faktor yang mempengaruhi “hand over …
TRANSCRIPT
1
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI “HAND OVERCOMMUNICATION” PERAWAT TERHADAP KEJADIAN TIDAKDIHARAPKAN DAN KEJADIAN NYARIS CEDERA DI RUMAH
SAKIT DR WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
FACTORS AFFECTING OF “HAND OVER COMMUNICATION” OFADVERSE EVENT AND NEAR MISS IN PATIENT INSTALLATION OF
DR WAHIDIN SUDIROHUSODO HOSPITAL MAKASSAR
MAEMUNAH
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2012
2
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI “HAND OVERCOMMUNICATION” PERAWAT TERHADAP KEJADIAN TIDAK
DIHARAPKAN DAN KEJADIAN NYARIS CEDERADI RUMAH SAKIT
DR WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
Tesis
Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Kesehatan Masyarakat
Disusun dan diajukan oleh
MAEMUNAH
Kepada
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2012
333
4
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Maemunah
Nomor Mahasiswa : P1806208515
Program Studi : Magister Administrasi Rumah Sakit
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, Februari 2012
Yang Menyatakan
Maemunah
5
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah,
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan dan penulisan tesis berjudul
“Faktor Yang Memepengaruhi “Hand Over Communication” Perawat
terhadap Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Nyaris Cedera di
Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar” sebagai salah satu
syarat menyelesaikan Pendidikan Magister Administrasi Rumah Sakit pada
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyususnan tesis dan penulisan tesis ini
tidak terlepas dari segala keterbatasan dan kendala tetapi berkat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga dapat
berjalan dengan baik. Oleh karena itu perkenankanlah dengan segala
kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak dr. Widodo J.
Pujiraharjo, MS, MPH, Dr.PH selaku ketua komisi penasihat dan Bapak Dr.
Syahrir A. Pasinringi, MS selaku anggota komisi penasihat yang telah dengan
ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan bimbingan
kepada penulis sejak awal hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Selanjutnya, pada kesempatan ini perkenankanlahdengan segala
kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
6
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Mursalim, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin Makassar beserta staf yang telah banyak
membantu selama mengikuti pendidikan Program Magister Administrasi
Rumah Sakit.
2. Bapak Prof. Dr. dr. H. M. Alimin Maidin, MPH, selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar, sekaligus
dosen penguji yang telah memberikan arahan dan bimbingan hingga
selesainya tesis ini.
3. Bapak Dr. dr. H. Noer Bahry Noor, M.Sc, selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar, sekaligus
dosen penguji yang telah memberikan arahan dan bimbingan hingga
selseainya tugas ini.
4. Bapak Prof. dr. H. Abd Kadir, Sp.THT-KL (K), MARS, Ph.D, selaku
Direktur Utama RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar sekaligus
pembimbing yang telah memeberikan arahan dan bimbingan hingga
selesainya tesis ini.
5. Bapak/Ibu Dosen Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar,
terutama dosen Magister Administrasi Rumah Sakit Program Studi
Kesehatan Masyarakat.
6. Seluruh pengelola dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.
7. Seluruh keluarga dan teman-teman tercinta yang dengan setia dan
penuh kesabaran member dukungan hingga selseainya tesis ini.
7
Rasa kasih, hormat, terima kasih, dan penghargaan yang setinggi-
tingginya penulis haturkan kepada suami tercinta serta anak-anakku yang saya
banggakan, yang senantiasa mengiringi penulis dengan doa, perhatian,
bantuan dan dukungan moril shingga tesis ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya
itu penulis mengharapakan saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan tesis ini. Dan akhirnya penulis berharap semoga tesis ini
bermanfaat bagi kita semua.
Akhirnya atas segala pengorbanan, waktu, tenaga, pikiran, saran, dan
sumbangan moril maupun material yang telah diberikan dari semua pihak
semoga mendapat imbalan dari Allah SWT.
Makassar, Februari 2012
Penulis
8
ABSTRAK
Maemunah, “Faktor Yang Mempengaruhi “Hand Over Communication” PerawatTerhadap Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Nyaris Cedera di RumahSakit DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar” (dibimbing oleh Widodo J.P danSyahrir A. Pasinringi).
Penelitian ini bertujuan menganalisis factor yang mempengaruhi ”HandOver Communication” perawat terhadap KTD dan KNC di RS DR WahidinSudirohusodo Makassar.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan data kualitatif.Teknik pengumpulan data adalah pendekatan observasional dan melakukanwawancara dengan menggunakan kusioner serta telaah dokumen.
Dari hasil penelitian dan analisis data, maka didapatkan bahwa :kebijakan “Hand Over Communication” dengan persentase sangat baik 21%,Baik 50%, cukup 21% dan kurang sebesar 8%. SPO “Hand OverCommunication” dengan kategori sangat baik dengan persentase 18%, kategoribaik 37%, kategori cukup 33%. Sementara yang termasuk kategori kurangdengan persentase 4% dan tidak baik 8%. Pengetahuan “Hand OverCommunication” dengan kategori cukup dengan persentase hanya 3%, kategoribaik 51% dan sangat baik dengan persentase 46%. Pelaksanaan “Hand OverCommunication” dengan standar IRSAF dengan persentase 65% tidak baik,kurang 25%, dan cukup 10%. Faktor kebijakan “Hand Over Communication”tidak mempengaruhi terjadinya KTD dan KNC. Faktor SPO “Hand OverCommunication” tidak mempengaruhi terjadinya KTD dan KNC. Faktorpengetahuan “Hand Over Communication” mempengaruhi terjadinya KTD tetapitidak mempengaruhi terjadinya KNC. Faktor pelaksanaan “Hand OverCommunication” dengan standar IRSAF mempengaruhi terjadinya KTD danKNC. Tetapi dengan pengujian sendiri-sendiri dari 2 variabel yang berpengaruh,hanya pelaksanaan “Hand Over Communication” dengan metode IRSAF yangmemiliki hubungan dengan terjadinya KTD dengan nilai signifikansi 0,034, danNilai Signifikansi Pengetahuan mengenai “Hand Over Communication”> α yaitu 0,99.
Kata kunci : keselamatan pasien, Hand Over Communication, instalasi rawatinap
9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….….. i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………… ii
PRAKATA …………………….……………………………………… iii
ABSTRAK ……………….....………………………………………… vi
ABSTRACT ………………...………………………………………… vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………... viii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………... x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………... xi
DAFTAR LAMPIRAN ….……………………………………………... xii
DAFTAR ISTILAH ……………………………………………………... xiii
DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………... xvi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………... 1
A. Latar Belakang………………………………………….. 1
B. Masalah Penelitian ……………………………………. 5
C. Kajian Masalah …………………………………………. 6
D. Pertanyaan Masalah ……………………………………... 14
E. Tujuan Penelitian ………………………………………. 15
F. Manfaat Penelitian ……………………………………… 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………. 18
A. Tinjauan Tentang Rumah Sakit …………………….…. 18
1. Pengertian Rumah Sakit …………………..……….. 18
10
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ………………….. 19
3. Persyaratan Rumah Sakit ……………………….... 20
4. Klasifikasi Rumah Sakit …………….……………… 23
5. Indikator Mutu Rumah Sakit …………….………… 29
B. Tinjauan Tentang Patient Safety ……………………… 33
1. Tujuan Keselamatan Pasien ……….…….………… 34
2. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien……… 34
3. Pengelolaan Program Patient Safety di Rumah
Sakit ……………………………………………….…… 40
C. Standar Prosedur Operasional (SPO) ………..……….. 49
D. Tinjauan Tentang Perilaku SDM ………………………… 50
E. Pendekatan Penanganan KTD ………………………….. 52
F. Tinjauan Tentang Komunikasi …………………………… 53
G. Definisi Operasional ……………………………………….. 68
H. Kerangka Konsep ………………………………………….. 70
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………. 71
A. Jenis Penelitian ………………………………………….... 71
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………... 70
C. Unit Analisis ……………………………..…………………... 71
D. Populasi dan Sampel ….………………………………….... 72
E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………….... 73
F. Instrumen Penelitian ……………………………………….... 74
G. Tehnik Analisa Data …….…………………………………....76
11
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………. 77
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian …….……………. 77
B. Hasil penelitian …………………………………….……… 83
C. Pembahasan ……………………………………………… 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………… 100
A. Kesimpulan ……………………………………………… 100
B. Saran ……………………………………………………. 101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komunikasi Perawat-Pasien Menggunakan Speak Upsebagai langkah mencegah KTD ………………….……… 38
Tabel 2. Tujuan Langkah Proses Komunikasi ………..….………… 65
Tabel 3. Deskripsi perawat terhadap kebijakan “Hand OverCommunication” di unit-unit kerja RS DR WahidinSudirohusodo Makassar periode Oktober-Desember2011 ………………….…………………………………..…… 84
Tabel 4. Deskripsi perawat terhadap Standar prosedur Operational“Hand Over Communication” di unit-unit kerja RS DRSudirohusodo Makassar periode Oktober-Desember2011 ………………….…………………………………..…… 85
Tabel 5. Deskripsi perawat terhadap Pengetahuan “Hand OverCommunication” di unit-unit kerja RS DR WahidinSudirohusodo Makassar periode Oktober-Desember2011 ………………….…………………………………..…… 86
Tabel 6. Deskripsi perawat terhadap Pelaksanaan “Hand OverCommunication” di unit-unit kerja RS DR WahidinSudirohusodo Makassar periode Oktober-Desember2011 ………………….…………………………………..…… 87
Tabel 7. Tabulasi Data Pengaruh Kebijakan “Hand OverCommunication” terhadap KNC di Instalasi Rawat InapRS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Oktober-Desember 2011 …………………………………………..…… 88
Tabel 8. Tabulasi Data Pengaruh SPO “Hand OverCommunication” terhadap KNC di Instalasi Rawat InapRS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Oktober-Desember 2011 …………………………………………..…… 88
Tabel 9. Tabulasi Data Pengaruh Pengetahuan “Hand OverCommunication” terhadap KNC di Instalasi Rawat InapRS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Oktober-Desember 2011 …………………………………………..…… 89
13
Tabel 10.Tabulasi Data Pengaruh Pelaksanaan “Hand OverCommunication” terhadap KNC di Instalasi Rawat InapRS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Oktober-Desember 2011 …………………………………………..…… 89
Tabel 11.Tabulasi Data Pengaruh Kebijakan “Hand OverCommunication” terhadap KTD di Instalasi Rawat InapRS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Oktober-Desember 2011 …………………………………………..…… 90
Tabel 12.Tabulasi Data Pengaruh SPO “Hand OverCommunication” terhadap KTD di Instalasi Rawat InapRS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Oktober-Desember 2011 …………………………………………..…… 91
Tabel 13.Tabulasi Data Pengaruh Pengetahuan “Hand OverCommunication” terhadap KTD di Instalasi Rawat InapRS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Oktober-Desember 2011 …………………………………………..…… 92
Tabel 14.Tabulasi Data Pengaruh Pelaksanaan “Hand OverCommunication” terhadap KTD di Instalasi Rawat InapRS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Oktober-Desember 2011 …………………………………………..…… 92
Tabel 15.Tabulasi Data Pengaruh Pelaksanaan “Hand OverCommunication” terhadap KTD di Instalasi Rawat InapRS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Oktober-Desember 2011 …………………………………………..…… 93
14
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema faktor-faktor yang berkontribusi terhadapKTD ………………………………….…………….……… 11
Gambar 2. Bagan Proses Komunikasi ………………..….………… 20
Gambar 3. Bagan contoh komunikasi serah terima(Patient Safety Solution Preamble, 2007 …..….………
Gambar 4. Skema Kerangka Konsep ………………..….………..… 70
Gambar 5. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum PusatDr. Wahidin Sudirohusodo Makassar …….…….……… 78
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Hasil Penelitian
Lampiran 2. Pernyataan Kesediaan Wawancara
Lampiran 3. Kusioner
Lampiran 4. Ceklis observasi “Hand Over Communication”
Lampiran 5. Format Standar Komunikasi IRSAF
Lampiran 6. SK Kebijakan tentang Komunikasi Efektif
Lampiran 7. SPO Tentang Komunikasi Efektif
16
DAFTAR ISTILAH
Adverse event : Kejadian tidak diharapkan
Blaming culture : Budaya saling menyalahkan
Human error : Kesalahan Manusia
Medication error : Kesalahan pengobatan
Medication safety : Keselamatan pengobatan
Mistakes : Kesalahan
Monitoring : Pemantauan
Near Miss : Kejadian Nyaris
Omission error : Kegagalan memberikan obat kepada pasien sampaipada jadwal berikutnya
Patient Safety : Keselamatan Pasien
Quality Management : Manajemen mutu
Redesign system : Sistem penjabaran ulang
Risk management : Manajemen Risiko
Wrong patient : Kesalahan pasien
17
DAFTAR SINGKATAN
IOM : Institute of Medicine
IRD : Instalasi Rawat Darurat
JCAHO : The Joint Commision on Accreditation of HealthcareOrganization
KNC : Kejadian Nyaris Cedera
KTD : Kejadian Tidak Diharapkan
NHS : National Health Services
NPSA : National Patient Safety Agency
SPO : Standard Procedur Operational
WHO : World Health Organization
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekiranya Hipokrates (460-355 SM) hadir pada saat ini mengamati
pelaksanaan pelayanan kesehatan dan asuhan pasien, mudah dibayangkan
beliau akan tampak tersenyum karena “wejangannya” : Primum, non nocere
(First, do no harm) mendapat perhatian khusus melalui Gerakan Keselamatan
Pasien.
Membangun Budaya Keselamatan Pasien sebenarnya cita-cita
bersama, baik para dokter, pimpinan rumah sakit, maupun pasien dan keluarga
pasien serta masyarakat, tentu saja pemerintah juga sangat berkepentingan.
Gerakan Keselamatan Pasien jangan sampai dilaksanakan dengan terpaksa,
namun harus menjadi kesadaran bersama. Memang tidak mudah dan
sederhana, namun dengan kesadaran dan niat yang teguh serta penguasaan
teori Konsep Budaya Keselamatan Pasien, semoga kesulitan dapat diatasi dan
tidak menimbulkan frustasi.
Keselamatan pasien secara sederhana didefenisikan sebagai suatu
upaya untuk mencegah terjadinya bahaya atau cedera pada pasien
keselamatan pasien meliputi pencegahan kesalahan dalam perawatan dan
mengeliminir berbagai bahaya akibat kesalahan tersebut. Kesalahan tersebut
19
dapat dilakukan oleh anggota tim kesehatan dan dapat terjadi kapan saja
selama proses pelayanan kesehatan, khususnya dalam pengobatan pasien
(Telxeira, TCA and Cassiani SHB., 2007).
“ Hand Over Communication ” memainkan peranan kunci dalam
menjamin kontinuitas, kualitas, dan keselamatan dalam pelayanan pasien
(Smith, A.F, at al, 2008). Kompleksitas dari proses “ Hand Over
Communication” menyebabkan timbulnya berbagai masalah dalam
pelayanan pasien yang dapat menyebabkan error, near misses, dan
adverse event. “ Hand Over Communication ” sebagai basis untuk transfer
tanggung jawab dan akuntabilitas bagi pelayanan pasien oleh tenaga
pelayanan pada saat pergantian shift jaga (Johnson, J.K and Barach, P,
2009).
Tujuan “Hand Over Communication” adalah untuk mencapai
komunikasi yang efisien dari informasi klinik yang berkualitas tinggi pada saat
pengoperan tanggung jawab pelayanan pasien. “Hand Over Communication”
yang baik merupakan inti dari system pelayanan kesehatan yang efektif dan
mencakup dokumentasi klinik dari pasien. “Hand Over Communication”
membutuhkan perhatian baik secara individu maupun sistemik serta
membutuhkan edukasi, dukungan, fasilitas dan usaha yang berkelanjutan untuk
mempertahankan kualitas pelayanan sepanjang hari (Haikerwar, Dobb and
Ahmed, 2006).
20
Proses alih tanggung jawab “Hand Over Communication” terjadi baik
secara langsung maupun tidak langsung antar pemberi pelayanan baik antar
dokter, dokter dengan perawat, perawat dengan perawat lain, atau antar unit
pelayanan. Informasi yang tidak akurat dalam setiap “Hand Over
Communication” dapat menimbulkan kesalahan dan kejadian tidak diharapkan
(KTD).
Agar transisi dalam perawatan pasien menjadi optimal maka isi pesan
harus distandarisasi supaya informasi yang diberikan akurat, jelas, dan tepat.
Pemakaian bahasa yang bersifat mendua, singkatan dan jargon-jargon yang
dapat membingungkan penerima pesan harus dihindari. Komunikasi menjadi
lebih efektif bila dilakukan secara verbal sehingga ada kesempatan saling
bertanya dan melakukan konfirmasi jika ada hal-hal yang dianggap belum jelas.
Namun pada situasi tertentu, proses serah terima tugas dan tanggungjawab
memerlukan pesan tertulis, seperti pada pasien pasca – operasi, pasien pulang
dari rawat inap, dsb.
Ada beberapa standarisasi metode “Hand Over Communication” yang
sering digunakan dalam praktik sehari-hari :
a. “I PASS the BATON” yang terdiri atas Introduction, Patient, Assesment,
Situation, Safety Concern, Background, Action, Timing, Ownership, dan
Next.
b. “I-SBAR” atau sering disebut “SBAR” saja, yang terdiri atas Introduction,
Situation, Background, Assessment, dan Recommendation.
21
c. “PACE” meliputi Patient / Problem, Assesment / Action, Continuing
(Treatment) Change, dan Evaluation.
d. “Five-Ps”, yakni Patient, Plan, Purpose, Problem, Precautions, Physician
(assigned to coordinate).
Dalam praktik sehari-hari “ I-SBAR ” sangat ideal diterapkan
sebagai komunikasi standar pada saat perawat melaporkan situasi
kondisi klinis pasien kepada dokter jaga atau dokter yang merawat
pasien tersebut bagitupula pada “ Hand Over Communication ” perawat.
“ I-SBAR ” dalam istilah bahasa Indonesia di sebut IRSAF yang terdiri
dari Identifikasi, Riwayat, Situasi saat ini, Assesmen, dan Follow up.
Standar inilah yang telah disepakati untuk “ Hand Over Communication ”
dan telah disyahkan oleh pihak manajemen di rumah sakit.
Berdasarkan laporan Agency for Helthcare Research & Quality (AHEQ,
2003) yang melakukan analisis terhadap 2966 Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) disimpulkan bahwa akar masalah Kejadian Tidak
Diharapkan adalah Masalah Komunikasi (65%). Berdasarkan hal
tersebut, maka The Joint Commission on Accreditation of Healthcare
Organization (JCAHO) National Patient Safety Goal telah menetapkan
komunikasi efektif sebagai salah satu strategi untuk mengurangi KTD
dalam asuhan medis dan asuhan keperawatan.
22
Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar sebagai rumah
sakit rujukan untuk Indonesia bagian timur dengan klasifikasi A telah
menerapkan program Patient Safety sejak tanggal 30 Maret tahun 2008.
Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo menyediakan pelayanan
secara kompleks kepada pasien dengan latar belakang yang berbeda-
beda. Situasi pelayanan di Instalasi Rawat Inap memiliki daya tarik
tersendiri untuk diteliti. “Hand Over Communication” pada bagian ini
memiliki potensi besar sebagai sumber kesalahan dalam pelayanan
pasien. Hal ini desebabkan oleh tingginya beban kerja, mobilitas serta
tekanan psikologis dari para professional kesehatan.
Adanya Insiden Kejadian Tidak diharapkan (KTD) maupun
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) menunjukkan bahwa “Hand Over
Communication” perawat di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar belum berjalan sesuai standar yang telah ditetapkan.
B. Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka maslah yang
muncul di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar pada Tahun 2009 – 2010 adalah ditemukan Kejadian Tidak
Diharapakan (KTD) sebanyak 3 kasus dan Kejadian Nyaris Cedera
sebanyak 42 kasus. Kasus tersebut diantaranya yaitu pasien jatuh dari
brankard / tempat tidur, hasil pemeriksaan terlambat, hasil foto yang
berbeda nama, dan lain – lain. Hal tersebut dapat mempengaruhi mutu
23
pelayanan rumah sakit. Jadi penelitian ini difokuskan pada “ Hand Over
Communication ” setiap pergantian shift perawat.
C. Kajian Masalah
Berdasarkan hasil kajian literatur, faktor yang dianggap berkontribusi terhadap
kasus Kejadian Tidak Diharapakan (KTD) dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
pada kegiatan “ Hand Over Communication ” perawat di rumah sakit dapat
dilihat pada gambar 1 di bawah ini
Gambar 1. Skema Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap KTD dan
KNC
23
pelayanan rumah sakit. Jadi penelitian ini difokuskan pada “ Hand Over
Communication ” setiap pergantian shift perawat.
C. Kajian Masalah
Berdasarkan hasil kajian literatur, faktor yang dianggap berkontribusi terhadap
kasus Kejadian Tidak Diharapakan (KTD) dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
pada kegiatan “ Hand Over Communication ” perawat di rumah sakit dapat
dilihat pada gambar 1 di bawah ini
Gambar 1. Skema Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap KTD dan
KNC
23
pelayanan rumah sakit. Jadi penelitian ini difokuskan pada “ Hand Over
Communication ” setiap pergantian shift perawat.
C. Kajian Masalah
Berdasarkan hasil kajian literatur, faktor yang dianggap berkontribusi terhadap
kasus Kejadian Tidak Diharapakan (KTD) dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
pada kegiatan “ Hand Over Communication ” perawat di rumah sakit dapat
dilihat pada gambar 1 di bawah ini
Gambar 1. Skema Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap KTD dan
KNC
24
1. Faktor Pasien
Ada 6 faktor dari aspek pasien yang dianggap dapat
berkontribusi terhadap kejadian tidak di harapkan dan kejadian nyaris
cedera pada kegiatan “Hand Over Communication” perawat di rumah sakit,
yaitu :
a. Usia
Pasien dengan usia yang lebih lanjut biasanya akan lebih
susah mengatakan ataupun mengidentifikasi keluhan-keluhan
yang dirasakannya, dan juga biasanya memiliki riwayat
penyakit yang sudah menahun dan sulit untuk disembuhkan
dengan tepat, hal tersebut dapat berkontribusi terhadap kejadian tidak
diharapkan di rumah sakit.
b. Edukasi
Pasien dengan pendidikan yang lebih rendah memiliki
kesulitan untuk memahami penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh
petugas terkait dengan informasi-informasi pelayanan yang diperlukan,
hal tersebut dapat berkontribusi terhadap kejadian tidak diharapkan dan
kejadian nyaris cedera.
c. Informasi
Secara umum kurangnya informasi tentang pelayanan yang
seharusnya diterima oleh pasien merupakan penyebab terjadinya
kejadian tidak diharapkan dan kejadian nyaris cedera.
d. Psikologis
25
Pasien tidak mengindahkan beberapa larangan dokter
maupun tenaga kesehatan lain karena tidak sesuai dengan
keyakinan kesehatannya atau sudah merasa sembuh,
sedangkan beberapa instruksi yang diberikan harus dijalangkan
untuk mempercepat penyembuhannya, hal tersebut dapat
berkontribusi terhadap kejadian tidak diharapkan dan kejadian nyaris
cedera.
e. Ekonomi
Kemampuan dan kemauan membayar biaya pelayanan
dirumah sakit yang begitu mahal, sehingga seharusnya masih
dirawat dengan berbagai tindakan pelayanan yang semestinya
diterima, tidak bisa dilakukan karena keterbatasan biaya, hal ini
dapat berkontribusi terhadap kejadian tidak diharapkan dan kejadian
nyaris cedera.
f. Pola Penyakit
Pola penyakit di masyarakat dimana gejala awal biasanya
demam, batuk, pilek dan lain sebagainya yang dianggap
penyakit biasa saja sehingga penanganan yang lambat, hal ini
dapat berkontribusi terhadap kejadian tidak diharapkan dan kejadian
nyaris cedera.
2. Faktor Petugas Kesehatan
26
Ada 5 faktor dari aspek petugas kesehatan yang dianggap dapat
berkontribusi terhadap KTD dan KNC, Yaitu :
a. Pendidikan dan Kompetensi Staf
Pendidikan staf secara berkesinambungan merupakan salah
satu kunci untuk mencegah terjadinya kejadian tidak diharapkan
dan kejadian nyaris cedera, pemahaman terhadap informasi
terbaru tentang pelayanan keperawatan serta feedback bila ada
masalah muncul yang terjadi secara berkala merupakan strategi
pencegahan KTD dan KNC yang cukup signifikan. Kesalahan
kompetensi biasanya menyangkut kesalahan yang terjadi dalam
menterjemahkan instruksi yang diberikan oleh dokter ataupun
salah dalam melakukan pengkajian awal terhadap pasien
ataupun tidak melakukan pengkajian dengan benar dan terinci.
b. Beban Kerja
Rasio antara beban kerja dan SDM yang cukup, penting untuk
mengurangi stress dan beban kerja yang berlebihan sehingga
dapat menurunkan kesalahan. Karena, beban kerja petugas
yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya KTD dan KNC
dimana dalam kondisi terburu-buru atau tenaga yang tidak
seimbang dengan pasien yang dirawat, contoh satu perawat
untuk 20 pasien, maka risiko untuk tidak terlayani semua pasien
dengan baik apalagi bila ada beberapa pasien dengan kondisi
27
yang agak berat sehingga pasien bisa meninggal tanpa mendapat
pelayanan yang baik.
c. Komunikasi
Miskomunikasi antara dokter dan perawat dan tenaga
kesehatan lain merupakan sumber utama terjadinya KTD dan
KNC di rumah sakit, misalnya salah menginterprestasi dalam
membaca instruksi dokter, atau salah dengar informasi yang
diterima dan lain sebagainya, sehingga perlu di perbaiki standar
komunikasi yang digunakan didalam pelayanan di rumah sakit untuk
meminimalkan terjadinya KTD dan KNC.
d. Budaya
Sikap petugas yang malas, masa bodoh, tidak teliti, acuh dan sengaja
melanggar aturan / SPO dapat menyebabkan terjadinya berbagai
kesalahan di rumah sakit.
3. Faktor Manajemen Rumah Sakit
Ada 3 aspek dalam pengelolaan manajemen di rumah sakit yang
dapat berkontribusi terhadap kejadian tidak diharapkan, yaitu
1. Pengelolaan Patient Safety RS
a. Perencanaan
Sebagai langkah awal penerapan program Patient Safety di
rumah sakit maka perlu dilakukan suatu perencanaan baik
terhadap jumlah dan kompetensi SDM yang terlibat, strategi-
28
strategi yang akan dilakukan, indikator-indikator mutu yang
digunakan maupun terhadap SPO yang perlu di persiapkan,
karena tanpa adanya perencanaan yang baik maka
pengimplementasikan patient safety di rumah sakit susah
terwujud dan akan terkait dengan tidak terkendalinya KTD di
rumah sakit.
b. Pelaporan Insiden
Dengan penerapan system pelaporan insiden secara rutin
bila ada kasus maka dapat berkontribusi terhadap kejadian
tidak di harapkan di rumah sakit, karena berdasarkan pelaporan
tersebut dapat dilakukan analisis akar penyebab masalah semua
kejadian yang dilaporkan dan dapat di buat rekomendasi solusi
pemecahan masalahnya sehingga kasus yang serupa tidak terulang
lagi.
c. Dokumentasi Laporan Insiden
Setiap laporan insiden harus di dokumentasikan sebagai
bahan acuan untuk menyusun instrumen analisis kesalahan.
Dari data yang selanjutnya dapat dilakukan analisis untuk
mengidentifikasi area yang berpotensi untuk terjadi
kesalahan, sehingga upaya antisipasi dapat dilakukan secara
baik dan benar, hal ini dapat berkontribusi terhadap KTD dan
KNC di rumah sakit.
d. Supervisi
29
Supervisi perlu dilakukan guna mengetahui apakah petugas
sudah melakukan pekerjaannya sesuai dengan kebijakan /
SPO yang ada, dan juga untuk mengetahui di area mana
potensi kesalahan sering terjadi, sehingga hal ini juga dapat
berkontribusi terhadap KTD dan KNC di rumah sakit.
e. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan guna mengkaji lebih
dalam terhadap akar penyebab insiden dan mencegah
terjadinya kejadian yang tidak diharapkan dan berulang
dimasa yang akan dating. Dari hasil monitoring dan
evaluasi dilakukan intervensi berupa rekomendasi dan tindak
lanjut terhadap hal-hal yang perlu diperbaiki seperti
perbaikan kebijakan, prosedur dan peningkatan kinerja SDM.
Hasil dari rekomendasi dan tindak lanjut ini harus di umpan
balikkan ke semua pihak yang terkait dengan program
keselamatan pasien rumah sakit, hal ini dapat berkontribusi
terhadap KTD dan KNC di rumah sakit.
4. Faktor Kebijakan dan Prosedur
Kebijakan dan prosedur “Hand Over Communication” yang ada di
rumah sakit dapat dianggap berkontribusi terhadap kejadian tidak
diharapkan (KTD) dan kejadian nyaris cedera (KNC).
30
a. Standar prosedur operasional (SPO)
Antisipasi terjadinya kesalahan maka kebijakan dan
prosedur tentang “Hand Over Communication” perawat
yang lebih baik, dan disosialisasikan secara bertahap,
terencana dan sistematis serta menjamin bahwa setiap
individu yang terlibat dalam proses pelayanan kesehatan
memahami dan mengimplementasikannya secara memadai.
Kebijakan dan prosedur “Hand Over Communication” perlu
di buat untuk meminimalkan risiko kesalahan. Prosedur
tersebut merupakan sarana untuk meningkatkan keamanan,
efisiensi, serta unjuk kerja yang konsisten dari pengendalian
dan pelayanan kepada pasien. Kurangnya prosedur dan
ketidak patuhan petugas terhadap prosedur yang ada dapat
berkontribusi terhadap kejadian tidak diharapkan dan
kejadian nyaris cedera di rumah sakit.
b. Pedoman “Hand Over Communication”
IRSAF yang terdiri dari Identifikasi, Riwayat, Situasi
saat ini, Asesmen, dan Follow up. Standar inilah yang telah
disepakati untuk “Hand Over Communication”. Pedoman ini
menjadi salah satu faktor yang dapat berkontribusi terhadap
kejadian tidak diharapkan dan kejadian nyaris cedera.
Pedoman ini dapat menuntun perawat dalam menulis
laporan jaga yang benar.
31
5. Faktor Lingkungan Rumah Sakit
Faktor lingkungan seperti kurangnya penerangan dalam ruang, tidak
leluasanya tempat Nurse Station, suhu ruang panas, sehingga suasana
kerja yang tidak nyaman, kegaduhan serta tingkat kesibukan pelayanan dan
intensitas pekerjaan yang tinggi dapat berkontribusi terhadap kejadian tidak
diharapkan dan kejadian nyaris cedera di rumah sakit.
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan kajian masalah maka
dapat dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Kebijakan “Hand Over Communication” Apakah sudah sesuai / baik di
RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar.
b. Apakah Standar Prosedur Operasional “Hand Over
Communication” sudah baik dan dilaksanakan di RS DR Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
c. Bagaimana gambaran pengetahuan “Hand Over Communication”
perawat di RS DR Wahidin Suidrohusodo Makassar.
d. Bagaimana pelaksanaan “Hand Over Communication” perawat
di instalasi rawat inap RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar.
e. Bagaiaman pengaruh kebijakan, standar prosedur operasional,
pengetahuan dan pelaksanaan “Hand Over Communication”
perawat terhadap kejadian tidak diharapkan (KTD) dan kejadian
32
nyaris cedera (KNC) di instalasi rawat inap RS DR Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian dilakukan untuk menganalisis faktor yang
mempengaruhi ”Hand Over Communication” perawat terhadap kejadian
tidak diharapkan (KTD) dan kejadian nyaris cedera (KNC) di Instalasi Rawat
Inap RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis kebijakan ”Hand Over Communication” perawat di
instalasi rawat inap RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar.
b. Menganalisis Standar Prosedur Operasional ”Hand Over
Communication” perawat di Instalasi Rawat Inap RS DR Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
c. Menganalisis pengetahuan ”Hand Over Communication” perawat
di instalasi rawat inap RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar.
d. Menganalisis pelaksanaan ”Hand Over Communication” perawat di
instalasi rawat inap RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar.
e. Menganalisis pengaruh kebijakan, standar prosedur operasional,
pengetahuan dan pelaksanaan ”Hand Over Communication”
perawat terhadap kejadian tidak di harapkan (KTD) dan kejadian
33
nyaris cedera (KNC) di instalasi rawat inap RS DR Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
F. Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui penerapan standar komunikasi dalam kegiatan
hand-over perawat dengan format serah terima IRSAF kaitannya dengan
penerapan goals komunikasi efektif, pengetahuan perawat, beban kerja
perawat, kemampuan Tim keselamatan pasien, kemampuan supervisor
keperawatan, perbaikan / perawatan alat-alat keperawatan secara kontinu, dan
kondisi lingkungan kerja hubungannya dengan angka kejadian tidak diharapkan
(KTD) dan angka kejadian nyaris cedera (KNC) diperoleh manfaat untuk :
1. Pelayanan Keperawatan Rumah Sakit
Dapat mengetahui hubungan penerapan standar ”Hand Over
Communication” perawat dengan penggunaan format serah terima
yang memuat Identifikasi, Riwayat, Situasi saat ini, Assesment dan
Follow up (IRSAF) yang telah disepakati kaitannya dengan angka
kejadian tidak diharapkan dan angka kejadian nyaris cedera.
2. Manajemen RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar
Sebagai salah satu sumber informasi bagi manajemen RS DR Wahidin
Sudirohusodo tentang hasil penerapan salah satu goals dari
keselamatan pasien yaitu standar komunikasi efektif melalui kegiatan
”Hand Over Communication” perawat kaitannya dengan angka
34
kejadian tidak diharapkan dan angka kejadian nyaris cedera khusus di
Instalasi Rawat Inap.