faktor risiko kejadian hipertensi pada pekerja konstruksi

17
100 Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019 Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi di Proyek Pembangunan Tol Tahun 2018 Ajeng Ade Heryant, Rafiah Maharani Pulungan Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jakarta Abstrak Latar belakang : WHO memperkirakan akan terdapat 1,56 miliyar dewasa yang menderita hipertensi pada tahun 2025. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara umur, riwayat keluarga, kebiasaan olahraga, kebiasaan konsumsi kopi dan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada pekerja konstruksi zona 3 di proyek pembangunan tol Depok-Antasari PT. Girder Indonesia Tahun 2018. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 80 orang menggunakan teknik simple random sampling dari seluruh pekerja konstruksi zona 3 yaitu dimulai dari jalan Andara-jalan Brigif. Pengumpulan data hipertensi menggunakan tensimeter dan stetoskop dan instrumen pengumpulan data riwayat keluarga, kebiasaan olahraga, kebiasaan konsumsi kopi dan kebiasaan merokok. Uji chi square digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel dengan CI= 95% dan α=0,05. Hasil : Penelitianini menunjukan ada hubungan antara kebiasaan konsumsi kopi (p=0,000) dan kebiasaan merokok (p=0,000). Tidak ada hubungan pada umur (0,336), riwayat keluarga (0,688), kebiasaan olahraga (0,538). Kesimpulan : Saran bagi pekerja sebaiknya lebih memperhatikan pola hidup sehingga dapat terhindar dari risiko hipertensi. Saran bagi PT. Girder Indonesia dapat memfasilitasi pelayanan kesehatan agar para pekerja dapat melakukan pengecekan kesehatan secara berkala. Kata Kunci: Faktor Risiko, Hipertensi, Pekerja Risk Factors For Hypertension In Construction Workers Of Toll Development Projects in 2018 Abstract Background : WHO estimates there will be 1.56 billion adults with hypertension in 2025.This study aims to investigate the correlation between age, family history, exercise habits, coffee consumption habits and smoking habits with hypertension in three zones of construction workers in the construction project of the Depok-Antasari toll road PT. Girder Indonesia 2018. Methods :This research method is quantitative research with cross-sectional desain study with a sample size of 80 people using simple random sampling technique of all construction workers zone 3 which starts from the Andara-road brigade. Collected of hypertension data used a sphygmomanometer and stethoscope and family history data collection instrument, exercise habits, coffee consumption habits and smoking habits. Results : Analyze statically used chi-square test to see the correlation between variables with CI = 95% and α = 0.05.0.336),family history (0.688), regular exercise (0.538). research suggestion for workers should pay more attention to their lifestyle to avoid the risk of hypertension. Conclusion : Suggestions for the company PT. Girder Indonesia can facilitate health services for their workers so that workers can perform health checks on a regular basis. Keywords: Factors, Hypertension, Worker Alamat Korespondensi: Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, Jl. Raya Limo, Depok Email : [email protected]

Upload: others

Post on 21-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi

100 Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019

Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi di Proyek

Pembangunan Tol Tahun 2018

Ajeng Ade Heryant, Rafiah Maharani Pulungan

Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jakarta

Abstrak

Latar belakang : WHO memperkirakan akan terdapat 1,56 miliyar dewasa yang menderita hipertensi pada

tahun 2025. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara umur, riwayat keluarga, kebiasaan

olahraga, kebiasaan konsumsi kopi dan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada pekerja konstruksi

zona 3 di proyek pembangunan tol Depok-Antasari PT. Girder Indonesia Tahun 2018.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi cross sectional dengan jumlah

sampel sebanyak 80 orang menggunakan teknik simple random sampling dari seluruh pekerja konstruksi zona 3

yaitu dimulai dari jalan Andara-jalan Brigif. Pengumpulan data hipertensi menggunakan tensimeter dan stetoskop dan instrumen pengumpulan data riwayat keluarga, kebiasaan olahraga, kebiasaan konsumsi kopi dan

kebiasaan merokok. Uji chi square digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel dengan CI= 95%

dan α=0,05.

Hasil : Penelitianini menunjukan ada hubungan antara kebiasaan konsumsi kopi (p=0,000) dan kebiasaan

merokok (p=0,000). Tidak ada hubungan pada umur (0,336), riwayat keluarga (0,688), kebiasaan olahraga

(0,538).

Kesimpulan : Saran bagi pekerja sebaiknya lebih memperhatikan pola hidup sehingga dapat terhindar dari

risiko hipertensi. Saran bagi PT. Girder Indonesia dapat memfasilitasi pelayanan kesehatan agar para pekerja

dapat melakukan pengecekan kesehatan secara berkala.

Kata Kunci: Faktor Risiko, Hipertensi, Pekerja

Risk Factors For Hypertension In Construction Workers Of Toll

Development Projects in 2018 Abstract

Background : WHO estimates there will be 1.56 billion adults with hypertension in 2025.This study aims to

investigate the correlation between age, family history, exercise habits, coffee consumption habits and smoking

habits with hypertension in three zones of construction workers in the construction project of the Depok-Antasari toll road PT. Girder Indonesia 2018.

Methods :This research method is quantitative research with cross-sectional desain study with a sample size of

80 people using simple random sampling technique of all construction workers zone 3 which starts from the

Andara-road brigade. Collected of hypertension data used a sphygmomanometer and stethoscope and family

history data collection instrument, exercise habits, coffee consumption habits and smoking habits.

Results : Analyze statically used chi-square test to see the correlation between variables with CI = 95% and α =

0.05.0.336),family history (0.688), regular exercise (0.538). research suggestion for workers should pay more

attention to their lifestyle to avoid the risk of hypertension.

Conclusion : Suggestions for the company PT. Girder Indonesia can facilitate health services for their workers

so that workers can perform health checks on a regular basis.

Keywords: Factors, Hypertension, Worker

Alamat Korespondensi:

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jakarta, Jl. Raya Limo, Depok

Email : [email protected]

Page 2: Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi

Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019

101

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan salah satu

penyebab utama penyakit kardiovaskular di

seluruh dunia. Betapa tidak, hipertensi

menjadi suatu kondisi yang sering

ditemukan pada pelayanan kesehatan

primer. Bagi kebanyakan masyarakat pasti

sudah tak asing lagi mendengar kata

hipertensi. Hipertensi dipandang sebagai

gangguan kesehatan serius karena

kedatangannya seringkali tidak kita sadari

dengan sedikit, kalaupun ada, gejala yang

nyata. Penyakit ini bisa terus bertambah

parah tanpa disadari hingga tingkat yang

mengancam hidup penderitanya (Carlson,

2016).

Hipertensi merupakan penyakit kronik

akibat gangguan sistem sirkulasi darah yang

kini masih menjadi masalah dalam

kesehatan masyarakat. Hipertensi sering

disebut sebagai the silent killer karena

penderita tidak dapat merasakan gejalanya.

Berdasarkan data WHO (2008), sebesar

40% penduduk dunia usia dewasa menderita

hipertensi. Prevalensi hipertensi di Amerika

sebesar 35%, di kawasan Eropa sebesar

41%, dan Australia sebesar 31,8%.

Prevalensi tertinggi terdapat pada kawasan

Afrika yaitu sebesar 46%. Prevalensi

hipertensi pada kawasan Asia Tenggara

adalah sebesar 37%. Thailand sebesar

34,2%, Brunei Darussalam 34,4%,

Singapura 34,6%, dan Malaysia 38%.

Sedangkan menurut data World Health

Organization (WHO) tahun 2011 sekitar 1

miliyar penduduk dunia menderita

hipertensi dengan 2/3 kejadian hipertensi

terjadi di negara berkembang. Hipertensi

juga telah membunuh 8 juta orang tiap tahun

di dunia dan sekitar 1,5 juta orang tiap tahun

di Asia Tenggara atau sekitar 1/3 dewasa di

Asia Tenggara menderita hipertensi. Dengan

terus bertambahnya kejadian hipertensi,

WHO memperkirakan akan terdapat 1,56

miliyar dewasa yang menderita hipertensi

pada tahun 2025 (Estiningsing, 2012).

Di Indonesia, hipertensi cenderung

mengalami peningkatan. Menurut hasil riset

kesehatan dasar oleh (Badan Litbang

Departemen Kesehatan RI, 2007)

menunjukan prevalensi hipertensi secara

nasional mencapai 32,2% risiko hipertensi

lebih besar pada penduduk yang tinggal di

kota besar. Prevalensi tertinggi terdapat di

provinsi Kalimantan Selatan sebesar 39,6%.

Provinsi Jawa Barat memiliki prevalensi

sebesar 29,3 % lebih tinggi dibandingkan

dengan DKI Jakarta sebesar 28,8%.

Sedangkan berdasarkan diagnosa tenaga

kesehatan prevalensi hipertensi di DKI

Jakarta dengan cakupan wilayah Kepulauan

Seribu (8,8%), Jakarta Selatan (11,1%),

Jakarta Timur (9,2%), Jakarta Pusat

(12,6%), Jakarta Barat (8,9%) dan Jakarta

Utara (10,4%).

Berdasarkan profil oleh (DIJEN PP &

PL tahun 2008 dalam Estiningsing, 2012) di

provinsi DKI Jakarta angka kejadian

Page 3: Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi

102 Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019

hipertensi mencapai 5500 kasus. Menurut

data surveilan kasus hipertensi di DKI

Jakarta pada tahun 2011 diketahui

mencapai 188.751 penderita. Hipertensi

berada di urutan ketiga penyakit penyebab

kematian setelah strok dan TB, yaitu sebesar

6,8%. Strok, hipertensi dan penyakit jantung

juga termasuk 3 dari 10 penyakit penyebab

kematian tertinggi pada kelompok umur 15

– 44 tahun di perkotaan yaitu dengan

proporsi 4,2%, 3,3% dan 2,9% (Badan

Litbang Departemen Kesehatan RI, 2007).

Faktor risiko hipertensi adalah umur,

jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik

(faktor resiko yang tidak dapat

diubah/dikontrol), kebiasaan merokok,

konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh,

penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi

minum-minuman beralkohol, obesitas,

kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan

estrogen (Pusat Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI, 2014). Umur

merupakan faktor risiko lain yang

mempengaruhi kejadian hipertensi. Risiko

kejadian hipertensi muncul sejak seseorang

berumur 20 tahun pada laki- laki dan wanita,

dan terus meningkat seiring dengan

bertambahnya umur (Rahayu, 2012).

Menurut U.S. Departement Of Health And

Human Services, (2004) menyatakan bahwa

seseorang yang biasanya mempunyai

tekanan darah normal pun mempunyai risiko

hipertensi sejak berusia 55 tahun.

Faktor riwayat penyakit keluarga atau

genetik merupakan salah satu faktor risiko

hipertensi. Meskipun hingga kini para

peneliti belum mengetahui pasti bagaimana

proses dan gen apa yang mempengaruhi,

namun mereka meyakini genetik ikut

berperan dalam peningkatan tekanan darah

seseorang (Ruus, Kepel dan Umboh, 2015).

Seseorang yang memiliki riwayat hipertensi

keluarga, akan berisiko lebih besar untuk

menderita hipertensi. Orang tua yang

menderita hipertensi berisiko menurunkan

hipertensi kepada satu dari tiga anaknya,

sedangkan jika salah satunya tidak

menderita hipertensi maka peluang anak

menderita hipertensi menjadi satu dari 20

anak yang dilahirkan (Rizkawati, 2012).

Olahraga banyak dihubungkan dengan

pengelolaan hipertensi, karena olahraga

isotonik dan teratur dapat menurunkan

tahanan perifer yang akan menurunkan

tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan

dengan peran obesitas pada hipertensi.

Kurang melakukan olahraga akan

meningkatkan kemungkinan timbulnya

obesitas dan jika asupan garam juga

bertambah akan memudahkan timbulnya

hipertensi (Prayitno, 2013). Berdasarkan

hasil penelitian dari 141 responden penderita

hipertensi esensial (primer) 138 responden

tidak pernah berolahraga, yang berarti

bahwa orang yang menderita hipertensi

esensial (primer) kemungkinan dapat

dikarenakan kurang berolahraga atau kurang

Page 4: Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi

Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019

103

beraktivitas (Bangsawan and Sundari,

2015).

Kebiasaan minum kopi, seseorang

yang pantang untuk konsumsi kopi memiliki

risiko hipertensi yang lebih rendah dari pada

yang mengkonsumsi kopi sedikit atau >0 – 3

cangkir sehari. Sedangkan pada seseorang

yang mengkonsumsi kopi lebih dari 6

cangkir sehari memiliki risiko hipertensi

yang lebih rendah dari pada yang

mengkonsumsi kopi sedikit atau >0 – 3

cangkir sehari (Uiterwaal et al., 2007).

Sedangkan menurut penelitian lain

menyatakan bahwa orang yang memiliki

kebiasaan minum kopi sehari 1-2 cangkir

per hari meningkatkan risiko hipertensi

sebanyak 4,12 kali lebih tinggi dibanding

subjek yang tidak memiliki kebiasaan

minum kopi (Nabila et al., 2016)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Purniawaty, (2010) menyatakan bahwa

perokok lebih berisiko mengalami hipertensi

dibandingkan dengan yang bukan perokok,

konsumsi rokok memiliki hubungan dengan

hipertensi yaitu sebesar 39,2% (Rahayu,

2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Manggopa et al., (2013) responden yang

merokok dari usia 15 tahun sampai paling

tua 49 tahun di dapati responden yang

melakukan kebiasaan merokok setiap hari

dengan jumlah rokok ≥10 batang/hari dalam

satu bulan terakhir lebih banyak

dibandingkan dengan responden yang

merokok <10 batang/hari setiap hari,

sehingga hampir semua responden yang

merokok ≥10 batang/hari yang mengalami

hipertensi.

Dampak dari penyakit hipertensi ini

apabila tidak ditanggulangi dengan baik

dapat menimbulkan masalah besar bagi

kehidupan seseorang karena komplikasi

yang ditimbulkannya seperti stroke, infark

miokardial, gagal ginjal, sampai kematian

(situasi yang gawat akibat peninggian

tekanan darah yang tiba-tiba). Oleh karena

itu, jika hipertensi tidak terkontrol akan

berdampak pada penyakit kardiovaskuler –

serebrovaskuler dan penyakit jantung

iskemik. Hipertensi yang tidak terkontrol

dapat menyebabkan tingginya peluang untuk

terjadinya penyakit kardiovaskular, 7 kali

lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar

terkena Congestive Heart Failure (CHF),

dan 3 kali lebih besar terkena serangan

jantung (Rahajeng&Tuminah, 2009).

Prevalensi angka hipertensi pada

pekerja laki-laki lebih besar dari pada angka

prevalensi pada perempuan. Usia dewasa

merupakan kelompok usia produktif.

Namun, pada usia tersebut umumnya

seseorang kurang memiliki motivasi untuk

memperhatikan kesehatannya. Walaupun

90% dari penyebab hipertensi adalah

riwayat keluarga, namun faktor lain seperti

aktivikas fisik dan gaya hidup turut

memengaruhi kejadian hipertensi (Pertiwi,

2012).

Page 5: Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi

104 Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019

Pesatnya proyek infrastruktur di

Indonesia saat ini memungkinkan besarnya

angka pekerja laki-laki yang berkerja

sebagai pekerja konstruksi pada proyek

pembangunan tersebut. Kebiasaan merokok

dan konsumsi kopi ketika istirahat saat

bekerja serta tidak rutin berolahraga dapat

menyebabkan berbagai macam penyakit

pada pekerja konstruksi salah satunya yakni

penyakit hipertensi jika dilihat dari faktor

yang dapat di kontol dan faktor yang tidak

dapat di kontrol. Proyek Pembangunan jalan

tol Depok – Antasari atau Desari adalah

proyek jalan tol penghubung antara Jakarta

– Depok. Tol ini dikelola oleh anak

perusahaan PT. Citra Marga

Nusaphala (CMNP) yakni PT Citra

Waspphutowa, bekerja sama dengan PT.

Girder Indonesia sebagai kontraktor utama

yang mensuplai pegawai sub kontraktor

yang menyediakan pekerja konstruksi untuk

pembangunan proyek tol Depok-Antasari.

Pembangunan jalan tol penghubung antara

Jakarta dengan Depok dibagi atas 3 zona

yaitu zona 1 dimulai dari jalan Antasari

sampai jalan Mandala, zona 2 dimulai dari

jalan Mandala sampai jalan Andara

sedangkan zona 3 dimulai dari jalan Andara

sampai jalan Brigif. Rumusan masalah dari

penelitian ini adalah berdasarkan studi

pendahuluan yang dilakukan di zona 3

proyek pembangunan tol Depok-Antasari

PT. Girder Indonesia tahun 2018 dengan

mewawancarai safety officer didapatkan

hasil bahwa tidak adanya fasilitas dan

petugas kesehatan yang melakukan

pemeriksaan kesehatan secara berkala pada

pekerja konstruksi serta tidak adanya

program berolahraga rutin untuk pekerja

konstruksi. Seharusnya proyek tersebut

mempunyai program khusus untuk

pemeriksaan kesehatan secara berkala dan

program olahraga bagi para pekerjanya

sehingga faktor kejadian yang berhubungan

dengan hipertensi dapat dicegah.

Berdasarkan hasil tersebut rumusan masalah

penelitian adalah apakah ada hubungan

antara umur, riwayat keluarga, kebiasaan

olahraga, konsumsi kopi dan kebiasaan

merokok dengan kejadian hipertensi pada

pekerja konstruksi zona 3 di Proyek

Pembangunan Tol Depok – Antasari PT.

Girder Indonesia Tahun 2018?

Tujuan dari penelitian ini untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan (umur, riwayat keluarga, olahraga,

kebiasaan merokok dan kebiasaan minum

kopi) dengan hipertensi pada pekerja

konstruksi zona 3 Proyek Pembangunan Tol

Depok – Antasari PT. Girder Indonesia

Tahun 2018.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif dengan pendekatan studi cross

sectional dengan jumlah sampel sebanyak

80 orang menggunakan teknik simple

random sampling dari seluruh pekerja

Page 6: Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi

Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019

105

konstruksi zona 3 yaitu dimulai dari jalan

Andara-jalan Brigif. Pengumpulan data

hipertensi menggunakan tensimeter dan

stetoskop dan instrumen pengumpulan data

riwayat keluarga, kebiasaan olahraga,

kebiasaan konsumsi kopi dan kebiasaan

merokok. Uji chi square digunakan untuk

menganalisis hubungan antar variabel

dengan CI= 95% dan α=0,05.

HASIL

Gambaran Pengukuran Hipertensi

Pekerja Konstruksi Zona 3 PT. Girder

Indonesia Tahun 2018

Berdasarkan hasil pengukuran

hipertensi pada tabel dapat diketahui bahwa

mayoritas pekerja kontruksi zona 3 PT.

Girder Indonesia menderita hipertensi yaitu

sebanyak 64 pekerja (80%). Sedangkan

sebanyak 16 (20%) pekerja konstruksi zona

3 PT. Girder Indonesia yang tidak

hipertensi.

Gambaran Umur, Riwayat Keluarga,

Kebiasaan Olahraga, Kebiasaan

Konsumsi Kopi dan Kebiasaan Merokok

Pekerja Konstruksi Zona 3 PT. Girder

Indonesia Tahun 2018

Berdasarkan hasil peneliti

didapatkan bahwa distribusi variabel umur

dengan hipertensi pada tabel 4 dapat

diketahui bahwa mayorias pekerja

konstruksi zona 3 PT. Girder Indonesia

berusia ≥35 tahun yaitu 46 pekerja (57,5%).

Berdasarkan hasil distribusi variabel riwayat

keluarga dapat diketahui bahwa mayoritas

pekerja konstruksi zona 3 PT. Girder

Indonesia tidak mempunyai riwayat

keluarga 49 pekerja (61,2%). Berdasarkan

hasil distribusi variabel kebiasaan olahraga

pada tabel dapat diketahui bahwa mayoritas

pekerja konstruksi PT. Girder Indonesia

memiliki kebiasaan olahraga yaitu sebanyak

42 pekerja (52,5%).

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur,

Riwayat Keluarga, Kebiasaan Olahraga,

Kebiasaan Konsumsi Kopi dan

Kebiasaan Merokok Variabel Frekuensi Presentase

(%)

Umur

<35 Tahun 34 42,5

≥35 Tahun 46 57,5

Riwayat Keluarga

Tidak Ada 49 61,2

Ada 31 39,8

Kebiasaan Olahraga

Tidak Rutin 38 47,5

Ya, Rutin 42 52,2

Kebiasaan Konsumsi

Kopi

Bukan Peminum

Kopi

19 23,8

Peminum Kopi 61 76,2

Kebiasaan Merokok

Bukan Perokok 23 28,8

Perokok 57 71,2

Jumlah 80 100

Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan hasil frekuensi kebiasaan

konsumsi kopi pada tabel dapat diketahui

bahwa mayoritas pekerja konstruksi zona 3

PT. Girder Indonesia memiliki kebiasaan

konsumsi kopi yaitu sebanyak 61 pekerja

(76,2%). Berdasarkan hasil distribusi

Page 7: Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi

106 Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019

variabel kebiasaan merokok pada tabel dapat

diketahui bahwa mayoritas pekerja

konstruksi zona 3 PT. Girder Indonesia

banyak yang memiliki kebiasaan merokok

yaitu sebanyak 57 pekerja (71,2%).

Hubungan Antara Umur dengan

Hipertensi

Tabel 2. Umur dengan Hipertensi

Umur

Hipertensi

Total

P

Value

Tidak

Hipertensi

Hiperten

si

N % N % N %

<35

≥35

9

7

26,5

15,2

25

39

73,5

84,8

34

46

100

100

0,336

Sumber : Data Primer, 2018

Hasil analisis hubungan antara umur

dengan hipertensi diperoleh bahwa pekerja

yang berusia ≥35 tahun mayoritas

mengalami hipertensi sebanyak 39 pekerja

(84,8%). Dan pekerja yang berusia <35

tahun sebanyak 25 pekerja (73,5%)

mengalami hipertensi. Hasil analisis

menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan antara umur dengan hipertensi

dengan nilai (pvalue=0,336 ).

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan peneliti menujukan bahwa

mayoritas pekerja konstruksi yang memiliki

hipertensi pada kelompok umur ≥35 tahun

yaitu sebanyak 39 (84,8%). Sedangkan

pekerja konstruksi pada kelompok umur

<35 dan memiliki hipertensi sebanyak 25

(73,5%). Hasil penelitian ini menyatakan

bahwa tidak ada hubungan antara umur

dengan hipertensi. Hal tersebut didukung

oleh hasil uji statistik yang menyatakan nilai

p value =0,336 > 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna antara umur dengan

hipertensi pada pekerja konstruksi zona 3

proyek pembangunan tol Depok-Antasari

PT. Girder Indonesia Tahun 2018.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh

peneliti tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Handayani dan Sartika,

(2013) dengan judul hipertensi pada pekerja

migas x di Kalimantan Timur, Indonesia

yang menyatakan ada hubungan antara umur

dengan hipertensi hasil analisis penelitian ini

meggunakan metode penelitian pendekatan

cross-sectional hasil uji statistik tersebut

didapatkan nilai p-value = 0,000 dimana

nilai p- value <0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara usia dengan kejadian

hipertensi. Hasil penelitian selanjutnya juga

tidak sejalan Vinholes et al., (2017) dengan

judul Association of workplace and

population characteristics with prevalence

of hypertension among Brazilian industry

workers: a multilevel analysis. Menyatakan

hasil uji chi square di dapatkan bahwa nilai

p = 0,001 dengan ⍺ = 0,05 (p < ⍺) maka Ho

ditolak. Hal ini menunjukan bahwa terdapat

hubungan antara umur dengan hipertensi.

Peningkatan kejadian hipertensi yang

dipengaruhi oleh bertambahnya umur terjadi

Page 8: Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi

Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019

107

secara alami sebagai proses menua dan

didukung oleh beberapa faktor eksternal.

Hal ini berkaitan dengan perubahan struktur

dan fungsi kardiovaskuler. Seiring dengan

bertambahnya umur, dinding ventrikel kiri

dan katub jantung menebal serta elastisitas

pembuluh darah menurun. Atherosclerosis

meningkat, terutama pada individu dengan

gaya hidup tidak sehat. Kondisi inilah yang

menyebabkan peningkatan tekanan darah

sistolik maupun diastolik yang berdampak

pada peningkatan tekanan darah (Angelina,

2017).

Berdasarkan hasil penelitian

menyatakan bahwa mayoritas pekerja yang

mengalami hipertensi berada pada kelompok

umur ≥35 tahun namun dalam penelitian ini

menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara hipertensi dengan umur

sehingga peneliti dapat simpulkan bahwa

hipertensi tidak hanya dipengaruhi oleh

umur tetapi ada faktor lain seperti pola

hidup yang diutamakan. Menurut teori yang

dilakukan oleh Kauffman dalam Rizkawati

(2012) pada usia produktif kejadian

hipertensi lebih tinggi pada laki-laki

dibanding pada perempuan. Namun setelah

menopause (post menopause) kejadian

hipertensi akan lebih besar pada perempuan

dibandingkan laki-laki. Dengan demikian

tentu akan terjadi lonjakan prevalensi

hipertensi pada perempuan setelah

menopause dibandingkan sebelum

menopause, sedangkan pada laki-laki

peningkatan prevalensi hipertensi tidak akan

terlalu meningkat dari usia produktif ke usia

lansia.

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh peneliti bahwa penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Novitaningsih (2014) dengan judul

hubungan karakteristik (umur, jenis

kelamin, tingkat pendidikan) dan aktivitas

fisik dengan tekanan darah pada lansia di

kelurahan makamhaji kecamatan kartasura

kabupaten sukoharjo dengan menunjukkan

hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar

0,148 (p>0,05), maka H0 diterima sehingga

dapat disimpulkan tidak ada hubungan

antara umur lansia dengan tekanan darah.

Menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa

kejadian hipertensi pada pekerja tidak hanya

dipengaruhi oleh umur namun ada faktor-

faktor lain seperti tidak adanya fasilitas

kesehatan dan petugas kesehatan yang

melakukan pemeriksaan kesehatan secara

berkala kepada pekerja konstruksi sehingga

dapat mempengaruhi kejadian hipertensi

pada semua kelompok umur yang berkerja

sebagai pekerja konstruksi zona 3 di PT.

Girder Indonesia.

Hubungan Riwayat Keluarga Dengan

Hipertensi

Hasil analisis hubungan antara

riwayat keluarga dengan hipertensi

diperoleh bahwa pekerja yang tidak

memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi

Page 9: Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi

108 Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019

mayoritas mengalami hipertensi sebanyak

38 pekerja (77,6%). Dan pekerja yang

memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi

sebanyak 26 pekerja (83,9%) mengalami

hipertensi. Hasil analisis menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan antara

riwayat keluarga dengan hipertensi dengan

nilai (pvalue=0,688 ).

Tabel 3. Riwayat Keluarga dengan

Hipertensi

Riwayat

Keluarga

Hipertensi

Total

P

Value

Tidak

Hipertensi

Hiperten

si

N % N % N %

Tidak

Ada

Ada

11

5

22,4

16,1

38

26

77,6

83,9

49

31

100

100

0,688

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan peneliti menunjukan bahwa

mayoritas responden sebanyak 38 (77,6%)

yang menderita hipertensi tetapi tidak

memiliki riwayat keluarga dengan

hipertensi. Sedangkan sebanyak 26 (83,9%)

responden yang menderita hipertensi dan

memiliki riwayat keluarga dengan

hipertensi. Hasil uji bivariat menyatakan p

value = 0,688 > 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna antara riwayat keluarga

dengan hipertensi pada pekerja konstruksi

zona 3 proyek pembangunan tol Depok-

Antasari PT. Girder Indonesia Tahun 2018.

Hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Merah Bangsawan dan Sundari 2015 dengan

judul faktor-faktor yang berhubungan

dengan hipertensi. Hasil uji statistik

penelitian tersebut didapatkan nilai p-value

sebesar 0,12 yang berarti > 0,05, sehingga

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna antara riwayat keluarga

dengan kejadian hipertensi esensial (primer)

di Desa Karang Anyar. Hasil penelitian yang

di lakukan oleh Pertiwi, 2012 menunjukan

hasil Berdasarkan uji statistik, prevalensi

hipertensi pada kelompok yang memiliki

riwayat keluarga hipertensi sebesar 73.5%.

Dengan diperolehnya nilai p = 0.019 (<

0.05), maka diketahui terdapat hubungan

signifikan antara riwayat keluarga dengan

hipertensi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh

peneliti sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Tula, Ratag dan Kandou

(2017) dengan judul hubungan antara

aktifitas fisik, riwayat keluarga dan umur

dengan kejadian hipertensi di desa tarabitan

kecamatan likupang barat kabupaten

minahasa utara hasil uji statistik

menggunakan uji chi square didapatkan

bahwa nilai p = 1,000 (p > ⍺) maka Ho

diterima. Hal ini menunjukan bahwa antara

riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi

di Desa Tarabitan Kecamatan Likupang

Barat Kabupaten Minahasa Utara tidak

memiliki hubungan.

Page 10: Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi

Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019

109

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh peneliti mayoritas pekerja

yang tidak memiliki riwayat keluarga

sebanyak 38 pekerja (77,6%) mengalami

hipertensi namun dalam penelitian ini tidak

terdapat hubungan antara riwayat keluarga

dengan hipertensi pada pekerja konstruksi

zona 3 proyek pembangunan tol Depok-

Antasari PT. Girder Indonesia sehingga

dapat simpulkan bahwa hipertensi tidak

hanya dipengaruhi oleh adanya riwayat

keluarga namun ada faktor-faktor lain

seperti faktor lingkungan yang mendukung

terjadinya hipertensi dengan riwayat

keluarga. Pekerja konstruksi biasanya

kebanyakan berasal dari luar daerah

sehingga faktor lingkungannya berbeda

dengan satu keluarga dan dengan

lingkungan keluarganya. Teori ini didukung

oleh penelitian Newhouse dalam Rizkawati

(2012) yang menyebutkan biasanya satu

keluarga hidup di lingkungan yang sama

sehingga mereka memiliki faktor risiko

lingkungan yang hampir sama seperti

makanan dan gaya hidup. Faktor-faktor

yang sama itu kemudian dapat

meningkatkan risiko hipertensi pada anggota

keluarga tersebut.

Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan

Hipertensi

Hasil analisis hubungan antara

kebiasaan olahraga dengan hipertensi

diperoleh bahwa pekerja yang tidak rutin

berolahraga mayoritas mengalami hipertensi

sebanyak 32 pekerja (84,2%). Dan pekerja

yang rutin melakukan olahraga sebanyak 32

pekerja (76,2%) mengalami hipertensi. Hasil

analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan antara kebiasaan olahraga dengan

hipertensi dengan nilai (pvalue=0,538).

Tabel 4. Kebiasaan Olahraga dengan

Hipertensi

Kebiasaan

Olahraga

Hipertensi

Total

P

Value Tidak

Hiperten

si

Hiperten

si

N % N % N %

Tidak

Ya

6

10

15,8

23,8

32

32

84,2

76,2

38

42

100

100

0,538

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

peneliti terdapat sebanyak 32 (84,2%)

hipertensi dan tidak memiliki kebiasaan

berolahraga. Sedangkan sebanyak 26

(76,2%) pekerja dengan hipertensi dan

memiliki kebiasaan berolahraga. Hasil

penelitian ini bahwa tidak ada hubungan

antara kebiasaan olahraga dengan hipertensi.

Hal tersebut didukung oleh hasil uji statistik

yang menyatakan nilai p value =0,538 >

0,05, sehingga penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna antara kebiasaan olahraga

dengan hipertensi pada pekerja konstruksi

zona 3 proyek pembangunan tol Depok-

Antasari PT. Girder Indonesia Tahun 2018.

Hasil penelitian tersebut tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Page 11: Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi

110 Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019

Wahyuddin dan Andajani, 2016 dengan

judul tidak berolahraga, obesitas dan

merokok pemicu hipertensi pada laki-laki

usia 40 tahun ke atas. Hasil analisis bivariat

menunjukan bahwa kebisaan tidak olahraga

= 0,000 (OR: 18,06; 95% CI: 4,44-80,25)

memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal

ini juga tidak sejalan dengan penelitian

dengan judul hubungan aktivitas fisik,

indeks massa tubuh dan konsumsi minuman

beralkohol dengan kejadian hipertensi di

Rumah sakit Tk III R. W. Mongisidi

Manado. Hasil uji statistik chi square

didapatkan bahwa nilai p = 0,007, dengan α

= 0,05, maka Ho ditolak. Dengan demikian

artinya terdapat hubungan antara aktivitas

fisik dengan hipertensi (Pretisya A. N.

Koloay, Afnal Asrifuddin, 2017).

Kecenderungan untuk terkena

hipertensi pada seseorang yang kurang

aktivitas fisik yaitu sebesar 30–50%

(Rimbawan dan Siagian dalam Putriastuti,

2015). Tetapi hasil penelitian yang

dilakukan oleh peneliti menyatakan bahwa

mayoritas pekerja yang tidak rutin

berolahraga sebanyak 32 pekerja (84,2%)

mengalami hipertensi namun dalam

penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara hipertensi

dengan kebiasaan olahraga. Sehingga

menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa

hipertensi tidak hanya dipengaruhi oleh

kebiasaan olahraga tetapi ada faktor lain

seperti tidak adanya program olahraga rutin

yang disediakan perusahaan pada pekerja

sehingga pekerja tidak melakukan olahraga

dan pekerja memperhatikan kesehatannya.

Hal ini didukung dengan penelitian

yang dilakukan oleh Ismanto (2013) dengan

judul hubungan olahraga terhadap tekanan

darah penderita hipertensi rawat jalan di

rumah sakit pku muhammadiyah surakarta,

berdasarkan hasil uji analisa statistik

didapatkan nilai p = 0,250 Ho diterima,

berarti tidak ada hubungan antara frekuensi

olahraga dengan tekanan darah pada

penderita hipertensi. Tidak adanya

hubungan antara frekuensi olahraga dengan

tekanan darah pada pasien hipertensi karena

penyebab kenaikan tekanan darah pada

penderita hipertensi antara lain pola makan,

stress, daya tahan tubuh pada penyakit,

olahraga, obesitas atau kegemukan, umur,

jenis kelamin (Ismanto, 2013).

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Kopi

dengan Hipertensi

Hasil analisis hubungan antara

kebiasaan konsumsi kopi dengan hipertensi

diperoleh bahwa pekerja peminum kopi

mayoritas mengalami hipertensi sebanyak

61 pekerja (100%). Dan pekerja yang bukan

peminum kopi sebanyak 3 pekerja (15,8%)

mengalami hipertensi. Hasil analisis

menunjukkan bahwa ada hubungan antara

kebiasaan konsumsi kopi dengan hipertensi

dengan nilai (pvalue =0,000).

Page 12: Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi

Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019

111

Tabel 5. Kebiasaan Konsumsi Kopi

dengan Hipertensi

Kebiasaan

Konsumsi

Kopi

Hipertensi

Total

P

Value Tidak

Hiperten

si

Hiperten

si

N % N % N %

Tidak

Ya

16

0

84,2

0

3

61

15,8

100

19

61

100

100

0,000

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan peneliti terdapat sebanyak 61

(100%) pekerja yang memiliki kebiasaan

konsumsi kopi dengan hipertensi.

Sedangkan sebanyak 3 (15,8%) pekerja

yang tidak memiliki kebiasaan konsumsi

kopi dengan hipertensi. Hasil penelitian

menyatakan bahwa ada hubungan antara

kebiasaan konsumsi kopi dengan hipertensi.

Hal tersebut didukung oleh hasil uji statistik

dengan melihat hasil fisher exact

menyatakan nilai p value =0,000 < 0,05

berdasarkan pengukuran hipertensi,

sehingga penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara

kebiasaan konsumsi kopi dengan hipertensi

pada pekerja konstruksi zona 3 proyek

pembangunan tol Depok-Antasari PT.

Girder Indonesia Tahun 2018.

Hasil ini sejalan dengan penelitian

Firmansyah (2011) dengan judul hubungan

merokok dan konsumsi kopi dengan tekanan

darah pada pasien hipertensi. Hasil analisis

dengan uji Chi-square didapatkan nilai p-

value=0,020 menunjukkan terdapat

hubungan yang signifikan antara konsumsi

kopi dengan tekanan darah pada pasien

hipertensi. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Ruus, Kepel dan Umboh, (2015)

menyatakan bahwa konsumsi kopi tidak

memiliki hubungan terhadap peningkatan

tekanan darah dalam penelitian yang telah

dilakukan pada laki- laki di Desa Ongkaw

Dua Kecamatan Sinonsayang. Hasil uji

statistik Chi Square menunjukkan nilai p

sebesar 0,942 (p>0,05).

Konsumsi kopi berbahaya bagi

penderita hipertensi karena kandungan

kafein yang terdapat didalamnya bisa

meningkatkan tekanan darah baik sistolik

maupun diastolik. Konsumsi 1 cangkir kopi

setiap hari dapat meningkatkan tekanan

darah sistolik sebesar 0,19 mmHg dan

tekanan darah diastolik sebesar 0,27 mmHg,

akan tetapi peningkatan tekanan darah baik

sistolik maupun diastolik ini disesuaikan

dengan faktor usia, indeks massa tubuh,

merokok, konsumsi alkohol, dan aktifitas

fisik atau faktor-faktor lain yang

berhubungan dengan hipertensi.

(Firmansyah, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh

peneliti menyatakan bahwa mayoritas

pekerja yang mengkonsumsi kopi sebanyak

61 pekerja (100%) mengalami hipertensi

dalam penelitian ini menyatakan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara hipertensi

dengan kebiasaan kebiasaan konsumsi kopi.

Kopi yang masuk kedalam tubuh akan

didistribusikan ke seluruh tubuh oleh aliran

Page 13: Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi

112 Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019

darah dari traktus gastro intestinal dalam

waktu sekitar 5-15 menit. Absorpsi kafein

dalam saluran pencernaan mencapai kadar

99% kemudian akan mencapai puncak di

aliran darah dalam waktu 45–60 menit.

Kafein sangat efektif bekerja dalam tubuh

sehingga memberikan efek yang bermacam-

macam bagi tubuh. Orang yang memiliki

kebiasaan minum kopi sehari 1-2 cangkir

per hari meningkatkan risiko hipertensi

sebanyak 4,12 kali lebih tinggi dibanding

subjek yang tidak memiliki kebiasaan

minum kopi (Nabila et al., 2016).

Cara kerja kafein dalam tubuh

dengan mengambil alih reseptor adinosin

dalam sel saraf yang akan memicu produksi

hormon adrenalin dan menyebabkan

peningkatan tekanan darah, sekresi asam

lambung, dan aktivitas otot, serta

perangsang hati untuk melepaskan senyawa

gula dalam aliran darah untuk menghasilkan

energi ekstra. Kafein yang terdapat pada

kopi memiliki sifat antagonis endogenus

adenosin, sehingga dapat menyebabkan

vasokonstriksi dan peningkatan resistensi

pembuluh darah tepi. Namun dosis yang

digunakan dapat mempengaruhi efek

peningkatan tekanan darah. Seseorang yang

biasa meminum kopi dengan dosis kecil

mempunyai adaptasi yang rendah terhadap

efek kafein (Nabila et al., 2016).

Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan

Hipertensi

Hasil analisis hubungan antara

kebiasaan merokok dengan hipertensi

diperoleh bahwa pekerja yang merokok

mayoritas mengalami hipertensi sebanyak

57 pekerja (100%). Dan pekerja yang bukan

perokok sebanyak 7 pekerja (30,4%)

mengalami hipertensi. Hasil analisis

menunjukkan bahwa ada hubungan antara

kebiasaan merokok dengan hipertensi

dengan nilai (pvalue =0,000).

Tabel 6. Kebiasaan Merokok dengan

Hipertensi

Kebiasaan

Merokok

Hipertensi

Total

P

Value Tidak

Hiperten

si

Hiperten

si

N % N % N %

Tidak

Ya

16

0

69,9

0

7

57

30,4

100

23

57

100

100

0,000

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

peneliti terdapat sebanyak 57 (100%)

pekerja yang memiliki kebiasaan merokok

dengan hipertensi. Sedangkan sebanyak 7

(30,4%) pekerja yang tidak memiliki

kebiasaan merokok dengan hipertensi. Hasil

penelitian dengan melihat hasil fisher exact

menyatakan bahwa ada hubungan antara

kebiasaan merokok dengan hipertensi. Hal

tersebut didukung oleh hasil uji statistik

yang menyatakan nilai pvalue =0,000 < 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara kebiasaan

Page 14: Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi

Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019

113

merokok dengan hipertensi pada pekerja

konstruksi zona 3 proyek pembangunan tol

Depok-Antasari PT. Girder Indonesia Tahun

2018.

Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ns. Apriza,

S.Kep (2014) dengan judul hubungan

perilaku merokok dengan penyakit

hipertensi pada laki-laki usia 45-59 tahun di

desa kuok kecamatan kuok tahun 2013.

Berdasarkan Uji Chi-Square didapatkan

hasil bahwa ada hubungan perilaku merokok

dengan penyakit hipertensi pada laki-laki

usia 45-59 tahun di desa kuok kecamatan

kuok dengan nilai p = 0,004 (˂ 0,05). Riset

ini sejalan dengan penelitian Mustolih,

Trisnawati dan Ridha, (2014) dengan judul

faktor yang berhubungan dengan kejadian

hipertensi pada perokok pasif tahun 2014

dengan hasil penelitian menunjukan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna lokasi

kebiasaan merokok (p value = 0,041).

Hal ini sejalan dengan penelitian

Kudati, Ratag dan Kawatu (2016) dengan

judul faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian hipertensi pada laki-laki

yang berusia 40 tahun ke atas di kelurahan

bahoi kecamatan tagulandang kabupaten

siau tagulandang biaro. Berdasarkan hasil

yang sudah di uji dengan menggunakan uji

chi square diperoleh nilai < 0,05 (0,010).

Hal ini menunjukan bahwa antara kebiasaan

merokok dan kejadian hipertensi memiliki

hubungan.

Merokok berhubungan dengan

hipertensi menurut Panahal, Ratag and B.S.,

(2016) Tembakau memiliki efek yang sangat

besar dalam meningkatkan tekanan darah

hal ini terjadi karena adanya kandungan zat

kimia dalam tembakau seperti nikotin dapat

meningkatkan tekanan darah pada seseorang

hanya dengan sekali hisap. Karbon

monoksida yang terkandung dalam asap

rokok juga bisa menjadi salah satu penyebab

naiknya tekanan darah. karbon monoksida

tersebut akan menggantikan ikatan oksigen

di dalam darah sehingga jantung akan

memaka oksigen untuk masuk ke dalam

jaringan tubuh.

Zat-zat kimia seperti nikotin dan

karbon monoksida yang dihisap melalui

rokok yang masuk ke dalam aliran darah

dapat merusak lapisan endotel pembuluh

darah arteri, mengakibatkan proses

aterosklerosis dan tekanan darah tinggi.

Pada studi autopsy dibuktikan kaitan erat

antara kebiasaan merokok dengan adanya

aterosklerosis pada seluruh pembuluh darah.

Nikotin pada perokok secara langsung akan

meningkatkan tekanan darah. Efek

peningkatan tekanan darah bersifat

sementara sekitar 30 menit selama seseorang

merokok namun bila seseorang merokok

dalam waktu yang lama maka tekanan darah

tetap meningkat. Untuk menjadi sakit maka

seseorang harus menghisap rokok selama

bertahun-tahun. Makin lama seseorang

mempunyai kebiasaan merokok maka makin

Page 15: Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi

114 Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019

besar kemungkinan mendapat penyakit.

Meskipun penyakit akibat merokok tidak

segera terlihat pada perokok-perokok muda,

namun mereka sebenarnya tidak sesehat

kawan- kawan sebayanya yang tidak

merokok (Anna Maria Sirait dan Riyadina,

2010). Menurut studi dengan hewan coba

untuk mengetahui pengaruh rokok terhadap

perkembangan arterisklerosis menyatakan

bahwa paparan rokok menyebabkan stress

oksidatif dan kegagalan vasorelaksasi

endothelium sehingga menimbulkan

peningkatan terhadap tekanan darah

(Wahyuddin dan Andajani, 2016).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan hubungan antara umur, riwayat

keluarga, kebiasaan olahraga, kebiasaan

konsumsi kopi dan kebiasaan merokok

dengan hipertensi pada pekerja konstruksi

zona 3 proyek pembangunan tol Depok-

Antasari tahun PT. Girder Indonesia tahun

2018 dapat ditarik kesimpulan bahwa

prevalensi hipertensi diketahui bahwa

mayoritas pekerja lebih banyak menderita

hipertensi yaitu sebanyak 80% (64 pekerja)

dan 20% (16 pekerja) yang tidak mengalami

hipertensi.

Distribusi prevalensi menurut umur

dengan hipertensi mayoritas pekerja yang

berumur >35tahun memiliki hipertensi

sebanyak 84,8% (39 pekerja). Distribusi

menurut riwayat keluarga dengan hipertensi

mayoritas pekerja tidak memiliki riwayat

keluarga sebanyak 77,6% (38 pekerja).

Distribusi menurut kebiasaan olahraga

dengan hipertensi mayoritas pekerja tidak

berolahraga sebanyak 84,2% (32 pekerja).

Distribusi menurut kebiasaan konsumsi kopi

dengan hipertensi mayoritas pekerja yang

mengkonsumsi kopi sebanyak 100% (61

pekerja) dan distribusi kebiasaan merokok

dengan hipertensi mayoritas pekerja yang

merokok sebanyak 100% (57 pekerja).

Penelitian ini menunjukan bahwa tidak

ada hubungan yang bermakna antara umur

dengan hipertensi pada pekerja konstrusi

zona 3 PT. Girder Indonesia dengan nilai p

value= 0,336.

Penelitian ini menunjukan bahwa tidak

ada hubungan bermakna antara riwayat

keluarga dengan hipertensi pada pekerja

konstruksi zona 3 PT. Girder Indonesia

dengan nilai p value = 0,688.

Penelitian ini menunjukan bahwa tidak

ada hubungan yang bermakna antara

kebiasaan olahraga dengan hipertensi pada

pekerja konstruksi zona 3 PT. Girder

Indonesia dengan nilai p value = 0,538.

Penelitian ini menunjukan bahwa ada

hubungan bermakna antara kebiasaan

konsumsi kopi dengan hipertensi pada

pekerja konstruksi zona 3 PT. Girder

Indonesia dengan nilai p value = 0,000.

Penelitian ini menunjukan bahwa ada

hubungan bermakna antara keiasaan

merokok dengan hipertensi pada pekerja

Page 16: Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi

Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019

115

konstruksi zona 3 PT. Girder Indonesia

dengan nilai p value = 0,000.

DAFTAR PUSTAKA

Angelina, D. 2017. Faktor-Faktor Yang

Berhubungan dengan Hipertensi Pada

Pekerja Di Padric Jaya Di Chemicals

Tangerang Tahun 2017.

Anna Maria Sirait and Riyadina, W. 2010.

Hipertensi pada Pekerja Industri

Dikawasan Industri Pulogadung, XX,

pp. 188–197.

Badan Litbang Departemen Kesehatan RI

.2007. Riset Kesehatan Dasar 2007,

Laporan Nasional 2007.

Carlson, W. (2016) Mengatasi Hipertensi.

Edited by I. Kurniawan. Bandung:

Nuansa Cendekia.

Estiningsing, H. S. 2012 Hubungan Indeks

Massa Tubuh Dan Faktor Lain

dengan Kejadian Hipertensi Pada

Kelompok Usia 18-44 Tahun Di

Kelurahan Sukamaju Depok Tahun

2012. Universitas Indonesia.

Firmansyah, M. R. 2011. Hubungan

Merokok dan Konsumsi Kopi dengan

Tekanan Darah pada Pasien

Hipertensi, pp. 263–268.

Handayani, Y. N. and Sartika, R. A. D.

2013. Hipertensi Pada Pekerja Migas

X Di Kalimantan Timur, Indonesia,

Makara Seri Kesehatan, 17(1), pp.

17–25. doi: 10.7454/msk.v17i1.xxxx.

Ismanto, I. 2013. Hubungan Olahraga

Terhadap Tekanan Darah Penderita

Hipertensi Rawat Jalan di Rumah

Sakit Pku Muhammadiyah Surakarta.

Kudati, I. G., Ratag, B. T. and Kawatu, P. A.

T. 2016. Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Kejadian

Hipertensi Pada Laki-Laki Yang

Berusia 40 Tahun Ke Atas Di

Kelurahan Bahoi Kecamatan

Tagulandang Kabupaten Siau

Tagulandang Biaro, pp. 1–7.

Manggopa, R. S. et al. 2013. Hubungan

Antara Kebiasaan Merokok Dan Stres

dengan Kejadian Penyakit Hipertensi

Di Desa Tarabitan Kecamatan

Likupang Barat Kabupaten Minahasa

Utara.

Merah Bangsawan and Sundari, L. 2015.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan

dengan Kejadian Hipertensi, Jurnal

Keperawatan, XI(2), pp. 216–223.

Mustolih, A., Trisnawati, E. and Ridha, A.

2014. Faktor Yang Berhubungan

dengan Kejadian Hipertensi Pada

Perokok Pasif (Studi Kasus Pada

Keluarga Perokok Aktif Di Desa Bukit

Mulya Kecamatan Subah Kabupaten

Sambas Kalimantan Barat), (111).

Nabila, A. et al. 2016. Pengaruh Kopi

terhadap Hipertensi The Effect of

Coffee on Hypertension, Pengaruh

Kopi terhadap Hipertensi, 5(2), pp. 2–

6.

Ns. Apriza, S.Kep, M. K. 2014 Hubungan

Perilaku Merokok dengan Penyakit

Hipertensi Pada Laki-Laki Usia 45-59

Tahun Di Desa Kuok Kecamatan

Kuok Tahun 2013, 5, pp. 9–18.

Novitaningsih, T. 2014. Hubungan

Karakteristik (Umur, Jenis Kelamin,

Tingkat Pendidikan) dan Aktivitas

Fisik Dengan Tekanan Darah Pada

Lansia Di Kelurahan Makamhaji

Kecamatan Kartasura Kabupaten

Sukoharjo.

Panahal, T., Ratag, B. T. and B.S., J. W.

2016. Hubungan Antara Aktifitas

Fisik, Perilaku Merokok, dan Stres

Dengan Kejadian Hipertensi Di

Rumah Sakit Bhayangkara Tk III

Manado.

Pertiwi, R. E. 2012. Hubungan Indeks

Massa Tubuh, Riwayat Hipertensi

Pada Pegawai Satlantas dan Sumba

Di Polresta Depok Tahun 2012.

Universitas Indonesia.

Prayitno, F. H. D. A. N. 2013 Faktor-Faktor

Yang Berhubungan dengan Tekanan

Darah Di Puskesmas Telaga Murni,

Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1), pp.

20–25.

Pretisya A. N. Koloay, Afnal Asrifuddin, B.

T. R. 2017. Hubungan Aktivitas Fisik,

Indeks Massa Tubuh dan Konsumsi

Minuman Beralkohol dengan

Page 17: Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pekerja Konstruksi

116 Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019

Kejadian Hipertensi Di Rumah Sakit

Tk III R. W. Mongisidi Manado, pp. 1–

7. Pusat Data Dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI. 2014.

Hipertensi.

Putriastuti, L. 2015. Analisis Hubungan

Antara Kebiasaan Olahraga dengan

Kejadian Hipertensi Pada Pasien

Usia 45 Tahun Keatas, (August 2016),

pp. 225–236.

Rahajeng, E. and Tuminah, S. 2009.

Prevalensi Hipertensi dan

Determinannya Di Indonesia, 59.

Rahayu, H. 2012. Faktor Risiko Hipertensi

pada Masyarakat RW 01 Srengseng

Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kota

Jakarta Selatan Tahun 2012.

Rizkawati, D. 2012. Indeks Massa Tubuh,

Lama Bekerja, Kebiasaan Makan Dan

Gaya Hidup Hubungannya dengan

Hipertensi pada (Pramudi) Bus

Transjakarta Tahun 2012.

Ruus, M., Kepel, B. J. and Umboh, J. M. L.

2015. Hubungan Antara Konsumsi

Alkohol dan Kopi Dengan Kejadian

Hipertensi Pada Laki-Laki Di Desa

Ongkaw Dua Kecamatan Sinosayang

Kabupaten Minahasa Selatan, Jurnal

Kesehatan, pp. 105–112.

Tula, G. J., Ratag, B. T. and Kandou, G. D.

2017. Hubungan Antara Aktifitas

Fisik, Riwayat Keluarga dan Umur

Dengan Kejadian Hipertensi Di Desa

Tarabitan Kecamatan Likupang Barat

Kabupaten Minahasa Utara, pp. 1–6.

Uiterwaal, C. S. P. M. et al. 2007. Coffee

intake and incidence of hypertension 1

– 3, (2), pp. 718–723.

U.S. Departement Of Health And Human

Services. 2004. The Seventh Report of

the Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation,

and Treatment of High Blood

Pressure, National High Blood

Pressure Education Program.

Vinholes, D. B. et al. 2017. Association of

workplace and population

characteristics with prevalence of

hypertension among Brazilian

industry workers: a multilevel

analysis, BMJ Open, 7(8), p. e015755.

doi: 10.1136/bmjopen-2016-015755.

Wahyuddin, D. and Andajani, S. 2016.

Tidak Berolahraga, Obesitas, dan

Merokok Pemicu Hipertensi pada

Laki-Laki Usia 40 Tahun Ke Atas, pp.

119–125.