filsafat

Upload: jeanyanty-yoesteyn-djaranjoera

Post on 21-Jul-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Petrus Y. Lasan (1008012015) Jeanyanty Y. Djaranjoera (1008012016) Arviera D. Kay (1008012017) Maria S. M. Da Rato (1008012018) Marthen D. Nyola (1008012019) Lidia N. Hudi (1008012020) Maria Y. Deo (1008012021)

1.1. Jarum Sejarah Pengetahuan Pada zaman dahulu seseorang yang ahli dalam bidang tertentu, juga akan di anggap sebagai ahli dalam bidang yang lain. Pada pertengahan abad ke 17 dikenal sebagai Abad Penalaran, karena konsep dasar mengalami perubahan fundamental. Tidak ada perbedaan objek, motode atau kegunaan, dalam pengetahuan semuanya sama. Muncul perkembangan/perubahan mengenai konsep dasar pengetahuan, seperti bagaimana cara mengetahui dan untuk apa pengetahuan itu dipergunakan.

Adapun cabang pengetahuan, dibedakan dari ilmu yang berbeda dari pengetahuan lainnya terutama dalam segi metodenya. Ilmu telah dipisahkan dari moral, dan makin banyak cabang-cabang ilmu berdasarkan objek yang ditelaah. Makin spesifik masing-masing ilmu akan menumbulkan masalah yang lain, seperti kaburnya batas-batas otonomi dari masing-masing disiplin ilmu pengetahuan. Terciptanya paradigma baru melalui pendekatan interdisipliner, yang diharapkan sebagai alat untuk mengadakan pengkajian bersama antar-disiplin keilmuan.

Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu,jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama.

1.2. Pengetahuan Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita karena itu sukar untuk dibayangkan bagaimana kehidupan manusia seandainya pengetahuan itu tak ada, sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan.

Tiap jenis pertanyaan pada dasarnya menjawab pertanyaan tertentu yang diajukan, oleh karena itu agar kita dapat memanfaatkan segenap pengetahuan kita secara maksimal maka harus kita ketahui jawaban apa saja yang mungkin bisa diberikan oleh suatu pengetahuan tertentu.

Secara ontologism ilmu membatasi diri pada pengkajian objek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia, sedangkan agama memasuki pula daerah penjelajahan yang bersifat trasendental yang berada diluar pengalaman kita.

Jika seorang tersesat dijalan dan dia menanyakan arah pada seorang yang dididik untuk bersimpati, maka mungkin dia akan menunjukan arah, yang sebenarnya tidak melepaskan orang itu dari kesesatan, tetapi dia hanya melakukannya karena didorong oleh aspek cultural.

Pada hakikatnya, kita mengingkan jawaban ynag benar, karena itu kita perlu menyusun pengetahuan yang benar juga, yang dalam kajian filsafat tersebut epistemology dan landasan epistemology adalah metode ilmiah (metode ilmiah adalah cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar).

Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spefisik mengenai apa (ontology), bagaimana (epistemology) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun, ketiga hal ini saling berkaitan.

Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan yang sehari-hari dihadapi manusia dan untuk digunakan dalam menawarkan berbagai kemudahan kepadanya.

Persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemology pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapat pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontology dan aksiologi masing-masing, demikian juga dengan masalah yang dihadapi epistemology keilmuan yakni bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjawab permasalahan mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk meramalkan dan mengontrol gejala alam.

1.3. Metode Ilmiah Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan atau ilmu.Selain itu metode ilmiahpun berguna dalam mengkomunisasikan penemuan ilmiah kepada masyarakat sehingga dapat menciptakan ilmu-ilmu atau pengetahuan-pengetahuan baru yang mampu membangun Ilmu memiliki banyak manfaatnya,salah satunya yaitu membantu memecahkan masalah-masalah yang ada di sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari.Namun dibutuhkan pula pengetahuan agama karena ke dua pengetahuan ini saling melengkapi. Untuk memecahkan masalahpun,salah satunya menggunakan hipotesis. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi dan pastinya harus didukung dengan fakta-fakta yang benar-benar mendukung dan benaragar hipotesis tersebut dapat diterima.Setelah penyusunan hipotesis,dilakukan pengujiannya dengan dunia nyata yakni dapat diterima oleh panca indera dan akal sehat kita.Kemudian hipotesis yang diterima dianggap menjadi pengetahuan ilmiah yang baru.

Dan untuk mendapatkan suatu metode ilmiah yang benar dan sistematis adalah harus memenuhi langkah-langkah seperti berikut ini : a. Perumusan masalah yang berisi tentang kumpulan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan serta yang terkait di dalamnya. b. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat di antara berbagai factor yang saling terkait dan membentuk konsisitensi permasalahan.Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan factor empiris yang relevan dengan permasalahannya. c. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.

d. Pengujian hipotesis yamg merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah ada fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak. e. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup dan mendukung maka hipotesis itu diterima.Pun sebaliknya bila tidak terdapat fakta yang cukup dan mendukung maka hipotesis itu ditolak.Kemudian,hipotesis yang diterima dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan ilmiah yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya.

Perumusan Masalah

Khasanah Pengetahuan Ilmiah

Penyusunan Kerangka Berpikir

Perumusan Hipotesis

Diterima

Pengujian Hipotesis

Ditolak

Ilmu tidak bertujuan untuk mencari kebenaran absolute melainkan kebenaran yang bermanfaat bagi manusia dalam tahap perkembangan tertentu. Berbagai macam hipotesis-hipotesis sampai saat ini tidak ditolak kebenarannya dan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, kita menganggap hipotesis-hipotesis tersebut merupakan pengetahuan yang dimasukkan kedalam keluarga keilmuan. Tetapi dikemudian hari, hipotesis ini mempunyai kegunaan. Metode ilmiah pada dasarnya merupakan sama bagi semua disiplin keilmuan baik yang termasuk dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu social.

Bila ada perbedaaan dalam kedua ilmu tersebut maka perbedaannya sekadar terletak pada aspek-aspek tekniknya dan bukan pada struktur berpikir atau aspek metodologis. Metode ilmiah tidak dapat diterapkan pada pengetahuan yang tidak termasuk kedalam kelompok ilmu. Misalnya matematika dan bahasa tidak mempergunakan metode ilmiah dalam menyusun pengetahuannya sebab matematika bukanlah ilmu melainkan pengetahan yang merupakan sarana berpikir ilmiah. Tetapi meskipun demikian dari aspek pengetahuan tersebut dapat dengan mudah menerapkan metode ilmiah dalam pengkajianpengkajian. Beberapa disiplin ilmu social juga mengembangkan teknik-teknik tersendiri dalam melakukan penelitian ilmiah misalnya antropologi dan sosiologi. Teknik-teknik yang bersifat khusus ini biasanya dikembangkan untuk meneliti aspek tertentu yang bersifat eksploratoris yang bertujuan untuk menemukan pola atau struktur secara keseluruhan

Penelitian merupakan pencerminan secara konkrit kegiatan ilmu dalam memproses pengetahuannya. Bagi pendidikan keilmuan maka aspek-aspek filsafat ilmu sebaiknya secara langsung dikaitkan dengan kegiatan berpikir ilmiah pada umumnya dan kegiatan penelitian pada khususnya. Langkah-langkah penelitian koheren dengan landasan ontologism, epistemologis, dan aksiologis keilmuan. Langkah-langkah dalam metode ilmiah ini janganlah ditafsirkan secara mati dan menjadi hafalan baru. Dengan metode ilmiah sebagai paradigma maka ilmu dibandingkan dengan berbagai pengetahuan lainnya dapat dengan cepat berkembang. Setelah pendirian dari The Royal Society maka berkembang pula komunikasi dan kerja sama antara ilmuwan dalam bentuk kelembagaan, himpunan dan penerbitan jurnal berkembang dengan pesat. Denagn berbagai percobaan yang dilakukan ulang oleh ilmuwan lainnya didapat hasil yang sama dengan yang ditemukan oleh ilmuwan aslinya terdahulu sehingga serta merta ilmuwan tersebut menerima dan mendukung kebenaran yang dimaksud. Akhirnya dunia keilmuan menganggap permasalannya mengenai hal tersebut telah selesai dan ilmu mendapatkan pengetahuan baru yang diterima oleh seluruh ilmuwan.

Dengan demikian ilmu berkembang dengan cepat dalam dinamika yang dipercepat karena penemuanpenemuan. Ilmu tersebut bersifat konsisten karena penemuan yang satu didasarkan kepada penemuanpenemuan sebelumnya. Sebenarnya hal ini tidak seluruhnya benar, karena sampai saat ini belum satupun dari seluruh disiplin ilmu yang telah berhasil menyusun suatu teori yang konsisten dan menyeluruh.teori ilmiah masih merupakan penjelasan yang bersifat sebagian sesuai dengan tahap perkembangan keilmuan yang masih sedang berjalan. Ilmu memandang kebenaran sebagai tujuan yang mungkin dapat dicapai namun tak pernah sepenuhnya terungkap hingga selesai.

Bagi ilmuwan kegiatan keilmuwannya tersebut akan ungkapkan komitmen moral serta intelektual untuk mencoba mendekati kebenaran dengan cara yang sejujur-jujurnya. Dalam berbagai macam prespektif maka penelitian terhadap ilmu tidaklah ditentukan oleh kesahihan teori sepanjang zaman melainkan terletak dalam kemampuan memberikan jawaban terhadap permasalahan manusia dalam tahap peradapan tertentu.namun masalah-masalah tersebut menjadi sangat aneh bila dihubungkan dengan hal-hal yang bersifat asasi dimana manusia membutuhkan adanya kemutlakkan dan bukan sekadar kesementaraan yang relative.

Demikian pula bagi ilmu yang semakin terspesialisasikan menyebabkan bidang pengkajian suatu disiplin keilmuwan makin sempit yang ditambah dengan berbagai ppembatasan dalam pengkajiannya seperti postulat, asumsi, dan berbagai prinsipprinsip ilmu yang melakukan penelaahan bersama diantaranya yaitu cara berpikir system. Berpikir menurut system ini merupakan sarana berpikir yang membantu proses pengkajian seperti juga bahasa, logika matematika dan statistika. Demikianlah telah dilihat berbagai keterbatasan yang dimiliki ilmu. Segala keterbatasan ilmu merupakan pengetahuan yang telah menunjukkan keampuhannya dalm membangun kemajuan peradaban seperti ysng dilihat pada zaman sekarang ini. Kekurangan dan kelebihan ilmu ilmu pengetahuan digunakan sebgai pedoman untuk meletakkan ilmu dalam tempat yang sewajarnya sebab hanya dengan sikap itulah kita dapat memanfaatkan kegunaannya semaksimal mungkin demi kesejahteraan manusia.

1.4. Struktur Pengetahuan Ilmiah Pengetahuan ilmiah atau ilmu adalah pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah yang telah memenuhi syarat-syarat keilmuan dan diproses lewat serangkaian langkah-langkah tertentu yang dilakukan dengan penuh kedisiplinan sehingga memungkinkan adanya perkembangan pengetahuan yang relative lebih cepat.

Sebuah hipotesis dapat diuji secara formal dan diterima sebagai pernyataan pengetahuan ilmiah yang baru namun apabila kemudian ternyata salah maka pengetahuan ini akan di buang, tetapi apabila pengetahuan ilmiah yang baru ini benar, maka pernyataan dalam pengetahuan ini dapat digunakan untuk menghasilkan hipotesis-hipotesis baru yang apabila dibenarkan dapat menjadi pengetahuan ilmiah yang baru pula.

Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada. Jadi pengetahuan ilmiah pada hakikatnya mempunyai tiga fungsi yaitu menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol.

Secara garis besar terdapat empat jenis pola penjelasan yakni deduktif, probabilistik, fungsional atau teleologis, dan genetic, namun tidak satu pun dari pola-pola di atas mampu menjelaskan secara keseluruhan suatu kajian keilmuan sehingga digunakan pola yang berbeda untuk menjelaskan masalah yang berbeda pula.

Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu factor tertentu dari suatu disiplin keilmuan yang tujuan akhirnya adalah mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat utuh dan konsisten, namun hal ini baru dicapai oleh beberapa disiplin keilmuan saja seperti fisika, itu pun secara keseluruhan belum membuat sebuah teori yang utuh.

Perkembangan penjelasan teoretis pada disiplin-disiplin keilmuan dalam bidang social belum membentuk suatu perspektif teoretis yang bersifat umum disebabkan seringnya menggunakan postulat dan asumsi yang berbeda satu dengan yang lainnya sehingga banyak ilmuan yang meninggalkan ilmu social dan beralih ke ilmu fisika, filsafat dan matematika.

Sebuah teori biasanya terdiri dari hukum yang pada hakikatnya merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variable atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat dimana hubungan kasualita memungkinkan kita untuk meramalkan apa yang akan terjadi sebagai akibat dari sebuah sebab.

Contohnya, dengan mengetahui hubungan permintaan dengan penawaran maka kita dapat menjelaskan mekanisme pembentukan harga, yang dengan berdasarkan penjelasan ini selanjutnya kita dapat meramalkan terjadinya harga, dan melakukan upaya untuk mengontrol naik turunnya harga.

Secara mudah dapat dikatakan bahwa teori adalah pengetahuan ilmiah yang memberikan penjelasan tentang mengapa suatu gejalagejala terjadi sedangkan hukum memberikan kemampuan kepada kita untuk meramalkan tentang apa yang mungkin terjadi.

Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum ini harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi, atau secara idealnya, harus bersifat universal dimana pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang bersifat umum yang disimpulkan dari berbagai-bagai kasus.

Dalam usaha meningkatkan tingkat keumuman yang lebih tinggi maka dalam sejarah perkembangan ilmu kita melihat berbagai contoh di mana teori-teori yang mempunyai tingkat keumuman yang lebih rendah disatukan dalam suatu teori umum yang mampu megikat keseluruhan teori-teori tersebut.

Teori copernikus yang mengatakan bukan matahari yang mengelilingi bumi melainkan bumi mengelilingi matahari disempurnakan oleh Johannes Kepler yang menyatakan bahwa orbit planet-planet dalam mengelilingi matahari tidaklah berbentuk lingkaran seperti apa yang dipercayai oleh Ptolemeus maupun Copernicus melainkan berbentuk ellips.

Akhirnya Newton dalam Philosophiae Naturalis Principia Mathematica dengan teorinya yang menyatakan bahwa semua gerak, baik yang terjadi di langit atau di bumi, tunduk kepada hukum-hukum yang sama mampu mempersatukan teori Galileo, Copernicus, dan Kepler.

Akhirnya Newton dalam Philosophiae Naturalis Principia Mathematica dengan teorinya yang menyatakan bahwa semua gerak, baik yang terjadi di langit atau di bumi, tunduk kepada hukum-hukum yang sama mampu mempersatukan teori Galileo, Copernicus, dan Kepler.