fertilitas dalam perspektif demografi
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
1/30
FERTILITAS DALAM PERSPEKTIF DEMOGRAFI DAN PENGARUHNYA
DALAM KEHIDUPAN DI INDONESIA
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAHDemografi
Yang dibina oleh bapak Singgih Susilo
Oleh
Muhammad Nur Fahmi (120721435478)
Irwan Supriyono (120721435381)
Evrilia Retno Ningtyas (120721435480)Adi Widya Krisnawati (120721435437)
Ahmad Yusuf (120721435410)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
September 2013
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
2/30
Pada mulanya pengambilan topic bahasan dalam makalah ini didasarkan atas
kekurang tahuan banyak Mahasiswa termasuk penulis dalam masalah fertilitas.
Penyebabnya adalah fertilitas merupakan suatu hal yang sangat kompleks dan sulit
untuk dimengerti. Selain itu kebanyakan buku teks yang membahas masalah fertilitas
dalam demografi terkadang sangat sulit dimengerti.
Factor-faktor itulah yang melatar belakangi penulis untuk membuat makalah
ini dengan tujuan untuk memudahkan mahasiswa untuk mempelajari dan mengerti
permasalhan-permasalahan dalam demografi. Persoalan-persoalan kemudian muncul,
seberapa dalam makalah ini membahas masalah fertilitas dan seberapa mudahmahasiswa dapat memahami isinya? Oleh karena itu penulis menggunakan bahasa-
bahasa komunikatif namun tidak menghilangkan esensi dari isi tulisan itu sendiri.
Dalam menyusun sebuah karya tulis ilmiah, godaan utama yang selalu
muncul adalah menambahkan materi yang sebelumnya tidak tercakup dalam suatu
bab atau pokok bahasan. Hal semacam ini muncul berkali-kali, khususnya ketika
semakin banyak sumber yang penulis baca. Namun puji Tuhan, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Nantinya Makalah ini merupakan sebuah indicator
untuk merepresentasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah kami dapatkan selama
masa perkuliahan.
Kata Pengantar
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
3/30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu social merupakan ilmu yang cenderung lebih dinamis dibandingkan
(ilmu-ilmu alam). Dalam mempelajari ilmu ini tidak hanya dengan mempelajari teori-
teori yang dulu sudah pernah ada. Akan tetapi harus mempelajari realita secara
langsung yang sedang berkembang di masyarakat. Hal tersebut disebatkan karena
sifat manusia itu sendiri yang sangat mobiledan memiliki rasa keingin tahuan yang
tinggi. Kedua sifat itulah yang membuat pemikiran manusia terus berkembang,
sehingga mempengaruhi kehidupan social masyarakatnya.
Begitu dinamisnya kehidupan social masyarakat dapat dilihat dari jumlah
penduduk didalamnya. Sebelum pertengahan abad ke 17 tidak terjadi perubahan yang
berarti dalam komposisi kependudukannya hal ini disebabkan tingkat pengusasaan
tekhnologi pada zaman ini tergolong masih rendah (bogue : 1950). Akan tetapi
setelah itu terjadi perkembangan yang cukup pesat dalam bidang tekhnologi, yang
menyebabkan tingkat kehidupan manusia cenderung lebih meningkat. Sehingga,
jumlah penduduk ikut meningkat pula. Akan tetapi pada pertengahan abad 20,
walaupun tingkat penguasaan tekhnologi semakin tinggi. Dibeberapa Negara,
terutama di Negara-negara maju kecenderungan peningkatan jumlah penduduk tidak
terjadi bahkan cenderung stagnan.
Salah satu factor yang mempengaruhi jumlah penduduk tersebut adalah ting-
kat fertilitas. Tingkat fertilitas ini berkembang sesuai dengan fenomena-fenomena
yang terjadi dalam masyarakat. Seperti contohnya pada pertengahan abad 17 dengan
penguasaan tekhnologi yang semakin baik dan didukung jumlah SDA yang masih
cukup melimpah maka, jumlah penduduk semakin bertambah karena mereka
beranggapan sangat muda dan gampang untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan
keluarganya. Sehingga kebanyakan orang tidak percaya dengan teori-teori yang
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
4/30
dikembangkan para ahli pada waktu itu. Terutama teori Thomas Robert Malthus
yang mengungkapkan bahwa laju pertumbuhan manusia akan lebih cepat daripada
pertumbuhan makanannya (Ida Bagoes, 2000). Namun setelah pertengahan abad 20
teori tersebut hamper menjadi kenyataan sehingga masyarakat mulai membatasi ting-
kat fertilitasnya.
Mempelajari fertilitas memang lebih kompleks apabila dibandingkan dengan
mortalitas, karena seorang perempuan hanya dapat meninggal satu kali. Akan tetapi
dapat melahirkan lebih dari sekali. Hal inilah yang menyebabkan fertilitas perlu dikaji
secara lebih mendalam agar kedepannya lebih muda dalam mempelajari
perkembangan fertilitas itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fertilitas dan apa pengaruhnya dalam prosesdemografi?
2. Apa sajakah factor-faktor yang mempengaruhi fertilitas?3. Bagaimanakah cara menghitung dan mempreediksi tingkat fertilitas?4. Apakah fungsi mempelajari fertilitas?5. Bagaimanakah tingkat fertilitas di Indonesia?6. Apakah pengaruh tingkat fertilitas di Indonesia terhadap kehidupan social-
masyarakatnya?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat dari fertilitas dan hubungan fertilitas dalam prosesdemografi
2. Untuk mengetahui factor-faktor yng mempengaruhi fertilitas3. Untuk mengetahui cara memprediksi dan menghitung tingkat fertilitas4. Untuk mengetahui fungsi mempelajari tingkat fertilitas5. Untuk mengetahui tingkat fertilitas di Indonesia
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
5/30
6. Untuk mengetahui pengaruh tingkat fertilitas di Indonesia terhadapkehidupan social-masyarakatnya
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
6/30
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fertilitas dan Hubungannya dengan Proses Demografi
Fertilitas biasa disebut dengan kelahiran, namun hal tersebut sebenarnya
kurang tepat. Fertilitas adalah terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan
ada tanda-tanda kehidupan: misalnya menangis, bernafas, jantung berdenyut dan
sebagainya (Ida Bagoes, 2000). Sehingga yang menjadi syarat bahwa sebuah
kelahiran dianggap menjadi sebuah fertilitas adalah bayi yang dilahirkan harus
memiliki tanda-tanda kehidupan walaupun hanya satu detik, atau biasanya disebut
kelahiran hidup (live birth). Fertilitas erat kaitannya dengan ilmu-ilmu yang
mempelajari kependudukan seperti halnya Demografi ataupun Geografi Penduduk.
Kajian utama demografi adalah tentang kependudukan, baik tentang
kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk dan juga permasalahan-permasalahan
dalam penduduk itu sendiri. Menurut Philip M. Hauser dan Dudley Duncan (1959),
Demografi adalah studi tentang jumlah, persebaran wilayah, komposisi penduduk dan
perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya serta penyebab perubahan-perubahan
itu sendiri, yang bisanya meliputi fertilitas, mortalitas, migrasi, dan mobilitas social.
Menurut IUSSP terdapat 3 proses dalam kajian Demografi, yaitu :
1. Fertilitas2. Mortalitas3. MigrasiKetiga proses tersebut berperan besar dalam perubahan komposisi
kependudukan terutama fertilitas. fertilitas merupakan sebuah komponen yang palingkompleks dalam demografi karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali,
akan tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi (Ida Bagoes, 2000). Hal
tersebut yang membuat pengkajian dan pemerediksian fertilitas sangat sulit dilakukan
oleh demograf. DR. RK sembiring (1985) mengemukakan bahwa mengukur fertilitas
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
7/30
merupakan suatu hal yang sangat kompleks karena berbeda dengan mortalitas yang
semua dapat mengalaminya. Pada kasus fertilitas tidak semua penduduk dapat
melahirkan selain itu diantara yang dapatpun tidak semua mau atau rela untuk
melahirkan
Selain itu dalam kajian demografi fertilitas dijadikan sebagai factor
permasalahan utama dalam menangani masalah ledakan penduduk. Karena dengan
semakin tingginya fertilitas, jumlah penduduk otomatis juga semakin meningkat. Hal
tersebut menyebabkan para ahli demografi menyarankan untuk menekan laju
fertilitas, karena untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk hanya itu yang
dapat dilakukan. Tidak mungkin mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dengan
meningkatkan prosentase kematian. Hal tersebut dianggap tidak manusiawi untuk
dilakukan.
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa fertilitas itu menyangkut jenis berbeda
dari kompleksitas masyarakat jika dibandingkan dengan mortalitas yang membuat
analogi mekanitis antara dua proses vital yang secara teoritis tidak memadai dan
secara intelektual berbahaya ( Calvin, 1985 : 205).
2.2 Faktor
Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas
Diawal telah dibahas bahwa fertilitas merupakan sebuah proses yang sangat
kompleks. Hal tersebut dapat dilihat dari factor-faktor apa sajakah yang
mempengaruhi fertilitas itu sendiri. Factor-faktor yang mempengaruhi fertilitaspun
sangat beragam. Bahkan para ahli demografi memiliki perbedaan pendapat mengenai
faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi fertilitas itu sendiri. Menurut Moni
Nag (1968) terdapat 8 faktor yang mempengaruhi fertilitas, yaitu.
a. Abstinensi setelah melahirakanb. Anstinensi karena sebab-sebab lainnyac. Pasangan absen untuk sementarad. Umur
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
8/30
e. Frekuensi senggamaf. Kehilangan sebagian usia produktif karena berbagai factorg. Mempraktekkan senggama terputus dan aborsih. Mandul dan penyakit kelamin
Kedelapan factor yang dikemukakan Moni Nag tersebut lebih menekankan
pada factor-faktor biologisnya namun ada juga beberapa ahli yang menekankan pada
factor social dan bahkan agama. Menurut frank lomier (1958) system kekerabatan
juga mempengaruhi fertilitas. Frank mengatakan bahwa system kekerabatan lineal,
yakni system patrilineal dan matrilineal cenderung memberikan dorongan fertilitas
yang tinggi. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa system bilateral juga
memiliki tingkat fertilitas yang tinggi pula.
Dikaji mengenai hubungan agama dengan fertilitas dikemukakan bahwa Islam
cenderung memberikan penekanan pada fertilitas yang tinggi dan struktursosial
masyarakat-masyarakat islam cenderung mendukung fertilitas yang tinggi. Sementara
itu agama budha lebih netral dalam menentukan fertilitas sedangkan Kristen cukup
beragam dalam penyikapannya tergantung setiap sekte / alirannya. Contohnya
protestan yang menginginkan pembatasan kelahiran. Sementara katolik cenderung
lebih bebas. (Lorimer, 1958: 186-189)
Menurut Kingsley Davis & Judith Blake Faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya
yang memengaruhi fertilitas akan melalui faktor-faktor yang langsung ada kaitannya
dengan ketiga tahap reproduksi, yaitu tahap intercourse (hubungan seksual),
conseption (pembuahan sel telur oleh sel sperma) dan gestation (kehamilan). Faktor-
faktor yang mempunyai kaitan antara ketiga variabel tersebut disebut variabel antara,
yang terdiri dari:
6 variabel yang memengaruhi intercouse, yaitu:
Umur mulai berhubungan kelamin/kawin pertama.
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
9/30
Selibat permanen : proporsi wanita yang tak pernah melakukan hubungankelamin.
Lamanya berstatus kawin/lamanya masa melajang. Abstinensi (absen dalam melakukan hubungan seksual) secara sukarela. Abstinensi terpaksa (misal: sakit, berpisah ranjang sementara). Frekuensi senggama.
3 variabel yang memengaruhi conception, yaitu:
Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan oleh hal-hal yang tidakdisengaja.
Pemakaian kontrasepsi. Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan oleh hal-hal yang disengaja.
2 variabel yang memengaruhi gestation, yaitu:
Mortalitas janin karena hal-hal yang tidak disengaja Mortalitas janin karena hal-hal yang disengaja
2.3 Pola Fertilitas
Sampai sejauh ini sudah dibicarakan langkah-langkah untuk memperoleh
indeks nilai tunggal untuk mengukur fertilitas. Dipandang dari sudut berbagai
variabel sudah tentu semua pergeseran fertilitas tidak mungkin dijumlahkan menjadi
satu nilai tunggal. Meskipun demikian indeks nilai tunggal mempunyai kelebihan
tertentu karena sifatnya sangat sederhana. Di pihak lain para ahli demografi harus
juga menyadari beberapa kelemahan dalam membedakan keadaan demografis. Di
bawah ini akan dibahas tabulasi statistik data sterilitas secara lebih luas.
Gambarannya yang jelas hanya dapat diketahui apabila pola fertilitas tersebut
diselidiki dengan teliti.
a. Pola Fertilitas Khusus Menurut Umur
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
10/30
Angka kelahiran (yautu fertilitas, dan bukan fekunditas) dimulai dari
nol kira pada umur 15 tahun, kemudian memuncak pada umur mendekati 30
tahun, sesudah itu menurun sampai nol lagi kira-kira pada umur 49 tahun.
Puncak umur yang sebenarnya maupun angka penurunan sesudah puncah
tersebut untuk masing-masing penduduk maupun didalam lingkungan
penduduk itu sendiri ternyata berbeda. Perbedaan itu tergantung dari
kebiasaan perkawinan, sterilitas, praktek keluarga berencana, maupun factor-
faktor lain. Walaupun demikian perbedaan fertilitas itu lebih sering terjadi
dalam tingkat kurva ini, dan bukan didalam bentuk umum yang senantiasa
konstan untuk setiap penduduk maupun dari waktu ke waktu. Perbedaan yang
terjadi selama perjalanan waktu dapat dipelajari dalam beberapa angka
fertilitas khusus menurut umur yang tercantum dalam tabel 6.1. Ini
merupakan pola fertilitas yang paling umum digunakan.
b. Lamanya Pola Fertilitas Khusus Menurut PerkawinanSemua ukuran fertilitas yang telah diuraikan dapat memberikan hasil
perhitungan yang menyesatkan apabila apabila angka perkawinan ternyata ab-
normal. Apabila karena beberapa alas an tertentu perkawinan sementara
waktu akan tertunda, dan kemudian di sebabkan juga karena banyak fertilitas
terjadi lebih awal di dalam perkawinan, maka jumlah kelahiran akan menurun,
yang kemudian diikuti pula dengan kenaikan yang merupakan kompensasi
dengan syarat bahwa fertilitas perkawinan tetap konstan. Demikian pula
apabila perkawinan secara temporer malah agak di percepat, jumlah kelahiran
akan meningkat, yang kemudian menurun lagi. Fluktuasi jangka pendek yang
disebabkan oleh perkawian ini hendaknya dapat disingkirkan dengan meneliti
fertilitas perkawinan, dan bukan fertilitas semua wanita. Di kebanyakan Nega-
ra lebih dari 90 persen kelahiran terjadi sebagai hasil ikatan perkawinan dan
sisanya dapat dihitung secara terpisah.
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
11/30
Salah satu pola ferilitas yang umum ialah lamanya angka fertilitas
yang menunjukkan jumlah kelahiran oleh 1000 wanita selama 0,1,2, tahun
sesudah perkawinan. Pola tersebut dapat dihitung dengan cara membagi
kelahiran oleh ibu dari pada lamanya perkawinan x dengan jumlah
perkawinan x tahun sebelum untuk nilai x = 0,1,2, tabel ini (contohnya
pada tabel 6.3) dapat dipelajari menurut dua cara. Apabila tabel tersebut
dibaca secara vertical, nilainya mencerminkan kehamilan kohor perkawinan
tertentu pada saat melampaui tahap dari tahun ke tahun. Di pihak lain apabila
dibaca secara horizontal, nilainya mencerminkan fertilitas yang terjadi selama
jangka waktu perkawinan tertentu karena perhitungannya dihitung dari kohor
sebelumnya sampai ke kohor berikutnya.
TABEL 6.3
Ferilitas menurut lamanya masa perkawinan, Australia (jumlah persalinan
per 1000 perkawinan menurut berbagai jangka waktu yang berlainan)
Lamanya
perkawinan(tahun)
Tahun Perkawinan
1909 1919 1929 1939 1949 1959 1965
1910 1920 1930 1940 1950 1960 1966
Di bawah1
2
3
45
6
7
89
10
1112
13
14
500 468 443 280 322 389 332232 271 272 276 318 346 265
289 258 234 224 293 339 296
318 282 198 210 271 303
280 237 173 289 240 247252 213 149 173 212 202
218 182 133 169 185 167
197 163 115 139 161 139
177 143 98 113 137 118152 114 84 95 116
140 98 74 85 102
125 77 61 70 84108 65 54 59 71
95 53 51 51 58
77 45 49 41 45
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
12/30
15-19
20-24
247 136 140 118 105
64 34 36 30
Total 3.471 2.839 2.364 2.422 2.720
(sumber : Demography Bulletin, beberapa tahun)
Apabila pada kedua skala tersebut di gunakan pada tahun-tahun tunggal, tabel
tersebut dapat juga dipelajari secara diagonal keatas; dalam hal ini nilainya
merupakan angka fertilitas untuk jangka waktu perkawinan berikutnya selama
satu tahun kalender tertentu. Pola tersebut tidak memperhitungkan umur ibu;dengan demikian jelas bahwa kemungkinan untuk melahirkan dalam jangka
waktu 10 tahun sesudah perkawinan tentu akan sangat berbeda apabila
perkawinan dilangsungkan pada umur 20 tahun, dan bukan 30 tahun. Degan
demikian dengan kondisi demografis yang abnormal, pola tersebut harus
digunakan secara hati-hati. Selain itu, untuk masa perkawinan yang lebih la-
ma, nilainya akan terpengaruh oleh perubahan mortalitas maupun migrasi.
c. Umur Perkawina dan Pola Fertilitas Khusus Menurut Lamanya PerkawinanPerkembangan yang nyata mengenai angka yang telah diuraikan di
dalam paragraph sebelumnya ialah pengukuran fertilitas menurut umur pada
saat perkawinan maupun lamanya masa perkawinan. Metode perhitungan
memang sama, tetapi harus di tetapkan terhadap umur khusus pada saat
perkawinan, dan bukan terhadap semua umur. Keberatan dalam metode
tersebut tidak hanya karena banyaknya nilai yang harus difahami (setiap tahun
memerlukan pola yang berlainan), tetapi juga fakta bahwa data dalam bentuk
ini pada uumnya tidak dapat diperoleh dari himpunan statistik tahunan yang
dapat diumumkan.
d. Pola Fertilitas Khusus Menurut Paritas (Parity Specific Fertility Schedules)
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
13/30
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan program keluarga
berencana yang semakin pesat telah cenderung menyebabkan perhatian
semakin ditujukan kearah pembentukan jumlah keluarga yang terakhir.
Gangguan ekonomi dan sosial dapat juga mempengaruhi kalahiran selama
satu jangka waktu tertentu, tetapi bagaimanapun jumlah keluarga yang
dikehendaki akhirnya akan dapat dicapai, dan bahwa penduduk akan
cenderung mengarah pada frekuensi distribusi tertentu menurut besarnya
keluarga. Jumlah kelahiran pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya per 1000
wanita yang berumur 15-49 tahun, kadang-kadang dinyatakan seperti yang
tampak di dalam tabel 6.4. I dengan demikian perubahan fertilitas dapat
ditentukan sebagai akibat perubahan jumlah relatif rendahnya angka kelahiran
(yang dinamakan juga kelahiran paritas yang rendah / low parity brith) atau
berubahan frekuensi keluarga yang besar.
Sementara itu perlu pula diperhatikan bahwa didalam angka fertilitas
paritas tersebut tidak terhitung perkawinan atau jumlah anak. Penyebutnya
secara sederhana adalah jumlah wanita yang berumur 15-49 tahun. Apabila
pada suatu jumlah penduduk hanya terdapat sedikit ibu yang mempunyai x
anak, maka beberapa x+1 anak akan dilahirkan. Dengan demikian angka
tersebut merupakan refleksi struktur penduduk yang sudah ada, dan
menunjukkan juga tingkat fertilitas yang berlaku saat itu.
Tabel
Angka Fertilitas Khusus PaaritasAustralia
Tahun Kelahiran Nuptial per 1000 wanita yang berumur 15-49
tahun
1 2 3 4 5-9 10 dan ke atas1920-24 26,4 20,1 13,6 9,3 17,3 1,7
1925-29 23,9 18,2 12,5 8,4 15,9 1,5
1930-34 20,0 15,3 9,8 6,4 11,8 1,11935-39 23,2 15,4 8,9 5,2 8,8 0,8
1940-44 27,6 19,1 10,3 5,4 7,6 0,6
1945-49 31,9 25,1 13,9 6,8 7,8 0,5
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
14/30
1950-54 30,2 26,7 16,7 8,4 7,7 0,5
1955-59 28,8 25,4 17,8 9,8 9,3 0,4
1960-64 27,7 23,6 16,9 9,8 9,9 0,41965-69 27,9 21,7 13,3 6,9 6,7 0,3
(sumber : Demography Bulletin, beberapa tahun)
e. Lamanya Masa Perkawinan dan Pola Fertilitas Khusus Menurut ParitasKahiran di beberarapa Negara kadang-kadang diumumkan menurut
paritas dan lamanya masa perkawinan dengan meneliti kohor perkawinan
suatu tahun tertentu menurut tahun per tahun akan dapat dihitunhitg (tanpa
memperhitungkan mortalitas dan migrasi) jumlah wanita yang menikah
menurut lamanya masa perkawinan itu sampai sekarang masih belum
mempunyai anak, dengan cara mengurangi jumlah kelahiran pertama dari
kohor itu tahun pertahun. Dengan menggunakan nilai terebut sebagai jumlah
wanita yang menghadapi resiko kehamilan, jumlah kelahiran pertama oleh
kohor itu dan angka kelahiran pertama menurut lamanya masa perkawinan
dapat juga dihitung. Kedua, walaupun demikian angka kelahiran ketiga, dan
lain-lain untuk setiap lamanya masa perkawinan tidak dapat dihitung menurut
prosedur tersebut apabila tidak dilandasi oleh asumsi mengenai distribusi in-
terval antara semua kelahiran. Perhitungannya cukup kompleks, dan
mortalitas maupun migrasi harus tidak diperhitungkan, demikian pula harus
disusun perkiraan untuk mencocokkan tahun perkawinan dan lamanya masa
perkawinan. Dengan demikian menurut sistem pendekatan tersebut jarang
diterapkan meskipun secara teoristis memang mungkin.
f. Rasio Deret Paritas (Parity Progression Ratio)Rasio deret paritas ialah suatu istilah yang dipergunakan untuk
menunjukkan suatu proporsi wanita paritas tertentu (x anak) yang menuju ke
paritas berikutnya (x+1 anak). Rasio deret paritas tidak dapat diperoleh dari
data umum yang diumumkan oleh para pejabat statistik resmi tanpa didukung
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
15/30
oleh asumsi mengenai interval kelahiran. Dengan demikian rasio tersebut
jarang diumumkan.
2.4 Perhitungan Tingkat Fertilitas
Terdapat dua perhitungan dalam fertilitas yaitu perhitungan fertilitas tahunan
(yearly performance) dan Fertilitas kumulatif.
A. Perhitungan Fertilitas TahunanPerhitungan ini menghitung tingkat fertilitas pada suatu kelompok
tertentu dan pada tahun tertentu selama satu tahun. Serta dihubungkan dengan
penduduk yang memiliki resiko melahirkan pada tahun tersebut.Perhitungan
ini terdiri dari 3 perhitungan yaitu :
1. CBR (Crude Birth Rate)Angka kelahiran kasar yaitu jumlah kelahiran per 1000 orang didalam
suatu jumlah penduduk tertentu. Pengukuran ini merupakan pengukuran
fertilitas paling sederhana karena data yang diperlukan hanya jumlah
seluruh kelahiran dan jumlah seluruh penduduk.
CBR =
B = jumlah kelahiran pada tahun x
P = jumlah penduduk pada tahun x
K = konstanta (1000)
Contoh:
Jumlah penduduk Bengkulu pada tahun 2010 1.715.158 jiwa. Jumlah
kelahiran pada tahun tersebut sebesar sebesar 24600 jiwa. Maka CBR
provinsi Bengkulu adalah
CBR =
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
16/30
= 14,34
Dari CBR hanya dapat menyusun penilaian yang bersifat umum saja
karena, dari nilai itu tidak mungkin terjadi perbedaan rasio jenis kelamin,
perbedaan distribusi umur dan penundaan atau lebih cepatnya perkawinan.
Akan tetapi meskipun demikian ketika jumlah data terbatas maka
perhitungan ini dapat menjadi perhitungan yang paling relevan untuk
digunakan.
2. GFR (General Fertility Rate)Angka kelahiran umum adalah perhitungan jumlah kelahiran per 1000
wanita berumur 15 sampai 49 tahun.
GFR =
B = jumlah kelahiran pada tahun x
Pf(15-49) = jumlah penduduk wanita 15-49 tahun pada tahun x
K = konstanta (1000)
Contoh:
Jumlah kelahiran dibengkulu pada tahun 2010 sebesar 24600 sedangkan
jumlah penduduk wanita usia 15-49 tahun sebesar 605.759. hitunglahGFR Bengkulu!
GFR =
= 39.62
Sampai tingkatan tertentu perhitungan ini dapat memperbaiki kelainan
yang terjadi dalam CBR sebagai akibat kelainan rasio jenis kelamin
didalam jumlah penduduk atau kelainan distribusi umur.
3. ASFR (Age Specific Fertility Rate)Angka fertilitas khusus menurut umur merupakan perhitungan tingkat
fertilitas menurut banyaknya kelahiran dari wanita pada kelompok umur
tertentu(umur produktif) per seribu wanita dipertengahan tahun.
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
17/30
ASFRi =
Bi = jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur i
Pfi = jumlah wanita kelompok umur I pada pertengahan tahun
K = konstanta (1000)
Contoh:
ASFR penduduk Jakarta pada tahun 2000
Umur wanita
(1)
Jml penduduk
wanita (2)
Jumlah
kelahiran (3)
ASFR (4) =
(3)/(2) x 1000
15-19 585.414 15.221 26
20-24 589.946 57.225 97
25-29 505.509 61.672 122
30-34 399.754 33.979 8535-39 330.342 13.544 41
40-44 257.850 2.579 10
45-49 188.589 754 4
jumlah 2.857.404 187.974
Dengan menerapkan ukuran fertilitas semacam ini dapat
disingkirkan salah satu klemahan indeks yang terdiri dari satu nilai, yaitu
dengan cara menghilangkan distorsi yang disebabkan oleh perbedaab
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 5 6 7
Angkafertilitaskhususmenurutum
ur
per1000
Grafik ASFRi
Series1
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
18/30
komposissi umur penduduk. Meskipun demikian tidak urun masih juga
diketemukan petunjuk fertilitas yang menyesatkan, terutama apabila
angka kelahiran khusus menurut umur diterapkan pada saat perkawinan
tertunda atau malah dipercepat.
B. Pengukuran Fertilitas KumulatifPengukuran ini mengukur rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh
wanita pada waktu wanita itu memasuki usia subur hingga melampaui batas
reproduksinya (umur 15-49 tahun). menunjukkan kumulatif fertilitas selama
masa reproduksinya.
Meskipun secara relative bentuk angka fertilitas khusus menurut umur
memang cukup cocok apabila didispersikan didalam kelompok umur lima
suatu rumus yang cocok agar dapat diterapkan untuk mengkombinasikan
berbagai angka khusus menurut individual.
1. TFR (Total Fertility Rate)Merupakan perhitungan jumlah kelahiran hidup tiap 1000 wanita hingga
akhir masa reproduksinya. Angka TFR diperoleh dengan
menggabungkan berbagai angka fertilitas khusus umur untuk wanita yang
tercakup didalam setiap umur. Apabila kelompok umur lima tahun yang
digunakan maka jumlahnya harus dikalikan lima karena, merupakan
jumlah angka pada setiap umur individu yang diperlukan.
TFR= 5
5 = kelompok umur
ASFRi= total ASFRi
Contoh :
Umur wanita ASFR
15-19 26
20-24 97
25-29 122
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
19/30
30-34 85
35-39 41
40-44 10
45-49 4
TFR = 5(26+97+122+85+41+10+4)
= 5 x 385= 1925 per 1000 penduduk wanita
Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap penduduk
wanita usia 15-49 rata-rata memiliki dua orang anak. Meskipun TFR
mencerminkan penduduk wanita berumur 15-49 tahun yang sama
sebagaimana halnya sama dengan ASFR, namun pada hakekatnya angka
tersebut merupakan perbaikan atas angka ASFR karena dapatmenghilangkan berbagai perbedaan distribusi umur antara 15-49 tahun.
2. GRR (Gross Reproduction Rate)Angka reproduksi bruto merupakan salah satu rumus reproduksi yang pal-
ing sering dipergunakan. GRR hanya menunjukkan jumlah angka
kelahiran khusus menurut umur 15-49 tahun yang dihitung untuk
kelahiran wanita saja, dan mencerminkan jumlah rata-rata anak wanita
tanpa memperhitungan kematiannya, yang akan menggantikan ibu mereka
dengan dilandasi asumsi bahwa angka untuk tahun yang bersangkutan
tetap berlaku dalam jangka waktu tidak tentu. GRR merupakan ukuran
tentang jumlah rata-rata anak wanita yang dilahirkan oleh wanita selama
masa hidupnya. Perhitungan GRR pada hakikatnya sama dengan TFR.
Akan tetapi karena GRR terbatas hanya satu jenis kelamin saja maka
angka yang muncul hanya separuh TFR saja. Secara simbolis GRR dapat
dinyatakan dengan dua rumus.
1. Menggunakan ASFR bagi perempuanGRR= 5
ASFRfi : angka kelahiran menurut umur untuk bayi perempuan untuk
perempuan pada kelompok umur i
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
20/30
Contoh:
Jumlah kelahiran bayi laki-laki dan bayi wanita berturut-turut adalah 105
dan 100.
Umur
wanita
(1)
Jumlah
penduduk
wanita (2)
Jumlah
kelahiran
L+P (3)
Jumlah kelahiran
bayi wanita
(4)= (3) x
(100/205)
ASFR bayi
wanita (5)=
(4)/(2) x 1000
15-19 585.414 15.221 7.425 13
20-24 589.946 57.225 27.915 47
25-29 505.509 61.672 30.084 60
30-34 399.754 33.979 16.575 42
35-39 330.342 13.544 6.607 20
40-44 257.850 2.579 1.258 445-49 188.589 754 368 2
Jumlah 2.857.404 187.974 90.232 188
GRR=5
= 5 x 188
= 940
2. Menggunakan TFR dengan rasio jenis kelamin pada saat lahirDapat menggunakan rumus ini apabila Data yang diketahui adalah TFR
dan rasio jenis kelamin bayi laki-laki dan wanita saat lahir
GRR =
Contoh:
TFR per 1000 wanita usia 15-49 tahun di Tasikmalaya tahun 2001 adalah
1925. Adapun rasio jenis kelamin saat lahir adalah 105 (terdapat 105 bayi
laki-laki dibanding 100 bayi perempuan). Hitung GRRnya
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
21/30
GRR =
= 939
3. NRR (Nett Reproduction Rate)NRR adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh sebuah kohor
hipotesis dari 1000 perempuan dengan memperhitungkan kemungkinan
meninggalkan perempuan-perempuan itu sebelum mengakhiri masa
reproduksinya. Misalnya sebuah kohor yang terdiri dari 1000 bayi
perempuan, beberapa dari perempuan itu memiliki potensi untuk
melahirkan hingga umur 20, sebagian hingga umur 30, sebagian hingga
umur 40 dan seterusnya dan hanya sebagian yang dapat melewati masa
produktif (50 tahun). Jadi dari kohor tersebut dihitung jumlah perempuan-
perempuan yang dapat bertahan hidup pada umur tertentu dengan
mengalikannya dengan kemungkinan hidup dari waktu lahir hingga
mencapai usia tersebut. Dalam prakteknya perhitungan NRR dapat
didekati dengan rumus:
NRR = ASFRfi
Contoh:
Golongan
umur
ASFRfi per
1000nLx
ASFRfi x
15-19 52,99 379.868 3,79868 201,9
20-24 99,32 370.775 3,70775 386,25
25-29 82,62 359.285 3,59285 296,84
30-34 70,65 346.825 3,46285 245,03
35-39 49,35 334.528 3,34628 165,09
40-44 23,07 321.670 3,21670 74,21
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
22/30
44-49 7,20 307.228 3,07288 22,12
Jumlah 1.390,83
Sumber : Mantra, 1985
Angka NRR sebesar 1.390,83 beraarti dari 1000 perempuan selama periode
masa reproduksinya rata-rata mempunyai 1391 anak perempuan.
2.5 Fungsi Mempelajari Fertilitas
Angka kelahiran yang tinggi di Indonesia adalah salah satu faktor yang
menjadi pertimbangan bagi pemerintah Indonesia dalam mengambil keputusan serta
membuat sebuah kebijakan. Di negara yang memiliki populasi penduduk terbanyak
ke-4 di dunia setelah China, India, Amerika sekitar 1,98% pertahun dengan total
populasi penduduk mencapai 236.355.303 jiwa. Penting bagi pemerintah Indonesia
untuk mengetahui seberapa tingginya angka kelahiran di wilayah Indonesia. Sehingga
bisa diterapkan kebijakan-kebijakan dengan perencanaan yang matang.
Tingkat kelahiran adalah salah satu faktor penting yang dianalisa dalam ilmu
kependudukan, selain dari faktor tingkat kematian, serta tingkat migrasi. Tingkat
kelahiran mempengaruhi tingkat pertumbuhan penduduk secara alami. Dalam
penganalisaannya, ada metode-metode yang menggunakan rumus-rumus perhitungan,
untuk mengukur secara tepat angka kelahiran dari populasi penduduk di dalam wila-
yah, sehingga bisa diukur seberapa tingginya tingkat kelahiran di wilayah tersebut.
Dengan begitu kita tahu fungsi mempelajari tingkat kelahiran di Indonesia, antara
lain:
1. Mengetahui tingkat pertumbuhan penduduk disetiap wilayah di dalamlingkungan negaranya khususnya Indonesia, sehingga dapat secara efektif
mampu menerapkan hukum serta aturan-aturan yang dapat digunakan untuk
mengawasi dan mengatur hak serta kewajiban dari tiap-tiap anggota
masyarakat.
2. Bagi pemerintah informasi tentang pertumbuhan penduduk sangat membantudi dalam menyusun perencanaan baik untuk pendidikan, perpajakan,
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
23/30
kesejahteraan, pertanian, pembuatan jalan-jalan atau bidang-bidang lainnya,
yang dilakukan pemerintah menjadi lebih tepat sasaran jika
mempertimbangkan komposisi penduduk yang ada sekarang dan yang akan
dating.
3. Menjelaskan pertumbuhan penduduk pada masa lampau, kecenderungannyadan persebarannya dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia.
4. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan pendudukdengan bermacam-macam aspek organisasi sosial, ekonomi, budaya,
lingkungan dan lain-lain.
5. Memperkirakan pertumbuhan penduduk (proyeksi penduduk) pada masa yangakan datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.
6. Evaluasi kinerja pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah denganmelihat perubahan komposisi penduduk yang ada sekarang dan yang lalu
beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
7. Melihat peningkatan standar kehidupan melalui tingkat harapan hidup rata-rata penduduk, sebab tidak ada ukuran yang lebih baik kecuali lamanya hidup
sesorang di negara yang bersangkutan
8. Melihat seberapa cepat perkembangan perekonomian yang dilihat dariketersediaan lapangan pekerjaan, persentase penduduk yang ada di sektor
pertanian, industri dan jasa.
9. Sebagai pertimbangan bagi tiap-tiap kebijakan yang akan dikeluarkan olehpemerintah, baik pusat maupun daerah, pada tiap-tiap wilayah negara, supaya
tidak terjadi kesalahan dalam penerapan dan realisasi, serta sosialisasinya
terhadap masyarakat.
2.6 Tingkat Fertilitas di Indonesia
Permasalahan kependudukan terutama mengenai jumlah penduduk memang
merupakan permasalahan yang sedang dialami seluruh negara didunia. Bayangkan
saja pada tahun 2012 saja penduduk didunia tercatat lebih dari 7 milyar jiwa. Setiap
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
24/30
tahun jumlah itupun terus menerus bertambah dan belum menunjukkan adanya
penurunan. Sumbangan terbesar pertambahan penduduk dunia disumbang oleh Nega-
ra berkembang, Termasuk didalamnya Indonesia. Indonesia menempati peringkat ke
empat setelah China, India, dan Amerika untuk masalah jumlah penduduk. Jumlah
penduduk Indonesia menurut sensus tahun 2010 sebesar 237.641.326 jiwa dengan
pertumbuhan penduduk sebesar 1,3% per tahun.
Besarnya angka pertambahan penduduk Indonesia tersebut disebabkan tingkat
fertilitas cukup tinggi hal tersebut dapat diketahui dengan menghitung CBR pada
tahun 2010.
CBR =
= 24,51 jiwa
Hal tersebut mengindikasikan bahwa setiap 1000 penduduk terdapat 25 kelahiran
bayi. Fertilitas di Indonesia bias terus bertambah apabila tidak upaya untuk
mengendalikan angka kelahiran. Hal ini mengingat piramida penduduk Indonesia
yang menunjukkan jumlah perempuan usia produktif (15-49 tahun) berjumlah sangat
besar.
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
25/30
Sumber : http://sp2010.bps.go.id/index.php
Selain dapat diketahui melalui perhitungan CBR secara manual, menurut sensus
penduduk pada tahun 2010 TFR di Indonesia juga cukup tinggi. Berikut table TFR
tiap provinsi Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2010.
Tabel
Total Fertility Rate pada tiap provinsi di Indonesia pada tahun 2010
Provinsi 2010
Nanggroe Aceh Darussalam 2.79
Sumatera Utara 3.01
Sumatera Barat 2.91
Riau 2.82
Jambi 2.51
Sumatera Selatan 2.56Bengkulu 2.51
Lampung 2.45
Bangka Belitung 2.54
Kepulauan Riau 2.38
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
26/30
DKI Jakarta 1.82
Jawa Barat 2.43
Jawa Tengah 2.20
DI Yogyakarta 1.94
Jawa Timur 2.00
Banten 2.35
Bali 2.13
Nusa Tenggara Barat 2.59
Nusa Tenggara Timur 3.82
Kalimantan Barat 2.64
Kalimantan Tengah 2.56
Kalimantan Selatan 2.35
Kalimantan Timur 2.61
Sulawesi Utara 2.43
Sulawesi Tengah 2.94
Sulawesi Selatan 2.55
Sulawesi Tenggara 3.20
Gorontalo 2.76Sulawesi Barat 3.33
Maluku 3.56
Maluku Utara 3.35
Papua Barat 3.18
Papua 2.87
INDONESIA 2.41
Sumber: Badan Pusat Statistik (berdasarkan sensus penduduk tahun 2010)
Dari tabel tersebut menunjukkan TFR yang berfariasi antar tiap provinsi pada tahun
2010. TFR terendah dicapai oleh provinsi DKI Jakarta dengan 1,82 dan tertinggi
diperoleh oleh NTT dengan 3,82. Dibanding hasil survey tahun 2007 TFR Indonesia
memang cenderung mengalami penurunan karena pada tahun 2007 TFR Indonesia
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
27/30
sebesar 2,60. Namun hal tersebut tidak dapat dijadikan sebagai acuan bahwa laju
pertumbuhan penduduk akan mengalami penurunan. karena idealnya TFR yang
diperoleh sebesar 2,0. Apabila dibandingkan dengan sensus yang dilakukan pada
tahun 2000 pada 2010 termasuk mengalami peningkatan karena besarnya TFR pada
tahun 2000 adalah 2,27.
2.7 Pengaruh Fertilitas Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia
Sangat berbeda dengan perubahan-perubahan mortalitas sesudah perang dunia
kedua di Negara-negara berkembang, pola-pola fertilitas di sebagian besar penjuru
dunia tidak menunjukkan adanya perubahan ketingkat yang lebih rendah. Memang,
yang terjadi adalah fertilitas yang tetap tinggi, dengan relative rendahnya mortalitas
karena peningkatan layanan kesehatan dan standard hidup. Selain itu tidak ada
migrasi internasional yang berarti, menyebabkan pertumbuhan penduduk di Negara-
negara sedang berkembang terus meningkat. Hal tersebut memunculkan masalah-
masalah social, ekonomi dan politik (Calvin Goldsckfider, 1985).
Permasalahan-permasalahan yang muncul akibat tingginya tingkat fertilitas
juga dialami oleh Indonesia sebagai salah satu Negara yang sedang berkembang.
Tingginya fertilitas ini mengakibatkan permasalahan seperti kurangnya pemenuhan
gizi untuk bayi, kemiskinan, dan konflik social dalam masyarakat, beban tanggungan
tinggi. Rasio beban tanggungan penduduk Indonesia tergolong cukup tinggi yaitu
sebesar 53,08 tiap 100 penduduk produktif. Menurut Ida Bagoes (2000) tingginya
angka dependensi ratiomerupakan factor penghambat pembangunan ekonomi Indo-
nesia, karena sebagian pendapatan yang harus diperoleholeh golongan yang produktif
terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan golongan yang tidak
produktif.
Terhambatnya pembangunan menyebabkan persebaran penduduk kurang
merata, karena konsentrasi penduduk hanya terjadi di daerah dengan tingkat pem-
bangunan tinggi saja. Pulau jawa dengan tingkat pembangunan yang tinggi menjadi
tempat utama konsentrasi penduduk. Hal tersebut menimbulkan banyak sekali
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
28/30
masalah seperti kurangnya lahan untuk tempat tinggal, hingga konflik social karena
tingginya kebutuhan ekonomi.
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
29/30
BAB III
PENUTUP
3.1KesimpulanFertilitas adalah terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada
tanda-tanda kehidupan: misalnya menangis, bernafas, jantung berdenyut dan
sebagainya. Banyak sekali factor-faktor yang mempengaruhi fertilitas antara lain so-
cial, ekonomi, kesehatan dan agama. Perbedaan factor tersebut tergantung latar
belakang ahli yang mengemukakan. Namun walau bagaimanapun kesemua factor
yang disebutkan harus melewati 11 variabel antara yang dikemukakan oleh Kingsley
Davis & Judith Blake.
Terdapat dua jenis perhitungan untuk menghitung fertilitas yaitu perhitungan
fertilitas tahunan, dan kumulatif. Perhitungan fertilitas tahunan terdiri dari CBR,
GFR, dan ASFR. Sedangkan perhitungan kumulatif terdiri atas TFR, GRR, NRR.
Semua perhitungan dalam fertilitas ini dapat digunakan sesuai kebutuhan data.
Fertilitas di Indonesia tergolong tinggi hal tersebut dibuktikan dari
perhitungan-perhitungan dan didukung hasil sensus yang dilakukan pemerintah pada
tahun 2010. Tingginya fertilitas di Indonesia menimbulkan banyak permasalahan
baik disektor ekonomi, politik dan social.
3.2SaranDalam pertimbangan mengenai berbagai macam lembaga social dan
subsistem masyarakat yang membentuk pola penurunan fertilitas dalam proses
modernisasi, salah satu hal yang penting namun diabaikan ialah peranan lembaga-
lembaga politik. Pemerintah sebagai salah satu alat politik seharusnya dapat membuat
peraturan yang tegas untuk mengatur pola fertilitas dalam masyarakat.
Pengendalian fertilitas juga dapat dilakukan dengan cara meningkatkan taraf
hidup masyarakat dan meningkatan pelayanan masyarakat. Dengan meningkatnya
standard hidup masyarakat maka akan muncul suatu pola fikir tentang value of chil-
dren. Pola fikir inilah nantinya yang dapat menekan tingginya tingkat fertilitas dalam
masyarakat.
-
7/22/2019 Fertilitas Dalam Perspektif Demografi
30/30