faktor yang berhubungan dengan pencapaian …repository.helvetia.ac.id/2396/6/skripsi salimah... ·...

176
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN KELURAHAN UCI (UNIVERSAL CHILD IMUNIZATION) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINJAI ESTATE TAHUN 2019 SKRIPSI SALIMAH 1801032195 PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN

    KELURAHAN UCI (UNIVERSAL CHILD IMUNIZATION)

    DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINJAI ESTATE

    TAHUN 2019

    SKRIPSI

    SALIMAH

    1801032195

    PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN

    FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

    INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

    MEDAN

    2019

  • FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN

    KELURAHAN UCI (UNIVERSAL CHILD IMUNIZATION)

    DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINJAI ESTATE

    TAHUN 2019

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

    Program Studi D4 Kebidanan Dan Memperoleh Gelar

    Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb)

    Oleh :

    SALIMAH

    18010302195

    PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN

    FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

    INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

    MEDAN

    2019

  • Telah diuji pada tanggal : Agustus 2019

    PANITIA PENGUJI SKRIPSI

    Ketua : Sri Juliani, S.K.M, M.Kes

    Anggota : 1. Sri Rintani Sikumbang, S.S.T, M,Kes

    2. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd.

  • LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1. Skripsi ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik

    Sarjana Terapan Kebidanan (Str.Keb) di Fakultas Farmasi dan Kesehatan.

    2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa

    bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan penelaah/tim

    penguji.

    3. Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

    dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis telah dicantumkan sebagai

    acuan dalam naskah dengan disebutkan pengarang dan dicantumkan dalam

    daftar pustaka

    4. Pernyataan ini saya perbuat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari

    terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini maka saya

    bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

    diperoleh karena karya ini sesuai dengan norma yang berlaku di Perguruan

    Tinggi ini.

    Medan, Agustus 2019

    Peneliti

    Salimah

    1801032195

  • i

    ABSTRACT

    FACTORS RELATED TO ACHIEVEMENT OF UCI (UNIVERSAL CHILD

    IMUNIZATION) VILLAGEIN THE WORK AREA

    BINJAI ESTATE HEALTH CENTER

    IN 2019

    SALIMAH

    NIM : 1801032195

    Efforts to prevent the eradication of infectious diseases from the

    government by holding an immunization program. Indicators of success of

    immunization programs is the achievement Universal Child Immunization (UCI)

    in the villages. UCI Villages is villages with complete basic immunization

    coverage babies before 1 year old evenly distributed throughout the villages. The

    working area Binjai Estate Health Center has UCI Village achievements which is

    still low in 2018 namely Bhakti Karya Village (81.2%), Binjai Estate Village

    (65.7%), Pujidadi Village (56.4%) and Tanah Merah Village (49.6%). The

    purpose of this study is to find out factors related to the achievement of UCI

    village

    Research uses analytic survey method with cross sectional approach. The

    population in this study is mothers who had babies aged 10-12 months were 167

    people and the total sample of 63 people in Binjai Estate Health Center, test using

    proportional random sampling method. Data analysis uses chi-square test at a

    90% confidence level.

    Based on the research results, knowledge respondents less categories of

    24 people (38,1%), enough 35 people (55,6%) and good 4 people (6,3%) with p

    value 0.023

  • ii

    ABSTRAK

    FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN

    KELURAHAN UCI (UNIVERSAL CHILD IMUNIZATION)

    DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINJAI ESTATE

    TAHUN 2019

    SALIMAH

    NIM : 1801032195

    Upaya pencegahan pemberantasan penyakit menular dari pemerintah

    dengan diadakannya program imunisasi. Indikator keberhasilan program

    imunisasi adalah tercapainya Universal Child Immunization (UCI) di kelurahan.

    Kelurahan UCI adalah kelurahan dengan cakupan imunisasi dasar lengkap bayi

    sebelum berumur 1 tahun merata di seluruh kelurahan. Wilayah kerja Puskesmas

    Binjai Estate memiliki capaian Kelurahan UCI yang masih rendah tahun 2018

    yaitu Kelurahan Bhakti Karya (81,2%), Kelurahan Binjai Estate (65,7%),

    Kelurahan Pujidadi (56,4%) dan Kelurahan Tanah Merah (49,6%). Tujuan

    penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

    pencapaian Kelurahan UCI.

    Penelitian menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross

    sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi berumur

    10-12 bulan sebanyak 167 orang dan jumlah sampel sebanyak 63 orang di

    Puskesmas Binjai Estate, uji menggunakan metode propotional random sampling.

    Analisa data menggunakan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 90%.

    Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan responden kategori kurang 24

    orang (38,1%), cukup 35 orang (55,6%) dan baik 4 orang (6,3%) dengan p value

    0,023

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan anugrah-Nya

    yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

    “FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN

    KELURAHAN UCI (UNIVERSAL CHILD IMUNIZATION) DI WILAYAH

    KERJA PUSKESMAS BINJAI ESTATE TAHUN 2019”.

    Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

    mendapatkan gelar Sarjana Kebidanan (S.Tr.Keb) pada Program Studi D4

    Kebidanan Institut Kesehatan Helvetia. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

    skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan baik berbagai pihak, baik

    dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran. Untuk itu, penulis

    mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Kes., selaku Pembina Yayasan Helvetia Medan.

    2. Imam Muhammad, S.E, S.Kom, M.M, M.Kes., selaku Ketua Yayasan Helvetia Medan.

    3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si., selaku Rektor Institut Helvetia Medan 4. Darwin syamsul, S.Si, M.Si, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi dan

    Kesehatan Institut Helvetia Medan.

    5. Elvi Era Liesmayani, S.Si.T, M.Keb., selaku Ketua Program Studi D4 Kebidanan Institut Helvetia Medan.

    6. Sri Juliani, S.K.M, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing I dan ketua penguji yang telah memberikan bimbingan dan mencurahkan waktu, perhatian, ide

    dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

    7. Sri Rintani Sikumbang, S.S.T, M,Kes., selaku Dosen Pembimbing II dan penguji II yang telah meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam

    membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini.

    8. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd, selaku Penguji III yang telah memberikan banyak masukan kepada peneliti dalam penyempurnaan

    skripsi ini

    9. Seluruh Dosen Program Studi D4 Kebidanan yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

    10. Teristimewa kepada seluruh Keluarga besar yang selalu memberikan pandangan, mendukung moril maupun materil, mendoakan dan selalu

    memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.

    Oleh karena itu, penulis menerima keritikan dan saran demi kesempurnaan skripsi

    ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya atas segala

    kebaikan yang telah diberikan.

    Medan, Agustus 2019

    Penulis

    SALIMAH

  • iv

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    I. IDENTITAS DIRI

    Nama : SALIMAH

    Tempat/tanggal lahir : Tanjung Bingai, 16 Juli 1979

    Agama : Islam

    Anak ke : 3 dari 6 bersaudara

    II. IDENTITAS ORANG TUA

    Nama Ayah : Alm. Serasi Ginting

    Nama Ibu : Karmina Br. Tarigan

    Alamat : Desa Mekar Jaya, Kec. Sei Bingai

    Kab. Langkat

    III. RIWAYAT HIDUP PENDIDIKAN

    1. Tahun 1986-1992 : SD Negeri Namu Ukur

    2. Tahun 1992-1995 : SMP Negeri Namu Ukur Sei Bingai

    3. Tahun 1996-1999 : SPK Kesdam I Bukit Barisan Binjai

    4. Tahun 2013-2015 : D3 Kebidanan Putra Abadi Langkat

    5. Tahun 2018-2019 : D4 Kebidanan

    Institut Kesehatan Helvetia Medan

  • v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PENGESAHAN

    LEMBAR PANITIA PENGUJI SKRIPSI

    LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN

    ABSTRACT ........................................................................................ i

    ABSTRAK ......................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ....................................................................... iii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................... iv

    DAFTAR ISI ..................................................................................... v

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................... vii

    DAFTAR TABEL ............................................................................. viii

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 9 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 9 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 10

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 12

    2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu .................................................. 12 2.2 Telaan Teori ............................................................................. 14

    2.2.1 Kelurahan UCI (Universal Child Immunization) ............ 14 2.2.2 Faktor yang Berhubungan dengan Pencapaian

    Kelurahan UCI .............................................................. 32

    2.3 Hipotesis .................................................................................. 46

    BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 47

    3.1 Desain Penelitian ...................................................................... 47

    3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 47

    3.3 Populasi dan Sampel ................................................................. 48

    3.3.1 Populasi ........................................................................ . 48

    3.3.2. Sampel .......................................................................... 48

    3.3.3. Teknik Sampling ........................................................... 49

    3.4 Kerangka Konsep Penelitian ..................................................... 50

    3.5 Defenisi Oprasional dan Aspek Pengukuran ............................. 51

    3.5.1. Variabel Penelitian ........................................................ 51

    3.5.2. Aspek Pengukuran ........................................................ 52

    3.6 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 53

    3.6.1. Data Primer ................................................................... 53

    3.6.2. Data Sekunder ............................................................... 54

  • vi

    3.7 Uji Validasi dan Reliabilitas ..................................................... 54

    3.7.1. Uji Validitas .................................................................. 54

    3.7.2. Uji Reliabilitas .............................................................. 58

    3.8 Pengolahan Data dan Analisis Data .......................................... 59

    3.8.1 Pengolahan Data ........................................................... 59

    3.8.2. Analisis Data ................................................................. 60

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................... 62

    4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ..................................................... 62

    4.2 Hasil Penelitian ........................................................................ 68

    4.2.1 Analisis Univariat ......................................................... 68

    4.2.2 Analisis Bivariat ............................................................ 79

    4.3 Pembahasan .............................................................................. 83

    4.3.1 Hubungan pengetahuan ibu dengan pencapaian Kelurahan

    UCI di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate ............... 83

    4.3.2 Hubungan sikap ibu dengan pencapaian Kelurahan UCI

    Di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate ..................... 86

    4.3.3 Hubungan dukungan keluarga dengan pencapaian

    Kelurahan UCI di wilayah kerja Puskesmas Binjai

    Estate ............................................................................ 90

    4.3.4 Hubungan peran kader dengan pencapaian Kelurahan

    UCI di wilayah kerja Puskesmas Binjai Esatate ............. 92

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 95

    5.1 Kesimpulan .............................................................................. 95

    5.2 Saran ...................................................................................... 95

    Daftar Pustaka ..................................................................................... 97

    Lampiran ............................................................................................. 100

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................ 51

    Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Binjai ................................................. 68

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1.1 Target Imunisasi (RPJMN Tahun 2015-2019) .................... 3

    Tabel 3.1 Jumlah Sampel yang Diteliti Disetiap Posyandu

    Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate ............................. 50

    Tabel 3.2 Apek Pengukuran Variabel Penelitian ................................ 53

    Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas ............................................................. 55

    Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas .......................................................... 58

    Tabel 4.1 Distribusi Frekkuensi Kuesioner Pengetahuan Ibu ............. 68

    Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

    Pengetahuan ...................................................................... 70

    Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kuesioner Sikap Ibu .......................... 70

    Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap ........... 72

    Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kuesioner Dukungan Keluarga .......... 73

    Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

    Dukungan Keluarga ........................................................... 76

    Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kuesioner Peran Kader ...................... 76

    Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

    Peran Kader ....................................................................... 78

    Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kuesioner Pencapaian Kelurahan

    UCI ................................................................................... 78

    Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

    Cakupan Pencapaian Kelurahan UCI ................................. 79

    Tabel 4.11 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Capaian Kelurahann

    UCI ................................................................................... 86

    Tabel 4.12 Hubungan Sikap Ibu dengan Capaian Kelurahan UCI ........ 80

    Tabel 4.13 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Capaian

    Kelurahan UCI .................................................................. 81

    Tabel 4.14 Hubungan Peran Kader dengan Capaian Kelurahan

    UCI ................................................................................... 82

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Kuesioner .......................................................................... 100

    Lampiran 2 Master Data Uji Validitas .................................................. 110

    Lampiran 3 Master Data Penelitian ...................................................... 113

    Lampiran 4 Hasil Uji Validitas (Out Put) ............................................. 117

    Lampiran 5 Hasil Out put Penelitian .................................................... 139

    Lampiran 6 Surat Survey Awal ............................................................ 155

    Lampiran 7 Surat Balasan Survey Awal ............................................... 156

    Lampiran 8 Surat Izin Penelitian .......................................................... 157

    Lampiran 9 Surat Balasan Izin Penelitian ............................................. 158

    Lampiran 10 Permohonan Pengajuan Judul Skripsi .............................. 159

    Lampiran 11 Lembar Revisi Proposal .................................................. 160

    Lampiran 12 Lembar Revisi Skripsi ..................................................... 161

    Lampiran 13 Lembar Bimbingan Proposal ........................................... 162

    Lampiran 14 Lembar Bimbingan Skripsi .............................................. 164

    Lampiran 15 Dokumentasi ................................................................... 166

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

    ganda (double burden), yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit

    degeneratif. Pemberantasan penyakit menular sangat sulit dilakukan daripada

    penyakit degeneratif karena penyebarannya tidak mengenal batas wilayah

    administrasi. Salah satu upaya dari pemerintah untuk memberantas penyakit

    menular adalah dengan diadakannya program imunisasi dengan indikator

    keberhasilan yakni tercapainya Universal Child Immunization (UCI). Akan tetapi

    tidak semua penyakit menular yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi.

    Penyakit menular yang dapat dicegah melalui imunisasi antara lain TBC, Difteri,

    Tetanus, Hepatitis B, pertussis, campak, polio, radang selaput otak dan radang

    paru-paru.

    Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun

    2017, imunisasi merupakan salah satu tindakan pencegahan penyebaran penyakit

    ke wilayah lain yang terbukti sangat murah (cost effective).(1) Menurut Undang-

    undang Nomor 36 Tahun 2009, kegiatan imunisasi dilaksanakan dengan tujuan

    untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat

    Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).(2)

    Setiap tahun lebih 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai

    penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi. Beberapa penyakit

    menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

  • 2

    (PD3I) antara lain: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak, radang

    paru-paru, pertusis, dan polio. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi

    dan terhindar dari kesakitan, kecacatan atau kematian.(3)

    WHO menyatakan bahwa upaya imunisasi sampai tahun 2018 telah

    mampu melindungi hingga dua sampai tiga juta kematian pada semua kelompok

    umur dari penyakit menular seperti difteri, tetanus, pertusis dan campak.

    Walaupun demikian, jumlah balita yang belum mendapatkan imunisasi tergolong

    sangat banyak, dimana sebanyak 19,4 juta jiwa balita belum mendapatkan

    imunisasi dasar lengkap pada tahun 2018. Selain itu, sekitar 60% balita yang

    belum mendapatkan imunisasi ini tinggal di 10 negara yaitu Brasil, Republik

    Demokratik Kongo, Ethiopia, India, Indonesia, Nigeria, Pakistan, Filipina dan

    Vietnam.(3)

    Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk memberikan

    perlindungan kepada penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi

    diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular,

    yaitu bayi, balita, anak-anak, wanita usia subur, dan ibu hamil. Di Indonesia,

    program imunisasi mewajibkan setiap bayi (usia 0-11 bulan) mendapatkan

    imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis

    DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak.(4)

    Salah satu indikator keberhasilan program imunisasi adalah tercapainya

    UCI. UCI adalah suatu keadaan tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada

    semua bayi (anak dibawah umur satu tahun). Pada tahun 2014 pemerintah

    menetapkan suatu rencana strategis dalam upaya percepatan pencapaian UCI yaitu

  • 3

    Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional UCI 2015-2019 (GAIN UCI 2015-2019)

    yang dituangkan dalam program imunisasi ibu hamil, bayi dan batita di Indonesia

    Direktorat Surveilens, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra Direktorat

    Jenderal PP & PL Kemenkes RI tahun 2014. Sasaran dari kegiatan GAIN UCI

    adalah seluruh bayi usia 0-11 bulan untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap

    sehingga seluruh desa/kelurahan mencapai UCI.(5)

    Upaya pemerintah untuk mencapai Millenium Development Goals

    (MDGs) adalah menetapkan imunisasi untuk menurunkan angka kematian anak.

    Indikator keberhasilan program imunisasi adalah tercapainya UCI di

    desa/kelurahan yang ditetapkan secara nasional pada tahun 1990 dengan

    tercapainya imunisasi dasar lengkap minimal 90% yaitu BCG, DPT 3 (difteri

    pertusis, tetanus ketiga), polio ketiga, hepatitis B dan campak sebelum anak

    berusia 1 tahun.(4) Target imunisasi RPJMN 2015 -2019 cakupan imunisasi dasar

    lengkap (IDL) kepada bayi 0-11 bulan yaitu 93 %. indikator program imunisasi

    2015 -2019 dapat di lihat di tabel 1.1 (5)

    Tabel 1.1 Target Imunisasi (RPJMN Tahun 2015-2019)

    Indikator RPJMN/ Renstra Target capaian

    2105 2016 2017 2018 2019

    % Kab/Kota yang mencapai 80 % IDL

    pada bayi 75 80 85 90 95

    % anak usia 0-11 bulan yang mendapat

    imunisasi dasar lengkap 91 91,5 92 92,5 93

    Kelurahan UCI adalah kelurahan dengan cakupan imunisasi dasar lengkap

    bayi sebelum berumur 1 tahun secara merata di seluruh kelurahan. Imunisasi

    lengkap yaitu 1 dosis vaksin BCG (Bacillus CalmetteGuerin), 3 dosis vaksin DPT

  • 4

    (Difteri, Pertusis, Tetanus), 4 dosis vaksin Polio, 1 dosis vaksin Campak dan 3

    dosis vaksin Hepatitis B yang diberikan sebelum anak berumur 1 tahun. Seluruh

    kelurahan pada tahun 2019 harus mencapai 95% UCI.(5)

    Pencapaian UCI merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar

    secara lengkap pada sekelompok bayi. Cakupan capaian UCI yang dikaitkan

    dengan batasan wilayah tertentu dapat menggambarkan besaran tingkat

    perlindungan/kekebalan masyarakat terutama bayi (herd immunity) terhadap

    infeksi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Suatu

    desa/kelurahan dinyatakan mencapai UCI bila ≥ 93% dari bayi yang ada di

    desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Kementerian

    Kesehatan telah menetapkan target cakupan desa/kelurahan UCI pada tahun 2015-

    2019 sebesar 95%.(5)

    Pada tahun 2016 cakupan capaian UCI di Indonesia 81,82% dengan

    capaian tertinggi terdapat di Provinsi Bali (100%), DI Yogyakarta (100%), dan

    Jawa Tengah (99,93%). Sedangkan provinsi dengan capaian terendah yaitu

    Provinsi Kalimanatan Utara (30,69%), Papua Barat (56,77%) dan Papua

    (61.59%). Sedangkan di provinsi Sumatera Utara pada tahun 2016 cakupan

    desa/kelurahan UCI sebesar 73,44% dan ini mengalami penurunan dari tahun

    2014 dan tahun 2015, yaitu sebesar 78,01% dan 75,39%. Pada tiga tahun terakhir

    cakupan desa/kelurahan UCI di Provinsi Sumatera Utara tidak pernah mencapai

    target renstra.(4)

    Penyebab utama rendahnya pencapaian UCI di Indonesia adalah karena

    rendahnya akses pelayanan dan tingginya angka drop out. Hal ini terjadi karena

  • 5

    rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang manfaat, waktu

    pemberian imunisasi, serta gejala ikutan imunisasi. Faktor budaya dan pendidikan

    serta kondisi sosial ekonomi juga ikut mempengaruhi rendahnya capaian UCI

    desa / kelurahan.(4)

    Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Utara Pada tahun 2017,

    Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan capaian UCI tertinggi yaitu Pakpak

    Bharat (100%) dan Medan (100%), Sedangkan Kabupaten/Kota terendah yaitu

    Nias Selatan (8,7%), Kota Binjai (18,9 %), Padang Sidimpuan (19%), Padang

    Lawas (36,3%), Pematang Siantar (45,3%).(6)

    Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Binjai Tahun 2017, pada tahun

    2015 cakupan pencapaian UCI sekitar 30 kelurahan dengan status UCI atau

    sekitar 81,1 % sedangkan untuk tahun 2016 terjadi penurunan kelurahan yang

    dengan status UCI yaitu sekitar 27 kelurahan dengan status UCI atau sekitar 73,0

    %, dan pada tahun 2017 terjadi penurunan yang sangat signifikan dimana dari 37

    kelurahan dengan status UCI terdapat sekitar 9 kelurahan yang UCI atau sekitar

    24,3 %. Cakupan kelurahan UCI sebesar 67.6% atau dari 37 keluaran yang ada di

    kota Binjai hanya 25 kelurahan dengan status UCI.(8) Cakupan ini masih jauh

    dari target nasional, sehingga perlu usaha yang maksimal untuk mencapai target

    tersebut.(7)

    Saat ini di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate yang terdiri dari 4

    kelurahan yaitu Kelurahan Bhakti Karya, Kelurahan Binjai Estate, Kelurahan

    Pujidadi dan Kelurahan Tanah Merah. Pada thun 2018 cakupan capaian UCI di

    Kelurahan Bhakti Karya sebesar 81,2%, cakupan capaian UCI di Kelurahan Binjai

  • 6

    Estate sebesar 65,7%, cakupan capaian UCI di Kelurahan Pujidadi sebesar 56,4%

    dan cakupan capaian UCI di Kelurahan Tanah Merah sebesar 49,6%. Pencapaian

    ini masih sangat rendah dari target yang diinginkan pada tahun 2018 yaitu sebesar

    90% sehingga dapat dilihat bahwa belum tercapainya imunisasi dasar lengkap

    pada bayi (0-11 bulan).(8)

    Data rekapitulasi laporan program imunisasi Puskesmas Binjai Estate

    tahun 2018, Pencapaian IDL (imunisasi dasar lengkap) adalah 78,9 %, dimana

    diketahui target imunisasi RPJMN 2015-2019 cakupan imunisasi dasar lengkap

    (IDL) yaitu 93 %. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian UCI di kelurahan

    wilayah Puskesmas Binjai Estate belum mencapai target sasaran.

    Survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Februari di 4 kelurahan

    yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate terhadap 10 orang ibu yang

    memiliki bayi umur 10-12 bulan. Kegiatan survei yang di lakukan dengan melihat

    dan menilai pengetahuan para ibu-ibu bayi, sikap ibu, dukungan keluarga serta

    peran kader dalam pelaksanaan kegiatan Kelurahan UCI. Dari survei tersebut

    diketahui seluruh ibu yang mempunyai bayi tidak mengetahui tentang kelurahan

    UCI, 7 orang ibu tidak mengetahui jenis imunisasi dasar lengkap yang ada pada

    program kegiatan Kelurahan UCI, dan 3 orang telah mengetahui imunisasi dasar

    lengkap yang ada pada program kegiatan Kelurahan UCI.

    Survei pendahuluan mengenai sikap ibu terhadap 10 orang ibu yang

    menjadi responden, ada 6 orang ibu yang tidak mau mengimunisasikan bayinya,

    dimana 2 orang ibu beralasan takut anaknya demam, 3 orang ibu beralasan tidak

    diizinkan suami untuk mengimunisasikan bayinya dan 1 orang lagi hanya datang

  • 7

    keposyandu untuk menimbang bayinya saja sedangkan 4 orang ibu mau secara

    rutin mengimunisasikan anaknya sesuai jadwal. Peran kader dalam pelaksanaan

    program kegiatan Kelurahan UCI sangat berpengaruh dalam pencapaian

    kelurahan UCI, dari 10 orang ibu yang disurvei, 8 orang ibu berpendapat bahwa

    kader belum melaksanakan tugas kader sepenuhnya dalam program kegiatan

    Kelurahan UCI seperti memberikan penyuluhan, mengajak ibu balita datang ke

    kegiatan program Kelurahan UCI, melakukan kunjungan dan memberikan

    motivasi kepada ibu balita serta memberikan informasi yang dibutuhkan ibu

    balita, sedangkan 2 orang ibu yang lain berpendapat bahwa kader sudah

    melaksanakan tugas kader dalam program kegiatan Kelurahan UCI namun

    jawaban belum sepenuhnya tepat.

    Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang penting dalam

    pelaksanaan kegiatan program Kelurahan UCI. Dari hasil survei, 4 orang ibu

    mengatakan bahwa suami tidak mengetahui kapan pelaksanaan kegiatan

    Kelurahan UCI dilaksanakan, 2 orang ibu mendapatkan dukungan dengan

    mengantar dan mendampingi setiap jadwal kegiatan program Kelurahan UCI, 2

    orang ibu mengatakan jika suami tidak dapat mendampingi, salah satu dari

    keluarga akan mengantar ke tempat pelaksanaan kegiatan program Kelurahan

    UCI, 2 orang ibu mengatakan suami tidak membolehkan anaknya mengikutin

    kegiatan program Kelurahan UCI karena takut anaknya demam.

    Peneliti juga memeriksa Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dibawa oleh ibu

    dalam melaksanakan kegiatan program Kelurahan UCI karena pencapaian

    cakupan Kelurahan UCI dapat dilihat dari kelengkapan anak di imunisasi dasar.

  • 8

    Dari hasil pemeriksaan KMS, 6 orang anak belum mendapatkan imunisasi dasar

    lengkap dan 4 orang sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap namun jadwal

    pemberian tidak tepat waktu.

    Penelitian yang dilakukan oleh Rosi Wahyuni pada tahun 2014 yang

    berjudul Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Pencapaian Desa

    UCI (Universal Child Immunization) di UPTD Puskesmas Kuta Padang Layung

    Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat menyatakan bahwa ibu balita yang

    memiliki pengetahuan kurang tentang Desa UCI sebesar 95% sedangkan ibu

    balita yang memiliki pengetahuan baik tentang Desa UCI sebesar 5%. Demikian

    hal dengan variable sarana kesehatan, ibu balita yang mengatakan adanya sarana

    kesehatan yang berkaitan dengan Desa UCI sebesar 95% dan yang mengatakan

    tidak ada sarana kesehatan sebesar 5%. Dalam hal dukungan dari tenaga

    kesehatan, dalam penelitian ini menyatakan bahwa dukungan tenaga kesehatan

    masih kurang sebesar 95% dan dukungan tenaga kesehatan baik sebesar 5%.(9)

    Penelitian yang dilakukan Elly Istriyanti pada tahun 2011 yang berjudul

    Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi

    di Desa Kumpul Rejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga menyatakan bahwa

    ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada

    bayi dengan nilai p value 0,004 < α = 0,05) dan juga ada hubungan antara

    dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dengan nilai p

    value 0,003

  • 9

    Pencapaian Kelurahan UCI (Universal Child Immunization) di Wilayah Kerja

    Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah : Apakah faktor yang berhubungan dengan Pencapaian

    Kelurahan UCI (Universal Child Immunization) di Wilayah Kerja Puskesmas

    Binjai Estate Tahun 2019?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan uraian tersebut ada beberapa tujuan dari penelitian ini yaitu:

    1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pencapaian

    Kelurahan UCI di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.

    2. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan pencapaian Kelurahan UCI

    di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.

    3. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pencapaian

    Kelurahan UCI di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.

    4. Untuk mengetahui hubungan peran kader posyandu dengan pencapaian

    Kelurahan UCI di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Teoritis

    1. Dapat meningkatkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan khususnya

    kebidanan, serta memberi informasi tentang Kelurahan UCI terhadap

  • 10

    peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Binjai

    Estate.

    2. Bagi Pendidikan diharapkan hasil penelitian ini menjadi tambahan

    kepustakaan untuk memperkaya pustaka yang sudah ada sehingga dapat

    dimanfaatkan oleh peserta didik berikutnya dalam proses pendidikan di

    profesi pendidikan kesehatan. Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk

    peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan.

    1.4.2 Manfaat Praktis

    1. Bagi Masyarakat Diharapkan hasil penelitian ini menjadi tambahan

    pengetahuan bagi masyarakat terutama mengenai Kelurahan UCI, terutama

    ibu balita.

    2. Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan hasil penelitian ini menjadi tambahan

    informasi bagi petugas kesehatan mengenai pengetahuan masyarakat

    terhadap pencapaian Kelurahan UCI dan memberi wawasan bagi instansi

    terkait.

    3. Sebagai masukan bagi Puskesmas Binjai Estate untuk meningkatkan

    capaian imunisasi dasar lengkap untuk mendukung program pemerintah

    dalam pencapaian Kelurahan UCI.

    4. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih

    lanjut, serta refrensi terhadap penelitian selanjutnya dengan variabel yang

    berbeda.

  • 11

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

    Penelitian yang dilakukan oleh Rosi Wahyuni pada tahun 2014 yang

    berjudul Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Pencapaian Desa

    UCI (Universal Child Immunization) di UPTD Puskesmas Kuta Padang Layung

    Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat menyatakan bahwa terdapat hubungan

    antara pengetahuan ibu dengan cakupan pencapaian Desa UCI (p = 0,010), ibu

    balita dominan tidak mengetahui mengenai Desa UCI tersebut. Hasil penelitian

    juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara sarana kesehatan dengan

    cakupan pencapaian Desa UCI (p = 0,190), hal ini dikarenakan sarana kesehatan

    yang ada di desa tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat.

    Demikian juga mengenai dukungan tenaga kesehatan, hasil penelitian menyatakan

    bahwa ada hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan cakupan

    pencapaian Desa UCI (p = 0,010).(9)

    Penelitian yang dilakukan Elly Istriyanti pada tahun 2011 yang berjudul

    Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi

    di Desa Kumpul Rejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga menyatakan bahwa

    responden pada status imunisasi tidak lengkap, yang memiliki pengetahuan

    rendah 31,7% dan pengetahuan tinggi 18,3%. Pada status imunisasi lengkap,

    memiliki pengetahuan rendah 13,3% dan pengetahuan tinggi 36,7% dengan nilai p

    value 0,004 < α = 0,05) sehingga ada hubungan pengetahuan ibu dengan

  • 12

    kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Sedangkan untuk dukungan keluarga,

    pada status imunisasi tidak lengkap responden yang tidak didukung keluarga

    26,7% dan didukung keluarga 23,3%. Pada status imunisasi lengkap, responden

    tidak didukung keluarga 8,3% dan didukung keluarga 41,7% dengan nilai p value

    0,003 < α = 0,05 sehingga ada hubungan antara dukungan keluarga dengan

    kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.(10)

    Penelitian Mislina pada tahun 2017 tentang hubungan tingkat pengetahuan

    ibu tentang imunisasi campak dengan kepatuhan jadwal pemberian imunisasi

    campak pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Marcapada Kota Binjai

    menyatakan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan imunisasi campak

    pada kategori baik yaitu sebanyak 47 orang (67,1%). Sebagian besar ibu

    memberian imunisasi campak pada bayinya dengan patuh yaitu sebanyak 45

    orang (64,3%). Hasil analisa data menunjukkan ada hubungan yang bermakna

    antara pengetahuan ibu dengan kepatuhan jadwal pemberian imunisasi campak

    pada bayi di wilayah kerja Pustu Marcapada Kota Binjai tahun 2017 dengan nilai

    = 0,000 (< 0,05).(11)

    Penelitian Riri Novia Sumanti pada tahun 2017 tentang pengaruh

    karakteristik ibu, jarak, dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan

    terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas

    Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai menyatakan bahwa variabel

    yang mempunyai pengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi

    adalah pengetahuan (p=0,013), sikap (p=0,040) dan dukungan keluarga (p=0.031).

    Variabel yang tidak mempunyai pengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar

  • 13

    pada bayi adalah pendidikan, pekerjaan, jarak ke tempat pelayanan kesehatan dan

    dukungan petugas kesehatan. Variabel yang dominan berpengaruh terhadap

    kelengkapan imunisasi dasar pada bayi adalah variabel pengetahuan.(12)

    Penelitian Nanda Salsabila Itsa pada tahun 2018 tentang faktor – faktor

    yang berhubungan dengan status imunisasi lanjutan pentavalen (DPT-HB-Hib) di

    wilayah kerja Puskesmas Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung menyatakan

    bahwa didapatkan 42,9% responden memiliki status imunisasi lanjutan pentavalen

    lengkap dan 57,1% tidak lengkap. Variabel yang berhubungan dengan

    kelengkapan status imuniasi lanjutan pentavalen di wilayah kerja Puskesmas

    Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung yaitu pengetahuan ibu (p value 0,029), sikap

    ibu (p value 0,022) dan pekerjaan ibu (p value 0,014). Sementara variabel yang

    tidak berhubungan yaitu status pendidikan ibu (p value 0,384), keterjangkauan

    tempat pelayanan kesehatan (p value 0,344) dan peran petugas kesehatan (p value

    0,571).(13)

    2.2 Telaah Teori

    2.2.1 Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

    Universal Child Immunization (UCI) adalah suatu keadaan tercapainya

    imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi. Bayi adalah anak dibawah umur

    1 tahun.(5) Imunisasi dasar pada bayi dilakukan pada saat bayi masih berusia

    kurang dari 12 bulan, dengan pemberian imunisasi meliputi imunisasi Hepatitis

    satu kali, BCG satu kali, DPT tiga kali, Polio tetes oral 4 kali ditambah IPV satu

    kali, campak satu kali.(1)

  • 14

    Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

    Kesehatan, sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai

    MDG’s tahun 2015 dalam rangka menurunkan AKB dan AKABA. Untuk

    mencapai tujuan tersebut tahun 2019 Kementerian Kesehatan mencanangkan

    strategi pencapaian kegiatan imunisasi melalui Gerakan Akselerasi Imunisasi

    Nasional Universal Child Immunization (GAIN UCI), yaitu upaya percepatan UCI

    di seluruh desa/kelurahan pada tahun 2019 melalui gerakan terpadu oleh

    pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat dan berbagai pihak terkait.

    Program imunisasi di Indonesia tahun 2019 di targetkan 95% desa/kelurahan

    harus UCI, dan minimal 93% bayi di bawah satu tahun sudah mendapatkan

    imunisasi lengkap. Salah satu indikator desa/kelurahan UCI di Indonesia adalah

    imunisasi campak, upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai

    tingkat population immunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga

    Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) dapat dibasmi,

    dieliminasi atau dikendalikan.(5)

    1. GAIN UCI

    GAIN UCI adalah Upaya percepatan pencapaian UCI di seluruh desa/

    kelurahan pada tahun 2019 melalui suatu gerakan dilaksanakan pemerintah

    bersama seluruh lapisan masyarakat dan berbagai pihak terkait secara terpadu di

    semua tingkat administrasi. Upaya percepatan berupa penguatan pelaksanaan

    imunisasi rutin melalui:(5)

    a. Penguatan PWS.

    b. Menyiapkan sumber daya : tenaga, logistik, biaya dan sarana pelayanan.

  • 15

    c. pemberdayaan masyarakat melalui tokoh agama, tokoh masyarakat, aparat

    desa & kader.

    d. Pemerataan jangkauan ke semua desa / kelurahan yg sulit /tidak terjang

    kau pelayanan.

    e. Upaya pemerintah bersama seluruh komponen masyarakat, LSM dan

    swasta bersama-sama secara terpadu & terkoordinasi untuk melaksanakan

    upaya percepatan di semua wilayah.

    Tujuan umum GAIN UCI adalah (5)

    a. Tercapainya UCI di seluruh desa/kelurahan secara bertahap mulai dari

    tahun 2015 – 2019 dengan menurunkan angka kematian & kesakitan

    PD3I.

    Tujuan khusus GAIN UCI adalah:

    a. Terbentuknya dukungan nyata dari pemangku kebijakan dan kepentingan

    dalam penyelenggaraan kegiatan imunisasi bayi.

    b. Terselenggaraannya kegiatan imunisasi melalui perencanaan, pergerakan ,

    dan pemantauan secara berjenjang.

    c. Terjadinya perubahan sikap dan perilaku masyarakat melalui peningkatan

    peran serta berbagai organisasi masyarakat.

    Mengacu pada RPJMD tahun 2015 – 2019 target pencapaian GAIN UCI

    adalah sebagai berikut:(5)

  • 16

    Tahun 2015

    a. Mencapai desa / kelurahan 75 %.

    b. Persentasi bayi usia 0-11 bulan yg mendapatkan imunisasi dasar lengkap

    91 %.

    Tahun 2016

    a. Mencapai UCI desa / kelurahan 80 %.

    b. Persentasi bayi usia 0 -11 bulan yg mendapatkan imunisas dasar lengkap

    91,5 %.

    Tahun 2017

    a. Mencapai UCI desa / kelurahan 85 %.

    b. Persentasi bayi usia 0-11 bulan yg mendapatkan imunisasi dasar lengkap

    92 %.

    Tahun 2018

    a. Mencapai UCI desa / kelurahan 90 %.

    b. Persentasi bayi usia 0-11 bulan yg mendapatkan imunisasi dasar lengkap

    92,5 %.

    Tahun 2019

    a. Mencapai UCI desa / kelurahan 95 %.

    b. Persentasi bayi usia 0-11 bulan yg mendapatkan imunisasi dasar lengkap

    93 %.

    2. Imunisasi

    Imunisasi merupakan suatu cara pencegahan penyakit menular khususnya

    Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada

  • 17

    tidak hanya anak sejak masih bayi hingga remaja tetapi juga kepada dewasa. Cara

    kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus tertentu yang

    sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang sistem imun tubuh

    untuk membentuk antibodi. Antibodi yang telah terbentuk setelah imunisasi

    berguna untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan tubuh seseorang secara

    aktif sehingga dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I.(14)

    Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar

    kekebalan di atas ambang perlindungan. Universal Child Immunization (UCI)

    adalah suatu keadaan tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi

    (umur 0-11 bulan). Definisi desa atau kelurahan UCI ialah desa/kelurahan dimana

    ≥ 85 % dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi

    BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B.(6)

    Hal tersebut juga diutarakan oleh Plotkin dalam Senewa, bahwa dampak

    imunisasi terhadap kesehatan penduduk dunia sangatlah besar karena dapat

    menurunkan mortalitas dan morbiditas di dunia, sehingga imunisasi merupakan

    tanggung jawab dari setiap pelayanan primer di semua negara. Imunisasi

    merupakan bentuk perlindungan terhadap penyakit, spesifiknya terhadap penyakit

    menular.(15)

    Adapun tujuan imunisasi bagi individu anak adalah untuk merangsang

    system imun tubuh untuk membentuk antibodi yang dapat berfungsi untuk

    mencegah penderita dari penyakit tertentu yang sangat membahayakan kesehatan

    bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderita.(14)

  • 18

    Diperkirakan 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit

    campak, 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan, dan 1 dari

    100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit Tetanus, jika tanpa imunisasi.

    Dan dari setiap 200.000 anak, 1 anak akan menderita penyakit Polio.(16)

    Sejarah telah membuktikan tujuan tersebut mulai tercapai pada tahun 1977

    ketika cacar dapat dieradikasi dan poliomyelitis dapat dieliminasi di AS tahun

    1991. American Academy of Pediatrics (AAP) menyebutkan bahwa eradikasi dan

    eliminasi penyakit tersebut disusul oleh eliminasi penyakit lain seperti Tetanus,

    Dipteria, Campak, Parotitis, Pertusis, Rubella, dan Haemofilus influenza tipe B

    (HiB). Pada tahun 1994 dideklarasikan secara internasional untuk melakukan

    eliminasi Polio di dunia bagian Barat. Sementara itu di Asia dilaporkan proses

    eradikasi Polio dari tahun 1988-2007 sudah mencapai eradikasi tidak tersertifikasi

    dan termasuk area non-endemik Polio.(16)

    Proses pemberantasan penyakit yang dapat disembuhkan dengan imunisasi

    melalui tiga tahapan yaitu :

    a. Tahap reduksi dimana tahap ini terbagi menjadi :

    1) Tahap pengendalian penyakit, terjadi penurunan kasus dan kematian,

    cakupan imunisasi > 80% dan interval terjadinya kejadian luar biasa

    antara 4-8 tahun.

    2) Tahap pencegahan kejadian luar biasa, dimana cakupan imunisasi

    dapat dipertahankan tinggi dan merata, terjadi penurunan tajam kasus

    dan kematian, dan interval Kejadian Luar Biasa (KLB) relatif lebih

    panjang.

  • 19

    b. Tahap eliminasi dimana cakupan imunisasi sudah sangat tinggi (>95%),

    dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil

    jumlahnya. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah

    terjadi. Anak-anak yang dicurigai tidak terlindung (susceptible) harus

    diselidiki dan mendapat imunisasi tambahan segera agar terkurangi risiko

    terkena PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi).

    c. Tahap eradikasi terjadi setelah cakupan imunisasi tinggi dan merata, dan

    kasus sudah tidak ditemukan.(16)

    Terdapat dua jenis imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.

    Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang telah dilemahkan

    atau dimatikan agar tubuh dapat memproduksi antibodi sendiri seperti imunisasi

    polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah

    antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat seperti penyuntikan ATS

    (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami kecelakaan atau bayi baru lahir

    yang mendapat antibodi dari ibunya.(16)

    Selain itu, menurut Notoatmodjo dalam Musfiroh disebutkan bahwa

    kekebalan aktif jika anak mendapatkan kekebalan setelah sembuh dari penyakit

    tertentu seperti sembuh dari penyakit Campak maka anak akan mempunyai

    kekebalan terhadap Campak. Sementara kekebalan pasif didapat dari ibu melalui

    plasenta dan ini bersifat sementara atau didapat dari serum antibodi. Imunisasi

    aktif merupakan cara untuk memberikan kekebalan aktif dengan memberikan

    mikroorganisme atau modifikasinya (seperti toxoid, antigen terseleksi/tertentu,

  • 20

    atau antigen rekayasa) yang merangsang terjadinya respon imunologi melalui

    respon infeksi alami.(17)

    Sementara untuk Indonesia imunisasi yang diberikan pada anak sebagai

    imunisasi aktif adalah :

    a. Imunisasi BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan namun

    dapat juga diberikan pada umur antara 0-12 bulan. Vaksin BCG

    merupakan vaksin hidup, maka tidak diberikan pada pasien

    imunokompromais yaitu leukimia, anak yang sedang mendapat

    pengobatan steroid jangka panjang, bayi yang telah diketahui atau

    dicurigai menderita infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus).

    Apabila BCG diberikan setelah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji

    tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin

    negatif jika uji tuberkulin tidak memungkinkan, BCG dapat diberikan

    namun perlu observasi dalam waktu 7 hari. Apabila terdapat reaksi lokal

    dan cepat terjadi di tempat suntikan (accelerated local reaction), perlu

    tindakan lebih lanjut.

    b. Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah

    terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Pemberian imunisasi

    dilakukan tiga kali, yaitu pada usia dua bulan, empat bulan dan enam

    bulan. Diberikan melalui suntikan intramuskular. Efek samping imunisasi

    hanya berupa gejala-gejala ringan seperti demam, kemerahan,

    pembengkakan dan nyeri pada tempat suntikan.

  • 21

    c. Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

    kekebalan terhadap penyakit poliomielitis, yaitu penyakit radang yang

    menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki. Terdapat 2

    kemasan vaksin polio yaitu OPV (oral polio vaccine) dan IPV (inactivated

    polio vaccine). Pemberian imunisasi polio ini empat kali pada umur bayi

    0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan), dua bulan, empat bulan dan enam

    bulan. Imunisasi ini diberikan melaui oral/ mulut dan suntikan.

    d. Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

    kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Kandungan vaksin campak

    adalah virus yang dilemahkan. Pemberian imunisasi campak adalah satu

    kali pada usia sembilan bulan secara subkutan dalam.

    e. Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

    kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi

    akut yang dapat merusak hati. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis

    B adalah tiga kali yaitu diberikan sedini mungkin dalam 12 jam setelah

    lahir, usia satu bulan, dan usia antara tiga sampai enam bulan.

    Imunisasi hepatitis B diberikan dengan cara intramuskular di lengan

    atau paha bayi.(17)

    Menurut RSPI SS dalam Waluyanti imunisasi mempunyai beberapa

    manfaat, diantaranya : 1) Untuk anak : mencegah kesakitan yang disebabkan oleh

    penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian; 2) Untuk keluarga :

    menghilangkan kecemasan secara psikologis jika anak mengalami sakit,

    membangun keyakinan bahwa anak akan berkembang dengan baik jika anak

  • 22

    sehat; 3) Untuk negara : akan memperbaiki tingkat kesehatan, membangun bangsa

    yang kuat dan siap melanjutkan pembangunan negara.(18)

    a. Mekanisme Penyelenggaraan Program Imunisasi

    1) Penyusunan perencanaan

    Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting dalam pengelolaan

    program imunisasi. Masing-masing kegiatan terdiri dari analisis situasi,

    alternatif pemecahan masalah, alokasi sumber daya (tenaga, dana,

    sarana dan waktu) secara efisien untuk mencapai tujuan program.

    2) Menentukan jumlah sasaran

    Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting karena

    menjadi dasar dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi

    program. Sumber resmi antara lain : 1) angka jumlah penduduk,

    pertambahan penduduk serta angka kelahiran diperoleh dari hasil sensus

    penduduk yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS), 2) unit

    terkecil dari hasil sensus adalah desa, dan angka ini menjadi pegangan,

    untuk selanjutnya pengelola program imunisasi melakukan proyeksi

    untuk mendapatkan jumlah penduduk dan sasaran imunisasi sampai ke

    tingkat desa.

    3) Menentukan target cakupan

    Menentukan target merupakan bagian yang penting dari perencanaan

    karena target dipakai sebagai salah satu tolak ukur dalam pelaksanaan,

    pemantauan, maupun evaluasi. Untuk mengurangi faktor subjektivitas

    diperlukan analisis situasi yang cermat antara lain : 1) analisis situasi

  • 23

    data yang harus dilengkapi (peta wilayah dengan wilayah dengan

    jumlah penduduk/sasaran, data wilayah, jumlah tenaga, jumlah

    peralatan imunisasi yang ada, data kesakitan dan kematian, hasil

    analisis Pantauan Wilayah Setempat). Hasil evaluasi dari data di atas

    ditetapkan masalah, faktor penyebab serta potensi yang dimiliki. 2)

    menghitung target aksesibilitas/jaringan program (cakupan DPT-1),

    wilayah I adalah wilayah yang dapat dijangkau pelayanan imunisasi

    secara teratur, minimal 4 kali dalam setahun, wilayah II adalah wilayah

    yang dapat dijangkau pelayanan imunisasi namun kurang dari 4 kali

    dalam setahun atau tidak teratur, wilayah III adalah wilayah yang tidak

    dapat dijangkau pelayanan imunisasi.

    4) Merencanakan kebutuhan vaksin

    Pada dasarnya perhitungan kebutuhan jumlah dosis vaksin berasal dari

    unit pelayanan imunisasi (Puskesmas). Cara menghitung berdasarkan

    jumlah imunisasi dasar, target cakupan yang diharapkan untuk setiap

    jenis imunisasi, indeks pemakaian vaksin tahun lalu. Dengan cara

    menghitung kebutuhan vaksin, target cakupan secara rinci sampai ke

    masing-masing kontak antigen.

    5) Perencanaan kebutuhan peralatan Cold Chain (Rantai Dingin)

    Setiap obat dari bahan biologis harus terlindung dari sinar matahari,

    vaksin yang sudah dilarutkan tidak dapat disimpan lama karena

    potensinya akan berkurang, oleh karena itu, untuk vaksin beku kering

    (BCG, Campak) kemasan harus ditutup.(19)

  • 24

    b. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi

    1) Persiapan petugas meliputi 1) inventaris sasaran (daftar bayi dan ibu

    hamil), sumber dari kelurahan, form registrasi bayi/ibu hamil, PKK, 2)

    persiapan vaksin dan peralatan rantai vaksin (jumlah vaksin yang

    dibawa harus sesuai dengan jumlah sasaran, peralatan rantai dingin

    yang akan dipergunakan di lapangan seperti termos), 3) persiapan ADS

    (Auto Disable Syringe) dan safety box. Petugas harus mempersiapkan

    ADS dan safety box untuk dibawa ke lapangan sesuai dengan jumlah

    sasaran yang akan diimunisasi.

    2) Persiapan dan penggerakkan masyarakat mutlak harus dilakukan

    dengan kerja sama lintas program, lintas sektoral, organisasi profesi,

    LSM dan petugas masyarakat/kader.(20)

    c. Macam-Macam Imunisasi Dasar

    1) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerrin)

    Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette Guerrin (BCG)

    hidup yang dilemahkan, diberikan secara intra cutan dengan dosis 0,05 ml

    pada insertio muskulus deltoideus. Bacillus Calmette Guerrin (BCG)

    dimanfaatkan untuk mencegah penyakit TBC atau Tuberculosis yang

    disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosa. Kontraindikasi untuk

    vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya

    penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka

    panjang, penderita HIV). Reaksi yang mungkin terjadi :

  • 25

    a) Reaksi lokal : 1 – 2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat

    penyuntikan timbul kemerahan dan banjolan kecil yang teraba

    keras. Kemudian benjolan itu berubah menjadi pustule (gelembung

    berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus).

    Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8 – 12

    minggu dengan meningkatkan jaringan parut yang disebut scar.

    Bila tidak ada scar berarti imunisasi BCG tidak jadi, maka bila

    akan diulang dan bayi sudah berumur lebih dari 2 bulan harus

    dilakukan uji Mantoux (tuberkulin).

    b) Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau

    leher tanpa disertai nyeri tekan maupun demam yang akan

    menghilang dalam waktu 3 – 6 bulan.(21)

    Komplikasi yang mungkin timbul adalah :

    a) Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan

    karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang

    secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah

    matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan

    menggunakan jarum) dan bukan disayat.

    b) Limfadenis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu

    dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik

    dalam waktu 2 – 6 bulan.(21)

  • 26

    2) Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus)

    Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3 in 1 yang melindungi terhadap

    Difteri, Pertusis dan Tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang

    menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius

    atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri pada saluran udara

    yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta pernapasan yang

    melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat

    menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas,

    makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi yang

    serius seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi

    yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.(21)

    Vaksin DPT adalah vaksin 3 in 1 yang bisa diberikan kepada anak

    yang berumur kurang dari 7 bulan. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam

    bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot paha secara suub cutan dalam.

    Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2

    bulan (DPT-1), 3 bulan (DPT-2), 4 bulan (DPT-3), selang waktu tidak

    kurang dari 4 minggu dengan dosis 0,5 ml.(21)

    DPT sering menyebabkan efek samping yang ringan seperti demam

    ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping

    tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin. Pada

    kurang dari 1% penyuntikan DPT menyebabkan komplikasi sebagai berikut

    a) Demam tinggi (lebih 40,5 oC)

    b) Kejang

  • 27

    c) Kejang demam (risiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah

    mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarga)

    d) Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).(21)

    Kontraindikasi dari pemberian imunisasi DPT adalah jika anak

    mempunyai riwayat kejang. Pemberian imunisasi yang boleh diberikan

    adalah DT, yang hanya dapat diperoleh di puskesmas (kombinasi toksoid

    Difteria dan Tetanus (DT) yang mengandung 10 – 12 Lf dapat diberikan

    pada anak yang memiliki kontraindikasi terhadap pemberian vaksin

    Pertusis).(20)

    Satu sampai dua hari setelah mendapat suntikan DPT, mungkin akan

    terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat

    penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa

    diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Untuk mengurangi nyeri di tempat

    penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering

    menggerak-gerakkan lengan maupun tulang tungkai yang bersangkutan.(22)

    3) Imunisasi Polio

    Imunisasi Polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

    Poliomyelitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada

    salah satu maupun kedua lengan atau tungkai. Polio juga bisa menyebabkan

    kelumpuhan otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa

    menyebabkan kematian. terdapat 2 kemasan vaksin polio yaitu OPV (Oral

    polio vaccine), dan IPV (inactivated polio vaccine). Pemberian imunisasi

    polio ini empat kali pada umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan), dua

  • 28

    bulan, empat bulan dan enam bulan. Imunisasi ini diberikan melaui oral/

    mulut dan suntikan.

    a) Diare

    b) Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi,

    kortikosteroid)

    c) Kehamilan.(23)

    Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang

    kejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon

    kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk

    meningkatkan kekuatan antibodi sampai tingkat yang tertinggi.(23)

    4) Imunisasi Campak

    Imunisasi Campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

    Campak. Imunisasi Campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak

    berumur 9 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara

    subsutan sebanyak 0,5 mL. Jika terjadi wabah Campak, dan ada bayi yang

    belum berusia 9 bulan, maka imunisasi Campak boleh diberikan.(24)

    Kontraindikasi pemberian vaksin Campak adalah sebagai berikut:

    a) Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38 oC

    b) Gangguan sistem kekebalan

    c) Pemakaian obat imunosupresan

    d) Alergi terhadap protein telur

    e) Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin

    f) Wanita hamil.(24)

  • 29

    Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit,

    diare, konjungtivitis dan gejala katarak serta ensefalitis (jarang).(24)

    5) Imunisasi HB (Hepatitis B)

    Imunisasi HB memberikan kekebalan terhadap Hepatitis B. Hepatitis

    B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan

    kematian. Dosis pertama (HB 0) diberikan segera setelah bayi lahir atau

    kurang dari 7 hari setelah kelahiran. Pada umur 2 bulan, bayi mendapat

    imunisasi HB 1 dan 4 minggu kemudian mendapat imunisasi HB II.

    Imunisasi dasar diberikan 3 kali dengan selang waktu 1 bulan. Vaksin

    disuntikkan pada otot paha secara subcutan dalam dengan dosis 0,5 ml.(14)

    Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya sampai

    anak benar-benar pulih. Efek samping dari vaksin HB adalah efek lokal

    (nyeri di tempat suntikan) dan sistematis (demam ringan, lesu, perasaan

    tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam bebarapa

    hari.(14)

    d. Keberhasilan Imunisasi

    Tidak semua anak yang diimunisasi bebas dari serangan penyakit. Semua

    bergantung pada tingkat keberhasilan imunisasi yang dilakukan. Begitu pula,

    waktu perlindungan yang terjadi pun bervariasi. Ada anak yang terlindungi dalam

    waktu yang lama, ada pula yang terlindungi hanya sebentar saja. Keberhasilan

    imunisasi tergantung pada beberapa faktor yaitu :

  • 30

    1) Waktu pemberian

    Vaksin yang diberikan ketika anak masih memiliki kadar antibodi

    dari ibunya yang masih tinggi akan memberikan hasil yang kurang

    memuaskan. Untuk waktu pemberian yang efektif pada setiap imunisasi

    berbeda-beda.

    2) Kematangan imunologik

    Pada bayi belum memiliki fungsi imun yang matang sehingga akan

    memberikan hasil yang kurang efektif dibandingkan pada anak. Individu

    dengan status imun rendah, seperti pasien yang mendapat pengobatan

    imunosupresan atau sedang mengalami infeksi, maka akan mempengaruhi

    keberhasilan imunisasi, contohnya pada pasien HIV dan penggunaan

    kortikolsteroid jangka panjang pada penderita penyakit kronis.

    3) Keadaan gizi

    Gizi yang kurang menyebabkan kemampuan sistem imun lemah.

    Meskipun kadar imunoglobulin normal atau meningkat, namun tidak

    mampu mengikat antigen dengan baik karena kekurangan asam amino yang

    dibutuhkan dalam pembentukan antibodi.

    4) Cara pemberian vaksin

    Cara pemberian mempengaruhi respons yang timbul. Vaksin Polio

    oral (lewat mulut) akan menimbulkan imunitas lokal dan sistemik.(25)

  • 31

    2.2.2. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pencapaian Kelurahan UCI

    Berdasarkan teori Lawrence Green terdapat dua faktor pokok yang

    mempengaruhi kesehatan individu atau masyarakat (dalam hal ini status

    imunisasi) yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non-

    behavior causes). Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang

    diantaranya adalah faktor pemudah (predisposing factors), faktor pemungkin

    (enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing factors).

    1. Faktor Pemudah (Predisposing Factor)

    Faktor pemudah atau factor predisposisi adalah faktor internal yang paling

    penting yang dimiliki seseorang yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatannya.

    Faktor-faktor ini mencakup tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan

    ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak, dan dukungan dari pihak keluarga. Berikut

    ini adalah faktor predisposisi berhubungan dengan pencapaian kelurahan UCI

    dalam penelitian ini:

    a. Pengetahuan ibu

    Berdasarkan survei pendahuluan yang tercantum di latar belakang, maka

    dapat diketahui ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pencapaian

    kelurahan UCI. Aspek pengukuran pengetahuan digunakan dengan alat kuesioner,

    hasil ukur berdasarkan kriteria baik, cukup, kurang.

    Menurut Bloom pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

    setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.(26)

    Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan,

    pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

  • 32

    diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

    yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Apabila penerimaan

    perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan,

    kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng

    (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

    kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.(27)

    Bloom membagi ranah kognitif ke dalam enam tingkatan atau kategori,

    yaitu (26)

    1) Pengetahuan (knowledge)

    Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan

    disimpan dalam ingatan. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada

    saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali

    (recognition). Kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi,

    fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.

    2) Pemahaman (Comprehension)

    Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menangkap makna

    dan arti tentang hal yang dipelajari. Adanya kemampuan dalam menguraikan isi

    pokok bacaan; mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk

    lain. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan.

    3) Penerapan (Aplication)

    Kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode untuk

    menghadapi suatu kasus atau problem yang konkret atau nyata dan baru.

    Kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur metode, rumus, teori dan

  • 33

    sebagainya. Adanya kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada

    persoalan yang dihadapi atau aplikasi suattu metode kerja pada pemecahan

    problem baru. Misalnya menggunakan prinsip. Kemampuan ini setingkat lebih

    tinggi daripada kemampuan.

    4) Analisis (Analysis)

    Di tingkat analisis, sesorang mampu memecahkan informasi yang

    kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan

    informasi lain. Kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian

    sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.

    Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan.

    5) Sintesis (Synthesis)

    Kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-

    bagian dihubungkan stu sama lain. Kemampuan mengenali data atau informasi

    yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Adanya

    kemampuan ini dinyatakan dalam membuat suatu rencana penyusunan satuan

    pelajaran. Misalnya kemampuan menyusun suatu program kerja. Kemampuan ini

    setingkat lebih tinggi daripada kemampuan.

    6) Evaluasi (Evaluation)

    Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu materi

    pembelajaran, argumen yang berkenaan dengan sesuatu yang diketahui, dipahami,

    dilakukan, dianalisis dan dihasilkan. Kemampuan untuk membentuk sesuatu atau

    beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat berdasarkan kriteria

  • 34

    tertentu. Misalnya kemampuan menilai hasil karangan. Kemampuan ini

    dinyatakan dalam menentukan penilaian terhadapa sesuatu.

    Cara memperoleh pengetahuan dapat digolongkan menjadi:

    1) Konvesional/tradisional atau disebut dengan cara non ilmiah

    Cara-cara konvensional/tradisional ini digunakan orang pada saat sebelum

    ditemukannya suatu metode ilmiah atau metode penemu ilmu pengetahuan secara

    sistematik dengan berdasarkan ilmu logika. penemuan pengetahuan secara

    konvensional/tradisional ini meliputi hal, yakni:

    a) Pengalaman pribadi (Auto Experience)

    Pepatah lama mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang

    terbaik. ini tidak dapat disangkal akan kebenarannya. Berbagai

    pengalaman seseorang tentang suatu hal, akan menjadi sanagat berguna

    bagi orang lain.

    b) Belajar dan Kesalahan (Trial and Error)

    Cara ini digunakan semenjak belum diketemukannya cara

    metode untuk menggali pengetahuan secara sistematik dan berdasarkan

    logika. namun cara ini pula sampai sekarang tetap masih digunakan

    dalam memperoleh pengetahuan baru, khususnya pada aspek tertentu.

    c) Kekauasaan (Authority)

    Tradisi atau kebiasaan ini sebagian menjadi suatu budaya,

    daerah, akan tetapi sebagian lagi menjadi suatu ilmu yang diyakini

    kebenarannya, walaupun tanpa fakta empiris, dan mengujinya dengan

    penalaran dan logika. Seperti kita ketahui bahwa pada setiap upacara

  • 35

    perkawinan, tentu setiap daerah mempunyai adat dan kebiasaan masing-

    masing berbeda. Kita tidak pernah tahu hal tersebut pertama kali

    dilakukan, namun berdasarkan ketua adat yang mempunyai otoritas

    yang sangat domain di masyarakat, maka ada beberapa syarat yang

    tidak boleh dilewatkan dan harus dilakukan.

    2) Melalui Pikiran (To Mind)

    Dengan semakin maju dan berkembangnya peradaban dan kebudayaan

    umat manusia, maka cara berfikirnya mulai sedikit demi sedikit mangalami

    perubahan dan kemajuan.

    3) Melalui jalur ilmiah

    Dengan cara yang lebih modern dilakukan untuk memperoleh suatu

    pengetahuan, ternyata akan lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara-cara semacam

    ini kemudian dikenal dengan istilah metode penelitian ilmiah atau diperpendek

    metodologi penelitian (research methodology).(28) Alat ukur kuesioner

    pengetahuan adalah benar dan salah sedangkan kategori pengetahuan dalam

    penelitian ini dibagi kedalam kategori baik, cukup dan kurang.

    b. Sikap ibu

    Notoatmodjo menjelaskan tahapan seseorang sebelum mengadopsi

    perilaku baru, proses tersebut meliputi : awareness (kesadaran), interest (tertarik),

    evaluation (mempertimbangkan dampak baik dan buruk stimulus tersebut

    terhadap dirinya), trial (mulai mencoba prilaku baru), adoption (subyek telah

    berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap

    stimulus.(13)

  • 36

    Sikap dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:

    1) Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

    memperhatikan stimulus yang diberikan.

    2) Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya,

    mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

    indikasi dari sikap. Apabila subjek berusaha untuk menjawab pertanyaan

    atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar

    atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

    3) Menghargai (valuing), berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan

    atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

    4) Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu

    yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling

    tinggi.(13)

    Kategori sikap ibu pada penelitian ini menggunakan skala likert

    menggunakan positif dan negatif dengan alat ukur sangat setuju, setuju, tidak

    setuju dan sangat tidak setuju.

    c. Dukungan Keluarga

    Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang

    melindungi seseorang dari efek setres yang buruk. Dukungan keluarga menurut

    Friedman adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota

    keluargannya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan

    instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu

    bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan

  • 37

    terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang

    memperhatikannya. Jadi dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-

    dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang

    dapat diakses atau diadakan untuk keluarga yang selalu siap memberikan

    pertolongan dan bantuan jika diperlukan.(29)

    Sumber dukungan keluarga menurut Caplan dalam Friedman terdapat tiga

    sumber dukungan sosial umum, sumber ini terdiri atas jaringan informal yang

    spontan: dukungan terorganisasi yang tidak diarahkan oleh petugas kesehatan

    professional, dan upaya terorganisasi oleh professional kesehatan.(30)

    Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial

    yang di pandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau

    diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi

    anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap

    memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga

    dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri

    atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal.(29)

    Tujuan dukungan keluarga sangatlah luas diterima bahwa orang yang

    berada dalam lingkungan sosial yang suportif umumnya memiliki kondisi yang

    lebih baik dibandingkan rekannya yang tanpa keuntungan ini. Lebih khususnya,

    karena dukungan sosial dapat dianggap mengurangi atau menyangga efek serta

    meningkatkan kesehatan mental individu atau keluarga secara langsung, dukungan

    sosial adalah strategi penting yang haru ada dalam masa stress bagi keluarga.(31)

  • 38

    Sistem dukungan keluarga ini berupa membantu berorientasi tugas sering

    kali diberikan oleh keluarga besar, teman, dan tetangga. Bantuan dari keluarga

    besar juga dilakukan dalam bentuk bantuan langsung, termasuk bantuan financial

    yang terus-menerus dan intermiten, berbelanja, merawat anak, perawatan fisik

    lansia, melakukan tugas rumah tangga, dan bantuan praktis selama masa

    krisis.(29)

    Jenis dukungan keluarga menurut Friedman, menyatakan bahwa keluarga

    berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga

    memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan

    pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Terdapat empat dimensi dari dukungan

    keluarga yaitu:

    1) Dukungan emosional

    Dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk

    kasih sayang (afeksi), kepercayaan, perhatian, dan mendengarkan serta

    didengarkan. Keluarga merupakan tempat yang damai untuk membantu

    penguasaan terhadap emosi pada ibu.

    2) Dukungan informasional

    Dukungan informasional bertujuan untuk menekan stressor, dimana

    informasi yang diberikan keluarga diharapkan mampu memberikan sugesti

    khusus pada ibu. Keluarga sebagai pemberi dukungan informasional

    memiliki peran sebagai penyebar dan penyampai informasi yang digunakan

    untuk mengungkapkan masalah.

  • 39

    3) Dukungan penghargaan/penilaian (appraisal)

    Keluarga memiliki peran sebagai pemberi dukungan penilaian seperti

    memberikan bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi

    permasalahan, serta sebagai validator identitas anggota keluarga. Misalnya

    sikap dan perilaku keluarga dalam memberikan dukungan, pengakuan,

    penghargaan, dan penilaian kepada permasalahan ibu dalam merawat anak.

    4) Dukungan instrumental

    Dukungan instrumental bertujuan untuk menghidupkan kembali energi dan

    semangat yang mulai menurun. Keluarga memiliki peran sebagai sumber

    pertolongan praktis dan konkrit seperti memberikan bantuan langsung baik

    dalam bentuk materi, tenaga, dan sarana.(32)

    Wills dalam Friedman, menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga

    (dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan

    efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat

    dari kesehatan) ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari

    dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi

    bersamaan.(29)

    Pada survei pendahuluan dijelaskan bahwa masih ditemukan kurangnya

    dukungan keluarga untuk memberikan imunisasi pada bayi mereka, dengan alasan

    anak demam. bayi yang tidak di imunisasi sesuai dengan jadwal ( drop out)

    membuat tidak tercapainnya cakupan imunisasi dasar dan hal ini berhubungan

    dengan pencapaian kelurahan UCI. Dukungan keluarga dalam penelitian ini

    dibagi menjadi kategori tidak mendukung dan mendukung.

  • 40

    2. Faktor Pendukung (Enabling Factors)

    Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas,

    sarana dan prasarana atau sumber daya atau fasilitas kesehatan yang memfasilitasi

    terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan

    kesehatan seperti pukesmas, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan

    swasta, dan sebagainya, serta kelengkapan alat imunisasi, uang, waktu, tenaga,

    dan sebagainya. Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti tidak meneliti factor

    pendukung yang berhubungan dengan pencapaian kelurahan UCI disebabkan

    factor pendukung sudah memenuhi standart pelaksanaan program UCI.

    3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)

    Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku para petugas termasuk

    petugas kesehatan. Menurut Lawrence W. Green, ketersediaan dan keterjangkauan

    sumber daya kesehatan termasuk tenaga kesehatan dan kader kesehatan yang ada

    dan mudah dijangkau merupakan salah satu faktor yang member kontribusi

    terhadap perilaku seha dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Dalam

    penelitian ini, faktor penguat yang berhubungan dengan pencapaian kelurahan

    UCI yang ingin diteliti adalah peran kader posyandu karena kegiatan program

    Kelurahan UCI dilaksanakan di posyandu – posyandu di wilayah kerja

    puskesmas.

    a. Peran Kader Posyandu

    Kader adalah seseorang yang karena kecakapannya atau kemampuannya

    diangkat, dipilih atau ditunjuk untuk mengambil peran dalam kegiatan dan

    pembinaan Posyandu, dan telah mendapat pelatihan tentang KB dan Kesehatan.

  • 41

    Sebagian besar kader kesehatan adalah wanita dan anggota PKK yang sudah

    menikah dan berusia 20-40 tahun dengan pendidikan sekolah dasar.(14)

    Syarat-syarat untuk memilih calon kader menurut Kemenkes RI

    adalah:(14)

    1) Dapat membaca dan menulis dengan bahasa Indonesia.

    2) Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader.

    3) Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang

    bersangkutan.

    4) Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya.

    5) Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader

    lainnya dan berwibawa.

    6) Sanggup membina paling sedikit 10 KK (Kepala Keluarga) untuk

    meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan diutamakan mempunyai

    keterampilan.

    Menurut Bagus yang dikutip dari Zulkifli, persyaratan lain bagi seorang

    kader antara lain; berasal dari masyarakat setempat, tinggal di desa tersebut, tidak

    sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama, diterima oleh masyarakat

    setempat, dan masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari

    nafkah lain. Persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli diatas

    dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain

    sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta

    mempunyai krebilitas yang baik dimana perilakunya menjadi panutan masyarakat,

  • 42

    memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan tetap, pandai baca

    tulis, sanggup membina masayrakat sekitarnya.

    Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upanya

    meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat

    kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam

    bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan baik di posyandu.

    Sesuai dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 9 tahun 1990 ada dua

    kategori kader yaitu:

    1) Kader Pembangunan Desa (KPD) yaitu orang yang mempunyai kemampuan

    bekerja secara sukarela untuk kepentingan pembangunan desanya yang

    mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak pembangunan di desa

    keseluruhan. KPD merupakan kader yang bersifat umum yang memperoleh

    pengetahuan dan keterampilan dasar melalui latihan kader pembangunan

    desa.

    2) Kader teknis yaitu kader pembangunan desa yang memiliki pengetahuan

    dan keterampilan teknis tertentu dari sektor pembangunan, yang merupakan

    “tenaga spesialis” dan dibina oleh suatu instansi atau lembaga

    kemasyarakatan.

    Pada hakekatnya pelayanan kesehatan dipolakan mengikutsertakan

    masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab. Keikutsertaan masyarakat dalam

    meningkatkan efisiensi pelayanan adalah atas dasar terbatasnya daya dan dana

    didalam operasional pelayanan kesehatan masyarakat. Dengan demikian dilibat-

    aktifkannya masyarakat akan memanfaatkan sumber daya yang ada dimasyarakat

  • 43

    seoptimal mungkin. Pola pikir yang semacam ini merupakan penjabaran dari karsa

    pertama yang berbunyi meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong

    dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

    Kader posyandu adalah orang yang mempunyai tugas untuk melaksanakan

    program posyandu termasuk didalamnya adalah imunisasai.(14) Posyandu pada

    umumnya dan kader posyandu pada khususnya mempunyai peran penting dalam

    meningkatkan kelengkapan imunisasi bayi umur 0-12 bulan.(14) Kelengkapan

    imunisasi dasar selain dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu sebagai faktor

    predispoisisi juga dipengaruhi oleh sikap petugas, dalam hal ini adalah kader

    posyandu.(14)

    Kader posyandu dalam setiap kegiatan selalu melakukan penyuluhan

    tentang imunisasi, sehingga hal ini yang mempengaruhi kelengkapan status

    imunisasi bayi. Dengan penyuluhan imunisasi yang dilakukan oleh kader

    posyandu, maka ibu balita akan senantiasa mengingat pentingnya imunisasi dasar

    pada bayi.(14)

    Kegiatan yang dilakukan oleh kader untuk membantu mengingatkan

    kelengkapan imunisasi adalah memberikan penyuluhan tentang imunisasi,

    mengajak ibu-ibu balita untuk datang ke posyandu, melakukan kunjungan dan

    memberikan motivasi kepada ibu balita, memberikan informasi yang dibutuhkan

    ibu balita serta selalu datang. Selain peran kader, peran orang tua untuk mau

    mengimunisasi bayi, peran pemerintah daerah, peran LSM setempat, serta

    dukungan dari pihak swasta akan dibutuhkan untuk meningkatkan pencapaian

    UCI.(7)

  • 44

    Secara umum peran kader kesehatan adalah melaksanakan kegiatan

    pelayanan kesehatan terpadu bersama masyarakat dalam rangka pengembangan

    PKMD Secara khisus peran kader adalah :

    1) Persiapan

    Persiapan yang dilakukan oleh kader sebelum pelaksanaan kegiatan posyandu

    adalah memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan

    terpadu dan berperan serta dalam mensukseskannya, bersa dengan masyarakat

    merencanakan kegiatan pelayanan kesehatan terpadu ditingkat desa.

    2) Pelaksanaan

    Pelaksanaan yang dilakukan oleh kader saat kegiatan imunisasi adalah

    melaksanakan penyuluhan kesehatan secara terpadu, mengelola kegiatan

    seperti penimbangan bulanan, distribusi oralit, vitamin A/Fe, distribusi alat

    kontrasepsi, PMT, Pelayanan kesehatan sederhana, pencatatan dan pelaporan

    serta rujukan.

    3) Pembinaan

    Pembinaan yang dilakukan oleh kader berupa : menyelenggarakan pertemuan

    bulanan dengan masyarakat untuk membicarakan perkembangan program

    kesehatan, melakukan kunjungan rumah pada keluarga binaannya, membina

    kemampuan diri melalui pertukaran pengalaman antar kader.

    Peran kader dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tidak aktif dan aktif.

  • 45

    2.3. Hipotesis

    Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian yang kebenarnya

    akan dibuktikan dalam penelitian tersebut sampai terbukti melalui data yang

    terkumpul. Hipotesis dari penelitian ini adalah:

    1. Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pencapaian Kelurahan UCI

    di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.

    2. Ada hubungan sikap ibu dengan pencapaian Kelurahan UCI di wilayah

    kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.

    3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan pencapaian Kelurahan UCI di

    wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.

    4. Ada hubungan peran kader posyandu dengan pencapaian Kelurahan UCI

    di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.

  • 46

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Desain Penelitian

    Metode penelitian adalah dengan metode survei analitik dimana survei

    atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena

    kesehatan bisa terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara

    fenomena/faktor resiko dengan faktor efek. Desain penelitian ini dengan

    pendekatan waktu yang bersifat cross sectional dimana cara pengambilan data

    variable bebas dan variable terikat dilakukan sekali waktu dengan waktu yang

    bersamaan,(33) yang bertujuan untuk mencari hubungan pengetahuan ibu, sikap

    ibu, dukungan keluarga dan peran kader posyandu terhadap terbentuknya

    Kelurahan UCI di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.

    3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Tempat penelitian ini dilaksanakan di posyandu pada 4 Kelurahan dengan

    pencapaian UCI belum memenuhi target yang merupakan wila