filsafat gerak ppt
TRANSCRIPT
FILSAFAT GERAK
ERNA PUJI ARIYANA
16060484081 / 2016 IKOR C
ILMU KEOLAHRAGAAN
PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Gerak adalah sebuah bentuk eksistensi,dari sini dapat dikatakan: pembahasan gerak, pada era ini merupakan salah satu
titiktemu antara fisika dan filsafat. Para ilmuwan kuno telahmelakukan pembahasan bab gerak ini dalam masalah
natural dan juga dalam maslaah theologi, dengan makna umum dan khusus.
Dengan kesemuanya ini haruslah dicermati adanya pembauran antara hukum-hukumfilosofi gerak dengan hukum-
hukum ilmiah (eksperimen)-nya, baik dalam pembaurankeduanya dengan sesamanya dan kesimpulan deduktif filosofis
dari prinsip ilmiahataupun sebaliknya, karena hal ini banyak diikuti oleh kerusakan yang merugikan –terutama untuk
kalangan para pemula dan mereka yang belum matang. Immunitidari bahaya pembauran ini berada pada lingkup
pengetahuan atas batasan fisika danfilsafat. Pada tempatnyalah, apabila para filosof ilahi mempunyai metodologi
yangmatang dalam pembahasan fisika tentang gerak ini.
Warna dari pembicaraan kita dalam tulisan ini lebih merupakan warna filosofidari pada eksperimen (ilmiah). Titik
perhatian kami adalah pada analisa teori penggerak awal (prime mover)
RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi gerak ?
2. Bagaimana hubungan antara filsafat dengan gerak ?
3. Apa yang dimaksud dengan gerak substansial ?
TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang definisi gerak.
2. Untuk mengetahui hubungan antara filsafat dengan gerak.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gerak substansial.
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI GERAK
Gerak merupakan fenomena esensial pada segala sesuatu yang mewaktu, dalam hal
ini apa pun yang termasuk dalam maujud material adalah identik dengan gerak itu
sendiri. Namun disini kita akan mendefenisikan apa yang dimaksud dengan gerak,
kemudian menguraikan apa saja yang merupakan kemestian dalam gerak.
Alam sebagai sebuah proses yang akan terus mengalami perubahan, pergerakan,
pembaharuan, tanpa henti dan begitupun pada diri kita. Tubuh manusia terdapat
darah yang berfungsi untuk mengangkut O2 dan CO2 dalam sirkulasinya demi
kehidupan sel untuk metabolisme sel. Darah memiliki masa 120 hari untuk hidup
dan setelah itu hancur kemudian dibentuk lagi dan setelah ia dibentuk ia pun kembali
bersirkulasi untuk melakukan tugas dan seterusnya
Ketika darah lama yang rusak dan diganti oleh darah baru maka darah yang baru
tersebut bergerak menuju sel untuk memberi nutrisi kepada sel, mengalirnya darah
menuju sel ini disebut proses menuju titik yang dimungkinkan. Sedangkan
pembentukan darah pada sum-sum tulang disebut titik kemungkinan. Dari contoh ini
maka gerak didefenisikan sebagai keluarnya sesuatu dari titk kemungkinan kepada
(menuju) titik yang dimungkinkan.
Pertanyaan yang akan muncul dari contoh diatas adalah mengapa
pembentukan darah pada sum-sum tulang disebut sebagai titik
kemungkinan? dan bagaimana sehingga sirkulasi darah dalam pembuluh
darah menuju sel disebut sebagai titik yang dimungkinkan?
Darah yang mengalami kehancuran sebelum masa 120 hari nampak
berubah warna menjadi merah kehitaman yang sebelumnya berwarna
warna merah, perubahan warna dalam hal ini disebut sebagai gerak
aksidental, tetapi apakah materi yang bergerak membutuhkan sebab
geraknya? tidak mungkin tiada sebab baginya hingga ia bergerak, karena
setiap akibat meniscayakan sebab, dan sebaliknya, tetapi hal ini berlaku
hanya pada maujud material, dan tidak mungkin akan ditolak karena ia
adalah keniscayaan akal.
Permasalahan paling mendasar di dalam filsafat gerak adalah Apakah
materi yang bergerak itu menjadi sebab geraknya? ataukah ada sesuatu
selainnya? Persoalan ini kemudian dijawab oleh filsafat sadra bahwa
perubahan aksidental terjadi karena adanya gerak substansial, itu berarti
bahwa gerak substansial adalah esensial gerak pada semua maujud
material.
Filsafat gerak
Setiap benda yang bergerak, sebenarnya setiap benda itu bergerak -
pasti, alias tidak bisa diingkari, menuju kearah atau ketitik tertentu.
Meskipun gerak itu tidak berhenti dan bisa berubah arah, dan walaupun
berubah arah bukan berarti bahwa gerak tidak memiliki tujuan gerak
yang pasti, melainkan perubahan arah tersebut tetap mengarah kepada
suatu titik, yaitu titik yang dimungkinkan, dan titik yang dimungkinkan
disini adalah suatu keniscayaan.
Dalam pengertian umum seringkali kita menjumpai ”gerak yang kebetulan”,
dimana yang kebutulan ini tidak direncanakan maupun dikehendaki.
Namun diatas sudah disampaikan bahwa gerak itu memiliki tujuan menuju titik
yang dimungkinkan, maka tujuan tersebut membutuhkan keteraturan untuk menuju
pada titik yang dimungkinkan, oleh karenanya kebetulan mengalami kontradiksi
dengan tujuan yang menuju tersebut. Sebab sesuatu yang memiliki tujuan tidak
mungkin terjadi secara kebetulan.
Gerak Substansial
Setelah diurai secara singkat tentang gerak diatas maka kemudian kita
akan beralih pada gerak substansial yang merupakan suatu
fenomenologi maujud material. Sebelum membahas tentang gerak
substansial terlebih kita menyentuh sedikit tentang sejarah singkat gerak
substansial.
Para filosof meyakini bahwa salah satu pembagian primer atas maujud qua maujud
adalah pembagiannya menjadi ”yang berubah” dan ”yang tak berubah”. Maujud
”yang tak berubah” adalah maujud yang tidak melalui berbagai keadaan berbeda dan
tidak mengalami perubahan. Sebaliknnya, maujud ”yang berubah” adalah maujud
yang berpindah dari satu keadaan ke keadaan lain. Semua maujud alami dapat
berubah karena kodrat alam itu sendiri adalah poensi (quwwah) dan kesiapan
(isti’dad). Selain itu, ia merupakan alam pertentangan antara berbagai sebab dan
alat. Namun, sebaliknya, segenap maujud di alam supranatural terlepas dari semua
jenis perubahan lantaran mereka hampa potensial dan kesiapan.
Menurut pandangan Aristoteles
Gerakan terjadi pada tiga kuiditas, yang termasuk dalam himpunan tiga kategori kuntitas, kualitas,
dan tempat. Ibn Sina menambahkan satu katagori lain yaitu posisi. Dan sejak masa Ibn Sina, pendapat
umum menyatakan bahwa gerakan terjadi pada empat kategori dan tidak pada selainnya. Aristiteles
dan Ibn Sina serta sebagian besar filosof percaya bahwa substansi tidak mengalami gerakan karena
kategori substansi mewadahi semua kategori lainnya. Substansi menggambarkan esensi sesuatu
(dzat), sementara sembilan kategori lain adalah sifat atau predikat (shifah) dari sesuatu.Apabila kita
mengamati alam dengan sudut pandang tersebut, kita melihat segalanya memiliki esensi-esensi abadi
yang tak berubah dalam waktu dan perubahan hanya terjadi pada sebagian atribut mereka: kuantitas,
kualitas, tempat, dan posisi.
Argumen mereka tentang ketidakmungkinan adanya gerak dalam substansi adalah
bahwa mereka mempercayai gerak sebagai sebuah subjek dengan substansi yang
konstan. Jika substansi subjek tersebut mengalami fluks atau perubahan, kita tidak
punya lagi subjek yang kepadanya gerak tersebut dapat dinisbatkan. Dengan kata
lain mereka percaya bahwa, hipotesis gerak substansial adalah hipotesis tentang
’sebuah gerak tanpa objek yang bergerak’ atau ’sebuah karakteristik tanpa sebuah
objek yang dikarakteristikkan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari paparan singkat dia atas dapat disimpulakn beberapa hal. Pertama, semesta ini,
menurut Sadra, bukan hanya ilusi tetapi benar-benar mempunyai eksistensi sama
seperti eksistensi Tuhan. Namun, ia tidak menyimpulkan sebagai wahdatul wujud,
tetapi mengajukan tasykik al-wujud sebagai solusinya, yakni bahwa eksistensi ini
mempunyai gradasi yang kontinu.
Kedua, berbeda dengan para filosof sebelumnya yang menganggap spesies sebagai
sesuatu yang tetap, dalam pandangan Sadra, justru terjadi perubahan terus-menerus,
sehingga sebuah batu dimungkinkan menjadi tanaman, tanaman menjadi hewan dan
seterusnya, yang sekarang dikenal dengan teori evolusionisme.
DAFTAR PUSTAKA
Andi anugerah wijaya, 2012 falsafah gerak,http://andi-anugrah-wijaya.blogspot.com/2012/02/normal-0-false-false-false-en-
us-x-none.html
Abu. Amar. Hasan., Rasionalisme dan Alam Pemikiran Filsafat dalam Islam, Jakarta Selatan: 2002
Mustamin: Editor, Menuju Kesempurnaan: Presepsi dalam Pemikiran Mulla Sadra, Makassar: Safinah, 2003
Muthahhari, Murtadha, Filsafat Hikmah: Pengantar Pemikiran Shadra, Bandung: Mizan, 2002
Rahman, Fazlur, Filsafat Shadra, Bandung: Penerbit PUSTAKA, 2000
AuthorBahauddinAmyasi, 2014GradasiWujuddanGerakSubstansi, http://bahauddin-amyasi.blogspot.com/2014/02/gradasi-
wujud-dan-gerak-substansi_23.html.