financing structure and bankruptcy risk in sharia
TRANSCRIPT
59
FMS Financial
Management
Studies
Financing structure and bankruptcy risk in sharia commercial banks in Indonesia
Ruri Anggoro1, Aimatul Yumna2
1,2 Universitas Negeri Padang, Padang, Indonesia
ARTICLE INFO ABSTRAK
Received 13 April 2021
Accepted 25 May 2021
Published 30 June 2021
The objective of examine the effect of the proportion level of profit-loss sharing
financing to murabahah financing to the Islamic bank insolvency risk. Insolvency
risk is measured by the Zscore method The samples of this study are 9 Islamic
banks that consistently published annual reports for OJK in the period 2011-2018.
The data was analyzed using multiple linear regression models. The result shows
that the proportion level of profit-loss sharing financing to the non-profit-loss
sharing financing has no significant influence on Islamic bank's insolvency risk.
Kata Kunci:
murabahah, bagi hasil, bank
syariah, pembiayaan
DOI:10.24036/jkmb.xxxxxxxx ABSTRACT
Keywords:
murabahah, profit loss sharing,
Islamic bank, financing
The objective of examine the effect of the proportion level of profit-loss
sharing financing to murabahah financing to the Islamic bank insolvency
risk. Insolvency risk is measured by Zscore method The samples of this
study are 9 Islamic banks that consistenly published annual reports for OJK
in the period 2011-2018. The data was analyzed using multiple linier
regression model. The result show that the proportion level of profit-loss
sharing financing to the non profit-loss sharing financing has no
significant influence on islamic bank’s insolvency risk.
How to cite: Anggoro, R & Yumna, A. (2021). Financing Structure And Bankruptcy Risk In Sharia Commercial Banks In Indonesia. Financial
Management Studies, Vol (No), xx-xx. DOI: https://doi. org/10.24036/fms.xxxxxxxx
This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2020 by author.
* Corresponding author: [email protected]
PENDAHULUAN
Perkembangan Bank Syariah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir jika dilihat dari
total pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Umum Syariah namun disisi lain karakter ekspansif bank-
bank syariah tersebut menimbulkan konsekuensi pembiayaan bermasalah (non performing finance atau
NPF) BUS di akhir tahun 2014 yang ikut meningkat. Kondisi NPF berada pada kisaran yang tidak stabil
ini, menuntut BUS harus memperhatikan kehati-hatian lebih (Rahmaniah dan Wibowo, 2015).
Jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh perbankan Islam dikemas dalam produk-produk yang
ada di dalam Bank Syariah, diantaranya yaitu pembiayaan dengan prinsip jual beli, bagi hasil, dan
Financial Management Studies Vol 1 (2) 2021: 59-71
Financial Management Studies
http://jkmk.ppj.unp.ac.id/index.php/fms
ISSN: xxxx-xxxx; e-ISSN: xxxx-xxxx
Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71
60
sewa. Berdasarkan UU BI Nomor. 21 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 25, Pembiayaan dengan prinsip jual beli
yaitu dalam bentukmurabahah. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yaitu dalam bentuk mudharabah
dan musyarakah (IJ Saputra, 2016). Dalam pembiayaan Bank Umum Syariah salah satunya diterapkan
sistem Profit Loss Sharing (PLS) atau bagi hasil yang terdiri dari pembiayaan Mudharabah dan
Musyarakah.Sistem pembiayaan bagi hasil merupakan cara pembagian profit dan kerugian perusahaan
yang dijalankan sehingga Bank Umum Syariah sangat transparan dalam melaporkan informasi
kinerjanya (Foza, 2016). Altaee et al (2013) mengatakan pembiayaan PLS yang disaluirkan Bank dapat
menimbulkan risiko karena risiko tidaak dibebankan kepada nasabah.
Produk keuangan Syariah yang paling populer adalah Murabahah yang memberikan kontribusi
hampir 70%-80% dari semua transaksi bank Syariah (Sinathrya et al, 2019). Murabahah adalah kontrak
berbasis penjualan di mana pembeli (peminjam) memberikan informasi yang diperlukan kepada bank
mengenai persyaratan pembeliannya. Bank kemudian membeli produk dan menjualnya kepada
pembeli dengan margin keuntungan. Risiko kredit timbul ketika pelanggan gagal untuk menghormati
kewajiban pembayaran pada saat pengiriman produk (Karim dan Archer, 2013). Pembiayaan
murabahah biasanya menimbulkan risiko yang terkait dengan risiko (1) barang, (2) nasabah dan (3)
sistim pembayaran (Rivai, 2008:152). Misal penolakan atau pembatalan pesanan, penundaan
pembayaraan dan lain-lain.
Sedangkan pembiayaan dengan skema PLS memiliki risiko yang cukup tinggi, pada
pembiayaan Mudharabah. profit usaha secara mudharabah dibagi sesuai kontrak yang telah disepakati,
namun jika mengalami kerugian ditanggung oleh pemodal, selama kerugian bukan karena kesalahan
pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka
pengelola usaha harus bertanggung jawab karena kerugian tersebut (Antonio, 2001). Ada pula risiko
mudharabah yang dikatakan Samsudin et al (2003) yang relatif tinggi yaitu: (1) Side streaming;
penyalahgunaan dana. (2) sengaja lali dan membuatn kesalahan. (3) moral hazard, nasabah tidak jujur
dan menyembunyikan keuntungan. (4) informasi pengelola yang didapat oleh bank sangat terbatas.
Ada hal-hal yang tidak diketahui oleh bank. Inilah yang disebut dengan asymmetric information.
Dalam teorinya, risiko pembiayaan bagi hasil lebih tinggi dari pembiayaan jual beli yang dapat
menjadi risiko pembiayaan yang kemudian dapat mempengaruhi risiko kebangkrutan. Dalam
penelitian lain pandangan risiko kredit berdasarkan pendapat oleh Khan dan Ahmad (2001), mereka
mengasumsikan bahwa para bankir menganggap memiliki risiko kredit yang lebih tinggi dalam
produk pembiayaan syariah dalam pembiayaan berbasis PLS atau bagi hasil.
Penelitian tentang risiko kebangkrutan dari Rajhi dan Hassairi (2013) menemukan bahwa
bagian pinjaman yang lebih tinggi dalam struktur aset berkontribusi meningkatkan kebangkrutan bank
di negara-negara MENA dan memiliki hubungan negatif dengan z-score, namun porsi pinjaman yang
tinggi menurunkuan tingkat insolvensi bank untuk bank-bank besar di negara Asia Tenggara, hasil
penelitianya juga mengatakan bahwa risiko kredit untuk bank syariah kecil di Indonesia.Altaee et al
(2013)dalam penelitianya mengatakan bahwa semua aspek ekonomi mikro (rasio keragaman
pendapatan, rasio biaya, dan total aset) memiliki dampak negatif terhadap z-score kecuali pinjaman
terhadap total aktiva yang berarti positif terhadap z-score. Abedifar et al (2013) Rahman (2010) dan
Khan et al (2013) juga menyatakan hal yang sama. Selanjutnya penelitian oleh Foza (2015) hasil
penelitianya mengatakan bahwa fee based income, cost inefficiency and loan asset ratio mempengaruhi
risiko kebangkrutan bank syariah secara posisitf dan signifikan, namun size tidak berpengaruh. Tapi
dalam kenyataanya risiko kebangkrutan yang dihadapi Bank Umum Syariah di Indonesia cukup
tinggi. Hal ini dapat diprediksi menggunakan metode Altman, yaitudengan melakukan perhitungan
nilai Zscore (Foza, 2015).
Penelitian terdahulu yang berfokus pada risiko yang dilakukan oleh Salman Syed Ali (2004)
mengatakan bahwa struktur pembiayaan seperti Jual Beli, dan Bagi Hasil maupun Sewa memiliki
hubungan dengan Risiko Liquiditas. Penelitian lain yang dilakukan oleh Titi et al (2019) Mengatakan
bahwa pembiayaan mudharabah dan musyarakah memiliki dampak terhadap tingkat risiko kredit.
Namun penelitian mengenai risiko kebangkrutan mungkin masih sedikit ditemui, oleh karenanya
Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71
61
penelitian ini tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang pengaruh struktur pembiayaan terhadap
risiko kebangkrutan.
KAJIAN LITERATUR
Kebangkrutan merupakan kegagalan operasi perusahaan menghasilkan laba. Kebangkrutan yang
dimaksudkan sebagai kegagalan perusahaan didefinisikan dalam beberapa pengertian yaitu
(F.Brigham et al., 2001) : (1) kegagalan ekonomi, (2) kegagalan keuangan. Kebangkrutan dapat
dianalisis dan diramalkan menggunakan persamaan diskriminan yang dikenal dengan Altman Z-Score
Altman Z-score
Analisis kebangkrutan altman Z-Score merupakan perhitungan yang dapat digunakan untuk
memprediksi tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan cara menghitung rasio keuangan yang
dikombinasikan dalam suatu persamaan diskriminan. Di negara-negara berkembang investasi pada
pasar obligasi sudah mulai berkembang dan meluas Agar penerbit obligasi dapat memperkirakan
kebangkrutan, maka Altman memodifikasi modelnya pada 1995. Altman memodifikasi model yaitu
variabel perputaran aset agar efek industri dapat di minimalisir (X5) yaitu mengeliminasinya yang
isinya rasio penjualan terhadap total aset. kemudian, pada rasio X4 Altman juga mengubah pembilang,
yaitu nilaipasar ekuitas diganti dengan nilai buku ekuitas, tdengan tujuan EM Z-score perusahaan
tidak go public juga dapat menggunakan model ini. pada tahun 2002 Altman juga memakai model ini
saat meneliti perusahaan non-manufaktur di Amerika Serikat untuk melihat tingkat kesehatan
perusahaan khususnya keuangan perusahaan. Model yang biasa dikenal dengan sebutan Altman’s
Emerging Market Z-Score model atau EM Z‟-Score (Haery, 2017) yaitu:
Z‟=6.56(X1) + 3.26(X2) + 6.72(X3) + 1.05(X4)
Dimana:
X1 : Working Capital to Total Assets
X2 : Retained Earning to Total assets
X3 : EBIT to Total Assets
X4 : Book Value of Equity to Total Liabilities
Dengan demikian akan diperoleh nilai Zscore, ketentuan yang berlaku adalah:
a. Jika Z < 1,88 maka termasuk dalam kategori perusahaan tidak sehat atau bangkrut.
b. Jika 1,88< Z < 2,99 maka termasuk kondisi kritis rawan atau grey area.
c. Jika Z > 2,99 maka termasuk perusahaan sehat.
Pembiayaan di Bank Syariah
pembiayaan merupakan pendanaan diberikan yang oleh lembaga keuangan kepada pihak lain
yaitu lebaga lain atau perorangan yang diwajibkan melunasi pembiayaan dalam jangka waktu yang
sudah disepakati dengan menyertakan imbalan ujrah atau bagi hasil. Terdapat beberapa jenis
pembiayaan di Bank Syariah, diantaranya yaitu pembiayaan dengan prinsip pembagian hasil &
pembiayaan dengan prinsip jual beli
Pembiayaan Bagi Hasil
Berdasarkan U BI No. 21 Tahun 2008 perbankan syariah, pembiayaan bagi hasil terdiri atas
pembiayaan Mudharabah dan pembiayaan Musyarakah. semua pembiayaan ini memiliki prinsip yang
hampir sama secara definisi yaitu menggunakan prinsip bagi hasil dari kerjasama oleh pihak bank
dengan nasabah (IJ Saputra, 2016). Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan menanamkan modal
oleh bank kepada nasabah yang menjadi pengelola dana untuk membuat usaha serta pembagian hasil
usaha ditentukan berdasar ketentuan atau porsi bagi hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.
Usahanya harus sesuai ketentuan syariah (Ikatan Bankir Indonesia, 2015). Sedangkan pembiayaan
Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71
62
Musyarakah adalah pemilik modal yang sepakat untuk menggabungkan dananya dalam usaha
tertentu, serta pembagian keuntungan di antara pemilik modal berdasarkan ketentuan yang telah
disepakati (Muhammad, 2005).
Pembiayaan Jual Beli
Berdasarkan pada Undang-Undang Bank Indonesia No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah, pembiayaan Jual Beli terdiri dari salah satunya yaitu pembiayaan murabahah.Produk
keuangan Syariah yang paling populer adalah Murabahah yang memberikan kontribusi hampir 70%-
80% dari semua transaksi bank Syariah (Sinathrya et al, 2019). Murabahah adalah kontrak berbasis
penjualan di mana pembeli (peminjam) memberikan informasi yang diperlukan kepada bank
mengenai persyaratan pembeliannya. Bank kemudian membeli produk dan menjualnya kepada
pembeli dengan margin keuntungan.
Pengaruh Pembiayaan Terhadap Risiko Kebangkrutan
Pembiayaan murabahah dan bagi hasil memiliki risiko yang berbeda. Risiko kredit dari
pembiayaan murabahah timbul ketika pelanggan gagal untuk menghormati kewajiban pembayaran
pada saat pengiriman produk (Karim dan Archer, 2013). Risiko pembiayaan murabahah yang sering
terjadi adalah risiko yang terkait dengan (1) barang, (2) nasabah dan (3) sistim pembayaran (Rivai,
2008:152). Misal penolakan atau pembatalan pesanan, penundaan pembayaraan dan lain-lain.
Sedangkan pembiayaan dengan skema PLS memiliki risiko yang cukup tinggi, pada
pembiayaan Mudharabah. profit usaha secara mudharabah dibagikan sesuai kontrak yang disepakati,
sedangkan jika rugi yang menaggung adalah pemilik modal, apabila kerugian bukan karena kelalaian
pengelola. Namun jika kerugian disebabkan kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka pengelola
harrus bertanggung jawab(Antonio, 2001). Ada pula risiko mudharabah yang dikatakan Samsudin dkk
(2003) yaitu sebagai berikut: (1) Side Streaming; penyalahgunaan dana oleh nasbah. (2) kelalaian dan
kesalahan yang disengaja.(3) moral hazard, nasabah menyembunyikan keuntungan dan tidak jujur. (4)
informasi yang diperolah bank terbatas karena perusahaan dikendalikan oleh pengelola. Inilah yang
disebut dengan asymmetric information.
Dalam terorinya pembiayaan bagi hasil juga memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pembiayaan jual beli dan berpotensi meningkatkan risiko kredit, likuiditas dan kebangkrutan
yang dialami perbankan(Khan dan Ahmad,2001). Sehingga ketika perbankan meningkatkan
pembiayaan bagi hasilnya, maka risiko kebangkrutan yang dialaminya juga akan meningkat. Sehingga
penelitian inimenyusun hipotesa bahwa penggunaan proporsi bagi hasil yang lebih tinggi
dibandingkan jual beli di perbankan syariah berpengaruh terhadap peningkatan risiko kebangkrutan.
H1 : Peningkatan proporsi pembiayaan dengan prinsip bagi hasil terhadap pembiayaan
dengan prinsip jual beli berpengaruh signifikan terhadap peningkatan risiko kebangkrutan
METODE
Risiko Kebangkrutan
(z score) (Y)
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑔𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑖
(X1)
- Total pembiayaan
- Persentase nilai NPF
- Total Aset
(Variabel kontrol)
H1
Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71
63
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausatif karena bertujuan untuk menguji variabel yang
berpengaruh terhadap variabel dependen (hubungan kausalitas). Penelitian ini dilakukan untuk
menguji pengaruh profitabilitas, leverage dan kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial. Penelitian kausatif merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah
berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih (Indriantoro & Supomo, 2002).
Data
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian
ini adalah perusahaan yang terindeks dalam indeks SRI-KEHATI yang terdafatar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dari tahun 2014 sampai 2018. Dalam penelitian ini jumlah popolasi sebanyak 25
perusahaan.
Perusahan yang termasuk pada indeks SRI-KEHATI, perusahaan yang termasuk selama 7
tahun berturut-turur selama rentang waktu 2012-2018 terdapat 15 perusahaan yang terdaftar di indeks
SRI-KEHATI termasuk sampel dalam penelitian ini.
Defenisi Operasional dan pengukuran variabel
Variabel terikat(Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab social. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan CSR pada Laporan Tahunan perusahaan. Kategori
pengungkapan sosial yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi Global Report Initiative (GRI)
versi standard yang telah disesuaikan dengan pelaksanaan CSR di Indonesia.
CSRDI = ∑𝑛𝑗
∑𝑋𝑖𝑗
Profitabilitas(X1)
Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit dalam
upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Pada profitabilitas mengunakan rasio Return On Asset
(ROA).ROA merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari asset
yang tersedia(Subramanyam.2010). Berikut rumus dari ROA
ROA = Laba Bersih Setelah Pajak
Total Asset
Leverage(X2)
Menurut Subramanyam (2010) Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan
tergantung pada kreditur dalam membiayai asset perusahaan. Skala pengukuran untuk leverage
adalah rasio. Leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio hutang terhadap modal
sendiri. Pada levarage mengunakan rasio debt to equity rasio(DER).Berikut rumus DER
DER = Total Hutang
Total ekuitas
Kepemilikan Manajerial(X3)
Kepemilikan manajerial menunjukan komposisi dari pemegang saham dalam dewan direksi,
Kepemilikan ini akan mencerminkan struktur kepemilikan modal dan harus memegang peranan
dalam penetapan jumlah pengeluaran CSR.Kepemilikan Manajerial. Kepemilikan manajerial juga
dapat di artikan denganjumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham
perusahaan yang dikelola. Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial diukur dengan
persentase jumlah lembar saham yang dimiliki oleh pihak manajemen (Dewi, 2008).
Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71
64
Variabel Kontrol Ukuran perusahaan(Z1)
Ukuran perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan
sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan besar
akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan
besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Secara teoritis
perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan
pertanggungjawaban sosial. Variabel ukuran perusahaan dapat di ukur mengunakan Ln total asset
(Riantani, 2015).
Variabel Kontrol Umur perusahaan(Z2)
Umur perusahaan mengambarkan berapa perusahaan tersebut telah berdiri. Umur perusahaan umur
perusahaan diperkirakan memiliki hubungan positif dengan kualitas ungkapan sukarela. Alasan yang
mendasari adalah bahwa perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman lebih banyak
dalam mempublikasikan pengungkapan informasi sosial, sehingga terdapat pengaruh positif antara
umur perusahaan dengan kelengkapan pengungkapan tanggung jawab sosial perusaan (Nasir, 2013).
Teknik Analisis Data
Analisis ini untuk meneliti besarnya pengaruh dari variabel dependen (Y) yaitu Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial di pengaruhi oleh variable independen (X) profitabilitas, leverage dan
kepemilikan manajerial. Adapun rumusnya adalah:
CSR= a + β1PRO1 + β2LEV2 + β3KM3 + e
Keterangan:
CSR = Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
A = Konstanta
β1, β2, β3, = Koefisien regresi
PRO = Profitabilitas
LEV = Leverage
KM = Kepemilikan Manajerial
e = error
HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran nilai minimun, maximum, rata-rata
(mean), dan simpangan baku (standart deviasi) dari masing-masing variabel penelitian yaitu adalah
Risiko kebangkrutan (Z-Score), Proporsi pebiayaan bagi hasil terhadap jual beli serta variabel kontrol
yaitu total pembiayaan, persentase NPF, dan Total Asset yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan
periode 2011-2018. Hasil deskriptif dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Statistik Deskriptif dari Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Proporsi Pembiayaan
(X1)
72 ,09 11,98 1,3151 2,03436
Risiko Kebangkrutan
(Y)
72 3,81 21,29 5,6161 2,10600
LnTotal Pembiayan 72 26,09 31,85 29,5548 1,39082
Persentase NPF 72 ,00 ,05 ,0247 ,01567
LnTotal Aset 72 27,19 32,22 29,9114 1,34495
Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71
65
Valid N (listwise) 72
Sumber : Hasil Olahan SPSS
Berdasarkan tabel 1, pada variabel (X1) TingkatProporsi Pembiayaan Bagi Hasil terhadap Jual
diketahui bahwa mean sebesar 1,3151 kali yang artinya rata-rata pembiayaan yang disalurkan dalam
skema Bagi Hasil lebih tinggi proporsinya terhadap pembiayaan jual beli . kemudian (Y) Nilai Risiko
Kebangkrutan (Z-score) diketahui mean sebesar 5,61 yang artinya Bank Umum Syariah secara rata-rata
terhindar dari risiko kebangkrutan karena nilainya berada > 2,99. sementara dari variabel kontrol Total
pembiayaan dengan Ln mean sebesar 29,5548. Persentase NPF dengan mean sebesar 2,47% artinya
masih dalam kondisi aman dari nilai rata-rata kredit macet yang diketahui.
Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas yaitu mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati
distribusi normal. Secara rinci hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 2. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 63
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,79480747
Most Extremes Differences
Absolute ,110
Positive ,110
Negative -,057
Kolmogorov-Smirnov Z ,873
Asymp. Sig. (2-tailed) ,431
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Olahan SPSS
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,873 dengan
signifikansi 0,431. Dari hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa data yang digunakan dalam
penelitian ini sudah terdistribusi normal karena nilai signifikansi dari uji normal untuk model ini lebih
besar dari 0,05 (0,431 > 0,05)
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk membuktikan atau menguji apakah pada tabel regresi linear
berganda ditemukan adanya hubungan linear atau korelasi antar satu variabel independen dengan
variabelindependen lainnya. Hasil uji multikolinearitas dapat diketahui pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71
66
Model Unstandardized
Coefficients
Standardi
zed
Coefficien
ts
T Sig. Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Toleran
ce
VIF
(Constant) 5,480 ,230 23,803 ,000
Proporsi_X1 ,231 ,217 ,131 1,063 ,292 ,994 1,006
LnNPF -14,538 6,320 -,284 -2,300 ,025 ,994 1,006
a. Dependent Variable: Y
Sumber : Hasil Olahan SPSS
Hasil pengolahan data yang disajikan alam Table 3 memperlihatkan bahwa variabel memliki nilai
tolerance lebih dari 0,10 dan VIF kurang dari 10, dan dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas
tidak ada multikolonieritas pada penelitiian ini..variabel Persentase NPF menjadi perwakilan variabel
prediktor pada variabel kontrol.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan varians residual dalam
model regresi dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam regresi, asumsi yang harus
di penuhi adalah bahwa varians residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tidak terdapat
pola tertentu. Gambar 1 menyajikan grafik scatterplot yang memperlihatkan apakah terdapat
heteroskedastisitas pada model regresi ini.
Gambar 3.Scatterplot Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar 3 terlihat bahwa titik-titik scatterplot menyebar secara acak dan tidak
membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedatisitas pada
model regresi.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujian untuk menunjukan ada atu tidaknya suatu korelasi antar resdiual pada
priode t dengan residual pada periode sebelumnya yakni (t-1) dalam model regresi.
Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71
67
Tabel 4. Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,136a ,018 ,004 2,10130 1,800
a. Predictors: (Constant), Proporsi pembiayaan (X1)
b. Dependent Variable: Y
Sumber : Hasil Olahan SPSS
Setelah dilakukan uji durbin-watson ditemukan bahwa nilainya yaitu 1,800, peneliti menggunakan
nilai signifikansi 5%, sampel yang digunakan sebanyak 72(n), dan variabel independen 1 (k=1), maka
dalam tabel Durbin-Watson akan diperoleh nilai dU sebesar 1,6457, dL sebesar 1,5895, 4-dL sebesar
2,4105 dan 4-dU sebesar 2,3543. Sehingga seseuai ketentuan dU<DW<4-dU atau1,6457 <1,800< 2,3543
maka dapat disimpulkan tidak terdapat nilai Autokorelasi.
Uji Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda adalah menganalisa hubungan antara satu variabel terkait dengan dua atau
lebih variabelbebas. Pada Tabel 5 merupakan hasil olahan regresi berganda.
Tabel 5. Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardize
d Coefficients
Standardized
Coefficients
T hitung Sig.
B Std.
Error
Beta
(Constant) 16,832 2,001 8,414 ,000
Proporsi pembiayaan
(X1) ,082 ,177 ,047 ,462 ,646
Total Pembiayaan 1,965 ,556 3,450 3,538 ,001
Persentase NPF -9,195 5,303 -,179 -1,734 ,088
Total Aset -2,320 ,577 -3,913 -4,019 ,000
a. Dependent Variable: Y
Sumber : Hasil Olahan SPSS 25
Berdasarkan hasil yang terdapat pada Tabel 5, maka dapat dirumuskan persamaan sebagai berikut:
Y = 16,832+ 0,082X + 1,965TP + (-9,195)NPF +( -2,320)TA + e
Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)
Analisis koefesien determinasi yang dilakukan unutk menganalisis seberapa besar nilai persentase
kontribusi variabel bebas dengan variabel terikat. dari hasil yang dihitung nilai koefesien determinasi
sebagai berikut :
Tabel 6. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 ,657a ,431 ,392 ,62358
a. Predictors: (Constant), LnTA, Proporsi_X1, LnNPF, LnTP
Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71
68
b. Dependent Variable: Y
Sumber : Hasil Olahan SPSS 25
Nilai koefesien determinasi adalah sebesar 0,392, hal itu berarti bahwa variasi perubahan Y
dipengaruhi oleh perubahan Proprorsi pembiayaan Bagi hasil (X1), variabel kontrol Total Pembiayaan,
Persentase NPF, dan Total Aset terhadap Nilai Risiko Kebangkrutan (Y) pada Bank Umum Syariah
yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dari tahun 2011-2018 sebesar 39,2%, sedangkan sisanya
sebesar 60,8% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini.
Uji Parsial (Uji t)
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas dengan variabel
terikat secara parsial. Hasil Uji t dapat dilihat pada tabel 8 berikut:
Tabel 8. Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardize
d Coefficients
Standardized
Coefficients
T hitung Sig.
B Std.
Error
Beta
(Constant) 16,832 2,001 8,414 ,000
Proporsi pembiayaan
(X1) ,082 ,177 ,047 ,462 ,646
Total Pembiayaan 1,965 ,556 3,450 3,538 ,001
Persentase NPF -9,195 5,303 -,179 -1,734 ,088
Total Aset -2,320 ,577 -3,913 -4,019 ,000
a. Dependent Variable: Y
Sumber : Hasil Olahan SPSS 25
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS seperti terlihat pada
Tabel 8 diatas, variabel Proporsi pembiayaan bagi hasil memiliki nilaithitung sebesar 0,462 dan nilai
signuifikansi sebesar 0,646. Standar pengambilan keputusan hipotesis diterima atau ditolak
berdasarkan pada besarnya nilai signifikansiu. Jika signifikansi lebih kecil atau sama dengan 0,05 (≤
0,05) maka hipotesis diterima. Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar0,462 > 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis (H1) yang berbunyi “Peningkatan proporsi pembiayaan dengan
prinsip bagi hasil terhadap jual beli berpengaruh signifikan terhadap peningkatan nilai risiko
kebangkrutan”, ditolak.
Selanjutnya untuk variabel kontrol Total Pembiayaan, Persentase NPF, dan Total aset yang
diuji didapati hasil bahwa variabel kontrol Total Pembiayaan berpengaruh positif dengan nilai
koefisien regresi 1,965. Untuk variabel kontrol Persentase NPF dan Total Aset berpengaruh negatif
dengan nilai koefisien regresi masing-masing sebesar -9,195 dan -2,320.
Variabel Total Pembiayaan bernilai positif mengimplikasikan bahwa perbankan dengan
semakin besar total pembiayaan akan meningkatkan nilai Z-score yang artinya adalah dapat
menghindarkan perbankan dari risiko kebangkrutan.Variabel Persentase NPF bernilai negatif
mengimplikasikan bahwa peningkatan nilai NPF dapat menurunkan nilai Z-score dan meningkatkan
risiko kebangkrutan bank.Variabel Total Aset juga bernilai negatif mengimplikasikan bahwa
peningkatan Total Aset dapat menurunkan nilai Z-score dan meningkatkan risiko kebangkrutan bank.
Pengaruh Tingkat Proporsi pembiayaan bagi hasil terhadap Risiko Kebagkrutan
Berdasarkan uji statistik dengan SPSSmenunjukkan bahwa variabel Proporsi Pembiayaan (X1)
secara parsial tidak berpengaruh pada Risiko kebangrkutan, hal ini ditunjukkan dengan nilai
probabilitas lebih besar dari 0,05 (0,646> 0,05) dengan hasil thitung positif dan diperkuat dengan
Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71
69
thitung< ttabelatau 0,462<1,999962. Pembiayaan Bagi hasil atau Profit loss sharing yaitu prinsip membagi
profit antara pihak bank dengan nasabah, sistem bagi hasil akan ditetapkan di akhir setelah nasabah
melakukan sebuah usaha untuk memperoleh keuntungan dengan ketentuan yang telah disepakati
sebelumnya (Slamet riyadi, 2014). Ada pula risiko yang terdapat dalam pembiayaan bagi hasilmenurut
Samsudin dkk (2003) relatif tinggi yaitu sebagai berikut: (1) Side streaming; penyalahgunaan dana oleh
nasabah, (2) kelalaian dan kesalahan yang secara sengaja, (3) moral hazard, keuntungan yang
disembunyikan oleh nasabah karena tidak jujur, dan (4) Ketika dana dikelola oleh pengelola, informasi
yang didapat oleh bank mengenai usaha sangat terbatas yang disebut asymmetric information.
Dalam teorinya pembiayaan bagi hasil memiliki risiko yang lebih besardari pembiayaan dengan
prinsip jual beli sehingga enjadi risiko pembiayaan (AA Rahman, 2012) yang kemudian dapat
mempengaruhi risiko kebangkrutan, lalu Khan dan Ahmad (2001), juga mengasumsikan bahwa para
bankir menganggap memiliki risiko kredit yang lebih tinggi dalam produk pembiayaan syariah dalam
pembiayaan berbasis PLS atau bagi hasil. Penelitian terdahulu oleh Rihab Grassa (2012) yang meneliti
pendapatan dari produk PLS dan dikaitkan dengan risiko insolvensi (kebangkrutan) yang lebih tinggi.
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya tersebut dan berarti bahwa Proporsi
Pembiayaan dengan prinsip Bagi Hasil tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Risiko
Kebangkrutan perbankan yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maka hipotesis (H1) ditolak,
artinya kondisi Pembiayaan Bagi hasil yang lebih besar dalam satu periode tidak secara langsung
memberikan pengaruh terhadap risiko kebangkrutan pada periode yang sama. Dalam penelitian ini,
risiko kebangkrutan lebih dapat dijelaskan oleh variabel kontrol, yaitu total pembiayaan, non-
performing financing (NPF) dan total asset. Semakin tinggi pembiayaan yang diberikan, dan semakin
tinggi nilai pembiayaan macet (NPF), dan semakin besar asset perusahaan akan meningkatkan risiko
pembiayaan. Selain itu berdasarkan nilai NPF Bank Syariah, nilai pembiayaan macet lebih besar terjadi
pada pembiayaan murabahah dibandingkan pembiayaan bagi hasil. Sehingga penelitian ini dapat
menyimpulkan bahwa meningkatnya proporsi pembiayaan bagi hasil dibandingkan pembiayaan
murabahah tidak mempengaruhi peningkatan risiko kebangkrutan di Bank Syariah pada periode 2011-
2018.
KESIMPULAN
Penelitian ini melihat pengaruh Tingkat Proporsi pembiayaan bagi hasil terhadap jual beli dengan Nilai
Risiko Kebangkrutan Bank Umum Syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode 2011-2018.
Penelitian ini menemukan bahwa Variabel proporsi pembiayaan bagihasil terhadap permbiayaan
jualbeli tidak berpengaruh dengan variabel risiko kebangkrutan pada Bank Umum Syariah yang
terdaftar di OJK tahun 2011-2018. Kondisi ini menunjukan bahwameningkatnya proporsi pembiayaan
bagi hasil terhadap pembiayaan jual beli tidak memberikan pengaruh terhadap risiko kebangkrutan
pada periode yang sama.
Dalam penelitian ini, risiko kebangkrutan lebih dapat dijelaskan oleh variabel kontrol, yaitu
total pembiayaan, non-performing financing (NPF) dan total asset. Semakin tinggi pembiayaan yang
disalurkan berpengaruh positif terhadap nilai Z-score dengan kata lain dapat menghindarkan dari
risiko kebangkrutan, sedangakan semakin tinggi nilai pembiayaan macet (NPF), dan semakin besar
asset perusahaan hasilnya berpengaruh negatif terhadap nilai Z-score dengan kata lain dapat
meningkatkan risiko kebangkrutan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan agar Bagi perbankan syariah dapat meningkatkan
pembiayaan dengan skema bagi hasil yang dinilai dapat lebih baik untuk mencapai tujuan
kemaslahatan syariah. Dimana selama ini pembiayaan bagi hasil yang lebih cenderung dihindari
karena dianggap memiliki risiko yang lebih tinggi. Namun hasil penelitian menyebutkan bahwa
meningkatnya proporsi pembiayaan bagi hasil tidak berpengaruh pada nilai risiko kebangkrutan, jadi
untuk selanjutnya diharapkan agar Bank Syariah lebih berkontribusi bagi pengembangan sektor riil
dan ekonomi masyarakat, sebaiknya lebih banyak menggunakan skema bagi hasil.
Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71
70
REFERENSI
Abrori, Hilman. 2015. “Analisis Perbandingan Risiko Kebangkrutan pada Bank Syariah Devisa dan Non Devisa
dengan menggunakan metode Altman Z-Score periode 2010-2012”. Skripsi. Semarang: Ekonomi Islam UIN
Walisongo
Abusarbeh, Muhammad T .2014. “Credit Risk and Profitability of Islamic Bank : Evidence from Indonesia”. Dalam
World Review of Business Reseach Vol 4 No 3 Issue Pp. 136 –147
Afandi, Muhammad Yazid. 2009. “Fiqh Muamalah”. Yogyakarta: Logung Pustaka
Al Kautsar, Sinathrya et al. 2019. “Pengaruh Konversi Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah Terhadap Risiko
Kebangkrutan Studi Kasus Pada Bank Aceh” dalam e-journal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 8.6
Ali, Salman Syed. 2004. ”Islamic Modes Of Finance and Associated Liquidity Risks”. Dalam Conference on monetary
sector in Iran: Structure, Performance & Challenging Issues
Almilia dan Herdiningtyas. 2005. “Analisis Rasio CAMEL terhadap prediksi kondisi bermaslah pada lembaga
perbankan periode 2000-2002” dalam jurnal Akuntansi dan keuangan, Vol. 7. November
Antonio, muhammad Syafi’i. 2001. “Bank Syariah Dari Teori ke Praktik”. Gema Insani Press. Jakarta.
Archer, S., & Karim, R.A.A. 2013. “Islamic Finance-The New Regulatory Challenge (2nd Edition)”. Singapore: John
Wiley & Sons.
Arifin, Zainul. 2003. “Dasar-Dasar Manjemen Bank Syariah”. Jakarta: Alvabet
Ascarya. 2008. ”Akad& Produk Bank Syariah”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Ascarya. 2011. ”Akad& Produk Bank Syariah”. Cetakan ketiga Jakarta: Rajawali pers
Brigham, Eugene dan Joel F. Houston. 2001. “Manajemen Keuangan”. Edisi kedelapan buku 2. Jakarta: Erlangga
Djamil, F. 2012. “Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah”. Sinar Grafika
Ferdinand, Augusty. 2014. “Metode Penelitian Manajemen” BP Universitas Diponegoro. Semarang
Hak, Nurul. 2011. “Ekonomi Islam Hukum Bisnis Syariah”. Yogyakarta: Teras
Hakim, Lukman. 2012. “Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam” Yogyakarta: Erlangga, hlm.116-117
Hasanatina, Foza Hadyu & Wisnu mawardi. 2016. “Analisis Risiko Kebangkrutan Bank Syariah dengan Metode
Zscore (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2008-2014) dalam Diponegoro Journal of
Management 5 (hlm. 269-278)
Hery. 2017. “Kajian Riset Akuntansi: Mengulas Berbagai Hasil Penelitian Terkini Dalam Bidang Akuntansi dan
Keuangan”. Jakarta: Grasindo.
Hulwati. 2009. “Ekonomi Islam Teori dan Praktiknya dalam Perdagangan Obligasi Syari‟ah di Pasar Modal
Indonesia dan Malaysia”. Jakarta: Ciputat Press Group, hlm. 76
Ikatan Bankir Indonesia. 2015. “Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Ilmi SM, Makhalul. 2002. “Teori dan Praktik Mikro Keuangan Syariah”. Yogyakarta: UII Press
Jayadi, Abdullah. 2011. “Beberapa Aspek Tentang Perbankan Syariah”. Yogyakarta: Mitra Pustaka
Kabir, Nurul., Worthington & Gupta, R. 2015. “Comparative Credit Risk in Islamic and Conventional Banks”
dalam Pasific-Basin finance Journal, vol. 34
Khan, Thariqullah dan Ahmad, Habib. 2001. “Risk Management: An Analysis of Issues in islamic Financial
Industry. Jeddah : Occasional Paper
Mahmudah. 2014. “Strategi Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakahpada KSU BMT UMJ” Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah
Mastuti, Firda, Muhammad Saifi, dan Devi Farah Azizah. 2013. “Altman Z-score sebagai salah satu metode dalam
menganalisis estimasi kebangkrutan pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di BEI periode
2010-2012. Dalam Jurnal Administrasi Bisnis
Minati, Agnes Anggun dkk. 2016. “Analisis Perbandingan Prediksi Kebangkrutan Bank Syariah dan Bank
Konvensional menggunakan Altman’s EM Z-score model” dalam Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Vol. 11
Muhammad. 2005. “Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah” Yogyakarta: UII Press, Hlm. 94
Oktarina, Eka. 2017. “Analisis Prediksi Kebangkrutan dengan Metode Altman Z-score pada PT. BRI Syariah.
Dalam Tugas Akhir FEB UIN Raden Fatah Palembang
Anggoro, R & Yumna, A./ Financial Management Studies Vol 1 (2), 2021, 59-71
71
Rahmaniah, Melan & Hendro wibowo. 2015. ”Analisis potensi terjadinya financial distress pada bank umum syariah
(BUS) di Indonesia” dalam Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah
Rajhi, W. dan Hassairi. 2013. “Islamic Banks and Financial Stability: A Comparative Empirical Analysis Between
Mena and Southeast Asian Countries”. Region Developpment vol. 37.
Samsudin, dkk, 2003, Paper Manajemen Risiko, Universitas Indonesia
Saputra, Dheni Mahardika dkk. 2015. “Analisis Risiko Pembiayaan Musyarakah Terhadap Pengembalian
Pembiayaan Nasabah (Studi Pada PT. BPR. Syariah Bumi Rinjani Probolinggo) dalam Jurnal Administrasi
Bisnis Volume 2
Saputra, Ismail Joyo. 2016. ”Penerapan Prinsip 5C pada produk pembiayaan ijarah di BPRS PNM Binama
Semarang dalam tesis UIN Walisongo
Sarasati, Annisa Galih (2017) “Perbandingan analisis kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (Studi kasus pada perusahaan sub sektor farmasi. Skripsi thesis, FE UMB
Soemitra, Andri. 2017. “Bank & Lembaga Keuangan Syariah”. Jakarta: Prenada Media
Statistik Perbankan Syariah
Urfawati. 2015. “Penerapan Metode Z-Score Altman dalam mengukur peluang kebangkrutan pada perusahaan
yang tergabung dalam indeks saham syariah di BEI periode 2011-2013
Wangsawidjaja. 2012. “Pembiayaan Bank Syariah”. Jakarta: Gramedia
Warninda, Titi Dewi dkk. 2019. “Do Mudharabah and Musharakah Financing impact Islamic Bank credit risk
differently?” dalam Research in International Business and Finance, Vol. 49