faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi ayam broiler

114
i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor) SKRIPSI IMAN SATRA NUGRAHA H34096045 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Upload: balai-penelitian-sembawa

Post on 21-Dec-2014

22.389 views

Category:

Education


10 download

DESCRIPTION

melihat seberapa besar pengaruh dari faktor-faktor produksi terhadap risiko produksi dari usaha ayam broile

TRANSCRIPT

Page 1: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

i

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER

(Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler

Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

IMAN SATRA NUGRAHA

H34096045

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

Page 2: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

ii

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER

(Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler

Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

IMAN SATRA NUGRAHA

H34096045

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

Page 3: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

iii

RINGKASAN

IMAN SATRA NUGRAHA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Risiko Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler

Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

(Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA).

Ayam broiler merupakan jenis unggas yang memiliki pertumbuhan yang

sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan jenis unggas lainnya. Ayam

broiler dapat dipanen kisaran 28-32 hari. Ayam broiler memiliki peluang yang

sangat luas untuk dikembangkan. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan

populasi ternak ayam broiler yang ada di Indonesia setiap tahunnya mengalami

peningkatan. Peningkatan populasi tersebut didukung dengan semakin

meningkatnya pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun serta adanya

kandungan gizi yang terkandung pada daging ayam broiler cukup untuk

memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh.

Ayam broiler memiliki penyebaran dari Sabang hingga Marauke, namun

jumlah yang paling besar berada di pulau Jawa. Jawa Barat merupakan

penyumbang terbanyak dalam memproduksi ayam broiler. Peternakan ayam

broiler pada umumnya tidak melakukan usaha secara mandiri, karena peternak

yang ada di Indonesia kebanyakan masih bersifat tradisional sehingga masih

membutuhkan bantuan pihak lain. Kerja sama ini salah satu untuk mengurangi

kerugian yang ditanggung oleh peternak ayam tersebut. Salah satunya adalah

Peternakan ayam broiler yang ada di Kabupaten Bogor, Kecamatan Dramaga

tidak berdiri sendiri, melainkan melakukan kerjasama dengan perusahaan inti

yang menyediakan semua faktor-faktor produksi. Peternak hanya mempersiapkan

kandang , alat pemanas, sekam, serta peralatan lainnya seperti tempat pakan dan

minum. Hal tersebut membuat beban peternak semakin berkurang, karena tidak

lagi memikirkan faktor-faktor produksi serta pemasaran produknya, walaupun

peternak melakukan kerjasama dengan perusahaan inti, peternak tidak terlepas

dari risiko produksi. Indikasi adanya risiko produksi adalah produktivitas masih

berfluktuasi pada setiap peternak, selain itu juga adanya tingkat kematian yang

bervariasi.

Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1). Faktor-

faktor produksi apa saja yang mempengaruhi Produksi Rata-rata dan variance

produksi ayam broiler pada peternak plasma DUF ? dan 2). Bagaimana pengaruh

faktor-faktor produksi terhadap produksi rata-rata dan variance produksi peternak

ayam broiler pada peternak plasma DUF ?. Berdasarkan permasalahan tersebut,

maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1). Menganalisis faktor-faktor produksi

yang mempengaruhi produktivitas dan variance produksi ayam broiler yang

dihasilkan para peternak plasma DUF dan 2). Menganalisis pengaruh faktor-faktor

produksi ayam broiler yang digunakan terhadap risiko produksi ayam broiler yang

dihasilkan peternak plasama DUF di Kecamatan Dramaga.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara dan observasi kepada

peternak ayam broiler serta penyuluh di perusahaan inti. Data sekunder berasal

dari internet, buku, penelitian terdahulu dan perpustakaan. Data yang digunakan

Page 4: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

iv

adalah data panel yaitu gabungan antara data time series dan cross section.

Analisis dilakukan dengan dua metode yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif.

Analisis kualitatif digunakan untuk penanganan risiko dan sumber risiko produksi,

sedangkan kuantitatif digunakan untuk melihat faktor-faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas dan pengaruhnya terhadap variance produksi.

Pengolahan data digunakan dengan program minitab 14 dan eviews 6.

Peternak yang digunakan sebagai responden sebanyak 30 responden yang

representative dan satu responden terdiri dari dua periode. Skala usaha satu

peternak dengan peternak lainnya juga beraneka ragam, mulai dari 1.500-9.000

ekor ayam. Berdasarkan permasalahan pada penelitian ini, maka diperlukan

faktor-faktor produksi sebagai parameter. Faktor-faktor produksi yang digunakan

dalam pengolahan data adalah jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp,

Doxerin Plus, vaksin, pemanas serta tenaga kerja. Faktor-faktor produksi tersebut

digunakan berdasarkan pertimbangan pada kondisi lapangan yaitu semua peternak

menggunakan jenis variabel produksi tersebut.

Berdasarkan hasil pendugaan parameter menunjukkan bahwa secara umum

semua variabel memiliki pengaruh signifikan terdapat produktivitas dan variance

produksi. Untuk melihat pengaruh dari semua input terhadap produktivitas dan

variance produksi digunakan dari nilai F. Nilai F hitung harus lebih besar

dibandingkan dengan nilai F tabel, jika nilai F-hitung > F-tabel maka tolak H0.

Penolakan H0 tersebut menunjukkan bahwa secara umum semua variabel produksi

secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap perubahan produktivitas dan

variacen produksi. Selain dapat dilihat nilai F, penolakan H0 dapat dilihat dari nila

P-value. Nilai P-value harus lebih kecil dengan taraf nyata yang digunakan. Taraf

nyata yang digunakan sebagai acuan batas kewajaran adalah 20 persen. Hasil

pendugaan parameter dapat disimpulkan secara bersama semua variabel yang

digunakan berpengaruh signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai F-hitung >

F-tabel yaitu F-hitung sebesar 241 sedangkan F-tabel sebesar 2,18, atau dapat

dilihat dari nilai P-value sebesar 0,000 lebih kecil daripada taraf nyata lima

persen.

Untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel terhadap produksi

rata-rata dan variance produksi dapat dilihat dari uji t. Kriteria variabel

berpengaruh terhadap produksi dan variance produksi dapat dilihat pada nilai P-

value lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebagai acuan yaitu 20 persen.

Berdasarkan uji t dapat dijelaskan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh

signifikan terhadap produktivitas dibawah taraf nyara satu persen adalah jumlah

DOC, pakan, pemanas serta tenaga kerja. Variabel yang signifikan pada taraf

nyata dibawah dua persen adalah Doxerin Plus, dan yang tidak berpengaruh

signifikan adalah Protect Enro, Neocamp dan vaksin. Variabel tersebut berada

pada taraf nyata dibawah 93, 39 dan 43 persen.

Untuk hasil pendugaan parameter variance produksi, faktor-faktor

produksi yang berpengaruh signifikan terhadap variance produksi hanya tenaga

kerja dengan taraf nyata dibawah enam persen. Sedangkan variabel yang lainnya

seperti jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin serta

pemanas tidak berpengaruh nyata terhadap variance produksi. Hal tersebut dapat

dilihat dari nilai P-value diatas 61 persen. Namun, jika dilihat dari tanda koefisien

variabelnya ada yang bertanda positif dan bertanda negatif. Jika koefisien variabel

bertanda positif maka variabel tersebut termasuk variabel yang menimbulkan

Page 5: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

v

variance produksi. Dengan demikian variabel tersebut digunakan lebih banyak

maka variance yang dihasilkan akan semakin tinggi. Sedangkan jika koefisien

variabel bertanda negatif maka variabel tersebut termasuk faktor produksi yang

dapat mengurangi variance produksi. Hal ini berarti jika variabel tersebut semakin

banyak digunakan maka variance yang dihasilkan akan semakin menurun.

Faktor-faktor produksi yang termasuk menimbulkan variance produksi

adalah jumlah DOC, Protect Enro dan tenaga kerja. Sedangkan faktor produksi

yang dapat mengurangi risiko adalah pakan, Doxerin Plus, Neocamp, vaksin serta

pemanas. Sumber risiko produksi yang dialami oleh para peternak ayam broiler

yang ada di Kabupaten Dramaga adalah sumber daya manusia atau pegawai dan

cuaca/iklim yang tidak menentu. Untuk mengurangi risiko produksi tersebut

dilakukan penanganan risiko dengan cara pencegahan risiko yaitu dengan

memperbaiki kualitas sumber daya manusianya dengan cara memberikan

penyuluhan serta dengan membuat atau memperbaiki fasilitas agar cuaca yang

tidak menentu dapat diatasi dengan fasilitas yang memadai.

Page 6: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

vi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER

(Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramga

Unggas Farm Kabupaten Bogor)

IMAN SATRA NUGRAHA

H34096045

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

Page 7: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

vii

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko

Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma

Ayam Broiler Pada CV Dramaga Unggas Farm

Kabupaten Bogor)

Nama : Iman Satra Nugraha

NIM : H34096045

Menyetujui,

Pembimbing

Ir. Netti Tinaprilla, MM.

NIP. 19690410 1995 1220 1

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir.Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

Page 8: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

viii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak

Plasma pada CV DUF Kabupaten Bogor)” adalah karya sendiri dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2011

Iman Satra Nugraha

H34096045

Page 9: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Desa Teluk Pulai Dalam, Kecamatan Kualuh Leidong,

Kabupaten Labuhan Batu Utara, Sumatra Utara pada tanggal 24 September 1988.

Penulis anak ke lima dari lima bersaudara yang berasal dari hasil pernikahan

Bapak Syahlan dan Ibu Tarwini.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Inpres No.115457 Teluk

Pulai Dalam pada tahun 2000 dan melanjutkan pendidikan menengah pertama di

SMP Plus Al-Azhar Medan pada tahun 2003. Pendidikan lanjutan menengah atas

diselesaikan pada tahun 2006 di SMA Al-Azhar Medan.

Pada tahun 2006 penulis melanjutkan keperguruan tinggi melalui jalur

USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada Program Diploma Program Studi

Manajemen Agribisnis dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 juga penulis

melanjutkan ketingkat Sarjana melalui Program Penyelenggaraan Khusus

Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

Page 10: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

x

KATA PENGANTAR

Alhamduliilahihirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan anugrah –Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat

untuk memproleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Ekstensi

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi yang ditulis dengan topik risiko dan fakor produksi ayam broiler

yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi

Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramaga

Unggas Farm Kabupaten Bogor)”. Skripsi ini mengkaji faktor-faktor yang

digunakan dalam menjalankan usaha ayam pedaging, seperti pakan, obat-obatan,

vitamin, vaksin, tenaga kerja, sekam, pemanas, luas kandang, serta jumlah DOC.

Input-input tersebut akan mempengaruhi tingkat produktivitas yang dihasilkan

dan dapat menimbulkan risiko yang akan mempengaruhi produksi ayam pedaging

tersebut. Dengan demikian, diperlukan pengelolaan yang baik terhadap faktor-

faktor produksi ayam broiler agar menghasilkan produksi yang baik dan risiko

produksinya juga menjadi rendah.

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat menjadi pertimbangan

bagi pihak pengambilan keputusan dalam penggunaan faktor-faktor produksi

sehingga mendapatkan produksi yang maksimal dan dapat menghidari risiko yang

mungkin akan terjadi selam proses produksi.

Bogor, September 2011

Iman Satra Nugraha

Page 11: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

xi

UCAPAN TERIMAKASIH

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan syukur kepada

Allah SWT dan menyampaikan terimakasih kepada :

1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,

waktu dan kesabarannya yang telah diberikan kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen penguji utama atas masukan, arahan

dan saran sehingga penulisan skripsi ini lebih mudah dimengerti pembaca.

3. Dra. Yusalina, Msi selaku dosen komi pendidikan atas saran dan masukkan

terhadap format penulisan dan penggunaan kata-kata sehingga skripsi ini

lebih baik.

4. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator pada seminar proposal

yang telah memberikan koreksi dan saran demi perbaikan skripsi ini.

5. Dr. Rita Nurmalina, selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing dalam hal perkuliahan.

6. Ayahanda Syahlan dan Ibunda Tarwini tercinta, serta kakak tersayang (Rosita

Harmaini, Heri Syafitri, Nova Febriansyah, Tia), dan abang (Kholik, Amru,

dan Yazali), serta keponakan tersayang (Upi, Fifa, Yaya, dan Runah) atas

doa, dorongan moril, materi, kesabaran, pengertian, motivasi, dan kasih

sayangnya.

7. Pak Asep, Pak Rofi, Neng Gina dan Mbak Dewi yang telah memberikan

bantuan dalam pengumpulan data responden selama penelitian.

8. Fitri Puspitasari yang telah memberikan motivasi serta dukungan selama

penelitian sampai penulisan skripsi selesai.

9. Fahmi Abidin, Vela Rostwentivaivi Sinaga, Citra Kirana, Debina, Tiwi dan

Amri sebagai teman kelompok yang memberikan informasi, saran, kritikan

selama penulisan skripsi ini selesai.

10. Iqbal, Rahmat Wahyudin, Dian Saputra, Evin Eka Saputra, Bg Amli, Bg Hot,

Bg Oki, Tika Ayu dan Kiki sebagai kawan seperantauan yang memberikan

dukungan serta motivasi.

Page 12: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

xii

11. Rahma, Nanda, Roselina, Junita dan Eva Christy sebagai teman yang

memberikan dukungan serta seperantauan.

12. Staf pegawai ekstensi agribisnis yang sabar melayani keperluan penulis

mulai dari awal kuliah sampai dengan penelitian selesai.

13. Teman-teman jurusan agribisnis angkatan VII yang memberikan saran serta

kritikan demi perbaikan penulisan skripsi.

14. Para peternak ayam broiler yang menjadi responden dalam penelitian ini yang

telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi sehingga penelitian

ini dapat selesai.

15. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu per satu, semuga Allah SWT membalas dan

memberikan rahmat dan hidayah-Nya.

Bogor, September 2011

Iman Satra Nugraha

Page 13: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................................. 8 1.3. Tujuan ................................................................................................... 11

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 11 1.5. Ruang Lingkup..................................................................................... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 13 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler........................................................ 13

2.2. Risiko Produksi Ayam Broiler ............................................................ 16 2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Ayam Broiler ................ 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN..................................................................... 21

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .............................................................. 21 3.1.1. Konsep Risiko ...................................................................... 21

3.1.2. Jenis Risiko ........................................................................... 22

3.1.3. Teori Produksi....................................................................... 23

3.1.4. Model Just and Pope .............................................................. 27

3.1.5 Sumber-Sumber Risiko ........................................................... 28

3.1.6. Manajemen Risiko ................................................................ 29

3.2. Kerangka Operasional .......................................................................... 31

IV. METODE PENELITIAN .......................................................................... 34

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 34 4.2. Data dan Instrumentasi ......................................................................... 34

4.3. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 35 4.4. Metode Pengolahan Data ..................................................................... 35

4.4.1. Analisis Risiko Produksi Just dan Pope ................................ 35

4.4.2. Model ARCH-GARCH ........................................................ 38

4.5. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 40 4.6. Hipotesis ................................................................................................ 42

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................ 44 5.1. Kondisi Geografi................................................................................... 44

5.2. Kondisi Demografi ............................................................................... 44 5.3 Karakteristik Responden ........................................................................ 47

5.3.1. Umur Responden ................................................................. 47

5.3.2. Tingkat Pendidikan ............................................................... 48

5.3.3. Pengalaman Pembudidaya Ayam Broiler .............................. 48

5.3.4. Luas Kandang dan Status Kepemilikan Lahan ....................... 49

5.3.5. Skala Usaha Ayam Broiler .................................................... 51

Page 14: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

xiv

5.4. Proses Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Dramagav ................... 52

5.4.1. Pra Produksi .......................................................................... 52

5.4.2. Produksi Ayam Broiler.......................................................... 53

VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI ............................... 57

6.1. Analisis Faktor-Faktor Risiko Produksi ............................................... 57 6.1.1. Analisis Faktor-Faktor Pada

Fungsi Produksi Rata-Rata .................................................. 60

6.1.2. Analisis Faktor-Faktor pada

Fungsi Variance Produksi.................................................... 67

6.2. Sumber dan Rekomendasi Penanganan Risiko Produksi ................... 74

VII. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 79

7.1. Kesimpulan ........................................................................................... 79 7.2. Saran ..................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 81

LAMPIRAN ............................................................................................................. 83

KUISIONER PENELITIAN ................................................................................. 90

Page 15: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2009 ............ 1

2. Populasi Unggas di Indonesia Tahun 2005-2011 (ekor) ................. 3

3. Populasi Unggas di Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2008 (ekor) .. 4

4. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2005-2011 ................... 4

5. Konsumsi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003-2007 ................. 5

6. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan

Penelitian yang dilakukan ............................................................... 20

7. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan

Kelompok Umur Pada Tahun 2009 ................................................. 45

8. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan

Jenis Pekerjaan Pada Tahun 2009 ................................................... 46

9. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Pada Tahun 2009 ............................................. 46

10. Jumlah Responden Peternak Ayam Broiler

Berdasarkan Umur di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ................. 47

11. Tingkat Pendidikan Responden pada Peternak

Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ......................... 48

12. Sebaran Responden Berdasarkan Lamanya Peternak

Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 .......... 49

13. Jumlah Responden Berdasarkan Luas Kandang di Peternak

Ayam Broiler Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ............................. 50

14. Jumlah Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan Pada Peternak

Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ......................... 51

15. Pengujian Mulitikolinieritas Terhadap Antar Variabel .................... 58

16. Ringkasan Hasil Uji Heteroskedasticity

Test: Breusch-Pagan-Godfrey. ....................................................... 58

17. Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Produksi dan Variance Produksi

Ayam Broiler Pada Kabupaten Bogor Tahun 2011........................... 59

18. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam

Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011.... 61

19. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam

Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011..... 68

Page 16: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tingkat Kematian Ayam Broiler Pada Peternak Plasma DUF

yang Panen di Bulan Mei dan Juni 2011 ...................................... 8

2. Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam Broiler

di Kabupaten Darmaga 2011 .................................................. …. 10

3. Jenis-Jenis Risiko ........................................................................ 22

4. Tahapan Proses Produksi ............................................................. 25

5. Strategi Pencegahan Risiko .......................................................... 30

6. Strategi Pengurangan Risiko ........................................................ 30

7. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Ayam Broiler .......... 33

8. Skala Usaha Pada Responden Ayam Broiler

di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ............................................ 51

Page 17: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Populasi Ayam Broiler Per Provinsi Tahun 2004-2007 (ekor) ....... 83

2. Produksi Daging Nasional Per Provinsi

Ayam Ras Pedaging Tahun 2004 - 2008 (Ton).............................. 85

3. Populasi Ayam Pedaging di Kabupaten Bogor Tahun 2010 ......... 86

4. Perkembangan Produksi Daging Ternak dan Kontribusinya

di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 ........................................ 87

5. Faktor-Faktor Produksi dan Jumlah

Pemakaian Faktor Produksi ......................................................... 88

6. Hasil Olahan ARCH-GARCH (1,1) .............................................. 94

7. Nama Responden Serta Identitas Usaha ........................................ 95

8. Penyebaran Lokasi Responden ..................................................... 96

9. Gambar Dokumentasi Penelitian Ayam Broiler ………………… 97

Page 18: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu perkekebunan,

perikanan, tanaman pangan dan holtikultura. Sektor tersebut memiliki peranan

yang sangat penting dalam kontribusi terhadap perkembangan perekonomian yang

ada di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kontribusi

pertanian dapat dilihat pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB), dari hasil

pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan atas dasar harga konstan Rp 2000

adalah sebesar 284,6 Triliun pada tahun 2008 dan 296,4 Ttriliun pada tahun 2009

atau mengalami pertumbuhan sebesar 4,1 persen. Adapun peranan sektor

pertanian terhadap PDB Indonesia tahun 2009 tumbuh dari 14,5 persen menjadi

15,3 persen, sehingga sektor pertanian berada pada ranking kedua yang memiliki

kontribusi terhadap PDB setelah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 26,4

persen. Struktur PDB dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2009

Lapangan Usaha 2008 2009 2009 2010

Triw I Triw II Triw I

Pertanian, Peternakan, Kehutanan,

Perikanan 14,5 15,3 15,6 13,7 16,0

Pertambangan dan Penggalian 10,9 10,5 10,0 11,3 11,2

Industri Pengolahan 27,9 26,4 27,0 26,4 25,4

Listrik, air bersih dan gas 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

Konstruksi 8,5 9,9 9,6 10,3 10

Perdagangan, Hotel dan restoran 14 13,4 13,3 13,9 13,9

Komunikasi dan pengangkutan 6,3 6,3 6,4 6,3 6,2

Keuangan dan real estet 7,4 7,2 7,5 7,1 7,2

Jasa-jasa 9,7 10,2 9,8 10,2 9,3

PDB 100 100 100 100 100

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa kontribusi pada sektor pertanian

sangat berpengaruh dalam meningkatkan PDB kedua setelah industri pengolahan.

Peningkatan ini akan berdampak positif terhadap tingkat penggunaan tenaga kerja,

sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pada umumnya masyarakat

Indonesia banyak diserap tenaga kerjanya pada sektor pertanian dibandingkan

Page 19: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

2

pada sektor industri. Sektor pertanian tersebut meliputi perikanan, kehutanan,

serta peternakan.

Salah satu sektor pertanian yang setiap tahunnya relatif mengalami

pertumbuhan adalah pada subsektor peternakan. Sumbangan subsektor peternakan

dalam PDB sebesar Rp 34.530,7 milyar atau 1,60 persen pada tahun 2007 dan

masih menyumbang 1,60 persen pemasukan negara pada tahun 2008 (Dinas

Peternakan 2010). Hal tersebut membuktikan bahwa subsektor peternakan

memiliki peran tersendiri dalam menyumbangkan PDB serta memiliki peran

dalam pembangunan pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia. Selain

itu, dengan meningkatnya bidang peternakan maka akan lebih banyak lagi

menyerap tenaga kerja, sehingga menurunkan tingkat penggangguran yang ada di

Indonesia.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2007) menyatakan bahwa

komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung

oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia

yang sebagian besar muslim, harga relatif murah dan mudah diperoleh karena

sudah merupakan barang publik. Dengan demikian, prospek yang sudah bagus ini

harus dimanfaatkan untuk memberdayakan peternak di pedesaan melalui

pemanfaatan sumberdaya secara lebih optimal.

Prospek pasar dan pengembangan agribisnis ayam ras pedaging di

Indonesia baik pada subsistem hulu, subsistem budidaya, maupun subsistem hilir

sangat terbuka lebar. Perkembangan populasi ayam ras pedaging di Indonesia

dalam tiga dasawarsa terakhir senantiasa mengalami peningkatan, meskipun pada

tahun 1997-1999 saat terjadinya krisis ekonomi populasi ayam sempat mengalami

guncangan cukup besar yang mengakibatkan komoditas ini merupakan pendorong

utama penyediaan populasi ayam mengalami penurunan hingga 50 persen. Pada

awal tahun 2000 usaha ternak ayam ras pedaging mulai bangkit kembali karena

kondisi perekonomian beranjak stabil. Pengusaha ayam broiler mulai

menunjukkan pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun. Selain itu juga, ayam

broiler merupakan jenis unggas yang paling tinggi tingkat pertumbuhannya

dibandingkan dengan jenis unggas lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada jumlah

populasi ternak unggas Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 20: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

3

Tabel 2. Populasi Unggas di Indonesia Tahun 2005-2009 (ekor)

Jenis

Unggas

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

Ayam Buras 278.954 291.085 272.251 243.423 249.963

Ayam Ras

Peterlur 84.790 100.202 111.489 107.955 111.418

Ayam Ras

Pedaging 811.189 797.527 891.659 902.052 1.026.379

Itik 32.405 32.481 35.867 39.840 40.680

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2011

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa angka yang ada pada ayam ras

pedaging setiap tahunnya relatif mengalami peningkatan. Pada tahun 2006

populasi unggas mengalami penurunan yang disebabkan meningkatnya harga-

harga input seperti harga pakan yang meningkat. Karena harga pakan terjadi

peningkatan maka akan meningkatkan biaya produksi sehingga secara global akan

berdampak pada tingkat usaha sehingga jumlah populasi ayam pada saat itu

mengalami penurunan. Tahun 2007-2009, jumlah populasi unggas khususnya

ayam ras pedaging mengalami peningkatan secara signifikan. Tingkat populasi

unggas khususnya ayam broiler hampir merata di setiap provinsi yang ada di

Indonesia, namun ada beberapa provinsi yang memiliki tingkat populasi yang

lebih signifikan. Hal tersebut dikarenakan adanya kesesuaian kondisi geografis

dalam pembudidayaan serta tingkat permintaan di suatu wilayah tersebut. Untuk

melihat populasi di setiap provinsi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Jawa Barat merupakan salah satu sentral terbesar dalam jumlah populasi di

bidang peternakan yang salah satunya pada jenis perunggasan. Hal ini didukung

oleh kondisi alam yang menyakinkan serta merupakan tempat strategis dalam

mendistribusikan ke wilayah-wilayah lainnya. Populasi perunggasan di Indonesia

pada umumnya terus mengalami peningkatan khususnya di wilayah Provinsi Jawa

Barat. Untuk lebih jelasnya tingkat pertumbuhan perunggasan yang terjadi di

wilayah Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 21: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

4

Tabel 3. Populasi Unggas di Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2008 (ekor)

Jenis

Unggas

Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

Ayam Buras

30,779,120 30,989,812 29,319,161 27,789,274 27,761,015

Ayam Ras

Petelur 9,720,685 10,169,284 10,351,105 11,462,744 10,303,478

Ayam Ras Pedaging

328,015,536 352,434,300 343,954,090 377,549,055 417,373,596

Itik 4,880,019 5,305,485 5,296,757 6,534,753 7,962,095

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2008

Tabel 3 menunjukan pertumbuhan perunggasan di wilayah Provinsi Jawa

Barat pada tahun 2004 sampai dengan 2008. Data tersebut menunjukan ayam ras

pedaging memberikan kontribusi yang paling besar dibandingkan jenis unggas

lainnya, serta memiliki populasinya yang konsisten dibandingkan dengan jenis

unggas lainnya. Hal ini disebabkan oleh ayam broiler merupakan ayam yang

memiliki pertumbuhan yang cepat serta dapat menghasilkan lebih besar

dibandingkan jenis unggas lainnya sehingga peternak lebih gemar mengusahakan

peternak ayam broiler. Pada data ayam ras pedaging memiliki pertumbuhan yang

positif yaitu terus meningkat kecuali pada tahun 2006. Pada umumnya tahun 2006

merupakan tahun kondisi perekonomian Indonesia tidak stabil sehingga

berdampak pada tingkat usaha secara keseluruhan. Populasi ayam broiler akan

berdampak pada tingkat produksi daging ayam broiler. Pada umumnya produksi

daging mengalami peningkatan yang positif pada setiap provinsinya yang ada di

Indonesia, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 2. Adanya peningkatan

produksi ayam broiler pada setiap provinsinya maka akan berdampak terhadap

produksi nasional. Berikut adalah jumlah produksi ayam broiler di Indonesia

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2005-2009

No. Tahun Jumlah (Ton) Pertumbuhan (%)

1 2005 779.100 -

2 2006 861,300 1,74

3 2007 942.800 1,73

4 2008 1.018.700 1,61

5 2009 1.101.800 1,76

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2011

Page 22: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

5

Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa jumlah produksi ayam pedaging

atau ayam broiler setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan

bahwa komoditi ayam dijadikan oleh masyarakat Indonesia sebagai penambah

nilai gizi yang dapat dijangkau oleh semua kalangan. Oleh karena itu, jumlah

produksinya setiap tahun terus mengalami peningkatan. Tingkat pertumbuhan

setiap tahunnya relatif stabil, namun pada tahun 2009 merupakan tingkat

pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun

sebelumnya. Hal itu tersebut karena masyarakat semakin sadar akan pentingnya

mengkonsumsi daging guna memenuhi kebutuhan gizi. Berikut dapat dilihat

tingkat konsumsi konsumen terhadap daging ayam broiler pada Tabel 5.

Tabel 5. Konsumsi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003-2007

No. Tahun Jumlah (ekor) Pertumbuhan (%)

1 2003 1.368.200 -

2 2004 1.425.300 2,01

3 2005 1.573.000 4,93

4 2006 1.486.100 -2,00

5 2007 1.564.200 2,56

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2008

Table 5 menunjukkan tingkat konsumsi terhadap produksi ayam broiler

terus mengalami peningkatan dari setiap tahunnya. Peningkatan tertinggi pada

tahun 2005 sebesar 4,93 persen sedangkan pada tahun 2006 mengalami penurunan

hal sebesar 2,00 persen. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut terjadi

ekonomi dalam negeri tidak stabil sehingga menurunkan tingkat daya beli

masyakat dan akan mempengaruhi tingkat konsumsi secara nasional. Pada tahun

2007 konsumsi terhadap ayam broiler mengalami peningkatan kembali karena

kondisi sudah stabil dan meningkatkan pendapatan serta adanya daya beli

masyakat terhadap barang juga meningkat.

Berdasarkan uraian Tabel 3 dan lampiran 1 yaitu tingkat populasi

peternakan ayam broiler dari tingkat provinsi sampai pada tingkat nasional,

tingkat produksi nasional maupun di wilayah Jawa Barat, tingkat konsumsi ayam

broiler secara nasional pada umumnya usaha tersebut terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Pengembangan usaha ternak ayam broiler akan

berhasil apabila peternak tersebut mampu mengelola usaha ternaknya dengan

Page 23: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

6

baik, yaitu pengelolaan dalam bidang manajemen maupun teknis dilapangan.

Dalam bidang manajemen maka perusahaan harus mampu memanaje disektor

produksi, sumber daya manusia, keuangan serta pemasarannya dengan baik.

Sedangkan dalam bidang teknis maka peternak harus mengetahui secara detail

tentang budaya ayam broiler.

Selain manajemen yang baik, diperlukan juga sistem infrastruktur yang

baik. Jika infrastruktur memadai maka dalam proses pendistribusian produk dalam

memasarkan serta mengirim input atau bahan baku sapronak (Sarana Produksi

Peternakan) tepat pada waktunya sehingga tidak mengurangi nilai dari suatu

produk tersebut. Infrastruktur yang diperlukan dalam menunjang kelancaran usaha

peternakan adalah kemudahan akses terhadap jalan, sumber air, jaringan listrik,

dan lain sabagainya. Infrastruktur ini juga salah satu faktor yang diperhitungkan

dalam usaha peternakan ayam broiler.

Pada dasarnya semua usaha tidak terlepas dengan kendala-kendala dalam

menjalankan usahanya, salah satunya adalah usaha peternakan ayam broiler.

Kendala tersebut berasal dari baik itu teknis maupun non teknis. Kendala yang

sering muncul dalam usaha peternakan ayam broiler ini adalah non teknis, yaitu

tingginya tingkat risiko yang dihadapi, risiko yang dihadapi oleh peternak ayam

broiler ini adalah risiko harga, baik itu harga-harga input seperti Day Old Chick

(DOC), pakan dan obat-obatan, maupun harga jual output. Risiko yang lainnya

adalah risiko produksi berupa teknis (yang dipengaruhi oleh iklim dan cuaca) serta

risiko sosial atau lingkungan sekitar.

Risiko yang dihadapi oleh peternak ayam broiler ini dapat dilihat dari

indikator yaitu adanya fluktuatif harga input seperti harga DOC, pakan dan obat-

obatan, yang merupakan variabel-variabel utama untuk berlangsungnya proses

produksi, serta harga jual output. Selain itu juga adanya fluktuasi terhadap tingkat

konversi pakan dengan bobot ayam serta tingkat kematian ayam (Survival Rate)

dalam setiap periode atau peternak sangat bervariasi.

Pengelolaan usaha ternak ayam broiler dihadapkan pada tingkat risiko

yang tinggi, maka harus disertai dengan pengetahuan peternak untuk dapat

meminimalkan risiko tersebut. Sehingga peternak dapat menghasilkan produksi

yang maksimal. Manajemen risiko merupakan salah satu alat bantu dalam proses

Page 24: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

7

pengambilan keputusan untuk mengurangi risiko yang dihadapi dan harus

diterapkan secara efektif untuk mencapai tujuan perusahaan.

Pengelolaan risiko dapat dilakukan salah satunya adalah dengan

menggunakan bermitra dengan perusahaan inti. Perusahaan inti semakin lama

semakin berkembang seiring dengan semakin bertambah banyaknya peternak

ayam broiler. Daerah Darmaga terdapat berbagai macam jenis inti plasma salah

satunya adalah Dramaga Ungga Farm (DUF). DUF merupakan salah satu

perusahaan yang bergerak dalam bidang peternakan ayam broiler yang bertindak

sebagai inti. Perusahaan inti ini memberikan beberapa kemudahan kepada

peternak dalam menjalankan usaha ayam broiler. Dengan adanya kemudahan

tersebut dapat mengurangi risiko yang akan ditanggung oleh peternak. Peternak

ayam broiler pada umumnya berada pada skala kecil sehingga jika menjalankan

usaha sering terkendala dalam hal permodalan. Dengan adanya perusahaan inti

maka usaha dapat dijalankan karena mendapat bantuan seperti kemudahan dalam

membeli pakan, DOC, vitamin, vaksin, obat-obatan, peralatan kandang,

perlengkatan serta pasca panen.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diartikan bahwa usaha ternak ayam

broiler memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan karena ada

permintaan yang terus berkembang setiap tahunnya, akan tetapi disamping

perkembangan tersebut terdapat kendala yang dihadapi oleh peternak ayam broiler

dalam proses produksinya, yaitu adanya risiko produksi yang dihadapi peternak.

Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian yang menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi risiko produksi dan manajemen risiko dalam peternakan ayam

broiler. Kajian ini diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor produksi apa saja

yang sangat mempengaruhi produksi dan seberapa besar faktor-faktor produksi

tersebut menimbulkan risiko, kemudian dilakukan penanganan risiko produksi

tersebut agar risiko yang ditimbulkan menjadi kecil. Kajian ini diharapkan

peternak dapat mengambil keputusan yang tepat, sehingga peternak ayam broiler

dapat menjalankan usahanya dengan lebih baik di masa yang akan datang.

Page 25: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

8

1.2. Perumusan Masalah

Ayam broiler merupakan komoditas peternakan yang paling berkembang

setiap tahunnya, baik dari tingkat populasi maupun produksi daging ayam broiler

itu sendiri. Jawa Barat merupakan salah satu penyumbang produksi ayam broiler

terbesar dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, serta Kota Bogor merupakan

salah satu penyumbang ayam broiler khususnya daerah Dramaga. Untuk melihat

jumlah produksi ayam broiler berdasarkan Kabupaten yang ada di Bogor dapat

dilihat pada Lampiran 3.

Peternak ayam broiler yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian

adalah peternak ayam broiler yang bekerjasama dengan CV Dramaga Unggas

Farm (DUF), walaupun peternak tersebut bekerjasama dengan perusahaan inti

namun peternak tersebut tidak dapat menghindari risiko produksi yang terjadi.

Indikator adanya risiko produksi dapat dilihat pada tingkat kematian ayam pada

peternak plasma DUF sangat bervariasi dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Standar tingkat kematian yang ditetapkan adalah 3-4 persen. Variasi tingkat

kematian yang terjadi pada peternak plasma di DUF dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tingkat Kematian Ayam Broiler Pada Peternak Plasma DUF yang

Panen di Bulan Mei dan Juni 2011

0

4

8

12

16

20

24

28

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Morta

lita

s (%

)

Standar

Mortalitas

Page 26: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

9

Gambar 1 menunjukkan adanya variasi tingkat kematian ayam yang terjadi

pada peternak broiler. Adanya perbedaan antara standar mortalitas yang

ditetapkan oleh peternak berdasarkan Dinas Peternakan Bogor dengan tingkat

mortalitas aktual yang dihasilkan oleh peternak plasma DUF digunakan sebagai

indikasi adanya risiko produksi. Gambar 1 terlihat pada responden ke-11 memiliki

tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan peternak lainnya.

Tingginya mortalitas tersebut dikarenakan penyakit yang menyerang seluruh

ternak ayam. Variasi tingkat mortalitas juga disebabkan oleh adanya perlakuan

yang tidak teratur atau disiplin terhadap perubahan cuaca yang terjadi. dengan

adanya risiko produksi maka akan mempengaruhi hasil produksi yang diharapkan.

Risiko produksi juga dipengaruhi oleh penggunaan faktor-faktor produksi

yang tepat. Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi seperti

luasan kandang, DOC, pakan, sekam, pemanas DOC, tenaga kerja, air, vitamin,

obat-obatan dan vaksin. Jika penggunaan input yang tidak tepat waktu dan takaran

maka akan mempengaruhi risiko produksi. Selain itu, risiko produksi juga dapat

terjadi dari sumber risiko. Sumber risiko tersebut adalah seperti adanya perubahan

cuaca yang tidak menentu, sumber daya manusia yang tidak terampil, serta hama

yang menimpa peternak ayam broiler. Jika keadaan cuaca lembab maka

diperlukan penanganan kandang yang baik. Hal tersebut dilakukan agar sirkulasi

udara tetap terjaga dan kandang tetap dalam keadaan kering, karena jika keadaan

kandang kering atau tidak lembab maka hama tidak cepat berkembang biak dan

ayam juga tidak mudah terserang penyakit.

Selain dari tingkat kematian, indikasi adanya terdapatnya risiko produksi

adalah melihat adanya fluktuasi produktivitas. Produktivitas yang dihasilkan pada

setiap peternak plasma pada CV DUF bervariasi antara satu peternak dengan

peternak lainnya. Tingkat fluktuasi yang terjadi pada produktivitas ayam broiler

yang ada di peternakan dapat dilihat pada gambar 2.

Page 27: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

10

Gambar 2. Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam Broiler di

Kabupaten Darmaga 2011

Gambar 2 menunjukkan bahwa produktivitas yang dihasilkan pada

masing-masing peternak memiliki hasil bervariasi terhadap produktivitas aktual

yang terjadi. Produktivitas standar berdasarkan ketentuan perusahaan inti berlaku

adalah 14 kg/m2

, dimana bobot satu ekor ayam yang standard adalah 1,75 kg dan

1 m2 layak ditempati oleh 8 ekor ayam broiler untuk mendapatkan hasil ayam

yang baik, sehingga ayam tidak berdesakan. Pada peternak ke-29 terdapat tingkat

produktivitas yang sangat rendah yaitu sekitar 6 kg/m2. Rendahnya produktivitas

disebabkan oleh terhambatnya laju pertumbuhan setiap harinya. Terhambatnya

pertumbuhan disebabkan oleh banyak faktor seperti penggunaan input produksi.

Selain penggunaan input produksi, perubahan cuaca yang tidak menentu dan

terjangkit oleh hama penyakit juga dapat menghambat pertumbuhan produktivitas

ayam broiler.

Berdasarkan uraian di atas maka risiko-risiko tersebut harus dikelola

dengan baik agar risiko produksi dapat diminimalkan, sehingga diharapkan

adanya kelangsungan usaha ternak ayam broiler. Sehingga yang menjadi

perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

0

5

10

15

20

25

30

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Prod

uk

tivit

as

(Kg/m

2)

Peternak Ayam Broiler

Standar

Produktivitas

Page 28: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

11

1. Faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi rata-rata dan

variance produksi ayam broiler pada peternak plasma DUF ?

2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi rata-rata dan

variance produksi peternak ayam broiler pada peternak plasma DUF ?

1.3. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka

tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas dan

variance produksi ayam broiler yang dihasilkan para peternak plasma DUF

2. Menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi ayam broiler yang digunakan

terhadap risiko produksi ayam broiler yang dihasilkan peternak plasama DUF

di Kecamatan Dramaga.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan nantinya akan bermafaat bagi beberapa elemen,

yaitu antara lain :

1. Untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang sangat berpengaruh

terhadap produksi ayam broiler.

2. Sebagai bahan infomasi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya dengan

harapan penelitian yang akan datang dapat menyempurnakan dan bisa

menganalisis lebih dalam lagi khususnya yang berkaitan dengan penulisan

ilmiah tentang risiko dalam peternakan ayam broiler.

3. Sebagai sarana bagi penulis untuk menuangkan ilmu yang telah didapat pada

perkuliahan yang berkaitan dengan penelitian, dan memberikan pengetahuan

kepada penulis tentang peternakan ayam broiler. Harapannya adalah agar

penulis bisa mengapresiasikan hasil tulisannya dengan mencoba merintis

usaha peternakan ayam broiler di masa yang akan datang.

4. Bagi pembaca karangan ilmiah ini bermanfaat untuk menambah lagi wawasan

tentang ayam broiler serta kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan

dihadapi pada saat menjalankan usaha ayam broiler tersebut.

5. Bagi pembuat kebijakan agar sebagai bahan pertimbangan dalam membuat

kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan peternak ayam broiler.

Page 29: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

12

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini memiliki keterbatasan ruang lingkup, adapun

keterbatasannya adalah :

1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang digunakan sebagai pendugaan

parameter.

2. Menjelaskan secara diskriptif tentang sumber-sumber risiko karena sumber-

sumber risiko tersebut tidak memiliki nilai sehingga tidak dapat di modelkan.

3. Penanganan risiko yang dilakukan hanya pencegahan karena masih peternak

rakyat yang belum memiliki badan hukum serta manajemen yang baik.

4. Responden dipilih yang dapat mewakili peternak lainnya.

Page 30: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras

unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya

produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya

ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang

kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada

saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal

masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 4-5 minggu sudah

bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan

menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang

bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.

Ayam broiler mulai dirintis pada tahun 50-an, pada tahun 1950-1961

merupakan tahap perintisan ayam broiler di Indonesia. Usaha peternakan ayam

broiler ini merupakan usaha yang paling berfluktuatif, mulai dari harga input

seperti harga DOC maupun pakan ternak tersebut sampai kepada harga jual

produknya yaitu daging ayam. Selain itu juga dalam proses pembudidayaannya

membutuhkan perhatian yang khusus agar ayam tersebut terlindungi dari hama

dan penyakit. Biasanya ayam broiler lebih membutuhkan perlakuan khusus pada

saat musim penghujan tiba. Hal itu disebabkan karena pada saat musim penghujan

tiba kondisi kandang juga akan dapat berubah jika tidak diperhatikan seperti

kandang menjadi lembab yang dikarenakan suhu didalam kandang menurun.

Sehingga diperlukan perlakuan khusus untuk menjaga kestabilan suhu di kandang.

Seiring waktu berjalan ayam broiler semakin berkembang setiap tahunnya,

hal tersebut diiringi dengan semakin banyaknya produsen input seperti pakan

ternak, DOC, serta input lainnya yang menawarkan produk. Dengan semakin

banyaknya peternak ayam broiler maka harga juga mulai bersaing terhadap

peternak. Pada awal perkembangan ayam broiler tersebut harga dipeternak kecil

berbeda dengan harga yang ditetapkan peternak besar, sehingga peternak kecil

mengalami ketidakstabilan harga ayam dan biaya input yang dikeluaran juga

terlalu tingga karena peternak kecil membeli input dengan harga satuan.

Page 31: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

14

Dengan keadaan demikian maka pemerintah ikut serta dalam menjaga

kestabilan usaha peternakan ayam broiler dengan cara membuat kebijakan yang

dapat membantu meringankan dalam memproduksi usaha peternakan tersebut.

Kebijakan tersebut diatur dalam Keputusan Presiden No. 50 Tahun 1981 tentang

Pembinaan Usaha Peternakan Ayam, yang jiwanya menganut pemerataan

kesempatan usaha dengan keseragaman skala usaha. Secara keseluruhan

Pembinaan Usaha Peternakan Ayam menurut Keppres No. 50 Tahun 1981

sungguh melegakan para penganut pemerataan kesempatan usaha dengan

keseragaman maksimal skala usaha. Sehingga konflik antara peternak kecil dan

peternak besar dapat teratasi karena mereka sudah memiliki wilayahnya masing-

masing.

Setelah Keputusan Presiden dibentuk tidak lama kemudian untuk

menyempurnakan pembinaan peternak langsung ke lapangannya maka dilakukan

dengan sistem Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Dengan kedatangan PIR ini

diharapkan akan mendukung semakin membaiknya kondisi peternakan ayam

broiler di Indonesia karena mendapatkan penyuluhan langsung tentang usaha

peternakan ayam broiler. Pendampingan para penyuluh ini sangan membantu

peternak ayam tersebut. Hal ini dikarenakan peternak ayam broiler rata-rata

berskala kecil sehingga masih membutuhkan pengarahan tentang usaha

peternakan ini. Keberadaan PIR ini juga sangat membantu peternak ayam sebagai

plasma dalam bentuk penyediaan faktor-faktor produksi seperti DOC, pakan,

obat-obatan, vaksinasi dan vitamin.

Plasma mendapatkan faktor produksi tersebut dengan harga yang lebih

murah dibandingkan jika peternak membelinya dengan harga eceran kepada

grosir. Pemakaian faktor produksi tersebut dilakukan selama proses produksi

berlangsung sampai masa panen tiba sedangkan pembayaran faktor produksi

tersebut dapat dilakukan pada saat panen dipotong dari hasil panen yang telah

didapat. Kegiatan tersebut lebih membantu dibandingkan dengan peternak ayam

broiler mandiri, peternak mandiri merupakan peternak yang berdiri sendiri tanpa

bantuan dari instansi atau lembaga lain. Semua kegiatan yang dilakukan dengan

kebijakan peternak itu sendiri. Mulai kegiatan penyediaan faktor produksi sampai

kepada proses pendistribusian dagingnya dilakukan dengan sendiri.

Page 32: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

15

Usaha peternakan dapat digolongkan menjadi beberapa bagian.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/TN.330/6/96,

usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu Peternakan Rakyat,

Pengusaha Kecil Peternakan dan Pengusaha Peternakan. Peternakan Rakyat

adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam broiler dengan kapasitas

maksimal sebesar 15.000 ekor per periode. Peternakan rakyat mempunyai

beberapa karakter yaitu modal terbatas, adanya masa istrahat kandang, kandang

dibangun dengan sederhana, tenaga kerja biasanya dari rumah tangga.

Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam

broiler dengan kapasitas maksimal sebesar 65.000 ekor per periode, peternakan ini

sudah mulai baik dibandingkan dengan peternakan rakyat dibidang manajemen,

tenaga kerja yang sudah memiliki pengalaman dan biasanya sudah memiliki

legalitas hukum berupa perseorangan. Selain itu, pengusaha peternakan adalah

peternakan yang membudidayakan ayam broiler dengan kapasitas melebihi 65.000

ekor per periode. Selain kapasitas produksi, perusahaan peternakan dapat dilihat

dari teknologi yang serba modern dalam melakukan budidayanya, sudah memiliki

legalitas hukum berupa perusahaan, memiliki manajemen yang baik dan memiliki

tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya.

Pengusaha peternakan ini memiliki kelebihan yaitu mendapatkan

bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut telah ditegaskan dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang Usaha

Peternakan. Peraturan Pemerintah tersebut menjelaskan bahwa menteri yang

bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat yang ditunjuk

berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap kegiatan

peternakan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan peternakan. Perundang-

undangan yang menjadi payung hukum bagi agribisnis usaha ayam broiler adalah

Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Adapun tujuan umum

pembentukan undang-undang ini adalah untuk pemeliharaan kesehatan hewan.

Tujuan utama penambahan produksi adalah untuk meningkatkan taraf hidup

peternak Indonesia dan untuk memenuhi keperluan bahan makanan yang berasal

dari ternak bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil dan merata.

Page 33: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

16

2.2. Risiko Produksi Ayam Broiler

Risiko produksi adalah kemungkinan peluang terjadinya penurunan

produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Risiko tersebut

terjadi dari berbagai sumber risiko yang dapat menurunkan produksi, seperti

kondisi alam yang tidak stabil yang dapat menyebabkan ayam broiler terserang

penyakit dan dapat meningkatkan kematian pada ayam broiler tersebut. adanya

indikasi bahwa risiko produksi adalah dengan melihat tingkat bobot ayam

terhadap pakan sehingga menghasilkan produksi yang tidak stabil.

Ada beberapa penelitian yang menganalisis tentang risiko produksi,

diantaranya Aziz (2009) Robi’ah (2006), dan Solihin (2009). Ketiga penelitian

tersebut menganalisis risiko produksi ayam broiler, Aziz di daerah Desa Tapos,

Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Solihin di daerah CV AB Farm Bojong

Genteng, dan Robi’ah di Sunan Kudus Farm, Bogor. Berdasarkan analisis ketiga

peneliti tersebut kondisi alam merupakan salah satu faktor risiko utama dalam

risiko produksi. Kondisi alam yang tidak stabil akan dapat berdampak kondisi

kandang menjadi mudah penyakit berkembang biak sehingga banyak

menyebabkan ayam terkena penyakit. Penyakit yang sering muncul pada saat

musim hujan tiba adalah Coccidiosis (berak darah), Newcastle Disease (tetelo),

kekerdilan, kurang nutrisi serta mudah terserang penyakit. Kejadian ini juga

mengakibatkan tidak efesiennya dalam hal konversi pakan terhadap bobot ayam.

Hal ini dikarenakan kondisi tubuh ayam yang kedinginan sedangkan alat pemanas

jauh dari jangkauan sehingga menimbulkan rangsangan terhadap keluarnya bulu

ayam yang menjadikan pertumbuhan ayam terhambat.

Hasil analisis Aziz, Robi’ah, dan Solihin, risiko produksi pada ayam

broiler adalah tinggi. Aziz menyatakan risiko produksi sangat tinggi dengan nilai

CV 1,75, risiko tersebut berasal dari risiko cuaca dan iklim yang menyebabkan

tingginya tingkat kematian sampai pada 10 persen. Selain dari faktor cuaca risiko

produksi berasal dari adanya fluktuasi harga yaitu harga pakan, obat-obatan,

DOC, dan harga jual produksi. Tingkat risiko yang dianalisis oleh Robi’ah

memiliki tingakt risiko sebesar 1,3 dan di sebabkan oleh adanya fluktuasi

sapronak serta adanya kenaikan harga input maupun stabilnya harga output.

Sedangkan tingkat risiko yang dianalisis oleh Solihin sangat tinggi dibandingkan

Page 34: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

17

Aziz dan Robi’ah yaitu dengan CV 2,63. Risiko ini sangat tinggi bagi peternak,

dan risiko tersebut timbul berasal dari harga sapronak (pakan, DOC, pemanas)

terus meningkat sementara harga jualnya relatif tetap. Paramter kesuksesan proses

produksi menurut Solihin adalah Indeks Prestasi Produksi. Solihin juga

menjelaskan adanya pengaruh risiko produksi terhadap pendapatan sedangkan

Aziz dan Robi’ah tidak menjelaskan dampak risiko terhadap pendapatan. Adanya

risiko disebabkan karena adanya penyimpangan indeks prestasi standar dengan

indeks prestasi yang telah dijalankan. Maka pendapatan untuk setiap periodenya

juga berfluktuasi. Rata-rata penyimpangan yang terjadi sebesar 32,6 persen yang

berisiko mengakibatkan penurunan pendapatan sebesar 157,1 persen atau Rp

342.290.546. adanya penyimpangan ini disebabkan oleh fluktuasi harga sarana

produksi ternak dan fluktuasi harga jual. Sehingga perbandingan satu risiko

nilainya semakin meningkat bila dikonversikan terhadap biaya.

Hasil analisis Fariyanti (2008) yang berjudul “Perilaku Ekonomi Rumah

Tangga Petani Sayuran Pada Kondisi Risiko Produksi dan Harga di Kecamatan

Pangalengan Kabupaten Bandung”. Penelitian tersebut menggunakan model

Garch untuk melihat nilai dari risiko produksi pada komoditi kubis dan kentang.

Pada komoditi kentang dihasilkan error kuadrat periode sebelumnya memiliki

taraf nyata dibawah satu persen, sedangkan variance error produksi musim

sebelumnya mempunyai taraf nyata dibawah lima persen. Parameter tersebut

bertanda positif menandakan bahwa semakin tinggi risiko produksi kentang pada

musim sebelumnya, maka semakin tinggi risiko produksi pada musim berikutnya.

Hubungan penggunaan input dengan variance error produksi

menunjukkan bahwa benih memiliki taraf nyata dibawah lima persen dan pupuk

urea memiliki taraf nyata dibawah 10 persen, sedangkan lahan garapan kentang,

pupuk TSP, KCL, tenaga kerja, dan obat-obatan (pestisida, insektisida,) tidak

mempunyai pengaruh nyata. Dengan demikian, pada usahatani kentang,

penggunaan benih, luas garapan, dan obat-obatan merupakan factor yang dapat

mengurangi risiko produksi. Sedangkan pupuk urea, TSP, KCl, dan tenaga kerja

merupakan faktor yang menimbulkan adanya risiko produksi. Untuk komoditas

kubis dari enam parameter yang diduga terdapat empat parameter yang

mempunyai taraf nyata dibawah satu persen, yaitu luas lahan garapan kubis,

Page 35: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

18

pupuk urea, tenaga kerja, dan obat-obatan (pestisida dan insektisida). Sedangkan

benih kubis mempunyai taraf nyata dibawah 15 persen, dan pupuk majemuk NPK

memiliki taraf nyata dibawah 20 persen. dengan demikian luas lahan garapan

kubus dan obat-obatan menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi.

Sebaliknya, benih kubis, pupuk urea, pupuk majemuk NPK, dan tenaga kerja

menjadi faktor pengurang risiko produksi.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Ayam Broiler

Faktor-faktor produksi merupakan semua masukan atau input yang

dilakukan untuk melakukan proses produksi untuk menghasilkan keluaran atau

output. Faktor produksi merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya

suatu produksi yang akan diperoleh. Menurut Soekartawi (2002), berdasarkan

berbagai pengalaman yang menjadi faktor-faktor produksi adalah luasan lahan,

modal, bibit, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen.

Penelitian yang menjelaskan tentang faktor-faktor produksi adalah Merina

(2004) dan Anggraini (2003). Merina meneliti tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi risiko usaha peternakan ayam broiler di Bekasi sedangkan

Anggraini meneliti tentang risiko sapi perah dengan melihat faktor-faktor

penyebab risiko dari sapi perah tersebut. Anggraini menjelaskan bahwa tingkat

risiko yang pada usaha ayam broiler berfluktuatif setiap periodenya, hal tersebut

dapat dilihat dari tingkat CV 0,92 dan tingkat pengembaliannya yang rendah.

Sehingga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dari perusahaan tersebut pada

setiap periodenya. Keuntungan yang dihasilkan selalu bernilai positif namun

hanya pada dua periode dari 12 periode yang mengalami kerugian dikarenakan

adanya penyakit dan harga jual ayam turun.

Berdasarkan analisis Merina risiko produksi dapat mempengaruhi tingkat

pendapatan usaha ayam broiler. Variabel-variabel yang digunakan untuk melihat

pengaruhnya terhadap risiko adalah fluktuasi harga DOC, pakan, obat-obatan,

mortalitas, bonus karyawan, jumlah produksi, jumlah DOC yang dipelihara, harga

ayam broiler, dan luas lahan. Dari hasil analisis regresi didapat tingkat

kepercayaan 90,6 persen, namun tidak diikuti dengan ada variabel-variabel yang

signifikan terhadap tingkat risiko tersebut. Hal ini disebabkan karena didalam

variabel tersebut terdapat variabel yang memiliki multikolinier. Dan kemudian

Page 36: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

19

dilakukan analisis regresi komponen utama 1, 2, dan 3 dengan tingkat keragaman

39,1 persen, 62,7 persen, dan 78,5 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

fluktuasi harga DOC, pakan, obat-obatan/vitamin, harga ayam, waktu penjualan

dan mortalitas merupakan variabel yang signifikan terhadap risiko usaha ayam

broiler.

Menurut Anggraini bahwa faktor-faktor yang memengaruhi tingkat risiko

dalam usaha peternakan sapi perah di Kebon Pedes, Bogor adalah fluktuasi

keuntungan di musim hujan, fluktuasi keuntungan di musim kemarau, fluktuasi

harga susu, fluktuasi harga pakan, skala usaha, dan saluran pemasaran. Dan hasil

analisis risiko didapat tingkat risiko sebesar 0,2 atau 20 persen dari pendapatan

bersih rata-rata (return) yang diperoleh.

Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis memiliki persamaan dan

perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan yang dimiliki adalah semua

literatur menggunakan komoditas yang sama kecuali Anggraini menganalisis sapi

perah dengan menggunakan analisis risiko untuk melihat tingkat risiko usaha.

Sedangkan perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah pada penelitian Aziz,

Solihin, dan Robi’ah tidak menjelaskan seberapa besar faktor produksi dalam

menimbulkan risiko produksi dan dalam menganalisis faktor-faktor produksinya

berbeda, mereka menggunakan deskriptif sedangkan penelitian sekarang

menggunakan Cobb-Douglass. Untuk penelitian Merina dan Anggraini

menjelaskan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi pendapatan sedangkan

penelitian yang sekarang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

ayam broiler. Perbedaan dengan penelitian Farianti adalah pada komoditas,

penelitian ini dilakukan pada komoditas ayam broiler sedangkan Anna komoditas

sayuran, penelitian ini hanya untuk menganalisis pengaruh input terhadap

produksi serta melihat input-input yang dapat mengurangi atau menimbulkan

risiko produksi, sedangkan penelitian Farianti sampai pada pengaruhnya terhadap

ekonomi rumah tangga.

Page 37: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

20

Tabel 6. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian yang dilakukan

No. Nama

Penulis Tahun Judul Penelitian

Metode

Analisis

1 Faishal

Abdul Aziz 2009

Analisis Risiko dalam Usaha

Ternak Ayam Broiler (Studi

Kasus Peternakan X di Desa

Tapos, Kecamatan Tenjo,

Kabupaten Bogor)

Analisis Risiko

(Kuantitatif

dan Kualitatif)

2 Muhamad

Solihin 2009

Risiko Produksi dan Harga

Serta Pengaruhnya Terhadap

Pendapatan Peternakan Ayam

Broiler CV AB Farm,

Kecamatan Bojonggenteng-

Sukabumi

Analisi Risiko,

Analisis

Pendapatan,

Analisis R/C,

Indeks

Prestasi

Produksi

3 Anna

Fariyanti 2008

Perilaku Ekonomi Rumah

Tangga Petani Sayuran dalam

Menghadapi Risiko Produksi

dan Harga Produk di

Kecamatan Pengalengan,

Kabupaten Bandung

Arch-Garch

4 Siti

Robi’ah 2006

Manajemen Risiko Usaha

Peternakan Broiler pada

Sunan Kudus Farm di

Kecamatan Ciampea

Kabupaten Bogor

Analisis

Risiko, dan

Analisis

Deskriptif

5 Desi

Merina 2004

Analisis Pendapatan Tunai,

Risiko dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Risiko

Usaha Peternakan Broiler di

Perusahaan X, Bekasi

Analisis

Risiko,

Pendapatan

Tunai, dan

Regresi.

6

Puspitasri

Dewi

Anggraini

2003

Analisis Risiko Usaha

Peternakan Sapi Perah (Studi

Kasus di Kelurahan Kebon

Pedes, Bogor)

Analisis Risiko

dan Analisis

Regresi

Page 38: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

21

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Risiko

Setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha pasti memiliki

risiko. Para pakar memiliki pemahaman tersendiri dalam mengartikan sebuah

risiko. Menurut Kountur (2006), risiko adalah kemungkinan kejadian yang

merugikan. Menurut Vaughan yang diterjemahkan oleh Herman Darmawi (1997 :

18) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut :

1. Risk is the chance of loss (risiko adalah kans kerugian)

Chance of Loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan

dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan.

Kerugian, sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik,

maka chance sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan

munculnya situasi tertentu.

2. Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian).

Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di

antara nol dan satu. Definisi ini barangkali sangat mendekati dengan pengertian

risiko yang dipakai sehari-hari, akan tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok

dipakai dalam analisis secara kuantitatif

3. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian)

Tampaknya ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan

ketidakpastian. Karena itulah ada penulis yang mengatakan bahwa risiko itu sama

artinya dengan ketidakpastian.

Menurut Kountur (2006), Robison dan Barry (1987), sikap seseorang

dalam menghadapi risiko berbeda-beda. Teori ini menjelaskan bahwa ada tiga

kelompok sikap orang dalam menghadapi risiko yaitu:

1. Risk Aversion merupakan sikap dalam pengambilan keputusan yang takut

akan risiko. Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam

(variance) dari keuntungan maka pengambil keputusan akan mengimbangi

dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan.

2. Risk Taker merupakan sikap yang berani mengambil keputusan suatu usaha

walaupun usaha tersebut berisiko tinggi, sikap ini ditunjukkan jika terjadi

Page 39: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

22

kenaikan ragam suatu usaha dari keuntungan maka pengambil keputusan akan

menurunkan keuntungan sehingga merasa puas jika dapat menangani risiko

yang tinggi.

3. Risk Netral merupakan sikap yang netral terhadap risiko yang dihadapi. Sikap

ini ditunjukkan jika terjadi kenaikan atau penurunan ragam dari keuntungan

maka pengambil keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan atau

menurunkan keuntungan yang diharapkan.

3.1.2. Jenis Risiko

Menurut Kountur (2006), perusahaan akan menghadapi berbagai macam

risiko. Risiko-risiko tersebut berada di hampir setiap tempat dan kegiatan yang

ada di dalam perusahaan. Karena begitu banyak macam risiko maka risiko-risiko

tersebut perlu dikelompokkan kedalam kelompok risiko yang mempunyai

kemiripan satu sama lain. Dengan mengelompokkan, risiko-risiko tersebut akan

lebih mudah ditangani. Risiko-risiko yang memiliki persamaan atau kemiripan

satu sama lain pada umumnya ditangani dengan cara yang mirip pula. Begitu

sebaliknya, jika risiko-risiko yang berbeda maka akan ditangani dengan cara yang

berbeda juga. Gambar 3 menunjukkan jenis-jenis risiko yang dihadapi.

Gambar 3. Jenis-Jenis Risiko

Sumber : Kountur, 2006

Risiko

Berdasarkan

Penyebabnya

Berdasarkan

Akibatnya

Risiko

Spekulatif

Risiko

Murni

Risiko

Keuangan

Risiko

Operasional

Page 40: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

23

Gambar 3 menunjukkan bahwa risiko dapat dilihat dari dua sudut pandang,

yaitu melihat risiko dari akibat yang ditimbulkan atau melihat risiko dari

penyebabnya. Melihat risiko dari akibat yang ditimbulkan, risiko dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu risiko spekulatif dan risiko murni. Risiko

spekulatif adalah jenis risiko yang akibatnya selain merugikan dapat juga

memberikan keuntungan atau kemungkinan kejadian yang bisa berakibat

merugikan atau jika tidak merugikan sebaliknya bisa memberikan keuntungan,

sedangkan risiko murni adalah jenis risiko dimana akibatnya tidak memungkinkan

untuk memperoleh keuntungan dan yang ada hanyalah kemungkinan rugi.

Sedangkan jenis risiko lainnya dilihat dari berdasarkan penyebabnya. Jenis

risiko ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu risiko keuangan dan risiko

operasional. Risiko keuangan adalah jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-

faktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang, perubahan tingkat

bunga. Sedangkan risiko operasional adalah jenis risiko yang disebabkan oleh

faktor-faktor operasional. Seperti faktor manusia, teknologi dan alam.

3.1.3. Teori Produksi

Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya)

menjadi satu atau lebih output (produk). Menurut Joesron dan Fathorozi (2003)(1)

Produksi merupakan hasil akhir dari proses aktivitas ekonomi dengan

memanfaatkan beberapa masukan atau input. Pengertian ini dapat dipahami

bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan

untuk menghasilkan output.

Menurut Soekartawi (2002) adalah perangkat prosedur dan kegiatan yang

terjadi dalam menciptakan komoditas berupa kegiatan usahatani maupun usaha

lainnya yang mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). Input

merupakan masukan atau bahan baku yang diperlukan untuk menciptakan suatu

produk. Hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksinya dapat diberi

cirri khusus berupa suatu fungsi produksi.

Fungsi produksi adalah suatu hubungan matematis yang menggambarkan

jumlah hasil produksi tertentu ditentukan oleh jumlah faktor produksi yang

1 http://www.google.com//fungsi produksi// (April 2011)

Page 41: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

24

digunakan. Jumlah hasil produksi merupakan “dependent variabel” dan jumlah

faktor produksinya sebagai “independent variabel”Faktor produksi merupakan

semua korbanan yang diberikan pada komoditas agar komoditas tersebut mampu

menghasilkan produk.

Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut :

Y = f (X1, X2, X3, X4, X5........,Xn)

Dimana :

Y = Jumlah produksi yang dihasilkan dalam setiap siklus produksi

f = Mentransformasikan faktor-faktor produksi kedalam hasil produksi

X = Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi

Pada rumus di atas dapat dilihat bahwa produksi (Y) yang dihasilkan

sangat tergantung dari peranan X1, X2, X3,.....Xn. Fungsi produksi pada kondisi

tersebut termasuk kedalam kondisi model Neo-klasik dimana sifat-sifat dari fungsi

produksi Neo-klasik dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Fungsi yang berkesinambungan dan dapat dibedakan

2) Berlaku “Law of Deminishing Return” dimana hukum tersebut menjelaskan

bahwa jika suatu faktor produksi terus ditambah dalam suatu proses produksi,

sedangkan faktor produksi lainnya tetap maka tambahan jumlah produksi per

satuan faktor produksi akan menurun. Hal tersebut menggambarkan adanya

kenaikan hasil yang negatif dalam kurva produksi.

3) Tanpa input tidak dapat berproduksi, dan semakin banyak input yang

digunakan akan semakin banyak juga output yang dihasilkan.

Gambar 4 tersebut merupakan “Kurva Produksi” yang berlaku umum dan

banyak ditulis dalam buku-buku teori ekonomi yang membahas perilaku produksi.

Kurva produksi itu memperlihatkan bahwa ada tiga proses perilaku dalam

produksi jika input X2 ditambahkan secara terus menerus (kontinue) pada suatu

input yang tetap (misalnya X3, X4 dan X5). Pada proses pertama, setiap tambahan

input akan memberikan tambahan produk yang semakin bertambah atau

“Increasing Return”. Proses ke dua ditandai dengan tambahan produk yang

semakin berkurang pada setiap tambahan input atau “Diminishing Return”. Pada

proses ke tiga, setiap tambahan input justru akan menurunkan hasil produksi atau

“Decreasing Return”.

Page 42: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

25

Suatu contoh perilaku produksi tersebut adalah pemberian obat-obatan

dalam pakan ayam untuk menaikkan produksi bobot daging ayam. Pemberian

dosis tahap pertama yang relatif dari dosis nol sampai dosis agak tinggi

menyebabkan adanya tambahan bobot daging yang semakin bertambah. Jika dosis

ditingkatkan lagi maka sifat obat akan menjadi racun mulai tampak dengan

ditandai tambahan bobot daging menjadi semakin berkurang. Pada proses akhir,

jika dosis obat menjadi sangat berlebihan maka sifat racun obat berpengaruh kuat

dan menyebabkan tidak ada tambahan bobot daging tetapi justru ada penurunan

bobot daging tersebut.

Dalam fungsi proses produksi dapat dijelaskan pada Gambar 4 tentang

tahapan dari suatu proses produksi.

Gambar 4. Tahapan Proses Produksi Sumber : Soekartawi, 1986

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa hubungan fungsi produksi dengan

produk marjinal (PM) dan produk rata-rata (PR) terhadap tingkat produksi suatu

komoditas. Selain itu juga menjelaskan didaerah yang mana produksi tersebut

berada apakah daerah irrasional atau rasional. Produk Marjinal adalah tambahan

satu-satuan input (X) yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan

satu-satuan output (Y). Dengan demikian PM dapat dituliskan dengan ∆Y/∆X.

Kalau terjadi PM konstan maka dapat diartikan bahwa setiap tambahan unit input

dapat menyebabkan tambahan satu-satuan unit output secara proporsional. Bila

terjadi suatu tambahan satu-satuan unit input yang menurun, maka PM akan

Produk Marjinal

Total Produksi

Stage III

Produk Rata-Rata

Output (Y)

Stage II

Stage 1

Input (X)

Page 43: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

26

menurun. Jika penambahan satu-satuan unit input yang menyebabkan satu-satuan

unit output yang semakin menaik secara tidak proporsional, maka peristiwa ini

disebut dengan produktivitas yang menaik.

Produk rata-rata (PR) adalah perbandingan tingkat produksi total (PT)

dengan jumlah input yang digunakan. Sehingga dapat di tulis dengan rumus Y/X.

Dengan demikian hubungan PM dengan PR adalah sebagai berikut :

a) Bila PM lebih besar dari PR, maka proporsi PR masih dalam keadaan menaik.

b) Bila PM lebih kecil dari PR, maka proporsi PR dalam keadaan menurun.

c) Bila terjadi PM sama dengan PR, maka dalam keadaan maksimum.

Perubahan dari jumlah produksi yang disebabkan oleh faktor produksi

yang digunakan dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi

(Ep) merupakan persentasi perbandingan output yang dihasilkan sebagai akibat

dari persentase dari input yang digunakan atau PM/PR. Sehingga dapat ditarik

kesimpulan hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan besar kecilnya

(Ep) adalah sebagai berikut :

1) Ep=1, bila PR mencapai maksimum atau bila PR sama dengan PM-nya.

2) Bila PM=0, dalam situasi PR sedang menurun, maka Ep=0

3) Ep >1 bila PT menaik pada tahapan “increasing rate” dan PR juga menaik di

stage 1. Disini peternak masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang

cukup menguntungkan manakala sejumlah input masih ditambah.

4) Nilai Ep lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari satu atau 1<Ep<0, dalam

keadaan demikian, maka tambahan sejumlah input tidak di imbangi secara

proposrsional oleh tambahan output yang diperoleh. Peristiwa ini terjadi pada

stage 2, dimana pada sejumlah input yang diberikan maka PT tetap menaik

pada tahapan “decreasing rate”.

5) Nilai Ep < 0 yang berada pada stage 3, pada situasi demikian PT dalam

keadaan menurun, nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan menurun.

Dalam kondisi ini maka setiap upaya untuk meningkatkan sejumlah input

tetap akan merugikan bagi peternak.

Sebagai produsen yang rasional akan berproduksi pada tahap II, hal ini

disebabkan pada daerah ini tambahan satu unit faktor produksi akan member

tambahan produksi total (TP), walaupun produksi rata-rata (AP) dan Produk

Page 44: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

27

Marginal (MP) menurun tapi masih positif dan pada tahap ini akan dicapai

pendapatan yang maksimum.

Menurut Soekartawi (2002) fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan

suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atu lebih variabel. Variabel

yang dijelaskan disebut variabel dependen (Y) dan variabel yang menjelaskan

disebut variabel independen (X). Dimana variabel dependen berupa output dan

variabel independen berupa input. Adapun persamaan mematis dari fungsi Cobb-

Douglas secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :

𝑌 = 𝑏0 𝑋1𝑏1 𝑋2

𝑏2 𝑋3𝑏3 ,… . . , 𝑋𝑖

𝑏𝑖𝑒𝑢

Dimana

Y = Variabel Dependen

X = Variabel Independen

𝑏0 ,𝑏1 = Besaran yang akan diduga

u = Unsur sisa

e = Logaritma natural (e = 2,718)

3.1.4. Model Just and Pope

Untuk menghasilkan sebuah produk melalui proses produksi yang

membutuhkan masukan (input) untuk menjadikan sebuah produk tidak lepas

dengan ketidakpastian, sehingga mengalami risiko produksi. Just dan Pope

merupakan ahli ekonometrika dalam Phoebe Koundouri dan Celine Naugas

(2005) mengembangkan model umum untuk penanganan risiko produksi

ekonometri. Pendekatan mereka telah cukup populer di kalangan ekonom

pertanian.

Konsep dasar yang diperkenalkan oleh Just dan Pope adalah untuk

membangun fungsi produksi sebagai jumlah dari dua komponen, satu berkaitan

dengan tingkat output, dan satu lagi berkaitan dengan variabilitas output.

Spesifikasi ekonometrika ini memungkinkan untuk menjelaskan dampak dari

proses produksi yang berasal dari input dan output berpengaruh terhadap risiko.

Dengan demikian, dalam Just dan Pope dalam fungsi produksi tidak mengabaikan

unsur risiko karena dapat mengakibatkan kesimpulan yang salah pada koefisien

variabel. Hal ini dapat dilihat dari output galat standar (error term) yang salah

dengan menunjukkan hasil yang jauh lebih besar dalam estimasi dari pada

kenyataan yang diperoleh.

Page 45: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

28

Pendekatan dengan menggunakan model Just and Pope ini untuk

mengetahui faktor-faktor produksi yang dapat menyebabkan peningkatan atau

penurunan produksi. Selain melihat pengaruhnya terhadap produksi, model ini

juga dapat melihat pengaruh faktor produksi terhadap risiko. Untuk melihat faktor

produksi yang mengurangi dan meningkatkan risiko dapat dilihat pada nilai

koefisiennya, jika koefisien bertanda positif maka menimbulkan risiko sedangkan

yang bertanda negatif mengurangi risiko produksi (Fariyanti, 2008).

3.1.5 Sumber-Sumber Risiko

Risiko timbul bukan karena pengaruh dari faktor-faktor produksi yang

digunakan. Sumber-sumber risiko menurut Harwood (1999) adalah sebagai

berikut.

1. Risiko Produksi

Risiko produksi terjadi pada saat proses penggunaan input untuk

dikonversikan menjadi output, saat proses ini risiko produksi biasanya

muncul. Risiko produksi terjadi seperti gagal panen, produksi rendah, kualitas

kurang baik. Hal ini bisa disebabkan oleh hama dan penyakit, curah hujan,

maupun teknologi serta penggunaan sumber daya yang kurang kompeten.

2. Risiko Pasar (harga)

Risiko pasar terjadi pada saat produk telah dihasilkan dan siap untuk

didistribusikan ke tangan konsumen, saat proses perpindahan dari produsen

ke konsumen ini terjadi risiko pasar. Risiko pasar bisa terjadi karena produk

tidak dapat terjual, disebabkan oleh perubahan harga output, permintaan

rendah, ataupun banyak produk substitusi. Risiko pasar ini berhubungan

dengan mekanisme antara konsumen dengan produsen yang dapat

menimbulkan permintaan dan penawaran.

3. Risiko Kelembagaan

Risiko kelembagaan ini adalah lebih melihat peran dari kelembagaan terkait

apakah memiliki hubungan positif atau negatif. Hubungan tersebut akan

mempengaruhi risiko kelembagaan. Risiko kelembagaan terjadi karena

perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah, baik dari segi penggunaan

pestisida dan obat-obatan, pajak dan kredit.

Page 46: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

29

4. Risiko Finansial

Risiko finansial ini berhubungan dengan alur keuangan yang digunakan untuk

kelangsungan usaha tersebut. Risiko finansial terjadi karena tidak mampu

membayar hutang jangka pendek, kenaikan tingkat suku bunga pinjaman,

piutang tak tertagih sehingga menyebabkan penerimaan produksi menjadi

rendah.

3.1.6. Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan oleh manajemen untuk

menangani berbagai permasalah yang disebabkan oleh adanya risiko, juga berarti

suatu cara untuk menangani masalah-masalah yang mungkin timbul disebabkan

karena adanya ketidakpastian (Kountur, 2004). Untuk menangani risiko

diperlukan strategi pencegahan risiko agar risiko dapat ditangani dengan baik.

Menurut Kountur (2006), dalam menangani risiko perlu strategi dalam

penanganan agar risiko tersebut dapat diminimalkan. Strategi penanganan risiko

menurut Kountur (2006) ada lima strategi yang digunakan yaitu menghindari,

mencegah, mengurangi kerugian, mangalihkan, dan mendanai.

Strategi menghindar dilakukan jika risiko yang dihadapi terlalu besar,

yaitu kemungkinan terjadinya besar serta akibat yang ditimbulkan juga besar dan

risiko yang dihadapi tidak dapat dikendalikan oleh manajemen dan tidak dapat

ditangani dengan strategi-strategi penanganan risiko lainnya. namun tidak semua

risiko dapat dihindari dan menghindar kadang-kadang bukan cara yang terbaik.

Strategi menghindar sulit dilakukan jika menghindar dari suatu risiko namun

menghadapi risiko lain yang mungkin lebih besar dan risiko tersebut memberikan

upah yang sulit untuk ditolak. Strategi kedua adalah pencegahan, strategi

pencegahan adalah strategi yang digunakan untuk membuat kemungkinan

terjadinya risiko sekecil-kecilnya. Pencegahan risiko dapat dilakukan dengan cara

memperbaiki sistem dan prosedur, memperbaiki fasilitas, memperbaiki sumber

daya manusia, membuat aturan dan kebijakan. Strategi ini membuat risiko yang

berada di kwadran kanan-atas bergeser ke kanan-bawah; atau risiko yang berada

pada kwadran kiri-atas berpindah ke kiri-bawah, seperti yang digambarkan pada

Gambar 5.

Page 47: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

30

Kemungkinan (%)

X Y

10%

X Y

0

Rp 100jt Akibat (Rp)

Gambar 5. Strategi Pencegahan Risiko

Sumber : Kountur ,2006

Strategi penanganan berikutnya adalah dengan pengurangan kerugian yang

dialami. Dalam strategi ini dilakukan untuk melakukan sesuatu agar sebelum

terjadi suatu kejadian kemungkinan terjadinya dibuat sekecil-kecilnya, strategi

pengurangan kerugian dimaksudkan untuk mengurangi kerugian setelah kejadian.

Pengurangan kerugian dilakukan pada risiko-risiko yang berada pada kwadran

kanan-atas dan kawan-bawah. Risiko-risiko yang berada pada kwadran kanan-atas

diusahakan ke kwadran kiri-atas, dan risiko-risiko yang berada pada kwadran

kanan-bawah berpindah ke kwadran kiri-bawah. Berikut dijelaskan pada Gambar

6.

kemungkinan (%)

10% Y Y

X X

0

Rp 100jt Akibat (Rp)

Gambar 6. Strategi Pengurangan Risiko

Sumber : Kountur, 2006

Strategi berikutnya adalah strategi mengalihkan risiko. Risiko-risiko yang

dapat dikendalikan dilakukan penanganan pencegahan dan pengurangan risiko,

sedangkan risiko yang tidak dapat dikendalikan penanganannya dilakukan dengan

pengalihan ke pihak lain. Risiko-risiko dapat dialihkan ke pihak lain yang

menanggung akibatnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

Page 48: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

31

mengalihkan risiko ke pihak lain diantaranya dengan mengalihkan risiko melalui

asuransi, hedging, leasing, factoring, dan outsourching.

Strategi terakhir adalah dengan melakukan pendanaan kepada risiko yang

dihadapi. Perusahaan mempersiapkan dana sekiranya terjadinya kejadian yang

merugikan sehingga perusahaan memiliki dana untuk membiayai kerugian-

kerugian tersebut dengan demikian operasional perusahaan dapat terus berjalan.

Perusahaan dapat melakukan beberapa cara untuk mendanai risiko-risiko

operasionalnya. Cara-cara tersebut adalah menggunakan kas kecil, menyediakan

dana cadangan, melakukan self-insurance, dan membuat captive insurer.

3.2. Kerangka Operasional

Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras pedaging yang mampu tumbuh

cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat. Broiler

juga mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani yang

dibutuhkan oleh manusia yang relative mudah dijangkau oleh semua kalangan.

Ayam broiler sangat potensial untuk dikembangkan hal tersebut dilihat dengan

semakin meningkatnya tingkat konsumsi terhadap daging ayam broiler seperti

yang telah dijelaskan dipendahuluan. Peningkatan konsumsi daging ayam broiler

seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia setiap

tahunnya. Selain itu juga daging ayam broiler menjadi pilihan untuk memenuhi

kebutuhan hewani karena harganya yang lebih murah dibandingkan dengan

daging ternak lainnya. Namun, dibalik potensi dari ayam broiler tersebut pada

umumnya peternak dihadapkan dengan ketidakpastian atau risiko dalam

menjalankan usaha ayam broilernya. Risiko yang dihadapkan adalah risiko

produksi. Penelitian ini dilakukan terhadap peternak plasma dari perusahaan

Dramaga Unggas Farm (DUF) sebanyak 30 responden yang dipilih dengan

representative. Sistem budidaya yang diterapkan oleh peternak masih bersifat

tradisional yaitu masih menggunakan sistem kandang panggung serta penggunaan

peralatan yang masih tradisional.

Penelitian yang dilakukan diidentifikasi bahwa dalam menjalankan proses

produksi peternak didampingi dengan risiko produksi. Indikasi yang menyatakan

bahwa peternak ayam broiler tersebut mengalami risiko produksi adalah dengan

adanya fluktuasi tingkat kematian dan produktivitas ayam broiler yang tidak

Page 49: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

32

sesuai antara aktual dan standar yang telah ditetapkan berdasarkan titik aman

dalam menjalankan suatu usaha. Tingkat kematian dan produktivitas yang

dihasilkan oleh peternak plasma DUF sangat beragam, ada yang tidak mencapai

standard normal dan ada juga peternak yang aktualnya melebihi standar yang

ditentukan. Keberagaman tersebut dapat dijadikan bahwa peternak plasma DUF

mengalami risiko produksi.

Risiko produksi tersebut diduga berasal dari beberapa sumber risiko

produksi, seperti penggunaan faktor-faktor produksi maupun faktor cuaca/iklim.

Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam menjalankan usaha ayam broiler

adalah DOC, pakan, sekam, vitamin, vaksin, obat-obatan, pemanas dan tenaga

kerja. Namun, faktor-faktor produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas dan tenaga

kerja. Pemilihan faktor-faktor tersebut berdasarkan penilitian yang dilakukan oleh

Merina serta berdasarkan hasil pengamatan selama dilapang. Penelitian ini

menggunakan pendekatan Just and Pope yang menyatakan bahwa didalam fungsi

produksi terdapat juga fungsi variance produksi. Sehingga pendekatan ini

memiliki dua fungsi. Fungsi produksi yang digunakan adalah dalam bentuk

logaritma natural. Pendekatan Just and Pope dilakukan adalah untuk mengetahui

faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi serta apa

pengaruhnya terhadap variance produksi. Untuk menilai apakah faktor-faktor

tersebut mengurangi atau menimbulkan variance produksi digunakan alat analisis

yaitu eviews 6. Alat analisis tersebut dapat menjelaskan sekaligus faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhi produktivitas dan variance produksi serta melihat

pengaruhnya apakah faktor-faktor tersebut dapat menimbulkan risiko produksi

atau menurunkan risiko produksi.

Selain faktor-faktor produksi tersebut diduga ada faktor lain yang

mempengaruhi risiko produksi yaitu adanya perubahan cuaca/iklim yang tidak

menentu. Cuaca/iklim tidak masuk dalam model kareana faktor tersebut tidak

dapat dihitung nilainya sehingga dalam penilaiannya dilakukan secara pendugaan

deskriptif. Setelah diketahui faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi

risiko produksi dan variance produksi serta pengaruhnya terhadap produksi maka

dilakukan rekomendasi oleh peneliti agar faktor-faktor produksi tersebut dapat

Page 50: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

33

meminimalkan risiko dan meningkatkan produksi. Untuk lebih jelas dapat dilihat

alur pemikiran operasional pada Gambar 7.

Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Ayam Broiler

Peternak Plasma Ayam Broiler Pada

Dramaga Unggas Farm

Faktor-Faktor Produksi

X1 DOC

X2 Pakan

X3 Protect Enro

X4 Neocamp

X5 Doxerin Plus

X6 Vaksin

X7 Pemanas

X8 Tenaga Kerja

Analisis Model Just and Pope

Fungsi Produksi Rata-rata

Fungsi Produksi Variance

Rekomendasi/Saran Alternatif Strategi Penanganan Risiko

Sumber Risiko Produksi

Cuaca/Iklim

Hama dan Penyakit

Kesalahan Manusia

Faktor-faktor produksi yang

mempengaruhi produksi.

Pengaruh faktor-faktor produksi terhadap

risiko produksi

Adanya Fluktuasi Produktivitas

Page 51: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

34

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada peternak plasma ayam broiler di Dramaga

Unggas Farm, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan Kota Bogor

khususnya di daerah Darmaga sebagai tempat penelitian dilakukan dengan sengaja

(purposive) dengan pertimbangan bahwa Jawa Barat merupakan salah satu sentral

produksi ayam broiler khususnya Dramaga merupakan salah satu penyumbang

prduksi ayam broiler.

Pemilihan CV Dramga Unggas Farm dilakukan dengan dengan cara

purposive sampling, dengan alasan bahwa DUF merupkan perusahaan yang baru

dibogor namun sudah memiliki banyak plasma yang tersebar luas dikota bogor.

Sedangkan pemilihan peternakan dilakukan dengan cara judgment sampling yaitu

berdasarkan pertimbangan inti plasma dengan melihat panen pada periode terakhir

yaitu bulan Mei dan Juni 2011 serta peternak yang representatif sebanyak 30

responden. Penelitian dilaksanakan selama satu setengah bulan yaitu pada 10 Mei

– 28 Juni 2011.

4.2. Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara

kepada pihak perusahaan, seperti kepada pemilik perusahaan, karyawan, serta

pihak-pihak yang terkait dalam usaha peternakan ayam broiler tersebut. Data dan

informasi yang berasal dari perusahaan digunakan untuk mengetahui keadaan

umum dari perusahaan tersebut serta dapat mengetahui risiko yang terjadi

diperusahaan tersebut serta penanganan-penanganan yang telah dilakukan untuk

mengurangi risiko yang terjadi. Sedangkan informasi dan data dari pesaing untuk

melihat altrnatif lain guna membandingkan cara penanganan risiko yang lebih

efektif.

Data sekunder diperoleh dari luar perusahaan seperti Badan Pusat

Statistika (BPS), Departemen Peternakan, perpustakaan LSI IPB, internet dan

literatur lainnya yang relevan. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif

dan kualitatif. Data kuantitatif berupa berasal dari adanya fluktuatif harga input,

Page 52: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

35

harga output, pendapatan peternak dan lain sebagainya. Sedangkan data yang

kaulitatif berasal dari penanganan-penanganan yang dilakukan dalam

meminimalkan risiko yang dihadapi oleh perusahaan tersebut.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah data panel atau

(cross section dan timeserie) seperti data produksi harian yang terkait dengan

tingkat kematian ayam, penggunaan luas kandang, jumlah penggunaan pakan,

obat-obatan, DOC, jam kerja pegawai, penggunaan air, pemanas, serta data

keuangan mulai dari pembelian sarana produksi ayam broiler sampai pada

penjualan output hidup. Data yang digunakan adalah periode terakhir yaitu

terhitung pada awal mau produksi atau turun DOC pada bulan Maret, April dan

Mei dan pada panen di bulan April, Mei dan Juni 2011.

Data primer diproleh dari peternak ayam broiler melalui observasi

langsung, wawancara dan diskusi dengan dengan peternak ayam broiler tersebut.

Observasi dilakukan dengan pencatatan langsung oleh peneliti semua kejadian

tentang produksi dan pengendalian risikonya. Wawancara dan diskusi dilakukan

dengan cara tanya jawab kepada peternak ayam tersebut.

4.4. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis

kualitatif dilakukan dengan pendekatan deskriptif untuk mengetahui gambaran

umum tentang peternak ayam broiler serta manajemen risiko yang digunakan oleh

peternak tersebut. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis

fakto-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi risiko produksi pada ayam

broiler dan melihat seberapa besar tingkat risiko yang ditimbulkan dari faktor-

faktor produksi tersebut, dalam pengolahan data tersebut menggunakan bantuan

alat aplikasi Microsoft Excel, Minitab versi 14 serta Eviews 6.

4.4.1. Analisis Risiko Produksi Just dan Pope

Analisis risiko produksi yang dikemukakan oleh Just dan Pope adalah

mengembangkan model umum untuk penanganan risiko produksi ekonometri dan

digunakan untuk menganalisis faktor produksi namun tidak mengabaikan tingkat

risiko yang kemungkinan akan terjadi pada produksi tersebut yang dapat

Page 53: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

36

menyebabkan kesalahan dalam perhitungan. Sehingga dalam model Just dan Pope

memasukkan unsur error agar unsur risiko dapat diperhitungkan dalam analisis

produksi. Sehingga tingkat kesalahan dalam perhitungannya menjadi kecil.

Konsep dasar yang diperkenalkan oleh Just dan Pope adalah untuk membangun

fungsi produksi sebagai jumlah dari dua komponen, satu berkaitan dengan tingkat

output, dan satu yang berkaitan dengan variabilitas output. Sehingaa dalam

penggunaan model Just dan Pope adalah fungsi produksi rata-rata (means

production function) dan fungsi variance (variance production function), yang

masing-masing fungsi tersebut dipengaruhi oleh penggunaan variabel-variabel

produksi tersebut sehingga fungsi variance dan produksi diketahui.

Persamaan model fungsi risiko produksi Just dan Pope secara matematis

dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = f(X,β) + h(X,θ)є

Dimana :

Y = Jumlah produksi yang dihasilkan

f,h = Mentransformasikan faktor-faktor produksi kedalam hasil produksi

X = Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi

β,θ = Besaran/koefisien yang akan diduga

є = Unsur error

Pada fungsi produksi di atas merupakan terdiri dari dua gabungan fungsi,

yaitu fungsi produksi output (means production function) yang

mentransformasikan variabel-variabel input menjadi fungsi produksi dan satu lagi

adalah fungsi produksi yang telah ditambahkan unsur risikonya, yaitu dengan

memperhatikan unsur variance dari fungsi produksi tersebut. Untuk

menyelesaikan perhitungan fungsi produksi dan variance dari produksi tersebut

dalam bentuk fungsi Cobb Douglass.

Fungsi produksi Cobb-Douglas diperkenalkan oleh Cobb, C.W dan

Douglass, P.H (1982), yang dituliskan dan dijelaskan Cobb, C.W dan Douglass,

P.H dalam artikelnya “A Theory of Production”(2)

. Fungsi Cobb-Douglas adalah

suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana

variabel yang satu disebut dengan variabel dependen (yang dijelaskan/Y), dan

yang lain disebut variabel independent (yang menjelaskan/X). (Soekarwati,1993).

2 http://www.google.com//fungsi produksi serta penerapan rumus Cobb Douglas. (April

2011)

Page 54: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

37

Dalam fungsi produksi, maka fungsi produksi Cobb-Douglass adalah suatu fungsi

produksi yang ingin memperlihatkan pengaruh input yang digunakan dengan

output yang diinginkan. Pentingnya pendugaan menggunakan EKONOMETRIKA

(Ekonomi, Matematika, Statistika). Dalam dunia ekonomi, pendekatan Cobb-

Douglass merupakan bentuk fungsional dari fungsi produksi secara luas

digunakan untuk mewakili hubungan output untuk input. Sehingga model fungsi

produksi Just dan Pope secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Fungsi Produksi Y = f (X)..............(1)

Ln Y = Lnβ0 + β1LnX1 + β2LnX2 + β3LnX3 + β4LnX4 + β5LnX5 + β6LnX 6 + є

Variance Produksi ζ2 = f (X).............(2)

Ln ζ2 Y = LnX0 + θ1LnX1 + θ2LnX2 + θ3LnX3 + θ4LnX4 + θ5LnX5 + θ6LnX 6 + є

Dimana :

Y = Produktivitas ayam broiler (kg/m2)

X1 = Jumlah DOC (ekor/m2)

X2 = Pakan (Kg/m2)

X3 = Protek Enro (Kg/m2)

X4 = Neocamp (Liter/m2)

X5 = Doxerin Plus (Kg/m2)

X6 = Vaksin (Kg/m2)

X7 = Pemanas (Kg/m2)

X8 = Tenaga Kerja (HOK)

β = Mean intercept

θ = Variance intercept

β1, β2, β3,... β8 = Koefisien parameter dugaan X 1, X2, X 3,...X 8

θ1, θ2, θ3,.... θ8 = Koefisien parameter dugaan X1, X2, X3,.....X8

є = Unsur error

faktor-faktor produksi yang digunakan diatas diperoleh dari penelitan

terdahulu yang memasukan DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus,

tenaga kerja, vaksin dan pemanas menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi. Jika koefisien-koefisien dari parameter dugaan dari fungsi produksi dan

varian lebih besar dari nol artinya semakin banyak input yang digunakan untuk

proses produksi maka rata-rata hasil dan varian produksi broiler akan semakin

meningkat. Dan jika terdapat coefisien variance bertanda negatif maka input

tersebut adalah faktor produksi yang mengurangi risiko dan jika koefisien

variasinya bertanda positif maka input tersebut adalah sebagai faktor produksi

yang menimbulkan risiko.

Page 55: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

38

Perhitungan Cobb-Douglass merupakan metode yang banyak dipakai oleh

peneliti dalam menilai risiko produksi. Alasan mengapa menggunakan Cobb-

Douglass dikarenakan metode tersebut memiliki kelebihan sebagai berikut :

1. Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglass bersifat sederhana dan mudah

penerapannya.

2. Fungsi produksi Cobb-Douglass mampu menggambarkan keadaan skala hasil

(return to scale), apakah sedang meningkat, tetap atau menurun.

3. Koefisien-koefisien fungsi produksi Cobb-Douglass secara langsung

menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang digunakan dan

dipertimbangkan untuk dikaji dalam fungsi produksi Cobb-Douglass itu.

4. Koefisien intersep dari fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan indeks

efisiensi produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi

penggunaan input dalam menghasilkan output dari sistem produksi yang

dikaji.

Dari kelebihan tersebut maka alasan peneliti menggunakan metode

tersebut adalah penyelesaian fungsi Cobb-Douglass relatif lebih mudah

dibandingkan dengan fungsi produksi, hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-

Douglass akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan

elstisitas, besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran

Return to Scale.

4.4.2. Model ARCH-GARCH

Permodelan data deret waktu umumnya dilakukan dengan menggunakan

asumsi ragam sisaan yang konstan (homoskedastisitas), namun kenyataannya

banyak deret waktu yang mempunyai ragam sisaan yang tidak konstan

(heteroskedistisitas), khususnya untuk data deret waktu dibidang ekonomi. Oleh

karena itu pemodelan analisis deret waktu biasa dengan asumsi homoskedastisitas

tidak dapat digunakan. Model ARCH (Autoregressive Conditional

Heteroscedostisitas) merupakan model yang memperhitungkan adanya

heteroskedistisitas dalam analisis deret waktu. Volatilitas berdasarkan model

GARCH (p,q) mengasumsikan bahwa varian data fluktuasi dipengaruhi oleh

sejumlah p data fluktuasi dan q data volatiliti sebelumnya.

Page 56: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

39

Varian terdiri dari dua komponen yaitu varians yang konstan dan varians

yang tergantung dari besarnya volatilitas di periode sebelumnya. Jika volatilitas

pada periode sebelumnya besar (baik negatif atau positif), maka varians pada saat

ini akan besar pula. Sehingga model ARCH dapat dirumuskan sebagai berikut.

ht = ε + αε2

t + α1ε2

t-1 + α2ε2

t-2 + ………… + αmε2

t-m

dimana :

ht = variabel terikat pada periode t

ε = variabel yang konstans

ε2

t-m = Arch/volatilitas pada periode sebelumnya

α, α1, α2,… αm = koefisien orde m yang diestimasikan

Model GARCH dikembangkan dengan mengintegrasikan autoregresi dari

kuadrat residual lag kedua sehingga lag tak hingga ke dalam bentuk varian pada

lag pertama. Model ini dikembangkan sebagai generalisasi dari model volatilitas.

Secara sederhana volatilitas berdasarkan model GARCH (r,m) mengasumsikan

sebelumnya dan sejumlah r data volatilitas sebelumnya. Model ini seperti dalam

model autoregresi biasa (AR) dan pergerakan rata-rata (MA), yaitu untuk melihat

hubungan variabel acak dengan variabel acak sebelumnya. Varian terdiri dari tiga

komponen. Komponen pertama adalah varians yang konstan, volatilitas pada

periode sebelumnya dan varian pada periode sebelumnya. Sehingga model

GARCH dapat dirumuskan bentuk umum model GARCH (r,m)

ht = k + δ1ht-1 + δ2ht-2 +…. +δrht-r + α1ε2

t-1 + α2ε2

t-2 + ………… + αmε2

t-m

dimana :

ht = Variabel respon pada waktu t

K = Varians yang konstan

ε2

t-m = Arch/volatilitas pada periode sebelumnya

α, α1, α2,… αm = Koefisien orde m yang diestimasikan

δ, δ1, δ2,….. δr = Koefisien orde r yang diestimasikan

ht-r = Suku Garch

Model ARCH-GARCH dipilih menjadi alat analisis dalam penelitian ini

dengan pertimbangan bahwa model tersebut merupakan model yang dapat

menjawab sekaligus permasalah yang diteliti oleh penulis, model tersebut mampu

menjawab selain fungsi produksi rata-rata dan fungsi variance produksi.

Permasalahan tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan GARCH (1,1).

Pemilihan GARCH (1,1) dilakukan dengan pertimbangan bahwa model tersebut

Page 57: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

40

adalah model yang sederhana yang banyak digunakan oleh penelitian terdahulu

untuk menghitung suatu variance produksi.

4.5. Pengujian Hipotesis

1) Pengujian asumsi OLS (Ordinary Least Square)

Metode pendugaan model dilakukan dengan metode OLS. Akan tetapi

sebelumnya harus diuji terlebih dahulu asumsi-asumsi yang sesuai dengan OLS

yaitu multikolinieritas. Multikolinier variabel independent adalah kondisi dimana

terdapat hubungan linier diantara variabel independent. Ada beragam penyebab

multikolinier, diantaranya disebabkan adanya kecendrungan variabel-variabel

yang bergerak secara bersamaan. Adanya multikolinier menyebabkan ragam

variabel menjadi sangat besar, sehingga koefisien regresi dugaan tidak stabil dan

berimplikasi pada besar dan arah koefisien variabel menjadi tidak valid untuk

diinterpretasi. Adanya multikolinier dapat dilihat pada nilah Variance Inflation

Factor (VIF) >10. Jika terjadi masalah multikolinier maka harus diperbaiki

terlebih dahulu dengan menambah observasi, mengeluarkan variabel independent

yang berkolerasi kuat.

2) Pengujian Parameter Model (Uji F)

Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat apakan variabel bebas yang

digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata pada variabel tak bebas

(independent). Uji statistik yang digunakan adalah uji F.

𝐹 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑅2(𝑘 − 1)

1 − 𝑅2 (𝑛 − 𝑘)

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi

K = Jumlah variabel bebas

n = Jumlah sampel

Kriteria uji

F-hitung > F-tabel (k-1, n-k), maka tolak H0

F-hitung < F-tabel (k-1, n-k), maka terima H0

Jika tidak menggunakan tabel maka dapat dilihat nilai P dengan kriteria uji

sebagai berikut :

Page 58: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

41

P-value < α , maka tolak H0

P-value > α, maka terima H0

Apabila F-hitung > F-tabel atau P-value < α maka secara bersama-sama

variabel bebas dalam proses produksi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap

produksi. Sedangkan apabila F-hitung < F-tabel atau P-value > α maka secara

bersama-sama variabel bebas dalam proses produksi tidak berpengaruh secara

nyata terhadap produksi.

3) Pengujian Parameter Variabel (Uji t)

Hipotesis Statistik merupakan pernyataan atau dugaan mengenai satu atau

lebih populasi. Pengujian hipotesis berhubungan dengan penerimaan atau

penolakan suatu hipotesis. Penerimaan suatu hipotesis terjadi karena tidak cukup

bukti untuk menolak hipotesis tersebut dan bukan karena hipotesisnya itu benar

dan penolakan suatu hipotesis terjadi karena tidak cukup bukti untuk menerima

hipotesis tersebut dan bukan karena hipotesis itu salah. Tujuan dari pengujian ini

adalah untuk mengetahui apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel

bebas (X) yang digunakan berpengaruh signifikan terhadap variabel bebas (Y).

Uji statistika yang digunakan adalah uji t dan taraf nyata yang digunakan adalah

20 persen.

Rumusan Hipotesis fungsi produksi dan varian

H0 : βi, θi < 0, artinya variabel bebas merupakan penjelas yang mengurangi

produksi dan mengurangi risiko produksi terhadap variabel

terikat

H1 : βi, θi > 0, artinya variabel bebas penjelas yang meningkatkan produksi

dan menimbulkan risiko produksi terhadap variabel terikat

Uji t

𝑡 − ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝛽𝑖

𝑆𝛽𝑖

Dimana :

βi = Koefisien regresi ke-i yang diduga

S βi = Standar deviasi dari βi

𝑡 − ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = ƞθ𝑖

𝑆ƞ𝑖

Page 59: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

42

Dimana :

θi = Koefisien regresi ke-i yang diduga

Sθi = Standar deviasi dari θi

Daerah Kritis

Ho diterima apabila –t (α / 2; n – k) ≤ t hitung ≤ t (α / 2; n – k), artinya

tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Ho ditolak apabila t hitung > t (α / 2; n– k) atau –t hitung < -t (α / 2; n –

k), artinya ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Dimana :

n = Jumlah sampel

k = Jumlah variabel

sumber : Walpole, 1992

4.6. Hipotesis

Dalam penelitian dilakukan terlebih dahulu hipotesis atau kesimpulan

sementara tentang fungsi produksi rata-rata dan produksi varian terhadap faktor-

faktor produksi yang digunakan adalah semua faktor produksi berpengaruh positif

terhadap produksi ayam broiler dan variannya. Adapun hipotesis tersebut adalah

sebagai berikut :

1. β 1, θ1 > 0 artinya jika DOC ditambah satu satuan maka produktivitas dan

varian ayam broiler juga akan semakin meningkat satu satuan.

2. β2, θ2> 0 artinya jika Pakan ditambahkan satu satuan pada ayam broiler maka

akan meningkatkan produktivitas dan varian dari ayam satu satuan.

3. β3, θ3 > 0 artinya jika Protect Enro ditambah satu satuan pada produksi ayam

broiler maka hasil produktivitas dan variannya juga akan meningkat satu

satuan.

4. β4, θ4 > 0 artinya jika Neocamp ditambahkan satu satuan maka akan

meningkatkan produktivitas dan varian dari ayam broiler satu satuan.

Page 60: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

43

5. β5, θ5 > 0 artinya jika Doxerin Plus ditambahkan satu satuan maka akan

meningkatkan produktivitas dan varian dari produksi ayam broiler satu

satuan.

6. β6, θ6 > 0 artinya jika vaksin ditambahkan satu satuan maka akan

meningkatkan produktivitas dan varian ayam broiler satu satuan.

7. β8, θ8 > 0 artinya jika pemanas ditambahkan satu satuan maka akan

meningkatkan produktivitas dan varian dari ayam broiler satu satuan.

8. β8, θ8 > 0 artinya jika tenaga kerja ditambahkan satu satuan maka akan

meningkatkan produktivitas dan varian dari ayam broiler satu satuan.

Page 61: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

44

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Kondisi Geografi

Kecamatan Dramaga terletak di wilayah Bogor Barat dengan luas wilayah

2.437.636 Ha. Sebagian besar tanah yaitu 972 Ha digunakan untuk sawah, 1.145

Ha lahan kering (pemukiman, pekarangan, kebun), 49,79 Ha lahan basah (rawa,

danau, tambak, situ), 20,30 Ha lapangan olahraga dan pemakaman umum.

Kecamatan Dramaga mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan Kecamatan

Rancabungur, sebelah selatan dengan Kecamatan Tamansari/Ciomas, sebelah

barat dengan Kecamatan Ciampea dan sebelah timur dengan Kecamatan Bogor

Barat. Curah hujan di Kecamatan Dramaga 1.000 – 1.500 mm/tahun, dengan

ketinggian 500 m dari permukaan laut. Jarak Kecamatan Dramaga dari ibukota

Kabupaten Bogor adalah 12 km, dari ibukota Propinsi Jawa Barat 180 km, dan

dari ibukota negara Indonesia 60 km. Kecamatan Dramaga terdiri dari 10 desa, 24

dusun, 72 RW, 309 RT, dan 20.371 KK (Kepala Keluarga).

5.2. Kondisi Demografi

Kondisi demografi yang ada di Kabupaten Dramaga sangat beraneka

ragam. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah penduduk Dramaga yang menyebar

diberbagai desa. Serta memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang tergolong

cepat dari setiap umurnya. Selain jumlah penduduk, jenis pekerjaan juga beraneka

ragam mulai dari yang formal sampai non formal. Namun pada umumnya kondisi

penduduk Dramaga banyak terdapat di desa sehingga mempengaruhi tingkat

pendidikan yang tidak terlalu tinggi.

Jumlah penduduk Kecamatan Dramaga pada tahun 2009 adalah 84.609

jiwa yang terdiri dari 20.371 KK. Pendistribusian jumlah penduduk Dramaga

berdasarkan kelompok umurnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Page 62: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

45

Tabel 7. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan Kelompok Umur Pada

Tahun 2009

No. Kelompok Umur Jumlah (orang) Persentase (%)

1 0 – 4 8.294 9,80

2 5 – 9 8.770 10,37

3 10 – 14 8.146 9,63

4 15 – 19 8.128 9,61

5 20 – 24 8.579 10,14

6 25 – 29 8.047 9,51

7 30 – 34 6.978 8,25

8 35 – 39 6.559 7,75

9 40 – 44 5.850 6,91

10 45 – 49 4.756 5,62

11 50 – 54 3.858 4,56

12 55 – 59 2.855 3,37

13 ≥ 60 3.789 4,48

Jumlah 84.609 100

Sumber : Dinas Kecamatan Dramaga, 2010

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa pendistribusian jumlah penduduk

Darmaga paling banyak pada umur balita (5-9 tahun) sebesar 10,37 persen dan

dewasa (20-24 tahun) sebesar 10,14 persen. Pendistribusian jumlah penduduk ini

semakin tua maka jumlah penduduknya semakin menurun. Hal tersebut

dikarenakan pada saat usia lanjut masyakarat tidak terlalu memperhatikan kondisi

kesehatan dengan terus bekerja mencari nafkah, hal tersebut menjadikan tingkat

hidup saat usia lanjut menjadi kecil. Selain itu juga, dapat dilihat kelompok usia

produktif yaitu usia 15-50 tahun sebesar 57,79 persen atau sebesar 48.896 jiwa.

Sedangkan kelompok usia yang tidak produktif (kelompok umur 0-15 tahun dan

umur diatas 50 tahun) sebesar 42,21 persen atau berjumlah 35.713 jiwa. Data

tersebut memperlihatkan bahwa jumlah usia produktif lebih besar dibandingkan

jumlah usia yang tidak produktif, sehingga dapat disimpulkan bahwa banyaknya

tenaga kerja potensial yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan usaha.

Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Dramaga cukup beragam yaitu

sektor pertanian, perdagangan, buruh, ABRI/TNI dan pegawai negeri yang

disajikan pada Tabel 8.

Page 63: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

46

Tabel 8. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan Jenis Pekerjaan Pada Tahun

2009

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 PNS 1.056 4,68

2 TNI/ Polri 57 0,25

3 Pegawai/ karyawan 4.031 17,87

4 Dagang/ Wiraswasta 4.865 21,57

5 Petani & Peternak 1.309 5,80

6 Jasa / Buruh 10.604 47,01

7 Lainnya 634 2,81

Jumlah 22.556 100

Sumber : Dinas Kecamatan Dramaga, 2010

Tabel 8 menunjukkan bahwa penduduk Dramaga memiliki aneka jenis

pekerjaan. Pekerjaan yang paling banyak dilakukan adalah dagang/wiraswasta

sebesar 21,57 persen dan jasa/buruh sebesar 47,01 persen. Sedangkan TNI/Polri,

PNS, dan Peternak adalah pekerjaan yang sedikit ditekuni oleh penduduk yang

ada di daerah Dramaga.

Tabel 9. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada

Tahun 2009

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak tamat SD 35.513 41,97

2 Tamat SD 26.973 31,88

3 Tamat SMP 10.889 12,87

4 Tamat SMA 8.791 10,39

5 D1 – D3 959 1,13

6 S1 – S3 1.484 1,75

Jumlah 84.609 100

Sumber : Dinas Kecamatan Dramaga, 2010

Pendidikan seharusnya wajib dilakukan oleh setiap penduduk, hal tersebut

akan mencerminkan kondisi suatu wilayah. Jika wilayah tersebut memilki

pendidikan yang merata maka akan meningkatkan kualitas sumber daya

manusianya. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di

Kecamatan Darmaga masih rendah dimana 41,97% tidak tamat SD, 31,88 %

tamat SD. Penduduk yang berpendidikan diploma maupun sarjana masih sangat

sedikit.

Page 64: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

47

5.3 Karakteristik Responden

5.3.1. Umur Responden

Umur seseorang merupakan karakteristik individu yang dapat

mempengaruhi biologis dan psikologis individu dalam melakukan usaha budidaya

ayam broiler. Baik itu dalam pengambilan suatu keputusan maupun dalam

pengalaman dalam menjalankan usaha ayam broiler. Umur peternak ayam broiler

yang dijadikan sebagai responden beraneka ragam ada yang muda sampai yang

telah usia lanjut.

Usia responden pada ayam broiler ini relatif merata pada setiap rentangnya

kecuali pada rentang umur diatas 50 tahun. Pada rentang usia 30-39 tahun,

merupakan usia yang paling banyak menjadi respondennya dengan berjumlah

sembilan orang atau sebesar 30 persen. Sedangkan pada usia 20-29 tahun dan 40-

49 tahun memiliki jumlah responden yang sama yaitu sebesar tujuh orang atau

sebesar 23,33 persen. Pada usia lanjut yaitu diatas 50 tahun juga memiliki

persentase yang sama yaitu sebesar 23,33 persen atau sebanyak tujuh orang.

Kelompok usia yang produktif adalah pada usia 20-49 tahun sedangkan

kelompok usia yang kurang produktif adalah diatas 50 tahun. Jumlah responden

yang memiliki usia produktif adalah sebesar 76,66 persen atau sebanyak 23 orang.

Sedangkan jumlah responden yang memasuki usia kurang produktf adalah sebesar

23,33 persen atau sebanyak tujuh orang. Hal tersebut dapat dilihat bahwa

responden yang menjalankan usaha ayam broiler pada penelitian ini banyak

dilakukan oleh tenaga kerja yang masih produktif. Untuk mengetahui lebih jelas

tentang sebaran umur peternak ayam yang menjadi responden dapat dilihat pada

Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Responden Peternak Ayam Broiler Berdasarkan Umur di

Kecamatan Dramaga Tahun 2011

No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 20 – 29 7 23,33

2 30 – 39 9 30,00

3 40 – 49 7 23,33

4 50 – 59 4 13,33

5 >60 3 10,00

Jumlah 30 100,00

Page 65: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

48

5.3.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mencerminkan kualitas sumber daya manusia. Pada

umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan meningkatkan kualitas

sumber daya manusia terserbut. Hal tersebut dapat dilihat dari dalam pengambilan

keputusan yang strategis, pemecahan masalah yang dihadapi, serta mengetahui

pengetahuan terhadap usaha yang akan dijalankan. Dengan pendidikan yang

tinggi akan merubah pola pikir seseorang untuk menjadikan usahanya menjadi

lebih berkembang.

Pada penelitian ini memiliki respondennya memiliki tingkat pendidikan

dapat dikatakan tidak merata. Pendidikan respondennya dapat dikatakan masih

terlalu rendah hal ini dikarenakan masih banyak peternak yang hanya

mendapatkan pendidikan sampai Sekolah Dasar (SD). Responden yang hanya

menikmati pendidikan SD sebanyak 14 orang atau sebesar 46,67 persen.

Responden tersebut memiliki bobot yang paling besar dibandingkan dengan

pendidikan lainnya seperti SMP hanya sebesar 33,33 persen atau sebanyak 10

orang, SMA sebanyak 16,67 persen atau sebesar lima orang dan selebihnya adalah

menjalani pendidikan S1. Untuk lebih jelasnya pemaparan tingkat pendidikan

pada responden ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Tingkat Pendidikan Responden pada Peternak Ayam Broiler di

Kecamatan Dramaga Tahun 2011

No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 SD 14 46,67

2 SMP 10 33,33

3 SMA 5 16,67

4 S1 1 3,33

Jumlah 30 100,00

5.3.3. Pengalaman Pembudidaya Ayam Broiler

Lama pengalaman beternak ayam broiler dapat mempengaruhi keputusan-

keputusan yang akan diambil dalam menghadapi permasalahan dan ketahanan

dalam menghadapi permasalahan yang muncul dalam proses budidaya ayam. Pada

umumnya semakin lama beternak ayam maka akan lebih mengerti terhadap

masalah yang akan dialami seperti terjadinya hama dan penyakit. Penanganan saat

Page 66: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

49

terjadi perubahan cuaca dari musim hujan ke musim kemarau. Jika sudah

memiliki pengalaman yang lebih lama maka dalam menghadapi permasalahan

tersebut tidak sulit lagi. Untuk mengetahui sebaran responden berdasarkan

lamanya beternak ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Lamanya Peternak Beternak Ayam

Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011

No Lama Usaha Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 1-5 11 36,67

2 6 -10 13 43,33

3 11 -15 3 10,00

4 16 – 20 2 6,67

5 > 21 1 3,33

Jumlah 30 100,00

Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat peternak yang memiliki

pengalaman dalam beternak ayam broiler 6-10 tahun sebanyak 13 orang dan

pengalaman yang hanya 1-5 tahun sebanyak 11 orang, dan selebihnya peternak

yang diatas 10 tahun sebesar enam orang atau sebesar 19 persen. Lamanya

pengalaman peternak dibidang ayam broiler ini dikarenakan banyaknya peternak

memulai usaha ayam broiler ini dari anak kandang terlebih dahulu, setelah

memiliki pengetahuan sendiri dan mengetahui segala aspek teknis maka peternak

keluar dari anak kandang mendirikan usaha ayam broiler sendiri. Sedangkan yang

memiliki pengalaman usaha sedikit dikarenakan tergiur oleh pendapatan yang

tinggi jika berhasil menjalankan usaha ayam ini.

5.3.4. Luas Kandang dan Status Kepemilikan Lahan

Kandang merupakan alat yang digunakan sebagai tumbuh dan

berkembangnya ayam broiler sampai pada pemanenan. Kandang didirikan

tergantung luas lahan yang dimiliki oleh peternak ayam broiler. Pada umumnya

semakin luas lahan yang dimiliki maka kandang yang didirikan juga akan semakin

besar sehingga dapat menampung lebih banyak lagi DOC yang dikembangkan.

Kandang ayam pedaging ada dua tipe yaitu jenis panggung dan jenis portal atau

langsung lantai tanpa panggung. Responden yang menggunakan tipe kandang

Page 67: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

50

portal pada penelitian ini sebanyak dua orang dan selebihnya peternak tersebut

menggunakan kandang panggung.

Kandang yang sehat jika kandang memiliki sirkulasi udara yang baik,

sehingga kondisi kandang tidak lembab. Jika kandang panggung maka kandang

tidak boleh terlalu dekat jaraknya terhadap tanah, hal tersebut dikarenakan agar

ayam tidak terlalu terkena uapan amoniaknya. Selain itu juga kandang harus steril

terhadap lingkungan hewan lain agar ayam broiler tidak terkontiminasi dengan

penyakit dari hewan lainnya.

Luas kandang responden penelitian sangat bervariasi berdasarkan skala

usaha masing-masing peternak. Biasanya luas kandang disesuaikan dengan

kemampuan dan kemauan peternak untuk berproduksi. Luas kandang yang paling

banyak dimiliki oleh responden pada rentang 200-399 m2 sebesar 36,67 persen

sebanyak 11 orang, sedangkan 400-599 meter persegi sebesar 30 persen atau

sebanyak sembilan orang. Sedangkan yang memiliki luas kandang lebih dari 800

meter persegi sebanyak tiga orang atau sebesar 10 persen. untuk lebih jelas

tentang pendistribusian responden berdasarkan luas kandang dapat dilihat pada

Tabel 13.

Tabel 13. Jumlah Responden Berdasarkan Luas Kandang di Peternak Ayam

Broiler Kecamatan Dramaga Tahun 2011

No Luas Kandang

(Meter) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 0 – 199 4 13,33

2 200 – 399 11 36,67

3 400 – 599 9 30

4 600 – 799 3 10

5 > 800 3 10

Jumlah 30 100

Kepemilikan lahan dan kandang pada responden peternak ayam broiler di

Kecamatan Dramaga hanya terdiri dari dua kepemilikan yaitu kepemilikan pribadi

dan sewa kandang. Sewa kandang dilakukan karena peternak tidak memiliki lahan

yang strategis untuk mendirikan kandang dan tidak adanya lahan untuk

mendirikan kandang ayam sehingga alternatif yang dipilih adalah dengan

menyewa kandang dengan sistem per periode maupun penyewaan dalam satu

Page 68: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

51

tahun. Sedangkan untuk kandang kepemilikan pribadi ada yang mendirikan

dengan usaha sendiri ada juga yang berasal dari keluarga atau usaha turun

menurun. Berikut adalah Tabel 14 tentang sebaran responden berdasarkan

kepemilikan lahan.

Tabel 14. Jumlah Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan Pada Peternak

Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011

No Kepemilikan Lahan (M2)

Jumlah

(Orang)

Persentase

(%)

1 Pribadi 26 86,67

2 Sewa 4 13,33

Jumlah 30 100

5.3.5. Skala Usaha Ayam Broiler

Skala usaha pada umumnya berhubungan positif terhadap luas kandang

yang didirikan semakin besar luas kandang maka akan semakin besar pula skala

usaha ayam yang diproduksi. Skala usaha yang paling banyak dijalankan pada

responden peternak ayam broiler pada skala usaha 2.000-3.999 DOC sebesar

33,33 persen, skala 4.000-5.999 DOC sebesar 30 persen, dan pada skala usaha

diatas 8.000 DOC sebesar 20 persen. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada

Gambar 8.

Gambar 8. Skala Usaha Pada Responden Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga

Tahun 2011

10,00

33,33 30,00

6,67

20,00

0,005,00

10,0015,0020,0025,0030,0035,00

0 - 1999 2000 -3999

4000 -5999

6000 -7999

> 8000

Per

sen

tase

(%)

Skala Usaha Ayam (Ekor)

Page 69: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

52

5.4. Proses Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga

5.4.1. Pra Produksi

Tahapan pra produksi perlu dilakukan perlu dilakukan oleh setiap peternak

ayam broiler. Kegiatan yang dilakukan pra produksi adalah persiapan kandang

dan persiapan peralatan. Persiapan kandang sangat perlu dilakukan dalam

menjaga kondisi kandang tetap steril dari hama dan penyakit. Peternak ayam

broiler tersebut memberikan perlakuan yang hampir sama terhadap persiapan

kandang. Kandang sebelum digunakan untuk proses produksi maka perlu

diperhatikan kelayakannya apakah ada yang perlu direnovasi atau tidak.

Pengecekan ini dilakukan agar kandang pada saat digunakan tidak mengganggu

kegiatan produksi seperti kandang kemasukan air hujan, penyangganya rusak, dan

lainnya. Setelah kondisi kandang diperbaiki maka dilakukan penyeterilan kandang

dengan menggunakan desinfektan untuk menekan atau memutus siklus bibit

penyakit. Obat yang digunakan untuk memutus siklus penyakit adalah dengan

menyemprotkan formalin keseluruh kandang hingga merata kemudian setelah

memberikan formalin ditambahkan obat septocid untuk memutuskan bakteri,

jamur dan virus seperti penyakit coli, crd, coryza, aspergilosis, salmonela, dan

kuman penyakit lainya.

Persiapan peralatan juga perlu dilakukan agar tidak ada bibit penyakit,

bakteri, dan virus yang tertinggal di peralatan tersebut. Penyeterilan peralatan

yang dilakukan pada tempat makan dan minum ayam. Selanjutnya

mempersiapkan dinding pembatas, hal tersebut dilakukan agar anak ayam dapat

terkontrol dalam hal mencapatkan ransum dan air, selain itu juga mencengah

terbuangnya energi yang digunakan ayam untuk berlari-lari dan dinding pembatas

berguna sebagai penghantar panas bagi anak ayam sehingga anak ayam

mendapatkan suhu yang optimal pada malam hari. Persiapan kandang selanjutnya

adalah menyiapkan tirai kandang pada kandang sistem terbuka yang ditutup rapat

pada umur seminggu dan setelah umur dua minggu tirai dibuka sepertiga bagian

atau berdasarkan kondisi iklim serta kebutuhan dari ayam broiler tersebut. Setelah

semua diselesaikan maka kandang diistirahatkan selama 14 hari terhitung mulai

dari kandang diberikan desinfektan.

Page 70: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

53

5.4.2. Produksi Ayam Broiler

Manajemen pemeliharaan mencakup pemeriksaan kuantitas dan kualitas

DOC dan proses pemeliharaannya, pemberian sekam, pemberian pakan dan air

minum, pemberian pemanas, proses vaksinasi, pengobatan dan vitamin,

pengawasan tingkat mortalitas, kontrol kandang, dan masa panen.

1. DOC (Day Old Chick)

Pada hari pertama kedatangan DOC peternak memeriksa kembali kondisi

kuantitas dan kualitasnya apakah sesuai dengan pesanan atau tidak. Perusahaan

yang menjadi supplier DOC adalah PT Malindo Feedmilk, PT Asia Afrika, PT

KMS, PT Wonokoyo Jaya, PT Multi Breeder Adirama, dan PT Peternakan Ayam

Manggis. Penentuan perusahaan yang menjadi supplier adalah tergantung

kesukaan peternak. Kualitas DOC berpengaruh terhadap produktivitas ayam.

Jumlah DOC yang dibutuhkan oleh peternak tergantung dengan luas kandang

masing-masing sehingga jumlahnya beraneka ragam. Jumlah DOC berpengaruh

terhadap jumlah produksi. Semakin banyak jumlah produksi pada umumnya akan

meningkatkan jumlah produksi ayam broiler. Produksi yang menjadi kajian

penelitian adalah DOC masuk pada bulan Februari, Maret, dan April dan Mei.

Range DOC yang digunakan para peternak ayam yang menjadi responden adalah

1.500 – 9.000 DOC.

2. Pemberian Sekam

Pemberian sekam ini dilakukan pada saat DOC sehari dua hari atau lebih

sebelum masuk kandang. Pemberian sekam dilakukan dengan tujuan agar DOC

lebih terjaga suhu badannya pada saat malam hari. Selain itu, juga agar menjaga

kaki DOC tidak masuk kekolong kandang yang dapat membuat kaki DOC

menjadi cacat. Kondisi sekam juga harus tetap dijaga kebersihannya, sekam yang

digunakan tidak boleh sampai basah, jika sekam terlihat basah maka diperlukan

penambalan dengan sekam yang kering. Hal itu menjaga agar kandang tetap

kering dan tidak lembab. Ketinggian sekam yang digunakan berkisar 5-10 cm dari

lantai dan kebutuhannya disesuaikan dengan luas kandang biasanya

perbandingannya 30 karung dapat digunakan 1.000 DOC. Kebutuhan sekam ini

tidak selamanya dipakai, namun sampai umur DOC 15-20 hari.

Page 71: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

54

3. Pakan dan Minum

Pakan diberikan tiga kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore hari, namun

pada prakteknya pakan dan minum harus selalu dikontrol setiap jamnya. Hal

tersebut dilakukan agar tidak ada tempat pakan dan minum yang kosong yang

dapat mengakibatkan ayam menjadi tidak makan dan tidak minum. Pemberian

pakan dan minum sangat penting dilakukan. Karena hal tersebut mempengaruhi

tingkat pertumbuhan ayam. Pakan yang digunakan ada tiga tahapan, yaitu pada

masih kecil digunakan pakan starter yaitu 510, growing menggunakan pakan 511,

dan pada saat finishing menggunakan pakan 512. Perusahaan yang menyupplai

pakan adalah PT Multi Breeder Adirama dan PT Charoen Phokphand.

4. Pemanas

Pemanas digunakan ketika DOC masuk kekandang, tujuan dari pemanas

agar kondisi tubuhnya tetap terjaga pada malam hari. Peternak menggunakan

pemanas yang berasal dari tabung gas, batu bara, kayu bakar dan tong sebagai

tempat pembakarannya. Sedangkan yang menggunakan gas alat pemanasnya

menggunakan blower. Pemanas dengan menggunakan kayu bakar sangat banyak

digunakan, dikarenakan kayu bakar lebih murah dibandingkan dengan gas, selain

itu juga kayu bakar lebih bagus dibandingkan dengan gas. Untuk memenuhi

kebutuhan bahan baku pemanasnya, peternak mencari pasokan kayu, batu bara,

dan gas yang dianggap lebih terjangkau.

5. Proses Vaksinasi, Pengobatan, dan Vitamin

Vaksin digunakan sebagai alat yang digunakan sebagai anti/kekebalan

tubuh agar tidak mudah terserang penyakit baik itu dari virus maupun bakteri.

Tipe vaksin yang digunakan berupa vaksin virus hidup. Program vaksin yang

diterapkan pada peternak antara lain pada selama seminggu pertama setelah DOC

masuk kandang. Vaksin yang digunakan adalah gumboro 1000 DS, ND IB 1000

DS, dan ND Lasota. Vaksin tersebut diberikan dengan sistem pencampuran

dengan air minum, tetes mata, dan suntikan.

Pemberian vitamin dilakukan pada tiga hari pertama agar ayam tidak stres

karena perjalanan dan diberikan sesudah ayam divaksin agar tidak stress pasca

vaksin. Vitamin yang digunakan oleh para peternak ayam tersebut adalah Bloom

Grow dan Masabro. Bloom grow digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan,

Page 72: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

55

mengatasi stress. Sedangkan masabro digunakan mencegah penyakit karena

kekurangan vitamin, meningkatkan pertumbuhan, menambah nafsu makan.

Penyakit yang sering muncul yaitu penyakit Colibasillus, Coccidiosis, Cronic

Respiratory Disease, Newcastle Disease, Runting Stunting Disease (kerdil) baik

bersifat individu maupun global. Jenis obat yang digunakan oleh para peternak

adalah Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, Colimas dan sebagainya.

Penggunaan obat tersebut tergantung dengan kebutuhan, dilakukan hanya pada

saat terserang penyakit agar penyakit yang dihadapi tidak menjadi lebih akut.

6. Pengawasan Tingkat Mortalitas

Tingkat kematian yang terjadi pada responden peternak ayam sangat

bervariasi setiap perioden maupun setiap peternak. Perbedaan tingkat kematian

yang terjadi pada setiap peternak berbeda beda, dan penanganan yang berbeda

juga, sehingga jika penanganan yang tidak tepat akan meningkatkan kematian

yang tinggi. Tingkat kematian yang wajar adalah sebesar 5-6 persen. Jika

kematian sudah melewati standar tersebut maka perlu dilakukan penanganan yang

lebih fokus. Tingkat kematian yang dialami ada yang berdasarkan kelalaian

pekerja dalam menjaga kondisi baik itu minum dan pakan atau adanya

tercampurnya antara ayam yang berpenyakit dengan tidak, ayam ada yang terjepit,

dan lain sebagainya.

7. Kontrol Kandang

Kontrol kandang dilakukan oleh anak kandang dan kepala kandang pada

setiap harinya. Sehingga dapat dilihat bagaimana tingkat perkembangan ayam

tersebut dan dapat membuat keputusan yang menguntungkan. Kontrol dilakukan

seperti melihat apakah tempat pakan dan minum masih terisi atau tidak.

Mengontrol kondisi kesehatan ayam, dengan memisahkan anak ayam yang

terkena penyakit ke tempat lain. Tindakan tersebut dilakukan agar penyakit tidak

berpindah/tertular pada ayam yang lainnya. Selain itu juga memisahkan antara

ayam yang kerdil ke tempat lain agar tidak menambah biaya pakan.

Page 73: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

56

8. Panen

Panen dilakukan pada saat bobot ayam sudah dapat dianggap cukup untuk

dipanen. Keputusan panen terletak pada masing-masing peternak, jika peternak

melihat tidak ada lagi perkembangan bobot ayam maka panen dipercepat. Hal

tersebut dilakukan agar mengurangi penggunaan pakan. Umur ayam yang siap

untuk dipanen berkisar dari 28-33 hari. Pada saat panen dilakukan peternak

melibatkan warga setempat untuk membantu dalam proses pemanenan. Ayam

yang siap untuk dipanen ditangkap atau dijual kepada broker atau pedagang

pengumpul dengan harga sesuai dengan perjanjian.

Page 74: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

57

VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI

RISIKO PRODUKSI

6.1. Analisis Faktor-Faktor Risiko Produksi

Pada penelitian ini dilakukan pada peternak ayam broiler yang bekerja

sama dengan pihak perusahaan dalam proses produksi sampai pada proses panen.

Peternak tersebut tersebar di beberapa wilayah yang ada di Kabupaten Bogor.

Walaupun peternak menjalin kerja sama namun pada kenyataannya usaha yang

dijalankan oleh peternak ayam tetap mengalami risiko produksi. Adanya risiko

produksi ini dapat dilihat pada adanya fluktuasi produktivitas pada setiap peternak

berbeda-beda satu sama lainnya. Risiko produksi ayam broiler pada penelitian ini

dihitung dengan menggunakan model ARCH-GARCH. Variabel yang digunakan

dalam analisis ARCH-GARCH yaitu jumlah DOC, pakan, Protect Enro,

Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas dan tenaga kerja.

Sebelum dianalisis dengan metode ARCH-GARCH terlebih dahulu

dilakukan analisis regresi. Analisis regresi dilakukan dengan tujuan agar model

yang dihasilkan tidak melanggar persyaratan seperti variabel independent terdapat

multikolinieritas. Uji multikolinearitas terlebih dahulu dilakukan agar variabel

yang digunakan tidak saling mempengaruhi satu sama lainnya. Untuk melihat

multikolinear ini dilihat pada nilai Variance Inflation Factor (VIF) > 10. Jika

terjadi pelanggaran multikolinear maka dilakukan penggabungan atau

penghilangan variabel sampai tidak terdapat multikolinearitas. Setelah dilakukan

uji variabel maka dilakukan uji lainnya untuk melihat persamaan yang dihasilkan

mengandung heteroskedistisitas. Untuk melihat ada atau tidaknya

heteroskedistisitas dilakukan dengan menggunakan uji Heteroskedasticity Test:

Breusch-Pagan-Godfrey.

Hasil pengujian antar variabel menyatakan bahwa model yang digunakan

tidak terdapat multikolinieritas pada setiap variabel. Hal itu dapat dilhat bahwa

nilai VIF dari delapan variabel tidak ada yang lebih dari 10. Sehingga model

dikatakan baik dan boleh dilakukan analisis berikutnya yaitu melihat apakah

model terdapat heteroskedistisitas, jika terdapat unsur tersebut maka penelitian ini

dapat dilakukan dengan menggunakan model ARCH-GARCH. Untuk lebih jelas

lihat pada Tabel 15.

Page 75: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

58

Tabel 15. Pengujian Mulitikolinieritas Terhadap Antar Variabel

Predictor Coefisien SE Coef T P VIF

Constant -2,721 0,152 -17,890 0,000

DOC (X1) -0,572 0,045 -12,580 0,000 5,4

Pakan (X2) 0,332 0,041 8,090 0,000 2,5

Protek Enro(X3) 0,002 0,013 0,150 0,880 1,7

Neocamp (X4) 0,014 0,013 1,100 0,279 1,6

Doxerin Plus (X5) -0,026 0,012 -2,160 0,036 1,7

Vaksin (X6) -0,025 0,027 -0,930 0,356 2,8

Pemanas (X7) 3,257 0,113 28,760 0,000 6,8

Tenaga Kerja (X8) -0,086 0,009 -8,740 0,000 1,2

Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan bahwa semua variabel tidak

mengandung multikolinier, hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai dari VIF. Semua

variabel memiliki nilai VIF kurang dari 10, sehingga model tersebut terlepas dari

multikolinearitas. Setelah variabel diketahui tidak mengandung multikolinier

maka dilakukan pengujian persamaan apakah terdapat heteroskedistisitas dengan

atau tidak. Untuk mengetahui tersebut menggunakan uji Heteroskedasticity Test:

Breusch-Pagan-Godfrey. Untuk melihat apakah terdapat heteroskedistisitas dapat

dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Ringkasan Hasil Uji Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey.

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 5.220 Prob. F(8,51) 0.000

Obs*R-squared 27.012 Prob. Chi-Square(8) 0.000

Scaled explained SS 17.960 Prob. Chi-Square(8) 0.021

Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai probability dari Obs*R-squared

memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan taraf nyata lima persen. dengan

demikian dapat diambil kesimpulan bahwa residual diatas mengandung efek

ARCH-GARCH yang berarti juga bahwa residual mengandung heteroskedistisitas

dan model layak untuk dianalisis menggunakan metode ARCH-GARCH.

Penelitian ini menggunakan model fungsi produksi Just and Pope dimana

model tersebut adalah melihat pengaruh faktor-faktor produksi terhadap

produktivitas ayam broiler. Namun model ini juga tidak mengabaikan risiko yang

ditimbulkan dalam usaha ayam broiler yang dapat mempengaruhi risiko produksi

tersebut. Fungsi produksi dari model Just and Pope dilakukan dalam bentuk fungsi

logaritma natural Cobb-Douglass. Metode yang menunjukkan kedua-duanya

Page 76: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

59

sekaligus adalah ARCH-GARCH. Model ARCH-GARCH (1,1) dapat

menjelaskan kedua persamaan produksi rata-rata dan variance yang dihadapi oleh

para peternak ayam broiler yang ada di Kabupaten Bogor. Hasil pendugaan model

GARCH terhadap persamaan fungsi produksi rata-rata dan variance produksi

pada komoditi ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Produksi dan Variance Produksi

Ayam Broiler Pada Kabupaten Bogor Tahun 2011

Produksi Rata-Rata

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

Jumlah DOC (X1) -0.576 0.051 -11.292 0.000

Pakan (X2) 0.328 0.051 6.353 0.000

Protect Enro (X3) 0.001 0.018 0.094 0.924

Neocamp (X4) 0.014 0.017 0.861 0.388

Doxerin Plus (X5) -0.023 0.014 -1.619 0.105

Vaksin (X6) -0.029 0.037 -0.790 0.429

Pemanas (X7) 3.267 0.167 19.452 0.000

Tenaga KerjaX8 -0.089 0.012 -7.306 0.000

Konstanta -2.723 0.253 -10.743 0.000

Variance Equation

Konstanta 0.001 0.011 0.127 0.898

Error kuadrat (ε2

t-1) 0.059 0.304 0.195 0.844

Variance error (ζ2

t-1) 0.545 1.069 0.510 0.610

Jumlah DOC (X1) 0.000 0.002 0.123 0.901

Pakan (X2) -0.000 0.002 -0.062 0.950

Protect Enro (X3) 4.41E-05 0.000 0.052 0.958

Neocamp (X4) -3.53E-05 0.000 -0.040 0.968

Doxerin Plus (X5) -4.97E-05 0.000 -0.062 0.950

Vaksin (X6) -0.000 0.002 -0.059 0.952

Pemanas (X7) -0.000 0.008 -0.036 0.970

Tenaga KerjaX8 0.000 0.000 1.914 0.055

R-squared 0.991 Durbin-Watson stat 1.960

Adjusted R-squared 0.987

F-statistic 241.426

Prob(F-statistic) 0.000

Hasil Tabel 17 menunjukkan pendugaan persamaan produksi rata-rata dan

variance menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 99 persen.

Nilai koefisien determinasi (R2) tersebut memiliki arti bahwa sebesar 99 persen

dari keragaman atau variasi produksi dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh

model, sedangkan sisanya sebesar satu persen dijelaskan oleh komponen error

atau diluar model. Tingginya nilai koefisien determinasi tersebut dipengaruhi oleh

Page 77: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

60

pola data yang diperoleh tidak beraturan. Pola data yang diperoleh dapat dilihat

pada Lampiran 5. Data tersebut memiliki tingkat variasi yang tinggi terhadap

setiap peternak, sehingga dapat menimbulkan nilai koefisien determinasi yang

tinggi. Hasil tersebut sudah dapat dinyatakan bahwa faktor-faktor produksi dapat

mempengaruhi produktivitas dan mempengaruhi risiko produksi pada setiap

periodenya. Risiko produksi musim sebelumnya ditunjukkan oleh error kuadrat

(ε2

t-1) dan variance error (ζ2

t-1). Risiko produksi tertentu dipengaruhi oleh pada

produksi sebelumnya. Dari tabel 17 dapat dilihat bahwa tingginya risiko produksi

pada periode sekarang dipengaruhi pada risiko produksi pada sebelumnya, hal

tersebut dapat dilihat bahwa nilai dari error dan variance adalah positif dan di atas

taraf nyata lima persen.

Tabel 17 juga menjelaskan bahwa hasil pendugaan produksi rata-rata

terhadap produktivitas dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksi yang

digunakan secara bersama-sama. Selain itu juga faktor-faktor tersebut secara

nyata dapat menjelaskan variance produksi ayam broiler. Hal tersebut dapat

dilihat bahwa nilai F-hitung lebih besar dibandingkan dengan F-tabel yaitu

sebesar 241,4 > 2,18 atau dapat juga dilihat dari nilai P-value < taraf nyata, P-

value = 0,000 lebih kecil dibandingkan dengan taraf nyata lima persen. Untuk

melihat pendistribusian data dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson stat, nilai yang

dihasilkan adalah 1,96. Nilai tersebut dapat menjelaskan bahwa data tersebut

terdistribusi secara normal karena nilainya tidak mendekati nol.

6.1.1. Analisis Faktor-Faktor Pada Fungsi Produksi Rata-Rata

Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi adalah

jumlah DOC, pakan, obat-obatan seperti Protect Enro, Neocamp, dan Doxerin

Plus, vaksin, pemanas, serta pemakaian tenaga kerja. Pada hasil pendugaan

produksi rata-rata menyatakan bahwa faktor-faktor produksi tersebut secara

bersama-sama signifikan terhadap produktivitas ayam broiler. Hal tersebut dapat

dilihat pada nilai probability yang kurang dari lima persen dan nilai F-hitung lebih

besar dibandingkan F-tabel. Berikut adalah Gambar 18 yang menjelaskan tentang

hasil pendugaan produksi rata-rata ayam broiler.

Page 78: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

61

Tabel 18. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam

Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011

Produksi Rata-Rata

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

Jumlah DOC (X1) -0.576 0.051 -11.292 0.000

Pakan (X2) 0.328 0.051 6.353 0.000

Protect Enro (X3) 0.001 0.018 0.094 0.924

Neocamp (X4) 0.014 0.017 0.861 0.388

Doxerin Plus (X5) -0.023 0.014 -1.619 0.105

Vaksin (X6) -0.029 0.037 -0.790 0.429

Pemanas (X7) 3.267 0.167 19.452 0.000

Tenaga KerjaX8 -0.089 0.012 -7.306 0.000

Konstanta -2.723 0.253 -10.743 0.000

1. Jumlah DOC (X1)

Hasil pendugaan parameter pada fungsi persamaan produksi rata-rata

menunjukkan bahwa variabel jumlah DOC memiliki taraf nyata dibawah satu

persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah DOC berpengaruh signifikan

terhadap hasil produktivitas ayam broiler. sedangkan jika dilihat dari nilai

koefisien parameter memiliki nilai negatif yaitu sebesar -0,576. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa jika DOC ditambahkan sebesar satu persen maka akan

menurunkan hasil produktivitas ayam broiler sebesar 0,576 persen (cateris

paribus). Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang

menyatakan bahwa penambahan satu persen jumlah DOC akan meningkatkan

produktivitas ayam broiler.

Variabel DOC memiliki nilai negatif karena para peternak ayam broiler di

lapangan pada umumnya memiliki perbandingan yang tidak sesuai antara luas

kandang dengan jumlah DOC. Pada kondisi normal seharusnya 1 m2 kandang di

isi dengan 8 ekor, sedangkan peternak ayam tersebut mengisi lebih dari kondisi

normalnya, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan ayam broiler tersebut.

Adanya indikator ini dapat menghambat pertumbuhan ayam, terhambatnya

pertumbuhan ayam dapat dilihat pada tingginya tingkat FCR sehingga konversi

pakan dengan bobot ayam tidak sesuai, semakin kecil FCR maka produktivitas

ayam juga akan semakin tinggi. Untuk lebih jelas variasi penggunaan DOC

terhadap luas kandang yang ada dapat dilihat pada Lampiran 5. Selain

pertumbuhan terhambat juga akan mempengaruhi mempercepat penyebaran

Page 79: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

62

penyakit karena tidak adanya ruang kosong bagi ayam untuk bergerak, sehingga

jika tidak diperhatikan oleh peternak maka akan menimbulkan kematian pada

ayam. Penyebab terhambatnya pertumbuhan ayam broiler juga salah satunya

adalah faktor kondisi kandang yang terkadang bocor atau kurang baik sehingga

jika ada perubahan cuaca akan mengganggu kondisi suhu ruangan yang akhirnya

berdampak pada penghambatan pertumbuhan ayam broiler. Berdasarkan kurva

produksi, penggunaan DOC berada pada daerah tiga. Hal tersebut ditunjukkan

bahwa jika dilakukan penambahan input DOC, maka akan menurunkan

produktivitas ayam broiler, sehingga tidak perlu melakukan penambahan

kapasitas.

2. Pakan (X2)

Variabel pakan memiliki nilai P-value sebesar 0,000. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa variabel pakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

produktivitas ayam. Hal ini sesuai dengan penelitian Merina yang menyatakan

bahwa pakan termasuk variabel yang memiliki pengaruh yang nyata terhadap

produktivitas. Pakan merupakan variabel penting dalam meningkatkan

produktivitas ayam broiler, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel pakan

memiliki nilai positif yaitu sebesar 0,3288. Arti dari nilai tersebut adalah jika

peternak memberikan tambahan pakan sebesar satu persen maka akan

meningkatkan produktivitas sebesar 0,3288 persen (cateris paribus).

Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan

bahwa dengan penambahan pakan satu persen maka akan meningkatkan

produktivitas ayam broiler tersebut. Berdasarkan kurva produksi, variabel pakan

berada pada daerah dua. Hal tersebut ditunjukkan bahwa jika dilakukan

penambahan variabel pakan maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler

tersebut. Dengan demikian perlu dilakukan penambahan jumlah pakan untuk

meningkatkan produktivitas ayam. Pemberian pakan agar tepat guna dilakukan

sesuai dengan umur DOC, yaitu pada saat DOC berumur 0-7 hari maka digunakan

pakan starter, usia 8-15 hari digunakan pakan dewasa, sedangkan pada umur 16-

panen diberikan pakan finisher. Hal itu dilakukan agar sesuai dengan komposisi

protein dan konsentrat dalam pakan sehingga pertumbuhan dapat berkembang

Page 80: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

63

dengan maksimal. Penggunaan pakan setiap peternaksangat bervariasi hal tersebut

dapat dilihat pada Lampiran 5.

3. Protect Enro (X3)

Variabel Protect Enro adalah termasuk ke dalam jenis obat yang

digunakan dalam proses produksi berlangsung. Berdasarkan hasil pendugaan

parameter menyatakan bahwa Protect Enro ini tidak berpengaruh signifikan

terhadap produktivitas, hal tersebut dapat dilihat dari nilai P-value sebesar 0,924.

Nilai ini diatas taraf nyata lima persen. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien

variabel menunjukkan bernilai positif yaitu sebesar 0,0017. Nilai tersebut

memiliki arti adalah jika dilakukan penambahan satu persen Protect Enro maka

akan meningkatkan produktivitas sebesar 0,0017 persen (cateris paribus).

Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa

koefisien lebih besar dari nol dan menyatakan bahwa penambahan satu persen

variabel Protect Enro akan meningkatkan produktivitas ayam broiler sebesar

koefisiennya.

Penambahan Protect Enro tidak akan meningkatkan produktivitas ayam

broiler tersebut, karenakan variabel ini bukan termasuk variabel yang signifikan

terhadap produktivitas. Protect Enro tidak berpengaruh signifikan dikarenakan

variabel tersebut adalah jenis obat yang digunakan sebagai pengendalian hama

dan penyakit, sehingga tidak terlalu mempengaruhi nilai dari produktivitas ayam

broiler. Jika ayam sudah terkena penyakit maka pertumbuhan ayam akan lambat

dibandingkan dengan ayam yang sehat sehingga Protect Enro ini tidak dapat

meningkatkan produktivitas, namun untuk mengobati ayam yang sudah terserang

penyakit. Penggunaan jenis obat ini sangat bervariasi, hal tersebut dapat dilihat

pada Lampiran 5.

Berdasarkan kurva produksi, variabel Protect Enro berada pada daearah

dua. Hal tersebut ditunjukkan pada nilai coefisien yang dapat dilihat pada Tabel

18 bernilai positif. Dengan demikian, jika dilakukan penambahan variabel Protect

Enro maka akan meningkatkan produktivitas, kenaikan ini disebabkan karena jika

kondisi ayam sehat maka akan meningkatkan pertumbuhan ayam tersebut, oleh

karena itu variabel ini masih berada pada daerah dua.

Page 81: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

64

4. Neocamp (X4)

Variabel Neocamp juga merupakan salah satu variabel jenis obat yang

digunakan oleh peternak ayam broiler dalam menjalankan budidaya ayam broiler.

berdasarkan nilai P-value sebesar 0,3889. Variabel tersebut berada dibawah taraf

nyata 40 persen, sehingga tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap

produktivitas ayam broiler pada taraf nyata 20 persen. karena nilai P-Value lebih

besar dari pada taraf nyata maka variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan

terhadap produktivitas. Sedangkan nilai koefisien dari variabel tersebut sebesar

0,0149. Nilai tersebut memiliki arti bahwa setiap ditambahkan satu persen

variabel Neocamp maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler sebesar

0,0149 persen (cateris paribus).

Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan

bahwa koefisien variabel lebih besar dari nol dan jika variabel tersebut

ditambahkan satu persen maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler

sebesar koefisien tersebut. Variabel Neocamp juga tidak terlalu memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas ayam broiler, karena fungsi dari

variabel tersebut adalah untuk mengendalikan hama dan penyakit sehingga ayam

broiler dapat terkendali pada saat terserang penyakit. Penggunaan dosis pada

variabel ini sangat bervariasi setiap peternaknya. Hal tersebut dapat dilihat pada

Lampiran 5. Penggunaan yang tidak tepat dapat mengurangi dari fungsi jenis

variabel tersebut. Oleh karena itu variabel ini tidak tersebut signifikan.

Berdasarkan kurva produksi, variabel Neocamp berada ada daerah kedua.

Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 18 yang memperlihatkan bahwa variabel

Neocamp memiliki nilai positif, sehingga jika variabel Neocamp ditambahkan,

maka variabel tersebut akan meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, variabel

ini perlu diberikan dosis sesuai takaran agar dapat meningkatkan produktivitas

ayam broiler.

5. Doxerin Plus (X5)

Variabel Doxerin Plus adalah jenis variabel yang berfungsi sebagai obat-

obatan yang digunakan para peternak pada saat proses produksi berlangsung

setiap periodenya. Berdasarkan nilai P-value, variabel ini memiliki nilai sebesar

0,1053, atau berada pada taraf nyata 15 persen. Pada taraf tersebut masih memiliki

Page 82: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

65

tingkat pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas ayam broiler. Sedangkan

jika dilihat dari nilai koefisien parameter. Doxerin Plus memiliki nilai negatif

yaitu sebesar -0,023848. Nilai tersebut memiliki arti bahwa setiap dilakukan

penambahan variabel Doxerin Plus sebesar satu persen maka produktivitas ayam

broiler akan mengalami penurun sebesar 0,023484 persen (cateris paribus).

Penyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang

menyatakan bahwa koefisien variabel besar dari nol. Sehingga dengan

penambahan satu persen variabel tidak menambah melainkan mengurangi

produktivitas ayam. Variabel ini adalah variabel yang memiliki pengaruh

signifikan terhadap produktivitas namun bukan meningkatkan melainkan

menurunkan produktivitas. Dengan demikian variabel ini berdasarkan kurva

produksi berada pada daerah tiga.

Penurunan produktivitas tersebut dikarenakan bahwa takaran atau ukuran

yang digunakan oleh peternak plasma tidak tepat. Peternak menggunakan takaran

tidak berdasarkan skala usaha yang mereka ternakkan, sehingga akan berdampak

pada penurunan produktivitas. Misalnya pada skala usaha 2.000 ekor ayam,

penggunaan variabel tersebut sama dengan skala 5.000 ekor.

6. Vaksin (X6)

Vaksin termasuk kedalam variabel yang diduga sebagai faktor produksi

yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas ayam broiler. Namun berdasarkan

hasil pendugaan parameter, vaksin tidak berpengaruh signifikan terhadap

produktivitas ayam broiler. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai P-value sebesar

0,4294. Nilai tersebut terlalu besar dan diatas taraf nyata 20 persen. Sehingga

variabel tersebut tidak termasuk variabel yang berpengaruh terhadap

produktivitas. Berdasarkan nilai koefisien variabel vaksin, variabel tersebut juga

termasuk kepada variabel yang dapat menurunkan produktivitas, hal tersebut

dapat dilihat nilai koefisiennya bertanda negatif. Nilai yang dihasilkan oleh

parameter vaksin sebesar -0,029435.

Nilai tersebut memiliki arti jika variabel vaksin dinaikkan/ditambahkan

sebesar satu persen maka produktivitas akan turun sebesar 0,029435 persen

(cateris paribus). Dengan demikian berdasarkan kurva produksi, variabel ii berada

pada daerah ketiga dan pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesa

Page 83: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

66

sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien variabel besar dari nol. Sehingga

jika ditambahkan satu persen variabel vaksin tidak meningkatkan melainkan

mengurangi produktivitas ayam broiler. vaksin tidak signifikan terhadap

produktivitas diduga karena beberapa faktor, dalam pemberian vaksin perlu

beberapa hal yang harus diperhatikan seperti jenis vaksin yang digunakan,

takaran/dosis vaksin yang digunakan, jadwal vaksinasi, waktu pemberian vaksin,

serta penyimpanan vaksin. Kesemua tersebut dapat mempengaruhi tingkat

keberhasilan fungsi dari vaksin. Selain itu juga variabel ini hanya digunakan

sebagai antibodi/kekebalan tubuh agara ayam tidak mudah terserang penyakit

sehingga tidak merangsang meningkatkan produktivitas.

7. Pemanas (X7)

Pemanas adalah variabel yang tidak pernah lepas dari budidaya ayam

broiler. Variabel tersebut sangat digunakan pada awal produksi sampai pada umur

15 hari. Pada hipotesis sebelumnya pemanas adalah variabel yang memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas. Hal tersebut sesuai dengan hasil

pendugaan parameter produksi rata-rata. Nilai P-value variabel tersebut adalah

dibawah satu persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanas sangat

berpengaruh nyata terhadap produktivitas. Sedangkan jika dilihat dari koefisien

parameter pemanas menunjukkan nilai yang positif yaitu sebesar 3,267185. Nilai

tersebut memiliki arti bahwa jika setiap peternak menaikkan atau menambahkan

variabel pemanas satu persen maka produktivitas akan meningkat sebesar

3,267185 persen (cateris paribus). Berdasarkan kurva produksi, variabel pemanas

berada pada daerah kedua. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 18 yang

menunjukkan bahwa semakin ditambah variabel tersebut maka produktivitasnya

juga akan semakin meningkat.

Pemanas ini sangat penting pada awal produksi, karena jika menggunakan

pemanas yang konsisten maka suhu ruangan akan terjaga dengan baik sehingga

ayam tidak kedinginan dan akan tetap sehat. Jika variabel ini tidak dilakukan

secara rutin pada awal periode maka suhu ruangan akan rendah sedangkan suhu

yang dibutuhkan berkisar 32-340C maka akan berdampak pada pertumbuhan ayam

akan terhambat karena daging yang seharusnya semakin menumpuk sekarang

Page 84: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

67

dialokasikan untuk menghangatkan tubuhnya dengan dilihat adanya tumbuh bulu

kasar pada tubuh ayam broiler.

8. Tenaga Kerja (X8)

Tenaga kerja salah satu variabel yang penting dalam semua bidang usaha,

karena dengan adanya tenaga kerja maka semua kegiatan budidaya akan dapat

terselesaikan dengan baik. Pada hipotesis sebelumnya tenaga kerja merupakan

variabel yang memiliki koefisien bertanda positif sehingga perpengaruh terhadap

peningkatan produktivitas. Namun berdasarkan pendugaan parameter

menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja memiliki pengaruh signifikan dengan

melihat probability kurang dari satu persen. Akan tetapi, jika dilihat dari nilai

koefisien variabel, variabel ini tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya karena

koefisien tersebut bertanda negatif. Dengan demikian, jika ditambahkan satu

persen variabel tersebut maka bukan meningkatkan, melainkan mengurangi

produktivitas ayam broiler.

Variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas karena

pada umumnya tenaga kerja yang dimiliki oleh peternak tersebut adalah warga

sekitar yang tidak memiliki pekerjaan, sehingga tidak memiliki keterampilan serta

pengetahuan terhadap ayam broiler. Sementara dalam budidaya ayam broiler

dibutuhkan ketekunan serta pengetahuan dalam ayam broiler sehingga terjadi

masalah pada ayam dapat segera ditangani dan tidak terlambat dalam

menanganinya. Oleh karena itu, variabel tenaga kerja ini jika ditambahkan akan

berdampak pada penurunan produktivitas.

6.1.2. Analisis Faktor-Faktor pada Fungsi Variance Produksi

Faktor-faktor produksi tidak hanya dapat mempengaruhi produktivitas

ayam broiler, melainkan juga dapat memberikan dampak terhadap munculnya

atau dapat mengurangi terjadinya risiko produksi terhadap produktivitas ayam

broiler. Faktor-faktor produksi yang digunakan untuk melihat pengaruh variance

produksi adalah jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus,

vaksin, pemanas dan tenaga kerja. Semua variabel tersebut dianalisis faktor-faktor

apa saja yang yang mempengaruhi variance produksi. faktor-faktor produksi

yang dijadikan sebagai pengurang atau menimbulkan risiko produksi dapat dilihat

pada Tabel 19.

Page 85: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

68

Tabel 19. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam

Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011

Variance Equation

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

Konstanta 0.001 0.011 0.127 0.898

Error kuadrat (ε2

t-1) 0.059 0.304 0.195 0.844

Variance error (ζ2

t-1) 0.545 1.069 0.510 0.610

Jumlah DOC (X1) 0.000 0.002 0.123 0.901

Pakan (X2) -0.000 0.002 -0.062 0.950

Protect Enro (X3) 4.41E-05 0.000 0.052 0.958

Neocamp (X4) -3.53E-05 0.000 -0.040 0.968

Doxerin Plus (X5) -4.97E-05 0.000 -0.062 0.950

Vaksin (X6) -0.000 0.002 -0.059 0.952

Pemanas (X7) -0.000 0.008 -0.036 0.970

Tenaga KerjaX8 0.000 0.000 1.914 0.055

1. Jumlah DOC (X1)

Pada sebelumnya hipotesis sebelumnya jumlah DOC menyatakan bahwa

jika koefisien besar nol sehingga semakin positif maka variance yang ditimbulkan

juga akan semakin tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil pendugaan parameter

produksi variance menyatakan bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan

terhadap risiko produktivitas yang dihasilkan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa

nilai P-value yang dihasilkan sebesar 90 persen dan diatas taraf nyata 20 persen.

sedangkan berdasarkan koefisien parameternya menunjukkan tanda positif. Hal ini

berarti, semakin banyak jumlah DOC di pelihara maka risiko yang ditimbulkan

akan semakin tinggi.

Tingginya variasi disebabkan oleh tidak sesuainya luas kandang dengan

jumlah DOC, sehingga jika terus ditambah akan menyebabkan ayam akan mati

atau mudah terserang penyakit dan menyebabkan semakin tingginya risiko

produksi usaha ayam broiler tersebut. Oleh karena itu variabel jumlah DOC ini

merupakan variabel yang menimbulkan adanya risiko produksi. Untuk

mengurangi tingkat risiko maka jumlah DOC harus sesuai dengan luas kandang,

pada kondisi normal 1 m2 kandang harusnya berkapasitas 5-8 ekor ayam. Selain

itu juga yang menjadi faktor penduga mengapa tidak signifikan adalah karena

peternak plasma dalam pengambilan jenis DOC tidak satu perusahaan supplier.

Page 86: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

69

2. Pakan (X2)

Hipotesis sebelumnya menyatakan bahwa koefisien variabel pakan

bertanda positif maka akan meningkatkan variasi dari hasil produktivitas ayam

broiler. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, variabel pakan memiliki nilai P-

value sebesar 0,95 atau 95 persen lebih besar dari taraf nyata 20 persen. sehingga

variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi ayam

broiler. sedangkan berdasarkan koefisien variabel memperlihat tanda negatif, hal

ini menunjukkan bahwa jika pakan digunakan semakin banyak, maka variance

produksinya akan semakin menurun. Sehingga pakan merupakan salah satu

variabel yang menjadi pengurang risiko. Dengan semakin menambah pakan maka

bobot ayam akan semakin meningkat sehingga produktivitas ayam juga akan

semakin meningkat.

Ayam broiler pada umumnya harus diperhatikan kondisi pakannya. Untuk

mendapatkan hasil bobot ayam yang baik maka peternak harus terus memantau

keadaan pakan dikandang apakah masih tersedia atau tidak, jika pakan tidak

sempat tidak tersedia selama satu jam maka kondisi ayam akan terhambat

pertumbuhannya sehingga tidak mendapatkan hasil yang baik. Faktor penduga

mengapa variabel ini tidak signifikan adalah dalam pemberian jenis pakan. Pakan

ayam ada tiga jenis yaitu pada umur 1-15 hari menggunakan jenis pakan starter,

umur 16-25 menggunakan pakan growing, dan umur 26 sampai panen

menggunakan jenis pakan finishing. Sementara pada kondisi dilapangan peternak

terkadang tidak mengikuti anjuran yang telah ditetapkan sehingga pakan tersebut

tidak berpengaruh signifikan dalam mengurangi variance produksi.

3. Protect Enro (X3)

Pendugaan parameter variabel Protect Enro memiliki nilai P-value sebesar

0,958 atau 95 persen lebih besar daripada taraf nyata 20 persen. Hal tersebut

menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance

produksi yang dihasilkan. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien variabel

memiliki tanda positif. Hal tersebut menandakan bahwa semakin banyak variabel

ini digunakan maka variance produksi yang diterima oleh peternak akan semakin

tinggi. Tingginya risiko yang dihasilkan dengan menggunakan variabel ini adalah

karena peternak pada umumnya tidak memperhatikan takaran dalam

Page 87: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

70

menggunakan Protect Enro. Ukuran yang digunakan oleh peternaknya adalah

rata-rata menggunakan 0,5 liter untuk semua skala usaha ayam broiler. Untuk

mengurangi tingginya risiko yang dihasilkan dengan menggunakan variabel ini

sesuai takaran dan berdasarkan skala yang pada umumnya. Takaran normal untuk

1gram/1liter air yang dicampur dengan air minum selama gejala terlihat pada

ayam broiler.

4. Neocamp (X4)

Neocamp adalah variabel yang berjenis obat yang dapat mengendalikan

penyakit yang berasal dari bakteri, pemakaiannya adalah 1gram/1liter air. Pada

hipotesis sebelumnya variabel ini menyatakan bahwa memiliki nilai koefisien

variabel bernilai positif, sehingga semakin banyak Neocamp digunakan maka

akan meningkatkan variance produksi. Berdasarkan pendugaan parameter

variance produksi, Neocamp ini memiliki nilai P-value sebesar 0,968 atau 96

persen yang berada diatas taraf nyata 20 persen. Nilai tersebut menunjukkan

bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi.

Sedangkan jika dilihat dari nilai koefisiennya, variabel ini memiliki nilai bertanda

negatif, hal tersebut menyatakan bahwa dengan menambahkan variabel Neocamp

maka akan menurunkan variance produksi. Sehingga variabel ini termasuk

kedalam variabel yang mengurangi variance produksi.

5. Doxerin Plus (X5)

Doxerin Plus termasuk salah satu jenis obat yang digunakan oleh para

peternak ayam broiler yang berfungsi sebagai mengobati crd complex, fowl

cholera, snot/ coryza, dan penyakit pernafasan lainnya. Takaran yang digunakan

dalam menggunakannya adalah 1gram/2liter air. Variabel ini selalu digunakan

para peternak untuk menghindari terjangkitnya penyakit pada ayam mereka.

Hipotesis sebelumnya variabel ini menyatakan bahwa koefisien variabel memiliki

nilai positif, sehingga jika dilakukan semakin banyak menggunakan Doxerin Plus

maka akan meningkatkan variance.

Berdasarkan hasil pendugaan parameter bahwa variabel ini memiliki nilai

P-value sebesar 0,95 atau 95 persen yang berada diatas nilai taraf nyata 20 persen.

Sehingga dapat diartikan bahwa variabel Doxerin Plus tidak berpengaruh

signifikan terhadap variance produksi. Hal ini berbanding lurus dengan nilai

Page 88: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

71

koefisien variabel yang bertanda negatif, tanda negatif tersebut menunjukkan

bahwa semakin banyak variabel ini digunakan maka akan menurunkan variance

produksi. Peternak plasma ayam broiler DUF rata-rata tidak menggunakan

takaran/dosis yang tepat dalam penggunaan faktor produksi tersebut. Sehingga

variabel tersebut tidak dapat berpengaruh signifikan dalam mengurangi variance

produksi. Jika para peternak menggunakan takaran yang sesuai sehingga

penggunaan tersebut bermanfaat yaitu dapat mengurangi variance.

6. Vaksin (X6)

Variabel vaksin merupakan salah satu faktor produksi yang diperlukan

dalam kekebalan tubuh sehingga ayam broiler tetap sehat, namun jika

pemakaiannya tidak tepat maka akan tidak berdampak baik pada pertumbuhan

ayam broiler. pada penggunaan vaksin, para peternak sudah menerapkan takaran

yang sesuai sehingga vaksin tepat guna dan tidak menimbulkan efek samping.

Penggunaan vaksin bertujuan untuk menguatkan kekebalan tubuh ayam broiler

agar tidak mudah terserang penyakit. Dosis yang digunakan adalah 1 vial vaksin

untuk 1000 ekor ayam.

Pada hipotesis sebelumnya, variabel ini memiliki koefisien variabel yang

bernilai positif, sehingga jika pemakaian vaksin semakin banyak maka variance

produksi yang dihasilkan akan semakin tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil

pendugaan parameter, variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance

produksi. Hal ini dapat dilihat pada nilai P-value sebesar 0,9522 atau 95 persen

yang berada diatas taraf nyata 20 persen, sehingga variabel tersebut tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variance produksi.

Berdasarkan kondisi lapangan dapat diduga yang menjadikan variabel

vaksin tidak signifikan adalah faktor dalam waktu pemberian vaksi yang kurang

tepat dan penyimpakan vaksin sehingga dapat mengurangi fungsi dari vaksin itu

sendiri. Berdasarkan nilai koefisien parameter menunjukkan bernilai negative, hal

itu berarti semakin besar penggunaan variabel tersebut maka akan menurunkan

variance produksi ayam broiler, sehingga tidak sesuai dengan hipotesis

sebelumnya. Nilai koefisien parameternya adalah sebesar -0,000132, sehingga

variabel tersebut termasuk kedalam variabel yang dapat mengurangi variance

produksi.

Page 89: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

72

7. Pemanas (X7)

Pemanas adalah faktor produksi yang dapat meningkatkan produktivitas

ayam broiler. sehingga hipotesis awalnya jika semakin banyak penggunaan

variabel pemanas maka akan meningkatkan variance produksi, dan jika dilihat

dari hasil pendugaan parameter variance produksi menunjukkan P-value bernilai

0,9707 atau 97 persen. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan taraf nyata 20

persen, yang berarti bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap

variance produksi. Berdasarkan kondisi lapang, faktor penduga yang

menyebabkan variabel ini tidak signifikan adalah adanya perbedaan para peternak

plasma dalam menggunakan alat pemanasnya, ada yang menggunakan batubara,

kayu bakar, maupun gas. Sehingga mempengaruhi tingkat variasinya dan

menyebabkan tidak berpengaruh nyata.

Sedangkan berdasarkan nilai koefisien parameter bertanda negatif yaitu

sebesar -0,000306. Hal ini berarti, semakin banyak variabel pemanas dan sekam

digunakan maka akan semakin menurunkan variance produksi. Pernyataan ini

tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan jika penggunaan

variabel ini maka akan menambah variance produksi. Para peternak dalam

penggunaan variabel ini telah sesuai dengan ukuran dan berdasarkan skala

usahanya, sehingga tidak menimbulkan risiko melainkan menjadi pengurang

variance produksi ayam broiler.

8. Tenaga Kerja (X8)

Tenaga kerja adalah faktor yang pasti ada dalam setiap usaha. Tenaga

kerja yang digunakan dalam bidang peternakan ayam broiler ini berasal dari

masyarakat disekitar peternakan ayam. Berdasarkan hasil pendugaan parameter,

variabel ini menunjukkan hasil P-value sebesar 0,0555 atau sebesar 5,5 persen.

Nilai tersebut diatas taraf nyata 20 persen sehingga berpengaruh signifikan

terhadap variance produksi. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien parameter

menunjukkan nilai yang positif yaitu sebesar 0,000581. Hal itu berarti, jika tenaga

kerja ditambahkan penggunaannya maka akan dapat meningkat variance produksi

ayam broiler. Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesis sebelumnya.

Penggunaan input tenaga kerja memiliki variance yang tinggi karena tenaga kerja

yang di pekerjakan rata-rata tidak memiliki keahlian dibidang peternakan

Page 90: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

73

sehingga dalam mengurus ayam tidak disiplin. Selain itu juga adanya tenaga kerja

yang tidak jujur dalam bidang usaha seperti terkadang ada pekerja yang menjual

pakan secara diam-diam kepada orang lain, hal tersebut dapat merugikan peternak

karena pastinya pakan ayam akan berkurang. Oleh karena itu jika dilakukan

penambahan tenaga kerja tidak mengurangi variance produksi melainkan

meningkatkan variance. Sehingga variabel tenaga kerja adalah variabel yang

termasuk kedalam variabel yang menimbulkan variance produksi.

Berdasarkan hasil pendugaan semua parameter baik itu yang produksi rata-

rata maupun yang variance produksi, maka dapat dijelaskan bahwa pada produksi

rata-rata, variabel yang memiliki pengaruh nyata terhadap produktivitas yang

dibawah satu persen adalah variabel jumlah DOC, pakan, pemanas, serta

penggunaan tenaga kerja. Sedangkan Doxerin Plus merupakan variabel yang

signifikan terhadap produktivitas pada taraf nyata dibawah 20 persen. variabel

lainnya seperti Protect Enro, Neocamp, vaksin merupakan variabel yang tidak

berpengaruh signifikan terhadap produktivitas. Ketiga variabel tersebut memiliki

taraf nyata sebesar dibawah 93 persen, dibawah 40 persen, dan dibawah 43

persen.

Untuk pendugaan parameter variance produksi dapat disimpulkan bahwa

dari delapan variabel, semuanya tidak berpengaruh signifikan terhadap variance

produksi selain tenaga kerja. Ketujuh variabel tersebut memiliki probability diatas

20 persen, sedangkan probability tenaga kerja sebesar dibawah 10 persen. Faktor-

faktor produksi ada yang menjadi pengurang variance produksi ada juga yang

menimbulkan variance produksi. Faktor-faktor produksi yang dapat menimbulkan

variance adalah variabel jumlah DOC, Protect Enro, dan tenaga kerja. Sedangkan

yang mengurangi variance produksi adalah pakan, Neocamp, Doxerin Plus,

vaksin, pemanas . Penjelasan diatas menunjukkan bahwa ada persamaan terhadap

penelitian yang dilakukan oleh Fariyanti et al, (2007). Hasil penelitiannya tentang

risiko produksi kentang yang menunjukkan bahwa tenaga kerja adalah variabel

yang dapat menimbulkan variance produksi serta Obat-obatan merupakan

variabel yang menjadi pengurang variance produksi.

Page 91: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

74

6.2. Sumber dan Rekomendasi Penanganan Risiko Produksi

1) Sumber-Sumber Risiko Produksi

Produksi adalah proses pengolahan input atau faktor-faktor produksi yang

digunakan untuk menghasilkan output. Pada saat proses produksi berlangsung

sampai pada menghasilkan output maka semua itu tidak terlepas dari risiko.

Risiko merupakan kemungkinan kejadian yang merugi. Risiko produksi terjadi

karena adanya sumber-sumber risiko. Sedangkan semua risiko tersebut harus

diminimalkan agar kemungkinan terjadinya kerugian juga kecil. Berdasarkan hasil

pembahasan pada penelitian ini, dilakukan rekomendasi dalam risiko produksi.

Rekomendasi penanganan risiko yang dilakukan dengan tindakan preventif yaitu

dengan cara pencegahan risiko tersebut terjadi. Pencegahan yang dilakukan adalah

dengan membuat atau memperbaiki fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk

budidaya ayam broiler dan memperbaiki sumber daya manusia. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan sumber-sumber risiko yang ada pada peternakan ayam

broiler pada perusahaan DUF adalah diduga berasal dari sumber hama penyakit

dan cuaca.

2) Rekomendasi Penanganan Risiko Produksi

Tenaga kerja yang digunakan pada umumnya masyarakat yang ada

disekitar usaha, rata-rata tidak memiliki pengetahuan tentang budidaya ayam

broiler. Sehingga dalam proses produksi berjalan, pegawai kurang memperhatikan

kondisi ayam, padahal ayam broiler membutuhkan ketekunan, disiplin, dan

pengetahuan tentang ayam agar ayam selalu terkontrol dengan baik. Selain itu

juga adanya tenaga kerja yang tidak jujur dalam menjalankan usaha, seperti

dengan menjual pakan secara diam-diam kepada orang lain untung mendapatkan

kerja sampingan. Keadaan tersebut akan membuat ayam kekurangan pakan dan

pertumbuhan ayam akan menjadi tidak normal. Sehingga tenaga kerja merupakan

sumber terjadinya risiko. Namun untuk mengurangi terjadinya risiko maka dalam

perekrutan tenaga kerja memilih tenaga kerja yang dapat dipercaya serta memiliki

pengetahuan tentang ayam, dan disiplin. Jika kriteria tersebut terpenuhi maka

kondisi ayam akan semakin terkontrol setiap waktu baik itu pemberian pakan,

minum, dan kondisi ayam. Apabila tenaga kerja tidak memahami pengetahuan

Page 92: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

75

tentang ayam, maka terlebih dahulu diberikan penyuluhan agar pegawai

mengetahui apa yang seharusnya dia kerjakan.

Iklim atau cuaca merupakan salah satu faktor sebagai sumber terjadinya

risiko. Cuaca yang tidak menentu dapat menjadikan kondisi kesehatan berkurang.

Pada saat musim hujan maka ayam harus lebih diperhatikan perawatannya, yaitu

dengan memperhatikan kondisi kandang agar kandang tetap kering tidak lembab

karena air hujan. Jika kondisi kandang lembab maka akan merangsang timbulkan

bibit penyakit mucul seperti bakteri Fowl Chorela, Salmonelosis,Coryza, Colli

Bacillosis. Selain itu juga menimbulkan jamur serta virus lainnya yang dapat

menimbulkan hama dan penyakit. Untuk pencegahan yang dilakukan agar kondisi

kandang tetap baik adalah dengan merenovasi kandang yang dianggap sudah tidak

layak lagi agar kandang tetap steril.

Pada saat musim hujan, pencegahan yang dilakukan adalah dengan cara

menutup dinding tirai kandang, hal tersebut dilakukan agar kondisi didalam

kandang suhunya tidak turun, memberikan terpal diatas kandang agar suhunya

tetap normal, selain itu juga menghidupkan alat pemanas yang berasal dari kayu

bakar atau dari batu bara. Hal itu dilakukan agar ayam tetap menjaga suhu

tubuhnya. Jika kondisi sekam terlihat basah, maka sekam tersebut ditambal

dengan sekam yang baru agar tidak lembab, atau jika sekam tersebut sudah terlalu

basah, maka sekam diganti dengan yang baru. Sekam juga digunakan agar ayam

tetap terasa hangat dan menjaga kondisi ayam pada saat berjalan agar tidak

kakinya masuk ke lubang lantai.

Untuk menjaga kondisi ayam broiler tetap sehat maka perlu dilakukan

vaksinasi terlebih dahulu agar kebal terhadap penyakit. Selain itu juga

memberikan pengobatan yang tepat waktu dan tepat ukuran, pengobatan

dilakukan setelah ayam terlihat sudah terserang penyakit. Obat yang digunakan

juga harus tepat sasaran, pengobatan dilakukan sesuai dengan penyakit yang

dialami. Jika ayam sudah terkena penyakit maka ayam tersebut dipisahkan dengan

ayam yang sehat, hal tersebut dilakukan agar penyakit tidak terjangkit ke ayam

yang lainnya sehingga penyakit dapat dikontrol serta lebih mudah penanganannya.

Selain menjaga kondisi fisik kandang, luasan kandang juga perlu

diperhatikan antara kapasitas usaha budidaya ayam broiler dengan kapasitas

Page 93: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

76

kandang. Hal tersebut dilakukan agar ayam tidak terlalu padat dan mendapat

ruang sehingga tidak menghambat pertumbuhan ayam. Berdasarkan pembahasan

variance produksi terdapat 7 variabel yang tidak signifikan terhadap variance

produksi dan hanya variabel tenaga kerja yang signifikan terhadap variance

produksi. Rekomendasi Strategi penanganan variance produksi adalah sebagai

berikut :

1. Jumlah DOC (X1)

Pada produksi rata-rata, dapat dilihat bahwa variabel ini merupakan

variabel yang signifikan terhadap produktivitas, namun jika dilihat pada

koefisiennya menandakan bahwa jika variabel ini ditambahkan justru akan

mengurangi produksi. Sehingga rekomendasinya adalah dengan memperhatikan

kapasitas kandang dengan skala usaha yang dijalankan agar peningkatan jumlah

DOC juga meningkatkan produktivitas ayam broiler.

2. Pakan (X2)

Variabel pakan merupakan variabel yang signifikan terhadap produksi

rata-rata serta memiliki hubungan yang positif yaitu jika ditambahkan maka

variabel pakan maka produktivitasnya juga akan meningkat. Namun pada

variance produksi variabel ini tidak signifikan namun jika dilihat dari

koefisiennya variabel ini dapat mengurangi risiko produksi. Sehingga

rekomendasi yang diberikan adalah dalam waktu pemberian pakan harus sesuai

dengan jenis pakan yang disusaikan dengan umur ayam agar pakan tersebut

berfungsi secara maksimal dalam pertumbuhan.

3. Protect Enro (X3)

Variabel ini tidak signifikan terhadap produktivitas maupun variance

produksi. Serta berdasarkan koefisiennya bernilai positif sehingga rekomendasi

untuk variabel ini adalah dengan menggunakan variabel Protect Enro sesuai

dengan takarannya, karena berdasarkan kondisi lapangan, peternak menyamakan

penggunaan variabel tersebut terhadap semua skala usaha, sehingga fungsi dari

variabel ini tidak berguna.

Page 94: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

77

4. Neocamp (X4)

Variabel ini tidak signifikan terhadap produktivitas maupun terhadap

variance produksi, jika dilihat dari koefisiennya keduanya berguna untuk

meningkatkan produktivitas maupun mengurangi risiko produksi. Namun variabel

tersebut tidak signifikan, sehingga jika ditambah atau dikurangi tidak

mempengaruhi produktivitas maupun variance produksi. Rekomendasi untuk

variabel ini juga agar para peternak plasma menggunakan dosis sesuai dengan

takarannya, sehingga fungsi dari variabel tersebut bermanfaat.

5. Doxerin Plus (X5)

Variabel ini pada produksi rata-rata signifikan terhadap produktivitas

sedangkan berdasarkan variance produksi tidak signifikan. Sedangkan dilihat pada

koefisiennya memiliki nilai positf untuk produksi rata-rata dan nilai negative

untuk variance produksi. Sehingga rekomendasi yang diberikan adalah dalam

pemberian variabel ini harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan, karena

berdasarkan kondisi lapangan peternak menggunakan variabel ini tidak

menggunakan dosis yang tepat serta tidak menyamakan pemakaian pada skala

kecil maupun besar, sehingga fungsi dari variabel ini tidak berjalan dengan baik.

6. Vaksin (X6)

Vaksin merupakan variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap

produksi maupun variance produksi. Sehingga jika dilakukan penambahan atau

pengurangan dalam penggunaannya tidak mempengaruhi produksi rata-rata

maupun variance produksi. Rekomendasi yang diberikan adalah waktu

penggunaan vaksin maupun penyimpanan vaksin harus diperhatikan sehingga

vaksin dapat bermanfaat jika digunakan.

7. Pemanas (X7)

Pemanas merupakan variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

produksi rata-rata sehingga jika penggunaan variabel ini ditambahkan maka akan

meningkatkan produktivitas. Sedangkan jika dilihat variance produksi ini tidak

berpengaruh nyata dan berdasarkan koefisiennya, variabel ini memiliki fungsi

untuk mengurangi variance produksi. Berdasarkan kondisi lapang, rekomendasi

yang diberikan adalah menggunakan pemanas kayu bakar, karena kayu bakar

memiliki panas yang merata dibandingkan dengan batubara, dan gas.

Page 95: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

78

8. Tenaga Kerja (X8)

Tenaga kerja merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap produksi rata-rata dan variance produksi. Hal tersebut dapat dilihat dari

nilai peluang yang kurang dari taraf nyata 20 persen. Sedangkan dilihat dari nilai

koefisien yang memiliki arti jika variabel ini ditambahkan maka akan mengurangi

produktivitas dan akan menimbulkan/meningkatkan variance produksi.

Berdasarkan kondisi lapang dapat direkomendasikan bahwa peternak harus

memberikan pelatihan terlebih dahulu kepada pegawai agar pegawai mempunyai

pengetahuan tentang budidaya ayam broiler.

Page 96: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

79

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Peternak plasma ayam broiler pada CV DUF dalam menjalankan usahanya

memiliki risiko produksi. Adanya risiko tersebut dapat dilihat dari adanya

fluktuasi produktivitas yang produktivitas actual lebih rendah dibanding dengan

produktivitas normal/standard. Terjadinya fluktuasi produktivitas disebabkan oleh

beberapa variabel pendugaan parameter seperti jumlah DOC, pakan, Protect Enro,

Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas , serta tenaga kerja. Untuk menganalisis

variabel-variabel tersebut, digunakan metode ARCH-GARCH guna melihat

variabel-variabel tersebut signifikan atau tidak terhadap produktivitas serta

melihat apakah variabel-variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap

variance produksi dan termasuk variabel yang mengurangi atau menimbulkan

variance.

Berdasarkan hasil pendugaan parameter dinyatakan bahwa secara umum

semua variabel memiliki pengaruh signifikan terdapat produktivitas dan variance

produksi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai F-hitung > F-tabel yaitu F-hitung

sebesar 241 sedangkan F-tabel sebesar 2,18, atau dapat dilihat dari nilai P-value

sebesar 0,000 lebih kecil daripada taraf nyata 5 persen. Berdasarkan uji t dapat

dijelaskan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap

produktivitas dibawah α satu persen adalah jumlah DOC, pakan, pemanas, serta

tenaga kerja. Sedangkan variabel yang signifikan pada taraf nyata dibawah dua

persen adalah Doxerin Plus, dan yang tidak berpengaruh signifikan adalah Protect

Enro, Neocamp, dan vaksin. Variabel tersebut berada pada taraf nyata dibawah

93, 39, dan 43 persen.

Untuk hasil pendugaan parameter variance produksi, faktor-faktor

produksi yang berpengaruh signifikan terhadap variance produksi hanya tenaga

kerja dengan taraf nyata dibawah 6 persen. sedangkan variabel yang lainnya

seperti jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, serta

pemanas tidak berpengaruh nyata terhadap variance produksi. Hal tersebut dapat

dilihat dari nilai P-value diatas 61 persen. Namun, jika dilihat dari tanda koefisien

variabelnya ada yang bertanda positif dan bertanda negative. Jika koefisien

variabel bertanda positif maka variabel tersebut termasuk variabel yang

Page 97: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

80

menimbulkan variance produksi sehingga jika variabel tersebut digunakan lebih

banyak maka variance yang dihasilkan juga semakin tinggi. Sedangkan jika

koefisien variabel bertanda negative maka variabel tersebut termasuk faktor

produksi yang dapat mengurangi variance produksi, artinya jika variabel tersebut

semakin banyak digunakan maka variance yang dihasilkan akan semakin

menurun.

Faktor-faktor produksi yang termasuk menimbulkan variance produksi

adalah jumlah DOC, Protect Enro, dan tenaga kerja. Sedangkan faktor produksi

yang dapat mengurangi risiko adalah pakan, Doxerin Plus, Neocamp, vaksin, serta

pemanas. Sumber risiko produksi yang dialami oleh para peternak ayam broiler

yang ada di Kabupaten Darmaga adalah sumber daya maunisa atau pegawai dan

cuaca/iklim yang tidak menentu. Untuk mengurangi risiko produksi tersebut

dilakukan penanganan risiko dengan cara pencegahan risiko yaitu dengan

memperbaiki kualitas sumber daya manusianya dengan cara memberikan

penyuluhan serta dengan membuat atau memperbaiki fasilitas agar cuaca yang

tidak menentu dapat diatasi dengan fasilitas yang memadai.

7.2. Saran

Saran yang mungkin dapat disampaikan kepada para peternak adalah

sebagai berikut :

1. Mengecek/memperbaiki kondisi kandang serta melihat kapasitas kandang

dengan skala usaha yang dijalankan.

2. Melakukan pelatihan tentang ayam broiler kepada pegawai peternak.

3. Memberikan pakan kepada ayam sesuai dengan jenis pakan dan umur ayam.

4. Menggunakan input produksi seperti Protect Enro, Neocamp, dan Doxerin

Plus sesuai dengan dosis yang ditentukan.

5. Waktu penggunaan dan penyimpanan vaksin harus diperhatikan agar

kegunaan vaksin tidak berkurang.

Page 98: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

81

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi KPP IPB

Baranangsiang. Bogor.

Anggraini, D. 2003. Analisis Pendapatan Tunai Risiko dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Risiko Usaha Peternakan Broiler di Peternakan X Bekasi.

Skripsi. Jurusan Agribisnis. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut

pertanian Bogor.

Atnadilaga, D. 1987. Perunggasan Indonesia 1987. Jakarta : Panitia Logasnas

1987.

Aziz, A. 2009. Analsisi Risiko Dalam Usaha Ternak Ayam Broiler (Studi Kasus

Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten

Bogor). Skripsi. Jurusan Agribisnis. Fakultas Ekonomi Manajemen.

Institut Pertanian Bogor.

Dinas Kesehatan. 2006. Kandungan Gizi Ayam Broiler.

Djohanputro, B. 2004. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta : PPM.

Fadillah, R. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Jakarta : PT. Agromedia

Pustaka.

Farianti A. 2008. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran Dalam

Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan

Pengalengan Kabupaten Bandung. [Disertasi]. Bogor : Sekolah

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Firdaus M. 2006. Analisis Deret Waktu Satu Ragam. Bogor. IPB Press.

Kountur, R. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta : Abdi Tandur.

Koundouri P, Nauges C. 2005. On Production Function Estimation with

Selectivity and Risk Consideration; Journal of Agricultural and Resouces

Economies. Western Agricultural Economies Association. 30 (3): 597-

608.

Merina D. 2004. Analisis Pendapatan Tunai, Risiko dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Risiko Usaha Peternakan Broiler. [Skripsi]. Fakultas

Peternakan. Institur Pertanian Bogor.

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Pindyck, R. 1997. Econometric Models And Economic Forcasts. New York :

McGraw-Hill Company.

[PSE-KP] Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 2006. Analisis

Kebijakan Pertanian. Bogor. PSE-KP.

Page 99: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

82

Robison, L. J. and P. J. Barry. 1987. The Compotitive Firm’s Response to Risk.

Macmillan Publisher. London.

Robi’ah, S. 2006.Manajemen Risiko Usaha Peternakan Broiler Pada Sunan

Kudus Farm di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan

Agribisnis. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Saragih, B. 2000. Kumpulan Pemikiran : Agribisnis Berbasis Peternakan. Pustaka

Wirausaha Muda. Bogor.

Suryana A, Erwidodo, Utomo H, Mardianto S. 1998. Analisis Kebijakan dalam

Pembangunan Agribisnis di Pedesaan dan Analisis Dampak Krisis.

Seminar. Jakarta, 15-16 Maret 1995. Hlm 145-146

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta : PT Grafindo

Persada.

Solihin, M. 2009. Risiko Produksi dan Harga serta Pengaruhnya terhadap

Pendapatan Peternakan Ayam Broiler CV AB Farm Kecamatan

Bojonggenteng – Sukabumi. Skripsi. Jurusan Agribisnis. Fakultas

Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Walpole R. 1992. Pengantar Statistika. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Widarjono, A. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakta :

Ekonisia

Page 100: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

83

LAMPIRAN

Page 101: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

84

Lampiran 1. Populasi Ayam Broiler Per Provinsi Tahun 2004-2007 (ekor)

Provinsi Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

Jawa Barat 328,015,536 352,434,300 343,954,090 377,549,055 417,373,596

Jawa Timur 162,781,000 142,602,400 119,525,124 148,854,817 140,005,968

Jawa Tengah 50,356,308 62,043,412 61,258,115 64,552,829 54,643,212

Sumut 38,045,260 35,568,236 42,763,530 78,152,052 42,891,621

Riau 25,239,077 27,440,958 20,965,808 27,491,937 30,679,920

NAD 904,084 1,057,443 1,538,306 1,692,137 1,346,308

Sumbar 12,804,118 11,357,781 12,748,991 13,308,143 14,202,592

Jambi 6,831,292 9,694,426 11,539,188 6,804,140 6,910,116

Sumsel 16,408,000 14,920,000 15,842,000 15,914,000 13,747,390

Bengkulu 1,811,914 1,591,304 1,833,002 1,904,548 5,423,379

Lampung 24,902,989 21,747,209 21,094,571 15,033,671 15,879,617

Jakarta 137,800 182,000 124,300 115,000 68,000

Kalbar 14,481,323 15,139,364 14,889,746 13,939,332 18,917,875

Kalsel 19,480,579 19,964,639 20,624,128 21,534,508 19,860,813

Kaltim 22,097,800 25,828,600 26,292,200 23,832,200 26,941,660

Sulsel 5,673,758 12,765,509 12,325,960 13,826,056 14,575,840

Banten 6,864,800 6,475,796 7,684,690 26,405,564 40,011,606

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2008

Page 102: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

85

Lampiran 2. Produksi Daging Nasional Per Provinsi Ayam Ras Pedaging Tahun

2004 - 2008 (Ton)

Provinsi Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

Jawa Barat 263,397 259,749 276,195 279,851 335,151

Jawa Timur 162,781 128,342 143,643 148,855 115,193

Jawa Tengah 63,592 61,683 81,203 65,026 73,191

Sumut 44,688 41,778 39,055 35,098 35,283

Riau 27,517 21,004 19,015 23,059 28,082

Jakarta 88,089 67,054 83,768 128,480 128,480

Kalimantan Barat 20,790 21,286 21,541 22,138 26,121

Kalimantan Selatan 18,699 20,349 18,705 26,690 34,562

NAD 1,081 1,533 1,395 1,581 3,629

Sumbar 13,662 12,119 11,602 12,439 13,275

Jambi 10,092 9,909 9,290 14,536 12,459

Sumsel 11,706 11,708 13,532 21,176 22,185

Lampung 18,816 19,170 19,724 12,937 10,542

Jogyakarta 18,561 14,997 23,000 22,203 23,117

Kalbar 20,790 21,286 21,541 22,138 26,121

Bali 24,623 20,530 20,354 18,553 19,046

Kalsel 18,699 20,349 18,705 26,690 34,562

Kaltim 16,507 19,294 20,945 18,337 20,620

Banten 23,431 16,542 6,970 29,751 69,333

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2008

Page 103: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

86

Lampiran 3. Populasi Ayam Pedaging di Kabupaten Bogor Tahun 2010

No Kecamatan Ayam Ras Pedaging

(ekor)

1 Nanggung 703.000

2 Leuwiliang 530.500

3 Leuwi Sadeng 494.000

4 Pamijahan 1.059.000

5 Cibungbulang 407.500

6 Ciampea 198.600

7 Tenjolaya 73.500

8 Dramaga 425.000

9 Tamansari 180.000

10 Cijeruk 450.000

11 Cigombong 255.000

12 Caringin 622.000

13 Ciawi 181.500

14 Cisarua 65.000

15 Megamendung 250.000

16 Sukaraja 117.500

17 Bbk. Madang 51.500

18 Sukamakmur 70.000

19 Cariu 505.000

20 Tanjungsari 670.000

21 Jonggol 219.000

22 Cileungsi 10.000

23 Klapanunggal 111.000

24 Cibinong 123.000

25 Bojonggede 380.000

26 Tajur Halang 308.000

27 Kemang 241.300

28 Rancabungur 197.000

29 Parung 270.000

30 Ciseeng 419.783

31 Gn. Sindur 1.585.300

32 Rumpin 1.022.000

33 Cigudeg 548.000

34 Sukajaya 200.000

35 Jasinga 344.000

36 Tenjo 326.300

37 Pr. Panjang 750.213

JUMLAH 14.363.496

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2010

Page 104: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

87

Lampiran 4. Perkembangan Produksi Daging Ternak dan Kontribusinya di

Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009

No Jenis

Produksi

Tahun

2008

Kontri

busi

(%)

Tahun

2009

Kontri

busi

(%)

Pertumbuhan

1 Sapi 8.311.289 10,24 11.153.409 12,75 34,20

2 Kerbau 124.816 0,15 238.800 0,27 91,32

3 Kambing 860.461 1,06 796.475 0,91 -7,44

4 Domba 2.361.591 2,91 2.700.532 3,09 14,35

5 Ayam

Ras 68.486.233 84,41 71.540.084 81,81 4,46

6 Ayam

Buras 913.052 1,13 934.193 1,07 2,32

7 Itik 79.965 0,10 83.721 0,10 4,70

Jumlah 81.137.407 100 87.447.213 100 7,78

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2010

Page 105: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

88

Lampiran 5. Faktor-Faktor Produksi dan Jumlah Pemakaian Faktor Produksi

No Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8

1 14,3625 9,3750 23,1250 0,0031 0,0010 0,0014 0,0264 5,0111 0,0820

2 12,1787 7,8125 19,7656 0,0004 0,0007 0,0004 0,0079 4,6317 0,0683

3 17,9363 12,2449 30,2040 0,0020 0,0012 0,0036 0,0314 5,5152 0,0918

4 16,5371 12,2449 33,0612 0,0020 0,0012 0,0012 0,0302 5,4327 0,0918

5 14,8209 9,7087 22,5242 0,0019 0,0005 0,0011 0,0254 5,0794 0,0849

6 7,0248 9,7087 14,2718 0,0023 0,0011 0,0011 0,0240 4,3375 0,0910

7 16,1106 10,0628 26,2893 0,0012 0,0007 0,0012 0,0261 5,2025 0,0880

8 11,4505 10,2956 23,5849 0,0012 0,0012 0,0032 0,0262 4,8861 0,0900

9 14,1021 9,9038 22,8846 0,0009 0,0005 0,0009 0,0244 5,0379 0,0742

10 12,9923 7,6923 21,8269 0,0009 0,0007 0,0009 0,0207 4,6830 0,0576

11 15,5284 8,6206 23,7069 0,0021 0,0012 0,0012 0,0237 4,9852 0,0646

12 14,0301 8,6206 25,0000 0,0043 0,0056 0,0047 0,0719 4,9320 0,0646

13 15,2286 9,8039 23,9215 0,0009 0,0019 0,0007 0,0245 5,1162 0,0857

14 16,2868 9,8039 25,3921 0,0009 0,0009 0,0011 0,0237 5,1826 0,0857

15 13,4866 10,1190 22,5595 0,0011 0,0005 0,0009 0,0264 5,0310 0,0885

16 9,7142 7,7380 18,9881 0,0017 0,0005 0,0009 0,0167 4,4042 0,0677

17 12,3332 10,0000 19,7000 0,0010 0,0012 0,0024 0,0244 4,9142 0,0750

18 10,1952 8,0000 15,7000 0,0020 0,0020 0,0012 0,0228 4,4841 0,0600

19 8,3250 9,2500 15,1250 0,0012 0,0010 0,0007 0,0250 4,4382 0,0693

20 14,0685 10,0000 20,8750 0,0012 0,0015 0,0022 0,0257 5,0472 0,0750

21 12,1457 10,7142 17,3214 0,0035 0,0010 0,0017 0,0260 4,9883 0,0937

22 16,4578 8,9285 25,1785 0,0035 0,0010 0,0014 0,0250 5,0708 0,0558

23 16,4619 9,5238 27,8571 0,0010 0,0009 0,0011 0,0238 5,1500 0,0714

24 4,1019 9,5238 9,7619 0,0011 0,0007 0,0007 0,0233 3,7600 0,0714

25 12,3021 10,8108 17,9729 0,0013 0,0008 0,0008 0,0270 4,9849 0,0675

26 16,8197 9,7297 26,2162 0,0013 0,0008 0,0008 0,0254 5,1839 0,0608

27 15,3274 9,8039 26,3480 0,0012 0,0007 0,0012 0,0242 5,1286 0,0919

28 13,8725 9,8039 24,5098 0,0012 0,0007 0,0012 0,0242 5,0288 0,0919

29 13,5641 9,6153 22,1153 0,0019 0,0012 0,0032 0,0320 5,0630 0,1602

30 14,3564 9,6153 26,2820 0,0032 0,0019 0,0019 0,0487 5,1365 0,1603

31 13,6250 9,3750 25,3125 0,0018 0,0012 0,0018 0,0312 5,0374 0,1562

32 14,2887 9,3750 22,8125 0,0031 0,0012 0,0012 0,0287 5,0825 0,1563

33 24,2840 17,5000 36,8750 0,0025 0,0017 0,0007 0,0432 6,2452 0,1500

34 24,8650 15,0000 38,0000 0,0025 0,0007 0,0010 0,0337 6,0838 0,1286

35 12,9791 8,9285 21,5773 0,0029 0,0008 0,0014 0,0217 4,8487 0,0744

36 9,6244 5,9523 16,0714 0,0005 0,0005 0,0005 0,0136 4,1113 0,0495

37 11,5542 10,7142 20,3571 0,0021 0,0014 0,0021 0,0207 5,0179 0,1785

38 15,6300 10,7142 29,6428 0,0035 0,0007 0,0028 0,0328 5,3322 0,1786

39 16,7269 9,5238 26,8254 0,0015 0,0009 0,0015 0,0247 5,1670 0,0714

40 14,6450 9,5238 26,66667 0,0015 0,0009 0,0015 0,0247 5,0340 0,0714

Page 106: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

89

Lanjutan……

No Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8

41 13,1488 8,8888 23,3333 0,0011 0,0006 0,0011 0,0220 4,8609 0,0777

42 12,8568 7,7777 21,0000 0,0011 0,0006 0,0011 0,0208 4,6941 0,0680

43 13,0662 10,0000 20,0000 0,0012 0,0010 0,0018 0,0297 4,9898 0,0875

44 11,2395 7,5000 17,2500 0,0012 0,0006 0,0012 0,0182 4,5182 0,0656

45 17,3735 9,8765 26,1728 0,0012 0,0009 0,0018 0,0262 5,2578 0,0864

46 15,8061 9,8765 24,6296 0,0012 0,0024 0,0030 0,0287 5,1657 0,0864

47 17,1760 10,0000 28,5000 0,0016 0,0010 0,0020 0,0246 5,2582 0,0875

48 15,3640 10,0000 23,6666 0,0016 0,0013 0,0020 0,0240 5,1461 0,0875

49 16,1257 9,7777 26,5555 0,0011 0,0011 0,0013 0,0255 5,1716 0,0855

50 13,0671 7,7777 20,1111 0,0011 0,0013 0,0013 0,0211 4,7105 0,0680

51 15,1004 10,0000 23,1111 0,0005 0,0005 0,0005 0,0258 5,1306 0,0875

52 14,1508 9,4444 24,1111 0,0014 0,0013 0,0008 0,0225 5,0004 0,0826

53 13,3277 9,8722 20,9444 0,0016 0,0010 0,0011 0,0236 4,9896 0,0863

54 13,9600 10,0000 21,2777 0,0016 0,0022 0,0006 0,0231 5,0493 0,0875

55 8,5405 7,8947 14,0789 0,0013 0,0021 0,0021 0,0218 4,3019 0,0690

56 10,5805 7,8947 16,9736 0,0013 0,0013 0,0015 0,0194 4,5137 0,0690

57 10,0400 7,6923 15,3846 0,0019 0,0011 0,0011 0,0211 4,4256 0,0576

58 2,1565 7,6923 9,2307 0,0019 0,0007 0,0007 0,0188 2,8852 0,0576

59 11,9802 8,6956 17,6811 0,0014 0,0008 0,0014 0,0211 5,2173 0,8695

60 11,5095 8,6956 23,1884 0,0014 0,0011 0,0011 0,0266 4,7826 0,8405

Keterangan

Y : Produktivitas Ayam Broiler (Kg/ m2)

X1 : Jumlah DOC (DOC/ m2)

X2 : Pakan (Kg/m2)

X3 : Protect Enro (Liter/ m2)

X4 : Neocamp (Kg/ m2)

X5 : Doxerin Plus (Kg/ m2)

X6 : Vaksin (Kg/ m2)

X7 : Pemanas (Kg/ m2)

X8 : Tenaga Kerja (HOK/ m2)

Page 107: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

90

KUISIONER PENELITIAN

I. IDENTITAS RESPONDEN

Mohon untuk memberikan tanda silang (x) pada salah jawaban dibawah ini :

1. Nama :

2. Alamat :

3. Apa jenis kelamin Anda?

a. Laki-laki

b. Perempuan

4. Berapa usia Anda saat ini..............tahun

5. Apa status Anda?

a. Menikah

b. Belum menikah

c. Pernah menikah (Duda/Janda)

6. Berapa tahun Bapak menjalani pendidikan..........tahun

7. Sudah berapa lama Bapak menekuni usaha ayam broiler ini..........tahun

II. DAFTAR KUESIONER

1. Mengapa Anda tertarik menekuni bidang ayam broiler ini?

a. Mendapatkan keuntungan yang tinggi

b. Coba – coba

c. Sudah berpengalaman (keinginan)

d. Hobi

2. Apakah peternakan ayam broiler mempunyai risiko yang tinggi?

a. Ya

b. Tidak

3. Menurut Bapak, bagaimana cara mengatasi perubahan harga input (DOC,

Pakan, Obat-obatan, Harga Jual ayam) ?

-

-

4. Menurut Bapak, apa saja bentuk permasalahan sosial yang sering dihadapi,

mendukung atau tidak usaha ini dijalankan dan bagaimana cara

mengatasinya?

Page 108: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

91

-

-

5. Menurut Bapak, apakah cuaca / iklim berpengaruh besar terhadap usaha

ayam broiler? Bagaimana cara/upaya mengatasi perubahan cuaca yg ekstrem?

Faktor-Faktor Produksi (Untuk Periode Produksi Terakhir)

6. Lahan

No. Uraian Keterangan

1 Luasan lahan yang digunakan

2 Harga lahan

3 Kepemilikan lahan

4 Lamanya kepemilikan lahan

5 Jarak kedaerah pemukiman

warga

Untuk No.7 – 14 diisi berdasarkan data periode/panen terakhir saja.

7. DOC

No. Jenis DOC Pemasok Harga/ekor Jumlah DOC

Awal

1

2

3

Tingkat Kematian

DOC yang mati diapakan

Pengiriman DOC

Pembayaran DOC

8. Pakan

No. Jenis Pakan Pemasok Harga/Kg Jumlah Pakan

yang digunakan

1

2

Pembayaran Pakan

Pengiriman Pakan

Page 109: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

92

9. Obat-Obatan (berdasarkan satuan masing-masing baik botol atau

bungkus)

No. Jenis Obat-

obatan

Kegunaan Pemasok Harga

Jumlah

Pemakaian

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

10. Sekam

No. Jenis Pemasok Harga/Kg Jumlah yang

digunakan

1

2

3

Waktu Penggunaan

Sekam yang tidak

dipakai

11. Pemanas

No. Jenis

Pemanas

Bahan

Bakar Pemasok Harga

Jumlah yang

digunakan

1

2

Waktu penggunaan

Pengiriman bahan bakar

12. Tenaga Kerja

No. Jumlah TaKer. Asal Pekerja Jam Kerja Upah Pekerja

1

Page 110: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

93

13. Air

No. Uraian Keterangan

1 Sumber Air

2 Jumlah air yang dibutuhkan

3 Kondisi air

14. Panen

No. Uraian Keterangan

1 Umur DOC yang dipanen

2 Jumlah DOC yang dipanen

3 Daerah pemasaran

4 Alat penggangkutan

5 Harga ayam broiler/Kg

Saya Ucapkan Terima Kasih Atas Waktunya Dalam Pengisian Kuisioner ini

Dan Semoga Usaha Bapak/Ibu Semakin Berkembang

Page 111: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

94

Lampiran 6. Hasil Olahan ARCH-GARCH (1,1)

Presample variance: backcast (parameter = 0.7)

GARCH = C(10) + C(11)*RESID(-1)^2 + C(12)*GARCH(-1) + C(13)*LNX1 + C(14)*LNX2 +

C(15)*LNX3 + C(16)*LNX4 + C(17)*LNX5 + C(18)*LNX6 + C(19)*LNX7 + C(20)*LNX8

Produksi Rata-Rata

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

DOC -0.576813 0.051079 -11.29264 0.0000

Pakan 0.328803 0.051754 6.353147 0.0000

Protect Enro 0.001706 0.018055 0.094499 0.9247

Neocamp 0.014934 0.017334 0.861557 0.3889

Doxerin Plus -0.023848 0.014725 -1.619561 0.1053

Vaksin -0.029435 0.037253 -0.790150 0.4294

Pemanas 3.267185 0.167954 19.45285 0.0000

Tenaga Kerja -0.089904 0.012305 -7.306228 0.0000

Konstanta -2.723489 0.253508 -10.74319 0.0000

Variance Equation

C 0.001424 0.011177 0.127432 0.8986

RESID(-1)^2 0.059663 0.304864 0.195703 0.8448

GARCH(-1) 0.545423 1.069181 0.510131 0.6100

DOC 0.000292 0.002370 0.123428 0.9018

Pakan -0.000180 0.002874 -0.062484 0.9502

Protect Enro 4.41E-05 0.000839 0.052545 0.9581

Neocamp -3.53E-05 0.000880 -0.040077 0.9680

Doxerin Plus -4.97E-05 0.000793 -0.062740 0.9500

Vaksin -0.000132 0.002195 -0.059957 0.9522

Pemanas -0.000306 0.008318 -0.036750 0.9707

Tenaga Kerja 0.000581 0.000303 1.914996 0.0555

R-squared 0.991355 Mean dependent var 2.562184

Adjusted R-squared 0.987249 S.D. dependent var 0.358167

S.E. of regression 0.040444 Akaike info criterion -3.469105

Sum squared resid 0.065430 Schwarz criterion -2.770990

Log likelihood 124.0732 Hannan-Quinn criter. -3.196034

F-statistic 241.4262 Durbin-Watson stat 1.960677

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 112: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

95

Lampiran 7. Nama Responden Serta Identitas Usaha

No Nama

Responden Alamat Responden

Luas

Kandang

(m2)

Jumlah Produksi

Ayam (Kg)

1 Maman Tenjo Laya 580 16.986,40

2 Abun Jr Pamijahan 200 8.446,00

3 Saeful Sukawening 450 11.250,60

4 Asdi Petir 750 21.911,20

5 Yatna Petir 500 14.089,10

6 Asnawi Petir 180 6.857,60

7 Adang Petir 480 16.072,90

8 Harto Tenjo Laya 780 19.488,80

9 H. Makmur Cihideung Ilir 480 11.264,20

10 Fadillah Gn. Bunder 360 8.957,40

11 Dulloh Gn. Bunder 280 8.009,00

12 Memed Petir 400 8.636,80

13 Johan Gn. Bunder 370 10.775,10

14 Desti Cibereum 390 11.913,60

15 Sandi Petir 156 4.355,60

16 Jajang Petir 160 4.466,20

17 Muhidin Gn. Sari 400 19.659,60

18 H. Enjam Petir 336 7.594,80

19 Sumadi Petir 140 3.805,80

20 Silva Sukawening 315 9.882,20

21 Suhana Petir 450 11.702,60

22 Naja Cibereum 780 19.444,60

23 Pian Unus Petir 810 26.875,60

24 Madhari Petir 300 9.762,00

25 Suhanda Petir 450 13.136,80

26 Sumarna Petir 850 26.326,20

27 Mumuh Cemplang 800 24.559,00

28 Mamat Cemplang 320 7.266,00

29 Cecep Gn. Bunder 200 3.171,10

30 Samsul Gn. Bunder 280 8.104,00

Page 113: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

96

Lampiran 8. Penyebaran Lokasi Responden

No Alamat Jumlah Persentase (%)

1 Cemplang 2 6,67

2 Cibeureum 2 6,67

3 Cihideung Hilir 1 3,33

4 Gn. Bunder 5 16,67

5 Gn. Sari 1 3,33

6 Petir 14 46,67

7 Pamijahan 1 3,33

8 Sukawening 2 6,67

9 Tenjo Laya 2 6,67

Jumlah 30 100,00

Page 114: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler

97

Lampiran 9. Gambar Dokumentasi Penelitian Pada Ayam Broiler

Kandang Tampak Dari Samping Saung Untuk Anak Kandang

Kandang Sudah Di Sterilisasi Ayam Broiler Siap Di Panen

Wawancara Kepeternak Ayam Jenis Pakan Yang Di gunakan

Bahan Bakar Untuk Pemanas