faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

125
TESIS FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA DEWA AYU NIDA GUSTIKAWATI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014

Upload: phungdien

Post on 09-Dec-2016

266 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

i

TESIS

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI

PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN

ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS I

DENPASAR UTARA

DEWA AYU NIDA GUSTIKAWATI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 2: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

ii

TESIS

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI

PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN

ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS I

DENPASAR UTARA

DEWA AYU NIDA GUSTIKAWATI

NIM 1292161004

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 3: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

iii

Tesis Ini Telah Diuji

Tanggal: 17 Juni 2014

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No: 1755/UN14.4/HK/2014 Tanggal: 17 Juni 2014

Ketua : Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si

Anggota :

1. dr. Ni Luh Putu Lila Wulandari, MPH

2. Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M. Repro., PA (K)

3. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And

4. Dr. I Putu Ganda Wijaya, S.Sos.,MM

Page 4: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

iv

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL 17 JUNI 2014

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi dr. Ni Luh Putu Lila Wulandari, MPH

NIP. 195807041987032001 NIP. 197806272003012002

Mengetahui:

Ketua Program Studi Magister Direktur

Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana

Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Universitas Udayana,

Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp. S (K)

NIP. 194810101977021001 NIP. 194810101977021001

iv

Page 5: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

v

SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT

NAMA : Dewa Ayu Nida Gustikawati

NIM : 1292161004

PROGRAM STUDI : Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

JUDUL TESIS : FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI

PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN

ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS I

DENPASAR UTARA

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di

kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya

bersedia menerima sangsi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 17 Juni 2014

Yang Membuat Pernyataan,

Dewa Ayu Nida Gustikawati

NIM. 1292161004

Page 6: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur

kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya

atas asung wara nugraha-Nya tesis ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi sebagai

Pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan,

semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program pascasarjana

khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya penulis

sampaikan kepada dr. Ni Luh Putu Lila Wulandari, MPH sebagai Pembimbing II

dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran

kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. Ketut Suastika. Sp.PD., KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana. Ucapan

terimakasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas

Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) atas

kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program

Strata 2 Pascasarjana Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis juga

menyampaikan rasa terima kasih kepada Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH

selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat serta sebagai dosen PA.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof.

Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro., PA (K) selaku penguji I, Prof. Dr. dr Alex

Pangkahila, MSc., Sp. And selaku penguji II, serta Dr. I Putu Ganda Wijaya,

S.Sos., MM selaku penguji III yang telah memberikan masukan, saran,

sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru serta dosen yang telah

Page 7: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

vii

membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Juga

penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu yang telah mengasuh dan

membesarkan penulis hingga seperti sekarang ini. Akhirnya penulis sampaikan

ucapan terima kasih kepada suami tercinta dr.I Ketut Wintara yang tidak henti-

hentinya memberikan dukungan mental dan material serta anak-anak tercinta

Gede Cakka Winanjaya Pratama dan Made Windasari Agistya Putri yang dengan

penuh pengorbanan telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk lebih

berkonsentrasi dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis

ucapkan kepada seluruh informan yang membantu terlaksananya proses penelitian

khusunya dalam pengambilan data penelitian. Terima kasih juga penulis ucapkan

kepada teman-teman yang telah memberikan dukungannya sehingga tesis ini

dapat terselesaikan.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu

melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan

dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.

Denpasar, 17 Juni 2014

Penulis

vii

Page 8: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

viii

ABSTRAK

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA

SUBUR DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA

Program keluarga berencana merupakan suatu upaya untuk mengendalikan

laju pertumbuhan penduduk. Upaya yang dilakukan untuk mensukseskan program

KB yaitu dengan meningkatkan pemakaian kontrasepsi jangka panjang. Implant

merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang. Tujuan penelitian

adalah untuk mengetahui lebih mendalam mengenai faktor pendukung dan

penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant.

Studi ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Pengumpulan data dengan teknik FGD serta In-depth interview.

FGD dilakukan pada informan kunci yaitu 10 istri pasangan usia subur pengguna

implant dan 10 istri pasangan usia subur bukan pengguna implant. Wawancara

mendalam dilakukan pada informan lain yaitu bidan puskesmas, bidan praktek

swasta, PKB, mertua serta suami.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendukung dalam penggunaan

alat kontrasepsi implant yaitu: tersedianya alat kontrasepsi implant, terjangkaunya

fasilitas untuk mengakses pelayanan implant, serta adanya dukungan suami.

Faktor penghambat dalam penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: masih

adanya faktor budaya di Bali seperti jumlah anak serta nilai anak yang

mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi implant, tidak semua tenaga

kesehatan mendapatkan pelatihan tentang implant, kurangnya promosi serta

sosialisasi tentang alat kontrasepsi implant di masyarakat.

Perlu meningkatkan promosi serta sosialisasi tentang alat kontrasepsi implant

di masyarakat, diadakan pelatihan-pelatihan tentang implant, pemberian reward

kepada calon akseptor implant serta tenaga kesehatan pemberi pelayanan,

masyarakat diharapkan selalu mengakses informasi yang benar dan akurat tentang

alat kontrasepsi implant.

Kata kunci: Implant, istri pasangan usia subur, faktor pendukung dan penghambat.

Page 9: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

ix

ABSTRACT

ENABLING AND INHIBITING FACTORS OF THE FERTILE COUPLES

WIFE IN USAGE OF IMPLANT CONTRACEPTION IN WORK AREA

OF THE PUBLIC HEALTH CENTER 1 AT NORTH DENPASAR

Family planning is an attempt to control growth population. The efforts has

been conducted to success the family planning programs that was to improve the

long-term contraception usage. Implants is one of the long-term contraception

methods. This study aims to find out more in-depth about the supporting and

inhibiting factor of the fertile couple wive in usage of implants contraception.

The study was used qualitative design with phenomenological approach.

Data was collected through focus group discussions and in-depth interview

technique. FGDs was conducted at key informants that are 10 fertile couples

wives as user of implant and 10 fertile couples wives as non-user of implant. In-

depth interviews was conducted on other informants that are the midwife in the

public health centre, private midwives, PKB, in-laws and husband.

The results showed that the supporting factor in usage of implant that were:

availability of implants, accessibility of facilities to access the implant services,

and there is husband support. The inhibiting factors in usage of implants that

were: there was cultural factors such as number of children in Bali and value of

child that have affect on the children in usage of implants, do not all health

workers has get training on implant, lack of promotion and socialization on

implants in the public.

It should be need to improve promotion and socialization on implants in the

public, it should held training on implant, giving rewards for prospective implant

acceptors as well as health worker as service providers, the public should be

expected to always access the correct and accurate information about implants.

Keywords: Implant, fertile couples wife, enabling and inhibiting factors

ix

Page 10: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN .................................................................... i

HALAMAN SAMPUL DALAM .................................................................. ii

LEMBAR PANITIA PENGUJI TESIS ......................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv

SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT .............................................. v

UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... vi

ABSTRAK ..................................................................................................... viii

ABSTRACT ................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 9

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 9

1.3.1 Tujuan Umum ........................................................ 9

1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................... 10

1.4 Manfaat .............................................................................. 10

1.4.1 Manfaat praktis ...................................................... 10

1.4.2 Manfaat teoritis ...................................................... 11

x

Page 11: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

xi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka ................................................................... 12

2.1.1 Alat kontrasepsi ..................................................... 12

2.1.2 Alat kontrasepsi implant ........................................ 15

2.1.3 Pasangan usia subur ............................................... 19

2.1.4 Faktor pendukung dan penghambat istri pasangan

usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi

implant ................................................................... 20

2.1.5 Metode penelitian kualitatif ................................... 21

2.2 Konsep Penelitian .............................................................. 22

2.2.1 Konsep keluarga berencana ................................... 22

2.2.2 Konsep alat kontrasepsi implant ............................ 23

2.2.3 Konsep istri ............................................................ 23

2.2.4 Konsep pasangan usia subur .................................. 24

2.2.5 Konsep persepsi ..................................................... 25

2.2.6 Konsep sikap .......................................................... 27

2.2.7 Konsep pengalaman ............................................... 29

2.2.8 Konsep budaya ....................................................... 29

2.2.9 Konsep Fasilitas dan sarana ................................... 30

2.3 Landasan Teori .................................................................. 31

2.3.1 Teori Lawrence Green ........................................... 31

2.3.2 Teori Social Learning (Teori Belajar Sosial) ......... 32

2.3.3 Teori Kurt Lewin ................................................... 34

2.4 Model Penelitian ................................................................ 35

xi

Page 12: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

xii

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian ........................................................ 36

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................. 38

3.3 Populasi dan Sampel .......................................................... 38

3.4 Jenis dan Sumber Data ....................................................... 39

3.5 Instrumen Penelitian .......................................................... 40

3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ............................ 40

3.7 Metode dan Teknik Analisis Data ..................................... 42

3.8 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ........... 44

3.9 Keabsahan Data ................................................................. 44

3.10 Etika Penelitian .................................................................. 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas I Denpasar Utara ................ 46

4.2 Karakteristik Informan ....................................................... 48

4.3 Hasil Penelitian .................................................................. 50

4.3.1 Persepsi istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant ..................... 50

4.3.2 Sikap istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant ..................... 53

4.3.3 Pengalaman istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant ..................... 57

4.3.4 Budaya pada istri pasangan usia subur dalam

memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant 58

4.3.5 Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk

penggunaan alat kontrasepsi implant bagi istri

pasangan usia subur ............................................... 59

xii

Page 13: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

xiii

4.4 Pembahasan ........................................................................... 61

4.4.1 Persepsi istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant ....................... 61

4.4.2 Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan

alat kontrasepsi implant ........................................... 63

4.4.3 Pengalaman istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant ...................... 65

4.4.4 Budaya pada istri pasangan usia subur dalam

memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant .. 66

4.4.5 Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk

penggunaan alat kontrasepsi implant bagi istri

pasangan usia subur ................................................. 68

4.4.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi istri pasangan

usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi

implant ..................................................................... 69

4.4.6.1 Faktor Pendukung istri pasangan usia

subur dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant ................................. 70

4.4.6.2 Faktor Penghambat istri pasangan usia

subur dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant ................................. 70

4.5 Keterbatasan Penelitian ........................................................ 71

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ............................................................................ 72

5.2 Saran ................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiii

Page 14: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

xiv

DAFTAR TABEL

4.1 Karakteristik Informan FGD Pengguna Implant .................................. 49

4.2 Karakteristik Informan FGD Bukan Pengguna Implant ....................... 49

4.3 Karakteristik Informan Wawancara Mendalam.................................... 50

Page 15: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

xv

DAFTAR GAMBAR

2.1 Model Penelitian tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Istri

Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di

Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Utara ........................................ 35

Page 16: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

xvi

DAFTAR SINGKATAN

Alkon = Alat Kontrasepsi

ASI = Air Susu Ibu

DTT = Desinfektan Tingkat Tinggi

FGD = Focus Group Discusion

IUD = Intra Uterine Deviceration

KB = Keluarga Berencana

KBBI = Kamus Besar Bahasa Indonesia

MOP = Metoda Operasi Pria

MOW = Metoda Operasi Wanita

PBB = Perserikatan Bangsa Bangsa

PKB = Penyuluh Keluarga Berencana

PR = Rekamanan Wawancara Mendalam pada Informan

PUS = Pasangan Usia Subur

RFP = Rekaman FGD Pengguna Implant

RFB = Rekaman FGD Bukan Pengguna Implant

TOMA = Tokoh Masyarakat

TV = Televisi

US = United States

WHO = World Health Organization

BKKBN = Balai Kesehatan Keluarga Berencana Nasional

AKDR = Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

SKM = Sarjana Kesehatan Masyarakat

AKPER = Akademi Keperawatan

Page 17: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

xvii

AKBID = Akademi Kebidanan

SPK = Sekolah Perawat Kesehatan

SMF = Sekolah Menengah Farmasi

SPRG = Sekolah Perawat Gigi

KIA = Kesehatan Ibu dan Anak

Promkes = Promosi Kesehatan

Kesling = Kesehatan Lingkungan

UKS = Usaha Kesehatan Sekolah

P2M = Pemberantasan Penyakit Menular

Permenkes = Peraturan Menteri Kesehatan

xvii

Page 18: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan

Lampiran 2 Rencana Anggaran Biaya

Lampiran 3 Informed Consent

Lampiran 4 Pedoman FGD Untuk Istri Pasangan Usia Subur Bukan Pengguna

Implant

Lampiran 5 Pedoman FGD Untuk Istri Pasangan Usia Subur Pengguna Implant

Lampiran 6 Pedoman wawancara mendalam untuk petugas kesehatan medis

(dokter, bidan) dan petugas kesehatan non medis (PKB).

Lampiran 7 Keterangan Kelaikan Etik

Lampiran 8 Rekomendasi Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Lampiran 9 Ijin Rekomendasi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Lampiran 10 Dokumentasi FGD Istri Pasangan Usia Subur Pengguna Implant

Lampiran 11 Dokumentasi FGD Istri Pasangan Usia Subur Bukan Pengguna

Implant

Lampiran 12 Dokumentasi Wawancara Mendalam

Page 19: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laju pertumbuhan penduduk yang pesat menjadi masalah utama yang

sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini, apabila tidak dikendalikan maka

akan terjadi ledakan penduduk yang cukup tinggi pada beberapa tahun mendatang.

Ledakan penduduk tersebut tentu dapat menimbulkan ancaman seperti kemiskinan

serta kelaparan.

Pemerintah Indonesia telah membuat suatu kebijakan untuk menekan

angka pertumbuhan penduduk yaitu melalui program Keluarga Berencana (KB).

Program yang diluncurkan pada masa orde baru terbilang sukses, karena telah

terbukti memberikan penghargaan kepada Presiden Soeharto di bidang

kependudukan yang diberikan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada tahun

1988. Akan tetapi setelah berakhirnya pemerintahan Presiden Soeharto, program

keluarga berencana seolah-olah ikut menghilang yang dapat dilihat dari jarangnya

sosialisasi atau penyuluhan serta iklan masyarakat tentang keluarga berencana

(BKKBN, 2013).

Pada masa pemerintahan Presiden Megawati melalaui Kepres RI No

103/2001 Tanggal 13 September 2001, pemerintah ketika itu mempertahankan

keberadaan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai

penunjang keberhasilan pembangunan daerah. Peraturan tersebut belum

sepenuhnya dijalankan oleh pemerintah daerah, keluarga berencana sebagai salah

Page 20: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

2

satu program BKKBN tidak dijadikan program utama setiap pemerintah daerah

dan kalah bersaing dengan program pemenuhan pemasukan daerah, slogan-slogan

tentang KB kalah semarak dengan slogan pilkada. Tidak adanya perhatian dari

pemerintah yang menjadi salah satu penyebab kesadaran masyarakat untuk

mengikuti program KB menjadi berkurang. Penyebab lain yang menjadi latar

belakang masyarakat tidak mengikuti KB yaitu adanya kondisi traumatis di

beberapa masyarakat. Penyebab berikutnya adalah masih berlakunya anggapan

yang mengatakan bahwa banyak anak banyak rezeki. Apabila laju pertumbuhan

penduduk tidak dikendalikan maka akan terjadi baby booming di Indonesia. Oleh

karena itu, sosialisasi tentang manfaat KB menjadi program utama pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah, hal tersebut dilakukan agar menumbuhkan

kesadaran masyarakat untuk mengikuti program KB (Hartanto, 2008).

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dapat dikendalikan dengan

mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu

melalui program keluarga berencana untuk mengendalikan fertilitas. Keluarga

berencana merupakan suatu program untuk meningkatkan kepedulian dan peran

serta masyarakat melalui pengaturan jumlah kelahiran, pembinaan kesejahteraan

keluarga dalam upaya untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Program keluarga berencana mempunyai tujuan untuk mengendalikan angka

kelahiran sehingga dapat meningkatkan kualitas penduduk.

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sangat bervariasi dari tahun 2002

sampai tahun 2003 pertumbuhan penduduk sebesar 2,72%, pada tahun 2003

sampai tahun 2004 sebesar 1,69%, serta pada tahun 2005 mengalami penurunan

Page 21: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

3

sebesar 1,34%. Laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2006 mengalami

kenaikan yaitu sebesar 5,30% dan tahun 2009 menjadi 2,4%. Pada tahun 2010

jumlah penduduk Indonesia mencapai 231,4 juta jiwa sehingga dengan kata lain

jumlah penduduk Indonesia mengalami kenaikan antara 230-240 jiwa (BPS, 2010)

Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk memberikan

jarak kelahiran anak serta mengurangi jumlah kehamilan dengan menggunakan

metode kontrasepsi baik yang sederhana maupun kontrasepsi mantap. Adapun

tujuan program keluarga berencana adalah: (1) mencegah kehamilan dan

persalinan yang tidak diinginkan; (2) mengurangi insiden kehamilan berisiko

tinggi, kesakitan serta kematian; (3) membuat pelayanan yang bermutu,

terjangkau, diterima serta komunikasi informasi, edukasi konseling; (4)

meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab keluarga pasangan usia subur dalam

praktek keluarga berencana; dan (5) memberikan informasi pada masyarakat

tentang umur yang terbaik untuk kehamilan yang pertama serta kehamilan yang

terakhir yaitu dengan rentan umur 20 sampai 35 tahun (Hartanto, 2008).

Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di Indonesia perlu ditingkatkan

untuk mencegah terjadinya ledakan penduduk yang merupakan salah satu

permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, selain isu pemanasan global,

krisis ekonomi, masalah pangan serta menurunnya tingkat kesehatan penduduk.

Kekhawatiran akan terjadinya ledakan penduduk pada tahun 2015 mendorong

Pemerintah Indonesia menyusun beberapa kebijakan penting karena penduduk

yang besar tanpa disertai kualitas yang memadai akan menjadi beban

Page 22: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

4

pembangunan serta menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan Nasional (Emon, 2008).

Target program keluarga berencana yaitu terkendalinya laju pertumbuhan

penduduk serta meningkatnya keluarga kecil yang berkualitas. Untuk mencapai

sasaran tersebut maka disusun beberapa langkah yaitu meningkatkan pemakaian

KB yang lebih efektif dan efisien dalam jangka panjang. Implant merupakan salah

satu metode kontrasepsi jangka panjang yang mempunyai nilai kegagalan <1/100

perempuan setiap tahun sehingga angka kegagalan implant dapat dikatakan lebih

sedikit dibandingkan KB pil, spiral dan cara alamiah (BKKBN, 2008).

Peserta KB baru secara nasional sampai dengan bulan Maret 2012

sebanyak 220.510 peserta. Apabila dilihat pertahun pada pemakaian kontrasepsi

maka dapat dilihat bahwa jumlah peserta IUD sebanyak 137.067 peserta (6,78%),

MOW berjumlah 32.503 (1,61%), MOP sebesar 5.382 (0,27%), kondom sebanyak

125.512 (6,21%), implant sebesar 164.872 (8,16%), suntikan berjumlah 1.008.577

(49,92%), dan 546.597 (27,05%) peserta pil. Mayoritas akseptor KB baru bulan

Maret 2012, paling banyak digunakan oleh peserta KB yang menggunakan

nonmetode kontrasepsi jangka panjang (non MKJP) yaitu 83,18%. Sedangkan

peserta KB baru yang menggunakan metode jangka panjang seperti IUD, MOW,

MOP, dan implant hanya 16,82% (BKKBN, 2013).

Hasil laporan umpan balik BKKBN sampai bulan agustus 2013,

pencapaian peserta KB Baru KPS dan KS I di provinsi Bali sebanyak 13.291

peserta yang terdiri dari 3.769 peserta IUD (28,36%), 1.093 akseptor MOW

(8,22%), 90 peserta MOP (0,68%), 1.398 (10,52%) memakai kondom, 1.119

Page 23: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

5

(8,42%) menggunakan implant, 4.632 (34,85%) suntikan dan 1.190 (8,95%) pil.

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa keikutsertaan pasangan usia subur

terhadap penggunaan KB implant tergolong rendah apabila dibandingkan dengan

kepesertaan KB suntikan dan IUD. Hasil pelayanan akseptor KB baru menurut

tempat pelayanan sampai dengan bulan agustus 2013 sebesar 45.011 orang dengan

rincian sebagai berikut: sebanyak 16.670 peserta atau 37,97% dilayani oleh Klinik

KB Pemerintah, 3.588 (7,98%) peserta dilayani oleh Klinik KB Swasta, 1.715

(3,81%) peserta dilayani oleh Dokter Praktek Swasta, dan 23.038 (51,18%)

dilayani oleh Bidan Praktek Swasta (BKKBN, 2013).

Implant adalah alat kontrasepsi yang digunakan pasangan usia subur serta

dipasang dibawah kulit lengan atas bagian dalam dari lipatan siku. Keuntungan

dari penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: efektivitas tinggi, perlindungan

jangka panjang, pengembalian kesuburan yang cepat setelah pencabutan, dapat

dicabut sesuai kebutuhan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari

pengaruh hormon estrogen, tidak mengganggu kegiatan senggama serta tidak

mengganggu produksi ASI. Kerugian dari penggunaan alat kontrasepsi implant

yaitu akseptor perlu kembali ke klinik atau puskesmas apabila ada keluhan,

apabila ingin berhenti menggunakan implant, mempengaruhi haid serta tidak

dapat melindungi diri dari IMS/HIV seperti kontrasepsi kondom (Saiffudin, 2003).

Apabila dibandingkan dengan alat kontrasepsi lain, kontrasepsi implant

merupakan alat kontrasepsi yang sama-sama mempunyai efektivitas jangka

panjang seperti IUD atau spiral. Dapat dilihat bahwa implant merupakan alat

kontrasepsi yang lebih efektif serta lebih mudah dalam proses pemasangannya.

Page 24: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

6

Namun belakangan ini alat kontrasepsi IUD mempunyai kelemahan yaitu dapat

terjadi perubahan lokasi dan translokasi atau keluar dari rahim sehingga masih

menimbulkan terjadinya kehamilan. Implant mempunyai tingkat kegagalan yang

lebih sedikit dibandingkan IUD. Apabila dipasang dengan benar, metode

kontrasepsi implant memiliki efektivitas sampai 99% dengan tingkat kegagalan

hanya 0,05 dari 100 wanita yang memakainya (BKKBN, 2013).

Berdasarkan uraian keuntungan serta kerugian dari penggunaan KB

implant maka dapat dilihat bahwa keuntungan penggunaan KB implant lebih besar

dibandingkan dengan kelemahan akibat dari penggunaan KB implant, sehingga

dapat dikatakan bahwa penggunaan KB implant sangat penting dalam mendukung

program KB.

Puskesmas I Denpasar Utara mempunyai tiga Desa dan satu kelurahan

yang terdiri dari Desa Dangin Puri Kangin, Desa Dangin Puri Kauh, Desa Dangin

Puri Kaja serta Kelurahan Tonja. Data laporan keluarga berencana di Puskesmas I

Denpasar Utara sampai dengan bulan Desember 2013 menunjukkan bahwa jumlah

pasangan usia subur di Kelurahan Tonja berjumlah 2.784 penduduk, Desa Dangin

Puri Kangin 2.015 penduduk, Desa Dangin Puri Kauh 3.115 penduduk dan Desa

Dangin Puri Kaja 2.965 penduduk. Jumlah pasangan usia subur secara

keseluruhan pada empat Desa di Puskesmas I Denpasar Utara yaitu 10. 878

penduduk. Data jumlah pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi

implant di Puskesmas I Denpasar Utara sampai bulan Desember 2013 di

Kelurahan Tonja berjumlah 37 orang, Desa Dangin Puri Kangin 42 orang, Desa

Dangin Puri Kauh 18 orang dan Desa Dangin Puri Kaja 55 orang. Apabila dilihat

Page 25: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

7

dari kepesertaan pasangan usia subur di dalam penggunaan alat kontrasepsi maka

dapat dilihat bahwa penggunaan alat kontrasepsi implant pada PUS di Puskesmas

tersebut masih tergolong rendah, apabila dibandingkan dengan penggunaan IUD,

suntikan, pil serta kondom.

Hasil survei awal dengan metode wawancara yang dilakukan di

Puskesmas I Denpasar Utara tanggal 07 Februari 2014 dengan 10 responden

tentang alasan responden tidak menggunakan KB implant didapatkan bahwa

empat peserta mengatakan takut menggunakan KB implant, tiga peserta

mengatakan karena alasan pekerjaan, dua peserta mengatakan karena efek

samping dari KB implant dan satu orang peserta mengatakan karena ditinggal

suami bekerja ke luar negeri.

Hasil penelitian Kurnia (2012), menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

wanita usia subur tentang KB implant yang berpengetahuan baik 22 responden

(14%), berpengetahuan cukup 111 responden (70,7%), berpengetahuan kurang 24

responden (15,3%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan wanita usia subur

tentang KB implant adalah cukup yaitu sebesar 111 responden (77,7%).

Hasil penelitian Rahmah (2013), menunjukkan bahwa ada hubungan antara

pendidikan dengan metode kontrasepsi implant, ada hubungan antara pendapatan

dengan metode kontrasepsi implant serta ada hubungan antara pengetahuan

dengan metode kontrasepsi implant. Penggunaan implant sebagai salah satu

metode kontrasepsi jangka panjang di Indonesia masih rendah yang dipengaruhi

oleh berbagai faktor yaitu faktor pengetahuan, pendidikan, pendapatan, pekerjaan,

takut efek samping, serta ditinggal suami bekerja ke luar negeri.

Page 26: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

8

Beberapa alasan yang membuat penulis ingin meneliti tentang faktor

pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara yaitu karena penelitian-

penelitian tentang penggunaan alat kontrasepsi implant seperti yang dibahas di

atas merupakan penelitian yang dilakukan di daerah lain dan tidak pernah

dilakukan penelitian serupa di Denpasar, selain itu dapat dilihat bahwa penelitian

di atas merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui besaran

dan hubungan antar variabel serta sangat sedikit yang meneliti secara mendalam

mengenai faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant. Penelitian-penelitian di atas dilakukan pada

remaja dan pada budaya serta lingkungan yang berbeda serta belum pernah

dilakukan penelitian tentang faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia

subur dalam penggunaan implant pada budaya Bali serta belum pernah dilakukan

penelitian tentang alat kontrasepsi implant pada PUS.

Pemahaman tentang mengapa pasangan usia subur memilih serta tidak

memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi implant sangat penting untuk

menentukan perencanaan pengembangan program KB di Bali terutama di

Denpasar, oleh karena itu penelitian tentang faktor pendukung dan penghambat

istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant dipandang

sangat penting untuk diteliti.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Faktor Pendukung dan Penghambat Istri Pasangan Usia Subur

Page 27: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

9

Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Puskesmas I Denpasar Utara

Tahun 2014”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014?

2. Bagaimanakah sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014?

3. Bagaimanakah pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan

alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014?

4. Bagaimanakah pengaruh budaya istri pasangan usia subur dalam

memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I

Denpasar Utara Tahun 2014?

5. Bagaimanakah ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat

kontrasepsi implant bagi istri pasangan usia subur di Puskesmas I

Denpasar Utara Tahun 2014?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai faktor pendukung dan

penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant

di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014.

Page 28: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

10

1.3.2 Tujuan khusus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

1. Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi

implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014.

2. Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant

di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014.

3. Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi

implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014.

4. Budaya yang mempengaruhi istri pasangan usia subur dalam memutuskan

penggunaan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara

Tahun 2014.

5. Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat kontrasepsi

implant bagi istri pasangan usia subur di Puskesmas I Denpasar Utara

Tahun 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan kepada istri

pasangan usia subur di dalam memilih alat kontrasepsi yang tepat serta sebagai

masukan bagi pemegang program keluarga berencana di Puskesmas I Denpasar

Utara dan BKKBN di dalam pengembangan program keluarga berencana.

Page 29: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

11

1.4.2 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi tambahan referensi dan

informasi bagi penelitian selanjutnya serta sebagai acuan untuk melakukan studi

kuantitatif agar hasil penelitian ini dapat digeneralisasi.

Page 30: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN

MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Alat kontrasepsi

Kontrasepsi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencengah

terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara dan dapat juga

bersifat permanen. Kontrasepsi permanen pada wanita dinamakan tubektomi serta

pada pria dinamakan vasektomi (Winkjosostro, 2008). Sedangkan menurut

BKKBN (2008), menjelaskan bahwa kontrasepsi merupakan usaha untuk

menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat dari pertemuan

antara sel telur matang dengan sel sperma.

Dalam melaksanakan upaya pencegahan kehamilan terdapat beberapa

metode kontrasepsi yaitu metode kontrasepsi sederhana, metode kontrasepsi aktif,

dan metode kontrasepsi mantap. Metode kontrasepsi sederhana dapat dibagi lagi

menjadi metode sederhana tanpa alat atau obat (senggama terputus, pantang

berkala), metode sederhana dengan obat atau alat (kondom, diafragma atau cap),

dan metode sederhana dengan spermisida (aerosol, tablet vagina, suppositoria atau

dissolvable film, dan krim). Metode kontrasepsi efektif seperti pil KB, AKDR,

suntik KB dan implant. Sedangkan metode kontrasepsi mantap terdiri dari metode

kontrasepsi mantap wanita (tubektomi) dan metode kontrasepsi mantap pria

(vasektomi) (Saifuddin, 2003).

Page 31: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

13

Alat kontrasepsi yang terbanyak digunakan di Bali adalah alat kontrasepsi

suntikan dan pil, sedangkan alat kontrasepsi IUD, implant, MOW dan MOP masih

sedikit digunakan di Bali. Penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang (IUD,

implant) masih rendah di Bali, akan tetapi akseptor KB IUD lebih banyak

dibandingkan dengan akseptor KB implant. Walaupun alat kontrasepsi IUD dan

implant merupakan metode kontrasepsi jangka panjang, akan tetapi penggunaan

IUD dan implant tidak seimbang, dilihat dari penggunaan alat kontrasepsi IUD

lebih banyak daripada penggunaan alat kontrasepsi implant (BKKBN, 2013).

Hasil Penelitian Kurnia (2012), menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

WUS tentang KB implant tergolong cukup. Sedangkan penelitian yang dilakukan

oleh Rahmah (2013), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan,

pendapatan, dan pengetahuan tentang metode kontrasepsi implant. Hasil

penelitian serupa yang dilakukan oleh Imroni (2009), menyatakan bahwa faktor-

faktor yang berhubungan dengan penggunaan implant adalah sikap ibu mengenai

implant serta peran suami mengenai implant, sedangkan variabel tingkat

pendidikan, pengetahuan tentang implant, dan pelayanan konseling KB tidak

berhubungan dengan penggunaan implant.

Penelitian serupa dilakukan oleh Susanti (2010), menyatakan bahwa

faktor-faktor yang berhubungan dengan minat ibu terhadap penggunaan alat

kontrasepsi implant di puskesmas Ome Kota Tidore yaitu faktor pengetahuan,

pendidikan, dan ekonomi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekarini

(2008) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel pengetahuan,

sikap, sosial budaya, akses pelayanan, serta kualitas pelayanan KB.

Page 32: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

14

Studi kualitatif dilakukan oleh Oktaviani (2010), menyatakan bahwa

implementasi program KB dinyatakan kurang, jaringan komunikasi dalam

mensosialisasikan program KB kurang, partisipasi masyarakat rendah, sikap

pelaksana khususnya kader KB cukup baik, sikap dari para penerima program

dalam hal ini pria masih tergolong baik. Sejalan dengan penelitian kualitatif yang

dilakukan oleh Oktarina (2013), menyatakan bahwa persepsi suami dalam

penggunaan alat kontrasepsi baik, sikap suami dalam pemakaian alat kontrasepsi

ini positif, partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi kurang.

Studi deskriptif yang dilakukan oleh Wahyu (2013), menunjukkan bahwa

sebagian besar responden berpendidikan dasar sebanyak 19 orang (56%),

pengetahuan kurang 24 orang (70%) dan responden yang mengalami pengalaman

buruk 20 orang (59%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryatun (2009),

menunjukkan bahwa persentase ibu menggunakan metode kontrasepsi IUD lebih

sedikit dibandingkan dengan ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non

IUD, ada hubungan antara umur, paritas, persepsi ibu tentang demand atau alasan

menggunakan alat kontrasepsi, biaya pelayanan KB, kualitas pelayanan KB, akses

pelayanan KB, metode kontrasepsi IUD, faktor paling memberikan kontribusi

terbesar dalam pemakaian metode kontrasepsi IUD adalah persepsi ibu tentang

kontrasepsi IUD khususnya pada persepsi ibu yang menyebutkan bahwa

kontrasepsi IUD mengganggu aktivitas sehari-hari.

Studi kualitatif yang dilakukan oleh Nalwadda (2010), yang meneliti tentang

gender, harapan sosial budaya dan kontradiksi, perencanaan jangka pendek serta

hambatan pelayanan kesehatan, persepsi dan hambatan dari pengguna kontrasepsi

Page 33: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

15

menemukan hasil bahwa masih adanya kendala dalam perubahan persepsi dan

pergeseran perilaku terhadap penggunaan kontrasepsi.

2.1.2 Alat kontrasepsi implant

Implant adalah alat kontrasepsi yang digunakan oleh pasangan usia subur,

dipasang dibawah kulit lengan atas bagian dalam kira-kira 6-10 cm dari lipatan

siku. Mekanisme kerja KB implant yaitu: mengentalkan lendir serviks,

mengganggu proses pembekuan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi,

mengurangi transportasi sperma, serta menekan ovulasi (Saifuddin, 2003).

2.1.2.1 Keuntungan penggunaan alat kontrasepsi implant

Keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: efektivitas

tinggi, perlindungan jangka panjang, pengembalian kesuburan yang cepat setelah

pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, tidak mengganggu kegiatan

seggama, tidak berpengaruh pada air susu ibu, akseptor perlu kembali ke klinik

bila ada keluhan, bisa mempengaruhi haid, dapat di cabut setiap saat sesuai

kebutuhan, serta tidak memberikan perlindungan diri dari IMS/HIV seperti

kontrasepsi kondom (Saifuddin, 2003).

2.1.2.2 Kerugian penggunaan alat kontasepsi implant

Kerugian penggunaan alat kontrasepsi implant adalah: pemasangan

(ineertic) dan pencabutan (expulsi/extractic) harus di lakukan oleh tenaga terlatih,

lebih mahal, sering timbul perubahan pada pola haid, akseptor tidak dapat

membuka sendiri, sebagian perempuan tidak menggunakan karena kurang

mengenal implant, kadang dapat terlihat orang lain karena di pasang di lengan,

Page 34: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

16

petugas perlu skill kerja untuk pemasangan dan pencabutan implant (Saifuddin,

2003).

2.1.2.3 Jenis-jenis alat kontrasepsi implant

Jenis-jenis alat kontrasepsi implant yaitu: norplant (enam batang silastik

lembut berongga yang berisi 36 mg trinorgestrol untuk lima tahun), implanon

(satu batang putih lentur yang berisi 68 mg tiga ketodesogestrel untuk tiga tahun),

jadena dan indoplant (dua batang yang berisi 75 mg levonorgestrel untuk tiga

tahun) (Saifuddin, 2003).

2.1.2.4 Waktu penggunaan alat kontrasepsi implant

Alat kontrasepsi implant digunakan setiap saat selama siklus haid hari

kedua sampai hari ke tujuh, ibu menyusui antara enam minggu sampai enam bulan

pasca persalinan, penggantian dari alkon non hormonal, serta pasca keguguran

dan pasca persalinan (Saifuddin, 2003).

2.1.2.5 Efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi implant

Efek samping yang dapat terjadi akibat dari penggunaan alat kontrasepsi

implant adalah: terjadi amenorea, spotting, ekspulsi, infeksi pada daerah insersie

serta berat badan naik turun (Saifuddin, 2003).

2.1.2.6 Cara pemasangan implant

Peralatan dan instrumen untuk pemasangan implant yaitu sebagai berikut:

meja periksa (tempat tidur), batang implant, doek lobang steril, mangkok tempat

kapsul norplant, sarung tangan DTT, larutan anti septik, obat anasthesi

(konsentrasi satu persen), spuit 5-10 ml, trokar 10 dan mandrin, skapel 11 atau 15,

verban band aid atau plaster, kasa steril, lidocain, forcep mosquito, bak

Page 35: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

17

instrumen, cairan chlorin 0,5%, cairan DTT, waslap, tempat sampah (basah,

kering, benda tajam), tempat cuci tangan, sabun untuk cuci tangan, template, dan

sarung tangan rumah tangga (Saifuddin, 2003).

Persiapan pelaksanaan pemasangan implant yaitu: bersihkan lengan

dengan sabun dan sudah dibilas sampai bersih, persiapkan tempat tidur klien,

baringkan akseptor dengan lengan yang jarang digunakan. Kemudian letakkan

pada meja samping (penyangga lengan), tentukan lokasi pemasangan (delapan cm

di atas lipat siku dan gunakan template), siapkan alat-alat (buka dan letakkan

dalam bak steril), dan masukkan kapsul implant dalam mangkok steril (Saifuddin,

2003).

Tindakan sebelum pemasangan adalah cuci tangan dengan enam langkah,

pakai sarung tangan DTT, hitung alat-alat pemasangan (jumlah kapsul), lakukan

pembersihan lokasi insersi dengan larutan anti septik dari arah dalam keluar

secara melingkar 8-13 cm dan biarkan dua menit sampai kering. Pergunakan doek

steril berlubang pada lengan yang akan di insersi, lakukan anastesi dengan dosis

tiga ml, suntikkan perlahan-lahan sehingga membentuk jalur antara 1-2, 3-4, 5-6,

masing-masing satu ml (Saifuddin, 2003).

Proses pemasangan kapsul implant dimulai dari melakukan insisi dangkal

dengan sudut 45º. Perhatikan dua tanda (garis) pada trokar yang masuk dibawah

kulit kemudian berikan tanda dua pada batas trokar yang berada dibawah kulit

setelah memasang kapsul. Langkah selanjutnya masukkan trokar dengan sudut

yang kecil dan angkat trokar keatas sehingga kulit terangkat dan masukkan kapsul

kemudian dorong perlahan. Saat trokar masuk sampai batas tanda satu, cabut

Page 36: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

18

pendorong trokar, masukkan kapsul dalam trokar dengan menggunakan pinset

atau ibu jari-jari telunjuk dengan membentuk kipas (sesuai template), melakukan

pendorongan kapsul secara perlahan-lahan, tarik tabung trokar dengan ibu jari

serta telunjuk kearah luka. Setelah ada tanda-tanda yang muncul dari tepi luka

insisi, keluarkan kapsul dari trokar dan pastikan kapsul telah masuk dibawah kulit,

tanpa mengeluarkan trokar putar ujung trokar kearah lateral kanan, kembali

seperti semula, geser 15º mengikuti pola kipas. Untuk mengurangi resiko ekspulsi

pastikan ujung kapsul yang terdekat lima mm dari luka insisi, jangan

mengeluarkan trokar sebelum seluruh kapsul terpasang, memastikan seluruh

kapsul telah terpasang, pastikan seluruh ujung kapsul tidak berada pada sisi luka

insisi (lima mm), keluarkan trokar perlahan-lahan, tekan tepat insisi dengan jari

yang memegang kasa selama satu menit kemudian bersihkan dan tutup luka

dengan kasa steril, bereskan alat dan cuci tangan (Saifuddin, 2003).

Metode pencabutan untuk semua jenis implant sama, hanya berbeda dalam

jumlahnya. Ada tiga metode dalam pencabutan yaitu metode biasa dengan

memakai penjepit yang dipakai mulai tahun 1980, metode atau teknik “U” sejak

tahun 1993, metode pop-out tahun 1992, serta melakukan pengawasan pasca

pencabutan (Saifuddin, 2003).

Yang boleh menggunakan implant yaitu perempuan usia subur, sudah atau

tidak mempunyai keturunan, ingin memakai KB jangka panjang, menyusui dan

membutuhkan kontrasepsi, ibu setelah melahirkan serta tidak meneteki, riwayat

abortus, tidak mengharapkan keturunan tapi mempunyai keinginan memakai KB

permanen, riwayat hamil di luar kandungan, mempunyai tensi <180/110 mmHg

Page 37: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

19

dengan anemia, belum memakai KB hormonal dengan kandungan estrogen, dan

tidak ingat memakai KB pil (Saifuddin, 2003).

Perempuan dilarang menggunkan implant jika sedang hamil atau diduga

hamil, perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya, benjolan atau

kanker payudara atau riwayat kanker payudara, tidak dapat menerima perubahan

pola menstruasi yang terjadi, mioma uterus dan kanker payudara, serta gangguan

toleransi glukosa (Saifuddin, 2003).

2.1.3 Pasangan usia subur

Pasangan usia subur adalah pasangan yang hidup bersama dimana usia

istrinya 15 tahun sampai dengan 44 tahun. Batasan umur yang digunakan pada

penelitian ini yaitu 15 sampai 44 tahun. Hal ini tidak berarti berbeda dengan

perhitungan fertilitas yang menggunakan batasan 15 sampai 49 tahun, tetapi

dalam kegiatan keluarga berencana mereka yang berada pada kelompok 45

sampai 49 tahun bukan merupakan sasaran keluarga berencana lagi. Hal ini

dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa mereka yang berada pada kelompok umur

45 sampai 49 tahun kemungkinan untuk melahirkan kecil (Wirosuhardjo, 2004).

BKKBN (2008) menjelaskan bahwa pasangan usia subur (PUS) adalah

pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 18 tahun sampai 45 tahun atau

pasangan suami istri yang istrinya berumur 18 tahun dan sudah menstruasi atau

istri yang berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih menstruasi. Pengertian

pasangan usia subur yang dipergunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah

mengadopsi dari BKKBN (2008) yang mendefinisikan pasangan usia subur (PUS)

Page 38: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

20

adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur 18 tahun dan sudah menstruasi

atau istri yang berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih menstruasi.

2.1.4 Faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant

Faktor-faktor yang mempengaruhi istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu faktor pendidikan istri, faktor

pendapatan keluarga, faktor pengetahuan tentang metode kontrasepsi implant,

sikap ibu mengenai implant dan peran suami mengenai pemilihan alat kontrasepsi

yang akan digunakan oleh istri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Imroni (2009) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan

dengan penggunaan implant adalah sikap ibu mengenai implant dan peran suami

mengenai implant, sedangkan variabel tingkat pendidikan, pengetahuan tentang

implant, dan pelayanan konseling KB tidak berhubungan dengan penggunaan

implant.

Alat kontrasepsi implant merupakan alat kontrasepsi yang efektif dalam

mencegah kehamilan dan dapat mengembalikan kesuburan segera setelah

pencabutan, implant tidak merepotkan karena tidak perlu untuk mengingat

pemakaian seperti pil, mendapatkan perlindungan jangka panjang yaitu tiga atau

lima tahun, implant sangat sesuai untuk pasangan yang belum menginginkan

keturunan dan tidak mempunyai kesiapan menggunakan metode kontrasepsi

mantap, sedangkan faktor penghambat istri pasangan usia subur dalam memilih

penggunaan implant adalah memerlukan keterampilan petugas kesehataan saat

pemasangan serta memerlukan pemeriksaan ulang setelah pemasangan, alkon

Page 39: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

21

harus dilepas oleh tenaga kesehatan yang terlatih karena memerlukan ketelitian

dan keterampilan dalam pencabutan implant (Saiffudin, 2003).

2.1.5 Metode penelitian kualitatif

Penelitian kualitatif merupakan suatu paradigma penelitian yang

mendiskripsikan peristiwa, perilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu

secara rinci dan mendalam yang berbentuk narasi atau uaraian. Penelitian

kualitatif memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menekankan adanya

kealamiahan data yang diperoleh dari semua kenyataan yang ada serta terkait erat

dengan pengalaman manusia dalam kehidupannya (Djam’an & Aan, 2012).

Fenomenologi merupakan suatu metode penelitian yang kritis dan

menggali fenomena yang ada secara sistematis (Steubert & Carpenter, 2003 dalam

Saryono & Anggraeni, 2013). Penelitian fenomenologi meliputi semua

pengalaman tentang persepsi manusia yang meliputi: penglihatan, pendengaran,

perabaan, pengecapan dan penciuman serta fenomena-fenomena lain seperti

mempercayai, mengingat, mengantisipasi, memutuskan, berintuisi, merasakan,

kepedulian, mencintai, menghayalkan dan mendambakan atau menginginkan

(Moleong, 2013).

Metode FGD (Focus Group Discussion) adalah teknik pengumpulan data

yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan

makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok (Sutopo, 2006).

Menurut Moleong (2013), metode wawancara mendalam adalah percakapan yang

dilakukan oleh dua orang atau lebih yaitu pewawancara yang akan mengajukan

pertanyaan serta orang yang akan diwawancarai yang akan memberikan jawaban

Page 40: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

22

atas pertanyaan yang akan diajukan. Raco (2010), mengemukakan bahwa

wawancara mendalam dilakukan untuk mengeksplorasi secara mendalam

partisipan dan peneliti menangkap arti yang diberikan partisipan pada

pengalamannya.

2.2 Konsep Penelitian

2.2.1 Konsep keluarga berencana

Keluarga berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk

membantu para pasangan dalam mencapai tujuan reproduksi, mencegah

kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan berisiko

tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau,

diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan,

meningkatkan mutu, nasehat, komunikasi, edukasi, konseling dan pelayanan,

meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB, dan

meningkatkan pemberian air susu ibu (ASI) untuk penjarangan kehamilan

(BKKBN, 2006).

Keluarga berencana (KB) merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk

mengatur jarak kelahiran sehingga dapat membantu pasangan usia subur dalam

mencapai tujuan reproduksi mereka. Program keluarga berencana selalu dikaitkan

dengan alat kontrasepsi karena untuk mengupayakan suatu program KB maka alat

kontrasepsi merupakan kendaraan yang digunakan dalam menyukseskan program

tersebut. Program keluarga berencana yang dibahas dalam penelitian ini berkaitan

dengan program keluarga berencana yang dipakai oleh pasangan usia subur untuk

mencapai tujuan reproduksi mereka.

Page 41: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

23

2.2.2 Konsep alat kontrasepsi implant

Alat kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi yang digunakan oleh

pasangan usia subur, dipasang dibawah kulit lengan atas bagian dalam kira-kira

6-10 cm dari lipat siku. Mekanisme kerja KB implant yaitu: mengentalkan lendir

serviks, mengganggu proses pembekuan endometrium sehingga sulit terjadi

implantasi, mengurangi transportasi sperma, serta menekan ovulasi (Saiffudin,

2003).

Alat kontrasepsi implant merupakan suatu alat kontrasepsi dalam program

KB serta merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang digunakan oleh

pasangan suami istri yang masih reproduktif serta ingin mengatur jarak kelahiran

anaknya. Alat kontrasepsi implant dipasang oleh tenaga kesehatan medis (dokter,

perawat, bidan) terlatih dengan lokasi pemasangan di bawah kulit lengan atas

bagian dalam dari lipatan siku.

Keuntungan penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: efektivitas tinggi,

perlindungan jangka panjang, pengembalian kesuburan yang cepat, tidak

memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak

mengganggu kegiatan senggama, tidak mengganggu produksi ASI. Kerugian

penggunaan alat kontrasepsi implant adalah akseptor perlu kembali ke klinik bila

ada keluhan atau pada saat pencabutan serta tidak memberikan perlindungan dari

IMS/HIV seperti kontrasepsi kondom (Saiffudin, 2003).

2.2.3 Konsep istri

Kata istri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu strī yang artinya adalah

"wanita" atau "perempuan". Istri adalah salah seorang pelaku pernikahan yang

Page 42: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

24

berjenis kelamin wanita. Seorang wanita biasanya menikah dengan seorang pria

dalam suatu upacara pernikahan sebelum diresmikan statusnya sebagai seorang

istri dan pasangannya sebagai seorang suami. Dalam berbagai agama biasanya

seorang wanita hanya boleh menikah dengan satu pria. Dalam budaya tertentu,

pernikahan seorang pria dengan banyak wanita diperbolehkan. Hal ini dinamakan

poligini, sedangkan pernikahan seorang wanita dengan banyak pria disebut

poliandri (Harymawan, 2007).

Istri adalah seorang wanita yang telah menikah dengan seorang laki-laki

serta telah diresmikan dengan ikatan pernikahan. Istri dalam penelitian ini

berkaitan dengan seorang wanita dari pasangan usia subur yang menggunakan

maupun tidak menggunakan alat kontrasepsi implant.

2.2.4 Konsep pasangan usia subur (PUS)

Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri yang pada saat ini hidup

bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana

umur istrinya antara 15 tahun sampai dengan 44 tahun. Batasan umur yang

digunakan disini adalah 15 sampai 44 tahun dan bukan 15 sampai 49 tahun. Hal

ini tidak berarti berbeda dengan perhitungan fertilitas yang menggunakan batasan

15 sampai 49 tahun, tetapi dalam kegiatan keluarga berencana mereka yang

berada pada kelompok 45 sampai 49 bukan merupakan sasaran keluarga

berencana lagi. Hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa mereka yang

berada pada kelompok umur 45 sampai 49 tahun kemungkinan untuk melahirkan

lagi sudah sangat kecil sekali (Wirosuhardjo, 2004).

Page 43: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

25

Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya

berumur antara 18 tahun sampai 45 tahun atau pasangan yang istrinya berumur 18

tahun dan sudah menstruasi atau istri yang berumur lebih dari 50 tahun masih

menstruasi (BKKBN, 2008). Definisi pasangan usia subur yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 18 tahun serta

sudah menstruasi sampai istrinya berusia lebih dari 50 tahun tetapi masih

menstruasi.

2.2.5 Konsep persepsi

2.2.5.1 Pengertian persepsi

Persepsi merupakan aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam

berbagai aspek dan gejala di lingkungannya. Para ahli mendefinisikan berbagai

macam mengenai persepsi, meskipun mempunyai makna sama. KBBI

mengartikan persepsi adalah suatu pengambilan secara langsung dari suatu obyek

untuk memastikan berbagai hal melalui alat inderanya.

Persepsi merupakan kemampuan otak dalam menerima stimulus yang

masuk ke dalam alat indera manusia. Terdapat beberapa perbedaan cara pandang

dalam proses penginderaan, ada yang mempersepsikan sesuatu itu merupakan hal

yang baik atau persepsi yang positif ada juga yang memandang sebagai suatu

persepsi negatif yang mempengaruhi tindakan manusia secara nyata (Walgito,

2004).

Persepsi dapat diartikan sebagai suatu cara pengorganisasian,

penginterpretasian terhadap respon yang ditangkap oleh individu hingga menjadi

Page 44: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

26

suatu yang bermakna dan merupakan aktivitas yang menjadi satu di dalam diri

individu tersebut (Sugiharto, 2007).

2.2.5.2 Syarat terjadinya persepsi

Sunaryo (2004) mengemukakan beberapa syarat-syarat yang

mempengaruhi suatu persepsi dari individu seperti: terdapat obyek yang

dipersepsi, terdapat perhatian sebagai awal persiapan dalam persepsi, alat indera

untuk mendapatkan respon, serta susunan sensorik untuk menerima respon

menuju hipotalamus serta media dalam menimbulkan stimulus.

2.2.5.3 Faktor yang mempengaruhi persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari faktor internal serta

faktor eksternal. Faktor-faktor internal meliputi perasaan, sikap dan kepribadian

seseorang, anggapan, kemauan, perhatian, proses pembelajaran, kondisi fisik,

kejiwaan, nilai, keinginan, serta motivasi. Faktor-faktor eksternal seperti riwayat

keluarga, informasi yang didapatkan, pengetahuan, intensitas, ukuran,

pengulangan gerak serta hal-hal baru dari suatu objek (Toha, 2003).

Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam persepsi yaitu faktor objek

yang dipersepsi, alat indera, saraf dan susunan saraf serta perhatian. Objek

merangsang respon terhadap alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari

luar atau dari dalam diri individu yang mempersepsi kemudian mengenai saraf

penerima yang bekerja sebagai reseptor. Alat indera atau reseptor sebagai alat

untuk menerima stimulus kemudian diteruskan oleh saraf sensoris ke pusat

susunan saraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Persepsi memerlukan suatu

perhatian untuk langkah utama dalam rangka menimbulkan persepsi yang

Page 45: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

27

merupakan pusat dari semua aktivitas seseorang yang ditujukan kepada beberapa

objek yang diperhatikan. Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu

berbeda antara yang satu dengan yang lainnya serta dapat mempengaruhi individu

dalam mempersepsi suatu objek serta stimulus walaupun objek tersebut sama

(Walgito, 2004).

Persepsi merupakan suatu proses pengolahan terhadap suatu respon yang

terjadi pada individu sehingga mempengaruhi terhadap tindakan serta perilaku

dari individu tersebut. Persepsi yang dibahas dalam penelitian ini adalah persepsi

istri pasangan usia subur yang menggunakan serta tidak menggunakan alat

kontrasepsi implant.

2.2.6 Konsep sikap

2.2.6.1 Pengertian sikap

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk

bertindak sesuai dengan obyek yang dilihat (Purwanto, 2012). Sedangkan menurut

Widayatun (2009) mendefinisikan sikap sebagai suatu keadaan mental dan saraf

dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh

dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang

berkaitan dengannya. Jadi sikap merupakan suatu tindakan nyata yang yang

berpengaruh terhadap respon seseorang yang diakibatkan oleh adanya

pengetahuan, pengalaman serta objek lain yang mempengaruhi sikap tersebut.

2.2.6.2 Ciri-ciri sikap

Sikap mempunyai ciri-ciri yaitu: tidak dibawa sejak lahir melainkan

terbentuk serta dipelajari sepanjang perkembangan kehidupannya yang berkaitan

Page 46: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

28

dengan keadaan serta syarat-syarat yang mempermudah sikap pada seseorang,

sikap tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu objek yang mempengaruhi sikap tersebut, objek dari sikap

merupakan suatu hal tertentu yang merupakan gabungan dari beberapa hal yang

dialaminya, dan sikap memiliki segi motivasi serta segi perasaan sehingga dapat

membedakan sikap dari kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki oleh individu

tersebut (Purwanto, 2012).

2.2.6.3 Cara pengukuran sikap

Menurut Azwar (2009), sikap dapat diukur dengan menggunakan Skala

Likert yang dikategorikan sebagai berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak

Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

2.2.6.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap seperti: pengalaman pribadi yang

terjadi dengan tidak terduga sehingga dapat menyisakan kesan yang mendalam

dalam diri seseorang, pengaruh orang lain yang dianggap penting misalnya dalam

kehidupan di masyarakat pedesaan yang mengikuti arahan dari tokoh masyarakat

di desa tersebut, kebudayaan yang mewarnai kehidupan di masyarakat yang

mempengaruhi pembentukan sikap individu, media massa baik elektronik maupun

media cetak yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan opini dan

kepercayaan seseorang, lembaga pendidikan dan lembaga agama mempunyai

pengaruh terhadap pembentukan sikap karena keduanya mempunyai dasar

pengertian serta konsep moral di dalam diri individu, dan faktor emosional yang

ada di dalam diri individu itu sendiri (Azwar, 2009).

Page 47: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

29

2.2.7 Konsep pengalaman

Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami, dijalani serta

dirasakan oleh seseorang (KBBI, 2005). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai

memori episodic yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang

dialami dan dirasakan oleh individu pada keadaan atau situasi berbeda serta

mempunyai fungsi sebagai referensi otobiografi (Daehler & Bukatko, 1985 dalam

Syah, 2003).

Pengalaman merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dalam kehidupan

individu setiap harinya. Pengalaman memiliki sifat yang sangat berharga bagi

setiap individu serta pengalaman dapat diberikan kepada siapa saja agar

digunakan dan menjadi acuan serta pembelajaran seseorang. Pengalaman istri

dalam menggunakan alat kontrasepsi yang dipilih merupakan hal yang tidak

terlupakan, karena hampir semua istri yang menggunakan alat kontrasepsi

menginginkan hal yang terbaik dan tanpa adanya efek samping dari penggunaan

alat kontrasepsi yang mereka pergunakan.

2.2.8 Konsep budaya

Budaya merupakan suatu karya seseorang dalam upayanya

mempertahankan hidup untuk meningkatkan taraf kesejahteraan dengan segala

keterbatasan jasmaninya serta kekayaan sumber daya alam di lingkungannya.

Kebudayaan boleh dikatakan sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap

tantangan-tantangan yang dihadapi dalam proses penyesuaian diri mereka dengan

lingkungan Harrison (2006).

Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk

sosial yang digunakannya untuk memahami serta menginterpretasi lingkungan

Page 48: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

30

dan pengalamannya yang menjadi kerangka landasan sebagai pendorong

terwujudnya perilaku. Dalam definisi ini, kebudayaan dilihat sebagai mekanisme

kontrol bagi perilaku serta tindakan manusia atau sebagai pola bagi perilaku

seseorang (Pranadji, 2004). Menurut Wahyu (2007), kebudayaan merupakan

serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana, dan

strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang

digunakan secara kolektif oleh manusia yang memilikinya sesuai dengan

lingkungan yang dihadapinya.

Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan

kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang menyelimuti perasaan serta emosi

manusia dan menjadi sumber bagi sistem penilaian baik dan buruk, sesuatu yang

berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa

terjadi karena di dalam kebudayaan terkandung nilai-nilai moral yang bersumber

dari pandangan hidup dan etos atau sistem etika yang dimiliki oleh setiap

manusia.

2.2.9 Konsep fasilitas dan sarana

Fasilitas merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tempat yang

dipakai untuk menyelenggarakan pelayanan yang diberikan. Ketersediaan fasilitas

kesehatan dalam penelitian ini terkait dengan tempat yang digunakan untuk

memperoleh pelayanan kesehatan seperti: puskesmas, klinik swasta, bidan praktek

swasta, rumah sakit dan lain-lain.

Page 49: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

31

Sarana merupakan penunjang didalam menyelenggarakan pelayanan.

Ketersediaan sarana dalam penelitian ini terkait dengan alat-alat serta obat-obatan

yang mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Teori Lawrence Green

Lawrence Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan bahwa perilaku

manusia dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku serta faktor diluar

perilaku. Perilaku terbentuk menjadi tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor

pendukung serta faktor pendorong (Maulana, 2009).

Teori Lawrence Green menganalisis perilaku seseorang dari tingkat

kesehatan. Kesehatan individu dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor

perilaku itu sendiri serta faktor di luar perilaku. Perilaku seseorang tentang

kesehatan dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan

sebagainya dari individu yang bersangkutan. Ketersediaan fasilitas, sikap, serta

perilaku petugas terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat

terbentuknya perilaku Notoatmodjo (2005).

Perilaku istri pasangan usia subur di dalam memutuskan untuk

menggunakan alat kontrasepsi implant dipengaruhi oleh faktor predisposisi yaitu

persepsi, sikap, dan pengalaman. Faktor pendukung yang mempengaruhi istri

pasangan usia subur dalam memilih alat kontrasepsi implant yaitu faktor budaya

serta ketersediaan fasilitas dan sarana.

Page 50: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

32

2.3.2 Teori Social Learning (Teori Belajar Sosial)

Albert Bandura dalam Teori social learning atau teori belajar sosial

memfokuskan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi.

Albert Bandura mengemukakan seseorang mempelajari sesuatu melalui

pengalaman langsung atau pengamatan. Seseorang mempelajari sesuatu dari yang

dibaca, didengar, dan dilihat pada media, serta dari orang lain di sekitarnya

(Maulana, 2009).

Seseorang mempelajari perilaku melalui adanya pemodelan, tidak ada

penguat yang didapatkan. Proses mempelajari sesuatu seperti ini disebut

observational learning atau pembelajaran melalui pengamatan. Teori

pembelajaran sosial membahas tentang : (1) bagaimana perilaku kita dipengaruhi

oleh lingkungan melalui penguat (reinforcement) dan observational learning; (2)

cara pandang dan cara pikir yang kita miliki terhadap informasi; (3) bagaimana

perilaku kita mempengaruhi lingkungan kita dan menciptakan penguat

(reinforcement) dan observational opportunity (Notoatmodjo, 2005).

Teori belajar sosial menekankan observational learning sebagai proses

pembelajaran. Bentuk pembelajarannya dari belajar sosial yaitu seseorang

mempelajari perilaku dengan mengamati secara sistematis imbalan dan hukuman

yang diberikan kepada orang lain. Dalam observational learning terdapat empat

tahap belajar dari proses pengamatan atau proses modeling yang terjadi dalam

observational learning tersebut seperti: atensi, retensi, reproduksi serta

motivasional. Atensi merupakan tahap dari individu untuk memberikan perhatian

terhadap model dengan cermat. Tahap retensi merupakan tahapan di dalam

mengingat kembali perilaku yang ditampilkan oleh model yang diamati sehingga

diperlukan ingatan yang bagus terhadap perilaku model. Reproduksi merupakan

Page 51: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

33

tahapan dari individu yang telah mengamati dengan cermat serta mengingat

kembali perilaku yang telah ditampilkan oleh modelnya sehingga dapat mencoba

menirukan atau perilaku yang dilakukan oleh model. Tahapan yang terakhir

adalah motivasional dimana pada tahap ini seseorang harus mempunyai motivasi

untuk belajar dari model (Maulana, 2009).

Teori Albert Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks

interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan

pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh

pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seorang istri pasangan usia subur

yang berada di lingkungan keluarga yang menggunakan alat kontrasepsi implant

maka kecenderungan istri pasangan usia subur tersebut akan ikut terpengaruh

terhadap keputusannya dalam memilih penggunaan KB implant (Notoatmodjo,

2005).

Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana

seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan sebenarnya. Bandura

menghipotesiskan bahwa tingkah laku, lingkungan dan kejadian-kejadian internal

pada istri pasangan usia subur yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah

merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan. Albert Bandura,

menyatakan bahwa tingkah laku sering dievaluasi yaitu bebas dari timbal balik

sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal seseorang. Pengakuan sosial yang

berbeda mempengaruhi konsepsi diri istri pasangan usia subur di dalam

memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant.

Page 52: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

34

2.3.3 Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu

keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong dengan kekuatan penahan.

Perilaku tersebut dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua

kekuatan tersebut yang ada di dalam diri seseorang yang menimbulkan adanya

perubahan prilaku. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kekuatan pendorong

diakibatkan oleh adanya stimulus yang mendorong terjadinya perubahan perilaku.

Stimulus tersebut berkaitan dengan penyuluhan-penyuluhan atau informasi yang

berhubungan dengan perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2005).

Sebagai contoh dari aplikasi teori yang dikemukakan oleh Kurt Lewin

dapat dilihat bahwa seseorang yang tidak mengikuti program KB dengan adanya

keseimbangan antara pentingnya mempunyai anak sedikit dengan kepercayaan

banyak anak banyak rezeki dapat berubah perilakunya menjadi menggunakan

program KB. Kekuatan penahan menjadi menurun yang diakibatkan oleh adanya

stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Dengan situasi semacam

ini maka akan terjadi perubahan perilaku pada individu tersebut bahwa banyak

anak banyak rezeki merupakan suatu kepercayaan yang salah, maka kekuatan

penahan tersebut akan melemah sehingga terjadi perubahan perilaku pada individu

tersebut.

Kekuatan pendorong meningkat dan kekuatan penahan menurun sehingga

menimbulkan keadaan yang akan menyebabkan perubahan perilaku. Dapat dilihat

seperti contoh di atas bahwa penyuluhan KB yang memberikan penjelasan

mengenai pentingnya menggunakan KB dan tidak benarnya kepercayaan yang

menyatakan banyak anak banyak rezeki, sehingga akan dapat meningkatkan

kekuatan pendorong, dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.

Page 53: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

35

2.4 Model Penelitian

Ket:

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.1 Model Penelitian tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Istri

Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

di Puskesmas I Denpasar Utara

Model penelitian ini mengkombinasi Teori Lawrence Green serta Teori

Kurt Lewin untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat istri pasangan

usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant. Persepsi, sikap dan

pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant

merupakan faktor internal yang diteliti. Budaya istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant merupakan faktor internal dan eksternal yang

diteliti. Ketersediaan fasilitas dan sarana bagi istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant merupakan faktor eksternal yang diteliti.

1. Persepsi

2. Sikap

3. Pengalaman

4. Ketersediaan fasilitas dan

sarana

1. Lingkungan

2. TOMA

3. TOGA

Penggunaan Alat

Kontrasepsi Implant

4. Pengetahuan

5. Minat

Faktor

Internal

Budaya

Faktor

Eksternal

Page 54: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini berjudul faktor pendukung dan penghambat istri pasangan

usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar

Utara. Studi ini menggunakan rancangan kualitatif melalui pendekatan

fenomenologi. Pendekatan fenomenologi merupakan penelitian yang berfokus

pada penemuan fakta yang ada. Penelitian ini berusaha menggali secara mendalam

mengenai gambaran pengalaman nyata yang didasari oleh kesadaran yang terjadi

pada partisipan yang digunakan untuk membantu peneliti mengkaji tentang faktor

pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant.

Fenomenologi deskriptif menurut Spielberg (1975) dalam Streubert &

Carpenter (2003) memiliki tiga tahapan yaitu: Intuiting, analyzing dan describing.

Tahapan intuiting merupakan langkah awal peneliti agar dapat menyatukan secara

keseluruhan fenomena yang sedang diamati atau diteliti. Intuiting memerlukan

konsentrasi mental yang memungkinkan seorang peneliti untuk melihat,

mendengar serta sensitif terhadap setiap aspek dari fenomena.

Pada tahap ini peneliti sebagai alat penelitian akan mengamati,

mendengarkan setiap ungkapan istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant melalui proses FGD serta wawancara mendalam, mempelajari

data yang dideskripsikan, mengulang kembali serta memahami fenomena yang

36

Page 55: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

37

disampaikan oleh istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi

implant.

Tahap analyzing merupakan suatu proses identifikasi yang melibatkan

esensi atau elemen dasar serta pola hubungan dari fenomena yang diselidiki

berdasarkan data yang diperoleh dan bagaimana data disajikan (Streubert &

Carpenter, 2003). Dalam proses analisis peneliti mengidentifikasi tema-tema, arti

dan makna penjelasan mengenai alasan munculnya faktor pendukung dan

penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant.

Peneliti akan menelaah data secara berulang-ulang untuk meyakinkan keaslian

dan keakuratan deskripsi informan.

Tahap Describing yaitu tahap dimana peneliti mengkomunikasikan serta

menggambarkan secara tertulis dalam bentuk narasi atau uraian yang luas dan

mendalam mengenai deskripsi, verbal, kejelasan serta elemen atau esensi sebagai

kritikal dari sebuah fenomena (Streubert & Carpenter, 2003). Pada tahap ini

peneliti mendeskripsikan elemen kritis atau esensi serta penjelasan istri pasangan

usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant termasuk faktor

pemersepsi, faktor pengalaman, faktor sikap, faktor kebudayaan, serta faktor

ketersedian fasilitas dan sarana sehingga didapatkan pemahaman yang mendalam

tentang fenomena yang terjadi pada istri pasangan usia subur dalam penggunaan

alat kontrasepsi implant.

Page 56: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan di Pusksemas I Denpasar Utara dari bulan

Maret sampai April 2014. Alasan pemilihan tempat ini karena masih rendahnya

penggunaan alat kontasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara tersebut,

sehingga peneliti tertarik untuk menggali lebih mendalam tentang faktor

pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh istri pasangan usia subur di

Puskesmas I Denpasar Utara.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil secara purposive

sampling serta disesuaikan dengan tujuan dan jenis penelitian (Streubert &

Carpenter, 2003). Sampel tidak dipilih berdasarkan peluang, akan tetapi sebelum

memilih sampel penelitian, telah ditentukan kriteria-kriteria tertentu yang

merupakan karakteristik sampel. Purposive sampling dalam penelitian ini

mempunyai karakteristik seperti istri pasangan usia subur yang menggunakan dan

yang tidak menggunakan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara.

Sebagai informan kunci dalam penelitian ini adalah istri pasangan usia subur yang

menggunakan serta yang tidak menggunakan alat kontrasepsi implant. Sedangkan

informan lain dalam penelitian ini adalah bidan puskesmas, bidan praktek swasta,

Page 57: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

39

PKB, mertua dan suami. Jumlah sampel ditentukan oleh tersaturasinya data atau

informasi dari informan.

Jumlah informan pada penelitian ini sebanyak 20 orang yang terdiri dari

istri pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi implant berjumlah

10 orang dan istri pasangan usia subur yang tidak menggunakan alat kontrasepsi

implant sebanyak 10 orang.

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis data

Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif berupa data primer dan

data sekunder. Data primer didapat dari hasil FGD dan wawancara mendalam

dengan informan kunci dan informan lain yang telah dipilih menjadi sampel. Data

sekunder diperoleh dari dokumen tertulis, laporan puskesmas, serta catatan

lapangan. Data pada penelitian ini bersifat narasi dan uraian serta penjelasan dari

informan baik lisan maupun dari data sekunder.

3.4.2 Sumber data

Sumber data yang digunakan dapat dibagi menjadi dua yaitu data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh dari informan kunci yaitu istri pasangan

usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi implant dan istri pasangan usia

subur yang tidak menggunakan alat kontrasepsi implant. Informan lain dalam

penelitian ini adalah bidan puskesmas, bidan praktek swasta, PKB, mertua dan

suami. Data sekunder dipergunakan sebagai pendukung penelitian seperti buku

register pelayanan KB di Puskesmas I Denpasar Utara dan catatan lapangan.

Page 58: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

40

Subjek dalam penelitian ini adalah istri pasangan usia subur yang

menggunakan alat kontrasepsi implant serta istri pasangan usia subur yang tidak

menggunakan alat kontrasepsi implant. Informan yang dipilih dalam penelitian ini

memiliki karakteristik sebagai berikut: dapat berkomunikasi dengan baik, istri

pasangan usia subur yang bertempat tinggal di Puskesmas I Denpasar Utara dan

bersedia menjadi informan. Sebelum informan memberikan persetujuan, terlebih

dahulu peneliti menjelaskan berbagai hal dalam penelitian sampai mereka

mengerti dan memahami secara maksimal dan setelah bersedia menjadi informan

kemudian meminta informan untuk menandatangani surat persetujuan (informed

consent) yang telah diberikan.

3.5 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini yang bertindak sebagai instrumen penelitian adalah

peneliti sendiri dengan menggunakan pedoman FGD serta pedoman wawancara

mendalam sebagai alat bantu dalam pengambilan data di lapangan.

3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode FGD

(Focus Group Discussion) dan wawancara mendalam (indepth interview).

Teknik pengumpulan data meliputi cara pengumpulan data, prosedur

pengumpulan data, dan alat pengumpulan data.

Page 59: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

41

3.6.1 Cara pengumpulan data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan pedoman

FGD dan pedoman wawancara mendalam serta alat penunjang lain seperti:

kamera digital, alat perekam, buku catatan dan alat tulis.

3.6.2 Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dimulai, setelah mendapatkan surat

keterangan lulus uji etik dan surat ijin penelitian dari Fakultas Magister Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana. Setelah mendapatkan ijin penelitian,

kemudian peneliti menyerahkan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar dengan

tembusan ke Puskesmas I Denpasar Utara. Peneliti memberikan penjelasan

tentang maksud penelitian dan memberikan informed consent. Setelah partisipan

setuju dengan kontrak tersebut, kemudian partisipan diminta untuk

menandatangani informed consent.

Pada tahap pelaksanaan peneliti melakukan FGD dengan istri pasangan

usia subur yang menggunakan serta yang tidak menggunakan alat kontrasepsi

implant dan melakukan wawancara mendalam pada informan lain yang dianggap

penting untuk diambil informasinya. Informan lain dalam penelitian ini adalah

bidan puskesmas, bidan praktek swasta, penyuluh KB (PKB), mertua dan suami.

Masing-masing kelompok terdiri dari istri PUS pengguna implant sebanyak 10

orang dan istri PUS bukan pengguna implant sebanyak 10 orang. Tiap-tiap

kelompok memiliki karakteristik yang mirip (homogen). FGD dilakukan untuk

mendapatkan variasi jawaban yang beragam dari partisipan. Setelah melakukan

FGD kemudian dilakukan wawancara mendalam kepada informan lain yaitu bidan

Page 60: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

42

puskesmas, bidan praktek swasta, penyuluh KB (PKB), mertua dan suami. FGD

dilakukan sebanyak dua kali yaitu FGD pertama dilakukan pada istri pasangan

usia subur pengguna implant sebanyak 10 orang dan FGD kedua dilakukan pada

istri pasangan usia subur bukan pengguna implant sebanyak 10 orang. Wawancara

mendalam dilakukan pada informan lain yaitu bidan puskesmas, bidan praktek

swasta, PKB, mertua dan suami sebanyak satu kali untuk setiap informan dengan

lama wawancara antara 30-40 menit pada setiap pertemuan. Apabila ada data

yang perlu ditambahkan atau dikonfirmasi, dilakukan member checking. Transkrip

hasil penelitian dibuat setelah selesai melakukan FGD dan wawancara mendalam.

FGD dan wawancara mendalam dilakukan sendiri oleh peneliti tanpa bantuan

orang lain.

3.6.3 Alat pengumpulan data

Informasi yang diperoleh dalam FGD dan wawancara mendalam direkam

menggunakan alat perekam merek sony, catatan lapangan, dan foto sebagai

dokumentasi.

3.7 Metode dan Teknik Analisis Data

3.7.1 Pengolahan data

Proses pengolahan data dimulai dengan pemrosesan dokumentasi. Hasil

FGD dan wawancara mendalam yang telah direkam dalam alat perekam serta

didengarkan berulang-ulang dan dipindahkan ke dalam bentuk verbatim yang

kemudian digabung dengan catatan lapangan. Hasil verbatim dibuat dalam bentuk

transkrip. Hasil transkrip dibaca berulang-ulang dan mendengarkan kembali hasil

rekaman secara berulang untuk memastikan keakuratannya. Data kemudian

Page 61: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

43

dipindahkan ke dalam file khusus di komputer dan dilakukan back up dengan

flash disc untuk menghindari kehilangan data. Data yang telah terkumpul

diberikan kode (coding). Coding dilakukan untuk memudahkan analisa data

terhadap kata kunci dari informan satu dengan informan lainnya. Hal ini

dilakukan untuk membeda-bedakan antara transkrip informan satu dengan

informan yang lainnya.

3.7.2 Analisis data

Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi

terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan

menulis catatan singkat sepanjang penelitian (Cresswell, 2010). Tahapan yang

dilakukan dimulai dengan tahap pertama yaitu melakukan pengumpulan data dan

membuat transkrip data dengan cara mendengarkan berulang-ulang hasil rekaman

yang kemudian menyusun hasil wawancara dalam bentuk verbatim.

Pada tahap kedua, peneliti membaca berulang-ulang kali transkrip data

yang ada sehingga peneliti dapat menemukan makna data yang signifikan dan

memberikan garis bawah pada pernyataan-pernyataan penting partisipan.Tahap

ketiga menentukan kategori atau tema. Tema merupakan proses yang rumit, disini

peneliti mengelompokkan data yang ada ke dalam suatu tema. Selanjutnya tema

yang sudah ada peneliti kelompokkan menjadi tema-tema yang potensial. Tahap

kelima menulis laporan. Dalam penulis laporan peneliti menulis setiap frase, kata

dan kalimat serta pengertian secara tepat sehingga dapat mendeskripsikan data

dan hasil analisa.

Page 62: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

44

3.8 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data disajikan dengan metode informal dan formal. Metode

penyajian informal adalah menyajikan hasil analisis dengan uraian atau kata-kata

biasa, sedangkan metode penyajian formal adalah perumusaan dengan tanda-tanda

dan lambang-lambang. Pelaksanaan kedua metode tersebut dibantu dengan teknik

yang merupakan perpaduan dari kedua metode tersebut, yaitu penggunaan kata-

kata dan tanda-tanda atau lambang. Penyajian hasil analisis juga mengikuti proses

induktif dan deduktif dengan tujuan pemaparannya tidak monoton.

3.9 Keabsahan Data

Dalam penelitian ini dilakukan pengecekan keabsahan data dengan teknik

triangulasi data. Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data

yang menggunakan sesuatu diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data tersebut. Terdapat empat macam teknik

triangulasi yaitu triangulasi sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian

ini menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan menanyakan kembali kepada

informan lain yaitu bidan puskesmas, bidan praktek swasta, PKB, mertua dan

suami.

3.10 Etika Penelitian

Sebelum penelitian dimulai, peneliti meminta ijin penelitian di Kesatuan

Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang Pol dan Linmas) Provinsi

Bali dan di Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat

(Kesbang Pol dan Linmas) Kota Denpasar. Karena peneliti melibatkan

Page 63: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

45

masyarakat, peneliti juga mengurus Ethical Clearance dari Komisi Etik FK

UNUD. Peneliti melakukan koordinasi dan mengurus surat rekomendasi dari

Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Denpasar dengan tembusan ke Puskesmas I

Denpasar Utara karena digunakan sebagai tempat penelitian.

Sebelum memulai FGD dan wawancara mendalam informan

menandatangani pernyataan kesediaan menjadi informan penelitian, setelah

dibacakan pernyataan penelitian oleh peneliti. Pada akhir FGD dan wawancara

mendalam informan diberikan bingkisan sebagai ucapan terimakasih dan

penghargaan karena telah ikut berpartisipasi dalam penelitian.

Page 64: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas I Denpasar Utara

Puskesmas I Denpasar Utara merupakan puskesmas rawat jalan dan

merupakan salah satu dari 11 puskesmas induk yang ada di Kota Denpasar.

Puskesmas ini terletak di Jalan Angsoka No. 17 Denpasar, Desa Dangin Puri

Kangin. Puskesmas I Denpasar Utara memiliki luas wilayah kerja sekitar 506

hektar. Jika dilihat secara geografis, puskesmas I Denpasar Utara ini memiliki

batas-batas wilayah kerja yaitu sebelah timur berbatasan dengan Puskesmas I

Denpasar Timur, sebelah utara berbatasan dengan Puskesmas III Denpasar Utara,

sebelah selatan berbatasan dengan Puskesmas I Denpasar Barat dan sebelah barat

berbatasan dengan Puskesmas III Denpasar Utara.

Puskesmas I Denpasar Utara mencakup tiga Desa yang terdiri dari Desa

Dangin Puri Kangin (Dangri Kangin), Desa Dangin Puri Kauh (Dangri Kauh), dan

Desa Dangin Puri Kaja (Dangri Kaja), serta satu kelurahan yaitu Kelurahan Tonja.

Masing-masing desa dan kelurahan tersebut dibagi lagi menjadi beberapa sub

wilayah (banjar), dengan jumlah banjar keseluruhan 31 banjar.

Jumlah tenaga kerja yang ada di Puskesmas I Denpasar Utara dengan

spesifikasi sebagai berikut: Dokter Umum empat orang, Dokter Gigi dua orang,

SKM tiga orang, Akper tiga orang, AKBID tiga orang, SPK tujuh orang, SPRG

dua orang, SPPH satu orang, SMF dua orang, pekarya kesehatan tiga orang,

SPPM (D1) satu orang, petugas jaga malam dua orang, Cleaning service dua

Page 65: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

47

orang, pengelola sampah medis satu orang, koordinator jumantik empat orang,

kader jumantik 29 orang, tenaga loket satu orang dan analis kesehatan satu orang.

Upaya kesehatan Puskesmas I Denpasar Utara dilakukan untuk mencapai

tujuan dari pembangunan kesehatan. Upaya-upaya kesehatan yang dilakukan oleh

puskesmas dibagi menjadi tiga yaitu upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan

pengembangan dan upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan wajib terdiri

dari upaya promosi kesehatan (Promkes), upaya kesehatan ibu dan anak

(KIA/KB), upaya kesehatan lingkungan (Kesling), upaya perbaikan gizi

masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P2M) serta

upaya pengobatan. Upaya kesehatan pengembangan merupakan upaya yang

dikembangkan dan dijalankan oleh puskesmas yang disesuaikan dengan

kemampuan dan situasi dan kondisi di puskesmas. Upaya pengembangan yang

dilakukan oleh Puskesmas I Denpasar Utara yaitu upaya kesehatan lanjut usia,

usaha kesehatan sekolah (UKS), Perawatan Kesehatan Masyarakat (Permenkes).

Upaya kesehatan penunjang merupakan upaya kesehatan tambahan yang

menunjang kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas I Denpasar Utara . Upaya ini

terdiri dari laboratorium, apotek dan farmasi (Dikes Kota Denpasar, 2012).

Jenis-jenis pelayanan kontrasepsi sebagai program penunjang dalam

pemberian pelayanan keluarga berencana yang dilayani oleh Puskesmas I

Denpasar Utara terdiri dari alat kontrasepsi suntikan, pil, IUD, implant serta

kondom. Sedangkan akseptor KB yang ingin mendapatkan pelayanan kontrasepsi

mantap baik untuk wanita (tubektomi) maupun kontrasepsi mantap pria

(vasektomi) dilakukan dengan merujuk ke Rumah Sakit atau BKKBN yang

Page 66: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

48

menyediakan pelayanan tersebut. Tenaga medis yaitu bidan yang ada di

Puskesmas I Denpasar Utara berjumlah empat orang dan seluruhnya telah

mendapatkan pelatihan baik IUD maupun Implant.

Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan

informan. Lokasi penelitian bagi informan FGD pengguna implant bertempat di

Balai Banjar Tainsiat Desa Dangin Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara sesuai

dengan kesepakatan dari peneliti dan informan, sedangkan lokasi penelitian bagi

informan FGD bukan pengguna implant dilakukan di Rumah Makan Ulam Segara

Jalan Drupadi I No. 2 Renon.

4.2 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu informan kunci

dan informan lain. Pengambilan data pada informan kunci dilakukan dengan FGD

dengan membagi menjadi dua kelompok yaitu FGD bagi pengguna implant

sebanyak 10 orang dan FGD bukan pengguna implant sebanyak 10 orang.

Wawancara mendalam dilakukan pada informan lain yaitu Bidan Puskesmas,

Bidan Praktek Swasta, PKB, mertua, dan suami. Karakteristik informan FGD

dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan dan alamat informan. Karakteristik

informan FGD dapat disajikan pada tabel di bawah ini.

Page 67: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

49

Tabel 4.1

Karakteristik Informan FGD Pengguna Implant

No Kode

Informan

Umur

(th)

Pendidikan Alamat Informan

1. 1 26 Diploma Jalan Banteng, Desa Dangri Kaja

2. 2 25 Diploma Jalan Turi, Desa Dangri Kaja

3. 3 33 SMA Jalan Ratna, Kelurahan Tonja

4. 4 35 SMK Jalan Nangka Utara, Kelurahan Tonja

5. 5 38 SD Jalan Anggrek, Desa Dangri Kangin

6. 7 45 SMA Jalan Angsoka, Desa Dangri Kangin

7. 8 40 SMP Jalan Kartini, Desa Dangri Kauh

8. 9 42 SD Jalan Wibisana, Desa Dangri Kauh

10. 10 44 SMP Jalan Sari Gading, Desa Dangri Kaja

Sumber: Hasil Administrasi Penelitian. FGD, 27 Maret 2014

Tabel 4.2

Karakteristik Informan FGD Bukan Pengguna Implant

No Kode

Informan

Umur (th) Pendidikan Alamat Informan

1. 1 30 SMA Jalan Nangka Utara, Kelurahan Tonja

2. 2 35 SMP Jalan Seroja, Kelurahan Tonja

3. 3 37 SMA Jalan Angsoka, Desa Dangri Kangin

4. 4 33 SMK Jalan Banteng, Desa Dangri Kaja

5. 5 40 SMP Jalan Turi, Desa Dangri Kaja

6. 7 26 SMA Jalan Yudistira, Desa Dangri Kaja

7. 8 45 SD Jalan Ratna, Kelurahan Tonja

8. 9 45 SD Jalan Wibisana, Desa Dangri Kauh

10. 10 43 SMP Jalan Kartini, Desa Dangri Kauh

Sumber: Hasil Administrasi Penelitian. FGD, 6 April 2014

Karakteristik informan wawancara mendalam dapat dilihat dari umur,

tingkat pendidikan, status informan dan alamat informan yang berjumlah 11

orang.

Page 68: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

50

Tabel 4.3

Karakteristik Informan Wawancara Mendalam

No. Kode

Informan Umur Pendidikan Status Informan Alamat Informan

1. 1 49 D IV Kebidanan Bidan Puskesmas Jalan Padma

2. 2 32 D III Kebidanan Bidan Puskesmas Jalan Nangka Selatan

3. 3 27 D III Kebidanan Bidan Praktek Swasta Jalan Nangka Selatan

4. 4 43 D IV Kebidanan Bidan Praktek Swasta Jalan Gatsu I

5. 5 47 D I Kebidanan Penyuluh KB (PKB) Jalan Drupadi, Renon

6. 6 60 SD Mertua Jalan Kartini

7. 7 62 SD Mertua Jalan Anggrek

8. 8 58 SMP Mertua Jalan Angsoka

9. 9 35 Sarjana Suami Jalan Turi

10. 10 40 SMA Suami Jalan Ratna

11. 11 44 SMK Suami Jalan Banteng

Sumber: Hasil Administrasi Penelitian. Wawancara Mendalam, Bulan April

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi

implant

Hasil FGD yang dilakukan pada istri pasangan usia subur pengguna

implant didapatkan hasil bahwa persepsi istri terhadap alat kontrasepsi implant

dari 10 orang informan, rata-rata menjawab bahwa memakai implant simpel dan

tidak ribet karena tidak kontrol berulang kali, dapat dipergunakan dalam jangka

waktu yang panjang, tidak sakit pada saat pemasangan karena sudah dibius, tidak

perlu dipasangkan alat lewat vagina seperti saat pemasangan IUD, serta adanya

isu bahwa alat kontrasepsi implant dapat membuat cantik dan tidak membuat

jerawat sehingga akseptor menjadi tertarik untuk menggunakan implant. Di bawah

ini diuraikan beberapa pernyataan informan terkait dengan pandangannya

mengenai alat kontrasepsi implant.

“Pakai implant simpel gak ribet, dipasang di lengan atas sebelah kiri,

gak perlu bolak-balik kontrol ke puskesmas”.

(FGD RFP 5. Br. T)

Page 69: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

51

“Pasang implant gak ribet kayak spiral, kan cuma dipasang di lengan

aja, gak perlu dipasangin alat lewat kemaluan jadi sakitnya lebih

sedikit, awalnya sebelum saya pakai implant ngerasa takut tapi setelah

masang ehh ternyata gak sakit kok kan lengannya sudah dibius jadi

sakitnya hilang, tapi klo pake spiral kan gak dibius jadi lebih sakit pas

pasangnya”.

(FGD RFP 7. Br. T)

“Saya denger implant bisa membuat cantik, gak buat jerawat dan

dipakai jangka waktu tiga tahun ”.

(FGD RFP 9. Br. T)

Hasil FGD pada istri pasangan usia subur bukan pengguna implant

mengenai persepsinya tentang alat kontrasepsi implant didapatkan hasil bahwa

dari 10 informan, tujuh orang menjawab tidak pernah mendengar tentang alat

kontrasepsi implant, tiga orang menjawab pernah mendengar implant dari

tetangga dan temannya. Pernyataan informan terkait dengan pandangannya

mengenai alat kontrasepsi implant dapat diuraikan seperti di bawah ini.

“Saya gak pernah dengar tentang KB implant/ susuk karena bidan tidak

pernah menginformasikan tentang KB implant, saya langsung datang ke

bidan untuk pasang spiral.”

(FGD RFB 3.ULM)

“Tidak pernah dengar tentang KB implant/ susuk, pasang KB di

puskesmas karena tidak nanya jadi saya tidak tau dan bidan di puskesmas

kalau mau suntik langsung disuntik tanpa ada pemberian informasi

tentang KB yang lain, mungkin bidannya sibuk.”

(FGD RFB 7.ULM)

“Pernah sih denger KB implant/susuk, saya liat tetangga saya ada yang

pake susuk di lengannya bagian atas, katanya sih waktu pasang gak sakit

tapi pas nyabutnya baru sakit, tapi saya belum pernah nyoba sih, soalnya

masih pake spiral”.

(FGD RFB 9.ULM)

”Pernah mendengar KB implant dari tetangga dan teman, susuk dan

implant merupakan alat kontrasepsi yang dipasang di lengan atas di

bawah kulit, saya dengar kalau pasang susuk ada satu batang, ada dua

batang, tapi saya tidak ada keinginan untuk pakai implant katanya

dioperasi dan dirobek sedikit jadi saya jadi takut.”

(FGD RFB 6.ULM)

Page 70: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

52

Pernyataan dua bidan puskesmas dan dua bidan praktek swasta (BPS)

yaitu didapatkan hasil dari wawancara mendalam terkait dengan informasi tentang

alat kontrasepsi implant yang diberikan di puskesmas dan di BPS bahwa bidan

mengatakan sudah memberikan informasi mengenai alat kontrasepsi implant pada

calon akseptor KB yang menginginkan alat kontrasepsi jangka panjang serta pada

semua ibu yang datang ke tempat prakteknya. Pernyataan bidan puskesmas yang

kedua mengatakan sudah menginformasikan tentang implant pada semua calon

akseptor KB. Uraian tentang pernyataan bidan puskesmas dapat dilihat pada

pernyataan di bawah ini.

“Saya menginformasikan tentang implant pada calon akseptor yang

menginginkan alat kontrasepsi jangka panjang karena anaknya sudah

banyak dan takut disteril.”

(Wawancara mendalam PR 1. P. DU I)

“Saya ngasi informasi tentang implant pada semua ibu yang periksa ke

tempat praktek saya dan ingin pasang KB”

(Wawancara mendalam. PR3. BPS)

Pernyataan mertua tentang perannya di dalam pengambilan keputusan

berKB yang digunakan anak serta menantunya dapat dilihat bahwa mertua

menyarankan untuk menggunakan KB, akan tetapi mengenai KB yang dipilih

diserahkan kepada anak dan menantunya. Berikut pernyataan yang diucapkan oleh

mertua.

“Tiang polih ngorahin pang nganggen KB manten, pang ten medue nak

alit malih, kene mangkin kewehne ngerereh jinah, masalahne ten wenten

napi, anggen makan manten aeng kewehne ngerereh, yen medue malih

pedalem.”

(Wawancara mendalam. RM 2)

Page 71: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

53

Hasil wawancara dengan suami terkait dengan perannya di dalam

pengambilan keputusan berKB menyatakan bahwa suami mendukung serta ikut

mengantarkan istrinya untuk memasang KB karena istri tidak bisa menggunakan

sepeda motor. Pernyataan suami dapat dilihat seperti di bawah ini.

“Kalau peran saya ya selalu mendukung istri kalau mau pakai KB jenis

apa saja, yang penting aman dan saya juga nganterin istri kalau mau

pasang KB, soalnya istri gak bisa naik motor.”

(Wawancara mendalam. RS 1 P)

4.3.2 Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi

implant

Hasil FGD yang dilakukan pada istri pasangan usia subur pengguna

implant mendapatkan hasil bahwa sikap istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant sangat penting untuk digunakan karena

efektif serta dapat digunakan jangka panjang untuk menunda kehamilan dan

menjaga jarak kehamilan, tidak sering kontrol, tidak mudah lupa serta mempunyai

tingkat kegagalan yang rendah, tidak membuat menstruasi, tidak menimbulkan

keputihan, mudah meraba implant karena dipasang dilengan sehingga lebih

mudah memeriksa dan memperkecil terjadinya ekspulsi/implant lepas.

Pernyataan informan terkait dengan sikap istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant dapat dilihat seperti di bawah ini.

“Implant sangat penting karena efektif, bisa digunakan lama dan bisa

mencegah kehamilan.”

“Saya ingin tetap pake implant kan gak bikin keputihan kayak waktu pake

spiral dan gak bikin datang bulan juga, jadi saya seneng ajak kan jadi

bisa terus mebanten”.

(FGD RFP 1. Br. T)

Page 72: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

54

“Sangat penting kalo susuk ini juga bisa lebih lama digunakan dan tidak

was-was untuk sering kontrol dan tidak lupa seperti pil kb”.

“Saya tetep pengen lanjut terus pake susuk soalnya gak perlu takut lepas

kan gampang ngerabanya karena dipasang di tangan, tapi harus inget

kalo tiga tahun harus udah diganti lagi pake implant yang baru.

(FGD RFP 3. Br. T)

Pernyataan informan pengguna implant tentang pengaruh orang lain dalam

pemilihan alat kontrasepsi implant dari 10 orang informan, ada dua orang yang

menyatakan bahwa terdapat orang lain yang mempengaruhi dalam pemilihan alat

kontrasepsi implant dan delapan orang menyatakan tidak ada yang mempengaruhi

dalam pemilihan alat kontrasepsi implant. Pernyataan dua orang yang menyatakan

ada yang mempengaruhi dapat dilihat sebagai berikut.

“Ada teman yang deket rumah yang nyuruh pakai implant saja, katanya

bisa pakai lama bertahun-tahun serta mendapat informasi dari bidan jadi

saya pakai implant.”

(FGD RFP 3.Br.T)

“Ada bidan yang di puskesmas yang menyarankan agar pakai implant dan

tetangga yang ngasi tau tentang implant karena dia juga pakai.”

(FGD RFP 6.Br.T)

Pernyataan dari delapan orang yang menyatakan tidak ada orang lain yang

mempengaruhi dalam pemilihan implant dapat dilihat seperti di bawah ini.

“Tidak ada yang mempengaruhi, cuma informasinya saya dapat dari

saudara dan bidan yang sudah pakai implant katanya bagus dan aman.”

(FGD RFP 1.Br.T)

“Tidak ada yang mempengaruhi, karena merupakan keinginan sendiri dan

sudah mendapat informasi yang jelas tentang implant dari teman yang

sudah pakai implant dan dari bidan praktek swasta.”

(FGD RFP 1.Br.T)

Hasil FGD pada istri pasangan usia subur bukan pengguna implant

mengenai sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi dapat

dilihat bahwa dari 10 informan bukan pengguna implant, satu orang ada yang

Page 73: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

55

mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi yang digunakan dan sembilan orang

tidak ada yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi yang digunakan.

Pernyataan satu orang informan yang menyatakan ada yang mempengaruhi

pemilihan alat kontrasepsi diuraikan sebagai berikut.

”Yang mempengaruhi pakai KB dari bidan, dibilang pakai spiral bagus

karena menstruasinya lancar, tapi saya takut karena proses

pemasangannya.”

(FGD RFB 6.ULM)

“Tidak ada orang lain yang mempengaruhi saya pakai KB, mertua tidak

menyarankan atau mempengaruhi, bidan hanya menginformasikan untuk

pakai, tapi apa yang mau dipakai terserah kita.”

(FGD RFB 4.ULM)

Pernyataan informan pengguna implant yang diperoleh dari hasil FGD

mengenai peran TV, media massa, serta internet serta isu-isu yang mempengaruhi

dalam pembentukan opini atau kepercayaan terhadap pemilihan alat kontrasepsi

implant diperoleh hasil bahwa seluruh informan pengguna implant menjawab

bahwa TV, media massa serta internet sangat berperan dan penting untuk

memperoleh informasi selain dari bidan. Berikut beberapa pernyataan yang

diuraikan oleh informan pengguna implant yang menjawab bahwa TV, media

massa serta internet berperan dan penting serta isu-isu terkait seputar implant yang

dapat mempengaruhi sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant seperti takut apabila kontrasepsi implant dipergunakan lebih

lama dari jangka waktu yang telah ditentukan maka alkonnya tertimbun jaringan

lemak sehingga sulit untuk dilepaskan serta isu bahwa apabila menggunakan alat

kontrasepsi implant tidak boleh sering mengangkat benda yang berat karena takut

alat kontrasepsinya lepas atau patah. Berikut pernyataan informan yang dapat

dilihat seperti dibawah ini.

Page 74: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

56

“Sangat berperan untuk memudahkan kita mengakses informasi tentang

KB, kalau isu-isu tentang implant yang pernah saya dengar seperti takut

kalau lama tidak dilepas bisa tertimbun dengan jaringan lemak.”

(FGD RFP 1. Br.T)

“Berperan untuk memperoleh informasi tambahan, selain dari

bidan.”“Isu-isu tentang implant yaitu kalau pakai implant harus sering

kontrol takutnya kalau sering bergerak ngangkat-ngangkat implant

bergeser, kalau terlalu lama pasang nanti tertutup lemak dan implantnya

patah jadi susah untuk membuka jadi sakit kalau dibuka.”

(FGD RFP 3. Br.T)

Hasil FGD dengan informan bukan pengguna implant mengenai peran TV,

media massa, serta internet serta isu-isu yang mempengaruhi dalam pembentukan

opini atau kepercayaan terhadap pemilihan alat kontrasepsi implant yang

mempengaruhi sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alkon implant

diperoleh hasil bahwa TV, media massa serta internet kurang berperan karena

jarang mengakses serta hanya beberapa jenis kontrasepsi saja yang pernah dilihat

di iklan TV dan tidak pernah mengakses media massa serta internet. Pernyataan

dari informan bukan pengguna implant dapat diuraikan sebagai berikut.

“Saya sibuk kerja jadi jarang nonton TV, koran, apalagi internet, kalau

isu-isu tentang kb juga saya tidak pernah dengar”.

(FGD RFB 1. ULM)

“Saya jarang datang ke posyandu, biasanya kan disana saya bisa ketemu

sama bidan jadi bisa konsultasi, tapi karena saya sekarang udah buka

usaha kecil-kecilan jadi gak sempat denger isu-isu tentang KB, nonton TV

juga kalau malam hari aja, baca koran gak pernah, internet juga gak bisa

pakai, jadi isu-isu tentang KB hampir gak pernah saya dengar”.

(FGD RFB 7. ULM)

Page 75: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

57

4.3.3 Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant

Hasil FGD pada istri pasangan usia subur pengguna implant dari 10

informan memberikan jawaban yang beragam seperti: mempunyai pengalaman

menstruasi tidak teratur, takut mengangkat beban berat, flek di wajah, gatal-gatal

dan bengkak sehabis pemasangan, nyaman dan praktis serta tidak ribet karena

tidak kontrol berulang-ulang. Pernyataan informan pengguna implant terkait

dengan pengalaman setelah penggunaan implant dapat diuraikan sebagai berikut.

“Pengalaman saya dapat seperti menstruasi agak tidak teratur, sempat

nanya ke bidan dibilang tidak apa-apa jadi lanjut saja, beberapa lama

setelah pemasangan tidak boleh mengangkat berat, takutnya kan basah

jadi kegeser, tapi selanjutnya boleh ngangkat yang berat.

(FGD.RFP 1. Br. T)

“Pengalaman saya ada gatal dan agak lebam saat pertama

pemasangan,muka flek, lama gak datang bulan, selain itu gak ada keluhan

lagi.

(FGD.RFP 2. Br. T)

“Keluhan tidak ada, cuma pakai implant itu bagi saya merasa nyaman dan

praktis untuk pemakaiannya karena tidak ribet, tidak isi kontrol berulang-

ulang.”

(FGD.RFP 9. Br. T)

Hasil FGD pada istri PUS bukan pengguna implant didapatkan hasil

bahwa dari 10 informan, yang pernah mendengar tentang KB implant hanya tiga

orang saja. Pengalaman yang diperoleh tentang alat kontrasepsi implant

didapatkan dari teman dan tetangga yang memberikan informasi saja. Contoh

pernyataannya dapat dikutip sebagai berikut.

“Pernah dengar tentang implant yaitu KB untuk mencegah kehamilan

yang dipasang sebelah kiri.”

(FGD RFB 4.ULM)

Page 76: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

58

“Pernah mendengar implant dari tetangga dan teman, implant merupakan

alat kontrasepsi yang dipasang di lengan atas di bawah kulit.

(FGD RFB 6.ULM)

“Baru-baru ini mendengar ada KB yang dipasang di lengan dari

tetangga, jarak pasang kbnya lebih panjang katanya.”

(FGD RFB 8.ULM)

4.3.4 Budaya pada istri pasangan usia subur dalam memutuskan

penggunaan alat kontrasepsi implant

Hasil FGD pada pengguna dan bukan pengguna implant menyatakan tidak

ada budaya yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant. Pernyataan

dari informan pengguna implant dapat dilihat seperti di bawah ini.

”Di tempat tinggal saya tidak ada budaya yang mempengaruhi

penggunaan KB implant.”

(FGD.RFP 2. Br. T)

Pernyataan dari informan bukan pengguna implant dapat dilihat sebagai

berikut.

“Tidak ada budaya, tradisi atau kepercayaan di masyarakat yang

mempengaruhi saya di dalam memilih dan memakai KB.”

(FGD RFB 1.ULM)

Pernyataan Bidan Puskesmas yang menyatakan ada budaya atau tradisi di

masyarakat yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant dapat

diuraikan seperti di bawah ini.

”Pernah dengar sih, katanya kalau di Jawa banyak yang pakai

implantkarena budaya atau tradisi disana yang tidak memperbolehkan

membuka aurat, jadi lebih memilih menggunakan implant daripada IUD.”

(Wawancara mendalam PR 2.P.DUI)

Page 77: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

59

Hasil wawancara dengan suami tentang budaya yang mempengaruhi

penggunaan alat kontrasepsi didapatkan bahwa ada budaya di Bali yang

mempengaruhi penggunaan KB yaitu Budaya tentang jumlah anak dan nilai anak.

Pernyataan suami dapat dilihat sebagai berikut.

“Bicara tentang Budaya sebenernya kan kalau di Bali KBnya itu sampai

anak yang ke4, tapi kalau program KB kan 2 anak cukup, jadi ya kasian

aja kalau nantinya Komang dan Ketutnya gak ada, tapi kalau sekarang

dipikir-pikir lagi, kayaknya gak sanggup kalau mesti punya anak banyak,

takut gak keurus nantinya, apalagi biaya sekolahnya mahal.”

(Wawancara mendalam RS 1 P)

4.3.5 Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat kontrasepsi

implant bagi istri pasangan usia subur

Hasil FGD yang dilakukan pada informan pengguna implant menyatakan

bahwa fasilitas dan sarana yang mendukung dalam pemilihan alat kontrasepsi

implant yaitu dari 10 informan, yang mendapat pelayanan KB di Puskesmas

sebanyak empat orang, di Klinik swasta sebanyak tiga orang dan di Bidan Praktek

Swasta sebanyak tiga orang. Alasan memilih tempat tersebut karena dekat dengan

rumah, sudah kenal dengan Bidan, sudah berlangganan dan karena biayanya

gratis. Informasi yang diberikan oleh informan dapat diuraikan seperti di bawah

ini.

“Saya pasang KB di bidan praktek swasta karena kebetulan sudah kenal

sama bidannya dan sudah sering kesana untuk periksa, jaraknya kurang

lebih satu km.”

(FGD.RFP 3. Br. T)

“Saya mendapat pelayanan KB di klinik swasta karena sudah

berlangganan disitu, jarak kurang lebih tiga km dari rumah, kesana

menggunakan sepeda motor dan diantar oleh suami.

(FGD.RFP 4. Br. T)

“Pasang implant di puskesmas karena dekat rumah, jaraknya kurang lebih

satu km dari rumah, dianter kesana sama suami dan biayanya gratis.”

(FGD.RFP 8. Br. T)

Page 78: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

60

Hasil wawancara mendalam dengan Bidan Puskesmas dan Bidan Praktek

Swasta didapatkan pernyataan seperti di bawah ini.

“Kalau KB implant memang akseptornya sedikit dibanding KB yang lain

padahal implantnya sendiri di gratiskan di puskesmas.

“Kalau tenaga bidan disini semua sudah dilatih pemasangan dan

pencabutan implant, kalau di puskesmas lain mungkin belum semua

dilatih, jadi kadang pasien yang mau pasang implant dikirim ke

Puskesmas.”

“Kadang juga ada yang dipasang implant pada saat ada Baksos,

semuanya gratis.”

“Implantnya dikasi BKKBN yang 2 batang.”

(Wawancara mendalam PR 1. P. DU I)

“KB implantnya gratis di Puskesmas, disini semua Bidan sudah dilatih

implant, selain di puskesmas juga ada pelayanan pemasangan KB gratis

di luar gedung”.

“Implantnya diberikan sama BKKBN.”

(Wawancara mendalam PR 2. P. DU I)

“Kalau pasang implant di praktek saya pastinya bayar karena kan swasta,

saya juga pakai implant yang 1 batang, saya gak pakai yang dari BKKBN

soalnya lebih sulit pasangnya, kalau yang 1 batang lebih gampang

pasangnya.”

“Kalau pelatihan implant saya sudah dapat, tapi kalau asisten saya

belum.”

(Wawancara mendalam PR 3. BPS)

“Saya tidak pernah memasang implant, karena belum dapat pelatihan,

kalau ada pasien yang mau pakai implant biasanya saya rujuk ke

Puskesmas.”

(Wawancara mendalam PR 4. BPS)

Pernyataan mertua tentang fasilitas dan sarana yang terkait dengan

penggunaan alat kontrasepsi implant pada istri (PUS) dapat diuraikan seperti di

bawah ini.

“Masang KB ring Dinas Kebersihan bu, drike mantun tiang nikaine

mepasang, nak polih gratis, ten naur napi.”

(Wawancara mendalam RM 3)

Page 79: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

61

4.4 Pembahasan

4.4.1 Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi

implant

Hasil penelitian mengenai persepsi istri PUS dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant bagi akseptor pengguna implant tergolong baik karena rata-

rata informan memiliki pandangan yang positif tentang KB implant baik dari segi

pemakaiannya yang simpel dan tidak ribet karena tidak memerlukan kontrol

berulang kali, dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang panjang, tidak sakit

pada saat pemasangan karena sudah dibius, tidak perlu dipasangkan alat lewat

vagina seperti saat pemasangan IUD, serta adanya isu bahwa alat kontrasepsi

implant dapat membuat cantik dan tidak membuat jerawat sehingga akseptor

menjadi tertarik untuk menggunakan implant. Hal ini sejalan dengan penelitian

kualitatif yang dilakukan oleh Oktarina (2013) yang meneliti tentang persepsi

suami dalam pemilihan alat kontrasepsi di Puskesmas Kuranji Padang,

menyatakan bahwa persepsi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi tergolong

baik. Studi kualitatif yang dilakukan oleh Nalwadda (2010) yang meneliti tentang

persepsi dan hambatan dari pengguna kontrasepsi menemukan hasil bahwa masih

adanya kendala dalam perubahan persepsi dan pergeseran perilaku terhadap

penggunaan kontrasepsi.

Persepsi istri pasangan usia subur bukan pengguna implant tergolong

kurang baik karena rata-rata informan tidak ingin menggunakan implant yang

diakibatkan oleh adanya isu bahwa dalam proses pemasangan implant diperlukan

tindakan operasi sehingga akan mengalami rasa sakit sehingga calon akseptor

Page 80: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

62

takut untuk memakai alkon implant hal ini diakibatkan oleh pengetahuan yang

kurang tentang implant sehingga dapat mempengaruhi persepsi mereka tentang

alat kontrasepsi implant.

Penelitian yang dilakukan oleh Maryatun (2009) juga menunjukkan bahwa

ada hubungan antara persepsi ibu tentang demand atau alasan menggunakan alat

kontrasepsi. Persepsi merupakan proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal

melalui panca inderanya. Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan

alat kontrasepsi implant merupakan suatu proses yang terjadi pada istri pasangan

usia subur untuk mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan alat kontrasepsi

yang digunakannya.

Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi

implant dilandasi dengan adanya teori dari Lawrence Green yang mencoba

menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau

masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yakni faktor perilaku serta faktor di

luar perilaku. Perilaku seseorang dapat ditimbulkan dengan adanya persepsi.

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam

merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Setiap manusia

memiliki perbedaan persepsi serta sudut pandang antara yang satu dengan yang

lainnya. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi positif dan ada

juga yang mempunyai persepsi yang tidak baik atau negatif yang mempengaruhi

perilaku serta tindakan seseorang.

Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi terjadi dalam diri seseorang,

namun persepsi juga dapat dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar serta

Page 81: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

63

pengetahuan seseorang. Pengetahuan yang kurang tentang implant juga sangat

mempengaruhi persepsi dari istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant. Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant merupakan suatu proses yang terjadi pada istri pasangan usia

subur untuk mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan alat kontrasepsi yang

digunakannya.

4.4.2 Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi

implant

Hasil penelitian mengenai sikap istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant tergolong baik yang terlihat dalam

pernyataan dari informan pengguna implant bahwa penggunaan implant sangat

penting karena efektif serta dapat digunakan jangka panjang untuk menunda

kehamilan dan menjaga jarak kehamilan, tidak sering kontrol, tidak mudah lupa

serta mempunyai tingkat kegagalan yang rendah sehingga dapat mempengaruhi

sikap istri pasangan usia subur untuk menggunakan alat kontrasepsi implant.

Sikap istri pasangan usia subur bukan pengguna implant kurang baik

karena pengetahuan informan tentang alat kontrasepsi implant sangat kurang hal

ini disebabkan oleh keterbatasan mereka untuk memperoleh informasi tentang alat

kontrasepsi implant. Peran TV, media massa serta internet dalam penggunaan

implant pada istri pasangan usia subur bagi informan pengguna implant sangat

berperan dan penting untuk memperoleh informasi selain dari bidan, sedangkan

bagi bukan pengguna implant menyatakan kurang berperan karena jarang

mengakses serta hanya beberapa jenis kontrasepsi saja yang pernah dilihat di iklan

TV dan tidak pernah mengakses media massa serta internet. Isu-isu terkait seputar

Page 82: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

64

implant yang dapat mempengaruhi sikap istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant dapat dilihat dari pernyataan informan

pengguna implant seperti takut apabila kontrasepsi implant dipergunakan lebih

lama dari jangka waktu yang telah ditentukan maka alkonnya tertimbun jaringan

lemak sehingga sulit untuk dilepaskan serta isu bahwa apabila menggunakan alat

kontrasepsi implant tidak boleh sering mengangkat benda yang berat karena takut

terjadi ekspulsi. Pendapat informan bukan pengguna implant dapat mempengaruhi

sikap istri pasangan usia subur bukan pengguna implant di dalam memutuskan

untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi implant.

Sejalan dengan studi kualitatif yang dilakukan oleh Oktaviani (2010), yang

meneliti tentang implementasi program KB di Kelurahan Lamper Tengah

Kecamatan Semarang menyatakan bahwa sikap dari para penerima program KB

dalam hal ini pria masih tergolong baik. Sikap merupakan suatu tindakan nyata

yang dipengaruhi oleh pengalaman serta mempunyai pengaruh secara dinamik

terhadap respon seseorang. Ekarini (2008), juga mendapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan antara variabel sikap dengan pelayanan KB. Faktor-faktor yang

mempengaruhi sikap yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang

dianggap penting, media massa serta faktor emosional.

Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant

mengacu pada teori dari Lawrence Green (1980), yang menyatakan bahwa

perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan

faktor diluar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga faktor

yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Sikap

merupakan faktor predisposisi yang diperoleh dari pengalaman pribadi, pengaruh

Page 83: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

65

orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga

agama, serta faktor emosional. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat

dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah apabila terdapat situasi atau

keadaan yang mempermudah sikap pada individu tertentu.

4.4.3 Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant

Hasil penelitian tentang pengalaman istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant didapatkan hasil bahwa pengalaman istri

pasangan usia subur sangat bervariasi seperti menstruasi tidak teratur, menstruasi

lebih lama atau tidak menstruasi, takut mengangkat beban yang berat karena takut

implant patah atau rusak, gatal-gatal dan bengkak sehabis pemasangan, nyaman

dan praktis serta tidak ribet karena tidak kontrol berulang-ulang.

Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami oleh seseorang

atau individu. Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori yang menerima

serta menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan

tempat tertentu dan mempunyai fungsi sebagai referensi otobiografi. Pengalaman

merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-

harinya. Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman

juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan serta menjadi pedoman

dalam pembelajaran manusia. Pengalaman istri PUS terhadap penggunakan alat

kontrasepsi yang dipilihnya merupakan sesuatu yang tidak terlupakan, karena

sebagian besar istri yang menggunakan alat kontrasepsi menginginkan hal yang

terbaik dan tanpa adanya efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi yang

mereka pakai.

Page 84: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

66

Hal ini sejalan dengan studi deskriptif yang dilakukan oleh Wahyu (2013),

menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan dasar sebanyak 19

orang (56%), pengetahuan kurang sebanyak 24 orang (70%) dan responden yang

mengalami pengalaman buruk sebanyak 20 orang (59%).

Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi

implant didukung oleh teori dari Albert Bandura tentang teori Social Learning

yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman, dan

evaluasi. Menurut Albert Bandura, orang belajar melalui pengalaman langsung

atau melalui pengamatan. Pengalaman istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant sangat penting untuk mengetahui penyebab

dari pengambilan keputusan di dalam pemilihan alat kontrasepsi yang mereka

pergunakan.

4.4.4 Budaya pada istri pasangan usia subur dalam memutuskan

penggunaan alat kontrasepsi implant

Hasil penelitian mengenai budaya tentang jumlah anak serta nilai anak

masih mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi implant. Proses

pengambilan keputusan didalam pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan

diserahkan sepenuhnya kepada istri. Faktor budaya dalam penelitian ini terkait

dengan budaya yang ada di lingkungan masyarakat Bali tentang penggunaan alat

kontrasepsi implant pada istri pasangan usia subur.

Budaya merupakan hasil karya manusia dalam usahanya mempertahankan

hidup, mengembangkan keturunan serta meningkatkan kesejahteraan mereka

Page 85: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

67

dengan segala keterbatasan jasmaninya serta sumber-sumber alam yang ada

disekitarnya.

Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan

kebenarannya oleh yang bersangkutan dan menyelimuti perasaan-perasaan serta

emosi seseorang sehingga dapat menjadi sumber bagi sistem penilaian individu

tentang hal yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu

yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena kebudayaan itu

diselimuti oleh nilai-nilai moral serta sumber dari nilai-nilai moral tersebut yaitu

pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dimiliki oleh setiap

manusia.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekarini (2008), menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara variabel sosial budaya terhadap KB. Faktor

budaya yang dibahas dalam penelitian ini diperkuat dengan adanya teori dari

Lawrence Green yang menyatakan bahwa budaya merupakan faktor eksternal

yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam hal ini istri pasangan usia subur

dalam pemilihan alat kontrasepsi yang dipakainya.

Faktor budaya diperkuat dengan adanya teori social learning atau teori

belajar sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura yang menekankan bahwa

lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang

tersebut. Albert Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata

refleks atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi

antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.

Page 86: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

68

4.4.5 Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat kontrasepsi

implant bagi istri pasangan usia subur

Hasil penelitian mengenai fasilitas dan sarana yang mendukung dalam

pemilihan alat kontrasepsi implant sangat mendukung yang dapat dilihat dari

tersedianya fasilitas serta sarana kesehatan yang menunjang dalam pelayanan KB,

selain itu dapat juga dilihat dari jawaban informan bahwa rata-rata informan

menjawab mendapat pelayanan KB di Puskesmas, di Klinik swasta dan di Bidan

Praktek Swasta yang menandakan bahwa sebagian besar sudah mengakses

fasilitas serta sarana kesehatan. Alasan memilih tempat tersebut juga telah

diuraikan yaitui karena dekat dengan rumah, sudah kenal dengan Bidan, sudah

berlangganan dan karena biaya gratis.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekarini (2008),

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara variabel akses layanan termasuk

fasilitas serta sarana terhadap KB. Fasilitas merupakan segala sesuatu yang

berkaitan dengan tempat yang dipakai untuk menyelenggarakan pelayanan yang

diberikan. Ketersediaan fasilitas kesehatan terkait dengan tempat yang digunakan

untuk memperoleh pelayanan kesehatan seperti: puskesmas, klinik swasta, bidan

praktek swasta, rumah sakit dan lain-lain. Sarana merupakan penunjang didalam

menyelenggarakan pelayanan.Ketersediaan sarana terkait dengan alat-alat serta

obat-obatan yang mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

Teori Lawrence Green menjadi dasar didalam menentukan faktor

ketersediaan fasilitas serta sarana sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi

perilaku seseorang. Teori ini menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

Page 87: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

69

perilaku seseorang untuk mengakses pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh

ketersediaan fasilitas serta sarana yang mendukung dalam pelayanan kesehatan,

dimana dalam hal ini dibahas tentang pelayanan KB implant pada istri pasangan

usia subur.

4.4.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant

Faktor-faktor yang mempengaruhi istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor persepsi istri

pasangan usia subur dalam penggunaan implant, faktor sikap istri pasangan usia

subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant, serta faktor pengalaman istri

pasangan usia subur tentang penggunaan alat kontrasepsi. Faktor eksternal terdiri

dari faktor budaya dalam penggunaan alat kontrasepsi implant serta faktor

ketersediaan fasilitas dan sarana dalam penggunaan alat kontrasepsi implant.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imroni (2009)

menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan implant

adalah sikap ibu mengenai implant dan peran suami mengenai implant, sedangkan

variabel tingkat pendidikan, pengetahuan tentang implant, dan pelayanan

konseling KB tidak berhubungan dengan penggunaan implant.

Page 88: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

70

4.4.6.1 Faktor Pendukung istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant

Faktor pendukung istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant yaitu telah tersedianya alat kontrasepsi implant baik dari

BKKBN yang didapatkan secara gratis maupun dari pihak swasta yang diperoleh

dengan membeli kontrasepsi implant seperti produk implanon yang berjumlah

satu batang. Fasilitas untuk mengakses pelayanan implant juga telah terjangkau

yaitu ada yang mendapat pelayanan di Puskesmas dengan alasan jarak maupun

biaya yang terjangkau, atau ada juga yang memilih di swasta seperti Bidan

Praktek Swasta karena menginginkan kualitas serta kenyamanan dari pelayanan.

Adanya dukungan suami di dalam penggunaan alat kontrasepsi khususnya implant

juga menjadi faktor yang mendukung istri untuk memilih alat kontrasepsi implant,

karena dengan adanya kerjasama serta saling percaya maka dalam keadaan ideal

akan dapat memilih metode kontrasepsi yang tepat dan yang terbaik. Kerjasama

disini dapat berupa kerjasama dalam pemakaian, pembiayaan serta

memperhatikan tanda bahaya setelah pemakaian kontrasepsi tersebut.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010), yang

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mendukung ibu dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant diperoleh bahwa faktor pengetahuan, pendidikan, dan

ekonomi mendukung penggunaan implant.

4.4.6.2 Faktor Penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan

alat kontrasepsi implant

Faktor penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan implant

adalah masih adanya faktor budaya di Bali seperti jumlah anak serta nilai anak

Page 89: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

71

yang mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi implant, tidak semua

tenaga kesehatan mendapatkan pelatihan tentang implant sehingga hanya yang

sudah terlatih saja dapat memberikan pelayanan KB implant, kurangnya promosi

serta sosialisasi tentang alat kontrasepsi implant di masyarakat sehingga

menimbulkan pengetahuan yang kurang serta pemahaman yang salah tentang

penggunaan alat kontrasepsi implant.

Sejalan dengan studi kualitatif yang dilakukan oleh Oktaviani (2010),

menyatakan bahwa faktor yang menghambat penggunaan KB yaitu implementasi

program KB dinyatakan kurang, jaringan komunikasi dalam mensosialisasikan

program KB kurang dan partisipasi masyarakat rendah.

4.5 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini meliputi subyektifitas yang ada pada

peneliti. Penelitian ini sangat tergantung pada interpretasi penelitian serta makna

yang tersirat di dalam melakukan FGD dan wawancara mendalam sehingga

kecenderungan untuk bias masih tetap ada. Untuk mengurangi bias maka

dilakukan proses triangulasi yaitu dengan menggunakan triangulasi sumber.

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cross check data dengan fakta dari

informan yang berbeda dan dari hasil penelitian lainnya.

Page 90: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

72

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

5.1.1 Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi

implant

1. Persepsi istri pasangan usia subur bagi pengguna implant tergolong baik

karena rata-rata informan memiliki pandangan yang positif tentang

implant.

2. Persepsi istri pasangan usia subur bukan pengguna implant tergolong

kurang baik karena rata-rata informan kurang mengetahui tentang alat

kontrasepsi implant yang mengakibatkan akseptor KB bukan pengguna

implant tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi implant.

5.1.2 Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi

implant

1. Sikap istri pasangan usia subur bagi pengguna implant tergolong baik yang

terlihat dalam pernyataan bahwa penggunaan implant sangat penting untuk

digunakan karena efektif serta dapat digunakan jangka panjang untuk

menunda kehamilan dan menjaga jarak kehamilan, tidak sering kontrol,

tidak mudah lupa serta mempunyai tingkat kegagalan yang rendah.

2. Sikap istri pasangan usia subur bukan pengguna implant kurang baik

karena keterbatasan mereka untuk memperoleh informasi tentang alat

kontrasepsi implant. Isu-isu terkait seputar implant juga mempengaruhi

Page 91: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

73

sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant

sehingga diperlukan penyampaian informasi yang benar dan akurat baik

dari tenaga kesehatan, TV, media massa maupun internet.

5.1.3 Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant

1. Pengalaman istri pasangan usia subur pengguna implant sangat bervariasi

seperti menstruasi tidak teratur dan lebih lama, tidak menstruasi, flek di

wajah, takut mengangkat beban yang berat karena takut implant patah atau

rusak, gatal-gatal dan bengkak sehabis pemasangan, nyaman dan praktis

serta tidak ribet karena tidak usah kontrol berulang-ulang.

2. Pengalaman istri pasangan usia subur bukan pengguna implant yaitu tidak

pernah mempunyai pengalaman dalam penggunaan implant karena

informasi yang diperoleh tentang alkon implant kurang sehingga

memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi lain.

5.1.4 Budaya pada istri pasangan usia subur dalam memutuskan

penggunaan alat kontrasepsi implant

Budaya pada istri pasangan usia subur masih mempengaruhi dalam

memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant. Hal ini dinyatakan dari

pernyataan suami yang mengatakan bahwa masih ada budaya tentang jumlah anak

serta nilai anak yang mempengaruhi dalam memutuskan penggunaan alat

kontrasepsi implant.

Page 92: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

74

5.1.5 Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat kontrasepsi

implant bagi istri pasangan usia subur

Fasilitas dan sarana baik bagi pengguna maupun bukan pengguna implant

sangat mendukung, yang dapat dilihat dari tersedianya fasilitas serta sarana

kesehatan yang menunjang dalam pelayanan KB.

5.1.6 Faktor Pendukung istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant

1. Tersedianya alat kontrasepsi implant dari BKKBN yang diberikan secara

gratis maupun dari pihak swasta yang didapatkan dengan membayar.

2. Terjangkaunya fasilitas untuk mengakses pelayanan implant.

3. Adanya dukungan suami dalam memilih penggunaan alat kontrasepsi

khususnya implant.

5.1.7 Faktor Penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat

kontrasepsi implant

1. Masih adanya faktor budaya di Bali seperti jumlah anak serta nilai anak

yang mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi implant.

2. Tidak semua tenaga kesehatan mendapatkan pelatihan tentang implant.

3. Kurangnya promosi serta sosialisasi tentang alat kontrasepsi implant di

masyarakat.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan

Perlu meningkatkan promosi serta sosialisasi tentang alat kontrasepsi

implant di masyarakat dengan melaksanakan penyuluhan tentang KB serta

Page 93: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

75

memberikan penjelasan tentang isu-isu kontroversial yang berkembang di

masyarakat terhadap efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian alat

kontrasepsi implant.

5.2.2 Bagi Dinas Kesehatan Dan BKKBN

1. Perlu ditingkatkannya pelaksanaan pelatihan-pelatihan tentang implant

untuk menambah kompetensi serta keterampilan dalam memberikan

pelayanan implant.

2. Perlu memberikan anggaran untuk pemberian reward atau tanda jasa bagi

tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan implant untuk memotivasi

dalam memberikan pelayanan khususnya KB implant.

3. Pemberian reward kepada calon akseptor implant agar mempunyai

keinginan untuk menggunakan implant sehingga cakupan KB implant

dapat ditingkatkan.

5.2.3 Bagi Masyarakat

Masyarakat sebaiknya selalu mencari serta mengakses informasi yang

benar dan akurat tentang hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan alat

kontrasepsi implant termasuk efek samping dari penggunaan implant kepada

tenaga kesehatan, TV, media massa maupun internet.

5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti tentang faktor-faktor lain yang

mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant dengan sampel yang lebih

besar agar hasil yang diperoleh dapat di generalisasi.

Page 94: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

76

DAFTAR PUSTAKA

Asih, Y. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Numed.

Azwar, S. 2009. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka

Pelajar.

Azzahy. 2010. Persepsi dan Motivasi. Jakarta: EGC.

Badan Pembangunan Nasional. 2010. Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJM) Tahun 2010-2014. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2010. Sumatera Utara Dalam Angka, Medan. Sumatera

Utara: BPS.

BKKBN. 2006. Kependudukan dan Pembangunan. Available at: http://

www.bkkbn.go.id / news detail. Php? nid 790. Sitasi 14 Desember 2013

BKKBN. 2008. Pembangunan Program Kesehatan Berencana Nasional Menuju

Indonesia Sehat 2010. BKKBN NAD

BKKBN. 2013. Laporan Umpan Balik Analisis dan Evaluasi Data Hasil Pelkon

dan Dallap Provinsi Bali

Cresswell, J. 2010. Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed

Methods Approaches. SAGE

Djam’an & Aan. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Ekarini, S. 2008. “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Partisipasi

Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali”

(Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro.

Emon, S. 2008. Perlukah Kontap Pria Digunakan Kembali? Available from:

http:// www. Posmetro Padang. Com. Sitasi 10 Desember 2014.

Gibson, J. L. 2003. Organisasi Perilaku, Struktur, Proses, Jilid I, Edisi VIII,

Andriani, N (Alih Bahasa). Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Gunarso, S. 1995. Psikologi Perawatan. Jakarta : BPK Gunung Mulia

Hartanto, H. 2008. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan.

Harymawan. 2007. Dukungan Suami dan Keluarga. Available from:

http://www.infowikipedia.com. Sitasi 4 Februari 2014.

Page 95: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

77

Hoggart, L. 2013. Understanding Long-Acting Reversible Contraception : An In-

Depth Investigation Into Sub-Dermal Contraceptive Implant Removal

Amongst Young Women in London. University of Greenwich

Hurlock. 1999. The Psychology of Dress: An Analysis of Fashion and Motive.

Chicago: Ayer Publishing.

Imroni, M. 2009. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Implant

Di Desa Parit Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir” (Tesis).

Semarang: Universitas Diponegoro.

Indira, L. 2009. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi

Yang Digunakan Pada Keluarga Miskin” (Tesis). Semarang: Universitas

Diponegoro.

Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Jakarta: Depdiknas.

Kurnia. 2012. “Tingkat Pengetahuan WUS Tentang KB Implant di Desa

Mantingan Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi” (Tesis). Surakarta:

Universitas Diponegoro.

Larang, A. 2012. “Hubungan Antara Persepsi Pasien Tentang Pelayanan Tenaga

Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien Di Puskesmas Kumelembuai

Kecamatan Kumelembuai Kabupaten Minahasa Selatan” (Tesis).

Semarang: Universitas Diponegoro.

Leimena. 1994. Panduan Bidan Tingkat Desa. Jakarta.

Maryatun. 2009. “Analisis Faktor-Faktor Pada Ibu Yang Berpengaruh Terhadap

Pemakaian Metode Kontrasepsi IUD Di Kabupaten Sukoharjo” (Tesis).

Semarang: Universitas Diponegoro.

Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Mendatu, A. 2007. Etnosentrisme. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Moleong. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya

Muchlas, M. 1997. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Program Pendidikan Pasca

Sarjana Magister Manajemen Rumah Sakit UGM

Nalwadda. 2010. Persistent high fertility in Uganda: young people recount

obstacles and enabling factors to use of contraceptives: BMC Public

Health.

Notoatmojo, S. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurazizah. 2004. Strategi Pemasaran FK Ekonomi. Universitas Jendral Sudirman.

Page 96: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

78

Nurfaidah. 2010. “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penggunaan Kb Suntik, IUD

Dan Implant Di Desa Fidy Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Weda

Kecamatan Weda Kabupaten Halmahera Tengah Propinsi Maluku Utara”

(Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro.

Oktarina, R. 2013. “Persepsi Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi Di

Puskesmas Kuranji Padang” (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro.

Oktaviani, A. 2010. “Implementasi Program Keluarga Berencana Di Kelurahan

Lamper Tengah Kecamatan Semarang Selatan” (Tesis). Semarang:

Universitas Diponegoro.

Purwanto, H. 1998. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta:

EGC.

Purwanto, S. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Raco. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulan.

Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Rahmah. 2013. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat

Kontrasepsi Implant Pada Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas

Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh” (Tesis). Semarang:

Universitas Diponegoro.

Rahmat. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: Shindunata

Robin, P. S. 2001. Perilaku Organisasi, Jilid I. Jakarta: PT. Prenhalindo

Saifuddin. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Saifuddin. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina

Pustaka

Saryono & Anggraeni. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Numed

Siagian. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia (cetakan 15). Jakarta: Bumi

Aksara

Simon, A. & Shcuster. 1998. Manajeman Sumber Daya Manusia Jilid 2, Alih

Bahasa Benyamin Molan. Jakarta: PT. Dadi Karyana Abadi.

Speziale & Carpenter. 2003. Qualitative research in nursing Advancing the

humanictic imperative. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Page 97: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

79

Sudrajat. 2007. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Numed.

Sugihartono. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Suparyanto. 2011. Konsep Dasar Keluarga Berencana. Available From: http://dr.

suparyanto.blogspot.com. Sitasi 15 Desember 2013

Susanti. 2010. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Ibu Terhadap

Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Di Puskesmas Ome Kota Tidore

Kepulauan” (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro.

Sutjipto. 2001. Konsep Dasar Minat. Yogyakarta: Numed.

Sutopo. 2006. “Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya Dalam

Penelitian” (Tesis). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Syah, M. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Toha, M. 2003. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:

Grafindo Persada.

Walgito, B. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andy.

WHO. 2005. Modul Safe Motherhood. Jakarta: Depkes RI.

Widayatun. 2009. Ilmu Prilaku. Jakarta: Sagung Seto.

Widhiyani. 2011. Efektivitas Implementasi Sistem Informasi Berbasis Teknologi.

Buletin Studi Ekonomi, volume 13. No. 2

Winardi. 2001. Motivasi dan Pemotivasian Manajemen. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada

Winkjosastro. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Wirosuhardjo, K. 2004. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Universitas Indonesia

Page 98: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

1

Lampiran 1

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN

No Kegiatan

Tahun 2014

Januari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan Judul

2 Survey Awal

3

Penyelesaian dan Bimbingan Proposal dari Bab I

s/d III

4 Sidang Proposal

5 Revisi Proposal

6 Pengurusan Ijin Penelitian

6 Penelitian

7 Penyelesaian dan Bimbingan Tesis

8 Sidang Hasil

9 Sidang Tesis

Page 99: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

72

Lampiran 2

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

A. Penelitian Proposal

1. Foto Copy Materi untuk literatur Rp. 200.000

2. Pembelian 1 buah flashdisk Rp. 80.000

3. Rental Komputer dan Print Rp. 300.000

4. Biaya Internet Rp. 100.000

5. Transportasi Rp. 200.000

6. Biaya Tak Terduga Rp. 200.000

B. Administrasi Penelitian

1. Biaya izin penelitian di lokasi Rp. 100.000

C. Pengumpulan dan Analisa Data

1. Biaya Penggandaan Pedoman FGD dan Pedoman

Wawancara Mendalam serta Lembar Persetujuan

Partisipan Rp. 200.000

2. Biaya Transportasi Rp. 200.000

3. Biaya kenang-kenangan untuk partisipan Rp. 2.000.000

D. Penyusunan Hasil Perbaikan

1. Pengetikan dan Print Perbaikan Laporan Rp. 300.000

2. Penggandaan dan Penjilidan Rp. 300.000

Jumlah Rp. 4.080.000

Page 100: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

73

Lampiran 3

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS UDAYANA

Pernyataan Kesediaan Menjadi Partisipan

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi partisipan pada penelitian yang

dilaksanakan oleh Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Udayana, yang bernama Dewa Ayu Nida Gustikawati, dengan judul Faktor

Pendukung Dan Penghambat Istri Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan Alat

Kontrasepsi Implant Di Puskesmas I Denpasar Utara. Saya mengetahui dan menyadari

bahwa informasi yang saya berikan ini bermanfaat bagi saya sendiri, masyarakat dan

peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Denpasar,…………..2014

Partisipan

___________________

Page 101: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

74

Lampiran 4

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA

SUBUR DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT

DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA

PANDUAN FOCUS GROUP DISSCUSION (FGD)

UNTUK ISTRI PASANGAN USIA SUBUR BUKAN PENGGUNA

IMPLANT

1. Nama Fasilitator :

2. Tanggal FGD :

3. Nama Informan :

NAMA UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN ALAMAT

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Page 102: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

75

A. Pendahuluan

1. Memperkenalkan diri. Saya adalah Dewa Ayu Nida Gustikawati,

mahasiswa Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Udayana.

2. Memberitahukan maksud dan tujuan diskusi. Tujuan saya mengumpulkan

ibu-ibu disini adalah untuk mendapatkan informasi tentang Faktor

Pendukung dan Penghambat Istri Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan

Alat Kontrasepsi Implant.

3. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. Identitas yang diberikan

responden pada hari ini akan sangat kami rahasiakan dan hanya untuk

konsumsi pendidikan. Mohon kiranya memberikan informasi secara

terbuka dan tidak ada yang ditutup-tutupi.

4. Mempersiapkan alat rekam. Minta ijin mempersiapkan alat perekam yang

dibantu oleh pendamping peneliti.

5. Setelah tercipta suasana kondusif maka FGD baru bisa dimulai.

B. Pertanyaan yang diajukan

1. Menurut Ibu, apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi (KB)?

Probing: sebutkan jenis-jenis alat kontrasepsi (KB)!

2. Alat kontrasepsi (KB) apa yang Ibu gunakan saat ini? Probing: berapa lama

menggunakan dan alasan menggunakannya!

3. Ceritakan pandangan Ibu tentang alat kontrasepsi (KB) implant/susuk?

4. Menurut pandangan Ibu, apakah ada orang lain yang mempengaruhi dalam

penggunaan alat kontrasepsi (KB) yang ibu pilih?

Probing: pengaruh mertua, Bidan, PKB, tokoh masyarakat.

5. Ceritakan tentang peran TV, media massa, serta internet dalam pembentukan

opini atau kepercayaan Ibu terhadap pemilihan alat kontrasepsi (KB) yang

ibu gunakan?

Probing: Jelaskan isu-isu yang pernah didengar dari TV, media massa, serta

internet!

Page 103: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

76

6. Ceritakan tentang budaya, tradisi atau kepercayaan di masyarakat yang

mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi (KB)?

7. Ceritakan tentang peran suami dalam pemilihan alat kontrasepsi (KB) yang

Ibu gunakan!

8. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung dalam pemilihan alat

kontrasepsi yang ibu pergunakan!

Probing: Dimanakah mendapatkan pelayanan kb, alasan memilih tempat

tersebut, berapa biaya yang dikeluarkan serta sumber dana!

Page 104: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

77

Lampiran 5

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA

SUBUR TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT

DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA

PANDUAN FOCUS GROUP DISSCUSION (FGD)

UNTUK ISTRI PASANGAN USIA SUBUR PENGGUNA

IMPLANT

1. Nama Fasilitator :

2. Tanggal FGD :

3. Nama Informan :

NAMA UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN ALAMAT

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Page 105: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

78

C. Pendahuluan

1. Memperkenalkan diri. Saya adalah Dewa Ayu Nida Gustikawati,

mahasiswa Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Udayana.

2. Memberitahukan maksud dan tujuan diskusi. Tujuan saya mengumpulkan

ibu-ibu disini adalah untuk mendapatkan informasi tentang Faktor

Pendukung dan Penghambat Istri Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan

Alat Kontrasepsi Implant.

3. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. Identitas yang diberikan

responden pada hari ini akan sangat kami rahasiakan dan hanya untuk

konsumsi pendidikan. Mohon kiranya memberikan informasi secara

terbuka dan tidak ada yang ditutup-tutupi.

4. Mempersiapkan alat rekam. Minta ijin mempersiapkan alat perekam yang

dibantu oleh pendamping peneliti.

5. Setelah tercipta suasana kondusif maka FGD baru bisa dimulai.

D. Pertanyaan yang diajukan

1. Menurut Ibu, apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi (KB)?

Probing: Sebutkan jenis-jenis alat kontrasepsi (KB)!

2. Alat kontrasepsi (KB) apa yang Ibu gunakan dan sudah berapa lama

menggunakan alat kontrasepsi (KB) tersebut?

3. Ceritakan pandangan Ibu tentang alat kontrasepsi (KB) implant/susuk?

Probing: Jelaskan keunggulan, kelemahan dan efek samping KB

implant/susuk!

4. Darimanakah ibu mendapatkan informasi mengenai alat kontrasepsi (KB)

implant/susuk?

5. Menurut pendapat Ibu, siapakah yang dapat menggunakan alat kontrasepsi

implant/susuk?

6. Ceritakan apakah alat kontrasepsi (KB) implant/susuk tersebut penting atau

tidak untuk digunakan?

Page 106: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

79

7. Ceritakan apakah ada orang lain yang mempengaruhi dalam memilih alat

kontrasepsi yang Ibu gunakan?

Probing: pengaruh mertua, Bidan, PKB, tokoh masyarakat!

8. Ceritakan tentang peran TV, media massa, serta internet dalam

pembentukan opini atau kepercayaan Ibu terhadap pemilihan alat

kontrasepsi (KB) implant/susuk?

Probing: Jelaskan isu-isu tentang implant yang pernah didengar dari TV,

media massa, serta internet!

9. Pengalaman apa yang Ibu dapatkan setelah menggunakan alat kontrasepsi

(KB) implant/susuk?

Probing: Apakah ada kendala atau keluhan setelah pemasangan KB

implant/susuk?

10. Setelah masa kerja alat kontrasepsi implant yang digunakan habis, apakah

Ibu ingin tetap menggunakan atau ingin berhenti?

Probing: Jelaskan pendapat Ibu!

11. Ceritakan tentang budaya, tradisi atau kepercayaan di masyarakat yang

mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi (KB) implant/susuk?

Probing: Jelaskan pendapat Ibu!

12. Ceritakan tentang peran suami dalam pemilihan alat kontrasepsi (KB)

yang Ibu gunakan!

13. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung dalam pemilihan

alat kontrasepsi implant/susuk!

Probing: Dimanakah mendapatkan pelayanan kb, alasan memilih tempat

tersebut, berapa biaya yang dikeluarkan serta sumber dana!

Page 107: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

80

Lampiran 6

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA

SUBUR DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT

DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA

WAWANCARA MENDALAM BIDAN PUSKESMAS

4. Nama Fasilitator :

5. Tanggal Wawancaran Mendalam :

6. Nama Partisipan :

7. Alamat Partisipan :

8. Telepon Partisipan :

E. Pendahuluan

5. Memperkenalkan diri. Saya adalah Dewa Ayu Nida Gustikawati,

mahasiswa Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Udayana.

6. Memberitahukan maksud dan tujuan diskusi. Tujuan kami adalah untuk

mendapatkan informasi tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Istri

Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant.

7. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. Identitas yang diberikan

responden pada hari ini akan sangat kami rahasiakan dan hanya untuk

konsumsi pendidikan. Mohon kiranya memberikan informasi secara

terbuka dan tidak ada yang ditutup-tutupi.

Page 108: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

81

8. Mempersiapkan alat rekam. Minta ijin mempersiapkan alat perekam yang

dibantu oleh pendamping peneliti.

9. Setelah tercipta suasana kondusif maka FGD baru bisa dimulai.

F. Pertanyaan yang diajukan

1. Ceritakan tentang alur pelayanan KB yang Ibu berikan di puskesmas!

2. Menurut Ibu, apakah informasi mengenai metode kontrasepsi jangka

panjang (MKJP) penting atau tidak untuk diinformasikan kepada akseptor

atau calon akseptor KB? Probing: Jelaskan pendapat Ibu!

3. Ceritakan tentang informasi KB implant yang Ibu berikan pada calon

akseptor KB! Probing: Siapakah yang Ibu berikan informasi tentang

implant?

4. Ceritakan tentang peran suami calon akseptor KB yang mendapat

pelayanan di Puskesmas!

5. Menurut pendapat Ibu, apakah budaya atau tradisi di masyarakat

mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant?

6. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung penggunaan KB

implant! Probing: berapa tenaga bidan yang sudah terlatih, ketersediaan

implant!

Page 109: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

82

WAWANCARA MENDALAM BIDAN PRAKTEK SWASTA

1. Ceritakan tentang alur pelayanan KB yang Ibu berikan di tempat praktek Ibu!

2. Menurut Ibu, apakah informasi mengenai metode kontrasepsi jangka panjang

(MKJP) penting atau tidak untuk diinformasikan kepada akseptor atau calon

akseptor KB? Probing: Jelaskan pendapat Ibu!

3. Ceritakan tentang informasi KB implant yang Ibu berikan pada calon akseptor

KB! Probing: Siapakah yang Ibu berikan informasi tentang implant?

4. Ceritakan tentang peran suami calon akseptor KB yang mendapat pelayanan di

tempat praktek Ibu!

5. Menurut pendapat Ibu, apakah budaya atau tradisi di masyarakat

mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant?

6. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung penggunaan KB

implant! Probing: berapa tenaga bidan yang sudah terlatih!

WAWANCARA MENDALAM UNTUK PENYULUH KB (PKB)

1. Ceritakan tentang kegiatan yang ibu lakukan di lapangan terkait dengan

pekerjaan ibu sebagai penyuluh KB!

2. Menurut pendapat ibu, apakah informasi mengenai alat kontrasepsi implant

penting atau tidak untuk diinformasikan kepada akseptor atau calon akseptor

KB? Probing: Jelaskan pendapat ibu!

3. Pernahkah ibu memberikan penyuluhan tentang alat kontrasepsi implant?

Probing: Apabila pernah, informasi apa saja yang ibu berikan?

Page 110: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

83

4. Siapa sajakah yang ibu berikan penyuluhan tentang implant? Probing:

Jelaskan pendapat Ibu!

5. Ceritakan tentang peran suami calon akseptor KB yang ibu berikan

penyuluhan!

6. Menurut pandangan ibu, apakah budaya atau tradisi di masyarakat

mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant? Probing: budaya seperti

apa?

7. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung dan menghambat

penggunaan KB implant?

WAWANCARA MENDALAM UNTUK MERTUA

1. Menurut Ibu, apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi (KB)? Probing:

Sebutkan jenis-jenis alat kontrasepsi (KB)!

2. Apakah ibu pernah menggunakan KB? Probing: Apabila pernah, KB apa

yang ibu pernah pakai dan berapa lama memakainya?

3. Ceritakan tentang peran Ibu didalam pemilihan alat kontrasepsi yang

dipergunakan oleh anak dan menantu ibu? Probing: Apakah ibu pernah

menyarankan untuk memakai salah satu jenis KB?

4. Apakah ibu pernah mendengar tentang KB implant/ susuk? Probing: Apabilah

pernah, jelaskan tentang KB implant!

5. Menurut pandangan Ibu, adakah unsur budaya, tradisi atau kepercayaan di

masyarakat yang mempengaruhi dalam memilih alat kontrasepsi (KB)

implant/susuk? Probing: Jelaskan pendapat Ibu!

Page 111: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

84

6. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung dalam pemilihan alat

kontrasepsi yang digunakan oleh anak dan menantu ibu! Probing: Dimanakah

mendapatkan pelayanan kb, alasan memilih tempat tersebut, berapa biaya

yang dikeluarkan serta sumber dana!

WAWANCARA MENDALAM UNTUK SUAMI

1. Menurut Bapak, apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi (KB)?

Probing: Sebutkan jenis-jenis alat kontrasepsi (KB)!

2. Alat kontrasepsi (KB) apa yang Bapak dan Istri pilih dan sudah berapa lama

menggunakan alat kontrasepsi (KB) tersebut?

3. Ceritakan pandangan Bapak tentang alat kontrasepsi (KB) implant/susuk?

Probing: Jelaskan keunggulan, kelemahan dan efek samping KB

implant/susuk!

4. Menurut pandangan Bapak, apakah alat kontrasepsi (KB) implant/susuk

tersebut penting atau tidak untuk digunakan?

5. Ceritakan apakah ada orang lain yang mempengaruhi dalam memilih alat

kontrasepsi yang Bapak dan Istri gunakan?

6. Bagaimanakah peran TV, media massa, serta internet dalam pembentukan

opini atau kepercayaan Bapak terhadap pemilihan alat kontrasepsi (KB)

implant/susuk? Probing: Jelaskan isu-isu tentang implant yang pernah

didengar dari TV, media massa, serta internet!

Page 112: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

85

7. Menurut pandangan Bapak, adakah unsur budaya, tradisi atau kepercayaan di

masyarakat yang mempengaruhi dalam memilih alat kontrasepsi (KB)

implant/susuk? Probing: Jelaskan pendapatnya!

8. Ceritakan tentang peran Bapak dalam pemilihan alat kontrasepsi (KB) yang

digunakan!

9. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung dalam pemilihan alat

kontrasepsi implant/susuk! Probing: Dimanakah mendapatkan pelayanan kb,

alasan memilih tempat tersebut, berapa biaya yang dikeluarkan serta sumber

dana!

Page 113: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

86

LAMPIRAN 7

Page 114: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

87

Page 115: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

88

LAMPIRAN 8

Page 116: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

89

LAMPIRAN 9

Page 117: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

90

Lampiran 10

DOKUMENTASI FGD ISTRI (PUS) PENGUNA IMPLANT

Papan Nama Balai Banjar Tainsiat Perkenelan dengan Peserta FGD

Pengguna Implant

Memberikan Penjelasan tentang Proses Pengambilan Data

Tata Cara Penelitian FGD pada Istri PUS Pengguna Implant

Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data

FGD pada Istri PUS Pengguna Implant FGD pada Istri PUS Pengguna Implant

Page 118: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

91

Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data

FGD pada Istri PUS Pengguna Implant FGD pada Istri PUS Pengguna Implant

Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data

FGD pada Istri PUS Pengguna Implant FGD pada Istri PUS Pengguna Implant

Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data

FGD pada Istri PUS Pengguna Implant FGD pada Istri PUS Pengguna Implant

Page 119: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

92

Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data

FGD pada Istri PUS Pengguna Implant FGD pada Istri PUS Pengguna Implant

Proses Pengambilan Data Foto Bersama setelah selesai

FGD pada Istri PUS Pengguna Implant Pengambilan Data FGD pada Istri

Pus Pengguna Implant

Foto Bersama setelah selesai

Pengambilan Data FGD pada Istri

Pus Pengguna Implant

Page 120: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

93

LAMPIRAN 11

DOKUMENTASI FGD ISTRI (PUS) BUKAN PENGGUNA IMPLANT

Papan Nama Rumah Makan Perkenelan dengan Peserta

Ulam Segara FGD pada Istri Pus bukan

Pengguna Implant

Memberikan Penjelasan tentang Proses Pengambilan Data

Tata Cara Penelitian FGD pada Istri PUS

bukan Pengguna Implant

Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data

FGD pada Istri PUS FGD pada Istri PUS

bukan Pengguna Implant bukan Pengguna Implant

Page 121: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

94

Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data

FGD pada Istri PUS FGD pada Istri PUS

bukan Pengguna Implant bukan Pengguna Implant

Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data

FGD pada Istri PUS FGD pada Istri PUS

bukan Pengguna Implant bukan Pengguna Implant

Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data

FGD pada Istri PUS FGD pada Istri PUS

bukan Pengguna Implant bukan Pengguna Implant

Page 122: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

95

Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data

FGD pada Istri PUS FGD pada Istri PUS

bukan Pengguna Implant bukan Pengguna Implant

Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data

FGD pada Istri PUS FGD pada Istri PUS

bukan Pengguna Implant bukan Pengguna Implant

Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data

FGD pada Istri PUS FGD pada Istri PUS

bukan Pengguna Implant bukan Pengguna Implant

Page 123: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

96

Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data

FGD pada Istri PUS FGD pada Istri PUS

bukan Pengguna Implant bukan Pengguna Implant

Foto Bersama setelah selesai

Pengambilan Data FGD pada Istri

Pus bukan Pengguna Implant

Page 124: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

97

Lampiran 12

DOKUMENTASI WAWANCARA MENDALAM

Wawancara mendalam dengan Wawancara mendalam dengan

Penyuluh KB Bidan Praktek Swasta

Wawancara mendalam dengan Wawancara mendalam dengan

Bidan Puskesmas Bidan Puskesmas

Wawancara mendalam dengan Wawancara mendalam dengan

Suami PUS Suami PUS

Page 125: faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam

98

Wawancara mendalam dengan Wawancara mendalam dengan

Suami PUS Mertua PUS

Wawancara mendalam dengan Wawancara mendalam dengan

Mertua PUS Mertua PUS