fitokimia - spada.uns.ac.id · standarisasi 1. ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh...
TRANSCRIPT
FITOKIMIA
Anif Nur Artanti, M.Sc.,Apt
STANDARISASI 1
Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif
dari simplisia nabati/hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut
diuapkan dan massa serbuk yang tersisa dilakukan sedemikian hingga memenuhi baku
yang telah ditetapkan.
PENGERTIAN EKSTRAK
Ekstrak Cair merupakan sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai
pelarut / pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi tiap ml
ekstrak mengandung senyawa aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat.
Faktor biologi : identitas jenis, lokasi tumbuhan asal, periode
pemanenan, penyimpanan bahan tumbuhan, umur tumbuhan,
bagian yang digunakan
Faktor kimia
Faktor internal: jenis senyawa aktif, komposisi
kualitatif, komposisi kuantitatif, kadar total rata-rata
senyawa aktif
Faktor eksternal: metode ekstraksi, perbandingan ukuran
alat ekstraksi, ukuran, kekerasan dan kekeringan bahan,
pelarut, cemaran
MUTU EKSTRAK
PENTINGNYA
STANDARISASI KEUNTUNGAN
1. Karena prosesnya terstandar, maka hasil yang diperoleh ajek dengan kandungan kimia
yang sama untuk beberapa kali proses
2. Lebih cepat, karena pembuatannya dicampur sehingga hanya diperlukan satu kali proses
3. Alat yang dibutuhkan lebih sedikit karena hanya satu kali proses
KERUGIAN1. Lama
2. Mahal
3. Sulit dilakukan
Senyawa kimia dalam ekstrak ditinjau dari asalnya:
Senyawa kandungan asli dari tumbuhan asal
Senyawa hasil perubahan dari senyawa asli (tidak stabil)
Senyawa kontaminasi, baik sebagai polutan atau aditif proses
(polusi dari sisa atau residu)
Senyawa hasil interaksi antara senyawa kontaminasi dengan
senyawa asli atau senyawa perubahan
SENYAWA KIMIA
Parameter Non Spesifik
Parameter Spesifik
KONTROL KUALITAS
PARAMETER NON-SPESIFIK
1. SUSUT PENGERINGAN
2. BOBOT JENIS
3. KADAR AIR
4. KADAR ABU
5. SISA PELARUT
6. RESIDU PESTISIDA
7. CEMARAN LOGAM BERAT
8. CEMARAN MIKROBA
PARAMETER SPESIFIK
1. IDENTITAS
2. ORGANOLEPTIK
3. SENYAWA TERLARUT DALAM
PELARUT TERTENTU
4. UJI KANDUNGAN KIMIA EKSTRAK
5. KADAR TOTAL GOLONGAN
KANDUNGAN KIMIA
6. KANDUNGAN KIMIA TERTENTU
1. Susut Pengeringan
Prinsip : pengukuran sisa zat setelah pengeringan
pada temperatur 105ºC selama 30 menit atau
sampai berat konstan, yang dinyatakan dalam
nilai prosen
Tujuan : memberi batas max. Tentang besarnya
senyawa yang hilang pada proses
pengeringan
Nilai : maksimal rentang, terkait kemurnian dan
kontaminasi
105°C 30 menit + 1-2 g ekstrak
5-10 mm
Oven 105°C
hingga bobot tetap
Pendinginan
dalam eksikator
Bobot tetap: selisih 2 kali
penimbangan tidak lebih
dari 0.25%
Parameter Susut Pengeringan
2. Bobot Jenis
Prinsip : masa persatuan volume pada suhu kamar
tertentu (25ºC) yang ditentukan dengan
piknometer
Tujuan : memberi batas besarnya masa per satuan
volume (parameter khusus ekstrak cair s/d
kental yang dapat dituang)
Nilai : maksimal rentang, terkait kemurnian dan
kontaminasi
Parameter Bobot Jenis
Piknometer
Piknometer + air 25° C
Bobot air 25° C
Piknometer +
ekstrak cair 20° C
Piknometer +
ekstrak cair 25° C
Buang kelebihan
ekstrak cair
Timbang piknometer +
ekstrak cair
Bobot ekstrak cair-bobot
piknometer
Bobot ekstrak cair 25°C
Bobot ekstrak cair 25°C
Bobot air 25°C
Berat jenis ekstrak cair
3. Kadar Air
Prinsip : pengukuran kandungan air yang berada dalam
bahan dilakukan dengan cara tepat (titrasi,
destilasi dan gravimetri)
Tujuan : memberi batas max. Kandungan air dalam
bahan
Nilai : maksimal rentang, terkait kemurnian dan
kontaminasi
Parameter Kadar Air
Cara Gravimetri
Loss on Drying = Susut pengeringan
a. Metode Gravimetri10 gram ektrak → timbang dalam wadah → keringkan
suhu 105ºC selama 5 jam → timbang → lanjutkan
pengeringan → timbang setelah 1 jam (hingga selisih <
0,25%)
b. Metode Karl Fischer
Larutkan 63 gram iodium P dalam 100 ml piridina →
dinginkan dalam air es → alirkan belerang dioksida P
hingga 32,3 g → tambah metanol mutlak P hingga 500
ml, biarkan selama 24 jam.
Parameter Kadar Air
Cara Titrasi
Pereaksi Karl Fischer
Reaksi Bunsen:
Volumetrik: titran ditambahkan langsung ke sampel melalui buret
Coulometrik: titran diaktifkan secara elektrokimia dalam sel titrasi
Penentuan jumlah sampel untuk Metode Karl-Fischer
Parameter Kadar Air
Cara Destilasi
Destilasi Toluen
3. Kadar Abu
Prinsip : Bahan dipanaskan pada temperatur dimana
senyawa organik dan turunannya terdestruksi
dan menguap, sehingga tinggal unsur mineral
dan anorganik
Tujuan : memberi gambaran kandungan mineral
internal dan eksternal
Nilai : maksimal rentang, terkait kemurnian dan
kontaminasi
Penetapan Kadar Abu
▪ 2-3 g ekstrak → ditimbang → masukkan ke krus
silikat yang telah dipijarkan dan diratakan → pijarkan
hingga arang habis → dinginkan → timbang → jika
cara ini arang tidak dihilangkan → tambah air panas
→ saring dengan saring bebas abu → pijarkan sisa
kertas dan kertas saring dalam krus yang sama →
masukkan filtrat dalam krus → uapkan → pijarkan
hingga bobot tetap → timbang → hitung kadar abu
terhadap bahan yang dikeringkan di udara.
Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut Dalam Asam
▪ Abu yang diperoleh dari penetapan kadar
abu → didihkan dengan 25 ml H2SO4
encer selama 5 menit → kumpulkan
bagian yang tak larut dalam asam →
saring → cuci air panas → pijarkan
hingga bobot tetap → timbang
Parameter Kadar Abu
Penetapan Kadar Abu
Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut Dalam Asam
Parameter Sisa Pelarut
Cara Destilasi (Kadar Etanol)
Ekstrak yang banyak
mengandung minyak
menguap
+ Air ad
vol awal
destilat
+NaCl
+Heksan
Parameter Sisa Pelarut
Cara Kromatografi Gas
O
Parameter Sisa Pestisida
a. Ekstrak polar dan tanpa kandungan kimia dengan unsur N:
analisis semikuantitatif dengan KLT atau KG
b. Ekstrak semi polar dan tanpa kandungan kimia dengan unsur N:
analisis semikuantitatif dengan KLT atau KG
c. Ekstrak non polar atau mengandung senyawa N:
Pembersihan awal
Eluat 6% : dietileter : PE = 6 : 94, v/v : aldrin,
BHC, DDE, o,p‘- dan DDT, heptaklor, heptaklor
epoksida,lindan, metoksiklor, mireks dan etilin, etion
dan ronnel
Eluat 15%: dietileter : PE = 15 : 85, v/v : dieldrin dan
endrin, diazinon, metilparation, paration
Eluat 50%:dietileter : PE = 50 : 50, v/v : malation
Ekstrak +
asetonitril/asetonitril + air
Asetonitril/
air
Petroleum eter
Kolom Florisil®
+ NaCl+ Na2SO4
Fraksi P.E
Pemekat
Kuderna-
Danish
Kromatografi GasKromatografi
Lapis Tipis
Pemekatan ad
5 ml
Parameter Residu Pestisida
Cara Kromatografi Gas
Mixed pesticide standard (1 ng each) by HRGC using column effluent splitting to ECD
and NPD: 1, simazine; 2, lindane; 3, pirimicarb,; 4, bromacil; 5, aldrin; 6, triadimefon;
7, parathion ethyl; 8, penconazole; 9, endosulfan-a; 10, dieldrin; 11, endosulfan-b; 12,
carbophenothion; 13, p,p-DDT; 14, dicofol; 15, permethrin; 16, cyfluthrin; 17,
cypermethrin; 18, fenvalerate; 19, fluvalinate; and 20, deltamethrin.
Parameter Residu Pestisida
Cara Kromatografi Gas
Electron capture detector gas chromatogram of an extract of a marine
sediment containing 29 µg/kg total DDT + metabolites and 2 µg/kg dieldrin.
I.S = internal standard.
Parameter Cemaran Logam Berat
As3+ Bi3+ Hg2+ Cd2+ Sn2+ Sn4+ Sb3+ Pb2+ Cu2+
Hg2+(aq) + H2S(aq) <==> HgS(s) + 2H+
(aq)
[HgCl4]2-
(aq) + H2S(aq) <==> HgS(s) + 2H+(aq) + 4Cl-(aq)
Cd2+(aq) + H2S(aq) <==> CdS(s) + 2H+
(aq)
Cd2+(aq) + HS - (aq) <==> CdS(s) + H+
(aq)
Cd2+(aq) + S2-
(aq) <==> CdS(s)
2As3+(aq) + 3H2S(aq) <==> As2S3(s) + 6H+
(aq)
Parameter Cemaran Logam Berat
Metode I:
Untuk zat yang pada kondisi penetapan memberikan larutan jernih dan tidak berwarna
dengan penambahan ion sulfida
Metode III:
Untuk zat yang dengan metode I tidak menghasilkan larutan jernih dan tidak berwarna,
atau adanya gangguan pengendapan logam oleh ion sulfida
Metode II:
Untuk zat yang pada kondisi penetapan memberikan larutan jernih dan tidak berwarna
dengan penambahan tioasetamida
Metode IV:
Untuk zat yang dengan metode I dan III tidak dapat ditetapkan
Parameter Cemaran Logam Berat
Larutan
Uji
Larutan
baku
20g Pb
Larutan
monitor
(larutan uji
+ larutan
baku Pb
+ H2S atau
tioasetamida dalam
pH asam (3,5)
Parameter Cemaran Mikroba
Uji Angka Lempeng Total
1 g sampel
dalam 10
mL PDF
1mL (10-1)
9 mL
1mL (10-2)
9 mL
10-2 10-3
1mL (10-3)
9 mL
10-4
1mL (10-4)
9 mL
10-5
PDF: peptone dillution fluid
Masing2 + PCA, inkubasi 24-
48 jam 35-37 C
Parameter Cemaran Mikroba
Escherichia coli
Uji Voges
Proskauer
(deteksi
keberadaan
acetoin)
Indikator: alfa
naftol and
KOH
Uji Indol
Indikator: paradimetilminobenzaldehida
Indikator: biru
brom timol
Uji Nilai Duga Terdekat (MPN) Coliform
MacConkey Broth
Parameter Cemaran Mikroba
Staphylococcus aureus
Salmonella
Medium: LIA
Medium: TSI
Laktosa, dektrosa, glukosa,
thiosulfat dan ferri sulfat
Indikator: Merah fenol
Non fermenters: Pseudomonas
Dextrose fermenters: Shigella
Parameter Cemaran Mikroba
Parameter Cemaran Aspergillus flavus
Isolasi
Mikrokultur/Slide kultur
Spot kultur dalam media
CDA
Sampel dalam PDA +
Kloramfenikol