fieldtip bayat, zeolith, bukit tak bernama, marmer&;sekis, kalsit & dolomit
TRANSCRIPT
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN FIELDTRIP
(Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah)
Yogyakarta, 10 Mei 2011
Praktikan
(Clara Janie Frica)
Asisten Praktikum
(Sony Adam. S.) (M. Wildan Perdana) (Putri Supriandini) (Yuni Indrawati)
1
HASIL PENGAMATAN DI SETIAP STASIUN
1. Stasiun Pengamatan I
a. Lokasi Stasiun Pengamatan
Lokasi pengamatan ini terletak di Gunung kampak, Dusun Koplak, Desa
Krakitan, kecamatan bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa tengah. Lokasi ini
berada di perbukitan jiwo bagian barat. Saat melakukan pengamatan di stasiun
pengamatan I, cuaca mendung dan berangin. Adapun pengamatan ini dilakukan
pada hari minggu, 25 April 2011 pada pukul 11.05 WIB.
Peta Citra Satelit Gunung Kampak
b. Geomorfologi Stasiun Pengamatan
2
Lokasi stasiun pengamatan ini berada agak terpisah dari deretan perbukitan jiwo
bagian barat dengan kota bayat. Gunung kampak merupakan suatu bukit yang
terbentuk oleh batugamping. Perbukitan jiwo merupakan daerah perbukitan karst
yang terbentuk oleh batugamping yang dikelilingi oleh mineral kalsit dan mineral
dolomit. Dimana daerah ini disebelah utara dibatasi oleh perukitan karst yang
disusun oleh batugamping ataupun batuan kapur sedangkan disebelah timur
dibatasi oleh rawa, pepohonan dan sutet. Dibagian selatan daerah ini dibatasi oleh
perbukitan karst dan bagian barat daerah ini dibatasi oleh pemukiman dan
perbukitan karst.
c. Litologi Stasiun Pengamatan
Litologi stasiun pengamatan pertama ini hampir seluruhnya disusun oleh
batugamping, yang dapat kita lihat merupakan batugamping berlapis. Hal ini
menunjukkan batugamping tersebut mrupakan batu hasi perombakan dari batuan
yang sudah ada dengn material-material karbonat. Adapun material-material
karbonat itu merupakan mineral karbonat kalsit dan dolomit.
Kalsit
3
Kenampakan Geomorfologi di Stasiun Pengamatan Pertama
Kalsit merupakan mineral karbonat berwarna colouress dengan kilap kaca
atau lazim disebut vitreous. Dimana kekerasan dari mineral ini adalah sekitar
±2,5 dengan cerat berwarna putih dan belahan tiga arah. Mineral ini memliki
kemampuan untuk ditembusi cahaya berupa transparan dengan sifat
kemagnetan diamagnetik, dan sudah pasti mineral ini memiliki kandungan
karbonat. Adapun pecahan dari mineral kalsit ini ialah konkoidal dengan
sistem kristal hexagonal serta memiliki sifat dalam brittle.
Dolomit
Dolomit merupakan mineral karbonat berwarna colourless dengan kilap kaca
atau
vitreous serta kekerasan mineral berkisar ±6. Cerat berwarna putih dan behan
sempurna (Perfect) dengan ketembusan cahaya ditingkat transparan dengan
sifat magnet berupa diamagnetik. Mineral ini memiliki kandungan karbonat
dengan pecahan konkoidal dengan sistem kristal hexagonal den sifat dalam
brittle.
d. Struktur Geologi Stasiun Pengamatan
Distasiun pengamatan ini dijumpai struktur geologi berupa keberadaan sesar
dan kekar. Kenampakan struktur sesar ini ditandai oleh adanya bidang sesar dan
cermin sesarpada bidang yang sangat jelas, selain itu juga dijumpai striasi akibat
seretan dari pergeseran blog sesar. Keberadaan kekar juga turut menandai adanya
keberadaan sesar di stasiun pengamatan ini.
e. Genesa Stasiun Pengamatan
4
Kenampakan Mineral Kalsit
Kenampakan Mineral Dolomit
Awalnya daerah ini merupakan daerah lautan, hal ini terlihat dari keberadaan
mineral kalsit dan dolomit yang seharusnya ada di daerah laut. Dimana lama
kelamaan batuan kalsit dan dolomit ini akan berubah bentuk menjadi batugamping
(seperti yang kita ketahui batugamping terbentuk oleh mineral kalsit dan mineral
dolomit). Setelah itu batugamping tadi kemudian terkena alterasi dari tenaga
hidrotermal bertemperature rendah. Dimana aliran hidrotermal membawa mineral
kalsit dan dolomit yang kemudian tertinggal diantara celah batuan gamping yang
lama-kelamaan akan terendapkan. Kemudian karena adanya pengaruh aktifitas
tektonik, maka batugamping yang ada disekitar mineral kalsit dan dolomit
menjadi terangkat naik.
f. Potensi Stasiun Pengamatan
Daerah ini memiliki potensi untuk menjadi objek studi bagi mahasiswa yang
mempelajari ilmu kebumian (geologi dan geofisika). Namun daerah ini juga
memiliki potensi negatif yaitu sangat rentan dan mudah menghasilkan gerakan
massa, dikarenakan keberadaannya yang berada didaerah sesar serta karena batuan
penyusun daerah ini yang berupa batugampng yang sangat rapuh dan mudah
hancur.
g. Sketsa Stasiun Pengamatan
5
2. Stasiun Pengamatan II
a. Lokasi Stasiun Pengamatan
Lokasi stasiun pengamatan ini terletak di desa semen, kecamatan bayat,
kabupaten klaten, provinsi jawa tengah. Lokasi ini tepatnya berada diperbatasan
antara kecamatan Bayat (Klaten, Jawa Tengah) dengan kabupaten Gunung kidul
(DIY). Penelitian ini dilaksanakan pada hari minggu, 25 april 2011 pada pukul
13.01 WIB saat cuaca cerah dan panas.
Peta Citra Satelit Sta II, Semen
b. Geomorfologi Stasiun Pengamatan
6
Lokasi ini merupakan
daerah dataran tinggi
berkontur renggang
dimana di daerah utara,
barat, dan timur dibatasi
oleh hutan. Sedangkan
sebelah selatan dibatasi
oleh pemukiman dan
sungai. Lokasi ini
merupakan bentang alam
fluvial, hal ini terlihat dari
letak lokasi di sungai kecil
dekat pemukiman warga
setempat, namun air sungai hanya ada jika musim penghujan.
c. Litologi Stasiun Pengamatan
Batuan yang
dijumpai dilokasi
pengamatan ini
7
Kenampakan Batuan Zeolit
Geomorfologi Stasiun Pengamatan II
batuan sedimen plutonik mengandung tuff dan zeolit hasil letusan gunung api
purba di lingkungan laut dalam. Mineral zeolit memiliki warna khas kehijauan
bersifat basa, yang membuktikan mineral ini terbentuk dilingkungan laut dalam.
Mineral ini bertekstur klastik dengan struktur massif.
Batuan ini adalah jenis
batuan sedimen plutonik
dengan warna abu-abu
kehijauan, bertekstrur klastik
dengan ukuran butir pasir
sangat halus sampai lanau,
well sorted, kemas tertutup,
berstruktur massif, komposisi
material lanau yang mengandung tuff dan zeolit, batu ini bernama batu lanau
tuffan zeolitik.
d. Struktur Geologi Stasiun Pengamatan
Di lokasi stasiun pengamatan ini dijumpai struktur geologi berupa kekar dan
sesar. Kekar adalah rekahan pada batuan yang belum mengalami pergeseran
sedangkan sesar adalah rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran
pada bidang rekahannya.
Kekar
yang
dijumpai pada daerah ini adalah kekar gerus, kekar tarik, kekar tiang dan kekar
rilis. Kekar gerus adalah kekar yang selalu berpasangan dan membentuk sudut
lancip dengan orientasi dari dua arah. Kekar tarik adalah kekar yang disebabkan
oleh gaya memanjang. Kekar tiang adalah kekar yang disebabkan oleh gaya
8
Batuan Zeolit
Kenampakan Kekar di Stasun II
kompresi. Sedangkan kekar rilis adalah kekar yang tegak lurus arah gaya dimana
kekar itu kekar yang kecil. Di STA ini dijumpai kekar gerus dan kekar rilis yang
sistematis, sedangkan kekar lainnya jarang ditemukan.
e. Genesa Stasiun Pengamatan
Awalnya mineral berukuran lempung ini terbentuk dari material muntahan
gunung api dengan mekanisme piroklastik jatuhan yang terdeposisi dan
terlitifikasi. Pada proses transportasi dan deposisi ini sangat dipengaruhi oleh arus
turbulen dasar laut sehingga material ini mudah sekali bercampur dengan material
lain dibawah laut. Mineral yang berukuran lempung ini kemudian tebawa arus
sungai kemudian mineral ini terendapkan perlahan-lahan dan berubah menjadi
batuan sedimen zeolit.
f. Potensi Stasiun Pengamatan
Daerah ini merupakan daerah yang potensial untuk digunakan sebagai objek
studi mahasiswa ilmu kebumian. Selain itu batuan zeolit juga berguna untuk
daerah dan lahan pertanian seperti yang terlihat di sekitar lokasi pengamatan,
daerah ini dikelilingi oleh hutan, dimana zeolit berfungsi untuk meningkatkan
kadar oksigen terlarut dalam air irigasi lahan pesawahan, menjaga keseimbangan
pH tanah mengikat kation ari salam unsur pupuk sehingga pnyerapan pupuk
menjadi effisien, memperbaiki struktur tanah, dan menetralkan unsur yang
mencemari lingkungan. Daerah yang memiliki batuan zeolit ini juga berpotensi
sebagai daerah pertambangan. Zeolit sendiri banyak diperlukan untuk bidang
industri mulai dari industri kertas, elektronika, dterjen, filter polutan, dan lain-
lain.
g. Sketsa Stasiun Pengamatan
9
3. Stasiun Pengamatan III
a. Lokasi Stasiun Pengamatan
Lokasi pengamatan ini terletak di Gunung Jokotuo, Dukuh Jokotuo, Desa
Gunung Gajah, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
Penelitian dilaksanakan pada pukul 14.45 WIB pada hari minggu, 25 April 2011
saat cuaca cerah berawan.
10
Peta Citra Satelite Gunung Jokotuo
b. Geomorfologi Stasiun Pengamatan
Gunung Jokotuo
ini terletak di
perbukitan Jiwo
bagian Timur,
lereng sebelah
utara. Lokasi ini
merupakan bukit
kecil disebelah
utara situs
watuprahu. Daerah jokotou ini dulunya merupakan daerah pertambangan bagi
warga sekitar, namun karena kualitas batu marmer yang buruk, maka kualitas
ekonomi nya berkurang sehingga warga tidak lagi menggunakan daerah ini
sebagai daerah pertambangan.
c. Litologi Stasiun Pengamatan
Pada daerah ini dijumpai singkapan marmer-sekis-filit berupa tebing. Batuan
ini merupakan batuan tertua di Pulau jawa sebagai batuan dasar yang terbentuk
pada zaman pra tersier. Batuan ini tersingkap karena adanya proses tektonik.
11
Kenampakan Geomorfologi Stasiun III
Batu sekis-filit yang
dijumpai di stasiun
pengamatan ini
berwarna coklat yang
menandakan batuan
sekis yang dijumpai
sedah mulai
melapuk, batuan asal
shale, memiliki
struktur foliasi,
bertekstur lepidoblastik karena pipih dan panjang. Komposisi dari batuan ini ialah
adanya mineral mika yang menyebabkan bentuknya berlembar-lembar dan adanya
sekis yang bermetamorosis menjadi filit yang disebut sekis-filit
Sedangkan batu marmer yang ditemukan di daerah ini berwarna putih,
berstuktur foliasi, dan bertekstur granuloblastik. Seharusnya batu marmer
memiliki struktur massif, namun karena diapit oleh sekis filit maka akan
menyebabkan waktu bermetamorfosis kedua batuan ini menjadi bersamaan. Batu
marmer ini berasal dari batugamping dengan komposisi mineral karbonat.
Kenampakan mineral mika, bat. sekis-filit Kenampakan batuan marmer
d. Struktur Geologi Stasiun Pengamatan
12
Kenampakan Batuan sekis-filit-marmer
Keberadaan Tension gash dan Sesar pada Sta III
Di Stasiun pengamatan ini dijumpai struktur geologi berupa struktur sesar dan
kekar. Kenampakan kekar di daerah ini terlihat pada adanya singkapan marmer,
namun kekar ini terlihat dalam keadaan acak, hal ini mungkin disebabkan oleh
deformasi yang telah mengenai kekar dari keberadaan sesar sehingga sesar terlihat
tidak beraturan. Keberadaan sesar disini ditandai oleh adanya bidang sesar yang
terlihat jelas, ada breksi sesar disekitar bidang sesar, ada tension gash, gores-garis
pada bidang sesar ini (compression shear fracture).
e. Genesa Stasiun Pengamatan
Pada batuan ini terlihat bahwabatu marmer yang ada didalam batu Sekis-Filit
sebagai lensa dengan bukti batuan yang mendominasi adalah batuan Sekis-Filit
dan batu marmer ditemukan sebagai bongkah besar didalamnya. Batuan Sekis-
Filit ini memiliki foliasi horizontal yang menunjukkan bahwa gaya tekan yang
bekerja pada proses metamorfisme adalah gaya tekan kebawah.
Dari yang kita lihat diketahui bahwa batu marmer adalah lensa didalam batu
Sekis-Filit, yang menjadi dasar praktikan untuk menyatakan bahwa umur dari
batuan marmer lebih tua yang berarti batu marmer telah terbentuk terlebih dahulu.
Namun, jika kita teliti lebih jauh dan kita baca berdasarkan sejarah
pembentukannya, kedua batu ini memiliki umur yang sama, dengan kata lain
dapat dikatakan batuan ini mengalami proses metamorfisme dalam waktu yang
sama walaupun tidak diketahui umur batuan asalnya. Pada proses ini terdapat
13
mekanisme perlapisan batugamping yang diapit oleh batu lempung yang
mengalami tekanan.
Dari proses yang coba praktikan uraikan diatas, batu gamping mengalami
metamorfisme menjadi marmer sedangkan batulempung mengalami
metamorfisme menjadi batuan Sekis-Filit. Setelah batuan ini mengalami proses
metamorfisme, batuan ini terpecahan karena adanya gaya yang arahnya dari
samping akibat pergerakan lempeng di zona subduksi purba yang ditandai oleh
kehadiran sesar.
f. Potensi Stasiun Pengamatan
Stasiun pengamatan ini berpotensi untuk menjadi bahan galian golongan C,
menjadi bahan tambang. Daerah pengamatan ini juga berpotensi rentan terhadap
terjadinya gerakan massa.
g. Sketsa Stasiun Pengamatan
14
4. Stasiun Pengamatan IV
a. Lokasi Stasiun Pengamatan
Lokasi stasiun pengamatan ini terletak di Puncak tak bernama, Jokotuo, ,
kecamatan bayat, kabupaten klaten, provinsi jawa tengah. Lokasi ini tepatnya
berada tidak jauh dari Stasiun pengamatan III. Pengamatan ini dilaksanakan pada
hari Minggu, 25 April 2011, pada pukul 15.30 WIB saat cuaca mendung.
Peta Citra Satelite Puncak tak Bernama
b. Geomorfologi Stasiun Pengamatan
Stasiun
pengamatan
IV ini
merupakan
bentang
alam
struktural.
Dimana di
sekitar
daerah STA
ini terdapat
pepohonan (hutan) sebagai batas barat, timur, selatan, dan utara. Selain pepohonan
15
Batuan Beku Intrusi di Puncak Tak Bernama
jugag terdapat tumbuhan singkong dan rumput. Di daerah ini juga terdapat
batuan-batuan yang besar.
c. Litologi Stasiun Pengamatan
Pada lokasi pengamatan
ini, praktikan
menemukan batuan
mikrodiorit. Dimana
batuan mikrodiorit ialah
batuan intermedietyang
mengalami penurunan
suhuyang membuat
ukurannya halus. Bentuk
kristal nya kecil karena
terdinginkn dengan cukup cepat. Batuan ini berwarna gelap, komposisi batuan ini
disusun oleh hornblende, kuarsa, biotit dan plagioklas. Di sepanjang jalan menuju
STA 4 ditemukan keberadaan batuan kuarsit.
Hornblende adalah mineral amfibol yang berwarna hitam dengan kilap kaca
ataupun lemak dengan kekerasan 5-6. Adapun cerat dari hornblende sendiri
berwarna hitam dengan belahan yang sempurna dan pecahan uneven. Kemagnetan
dari mineral ini ialah paramagnetik dengan ketembusan cahaya berupa translucent.
Sifat dalam dari mineral ini ialah brittle dan sistem kristal nya berupa monoklin.
Kuarsa adalah mineral silikat yang berwarna colourless dengan kilap kaca
dengan kekerasan 7. Adapun cerat dari plagioklas sendiri berwarna putih dengan
pecahan berupa konkoidal dan tidak memiliki belahan. Kemagnetan dari mineral
ini ialah diamagnetik dengan ketembusan cahaya berupa transparant-translucent.
Sifat dalam dari mineral ini ialah brittle dan sistem kristal nya berupa hexagonal.
Plagioklas adalah mineral yang berwarna putih keabu-abuan dengan kilap
kaca dengan kekerasan 6. Adapun cerat dari plagioklas sendiri berwarna putih
dengan belahan yang sempurna dan pecahan even. Kemagnetan dari mineral ini
ialah diamagnetik dengan ketembusan cahaya berupa transparant-translucent. Sifat
dalam dari mineral ini ialah brittle dan sistem kristal nya berupa triklin.
Biotit adalah mineral yang berwarna coklat dengan kilap kaca ataupun
submetallik dengan kekerasan 2,5. Adapun cerat dari biotit sendiri berwarna putih
dengan belahan yang sempurna dan pecahan even. Kemagnetan dari mineral ini
16
Batuan Beku Intrusi Mikrodiorit
ialah diamagnetik dengan ketembusan cahaya berupa translucent. Sifat dalam dari
mineral ini ialah brittle dan sistem kristal nya berupa monoklin.
d. Struktur Geologi Stasiun Pengamatan
Di daerah stasiun
pengamatan
ditemukan banyak
batuan-batuan besar
yang merupakan
batuan beku yang
telah mengalami
intrusi. Batuan-
batuan beku yang ada
di stasiun pengamatan ini ialah batuan beku mikrodiorit yang telah mengalami
pengangkatan ke atas oleh aktifitas tektonik.
e. Genesa Stasiun Pengamatan
Dari Sta IV terlihat adanya perbukitan. Diperkirakan daerah ini telah
mengalami intrusi. Dimana ditemukan adanya keberadaan batuan beku yang telah
naik keatas oleh dorongan dari intrusi. Batuan beku ini kemudian muncul dan naik
lalu memotong batuan metamorf (sekis-filit). Batuan beku intrus ini hanya ada di
dekat daerah puncak tak bernama.
f. Potensi Stasiun Pengamatan
Daerah pengamatan ini adalah daerah yang potensial untu dijadikan sebagai
objek study bagi mahasiswa yang mempelajari tentang ilmu kebumian selain itu,
daerah ini juga rentan terhadap keterjadian gerakan massa.
g. Sketsa Stasiun Pengamatan
17
Gambar Daerah Sekitar Puncak Tak Bernama