faktor-faktor yang menentukan pengembangan...

14
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013 63 FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI OLAHAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG FACTORS THAT DETERMINE THE DEVELOPMENT OF AGROINDUSTRY PROCESSED COFFEE IN THE DISTRICT TEMANGGUNG Eny Hari Widowati Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah [email protected] ABSTRAK Meningkatnya konsumsi kopi dunia menjadi pendorong bagi industri pengolahan kopi untuk meningkatkan produksinya. Konsumsi kopi Indonesia mengalami kenaikan rata-rata sekitar 3% setiap tahunnya, lebih tinggi dibanding pertumbuhan konsumsi kopi dunia yang rata-rata sekitar 2%. Produksi kopi di Kecamatan Kledung pada umumnya dan di desa Tlahap pada khususnya dijual dalam bentuk gelondong basah sehingga petani tidak melakukan kegiatan olahan apapun, hal ini dilakukan karena petani lebih memilih cara termudah untuk menjual produk pertanian yang dilakukan. Di Desa Tlahap terdapat agroindustri pengolahan kopi ose kering, kopi bubuk yang masing-masing dikelola oleh kelompok tetapi pelaksanaan usaha yang dikembagkan masih belum optimal. Tujuan: Menganalisis faktor-faktor yang menentukan pengembangan agroindutri kopi olahan. Metode: Penelitian dengan pendekatan deskriptif kuantitatif, lokasi di Desa Tlahap dan dipilih secara purposive, responden adalah petani, pengolah, pedagang dan instansi terkait. Pengumpulan data dengan wawancara dan FGD. Analisis data menentukan faktor-faktor dengan deskriptif dan scoring. Hasil: Faktor internal memiliki kekuatan: ketersediaan lahan, iklim, budidaya kopi, ketersediaan bahan baku, kualitas bahan baku, instansi Pembina,kebijakan pemerintah, sarana prasarana, ketersediaan air,terdapat kelompok pengolah dengan kendala berupa faktor kelemahan:keterampilan, pola tanam tumpangsari, peralatan, packaging,modal lemah,kontiunitas bahan baku,manajemen usaha,koordinasi lembaga pembina. Sedangkan faktor ekternal memiliki peluang pemasaran eksport, ketersediaan kredit,ketersediaan teknologi, kesempatan bermitra, keuntungan usaha serta harus memperhatikan ancaman berupa produk sejenis, fluktuasi harga, standarisasi produk,suku bunga, inflasi. Posisi agroindustri pada sel II menunjukkan bahwa agroindustri pada proses penumbuhan. Strategi yang diterapkan Meningkatkan produksi dengan kualitas sesuai dengan standar produk melalui pembinaan dan pengelolaan manajemen bisnis dan penggunaan peralatan yang efisien. Kata Kunci: Faktor-faktor, Kopi Olahan, Agroindustri. ABSTRACK The increasing world coffee consumption became the catalyst for the coffee processing industry to increase its production. Coffee consumption in Indonesia experienced an average increase of about 3% annually, higher than the world growth of coffee consumption averages about 2%. Coffee production in Kledung District in general and in the village of Tlahap in particular were sold in the form of wood steam

Upload: truongcong

Post on 09-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/FAKTOR-FAKTOR... · 2011 dan BPS Temanggung, 2011). Pengembangan agroindustri kopi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

63

FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN

AGROINDUSTRI KOPI OLAHAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

FACTORS THAT DETERMINE THE DEVELOPMENT OF AGROINDUSTRY

PROCESSED COFFEE IN THE DISTRICT TEMANGGUNG

Eny Hari Widowati

Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah

[email protected]

ABSTRAK

Meningkatnya konsumsi kopi dunia menjadi pendorong bagi industri

pengolahan kopi untuk meningkatkan produksinya. Konsumsi kopi Indonesia

mengalami kenaikan rata-rata sekitar 3% setiap tahunnya, lebih tinggi dibanding

pertumbuhan konsumsi kopi dunia yang rata-rata sekitar 2%. Produksi kopi di

Kecamatan Kledung pada umumnya dan di desa Tlahap pada khususnya dijual dalam

bentuk gelondong basah sehingga petani tidak melakukan kegiatan olahan apapun, hal

ini dilakukan karena petani lebih memilih cara termudah untuk menjual produk

pertanian yang dilakukan. Di Desa Tlahap terdapat agroindustri pengolahan kopi ose

kering, kopi bubuk yang masing-masing dikelola oleh kelompok tetapi pelaksanaan

usaha yang dikembagkan masih belum optimal. Tujuan: Menganalisis faktor-faktor

yang menentukan pengembangan agroindutri kopi olahan. Metode: Penelitian dengan

pendekatan deskriptif kuantitatif, lokasi di Desa Tlahap dan dipilih secara purposive,

responden adalah petani, pengolah, pedagang dan instansi terkait. Pengumpulan data

dengan wawancara dan FGD. Analisis data menentukan faktor-faktor dengan deskriptif

dan scoring. Hasil: Faktor internal memiliki kekuatan: ketersediaan lahan, iklim,

budidaya kopi, ketersediaan bahan baku, kualitas bahan baku, instansi

Pembina,kebijakan pemerintah, sarana prasarana, ketersediaan air,terdapat kelompok

pengolah dengan kendala berupa faktor kelemahan:keterampilan, pola tanam

tumpangsari, peralatan, packaging,modal lemah,kontiunitas bahan baku,manajemen

usaha,koordinasi lembaga pembina. Sedangkan faktor ekternal memiliki peluang

pemasaran eksport, ketersediaan kredit,ketersediaan teknologi, kesempatan bermitra,

keuntungan usaha serta harus memperhatikan ancaman berupa produk sejenis, fluktuasi

harga, standarisasi produk,suku bunga, inflasi. Posisi agroindustri pada sel II

menunjukkan bahwa agroindustri pada proses penumbuhan. Strategi yang diterapkan

Meningkatkan produksi dengan kualitas sesuai dengan standar produk melalui

pembinaan dan pengelolaan manajemen bisnis dan penggunaan peralatan yang efisien.

Kata Kunci: Faktor-faktor, Kopi Olahan, Agroindustri.

ABSTRACK

The increasing world coffee consumption became the catalyst for the coffee

processing industry to increase its production. Coffee consumption in Indonesia

experienced an average increase of about 3% annually, higher than the world growth of

coffee consumption averages about 2%. Coffee production in Kledung District in

general and in the village of Tlahap in particular were sold in the form of wood steam

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/FAKTOR-FAKTOR... · 2011 dan BPS Temanggung, 2011). Pengembangan agroindustri kopi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

64

wet so that farmers don’t do any processed activities, this is done because farmers

prefer the easiest way to sell agricultural product. In the village there are a coffee

processing agro industries Tlahap ose dried, grown coffee, each of which is managed

by the group but the implementation effort developed is still not optimal. Purpose: to

analyze the factors that determine the development of agro industries for processed

coffee. Methods: a descriptive quantitative research approach, the location in the village

of Tlahap and was chosen by purposive, respondents are farmers, processors, traded and

related institution. Data collection with interviews and forum group discussion, data

analysis to determine the factors with descriptive and scoring. Result: internal factors

have the strength: the availability of the land, the climate, the cultivation of the coffee,

the availability of raw materials, quality raw materials, the builder, government policy

agencies, infrastructure, availability of water, there is a group of processors with a factor

of weakness: skill, patterns of cropping intercropping, equipment, packaging, weak

capital, continuities raw materials, business management, coordinating institution

builder. While external factors have an export marketing opportunities, the availability

of credit, the availability of technology, partnering opportunities, business profits and

should pay attention to the threat of similar products, price fluctuations, standardization

of product, interest rates, inflation. Agro industries on the cell’s position II indicates that

agro industries in the process of growth. The strategies implemented to increase

production quality in accordance with product standards through the coaching and the

management of business management and the use of efficient equipment.

Keywords: Factors, Processed Coffee, Agroindustry’s

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian sehingga tidak

dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi

perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa sektor pertanian menyediakan

bahan baku industri, lapangan kerja serta merupakan sumber pendapatan dan sumber

devisa negara. Disamping itu sektor pertanian juga memberi imbas dalam peningkatan

Produk Domestik Bruto(PDB) terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor non migas

yang lain sebesar 7,3% yang berarti sektor pertanian mampu memberikan sumbangsih

terhadap pendapatan nasional (BPS, 2009). Berkaitan dengan penyediaan lapangan

kerja disektor pertanian maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan

menumbuhkan agroindustri seperti dikatakan (Djusniati rasinan. 2011) bahwa industri

merupakan usaha yang perlu dikembangkan oleh pemerintah dan swasta, karena industri

terkait dengan penyerapan tenaga kerja produktif dalam rangka mengatasi

pengangguran. Pengembangan agroindustri yang didasarkan pada kemampuan daerah

dalam menggali keunggulan sumber daya dan potensi daerah diharapkan dapat

meningkatkan nilai produk pertanian, sehingga pendapatan dan kesejahteraan petani

meningkat. Pengolahan lanjut hasil pertanian dapat memberikan nilai tambah yang

tinggi, meningkatkan daya tahan simpan hasil panen, meningkatkan dan memperlancar

perdagangan, serta meningkatkan kesempatan kerja (Azis,1993 dalam Ulyatu dkk,

2006).

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/FAKTOR-FAKTOR... · 2011 dan BPS Temanggung, 2011). Pengembangan agroindustri kopi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

65

Indonesia sebagai penghasil kopi pada urutan ke 4 didunia dengan kemampuan

rata-rata produksi selama 9 tahun (2000-2008) setiap tahun mencapai 646.831.4 ton

dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 0,843%/tahun (Direktorat Jendral Perkebunan,

2009). Struktur industri pengolahan kopi nasional belum seimbang hanya 20% kopi

diolah menjadi kopi olahan (kopi bubuk, kopi instan, kopi mix) dan 80% dalam bentuk

kopi biji kering. Dari 20% kopi olahan yang mampu diekspor hanya 3-4% sedangkan

ekspor lainnya dalam bentuk kopi biji kering.

Meningkatnya nilai konsumsi kopi dunia menjadi pendorong bagi industri

pengolahan kopi untuk meningkatkan produksinya. Konsumsi kopi Indonesia

mengalami kenaikan rata-rata sekitar 3% setiap tahunnya, lebih tinggi dibanding

pertumbuhan konsumsi kopi dunia yang rata-rata sekitar 2%. Hal tersebut menjadi

peluang meningkatkan produksi kopi guna memenuhi bahan baku untuk

mengembangkan dan menumbuhkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Produksi kopi di Jawa Tengah selama 5 tahun (2006 s/d 2010) rata-rata sebesar

14.316,88 ton/th yang terdiri dari kopi jenis robusta sebesar 13.018,56 ton/th dan kopi

arabica sebesar 1.298,32 ton/th. Sentra produksi kopi terbesar di Jawa Tengah di

Kabupaten Temanggung dengan rata-rata produksi sebesar 6.193,94 ton/th sehingga

kabupaten temanggung mampu menyumbang produk sebesar 43,26% (BPS Jateng,

2011 dan BPS Temanggung, 2011). Pengembangan agroindustri kopi dapat dilakukan

melalui pendekatan keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki serta

kelayakan usaha. Untuk meraih sejumlah peluang yang ada tidak hanya dilakukan untuk

pemenuhan volume produksi terhadap pasar, tetapi bagaimana memperkuat daya saing

produk karena keberhasilan pemasaran sangat ditentukan oleh daya saing produk itu

sendiri.

Produksi kopi di Kecamatan Kledung pada tahun 2011 sebesar 302,7 ton dari

luas panen 589,7 ha sehingga produktivitas per ha 1,95 ton. Produksi kopi di Kecamatan

Kledung pada umumnya dan di desa Tlahap pada khususnya dijual dalam bentuk

gelondong basah sehingga petani tidak melakukan kegiatan olahan apapun hal ini

dilakukan karena petani lebih memilih cara termudah untuk menjual produk pertanian

yang dilakukan. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut, kelompok di Desa Tlahap

berupaya melakukan pengolahan kopi tetapi masih belum optimal. Belum mampunya

kelompok di Desa Tlahap dalam melakukan kegiatan agroindustri tentunya dipengaruhi

oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar sehingga agroindustri pedesaan yang telah

dirintis masih belum bisa berkembang, oleh karena itu untuk mendorong agar

agroindustri yang ada di Desa Tlahap bisa berkembang harus dilakukan analisis

agroindustri apa yang mempunyai kekuatan untuk dikembangkan di Desa Tlahap.

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode survai, wawancara dilakukan pada responden

yang terlibat pada pengembangan usaha kopi. Wawancara dengan menggunakan

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/FAKTOR-FAKTOR... · 2011 dan BPS Temanggung, 2011). Pengembangan agroindustri kopi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

66

kuesioner yang telah disiapkan sebagai pedoman pertanyaan untuk alat pengumpul

data (Singarimbun dan Effendi, 1989). Setelah wawancara dilakukan maka

dilanjutkan Fokus Group Discusion(FGD.)

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

Temanggung. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (Purposive) dengan

pertimbangan Desa Tlahap merupakan sentra kopi arabica terbesar di Kabupaten

Temanggung dan terdapat kelompok tani yang melakukan prosesing kopi.

3. Responden

Pemilihan sampel dilakukan secara purposive yaitu petani yang melakukan

usahatani kopi yang memiliki luas lahan yang luas, pedagang perantara, kelompok

yang melakukan proses pengolahan kopi ose, kopi bubuk maupun kopi sangrai,

pedagang kopi olahan dan instansi terkait.

4. Ruang Lingkup

Penentuan faktor ekternal dan internal diperoleh dari rangkuman hasil wawancara

dengan responden. Setelah itu diinventarisasi dan dibuat pemilihan faktor internal

dan ekternal yang berpengaruh terhadap pengembangan agroindustri pedesaan.

5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pengembangan agroindustri

dianalisis dengan:

a. Evaluasi faktor peluang dan ancaman pada faktor ekternal (EFE). Langkah-

langkah yang dilakukan adalah

1) Pembobotan dilakukan dengan membuat daftar peluang dan ancaman. Bobot

yang diberi nilai mulai dari

a) Tidak penting = 0,25 b) Kurang penting = 0.50

c) Penting = 0.75 d) Sangat penting = 1.

2) Selanjutnya diberikan ranking.

a) Ranking 1 = Dibawah rata-rata b) Ranking 2 = Rata-rata

c) Ranking 3 = Diatas rata-rata d) Ranking 4 = sangat diatas rata-rata.

3) Tahap selanjutnya kalikan bobot dengan ranking sehingga menghasilkan

weight score, jumlahkan weight score untuk mendapatkan total weight score

( David, 2002 dalam Sufandi 2006),

b. Evaluasi kekuatan dan kelemahan, pada faktor internal dianalisis dengan

evaluasi faktor internal (EFI). Pelaksanaan evaluasi dilakukan dengan cara:

1) Tentukan faktor-faktor kritis dalam kekuatan dan kelemahan sebanyak

10-20 faktor;

2) Pembobotan dilakukan dengan membuat daftar peluang dan kendala.

bobot yang diberi nilai

a) Tidak penting = 0,25 b) Kurang penting = 0.50

c) Penting = 0.75 d) Sangat penting = 1.

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/FAKTOR-FAKTOR... · 2011 dan BPS Temanggung, 2011). Pengembangan agroindustri kopi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

67

3) Selanjutnya diberikan ranking.

a) Ranking 1 = Kelemahan utama, b) Ranking 2 = Kelemahan kecil,

c) Ranking 3 = Kekuatan kecil, d) Ranking 4 = Kekuatan utama

4) Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai yang

bobot untuk setiap variabel;

5) Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan total

nilai bobot.

Berdasarkan analisis matrik faktor ekternal dan internal maka akan didapat

peluang dan ancaman yang harus direspon paling besar, serta kekuatan yang

akan dioptimalkan dan kelemahan yang akan dieleminir.

c. Matrik ekternal dan internal (IE). Matrik IE didasarkan pada dua dimensi kunci

total nilai EFI yang diberi bobot pada sumbu x dan total nilai EFE yang diberi

bobot pada sumbu y.

1) Pada sumbu x total nilai EFI yang diberi:

a) Bobot 1 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah,

b) Bobot 2 sampai 2,99 menunjukkan posisi internal sedang;

c) Bobot nilai 3 sampai 4 menunjukkan posisi internal yang kuat.

2) Pada sumbu y total nilai EFE yang diberi:

a) Bobot 1 sampai 1,99 menunjukkan posisi ekternal yang lemah,

b) bobot 2 sampai 2,99 menunjukkan posisi ekternal sedang;

c) Bobot nilai 3 sampai 4 menunjukkan posisi ekternal yang kuat

Menurut david (2006) adapun arti pada masing-masing divisi adalah sebagai

berikut:

1) Divisi yang masuk dalam sel I, II, dan IV dapat digambarkan sebagai

daerah tumbuh dan kembangkan,

2) Divisi yang masuk dalam sel III, V, VII dapat dikelola dengan cara jaga

dan pertahankan,

3) Divisi yang masuk sel IV,VII dan IX adalah tuai atau divestasi. Sedangkan

keterkaitan antara matrik IE dan matrik SWOT adalah matrik IE

merupakan faktor pengendali dalam melakukan analisis SWOT.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mengetahui hambatan dan dukungan pengembangan agroindustri

pedesaan maka harus diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

pengembangan agoindustri produk kopi ose kering di Desa Tlahap. Faktor-faktor yang

mempengaruhi antara lain:

1. Faktor Internal

a. Faktor Kekuatan

Faktor kekuatan yang mempengaruhi pengembangan agroindustri kopi ose

kering di Desa Tlahap terdiri dari:

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/FAKTOR-FAKTOR... · 2011 dan BPS Temanggung, 2011). Pengembangan agroindustri kopi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

68

1) Ketersediaan lahan

Lahan merupakan faktor yang penting untuk melakukan penanaman kopi.

Potensi lahan untuk ditanami tanaman kopi sebesar 312 ha berupa lahan

bukan sawah milik petani.

2) Iklim

Iklim sangat berpengaruh untuk melakukan budidaya karena iklim

mempengaruhi kesesuaian tumbuh dari tanaman kopi sehingga mampu

menghasilkan produksi yang optimal.

3) Budidaya kopi

Budidaya tanaman kopi yang dilakukan petani sudah sesuai dengan baku

teknis. Umur tanaman bervariasi antara 1 s/d 11 tahun. Pola tanam yang

diterapkan adalah tumpangsari dengan tanaman semusim.

4) Ketersediaan Bahan Baku

Ketersediaan bahan baku merupakan hal yang sangat penting untuk

berlangsungnya agroindustri pedesaan kopi ose. Ketersediaan bahan baku

selama lima(5) tahun di Kecamatan Kledung sebesar 302,82 ton, di

Kabupaten Temanggung sebesar 424,34 ton. Dengan demikian porsi

ketersediaan bahan baku di Kecamatan Kledung sebesar 73,24% dan Desa

Tlahap sebesar 11,13%.

5) Kualitas bahan baku

Mutu kopi sangat ditentukan oleh tingkat kemasakan buah, idealnya kopi

dipanen pada saat umur kematangannya optimal ditandai dengan warna

merah. Buah kopi yang dipetik merah akan menghasilkan biji ose berwarana

cerah dan rendemennyapun tinggi (http://pphp). Petani di Desa Tlahap dalam

melakukan panenan sudah mengikuti baku teknis yaitu melakukan petik

merah.

6) Instansi Pembina

Instansi yang membina adalah Dinas Pertanian yang melakukan pembinaan

berkaitan pencapaian kualitas, kuantitas dan kontiunitas produksi. Dinas

Koperasi memberikan sosialisasi agar membentuk koperasi sehingga

kelompok mudah memperoleh pinjaman modal dan memperoleh fasilitas alat

pengolahan kopi. Dinas perindustrian dan perdagangan membina dalam

pengolahan produk kopi serta memfasilitasi pemasaran dan promosi produk

melalui pameran.

7) Kebijakan pemerintah

Komoditas kopi oleh pemerintah Kabupaten Temanggung dinyatakan sebagai

komoditas unggulan dan hal ini dibuktikan sudah tersusunnya kompetensi

inti. Pada kompetensi inti berisi Renstra kegiatan hulu hilir kopi.

8) Sarana dan Prasarana

Kebutuhan input untuk budidaya kopi dapat diperoleh dikios pertanian desa

maupun dipasar parakan yang jaraknya tidak terlalu jauh. Sarana transpotasi

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/FAKTOR-FAKTOR... · 2011 dan BPS Temanggung, 2011). Pengembangan agroindustri kopi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

69

mudah diakses dengan kondisi jalan beraspal dan lokasi desa dekat dengan

jalan raya.

9) Ketersediaan Air

Air merupakan faktor penting untuk pencucian karena cara pengolahan

menggunakan cara basah. Ketersediaan air berasal dari 3 sumber air.

10) Kelompok Pengolah

Kelembagaan kelompok tani yang merupakan salah satu kelompok di Desa

Tlahap dengan nama Daya Sindoro memiliki kemampuan yang lebih

dibandingkan dengan kelompok tani yang lain hal ini disebabkan

kepengurusan kelompok oleh warga yang memiliki kemauan untuk

memajukan desanya, mau berkorban dengan memberi contoh terlebih dahulu

dalam menerapkan inovasi.

b) Faktor Kelemahan

1) Keterampilan

Kualitas sumberdaya manusia merupakan faktor yang sangat penting untuk

mengelola sumberdaya yang ada. Keterampilan sumberdaya manusia

tergolong kurang mendukung untuk pengembangan agroindustri sehingga

perlu pendampingan. Kuantitas tenaga kerja pada musim tembakau banyak

yang tercurah untuk melakukan kegiatan aktifitas usaha tembakau.

2) Pola tanam tumpangsari

Budidaya dilakukan dengan pola tumpangsari tentu hasilnya berbeda dengan

pola tanam monukultur. Hasil yang diperoleh responden dalam melakukan

budidaya kopi pada musim panen tahun 2012 rata-rata produktivitas perpohon

minimal 3 kg sehingga dengan luas rata-rata 1,32 ha dan ditanami tanaman

sebanyak 1.300 pohon maka produksi yang dihasilkan mampu sebesar 3,9 ton

gelondong basah.

3) Penjualan Bentuk Gelondong Basah

Produk kopi dijual dalam bentuk kopi gelondong basah dan tergantung pada

pedagang pengumpul. Dilihat dari keuntungan yang diperoleh maka petani

akan memperoleh harga yang murah dibandingkan petani menjual dalam

bentuk ose kering karena harga penjualan kopi gelondong basah sebesar Rp

4.500,-/kg sedangkan kalau dijual dalam bentuk ose kering sebesar Rp 55.000

untuk Grade A dan Rp 19.000 untuk Grade B.

4) Peralatan Pengolah

Dalam pengembangan agroindustri kopi ose kering di Desa Tlahap peralatan

akan berpengaruh pada kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan

sehingga proses produksi menjadi efisien. Peralatan yang dimiliki baru

pulper, sedangkan huller masih menggunakan jasa.

5) Sarana Pengeringan

Pengeringan selama ini dilakukan masih tergantung pada pedagang lain

sehingga penjualan yang dilakukan masih ada kulit tanduknya. Untuk

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/FAKTOR-FAKTOR... · 2011 dan BPS Temanggung, 2011). Pengembangan agroindustri kopi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

70

pengembangan agroindustri maka tempat dan peralatan harus dipenuhi

sehingga kelompok tidak tergantung kepada pedagang besar lain.

6) Packaging

Kemasan sangat menentukan produk yang dijual, kemasan yang baik akan

melindungi produk dari kerusakan selama pengangkutan, cemaran kotoran,

jamur dan cemaran lain selain itu kemasan juga menjadikan daya tarik

konsumen. Kemasan yang digunakan oleh agroindustri di Desa Tlahap masih

berupa karung-karung bahkan karung yang digunakan juga karung bekas.

7) Modal Lemah

Modal merupakan faktor penting untuk menjalankan agroindustri pedesaan.

Modal disini adalah modal untuk pembelian bahan baku. Kelompok memiliki

modal yang lemah karena modal yang dimiliki diperoleh dari anggota

kelompok dan meminjam ke bank dengan tanggungan salah satu anggota

kelompok.

8) Kontiunitas bahan baku

Produksi kopi merupakan produk yang dihasilkan secara musiman. Tanaman

kopi di Desa Tlahap mulai panen pada bulan April sampai dengan Agustus.

Panenan kopi biasanya tidak dijual petani seluruhnya tetapi petani akan

menyimpan kopi dalam bentuk biji ose kering. Dari hasil wawancara

sebanyak 95% petani melakukan penyimpanan untuk dikonsumsi sendiri,

jumlah kopi yang disimpan rata-rata sebanyak 5% dari produksi kopi yang

dipanen.

9) Manajemen Usaha

Manajemen usaha industri di Desa Tlahap belum dilakukan secara optimal

baik dari segi teknis, pemasarannya dan analisis yang mendalam dalam

pembelian produk karena orientasi kelompok baru dalam menolong petani

agar tidak tergantung pada pedagang pengumpul sehingga petani mempunyai

sedikit posisi tawar.

10) Koordinasi antar lembaga terkait

Pelaksanaan koordinasi antar instansi untuk pengembangan agroindustri

selama ini masih belum bisa sinkron untuk saling mendukung tetapi masing-

masing instansi berjalan sendiri-sendiri.

2. Faktor Ekternal

a. Faktor Peluang

1) Ekspor ke Luar Negeri/Daerah lain

Produk kopi ose kering memiliki potensi untuk dijual ke daerah lain seperti

Bandung, Semarang dan Surabaya. Produk yang dijual ke Surabaya akan

diekspor ke Korea, bahkan permintaan dari industri korea belum bisa

terpenuhi karena terkendala oleh modal dan peralatan.

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/FAKTOR-FAKTOR... · 2011 dan BPS Temanggung, 2011). Pengembangan agroindustri kopi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

71

2) Ketersediaan Kredit

Lembaga pembiayaan yang pernah melakukan pembinaan dan siap membantu

adalah bank mandiri. Pembiayaan digunakan untuk pemasaran dengan cara

ekspor selain itu pembiayaan dapat juga diakses dengan mendirikan koperasi

yang berbadan hukum karena dengan berbadan hokum.

3) Ketersediaan Teknologi

Ketersediaan teknologi untuk melakukan proses budidaya dapat dilakukan

melalui pendampingan dari penyuluh lapangan, perguruan tinggi, badan

penelitian dan pengembangan.

4) Kesempatan Bermitra

Kemitraan adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

mengembangakan agroindustri agar produk yang dihasilkan secara kualitas

dan kuantitas sesuai standar yang ditetapkan dan produk mudah

pemasarannya sehingga tersedia lapangan kerja. Kemitraan dapat dilakukan

dengan lembaga swasta dengan fasilitasi dari pemerintah. Kemitraan dapat

dilakukan dalam bentuk pembinaan, penyediaan modal, pemasaran dan

penyediaan sarana produksi.

5) Keuntungan Usaha

Keuntungan usaha merupakan faktor utama yang diprioritaskan oleh pelaku

usaha agroindustri. Keuntungan yang tinggi mudah dicapai karena industri

pedesaan lokasinya dekat dengan penyediaan bahan baku dan peralatan yang

digunakan tidak terlalu tinggi sehingga biaya murah.

b. Faktor Ancaman

1) Produk sejenis dari daerah lain

Produk kopi arabica di Kecamatan Kledung dikembangkan di 10 desa dari 13

desa sedangkan di Kabupaten Temanggung dikembangkan di 12 kecamatan

dari 20 kecamatan. Pengolahan biji kopi ose kering kopi arabica banyak

dilakukan oleh pedagang besar di tingkat kecamatan dan di kabupaten.

2) Fluktuasi harga

Harga kopi dikendalikan oleh industri besar pengolah dan pengekpor kopi,

industri besar biasanya akan memberikan harga yang rendah pada panen raya

dan harga tinggi pada panenan kurang.

3) Standarisasi Produk

Standar produk kopi secara nasional sudah dibuat untuk menentukan kualitas

produk sehingga mengakibatkan produk yang akan dijual harus sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan untuk pangsa pasar tertentu.

4) Suku Bunga

Permodalan yang akan diakses melalui lembaga pembiayaan untuk

agroindustri memiliki suku bunga yang tinggi ini memberatkan bagi pelaku

karena akan mengurangi biaya modal yang seharusnya bisa digunakan untuk

pembelian bahan baku.

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/FAKTOR-FAKTOR... · 2011 dan BPS Temanggung, 2011). Pengembangan agroindustri kopi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

72

5) Inflasi

Krisis ekonomi yang berkepanjangan tentu saja berpengaruh pada

pengembangan agroindustri karena akan berkaitan dengan harga sarana

produksi sehingga berpengaruh pada meningkatnya harga bahan baku serta

biaya operasional lain seperti tenaga kerja, listrik dan lain sebagainya.

3. Strategi Pengembangan Agroindustri Pedesaan Kopi Olahan

Untuk mengetahui strategi yang akan digunakan, dapat dilakukan evaluasi

terhadap faktor-faktor strategis yang berpengaruh terhadap pengembangan agroindustri

pedesaan kopi ose kering dengan menggunakan evaluasi faktor internal untuk faktor

internal dan evaluasi faktor ekternal untuk faktor ekternal.

a. Evaluasi faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi pengembangan agroindustri pedesaan kopi ose

kering terbagi 2 yaitu faktor kekuatan dan kelemahan untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Evalusasi Faktor Internal

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/FAKTOR-FAKTOR... · 2011 dan BPS Temanggung, 2011). Pengembangan agroindustri kopi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

73

1) Faktor Kekuatan

Faktor yang mempunyai dampak terhadap pengembangan agroindustri

dibandingkan dengan faktor lainnya. 5 Faktor tersebut adalah ketersediaan bahan

baku (0,60), kualitas bahan baku(0,60), sarana dan prasarana(0.60) dan

kebijakan pemerintah(0,60). Ketersediaan bahan baku, kualitas bahan baku,

instansi pembina, kebijakan pemerintah dan sarana prasarana mempunyai nilai 4

yang berarti sangat menentukan pengembangan agroindustri pedesaan. Faktor

kekuatan yang lain mempunyai nilai 3 yang berarti mempunyai pengaruh

terhadap pengembangan agroindustri.

2) Faktor Kelemahan

Faktor utama yang menentukan pengembangan agroindustri pedesaan yaitu

faktor yang mempunyai nilai 1 yaitu faktor keterampilan pelaku agroindustri,

modal yang lemah, sarana pengering, kontiunitas bahan baku, manajemen usaha

dan koordinasi lembaga yang terkait. Untuk faktor lain yang mempunyai nilai 2,

artinya mempunyai pengaruh terhadap pengembangan agroindustri pedesaan

kopi ose kering. Dilihat dari jumlah nilai skor total faktor kekuatan mempunyai

skor sebesar 1,892 sedangkan faktor kelemahan mempunyai skor sebesar 0.611

artinya kekuatan yang ada dapat digunakan untuk memanfaatkan peluang serta

dapat meminimalisir kelemahan. Sementara total nilai weight score yang didapat

2503 artinya komoditas agroindustri mempunyai nilai yang layak untuk

dikembangkan.

b. Evaluasi faktor ekternal

Faktor ekternal yang mempungai pengaruh terhadap pengembangan agroindustri

kopi ose kering ada 2 yaitu faktor peluang dan ancaman dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2. Evaluasi faktor Ekternal

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/FAKTOR-FAKTOR... · 2011 dan BPS Temanggung, 2011). Pengembangan agroindustri kopi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

74

1) Faktor Peluang

Faktor yang menentukan pengembangan agroindustri ada 3 sedangkan faktor

yang berpengaruh dengan ranking 4. Ketiga faktor tersebut antara lain

potensi/kesempatan memasarkan produk keluar negeri atau keluar daerah,

ketersediaan teknologi baik dari prosesingnya maupun peralatan sedangkan yang

ketiga adalah keuntungan usaha untuk agroindustri.

2) Faktor Ancaman

Faktor yang berpengaruh besar adalah faktor produk sejenis dari daerah lain

dengan bobot 0,98 dan standarisasi produk (0,96) apabila dibandingkan faktor

lainnya. Faktor yang menentukan pengembangan agroindustri mempunyai

ranking 3 adalah faktor produk sejenis dari daerah lain dan fluktuasi harga yang

merupakan. Faktor lainnya mempunyai ranking 2 yang artinya memiliki

pengaruh terhadap pengembangan agroindustri pedesaan kopi ose kering. Total

nilai peluang sebesar 2.030 sedangkan total nilai ancaman sebesar 1.067

sehingga total nilai peluang lebih tinggi dibandingkan dengan total nilai

ancaman hal ini menunjukkan pengembangan agroindustri dapat dilakukan

dengan memanfaatkan peluang dengan sebaik-baiknya dan mengendalikan

ancaman.

c. Matrik Internal dan Ekternal

Matrik internal dan ekternal digunakan untuk mengetahui strategi umum yang akan

digunakan untuk pengembangan agroindutri pedesaan kopi ose kering di Desa

Tlahap, matrik dapat dilihat pada gambar 1. Pada gambar 1 matrik internal

ekternal(IE) didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu total skor IFE sumbu x

sedangkan total skor EFE pada sumbu y. Berdasarkan hasil analisis diperoleh total

skor IFE sebesar 2.503 dan total skor EFE 3,097. Total skor pada sumbu x 2.503

menunjukkan posisi internal pada nilai 2 sampai 2.99 yang berarti menunjukkan

posisi internal sedang. Untuk total skor pada sumbu y pada nilai 3.907 menunjukkan

posisi ekternal pada nilai 3 sampai 4 yang berarti menunjukkan posisi ekternal kuat,

dengan demikian posisi agroindustri pedesaan kopi ose di Desa Tlahap pada sel II.

Pada sel II menunjukkan bahwa agroindustri pada proses penumbuhan sehingga pada

posisi ini yang harus dilakukan dalam penetapan strateginya.

Gambar 1. Matrik IE untuk pengembangan agroindustri kopi ose kering di

Desa Tlahap

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/FAKTOR-FAKTOR... · 2011 dan BPS Temanggung, 2011). Pengembangan agroindustri kopi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

75

Agroindustri pedesaan komoditas kopi olahan pada tahap penumbuhan yang artinya

perusahaan masih bersifat konservatif melalui pertumbuhan internal. Pengembangan

usaha diarahkan sepenuhnya untuk meningkatkan volume penjualan, meningkatkan

pangsa pasar dan menumbuh kembangkan loyalitas konsumen(Suwarsono, 1994)

dengan demikian maka strategi yang dilaksanakan untuk pengembangan usaha melalui

strategi pertumbuhan. Menurut Suwarsono(1994) strategi pertumbuhan adalah strategi

bersaing yang berusaha mengembangkan(membesarkan) perusahaan sesuai dengan

ukuran besaran yang disepakati untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan.

Perusahaan disebut tumbuh jika perusahaan tersebut berhasil misalnya: meningkatkan

volume penjualan, besarnya pangsa pasar yang dikuasai, besarnya laba yang diperoleh,

wilayah pemasaran yang dijangkau, ragam produk yang dihasilkan, harta kekayaan yang

dioperasionalkan, penguasaan teknologi, jumlah karyawan dan ukuran lain yang

ditetapkan. Strategi pertumbuhan yang dapat diterapkan dapat dibedakan sebagai

berikut: 1) Konsentrasi, 2) Perluasan pasar, 3) Pengembangan produk, 4) Intregasi

horizontal, 5) Intregasi vertical, 6) Diversifikasi konsentrik, 7) Diversifikasi

konglomerasi.

PENUTUP

Kesimpulan

a. Faktor Internal yang menentukan pengembangan agroindustri pedesaan kopi ose

kering adalah: Kekuatan dengan faktor penentu: 1) Ketersediaan bahan baku, 2)

Kualitas bahan baku, 3) Instansi Pembina, 4) Kebijakan pemerintah, 5) Sarana

prasarana dan kelemahan dengan faktor penentu: 1) Keterampilan pelaku

agroindustri, 2) Modal yang lemah, 3) Sarana pengering, 4) Kontiunitas bahan

baku, 5) Manajemen usaha dan f) Koordinasi lembaga yang terkait.

b. Faktor Ekternal yang menentukan pengembangan agroindustri pedesaan kopi

ose kering adalah: Peluang dengan faktor penentu: 1) Potensi atau kesempatan

memasarkan produk keluar negeri atau keluar daerah, 2) Ketersediaan teknologi

baik dari prosesingnya maupun peralatan, 3) Keuntungan usaha dan ancaman

dengan faktor penentu: 1) Produk yang sejenis dari daerah lain, b) Standarisasi

produk .

c. Posisi agroindustri kopi ose kering pada sel II yang menunjukkan bahwa

agroindustri pada proses penumbuhan.

Saran

a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi kopi dengan menerapkan standar

operasional prosedur.

b. Merintis kemitraan dengan swasta dan perbankan untuk mengakses modal dan

pemasaran

c. Melakukan manajemen bisnis untuk perencanaan pengaturan pembelian bahan

baku dan penjualan produk.

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/FAKTOR-FAKTOR... · 2011 dan BPS Temanggung, 2011). Pengembangan agroindustri kopi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

76

d. Penyediaan peralatan pengolahan dan pengeringan untuk memudahkan

pengolahan kopi sehingga produk yang dihasilkan lebih efisien dan dapat dijual

dalam 2 jenis produk yaitu produk kopi HS dan kopi beras.

e. Melakukan kegiatan promosi produk yang dihasilkan melalui iklan, brosur,

pameran dan website klaster, dalam promosi dapat juga dilakukan pemotongan

harga untuk menarik konsumen.

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah

2. Kelompok tani Daya Sindoro Kabupaten Temanggung

DAFTAR PUSTAKA

Azis A, 1992. Siapa dan Bagaimana Menggarap Agroindustri. Makalah disampaikan

pada Seminar Nasional Agroindustri III Desember 1992. Yogjakarta

Badan Pusat Statistik Nasional. Indonesia Dalam Angka 2009.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah Dalam Angka. 2011.

Semarang

Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung. Temanggung Dalam Angka. 2011.

Temanggung

David,F.R. 2006. Strategic Management, Edisi 10. PT Salemba Empat. Jakarta

Departemen Pertanian, 2003. Kebijakan dan Program Pembangunan dan pengolahan

Hasil

Djusniati rasinan. 2011. Peranan UMKM Dalam Penyerapan Tenaga Kerja di

Kabupaten Maros. Adiwidia, Edisi Juli 2010 NO 1

Masri Singarimbun & Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES

Sufandi, 2006. Strategi Agroindustri Pedesaan di Kabupaten Bengkalis. IPB. Bandung

Suwarsono, 1994. Manajemen Strategik. UPP Akademi Manajemen Perusahaan

YKPN. Yogjakarta

http://pphp.deptan.go.id/disp_informasi/1/1/0/1406/masij-soal.kopi.html