fakultas keguruan dan ilmu pendidikan · pdf filecabang olahraga atletik terdiri dari nomor...

59
PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERMAIN DAN POWER OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN TOLAK PELURU GAYA ORTODOKS PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMPN 2 BARAT KABUPATEN MAGETAN TAHUN AJARAN 2008/2009 (Skripsi) Oleh : Titin kuntum Mandalawati NIM : K.4605042 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: nguyenduong

Post on 04-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN

BERMAIN DAN POWER OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN

TOLAK PELURU GAYA ORTODOKS PADA SISWA PUTRA KELAS VIII

SMPN 2 BARAT KABUPATEN MAGETAN

TAHUN AJARAN 2008/2009

(Skripsi)

Oleh :

Titin kuntum Mandalawati

NIM : K.4605042

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes) merupakan

salah satu proses pendidikan, karena bersifat mendidik. Pelaksanaan pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan dipakai sebagai wahana dan pengalaman belajar.

Penjasorkes memberikan dampak positif bagi siswa dalam perkembangan

kognitif, afektif dan pembentukan psikomotor. Berdasarkan alasan tersebut,

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dimasukkan dalam kurikulum

pendidikan nasional. Ditinjau dari pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan,

aktivitas gerak siswa merupakan sarana pendidikan, sehingga pendidikan jasmani

diharapkan dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan siswa.

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

didalamnya diajarkan beberapa macam cabang olahraga yang terangkum dalam

kurikulum pendidikan jasmani. Salah satu cabang olahraga yang diajarkan dalam

pendidikan jasmani yaitu atletik. Atletik merupakan induk dari semua cabang

olahraga yang diajarkan dari sekolah tingkat paling rendah (SD) bahkan

Perguruan Tinggi (PT). Seperti dikemukakan Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan

Adang Suherman (1999/2000: 1) bahwa, “atletik merupakan salah satu mata

pelajaran pendidikan jasmani kepada siswa dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)”.

Cabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, lempar dan lompat. Salah

satu materi yang harus di ajarkan di SMP dalam praktik atletik adalah tolak peluru

gaya ortodoks. Tolak peluru gaya ortodoks merupakan suatu rangkaian gerakan

yang diawali dari cara memegang peluru, sikap badan pada waktu akan menolak

peluru, cara menolak peluru, sikap badan setelah menolak peluru. Untuk

meningkatkan kemampuan tolak peluru gaya ortodoks diperlukan pendekatan

pembelajaran yang variatif dan inovatif untuk mengurangi kejenuhan

pembelajaran didalam olahraga atletik.

Page 3: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

iii

Berdasarkan observasi dibeberapa SMP di kecamatan Barat kabupaten

Magetan pada tahun 2009, dapat diketahui bahwa masih banyak guru pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan di dalam pembelajaran atletik cenderung pada

penguasaan teknik dan prestasi, sehingga banyak siswa SMP yang tidak berminat

atau tidak tertarik pada cabang olahraga atletik tersebut. Akibat tidak berminat

dan kurang tertarik banyak siswa tidak mau untuk mengikuti ekstrakurikuler pada

cabang ini.

Pembelajaran tolak peluru yang telah dilakukan di SMPN 2 Barat

Kabupaten Magetan belum mampu merangsang siswa untuk dapat meningkatkan

kemampuan siswa semaksimal mungkin. Menurut Djumidar (2007: 11.31) “dunia

anak lebih dekat dengan situasi permainan dari pada yang serius, di dalam

pembelajaran disajikan banyak variasi-variasi agar supaya tidak mudah jenuh

sebab siswa kerap kali juga cepat bosan melaksanakan kegiatannya”.

Pembelajaran inovatif belum pernah dilaksanakan termasuk pendekatan

pembelajaran bermain. Penerapan pendekatan pembelajaran yang kurang inovatif

tersebut diprediksi juga menjadi salah satu penyebab rendahnya kemampuan

siswa.

Pendekatan pembelajaran bermain, dimaksudkan untuk

mengembangkan aspek-aspek kemampuan motorik melalui aktivitas bermain

yang variatif, berjenjang tingkat kesulitannya. Menurut Yudha M. Saputra (2001:

10) “permainan atletik merupakan kombinasi antara kegembiraan gerak dan

tantangan tugas gerak yang dekat dengan pengalaman nyata”. Dengan demikian

guru dapat memanfaatkan bermain ini untuk memotivasi siswa melakukan tolak

peluru dengan memberikan materi yang merangsang untuk bermain, yaitu

menggunakan tali sebagai rangsangan tinggi dan sasaran sebagai rangsangan

jarak.

Pembelajaran tolak peluru menggunakan alat bantu tali sebagai

rangsangan tinggi dan sasaran sebagai rangsangan jarak merupakan bentuk

pendekatan pembelajaran bermain yang difungsikan agar siswa tidak merasa

bosan dan jenuh. Rangsangan jarak yang semakin diperjauh digunakan untuk

memotivasi siswa agar berusaha mencapai target jarak yang ditentukan. Namun

Page 4: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

iv

dari kedua bentuk pembelajaran tersebut belum diketahui efektivitasnya, karena

masing-masing pembelajaran tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan,

sehingga belum diketahui pembelajaran mana yang lebih baik pengaruhnya

terhadap hasil belajar tolak peluru gaya menyamping (ortodoks).

Pendekatan pembelajaran bermain menggunakan alat bantu tali sebagai

rangsangan tinggi dan sasaran sebagai rangsangan jarak bertujuan meningkatan

kemampuan tolak peluru baik dari segi jarak yang dapat dicapai. Di sisi lain juga

bertujuan untuk mengembangkan penguasaan teknik tolak peluru gaya ortodoks.

Namun demikian, tolakan dapat dicapai sejauh-jauhnya tidak hanya dipengaruhi

oleh pembelajaran yang baik dan terprogram, tetapi juga faktor kondisi fisik yang

salah satunya adalah power otot lengan. Power otot lengan merupakan unsur

penting dalam tolak peluru apabila power otot lengannya maksimal maka jarak

yang akan dicapai akan semakin jauh seperti yang diungkapkan Harsono (1988 :

200) ”Power adalah otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu

yang cepat”.

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini diarahkan untuk mengetahui

perbedaan pendekatan pembelajaran tolak peluru gaya ortodoks yaitu dengan

ketinggian dan dengan jarak sasaran. Dari komponen kondisi fisik juga perlu

diteliti lebih mendalam sehingga akan diketahui ada tidaknya pengaruh terhadap

peningkatan kemampuan tolak peluru gaya menyamping. Masalah-masalah yang

telah diuraikan diatas yang melatar belakangi judul “Perbedaan Pengaruh

Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Power Otot Lengan Terhadap

Kemampuan Tolak Peluru Gaya Ortodoks pada siswa putra kelas VIII SMPN 2

Barat Kabupaten Magetan tahun Ajaran 2008/2009” .

Page 5: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

v

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

masalah yang berhasil diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Masih banyak guru pendidikan jasmani kurang paham dan tidak mengetahui

pendekatan pembelajaran bermain yang dapat diterapkan untuk meningkatkan

kemampuan tolak peluru ortodoks.

2. Belum diterapkannya pendekatan pembelajaran bermain didalam

pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama.

3. Perlu pendekatan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan

tolak peluru gaya ortodoks pada siswa putra kelas VIII SMPN 2 Barat

kabupaten Magetan tahun ajaran 2008/2009.

4. Belum diketahui pengaruh pembelajaran bermain menggunakan alat bantu tali

ssebagai rangsangan tinggi dan sasaran sebagai rangsangan jarak terhadap

kemampuan tolak peluru gaya ortodoks.

5. Perlu diteliti tingkat efektivitas perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran

bermain menggunakan alat bantu sebagai rangsangan ketinggian dan jarak

serta power otot lengan terhadap kemampuan tolak peluru gaya ortodoks pada

siswa putra kelas VIII SMPN 2 Barat Kabupaten Magetan tahun Ajaran

2008/2009.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, berbagai masalah yang muncul perlu

dibatasi agar pembahasan tidak menyimpang dari judul penelitian. Pembatasan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pendekatan pembelajaran bermain menggunakan rangsangan ketinggian dan

jarak.

Power otot lengan tinggi dan rendah.

Kemampuan tolak peluru gaya ortodoks pada siswa putra kelas VIII SMPN 2

Barat Kabupaten Magetan tahun Ajaran 2008/2009.

Page 6: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

vi

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain terhadap

kemampuan tolak peluru gaya ortodoks pada siswa putra kelas VIII SMPN 2

Barat Kabupaten Magetan tahun Ajaran 2008/2009 ?

2. Adakah perbedaan pengaruh power otot lengan tinggi dan rendah terhadap

kemampuan tolak peluru gaya ortodoks pada siswa putra kelas VIII SMPN 2

Barat Kabupaten Magetan tahun ajaran 2008/2009 ?

3. Adakah interaksi antara pendekatan pembelajaran bermain dengan power

otot lengan terhadap kemampuan tolak peluru gaya ortodoks pada siswa putra

kelas VIII SMPN 2 Barat Kabupaten Magetan tahun ajaran 2008/2009 ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain terhadap

peningkatan kemampuan tolak peluru gaya ortodoks pada siswa putra kelas

VIII SMPN 2 Barat Kabupaten Magetan tahun Ajaran 2008/2009.

2. Perbedaan pengaruh power otot lengan tinggi dan rendah terhadap

kemampuan tolak peluru gaya ortodoks pada siswa putra kelas VIII SMPN 2

Barat Kabupaten Magetan tahun Ajaran 2008/2009.

3. Interaksi antara pendekatan pembelajaran bermain dengan power otot

lengan terhadap kemampuan tolak peluru gaya ortodoks pada siswa putra

kelas VIII SMPN 2 Barat Kabupaten Magetan tahun Ajaran 2008/2009.

Page 7: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

vii

F. Manfaat Penelitian

Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat

memberi manfaat antara lain:

1. Secara praktis sebagai upaya untuk membantu meningkatkan kemampuan

tolak peluru gaya ortodoks pada siswa putra kelas VIII SMPN 2 Barat

Kabupaten Magetan tahun Ajaran 2008/2009.

2. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru penjaskes di

SMPN 2 Barat Kabupaten Magetan untuk mempertimbangkan faktor-faktor

ketinggian dan jarak sebagai rangsangan pembelajaran, serta faktor kondisi

fisik khususnya power otot lengan, sehingga dapat mendukung pencapaian

kemampuan tolak peluru secara maksimal.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Tolak Peluru

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan antara guru dan

siswa. Guru bertugas sebagai pemberi pelajaran, sedangkan siswa sebagai

penerima pelajaran. Berkaitan dengan pembelajaran H.J. Gino, Suwarni, Suripto,

Maryanto dan Sutijan. (1999: 32) menyatakan, “Pembelajaran atau

instruction/instruksional atau pengajaran merupakan usaha sadar dan disengaja

oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern

dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar”. Menurut Sukintaka (1992:

70) bahwa, “Pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru

mengajarkan sesuatu kepada anak didik, tetapi di samping itu juga terjadi

peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya”.

Page 8: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

viii

Berdasarkan pengertian pembelajaran yang dikemukakan dua ahli

tersebut dapat disimpulkan bahwa, dalam kegiatan pembelajaran terjadi tiga

kejadian secara bersama yaitu: (1) ada satu pihak yang memberi, dalam hal ini

guru, (2) pihak lain yang menerima yaitu, perserta didik atau siswa dan, (3) tujuan

yaitu perubahan yang lebih baik pada diri siswa. Adapun yang dimaksud dengan

ketiga komponen tersebut menurut H.J. Gino dkk., (1999: 30) sebagai berikut:

1) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar

mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang

memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

2) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan

penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

3) Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan

terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan perilaku

tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotor dan afektif.

Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, jika siswa dapat

berinteraksi dengan guru dan bahan pengajaran di tempat tertentu yang telah

diatur dalam rangka tercapainya tujuan. Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai

maka perlu dibuat program pembelajaran yang baik dan benar. Program

pembelajaran merupakan rencana kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar

dan teori pokok secara rinci yang memuat metode pembelajaran, alokasi waktu,

indikator pencapaian hasil belajar dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran

dari setiap pokok mata pelajaran.

b. Mengajar yang Efektif dan Efisien

Masalah utama dalam konteks pengajaran pendidikan jasmani adalah

peningkatan efektivitas pengajaran. Efektivitas pengajaran berkaitan erat dengan

kualitas instruksional dan kualitas instruksional itu sendiri erat kaitannya dengan

penguasaan pengetahuan dan keterampilan menerapkan teori-teori belajar

mengajar keterampilan (skill) suatu cabang olahraga. Rusli Lutan (1988: 26)

menyatakan ada dua kriteria yang dapat dipakai untuk menilai efektivitas

pengajaran yaitu:

1) Kriteria korelatif yakni suatu pengajaran dikatakan efektif dalam

kaitannya dengan tujuan yang diharapkan. Semakin mendekati tujuan

yang ingin dicapai, semakin efektif pengajaran itu.

Page 9: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

ix

2) Kriteria yang kedua konsepsi normatif yakni suatu pengajaran dikatakan

efektif atau tidak, dinilai berdasarkan suatu model mengajar yang baik

yang diperoleh dari teori.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, efektivitas pengajaran adalah

keberhasilan dalam proses pembiasaan atau sosialisasi siswa dan pengembangan

sikap serta pengetahuan yang mendukung pencapaian keterampilan yang lebih

baik dalam kerangka program pembinaan. Lebih lanjut Rusli Lutan (1988: 381)

efektivitas pengajaran meliputi beberapa aspek. yaitu: “(1) Pemanfaat waktu aktif

berlatih, (2) Lingkungan yang efektif, (3) Karakteristik guru dan siswa, (4)

Pengelolaan umpan balik”.

Di antara empat elemen tersebut, elemen yang dominan pengaruhnya

pada efektivitas mengajar adalah pemanfaatan waktu aktif berlatih. Jumlah waktu

yang dihabiskan siswa untuk aktif belajar, merupakan indikator utama dan

efektivitas pengajaran. Konsep jumlah waktu aktif berlatih erat dengan

kemampuan managemen guru dalam mengelola proses belajar dan kesediaan serta

ketekunan siswa untuk melaksanakan tugas-tugas gerak yang diajarkan.

Seorang guru bertugas mengelola proses pengajaran berupa aktivitas

merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek kegiatan, tidak saja susunan

pengalaman atau tugas-tugas ajar, tetapi juga penciptaan kondisi lingkungan

belajar yang efektif. Menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000: 4) tugas

utama guru adalah “untuk menciptakan iklim atau atmosfir supaya proses belajar

terjadi di kelas atau lapangan. Ciri utama terjadinya proses belajar adalah siswa

dapat secara aktif ikut terlibat di dalam proses pembelajaran. Para guru harus

selalu berupaya agar para siswa dimotivasi untuk lebih berperan”.

Efektivitas pengajaran tentu juga berkaitan dengan efisiensi pengajaran.

Tuntutan terhadap metode yang efisien didorong oleh kenyataan yang terdapat di

sekolah-sekolah terutama kelangkaan fasilitas dan sumber daya lainnya. Selain itu

juga, kelas yang besar dengan jumlah siswa yang banyak juga merangsang upaya

pengajaran yang lebih memperhatikan efisiensi. Rusli Lutan (1988: 26)

menyatakan kebutuhan akan metode yang efisien dalam pengajaran dilandasi oleh

beberapa alasan di antaranya:

Page 10: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

x

1) Efisiensi akan menghemat waktu, energi atau biaya.

2) Metode yang efisien akan memungkinkan para siswa untuk menguasai

tingkat keterampilan yang lebih tinggi.

3) Pengalaman yang sukses merupakan umpan balik (feedback) dan

membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Semakin berhasil siswa

dalam kegaiatan belajar, semakin disukainya kegiatan tersebut.

Efektivitas dan efisiensi pengajaran dapat dicapai, jika seorang guru

mampu menerapkan strategi pengajaran yang tepat. Pengajaran yang efektif dan

efisien akan diperoleh hasil belajaran yang optimal, sehingga tujuan pengajaran

yang dirumuskan dapat tercapai dengan baik.

2. Pengertian Bermain dan Permainan

a. Bermain (Play)

Bemain adalah suatu kegiatan yang bentuknya sederhana dan

menyenangkan. Kegiatan bermain sangat disukai oleh anak-anak (siswa). Bermain

yang dilakukan tertata, mempunyai manfaat yang besar untuk siswa. Pengalaman

itu bisa berupa membina hubungan sesama teman dan menyalurkan perasaan yang

tertekan. Bermain adalah kegiatan yang tidak memiliki harapan apa-apa, kecuali

sebagai luapan ekspresi, pelampiasan ketegangan, atau menirukan peran. Dengan

kata lain aktivitas bermain dalam nuansa keriangan itu memiliki tujuan yang

melekat didalamnya, untuk kegembiraan dan kesenangan Menurut Rusli Lutan

(2001:31) memaparkan karakteristik “bermain sebagai aktivitas yang di lakukan

secara bebas dan sukarela”. Bermain itu sendiri hakikatnya bukanlah suatu

kesungguhan akan tetapi bersamaan dengan itu pula, kita melihat kesanggupan

yang menyerap konsentrasi dan tenaga mereka ketika dan tujuan tertentubermain.

Menurut Sukintaka (1992:2) “apabila bermain bertujuan untuk memperoleh atau

perbaikan rekor maka bukan merupakan bermain lagi”. Dengan demikian dapat di

ambil suatu kesimpulan bahwa dalam bermain merupakan suatu kegiatan yang

harus dilakukan dengan sungguh-sungguh tetapi bermain bukan merupakan suatu

kesungguhan. Rasa senang bermain itu harus disebabkan karena bermain itu

sendiri, bukan suatu yang terdapat diluar bermain.

Page 11: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xi

Berkaitan dengan tujuan bermain, Gusril dalam disertasinya tahun 2004,

menyimpulkan bahwa tujuan anak-anak dalam melakukan permainan dapat di

tinjau dari beberapa aspek sebagai berikut:

(1) Aspek kognitif antara lain menambah wawasan bermain, untuk melatih

pola berfikir

(2) aspek psikomotorik antara lain: terampil dalam bermain, dan melatih

fisik

(3) menyenangkan hati dan

(4) aspek sosial antara lain: menambah pergaulan dan keakraban, rekreasi

dan agar tidak dihina. Selain itu perasaan anak sewaktu dan sesudah

melakukan bermain antara lain : merasa senang, gembira, bugar dan

bersemangat.

Lebih lanjut Gusril menyatakan hubungan antara aktivitas bermain dengan

kemampuan motorik SD Negeri Kota Padang. Dalam artian, semakin tinggi

aktivitas bermain yang mengeluarkan energi yang cukup, berguna untuk

kesehatan dan pertumbuhan.

b. Permainan (Games)

Permainan adalah bagian dari bermain yang mempunyai metode atau

cara tertentu sesuai situasi, dan memiliki peraturan-peraturan yang tidak boleh

dilanggar. Dalam permainan terdapat semangat keberanian, ketangguhan dan

kejujuran pemain. Menurut Rusli Lutan (2001: 33) membagi permainan (games)

menjadi 4 kategori utama:

1) Agon – permainan yang bersifat pertandingan, perlawanan kedua belah

pihak dengan kesempatan yang sama untuk mencapai kemenangan

sehingga di butuhkan pekerjaan fisik yang keras.

2) Alea – permainan yang mengandalkan hasil secara untung-untungan,

atau hukum peluang seperti dadu, kartu, rolet, dan lain-lain. Sementara

kemampuan otot tidak diperlukan.

3) Mimikri – permainan fantasi yang memerlukan kebebasan, dan bukan

kesungguhan.

4) Illinx – mencakup permainan yang mencerminkan untuk melampiaskan

kebutuhan untuk bergerak, berpetualang, dan dinamis, lawan dari

keadaan diam, seperti berolahraga di alam terbuka, mendaki gunung.

Page 12: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xii

Dari uraian di atas maka penelitian yang akan dilakukan menggunakan

permainan jenis agon karena terdapat unsur fisik, sifat pertandingan, dan ada

perlawanan dari dua pihak untuk mencapai kemenangan.

3. Pembelajaran dengan Pendekatan Bermain

a. Pengertian Pendekatan Bermain

Untuk mendefinisikan pendekatan bermain terlebih dahulu perlu

dipahami pengertian dari masing-masing kalimat tersebut. Menurut Depdikbud

(2001: 673) pendekatan diartikan, “Sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk

mendekati sesuatu. Sedangkan M. Furqon H. (2006: 2) berpendapat, “Bermain

merupakan cara untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar

sehingga menemukan sesuatu dari pengalaman bermain”.

Berdasarkan pengertian pendekatan dan bermain dapat disimpulkan

bahwa, pendekatan bermain merupakan suatu cara yang dilakukan dalam

pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan untuk mendatangkan

kesenangan bagi orang yang melakukannya. Menurut Beltasar Tarigan (2001: 17)

bahwa, “Pengajaran melalui pendekatan bermain adalah meningkatkan kesadaran

siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan

masalah atau situasi dalam permainan sesungguhnya”. Sedangkan Depdiknas.

(2004: 28) menjelaskan, “Pendekatan permainan bertujuan untuk mengajarkan

permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara

mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak”.

Berdasarkan pengertian pendekatan bermain yang dikemukakan

beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan bermain merupakan

bentuk pembelajaran yang mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan atau

belajar teknik suatu cabang olahraga yang dikonsep dalam bentuk permainan.

Dalam pelaksanaan pendekatan bermain siswa belajar teknik suatu cabang

olahraga yang dikonstruksi dalam bentuk permainan.

Mempelajari suatu cabang olahraga yang dikonstruksi dalam bentuk

bermain menuntut siswa untuk mandiri dan memecahkan permasalahan yang

muncul dalam permainan. Dalam pendekatan bermain siswa dituntut

Page 13: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xiii

mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup kemungkinan

teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk

itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Dalam hal ini Rusli Lutan dan

Adang Suherman (2000: 35-36) menyatakan:

Manakala guru atau pelatih menyadari bahwa rendahnya kualitas permainan

disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai beberapa

pilihan sebagai berikut:

a) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama

sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang

dilakukannya.

b) Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan

membiarkan siswa berlaih mengkombinasikan keterampilan tanpa

tekanan untuk menguasai strategi.

c) Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan

lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar startegi bermain.

Memahami dan memberikan solusi yang tepat adalah sangat penting

dalam pendekatan bermain, jika pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai seperti

yang diharapkan. Selama pembelajaran berlangsung seorang guru harus

mencermati kegiatan permainan sebaik mungkin. Kesalahan-kesalahan yang

dilakukan selama bermain harus dicermati dan dibenarkan. Jika kesalahan-

kesalahan yang dilakukan selama bermain dibiarkan akan berakibat penguasaan

skil yang salah, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai.

b. Bermain Sebagai Alat Belajar

Aktivitas bermain sering diidentikkan dengan dunia anak-anak, sebab

anak-anak lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain. Akan tetapi,

permainan atau bermain sering dimaksudkan dengan suatu aktivitas yang bernada

negatif (kurang berarti) setidaknya dilihat dari fungsi seperti kegiatan bernuansa

canda, senda gurau dan lebih jauhnya tidak serius, tidak sungguh-sungguh,

menghamburkan waktu efektif yang mengarah pada suatu aktivitas atau kegiatan

yang tidak berguna. Padahal secara tidak langsung, anak akan memulai kegiatan

belajar salah satunya melalui aktivitas bermain. Dani Wardani (2009: 24)

menyebutkan, ”mempelajari dunia permainan berarti kita sadar akan pentingnya

pertumbuhan anak kita dan lebih jauh kita ikut membantu secara tidak langsung,

Page 14: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xiv

mencoba mengkaji alternatif metodologi belajar baru untuknya”. Yudha M

Saputra (2001: 6) juga berpendapat bahwa, ”bermain dapat memberikan

pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa, pengalaman itu bisa berupa

membina hubungan dengan sesama teman dan menyalurkan perasaan yang

tertekan”. Ahli lain menyatakan, kegiatan bermain bukan hanya sekedar pengisi

waktu luang, tetapi menjadi suatu kebutuhan. Apabila kebebasan bermain tersebut

atau spontanitasnya ditunda, maka di masa selanjutnya daya kreatif, imajinasi

bahkan kemampuan belajar anak akan mengalami hambatan.

Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa, bermain

bukanlah suatu perbuatan ataupun aktivitas yang melulu merugikan bagi yang

melakukannya, tetapi dapat dipandang juga sebagai suatu media ataupun alat yang

kaya akan imajinasi dan kreatifitas. Secara tidak langsung wahana bermain dapat

memberikan suatu metode pembelajaran yang menggabungkan segala unsur

(kesenangan, motivasi, rasa ingin tahu, minat ataupun simulasi, modelling,

problem solving, dan lain-lain).

Aktivitas yang kita namakan bermain itu sebenarnya adalah media belajar

bagi anak-anak, hanya penafsirannya saja yang berbeda. Untuk itu, mengapa kita

harus melarang bermain pada anak, sedangkan kegiatan yang kita namakan

bermain itu sebenarnya merupakan media belajar buat mereka.

c. Pengaruh Bermain bagi Perkembangan Anak

Bermain merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan

masa kanak-kanak. Dapat dikatakan bahwa, hampir semua waktunya dihabiskan

dengan bermain. Namun disisi lain dari bermain yang dilakukan anak mempunyai

pengaruh terhadap perkembangannya. M. Furqon H. (2006: 4-5) menyatakan

pengaruh bermain terhadap perkembangan anak yaitu:

a) Pengembangan keterampilan gerak

Bermain berisi berbagai keterampilan gerak, mulai dari

keterampilan gerak yang sederhana atau dasar hingga keterampilan yang

kompleks. Anak perlu belajar keterampilan gerak dasar seperti, lari,

lompat, loncat, berbelok, menendang dan melempar. Jika anak memiliki

keterampilan gerak dasar yang baik. Selanjutnya anakmemiliki landasan

untuk mengembangkan keterampilan gerak yang kompleks. Oleh karena

Page 15: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xv

itu, dengan bermain akan memberikan perkembangan keterampilan gerak

bagi anak.

b) Perkembangan fisik dan kesegaran jasmani

Bermain penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan

melatih seluruh bagian tubuh, termasuk mengembangkan daya tahan

kardiovaskuler. Bermain juga berfungsi sebagai penyaluran tenaga yang

berlebih, bila tidak tersalurkan akan menyebabkan anak tegang, gelisah

dan lain-lain.

c) Dorongan berkomunikasi

Di dalam suasana bermain, memberikan peluang anak untuk

berkomunikasi dengan teman bermainnya. Di samping itu, agar anak dapat

bermain dengan baik, anak secara tidak langsung belajar berkomunikasi

dan sebaliknya anak harus belajar belajar berkomunikasi agar dapat saling

mema hami dan dipahami di antara teman bermain.

d) Penyaluran energi emosional yang terpendam

Bermain merupakan wahana yang baik bagi anak untuk

menyalurkan ketegangan yang disebabkan lingkungan terhadap aktivitas

anak.

e) Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan

Kebutuhan dan keinginan yang tidak terpenuhi dengan cara lain

atau aktivitas lain seringkali dapat terpenuhi dengan bermain. Misalnya,

anak yang tidak mendapatkan kesempatan dalam peran tertentu seringkali

dapat mendapat peran tertentu dalam bermain.

f) Sumber belajar

Bermain dapat dikatakan sebagai bentuk miniatur dari kehidupan

masyarakat. Dengan bermain berarti anak dapat memperoleh kesempatan

untuk mempelajari berbagai hal. Bahkan banyak pelajaran dan pengalaman

dapat diperoleh melalui bermain daripada di rumah atau di sekolah.

g) Rangsangan bagi kreativitas

Melalui eksprimen dan eksplorasi dalam bermain, anak akan

menemukan sesuatu dan terbiasa menghadapi berbagai persoalan dalam

bermain untuk dipecahkan. Suasana dan kebiasaan ini biasanya akan

memberikan transfer nilai ke dalam situasi lain, sehingga anak terbiasa

untuk kreatif dalam menghadapi dan memecahkan persoalan.

h) Perkembangan wawasan diri

Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuannya

dibandingkan dengan teman bermainnya. Kondisi ini memungkinkan anak

untuk mengembangkan konsep diri secara lebih nyata.

i) Belajar bermasyarakat

Dengan bermain bersama teman-teman lain, anak belajar tentang

bagaimana membentuk hubungan sosial dan bagaimana menghadapi dan

memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan sosial tersebut.

j) Perkembangan kepribadian

Melalui bermain anak terbiasa dengan aturan-aturan yang lebih

disepakati dalam bermain, seperti larangan-larangan yang harus ditaati,

Page 16: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xvi

disiplin sportivitas, kerjasama, menghargai teman lain, jujur dan lain-lain,

secara tidak langsung kondisi tersebut membentuk kepribadian anak.

Sedangkan menurut Dani Wardani (2009: 33) secara psikologis dan pendagogis,

bermain mempunyai nilai-nilai umum yang sangat berharga bagi seorang anak,

diantaranya:

a) Memperoleh perasaan senang, puas, dan bangga atau berkataesis

(pelepasan ketegangan).

b) Dapat mengembangkan setiap percaya diri, tanggung jawab dan

kooperatif (bekerja sama).

c) Dapat mengembangkan daya fantasi, atau kreatifitas (terutama permainan

fiksi dan kontrukstif), dan

d) Dapat mengenalkan aturan, atau norma yang berlaku.

Pengaruh dari bermain cukup kompleks di antaranya dapat

mengembangkan keterampilan gerak anak, mengembangkan fisik dan kesegaran

jasmani, memberikan dorongan berkomunikasi, tempat menyalurkan energi

emosional yang terpendam, penyaluran kebutuhan dan keinginan, sebagai sumber

belajar, sebagai rangsangan berkreativitas, sebagai tempat perkembangan

wawasan diri, tempat belajar bermasyarakat dan mengembangkan kepribadian.

Banyaknya manfaat dari bermain, maka seyogyanya orang tua tidak melarang

anaknya bermain, karena banyak manfaat yang diperoleh dari bermain. Selain itu

juga, dalam membelajarkan pendidikan jasmani hendaknya disesuaikan dengan

tingkat perkembangan anak, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

4. Power Otot Lengan

”Kekuatan adalah kemampuan otot-otot untuk mengatasi tahanan atau

beban dalam menjalankan aktivitas” (Suharno, 1992: 24). ”Kekuatan otot-otot

lengan adalah kemampuan otot-otot untuk membangkitkan tegangan terhadap

suatu tahanan” (Harsono, 1988: 176). Kekuatan otot-otot tersebut harus

mendapatkan perhatian yang besar sebab otot merupakan komponen yang sangat

penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Pertama, karena

kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik. Kedua, kekuatan

Page 17: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xvii

memengang peranan dalam melindungi orang atau atlet dari kemungkinan cidera.

Ketiga, dengan kekuatan atlet akan lari dengan cepat, melempar lebih keras.

Dalam hal ini Kasiyo Dwijowinoto, (1993:181) menyatakan bahwa,”Kebanyakan

penampilan keterampilan olahraga melibatkan gerakan-gerakan yang disebabkan

oleh kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi otot, kekuatan gaya berat atau

kekuatan yang digunakan oleh sesuatu dari luar”. Dengan kekuatan, seorang

pelempar tolak peluru dapat melakukan lemparan yang lebih keras dan jauh.

Kekuatan kemampuan otot atau sekelompok otot merupakan modal untuk

mengatasi tahanan beban selama suatu aktifitas.

”Power adalah kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk

mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam suaatu gerakan yang

utuh” (Suharno, 1992: 37). Menurut Harsono (1988 : 200) ”Power adalah otot

untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang cepat”. Yang

dimaksud power lengan dalam penelitian ini yaitu kemampuan dari otot lengan

untuk mengatasi tahan beban dengan kecepatan tinggi. Dalam penelitian ini untuk

mengukur power otot lengan tersebut dengan menggunakan tes melempar bola

softbal. Daya ledak atau explosif power merupakan komponen gerak yang sangat

penting untuk melakukan aktifitas yang sangat berat, karena dapat menentukan

seberapa orang dapat memukul, melompat, melempar dan berlari dengan cepat.

Hal tersebut diperkuat dengan peryataan Suharno (1992 : 32), ”bahwa daya ledak

itu sangat diperlukan dalam pencapaian mutu prestasi yang maksimal dalam

olahraga”. Menurut Harsono (1992 : 200) bahwa:

Power itu penting terutama untuk cabang cabang olahraga dimana atlet harus

mengerahkan tenaga yang ekplosif, seperti dalam nomor lempar dalam

atletik, cabang olahraga yang ada unsur akselerasi (percepatan) seperti balap

sepeda, renang mendayung, kecuali itu power juga perlu untuk memukul

seperti dalam olahraga tinju, karate, bola voli dan bulutangkis.

Power dipengaruhi oleh dua komponen yaitu kekuatan dan kecepatan, baik

kecepatan rangsangan saraf maupun kecepatan kontraksi otot.

Power otot lengan berpengaruh terhadap kecepatan awal peluru atau v0

yang tidak lain adalah kecepatan saat peluru lepas dari tangan. Semakin besar

power otot lengan, maka v0 akan semakin cepat dan jangkauan tolakan akan

Page 18: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xviii

semakin jauh. Dalam penelitian ini, tidak ada perlakuan terhadap power otot

lengan sehingga dibatasi untuk tidak dipermasalahkan. Dengan demikian, power

otot lengan untuk masing-masing siswa dianggap konstan, sehingga kecepatan

awal tolakan tidak berubah. Selain itu, percepatan gravitasi juga konstan, sehingga

satu-satunya peubah adalah sudut elevasi (θ). Jangkauan horisontal terjauh

diperoleh jika sin 2θ=1, dengan demikian 2θ=90o atau θ =45

o.

5. Tolak Peluru

Tolak peluru merupakan salah satu nomor lempar dalam cabang olahraga

atletik. Berdasarkan peraturan yang berlaku, peluru harus didorong atau ditolak

dari bahu dengan satu tangan. Dalam hal ini Aip Syarifudin (1992: 144)

mengemukakan “Tolak peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau

mendorong suatu alat yang bundar dengan berat tertentu yang terbuat dari logam

(peluru) yang dilakukan dengan bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak

sejauh jauhnya”.

Berat peluru yang digunakan atlet putra dengan atlet wanita adalah

berbeda. Sekolah Menengah Pertama menggunakan peluru dengan massa 5 kg

untuk putra dan 3 kg untuk putri, seperti yang diungkapkan Soegito ( 1992: 22 )

bahwa:

Berat peluru yang digunakan dalam perlombaan- perlombaan resmi yang

diselengarakan PASI atau cabang- cabangnya bagi peserta pria digunakan

peluruseberat 7,25 kg dan bagi pesrta wanita 4 kg. Disekolah- sekolah

menengah, bagi anak laki laki digunakan peluru seberat 5 kg dan untuk

anak perempuan seberat 3 kg.

Tolak peluru dilakukan dalam lapangan tertentu yang sesuai dengan

ukuran-ukuran sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ukuran tolak peluru

menurut Peraturan Perlombaan Atletik Pengurus Besar PASI edisi 2004-2005

sebagai berikut:

1. Lingkaran lempar harus dibuat dari besi yang dilengkungkan, boleh dari

besi baja atau bahan lain yang cocok, bagian atasnya harus datar/rata

dengan permukaan tanah diluarnya.

Page 19: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xix

2. Bagian dalam lingkaran lempar ini dibuat dari beton, aspal atau bahan

yang kokoh namun tidak licin. Permukaan pada bagian dalam ini harus

datar rata dan 1,4 - 2,6 cm lebih rendah dari tepi atas pinggiran

lingkarana atau sirkel.

3. Garis tengah/diameter bagian dalam lingkaran adalah 2,135 m. Bibir

pinggir lingkaran minimum tebal 6 mm dan harus dicat putih.

Gambar 1. Lapangan Tolak Peluru

Peraturan Perlombaan Atletik IAAF (2004-2005)

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi tolak peluru

Untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam tolak peluru dipengapuhi oleh

banyak faktor. Menurut U. Jonath et.al (1988:44-45) faktor- faktor terpenting

yang mempengaruhi tolak peluru ialah:

1) Lintasan percepatan pelurunya.

2) Tinggi berangkat dan sudut berangkat peluru.

3) Putaran antara poros bahu dan poros pinggang.

4) Percepatan peluru pada waktu mulai ditolak.

5) Pengakhiran tolakan tenaga bagian secara bersama dan pada saat yang

tepat, dan terutama koordinasi antara gerak lengan kaki.

Sedangkan persyaratan untuk menjadi seorang atlet tolak peluru yang baik

menurut Aip Syarifudin ( 1992: 145 ) harus memiliki beberapa syarat antara lain :

1. Harus memiliki pemahaman dan penguasaan terhadap prosedur gerakan

untuk melakukan tolak peluruserta konsep untuk melakukanya.

2. Harus memiliki kekuatan, daya ledak, kecepatan, daya tahan kelenturan

dan koordinasi gerakan.

Page 20: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xx

3. Harus memiliki badan yang tinggi besar, serta lincah dalam melakukan

gerakan.

4. Harus memiliki semangat yang besar untuk selalu selalu melakukan

latihan secara teratur dan terus menerus.

Berdasarkan dua pendapat diatas dapat disimpulkan, seorang atlet tolak

peluru harus dapat mempertimbangkan dan memperhitungkan hukum-hukum

biomekanika. Selain itu juga harus memiliki bentuk tubuh yang ideal dan

memiliki otot-otot yang kuat. Percepatan peluru pada waktu ditolak yang

dimaksut oleh U. Jonath et.al dipengaruhi oleh power otot lengan. Jika power otot

lengan semakin tinggi, maka peluru pada waktu ditolak akan semakin cepat.

b. Gaya Tolak Peluru

Gaya dalam tolak peluru merupakan rangkaian gerakan yang bertujuan

untuk mendorong atau menolakkan peluru agar pelurur dapat terlontar sejauh-

jauhnya. Menurut Tamsir Riyadi (1985:126) gaya dalam tolak peluru dibedakan

menjadi empat macam yaitu: “Gaya depan, Gaya samping (ortodoks), Gaya

belakang, Gaya putaran cakram”.

Dari keempat gaya tersebut diatas, gaya tolak peluru yang sering

digunakan oleh atlet-atlet tolak peluru yaitu gaya samping dan gaya belakang.

Untuk anak sekolah gaya tolak peluru yang sering digunakan yaitu gaya

menyamping. Hal ini dikarenakan gaya menyamping lebih sederhana

dibandingkan gaya membelakang.

c. Teknik tolak peluru gaya menyamping (ortodoks)

Untuk dapat menolakkan peluru sejauh- jauhnya,seorang atlet harus dapat

menguasai teknik tolak peluru yang benar. Dalam hal ini Tamsir Riyadi

(1985:121) menyatakan “bagaimana menolak peluru yang benar, hal ini perlu

meninjau beberapa segi yang menyangkut masalah teknik menolak peluru secara

keseluruhan”. Menurut Aip Syarifudin (1992:145) teknik tolak peluru yaitu “(1)

cara memegang peluru, (2) sikap badan pada waktu akan menolak peluru, (3) cara

menolak peluru, (4) sikap badan setelah menolak peluru”.

Page 21: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxi

Berdasarkan pendapat diatas menunjukan, teknik tolak peluru ada empat

bagian. Dari keempat teknik tersebut dalam pelaksanan gerakannya harus

dirangkai secara baik dan harmonis untuk memperoleh tolakan yang semaksimal

mungkin. Untuk lebih jelasnya teknik tolak peluru gaya ortodoks diuraikan

sebagai berikut:

1).Cara memegang peluru

Peluru diletakkan pada telapak bagian atas atau pada ujung telapak

tangan, yang dekat dengan jari-jari tangan. Jari-jari tangan diregangkan atau

dibuka, jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk untuk menahan dan memegang

peluru bagian belakang. Sedangakan jari kelingking dan ibu jari digunakan untuk

memegang atau menahan peluru bagian samping, yaitu agar tidak tergelincir ke

dalam atau ke luar. Ke dalam ditahan dengan ibu jari dan keluar ditahan dengan

jari kelingking.

Setelah peluru itu dipegang dengan baik, kemudian letakkan pada bahu

(melekat) di leher. Siku diangkat kesamping agar tidak serong ke depan. Pada

waktu memegang dan meletakkan pada bahu, usahakan agar keadaan seluruh

badan dan tangan agar tidak kaku, tetapi harus dalam keadaan rileks. Tangan dan

lengan yang lain membantu keseimbangan.

Gambar 2. Cara Memegang Peluru

(Aip Syarifuddin, 1992:146)

Page 22: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxii

2) Sikap Badan Pada Waktu Menolak

Berdiri tegak menyamping kearah tolakan, kedua kaki dibuka lebar atau

kangkang, kaki kiri lurus kedepan, kaki kanan dan lutut dibelokkan ke depan

sedikit agar serong kesamping kanan. Berat badan pada kaki kanan, badan agak

condong kesamping kanan. Tangan kanan memegang peluru pada bahu atau

pundak, tangan kiri dengan sedikit dibengkokkan berada di depan sedikit agak

serong ke atas rileks. Tangan kiri berfungsi untuk membantu dan menjaga

keseimbangan. Pandangan diarahkan ke arah tolakan.

\

Gambar 3. Sikap Badan Pada Waktu Akan Menolak

(Aip Syarifuddin, 1992:47)

3) Cara Menolak Peluru

Page 23: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxiii

Bersamaan dengan memutar ke arah tolakan, siku ditarik serong ke atas

ke belakang (ke arah samping kiri), pinggul dan pinggang serta perut didorong ke

depan agak ke atas sehingga dada terbuka menghadap ke depan serong ke atas ke

arah tolakan. Dagu diangkat atau agak ditengadahkan, pandangan ke arah tolakan.

Pada saat seluruh badan (dada) menghadap tolakan, secepatnya peluru itu

ditolakkan sekuat- kuatnya ke atas ke depan ke arah tolakan (parabola) bersamaan

bantuan menolakkan kaki kanan dan melonjakkan seluruh badan ke atas serong ke

depan (kalau menolak dengan tangan kanan, sedangkan jika dengan tangan kiri

sebaliknya).

Gambar 4. Cara Menolakkan Peluru Gaya Ortodoks

(Aip Syarifuddin, 1992:148)

4) Sikap Akhir Setelah Menolak Peluru

Sikap akhir menolak peluru merupakan salah satu faktor yang

menentukan sah tidaknya tolakan yang dilakukan. Menurut Aip Syarifiddin (1992:

150) cara melakukan gerakan dan sikap akhir setelah menolak sebagai berikut:

a) Setelah peluru ditolakkan atau di dorong itu lepas dari tangan,

secepatnya kaki yang digunakan untuk menolak itu diturunkan atau

mendarat (kaki kanan) dengan lutut agak dibengkokkan.

b) Kaki kiri (kaki depan)diangakat kebelakang lurus dan rileks untuk

membantu keseimbangan.

c) Badan condong ke depan, dagu diangkat, badan agak miring

kesamping kiri,pandangan kearah jatuhnya peluru.

d) Tangan kanan dan siku agak dibengkokkan berada di depan sedikit

agak kebawah badan, tangan atau lengan kiri rieks lurus kebelakang

untuk membantu menjaga keseimbangan.

Page 24: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxiv

Gambar 5. Sikap Akhir Setelah Menolakkan Peluru

(Aip Syarifuddin, 1992: 150)

6. Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Tolak Peluru

a. Pelaksanaan Pembelajaran Tolak Peluru dengan Model Rangsangan

Jarak

Pembelajaran tolak peluru dengan rangsangan jarak pada prinsipnya

merupakan bentuk pembelajaran yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan yang

dihadapi siswa dalam menguasai gerakan tolak peluru, terutama untuk mencapai

jarak tolakan. Melalui pembelajaran tolak peluru dengan rangsangan jarak yang

diharapkan siswa dapat memiliki konsep gerakan tolak peluru yang benar agar

peluru dapat ditolakkan sejauh-jauhnya.

Menolak kesasaran merupakan pembelajaran permainan tolak peluru

dengan memperhatikan jarak tolakan, pelaksanaan tugas gerak ini tidaklah mudah,

sebab melibatkan koordinasi yang lebih kompleks.

Page 25: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxv

Gambar 6. Menolak ke sasaran

(Yudha M Saputra, 2001: 181)

Pelaksanaan pembelajaran tolak peluru dengan rangsangan jarak yaitu,

guru menjelaskan teknik tolak peluru meliputi: cara memegang peluru, sikap

badan pada waktu akan menolak, cara menolakkan peluru, gerak lanjutan dan

sikap akhir serta cara mengambil awalan. Dari teknik-teknik tersebut selanjutnya

mendemonstrasikan gerakan tolak peluru secara keseluruhan. Selanjutnya guru

merancang bentuk pembelajaran tolak peluru dengan rangsangan jarak

diantaranya menentukan jarak yang harus dicapai saat menolakkan peluru dari

jarak paling dekat dengan batas lemparan sampai jarak paling jauh. ”Proses

pembelajaran akan lebih menarik dan tidak menjemukan apabila menggunakan

sasaran dan tugas gerak maju/mundur. Jarak dimulai dari 2 m, 4 m, 6 m, dan

seterusnya, karena untuk memodifikasi supaya lebih menarik dengan jarak

tersebut (Gerry A. Carr, 1997:221)”. Dengan demikian anak akan berusaha meraih

jarak sasaran yang telah ditentukan dan akan terangsang motivasinya melakukan

yang terbaik. Rusli lutan dan Adang Suherman (2000:61) berpendapat, ”Aspek

usaha (effort) yang di dalamnya meliputi kecepatan, kekuatan dan space”. Hal ini

artinya, rangsangan jarak yang diberikan dalam pembelajaran lempar cakram

dapat memotivasi siswa untuk melemparkan cakram sejauh-jauhnya dan ini

menimbulkan rasa kompetitif antara siswa satu dengan yang lain. Sehingga untuk

memudahkan pelaksanaan pembelajaran tolak peluru dengan rangsangan jarak,

dilakukan dari cara yang mudah dan secara bartahap ditingkatkan pada gerakan

yang sulit dan kompleks.

b. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tolak Peluru dengan

Rangsangan Jarak

Pembelajaran tolak peluru dengan rangsangan jarak merupakan bentuk

rangsangan yang bertujuan untuk merangsang kemampuan untuk menolakkan

peluru sejauh-jauhnya. Adanya rangsangan jarak yang harus dicapai saat

menolakkan peluru akan memotivasi siswa untuk mencapai jarak sejauh mungkin.

Page 26: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxvi

Berdasarkan karakteristik pembelajaran tolak peluru dengan rangsangan

jarak dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran

tolak peluru dengan rangsangan jarak antara lain:

1. Siswa termotivasi untuk mencapai jarak tolakan sejauh-jauhnya.

2. Lemparan dapat terfokus dalam sektor tolakan.

3. Siswa terpacu untuk mengeluarkan power sebesar-besarnya

Selain kelebihan tersebut, pembelajaran tolak peluru dengan rangsangan

jarak juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran tolak peluru

dengan rangsangan jarak antara lain:

1. Penguasaan teknik tolakan tidak dikembangkan secara maksimal, karena

pembelajaran ini lebih difokuskan pada pencapaian tolakan.

2. Pada saat melakukan tolakan, teknik menolak terabaikan, karena perhatian

siswa pada pencapaian jarak.

3. Akan sering terjadi kesalahan teknik dalam melempar.

c. Pelaksanaan Pembelajaran Tolak Peluru dengan Model Rangsangan

Ketinggian

Pembelajaran dengan rangsangan ketinggian merupakan bentuk

pembelajaran tolak peluru yang menekankan pada pengembangan teknik.

Ketinggian rangsangan yang dimaksud yaitu tali yang dibentangkan didepan

sektor tolakan agar pada saat menolakkan peluru memiliki sudut yang benar.

Sudut lemparan yang benar berpengaruh terhadap jangkauan tolakan.

Page 27: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxvii

Gambar 7. Teknik Menolak melewati tali

(Yudha M Saputra, 2001: 182)

”Rangsangan ketinggian dimanfaatkan untuk melatih siswa agar dapat

mengarahkan tolakkan membentuk sudut 45°, karena jangkauan horisontal terjauh

dapat diraih dengan besar sudut tersebut” (Tipler,1998:71). Pendapat tersebut

didukung oleh persamaan gerak parabola sebagai berikut:

g

vR

2sin2

0 ,

R : jangkauan horisontal terjauh

v0 : kecepatan awal benda

θ : sudut elevasi (sudut terhadap horisontal)

g : percepatan gravitasi

Jika v0 dan g dianggap konstan, maka satu-satunya peubah/variabel yang

berpengaruh terhadap jangkauan horisontal terjauh (R) adalah θ. Jangkauan

horisontal terjauh diperoleh jika sin 2θ=1, dengan demikian 2θ=90o atau θ =45

o.

Adapun pelaksanaan pembelajaran tolak peluru dengan rangsangan

ketinggian yaitu guru menjelaskan teknik tolak peluru meliputi: cara memegang

peluru, sikap badan pada waktu akan menolak, cara menolakkan peluru, gerak

lanjut dan sikap akhir serta cara mengambil awalan. Dari teknik tolak peluru

tersebut selanjutnya mendemonstrasikan cara gerakan menolak secara

keseluruhan. Setelah guru mendemonstrasikan gerakan tolak peluru, kemudian

membuat rangsangan ketinggian berupa tali yang dibentangkan di depan batas

lempar tolakan dengan sudut kira-kira 25º kemudian dinaikkan menjadi

35º,dinaikkan lg menjadi 45º dari bola/peluru itu mulai lepas dari tangan,

d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tolak Peluru dengan

Rangsangan Ketinggian

Pembelajaran tolak peluru dengan rangsangan ketinggian merupakan

bentuk pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan teknik menolak

khususnya membuat sudut lemparan yang ideal. Berdasarkan karakteristik

Page 28: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxviii

pembelajaran tolak peluru dengan rangsangan ketinggian dapat diidentifikasi

kelebihan dan kelemahanya. Kelebihan pembelajaran tolak peluru dengan

rangsang ketinggian antara lain:

1. Teknik tolakan dikembangkan dengan baik khususnya untuk membuat sudut

tolakan yang ideal dalam tolak peluru.

2. Sudut tolakan yang benar akan mempunyai peluang yang besar untuk dapat

menolakkan peluru sejauh-jauhnya.

Sedangkan kelemahan pembelajaran tolak peluru dengan rangsangan

ketinggian antara lain:

1. Perhatian siswa terpusat pada tingginya tolakan agar dapat melewati tali,

sehingga jarak tolakan sedikit terabaikan.

2. Lemparan yang kurang baik akan mengenai tali, sehingga akan sering

memasang atau mengganti tali jika putus, sehingga proses pembelajaran akan

sering terhambat dan frekwensi pengulangan akan berkurang.

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan maka dapat diuraikan

kerangka berpikir , sebagai berikut :

1. Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain Menggunakan

Rangsangan Ketinggian dan Jarak Terhadap Peningkatan Kemampuan

Tolak Peluru Gaya Menyamping

Pembelajaran tolak peluru gaya menyamping menggunakan tali sebagai

rangsangan ketinggian dan sasaran sebagai rangsangan jarak merupakan bentuk

pembelajaran yang mengarah pada pengembangan teknik tolak peluru gaya

menyamping. Dari kedua sarana yang digunakan bertujuan untuk merangsang

siswa agar lompatannya menjadi lebih jauh. Perbedaan alat dan cara pelaksanaan

dari kedua pembelajaran tersebut tentu akan menimbulkan respon yang berbeda.

Rangsangan permainan dengan ketinggian akan berpengaruh terhadap

kemampuan tolak peluru gaya menyamping. Hal ini dimungkinkan karena

Page 29: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxix

rangsangan tolakan ketinggian akan menjadikan siswa terpacu untuk melakukan

tolakan membentuk sudut 45o sehingga berakibat hasil tolakan akan lebih jauh.

Selain itu, pembelajaran tolakan dengan rangsangan ketinggian akan

mempermudah siswa untuk mengontrol gerakan mulai dari cara memegang peluru

sampai dengan melakukan tolakan. Model pembelajaran tolak peluru dengan

rangsangan jarak akan memacu siswa untuk berusaha menolak melebihi jarak

yang telah ditentukan oleh guru, hal ini akan menjadi kompetisi yang baik pada

diri siswa sehingga diharapkan berpengaruh terhadap hasil tolakan. Sehingga

dugaan yang jelas bahwa pendekatan pembelajaran menggunakan rangsangan

ketinggian dan jarak memiliki perbedaan pengaruh terhadap kemampuan tolak

peluru gaya menyamping.

2. Perbedaan Pengaruh Power Otot Lengan Terhadap Peningkatan

Kemampuan Tolak Peluru Gaya Menyamping

Power otot lengan merupakan salah satu faktor kondisi fisik yang dapat

mempengaruhi kemampuan tolak peluru gaya menyamping. Power otot lengan

berperan dalam tolak peluru gaya menyamping terutama pada gerakan saat

menolak. Gerakan tolakan merupakan akselerasi dari power otot lengan yang

dilakukan secara maksimal untuk kemudian menolakkan peluru menggunakan

salah satu lengan yang kuat dilakukan secara eksplosif. Dengan power otot lengan

yang baik maka akan mendukung tolakan yang maksimal, sehingga akan

diperoleh pencapaian jarak yang maksimal pula. Power otot lengan yang tinggi

akan mempunyai kemampuan melakukan tolakan lebih kuat dibandingkan dengan

power otot lengan yang rendah. Hal ini berarti kekuatan dikalikan kecepatan

maksimal yang dimiliki jelas berpengaruh terhadap kemampuan hasil tolak

peluru. Perbedaan kemampuan power otot lengan tersebut tentu akan

mempengaruhi dalam peningkatan kemampuan tolak peluru . Pada anak yang

power otot lengannya tinggi akan lebih baik tingkat kemampuan tolak pelurunya,

karena kekuatan yang dimiliki cukup baik, sedangkan yang power otot lengannya

rendah akan memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam melakukan tolakan.

Page 30: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxx

Dengan demikian diduga antara power otot lengan tinggi dan rendah memiliki

perbedaan pengaruh terhadap kemampuan tolak peluru gaya menyamping.

3. Interaksi antara Model Pembelajaran bermain Menggunakan

Rangsangan Ketinggian dan Jarak dengan Power Otot Lengan

Terhadap Peningkatan Kemampuan Tolak Peluru Gaya Menyamping

Rangsangan bermain dengan ketinggian dan jarak merupakan salah satu

bentuk model pembelajaran, yang didalamnya terdapat rasa senang dan gembira.

Ditinjau dari tujuannya permainannya memiliki tujuan untuk meningkatkan

kemampuan tolak peluru bagi pelakunya, namun pengaruh yang ditimbulkan tentu

berbeda karena kedua permainan tersebut mempunyai perbedaan karakteristik.

Sedangkan power otot lengan merupakan salah satu faktor pendukung

kemampuan tolakan, sehingga power otot lengan akan mempengaruhi tingkat

kemampuan tolak peluru. Antara anak yang power otot lengannya tinggi dan anak

yang power otot lengannya rendah akan memiliki perbedaan pengaruh terhadap

peningkatan kemampuan tolak peluru.

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran tolak peluru menggunakan

rangsangan ketinggian dan jarak, maka siswa yang memiliki power otot lengan

tinggi lebih baik diberi pembelajaran tolak peluru menggunakan rangsangan

ketinggian. Hal ini karena, dengan power otot lengan yang tinggi akan mampu

mendapatkan tenaga tolakan yang sebesar-besarnya untuk melewati tali dengan

baik, sehingga tidak akan mengenai tali. Jika power rendah akan sulit melewati

tali atau bahkan mengenai tali, sehingga akan sering memasang atau mengganti

tali jika putus, sehingga proses pembelajaran akan sering terhambat dan frekwensi

pengulangan akan berkurang. Dan bagi siswa yang memiliki power otot lengan

rendah lebih cocok diberi pembelajaran tolak peluru menggunakan rangsangan

jarak. Hal ini karena, sasaran ditata dengan jarak yang beragam atau bervariasi,

dari jarak yang dekat, agak jauh dan jauh dari posisi awalan. Di samping itu juga,

pembelajaran tolak peluru menggunakan rangsangan jarak dapat memotivasi

Page 31: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxxi

siswa untuk mencapai jarak tolakan sejauh-jauhnya dan proses pembelajaran tidak

terhambat serta frekwensi pengulangan akan sering dilakukan. Dengan demikian

diduga, antara pembelajaran tolak peluru dan power otot lengan memiliki interaksi

di antara keduanya.

C. Perumusan Hipotesis.

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah

dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh model pembelajaran bermain menggunakan

rangsangan ketinggian dan jarak terhadap kemampuan tolak peluru gaya

ortodoks pada siswa putra kelas VIII SMPN 2 Barat Kabupaten Magetan

tahun ajaran 2008/2009.

2. Ada perbedaan pengaruh power otot lengan tinggi dan rendah terhadap

peningkatan kemampuan tolak peluru gaya ortodoks pada siswa putra kelas

VIII SMPN 2 Barat Kabupaten Magetan tahun ajaran 2008/2009.

3. Ada interaksi antara model pembelajaran bermain menggunakan rangsangan

ketinggian dan jarak dengan power otot lengan terhadap peningkatan

kemampuan tolak peluru gaya ortodoks pada siswa putra kelas kelas VIII

SMPN 2 Barat Kabupaten Magetan tahun ajaran 2008/2009.

Page 32: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxxii

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat pengambilan data kemampuan tolak peluru gaya ortodoks dan

pelaksanaan perlakuan penelitian adalah di lapangan SMPN 2 Barat Kabupaten

Magetan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 6 minggu dengan tiga kali pertemuan

dalam satu minggu. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober sampai

dengan tanggal 23 november 2009.

B. Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 X 2. “Rancangan

faktorial adalah rancangan dimana bisa dimasukkan dua variabel atau lebih untuk

memanipulasi secara simultan. Dengan rancangan ini bisa diteliti pengaruh setiap

variabel independen terhadap variabel dependen, dan juga pengaruh interaksi

antara variabel-variabel independen (Sugiyanto, 1995: 30)” Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Dasar penggunaan

metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan memberikan perlakuan

kepada subyek yang diakhiri dengan suatu tes guna mengetahui pengaruh

perlakuan yang telah diberikan. Sugiyanto (1994 : 21) menyatakan “Tujuan

penelitian eksperimental adalah untuk meneliti ada tidaknya hubungan sebab

akibat serta besarnya hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan

perlakuan (treatment) terhadap kelompok eksperimen yang hasilnya dibandingkan

dengan hasil kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan atau diberi

Page 33: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxxiii

perlakukan yang berbeda”. Gambaran rancangan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Tabel 1. Rancangan penelitian

PEMBELAJARAN

Ketinggian (A1) Jarak (A2)

Tinggi (B1) A1 B1 A2 B1

Rendah (B2) A1 B2 A2 B2

Keterangan :

A1 B1 : Kelompok menggunakan pendekatan pembelajaran dengan ketinggian

yang memiliki power otot lengan tinggi.

A1 B2 : Kelompok menggunakan pendekatan pembelajaran dengan ketinggian

yang memiliki power otot lengan rendah..

A2 B1 : Kelompok menggunakan pendekatan pembelajaran dengan jarak yang

memiliki power otot lengan tinggi.

A2 B2 : Kelompok menggunakan pendekatan pembelajaran dengan jarak yang

memiliki power otot lengan rendah.

C. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independen) dan satu variabel

terikat (dependen) yaitu :

1. Variabel bebas (independen) yaitu Variabel yang mempengaruhi variabel lain.

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu :

a) Rangsangan permainan dengan ketinggian

b) Rangsangan permainan dengan jarak

2. Variabel atributif adalah variabel yang melekat pada sampel dan menjadi sifat

sampel tersebut. Variabel atributif dalam penelitian ini adalah power otot

lengan yang dibedakan antara power otot lengan tinggi dan power otot lengan

rendah

POWER

OTOT LENGAN

Page 34: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxxiv

3. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan tolak peluru gaya

menyamping

D. Definisi Operasional Variabel

1. Rangsangan bermain dengan Ketinggian

Permainan dengan ketinggian adalah siswa melakukan pembelajaran

tolakan dengan memperhatikan ketinggian tolakan yang dilakukan, pelaksanaan

siswa melakukan tolakan melewati tali yang dibentangkan oleh guru. Siswa

menggunakan bola voli dan bola basket kemudian menolakkanya melewati tali

yang telah dibentangkan dan simpai yang di gantung dari ketinggian yg telah

ditentukan, yaitu dari ketinggian yang rendah kemudian bertahap meningkat.

2. Rangsangan bermain dengan Jarak

Pelaksanaan pembelajaran dengan rangsangan jarak siswa belajar

melakuan tolakan untuk menjangkau sasaran yang telah disiapkan oleh guru, hal

ini akan mendorong siswa untuk berkompetisi melakukan tolakan yang jauh dan

tepat dengan sasaran yang telah disiapkan. Siswa menggunakan bola voli dan bola

basket kemudian menolakkanya ke sasaran, yaitu kardus dan simpai yang telah

diletakkan di tanah dengan jarak yang telah ditentukan. Jarak tersebut bertahap

meningkat dari jarak yang rendah kemudian meningkat dari jarak yang lebih jauh.

3. Power Otot Lengan (POL)

Power otot lengan merupakan variabel atributif yang melekat pada

kemampuan tolak peluru. Dalam hal ini power otot lengan dikriteriakan pada dua

kelompok yaitu power otot lengan tinggi dan power otot lengan rendah.

4. Kemampuan Tolak Peluru Gaya Menyamping

Merupakan tingkat kemampuan melakukan tolakan sesuai dengan

ukuran yang berlaku.

Page 35: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxxv

E. Treatment

Didalam memberikan treatment atau perlakuan harus dipertimbangkan

secara benar–benar. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kelelahan yang berlebihan

akibat dari frekuensi pembelajaran yang terlalu padat atau program pembelajaran

yang terlalau padat atau program pembelajaran itu kurang berhasil karena

frekuensinya kurang. Pembelajaran dalam peneletian ini dilakukan dengan

frekuensi 3 kali seminggu selama 6 minggu. Dengan pembelajaran 3 kali

seminggu selama 6 minggu diharapkan sudah terdapat peningkatan kemampuan

tolak peluru gaya menyamping. Seperti yang dikemukakan Andi suhendro (2004:

3.6) bahwa, “latihan harus dilakukan secara berulang-ulang, maksudnya latihan

harus dilakukan minimal tiga kali dalam semiggu”. Dengan pengulangan ini

diharapkan gerakan yang pada saat awal latihan dirasakan sukar dilakukan, pada

tahap berikutnya akan menjadi lebih mudah dilakukan.

F. Populasi dan Sampel.

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VIII SMPN 2

Barat kabupaten Magetan sebanyak 113 siswa.

2. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel penelitian yang menggunakan rumus

eksperimen dari Widodo J. Pudjirahardjo, Herjanto Poernomo dan Moh. Hasan

Macfoed (1993: 56) sebagai berikut:

Nz2 x S

2 113 x 34,24

n = = = 39,67984123

Nd2 + Z

2s

2 113.0,1 + 1,67

2 . 34,24

n = besar sampel

N = besar populasi (jumlah populasi acuan)

Z = nilai standart normal yang besarnya tergantung ,

Bila = 0,05 Z = 1,67

Page 36: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxxvi

Bila =0,01 Z = 1,96

s = besarnya varians (= SD2 )

d = besarnya penyimpangan yang masih bisa ditolelir (semakin kecil d, akan

semakin teliti, misalnya d = 0.1%)

Sampel diperoleh sebanyak 40 orang dari populasi, kemudian populasi

direngking dari power otot lengan tinggi sampai yang terendah, dengan rincian 20

siswa yang mempunai power otot lengan tinggi,dan 20 siswa yang mempunyai

power otot lengan rendah. Sampel kemudian dikelompokkan sesuai rancangan

faktorial 2 2 yaitu menjadi 4 kelompok. Kelompok 1 adalah kelompok

rangsangan tolakan dengan ketinggian dan power otot lengan tinggi. Kelompok 2

adalah kelompok rangsangan tolakan dengan ketinggian dan power otot lengan

rendah. Kelompok 3 adalah rangsangan tolakan dengan jarak dan power otot

lengan tinggi. Kelompok 4 adalah rangsangan tolakan dengan jarak dan power

otot lengan rendah.

G. Teknik Pengumpulan Data.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dengan penelitian diadakan tes

dan pengukuran. Pengumpulan data power otot lengan dilakukan dengan distance

throw test yaitu melempar bola softball (Scot, 1959: 202). Untuk kemampuan

tolak peluru menggunakan gaya ortodoks atau gaya menyamping.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

a. Uji Normalitas ( Metode Lilliefors )

Page 37: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxxvii

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode lilliefors dari

Sudjana (2002 : 466). Adapun prosedur pengujian normalitas tersebut sebagai

berikut :

1) Pengamatan X1, X2, X3, …………Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,

……… Zn dengan menggunakan rumus :

S

XXiZi

Keterangan :

Xi = Nilai tiap kasus

_

X = Rata-rata

S = Simpangan baku

2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai

skor tertinggi.

3) Untuk tiap bilangan baku ini dan dengan menggunakan daftar distribusi

normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z ≤ Zi).

4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek I dengan subyek n yaitu :

S(Zi) = i/n.

5) Mencari selisih antara F(Zi) – S(Zi), dan ditentukan harga mutlaknya.

6) Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo.

Rumusnya : Lo = │F(Zi) – S(Zi)│ maksimum.

Kriteria :

Lo ≤ Ltab : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Lo > Ltab : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas ( Metode Bartlett )

Uji homogenitas dilakukan dengan uji Bartlett (Sudjana, 1996: 486)

Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :

1) membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom-kolom kelompok

sampel : dk (n-1), 1/dk, Sdi², dan (dk) log Sdi².

2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel.

Page 38: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxxviii

((n-1)Sdi²……….. 1) Rumusnya : SD² = ––––––––––––––––– (n-1)

B = Log Sdi²(n-1)

3) Menghitung X²

Rumusnya : X² = (Ln) B-(n-1) Log Sdi 1 ……..(2)

Dengan (Ln 10) = 2,3026

Hasilnya ( X² hitung ) kemudian dibandingkan dengan ( X² tabel ), pada taraf

signifikansi α = 0,05 dan dk (n-1).

4) Apabila X² hitung < X² tabel, maka Ho diterima.

Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila X² hitung> X²

tabel, maka Ho ditolak. Artinya varians sampel bersifat tidak homogen.

2. Analisis Data

a. ANAVA Rancangan Faktorial 2 x 2

1) Metode AB untuk perhitungan ANAVA dua faktor

Ringkasan ANAVA untuk Eksperimen Faktorial 2 x 2

Sumber

Variasi Dk JK RJK Fo

Rata-rata

perlakuan

A

B

AB

1

a-1

b-1

(a-1)(b-1)

Ry

Ay

By

ABy

R

A

B

AB

A/E

B/E

AB/E

Kekeliruan Ab(n-1) Ey E

A = Taraf faktorial A N = Jumlah sampel

B = Taraf faktorial B

Langkah-langkah perhitungan :

a b a) ∑ Y² = ∑ ∑Yij² i-1 j-1

a b

∑ ∑ i-1 i-j

Page 39: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xxxix

b) Ry = –––––––

abn

a b

c) Jab = ∑ ∑ (Jij²)-Ry i-1 j-1

a

d) Ay = ∑ (Ai² / bn) - Ry i-1

b

e) By = ∑(Bi² / an)-Ry

j-1

f) Aby = Jab – Ay - By

g) Ey = Y² - Ry – Ay –(By + ABy)

2) Kriteria Pengujian hipotesis

Jika F ≥ F(1-α) (V1-V2), maka hipotesis nol ditolak.

Jika F < F (1-α) (V1-V2), maka hipotesis nol diterima dengan : dk

pembilang Vi(K-1) dan dk penyebut V2 = (n1+ ……...nk-k)α = taraf

signifikan untuk pengujian hipotesis.

b. Uji rentang Newman – Keuls setelah ANAVA

Langkah-langkah untuk melakukan uji Newman – Keuls adalah sebagai

berikut :

1) Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya dari yang

terkecil sampai kepada yang terbesar.

2) Dari rangkaian ANAVA, diambil harga RJK disertai dk-nya.

3) Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk setiap perlakuan dengan rumus:

RJKE (Kekeliruan)

Sy = –––––––––––––– RJK (Kekeliruan) juga didapat dari hasil

N

rangkuman ANAVA.

4) Tentukan taraf signifikan α, lalu gunakan daftar rentang student. Untuk uji

Newman – Keuls, diambil V = dk dari RJK (Kekeliruan) dan P = 2, 3 …,

Page 40: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xl

k. Harga-harga yang dapat dari daftar sebanyak (k-1) untuk V dan P

supaya dicatat.

5) Kalikan harga-harga yang dapat dititik ….. di atas masing-masing dengan

Sy dengan jalan demikian maka diperoleh apa yang dinamakan rentang

signifikan terkecil (RST).

6) Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari P-k

selisih rata-rata terbesar dan rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-

1), dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata-rata

terbesar kedua rata-rata terkecil dengan RST untuk P = (k-1), selisih rata-

rata terbesar kedua dan selisih rata-rata terkecil kedua RST untuk P = (k-

2), dan seterusnya. Dengan jalan begitu semua akan ada 2

1 K(k-1)

pasangan yang harus dibandingkan. Jika selisih-selisih yang didapat lebih

besar daripada RST-nya masing-masing maka disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara rata-rata perlakuan.

c. Hipotesa statistik

Hipotesa 1 Ho = μ A1 ≥ μ A2

HA = μ A1 < μ A2

Hipotesa 2 Ho = μ B1 ≥ μ B2

HA = μ B1 < μ B2

Hipotesa 3 Ho = Interaksi A x B = 0

HA = Interaksi A x B ≠ 0

Keterangan:

μ = Nilai rata-rata

A1 = Permainan dengan ketinggian

A2 = Permainan dengan jarak

B1 = power otot lengan tinggi

B2 = Power otot lengan rendah

Page 41: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xli

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian beserta interpretasinya.

Mula-mula disajikan tentang hasil analisis data penelitian yang menggunakan

statistik diskriptif, kemudian dilanjutkan pengujian hasil penelitian dengan

statistik inferensial yang merupakan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis

menggunakan teknik statistik analisis varian (ANAVA) yang memerlukan

pengujian persyaratan analisis maka disajikan pula hasil uji persyaratan analisis,

pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

Tabel 2. Ringkasan Penghitungan Peningkatan Kemampuan Tolak Peluru Gaya

Ortodoks Sesuai Kelompok Perlakuan

PowerOtot

Lengan (B) Statistik

Metode Pembelajaran Bermain (A)

Total Rangsangan

Ketinggian (A1)

Rangsangan

Jarak (A2)

Tinggi (B1)

∑X1 1,85 1,00 2,85

∑X12 0,44 0,12 0,56

N 10 10 20

Rendah (B2)

∑X3 1,05 0,20 1,25

∑X32 0,16 0,04 0,20

N 10 10 20

Total

∑X 2,90 1,20 4,10

∑X2 0,60 0,16 0,76

N 20 20 40

Page 42: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xlii

Gambar 8. Rata-Rata Tes Awal Kemampuan Tolak Peluru Gaya Ortodoks

Gambar 9. Rata-Rata Tes Akhir Kemampuan Tolak Peluru Gaya Ortodoks

Gambar 10. Peningkatan Kemampuan Tolak Peluru Gaya Ortodoks

Keterangan gambar:

A1B1 : Kelompok metode bermain dengan rangsangan ketinggian, power

otot lengan tinggi

A2B1 : Kelompok metode bermain dengan rangsangan jarak, power otot

lengan tinggi

Page 43: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xliii

A1B2 : Kelompok metode bermain dengan rangsangan ketinggian, power

otot lengan rendah

A2B2 : Kelompok metode bermain dengan rangsangan jarak, power otot

lengan rendah

B. Pengujian Persyaratan Analisis

Sebelum dianalisis dengan mengikuti teknik analisis varians (ANAVA),

terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu dengan 1) uji normalitas

sampel. 2) uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

Bentuk data yang normal merupakan salah satu syarat yang harus

dipenuhi sebelum teknik ANAVA dapat digunakan untuk menganalisis data.

Pengujian normalitas data dilakukan terhadap kemampuan tolak peluru gaya

menyamping dengan mengikuti uji Lilliefors pada taraf = 0,05. Hasil pengujian

tersebut disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 3 : Rangkuman Hasil Uji Normalitas Sampel dengan Mengikuti Uji

Lilliefors dengan Taraf Signifikansi = 0,05.

Kelompok n Lo L-tabel Keterangan

1

2

3

4

10

10

10

10

0.13235

0,0816

0,18555

0,12609

0.190

0.190

0.190

0.190

Normal

Normal

Normal

Normal

Page 44: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xliv

Keterangan:

Kelompok 1: Data Kemampuan Tolak Peluru gaya ortodoks pada Kelompok

metode bermain dengan rangsangan ketinggian, siswa power

otot lengan tinggi

Kelompok 2: Data Kemampuan Tolak Peluru gaya ortodoks pada Kelompok

metode bermain dengan rangsangan jarak, siswa power otot

lengan tinggi

Kelompok 3: Data Kemampuan Tolak Peluru gaya ortodoks pada Kelompok

metode bermain dengan rangsangan ketinggian, siswa power

otot lengan rendah

Kelompok 4: Data Kemampuan Tolak Peluru gaya ortodoks pada Kelompok

metode bermain dengan rangsangan ketinggian, siswa power otot

lengan reendah

Lo : Nilai L hitung yang diperoleh

L-tabel : Nilai kritis L dalam tabel dengan taraf = 0,05.

Kesimpulan semua data dalam masing-masing kelompok berdistribusi

normal.

2. Uji Homogenitas

Semua variansi sampel harus homogen merupakan salah satu syarat

yang harus dipenuhi sebelum teknik ANAVA dapat digunakan untuk

menganalisis data. Pengujian homogenitas variansi terhadap kemapuan tolak

peluru gaya ortodoks, dengan mengikuti Uji Bartlet. Hasil pengujian tersebut

disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 4 : Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi dengan Uji Bartlett pada

taraf signifikansi = 0,05.

Variansi

Kelompok

ni

S2

Gab.

2h

2

t

Kesimpulan

4 Kel. Pemb.

10

0,046674

3,67217

7,815 Homogen

Page 45: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xlv

Dari hasil uji homogenitas variansi yang tertera dalam tabel di atas,

terlihat bahwa 2

h : 3,67217 lebih kecil dari 2

tabel : dk = 3 > 7,815 pada taraf

0,05. Kesimpulan sampel adalah homogen

C. Hasil Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian digunaan teknik analisis Varians

(ANAVA) dua jalan dengan taraf signifikansi 5%. Rangkuman hasil perhitungan

Analisis Varians dapat dilihat pada tabel, sebagai berikut :

Tabel 5 : Rangkuman Hasil Perhitungan Anava Hasil Tes Akhir Kemampuan

Tolak Peluru Gaya Ortodoks dengan Taraf Signifikasi = 0,05.

Sumber Variansi JK Db RJK Fh Ft

Antar Kolom (A) 0,040938 1 0,040938 7,424433 4.03

Antar Baris(B) 0,032688 1 0,032688 5,928212

Interaksi (AxB) 0,031312 1 0,031312 5,678841

Dalam Kelompok (Error) 0,20 36 0,005514

Total 0,30

Keterangan:

JK : Jumlah kuadrat

dk : Derajat bebas

RJK : Rata-rata jumlah kuadrat

Fh : Rasio F hitung

Ft : Rasio F tabel

Page 46: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xlvi

Hasil ANAVA dua jalan dan rancangan faktorial blok 2 X 2 tersebut

dapat diinterprestasikan sebagai hasil pengujian hipotesis, yaitu:

1. Pengujian hipotesis pertama, yaitu perlakuan antara metode bermain

dengan rangsangan ketinggian dan metode bermain dengan

rangsangan jarak terhadap kemampuan tolak peluru gaya ortodoks

Perhitungan dengan Analisis Varians untuk mengetahui perbedaan ke-

lompok penelitian, diperoleh F hitung sebesar 7,424433, sedangkan harga F tabel

dengan dk (1)(36) pada taraf 0,05 = 4,03. Dengan melihat harga F hitung lebih

besar F tabel (Fh>Ft) maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol yang

menyatakan “ada perbedaan pengaruh antara metode bermain dengan rangsangan

ketinggian dan metode bermain dengan rangsangan jarak terhadap kemampuan

tolak peluru gaya menyamping” ditolak., sehingga hipotesis pertama penelitian

ini terbukti kebenarannya.

2. Pengujian Hipotesis Kedua, yaitu Perbedaan pengaruh siswa yang power

otot lengan tinggi dan siswa yang power otot lengan rendah terhadap

kemampuan tolak peuru gaya ortodoks.

Perhitungan dengan Analisis Varians untuk mengetahui perbedaan ke-

lompok penelitian, diperoleh F hitung sebesar 5,928212, sedangkan harga F tabel

dengan dk (1)(36) pada taraf 0,05 = 4,03. Dengan melihat harga F hitung lebih

besar F tabel (Fh>Ft) maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol yang

menyatakan “ada perbedaan antara kelompok siswa power otot lengan tinggi dan

siswa yang power otot lengan rendah terhadap kemampuan tolak peluru gaya

menyamping” ditolak, sehingga hipotesis kedua penelitian ini terbukti

kebenarannya.

Page 47: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xlvii

3. Pengujian Hipotesis Ketiga, yaitu Interaksi antara metode bermain dan

Power Otot Lengan Terhadap Kemampuan Tolak Peluru Gaya Ortodoks

.

Perhitungan dengan Analisis Varians untuk mengetahui interaksi antara

metode bermain dan power otot lengan terhadap kemampuan tolak peluru gaya

menyamping, diperoleh F hitung sebesar 5.678841, sedangkan harga F tabel

dengan dk (1)(36) pada taraf 0,05 = 4,03. Dengan melihat harga F hitung lebih

besar F tabel (Fh>Ft) maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol yang

menyatakan “ada interaksi antara metode bermain dan power otot lengan terhadap

kemampuan tolak peluru gaya ortodoks” ditolak, sehingga hipotesis ketiga

penelitian ini terbukti kebenarannya.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran lebih lanjut

mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan sebelumnya.

Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan tiga kesimpulan analisis

yaitu : (a) ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara kemampuan tolak

peluru gaya ortodoks dengan menggunakan metode bermain menggunakan

rangsangan ketinggian dan metode bermain dengan rangsangan jarak, (b) ada

perbedaan yang signifikan kemampuan tolak peluru gaya ortodoks anatara siswa

yang power otot lengan tinggi dan siswa yang power otot lengan rendah, (c) ada

interaksi antara faktor utama penelitian. Kelompok kesimpulan analisis tersebut

dapat dipaparkan lebih lanjut secara rinci sebagai berikut :

1. Pengaruh Metode Bermain

Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan

pengaruh antara kemampuan tolak pelurur gaya menyamping dengan

menggunakan metode bermain dengan rangsanagan ketinggian dan metode

bermain dengan rangsangan jarak. Pada kelompok yang diberi metode bermain

Page 48: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xlviii

dengan rangsangan ketinggian, rata-rata peningkatan lebih baik dibandingkan

dengan kelompok siswa yang diberi metode bermain dengan rangsangan jarak.

2. Pengaruh Power Otot Lengan

Berdasarkan pengujikan hipotesis kedua ternyata ada perbedaan antara

antara hasil kemampuan tolak peluru gaya menyamping antara siswa yang power

otot lengan tinggi dan siswa yang power otot lengan rendah. Pada kelompok

siswa yang power otot lengan tingi memiliki rata-rata peningkatan lebih baik

dibandingkan kelompok siswa yang power otot lengan rendah.

3. Interaksi Antara Faktor-Faktor Utama Penelitian.

Dari hasil penghitungan ada interaksi antara kedua faktor utama

penelitian, jadi bisa disimpulkan ada interaksi antara metode bermain dengan

power otot lengan terhadap kemampuan tolak peluru gaya menyamping. Interaksi

kedua faktor tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :

Gambar 11. Bentuk Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Power

Otot Lengan.

Page 49: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

xlix

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan kesimpulan analisis data dan pembahasannya, yang telah

diungkapkan pada BAB IV, maka dapat ditarik suatu simpulan sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh metode bermain dengan rangsangan ketinggian dan

metode bermain dengan rangsangan jarak terhadap peningkatan kemampuan

tolak peluru gaya ortodoks pada siswa putra kelas VIII SMPN 2 Barat

Kabupaten Magetan tahun Ajaran 2008/2009, karena F0 = 7,424433 lebih

besar dari Ft = 4.03 . (Fhitung > Ftabel) pada taraf signifikansi 5%.

2. Ada perbedaan pengaruh power otot lengan tinggi dan power otot lengan

rendah terhadap peningkatan kemampuan tolak peluru gaya ortodoks pada

siswa putra kelas VIII SMPN 2 Barat Kabupaten Magetan tahun Ajaran

2008/2009, Karena F0 = 5,928212 lebih besar dari Ft = 4.03. (Fhitung > Ftabel)

Pada taraf signifikansi 5%.

3 Ada interaksi antara metode bermain dengan power otot lengan terhadap

peningkatan kemampuan tolak peluru gaya ortodoks pada siswa putra kelas

VIII SMPN 2 Barat Kabupaten Magetan tahun Ajaran 2008/2009, karena hasil

analisis menunjukkan bahwa F0 = 5,678841 lebih besar dari Ft = 4.03, (Fhitung

> Ftabel). Pada taraf signifikansi 5%.

B. Implikasi

Page 50: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

l

Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan

ide yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar

kesimpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut :

Secara umum dapat dikatakan bahwa metode bermain dengan

rangsangan ketinggian dan metode bermain dengan rangsangan jarak merupakan

variabel–variabel yang mempengaruhi peningkatan kemampuan tolak peluru gaya

menyamping. Metode bermain dengan rangsangan ketinggian memiliki

peningkatan lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang diberi

permainan dengan rangsangan jarak. Hal ini berarti metode bermain sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan peningkatan kemampuan tolak peluru gaya

menyamping. sesuai dengan karakteristik siswa.

Berkenaan dengan penggunaan kedua jenis metode bermain dapat

meningkatkan hasil kemampuan tolak peluru gaya ortodoks, masih ada faktor lain

yaitu power otot lengan.

C. Saran

Saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Mengingat menggunakan metode bermain dengan rangsangan ketinggian

lebih baik dalam meningkatkan kemampuan tolak peluru gaya menyamping,

maka sebaiknya penggunaan metode bermain tersebut dipilih oleh guru

pendidikan jasmani dan kesehatan dalam upaya meningkatkan kemampuan

tolak peluru gaya ortodoks pada siswanya.

2. Dalam menerapkan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan tolak

peluru gaya ortodoks, guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

sebaiknya tidak mengabaikan faktor power otot lengan siswanya.

Page 51: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

li

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin. (1992). Atletik. Jakarta: Depdikbud, Dirjen, Dikti, PPTK.

Andi Suhendro.2004. Dasar-dasar Kepelatihan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Beltasar Tarigan. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran

Sepakbola. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah. Bekerjasama Dengan Direktorat Jenderal Olahraga.

Dani Wardani. 2009. Bermain Sambil Belajar. Bandung: Edukasia

Depdikbud. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Gerry. A. 1991. Atletik Untuk Sekolah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Gino, H. J, Suwarni, Suripto, Maryanto, & Sutijan. 1988. Belajar dan

Pembelajaran II. Surakarta: UNS Press.

Gusril. 2004. Beberapa Faktor Yang Berkaitan Dengan Kemampuan Motorik

Siswa Sekolah Dasar Negeri Kota Padang. (Disertasi). Jakarta : PPS

UNJ.

Harsono. (1988). Choaching dan Aspek-aspek Psikologis Dalam Choaching.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjendikti.

Kasiyo Dwijowinoto. (1993) scientific foundation of coaching. ( Rotella

Terjemahan) New York. Chicago. Buku Asli diterbitkan tahun 1984.

M. Furqon H. 2006. Mendidik Anak dengan Bermain. Surakarta: Program Studi

D-2 Pendidikan Jasmani. JPOK FKIP UNS.

Page 52: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

lii

Mochamad Djumidar A Widya. 2007. Gerak –Gerak dasar Atletik Dalam

Bermain. Jakarta. Rajagrafindo Persada

Rusli Lutan. 1988. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud. Dirjendikti,

Proyek Pendidikan Tenaga Akademi.

Scot, M. Gladys and french, Ester (1959). Measurment And Evaluation In Health

And Physical Education. Dubuque Lowa. Company Publisher.

Soegito. 1988. Teori dan Praktek Atletik. Surakarta. UNS Press

______. 1992. Teori dan Praktek Atletik I. Surakarta: UNS Press.

Sudarminto. (1984). Biomikanika Olahraga I. Surakarta: UNS Press.

Sudjana. 2002. Metode statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyanto. (1995). Metodologi Penelitian. Surakarta: UNS Press.

Suharno H. P. (1992). Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta: FPOK IKIP

Tamsir Riyadi. 1985. Petunjuk Atletik. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Paul A. Tippler. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga

Pengurus Besar PASI. 2004-2005. Peraturan Perlombaan Atletik IAAf. RDC

Jakarta.

Widodo.j.Pudjiraharjo, herjanto Purnomo dan Moh. Hasan Mahfoed. 1993.

Metode Penelitian dan Statistik Terapan. Surabaya: Airlangga

University Press.

Yoyo Bahagia,Ucup yusuf dan Adang Suherman. 2000. Atletik. Jakarta:

Depdikbud. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah

Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III

Yudha M Saputra. 2001. Dasar-dasar Keterampilan Atletik Pendekatan Bermain

Untuk Sekolah Lanjutan Tingat Pertama (SLTP). Departemen

Pendidikan Nasioanal, Dirjen Dikdasmen dan Dirjen Olahraga.

Page 53: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

liii

LAMPIRAN

Lampiran 1

Data Tes Power Otot Lengan

No Nama Test

Terbaik 1 2 3

1 Susilo Hari Saputro 22 15 19 22

2 Muh Adam Abdilah 18 24 18 24

3 Fajar Hartanto 18 20 24 24

4 Misdi 26 25 21 26

5 Bogi Sunaryo 23 20 22 23

6 Alpriari Nasution 10 16 18 18

7 Aditya Sutan G. 15 19 15 19

8 Arosid Wahyu P. 20 22 13 22

9 Galih Ade Saputro 24 24 25 25

10 Denni Leonardo 21 21 18 21

11 Dilan Noerko W.T. 28 21 20 28

12 Desta Aji Pamungkas 22 26 22 26

13 Riyanto 15 16 22 22

14 Dwi Purnomo 13 15 20 20

15 Okta Prima Saputra 18 20 21 21

16 Endro Prasetyo 14 18 18 18

17 Yusuf Saifudin 19 24 22 24

18 Suryo Raharjo D.H. 20 22 20 22

19 Yoga Megah Abadi 25 18 18 25

20 Andre Cahyo Hartono 16 22 18 22

21 Ryan Septian 28 15 21 28

22 Elmi Malintang 19 15 15 19

23 Arie Prabowo 22 20 20 22

24 Lorenzo Okta Setiawan 24 14 24 24

25 Murdiyono 21 19 21 21

26 Muharam Alifia Rusdi 18 20 28 28

27 Nugrahadi Putra P. 26 23 22 26

28 Riski Mardiyanto 16 16 15 16

29 Frans Renick P. 15 18 13 18

Page 54: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

liv

30 Redi Riyanto 20 19 18 20

31 Bagus Triyanto 24 20 18 24

32 Didik Haryanto 21 20 19 21

33 Danu Setiadi 28 24 20 28

34 Husein Iskandar 26 22 25 26

35 Mega Roy Purwadi 23 24 20 24

36 Muhammad Tohir 20 22 28 28

37 Sony Purbani 15 15 19 19

38 Ahmad 20 21 22 22

39 Ahmad Zaki 20 18 24 24

40 Hari tri W 25 14 21 25

41 Herlambang Raka 16 19 18 19

42 M Beny R 26 18 23 26

43 Muh Zainal Abidin 23 22 16 23

44 Wahyu Sanyoto 15 16 15 16

45 Yunus Bobby 15 28 20 28

46 Anusa Yonar K 20 19 22 22

47 Apri Multi J 24 22 21 24

48 Aslam Nur S 21 21 28 28

49 Janry Purnomo 26 25 19 26

50 Muh Vajrin 19 18 23 23

51 Saiful Andi Rahmawan 22 15 19 22

52 Ragil Ajit Baskoro 18 24 18 24

53 Willy Prayudisty 18 20 24 24

54 Andika Pratama 26 25 21 26

55 Wahyu Dwi Hantoro 23 20 22 23

56 Sarwono 10 16 18 18

57 Boby Yuprisa 15 19 15 19

58 Abdul halim Nur 20 22 13 22

59 Agung Reno Yustian 24 24 25 25

60 Agus Susanto 21 21 18 21

61 Ragil Indra Saputra 28 21 20 28

62 Guntur Putra Pradana 22 26 22 26

63 Didik Sudarmanto 15 16 22 22

64 Lukman Efendi 13 15 20 20

65 Yuda Anggoro 18 20 21 21

Page 55: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

lv

66 Widodo Sukoco 14 18 18 18

67 Maryono 19 24 22 24

68 Edi suhendro 20 22 20 22

69 Safingi 25 18 18 25

70 Zainal Aabidin 16 22 18 22

71 Amin Fasori 28 15 21 28

72 Deni Saputra 19 15 15 19

73 Dini Triawan 22 20 20 22

74 Wahyu Gunawan 24 14 24 24

75 Novan Pradita Utama 21 19 21 21

76 Sigit Prabowo 18 20 28 28

77 Saiful Adi Setiawan 26 23 22 26

78 Eko Kurniawan 16 16 15 16

79 Aji Endra Kusuma 15 18 13 18

80 Arie Prabowo 20 19 18 20

81 Andre Cahyo Hartono 24 20 18 24

82 Suryo Raharjo D.H. 21 20 19 21

83 Riyanto 28 24 20 28

84 Muh Arifin 16 26 20 26

85 Vevry Hari S 24 18 20 24

86 Rudy Salam 26 20 24 26

87 Nizar Basuki 24 20 21 24

88 Nurohman 18 24 26 26

89 Aditya Putra 24 21 19 24

90 Prasetyo Adi 19 26 16 26

91 Krisna Mukti 20 26 22 26

92 Faizal Putra 24 22 26 26

93 Rama Aipama 21 18 14 21

94 Sinung Nugroho 28 15 20 28

95 Hasannudin 22 21 20 22

96 David Sulaiman 15 20 22 22

97 Prasetyo Fajar 13 24 22 24

98 Dimas Joko 25 18 21 25

99 Joko Purnomo 14 21 26 26

100 Brans Sulistyo 20 23 22 23

101 Seny M 20 15 15 20

102 Bimo 22 15 18 22

103 Bayu Suryo 24 20 22 24

Page 56: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

lvi

104 Obor Rudiyansah 21 22 21 22

105 Kurniawan 26 21 22 26

106 Andreas K 22 24 24 24

107 Wahyu Tri 15 18 19 19

108 Ody A 18 22 20 22

109 Soni Dwi 18 15 19 19

110 Joko P 21 22 24 24

111 Danur Jenah 19 24 22 24

112 Ari Susanto 24 21 24 24

113 Hari gunawan 24 23 20 24

Jumlah 3900

Mean 34,24

SD 5,64

Lampiran 2

No Nama Test

Terbaik 1 2 3

1 Dilan Noerko W.T. 28 21 20 28

2 Ryan Septian 28 15 21 28

3 Muharam Alifia Rusdi 18 20 28 28

4 Danu Setiadi 28 24 20 28

5 Muhammad Tohir 20 22 28 28

6 Yunus Bobby 15 28 20 28

7 Aslam Nur S 21 21 28 28

8 Ragil Indra Saputra 28 21 20 28

9 Amin Fasori 28 15 21 28

10 Sigit Prabowo 18 20 28 28

11 Riyanto 28 24 20 28

12 Sinung Nugroho 28 15 20 28

13 Misdi 26 25 21 26

14 Desta Aji Pamungkas 22 26 22 26

15 Nugrahadi Putra P. 26 23 22 26

16 Husein Iskandar 26 22 25 26

Page 57: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

lvii

17 M Beny R 26 18 23 26

18 Janry Purnomo 26 25 19 26

19 Andika Pratama 26 25 21 26

20 Guntur Putra Pradana 22 26 22 26

21 Saiful Adi Setiawan 26 23 22 26

22 Muh Arifin 16 26 20 26

23 Rudy Salam 26 20 24 26

24 Nurohman 18 24 26 26

25 Prasetyo Adi 19 26 16 26

26 Krisna Mukti 20 26 22 26

27 Faizal Putra 24 22 26 26

28 Joko Purnomo 14 21 26 26

29 Kurniawan 26 21 22 26

30 Galih Ade Saputro 24 24 25 25

31 Yoga Megah Abadi 25 18 18 25

32 Hari tri W 25 14 21 25

33 Agung Reno Yustian 24 24 25 25

34 Safingi 25 18 18 25

35 Dimas Joko 25 18 21 25

36 Muh Adam Abdilah 18 24 18 24

37 Fajar Hartanto 18 20 24 24

38 Yusuf Saifudin 19 24 22 24

39 Lorenzo Okta Setiawan 24 14 24 24

40 Bagus Triyanto 24 20 18 24

41 Mega Roy Purwadi 23 24 20 24

42 Ahmad Zaki 20 18 24 24

43 Apri Multi J 24 22 21 24

44 Ragil Ajit Baskoro 18 24 18 24

45 Willy Prayudisty 18 20 24 24

46 Maryono 19 24 22 24

47 Wahyu Gunawan 24 14 24 24

48 Andre Cahyo Hartono 24 20 18 24

49 Vevry Hari S 24 18 20 24

50 Nizar Basuki 24 20 21 24

51 Aditya Putra 24 21 19 24

52 Prasetyo Fajar 13 24 22 24

Page 58: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

lviii

53 Bayu Suryo 24 20 22 24

54 Andreas K 22 24 24 24

55 Joko P 21 22 24 24

56 Danur Jenah 19 24 22 24

57 Ari Susanto 24 21 24 24

58 Hari gunawan 24 23 20 24

59 Bogi Sunaryo 23 20 22 23

60 Muh Zainal Abidin 23 22 16 23

61 Muh Vajrin 19 18 23 23

62 Wahyu Dwi Hantoro 23 20 22 23

63 Brans Sulistyo 20 23 22 23

64 Susilo Hari Saputro 22 15 19 22

65 Arosid Wahyu P. 20 22 13 22

66 Riyanto 15 16 22 22

67 Suryo Raharjo D.H. 20 22 20 22

68 Andre Cahyo Hartono 16 22 18 22

69 Arie Prabowo 22 20 20 22

70 Ahmad 20 21 22 22

71 Anusa Yonar K 20 19 22 22

72 Saiful Andi Rahmawan 22 15 19 22

73 Abdul halim Nur 20 22 13 22

74 Didik Sudarmanto 15 16 22 22

75 Edi suhendro 20 22 20 22

76 Zainal Aabidin 16 22 18 22

77 Dini Triawan 22 20 20 22

78 Hasannudin 22 21 20 22

79 David Sulaiman 15 20 22 22

80 Bimo 22 15 18 22

81 Obor Rudiyansah 21 22 21 22

82 Ody A 18 22 20 22

83 Denni Leonardo 21 21 18 21

84 Okta Prima Saputra 18 20 21 21

85 Murdiyono 21 19 21 21

86 Didik Haryanto 21 20 19 21

87 Agus Susanto 21 21 18 21

88 Yuda Anggoro 18 20 21 21

89 Novan Pradita Utama 21 19 21 21

Page 59: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileCabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, ... pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah ... ini dapat dijadikan

lix

90 Suryo Raharjo D.H. 21 20 19 21

91 Rama Aipama 21 18 14 21

92 Dwi Purnomo 13 15 20 20

93 Redi Riyanto 20 19 18 20

94 Lukman Efendi 13 15 20 20

95 Arie Prabowo 20 19 18 20

96 Seny M 20 15 15 20

97 Aditya Sutan G. 15 19 15 19

98 Elmi Malintang 19 15 15 19

99 Sony Purbani 15 15 19 19

100 Herlambang Raka 16 19 18 19

101 Boby Yuprisa 15 19 15 19

102 Deni Saputra 19 15 15 19

103 Wahyu Tri 15 18 19 19

104 Soni Dwi 18 15 19 19

105 Alpriari Nasution 10 16 18 18

106 Endro Prasetyo 14 18 18 18

107 Frans Renick P. 15 18 13 18

108 Sarwono 10 16 18 18

109 Widodo Sukoco 14 18 18 18

110 Aji Endra Kusuma 15 18 13 18

111 Riski Mardiyanto 16 16 15 16

112 Wahyu Sanyoto 15 16 15 16

113 Eko Kurniawan 16 16 15 16