fikosianin_ chikita eljo_13.70.0010_c3_unika soegijapranata

16
1 1. MATERI METODE 1.1. Materi 1.1.1. Alat Sentrifuge, pengaduk, stirrer, alat pengering (oven), plate stirrer. 1.1.2. Bahan Biomassa Spirulina basah atau kering, akuades, dekstrin. 1.2. Metode Biomassa Spirulina dimasukkan dalam erlenmeyer Dilarutkan dalam aqua destilata (1 : 10) Disentrifugasi 5000 rpm, 10 menit hingga diperoleh endapan dan supernatant. Supernatan diencerkan sampai pengenceran 10 -2 dan diukur kadar fikosianinnya pada panjang gelombang 615 nm dan 652 nm Diaduk dengan stirrer ± 2 jam

Upload: praktikumhasillaut

Post on 05-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Fikosianin merupakan pigmen paling banyak dalam alga hijau biru dimana beratnya mencapai 20% berat kering.

TRANSCRIPT

Page 1: FIKOSIANIN_ CHIKITA ELJO_13.70.0010_C3_UNIKA SOEGIJAPRANATA

1

1. MATERI METODE

1.1. Materi

1.1.1. Alat

Sentrifuge, pengaduk, stirrer, alat pengering (oven), plate stirrer.

1.1.2. Bahan

Biomassa Spirulina basah atau kering, akuades, dekstrin.

1.2. Metode

Biomassa Spirulina dimasukkan dalam

erlenmeyer

Dilarutkan dalam aqua destilata

(1 : 10)

Disentrifugasi 5000 rpm, 10 menit hingga

diperoleh endapan dan supernatant.

Supernatan diencerkan sampai pengenceran 10-2

dan diukur kadar fikosianinnya pada

panjang gelombang 615 nm dan 652 nm

Diaduk dengan stirrer ± 2 jam

Page 2: FIKOSIANIN_ CHIKITA ELJO_13.70.0010_C3_UNIKA SOEGIJAPRANATA

2

Dicampur merata dan dituang ke

wadah

Dioven pada suhu 50°C

hingga kadar air ± 7%

Didapat adonan kering

yang gempal

Dihancurkan dengan penumbuk hingga

berbentuk powder

Supernatan diambil 8 ml dan ditambah dekstrin dengan perbandingan supernatan :

dekstrin = 1 : 1 (kelompok C1-C3), sedangkan kelompok C4-C5 menggunakan

perbandingan 8 : 9

Page 3: FIKOSIANIN_ CHIKITA ELJO_13.70.0010_C3_UNIKA SOEGIJAPRANATA

3

1. HASIL PENGMATAN

2. PEMBAHASAN

Kadar Fikosianin (mg/g) diukur dengan rumus :

Page 4: FIKOSIANIN_ CHIKITA ELJO_13.70.0010_C3_UNIKA SOEGIJAPRANATA

4

2. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan Fikosianin, Pewarna Alami dari “Blue Green Microalgae” Spirulina dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pewarna Alami dari “Blue Green Microalgae” Spirulina.

Keterangan :

Warna :

+ = biru muda

++ = biru

+++ = biru tua

Berdasarkan tabel di atas, diketahui berat biomassa kering, jumlah akuades, dan total filtrat yang diperoleh dari kelima kelompok sama.

Pada hasil OD615 nilai absorbansi tertinggi didapat oleh kelompok C1 sebesar 0,1490 dan nilai absorbansi OD615 terendah oleh kelompok

C4 sebesar 0,1410. Hasil OD652 nilai absorbansi tertinggi pada kelompok C2 sebesar 0,0594 dan nilai absorbansi OD652 terendah pada

kelompok C3 sebesar 0,0574. Setelah dihitung dengan rumus, KF terbesar diperoleh kelompok C1 sebesar 2,280 mg/ml dan terendah pada

kelompok C4 sebesar 2,114 mg/ml. Hasil perhitungan yield menunjukkan hasil tertinggi diperoleh kelompok C1 sebesar 15,960 mg/ml dan

terendah pada kelompok C4 sebesar 14,798 msg/ml. Warna fikosianin yang dibuat oleh tiap kelompok juga dianalisa secara sensori,

Kel Berat Jumlah aquades Total Filtrat OD

615

OD

652

KF Yield Warna

Biomassa

Kering (g) yang ditambahkan (ml)

yang diperoleh

(ml) (mg/ml) (mg/ml)

Sebelum

dioven

Sesudah

dioven

C1 8 80 56 0,1490 0,0575 2,280 15,960 +++ +

C2 8 80 56 0,1460 0,0594 2,207 15,449 +++ +

C3 8 80 56 0,1437 0,0574 2,181 15,267 +++ +

C4 8 80 56 0,1410 0,0593 2,114 14,798 ++ +

C5 8 80 56 0,1440 0,0588 2,175 15,225 ++ ++

Page 5: FIKOSIANIN_ CHIKITA ELJO_13.70.0010_C3_UNIKA SOEGIJAPRANATA

5

dengan hasil warna yang menurun pada tiap kelompok, kelompok C1, C2 dan C3 warna sebelum dioven menunjukkan warna biru tua

kemudian setelah dioven intensitas warna menurun menjadi biru muda, sedangkan pada kelompok C4 dan C5 sebelum dioven berwarna

biru kemudian setelah dioven berubah warna menjadi biru muda untuk C4 dan tetap berwarna biru pada kelompok C5.

Page 6: FIKOSIANIN_ CHIKITA ELJO_13.70.0010_C3_UNIKA SOEGIJAPRANATA

6

3. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan proses ekstraksi pigmen fikosianin dari mikroalga

Spirulina sp. Fikosianin merupakan pigmen paling banyak dalam alga hijau biru dimana

beratnya mencapai 20% berat kering. Fikosianin merupaka pigmen yang dapat

menangkap radiasi sinar matahari paling efisien (Hall & Rao, 1999). Kandungan

fikosianin dalam 500 mg tablets spirulina adalah 333 mg. Pigmen fikosianin memiliki

warna biru tua yang dapat memancarkan warna merah tua (Ó Carra & Ó heocha, 1976).

Fikosianin sebagai biliprotein mampu menghambat pembentukan kanker (Adams,

2005). Fikosianin bersifat seperti pigmen alami pada umumnya yaitu mengalami

kerusakan akibat suhu tinggi. Larutan fikosianin warnanya memudar sebesar 30%

setelah disimpan 5 hari dan menjadi bening setelah 15 hari pada suhu 350C (Mishra, et

al. 2008).

Mikroalga adalah mikroorganisme fotosintetik dengan morfologi sel uni-selular maupun

multiselular. Sebagian besar mikroalga tumbuh secara fototrofik namun ada juga yang

tumbuh secara heterotrofik. Mikroalga mempunyai banyak sekali kelompok yang

beragam dari organisme fotoautotrof dimana mikroalga sangat penting untuk makanan

hewan air. Mikroalga juga didefinisikan sebagai tumbuhan air yang berukuran

mikroskopik yang dapat digunakan sebagai sumber pakan, pangan, dan bahan kimia

lainnya. Karena tingkat pertumbuhannya yang tinggi dan mampu menyesuaikan pada

kondisi lingkungan yang bervariasi membuat budidaya mikroalga banyak diminati

(Borowitzka, 1997). Selain itu mikroalga juga merupakan produsen alami dari

ekosistem perairan yang dapat menghasilkan energi dan dapat menghasilkan metabolit

yang sangat bermanfaat. Oleh karena itu, sebagai organisme hidup yang berukuran

mikroskopis, mikroalga sudah banyak dikaji mengenai keberadaannya. Beberapa

manfaat dari mikroalga yakni sebagai makanan sehat dan pakan alami serta juga

berpotensi untuk menghasilkan komponen bioaktif yang digunakan pada bidang

kedokteran, farmasi, industri pangan dan sebagainya. Salah satu jenis mikroalga yang

memiliki potensi untuk dikembangkan yakni Spirulina sp. Spirulina sp. telah banyak

diproduksi untuk menghasilkan bahan pangan sehat yang merupakan sumber dari

protein, vitamin, dan mineral (Metting & Pyne, 1986 dan McCarty, 2007 dalam Kamble

Page 7: FIKOSIANIN_ CHIKITA ELJO_13.70.0010_C3_UNIKA SOEGIJAPRANATA

7

et al., 2013). Dalam penelitian yang dilakukan Zhang et al., (2015) manfaat lain dari

fikosianin dapat dimasukkan dalam bahan pangan, dan berfungsi sebagai antioksidan,

antiinflamasi, dan aktivitas hepatoprotektif. Pemafaatan pigmen fikosianin sebagai

bahan pewarna alami pada makanan sudah lama dilakukan, sebagai contoh pada produk

Lina Blue yang diaplikasikan pada permen, permen karet, minumang ringa, wasabi dan

dairy product (Spoalaore, et al., 2006 dalam Chantal et al., 2008). Fikosianin diketahui

mampu menghambat pembentukan koloni kanker (Adams, 2005).

Spirulina sp. adalah nama umum dari dua spesies Cyanobacteria (alga biru-hijau/blue

green algae). Spirulina sp. merupakan mikroorganisme autotrof berwarna hijau-

kebiruan, dengan sel berkoloni membentuk filamen terpilin menyerupai spiral. Bentuk

tubuhnya yang menyerupai benang merupakan rangkaian sel (trichome) berbentuk

silindris dengan dinding sel tipis, berdiameter 1-12 μm. Borowitzka (1988) dalam

Venkatesh, et al., (2009) mendefinisikan Spirulina adalah ganggang mikro dengan

pigmen hijau biru dan mengandung 18 asam amino dan vitamin, seperti biotin,

tokoferol, tiamin, riboflavin, niasin, asam folat, asam pyrodozoic, beta-karoten dan

vitamin B12. Spirulina sp. biasanya ditemukan pada tempat lembab atau lahan yang

sering terkena air. Spirulina sp. dapat hidup di tempat yang cukup sinar matahari, air

dan CO2. Spirulina sp. dapat menyerap karbondioksida dan mengkonversikan menjadi

oksigen sehingga dapat mengurangi polusi dan dampak pemanasan global. Struktur sel

Spirulina sp. dikelompokkan menjadi bakteri prokariotik. Spirulina sp. memiliki

karotenoid, klorofil, dan fikosianin yang merupakan pigmen utama. Menurut

Minkovaet, et al., (2002) pigmen fikosianin sering digunakan dalam pewarna makanan,

kosmetik dan penelitian biomedis. Spirulina sp. mampu menghasilkan pigmen

fikosianin berwarna biru. Pigmen ini larut dalam pelarut polar seperti air. Pigmen ini

berpotensi digunakan sebagai pewarna alami (Spolaore, et al., 2006). Pada penelitian

yang dilakukan Tang & Suter (2011), menambahkan bahwa Spirulina, Chlorella, dan

Dunalliella merupakan jenis alga uniseluler yang diproduksi secara komersial di seluruh

dunia, dan alga ini mengandung sumber karotenoid (provitamin A) dan nutrisi lain yang

baik bagi kesehatan, seperti vitamin B12. Manfaatnya sebagai sumber makanan

pelengkap untuk nutrisi mikro dan makro, produk dari alga ini aman jika dibudidayakan

Page 8: FIKOSIANIN_ CHIKITA ELJO_13.70.0010_C3_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8

di lingkungan tanpa kontaminasi dan dikonsumsi dengan kadar yang tepat dan tidak

berlebihan.

Pada praktikum teknologi hasil laut, juga dilakukan pembuatan fikosianin dari

mikroalga Spirulina sp. Pertama-tama biomassa Spirulina dimasukkan ke dalam

erlenmeyer, lalu dilarutkan dengan aquades dengan perbandingan 1 : 10. Kemudian

diaduk dengan stirrer selama kurang 2 jam. Pelarutan dengan aquades bertujuan supaya

fikosianin dapat larut dalam pelarut polar (Richmond, 1988). Selain itu, pengadukan

dengan stirrer bertujuan untuk membuat lartan menjadi lebih homogen, untuk

memaksimalkan ekstraksi polar, setelah itu larutan disentrifugasi (5000 rpm, 10 menit)

hingga diperoleh endapan dan supernatan dengan cairan berisi fikosianin. Selanjutnya,

supernatant yang diperoleh dari sentrifugasi diukur kadar fikosianinnya menggunakan

spektrofotometer dengan panjang gelombang 615 nm dan 652 nm. Sebelum diukur

absorbansinya, karena larutan terlalu pekat, maka harus diencerkan terlebih dahulu

dengan cara mengambil 1 ml supernatant dan diencerkan dengan 9 ml aquades,

diencerkan hingga pengenceran 10-2

. Hal tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan

oleh Antelo, et al,. (2010) bahwa panjang gelombang yang digunakan untuk mengukur

supernatan atau filtrat hasil ekstraksi fikosianin adalah 615 nm dan 652 nm.

Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur nilai absorbansi dan

pengukuran terhadap sampel dengan suatu panjang gelombang tunggal.

Spektrofotometer modern dilengkapi dengan sel fotolistrik yang menghasilkan arus

yang kekuatannya tergantung pada banyaknya sinar yang diserap oleh larutan yang

diukur (Hadi, 1986). Faktor yang harus diperhatikan saat melakukan pengukuran nilai

absorbansi adalah cuvet yang digunakan harus dibersihkan dari sidik jari praktikan,

karena dapat menyebabkan cahaya yang dipancarkan tidak bisa tembus 100% pada

larutan dan tidak diperbolehkan terdapat gelembung udara di dalam larutan. Apabila

tidak dilakukan dengan hati-hati, dapat menyebabkan terjadinya galat (Ebbing, 1987).

Kemudian, supernatant diberi tambahan dekstrin dengan perbandingan supernatant :

dekstrin adalah 1:1 untuk kelompok C1, C2 dan C3 sedangkan perbandingan 8:9 untuk

kelompok C4 dan C5. Menurut Goldman (1979), dekstrin merupakan salah satu

Page 9: FIKOSIANIN_ CHIKITA ELJO_13.70.0010_C3_UNIKA SOEGIJAPRANATA

9

golongan dari polisakarida yang memilikii struktur kimia yang lebih sederhana, terdiri

dari ikatan-ikatan 1,6 α-glukosidik dan 1,4 α-glukosidik. Dekstrin dapat terbentuk dari

gula sederhana dan turunannya atau secara enzimatis, katalis biologis dan fermentasi

(Norman & Pother, 1979). Dekstrin termasuk dalam hidrokoloid yang mudah larut

dalam air dingin. Penambahan dekstrin pada supernatant bertujuan untuk meningkatkan

berat produk dalam bentuk bubuk, karena seperti diketahui dekstrin dapat digunakan

sebagai bahan pengisi dan memiliki sifat mudah larut air. Selain itu dekstrin mampu

menaikkan rendemen lebih tinggi karena dekstrin memiliki kemampuan membentuk

suspensi yang baik dalam larutan sebelum dikeringkan. Penambahan dekstrin juga

diperlukan dengan tujuan untuk mempercepat pengeringan dan mencegah kerusakan

komponen bahan akibat proses pengeringan yang menggunakan panas, melapisi

komponen flavor, meningkatkan total padatan dan memperbesar volume serta untuk

dapat mengurangi kehilangan komponen volatile selama proses pengolahan bubuk

pewarna fikosianin tersebut, seperti pigmen fikosianin. Menurut teori Lorenz (1998),

pigmen fikosianin sangat mudah rusak akibat adanya paparan suhu tinggi, dan

membantu menurunkan kadar air atau menaikkan konsentrasi dekstrin. Tahap

selanjutnya antara supernatant dan dektrin dicampur hingga merata dan dituangkan ke

dalam wadah dan diratakan. Lalu dikeringkan dengan oven pada suhu 50oC hingga

kadar air mencapai kurang lebih 7%, kemudian apabila sudah didapatkan adonan kering

yang gempal, selanjutnya dihaluskan dengan penumbuk hingga menjadi berbentuk

powder. Dari hasil nilai absorbansi dapat diketahui konsentrasi fikosianin dan yield

dengan dihitung menggunakan rumus.

Berdasarkan hasil pengamatan fikosianin di atas, dapat diketahui bahwa hasil

pengukuran nilai absorbansi supernatant berisi fikosianin, hasil nilai absorbansi yang

diperoleh dengan panjang gelombang 615 nm lebih besar daripada dengan panjang

gelombang 652 nm. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Day &

Underwood (1992) dimana menurut skala pembacaan spektrofotometer, semakin besar

panjang gelombang yang digunakan untuk mengukur, maka semakin kecil nilai

absorbansi yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena sinar putih pada setiap panjang

gelombang dapat terseleksi lebih detail oleh prisma. Sehingga spektrofotometri

menampilkan hasil pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem

Page 10: FIKOSIANIN_ CHIKITA ELJO_13.70.0010_C3_UNIKA SOEGIJAPRANATA

10

kimia sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang radiasi. Dalam spektrofotometri

perlu dilakukan pengenceran terlebih dahulu apabila larutan terlalu pekat, untuk

menghindari penyimpangan hasil nilai absorbansi yang terbaca. Menurut Ewing (1976)

bila konsentrasi larutan yang akan diukur nilai absorbansinya semakin tinggi maka

semakin tinggi pula tingkat absorbancenya.

Pada hasil pengamatan, diketahui hasil konsentrasi fikosianin C1 tertinggi sebesar 2,280

mg/ml dan yield tertinggi sebesar 15,960 mg/ml. Hasil konsentrasi fikosianin C2

tertinggi kedua sebesar 2,207 mg/ml dan yield tertinggi kedua sebesar 15,449 mg/ml.

Hasil konsentrasi fikosianin C3 tertinggi ketiga sebesar 2,181 mg/ml dan yield tertinggi

ketiga sebesar 15,267 mg/ml. Hasil konsentrasi fikosianin C5 tertinggi keempat sebesar

2,175 mg/ml dan yield tertinggi keempat sebesar 15,225 mg/ml. Hasil konsentrasi

fikosianin C4 terendah sebesar 2,114 mg/ml dan yield terendah sebesar 14,798 mg/ml.

Berdasarkan hasil tersebut diketahui, bahwa nilai konsentrasi fikosianin berbanding

lurus dengan nilai yield. Kelima kelompok tersebut mempunyai warna yang berbeda-

beda dan nilai yang tidak sama, ketidakseragaman hasil yang didapatkan setiap

kelompok ini dapat disebabkan karena kandungan fikosianin yang dimiliki mikroalga

dari tiap kelompok berbeda-beda, karena menurut Prabuthas et al, (2011) mikroalga

dipengaruhi oleh kondisi tempat hidup dan sistem budidayanya, termasuk faktor lain

seperti pH, intensitas cahaya, serta kehadiran kontaminan pada mikroalga yang

digunakan. Selain itu, hasil yang berbeda dapat pula dikarenakan praktikan kurang teliti

dalam melakukan langkah-langkah pembuatan bubuk pewarna, seperti saat mengambil

dan menimbang dekstrin yang ditambahkan kurang sesuai, sehingga dekstrin yang

ditambahkan tidak sama kadarnya dan konsentrasinya, karena semakin tinggi

konsentrasi dekstrin yang ditambahkan akan membuat bubuk fikosianin menjadi

semakin pudar warnanya atau cenderung berwarna lebih cerah. Warna dekstrin adalah

putih, sehingga apabila ditambahkan terlalu banyak pada fikosianin dapat membuat

bubuk fikosianin menjadi memudar warnanya. Selain itu, dapat juga dikarenakan

kesalahan saat mencampurkan supernantant dengan dekstrin dimana supernatant dan

dekstrin dicampurkan secara bersamaan sehingga proses pencampuran kurang

sempurna.

Page 11: FIKOSIANIN_ CHIKITA ELJO_13.70.0010_C3_UNIKA SOEGIJAPRANATA

11

4. KESIMPULAN

Mikroalga adalah tumbuhan air yang berukuran mikroskopik yang dapat digunakan

sebagai sumber pakan, pangan, bahan kimia, energi dan metabolit yang sangat

bermanfaat.

Spirulina sp. adalah kelompok alga biru-hijau yang merupakan salah satu sumber

pangan dan pakan potensial dengan kandungan pigmen fikosianin yang tinggi yang

mencapai 20% dari total protein selnya.

Karakteristik Spirulina sp. yaitu mempunyai membran sel yang tipis dan lembut

sehingga mudah dicerna dan tidak membutuhkan proses pengolahan khusus.

Fikosianin adalah pigmen yang paling banyak pada alga hijau biru, dan jumlahnya

lebih dari 20% berat kering alga.

Fikosianin merupakan salah satu dari tiga pigmen yang paling efisien menangkap

radiasi sinar matahari dan merupakan kompleks pigmen-protein yang saling

berhubungan dan berperan dalam pemanenan cahaya dan energi transduksi.

Sifat dekstrin adalah mudah larut dalam air, lebih cepat terdispersi, tidak kental

serta lebih stabil daripada pati.

Penambahan dekstrin bertujuan agar proses pengeringan berjalan lebih cepat dan

dapat mencegah terjadinya kerusakan akibat panas, melapisi komponen flavour,

meningkatkan total padatan, dan memperbesar volume.

Semakin tinggi konsentrasi dekstrin yang ditambahkan akan membuat bubuk

fikosianin menjadi semakin berwarna pudar atau cenderung berwarna lebih cerah.

Sentrifugasi bertujuan untuk memisahkan antara debris sel dengan pigmen

fikosianin yang larut dalam pelarut polar.

Pengekstrakan fikosianin dari Spirulina sp. memerlukan pelarut polar yang

memiliki pH netral seperti buffer fosfat pH 7.

Semakin tinggi nilai OD maka semakin tinggi nilai yield dan konsentrasi fikosianin.

Panjang gelombang yang digunakan untuk mengukur supernatant atau filtrat hasil

ekstraksi fikosianin adalah pada panjang gelombang 615 nm dan 652 nm.

Hasil nilai absorbansi yang diperoleh dengan panjang gelombang 615 nm lebih

besar daripada 652 nm.

Semakin tinggi konsentrasi fikosianun, semakin tinggi pula tingkat absorbancenya.

Page 12: FIKOSIANIN_ CHIKITA ELJO_13.70.0010_C3_UNIKA SOEGIJAPRANATA

12

Semarang, 22 Oktober 2015

Praktikan, Asisten Dosen,

Chikita Eljo Brilliarien M. - Deanna Suntoro

13.70.0110 - Ferdyanto Juwono

Page 13: FIKOSIANIN_ CHIKITA ELJO_13.70.0010_C3_UNIKA SOEGIJAPRANATA

13

5. DAFTAR PUSTAKA

Adams M. 2005. Superfood for Optimum Health: Chlorella and Spirulina. New York:

Truth Publishing International, Ltd. Hal 26.

Antelo, F. S., Andreia A., Jorge A. V. C. and Susanna J. K. 2010. Extraction and

Purification of C-phycocyanin from Spirulina platensis in Conventional and

Integrated Two-Phase Systems. J. Braz. Chem. Soc., Vol. 21, No. 5, 921-926.

Borowitzka M. A. 1997. Microalgae for Aquaculture, Opportunities and Constraints.

Journal Application Phycology Vol. 9, hal. 393-401.

Borowitzaka M. A., Borowitzaka L. J. 1988. Mikroalgae Biotechnology. Cambridge

University Press. Cambridge.

Chantal D., Doust A. B., Stokkum I. H., Dekker J. P., Wilk K. E., Curmi P. M.,

Grondelle R V. 2008. Phycocyanin Sensitizes both Photosystem I and

Photosystem II in Cryptophyte Chriiminas CCMP270 Cells. Biophyical Journal,

Vol. 9 (4). Faculty of Sciences: Amsterdam.

Day, R.A. & A.L. Underwood. 1992. Analisa Kimia Kuantitatif edisi Kelima. Erlangga.

Jakarta.

Ebbing, D. D. 1987. General Chemistry. Houghton Mifflin Company. Boston.

Ewing, G. W. 197. Instrumental Methods of Chemichal Analysis. Mc Grow Hill Book

Company. USA.

Goldman JC. 1979. Outdoor algal mass culture. II. Photosynthetic yield limitations.

Water Research 13, 119-136.

Hadi P. W. K. 1986. Growth and Pigment Profile of Spirulina platensis Isolated from

Rajashtan, India. Research Journal of Agricultural Sciences 2(1): 83-86.

Hall D. O., Rao K. K. 1999. Photosynthesis Six edition. Cambridge: Cambridge

University Press.

Kamble S. P., Gaikar R. B., Padalia R. B., Shinde K. D. 2013. Extraction and

Purification of C-phycocyanin from dry Spirulina Powder and Evaluating its

Antioxidant, Anticoagulant and Prevention of DNA Damage Activity. Journal of

Applied Pharmaceutical Science, Vol 3 (08), pp. 149-153. Department of

Biochemistry: India.

Page 14: FIKOSIANIN_ CHIKITA ELJO_13.70.0010_C3_UNIKA SOEGIJAPRANATA

14

Lorenz RT. 1998. Quantitative Analysis of C-phycocyanin from Spirulina pasifica (low

temperature method). www.cyanotech.com [Diakses pada 16 Oktober 2015].

Metting, B. dan Pyne, J.W. 1986. Biologically active compounds from microalgae.

Minkova, K.M.; A.A. Tchernov; M.I. Tchorbadjieva; S.T. Fournadjieva; R.E. Antova;

dan M.Ch. Busheva. 2002. Purification of C-phycocyanin from Spirulina

(Arthrospira) fusiformis. Hill Book Company : USA.

Mishra S. K., Shrivastav A., Mishra S. 2008. Effect of preservatives for food grade C-

PC from Spirulina platensis. Process Biochemistry 43:339–345.

Norman, N. and Pother, 1979. Food Science, Second Edition, TheAvi Publishing

Company, New York.

Ó Carra P., Ó hEocha C. 1976. Algal Biliproteins and Phycobilins. Goodwin TW,

editor. 1976. Chemistry and Biochemistry of Plant Pigments. London: Academic

press inc. Hal 328-371.

Richmond A. 1988. Spirulina. Di dalam Borowitzka MA dan Borowitzka LJ, editor.

Micro-algal biotechnology. Cambridge: Cambridge University Press.

Spolaore P, Joanis-Carson C, Duran E, Isambert A. 2006. Comercial application of

microalgae. Journal of bioscience and bioenginering 101(2):87-96.

Tang G., Suter P. M. 2011. Vitamin A, Nutrition and Health Values of Algae: Spirulina,

Chlorella, and Dunaliella. Journal of Pharmacy and Nutrition Sciences, Vol. 1,

pp. 111-118. Department of Medicine: Switzerland.

Venkatesh K. R., Dhiraj K., Ashutosh K., Dhami S. S. 2009. Effect of Blue Green

Microalgae (Spirulina) on Cocoon Quantitative Parameters of Silkworm (Bombyx

mory L.). Journal of Agriculture and Biological Science, Vol. 4 (3). Department of

Applied Animal Sciences: Lucknow, India.

Zhang X., Zhang F., Luo G., Yang S., Wang D. 2015. Extraction and Separation of

Phycocyanin from Spirulina using Aqueous Two-Phase Systems of Ionic Liquid

and Salt. Journal of Food and Nutrition Research, Vol. 3 (1), 15-19. Agriculture

and Biotechnology: China.

Page 15: FIKOSIANIN_ CHIKITA ELJO_13.70.0010_C3_UNIKA SOEGIJAPRANATA

15

6. LAMPIRAN

6.1. Perhitungan

Rumus perhitungan :

Konsentrasi Fikosianin / KF (mg/ml) = – ,474

x

Yield (mg/g) = F ol total filtrat

g erat iomassa

Kelompok C1

KF = ,149 – ,474 , 575

x

= 2,280 mg/ml

Yield = ,28 56

= 15,960 mg/g

Kelompok C2

KF = ,146 – ,474 , 594

x

= 2,207 mg/ml

Yield = 2,2 7 56

= 15,449 mg/g

Kelompok C3

KF = ,1437 – ,474 , 574

x

= 2,181 mg/ml

Yield = 2,181 56

= 15,267 mg/g

Kelompok C4

KF = ,141 – ,474 , 593

x

= 2,114 mg/ml

Page 16: FIKOSIANIN_ CHIKITA ELJO_13.70.0010_C3_UNIKA SOEGIJAPRANATA

16

Yield = 2,114 56

= 14,798 mg/g

Kelompok B5

KF = ,144 – ,474 , 588

x

= 2,175 mg/ml

Yield = 2,175 56

= 15,225 mg/g

6.2. Laporan Sementara

6.3. Diagram Alir

6.4. Abstrak Jurnal