faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran wajib pajak
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESADARAN WAJIB
PAJAK DALAM PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)
DI TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Disusun Oleh
Muhammad. Ash. Shiddiq
NIM: 207082000075
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESADARAN WAJIB
PAJAK DALAM PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)
DI TANGERANG SELATAN
Oleh
Muhammad. Ash. Shiddiq
NIM: 207082000075
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESADARAN WAJIB
PAJAK DALAM PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)
DI TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Muhammad. Ash.Shiddiq NIM: 207082000075
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Pheni Chalid, SF., MA., PhD Yusro R, SE., M.Si NIP: 19560505 200012 1 001 NIP: 19800506 200801 2 016
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H
i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 12 September 2011 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Muhammad. Ash. Shiddiq
2. NIM : 207082000075
3. Jurusan : Akuntansi Pajak
4. Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib
Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) di Tangerang
Selatan.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberikan kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 September 2011
1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS ( _______ ) NIP. 19570617 198503 1 002 Ketua
2. Yulianti, M.Si ( ) NIP. 19820318 201101 2 011 Sekretaris
3. Rini, SE, M.Si ( ) NIP. 19760315200501 2 002 Penguji Ahli
ii

LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muhammad. Ash. Shiddiq
NIM : 207082000075
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Ciputat, September 2011 Yang Menyatakan, ( Muhammad. Ash. Shiddiq)
iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama : Muhammad. Ash. Shiddiq
2. Tempat & Tanggal lahir : Tangerang, 9 September 1989
3. Agama : Islam
4. Alamat : Jl. Mujair VI Kp. Ciledug No. 9 Rt. 06/04
Bambu Apus, Pamulang – Tangerang
Selatan 15415
5. Telepon : 0857 1567 2397
6. Email : [email protected]
II. Pendidikan Formal
1. SD (1995-2001) : SDN Pessanggrahan 02 PG
2. SMP (2001-2004) : SMPN 235 Jakarta
3. SMA (2004-2007) : SMK Averus Jakarta
4. S1 (2007-2011) : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
III. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : Sadiyo
2. Ibu : Wagiyem
3. Alamat : Jl. Mujair VI Kp. Ciledug No. 9 Rt. 06/04
Bambu Apus, Pamulang – Tangerang
Selatan 15415
4. Telepon : 0858 8158 5518
iv

Factors That Effect The Awareness Of Tax Payers In Property Tax (PBB)
Payment In South Tangerang.
ABSTACT
The purpose of this research is to analize factors that effect the awareness of tax payers in property tax (PBB) payment in South Tangerang. The samples of this research are 100 (one hundred) respondents of tax payers property tax (PBB). The analytical method used in this research is multiple regression. Sampling method that use is judgement sampling. Data quality test that use on this research is validity test an reliability test. The result of this research showed that variables tax payers attitudes, income level of family head and taxpayer perceptions about the implementation of financial penalties of property tax (PBB) significant effect on the awareness of tax payers in property tax (PBB) payment. While variable of tax payers motivation and tax payer education has no significant effect on the awareness of tax payers in property tax (PBB) payment.
Keywords: Tax Payers Attitudes, Tax Payers Motivation, Income Level Of
Family Head, Tax Payers Perceptions About The Implementation Of Financial Penalties Of Property Tax, Tax Payers Education, and Awareness Of Tax Payers.
v

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak Dalam
Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Di Tangerang Selatan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran Wajib Pajak dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Tangerang Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak PBB yang berjumlah 100 (seratus) responden. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Metode sampling yang digunakan adalah Convenience sampling. Uji kualitas data yang digunakan adalah Uji Validitas dan Uji Reliabilitas.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel sikap wajib pajak, tingkat pendapatan kepala keluarga dan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB. Sementara variabel motivasi wajib pajak dan pendidikan wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB.
Kata kunci: Sikap Wajib Pajak, Motivasi Wajib Pajak, Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga, Persepsi Wajib Pajak Tentang Pelaksanaan Sanksi Denda PBB, Pendidikan Wajib Pajak, dan Kesadaran Wajib Pajak
vi

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ’Alamin, segala puji dan syukur hanya milik
Allah SWT. Teriring shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Dengan rahmat dan hidayahnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kesadaran Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Di
Tangerang Selatan”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan
dalam rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai masalah
dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukan semata-
mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan
dan pengarahan yang tidak ternilai harganya. Ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Yang tersayang kedua orang tua, bapak dan ibu tercinta, doa bapak dan ibu di
setiap sujud adalah motivasi terbesar bagi penulis dalam kehidupan ini.
Semangat, cinta, perhatian, kasih sayang, materil dan doa yang bapak dan ibu
berikan tak akan dapat tergantikan dengan apapun.
vii

3. Terima kasih kepada kakak dan keponakanku atas segala kebaikannya selama
ini memberikan bantuan dan menyemangati penulis, semoga kebaikannya
selama ini diberikan balasan yang berlipat.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pudek I (satu) Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Rahmawati, SE., MM, selaku Kajur (Kepala Jurusan) Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Yessi Fitri, SE, AK, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis.
8. Bapak Suhendra S.Ag., MM selaku Koordinator Teknis Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
9. Bapak Dr. Pheni Chalid, SF., MA., PhD selaku dosen pembimbing I yang
telah memberikan masukan, arahan dan bimbingan dari setiap permasalahan
dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi. Semoga
Allah SWT selalu memberikan kesehatan, kasih sayang serta perlindungan
terhadap bapak dan keluarga, amin. Terima kasih pak.
10. Ibu Yusro R, SE., M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
saran dan pengarahan serta bimbingan dengan kesabaran dan keikhlasan
hingga terselesaikannya skripsi ini.
11. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.
12. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
13. Sahabat-sahabatku tersayang (Adi Ahmadi “Ucox”, Desy Anggraeni, dan
Nadia Dessarlin “Hulk”) yang selalu memberikan motivasi dan telah
mewarnai hari-hari penulis selama ini.
viii

14. Sahabat-sahabatku di akuntansi pajak ( Resa, Farah, Puji, Yogi, Andre, Ary,
Agung dan Dani) makasih buat semuanya.
15. Teman-teman seperjuangan di Akuntansi Pajak dan Akuntansi Audit, yang
membantu dan memberikan semangat.
16. Pihak-pihak lain, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu oleh
penulis.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa apa yang terdapat dalam penulisan
skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
khususnya bagi dunia Akuntansi dan Pajak.
Jakarta, Agustus 2011
Muhammad. Ash. Shiddiq
ix

DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan Skripsi .......................................................................... i
Halaman Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................ ii
Halaman Ujian Komprehensif ......................................................................... ii
Halaman Surat Pernyataan ............................................................................. iii
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... iv
Abstract.............................................................................................................. v
Abstrak............................................................................................................... vi
Kata Pengantar ................................................................................................. vii
Daftar Isi ............................................................................................................ x
Daftar Tabel....................................................................................................... xiii
Daftar Gambar.................................................................................................. xiv
Daftar Lampiran ............................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................10
A. Konsep Dasar Perpajakan........................................................................10
1. Pengertian Pajak .................................................................................10
2. Fungsi Pajak .......................................................................................12
3. Jenis Pajak ..........................................................................................13
4. Tata Cara Pemungutan Pajak..............................................................14
5. Tarif Pajak ..........................................................................................18
6. Pengertian Wajib Pajak ......................................................................18
B. Pajak Bumi dan Bangunan...................................................................... 20
1. Definisi Pajak Bumi dan Bangunan................................................... 20
2. Asas Pajak Bumi dan Bangunan........................................................ 20
3. Subyek Pajak Bumi dan Bangunan.................................................... 20
x

4. Obyek Pajak Bumi dan Bangunan..................................................... 21
5. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.................................... 22
6. Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP).................... 24
7. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan........................................................ 25
8. Tata Cara Pembayaran dan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan.... 25
C. Sikap Wajib Pajak................................................................................... 26
D. Motivasi Wajib Pajak............................................................................ ..28
E. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga................................................... ..29
F. Persepsi Wajib Pajak Tentang Pelaksanaan Sanksi Denda PBB.......... ..32
G. Pendidikan Wajib Pajak........................................................................ ..35
H. Kesadaran Pembayaran Pajak................................. ................................38
I. Keterkaitan Antar Variabel................................................................... ..40
J. Penelitian Terdahulu............................................................................. ..46
K. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis....................................................... ..48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................52
A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………………... 52
B. Metode Penentuan Sampel………………………………………......... 52
C. Metode Pengumpulan Data.................................................................... 53
D. Metode Analisis Data............................................................................ 54
1. Statistik Deskriptif………………………………………………….. 55
2. Uji Kualitas Data ................................................................................55
3. Uji Asumsi Klasik ..............................................................................56
4. Uji Hipotesis...................................................................................... .58
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian…………………………….. 62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................68
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian…………………………... 68
1. Sejarah Singkat Kota Tangerang Selatan………………………….. 68
2. Karakteristik Responden…………………………………………… 71
B. Analisis Data………...………………………………………………... 73
1. Hasil Analisis Uji Kualitas Data.........................................................73
a. Uji Validitas……………………………………………………... 73
xi

b. Uji Reliabilitas………………………………………………….. 74
2. Hasil Uji Asumsi Klasik…………………………………………….75
a. Uji Multikolinieritas……………………………………………. 75
b. Uji Heteroskedastisitas…………………………………………. 76
c. Uji Normalitas………………………………………………….. 77
3. Hasil Uji Hipotesis .............................................................................78
a. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2……………………….... 79
b. Uji Simultan (Uji Statistik F)…………………………………… 80
c. Uji Parsial (Uji Statistik t)……………………………………… 81
4. Analisis Regresi Berganda…………………………………………..82
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ...................................................93
A. Kesimpulan................................................................................................93
B. Implikasi ....................................................................................................94
C. Saran ..........................................................................................................96
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................97
LAMPIRAN ......................................................................................................101
xii

DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal.
2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................... 46
3.1 Bobot dan Kategori Skala Likert..................................... 54
3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian........................ 65
4.1 Data Statistik Responden………….…………................. 71
4.2 Hasil uji Reliabilitas………...…………………………. 74
4.3 Hasil Uji Multikolinieritas............................................... 75
4.4 Hasil uji Heteroskedastisitas………… …….………….. 76
4.5 Hasil uji Normalitas………...………...……………….. 77
4.6 Hasil uji Normalitas (Kolmogorov-Simirnov).................. 78
4.7 Koefisien Determinasi (Adjusted R2) .............................. 79
4.8 Hasil uji Signifikansi Simultan (Uji F) ........................... 80
4.9 Hasil Uji Parsial (Uji t) ................................................... 81
xiii

DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hal.
2.2 Kerangka Pemikiran........................................................ 48
4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas........................................... 76
4.5 Hasil Uji Normalitas (grafik p-plot)................................. 77
xiv

DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Hal.
1 Surat Izin Riset................................................................... . 101
2 Kuesioner Penelitian..... ......... ............................................. 102
3 Hasil Olahan Data Kuesioner................ .............................. 109
4 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas………………........ 125
5 Hasil Uji Asumsi Klasik….……………………………….. 130
6 Hasil Uji Regresi Berganda…...…………………………... 133
7 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov…………………………… 137
xv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri jika pembangunan nasional
memerlukan dana yang cukup besar. Penerimaan devisa yang berasal dari
ekspor dan adanya berbagai jenis bantuan dana dari luar negeri masih dirasa
tidak mencukupi kebutuhan besamya keperluan dana untuk pembangunan
tersebut. Oleh karena itu, pemerintah berusaha menggalakkan sumber
penerimaan pemerintah lainnya yaitu pajak.
Sektor pajak sebagai salah satu komponen APBN saat ini memiliki
pengaruh yang sangat signifikan terhadap penerimaan negara sebagai modal
pembangunan nasional. Target yang diberikan pemerintah terhadap sektor ini
terus mengalami peningkatan dan beberapa tahun anggaran terakhir sektor
pajak menjadi sektor dengan target yang paling tinggi dibandingkan sektor
lain. Hal ini mempakan salah satu dampak dari pertumbuhan ekonomi
nasional yang mengalami stagnasi saat ini (Munari, 2005:120).
Dalam menilai keberhasilan penerimaan pajak, perlu diingat beberapa
sasaran administrasi perpajakan, seperti: meningkatkan kepatuhan para
pembayar pajak, dan melaksanakan ketentuan perpajakan secara seragam
untuk mendapatkan penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal.
Kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan
Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali
1

Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran
pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Pada
hakekatnya kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem
administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax enforcement.
Perbaikan administrasi perpajakan sendiri diharapkan dapat mendorong
kepatuhan Wajib Pajak. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa
tingkat kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh bagaimana administrasi
perpajakan dilakukan (Mario dan Khoiru, 2008:2).
Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus menerus
kesadaran dan kepatuhan masyarakat Wajib Pajak untuk memenuhi
kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Mario dan Khoiru,
2008:3). Mengingat kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak merupakan faktor
penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara intensif dikaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran Wajib Pajak, khususnya
Wajib Pajak orang pribadi dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai salah satu pajak properti
merupakan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Objek pajak PBB
yaitu bumi dan bangunan memiliki karakteristik khusus yaitu bentuk fisiknya
yang tidak dapat disembunyikan, sehingga tentunya lebih mudah untuk
dipantau (Karmanto, 2006:5). PBB mempunyai dampak yang lebih luas sebab
hasil penerimaan PBB dikembalikan untuk pembangunan daerah yang
bersangkutan (Suhardito dan Sudibyo,1999:3). Bagian PBB yang diterima
2

daerah merupakan salah satu sumber penerimaan yang penting bagi daerah
dalam era otonomi sekarang ini.
Untuk itu, perlu bagi pemerintah untuk meningkatkan peranan PBB
sebagai sumber penerimaan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Salah satu upayanya yaitu melalui peningkatan kesadaran wajib pajaknya.
Karena keberhasilan penerimaan pajak merupakan cerminan kesadaran
masyarakat (Misbach, 1997:17). Mengingat banyak perubahan tanah dan atau
bangunan di daerah perkotaan, memungkinkan Direktorat Jenderal Pajak
menggali potensi penerimaan PBB dari hasil perubahan tersebut.
Kemampuan untuk membayar pajak dapat dilihat dari ketiga aspek,
yaitu tingkat pendapatan, jumlah kekayaan dan konsumsi seseorang. Di mana
berarti semakin tinggi kemakmurannya seseorang. maka semakin tinggi pula
kemampuan orang tersebut untuk membayar pajak. Oleh karena itu akan
lebih adil apabila orang tersebut dikenakan pajak relatif tinggi. Pemerintah
sudah melakukan pendataan dan pengolahan data terhadap objek yang
dikenakan pajak. Masyarakat yang sudah menjadi Wajib Pajak, banyak yang
tidak patuh dan tidak ikut berpartisipasi terhadap pembayaran PBB.
Meskipun pemerintah setempat sudah membuat sanksi terhadap Wajib Pajak
yang tidak patuh, saksi yang diberikan oleh pemerintah yakni berupa denda.
Tapi hal ini juga kurang berhasil untuk membuat masyarakat itu menjadi
sadar pajak. Selain memberikan sanksi pemerintah juga sudah
mensosialisasikan akan pentingnya pembayaran PBB. sampai-sampai
pemerintah yakni Dirjen Pajak melakukan sosialisasi di televisi, radio, dan
3

media massa dengan berbagai iklan yang menarik perhatian masyarakat untuk
dapat mengerti akan pentingnya membayar pajak dan masyarakat mempunyai
sikap yang baik tentang perpajakan. Dengan adanya sosialisasi yang
dilakukan oleh pemerintah ini, diharapkan masyarakat sadar dan dapat ikut
serta dalam pembangunan suatu daerah dengan berpartisipasi membayar
pajak khususnya PBB.
Tingkat pendapatan kepala keluarga selaku anggota masyarakat
mempengaruhi segala aktivitas dalam memenuhi kewajiban sebagai warga
Negara termasuk didalamnya membayar PBB. Pajak Bumi dan Bangunan
adalah salah satu jenis pajak pusat kemudian sebagian hasil penerimaannya
diserahkan kembali kepada Daerah Tingkat I dan II (Linus, 2002:2) . Di era
otonomi daerah, Tangerang Selatan yang baru tumbuh, memerlukan dana
pembangunan salah satu sumber berasal dari pajak bumi dan bangunan yang
untuk kelancaran segala sektor pembangunan.
Bicara kesadaran kepala keluarga selaku anggota masyarakat dalam
membayar PBB tingkat kesadaran masyarakat merupakan hal yang sangat
esensial. Kesadaran yang dimaksud adalah kemauan secara sukarela dari hati
nurani kepala keluarga selaku anggota masyarakat untuk membayar pajak
yang berguna dalam pembiayaan pembangunan. Kesadaran merupakan faktor
yang paling dominan dalam masyarakat untuk melunasi pajak, dengan
kesadaran dari hati nurani itu maka timbul sikap yang bijaksana dari mereka.
Tanpa adanaya kesadaran ini sulit rasanya bagi pemerintah untuk menjaring
pajak, jika bias tentu dengan cara paksaan. Pembayaran PBB oleh masyarakat
4

banyak ditentukan oleh faktor-faktor: a) latar belakang masyarakat, b) tingkat
pendidikan, c) tingkat pendapatan, d) beban keluarga/jumlah tanggungan, e)
kesadaran, f) kebijakan pemerintah, g) tingkat intelektual dan moral, h) dan
lain-lain (Linus, 2002:2).
Ada kecenderungan bagi orang yang berpendapatan tinggi
pengeluaran juga tinggi, orang yang berpendapatan rendah pengeluaran juga
rendah. Jadi ada kecenderungan pengeluaran seseorang menyesuaikan dengan
pendapatan yang diperolehnya, ada keseimbangan antara pendapatan dengan
pengeluaran, pendapatan yang dicapai dalam jangka waktu tertentu,
senantiasa sama dengan pengeluaran jangka waktu tertentu.
Demikian juga dengan masalah kesadaran dalam membayar pajak,
pembayaran pajak termasuk juga pengeluaran yang berkaitan pula dengan
pendapatan seseorang. Apalagi bagi orang-orang yang sadar akan arti
pentingnya fungsi pajak bagi pembangunan nasional, maka ada nilai lebihnya
yaitu mereka tidak segan-segan untuk mengeluarkan biaya untuk membayar
pajak. Dalam hal ini pendapatan kepala keluarga berpengaruh dalam
membayar pajak. Walaupun mereka sadar arti pentingnya pajak namun ada
yang masih enggan melunasi pajak, hal ini karena alasan penghasilannya
minim atau sengaja lalai padahal penghasilannya besar. Namun demikian
pada umumnya mereka tidak keberatan membayar pajak asal tidak terlalu
berat atau nilainya masih berada dibawah penghasilannya secara rutin setiap
bulan. Oleh karena itu perlu dikaji kaitan antara kesadaran membayar pajak
dengan penghasilan/pendapatan yang mereka peroleh (Linus, 2002:3).
5

Penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib
Pajak PBB dan Pengaruhnya Terhadap Kesadaran Perpajakan yang dilakukan
oleh Astuti (2008) , ada 4 faktor yang mempengaruhi kesadaran perpajakan,
yaitu Pendidikan wajib pajak, Lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak
PBB, Penghasilan wajib pajak, Persepsi wajib pajak terhadap pelaksanaan
sanksi denda PBB. Hasil analisis faktor menunjukkan 2 faktor yang tersebar
ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak
orang pribadi. Faktor pertama terdiri dari kewajiban moral, kontrol
keprilakuan yang dipersepsikan, dan niat, dan faktor kedua terdiri dari sikap
dan norma subyektif.
Perbedaan penelitian ini dengan Astuti (2009) adalah hanya
menggunakan 4 faktor yang mempengaruhi kesadaran perpajakan, yaitu
Pendidikan wajib pajak, Lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB,
Penghasilan wajib pajak, Persepsi wajib pajak terhadap pelaksanaan sanksi
denda PBB, sedangkan Peneliti menggunakan 5 faktor yang mempengaruhi
kesadaran Wajib Pajak dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
yaitu Sikap, Motivasi, Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga, Persepsi Wajib
Pajak tentang Pelaksanaan Sanksi denda PBB, dan Pendidikan Wajib Pajak.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Frengki (2006) tentang
Pengaruh Sikap Dan Motivsi Masyarakat Terhadap Partisipasi Pembayaran
PBB adalah Frengki hanya menggunakan 2 variabel yaitu Sikap dan Motivasi.
Sedangkan Peneliti menggunakan 5 faktor yang mempengaruhi kesadaran
Wajib Pajak dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), yaitu
6

Sikap, Motivasi, Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga, Persepsi Wajib Pajak
tentang Pelaksanaan Sanksi denda PBB, dan Pendidikan Wajib Pajak.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Linus (2002) tentang
Hubungan Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Dengan Kesadaran
Membayar PBB yaitu Linus Karim hanya menggunakan 1 variabel yaitu
Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga. Sedangkan Peneliti menggunakan 5
faktor yang mempengaruhi kesadaran Wajib Pajak dalam pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), yaitu Sikap, Motivasi, Tingkat Pendapatan
Kepala Keluarga, Persepsi Wajib Pajak tentang Pelaksanaan Sanksi denda
PBB, dan Pendidikan Wajib Pajak.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Salman dan Farid (2008)
tentang Pengaruh Sikap dan Moral Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Pada Industri Perbankan Di Surabaya yaitu Salman dan Farid hanya
menggunakan 2 variabel yaitu Sikap Wajib Pajak dan Moral Wajib Pajak.
Sedangkan Peneliti menggunakan 5 faktor yang mempengaruhi kesadaran
Wajib Pajak dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), yaitu
Sikap, Motivasi, Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga, Persepsi Wajib Pajak
tentang Pelaksanaan Sanksi denda PBB, dan Pendidikan Wajib Pajak.
Konstribusi pajak bumi dan bangunan tidaklah besar dalam struktur
penerimaan Negara, tapi keberadaannya sangat berarti dan tidak dapat
dihilangkan, namun demikian pajak bumi dan bangunan merupakan pajak
yang tidak sulit dalam pengadministrasiannya karena dalam pembayarannya
sudah di kelola oleh RT/RW di lingkungan masing-masing wajib pajak
7

tinggal dan efisiensi pemungutannya rendah karena objek pajaknya cukup
banyak.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, penulis tertarik
untuk mengangkat ke dalam penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) Di Tangerang Selatan”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang penelitian di atas, maka masalah
dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran wajib
pajak dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan.
2. Manfaat Penelitian
Berikut ini adalah manfaat dari penelitian:
a. Bagi Peneliti
Menerapkan ilmu yang diperoleh peneliti semasa kuliah dan
mengaplikasikannya sesuai dengan kondisi yang ada.
b. Bagi Instansi Terkait
8

Sebagai bahan informasi pelengkap atau masukan sekaligus
pertimbangan bagi pihak-pihak berwenang yang berhubungan dengan
penelitian ini dalam penetapan kebijakan pada pelaksanaan atau
penggunaan suatu sistem pemungutan yang diterapkan.
c. Bagi Fakultas
Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan serta untuk
mengevaluasi sejauh mana sistem pendidikan telah dijalankan sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai tambahan wawasan, informasi, dan masukkan untuk membantu
memberikan gambaran yang lebih jelas bagi pihak lain atau para
peneliti yang ingin melakukan penelitian mengenai perpajakan secara
umum.
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Perpajakan
1. Pengertian Pajak
Banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan
pengertian atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian
berbagai definisi tersebut mempunyai tujuan yang sama sehingga mudah
dipahami. Perbedaannya terletak pada sudut pandang masing-masing
pihak. Beberapa pengertian pajak adalah sebagai berikut:
Menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2009:1):
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. Menurut Soeparman dalam Suandy (2008:9):
“Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”. Menurut Smeets dalam Suandy (2008:9):
“Pajak adalah prestasi kepada masyarakat kepada masyarakat yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah”. Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpukan bahwa pajak
memiliki unsur-unsur :
10

a. Pajak dipungut berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya, dan sifatnya dapat dipaksakan.
b. Pajak dipugut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
c. Pajak merupakan peralihan kekayaan dari orang ataui badan ke Negara
(pemerintah)
d. Pajak dapat dipungut baik langsung maupun tidak langsung.
e. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah fungsi
budgetair), yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus,
digunakan untuk membiayai investasi publik.
f. Pajak untuk melaksankan kebijakan pemerintah dalam bidang social
dan ekonomi (fungsi regulerend). Contoh: dikenakan pajak yang tinggi
terhadap minuman keras sehingga konsumsi minuman keras dapat
ditekan.
Berdasarkan definisi diatas, pengertian pajak adalah iuran yang
dapat dipaksakan, dimana pemerintah dapat memaksa wajib pajak untuk
memenuhi kewajibannya dengan menggunakan surat paksa dan sita.
Setiap wajib pajak yang membayar iuran/pajak kepada negara tidak akan
mendapat balas jasa yang langsung dapat ditunjukkan. Tetapi imbalan
yang secara tidak langsung diperoleh Wajib Pajak berupa pelayanan
pemerintah yang ditujukan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan sarana irigasi, jalan, sekolah, dan sebagainya.
11

2. Fungsi Pajak
Menururt Suandy (2008:12) terdapat dua fungsi pajak, yaitu
fungsi budgetair (keuangan Negara) dan fungsi regulerend (mengatur).
a. Fungsi Budgetair (Keuangan Negara)
Fungsi budgetair merupakan fungsi utama pajak dan fungsi
fiskal yaitu suatu fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk
memasukkan dana secara optimal ke kas Negara berdasarkan Undang-
Undang perpajakan yang berlaku, pajak untuk keperluan Negara
berdasarkan Undang-Undang. Faktor yang turut mempengaruhi
optimalisasi pemasukan dana ke kas Negara adalah:
1) Filsafat Negara.
2) Kejelasan Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan.
3) Tingkat Pendidikan Penduduk/Wajib Pajak.
4) Kualitas dan kuantitas petugas pajak setempat.
5) Strategi yang diterapkan organisasi yang mengadministrasikan
pajak di Indonesia.
b. Fungsi Regulerend (Mengatur)
Fungsi regulerend atau fungsi mengatur dan sebagainya juga
fungsi pajak dipergunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai
tujuan tertentu. Disebut sebagai fungsi tambahan karena fungsi ini
hanya sebagai pelengkap dari fungsi utama pajak. Untuk mencapai
tujuan tersebut maka pajak dipakai sebagai alat kebijakan. Pajak
12

digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dapat dilihat
dalam contoh sebagai berikut:
1) Pemberian insentif pajak (misalnya tax holiday, penyusutan
dipercepat) dalam rangka meningkatkan investasi baik investasi
dalam negeri maupun investasi luar negeri.
2) Pengenaan pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam
rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri.
3) Pengenaan bea masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
untuk produk-produk impor tertentu dalam rangka melindungi
produk-produk dalam negeri.
3. Jenis Pajak
Menurut Mardiasmo (2009:5) terdapat berbagai jenis pajak yang
dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu penggolongan menurut
golongannya, menurut sifatnya, dan menurut lembaga pemungutnya.
a. Menurut golongannya, jenis pajak terdiri:
1) Pajak langsung, adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung
sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau
dibebankan kepada orang lain atau pihak lain.
2) Pajak tidak langsung, adalah pajak yang akhirnya dapat dibebankan
atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.
13

b. Menurut sifatnya, jenis pajak terdiri dari:
1) Pajak subjektif, adalah pajak yang pengenaannya memperlihatkan
pada keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang
memperhatikan pada subjeknya.
2) Pajak objektif, adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan
pada objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan peristiwa
yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa
memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun
tempat tinggal.
c. Menurut lembaga pemungutannya, jenis pajak terdiri dari:
1) Pajak Negara atau Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
Negara pada umumnya.
2) Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah
baik Daerah Tingkat I maupun Daerah Tingkat II dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga masing-masing.
4. Tata Cara Pemungutan Pajak
Menurut Waluyo (2008:16), tata cara pemungutan pajak terdiri
atas stelsel pajak, asas pemungutan pajak, dan sistem pemungutan pajak.
a. Stelsel Pajak
1) Stelsel nyata (rill), stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan banyak
didasarkan objek yang sesungguhnya terjadi (untuk Pajak
Penghasilan maka objeknya adalah Pajak Penghasilan). Oleh
14

karena itu, pemungutan pajaknya baru dapat dilakukan pada akhir
tahun pajak, yaitu setelah semua pnghasilan yang sesungguhnya
dalam suatu tahun pajak diketahui.
2) Stelsel anggapan, stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak
didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh Undang-Undang.
3) Stelsel campuran, stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak
didasarkan pada kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan.
b. Asas pemungutan Pajak
Menurut Suandy (2008:40) dalam era globalisasi sekarang ini, batas
Negara menjadi tidak jelas bagi Wajib Pajak dalam mencari dan
memperoleh penghasilan, sehingga penentuan cara pemungutan pajak
ini penting untuk menentukan Negara mana yang berhak memungut
pajak. Dalam pemungutan pajak penghasilan ada tiga macam cara yang
bias dilakukan sebagai berikut:
1) Asas domisili (asas tempat tinggal)
Dalam asas ini, pemungutan pajak berdasarkan domisili atau
tempat tinggal Wajib Pajak dalam suatu Negara. Negara di mana
Wajib Pajak bertempat tinggal berhak memungut pajak terhadap
Wajib Pajak tanpa melihat dari mana pendapatan atau penghasilan
tersebut diperoleh, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri
dan tanpa melihat kebangsaan/kewarganegaraan Wajib Pajak
tersebut.
15

2) Asas sumber
Dalam asas ini pemungutan pajak didasarkan pada sumber
pendapatan/penghasilan dalam suatu Negara. Menurut asas ini,
Negara yang menjadi sumber pendapatan/penghasilan tersebut
berhak memungut pajak tanpa memerhatikan domisili dan
kewarganegaraan Wajib Pajak.
3) Asas kebangsaan
Dalam asas ini, pemungutan pajak didasarkan pada kebangsaan
atau kewarganegaraan dari Wajib Pajak, tanpa melihat dari mana
sumber pendapatan/penghasilan tersebut maupun di Negara mana
tempat tinggal (domisili) dari Wajib Pajak yang bersangkutan.
c. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2008:7) sistem pemungutan pajak dibagi menjadi
3 (tiga) yaitu:
1) Official Assessment System
Suatu sistem pemungutan yang memberikan wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak. Wewenang untuk menentukan besarnya
pajak terutang ada pada fiskus, wajib pajak bersifat pasif. Utang
pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
2) Self Assessment System
16

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang. Ciri-cirinya adalah wewenang untuk menentukan
besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri. Wajib pajak
aktif mulai dari, menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri
pajak yang terutang, fiskus tidak ikut campur dan hanya
mengawasi.
3) With Holding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga (bukan fiskus atau bukan wajib pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh wajib pajak. Wewenang menentukan besarnya pajak yang
terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.
Dari ketiga sistem tersebut PBB memungut dengan system official
assessment dimana pajak yang terutang ditentukan oleh fiskus
setelah dilakukan penilaian atas objek pajak yang dimiliki oleh
wajib pajak yang bersangkutan, wajib pajak bersifat pasif yaitu
dalam hal menunggu. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
dan PBB juga menganut system self assessment dimana wajib pajak
diberikan kepercayaan dengan memberikan kesempatan kepada
wajib pajak untuk mendaftarkan dan melaporkan sendiri objek
pajak yang dikuasai dimiliki atau dimanfaatkan (self declaration)
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).
17

5. Tarif Pajak
Menururt Mardiasmo (2009:9) pajak dipungut berdasarkan tarif.
Tarif pajak merupakan ukuran atau standar pemungutan pajak. Ada empat
macam tarif pajak, yaitu tarif proposional, tarif tetap, tarif progresif, dan
tarif degresif.
a. Tarif Proposional
Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang
dikenakan pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang proposional
terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
b. Tarif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
c. Tarif Progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai
pajak semakin besar.
d. Tarif Degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah dikenai pajak
semakin besar.
6. Pengertian Wajib Pajak (WP)
Pengertian wajib pajak adalah orang pribadi atau badan,
meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan perpajakan.
18

Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,
Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama
dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembag dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Kewajiban
perpajakan Wajib Pajak badan maupun perseorangan sesuai dengan
Undang-Undang KUP antara lain:
a. Wajib mendaftarkan diri kepada KPP terdekat untuk mendapatkan
NPWP.
b. Wajib mengisi dan menyampaikan SPT dengan benar, lengkap dan
jelas.
c. Wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang melalui kantor pos
atau Bank persepsi yang ditunjuk.
19

B. Pajak Bumi dan Bangunan
1. Definisi Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Suandy (2008:59) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
adalah pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak terutang
ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi, tanag dan atau bangunan.
Menurut Setiawan dan Hardi (2006:125) Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan terhadap objek pajak
berupa bumi dan / atau bangunan.
2. Asas PBB
Menurut Mardiasmo (2009:311) Asas Pajak Bumi dan
Bangunan:
a. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan
b. Adanya kepastian hukum
c. Mudah dimengerti dan adil
d. Menghindari pajak berganda
3. Subyek PBB
Menurut Mardiasmo (2009:316) Subyek pajak dalam PBB
adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas
bumi atau memperoleh manfaat atas bumi atau memiliki, menguasai dan
memperoleh manfaat atas bangunan antara lain pemilik, penghuni,
penggarap, pemakai dan penyewa. Seorang wajib pajak dapat mengajukan
permohonan dan keberatan atas pajak yang terutang.
20

4. Obyek PBB
Menurut Mardiasmo (2009:313) yang menjadi obyek PBB
adalah bumi dan bangunan. Dalam menentukan klasifikasi bumi/ tanah
harus diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut.
a. Letak
b. Peruntukan
c. Pemanfaatan
d. Kondisi lingkungan dan lain-lain
Dalam menentukan klasifikasi bangunan harus diperhatikan
faktor-faktor antara lain:
a. Bahan yang digunakan
b. Rekayasa
c. Letak
Pengecualian Objek Pajak
Objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan,
yaitu obyek pajak yang:
a. Diguakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak
mencari keuntungan antara lain:
1) Bidang ibadah, contoh: masjid, gereja, vihara.
2) Bidang kesehatan, contoh: rumah sakit.
3) Bidang pendidikan, contoh: madrasah, pesantren.
4) Bidang sosial, contoh: panti asuhan.
5) Bidang kebudayaan nasional, contoh: museum, candi.
21

6) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis
b. Merpakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dik uasai oleh desa dan tanah
Negara yang dibebani suatu hak
c. Diguakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik
d. Diguakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukanoleh Menteri Keuangan.
5. Dasar Pengenaan PBB
Menurut Mardiasmo (2009:312) dasar pengenaan pajak adalah
Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP). Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah
harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara
wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Objek
Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang
sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Objek Pajak pengganti.
Berdasar UU nomor 12 Tahun 1994 NJOP ditetapkan perwilayah
berdasarkan keputusan Menteri Keuangan dengan mendengar
pertimbangan Bupati serta memperhatikan:
a. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi
secara wajar.
b. Perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis yang letaknya
berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya.
c. Nilai perolehan baru.
22

d. Penentuan Nilai Jual Obyek Pajak pengganti.
Besarnya NJOP ditentukan berdasarkan klasifikasi sebagai berikut :
a. Objek Pajak Sektor Pedesaan dan Perkotaan.
b. Objek Pajak Sektor Perkebunan.
c. Objek Pajak Sektor Kehutanan atas Hak Pengusahaan Hutan, Hak
Pengusahaan hasil Hutan, Izin Pemanfaatan Kayu serta Izin Sah
Lainnya selain Hak.
d. Objek Pajak Sektor Kehutanan atas Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri.
e. Objek Pajak Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi.
f. Objek Pajak Sektor Pertambangan Energi Panas Bumi.
g. Objek Pajak Sektor Pertambangan Non Migas selain Pertambangan
Energi Panas Bumi dan Galian C.
h. Objek Pajak Sektor Pertambangan Non Migas Galian C.
i. Objek Pajak Sektor Pertambangan yang dikelola berdasarkan Kontrak
Karya atau Kontrak Kerjasama.
j. Objek Pajak usaha bidang perikanan laut.
k. Objek pajak usaha bidang perikanan darat.
l. Objek pajak yang bersifat khusus.
Menurut Mardiasmo (2009:318) dasar penghitungan PBB adalah Nilai
Jual Kena Pajak (NJKP). Besarnya presentase untuk menentukan besarnya
NJKP adalah sebagai berikut.
23

Sebesar 40% (empat puluh persen) dari NJOP untuk:
1) Objek pajak perkebunan
2) Objek pajak kehutanan
3) Objek pajak lainnya, yang Wajib Pajaknya perorangan dengan NJOP
atas bumi dan bangunan sama atau lebih dari Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
a. Sebesar 20% (dua puluh persen) dari NJOP untuk:
1) Objek pajak pertambangan
2) Objek pajak lainnya yang NJOP-nya kurang dari Rp.
1.000.000.000,00 (satu milira rupiah).
6. Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
Menurut Mardiasmo (2009:315) selain terdapat NJOP, terdapat
pula Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) yang
ditetapkan untuk setiap daerah Kabupaten/Kota setinggi-tingginya Rp
12.000.000, 00 (dua belas juta rupiah) untuk setiap wajib pajak. Apabila
seorang wajib pajak mempunyai beberapa objek pajak, yang diberikan
NJOPTKP hanya salah satu objek pajak yang nilainya terbesar,
sedangkan objek pajak lainnya tetap dikenakan secara penuh tanpa
dikurangi NJOPTKP. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
atas nama Menteri keuangan menetapkan besarnya NJOPTKP dengan
mempertimbangkan pendapat Gubernur/Bupati/walikota (Pemerintah
Daerah) setempat.
24

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tanggal 29 Desember
2004 Nomor KEP 178/WPJ/BD 05/2004 Tentang Penetapan Besarnya
NJOPTKP Sebagai Dasar Penghitungan PBB untuk Kota Tangerang
ditetapkan sebesar Rp 8.000.000,00 untuk setiap wajib pajak. Apabila
seorang wajib pajak mempunyai beberapa obyek pajak, yang diberikan
NJOPTKP hanya salah satu obyek pajak yang nilainya terbesar dan yang
terdapat bangunannya.
7. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Mardiasmo (2009:317) tarif pajak yang dikenakan atas
objek pajak adalah sebesar 0,5%. Menurut Mardiasmo (2009:318)
besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak
dengan NJKP atau dengan rumusan:
PBB = Tarif pajak x NJKP
= 0,5% x {persentase NJKP x (NJOP - NJOPTKP)}
8. Tata Cara Pembayaran dan penagihan PBB
Menurut Mardiasmo (2009:324) tata cara pembayaran dan
penagihan Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebagai berikut:
1) Pajak yang terutang berdasarkan SPPT harus dilinasi selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib
pajak.
2) Pajak yang terutang berdasarkan SKP harus dilunasi selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh wajib
pajak.
25

3) Pajak yang terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak
dibayar atau kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2%
sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari
pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 bulan.
Menurut ketentuan ini, pajak yang terutang pada saat jatuh
tempo pembayaran tidak atau kurang dibayar, dikenakan denda
administrasi 2% setiap bulan dari jumlah yang tidak atau kurang dibayar
tersebut untuk jangka waktu paling lama 24 bulan, dan bagian dari bulan
dihitung penuh satu bulan.
Menurut Mardiasmo (2009:312) Surat Pemberitahuan Objek
Pajak (SPOP) adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk
melaporkan data objek menurut ketentuan Undang-undang Pajak Bumi
dan Bangunan.
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah surat yang
digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya
pajak terutang kepada wajib pajak. Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan
SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang) berdasarkan SPOP (Surat
Pemberitahuan Objek Pajak) wajib pajak.
C. Sikap
Menurut Ajzen (1991) dalam Devia dkk (2008:4) Sikap adalah suatu
bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek
adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan
26

tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut.
Sikap mempunyai peran yang penting dalam menjalankan perilaku seseorang
dalam lingkungannya, walaupun masih banyak faktor lain yang
mempengaruhi perilaku, seperti stimulus, latar belakang individu, motivasi,
dan status kepribadian. Secara timbal balik, faktor lingkungan juga
mempengaruhi sikap dan perilaku. Indrawijaya (2000:40) mendefiniskan
sikap (attitude) dapat didefeniskan sebagai suatu cara bereaksi terhadap suatu
ransangan yang tinggi dari seseorang atau dari suatu situasi. Sikap adalah
“Pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak mengenai objek,
orang atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan
mengenai sesuatu. Selanjutnya Allport menjelaskan pengertian sikap adalah
“sebagai semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-
cara tertentu. Agaknya tidak begitu bisa menafsirkan kesiapan dalam definisi
ini sebagai suatu kecenderungan potensi untuk bereaksi apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.
Bahwa :”sikap merupakan faktor yang amat penting untuk suksesnya
implemmentasi. Jika pelaksana berpandangan positif terhadap suatu
kebijakan, maka kemungkinan besar mereka akan melaksanakan apa yang
dikehendaki oleh pembuat kebijakan. Tetapi bila sikap atau perspektifnya
berbeda, maka proses implementasi menjadi terancam kesuksesannya”.
27

Bentuk-Bentuk Sikap
bentuk sikap dua, yaitu:
a. Sikap positif
Sikap positif adalah perwujudan nyata dari suasana jiwa yang
terutama memperhatikan hal-hal yang positif.
b. Sikap negatif
Sikap negatif harus dipengaruhi, karena hal ini mengarahkan
seseorang pada kesulitan diri dan kegagalan Euis (2007:14).
D. Motivasi
Frengki (2006:11) mendefinisikan motivasi berasal dari kata latin
“MOVERE” yang berarti “dorongan atau daya penggerak”. Motivasi ini
hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para pengikut. Motivasi
mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah masyarakat, agar
mereka mau untuk ikut serta ambil bagian dalam suatu proses pembangunan.
Hal ini dapat dilihat dengan bersedianya masyarakat untuk memberikan apa
yang dikehendaki pemerintah untuk mewujudkan tujuan pembangunan.
Malayu (2003:95) Mendefinikan motivasi adalah pemberian daya penggerak
yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama,
seperti efektif dan terintegrasi dengan segala upaya untuk mencapai kepuasan.
Pengertian motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif atau
dapat pula diartikan sebagai hal atau keadaan menjadi motif. Jadi, motivasi
28

adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja Sutrisno
(2009:117).
E. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga
Gie (1989:194) dalam Karim (2002:4) memberikan pengertian
income atau penadapatan/ penghasilan adalah seluruh pendapatan seorang
baik berupa uang maupun barang yang diperolehnya untuk suatu jangka
waktu tertentu. Pendapatan sebagai nilai balas jasa atau kontraprestasi yang
diterima oleh seorang atas kegiatan faktor-faktor produksi yang dimiliki atau
dihasilkan. Income atau pendapatan/penghasilan adalah berupa uang atau
hasil materiil-materiil lainnya yang dicapai daripada penggunaan kekayaan
atau jasa manusia bebas (perusahaan atau individu) dalam produksi.
Berdasarkan ketiga pendapat tersebut ternyata pendapatan seseorang
itu bisa berupa barang, bisa juga berupa uang yang diperoleh dari jasa
(pekerjaan) dan penggunaan kekayaannya seperti untuk modal usaha atau
investasi.
Menurut Biro Pusat Statistik sebagaimana dikemukakan oleh
Sumardi (1991:96), mengemukakan tentang pendapatan dan bukan
pendapatan sebagai berikut:
29

1. Pendapatan berupa uang, yaitu pendapatan:
a. Dari gaji dan upah yang diperoleh dari:
1) Kerja pokok
2) Kerja sampingan
3) Kerja lembur
4) Kerja kadang-kadang
b. Dari hasil sendiri yang meliputi:
1) Hasil bersih dari usaha sendiri
2) Komisi
3) Penjualan dari kerajinan rumah
2. Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan:
a. Bagian pembayaran upah dan gaji yang berbentuk:
1) Beras
2) Pengobatan
3) Transportasi, perumahan
4) Rekreasi
b. Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah:
1) Pemakaian barang yang diproduksi di rumah
2) Sewa yang harus dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati.
3. Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan, yaitu penerimaan yang
berupa:
1) Pengambilan tabungan
2) Penagihan piutang
30

3) Pinjaman uang
4) Kiriman uang
5) Hadiah atau pemberian
6) Warisan
Pada dasarnya yang berkenaan dengan pendapatan kepala keluarga
menurut Soediyono (1990:19) terdiri:
1. Upah dan gaji, merupakan pendapatan yang diperoleh rumah tangga
keluarga sebagai imbalan terhadap penggunaan jasa sumber tenaga kerja
yang mereka gunakan dalam pembentukan produk nasional.
2. Sewa, meliputi semua macam sewa atas pemakaian aktiva tetap oleh pihak
lain atau oleh pemiliknya sendiri.
3. Bunga, meliputi semua pembayaran modal pinjaman yang dibayar oleh
sektor, baik sektor keluarga maupun sektor perusahaan.
4. Laba, merupakan perbedaan antara jumlah penerimaan penjualan
perusahaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Jadi pendapatan yang diterima seseorang sebagai kontraprestasi atau
imbalan atas kegiatan dalam ekonomi dengan menggunakan faktor-faktor
produksi dapat berbentuk antara lain:
1) Gaji
2) Bunga/dividen
3) Upah/honor
4) Komisi
5) Jasa transportasi
31

6) Laba/keuntungan
7) Hasil sewa
8) Hasil panen
9) Dan lain-lain.
Tingkat pendapatan antara satu orang dengan lainnya tidak sama, hal
ini tergantung dari jenis pekerjaan, lamanya pekerjaan, pangkat/jabatan yang
diduduki dan sebagainya.
F. Persepsi Wajib Pajak tentang Pelaksanaan Sanksi denda PBB
Menururt Untung (2004:40) dalam Astuti dan Rini (2008:5) persepsi
adalah kesan yang diperoleh dari hasil penangkapan panca indera seseorang
terhadap suatu figur, kondisi, atau masalah tertentu. Masyarakat akan
memiliki sikap sadar terhadap fungsi pajak dan akhirnya mematuhi
pembayaran PBB, jika persepsi mereka terhadap sanksi, khususnya sanksi
denda PBB dilaksanakan secara tegas, konsisten dan mampu menjangkau
para pelanggar (Suhardito dan Sudibyo,1996:6).
Menurut Mardiasmo (2009:337) sanksi bagi wajib pajak adalah
apabila SPOP tidak disampaikan dan setelah ditegur secara tertulis tidak
disampaikan sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran, ditagih dengan
Surat Ketetapan Pajak. Jumlah pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan
Pajak adalah pokok pajak ditambah dengan denda administrasi sebesar 25%
(dua puluh lima persen) dihitung dari pokok pajak. Apabila berdasarkan hasil
pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang lebih
32

besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan
oleh wajib pajak, ditagih dengan Surat Ketetapan Pajak. Jumlah pajak yang
terhutang dalam Surat ketetapan Pajak adalah selisih pajak yang terutang
berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain dengan pajak yang
terhutang yang dihitung berdasarkan Surat Pemberitahuan Obyek Pajak
ditambah denda administrasi sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari selisih
pajak yang terutang.
Pajak yang terhutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak
dibayar atau kurang bayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2% (dua
persen) sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari
pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
Karena kealpaannya sehingga menimbulkan kerugian pada Negara,
dalam hal:
a. Tidak mengembalikan/menyampaikan SPOP kepada Direktorat Jendral
Pajak.
b. Menyampaikan SPOP, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan
atau melampirkan keterangan tidak benar.
Karena kesengajaannya sehingga menimbulkan kerugian pada
Negara, dalam hal:
a. Tidak mengembalikan/menyampaikan SPOP kepada Direktorat Jendral
Pajak.
b. Menyampaikan SPOP, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan
atau melampirkan keterangan yang tidak benar.
33

c. Memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen lain yang palsu
atau dipalsukan seolah-olah benar.
d. Tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan surat atau dokumen
lainnya.
e. Tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yang
diperlukan.
Untuk sebab kealpaan:
Dipidana dengan pidana kurung selama-lamanya 6 (enam) bulan
atau denda setinggi-tingginya sebesar 2 (dua) kali pajak yang terutang.
Kealpaan berarti tidak sengaja, lalai, kurang hati-hati sehingga perbuatan
tersebut mengakibatkan kerugian bagi negara.
Untuk sebab kesengajaan:
Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 2(dua) tahun atau
denda setinggi-tingginya 5 (lima) kali pajak yang terutang. Sanksi pidana ini
akan dilipatkan dua, apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di
bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya
menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau sejak
dibayarkan denda. Untuk mencegah terjadinya pengulangan tindak pidana
perpajakan, maka bagi mereka yang melakukan tindak pidana sebelum lewat
1 (satu) tahun sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana
penjara yang dijatuhkan atau sejak dibayarnya denda, dikenakan pidana lebih
berat ialah dua kali lipat dari ancaman pidana.
34

G. Pendidikan Wajib Pajak
Pendidikan adalah usaha sadar yang bertujuan mengembangkan
kepribadian dan kemampuan (Kansil, 1993:101). Menurut Guritno dalam Sri
Astuti dan Rini (2008:4) Pendidikan adalah salah satu elemen sikap wajib
pajak yang berpengaruh terhadap keberhasilan perpajakan. Pendidikan
mempengarhi pengetahuan dan pengetahuan merupakan elemen kognitif dari
sikap.
Jenjang pendidikan
Perjenjangan persekolahan sebagai berikut:
a. Pendidikan Dasar : Taman kanak-kanak dan Sekolah Dasar.
b. Pendidikan Lanjutan : SLTP Umum, SLTA Umum, SLTA kejuruan.
c. Pendidikan Tinggi : Terbagi dalam 2 alternatif
Alternatif I : Sarjana Muda, Sarjana, Pasca Sarjana, Doktor.
Alternatif II : Diploma, Sarjana, Pasca Sarjana, Doktor.
Sedangkan menurut Undang-undang Pendidikan Nasional Republik
Indonesia No. 2 Tahun 1989 pasal 12 ayat (1) (Sumantri, 1992:62), jenjang
pendidikan itu meliputi:
a. Pendidikan Dasar.
b. Pendidikan Menengah.
c. Pendidikan Tinggi.
35

Menyadari pentingnya pendidikan perpajakan, Direktorat Jendral
Pajak perlu melakukan upaya optimalisasi pendidikan perpajakan kepada
wajib pajak, wajib pajak masa depan, dan petugas pajak dengan cara
melakukan penguatan pada institusi yang menangani masalah penyuluhan,
dalam hal ini dimulai dari Pusat Penyuluhan Perpajakan (Wisnaeni, 1999:3).
Tugas utama Pusat Penyuluhan Perpajakan adalah
menyelenggarakan pemberdayaan kepada wajib pajak dan pencerahan
petugas pajak. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
perpajakan wajib pajak dan pengetahuan petugas pajak guna meningkatkan
kualitas layanan perpajakannya. Kegiatan-kegiatan pendidikan perpajkan
bervariasi mulai dari kegiatan publikasi dan penerangan umum yang
digunakan untuk mendidik wajib pajak dan biasa disebut pendidikan pajak
informal, hingga pada pendidikan pajak an sich, yang berupa pendidikan
pajak formal yang diajarkan di sekolah-sekolah umum dari tingkat Sekolah
Dasar hingga Perguruan Tinggi atau di tempat-tempat kursus perpajakan.
Secara umum pendidikan pajak terdiri dari dua macam, yaitu:
a. Pendidikan Pajak Formal.
b. Pendidikan Pajak Informal.
36

a. Pendidikan pajak formal dapat diselenggarakan melalui:
1) Pendidikan pajak untuk Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi.
Pendidikan pajak untuk sekolah ditunjukan untuk menumbuhkan
kesadaran akan perlunya pajak bagi pembangunan bangsa dan Negara.
2) Kursus-kursus perpajakan yang mendapat lisensi dari Direktorat
Jendral Pajak. Pendidikan pajak di tempat kursus lebih spesifik untuk
memberikan pengetahuan teknis mengenai perpajakan.
b. Pendidikan pajak informal dapat diberikan dalam bentuk:
1) Penyebaran informasi melalui berbagai bentuk publikasi seperti leaflet,
majalah, buku, laporan tahunan kinerja Direktorat Jendral Pajak, dan
berbagai barang cetakan lainnya.
2) Penyebaran informasi melalui media cetak dan elektronik seperti
homepage, siaran pers, wawancara melalui TV dan Radio, Iklan dan
lain-lainnya.
3) Layanan informasi melalui telepon.
4) Kerjasama dengan pelajar dan mahasiswa dalam memberikan
penyuluhan dalam pengisian formulir pajak (Wisnaeni, 1999:3).
37

H. Kesadaran Pembayaran Pajak
Kesadaran perpajakan adalah suatu sikap sadar terhadap fungsi pajak,
berupa konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif, yang berinteraksi
dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap makna dan fungsi
pajak. Kesadaran perpajakan berkonsekuensi logis untuk wajib pajak, yaitu
kerelaan wajib pajak memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi
perpajakan, dengan cara membayar kewajiban pajaknya secara tepat waktu
dan tepat jumlah (Tarjo dan Sawarjuwono, 2005:126).
Kesadaran membayar pajak perlu untuk ditingkatkan sejalan
dengan besarnya pendapatan mereka. Adanya penyuluhan yang intensif
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak
tepat pada waktunya. Tumbuhnya kesadaran harus diwujudkan dengan
adanya sikap yang baik, sebab pada hakikatnya sikap adalah perwujudan
daripada adanya kesadaran tersebut. dengan kata lain antara sikap dengan
kesadaran jelaslah berbeda antara keduanya. Yang berbeda adalah objeknya,
baik itu secara individu maupun secara sosial (Karim, 2002:6).
Thomas (1984:35) dalam Karim (2002) mengemukakan bahwa sikap
sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang
nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan sosial. Dengan
demikian jelaslah bahwa apa yang timbul tadi semuanya akan bias
dikendalikan apabila ada kesadaran yang tinggi, yang disertai dengan suatu
perbuatan yang nyata sehingga dapat dilihat hasilnya. Hasil yang baik
tentunya positif bagi pembangunan perpajakan di Indonesia. Kembali pada
38

faktor yang paling dominan, yang mempengaruhi masyarakat untuk melunasi
pembayaran pajak adalah dengan adanya kesadaran yang tinggi didalam hati
nurani masyarakat sehingga diikuti dengan sikap yang baik pula.
Sekertaris Kamar Dagang dan Industri (KADIN) sebagaimana
dikutip Soemitro (1988:229) “Masyarakat tidak akan menemui kesulitan
dalam memenuhi kewajiban membayar pajaknya kalau nilai yang harus
dibayar itu masih berada di bawah penghasilan yang sebenarnya mereka
peroleh secara rutin”.
Dari penjelasan di atas dapatlah disimpulkan bahwa dengan adanya
pendapatan masyarakat dapat mendorong masyarakat untuk sadar dalam
membayar pajak yang berguna untuk pembiayaan pembangunan. Kesadaran
dalam pembayaran pajak tercermin kebijakan yang diambil seseorang seperti
pembayaran pajak yang tepat waktu, menghindari denda karena
keterlambatan atau keteledoran, memahami arti pentingnya pajak untuk
kelangsungan pembangunan. Hal ini sejalan dengan semboyan yang sering
kita dengar yaitu “orang bijak taat pajak”.
39

I. Keterkaitan Antar Variabel
1. Sikap Wajib Pajak terhadap Kesadaran Wajib Pajak dalam
Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.
Sikap wajib pajak merupakan pernyataan atau pertimbangan
evaluatif dari wajib pajak, baik yang menguntungkan atau tak
menguntungkan mengenai obyek, orang atau peristiwa (Hardika: 2006:77).
Teori ekuitas (equity theory) menjelaskan mengenai hubungan antara sikap
wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak. Teori ini menekankan pada
aspek keadilan. Apabila wajib pajak memandang bahwa hak dan
kewajibannya sebanding dalam artian bahwa adanya keseimbangan antara
kewajibannya sebagai wajib pajak dan hak-hak yang dapat diperolehnya
maka wajib pajak cenderung lebih patuh dalam menjalankan kewajiban
pajaknya. Teori ini juga menyangkut keadilan dalam hubungannya dengan
perlakuan terhadap setiap wajib pajak. Apabila wajib pajak merasa bahwa
keadilan pajak telah diterapkan kepada semua wajib pajak dengan tidak
membedakan perlakuan antara wajib pajak badan dengan perorangan,
wajib pajak besar dengan wajib pajak kecil dalam artian bahwa semua
wajib pajak diperlakukan secara adil maka setiap wajib pajak cenderung
untuk menjalankan kewajiban pajaknya dengan baik atau dengan kata lain
menimbulkan kepatuhan dalam diri wajib pajak Kautsar (2007) dalam
Farid (2008:8).
40

Troutman (1993) dalam Salman (2008:8). menemukan adanya
pengaruh yang signifikan dari sikap wajib pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak. Sikap wajib pajak terhadap peraturan pajak, kebijakan pajak, dan
administrasi pajak dapat mempengaruhi bagaimana kepatuhan wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Ha1: Sikap wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran
wajib pajak dalam pembayaran PBB.
2. Motivasi Wajib Pajak terhadap Kesadaran Wajib Pajak dalam
Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.
Motivasi berasal dari kata latin “MOVERE” yang berarti
“dorongan atau daya penggerak”. Motivasi ini hanya diberikan kepada
manusia, khususnya kepada para pengikut. Motivasi mempersoalkan
bagaimana caranya mendorong gairah masyarakat, agar mereka mau untuk
ikut serta ambil bagian dalam suatu proses pembangunan. Hal ini dapat
dilihat dengan bersedianya masyarakat untuk memberikan apa yang
dikehendaki pemerintah untuk mewujudkan tujuan pembangunan Frengki
(2002:11). Malayu(2003:95) Mendefinisikan motivasi adalah pemberian
daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar
mereka mau bekerja sama, seperti efektif dan terintegrasi dengan segala
upaya untuk mencapai kepuasan.
Ha2: Motivasi wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB.
41

3. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Wajib Pajak terhadap
Kesadaran Wajib Pajak dalam Pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan.
Liang (1989:194) dalam Karim (2002:4) Income atau
penadapatan/ penghasilan adalah seluruh pendapatan seorang baik berupa
uang maupun barang yang diperolehnya untuk suatu jangka waktu tertentu.
Menurut Partadireja (1973:171) dalam Karim (2002:4) Pendapatan sebagai
nilai balas jasa atau kontraprestasi yang diterima oleh seorang atas
kegiatan faktor-faktor produksi yang dimiliki atau dihasilkan. Income atau
pendapatan/penghasilan adalah berupa uang atau hasil materiil-materiil
lainnya yang dicapai daripada penggunaan kekayaan atau jasa manusia
bebas (perusahaan atau individu) dalam produksi. Pendapatan
(Penerimaan) merupakan sumber dana untuk pengeluaran. Sumber dana
kepala keluarga diperoleh dari, misalnya: buruh menerima upah, petani
menerima hasil penjualan panen, pedagang mendapat laba, pegawai
mendapat gaji, wredatama mendapat pension dan lain-lain. Pengeluaran
pertama-tama ditujukan untuk konsumsi. Sisanya ditabung atau investasi.
Seberapa besar bagian dari pendapatan yang digunakan untuk konsumsi
tergantung dari jumlah pendapatan itu sendiri. Jika pendapatan kepala
keluarga rendah maka bagian besar pendapatan itu terpaksa digunakan
untuk konsumsi, sehingga hanya sedikit tinggal sisa untuk ditabung.
Sehubungan dengan itu Engels seorang sarjana ekonomi Jerman,
sebagaimana dikutip Bintari (1986:32) mengemukakan hubungan antara
42

pendapatan dan konsumsi bahwa: “semakin kecil pendapatan, semakin
besar bagian dari pendapatan itu digunakan untuk konsumsi atau
sebaliknya”. Dari hukum itulah kita menjadi tahu sebabnya orang miskin
cenderung menjadi lebih miskin, karena tabungan tak ada, dan orang kaya
akan cenderung menjadi lebih kaya karena berinvestasi atau menabung.
Sejalan dengan hasil penelitian ini secara teoretis merujuk
pendapat Engels tersebut bisa saja kepala keluarga yang berpendapatan
rendah tingkat kesadaran membayar PBB menjadi rendah, karena banyak
dari pendapatan mereka untuk konsumsi sehari-hari, sehingga tidak bisa
menabung termasuk memenuhi pembayaran PBB. Sedang kepala keluarga
yang berpendapatan tinggi tingkat kesadaran juga tinggi dalam membayar
PBB karena mereka mampu menabung dan bisa menyisihkan untuk
keperluan lain termasuk membayar PBB. Namun demikian tidak semua
teoretis sejalan dalam dengan praktik di lapangan.
Ha3: Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga berpengaruh signifikan
terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB.
4. Persepsi Wajib Pajak Tentang Pelaksanaan Sanksi Denda PBB
terhadap Kesadaran Wajib Pajak dalam Pembayaran Pajak Bumi
dan Bangunan.
Persepsi adalah kesan yang diperoleh dari hasil penangkapan
panca indera seseorang terhadap suatu figur, kondisi, atau masalah tertentu
(Untung, 2004:40). Masyarakat akan memiliki sikap sadar terhadap fungsi
43

pajak dan akhirnya mematuhi pembayaran PBB, jika persepsi mereka
terhadap sanksi, khususnya sanksi denda PBB dilaksanakan secara tegas,
konsisten dan mampu menjangkau para pelanggar (Suhardito dan Sudibyo,
1999:6).
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Suhardito dan Sudibyo
(1999) yang membuktikan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan
sanksi denda PBB berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB.
Apabila wajib pajak memiliki persepsi yang baik atau memandang bahwa
sanksi denda PBB dilaksanakan secara tegas, konsisten dari waktu ke
waktu dan mampu menjangkau para pelanggar, maka setiap wajib pajak
akan mematuhi pembayaran PBB mengingat sanksi yang langsung
diterapkan kepadanya apabila melanggar.
Ha4: Persepsi Wajib Pajak Tentang Pelaksanaan Sanksi Denda PBB
berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam
pembayaran PBB.
5. Pendidikan Wajib Pajak terhadap Kesadaran Wajib Pajak dalam
Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.
Pendidikan adalah usaha sadar yang bertujuan mengembangkan
kepribadian dan kemampuan (Kansil, 1993:101). Menurut Guritno dalam
Suhardito dan Sudibyo (1999:7) pendidikan adalah salah satu elemen sikap
wajib pajak yang berpengaruh terhadap keberhasilan perpajakan.
44

Pendidikan mempengarhi pengetahuan dan pengetahuan merupakan
elemen kognitif dari sikap.
Sesuai dengan pernyataan Guritno Mangkoesoebroto dalam
Misbach (1997:16), kesadaran masyarakat untuk membayar pajak harus
dibina melalui dua cara. Salah satunya meningkatkan pengetahuan dan
pendidikan masyarakat. Pendidikan pajak untuk Sekolah Dasar ditujukan
untuk menumbuhkan kesadaran akan perlunya pajak bagi pembangunan
bangsa dan negara (Nasucha, 1999:5). Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Soemitro (1993) yang menyatakan terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat pendidikan dengan kesadaran membayar pajak.
Ha5: Pendidikan Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB.
45

J. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Variabel Yang Diteliti
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian (Kesimpulan)
Sri Astuti dan Rini
(2008)
Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan Pengaruhnya Terhadap Kesadaran Perpajakan
1. Pendidikan Wajib Pajak
2. Lama Tinggal Wajib Pajak di Lokasi Objek Pajak PBB
3. Penghasilan Wajib Pajak
4. Persepsi Wajib Pajak Tentang Sanksi Denda PBB
5. Kesadaran Perpajakan
1. Metode analisis faktor
1. Pendidikan wajib pajak dan lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB tidak mempengaruhi kesadaran perpajakan
2. Penghasilan wajib pajak dan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB berpengaruh terhadap kesadaran perpajakan
Frengki C H Siahaan (2008)
Pengaruh Sikap Dan Motivasi Masyarakat Terhadap Partisipasi Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kecamatan Candisari Kota Semarang
1. Sikap 2. Motivasi 3. Partisipasi
Masyarakat
1. Regresi berganda
1. Variabel Sikap dan variabel Motivasi dengan partisipasi ada korelasi positif dan sangat signifikan
Bersambung pada halaman selanjutnya
46

Tabel 2.1 (Lanjutan)
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Variabel Yang Diteliti
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian (Kesimpulan)
Linus Karim (2002)
Hubungan Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Dengan Kesadaran Membayar PBB
1. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga
2. Kesadaran Membayar Pajak Bumi dan Bangunan
1. Uji Chi Kuadrat
1. Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan kepala keluarga dengan kesadaran membayar pajak bumi dan bangunan
Kautsar Riza Salman dan
Mochammad Farid
(2008)
Pengaruh Sikap dan Moral Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Industri Perbankan Di Surabaya
1. Sikap Wajib Pajak 2. Moral Wajib Pajak 3. Kepatuhan Wajib
Pajak
1. Metode analisis faktor
1. Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel Sikap wajib pajak terhadap Kepatuhan wajib pajak
2. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel Moral wajib pajak terhadap Kepatuhan wajib pajak
Arief Rachman,
Rindah Febriana
Suryawati dan
Gita Arasy Harwida (2008)
Pengaruh Pemahaman, Kesadaran, Serta Kepatuhan Wajib Pajak PBB Terhadap Keberhasilan Penerimaan PBB Di Kecamatan Kota Sumenep Kabupaten Sumenep
1. Pemahaman Wajib Pajak
2. Kesadaran Wajib Pajak
3. Kepatuhan Wajib Pajak
4. Keberhasilan Penerimaan PBB
1. Analisis Regresi Logistik
1. Faktor kesadaran wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan penerimaan PBB
2. Faktor pemahaman dan kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan penerimaan PBB
47

K. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi kesadaran wajib pajak dalam membayar Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) yang merupakan kerangka konseptual dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Variabel Independen Variabel Dependen
Sikap (X1)
Motivasi (X2)
Tingkat Pendapatan Kepala
Keluarga (X3)
Persepsi Wajib Pajak Tentang Pelaksanaan Sanksi
Denda PBB (X4)
Kesadaran Pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB)
(Y)
Pendidikan Wajib Pajak (X5)
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran
48

2. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah
penelitian yang kebenarannya masih lemah, sehingga harus diuji secara
empiris (Hasan, 2002:50).
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berpikir maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Sikap Wajib Pajak
Ho1 : Sikap wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran pajak bumi dan
bangunan.
Ha1 : Sikap wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran
wajib pajak dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan.
2. Motivasi Wajib Pajak
Ho2 : Motivasi wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran pajak bumi dan
bangunan.
Ha2 : Motivasi wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran pajak bumi dan
bangunan.
49

3. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga
Ho3 : Tingkat pendapatan kepala keluarga tidak berpengaruh
signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran
pajak bumi dan bangunan.
Ha3 : Tingkat pendapatan kepala keluarga berpengaruh signifikan
terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran pajak bumi
dan bangunan.
4. Persepsi Wajib Pajak Tentang Pelaksanaan Sanksi Denda PBB
Ho4 : Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB
tidak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak
dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan.
Ha4 : Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB
berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam
pembayaran pajak bumi dan bangunan.
5. Pendidikan Wajib Pajak
Ho5 : Pendidikan wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran pajak bumi dan
bangunan.
Ha5 : Pendidikan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran pajak bumi dan
bangunan.
50

6. Sikap Wajib Pajak, Motivasi Wajib Pajak, Tingkat Pendapatan Kepala
Keluarga, Persepsi Wajib Pajak Tentang Pelaksanaan Sanksi Denda PBB,
dan Pendidikan Wajib Pajak terhadap Kesadaran Wajib Pajak Dalam
Pembayaran PBB.
Ho6 : Sikap Wajib Pajak, Motivasi Wajib Pajak, Tingkat Pendapatan
Kepala Keluarga, Persepsi Wajib Pajak Tentang Pelaksanaan
Sanksi Denda PBB, dan Pendidikan Wajib Pajak tidak
berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam
pembayaran pajak bumi dan bangunan.
Ha6 : Sikap Wajib Pajak, Motivasi Wajib Pajak, Tingkat Pendapatan
Kepala Keluarga, Persepsi Wajib Pajak Tentang Pelaksanaan
Sanksi Denda PBB, dan Pendidikan Wajib Pajak berpengaruh
signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran
pajak bumi dan bangunan.
51

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini dilakukan pada Kecamatan Tangerang
Selatan. Adapun penelitian ini akan membahas mengenai Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan Di Tangerang Selatan. Sehingga penelitian ini dilakukan dengan
cara menyebarkan langsung kuisioner kepada warga di Tangerang Selatan.
B. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
convenience sampling, yaitu istilah umum yang mencakup variasi luasnya
prosedur pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit sampling
yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur,
dan bersifat kooperatif (Hamid, 2007:30). Metode convenience sampling
digunakan karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel dengan
cepat dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti.
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak PBB
yang berada di Tangerang Selatan. Dari 371.763 wajib pajak diwilayah
Tangerang Selatan, peneliti mengambil 100 responden.
52

C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu
penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data
sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2002:150). Peneliti memperoleh data
yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal,
artikel, teori, skripsi, dan yang mendukung pembahasan masalah dalam
penelitian ini.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan,
peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada
penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah wajib pajak yang
membayar PBB di wilayah Tangerang Selatan. Data penelitian ini
dikumpulkan melalui metode survey yaitu dengan mengirimkan kuesioner.
Kuesioner didistribusikan langsung pada wajib pajak PBB di wilayah
Tangerang Selatan secara acak kemudian diolah berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan.
Jenis skala yang digunakan untuk menjawab bagian pertanyaan
penelitian adalah skala likert. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:12),
skala likert adalah metode yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorag atau sekelompok orang tentang suatu
fenomenal sosial.
53

Tabel 3.1
Bobot dan Kategori Skala Likert
No. Jenis Jawaban Bobot
1. SS = Sangat Setuju 5
2. S = Setuju 4
3. R = Ragu-ragu 3
4. TS = Tidak Setuju 2
5. STS = Sangat Tidak Setuju 1
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0. Analisis ini bertujuan untuk menentukan seberapa
besar pengaruh antara suatu variabel X dengan variabe Y. Dimana variabel
X (variabel independen) adalah sikap wajib pajak (X1), motivasi wajib pajak
(X2), tingkat pendapatan kepala keluarga (X3), persepsi wajib pajak tentang
pelaksanaan sanksi denda pajak bumi dan bangunan (X4), dan pendidikan
wajib pajak (X5) Sedangkan variabel Y (variabel dependen) adalah
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
54

1. Statistik Deskriptif
Statistik deskripstif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan
distribusi) (Ghozali, 2009:19).
2. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka
peneliti menggunakan uji validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu mengungkapakan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini dilakukan dengan
membandingkan nilai Corrected Item – Total Correlation dengan r
hitung dengan r tabel, untuk degree of freedom (df) = n – 2, dimana n
adalah jumlah sampel dan menggunakan alpha = 0,05 (Imam Ghozali,
2009:49).
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban
responden. Suatu kuesioner dikatakan reliable jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
55

1) Repeated Measure atau pengukuran ulang.
2) One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya sekali
dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau
mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.
Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian
Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliable jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pengukuran sekali saja
atau One Shot (Imam Ghozali, 2009:45).
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
multikolinieritas, uji heterokedastisitas, uji normalitas dan uji autokorelasi.
a. Uji Multikolineritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen.
Deteksi tidak adanya multikolinieritas dalam model regresi
adalah dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan
tolerance. Regresi bebas dari masalah multikolinieritas jika nilai
VIF<10 dan nilai tolerance > 0.10 (Ghozali, 2009:95).
56

b. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
Deteksi atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat dari ada
atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot . Jika ada pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit),
maka mengindikasikan bahwa telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak
ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali,
2009:125).
c. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat penyebaran data yang
normal atau tidak, karena data diperoleh langsung dari pihak pertama
melalui kuisioner. Screening terhadap normalitas data merupakan
langkah awal yang harus dilakukan untuk setiap analisis multivariate,
khususnya jika tujuannya adalah inferensi. Pengujian normalitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan uji normal probability plot dimana data
dikatakan normal jika nilai selebaran data berada di sekitar garis lurus
diagonal dan juga dapat dilakukan dengan uji statistik Kolmogorov
Smirnov (Ghozali, 2009:147).
57

4. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi
besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen
yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2004:211). Model ini digunakan
untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap
variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam
suatu persamaan linier. Variabel independen terdiri dari sikap, motivasi,
tingkat pendapatan kepala keluarga, persepsi wajib pajak tentang
pelaksanaan sanksi denda PBB dan pendidikan wajib pajak. Sedangkan
variabel dependennya adalah kesadaran wajib pajak dalam pembayaran
PBB.
58

Rumus regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut.
Y = a + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4 + β5X5 + e
Keterangan:
Y : Kesadaran Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan
a : Konstanta (harga Y, bila X=0)
β1-5 : Koefisien regresi (menunjukkan angka peningkatan atau
penurunan variabel dependen yang didasarkan pada
hubungan nilai variabel independen)
X1 : Sikap
X2 : Motivasi
X3 : Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga
X4 : Persepsi Wajib Pajak tentang Pelaksanaan Sanksi Denda PBB
X5 : Pendidikan Wajib Pajak
e : Error
59

Pengujian hipotesis dilakukan melalui:
a. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2009:163).
b. Uji statistik F
Uji F dilakukan dengan tujuan menguji apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi
> 0,05 maka H0 ditolak, sebaliknya jika signifikansi < 0,05 maka Ha
diterima.
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria
pengambilan keputusan sebagai berikut:
a) Quick look, bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 dapat
ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita
menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua
variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi
variabel dependen.
60

b) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menururt
tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka H0
ditolak dan menerima Ha.
c. Uji statistik t
Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual yaitu Sikap wajib pajak, Motivasi wajib
pajak, Tingkat pendapatan kepala keluarga, Persepsi wajib pajak
tentang pelaksanaan sanksi denda PBB dan Pendidikan wajib pajak
dalam menerangkan variasi variabel dependen, yaitu Kesadaran wajib
pajak dalam pembayaran PBB.
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik t dengan kriteria
pengambilan keputusan sbagai berikut:
a) Quick look, bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih
pada derajat kepercayaan 5% dan nilai t lebih besar dari 2 secara
absolut, maka Ha bisa diterima yang menyatakan bahwa variabel
independen secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen.
b) Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel.
Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan
nilai t tabel, maka Ha diterima (Ghozali 2009:85).
61

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel
yang digunakan berikut dengan definisi operasional dan cara pengukurannya.
1. Sikap (X1)
Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau
memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak (unfavorable) pada obyek tersebut. (Salman dan Farid, 2008).
2. Motivasi (X2)
Motivasi berarti “dorongan atau daya penggerak”. Motivasi ini
hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para pengikut.
Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah
masyarakat, agar mereka mau untuk ikut serta ambil bagian dalam suatu
proses pembangunan. Hal ini dapat dilihat dengan bersedianya masyarakat
untuk memberikan apa yang dikehendaki pemerintah untuk mewujudkan
tujuan pembangunan (Frengki, 2002).
62

3. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga (X3)
Pendapatan kepala keluarga dalam penelitian ini adalah yang
diperoleh kepala keluarga rata-rata perbulan. Dalam penelitian ini
pendapatan kepala keluarga diukur dengan menggunkan skala interval
berdasarkan jumlah pendapatan yang diperoleh selama sebulan(Karim,
2002).
4. Persepsi Wajib Pajak Tentang Pelaksanaan Sanksi Denda PBB (X4)
Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB
diartikan sebagai pandangan seseorang mengenai suatu kondisi tertentu,
dimana dalam hal ini adalah mengenai pelaksanaan sanksi denda PBB.
Pengukuran variabel ini menggunakan skala interval yang terdiri dari 5
tingkat penilaian, yaitu: (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3)
Ragu, (4) Setuju (5) Sangat Setuju (Astuti dan Rini, 2008).
5. Pendidikan Wajib Pajak (X5)
Pendidikan wajib pajak dapat diartikan sebagai sebuah proses
yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan aspek pengetahuan,
keterampilan maupun sikap terhadap para peserta didik. Pengukuran
variabel pendidikan wajib pajak menggunakan skala interval 5 poin, yang
dibatasi hanya pada jenjang pendidikan terakhir wajib pajak, yaitu SD,
SMP , SMA, Dipoma (D3) dan S1 atau lebih tinggi Instrumen disusun
erdasarkan referensi dari Soemitro (1993:82). b
63

6. Kesadaran Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan (Y1)
Kesadaran perpajakan adalah rasa yang timbul dari dalam diri
wajib pajak atas kewajibannya membayar pajak bumi dan bangunan yang
telah ditetapkan pemerintah (Munari, 2005:122). Yang menimbulkan
konsekuensi untuk membayar pajaknya secara tepat waktu dan tepat
jumlah.
64

Tabel 3.2
Operasioanal Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran
Sikap
(Kautsar Riza Salman dan
Mochammad Farid. (2008), dan Frengki
C H Siahaan (2008))
Reaksi Terhadap Peraturan
Perpajakan
1. Pemahaman wajib pajak tentang UU Pajak Bumi dan Bangunan
2. Sosialisasi Pajak Bumi dan Bangunan yang dilakukan pemerintah
3. Kemudahan dalam prosedur pembayaran pajak
4. Sikap wajib pajak terhadap kebijakan pajak
5. Sikap wajib pajak terhadap pelayanan pajak
Likert
Motivasi Frengki C H
Siahaan (2008))
Ekstrinsik
Intrinsik
1. Kemudahan dalam mengisi formulir pajak bumi dan bangunan
2. Kantor pajak dekat dari rumah
3. Kantor pajak mudah di jangkau
4. Sistem dan prosedur dikantor pajak mudah di pahami
5. Terdapat petugas yang membantu
6. Pengabdian Wajib Pajak terhadap Negara
7. Partisipasi Wajib Pajak dalam pembangunan
8. Citra yang baik dan bersih aparat pajak
Likert
Bersambung pada halam selanjutnya
65

Tabel 3.2 (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran
Tingkat Pendapatan
Kepala Keluarga (Linus Karim
(2002))
Jumlah Pendapatan YangDiterima
Kepala Keluarga Setiap Bulan
1. Jenis Pekerjaan Wajib Pajak
2. Beban atau atau tanggungan kepala keluarga
3. Pendapatan per bulan kepala keluarga
4. Alat transportasi yang digunakan
5. Alat rumah tangga
Interval
Persepsi Wajib Pajak Tentang
Pelaksanaan Sanksi Denda PBB
(Sri Astuti dan Rini (2008))
Tanggapan Wajib Pajak Tentang Sanksi Dalam
Pembayaran PBB
1. Mengetahui sanksi denda pajak bumi dan bangunan
2. Persepsi tentang sanksi denda pajak bumi dan bangunan
3. Sanksi denda tidak memberatkan
4. Konsisten 5. Mampu menjangkau
para pelanggar 6. Sanksi denda pajak
bumi dan bangunan relatif ringan
7. Tegas
Likert
Pendidikan Wajib Pajak
(Sri Astuti dan Rini (2008))
Jenjang Pendidikan Terakhir Wajib
Pajak
1. Sekolah Dasar 2. Sekolah Menengah
Pertama 3. Sekolah Menengah
Atas 4. Diploma 3 5. Strata 1 atau lebih
tinggi
Interval
Bersambung pada halaman selanjutnya
66

Tabel 3.2 (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran
Kesadaran Wajib
Pajak Dalam Pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan
(Sri astuti dan Rini 2008 dan Linus
Karim 2002)
Dorongan diri sendiri
Fungsi pajak
Hak dan kewajiban wajib pajak
Perilaku wajib pajak terhadap
pajak
1. Dorongan hati nurani 2. Tanpa paksaan 3. Memahami hak dan
kewajiban 4. Bangga menjadi wajib
pajak 5. Sadar terhadap fungsi
pajak 6. Rela memberikan
kontribusi untuk pelaksanaan fungsi pajak
7. Memahami hak dan kewajiban wajib pajak
8. Ketaatan wajib pajak untuk membayar pajak
9. Respon wajib pajak atas perubahan tanah dan bangunan
Interval
67

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Kota Tangerang Selatan
Kota Tangerang Selatan adalah salah satu kota di Provinsi
Banten Indonesia. Kota ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negri
Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008, Wilayah ini
merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Rencana ini
berawal dari keinginan warga di wilayah selatan untuk
mensejahterakan masyarakat.
Wacana pembentukan kota otonom Tangerang Selatan
(dahulu Cipasera) muncul sejak 1999. Namun belum adanya kata
sepakat antara DPRD dan Pemerintah Kabupaten Tangerang tentang
jumlah kecamatan yang akan tergabung dalam kota otonom ini,
menghambat proses pembentukannya.
Sebagian besar warga masyarakat yang tinggal di Kecamatan
Ciputat, Pamulang, Serpong, Cisauk, dan Pondok Aren menginginkan
lepas dari Kabupaten Tangerang. Untuk mewujudkan keinginan itu,
pada 19 November 2000, dibentuk Komite Persiapan Pembentukan
Daerah Otonom (KPPDO) Kota Cipasera. Para aktivis KPPDO, pada
2002, pun melakukan kajian awal untuk mendata kelayakan wilayah
68

Cipasera menjadi sebuah kota otonom setingkat kotamadya. Wilayah
Cipasera yang memiliki luas 239.850 km persegi, kini telah menjadi
daerah perkotaan yang ramai. Pada tahun 2000, jumlah penduduk
yang tinggal di lima kecamatan itu hampir mencapai 942.194
(Pagedangan diikutkan) atau setara dengan 34,5 persen penduduk
Kabupaten Tangerang. Sayangnya, wilayah yang telah berkembang
menjadi kota itu tidak dibarengi dengan penataan kota yang baik.
Namun pembentukan Kota Tangerang Selatan, rupanya
masih panjang untuk sampai final. Ini dikarenakan Pemerintah
Kabupaten Tangerang menyatakan bahwa kota tersebut hanya akan
terdiri atas tujuh kecamatan. Padahal DPRD Tangerang telah sepakat
dan menyetujui kota otonom itu terdiri atas delapan kecamatan.
Bupati Tangerang Ismet Iskandar tidak memasukkan Cisauk dalam
draf wilayah Tangerang Selatan. Padahal penetapan delapan
kecamatan yang terdiri dari Setu Ciputat, Cisauk, Ciputat Timur,
Serpong, Serpong Utara, Pondok Aren dan Pamulang, telah ada dasar
kajian ilmiahnya.
Akhirnya tanggal 29 Septemper 2008 keluar Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan
melalui Sidang Paripurna DPR-RI, dengan cakupan wilayah Kec. Setu,
Serpong, Serpong Utara, Pondok Aren, Pamulang, Ciputat, dan
Ciputat Timur bergabung dalam sebuah kota yang otonom bernama
Kota Tangerang Selatan.
69

Berikut ini 7 (tujuh) kecamatan yang ada di Kota Tangerang Selatan: 1. Kecamatan Serpong terdiri atas 8 (delapan) kelurahan: Buaran,
Ciater Serpong, Cillenggang, Rawa Buntu, Lengkong Wetan,
Lengkong Gudang, Lengkong Gudang Timur dan Rawa Mekar
Jaya.
2. Kecamatan Serpong Utara terdiri atas 8 (delapan) kelurahan:
Jelupang, Lengkong Karya, Paku Jaya, Paku Alam, Lengkong
Karya dan Pondok Jagung Timur.
3. Kecamatan Ciputat terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan: Cipayung,
Ciputat, Sarua, Sarua Indah, Jombang, Sawah Baru, dan Sawah.
4. Kecamatan Pamulang terdiri dari 8 (delapan) kelurahan: Kedaung,
Bambu Apus, Benda Baru, Pamulang Barat, Pamulang Timur,
Pondok Benda, Pondok Cabe Ilir, dan Pondok Cabe Udik.
5. Kecamatan Ciputat Timur terdiri dari 6 (enam) kelurahan:
Cirendeu Cempaka Putih, Rempoa, Pisangan, Rengas, dan
Pondok Ranji.
6. Kecamatan Pondok Aren terdiri dari 11 (sebelas) kelurahan:
Jurang Mangu Barat, Jurang Mangu Timur, Perigi, Perigi Baru,
Pondok Aren, Pondok Betung, Pondok Jaya, Pondok Kacang
Barat, Pondok Kacang Timur, Pondok Karya, dan Pondok Pucung.
7. Kecamatan Setu terdiri dari 6 (enam) kelurahan: Kranggan,
Kademangan, Muncul, Setu, Babakan, dan Bakti Jaya.
70

2. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah wajib pajak PBB yang
bertempat tinggal di wilayah Tangerang. Data statistik responden
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1.
Data Statistik Responden
Jumlah Persentase
Jenis penghasilan Tetap
Tidak tetap
63
37
63%
37%
Pekerjaan Pegawai pemerintah
Pegawai swasta
Pedagang
Penyedia jasa
Lainnya
18
41
11
10
20
18%
41%
11%
10%
20%
Pendidikan terakhir wajib pajak
SD
SMP
SMA D3 S1 atau lebih tinggi
7
7
50
11
25
7%
7%
50%
11%
25%
Penghasilan wajib pajak
< 1 juta
1-3 juta
4-7 juta
7-10 juta
> 10 juta
18
58
20
3
1
18%
58%
20%
3%
1%
71

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa jumlah
responden yang berpenghasilan tetap lebih mendominasi dengan
jumlah 63 orang atau sekitar 63% dibandingkan dengan responden
yang berpenghasilan tidak tetap yaitu sebanyak 37 responden atau
sekitar 37%. Dari sisi pekerjaan responden, responden yang berstatus
sebagai pegawai swasta saling mendominasi dengan jumlah 41 orang
atau sekitar 41%. Sedangkan yang berstatus sebagai pegawai
pemerintah sebanyak 18 orang (18%). kemudian yang bekerja sebagai
pedagang sebanyak 11 orang (11%), penyedia jasa sebanyakn 10
orang (10%) dan lainnya sebanyak 20 orang (20%) yang memiliki
pekerjaan selain keempat jenis pekerjaan diatas.
Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan
oleh wajib pajak, responden dengan tingkat pendidikan SMA adalah
yang paling banyak yaitu 50 orang (50%). setelah itu S1 atau lebih
tinggi sebanyak 25 orang (25%), yang berpendidikan SMP sebanyak 7
orang (7%), sisanya berpendidikan SD sebanyak 7 orang (7%), dan
D3 sebanyak 11 orang (11%).
Berdasarkan penghasilan wajib pajak, penghasilan kurang
dari 1 juta rupiah berjumlah 18 orang (18%), kemudian yang
berpenghasilan 1 juta sampai dengan 3 juta rupiah berjumlah 58 orang
(58%), yang berpenghasilan 4 juta sampai dengan 7 juta rupai
berjumlah 20 orang (20%), yang berpenghasilan 7 juta sampai dengan
72

10 juta rupiah berjumlah 3 orang (3%), dan yange berpenghasilan
diatas 10 juta berjumlah 1 orang (1%).
B. Analisis Data
1. Hasil Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Hasil uji validitas instrumen sikap wajib pajak dari ke 5
(lima) butir pertanyaan setiap butir pertanyaan dinyatakan valid
karena angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan lebih
besar atau sama dengan r tabel.
Hasil uji validitas instrumen motivasi wajib pajak dari ke
8 (delapan) butir pertanyaan setiap butir pertanyaan dinyatakan
valid karena angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan
lebih besar atau sama dengan r tabel.
Hasil uji validitas instrumen persepsi wajib pajak tentang
pelaksanaan sanksi denda PBB dari ke 7 (tujuh) butir pertanyaan
setiap butir pertanyaan dinyatakan valid karena angka korelasional
yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan r
tabel.
Hasil uji validitas instrumen kesadaran wajib pajak
dalam pembayaran PBB dari ke 14 (empat belas) butir pertanyaan
setiap butir pertanyaan dinyatakan valid karena angka korelasional
73

yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan r
tabel.
b. Uji Reliabilitas
Tabel 4.2. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach
Alpha
Keterangan
Sikap wajib pajak 0,914 Reliabel
Motivasi wajib pajak 0,886 Reliabel
Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan
sanksi denda pajak bumi dan bangunan
0,916 Reliabel
Kesadaran wajib pajak dalam pembayaran
pajak bumi dan bangunan
0,768 Reliabel
Sumber: Data diolah
Berdasarkan pada tabel 4.2 instrumen sikap wajib pajak memiliki nilai
cronbach alpha 0,914, instrumen motivasi wajib pajak memiliki nilai
cronbach alpha 0,886, instrumen persepsi wajib pajak tentang
pelaksanaan sanksi denda pajak bumi dan bangunan memiliki nilai
cronbach alpha 0,916 dan instrumen kesadaran wajib pajak dalam
pembayaran pajak bumi dan bangunan memiliki nilai cronbach alpha
0,768. Dan masing-masing instrumen tersebut dinyatakan reliabel
karena memiliki nilai cronbach alpha diatas 0,60.
74

2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Hasil uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji multikolinieritas, uji heterokedastisitas, uji normalitas.
a. Hasil Uji Multikolinieritas
Berikut ini adalah hasil uji multikolinieritas
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
SIKAP .808 1.238
MOTIVASI .950 1.052
PENDAPATAN .770 1.299
PERSEPSI .752 1.329
1
PENDIDIKAN .717 1.395 a. Dependent Variable: Kesadaran
Sumber : data diolah
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa semua variabel independen,
yaitu sikap wajib pajak, motivasi wajib pajak, tingkat pendapatan
kepala keluarga, persepi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi
denda pajak bumi dan bangunan dan pendidikan wajib pajak
mempunyai nilai Tolerance berada diatas 0.10 dan nilai VIF < 10.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tidak terdapat gejala
Multikolinearitas.
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas
75

Berikut ini adalah hasil uji heterokedastisitas:
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : data diolah
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa model regresi dalam
penelitian ini tidak terdapat gangguan heterokedastisitas karena
tidak ada pola yang jelas pada titik-titiknya. Titik-titiknya juga
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini
berarti bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi
semua variabel independen mempengaruhi variabel dependennya,
yaitu kesadaran wajib pajak dalam pembayaran pajak bumi dan
bangunan.
76

c. Hasil uji Normalitas.
Berikut ini adalah hasil uji normalitas:
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas
Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa model regresi, yaitu sikap
wajib pajak, motivasi wajib pajak, tingkat pendapatan kepala
keluarga, persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda
pajak bumi dan bangunan dan pendidikan wajib pajak terhadap
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran pajak bumi dan
bangunan, secara keseluruhan telah memenuhi asumsi normalitas,
sebab sebaran data terdistribusi normal, yaitu penyebaran titik-
titiknya di dekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
77

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Simirnov)
Sumber: data diolah
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 100
Mean .0000000Normal Parametersa,,b
Std. Deviation 3.67686897
Absolute .065
Positive .040
Most Extreme Differences
Negative -.065
Kolmogorov-Smirnov Z .651
Asymp. Sig. (2-tailed) .790
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
(0,790) > 0.05. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa distribusi data
tersebut terdistribusi secara normal.
3. Hasil Uji Hipotesis
Dalam pengolahan data, penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi berganda dengan menggunakan uji t dan uji F, dimana
dasar pengambilan keputusan adalah apabila signifikansi lebih kecil
dari 0,05 maka Ha diterima, sebaliknya jika signifikansi lebih besar
dari 0,05 maka Ha ditolak.
78

a. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2 )
Hasil Koefisien Determinasi atau Adjusted R2 dapat dilihat dari
tabel berikut :
Tabel 4.7
Koefisien Determinasi (Adjusted R2 )
Sumber : data diolah
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .558a .311 .274 3.773 1.144
a. Predictors: (Constant), Pendidikan, Motivasi, Sikap, Pendapatan, Persepsi
b. Dependent Variable: Kesadaran
Hasil pengujian pada tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa nilai
koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,274. Artinya
variabel kesdaran wajib pajak dalam pembayaran pajak bumi dan
bangunan dijelaskan oleh kelima variabel independennya sebesar
27,4%. Sedangkan sisanya 72,6% dijelaskan oleh variabel lain
seperti moral, pemahan wajib pajak terhadap undang-undang dan
peraturan perpajakan PBB, lama tinggal wajib pajak dilokasi objek
PBB dan lain-lain.
79

b. Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F)
Pengaruh secara simultan variabel independen Sikap wajib pajak,
Motivasi wajib pajak, Tingkat pendapatan kepala keluarga,
Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB, dan
Pendidikan wajib pajak terhadap Kesadaran wajib pajak dalam
pembayaran PBB dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F )
Sumber : data diolah
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Regression 604.333 5 120.867 8.489 .000a
Residual 1338.417 94 14.238
1
Total 1942.750 99
a. Predictors: (Constant), Pendidikan, Motivasi, Sikap, Pendapatan, Persepsi
b. Dependent Variable: Kesadaran
Berdasarkan pada tabel 4.8 hasil uji signifikansi simultan (uji
statistik F) menghasilkan nilai F hitung sebesar 8,489 dengan
tingkat signifikansi 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
probabilitas (0,000) lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa sikap wajib pajak, motivasi wajib pajak, tingkat pendapatan
kepala keluarga, persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi
80

denda PBB dan pendidikan wajib pajak berpengaruh secara
simultan terhadap kesadaran wajib pajak dalam membayar PBB.
c. Hasil Uji Parsial (Uji Statistik t)
Berikut ini adalah hasil uji parsial (uji t):
Tabel 4.9 Hasil Uji Parsial (Uji t )
S
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 35.502 4.415 8.041 .000
SIKAP .404 .144 .268 2.811 .006
MOTIVASI .037 .093 .035 .398 .691
PENDAPATAN -1.201 .564 -.208 -2.130 .036
PERSEPSI .415 .113 .361 3.660 .000
1
PENDIDIKAN .328 .391 .085 .840 .403
a. Dependent Variable: KESADARAN
sumber : data diolah
Berdasarkan hasil yang ditampilkan pada tabel 4.9 dapat
disimpulkan bahwa variabel motivasi wajib pajak dan pendidikan
wajib pajak tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas
signifikansi untuk motivasi wajib pajak sebesar 0,691 dan
pendidikan wajib pajak sebesar 0,403 dimana keduanya lebih besar
dari 0,05. Sedangkan untuk sikap wajib pajak, tingkat pendapatan
kepala keluarga, dan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan
sanksi denda PBB signifikan karena ketiganya memiliki tingkat
81

signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu masing-masing sebesar
0,006, 0,036 dan 0,000. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa sikap wajib pajak, tingkat pendapatan kepala keluarga, dan
persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB secara
individual merupakan variabel penjelas dalam menerangkan
variabel dependennya, yaitu kesadaran wajib pajak dalam
pembayaran pajak bumi dan bangunan.
4. Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan tabel 4.9 maka dapat dibuat sebuah persamaan
regresi berganda sebagai berikut:
KWPDPPBB = 35,502 + 0,404SWP + 0,037MWP – 1,201TPKK -
+ 0,415PWPTPSDPBB + 0,328PWP + e.
Dari persamaan regresi berganda diatas, dapat dilihat nilai
konstanta sebasar 35,502 yang mana artinya bahwa jika variabel
independen diabaikan atau bernilai nol maka nilai Kesadaran Wajib
Pajak Dalam Pembayaran PBB bernilai sebesar 35,502.
Koefisien sikap wajib pajak bertanda positif sebesar 0,404,
hal ini menyatakan jika perubahan sikap wajib pajak naik 1% maka
akan menimbulkan kenaikan kesadaran wajib pajak dalam
pembayaran PBB sebesar 0,404 dengan asumsi variabel lain diabaikan
dan konstan. Perubahan sikap wajib pajak memiliki tingkat
82

Signifikansi sebesar 0,006 < 5%. Ini menyatakan bahwa secara parsial
perubahan sikap wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap
kesadarana wajib pajak dalam pembayaran PBB.
Koefisien motivasi wajib pajak bertanda positif sebesar
0,037, hal ini menyatakan jika perubahan sikap wajib pajak naik 1%
maka akan menimbulkan kenaikan kesadaran wajib pajak dalam
pembayaran PBB sebesar 0,037 dengan asumsi variabel lain diabaikan
dan konstan. Perubahan motivasi wajib pajak memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,691 > 5%. Ini menyatakan bahwa secara parsial
perubahan motivasi wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB.
Koefisien tingkat pendapatan kepala keluarga bertanda
negatif sebesar -1,201, hal ini menyatakan jika perubahan tingkat
pendapatan kepala keluarga naik 1% maka akan menimbulkan
penurunan kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB sebesar
1,201 dengan asumsi variabel lain diabaikan dan konstan. Perubahan
tingkat pendapatan kepala keluarga memiliki tingkat signifikan
sebesar 0,036 < 5%. Ini menyatakan bahwa secara parsial perubahan
tingkat pendapatan kepala keluarga berpengaruh signifikan terhadap
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB.
Koefisien persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi
denda PBB bertanda positif sebesar 0,415, hal ini menyatakan jika
perubahan tingkat persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi
83

denda PBB naik 1% maka akan menimbulkan kenaikan kenaikan
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB sebesar 0,415 dengan
asumsi varibel lain diabaikan dan konstan. Perubahan persepsi wajib
pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB memiliki tingkat
signifikansi 0,000 < 5%. Ini menyatakan bahwa secara parsial
perubahan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda
PBB berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam
pembayaran PBB.
Koefisien pendidikan wajib pajak bertanda positif sebesar
0,326, hal ini menyatakan jika perubahan tingkat pendidikan wajib
pajak naik 1% maka akan menimbulkan kenaikan kesadaran wajib
pajak dalam pembayaran PBB sebesar 0,326 dengan asumsi variabel
lain diabaikan dan konstan. Perubahan pendidikan wajib pajak
memiliki tingkat signifikansi 0,403 > 5%. Ini menyatakan bahwa
secara parsial perubahan pendidikan wajib pajak berpengaruh
signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB.
Berdasarkan analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
dari ke 5 (lima) variabel independen yang mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB
hanya terdapat 3 (tiga) variabel yang signifikan yaitu sikap wajib
pajak dengan tingkat signifikansi sebesar 0,006 < 5%, tingkat
pendapatan kepala keluarga dengan tingkat signifikansi 0,036 < 5%,
84

dan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB
dengan tingkat signifikansi 0,000 < 5%.
Hasil regresi berganda dengan menggunakan tingkat alpha =
5% menyatakan hasil sebagai berikut : R2 = 0,311, F = 8,489,
signifikansi = 0,000. Hasil ini memberikan dasar bagi penarikan
kesimpulan bahwa Hipotesis nol (H0) ditolak, artinya secara bersama-
sama variabel independen seperti sikap wajib pajak, motivasi wajib
pajak, tingkat pendapatan kepala keluarga, persepsi wajib pajak
tentang pelaksanaan sanksi denda PBB dan pendidikan wajib pajak
ternyata memberikan konstribusi sebesar 31,1% dalam menjelaskan
variabel kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB.
Variabel sikap wajib pajak memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,006 atau lebih kecil dari alpha 5% dan thitung sebesar 2.811
berada di luar daerah kritis (diantara nilai ttabel -1,98 sampai +1,98),
sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial variabel sikap wajib
pajak berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran wajib pajak
dalam pembayaran PBB. Maka dapat dikatakan Ha1 diterima. Hal ini
sesuai dengan yang diprediksikan yaitu sikap wajib pajak berpengaruh
signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB.
Teori ekuitas (equity theory) menjelaskan mengenai hubungan antara
sikap wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak. Teori ini
menekankan pada aspek keadilan. Apabila wajib pajak memandang
bahwa hak dan kewajibannya sebanding dalam artian bahwa adanya
85

keseimbangan antara kewajibannya sebagai wajib pajak dan hak-hak
yang dapat diperolehnya maka wajib pajak cenderung lebih patuh
dalam menjalankan kewajiban pajaknya. Teori ini juga menyangkut
keadilan dalam hubungannya dengan perlakuan terhadap setiap wajib
pajak. Apabila wajib pajak merasa bahwa keadilan pajak telah
diterapkan kepada semua wajib pajak dengan tidak membedakan
perlakuan antara wajib pajak badan dengan perorangan, wajib pajak
besar dengan wajib pajak kecil dalam artian bahwa semua wajib pajak
diperlakukan secara adil maka setiap wajib pajak cenderung untuk
menjalankan kewajiban pajaknya dengan baik atau dengan kata lain
menimbulkan kepatuhan dalam diri wajib pajak.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kautsar Riza Salman dan Farid (2008), dengan penelitian yang
berjudul Pengaruh Sikap dan Moral Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Pada Industri Perbankan Di Surabaya, menekankan pada
2 faktor yang mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Pada Industri
Perbankan di Surabaya yaitu, Sikap Wajib Pajak dan Moral Wajib
Pajak. Hasil penelitian tersebut menyebutkan sikap wajib pajak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hardika (2006) memberikan bukti empiris yang
berbeda yaitu sikap wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini disebabkan karena beberapa
86

hal antara lain: kondisi masyarakat WP dan fiskus yang belum siap
dengan self assesment system, sistem administrasi perpajakan yang
belum sepenuhnya siap mendukung pelaksanaan self asessment
system, serta kebijaksanaan perpajakan yang seringkali mengalami
perubahan.
Variabel motivasi wajib pajak memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,691 atau lebih besar dari 5% dan thitung sebesar 0,398 berada
didaerah kritis (diantara nilai ttabel -1,98 sampai +1,98), sehingga dapat
dikatakan bahwa secara parsial variabel motivasi wajib pajak tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam
pembayaran PBB. Maka dapat dinyatakan Ha2 ditolak. Hasil tersebut
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Frengki (2006) yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi wajib pajak
terhadap partisipasi pembayaran PBB. Seharusnya dalam melakukan
sosialisasi PBB, hendaknya petugas PBB dapat menyesuaikan waktu
yang tepat kepada masyarakat dengan tidak menganggu aktivitas
masyarakat. Sehingga masyarakat akan lebih nyaman untuk mengikuti
sosialisasi tersebut. Dengan demikian masyarakat akan memiliki
pengetahuan tentang PBB. Sehingga masyarakat dapat aktif dan
berperan serta dalam mengikuti prosedur/ tata cara pembayaran PBB
mulai dari pendataan, pendaftaran atau perhitungan PBB, sehingga
bila jumlah pajak tidak sesuai maka wajib pajak dapat menghitung
87

sendiri jumlah PBB tanpa merubah ketentuan yang ada (Frengki
(2006).
Variabel tingkat pendapatan kepala keluarga memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,036 atau lebih kecil dari 5% dan nilai thitung
sebesar -2,130 berada di luar daerah kritis (diantara nilai ttabel -1,98
sampai +1,98), sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial
variabel tingkat pendapatan kepala keluarga berpengaruh secara
signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB.
Maka dapat dinyatakan Ha3 diterima.
Hasil tersebut tidak mendukung penelitian yang dilakukan
Linus (2002) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
tingkat pendapatan kepala keluarga dengan kesadaran membayar
pajak bumi dan bangunan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendapatan kepala keluarga dapat mempengaruhi kesadaran wajib
pajak dalam pembayaran PBB. Karena semakin besar atau tinggi
pendapatan kepala keluarga akan semakin tinggi kesadaran
perpajakannya. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
Astuti dan Rini (2009) yang membuktikan ada hubungan signifikan
antara pendapatan wajib pajak terhadap kesadaran perpajakan.
Menurut Karim (2002:2) Tingkat pendapatan kepala keluarga
selaku anggota masyarakat mempengaruhi segala aktivitas dalam
88

memenuhi kewajiban sebagai warga Negara termasuk didalamnya
membayar PBB.
Bicara kesadaran kepala keluarga selaku anggota masyarakat
dalam membayar PBB tingkat kesadaran masyarakat merupakan hal
yang sangat esensial. Kesadaran yang dimaksud adalah kemauan
secara sukarela dari hati nurani kepala keluarga selaku anggota
masyarakat untuk membayar pajak yang berguna dalam pembiayaan
pembangunan. Kesadaran merupakan faktor yang paling dominan
dalam masyarakat untuk melunasi pajak, dengan kesadaran dari hati
nurani itu maka timbul sikap yang bijaksana dari mereka. Tanpa
adanaya kesadaran ini sulit rasanya bagi pemerintah untuk menjaring
pajak, jika bias tentu dengan cara paksaan. Pembayaran PBB oleh
masyarakat banyak ditentukan oleh faktor-faktor: a) latar belakang
masyarakat, b) tingkat pendidikan, c) tingkat pendapatan, d) beban
keluarga/jumlah tanggungan, e) kesadaran, f) kebijakan pemerintah,
g) tingkat intelektual dan moral, h) dan lain-lain.
Ada kecenderungan bagi orang yang berpendapatan tinggi
pengeluaran juga tinggi, orang yang berpendapatan rendah
pengeluaran juga rendah. Jadi ada kecenderungan pengeluaran
seseorang menyesuaikan dengan pendapatan yang diperolehnya, ada
keseimbangan antara pendapatan dengan pengeluaran, pendapatan
yang dicapai dalam jangka waktu tertentu, senantiasa sama dengan
pengeluaran jangka waktu tertentu.
89

Demikian juga dengan masalah kesadaran dalam membayar
pajak, pembayaran pajak termasuk juga pengeluaran yang berkaitan
pula dengan pendapatan seseorang. Apalagi bagi orang-orang yang
sadar akan arti pentingnya fungsi pajak bagi pembangunan nasional,
maka ada nilai lebihnya yaitu mereka tidak segan-segan untuk
mengeluarkan biaya untuk membayar pajak. Dalam hal ini pendapatan
kepala keluarga berpengaruh dalam membayar pajak. Walaupun
mereka sadar arti pentingnya pajak namun ada yang masih enggan
melunasi pajak, hal ini karena alasan penghasilannya minim atau
sengaja lalai padahal penghasilannya besar. Namun demikian pada
umumnya mereka tidak keberatan membayar pajak asal tidak terlalu
berat atau nilainya masih berada dibawah penghasilannya secara rutin
setiap bulan. Oleh karena itu perlu dikaji kaitan antara kesadaran
membayar pajak dengan penghasilan/pendapatan yang mereka peroleh.
Variabel persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi
denda PBB memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 atau lebih
kecil dari 5% dan nilai thitung sebesar 3,660 berada diluar daerah kritis
(diantara nilai ttabel -1,98 sampai +1,98), sehingga dapat dikatakan
bahwa secara parsial variabel persepsi wajib pajak tentang
pelaksanaan sanksi denda PBB berpengaruh secara signifikan
terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB. Maka Ha4
diterima.
90

Hasil tersebut mendukung penelitian Astuti dan Rini (2009)
yang membuktikan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi
denda PBB juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kesadaran perpajakan. Dengan demikian, pada penelitian ini persepsi
wajib pajak tentang sanksi denda PBB berpengaruh terhadap
kesadaran wajib pajak dalam membayar PBB secara tepat waktu dan
tepat jumlah.
Undang-undang dan peraturan perpajakan termasuk UU PBB
No. 12 Tahun 1994 secara garis besar berisikan hak dan kewajiban
wajib pajak, yang mengatur tindakan-tindakan yang diperkenankan
dan tidak diperkenankan oleh semua wajib pajak. Setiap wajib pajak
PBB yang berada di bawah payung hukum atau undang-undang PBB
harus mematuhinya. Namun, banyak perilaku masyarakat yang
menyimpang dari undang-undang atau peraturan perpajakan yang ada.
Oleh sebab itu agar berbagai regulasi yang ada dipatuhi oleh wajib
pajak, maka terdapat sanksi untuk para pelanggarnya.
Variabel pendidikan wajib pajak memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,403 atau lebih besar dari 5% dan nilai thitung
sebesar 0,840 berada didaerah kritis (diantara nilai ttabel -1,98 sampai
+1,98), sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial variabel
pendidikan wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB. Maka Ha5 ditolak.
91

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Astuti dan
Rini (2009) yang menyatakan bahwa pendidikan wajib pajak tidak
berpengaruh signifikan terhadap kesadaran perpajakan. Dan, hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Misbach (1997) yang
membuktikan pendidikan wajib pajak PBB tidak berpengaruh
terhadap keberhasilan penerimaan PBB. Hasil ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Soemitro (1993) yang menyatakan terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kesadaran
membayar pajak. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pendidikan
perpajakan yang ditanamkan sejak dini pada masyarakat. Sesuai
dengan pernyataan Guritno dalam Misbach (1997:16), kesadaran
masyarakat untuk membayar pajak harus dibina melalui dua cara.
Salah satunya meningkatkan pengetahuan dan pendidikan masyarakat.
Pendidikan pajak untuk Sekolah Dasar ditujukan untuk menumbuhkan
kesadaran akan perlunya pajak bagi pembangunan bangsa dan negara
(Nasucha, 1999:5).
92

BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Sikap wajib pajak berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran
wajib pajak dalam pembayaran PBB.
2. Motivasi wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB karena kurangnya
sosialisasi PBB kepada masyarakat yang harus dilakukan KPP dan
pemerintah daerah sebagai lembaga kolektor PBB.
3. Tingkat pendapatan kepala keluarga berpengaruh secara signifikan
terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB.
4. Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB
berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam
pembayaran PBB.
5. Pendidikan wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB karena kurangnya
pendidikan perpajakan formal dan informal yang ditanamkan sejak dini
pada masyarakat.
6. Sikap wajib pajak, motivasi wajib pajak, tingkat pendapatan kepala
keluarga, persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB,
dan pendidikan wajib pajak berpengaruh secara simultan terhadap
93

kesadaran wajib pajak. Namun secara parsial motivasi wajib pajak dan
pendidikan wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB.
B. Implikasi
Adanya pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran
wajib pajak dalam pembayaran PBB menunjukkan bahwa faktor-faktor
yang ada dalam diri wajib pajak ini turut mempengaruhi kesadaran wajib
pajak dalam membayar PBB. Faktor-faktor yang terbukti berpengaruh
dalam penelitian ini adalah sikap wajib pajak, tingkat pendapatan kepala
keluarga, dan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB.
Sedangkan sisanya, yaitu motivasi wajib pajak dan pendidikan wajib pajak
terbukti tidak berpengaruh terhadap kesadaran wajib pajak dalam
pembayaran PBB.
Tidak adanya pengaruh motivasi wajib pajak dan pendidikan
wajib pajak terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB
dikarenakan kurangnya pendidikan perpajakan informal dan formal yang
ditanamkan sejak dini pada masyarakat, serta kurangnya sosialisasi PBB
kepada masyarakat yang harus dilakukan KPP dan pemerintah daerah
sebagai lembaga kolektor PBB. Sedangkan variabel lainnya, yaitu sikap
wajib pajak yang terbukti mempengaruhi kesadaran wajib pajak dalam
pembayaran PBB adalah disebabkan oleh faktor internal yaitu diri kita
sendiri seperti sikap yang baik sebab pada hakikatnya sikap adalah
94

perwujudan daripada adanya kesadaran tersebut dan tingkat pengetahuan
wajib pajak, sedangkan faktor eksternal jauh lebih berpengaruh yaitu
sosialisasi yang diberikan oleh aparat pajak sehingga menimbulkan sebuah
sikap dan faktor lainnya seperti motivasi wajib pajak, tingkat pendapatan
kepala keluarga, persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda
PBB dan pendidikan wajib pajak. Berdasarkan penelitian tersebut, maka
aparat pajak harus meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak. Beberapa
faktor memiliki hubungan positif dengan kesadaran wajib pajak dalam
pembayaran PBB.
Sama halnya dengan penghasilan wajib pajak, tingkat pendapatan
kepala keluarga juga berpengaruh terhadap kesadaran wajib pajak dalam
pembayaran PBB. Hal ini dikarenakan semakin besar penghasilan kepala
keluarga semakin tinggi kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB.
Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB juga
berpengaruh terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB. Hal
ini dikarenakan wajib pajak PBB memandang bahwa pelaksanaan sanksi
denda PBB dilaksanakan secara tegas, konsisten dan adil kepada semua
wajib pajak PBB yang melanggar.
95

C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan
penelitian yang telah dilakukan, maka berikut ini disampaikan saran-saran
yang bersifat operasional dan spesifik untuk berbagai pihak yang
memerlukan, yaitu sebagai berikut:
a. Penelitian berikutnya hendaknya menambah wilayah studi penelitian.
b. Perlunya dilakukan penambahan jumlah responden atau objek
penelitian, sehingga akan menghasilkan data yang lebih baik lagi.
c. Aparat pajak hendaknya mengkaji beberapa karakteristik wajib pajak
yang mempengaruhi perilaku masyarakat wajib pajak, tidak hanya
melihat faktor sosial, budaya, dan ekonomi tetapi juga
mempertimbangkan faktor kepribadian dan psikologi (seperti faktor
motivasi, faktor kecemasan, dan faktor pengharapan) wajib pajak,
karena hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.
96

DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, Icek. 2002. Constructing a TPB Questionnaire: Conceptual and Methodological Considerations (Revised January,2006), (Online), (http://people.umass.edu/aizen/pdf/tpb.measurement.pdf, diakses 27 April 2009).
Antonius Sumarsono, Mario dan M Khoiru Rusydi, “Analisis Perbedaan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dan Penerimaan Pajak Sebelum dan Sesudah Penerapan Modernisasi Administrasi Perpajakan”. Universitas Brawijaya, 2008.
Agustriana Mandiri, Devia dkk. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Bangkalan”, Simposium Nasional Perpajakan. 2008.
Ancok, Djamaludin. Psikologi Terapan: Mengapa Orang Kurang Antusias Membayar Pajak. (Yogyakarta: Darussalam, 2004).
Bintari A, “Ilmu Ekonomi”. Ganeca Exact, Bandung 1996.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro edisi ketiga: 2005)
Hamid, Abdul. Panduan Penulisan Skripsi. (Jakarta: Cetakan 1 FEIS UIN Press, 2007).
Hasibuan, H.Organisasi dan Motivasi. Jakarta. PT. Bumi Aksara 2003.
Hardika, N. Sentosa. 2006. Pengaruh Lingkungan dan Moral Wajib Pajak Terhadap Sikap dan Kepatuhan Wajib Pajak Pada Hotel Berbintang di Propinsi Bali. Disertasi. Universitas Airlangga: Surabaya.
Indrawijaya, Adam. Perilaku Organisasi. Bandung. Pustaka Sinar Baru, 2003.
Indriantoro dan Supomo. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Managemen. (Yogyakarta: BPFE, 2002).
Kansil, C.S.T. “Hidup Berbangsa dan Bernegara (Pedoman Hidup Bernegara
untuk Siswa Indonesia)”, PT. Erlangga, Jakarta, 1993.
97

Karim, Linus. “Hubungan Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Dengan Kesadaran Membayar PBB (Kasus Di Desa Barong Tongkok Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat)”. Guruvalah.20m.com, 2002.
Karnanto, “Kenaikan PBB Yang Merisaukan”. Indonesian Tax Review, 5 (5),
2006. Kautsar Riza, Salman dan Mochammad Farid, “Pengaruh Sikap dan Moral Wajib
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Industri Perbankan Di Surabaya”. 2007.
LTK, Untung. “Analisis Persepsi dan Harapan Wajib Pajak Terhadap Pelayanan
Penyelesaian Restitusi Pajak di Wilayah Jakarta Selatan”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara, Juni 1997.
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi 2009, (Yogyakarta: Andi, 2009).
Misbach, Moc. Lutfie, “Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak dan Pengaruhnnya Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kotamadya Surabaya”. Universitas Airlangga, 1997.
Munari, “Pengaruh Faktor Tax payer terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak
Penghasilan (Studi Kasus Kpp Batu, Malang)”. Jurnal Eksekutif, 2 (2), 2005.
Nasucha, Chaizi. “Paradigma Baru Pusat Penyuluhan Perpajakan”, Jurnal Kipas
Volume 1 Nomor 11, Agustus 1999.
Partadiredja, Ace. ”Perhitungan Pendapatan Nasional”. LP3ES, Jakarta, 1973.
Rini dan Sri Astuti, “Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan Pengaruhnya Terhadap Kesadaran Perpajakan”. Simposium Nasional Perpajakan, 2008.
Rachman, Arief, Rindah Febriana Suryawati, dan Gita Arasy Harwida.
“Pengaruh Pemahaman Kesadaran, Serta Kepatuhan Wajib Pajak PBB Terhadap Keberhasilan Penerimaan PBB Di Kecamatan Kota Sumenep Kabupaten Sumenep”. 2008.
98

Santoso, Wahyu. ” Analisis Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak Sebagai Dasar Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak (Penelitian Terhadap Wajib Pajak Badan Di Indonesia) ”. Jurnal Keuangan Publik Vol. 5, No. 1, Hal 85 – 137. Oktober 2008.
Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. (Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo, 2004). Suhardito, Bambang dan Bambang Sudibyo. “Pengaruh Faktor-Faktor Yang
Melekat Pada Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan”, Simposium Nasional Akuntansi II, 1999.
Suandy, Erly, Hukum Pajak, (Jakarta: Salemba Empat, 2008). Sumantri, Agus. “Kepatuhan Pajak Terhadap Hukum Pajak (Studi Status
Ekonomi Warga Masyarakat Dalam Hubungannya Dengan Kepatuhan Mereka Membayar Pajak Bumi dan Bangunan”. (Thesis: Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya, 1992).
Sumardi, Mulyanto. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, Yayasan Ilmu Sosial,
Rajawali Press, Jakarta, 1991. Siahaan, Frengki, “Pengaruh Sikap Dan Motivasi Masyarakat Terhadap
Partisipasi Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Di Kecamatan Candisari Kota Semarang”. 2006.
Soediyono, Ekonomi Makro Pengantar Analisis Pendapatan Nasional. Liberty,
Yogyakarta, 1990. Soemitro, Rochmat. “Pajak Bumi dan Bangunan”. Eresco, Bandung, 1986. Sutrisno, Edy. “Manajemen Sumber Daya Manusia”. (Jakarta: Kencana, 2009). Tarjo dan Sawarjuwono Tjiptohadi. “Kepercayaan Wajib Pajak Terhadap Fiskus,
Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Pentingnya Membayar Pajak, Rekayasa Akuntansi dan Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Bisnis Volume 3 Nomor 2, Agustus 2005.
99

The Liang Gie, Ensiklopedi Administrasi, Gajah Mada University Pers, Yogyakarta 1989.
Troutman, Coleen S. 1993. Moral Commitment to Tax Compliance as Measured
by The Development of Moral Reasoning and Attitutes Towards The Fairness of The Tax Laws. Dissertation, Oklahoma State University, USA.
Waluyo, Perpajakan Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2008). Winarti, Euis. ”Pengembangan Kepribadian”. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007). Wisnaeni, Fifiana, dkk. “Pengaruh Tingkat Pendidikan Pengusaha Rumah Makan
Terhadap Kesadaran Hukum Menyetorkan Pajak Pembangunan I di Kodya Dati II Semarang”. 1993.
100

LAMPIRAN 1 SURAT IZIN RISET
101

LAMPIRAN 2 KUESIONER PENELITIAN
102

KUISIONER PENELITIAN
Nama : Muhammad Ash Shiddiq
NIM : 207082000075
Universitas : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Sehubungan dengan adanya penelitian untuk tugas akhir program strata
satu (S1) fakultas ekonomi dan bisnis. Saya meminta kesediannya untuk
membantu penelitian saya yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kesadaran Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di
Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan”. Dengan mengisi kuisioner yang telah
disediakan. atas perhatian dan bantuanya saya ucapkan terima kasih.
Petunjuk Pengisian
Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda anggap paling tepat dengan cara
memberi tanda check list (√) atau (X) pada setiap butir pertanyaan.
Setiap butir pertanyaan berikut ini terdiri atas 5 pilihan jawaban:
SS = Sangat Setuju di masukan dalam kelompok 5
S = Setuju di masukan dalam kelompok 4
R = Ragu-ragu di masukan dalam kelompok 3
TS = Tidak Setuju di masukan dalam kelompok 2
STS = Sangat Tidak Setuju di masukan dalam kelompok 1
Data Responden
• Nama :……………………….. • Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan
103

Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda anggap paling tepat dengan cara memberi tanda check list (√) atau (X) pada setiap butir pertanyaan.
Sikap (X1)
No. Pertanyaan STS TS R S SS 1. Mengetahui UU tentang pajak bumi dan
bangunan
2. Mendapatkan sosialisasi pajak bumi dan bangunan
3. Prosedur yang mudah dimengerti 4. Kebijakan perpajakan tidak memberatkan wajib
pajak
5. Sistem pelayanan di kantor pajak sudah berjalan dengan baik
Motivasi (X2)
No. Pertanyaan STS TS R S SS 1. Kemudahan mengisi formulir pajak bumi dan
bangunan
2. Letak kantor pajak yang dekat dari rumah 3. Kemudahan alat transportasi untuk ke kantor
pajak
4. Sistem dan prosedur yang mudah untuk di ikuti 5. Petugas yang tersedia di kantor pajak sangat
membantu
6. Membayar pajak merupakan bukti pengabdian wajib pajak terhadap Negara
7. Membayar pajak merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
8. Citra aparat pajak yang baik dan bersih akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
104

Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda anggap paling tepat dengan cara memberi tanda check list (√) atau (X) pada setiap butir pertanyaan.
Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga (X3)
1. Pekerjaan responden saat ini:
Pegawai pemerintah
Pegawai swasta
Pedagang
Penyedia jasa
Lainnya, sebutkan :………………………..
2. Tipe rumah anda :……….
3. Jumlah Pendapatan per bulan
Dibawah 1 juta
1 juta – 3 juta
4 juta – 7 juta 7 juta – 10 juta
Diatas 10 juta
105

Anda dapat mengisi lebih dari satu
4. Alat transportasi yang anda gunakan Mobil Motor Angkutan umum
Ojek Sepeda
5. Alat rumah tangga
Televisi
LCD
Home Theater
Persepsi Wajib Pajak Tentang Pelaksanaan Sanksi Denda PBB (X4)
Air Conditioner
Kulkas Note Book/ Laptop
Dispenser
6. Jumlah beban tanggungan dalam keluarga
Tidak ada tanggungan
1 – 3 orang
4 – 7 orang
Diatas 8 orang
106

No. Pertanyaan STS TS R S SS 1. Saya mengetahui sanksi denda yang dikenakan
kepada saya jika terlambat membayar pajak bumi dan bangunan
2. bumi dan bangunan tepat Saya melunasi pajakpada waktunya untuk menghindari sanksi denda
3. Sanksi denda pajak bumi dan bangunan tidak memberatkan bagi saya
4. nda admnistrasi karena Saya sering dikenakan deketerlambatan membayar pajak
5. ajib pajak agar Sanksi sangat diperlukan oleh wtercipta kedisiplinan dan kesadaran dalam memenuhi kewajiban sebagai warga Negara
6. an Pengenaan sanksi denda pajak bumi dbangunan terhadap wajib pajak dalam pembayarannya relatif ringan
7. ajak bumi dan Pengenaan sanksi denda pbangunan harus dilaksanakan dengan tegas kepada semua wajib pajak yang melakukan penyimpangan
Wajib Pajak (X5)
atkan responden
MP
MA
a
Strata 1 atau lebih tinggi
ayaran Pajak Bumi Dan Bangunan (Y1)
Pendidikan
1. Pendidikan formal yang ditamSD S S
Diplom
Kesadaran Wajib Pajak Dalam Pemb
107

No. Pertanyaan STS TS R S SS 1. Membayar pajak merupakan dorongan hati
nurani saya
2. Saya menjalankan kewajiban sebagai wajib pajak tanpa ada paksaan dari pihak fiskus
3. Sebagai warga negara saya harus melaksanakan hak dan kewajiban saya sebagai wajib pajak
4. Saya merasa bangga dengan menjadi wajib pajak
5. Saya mengetahui fungsi atas pajak yang saya bayar
6. Saya memahami betapa pentingnya pajak bagi pembangunan nasional
7. Pajak adalah iuran kepada Negara untuk memelihara kesejahteraan masyarakatnya
8. Saya membayar pajak untuk kepentinganbersama
9. Pajak bumi dan bangunan yang saya bayar tidak memberatkan bagi saya
10. Saya membayar pajak bumi dan bangunan secara tepat waktu
11. Saya membayar sendiri pajak bumi dan bangunan di tempat pembayaran yang telahditentukan
12. Saya membayar pajak jika sudah mendekati tanggal jatuh tempo pembayaran
13. Saya merasa tidak perlu melaporkan detil perubahan tanah dan bangunan rumah saya
14. Saya pernah melaoprkan detil perubahan tdan bangunan rumah saya
anah
108

LAMPIRAN 3
Jawaban Kuesioner Sikap Wajib Pajak
4 4 4 4 4 20 4 5 4 3 4 20
HASIL OLAHAN DATA KUESIONER
5 5 4 4 4 22 5 5 5 5 4 24 4 4 4 3 4 19 4 4 4 5 3 20
109

5 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20 4 5 4 4 3 20 4 4 3 4 4
5 5 4 5 4 23
1 94 4 4 4 3 19 5 5 4 4 4 22 4 4 4 4 4 20 4 5 3 4 4 20 4 4 4 3 5 20 4 4 4 4 4 20 4 5 4 5 4 22 5 5 5 5 4 24 4 4 4 5 4 21 4 4 4 4 3 19 3 3 3 3 2 14 5 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 20 4 4 3 4 4 19 4 4 4 4 4 20 4 4 4 5 4 21 4 5 4 4 3 20 4 4 5 4 4 21 5 5 4 5 4 23 4 5 4 4 4 21 4 5 5 4 4 22 4 4 4 4 4 20 4 4 4 3 5 20 4 4 4 4 4 20 3 3 5 4 4 19 4 4 4 4 5 21 5 5 5 5 4 24 4 4 3 5 4 20 4 4 4 4 4 20 3 2 3 3 3 14 5 5 5 4 4 23 4 4 3 4 4 19 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 5 21 2 2 2 2 1 9 4 4 4 5 5 22 4 5 5 5 4 23 4 4 4 4 4 20 4 3 4 4 4 19
5 5 5 4 4 23 5 5 5 4 5 24 3 4 5 4 4 20 4 4 4 5 4 2 13 2 2 1 3 11 4 3 5 5 4 21 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20 5 4 4 4 5 22 3 3 3 3 3 15 5 5 5 5 4 24 5 5 5 5 5 25 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20 5 5 5 5 5 25 4 4 4 4 4 20 3 3 3 3 3 15 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20 5 5 5 5 5 25 4 4 4 4 4 20 3 3 3 3 3 15 5 5 5 5 5 25 3 3 3 3 3 15 4 4 4 4 4 20 5 5 5 5 5 25 3 3 3 3 3 15 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20 4 5 5 5 5 24 4 4 4 4 4 20 3 3 3 3 3 15 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20 3 3 3 3 3 15 5 5 5 5 5 25 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20
110

4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20 3 3 3 3 3 15 4 4 4 4 4 20
Jawaban Kuesioner Motivasi Wajib Pajak
5 5 5 4 4 4 4 5 36 4 4 4 5 5 5 5 4 36 4 4 4 3 3 3 3 4 28 3 3 3 4 4 4 4 3 28 4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 5 5 5 5 5 5 5 40 4 4 4 4 4 4 4 4 32 3 3 3 3 3 3 3 3 24 4 4 5 5 4 4 5 5 36 5 5 4 4 5 5 4 4 36 4 3 3 3 4 4 4 3 28 5 5 3 3 4 4 4 5 33 5 4 4 4 5 5 5 4 36 4 5 4 5 4 5 4 5 36 3 4 3 4 3 4 3 4 28 5 4 5 4 5 4 5 4 36 4 4 3 3 4 4 3 3 28 5 4 4 5 5 4 4 5 36 4 5 5 4 4 5 5 5 37 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 4 4 3 3 4 4 3 28 4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5 4 4 4 4 5 5 5 36
111

4 3 3 4 4 4 3 3 28 5 5 3 3 4 3 3 3 29 4 5 4 5 4 5 4 5 36 3 4 3 4 3 4 3 4 28 5 4 5 4 5 4 5 4 36 3 4 3 4 4 3 4 3 28 5 5 5 4 4 4 4 5 36 4 4 4 5 5 5 5 4 36 4 4 4 3 3 3 3 4 28 3 3 3 4 4 4 4 3 28 4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 5 5 5 5 5 5 5 40 4 4 4 4 4 4 4 4 32 3 3 3 3 3 3 3 3 24 4 4 5 5 4 4 5 5 36 5 5 4 4 5 5 4 4 36 4 3 3 3 4 4 4 3 28 5 5 3 3 4 4 4 5 33 5 4 4 4 5 5 5 4 36 4 5 4 5 4 5 4 5 36 3 4 3 4 3 4 3 4 28 5 4 5 4 5 4 5 4 36 4 4 3 3 4 4 3 3 28 5 4 4 5 5 4 4 5 36 4 5 5 4 4 5 5 5 37 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 4 4 3 3 4 4 3 28 4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5 4 4 4 4 5 5 5 36 4 3 3 4 4 4 3 3 28 5 5 3 3 4 3 3 3 29 4 5 4 5 4 5 4 5 36 3 4 3 4 3 4 3 4 28 5 4 5 4 5 4 5 4 36 3 4 3 4 4 3 4 3 28 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 32 3 3 3 3 3 3 3 3 24 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 5 5 5 5 5 37
112

5 5 5 4 4 4 4 4 35 4 4 4 4 4 4 4 4 32 3 3 3 5 5 5 5 5 34 4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 5 5 4 4 4 4 4 35 4 4 4 5 5 5 5 5 37 4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 5 5 4 4 4 4 4 35 5 5 5 4 4 4 4 4 35 4 4 4 5 5 5 5 5 37 5 5 5 5 5 5 5 5 40 4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 5 5 4 4 4 4 4 35 5 5 5 3 3 3 3 3 30 3 3 3 5 5 5 5 5 34 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 5 5 4 4 4 4 4 35 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 3 3 3 3 3 27 5 5 5 3 3 3 3 3 30 4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 5 5 5 5 5 5 5 40 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 5 5 5 5 5 5 5 40 3 3 3 3 3 3 3 3 24 4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 5 5 4 4 4 4 4 35 4 4 4 5 5 5 5 5 37 5 5 5 3 3 3 3 3 30 3 3 3 4 4 4 4 4 29 3 3 3 4 4 4 4 4 29 5 5 5 3 3 3 3 3 30
113

Jawaban Kuesioner Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga
<1 juta 1-3 juta 4-7 juta 7-10 juta >10 juta
Jum ah l
2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 3 3 2 2 1 1 2 2 3 3 1 1 1 1 2 2 3 3 5 5 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3
3 3 3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 3 3 1 1 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2
3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 4 4 1 1 4 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Jawaban
Kuesioner Persepsi
Wajib Pajak
Tentan
114

g Pelaksanaan Sanksi Denda PBB
4 4 4 4 4 3 3 26 4 3 4 4 5 5 5 30 4 4 4 4 4 3 4 27 5 5 4 5 5 4 4 32 4 4 4 4 3 3 4 26 4 4 4 5 4 4 4 29 4 3 4 3 4 4 4 26 4 4 4 4 4 5 4 29 4 3 4 4 3 4 3 25 4 4 5 5 4 4 4 30 4 4 4 3 3 3 4 25 4 4 4 4 4 3 4 27 4 4 5 5 4 4 4 30 4 5 4 3 4 3 4 27 4 4 5 4 4 5 5 31 3 3 4 4 3 3 4 24 4 4 4 3 4 3 4 26 4 3 5 3 4 4 4 27 4 4 4 4 4 3 3 26 4 4 5 4 5 4 4 30 5 5 4 5 4 3 4 30 3 4 3 3 3 3 3 22 4 5 4 5 4 3 3 28 5 5 3 4 4 4 4 29 4 5 3 4 3 4 3 26 5 3 4 5 3 3 4 27 4 5 5 4 4 3 4 29 4 3 4 5 5 4 4 29 4 4 4 3 4 4 4 27 4 4 4 4 4 4 3 27 4 4 4 3 5 4 5 29 5 3 4 4 3 4 4 27 4 4 3 4 4 4 4 27 4 3 4 4 4 4 5 28 3 4 4 5 4 4 4 28 4 3 3 4 4 4 4 26 5 5 4 5 5 4 4 32 4 4 5 5 4 4 5 31 4 4 4 4 4 4 4 28 5 3 4 4 4 4 5 29
115

2 2 3 3 3 3 2 18 5 4 5 4 5 4 5 32 4 3 4 5 4 5 5 30 5 4 4 4 4 5 4 30 4 4 5 4 4 5 4 30 2 1 2 2 3 2 3 15 4 4 4 4 4 4 5 29 5 4 4 4 4 4 4 29 3 4 3 4 4 4 4 26 4 4 4 4 4 4 5 29 4 5 4 4 4 4 5 30 3 4 5 3 4 4 4 27 4 4 5 5 5 5 5 33 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 5 5 4 4 4 30 2 2 3 2 2 1 2 14 4 4 5 5 5 4 5 32 4 4 4 5 4 4 4 29 5 4 4 4 4 4 5 30 4 4 4 4 4 5 4 29 4 4 4 4 4 4 4 28 5 5 5 5 5 5 5 35 3 3 3 3 3 3 3 21 4 4 4 4 4 4 4 28 5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 4 4 4 4 4 28 3 3 3 3 3 3 3 21 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 4 4 4 4 4 28 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 3 3 21 4 4 4 4 4 4 4 28 5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 4 4 4 4 4 28
116

4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 5 5 5 5 5 5 5 35 3 3 3 3 3 3 3 21 4 4 4 4 4 4 4 28 5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 3 3 21 4 4 4 4 4 4 4 28
Jawaban Kuesioner Pendidikan Wajib Pajak
SD SMP SMA D3 S1 1 2 3 4 5
Jumlah
3 3 1 1 3 3 2 2 1 1 3 3 5 5 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5
117

4 4 2 2 3 3 4 4 3 3 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 4 4 3 3 5 5 5 5 5 5 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 3 3 4 4 3 3 1 1 4 4 3 3 5 5 5 5 5 5 4 4 3 3 3 3
118

3 3 3 3 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 3 3 5 5 3 3 4 4 5 5 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 3 3 3 3 1 1 3 3 5 5 3 3 3 3 1 1 3 3 5 5 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 5 5 2 2 1 1
119

Jawaban Kuesioner Kesadaran Wajib Pajak Dalam Pembayaran PBB
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 565 5 5 5 5 5 5 2 4 4 4 4 4 4 615 4 3 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 594 4 4 4 4 4 4 3 5 5 5 5 4 4 594 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 554 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 594 3 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 595 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 574 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 574 4 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 4 4 594 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 554 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 554 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 584 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 594 4 4 4 4 4 3 3 4 4 5 4 4 4 554 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 574 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 544 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 4 5 574 4 4 4 4 4 4 3 5 5 5 5 5 5 613 3 4 4 3 3 3 3 5 4 4 5 4 4 524 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 524 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 2 4 494 4 4 3 5 4 4 4 5 4 4 4 4 3 564 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 544 3 4 4 5 3 4 4 4 4 3 4 4 3 534 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 554 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 3 564 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 5 584 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 584 4 4 3 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 614 3 4 4 4 3 4 3 4 5 4 4 4 4 544 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 584 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 534 4 4 3 5 4 3 3 4 4 4 4 5 4 554 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 534 4 4 3 5 4 3 3 3 3 5 4 4 4 534 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 584 3 4 4 4 3 4 3 5 5 5 5 4 4 574 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 564 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 53
120

4 4 4 3 4 4 3 3 3 2 3 4 4 3 484 4 4 3 4 4 3 3 5 5 5 4 4 4 564 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 514 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 564 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 574 3 4 2 4 4 3 4 2 2 2 2 1 2 392 2 2 3 2 1 3 4 4 4 4 5 5 4 452 3 2 1 2 3 1 2 4 5 5 5 4 5 444 3 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 524 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 534 4 3 4 4 3 4 4 5 5 4 5 4 5 584 5 3 2 4 3 4 4 5 5 5 4 4 4 565 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 664 5 5 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 595 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 633 5 4 4 3 3 4 4 3 2 2 1 3 2 434 5 5 5 4 4 4 5 4 3 5 5 4 4 614 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 614 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 575 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 635 5 5 4 5 4 5 5 4 3 3 4 4 4 605 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 634 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 574 5 4 2 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 584 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 554 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 554 4 4 3 4 3 4 4 5 4 5 4 4 4 564 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 534 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 563 3 4 4 3 3 3 3 4 5 5 5 4 4 534 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 534 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 534 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 574 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 544 3 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 554 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 564 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 554 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 594 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 594 4 4 3 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 594 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 514 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3 494 4 4 3 4 4 3 3 5 4 4 4 4 4 544 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 53
121

4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 514 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 534 4 3 3 4 5 5 5 4 4 4 5 4 3 573 4 4 4 3 4 3 3 4 5 4 4 3 5 534 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 574 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 5 4 4 524 4 3 3 4 3 3 3 4 5 4 4 4 4 524 4 3 3 4 3 3 3 4 5 5 4 4 4 534 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 514 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 574 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 563 4 2 3 3 3 4 4 3 3 5 4 4 4 492 2 3 4 2 3 4 3 4 4 4 4 5 4 483 2 1 2 3 1 2 2 5 5 5 5 4 4 443 4 2 3 3 3 4 4 4 4 3 5 4 4 504 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55
LAMPIRAN 4 HASIL UJI VALIDITAS DAN UJI
RELIABILITAS
122

Sikap Wajib Pajak
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
SWP1 16.14 5.718 .840 .885
SWP2 16.11 5.392 .812 .889
SWP3 16.18 5.624 .793 .892
SWP4 16.16 5.530 .763 .899
SWP5 16.25 5.886 .707 .910
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.914 5
123

Motivasi Wajib Pajak
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
MWP1 28.40 14.040 .545 .883
MWP2 28.40 14.566 .495 .887
MWP3 28.56 13.683 .599 .878
MWP4 28.56 13.663 .686 .869
MWP5 28.50 13.626 .717 .866
MWP6 28.46 13.665 .715 .866
MWP7 28.52 13.181 .756 .861
MWP8 28.52 13.020 .755 .861
124

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.886 8
Persepsi Wajib Pajak Tentang Pelaksanaan Sanksi Denda PBB
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
PWPTPSDPBB1 23.88 11.056 .775 .900
PWPTPSDPBB2 23.98 11.171 .657 .913
PWPTPSDPBB3 23.85 11.341 .736 .904
PWPTPSDPBB4 23.86 10.990 .730 .905
PWPTPSDPBB5 23.91 11.133 .816 .897
PWPTPSDPBB6 24.00 10.909 .742 .904
PWPTPSDPBB7 23.86 11.031 .761 .901
125

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.916 7
Kesadaran Wajib Pajak Dalam Pembayaran PBB
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
KWPDPPBB1 51.10 16.879 .579 .739
KWPDPPBB2 51.09 16.911 .443 .748
KWPDPPBB3 51.20 16.707 .463 .746
KWPDPPBB4 51.39 16.806 .363 .757
KWPDPPBB5 51.02 16.727 .524 .741
KWPDPPBB6 51.29 16.491 .480 .744
KWPDPPBB7 51.26 16.093 .513 .740
KWPDPPBB8 51.36 17.384 .305 .762
126

KWPDPPBB9 50.96 17.594 .356 .757
KWPDPPBB10 51.00 18.101 .213 .770
KWPDPPBB11 50.95 18.068 .227 .768
KWPDPPBB12 50.84 17.893 .254 .766
KWPDPPBB13 51.04 17.514 .353 .757
KWPDPPBB14 51.15 17.947 .302 .761
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.768 14
LAMPIRAN 5 HASIL UJI ASUMSI KLASIK
127

Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
SIKAP .808 1.238
MOTIVASI .950 1.052
PENDAPATAN .770 1.299
PERSEPSI .752 1.329
1
PENDIDIKAN .717 1.395a. Dependent Variable: Kesadaran
Hasil Uji Heteroskedastisitas
128

Hasil Uji Normalitas
129

LAMPIRAN 6 HASIL UJI REGRESI BERGANDA
130

Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .558a .311 .274 3.773 1.144
a. Predictors: (Constant), Pendidikan, Motivasi, Sikap, Pendapatan, Persepsi
b. Dependent Variable: Kesadaran
Hasil Uji Regresi Berganda
Koefisien Determinasi (Adjusted R2 )
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F )
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
131

Regression 604.333 5 120.867 8.489 .000a
Residual 1338.41
7 94 14.238
1
Total 1942.750 99
a. Predictors: (Constant), Pe idika , Sikap dapatan, Persepsi nd n, Motivasi , Pen
b. Dependent Variable: Kesadaran
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 35.502 4.415 8.041 .000
SIKAP .404 .144 .268 2.811 .006
MOTIVASI .037 .093 .035 .398 .691
PENDAPATAN -1.201 .564 -.208 -2.130 .036
PERSEPSI .415 .113 .361 3.660 .000
1
PENDIDIKAN .328 .391 .085 .840 .403
a. Dependent Variable: KESADARAN
Hasil Uji Parsial (Uji t )
132

133

LAMPIRAN 7
HASIL UJI KOLMOGOROV - SIMIRNOV
Hasil Uji Kolmogorov-Simirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 100
Mean .0000000Normal Parametersa,,b
Std. Deviation 3.67686897
Absolute .065
Positive .040
Most Extreme Differences
Negative -.065
Kolmogorov-Smirnov Z .651
Asymp. Sig. (2-tailed) .790
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
134