file.upi.edufile.upi.edu/direktori/fpips/jur._pend._kewarganegaraan... · web viewtrnsparansi ....

44
TRNSPARANSI MATAKULIAH HUKUM ISLAM

Upload: phamliem

Post on 01-May-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

TRNSPARANSI

MATAKULIAH

HUKUM ISLAM

Page 2: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

USHUL FIQIH

1. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan Allah untuk hamba-Nya, yang dibawa oleh seseorang Nabi baik hukum-hukum tersebut berhubungan dengan cara mengerja-kan perbuatan, yaitu yang disebut dengan “hukum-hukum far’iyah amaliyah”, yang untuknya dihimpun ilmu fiqih, atau berhubungan dengan cara I’tiqodiyah, yaitu yang disebut sebagai “hukum-hukum pokok” dan kepercayaan, dan untuknya dihimpunlah ilmu kalam. Syari’at (Syara’) disebut juga “agama” (Ad-din atau Al-millah).

2. FIQIH, menurut bahasa ialah memahami pembicaraan orang yang berbicara. Menurut istilah Fiqih ialah ilmu yang menerangkan hukum Syara’ yang amaliyah yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci. Fiqih adalah ilmu yang dihasilkan oleh fikiran serta ijtihad (penelitian) yang memerlukan pemikiran dan perenungan.

CIRI KHUSUS HUKUM ISLAM

1. Kewahyuan dasar-dasarnya yang umum2. Pendasaran ketentuan dalam hukum Islam dengan akhlaq

dan agama3. Rangkapnya balasan

Page 3: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

4. Sifat Collectivisme hukum Islam

DASAR-DASAR HUKUM ISLAM

1. Tidak memberatkan dan tidak banyaknya beban2. Berangsur-angsur dalam penentuan Hukum3. Sejalan dengan kebaikan orang banyak 4. Dasar persamaan dan Keadilan

PEMBAHASAN HUKUM DALAM USHUL FIQIH

1. HAKIM, yaitu orang menetapkan hukum atau menetapkan baik-buruknya satu perbuatan. -------> (Allah).

2. HUKUM, yaitu sesuatu yang berasal dari Hakim atau firman pembuat Syara’ (syar’i) yang berhubungan dengan perbuatan orang dewasa (mukallaf), yang mengandung tuntutan.

3. MAHKUM FIIHI, yaitu perbuatan mukallaf yang berhu-bungan dengan hukum. Misalnya Wajib, Mandub (sunat), Haram, Makruh, dan Mubah.

4. MAHKUM ALAIHI, yaitu orang mukallaf, dimana per-buatannya menjadi tempat berlakunya hukum Allah dan firman-Nya (subyek hukum). Misalnya wajibnya shalat hanya untuk orang yang telah mukallaf bukan diperuntukkan bagi anak-anak atau orang gila, dsb.

5. AZIMAH DAN RUKHSOH,

Page 4: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

Azimah, ialah peraturan agama yang pokok dan berlaku umum sejak dari semula. Sedangkan Rukhsoh, ialah peraturan tambahan yang dijalankan berhubungan dengan adanya hal-hal yang memberatkan, sebagai pengecualian dari peraturan-peraturan pokok.

PEMBAGIAN HUKUM

1. Hukum Takliifi meliputi :a. Iijaab, yaitu firman yang menuntut sesuatu perbuatan

dengan tuntutan yang pasti.b. Nadab (anjuran/sunat), yaitu firman yang menuntut

sesuatu perbuatan dengan tuntutan yang tidak pasti.c. Tahrim (larangan), yaitu firman yang menuntut

meninggalkan sesuatu perbuatan dengan tuntutan yang pasti.

d. Karahah, yaitu firman yang menuntut meninggalkan sesuatu perbuatan dengan tuntutan yang tidak pasti

e. Ibahah (kebolehan), yaitu firman yang membolehkan sesuatu untuk diperbuat atau ditinggalkan.

Hukum Taklifi di atas dalam istilah Ushul Fiqih biasa disebut dengan Al-Ahkamul Khomsah (Hukum yang lima).

Dalam istilah Fiqih, hukum yang lima di atas biasa diistilahkan dengan :a. Wajib, yaitu perbuatan yang bila dikerjakan memper-

oleh pahala, namun bila ditinggalkan mendapat dosa.b. Sunnat, yaitu perbuatan yang bila dikerjakan memper-

oleh pahala, dan bila ditinggalkan tidak berdosa.c. Makruh, yaitu perbuatan yang bila dikerjakan tidak

berdosa, namun bila ditinggalkan memperoleh pahala.

Page 5: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

d. Mubah, yaitu perbuatan bila ditinggalkan maupun dikerjakan tidak berdosa dan tidak berpahala.

e. Haram, yaitu perbuatan bila ditinggalkan berpahala, namun bila dikerjakan mendapat dosa.

2. Hukum Wadh’i, meliputi :a. Sebabb. Syaratc. Mani’ (penghalang)

DALIL-DALIL HUKUM

Dalil-dalil hukum atau sumber-sumber hukum terdiri dari 12 macam. Empat diantaranya disepakati oleh para ulama menjadi dasar hukum, yaitu :

a. Al-Kitab atau Al-Qur’anb. As-Sunnah atau Al-Haditsc. Al-Ijmad. Al-Qiyas

Delapan macam lainnya masih diperselisihkan di kalangan ulama sebagai dasar hukum, yaitu :

a. Al-Istishhabb. Al-Istihsanc. Al-Mashalih Al-Mursalahd. Al-Urfe. Mazhabus Sahabif. Syari’at orang sebelum kitag. Sadduddzara’ih. Dalalah Iqtiran

Page 6: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

IJTIHAD, ITTIBA’ DAN TAQLID

1. Ijtihad, mencurahkan atau menggunakan seluruh kemampuan untuk mendapatkan suatu hukum syara’ mengenai suatu masalah dengan jalan istimbat dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.Syarat-syarat ijtihad :

Sudah baligh, berakal dan memiliki intelegensia.Mengetahui dalil akal dan kehujahannya.Mengetahui bahasa arab.Mengetahui ayat dan hadits-hadits yang berkaitan dengan

hukum.Mengetahui Ilmu Ushul FiqihMengetahui Nasikh-Mansukh Mengetahui hukum-hukum yang telah disepakati secara

ijmaMengetahui asbabun nuzul suatu ayat dan asbabul wurud

suatu hadits.Mengetahui ma’na hadits shahih dan dha’if.

2. Ittiba’, ialah menerima perkataan orang lain dengan mengetahui sumber dan alasan perkataan tersebut. Ittiba’ adalah perkara yang harus bahkan wajib hukumnya bagi setiap Muslim-Muslimah, terutama ittiba’ kepada Nabi s.a.w. agar setiap perbuatan sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulnya. Demikian pula ittiba’ kepada para ulama sebagai pewarits nabi s.a.w. dengan cara bertanya sesuatu perbuatan yang belum dipahaminya.

3. Taqlid, ialah menerima pendapat atau mengikuti perbuatan orang lain tanpa mengetahui dasar pengambilannya.

Taqlid hukumnya boleh bagi orang awam (orang biasa) yang tidak mengerti cara-cara mencari hukum syari’at, untuk

Page 7: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

sementara waktu sambil ia belajar atau menuntut ilmu. Namun bagi orang yang pandai dan sanggup mencari sendiri hukum-hukum syari’at tidak boleh, ia harus berijtihad sendiri.Taqlid dihukumkan haram bila orang yang ditaqlidi atau diikuti memperdulikan ayat-ayat qur’an dan hadits-hadits mutawatir atau ahad. Demikian pula haram bertaqlid kepada orang yang tidak jelas kemampuannya untuk berijtihad.

NIKAH ATAU PERKAWINAN

Perkawinan ideal kaitannya dengan pendidikan antara lain :

1. Perkawinan sebagai fitrah2. Perkawinan bagi kemaslahatan sosial :

a. Memelihara jenis (species) manusiab. Memelihara keturunanc. Menyelamatkan masyarakat dari dekadensi morald. Menyelamatkan masyarakat dari penyakite. Ketenangan spiritualf. Saling menolong antara suami-istri dalam membina

dan mendidik anakg. Menumbuhkan emosi kebapakan dan keibuan

3. Perkawinan sebagai proses seleksia. Seleksi atas dasar agama.b. Pemilihan berdasarkan keturunan dan kemuliaanc. Mencari orang asing dalam perkawinand. Mengutamakan gadise. Mengutamakan kawin dengan perempuan yang

banyak melahirkan.

Page 8: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

BENTUK PERKAWINAN DI MASA JAHILIYAH

1. NIKAH AL-KHIDN, yakni perkawinan yang bila tidak diketahui dianggap baik, tetapi bila ketahuan dianggap tercela, seperti pergundikan.

2. NIKAH BADAL, yakni pernikahan yang saling tukar menukar isteri seperti halnya jual beli atau tukar tambah.

3. NIKAH BEBERAPA ORANG LAKI-LAKI, yakni beberapa orang laki-laki mengawini seorang perempuan bersama-sama seperti pelacuran.

4. NIKAH SYIGHOR, yakni pernikahan adat jahiliyah, dimana seseorang menikahkan seseorang tetapi diikuti permintaan agar iapun dinikahkan dengan anak atau permpuan di pihak lain.

HUKUM NIKAH

Asal hukum nikah adalah SUNNAH sesuai hadits Rosulullah s.a.w., tetapi semua itu dapat berubah menjadi :

1. WAJIB, bagi orang yang telah mampu (fisik dan materi) bila ia tidak nikah dikhawatirkan akan berbuat zina.

2. HARAM, bagi orang yang tahu bahwa dirinya tidak mampu melaksanakan hidup berumah tangga (lahir atau bathin).

3. SUNNAH, bagi mereka yang telah mampu lahir maupun materi, tetapi ia masih mampu mengendalikan diri tidak terjerumus ke jurang kemaksiatan.

4. MUBAH, bagi orang yang tidak ada halangan untuk kawin dan dorongan kawin belum membahayakan dirinya.

5. MAKRUH, bagi orang yang mampu fisik maupun materi tetapi ia tidak berhajat (berkeinginan) sama sekali untuk nikah karena tidak

Page 9: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

percaya akan dirinya mampu melaksanakan ketentuan-ketentuan nikah serta tidak akan terjebak pada perzinahan.

MEMINANG

SYARAT WANITA YANG BOLEH DIPINANG

1. Tidak didahului oleh pinangan laki-laki lain.2. Yang dipinang tidak terhalang oleh halangan Syar’i, antara lain :

a. Wanita itu tidak bersuamib. Wanita itu bukan orang yang haram dinikahi untuk waktu tertentu

atau selamanya.c. Tidak dalam iddah, baik ditinggal mati suami atau karena thalaq

(Raj’i atau bain).

RUKUN DAN SYARAT PERNIKAHAN

A. Rukun Nikah :

1. Calon Mempelai laki-laki2. Calon mempelai perempuan3. wali4. dua orang saksi laki-laki5. Ijab - Qobul

B. Syarat-Syarat Pernikahan

1. SYARAT – SYARAT CALON SUAMI :a. bukan mahram dari calon isterib. tidak terpaksa, artinya atas kemauan sendiric. orangnya tertentu atau jelasd. tidak sedang menjalankan ihram haji.

Page 10: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

2. SYARAT – SYARAT CALON ISTERIa. tidak ada halangan syar’i : tidak bersuami, bukan mahram, tidak

sedang dalam iddah.b. merdeka, dan atas kemauan sendiri.c. jelas orangnyad. tidak sedang ihrom haji, dsb.

3. SYARAT – SYARAT WALI a. laki-laki b. baligh

c. waras akalnya d. tidak dipaksa e. adil f. tidak sedang ihram haji, dsb.

4. SYARAT – SYARAT SAKSIa. laki-lakib. balighc. waras akalnya d. adil e. dapat mendengar dan melihatf. bebas tidak terpaksag. tidak sedang mengerjakan ihram haji h. memahami bahasa ijab qobul, dsb.

PERNIKAHAN YANG TERLARANG

1. Kawin Mut’ah, yakni kawin muaqqot atau untuk waktu-waktu tertentu atau kawin kontrak.

2. Kawin, dengan niyat menthalaq.3. Kawin/Nikah Tahlil (Menghalalkan).4. Kawin dengan isteri yang pernah dithalaq tiga.

FASAKH (RUSAKNYA) SUATU PERNIKAHAN

1. Bila perempuan yang dikawini bukan wanita yang dimaksud.2. Bila kanak-kanak dikawinkan oleh wali selain Bapak atau Kakek,

setelah dewasa ia boleh meilih dilanjutkan atau dibatalkan (khiyarul bulugh). Bila salah seorang membatalkan maka rusaklah perkawinan tersebut.

Page 11: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

3. Apabila seorang suami Murtad dari Islam dan tidak kembali lagi.4. Suami asalnya sama-sama musyrik, kemudian suami masuk Islam,

tetapi isteri tetap dalam kemusyrikan, maka saat itu juga perkawinannya rusak.

5. Apabila seorang laki-laki menipu seorang perempuan atau sebaliknya.6. Apabila seorang laki-laki mengawini perempuan yang mengaku

seorang baik-baik ternyata seorang yang fasik.7. Seorang laki-laki mengawini seorang perempuan mengaku perawan,

tetapi ternyata telah janda, maka laki-laki berhak meminta ganti rugi.8. Seorang laki-laki mengawini seorang perempuan yang ternyata tidak

dapat dipakai secara maksimal.9. Seorang laki-laki mengawini perempuan yang pada diri perempuan

tersebut ada penghalang, sehingga tidak dapat digauli.10.Seorang laki-laki mengawini seorang perempuan yang ternyata

mengidap penyakit berbahaya atau cacat.

WANITA-WANITA YANG HARAM DINIKAHI

Ibu terus ke atas Anak

Nasab SaudaraBibi dari ayah Bibi dari ibu Anak Pr. Sdr. laki-lakiAnak Pr. Sdr Peremp.

ABADI

Pr. Yang menyusui Ibu Pr.yg. menyusui Ibu dari suami Pr.

yang menyusui

Ar-Radho’ah Sdr.Pr. sesusu (Susuan) Sdr.Pr. wanita yg.

LARANGAN menyusui (bibi) Sdr.Pr. suami wani-

ta yg. menyusui. Anak & cucu wanita

yang menyusui.Sdr.Pr. dari sdr.

Page 12: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

sesusu

MertuaAnak tiri yang ibu-

Mushoharoh nya telah digauli Menantu

Isteri ayah (ibu tiri)

Memadu dua saudaraMemadu dengan bibinyaSedang dalam iddah raj’i

SEMENTARA Wanita yang dithalaq tiga(khusus yg. menthalaq)Berbeda agamaSedang Ihram Haji

Sudah beristeri empat

PUTUSNYA PERNIKAHAN

Perkawinan bisa putus karena : 1. Meninggalnya istri atau suami (cerai mati)2. Karena suami atau istri Murtad (keluar dari Islam)3. Perceraian dalam keadaan suami atau istri masih hidup

(Thalaq)

THALAQ, adalah lepasnya ikatan perkawinan dan berakhirnya hubungan perkawinan. Menurut asalnya hukum thalaq adalah makruh (berdasarkan Hadits Rosululloh s.a.w.).

BEBERAPA ISTILAH JATUHNYA THALAQ

1. Thalaq dengan ucapan yang Sharih (jelas)2. Thalaq dengan ucapan tetapi secara Kinayah (sindiran)3. Thalaq dengan tulisan (melalui surat)

Page 13: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

4. Thalaq dengan isyarat yang dapat dipahami orang lain 5. Thalaq dengan mengirim utusan 6. Thalaq dengan keputusan hakim.

JENIS DAN HUKUM THALAQ

1. Thalaq SUNNI, yaitu Thalaq yang dijatuhkan menurut tuntunan syara’. Misalnya suami menthalaq istri yang sudah dicampurinya dengan satu thalaq waktu suci dan tidak mencampurinya diwaktu suci tersebut.

2. Thalaq BID’I (Thalaq yang dibenci), artinya thalaq yang bertentangan dengan syara’. Misalnya seorang laki-laki menceraikan istrinya dengan thalaq tiga dalam satu kalimat, atau dengan tiga kali thalaq yang terpisah-pisah dalam satu waktu dan tempat. Atau menthalaq istri pada saat istri sedang haid (menstruasi), nifas, atau waktu suci padahal malamnya disetubuhi.

Thalaq satu (jenis Thalaq Raj’i)

JENIS BILANG- Thalaq dua (jenis Thalaq Raj’i)AN THALAQ Thalaq Tiga (jenis Thalaq Bain)

THALAQ dianggap tidak jatuh apabila :

1. Suami dalam keadaan marah

Page 14: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

2. Suami dalam keadaan mabuk 3. Suami karena dalam keadaan dipaksa/terpaksa4. karena suami bergurau5. karena dijatuhkan tanpa sadar6. karena keliru/tidak sengaja

MASA MENUNGGU (IDDAH)

1. Iddah bagi wanita yang masih men, yaitu tiga kali men2. Iddah bagi wanita yang telah berhenti men atau belum pernah men,

yaitu tiga bulan3. Iddah bagi wanita yang ditinggal mati si\uaminya, yaitu empat bulan

sepuluh hari4. Iddah bagi wanita hamil adalah sampai melahirkan anaknya.

MASALAH-MASALAH DALAM RUMAH TANGGA

1. Ila’ artinya sumpah seorang suami untuk tidak berhubungan kelamin dengan isterinya. Berdasarkan Al-Qur’an ia diberi tenggang waktu 4 bulan. apabila sebelum 4 bulan ia akan kembali kepada isterinya, maka ia harus membayar kifarat.

2. Nusyuz (durhaka), misalnya isteri tidak that atau tidak mau diajak tidur bersama, maka suami berkewajiban menasihatinya, bila masih tidak sadar pula maka suami isteri pisah ranjang, apabila masih juga tidak sadar, maka suami boleh memukul dengan pukulan yang ringan. Apabila yang berlaku nusyuz adalah suami, misalnya suami mengacuhkan, tidak mencintai, maka dicarikan penyelesaian yang terbaik apakah mau diteruskan atau cerai.

3. Khulu’, artinya tebusan karena si isteri yang mengajukan khulu’ menebus dirinya dengan sesuatu, diberikan kepada suaminya supaya menceraikan.

4. Zhihar, arti bahasa punggung, yaitu ucapan suami kepada isterinya “kamu seperti punggung ibuku”. Akibat zhihar (1) suami haram mencampuri isterinya sebelum membayar kifarat; (2) suami isteri

Page 15: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

haram berhubungan kelamin dan perbuatan-perbuatan yang merangsang ke arah itu, seperti berpelukan, berciuman, dan sebagainya.Kiparat Zhihar : - Memerdekakan budak, kalau tidak punya

- Berpuasa dua bulan berturut-turut, kalau tak kuat

- Memberi makan 60 orang fakir miskin. 5. Li’an, adalah sumpah seorang suami dengan menuduh isterinya

berzina, sumpah itu diucapkannya empat kali, bahwa tuduhannya benar dan pada sumpah yang kelima ia meminta laknat Allah seandainya ia berdusta. Pihak isteri boleh membantah dengan sumpah empat kali pula bahwa tuduhannya dusta, dan pada sumpah yang kelima ia bersedia menerima kutukan Allah bila ternyata tuduhan suaminya benar.

6. Syiqoq, yakni pertentangan antara suami isteri, maka ia harus disela-saikan diantara keduanya, bila tidak tercapai maka isteri dan suami masing-masing mengangkat juru runding untuk menyelesaikan, bila tidak juga dapat diselesaikan, maka terserah kepada suami isteri serta juru runding apakah akan cerai atau lainnya.

Page 16: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

FARO’IDL (ILMU WARITS)

Warits secara bahasa adalah pindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain atau dari satu kaum kepada kaum yang lain. Sedangkan menurut arti yang sebenarnya adalah pindahnya hak milik orang yang meninggal dunia kepada para ahli waristnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkannya itu berupa harta bergerak dan tidak bergerak atau hak-hak menurut hukum syara’.

BEBERAPA HAL YANG BERKAITAN DENGAN HARTA WARITS

Sebelum pembagian harta warits, harus diperhatikan antara lain :

1. Biaya pemeliharaan mayat.2. Biaya pelunasan hutang-hutang si mayat3. Wasiat, hanya diperuntukkan kepada bukan ahli warits,

dan tidak boleh lebih dari 1/3 harta (kecuali ada hal lain).4. Membagi sisa harta kepada ahli watrits sesuai petunjuk

Qur’an, Hadits dan ijma ummat.

Tertibnya Pembagian Warits

Page 17: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

1. Golongan ash-habul furudl , yakni orang-orang yang telah ditentukan bagian-bagiannya.

2. Golongan ashobah nasabiyah.3. Rad -> kepada ash-habul furudl sesuai ketentuan (selain

kepada suami atau isteri).4. Golongan Dzawil Arham , yaitu semua keluarga orang yang

meninggal dunia yang tidak termasuk golongan Ash-Habul Furudl dan Golongan Ashobah. Seperti : saudara laki-laki ibu, saudara perempuan ibu, saudara perempuan ayah, cucu laki-laki dari anak perempuan, cucu perempuan dari anak perempuan, dan seterusnya.

5. Rad kepada suami atau isteri, jika si mayat meninggal tidak meninggalkan keturunan, atau saudara seorangpun.

6. Golongan Ashobah Sababi , yaitu Mu’tiq atau Mu’tiqoh.7. Orang yang mendapat wasiat lebih dari 1/3.8. Baitul mal (perbendaharaan negara Islam).

SEBAB-SEBAB MENJADI AHLI WARITS

1. Kerabat yang sebenarnya (Hubungan Darah)2. Hubungan pernikahan.3. Al-Wala, yaitu kerabat hukmiah (mu’tiq/mu’tiqoh)

SEBAB-SEBAB TIDAK MEMPEROLEH WARITS

1. Hamba sahaya2. Membunuh orang yang akan mewariskan (Muwarits)3. Berbeda agama.

Page 18: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

RUKUN dan SYARAT WARITS

Rukun Warits :1. Muwarits , orang yang akan mewariskan.2. Warits , ialah orang-orang yang berhak mendapatkan

harta. 3. Mauruts , ialah sesuatu yang ditinggalkan oleh yang

meninggal dunia berupa harta bergerak atau tidak bergerak.

Syarat-syarat dalam Warits adalah :1. Meninggal dunianya muwarits (secara hakikat / hukum).2. Hidupnya para ahli warits yang berhak mendapat harta.3. Mengetahui status warisan.

GOLONGAN AHLI WARITS LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

LAKI-LAKI PEREMPUAN

1. Anak laki-laki2. Cucu laki-laki dari anak laki-

laki3. A y a h4. Kekek shahih (kakek kandung

terus ke atas dari pihak laki-laki)

5. Saudara laki-laki sekandung6. Saudara laki-laki seayah

7. Saudara laki-laki seibu8. Anak laki-laki saudara laki-laki

sekandung9. Anak laki-laki saudara laki-laki

seayah

1. Anak perempuan2. Cucu perempuan dari anak

laki-laki (terus ke bawah dari pihak laki-laki)

3. I b u4. Nenek Shahih terus ke atas

(ibunya ibu)

5. Nenek shahih terus ke atas (ibunya ayah)

6. Saudara perempuan sekandung

7. Saudara perempuan seayah8. Saudara aperempuan seibu9. Istri/istri-istri

Page 19: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

10.Paman (dari phak ayah) yg sekanDung dengan ayah

11.Paman (dari pihak ayah) yg se- ayah dengan ayah 12.Anak laki-laki paman sekandung 13.Anak laki-laki paman seayah 14.Suami orang yg meninggal dunia 15 Mu’tiq

10.Mu’tiqoh

BAGIAN-BAGIAN PARA AHLI WARITS

YANG MEMPEROLEH 1/2

Anak perempuan tunggal (An-Nisa 11)

Cucu perempuan tunggal dari anak laki-laki

½Saudara perempuan tunggal sekandung

Saudara perempuan tunggal sebapak bila tidak ada saudara perempuan sekandung

Suami bila si mayat tidak meninggalkan anak turunan

YANG MEMPEROLEH 1/4

Suami bila si mayat meninggalkan anak terus ke bawah

1/4

Page 20: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

Isteriseorang atau lebih bila si mayat tidak meninggakan anak turunan.

YANG MEMPEROLEH BAGIAN 1/8

1/8 Seorang isteri atau isteri-isteri bila si mayat meninggalkan keturunan

YANG MEMPEROLEH BAGIAN 2/3

Dua orang anak perempuan sekandung atau lebih bila tidak bersama-sama saudaranya yang laki-laki.

Dua orang cucu perempuan atau lebih dari anak laki-laki terus ke bawah

2/3 Dua orang saudara perempuan sekandung atau lebih

Dua orang saudara perempuan seayah atau lebih

YANG MEMPEROLEH 1/6

Ayah, bila si mayat meninggalkan anak laki-laki/cucu laki-laki dari nak laki-laki.

Kakek Sahih, bila si mayat meninggalkan anak laki-laki/cucu laki-laki dari anak laki-laki.

Ibu, bila si mayat meninggalkan anak atau cucu (laki-laki/perempuan); atau mempunyai 2 orang/ lebih saudara sekandung/se-ayah/seibu.

Page 21: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

1/6Cucu Perempuan dari anak laki-laki, bila si mayat meninggalkan hanya seorang anak perempuan. Tetapi bila anak perempuan lebih dari satu, maka cucu perempuan tidak memperolah apa-apa/ terhijab.

Saudara Perempuan se ayah seorang atau lebih, bila si mayat memunyai seorang saudara perempuan sekandung.

Saudara laki-laki/perempuan se-ibu, masing-masing memperoleh 1/6.

Nenek sahih, bila tidak ada ibu.

YANG MEMPEROLEH BAGIAN 1/3

Ibu, bila si mayat tidak meninggalkan anak/ cucu; tidak mempunyai Sdr. Laki-laki/Perempuan 2 orang atau lebih (sekandung/se-ayah/se-ibu) mereka memperoleh atau terhijab.

1/3Sudara laki-laki dan saudara perempuan se-ibu 2 orang atau lebih. Dengan syarat tidak ada orang tua atau anak keturunan.

HIJABHijab, seseorang yang menghalangi orang lain untuk memperoleh bagian yang sebenarnya, atau sama sekali menghalangi untuk memperoleh bagian. Hijab terbagi dua, yaitu :

a. Hijab Nuqshon, yaitu seseorang menghalangi orang lain untuk memperoleh bagian yang seharusnya karena kedekatan orang tersebut kepada si mayat.

b. Hijab Hirman, yaitu seseorang menghalangi orang lain yang sama sekali tidak memperoleh bagiannya.

Page 22: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

DAFTAR HIJAB HIRMAN

No Orang-orang yang mahjuubun (Terhalang)

Orang-orang yang menghijab (menghalangi untuk memperoleh

bagian)1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Kakek

Nenek

Cucu (laki-laki/perempuan)

Saudara laki-laki Sekandung

Saudara perempuan sekan-dungSaudara laki-laki seayah

Saudara perempuan seayah

Saudara laki-laki seibu

Anak laki-laki Sodara laki-laki sekandung

Anak laki-laki Saudara laki-laki seayah

Paman sekandung dg. Ayah

Paman seayah dengan ayah

1. Ayah

2. Ibu

3. Anak laki-laki

4. a. Ayah; b. Anak laki-laki; c. Cucu laki-laki.

5. a. Ayah; b. Anak laki-laki; c. Cucu laki-laki.

6. a. Ayah; b. Anak laki-laki; c. Cucu laki-laki; d. Sdr. laki-laki/perempu-an sekandung.

7. a. Ayah; b. Anak laki-laki; c. Cucu laki-laki; d. Sdr. laki-laki/perempu-an sekandung.

8. a. Ayah; b. Anak laki-laki; c. Cucu laki-laki; d. Anak perempuan; e. Cucu perempuan

9. a. Ayah; b. Anak laki-laki; c. Cucu laki-laki; d. Kakek; e. Sdr. laki-laki sekandung; f. Sdr. laki-laki seayah; g. Sdr. perempuan sekandung; h. Sdr. perempuan seayah.

10.a. Ayah; b. Anak laki-laki; c. Cucu laki-laki; d. Kakek; e. Sdr. Laki-laki sekandung; f. Sdr. laki-laki seayah; g. Sdr. Perempuan sekan-dung; h. Sdr. Perempuan seayah; i. Anak laki-laki Sdr. laki-laki se-kandung.

11. Sama dengan no. 10 (a s.d. i) di atas; j. Anak laki-laki Sdr. Laki-laki seayah.

Page 23: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

12.

13.

14.

15.

Anak laki-laki paman sekan-dung dengan ayah

Anak laki-laki paman seayah dengan ayah

Cucu perempuan dari anak laki-laki (seorang atau lebih)

12.Sama dengan no. 11 (a s.d. j) di atas; k. Paman sekandung ayah.

13.Sama dengan no. 12 (a s.d. k) di atas; l. Anak laki-laki paman se-kandung ayah.

14.Sama dengan no. 13 (a s.d. l) di atas; m. Anak laki-laki paman se-kandung ayah.

15.Dua orang atau lebih anak perem-puan

ASHOBAH

ASHOBAH, secara istilah ialah : Semua ahli warits yang tidak memiliki bagian tertentu dengan jelas dalam Al-Qur’an dan Hadits. Arti lain Ashobah adalah semua ahli warits yang mendapatkan semua harta pusaka apabila sendirian dan mengambil sisa pusaka setelah ash-habul furudl mengambil bagiannya. Mereka itu a.l. :

1. anak laki-laki2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki3. Saudara laki-laki sekandung4. Saudara laki-laki seayah5. Paman sekandung6. B a p a k7. Datuk (kakek) terus ke atas8. Anak laki-laki dari saudara sekandung9. Anak laki-laki dari saudara seyah10.Paman seayah11.Anak laki-laki paman sekandung12.Anak laki-laki paman seayah13.Laki-laki dan perempuan yang memerdekakan (Mu’tiq & Mu’tiqoh)14.Anak laki-laki yang memerdekakan.

Page 24: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

ASHOBAH TERBAGI PADA :

A. Ashobah Bin-nafsihi, yaitu golongan laki-laki yang dipertalikan dengan si mayat tanpa diselingi oleh perempuan. Terdiri dari :- Jihat Bunuwah (pertalian anak), yakni anal kali-laki dari si mayat

terus ke bawah.- Jihat Ubuwah (pertalian orang tua), meliputi ayah, kakek terus ke

atas.- Jihat Ukhuwah (pertalian saudara), meliputi saudara laki-laki

sekandung, dan seayah, anak saudara laki-laki sekandung, dan seayah terus ke bawah.

- Juhat Umumah, meliputi paman sekandung dan paman seayah, anak laki paman sekandung dan seayah terus ke bawah.

Kewarisan ini urutannya jihat yang lebih dahulu di atas (anak dst. ) di dahulukan dari urutan yang ada di bawahnya, demikian seterusnya.

B. Ashobah Bil-Ghoir, yaitu orang-orang yang ditarik untuk memperoleh sisa oleh saudaranya yang laki-laki secara bersama-sama, dengan pemba-gian 2 : 1. Mereka itu meliputi :

1. Anak perempuan ditarik saudaranya yang laki-laki.2. Cucu perempuan ditarik saudaranya cucu laki-laki3. Saudara perempuan sekandung ditarik saudara laki-laki

sekandungnya.4. Saudara perempuan seayah ditarik saudara laki-laki seayah

C. Ashobah Ma’al Ghoir, yaitu khusus untuk saudara perempuan sekandung atau sadara perempuan seayah yang mewarisi harta bersama dengan anak-anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki terus ke bawah.

Page 25: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

AUL DAN RAD

Aul, ialah bertambahnya jumlah saham yang telah ditentukan dan berkurangnya bagian para ahli warits.

Rad, ialah berkurangnya asal masalah dan bertambahnya nilai saham yang telah ditentukan.

Beberapa syarat terjadinya Rad :a. Adanya Ash-Habul Furudlb. Tidak ada orang-orang yang memperole sisa (ashobah)c. Adanya kelebihan harta pusaka.

Rad, dapat diberikan ke semua ash-habul furudl kecuali suami atau isteri, dan diantara orang-orang yang berhal mendapat Rad a.l. :

1. Anak perempuan2. Cucu perempuan dari anak laki-laki3. Saudara perempuan sekandung4. Saudara perempuan seayah5. I b u6. Nenek Sahih7. Saudara perempuan seibu8. saudara laki-laki seibu.

HUKUM WARITS KHUNTSA (BANCI)

KHUNTSA, menurut istilah ialah seseorang yang memiliki kelamin dua atau sama sekali tidak memiliki kelamin, dalam hal ini statusnya tidak jelas apakah ia laki-laki atau perempuan ? Orang-orang yang demikian disebut Khuntsa Musykil (Banci yang sulit ditentukan statusnya).

Bagian warits Khuntsa Muyskil ini adalah : Ulama Hanafiyah berpendapat, ia mendapat bagian yang paling

sedikit dari bagian haknya yang jelas.

Page 26: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

Ulama Syafiiyah berpendapat, Masing-masing ahli warits dan khuntsa diberi bagian minimal dari status yang diyakini, baru apabila sudah jelas dikembalikan ke kejelasan statusnya tersebut.

Ulama Malikiyah berpendapat, ia memperoleh sebesar pertengahan antara bagian laki-laki dan bagian perempuan.

Sedangkan soerang laki atau perempuan secara phisik/jasmaninya, namun sifatnya berbeda dengan fisik dan jasmaninya tersebut. Khuntsa (banci) semacam ini disebut dengan Khuntsa Ghoir Muyskil (banci yang mudah ditentukan statusnya), yakni laki-laki atau perempuan karena kejelasan kelaminnya. Maka kewaritsan banci semacam ini berlaku sesuai status kejelasan mereka masing-masing.

MASALAH KEWARITSAN DZAWIL ARHAM

DZAWIL ARHAM, ialah orang-orang yang memiliki kekerabatan dengan orang yang meninggal namun ia bukanlah sebagai ahli warits. Secara istilah ialah mereka yang tidak termasuk orang-orang yang mendapat bagian warits yang jumlahnya telah ditentukan oleh Al-Qur’an dan Sunnah dan juga tidak termasuk golongan Ashobah. Misalnya :

Bibi dari pihak ayah Paman dan bibi dari pihak ibu Anak laki-laki dari anak perempuan Cucu laki-laki dari anak perempuan Dan sebagainya.

Beberapa Masalah kewaritsan Dzawil Arham adalah :

1. Pendapat ulama Sayafi’i dan Malik, bahwa mereka tidak berhak mendapat waritsan. Mereka berkata “Sesungguhnya harta warisan

Page 27: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

apabila tidak ada golongan ash-habul furudl atau ashobah maka harus diserahkan ke Baitul mal dan dipergunakan untuk kepentingan ummat”.

2. Pendapat ulama Hanafi dan Hambali, bahwa mereka lebih berhak dari yang lainnya apabila ash-habul furudl dan kelompok ashobah tidak ada, karena mereka memiliki kekerabatan yang dekat dengan si mayat. Pendapat ini adalah pendapat yang paling Masyhur dan banyak dianut oleh masyarakat Muslimin.

HUKUM WARIS ANAK DALAM KANDUNGAN

SYARAT-SYARAT KEWARISAN :

1. Dapat diyakini bahwa anak itu telah ada dalam kandungan ibunya pada waktu muwarisnya meninggal dunia, dengan tidak melebihi ketika dilahirkan kurang dari dua tahun. Sesuai Hadis Siti A’isyah yang artinya “Bayi yang ada dalam kandungan ibunya, tidak akan tingal lebih lama dari dua tahun, waktu sepergeseran waktu”.

2. Bayi itu harus dilahirkan dalam keadaan hidup, dengan dicirii tangisan atau jeritan atau gerakan agak lama atau menetek pada payudara ibunya serta tanda-tanda kehidupan lainnya.

KEMUNGKINAN BAGIAN ANAK DALAM KANDUNGAN

1. Tidak dapat menerima waris dalam segala perkiraan baik ia sebagai laki-laki atau sebagai perempuan, karena ia bukan anak dari laki-laki yang meninggal. Misalnya : A. Meninggal dunia meninggalkan isteri, ayah dan ibu yang sedang mengandung, maka kedudukan anak tersebut hanya sebagai saudara kandung. Dalam hal ini ia terhijab oleh ayah.

2. Hanya dapat mewarisi dengan salah satu dari dua perkiraan; yakni sebagai laki-laki atau sebagai perempuan, dan tidak mewarisi dari perkiraan lainnya.

3. Dapat mewarisi dalam segala perkiraan, baik ia sebagai laki-laki atau sebagai perempuan, dan bagian yang paling menguntungkan dibiarkan dahulu, baru kemudian setelah lahir diberikan sesuai keadaannya.

Page 28: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

4. Tidak berbeda jumlah bagiannya dari salah satu dua perkiraan, baik ia sebagai laki-laki atau sebagai perempuan.

5. Tidak bersama dengan ahli waris yang pokok, atau bersama dengan ahli waris lain tetapi dapat terhalang olehnya.

WARISAN ORANG YANG HILANG

Hukum bagi orang Hilang :

Para Ulama menetapkan bahwa istri orang tsb. Tidak boleh dinikahkan, dan hartanya tidak boleh diwariskan sampai orang hilang tersebut diketahui dengan jelas. Apakah ia telah mati atau masih hidup, dan hanya hakimlah yang dapat memutuskan hal tersebut.

TENGGANG WAKTU UNTUK MENETAPKANKEMATIAN ORANG HILANG

1. Ulama Hanafiah menetapkan bahwa orang itu dianggap mati dengan melihat teman-teman sebayanya yang menetap dinegaranya. Apabila teman-temannya tidak ada seorangpun yang hidup, maka ia dihukumi telah mati. Sedangkan Abu Hanifah sendiri menetapkan tenggang waktunya selama 90 tahun.

2. Ulama Malikiyah menetapkan bahwa tenggang waktunya selama 70 tahun, hal ini didasarkan pada Hadis Masyhur yang artinya “Umur ummatku atara 60 dan 70 tahun”.

3. Ulama Syafi’iyah menyatakan tenggang waktunya adalah 90 tahun, yaitu masa matinya teman-teman seangkatan di negaranya. Pebdapat Iman Syafi’i yang paling sahih adalah waktunya tidak dapat ditentukan dengan pasti, tetapi ketetapan kematiannya diputuskan oleh pengadilan. Dalam hal ini hakim berijtihad untuk menghukumi kematiannya.

4. Ulama Hanabilah menyatakan bahwa apabila orang itu hilang dalam situasi yang menurut kebiasaannya ia akan binasa, misalnya ia hilang di tengah-tengah peperangan yang sedang berkecamuk dan saling membunuh, atau tenggelam dalam pelayaran yang sebagian besar penumpangnya tenggelam, atau terkena bencana alam (Tsunami atau tanah longsor), maka orang hilang tersebut diselidiki selama 4 tahun. Jika tidak diketahui jejaknya maka hartanya dibagikan kepada ahli

Page 29: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

warisnya, dan isterinya beriddah sebagaimana iddahnya orang yang ditinggal mati suaminya. Bila hilangnya dalam situasi yang biasanya, misalnya ia diculik, berniaga, atau merantau, atau pergi menuntut ilmu, maka dalam keadaan seperti ini ada dua pendapat :

a. Menunggu sampai berusia 90 tahun sejak ia dilahirkan.b. Diserahkan kepada ijtihad hakim dan menunggu keputusannya.

Dari pendapat-pendapat di atas pendapat ULAMA HANABILAH merupa-kan pendapat yang paling kuat dan banyak dianut/digunakan untuk memutuskan kewarisan orang hilang.

KEWARISAN ORANG HILANG

1. Adakalanya orang yang hilang tersebut memahjubkan ahli waris lain, maka pembagian ditangguhkan semua ahli waris tidak boleh mengambil bagiannya, sampai yakin orang tersebut dianggap telah mati.

2. Adakalnya orang yang hilang tersebut tidak memahjub ahli waris lain, maka para ahli waris masing-masing mengambil bagiannya, sesuai keada-annya.

HUKUM WARIS ORANG YANG MENINGGAL BERSAMA-SAMA

Misalkan satu keluarga tertimpa bencana: terbakar, tenggelam, tertimbun, terlanggar Tsunami, dan sebagainya. Ketentuan waris dari kejadian tersebut; kita harus tahu siapa yang terlebih dahulu meninggal dan siapa yang belakangan. Bila kematiannya jelas, maka orang yang belakangan meninggal menjadi ahli waris yang lebih dahulu meninggal, demikian seterusnya. Namun, apabila tidak diketahui siapa yang lebih dahulu dan siapa yang kemudian, maka dalam kasus ini diantara kedua

Page 30: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

orang yang sama-sama meninggal tidak boleh saling mewarisi, dan seluruh harti dibagikan kepada ahli waris yang masih hidup.

Caranya :1. Dua orang saudara mati bersama dan salah seorang di antara

keduanya meninggalkan isteri, seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki dari paman sekandung. Adapun saudaranya yang lain meninggalkan dua orang anak perempuan. Bagiannya : isteri saudara yang pertama 1/8, seorang anak perempuan 1/2, sisanya untuk anak laki-laki paman sekandung. (satu kasus).Sedangkan saudara yang lain (yang kedua) hartanya diberikan kepada dua anak perempuan suadaranya 2/3, dan sisanya diberikan peda anak laki-laki paman sekandung (kasus lain).

2. Suami isteri beserta tiga anak laki-laki mereka meninggal dunia bersama-sama. Suami iateri tersebut masing-masing mempunyai harta pusaka. Maka harta suami dibagiakan kepada ahli waris (keluarga) pihak suami, dan harta pusaka isteri dibagikan kepada ahli waris (keluarga) pihak isteri.

DALIL TENTANG I’LA (Sumpah)

Kata Abu Bakar Siddiq

......dan Kami berfirman : “Turunlah kamu ! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”. (Q.S. Al-Baqoroh : 36).

Kata Umar Faruq

Page 31: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut ? (Q.S. Al-Insan : 1)

Kata Utsman Bin Affan

Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (Q.S. Ibrahim : 25)

Kata Ali Bin Abi Thalib

Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktukamu berada di waktu subuh. (Q.S. Ar-Rum : 17)

BUKU-BUKU YANG HARUS DIBACA :

1. Ushul Fiqh (A. Hanafie, M.A.) Wijaya

2. Pengantar Hukum Islam ( T.M. Hasbi Ash Shiddieqy) Bulan Bintang

3. Ushul Fiqih (Zainal Abidin Ahmad) Bulan Bintang

4. Pengantar dan Sejarah Hukum Islam (A. Hanafie, M.A.) Bulan Bintang

Page 32: file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._KEWARGANEGARAAN... · Web viewTRNSPARANSI . MATAKULIAH . HUKUM ISLAM. USHUL FIQIH. SYARI’AT, ialah hukum-hukum yang disyariatkan

5. Perkawinan Menurut Islam (M.Thalib) Al-Ikhlas Surabaya.

6. Keluarga Sakinah (A. Qodir Djaelani) Bina Ilmu

7. Fiqh Islam (Sulaiman Rasyid) At-Tahiriyah

8. Pendidikan Anak Menurut Islam (Abdullah Nashih Ulwan) Remaja

Rosdakarya.

9. Keluarga Bahagia (Miftah Faridl) Pustaka.

10. Hukum Perkawinan dalam Islam dan Pelaksanaannya Berdasarkan UU

No.1/74 (H. Moch. Anwar) Al-Ma’arif.

11.Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam (H.S.A. Alhamdani) Pustaka

Amani.

12.Fikhus Sunnah/edisi B. Arab (Sayyid Sabiq) Daarul Fiqri Libanon Beirut

13.Hukum Waris dalam Syari’at Islam (M. Ali As-Shabuni) Diponegoro.

14.Introduction to Islamic Law (A. Asaf Faizy).

15.dan sebagainya.