasi oleh tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 21 orang
atau 42 persen. Tingkat pendapatan yang dimiliki oleh mayoritas petani kedelai
ialah 5 juta sampai 10 juta rupiah yaitu sebanyak 38 persen.
2. Proses keputusan pembelian konsumen dimulai dari tahap pengenalan
kebutuhan untuk memperoleh keuntungan sebesar 78 persen. Pada tahap
pencarian informasi yang didapat dari penyuluh lapang dan kelompok tani
sebesar 88 persen. Pada tahap evaluasi alternatif, pertimbangan utama yaitu
variabel mutu benih sebesar 88 persen, pertimbangan kedua yaitu ketahanan
benih terhadap hama dan penyakit sebesar 60 persen. Pada tahap pembelian,
mayoritas konsumen sebesar 56 persen menggunakan benih unggul bersertifikat
Dewi Ratih binaan pemerintah daerah. Pada tahap hasil pembelian, sebagian
besar konsumen merasa puas setelah menggunakan benih kedelai pada
penangkaran binaan pemerintahsebesar 90 persen. Petani tetap melakukan
pembelian meskipun mengalami kenaikan harga dengan presentase 58 persen,
sisanya sebesar 42 persen akan mencari altenatif produsen lain.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan petani dalam memilih benih
unggul kedelai pada produsen penangkaran benih Dewi Ratih terdiri atas empat
faktor. Faktor pertama disebut faktor pengaruh lingkungan yang terdiri atas
variabel desain kemasan, variabel pengeluaran rumah tangga pribadi, variabel
warna kemasan, variabel keluarga dan variabel tokoh yang disegani. Faktor
48
kedua disebut faktor proses psikologis yang terdiri dari variabel Tanggal
Kadaluarsa, Harga, Promosi, Pendapatan. Faktor ketiga disebut faktor
pembelajaran yang terdiri dari variabel Mutu, variabel Daya tumbuh, dan
variabel Teman sesama petani. Faktor keempat disebut faktor produk yang
terdiri atas empat variabel yang saling berkorelasi secara positif, yaitu variabel
Penampakan benih dalam Kemasan, variabel Bentuk biji, variabel Warna kulit
biji, dan variabel Umur panen.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran atau strategi kebijakan
yang dapat dijadikan bahan masukan produsen benih atau pemerintah yaitu,
1. Pihak produsen lebih fokus terhadap variabel-variabel yang menjadi faktor
utama. Dewi Ratih lebih memperbaiki Desain kemasan lagi. Sebaiknya Dewi
Ratih menggunakan kemasan yang transparan untuk semua benih, agar petani
dapat dengan mudah dan cepat dalam memilih serta melihat kenampakan benih.
mutu benih berupa keadaaan secara fisiologi benih, baik itu ketahanan terhadap
penyakit, penampakan benih secara fisik, dan masa dormansi benih yang lama
untuk disebarkan kepada para petani.
2. Produsen atau penangkar Dewi Ratih harus mampu memberikan tanggapan yang
cepat apabila terjadi keluhan dari petani terhadap benih agar citra produk tetap
baik dan petani tetap setia menggunakan produk.
3. Saran bagi pemerintah atau produsen benih untuk menyediakan benih unggul
terutama yang bersertifikat dan sesuai dengan keadaan lahan daerah. Menyusun
strategi kebijakan dan pemasaran salah satunya dengan melibatkan penyuluh
lapang dan promosi langsung pada kelompok tani. Promosi langsung dapat
dilakukan dengan cara memberikan contoh kedelai yang telah di tanam atau diuji
dengan media dan diperlihatkan hasilnya, agar petani mengetahui keunggulan
produk secara cepat dan tepat dalam memilih. Ketersediaan benih sangat
mempengaruhi petani dalam menggunakan benih unggul, produsen maupun
pemerintah perlu mengetahui benih yang di butuhkan agar tidak terjadi
kekurangan dan kekecewaan pada petani.
4. Untuk dapat terus melakukan perbaikan kinerja, peningkatan kualitas produk dan
pelayanan penangkaran Dewi Ratih, perlu adanya penelitian lanjutan untuk
mengetahui tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen sehingga Dewi Ratih
selaku penangkar benih satu-satunya yang dibina pemerintah dapat
mempertahankan eksistensi ditengah ketatnya persaingan penangkar benih
lainnya yang mulai bermunculan.
49
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto. 2002. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah-Kering-
Pasang Surut. Jakarta: PT Penebar Swadaya.
Arsyad. 2000.Varietas Unggul dan Strategi Pemuliaan Kedelai di Indonesia.
Prosiding Lokakarya. Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2013. Perkembangan Beberapa Indikator Utama
Sosial-Ekonomi Indonesia. Katalog BPS : 3101015
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2013. Tanaman Pangan. Data Statistika.
[Internet].[2014 01 05]. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3
[BPTP] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2011. Petunjuk Teknis Pengelolaan
Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Kedelai. Jakarta: Kementerian
Pertanian.
[Balitkabi] Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. 2012. Rusman
Heriawan Wakil Menteri Pertanian Pacu Petani Jember Untuk Menanam
Kedelai. [Internet]. [2014 02 21].http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/kilas-
litbang/993-rusman-heriawan-wakil-menteri-pertanian-pacu-petani-
jember-untuk-menanamkedelai.html
Dinas Pertanian Kabupaten Jember. 2010. Data Penghasil Produksi Kedelai
Kabupaten Jember 2008-2012. Jember
Direktorat Jenderal Ketahanan Pangan. 2004. Prospekdan Arah Pengembangan
Agribisnis Kedelai. Jakarta: Kementerian Pertanian.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2012. Data Statistika Kebutuhan Produksi
Tanaman Pangan. Jakarta: kemeneterian Pertanian.
Durianto et al. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan
Perilaku Merek. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Engel J F,R D Blackwel, P W Miniard. 1994. Perilaku Konsumen Jilid I. Binarupa
Aksara. Jakarta.
Engel J F,R D Blackwel, P W Miniard. 1995. Perilaku Konsumen Jilid II. Binarupa
Aksara. Jakarta.
Ernawanto et al. 2010. Keragaan Produktivitas Kedelai Pada Agroekosistem Lahan
Sawah Irigasi Teknis Dataran Rendah. Jatim: Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian.
Firdaus M, Harmini dan Farid MA. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk
Manajemen dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press.
Griffin RW, dan Ebert RJ. 2003. Bisnis Edisi Keenam. PT.Prenhallindo. Jakarta
Hadi S,Baran W. 1995. Keterkaitan Dunia Pendidikan Tinggi dengan Industri
Perbenihan dalam Penyediaan Pangan Nasional. Prosiding Seminar Sehari
Perbenihan Menghadapi Tantangan Pertanian Abad XXI. Keluarga Benih
Vol VI(1): 25-34.
Ismail C, Rusmarkam R S, Sugiyarto M,Martono, Sutrisno. 2002. Pengkajian
Teknologi Perbenihan Kedelai Varietas Unggul Spesifik Jawa Timur. Jatim
Kotler P. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Melaty.2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Oleh Konsumen Restoran Imah Hejo Kota Bogor.Skripsi. Bogor. IPB (ID)
Miranti.2011. Analisis Faktor dan Proses Keputusan Pembelian Produk Perawatan
Tubuh Kendedes Princess Ritual di Marta Tilaar Salon Day Spa Bogor.
Skripsi.Bogor. IPB (ID).
50
Mujahidah. 2013. Analisis Faktor dan Proses Keputusan Pembelian Sayur Organik
di Yogya Bogor . Skripsi. Bogor : IPB (ID).
Nazir. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.
Nugraha. 1996. Produksi Benih Kedelai Bermutu Melalui Sistem JABAL dan
Partisipasi Petani. Jurnal Penelitian dan Pengembangan XV(2): 27-34.
Nugraha et al. 2000. Pengembangan Mutu Kedelai untuk Agoindustri. Prosiding
Lokakarya. Jakarta: Direktorat Teknologi Lingkungan.
Rahayu Sri. 2005. SPSS Versi 12.00 dalam Riset Pemasaran. Bandung (ID): CV.
Alfabeta.
Ramadhan. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Petani
dalam Memilih Benih Padi Bersertifikat PT SHS (Sang Hyang Seri) di
Kabupaten Bogor. Skripsi. Bogor : IPB (ID).
Sadjad S. 2003. Dari Benih Kepada Benih. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jakarta.
Saheda A. 2008. Preferensi dan Kepuasa Petani Terhadap Benih Padi Varietas
Lokal Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur. Skripsi. Bogor: Faperta IPB
(ID)
Santoso, Singgih. 2006. Seri Solusi Bisnis Berbasis TI: Menggunakan SPSS Untuk
Statistik Multivariat. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo.
Sari. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen
dalam Membeli Produk Industri Garment. Skripsi. Bogor : IPB (ID).
Simamora B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta (ID): PT Gramedia
Pustaka Utama
Soekartawi A S, John L D, dan J. Brian H. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian
untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia.Jakarta.
Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia
Indonesia.
Sumarno dan Widiati. 1985. Produksi dan Teknologi Benih Kedelai P.407-428
dalam Ismail C et al. Pengkajian Teknologi Perbenihan Kedelai Varietas
Unggul Spesifik. Jawa Timur.
Sumarno. 1999. Strategi Pengembangan Produksi Kedelai Nasional Mendukung
Gema Palagung 2001. Dalam Ernawanto et al. Keragaan Produktivitas
Kedelai Pada Agroekosistem Lahan Sawah Irigasi Teknis Dataran Rendah.
Jawa Timur.
Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta
Umar Husein. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta (ID): Ghalia
Indonesia.
51
LAMPIRAN
Lampiran 1 Nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) berdasarkan output SPSS 17
analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,675
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 339,477
Df 120
Sig. ,000
Lampiran 2 Tabel Output Anti Image Matrices berdasarkan output SPSS 17
analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih
Anti-image Covariance
53
Lampiran 3 Tabel Output Communalities berdasarkan output SPSS 17 analisis
faktor Penangkar benih Dewi Ratih
Communalities
Initial Extraction
VAR00001 1,000 ,522
VAR00002 1,000 ,748
VAR00003 1,000 ,437
VAR00004 1,000 ,779
VAR00005 1,000 ,350
VAR00006 1,000 ,578
VAR00007 1,000 ,750
VAR00008 1,000 ,510
VAR00009 1,000 ,775
VAR00010 1,000 ,790
VAR00011 1,000 ,773
VAR00012 1,000 ,587
VAR00013 1,000 ,523
VAR00014 1,000 ,648
VAR00015 1,000 ,566
VAR00016 1,000 ,717
Lampiran 4 Tabel Total Variance Explained berdasarkan output SPSS 17 analisis
faktor Penangkar Benih Dewi Ratih
54
Lampiran 5 Tabel Output Component Matrixa berdasarkan output SPSS 17
analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih
Component Matrixa
Component 1 2 3 4
VAR00001 ,400 ,429 -,421 ,030
VAR00002 ,711 -,251 ,424 ,014
VAR00003 ,430 -,433 -,070 ,242
VAR00004 ,670 -,377 ,428 -,072
VAR00005 ,418 ,366 -,047 -,196
VAR00006 ,427 ,491 ,173 -,352
VAR00007 ,736 -,060 -,434 ,128
VAR00008 ,488 -,179 -,438 ,219
VAR00009 ,697 -,450 ,009 -,294
VAR00010 ,713 -,462 ,202 -,166
VAR00011 ,579 ,077 -,635 ,165
VAR00012 ,472 ,161 ,376 ,444
VAR00013 ,453 ,478 ,164 ,250
VAR00014 -,479 -,182 ,315 ,536
VAR00015 ,472 ,425 ,204 ,348
VAR00016 ,337 ,690 ,326 -,149
Lampiran 6 Tabel Output Rotated Component Matrixa berdasarkan output SPSS
17 analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih
Rotated Component Matrixa
Component 1 2 3 4
VAR00001 -,164 ,543 ,402 ,198
VAR00002 ,787 ,037 ,100 ,342
VAR00003 ,478 ,359 -,270 ,075
VAR00004 ,855 -,007 ,066 ,210
VAR00005 ,073 ,190 ,520 ,193
VAR00006 ,117 -,031 ,706 ,254
VAR00007 ,334 ,769 ,160 ,143
VAR00008 ,223 ,673 -,070 ,046
VAR00009 ,798 ,288 ,189 -,143
VAR00010 ,865 ,176 ,097 ,025
VAR00011 ,062 ,857 ,162 ,086
VAR00012 ,278 ,055 -,031 ,711
VAR00013 ,025 ,155 ,294 ,642
VAR00014 -,187 -,352 -,667 ,212
VAR00015 ,069 ,160 ,200 ,704
VAR00016 -,043 -,152 ,652 ,516
55
Lampiran 7 Uji Reliabilitas Kuesioner
Correlations [DataSet0]
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.730 21
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.730 21
Lampiran 9 Dokumentasi penelitian
Lahan Kedelai Penangkar Dewi Ratih Pemilihan benih
Packaging Benih Kedelai Dewi Ratih
59
54
Lampiran 9 Dokumentasi penelitian (Lanjutan)
Lahan petani kedelai yang panen saat bukan musimnya
Lahan kedelai dengan sistem larikAliran air untuk tanam kedelai
Wawancara bersama petani di lahan kedelai
60
55
Lampiran 9 Dokumentasi penelitian (Lanjutan)
Label benih bersertifikat milik penangkar binaan pemerintah
61
56
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jember, Jawa Timur pada tanggal 22 September 1992 dari
pasangan Taufiqurrahman dan Husnawiyah yang merupakan putri ketiga dari empat
bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Kepatihan 2 Jember pada tahun
2004 dan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Jember pada tahun 2007.
Pada tahun 2010, penulis lulus dari SMA Negeri 2 Jember dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru di Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama masa perkuliahan, penulis merupakan anggota Organisasi Mahasiswa
Daerah Ikatan Mahasiswa Jember di Bogor (IMJB), Badan Eksekutif Mahasiswa
Tingkat Persiapan Bersama (TPB), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Manajemen (BEM FEM) di Departemen Budaya dan Seni, Anggota Himpunan
Mahasiswa Peminat Agribisnis, Pengurus Beswan KSE. Penulis pernah menjadi
Asisten Praktikum Dasar-dasar komunikasi pada tahun ajaran 2012/2013. Pada
Bulan Mei-Juni penulis pernah melaksanakan Praktik lapang dalam program
Gladikarya Departemen Agribisnis di Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor dengan
tema Pengembangan Komoditas Jambu Kristal. Penulis juga aktif dalam berbagai
kegiatan, kepanitiaan, perlombaan, seminar, menjadi moderator Talk Show, Master
of Ceremony formal maupun non Formal. Penulis pernah menjadi pengajar dalam
kegiatan Bina Desa HIPMA di Desa Cangkurawok tahun 2012-2013, Penanggung
Jawab Club Tari COAST FEM 2012. Selain itu, penulis juga pernah mendapat
penghargaan sebagai Harapan 1 Bisnis Idea Competition Sylvasari with Mandiri
TPB IPB 2011, Juara 1 lomba Repoter IPB Youth Journalist 2012 with RCTI Goes
to Campus, Juara 1 lomba tari Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011, Top Five
Finalist FEM Ambassador 2011, Juara 1 Lomba baca puisi Tingkat Mahasiswa
Forsia Islamic Festival 2011, Juara 1 Lomba Aerobic Group 5th Sportakuler 2011,
6th Sportakuler 2012, dan 7th Sportakuler 2013. Juara 1 Lomba Aerobic Group
Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) 2012, Juara 3 OMI 2013, dan Kembali Juara 1 di
OMI 2014. The best ten lomba baca Puisi Tingkat Institut Pertanian Bogor (IPB ART
Contest 2012), Nominasi Kelompok Terkreatif dalam Presentasi Bisnis
Communication Day Komunikasi Bisnis 2012, Nominasi Kelompok Tervavorit
dalam Presentasi Bisnis Communication Day Komunikasi Bisnis 2012.
62