fakultas tarbiyah institut agama islam...
TRANSCRIPT
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL
SURAH-SURAH PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN
STRATEGI READING ALOUD PADA SANTRI KELAS IV
TPQ BAITUL MUTTAQIEN WAHYU UTOMO NGALIYAN SEMARANG
SKRIPSIDiajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun oleh :
KHOLILURROHMANNIM : 3105116
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS TARBIYAHJl. Prof. Dr. Hamka KM 1 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185
PENGESAHAN
N a m a : KholilurrohmanN I M : 3105116
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah / PAI
Judul Skripsi : Upaya Meningkatkan Kemampuan MenghafalSurah-surah Pendek dengan Menggunakan StrategiReading Aloud Pada Santri Kelas IV TPQ BaitulMuttaqien Wahyu Utomo Ngaliyan Semarang
Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut AgamaIslam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal:
28 Juni 2010
Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikanstudi Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2010/2011 guna memperolehgelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
Semarang, Juli 2010
Dewan Penguji
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Fakrur Rozi, M.Ag Hj. Nur Asiyah, M.S.INIP. 19691220 199503 1001 NIP. 19710926 199803 2002
Penguji II, Penguji I,
Drs. H. Mat Solikhin, M.Ag. Dra. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd.NIP. 19600524 199203 1001 NIP. 19520208 197612 2001
KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAHAlamat: Prof. Dr. Hamka Kampus II Telp. 7601295 Fak. 7615387 Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Semarang, Juni 2010Lamp : 4 (Empat) EksemplarHal : Naskah Skripsi Kepada Yth.
An. Sdr. Kholilurrohman Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. WbSetelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka sayamenyatakan bahwa skripsi saudari:
Nama : KholilurrohmanNIM : 3105116
Judul : Upaya Meningkatkan Kemampuan MenghafalSurah-surah Pendek dengan Menggunakan StrategiReading Aloud Pada Santri Kelas IV TPQ BaitulMuttaqien Wahyu Utomo Ngaliyan Semarang.
Telah melalui proses bimbingan, selanjutnya saya mohon agar skripsisaudara tersebut dapat segera dimunaqosahkan.Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
H. Mursid, MA.g Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.A NIP. 19670305 200112 1001 NIP. 19720928 199703 2 001
MOTTO
¼ çm̄RÎ)×b#uä ö• à)s9×LqÌ• x.ÇÐÐÈ’Îû5=» tG Ï.5bq ãZõ3 ¨BÇÐÑÈžwÿ¼ çm •¡ yJ tƒžwÎ)tbrã• £gsÜßJ ø9$#ÇÐÒÈ
“Sesungguhnya Al-Quran adalah bacaan yang sangat mulia. Di dalam kitab yang
terpelihara. Tiada yang menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan”
(QS. Al Waqiah;77-79)*
* Moh. Rifa’I, Terjemah/Tafsir Al Qur’an, ( Semarang : CV. Wicaksana, 1993 ) hlm. 961
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan pada orang-orang tercinta:
1. Ayah dan Ibu , H. Muhammad Hasyim dan Hj. Ummamah
2. Saudara-saudaraku. Arief Syaifuddin, Abdurrozak dan Husnul
Khotimah.
3. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini.
4. Pembaca yang budiman.
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi
dalam referensi yang penulis jadikan pedoman dan bahan rujukan.
Semarang, 16 Mei 2010
Deklarator,
KHOLILURROHMANNIM. 3 1 0 5 1 1 6
ABSTRAK
Kholilurrohman (NIM : 3105116). “Upaya Meningkatkan KemampuanMenghafal Surah-surah Pendek dengan Menggunakan Strategi Reading AloudPada Santri Kelas IV TPQ Baitul Muttaqien” (Studi Tindakan Pada Kelas IV TPQBaitul Muttaqien Wahyu Utomo Ngaliyan Semarang.). Skripsi. Semarang:Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IainWalisongo Semarang 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana upaya meningkatkankemampuan menghafal surah-surah pendek dengan menggunakan StrategiReading Aloud pada santri kelas IV TPQ Baitul Muttaqien.
Penelitian ini merupakan studi tindakan kelas (Classroom Action Research)pada santri kelas IV. TPQ Baitul Muttaqien yang berjumlah 15 santri. Dari hasilobservasi awal pada tahap pra siklus di kelas IV, dapat diketahui bahwa metodepembelajaran dan metode menghafal yang digunakan oleh guru pengampu dikelas masih belum mencerminkan pembelajaran aktif, yaitu santri disuruhmenghafal surah-surah pendek, dan guru hanya mengawasi kegiatan menghafalmereka, akibatnya ketika santri jenuh, mereka cenderung malas dan tidak maumelanjutkan kembali hafalanya, hal ini dibuktikan dengan kualitas hafalan santriyang masih rendah.
Setelah dilaksanakan tindakan melalui pembelajaran menghafal denganmenggunakan Strategi Reading Aloud, dan penerapan teknik ini dilaksanakansecara bersama-sama oleh semua pihak yang terlibat di dalam pembelajaran, makasuasana kelas menjadi lebih ceria, para santri menjadi bersemangat dalammenghafal dan hasil hafalan memuaskan. Penelitian ini dilaksanakan dalam tigatahap yaitu tahap pra siklus, siklus I dan siklus II. Pada tahap pra siklus nilai rata-rata hafalan santri 49,6, dari 15 siswa hanya 3 siswa yang lulus. Setelahdilaksanakan tindakan awal pada siklus I nilai rata-rata hafalan santri meningkatmenjadi 66,3 (3 santri masih dinyatakan belum lulus). setelah diadakan evaluasitindakan, maka pada siklus II hasil hafalan santri mengalami peningkatan yangditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata menjadi 82,3 dan semua santri telahdinyatakan lulus. Dari tiga tahap tersebut jelas terjadi peningkatan sebelum dansesudah diterapkannya Strategi Reading Aloud dalam upaya meningkatkankemampuan menghafal surah-surah pendek.
Dalam penelitian ini, penggunaan Strategi Reading Aloud dilaksanakansecara kolektif dengan melibatkan semua pihak di dalam kelas, baik asatidz,santri, maupun sarana dan prasarana yang menunjang terjadinya pembelajaran, haltersebut merupakan bukti konkrit bahwa segala bentuk proses kegiatan belajarmengajar akan bisa terlaksana dengan baik apabila semua pihak yang terkaitdengan proses tersebut saling mendukung.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga menjadikan kita lebih
berarti dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam yang selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai Nabi Uswatun Hasanah yang syafaatnya ditunggu-tunggu oleh
semua umat, sahabat dan para pengikutnya. Semoga kita termasuk orang yang
mendapat syafaatnya. Amien………
Terimakasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan saran-saran dari berbagai
pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga, terutama kepada:
1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M. Ed. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo yang telah merestui pembahasan skripsi ini.
2. Ahmad Muthohar dan Nasiruddin selaku ketua jurusan dan sekretaris jurusan
PAI yang telah memberikan dosen pembimbing yang tepat bagi penulis
3. Drs.H. Marasuddin Siregar selaku dosen wali yang selalu memberikan arahan
dan motivasi tentang perkuliahan.
4. H. Mursid MA.g dan Hj. Lift Anis Ma’shumah M.A, selaku pembimbing, atas
saran, arahan, bimbingan dan keikhlasan hati serta kebijaksanaannya
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan motivasi dan
bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Prof. DR. H. Muslich Shobir selaku kepala TPQ Baitul Muttaqien Wahyu
Utomo Ngaliyan Semarang, yang telah memberikan izin di tempat penelitian
skripsi ini.
6. Ust. Imron Rosyid, Selaku koordinator pelaksana harian TPQ Baitul
Muttaqien yang telah memberikan informasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ust. Muhammad Erwin Nofianto Al Hafidz, selaku pengasuh kelas IV TPQ
Baitul Muttaqien yang telah membantu dan bekerjasama sebagai guru
kolaborator dalam penelitian skripsi ini.
8. Segenap bapak dan ibu dosen beserta karyawan dan karyawati di lingkungan
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai
pengetahuan dan pemahaman, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini.
9. Ayahanda H. Muhammad Hasyim dan Ibunda Hj. Ummamah tercinta yang
selalu memberikan dukungan moral dan spiritual dengan tulus ikhlas dan
penuh kasih sayang. Saudara-saudaraku Arief Syaifuddin, Abdurrozak dan
Husnul Khotimah yang selalu memberikan doa dan motivasi, sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
10. Saudari Ulil Hidayah, SH.I, yang telah memberikan perhatian, dukungan dan
semangat Makasih Banget,You Are Special One!
11. Semua warga perumahan Wahyu Utomo, khususnya warga Rt 08/06, Bpk
Santoso, Bpk. H. Suyari Muthollib, Bpk. H. Abd. Hamid, Pak De Parmanto
semua teman-teman remaja karang taruna Rt 08 yang tergabung dalam Blue
Valie Group yang selalu menemaniku diluar kegiatan kampus dan
mengizinkan penulis untuk singgah sehari-hari di Musholla An-Nikmah.
12. Teman-teman angkatan 2005 khususnya PAI Paket A (Agus, Munir, Hijriyah,
Eko, Hadi, Fitri, Kustanto, Atien, lia ,dkk) yang selalu kompak dan semangat
serta sahabat-sahabatku (Neng, Kholik, Pingo, Tino, Alek, Fais, Bu Tiya, Tari,
Firdaus, sholikin, Jeng Sri dkk), dan semua teman-teman di tim Futsal FC.
SAKTI yang selalu memberi semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
13. Teman-teman tim PPL SMPN 16 sebagai inspirator penulis, dan tim KKN
Kec Limbangan, terimakasih telah menjadikan penulis sebagai koordinator
kecamatan (KORCAM), pengalaman berharga tersebut tidak akan pernah
penulis lupakan.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu.
Kepada semua pihak yang terkait, penulis tidak dapat memberikan
apa-apa hanya untaian terima kasih dengan tulus serta iringan doa, semoga
Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dan selalu melimpahkan
rahmat, taufiq serta inayah-Nya dan semoga skripsi yang berjudul Upaya
Meningkatkan Kemampuan Menghafal Surah-surah Pendek dengan
Menggunakan strategi Reading Aloud Pada Santri Kelas IV TPQ Baitul
Muttaqien Wahyu Utomo Ngaliyan Semarang ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini belum
mencapai kesempurnaan yang sebenarnya. Namun penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya. Amin.
Semarang, 16 Mei 2010
Penulis,
KHOLILURROHMANNIM. 3 1 0 5 1 1 6
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .............................................................. ii
HALAMAN ABSTRAK................................................................................. iii
HALAMAN DEKLARASI............................................................................. iv
HALAMAN MOTTO..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Penegasan Istilah ........................................................................... 5
C. Rumusan masalah.......................................................................... 7
D. Manfaat dan Tujuan Penelitian ...................................................... 8
E. Kajian Pustaka .............................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 11
A. Pengertian menghafal Al Qur’an dan Surah-surah pendek.............. 11
1. Dasar menghafal Al Qur’an ...................................................... 12
2. Syarat Menghafal Al Qur’an ..................................................... 14
3. Metode dalam menghafal Al Qur’an .......................................... 16
4. Strategi menghafal Al Qur’an. .................................................. 19
5. Petunjuk teknis dan pelaksanaan menghafal Al Qur’an. ............. 21
6. Problematika dalam menghafal Al Qur’an ................................. 21
B. Pengertian dan langkah-langkah diterapkannya Teknik Reading
Aloud ............................................................................................ 25
1. Pengertian Teknik Reading Aloud.............................................. 25
2. Tujuan diterapkannya teknik Reading Aloud. ............................. 29
3. Langkah-langkah diterapkannya teknik Reading Aloud ............. 30
C. Hipotesis Tindakan........................................................................ 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 34
A. Fokus Penelitian ........................................................................... 34
B. Subyek Penelitian .......................................................................... 34
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 34
D. Metode Penelitian.......................................................................... 35
1. Prosedur Penelitian .................................................................... 38
2. Variabel Penelitian .................................................................... 41
E. Metode Pengumpulan Data............................................................ 42
1. Observasi................................................................................... 42
2. Wawancara (Interview) .............................................................. 42
3. Dokumentasi.............................................................................. 43
4. Metode Tes................................................................................ 43
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 45
1. Analisis Data Kualitatif.............................................................. 45
2. Analisis Data Kuantitatif............................................................ 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 48
A. Gambaran Umum TPQ Baitul Muttaqien Wahyu Utomo Ngaliyan
Semarang....................................................................................... 48
1. Letak Geografis ......................................................................... 48
2. Sejarah Singkat Berdirinya TPQ Baitul Muttaqien ..................... 49
B. Deskripsi data dan Analisis Tahap Pra Siklus................................. 50
C. Analisis Tahap Siklus I .................................................................. 53
1. Tahap Perencanaan .................................................................... 53
2. Tahap Pelaksanaan..................................................................... 54
3. Tahap Observasi. ....................................................................... 54
4. Refleksi ..................................................................................... 56
D. Analisis Tahap Siklus II................................................................. 57
1. Tahap Perencanaan .................................................................... 57
2. Tahap Pelaksanaan..................................................................... 57
3. Tahap Observasi ........................................................................ 58
4. Tahap Refleksi........................................................................... 59
E. Keterbatasan Penelitian.................................................................. 60
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 61
A. Kesimpulan ................................................................................... 61
B. Saran ............................................................................................. 62
C. Penutup ......................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel Teknik Pengumpulan Data Wawancara ................................................. 43
Tabel 1 Hasil Hafalan Santri Pada Tahap Pra Siklus........................................ 51
Tabel 2 Hasil Hafalan Santri Pada Tahap Siklus I ........................................... 55
Tabel 3 Hasil hafalan siswa pada tahap siklus II.............................................. 58
Tabel 4 Perbandingan Rata-rata Tes Akhir ...................................................... 60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al Qur’anul Karim adalah firman Allah SWT yang dibawa oleh
Malaikat Jibril untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
petunjuk (Hidayah) bagi seluruh umat Manusia dan ia datang sebagai Mukjizat
yang kekal. “Orang-orang Arab tidak mampu menandingi kemukjizatan yang
dikandungnya baik dari segi susunan kata, gaya bahasa, maupun keindahan-
keindahan Syariat, Filsafat serta Ilmu Pengetahuan”1.
Al Qur’an secara harfiah berarti “Bacaan yang sempurna”, merupakan
suatu nama yang sangat tepat diberikan Allah SWT, Karena tiada satu
bacaanpun di dunia ini sejak manusia mengenal tulisan yang dapat
menandingi keindahan lafal-lafal yang ada dalam Al Qur’anul Karim, bacaan
yang sempurna dan lagi mulia itu.
Tidak ada satu kitab pun di dunia ini yang dibaca bahkan dihafalkan oleh
puluhan ribu orang di dalam hati mereka, kecuali hanya Al Qur’an, “hal itu
dikarenakan sifat Al Qur’an yang mudah dan enak untuk dihafal, serta adanya
suatu dorongan untuk menghafalnya, sehingga Al Qur’an dihafalkan oleh
banyak orang”2. Keistimewaan Al Qur’an yang akan terasa mudah bila
dihafalkan oleh orang yang sedang mempelajarinya ini disampaikan Allah
dalam surat Al Qomar:17
ô‰s)s9ur$tR÷Žœ£ o„tb#uä ö• à)ø9$#Ì•ø. Ïe%#Ï9ö@ygsùÏ̀B9• Ï. £‰•BÇÊÐ
Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untukpelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?3
Termasuk dalam keistimewaan yang lain dari Al Qur’an adalah Allah
SWT juga menjamin Al Qur’an dari perubahan serta penggantian lafadz-
lafadznya sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam surat :Al Hijr: 9
1Ibrahim, Muhammad Ismail, Sisi Mulia Al Qur’an, Agama dan Ilmu (Jakarta: RajawaliPress, 1986) cet.1 hlm: 3
2Yusuf Qardawi, Berinteraksi Dengan Al Qur’an (Jakarta: Gema Insani Press. 1999) cet.1hlm: 44
3Moh. Rifa’I, Terjemah/Tafsir Al Qur’an, ( Semarang : CV. Wicaksana, 1993 ) hlm. 945
$̄RÎ)ß ø̀twU$uZø9̈“ tRt• ø. Ïe%!$#$̄RÎ) ur¼çm s9tbq ÝàÏÿ» ptm:ÇÒÈ
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an dansesungguhnya Kami-lah yang memeliharanya.(QS. Al Hijr: 9)4
“Ayat ini merupakan dorongan kepada orang-orang kafir untuk
mempercayai Al Qur’an, sekaligus memutus harapan mereka untuk
mempertahankan keyakinan sesat mereka.”5
Demikian Allah SWT menjamin dan menjaga kemurnian Al Qur’an
untuk umat Islam di dunia agar bisa dijadikan pedoman yang abadi, oleh
sebab itu umat Islam juga dituntut untuk ikut serta bertanggung jawab dan
memelihara kemurnian Al Qur’an dengan cara menghafalkan ayat-ayatnya,
mempelajari isi kandungannya serta mengamalkan ajarannya. “Dengan
jaminan ayat diatas, maka setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan
didengarnya sebagai Al Qur’an tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang
pernah dibaca oleh Rasulullah SAW dan didengar dan dibaca oleh para
sahabat Nabi SAW”.6
Salah satu usaha yang sangat populer dilakukan oleh umat Islam untuk
menjaga kelestarian Al Qur’an adalah dengan menyiapkan orang-orang yang
menghafalkan ayat-ayatnya pada setiap generasi, untuk menjadi generasi yang
beriman dan bertaqwa, berawal dari mempelajari Al Qur’an sejak dini, pada
usia inilah anak akan diarahkan kepada keyakinannya bahwa Allah SWT
adalah Tuhan dan Al Qur’an merupakan kitab suci-Nya.
Adapun yang dimaksud dengan belajar Al Qur’an adalah membaca
sampai lancar dan fasih sesuai dengan kaidah (bacaan) dalam ilmu Tajwid,
“dengan menguasai ilmu tajwid akan membantu dan mempermudah dalam
menghafalkan Al Qur’an, karena keunikan-keunikan dalam teknik membaca
4 Ibid, hlm. 4665Quraisy Shihab, Tafsir Al Misbah ,Pesan Kesan Dan Keserasian Alqur’an (Jakarta:
Lentera Hati) cet 1 hlm: 956Quraisy Shihab, Membumikan Al Qur’an, Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan Pustaka. 2009) hlm:27
Al Qur’an bisa mengekalkannya di dalam hati”7. Pembelajaran tersebut akan
banyak dijumpai di lembaga-lembaga pendidikan yang khusus mempelajari
ilmu-ilmu agama termasuk Al Qur’an, sebagaimana lembaga-lembaga di
pondok Pesantren, Madrasaah Diniyyah Dan Taman Pendidikan Al Qur’an
(TPQ).
Di tempat-tempat itulah Al Qur’an selalu dikaji dan dipelajari oleh anak-
anak dari usia sekolah dasar sampai sekolah tingkat menengah, seperti di salah
satu TPQ yang terletak di wilayah Ngaliyan, yaitu TPQ Baitul Muttaqin di
perumahan Wahyu Utomo, di TPQ tersebut tertera kurikulum yang
mengharuskan santrinya untuk menghafalkan ayat-ayat Al Qur’an, bahkan hal
tersebut merupakan salah satu persyaratan wajib santri untuk dapat lulus.
Karena dalam pelaksanaan wisudanya para santri akan membaca surat-surat
pendek secara hafalan (Bilghoib) di muka umum, serta disaksikan oleh orang
tua, guru, penguji dan para santri lain.
Maka menghafal surah-surah pendek merupakan kegiatan yang penting
di TPQ tersebut. Sedangkan permasalahan selama ini adalah kualitas dari hasil
hafalan mereka kurang maksimal dan belum memuaskan, hal tersebut
disebabkan metode yang diterapkan dalam menghafal masih cukup sederhana,
yaitu dengan cara mengkoordinir santri untuk menghafal secara individu.
Menurut asatidz di TPQ tersebut, model pembelajaran tersebut memiliki
kelemahan, sehingga dinyatakan kurang berhasil, salah satu penyebabnya
adalah banyak santri yang bermalas-malasan ketika disuruh menghafal, selain
itu, dilihat dari segi kemampuan santrinya akan menimbulkan hasil yang
berbeda antar satu santri dengan santri yang lain, sehingga hasil hafalan dari
semua santri kurang maksimal.
Hambatan lain yang muncul yaitu masalah durasi waktu pembelajaran
aktif di TPQ yang hanya 90 menit waktu normal, menurut keterangan salah
satu asatidz, hal tersebut menambah kekurangefektifan dalam hasil belajar,
termasuk hasil hafalan. Padahal dari kurikulum yang berlaku di TPQ tersebut
7Raghib As Sirjani, Abdurrahman Abdul Kholiq, Cara Cerdas Hafal Al Qur’an, (Solo:Aqwam 2007), hlm. 77
yang wajib untuk dihafalkan bukan hanya surah-surah pendek saja, melainkan
juga do’a-do’a wajib. Meski demikian para asatidz masih mengupayakan
untuk menambah proses kegiatan belajar dengan memberikan tugas tambahan
berupa pekerjaan rumah (PR), akan tetapi hal tersebut masih belum dapat
memberikan hasil yang maksimal.8
Berdasarkan observasi awal peneliti terhadap proses menghafal Al
Qur’an yang berlangsung di TPQ Baitul Muttaqin Wahyu Utomo Ngaliyan
menunjukkan bahwa pembelajaran ditempat tersebut masih kurang efektif,
karena menjenuhkan, suasana kelas gaduh dan membosankan, sehingga santri
jadi malas untuk menghafal, hal tersebut dikarenakan metode yang digunakan
masih bertumpu pada kemandirian santrinya untuk belajar atau menghafal
tanpa bimbingan yang baik. Padahal anak TPQ yang kebanyakan masih dalam
tahap usia sekolah dasar, senantiasa didampingi dan dibimbing dengan
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. menurut peneliti kegiatan
belajar mengajar tersebut akan lebih maksimal apabila ada variasi metode
pembelajaran, dalam metode ini bukan hanya santri saja yang menghafal, akan
tetapi guru/asatidz juga ikut berpartisipasi langsung dalam proses menghafal.
Hal tersebut akan coba peneliti terapkan dengan menerapkan metode
menghafal teknik Reading Aloud yaitu menghafal dengan “membaca teks
secara bersama-sama dengan suara keras, usaha ini akan membantu peserta
didik (santri) untuk memfokuskan perhatian secara mental,”9 dan akan
membuat santri lebih fokus terhadap hafalannya, sehingga diharapkan hasil
hafalannya akan lebih maksimal.
Menghafal Al Qur’an terkait erat dengan daya ingat, dan bersandar pada
sandaran yang lebih besar pada kemampuan akal, selain itu tingkat kecepatan
hafalan (daya ingat) seseorang tergantung pada kemampuan perhatiannya10
8Hasil Waawancaara Dengan Ust, Imron Rosyid, Koordinator Pelaksana TPQ BaitulMuttaqin pada 20 Agustus di TPQ Baitul Muttaqien
9Ismail.SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAIL Media Group.2008), hlm:76
10Saad Riyadih, Mendididk Anak Cinta Al Qur’an, (Sukoharjo: Insan Kamil, 2007), hlm.36
B. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran pada istilah-istilah
dalam judul “Upaya Meningkatkan kemampuan menghafal Surah-surah
pendek dengan menggunakan teknik Reading Aloud pada santri kelas IV TPQ
Baitul Muttaqien Wahyu Utomo Ngaliyan Semarang,” maka perlu adanya
penegasan istilah atau arti dari penegasan judul tersebut, adapun istilah yang
perlu ditegaskan antara lain:
1. Upaya Meningkatkan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata “Upaya” berarti usaha:
Ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud dan tujuan, memecahkan persoalan,
mencari jalan keluar) 11 dan “Meningkatkan” adalah menaikkan (derajat
atau taraf, mempertinggi, memperhebat, dsb) adapun dalam penelitian ini
“Upaya Meningkatkan” akan diartikan sebagai usaha dalam rangka
meningkatkan kualitas hafalan santri pada surah-surah pendek.
2. Kemampuan.
Kemampuan dapat diartikan sebagai suatu kesanggupan dan
kecakapan yang diiringi dengan suatu usaha,12 dalam hal ini peneliti
mencoba mengetahui sejauh mana hasil dan kemampuan siswa dalam
menghafal surah-surah pendek, yang mana kegiatan tersebut akan
mencerminkan mutu dan hasil dari hafalan mereka.
3. Menghafal Surah-surah Pendek
Menghafal dapat diartikan sebagai usaha untuk meresapkan sesuatu
dalam pikiran agar selalu diingat, sehingga dapat mengucapkannya
kembali di luar kepala dengan tanpa membuka buku atau catatan,
sedangkan surah-surah pendek mempunyai arti suatu bab atau bagian
dalam kitab Al Qur’an, seperti Yaasiin, Thoohaa, Al Ikhlas dll.13 dan surah
Pendek yang dipilih dan diujikan oleh peneliti adalah surat At Tien.
11Hasan Alwi, Et.al. Kamus Besar Bahas Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) cet 3.hlm:1109
12Ibid. hlm: 62313Ibid., hlm. 291 dan 873
Pemilihan surah At-Tien sebagai surah yang diujikan dalam
penelitian ini mengacu pada beberapa hal, antara lain sebagai berikut:
a) Santri kelas IV belum ada yang hafal surah At-Tien.
b) Surah At-Tien merupakan salah satu surah pendek yang wajib dihafal
oleh semua santri TPQ Baitul Muttaqien sebagai salah satu persyaratan
mengikuti wisuda tahun TPQ.
c) Surah At-Tien diawali dengan ayat yang populer, pendek, mudah
diingat dan dihafal oleh peserta didik (santri).
d) Ayat ke-6 dari Surah At-Tien merupakan ayat yang serupa dengan
ayat-ayat Al Qur’an yang lain, yang mana ayat-ayat serupa tersebut
dapat dengan mudah dihafal, akan tetapi sedikit lebih rumit untuk
mengingat kembali ayat-ayat tersebut.
4. Strategi Reading Aloud
Reading Aloud merupakan strategi membaca teks dengan suarakeras, yang mana strategi ini dapat membantu peserta didik untukmemfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan serta merangsang minat untuk diskusi, strategi ini mempunyaiefek pada pemusatan perhatian dan membuat suatu kelompok yang kohesif(saling berhubungan) adapun prosedur pelaksanaan teknik Reading Alouddalam PAIKEM karya Ismail adalah sebagai berikut:a) Guru memilih sebuah teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan
suara keras, misalnya tentang manasik haji, guru hendaknyamembatasi dengan pilihan teks yang kurang dari 500 kata.
b) Guru menjelaskan teks tersebut pada siswa secara singkat dan hanyamenjelaskan poin-poin penting atau masalah-masalah pokok yangsedang diangkat.
c) Guru membagi teks tersebut dengan alenia-alenia atau beberapa caralain, dan guru meminta sukarelawan untuk membacakan teks tersebutdengan suara keras.
d) Ketika bacaan tersebut berjalan, guru berhak menghentikan di berbagaikalimat untuk menekankan beberapa poin tertentu dan diakhiri denganpemberian kesimpulan, klarifikasi dan tindak lanjut oleh guru14
5. Santri TPQ Baitul Muttaqien
”Santri terdiri dari dua kelompok, pertama, Santri Mukim, yaitu
santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pondok, kedua
14Ismail, SM, op cit. hlm.76
Santri Kalong, ialah santri yang berasal dari daerah sekitar pesantren,
mereka pulang ke rumah masing-masing usai mengikuti pelajaran.”15
Santri TPQ Baitul Muttaqien termasuk dalam golongan Santri
Kalong, mengingat TPQ Baitul Muttaqien merupakan lembaga yang
bernaung dalam yayasan Islam, serta materi pembelajarannya yang murni
mengajarkan tentang agama islam, maka tidak berlebihan apabila peserta
didik TPQ Baitul Muttaqien disebut ”santri”, istilah santri juga populer
disebutkan/diucapkan oleh kalangan akademik di lembaga tersebut.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kualitas hafalan surah-surah pendek santri kelas IV TPQ Baitul
Muttaqien sebelum diterapkannya teknik Reading Aloud?
2. Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan menghafal Surah-surah
pendek santri kelas IV TPQ Baitul Muttaqien dengan menggunakan teknik
Reading Aloud?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kualitas hafalan santri kelas IV TPQ Baitul Muttaqien
pada surah-surah pendek sebelum diterapkannya Strategi Reading Aloud.
2. Untuk mengetahui upaya meningkatkan kemampuan menghafal Surah-
surah pendek pada santri kelas IV TPQ Baitul Muttaqien dengan
menggunakan Strategi Reading Aloud.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) yang menjadi obyek penelitian,
hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
15Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nurkholis Majid Terhadap Pendidikan IslamTradisional, (Tangerang: Ciputat Press, 2005) hlm.66
dokumentasi histories serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan kualitas santrinya.
2. Bagi kalangan Akademisi, khususnya yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan Islam, hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai
tambahan informasi untuk memperluas wawasan guna kemajuan
pendidikan Islam.
F. Kajian Pustaka
“Kajian Pustaka merupakan fase yang tidak bisa ditinggalkan dalam
penelitian, penelusuran Pustaka dimaksudkan untuk mempertajam metodologi,
memperkuat kajian teoritis, dan memperoleh informasi mengenai penelitian
sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti lain”.16
Dan berdasarkan hasil survey kepustakaan yang telah dilakukan ternyata
penelitian yang mengkaji tentang metode menghafal ayat-ayat Al Qur’an telah
dibahas oleh peneliti-peneliti sebelumnya dan beberapa penelitian yang
berkaitan dengan proses penghafalan Al Qur’an dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan maupun perbandingan yang akan penulis lakukan diantaranya:
Penelitian yang membahas tentang keefektifan dalam menghafal Al
Qur’an yang dilakukan oleh Iffah alawiyyah (2004) dengan judul: “Efektifitas
Penghafalan Al Qur’an (Studi kasus di pesantren Tahfidh anak-anak Yanbuul
Qur’an Krandon Kudus), Penelitian ini secara garis besar memfokuskan pada
keefektifan penghafalan Al Qur’an bagi anak-anak di Pesantren dan
menampilkan faktor-faktor pendukung, penghambat, serta hasil yang dicapai
santri dalam penghafalan Al Qur’an secara efektif 30 juz sesuai dengan target
dan waktu yang telah ditentukan.
Penulis juga menemukan peneliti yang membahas tentang metode
Efektifitas pengulangan dalam penghafalan Al Qur’an yang ditulis oleh
Dzikrotun Nafisah (2005) dengan judul “Studi penerapan dengan penerapan
Metode Takrar dalam penghafalan Al Qur’an di PP. Roudlotul Jannah Kudus.
16 Sudarwan Denim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002 ),hlm.105.
Penelitian ini membicarakan tentang sejauh mana metode Takrar dalam
penghafalan Al Qur’an di pesantren tersebut.
Selain itu penulis juga mengadakan kajian terhadap literatur yang
membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses menghafal Al
Qur’an, diantaranya yaitu: “Bimbingan Praktis Menghafal Al Qur’an Oleh
Ahsin wijaya Al Hafidz”, merupakan buku yang berisi teknik-teknik yang
efektif dalam menghafal Al Qur’an, selanjutnya adalah: “Cara Cerdas
Menghafal Al Qur’an oleh Abdurrahman Abdul Kholik”, merupakan buku
yang memberikan petunjuk untuk memudahkan penghafalan Al Qur’an, serta
buku-buku lain yang membahas tentang metode, anjuran dan keutamaan
dalam menghafal Al Qur’an.
Secara kuantitatif buku-buku yang membahas tentang metode menghafal
Al Qur’an sudah banyak, akan tetapi penulis belum menemukan cara
menghafal Al Qur’an dengan menggunakan teknik Reading Aloud, mengingat
penulis mengangkat tema tentang menghafal surat-surat pendek, dan hal
tersebut merupakan salah satu kegiatan dalam menghafal Al Qur’an, maka
penulis yakin kalau skripsi yang berjudul: “Upaya Meningkatkan kemampuan
menghafal Surah-surah pendek dengan menggunakan teknik Reading Aloud
pada santri kelas IV TPQ Baitul Muttaqien Wahyu utomo Ngaliyan
Semarang”, belum ada yang membahas sehingga penulis tanpa ragu
mengangkat skripsi tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian menghafal Al Qur’an dan Surah-surah pendek
”Al Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi umat diseluruh dunia. ia
juga merupakan kitab suci yang terjaga keasliannya hingga akhir zaman, dan
tidak ada keraguan atasnya.”17 Dalam catatan sejarah, tidak pernah ada satu
kitabpun yang mendapat perhatian serta pemeliharaan yang ketat sebagaimana
halnya terhadap Al Qur’an, tidak ada satu kitabpun yang ke-mutawatiran-nya
dapat memberikan kepastian dan keyakinan, baik secara terperinci maupun
keseluruhan seperti yang dimiliki Al Qur’an, tidak ada satu kitabpun yang
Allah SWT wajibkan untuk menghafalnya kepada semua umat, selain Al
Qur’an. Sehingga hanya Al Qur’anlah satu-satunya kitab yang selamat dari
penggantian dan perubahan.
Allah SWT mewajibkan umat Muhammad untuk menghafalkan Al
Qur’an, sedangkan umat-umat sebelumnya tidak diwajibkan untuk
menghafalkan kitab-kitab serta lembaran-lembaran yang mereka miliki,
“karena kitab-kitab lain tidak memiliki kemukjizatan, dan Allah SWT tidak
menghendaki kitab-kitab tersebut dihafal sesuai dengan hikmah yang hanya
diketahui oleh Allah SWT sendiri.”18 Berbeda dengan Al Qur’an yang
dikehendaki penghafalannya karena memiliki hikmah yang tinggi. Dan sudah
sepantasnya Al Qur’an dijaga dan dipelihara, caranya adalah menyiapkan
penghafal Al Qur’an pada setiap generasinya
”Kata menghafal merupakan kutipan dari bahasa Arab Hafidza
Yahfadzu yang berarti menghafal dan menjaga hafalannya. Kata Hifdzu
dengan berbagai variasinya memiliki berbagai makna yang berhubungan erat
dengan ke-tahfidz-an.”19
17Rosidi, KH. Arwani Amin, Penjaga Wahyu dari Kudus, (Kudus: CV.Daya MediaKudus,2008), hlm.2.
18Seikh Muhammad bin Muhammad Abi Suyhbah, Etika membaca Al Qur’an danmempelajari Al Qur’an Al Karim, (Bandung: Pustaka Setia, 2003). hlm.21.
19Zaki Zamani Muhammad Syukron Maksum, Menghafal Al Qur’an Itu Gampang!,Belajar Pada Maestro Al Qur’an Nusantar, (yogyakarta: mutiara media, 2009), hlm. 20.
Secara harfiah Tahfidz atau menghafal Al Qur’an adalah orang yang
berusaha dengan cermat memasukkan dan mengingat-ingat seluruh isi dan
bacaan Al Qur’an secara teliti ke dalam hatinya untuk selalu diingat dan dijaga
secara terus menerus, sehingga apa yang telah dihafalkannya dari Al Qur’an
benar-benar bisa meresap kedalam akal, jiwa dan raganya. Dalam hal ini para
Tahfidz berkewajiban menjaga, melindungi dan memelihara Al Qur’an, oleh
sebab itu para tahfidz diharuskan untuk berhati-hati dan menjaga diri dari
perkara yang dilarang oleh agama, hal ini di maksudkan untuk menjaga
kesucian diri agar dimudahkan dalam menghafal
1. Dasar menghafal Al Qur’an
“Allah SWT telah memberitahukan bahwa Al Qur’an tidak cukup
pemeliharaannya dengan shahifah atau lembaran, yang mana, semua itu
dapat hilang dengan basuhan air, tempat yang sebenarnya untuk Al Qur’an
adalah di dada atau di dalam hati, yakni dengan hafalan diluar kepala.”20
Apabila hafalan dalam dada tersebut digabungkan dengan tulisan yang ada
dalam lembaran-lembaran, maka eksistensi dan keaslian dari Al Qur’an
akan tetap terjaga.
“Bagi para sahabat, Al Qur’an memiliki kedudukan yang utama di
dalam jiwa mereka, dan mereka menempatkannya pada posisi yang sangat
layak. Mereka berlomba-lomba menghafalkan lafadz-lafadz dan
memahami maknanya serta menjadikan sarana beribadah dalam hati
mereka,”21 apa yang dilakukan para sahabat tersebut sesuai dengan yang
dianjurkan Allah SWT dan dijadikan sebagai salah satu dasar dalam
menghafal.
Adapun dalil yang dijadikan sebagai landasan dan pedoman dalam
menghafal Al Qur’an tertera dalam Nash Al Qur’an dan Al Hadits, serta
pendapat para ulama’, adapun landasan dari Nash Al Qur’an Surat Al
A’laa: 6-7
20Seikh Muhammad bin Muhammad Abi Suyhbah. op.cit, hlm. 24.21Ibid. hlm 27.
š•è•Î• ø)ãZy™Ÿxsù#Ó|¤Ys?ÇÏÈžwÎ)$tBuä!$ x©ª! $#4¼ çm̄R Î)ÞOn=÷è tƒt• ôgyf ø9 $#$ tBur4’ s" ÷‚tƒÇÐÈ
Kami akan membacakan (Al Qur’an) kepadamu (Muhammad),Maka kamu tidak akan lupa, Kecuali kalau Allah SWTmenghendaki. Sesungguhnya, Dia mengetahui yang terang danyang tersembunyi22.
Selain ayat diatas, pedoman lain dari Nash Al Qur’an, ialah suratAl Baqarah: 129
$̄RÎ)ß ø̀twU$uZø9̈“ tRt• ø. Ïe%!$#$̄RÎ) ur¼çm s9tbq ÝàÏÿ» ptm:ÇÒÈ
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an dansesungguhnya Kami-lah yang memeliharanya.(QS. Al Hijr: 9)23
Sedangkan Hadits Nabi SAW yang melandasi anjuran untuk
mempelajari Al Qur’an ialah:
:24
Diriwayatkan oleh Utsman RA, Nabi SAW pernah bersabda:Sebaik-baiknya diantara kalian adalah orang yang mempelajari AlQur’an dan mengerjakannya.
2. Syarat Menghafal Al Qur’an
Beberapa hal yang harus dipenuhi oleh seseorang yang ingin berhasil
dalam menghafal Al Qur’an antara lain ialah:
a. Diawali dengan niat yang ikhlas.
22Moh Rifa’I, Terjemah/Tafsir Al Qur’an. (Semarang: Wicaksana.1993). hlm.108023 Ibid, hlm. 46624 Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Al Bukhary, Matan Al Bukhory, Bi Hasyiyati As
Sanadi, Juz III, (Darul Fikri: t.th), hlm.232.
Niat yang kuat dan tekad yang sungguh-sungguh, akan
mengantar seseorang sampai ke tempat tujuan. Disamping itu, niat
juga berfungsi sebagai pengaman dari menyimpangnya suatu proses
yang sedang dilaksanakan, termasuk dalam proses menghafal Al
Qur’an, Allah SWT berfirman dalam surat Az Zumar: 11:
ö@è%þ’ÎoTÎ)ßNö• ÏBé&÷b r&y‰ç7 ôã r&©!$#$TÁ Î=øƒèCçm ©9tûï Ïe$!$#ÇÊÊÈ
Katakanlah sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyembahAllah SWT dengan memurnikan kesucian kepada-Nya dalam(menjalankan)agama. (QS. Az zumar:11)25
b. Memiliki keteguhan dan kesabaran.
Seorang penyair mengungkapkan:
”Ingatlah, dengan kesabaran, kau peroleh yang kau mau
Dengan ketakwaan, besi menjadi lunak bagimu”26
Kesabaran merupakan faktor yang penting bagi orang yang
sedang menghafal Al Qur’an. Hal in disebabkan karena dalam proses
menghafal Al Qur’an akan banyak sekali menemui berbagai kendala,
seperti jenuh, lingkungan yang tidak kondusif.27
c. Menjauhkan diri dari sifat maksiat dan tercela
Perbuatan maksiat dan tercela merupakan sesuatu yang harus
dijauhi, bukan saja oleh orang yang sedang menghafal Al Qur’an,
tetapi juga oleh kaum muslimin. Karena keduanya mempunyai
pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan
hati28. Hal tersebut dapat mengganggu konsentrasi dan niat menghafal
yang sudah terlatih dengan baik.
Oleh sebab itu orang yang membaca dan menghafal Al Qur’an
hendaklah Berakhlakul Karimah, seperti yang sampaikan Syikh
25Ahsin W Al Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al Qur’an, (Jakarta, Bumi Aksara)hlm. 49
26Muhammmad Ash-Shaym, 80 Ayat Pembuka Pintu Rizki, Tips Melenyapkan KesulitanDan Kesedihan Anda, (Jakarta: Embun, 2006) hlm. 8
27 Ahsin W Al Hafidz, op cit, hlm.5028 Ibid. hlm 52
Zainuddin Al Malibary dalam kitab Hidayatul Adzkiya’ yang
berbentuk syair :
# #29
Bagi orang yang membaca dan menghafal Al Qur’an hendaklahberakhlak yang baik dan diridhai, seperti zuhud dalam hal duniawi,serta meninggalkan dan memperkecil ketergantungan akan duniadan segala isinya
Adapun diantara sifat-sifat tercela yaitu: Bakhil, pemarah,
menggunjing, menjauhkan diri dari pergaulan, iri hati, memutus tali
silaturrahmi, cinta duniawi yang berlebihan, sombong, dusta, ingkar,
riya, banyak bicara, banyak makan, dll.
d. Istiqamah.
Yang dimaksud dengan istiqamah ialah ketetapan, yaitu
ketetapan dalam menjaga “keajekan” dalam proses menghafal Al
Qur’an. Dengan kata lain seorang penghafal Al Qur’an senantiasa
menjaga efisiensi waktu,30 begitu berharganya waktu baginya, kapan
dan dimana saja dirinya harus selalu ingat dan segera kembali untuk
membaca Al Qur’an.
e. Izin orang tua/wali
”Adanya izin dari orang tua atau wali memberikan pengertian
bahwa:
1) Orang tua atau wali telah merelakan waktu kepada anak atau orang
yang menghafal Al Qur’an.
2) Merupakan dorongan langsung dari mereka.”31
Dengan adanya izin dan dukungan tersebut, penghafal
mempunyai kebebasan dan kelonggaran waktu sehingga ia akan bebas
dari tekanan, maka proses menghafal menjadi lancar.
29 Ahmad Haris Shodaqoh , Tausyiyatul Asfiya’fi Tarjamah Hidayatul Adzkiya’, LiZainuddin Al Malibary, (Semarang: Ponpes Al Itqon, 2005).hlm.53-54
30 Ibid. hlm 5131 Ibid., hlm 54
f. Mampu membaca dengan baik
“Sebelum seorang penghafal melangkah pada periode menghafal,
seharusnya ia terlebih dahulu meluruskan dan memperlancar bacaan Al
Qur’annya.”32 Ini dimaksudkan agar calon penghafal benar-benar lurus
dan lancar membacanya, serta ringan lisannya dalam mengucapkan
huruf-huruf Arab.
3. Metode dalam menghafal Al Qur’an
Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “Metha” yang berarti
melalui atau melewati, sedang “Hodos” berarti jalan atau cara, jadi metode
adalah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu”33
Faktor metode tidak bisa dipisahkan dalam proses menghafal Al
Qur’an, karena metode ikut menentukan berhasil atau tidaknya tujuan
menghafal Al Qur’an, semakin baik metode, semakin baik pula kualitas
hafalannya. “Seorang Murabbi (pengajar) juga menghiasi dirinya dengan
ilmu pengetahuan dan metode-metode pendidikan yang akan
membantunya dalam menjalankan tugasnya serta mewujudkan misinya
dengan cara yang paling tepat.”34 Adapun metode menghafal Al Qur’an
penulis kutip dari berbagai ahli Tahfdz Al Qur’an adalah sebagai berikut:
a. Menurut Sa’dullah SQ, metode yang dapat digunakan untuk
menghafal Al Qur’an diantaranya yaitu:
1) “Bin-Nadzar, yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat Al Qur’an
yang akan dihafal dengan melihat mushaf Al Qur’an secara
berulang-ulang, proses binnazhar ini hendaknya dilakukan
sebanyak mungkin.”35
2) “Tahfidz, yaitu menghafal sedikit demi sedikit ayat-ayat Al Qur’an
yang telah dibaca berulang-ulang secara binnadhar tersebut,
32 Ibid.33Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm.6634 Saad Riyadih, Mendidik Anak Cinta Al Qur’an, (Sukoharjo: Insan Kamil, 2007),hlm.1835Sa’dulloh. SQ, 9 Cara Praktis Menghafal Al Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), hlm
52
misalnya menghafal satu baris, beberapa kalimat, atau sepotong
ayat pendek sampai tidak ada kesalahan,”36 setelah dihafal ayat-
ayat tersebut harus diulang-ulang sampai lancar. Dan tidak
diperkenankan menambah materi hafalan baru sebelum hafalan
yang lama benar-benar lancar.
3) ”Takrir, yaitu mengulang hafalan atau men-sima’kan hafalan yang
pernah dihafalkan kepada guru tahfidh, takrir dimaksudkan agar
hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga dengan baik, takrir juga
dapat dilakukan sendiri-sendiri.”37
b. Menurut Ahsin wijaya Al Hafidz, ada beberapa metode di dalam
menghafal Al Qur’an, diantaranya adalah: metode Wahdah, metode
Kitabah, metode Sima’i, metode Gabungan, dan metode Jama’.
Adapun definisi metode-metode tersebut sebagai berikut:
1) ”Metode Wahdah, menghafal satu persatu ayat-ayat Al Qur’an
yang hendak dihafalkannya untuk mencapai hafalan awal, setiap
ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, dua puluh kali, bahkan
lebih, sehingga proses ini mampu membentuk pola
bayangannya,”38 dengan demikian penghafal mampu
mengendalikan ayat-ayat yang dihafalkannya, bukan saja dalam
bayangannya, tetapi hingga benar-benar membentuk gerak refleks
pada lisannya.
2) ”Metode Kitabah, Kitabah artinya menulis, dengan kata lain
penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan
dihafalkannya pada secarik kertas, kemudian ayat-ayat tersebut
dibaca sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.”39
Dengan cara menulis tersebut, secara perlahan akan timbul
bayangan visual dalam hati dan pikiran penghafal.
36 Ibid, hlm. 5337 Ibid, hlm. 5438 Ahsin W Al Hafidz, op cit. hlm. 6339 Ibid, hlm.64
3) ”Metode Sima’i, yaitu mendengarkan suatu bacaan untuk
dihafalkannya, metode ini sangat efektif bagi penghafal yang
mempunyai daya ingat extra, terutama penghafal tuna netra, atau
anak dibawah umur yang belum mengenal baca-tulis Al Qur’an.”40
4) ”Metode Jama’, yaitu cara menghafal yang dilakukan secara
kolektif, yakni ayat yang dihafal dibaca secara bersama-sama dan
dipimpin oleh seorang instruktur atau guru. Guru membacakan satu
atau beberapa ayat dan ditirukan oleh siswa secara bersama-
sama.”41 Metode inilah yang akan peneliti terapkan pada santri
kelas IV TPQ Baitul Muttaqien dalam menghafalkan surah-surah
pendek, serta dilaksanakan dengan membaca keras (Read Aloud).
Sedangkan dalam buku Almuhtauyat (buku rangkuman Bahtsu
Masail masalah Al Qur’an), menerangkan cara mengajar Al Qur’an
ada 3 macam
1) Guru memberi contoh kepada murid dan murid menirukan
2) Guru hanya mendengarkan bacaan murid
3) Guru membaca, sedangkan murid hanya mendengarkan42
4. Strategi menghafal Al Qur’an
Untuk membantu mempermudah ingatan terhadap ayat-ayat yang
dihafal, maka diperlukan strategi menghafal yang baik. Ada beberapa
strategi atau cara yang praktis dan sering digunakan dalam proses
menghafal, yaitu:
i. Strategi pengulangan ganda.
”Untuk mencapai tingkat hafalan yang baik tidaklah cukup hanya
dengan sekali proses menghafal saja,”43 namun proses itu harus
40 Ibid.41 Ibid, hlm. 6642 Mansyur Maskan dan M Ulil Albab Arwani, Almuhtauyat Lil Masailil Quraniyyah, 128
Tanya-Jawab Masalah Quraniyyah,(Kudus: Ponpes Tahfidh Yanbu’ul Qur’an, 2006), hlm.4143 Ahsin W Al Hafidz, op cit. hlm 67
dilakukan secara berulang-ulang. Karena pada dasarnya ayat-ayat Al
Qur'an disamping cepat untuk dihafal, cepat pula hilangnya, maka agar
ayat-ayat Al Qur’an tersebut tidak lepas dari ingatan, harus diulang-
ulang secara terus menerus setiap hari.
Untuk menanggulangi masalah seperti ini, diperlukan adanya
sistem pengulangan ganda, jika pada waktu pagi hari sudah
mendapatkan hafalan ayat sebanyak satu muka (satu pojok), maka
pada sore hari hafalan tersebut diulang-ulang sampai benar-benar
lancar. Semakin banyak pengulangan, semakin kuat pula hafalan yang
melekat dalam ingatan.
ii. Tidak beralih pada ayat berikutnya, sebelum ayat yang dihafal benar-
benar lancar.
”Pada umumnya, kecenderungan orang dalam menghafal Al
Qur’an ialah, ingin cepat selesai dan ingin mendapat hafalan sebanyak-
banyaknya.”44 Dengan tujuan agar ia cepat menghatamkannya, maka,
ketika ada ayat-ayat yang belum dihafalkan secara sempurna, ayat
tersebut akan terasa sulit dibaca, dan seakan-akan seperti belum pernah
dihafal, sehingga hal tersebut akan menyulitkan penghafal, maka
usahakan lafadz atau ayat yang dihafalkan harus benar-benar lancar,
agar mudah untuk mengulanginya kembali.
iii. Menggunakan satu jenis mushaf.
“Diantara strategi menghafal yang banyak membantu dalam
proses menghafal Al Qur’an ialah menggunakan satu jenis mushaf,
walaupun tidak ada keharusan dalam menggunakan satu jenis mushaf
tertentu,”45 akan tetapi dengan sering beralih mushaf akan
mengganggu dan membingungkan pola hafalan yang sudah terbentuk
dalam ingatannya. Dengan demikian, aspek visual sangat
44 Ibid, hlm. 6845Ibid, hlm. 69
mempengaruhi dalam menentukan hasil dari proses menghafal Al
Qur’an.
iv. Memahami ayat-ayat yang dihafalnya.
“Memahami pengertian, kisah atau Asbabun nuzul, yang
terkandung dalam ayat yang sedang dihafalkannya merupakan unsur
yang sangat mendukung dalam mempercepat proses menghafal Al
Qur’an,”46 pemahaman itu sendiri akan memberikan rangsangan pada
pikiran untuk segera terserap dalam ingatan. Dengan demikian, maka
penghafal yang menguasai bahasa Arab, serta memahami struktur
kalimatnya, akan lebih banyak mendapatkan kemudahan daripada
mereka yang tidak mempunyai bekal penguasaan bahasa Arab.
v. Memahami ayat-ayat yang serupa
“Ditinjau dari aspek makna, lafadz, susunan atau struktur
bahasanya diantara ayat-ayat dalam Al Qur’an banyak terdapat
kemiripan antara satu lafadz dengan yang lain, ada yang benar-benar
sama, ada yang berbeda dalam dua atau tiga huruf saja,”47 yang mana
sering terbolak-balik, oleh karena itu ayat-ayat yang mempunyai
kemiripan dengan ayat yang lain di kelompokkan secara terperinci,
dengan demikian si penghafal dapat dengan mudah untuk
membedakannya.
.
5. Petunjuk teknis dan pelaksanaan menghafal Al Qur’an.
”Petunjuk yang paling utama dalam menghafal Al Qur’an adalah
penggunaan satu jenis mushaf, karena sesungguhnya bentuk dan letak-
letak ayat dalam mushaf akan dapat terpatri dalam hati disebabkan sering
membaca dan melihat dalam mushaf.”48 Kalau seseorang sewaktu
menghafal sering berubah-ubah dalam menggunakan Al Qur’an, maka
letak ayat dan bentuk tulisan juga akan berbeda, sehingga visualisasi
46Ibid.47Ibid, hlm. 7048Abdurrohman Abdul Kholik, Bagaimana Menghafal Al Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2008). hlm.25
hafalanpun berbeda. Dan hal itu jelas akan mempersulit hafalannya. Oleh
karena itu seorang yang sedang proses menghafal Al Qur’an seharusnya
menggunakan satu jenis mushaf saja.
Ada sebuah Al Qur’an yang sering digunakan untuk menghafal, yang
dikenal dengan sebutan “Al Qur’an Pojok”. Yakni Al Qur’an yang setiap
halamannya diakhiri dengan ayat, Al Qur’an pojok ini terdiri dari 15 baris
pada tiap halamannya, dan pada tiap juznya terdiri dari 10 lembar dan 20
pojok. Al Qur’an tersebut sangat praktis untuk diingat dalam pikiran dan
sangat membantu dalam proses menghafal. Oleh karena itu, hampir semua
orang Indonesia yang menghafal Al Qur’an menggunakan Al Qur’an jenis
tersebut.
6. Problematika dalam menghafal Al Qur’an
Problematika yang sering dihadapi oleh orang yang sedang
menghafal Al Qur’an memang sangat banyak dan bermacam-macam. Pada
umumnya problematika yang sering ditemui oleh para calon Khafidz
adalah sebagai berikut:
a. Cepat lupa sebagaimana cepatnya menghafal
Cepat lupa atau mudah ingatnya kita terhadap sesuatu tergantung
kepada seberapa kuat dan akurat informasi tertanam ke dalam memori
atau ingatan kita, jika saat memasukkan informasi saja kita sudah
mengalami kesulitan dan gangguan, maka hasil yang akan dicapai
rendah, ”karena sistem kerja otak adalah menerima, mengolah dan
menyimpan, maka semakin baik cara kita menerima, mengolah dan
menyimpan, semakin mudah kita mengingat data yang pernah
simpan.”49 Begitu pula dengan menghafal Al Qur’an, apabila waktu
menghafal tidak dengan sungguh-sungguh, maka kualitas hafalan tidak
bagus.
49Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategi, petunjuk praktis untuk menerapkanAccelerated Learning, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004). hlm. 104
Cepat hilangnya hafalan juga pernah disampaikan nabi dalam
sabdanya
:
50
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan orangseekor unta yang sedang ditambatkan, jika ia ingin untanya tetapditempat, maka ia harus menjaga dan menahannya, dan kalausampai dilepas maka unta itu akan lari.”
b. Banyaknya kemiripan dari segi lafadz dan bahasa pada struktur ayat.
Salah satu keunikan dari Al Qur’an adalah banyaknya kemiripan
dari ayat-ayatnya, sehingga hal tersebut bisa mengecoh si penghafal,
memang sewaktu pertama kali dihafal ayat yang mirip tersebut akan
terasa mudah, karena sudah pernah menghafalkan ayat yang serupa di
waktu yang lampau, akan tetapi setelah dihafal semua, maka si
penghafal akan mengalami kesulitan untuk membedakan ayat-ayat
yang serupa tersebut, karena bagaimanapun juga ayat tersebut berbeda
halaman dan suratnya, seperti yang ditemukan dalam surah Al Ankabut
ayat 62 yang memiliki banyak kemiripan dengan ayat-ayat yang lain
)(
Adapun ayat-ayat lain yang mirip dengan ayat tersebut antara
lain:
1) QS. Al Qashash ayat 82
50Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Al Bukhary, op,cit, hlm 233.
)(51
2) QS. Ar Ruum ayat 37
)(52
3) QS. As Saba’ ayat 36
)(53
4) QS. As Saba’ ayat 39
54
5) QS. Az Zumar ayat 52
)(55
Adapula ayat yang sama lafadznya, tapi sebelum dan sesudah
ayat tersebut berbeda, seperti:
1) QS. Al Qashash
)()(
)(56
51 Al Quranul Kariem, (Kudus: Fa. Menara,1974), hlm. 39652 Ibid, hlm. 40953 Ibid, hlm. 43354 Ibid55 Ibid, hlm.45656 Ibid., hlm. 394
Ayat tersebut sama dengan ayat berikutnya:
)()(
)(57
Ada pula ayat yang awalnya sama tapi akhirnya tidak sama,
seperti yang tertera pada surah Al Ashry dan At Tien,. Seperti pada ayat
berikut:
1. Surah Al Ashry :3
)(58
2. Surah At Tien : 6
)(59
Dengan demikian penghafal Al Qur’an dituntut untuk jeli dalam
mengingat ayat-ayat yang serupa, biasanya dalam hal ini penghafal
mennyiapkan pensil atau pena guna memberi tanda atau mencatat ayat-
ayat tersebut.
Namun Allah telah menjamin dua pahala bagi orang yang sedang
mempelajari Al Qur’an dan dia mengalami kesulitan, seperti yang
diungkapkan nabi Muhammad SAW:
)(60
57 Ibid., hlm. 395.58 Ibid., hlm. 60259 Ibid., hlm. 59860Abi Al Husain Muslim Bin Al Hajjaj Qusairy An Naisabury, Shahih Muslim, Juz I,
(Singapura: Penang, t.th), hlm 319
Dari Aisyah ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: orang yangpandai dalam membaca Al Qur’an ia akan bersama para nabi yangmulia, sedangkan orang yang membaca Al Qur’an dan ia terbata-bata (kesulitan), maka dirinya mendapat dua pahala kebaikan. (HRMuslim).
c. Malas, Tidak Sabar dan Berputus Asa
Malas merupakan kesalahan yang jama’ dan sering terjadi, tidak
terkecuali dalam menghafalkan Al Qur’an, karena setiap hari harus
bergelut dengan rutinitas yang sama, tidak aneh jika suatu saat
seseorang dilanda kebosanan, walaupun Al Qur’an adalah kalam yang
tidak menimbulkan kejenuhan dalam membaca dan mendengarkannya,
tetapi bagi sebagian orang yang belum merasakan nikmatnya membaca
Al Qur’an.61
B. Pengertian dan langkah-langkah diterapkannya Strategi Reading Aloud
1. Pengertian Strategi Reading Aloud
Seperti yang telah diketahui, Strategi Reading Aloud merupakan
teknik membaca teks dengan suara keras, strategi ini dapat membantu
peserta didik untuk memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan serta merangsang minat untuk diskusi, strategi ini
mempunyai efek pada pemusatan perhatian dan membuat suatu kelompok
yang kohesif (saling berhubungan).62
Peningkatan hasil belajar dapat diawali dengan membaca. Kegiatan
“membaca” sangatlah penting dilakukan bagi setiap orang yang sedang
belajar, menurut Surtiati dalam bukunya Pengetesan kemampuan
membaca secara komunikatif, mengemukakan bahwasanya, ”membaca
merupakan kegiatan mencocokkan bunyi dengan huruf (tulisan atau teks),
ini merupakan mekanisme dasar dari membaca,”63 tanpa mengetahui apa
61Zaki Zamani Muhammad Syukron Maksum, op.cit. hlm 6962Ismail. SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Ra
SAIL Media Group.2008), hlm:7663Rahayu Surtiati Hidayat, Pengetesan Kemampuan Membaca Secara Komunikatif,
(Jakarta: Intermasa, 1990), hlm. 27-2848Moh Rifa’I, op,cit, hlm. 1092
tujuan dari mencocokkan bunyi dengan teks, hal tersebut sangat tepat
manakala diterapkan pada anak yang sedang belajar mengaji, setelah
belajar beberapa kali, ia akan mampu melafalkan teks yang ada dalam Al
Qur’an.
Adapun dasar dan tujuan dari kegiatan membaca adalah sebagai
berikut:
a. Dasar filosofis membaca
Banyak sekali Nash Al Qur’an yang menjadi dasar untuk
menunjukkan betapa pentingnya membaca, karena memang di dalam
aktifitas membaca itulah informasi tentang ilmu pengetahuan bisa
digali dan diserap sebanyak-banyaknya, seperti yang difirmankan
Allah SWT dalam surat Al Alaq 1-3
ù&t•ø% $#ÉO ó™$$ Î/y7 În/ u‘“ Ï%©!$#t,n=y{ÇÊÈt,n=y{z̀ » |¡SM}$#ô Ï̀B@,n=tãÇËÈù&t•ø% $#y7 š/ u‘urãPt•ø.F{ $#
ÇÌÈ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah danTuhanmulah yang maha pemurah (QS. Al Alaq: 1-3) 48
Ayat tersebut diawali oleh kata “Iqra” yang berarti perintah
membaca, dan merupakan kata pertama dari wahyu pertama yang
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, sedemikian pentingnya
sehingga sampai dua kali kata tersebut.64 Walaupun masih memiliki
makna yang umum, namun dapat diambil intisari bahwa wahyu
pertama yang turun kepada nabi Muhammad SAW untuk umat
manusia adalah perintah membaca (belajar).
Al Qur’an diturunkan untuk dibaca oleh umat Islam,
direnungkan, dipahami maknanya serta mengamalkannya dengan
sepenuh hati, Allah SWT telah menjamin bagi siapa saja yang
64Quraisy Shihab, Membumikan Al Qur’an, Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam KehidupanMasyarakat, (Bandung: Mizan, 1992) hlm.167-168
membaca Al Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan
tersesat di dunia dan akhirat
b. Tujuan membaca
Sebelum mengerti maksud dari apa yang telah dibaca, orang akan
mengulang-ulang apa yang dibaca agar mengerti maksud dan isi yang
ia baca, hal itulah yang maksud dengan Reading Skill, Menurut
William. P. Pickett, Reading Skill is Include from background
knowledge, identifying main ideas, predicting and inferencing,
maksudnya, skill membaca dapat menggambarkan latar belakang dari
ilmu pengetahuan, mengenali Pokok pikiran, memprediksi dan mampu
menyimpulkan65
Dengan demikian, tujuan dari membaca tidaklah lain adalah agar
manusia mempelajari, memahami dan mengetahui ilmu pengetahuan
yang tak terhingga luasnya yang telah disediakan Allah SWT,
informasi-informasi tentang ilmu pengetahuan yang terkandung
didalamnya itu hanya bisa diserap dengan membaca, selain itu,
Richard Robinson mengemukakan “Reading is being a happy
experience,”66 artinya, dengan membaca kita akan mendapat
pengalaman baru yang menyenangkan.
Tidak ada yang memungkiri bahwa sisi Al Qur’an begitu indah,
dan secara menakjubkan Al Qur’an mampu berdialog dengan berbagai
kalangan, Al Qur’an memberikan manfaat yang berlipat ganda sesuai
dengan kemampuan orang yang membaca dan menyerapnya
Selain tujuan diatas, tujuan penting lainnya dari membaca dan
mempelajari Al Qur’an adalah agar manusia memahami dan
mengetahui ilmu pengetahuan yang tercantum dalamnya, dan yang
paling membanggakan adalah jaminan dari Allah SWT di akhirat kelak
65William P. Pickett, Leaders Of The American 2, Reading And Vocabulary, (New York:MC Graw Hill, 2005).hlm.116
66Richard Robinson, Becoming An Effective Reading Teacher, (New York: Harper andRow ) hlm:5
untuk orang yang sering membaca Al Qur’an, seperti yang disabdakan
nabi dalam haditsnya yang berbunyi:
)(67
Artinya: dari Abu Umamah Al Bahili, berkata, aku mendengarRasulullah SAW bersabda: Bacalah Al Qur’an, makasesungguhnya ia (Al Qur’an) akan mendatangimu di hari kiamatsebagai penolong bagi orang yang membacanya. (HR. Muslim)
Faktor yang berperan sangat penting dalam usaha menumbuhkan
perilaku gemar membaca Al Qur’an, pertama, faktor keluarga,
keluarga merupakan media untuk pertumbuhan anak, selain itu
keluarga juga menjadi sarana penanaman aspek-aspek kerohanian,
seperti akhlak dan pendidikan agama
c. Hakikat pentingya membaca Al Qur’an
Membaca Al Qur’an tidak sama dengan membaca buku atau
kitab lain, membaca Al Qur’an adalah suatu ilmu yang mengandung
seni, yaitu seni membaca Al Qur’an, selain sebagai mukjizat dan
sumber agama Islam, membacanya merupakan ibadat, berbeda dengan
kitab-kitab lain, Al Qur’an mempunyai keistimewaan, antara lain:
1) Al Qur’an merupakan kalamullah yang kemurnian dan
eksistensinya dijamin oleh Allah SWT.
2) Al Qur’an mengandung ajaran yang bersifat universal, berlaku
pada segala tempat dan situasi, serta menjadi pedoman sepanjang
zaman.
3) Membaca Al Qur’an (walaupun belum mengerti arti dan
maksudnya), sudah dinilai sebagai ibadah.
4) Kebenaran yang dibawa Al Qur’an bersifat mutlak, tidak diragukan
dan tidak meragukan.
67 Abi Al Husain Muslim Bin Al Hajjaj Qusairy An Naisabury , Op. cit. hlm. 321
”Keistimewaan itulah yang membuat pelajaran membaca Al
Qur’an menempati suatu ilmu tersendiri yang harus dipelajari secara
khusus,”68 dan dengan keistimewaan itu pula, setiap orang muslim
merasa terpanggil untuk mempelajari Al Qur’an.
2. Tujuan diterapkannya teknik Reading Aloud.
Pada dasarnya, menghafal Al Qur’an merupakan fadhal dari Allah
SWT, hal itu berarti hanya orang-orang pilihan-Nyalah yang akan
mendapat petunjuk dan anugerah untuk menghafal Al Qur’an, akan tetapi
anugerah tersebut bisa dicari dengan adanya usaha, salah satunya berusaha
dengan sungguh-sungguh dalam menghafal Al Qur’an.
Dengan menggunakan metode menghafal yang baik dan istiqomah,
maka seseorang akan sampai pada level Al Hafidz (orang yang menjaga Al
Qur’an), dan salah satu cara agar para Tahfidz diberi kemudahan dalam
menghafal Al Qur’an adalah menghafalkan dengan suara keras (minimal
terdengar oleh diri sendiri atau bisa dengar orang lain), karena dengan
demikian, otak akan lebih mudah menerima dan merekam apa yang telah
dibaca, selain itu, Mufattish (orang yang mendengar/menyimak) bisa
mendengar dan tahu apa yang telah dibaca dan dihafalkan, sehingga ketika
terjadi kesalahan di dalam menghafal bisa langsung dibenarkan.
Hal itulah tujuan diterapkannyaa teknik Reading Aloud dalam
meningkatkan kemampuan menghafal surah-surah pendek, sedangkan
dalam buku PAIKEM karya Ismail SM, dikatakan teknik Reading Aloud
dapat membantu peserta didik memfokuskan perhatian secara mental, serta
mempunyai efek pada memusatkan perhatian dalam belajar, hal itu
membuktikan membaca dengan keras akan membantu memfokuskan
perhatian dan konsentrasi.
3. Langkah-langkah diterapkannya teknik Reading Aloud
68Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1995), hlm.89-90
Penggunaan teknik yang jitu tanpa didukung dengan adanya
metode belajar yang tepat, akan menghambat proses belajar. Maka dari itu,
peneliti menggunakan gaya belajar yang akan menunjang diterapkannya
teknik Reading Aloud. Sedangkan gaya belajar sendiri merupakan cara
belajar yang dipilih dan disukai ketika melakukan kegiatan berfikir,
memproses dan mengerti sesuatu, misalnya, ketika kita mempelajari
tentang tanaman, apakah kita hanya terpaku pada video yang memutar
tentang tanaman? bagaimana kalau kita berkunjung dan terjun langsung
pada perkebunan? Begitu pula dengan belajar Al Qur’an, kita tidak akan
hanya melihat dan mendengarkan orang yang sedang belajar serta
menghafalkan Al Qur’an, tetapi juga ikut mempraktekkannya.
Dalam rangka mewujudkan desain belajar yang menarik, maka
pengaturan kelas dan siswa/santri (setting kelas) merupakan hal yang tidak
bisa terlupakan dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Oleh karena
itu ruang kelas yang terdiri dari kursi, meja, papan tulis dll, perlu ditata
sedemikian rupa untuk lebih menunjang kegiatan pembelajaran yang dapat
mengaktifkan semangat belajar peserta didik.
Melihat jumlah santri kelas IV TPQ Baitul Muttaqien yang
jumlahnya tidak terlalu besar, maka dalam penerapan teknik Reading
Aloud peneliti memadukan dengan setting kelas dengan formasi duduk
huruf “U”. karena ini merupakan kegiatan yang massal dan guru menjadi
pusat penggeraknya, maka formasi ini lebih tepat digunakan karena santri
dapat melihat guru atau media visual dengan mudah. ”Bagi guru, model
ini sangat ideal karena guru dapat masuk kedalam formasi huruf U dan
berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi.”69
”Membaca merupakan kunci pertama dasar dari pembelajaran Al
Qur’an pada anak, untuk menarik perhatian membaca terhadap anak,
ajaklah mereka membaca ayat demi ayat, termasuk teks terjemahannya,
agar anak-anak tertarik, pilihlah tema bacaan yang merangsang
69 Ismail.SM, op.cit, hlm 57-58
keingintahuan anak”.70 Hal itulah yang akan peneliti terapkan dalam
penerapan teknik Reading Aloud guna meningkatkan kemampuan
menghafal surah-surah pendek pada anak kelas IV TPQ Baitul Muttaqien,
yaitu dengan cara membacakan surah At- Tien beserta terjemahannya
sebelum dihafalkan oleh para santri
Berikut ini merupakan langkah-langkah diterapkannya teknik
Reading Aloud guna menunjang kegiatan menghafal surah-surah pendek:
a. Guru mempersiapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam
pembelajaran dan santri dalam kondisi siap melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan posisi duduk membentuk huruf “U”
b. Guru membagikan alat peraga berupa lembaran-lembaran yang
bertuliskan surah At-Tien lengkap beserta terjemahan dan ayat bergaris
yang mengandung bacaan tajwid dan pastikan semua santri
mendapatkan alat peraga tersebut.
c. Guru membaca surah At-Tien beserta terjemahannya dan menjelaskan
bacaan ilmu tajwid yang ada dalam surat At-Tien.
d. Guru memastikan semua santri mampu membaca dengan benar, yaitu
dengan cara meminta kepada masing-masing santri untuk membaca
secara lengkap dengan suara yang keras.
e. Setelah semua mampu membaca dengan benar, maka guru memulai
proses menghafal dengan cara memimpin santri membaca dengan
keras per ayat dan diikuti oleh santri. Hal itu dilakukan secara berulang
sampai semua santri hafal, setelah semua hafal baru dilanjutkan ke
ayat berikutnya.
f. guru mengevaluasi masing-masing santri untuk mengetahui ayat mana
saja yang masih belum hafal dengan lancar.
g. Guru meminta kepada masing-masing santri untuk menghafal ayat-
ayat yang belum lancar dengan suara keras, agar mudah terekam di
dalam ingatan.
70 Nunu A. Hamijaya, Nunung K. Rukmana, 70 Cara Mudah Bergembira Bersama AlQur’an, (Bandung: Jembar, 2007), hlm.44
h. Masing-masing santri membaca surah At-Tien dari ayat pertama
sampai terakhir di hadapan guru, dan diakhiri dengan membaca secara
bersama-sama dengan suara keras surat tersebut.
Dari proses menghafal diatas, santri mendapatkan dua manfaat
sekaligus, diantaranya yaitu, santri mampu hafal surat At Tien secara
bersama-sama, santri juga mendapat pembelajaran ilmu tajwid, hal
tersebut sangat penting karena akan mengingatkan santri kepada bacaan
ilmu tajwid yang ada pada Al Qur’an, dan dengan mengetahui ilmu tajwid
pula, santri akan mudah membaca dan menghafal ayat-ayat Al Qur’an,
karena ilmu tajwid merupakan ilmu yang menerangkan bacaan-bacaan
yang terkandung di dalam Al Qur’an.
C. Hipotesis Tindakan
Dari landasan teori diatas, dapat diambil sebuah hipotesis tindakan
yakni, Teknik Reading Aloud mampu meningkatkan kemampuan santri kelas
IV TPQ Baitul Muttaqien dalam menghafal surah-surah pendek.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Fokus Penelitian
Lokasi Penelitian dilaksanakan di TPQ Baitul Muttaqien Wahyu
Utomo Ngaliyan Semarang Rt 03 Rw 06 Perumahan Wahyu Utomo, dimulai
pada hari Kamis tanggal 24 Desember 2009, pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung, yaitu dimulai antara jam 15.30 sampai 17.00 WIB.
sedangkan subyek penelitian ini adalah peserta didik yang dipersiapkan untuk
mengikuti wisuda tahunan, yaitu santri kelas IV (kelas Al Qur’an).
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah santri dan guru (Asatidz) kelas IV (kelas Al
Qur’an), yang berjumlah 15 santri, yang terdiri dari 5 santri laki-laki, dan 10
santri perempuan, kelas tersebut merupakan kelas tertinggi di TPQ Baitul
Muttaqien Wahyu Utomo Ngaliyan Semarang.
Adapun pemilihan kelas IV sebagai subyek penelitian dengan latar
belakang sebagai berikut:
1. Santri kelas IV merupakan yang dipersiapkan untuk mengikuti wisuda, dan
salah satu syarat wisuda ialah mampu menghafal surah-surah pendek
minimal dari surah An-Nash sampai Al-Dhuha.
2. Santri kelas IV cenderung pasif dan kurang berminat dalam proses
menghafal surah-surah pendek.
3. Dari hasil evaluasi awal, hasil hafalan Santri masih belum memuaskan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana pelaksanaan menghafal surah-surah pendek pada
santri kelas IV TPQ Baitul Muttaqien sebelum diterapkannya teknik
Reading Aloud.
2. Mengetahui bagaimana penerapan teknik Reading Aloud dalam
pelaksanaan menghafal surah-surah pendek pada santri kelas IV TPQ
Baitul Muttaqien.
3. Mengetahui bagaimana kemampuan santri kelas IV TPQ Baitul Muttaqien
dalam menghafal surah-surah pendek setelah menggunakan teknik Reading
Aloud.
D. Metode Penelitian
Adapun Metode penelitian yang dipakai oleh peneliti merupakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan menggabungkan tiga inti kata yaitu:
(1) Penelitian, (2) Tindakan, (3) Kelas, maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar yang berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas dan dilakukan secara bersama. Jadi secara sistematik hal
ini merupakan upaya perbaikan yang dilaksanakan oleh guru dalam
menunjang pelaksanaan praktek pendidikan dengan melakukan tindakan-
tindakan dalam pembelajaran, selain itu penelitian tindakan kelas juga
berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran yang
diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya
diharapkan tidak ada lagi permasalahan di kelas.,
Sedangkan manfaat penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran
yaitu:
1. Inovasi model pembelajaran.
2. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan tingkat kelas.
3. Peningkatan profesionalisme guru.71
Dalam penelitian tindakan kelas yang peneliti laksanakan ini, peneliti
memilih model spiral dari Kemmis dan Taggart yang terdiri dari beberapa
siklus tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi hasil dari tindakan-
tindakan pada siklus sebelumnya. Setiap siklus tersebut terdiri dari empat
71Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama Widya, 2008), Cet. 8, hlm. 18.
tahapan yang meliputi Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Acting).
Pengamatan (Observing), dan Refleksi.72
Pertama, Rencana (Planning), kegiatan ini merupakan langkah awal
sebelum dilaksanakannya penelitian, dalam hal ini peneliti membuat rincian
operasional mengenai tindakan-tindakan kelas yang akan dilakukan;
menentukan siapa saja yang akan dilibatkan dalam penelitian, kapan
penelitian dilaksanakan, alat bantu pengumpul data apa saja yang harus
dipersiapkan, serta data apa saja yang diperlukan dalam menggali informasi
yang diperlukan dan lain sebagainya.
Kedua, Tindakan (Acting), tindakan ini dilaksanakan setelah diketahui
adanya kekurangan yang perlu disempurnakan dalam pembelajaran, maka
pada bagian yang kedua ini peneliti akan mencari solusi dan memperbaiki
masalah, hal ini meliputi, tindakan apa yang pertama kali dilakukan?
Bagaimana organisasi kelas? Siapa yang perlu menjadi kolaborator? Dan
siapa yang mengambil data?
Ketiga, Pengamatan (Observing) adalah kegiatan pengamatan
(Pengumpulan Data) untuk menggali seberapa jauh efek tindakan telah
mencapai sasaran, data apa saja yang perlu dikumpulkan? Bagaimana cara
pengumpulan dan analisis data? Keempat, Refleksi (Reflecting) tentang
perubahan yang terjadi pada peserta didik, suasana kelas (Proses
Pembelajaran) dan guru.73
Keempat Refleksi, merupakan langkah akhir dari penelitian tindakan
kelas terhadap apa yang telah dilakukan pada waktu tindakan. Setelah
melakukan refleksi, biasanya muncul permasalahan baru atau pemikiran baru,
sehingga merasa perlu perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang
dan refleksi ulang, lihat bagan:74
72Ibid, hlm.2273Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 117.74Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm.16.
75
Sedangkan satu hal lagi yang tidak bisa ditinggalkan dalam penelitian
tindakan kelas adalah adanya kolaborator. “Kolaborator adalah suatu
kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti atasan, sejawat, atau kolega.”76.
Kolaborator ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi, karena pada
hakikatnya kedudukan peneliti pada penelitian tindakan kelas ini merupakan
bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak
hanya sebagai pengamat, tetapi terlibat langsung dalam proses situasi dan
kondisi.
Kolaborator dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah
seseorang yang membantu dalam mengumpulkan data-data tentang penelitian
yang sedang dibuat bersama-sama dengan peneliti. Kolaborator dalam
penelitian ini adalah guru yang mengampu semua mata pelajaran di kelas,
yaitu Ust. Erwin Nofianto Al Hafidz.
75Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.16
76Syamsuddin Vismaia dan S. Damianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa (Bandung:Rosdakarya, 2006) hlm.228
PERENCANAAN(Planning)
PELAKSANAAN (Acting)
PENGAMATAN(Observing)
REFLEKSI(Reflecting)
SIKLUS I
PERENCANAAN(Planning)
PELAKSANAAN (Acting)
PENGAMATAN(Observing)
REFLEKSI(Reflecting)
SIKLUS II
?
1. Prosedur Penelitian
Penelitian dirancang dalam tiga tahap yaitu pra siklus, siklus I dan
siklus II. pelaksanaan tiap siklus hanya diambil I kelas dengan kolaborator
guru kelas IV, yaitu Ust. Erwin Nofianto Al Hafidz.
a. Pra siklus
Tahap pra siklus ini dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Desember
2009, dalam hal ini peneliti melakukan observasi secara langsung
terhadap aktivitas menghafal di kelas IV TPQ Baitul Muttaqien Wahyu
Utomo Ngaliyan Semarang, dalam pembelajaran tersebut santri masih
menghafal secara individu dan itu hanya berlangsung beberapa saat,
ketika santri merasa sedikit jenuh, aktivitas menghafal mereka akan
terhenti dan cenderung pasif, tidak mau melanjutkan kembali
hafalannya, 77
Di akhir pembelajaran, dilakukan tes lisan untuk mengetahui
hasil hafalan santri pada surah-surah pendek. Dan diketahui dari
pembelajaran tersebut belum mampu meningkatkan kualitas hafalan
santri pada surah-surah pendek, permasalahan itulah yang akan peneliti
ambil solusi dengan cara menerapkan teknik Reading Aloud dalam
menghafal surah-surah pendek.
b. Siklus I
Pelaksanaan siklus I dari penelitian tindakan kelas ini dimulai
pada hari Kamis, 31 Desember 2009, dengan mengambil tempat di
ruang kelas IV
1) Perencanaan
a) Peneliti dan guru menyiapkan bahan ajar yang meliputi:
(1) Menyusun Rencana Pembelajaran yang memuat model
pembelajaran menghafal, yaitu menggunakan teknik
Reading Aloud.
77Hasil Observasi di kelas IV TPQ Baitul Muttaqien pada Rabu, 23 Desember 2009.
(2) Alat peraga berupa lembaran bertuliskan surah At-Tien
lengkap beserta terjemahannya.
(3) Mengatur posisi duduk santri dengan membentuk setengah
lingkaran atau huruf “U”.
(4) Menerapkan model pembelajaran dalam menghafal yaitu
dengan menggunakan teknik Reading Aloud.
b) Peneliti dan guru menyiapkan instrument yang meliputi:
(1) Lembar observasi untuk mengamati aktivitas menghafal
santri
(2) Lembar observasi untuk mengamati aktivitas pembelajaran.
2) Pelaksanaan
Guru kolaborator didampingi peneliti melaksanakan
pembelajaran sesuai rancangan yang telah disiapkan oleh peneliti.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan
teknik Reading Aloud pada siklus I secara garis besar adalah
sebagai berikut:
a) Guru memberikan apersepsi tentang materi pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
c) Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan teknik
Reading Aloud, sedangkan peneliti mengamati, menilai melalui
lembar observasi serta mencatat apa saja yang terjadi dalam
kelas pada siklus I.
d) Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario
pembelajaran.
e) Guru melaksanakan tes lisan secara individual.
3) Pengamatan
a) Guru mengamati jalannya proses pembelajaran pada siklus I
b) Guru mengamati setiap kegiatan yang dilakukan santri mulai
dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. serta
Membuat penilaian tentang indikator aktivitas santri dalam
proses pembelajaran yang telah disiapkan
c) Guru mengamati hasil hafalan dengan tes lisan, apakah sudah
mencapai ketuntasan dalam menghafal?
d) Menilai hasil tindakan
e) Peneliti mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang
dialami dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan
harapan penelitian.
4) Refleksi
a) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan
b) Guru dan peneliti mendiskusikan hasil pengamatan. Dan
membuat suatu refleksi, apakah ada yang perlu diperbaiki dan
dipertahankan?
c) Membuat kesimpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus I.
c. Siklus II
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada hari kamis tanggal 07
Januari 2010 di kelas yang sama, dan merupakan suatu tindakan
lanjutan dari pelaksanaan siklus I. Adapun langkah-langkah yang
ditempuh dalam siklus II dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.
1) Perencanaan
a) Penyempurnaan pelaksanaan pada siklus I.
b) Meninjau kembali rencana pembelajaran yang disiapkan untuk
siklus II dengan melakukan refleksi siklus I.
c) Menyiapkan materi untuk kegiatan siklus II dengan materi
pokok hafalan surah At-Tien.
d) Menyiapkan lembar kerja observasi yaitu, pengamatan
terhadap kegiatan menghafal santri kelas IV TPQ Baitul
Muttaqien dengan menggunakan teknik Reading Aloud.
2) Pelaksanaan
Guru kelas dengan didampingi peneliti melaksanakan
pembelajaran sesuai rencana pembelajaran yang telah disiapkan
oleh peneliti dan direvisi berdasarkan evaluasi pada siklus I.
a) Guru memberikan apersepsi tentang materi pembelajaran yang
akan dibahas.
b) Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
teknik Reading Aloud.
c) Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario
pembelajaran dan hasil refleksi.
d) Guru melaksanakan tes lisan secara individual.
3) Pengamatan
a) Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan, sedangkan
fokus dari pengamatan adalah kegiatan santri dalam
mengerjakan sesuatu dengan skenario pembelajaran.
b) Peneliti mengamati pelaksanaan pembelajaran dan
membandingkan hasil pembelajaran dengan siklus I.
c) Guru bersama peneliti mengamati hasil tes apakah sudah
mencapai keberhasilan dalam menghafal.
d) Peneliti mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang
dialami dalam proses menghafal yang belum sesuai dengan
harapan penelitian.
e) Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran
bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan. Jika
permasalahan sudah terselesaikan dan sudah dianggap cukup,
maka tindakan dihentikan.
4) Refleksi
Refleksi pada siklus II ini dilakukan penyempurnaan
tentang pelaksanaan menghafal dengan menggunakan teknik
Reading Aloud yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas
hafalan santri kelas IV pada surah-surah pendek.
2. Variabel Penelitian
Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi:
a. Aspek kemampuan santri kelas IV TPQ Baitul Muttaqien dalam
menghafal surah-surah pendek.
b. Aspek hasil hafalan santri
E. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan
beberapa metode yaitu:
1. Observasi
“Observasi merupakan studi yang disengaja dan sistematis untuk
mengamati gejala-gejala sosial pada penelitian.78 Penggunaan metode
observasi dalam paradigma kuantitatif maupun kualitatif sama pentingnya,
keduanya menggunakan observasi untuk memahami kondisi lapangan
dengan lebih baik79” Metode ini digunakan untuk mendapatkan data
mengenai kondisi TPQ Baitul Muttaqien dan untuk mengetahui proses
kegiatan menghafal surah-surah pendek di kelas IV TPQ Baitul Muttaqien
Wahyu Utomo Ngaliyan Semarang dengan menggunakan teknik Reading
Aloud.
2. Wawancara (Interview)
‘Interview/Wawancara merupakan alat pengumpul data yang berupa
tanya jawab antara pihak pencari informasi dengan sumber informasi yang
berlangsung secara lisan.”80 Wawancara ini dilakukan terhadap orang-orang
yang ada kaitannya dalam pelaksanaan penerapan teknik Reading Aloud
pada santri kelas IV TPQ Baitul Muttaqien Wahyu Utomo Ngaliyan
Semarang dalam menghafal surah-surah pendek
78Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1990),hlm. 157
79Noeng Muhajir, Metode Keilmuan Paradigma Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed,(Yogyakarta: Raka Sarasin, 2007), hlm. 301.
80Hadari Nawawi dan Martini Hadari Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta:Gajah Mada University Press, 1992), hlm. 98
Teknik Pengumpulan Data Wawancara
INFORMAN MATERI WAWANCARA KETERANGAN
1 2 3
Ust.Imron
Rosyid
Gambaran umum TPQ Baitul
Muttaqien Wahyu Utomo Ngaliyan
Semarang (sejarah berdirinya, letak
geografis, kondisi santri, guru, dan
staf, sarana prasarana.
Koordinator
pelaksana TPQ
Baitul Muttaqien
Ust. M.Erwin
Nofiyanto
Al Hafidz
a. Faktor-faktor penghambat yang
menyebabkan santri kurang efektif
di dalam menghafal.
b. Penerapan teknik Reading Aloud
guna meningkatkan kemampuan
menghafal surah-surah pendek pada
santri kelas IV TPQ Baitul
Muttaqien.
Guru Kelas IV
TPQ Baitul
Muttaqien
3. Dokumentasi
“Metode dokumentasi menurut Suharsimi adalah cara yang dilakukan
untuk menyelidiki catatan seperti buku, catatan harian, notulen rapat, dll.”81
Sehingga dokumentasi ini bermanfaat untuk mendapatkan data tentang
jumlah santri, nama asatidz, dll dalam penelitian. Tepatnya untuk
mendapatkan data tentang hasil belajar santri sebelum diterapkannya teknik
Reading Aloud dalam menghafal surah-surah pendek, metode ini juga
digunakan untuk menguatkan data-data yang telah didapatkan.
4. Metode Tes
81Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: RinekaCipta, 2002), Edisi Revisi V, hlm. 135.
Instrument tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar
dan pencapaian atau prestasi, antara lain: mengukur inteligensi (IQ),
mengetahui perbedaan hasil antara satu dengan yang lain. Dalam hal ini
peneliti menggunakan metode tes sebagai instrument untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan santri TPQ Baitul Muttaqien dalam menghafal
surah-surah pendek, sehingga dapat diambil suatu data yang konkrit dari
kegiatan tersebut.
Metode tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan santri dalam
menghafal surah-surah pendek adalah tes lisan, yaitu tes yang pertanyaan
maupun jawabannya disampaikan secara lisan,82 tes lisan sangat bermanfaat
dan tepat untuk mengetahui keberhasilan belajar dalam aspek kognitif yang
dalam hal ini adalah hasil hafalan santri, oleh karena itu tes ini tepat
digunakan agar guru/asatidz dapat mengetahui tingkat hafalan santri
terhadap surah At-Tien sebelum dan sesudah dilakukan tindakan siklus.
Adapun aspek yang diambil peneliti merupakan aspek kognitif, yaitu
hasil dari hafalan santri pada surah At-Tien, adapun aspek kognitif tersebut
meliputi:
a. Aspek Membaca, yaitu, sebelum menghafal, santri terlebih dulu
membaca surah At Tien secara Binnadhar dengan baik dan benar
b. “Aspek ketartilan, yaitu, kemampuan santri dalam menghafal dan
melafalkan surah At-Tien dengan Tartil (membaca dengan pelan dan
tenang).”83
c. Aspek kelancaran, yaitu, siswa mampu menghafal dan melafalkan surah
At-Tien dengan lancar (tanpa adanya kesalahan dalam lafadz)
d. Aspek Tilawah, yaitu, kemampuan santri dalam menghafal dan
melafalkan surah At-Tien dengan nada atau suara yang bagus dan indah.
e. Aspek kefasihan, yaitu santri mampu melafalkan surah At-Tien dengan
baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
82WS. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1986),hlm. 106.
83Mohammad Wahyudi, Ilmu Tajwid, (Surabaya: Halim Jaya, 2007), Cet. I, hlm. 9.
Beberapa aspek di atas merupakan indikator penilaian yang akan
diambil peneliti untuk dianalisis guna mengetahui peningkatan kualitas
hafalan santri terhadap surah At-Tien pada tiap siklusnya.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan hasil temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain, adapun analisis data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Analisis Data Kualitatif
“Prosedur ini menghasilkan temuan yang diperoleh dari data-data
yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara, namun bisa juga
mencakup dokumen, buku, kaset yang menggambarkan tentang obyek
penelitian.”84
Dalam penelitian ini analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui
peningkatan hasil hafalan siswa pada surah-surah pendek dengan
menggunakan teknik Reading Aloud, yang diperoleh dari hasil perhitungan
prosentase kemampuan siswa dari masing-masing tes, kemudian
dideskripsikan secara kualitatif.
2. Analisis Data Kuantitatif
“Analisis data kuantitatif lebih identik dengan metode
pengumpulan data yang berdasar pada data secara statistik dan
matematis,”85 analisis ini digunakan untuk menganalisis data dari jumlah
santri yang mengalami peningkatan hasil belajar, yang diperoleh dari
tindakan siklus I dan siklus II, nilai masing-masing santri pada akhir siklus
84Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Tata Langkah danTeknik-Teknik Teoritisasi Data, Penerjemah: Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqien,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar Press, 2003), hlm. 5.
85Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama, 1994), hlm. 252.
diperoleh dengan menjumlahkan skor santri secara keseluruhan, merekap
nilai tes hasil hafalan, dan rata-rata nilai.
Karena penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, maka
analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, “yaitu data yang
terkumpul berbentuk kata-kata, dan gambar bukan berbentuk angka-angka,
kalaupun ada angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang data.”86 jadi
“penelitian deskriptif kualitatif hanya bersifat mendeskripsikan makna data
atau fenomena yang dapat ditangkap oleh peneliti.”87 metode ini
digunakan untuk mendeskripsikan data-data yang peneliti kumpulkan baik
data hasil wawancara, observasi maupun dokumentasi, selama
mengadakan penelitian di TPQ Baitul Muttaqien Wahyu Utomo Ngaliyan
Semarang tentang penerapan teknik Reading Aloud guna meningkatkan
kemampuan menghafal surah-surah pendek.
Sedangkan penilaian yang digunakan peneliti untuk mengetahui
peningkatan kemampuan dalam menghafal adalah sebagai berikut:
a. Nilai Rata-rata
Nilai rata-rata siswa dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:88
Keterangan:
b. Ketuntasan Individu
Ketuntasan individu. Merupakan data mengenai hasil hafalan
dari tiap siklus yang diperoleh dari hasil tes dan data hasil pembelajaran
86 Sudarwan Denim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002 ), hlm.5187Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), Cet. 10,
hlm. 161.88Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
hlm.264
menghafal secara keseluruhan setelah diterapkannya teknik Reading
Aloud Adapun langkah perhitungan adalah dengan cara menghitungnya
menggunakan rumus:
89
Sedangkan indikator keberhasilan dalam menghafal surah At-
Tien ditentukan dengan skor sebagai berikut:
80 – 100 : (A) Baik sekali
66 – 79 : (B) Baik
56 – 65 : (C) Cukup
30 – 55 : (D) Kurang
20 – 30 : (E) Gagal 90
Dan indikator keberhasilan siswa dalam menghafal surah At-Tien
dapat dikatakan tuntas jika siswa mampu memperoleh nilai sesuai
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu skor minimal 65.
89Asep Jihad,Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Presindo,2009),cet 3, hlm.130
90Buku Rapor, Yayasan Baitul Muttaqien Taman Pendidikan Al-Qur'an NgaliyanSemarang, hlm.1
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum TPQ Baitul Muttaqien Wahyu Utomo Ngaliyan
Semarang
1. Letak Geografis
Untuk lebih mendekatkan permasalahan yang akan diuraikan
dalam skripsi ini, perlu diketengahkan pula kondisi obyektif dari TPQ
Baitul Muttaqien Wahyu Utomo Ngaliyan Semarang, baik dari segi
geografis, historis, pengurus, keadaan asatidz dan santri.
Secara geografis, lokasi TPQ Baitul Muttaqien berada di komplek
perumahan Wahyu Utomo kecamatan Ngaliyan kota Semarang. Tepatnya
berjarak kurang lebih 200 meter dari jalan raya Ngaliyan-Boja, TPQ Baitul
Muttaqien ini dibatasi oleh:
Ø Sebelah barat dibatasi : Masjid Baitul Muttaqien
Ø Sebelah timur dibatasi : Perumahan Wahyu Utomo Rt: 03
Ø Sebelah selatan dibatasi : Perumahan Wahyu Utomo Rt: 09
Ø Sebelah utara dibatasi : Perumahan Wahyu Utomo Rt: 04
Dilihat dari mata pencahariannya, warga disekitar TPQ Baitul
Muttaqien, yaitu warga perumahan Wahyu Utomo, umumnya mereka
bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS), pengusaha atau wiraswasta
serta pedagang.
Sedangkan dari kehidupan beragama, warga perumahan Wahyu
Utomo Ngaliyan Semarang merupakan masyarakat yang religius.
meskipun tidak 100% warganya muslim, namun suasana nampak hidup
akur dan rukun, sebagai mayoritas berpenduduk muslim, mereka sadar
untuk memasukkan putra-putrinya di TPQ, untuk menerima pendidikan
agama, sehingga menjadi putra-putri yang shaleh-shalehah, mampu
membaca Al Qur’an dengan baik dan benar, mengerti pengetahuan agama
dan menjadi penerus bangsa yang agamis.91
2. Sejarah Singkat Berdirinya TPQ Baitul Muttaqien
Ditinjau dari kondisi sehari-hari di lingkungan perumahan Wahyu
Utomo sebelum adanya TPQ, seusai sekolah umum, seringkali terlihat
adanya kegiatan anak-anak yang mayoritas waktunya dihabiskan hanya
untuk bermain-main.
Lebih memprihatinkan lagi apabila kegiatan anak-anak ini lepas
kontrol dari kedua orang tua, yang mayoritas sibuk dengan pekerjaannya,
sehingga segala kegiatan anak dari pagi hingga sore hari hanya
mengandalkan pengawasan dari pembantu rumah tangga. Memang kondisi
semacam ini tidak seluruhnya berlaku pada semua warga perumahan
Wahyu Utomo, sebab ada juga anak-anak yang jadwal dan pengawasan
orang tuanya begitu ketat, sehingga aktivitas dan kegiatan anak dapat
terarah.
Bermula dari kondisi itulah, timbul ide dan pemikiran dari
REISBAQIN (Remaja Islam Baitul Muttaqien) untuk mengajukan
proposal tentang rencana pembangunan tempat belajar ilmu-ilmu agama
untuk anak. Pada tanggal 15 Mei 1992 pengurus yayasan Baitul Muttaqien
mengadakan rapat intern di kediaman bapak Prof. Dr. H. Muslich Sobir
guna membahas rencana pendirian TPQ tersebut.
Pada 13 Juli 1992, secara resmi TPQ Baitul Muttaqien mulai
dibuka dengan bertempat di rumah kontrakan yang terletak di jl. Wahyu
Asri V No. B-106 Wahyu Utomo Ngaliyan Semarang.92
Adapun tujuan dari didirikannya TPQ Baitul Muttaqien adalah
untuk mendidik anak-anak terutama di lingkungan perumahan Wahyu
Utomo, agar mampu baca-tulis Al Qur’an serta menambah ilmu
91Hasil wawancara dengan Ust. Imron Rosyid. SH.i (Koordinator pelaksana harian TPQBaitul Muttaqien Wahyu Utomo Ngaliyan Semarang), pada hari Senin tanggal 02 November 2009,bertempat di kantor TPQ Baitul Muttaqien.
92Ibid.
pengetahuan tentang keagamaan yang terwujud dalam perilaku sehari-hari,
dan diharapkan pula terbentuknya suatu generasi penerus yang sholeh-
sholihah, bertaqwa kepada Allah, berbakti kepada orang tua, serta berguna
bagi agama, bangsa dan negara.
Dari rumusan tujuan TPQ Baitul Muttaqien diatas, maka terdapat
target yang harus ditempuh oleh TPQ bagi seluruh santri yang ikut belajar
disana, adapun target yang harus ditempuh santri ketika belajar di TPQ
Baitul Muttaqien adalah sebagai berikut:
a. Santri mampu membaca dan menulis huruf hijaiyyah terutama Al
Qur’an dengan baik dan benar.
b. Santri mampu menghafal surah-surah pendek dan doa-doa wajib.
c. Santri dapat mengetahui ilmu pengetahuan agama sebagai penunjang
terhadap pendidikan agama di sekolah formal.
d. Santri dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan
tuntutan agama yang telah diajarkan, misalnya: melaksanakan sholat
lima waktu, berbakti kepada guru dan arang tua, menyayangi sesama
mahluk hidup ciptaan Allah.93
B. Deskripsi data dan Analisis Tahap Pra Siklus
Pada tahap pra siklus ini dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Desember
2009 dan bertempat di ruang kelas IV yang diampu oleh Ust. Erwin Novianto
Al Hafidz. Tahap pra siklus ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh
semangat santri dalam mengikuti pembelajaran menghafal di kelas sebelum
diterapkannya teknik Reading Aloud.
Berdasarkan hasil pengamatan pada pelaksanaan pra siklus di kelas IV
yang diampu oleh Ust. Erwin Novianto Al Hafidz, dalam proses
pembelajarannya masih menggunakan model pembelajaran menghafal secara
klasik, yaitu, guru hanya sebatas mengkoordinir dan mengawasi jalannya
pembelajaran menghafal yang sedang dilakukan santri, dan yang terjadi pada
kegiatan pembelajaran menghafal tersebut, ketika santri merasa sedikit jenuh,
93Ibid.
aktivitas menghafal mereka akan terhenti dan cenderung pasif serta tidak mau
melanjutkan kembali hafalannya, selain itu banyak ditemui santri yang kurang
bersemangat dan malas dalam menghafal. Kemungkinan hal tersebut terjadi
karena santri hanya terfokus pada kegiatan menghafal saja tanpa adanya suatu
tindakan yang dapat membuat mereka bersemangat dalam menghafal,
akibatnya pada tahap pra siklus ini hasil hafalan santri sangat rendah.
Observasi pada tahap pra siklus ini diakhiri dengan dilaksanakannya
tes hasil hafalan, sedangkan tes yang digunakan untuk mengukur tingkat
kemampuan santri dalam menghafal adalah tes lisan. Berkaitan dengan hasil
tes akhir tersebut, nilai rata-rata kelas pada pra siklus adalah 49,6 Dan hanya 3
santri yang mampu memenuhi standar KKM. hasil tes akhir hafalan pada
tahap pra siklus ini ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 1
Hasil Hafalan Santri Pada Tahap Pra Siklus
NO NAMA SISWAKetuntasan Individu
(Nilai)KETERANGAN
1 Adi Kusuma 55 Tidak Tuntas
2 Aisyah Mas’udah 35 Tidak Tuntas
3 Berty Rahayu 45 Tidak Tuntas
4 Ervika Putri 40 Tidak Tuntas
5 Fahta Maulana Putra 40 Tidak Tuntas
6 Fajar Izzar Frananda 55 Tidak Tuntas
7 Fitria Kusuma 65 Tuntas
8 Irsalina 70 Tuntas
9 Insyirah Nur Sakinah 55 Tidak Tuntas
10 Jovita Ellysia 45 Tidak Tuntas
11 Khotijatun Masturoh 40 Tidak Tuntas
12 M. Rirfi hadi pratama 55 Tidak Tuntas
13 Mia Dwi Rahmawati 40 Tidak Tuntas
14 Puput Sanjaya 40 Tidak Tuntas
15 Reza Muhammad 65 Tuntas
Jumlah 745
Rata-rata 49,6
Dari hasil pengamatan pada tahap pra siklus tersebut, dapat
disimpulkan bahwa peserta didik/santri belum terlibat aktif secara penuh
dalam proses pembelajaran menghafal. Dan dari hasil pra siklus itu pula,
peneliti mengidentifikasi beberapa permasalahan yang terjadi dalam
pembelajaran menghafal di TPQ Baitul Muttaqien, yaitu antara lain:
1. Tidak adanya variasi dalam pembelajaran menghafal, sehingga santri cepat
jenuh dan cenderung membosankan.
2. Kurangnya pengawasan guru/Asatidz terhadap proses kegiatan menghafal,
sehingga santri cenderung seenaknya dalam kegiatan tersebut.
3. Penerapan metode menghafal yang kurang efektif, yaitu dengan
mengkoordinir santri untuk menghafal secara individu, sehingga semangat
santri dalam menghafal hanya bersifat sementara, artinya, setelah mereka
jenuh, aktifitas menghafal santri berhenti dan cenderung tidak mau
melanjutkan kembali.
4. Berkaitan dengan pembelajaran aktif, penataan ruang kelas belum
mencerminkan pembelajaran aktif, karena penataan bangku masih secara
konvensional.
Setelah mengidentifikasi beberapa permasalahan diatas, kemudian
peneliti mendiskusikan hal tersebut dengan Asatidz kelas IV TPQ Baitul
Muttaqien Wahyu Utomo Ngaliyan, yaitu Ust. Erwin Nofianto Al Hafidz.
Selaku guru mitra atau kolaborator dalam penelitian ini untuk dicarikan
solusinya, solusi yang didapat dari hasil diskusi tersebut akan diterapkan
menjadi sebuah tindakan untuk tahap berikutnya yaitu pada siklus I.
C. Analisis Tahap Siklus I
Penelitian Tindakan Kelas pada siklus I dilaksanakan oleh peneliti
dengan yaitu Ust. Erwin Nofianto Al Hafidz sebagai guru mitra atau
kolaborator sekaligus sebagai guru kelas IV. Pada siklus I ini, observasi
dilakukan di kelas IV pada tanggal 31 Desember 2009. Tindakan siklus I ini
mengacu pada solusi yang diperoleh dari tahap refleksi pada pra siklus,
sebagai tindakan untuk mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan
pembelajaran menghafal surah-surah pendek kaitannya dengan meningkatkan
kemampuan santri dalam menghafal.
Sebelum melaksanakan tindakan pada tahap siklus I, peneliti dan
kolaborator yaitu guru mitra melakukan diskusi terlebih dahulu tentang
tindakan yang akan diambil untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada
tahap pra siklus, terutama bagaimana menciptakan suasana belajar yang tidak
menjenuhkan yang akan membawa dampak semangat menghafal pada santri.
Sedangkan deskripsi dari pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah
sebagai berikut
1. Tahap Perencanaan
Sebelum memasuki tahap perencanaan, peneliti dan guru
kolaborator mendiskusikan tentang pembelajaran yang terjadi pada tahap
pra siklus, serta mencari solusi yang tepat dalam meningkatkan
kemampuan santri dalam menghafal surah-surah pendek, dalam
perencanaannya, peneliti mengungkapkan bahwa permasalahan dapat
diatasi dengan diterapkannya teknik Reading Aloud, sebab penggunaan
Reading Aloud dapat meningkatkan daya ingat yang kuat pada santri, guru
menyetujui solusi tersebut dan mulailah peneliti bersama guru kolaborator
merancang pembelajaran menghafal dengan menggunakan teknik Reading
Aloud serta menyiapkan segala sesuatu yang dapat membantu kelancaran
proses diterapkannya teknik tersebut.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus I, guru kolaborator bersama peneliti memasuki
kelas IV (Al Qur’an) pada pukul 15:30, santri dalam kelas tersebut
berjumlah 15 anak yang terdiri dari 5 laki-laki dan 10 perempuan.
Sebelum pembelajaran guru mengucapkan salam, dilanjutkan dengan
memimpin doa dan mengabsen santri. Selanjutnya guru memperkenalkan
peneliti, dan memberikan apresiasi tentang pembelajaran menghafal yang
akan dilaksanakan pada sore tersebut.
Pembelajaran dimulai guru membagikan beberapa kertas
bertuliskan surah yang akan dihafalkan kepada santri, yaitu surah At-Tien
yang lengkap beserta harakat dan terjemahnya, selain itu, pada lembaran-
lembaran tersebut juga tercantum ayat-ayat bergaris, yang mana ayat-ayat
tersebut mengandung bacaan ilmu tajwid yang sudah diajarkan oleh guru,
sesekali ayat bergaris tersebut diungkapkan oleh guru agar perhatian santri
tidak terlalu fokus terhadap materi hafalan, dan proses menghafal tersebut
tidak menjenuhkan.
Pembelajaran diawali dengan guru membacakan surah At-Tien
terlebih dahulu secara lengkap dari ayat 1-8, dan diikuti oleh semua santri,
setelah selesai santri dites satu persatu untuk membaca ayat yang akan
dihafalkan, setelah itu guru memimpin prosesi menghafal dengan
membaca per-ayat yang diulang berkali-kali, sehingga semua santri hafal,
setelah dirasa cukup, guru meminta satu persatu santri untuk melafalkan
ayat yang telah dihafalkan, apabila semua bisa hafal, maka dilanjutkan ke
ayat berikutnya.
3. Tahap Observasi.
Ketika pembelajaran tengah berlangsung, ternyata santri yang
bernama Aisyah Mas’udah, Ervika Putri dan Khotijah memiliki
kemampuan menghafal yang lemah, sehingga untuk beberapa santri ini
diberikan toleransi oleh guru untuk mengulang-ulang lagi ayat yang
menurutnya sulit, oleh sebab itu, para santri tersebut belum bisa mendapat
hasil yang maksimal dalam menghafal.
Pada tahap pelaksanaan siklus I, santri yang bernama Adi
Kusuma, Rifqi Hadi Pratama dan Fahta Maulana, membuat gaduh,
sehingga sedikit mengganggu proses pembelajaran, akan tetapi
kemampuan menghafal mereka cukup bagus, sehingga pada tahap ini
mereka tidak perlu diberikan toleransi waktu untuk menghafal.
Pada akhir pembelajaran dilaksanakan tes hafalan yang berbentuk
lisan, dari hasil tes tersebut, 3 santri dinyatakan belum tuntas dalam
menghafal, sedangkan 12 santri lain tuntas dengan nilai diatas standar
ketuntasan minimal.
Tabel 2
Hasil Hafalan Santri Pada Tahap Siklus I
NO NAMA SISWAKetuntasan Individu
(Nilai)KETERANGAN
1 Adi Kusuma 70 Tuntas
2 Aisyah Mas’udah 55 Tidak Tuntas
3 Berty Rahayu 65 Tuntas
4 Ervika Putri 55 Tidak Tuntas
5 Fahta Maulana Putra 65 Tuntas
6 Fajar Izzar Frananda 70 Tuntas
7 Fitria Kusuma 75 Tuntas
8 Irsalina 80 Tuntas
9 Insyirah Nur Sakinah 70 Tuntas
10 Jovita Ellysia 65 Tuntas
11 Khotijatun Masturoh 55 Tidak Tuntas
12 M. Rifqi hadi pratama 65 Tuntas
13 Mia Dwi Rahmawati 65 Tuntas
14 Puput Sanjaya 65 Tuntas
15 Reza Muhammad 75 Tuntas
Jumlah 995
Rata-rata 66,3
4. Refleksi
Hasil dari pembelajaran pada tahap siklus I tersebut, dapat
disimpulkan bahwa santri mulai ada peningkatan dalam proses menghafal,
sehingga hasil hafalannya meningkat. Dari pengamatan peneliti rata-rata
kelas pada siklus I meningkat dibanding pada tahap pra siklus. Yaitu
menjadi 66,3 dari 15 santri, 3 santri yang nilainya masih dibawah KKM
Setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada siklus I, guru
kolaborator bersama peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan
pembelajaran, dengan mendiskusikan kendala atau permasalahan yang
dihadapi ketika berada di kelas. Dari refleksi tersebut diketahui
permasalahan yang muncul pada tahap siklus I, diantaranya:
a. Adanya santri yang pasif dan kurang semangat dalam pelaksanaan
menghafal surah-surah pendek.
b. Adanya santri yang trouble maker dalam kelas, sehingga mengganggu
proses menghafal.
Dari hasil evaluasi pembelajaran dan hasil diskusi antara peneliti
dengan kolaborator, kedua permasalahan diatas akan diberikan solusi
untuk lebih meningkatkan kemampuan santri dalam menghafal surah-
surah pendek, dan solusi tersebut akan diterapkan pada siklus II, tindakan
tersebut yaitu:
a. Guru memberikan motivasi dan arahan sebelum pelaksanaan
pembelajaran.
b. Memberikan perhatian yang lebih terhadap santri yang masih lemah
dan kesulitan dalam menghafal.
c. Dikarenakan penerapan teknik Reading Aloud ini guru terlibat
langsung dalam proses menghafal, maka pada saat pembelajaran
menghafal berlangsung, kontak pandang guru terhadap peserta didik
tidak hanya tertuju pada seorang saja, sehingga tidak ada lagi santri
yang menjadi trouble maker dalam kelas, dan penerapan teknik
Reading Aloud ini bisa maksimal.
D. Analisis Tahap Siklus II
Seperti pada tahap pra siklus dan siklus I, observasi dilakukan oleh
peneliti dan kolaborator untuk berupaya meningkatkan kemampuan santri
dalam menghafal surah-surah pendek dengan menggunakan teknik Reading
Aloud. Pelaksanaan siklus II ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 07
Januari 2010 di kelas yang sama. Adapun deskripsi pelaksanaan tindakan pada
siklus II adalah sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
Dalam tahap ini guru kolaborator dan peneliti bertemu kembali
untuk membahas kekurangan yang terjadi pada siklus I, seperti banyaknya
siswa yang salah dalam membaca surah At-Tien, akibatnya, hal tersebut
berpengaruh terhadap hasil hafalan santri, selain itu pandangan guru harus
berputar dan tertuju pada semua santri. Sehingga semua santri bisa
mendapat perhatian yang sama dan meminimalkan santri yang sering
berbuat gaduh, sehingga dapat mengganggu jalannya pembelajaran.
Dalam perencanaannya, guru ketika memimpin proses menghafal
akan lebih mengulang-ulang ayat yang terlihat sulit, seperti ayat ke 5, 6
dan 7 dari surah At-Tien, karena dari hasil tes pada siklus I, banyak santri
yang kurang lancar dan kurang tepat dalam melafalkan ayat-ayat tersebut
secara hafalan.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran berlangsung seperti biasa, guru
mengucapkan salam dan memimpin doa, kemudian guru membagikan alat
peraga berupa lembaran-lembaran bertuliskan surah At-Tien seperti pada
siklus I
Setelah semua santri mendapatkan lembaran, guru memulai
pembelajaran dengan memberikan semangat dan dukungan kepada santri
khususnya bagi mereka yang pada tahap siklus I belum tuntas. kemudian
guru mulai memimpin proses menghafal seperti yang direncanakan, yaitu
menambah porsi pengulangan pada ayat-ayat yang terlihat sulit bagi santri
Pada tahap pelaksanaan ini semua santri fokus terhadap
pembelajaran, bagi santri yang belum maksimal dalam menghafal, santri
tersebut akan termotivasi dan bersungguh-sungguh dalam menghafal agar
tidak tertinggal dari teman-temannya yang lain, sehingga pada
pelaksanaan siklus II ini tidak ada santri yang membuat gaduh, dan
pelaksanaan pembelajaran menghafal bisa dilaksanakan dengan baik
3. Tahap Observasi
Pada saat pembelajaran berlangsung guru telah melaksanakan
tugasnya dengan baik, seperti yang direncanakan pada awal sebelum
pembelajaran siklus II. saat pembelajaran pada siklus II, santri terlihat
senang dan aktif dalam pembelajaran menghafal, santri memperhatikan
dengan antusias ketika guru membacakan surah At-Tien, dengan harapan
apa yang mereka dengar dapat mereka rekam dalam ingatan, sehingga
dapat meminimalisir kesalahan
Pada akhir pembelajaran siklus II ini, guru mengadakan tes hafalan
yang berupa tes lisan, dan dari hasil tes tersebut santri yang pada siklus I
memiliki kekurangan dan belum tuntas dalam menyelesaikan hafalannya
seperti Aisyah, Ervika dan Khotijah, pada siklus II ini mereka sudah bisa
menuntaskan hafalannya dengan baik.
Dari hasil pengamatan pada tahap siklus II tersebut, dapat
disimpulkan bahwa santri secara keseluruhan terlibat aktif dalam proses
menghafal surah At-Tien, hal ini terlihat pada santri setelah dilaksanakan
tes hafalan di akhir pembelajaran, sebagaimana terdapat pada tabel berikut.
Tabel 3
Hasil hafalan siswa pada tahap siklus II
NO NAMA SISWAKetuntasan Individu
(Nilai)KETERANGAN
1 Adi Kusuma 85 Tuntas
2 Aisyah Mas’udah 70 Tuntas
3 Berty Rahayu 85 Tuntas
4 Ervika Putri 75 Tuntas
5 Fahta Maulana Putra 80 Tuntas
6 Fajar Izzar Frananda 85 Tuntas
7 Fitria Kusuma 90 Tuntas
8 Irsalina 95 Tuntas
9 Insyirah Nur Sakinah 85 Tuntas
10 Jovita Ellysia 80 Tuntas
11 Khotijatun Masturoh 75 Tuntas
12 M. Rifqi hadi pratama 85 Tuntas
13 Mia Dwi Rahmawati 80 Tuntas
14 Puput Sanjaya 80 Tuntas
15 Reza Muhammad 85 Tuntas
Jumlah 1235
Rata-rata 82,3
Berkaitan dengan hasil tes hafalan yang dilakukan di akhir
pembelajaran pada siklus II, diperoleh nilai rata-rata kelas yaitu: 82,3, dari
15 santri semuanya telah lulus.
Setelah observasi selesai dilaksanakan, peneliti bersama guru mitra
sebagai kolaborator dalam penelitian tindakan kelas di kelas IV TPQ
Baitul Muttaqien Wahyu Utomo Ngaliyan mengadakan diskusi berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran menghafal surah-surah pendek dengan
menggunakan teknik Reading Aloud.
4. Tahap Refleksi
Hasil diskusi tersebut berkaitan pembahasan hasil tindakan dari
tahap pra siklus, siklus I, dan siklus II yaitu:
a. Terjadi peningkatan hafalan santri dalam pembelajaran surah-surah
pendek dari tahap pra siklus, siklus I dan siklus II
b. Hasil tes akhir juga menunjukkan peningkatan dari tahap pra siklus,
siklus I dan siklus II. sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Perbandingan Rata-rata Tes Akhir
No Pelaksanaan siklus Rata-rata
1. Pra siklus 49,6
2. Siklus I 66,3
3. Siklus 2 82,3
E. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian yang peneliti lakukan
adalah sebagai berikut:
1. Mengingat teknik Reading Aloud pada penelitian ini hanya dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan menghafal santri pada surah-surah
pendek, maka penelitian ini hanya terfokus pada kemampuan dan kualitas
hafalan santri, sehingga santri tidak bisa mengaplikasikan hasil hafalan
dalam bentuk perbuatan, akan tetapi, santri mampu menambah jumlah
hafalan mereka terhadap surah-surah pendek yang wajib dihafalkan di
TPQ Baitul Muttaqien Wahyu Utomo Ngaliyan Semarang.
2. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) oleh peneliti di TPQ Baitul Muttaqien
Wahyu Utomo Ngaliyan Semarang tidak lepas dari sumber-sumber
pustaka sebagai landasan teori dari penelitian ini. Dengan segala
keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka referensi, daftar pustaka
atau hasil-hasil penelitian yang relefan dengan penelitian kurang maksimal
dalam mencari sumber tersebut. Sehingga menjadi sebuah kekurangan dan
keterbatasan dalam penelitian ini.
Keterbatasan-keterbatasan yang peneliti hadapi diatas tentunya
sedikit banyak berpengaruh terhadap penelitian yang peneliti lakukan.
Namun demikian, peneliti bersyukur bahwa penelitian ini telah berhasil
dengan lancar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Deskripsi dan analisis penelitian tentang upaya meningkatkan
kemampuan menghafal surah-surah pendek dengan menggunakan teknik
Reading Aloud pada santri kelas IV TPQ Baitul Mutaqien Wahyu Utomo
Ngaliyan Semarang dari bab I sampai dengan bab V, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebelum diterapkannya teknik Reading Aloud, proses pembelajaran
menghafal surah-surah pendek masih menggunakan model pembelajaran
menghafal secara klasik, yaitu, guru/asatidz hanya sebatas mengkoordinir
dan mengawasi jalannya pembelajaran menghafal yang sedang dilakukan
santri, sehingga yang terjadi, ketika santri merasa sedikit jenuh, aktivitas
menghafal mereka akan terhenti dan cenderung pasif serta tidak mau
melanjutkan kembali proses menghafalnya, selain itu banyak ditemui
santri yang kurang bersemangat dan malas dalam menghafal.
Kemungkinan hal tersebut terjadi karena santri hanya terfokus pada
kegiatan menghafal saja tanpa adanya suatu tindakan yang dapat membuat
mereka bersemangat dalam menghafal, akibatnya kualitas hafalan santri
kelas IV TPQ Baitul Mutaqien sangat rendah.
2. Penerapan teknik Reading Aloud sebagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan menghafal serah-surah pendek pada santri kelas IV TPQ
Baitul Mutaqien Wahyu Utomo Ngaliyan Semarang dinyatakan berhasil,
hal tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam proses
pembelajaran menghafal, selain itu keberhasilan teknik Reading Aloud
juga ditunjukkan dengan adanya peningkatan kualitas hafalan yaitu dengan
kelancaran santri dalam menghafal surah-surah pendek, yang dalam hal ini
adalah surah At-Tien yang ditunjukkan dengan nilai skor tes akhir dari
masing-masing siklus. Adapun peningkatan hasil tes dimulai dari tahap pra
siklus, siklus I sampai siklus II dapat dilihat dari nilai rata-rata pada
masing-masing siklus yaitu pada tahap pra siklus nilai rata-rata 49,6, pada
siklus I meningkat menjadi 66,3, dan nilai rata-rata tersebut pada siklus II
meningkat lagi menjadi 82,3. Penerapan teknik Reading Aloud dalam
penelitian ini membawa dampak yang positif terhadap aktifitas menghafal
santri, terutama mengurangi kejenuhan dan sebagai variasi pembelajaran.
Ada beberapa santri pada saat sebelum diterapkannya teknik ini kurang
mempunyai semangat dan hasil hafalan rendah, setelah diterapkannya
teknik ini mereka menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran.
B. Saran
Mengingat pentingnya teknik Reading Aloud untuk meningkatkan hafalan
peserta didik, maka peneliti mengharapkan beberapa hal yang berhubungan
dengan masalah tersebut diatas sebagai berikut:
1. Pada Guru/ustadz Kelas IV TPQ Baitul Muttaqien
a. Dalam proses belajar mengajar, guru harus benar-benar mengerti dan
memahami pembelajaran dengan sebaik mungkin, agar materi yang
diajarkan dapat tersampaikan secara maksimal.
b. Hendaknya pembelajaran dirancang sebaik mungkin dan memperkaya
variasi dalam mengajar. Hal ini untuk mengantisipasi kejenuhan yang
dialami oleh peserta didik. Dan selalu memantau perkembangan
santrinya di dalam kelas.
c. Pelaksanaan pembelajaran hafalan dengan menggunakan teknik
Reading Aloud agar dapat dilakukan tidak hanya sampai pada
selesainya penelitian ini saja, akan tetapi dilanjutkan dan dilaksanakan
secara menerus sebagai program untuk meningkatkan mutu hafalan
pada surah-surah pendek, karena hal tersebut merupakan salah satu
syarat santri untuk bisa mengikuti wisuda
2. Pihak di TPQ Baitul Muttaqien
a. Hendaknya seluruh pihak di TPQ Baitul Muttaqien mendukung dalam
kegiatan pembelajaran yang berlangsung.
b. Memberikan fasilitas yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran
dengan melengkapi sarana dan prasarana.
c. Kepada semua pihak di TPQ Baitul Muttaqien, terutama para asatidz,
sudah seharusnya meningkatkan kompetensi termasuk kompetensi
professional serta membekali diri dengan pengetahuan yang luas,
karena sesungguhnya kompetensi yang dimiliki oleh guru sangat
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran yang akhirnya akan
dapat menghasilkan peserta didik yang berprestasi, berbudi pekerti
luhur, yang mampu berdampak positif pada perkembangan dan
kemajuan sekolah.
C. Penutup
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Dalam pembahasan-pembahasan skripsi ini tentunya tidak luput dari
kekurangan dan ketidaksempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Saran-saran yang penulis
ungkapkan diatas diharapkan menjadi koreksi, masukan dan bahan
pertimbangan untuk di TPQ Baitul Muttaqien Wahyu Utomo Ngaliyan
Semarang.
Peneliti berharap semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKAAbdul Kholik, Abdurrohman, Bagaimana Menghafal Al Qur’an, Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2008
Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Al Bukhary, Matan Al Bukhory, BiHasyiyati As Sanadi, Juz III, Darul Fikri: t.th
Abi Zakariyya Yahya Ibn Syarifuddin An Nawawi Asy Syafi’iy, Attibyaan, FiiAdabi Hamalatil Qur’an, Tahqiq Abdul Qodir Al Arna’ut, Surabaya:Pustaka Hidayah, t.th
Al Hafidz, Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al Qur’an, Jakarta, BumiAksara
Al Quranul Kariem, Kudus, Fa. Menara,1974
Ali, Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993 Cet.10
Alwi, Hasan Et.al. Kamus Besar Bahas Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005cet 3.
Aqib, Zainal, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Yrama Widya, 2008, Cet. 8
Arikunto, Suharsimi dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
_______, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta,2002, Edisi Revisi V
_______, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006
As Sirjani, Raghib, Abdul Kholiq, Abdurrahman Cara Cerdas Hafal Al Qur’an,Solo: Aqwam 2007
Ash-Shaym, Muhammmad 80 Ayat Pembuka Pintu Rizki, Tips MelenyapkanKesulitan Dan Kesedihan Anda, Jakarta: Embun, 2006
Buku Rapor, Yayasan Baitul Muttaqien Taman Pendidikan Al Qur’an NgaliyanSemarang.
Darajat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: BumiAksara, 1995
Departemen Agama RI, Al-Aliy, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung:Diponegoro, 1993.
Denim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Gunawan, Adi W. Genius Learning Strategi, Petunjuk Praktis Untuk MenerapkanAccelerated Learning, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004
Hamijaya, Nunu A Nunung K. Rukmana, 70 Cara Mudah Bergembira BersamaAl Qur’an, Bandung: Jembar, 2007
Jihad, Asep, Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Presindo,2009, cet 3
Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju,1990
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT GramediaPustaka Utama, 1994
Maskan, Mansyur dan M Ulil Albab Arwani, Almuhtauyat Lil MasaililQuraniyyah, 128 Tanya-Jawab Masalah Quraniyyah, Kudus: PonpesTahfidz Yanbu’ul Qur’an,2006
Muhajir, Noeng, Metode Keilmuan Paradigma Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed,Yogyakarta: Raka Sarasin, 2007
Muhammad Ismail, Ibrahim Sisi Mulia Al Qur’an, Agama dan Ilmu Jakarta:Rajawali Press, 1986 cet.1
Muhammad Syukron Maksum, Zaki Zamani, Menghafal Al Qur’an ItuGampang!, Belajar Pada Maestro Al Qur’an Nusantara, Yogyakarta:Mutiara Media, 2009
Nawawi, Hadari dan Martini Hadari Instrumen Penelitian Bidang Sosial,Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992
Pickett, William, Leaders Of The American 2, Reading And Vocabulary. NewYork: MC Graw Hill, 2005
Qardawi, Yusuf, Berinteraksi Dengan Al Qur’an Jakarta: Gema Insani Press.1999 cet.1
Rifa’I, Moh. Terjemah/Tafsir Al Qur’an, Semarang : CV. Wicaksana, 1993
Riyadih, Saad, Mendidik Anak Cinta Al Qur’an, Sukoharjo: Insan Kamil, 2007
Robinson, Richard, Becoming An Effective Reading Teacher, New York: Harperand Row
Rosidi, KH. Arwani Amin, Penjaga Wahyu dari Kudus, Kudus: CV. Daya MediaKudus,2008
Seikh Muhammad bin Muhammad Abi Suyhbah, Etika membaca Al Qur’an danmempelajari Al Qur’an Al Karim, Bandung: Pustaka Setia, 2003
Shahih Muslim, juz I, Sangkapura: Penang, t.th, hlm. 321
Shihab, Quraisy, Membumikan Al Qur’an, Fungsi Dan Peran Wahyu DalamKehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan Pustaka. 2009
_______, Tafsir Al Misbah ,Pesan Kesan Dan Keserasian Al Qur’an (Jakarat:Lentera Hati) cet 1
Shodaqoh, Ahmad Haris, Tausyiyatul Asfiya’fi Tarjamah Hidayatul Adzkiya’, LiZainuddin Al Malibary, Semarang: Ponpes Al Itqon, 2005
SM, Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang:Ra SAIL Media Group.2008
SQ, Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2008
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, TataLangkah dan Teknik-Teknik Teoritisasi Data, Penerjemah: MuhammadShodiq dan Imam Muttaqien, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Press, 2003
Rahayu, Surtiati Hidayat, Pengetesan Kemampuan Membaca Secara Komunikatf,Jakarta: Intermasa, 1990
Vismaia, Syamsuddin, S. Damianti, Metode Penelitian Pendidikan BahasaBandung: Rosdakarya, 2006
Wahyudi, Mohammad, Ilmu Tajwid, Surabaya: Halim Jaya, 2007, cet 1.
Winkel,WS. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia,1986.
Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nurkholis Majid Terhadap PendidikanIslam Tradisional,Tangerang: Ciputat Press, 2005
Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, Solo: Ramadhani, 1993
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Kholilurrohman
NIM : 3105116
Fak/Jurusan : Tarbiyah/ PAI
Tempat / Tanggal Lahir : Semarang, 16 Mei 1985
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Jln Raya Semarang-Demak, Km 6 Rt. 03 Rw 08
Ngablak Sari-Sayung Demak
Latar Belakang Pendidikan
1. MI Tahfidhul Qur’an Lulus Tahun 1999
2. MTs Tasywiquth Thullab Salafiah (TBS) Lulus Tahun 2002
3. MA Tasywiquth Thullab Salafiah (TBS) Lulus Tahun 2005
4. IAIN Walisongo Semarang Lulus Tahun 2010
Semarang, 15 Juni 2010Penulis,
KholilurrohmanNIM. 3105116
DAFTAR NILAI HAFALAN SANTRI KELAS IV PADA SURAH AT-TIIN
TAHAP PRA SIKLUS
Indikator PenilaianNama Baca Tartil Fasih Tilawah Lancar Jumlah NilaiAdi Kusuma 80 55 40 50 50 275 55AisyahMas udah 50 30 30 30 35 175 35Berty Rahayu 65 50 35 30 45 225 45Ervika Putri 50 35 40 30 45 200 40FahtaMaulanaPutra 50 40 30 35 45 200 40Fajar IzzarFrananda 90 50 40 50 45 275 55Fitria Kusuma 80 60 60 55 70 325 65Irsalina 90 45 50 40 50 275 55Insyirah NurSakinah 90 70 50 65 75 350 70Jovita Ellysia 50 30 35 45 65 225 45KhotijatunMasturoh 50 30 40 35 45 200 40M. Rifqi hadipratama 80 55 50 40 50 275 55Mia DwiRahmawati 40 30 35 45 50 200 40PuputSanjaya 40 30 45 35 50 200 40RezaMuhammad 75 60 50 65 75 325 65
TAHAP SIKLUS I
Indikator PenilaianNama Baca Tartil Fasih Tilawah Lancar Jumlah Nilai
Adi Kusuma 85 65 50 70 80 350 70AisyahMas udah 60 50 40 45 55 250 50Berty Rahayu 75 60 55 60 75 325 65Ervika Putri 70 50 40 50 65 275 55FahtaMaulanaPutra 80 55 50 65 75 325 65Fajar IzzarFrananda 90 70 55 60 75 350 70Fitria Kusuma 85 75 70 65 80 375 75Irsalina 90 70 65 55 70 350 70Insyirah NurSakinah 90 80 70 80 80 400 80
Jovita Ellysia 75 55 65 60 75 330 66KhotijatunMasturoh 70 40 50 50 65 275 55M. Rifqi hadipratama 85 60 50 55 75 325 65Mia DwiRahmawati 75 60 50 65 75 325 65PuputSanjaya 75 55 65 60 70 325 65RezaMuhammad 80 70 70 75 80 375 75
TAHAP SIKLUS II
Indikator PenilaianNama Baca Tartil Fasih Tilawah Lancar Jumlah NilaiAdi Kusuma 95 80 75 85 90 425 85AisyahMas udah 75 65 65 70 75 350 70Berty Rahayu 90 80 80 85 90 425 85Ervika Putri 85 70 75 65 85 380 76FahtaMaulanaPutra 90 75 80 70 85 400 80Fajar IzzarFrananda 95 85 80 75 90 425 85Fitria Kusuma 95 90 90 80 95 450 90Irsalina 95 80 75 80 95 425 85Insyirah NurSakinah 100 90 90 95 100 475 95Jovita Ellysia 85 80 75 80 80 400 80KhotijatunMasturoh 85 65 75 70 80 375 75M. Rifqi hadipratama 95 80 75 85 90 425 85Mia DwiRahmawati 85 80 75 75 85 400 80PuputSanjaya 85 75 80 75 85 400 80RezaMuhammad 90 85 85 80 85 425 85
DAFTAR WAWANCARA
I. Untuk Koordinator Lapangan TPQ Baitul Muttaqien
A. Tentang sejarah berdiri dan perkembangan TPQ Baitul Muttaqien
1. Kapan berdirinya TPQ Baitul Muttaqien
2. Dasar dan tujuan didirikannya TPQ Baitul Muttaqien
3. Faktor apa saja yang melatarbelakangi berdirinya TPQ Baitul
Muttaqien
4. Siapakah yang memelopori berdirinya TPQ Baitul Muttaqien
B. Tentang letak geografis dan kepengurusan TPQ Baitul Muttaqien
1. Di manakah letak geografis TPQ Baitul Muttaqien
2. Bagaimanakah keadaan santri TPQ Baitul Muttaqien
3. Bagaimanakah struktur organisasi TPQ Baitul Muttaqien
II. Untuk ustadz atau wali kelas
Tentang proses belajar mengajar di kelas Al Qur’an TPQ Baitul Muttaqien
1. Kapan jam masuk efektif TPQ Baitul Muttaqien
2. Metode apa saja yang dipakai dalam proses kegiatan belajar mengajar
3. Bagaimana kegiatan menghafal santri pada surah-surah pendek dan doa-
doa wajib
4. Bagaimana kualitas hafalan mereka
5. Selain materi hafalan, materi agama islam apa saja yang diberikan
STRUKTUR ORGANISASIKEPENGURUSAN TPQ BAITUL MUTTAQIEN
WAHYU UTOMONGALIYAN SEMARANG
Prof. Dr. H. Muslich Shobir, M.A.
Kepala TPQ
Siti Asiroh
Wakil Kepala TPQ
Imron Rosyid
Koordinator Pelaksana
Sri Lestariningsih
Ustz. Kelas I A
Sekretaris
Nur Setya M. Firdaus Faiz R. Sholichin Erwin N. Al-Hafidz
Ustz. Kelas I B Ust. Kelas I C Ust. Kelas II Ust. Kelas III Ust. Kelas Al-Qur'an
Bendahara Kesiswaan Kesenian Kesenian Kesiswaan
ii
PROSES PEMBELAJARAN DENGAN MENERAPKAN TEKNIK READING ALOUD
iii
PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS
iv
v
vi
vii