faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi dpt di...
DESCRIPTION
kesehatanTRANSCRIPT
-
SKRIPSI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT
KECEMASAN IBU YANG ANAKNYA DEMAM PASCA IMUNISASI DPT DI PUSKESMAS
CENDRAWASIH KOTA MAKASSAR
MUHAMMAD NASARUDDIN 2110120
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR 2014
-
ii
Faktor yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Ibu yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di
Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar
Skripsi Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk mencapai gelar serjana keperawatan
MUHAMMAD NASARUDDIN 2110120
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR 2014
-
iii
-
iv
-
v
ABSTRAK
MUHAMMAD NASARUDDIN. Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Ibu yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar. (dibimbing oleh Akbar Harisa dan Sri Ranti).
Banyak ibu mengatakan cemas terhadap efek samping imunisasi, salah satu penyebabnya adalah kurang pengetahuan ibu sehingga timbul kecemasan selain itu imunisasi juga memiliki efek samping seperti demam setelah di imunisasi, kondisi anak yang demam tersebut sering kali menyebabkan kecemasan pada ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan crossectional study. Populasi pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang datang mengimunisasi DPT anaknya di Puskesmas Cedrawasih sebanyak 232 responden. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode nonprobability sampling yaitu dengan teknik insidental sampling, penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu sebanyak 48 responden. Berdasarkan uji Chi-Square Test diperoleh nilai hitung p = 0,003 pada variabel pengetahuan, pada variabel umur di peroleh nilai hitung p= 0,001 dan pada variabel dukungan keluarga di peroleh nilai hitung p = 0,004. Dari ketiga variabel tersebut menyatakan nilai p lebih kecil dari nilai =0,05. Dan dapat di simpulkan bahwa Ho ditolak atau ada hubungan pengetahuan, usia, dan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar. Dengan penelitian ini diharapkan pada petugas puskesmas dapat dijadikan sebagai acuan untuk lebih memberikan informasi tentang imunisasi DPT.
Kata kunci : imunisasi DPT dan tingkat kecemasan Kepustakaan : 33 buah (2005-2014)
-
vi
ABSTRACT
MUHAMMAD NASARUDDIN. The factor of related with anxiety step for mothers that their childen after DPT immunization to local Clinic In Cendrawasih of Makassar City. (supervised by Akbar Harisa and Sri Ranti)
Many mothers say worry about the side effects of immunization, one reason is the lack of knowledge of the mother causing anxiety in addition to the immunizations also have side effects such as fever after immunization, the child's condition that the fever often causes anxiety in the mother. This study aims to determine the factors associated with the level of anxiety that her mother fever post DPT immunization in Cendrawasih Makassar Health Center. This study uses cross-sectional descriptive analytic study approach. The population in this study is the mothers who come to immunize their children at the health center DPT Cendrawasih as many as 232 respondents. Sampling in this study using nonprobability sampling method is by incidental sampling technique, sampling by coincidence that as many as 48 respondents. Based on Chi-square test calculated value obtained p = 0.003 on the knowledge variable, the variable age was obtained value of p = 0.001 and count on family support variables calculated value obtained p = 0.004. Of the three variables declared p value less than the value of = 0.05. And it can be concluded that Ho is rejected or no knowledge of the relationship, age, and family support to mothers whose children anxiety levels fever post DPT immunization in Cendrawasih Makassar Health Center. With this study are expected in the clinic staff can serve as a reference for more information about DPT immunization.
Keywords : DPT immunization and the level of anxiety Bibliography : 33 item (2005-2014)
-
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Alhamdulilah,segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan
skripsi penelitian ini dengan judul Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Ibu yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di
Puskesmas Cendrawasih Makassar. Sebagai salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan pada program studi ilmu keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan
Akademik Makassar.
Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis menyadari bahwa itu
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan yang sangat berharga dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Ayahanda AKBAR
AHMAD dan Ibunda NURHAYATI yang tanpa kenal lelah menberikan
motivasi dan dorongan kepada penulis, serta pada kesempatan ini penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. H. Andi M. Aras Mahmud,(Alm) selaku pendiri yayasan
Gema Insan Akademik Makassar.
2. Bapak H. Andi Iwan Darmawan Aras, SE., selaku ketua yayasan
Gema Insan Akademik Makassar.
3. Ibu Hj. Hasniaty, AG, S, Kp. M. Kep., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.
-
viii
4. Bapak Akbar Harisa, S.Kep, NS, PMNC, MN., selaku pembimbing I
dalam penelitian ini yang telah memberikan dukungan dan
sumbangsih pikiran dalam mengarahkan penulis sehingga penulis
selesai menyelesaikan skripsi ini.
5. Sri Ranti, S.Kep, Ns., selaku pembimbing II dalam penelitian ini
yang telah memberikan dukungan dan sumbangsih pikiran dalam
mengarahkan penulis sehingga selesainya skripsi ini.
6. Ibu Hj. Nurhaeni Rachim, S.Kp, M.Kep, selaku Penguji I dalam penelitian ini yang telah memberikan saran dan masukan dalam
mengarahkan penulis sehingga selesainya skripsi ini
7. A. Anas Swadaya, ST selaku Penguji II dalam penelitian ini yang telah memberikan saran dan masukan dalam mengarahkan penulis
sehingga selesainya skripsi ini.
8. Seluruh Pengelolah dan Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema
Insan Akademik Makassar.
Namun demikian penulis menyadari sebagai manusia biasa
yang penuh dengan keterbatasan, dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang positif demi kesempurnaan
skripsi ini. Akhirnya penulis memohon kepada sang maha
pengasih (Ar Rahman) semoga apa yang kita peroleh dapat bernilai ibadah di sisi-Nya, Amin.
Makassar, September 2014
MUHAMMAD NASARUDDIN
-
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................ i
HALAMAN PETUNJUK ................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ....................................................... 5
E. Hipotesis Penelitian....................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 7
A. Tinjauan Umum tentang Kecemasan .......................... 7 B. Tinjauan Umum tentang Imunisasi ............................... 14 C. Tinjaun Umum tentang Imunisasi DPT .......................... 18 D. Tinjauan Khusus Tentang Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Kecemasan Ibu yang Anaknya Demam Pasca
Imunisasi DPT ............................................................... 25
-
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 35
A. Kerangka Konseptual .................................................. 35
B. Definisi Operasional ..................................................... 36
C. Desain Penelitian ......................................................... 37
D. Populasi dan Sampel .................................................... 37
E. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................... 38
F. Alat dan Bahan Penelitian ............................................ 38
G. Pengumpulan Data ...................................................... 39
H. Pengolahan Data .......................................................... 39
I. Analisa Data .................................................................. 41
J. Etika Penelitian ............................................................ 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 43
A. Hasil Penelitian ............................................................ 43
B. Pembahasan ................................................................ 49
BAB V PENUTUP .......................................................................... 56
A. Kesimpulan ................................................................... 56
B. Saran ............................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 57
LAMPIRAN
-
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1. Distribusi Frekuensi berdasarkan Pengetahuan Ibu ................. 43
4.2. Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia Ibu ............................... 44
4.3. Distribusi Frekuensi berdasarkan Dukungan Keluarga Ibu ....... 44
4.4. Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Kecemasan Ibu ....... 45
4.5. Hubungan pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Ibu ........ 46
4.6. Hubungan usia dengan Tingkat Kecemasan Ibu ...................... 47
4.7. Hubungan dukungan keluarga dengan Tingkat Kecemasan
Ibu ............................................................................................. 48
-
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Teori ........................................................................ 34
2. Kerangka Konseptual .............................................................. 35
-
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lembar permohonan menjadi responden .............................. 60 2. Lembar persetujuan menjadi responden ............................... 61 3. Lembar kuisioner ................................................................... 62
4. Master tabel ........................................................................... 70
5. Uji Statistik ............................................................................. 73
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita cita bangsa Indonesia, sebagaimana yang dimaksud dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945.8 Berdasarkan estimasi global
yang dilakukan WHO tahun 2007 pelaksanaan imunisasi dapat
mencegah kurang lebih 25 juta kematian balita tiap tahun akibat difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan) dan campak. Diseluruh dunia, cakupan imunisasi polio yang diterima bayi dengan 3 dosis vaksin polio pada
tahun 2007 adalah 82% dan cakupan imunisasi Hepatitis B dengan 3
dosis vaksin adalah 65%. Sedangkan cakupan imunisasi DPT dan
campak masing - masing sebesar 81% dan 82%.32
Menurut data Kementerian Kesehatan RI tahun 2012 yang rilis
oleh Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), setiap hari 175 orang Indonesia meninggal dunia akibat penyakit TB
berarti dalam setahun 64.000 orang Indonesia meninggal dunia akibat
penyakit TB.32 Unicef menyatakan ada sekitar 2.400 anak di Indonesia
meninggal setiap hari termasuk yang meninggal karena sebab-sebab
yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi seperti
tuberkulosis, campak, pertusis, difteri dan tetanus.32
-
2
Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan primer
yang sangat efektif untuk menghindari terjangkitnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya pun akan berkurang.32
Di Sulawesi Selatan sendiri, cakupan imunisasi yang dicapai yaitu
pada tahun 2008 sebesar 97,79%, tahun 2009 92,88%, tahun 2010
93,08%,tahun 2011 menurun menjadi 84,70% dan pada tahun 2012 sebesar 88,8%. 32
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi
terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1
yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun.
Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang
disuntikkan pada otot lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan
sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III), selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan
pada usia prasekolah (5-6 tahun). 12
Reaksi akibat imunisasi DPT dapat berupa demam ringan
selama 1-2 hari, nyeri, kemerahan atau pembengkakan lokal di tempat
suntikan. DPT menyebabkan komplikasi yaitu demam tinggi (lebih dari 40,5C), kejang demam (Risiko lebih tinggi pada ana k yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau riwayat kejang dalam keluarga), syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).12
-
3
Menurut Youssef et al, bahwa 95% ibu khawatir bila anaknya
demam. Alasan ibu karena demam pada anak dapat menyebabkan
kejang (69%), kerusakan otak (16%), koma (14%), gejala dari penyakit yang berat (11%), bahkan demam bisa menyebabkan kematian.12 Data cakupan imunisasi DPT menurut usia di puskesmas
cendrawasih didapat usia 2 bulan (DPT 1) sebanyak 107 orang, pada usia 3 bulan (DPT 2) sebanyak 58 orang, dan pada usia 4 bulan (DPT 3) didapat sebnyak 67 orang.12
Menurut Teccya dalam Juriyah (2013) Kebanyakan anak menderita panas setelah mendapat imunisasi DPT, tetapi itu adalah
hal wajar, namun seringkali ibu merasa cemas, tegang dan khawatir. Timbulnya kejadian ikutan pasca imunisasi membuat masyarakat selalu bersikap menolak untuk pemberian imunisasi berikutnya, ini
menyebabkan anak tersebut akan rentan terhadap penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi, sehingga timbul kecacatan. 12
Data awal yang di diperoleh di Puskesmas Cendrawasih, pada
Bulan Februari tahun 2014, bayi yang memperoleh imunisasi DPT- H
I sebanyak 31 orang (4,4 %), DPT- HII sebanyak 33 orang (4,8%), DPT- H III sebanyak 36 orang (5,2%). Bulan Maret tahun 2014, bayi yang memperoleh imunisasi DPT- H I sebanyak 62 orang (8,9%), DPT- HII sebanyak 71 orang (10,2%), DPT- H III sebanyak 84 orang (12,1%). Bulan April tahun 2014, bayi yang memperoleh imunisasi DPT- H I sebanyak 33 orang (4,8%), DPT- HII sebanyak 80 orang (11,5%), DPT- H III sebanyak 71 orang (10,2%). Bulan Mei tahun
-
4
2014, bayi yang memperoleh imunisasi DPT- H I sebanyak 107 orang
(15,4%), DPT- HII sebanyak 58 orang (8,2%), DPT- H III sebanyak 67 orang (9,6%).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka penting untuk
meneliti tentang Faktor yang berhubungan dengan tingkat
kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di
Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian yaitu Faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam
pasca imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Diketahuinya tentang faktor yang berhubungan dengan tingkat
kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di
Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.
2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu dengan tingkat
kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di
Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.
b. Diketahuinya hubungan usia dengan tingkat kecemasan ibu
yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas
Cendrawasih Kota Makassar.
-
5
c. Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di
Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan menjadi rujukan institusi mengenai tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di
Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.
2. Manfaat bagi Peneliti
Sebagai bahan pengetahuan peneliti untuk mendapatkan
pengalaman dan meningkatkan kemampuan dalam menganalisis
faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas
Cendrawasih Kota Makassar.
3. Manfaat bagi Masyarakat.
Diharapkan penelitian ini akan membuka wawasan dan
pengetahuan masyarakat mengenai tingkat kecemasan ibu yang
anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas
Cendrawasih Kota Makassar.
-
6
E. Hipotesa Penelitian
1. Hipotesa Nol (H0) a. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan kecemasan ibu
yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas
Cendrawasih Kota Makassar.
b. Tidak ada hubungan usia dengan kecemasan ibu yang anaknya
demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih Kota
Makassar.
c. Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu
yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas
Cendrawasih Kota Makassar.
2. Hipotesa Alternatif (H1) a. Ada hubungan pengetahuan dengan kecemasan ibu yang
anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas
Cendrawasih Kota Makassar.
b. Ada hubungan usia dengan kecemasan ibu yang anaknya
demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih Kota
Makassar.
c. Ada hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu yang
anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas
Cendrawasih Kota Makassar.
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Kecemasan 1. Definisi
Menurut Stuart (2007) dalam Andira, Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak hendaya, keadaan emosi
ini tidak memiliki objek yang spesifik, kecemasan berbeda dengan gangguan kecemasan, kecemasan adalah suatu perasaan takut
yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering
disertai gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan kecemasan terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan
fungsi yanag disebabkan oleh kecemasan tersebut.2
Menurut freud (1994) dalam Makkaraeng, Kecemasan merupakan suatu keadaan perasaan tidak efektif yang tidak
menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang
meemperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang.
Keadaan yang tidak menyenangkan ini sering kabur dan sulit
menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri selalu dirasakan.17
2. Rentang Respon Kecemasan
Rentang respon kecemasan dapat di konseptualkan
dalam rentang respon. Rentang respon ini dapat digambarkan
-
8
dalam rentang respon adaptif sampai maladaptif. Reaksi terhadap
kecemasan dapat bersifat konstruktif dan destruktif.2
Konstruktif merupakan motivasi seseorang untuk belajar memahami terhadap perubahan-perubahan terutama perubahan
terhadap perasaan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan
hidup. Sedangkan reaksi destruktif merpakan reaksi yang dapat
menimbulkan tingkah laku maladaptif serta disfungsi yang
menyangkut kecemasan berat atau panik.29
3. Etiologi
a. Faktor Prediposisi
Ketegangan dalam kehidupan dapat berupahal-hal
sebagai berikut :
1) Peristiwa traumatik 2) Konflik emosional 3) Gangguan konsep diri 4) Frustasi 5) Gangguan fisik 6) Pola mekanisme koping keluarga 7) Riwayat gangguan kecemasan. 8) Medikasi
b. Faktor presipitasi
1) Ancaman terhadap integritas fisik 2) Ancaman terhadap harga diri.29
-
9
4. Tanda-tanda Kecemasan
Efek terhadap respon kecemasan dapat memberikan tanda
sebagai berikut :
a. Fisiologis
Nadi cepat, tensi meningkat, ketegangan otot, sukar
nafas, berkeringat, dilatasi pupil, mulut kering, anoreksia,
konstipasi, sakit kepala, penglihatan kabur, mual, muntah dan
gangguan tidur.
b. Perilaku
Gelisah, tremor, mudah terkejut, bicara cepat, gerakan dan aktivitas kurang terkoordinasi.
c. Kognitif
Tidak mampu memusatkan perhatian/konsentrasi dan
pelupa, persepsi enyempit, kreativitas menurun.36
5. Reaksi Kecemasan
Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun
destruktif bagi individu :
konstruktif. individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman
dan terfokus pada kelangsungan hidup. Contohnya individu yang
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena akan dipromosikan naik jabatan.29
Destruktif. individu betingkah laku maladaptif dan
disfungsional. Contohnya : individu menghindari kontak dengan
orang lain atau mengurung diri, tidak mau mengurus diri, tidak mau
makan.28
-
10
6. Tingkat Kecemasan
Ada beberapa tingkat kecemasan yang dialami individu
yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
a. Kecemasan Ringan
Cemas ringan selalu berhubungan dengan ketegangan
akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan
persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada.
Individu akan terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan.
Respon cemas ringan seperti sesekali bernapas
pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, mata berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi
meluas, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah
secara efektif, tidak dapat duduk dengan tenang dan tremor
halus pada tangan.
b. Kecemasan sedang
Individu terfokus hanya pada fikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. pada
tingkat ini individu lebih berfokus pada hal-hal pada saat itu dan
mengesampingkan hal lain.
Respon cemas sedang seperti sesak nafas pendek,
tekanan darah meningkat, mulut kering rangsangan luar tidak
dapat diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur dan
perasaan tidak enak.
-
11
c. Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi
seseorang cenderung untuk memutuskan pada sesuatu yang
sangat terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal
yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan orang tersebut membutuhkan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
Respon kecemasan berat seperti nafas pendek, ndai
dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala,
penglihatan kabur, ketegangan lapangan, persepsi sempit, tidak
dapat menyelesaikan masalah, verbalisasi cepat dan perasaan
ancaman meningkat.
d. Panik
Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan
terperangah, ketakutan dan tremor, rincian terpecah dari
proporsinya karenkutan, berat mengalami panik dan tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Panik melibatkan disorganisasi kepribadian, Dengan panik terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang rasional, Tingkat kecemasan ini tidak
sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama maka akan terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.
-
12
Respon panik seperti nafas pendek, rasa tercekik, sakit
dada, pucat, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir
logis, agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak,
kehilangan kendali dan persepsi kacau. 28
7. Teori kecemasan
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan, antara lain teori psikoanalitik, teori interpersonal, teori
perilaku, teori keluarga dan teori biologi.
Ada beberapa teori kecemasan sebagai berikut :
a. Teori Psikoanalitik
Dalam pandangan psikoanalitik, kecemasan adalah
konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. id mewakili dorongan insting dan impuls
primitif seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang, ego atau aku berfungsi memenuhi tuntutan-tuntutan
dari dua elemen yang bertentangan tersebut dan fungsi
kecemasan adalah mengingatkan ego tentang sesuatu bahaya
yang perlu diatasi.
b. Teori Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul
dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti perpisahan
-
13
dan kehilangan menyebabkan seseorang tidak berdaya. Orang
dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk
mengalami kecemasan berat.
c. Teori perilaku
Menurut pandangan, perilaku kecemasan merupakan
produk frustasi, yaitu sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. pakar perilaku lain menganggap kecemasan suatu dorongan untuk
belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya dihadapkan
pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukan kecemasan pada kehidupan selanjutnya.
d. Teori keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu
keluarga. Ada tumapang tindih antara gangguan kecemasan
dan depresi.
e. Teori biologi
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk biodiazepines, reseptor ini mungkin
membantu mengatur kecemasan. Penghambat Asam Amino
Butirik Gamma Neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peranan utama dalam mekanisme biologis
-
14
berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan
endrphin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum
seorang mempunyai akibat nyata sebagai faktor predisposisi
terhadap kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.28
B. Tinjauan Umum tentang Imunisasi 1. Definisi Imunisasi
a. Depkes RI (2004) menyebutkan Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
b. Sudrajat (1997) dalam Irawati (2010) Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, resisten. Anak diimunisasi berarti di berikan
kekebalan terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
terhadap penyakit lain.
c. Sitorus (2008) Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dengan antibody, yang di dalambidang ilmu imunologi
merupakan kuman atau racun ( toxin disebut sebagai antigen). Secara khusus antigen merupakan bagian dari proteinkuman
atau protein racunnya. Bila antigen pertaman kalinya masuk
kedalam tubuh manusia, maka sebagai reaksi tubuh akan
membentuk zat anti terhadap racun kuman yang disebut
dengan antibodi.
-
15
d. Hidayat (2008) Imunisasi adalah merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap
berbagai penyakit, sehingga degan imunisasi di harapkan bayi
dan anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Secara alami
tubuh sudah memiliki pertahanan terhadap berbagai kuman
yang masuk.
e. Mubarak (2011) Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin ke
dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti unutk mencegah
terhadap penyakut tertentu.
2. Tujuan Imunisasi Menurut Riyadin Sujono & Sukarmin (2009) Program imunisasi
bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan dan kematian bayi serta anak yang
disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umum tujuan imunisasi, antara lain:
a. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit
menular
b. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
c. Imunisasi menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada balita. Untuk tujuan mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang, ditempu dengan cara memberikan infeksi ringan yang
tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun
-
16
apabila terjangkit penyakit tersebut, anak tidak sakit karenatubuh cepat membentuk antibodi dan mematiakan antigen yang masuk
tersebut.
3. Prinsip Dasar Pemberian Imunisasi
Prinsip dasar pemberian imunisasi adalah :11
a. Bila ada antigen ( kuman, bakteri, virus, parasit, racun, kuman memasuki tubuh maka tubuh akan berusaha menolaknya, tubuh
membuat zat anti berupa antibody atau anti toxin.
b. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung secara
lembat dan lemah, sehingga tak cukup banyak antibody yang
terbentuk.
c. Pada reaksi atau respon yang kedua, ketiga, dan seterusnya
tubuh sudah mulai lebih mengenal jenis antigen tersebut d. Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan
berkurang. Untuk mempertahankan agar tetap kebal, perlu di
berikan antigen/suntikan/imunisasi ulang.
e. Kadar antibody yang tinggi dalam tubuh menjamin anak akan sulit untuk terserang penyakit.
4. Macam-Macam Imunisasi
Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh,
imunisasi terbagi menjadi 2 antara lain :
a. Imunisasi Aktif
Merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara
menyuntikan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak
sendiri akan membuat antibody yang akan bertahan bertahun-
-
17
tahun lamanya. Imunisasi aktif akan lebih lama bertahan lama
daripada imunisasi pasif.32
Imunisasi aktif juga merupakan pemberian zat antigen yang di harapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imonologi spesifik yang akan
menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya
cell memory. Dalam imunisasi aktid terdapat empat macam
kandungan dalam setiap vaksinnya, yang di jelaskan sebagai berikut :11
a) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinnya semacam infeksi buatan (beruba polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan, atau bakteri yang di matikan).
b) Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.
c) Preservatif, stabiliser, dan antibodik yang berguna untuk mencegah tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi
antigen.
d) Adjuvans yang terdiri dari garam, aluminium yang berfungsi untuk mengingatkan imonogenitas antigen
b. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin), yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi
yang dapt berasal dari plasma manusia atau binatang yang
-
18
digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk
dalam tubuh yang terinfeksi.11
Imunisasi pasif disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti
akan tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara
menyuntikan bahan atau serum yang telah mengandung zat
anti. Atau anak tersebut mendapatkan dari ibu pada saat dalm
kandungan.26
5. Manfaat Imunisasi
Menurut Depkes RI (2001) dalam Irwati (2008) menerapkan bahwa tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak-anak yang
disebabkan wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia
sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara
untuk menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi,
balita/anak-anak pra sekolah.
C. Tinjauan Umum tentang Imunisasi DPT 1. Definisi Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah imunisasi yang di gunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit Difteri, dengan mengunakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat
racunnya, akan tetapi masih dapat merasangsang pembentukan
zat anti toksoid.19
2. Efek Samping Setelah Imunisasi
Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari
setelah mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan
-
19
hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit,
merah atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini berbahaya
dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh
sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul tidak perlu di ragukan lagi bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan dan
imunisasi tidak perlu di ulang.
3. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi DPT
a. Difteri
adalah satu penyakit menular yang sekarang dapat di
atasi. Penyakit mencakup jaringan kerongkongan dan kotak suara, dan sebagai saluran udara yang ke paru-paru. Lapisan
tebal menutupi jaringan yang sakit serta menyumbat saluran udara, dan juga kuman penyakit ini menghasilkan racun yang dapat merusak jantung. 4
Selain itu difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Corynebacterium Diphtheriae. Penyebarannya adalah
melalui kontak fisik dan pernapasan. Gejala awal penyakit adalah radang tenggorokan, hilangnya nafsu makan dengan
demam ringan. Dalam waktu 2-3 hari timbul selaput putih
kebiru-biruan pada tenggorokan dan toksil. Difteri dapat
menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernapasan yang
mengakibatkan kematian. Imunisasi difterian dilakukan pada
waktu bayi masih kecil dan ini diulangi kemudian.4
-
20
b. Pertusis
Disebut juga batuk rejan adalah penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis.
Penyebaran pertusis adalah melalui tetesan-tetesan kecil yang
keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit adalah pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk ringan yang lama
kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk mengigil yang cepat dan keras, komplikasi pertusis adalah
pnemonia bacterialis yang dapt menyebabkan kematian.
Meskipun batuk rejan merupakan penyakit yang tidak berbahaya, namu cukup menyiksa dan sedikit lebih parah
daripada penyakit biasa. Anak atau bayi yang terserang batuk
ini dapat menyebabkan kematian karena komplikasi yang
serius, seperti peradangan paru-paru, kerusakan paru-paru
atau pendarahan terhadap organ-organ tubuh lainnya
termasuk otak. Kadang-kadang hernia karena anak anak sering
mengedan sebagai akibat batuk ini. Imunisasi yang ini tika
setahan yang lainnya, karena itu dokter menyarankan agar
imunisasi itu di ulangi samapai umur 6 tahun.4
c. Tetanus
Adalah penyakit yang disebabkan oleh clostridium tetani
yang menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar
dari orang ke orang lain, tetapi melalui kotoran yang masuk ke
dalam luka yang dalam . gejala awal pada penyakit ini adalah
-
21
kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan
menelan, kaku otot perut,berkeringan dan demam. Pada bayi
terdapat juga gejala berhenti menetek (sucking) antara 3-28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjafi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang pnemonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.
Tetanus atau yang biasa di kenal dengan rahang terkunci
merupakan satu jenis penyakit yang ditakuti. Kuman tetanus menghasilkan racun yang mempengaruhi sistem jaringan saraf, yang menyebabkan rasa nyeri. Umumnya otot rahang dan
sekitar leher yang diserangnya. Racun ini sangat kuat, sedikit
saja terkena racun ini dapat menyebabkan kematian. Kuman tetanus biasanya terdapat di sekitar gudang, dalam kotoran
manusia dan hewan, dan jamur di kebun. Kuman ini masuk tampa disadari oleh orang melalui luka bekas paku berkarat
atau duri. Kuman ini dapat berkembang biak dengan cepat
apabila telah masuk ke dlam jaringan yang lebih dalam. Luka dalam harus segera dirawat secara khusus dan insentif.
Imunisasi tetanus hanya dapat bertahan selama lima tahun.4
4. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) a. Definisi KIPI
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan mematikan yang terjadi dalam masa satu
-
22
bulan setelah imunisasi, yang di duga adalah hubungannya
dengan pemberian imunisasi.24
Menurut Depertemen Kesehatan (2005) Ikutan Pasca Kejadian Imunisasi adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi, yang diduga ada hubungannya dengan pemberian imunisasi.
b. Etiologi KIPI
Tidak semua kejadian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di sebabkan oleh imunisasi, karena sebagian besar teryata tidak ada hubungan dengan imunisasi. 6
Oleh karena itu, untuk menentukan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) diperlukan keterangan mengenai :6
1) Besar frekuensi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada pemberian vaksin tertentu.
2) Sifat kelainan tersembut lokal atau sintemik 3) Derajat sakit resipien, apakah memerlukan perawatan,
menderita cacat, atau menyebabkan kematian.
4) Apakah penyebab dapat di pastikan, diduga atau tidak terbukti.
5) Apakah dapat disimpulkan bahwa Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) berhubungan dengan vaksin, kesalahan produksi, atau kesalah prosedur.
-
23
Komite Nasional pengkajian dan penanggulangan KIPI (KOMNAS PP KIPI), membagi penyebab ikutan pasca imunisasi menjadi lima kelompok faktor etiologi menurut klasfikasi lapangan Word Health Organization (WHO) western Pacific (1991) yaitu : 7
1) Karena kesalahan program/tehnik pelaksanaan imunisasi Sebagai besar kasus Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI) berhubungan dengan masalah program dan tehnik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program
penyimpanan, pengolaaan, dan tata laksana pemberian
vaksin.
2) Reaksi Suntikan Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk
jarum suntik baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan langsung
misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat
suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya
rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope.7
3) Induksi Vaksin Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya
sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan
reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan.
Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian.
-
24
Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan
tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian khusus,
atauberbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya
termasuk kemungkinan interaksi obat atau vaksin lain.
Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi.
4) Faktor Kebetulan (Koinsiden) Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang
timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah diimunisasi. Indicator faktor kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya
kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan karakteristik serupa tetapi tidak
mendapatkan imunisasi.
5) Penyebab Tidak Di Ketahui Kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat
dikelompokkan kedalam salah satu penyebab maka untuk
sementara dimasukkan ke dalam kelompok ini sambil
menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya denagn kelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan
kelompok penyebab KIPI.7
-
25
Word Health Organization (WHO) memberi KIPI Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) kedalam dalam tiga kategori, yaitu :1
1) Program related atau hal berkaitan dengan kegiatan imunisasi, misalnya timbul bengkak bahkan abses pada
bekas suntikan vaksin. Biasanya karena jarum tidak steril. 2) Reactoin related to properties of vaccines atau reaksi
terhadap sifat-sifat yang di miliki oleh vaksin yang
bersangkutan. Misalnya saja, reaksi terhadap bahan campuran vaksin.
Coincidental atau konsiendensi. Koinsindesi adalah dulu
kejadian secara bersama tampa adanyahubungan satu sama lain. Ketika anak menerimaimunisasi, sebenarnya dia sudah
dalam keadaan masa perjalanan penyakit yang sama atau penyakit lain (masa tunas) yang tidak ada hubungan dengan vaksin yang bersangkutan.
D. Tinjauan Khusus Faktor yang Berhubungan Tingkat Kecemasan Ibu yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris. khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya perilaku terbuka (over behavior), perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng. 31
-
26
Menurut Bloom (1908), bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup di dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :
a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajarinya.
-
27
c. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi ini (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih
ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan unutk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun ,
dapat merencakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan
dan sebagaianya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan
yang telah ada.
-
28
f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.26
Pengetahuan dapat membantu seseorang dalam
mencapai respon yang optimal tentang respon fisiologis dan
psikologis terhadap suatu tindakan atau keadaan yang
dihadapinya. Dengan adanya pengetahuan seseorang dapat
membuat strategi koping mengubah perilaku, mempelajari teknik-teknik baru, mengendalikan respon emosi dan bersiap
terhadap dampak kecemasan dan stres. Orang yang
berpengatahuan kurang menggunakan strategi koping yang
disebut tindakan langsung dimana strategi ini menggabungkan
setiap upaya dimana seseorang dapat mengatasi situasi atau
cemas.30
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh susanti
eka sari (2010) dengan judul gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang reaksi kejadian ikut pasca imunisasi(KIPI) DPT-HB combo di posyandu desa doyong kecematan miri kabupaten sragen
dengan 30 responden. Dikatakan bahwa pengetahuan ibu
tentang reaksi kejadian ikut pasca imunisasi (KIPI) DPT-HB combo di posyandu desa doyong kecematan miri kabupaten
sragen pada tingkat baik sebanyak 5 responden (16,67 %),
-
29
pengetahuan ibu tentang reaksi kejadian ikut pasca imunisasi (KIPI) DPT-HB combo di posyandu desa doyong kecematan miri kabupaten sragen pada tingkat cukup baik sebanyak 20
responden (66,66 %), pengetahuan ibu tentang reaksi kejadian ikut pasca imunisasi (KIPI) DPT-HB combo di posyandu desa doyong kecematan miri kabupaten sragen pada kurang baik
sebanyak 5 responden (16,67 %). 2. Usia
Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu
keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun
mati, Usia berhubungan dengan toleransi seseorang terhadap
stress dan kecemasan serta jenis stressor yang paling mengganggu. Seseorang yang berusaha lebih dewasa atau lebih
tua mempunyai toleransi terhadap stressor yang lebih dibanding
yang berusia mudah dan anak-anak, sehingga akan lebih mampu
mengontrol stress dan kecemasan.26
Menurut Bee (1996) dalam Gunarsa, menyatakan bahwa individu yang masuk kedalam tahap perkembangan dewasa
muda, mereka yang berusia antara 18-40 tahun. Sedangkan
individu yang masuk kedalam tahap perkembangan dewasa tua,
mereka yang berusia 40-65 tahun.10
Semakin muda usia seseorang dalam menghadapi
masalah maka akan sangat mempengaruhi konsep dirinya.
sedangkan semakin tua usia seseorang semakin konstruktif dalam
-
30
menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi.
Kematangan individu dapat dilihat langsung secara objektif dengan periode umur, sehingga berbagai proses pengalaman,
pengetahuan, keterampilan, kemandirian terkait sejalan dengan bertambahnya usia individu. Usia dipandang sebagai suatu
keadaan yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan seseorang, sehingga seseorang yang berusia muda akan lebih
cemas daripada yang berusia lebih tua.26
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang di lakukan
oleh Astuti (2010) dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Badran Kecamatan
Kranggan Kabupaten Temanggung Magaleng. Dengan hasil
penelitian sebagai berikut: responden yang berumur 20-35 tahun
yang memiliki pengetahuan imunisasi dasar sejumlah 48 orang (77%), berusia lebih dari 35 tahun tahun yang memiliki pengetahuan imunisasi dasar sejumlah 8 orang (13%), dan berusia kurang dari 20 tahun yang memiliki pengetahuan
imunisasi dasar sejumlah 6 orang (10%) dari 62 reponden. 3. Dukungan Keluarga
Menurut Duval dalam mubarak, keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan tatanan keluarga sesuai
dengan perkembangan sosial, menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial dari setap anggota.
-
31
Keluarga merupakan sumber dukungan yang paling
utama karena dalam hubungan keluarga tercipta hubungan yang
saling mempercayai, individu sebagai anggota keluarga akan
menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan, tempat bercerita, tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan-
keluhan bilamana individu sedang mengalami permasalahan yang
dapat menimbulkan kecemasan.18
Dukungan keluarga adalah bentuk pertolongan yang
dapat berupa materi, emosi, dan informasi yang diberikan oleh
keluarga ataupun orang yang dicintai oleh ibu yang bersangkutan.
Bantuan atau pertolongan ini diberikan dengan tujuan individu dalam hal ini seorang ibu yang mengalami masalah agar dia
merasa diperhatikan, mendapat dukungan, dihargai dan dicintai,
keluarga selalu memberi dukungan dan membantu untuk
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh seorang ibu.
Bentuk dukungan dan keluarga dapat berupa bantuan sosial
emosional yaitu pernyataan tentang cinta, perhatian,
penghargaan, dan simpati dan menjadi bagian dari kelompok yang berfungsi untuk memperbaiki perasaan negatif yang khususnya
disebabkan oleh karena ibu tersebut cemas. 18
Penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga yang
sakit dengan sikap menghargai dan bersikap empati akan
menguatkan konsep diri positif pada klien karena ia merasa
dihargai sehingga dapat mengurangi ansietas (kecemasan) dan mendorong ekspresi dirinya. 5
-
32
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh (2013) dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap Ibu Mengenai KIPI Di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Kuta Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya, Aceh Dengan
Hasil Penelitian Sebagai Berikut : menunjukan bahwa dari 52 responden ternyata sebagian besar tidak mendapat Dukungan
Keluarga terhadap kejadian ikutan pasca imunisasi yaitu sebanyak 30 responden (57,7%). Dan mendapatkan dukungan keluarga terhadap kejadian ikutan pasca imunisasi sebanyak 22 responden (42,3 %).
4. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang memberikan latar belakang ; berupa pengajaran kepada manusia untuk dapat berfikir secara objektif dan memberikan kemampuan baginya untuk dapat menilai apakah kebudayaan masyarakatnya
dapat diterima atau tidak mengakibatkan seseorang dalam
masyarakat memiliki faktor penentu yang dapat menjadi pendorong bagi perubahan tingkah laku. Pendidikan diartikan
sebagai tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang
dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu
dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan
sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan
nonformal disamping secara formal seperti di Sekolah, Madrasah,
dan institusi-institusi lainnya. Pendidikan formal adalah pendidikan
-
33
yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis,
bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat, mulai dari tingkat TK sampai perguruan tinggi, pendidikan
dengan SMP ke bawah masih dikategorikan kurang dan SMA
keatas dianggap baik.13
-
34 KERANGKA TEORI
Pendidikan
1. Tahu
2. Memahami
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi
Tk
Smp
Sma
Perguruan Tinggi
Pengetahuan
1. Sikap
2. Materi
1. Status Ekonomi
2. Motivasi
3. Lingkungan
4. Pengalaman
Dukungan Keluarga
Adopsi Prilaku
Usia
Mekanisme Koping
Kecemasan ibu yang
Anaknya Demam Pasca
Imunisasi DPT
Konstruktif
Destruktif
Tingkat Kecemasan
1. Cemas Ringan
2. Cemas Sedang
3. Cemas Berat
4. Panit
Gambar 2.1 : Kerangka Teori
-
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka maka konsep pada penelitian :
Variabel Independen Variabel Dependen
Keterangan :
: Independen
: Dependen
: Variabel tidak diteliti
Gambar 3.1 : Kerangka Konseptual
Pengetahuan Tingkat Kecemasan Ibu Yang Anaknya Mengalami Demam
Pasca Imunisasi DPT
Usia
Dukungan Keluarga
Pendidikan
-
36
B. Definisi Operasional
No Variabel Penelitian
Definisi Operasional
Kriteria Objektif Skala
1.
Independen
Pengetahuan
Pemahaman Responden tentang imunisasi DPT
Baik nilai median 8
Kurang baik < nilai median 8
Ordinal
2.
Usia
Usia responden dari mulai saat dilahirkan sampai penelitian dilaksanakan
Dewasa muda : 18-40 tahun
Dewasa tua : >40 tahun
Interval
3.
Dukungan keluarga
Motivasi serta nasehat yang diberikan keluarga baik berupa moril.
Baik nilai median 10,5
Kurang baik < nilai median 10,5
Ordinal
4.
Dependen
Tingkat kecemasan pada ibu yang anak mengalami Demam pasca imunisasi DPT
Reaksi atau perasaan cemas yang dialami ibu
Cemas Sedang jika responden memperoleh skor 14 27
Cemas Berat jika responden memperoleh skor 28 56
Interval
-
37
C. Desain Penelitian
Desain penelitian menggunakan metode deskriptif analitik
dengan pendekatan Crossectional yaitu rancangan yang mengkaji hubungan variabel independen dan variabel dependen pada saat
bersamaan, subyek penelitian ini adalah ibu yang anaknya telah di
imunisasi dengan DPT di Puskesmas Cendrawasih.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang datang
mengimunisasi DPT anaknya di Puskesmas Cendrawasih
sebanyak 232 responden.
2. Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode
Nonprobability sampling yaitu dengan teknik Insidental Sampling,
Penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat di
gunakan sebagai sampel bila di pandang orang yang kebetulan
ditemui cocok sebagai sumber data sebanyak 48 responden
Kriteria sampel sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi :
1) Ibu yang anaknya imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih.
2) Bersedia menjadi responden b. Kriteria Eksklusi :
Responden yang tidak hadir pada saat penelitian.
-
38
E. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli Agustus
2014.
2. Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas
Cendrawasih.
F. Alat dan Bahan penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan
kuesioner yang terdiri dari :
1. Kuesioner tentang biodata responden yang terdiri dari nama,
umur, pendidikan responden, jumlah anak sekarang dan alamat. 2. Kuesioner tentang pengetahuan yang terdiri dari 15 item
pertanyaan dengan mengunakan skala Guttman dengan
pemberian skor pada setiap alternatif jawaban benar = 1 salah = 0 Dengan criteria baik jika responden memperoleh nilai median 8 dan kurang baik jika responden memperoleh skor < nilai median 8.
3. Kuesioner tentang dukungan keluarga yang terdiri dari 10 item
pertanyaan dengan menggunakan skala liker, dimana setiap
pertanyaan dinilai dengan kriteria 2 = Selalu, 1 = kadang-kadang,
dan 0 = tidak pernah. Dengan skor baik jika responden memperoleh skor nilai median 10,5 dan kurang baik jika responden memperoleh skor < nilai median 10,5
-
39
4. Kuesioner tentang kecemasan yang terdiri dari 14 item dengan
skor :
Nilai 0 = Tidak ada gejala atau keluhan sama sekali Nilai 1 = Satu gejala dari pilihan yang ada Nilai 2 = Separuh dari gejala yang ada Nilai 3 = Lebih dari separuh gejala yang ada Nilai 4 = Semua gejala ada Cemas sedang jika responden memperoleh skor 14- 27. dan Cemas berat jika responden memperoleh skor 28-56.
G. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara
memberikan/membagikan kuesioner kepada ibu yang anaknya
mengimunisasikan anak.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Cendrawasih yaitu
data penunjang dalam penelitian ini yaitu data jumlah orang yang mengimunisasikan anak.
H. Pengolahan Data
1. Editing data
Maksud melakukan editing untuk menilai kelengkapan,
kejelasan dan kesesuaian jawaban responden, agar seluruh data yang diterima dapat diolah dengan baik, sehingga pengolahan
data dapat menghasilkan output yang merupakan gambaran
jawaban hipotesis penelitian. Data yang terkumpul diolah dengan
-
40
bantuan computer dengan program SPSS 22, setelah itu diedit
untuk memperoleh hasil yang dapat menggambarkan penelitian
sesuai dengan tujuan penelitian. 2. Coding Data
Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu lewat
memberikan simbol-simbol atau kode pada setiap jawaban responden. Pada Kuesioner Pengetahuan diberikan pengkodean,
Kode 1 untuk pengetahuan baik dan 2 untuk pengetahuan kurang
baik. Kuesioner usia dengan kode 1 untuk dewasa muda dan 2
untuk dewasa tua. Kuesioner dukungan keluarga dengan kode 1
untuk dukungan keluarga baik dan 2 untuk dukungan keluarga
kurang baik. Sedangkan pada kuesioner kecemasan diberikan
pengkodean 1 untuk kecemasan sedang dan 2 untuk kecemasan
berat.
3. Entri data dengan bantuan program SPSS 22.
4. Cleaning data.
Cleaning (pembersih data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entri, apakah ada kesalahan atau
tidak.
5. Pembobotan atau pembentukan variable penjumlahan skore Jawaban responden pada setiap variable sehingga dapat menilai
total masing-masing variable yang selanjutnya dijadikan distribusi frekuensi dan distribusi proporsi
-
41
C. Analisa Data
Setelah memperoleh nilai dari masing-masing tabel selanjutnya data di analisa :
1. Analisa Univariat
Membuat tabel distribusi frekuensi dan persentase dari
masing-masing variabel seperti variabel pengetahuan, usia,
dukungan keluarga, dan tingkat kecemasan.
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariate dilakukan untuk melihat hubungan tiap-
tiap variabel bebas dan variabel tergantung dengan menggunakan
uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan () : 0,05. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square. Adapun rumus Chi-Square yang digunakan adalah :
=
keterangan : x2 : nilai chi-square
fo : frekuensi observasi fe : frekuensi espektasi
a. Apabila x2 hitung x2 tabel atau p 0,05 maka Ho ditolak
dan H1 diterima artinya ada hubungan.
b. Apabila x2 hitung x2 tabel atau p 0,05 maka Ho diterima
dan H1 ditolak artinya tidak ada hubungan.
-
42
Pada Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan
antara variabel dependen dan independen yaitu
1) Hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT.
2) Hubungan usia dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT
3) Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT
D. Etika Penelitian
1. Informed Concent(Lembar persetujuan) Lembar persetujuan ini di berikan kepada responden yang
diteliti dan memenuhi kriteria inklusi. Lembaran ini juga dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat penelitian. Apabila subjek menolak, maka peneliti tidak boleh memaksa dan harus tetap
menghormati hak-hak subjek. 2. Anonimity (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi pada lembar tersebut diberikan kode
pengganti nama responden. Dengan mengunakan inisial pada
nama responden
3. Confidentiality (kerahasiaan) Kerahasiaan informasi responden di jamin peneliti, dan
hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
-
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pengumpulan data penelitiaan ini telah dilakukan di
Puskesmas Cendrawasih Makassar. Sampel yang digunakan adalah
ibu yang datang mengimunisasi anaknnya dengan imunisasi DPT
yaitu sebanyak 48 orang. Setelah dilakukan Penelitian ini dan
mengumpul data yang selanjutnya dianalisis dengan hasil sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu
yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih
Kota Makassar 2014
Pengetahuan n % Baik 39 81,3%
Kurang baik 9 18,8% Jumlah 48 100%
Sumber : Data Primer , 2014
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa kebanyakan responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 39
responden (81,3%) dan yang kurang baik hanya sebanyak 9 responden (18,8%).
-
44
b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Ibu
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden Berdasarkan Usia Ibu yang
Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih
Kota Makassar 2014
Usia n % Dewasa Muda 38 79,2% Dewasa Tua 10 20,8%
Jumlah 48 100%
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa kebanyakan responden berusia dewasa muda yaitu sebanyak 38 responden
(79,2%) dan yang berusia dewasa tua sebanyak 10 responden (20,8%)
c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan
Keluarga Ibu yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih
Kota Makassar 2014
Dukungan Keluarga n % Baik 41 85,4%
Kurang baik 7 14,6%
Jumlah 48 100%
Sumber : Data Primer , 2014
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa kebanyakan responden memiliki dukungan keluarga yang baik yaitu
sebanyak 41 responden (84,4%) dan yang kurang baik hanya sebanyak 7 responden (14,6%)
-
45
d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan.
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan
Ibu yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih
Kota Makassar 2014
Tingkat Kecemasan n %
Cemas Sedang 35 72,9%
Cemas Berat 13 27,1%
Jumlah 48 100%
Sumber : Data Primer , 2014
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa kebanyakan responden memiliki kecemasan sedang yaitu sebanyak 35
responden (72,9%) dan yang mengalami kecemasan berat hanya sebanyak 13 responden (27,1%).
-
46
2. Analisa bivariat
Pada tahap ini dilakukan tabulasi silang antara variabel
independen (pengetahuan,usia dan dukungan keluarga) dengan variabel dependen (tingkat kecemasan ibu yang demam pasca imunisasi DPT). Hasil analisa variabel tersebut sebagai berikut :
a. Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Ibu yang
Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT.
Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Ibu yang
Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar 2014
Tingkat Kecemasan Ibu Pengetahuan Cemas Sedang Cemas Berat Total
n % n % n % Baik 32 66,7% 7 14,6% 39 81,3%
Kurang Baik 3 6,3% 6 12,5% 9 18,8% Jumlah 35 72,9% 13 27,1% 48 100%
Sumber : Data Primer , 2014 p = 0,003 OR : 0,6
Berdasarkan analisis bivariat, menunjukkan bahwa pada responden yang pengetahuannya baik dengan tingkat
kecemasan sedang sebanyak 32 responden (66,7%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan
pengetahuan baik hanya berjumlah 7 responden (14,6%). Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik
dengan tingkat kecemasan yang sedang sebanyak 3
responden (6,3%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan pengetahuan yang kurang baik hanya
sebanyak 6 responden (12,5%)
-
47
Berdasarkan uji chi-square test diperoleh nilai hitung p = 0,003 lebih kecil dari nilai = 0,05. Dari analisis tersebut dapat
diartikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan
pengetahuan dengan tingkat kecemasan di Puskesmas
Cendrawasih Kota Makassar. Pada analisa dengan Odds Ratio
didapatkan nilai 0,6 artinya apabila responden memiliki
pengetahuan yang kurang baik, maka akan mempunyai
peluang 0,6 kali untuk mengalami kecemasan dibandingan
dengan responden yang memiliki pengetahuan yang baik.
b. Hubungan Usia dengan Tingkat Kecemasan Ibu yang Anaknya
Demam Pasca Imunisasi DPT.
Tabel 4.6 Hubungan Usia dengan Tingkat Kecemasan Ibu yang Anaknya
Demam Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar 2014
Tingkat Kecemasan Ibu Usia Cemas Sedang Cemas Berat Total
N % n % n % Dewasa muda 32 66,7% 6 12,5% 38 79,2% Dewasa Tua 3 6,3% 7 14,6% 10 20,8%
Jumlah 35 72,9% 13 27,1% 48 100%
Sumber : Data Primer , 2014 p = 0,001 OR :0,5
Berdasarkan analisis bivariat, menunjukkan bahwa pada responden yang Usia Dewasa Muda dengan tingkat kecemasan
sedang sebanyak 32 responden (66,7%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan usia dewasa muda
hanya sebanyak 6 responden (12,5%). Sedangkan responden yang memiliki Usia dewasa Tua dengan tingkat kecemasan yang
sedang sebanyak 3 responden (6,3%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan usia dewasa tua hanya
sebanyak 7 responden (14,6%)
-
48
Berdasarkan chi-square test diperoleh nilai hitung p = 0,001
lebih kecil dari nilai = 0,05. Dari analisis tersebut dapat
diartikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima atau ada Hubungan
Usia dengan tingkat kecemasan di Puskesmas Cendrawasih
Kota makassar. Pada analisa dengan Odds Ratio didapatkan
nilai 0,5 artinya responden memiliki Usia Dewasa Muda, akan
mempunyai peluang 0,5 kali untuk mengalami Kecemasan
dibandingkan dengan responden yang memiliki usia dewasa tua.
c. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Ibu
yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT.
Tabel 4.7 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Ibu
yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih
Kota Makassar 2014
Tingkat Kecemasan Ibu Dukungan Keluarga Cemas Sedang Cemas Berat Total
n % n % n % Baik 33 68,8% 8 16,7% 41 85,4%
Kurang baik 2 4,2% 5 10,4% 7 14,6% Jumlah 35 72,9% 13 27,1% 48 100%
Sumber : Data Primer , 2014 p = 0,004 OR :0,6
Berdasarkan analisis bivariat, menunjukkan bahwa pada responden yang dukungan keluarga baik dengan tingkat
kecemasan sedang sebanyak 33 responden (68,8%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan
dukungan keluarga baik hanya sebanyak 8 responden (16,7%).
-
49
Sedangkan responden yang memiliki dukungan keluarga kurang
baik dengan tingkat kecemasan yang sedang sebanyak 2
responden (4,2%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan dukungan keluarga yang kurang baik
hanya sebanyak 5 responden (10,4%) Berdasarkan uji chi - square Test diperoleh nilai hitung p =
0,004 lebih kecil dari nilai = 0,05. Dari analisis tersebut dapat
diartikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima atau ada Hubungan
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan di Puskesmas
Cendrawasih Kota makassar. Pada analisa dengan Odds Ratio
didapatkan nilai 0,6 artinya apabila responden memiliki
dukungan keluarga yang kurang baik, maka akan mempunyai
peluang 0,6 kali untuk mengalami Kecemasan dibandingkan
dengan responden yang memiliki dukungan keluarga yang baik
B. Pembahasan
1. Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Ibu yang
Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT
Berdasarkan analisis bivariat, menunjukkan bahwa pada responden yang pengetahuannya baik dengan tingkat kecemasan
sedang sebanyak 32 responden (66,7%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan pengetahuan baik hanya
berjumlah 7 responden (14,6%). Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik dengan tingkat kecemasan
yang sedang sebanyak 3 responden (6,3%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan pengetahuan yang
kurang baik hanya sebanyak 6 responden (12,5%)
-
50
Pada penelitian ini di peroleh 7 responden (14,6%) yang memiliki pengetahuan yang baik tetapi mengalami kecemasan
berat. Hal ini dapat terjadi karena walaupun ibu tersebut memiliki pengetahuan yang baik tapi tidak mampu mengunakan mekalisme
koping yang konstruktif dalam mengadapi masalahnya, maka
akan tetap mengalami kecemasan berat. Seorang ibu tetap
memerlukan dukungan dan penguatan-penguatan dari keluarga
dan orang-orang di sekitarnya.
Hal Ini juga didukung oleh pendapat Notoadmodjo (2003) bahwa semakin baik dan luas pengetahuannya yang dimiliki dan
semakin banyak tingkat pemahaman tentang suatu konsep
disertai cara pemikiran dan pengenalisaan yang tajam dengan sedirinya mereka mampu menggunakan pola koping yang
konduktif dalam menghadapi segala masalah sehingga dapat
mengurangi kecemasan yang di hadapi.21
Terdapat pula 3 responden (6,3%) yang berpengetahuan kurang baik tetapi mengalami kecemasan sedang. Hal ini di
sebabkan setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda
dalam menanggapi suatu respon yang telah di dapatkan. Dalam
setiap individu otak memiliki reseptor khusus yang membantu
regulasi kecemasan sehingga setiap individu secara otomatis
menanggapi rasa cemas berbeda. Sikap orangtua yang
cenderung mengalami kecemasan ini karena akan adanya situasi
yang mengancam pada bayinya. Hal ini sesuai dengan teori
Biologik dikutip oleh Suliswati (2005) bahwa pada otak terdapat GABA (Gamma Amino Butyric Acid) yang mengontrol aktivitas kecemasan
-
51
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Carpenito dalam Rahayu (2010) bahwa orang yang berpengetahuan kurang mengunakan strategi koping yang disebut tindakan langsung
dimana strategi ini menggambungkan setiap kans atau upaya
dimana seseorang dapat mengatasi situasi atau cemas.24
Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Sunaryo (2002). Dengan adanya pengetahuan seseorang dapat membuat strategi
koping mengubah perilaku, mempelajari teknik-teknik baru, mengendalikan respon emosi dan bersiap terhadap dampak
kecemasan dan stres. Orang yang berpengatahuan kurang
menggunakan strategi koping yang disebut tindakan langsung
dimana strategi ini menggabungkan setiap upaya dimana
seseorang dapat mengatasi situasi atau cemas.
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, rasa dan raba. Sebagai besar pengetahuan
manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kongnitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang.
2. Hubungan Usia dengan Tingkat Kecemasan Ibu yang Anaknya
Demam Pasca Imunisasi DPT
Berdasarkan analisis bivariat, menunjukkan bahwa pada responden yang Usia Dewasa Muda dengan tingkat kecemasan
sedang sebanyak 32 responden (66,7%) dan responden yang
-
52
memiliki tingkat kecemasan berat dengan usia dewasa muda
hanya sebanyak 6 responden (12,5%). Sedangkan responden yang memiliki Usia dewasa Tua dengan tingkat kecemasan yang
sedang sebanyak 3 responden (6,3%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan usia dewasa tua hanya
sebanyak 7 responden (14,6%) Pada Penelitian Ini di peroleh, 7 responden (14,6%) yang
dewasa tua tetapi mengalami kecemasan Berat. Hal ini sejalan dengan teori Stuart dan Sundeen (2008) yang menjelaskan bahwa stressor pencetus kecemasan mungkin berasal dari
sumber internal atau eksternal yaitu ancaman terhadap intergritas
seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang
atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
Pada Penelitian Ini di peroleh, 32 responden (66,7%) yang dewasa muda tetapi mengalami kecemasan sedang. Hal ini
sejalan dengan Long dalam Rahayu (2010) bahwa sesorang yang berumur muda akan lebih cemas dari yang berumur lebih
tua. Umur dipandang sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan seseorang, semakin tua umur
seseorang semakin konstruktif dalam mengunakan koping
terhadap masalah yang dihadapi dan semakin muda umur
seseorang akan semakin sulit beradptasi dalam menghadapi
masalah maka akan sangat mempengaruhi kondisi psikologisnya,
sehingga seseorang yang berumur muda akan lebih cemas dari
pada yang berumur lebih tua.
-
53
Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Siswanto (2007) bahwa usia berhubungan dengan toleransi seseorang terhadap
stress dan kecemasan serta jenis stressor yang paling mengganggu. Seseorang yang berusaha lebih dewasa atau lebih
tua mempunyai toleransi terhadap stressor yang lebih dibanding
yang berusia mudah dan anak-anak, sehingga akan lebih mampu
mengontrol stress dan kecemasan.
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Pawirohusodo dalam Wardani (2012), yang menyatakan bahwa kecemasan dapat terjadi pada semua tingkat usia, tetapi lebih sering terjadi pada usia muda. Umur muda lebih banyak mengalami stress dan
cemas daripada yang berusia tua, hal ini dimungkinkan cara
individu dalam berhubungan/berinteraksi dengan lingkungan,
kematangan/maturitas kepribadian.
3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Ibu
yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT
Berdasarkan analisis bivariat, menunjukkan bahwa pada responden yang dukungan keluarga baik dengan tingkat
kecemasan sedang sebanyak 33 responden (68,8%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan
dukungan keluarga baik hanya sebanyak 8 responden (16,7%). Sedangkan responden yang memiliki dukungan keluarga kurang
baik dengan tingkat kecemasan yang sedang sebanyak 2
responden (4,2%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan dukungan keluarga yang kurang baik
hanya sebanyak 5 responden (10,4%)
-
54
Pada Penelitian Ini di peroleh, 8 responden (16,7%) yang dukungan dari keluarganya baik tetapi mengalami kecemasan
Berat. Hal ini karena dukungan keluarga yang diberikan oleh
keluarganya tidak sesuai dengan kebutuhan oleh ibu tersebut,
Karena setiap individu memiliki kecemasan, dan kecemasan akan
tetap muncul secara otomatis bila tubuh merespon adanya suatu
konflik. Hal ini sesuai dengan teori kajian keluar ga dikutip oleh Suliswati (2005) bahwa kecemasan selalu ada pada tiap keluarga
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Sarafino dalam Rahayu (2010), dukungan keluarga ternyata tidak hanya memberikan efek positif dalam mempengaruhi kejadian dan efek dari kecemasan dan stress. Dukungan yang diberikan tidak sesuai
dengan apa yang dianggap sebagai suatu yang membantu. Hai ini
dapat terjadi karena dukungan yang di berikan tidak cukup,individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir
secara emosional sehingga tidak memperhatikan dukungan yang
diberikan.
Pada Penelitian Ini juga diperoleh, 2 responden (4,2%) yang dukungan dari keluarganya kurang baik tetapi mengalami
kecemasan sedang. Hal ini karena dukungan keluarga yang
diberikan oleh keluarganya sesuai dengan kebutuhan oleh ibu
tersebut, hal ini sesuai dengan pendapat Sarafino dalam Rahayu
(2010), dukungan keluarga ternyata tidak hanya memberikan efek positif dalam mempengaruhi kejadian dan efek dari kecemasan dan stress. Hal ini juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mubarak (2006) bahwa keluarga merupakan sumber dukungan
-
55
yang paling utama karena dalam hubungan keluarga tercipta
hubungan yang saling mempercayai, individu sebagai anggota
keluarga akan menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan, tempat bercerita, tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan
keluhan-keluhan bila mana individu sedang mengalami
permasalahan yang dapat menimbulkan kecemasan.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Sarafino dalam
Rahayu (2010) dukungan keluarga merupakan sumber penangulangan yang paling utama dalam menghadapi kecemasan
dan stress. Individu yang mendapatkan dukungan keluarga dari
keluarga kelihatan lebih tahan terhadap pengaruh psikologis dan
stressor lingkungan daripada individu yang tidak mendapatkan
dukungan sosial. Dengan adanya dukungan keluarga yang baik,
menjadikan subjek tetap percaya diri dalam berhubungan dengan orang lain, tidak merasa rendah, tidak mudah putus asa,tidak
minder, merasa diri berarti, tidak merasa cemas, tetap
bersemangat, merasa ikhlas dengan kondisi subjek saat ini dan merasa lebih tenang dalam mengahadapi sesuatu masalah.
-
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan
tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di
Puskesmas Cendrawasih dengan jumlah sampel 48 responden sehingga dapat ditarik kesimpulan :
1. Adanya hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih.
2. Adanya hubungan usia dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih.
3. Adanya hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih.
B. Saran
1. Bagi Institusi pendidikan
Diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
dan menjadikan rujuk institusi mengenai tingkat kecemasan kedepannya
2. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar kedepannya dalam melakukan penelitian, dengan variabel-variabel lain yang belum
diteliti oleh peneliti sebelumnya seperti pendidikan, pengalaman
dan lain-lain.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat membuka wawasan dan
pengetahuan masyarakat mengenai kecemasan.
-
57
DAFTAR PUSTAKA
1. Achmadi U.F., (2006), Imunisasi Apakah Perlu ?, Buku Kompas, Jakarta.
2. Andira A., (2013), Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Individu Menjelang Masa Pensiun PNS (Pegawai Negri Sipil) Di Kecamatan Mamajang Makassar, Skripsi, STIK GIA (tidak diterbitkan).
3. Ann I., (2004), Perawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri, EGC, Jakarta.
4. Azizah N., (2011), faktor-faktor kelengkapan I munisasi dasar (online) http://digilib.unimus.ac.id di akses tanggal 20 Februari 2014.
5. Bambang dkk., (2013), Buku Terlengkap tentang Bayi, FlashBooks, Yogyakarta.
6. Depertemen Kesehatan RI., (2005), Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta.
7. -------., (2005), Pedoman penaggulangan KIPI, Jakarta.
8. -------., (2009). Perjalanan Menuju Indonesia Sehat 2010. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
9. Gunarsa S.D., (2009). Dari Anak sampai Lanjut Usia ; bunga sampai Psikologi Perkembangan, Gunung Mulia, Jakarta.
10. Hidayat A.A.A., (2008), Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Salemba Medika, Jakarta.
11. -------., (2009), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Salemba Medika, Jakarta.
12. Juriyah, (2013), Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Kipi) Di Puskesmas Gayamsari Semarang,(online) http://digilib.unimus.ac.id di akses pada tanggal 29 tahun 2014.
13. Irawati A., (2010), hubungan status gizi dengan reaksi vaksinasi DPT di posyandu Kelurahan Romang polong Kab Gowa, skripsi (tidak di terbitkan), Makassar.
-
58
14. Kusumawati, F.,& Hartono, Y., (2011), Buku Ajar Keperawatan jiwa, Salemba medika, Jakarta.
15. Lipsig & Norman, (2010), Hamilton Axienty Rating Scale, www.atlantapssychiatry.com di akses 20 Februari 2014.
16. Lubis M., (2010), Pengantar Sikap dan prilaku orang tua tentang imunisasi, Jakarta.
17. Makkaraeng H., (2013), Gambaran Tingkat Kecemasan antara Ibu Hamil Primigravida dan Multigravida Trimester III di Ruang ANC RSKDIA Siti fatimah Makassar, STIK GIA (Tidak diterbitkan).
18. Mubarak I.W., (2006), Buku Ajar Keperawatan Komunitas, Sagung Seto, Jakarta
19. Murwani A., (2009), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Fitramaya, Yogyakarta.
20. Norhidayah N., (2013), Gambaran Kejadian Kecemasan pada Ibu Penderita Retardasi Mental Sindromik di SLB-C Banjarmasin, ejournal.unlam.ac.id, (Online) diakses 7 maret 2014.
21. Notoatmojo S.M., (2003), Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.
22. Proverawati, A., & Citra A., (2010), Imunisasi dan Vaksinasi, Nuha Offset, Yogyakarta.
23. Purnamaningrum Y.E., (2010), Buku Saku Penuntun Imunisasi Dasar. Fitramaya, Yogyakarta.
24. Rahayu E., (2010), Koping Ibu Terhadap Bayi BBLR, Skripsi (tidak diterbitkan), Fakultas Kedokteran Universitas Dipanegoro, Semarang (online) di akses 7 maret 2014.
25. Riyadin S., & Sukarmin., (2009), Asuhan Keperawatan pada Anak, GRAHA ILMU, Jakarta.
26. Siswanto, (2007), Kesehatan Mental, Konsep, Cakupan dan Perkembangannya, Andi Offset, Yogyakarta.
27. Sitorus R.H., (2008), Pedoman Perawatan kesehatan Anak, Yrama Widya, Bandung.
28. Stuart dan Sundeen., (2008), Buku saku keperawatan Jiwa. EGC.Jakarta.
-
59
29. Suliswati, (2005), Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta.
30. Sunaryo, (2002), Psikologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.
31. Tjandra, (2011), perkembangan imunisasi di indonesia ( online) http://www.suarapembaruan.com di akses tanggal 20 februari 2014.
32. Yuliana, (2013) Faktor Yang Berhubungan Dengan Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar ( online) di akses tanggal 29 tahun 2014
33. Yunuarita F.A., (2013), Menjadi Teman Pertumbuhah Si Buah Hati yang ingin sehat dan cerdas, TeranovaBooks, Yogyakarta.
-
60
Lampiran 1
Lembar Permohonan Menjadi Responden
Kepada Yth. Ibu saudara responden
Di tempat_
Dengan hormat
Bersama ini saya yang bertanda tangan di bawah ini. Mahasiswa program Studi S1 Keperawatan STIK GIA Makassar :
Nama : Muhammad Nasaruddin
Nim : 2110120
Alamat : Jl. BajiPassare Akan melakukan penelitian dengan judul Faktor Yang
Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih
Peneliti yang akan dilakukan tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi ibu selaku responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Tidak ada paksaan bagi ibu untuk menjadi responden di dalam penelitian ini.
Apabila anda bersedia menjadi responden, saya persilahkan menandatangani surat pernyataan kesediaan menjadi responden yang terlampir dalam surat ini.
Demikianlah atas partisipasi, perhatian, dan kerjasama anda saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
( Muhammad Nasaruddin)
-
61
Lampiran 2
Lembar Persetujuan Menjadi Responden Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
Setelah diberikan penjelasan oleh peneliti, Tentang maksud dan tujuan penelitian ini, saya bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh saudara Muhammad Nasaruddin, Mahasiswa
Program S1 Keperawatan Stik Gia Makassar Dengan Judul Faktor Yang
Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Yang Anaknya Demam
Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih
Dengan demikian surat ini saya buat dengan sukarela tanpa
paksaan dari pihak lain dan kiranya dipergunakan sebagai mana
mestinya.
Makassar, Juni 2014
Responden
(....................................)
-
62
Lampiran 3 No. urut :
LEMBAR KUESIONER
Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Yang
Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di
Puskesmas Cendrawasih
A. Indentifikasi Responden a. Nama Responden : b. Umur Ibu : Tahun c. Pekerjaan Ibu : d. Jumlah Anak Ibu Sekarang : e. Alamat : f. Pendidikan Terakhir : 1. Tidak Tamat SD
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. Perguruan Tinggi
B. Kuensioner Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi DPT
Petunjuk pengisian : 1. Jawablah pertanyaan yang di anggap benar dan di anggap salah
dengan membari tanda () pada kolom jawaban 2. Semua pertanyaan harus di jawab 3. skor pada setiap alternatif jawaban adalah
1 = benar
0 = salah