faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam
TRANSCRIPT
i
TESIS
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI
PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN
ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS I
DENPASAR UTARA
DEWA AYU NIDA GUSTIKAWATI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
ii
TESIS
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI
PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN
ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS I
DENPASAR UTARA
DEWA AYU NIDA GUSTIKAWATI
NIM 1292161004
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
iii
Tesis Ini Telah Diuji
Tanggal: 17 Juni 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No: 1755/UN14.4/HK/2014 Tanggal: 17 Juni 2014
Ketua : Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si
Anggota :
1. dr. Ni Luh Putu Lila Wulandari, MPH
2. Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M. Repro., PA (K)
3. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And
4. Dr. I Putu Ganda Wijaya, S.Sos.,MM
iv
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 17 JUNI 2014
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi dr. Ni Luh Putu Lila Wulandari, MPH
NIP. 195807041987032001 NIP. 197806272003012002
Mengetahui:
Ketua Program Studi Magister Direktur
Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana
Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Universitas Udayana,
Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp. S (K)
NIP. 194810101977021001 NIP. 194810101977021001
iv
v
SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT
NAMA : Dewa Ayu Nida Gustikawati
NIM : 1292161004
PROGRAM STUDI : Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
JUDUL TESIS : FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI
PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN
ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS I
DENPASAR UTARA
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di
kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sangsi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 17 Juni 2014
Yang Membuat Pernyataan,
Dewa Ayu Nida Gustikawati
NIM. 1292161004
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
atas asung wara nugraha-Nya tesis ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi sebagai
Pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan,
semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program pascasarjana
khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada dr. Ni Luh Putu Lila Wulandari, MPH sebagai Pembimbing II
dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran
kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. Ketut Suastika. Sp.PD., KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana. Ucapan
terimakasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas
Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program
Strata 2 Pascasarjana Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis juga
menyampaikan rasa terima kasih kepada Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH
selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat serta sebagai dosen PA.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof.
Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro., PA (K) selaku penguji I, Prof. Dr. dr Alex
Pangkahila, MSc., Sp. And selaku penguji II, serta Dr. I Putu Ganda Wijaya,
S.Sos., MM selaku penguji III yang telah memberikan masukan, saran,
sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru serta dosen yang telah
vii
membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Juga
penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu yang telah mengasuh dan
membesarkan penulis hingga seperti sekarang ini. Akhirnya penulis sampaikan
ucapan terima kasih kepada suami tercinta dr.I Ketut Wintara yang tidak henti-
hentinya memberikan dukungan mental dan material serta anak-anak tercinta
Gede Cakka Winanjaya Pratama dan Made Windasari Agistya Putri yang dengan
penuh pengorbanan telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk lebih
berkonsentrasi dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis
ucapkan kepada seluruh informan yang membantu terlaksananya proses penelitian
khusunya dalam pengambilan data penelitian. Terima kasih juga penulis ucapkan
kepada teman-teman yang telah memberikan dukungannya sehingga tesis ini
dapat terselesaikan.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan
dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.
Denpasar, 17 Juni 2014
Penulis
vii
viii
ABSTRAK
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA
SUBUR DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA
Program keluarga berencana merupakan suatu upaya untuk mengendalikan
laju pertumbuhan penduduk. Upaya yang dilakukan untuk mensukseskan program
KB yaitu dengan meningkatkan pemakaian kontrasepsi jangka panjang. Implant
merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang. Tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui lebih mendalam mengenai faktor pendukung dan
penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant.
Studi ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Pengumpulan data dengan teknik FGD serta In-depth interview.
FGD dilakukan pada informan kunci yaitu 10 istri pasangan usia subur pengguna
implant dan 10 istri pasangan usia subur bukan pengguna implant. Wawancara
mendalam dilakukan pada informan lain yaitu bidan puskesmas, bidan praktek
swasta, PKB, mertua serta suami.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendukung dalam penggunaan
alat kontrasepsi implant yaitu: tersedianya alat kontrasepsi implant, terjangkaunya
fasilitas untuk mengakses pelayanan implant, serta adanya dukungan suami.
Faktor penghambat dalam penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: masih
adanya faktor budaya di Bali seperti jumlah anak serta nilai anak yang
mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi implant, tidak semua tenaga
kesehatan mendapatkan pelatihan tentang implant, kurangnya promosi serta
sosialisasi tentang alat kontrasepsi implant di masyarakat.
Perlu meningkatkan promosi serta sosialisasi tentang alat kontrasepsi implant
di masyarakat, diadakan pelatihan-pelatihan tentang implant, pemberian reward
kepada calon akseptor implant serta tenaga kesehatan pemberi pelayanan,
masyarakat diharapkan selalu mengakses informasi yang benar dan akurat tentang
alat kontrasepsi implant.
Kata kunci: Implant, istri pasangan usia subur, faktor pendukung dan penghambat.
ix
ABSTRACT
ENABLING AND INHIBITING FACTORS OF THE FERTILE COUPLES
WIFE IN USAGE OF IMPLANT CONTRACEPTION IN WORK AREA
OF THE PUBLIC HEALTH CENTER 1 AT NORTH DENPASAR
Family planning is an attempt to control growth population. The efforts has
been conducted to success the family planning programs that was to improve the
long-term contraception usage. Implants is one of the long-term contraception
methods. This study aims to find out more in-depth about the supporting and
inhibiting factor of the fertile couple wive in usage of implants contraception.
The study was used qualitative design with phenomenological approach.
Data was collected through focus group discussions and in-depth interview
technique. FGDs was conducted at key informants that are 10 fertile couples
wives as user of implant and 10 fertile couples wives as non-user of implant. In-
depth interviews was conducted on other informants that are the midwife in the
public health centre, private midwives, PKB, in-laws and husband.
The results showed that the supporting factor in usage of implant that were:
availability of implants, accessibility of facilities to access the implant services,
and there is husband support. The inhibiting factors in usage of implants that
were: there was cultural factors such as number of children in Bali and value of
child that have affect on the children in usage of implants, do not all health
workers has get training on implant, lack of promotion and socialization on
implants in the public.
It should be need to improve promotion and socialization on implants in the
public, it should held training on implant, giving rewards for prospective implant
acceptors as well as health worker as service providers, the public should be
expected to always access the correct and accurate information about implants.
Keywords: Implant, fertile couples wife, enabling and inhibiting factors
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN .................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM .................................................................. ii
LEMBAR PANITIA PENGUJI TESIS ......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv
SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT .............................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 9
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 9
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................ 9
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................... 10
1.4 Manfaat .............................................................................. 10
1.4.1 Manfaat praktis ...................................................... 10
1.4.2 Manfaat teoritis ...................................................... 11
x
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,
MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka ................................................................... 12
2.1.1 Alat kontrasepsi ..................................................... 12
2.1.2 Alat kontrasepsi implant ........................................ 15
2.1.3 Pasangan usia subur ............................................... 19
2.1.4 Faktor pendukung dan penghambat istri pasangan
usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi
implant ................................................................... 20
2.1.5 Metode penelitian kualitatif ................................... 21
2.2 Konsep Penelitian .............................................................. 22
2.2.1 Konsep keluarga berencana ................................... 22
2.2.2 Konsep alat kontrasepsi implant ............................ 23
2.2.3 Konsep istri ............................................................ 23
2.2.4 Konsep pasangan usia subur .................................. 24
2.2.5 Konsep persepsi ..................................................... 25
2.2.6 Konsep sikap .......................................................... 27
2.2.7 Konsep pengalaman ............................................... 29
2.2.8 Konsep budaya ....................................................... 29
2.2.9 Konsep Fasilitas dan sarana ................................... 30
2.3 Landasan Teori .................................................................. 31
2.3.1 Teori Lawrence Green ........................................... 31
2.3.2 Teori Social Learning (Teori Belajar Sosial) ......... 32
2.3.3 Teori Kurt Lewin ................................................... 34
2.4 Model Penelitian ................................................................ 35
xi
xii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian ........................................................ 36
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................. 38
3.3 Populasi dan Sampel .......................................................... 38
3.4 Jenis dan Sumber Data ....................................................... 39
3.5 Instrumen Penelitian .......................................................... 40
3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ............................ 40
3.7 Metode dan Teknik Analisis Data ..................................... 42
3.8 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ........... 44
3.9 Keabsahan Data ................................................................. 44
3.10 Etika Penelitian .................................................................. 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Puskesmas I Denpasar Utara ................ 46
4.2 Karakteristik Informan ....................................................... 48
4.3 Hasil Penelitian .................................................................. 50
4.3.1 Persepsi istri pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi implant ..................... 50
4.3.2 Sikap istri pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi implant ..................... 53
4.3.3 Pengalaman istri pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi implant ..................... 57
4.3.4 Budaya pada istri pasangan usia subur dalam
memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant 58
4.3.5 Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk
penggunaan alat kontrasepsi implant bagi istri
pasangan usia subur ............................................... 59
xii
xiii
4.4 Pembahasan ........................................................................... 61
4.4.1 Persepsi istri pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi implant ....................... 61
4.4.2 Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan
alat kontrasepsi implant ........................................... 63
4.4.3 Pengalaman istri pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi implant ...................... 65
4.4.4 Budaya pada istri pasangan usia subur dalam
memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant .. 66
4.4.5 Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk
penggunaan alat kontrasepsi implant bagi istri
pasangan usia subur ................................................. 68
4.4.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi istri pasangan
usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi
implant ..................................................................... 69
4.4.6.1 Faktor Pendukung istri pasangan usia
subur dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant ................................. 70
4.4.6.2 Faktor Penghambat istri pasangan usia
subur dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant ................................. 70
4.5 Keterbatasan Penelitian ........................................................ 71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ............................................................................ 72
5.2 Saran ................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
xiv
DAFTAR TABEL
4.1 Karakteristik Informan FGD Pengguna Implant .................................. 49
4.2 Karakteristik Informan FGD Bukan Pengguna Implant ....................... 49
4.3 Karakteristik Informan Wawancara Mendalam.................................... 50
xv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Model Penelitian tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Istri
Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di
Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Utara ........................................ 35
xvi
DAFTAR SINGKATAN
Alkon = Alat Kontrasepsi
ASI = Air Susu Ibu
DTT = Desinfektan Tingkat Tinggi
FGD = Focus Group Discusion
IUD = Intra Uterine Deviceration
KB = Keluarga Berencana
KBBI = Kamus Besar Bahasa Indonesia
MOP = Metoda Operasi Pria
MOW = Metoda Operasi Wanita
PBB = Perserikatan Bangsa Bangsa
PKB = Penyuluh Keluarga Berencana
PR = Rekamanan Wawancara Mendalam pada Informan
PUS = Pasangan Usia Subur
RFP = Rekaman FGD Pengguna Implant
RFB = Rekaman FGD Bukan Pengguna Implant
TOMA = Tokoh Masyarakat
TV = Televisi
US = United States
WHO = World Health Organization
BKKBN = Balai Kesehatan Keluarga Berencana Nasional
AKDR = Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
SKM = Sarjana Kesehatan Masyarakat
AKPER = Akademi Keperawatan
xvii
AKBID = Akademi Kebidanan
SPK = Sekolah Perawat Kesehatan
SMF = Sekolah Menengah Farmasi
SPRG = Sekolah Perawat Gigi
KIA = Kesehatan Ibu dan Anak
Promkes = Promosi Kesehatan
Kesling = Kesehatan Lingkungan
UKS = Usaha Kesehatan Sekolah
P2M = Pemberantasan Penyakit Menular
Permenkes = Peraturan Menteri Kesehatan
xvii
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan
Lampiran 2 Rencana Anggaran Biaya
Lampiran 3 Informed Consent
Lampiran 4 Pedoman FGD Untuk Istri Pasangan Usia Subur Bukan Pengguna
Implant
Lampiran 5 Pedoman FGD Untuk Istri Pasangan Usia Subur Pengguna Implant
Lampiran 6 Pedoman wawancara mendalam untuk petugas kesehatan medis
(dokter, bidan) dan petugas kesehatan non medis (PKB).
Lampiran 7 Keterangan Kelaikan Etik
Lampiran 8 Rekomendasi Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Lampiran 9 Ijin Rekomendasi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Lampiran 10 Dokumentasi FGD Istri Pasangan Usia Subur Pengguna Implant
Lampiran 11 Dokumentasi FGD Istri Pasangan Usia Subur Bukan Pengguna
Implant
Lampiran 12 Dokumentasi Wawancara Mendalam
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laju pertumbuhan penduduk yang pesat menjadi masalah utama yang
sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini, apabila tidak dikendalikan maka
akan terjadi ledakan penduduk yang cukup tinggi pada beberapa tahun mendatang.
Ledakan penduduk tersebut tentu dapat menimbulkan ancaman seperti kemiskinan
serta kelaparan.
Pemerintah Indonesia telah membuat suatu kebijakan untuk menekan
angka pertumbuhan penduduk yaitu melalui program Keluarga Berencana (KB).
Program yang diluncurkan pada masa orde baru terbilang sukses, karena telah
terbukti memberikan penghargaan kepada Presiden Soeharto di bidang
kependudukan yang diberikan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada tahun
1988. Akan tetapi setelah berakhirnya pemerintahan Presiden Soeharto, program
keluarga berencana seolah-olah ikut menghilang yang dapat dilihat dari jarangnya
sosialisasi atau penyuluhan serta iklan masyarakat tentang keluarga berencana
(BKKBN, 2013).
Pada masa pemerintahan Presiden Megawati melalaui Kepres RI No
103/2001 Tanggal 13 September 2001, pemerintah ketika itu mempertahankan
keberadaan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai
penunjang keberhasilan pembangunan daerah. Peraturan tersebut belum
sepenuhnya dijalankan oleh pemerintah daerah, keluarga berencana sebagai salah
2
satu program BKKBN tidak dijadikan program utama setiap pemerintah daerah
dan kalah bersaing dengan program pemenuhan pemasukan daerah, slogan-slogan
tentang KB kalah semarak dengan slogan pilkada. Tidak adanya perhatian dari
pemerintah yang menjadi salah satu penyebab kesadaran masyarakat untuk
mengikuti program KB menjadi berkurang. Penyebab lain yang menjadi latar
belakang masyarakat tidak mengikuti KB yaitu adanya kondisi traumatis di
beberapa masyarakat. Penyebab berikutnya adalah masih berlakunya anggapan
yang mengatakan bahwa banyak anak banyak rezeki. Apabila laju pertumbuhan
penduduk tidak dikendalikan maka akan terjadi baby booming di Indonesia. Oleh
karena itu, sosialisasi tentang manfaat KB menjadi program utama pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah, hal tersebut dilakukan agar menumbuhkan
kesadaran masyarakat untuk mengikuti program KB (Hartanto, 2008).
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dapat dikendalikan dengan
mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu
melalui program keluarga berencana untuk mengendalikan fertilitas. Keluarga
berencana merupakan suatu program untuk meningkatkan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pengaturan jumlah kelahiran, pembinaan kesejahteraan
keluarga dalam upaya untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Program keluarga berencana mempunyai tujuan untuk mengendalikan angka
kelahiran sehingga dapat meningkatkan kualitas penduduk.
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sangat bervariasi dari tahun 2002
sampai tahun 2003 pertumbuhan penduduk sebesar 2,72%, pada tahun 2003
sampai tahun 2004 sebesar 1,69%, serta pada tahun 2005 mengalami penurunan
3
sebesar 1,34%. Laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2006 mengalami
kenaikan yaitu sebesar 5,30% dan tahun 2009 menjadi 2,4%. Pada tahun 2010
jumlah penduduk Indonesia mencapai 231,4 juta jiwa sehingga dengan kata lain
jumlah penduduk Indonesia mengalami kenaikan antara 230-240 jiwa (BPS, 2010)
Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk memberikan
jarak kelahiran anak serta mengurangi jumlah kehamilan dengan menggunakan
metode kontrasepsi baik yang sederhana maupun kontrasepsi mantap. Adapun
tujuan program keluarga berencana adalah: (1) mencegah kehamilan dan
persalinan yang tidak diinginkan; (2) mengurangi insiden kehamilan berisiko
tinggi, kesakitan serta kematian; (3) membuat pelayanan yang bermutu,
terjangkau, diterima serta komunikasi informasi, edukasi konseling; (4)
meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab keluarga pasangan usia subur dalam
praktek keluarga berencana; dan (5) memberikan informasi pada masyarakat
tentang umur yang terbaik untuk kehamilan yang pertama serta kehamilan yang
terakhir yaitu dengan rentan umur 20 sampai 35 tahun (Hartanto, 2008).
Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di Indonesia perlu ditingkatkan
untuk mencegah terjadinya ledakan penduduk yang merupakan salah satu
permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, selain isu pemanasan global,
krisis ekonomi, masalah pangan serta menurunnya tingkat kesehatan penduduk.
Kekhawatiran akan terjadinya ledakan penduduk pada tahun 2015 mendorong
Pemerintah Indonesia menyusun beberapa kebijakan penting karena penduduk
yang besar tanpa disertai kualitas yang memadai akan menjadi beban
4
pembangunan serta menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan Nasional (Emon, 2008).
Target program keluarga berencana yaitu terkendalinya laju pertumbuhan
penduduk serta meningkatnya keluarga kecil yang berkualitas. Untuk mencapai
sasaran tersebut maka disusun beberapa langkah yaitu meningkatkan pemakaian
KB yang lebih efektif dan efisien dalam jangka panjang. Implant merupakan salah
satu metode kontrasepsi jangka panjang yang mempunyai nilai kegagalan <1/100
perempuan setiap tahun sehingga angka kegagalan implant dapat dikatakan lebih
sedikit dibandingkan KB pil, spiral dan cara alamiah (BKKBN, 2008).
Peserta KB baru secara nasional sampai dengan bulan Maret 2012
sebanyak 220.510 peserta. Apabila dilihat pertahun pada pemakaian kontrasepsi
maka dapat dilihat bahwa jumlah peserta IUD sebanyak 137.067 peserta (6,78%),
MOW berjumlah 32.503 (1,61%), MOP sebesar 5.382 (0,27%), kondom sebanyak
125.512 (6,21%), implant sebesar 164.872 (8,16%), suntikan berjumlah 1.008.577
(49,92%), dan 546.597 (27,05%) peserta pil. Mayoritas akseptor KB baru bulan
Maret 2012, paling banyak digunakan oleh peserta KB yang menggunakan
nonmetode kontrasepsi jangka panjang (non MKJP) yaitu 83,18%. Sedangkan
peserta KB baru yang menggunakan metode jangka panjang seperti IUD, MOW,
MOP, dan implant hanya 16,82% (BKKBN, 2013).
Hasil laporan umpan balik BKKBN sampai bulan agustus 2013,
pencapaian peserta KB Baru KPS dan KS I di provinsi Bali sebanyak 13.291
peserta yang terdiri dari 3.769 peserta IUD (28,36%), 1.093 akseptor MOW
(8,22%), 90 peserta MOP (0,68%), 1.398 (10,52%) memakai kondom, 1.119
5
(8,42%) menggunakan implant, 4.632 (34,85%) suntikan dan 1.190 (8,95%) pil.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa keikutsertaan pasangan usia subur
terhadap penggunaan KB implant tergolong rendah apabila dibandingkan dengan
kepesertaan KB suntikan dan IUD. Hasil pelayanan akseptor KB baru menurut
tempat pelayanan sampai dengan bulan agustus 2013 sebesar 45.011 orang dengan
rincian sebagai berikut: sebanyak 16.670 peserta atau 37,97% dilayani oleh Klinik
KB Pemerintah, 3.588 (7,98%) peserta dilayani oleh Klinik KB Swasta, 1.715
(3,81%) peserta dilayani oleh Dokter Praktek Swasta, dan 23.038 (51,18%)
dilayani oleh Bidan Praktek Swasta (BKKBN, 2013).
Implant adalah alat kontrasepsi yang digunakan pasangan usia subur serta
dipasang dibawah kulit lengan atas bagian dalam dari lipatan siku. Keuntungan
dari penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: efektivitas tinggi, perlindungan
jangka panjang, pengembalian kesuburan yang cepat setelah pencabutan, dapat
dicabut sesuai kebutuhan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari
pengaruh hormon estrogen, tidak mengganggu kegiatan senggama serta tidak
mengganggu produksi ASI. Kerugian dari penggunaan alat kontrasepsi implant
yaitu akseptor perlu kembali ke klinik atau puskesmas apabila ada keluhan,
apabila ingin berhenti menggunakan implant, mempengaruhi haid serta tidak
dapat melindungi diri dari IMS/HIV seperti kontrasepsi kondom (Saiffudin, 2003).
Apabila dibandingkan dengan alat kontrasepsi lain, kontrasepsi implant
merupakan alat kontrasepsi yang sama-sama mempunyai efektivitas jangka
panjang seperti IUD atau spiral. Dapat dilihat bahwa implant merupakan alat
kontrasepsi yang lebih efektif serta lebih mudah dalam proses pemasangannya.
6
Namun belakangan ini alat kontrasepsi IUD mempunyai kelemahan yaitu dapat
terjadi perubahan lokasi dan translokasi atau keluar dari rahim sehingga masih
menimbulkan terjadinya kehamilan. Implant mempunyai tingkat kegagalan yang
lebih sedikit dibandingkan IUD. Apabila dipasang dengan benar, metode
kontrasepsi implant memiliki efektivitas sampai 99% dengan tingkat kegagalan
hanya 0,05 dari 100 wanita yang memakainya (BKKBN, 2013).
Berdasarkan uraian keuntungan serta kerugian dari penggunaan KB
implant maka dapat dilihat bahwa keuntungan penggunaan KB implant lebih besar
dibandingkan dengan kelemahan akibat dari penggunaan KB implant, sehingga
dapat dikatakan bahwa penggunaan KB implant sangat penting dalam mendukung
program KB.
Puskesmas I Denpasar Utara mempunyai tiga Desa dan satu kelurahan
yang terdiri dari Desa Dangin Puri Kangin, Desa Dangin Puri Kauh, Desa Dangin
Puri Kaja serta Kelurahan Tonja. Data laporan keluarga berencana di Puskesmas I
Denpasar Utara sampai dengan bulan Desember 2013 menunjukkan bahwa jumlah
pasangan usia subur di Kelurahan Tonja berjumlah 2.784 penduduk, Desa Dangin
Puri Kangin 2.015 penduduk, Desa Dangin Puri Kauh 3.115 penduduk dan Desa
Dangin Puri Kaja 2.965 penduduk. Jumlah pasangan usia subur secara
keseluruhan pada empat Desa di Puskesmas I Denpasar Utara yaitu 10. 878
penduduk. Data jumlah pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi
implant di Puskesmas I Denpasar Utara sampai bulan Desember 2013 di
Kelurahan Tonja berjumlah 37 orang, Desa Dangin Puri Kangin 42 orang, Desa
Dangin Puri Kauh 18 orang dan Desa Dangin Puri Kaja 55 orang. Apabila dilihat
7
dari kepesertaan pasangan usia subur di dalam penggunaan alat kontrasepsi maka
dapat dilihat bahwa penggunaan alat kontrasepsi implant pada PUS di Puskesmas
tersebut masih tergolong rendah, apabila dibandingkan dengan penggunaan IUD,
suntikan, pil serta kondom.
Hasil survei awal dengan metode wawancara yang dilakukan di
Puskesmas I Denpasar Utara tanggal 07 Februari 2014 dengan 10 responden
tentang alasan responden tidak menggunakan KB implant didapatkan bahwa
empat peserta mengatakan takut menggunakan KB implant, tiga peserta
mengatakan karena alasan pekerjaan, dua peserta mengatakan karena efek
samping dari KB implant dan satu orang peserta mengatakan karena ditinggal
suami bekerja ke luar negeri.
Hasil penelitian Kurnia (2012), menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
wanita usia subur tentang KB implant yang berpengetahuan baik 22 responden
(14%), berpengetahuan cukup 111 responden (70,7%), berpengetahuan kurang 24
responden (15,3%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan wanita usia subur
tentang KB implant adalah cukup yaitu sebesar 111 responden (77,7%).
Hasil penelitian Rahmah (2013), menunjukkan bahwa ada hubungan antara
pendidikan dengan metode kontrasepsi implant, ada hubungan antara pendapatan
dengan metode kontrasepsi implant serta ada hubungan antara pengetahuan
dengan metode kontrasepsi implant. Penggunaan implant sebagai salah satu
metode kontrasepsi jangka panjang di Indonesia masih rendah yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor yaitu faktor pengetahuan, pendidikan, pendapatan, pekerjaan,
takut efek samping, serta ditinggal suami bekerja ke luar negeri.
8
Beberapa alasan yang membuat penulis ingin meneliti tentang faktor
pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara yaitu karena penelitian-
penelitian tentang penggunaan alat kontrasepsi implant seperti yang dibahas di
atas merupakan penelitian yang dilakukan di daerah lain dan tidak pernah
dilakukan penelitian serupa di Denpasar, selain itu dapat dilihat bahwa penelitian
di atas merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui besaran
dan hubungan antar variabel serta sangat sedikit yang meneliti secara mendalam
mengenai faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi implant. Penelitian-penelitian di atas dilakukan pada
remaja dan pada budaya serta lingkungan yang berbeda serta belum pernah
dilakukan penelitian tentang faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia
subur dalam penggunaan implant pada budaya Bali serta belum pernah dilakukan
penelitian tentang alat kontrasepsi implant pada PUS.
Pemahaman tentang mengapa pasangan usia subur memilih serta tidak
memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi implant sangat penting untuk
menentukan perencanaan pengembangan program KB di Bali terutama di
Denpasar, oleh karena itu penelitian tentang faktor pendukung dan penghambat
istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant dipandang
sangat penting untuk diteliti.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Faktor Pendukung dan Penghambat Istri Pasangan Usia Subur
9
Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Puskesmas I Denpasar Utara
Tahun 2014”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimanakah persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014?
2. Bagaimanakah sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014?
3. Bagaimanakah pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan
alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014?
4. Bagaimanakah pengaruh budaya istri pasangan usia subur dalam
memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I
Denpasar Utara Tahun 2014?
5. Bagaimanakah ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat
kontrasepsi implant bagi istri pasangan usia subur di Puskesmas I
Denpasar Utara Tahun 2014?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai faktor pendukung dan
penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant
di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014.
10
1.3.2 Tujuan khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
1. Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi
implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014.
2. Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant
di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014.
3. Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi
implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014.
4. Budaya yang mempengaruhi istri pasangan usia subur dalam memutuskan
penggunaan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara
Tahun 2014.
5. Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat kontrasepsi
implant bagi istri pasangan usia subur di Puskesmas I Denpasar Utara
Tahun 2014.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan kepada istri
pasangan usia subur di dalam memilih alat kontrasepsi yang tepat serta sebagai
masukan bagi pemegang program keluarga berencana di Puskesmas I Denpasar
Utara dan BKKBN di dalam pengembangan program keluarga berencana.
11
1.4.2 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi tambahan referensi dan
informasi bagi penelitian selanjutnya serta sebagai acuan untuk melakukan studi
kuantitatif agar hasil penelitian ini dapat digeneralisasi.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN
MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Alat kontrasepsi
Kontrasepsi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencengah
terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara dan dapat juga
bersifat permanen. Kontrasepsi permanen pada wanita dinamakan tubektomi serta
pada pria dinamakan vasektomi (Winkjosostro, 2008). Sedangkan menurut
BKKBN (2008), menjelaskan bahwa kontrasepsi merupakan usaha untuk
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat dari pertemuan
antara sel telur matang dengan sel sperma.
Dalam melaksanakan upaya pencegahan kehamilan terdapat beberapa
metode kontrasepsi yaitu metode kontrasepsi sederhana, metode kontrasepsi aktif,
dan metode kontrasepsi mantap. Metode kontrasepsi sederhana dapat dibagi lagi
menjadi metode sederhana tanpa alat atau obat (senggama terputus, pantang
berkala), metode sederhana dengan obat atau alat (kondom, diafragma atau cap),
dan metode sederhana dengan spermisida (aerosol, tablet vagina, suppositoria atau
dissolvable film, dan krim). Metode kontrasepsi efektif seperti pil KB, AKDR,
suntik KB dan implant. Sedangkan metode kontrasepsi mantap terdiri dari metode
kontrasepsi mantap wanita (tubektomi) dan metode kontrasepsi mantap pria
(vasektomi) (Saifuddin, 2003).
13
Alat kontrasepsi yang terbanyak digunakan di Bali adalah alat kontrasepsi
suntikan dan pil, sedangkan alat kontrasepsi IUD, implant, MOW dan MOP masih
sedikit digunakan di Bali. Penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang (IUD,
implant) masih rendah di Bali, akan tetapi akseptor KB IUD lebih banyak
dibandingkan dengan akseptor KB implant. Walaupun alat kontrasepsi IUD dan
implant merupakan metode kontrasepsi jangka panjang, akan tetapi penggunaan
IUD dan implant tidak seimbang, dilihat dari penggunaan alat kontrasepsi IUD
lebih banyak daripada penggunaan alat kontrasepsi implant (BKKBN, 2013).
Hasil Penelitian Kurnia (2012), menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
WUS tentang KB implant tergolong cukup. Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Rahmah (2013), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan,
pendapatan, dan pengetahuan tentang metode kontrasepsi implant. Hasil
penelitian serupa yang dilakukan oleh Imroni (2009), menyatakan bahwa faktor-
faktor yang berhubungan dengan penggunaan implant adalah sikap ibu mengenai
implant serta peran suami mengenai implant, sedangkan variabel tingkat
pendidikan, pengetahuan tentang implant, dan pelayanan konseling KB tidak
berhubungan dengan penggunaan implant.
Penelitian serupa dilakukan oleh Susanti (2010), menyatakan bahwa
faktor-faktor yang berhubungan dengan minat ibu terhadap penggunaan alat
kontrasepsi implant di puskesmas Ome Kota Tidore yaitu faktor pengetahuan,
pendidikan, dan ekonomi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekarini
(2008) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel pengetahuan,
sikap, sosial budaya, akses pelayanan, serta kualitas pelayanan KB.
14
Studi kualitatif dilakukan oleh Oktaviani (2010), menyatakan bahwa
implementasi program KB dinyatakan kurang, jaringan komunikasi dalam
mensosialisasikan program KB kurang, partisipasi masyarakat rendah, sikap
pelaksana khususnya kader KB cukup baik, sikap dari para penerima program
dalam hal ini pria masih tergolong baik. Sejalan dengan penelitian kualitatif yang
dilakukan oleh Oktarina (2013), menyatakan bahwa persepsi suami dalam
penggunaan alat kontrasepsi baik, sikap suami dalam pemakaian alat kontrasepsi
ini positif, partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi kurang.
Studi deskriptif yang dilakukan oleh Wahyu (2013), menunjukkan bahwa
sebagian besar responden berpendidikan dasar sebanyak 19 orang (56%),
pengetahuan kurang 24 orang (70%) dan responden yang mengalami pengalaman
buruk 20 orang (59%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryatun (2009),
menunjukkan bahwa persentase ibu menggunakan metode kontrasepsi IUD lebih
sedikit dibandingkan dengan ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non
IUD, ada hubungan antara umur, paritas, persepsi ibu tentang demand atau alasan
menggunakan alat kontrasepsi, biaya pelayanan KB, kualitas pelayanan KB, akses
pelayanan KB, metode kontrasepsi IUD, faktor paling memberikan kontribusi
terbesar dalam pemakaian metode kontrasepsi IUD adalah persepsi ibu tentang
kontrasepsi IUD khususnya pada persepsi ibu yang menyebutkan bahwa
kontrasepsi IUD mengganggu aktivitas sehari-hari.
Studi kualitatif yang dilakukan oleh Nalwadda (2010), yang meneliti tentang
gender, harapan sosial budaya dan kontradiksi, perencanaan jangka pendek serta
hambatan pelayanan kesehatan, persepsi dan hambatan dari pengguna kontrasepsi
15
menemukan hasil bahwa masih adanya kendala dalam perubahan persepsi dan
pergeseran perilaku terhadap penggunaan kontrasepsi.
2.1.2 Alat kontrasepsi implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang digunakan oleh pasangan usia subur,
dipasang dibawah kulit lengan atas bagian dalam kira-kira 6-10 cm dari lipatan
siku. Mekanisme kerja KB implant yaitu: mengentalkan lendir serviks,
mengganggu proses pembekuan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi,
mengurangi transportasi sperma, serta menekan ovulasi (Saifuddin, 2003).
2.1.2.1 Keuntungan penggunaan alat kontrasepsi implant
Keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: efektivitas
tinggi, perlindungan jangka panjang, pengembalian kesuburan yang cepat setelah
pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, tidak mengganggu kegiatan
seggama, tidak berpengaruh pada air susu ibu, akseptor perlu kembali ke klinik
bila ada keluhan, bisa mempengaruhi haid, dapat di cabut setiap saat sesuai
kebutuhan, serta tidak memberikan perlindungan diri dari IMS/HIV seperti
kontrasepsi kondom (Saifuddin, 2003).
2.1.2.2 Kerugian penggunaan alat kontasepsi implant
Kerugian penggunaan alat kontrasepsi implant adalah: pemasangan
(ineertic) dan pencabutan (expulsi/extractic) harus di lakukan oleh tenaga terlatih,
lebih mahal, sering timbul perubahan pada pola haid, akseptor tidak dapat
membuka sendiri, sebagian perempuan tidak menggunakan karena kurang
mengenal implant, kadang dapat terlihat orang lain karena di pasang di lengan,
16
petugas perlu skill kerja untuk pemasangan dan pencabutan implant (Saifuddin,
2003).
2.1.2.3 Jenis-jenis alat kontrasepsi implant
Jenis-jenis alat kontrasepsi implant yaitu: norplant (enam batang silastik
lembut berongga yang berisi 36 mg trinorgestrol untuk lima tahun), implanon
(satu batang putih lentur yang berisi 68 mg tiga ketodesogestrel untuk tiga tahun),
jadena dan indoplant (dua batang yang berisi 75 mg levonorgestrel untuk tiga
tahun) (Saifuddin, 2003).
2.1.2.4 Waktu penggunaan alat kontrasepsi implant
Alat kontrasepsi implant digunakan setiap saat selama siklus haid hari
kedua sampai hari ke tujuh, ibu menyusui antara enam minggu sampai enam bulan
pasca persalinan, penggantian dari alkon non hormonal, serta pasca keguguran
dan pasca persalinan (Saifuddin, 2003).
2.1.2.5 Efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi implant
Efek samping yang dapat terjadi akibat dari penggunaan alat kontrasepsi
implant adalah: terjadi amenorea, spotting, ekspulsi, infeksi pada daerah insersie
serta berat badan naik turun (Saifuddin, 2003).
2.1.2.6 Cara pemasangan implant
Peralatan dan instrumen untuk pemasangan implant yaitu sebagai berikut:
meja periksa (tempat tidur), batang implant, doek lobang steril, mangkok tempat
kapsul norplant, sarung tangan DTT, larutan anti septik, obat anasthesi
(konsentrasi satu persen), spuit 5-10 ml, trokar 10 dan mandrin, skapel 11 atau 15,
verban band aid atau plaster, kasa steril, lidocain, forcep mosquito, bak
17
instrumen, cairan chlorin 0,5%, cairan DTT, waslap, tempat sampah (basah,
kering, benda tajam), tempat cuci tangan, sabun untuk cuci tangan, template, dan
sarung tangan rumah tangga (Saifuddin, 2003).
Persiapan pelaksanaan pemasangan implant yaitu: bersihkan lengan
dengan sabun dan sudah dibilas sampai bersih, persiapkan tempat tidur klien,
baringkan akseptor dengan lengan yang jarang digunakan. Kemudian letakkan
pada meja samping (penyangga lengan), tentukan lokasi pemasangan (delapan cm
di atas lipat siku dan gunakan template), siapkan alat-alat (buka dan letakkan
dalam bak steril), dan masukkan kapsul implant dalam mangkok steril (Saifuddin,
2003).
Tindakan sebelum pemasangan adalah cuci tangan dengan enam langkah,
pakai sarung tangan DTT, hitung alat-alat pemasangan (jumlah kapsul), lakukan
pembersihan lokasi insersi dengan larutan anti septik dari arah dalam keluar
secara melingkar 8-13 cm dan biarkan dua menit sampai kering. Pergunakan doek
steril berlubang pada lengan yang akan di insersi, lakukan anastesi dengan dosis
tiga ml, suntikkan perlahan-lahan sehingga membentuk jalur antara 1-2, 3-4, 5-6,
masing-masing satu ml (Saifuddin, 2003).
Proses pemasangan kapsul implant dimulai dari melakukan insisi dangkal
dengan sudut 45º. Perhatikan dua tanda (garis) pada trokar yang masuk dibawah
kulit kemudian berikan tanda dua pada batas trokar yang berada dibawah kulit
setelah memasang kapsul. Langkah selanjutnya masukkan trokar dengan sudut
yang kecil dan angkat trokar keatas sehingga kulit terangkat dan masukkan kapsul
kemudian dorong perlahan. Saat trokar masuk sampai batas tanda satu, cabut
18
pendorong trokar, masukkan kapsul dalam trokar dengan menggunakan pinset
atau ibu jari-jari telunjuk dengan membentuk kipas (sesuai template), melakukan
pendorongan kapsul secara perlahan-lahan, tarik tabung trokar dengan ibu jari
serta telunjuk kearah luka. Setelah ada tanda-tanda yang muncul dari tepi luka
insisi, keluarkan kapsul dari trokar dan pastikan kapsul telah masuk dibawah kulit,
tanpa mengeluarkan trokar putar ujung trokar kearah lateral kanan, kembali
seperti semula, geser 15º mengikuti pola kipas. Untuk mengurangi resiko ekspulsi
pastikan ujung kapsul yang terdekat lima mm dari luka insisi, jangan
mengeluarkan trokar sebelum seluruh kapsul terpasang, memastikan seluruh
kapsul telah terpasang, pastikan seluruh ujung kapsul tidak berada pada sisi luka
insisi (lima mm), keluarkan trokar perlahan-lahan, tekan tepat insisi dengan jari
yang memegang kasa selama satu menit kemudian bersihkan dan tutup luka
dengan kasa steril, bereskan alat dan cuci tangan (Saifuddin, 2003).
Metode pencabutan untuk semua jenis implant sama, hanya berbeda dalam
jumlahnya. Ada tiga metode dalam pencabutan yaitu metode biasa dengan
memakai penjepit yang dipakai mulai tahun 1980, metode atau teknik “U” sejak
tahun 1993, metode pop-out tahun 1992, serta melakukan pengawasan pasca
pencabutan (Saifuddin, 2003).
Yang boleh menggunakan implant yaitu perempuan usia subur, sudah atau
tidak mempunyai keturunan, ingin memakai KB jangka panjang, menyusui dan
membutuhkan kontrasepsi, ibu setelah melahirkan serta tidak meneteki, riwayat
abortus, tidak mengharapkan keturunan tapi mempunyai keinginan memakai KB
permanen, riwayat hamil di luar kandungan, mempunyai tensi <180/110 mmHg
19
dengan anemia, belum memakai KB hormonal dengan kandungan estrogen, dan
tidak ingat memakai KB pil (Saifuddin, 2003).
Perempuan dilarang menggunkan implant jika sedang hamil atau diduga
hamil, perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya, benjolan atau
kanker payudara atau riwayat kanker payudara, tidak dapat menerima perubahan
pola menstruasi yang terjadi, mioma uterus dan kanker payudara, serta gangguan
toleransi glukosa (Saifuddin, 2003).
2.1.3 Pasangan usia subur
Pasangan usia subur adalah pasangan yang hidup bersama dimana usia
istrinya 15 tahun sampai dengan 44 tahun. Batasan umur yang digunakan pada
penelitian ini yaitu 15 sampai 44 tahun. Hal ini tidak berarti berbeda dengan
perhitungan fertilitas yang menggunakan batasan 15 sampai 49 tahun, tetapi
dalam kegiatan keluarga berencana mereka yang berada pada kelompok 45
sampai 49 tahun bukan merupakan sasaran keluarga berencana lagi. Hal ini
dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa mereka yang berada pada kelompok umur
45 sampai 49 tahun kemungkinan untuk melahirkan kecil (Wirosuhardjo, 2004).
BKKBN (2008) menjelaskan bahwa pasangan usia subur (PUS) adalah
pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 18 tahun sampai 45 tahun atau
pasangan suami istri yang istrinya berumur 18 tahun dan sudah menstruasi atau
istri yang berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih menstruasi. Pengertian
pasangan usia subur yang dipergunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah
mengadopsi dari BKKBN (2008) yang mendefinisikan pasangan usia subur (PUS)
20
adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur 18 tahun dan sudah menstruasi
atau istri yang berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih menstruasi.
2.1.4 Faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi implant
Faktor-faktor yang mempengaruhi istri pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu faktor pendidikan istri, faktor
pendapatan keluarga, faktor pengetahuan tentang metode kontrasepsi implant,
sikap ibu mengenai implant dan peran suami mengenai pemilihan alat kontrasepsi
yang akan digunakan oleh istri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Imroni (2009) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan
dengan penggunaan implant adalah sikap ibu mengenai implant dan peran suami
mengenai implant, sedangkan variabel tingkat pendidikan, pengetahuan tentang
implant, dan pelayanan konseling KB tidak berhubungan dengan penggunaan
implant.
Alat kontrasepsi implant merupakan alat kontrasepsi yang efektif dalam
mencegah kehamilan dan dapat mengembalikan kesuburan segera setelah
pencabutan, implant tidak merepotkan karena tidak perlu untuk mengingat
pemakaian seperti pil, mendapatkan perlindungan jangka panjang yaitu tiga atau
lima tahun, implant sangat sesuai untuk pasangan yang belum menginginkan
keturunan dan tidak mempunyai kesiapan menggunakan metode kontrasepsi
mantap, sedangkan faktor penghambat istri pasangan usia subur dalam memilih
penggunaan implant adalah memerlukan keterampilan petugas kesehataan saat
pemasangan serta memerlukan pemeriksaan ulang setelah pemasangan, alkon
21
harus dilepas oleh tenaga kesehatan yang terlatih karena memerlukan ketelitian
dan keterampilan dalam pencabutan implant (Saiffudin, 2003).
2.1.5 Metode penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan suatu paradigma penelitian yang
mendiskripsikan peristiwa, perilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu
secara rinci dan mendalam yang berbentuk narasi atau uaraian. Penelitian
kualitatif memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menekankan adanya
kealamiahan data yang diperoleh dari semua kenyataan yang ada serta terkait erat
dengan pengalaman manusia dalam kehidupannya (Djam’an & Aan, 2012).
Fenomenologi merupakan suatu metode penelitian yang kritis dan
menggali fenomena yang ada secara sistematis (Steubert & Carpenter, 2003 dalam
Saryono & Anggraeni, 2013). Penelitian fenomenologi meliputi semua
pengalaman tentang persepsi manusia yang meliputi: penglihatan, pendengaran,
perabaan, pengecapan dan penciuman serta fenomena-fenomena lain seperti
mempercayai, mengingat, mengantisipasi, memutuskan, berintuisi, merasakan,
kepedulian, mencintai, menghayalkan dan mendambakan atau menginginkan
(Moleong, 2013).
Metode FGD (Focus Group Discussion) adalah teknik pengumpulan data
yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan
makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok (Sutopo, 2006).
Menurut Moleong (2013), metode wawancara mendalam adalah percakapan yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih yaitu pewawancara yang akan mengajukan
pertanyaan serta orang yang akan diwawancarai yang akan memberikan jawaban
22
atas pertanyaan yang akan diajukan. Raco (2010), mengemukakan bahwa
wawancara mendalam dilakukan untuk mengeksplorasi secara mendalam
partisipan dan peneliti menangkap arti yang diberikan partisipan pada
pengalamannya.
2.2 Konsep Penelitian
2.2.1 Konsep keluarga berencana
Keluarga berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk
membantu para pasangan dalam mencapai tujuan reproduksi, mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan berisiko
tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau,
diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan,
meningkatkan mutu, nasehat, komunikasi, edukasi, konseling dan pelayanan,
meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB, dan
meningkatkan pemberian air susu ibu (ASI) untuk penjarangan kehamilan
(BKKBN, 2006).
Keluarga berencana (KB) merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk
mengatur jarak kelahiran sehingga dapat membantu pasangan usia subur dalam
mencapai tujuan reproduksi mereka. Program keluarga berencana selalu dikaitkan
dengan alat kontrasepsi karena untuk mengupayakan suatu program KB maka alat
kontrasepsi merupakan kendaraan yang digunakan dalam menyukseskan program
tersebut. Program keluarga berencana yang dibahas dalam penelitian ini berkaitan
dengan program keluarga berencana yang dipakai oleh pasangan usia subur untuk
mencapai tujuan reproduksi mereka.
23
2.2.2 Konsep alat kontrasepsi implant
Alat kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi yang digunakan oleh
pasangan usia subur, dipasang dibawah kulit lengan atas bagian dalam kira-kira
6-10 cm dari lipat siku. Mekanisme kerja KB implant yaitu: mengentalkan lendir
serviks, mengganggu proses pembekuan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi, mengurangi transportasi sperma, serta menekan ovulasi (Saiffudin,
2003).
Alat kontrasepsi implant merupakan suatu alat kontrasepsi dalam program
KB serta merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang digunakan oleh
pasangan suami istri yang masih reproduktif serta ingin mengatur jarak kelahiran
anaknya. Alat kontrasepsi implant dipasang oleh tenaga kesehatan medis (dokter,
perawat, bidan) terlatih dengan lokasi pemasangan di bawah kulit lengan atas
bagian dalam dari lipatan siku.
Keuntungan penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: efektivitas tinggi,
perlindungan jangka panjang, pengembalian kesuburan yang cepat, tidak
memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak
mengganggu kegiatan senggama, tidak mengganggu produksi ASI. Kerugian
penggunaan alat kontrasepsi implant adalah akseptor perlu kembali ke klinik bila
ada keluhan atau pada saat pencabutan serta tidak memberikan perlindungan dari
IMS/HIV seperti kontrasepsi kondom (Saiffudin, 2003).
2.2.3 Konsep istri
Kata istri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu strī yang artinya adalah
"wanita" atau "perempuan". Istri adalah salah seorang pelaku pernikahan yang
24
berjenis kelamin wanita. Seorang wanita biasanya menikah dengan seorang pria
dalam suatu upacara pernikahan sebelum diresmikan statusnya sebagai seorang
istri dan pasangannya sebagai seorang suami. Dalam berbagai agama biasanya
seorang wanita hanya boleh menikah dengan satu pria. Dalam budaya tertentu,
pernikahan seorang pria dengan banyak wanita diperbolehkan. Hal ini dinamakan
poligini, sedangkan pernikahan seorang wanita dengan banyak pria disebut
poliandri (Harymawan, 2007).
Istri adalah seorang wanita yang telah menikah dengan seorang laki-laki
serta telah diresmikan dengan ikatan pernikahan. Istri dalam penelitian ini
berkaitan dengan seorang wanita dari pasangan usia subur yang menggunakan
maupun tidak menggunakan alat kontrasepsi implant.
2.2.4 Konsep pasangan usia subur (PUS)
Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri yang pada saat ini hidup
bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana
umur istrinya antara 15 tahun sampai dengan 44 tahun. Batasan umur yang
digunakan disini adalah 15 sampai 44 tahun dan bukan 15 sampai 49 tahun. Hal
ini tidak berarti berbeda dengan perhitungan fertilitas yang menggunakan batasan
15 sampai 49 tahun, tetapi dalam kegiatan keluarga berencana mereka yang
berada pada kelompok 45 sampai 49 bukan merupakan sasaran keluarga
berencana lagi. Hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa mereka yang
berada pada kelompok umur 45 sampai 49 tahun kemungkinan untuk melahirkan
lagi sudah sangat kecil sekali (Wirosuhardjo, 2004).
25
Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya
berumur antara 18 tahun sampai 45 tahun atau pasangan yang istrinya berumur 18
tahun dan sudah menstruasi atau istri yang berumur lebih dari 50 tahun masih
menstruasi (BKKBN, 2008). Definisi pasangan usia subur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 18 tahun serta
sudah menstruasi sampai istrinya berusia lebih dari 50 tahun tetapi masih
menstruasi.
2.2.5 Konsep persepsi
2.2.5.1 Pengertian persepsi
Persepsi merupakan aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam
berbagai aspek dan gejala di lingkungannya. Para ahli mendefinisikan berbagai
macam mengenai persepsi, meskipun mempunyai makna sama. KBBI
mengartikan persepsi adalah suatu pengambilan secara langsung dari suatu obyek
untuk memastikan berbagai hal melalui alat inderanya.
Persepsi merupakan kemampuan otak dalam menerima stimulus yang
masuk ke dalam alat indera manusia. Terdapat beberapa perbedaan cara pandang
dalam proses penginderaan, ada yang mempersepsikan sesuatu itu merupakan hal
yang baik atau persepsi yang positif ada juga yang memandang sebagai suatu
persepsi negatif yang mempengaruhi tindakan manusia secara nyata (Walgito,
2004).
Persepsi dapat diartikan sebagai suatu cara pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap respon yang ditangkap oleh individu hingga menjadi
26
suatu yang bermakna dan merupakan aktivitas yang menjadi satu di dalam diri
individu tersebut (Sugiharto, 2007).
2.2.5.2 Syarat terjadinya persepsi
Sunaryo (2004) mengemukakan beberapa syarat-syarat yang
mempengaruhi suatu persepsi dari individu seperti: terdapat obyek yang
dipersepsi, terdapat perhatian sebagai awal persiapan dalam persepsi, alat indera
untuk mendapatkan respon, serta susunan sensorik untuk menerima respon
menuju hipotalamus serta media dalam menimbulkan stimulus.
2.2.5.3 Faktor yang mempengaruhi persepsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari faktor internal serta
faktor eksternal. Faktor-faktor internal meliputi perasaan, sikap dan kepribadian
seseorang, anggapan, kemauan, perhatian, proses pembelajaran, kondisi fisik,
kejiwaan, nilai, keinginan, serta motivasi. Faktor-faktor eksternal seperti riwayat
keluarga, informasi yang didapatkan, pengetahuan, intensitas, ukuran,
pengulangan gerak serta hal-hal baru dari suatu objek (Toha, 2003).
Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam persepsi yaitu faktor objek
yang dipersepsi, alat indera, saraf dan susunan saraf serta perhatian. Objek
merangsang respon terhadap alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari
luar atau dari dalam diri individu yang mempersepsi kemudian mengenai saraf
penerima yang bekerja sebagai reseptor. Alat indera atau reseptor sebagai alat
untuk menerima stimulus kemudian diteruskan oleh saraf sensoris ke pusat
susunan saraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Persepsi memerlukan suatu
perhatian untuk langkah utama dalam rangka menimbulkan persepsi yang
27
merupakan pusat dari semua aktivitas seseorang yang ditujukan kepada beberapa
objek yang diperhatikan. Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya serta dapat mempengaruhi individu
dalam mempersepsi suatu objek serta stimulus walaupun objek tersebut sama
(Walgito, 2004).
Persepsi merupakan suatu proses pengolahan terhadap suatu respon yang
terjadi pada individu sehingga mempengaruhi terhadap tindakan serta perilaku
dari individu tersebut. Persepsi yang dibahas dalam penelitian ini adalah persepsi
istri pasangan usia subur yang menggunakan serta tidak menggunakan alat
kontrasepsi implant.
2.2.6 Konsep sikap
2.2.6.1 Pengertian sikap
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
bertindak sesuai dengan obyek yang dilihat (Purwanto, 2012). Sedangkan menurut
Widayatun (2009) mendefinisikan sikap sebagai suatu keadaan mental dan saraf
dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh
dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang
berkaitan dengannya. Jadi sikap merupakan suatu tindakan nyata yang yang
berpengaruh terhadap respon seseorang yang diakibatkan oleh adanya
pengetahuan, pengalaman serta objek lain yang mempengaruhi sikap tersebut.
2.2.6.2 Ciri-ciri sikap
Sikap mempunyai ciri-ciri yaitu: tidak dibawa sejak lahir melainkan
terbentuk serta dipelajari sepanjang perkembangan kehidupannya yang berkaitan
28
dengan keadaan serta syarat-syarat yang mempermudah sikap pada seseorang,
sikap tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu objek yang mempengaruhi sikap tersebut, objek dari sikap
merupakan suatu hal tertentu yang merupakan gabungan dari beberapa hal yang
dialaminya, dan sikap memiliki segi motivasi serta segi perasaan sehingga dapat
membedakan sikap dari kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki oleh individu
tersebut (Purwanto, 2012).
2.2.6.3 Cara pengukuran sikap
Menurut Azwar (2009), sikap dapat diukur dengan menggunakan Skala
Likert yang dikategorikan sebagai berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak
Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
2.2.6.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap seperti: pengalaman pribadi yang
terjadi dengan tidak terduga sehingga dapat menyisakan kesan yang mendalam
dalam diri seseorang, pengaruh orang lain yang dianggap penting misalnya dalam
kehidupan di masyarakat pedesaan yang mengikuti arahan dari tokoh masyarakat
di desa tersebut, kebudayaan yang mewarnai kehidupan di masyarakat yang
mempengaruhi pembentukan sikap individu, media massa baik elektronik maupun
media cetak yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan opini dan
kepercayaan seseorang, lembaga pendidikan dan lembaga agama mempunyai
pengaruh terhadap pembentukan sikap karena keduanya mempunyai dasar
pengertian serta konsep moral di dalam diri individu, dan faktor emosional yang
ada di dalam diri individu itu sendiri (Azwar, 2009).
29
2.2.7 Konsep pengalaman
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami, dijalani serta
dirasakan oleh seseorang (KBBI, 2005). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai
memori episodic yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang
dialami dan dirasakan oleh individu pada keadaan atau situasi berbeda serta
mempunyai fungsi sebagai referensi otobiografi (Daehler & Bukatko, 1985 dalam
Syah, 2003).
Pengalaman merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dalam kehidupan
individu setiap harinya. Pengalaman memiliki sifat yang sangat berharga bagi
setiap individu serta pengalaman dapat diberikan kepada siapa saja agar
digunakan dan menjadi acuan serta pembelajaran seseorang. Pengalaman istri
dalam menggunakan alat kontrasepsi yang dipilih merupakan hal yang tidak
terlupakan, karena hampir semua istri yang menggunakan alat kontrasepsi
menginginkan hal yang terbaik dan tanpa adanya efek samping dari penggunaan
alat kontrasepsi yang mereka pergunakan.
2.2.8 Konsep budaya
Budaya merupakan suatu karya seseorang dalam upayanya
mempertahankan hidup untuk meningkatkan taraf kesejahteraan dengan segala
keterbatasan jasmaninya serta kekayaan sumber daya alam di lingkungannya.
Kebudayaan boleh dikatakan sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap
tantangan-tantangan yang dihadapi dalam proses penyesuaian diri mereka dengan
lingkungan Harrison (2006).
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk
sosial yang digunakannya untuk memahami serta menginterpretasi lingkungan
30
dan pengalamannya yang menjadi kerangka landasan sebagai pendorong
terwujudnya perilaku. Dalam definisi ini, kebudayaan dilihat sebagai mekanisme
kontrol bagi perilaku serta tindakan manusia atau sebagai pola bagi perilaku
seseorang (Pranadji, 2004). Menurut Wahyu (2007), kebudayaan merupakan
serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana, dan
strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang
digunakan secara kolektif oleh manusia yang memilikinya sesuai dengan
lingkungan yang dihadapinya.
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan
kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang menyelimuti perasaan serta emosi
manusia dan menjadi sumber bagi sistem penilaian baik dan buruk, sesuatu yang
berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa
terjadi karena di dalam kebudayaan terkandung nilai-nilai moral yang bersumber
dari pandangan hidup dan etos atau sistem etika yang dimiliki oleh setiap
manusia.
2.2.9 Konsep fasilitas dan sarana
Fasilitas merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tempat yang
dipakai untuk menyelenggarakan pelayanan yang diberikan. Ketersediaan fasilitas
kesehatan dalam penelitian ini terkait dengan tempat yang digunakan untuk
memperoleh pelayanan kesehatan seperti: puskesmas, klinik swasta, bidan praktek
swasta, rumah sakit dan lain-lain.
31
Sarana merupakan penunjang didalam menyelenggarakan pelayanan.
Ketersediaan sarana dalam penelitian ini terkait dengan alat-alat serta obat-obatan
yang mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
2.3 Landasan Teori
2.3.1 Teori Lawrence Green
Lawrence Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan bahwa perilaku
manusia dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku serta faktor diluar
perilaku. Perilaku terbentuk menjadi tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor
pendukung serta faktor pendorong (Maulana, 2009).
Teori Lawrence Green menganalisis perilaku seseorang dari tingkat
kesehatan. Kesehatan individu dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor
perilaku itu sendiri serta faktor di luar perilaku. Perilaku seseorang tentang
kesehatan dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan
sebagainya dari individu yang bersangkutan. Ketersediaan fasilitas, sikap, serta
perilaku petugas terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat
terbentuknya perilaku Notoatmodjo (2005).
Perilaku istri pasangan usia subur di dalam memutuskan untuk
menggunakan alat kontrasepsi implant dipengaruhi oleh faktor predisposisi yaitu
persepsi, sikap, dan pengalaman. Faktor pendukung yang mempengaruhi istri
pasangan usia subur dalam memilih alat kontrasepsi implant yaitu faktor budaya
serta ketersediaan fasilitas dan sarana.
32
2.3.2 Teori Social Learning (Teori Belajar Sosial)
Albert Bandura dalam Teori social learning atau teori belajar sosial
memfokuskan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi.
Albert Bandura mengemukakan seseorang mempelajari sesuatu melalui
pengalaman langsung atau pengamatan. Seseorang mempelajari sesuatu dari yang
dibaca, didengar, dan dilihat pada media, serta dari orang lain di sekitarnya
(Maulana, 2009).
Seseorang mempelajari perilaku melalui adanya pemodelan, tidak ada
penguat yang didapatkan. Proses mempelajari sesuatu seperti ini disebut
observational learning atau pembelajaran melalui pengamatan. Teori
pembelajaran sosial membahas tentang : (1) bagaimana perilaku kita dipengaruhi
oleh lingkungan melalui penguat (reinforcement) dan observational learning; (2)
cara pandang dan cara pikir yang kita miliki terhadap informasi; (3) bagaimana
perilaku kita mempengaruhi lingkungan kita dan menciptakan penguat
(reinforcement) dan observational opportunity (Notoatmodjo, 2005).
Teori belajar sosial menekankan observational learning sebagai proses
pembelajaran. Bentuk pembelajarannya dari belajar sosial yaitu seseorang
mempelajari perilaku dengan mengamati secara sistematis imbalan dan hukuman
yang diberikan kepada orang lain. Dalam observational learning terdapat empat
tahap belajar dari proses pengamatan atau proses modeling yang terjadi dalam
observational learning tersebut seperti: atensi, retensi, reproduksi serta
motivasional. Atensi merupakan tahap dari individu untuk memberikan perhatian
terhadap model dengan cermat. Tahap retensi merupakan tahapan di dalam
mengingat kembali perilaku yang ditampilkan oleh model yang diamati sehingga
diperlukan ingatan yang bagus terhadap perilaku model. Reproduksi merupakan
33
tahapan dari individu yang telah mengamati dengan cermat serta mengingat
kembali perilaku yang telah ditampilkan oleh modelnya sehingga dapat mencoba
menirukan atau perilaku yang dilakukan oleh model. Tahapan yang terakhir
adalah motivasional dimana pada tahap ini seseorang harus mempunyai motivasi
untuk belajar dari model (Maulana, 2009).
Teori Albert Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks
interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan
pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh
pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seorang istri pasangan usia subur
yang berada di lingkungan keluarga yang menggunakan alat kontrasepsi implant
maka kecenderungan istri pasangan usia subur tersebut akan ikut terpengaruh
terhadap keputusannya dalam memilih penggunaan KB implant (Notoatmodjo,
2005).
Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana
seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan sebenarnya. Bandura
menghipotesiskan bahwa tingkah laku, lingkungan dan kejadian-kejadian internal
pada istri pasangan usia subur yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah
merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan. Albert Bandura,
menyatakan bahwa tingkah laku sering dievaluasi yaitu bebas dari timbal balik
sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal seseorang. Pengakuan sosial yang
berbeda mempengaruhi konsepsi diri istri pasangan usia subur di dalam
memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant.
34
2.3.3 Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong dengan kekuatan penahan.
Perilaku tersebut dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua
kekuatan tersebut yang ada di dalam diri seseorang yang menimbulkan adanya
perubahan prilaku. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kekuatan pendorong
diakibatkan oleh adanya stimulus yang mendorong terjadinya perubahan perilaku.
Stimulus tersebut berkaitan dengan penyuluhan-penyuluhan atau informasi yang
berhubungan dengan perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2005).
Sebagai contoh dari aplikasi teori yang dikemukakan oleh Kurt Lewin
dapat dilihat bahwa seseorang yang tidak mengikuti program KB dengan adanya
keseimbangan antara pentingnya mempunyai anak sedikit dengan kepercayaan
banyak anak banyak rezeki dapat berubah perilakunya menjadi menggunakan
program KB. Kekuatan penahan menjadi menurun yang diakibatkan oleh adanya
stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Dengan situasi semacam
ini maka akan terjadi perubahan perilaku pada individu tersebut bahwa banyak
anak banyak rezeki merupakan suatu kepercayaan yang salah, maka kekuatan
penahan tersebut akan melemah sehingga terjadi perubahan perilaku pada individu
tersebut.
Kekuatan pendorong meningkat dan kekuatan penahan menurun sehingga
menimbulkan keadaan yang akan menyebabkan perubahan perilaku. Dapat dilihat
seperti contoh di atas bahwa penyuluhan KB yang memberikan penjelasan
mengenai pentingnya menggunakan KB dan tidak benarnya kepercayaan yang
menyatakan banyak anak banyak rezeki, sehingga akan dapat meningkatkan
kekuatan pendorong, dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.
35
2.4 Model Penelitian
Ket:
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.1 Model Penelitian tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Istri
Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant
di Puskesmas I Denpasar Utara
Model penelitian ini mengkombinasi Teori Lawrence Green serta Teori
Kurt Lewin untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat istri pasangan
usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant. Persepsi, sikap dan
pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant
merupakan faktor internal yang diteliti. Budaya istri pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi implant merupakan faktor internal dan eksternal yang
diteliti. Ketersediaan fasilitas dan sarana bagi istri pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi implant merupakan faktor eksternal yang diteliti.
1. Persepsi
2. Sikap
3. Pengalaman
4. Ketersediaan fasilitas dan
sarana
1. Lingkungan
2. TOMA
3. TOGA
Penggunaan Alat
Kontrasepsi Implant
4. Pengetahuan
5. Minat
Faktor
Internal
Budaya
Faktor
Eksternal
36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini berjudul faktor pendukung dan penghambat istri pasangan
usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar
Utara. Studi ini menggunakan rancangan kualitatif melalui pendekatan
fenomenologi. Pendekatan fenomenologi merupakan penelitian yang berfokus
pada penemuan fakta yang ada. Penelitian ini berusaha menggali secara mendalam
mengenai gambaran pengalaman nyata yang didasari oleh kesadaran yang terjadi
pada partisipan yang digunakan untuk membantu peneliti mengkaji tentang faktor
pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant.
Fenomenologi deskriptif menurut Spielberg (1975) dalam Streubert &
Carpenter (2003) memiliki tiga tahapan yaitu: Intuiting, analyzing dan describing.
Tahapan intuiting merupakan langkah awal peneliti agar dapat menyatukan secara
keseluruhan fenomena yang sedang diamati atau diteliti. Intuiting memerlukan
konsentrasi mental yang memungkinkan seorang peneliti untuk melihat,
mendengar serta sensitif terhadap setiap aspek dari fenomena.
Pada tahap ini peneliti sebagai alat penelitian akan mengamati,
mendengarkan setiap ungkapan istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant melalui proses FGD serta wawancara mendalam, mempelajari
data yang dideskripsikan, mengulang kembali serta memahami fenomena yang
36
37
disampaikan oleh istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi
implant.
Tahap analyzing merupakan suatu proses identifikasi yang melibatkan
esensi atau elemen dasar serta pola hubungan dari fenomena yang diselidiki
berdasarkan data yang diperoleh dan bagaimana data disajikan (Streubert &
Carpenter, 2003). Dalam proses analisis peneliti mengidentifikasi tema-tema, arti
dan makna penjelasan mengenai alasan munculnya faktor pendukung dan
penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant.
Peneliti akan menelaah data secara berulang-ulang untuk meyakinkan keaslian
dan keakuratan deskripsi informan.
Tahap Describing yaitu tahap dimana peneliti mengkomunikasikan serta
menggambarkan secara tertulis dalam bentuk narasi atau uraian yang luas dan
mendalam mengenai deskripsi, verbal, kejelasan serta elemen atau esensi sebagai
kritikal dari sebuah fenomena (Streubert & Carpenter, 2003). Pada tahap ini
peneliti mendeskripsikan elemen kritis atau esensi serta penjelasan istri pasangan
usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant termasuk faktor
pemersepsi, faktor pengalaman, faktor sikap, faktor kebudayaan, serta faktor
ketersedian fasilitas dan sarana sehingga didapatkan pemahaman yang mendalam
tentang fenomena yang terjadi pada istri pasangan usia subur dalam penggunaan
alat kontrasepsi implant.
38
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan data dilakukan di Pusksemas I Denpasar Utara dari bulan
Maret sampai April 2014. Alasan pemilihan tempat ini karena masih rendahnya
penggunaan alat kontasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara tersebut,
sehingga peneliti tertarik untuk menggali lebih mendalam tentang faktor
pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh istri pasangan usia subur di
Puskesmas I Denpasar Utara.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil secara purposive
sampling serta disesuaikan dengan tujuan dan jenis penelitian (Streubert &
Carpenter, 2003). Sampel tidak dipilih berdasarkan peluang, akan tetapi sebelum
memilih sampel penelitian, telah ditentukan kriteria-kriteria tertentu yang
merupakan karakteristik sampel. Purposive sampling dalam penelitian ini
mempunyai karakteristik seperti istri pasangan usia subur yang menggunakan dan
yang tidak menggunakan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara.
Sebagai informan kunci dalam penelitian ini adalah istri pasangan usia subur yang
menggunakan serta yang tidak menggunakan alat kontrasepsi implant. Sedangkan
informan lain dalam penelitian ini adalah bidan puskesmas, bidan praktek swasta,
39
PKB, mertua dan suami. Jumlah sampel ditentukan oleh tersaturasinya data atau
informasi dari informan.
Jumlah informan pada penelitian ini sebanyak 20 orang yang terdiri dari
istri pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi implant berjumlah
10 orang dan istri pasangan usia subur yang tidak menggunakan alat kontrasepsi
implant sebanyak 10 orang.
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis data
Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif berupa data primer dan
data sekunder. Data primer didapat dari hasil FGD dan wawancara mendalam
dengan informan kunci dan informan lain yang telah dipilih menjadi sampel. Data
sekunder diperoleh dari dokumen tertulis, laporan puskesmas, serta catatan
lapangan. Data pada penelitian ini bersifat narasi dan uraian serta penjelasan dari
informan baik lisan maupun dari data sekunder.
3.4.2 Sumber data
Sumber data yang digunakan dapat dibagi menjadi dua yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dari informan kunci yaitu istri pasangan
usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi implant dan istri pasangan usia
subur yang tidak menggunakan alat kontrasepsi implant. Informan lain dalam
penelitian ini adalah bidan puskesmas, bidan praktek swasta, PKB, mertua dan
suami. Data sekunder dipergunakan sebagai pendukung penelitian seperti buku
register pelayanan KB di Puskesmas I Denpasar Utara dan catatan lapangan.
40
Subjek dalam penelitian ini adalah istri pasangan usia subur yang
menggunakan alat kontrasepsi implant serta istri pasangan usia subur yang tidak
menggunakan alat kontrasepsi implant. Informan yang dipilih dalam penelitian ini
memiliki karakteristik sebagai berikut: dapat berkomunikasi dengan baik, istri
pasangan usia subur yang bertempat tinggal di Puskesmas I Denpasar Utara dan
bersedia menjadi informan. Sebelum informan memberikan persetujuan, terlebih
dahulu peneliti menjelaskan berbagai hal dalam penelitian sampai mereka
mengerti dan memahami secara maksimal dan setelah bersedia menjadi informan
kemudian meminta informan untuk menandatangani surat persetujuan (informed
consent) yang telah diberikan.
3.5 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini yang bertindak sebagai instrumen penelitian adalah
peneliti sendiri dengan menggunakan pedoman FGD serta pedoman wawancara
mendalam sebagai alat bantu dalam pengambilan data di lapangan.
3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode FGD
(Focus Group Discussion) dan wawancara mendalam (indepth interview).
Teknik pengumpulan data meliputi cara pengumpulan data, prosedur
pengumpulan data, dan alat pengumpulan data.
41
3.6.1 Cara pengumpulan data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan pedoman
FGD dan pedoman wawancara mendalam serta alat penunjang lain seperti:
kamera digital, alat perekam, buku catatan dan alat tulis.
3.6.2 Prosedur pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data dimulai, setelah mendapatkan surat
keterangan lulus uji etik dan surat ijin penelitian dari Fakultas Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana. Setelah mendapatkan ijin penelitian,
kemudian peneliti menyerahkan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar dengan
tembusan ke Puskesmas I Denpasar Utara. Peneliti memberikan penjelasan
tentang maksud penelitian dan memberikan informed consent. Setelah partisipan
setuju dengan kontrak tersebut, kemudian partisipan diminta untuk
menandatangani informed consent.
Pada tahap pelaksanaan peneliti melakukan FGD dengan istri pasangan
usia subur yang menggunakan serta yang tidak menggunakan alat kontrasepsi
implant dan melakukan wawancara mendalam pada informan lain yang dianggap
penting untuk diambil informasinya. Informan lain dalam penelitian ini adalah
bidan puskesmas, bidan praktek swasta, penyuluh KB (PKB), mertua dan suami.
Masing-masing kelompok terdiri dari istri PUS pengguna implant sebanyak 10
orang dan istri PUS bukan pengguna implant sebanyak 10 orang. Tiap-tiap
kelompok memiliki karakteristik yang mirip (homogen). FGD dilakukan untuk
mendapatkan variasi jawaban yang beragam dari partisipan. Setelah melakukan
FGD kemudian dilakukan wawancara mendalam kepada informan lain yaitu bidan
42
puskesmas, bidan praktek swasta, penyuluh KB (PKB), mertua dan suami. FGD
dilakukan sebanyak dua kali yaitu FGD pertama dilakukan pada istri pasangan
usia subur pengguna implant sebanyak 10 orang dan FGD kedua dilakukan pada
istri pasangan usia subur bukan pengguna implant sebanyak 10 orang. Wawancara
mendalam dilakukan pada informan lain yaitu bidan puskesmas, bidan praktek
swasta, PKB, mertua dan suami sebanyak satu kali untuk setiap informan dengan
lama wawancara antara 30-40 menit pada setiap pertemuan. Apabila ada data
yang perlu ditambahkan atau dikonfirmasi, dilakukan member checking. Transkrip
hasil penelitian dibuat setelah selesai melakukan FGD dan wawancara mendalam.
FGD dan wawancara mendalam dilakukan sendiri oleh peneliti tanpa bantuan
orang lain.
3.6.3 Alat pengumpulan data
Informasi yang diperoleh dalam FGD dan wawancara mendalam direkam
menggunakan alat perekam merek sony, catatan lapangan, dan foto sebagai
dokumentasi.
3.7 Metode dan Teknik Analisis Data
3.7.1 Pengolahan data
Proses pengolahan data dimulai dengan pemrosesan dokumentasi. Hasil
FGD dan wawancara mendalam yang telah direkam dalam alat perekam serta
didengarkan berulang-ulang dan dipindahkan ke dalam bentuk verbatim yang
kemudian digabung dengan catatan lapangan. Hasil verbatim dibuat dalam bentuk
transkrip. Hasil transkrip dibaca berulang-ulang dan mendengarkan kembali hasil
rekaman secara berulang untuk memastikan keakuratannya. Data kemudian
43
dipindahkan ke dalam file khusus di komputer dan dilakukan back up dengan
flash disc untuk menghindari kehilangan data. Data yang telah terkumpul
diberikan kode (coding). Coding dilakukan untuk memudahkan analisa data
terhadap kata kunci dari informan satu dengan informan lainnya. Hal ini
dilakukan untuk membeda-bedakan antara transkrip informan satu dengan
informan yang lainnya.
3.7.2 Analisis data
Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi
terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan
menulis catatan singkat sepanjang penelitian (Cresswell, 2010). Tahapan yang
dilakukan dimulai dengan tahap pertama yaitu melakukan pengumpulan data dan
membuat transkrip data dengan cara mendengarkan berulang-ulang hasil rekaman
yang kemudian menyusun hasil wawancara dalam bentuk verbatim.
Pada tahap kedua, peneliti membaca berulang-ulang kali transkrip data
yang ada sehingga peneliti dapat menemukan makna data yang signifikan dan
memberikan garis bawah pada pernyataan-pernyataan penting partisipan.Tahap
ketiga menentukan kategori atau tema. Tema merupakan proses yang rumit, disini
peneliti mengelompokkan data yang ada ke dalam suatu tema. Selanjutnya tema
yang sudah ada peneliti kelompokkan menjadi tema-tema yang potensial. Tahap
kelima menulis laporan. Dalam penulis laporan peneliti menulis setiap frase, kata
dan kalimat serta pengertian secara tepat sehingga dapat mendeskripsikan data
dan hasil analisa.
44
3.8 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisis data disajikan dengan metode informal dan formal. Metode
penyajian informal adalah menyajikan hasil analisis dengan uraian atau kata-kata
biasa, sedangkan metode penyajian formal adalah perumusaan dengan tanda-tanda
dan lambang-lambang. Pelaksanaan kedua metode tersebut dibantu dengan teknik
yang merupakan perpaduan dari kedua metode tersebut, yaitu penggunaan kata-
kata dan tanda-tanda atau lambang. Penyajian hasil analisis juga mengikuti proses
induktif dan deduktif dengan tujuan pemaparannya tidak monoton.
3.9 Keabsahan Data
Dalam penelitian ini dilakukan pengecekan keabsahan data dengan teknik
triangulasi data. Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang menggunakan sesuatu diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut. Terdapat empat macam teknik
triangulasi yaitu triangulasi sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian
ini menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan menanyakan kembali kepada
informan lain yaitu bidan puskesmas, bidan praktek swasta, PKB, mertua dan
suami.
3.10 Etika Penelitian
Sebelum penelitian dimulai, peneliti meminta ijin penelitian di Kesatuan
Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang Pol dan Linmas) Provinsi
Bali dan di Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat
(Kesbang Pol dan Linmas) Kota Denpasar. Karena peneliti melibatkan
45
masyarakat, peneliti juga mengurus Ethical Clearance dari Komisi Etik FK
UNUD. Peneliti melakukan koordinasi dan mengurus surat rekomendasi dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Denpasar dengan tembusan ke Puskesmas I
Denpasar Utara karena digunakan sebagai tempat penelitian.
Sebelum memulai FGD dan wawancara mendalam informan
menandatangani pernyataan kesediaan menjadi informan penelitian, setelah
dibacakan pernyataan penelitian oleh peneliti. Pada akhir FGD dan wawancara
mendalam informan diberikan bingkisan sebagai ucapan terimakasih dan
penghargaan karena telah ikut berpartisipasi dalam penelitian.
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Puskesmas I Denpasar Utara
Puskesmas I Denpasar Utara merupakan puskesmas rawat jalan dan
merupakan salah satu dari 11 puskesmas induk yang ada di Kota Denpasar.
Puskesmas ini terletak di Jalan Angsoka No. 17 Denpasar, Desa Dangin Puri
Kangin. Puskesmas I Denpasar Utara memiliki luas wilayah kerja sekitar 506
hektar. Jika dilihat secara geografis, puskesmas I Denpasar Utara ini memiliki
batas-batas wilayah kerja yaitu sebelah timur berbatasan dengan Puskesmas I
Denpasar Timur, sebelah utara berbatasan dengan Puskesmas III Denpasar Utara,
sebelah selatan berbatasan dengan Puskesmas I Denpasar Barat dan sebelah barat
berbatasan dengan Puskesmas III Denpasar Utara.
Puskesmas I Denpasar Utara mencakup tiga Desa yang terdiri dari Desa
Dangin Puri Kangin (Dangri Kangin), Desa Dangin Puri Kauh (Dangri Kauh), dan
Desa Dangin Puri Kaja (Dangri Kaja), serta satu kelurahan yaitu Kelurahan Tonja.
Masing-masing desa dan kelurahan tersebut dibagi lagi menjadi beberapa sub
wilayah (banjar), dengan jumlah banjar keseluruhan 31 banjar.
Jumlah tenaga kerja yang ada di Puskesmas I Denpasar Utara dengan
spesifikasi sebagai berikut: Dokter Umum empat orang, Dokter Gigi dua orang,
SKM tiga orang, Akper tiga orang, AKBID tiga orang, SPK tujuh orang, SPRG
dua orang, SPPH satu orang, SMF dua orang, pekarya kesehatan tiga orang,
SPPM (D1) satu orang, petugas jaga malam dua orang, Cleaning service dua
47
orang, pengelola sampah medis satu orang, koordinator jumantik empat orang,
kader jumantik 29 orang, tenaga loket satu orang dan analis kesehatan satu orang.
Upaya kesehatan Puskesmas I Denpasar Utara dilakukan untuk mencapai
tujuan dari pembangunan kesehatan. Upaya-upaya kesehatan yang dilakukan oleh
puskesmas dibagi menjadi tiga yaitu upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan
pengembangan dan upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan wajib terdiri
dari upaya promosi kesehatan (Promkes), upaya kesehatan ibu dan anak
(KIA/KB), upaya kesehatan lingkungan (Kesling), upaya perbaikan gizi
masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P2M) serta
upaya pengobatan. Upaya kesehatan pengembangan merupakan upaya yang
dikembangkan dan dijalankan oleh puskesmas yang disesuaikan dengan
kemampuan dan situasi dan kondisi di puskesmas. Upaya pengembangan yang
dilakukan oleh Puskesmas I Denpasar Utara yaitu upaya kesehatan lanjut usia,
usaha kesehatan sekolah (UKS), Perawatan Kesehatan Masyarakat (Permenkes).
Upaya kesehatan penunjang merupakan upaya kesehatan tambahan yang
menunjang kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas I Denpasar Utara . Upaya ini
terdiri dari laboratorium, apotek dan farmasi (Dikes Kota Denpasar, 2012).
Jenis-jenis pelayanan kontrasepsi sebagai program penunjang dalam
pemberian pelayanan keluarga berencana yang dilayani oleh Puskesmas I
Denpasar Utara terdiri dari alat kontrasepsi suntikan, pil, IUD, implant serta
kondom. Sedangkan akseptor KB yang ingin mendapatkan pelayanan kontrasepsi
mantap baik untuk wanita (tubektomi) maupun kontrasepsi mantap pria
(vasektomi) dilakukan dengan merujuk ke Rumah Sakit atau BKKBN yang
48
menyediakan pelayanan tersebut. Tenaga medis yaitu bidan yang ada di
Puskesmas I Denpasar Utara berjumlah empat orang dan seluruhnya telah
mendapatkan pelatihan baik IUD maupun Implant.
Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan
informan. Lokasi penelitian bagi informan FGD pengguna implant bertempat di
Balai Banjar Tainsiat Desa Dangin Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara sesuai
dengan kesepakatan dari peneliti dan informan, sedangkan lokasi penelitian bagi
informan FGD bukan pengguna implant dilakukan di Rumah Makan Ulam Segara
Jalan Drupadi I No. 2 Renon.
4.2 Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu informan kunci
dan informan lain. Pengambilan data pada informan kunci dilakukan dengan FGD
dengan membagi menjadi dua kelompok yaitu FGD bagi pengguna implant
sebanyak 10 orang dan FGD bukan pengguna implant sebanyak 10 orang.
Wawancara mendalam dilakukan pada informan lain yaitu Bidan Puskesmas,
Bidan Praktek Swasta, PKB, mertua, dan suami. Karakteristik informan FGD
dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan dan alamat informan. Karakteristik
informan FGD dapat disajikan pada tabel di bawah ini.
49
Tabel 4.1
Karakteristik Informan FGD Pengguna Implant
No Kode
Informan
Umur
(th)
Pendidikan Alamat Informan
1. 1 26 Diploma Jalan Banteng, Desa Dangri Kaja
2. 2 25 Diploma Jalan Turi, Desa Dangri Kaja
3. 3 33 SMA Jalan Ratna, Kelurahan Tonja
4. 4 35 SMK Jalan Nangka Utara, Kelurahan Tonja
5. 5 38 SD Jalan Anggrek, Desa Dangri Kangin
6. 7 45 SMA Jalan Angsoka, Desa Dangri Kangin
7. 8 40 SMP Jalan Kartini, Desa Dangri Kauh
8. 9 42 SD Jalan Wibisana, Desa Dangri Kauh
10. 10 44 SMP Jalan Sari Gading, Desa Dangri Kaja
Sumber: Hasil Administrasi Penelitian. FGD, 27 Maret 2014
Tabel 4.2
Karakteristik Informan FGD Bukan Pengguna Implant
No Kode
Informan
Umur (th) Pendidikan Alamat Informan
1. 1 30 SMA Jalan Nangka Utara, Kelurahan Tonja
2. 2 35 SMP Jalan Seroja, Kelurahan Tonja
3. 3 37 SMA Jalan Angsoka, Desa Dangri Kangin
4. 4 33 SMK Jalan Banteng, Desa Dangri Kaja
5. 5 40 SMP Jalan Turi, Desa Dangri Kaja
6. 7 26 SMA Jalan Yudistira, Desa Dangri Kaja
7. 8 45 SD Jalan Ratna, Kelurahan Tonja
8. 9 45 SD Jalan Wibisana, Desa Dangri Kauh
10. 10 43 SMP Jalan Kartini, Desa Dangri Kauh
Sumber: Hasil Administrasi Penelitian. FGD, 6 April 2014
Karakteristik informan wawancara mendalam dapat dilihat dari umur,
tingkat pendidikan, status informan dan alamat informan yang berjumlah 11
orang.
50
Tabel 4.3
Karakteristik Informan Wawancara Mendalam
No. Kode
Informan Umur Pendidikan Status Informan Alamat Informan
1. 1 49 D IV Kebidanan Bidan Puskesmas Jalan Padma
2. 2 32 D III Kebidanan Bidan Puskesmas Jalan Nangka Selatan
3. 3 27 D III Kebidanan Bidan Praktek Swasta Jalan Nangka Selatan
4. 4 43 D IV Kebidanan Bidan Praktek Swasta Jalan Gatsu I
5. 5 47 D I Kebidanan Penyuluh KB (PKB) Jalan Drupadi, Renon
6. 6 60 SD Mertua Jalan Kartini
7. 7 62 SD Mertua Jalan Anggrek
8. 8 58 SMP Mertua Jalan Angsoka
9. 9 35 Sarjana Suami Jalan Turi
10. 10 40 SMA Suami Jalan Ratna
11. 11 44 SMK Suami Jalan Banteng
Sumber: Hasil Administrasi Penelitian. Wawancara Mendalam, Bulan April
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi
implant
Hasil FGD yang dilakukan pada istri pasangan usia subur pengguna
implant didapatkan hasil bahwa persepsi istri terhadap alat kontrasepsi implant
dari 10 orang informan, rata-rata menjawab bahwa memakai implant simpel dan
tidak ribet karena tidak kontrol berulang kali, dapat dipergunakan dalam jangka
waktu yang panjang, tidak sakit pada saat pemasangan karena sudah dibius, tidak
perlu dipasangkan alat lewat vagina seperti saat pemasangan IUD, serta adanya
isu bahwa alat kontrasepsi implant dapat membuat cantik dan tidak membuat
jerawat sehingga akseptor menjadi tertarik untuk menggunakan implant. Di bawah
ini diuraikan beberapa pernyataan informan terkait dengan pandangannya
mengenai alat kontrasepsi implant.
“Pakai implant simpel gak ribet, dipasang di lengan atas sebelah kiri,
gak perlu bolak-balik kontrol ke puskesmas”.
(FGD RFP 5. Br. T)
51
“Pasang implant gak ribet kayak spiral, kan cuma dipasang di lengan
aja, gak perlu dipasangin alat lewat kemaluan jadi sakitnya lebih
sedikit, awalnya sebelum saya pakai implant ngerasa takut tapi setelah
masang ehh ternyata gak sakit kok kan lengannya sudah dibius jadi
sakitnya hilang, tapi klo pake spiral kan gak dibius jadi lebih sakit pas
pasangnya”.
(FGD RFP 7. Br. T)
“Saya denger implant bisa membuat cantik, gak buat jerawat dan
dipakai jangka waktu tiga tahun ”.
(FGD RFP 9. Br. T)
Hasil FGD pada istri pasangan usia subur bukan pengguna implant
mengenai persepsinya tentang alat kontrasepsi implant didapatkan hasil bahwa
dari 10 informan, tujuh orang menjawab tidak pernah mendengar tentang alat
kontrasepsi implant, tiga orang menjawab pernah mendengar implant dari
tetangga dan temannya. Pernyataan informan terkait dengan pandangannya
mengenai alat kontrasepsi implant dapat diuraikan seperti di bawah ini.
“Saya gak pernah dengar tentang KB implant/ susuk karena bidan tidak
pernah menginformasikan tentang KB implant, saya langsung datang ke
bidan untuk pasang spiral.”
(FGD RFB 3.ULM)
“Tidak pernah dengar tentang KB implant/ susuk, pasang KB di
puskesmas karena tidak nanya jadi saya tidak tau dan bidan di puskesmas
kalau mau suntik langsung disuntik tanpa ada pemberian informasi
tentang KB yang lain, mungkin bidannya sibuk.”
(FGD RFB 7.ULM)
“Pernah sih denger KB implant/susuk, saya liat tetangga saya ada yang
pake susuk di lengannya bagian atas, katanya sih waktu pasang gak sakit
tapi pas nyabutnya baru sakit, tapi saya belum pernah nyoba sih, soalnya
masih pake spiral”.
(FGD RFB 9.ULM)
”Pernah mendengar KB implant dari tetangga dan teman, susuk dan
implant merupakan alat kontrasepsi yang dipasang di lengan atas di
bawah kulit, saya dengar kalau pasang susuk ada satu batang, ada dua
batang, tapi saya tidak ada keinginan untuk pakai implant katanya
dioperasi dan dirobek sedikit jadi saya jadi takut.”
(FGD RFB 6.ULM)
52
Pernyataan dua bidan puskesmas dan dua bidan praktek swasta (BPS)
yaitu didapatkan hasil dari wawancara mendalam terkait dengan informasi tentang
alat kontrasepsi implant yang diberikan di puskesmas dan di BPS bahwa bidan
mengatakan sudah memberikan informasi mengenai alat kontrasepsi implant pada
calon akseptor KB yang menginginkan alat kontrasepsi jangka panjang serta pada
semua ibu yang datang ke tempat prakteknya. Pernyataan bidan puskesmas yang
kedua mengatakan sudah menginformasikan tentang implant pada semua calon
akseptor KB. Uraian tentang pernyataan bidan puskesmas dapat dilihat pada
pernyataan di bawah ini.
“Saya menginformasikan tentang implant pada calon akseptor yang
menginginkan alat kontrasepsi jangka panjang karena anaknya sudah
banyak dan takut disteril.”
(Wawancara mendalam PR 1. P. DU I)
“Saya ngasi informasi tentang implant pada semua ibu yang periksa ke
tempat praktek saya dan ingin pasang KB”
(Wawancara mendalam. PR3. BPS)
Pernyataan mertua tentang perannya di dalam pengambilan keputusan
berKB yang digunakan anak serta menantunya dapat dilihat bahwa mertua
menyarankan untuk menggunakan KB, akan tetapi mengenai KB yang dipilih
diserahkan kepada anak dan menantunya. Berikut pernyataan yang diucapkan oleh
mertua.
“Tiang polih ngorahin pang nganggen KB manten, pang ten medue nak
alit malih, kene mangkin kewehne ngerereh jinah, masalahne ten wenten
napi, anggen makan manten aeng kewehne ngerereh, yen medue malih
pedalem.”
(Wawancara mendalam. RM 2)
53
Hasil wawancara dengan suami terkait dengan perannya di dalam
pengambilan keputusan berKB menyatakan bahwa suami mendukung serta ikut
mengantarkan istrinya untuk memasang KB karena istri tidak bisa menggunakan
sepeda motor. Pernyataan suami dapat dilihat seperti di bawah ini.
“Kalau peran saya ya selalu mendukung istri kalau mau pakai KB jenis
apa saja, yang penting aman dan saya juga nganterin istri kalau mau
pasang KB, soalnya istri gak bisa naik motor.”
(Wawancara mendalam. RS 1 P)
4.3.2 Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi
implant
Hasil FGD yang dilakukan pada istri pasangan usia subur pengguna
implant mendapatkan hasil bahwa sikap istri pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi implant sangat penting untuk digunakan karena
efektif serta dapat digunakan jangka panjang untuk menunda kehamilan dan
menjaga jarak kehamilan, tidak sering kontrol, tidak mudah lupa serta mempunyai
tingkat kegagalan yang rendah, tidak membuat menstruasi, tidak menimbulkan
keputihan, mudah meraba implant karena dipasang dilengan sehingga lebih
mudah memeriksa dan memperkecil terjadinya ekspulsi/implant lepas.
Pernyataan informan terkait dengan sikap istri pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi implant dapat dilihat seperti di bawah ini.
“Implant sangat penting karena efektif, bisa digunakan lama dan bisa
mencegah kehamilan.”
“Saya ingin tetap pake implant kan gak bikin keputihan kayak waktu pake
spiral dan gak bikin datang bulan juga, jadi saya seneng ajak kan jadi
bisa terus mebanten”.
(FGD RFP 1. Br. T)
54
“Sangat penting kalo susuk ini juga bisa lebih lama digunakan dan tidak
was-was untuk sering kontrol dan tidak lupa seperti pil kb”.
“Saya tetep pengen lanjut terus pake susuk soalnya gak perlu takut lepas
kan gampang ngerabanya karena dipasang di tangan, tapi harus inget
kalo tiga tahun harus udah diganti lagi pake implant yang baru.
(FGD RFP 3. Br. T)
Pernyataan informan pengguna implant tentang pengaruh orang lain dalam
pemilihan alat kontrasepsi implant dari 10 orang informan, ada dua orang yang
menyatakan bahwa terdapat orang lain yang mempengaruhi dalam pemilihan alat
kontrasepsi implant dan delapan orang menyatakan tidak ada yang mempengaruhi
dalam pemilihan alat kontrasepsi implant. Pernyataan dua orang yang menyatakan
ada yang mempengaruhi dapat dilihat sebagai berikut.
“Ada teman yang deket rumah yang nyuruh pakai implant saja, katanya
bisa pakai lama bertahun-tahun serta mendapat informasi dari bidan jadi
saya pakai implant.”
(FGD RFP 3.Br.T)
“Ada bidan yang di puskesmas yang menyarankan agar pakai implant dan
tetangga yang ngasi tau tentang implant karena dia juga pakai.”
(FGD RFP 6.Br.T)
Pernyataan dari delapan orang yang menyatakan tidak ada orang lain yang
mempengaruhi dalam pemilihan implant dapat dilihat seperti di bawah ini.
“Tidak ada yang mempengaruhi, cuma informasinya saya dapat dari
saudara dan bidan yang sudah pakai implant katanya bagus dan aman.”
(FGD RFP 1.Br.T)
“Tidak ada yang mempengaruhi, karena merupakan keinginan sendiri dan
sudah mendapat informasi yang jelas tentang implant dari teman yang
sudah pakai implant dan dari bidan praktek swasta.”
(FGD RFP 1.Br.T)
Hasil FGD pada istri pasangan usia subur bukan pengguna implant
mengenai sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi dapat
dilihat bahwa dari 10 informan bukan pengguna implant, satu orang ada yang
55
mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi yang digunakan dan sembilan orang
tidak ada yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi yang digunakan.
Pernyataan satu orang informan yang menyatakan ada yang mempengaruhi
pemilihan alat kontrasepsi diuraikan sebagai berikut.
”Yang mempengaruhi pakai KB dari bidan, dibilang pakai spiral bagus
karena menstruasinya lancar, tapi saya takut karena proses
pemasangannya.”
(FGD RFB 6.ULM)
“Tidak ada orang lain yang mempengaruhi saya pakai KB, mertua tidak
menyarankan atau mempengaruhi, bidan hanya menginformasikan untuk
pakai, tapi apa yang mau dipakai terserah kita.”
(FGD RFB 4.ULM)
Pernyataan informan pengguna implant yang diperoleh dari hasil FGD
mengenai peran TV, media massa, serta internet serta isu-isu yang mempengaruhi
dalam pembentukan opini atau kepercayaan terhadap pemilihan alat kontrasepsi
implant diperoleh hasil bahwa seluruh informan pengguna implant menjawab
bahwa TV, media massa serta internet sangat berperan dan penting untuk
memperoleh informasi selain dari bidan. Berikut beberapa pernyataan yang
diuraikan oleh informan pengguna implant yang menjawab bahwa TV, media
massa serta internet berperan dan penting serta isu-isu terkait seputar implant yang
dapat mempengaruhi sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant seperti takut apabila kontrasepsi implant dipergunakan lebih
lama dari jangka waktu yang telah ditentukan maka alkonnya tertimbun jaringan
lemak sehingga sulit untuk dilepaskan serta isu bahwa apabila menggunakan alat
kontrasepsi implant tidak boleh sering mengangkat benda yang berat karena takut
alat kontrasepsinya lepas atau patah. Berikut pernyataan informan yang dapat
dilihat seperti dibawah ini.
56
“Sangat berperan untuk memudahkan kita mengakses informasi tentang
KB, kalau isu-isu tentang implant yang pernah saya dengar seperti takut
kalau lama tidak dilepas bisa tertimbun dengan jaringan lemak.”
(FGD RFP 1. Br.T)
“Berperan untuk memperoleh informasi tambahan, selain dari
bidan.”“Isu-isu tentang implant yaitu kalau pakai implant harus sering
kontrol takutnya kalau sering bergerak ngangkat-ngangkat implant
bergeser, kalau terlalu lama pasang nanti tertutup lemak dan implantnya
patah jadi susah untuk membuka jadi sakit kalau dibuka.”
(FGD RFP 3. Br.T)
Hasil FGD dengan informan bukan pengguna implant mengenai peran TV,
media massa, serta internet serta isu-isu yang mempengaruhi dalam pembentukan
opini atau kepercayaan terhadap pemilihan alat kontrasepsi implant yang
mempengaruhi sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alkon implant
diperoleh hasil bahwa TV, media massa serta internet kurang berperan karena
jarang mengakses serta hanya beberapa jenis kontrasepsi saja yang pernah dilihat
di iklan TV dan tidak pernah mengakses media massa serta internet. Pernyataan
dari informan bukan pengguna implant dapat diuraikan sebagai berikut.
“Saya sibuk kerja jadi jarang nonton TV, koran, apalagi internet, kalau
isu-isu tentang kb juga saya tidak pernah dengar”.
(FGD RFB 1. ULM)
“Saya jarang datang ke posyandu, biasanya kan disana saya bisa ketemu
sama bidan jadi bisa konsultasi, tapi karena saya sekarang udah buka
usaha kecil-kecilan jadi gak sempat denger isu-isu tentang KB, nonton TV
juga kalau malam hari aja, baca koran gak pernah, internet juga gak bisa
pakai, jadi isu-isu tentang KB hampir gak pernah saya dengar”.
(FGD RFB 7. ULM)
57
4.3.3 Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant
Hasil FGD pada istri pasangan usia subur pengguna implant dari 10
informan memberikan jawaban yang beragam seperti: mempunyai pengalaman
menstruasi tidak teratur, takut mengangkat beban berat, flek di wajah, gatal-gatal
dan bengkak sehabis pemasangan, nyaman dan praktis serta tidak ribet karena
tidak kontrol berulang-ulang. Pernyataan informan pengguna implant terkait
dengan pengalaman setelah penggunaan implant dapat diuraikan sebagai berikut.
“Pengalaman saya dapat seperti menstruasi agak tidak teratur, sempat
nanya ke bidan dibilang tidak apa-apa jadi lanjut saja, beberapa lama
setelah pemasangan tidak boleh mengangkat berat, takutnya kan basah
jadi kegeser, tapi selanjutnya boleh ngangkat yang berat.
(FGD.RFP 1. Br. T)
“Pengalaman saya ada gatal dan agak lebam saat pertama
pemasangan,muka flek, lama gak datang bulan, selain itu gak ada keluhan
lagi.
(FGD.RFP 2. Br. T)
“Keluhan tidak ada, cuma pakai implant itu bagi saya merasa nyaman dan
praktis untuk pemakaiannya karena tidak ribet, tidak isi kontrol berulang-
ulang.”
(FGD.RFP 9. Br. T)
Hasil FGD pada istri PUS bukan pengguna implant didapatkan hasil
bahwa dari 10 informan, yang pernah mendengar tentang KB implant hanya tiga
orang saja. Pengalaman yang diperoleh tentang alat kontrasepsi implant
didapatkan dari teman dan tetangga yang memberikan informasi saja. Contoh
pernyataannya dapat dikutip sebagai berikut.
“Pernah dengar tentang implant yaitu KB untuk mencegah kehamilan
yang dipasang sebelah kiri.”
(FGD RFB 4.ULM)
58
“Pernah mendengar implant dari tetangga dan teman, implant merupakan
alat kontrasepsi yang dipasang di lengan atas di bawah kulit.
(FGD RFB 6.ULM)
“Baru-baru ini mendengar ada KB yang dipasang di lengan dari
tetangga, jarak pasang kbnya lebih panjang katanya.”
(FGD RFB 8.ULM)
4.3.4 Budaya pada istri pasangan usia subur dalam memutuskan
penggunaan alat kontrasepsi implant
Hasil FGD pada pengguna dan bukan pengguna implant menyatakan tidak
ada budaya yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant. Pernyataan
dari informan pengguna implant dapat dilihat seperti di bawah ini.
”Di tempat tinggal saya tidak ada budaya yang mempengaruhi
penggunaan KB implant.”
(FGD.RFP 2. Br. T)
Pernyataan dari informan bukan pengguna implant dapat dilihat sebagai
berikut.
“Tidak ada budaya, tradisi atau kepercayaan di masyarakat yang
mempengaruhi saya di dalam memilih dan memakai KB.”
(FGD RFB 1.ULM)
Pernyataan Bidan Puskesmas yang menyatakan ada budaya atau tradisi di
masyarakat yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant dapat
diuraikan seperti di bawah ini.
”Pernah dengar sih, katanya kalau di Jawa banyak yang pakai
implantkarena budaya atau tradisi disana yang tidak memperbolehkan
membuka aurat, jadi lebih memilih menggunakan implant daripada IUD.”
(Wawancara mendalam PR 2.P.DUI)
59
Hasil wawancara dengan suami tentang budaya yang mempengaruhi
penggunaan alat kontrasepsi didapatkan bahwa ada budaya di Bali yang
mempengaruhi penggunaan KB yaitu Budaya tentang jumlah anak dan nilai anak.
Pernyataan suami dapat dilihat sebagai berikut.
“Bicara tentang Budaya sebenernya kan kalau di Bali KBnya itu sampai
anak yang ke4, tapi kalau program KB kan 2 anak cukup, jadi ya kasian
aja kalau nantinya Komang dan Ketutnya gak ada, tapi kalau sekarang
dipikir-pikir lagi, kayaknya gak sanggup kalau mesti punya anak banyak,
takut gak keurus nantinya, apalagi biaya sekolahnya mahal.”
(Wawancara mendalam RS 1 P)
4.3.5 Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat kontrasepsi
implant bagi istri pasangan usia subur
Hasil FGD yang dilakukan pada informan pengguna implant menyatakan
bahwa fasilitas dan sarana yang mendukung dalam pemilihan alat kontrasepsi
implant yaitu dari 10 informan, yang mendapat pelayanan KB di Puskesmas
sebanyak empat orang, di Klinik swasta sebanyak tiga orang dan di Bidan Praktek
Swasta sebanyak tiga orang. Alasan memilih tempat tersebut karena dekat dengan
rumah, sudah kenal dengan Bidan, sudah berlangganan dan karena biayanya
gratis. Informasi yang diberikan oleh informan dapat diuraikan seperti di bawah
ini.
“Saya pasang KB di bidan praktek swasta karena kebetulan sudah kenal
sama bidannya dan sudah sering kesana untuk periksa, jaraknya kurang
lebih satu km.”
(FGD.RFP 3. Br. T)
“Saya mendapat pelayanan KB di klinik swasta karena sudah
berlangganan disitu, jarak kurang lebih tiga km dari rumah, kesana
menggunakan sepeda motor dan diantar oleh suami.
(FGD.RFP 4. Br. T)
“Pasang implant di puskesmas karena dekat rumah, jaraknya kurang lebih
satu km dari rumah, dianter kesana sama suami dan biayanya gratis.”
(FGD.RFP 8. Br. T)
60
Hasil wawancara mendalam dengan Bidan Puskesmas dan Bidan Praktek
Swasta didapatkan pernyataan seperti di bawah ini.
“Kalau KB implant memang akseptornya sedikit dibanding KB yang lain
padahal implantnya sendiri di gratiskan di puskesmas.
“Kalau tenaga bidan disini semua sudah dilatih pemasangan dan
pencabutan implant, kalau di puskesmas lain mungkin belum semua
dilatih, jadi kadang pasien yang mau pasang implant dikirim ke
Puskesmas.”
“Kadang juga ada yang dipasang implant pada saat ada Baksos,
semuanya gratis.”
“Implantnya dikasi BKKBN yang 2 batang.”
(Wawancara mendalam PR 1. P. DU I)
“KB implantnya gratis di Puskesmas, disini semua Bidan sudah dilatih
implant, selain di puskesmas juga ada pelayanan pemasangan KB gratis
di luar gedung”.
“Implantnya diberikan sama BKKBN.”
(Wawancara mendalam PR 2. P. DU I)
“Kalau pasang implant di praktek saya pastinya bayar karena kan swasta,
saya juga pakai implant yang 1 batang, saya gak pakai yang dari BKKBN
soalnya lebih sulit pasangnya, kalau yang 1 batang lebih gampang
pasangnya.”
“Kalau pelatihan implant saya sudah dapat, tapi kalau asisten saya
belum.”
(Wawancara mendalam PR 3. BPS)
“Saya tidak pernah memasang implant, karena belum dapat pelatihan,
kalau ada pasien yang mau pakai implant biasanya saya rujuk ke
Puskesmas.”
(Wawancara mendalam PR 4. BPS)
Pernyataan mertua tentang fasilitas dan sarana yang terkait dengan
penggunaan alat kontrasepsi implant pada istri (PUS) dapat diuraikan seperti di
bawah ini.
“Masang KB ring Dinas Kebersihan bu, drike mantun tiang nikaine
mepasang, nak polih gratis, ten naur napi.”
(Wawancara mendalam RM 3)
61
4.4 Pembahasan
4.4.1 Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi
implant
Hasil penelitian mengenai persepsi istri PUS dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant bagi akseptor pengguna implant tergolong baik karena rata-
rata informan memiliki pandangan yang positif tentang KB implant baik dari segi
pemakaiannya yang simpel dan tidak ribet karena tidak memerlukan kontrol
berulang kali, dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang panjang, tidak sakit
pada saat pemasangan karena sudah dibius, tidak perlu dipasangkan alat lewat
vagina seperti saat pemasangan IUD, serta adanya isu bahwa alat kontrasepsi
implant dapat membuat cantik dan tidak membuat jerawat sehingga akseptor
menjadi tertarik untuk menggunakan implant. Hal ini sejalan dengan penelitian
kualitatif yang dilakukan oleh Oktarina (2013) yang meneliti tentang persepsi
suami dalam pemilihan alat kontrasepsi di Puskesmas Kuranji Padang,
menyatakan bahwa persepsi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi tergolong
baik. Studi kualitatif yang dilakukan oleh Nalwadda (2010) yang meneliti tentang
persepsi dan hambatan dari pengguna kontrasepsi menemukan hasil bahwa masih
adanya kendala dalam perubahan persepsi dan pergeseran perilaku terhadap
penggunaan kontrasepsi.
Persepsi istri pasangan usia subur bukan pengguna implant tergolong
kurang baik karena rata-rata informan tidak ingin menggunakan implant yang
diakibatkan oleh adanya isu bahwa dalam proses pemasangan implant diperlukan
tindakan operasi sehingga akan mengalami rasa sakit sehingga calon akseptor
62
takut untuk memakai alkon implant hal ini diakibatkan oleh pengetahuan yang
kurang tentang implant sehingga dapat mempengaruhi persepsi mereka tentang
alat kontrasepsi implant.
Penelitian yang dilakukan oleh Maryatun (2009) juga menunjukkan bahwa
ada hubungan antara persepsi ibu tentang demand atau alasan menggunakan alat
kontrasepsi. Persepsi merupakan proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal
melalui panca inderanya. Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan
alat kontrasepsi implant merupakan suatu proses yang terjadi pada istri pasangan
usia subur untuk mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan alat kontrasepsi
yang digunakannya.
Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi
implant dilandasi dengan adanya teori dari Lawrence Green yang mencoba
menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yakni faktor perilaku serta faktor di
luar perilaku. Perilaku seseorang dapat ditimbulkan dengan adanya persepsi.
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam
merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Setiap manusia
memiliki perbedaan persepsi serta sudut pandang antara yang satu dengan yang
lainnya. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi positif dan ada
juga yang mempunyai persepsi yang tidak baik atau negatif yang mempengaruhi
perilaku serta tindakan seseorang.
Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi terjadi dalam diri seseorang,
namun persepsi juga dapat dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar serta
63
pengetahuan seseorang. Pengetahuan yang kurang tentang implant juga sangat
mempengaruhi persepsi dari istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant. Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant merupakan suatu proses yang terjadi pada istri pasangan usia
subur untuk mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan alat kontrasepsi yang
digunakannya.
4.4.2 Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi
implant
Hasil penelitian mengenai sikap istri pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi implant tergolong baik yang terlihat dalam
pernyataan dari informan pengguna implant bahwa penggunaan implant sangat
penting karena efektif serta dapat digunakan jangka panjang untuk menunda
kehamilan dan menjaga jarak kehamilan, tidak sering kontrol, tidak mudah lupa
serta mempunyai tingkat kegagalan yang rendah sehingga dapat mempengaruhi
sikap istri pasangan usia subur untuk menggunakan alat kontrasepsi implant.
Sikap istri pasangan usia subur bukan pengguna implant kurang baik
karena pengetahuan informan tentang alat kontrasepsi implant sangat kurang hal
ini disebabkan oleh keterbatasan mereka untuk memperoleh informasi tentang alat
kontrasepsi implant. Peran TV, media massa serta internet dalam penggunaan
implant pada istri pasangan usia subur bagi informan pengguna implant sangat
berperan dan penting untuk memperoleh informasi selain dari bidan, sedangkan
bagi bukan pengguna implant menyatakan kurang berperan karena jarang
mengakses serta hanya beberapa jenis kontrasepsi saja yang pernah dilihat di iklan
TV dan tidak pernah mengakses media massa serta internet. Isu-isu terkait seputar
64
implant yang dapat mempengaruhi sikap istri pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi implant dapat dilihat dari pernyataan informan
pengguna implant seperti takut apabila kontrasepsi implant dipergunakan lebih
lama dari jangka waktu yang telah ditentukan maka alkonnya tertimbun jaringan
lemak sehingga sulit untuk dilepaskan serta isu bahwa apabila menggunakan alat
kontrasepsi implant tidak boleh sering mengangkat benda yang berat karena takut
terjadi ekspulsi. Pendapat informan bukan pengguna implant dapat mempengaruhi
sikap istri pasangan usia subur bukan pengguna implant di dalam memutuskan
untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi implant.
Sejalan dengan studi kualitatif yang dilakukan oleh Oktaviani (2010), yang
meneliti tentang implementasi program KB di Kelurahan Lamper Tengah
Kecamatan Semarang menyatakan bahwa sikap dari para penerima program KB
dalam hal ini pria masih tergolong baik. Sikap merupakan suatu tindakan nyata
yang dipengaruhi oleh pengalaman serta mempunyai pengaruh secara dinamik
terhadap respon seseorang. Ekarini (2008), juga mendapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan antara variabel sikap dengan pelayanan KB. Faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang
dianggap penting, media massa serta faktor emosional.
Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant
mengacu pada teori dari Lawrence Green (1980), yang menyatakan bahwa
perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan
faktor diluar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga faktor
yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Sikap
merupakan faktor predisposisi yang diperoleh dari pengalaman pribadi, pengaruh
65
orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga
agama, serta faktor emosional. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat
dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah apabila terdapat situasi atau
keadaan yang mempermudah sikap pada individu tertentu.
4.4.3 Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant
Hasil penelitian tentang pengalaman istri pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi implant didapatkan hasil bahwa pengalaman istri
pasangan usia subur sangat bervariasi seperti menstruasi tidak teratur, menstruasi
lebih lama atau tidak menstruasi, takut mengangkat beban yang berat karena takut
implant patah atau rusak, gatal-gatal dan bengkak sehabis pemasangan, nyaman
dan praktis serta tidak ribet karena tidak kontrol berulang-ulang.
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami oleh seseorang
atau individu. Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori yang menerima
serta menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan
tempat tertentu dan mempunyai fungsi sebagai referensi otobiografi. Pengalaman
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-
harinya. Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman
juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan serta menjadi pedoman
dalam pembelajaran manusia. Pengalaman istri PUS terhadap penggunakan alat
kontrasepsi yang dipilihnya merupakan sesuatu yang tidak terlupakan, karena
sebagian besar istri yang menggunakan alat kontrasepsi menginginkan hal yang
terbaik dan tanpa adanya efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi yang
mereka pakai.
66
Hal ini sejalan dengan studi deskriptif yang dilakukan oleh Wahyu (2013),
menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan dasar sebanyak 19
orang (56%), pengetahuan kurang sebanyak 24 orang (70%) dan responden yang
mengalami pengalaman buruk sebanyak 20 orang (59%).
Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi
implant didukung oleh teori dari Albert Bandura tentang teori Social Learning
yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman, dan
evaluasi. Menurut Albert Bandura, orang belajar melalui pengalaman langsung
atau melalui pengamatan. Pengalaman istri pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi implant sangat penting untuk mengetahui penyebab
dari pengambilan keputusan di dalam pemilihan alat kontrasepsi yang mereka
pergunakan.
4.4.4 Budaya pada istri pasangan usia subur dalam memutuskan
penggunaan alat kontrasepsi implant
Hasil penelitian mengenai budaya tentang jumlah anak serta nilai anak
masih mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi implant. Proses
pengambilan keputusan didalam pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan
diserahkan sepenuhnya kepada istri. Faktor budaya dalam penelitian ini terkait
dengan budaya yang ada di lingkungan masyarakat Bali tentang penggunaan alat
kontrasepsi implant pada istri pasangan usia subur.
Budaya merupakan hasil karya manusia dalam usahanya mempertahankan
hidup, mengembangkan keturunan serta meningkatkan kesejahteraan mereka
67
dengan segala keterbatasan jasmaninya serta sumber-sumber alam yang ada
disekitarnya.
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan
kebenarannya oleh yang bersangkutan dan menyelimuti perasaan-perasaan serta
emosi seseorang sehingga dapat menjadi sumber bagi sistem penilaian individu
tentang hal yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu
yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena kebudayaan itu
diselimuti oleh nilai-nilai moral serta sumber dari nilai-nilai moral tersebut yaitu
pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dimiliki oleh setiap
manusia.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekarini (2008), menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara variabel sosial budaya terhadap KB. Faktor
budaya yang dibahas dalam penelitian ini diperkuat dengan adanya teori dari
Lawrence Green yang menyatakan bahwa budaya merupakan faktor eksternal
yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam hal ini istri pasangan usia subur
dalam pemilihan alat kontrasepsi yang dipakainya.
Faktor budaya diperkuat dengan adanya teori social learning atau teori
belajar sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura yang menekankan bahwa
lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang
tersebut. Albert Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata
refleks atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi
antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.
68
4.4.5 Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat kontrasepsi
implant bagi istri pasangan usia subur
Hasil penelitian mengenai fasilitas dan sarana yang mendukung dalam
pemilihan alat kontrasepsi implant sangat mendukung yang dapat dilihat dari
tersedianya fasilitas serta sarana kesehatan yang menunjang dalam pelayanan KB,
selain itu dapat juga dilihat dari jawaban informan bahwa rata-rata informan
menjawab mendapat pelayanan KB di Puskesmas, di Klinik swasta dan di Bidan
Praktek Swasta yang menandakan bahwa sebagian besar sudah mengakses
fasilitas serta sarana kesehatan. Alasan memilih tempat tersebut juga telah
diuraikan yaitui karena dekat dengan rumah, sudah kenal dengan Bidan, sudah
berlangganan dan karena biaya gratis.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekarini (2008),
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara variabel akses layanan termasuk
fasilitas serta sarana terhadap KB. Fasilitas merupakan segala sesuatu yang
berkaitan dengan tempat yang dipakai untuk menyelenggarakan pelayanan yang
diberikan. Ketersediaan fasilitas kesehatan terkait dengan tempat yang digunakan
untuk memperoleh pelayanan kesehatan seperti: puskesmas, klinik swasta, bidan
praktek swasta, rumah sakit dan lain-lain. Sarana merupakan penunjang didalam
menyelenggarakan pelayanan.Ketersediaan sarana terkait dengan alat-alat serta
obat-obatan yang mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Teori Lawrence Green menjadi dasar didalam menentukan faktor
ketersediaan fasilitas serta sarana sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi
perilaku seseorang. Teori ini menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
69
perilaku seseorang untuk mengakses pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
ketersediaan fasilitas serta sarana yang mendukung dalam pelayanan kesehatan,
dimana dalam hal ini dibahas tentang pelayanan KB implant pada istri pasangan
usia subur.
4.4.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi istri pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi implant
Faktor-faktor yang mempengaruhi istri pasangan usia subur dalam
penggunaan alat kontrasepsi implant dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor persepsi istri
pasangan usia subur dalam penggunaan implant, faktor sikap istri pasangan usia
subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant, serta faktor pengalaman istri
pasangan usia subur tentang penggunaan alat kontrasepsi. Faktor eksternal terdiri
dari faktor budaya dalam penggunaan alat kontrasepsi implant serta faktor
ketersediaan fasilitas dan sarana dalam penggunaan alat kontrasepsi implant.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imroni (2009)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan implant
adalah sikap ibu mengenai implant dan peran suami mengenai implant, sedangkan
variabel tingkat pendidikan, pengetahuan tentang implant, dan pelayanan
konseling KB tidak berhubungan dengan penggunaan implant.
70
4.4.6.1 Faktor Pendukung istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant
Faktor pendukung istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant yaitu telah tersedianya alat kontrasepsi implant baik dari
BKKBN yang didapatkan secara gratis maupun dari pihak swasta yang diperoleh
dengan membeli kontrasepsi implant seperti produk implanon yang berjumlah
satu batang. Fasilitas untuk mengakses pelayanan implant juga telah terjangkau
yaitu ada yang mendapat pelayanan di Puskesmas dengan alasan jarak maupun
biaya yang terjangkau, atau ada juga yang memilih di swasta seperti Bidan
Praktek Swasta karena menginginkan kualitas serta kenyamanan dari pelayanan.
Adanya dukungan suami di dalam penggunaan alat kontrasepsi khususnya implant
juga menjadi faktor yang mendukung istri untuk memilih alat kontrasepsi implant,
karena dengan adanya kerjasama serta saling percaya maka dalam keadaan ideal
akan dapat memilih metode kontrasepsi yang tepat dan yang terbaik. Kerjasama
disini dapat berupa kerjasama dalam pemakaian, pembiayaan serta
memperhatikan tanda bahaya setelah pemakaian kontrasepsi tersebut.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010), yang
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mendukung ibu dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant diperoleh bahwa faktor pengetahuan, pendidikan, dan
ekonomi mendukung penggunaan implant.
4.4.6.2 Faktor Penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan
alat kontrasepsi implant
Faktor penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan implant
adalah masih adanya faktor budaya di Bali seperti jumlah anak serta nilai anak
71
yang mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi implant, tidak semua
tenaga kesehatan mendapatkan pelatihan tentang implant sehingga hanya yang
sudah terlatih saja dapat memberikan pelayanan KB implant, kurangnya promosi
serta sosialisasi tentang alat kontrasepsi implant di masyarakat sehingga
menimbulkan pengetahuan yang kurang serta pemahaman yang salah tentang
penggunaan alat kontrasepsi implant.
Sejalan dengan studi kualitatif yang dilakukan oleh Oktaviani (2010),
menyatakan bahwa faktor yang menghambat penggunaan KB yaitu implementasi
program KB dinyatakan kurang, jaringan komunikasi dalam mensosialisasikan
program KB kurang dan partisipasi masyarakat rendah.
4.5 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini meliputi subyektifitas yang ada pada
peneliti. Penelitian ini sangat tergantung pada interpretasi penelitian serta makna
yang tersirat di dalam melakukan FGD dan wawancara mendalam sehingga
kecenderungan untuk bias masih tetap ada. Untuk mengurangi bias maka
dilakukan proses triangulasi yaitu dengan menggunakan triangulasi sumber.
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cross check data dengan fakta dari
informan yang berbeda dan dari hasil penelitian lainnya.
72
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
5.1.1 Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi
implant
1. Persepsi istri pasangan usia subur bagi pengguna implant tergolong baik
karena rata-rata informan memiliki pandangan yang positif tentang
implant.
2. Persepsi istri pasangan usia subur bukan pengguna implant tergolong
kurang baik karena rata-rata informan kurang mengetahui tentang alat
kontrasepsi implant yang mengakibatkan akseptor KB bukan pengguna
implant tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi implant.
5.1.2 Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi
implant
1. Sikap istri pasangan usia subur bagi pengguna implant tergolong baik yang
terlihat dalam pernyataan bahwa penggunaan implant sangat penting untuk
digunakan karena efektif serta dapat digunakan jangka panjang untuk
menunda kehamilan dan menjaga jarak kehamilan, tidak sering kontrol,
tidak mudah lupa serta mempunyai tingkat kegagalan yang rendah.
2. Sikap istri pasangan usia subur bukan pengguna implant kurang baik
karena keterbatasan mereka untuk memperoleh informasi tentang alat
kontrasepsi implant. Isu-isu terkait seputar implant juga mempengaruhi
73
sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant
sehingga diperlukan penyampaian informasi yang benar dan akurat baik
dari tenaga kesehatan, TV, media massa maupun internet.
5.1.3 Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant
1. Pengalaman istri pasangan usia subur pengguna implant sangat bervariasi
seperti menstruasi tidak teratur dan lebih lama, tidak menstruasi, flek di
wajah, takut mengangkat beban yang berat karena takut implant patah atau
rusak, gatal-gatal dan bengkak sehabis pemasangan, nyaman dan praktis
serta tidak ribet karena tidak usah kontrol berulang-ulang.
2. Pengalaman istri pasangan usia subur bukan pengguna implant yaitu tidak
pernah mempunyai pengalaman dalam penggunaan implant karena
informasi yang diperoleh tentang alkon implant kurang sehingga
memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi lain.
5.1.4 Budaya pada istri pasangan usia subur dalam memutuskan
penggunaan alat kontrasepsi implant
Budaya pada istri pasangan usia subur masih mempengaruhi dalam
memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant. Hal ini dinyatakan dari
pernyataan suami yang mengatakan bahwa masih ada budaya tentang jumlah anak
serta nilai anak yang mempengaruhi dalam memutuskan penggunaan alat
kontrasepsi implant.
74
5.1.5 Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat kontrasepsi
implant bagi istri pasangan usia subur
Fasilitas dan sarana baik bagi pengguna maupun bukan pengguna implant
sangat mendukung, yang dapat dilihat dari tersedianya fasilitas serta sarana
kesehatan yang menunjang dalam pelayanan KB.
5.1.6 Faktor Pendukung istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant
1. Tersedianya alat kontrasepsi implant dari BKKBN yang diberikan secara
gratis maupun dari pihak swasta yang didapatkan dengan membayar.
2. Terjangkaunya fasilitas untuk mengakses pelayanan implant.
3. Adanya dukungan suami dalam memilih penggunaan alat kontrasepsi
khususnya implant.
5.1.7 Faktor Penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat
kontrasepsi implant
1. Masih adanya faktor budaya di Bali seperti jumlah anak serta nilai anak
yang mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi implant.
2. Tidak semua tenaga kesehatan mendapatkan pelatihan tentang implant.
3. Kurangnya promosi serta sosialisasi tentang alat kontrasepsi implant di
masyarakat.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan
Perlu meningkatkan promosi serta sosialisasi tentang alat kontrasepsi
implant di masyarakat dengan melaksanakan penyuluhan tentang KB serta
75
memberikan penjelasan tentang isu-isu kontroversial yang berkembang di
masyarakat terhadap efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian alat
kontrasepsi implant.
5.2.2 Bagi Dinas Kesehatan Dan BKKBN
1. Perlu ditingkatkannya pelaksanaan pelatihan-pelatihan tentang implant
untuk menambah kompetensi serta keterampilan dalam memberikan
pelayanan implant.
2. Perlu memberikan anggaran untuk pemberian reward atau tanda jasa bagi
tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan implant untuk memotivasi
dalam memberikan pelayanan khususnya KB implant.
3. Pemberian reward kepada calon akseptor implant agar mempunyai
keinginan untuk menggunakan implant sehingga cakupan KB implant
dapat ditingkatkan.
5.2.3 Bagi Masyarakat
Masyarakat sebaiknya selalu mencari serta mengakses informasi yang
benar dan akurat tentang hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan alat
kontrasepsi implant termasuk efek samping dari penggunaan implant kepada
tenaga kesehatan, TV, media massa maupun internet.
5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti tentang faktor-faktor lain yang
mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant dengan sampel yang lebih
besar agar hasil yang diperoleh dapat di generalisasi.
76
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Y. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Numed.
Azwar, S. 2009. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka
Pelajar.
Azzahy. 2010. Persepsi dan Motivasi. Jakarta: EGC.
Badan Pembangunan Nasional. 2010. Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJM) Tahun 2010-2014. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2010. Sumatera Utara Dalam Angka, Medan. Sumatera
Utara: BPS.
BKKBN. 2006. Kependudukan dan Pembangunan. Available at: http://
www.bkkbn.go.id / news detail. Php? nid 790. Sitasi 14 Desember 2013
BKKBN. 2008. Pembangunan Program Kesehatan Berencana Nasional Menuju
Indonesia Sehat 2010. BKKBN NAD
BKKBN. 2013. Laporan Umpan Balik Analisis dan Evaluasi Data Hasil Pelkon
dan Dallap Provinsi Bali
Cresswell, J. 2010. Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. SAGE
Djam’an & Aan. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Ekarini, S. 2008. “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Partisipasi
Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali”
(Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro.
Emon, S. 2008. Perlukah Kontap Pria Digunakan Kembali? Available from:
http:// www. Posmetro Padang. Com. Sitasi 10 Desember 2014.
Gibson, J. L. 2003. Organisasi Perilaku, Struktur, Proses, Jilid I, Edisi VIII,
Andriani, N (Alih Bahasa). Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Gunarso, S. 1995. Psikologi Perawatan. Jakarta : BPK Gunung Mulia
Hartanto, H. 2008. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Harymawan. 2007. Dukungan Suami dan Keluarga. Available from:
http://www.infowikipedia.com. Sitasi 4 Februari 2014.
77
Hoggart, L. 2013. Understanding Long-Acting Reversible Contraception : An In-
Depth Investigation Into Sub-Dermal Contraceptive Implant Removal
Amongst Young Women in London. University of Greenwich
Hurlock. 1999. The Psychology of Dress: An Analysis of Fashion and Motive.
Chicago: Ayer Publishing.
Imroni, M. 2009. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Implant
Di Desa Parit Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir” (Tesis).
Semarang: Universitas Diponegoro.
Indira, L. 2009. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi
Yang Digunakan Pada Keluarga Miskin” (Tesis). Semarang: Universitas
Diponegoro.
Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Jakarta: Depdiknas.
Kurnia. 2012. “Tingkat Pengetahuan WUS Tentang KB Implant di Desa
Mantingan Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi” (Tesis). Surakarta:
Universitas Diponegoro.
Larang, A. 2012. “Hubungan Antara Persepsi Pasien Tentang Pelayanan Tenaga
Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien Di Puskesmas Kumelembuai
Kecamatan Kumelembuai Kabupaten Minahasa Selatan” (Tesis).
Semarang: Universitas Diponegoro.
Leimena. 1994. Panduan Bidan Tingkat Desa. Jakarta.
Maryatun. 2009. “Analisis Faktor-Faktor Pada Ibu Yang Berpengaruh Terhadap
Pemakaian Metode Kontrasepsi IUD Di Kabupaten Sukoharjo” (Tesis).
Semarang: Universitas Diponegoro.
Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Mendatu, A. 2007. Etnosentrisme. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Moleong. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya
Muchlas, M. 1997. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Program Pendidikan Pasca
Sarjana Magister Manajemen Rumah Sakit UGM
Nalwadda. 2010. Persistent high fertility in Uganda: young people recount
obstacles and enabling factors to use of contraceptives: BMC Public
Health.
Notoatmojo, S. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurazizah. 2004. Strategi Pemasaran FK Ekonomi. Universitas Jendral Sudirman.
78
Nurfaidah. 2010. “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penggunaan Kb Suntik, IUD
Dan Implant Di Desa Fidy Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Weda
Kecamatan Weda Kabupaten Halmahera Tengah Propinsi Maluku Utara”
(Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro.
Oktarina, R. 2013. “Persepsi Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi Di
Puskesmas Kuranji Padang” (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro.
Oktaviani, A. 2010. “Implementasi Program Keluarga Berencana Di Kelurahan
Lamper Tengah Kecamatan Semarang Selatan” (Tesis). Semarang:
Universitas Diponegoro.
Purwanto, H. 1998. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Purwanto, S. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Raco. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulan.
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Rahmah. 2013. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat
Kontrasepsi Implant Pada Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas
Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh” (Tesis). Semarang:
Universitas Diponegoro.
Rahmat. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: Shindunata
Robin, P. S. 2001. Perilaku Organisasi, Jilid I. Jakarta: PT. Prenhalindo
Saifuddin. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Saifuddin. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina
Pustaka
Saryono & Anggraeni. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Numed
Siagian. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia (cetakan 15). Jakarta: Bumi
Aksara
Simon, A. & Shcuster. 1998. Manajeman Sumber Daya Manusia Jilid 2, Alih
Bahasa Benyamin Molan. Jakarta: PT. Dadi Karyana Abadi.
Speziale & Carpenter. 2003. Qualitative research in nursing Advancing the
humanictic imperative. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
79
Sudrajat. 2007. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Numed.
Sugihartono. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Suparyanto. 2011. Konsep Dasar Keluarga Berencana. Available From: http://dr.
suparyanto.blogspot.com. Sitasi 15 Desember 2013
Susanti. 2010. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Ibu Terhadap
Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Di Puskesmas Ome Kota Tidore
Kepulauan” (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro.
Sutjipto. 2001. Konsep Dasar Minat. Yogyakarta: Numed.
Sutopo. 2006. “Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya Dalam
Penelitian” (Tesis). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Syah, M. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Toha, M. 2003. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
Grafindo Persada.
Walgito, B. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andy.
WHO. 2005. Modul Safe Motherhood. Jakarta: Depkes RI.
Widayatun. 2009. Ilmu Prilaku. Jakarta: Sagung Seto.
Widhiyani. 2011. Efektivitas Implementasi Sistem Informasi Berbasis Teknologi.
Buletin Studi Ekonomi, volume 13. No. 2
Winardi. 2001. Motivasi dan Pemotivasian Manajemen. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Winkjosastro. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wirosuhardjo, K. 2004. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Universitas Indonesia
1
Lampiran 1
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN
No Kegiatan
Tahun 2014
Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Survey Awal
3
Penyelesaian dan Bimbingan Proposal dari Bab I
s/d III
4 Sidang Proposal
5 Revisi Proposal
6 Pengurusan Ijin Penelitian
6 Penelitian
7 Penyelesaian dan Bimbingan Tesis
8 Sidang Hasil
9 Sidang Tesis
72
Lampiran 2
ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
A. Penelitian Proposal
1. Foto Copy Materi untuk literatur Rp. 200.000
2. Pembelian 1 buah flashdisk Rp. 80.000
3. Rental Komputer dan Print Rp. 300.000
4. Biaya Internet Rp. 100.000
5. Transportasi Rp. 200.000
6. Biaya Tak Terduga Rp. 200.000
B. Administrasi Penelitian
1. Biaya izin penelitian di lokasi Rp. 100.000
C. Pengumpulan dan Analisa Data
1. Biaya Penggandaan Pedoman FGD dan Pedoman
Wawancara Mendalam serta Lembar Persetujuan
Partisipan Rp. 200.000
2. Biaya Transportasi Rp. 200.000
3. Biaya kenang-kenangan untuk partisipan Rp. 2.000.000
D. Penyusunan Hasil Perbaikan
1. Pengetikan dan Print Perbaikan Laporan Rp. 300.000
2. Penggandaan dan Penjilidan Rp. 300.000
Jumlah Rp. 4.080.000
73
Lampiran 3
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS UDAYANA
Pernyataan Kesediaan Menjadi Partisipan
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi partisipan pada penelitian yang
dilaksanakan oleh Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Udayana, yang bernama Dewa Ayu Nida Gustikawati, dengan judul Faktor
Pendukung Dan Penghambat Istri Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan Alat
Kontrasepsi Implant Di Puskesmas I Denpasar Utara. Saya mengetahui dan menyadari
bahwa informasi yang saya berikan ini bermanfaat bagi saya sendiri, masyarakat dan
peneliti.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Denpasar,…………..2014
Partisipan
___________________
74
Lampiran 4
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA
SUBUR DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT
DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA
PANDUAN FOCUS GROUP DISSCUSION (FGD)
UNTUK ISTRI PASANGAN USIA SUBUR BUKAN PENGGUNA
IMPLANT
1. Nama Fasilitator :
2. Tanggal FGD :
3. Nama Informan :
NAMA UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN ALAMAT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
75
A. Pendahuluan
1. Memperkenalkan diri. Saya adalah Dewa Ayu Nida Gustikawati,
mahasiswa Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Udayana.
2. Memberitahukan maksud dan tujuan diskusi. Tujuan saya mengumpulkan
ibu-ibu disini adalah untuk mendapatkan informasi tentang Faktor
Pendukung dan Penghambat Istri Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan
Alat Kontrasepsi Implant.
3. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. Identitas yang diberikan
responden pada hari ini akan sangat kami rahasiakan dan hanya untuk
konsumsi pendidikan. Mohon kiranya memberikan informasi secara
terbuka dan tidak ada yang ditutup-tutupi.
4. Mempersiapkan alat rekam. Minta ijin mempersiapkan alat perekam yang
dibantu oleh pendamping peneliti.
5. Setelah tercipta suasana kondusif maka FGD baru bisa dimulai.
B. Pertanyaan yang diajukan
1. Menurut Ibu, apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi (KB)?
Probing: sebutkan jenis-jenis alat kontrasepsi (KB)!
2. Alat kontrasepsi (KB) apa yang Ibu gunakan saat ini? Probing: berapa lama
menggunakan dan alasan menggunakannya!
3. Ceritakan pandangan Ibu tentang alat kontrasepsi (KB) implant/susuk?
4. Menurut pandangan Ibu, apakah ada orang lain yang mempengaruhi dalam
penggunaan alat kontrasepsi (KB) yang ibu pilih?
Probing: pengaruh mertua, Bidan, PKB, tokoh masyarakat.
5. Ceritakan tentang peran TV, media massa, serta internet dalam pembentukan
opini atau kepercayaan Ibu terhadap pemilihan alat kontrasepsi (KB) yang
ibu gunakan?
Probing: Jelaskan isu-isu yang pernah didengar dari TV, media massa, serta
internet!
76
6. Ceritakan tentang budaya, tradisi atau kepercayaan di masyarakat yang
mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi (KB)?
7. Ceritakan tentang peran suami dalam pemilihan alat kontrasepsi (KB) yang
Ibu gunakan!
8. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung dalam pemilihan alat
kontrasepsi yang ibu pergunakan!
Probing: Dimanakah mendapatkan pelayanan kb, alasan memilih tempat
tersebut, berapa biaya yang dikeluarkan serta sumber dana!
77
Lampiran 5
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA
SUBUR TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT
DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA
PANDUAN FOCUS GROUP DISSCUSION (FGD)
UNTUK ISTRI PASANGAN USIA SUBUR PENGGUNA
IMPLANT
1. Nama Fasilitator :
2. Tanggal FGD :
3. Nama Informan :
NAMA UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN ALAMAT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
78
C. Pendahuluan
1. Memperkenalkan diri. Saya adalah Dewa Ayu Nida Gustikawati,
mahasiswa Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Udayana.
2. Memberitahukan maksud dan tujuan diskusi. Tujuan saya mengumpulkan
ibu-ibu disini adalah untuk mendapatkan informasi tentang Faktor
Pendukung dan Penghambat Istri Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan
Alat Kontrasepsi Implant.
3. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. Identitas yang diberikan
responden pada hari ini akan sangat kami rahasiakan dan hanya untuk
konsumsi pendidikan. Mohon kiranya memberikan informasi secara
terbuka dan tidak ada yang ditutup-tutupi.
4. Mempersiapkan alat rekam. Minta ijin mempersiapkan alat perekam yang
dibantu oleh pendamping peneliti.
5. Setelah tercipta suasana kondusif maka FGD baru bisa dimulai.
D. Pertanyaan yang diajukan
1. Menurut Ibu, apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi (KB)?
Probing: Sebutkan jenis-jenis alat kontrasepsi (KB)!
2. Alat kontrasepsi (KB) apa yang Ibu gunakan dan sudah berapa lama
menggunakan alat kontrasepsi (KB) tersebut?
3. Ceritakan pandangan Ibu tentang alat kontrasepsi (KB) implant/susuk?
Probing: Jelaskan keunggulan, kelemahan dan efek samping KB
implant/susuk!
4. Darimanakah ibu mendapatkan informasi mengenai alat kontrasepsi (KB)
implant/susuk?
5. Menurut pendapat Ibu, siapakah yang dapat menggunakan alat kontrasepsi
implant/susuk?
6. Ceritakan apakah alat kontrasepsi (KB) implant/susuk tersebut penting atau
tidak untuk digunakan?
79
7. Ceritakan apakah ada orang lain yang mempengaruhi dalam memilih alat
kontrasepsi yang Ibu gunakan?
Probing: pengaruh mertua, Bidan, PKB, tokoh masyarakat!
8. Ceritakan tentang peran TV, media massa, serta internet dalam
pembentukan opini atau kepercayaan Ibu terhadap pemilihan alat
kontrasepsi (KB) implant/susuk?
Probing: Jelaskan isu-isu tentang implant yang pernah didengar dari TV,
media massa, serta internet!
9. Pengalaman apa yang Ibu dapatkan setelah menggunakan alat kontrasepsi
(KB) implant/susuk?
Probing: Apakah ada kendala atau keluhan setelah pemasangan KB
implant/susuk?
10. Setelah masa kerja alat kontrasepsi implant yang digunakan habis, apakah
Ibu ingin tetap menggunakan atau ingin berhenti?
Probing: Jelaskan pendapat Ibu!
11. Ceritakan tentang budaya, tradisi atau kepercayaan di masyarakat yang
mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi (KB) implant/susuk?
Probing: Jelaskan pendapat Ibu!
12. Ceritakan tentang peran suami dalam pemilihan alat kontrasepsi (KB)
yang Ibu gunakan!
13. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung dalam pemilihan
alat kontrasepsi implant/susuk!
Probing: Dimanakah mendapatkan pelayanan kb, alasan memilih tempat
tersebut, berapa biaya yang dikeluarkan serta sumber dana!
80
Lampiran 6
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA
SUBUR DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT
DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA
WAWANCARA MENDALAM BIDAN PUSKESMAS
4. Nama Fasilitator :
5. Tanggal Wawancaran Mendalam :
6. Nama Partisipan :
7. Alamat Partisipan :
8. Telepon Partisipan :
E. Pendahuluan
5. Memperkenalkan diri. Saya adalah Dewa Ayu Nida Gustikawati,
mahasiswa Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Udayana.
6. Memberitahukan maksud dan tujuan diskusi. Tujuan kami adalah untuk
mendapatkan informasi tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Istri
Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant.
7. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. Identitas yang diberikan
responden pada hari ini akan sangat kami rahasiakan dan hanya untuk
konsumsi pendidikan. Mohon kiranya memberikan informasi secara
terbuka dan tidak ada yang ditutup-tutupi.
81
8. Mempersiapkan alat rekam. Minta ijin mempersiapkan alat perekam yang
dibantu oleh pendamping peneliti.
9. Setelah tercipta suasana kondusif maka FGD baru bisa dimulai.
F. Pertanyaan yang diajukan
1. Ceritakan tentang alur pelayanan KB yang Ibu berikan di puskesmas!
2. Menurut Ibu, apakah informasi mengenai metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP) penting atau tidak untuk diinformasikan kepada akseptor
atau calon akseptor KB? Probing: Jelaskan pendapat Ibu!
3. Ceritakan tentang informasi KB implant yang Ibu berikan pada calon
akseptor KB! Probing: Siapakah yang Ibu berikan informasi tentang
implant?
4. Ceritakan tentang peran suami calon akseptor KB yang mendapat
pelayanan di Puskesmas!
5. Menurut pendapat Ibu, apakah budaya atau tradisi di masyarakat
mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant?
6. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung penggunaan KB
implant! Probing: berapa tenaga bidan yang sudah terlatih, ketersediaan
implant!
82
WAWANCARA MENDALAM BIDAN PRAKTEK SWASTA
1. Ceritakan tentang alur pelayanan KB yang Ibu berikan di tempat praktek Ibu!
2. Menurut Ibu, apakah informasi mengenai metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) penting atau tidak untuk diinformasikan kepada akseptor atau calon
akseptor KB? Probing: Jelaskan pendapat Ibu!
3. Ceritakan tentang informasi KB implant yang Ibu berikan pada calon akseptor
KB! Probing: Siapakah yang Ibu berikan informasi tentang implant?
4. Ceritakan tentang peran suami calon akseptor KB yang mendapat pelayanan di
tempat praktek Ibu!
5. Menurut pendapat Ibu, apakah budaya atau tradisi di masyarakat
mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant?
6. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung penggunaan KB
implant! Probing: berapa tenaga bidan yang sudah terlatih!
WAWANCARA MENDALAM UNTUK PENYULUH KB (PKB)
1. Ceritakan tentang kegiatan yang ibu lakukan di lapangan terkait dengan
pekerjaan ibu sebagai penyuluh KB!
2. Menurut pendapat ibu, apakah informasi mengenai alat kontrasepsi implant
penting atau tidak untuk diinformasikan kepada akseptor atau calon akseptor
KB? Probing: Jelaskan pendapat ibu!
3. Pernahkah ibu memberikan penyuluhan tentang alat kontrasepsi implant?
Probing: Apabila pernah, informasi apa saja yang ibu berikan?
83
4. Siapa sajakah yang ibu berikan penyuluhan tentang implant? Probing:
Jelaskan pendapat Ibu!
5. Ceritakan tentang peran suami calon akseptor KB yang ibu berikan
penyuluhan!
6. Menurut pandangan ibu, apakah budaya atau tradisi di masyarakat
mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant? Probing: budaya seperti
apa?
7. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung dan menghambat
penggunaan KB implant?
WAWANCARA MENDALAM UNTUK MERTUA
1. Menurut Ibu, apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi (KB)? Probing:
Sebutkan jenis-jenis alat kontrasepsi (KB)!
2. Apakah ibu pernah menggunakan KB? Probing: Apabila pernah, KB apa
yang ibu pernah pakai dan berapa lama memakainya?
3. Ceritakan tentang peran Ibu didalam pemilihan alat kontrasepsi yang
dipergunakan oleh anak dan menantu ibu? Probing: Apakah ibu pernah
menyarankan untuk memakai salah satu jenis KB?
4. Apakah ibu pernah mendengar tentang KB implant/ susuk? Probing: Apabilah
pernah, jelaskan tentang KB implant!
5. Menurut pandangan Ibu, adakah unsur budaya, tradisi atau kepercayaan di
masyarakat yang mempengaruhi dalam memilih alat kontrasepsi (KB)
implant/susuk? Probing: Jelaskan pendapat Ibu!
84
6. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung dalam pemilihan alat
kontrasepsi yang digunakan oleh anak dan menantu ibu! Probing: Dimanakah
mendapatkan pelayanan kb, alasan memilih tempat tersebut, berapa biaya
yang dikeluarkan serta sumber dana!
WAWANCARA MENDALAM UNTUK SUAMI
1. Menurut Bapak, apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi (KB)?
Probing: Sebutkan jenis-jenis alat kontrasepsi (KB)!
2. Alat kontrasepsi (KB) apa yang Bapak dan Istri pilih dan sudah berapa lama
menggunakan alat kontrasepsi (KB) tersebut?
3. Ceritakan pandangan Bapak tentang alat kontrasepsi (KB) implant/susuk?
Probing: Jelaskan keunggulan, kelemahan dan efek samping KB
implant/susuk!
4. Menurut pandangan Bapak, apakah alat kontrasepsi (KB) implant/susuk
tersebut penting atau tidak untuk digunakan?
5. Ceritakan apakah ada orang lain yang mempengaruhi dalam memilih alat
kontrasepsi yang Bapak dan Istri gunakan?
6. Bagaimanakah peran TV, media massa, serta internet dalam pembentukan
opini atau kepercayaan Bapak terhadap pemilihan alat kontrasepsi (KB)
implant/susuk? Probing: Jelaskan isu-isu tentang implant yang pernah
didengar dari TV, media massa, serta internet!
85
7. Menurut pandangan Bapak, adakah unsur budaya, tradisi atau kepercayaan di
masyarakat yang mempengaruhi dalam memilih alat kontrasepsi (KB)
implant/susuk? Probing: Jelaskan pendapatnya!
8. Ceritakan tentang peran Bapak dalam pemilihan alat kontrasepsi (KB) yang
digunakan!
9. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung dalam pemilihan alat
kontrasepsi implant/susuk! Probing: Dimanakah mendapatkan pelayanan kb,
alasan memilih tempat tersebut, berapa biaya yang dikeluarkan serta sumber
dana!
86
LAMPIRAN 7
87
88
LAMPIRAN 8
89
LAMPIRAN 9
90
Lampiran 10
DOKUMENTASI FGD ISTRI (PUS) PENGUNA IMPLANT
Papan Nama Balai Banjar Tainsiat Perkenelan dengan Peserta FGD
Pengguna Implant
Memberikan Penjelasan tentang Proses Pengambilan Data
Tata Cara Penelitian FGD pada Istri PUS Pengguna Implant
Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data
FGD pada Istri PUS Pengguna Implant FGD pada Istri PUS Pengguna Implant
91
Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data
FGD pada Istri PUS Pengguna Implant FGD pada Istri PUS Pengguna Implant
Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data
FGD pada Istri PUS Pengguna Implant FGD pada Istri PUS Pengguna Implant
Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data
FGD pada Istri PUS Pengguna Implant FGD pada Istri PUS Pengguna Implant
92
Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data
FGD pada Istri PUS Pengguna Implant FGD pada Istri PUS Pengguna Implant
Proses Pengambilan Data Foto Bersama setelah selesai
FGD pada Istri PUS Pengguna Implant Pengambilan Data FGD pada Istri
Pus Pengguna Implant
Foto Bersama setelah selesai
Pengambilan Data FGD pada Istri
Pus Pengguna Implant
93
LAMPIRAN 11
DOKUMENTASI FGD ISTRI (PUS) BUKAN PENGGUNA IMPLANT
Papan Nama Rumah Makan Perkenelan dengan Peserta
Ulam Segara FGD pada Istri Pus bukan
Pengguna Implant
Memberikan Penjelasan tentang Proses Pengambilan Data
Tata Cara Penelitian FGD pada Istri PUS
bukan Pengguna Implant
Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data
FGD pada Istri PUS FGD pada Istri PUS
bukan Pengguna Implant bukan Pengguna Implant
94
Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data
FGD pada Istri PUS FGD pada Istri PUS
bukan Pengguna Implant bukan Pengguna Implant
Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data
FGD pada Istri PUS FGD pada Istri PUS
bukan Pengguna Implant bukan Pengguna Implant
Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data
FGD pada Istri PUS FGD pada Istri PUS
bukan Pengguna Implant bukan Pengguna Implant
95
Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data
FGD pada Istri PUS FGD pada Istri PUS
bukan Pengguna Implant bukan Pengguna Implant
Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data
FGD pada Istri PUS FGD pada Istri PUS
bukan Pengguna Implant bukan Pengguna Implant
Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data
FGD pada Istri PUS FGD pada Istri PUS
bukan Pengguna Implant bukan Pengguna Implant
96
Proses Pengambilan Data Proses Pengambilan Data
FGD pada Istri PUS FGD pada Istri PUS
bukan Pengguna Implant bukan Pengguna Implant
Foto Bersama setelah selesai
Pengambilan Data FGD pada Istri
Pus bukan Pengguna Implant
97
Lampiran 12
DOKUMENTASI WAWANCARA MENDALAM
Wawancara mendalam dengan Wawancara mendalam dengan
Penyuluh KB Bidan Praktek Swasta
Wawancara mendalam dengan Wawancara mendalam dengan
Bidan Puskesmas Bidan Puskesmas
Wawancara mendalam dengan Wawancara mendalam dengan
Suami PUS Suami PUS
98
Wawancara mendalam dengan Wawancara mendalam dengan
Suami PUS Mertua PUS
Wawancara mendalam dengan Wawancara mendalam dengan
Mertua PUS Mertua PUS