fartok iii-anti dm
DESCRIPTION
laporan farmakologi dan toksikologi anti diabetes mellitusTRANSCRIPT
ANTIDIABETES MELITUS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diabetes melitus atau seringkali disebut penyakit
kencing manis atau kencing gula terjadi karena ketidakseimbangan
kadar glukosa atau gula dalam darah, sehingga jumlah hormon insulin
dalam tubuh juga menjadi tidak normal. Penyakit kencing manis ini
bahkan bisa menjadi awal dari terbentuknya penyakit-penyakit kronis
lainnya seperti sindrom down, penyakit parkinson, penyakit
Huntington, Alzheimer, dan berbagai komplikasi penyakit lainnya.
Penderita diabetes melitus di seluruh dunia dari tahun ketahun
terus mengalami peningkatan yang cukup drastis. Diperkirakan 350
juta orang di seluruh dunia mengidap penyakit diabetes. Bahkan yang
lebih memprihatinkan, diperkirakan lebih dari 80% kematian akibat
penyakit ini terjadi di negara-negara miskin dan berkembang. Di
Indonesia penderita diabetes diperkirakan 3 juta orang atau 15% dari
200 juta penduduk, sedangkan di Eropa mencapai 3-5%.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga memperkirakan bahwa
jumlah kematian akibat diabetes mellitus atau kencing manis ini akan
meningkat dua kali lipat atau lebih selama periosde 2005-2030.
Perkiraan WHO ini terus harus jadi beban renungan bagi kita semua.
Mari kita bahu membahu membantu masyarakat, khususnya
masyarakat Indonesia untuk lebih sadar bahaya dari penyakit ini dan
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
lebih meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga diri agar terhindar
dari penyakit yang cukup mematikan ini.
Dalam percobaan ini kita akan membahas bagaimana
mekanisme kerja dari obat-obat hiperglikemik seperti gibenklamid dan
metformin terhadap tubuh dan bagaimana efek farmakologi dari
masing-masing obat tersebut terhadap diabetes mellitus.
Adapun manfaat dilakukannya percobaan ini, yaitu untuk
menghindari timbulnya penyakit hiperglikemik yang dimana jika terjadi
peningkatan gula dalam darah, maka diupayakan untuk diturunkan
kadarnya.
B. Maksud Percobaan
Maksud percobaan ini adalah untuk menentukan efek dari obat
hiperglikemik yaitu glibenklamid dan metformin berdasarkan
peningkatan kadar glukosa dalam darah hewan coba mencit (
C. Tujuan percobaan
Tujuan percobaan ini adalah unutk mengetahui efek antidiabetes
mellitus dari obat glibenklamid dan metformin terhadap hewan coba
Mencit (Mus musculus).
D. Prinsip percobaan
Penemuan efek obat hiperglikemik yaitu glibenklamid dan
metformin berdasarkan pada pemberian glukosa 10% dan metode
pengukuran glukosa darah pada hewan coba mencit (Mus musculus).
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Diabetes merupakan penyakit tunggal. Diabetes merupakan
suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan
peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif
atau absolut (Mycek, 2002).
Diabetes Melitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu
gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah
terlampau meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme
hidratarang (glukosa) di dalam tubuh. Tetapi metabolisme lemak dan
protein juga terganggu (Tjay, 2002).
Diabetes Melitus, suatu penyakit kronik yang terjadi akibat
kekurangan metabolisme glukosa, disebabkan oleh kurangnya sekresi
insulin dari sel-sel beta. Keadaan ini menyebabkan tingginya kadar
gula darah (hiperglikemia). Diabetes melitus ditandai oleh tiga P:
poliuri (meningkatnya keluaran urin), polidipsi (meningkatnya rasa
haus) dan polifagia (meningkatnya rasa lapar) (Kee, 1996)
Kriteria diagnosis diabetes mellitus adalah kadar glukosa puasa
≥ 126 mg/dL atau pada 2 jam setelah makan ≥ 200 mg/dL atau HbA1c
≥ 8%. Jika kadar glukosa 2 jam setelah makan > 140 mg/dL tetapi
lebih kecil dari 200 mg/dL dinyatakan glukosa toleransi lemah
(Kusnandar, 2009).
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
Penyebab diabetes melitus adalah kekurangan hormon insulin,
yang berfungsi memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel untuk
dimetabolisir (dibakar) dan demikian dimanfaatkan sebagai sumber
energi. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk di dalam darah
(hiperglikemia) dan akhirnya diekskresikan lewat kemih tanpa
digunakan (glycosuria). Karena itu, produksi kemih sangat meningkat
dan penderita sering berkemih, merasa amat haus, berat badan
menurun dan merasa lelah. Penyebab lain adalah menurunnya
kepekaan reseptor sel bagi insulin (resistensi insulin) yang diakibatkan
oleh makan terlalu banyak dan kegemukan (overweight) (Tjay, 2002).
Diabetes dapat dibagi menjadi dua grup berdasarkan kebutuhan
insulin: diabetes melitus tergantung insulin (IDDM atau tipe I) dan
diabetes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM atau tipe II) serta
tipe lainnya yaitu tipe hamil dan tipe lain (Mycek, 2001) :
1. Diabetes Tipe I (diabetes melitus tergantung-insulin, IDDM)
Diabetes tergantung-insulin umumnya menyerang anak-anak,
tetapi IDDM dapat juga terjadi di antara orang dewasa. Pada tipe
ini terdapat destruksi dari sel-sel beta pankreas, sehingga tidak
memproduksi insulin lagi dengan akibat sel-sel tidak bisa
menyerap glukosa dari darah. Karena itu kadar glukosa darah
meningkat di atas 10 mmol/l, yakni nilai ambang-ginjal, sehingga
glukosa berlebihan dikeluarkan lewat urin bersama banyak air
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
(glycosuria). Di bawah kadar tersebut, glukosa ditahan oleh tubuli
ginjal (Tjay, 2002).
Penyebab diabetes tipe I yaitu adanya ledakan sekresi insulin
pada keadaan normal terjadi setelah menelan makanan sebagai
respons terhadap peningkatan sekilas kadar glukosa dan asam
amino yang bersirkulasi. Pada periode pasca-absorbsi, kadar
insulin basal rendah yang bersirkulasi dipelihara melalui sekresi
sel beta (Mycek, 2001).
2. Diabetes Tipe II (diabetes melitus tak tergantung insulin, NIDDM)
Sebagian besar diabetes termasuk dalam kategori ini. Tampaknya
faktor genetik merupakan penyebab yang lebih besar daripada
virus atau antibodi autoimun. Perubahan metabolik yang
diobservasi lebih ringan daripada yang dijelaskan untuk IDDM
(misalnya, penderita NIDDM bukan tipe ketotik), tetapi
konsekuensi klinik jangka panjang dapat juga membinasakan
(misalnya, komplikasi vaskular dan infeksi setelahnya dapat
menyebabkan amputasi ekstremitas bawah) (Mycek, 2001).
Lazimnya mulai di atas 40 tahun dengan insidensi lebih besar
pada orang gemuk (overweight, dengan BMI> 27) dan pada usia
lebih lanjut. Mereka yang hidupnya makmur, makan terlampau
banyak dan kurang gerak badan lebih besar lagi resikonya (Tjay,
2002).
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
3. Tipe kehamilan
Diabetes kehamilan (GDM) pada wanita hamil dengan penyakit
gula regulasi glukosa yang ketat adalah penting sekali untuk
menurunkan resiko akan keguguran spontan, cacat-cacat dan
overweight bayi atau kematian perinatal (Tjay, 2002).
Diabetes kehamilan, yang biasanya terjadi pada trimester terakhir
kehamilan dan memiliki patofisiologi yang mirip dengan diabetes
tipe 2. Tidak mengherankan bahwa 30-50% pasien dengan
diabetes pada kehamilan menjadi penderita diabetes melitus tipe
2 dalam kurun waktu 10 tahun (Davey, 2005).
4. Tipe lain
Kegagalan pankreas eksokrin: pankreatitis, pankreatekromi,
kerusakan (krsiboma, fibrosis kristik, hemokromatis). Penyakit
endokrin: sindrom Chusing, akromegali, glukagonoma,
feokromositoma (Davey, 2005).
Keluhan umum pada pasien DM seperti poliuria, polidipsia,
polifagia dan DM usia lanjut pada umumnya tidak ada. Sebaliknya,
yang sering mengganggu pasien ialah keluhan akibat komplikasi
degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM usia
lanjut, terdapat peruabahan patofisiologi akibat proses menjadi tua
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala
sampai dengan komplikasi yang lebih lanjut (Misnadiarly, 2006).
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
Pankreas adalah suatu organ lonjong dari kira-kira 15 cm, yang
terletak di belakang lambung dan sebagian di belakang hati. Organ ini
terdiri dari 98% sel-sel dengan sekresi ekstern, yang memproduksi
enzim-enzim cerna yang disalurkan ke duodenum. Sisanya terdiri dari
kelompok sel (pulau Langerhans) dengan sekresi intern, yakni
hormon-hormon yang disalurkan langsung ke aliran darah. Dalam
pankreas terdapat empat jenis sel endokrin yakni:
a. sel-alfa, yang memproduksi hormon glukagon
b. sel-beta dengan banyak granula berdekatan membran selnya, yang
berisi insulin (Lat. Insula= pulau).setiap hari disekresikan k.l. 2 mg
(=50 UI) insulin, yang dengan aliran darah diangkut ke hati. Kira-
kira 50% dari hormon ini dirombak di sini, sisanya diuraikan dalam
ginjal.
c. sel-D memprodusir somasostatin (antagonis somatropin)
d. sel-PP memprodusir PP (pancreatic polypeptide), yang mungkin
berperan pada penghambatan sekresi endokrin dan empedu.
(Tjay, 2002).
Pada diabetes melitus terdapat kekurangan relatif atau absolut
insulin yang menyebabkan penurunan ambilan glukosa oleh jaringan
yang sensitif terhadap insulin dan hal tersebut mempunyai
konsekuensi yang serius. Lipolisis dan proteolisis otot menyebabkan
penurunan berat badan dan kelemahan. Kadar asam lemak bebas dan
gliserol dalam darah meningkat (Neal, 2006).
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai
polipeptida yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Disintesis sebagai
protein prekursor (pro-insulin) yang mengalami pemisahan proteolitik
untuk membentuk insulin dan peptida C, keduanya disekresi oleh sel-
beta pankreas (Mycek, 2001).
Sekresi insulin diatur tidak hanya oleh kadar glukosa darh tetapi
juga hormon lain dari mediator autonomik. Skresi insulin umumnya
dipacu oleh ambilan glukosa darah yang tinggi dan di fosforilasi dalam
sel-beta pankreas. Kadar adenosin trifosfat (ATP) meningkatkan dan
menghambat saluran K+, menyebabkan membran sel depolarisasi dan
influks Ca2+, yang menyebabkan pulsasi eksositosis insulin (Mycek,
2001).
Insulin dilepaskan dari sel-sel beta pulau Langerhans dalam
responsnya terhadap peningkatan glukosa darah. Pankreas secara
normal mensekresikan 40-60 unti insulin setiap harinya. Insulin
meningkatkan ambilan glukosa, asam amino dan asam lemak dan
mengubahnya menjadi bahan-bahan yang disimpan dalam sel-sel
tubuh. Glukosa diubah menjadi glikogen untuk keperluan glukosa di
masa mendatang dalam hepar dan otot, sehingga menurunkan kadar
glukosa dalam darah (Kee, 1996).
Reseptor insulin adalah glikoprotein pembentuk membran yang
terdiri dari dua subunit α dan dua subunit β yang terikat secara
kovalen oleh ikatan disulfida. Setelah insulin terikat pada subunit α,
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
kompleks insulin-reseptor memasuki sel, di kompleks insulin-reseptor
mendasari down-regulation reseptor yang dihasilkan oleh kadar insulin
tinggi (misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin pada reseptor
mengaktivasi aktivitas tirosin kinase subunit β dan memulai suatu
rantai kompleks reaksi-reaksi yang menyebabkan efek insulin (Neal,
2006).
Resistensi insulin adalah peristiwa pada mana sel-sel menjadi
kurang peka bagi insulin dengan efek berkurangnya penyerapan
glukosa dari darah. Lagi pula sel-β di pankreas distimulir agar
produksinya ditingkatkan. Akhirnya sel- β tidak mampu
mempertahankan peningkatan sel insulin ini dan terlalu sedikit glukosa
memasuki sel. Akibatnya kadar glukosa-darah naik dan lambat laun
terjadilah diabetes tipe-2 (DM2) (Tjay, 2002).
Obat-obat antidiabetika oral adalah sebagai berikut (Tjay, 2002) :
1. Sulfonilurea: tolbutamida, klorpropamida, glibenklamida, glikazida,
glipizida, glikidon dan glimepirida.
Sulfonilurea menstimulasi sel-sel beta dari pulau Langerhans,
sehingga sekresi insulin ditingkatkan. Di samping itu, kepekaan sel-
sel beta bagi kadar glukosa-darah diperbesar melalui pengaruhnya
atas protein-transpor glukosa. Obat ini hanya efektif pada penderita
tipe 2 yang tidak begitu berat, yang sel-sel betanya masih bekerja
cukup baik. Ada indikasi bahwa obat-obat ini juga memperbaiki
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
kepekaan organ tujuan terhadap insulin dan menurunkan absorpsi
insulin oleh hati.
2. Kalium-chanel blockers: repaglinida, nateglinida.
Senyawa ini sama mekanisme kerjanya dengan sulfonilurea,
hanya pengikatan terhadi di tempat lain dan kerjanya lebih singkat.
3. Biguanida
Berbeda dengan sulfonilurea, obat ini tidak menstimulasi
pelepasan insulin dan tidak menurunkan gula-darah pada orang
sehat. Zat ini juga menekan nafsu makan (efek anoreksan) hingga
berat badan tidak meningkat, maka layak diberikan pada penderita
yang kegemukan. Penderita ini biasanya mengalami resistensi
insulin, sehingga sulfonilurea kurang efektif.
4. Glukosidase-inhibitors: akarbose dan miglitol
Zat-zat ini bekerja atas dasar persaingan merintangi enzim alfa-
glukosidase di mukosa duodenum, sehingga reaksi penguraian
polisakarida monosakarida terhambat. Dengan demikian glukosa
dilepaskan lebih lambat dan absorpsinya ke dalam darah juga
kurang cepat, lebih rendah dan merata, sehingga puncak kadar-
gula darah dihindarkan.
5. Thiozilidinedion: rosiglitazon dan pioglitazon.
Berdaya mengurangi resistensi insulin dan meningkatkan
sensitivitas jaringan perifer untuk insulin. Oleh karena ini
penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot meningkat,
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
juga kapasitas penimbunannya di jaringan ini. Efeknya ialah kadar
insulin, glukosa dan asam lemak bebas dalam darah menurun,
begitupula gluconeogenesis dalam hati.
6. Penghambat DPP-4: sitagliptin dan vildagliptin.
Obat-obat kelompok terbaru ini bekerja berdasarkan penurunan
efek hormon increatin. Increatin berperan utama terhadap produksi
insulin di pankreas dan yang terpenting adalah GLPI dan GIP, yaitu
glukagon-like peptide dan glucuse-dependent insulinotropic
polypeptide. Increatin ini diuaraikan oleh suatu enzim khas DPP 4
(dipeptidylpeptidase). Dengan penghambatan enzim ini, senyawa
gliptin mengurangi penguraian dan inaktivasi creatin, sehingga
kadar insulin akan meningkat.
Penanganan diabetes (Tjay, 2002).
Tindakan umum
a. Diet. Pokok pangkal penanganan diabetes adalah makan dengan
bijaksana. Semua pasien selalu harus mengawali diet dengan
pembatasan kalori, terlebih-lebih pada pasien dengan overweight
(tipe 2). Makanan perlu dipilih secara seksama dengan perhatikan
pembatasan lemak total, lemak trans dan lemak jenuh untuk
mencapai normalisasi kadar glukosa dan lipida darah.
b. Gerak badan. Bila terdapat resistensi insulin, gerak badan secara
teratur (jalan kaki atau bersepeda, olahraga) dapat
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
menguranginya. Hasilnya insulin dapat dipergunakan secara lebih
baik oleh sel tubuh dan dosisnya pada umumnya dapat diturunkan.
c. Berhenti merokok karena nikotin dapat dapat mempengaruhi
secara buruk penyerapan glukosa oleh sel. Lagi pula merokok
menghasilkan banyak radikal bebas.
B. Uraian Bahan
1. Uraian bahan aktif
a. Air suling ( Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Aqua Destillata
Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 48,02
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau,
jernih, tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
b. Betadine®, Povidon Iodum (Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama Resmi : Povidoni Iodum
Nama Lain : Povidon Iodum
Pemerian : Serbuk amorf, coklat kekuningan, sedikit
berbau khas. Larutan bereaksi asam
terhadap kertas lakmus.
Kelarutan : Larut dalam air dan dalam etanol, praktis
tidak larut dalam kloroform, dalam karbon
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
tetrakloridam dalam eter, dalam heksana,
dan dalam aseton
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai antiseptic
c. Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Aetanolum
Sinonim : Etanol, alkohol
BM/RM : 46,0 / C2H5OH
Rumus Bangun : C2H5
OH
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, mudah
menguap dan mudah bergerak, bau khas,
rasa panas mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dal;am air dan
kloroform dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai antiseptik
d. Na CMC (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Natrium carboksimetilselulosa
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
Nama lain : Natrium karboksil metil selulosa
Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau kering
gading tidak berbau atau hampir tidak
berbau hidrofobik
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk
seperti koloidal, tidak larut dalam etanol
95% p dalam eter p dan dalam organik
lain.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai kontrol
e. Glukosa (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : Dextrosum
Nama lain : Dekstrosa/glukosa
RM/BM : C6H12O6.H2O/198,17
Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau
serbuk granul putih ; tidak berbau; rasa
manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; sangat mudah larut
dalam air mendidih; larut dalam etanol
mendidih; sukar larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
f. Metformin (Ditjen POM ; 1995)
Nama resmi : METFORMINI HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Metformin/Glucophage
RM/BM : C4H11N5./195,6
Pemerian : Serbuk hablur putih; tidak berbau atau
hampir tidak berbau; higroskopik.
Kelarutan : Mudah larut dalamair; praktis tidak larut
dalam eter dan dalam kloroform; sukar
larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai anti-diabetik
g. Glibenklamida (Ditjen POM ; 1995)
Nama resmi : GLIBENCLAMIDUM
Nama lain : Glibenklamida
RM/BM : C23H28CIN3O5S / 494,0
Pemerian : Serbuk hablur putih, putih atau hamper
putih tidak berbau atau hampir tidak
berbau..
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dalam eter,
sukar larut dalam etanol dan dalam
methanol, larut sebagian dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai anti-diabetik
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
2. Uraian Obat
a. Glibenklamid
Nama Generik : Glibenklamid
Golongan obat : Sulfonilurea
Indikasi : Diabetes melitus pada orang dewasa, tanpa
komplikasi yang tidak responsif dengan diet
saja.
Farmakodinamik : Glibenclamid merangsang sekresi insulin dari
granul sel – sel β langerhans pancreas.
Rangsangannya melalui interaksinya dengan
ATP sensitive K channel (gunawan, 2009).
Farmakokinetik : Sulfonilurea generasi II, umumnya potensi
hipoglikemiknya hampir 100x lebih besar dari
generasi I. meski waktu paruhnya pendek,
hanya sekitar 3 – 5 jam, efek
hipoglikemiknya berlangsung 12 – 24 jam,
sering cukup diberikan 1x sehari. Alasan
mengapa masa paruh yang pendek ini,
memberikan efek hipoglikemik panjang,
belum diketahui (Gunawan, 2009).
Efek samping : Kadang – kadang terjadi gangguan saluran
cerna seperti ; mual, muntah dan nyeri
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
epigastrik. Sakit kepala, demam, reaksi
alergi pada kulit.
Interaksi obat : Efek hipoglikemia ditingkatkan oleh alkohol,
siklofosfamid, antikoagulan kumarina,
inhibitor MAO, fenilbutazon, penghambat
beta adrenergik, sulfonamida. Efek
hipoglikemia diturunkan oleh adrenalin,
kortikosteroid, tiazida.
Dosis : Permulaan 1 dd 2,5 – 5 mg, bila perlu di
naikkan setiap minggu sampai maksimal 2
dd 1 mg (Tjay, 2002).
Kontraindikasi : Wanita diabetes yang sedang hamil,
penderita glikosuria renal non-diabetes,
hipersensitivitas (Theodorus, 1996).
Mekanisme kerja : Merangsang sekresi insulin dari sel-sel beta
pulau Langerhans, menurunkan keluaran
glukosa dari hati, meningkatkan sensitivitas
sel-sel sasaran perifer terhadap insulin (Tjay,
2002)
b. Metformin
Nama generik : Metformin
Golongan obat : Biguanida
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
Indikasi : Memperbaiki sensitivitas insulin, terutama
menghambat pembentukan glukosa dalam
hati, serta menurunkan kolestrol-LDL dan
trigliserida (Tjay, 2002).
Farmakodinamik : Tidak merangsang ataupun menghambat
perubahan glukosa menjadi lemak. Pada
penderita diabetes yang gemuk, ternyata
pemberiaan biguanid menurunkan berat
badan dengan mekanisme yang belum jelas
pada orang nonbiabetik yang gemuk tidak
timbul penurunan berat badan dan kadar
glukosa (Ganiswara, 1995).
Farmakokinetik : Metformin mudah diabsorbsi oral, tidak terikat
dengan protein serum dan tidak
dimetabolisme. Ekskresi melalui urin (Mycek,
2001).
Efek samping : Hampir 20% pasien dengan metformin
mengalami mual; muntah, diare serta kecap
logam (matalic taste); tetapi dengan
menurunkan dosis keluhan-keluhan tersebut
segera hilang (Ganiswara, 1995).
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
Dosis : Dosis awal: 1 x sehari 1 tablet (pagi)
Dosis pemeliharaan: 2 x sehari 1 tablet (pagi
dan malam)
Kontraindikasi : Biguanid tidak boleh diberikan pada
kehamilan, pasien penyakit hepar berat,
penyakit ginjal dengan uremia dan penyakit
jantung kongestif dan ppenyakit paru dengan
hipoksia kronik (Ganiswara, 1995).
Mekanisme kerja : meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh
terhadap insulin dengan jalan memperbaiki
transport dan meningkatkan penggunaan
glukosa oleh sel-sel otot dan ekstrahepatik
lainnya (Tjay, 2002)
C. Uraian Hewan coba
1. Klasifikasi Mencit (Malole, 1989)
Kingdom : Animalia
Division : Vertebrata
Class : Mamalia
Subclass : Theria
Infraclass : Eutheria
Ordo : Rodenta
Familia : Muridae
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
2. Karakteristik mencit
Hewan pengerat yang cepat berbisek,mudah dipelihara dalam
jumlah banyak,variasi genetik cukup besar.
Denyut jantung 600/menit
Berat lahir 0,5-1,5 gram,berat jantan dewasa 20-40 gram, berat
betina dewasa 25-40gram.
Luas permukaan tubuh 30 cm2
Mulai kawin jantan 50 hari,betina 50-60 hari
Siklus birahi 4-5 hari
Lama kehamilan 19-21 hari
Jumlah anak /lahir 10-12 ekor
Volume tidalnya 0,15 ml
D. Patofisiologi
DM tipe 1 (IDDM) terjadi pada 10% dari semua kasus diabetes.
Secara umum, DM tipe ini berkembang pada anak-anak atau pada
awal masa dewasa yang disebabkan oleh kerusakan sel β
pankreas akibat autoimun, sehingga terjadi defisiensi insulin
absolut. Reaksi autoimun umumnya terjadi setelah waktu yang
panjang (9-13 tahun) yang ditandai oleh adanya parameter-
parameter sistem imun ketika terjadi kerusakan sel β.
Hiperglikemia terjadi bila 80-90% dari sel β rusak.
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
DM tipe 2 (NIDDM) terjadi pada 90% dari semua kasus diabetes
dan biasanya ditandai dengan resistensi insulin dan defisiensi
insulin relatif. Resistensi insulin ditandai dengan peningkatan
lipolisis dan produksi asam lemak bebas, peningkatan produksi
glukosa hepatik, dan penurunan pengambilan glukosa pada otot
skelet. Disfungsi sel β mengakibatkan gangguan pada
pengontrolan glukosa darah. DM tipe 2 lebih disebabkan karena
gaya hidup penderita diabetes (kelebihan kalori, kurangnya
olahraga, dan obesitas) dibandingkan pengaruh genetik.
Diabetes yang disebabkan oleh faktor lain (1-2% dari semua
kasus diabetes) termasuk gangguan endokrin (misalnya
akromegali, sindrom Cushing), diabetes melitus gestational
(DMG), penyakit pankreas eksokrin (pankreatitis), dan karena obat
(glukokortikoid, pentamidin, niasin, dan α-interferon).
Gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa terjadi
pada pasien dengan kadar glukosa plasma lebih tinggi dari normal
tetapi tidak termasuk dalam DM. Gangguan ini merupakan faktor
resiko untuk berkembang menjadi penyakit DM dan kardiovaskular
yang berhubungan dengan sindrom resistensi insulin.
Komplikasi mikrovaskular berupa retinopati, nuropati dan nefropati
sedangkan komplikasi makrovaskular berupa penyakit jantung
koroner, stroke dan penyakit vaskular periferal.
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
BAB III
METODE KERJA
A. Alat
Alat yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah botol
semprot, gelas kimia, labu ukur, sendok tanduk, spoit 1 ml, stopwatch,
dan timbangan analitik.
B. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu aluminium
foil, alkohol, aquadest, betadine, glibenklamid, glukosa 10%, kapas,
kertas timbang, metformin dan Na CMC.
C. Hewan Coba
Adapun hewan coba yang digunakan dalam praktikum adalah
mencit (Mus musculus).
D. Cara Kerja
1. Pembuatan bahan obat
a. Glibenklamid
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang glibenklamid sebanyak 24,06 mg
3. Dimasukkan ke dalam labu ukur
4. Dilarutkan dengan 10 ml aquadest
5. Dihomogenkan
6. Diberi etiket
b. Metformin
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang metformin sebanyak 20,72 mg
3. Dimasukkan kedalam labu ukur
4. Dilarutkan dengan 10 ml aquadest
5. Dihomogenkan
6. Diberi etiket
2. Perlakuan hewan coba
1. Disiapkan mencit yang bersih dan sehat
2. Dipuasakan selama 6-8 jam
3. Diukur kadar glukosa awal mencit
4. Diinduksikan dengan glukosa 10%
5. Diukur kadar glukosa setelah induksi
6. Diberi obat hiperglikemik per oral (glibenklamid, metformin dan
Na CMC sebagai kontrol) pada masing-masing mencit
7. Diukur lagi kadar glukosa akhir pada menit ke 15’, 30’,60’ dan
90’.
BAB IV
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
DATA PENGAMATAN
A. Tabel pengamatan
Mencit Kadar glukosa
awal
Setelah diinduksi glukosa 10 %
Waktu pengujian (setelah pemberian obat hipoglikemik secara oral)15’ 30’ 60’
pertama 160 mg/dL 143 mg/dL 131 mg/dL 202 mg/dL 165 mg/dLkedua 188 mg/dL 176 mg/dL 186 mg/dL 147 mg/dL 118 mg/dLketiga 110 mg/dL 143 mg/dL 92 mg/dL 154 mg/dL 169 mg/dL
keempat 147 mg/dL 140 mg/dL 156 mg/dL 132 mg/dL 120 mg/dLkelima 138 mg/dL 169 mg/dL 107 mg/dL 66 mg/dL 58 mg/dL
keenam 118 mg/dL 138 mg/dL 130 mg/dL 140 mg/dL 85 mg/dL
Keterangan :
Mencit I dan IV diberi Na.CMC
Mencit II dan III diberi Glibenklamid
Mencit V dan VI diberi Metformin
B. Pembahasan
Diabetes melitus adalah penyakit tunggal yang ditandai dengan
peningkatan gula darah di luar batas normal dan khususnya
menyangkut metabolisme glukosa di dalam tubuh. Tetapi metabolisme
lemak dan protein juga terganggu.
Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi
memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel untuk dimetabolisir
(dibakar) dan demikian dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Akibatnya ialah glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan
akhirnya diekresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria).
Karena itu, produksi kemih sangat meningkat dan penderita sering
berkemih, merasa amat haus, berat badan menurun dan merasa
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
lelah. Penyebab lain adalah menurunnya kepekaan reseptor sel bagi
insulin (resistensi insulin) yang diakibatkan oleh makan terlalu banyak
dan kegemukan.
Diabetes dapat ditangani dengan tindakan umum, seperti diet,
gerak badan, dan berhenti merokok. Selain itu, dapat ditangani
dengan pengobatan baik dengan insulin maupun dengan pemberian
obat-obat hiperglikemia oral. Adapun obat-obat hiperglikemia oral
biasa digunakan dengan tujuan untuk:
1. Meningkatkan sekresi insulin, sehingga dapat menurunkan kadar
gula dalam darah
2. Memperlambat penyerapan glukosa pada usus halus, sehingga
kadar gula dalam darah menurun
3. Meningkatkan sensitivitas terhadap insulin.
Pada percobaan kali ini, obat yang digunaka adalah obat
golongan sulfonilurea dan biguanida. Dimana mekanisme kerja dari
sulfonilurea yaitu menstimulasi sel-sel β dari pulau Langerhans,
sehingga sekresi insulin ditingkatkan. Di samping itu, kepekaan sel-sel
β bagi kadar glukosa-darah diperbesar melalui pengaruhnya atas
protein-transpor glukosa. Dan contoh obat yang digunakan dari
golongan ini adalah glibenklamid.
Glibenklamid dengan khasiat hipoglikemisnya yang kira-kira 100
kali lebih kuat daripada tolbutamida. Seringkali ampuh dimana obat-
bat lain sudah tidak efektif lagi. Pola kerjanya berbeda dengan
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
sulfonilurea lainnya, yaitu dengan dosis tunggal pagi haru mampu
menstimulir sekresi insulin pada setiap pemasukan glukosa (pada
saat makan).
Berbeda dengan sulfonilurea, obat golongan biguanda tidak
menstimulasi pelepasan insulin dan tidak menurunkan gula-darah
pada orang sehat. Tetapi menekan nafsu makan sehingga berat
badan tidak meningkat, maka obat ini layak untuk diberikan pada
penderita yang kegemukan. Yang dimana penderita ini biasanya
mengalami resistensi insulin. Dan contoh obat yang digunakan dari
golongan obat ini yaitu metformin.
Metformin berkhasiat memperbaiki sensitivitas-insulin, terutama
menghambat pembentukan glukosa dalam hati serta menurunkan
kolesterol-LDL dan trigliserida. Juga berdaya menekan nafsu makan
sehingga tidak meningkatkan berat badan.
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk
mengetahui efek farmakologi dari obat-obat hiperglikemia yaitu
glibenklamid dan metformin berdasarkan penurunan glukosa-darah
hewan coba mencit (Mus musculus), dengan prinsip percobaan yaitu
dengan diinduksi glukosa 10% dan diukur kadar glukosa awal,
kemudian diberikan obat glibenklamid pada mencit kedua dan ketiga,
metformin pada mencit kelima dan keenam, dan Na CMC sebagai
kontrol pada mencit pertama dan keempat. Selanjutnya diukur lagi
kadar glukosa-darahnya.
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
Sebelum dilakukan perlakuan terhadap hewan coba mecit,
terlebih dahulu dipuasakan selam 6-8 jam agar makanan yang
dimakan mencit tidak berpengaruh nantinya ketika diukur kadar
glukosa darahnya. Kemudian diukur kadar glukosa darah awal dengan
tujuan untuk mengatahui kadar glukosa darah awa hewan coba
mencit sebelum diinduksi dengan glukosa 10% dan diabndingan
dengan setelah diinduksi. Selanjutnya hewan coba mencit diinduksi
dengan glukosa 10% dan diukur kembali kadar glukosa darahnya.
Adapun tujuan digunakannya glukosa 10 % karena bersifat isotonis
terhadap tubuh, dan jika lebih akan mengakibatkan sel menggembung
dan pecah, sedangkan jika kurang dari 10% maka sel akan
mengkerut.
Setelah hewan coba mencit diinduksi dengan glukosa 10%,
hewan coba mencit didiamkan selama kurang lebih 1 jam untuk
kemudian diberikan obat hiperglikemia glibenklamid, metformin dan
Na CMC secara oral. Setelah 1 jam kemudian, hewan coba mencit
pertma dan keempat diberikan Na CMC, mencit kedua dan ketiga
diberi obat glibenklamid dan mencit kelima dan keenam diberi obat
metformin. Kemudian diukur kadar glukosa akhir pada menit ke 15’,
30’ dan 60’.
Perlakuan pada hewan coba mencit setelah pemberian oral Na
CMC menunjukkan adanya penurunan glukosa darah, tetapi pada
mencit perma untuk menit ke 30’ menunjukkan adanya peningkatan.
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
Sedangkan setelah pemberian oral obat glibenklamid dan metformin,
menunjukkan adanya penurunan kadar glukosa darah pada menit ke
15’, 30’ dan 60’. Tetapi pada mencit keenam untuk menit ke 30’,
menunjukkan adanya peningkatan kadar glukosa darah.
Dari hasil perlakuan pada hewan coba mencit yang dilakukan
saat pemberian obat dan di amati selama interval waktu 15’, 30’ dan
60’, oabt hiperglikemik oral yang efektif menurunkan kadar glukosa
darah yaitu glibenklamid, karena setelah pemberian obat tersebut
kadar glukosa darah hewan coba mencit menurun banyak.
Adapun hal-hal yang menjadi faktor kesalahan dalam praktikum
kali ini, yaitu:
1. Adanya kesalahan dalam pemberian obat secara oral terhadap
hewan coba
2. Adanya ketidaktelitian praktikan dalam pengukuran kadar glukosa
darah hewan coba mencit.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
Dari hasil yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Obat golongan sulfonilurea efektif menurunkan kadar glukosa-
darah.
2. Persen banyaknya penurunan kadar glukosa darah yang
dihasilkan oleh obat glibenklamid dan metformin adalah 63,29%
dan 57,97%.
B. Saran
Adapun yang ingin disampaikan, yaitu:
Sebaiknya praktikan lebih teliti lagi dalam melakukan percobaan,
agar kesalahan-kesalahan yang terjadi tidak terulang kembali pada
praktikum selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia”, Edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
ANTIDIABETES MELITUS
Ditjen POM. 1995. “Farmakope Indonesia”, Edisi IV. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Davey, Patrick. 2005. “At a Glance Medicine”. Erlangga: Jakarta.
Ganiswara, S. 1995. “Farmakologi dan Terapi” Edisi IV.UI Press: Jakarta.
Gunawan, 2009. “Farmakologi dan Terapi” Edisi V. UI Press : Jakarta.
Kee, Joyce.L. 1996. “Farmakologi: Pendekatan proses keperawatan”. EGC: Jakarta.
Kusnandar, dkk. 2009. “Iso Farmakoterapi”. PIAI: Jakarta.
Malole, M.B. 1989. “Penggunaan Hewan Coba di Laboratorium”. Ditjen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas: Bandung.
Misdaniaty. 2006. “Diabetes Melitus: Gangren, ulcer, infeksi Mengenai gejala, menanggulangi dan mencegah komplikasi Edisi 1. Pustaka Popiler Obor: Jakarta.
Mycek J, Mary, dkk. 2001. “Farmakologi Ulasan Bergambar”. Widya Medika: Jakarta.
Theodorus, 1996. “Penuntun Praktisi Peresepaan Obat”. EGC: Jakarta
Tjay, T.H. dkk.2002. “Obat-Obat Penting” Edisi V. PT. Gramedia : Jakarta.
LAMPIRAN
1. Skema kerja
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
Mencit
ANTIDIABETES MELITUS
1 jam kemudian
2. Perhitungan dosis obat
a. Glibenklamid 5 mg
Untuk dosis obat minimal = 5 mg x 0,0026
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020
Dipuasakan selama 6-8
Diukur glukosa darah awal mencit
Diinduksi glukosa 10%
Diukur glukosa darah mencit setelah induksi
Diberikan obat secara oral
Na CMC Glibenklamid Metformin
Diukur glukosa darah mencit pada menit ke 15’, 30’, 60’ dan 90’
ANTIDIABETES MELITUS
= 0,013 mg
Untuk dosis obat maximal = 3020
x 0,013
= 0,0195 mg
Larutan stok = 10ml1ml
x 0,0195
= 0,195 mg/ 10 ml
BYD =0,1955mg
x 617,4mg
= 24,06 mg/ml
b. Metformin 500 mg
Untuk dosis minimal = 500 mg x 0,0026
= 1,3 mg
Untuk dosis maximal = 3020x1,3mg
= 1,95 mg
Larutan stok = 10ml1ml
x 1,95mg
= 19,5 mg / 10 ml
BYD = 19,5500
x531,3mg
= 20,72 mg
3. Perhitungan persen penurunan kadar kolesterol
YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020